relevansi teori environmental kuznets curve...

108
RELEVANSI TEORI ENVIRONMENTAL KUZNETS CURVE TERHADAP DEGRADASI LINGKUNGAN DI TIGA KLASIFIKASI NEGARA TAHUN 1985-2014 SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi (S.E) Disusun Oleh: Muhammad Harits Abdulah 11150840000038 Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Ekonomi Pembangunan Jakarta 1441 H / 2019 M

Upload: others

Post on 23-Feb-2020

18 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: RELEVANSI TEORI ENVIRONMENTAL KUZNETS CURVE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48044... · 2019-11-04 · perkapita. Teori ini mempostulasikan relasi berbentuk

RELEVANSI TEORI ENVIRONMENTAL KUZNETS CURVE

TERHADAP DEGRADASI LINGKUNGAN DI TIGA

KLASIFIKASI NEGARA TAHUN 1985-2014

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB)

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)

Disusun Oleh:

Muhammad Harits Abdulah

11150840000038

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Jurusan Ekonomi Pembangunan

Jakarta

1441 H / 2019 M

Page 2: RELEVANSI TEORI ENVIRONMENTAL KUZNETS CURVE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48044... · 2019-11-04 · perkapita. Teori ini mempostulasikan relasi berbentuk

i

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

Page 3: RELEVANSI TEORI ENVIRONMENTAL KUZNETS CURVE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48044... · 2019-11-04 · perkapita. Teori ini mempostulasikan relasi berbentuk

ii

LEMBAR PENGESAHAN KOMPREHENSIF

Page 4: RELEVANSI TEORI ENVIRONMENTAL KUZNETS CURVE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48044... · 2019-11-04 · perkapita. Teori ini mempostulasikan relasi berbentuk

iii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Page 5: RELEVANSI TEORI ENVIRONMENTAL KUZNETS CURVE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48044... · 2019-11-04 · perkapita. Teori ini mempostulasikan relasi berbentuk

iv

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Page 6: RELEVANSI TEORI ENVIRONMENTAL KUZNETS CURVE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48044... · 2019-11-04 · perkapita. Teori ini mempostulasikan relasi berbentuk

v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. Identitas Pribadi

1. Nama Lengkap : Muhammad Harits Abdullah

2. Tempat / Tanggal Lahir : Jakarta / 27 Desember 1997

3. Alamat : Jl. K.H. Ahmad Madani, 112, Jatimakmur,

Pondok Gede, Bekasi

4. Telepon : 081310141928

5. E-mail : [email protected]

II. Pendidikan Formal

1. SD IT Iqro Bekasi Tahun 2003-2009

2. SMP IT Assyifa Boarding School, Subang Tahun 2009-2012

3. SMA IT Assyifa Boarding School, Subang Tahun 2012-2015

4. S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015-2019

III. Prestasi dan Pencapaian

1. Juara II Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional FEB UIN Jakarta, 2016

2. Juara III Lomba Esai Nasional FE Universitas Negeri Jakarta, 2017

3. Finalis Lomba Debat Nasional FEB UIN Jakarta, 2017

4. Peraih Penghargaan Mahasiswa Berprestasi (SAA) UIN Jakarta, 2017

5. Penerima Beasiswa Bank Indonesia (GenBI), 2018-2019

6. Juara III Lomba Basket UIN Jakarta, 2017

IV. Pengalaman Profesional

1. Project Officer Intern di Sustainable Development Financing Project,

Environment Unit - United Nations Development Programme (UNDP)

Indonesia (2019)

Page 7: RELEVANSI TEORI ENVIRONMENTAL KUZNETS CURVE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48044... · 2019-11-04 · perkapita. Teori ini mempostulasikan relasi berbentuk

vi

V. Pengalaman Organisasi

1. Anggota Divisi Olahraga dan Kesenian HMJ Ekonomi Pembangunan UIN

Jakarta, 2016

2. Koordinator Divisi Keilmuan HMJ Ekonomi Pembangunan UIN Jakarta,

2017

3. Kepala Bidang II Pengembangan Akademik dan Religi HMJ Ekonomi

Pembangunan UIN Jakarta, 2018

4. Menteri Pendidikan Ikatan Mahasiswa Ekonomi Pembangunan Indonesia

rayon Jawa bagian barat (IMEPI Jabagbar), 2017-2019

5. Anggota Departemen Kemitraan Generasi Baru Indonesia daerah Jakarta,

Bogor, Depok, Tangerang (GenBI Jabodetan), 2018

6. Koordinator Departemen Kemitraan GenBI UIN Jakarta, 2018

7. Dewan Pengarah Departemen Kemitraan GenBI UIN Jakarta, 2019

Page 8: RELEVANSI TEORI ENVIRONMENTAL KUZNETS CURVE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48044... · 2019-11-04 · perkapita. Teori ini mempostulasikan relasi berbentuk

vii

ABSTRACT

Environmental Kuznets Curve (henceforth, EKC) hypothesis is a theory that

hypothesizes the relationship between environmental degradation and percapita

income. This theory postulates an inverted-U relationship between environmental

degradation and percapita income, i.e., environmental degradation tends to

increase up to certain level as income goes up, after that, the degradation will tend

to decrease.

This study aims to test the relevance of EKC hypothesis while also test the impact

of percapita GDP and energy consumption percapita towards environmental

degradation in lower-middle, upper-middle, and high income countries over the

period of 1985 - 2014.

This study uses panel data method and Random Effect Model (REM) approach

for lower-middle and high income countries, while for upple-middle income country

uses Fixed Effect Model (FEM) approach.

This study finds that the EKC hypothesis is relevant in upper-middle income

country, with the turning point of percapita GDP at USD 9,143. In addition, this

study also finds that energy consumption percapita has a positive and significant

impact on environmental degradation in all income groups, and percapita GDP has

a positive and significant impact on environmental degradation in lower-middle and

upper-middle country, meanwhile a negative and significant impact in high income

country.

Keywords: Environmental Kuznets Curve, CO2 emissions, energy consumption,

Fixed Effect Model, Random Effect Model

Page 9: RELEVANSI TEORI ENVIRONMENTAL KUZNETS CURVE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48044... · 2019-11-04 · perkapita. Teori ini mempostulasikan relasi berbentuk

viii

ABSTRAK

Teori Environmental Kuznets Curve (Seterusnya disebut EKC) adalah teori

yang mencoba mencari hubungan antara degradasi lingkungan dengan pendapatan

perkapita. Teori ini mempostulasikan relasi berbentuk U terbalik antara pendapatan

perkapita dengan degradasi lingkungan, yaitu degradasi lingkungan akan cenderung

meningkat seiring dengan peningkatan pendapatan. Setelah itu, akan terjadi

penurunan dari tingkat degradasi lingkungan.

Penelitian ini bertujuan untuk menguji relevansi teori EKC juga pengaruh dari

PDB perkapita dan konsumsi energi perkapita terhadap degradasi lingkungan di

kelompok negara berpendapatan menengah ke bawah, menengah ke atas, dan

kelompok negara berpendapatan tinggi pada tahun 1985 hingga 2014.

Penelitian ini menggunakan metode data panel dan pendekatan REM (Random

Effect Model) untuk kelompok negara berpendapatan menengah ke bawah dan

tinggi dan menggunakan pendekatan FEM (Fixed Effect Model) untuk kelompok

negara berpendapatan menengah ke atas.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa teori EKC relevan hanya pada

kelompok negara berpendapatan menengah ke atas saja, dengan nilai turning point

PDB perkapita sebesar USD 9,143. Selain itu, penelitian ini juga menemukan bahwa

konsumsi energi perkapita berpengaruh positif dan signifikan terhadap degradasi

lingkungan di seluruh kelompok negara, dan PDB perkapita berpengaruh positif dan

signifikan di kelompok negara berpendapatan menengah ke bawah dan menengah

ke atas, namun berpengaruh negatif dan signifikan di kelompok berpendapatan

tinggi.

Keywords: Environmental Kuznets Curve, Emisi CO2, konsumsi energi, Fixed

Effect Model, Random Effect Model

Page 10: RELEVANSI TEORI ENVIRONMENTAL KUZNETS CURVE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48044... · 2019-11-04 · perkapita. Teori ini mempostulasikan relasi berbentuk

ix

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Dengan mengucapkan Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis

haturkan atas kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya

penyusunan skripsi yang berjudul “Relevansi Teori Environmental Kuznets Curve

Terhadap Degradasi Lingkungan Di Tiga Klasifikasi Negara Tahun 1985-2014” ini

dapat diselesaikan guna memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan

pendidikan strata satu pada jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Perjalanan panjang telah penulis lalui dalam rangka pembuatan penulisan

skripsi ini. Tidak terhitung hambatan yang telah dilalui dalam proses

penyusunannya. Namun berkat kuasa dan kehendak-Nya lah sehingga penulis

berhasil menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Dengan rampungnya skripsi ini,

penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada:

1. Orang tua penulis, Ibunda Zuhirda Efiani dan Ayahanda Mohamad Yadi

yang telah mendidik dan memberikan kasih sayang, dukungan, doa, serta

kesabaran tanpa batas kepada penulis, juga kepada kakak penulis Afifah

Shibghatullah dan Muhammad Akbar Jundullah, juga adik penulis Khonsa

Salsabila.

2. Bapak Prof. Dr. Amilin, S.E.Ak., M.Si., CA., QIA., BKP., CRMP., selaku

Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

semoga bapak selalu diberikan kemudahan dan kelancaran oleh Allah SWT

dalam membangun dan mengembangkan Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

3. Bapak Pheni Chalid, Ph.D selaku dosen pembimbing yang telah

meluangkan waktu, memberikan motivasi dan arahan serta transfer ilmu

yang sangat bermanfaat selama perkuliahan dan bimbingan kepada penulis

mulai dari penulisan skripsi ini hingga selesai. Semoga bapak senantiasa

diberikan kesehatan dan keberkahan oleh Allah SWT.

4. Bapak Muhammad Hartana Iswandi Putra, M.Si dan Bapak Deni Pandu

Nugraha, M.Sc selaku Ketua dan Sekretaris jurusan Ekonomi Pembangunan

Page 11: RELEVANSI TEORI ENVIRONMENTAL KUZNETS CURVE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48044... · 2019-11-04 · perkapita. Teori ini mempostulasikan relasi berbentuk

x

yang telah memberikan arahan serta bimbingan yang berarti dalam

penyelesaian perkuliahan ini.

5. Bapak Drs. Rusdianto, M.Sc. selaku dosen Pembimbing Akademik yang

telah memberikan banyak arahan dan senantiasa membimbing semasa

perkuliahan. Semoga bapak senantiasa dalam lindungan Allah SWT.

6. Seluruh jajaran dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan

ilmu dan pengalaman yang sangat berguna dan berharga kepada penulis

semasa perkuliahan serta jajaran karyawan dan staff UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah melayani dan membantu selama masa

perkuliahan.

7. Seluruh teman-teman jajaran PT. Entropy yang senantiasa memotivasi dan

menemani hari-hari penulis selama perkuliahan. Terima kasih kepada

Wahyu, Ivan, Farras, Zul, Hilal, Feisal, Sya’ban, Desti, Satria, Putri, Farith,

Khaidar, Azam, Alwan, Isma. Semoga kita senantiasa berjuang dan

berteman dalam kebaikan hingga usia senja nanti.

8. Kawan-kawan Sepermainan: Miqdad, Rizki K., Azzy, dan Nisa, terimakasih

telah menemani dan membersamai selama lima tahun ini.

9. Kakak-kakak tingkat dan teman-teman angkatan 2015 Jurusan Ekonomi

Pembangunan dan kawan-kawan konsentrasi Perencanaan Pembangunan.

Terima kasih atas segala kebersamaan dan kebaikan.

10. Kolega penulis semasa melaksanakan magang di SDF Project UNDP

Indonesia: Mas Didi, Bang Fahrul, Pak Budhi, Pak Mumu, Kak Dima, Kak

Tiara, Kak Octa, dan Kak Hanna. Terima kasih atas setiap kesempatan dan

pengalaman yang berharga serta insight yang telah diberikan untuk

penulisan skripsi ini, terutama terkait pembiayaan perubahan iklim.

11. Teman-teman di IMEPI Jabagbar terutama kak Trian, Jop, Risky, Nurul,

Risma, dan Chris atas seluruh pengalaman yang telah diberikan.

12. Teman-teman Sepertunawismaan: Bagus, Iim, Afeb.

13. Kawan-kawan di HMJ Ekonomi Pembangunan periode 2016-2018.

14. Kawan-kawan penerima beasiswa Bank Indonesia yang tergabung dalam

GenBI periode 2018-2019.

Page 12: RELEVANSI TEORI ENVIRONMENTAL KUZNETS CURVE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48044... · 2019-11-04 · perkapita. Teori ini mempostulasikan relasi berbentuk

xi

Serta pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah

membantu dalam proses pengerjaan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa karya skripsi ini masih jauh dari kata sempurna

karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh penulis. Oleh

karenanya, segala kritik dan saran yang membangun akan sangat diapresiasi untuk

perbaikan di masa mendatang.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Jakarta, September 2019

Muhammad Harits Abdulah

Page 13: RELEVANSI TEORI ENVIRONMENTAL KUZNETS CURVE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48044... · 2019-11-04 · perkapita. Teori ini mempostulasikan relasi berbentuk

xii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN KOMPREHENSIF ............................................................ ii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ....................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ............................................................... iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ......................................................................................... v

ABSTRACT ..................................................................................................................... vii

ABSTRAK ...................................................................................................................... viii

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ix

DAFTAR ISI.................................................................................................................... xii

DAFTAR TABEL .......................................................................................................... xiv

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................... xv

BAB I .................................................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ................................................................................................ 1

B. Batasan Masalah ............................................................................................. 6

C. Rumusan Masalah ........................................................................................... 7

D. Tujuan Penelitian ............................................................................................ 7

E. Manfaat Penelitian .......................................................................................... 8

BAB II ................................................................................................................................ 9

A. Teori Terkait ................................................................................................... 9

1. Environmental Kuznets Curve (EKC) ......................................................... 9

2. Pollution Haven Hyphotesis (PHH) ........................................................... 13

3. Degradasi Lingkungan ............................................................................... 15

4. Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development) ......................... 17

5. Eksternalitas ............................................................................................... 18

B. Penelitian Terdahulu ..................................................................................... 20

C. Hubungan Antar Variabel ............................................................................. 27

1. Degradasi Lingkungan dan Pendapatan Perkapita..................................... 27

2. Degradasi Lingkungan dan Konsumsi Energi ........................................... 27

D. Kerangka Berpikir ........................................................................................ 29

E. Hipotesis Penelitian ...................................................................................... 29

BAB III ............................................................................................................................. 31

Page 14: RELEVANSI TEORI ENVIRONMENTAL KUZNETS CURVE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48044... · 2019-11-04 · perkapita. Teori ini mempostulasikan relasi berbentuk

xiii

A. Ruang Lingkup Penelitian .......................................................................... 31

B. Metode Penentuan Sampel ......................................................................... 31

C. Metode Pengumpulan Data ........................................................................ 33

D. Metode Analisis Data ................................................................................. 33

1. Model Data Panel....................................................................................... 34

2. Estimasi Model Data Panel ........................................................................ 35

3. Pemilihan Model Data Panel ..................................................................... 36

4. Uji Asumsi Klasik ...................................................................................... 38

5. Uji Kelayakan ............................................................................................ 39

E. Operasional Variabel Penelitian ................................................................. 40

BAB IV ............................................................................................................................. 42

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ............................................................. 42

B. Temuan Hasil Penelitian ............................................................................... 46

1. Kelompok Negara Berpendapatan Menengah Ke Bawah ........................ 47

2. Kelompok Negara Berpendapatan Menengah Ke Atas ............................. 50

3. Kelompok Negara Berpendapatan Tinggi ................................................. 54

4. Uji Asumsi Klasik ...................................................................................... 57

5. Uji Kelayakan ............................................................................................ 60

6. Analisis Ekonomi ....................................................................................... 63

7. Analisis Relevansi Teori Environmental Kuznets Curve .......................... 66

BAB V .............................................................................................................................. 69

A. Simpulan ...................................................................................................... 69

B. Saran ............................................................................................................ 70

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 73

LAMPIRAN..................................................................................................................... 77

Page 15: RELEVANSI TEORI ENVIRONMENTAL KUZNETS CURVE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48044... · 2019-11-04 · perkapita. Teori ini mempostulasikan relasi berbentuk

xiv

DAFTAR TABEL

Table 2.1 Penelitian Terdahulu ..............................................................................20

Tabel 3.1 Klasifikasi Negara Berdasarkan Pendapatan .........................................32

Tabel 3.2 Sampel Penelitian ...................................................................................32

Tabel 3.3. Operasional Variabel Penelitian ...........................................................40

Tabel 4.1. Uji Chow Negara Berpendapatan Menengah ke Bawah.......................47

Tabel 4.2. Uji Hausman Negara Berpendapatan Menengah ke Bawah .................47

Tabel 4.3. Uji LM Negara Berpendapatan Menengah ke Bawah ..........................48

Tabel 4.4. Hasil Data Panel Negara Berpendapatan Menengah ke Bawah ...........49

Tabel 4.5. Uji Chow Negara Berpendapatan Menengah ke Atas ..........................51

Tabel 4.6. Uji Hausman Negara Berpendapatan Menengah ke Atas .....................51

Tabel 4.7. Hasil Data Panel Negara Berpendapatan Menengah ke Atas ...............52

Tabel 4.8. Uji Chow Negara Berpendapatan Tinggi ..............................................54

Tabel 4.9. Uji Hausman Negara Berpendapatan Tinggi ........................................54

Tabel 4.10. Uji LM Negara Berpendapatan Tinggi ...............................................55

Table 4.11 Hasil Data Panel Negara Berpendapatan Tinggi .................................56

Tabel 4.12. Uji Multikolinearitas Negara Berpendapatan Menengah ke Bawah ...58

Tabel 4.13. Uji Multikolinearitas Negara Berpendapatan Menengah ke Atas ......58

Tabel 4.14. Uji Multikolinearitas Negara Berpendapatan Tinggi ..........................58

Tabel 4.15. Uji Heteroskedastisitas Negara Berpendapatan Menengah ke Atas ...59

Tabel 4.16. Uji t-Statistik Negara Berpendapatan Menengah Ke Bawah ..............60

Tabel 4.17. Uji t-Statistik Negara Berpendapatan Menengah ke Atas ..................61

Tabel 4.18. Uji t-Statistik Negara Berpendapatan Tinggi ......................................61

Tabel 4.19. Uji F-Statistic Negara Berpendapatan Menengah ke Bawah ..............62

Tabel 4.20. Uji F-Statistic Negara Berpendapatan Menengah ke Atas .................62

Tabel 4.21. Uji F-Statistic Negara Berpendapatan Tinggi .....................................62

Tabel 4.22. Uji R-Square Negara Berpendapatan Menengah ke Bawah ...............62

Tabel 4.23. Uji R-Square Negara Berpendapatan Menengah ke Atas ...................62

Tabel 4.24. Uji R-Square Negara Berpendapatan TInggi ......................................63

Tabel 4.25. Hasil Pengujian Hipotesis EKC ..........................................................66

Tabel 4.26. Perbandingan Turning Point Pendapatan Perkapita EKC ...................68

Page 16: RELEVANSI TEORI ENVIRONMENTAL KUZNETS CURVE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48044... · 2019-11-04 · perkapita. Teori ini mempostulasikan relasi berbentuk

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 PDB Dunia 1960-2016 .........................................................................2

Gambar 1.2. Emisi CO2 Dunia (1960-2014) .......................................................... 3

Gambar 1.3. Anomali Temperatur dari Tahun ke Tahun ........................................ 3

Gambar 2.1. Kurva Kuznets (Kuznets Curve) ...................................................... 10

Gambar 2.2. Environmental Kuznets Curve ......................................................... 12

Gambar 2.3. Kerangka Berpikir ............................................................................ 29

Gambar 3.1. Alternatif Bentuk Environmental Kuznets Curve ............................ 35

Gambar 4.1. Tingkat Emisi CO2 di Tiga Klasifikasi Pendapatan Negara ............ 42

Gambar 4.2. Tingkat PDB Perkapita di Tiga Klasifikasi Negara ......................... 44

Gambar 4.3 Tingkat Konsumsi Energi Perkapita di Tiga Klasifikasi Negara ...... 45

Gambar 4.4. Kurva EKC Kelompok Negara Berpendapatan Menengah Ke Atas 67

Page 17: RELEVANSI TEORI ENVIRONMENTAL KUZNETS CURVE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48044... · 2019-11-04 · perkapita. Teori ini mempostulasikan relasi berbentuk

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan ekonomi merupakan salah satu tujuan utama dari adanya bidang

ilmu ekonomi. Seluruh negara di dunia ini saling susul menyusul dalam kemajuan

pembangunan negaranya masing-masing. Setiap negara saling bersaing untuk

menjadi negara adidaya, menguasai perekonomian global dan menjadi negara maju

yang memiliki pengaruh besar di kancah internasional. Salah satu bukti nyata akan

majunya pembangunan suatu negara digambarkan oleh kemajuan teknologinya.

Teknologi memang dapat dianggap sebagai simbol kemajuan dan kemasyhuran

suatu negara dan masyarakatnya, karena teknologi menggambarkan kemauan serta

kemampuan dari suatu negara untuk berinovasi dan melangkah maju. Terbukti dari

tahun 1800-an hingga sekarang, banyak sekali jenis teknologi baru yang telah

muncul, baik itu melalui proses invensi maupun inovasi. Hingga saat ini, dunia

disebut telah mengalami empat kali revolusi industri, yang berarti bisa diartikan

bahwa perekonomian global telah mengalami empat kali perubahan struktur

ekonomi akibat adanya perkembangan teknologi.

Dimulai pada fase industri 1.0, kehadiran mesin bertenaga uap dan air

membantu pekerja dalam menuntaskan pekerjaannya, meningkatkan kapabilitas

produksi dan pertumbuhan bisnis. Dilanjutkan dengan fase Industri 2.0 ketika listrik

menjadi sumber tenaga utama, yang dianggap lebih mudah dipergunakan

dibandingkan mesin tenaga uap. Pada periode ini pula mulai berkembang program

manajemen yang mendorong efisiensi dan efektifitas dalam fasilitas manufaktur.

Lalu dilanjutkan dengan fase industri 3.0 yang mencuat pada beberapa dekade akhir

di abad 20 ini. Invensi di bidang manufaktur dan peralatan elektronik seperti

transistor dan Chip sirkuit yang terintegrasi menyebabkan munculnya automasi

pada mesin, menggantikan operator manusia.

Kemudian yang terkini yaitu industri 4.0 yang menghubungkan Internet of

Things (IoT) dengan kegiatan manufaktur untuk sharing informasi, menghasilkan

adanya kegiatan intelligence dalam mesin, atau yang lebih awam disebut sebagai

Page 18: RELEVANSI TEORI ENVIRONMENTAL KUZNETS CURVE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48044... · 2019-11-04 · perkapita. Teori ini mempostulasikan relasi berbentuk

2

artificial intelligence atau AI. Industri 4.0 ini dianggap dapat membuat prinsip dasar

teknologi yang muncul pada industri 3.0 mencapai potensi maksimalnya.

Teknologi dianggap sebagai salah satu faktor utama yang mempengaruhi

perkembangan ekonomi (Steenhuis & De Bruijn, 2012). Bahkan, teknologi dapat

dikatakan sebagai penyokong utama untuk kemajuan ekonomi, di mana teknologi

selalu mengedepankan efisiensi dan efektifitas, yang mana merupakan penyokong

utama dalam kegiatan ekonomi. Hadirnya teknologi tercatat telah meringankan

biaya dan proses dari produksi, distribusi, hingga konsumsi, menyebabkan

kemudahan bagi manusia di setiap kegiatan dalam kehidupannya. Data di bawah ini

menunjukkan adanya tren kenaikan total PDB dunia dari tahun 1960 sampai 2016.

Tren positif ini salah satunya disebabkan oleh kemajuan teknologi global.

Sumber: World Bank

Namun, di balik kemudahan yang diperoleh oleh teknologi, jelas ada biaya yang

harus dibayarkan. Dalam ekonomi dikenal adanya teori Opportunity Cost. Ketika

kita memutuskan untuk menjalankan atau melakukan suatu kegiatan, kita telah

menggunakan sumber daya yang tidak dapat digunakan pada kegiatan atau

kesempatan lain. Opportunity Cost adalah nilai atau value dari kesempatan yang

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

19

60

19

62

19

64

19

66

19

68

19

70

19

72

19

74

19

76

19

78

19

80

19

82

19

84

19

86

19

88

19

90

19

92

19

94

19

96

19

98

20

00

20

02

20

04

20

06

20

08

20

10

20

12

20

14

20

16

PDB Dunia 1960-2016 (Dalam angka triliun)

GDP Dunia

Gambar 1.1 PDB Dunia 1960-2016

Page 19: RELEVANSI TEORI ENVIRONMENTAL KUZNETS CURVE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48044... · 2019-11-04 · perkapita. Teori ini mempostulasikan relasi berbentuk

3

tidak kita ambil tersebut (Nielsen, 2004), atau singkatnya, opportunity cost adalah

nilai yang tidak kita ambil karena kita lebih memilih kegiatan lain.

Sumber: World Bank

Beberapa ahli berpendapat bahwa biaya dari kemajuan dunia ini adalah

degradasi lingkungan. Dalam ekonomi, istilah ‘nilai’ tidak melulu soal uang. Nilai

menggambarkan manfaat yang diberikan oleh sumber daya kepada agen ekonomi.

Menurut ahli lingkungan, perubahan lingkungan dalam 60 tahun terakhir

menyebabkan manusia berada pada zona yang berisiko untuk melanjutkan hidup.

Peningkatan kerusakan lingkungan dapat dilihat pada kurva di atas yang

menggambarkan tingkat total emisi CO2 dunia dari tahun 1960 hingga 2014.

Ekonomi adalah tentang berkorban, dan dunia telah mengorbankan kelestarian alam

untuk kemajuan dunia (Milman, 2015).

0

5000000

10000000

15000000

20000000

25000000

30000000

35000000

40000000

19

60

19

62

19

64

19

66

19

68

19

70

19

72

19

74

19

76

19

78

19

80

19

82

19

84

19

86

19

88

19

90

19

92

19

94

19

96

19

98

20

00

20

02

20

04

20

06

20

08

20

10

20

12

20

14

Emisi CO2 Dunia (1960-2014)

Emisi CO2 (kt)

Gambar 1.3 Anomali Temperatur dari Tahun ke Tahun

Gambar 1.2 Emisi CO2 Dunia (1960-2014)

Sumber: Climate NASA

Page 20: RELEVANSI TEORI ENVIRONMENTAL KUZNETS CURVE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48044... · 2019-11-04 · perkapita. Teori ini mempostulasikan relasi berbentuk

4

Bukti nyata akan meningkatnya kerusakan lingkungan oleh manusia adalah

terjadinya anomali perubahan iklim yang menyebabkan peningkatan suhu rerata

dunia. Grafik di atas menggambarkan indeks suhu daratan dan lautan secara global.

Dari grafik tersebut dapat dianalisis bahwa dunia telah mengalami peningkatan suhu

secara signifikan. Peningkatan suhu ini utamanya disebabkan oleh perkembangan

teknologi yang menghasilkan eksternalitas negatif berupa emisi yang kemudian

merusak lingkungan.

Hasil kajian para ilmuwan yang tergabung dalam Intergovernment Panel on

Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa perubahan iklim yang mendorong

pemanasan global terlihat secara nyata pada 150 tahun terakhir yang ditunjukkan

melalui hadirnya anomali kondisi alam, seperti naiknya suhu rata-rata udara dan

laut, cairnya salju es di beberapa tempat, dan meningkatnya permukaan air laut

secara global.

Kajian ini juga menyatakan bahwa perubahan iklim juga disebabkan oleh ulah

manusia (anthropogenic intervention) yang mengakibatkan pelepasan Gas Rumah

Kaca (GRK) atau greenhouse gas ke udara yang kemudian menumpuk di lapisan

atmosfer. Penumpukan GRK di atmosfer inilah yang menjadi penyebab peningkatan

suhu bumi. Jika tidak ada langkah yang diambil untuk menangkal dan menstabilkan

tingkat GRK di atmosfer, maka diperkirakan dalam kurun waktu 50 sampai dengan

100 tahun ke depan, bumi akan mengalami peningkatan suhu rata-rata sebesar 1.1

hingga 5 derajat celcius. Ke depannya, peningkatan suhu ini akan memberikan

dampak yang sangat besar bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lain di

seluruh dunia (Solomon & IPCC, 2007).

Bukti akan dampak ekonomis dari adanya perubahan iklim telah dijabarkan

secara luas di dalam laporan Stern Review 2007 yang berjudul The Economics of

Climate Change. Laporan ini menyimpulkan bahwa biaya yang muncul akibat

perubahan iklim yang tidak disertai aksi untuk menanggulanginya akan setara

dengan 5% dari PDB global setiap tahunnya, sementara biaya yang ditimbulkan

akibat perubahan iklim apabila disertai dengan upaya untuk menanggulanginya

(mengurangi gas rumah kaca) dapat dibatasi hingga 1% saja. Penelitian ini

menunjukkan pentingnya upaya dalam menanggulangi perubahan iklim, baik itu

yang bersifat mitigasi maupun adaptasi (Nicholas Stern, 2007).

Page 21: RELEVANSI TEORI ENVIRONMENTAL KUZNETS CURVE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48044... · 2019-11-04 · perkapita. Teori ini mempostulasikan relasi berbentuk

5

Berbagai upaya telah dijalankan dan dilakukan oleh berbagai kalangan untuk

menanggulangi kerusakan lingkungan yang setiap hari semakin parah. Salah satu

langkah paling besar global dalam melawan perubahan iklim adalah dengan

dibentuknya United Nations Framework Convention on Climate Change

(UNFCCC) yang dirundingkan pada KTT bumi di Rio di Janeiro pada tanggal 3

sampai dengan 14 Juni 1992 dan mulai diberlakukan pada tanggal 21 Maret 1994.

Tujuan utama dari adanya UNFCCC adalah untuk menstabilkan konsentrasi gas

rumah kaca atmosfer hingga berada pada tingkat yang mencegah terjadinya bahaya

untuk umat manusia. Selain UNFCCC, terdapat beberapa komitmen global lainnya

dalam menangani perubahan iklim seperti Protokol Kyoto yang diberlakukan pada

1997, Bali Road Map pada 2007 dan Paris Agreement pada 2015.

Berbagai komitmen ini kemudian mulai diikuti dan diberlakukan oleh berbagai

negara, termasuk Indonesia yang kemudian menjadi salah satu negara yang paling

aktif dalam melawan perubahan iklim dunia. Hal ini utamanya disebabkan oleh

kondisi geografis Indonesia yang sangat rentan terhadap perubahan iklim.

Salah satu langkah besar Indonesia dalam menjaga kondisi lingkungan dan

melawan perubahan iklim adalah dengan meluncurkan Rencana Aksi Nasional

Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAN-GRK) pada 2011 yang termaktub dalam

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2011 dan Rencana Aksi

Nasional Adaptasi Perubahan Iklim (RAN-API) yang dirilis pada 2014.

Simon Smith Kuznets, guru besar ilmu ekonomi di Universitas Pennsylvania,

John Hopkins, dan Harvard yang meraih penghargaan nobel di bidang ekonomi

telah mengeluarkan sebuah teori tentang hubungan antara pertumbuhan ekonomi

dan kesenjangan pendapatan yang ditulis dalam karyanya yang berjudul “Economic

Growth and Income Inequality” yang dirilis oleh The American Economic Review

pada 1955. Kuznets berpendapat bahwa relasi antara pertumbuhan ekonomi dan

pendapatan perkapita itu berbentuk seperti kurva U terbalik, di mana pada tahap

awal pertumbuhan, tingkat kesenjangan pendapatan akan tinggi dan terus

meningkat, namun seiring dengan berjalannya waktu, pertumbuhan ekonomi terus

meningkat dan akhirnya mengurangi tingkat kesenjangan pendapatan tersebut

(Simon Kuznets, 1955). Teori ini kemudian sering disebut sebagai Kurva Kuznets

(Kuznets Curve).

Page 22: RELEVANSI TEORI ENVIRONMENTAL KUZNETS CURVE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48044... · 2019-11-04 · perkapita. Teori ini mempostulasikan relasi berbentuk

6

Beberapa ahli kemudian berargumen bahwa konsep tersebut ternyata sejalan

dengan konsep dalam ekonomi lingkungan, di mana dalam teori tersebut

dipostulasikan bahwa pada tahap awal pembangunan, pertumbuhan ekonomi turut

meningkatkan kerusakan lingkungan, namun seiring dengan meningkatnya

kemajuan teknologi, pendapatan, dan juga kesadaran masyarakat akan pentingnya

kelestarian lingkungan, pada suatu titik tertentu, kurva tersebut akan menurun dan

menyebabkan pertumbuhan ekonomi tidak lagi diikuti oleh kerusakan lingkungan

yang tinggi. Bahkan dalam teori ini disebutkan, jika sudah mencapai titik optimal

atau breakeven point atau turning point, pertumbuhan ekonomi yang digambarkan

melalui PDB perkapita justru akan mengurangi tingkat kerusakan lingkungan

(Dinda, 2004). Itulah mengapa penelitian-penelitian berikutnya selalu mengaitkan

teori lingkungan ini dengan nama Kuznets, sehingga muncullah nama teori

Environmental Kuznets Curve.

Teori Environmental Kuznets Curve ini menyatakan bahwa tidak selamanya

pertumbuhan ekonomi selalu diikuti oleh peningkatan kerusakan lingkungan.

Seiring berjalannya waktu, akan terjadi Turning Point (TP) di mana peningkatan

pertumbuhan ekonomi tidak lagi akan diikuti oleh meningkatnya kerusakan

lingkungan. Bahkan, pertumbuhan ekonomi akan mengurangi tingkat dari

kerusakan lingkungan tersebut, atau terjadi perbaikan kondisi lingkungan.

B. Batasan Masalah

Pembatasan masalah harus diberlakukan agar penelitian ini dapat lebih fokus dan

tidak keluar dari pokok penelitian yang ingin dibahas. Penelitian yang terkait

dengan pembahasan ekonomi lingkungan ini akan dibatasi pada variabel angka PDB

perkapita, tingkat Emisi CO2 perkapita, dan konsumsi energi perkapita di tiga

kelompok negara, yaitu high level income (pendapatan tinggi), upper-middle level

income (pendapatan menengah ke atas), dan lower-middle level income (pendapatan

menengah ke bawah). Penelitian ini menggunakan data dari tahun 1985 hingga 2014

sebagai batasan waktu.

Page 23: RELEVANSI TEORI ENVIRONMENTAL KUZNETS CURVE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48044... · 2019-11-04 · perkapita. Teori ini mempostulasikan relasi berbentuk

7

C. Rumusan Masalah

Degradasi lingkungan merupakan sebuah permasalahan yang harus dituntaskan

tidak saja hanya melalui kesadaran individu, melainkan juga merupakan sebuah

permasalahan yang harus dituntaskan secara kelembagaan. Pemerintah sebagai

lembaga tertinggi dalam suatu negara memiliki tugas penting dalam rangka

mendorong pembangunan ekonomi yang ramah akan lingkungan. Teori EKC

muncul sebagai salah satu opsi penyelesaian permasalahan degradasi lingkungan

secara kelembagaan.

Penelitian ini akan berfokus pada pembahasan terkait PDB perkapita dan

konsumsi energi perkapita serta kaitannya terhadap tingkat kerusakan lingkungan

atau degradasi lingkungan yang diwakili oleh emisi CO2 perkapita. Sehingga,

pertanyaan masalah dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Sejauh mana pengaruh PDB perkapita dan konsumsi energi perkapita terhadap

tingkat emisi CO2 perkapita?

2. Apakah hipotesis teori Environmental Kuznets Curve relevan di klasifikasi

negara berpendapatan menengah ke bawah, menengah ke atas, dan tinggi?

3. Berapakah nilai turning point dari teori EKC di klasifikasi negara berpendapatan

menengah ke bawah, menengah ke atas, dan tinggi?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang sudah dijelaskan, maka tujuan yang ingin

dicapai dari penelitian ini, yaitu:

1. Mengetahui sejauh mana pengaruh PDB perkapita dan konsumsi energi perkapita

terhadap tingkat emisi CO2 perkapita

2. Mengetahui relevansi dari hipotesis teori Environmental Kuznets Curve di

klasifikasi negara berpendapatan menengah ke bawah, menengah ke atas, dan

tinggi.

3. Mengetahui berapa nilai turning point dari teori EKC di klasifikasi negara

berpendapatan menengah ke bawah, menengah ke atas, dan tinggi.

Page 24: RELEVANSI TEORI ENVIRONMENTAL KUZNETS CURVE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48044... · 2019-11-04 · perkapita. Teori ini mempostulasikan relasi berbentuk

8

E. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang sudah dijelaskan, maka manfaat dari

penelitian ini, yaitu untuk:

1. Peneliti

Penelitian ini menjadi sarana pembelajaran dan pengaplikasian teori-teori yang

sudah dipelajari saat kuliah.

2. Pemerintah Terkait

Penelitian ini dapat menjadi informasi tambahan untuk pertimbangan dalam

pengambilan keputusan khususnya kebijakan di bidang ekonomi lingkungan.

3. Akademisi

Penelitian dapat menjadi rujukan belajar dan penelitian bagi pihak akademisi

yang juga membahas topik yang sama atau memiliki hubungan dengan topik

penelitian ini, selain itu, penelitian ini juga dapat digunakan sebagai sarana

pembelajaran bagi pihak akademisi.

Page 25: RELEVANSI TEORI ENVIRONMENTAL KUZNETS CURVE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48044... · 2019-11-04 · perkapita. Teori ini mempostulasikan relasi berbentuk

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Terkait

1. Environmental Kuznets Curve (EKC)

Hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan kualitas lingkungan merupakan

sebuah perdebatan yang telah lama muncul. Sebelum tahun 1970, terdapat

pendapat yang menyatakan bahwa konsumsi bahan baku, energi, dan sumber daya

alam lainnya tumbuh hampir bersamaan dengan tingkat yang sama dengan

pertumbuhan ekonomi. Kemudian, Club of Rome, sebuah organisasi pemerhati

ekonomi dan lingkungan jangka panjang dunia, merilis laporannya yang

menyatakan kekhawatiran mereka mengenai ketersediaan sumber daya alam dunia

pada masa mendatang.

Ekonom lingkungan dari Club of Rome berpendapat bahwa keterbatasan

sumber daya alam akan menghambat pertumbuhan ekonomi dan kemudian akan

mencegah terjadinya pertumbuhan ekonomi di suatu negara, membuat terjadinya

skema pertumbuhan ekonomi 0 persen untuk mencegah terjadinya permasalahan

lingkungan di masa yang akan datang.

Pernyataan ini kemudian menimbulkan berbagai macam kritik, baik secara

teoritis maupun empiris. Selain karena masih belum banyak tersedianya data,

pernyataan ini berketerbalikan dengan beberapa penelitian sebelumnya

Simon Smith Kuznets pada 1955 memprediksikan bahwa hubungan antara

pendapatan perkapita dan kesenjangan pendapatan memiliki relasi yang berbentuk

kurva U terbalik. Pada awalnya, ketika pendapatan perkapita meningkat, maka hal

ini akan diikuti pula oleh peningkatan kesenjangan pendapatan. Meski demikian,

setelah beberapa lama dan terjadi Turning Point (TP), peningkatan pendapatan

perkapita akan mulai diikuti oleh penurunan kesenjangan pendapatan. Dengan kata

lain, tingkat pendapatan sangat senjang di awal pembangunan, dan semakin merata

pada tahap berikutnya dari pembangunan (Kuznets, 1955). Bentuk dari korelasi ini

kemudian sering disebut sebagai korelasi berbentuk kurva U terbalik atau kurva

berbentuk lonceng (Dinda, 2004).

Page 26: RELEVANSI TEORI ENVIRONMENTAL KUZNETS CURVE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48044... · 2019-11-04 · perkapita. Teori ini mempostulasikan relasi berbentuk

10

Sumber: The Green Market Oracle (2018)

Pada kisaran tahun 1990-an, kurva Kuznets muncul dalam bentuk yang baru.

Para ahli mulai mencoba untuk menggambarkan korelasi antara ekonomi dan

kondisi lingkungan. Tingkat pendapatan yang tinggi ternyata mampu mengurangi

tingkat degradasi lingkungan (Beckerman, 1992). Sehingga, muncul analisis

bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan prakondisi untuk terjadinya peningkatan

kualitas lingkungan (Bhagawati, 1993).

Beberapa ahli kemudian menemukan bahwa hubungan antara degradasi

lingkungan dengan pendapatan perkapita memiliki bentuk yang sama dengan teori

kurva Kuznets yang dirilis pada 1955. Hingga kemudian, kurva Kuznets tidak saja

menggambarkan korelasi antara pendapatan perkapita dengan tingkat kesenjangan

pendapatan. Kurva Kuznets juga menggambarkan korelasi antara tingkat

pendapatan dengan kualitas lingkungan atau degradasi lingkungan.

Gambar 2.1 Kurva Kuznets (Kuznets Curve)

Page 27: RELEVANSI TEORI ENVIRONMENTAL KUZNETS CURVE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48044... · 2019-11-04 · perkapita. Teori ini mempostulasikan relasi berbentuk

11

Teori ini kemudian mulai disebut sebagai Environmental Kuznets Curve

(EKC). Teori EKC ini pertama kali dikembangkan di dalam working paper karya

Gene M. Grossman dan Alan B. Krueger pada 1991. Grossman dan Krueger

membuat makalah kerja tentang dampak lingkungan atas hadirnya NAFTA (North

American Free Trade Agreement). Dalam makalah ini pula muncul bukti empiris

atas hadirnya EKC dalam korelasi antara pendapatan dengan degradasi lingkungan.

Grossman dan Krueger pertama kali menyadari adanya hubungan antara polusi

yang diproksikan dalam tingkat asap dan CO2 dengan pendapatan perkapita. Nama

Kuznets kemudian disandingkan dengan kurva ini karena korelasinya yang sama-

sama berbentuk U terbalik. Meski Grossman dan Krueger yang pertama kali

menyandingkan teori lingkungan ini dengan teori kurva Kuznets, nama

Environmental Kuznets Curve atau EKC pertama kali disebut oleh Panayatou

(1993) dalam makalahnya yang berjudul “Economic Growth and the Environment”

(Dinda, 2005).

Pada tahap awal pembangunan ketika suatu negara mulai membangun

perekonomiannya, atau pada tahap awal pertumbuhan ekonomi, tingkat kerusakan

lingkungan akan berada pada tingkat yang tinggi karena sedang terjadinya

eksploitasi sumber daya besar-besaran untuk menyokong tingkat faktor produksi

agar menghasilkan output yang besar. Di saat yang bersamaan, tingkat kesadaran

masyarakat dan pemerintah terkait pentingnya kualitas lingkungan untuk

kehidupan juga masih sangat minim dikarenakan rendahnya tingkat pendapatan.

Orang-orang miskin memiliki permintaan yang rendah terhadap kualitas

lingkungan. Karena menurut mereka, kualitas lingkungan merupakan barang

tersier yang tidak mendesak untuk dimiliki karena tidak termasuk jenis barang

primer. Meski demikian, ketika tingkat pendapatan masyarakat meningkat, maka

kemudian akan muncul permintaan akan lingkungan yang sehat dan bersih dari

masyarakat tersebut. Orang-orang kemudian akan rela untuk mengeluarkan lebih

untuk memperoleh kualitas hidup yang bersih (Dinda, 2005).

Pada tahap awal pembangunan, atau yang disebut sebagai tahap perkembangan

ekonomi oleh Kuznets, suatu negara akan banyak melakukan eksploitasi terhadap

Page 28: RELEVANSI TEORI ENVIRONMENTAL KUZNETS CURVE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48044... · 2019-11-04 · perkapita. Teori ini mempostulasikan relasi berbentuk

12

sumber dayanya untuk mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi. Semakin banyak

inputnya, maka semakin besar pula tingkat outputnya. Pada tahap ini, Kuznets

menyebutnya sebagai tahap pra industrial economies, yaitu sebuah tahap yang

terjadi sebelum era industrialisasi suatu negara. Pada tahap ini, umumnya suatu

negara berstruktur di bidang agraria. Tahap ini akan diikuti oleh meningkatnya

tingkat kerusakan lingkungan secara masif dan signifikan, dikarenakan terjadinya

eksploitasi sumber daya besar-besaran untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.

Kemudian setelah terjadi eksploitasi besar-besaran, negara tersebut akan

mencapai tingkat tertentu yang kemudian akan memunculkan Turning Point, di

mana pertumbuhan ekonomi tidak lagi akan diikuti oleh kerusakan lingkungan.

Tahap ini sering disebut sebagai tahap ekonomi industri, tahap puncak dalam EKC.

Sumber: Tejvan Pettinger (2017)

Berdasarkan Dinda (2004), turning point EKC didapatkan dengan rumus =

− 𝛽1

2𝛽2 . Setelah terjadi turning point, ekonomi terus tumbuh dan tingkat kerusakan

lingkungan semakin berkurang. Masyarakat dan pemerintah mulai menyadari akan

Gambar 2.2 Environmental Kuznets Curve

Page 29: RELEVANSI TEORI ENVIRONMENTAL KUZNETS CURVE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48044... · 2019-11-04 · perkapita. Teori ini mempostulasikan relasi berbentuk

13

pentingnya lingkungan dan mulai memprioritaskan kegiatan ekonomi yang bersih

dan ramah lingkungan. Pemerintah akan memperketat regulasi untuk menciptakan

ekonomi yang bersih, sehingga pada tahap ini mulai terjadi pergeseran struktur

ekonomi, dari yang sebelumya berstruktur industri menjadi negara dengan

mayoritas struktur ekonomi di bidang jasa. Beberapa ahli juga mengaitkan

pergeseran struktur ekonomi ini dengan teori Pollution Haven.

Sehingga dalam teori EKC ini, untuk mencapai tahap akhir, suatu negara akan

mengalami tiga struktur ekonomi yang berbeda, mulai dari struktur ekonomi

agraris, lalu menjadi ekonomi industri, dan dilanjut dengan ekonomi berbasis jasa

(service economies).

Beberapa ahli memiliki beberapa analisis penyebab terjadinya turning point di

dalam teori EKC ini. Beberapa penyebabnya antara lain adalah elastisitas

permintaan (Dinda, 2004) dan perdagangan internasional (Copeland & Taylor,

1994; Dinda, 2004).

2. Pollution Haven Hyphotesis (PHH)

Pollution Haven Hypothesis (PHH) pertama kali dipostulasikan oleh Copeland

dan Taylor (1994) dalam konteks Perdagangan Utara-Selatan (north-south trade)

dalam studi kasus NAFTA. Penelitian ini juga merupakan penelitian pertama yang

mencoba mencari hubungan antara keketatan regulasi lingkungan dan pola

perdagangan dengan tingkat polusi di suatu negara (Gill, Viswanathan, & Karim,

2018).

Copeland dan Taylor (1994) memprediksikan bahwa NAFTA akan menjadi

sebuah ‘kehancuran’ lingkungan untuk Meksiko dan ‘kehancuran’ pekerjaan untuk

Amerika Serikat. Lebih lanjut, Copeland dan Taylor (1994) juga menyebutkan

bahwa di bawah liberalisasi perdagangan, perusahaan atau industri yang

menghasilkan output berpolusi akan berpindah dari negara kaya yang memiliki

peraturan dan kebijakan yang ketat di bidang lingkungan menuju negara yang

cenderung miskin dan memiliki regulasi yang lemah di bidang lingkungan. Maka,

dalam perdagangan terbuka, negara berkembang akan cenderung menjadi pollution

haven untuk industri kotor dari negara yang lebih maju (Gill dkk., 2018).

Page 30: RELEVANSI TEORI ENVIRONMENTAL KUZNETS CURVE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48044... · 2019-11-04 · perkapita. Teori ini mempostulasikan relasi berbentuk

14

Beberapa ahli menyatakan bahwa Pollution Haven Hyphotesis ini merupakan

penyebab dari adanya teori EKC. Suatu negara akan mulai menjadi lebih bersih

dari barang olahan dan industri-industri polutan dikarenakan industri-industri yang

terbilang kotor di dalam negara tersebut telah ‘diekspor’ kepada negara-negara

berkembang yang belum memiliki regulasi lingkungan yang kuat.

Sehingga, negara yang telah ‘mengekspor’ industri-industri kotor tersebut akan

mulai mengalami pergeseran struktur menjadi negara berbasis jasa (service

economy). Pada tahap ini pula kemungkinan besar terjadi turning point,

dikarenakan peningkatan pendapatan perkapita sudah tidak lagi diikuti oleh

kerusakan lingkungan. Sebaliknya, peningkatan pendapatan perkapita akan diikuti

oleh peningkatan kualitas lingkungan.

Meski PHH telah diteliti secara teoritis dan empiris oleh banyak ahli, belum

ada hasil konklusif akhir yang mampu menyatakan akan eksistensi PHH. PHH

menyatakan bahwa polusi dunia baru bisa diatur apabila negara maju bersedia

untuk mengatur konsumsi barang-barang polusi (Gill dkk., 2018).

Dinda (2004) kurang sejalan dengan hipotesis Pollution Haven. Menurutnya,

meski industri polutan cenderung berlokasi di negara berkembang, situasi ini juga

akan meningkatkan tingkat pendapatan dari negara yang ditinggali oleh si industri

polutan. Hasilnya, negara yang ditinggali industri polutan akan mulai

memprioritaskan regulasi di bidang lingkungan. Sehingga jika skema ini

diteruskan, kelak tidak akan ada lagi negara yang dapat menjadi ‘Pollution Haven’

untuk industri-industri polutan dikarenakan seluruh negara akan berada pada

tingkat atau level yang sama (Dinda, 2004).

Beberapa argumen inilah yang kemudian menyebabkan literatur empiris terkait

PHH memiliki output yang bercampur baur. Meski demikian, masih banyak

peneliti dan ekonom lingkungan yang termotivasi untuk meneliti terkait PHH,

entah itu untuk membantah ataupun mendukung hipotesis ini.

Yang (2001) memberikan sebuah bukti yang cukup kuat akan eksistensi PHH

dengan melihat dampak bidang lingkungan dari keanggotaan Taiwan dalam World

Trade Organization (WTO). Penelitiannya kemudian menemukan fakta bahwa

emisi CO2 di Taiwan meningkat setelah munculnya liberalisasi perdagangan yang

diberlakukan melalui keanggotaan Taiwan di bawah WTO. Selain itu, dia juga

Page 31: RELEVANSI TEORI ENVIRONMENTAL KUZNETS CURVE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48044... · 2019-11-04 · perkapita. Teori ini mempostulasikan relasi berbentuk

15

menemukan bahwa mayoritas struktur produksi ekonomi negara tersebut telah

bergeser menjadi industri polutan (Yang, 2001).

Lebih lanjut lagi, terdapat pula beberapa argumen yang melawan argumen PHH

ini. Menurut Gill dkk (2018), beberapa argumen tersebut adalah sebagai berikut:

a. Beberapa menyatakan bahwa ketika sebuah perusahaan berpindah menuju negara

yang memiliki regulasi lingkungan yang longgar, perusahaan tersebut juga akan

mempertimbangkan adanya aspek penurunan produktifitas pekerja yang kemudian

akan membuat perusahaan mengeluarkan biaya tambahan untuk menutupi

produktifitas pekerja yang hilang karena polusi perusahaan.

b. Selain itu, perusahaan juga akan mempertimbangkan berbagai biaya yang hangus

karena melakukan perpindahan kepada negara lain tersebut.

c. Negara yang memiliki regulasi lingkungan yang lemah biasanya memiliki pondasi

hukum dan hukum komersial yang tidak jelas pula. Namun, investor dari negara-

negara berkembang cenderung untuk memilih negara dengan pondasi hukum yang

kuat dan kejelasan hukum dalam berniaga. Hal ini menyebabkan investor lebih

cenderung untuk menghindari negara-negara dengan regulasi di bidang lingkungan

yang lemah tersebut.

d. Menurut Letchumanan dan Kodama (2000), kebanyakan teori PHH didasarkan

pada teori neo-klasik tentang comparative advantage yang mana tidak

mempertimbangkan beberapa aspek dan faktor tambahan yang dinamis seperti

teknologi, inovasi, dan akses pasar yang mana juga memiliki dampak signifikan

terhadap kekompetitifan ekspor dibandingkan faktor comparative advantage.

Letchumanan dan Kodama (2000) juga mengkritik asumsi pendeketan PHH yang

menyatakan bahwa industri benar-benar berpindah secara keseluruhan untuk

mengambil keuntungan lokasi dari pollution haven.

3. Degradasi Lingkungan

Perubahan iklim akan memiliki dampak terhadap degradasi lingkungan dan

sistem sosial-ekonomi yang bergantung pada kondisi lingkungan sekitar (Warner,

Hamza, Oliver-Smith, Renaud, & Julca, 2010). Dikarenakan terjadinya perubahan

iklim, maka akan muncul dampak-dampak yang kemudian mampu merubah

tatanan kehidupan, baik itu secara fisik maupun non fisik. Salah satu dampak dari

adanya perubahan iklim adalah munculnya degradasi lingkungan.

Page 32: RELEVANSI TEORI ENVIRONMENTAL KUZNETS CURVE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48044... · 2019-11-04 · perkapita. Teori ini mempostulasikan relasi berbentuk

16

Degradasi lingkungan adalah kerusakan lingkungan karena terjadinya

penipisan sumber daya seperti udara, air, dan tanah; kerusakan ekosistem;

kerusakan habitat; dan polusi. Degradasi lingkungan didefinisikan sebagai

perubahan atau gangguan terhadap lingkungan yang dianggap bersifat merusak.

Menurut M.R. Chertow (2001), degradasi lingkungan dapat digambarkan oleh

fungsi I = PAT. Dampak lingkungan (I) atau degradasi lingkungan disebabkan oleh

kombinasi dari peningkatan populasi manusia (P), pertumbuhan ekonomi yang

terus meningkat (A), dan penggunaan teknologi yang mengurangi sumber daya

serta menciptakan polusi (T) (M.R. Chertow, 2001).

Menurut Dinda (2004), dalam keterkaitannya dengan EKC, terdapat beberapa

indikator kerusakan lingkungan yang sering dipergunakan dalam penelitian

terdahulu yaitu

1) Indikator kualitas udara yang umumnya menggunakan satuan CO2, SO2, CO,

ataupun NOx,

2) Indikator kualitas air, yang menggunakan tiga kategori indikator yaitu a) tingkat

konsentrasi pathogen dalam air, b) tingkat logam berat dan pembuangan kimia

beracun di air yang disebabkan oleh manusia, dan c) Tingkat kerusakan oksigen

yang terkandung dalam air

3) Indikator lingkungan lainnya seperti tingkat sampah perkotaan, sanitasi perkotaan,

akses terhadap air minum bersih, tingkat penggunaan energy dan lain sebagainya.

(Dinda, 2004).

Salah satu dampak paling berbahaya dari adanya degradasi lingkungan adalah

terjadinya penipisan sumber air di dunia. Menurut Climate Institute, diperkirakan

hanya 2.5% dari seluruh air yang ada di dunia yang tergolong sebagai air tawar,

dengan sisanya tergolong sebagai air asin. 69% dari air tawar merupakan bagian

dari es yang berada di Antartika dan Greenland, sehingga hanya sekitar 30% dari

2.5% air tawar yang tersedia untuk dikonsumsi. Air tawar merupakan aspek

lingkungan yang sangat penting, karena hampir seluruh makhluk hidup di atas

bumi bergantung terhadap ketersediaan air tawar.

Diperkirakan satu pertiga dari manusia di dunia telah mengalami kekurangan

air bersih, dan sekitar satu perlima dari populasi di dunia tinggal di area yang

cenderung mengalami kelangkaan air, diperkirakan juga bahwa satu per empat dari

Page 33: RELEVANSI TEORI ENVIRONMENTAL KUZNETS CURVE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48044... · 2019-11-04 · perkapita. Teori ini mempostulasikan relasi berbentuk

17

populasi di dunia tinggal di negara berkembang yang cenderung belum memiliki

infrastruktur yang memadai untuk mengolah air dari sungai dan akuifer yang

tersedia. Kelangkaan air bersih merupakan salah satu masalah yang terus

meningkat dikarenakan banyaknya permasalahan yang diperkirakan terus

bertumbuh di masa depan seperti pertumbuhan populasi, urbanisasi, dan perubahan

iklim (UNDP, 2006).

4. Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development)

Pembangunan berkelanjutan atau sustainable development merupakan suatu

prinsip pengorganisasian untuk memenuhi tujuan pembangunan manusia sembari

mempertahankan kemampuan alam untuk menyediakan sumber daya alam dan

ekosistem yang menjadi tumpuan ekonomi masyarakat. Pembangunan

berkelanjutan digagas sebagai respon atas berbagai dampak yang ditimbulkan

manusia terhadap lingkungan, terutama dalam proses penggunaan teknologi yang

berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi.

Sebagai respon lebih lanjut dan sebagai bukti akan keseriusan dunia dalam

mendorong pembangunan berkelanjutan, saat ini Persatuan Bangsa-bangsa (PBB)

sedang menjalankan program Sustainable Development Goals atau yang lebih

awam dikenal sebagai SDGs. SDGs sendiri merupakan program yang digagas

sebagai pengganti akan Millenium Development Goals atau MDGs. MDGs

merupakan program yang diluncurkan pada tahun 2000, berisi 8 tujuan besar yang

ditargetkan dicapai dalam 15 tahun, sampai dengan tahun 2015. Berdasarkan

United Nations (2015), MDGs terdiri dari

1) Memberantas kemiskinan dan kelaparan ekstrem,

2) Mewujudkan pendidikan dasar untuk semua,

3) Mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan,

4) Menurunkan angka kematian anak,

5) Meningkatkan kesehatan ibu,

6) Memerangi HIV dan AIDS, malaria, serta penyakit lainnya,

7) Memastikan kelestarian lingkungan,

8) Mempromosikan kemitraan global untuk pembangunan

Kemudian pada 2012, dilaksanakan United Nations Conference on Sustainable

Development (UNCSD) sebagai peringatan 20 tahun United Nations Conference

Page 34: RELEVANSI TEORI ENVIRONMENTAL KUZNETS CURVE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48044... · 2019-11-04 · perkapita. Teori ini mempostulasikan relasi berbentuk

18

on Environment and Development (UNCED) atau yang dikenal sebagai Earth

Summit. Konferensi ini kemudian dikenal sebagai Rio+20. Sebelumnya pada Juli

2011, Colombia mengajukan konsep SDGs yang berisi 17 target terkait. Kemudian

dalam konferensi tersebut, konsep SDGs ini disepakati di bawah resolusi “The

Future We Want”. Setelah itu, PBB mulai memproses konsep ini agar menjadi

konsep pembangunan yang dilaksanakan oleh 193 anggotanya. Resolusi ini

kemudian menjadi perjanjian antar pemerintah dunia sebagai Agenda

Pembangunan Pasca 2015 (Paula Caballero, 2016). Berdasarkan United Nations,

SDGs terdiri dari 17 target sebagai berikut:

1) Tanpa kemiskinan

2) Tanpa kelaparan

3) Kehidupan sehat dan sejahtera

4) Pendidikan berkualitas

5) Kesetaraan gender

6) Air bersih dan sanitasi layak

7) Energi bersih dan terjangkau

8) Pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi

9) Industri, inovasi, dan infrastruktur

10) Berkurangnya kesenjangan

11) Kota dan komunitas berkelanjutan

12) Konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab

13) Penanganan perubahan iklim

14) Ekosistem laut

15) Ekosistem daratan

16) Perdamaian, keadilan, dan kelembagaan yang tangguh

17) Kemitraan untuk mencapai tujuan

5. Eksternalitas

Dalam ilmu ekonomi, eksternalitas dikenal sebagai biaya atau keuntungan

yang dirasakan oleh pihak yang mana tidak bertanggung jawab atas biaya atau

keuntungan tersebut (Buchanan & Stubblebine, 1962). Eksternalitas umumnya

terjadi ketika harga equilibrium suatu barang atau jasa tidak mencerminkan biaya

dan keuntungan yang sesungguhnya dari suatu barang atau jasa tersebut. Hal ini

Page 35: RELEVANSI TEORI ENVIRONMENTAL KUZNETS CURVE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48044... · 2019-11-04 · perkapita. Teori ini mempostulasikan relasi berbentuk

19

kemudian menyebabkan keseimbangan kompetitif eksternalitas tidak menjadi

Pareto Optimal.

Eksternalitas dapat muncul dalam bentuk positif maupun negatif.

Eksternalitas positif biasanya berupa dampak positif yang diterima pihak lain akibat

kegiatan produksi atau konsumsi yang dilakukan oleh suatu pihak. Contoh singkat

akan adanya eksternalitas positif adalah terbangunnya infrastruktur di pedalaman

sebagai akibat pembangunan industri. Sedangkan eksternalitas negatif adalah

dampak negatif yang diterima dan dirasakan oleh pihak lain sebagai akibat dari

proses konsumsi maupun produksi suatu pihak. Contoh umum akan eksternalitas

negatif adalah polusi sebagai akibat dari proses produksi industri.

Untuk menanggulangi eksternalitas, pihak pemerintah dan institusi terkait

harus malakukan internalitas. Internalitas diberlakukan agar transaksi dapat

menyeimbangkan setiap biaya dan keuntungan antar seluruh agen ekonomi.

Langkah paling umum yang diberlakukan pemerintah adalah dengan menjalankan

kebijakan pajak polusi. Selain itu, internalitas juga dapat dilaksanakan melalui

program Corporate Social Responsibility (CSR) dan kesepakatan sosial. Setelah

eksternalitas berhasil diinternalkan, ekuilibrium kompetitif akan menjadi Pareto

Optimal.

Page 36: RELEVANSI TEORI ENVIRONMENTAL KUZNETS CURVE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48044... · 2019-11-04 · perkapita. Teori ini mempostulasikan relasi berbentuk

20

B. Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No. Penulis Tahun Judul Ringkasan Temuan

1 Kingsley Appiah 2017 Investigation of

the Relationship

Between Economic

Growth and

Carbon Dioxide

(CO2) Emissions

as Economic

Structure

Changes:

Evidence from

Ghana

Penelitian ini mencoba mengkaji dan

menelusuri hubungan antara CO2 dan

pertumbuhan ekonomi di negara Ghana ketika

terjadi perubahan struktur ekonomi. Penelitian

ini juga mencoba untuk menguji Environmental

Kuznets Curve (EKC) dari pertumbuhan

ekonomi dan CO2 di Ghana. Selain itu,

penelitian ini juga melihat kontribusi dari

beberapa sektor ekonomi terhadap pertumbuhan

ekonomi di Ghana. Penelitian ini menggunakan

data dari tahun 1970-2016 dengan

menggunakan CO2 (metrik ton perkapita)

sebagai proksi dari polusi lingkungan dan PDB

perkapita sebagai proksi dari pertumbuhan

ekonomi.

-Belum mampu menunjukkan

eksistensi teori EKC

-Tingkat emisi CO2 di Ghana

signifikan dipengaruhi oleh PDB

-Struktur perekonomian Ghana

telah bergeser dari basis

agrikultur menuju jasa

Page 37: RELEVANSI TEORI ENVIRONMENTAL KUZNETS CURVE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48044... · 2019-11-04 · perkapita. Teori ini mempostulasikan relasi berbentuk

21

2 Huiming Zhu 2016 The effects of FDI,

economic growth

and energy

consumption on

carbon emissions

in ASEAN-5:

Evidence from

panel quantile

regression

Penelitian ini mencoba mencari dampak

dari FDI, pertumbuhan ekonomi, dan konsumsi

energi terhadap emisi karbon dari lima negara

terpilih di Association of South East Asian

Nations (ASEAN-5) yaitu Indonesia, Malaysia,

Filipina, Singapura, dan Thailand.

Penelitian ini menggunakan metodologi

model regresi fixed effect panel quantile untuk

mencari tahu determinan dari emisi karbon

melalui distribusi kondisional, terutama di

negara dengan tingkat emisi paling banyak dan

paling sedikit. Penelitian ini menggunakan data

dari tahun 1980-2010 yang bersumber dari

World Development Indicators.

-Kurva EKC tidak dapat

ditemukan di dalam kelompok

ASEAN-5, namun efek dari

pertumbuhan ekonomi bersifat

negative dan signifikan pada

kuantil paling atas, menunjukkan

bahwa tingkat pertumbuhan

ekonomi yang lebih tinggi dapat

mencegah peningkatan dalam

pertumbuhan emisi karbon di

negara dengant ingkat emisi yang

tinggi

-Trade Openness memiliki

pengaruh negatif tehadap emisi

karbon

3 Nicholas Apergis

dan Ilhan Ozturk

2014 Testing

Environmental

Kuznets Curve

Penelitian ini mencoba untuk menguji hipotesis

EKC dalam 14 negara Asia selama periode

waktu 1990 sampai dengan 2011. Penelitian ini

menggunakan metode data panel yang

-Teori EKC muncul dan signifikan

secara statistic antara PDB

perkapita dan emisi CO2

Page 38: RELEVANSI TEORI ENVIRONMENTAL KUZNETS CURVE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48044... · 2019-11-04 · perkapita. Teori ini mempostulasikan relasi berbentuk

22

Hypothesis in

Asian Countries

menggunakan framework multivariate yang

terdiri dari PDB perkapita, kepadatan populasi,

lahan, share industri terhadap PDB, dan empat

indikator pengukur kualitas institusi.

-Terdapat kausalitas searah

(unidirectional) antara PDB

perkapita dan emisi, yang mana

berasal dari PDB perkapita

menuju emisi.

4 Edgar C. Saucedo

A, Jesús Díaz P,

dan María del Pilar

Parra O.

2017 Estimating

Environmental

Kuznets Curve:

The Impact of

Environmental

Taxes and Energy

Consumption in

CO2 Emissions of

OECD Countries

Penelitian ini bertujuan untuk

mengestimasi hubungan antara emisi CO2

perkapita, PDB perkapita, konsumsi energi, dan

pajak lingkungan (environmental taxes) di

negara-negara OECD pada tahun 1994 – 2014.

Penelitian ini menggunakan model panel data

dinamis dan statis.

-Teori EKC muncul di dalam

model data panel negara-negara

OECD

-Konsumsi energi bahan bakar

fosil memiliki dampak positif

terhadap emisi CO2

- pemerintah memiliki peran yang

sangat penting dalam

meningkatkan kondisi lingkungan,

karena pajak lingkungan

berdampak negatif terhadap emisi

CO2

5 Dea Yustisia dan

Catur Sugiyanto

2014 Analisis Empiris

Environmental

Penelitian oleh Dea Yustisia dan Catur

Sugiyanto ini bertujuan untuk menginvestigasi

-Penelitian ini menemukan bahwa

teori EKC muncul hanya pada

Page 39: RELEVANSI TEORI ENVIRONMENTAL KUZNETS CURVE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48044... · 2019-11-04 · perkapita. Teori ini mempostulasikan relasi berbentuk

23

Kuznets Curve

(EKC) Terkait

Orientasi Energi

akan ada atau tidaknya Environmental Kuznets

Curve (EKC) dalam tiga klasifikasi negara (high

development country, middle development

country, dan low development country) selama

masa periode 1991-2010. Penelitian ini

menggunakan metode data panel.

negara dengan klasifikasi middle

development country dan terdapat

penolakan pada klasifikasi negara

lainnya.

- Energi alternatif memiliki peran

yang penting dalam pembangunan

berkelanjutan.

- Investasi dan kesepakatan

bersama (joint agreement) terkait

penggunaan energi yang ramah

lingkungan memiliki dampak

signifikan terhadap pembangunan

berkelanjutan

6 Devy Priambodo

Kuswantoro

2009 Pembangunan

Ekonomi dan

Deforestasi Hutan

Tropis (Mengkaji

Kembali Hipotesis

Environmental

Penelitian ini bertujuan untuk

mengobservasi dan menganalisis eksistensi serta

konsistensi dari teori Environmental Kuznets

Curve pada deforestasi hutan tropis untuk

periode tahun 1990-2005. Penelitian ini

menggunakan empat model berbeda terkait

-Model EKC hanya ditemukan

dalam model 2 dan model 3.

-Variasi variabel yang digunakan

dalam penelitian ternyata

mempengaruhi konsistensi EKC

Page 40: RELEVANSI TEORI ENVIRONMENTAL KUZNETS CURVE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48044... · 2019-11-04 · perkapita. Teori ini mempostulasikan relasi berbentuk

24

Kuznets Curve

Menggunakan

Analisis Antar

Negara)

deforestasi hutan dalam pengujian EKC, yaitu:

1) Luas deforestasi tahunan, 2) Laju deforestasi

tahunan, 3) Luas deforestasi tahunan perkapita,

dan 4) Luas deforestasi tahunan per output

perekonomian

-Ditemukan turning point sebesar

USD 10,406 dan pada model 2 dan

sebesar USD 7,283 pada model 3.

-Variabel ekspor kayu,

produktifitas pertanian, dan harga

ekspor kayu gergajian

memberikan pengaruh negatif

terhadap deforestasi

7 Alexandra Allard

dan Johanna

Takman

2017 An Empirical

Assessment of the

N-Shaped

Environmental

Kuznets Curve

Hypothesis

Penelitian ini bertujuan untuk menguji

hipotesis teori EKC dengan menggunakan

metode data panel. Variabel dependen penelitian

ini adalah emisi CO2 dan variabel independennya

terdiri dari PDB perkapita, konsumsi energi

terbarukan, perkembangan teknologi,

perdagangan, dan kualitas institusional dalam

jangka waktu 1994 hingga 2012.

-Ditemukan teori EKC di seluruh

kelompok berpendapatan negara

kecuali pendapatan menengah ke

atas ketika menggunakan metode

regresi pooled OLS

-Hubungan yang negatif yang

jelas antara energi terbarukan dan

emisi CO2.

8 Min Na Wang 2017 Investigating the

Environmental

Kuznets Curve of

Penelitian ini mencoba menganalisis

eksistensi dari teori EKC dari negara Albania

dan Swedia. Penelitian ini menggunakan metode

-Tidak ditemukan adanya

hipotesis EKC di negara Swedia

dalam periode 1984 hingga 2012.

Page 41: RELEVANSI TEORI ENVIRONMENTAL KUZNETS CURVE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48044... · 2019-11-04 · perkapita. Teori ini mempostulasikan relasi berbentuk

25

Consumption for

Developing and

Developen

Countries: a Study

of Albania and

Sweden

Time Series. Variabel dependen penelitian ini

terdiri dari jejak ekologi (ecological footprints)

dan variabel independennya terdiri dari PDB

perkapita dan keterbukaan perdagangan (Trade

Openness)

-Ditemukan adanya hipotesis

EKC di negara Albania

9 Maxensius Tri

Sambodo dan Esta

Lestari

2012 Investigating the

Environmental

Kuznets Curve:

Panel Data

Evidence

Penelitian ini mencoba menganalisis

eksistensi EKC dalam tiga kelompok: dunia,

negara OECD, dan negara-negara berkembang.

Penelitian ini mencoba membandingkan hasil

penelitian ketika menggunakan beberapa teknik

estimasi berbeda: Pooled OLS, Fixed Effect,

Random Effect, dan data panel dinamis

-Penggunaan rentang waktu dan

spesifikasi model memiliki

implikasi yang penting terhadap

estimasi parameter, kondisi ini

kemudian menyebabkan

ketidakpastian dalam estimasi

parameter

-EKC hanya ditemukan dalam

kelompok negara OECD

-Transisi ekonomi dari basis

agrikultur menuju basis jasa akan

berdampak negatif terhadap emisi

CO2 perkapita

Page 42: RELEVANSI TEORI ENVIRONMENTAL KUZNETS CURVE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48044... · 2019-11-04 · perkapita. Teori ini mempostulasikan relasi berbentuk

26

10 Ana J. López-

Menéndez,

Rigoberto Pérez,

dan Blanca Moreno.

2014 Environmental

Costs and

Renewable

Energy: Re-

visiting the

Environmental

Kuznets Curve

Penelitian ini mencoba menguji

eksistensi dari teori EKC di dalam kelompok 27

negara Uni Eropa dalam periode waktu 1996-

2010. Penelitian ini menggunakan metode data

panel dan total emisi CO2 sebagai variabel

dependen dan PDB perkapita serta konsumsi

energi terbarukan sebagai variabel independen

-Pengujian secara keseluruhan

menghasilkan pola kurva

berbentuk N dari kelompok EU-27

-Penelitian ini menemukan teori

EKC hanya di empat negara,

Cyprus, Yunani, Slovenia, dan

Spanyol

-11 Negara menunjukkan pola

meningkat, 9 menunjukkan pola

menurun, dan 3 negara

menunjukkan pola kurva U

Page 43: RELEVANSI TEORI ENVIRONMENTAL KUZNETS CURVE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48044... · 2019-11-04 · perkapita. Teori ini mempostulasikan relasi berbentuk

27

C. Hubungan Antar Variabel

1. Degradasi Lingkungan dan Pendapatan Perkapita

Pada dasarnya, hubungan antara kerusakan lingkungan dengan pendapatan

perkapita bersifat positif atau sejalan. Pada tahap awal pembangunan, pendapatan

perkapita masyarakat akan cenderung meningkat. Peningkatan pendapatan

masyarakat ini kemudian akan diikuti oleh peningkatan kerusakan lingkungan yang

umumnya digambarkan oleh tingkat emisi CO2. Hal ini disebabkan karena pada

tahap pembangunan ini, faktor-faktor yang turut mendorong peningkatan

pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita tersebut juga meningkat, seperti

tingkat industri, investasi, hingga konsumsi masyarakat.

Tingginya faktor-faktor pendorong pertumbuhan ekonomi tersebut kemudian

akan memberikan dampak terhadap tingginya tingkat emisi CO2 yang kemudian

akan mempengaruhi kualitas lingkungan. Emisi CO2 ini akan berkembang dan

berakumulasi di dalam atmosfer yang kemudian akan menghalangi kemampuan

panas matahari dan radiasi untuk keluar dari muka bumi. Hal ini akan meningkatkan

suhu rata-rata permukaan bumi yang kemudian menjadi penyebab berbagai

bencana, seperti kekeringan, penyebaran penyakit, kebakaran hutan, dan berbagai

macam dampak buruk lainnya. Hal inilah yang lebih lanjut sering dikenal dengan

perubahan iklim yang disebabkan oleh efek Gas Rumah Kaca (GRK) atau

Greenhouse Gas (GHG).

Meski demikian, menurut teori EKC, ketika pendapatan perkapita masyarakat

telah mencapai titik tertentu, peningkatan pendapatan perkapita masyarakat tidak

lagi akan diikuti oleh peningkatan kerusakan lingkungan. Hal inilah yang kemudian

disebut sebagai kurva U terbalik, karena dalam perkembangannya akan terjadi

turning point yang menyebabkan penurunan lereng kurva.

2. Degradasi Lingkungan dan Konsumsi Energi

Hubungan antara tingkat konsumsi energi dengan degradasi lingkungan bersifat

sejalan atau positif, dengan catatan bahwa jenis energi yang digunakan masih

mayoritas jenis energi yang berdampak buruk terhadap lingkungan atau jenis energi

yang tidak termasuk ke dalam Energi Baru Terbarukan (EBT). Hal ini dikarenakan

tingkat penggunaan energi yang tidak ramah lingkungan akan meningkatkan

Page 44: RELEVANSI TEORI ENVIRONMENTAL KUZNETS CURVE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48044... · 2019-11-04 · perkapita. Teori ini mempostulasikan relasi berbentuk

28

kerusakan lingkungan dengan cara meningkatkan akumulasi tingkat emisi yang

merusak lingkungan.

Konsumsi energi dapat dianggap sebagai salah satu faktor utama dalam

kontribusinya terhadap emisi CO2. Hal ini dikarenakan konsumsi energi dapat

dianggap sebagai ‘minyak’ yang turut mendorong pertumbuhan ekonomi. Sesuai

dengan hipotesis oleh Chertow (2001) yang menyatakan bahwa degradasi

lingkungan dipengaruhi oleh tingkat populasi, pertumbuhan ekonomi, dan

penggunaan teknologi, konsumsi energi sangat berpengaruh dan terpengaruh oleh

ketiga variabel ini, sehingga penting untuk menyertakan variabel konsumsi energi

untuk menganalisis keterkaitannya dengan emisi CO2

Page 45: RELEVANSI TEORI ENVIRONMENTAL KUZNETS CURVE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48044... · 2019-11-04 · perkapita. Teori ini mempostulasikan relasi berbentuk

29

D. Kerangka Berpikir

Relevansi Teori Environmental Kuznets Curve Terhadap Degradasi

Lingkungan di Tiga Klasifikasi Negara Tahun 1985 - 2014

PDB Perkapita (X1)

Emisi CO2 (Y)

Data Panel

Pemilihan Model:

-Uji Chow

-Uji Hausman

-LM Test

Uji Hipotesis:

-Uji T

-Uji F

-Uji Adjusted R2

Kesimpulan dan Saran

PDB Perkapita

kuadrat (X12)

Konsumsi Energi

Perkapita(X2)

Analisis Relevansi EKC

Gambar 2.3 Kerangka Berpikir

Page 46: RELEVANSI TEORI ENVIRONMENTAL KUZNETS CURVE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48044... · 2019-11-04 · perkapita. Teori ini mempostulasikan relasi berbentuk

30

E. Hipotesis Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian, terdapat hipotesis atau dugaan sementara

terkait hasil akhir penelitian ini yang akan menjadi acuan dalam menganalisis hasil

regresi akhir penelitian. Berdasarkan acuan teoritis dan studi empiris dari

penelitian-penelitian yang telah dilakukan di bidang terkait, maka dapat

dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

1. Variabel PDB perkapita memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap

degradasi lingkungan di kelompok negara berpendapatan tinggi, menengah

ke atas, dan menengah ke bawah. Sementara itu, Variabel konsumsi energi

perkapita memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap degradasi

lingkungan di kelompok negara berpendapatan tinggi, menengah ke atas,

dan menengah ke bawah.

2. Teori EKC relevan di kelompok negara berpendapatan menengah ke atas

saja, karena diasumsikan bahwa kelompok negara ini merupakan kelompok

negara-negara yang sedang berkembang dan bertransisi.

3. Terdapat turning point yang menunjukkan titik balik teori EKC di kelompok

negara berpendapatan menengah ke atas.

Page 47: RELEVANSI TEORI ENVIRONMENTAL KUZNETS CURVE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48044... · 2019-11-04 · perkapita. Teori ini mempostulasikan relasi berbentuk

31

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini menggunakan satu variabel dependen (terikat) dan tiga variabel

independen (tidak terikat). Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini

adalah kerusakan lingkungan yang diproksikan dalam tingkat CO2 perkapita.

Penelitian ini menggunakan CO2 perkapita sebagai proksi untuk variabel kerusakan

lingkungan dikarenakan CO2 perkapita merupakan variabel yang umum digunakan

di bidang penelitian ini (Allard, Takman, Uddin, & Ahmed, 2018). Selain itu,

menurut World Bank (2014) yang dikutip dari UNFCCC, emisi CO2

merepresentasikan lebih dari 80% tingkat emisi Gas Rumah Kaca dunia. Variabel

independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah PDB perkapita sebagai

proksi untuk pendapatan perkapita dan konsumsi energi.

Penelitian ini menggunakan data sekunder. Data sekunder merupakan data yang

diperoleh melalui perantara atau secara tidak langsung yang telah disusun oleh

instansi tertentu yang dapat dipertanggung jawabkan. Penelitian ini mendapatkan

data dari beberapa sumber yang dikumpulkan oleh World Bank. Penelitian ini

menggunakan pendekatan kuantitatif dan metode data panel yang mencakup data

cross-section yang berupa tiga kelompok negara berdasarkan klasifikasi

pendapatan dan time series yang berupa periode tahun 1985 hingga tahun 2014.

B. Metode Penentuan Sampel

Sampel merupakan suatu sub kelompok dari suatu populasi terpilih untuk

kemudian digunakan dalam penelitian (Amirullah, 2015). Penelitian ini

menggunakan masing-masing 10 sampel negara yang berasal dari tiga kelompok

negara, yaitu lower-middle income, upper-middle income, dan high-income sesuai

dengan klasifikasi dari World Bank. Berdasarkan World Bank (2018), klasifikasi

kelompok negara berdasarkan tingkat pendapatan adalah sebagai berikut:

Page 48: RELEVANSI TEORI ENVIRONMENTAL KUZNETS CURVE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48044... · 2019-11-04 · perkapita. Teori ini mempostulasikan relasi berbentuk

32

Tabel 3.1. Klasifikasi Negara Berdasarkan Pendapatan

Threshold GNI/Capita (Current US$)

Low-income

Lower-middle Income 996 – 3,895

Upper-middle Income 3,896 – 12,055

High-income > 12,055

Sumber: World Bank

Penelitian ini menggunakan metode pengambilan sample Purposive Sampling,

yaitu metode pengambilan sampel penelitian berdasarkan pertimbangan peneliti

yang berdasarkan pertimbangan atas berbagai tujuan dan maksud tertentu. Sampel

dari masing-masing klasifikasi negara diambil berdasarkan pertimbangan

kelengkapan data dan peran negara tersebut dalam perekonomian dunia.

Dikarenakan penelitian ini menggunakan periode waktu yang cukup panjang, maka

kelengkapan data menjadi salah satu pertimbangan utama. Kemudian, diputuskan

sampel dari masing-masing klasifikasi negara sebagai berikut:

Tabel 3.2 Sampel Penelitian

No. Klasifikasi Pendapatan Negara Sampel

1. High / Tinggi Australia, Singapura, Swedia,

Finlandia, Kanada, Brunei

Darussalam, Jepang, Norwegia,

Amerika Serikat, Denmark

2. Upper Middle / Menengah ke Atas Argentina, Sri Lanka, China,

Malaysia, Thailand, Brazil,

Turki, Mexico, Afrika Selatan,

Iran

3. Lower Middle / Menengah ke Bawah Indonesia, Filipina, Sudan,

Nigeria, India, Myanmar, Ghana,

Pakistan, Mesir, Honduras

Page 49: RELEVANSI TEORI ENVIRONMENTAL KUZNETS CURVE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48044... · 2019-11-04 · perkapita. Teori ini mempostulasikan relasi berbentuk

33

Penelitian ini tidak mengambil sampel dari kelompok negara berpendapatan low

income atau berpendapatan rendah, karena berdasarkan Allard (2017), kontribusi

negara-negara di dalam kelompok pendapatan rendah terhadap PDB global dan

emisi CO2 cenderung minimal. Berlawanan dengan kelompok negara

berpendapatan rendah, kelompok negara berpendapatan menengah memiliki

kepentingan yang meningkat terhadap ekonomi global. Dikarenakan negara-negara

yang tergabung dalam kelompok berpendapatan menengah akan terus berkembang

dan meningkatkan pengeluaran emisi yang dihasilkan dalam kegiatan ekonomi

seperti industri (Allard dkk., 2018), maka sangat penting untuk memasukkan

kelompok negara berpendapatan menengah ke dalam penelitian ini.

Dikarenakan jumlah variabel bebas yang lebih dari satu, maka penelitian ini

menggunakan analisis regresi berganda. Selanjutnya, untuk menghitung jumlah

minimal sampel, diperlukan perhitungan dengan mengkalikan jumlah variabel

dengan 10. Penelitian ini menggunakan empat variabel yang berupa satu variabel

dependen dan tiga variabel independen, sehingga dapat dihitung bahwa minimal

sampel yang diperlukan dalam penelitian ini adalah 40 (4 variabel dikalikan 10).

Penelitian ini kemudian menggunakan observasi sebanyak 30 negara yang

dikelompokkan menjadi tiga kelompok regresi dengan rentang waktu 30 tahun

yaitu dari 1985 hingga 2014, sehingga didapatkan total sampel dari masing-masing

model adalah 300.

C. Metode Pengumpulan Data

Dalam menunjang penelitian ini, penulis menggunakan beberapa data yang

diambil dari beberapa sumber. Data yang digunakan terkait CO2 perkapita diambil

dari World Bank yang dikumpulkan oleh Carbon Dioxide Information Analysis

Center, Oak Ridge National Laboratory. Untuk data PDB perkapita, data diperoleh

dari data nasional World Bank. Sedangkan terkait data konsumsi energi perkapita

diperoleh dari World Development Index World Bank.

D. Metode Analisis Data

Penelitian ini menggunakan alat analisis E-Views 9.0 sebagai alat pengolahan

data. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data panel. Data panel

Page 50: RELEVANSI TEORI ENVIRONMENTAL KUZNETS CURVE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48044... · 2019-11-04 · perkapita. Teori ini mempostulasikan relasi berbentuk

34

adalah gabungan antara jenis data time series dan cross section. Baltagi (2005)

menyebutkan beberapa keutungan dari menggunakan data panel dibandingkan

dengan menggunakan data metode time series atau cross section saja. Beberapa

keuntungan tersebut antara lain adalah sebagai berikut:

1) Mampu menyediakan data yang lebih banyak sehingga mampu

menghasilkan derajat bebas yang cenderung lebih besar

2) Data panel mampu memberikan data yang lebih informatif, variatif, dan

efisien

3) Mampu mengontrol heterogenitas individual

4) Mampu meminimalisir hubungan kolinearitas antar variabel sehingga dapat

meningkatkan hasil estimasi

5) Pendekatan data panel dapat mendeteksi dan mengindentifikasi efek yang

tidak terdeteksi dalam pendekatan time series dan cross section

6) Dapat digunakan untuk studi perubahan yang bersifat dinamis dan

memungkinkan untuk mempelajari model perilaku yang lebih kompleks.

1. Model Data Panel

Model analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

yit = αi + β1xit + β2x2

it + β3zit + eit (1)

Keterangan:

yit = Tingkat kerusakan lingkungan di negara i pada periode t

β1xit = PDB perkapita di negara i pada periode t

β2x2

it = PDB perkapita kuadrat di negara i pada periode t

β3zit = Konsumsi energi perkapita di negara i pada periode t

αi = Konstanta

𝑒𝑖𝑡 = error term di kabupaten/kota i periode t

Model (1) digunakan untuk menguji beberapa bentuk hubungan lingkungan dan

pembangunan/pertumbuhan ekonomi sesuai dengan Orobu dan Omotor (2011)

yang menyatakan bahwa dalam pengujian teori EKC, terdapat beberapa bentuk

alternatif dari hasil pengujian sebagai berikut:

Page 51: RELEVANSI TEORI ENVIRONMENTAL KUZNETS CURVE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48044... · 2019-11-04 · perkapita. Teori ini mempostulasikan relasi berbentuk

35

Sumber: Orobu dan Omotor (2011)

Kurva A menunjukkan pola hubungan Jika β1 < 0 dan β2 = 0, akan muncul

hubungan yang menurun antara tingkat degradasi lingkungan dengan pendapatan

perkapita. Kurva B menunjukkan pola hubungan jika β1 > 0 dan β2 = 0, akan muncul

hubungan yang bersifat meningkat antara tingkat degradasi lingkungan dengan

pendapatan perkapita. Kurva C menunjukkan pola hubungan jika β1 > 0 dan β2 < 0,

menunjukkan pola antara degradasi lingkungan dan pendapatan perkapita yang

berbentuk U terbalik atau EKC. Kurva D apabila β1 < 0 dan β2 > 0, menunjukkan

pola yang berbentuk U antara degradasi lingkungan dan pendapatan perkapita.

2. Estimasi Model Data Panel

Terdapat tiga pendekatan yang umum digunakan dalam melakukan penelitian

yang menggunakan estimasi regresi data panel yaitu Common Effect Model (CEM)

Fixed Effect Model (FEM) dan Random Effect Model (REM).

1. Common Effect Model

Common Effect Model merupakan pendekatan model data panel yang dianggap

paling sederhana. Model ini tidak memperhatikan dimensi waktu maupun individu,

sehingga model ini menggunakan teknik kuadrat terkecil atau Ordinary Least

Square (OLS), menyebabkan intersep dalam model ini diestimasikan tetap.

2. Fixed Effect Model

Fixed Effect Model (FEM) adalah sebuah teknik estimasi regresi data panel

yang menggunakan dummy variable untuk menangkap perbedaan intersep. Model

ini mengasumsikan bahwa individu (cross section) mempunyai intersepnya

masing-masing. FEM dapat pula disebut Least Square Dummy Variable atau LSDV

Gambar 3.1 Alternatif Bentuk Environmental Kuznets Curve

Page 52: RELEVANSI TEORI ENVIRONMENTAL KUZNETS CURVE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48044... · 2019-11-04 · perkapita. Teori ini mempostulasikan relasi berbentuk

36

dikarenakan model ini menggunakan dummy variabel dalam melihat perbedaan

intersep antar individu.

3. Random Effect Model

Random Effect Model adalah pendekatan yang mengasumsikan bahwa intersep

antar variabel adalah random dan error term terdiri dari kombinasi error time series

dan cross section dan error gabungan. Salah satu keuntungan menggunakan model

Random Effect adalah model ini menghilangkan heteroskedastisitas dikarenakan

menggunakan metode Generalized Least Square (GLS) yang menghilangkan

pelanggaran heteroskedastisitas.

3. Pemilihan Model Data Panel

Di luar CEM, dalam Gujarati (2003), pemilihan pendekatan didasarkan pada

beberapa hal yaitu: 1) ada atau tidaknya korelasi error term dan variabel bebasnya.

Jika ternyata terdapat korelasi, maka disarankan untuk menggunakan FEM dan

begitu pula sebaliknya, dan 2) Jumlah sampel dalam penelitian, apabila sampel

dalam penelitian hanya merupakan bagian kecil dari populasi maka akan

didapatkan hasil error term yang bersifat random maka akan disarankan untuk

menggunakan pendekatan REM.

Uji yang lebih formal untuk menentukan pendekatan model digagas oleh

Hausman (1978) yang menggunakan distribusi dari Chi Square untuk menentukan

pemilihan model yang lebih baik diantara kedua pendeketan model ini. Apabila

nilai statistik Chi Square lebih tinggi dari nilai tabel Chi Square, maka pendekatan

FEM lebih tepat untuk dipilih dan begitu pula sebaliknya, apabila nilai statistik Chi

Square lebih rendah dari nilai tabel Chi Square, maka pendekatan REM lebih tepat

untuk digunakan.

Meski demikian, di dalam penelitian ini, tetap akan dilakukan pengujian untuk

menentukan model mana yang terbaik antara CEM, FEM, dan REM. Terdapat tiga

uji spesifikasi model yang akan dijalankan, yaitu Uji Chow, Uji Hausman, dan Uji

Lagrange Multiplier (Uji LM).

Page 53: RELEVANSI TEORI ENVIRONMENTAL KUZNETS CURVE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48044... · 2019-11-04 · perkapita. Teori ini mempostulasikan relasi berbentuk

37

1. Uji Chow

Uji Chow dilakukan untuk menentukan model mana yang lebih baik antara

Common Effect Model dan Fixed Effect Model dalam melakukan estimasi data

panel. Hipotesis dalam Uji Chow adalah sebagai berikut:

H0 : Common Effect Model

H1 : Fixed Effect Model

Apabila ditemukan hasil dalam probabilitas redundant fixed effect lebih kecil

dari 0.05, maka H0 ditolak atau model yang lebih baik digunakan untuk

mengestimasi adalah Fixed Effect. Sebaliknya jika probabilitas lebih besar dari

0.05, maka H1 ditolak dan model yang paling tepat untuk dipergunakan adalah

model Common Effect.

2. Uji Hausman

Uji Hausman dilakukan untuk menentukan model mana yang lebih baik antara

Random Effect Model dan Fixed Effect Model dalam melakukan estimasi data

panel. Hipotesis dalam Uji Chow adalah sebagai berikut:

H0 : Random Effect Model

H1 : Fixed Effect Model

Apabila ditemukan hasil dalam probabilitas Correlated Random Effect lebih

kecil dari 0.05, maka H0 ditolak atau model yang lebih baik digunakan untuk

mengestimasi adalah Fixed Effect. Sebaliknya jika probabilitas lebih besar dari

0.05, maka H1 ditolak dan model yang paling tepat untuk dipergunakan adalah

model Random Effect.

3. Uji Lagrange Multiplier (LM)

Uji LM dilakukan untuk menentukan model mana yang lebih baik antara

Common Effect Model dan Random Effect Model dalam melakukan estimasi data

panel. Hipotesis dalam Uji Chow adalah sebagai berikut:

H0 : Common Effect Model

H1 : Random Effect Model

Apabila ditemukan hasil dalam probabilitas Breusch-Pagan lebih kecil dari

0.05, maka H0 ditolak atau model yang lebih baik digunakan untuk mengestimasi

Page 54: RELEVANSI TEORI ENVIRONMENTAL KUZNETS CURVE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48044... · 2019-11-04 · perkapita. Teori ini mempostulasikan relasi berbentuk

38

adalah Random Effect. Sebaliknya jika probabilitas lebih besar dari 0.05, maka H1

ditolak dan model yang paling tepat untuk dipergunakan adalah model Common

Effect.

4. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik digunakan untuk melihat dan memastikan bahwa model di

dalam penelitian ini valid sebagai suatu alat penduga. Penelitian ini menggunakan

dua Uji Asumsi Klasik yaitu uji Heteroskedastisitas dan uji Multikolinearitas.

a. Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas adalah sebuah permasalahan yang muncul dikarenakan

terdapat faktor pengganggu yang menyebabkan varian yang tidak sama atau

tidak konstan. Hal ini kemudian dapat memunculkan beberapa permasalahan,

salah satunya adalah heteroskedasatisitas mampu menyebabkan penaksir OLS

bias. Meski demikian, terdapat beberapa cara untuk menghapus permasalahan

ini, salah satunya adalah menggunakan metode Weighted Cross-section yang

tersedia dalam alat analisis E-Views. Penelitian ini menggunakan uji

heteroskedastisitas Breusch-Pagan-Godfrey untuk mendeteksi ada atau

tidaknya permasalahan heteroskedastisitas. Jika hasil uji di atas 0.05, maka

dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat permasalahan heteroskedastisitas.

b. Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah suatu kondisi di mana terdapat hubungan linier

antar variabel independen di dalam model regresi. Penelitian ini menggunakan

uji Variance Inflation Factor (VIF) untuk menguji ada atau tidaknya

permasalahan multikolinearitas. Jika nilai hasil pengujian di bawah 10, maka

dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat permasalahan multikolinearitas.

Sebaliknya, nilai di atas 10 dapat diartikan bahwa terdapat permasalahan

multikolinearitas.

Page 55: RELEVANSI TEORI ENVIRONMENTAL KUZNETS CURVE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48044... · 2019-11-04 · perkapita. Teori ini mempostulasikan relasi berbentuk

39

5. Uji Kelayakan

a. Uji-t

Uji-t dilakukan untuk menguji besaran koefisien atau slope regresi secara

individu atau antar variabel independen terhadap variabel dependen secara

parsial. Selain itu, Uji-t juga berguna untuk mengetahui apakah suatu variabel

independen signifikan mempengaruhi variabel dependen. Jika dari pengujian

didapatkan nilai t-Prob lebih kecil 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa

variabel independen tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel

dependen. Sebaliknya, jika nilai t-Prob lebih besar dari 0.05, maka variabel

independen tersebut tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel

dependen.

b. Uji-F

Uji-F bertujuan untuk mengetahui besarnya koefisien atau slope hasil

regresi secara bersamaan atau simultan (keseluruhan). Uji ini dilakukan untuk

mengetahui apakah seluruh variabel independen dapat dan mampu menjelaskan

variabel dependen secara simultan.

Untuk membaca hasil Uji-F, dapat dilihat pada bagian Prob(F). Apabila

nilai probabilitasnya lebih kecil dari 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa

seluruh variabel independen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

variabel dependen secara simultan. Sebaliknya, apabila probabilitas lebih kecil

dari 0.05, maka variabel independen tidak berpengaruh secara signifikan

terhadap variabel dependen secara simultan.

c. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi atau uji R-Square adalah pengujian yang bertujuan

untuk melihat seberapa besar variabel independen menggambarkan variabel

dependen. Koefisien determinasi cukup penting karena hasil dari koefisien ini

dapat menggambarkan baik atau tidaknya model regresi yang terestimasi. Jika

nilai R-Square semakin tinggi atau mendekati angka 1, maka variabel dependen

dari hasil estimasi semakin dapat digambarkan oleh variabel independen.

Sebaliknya, semakin kecil nilai R-Square atau semakin mendekati angka 0,

Page 56: RELEVANSI TEORI ENVIRONMENTAL KUZNETS CURVE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48044... · 2019-11-04 · perkapita. Teori ini mempostulasikan relasi berbentuk

40

maka variabel dependen semakin tidak digambarkan oleh variabel

independennya.

E. Operasional Variabel Penelitian

Tabel 3.3 Operasional Variabel Penelitian

Variabel Definisi Satuan Sumber

Emisi CO2

Perkapita

Emisi CO2 atau Karbon

Dioksida merupakan emisi

yang berasal dari

pembakaran bahan bakar

fosil dan manufaktur semen.

Di dalamnya termasuk juga

karbon dioksida yang

diproduksi dalam proses

konsumsi bahan bakar

padat, cair, dan gas serta

pembakaran gas.

Metric Ton

perkapita

Carbon

Dioxide

Information

Analysis

Center, Oak

Ridge National

Laboratory

(World Bank

Data)

PDB

Perkapita

PDB Perkapita adalah total

dari seluruh nilai tambah

dari seluruh produsen

ditambah dengan pajak

produksi (dikurangi subsidi)

yang belum termasuk dalam

valuasi output. PDB

perkapita merupakan

perhitungan dari tingkat

PDB suatu negara dibagi

dengan populasi negara

tersebut.

PDB

Konstan

2010

(US$)

Data Nasional

World Bank

PDB

Perkapita

Kuadrat

Merupakan nilai pangkat

dua (kuadrat) dari angka

PDB. Variabel ini

digunakan untuk menguji

eksistensi teori EKC dalam

kelompok negara terkait

PDB

Konstan

2010

(US$)

Olah data

Page 57: RELEVANSI TEORI ENVIRONMENTAL KUZNETS CURVE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48044... · 2019-11-04 · perkapita. Teori ini mempostulasikan relasi berbentuk

41

Konsumsi

Energi

Perkapita

Konsumsi energi adalah

tingkat penggunaan energi

primer perkapita sebelum

penggunaan bahan bakar

akhir, yang setara dengan

tingkat produksi asli

ditambah impor dan

perubahan stok, dan

dikurangi tingkat ekspor dan

bahan bakar yang dipasok

ke dalam kapal dan pesawat

yang bergerak di bidang

transportasi internasional

Kg minyak

perkapita

World

Development

Indicator

World Bank

Page 58: RELEVANSI TEORI ENVIRONMENTAL KUZNETS CURVE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48044... · 2019-11-04 · perkapita. Teori ini mempostulasikan relasi berbentuk

42

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Degradasi Lingkungan

Degradasi atau kerusakan lingkungan merupakan salah satu permasalahan yang

kerap menjadi perdebatan dalam menentukan perencanaan pembangunan ekonomi.

Dalam proses pembangunan, umumnya akan diikuti oleh peningkatan kerusakan

lingkungan, baik itu yang disebabkan proses penggunaan teknologi yang

menimbulkan polusi, pembukaan lahan untuk pengembangan industri, hingga

eksploitasi sumber daya alam untuk ekstraksi bahan baku ekonomi.

Tingkat degradasi lingkungan umumnya digambarkan oleh tingkat emisi CO2

karena menurut World Bank (2014), sebanyak 80% dari total gas rumah kaca dunia

diwakili oleh tingkat emisi CO2. Hal ini menyebabkan emisi CO2 sebagai salah satu

penyumbang utama terhadap degradasi lingkungan yang terjadi di dunia, karena

tingginya tingkat gas rumah kaca yang berakumulasi di dalam atmosfer mampu

menyebabkan peningkatan degradasi lingkungan seperti kekeringan, kebakaran

hutan, kekurangan air, peningkatan tingkat laut, hingga matinya berbagai bioma

dan ekosistem.

Gambar 4.1 Tingkat Emisi CO2 di Tiga Klasifikasi Pendapatan Negara

Sumber: World Bank

0

2000000

4000000

6000000

8000000

10000000

12000000

14000000

16000000

18000000

19

60

19

63

19

66

19

69

19

72

19

75

19

78

19

81

19

84

19

87

19

90

19

93

19

96

19

99

20

02

20

05

20

08

20

11

20

14

Tingkat Emisi CO2 (Kt)

Lower Middle Upper Middle High

Page 59: RELEVANSI TEORI ENVIRONMENTAL KUZNETS CURVE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48044... · 2019-11-04 · perkapita. Teori ini mempostulasikan relasi berbentuk

43

Berdasarkan gambar di atas, dapat dianalisis bahwa perkembangan tingkat

emisi CO2 di klasifikasi negara berpendapatan menengah ke bawah, menengah ke

atas, dan tinggi cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Di

kelompok negara berpendapatan menengah ke bawah, peningkatan tingkat emisi

CO2 cenderung stagnan dari tahun ke tahun, tanpa ada peningkatan yang signifikan.

Sedangkan untuk klasifikasi negara berpendapatan menengah ke atas, terlihat

bahwa terjadi peningkatan yang cukup signifikan di sekitar tahun 2000. Tingkat

emisi CO2 terus meningkat hingga tahun 2014 bahkan hingga melebihi tingkat

emisi dari klasifikasi negara berpendapatan tinggi. Peningkatan yang cenderung

signifikan ini kemungkinan besar disebabkan oleh pembangunan besar-besaran di

klasifikasi negara berpendapatan menengah ke atas yang memang umumnya terdiri

dari negara-negara yang sedang mendorong pembangunan menuju negara industri.

Sedangkan untuk klasifikasi negara berpendapatan tinggi, dapat dianalisis

bahwa peningkatan emisi CO2 cenderung signifikan pada awal-awal tahun 1960-an

saja, dan seterusnya peningkatan emisi CO2 cenderung stagnan bahkan di beberapa

tahun terlihat adanya penurunan tingkat emisi CO2, seperti di tahun 1973 dan di

tahun 2007. Terjadinya penurunan ini kemungkinan besar disebabkan oleh mulai

munculnya kesadaran negara dan masyarakat di kelompok negara berpendapatan

tinggi untuk menjaga lingkungan dengan cara mengurangi kegiatan ekonomi yang

memproduksi polusi dan mendorong kegiatan ekonomi yang cenderung bersih.

2. PDB Perkapita

PDB perkapita merupakan total dari nilai akhir seluruh barang dan jasa yang

diproduksi dalam suatu negara dibagi dengan total populasi negara tersebut.

Tingkat PDB perkapita digunakan sebagai proksi untuk aspek pendapatan

perkapita, dikarenakan tingkat PDB perkapita dapat menggambarkan tingkat

kemampuan suatu negara dalam mendorong kesejahteraan rakyatnya. Selain itu,

hampir seluruh penelitian terdahulu yang terkait dengan Environmental Kuznets

Curve menggunakan PDB perkapita sebagai proksi untuk pendapatan perkapita

dalam upaya menguji eksistensi EKC.

Page 60: RELEVANSI TEORI ENVIRONMENTAL KUZNETS CURVE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48044... · 2019-11-04 · perkapita. Teori ini mempostulasikan relasi berbentuk

44

Gambar 4.2 Tingkat PDB Perkapita di Tiga Klasifikasi Negara

Sumber: World Bank

Berdasarkan grafik di atas, terlihat jelas adanya selisih yang cukup jauh antara

klasifikasi negara berpendapatan tinggi dengan klasifikasi negara berpendapatan

menengah ke atas dan menengah ke bawah. Di klasifikasi negara berpendapatan

tinggi, terlihat beberapa kali tingkat PDB perkapita sempat mengalami penurunan,

di antaranya pada tahun 1973 dan 2008. Penurunan pada tahun 1973 disebabkan

oleh embargo minyak besar-besaran oleh negara pengekspor minyak timur tengah

terhadap negara-negara barat yang umumnya adalah negara dengan klasifikasi

pendapatan tinggi.

Sedangkan pada tahun 2008, penurunan PDB perkapita kemungkinan besar

disebabkan oleh terjadinya krisis finansial 2007-2008 yang umumnya paling

berdampak pada klasifikasi negara berpendapatan tinggi. Krisis ini bermula dari

kekacauan dalam subprime lending atau kredit subprima di Amerika Serikat, di

mana ribuan debitur dinyatakan gagal bayar dan pailit, menyebabkan krisis

finansial menyebar ke seluruh dunia, ditandai dengan gulung tikarnya Bank

Investasi global Lehman Brothers.

Untuk klasifikasi negara berpendapatan menengah ke bawah dan menengah ke

atas, tidak terdapat peningkatan ataupun penurunan yang signifikan. Sedangkan

untuk klasifikasi negara berpendapatan menengah ke atas, terlihat adanya tren

peningkatan positif yang dimulai pada tahun 2000-an.

0

5000

10000

15000

20000

25000

30000

35000

40000

45000

19

60

19

62

19

64

19

66

19

68

19

70

19

72

19

74

19

76

19

78

19

80

19

82

19

84

19

86

19

88

19

90

19

92

19

94

19

96

19

98

20

00

20

02

20

04

20

06

20

08

20

10

20

12

20

14

PDB Perkapita

Lower Middle Upper Middle High

Page 61: RELEVANSI TEORI ENVIRONMENTAL KUZNETS CURVE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48044... · 2019-11-04 · perkapita. Teori ini mempostulasikan relasi berbentuk

45

3. Konsumsi Energi Perkapita

Energi merupakan bahan yang vital untuk pertumbuhan ekonomi. Perputaran

roda perokonomian suatu negara sangat bergantung terhadap energi. Salah satu

bukti nyata akan pentingnya konsumsi energi dapat terlihat pada penurunan

pertumbuhan ekonomi di beberapa negara barat pada tahun 1973 hingga 1975 yang

utamanya disebabkan oleh embargo minyak timur tengah yang dilakukan pada

tahun 1973 hingga 1974. Salah satu negara yang paling merasakan dampak dari

embargo ini adalah Amerika Serikat, menyebabkan pertumbuhan ekonomi negara

tersebut anjlok menyentuh angka -0.541% pada 1974, padahal dua tahun

sebelumnya, Amerika Serikat sedang mengalami pertumbuhan ekonomi yang

kukuh, meningkat dari 3.2% pada 1971 ke 5.6% pada 1973.

Gambar 4.3 Tingkat Konsumsi Energi Perkapita di Tiga Klasifikasi Negara

Sumber: World Bank

Berdasarkan grafik di atas, tingkat konsumsi energi perkapita di seluruh

klasifikasi negara cenderung stagnan dan tidak terdapat lonjakan yang cenderung

signifikan kecuali di klasifikasi negara berpendapatan menengah ke atas dan

menengah ke bawah pada tahun 1989. Lonjakan angka pada tahun tersebut

disebabkan oleh baru tersedianya data konsumsi energi perkapita dari beberapa

negara dalam bank data World Bank.

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

19

71

19

73

19

75

19

77

19

79

19

81

19

83

19

85

19

87

19

89

19

91

19

93

19

95

19

97

19

99

20

01

20

03

20

05

20

07

20

09

20

11

20

13

Konsumsi Energi Perkapita

Lower Middle Upper Middle High

Page 62: RELEVANSI TEORI ENVIRONMENTAL KUZNETS CURVE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48044... · 2019-11-04 · perkapita. Teori ini mempostulasikan relasi berbentuk

46

Untuk klasifikasi negara berpendapatan menengah ke bawah, tingkat konsumsi

energi perkapita cenderung stagnan tanpa adanya pergerakan positif maupun

negatif. Sedangkan untuk klasifikasi negara berpendapatan menengah ke atas, dapat

terlihat tren positif yang terjadi pada tahun 2000-an. Tren positif ini disebabkan

aktifitas negara yang mulai mendorong pertumbuhan ekonomi yang salah satunya

akan berdampak terhadap tingkat konsumsi energi.

Selanjutnya pada klasifikasi negara berpendapatan tinggi, terjadi penurunan

konsumsi energi pada beberapa titik seperti pada tahun 1973. Seperti yang telah

dipaparkan sebelumnya, penurunan konsumsi energi perkapita ini disebabkan oleh

embargo yang dilakukan negara-negara pengekspor minyak timur tengah yang

kemudian berdampak terhadap perekonomian negara-negara barat.

B. Temuan Hasil Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan regresi sebanyak tiga kali untuk

melihat pengaruh dari tingkat populasi dan PDB perkapita terhadap tingkat

kerusakan lingkungan dan relevansi teori Environmental Kuznets Curve dari tiga

klasifikasi negara dunia yang dikelompokkan berdasarkan tingkat pendapatan

negara menurut World Bank: lower-middle income atau negara dengan kelompok

penapatan menengah ke bawah, upper-middle income atau negara dengan

pendapatan menengah ke atas, dan high level income atau negara dengan tingkat

pendapatan tinggi.

Untuk menentukan model yang akan digunakan di dalam masing-masing

kelompok negara, perlu dilakukan Uji Chow, Uji Hausman, dan Uji Lagrange

Multiplier. Ketiga uji tersebut bertujuan untuk melihat nilai dari probabilitas (P-

Value) F-Statistik lebih kecil dari tingkat signifikansi ∝ = 5% sehingga dapat

terlihat model regresi mana yang paling cocok untuk digunakan di dalam peneliian

ini. Hipotesis dari uji tersebut adalah sebagai berikut:

Uji Chow: H0 = Model Common Effect

H1 = Model Fixed Effect

Uji Hausman H0 = Model Random Effect

H1 = Model Fixed Effect

Page 63: RELEVANSI TEORI ENVIRONMENTAL KUZNETS CURVE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48044... · 2019-11-04 · perkapita. Teori ini mempostulasikan relasi berbentuk

47

Uji Lagrange Multiplier H0 = Model Common Effect

H1 = Model Random Effect

1. Kelompok Negara Berpendapatan Menengah Ke Bawah

Penelitian ini menggunakan sampel dari 10 negara untuk klasifikasi negara

pendapatan menengah ke bawah yaitu Indonesia, Filipina, Sudan, Nigeria, India,

Myanmar, Ghana, Pakistan, Mesir, dan Honduras. Berikut ini merupakan hasil

pengujian model penelitian berupa Uji Chow, Uji Hausman, dan Uji Lagrange

Multiplier, dan Random Effect Model.

A. Uji Chow

Tabel 4.1 Uji Chow Negara Berpendapatan Menengah ke Bawah

Effects Test Statistic d.f. Prob.

Cross-Section F 275.773527 (9,287) 0.0000

Cross-Section

Chi Square

680.023647 9 0.0000

Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan Eviews 9.0

Berdasarkan Hasil Uji Chow di atas, nilai probabilitas dari Cross-Section F

adalah sebesar 0.0000. Hal ini menunjukkan bahwa probabilitas lebih kecil dari

nilai tingkat signifikansi α = 5% atau 0.05, mengindikasikan bahwa H1 ditolak dan

model yang lebih baik adalah fixed effect. Selanjutnya dilakukan Uji Hausman

untuk mengetahui model mana yang lebih baik antara random effect dan fixed effect.

B. Uji Hausman

Tabel 4.2 Uji Hausman Negara Berpendapatan Menengah ke Bawah

Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq d.f Prob.

Cross-Section

Random

0.522405 3 0.9139

Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan Eviews 9.0

Page 64: RELEVANSI TEORI ENVIRONMENTAL KUZNETS CURVE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48044... · 2019-11-04 · perkapita. Teori ini mempostulasikan relasi berbentuk

48

Berdasarkan Hasil Uji Hausman di atas, nilai probabilitas adalah sebesar

0.9139. Hal ini menunjukkan bahwa probabilitas lebih besar dari nilai tingkat

signifikansi α = 5% atau 0.05, mengindikasikan bahwa H1 ditolak dan model yang

lebih baik adalah random effect. Selanjutnya dilakukan Uji Lagrange Multiplier

untuk mengetahui model mana yang lebih baik antara common effect dan random

effect.

C. Uji Lagrange Multiplier

Tabel 4.3 Uji LM Negara Berpendapatan Menengah ke Bawah

Null (No. Rand. Effect)

Alternative

Cross-Section

One-Side

Period One-Side Both

Breusch-Pagan 3367.812

(0.0000)

10.81570

(0.0010)

3378.628

(0.0000)

Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan Eviews 9.0

Berdasarkan Hasil Uji Lagrange Multiplier di atas, nilai probabilitas dari

Cross-section One-side Breusch-Pagan adalah sebesar 0.0000. Hal ini

menunjukkan bahwa probabilitas lebih kecil dari nilai tingkat signifikansi α = 5%

atau 0.05, mengindikasikan bahwa model yang terbaik untuk digunakan di

kelompok negara berpendapatan menengah ke bawah adalah model random effect.

D. Model Random Effect (REM)

Berdasarkan uji yang telah dilakukan sebelumnya, maka model yang terbaik

untuk digunakan kepada kelompok negara berpendapatan menengah ke bawah

adalah model random effect. Persamaan model random effect untuk kelompok

negara berpendapatan menengah ke bawah dapat dijelaskan pada persamaan

berikut:

ED = -0.526646 + 0.000222 GDP + 0.00000000869 GDP2 + 0.002003 EC

Di mana:

ED = Environmental Degradation atau Kerusakan Lingkungan di kelompok

negara berpendapatan menengah ke bawah

Page 65: RELEVANSI TEORI ENVIRONMENTAL KUZNETS CURVE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48044... · 2019-11-04 · perkapita. Teori ini mempostulasikan relasi berbentuk

49

GDP = PDB perkapita di kelompok negara berpendapatan menengah ke bawah

GDP2 = PDB perkapita kuadrat di kelompok negara berpendapatan menengah ke

bawah

EC = Energy Consumption atau tingkat penggunaan energi di kelompok negara

berpendapatan menengah ke bawah

Tabel 4.4 Hasil Data Panel Negara Berpendapatan Menengah ke Bawah

Dependent Variable: ED

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -0.526646 0.151526 -3.475615 0.0006

GDP 0.000222 5.53E-05 4.021651 0.0001

GDP_SQUARED 8.69E-09 1.49E-08 0.585111 0.5589

EC 0.002003 0.000131 15.31909 0.0000

R-Squared 0.792079

Adjusted R-

Squared

0.789971

F-Statistic 375.8721

Prob(F-Statistic) 0.000000

Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan Eviews 9.0

Dari hasil data panel di atas, dapat dianalisis sebagai berikut:

Variabel GDP memiliki nilai koefisien positif sebesar 0.000222 terhadap

variabel ED. Hal tersebut menunjukkan bahwa peningkatan 1% PDB akan

berdampak positif atau akan meningkatkan emisi CO2 sebesar 0.000222 ton

perkapita di kelompok negara dengan pendapatan menengah ke bawah. Probabilitas

t-statistic sebesar 0.0001 menunjukkan bahwa variabel GDP memiliki pengaruh

signifikan terhadap ED karena nilai probabilitas 0.0001<0.05.

Page 66: RELEVANSI TEORI ENVIRONMENTAL KUZNETS CURVE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48044... · 2019-11-04 · perkapita. Teori ini mempostulasikan relasi berbentuk

50

Variabel GDP_SQUARED juga menunjukkan nilai koefisien positif sebesar

0.00000000869 terhadap variabel ED. Hal tersebut menunjukkan bahwa

peningkatan 1% PDB_SQUARED akan berdampak positif atau meningkatkan

emisi CO2 sebesar 0.00000000869 ton perkapita di kelompok negara dengan

pendapatan menengah ke bawah. Probabilitas t-statistic sebesar 0.5589

menunjukkan bahwa variabel GDP_SQUARED tidak berpengaruh secara

signifikan terhadap ED karena nilai probabilitas 0.5589>0.005.

Variabel EC juga menunjukkan nilai koefisien positif sebesar 0.002003

terhadap variabel ED. Hal tersebut menunjukkan bahwa peningkatan 1% konsumsi

energi perkapita akan berdampak positif atau meningkatkan emisi CO2 sebesar

0.002003 ton perkapita di kelompok negara dengan pendapatan menengah ke

bawah. Probabilitas t-statistic sebesar 0.0000 mengimplikasikan bahwa variabel

konsumsi energi perkapita berpengaruh secara signifikan terhadap ED karena nilai

probabilitas 0.0000<0.05.

Tingkat R-Squared menunjukkan bahwa nilai koefisien determinansi adalah

sebesar 0.792079. Hal ini mengindikasikan bahwa sebesar 79.2% dari variabel

kerusakan lingkungan di kelompok negara dengan pendapatan menengah ke bawah

pada tahun 1985 sampai dengan tahun 2014 mampu dijelaskan oleh variabel PDB,

PDB2 dan konsumsi energi perkapita, sedangkan sisanya yaitu sebesar 20.8% (100

- 79.2) dijelaskan oleh variabel lain yang tidak terkandung dalam penelitian ini.

2. Kelompok Negara Berpendapatan Menengah Ke Atas

Penelitian ini menggunakan sampel dari 10 negara untuk klasifikasi negara

berpendapatan menengah ke atas yaitu Argentina, Sri Lanka, China, Malaysia,

Thailand, Brazil, Turki, Mexico, Afrika Selatan, dan Iran. Berikut ini merupakan

hasil pengujian model penelitian berupa Uji Chow, Uji Hausman, dan Uji Lagrange

Multiplier, dan Random Effect Model:

Page 67: RELEVANSI TEORI ENVIRONMENTAL KUZNETS CURVE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48044... · 2019-11-04 · perkapita. Teori ini mempostulasikan relasi berbentuk

51

A. Uji Chow

Tabel 4.5 Uji Chow Negara Berpendapatan Menengah ke Atas

Effects Test Statistic d.f. Prob.

Cross-Section F 155.394415 (9,287) 0.0000

Cross-Section

Chi Square

531.109448 9 0.0000

Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan Eviews 9.0

Berdasarkan Hasil Uji Chow di atas, nilai probabilitas dari Cross-Section F

adalah sebesar 0.0000. Hal ini menunjukkan bahwa probabilitas lebih kecil dari

nilai tingkat signifikansi α = 5% atau 0.05, mengindikasikan bahwa H1 ditolak dan

model yang lebih baik adalah fixed effect. Selanjutnya dilakukan Uji Hausman

untuk mengetahui model mana yang lebih baik antara random effect dan fixed effect.

B. Uji Hausman

Tabel 4.6 Uji Hausman Negara Berpendapatan Menengah ke Atas

Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq d.f Prob.

Cross-Section

Random

20.560908 3 0.0001

Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan Eviews 9.0

Berdasarkan Hasil Uji Hausman di atas, nilai probabilitas adalah sebesar

0.0001. Hal ini menunjukkan bahwa probabilitas lebih kecil dari nilai tingkat

signifikansi α = 5% atau 0.05, mengindikasikan bahwa H1 diterima dan model yang

lebih baik adalah fixed effect. Meski demikian, menurut Stern (1996) yang dikutip

dari Burcu Özcan (2019), heteroskedastisitas merupakan salah satu permasalahan

yang sangat besar kemungkinannya untuk muncul dalam model penelitian hipotesis

EKC. Oleh karena itu, harus dilakukan pencegahan untuk mengatasi permasalahan

heteroskedastisitas. Salah satu langkah untuk mengatasi permasalahan

heteroskedastisitas adalah dengan menggunakan metode Generalized Least

Page 68: RELEVANSI TEORI ENVIRONMENTAL KUZNETS CURVE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48044... · 2019-11-04 · perkapita. Teori ini mempostulasikan relasi berbentuk

52

Squared (GLS) atau metode White. Penelitian ini kemudian menggunakan metode

GLS untuk menanggulangi permasalahan heteroskedastisitas.

D. Model Fixed Effect (FEM)

Berdasarkan uji yang telah dilakukan sebelumnya, maka model yang terbaik

untuk digunakan kepada kelompok negara berpendapatan menengah ke bawah

adalah model fixed effect. Model ini kemudian menggunakan metode White

Diagonal Covariance untuk mengatasi permasalahan heteroskedastisitas.

Persamaan model fixed effect dengan metode White covariance untuk kelompok

negara berpendapatan menengah ke atas dapat dijelaskan pada persamaan berikut:

ED = - 0.903156 + 0.000320 GDP - 0.0000000175 GDP2 + 0.002521 EC

Di mana:

ED = Environmental Degradation atau Kerusakan Lingkungan di kelompok

negara berpendapatan menengah ke atas

GDP = PDB perkapita di kelompok negara berpendapatan menengah ke atas

GDP2 = PDB perkapita kuadrat di negara berpendapatan menengah ke atas

EC = Energy Consumption atau tingkat penggunaan energi di kelompok negara

berpendapatan menengah ke atas

Tabel 4.7 Hasil Data Panel Negara Berpendapatan Menengah ke Atas

Dependent Variable: ED

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -0.903156 0.139233 -6.486632 0.0000

GDP 0.000320 5.59E-05 5.729560 0.0000

GDP_SQUARED -1.75E-08 2.84E-09 -6.183187 0.0000

EC 0.002521 8.39E-05 30.03894 0.0000

R-Squared 0.990722

Page 69: RELEVANSI TEORI ENVIRONMENTAL KUZNETS CURVE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48044... · 2019-11-04 · perkapita. Teori ini mempostulasikan relasi berbentuk

53

Adjusted R-

Squared

0.990334

F-Statistic 2553.930

Prob(F-Statistic) 0.000000

Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan Eviews 9.0

Dari hasil data panel di atas, dapat dianalisis sebagai berikut:

Variabel GDP memiliki nilai koefisien positif sebesar 0.000320 terhadap

variabel ED. Hal tersebut menunjukkan bahwa peningkatan 1% PDB akan

berdampak positif atau akan meningkatkan emisi CO2 sebesar 0.000320 ton

perkapita di kelompok negara dengan pendapatan menengah ke atas. Probabilitas t-

statistic sebesar 0.0000 menunjukkan bahwa variabel GDP memiliki pengaruh

signifikan terhadap ED karena nilai probabilitas 0.0000<0.05.

Variabel GDP_SQUARED menunjukkan nilai koefisien negatif sebesar -

0.0000000175 terhadap variabel ED. Hal tersebut menunjukkan bahwa peningkatan

1% GDP_SQUARED akan berdampak negatif atau menurunkan emisi CO2 sebesar

- 0.0000000175 ton perkapita di kelompok negara dengan pendapatan menengah

ke atas. Probabilitas t-statistic sebesar 0.0000 menunjukkan bahwa variabel

GDP_SQUARED berpengaruh secara signifikan terhadap degradasi lingkungan

karena nilai probabilitas 0.0000<0.005. Variabel PDB kuadrat yang bernilai negatif

menunjukkan adanya hipotesis EKC di dalam kelompok negara ini.

Variabel EC menunjukkan nilai koefisien positif sebesar 0.002521 terhadap

variabel ED. Hal tersebut menunjukkan bahwa peningkatan 1% konsumsi energi

perkapita akan berdampak positif atau meningkatkan emisi CO2 sebesar 0.002521

ton perkapita di kelompok negara dengan pendapatan menengah ke atas.

Probabilitas t-statistic sebesar 0.0000 mengimplikasikan bahwa variabel konsumsi

energi perkapita berpengaruh secara signifikan terhadap degradasi lingkungan

karena nilai probabilitas 0.0000<0.05.

Tingkat R-Squared menunjukkan bahwa nilai koefisien determinansi adalah

sebesar 0.990722. Hal ini mengindikasikan bahwa sebesar 99.0% dari variabel

Page 70: RELEVANSI TEORI ENVIRONMENTAL KUZNETS CURVE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48044... · 2019-11-04 · perkapita. Teori ini mempostulasikan relasi berbentuk

54

kerusakan lingkungan di kelompok negara dengan pendapatan menengah ke atas

pada tahun 1985 sampai dengan tahun 2014 mampu dijelaskan oleh variabel PDB,

PDB2 dan konsumsi energi perkapita, sedangkan sisanya yaitu sebesar 1.0% (100 -

99.1) dijelaskan oleh variabel lain yang tidak terkandung dalam penelitian ini.

3. Kelompok Negara Berpendapatan Tinggi

Penelitian ini menggunakan sampel dari 10 negara untuk klasifikasi negara

berpendapatan tinggi yaitu Australia, Singapura, Swedia, Finlandia, Kanada,

Brunei Darussalam, Jepang, Norwegia, Amerika Serikat, dan Denmark. Berikut ini

merupakan hasil pengujian model penelitian berupa Uji Chow, Uji Hausman, dan

Uji Lagrange Multiplier, dan Random Effect Model.

A. Uji Chow

Tabel 4.8 Uji Chow Negara Berpendapatan Tinggi

Effects Test Statistic d.f. Prob.

Cross-Section F 89.409499 (9,287) 0.0000

Cross-Section

Chi Square

400.798766 9 0.0000

Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan Eviews 9.0

Berdasarkan Hasil Uji Chow di atas, nilai probabilitas dari Cross-Section F

adalah sebesar 0.0000. Hal ini menunjukkan bahwa probabilitas lebih kecil dari

nilai tingkat signifikansi α = 5% atau 0.05, mengindikasikan bahwa H1 ditolak dan

model yang lebih baik adalah fixed effect. Selanjutnya dilakukan Uji Hausman

untuk mengetahui model mana yang lebih baik antara random effect dan fixed effect.

B. Uji Hausman

Tabel 4.9 Uji Hausman Negara Berpendapatan Tinggi

Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq d.f Prob.

Cross-Section

Random

0.540419 3 0.9099

Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan Eviews 9.0

Page 71: RELEVANSI TEORI ENVIRONMENTAL KUZNETS CURVE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48044... · 2019-11-04 · perkapita. Teori ini mempostulasikan relasi berbentuk

55

Berdasarkan Hasil Uji Hausman di atas, nilai probabilitas adalah sebesar

0.9099. Hal ini menunjukkan bahwa probabilitas lebih besar dari nilai tingkat

signifikansi α = 5% atau 0.05, mengindikasikan bahwa H1 ditolak dan model yang

lebih baik adalah random effect. Selanjutnya dilakukan Uji Lagrange Multiplier

untuk mengetahui model mana yang lebih baik antara common effect dan random

effect.

C. Uji Lagrange Multiplier

Tabel 4.10 Uji LM Negara Berpendapatan Tinggi

Null (No. Rand. Effect)

Alternative

Cross-Section

One-Side

Period One-Side Both

Breusch-Pagan 2237.369

(0.0000)

10.25237

(0.0014)

2247.622

(0.0000)

Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan Eviews 9.0

Berdasarkan Hasil Uji Lagrange Multiplier di atas, nilai probabilitas dari

Cross-section One-side Breusch-Pagan adalah sebesar 0.0000. Hal ini

menunjukkan bahwa probabilitas lebih kecil dari nilai tingkat signifikansi α = 5%

atau 0.05, mengindikasikan bahwa model terbaik untuk digunakan di kelompok

negara berpendapatan menengah ke bawah adalah model random effect.

D. Model Random Effect (REM)

Berdasarkan uji yang telah dilakukan sebelumnya, maka model yang terbaik

untuk digunakan kepada kelompok negara berpendapatan tinggi adalah model

random effect. Persamaan model random effect untuk kelompok negara

berpendapatan tinggi dapat dijelaskan pada persamaan berikut:

ED = 12.47244 - 0.000289 GDP + 0.00000000194 GDP2 + 0.001525 EC

Di mana:

ED = Environmental Degradation atau Kerusakan Lingkungan di kelompok

negara berpendapatan tinggi

GDP = PDB perkapita di kelompok negara berpendapatan tinggi

Page 72: RELEVANSI TEORI ENVIRONMENTAL KUZNETS CURVE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48044... · 2019-11-04 · perkapita. Teori ini mempostulasikan relasi berbentuk

56

GDP2 = PDB perkapita kuadrat di kelompok negara berpendapatan tinggi

EC = Energy Consumption atau tingkat penggunaan energi di kelompok negara

berpendapatan tinggi

Tabel 4.11 Hasil Data Panel Negara Berpendapatan Tinggi

Dependent Variable: ED

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 12.47244 1.826583 6.828291 0.0000

GDP -0.000289 4.72E-05 -6.107363 0.0000

GDP_SQUARED 1.94E-09 4.43E-10 4.390311 0.0000

EC 0.001525 0.000185 8.253279 0.0000

R-Squared 0.242884

Adjusted R-

Squared

0.235210

F-Statistic 31.65238

Prob(F-Statistic) 0.000000

Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan Eviews 9.0

Dari hasil data panel di atas, dapat dianalisis sebagai berikut:

Variabel GDP memiliki nilai koefisien negatif sebesar -0.000289 terhadap

variabel ED. Hal tersebut menunjukkan bahwa peningkatan 1% PDB akan

berdampak negatif atau akan mengurangi tingkat emisi CO2 sebesar -0.000289 ton

perkapita di kelompok negara dengan pendapatan tinggi. Probabilitas t-statistic

sebesar 0.0000 menunjukkan bahwa variabel GDP memiliki pengaruh signifikan

terhadap ED karena nilai probabilitas 0.0000<0.05.

Variabel GDP_SQUARED menunjukkan nilai koefisien positif sebesar

0.00000000194 terhadap variabel ED. Hal tersebut menunjukkan bahwa

peningkatan 1% PDB_SQUARED akan berdampak positif atau meningkatkan

Page 73: RELEVANSI TEORI ENVIRONMENTAL KUZNETS CURVE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48044... · 2019-11-04 · perkapita. Teori ini mempostulasikan relasi berbentuk

57

emisi CO2 sebesar 0.00000000194 ton perkapita di kelompok negara dengan

pendapatan tinggi. Probabilitas t-statistic sebesar 0.0000 menunjukkan bahwa

variabel GDP_SQUARED berpengaruh secara signifikan terhadap ED karena nilai

probabilitas 0.0000<0.005.

Variabel EC juga menunjukkan nilai koefisien positif sebesar 0.001525

terhadap variabel ED. Hal tersebut menunjukkan bahwa peningkatan 1% konsumsi

energi perkapita akan berdampak positif atau meningkatkan emisi CO2 sebesar

0.001525 ton perkapita di kelompok negara dengan pendapatan tinggi. Probabilitas

t-statistic sebesar 0.0000 mengimplikasikan bahwa variabel konsumsi energi

perkapita berpengaruh secara signifikan terhadap ED karena nilai probabilitas

0.0000<0.05.

Tingkat R-Squared menunjukkan bahwa nilai koefisien determinansi adalah

sebesar 0.242884. Hal ini mengindikasikan bahwa sebesar 24.2% dari variabel

kerusakan lingkungan di kelompok negara dengan pendapatan tinggi pada tahun

1985 sampai dengan tahun 2014 mampu dijelaskan oleh variabel PDB, PDB2 dan

konsumsi energi perkapita, sedangkan sisanya yaitu sebesar 75.8% (100 - 24.2)

dijelaskan oleh variabel lain yang tidak terkandung dalam penelitian ini.

4. Uji Asumsi Klasik

Dalam penelitian ini juga akan dilakukan uji asumsi klasik berupa Uji

Heteroskedastisitas dan Uji Multikolinearitas. Meski demikian, dalam model

penelitian kuadratik yang menggunakan variabel independen yang dapat dipastikan

berkaitan antara satu dan lainnya seperti x dan x2, kemungkinan besar kedua

variabel tersebut akan berkorelasi antara satu dan lainnya dan menimbulkan

multikolinearitas. Menurut Min Na Wang (2017) yang dikutip dari Allison (2012),

permasalahan multikolinearitas dalam model seperti ini dapat diterima karena

variabel x dan x2 berkorelasi sempurna antara satu dan lainnya. Hal ini dikarenakan

meskipun nilai Variance Inflation Factor tinggi, nilai p-value dari masing-masing

variabel akan sama jika dilakukan standarisasi data dan tidak menimbulkan

konsekuensi yang merugikan (Paul Allison, 2012).

a. Uji Multikolinearitas

Page 74: RELEVANSI TEORI ENVIRONMENTAL KUZNETS CURVE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48044... · 2019-11-04 · perkapita. Teori ini mempostulasikan relasi berbentuk

58

Uji Multikolinearitas dilakukan untuk memastikan tidak adanya hubungan

yang terjadi antar variabel bebas. Dalam penelitian model kuadratik, sangat besar

peluang untuk terjadinya permasalahan multikolinearitas. Dalam Gujarati (2003),

jenis penelitian kuadratik atau polynomial regression seperti penelitian model EKC,

hubungan antar variabel bebas akan tinggi. Meski demikian, model regresi jenis ini

masih tetap bisa menghasilkan hasil estimasi yang efisien, dikarenakan angka

kuadratik dari variabel seperti x2, x3, x4, dan seterusnya merupakan fungsi nonlinear

dari variabel x, sehingga penelitian masih tetap dapat dijalankan (Gujarati, 2003).

Untuk membuktikan bahwa di dalam model penelitian ini pelanggaran

multikolinearitas terjadi antara variabel x dan x2 saja, peneliti mengeluarkan

variabel x2 dari dalam perhitungan tes VIF. Metode ini sesuai dengan yang

dilakukan oleh Allard (2017). Hasil tes VIF dari ketiga klasifikasi negara adalah

sebagai berikut.

Tabel 4.12 Uji Multikolinearitas Negara Berpendapatan Menengah ke

Bawah

Variable Coefficient Variance Uncentered VIF Centered VIF

C 0.018702 1.118545 NA

GDP 7.19E-10 2.093451 2.011464

EC 1.59E-08 2.243734 2.011464

Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan Eviews 9.0

Tabel 4.13 Uji Multikolinearitas Negara Berpendapatan Menengah ke Atas

Variable Coefficient Variance Uncentered VIF Centered VIF

C 0.007285 34.92045 NA

GDP 2.60E-10 44.15088 1.888047

EC 6.43E-09 63.58899 1.888047

Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan Eviews 9.0

Tabel 4.14 Uji Multikolinearitas Negara Berpendapatan Tinggi

Variable Coefficient Variance Uncentered VIF Centered VIF

C 2.347120 1.946411 NA

Page 75: RELEVANSI TEORI ENVIRONMENTAL KUZNETS CURVE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48044... · 2019-11-04 · perkapita. Teori ini mempostulasikan relasi berbentuk

59

GDP 2.36E-10 1.537105 1.137540

EC 3.55E-08 2.120140 1.137540

Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan Eviews 9.0

Berdasarkan hasil pengujian multikolinearitas di atas, didapatkan hasil bahwa

tidak terdapat pelanggaran multikolinearitas di seluruh model yang telah dikurangi

variabel PDB perkapita kuadrat. Nilai Centered VIF dari seluruh klasifikasi negara

berada pada angka lebih kecil dari 10, sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh

model terbebas dari pelanggaran multikolinearitas.

b. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas dilakukan untuk melihat apakah residual dari model

yang terbentuk memiliki varians yang konstan atau tidak. Dalam penelitian ini, dua

kelompok regresi yaitu pada klasifikasi negara berpendapatan menengah ke bawah

dan tinggi menggunakan REM, sehingga diasumsikan bahwa pada kedua model ini

sudah terbebas dari permasalahan heteroskedastisitas dikarenakan REM

menggunakan metode Generalized Least Square (GLS) yang merupakan salah satu

penyelesaian permasalahan heteroskedastisitas.

Sedangkan klasifikasi pendapatan menengah ke atas menggunakan FEM,

sehingga diperlukan uji heteroskedastisitas. Dalam hasil regresi yang telah dibahas

sebelumnya, peneliti telah menggunakan metode White diagonal standard errors

& covariance untuk menanggulanginya. Hasil uji heteroskedastisitas Breusch-

Pagan-Godfrey dari klasifikasi negara berpendapatan menengah ke atas sebelum

digunakan metode White diagonal covariance adalah sebagai berikut.

Tabel 4.15. Uji Heteroskedastisitas Negara Berpendapatan Menengah ke

Atas

F-Statistic 49.56152 Prob. F(3,296) 0.0000

Obs*R-Squared 100.3079 Prob. Chi-Square (3) 0.0000

Scaled Explained SS 79.07820 Prob. Chi-Square (3) 0.0000

Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan Eviews 9.0

Berdasarkan hasil uji heteroskedastisitas Breusch-Pagan-Godfrey dari

klasifikasi negara berpendapatan menengah ke atas, nilai dari p value di Prob. Chi-

Page 76: RELEVANSI TEORI ENVIRONMENTAL KUZNETS CURVE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48044... · 2019-11-04 · perkapita. Teori ini mempostulasikan relasi berbentuk

60

Square (3) sebesar 0.0000. Hal ini menunjukkan bahwa tolak H0 karena 0.0000 <

0.05. Hal ini mengindikasikan bahwa dalam data terdapat permasalahan

heteroskedastisitas. Sebenarnya, hal ini merupakan salah satu permasalahan yang

umum dalam model penelitian ini, karena heteroskedastisitas memang salah satu

permasalahan utama yang sangat mungkin untuk muncul dalam penelitian terkait

hipotesis EKC (Burcu Özcan & Ilhan Öztürk, 2019). Oleh karenanya, peneliti telah

menanggulanginya dengan menggunakan metode White diagonal covariance

dalam melakukan regresi, sesuai dengan Nachrowi dan Usman (2006). Sehingga,

hasil regresi yang telah dibahas sebelumnya dianggap telah terbebas dari

permasalahan heteroskedastisitas.

5. Uji Kelayakan

a. Uji t-Statistik

Pengujian t-Statistik bertujuan untuk menguji apakah variabel independen di

dalam penelitian ini yaitu PDB perkapita, PDB perkapita kuadrat dan konsumsi

energi perkapita berpengaruh secara parsial terhadap variabel dependen yaitu emisi

CO2 perkapita. Pengujian dilakukan dengan cara membandingkan t-Statistik dari

hasil regresi dengan t-tabel.

Tabel 4.16 Uji t-Statistik Negara Berpendapatan Menengah Ke Bawah

Variabel t-Statistik Probabilitas Keterangan

GDP 4.021651 0.0001 Tolak H0 : ∝=5%

GDP_SQUARED 0.585111 0.5589 Tolak H1: ∝=5%

EC 15.31909 0.0000 Tolak H0: ∝=5%

Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan Eviews 9.0

Berdasarkan tabel hasil uji t-Statistik di atas, dapat disimpulkan bahwa pada

kelompok negara berpendapatan menengah ke bawah pada tahun 1985 hingga

2014, variabel PDB perkapita dan konsumsi energi perkapita secara parsial

mempengaruhi variabel dependen secara signifikan. Sedangkan variabel PDB

perkapita kuadrat tidak berpengaruh parsial secara signifikan terhadap variabel

dependen.

Page 77: RELEVANSI TEORI ENVIRONMENTAL KUZNETS CURVE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48044... · 2019-11-04 · perkapita. Teori ini mempostulasikan relasi berbentuk

61

Tabel 4.17 Uji t-Statistik Negara Berpendapatan Menengah ke Atas

Variabel t-Statistik Probabilitas Keterangan

GDP -6.486632 0.0000 Tolak H0 : ∝=5%

GDP_SQUARED 5.729560 0.0000 Tolak H0: ∝=5%

EC -6.183187 0.0000 Tolak H0: ∝=5%

Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan Eviews 9.0

Berdasarkan tabel hasil uji t-Statistik di atas, dapat disimpulkan bahwa pada

kelompok negara berpendapatan menengah ke atas pada tahun 1985 hingga 2014,

seluruh variabel independen yaitu PDB perkapita, PDB perkapita kuadrat dan

konsumsi energi perkapita secara parsial mempengaruhi variabel dependen secara

signifikan.

Tabel 4.18 Uji t-Statistik Negara Berpendapatan Tinggi

Variabel t-Statistik Probabilitas Keterangan

GDP -6.107363 0.0000 Tolak H0 : ∝=5%

GDP_SQUARED 4.390311 0.0000 Tolak H0: ∝=5%

EC 8.253279 0.0000 Tolak H0: ∝=5%

Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan Eviews 9.0

Berdasarkan tabel hasil uji t-Statistik di atas, dapat disimpulkan bahwa pada

kelompok negara berpendapatan tinggi pada tahun 1985 hingga 2014, seluruh

variabel independen yaitu PDB perkapita, PDB perkapita kuadrat dan konsumsi

energi perkapita secara parsial mempengaruhi variabel dependen secara signifikan.

b. Uji F-Statistik

Pengujian F-Statistik bertujuan untuk menguji apakah variabel independen

di dalam penelitian ini yaitu PDB perkapita, PDB perkapita kuadrat dan konsumsi

energi perkapita berpengaruh secara simultan terhadap variabel dependen yaitu

emisi CO2 perkapita.

Page 78: RELEVANSI TEORI ENVIRONMENTAL KUZNETS CURVE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48044... · 2019-11-04 · perkapita. Teori ini mempostulasikan relasi berbentuk

62

Tabel 4.19 Uji F-Statistic Negara Berpendapatan Menengah ke Bawah

F-Statistic Prob(F-Statistic) Keterangan

375.8721 0.0000 Tolak H0: ∝=5%

Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan Eviews 9.0

Tabel 4.20 Uji F-Statistic Negara Berpendapatan Menengah ke Atas

F-Statistic Prob(F-Statistic) Keterangan

2553.930 0.0000 Tolak H0: ∝=5%

Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan Eviews 9.0

Tabel 4.21. Uji F-Statistic Negara Berpendapatan Tinggi

F-Statistic Prob(F-Statistic) Keterangan

31.65238 0.0000 Tolak H0: ∝=5%

Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan Eviews 9.0

Berdasarkan uji F-Statistik di atas, dapat disimpulkan bahwa seluruh variabel

independen di kelompok negara berpendapatan menengah ke bawah,

berpendapatan menengah ke atas, dan berpendapatan tinggi pada tahun 1985 hingga

2014 memiliki pengaruh yang signifikan secara simultan terhadap variabel

dependen karena seluruhnya memiliki nilai probabilitas di bawah 0.05.

c. Uji R-Square

Tabel 4.22 Uji R-Square Negara Berpendapatan Menengah ke Bawah

R-Square 0.792079

Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan Eviews 9.0

Tabel 4.23 Uji R-Square Negara Berpendapatan Menengah ke Atas

R-Square 0.990722

Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan Eviews 9.0

Page 79: RELEVANSI TEORI ENVIRONMENTAL KUZNETS CURVE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48044... · 2019-11-04 · perkapita. Teori ini mempostulasikan relasi berbentuk

63

Tabel 4.24 Uji R-Square Negara Berpendapatan TInggi

R-Square 0.242884

Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan Eviews 9.0

Berdasarkan pengujian koefisien determinasi atau uji R-Square didapatkan

hasil sebagaimana tabel di atas. Dapat dianalisis bahwa pada klasifikasi negara

berpendapatan menengah ke bawah, menengah ke atas, dan tinggi, didapatkan nilai

R-Square sebesar masing-masing 0.79, 0.99, dan 0.24. Hal ini menunjukkan bahwa

di klasifikasi negara berpendapatan menengah ke bawah, variabel independen

mewakilkan atau dapat menjelaskan variabel dependen sebesar 79%, sedangkan

21% sisanya digambarkan oleh variabel lain di luar penelitian. Di klasifikasi negara

berpendapatan menengah ke atas, variabel independen mampu menggambarkan

variabel dependen sebesar 99%, sedangkan 1% sisanya digambarkan oleh variabel

lain di luar penelitian. Lalu untuk klasifikasi negara berpendapatan tinggi, variabel

independen mampu menggambarkan variabel dependen sebesar 24% saja,

sedangkan 76% sisanya digambarkan oleh variabel lain di luar penelitian.

6. Analisis Ekonomi

a. PDB Perkapita terhadap Degradasi Lingkungan

Produk Domestrik Bruto atau PDB merupakan nilai akhir dari seluruh produk

dan jasa yang diproduksi dalam suatu negara di periode waktu tertentu. PDB sering

dijadikan sebagai indikator pertumbuhan ekonomi suatu negara. Sementara itu,

PDB perkapita merupakan nilai dari total PDB dibagi dengan jumlah penduduk dari

negara tersebut. PDB perkapita dapat dianggap sebagai indikator yang terbaik untuk

menggambarkan standar kehidupan di dalam suatu negara. PDB perkapita

menggambarkan seberapa sejahtera suatu negara untuk mengembangkan

kehidupan masyarakatnya. Penelitian ini mencoba untuk melihat hubungan antara

PDB perkapita terhadap tingkat degradasi lingkungan yang direpresentasikan oleh

tingkat emisi CO2 perkapita.

Berdasarkan penelitian ini, didapatkan hasil yang menunjukkan bahwa PDB

perkapita memiliki nilai koefisien yang positif terhadap degradasi lingkungan di

dalam model data panel (1) Kelompok negara berpendapatan menengah ke bawah

sebesar 0.000222, dan (2) Kelompok negara berpendapatan menengah ke atas

Page 80: RELEVANSI TEORI ENVIRONMENTAL KUZNETS CURVE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48044... · 2019-11-04 · perkapita. Teori ini mempostulasikan relasi berbentuk

64

sebesar 0.000320. Dalam kelompok negara ini, dapat dianalisis bahwa peningkatan

PDB perkapita dalam kelompok negara ini turut diikuti oleh peningkatan emisi CO2

yang berdampak terhadap peningkatan degradasi lingkungan. Temuan ini sejalan

dengan beberapa penelitian sebelumnya (Devy Priambodo Kuswantoro, 2009;

Edgar J. Saucedo, Jesús Díaz P., & María del Pilar Parra O., 2017; López-

Menéndez, Pérez, & Moreno, 2014; Poudel, Paudel, & Bhattarai, 2009; Sinha Babu

& Datta, 2013) yang juga menemukan bahwa hubungan antara PDB perkapita

dengan degradasi lingkungan bersifat positif.

Hal ini dikarenakan kegiatan ekonomi yang dilakukan dalam produksi,

distribusi, dan konsumsi yang mendorong pertumbuhan ekonomi akan

menghasilkan eksternalitas berupa polusi yang akan berdampak terhadap

meningkatnya degradasi lingkungan.

Sementara itu, dalam data panel kelompok negara berpendapatan tinggi,

ditemukan bahwa PDB perkapita memiliki nilai koefisien yang negatif terhadap

degradasi lingkungan sebesar -0.000289. Temuan nilai PDB perkapita yang bersifat

negatif terhadap degradasi lingkungan sebenarnya merupakan hal yang cukup

jarang dalam penelitian-penelitian sebelumnya. Meski demikian, Luo, dkk. (2014)

menemukan adanya korelasi negatif antara beberapa jenis polutan terhadap PDRB

perkapita di beberapa wilayah di China. Hal ini kemungkinan besar dikarenakan

adanya penggunaan teknologi ramah lingkungan yang pesat di dalam model

penelitian. Meski demikian, hal ini masih perlu dikonfirmasi lebih lanjut dengan

menggunakan penelitian lain.

Argumen ini dirasa cukup rasional dikarenakan koefisien negatif dalam

penelitian ini ditemukan di dalam kelompok negara berpendapatan tinggi.

Sehingga, dapat dianalisis bahwa aktifitas ekonomi yang digunakan dalam

kelompok negara berpendapatan tinggi sudah efisien dan ramah terhadap

lingkungan. PDB perkapita yang tinggi menyebabkan masyarakat dan

penyelenggara negara menyadari akan pentingnya lingkungan dalam pembangunan

jangka panjang, sehingga peningkatan PDB perkapita akan mengurangi tingkat

kerusakan lingkungan dikarenakan ke depannya, pembangunan akan diprioritaskan

di dalam bidang yang ramah lingkungan.

Page 81: RELEVANSI TEORI ENVIRONMENTAL KUZNETS CURVE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48044... · 2019-11-04 · perkapita. Teori ini mempostulasikan relasi berbentuk

65

b. Konsumsi Energi Perkapita terhadap Degradasi Lingkungan

Berdasarkan penelitian ini, didapatkan hasil yang menunjukkan bahwa

konsumsi energi perkapita memiliki nilai koefisien yang positif terhadap degradasi

lingkungan di dalam seluruh model data panel sebagai berikut: (1) Kelompok

negara berpendapatan menengah ke bawah sebesar 0.002003, lalu (2) Kelompok

negara berpendapatan menengah ke atas sebesar 0.002521, dan (3) Kelompok

negara berpendapatan tinggi sebesar 0.001525. Temuan ini sejalan dengan

penelitian sebelumnya (Edgar J. Saucedo dkk., 2017; Sterpu, Soava, & Mehedintu,

2018; Yustisia & Sugiyanto, 2014) yang menemukan bahwa konsumsi energi

berpengaruh positif terhadap angka emisi CO2. Hal ini mengindikasikan bahwa

penggunaan energi di seluruh kelompok negara relatif masih belum menggunakan

jenis energi yang ramah lingkungan. Hal ini dikarenakan penggunaan energi masih

berdampak terhadap output polusi yang dihasilkan dari proses penggunaan energi

tersebut.

Awalnya, faktor utama yang menyebabkan belum masifnya penggunaan energi

ramah lingkungan adalah karena harga. Sebelum munculnya teknologi yang

mampu menciptakan energi yang ramah lingkungan secara efektif, sektor energi

seperti fosil metana, batu bara, dan minyak yang cenderung menghasilkan emisi

yang tinggi merupakan opsi utama dalam energi dikarenakan tingkat harga yang

relatif lebih murah. Meski demikian, perkembangan teknologi telah semakin

berkembang dan produksinya juga semakin efisien, menyebabkan semakin

murahnya harga energi yang ramah lingkungan. Salah satu jenis energi yang

semakin murah adalah listrik. Bahkan, berdasarkan Kåberger (2018), harga dari

listrik terbarukan telah lebih murah dari harga per unit minyak, namun masih lebih

mahal dari batu bara.

Berdasarkan World Bank (2018), presentase tingkat konsumsi energi

terbarukan pada 2011 meningkat dari 17.21% menjadi 18.054% di tahun 2015.

Meski telah terjadi peningkatan, rupanya angka ini masih belum cukup untuk

menekan angka emisi CO2, dibuktikan dengan koefisien negatif antara konsumsi

energi perkapita dengan emisi CO2 yang ditemukan di dalam penelitian ini.

Page 82: RELEVANSI TEORI ENVIRONMENTAL KUZNETS CURVE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48044... · 2019-11-04 · perkapita. Teori ini mempostulasikan relasi berbentuk

66

7. Analisis Relevansi Teori Environmental Kuznets Curve

Berdasarkan hasil regresi yang telah dijalankan sebelumnya, maka hasil

pengujian masing-masing model dapat dijabarkan sebagai berikut:

Tabel 4.25 Hasil Pengujian Hipotesis EKC

Indikator

Kelompok Pendapatan Negara

Lower-Middle Upper-Middle High

Pendapatan Perkapita 0.000222** 0.000320** -0.000289**

Pendapatan Perkapita

Kuadrat

8.69E-09ts -1.75E-08** 1.94E-09**

Terjadi EKC TIDAK YA TIDAK

Turning Point (USD) 9,142.857

Sumber: Pengolahan pribadi. (**) = Signifikan pada tingkat 5%, (ts) = Tidak

signifikan

Berdasarkan hasil pengujian di atas, dapat disimpulkan bahwa hipotesis teori

Environmental Kuznets Curve pada tahun 1985 hingga 2014 relevan hanya pada

kelompok negara berpendapatan menengah ke atas (upper middle). Berdasarkan

Dinda (2004), turning point x dari EKC dapat diestimasikan dengan menggunakan

rumus = − 𝛽1

2𝛽2 . Dengan menggunakan rumus tersebut, didapatkan turning point

pada tingkat pendapatan perkapita sebesar USD 9,142.857. Berdasarkan persamaan

ini, dapat digambarkan kurva sebagai berikut:

Page 83: RELEVANSI TEORI ENVIRONMENTAL KUZNETS CURVE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48044... · 2019-11-04 · perkapita. Teori ini mempostulasikan relasi berbentuk

67

Gambar 4.4 Kurva EKC Kelompok Negara Berpendapatan Menengah Ke

Atas

Sumber: Pengolahan pribadi.

Berdasarkan persamaan model di kelompok negara berpendapatan menengah

ke atas yang telah didapatkan sebelumnya, didapatkan kurva seperti yang

digambarkan di dalam gambar 7. Dapat dilihat bahwa kurva tersebut berbentuk

seperti U-terbalik. Hal ini sesuai dengan hipotesis di dalam teori EKC, bahwa pada

tahap awal pembangunan, peningkatan pendapatan perkapita akan diikuti oleh

peningkatan degradasi lingkungan, yang dalam penelitian ini diproksikan oleh

tingkat emisi CO2 perkapita. Lalu pada suatu titik tertentu, peningkatan pendapatan

perkapita tidak lagi akan diikuti oleh peningkatan degradasi lingkungan, dan

kemudian akan terus menurun.

Dalam model EKC untuk kelompok negara berpendapatan menengah ke atas

ini, turning point hipotesis EKC didapatkan pada pendapatan perkapita sebesar

USD 9,142.857. Hal ini mengindikasikan bahwa pertumbuhan tingkat degradasi

lingkungan di kelompok negara berpendapatan menengah ke atas akan mulai

mengalami penurunan pada tingkat pendapatan perkapita sebesar USD 9,142.857

ceteris paribus.

Page 84: RELEVANSI TEORI ENVIRONMENTAL KUZNETS CURVE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48044... · 2019-11-04 · perkapita. Teori ini mempostulasikan relasi berbentuk

68

Nilai turning point yang diperoleh dalam persamaan penelitian ini tidak

berbeda jauh dengan beberapa penelitian sebelumnya. Seperti penelitian

Kuswantoro (2009) yang mendapatkan hasil bahwa turning point di negara dengan

hutan tropis diperoleh pada pendapatan perkapita pada kisaran USD 7,283 hingga

USD 10,406 (harga konstan 2000). Hasil penelitin ini juga sejalan dengan Dinda

(2004) yang menyatakan bahwa kebanyakan penelitian yang menggunakan

indikator polusi, estimasi turning point berada pada kisaran USD 3,000 hingga USD

10,000 dengan harga konstan 1985, atau berada di kisaran USD 4,800 hingga USD

16,000 jika menggunakan harga konstan 2000. Perbandingan tabel yang diambil

dari Kuswantoro (2009) yang dikutip dari Yandle et al. dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 4.26 Perbandingan Turning Point Pendapatan Perkapita EKC

Sumber: Yandle et al. dalam Kuswantoro (2009), diolah. Ket: Tahun di dalam

kolom Turning Point lama dan Turning Point baru menunjukkan tahun acuan

perhitungan PDB

Penelitian (Tahun) Turning Point lama Turning Point baru

Cropper & Griffiths (1994) 4,760 – 5,420 (1985) 7,900 – 9,100 (2001)

Barbier & Burgess (2001) 5,445 (1987) 8,700 (2003)

Bhattarai & Hammig (2004) 6,000 – 7,000 (1985) 10,000 – 11,800 (2003)

Devy Priambodo Kuswantoro

(2009)

- 7, 283 -10,406 (2000)

Skripsi - 9,142.857 (2010)

Page 85: RELEVANSI TEORI ENVIRONMENTAL KUZNETS CURVE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48044... · 2019-11-04 · perkapita. Teori ini mempostulasikan relasi berbentuk

69

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pemaparan pembahasan yang telah dijelaskan

sebelumnya, diperoleh beberapa kesimpulan terkait penelitian mengenai Relevansi

Teori Environmental Kuznets Curve Terhadap Degradasi Lingkungan di Tiga

Klasifikasi Negara Tahun 1985-2014 ini adalah sebagai berikut:

1. a. PDB perkapita memiliki koefisien positif pada data panel (1)

klasifikasi negara berpendapatan menengah ke bawah sebesar 0.000222, (2)

klasifikasi negara berpendapatan menengah ke atas sebesar 0.000320

terhadap variabel emisi CO2 perkapita. Hal ini mengindikasikan bahwa

setiap peningkatan sebesar 1% pada PDB perkapita akan berdampak

terhadap peningkatan emisi CO2 perkapita sebesar 0.000222 ton perkapita

di klasifikasi negara berpendapatan menengah ke bawah dan sebesar

0.000320 ton perkapita di klasifikasi negara berpendapatan menengah ke

atas. Sementara itu, PDB perkapita memiliki koefisien negatif pada data

panel klasifikasi negara berpendapatan tinggi sebesar -0.000289 terhadap

variabel emisi CO2 perkapita. Hal ini mengindikasikan bahwa setiap

peningkatan sebesar 1% pada PDB perkapita akan berdampak terhadap

penurunan tingkat emisi CO2 perkapita sebesar -0.000289 ton perkapita di

klasifikasi negara berpendapatan tinggi.

b. Konsumsi energi perkapita memiliki koefisien positif pada seluruh

data panel klasifikasi negara, dengan jumlah koefisien di (1) klasifikasi

negara berpendapatan menengah ke bawah sebesar 0.002003, (2) klasifikasi

negara berpendapatan menengah ke atas sebesar 0.002521, dan (3)

klasifikasi negara berpendapatan tinggi sebesar 0.001525. Hal ini

mengindikasikan bahwa setiap peningkatan sebesar 1% dalam tingkat

konsumsi energi perkapita akan meningkatkan emisi CO2 perkapita sebesar

(1) 0.002003 ton perkapita di klasifikasi negara berpendapatan menengah

ke bawah, (2) 0.002521 ton perkapita di klasifikasi negara berpendapatan

Page 86: RELEVANSI TEORI ENVIRONMENTAL KUZNETS CURVE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48044... · 2019-11-04 · perkapita. Teori ini mempostulasikan relasi berbentuk

70

menengah ke atas, dan (3) 0.001525 ton perkapita di klasifikasi negara

berpendapatan tinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa konsumsi energi

perkapita di seluruh klasifikasi negara relatif masih mengandalkan energi

yang tidak ramah lingkungan.

2. Dalam periode 1985-2014, teori Environmental Kuznets Curve (EKC)

terbukti relevan hanya pada kelompok negara berpendapatan menengah ke

atas saja, dan tidak ditemukan adanya hipotesis EKC di klasifikasi negara

berpendapatan menengah ke bawah maupun klasifikasi negara

berpendapatan tinggi. Hal ini sesuai dengan hipotesis di dalam teori EKC

yang menyatakan bahwa teori EKC akan muncul dalam negara yang sedang

berkembang dan bertransisi menuju negara jasa. Sedangkan dalam

klasifikasi negara berpendapatan tinggi, diasumsikan bahwa negara tersebut

telah melewati turning point EKC sehingga tidak ditemukan adanya EKC

dalam periode 1985-2014 di klasifikasi negara tersebut. Hal ini dibuktikan

dengan koefisien negatif yang terdapat dalam variabel PDB perkapita.

3. Turning point dari teori EKC yang ditemukan di klasifikasi negara

berpendapatan menengah ke atas ditemukan berada pada titik pendapatan

perkapita sebesar 9,142.857 USD. Hal ini mengindikasikan bahwa ketika

pendapatan perkapita di klasifikasi negara berpendapatan menengah ke atas

mencapai angka 9,142.857 USD, akan mulai terjadi penurunan

pertumbuhan degradasi lingkungan. Dan kemudian setiap peningkatan

pendapatan perkapita akan terus mengurangi tingkat degradasi lingkungan.

B. Saran

Berdasarkan simpulan-simpulan yang telah dipaparkan di atas, dicetuskan

beberapa saran sebagai berikut:

1. Bagi Akademisi

a. Teori EKC merupakan sebuah teori yang sangat peka terhadap

perbedaan data dan metodologi penelitian. Perbedaan metode penelitian

yang digunakan dapat berdampak terhadap hasil dan interpretasi yang

berbeda. Sehingga, sangat disarankan untuk berhati-hati dan lebih

Page 87: RELEVANSI TEORI ENVIRONMENTAL KUZNETS CURVE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48044... · 2019-11-04 · perkapita. Teori ini mempostulasikan relasi berbentuk

71

komprehensif dalam menentukan metodologi dan memilih data

penelitian.

b. Diperlukan penelitian lebih lanjut terkait beberapa poin hasil penelitian

ini yang tidak sesuai dengan hipotesis penelitian yaitu koefisien negatif

yang muncul antara PDB perkapita dan emisi CO2 di klasifikasi negara

berpendapatan tinggi, serta penyebab nilai R-Square yang cenderung

rendah di klasifikasi negara berpendapatan tinggi

2. Bagi Pemerintah

a. Pemerintah selaku pihak yang memiliki wewenang dalam menjalankan

kebijakan negara memiliki peran penting dalam intervensi terkait

penanggulangan perubahan iklim yang salah satunya adalah melalui

pengurangan tingkat emisi CO2. Karena untuk mengurangi tingkat emisi

CO2, diperlukan intervensi pemerintah melalui penerapan kebijakan-

kebijakan yang mendorong pengurangan emisi CO2. Berdasarkan

penelitian ini, ditemukan bahwa konsumsi energi perkapita berpengaruh

positif di seluruh klasifikasi negara. Hal ini mengindikasikan bahwa

mayoritas konsumsi energi masih menggunakan energi yang tidak

ramah lingkungan. Faktor utama dalam tingginya konsumsi energi ini

adalah dikarenakan belum efektifnya biaya penggunaan energi yang

ramah lingkungan dan kurangnya sosialisasi terhadap masyarakat.

Meski pertumbuhan konsumsi energi terbarukan sedang mengalami

peningkatan, pemerintah masih harus terus mendorong pengembangan

sektor energi salah satunya dengan cara membangun infrastruktur energi

terbarukan agar harga produksi energi terbarukan semakin menurun.

Lalu, pemerintah juga harus mulai menggalakkan program yang

mendorong masyarakat agar berpindah dari energi yang tidak ramah

lingkungan menuju energi terbarukan. Salah satu cara yang dapat

diimplementasikan adalah dengan mengurangi subsidi terhadap jenis

energi yang tidak ramah lingkungan dan mulai mengucurkan subsidi

pada jenis energi terbarukan.

b. Dalam kaitannya dengan teori EKC, pemerintah disarankan untuk

meningkatkan pendapatan perkapita negaranya dengan mendorong

Page 88: RELEVANSI TEORI ENVIRONMENTAL KUZNETS CURVE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48044... · 2019-11-04 · perkapita. Teori ini mempostulasikan relasi berbentuk

72

pembangunan di sektor-sektor yang relatif ramah lingkungan. Salah satu

program yang telah dijalankan pemerintah dan perlu dikembangkan

lebih jauh adalah program green investment, program yang mendorong

investor untuk menanamkan modalnya dalam sektor-sektor yang

mendorong aksi mitigasi ataupun adaptasi perubahan iklim. Di

Indonesia sendiri, pemerintah melalui Kementerian Keuangan telah

merilis Green Sukuk semenjak 2018. Indonesia tercatat menjadi negara

pertama di dunia yang merilis Green Sukuk secara nasional (World’s

first sovereign Green Sukuk). Pemerintah sangat disarankan untuk

mempertahankan program sejenis ini dan terus mengembangkannya

agar pendanaan di bidang yang ramah lingkungan semakin meningkat

dan di saat bersamaan juga membangun perekonomian dan

meningkatkan pendapatan perkapita.

Page 89: RELEVANSI TEORI ENVIRONMENTAL KUZNETS CURVE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48044... · 2019-11-04 · perkapita. Teori ini mempostulasikan relasi berbentuk

73

DAFTAR PUSTAKA

Allard, A., Takman, J., Uddin, G. S., & Ahmed, A. (2018). The N-shaped

environmental Kuznets curve: an empirical evaluation using a panel

quantile regression approach. Environmental Science and Pollution

Research, 25(6), 5848–5861. https://doi.org/10.1007/s11356-017-0907-0

Apergis, N., & Ozturk, I. (2014). Testing Environmental Kuznets Curve hypothesis

in Asian countries. Ecological Indicators, 52, 16–22.

https://doi.org/10.1016/j.ecolind.2014.11.026

Appiah, K., Du, J., Musah, A.-A. I., & Afriyie, S. (2017). Investigation of the

Relationship between Economic Growth and Carbon Dioxide (CO2)

Emissions as Economic Structure Changes: Evidence from Ghana.

Resources and Environment, 8.

Badi H. Baltagi. (2005). Econometric Analysis of Panel Data (3 ed.). John Wiley

& Sons Ltd. England.

Buchanan, J. M., & Stubblebine, W. C. (1962). Externality. Economica, 29(116),

371. https://doi.org/10.2307/2551386

Burcu Özcan, & Ilhan Öztürk. (2019). Environmental Kuznets Curve (EKC): A

Manual. Academic Press.

Copeland, B. R., & Taylor, M. S. (1994). North-South Trade and the Environment.

The Quarterly Journal of Economics, 109(3), 755–787.

https://doi.org/10.2307/2118421

Devy Priambodo Kuswantoro. (2009). Pembangunan Ekonomi dan Deforestasi

Hutan Tropis (Mengkaji Kembali Hipotesis Environmental Kuznets Curve

Menggunakan Analisis Antar Negara. Program Pascasarjana Fakultas

Ekonomi Universitas Padjajaran.

Dinda, S. (2004). Environmental Kuznets Curve Hypothesis: A Survey. Ecological

Economics, 49(4), 431–455.

https://doi.org/10.1016/j.ecolecon.2004.02.011

Page 90: RELEVANSI TEORI ENVIRONMENTAL KUZNETS CURVE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48044... · 2019-11-04 · perkapita. Teori ini mempostulasikan relasi berbentuk

74

Edgar J. Saucedo, Jesús Díaz P., & María del Pilar Parra O. (2017). Estimating

Environmental Kuznets Curve: The Impact of Environmental Taxes and

Energy Consumption in CO2 Emissions of OECD Countries.

Gill, F. L., Viswanathan, K. K., & Karim, M. Z. A. (2018). The Critical Review of

the Pollution Haven Hypothesis. 8(1), 8.

Gujarati, D. N. (2003). Basic econometrics (4th ed). Boston: McGraw Hill.

Kåberger, T. (2018). Progress of renewable electricity replacing fossil fuels. Global

Energy Interconnection, 1(1), 5.

López-Menéndez, A. J., Pérez, R., & Moreno, B. (2014). Environmental costs and

renewable energy: Re-visiting the Environmental Kuznets Curve. Journal

of Environmental Management, 145, 368–373.

https://doi.org/10.1016/j.jenvman.2014.07.017

Luo, Y., Chen, H., Zhu, Q., Peng, C., Yang, G., Yang, Y., & Zhang, Y. (2014).

Relationship between Air Pollutants and Economic Development of the

Provincial Capital Cities in China during the Past Decade. PLoS ONE, 9(8),

e104013. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0104013

Marian R. Chertow. (2001). The IPAT Equation and Its Variants: Changing Views

of Technology and Environmental Impact. Massachusetts Institute of

Technology and Yale University.

Maxensius Tri Sambodo, & Esta Lestari. (2012). Investigating the Environmental

Kuznets Curve: Panel Data Evidence. RIEBS, 3(2).

Milman, O. (2015). Rate of environmental degradation puts life on Earth at risk,

say scientists. Diambil dari

https://www.theguardian.com/environment/2015/jan/15/rate-of-

environmental-degradation-puts-life-on-earth-at-risk-say-scientists

Nachrowi Djalal Nachrowi, & Hardius Usman. (2006). Pendekatan Populer dan

Praktis Ekonometrika Untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan. Lembaga

Penerbit FEUI.

Nicholas Stern. (2007). The Economics of Climate Change. Cambridge University

Press.

Nielsen, E. (2004). Opportunity Cost. Jargon Alert, 1.

Page 91: RELEVANSI TEORI ENVIRONMENTAL KUZNETS CURVE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48044... · 2019-11-04 · perkapita. Teori ini mempostulasikan relasi berbentuk

75

Paul Allison. (2012). When Can You Safely Ignore Multicollinearity? Diambil dari

https://statisticalhorizons.com/multicollinearity

Paula Caballero. (2016). A Short History of the SDGs.

Poudel, B. N., Paudel, K. P., & Bhattarai, K. (2009). Searching for an

Environmental Kuznets Curve in Carbon Dioxide Pollutant in Latin

American Countries. Journal of Agricultural and Applied Economics,

41(1), 13–27. https://doi.org/10.1017/S1074070800002522

Rosa, W. (Ed.). (2017). Transforming Our World: The 2030 Agenda for Sustainable

Development. Dalam A New Era in Global Health.

https://doi.org/10.1891/9780826190123.ap02

Sinha Babu, S., & Datta, S. K. (2013). The relevance of environmental Kuznets

curve (EKC) in a framework of broad-based environmental degradation and

modified measure of growth – a pooled data analysis. International Journal

of Sustainable Development & World Ecology, 20(4), 309–316.

https://doi.org/10.1080/13504509.2013.795505

Solomon, S., & IPCC (Ed.). (2007). Climate change 2007: the physical science

basis ; contribution of Working Group I to the Fourth Assessment Report of

the Intergovernmental Panel on Climate Change (1st published). New

York: UNEP.

Steenhuis, H.-J., & De Bruijn, E. J. (2012). TECHNOLOGY AND ECONOMIC

DEVELOPMENT: A LITERATURE REVIEW. International Journal of

Innovation and Technology Management, 09(05), 1250033.

https://doi.org/10.1142/S0219877012500332

Sterpu, M., Soava, G., & Mehedintu, A. (2018). Impact of Economic Growth and

Energy Consumption on Greenhouse Gas Emissions: Testing

Environmental Curves Hypotheses on EU Countries. Sustainability, 10(9),

3327. https://doi.org/10.3390/su10093327

UNDP (Ed.). (2006). Beyond scarcity: power, poverty and the global water crisis.

New York, NY: UNDP.

Wang, M. N. (2017). Ivestigating the Environmental Kuznets Curve of

Consumption for Developing and Developed Countries. 73.

Page 92: RELEVANSI TEORI ENVIRONMENTAL KUZNETS CURVE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48044... · 2019-11-04 · perkapita. Teori ini mempostulasikan relasi berbentuk

76

Warner, K., Hamza, M., Oliver-Smith, A., Renaud, F., & Julca, A. (2010). Climate

change, environmental degradation and migration. Natural Hazards, 55(3),

689–715. https://doi.org/10.1007/s11069-009-9419-7

Yang, H.-Y. (2001). Trade liberalization and pollution: a general equilibrium

analysis of carbon dioxide emissions in Taiwan. Economic Modelling,

18(3), 435–454. https://doi.org/10.1016/S0264-9993(00)00048-1

Yustisia, D., & Sugiyanto, C. (2014). ANALISIS EMPIRIS ENVIRONMENTAL

KUZNETS CURVE (EKC) TERKAIT ORIENTASI ENERGI. 15, 10.

Zhu, H., Duan, L., Guo, Y., & Yu, K. (2016). The effects of FDI, economic growth

and energy consumption on carbon emissions in ASEAN-5: Evidence from

panel quantile regression. Economic Modelling, 58, 237–248.

https://doi.org/10.1016/j.econmod.2016.05.003

Page 93: RELEVANSI TEORI ENVIRONMENTAL KUZNETS CURVE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48044... · 2019-11-04 · perkapita. Teori ini mempostulasikan relasi berbentuk

77

LAMPIRAN

Lampiran 1: Uji Model Panel

1. Klasifikasi Negara Berpendapatan Menengah Ke Bawah

A. Common Effect Model

Dependent Variable: ED

Method: Panel Least Squares

Date: 09/21/19 Time: 02:49

Sample: 1985 2014

Periods included: 30

Cross-sections included: 10

Total panel (balanced) observations: 300

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -0.176389 0.095921 -1.838909 0.0669

GDP -1.63E-05 0.000116 -0.140507 0.8884

GDP_SQUARED 9.02E-08 3.34E-08 2.699115 0.0074

EC 0.001575 0.000218 7.232653 0.0000

R-squared 0.579609 Mean dependent var 0.790833

Adjusted R-squared 0.575348 S.D. dependent var 0.553414

S.E. of regression 0.360634 Akaike info criterion 0.811337

Sum squared resid 38.49682 Schwarz criterion 0.860721

Log likelihood -117.7005 Hannan-Quinn criter. 0.831100

F-statistic 136.0353 Durbin-Watson stat 0.056890

Prob(F-statistic) 0.000000

B. Fixed Effect Model

Dependent Variable: ED

Method: Panel Least Squares

Date: 09/21/19 Time: 02:52

Sample: 1985 2014

Periods included: 30

Cross-sections included: 10

Total panel (balanced) observations: 300

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -0.531029 0.066758 -7.954516 0.0000

GDP 0.000225 5.54E-05 4.050956 0.0001

GDP_SQUARED 8.01E-09 1.49E-08 0.538096 0.5909

Page 94: RELEVANSI TEORI ENVIRONMENTAL KUZNETS CURVE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48044... · 2019-11-04 · perkapita. Teori ini mempostulasikan relasi berbentuk

78

EC 0.002009 0.000131 15.30553 0.0000

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0.956427 Mean dependent var 0.790833

Adjusted R-squared 0.954605 S.D. dependent var 0.553414

S.E. of regression 0.117911 Akaike info criterion -1.395409

Sum squared resid 3.990155 Schwarz criterion -1.234911

Log likelihood 222.3113 Hannan-Quinn criter. -1.331177

F-statistic 524.9691 Durbin-Watson stat 0.563650

Prob(F-statistic) 0.000000

C. Uji Chow

Redundant Fixed Effects Tests

Equation: Untitled

Test cross-section fixed effects

Effects Test Statistic d.f. Prob.

Cross-section F 275.773527 (9,287) 0.0000

Cross-section Chi-square 680.023647 9 0.0000

Cross-section fixed effects test equation:

Dependent Variable: ED

Method: Panel Least Squares

Date: 09/21/19 Time: 02:55

Sample: 1985 2014

Periods included: 30

Cross-sections included: 10

Total panel (balanced) observations: 300

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -0.176389 0.095921 -1.838909 0.0669

GDP -1.63E-05 0.000116 -0.140507 0.8884

GDP_SQUARED 9.02E-08 3.34E-08 2.699115 0.0074

EC 0.001575 0.000218 7.232653 0.0000

R-squared 0.579609 Mean dependent var 0.790833

Adjusted R-squared 0.575348 S.D. dependent var 0.553414

S.E. of regression 0.360634 Akaike info criterion 0.811337

Sum squared resid 38.49682 Schwarz criterion 0.860721

Log likelihood -117.7005 Hannan-Quinn criter. 0.831100

F-statistic 136.0353 Durbin-Watson stat 0.056890

Prob(F-statistic) 0.000000

Page 95: RELEVANSI TEORI ENVIRONMENTAL KUZNETS CURVE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48044... · 2019-11-04 · perkapita. Teori ini mempostulasikan relasi berbentuk

79

D. Random Effect Model

Dependent Variable: ED

Method: Panel EGLS (Cross-section random effects)

Date: 09/21/19 Time: 02:56

Sample: 1985 2014

Periods included: 30

Cross-sections included: 10

Total panel (balanced) observations: 300

Swamy and Arora estimator of component variances

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -0.526646 0.151526 -3.475615 0.0006

GDP 0.000222 5.53E-05 4.021651 0.0001

GDP_SQUARED 8.69E-09 1.49E-08 0.585111 0.5589

EC 0.002003 0.000131 15.31909 0.0000

Effects Specification

S.D. Rho

Cross-section random 0.430736 0.9303

Idiosyncratic random 0.117911 0.0697

Weighted Statistics

R-squared 0.792079 Mean dependent var 0.039475

Adjusted R-squared 0.789971 S.D. dependent var 0.256206

S.E. of regression 0.117416 Sum squared resid 4.080836

F-statistic 375.8721 Durbin-Watson stat 0.550758

Prob(F-statistic) 0.000000

Unweighted Statistics

R-squared 0.559261 Mean dependent var 0.790833

Sum squared resid 40.36009 Durbin-Watson stat 0.055688

E. Uji Hausman

Correlated Random Effects - Hausman Test

Equation: Untitled

Test cross-section random effects

Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.

Cross-section random 0.522405 3 0.9139

Page 96: RELEVANSI TEORI ENVIRONMENTAL KUZNETS CURVE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48044... · 2019-11-04 · perkapita. Teori ini mempostulasikan relasi berbentuk

80

Cross-section random effects test comparisons:

Variable Fixed Random Var(Diff.) Prob.

GDP 0.000225 0.000222 0.000000 0.5667

GDP_SQUARED 0.000000 0.000000 0.000000 0.4868

EC 0.002009 0.002003 0.000000 0.5970

Cross-section random effects test equation:

Dependent Variable: ED

Method: Panel Least Squares

Date: 09/21/19 Time: 02:58

Sample: 1985 2014

Periods included: 30

Cross-sections included: 10

Total panel (balanced) observations: 300

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -0.531029 0.066758 -7.954516 0.0000

GDP 0.000225 5.54E-05 4.050956 0.0001

GDP_SQUARED 8.01E-09 1.49E-08 0.538096 0.5909

EC 0.002009 0.000131 15.30553 0.0000

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0.956427 Mean dependent var 0.790833

Adjusted R-squared 0.954605 S.D. dependent var 0.553414

S.E. of regression 0.117911 Akaike info criterion -1.395409

Sum squared resid 3.990155 Schwarz criterion -1.234911

Log likelihood 222.3113 Hannan-Quinn criter. -1.331177

F-statistic 524.9691 Durbin-Watson stat 0.563650

Prob(F-statistic) 0.000000

F. Uji Lagrange Multiplier

Lagrange Multiplier Tests for Random Effects

Null hypotheses: No effects

Alternative hypotheses: Two-sided (Breusch-Pagan) and one-sided

(all others) alternatives

Test Hypothesis

Cross-section Time Both

Breusch-Pagan 3367.812 10.81570 3378.628

Page 97: RELEVANSI TEORI ENVIRONMENTAL KUZNETS CURVE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48044... · 2019-11-04 · perkapita. Teori ini mempostulasikan relasi berbentuk

81

(0.0000) (0.0010) (0.0000)

Honda 58.03285 -3.288723 38.70994

(0.0000) -- (0.0000)

King-Wu 58.03285 -3.288723 49.09636

(0.0000) -- (0.0000)

Standardized Honda 70.65661 -3.208538 38.92094

(0.0000) -- (0.0000)

Standardized King-Wu 70.65661 -3.208538 53.59350

(0.0000) -- (0.0000)

Gourierioux, et al.* -- -- 3367.812

(< 0.01)

*Mixed chi-square asymptotic critical values:

1% 7.289

5% 4.321

10% 2.952

2. Klasifikasi Negara Berpendapatan Menengah Ke Atas

A. Common Effect Model

Dependent Variable: ED

Method: Panel Least Squares

Date: 09/21/19 Time: 03:10

Sample: 1985 2014

Periods included: 30

Cross-sections included: 10

Total panel (balanced) observations: 300

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -0.569637 0.120911 -4.711200 0.0000

GDP -0.000139 5.25E-05 -2.651309 0.0084

GDP_SQUARED -2.64E-10 4.02E-09 -0.065685 0.9477

EC 0.003653 6.13E-05 59.57587 0.0000

R-squared 0.945512 Mean dependent var 3.995595

Adjusted R-squared 0.944959 S.D. dependent var 2.429154

S.E. of regression 0.569897 Akaike info criterion 1.726522

Sum squared resid 96.13568 Schwarz criterion 1.775906

Log likelihood -254.9783 Hannan-Quinn criter. 1.746285

F-statistic 1712.120 Durbin-Watson stat 0.126759

Page 98: RELEVANSI TEORI ENVIRONMENTAL KUZNETS CURVE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48044... · 2019-11-04 · perkapita. Teori ini mempostulasikan relasi berbentuk

82

Prob(F-statistic) 0.000000

B. Fixed Effect Model (Tanpa Weighted Cross Section)

Dependent Variable: ED

Method: Panel Least Squares

Date: 09/21/19 Time: 03:12

Sample: 1985 2014

Periods included: 30

Cross-sections included: 10

Total panel (balanced) observations: 300

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -0.903156 0.108466 -8.326626 0.0000

GDP 0.000320 4.65E-05 6.882512 0.0000

GDP_SQUARED -1.75E-08 2.33E-09 -7.518958 0.0000

EC 0.002521 7.96E-05 31.66746 0.0000

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0.990722 Mean dependent var 3.995595

Adjusted R-squared 0.990334 S.D. dependent var 2.429154

S.E. of regression 0.238820 Akaike info criterion 0.016157

Sum squared resid 16.36910 Schwarz criterion 0.176654

Log likelihood 10.57646 Hannan-Quinn criter. 0.080388

F-statistic 2553.930 Durbin-Watson stat 0.628163

Prob(F-statistic) 0.000000

C. Fixed Effect Model (Dengan Weighted Cross Section)

Dependent Variable: ED

Method: Panel EGLS (Cross-section weights)

Date: 09/21/19 Time: 03:11

Sample: 1985 2014

Periods included: 30

Cross-sections included: 10

Total panel (balanced) observations: 300

White diagonal standard errors & covariance (d.f. corrected)

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -0.903156 0.139233 -6.486632 0.0000

GDP 0.000320 5.59E-05 5.729560 0.0000

GDP_SQUARED -1.75E-08 2.84E-09 -6.183187 0.0000

Page 99: RELEVANSI TEORI ENVIRONMENTAL KUZNETS CURVE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48044... · 2019-11-04 · perkapita. Teori ini mempostulasikan relasi berbentuk

83

EC 0.002521 8.39E-05 30.03894 0.0000

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

Weighted Statistics

R-squared 0.990722 Mean dependent var 3.995595

Adjusted R-squared 0.990334 S.D. dependent var 2.429154

S.E. of regression 0.238820 Sum squared resid 0.016157

F-statistic 16.36910 Durbin-Watson stat 0.176654

Prob(F-statistic) 10.57646

D. Uji Chow

Redundant Fixed Effects Tests

Equation: Untitled

Test cross-section fixed effects

Effects Test Statistic d.f. Prob.

Cross-section F 155.394415 (9,287) 0.0000

Cross-section Chi-square 531.109448 9 0.0000

Cross-section fixed effects test equation:

Dependent Variable: ED

Method: Panel Least Squares

Date: 09/21/19 Time: 03:18

Sample: 1985 2014

Periods included: 30

Cross-sections included: 10

Total panel (balanced) observations: 300

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -0.569637 0.120911 -4.711200 0.0000

GDP -0.000139 5.25E-05 -2.651309 0.0084

GDP_SQUARED -2.64E-10 4.02E-09 -0.065685 0.9477

EC 0.003653 6.13E-05 59.57587 0.0000

R-squared 0.945512 Mean dependent var 3.995595

Adjusted R-squared 0.944959 S.D. dependent var 2.429154

S.E. of regression 0.569897 Akaike info criterion 1.726522

Sum squared resid 96.13568 Schwarz criterion 1.775906

Log likelihood -254.9783 Hannan-Quinn criter. 1.746285

F-statistic 1712.120 Durbin-Watson stat 0.126759

Prob(F-statistic) 0.000000

Page 100: RELEVANSI TEORI ENVIRONMENTAL KUZNETS CURVE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48044... · 2019-11-04 · perkapita. Teori ini mempostulasikan relasi berbentuk

84

E. Random Effect Model

Dependent Variable: ED

Method: Panel EGLS (Cross-section random effects)

Date: 09/21/19 Time: 03:19

Sample: 1985 2014

Periods included: 30

Cross-sections included: 10

Total panel (balanced) observations: 300

Swamy and Arora estimator of component variances

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -0.819293 0.197894 -4.140061 0.0000

GDP 0.000268 4.45E-05 6.009804 0.0000

GDP_SQUARED -1.57E-08 2.28E-09 -6.899429 0.0000

EC 0.002626 7.57E-05 34.70333 0.0000

Effects Specification

S.D. Rho

Cross-section random 0.529886 0.8312

Idiosyncratic random 0.238820 0.1688

Weighted Statistics

R-squared 0.952496 Mean dependent var 0.327676

Adjusted R-squared 0.952014 S.D. dependent var 1.122099

S.E. of regression 0.245803 Sum squared resid 17.88401

F-statistic 1978.345 Durbin-Watson stat 0.577873

Prob(F-statistic) 0.000000

Unweighted Statistics

R-squared 0.871904 Mean dependent var 3.995595

Sum squared resid 226.0041 Durbin-Watson stat 0.045728

F. Uji Hausman

Correlated Random Effects - Hausman Test

Equation: Untitled

Test cross-section random effects

Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.

Cross-section random 20.560908 3 0.0001

Page 101: RELEVANSI TEORI ENVIRONMENTAL KUZNETS CURVE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48044... · 2019-11-04 · perkapita. Teori ini mempostulasikan relasi berbentuk

85

Cross-section random effects test comparisons:

Variable Fixed Random Var(Diff.) Prob.

GDP 0.000320 0.000268 0.000000 0.0001

GDP_SQUARED -0.000000 -0.000000 0.000000 0.0002

EC 0.002521 0.002626 0.000000 0.0000

Cross-section random effects test equation:

Dependent Variable: ED

Method: Panel Least Squares

Date: 09/21/19 Time: 03:20

Sample: 1985 2014

Periods included: 30

Cross-sections included: 10

Total panel (balanced) observations: 300

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -0.903156 0.108466 -8.326626 0.0000

GDP 0.000320 4.65E-05 6.882512 0.0000

GDP_SQUARED -1.75E-08 2.33E-09 -7.518958 0.0000

EC 0.002521 7.96E-05 31.66746 0.0000

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0.990722 Mean dependent var 3.995595

Adjusted R-squared 0.990334 S.D. dependent var 2.429154

S.E. of regression 0.238820 Akaike info criterion 0.016157

Sum squared resid 16.36910 Schwarz criterion 0.176654

Log likelihood 10.57646 Hannan-Quinn criter. 0.080388

F-statistic 2553.930 Durbin-Watson stat 0.628163

Prob(F-statistic) 0.000000

G. Uji Lagrange Multiplier

Lagrange Multiplier Tests for Random Effects

Null hypotheses: No effects

Alternative hypotheses: Two-sided (Breusch-Pagan) and one-sided

(all others) alternatives

Test Hypothesis

Cross-section Time Both

Breusch-Pagan 2063.883 5.080270 2068.963

(0.0000) (0.0242) (0.0000)

Page 102: RELEVANSI TEORI ENVIRONMENTAL KUZNETS CURVE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48044... · 2019-11-04 · perkapita. Teori ini mempostulasikan relasi berbentuk

86

Honda 45.42998 -2.253945 30.53006

(0.0000) -- (0.0000)

King-Wu 45.42998 -2.253945 38.59022

(0.0000) -- (0.0000)

Standardized Honda 54.53015 -2.151148 29.64463

(0.0000) -- (0.0000)

Standardized King-Wu 54.53015 -2.151148 40.89063

(0.0000) -- (0.0000)

Gourierioux, et al.* -- -- 2063.883

(< 0.01)

*Mixed chi-square asymptotic critical values:

1% 7.289

5% 4.321

10% 2.952

3. Klasifikasi Negara Berpendapatan Tinggi

A. Common Effect Model

Dependent Variable: ED

Method: Panel Least Squares

Date: 09/21/19 Time: 03:23

Sample: 1985 2014

Periods included: 30

Cross-sections included: 10

Total panel (balanced) observations: 300

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 7.995295 2.077363 3.848770 0.0001

GDP -0.000163 7.47E-05 -2.179405 0.0301

GDP_SQUARED 7.22E-10 6.65E-10 1.086567 0.2781

EC 0.001789 0.000127 14.10467 0.0000

R-squared 0.448956 Mean dependent var 12.57970

Page 103: RELEVANSI TEORI ENVIRONMENTAL KUZNETS CURVE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48044... · 2019-11-04 · perkapita. Teori ini mempostulasikan relasi berbentuk

87

Adjusted R-squared 0.443371 S.D. dependent var 4.630637

S.E. of regression 3.454807 Akaike info criterion 5.330654

Sum squared resid 3532.964 Schwarz criterion 5.380038

Log likelihood -795.5981 Hannan-Quinn criter. 5.350417

F-statistic 80.38730 Durbin-Watson stat 0.160274

Prob(F-statistic) 0.000000

B. Fixed Effect Model

Dependent Variable: ED

Method: Panel Least Squares

Date: 09/21/19 Time: 03:24

Sample: 1985 2014

Periods included: 30

Cross-sections included: 10

Total panel (balanced) observations: 300

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 12.57803 1.413293 8.899805 0.0000

GDP -0.000289 4.74E-05 -6.102541 0.0000

GDP_SQUARED 1.96E-09 4.45E-10 4.407916 0.0000

EC 0.001506 0.000190 7.907522 0.0000

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0.855133 Mean dependent var 12.57970

Adjusted R-squared 0.849075 S.D. dependent var 4.630637

S.E. of regression 1.798957 Akaike info criterion 4.054658

Sum squared resid 928.8029 Schwarz criterion 4.215155

Log likelihood -595.1987 Hannan-Quinn criter. 4.118889

F-statistic 141.1768 Durbin-Watson stat 0.591781

Prob(F-statistic) 0.000000

C. Uji Chow

Redundant Fixed Effects Tests

Equation: Untitled

Test cross-section fixed effects

Effects Test Statistic d.f. Prob.

Cross-section F 89.409499 (9,287) 0.0000

Cross-section Chi-square 400.798766 9 0.0000

Page 104: RELEVANSI TEORI ENVIRONMENTAL KUZNETS CURVE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48044... · 2019-11-04 · perkapita. Teori ini mempostulasikan relasi berbentuk

88

Cross-section fixed effects test equation:

Dependent Variable: ED

Method: Panel Least Squares

Date: 09/21/19 Time: 03:24

Sample: 1985 2014

Periods included: 30

Cross-sections included: 10

Total panel (balanced) observations: 300

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 7.995295 2.077363 3.848770 0.0001

GDP -0.000163 7.47E-05 -2.179405 0.0301

GDP_SQUARED 7.22E-10 6.65E-10 1.086567 0.2781

EC 0.001789 0.000127 14.10467 0.0000

R-squared 0.448956 Mean dependent var 12.57970

Adjusted R-squared 0.443371 S.D. dependent var 4.630637

S.E. of regression 3.454807 Akaike info criterion 5.330654

Sum squared resid 3532.964 Schwarz criterion 5.380038

Log likelihood -795.5981 Hannan-Quinn criter. 5.350417

F-statistic 80.38730 Durbin-Watson stat 0.160274

Prob(F-statistic) 0.000000

D. Random Effect Model

Dependent Variable: ED

Method: Panel EGLS (Cross-section random effects)

Date: 09/21/19 Time: 03:23

Sample: 1985 2014

Periods included: 30

Cross-sections included: 10

Total panel (balanced) observations: 300

Swamy and Arora estimator of component variances

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 12.47244 1.826583 6.828291 0.0000

GDP -0.000289 4.72E-05 -6.107363 0.0000

GDP_SQUARED 1.94E-09 4.43E-10 4.390311 0.0000

EC 0.001525 0.000185 8.253279 0.0000

Effects Specification

S.D. Rho

Cross-section random 3.702652 0.8090

Idiosyncratic random 1.798957 0.1910

Weighted Statistics

Page 105: RELEVANSI TEORI ENVIRONMENTAL KUZNETS CURVE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48044... · 2019-11-04 · perkapita. Teori ini mempostulasikan relasi berbentuk

89

R-squared 0.242884 Mean dependent var 1.111516

Adjusted R-squared 0.235210 S.D. dependent var 2.048509

S.E. of regression 1.791468 Sum squared resid 949.9693

F-statistic 31.65238 Durbin-Watson stat 0.579402

Prob(F-statistic) 0.000000

Unweighted Statistics

R-squared 0.433052 Mean dependent var 12.57970

Sum squared resid 3634.928 Durbin-Watson stat 0.151424

E. Uji Hausman

Correlated Random Effects - Hausman Test

Equation: Untitled

Test cross-section random effects

Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.

Cross-section random 0.540419 3 0.9099

Cross-section random effects test comparisons:

Variable Fixed Random Var(Diff.) Prob.

GDP -0.000289 -0.000289 0.000000 0.8580

GDP_SQUARED 0.000000 0.000000 0.000000 0.6938

EC 0.001506 0.001525 0.000000 0.6815

Cross-section random effects test equation:

Dependent Variable: ED

Method: Panel Least Squares

Date: 09/21/19 Time: 03:25

Sample: 1985 2014

Periods included: 30

Cross-sections included: 10

Total panel (balanced) observations: 300

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 12.57803 1.413293 8.899805 0.0000

GDP -0.000289 4.74E-05 -6.102541 0.0000

GDP_SQUARED 1.96E-09 4.45E-10 4.407916 0.0000

EC 0.001506 0.000190 7.907522 0.0000

Effects Specification

Page 106: RELEVANSI TEORI ENVIRONMENTAL KUZNETS CURVE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48044... · 2019-11-04 · perkapita. Teori ini mempostulasikan relasi berbentuk

90

Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0.855133 Mean dependent var 12.57970

Adjusted R-squared 0.849075 S.D. dependent var 4.630637

S.E. of regression 1.798957 Akaike info criterion 4.054658

Sum squared resid 928.8029 Schwarz criterion 4.215155

Log likelihood -595.1987 Hannan-Quinn criter. 4.118889

F-statistic 141.1768 Durbin-Watson stat 0.591781

Prob(F-statistic) 0.000000

F. Uji Lagrange Multiplier

Lagrange Multiplier Tests for Random Effects

Null hypotheses: No effects

Alternative hypotheses: Two-sided (Breusch-Pagan) and one-sided

(all others) alternatives

Test Hypothesis

Cross-section Time Both

Breusch-Pagan 2237.369 10.25237 2247.622

(0.0000) (0.0014) (0.0000)

Honda 47.30084 -3.201932 31.18264

(0.0000) -- (0.0000)

King-Wu 47.30084 -3.201932 39.76323

(0.0000) -- (0.0000)

Standardized Honda 58.10062 -3.119184 30.60860

(0.0000) -- (0.0000)

Standardized King-Wu 58.10062 -3.119184 42.88772

(0.0000) -- (0.0000)

Gourierioux, et al.* -- -- 2237.369

(< 0.01)

*Mixed chi-square asymptotic critical values:

1% 7.289

5% 4.321

10% 2.952

Page 107: RELEVANSI TEORI ENVIRONMENTAL KUZNETS CURVE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48044... · 2019-11-04 · perkapita. Teori ini mempostulasikan relasi berbentuk

91

Lampiran 2: Uji Multikolinearitas

1. Klasifikasi Negara Berpendapatan Menengah Ke Bawah

Variance Inflation Factors

Date: 09/18/19 Time: 00:29

Sample: 1 300

Included observations: 300

Coefficient Uncentered Centered

Variable Variance VIF VIF

C 0.018702 1.118545 NA

GDP 7.19E-10 2.093451 2.011464

EC 1.59E-08 2.243734 2.011464

2. Klasifikasi Negara Berpendapatan Menengah Ke Atas

Variance Inflation Factors

Date: 09/18/19 Time: 00:34

Sample: 1 300

Included observations: 300

Coefficient Uncentered Centered

Variable Variance VIF VIF

C 0.007285 34.92045 NA

GDP 2.60E-10 44.15088 1.888047

EC 6.43E-09 63.58899 1.888047

3. Klasifikasi Negara Berpendapatan Tinggi

Variance Inflation Factors

Date: 09/18/19 Time: 00:38

Sample: 1 300

Included observations: 300

Coefficient Uncentered Centered

Variable Variance VIF VIF

C 2.347120 1.946411 NA

GDP 2.36E-10 1.537105 1.137540

EC 3.55E-08 2.120140 1.137540

Page 108: RELEVANSI TEORI ENVIRONMENTAL KUZNETS CURVE …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48044... · 2019-11-04 · perkapita. Teori ini mempostulasikan relasi berbentuk

92

Lampiran 3: Uji Breusch-Pagan-Godfrey (Uji Heteroskedastisitas)

1. Klasifikasi Negara Berpendapatan Menengah Ke Atas

Heteroskedasticity Test: Breusch-Pagan-Godfrey

F-statistic 49.56152 Prob. F(3,296) 0.0000

Obs*R-squared 100.3079 Prob. Chi-Square(3) 0.0000

Scaled explained SS 79.07820 Prob. Chi-Square(3) 0.0000

Test Equation:

Dependent Variable: RESID^2

Method: Least Squares

Date: 09/21/19 Time: 03:38

Sample: 1 300

Included observations: 300

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -0.103102 0.071068 -1.450756 0.1479

GDP -4.86E-05 3.09E-05 -1.574309 0.1165

GDP_SQUARED 3.81E-09 2.36E-09 1.613065 0.1078

EC 0.000367 3.60E-05 10.17989 0.0000

R-squared 0.334360 Mean dependent var 0.320452

Adjusted R-squared 0.327613 S.D. dependent var 0.408502

S.E. of regression 0.334968 Akaike info criterion 0.663680

Sum squared resid 33.21226 Schwarz criterion 0.713064

Log likelihood -95.55205 Hannan-Quinn criter. 0.683444

F-statistic 49.56152 Durbin-Watson stat 0.754723

Prob(F-statistic) 0.000000