religiusitas pekerja seks komersial (studi kasus lokalisasi boker...
TRANSCRIPT
i
Religiusitas Pekerja Seks Komersial
(Studi Kasus Lokalisasi Boker Jl. Raya Bogor Kelurahan Ciracas
Kecamatan Ciracas Jakarta Timur)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Agama (S.Ag)
Disusun Oleh :
ACHMAD TEDI ANWAR
NIM : 1113032100077
PRODI STUDI AGAMA-AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H./ 2020 M.
i
LEMBAR PERSETUJUAN
Religiusitas Pekerja Seks Komersial
(Studi Kasus Pekerja Seks Komersial Lokalisasi Boker Jl. Raya Bogor
Kelurahan Ciracas Kecamatan Ciracas Jakarta Timur)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Untuk Memperoleh Sebagai Persyaratan guna Memeperoleh
Gelar Sarjana Agama (S. Ag.)
Oleh:
Achmad Tedi Anwar
NIM: 1113032100077
Dibawah Bimbingan
Zainal Muttaqin, MA
NUPN: 9920112756
JURUSAN STUDI AGAMA AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H/2020 M
ii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul Religiusitas Pekerja Seks Komersial (Studi Kasus
Lokalisasi Boker Jl. Raya Bogor Kelurahan Ciracas Kecamatan Ciracas
Jakarta Timur). Telah diujikan dalam siding munaqashah Fakultas Ushuluddin
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 27 Juli 2020.
Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
Agama (S. Ag) Program Strata Satu (S-1) pada jurusan Studi Agama-agama.
Jakarta, 27 Juli 2020
Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota
Syaiful Azmi, MA
NIP. 19710310 199703 1 005
Lisfa Sentosa Aisyah, MA
NIP. 1975050506 200501 2 003
Anggota,
Penguji I Penguji II
Drs. DadiDarmadi, MA
NIP: 19690707 199503 1 001
Siti Nadroh, MA
NUPN: 9920112687
Dosen Pembimbing,
ZainalMuttaqin, MA
NUPN: 9920112756
iii
LEMBARPERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Achmad Tedi Anwar
Fakultas : Ushuluddin
Jurasan/Prodi : Studi Agama-agama
Judul Skripsi : Religiusitas Pekerja Seks Komersial (Studi Kasus
Lokalisasi Boker JI. Bogor Kel. Ciracas Kec. Ciracas
Jakarta Timur)
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di UIN
SyarifHidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya
asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain maka, saya
bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN SyarifHidayatullah
Jakarta.
Jakarta, 12 Jull 2020
Achmad Tedi Anwar
iv
Abstrak
Achmad Tedi Anwar
Judul Skrpisi : “Religiusitas Pekerja Seks Komersial (Studi Kasus Lokalisasi
Boker Jl. Raya Bogor Kelurahan Ciracas Kecamatan Ciracas Jakarta
Timur)”
Religiusitas adalah suatu kesatuan unsur menyeluruh, yang menjadikan
seseorang disebut sebagai orang yang beragama (being religious), dan bukan
sekedar mengaku mempunyai agama (having religious). Religiusitas meliputi
pengetahuan agama, pengalaman agama, perilaku agama, dan sikap sosial
keagamaan. Religiusitas dalam pandangan Glock dan Stark dikategorikan dalam
5 dimensi, yaitu: keyakinan, ritual, pengetahuan, pengalaman, dan konsekuensi.
Religiusitas setiap individu tidak akan sama baik dari bagaimana meyakini,
seberapa jauh melakukan ritual, seberapa banyak pengetahuan keagamaan yang
dimiliki, pengalaman religius apa saja yang dirasakan pada momen-momen
terntentu, dan bagaimana pengaruh agama kepada individu yang lahir menjadi
sebuah akhlak atau sikap.
Penelitian ini dilakukan di Lokalisasi Boker Jl. Raya Bogor Kelurahan
Ciracas Kecamatan Ciracas Jakarta Timur dan yang menjadi objek kajiannya
adalah para PSK di lokalisasi tersebut. Penelitian ini bersifat penelitian kualitatif
dengan menggunakan teknik pengambilan data melalui studi kepustakaan, dan
wawancara. Penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologi untuk menelaah
bagaimana fenomena religiusitas para PSK di lokasi penelitian dan sikap sosial
yang dilakukan oleh para PSK tersebut. Dalam penelitian ini menggunakan teori
Dramaturgi Erving Goffman dan konsep religiusitas Glock dan Stark untuk
mendeskripsikan bagaimana sisi religiusitas yang banyak luput dari penilaian
masyarakat dan bagaimana mengupas sisi religiusitas para PSK di lokasi
penelitian dalam dimensi keyakinan, ritual, pengetahuan, pengalaman, dan
konsekuensi.
Penelitian ini ingin mengetahui bagaimana religiusitas para PSK
Lokalisasi Boker dan sejauh mana dampak yang diberikan dari religiusitas
tersebut dalam keseharian para PSK di lokasi penelitian. Melalui wawancara dan
observasi diketahui bahwa para PSK di lokasi penelitian memiliki sisi religiusitas
dengan cara mereka sendiri. Dari segi dimensi religiusitas, mereka memiliki
keyakinan agama yang sederhana, pengetahuan keagamaan yang bersifat
mendasar, rutinitas ritual keagamaan yang masih mereka jalankan, pengalaman
religius dalam momen-momen tertentu, dan sikap yang lahir sebagai konsekuensi
atas sisi religiusitas mereka.
Kata Kunci : Religiusitas, Pekerja Seks Komersial, Lokalisasi.
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji dan syukur penulis haturkan tiada henti ke hadirat
Allah SWT semata yang semoga selalu memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya
kepada penulis. Segala syukur senantiasa penulis panjatkan atas segala nikmat
sehat dan beragam nikmat lainnya. Dengan syukur kepada Allah Yang Maha Esa
maka semoga menjadi penghapus kesalahan dan ditambahkannya nikmat oleh
Allah SWT. Berkat izin dan karunia-Nya, penulis bisa mempersembahkan skripsi
yang sederhana ini sebagai syarat memperoleh gelar sarjana. Tak lupa juga salam
serta sholawat terus saya lantunkan secara spesial untuk baginda Nabi Muhammad
S.A.W semoga kelak kita termasuk umat yang mendapat syafaat darinya. Penulis
menyadari bahwa skripsi ini tentunya jauh dari kata sempurna sehingga penulis
membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kemajuan
pendidikan di masa yang akan datang. Selanjutnya dalam penulisan skiripsi ini
penulis banyak diberi bantuan oleh berbagai pihak. Terima kasih penulis haturkan
kepada:
1. Kedua orang tua penulis yang sudah sangat berjasa dalam
mengantarkan dan memfasilitasi penulis sehingga bisa sampai jenjang
perkuliahan.
2. Ibu Prof. Dr. Amany Burhanuddin Lubis, MA selaku Rektor
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Dr. Yusuf Rahman, MA selaku Dekan Fakultas Ushuluddin
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
vi
4. Bapak Syaiful Azmi, MA selaku Ketua Jurusan Studi Agama-agama,
Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
5. Ibu Lisfa Sentosa Aisyah, MA selaku Sekertaris Jurusan Studi
Agama-agama, Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
6. Bapak Zainal Muttaqin, MA selaku dosen pembimbing skripsi yang
atas kesabaran dan ketelitiannya dalam membimbing penulis. Beliau
telah banyak meluangkan waktu, tenaga, pikiran dan kesabaran dalam
memberikan arahan, motivasi serta bimbingan kepada penulis
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
7. Ahmad Ridho, DESA, selaku Penasehat Akademik yang memberikan
arahan dan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan dengan
baik.
8. Seluruh dosen di program Studi Agama-Agama yang telah mendidik
penulis dan mencurahkan segala ilmunya.
9. Seluruh staf di Jurusan Studi Agama-Agama, UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
10. Para PSK lokalisasi Boker Jl. Raya Bogor Kelurahan Ciracas
Kecamatan Ciracas Jakarta Timur yang telah bersedia diwawancarai
oleh penulis untuk bahan penelitian ini.
11. Staf RW di sekitar lokalisasi Boker Jl. Raya Bogor Kelurahan Ciracas
Kecamatan Ciracas Jakarta Timur.
vii
12. Untuk sahabat terdekat penulis Fahad Muhammad Al-Faruq, Imam
Wahyudi, Irvan Santoso, M. Amindudin dan rekan-rekan Studi
Agama-Agama kelas A dan B angkatan 2013 yang tidak bisa
disebutkan satu persatu.
13. Dan kepada semua orang yang mengajarkan penulis tentang pelajaran
dan perjalanan hidup, terima kasih atas ilmu dan pengalaman yang
diberikan.
Jakarta, 16 Juni 2020
Achmad Tedi Anwar
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN. .............................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN PANITIAN UJIAN .............................................. ii
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................ iii
ABSTRAK ........................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ......................................................................................... v
DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah dan Batasan Masalah .................................................. 5
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 6
E. Kajian Pustaka ............................................................................................. 7
F. Metodologi Penelitian .................................................................................. 10
G. Sistematika Penulisan .................................................................................. 19
BAB II Profil Lokalisasi Boker
A. Letak Geogafis dan Demografis Lokalisasi Boker .................................... 21
B. Sejarah, Kondisi Ekonomi, Sosial, dan Budaya ........................................ 23
C. Profil Informan ............................................................................................ 28
BAB III Kehidupan Pekerja Seks Komersial di Lokalisasi Boker Jl. Raya
Bogor Kelurahan Ciracas Kecamatan Ciracas Jakarta Timur
A. Kehidupan Pekerja Seks Komersial di Indonesia ..................................... 30
B. Kehidupan PSK di Lokalisasi Boker Jl. Raya Bogor Kelurahan Ciracas
Kecamatan Ciracas Jakarta Timur ........................................................... 33
C. Pola Interaksi Sosial PSK di Lokalisasi Boker Jl. Raya Bogor Kelurahan
Ciracas Kecamatan Ciracas Jakarta Timur ............................................. 37
ix
BAB IV Religiusitas Pekerja Seks Komersial di Lokalisasi Boker Jl. Raya
Bogor Kelurahan Ciracas Kecamatan Ciracas Jakarta Timur
A. Religiusitas PSK Lokalisasi Boker ............................................................. 41
1. Ranah Keyakinan ................................................................................... 41
2. Ranah Ritual ........................................................................................... 44
3. Ranah Pengetahuan ............................................................................... 47
4. Ranah Konsekuensi ............................................................................... 52
5. Ranah Penghayatan ............................................................................... 55
B. Analisa Terhadap Religiusitas Pekerja Seks Komersial di Lokalisasi
Boker ............................................................................................................. 58
BAB V Penutup
A. Kesimpulan .............................................................................................. 65
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 67
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam pemenuhan kebutuhan primer manusia, bekerja adalah salah satu
jalan agar bisa terpenuhinya kebutuhan primer seperti sandang dan pangan agar
manusia bisa tetap bertahan hidup. Dalam praktiknya, tidak semua pekerjaan
manusia dianggap baik oleh kalangan masyarakat maupun oleh pandangan agama.
Dan pelacuran adalah salah satu pekerjaan yang dianggap sebagai masalah sosial
dimana pelacuran dianggap menyalahi norma sosial dan norma agama dengan
tujuan komersial. Pelacuran sendiri merupakan pekerjaan yang setua umur
manusia itu sendiri.1
Pelacuran atau yang sekarang dikenal dengan sebutan pekerja seks
komersial (PSK) menurut Kartini Kartono, adalah sebuah penyimpangan seksual
dengan pola-pola organisasi disertai dorongan dan komersialisasi seks dengan
motif ekonomi.2 Di Indonesia sendiri menurut data Kemensos menyatakan bahwa
pada tahun 2018 Indonesia merupakan negara dengan jumlah lokalisasi paling
banyak di dunia dengan total ada 40 ribu pekerja seks komersial dengan total 168
lokalisasi di 24 provinsi dan 76 kabupaten/kota di seluruh Indonesia dengan
rentang waktu dari tahun 2013 sampai dengan 2018 dan itupun masih belum
1 Mia Amalia, Analisis Terhadap Tidak Pidana Prostitusi Dihubungkan Dengan Etika
Moral Serta Upaya Penanggulangan Di Kawasan Cisarua Kampung Arab, Jurnal Mimbar Justisia,
Vol. II No. 02 Edisi Juli-Desember 2016, h. 862. 2 Siti Munawaroh, Pekerja Seks Komersial (PSK) di Wilayah Prambanan, Kabupaten
Klaten Jawa Tengah, Jurnal Dimensia, Vol. 4, No. 2, September 2010, h. 71.
2
termasuk PSK yang tidak terdata oleh Dinas Sosial seperti lokalisasi online dan
lain-lain.3
Persebaran Lokalisasi di Indonesia selain berkembang dengan cepat,
pertumbuhan lokalisasi juga keberadaaannya berkembang pesat terutama di kota-
kota besar di beberapa provinsi Indonesia. Pada urutan pertama diduduki oleh
Provinsi Jawa Timur dengan jumlah lokalisasi sebanyak 53 tempat yang tersebar
di 16 kabupaten/kota. Sama seperti Jawa Timur dan kota besar lainnya di
Indonesia, Jakarta menjadi magnet yan menarik bagi praktik lokalisasi atau
penjajaan jasa PSK, salah satunya adalah lokalisasi Boker Jl. Raya Bogor
Kelurahan Ciracas Kecamatan Ciracas Jakarta Timur yang sebenarnya nama
Boker Jl. Raya Bogor Kelurahan Ciracas Kecamatan Ciracas Jakarta Timur
hanyalah nama sebutan bagi tempat lokalisasi yang ada di Ciracas Jakarta Timur
tepatnya di Kelurahan Ciracas Ciracas Jakarta Timur yang sudah ada sejak tahun
1975 dengan banyaknya warung atau bilik remang-remang di lokasi tersebut.
Pada tahun 2010 dibangun sebuah GOR di lokasi lokalisasi Boker Jl. Raya Bogor
Kelurahan Ciracas Kecamatan Ciracas Jakarta Timur dengan pengerjaan yang
dimulai pada tahun 2005.
Aktifitas lokalisasi di Boker Jl. Raya Bogor Kelurahan Ciracas Kecamatan
Ciracas Jakarta Timur sempat vakum selama beberapa bulan namun kembali
3 http://m.cnnindonesia.com/nasional/20180419112100-20-291933/kemensos-40-ribu-
psk-menghuni-prostitusi-indonesia diakses pada 13 Februari 2020 pukul 19:45 WIB.
3
ramai kembali oleh praktik lokalisasi di jalanan sepanjang samping GOR
Ciracas.4
Menurut salah satu penuturan warga setempat5 bahwasanya di kawasan
sekitar lokalisasi Boker Jl. Raya Bogor Kelurahan Ciracas Kecamatan Ciracas
Jakarta Timur masih berlangsung kegiatan religiusitas yang dilakukan oleh umat
Muslim setempat. Sedangakan menurut salah satu penuturan PSK di lokalisasi
Boker Jl. Raya Bogor Kelurahan Ciracas Kecamatan Ciracas Jakarta Timur, dia
menuturkan bahwasanya rata-rata PSK di Boker Jl. Raya Bogor Kelurahan
Ciracas Kecamatan Ciracas Jakarta Timur rata-rata beragama Islam namun tidak
menutup kemungkinan ada yang beragama selain Islam.6
Agama dalam kehidupan individu berfungsi sebagai suatu sistem nilai
yang memuat norma-norma tertentu. Secara umum norma-norma tersebut menjadi
kerangka acuan dalam bersikap dan bertingkah laku agar sejalan dengan agama
yang dianutnya.7 Sejalan dengan fungsinya, agama seharusnya bisa memberikan
pengaruh yang nyata terhadap aktivitas pelacuran di lokalisasi Boker Jl. Raya
Bogor Kelurahan Ciracas Kecamatan Ciracas Jakarta Timur, seperti pengaruh atau
motivasi untuk berhenti menjadi PSK. Karena Agama berpengaruh sebagai
motivasi yang mendorong individu untuk melakukan suatu aktivitas, hal tersebut
4 http://m.detik.com/news/berita/d-3440073/megahnya-gor-ciracas-yang-dibangun-di-
bekas-prostitusi-Boker Jl. Raya Bogor Kelurahan Ciracas Kecamatan Ciracas Jakarta Timur
diakses pada 13 Februari 2020 pukul 19:45 WIB. 5 Wawancara dengan salah satu penduduk setempat yang bernama Tasno pada tanggal 12
Februari 2020. 6 Wawancara dengan salah satu PSK Boker Jl. Raya Bogor Kelurahan Ciracas Kecamatan
Ciracas Jakarta Timur (nama disamarkan) pada tanggal 12 Februari 2020. 7 Bambang Syamsul Arifin, Psikologi Agama, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2008) h.
143.
4
dikarenakan setiap perbuatan yang didasari latar keyakinan agama dikatakan
mempunyai unsur kesucian dan ketaatan. Hal tersebutlah yang menjadi motivasi
atau pengaruh kepada seseorang yang memiliki pengetahuan akan agama untuk
melakukan sesuatu. Selain itu, agama juga berfungsi sebagai penunjuk arah atau
pedoman untuk membedakan mana yang baik dan yang tidak baik, mana yang
boleh dan tidak boleh menurut ajaran agama yang dianut.8
Selain fungsi agama sebagai sumber nilai dalam menjaga kesusilaan antara
mana yang baik dan tidak menurut agama. Dalam kehidupan individu, agama juga
berperan sebagai sarana untuk mengatasi frustasi. Ketika seseorang gagal
mendapatkan kepuasan yang sesuai dengan kebutuhannya, maka ia mengarahkan
pemenuhannya kepada Tuhan. Untuk itu ia melakukan penekatan kepada Tuhan
melalui ibadah, karena hal tersebut dapat melahirkan tingkah laku keagamaan atau
religiusitas.9
Dalam kaitannya dengan PSK di lokalisasi Boker Jl. Raya Bogor
Kelurahan Ciracas Kecamatan Ciracas Jakarta Timur ialah bagaimana paham
religiusitas mereka dan kaitannya dengan pekerjaan yang mereka lakukan. Serta
bagaimana mereka bisa melakukan pekerjaan amoral tersebut pada saat bersamaan
dengan pengaruh paham religiusitas dalam diri mereka. Salah satu contohnya
ialah hasil wawancara dengan salah satu PSK di kawasan prostisusi Boker Jl.
Raya Bogor Kelurahan Ciracas Kecamatan Ciracas Jakarta Timur, dia mengetahui
sedikit dari poin-poin dasar religiusitasya seperti bagaimana keyakinanya, ritual
8 Mulyadi, Agama dan Pengaruhnya Dalam Kehidupan, Jurnal Tarbiyah Al-Awlad, Vol.
VI Edisi 02 2016, h. 558. 9 Mulyadi, Agama dan Pengaruhnya dalam Kehidupan, Jurnal Tarbiyah Al-Awlaad, Vol.
VI Edisi 02 2016, h. 558-559.
5
agama yang masih dilakukannya, pengetahuan agamanya, pengalaman agamanya,
dan konsekuensi dari sikap religiusitasnya yang melahirkan sebuah akhlak atau
sikap dalam dirinya sebagai PSK. Dan dia juga meyakini bahwa yang dia kerjakan
salah dan menyalahi morma agama. Namun kendati demikian dia masih meyakini
bahwa ibadah dan perbuatan baiknya masih bernilai di hadapan Tuhanya dan akan
mendapatakan reward atas perbuatanya itu. 10
Selain itu juga bagaimana melihat hubungan religiusitas PSK di lokalisasi
Boker Jl. Raya Bogor Kelurahan Ciracas Kecamatan Ciracas Jakarta Timur secara
vertikal artinya bagaimana pengalaman spiritual mereka dengan Tuhan dan
bagaimana pengalaman religiusitas mereka secara horizontal yaitu ketika interaksi
dia dengan masyarakat yang masih melakukan aktivitas religiusitas memandang
mereka atau bahkan mereka para PSK menjadi bagian dari masyarakat yang
menjalankan aktivitas religiusitas tersebut.
Dari latar belakang di atas penulis mengambil judul penelitian sebagai
berikut: “Religiusitas Pekerja Seks Komersial (Studi Kasus Lokalisasi Boker Jl.
Raya Bogor Kelurahan Ciracas Kecamatan Ciracas Jakarta Timur)."
B. Rumusan Masalah dan Batasan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah
bagaimana religiusitas PSK di lokalisasi Boker Jl. Raya Bogor Kelurahan Ciracas
Kecamatan Ciracas Jakarta Timur.
10
Wawancara dengan salah satu PSK Boker Jl. Raya Bogor Kelurahan Ciracas
Kecamatan Ciracas Jakarta Timur (nama disamarkan) pada tanggal 14 Maret 2020.
6
Penulis membatasi kajian hanya fokus pada bagaimana memahami
religiusitas para PSK lokalisasi Boker Jl. Raya Bogor Kelurahan Ciracas
Kecamatan Ciracas Jakarta Timur.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk memahami bagaimana sikap religiusitas
PSK di lokalisasi Boker Jl. Raya Bogor Kelurahan Ciracas Kecamatan Ciracas
Jakarta Timur dan juga untuk mengeksplorasi sejauhmana pengaruhnya bagi
kehidupan sehari-hari mereka sebagai Pekerja Seks Komersil.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat
sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih pemikiran
atau memperkaya konsep-konsep, teori-teori terhadap ilmu pengetahuan
dari penelitian yang sesuai dengan bidang ilmu.
2. Manfaat Praktis
Melalui penelitian ini diharapkan penulis dapat memahami tentang
bagaimana religiusitas komunitas PSK di lokalisasi Boker Jl. Raya Bogor
Kelurahan Ciracas Kecamatan Ciracas Jakarta Timur.
7
3. Manfaat Akademis
Penelitian ini sebagai salah satu syarat untuk memenuhi
persyaratan akhir perkuliahan untuk meraih gelar Sarjana Agama (S.Ag)
dalam jurusan Studi Agama-Agama Fakultas Ushuluddin (UIN)
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
E. Kajian Pustaka
Dalam proses tinjauan pustaka terkait dengan topik yang akan
penulis ajukan, penulis menemukan beberapa karya yang relevan dengan
topik penelitian skripsi ini yang akan penulis angkat yaitu:
1. Skripsi Pemahaman Agama Islam Pada Pekerja Seks Komersial
(Studi Kasus PSK Lokalisasi Komplek Kedung Banteng Desa Kedung
Banteng Kecamatan Sukorejo Kabupaten Ponorogo) yang merupakan
skripsi Syariful Hidayatullah yang merupakan salah satu mahasiswa
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Jurusan Sosiologi Agama Fakultas
Ushuluddin pada tahun 2008. Pada skirpsi tersebut menggunakan jenis
penelitian kualitatif dengan menggunakan teori Glock dan Stark
dibahas tentang bagaimana pemahaman sebagian PSK disana tentang
agama Islam dan bagaimana peranan agama Islam yang dilakukan oleh
institusi agama setempat berupaya untuk mengentaskan dan
menghapuskan sama sekali praktek lokalisasi di Komplek Kedung
8
Banteng.11
Perbedaannya adalah lokasi penelitian dan pendekatan
penelitian. Untuk penelitian skripsi Syarif menggunakan pendekatan
teologi sedangkan penulis menggunakan pendekatan sosiologi.
2. Skripsi Studi Religiusitas Bagi PSK Perempuan di Desa Pancur
Bojonegoro yang merupakan skripsi Anni Syafaatin mahasiswi UIN
Sunan Ampel Surabaya pada tahun 2018 jurusan Studi Agama fakultas
Ushuluddin. Dalam skripsi ini dibahas bagaimana religiusitas PSK
disana dalam tiga persoalan, yaitu: bagaimana makna agama bagi PSK
disana, bagaimana praktek atau implementasi pemahaman agama PSK
tersebut, dan bagaimana pandangan keluarga para PSK atas pekerjaan
yang mereka lakukan.12
Pandangan keluarga para PSK di desa Pancur
Bojonegoro juga menjadi bahan eksplorasi penelitian ini tentang
bagaimana sikap keluarga para PSK ketika mengetahui bahwa anggota
keluarga mereka menjadi PSK. Selain itu terdapat perbedaan lokasi
penelitian dan pendekatan penelitian. Perbedaan penelitian antara
penelitian Anni Syafaatin dengan penelitian penulis adalah selain
lokasi penelitian yang berbeda juga terdapat perbedaan tentang
bagaimana mengeksplore religiusitas para PSK, Anni Syafaatin
berfokus kepada bagaimana PSK mendapat edukasi keagamaan dan
pengaplikasiannya oleh para PSK dan reaksi keluarga mereka yang
11
Syariful Hidayatulloh, Skripsi, Pemahaman Agama Islam Pada Pekerja Seks Komersial
(Studi Kasus PSK Lokalisasi Komplek Kedung Banteng Desa Kedung Banteng Kecamatan
Sukorejo Kabupaten Ponorogo). (UIN Sunan Kalijaga: Yogyakarta: 2008). h. 69. 12
Anni Syafa'atin, Studi Religiusitas Bagi PSK Perempuan di Desa Pancur Bojonegoro,
(UIN Sunan Ampel Surabaya: Surabaya: 2018), h. vii.
9
sudah teredukasi dalam hal agama. Sedangkan penulis berfokus
kepada 5 aspek religiusitas yang dikemukakan oleh Glock and Stark
dengan menggunakan pendekatan penelitian yang sama pendekatan
Sosiologi Agama.
3. Skripsi Kehidupan Keberagamaan Pekerja Seks Komersial Studi
Kasus pada Wisata Spiritual Jum'at Kliwon dan Selasa Kliwon, oleh
Dessaria Naila Mahda dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta jurusan
sosiologi fakultas ilmu sosial dan humaniora. dalam skripsi tersebut
sama menggunakan teori religiustias Glock dan Stark di tempat Wisata
Spiritual tersebut menggunakan metode deskriptif analitatif yang sama
dengan yang penulis gunakan namun berbeda lokasi. Perbedaannya
dengan skripsi penulis adalah lokasi penelitian saja.
4. Skripsi Hubungan Antara Tingkat Religiustias Dengan Penerimaan
Sosial Masyarakat Terhadap Pekerja Seks Komersial oleh Siti Hasanah
Ningsih mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta fakultas psikologi
jurusan psikologi. Dalam skripsi ini sama menggunakan teori Glock
dan Stark tentang religiusitas namun menggunakan jenis penelitian
kuantitatif yang nanti hasilnya menunjukkan bahwa tidak ada
hubungan antara tingkat religiusitas dengan penerimaan sosial
10
masyarakat terhadap PSK di daerah Tegal Rotan.13
Perbedaannya
adalah lokasi penelitian dan pendekatan penelitian. Untuk penelitian
skripsi Siti Hasanah menggunakan pendekatan psikologi sedangkan
penulis menggunakan pendekatan sosiologi.
Berbeda dengan beberapa penelitian yang sebelumnya, skripsi
yang penulis lakukan bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana
sikap religiusitas kaum PSK terutama PSK di lokalisasi Boker Jl. Raya
Bogor Kelurahan Ciracas Kecamatan Ciracas Jakarta Timur yang
kebanyakan luput dari penilaian masyarakat dan menjadikan patokan
utama untuk menilai kaum PSK. Skripsi ini hanya sebagai
pendeskripsian apa adanya yang terjadi di lapangan terhadap PSK di
lokalisasi Boker Jl. Raya Bogor Kelurahan Ciracas Kecamatan Ciracas
Jakarta Timur dengan menggunakan pendekatan sosiologi dan
deskriptif kualitatif tanpa adanya unsur untuk menghukumi atau
menyalahkan pihak tertentu.
F. Metodologi Penelitian
1. Jenis penelitian
Pada penelitian ini bersifat gabungan antara penelitian lapangan (Field
Research) dengan studi kepustakaan (Library Research) dimana peneliti
mengumpulkan data berupa hasil wawancara dan pengamatan di lapangan
13
Siti Hasanah Ningsih, Hubungan Antara Tingkat Religiusitas Dengan Penerimaan
Sosial Masyarakat Terhadap Pekerja Seks Komersial (PSK), (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta:
Jakarta: 2010), h. v.
11
secara langsung dan mengumpulkan berbagai buku, jurnal, ebook, ejurnal, dan
sebagainya yang berisikan persoalan-persoalan tentang religiusitas dan
lokalisasi di Boker yang menjadi objek kajian dalam penelitian ini.
Selain itu, penelitian ini juga menggunakan jenis penelitian kualitatif.
Penelitian kualitatif penulis gunakan untuk mengumpulkan informasi secara
aktual dan terperinci. Dalam penelitian kualitatif, proses dan makna
(perspektif subjek) lebih ditonjolkan. Landasan teori dimanfaatkan sebagai
pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan. Riset
kualitatif bertujuan untuk menjelaskna fenomena dengan sedalam-dalamnya
melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya.14
2. Sumber Data
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung oleh
peneliti dari hasil penelitian atau observasi lapangan pada lokasi
penelitian baik itu berupa hasil wawancara maupun data angka
tertulis dari pihak aparat sipil di lokasi penelitian.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data penunang data primer, data
tersebut berupa data yang diperoleh dari buku, skripsi, jurnal,
ebook, ejurnal, dan sebagainya yang berhubungan dengan PSK
lokalisasi Boker.
14
https://id.wikipedia.org/wiki/Penelitian_kualitatif. Diakses pada 23 Juni 2020 pukul
20.30 WIB.
12
3. Pendekatan Penelitian
Pada penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan sosiologis,
dimana pendekatan sosiologis dalam aspek sosial agama berkaitan dengan
kelompok-kelompok dan lembaga keagamaan serta perilaku individu dalam
kelompok-kelompok tersebut. Dalam aspek kelompok keagamaan maka
penulis mengkaitkan kepada kelompok PSK di lokalisasi Boker Jakarta Timur
yang mana PSK tersebut adalah suatu komunitas/kelompok sosial yang
menganut agama tertentu kendati tidak seperti kelompok keagamaan yang
pada umumnya. Sedangkan aspek perilaku individu dalam hubungannya
dengan kelompok keagamaan yaitu tentang perilaku individu yang
dipengaruhi oleh keyakinan yang dianutnya terkait simbol atau doktrin
kepercayaan tertentu yang digunakan untuk melihat gejala sosial dalam
kehidupan sehari-hari yang dipengaruhi oleh kepercayaan tertentu pada objek
kajian penelitian PSK di lokalisasi Boker Kelurahan Ciracas Kecamatan
Ciracas Jakarta Timur.15
4. Landasan Teori
Penelitian ini menggunakan teori dramaturgi yang dikembangkan oleh
Erving Goffman. Teori dramaturgi ini lahir dari pemikiran Goffman yang
menganggap bahwa terjadi ketegangan diri dalam interaksionisme simbolik
dimana dalam diri seseorang kerap terjadi konsepsi “ketidaksesuaian antara
diri manusiawi kita dan diri kita sebagai hasil sosialisasi”. Ketegagan itu
15
Imam Suprayogo, Metodologi Penelitian Sosial Agama (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2003), h. 61.
13
terjadi karena perbedaan antara apa yang seseorang lakukan dengan apa yang
orang lain harapkan untuk dilakukan. Dan hal ini seolah bahwa dalam diri
seseorang terjadi pembentukan karakter untuk apa yang menjadi jati diriunya
sendiri dan apa yang ingin seseorang tampilkan agar sesuai dengan harapan
orang lain.16
Dalam kajian teori dramaturgi, terdapat konsep front stage (panggung
depan) dan back stage (panggung belakang). Dalam konsep front stage atau
panggung depan, maka seseorang akan menampilkan apa yang ingin dilihat
oleh khalayak publik atau jika dalam sebuah peran atau pekerjaan, maka ini
disebut sebagai profesionalisme dimana karakter yang ditampilkan adalah apa
yang sesuai dengan tuntutan. Sedangkan untuk back stage atau panggung
belakang ialah kebalikan dari front stage atau panggung depan dimana
seseorang mempunyai apa yang disembunyikan oleh dirinya dari khalayak
publik.17
Terkait dengan penelitian tentang PSK ini, maka teori dramaturgi
menjadi teori yang cocok dimana sisi lain yang tidak tampak dari dunia PSK
diungkap untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di balik peran yang
mereka mainkan sebagai pekerja yang dianggap merusak moral oleh
masyarakat.
Religiusitas adalah suatu kesatuan unsur menyeluruh, yang menjadikan
seseorang disebut sebagai orang yang beragama (being religious), dan bukan
16
Annhi Syafa’atin, Studi Religiusitas Bagi PSK Perempuan di Desa Pancur Bojonegoro,
Skripsi, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2018, h. 40. 17
Nur Syam, Agama Pelacur, Yogyakarta: LkiS, 2010, h. 49.
14
sekedar mengaku mempunyai agama (having religious). Religiusitas meliputi
pengetahuan agama, pengalaman agama, perilaku agama, dan sikap sosial
keagamaan. Harun Nasution secara definitif, religiusitas mencakup:
a. Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan
gaib yang harus dipatuhi.
b. Mengikat diri pada suatu bentuk hidup yang mengandung
pengakuan pada suatu sumber yang berada di luar diri manusia dan
dapat mempengaruhinya.
c. Kepercayaan pada suatu kekuatan gaib yang menimbulkan cara
hidup tertentu.
d. Suatu sistem tingkah laku yang brasal daru suatu kekuatan gaib.
e. Pengakuan terhadap adanya kewajiban-kewajiban yang diyakini
bersumber pada suatu kekuatan gaib.
f. Pemujaaan terhadap kekuatan gaib yang timbul dari perasaan
lemah dan perasaan takut terhadap kekuatan misterius yang
terdapat dalam alam sekitar manusia.
g. Ajaran-ajaran yang diwahyukan Tuhan pada manusia melalui
seorang Rasul.18
Masyarakat pada umumnya memandang hanya dari sisi apa yang
ditampilkan atau front stage dan mengabaikan peluang kemungkinan bahwa
apa yang terjadi di belakang tidaklah sama. Dalam kajian religiusitas PSK
maka teori drama yang digunakan adalah dramaturgi-transendental, yaitu teori
18
Jalaludin, Psikologi Agama, Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2012, h. 12-13.
15
drama yang tidak hanya menampilkan tindakan sehari-hari para PSK dalam
kehidupan profan-duniawi saja, tetapi juga menggali sisi dimensi esoteris-
religiusitas para PSK yang sering luput bahkan tidak dianggap oleh
masyarakat karena sudah didominasi oleh stigma bahwa pekerjaan mereka
adalah pekerjaan yang bertentangan dengan nilai-nilai religiusitas.19
Untuk kepentingan penelitian ini, penulis menggunakan teori
religiusitas Glock dan Stark. Glock dan Stark (1965) menjelaskan bahwa
religiusitas terdiri dari 5 dimensi,20
yaitu:
1. Dimensi ideologi yang merupakan tingkatan seseorang dalam
memahami hal yang bersifat dohmatik dalam agamanya. Misal
kepercayaan tentang Tuhan, malaikat, surga, dan neraka.
2. Dimensi ritual yang mrupakan tingkatan sejauh mana seseorang
mengerjakan kewajiban-kewajiban ritual dalam agamanya. Misal
sholat, kebaktian, puasa, dan lain-lain.
3. Dimensi pengalaman fokus kepada bagaimana seseorang mengalami
pengalaman keimanannya seperti perjumpaan transendental atau
perasaan seperti dekat dengan Tuhan, rasa senang setelah berbuat
kebaikan, takut akan dosa, dan lain-lain.
4. Dimensi konsekuensi yang merupakan dimensi yang mengukur
sejauh mana perilaku seseorang dalam kehidupannya yang
dimotivasi oleh ajaran agamanya. Misal mendermakan hartanya
19
Nur Syam, Agama Pelacur, h. 51. 20
Barbara Holdcroft, What Is Religiousity?, Catolic Education: A Journal of Inquiry and
Practice, Vol. 10, No. 1, September 2006, h. 89.
16
karena ada anjuran berderma kepada yang kurang mampu dalam
agamanya.
5. Dimensi intelektual yang merupakan pengetahuan seseorang tentang
ajaran agamanya.
Teori Glock dan Stark tersebut sangat cocok untuk membedah dan
mengklasifikasikan bagaiman dimensi religiusitas seseorang termasuk dimensi
religiusitas para PSK. Dan dalam skripsi ini menggunakan kelima dimensi
religisitas Glock dan Stark yaitu: keyakinan, ritual, pengetahuan, pengalaman,
dan konsekuensi yang menjadi acuan utama dalam memahami bagaimana
religiusitas PSK lokalisasi Boker Jl. Raya Bogor Kelurahan Ciracas
Kecamatan Ciracas Jakarta Timur.
Selain itu, pendekatan Sosiologi Agama yang mempelajari bagaimana
agama memberikan corak dalam kehidupan masyarakat seperti dalam pola
interaksi dan komunikasi sosial.21
5. Teknik pengumpulan data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data
dengan cara studi kepustakaan (library research) dan penelitan lapangan (field
research). sebagai berikut.
a. Studi Kepustakaan (librarry research)
Pengumpulan data dari studi kepustakaan dilakukan dengan
menelusuri literatur-literatur yang menunjang baik berupa buku, jurnal
21
Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, Bandung, Remaja Rosdakarya: 2000. h. 9.
17
yang dipublikasikan untuk memperkaya teori juga data data untuk
melengkapi referensi berhubungan dengan topik penelitian ini.
Sumber primer dalam penelitian ini adalah data dari pihak RW di
lokalisasi Boker Jl. Raya Bogor Kelurahan Ciracas Kecamatan
Ciracas Jakarta Timur.
b. Wawancara Mendalam
Wawancara merupakan salah satu bagian yang terpenting
dalam setiap survey.22
Penulis melakukan wawancara dengan pihak
PSK, tokoh agama, dan warga/aparat sekitar lokalisasi Boker Jl. Raya
Bogor Kelurahan Ciracas Kecamatan Ciracas Jakarta Timur.
c. Observasi
Dalam proses observasi ini, penulis terjun langsung untuk
mencari data terkait topik yang penulis angkat. Selain itu penulis
mengamati bagaimana kondisi sosial dan ekonomi di sekitar lokalisasi
Boker Jl. Raya Bogor Kelurahan Ciracas Kecamatan Ciracas Jakarta
Timur.
22
Sanapiah Faisal, Format-format Penelitian Sosial (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2003), h. 133.
18
6. Analisa Data
Analisa data dalam penelitian ini yang penulis gunakan adalah metode
deskriptif analitik, yaitu suatu metode yang dilakukan dengan cara
menguraikan sekaligus menganalisa data-data yang menadi hasil kajian
mendalam atas bahan-bahan penelitian yang dalam hal ini adalah hasil
wawancara peneliti di lapangan dengan para PSK lokalisasi Boker, tokoh
masyarakat, aparatur sipil, dan masyarakat sekitar serta berbagai sumber data
kepustakaan yang berkaitan dengan objek kajian peneliti. Kemudian, data-data
tersebut dianalisis sesua dengan tujuan penelitian sehingga menghasilkan
kesimpulan.23
Dengan mengolah data-data tersebut dalam bentuk deskripsi dan
analisa, penulis berharap dapat memberikan gambaran secara maksimal atas
objek penelitian yang dikaji dan didalami dalam penelitian ini. Hasil kajian
dan penelitian dalam skripsi ini disajikan dalam bentuk narasi.
7. Pedoman Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan buku “Pedoman
Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta” yang diterbitkan CeQDA (Center For Quality
Development and Assurance) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013.
23
Nyoman Kutha Ratna, Metodologi Penelitian: Kajian Budaya dan Ilmu Sosial
Humaniora Pada Umumnya (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h. 337.
19
G. Sistematika Penulisan.
Dalam skripsi yang akan penulis tulis ini ada beberapa bab yang akan
mencakup keseluruhan tema pada judul yang penulis angkat, diantaranya:
BAB I, pada bab ini merupakan pendahuluan. Dalam bab ini tercakup di
dalamnya pembahasan yang terdiri dari Latar Belakang Masalah, Rumusan
Masalah dan Batasan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Kajian
Pustaka, Metodologi Penelitian, Jenis penelitian, Pendekatan Penelitian, Teknik
pengumpulan data, Pedoman Penulisan, Sistematika Penulisan.
BAB II, Pada Bab ini akan dibahas tentang Profil Lokalisasi Boker Jl.
Raya Bogor Kelurahan Ciracas Kecamatan Ciracas Jakarta Timur, Letak Geogafis
dan Demografis Lokalisasi Boker Jl. Raya Bogor Kelurahan Ciracas Kecamatan
Ciracas Jakarta Timur Sejarah, Kondisi Ekonomi, Sosial, dan Budaya, Profil
Informan.
BAB III, Pada bab ini akan membahas tentang Kehidupan Pekerja Seks
Komersial di Lokalisasi Boker Jl. Raya Bogor Kelurahan Ciracas Kecamatan
Ciracas Jakarta Timur : Budaya Pekerja Seks Komersial di Indonesia, Kehidupan
PSK di Lokalisasi Boker Jl. Raya Bogor Kelurahan Ciracas Kecamatan Ciracas
Jakarta Timur, Pola Interaksi Sosial PSK di Lokalisasi Boker Jl. Raya Bogor
Kelurahan Ciracas Kecamatan Ciracas Jakarta Timur
BAB IV, Pada bab ini akan membahas tentang Sikap Religiusitas Pekerja
Seks Komersial di Lokalisasi Boker Jl. Raya Bogor Kelurahan Ciracas Kecamatan
20
Ciracas Jakarta Timur : Ranah Spiritual, Ranah Ritual, Ranah Penghayatan,
Ranah Intelektual, Analisa Terhadap Sikap Kagamaan Pekerja Seks Komersial di
Lokalisasi Boker Jl. Raya Bogor Kelurahan Ciracas Kecamatan Ciracas Jakarta
Timur
BAB V, Pada bab ini merupakan bab penutup yang berisikan kesimpulan
dari seluruh kajian dalam skripsi ini, dan saran-saran yang sifatnya membangun
dari penulis
21
BAB II
PROFIL LOKALISASI BOKER JL. RAYA BOGOR KELURAHAN
CIRACAS KECAMATAN CIRACAS JAKARTA TIMUR
A. Letak Geogafis dan Demografis Lokalisasi Boker Jl. Raya Bogor
Kelurahan Ciracas Kecamatan Ciracas Jakarta Timur
Lokalisasi Boker Jl. Raya Bogor Kelurahan Ciracas Kecamatan Ciracas
Jakarta Timur merupakan sebuah lokalisasi terbuka ilegal di Jakarta yang berada
dalam wilayah administrasi Kota Jakarta Timur tepatnya di Kecamatan Ciracas
Kelurahan Ciracas. Kelurahan Ciracas berada di sebelah Barat Laut Kecamatan
Ciracas yang berjarak sekitar 30 menit perjalanan menggunakan kendaraan dari
pusat kota Jakarta.
Letak Kelurahan Ciracas memiliki luas 2,19 km persegi yang berbatasan
dengan wilayah-wilayah berikut:
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Rambutan.
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Pekayon.
3. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Cijantung.
4. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Ceger dan Cipayung.24
Kelurahan Ciracas dilalui oleh jalan utama yang menghubungkan antara
Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat yaitu Jl. Raya Bogor.
PETA LOKASI KELURAHAN CIRACAS JAKARTA TIMUR25
24
http://www.gogle.comsearch?/q=peta+kelurahan+ciracas&safe. Diakses pada 6 Juli
2020 Pukul 22.25 WIB.
22
Untuk lokasi yang dijadikan lokalisasi Boker Jl. Raya Bogor Kelurahan
Ciracas Kecamatan Ciracas Jakarta Timur terdapat wilayah RW 01 dengan jumlah
penduduk kurang lebih 1000 warga yang terdiri dari 4 RT yaitu RT 01, 02, 03,
dan 04. Sedangkan untuk jumlah bangunan di sekitar lokalisasi Boker Jl. Raya
25
http://data.jakarta.go.id/dataset/jumlahrtperkelurahandkijakarta. Diakses pada 10 Juni
2020 pukul 16.56 WIB.
23
Bogor Kelurahan Ciracas Kecamatan Ciracas Jakarta Timur berada sebanyak 100
bangunan dalam lingkup RW 01. Di sana juga terdapat fasilitas umum seperti:26
No. Fasilitas Umum Jumlah Unit
1 Balai RW 1
2 Masjid 6
3 Gereja 1
4 Mushola 2
B. Sejarah, Kondisi Ekonomi, Sosial, dan Budaya
Sejarah prostitusi di Jakarta tidak bisa lepas dari wacana Gubernur DKI
Jakarta pada tahun 1966-1977 yaitu Ali Sadikin. Pada saat itu Gubernur Ali
Sadikin berusaha menyelesaikan masalah prostitusi dengan melokalisasinya. Di
pengujung masa jabatan periode pertamanya (1966-1971), Ali Sadikin membuat
kebijakan dalam menangani pelacuran di ibukota. Keputusan melokalisasi
prostitusi tersebut dituangkan dalam Surat Keputusan Gubernur No. Ca.7/1/13/70
tanggal 27 April 1970 tentang Usaha Lokalisasi Wanita Tuna Susila serta
Pembidangan Tugas dan Tanggung Jawab. Dari sana lah awal lokalisasi Jakarta
yang bertahan sampai saat ini termasuk lokalisasi Boker Jl. Raya Bogor
Kelurahan Ciracas Kecamatan Ciracas Jakarta Timur.27
26
Wawancara pribadi dengan bapak M. Yusuf sebagai staff RW di lokalisasi Boker Jl.
Raya Bogor Kelurahan Ciracas Kecamatan Ciracas Jakarta Timur pada 03 Juni 2020. 27
https://historia.id/politik/articles/prostitusi-di-jakarta-sejak-zaman-ali-sadikin-sampai-
ahok-6kRgr. Diakses pada 23 Juni 2020 pukul 21.45 WIB.
24
Salah satu tokoh agama di lokasi penelitian yaitu pak Komar yang juga
merupakan penduduk asli dan saksi hidup yang menyaksikan sendiri bagaimana
awal mula perkembangan lokalisasi Boker Kelurahan Susukan Kecamatan Ciracas
Jakarta Timur sampai seperti sekarang. Beliau menceritakan bahwasanya Boker
pada sekitar tahun 70-an awalnya adalah sebuah nama orang yaitu bapak Boker
bin Sidan dan bukan merupakan nama tempat. Bapak Boker adalah orang yang
mempunyai warung di daerah Boker Kelurahan Ciracas Kecamatan Susukan
Jakarta Timur yang dulunya wilayah Boker masih berupa tanah terbuka pinggir
jalan yang sekarang tepatnya Jl. Raya Bogor. Pak Boker hanya berjualan
minuman dan makanan untuk mereka yang melewati Jl. Raya Bogor. Semakin
hari warung pak Boker semakin ramai dan mulai ada perempuan yang menjajakan
diri atau PSK yang mana praktik tersebut berlangsung sampai sekarang.
Semenjak saat itu, kegiatan prostitusi semakin ramai karena tempatnya
yang strategis berada di samping jalan utama yang menguhubungkan Jakarta dan
Bogor dan ramai dilewati oleh orang-orang. Selain itu bisnis hiburan malam
seperti tenda biru (tenda tempat para PSK menjajakan diri), diskotik, bar, tempat
judi bermunculan seiring berjalannya waktu seolah menjadi sarana pelengkap
gemerlap hiburan malam di lokalisasi Boker Jl. Raya Bogor Kelurahan Ciracas
Kecamatan Ciracas Jakarta Timur.
Dimulai dari sana lah masyarakat sekitar lokalisasi Boker Jl. Raya Bogor
Kelurahan Ciracas Kecamatan Ciracas mulai membuka usaha seperti rumah
kontrakan, warung nasi, warung klontong, dan masih banyak lagi yang
berlangsung sampai sekarang. Dan bahkan pak Komar sendiri ketika masih kecil
25
sering berjualan jagung rebus dan ceker ayam yang setiap malam laku terjual
habis dan bahkan dalam satu atau dua malam beliau bisa mengantongi uang 1
sampai 2 juta rupiah. 28
Selain pak Komar, pak Sahrul yang merupakan salah satu pelaku usaha di
lokalisasi Boker Jl. Raya Bogor Kelurahan Ciracas Kecamatan Ciracas Jakarta
Timur yang merupakan pendatang disana juga membenarkan bahwa sampai saat
ini sebagian besar masyarakat menggantungkan kehidupan ekonominya kepada
lokalisasi Boker Jl. Raya Bogor Kelurahan Ciracas Kecamatan Ciracas Jakarta
Timur. Hal itu dikarenakan banyak warga asli Kelurahan Ciracas yang menjadi
pedagang, pemilik kontrakan atau kos-kosan, pemilik warung yang kebanyakan
konsumen dan penyewa kontrakan adalah para PSK.
Beliau juga menuturkan jika seandainya kawasan lokalisasi Boker Jl. Raya
Bogor Kelurahan Ciracas Kecamatan Ciracas Jakarta Timur ini benar-benar
ditutup dan ditertibkan maka pemerintah diharapkan bisa memberi solusi setelah
penutupan karena mereka takut pendapatan mereka yang sebagai pedagang dan
pemilik kontrakan akan menurun drastis.29
Sudah tidak asing lagi terdengar bahwa PSK sangat erat dan rentan
terhadap perlakuan diskriminasi. Perlakuan diskriminasi tersbut sering diterima
oleh para PSK baik dari pemerintah maupun masyarakat. Negara memandang
28
Wawancara pribadi dengan bapak Ustadz Komar sebagai tokoh agama dan pembina
masjid di lokalisasi Boker Jl. Raya Bogor Kelurahan Ciracas Kecamatan Ciracas Jakarta Timur
pada 03 Juni 2020. 29
Wawancara pribadi dengan bapak Syahrul sebagai pelaku usaha warung dan yang
mempekerjakan beberapa PSK di lokalisasi Boker Jl. Raya Bogor Kelurahan Ciracas Kecamatan
Ciracas Jakarta Timur pada 03 Juni 2020.
26
bahwa PSK adalah pekerja ilegal yang tidak memiliki payung hukum dari
undang-undang untuk mendapatkan perlindungan artinya para PSK tidak
didukung keberadaannya oleh pemerintah terkecuali PSK yang berada di
lokalisasi legal dan para PSK tidak mendapat jaminan keselamatan dari
pemerintah seperti perlindungan dari ancaman kekerasan yang kerap terjadi
kepada para PSK dan human trafficking atau perdagangan manusia sebagaimana
para pekerja pada umumnya dan bahkan para PSK sangat butuh akan
perlindungan karena sangat rentan akan tindak kekerasan.30
Selain itu di mata msyarakat para PSK cenderung mendapat diskriminasi
berupa cap dan perlakuan yang tidak menyenangkan seperti cemoohan,
pengucilan,. Dan sikap antipati. Cap yang diberikan Dinas Sosial yang
menyatakan PSK sebagai Wanita Tuna Susila yang memiliki konotatif sangat
negatif yang membuat seolah masyarakat bebas menghakimi para PSK. Hal
demikian yang membuat para PSK sangat sulit untuk berubah dan memiliki
pekerjaan yang dianggap tidak menyalahi norma. Selain itu perbuatan masyarakat
yang main hakim sendiri sering terjadi baik yang bersifat spontan atau terorganisir
dan terencana berupa tindak kekerasan, pembakaran dan amuk massa terhadap
lokalisasi pelacuran.31
Berbeda untuk kehidupan sosial dan budaya di sekitar lokalisasi Boker Jl.
Raya Bogor Kelurahan Ciracas Kecamatan Ciracas Jakarta Timur yang mana
terbentuk sebuah tatanan sosial dan budaya yang jarang ditemui khususnya di
30
Merryany T. Bawole, Kajian Hak Asasi Manusia Terhadap Perlakuan Diskriminasi
Kepada Pekerja Seks Komersial, E-Journal Unsrat Vol. XXI No. 3, April-Juni, 2013. h. 16. 31
31
Merryany T. Bawole, Kajian Hak Asasi Manusia Terhadap Perlakuan Diskriminasi
Kepada Pekerja Seks Komersial, E-Journal Unsrat Vol. XXI No. 3, April-Juni, 2013. h. 17.
27
Indonesia yang mayoritas agamanya Islam dan memandang bahwa kegiatan
prostitusi ataupun lokalisasi sangatlah bertentangan dengan nilai moral agama dan
biasanya mengundang antipati masyarakat terhadap para pelaku prostitusi.
Interaksi sosial antara masyarakat baik itu pelaku usaha maupun yang
bukan pelaku usaha dengan para PSK yang menurut salah satu mucikari dan tokoh
masyarakat sekitar lokalisasi Boker Jl. Raya Bogor Kelurahan Ciracas Kecamatan
Ciracas Jakarta Timur berjalan seperti biasa dan tidak ditemui sikap antipati dan
main hakim sendiri yang dilakukan masyarakat asli sana. Dan bahkan ketika
terjadi interaksi sosial antara masyarakat dengan para PSK seolah pekerjaan
tersebut tidak pernah ada di tempat itu dalam artian masyarakat sudah
menganggap biasa akan para dikerjakan oleh PSK tersebut.
Perputaran uang yang besar dalam bisnis gelap di kawasan lokalisasi
Boker Jl. Raya Bogor Kelurahan Ciracas Kecamatan Ciracas Jakarta Timur yang
dianggap memakmurkan warga asli di sana yang sebagian besar pelaku usaha
membuat walaupun secara norma agama dan sosial dianggap negatif dan
bertentangan dengan norma yang ada, tapi geliat bisnis prostitusi yang
menjanjikan membuat warga di sana lambat laun membuat pola sosialnya
tersendiri yang seolah menerima dan terbiasa terhadap para PSK. Hal tersebut
dibuktikan salah satunya dengan contoh bahwa kebanyakan para pemilik
kontrakan di sana lebih memilih untuk disewakan kepada para PSK yang berasal
dari luar daerah.
28
Dalam pengamatan penulis pun ketika terjun langsung ke lokasi penelitian,
terlihat bahwa para PSK dalam berinteraksi sosial dengan msyarakat tidak ada
perbedaan dengan interaksi sosial di lingkungan masyarakat pada umumnya yang
tidak ada lokalisasi ata praktek prostitusi. Pedagang atau pemilik warung
melayani para PSK ketika berbelanja, para pemilik kontrakan tidak keberatan jika
disewa oleh para PSK, masyarakat yang sering ke masjid di sekitar lokalisasi
tidak menampakkan kebencian atau diskriminasi kepada para PSK. Dan bahkan
penulis menemui narasumber yang menjadi jamaah masjid di sekitar lokalisasi
dan sering beribadah disana berpenampilan dan berprilaku religius akan tetapi dia
terang-terangan mempunyai warung yang dijadikan tempat PSK menjajakan diri
dan bahkan mempunyai beberapa anak buah PSK.
C. Profil Informan
Dalam melakukan penelitian bagi kepentingan penulisan ini, penulis
mengambil data dari sejumlah informan terkait Lokalisasi Boker. Pemilihan
infrman didasarkan pada pertimbangan terhadap kapasitas informasi yang mereka
miliki, baik sebagai pelaku langsung (PSK) maupun pelaku tidak langsung dari
kegiatan lokalisasi (Mucikari/RT/RW/Kelurahan) untuk bahan primer dan
sekunder dalam penelitian ini..
Yang pertama adalah pak Syahrul yang merupakan pendatang di tempat
tersebut, usianya menginjak 50an dan beliau adalah pemilik usaha di sekitar
lokalisasi tersebut. Pak Syahrul adalah pemilik warung dan memiliki beberapa
29
“anak buah” sebutan pak Syahrul bagi PSK yang sering mangkal di warungnya.
Pak Syahrul sudah membuka usaha tersebut selama puluhan tahun semenjak dia
pertama kali tinggal di Boker.
Yang kedua adalah Ustadz Komar yang merupakan tokoh agama di
lingkungan sekitar lokalisasi Boker Jl. Raya Bogor Kelurahan Ciracas Kecamatan
Ciracas Jakarta Timur. Ustadz Komar adalah penduduk asli di kelurahan Ciracas
tepatnya di sekitar lokalisasi Boker. Dia sudah sejak kecil tinggal di lingkungan
tersebut. Ustadz Komar juga dalah pemakmur Masjid Baiturohmah yang ada di
kawasan lokalisasi Boker.
Untuk para PSK penulis cukup kesulitan dalam memperoleh informasi
dari mereka ada yang berinisial Mei, Avera, Saroh, dan Halifah32
yang masih
bekerja sebagai PSK di lokalisasi Boker Jl. Raya Bogor Kelurahan Ciracas
Kecamatan Ciracas Jakarta Timur. Sedangnkan untuk H, dia sudah tidak bekerja
sebagai PSK dan sekarang aktif sebagai pegiat LSM PKBI yang ada di Kelurahan
Ciracas. Namun penulis mewawancara Halifah dengan pertanyaan yang di jawab
selama Halifah menjadi PSK.
32
Kesemua nama para PSK tersebut adalah nama samaran dari para PSK yang
diwawancarai oleh penulis.
30
BAB III
KEHIDUPAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL DI LOKALISASI
BOKER JL. RAYA BOGOR KELURAHAN CIRACAS
KECAMATAN CIRACAS JAKARTA TIMUR
A. Kehidupan Pekerja Seks Komersial di Indonesia
Prostitusi atau praktek menjual diri dengan bayaran yang dinegosiasikan
merupakan sebuah pekerjaan yang setua umur manusia itu sendiri, artinya kapan
dimulainya praktik menjajakan diri ini tidak diketahui kapan pasti dimulai dan
asalnya. Prostitusi dipandang sebagai sebuah masalah sosial yang sampai saat ini
masih banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari dan ada di hampir semua
wilayah di Indonesia., baik yang dilakukan secara terang-terangan maupun
sembunyi-sembunyi.33
Kegiatan prostitusi di Indonesia sulit dilacak kapan pastinya awal mula
terjadinya pelacuran atau prostitusi karena tidak ada dokumen cattan sejarah yang
mencatat secara pasti kapan mulanya ada praktik prostitusi di Indonesia. Namun
menurut Hull dkk. Menyebutkan bahwa landasan berkembangnya industri seks
komersial telah nampak dala praktik-praktik perseliran di antara raja-raja Jawa,
jauh sebelum kolonialisasi tanah Jawa. Selir yang sudah tidak terpakai oleh raja-
33
Mia Amalia, Analisis Terhadap Tidak Pidana Lokalisasi Dihubungkan Dengan Etika
Moral Serta Upaya Penanggulangan Di Kawasan Cisarua Kampung Arab, Jurnal Mimbar Justisia,
Vol. II No. 02 Edisi Juli-Desember 2016, h. 862.
31
raja Jawa dikaryakan dalam artian dijadikan pekerja seks komersial untuk
kalangan orang-orang kaya atau bangsawan.34
Di era modern sekarang, kegiatan prostitusi menjadi semakin kompleks
khususnya jika dikaitkan dengan konteks kepentingan bisnis yang lebih luas yaitu
dalam dunia bisnis hiburan komersial. Di samping itu, perubahan tatanan nilai
hidup masyarakat dan tuntutan modernisasi yang menjurus kepada gaya hidup
“hedonis pemuja kenikmatan” terutama di kota-kota besar, menuntut berbagai
fasilitas pelayanan sosial penunjang seperti panti pijat, bar, cafe, karaoke,
diskotik, dan lain-lain, yang menjadikan bisnis seks komersial semakin luas dan
menjamur. Kegiatan fasilitas penunjang gaya hidup hedonis tersebut sangat sulit
dipisahkan dari praktik prostitusi terang-terangan maupun terselubung. Bahkan
bisnis prostitusi juga menjangkau tempat-tempat yang tidak biasa seperti lampu
merah, gang-gang sempit, warung remang-remang, tempat wisata, dan lain-lain.35
Sejarah awal perkembangan prostitusi di Jakarta terjadi sekitar tahun
1960an sampai 1990an, prostitusi berkembang di daerah kampung perkotaan
seperti Kramat Tunggak, Manggarai, Bangka-Blok P, Pasar Senen, dan beberapa
daerah kampung lainnya. Dalam faktanya, prostitusi tidak hanya sekedar praktik
transaksi antara PSK dan penyewa, namun prostistusi merupakan salah satu
penggerak roda perekonomian masyarakat di kawasan sekitar prostitusi. Bahkan
di Kramat Tunggak, perputaran ekonomi pada tahun 1960 selama setahun
34
Kantor Perburuhan Internasional Program Internasional Penghapusan Pekerja Anak,
Ketika Anak Tak Bisa Lagi Memilih, Fenomena Anak yang Dilacurkan di Indonesia, Jakarta:
Kantor Perburuhan Internasional, h. 7. 35
Kantor Perburuhan Internasional Program Internasional Penghapusan Pekerja Anak,
Ketika Anak Tak Bisa Lagi Memilih, Fenomena Anak yang Dilacurkan di Indonesia, Jakarta:
Kantor Perburuhan Internasional, h. 9.
32
prostitusi di sana menghasilkan Rp 4,5 Milyar Rupiah. Namun di balik besarnya
perputaran ekonomi tersebut, pemerintah DKI Jakarta yang waktu itu dipimpin
oleh Ali Sadikin melakukan upaya lokalisasi pada praktik prostitusi sebagai salah
satu langkah untuk menghindari citra buruk perekonomian Jakarta kala itu karena
adanya roda perekonomian yang digerakkan oleh praktik prostitusi.36
Jika dahulu praktik prostitusi terdapat di lokalisasi yang beroperasi di
wilayah kampung perkotaan Jakarta. Seiring dengan perkembangan zaman dan
pesatnya perkembangan di Jakarta, pada tahun 1990an praktik prostitusi mulai
memasuki kawasan seperti tempat-tempat karaoke, tempat pijat, apartemen,
maupun hotel. Bahkan pada tahun 2016, pajak hiburan dari tempat prostitusi hotel
mewah seperti Alexis dan tempat mewah lainnya menyumbang pajak hiburan
sebesar Rp 769,5 Milyar. 37
Dan di Jakarta pada saat ini masih banyak lokalisasi
yang bertahan walaupun sudah dilakukan penertiban oleh Pemprov DKI Jakarta,
dan salah satunya adalah lokalisasi Boker yang tetap beroperasi walaupun sudah
dialihfungsikan menjadi GOR Ciracas.
36
Zainun Nur Hisyam Tahrus dan Audi Previo, Dilema Prostitusi dan Ekonomi Dalam
Pembangunan DKI Jakarta, Cofrence Paper, Confrence: Urban Crisis and Style of Urban
Demoghraphy, At UNS, Solo, Jawa Tengah, 2018, h. 5. 37
Zainun Nur Hisyam Tahrus dan Audi Previo, Dilema Prostitusi dan Ekonomi Dalam
Pembangunan DKI Jakarta, Cofrence Paper, Confrence: Urban Crisis and Style of Urban
Demoghraphy, At UNS, Solo, Jawa Tengah, 2018, h. 7.
33
B. Kehidupan PSK di Lokalisasi Boker Jl. Raya Bogor Kelurahan Ciracas
Kecamatan Ciracas Jakarta Timur
Pada tahun 2003, lokalisasi Boker Jl. Raya Bogor Kelurahan Ciracas
Kecamatan Ciracas Jakarta Timur dibongkar oleh Pemda Jakarta Timur untuk
dijadikan Gelanggang Olah Raga (GOR). Kebijakan pembangunan GOR di bekas
tempat lokalisasi Boker Jl. Raya Bogor Kelurahan Ciracas Kecamatan Ciracas
Jakarta Timur tidak menyelesaikan permasalahan keberadaan para PSK di
kawasan tersebut. Namun malah bertambah pesatnya angka prostitusi jalanan dan
prostitusi terselubung. Terbukti data dari Dinas Sosial tahun 2001 tentang
Rekapitulasi prostitusi liar mencapai 2.649 dengan tingkat sebaran yang sangat
tinggi yaitu 31,4% atau 83 dari 264 Kelurahan dan 76,2% atau 32 dari 42
Kecamatan yang salah satunya adalah Kelurahan Ciracas Kecamatan Ciracas
Jakarta Timur.38
38
Kantor Perburuhan Internasional Program Internasional Penghapusan Pekerja Anak,
Ketika Anak Tak Bisa Lagi Memilih, Fenomena Anak yang Dilacurkan di Indonesia, Jakarta:
Kantor Perburuhan Internasional, h. 148-149.
34
Keterangan : Peta persebaran lokalisasi di Jakarta dan Boker termasuk dalam
zona lokalisasi ilegal atau informal.39
Sesudah terjadi relokasi lokalisasi Boker Jl. Raya Bogor Kelurahan
Ciracas Kecamatan Ciracas Jakarta Timur, Boker menjadi lokasi pelacuran
terbuka dimana banyak juga rumah penduduk yang digunakan sebagai tempat
kencan. Pelanggan pada daerah lokalisasi terbuka seperti Boker jarang sekali
membawa para PSK Boker ke Hotel karena pelanggan mereka biasanya tukang
becak, supir taksi, dan pekerja bangunan. Dan tarif yang mereka kenakan kepada
para pelanggan adalah Rp. 50.000 hingga Rp. 200.000, tidak termasuk biaya
39
Jerome Tadie dan Risa Permanadeli, Night and The City: Clubs, Brothels, and Politics
in Jakarta, Journal Urban Studies Vol. 52 (3) 2015, h. 476.
35
kamar. Biaya kamar adalah antara Rp. 10.000 hingga 50.000 tergantung pada
pendek dan panjangnya durasi waktu kencan.40
Dan dalam penelusuran langsung penulis terhadap para PSK di lokalisasi
Boker, untuk tarif menurut para PSK adalah antara Rp. 100.000 sampai dengan
Rp. 250.000. Perbedaan tarif tersebut ditentukan oleh para PSK itu sendiri dan
para calon pengguna jasa PSK biasanya bisa melakukan tawar menawar harga
sampai mendapat harga yang telah disepakati. Dan biasanya tarif tersebut ada
yang sudah termasuk biaya sewa kamar atau belum termasuk biaya sewa kamar.41
Selain itu, di lokalisasi Boker Jl. Raya Bogor Kelurahan Ciracas
Kecamatan Ciracas Jakarta Timur, mucikari atau yang sering disebut mami
mengelola tempat di sekitar lokalisasi yang digunakan sebagai tempat tinggal,
tempat tinggal, dan kamar-kamar kos-kosan dimana anak buahnya yang
merupakan PSK mengontrak kamar kos-kosan di tempat mami tersebut. Mami
juga bertugas membayar pungutan rutin dari pihak tertentu yang menjamin
keamanan tempat mami dan menarik uang sewa kamar yang digunakan untuk
kencan anak buahnya dengan pelanggannya.42
Nampaknya peran sebagai mucikari digeluti dengan sangat serius oleh
mereka yang sering dipanggil mami, karena selain menyediakan tempat tinggal
dan tempat kencan, mucikari juga bertugas mencarikan tamu bagi anak asuhnya
40
Organisasi Perburuhan Internasional, Perdagangan Anak untuk Tujuan Pelacuran di
Jakarta dan Jawa Barat, Jakarta: 2004. h. 44. 41
Wawancara pribadi dengan empat orang PSK di lokalisasi Boker Jl. Raya Bogor
Kelurahan Ciracas Kecamatan Ciracas Jakarta Timur pada 03, 11, dan 15 Juni 2020. 42
Organisasi Perburuhan Internasional, Perdagangan Anak untuk Tujuan Pelacuran di
Jakarta dan Jawa Barat, Jakarta: 2004. h. 69.
36
dan bertanggung jawab sepenuhnya akan kesehatan dan keselamatan anak
buahnya. Dan bahkan mami juga yang mengatur bagaimana mengeluarkan anak
buahnya yang terjaring razia oleh petugas bahkan sampai mengatur rekreasi anak
buahnya setiap tahun.43
Berdasarkan pengamatan langsung oleh penulis tentang bagaimana
kehidupan di sekitar lokalisasi Boker Jl. Raya Bogor Kelurahan Ciracas
Kecamatan Ciracas Jakarta Timur, penulis menemukan bahwa aktivitas
keseharian masyarakat di sana tidak jauh beda dengan lingkungan masyarakat
pada umumnya. Terjadi interaksi antara para PSK dan masyarakat sekitar seperti
kegiatan transaksi kebutuhan sehari-hari, kegiatan sosial, komunikasi, dan lain
sebagainya. Untuk acara atau kegiatan sosial seperti kerja bakti, perayaan
Agustusan, kegiatan tabligh akbar, para PSK sering berkontribusi dalam
menyelenggarakan dan meramaikan acara-acara tersebut. Mereka berbaur dengan
masyarakat sekitar tanpa terlihat adanya sekat bahkan diskriminasi terhadap para
PSK. Untuk gang Boker sendiri yang merupakan gang utama tempat berkumpul
para PSK menjajakan diri, pada siang hari, lokasi tersebut adalah gang jalan raya
seperti pada umumnya dan tidak ada aktivitas PSK di sana yang penuh hiruk
pikuk aktivitas warga yang melintas dan kendaraan bermotor yang lalu lalang.
Namun ketika malam hari dari mulai sekitar pukul 20.00 WIB sudah mulai ramai
oleh para PSK yang mencari pelanggan.
43
Organisasi Perburuhan Internasional, Perdagangan Anak untuk Tujuan Pelacuran di
Jakarta dan Jawa Barat, Jakarta: 2004. h. 70.
37
Pada saat malam hari ketika para PSK mencari pelanggan di lokalisasi
Boker Jl. Raya Bogor Kelurahan Ciracas Kecamatan Ciracas Jakarta Timur, gang
yang menjadi titik berkumpul para PSK mencari pelanggan mulai ramai oleh para
PSK. Walaupun pada saat pengamatan oleh penulis dalam masa pandemi Covid-
19, para PSK mengabaikan anjuran pemerintah dalam mencegah wabah Covid-19.
Mereka terlihat banyak yang tidak memakai masker dan tentunya interaksi dengan
pelanggan yang tidak diketahui riwayat kesehatan dan perjalanannya diabaikan
oleh para PSK di lokalisasi Boker Jl. Raya Bogor Kelurahan Ciracas Kecamatan
Ciracas Jakarta Timur.
C. Pola Interaksi Sosial PSK di Lokalisasi Boker Jl. Raya Bogor
Kelurahan Ciracas Kecamatan Ciracas Jakarta Timur
Kendati sebagai pelaku praktik prostitusi yang dicap ilegal, para Pekerja
Seks Komersial (PSK) tetap membutuhkan interaksi dalam kehidupan sosial
karena interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas
sosial. Interaksi sosial merupakan hal yang umum terjadi di kalangan masyarakat
dan syarat adanya interaksi sosial yaitu adanya kontak sosial dan komunikasi.
Begitu pula dalam tatanan dunia prostitusi yang lekat dan tidak dipisahkan dari
tatanan masyarakat pada umumnya maka pola interaksi sosial pun tidak bisa
dihindarkan karena walaupun dianggap negatif oleh kebanyakan masyarakat, PSK
tetap membutuhkan interaksi sosial dengan masyarakat sekitar dia tinggal guna
pemenuhan kebutuhan hidup sehari-harinya, seperti PSK membutuhkan tempat
38
sewa atau kos-kosan jika dia pendatang, warung klontong, warung makan, dan
lain sebagainya.44
Pola interaksi sosial ketergantungan antara PSK dan masyarakat sekitar
terjadi pula pada kasus lokalisasi Boker Jl. Raya Bogor Kelurahan Sususkan
Kecamatan Ciracas Jakarta Timur yang mana menurut data dari pengurus warga
sekitar bahwa mayoritas PSK di lokalisasi Boker Jl. Raya Bogor Kelurahan
Sususkan Kecamatan Ciracas Jakarta Timur merupakan kaum urban atau
pendatang dari desa yang mencoba mengadu nasib di Jakarta. Pola interaksi sosial
tersebut terjadi ketika PSK yang merupakan pendatang membutuhkan rumah sewa
bulanan, toko kelontong, warung makan, dan lain sebagainya.
Di Boker sendiri terdapat banyak kos-kosan atau kontrakan yang dikelola
sebagian besar oleh penduduk asli sana, namun ada juga rumah kos-kosan yang
dikelola oleh warga pendatang yang membeli tanah di sana dan membangun
rumah sewa atau tempat usaha lainnya. Dari sejumlah 100 bangunan yang
terdekat dengan lokalisasi Boker Jl. Raya Bogor Kelurahan Ciracas Kecamatan
Ciracas Jakarta Timur ada beberapa unit usaha mikro seperti warung klontong
sebanyak 5 buah dan warung nasi sebanyak 4 buah. Dan konsumen warung
klontong dan warung nasi di sana banyak dari kalangan PSK yang mereka juga
menyewa rumah kontrakan atau kos-kosan di sana. Para pedagang pun melayani
mereka seperti biasa tanpa ada diskriminasi dan ada beberapa warung dan kos-
kosan yang dikelola oleh mucikari atau mami, sehingga rumah kos-kosan atau
44
Odam Asdi Artosa, Pekerja Migran dan Ekonomi Informal Ilegal (Prostitusi) di
Wilayah Pasar Kembang Yogyakarta, Jurnal Pemikiran Sosiologi Vol. 5, No. 1, Januari 2018, h.
32.
39
kontrakan selain berfungsi sebagai tempat tinggal juga sebagai tempat kencan
PSK dan pelanggannya.45
Selain itu, para PSK di sana dikatakan bahwa mereka aktif dalam kegiatan
sosial di lingkungan sekitar lokalisasi baik itu berupa kerja bakti, sumbangan
kegiatan warga, iuran kebersihan, Agustusan, dan lain sebagainya. Para PSK
tersebut terlibat proaktif dalam berbagai kegiatan yang diselenggarakan oleh
aparat RW maupun RT setempat.
Dari pola tersebut terdapat benang merah yaitu selain tidak adanya
diskriminasi baik secara mental ataupun fisik oleh warga sekitar terhadap para
PSK, maka ada hal lain yang menarik yaitu bahwa mereka seperti sudah dianggap
menjadi bagian masyarakat yang dipandang sama dalam perlakuan sosial baik dari
cara berinteraksi dan berkomunikasi walaupun masyarakat yang tidak terlibat
langsung dalam kegiatan lokalisasi mereka sadar betul bahwa prostitusi dan
lokalisasi adalah perbuatan yang melanggar norma baik itu norma agama dan
norma sosial.
Dalam pengamatan langsung bagaimana interaksi antara PSK dan
masyarakat di sekitar lokalisasi Boker Jl. Raya Bogor Kelurahan Ciracas
Kecamatan Ciracas Jakarta Timur, pengamat sulit melihat secara langsung
bagaimana interaksi terjalin antara PSK dan warga sekitar. Hal tersebut
dikarenakan tidak ada perbedaan kriteria antara warga sekitar yang bukan PSK
dengan PSK. Pada jam di luar kegiatan prostitusi, para PSK berpenampilan seperti
45
Wawancara pribadi dengan bapak Syahrul sebagai pelaku usaha warung dan yang
mempekerjakan beberapa PSK di lokalisasi Boker Jl. Raya Bogor Kelurahan Ciracas Kecamatan
Ciracas Jakarta Timur pada 03 Juni 2020.
40
biasa. Jadi identitas yang meninjol dari lokalisasi Boker Jl. Raya Bogor Kelurahan
Ciracas Kecamatan Ciracas Jakarta Timur setelah aktivitas bar, tenda-tenda
lokalisasi, tempat judi, dijadikan GOR Ciracas, maka yang tampak hanyalah
sebuah gang yang dipenuhi oleh para PSK ketika malam hari sampai dini hari.
41
BAB IV
SIKAP RELIGIUSITAS PEKERJA SEKS KOMERSIAL DI LOKALISASI
BOKER JL. RAYA BOGOR KELURAHAN CIRACAS KECAMATAN
CIRACAS JAKARTA TIMUR
A. Religiusitas PSK
1. Ranah Keyakinan
Ranah ini menunjuk pada seberapa jauh tingkat keyakinan seseorang
terhadap ajaran agamanya, terutama terhadap ajaran-ajaran yang bersifat
fundamental dan dogmatik. Seperti keyakinan terhadap Tuhan, malaikat, utusan
Tuhan berupa Nabi dan Rasul, kitab-kitab suci, surga/neraka, dan lain-lain. Pada
ranah ini, seseorang meyakini akan eksistensi atau keberadaan akan hal-hal yang
ghaib dan mengakui kebenarannya.46
Salah satu PSK berinisial M bahkan dengan
nada tegas mengungkapkan keyakinannya akan hal-hal ghaib ketika ditanya
apakah yakin akan adanya surga dan neraka dia menjawab:
“Yakin lah mas. Tapi walaupun kita kerja kayak gini kan ini terpaksa mas
dari pada gak makan, saya yakin Allah Maha Pengampun, mas,”47
Para PSK yang menjadi responden menyatakan bahwa untuk ranah
keyakinan mereka meyakini atau memiliki kepercayaan yang mendalam kepada
ajaran doktrin agama terutama keyakinan tentang Tuhan yang harus benar-benar
diyakini keberadaanya. Tuhan mereka yakini sebagai eksistensi yang tidak
membedakan kasih sayang dan perlindungan-Nya termasuk kepada mereka yang
46
Fauzan Adhim, Pengaruh Religiusitas Terhadap Prestasi Kerja Pegawai Alumni dan
Bukan Alumni Pesantren, Jurnal Ekonomi Moderenisasi, Vol. 5, No. 2, Juni 2009, h. 135. 47
Wawancara pribadi dengan PSK berinisial M pada 3 Juni 2020 pukul 19.95 WIB.
42
bekerja sebagai PSK. Mereka juga meyakini bahwa Tuhan akan tetap menerima
hamba-Nya walaupun hamba tersebut dalam keadaaan kotor. Salah satu PSK yang
menjadi responden bahkan mengungkapkan:
“Jarak antara Tuhan dan saya sangat dekat, Tuhan ada di dalam diri dan
tempat untuk meminta walaupun merasa diri kotor tapi harus tetap
ibadah.” 48
Tuhan menjadi pengharapan para PSK di lokalisasi Boker Jl. Raya Bogor
Kelurahan Ciracas Kecamatan Ciracas Jakarta Timur dimana setiap kali mereka
menghadapi kesulitan agar diberikan jalan keluar dan kehidupan yang lebih baik.
Selain itu para PSK lokalisasi Boker Jl. Raya Bogor Kelurahan Ciracas
Kecamatan Ciracas Jakarta Timur yang menjadi responden sadar betul akan
konsekuensi atas pekerjaan mereka. Mereka yakin akan konsep surga dan neraka
dan mereka paham betul tempat mana yang akan jadi tempat mereka kelak.
Namun mereka masih menyandarkan pengharapan mereka kepada Tuhan yang
mereka anggap sebagai Dzat yang mengerti akan kondisi mereka dan Tuhan
masih akan menerima dan memaafkan mereka.
Salah seorang PSK lokalisasi Boker Jl. Raya Bogor Kelurahan Ciracas
Kecamatan Ciracas Jakarta Timur mengatakan keika ditanya rasa penyesalan
menjadi seorang PSK bahwa dia meyakini kehidupan dia yang sekarang menjadi
PSK tidak lain adalah sebuah skenario atau takdir dari Tuhan dan suatu saat akan
48
Wawancara pribadi dengan PSK berinisial H di lokalisasi Boker Jl. Raya Bogor
Kelurahan Ciracas Kecamatan Ciracas Jakarta Timur pada 15 Juni 2020.
43
ada masanya dimana dia akan dipertemukan dengan kehidupan yang lebih baik,
“ya enggak lah sudah takdirnya mungkin, nanti juga ada masanya.”49
Ketika pengamatan secara langsung dengan proses wawancara dan
mengorek sejauh mana keyakinan mereka tentang hal-hal dogmatik walaupun
dengan jawaban-jawaban yang singkat karena keterbatasan waku wawancara
dengan mereka, namun penulis bisa menyimpulkan bahwa keyakinan mereka para
PSK akan hal-hal dogmatik masih pada tingkat pengenalan dan pemahaman yang
mendasar yang umum diketahui oleh kebanyakan orang terutama oleh orang
Islam.
Walaupun bersifat mendasar akan tetapi keyakinan tersebut mengakar kuat
dalam benak mereka karena pengenalan tersebut masih bertahan dan mengingat
pekerjaan mereka yang tabu atau terlarang dalam agama yang mereka pegang.
Namun keyakinan mereka teurtama terhadap Tuhan masih melahirkan harapan
bagi mereka, dan Tuhan dalam pemahaman mereka digambarkan sebagai esensi
yang Maha Pengampun dan penuh kasih sayang. Meskipun dalam momen-momen
tertentu terkadang mereka merasakan ketakutan kepada Tuhan ketika mengingat
pekerjaan mereka sebagai PSK.
Dalam pemahaman mereka, keyakinan akan Tuhan dianggap sebagai
sesuatu yang final dan bersifat permanen dalam artian keyakinan tidak boleh lepas
dalam kondisi apapun termasuk ketika mereka dalam keadaan melakukan
pekerjaan yang mereka sendiripun mengakui bahwa pekerjaan tersebut
bertentangan dengan norma agama.
49
Wawancara pribadi dengan PSK berinisial M pada 3 Juni 2020 pukul 19.95 WIB.
44
2. Ranah Ritual
Ranah ini mencakup perilaku pemujaan, ketaatan, dan hal-hal yang
dilakukan seseorang untuk menunjukkan komitmen terhadap agama yang
dianutnya. Ritual dilakukan atas dasar perintah dari Tuhan yang dianggap
mempunyai konsekuensi jika dikerjakan maupun tidak. Contoh dari ritual ini
adalah sholat, puasa, kebaktian, misa, dan lain-lain.50
Para PSK lokalisasi Boker Jl. Raya Bogor Kelurahan Ciracas Kecamatan
Ciracas Jakarta Timur dalam ranah ritual, mereka melaksanakan ibadah yang
bersifat wajib maupun sunnah seperti shalat, puasa, mengaji, sedekah, dan lain
sebagainya. Mereka meyakini bahwa walaupun pekerjaan yang mereka lakukan
itu bertentangan dengan keyakinan mereka, namun praktek ibadah yang
didasarkan akan keyakinan mereka kepada ajaran agama tetap dilaksanakan. Hal
tersebut berdasarkan pernyataan mereka yang beribadah atas kemauan diri sendiri
tanpa adanya intervensi dari orang lain. 51
Salah satu PSK mengatakan:
“Saya beribadah dari hati saya yang paling dalam untuk menjalani
ibadah.”52
Mereka menempatkan diri pada dua posisi dalam dirinya, yaitu posisi
mereka sebagai hamba Tuhan yang harus menjalankan perintah-Nya dan posisi
mereka sebagai hamba Tuhan yang harus mencari kebutuhan sandang pangan
mereka dengan cara yang mereka anggap tidak ada jalan lain karena kesulitan
ekonomi dan minimnya keterampilan mereka di bidang lain.
50
Fauzan Adhim, Pengaruh Rqeligiusitas Terhadap Prestasi Kerja Pegawai Alumni dan
Bukan Alumni Pesantren, Jurnal Ekonomi Moderenisasi, Vol. 5, No. 2, Juni 2009, h. 135. 51
Wawancara pribadi dengan empat orang PSK di lokalisasi Boker Jl. Raya Bogor
Kelurahan Ciracas Kecamatan Ciracas Jakarta Timur pada 03, 11, dan 15 Juni 2020. 52
Wawancara pribadi dengan PSK berinisial M pada 3 Juni 2020.
45
Namun dalam kegiatan ritual ibadah tertentu seperti dalam ritual ibadah
yang bersifat kelompok atau berjama’ah mereka tidak menampakkan kegiatan
ibadah mereka. Hal tersebut berdasarkan pengakuan 3 dari 4 PSK yang
menyatakan bahwa untuk beribadah mereka hanya berani ibadah sendiri di rumah
dan tidak berani ibadah berjamaah di masjid. Salah seorang PSK ketika ditanya
apakah melaksanakan ibadah berjamah seperti sholat di masjid, dia mengatakan,
“gak mas, saya shalat di rumah aja, malu mas.”53
Meraka merasakan tidak percaya diri bahkan malu karena menganggap
bahwa mereka tidak layak untuk dipandang sebagai pelaku ibadah di mata
masyarakat walaupun sejatinya masyarakat di lokalisasi Boker tidak
mempermasalahkan hal tersebut. Mereka lebih memilih melaksanakan ibadah
individual atau munfarid untuk mengekspresikan diri mereka sebagai hamba
Tuhan yang mentaati ajaran-Nya.
Hanya ada satu orang responden yang sekarang sudah menjadi mantan
PSK di lokalisasi Boker Jl. Raya Bogor Kelurahan Ciracas Kecamatan Ciracas
Jakarta Timur yang beribadah secara berjamaah atau berkelompok di masjid
karena dia sudah menyatakan diri bahwa dia sudah berhenti jadi PSK dan
berhijrah menjadi seorang muslimah yang taat. Dan untuk PSK lainnya di
lokalisasi Boker Jl. Raya Bogor Kelurahan Ciracas Kecamatan Ciracas Jakarta
Timur kebanyakan enggan untuk ikut beribadah di tempat ibadah dengan jemaah
lain karena mereka merasa tidak pantas. Namun mereka masih menjalankan
53
Wawancara pribadi dengan empat orang PSK di lokalisasi Boker Jl. Raya Bogor
Kelurahan Ciracas Kecamatan Ciracas Jakarta Timur pada 03, 11, dan 15 Juni 2020.
46
ibadah secara individu seperti sholat di kontrakan, berpuasa, bersedekah, dan
lain-lain.
Dalam hal ritual ibadah, sulit untuk penulis ketika melakukan observasi
untuk melihat bagaimana para PSK melakukan ritual keagamaan. Namun, jika
dilihat dari keyakinan mereka kepada Tuhan, ibadah bagi para PSK lokalisasi
Boker adalah sebuah bentuk ketaatan kepada Tuhan meskipun mereka mengalami
rasa tidak percaya diri untuk berbaur dalam ibadah bersama dengan orang lain
karena status mereka yang sebagai PSK dianggap bertentangan dengan norma
agama.
Ritual ibadah bagi PSK lokalisasi Boker bisa jadi bukanlah hanya ritual
rutin semata untuk menggugurkan sebuah kewajiban, mengingat bahwa ibadah
bagi para PSK lokalisasi Boker yang menjadi responden sering menjadi sarana
bagi mereka untuk mengingat Tuhan, jadi ibadah bagi mereka adalah jembatan
penghubung antara Tuhan dan mereka para PSK karena di saat ibadahlah jarak
yang terdekat dengan Tuhan yang bisa mereka rasakan terlepas dari seberapa taat
mereka beribadah dalam artian tidak pernah meninggalkannya, namun ibadah
bagi mereka bukan hanya sekedar gerak badan akan tetapi hadirnya perasaan
mereka yang merasakan keintiman dengan Tuhan.
47
3. Ranah Pengetahuan
Ranah ini mengacu kepada harapan bahwa orang-orang yang beragama
paling tidak memiliki sejumlah minimal pengetahuan menganai dasar-dasar
keyakinan, ritus-ritus, kitab suci, dan tradisi-tradisi. Pengetahuan tersebut
berguna sebagai pedoman atau tuntunan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan
religiusitas pada ajaran agama tertentu. Biasanya pengetahuan tersebut diberikan
Tuhan kepada utusan-Nya – Nabi dan Rasul – yang kemudian diteruskan oleh
para tokoh-tokoh – para ulama/rahib/bikhu/pandhita – agama untuk terus
dilestarikan dan diajarkan kepada umat pemeluk agamanya.54
Para PSK lokalisasi Boker Jl. Raya Bogor Kelurahan Ciracas Kecamatan
Ciracas Jakarta Timur yang menjadi responden menyatakan bahwa pengetahuan
mereka terhadap ajaran agama didapat hanya pada waktu mereka masih
mengenyam pendidikan di sekolah, ada yang hanya ketika di SD, SMP, dan
ketika mengaji waktu kecil di luar kegiatan sekolah formal. Salah seorang PSK
mengungkapkan tentang bagaimana dia mendapatkan pendidikan keagamaan
ketika masih di kampung halaman:
“..... dulu ada pelajarannya di sekolah sama dulu sering ngaji juga. Ya
misalkan baca Iqro, ngaji Qur’an, rukun-rukun iman, Yasin, Tahlil, ya
pokoknya gitu-gitu deh, Mas.”55
Namun pengetahuan tersebut tidak pernah mereka perdalam selepas
mereka lulus dari bangku sekolah apalagi setelah mereka merantau ke Jakarta
54
Fauzan Adhim, Pengaruh Religiusitas Terhadap Prestasi Kerja Pegawai Alumni dan
Bukan Alumni Pesantren, Jurnal Ekonomi Moderenisasi, Vol. 5, No. 2, Juni 2009, h. 135. 55
Wawancara pribadi dengan PSK berinisial A di lokalisasi Boker Jl. Raya Bogor
Kelurahan Ciracas Kecamatan Ciracas Jakarta Timur pada 03 Juni 2020.
48
untuk bekerja sebagai PSK. Pengetahuan agama yang mereka tahu sampai
sekarang hanyalah apa yang diajarkan waktu dahulu kecil yang bersifat doktrin
dan diulang-ulang yang membekas sampai sekarang di ingatan mereka. Setelah
menjadi PSK mereka hanya fokus memenuhi kebutuhan ekonomi mereka dan
tidak terlalu memikirkan untuk menambah wawasan religiusitas.
Para PSK yang menjadi responden menyatakan bahwa mereka tidak
memiliki waktu untuk memperdalam agama karena kesibukan mereka yang
bekerja sebagai PSK, seperti yang diungkapkann oleh salah satu PSK ketika
ditanya apakah dia ketika tiba di Jakarta memperdalam pengetahuan agamanya,
dia menjawab: “Enggak mas, saya ibadah, ibadah aja, udah tua gini, malu juga
kan kerjaan kita begini.”56
Namun ada satu hal yang berbeda dari salah satu responden yang sekarang
merupakan mantan PSK. Dia mendapat bimbingan pengetahuan religiusitas dari
salah seorang yang dia sebut sebagai guru spiritual. Berkat pengetahuan yang
diberikan oleh gurunya tersebut dia berhenti jadi PSK dan menyebut dirinya telah
“hijrah”, “dari kecil saya diajarkan mengaji sampai sekarang pun saya punya
guru spiritual.”57
Ungkap mantan PSK yang ketika ditanya sejauh mana dia
mempelajari ilmu agama. Hal tersebut berbeda dengan responden lainnya yang
cenderung tidak menambah wawasan religiusitasnya yang tetap menjadi PSK
walaupun sudah berumur di atas 40 tahun dan sudah memiliki anak.
56
Wawancara pribadi dengan PSK berinisial A di lokalisasi Boker Jl. Raya Bogor
Kelurahan Ciracas Kecamatan Ciracas Jakarta Timur pada 03 Juni 2020. 57
Wawancara pribadi dengan PSK berinisial H di lokalisasi Boker Jl. Raya Bogor
Kelurahan Ciracas Kecamatan Ciracas Jakarta Timur pada 15 Juni 2020.
49
Tokoh agama sekitar lokalisasi Boker Jl. Raya Bogor Kelurahan Ciracas
Kecamatan Ciracas Jakarta Timur dinilai memiliki peranan penting dalam ranah
ini. Pada umumnya, tokoh agama merupakan cerminan sosok religius dalam
masyarakat yang memiliki enam fungsi diantaranya: sebagai penyiar agama,
pemimpin rohani, pengemban ajaran Tuhan, pembina umat, penuntun umat, dan
penegak kebenaran agama. Dalam kehidupan bermasyarakat, tokoh agama beserta
fungsinya memerankan peranan penting yang menjadi jembatan perwujudan nilai-
nilai keagamaaan. Tokoh agama dipandang sebagai sosok yang mengerti tentang
berbagai persoalan hukum agama, baik yang berkenaan dengan ibadah maupun
muamalah.58
Pak Komar atau yang sering disebut sebagai ustadz Komar yang
merupakan pengurus masjid di sekitar lokalisasi Boker Jl. Raya Bogor Kelurahan
Ciracas Kecamatan Ciracas Jakarta Timur dan dianggap sebagai tokoh agama
setempat menuturkan bahwasanya sudah ada upaya dari pihak pengurus masjid
yang sudah melakukan upaya penutupan lokalisasi namun sering menemui
kebuntuan karena tidak adanya dukungan dari aparatur RW setempat maupun
dari warga sekitar lokalisasi. Akhirnya para pengurus masjid rutin melakukan
kegiatan-kegiatan religiusitas di masjid seperti sholawatan, dzikir, pengajian
rutin, Yasin, dan lain-lain dengan tujuan selain untuk menghidupkan masjid juga
sebagai sarana penyampaian syi’ar dakwah kepada para PSK agar mereka mau
bertaubat dan meninggalkan pekerjaan mereka.
58
Karimi Toweren, Peran Tokoh Agama Dalam Peningkatan Pemahaman Agama
Masyarakat Kampung Toweren Aceh Tengah, Dayah : Journal of Islamic Education, Vol. 1, No.
2, 2018, h. 263.
50
Pak Komar menyatakan bahwa awal dari tujuan pembangunan masjid
Baiturrohmah yang ada di lokalisasi Boker Jl. Raya Bogor Kelurahan Ciracas
Kecamatan Ciracas Jakarta Timur adalah untuk mengimbangi keberadaan
lokalisasi Boker. Masjid diharapkan menjadi sisi religius kawasan Boker yang
setidaknya menjadi titik terang untuk awal dakwah pemberantasan lokalisai
Boker Kelurahan Ciracas Kecamatan Ciracas Jakarta Timur yang sudah berdiri
sejak puluhan tahun silam.
Pak Komar menegaskan bahwa meskipun prostitusi sangat bertentangan
dengan agama, namun tokoh agama di sekitar lokalisasi Boker Jl. Raya Bogor
Kelurahan Ciracas Kecamatan Ciracas Jakarta Timur tidak mau menggunakan
kekerasan dalam mencegah kemunkaran. Ada dua alasan menurut pak Komar
yang menjadi alasan kenapa para tokoh agama di sekitar lokalisasi enggan untuk
melakukan kekerasan dalam menangani lokalisasi Boker Jl. Raya Bogor
Kelurahan Ciaracas Kecamatan Ciracas Jakarta Timur. Pertama, mereka
mencontoh dakwah Islam tanpa kekerasan yang dilakukan oleh Wali Songo yang
mendakwahkan Islam dengan mengajarkan kebaikan dan mencerminkan perilaku
baik agar menjadi contoh di masyarakat. Kedua, kultur masyarakat sekitar
lokalisai Boker Jl. Raya Bogor Kelurahan Ciraca Kecamatan Ciracas Jakarta
Timur yang sudah lekat dan terbiasa dengan perputaran bisnis prostitusi yang
sudah berjalan selama puluhan tahun dan dianggap memakmurkan masyarakat
sekitar menjadikan penutupan secara total semua aspek bisnis prostitusi di
lokalisasi Boker Jl. Raya Bogor Kelurahan Ciracas Kecamatan Ciracas Jakarta
51
Timur sangatlah sulit. Beliau menuturkan bahwa dengan jalan yang tanpa
kekerasan saja susah apalagi dengan cara kekerasan.
Namun menurut pak Komar selama beberapa tahun ke belakang sampai
sekarang sudah ada 20 orang PSK di lokalisasi Boker Jl. Raya Bogor Keluahan
Ciracas Kecamatan Ciracas Jakarta Timur yang sudah mendatangi beliau dan
menyatakan ingin bertaubat dan pulang kampung untuk menjalani kehidupan
seperti biasa dan menjauhi bisnis prostitusi. Pak Komar menuturkan bahwa dari
para PSK yang berhenti tersebut mereka beralasan karena sering mendengar
pengajian dari masjid yang menambah wawasan religiusitas mereka, anak-anak
mereka yang mengaji bersama pak Komar sering menasihati ibunya untuk
berhenti menjadi PSK. Hal tersebutlah yang menjadi salah satu faktor para PSK
tersebut untuk memantapkan diri berhenti menjadi PSK dan pulang ke kampung
halaman.
Berdasarkan hasil observasi dalam wawancara di atas, penulis melihat
berasumsi bahwa pengetahuan dan pemahaman mereka akan agama masih sangat
sederhana, terlebih apa yang mereka ketahui sampai sekarang tentang agama
adalah apa yang mereka peroleh ketika masih duduk di bangku sekolah atau
pengajian di kampung-kampung halaman mereka. Mereka lebih cenderung untuk
tidak menambah pengetahuan karena beberapa faktor seperti : usia, tidak percaya
diri, dan fokus bekerja. Di usia mereka mereka yang sekarang ini mereka minim
upaya untuk menambah pengetahuan akan agama mereka. Meskipun ada satu
responden yang berkembang pengetahuannya akan agama karena adanya bantuan
guru spiritual.
52
Pengetahuan akan agama bagi para PSK seakan sudah menjadi hal yang
final untuk dicapai atau dirasa cukup sebagai panduan kehidupan beragama
mereka. Kegitan mereka sebagai PSK seolah menjadi dinding penghalang antara
mereka dan mengembangkan pengetahuan keagamaan mereka.
4. Ranah Konsekuensi
Pada ranah ini mengacu pada identifikasi akibat-akibat yang ditimbulkan
dari keyakinan seseorang terhadap agama yang diyakininya, praktik religiusitas,
pengalaman religiusitas, dan pengetahuan seseorang akan religiusitas tertentu.
Ranah ini juga mengukur sejauh mana perilaku seseorang yang dimotivasi oleh
ajaran-ajaran agamanya dalam kehidupan sosial, seperti apakah ia menolong
tetangga yang kesusahan, mengunjungi tetangga yang sakit, mendermakan
hartanya, ikut dalam konservasi lingkungan, ikut melestarikan lingkungan, dan
lain-lain. Atau dalam Islam bisa disejajarkan dengan akhlaq yang menunjuk
kepada seberapa tingkatan Muslim berperilaku dimotivasi oleh ajaran-ajaran
agamanya, yaitu bagaimana individu berelasi dengan dunianya, terutama dengan
manusia lain.59
Para PSK lokalisasi Boker Jl. Raya Bogor Kelurahan Ciracas Kecamatan
Ciracas Jakarta Timur yang menjadi responden, tokoh agama, dan masyarakat
sekitar lokalisasi mengatakan bahwa para PSK memiliki pribadi yang baik dan
santun terutama dalam kehidupan sosial dengan warga sekitar lokalisasi. Para
59
Fauzan Adhim, Pengaruh Religiusitas Terhadap Prestasi Kerja Pegawai Alumni dan
Bukan Alumni Pesantren, Jurnal Ekonomi Moderenisasi, Vol. 5, No. 2, Juni 2009, h. 135-136.
53
PSK di lokalisasi Boker Jl. Raya Bogor Kelurahan Ciracas Kecamatan Ciracas
Jakarta Timur sering ikut aktif dalam kegiatan sosial yang digalang oleh
perangkat RW setempat. Bahkan para PSK di lokalisasi Boker dikenal oleh
masyarakat sebagai orang yang ramah dalam berinteraksi sosial.
Selain itu hampir semua para PSK di lokalisasi Boker Jl. Raya Bogor
Kelurahan Ciracas Kecamatan Ciracas Jakarta Timur sangat menghormati ritual
ibadah yang dilaksanakan di sekitar lokalisasi tersebut. Salah satu contohnya jika
ada kegiatan pengajian seperti Tabligh Akbar atau ada Habib yang datang ke sana
mereka menghentikan kegiatan prostitusinya dengan alasan menghormati
walaupun tidak ikut dalam acara tersebut. 60
Salah seorang PSK mengatakan, “ya
kalau ada pengajian berhenti dulu seperti kalau ada Habib atau ustadz-ustadz.”61
Para PSK lokalisasi Boker Jl. Raya Bogor Kelurahan Ciracas Kecamatan
Ciracas Jakarta Timur yang sudah berusia di atas 40 tahun dan memiliki anak,
mereka memilih untuk mendidik anak-anak mereka dengan didikan formal dan
non formal yang baik dengan harapan agar anak-anak mereka tidak mengikuti
jejak ibunya sebagai seorang PSK. Selain itu anak-anak para PSK lokalisasi Boker
Jl. Raya Bogor Kelurahan Ciracas kecamatan Ciracas Jakarta Timur banyak yang
diikutsertakan mengaji di masjid sekitar lokalisasi dengan harapan agar bisa
mendapat pendidikan agama yang lebih baik. Hal tersebut dibenarkan oleh tokoh
agama di lokalisasi Boker Jl. Raya Bogor Kelurahan Ciracas Kecamatan Ciracas
60
Wawancara pribadi dengan empat orang PSK di lokalisasi Boker Jl. Raya Bogor
Kelurahan Ciracas Kecamatan Ciracas Jakarta Timur pada 03, 11, dan 15 Juni 2020. 61
Wawancara pribadi dengan PSK berinisial H di lokalisasi Boker Jl. Raya Bogor
Kelurahan Ciracas Kecamatan Ciracas Jakarta Timur pada 15 Juni 2020.
54
Jakarta Timur yang mengkonfirmasi bahwa banyak anak-anak dari para PSK yang
mengaji di masjid sekitar lokalisasi.
Tokoh agama juga menuturkan bahwa para PSK lokalisasi Boker Jl. Raya
Bogor Kelurahan Ciracas Kecamatan Ciracas Jakarta Timur sering meberikan
sedekah untuk masjid dan kegiatan masjid, namun ditolak oleh pengurus masjid
karena dianggap uang hasil dari prostitusi adalah haram. Namun tokoh agama
tidak melarang jika para PSK lokalisasi Boker Jl. Raya Bogor Kelurahan Ciracas
Kecamatan Ciracas Jakarta Timur memberikan sumbangsih dana untuk kegiatan
sosial warga yang bukan bagian dari kegiatan masjid.
Untuk ranah konsekuensi, bagi penulis sebenarnya waktu yang untuk
mengamati bagaimana sikap yang dilahirkan dari religiusitas para PSK masih
kurang. Penulis memerlukan waktu yang lebih sering dan pertemuan yang lebih
intens dengan para PSK untuk melihat bagaimana akhlak atau karakter mereka.
Namun berdasarkan hasil wawancara, penulis bisa menyimpulkan bahwa
sebenarnya para PSK lokalisasi Boker adalah pribadi yang baik dan berjiwa sosial
yang tinggi. Mereka peduli akan lingkungan terutama lingkungan sekitar mereka
tinggal. Selain itu mereka sedikit lebih memperhatikan keagamaan anak-anak
mereka terutama di ranah pengetahuan keagamaannya. Mereka para PSK seolah
enggan kalau anaknya sama seperti mereka yang terbatas tentang masalah
keagamaan. Kepedulian tersebut bisa jadi lahir sebagai konsekuensi akan
terbatasnya aspek-aspek religiusitas mereka.
55
5. Ranah Penghayatan
Ranah ini berkaitan dengan pengalaman religiusitas, perasaan-perasaan,
persepsi-persepsi, dan sensasi-sensasi yang dialami seseorang atau didefisinikan
oleh suatu kelompok religiusitas yang yang melihat komunikasi, walaupun kecil,
dalam suatu esensi ketuhanan, yaitu dengan Tuhan. Atau dalam Islam, ranah ini
bisa diartikan adanya pengalaman religius yang terwujud dalam perasaan dekat
dengan Allah, perasaan doa-doanya sering terkabul, perasaan tentram bahagia
karena beribadah, dan lain-lain.62
Para PSK lokalisasi Boker Jl. Raya Bogor Kelurahan Ciracas Kecamatan
Ciracas Jakarta Timur menyatakan bahwa mereka merasakan kedekatan dengan
Tuhan ketika mereka melakukan ritual ibadah seperti shalat, puasa, membaca Al-
Qur’an. Mereka merasakan bahwa meskipun pekerjaan mereka bertentangan
dengan apa yang mereka lakukan ketika ibadah, tapi mereka yakin bahwa ibadah
mereka akan diterima. Bahkan salah satu PSK dengan yakin berkata bahwa ritual
ibadah yang dia lakukan tidak akan sia-sia meskipun status pekerjaan dia sebagai
PSK, “Insya Allah diterima karena Allah itu Maha Tahu,”63
ucap salah seorang
PSK.
Mereka meyakini bahwa Tuhan tidak akan menyia-nyiakan ibadah mereka
hanya karena pekerjaan mereka yang dianggap bertentangan dengan norma
agama. Bagi mereka Tuhan merangkul dan melindungi semua hamba-Nya ketika
masih mau mendekat kepada-Nya walaupun membawa dosa yang banyak. Salah
62
Fauzan Adhim, Pengaruh Religiusitas Terhadap Prestasi Kerja Pegawai Alumni dan
Bukan Alumni Pesantren, Jurnal Ekonomi Moderenisasi, Vol. 5, No. 2, Juni 2009, h. 135-136. 63
Hasil wawancara pribadi dengan PSK berinisial A pada 3 Juni 2020 pukul 22.00 WIB.
56
seorang PSK mengatakan perasaan kedekatannya dengan Tuhan ketika ditanya
seberapa dekat dia dengan Tuhan yang dia rasakan, “Dekat, saya merasakan
Tuhan ada di dalam diri saya.”64
Para PSK lokalisasi Boker Kelurahan Ciracas Kecamatan Ciracas Jakarta
Timur menuturkan bahwa mereka mengalami perasaan-perasaan yang membuat
mereka merasa semakin dekat dengan Tuhan ketika mereka beribadah terutama
ketika shalat dan ketika berdoa. Mereka merasakan penyesalan yang amat
mendalam terhadap apa yang telah mereka lakukan akan tetapi mereka merasa
tidak ada pilihan lain dan mereka berharap dengan berdo’a agar Tuhan
memberikan jalan yang lebih baik dari apa yang mereka rasakan sebagai PSK.
Mereka juga merasakan momen-momen ketakutan yang mendalam ketika
mengingat-ingat dalam ibadah mereka bahwa perbuatan yang mereka lakukan
adalah salah.65
Pekerjaan mereka bukanlah tanpa penyesalan, ketika bekerja sebagai PSK,
para responden menyatakan bahwa ada rasa penyesalan dalam diri mereka namun
tuntutan ekonomi membuat profesionalitas mereka dalam bekerja tetap dilakukan,
seperti yang diungkapkan oleh salah seorang PSK berinisial M ketika ditanya
apakah ada rasa penyesalan dalam diri mereka ketika bekerja dia menjawab, “Ada
mas tapi ya tetep kudu kerja.” Begitu pula dengan para PSK lainnya yang menadi
64
Wawancara pribadi dengan PSK berinisial H di lokalisasi Boker Jl. Raya Bogor
Kelurahan Ciracas Kecamatan Ciracas Jakarta Timur pada 15 Juni 2020. 65
Wawancara pribadi dengan empat orang PSK di lokalisasi Boker Jl. Raya Bogor
Kelurahan Ciracas Kecamatan Ciracas Jakarta Timur pada 03, 11, dan 15 Juni 2020.
57
responden memberikan jawaban meskipun singkat bahwa mereka merasakan
penyesalan dalam dirinya. 66
Namun ketika sedang melakukan praktek prostitusi seolah mereka
mengubur terlebih dahulu rasa penyesalan mereka karena bagi mereka rasa
penyesalan hanya akan mengurangi profesionalitas ketika bekerja. Dan rasa
penyesalan kembali muncul ketika mereka melakukan kontak dengan Tuhan
dalam momen-momen tertentu di luar waktu bekerja mereka sebagai PSK. Siklus
profesionalitas dan penyesalan tersebut terus berulang dalam hidup mereka para
PSK lokalisasi Boker Jl. Raya Bogor Kelurahan Ciracas Kecamatan Ciracas
Jakarta Timur yang masih menekuni dunia prostitusi yang mereka lakukan dari
semenjak remaja sampai mempunyai anak.
Ketika meneliti segi penghayatan keagamaan para PSK lokalisasi Boker,
mereka mengalami rasa dan pengalaman yang berbeda-beda. Mengingat bahwa
religiusitas para PSK jarang terekspose oleh masyarakat, maka ranah penghayatan
keagamaan mereka bisa dibilang bukanlah hanya sekedar penghayatan yang
bersifat formalis dan legalis, dimana agama hanya dihayati di tempat-tempat
ibadah saja namun berbanding terbalik dengan perwujudan iman dalam hidup
sehari-hari. Penghayatan mereka meskipun memiliki dimensi-dimensi religiusitas
yang terbatas namun penghayatan atau pengalaman spiritual mereka tidak bisa
diabaikan sebagai bentuk kedekatan mereka dengan Tuhan seperti rasa menyesal,
66
Wawancara pribadi dengan empat orang PSK di lokalisasi Boker Jl. Raya Bogor
Kelurahan Ciracas Kecamatan Ciracas Jakarta Timur pada 03, 11, dan 15 Juni 2020.
58
ketakutan, penuh harapan, merasa sangat dekat dan bahkan merasakan kehadiran
Tuhan dalam diri mereka.
Berdasarkan pengamatan penulis di lapangan meskipun mereka
berpakaian kurang tertutup karena bertujuan supaya orang tertarik terhadap
dirinya dan di balik singkatnya jawaban mereka ketika diwawancara, namun di
balik itu penulis bisa menyimpulkan suatu kedekatan antara dia dengan Tuhan
yang bisa jadi tidak semua orang merasakannya.
B. Analisa Terhadap Religiusitas Pekerja Seks Komersial di Lokalisasi
Boker Jl. Raya Bogor Kelurahan Ciracas Kecamatan Ciracas Jakarta
Timur
Sebagaimana teori Dramaturgi yang dikembangkan oleh Erving Goffman
yang menjelaskan bahwa ketegangan diri dalam interaksionisme simbolik dimana
dalam diri seseorang kerap terjadi konsepsi “ketidaksesuaian antara diri
manusiawi kita dan diri kita sebagai hasil sosialisasi”. Dan hal ini seolah bahwa
dalam diri seseorang terjadi pembentukan karakter untuk apa yang menjadi jati
dirinya sendiri dan apa yang ingin seseorang tampilkan agar sesuai dengan
harapan orang lain.67
Konsep front stage (panggung depan) dan back stage (panggung
belakang). Konsep tersebut menjelaskan bahwa setiap individu akan memiliki sisi
yang jarang ditampilkan olehnya kepada khalayak publik baik karena sebuah
67
Nur Syam, Agama Pelacur, Yogyakarta: LkiS, 2010, h. 49.
59
tuntutan peran maupun pekerjaan yang dilakukan. Hal tersebut senada dengan apa
yang teradi pada religiusitas para PSK lokalisasi Boker Jl. Raya Bogor Kelurahan
Ciracas Kecamatan Ciracas Jakarta Timur yang memiliki sisi religius di balik
pekerjaan mereka sebagai PSK baik dari dimensi keyakinan, pengetahuan, ritual,
pengalaman, dan konsekuensi dari religiusitas mereka.
Dalam kacamata konsep Dramaturgi yang dikemukakan oleh Erving
Goffman dari sisi front stage dan back stage maka bisa dikatakan konsep tersebut
serasi dengan hasil temuan penulis di lapangan. Sosok religius PSK lokalisasi
Boker yang berpakaian tertutup dan berhijab memang bukanlah harapan yang
akan ditemui oleh penulis. Penulis mencoba menggali bagaimana sisi religiusitas
dari sudut yang dikemukakan oleh Glock dan Stark dimana religiusitas bukanlah
semata penampilan yang mencolok dari pakaian yang agamis, namun religusitas
yang terdiri dari beberapa ranah yang saling terhubung satu sama lain.
Ketika melakukan penelitian, penulis mendapati sosok PSK yang
berpakaian sebagaimana PSK pada umumnya yang berpakaian seksi dan tidak
berhijab. Namun penulis melihat itu adalah sisi front stage yang ditampilkan oleh
PSK untuk mendukung pekerjaannya. Karena wajah PSK yang diinginkan oleh
pelanggan mereka adalah sosok yang menggoda bagi kaum laki-laki, bukan sosok
tertutup yang terkesan alim. Sisi front stage tersebut tidak mencirikan maupun
menyiratkan sedikitpun akan sisi religius dari para PSK. Hal tersebut berbanding
terbalik ketika penulis menggali lebih dalam bagaimana sisi religiusitas mereka
dari mulai keyakinan, pengetahuan, ritual, konsekuensi, dan pengalaman
keagamaan mereka. Hasil wawancara menunjukkan bahwa mereka adalah sosok
60
yang religius ketika berada di belakang panggung kehidupan pekerjaan mereka
atau sisi back stage mereka. Religiusitas tersebut bisa penulis rasakan bahwa itu
tanpa rekayasa karena penulis menilai dari spontanitas, mimik wajah, dan nada
berbicara mereka ketika menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang religiusitas
mereka. Terdengar nada bicara yang penuh akan harapan terutama ketika
berbicara akan nasib mereka dan apa yang Tuhan rencanakan bagi mereka.
Dalam pengamatan langsung yang penulis lakukan, sangat sulit bagi
penulis untuk mengamati secara langsung bagaimana aspek lahiriah atau yang
nampak dari sisi religiusitas para PSK di lokasi pengamatan. Dalam ranah
keyakinan, pengetahuan, dan penghayatan/pengalaman, hanya bisa diketahui dari
wawancara dengan mereka para PSK di lokalisasi tersebut. Hal tersebut karena
keyakinan, pengetahuan, dan pengalaman keagamaan adalah aspek batiniah yang
hanya tersimpan di memori atau pikiran para PSK yang mereka deskripsikan
dalam wawancara.
Sedangkan untuk ranah ritual dan konsekuensi, penulis melihat bahwa
para PSK di lokalisasi Boker Jl. Raya Bogor Kelurahan Ciracas Kecamatan
Ciracas Jakarta Timur bukanlah pribadi yang menampilkan sisi religius mereka.
Penulis melihat fakta di lapangan bahwa sisi yang ditampilkan oleh para PSK di
lokalisasi tersebut adalah sisi profesionalitas mereka dalam bekerja seperti
pakaian seksi dan riasan wajah yang mencolok. Dan ritual keagamaan bagi para
PSK di lokalisasi tersebut adalah kegiatan yang dilakukan secara pribadi dan tidak
diperlihatkan kepada orang lain. Sedangkan untuk konsekuensi atau akhlak yang
tumbuh sebagai efek dari keyakinan, intelektual, ritual, dan pengalaman religius
61
para PSK sulit untuk dilihat karena keterbatasan waktu penulis untuk mengamati
para PSK di lokalisasi tersebut. Penulis hanya mengumpulkan data berupa
pernyataan dari masyarakat sekitar, tokoh agama, dan mantan PSK bahwa akhlak
yang ditampilkan oleh para PSK di lokalisasi Boker adalah akhlak yang baik dan
peduli akan lingkungan sosial. Hal tersebut didukung juga dengan tidak ada
catatan dan penyataan negatif seperti perbuatan mengganggu, gaduh, dan
meresahkan dalam artian membuat onar dari masyarakat sekitar, tokoh
masyarakat, perangkat RT/RW, dan para PSK disana. Dan pernyataan yang
didapat tentang prilaku para PSK di lokalisasi Boker justru malah pernyataan
yang positif seperti peduli akan kegiatan sosial lingkungan disana, menghormati
masyarakat sekitar, menghormati kegiatan keagamaan disana, dan lain
sebagainya.
Kelompok PSK di lokalisasi Boker menampilkan sisi religiusitas secara
individu seperti pelaksanaan ritual, keyakinan, pengetahuan, dan pengalaman
dalam keagamaan. Namun dalam sisi sosial maka akan terlihat ada beberapa
perbuatan mereka yang didasari semangat keagamaan seperti mereka sangat
peduli akan kegiatan sosial di lingkungan sekitar, sangat menghormati kegiatan
keagamaan disana, dan mereka sangat mempehatikan pendidikan keagamaan
anak-anak mereka dengan cara mengikutsertakan anak-anaknya untuk mengaji
dan belajar ilmu agama di masjid dan mushola sekitar lokalisasi Boker.
Selanjutnya, untuk analisa terhadap berbagai unsur religiusitas menurut
Glock dan Stark terhadap para PSK lokalisasi Boker Jl. Raya Bogor Kelurahan
Ciracas Kecamatan Ciracas Jakarta Timur maka bisa dikatakan bahwa. Pertama,
62
ranah keyakinan, para PSK lokalisasi Boker Kelurahan Ciracas Kecamatan
Ciracas Jakarta Timur memiliki tingkat keyakinan yang dasar saja seperti
keyakinan kepada Tuhan, kitab suci, dan esensi-esensi ghaib lainnya dalam agama
yang mereka anut. Dalam keyakinan mereka sangat meyakini akan kebenaran
keyakinan mereka, walaupun nampak hanya dasar keyakinan saja tanpa
memperdalam atau mengeksplore lebih jauh akan keyakinan mereka. Kedua,
ranah ritual, para PSK lokalisasi Boker Kelurahan Ciracas Kecamatan Ciracas
Jakarta Timur yang menjadi responden hanya melakukan ritual ibadah rutin saja
yang mereka anggap sebagai kewajiban yang harus ditunaikan seperti shalat,
puasa, dan lain-lain. Ketiga, ranah pengetahuan, para PSK lokalisasi Boker
Kelurahan Ciracas Kecamatan Ciracas Jakarta Timur yang menjadi responden
hanya memiliki pengetahuan dasar akan agama yang mereka anut seperti kepada
siapa harus percaya, ritual apa saja yang harus dilakukan, dan lain sebagainya,
namun minim akan penambahan wawasan akan agama mereka, hanya cukup
dengan apa yang mereka dapatkan ketika dulu masih duduk di bangku sekolah,
walaupun ada satu responden yang mendapatkan tambahan wawasan religiusitas
dari guru spiritualnya. Keempat, ranah konsekuensi, para PSK lokalisasi Boker
Kelurahan Ciracas Kecamatan Ciracas Jakarta Timur yang menjadi responden
menyatakan bahwa meskipun pekerjaan mereka menyalahi norma agama, namun
mereka tetap membangun akhlaq atau karakter yang baik dalam kehidupan
sosialnya. Hal tersebut didapat dari pernyataan mereka yang peduli akan kegiatan
sosial dan bahkan kegiatan religiusitas di sekitar lokalisasi Boker Kelurahan
Ciracas Kecamatan Ciracas Jakarta Timur, dan para warga sekitar lokalisasi
63
merasa bahwa hubungan sosial mereka dengan para PSK sejauh ini baik-baik saja.
Kelima, ranah penghayatan, dalam ranah ini para PSK lokalisasi Boker Kelurahan
Ciracas Kecamatan Ciracas Jakarta Timur yang menjadi responden menyatakan
bahwa mereka mengalami perasaan penyesalan dan takut akan dosa terhadap apa
yang telah mereka lakukan untuk mencari nafkah di samping kegiatan ibadah
mereka sehari-hari, rasa sedih, penuh harapan, takut, dan gembira adalah perasaan
yang kerap muncul bergantian dalam kondisi tertentu.
Jika kita melihat bagaimana Clark (1958) menyebutkan bahwa salah satu
ciri kehidupan beragama pada masa kanak-kanak adalah sifatnya yang hanya
ritualistik dan imitatif, artinya hanya melakukan ritual sebagai kebiasaan dan
meniru saja. Sedangkan pada masa remaja adalah masa kritis dan
mempertanyakan. Dan untuk masa dewasa, religiusitas seseorang biasanya telah
mencapai kemantapan yang dianggap bisa menyelaraskan perilakunya
kesehariannya dengan norma-norma agamanya. Namun kadang masih ada orang
dewasa yang masih belum matang kehidupan beragamanya dan masih memainkan
peran religiusitas seperti anak-anak yang hanya menjalankan ritual saja, tanpa
menanamkan nilai-nilai norma agama dalam kehidupannya.68
Akan tetapi pola religiusitas yang belum matang dan masih kekanak-
kanakan tersebut tidak bisa langsung dipersepsikan bahwa para PSK lokalisasi
Boker Kelurahan Ciracas Kecamatan Ciracas Jakarta Timur memiliki pola
religiusitas yang belum dewasa. Posisi mereka sebagai PSK dan sebagai manusia
68
Subandi, Perkembangan Kehidupan Beragama, Buletin Psikologi, Tahun III, Nomor 1,
Agustus 1995, h. 16.
64
beragama membuatkan pengecualian. Kendati para PSK lokalisasi Boker
Kelurahan Ciracas Kecamatan Ciracas Jakarta Timur hanya memahami dasar
agama, tidak ada kegiatan menambah wawasan religiusitas, dan hanya berputar
pada siklus ibadah rutin saja, namun kita tidak bisa megabaikan aspek
penghayatan dan konsekuensi dari para PSK lokalisasi Boker Kelurahan Ciracas
Kecamatan Ciracas Jakarta Timur.
Penulis melihat bahwa aspek penghayatan berupa penyesalan, rasa takut,
pengharapan, dan lain-lain adalah pola religiusitas yang bisa dibilang matang
karena pada posisi tersebut mereka bisa menempatkan diri ketika berhadapan
dengan Tuhan dalam ibadah ataupun berdoa. Begitu juga sikap mereka yang
peduli akan lingkungan sosial sekitar mereka bisa jadi adalah konsekuensi yang
muncul dari ranah religiusitas yang telah dibahas sebelumnya.
Para PSK lokalisasi Boker Kelurahan Ciracas Kecamatan Ciracas Jakarta
Timur mampu memainkan perannya sebagai pencari nafkah dan hamba Tuhan
dalam situasi dan kondisi tertentu. Di saat bekerja sebagai PSK mereka akan
profesional dengan menyembunyikan jati diri mereka sebagai hamba Tuhan yang
taat, di satu sisi ketika beribadah mereka memposisikan diri sebagai makhluk
lemah yang penuh dengan penyesalan dan ketidakberdayaan di hadapan Tuhan.
Dan hal inilah yang banyak luput dari penilaian masyarakat karena masyarakat
kebanyakan hanya menilai apa yang nampak di hadapan mereka tanpa menilai
secara mendalam bagaiaman kehidupan PSK di balik layar kehidupan dunia
malamnya.
65
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada kesimpulan dari penelitian tentang sikap religiusitas PSK lokalisasi
Boker Jl. Raya Bogor Kelurahan Ciracas Kecamatan Ciracas Jakarta Timur,
penulis memahami bahwasanya sikap religiusitas para PSK di lokalisasi Boker
adalah sisi yang tidak ingin mereka tampilkan dalam kehidupan keseharian
terutama dalam pekerjaan mereka. Sosok yang mereka tampilkan jauh dari kesan
religius adalah bentuk profesionalitas mereka dalam bekerja. Namun di balik itu
semua, sisi religius mereka seolah tetap mereka jaga dan menjadi sisi yang hanya
ditampilkan kepada keluarga dan Tuhan saja. Selain itu sisi religiusitas mereka
sederhana dan apa adanya. Mereka meyakini, memahami, dan menjalankan ritual
agama hanya sekedar dari apa yang mereka ketahui. Namun, di balik itu, mereka
mampu menampilkan akhlak atau sisi konsekuensi dari religiusitas mereka
sebagai pribadi yang baik terutama bagi lingkungan sosial sekitar mereka.
Dalam penerapannya di kehidupan sehari-hari, sisi religiusitas para PSK
melahirkan kesadaran mereka akan sebuah pengharapan terhadap agama dan
kesadaran akan identitas mereka yang mereka pertahankan di balik pekerjaan
mereka sebagai PSK yaitu sebagai hamba Tuhan. Para PSK di lokalisasi Boker
bisa menempatkan diri mereka kapan sebagai PSK dan kapan sebagai individu
yang religius. Di balik kesederhanaan sisi religius mereka yang luput dari
penilaian masyarakat tidak membuat mereka abai terhadap ritual-ritual
66
keagamaan. Dan bahkan mereka mempunyai pengalaman religius tersendiri ketika
mereka melakukan ritual-ritual keagamaan atau pada saat mereka merasakan
kedekatan dengan Tuhan.
67
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Ali, H.M Sayuthi, Metedologi Penelitian Agama cet. I, Jakarta Raja Graifindo
Persada 2002.
Bahri, Media Zainul, Wajah Studi Agama Agama: Dari Era Teosofi Indonesia
(1901-1940) Hingga Masa Reformasi Yoygyakarta: Pustaka Pelajar,
2015.
Connolly, Peter, Aneka Pendekatan Studi Agama, Yogyakarta: LkiS, 2009.
Faisal, Sanapiah, Format-format Penelitian Sosial, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2003.
Kahmad, Dadang, Sosiologi Agama, Bandung, Remaja Rosdakarya: 2000.
Kantor Perburuhan Internasional Program Internasional Penghapusan Pekerja
Anak, Ketika Anak Tak Bisa Lagi Memilih, Fenomena Anak yang
Dilacurkan di Indonesia, Jakarta: Kantor Perburuhan Internasional.
Kantor Perburuhan Internasional Program Internasional Penghapusan Pekerja
Anak, Ketika Anak Tak Bisa Lagi Memilih, Fenomena Anak yang
Dilacurkan di Indonesia, Jakarta: Kantor Perburuhan Internasional.
Nottingham, Elizabeth K., Agama Dan Masyarakat Suatu Pengantar Sosiologi
Agama, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002.
Organisasi Perburuhan Internasional, Perdagangan Anak untuk Tujuan Pelacuran
di Jakarta dan Jawa Barat, Jakarta: 2004.
Ratna, Nyoman Kutha, Metodologi Penelitian: Kajian Budaya dan Ilmu Sosial
Humaniora Pada Umumnya ,Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.
68
Suprayogo, Imam, Metodologi Penelitian Sosial Agama ,Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2003.
Ritzer, George dan Dougles J. Goodmen Teori Sosiologi. Dari Teori Sosiologi
Klasik Sampai Perkembangan Mutkhir Teori Sosial Post Modern Edisi
ke-3. Nurhadi (Penerjemah) Kreasi Wacana, Bantul 2011.
Syam, Nur, Agama Pelacur, Yogyakarta: LkiS, 2010.
Jurnal :
Adhim, Fauzan, Pengaruh Religiusitas Terhadap Prestasi Kerja Pegawai Alumni
dan Bukan Alumni Pesantren, Jurnal Ekonomi Moderenisasi, Vol. 5, No.
2, Juni 2009.
Afiatin, Tina, Religiusitas Remaja: Studi Tentang Kehidupan Beragama di Daerah
Istimewa Yogyakarta, Jurnal Psikologi No. 1, tahun 1998.
Amalia, Mia, Analisis Terhadap Tidak Pidana Lokalisasi Dihubungkan Dengan
Etika Moral Serta Upaya Penanggulangan Di Kawasan Cisarua Kampung
Arab, Jurnal Mimbar Justisia, Vol. II No. 02 Edisi Juli-Desember 2016.
Amalia, Astry Sandra, “Dampak Lokalisasi Pekerja Seks Komersial (PSK)
Terhadap Msyarakat Sekitar (Studi Kasus di Jalan Soekarno-Hatta km.10
Desa Purwajaya Kabupaten Kutai Kartanegara)’, ejournal Administrasi
Negara, Vol. 1, No. 2, 2013.
69
Artosa, Odam Asdi, Pekerja Migran dan Ekonomi Informal Ilegal (Prostitusi) di
Wilayah Pasar Kembang Yogyakarta, Jurnal Pemikiran Sosiologi Vol. 5,
No. 1, Januari 2018.
Bawole, Merryany T., Kajian Hak Asasi Manusia Terhadap Perlakuan
Diskriminasi Kepada Pekerja Seks Komersial, E-Journal Unsrat Vol.
XXI No. 3, April-Juni, 2013.
Holdcroft, Barbara, What Is Religiousity?, Catolic Education: A Journal of
Inquiry and Practice, Vol. 10, No. 1, September 2006.
Munawaroh, Siti, Pekerja Seks Komersial (PSK) di Wilayah Prambanan,
Kabupaten Klaten Jawa Tengah, Jurnal Dimensia, Vol. 4, No. 2,
September 2010.
Mulyadi, Agama dan Pengaruhnya Dalam Kehidupan, Jurnal Tarbiyah Al-Awlad,
Vol. VI Edisi 02 2016.
Tadie, Jerome dan Risa Permanadeli, Night and The City: Clubs, Brothels, and
Politics in Jakarta, Journal Urban Studies Vol. 52 (3) 2015, h. 476.
Zarkasi, Ahmad, Metodologi Studi Agama-Agama, Jurnal Al-Adyan, Vol. XI, No
1, Juni 2016.
Buletin :
Subandi, Perkembangan Kehidupan Beragama, Buletin Psikologi, Tahun III,
Nomor 1, Agustus 1995.
70
Skripsi :
Hidayatulloh, Syariful, Pemahaman Agama Islam Pada Pekerja Seks Komersial
(Studi Kasus PSK Lokalisasi Komplek Kedung Banteng Desa Kedung
Banteng Kecamatan Sukorejo Kabupaten Ponorogo). , Skripsi, UIN
Sunan Kalijaga: Yogyakarta: 2008.
Syafa’atin, Annhi, Studi Religiusitas Bagi PSK Perempuan di Desa Pancur
Bojonegoro, Skripsi, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya,
2018
Wawancara :
Wawancara dengan salah satu penduduk setempat yang bernama Tasno pada
tanggal 12 Februari 2020.
Wawancara dengan salah satu PSK Boker Jl. Raya Bogor Kelurahan Ciracas
Kecamatan Ciracas Jakarta Timur (nama disamarkan) pada tanggal 12
Februari 2020.
Wawancara pribadi dengan bapak M. Yusuf sebagai staff RW di lokalisasi Boker
Jl. Raya Bogor Kelurahan Ciracas Kecamatan Ciracas Jakarta Timur
pada 03 Juni 2020.
Wawancara pribadi dengan bapak Ustadz Komar sebagai tokoh agama dan
pembina masjid di lokalisasi Boker Jl. Raya Bogor Kelurahan Ciracas
Kecamatan Ciracas Jakarta Timur pada 03 Juni 2020.
71
Wawancara pribadi dengan bapak Syahrul sebagai pelaku usaha warung dan yang
mempekerjakan beberapa PSK di lokalisasi Boker Jl. Raya Bogor
Kelurahan Ciracas Kecamatan Ciracas Jakarta Timur pada 03 Juni 2020.
Wawancara pribadi dengan empat orang PSK di lokalisasi Boker Jl. Raya Bogor
Kelurahan Ciracas Kecamatan Ciracas Jakarta Timur pada 03, 11, dan 15
Juni 2020.
Website :
http://m.cnnindonesia.com/nasional/20180419112100-20-291933/kemensos-40-
ribu-psk-menghuni-lokalisasi-indonesia diakses pada 13 Februari 2020
pukul 19:45 WIB.
http://m.detik.com/news/berita/d-3440073/megahnya-gor-ciracas-yang-dibangun-
di-bekas-lokalisasi-Boker Jl. Raya Bogor Kelurahan Ciracas Kecamatan
Ciracas Jakarta Timur diakses pada 13 Februari 2020 pukul 19:45 WIB.
http://data.jakarta.go.id/dataset/jumlahrtperkelurahandkijakarta. Diakses pada 10
Juni 2020 pukul 16.56 WIB.
http://data.jakarta.go.id/dataset/jumlahrtperkelurahandkijakarta. Diakses pada 10
67
Lampiran Wawancara Penelitian:
Pak Syahrul
(Pemilik usaha warung di sekitar lokalisasi)
1. Bagaimana respon masyarakat terhadap PSK?
Masyarakat sini biasa biasa aja, sebab terjadi sikap saling membutuhkan satu
sama lain. Sebab terjadi transaksi ekonomi antara PSK dan warga.
2. Untuk para pelaku Pekerja seks komersial di sini sendiri mereka dari mana
saja pak?
Mereka (para PSK) rata-rata dari luar (bukan warga sini).
3. Apakah pernah terjadi penolakan terhadap psk dari warga sini pak?.
Tidak ada.
4. Apakah ada keluhan pak selama ini dari warga terhadap psk?
Tidak ada.
5. Ada kontribusi nya tidak pak para psk terhadap kegiatan sosial?.
Ada, jika ada orang sakit mereka sumbangan seikhlasnya untuk yang sakit.
6. Menurut bapak pribadi, para PSK ini salah pak di mata hukum negara dan
hukum agama?
Iya salah, cuma bagaimana mereka juga mempunyai kebutuhan.
7. Ada upaya tidak pak selama ini untuk menertibkan lokalisasi ini dari
pemerintah ataupun di luar Pemerintah?
Ada, seperti LSM, Rumah Sakit dan Dokter bahkan melakukan sosialisasi ke
PSK untuk penyuluhan kesehratasn seksual.
8. Harapan bapak unuk lokalisasi dan para psk di sini bagaimna pak?
Ingin nya bersih ini lokalisasi akan tetapi harus jelas juga solusinya nanti para
PSK ini setelah dari sini bekerja di mana dan juga harus lebih baik tentunya
pekerjaanya nantinya setelah tidak di sini.
9. Lalu sepengelihatan bapak, bapak pernah melihat para PSK beribadah?
Iya pernah. Mereka kadang shalat, puasa juga jalan.
PSK 1
(Mbak Mei)
1. Kalau boleh tahu, agama yang saudari pegang apa?
Islam, mas.
2. Sejauh mana Saudari meyakini kebenaran Agama yang saudari pegang saat
ini?
Saya percaya mas sama Allah.
3. Seberapa dekat jarak yang saudari rasakan antara diri saudari dengan
Tuhan?
Dekat mas, apalagi kalau lagi sholat, bikin tenang.
4. Pada saat momen apa saudari merasakan dengan Tuhan?
Pada saat ibadah.
5. Pernah tidak saudari mendapatkan Pendidikan keagamaan?
Pernah pada saat duduk di bangku sekolah
6. Apakah dulu saudari diajarkan agama ketika masih di kampung halaman?
Iya mas diajarin.
7. Ketika merantau ke Jakarta, apakah saudari belajar agama lagi atau tidak?
Enggak mas, kan sibuk kerja jadi fokus sama kerjaan.
8. Sejauh mana saudari mengetahui dasar praktik ibadah, sesperti apa saja
yang harus di lakukan?
Ya saya sholat sholat aja mas.
9. Sejauh mana saudari mengetahui dasar keimanan dalam agama saudari?
Seperti harus kepada siapa kita harus beriman?
Ya iman sama Tuhan mas, sama Allah.
10. Apakah saudari melakukan ibadah harian, mingguan atau bulanan?
Iya, ibadah yang wajib setiap hari.
11. Apakah saudari melakukan sholat berjamaah di masjid atau datang ke
pengajian atau ke majlis ta’lim?
Gak mas, saya shalat di rumah aja, malu mas.
12. Apa yang saudari rasakan ketika melakukan praktik ibadah, terus apa
saudari yakin ibadah yang saudari laukakan diterima atau tidak?
Yang nentuin ibadah di terima itu tuhan mas, kita hanya menjalankan saja.
Walaupun saya hina dan kotor tapi saya yakin ibadah saya diterima.
13. Pada saat melakukan praktik ibadah, hal apa yang mempengaruhi saudari,
dari diri sendiri atau hanya ikut ikutan bareng orang lain?
Atas keinginan sendiri.
14. Saudari ada rasa menyesal tidak melakukan pekerjaan ini?
Tidak mas, sudah takdirnya mungkin nanti ada masanya.
15. Apakah saudari yakin akan adanya surga dan neraka?
Yakin lah mas. Tapi walaupun kita kerja kayak gini kan ini terpaksa mas
dari pada gak makan, saya yakin Allah Maha Pengampun, mas.
16. Kalau pas lagi kerja suka ada perasaan nyesel gak?
Ada mas tapi ya tetep kudu kerja.
17. Apakah saudari memiliki anak?
Ada mas.
18. Apakah anak saudari belajar agama?
Iya mas di sekolahan aja paling.
PSK 2
(Mbak Avera)
1. Kalau boleh tahu, agama apa yang saudari pegang?
Alhamdulillah, Islam.
2. Sejauh mana Saudari meyakini kebenaran Agama yang saudari pegang saat
ini?
Yakin.
3. Seberapa dekat jarak yang saudari rasakan antara diri saudari dengan Tuhan?
Sangat dekat.
4. Pada saat momen apa saudari saudari merasakan dengan Tuhan?
Terkadang dalam kondisi menyendiri saya merasa deket dengan Tuhan mas.
5. Pernah tidak saudari mendapatkan pendidikan keagamaan?
Pernah pada saat di sekolah.
6. Apakah dulu saudari diajarkan agama ketika masih di kampung halaman atau
pas masih sekolah?
Belajar, kan dulu ada pelajarannya di sekolah sama dulu sering ngaji juga.
7. Ketika merantau ke Jakarta, apakah saudari belajar agama lagi atau tidak?
Enggak mas, saya ibadah, ibadah aja, udah tua gini, malu juga kan kerjaan
kita begini.
8. Sejauh mana saudari mengetahui dasar praktik ibadah, sesperti apa saja yang
harus di lakukan?
Iyaa ibadah seperti biasa aja mas, seperti sholat dan mengaji.
9. Sejauh mana saudari mengetahui dasar keimanan dalam agama saudari,
seperti harus kepada siapa kita harus beriman?
Ya harus beriman kepada Tuhan, mas.
10. Apakah saudari melakukan ibadah harian, mingguan atau bulanan?
Iya, ibadah tiap hari.
11. Apakah saudari melakukan shalat berjama’ah di masjid atau datang ke
pengajian atau ke masjlis ta’lim?
Engga mas, saya shalat ya di rumah aja, kalau ada pengajian saya gak ikut
mas.
12. Apa yang saudari rasakan ketika melakukan praktik ibadah, terus apa saudari
yakin ibadah yang saudari laukakan diterima atau tidak?
Insya Allah di terima karena Allah itu Maha Tahu.
13. Pada saat melakukan praktik ibadah, hal apa yang mempengaruhi saudari,
dari diri sendiri atau hanya ikut-ikutan orang lain?
Dari hati saya yang paling dalam.
14. Saudari ada rasa menyesal tidak melakukan pekerjaan ini?
Ya, menyesal.
15. Apakah saudari yakin akan adanya surga dan neraka?
Yakin mas.
16. Kalau pas lagi kerja suka ada perasaan menyesal gak?
Pasti ada, cuman ya mau gimana lagi.
17. Apakah saudari mempunyai anak?
Punya, laki-laki dua, udah SMP sekarang yang paling gede.
18. Apakah anak saudari belajar agama?
Ya belajar paling di sekolahan, kadang ikut ngaji juga ke mesjid.
PSK 3
(Mbak Saroh)
1. Kalau boleh tahu, agama yang saudari pegang apa?
Islam.
2. Sejauh mana saudari meyakini kebenaran Agama yang saudari pegang saat
ini?
Yakin, sangat yakin.
3. Seberapa dekat jarak yang saudari rasakan antara diri saudari dengan Tuhan?
Saya merasa sangat dekat.
4. Pada saat momen apa saudari saudari merasakan dekat dengan Tuhan?
Pada saat ibadah.
5. Pernah tidak saudari mendapatkan pendidikan keagamaan?
Iya pernah pada waktu masih kecil belajar agama.
6. Ketika merantau ke Jakarta, apakah saudari belajar agama lagi atau tidak?
Enggak mas, paling denger-denger aja di TV atau kadang suka denger di
masjid kalau lagi ada pengajian.
7. Kalau belajar langsung belum pernah?
Belum mas.
8. Sejauh mana saudari mengetahui dasar praktik ibadah, seperti apa saja yang
harus di lakukan?
Iya saya ibadah ibadah saja mas.
9. Sejauh mana saudari mengetahui dasar keimanan dalam agama saudari,
seperti harus kepada siapa kita harus beriman?
Iya, saya percaya sama Allah mas.
10. Apakah saudari melakukan ibadah harian, mingguan atau bulanan?
Iya, melakukan praktik ibadah.
11. Apakah saudari melakukan shalat berjama’ah di masjid?
Gak mas, shalat ya di rumah aja.
12. Apa yang saudari rasakan ketika melakukan praktik ibadah, terus apa saudari
yakin ibadah yang saudari laukakan diterima atau tidak?
Sedih mas, yakin diterima..
13. Pada saat melakukan praktik ibadah, hal apa yang mempengaruhi saudari,
dari diri sendiri atau hanya ikut-ikutan orang lain?
Karena teringat akan dosa, dari dalam diri sendiri.
14. Saudari ada rasa menyesal tidak melakukan pekerjaan ini?
Menyesal, habis bagaimana mas karena tuntutan mas.
15. Apakah saudari yakin akan adanya surga dan neraka?
Yakin kok.
16. Kalau pas lagi kerja suka ada perasaan nyesel gak?
Ada lah pasti kalau nyesel.
17. Apakah saudari mempunyai anak?
Ada mas, laki satu cewe satu.
18. Apakah anak saudari belajar agama?
Ya mereka belajar di sekolahan, kalau yang laki kadang ngaji ke mesjid.
PSK 4
(Mbak Halifah)
1. Sejauh mana saudari meyakini kebenaran agama yang saudari pegang saat
ini?
Iya yakin, saya sih menjalankan ibadah aja sih.
2. Seberapa dekat jarak yang saudari rasakan antara diri saudari dengan Tuhan?
Dekat, saya merasakan Tuhan ada di dalam diri saya.
3. Pada saat momen apa saudari saudari merasakan dengan Tuhan?
Pada saat ada masalah.
4. Pernah tidak saudari mendapatkan pendidikan keagamaan?
Dari kecil diajarkan mengaji sampai sekarang pun saya punya guru spiritual.
5. Sejauh mana saudari mengetahui dasar praktik ibadah, sesperti apa saja yang
harus dilakukan?
Iya saya tahu, seperti shalat, beramal, dan lain-lain.
6. Sejauh mana saudari mengetahui dasar keimanan dalam agama saudari,
seperti harus kepada siapa kita harus beriman?
Iya tahu, percaya sama Allah, malaikat, dan lain-lain.
7. Apakah saudari melakukan ibadah harian, mingguan atau bulanan?
Iya saya menjalankan.
8. Apa yang saudari rasakan ketika melakukan praktik ibadah, terus apa saudari
yakin ibadah yang saudari laukakan di terima atau tidak?
Merasa berdosa, iya saya yakin.
9. Pada saat melakukan praktik ibadah, hal apa yang mempengaruhi saudari,
dari diri sendiri atau hanya ikut-ikutan kepada orang lain?
Ada bisikan mas untuk menyuruh saya beribadah.
10. Saudari ada rasa menyesal tidak melakukan pekerjaan ini?
Iya saya menyesal.
Bapak Yusuf
(Staf RW 01)
1. Ada berapa jumlah kepala keluarga di wilayah RW 01 sendiri ada berapa?
Kurang lebih di wilayah RW 01 ada seribu kepala keluarga.
2. Untuk lokalsasi Boker sendiri terdiri dari berapa RT?
Dari RT 01, 02, 03 dan 04.
3. Ada berapa jumlah angunan yang ada di lokalalisasi Boker?
Untuk jumlah bangunan sendiri ada kurang lebih 100.
4. Apakah di sini juga ada semacam losmen atau peniginapan?
Di sini si tidak ada losmen ya mas.
5. Di sini ada berapa jumlah kontrakan atau kos-kosan?
Tidak bisa diperkirakan ya mas karna hampir semuanya di lingkungan
lokalisasi Boker di bangun kontrakan atau kos-kosan.
6. Untuk lokalisasi Boker sendiri terdiri dari berapa RW?
Hanya satu, yaitu RW 01.
7. Ada berapa jumlah rumah ibadah di sekitar lokalisasi Boker?
Untuk lingkungan RW 01 ada 6 masjid, 2 mushola, dan 1 gereja.
Lampiran Foto kegiatan penelitian:
Gambar 1&2: Gang tempat mangkal para PSK di Lokalisasi Boker
Kelurahan Ciracas Kecamatan Ciracas Jakarta Timur.
Gambar 3&4: Tempat ibadah yang ada di sekitar lokalisasi Boker Jl.
Raya Bogor Kelurahan Ciracas Kecamatan Ciracas Jakarta Timur.
Gambar 5&6: Kegiatan wawancara dengan warga dan tokoh masyarakat
setempat di sekitar lokalisasi Boker Jl. Raya Bogor Kelurahan Ciracas Kecamatan
Ciracas Jakarta Timur.