rencana pembangunan jangka menengah nasional · pdf fileperencanaan pembangunan nasional,...
TRANSCRIPT
Modul UD Tk.I dan UPKP BPOM RI
RPJMN 1
MODUL MATERI UJIAN DINAS DAN
UJIAN PENYESUAIAN KEPANGKATAN (UPKP) PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) BADAN POM RI
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL
(RPJMN)
2014
Modul UD Tk.I dan UPKP BPOM RI
RPJMN 2
BAB I PENDAHULUAN
A. Deskripsi Singkat
Mata pelajaran ini membahas Rencana Pembangunan Nasional termasuk dalam hal ini
Rencana Strategi Badan POM (2010-2014), agenda pembangunan yang mewujudkan
Indonesia yang aman dari segala bentuk obat dan makanan yang tidak layak
konsumsi, serta meningkatkan kesejahteraan rakyat.
B. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)
Setelah megikuti proses pembelajaran ini peserta diharapkan mengerti tentang
Perencanaan Pembangunan Nasional, Rencana Strategi Badan POM (2010-2014),
agenda Pembangunan dan kebijakan dan rencana strategis Badan POM skala
menengah sesuai dengan RPJMN (2010-2014) sehingga dapat meningkatkan rasa
aman dan nyaman masyarakat.
C. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)
Setelah mempelajari modul ini, diharapkan para peserta mampu:
1. Menjelaskan alasan penetapan Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
sebagai landasan program pembangunan.
2. Menyebutkan Visi dan Misi RPJPN (2005-2025).
3. Memahami Rencana Strategi Badan POM (2010-2014).
4. Memahami kebijakan Badan POM (2010-2014).
5. Menguraikan skala prioritas Badan POM pada RPJMN (2010-2014).
D. Materi Bahasan
Materi bahasan mata pelajaran ini terdiri dari 5 (lima) 3 (tiga )kegiatan belajar:
1. Rencana Pembangunan Nasional;
2. Rencana Strategi Badan POM (2010-2014);
3. Agenda Pembagunan Badan POM;
Modul UD Tk.I dan UPKP BPOM RI
RPJMN 3
BAB II
RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL
A. Visi dan Misi RPJPN 2005-2025
Berdasarkan kondisi bangsa Indonesia saat ini, tantangan yang dihadapi
dalam 20 tahunan mendatang dengan memperhitungkan modal dasar yang
dimiliki oleh bangsa Indonesia, dan amanat pembangunan yang tercantum dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
maka Visi Pembangunan Nasional tahun 2005-2025 adalah:
INDONESIA YANG MANDIRI, MAJU, ADIL DAN MAKMUR
Dengan penjelasan sebagai berikut:
Mandiri: Suatu bangsa dikatakan mandiri artinya bangsa tersebut yang mampu
mewujudkan kehidupan sejajar dan sederajat dengan bangsa lain yang telah maju
dengan mengandalkan pada kemampuan dan kekuatan sendiri.
Maju: Suatu bangsa dikatakan makin maju apabila sumber daya manusianya
memiliki kepribadian bangsa, berakhlak mulia, dan berkualitas pendidikan yang
tinggi.
Adil: Suatu bangsa dikatakan adil apabila tidak ada diskriminasi dalam bentuk
apapun, baik antarindividu, gender, maupun wilayah.
Makmur: Kemudian bangsa yang makmur adalah bangsa yang sudah terpenuhi
seluruh kebutuhan hidupnya, sehingga dapat memberikan makna dan arti penting
bagi bangsa-bangsa lain di dunia.
Delapan Misi Pembangunan Nasional adalah sebagai berikut:
1. Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan
beradab berdasarkan falsafah Pancasila adalah memperkuat jati diri dan karakter
bangsa melalui pendidikan yang bertujuan membentuk manusia yang bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, mematuhi aturan hukum, memelihara kerukunan
internal dan antarumat beragama, melaksanakan interaksi antarbudaya,
mengembangkan modal sosial, menerapkan nilai-nilai luhur budaya bangsa,
dan memiliki kebanggaan sebagai bangsa Indonesia dalam rangka
memantapkan landasan spiritual, moral, dan etika pembangunan bangsa.
2. Mewujudkan bangsa yang berdaya-saing adalah mengedepankan pembangunan
sumber daya manusia berkualitas dan berdaya saing; meningkatkan
penguasaan dan pemanfaatan iptek melalui penelitian; pengembangan, dan
penerapan menuju inovasi secara berkelanjutan; membangun infrastruktur yang
maju serta reformasi di bidang hukum dan aparatur negara; dan memperkuat
perekonomian domestik berbasis keunggulan setiap wilayah menuju keunggulan
kompetitif dengan membangun keterkaitan sistem produksi, distribusi, dan
pelayanan termasuk pelayanan jasa dalam negeri.
3. Mewujudkan masyarakat demokratis berlandaskan hukum adalah memantapkan
kelembagaan demokrasi yang lebih kokoh; memperkuat peran masyarakat sipil;
memperkuat kualitas desentralisasi dan otonomi daerah; menjamin
Modul UD Tk.I dan UPKP BPOM RI
RPJMN 4
pengembangan media dan kebebasan media dalam mengomunikasikan
kepentingan masyarakat; dan melakukan pembenahan struktur hukum dan
meningkatkan budaya hukum dan menegakkan hukum secara adil, konsekuen,
tidak diskriminatif, dan memihak rakyat kecil.
4. Mewujudkan Indonesia aman, damai, dan bersatu adalah membangun kekuatan
TNI hingga melampaui kekuatan esensial minimum serta disegani di kawasan
regional dan internasional; memantapkan kemampuan dan meningkatkan
profesionalisme Polri agar mampu melindungi dan mengayomi masyarakat;
mencegah tindak kejahatan, dan menuntaskan tindakan kriminalitas;
membangun kapabilitas lembaga intelijen dan kontra-intelijen negara dalam
penciptaan keamanan nasional; serta meningkatkan kesiapan komponen
cadangan, komponen pendukung pertahanan dan kontribusi industri pertahanan
nasional dalam sistem pertahanan semesta.
5. Mewujudkan pemerataan pembangunan dan berkeadilan adalah meningkatkan
pembangunan daerah; mengurangi kesenjangan sosial secara menyeluruh,
keberpihakan kepada masyarakat, kelompok dan wilayah/daerah yang masih
lemah; menanggulangi kemiskinan dan pengangguran secara drastis; menyediakan
akses yang sama bagi masyarakat terhadap berbagai pelayanan sosial serta
sarana dan prasarana ekonomi; serta menghilangkan diskriminasi dalam
berbagai aspek termasuk gender.
6. Mewujudkan Indonesia asri dan lestari adalah memperbaiki pengelolaan
pelaksanaan pembangunan yang dapat menjaga keseimbangan antara
pemanfaaatan, keberlanjutan, keberadaan, dan kegunaan sumber daya alam dan
lingkungan hidup dengan tetap menjaga fungsi, daya dukung, dan kenyamanan
dalam kehidupan pada masa kini dan masa depan, melalui pemanfaatan ruang
yang serasi antara penggunaan untuk pemukiman, kegiatan sosial ekonomi, dan
upaya konservasi; meningkatkan pemanfaatan ekonomi sumber daya alam dan
lingkungan yang berkesinambungan; memperbaiki pengelolaan sumber daya
alam dan lingkungan hidup untuk mendukung kualitas kehidupan; memberikan
keindahan dan kenyamanan kehidupan; serta meningkatkan pemeliharaan dan
pemanfaatan keanekaragaman hayati sebagai modal dasar pembangunan.
7. Mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat,
dan berbasiskan kepentingan nasional adalah menumbuhkan wawasan bahari bagi
masyarakat dan pemerintah agar pembangunan Indonesia berorientasi
kelautan; meningkatkan kapasitas sumber daya manusia yang berwawasan
kelautan melalui pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kelautan;
mengelola wilayah laut nasional untuk mempertahankan kedaulatan dan
kemakmuran; dan membangun ekonomi kelautan secara terpadu dengan
mengoptimalkan pemanfaatan sumber kekayaan laut secara berkelanjutan.
8. Mewujudkan Indonesia berperan penting dalam pergaulan dunia internasional
adalah memantapkan diplomasi Indonesia dalam rangka memperjuangkan
kepentingan nasional; melanjutkan komitmen Indonesia terhadap pembentukan
identitas dan pemantapan integrasi internasional dan regional; dan mendorong
Modul UD Tk.I dan UPKP BPOM RI
RPJMN 5
kerja sama internasional, regional dan bilateral antarmasyarakat, antarkelompok,
serta antarlembaga di berbagai bidang.
B. Strategi Pelaksanaan Visi dan Misi RPJPN 2005-2025
Strategi untuk melaksanakan Visi dan Misi tersebut dijabarkan secara bertahap
dalam periode lima tahunan atau RPJM (Rencana Pembangunan Jangka
Menengah). Masing-masing tahap mempunyai skala prioritas dan strategi
pembangunan yang merupakan kesinambungan dari skala prioritas dan strategi
pembangunan pada periode-periode sebelumnya. Tahapan skala prioritas utama dan
strategi RPJM secara ringkas adalah sebagai berikut:
1. RPJM ke-1 (2005–2009) diarahkan untuk menata kembali dan membangun
Indonesia di segala bidang yang ditujukan untuk menciptakan Indonesia yang
aman dan damai, yang adil dan demokratis, dan yang tingkat kesejahteraan
rakyatnya meningkat.
2. RPJM ke-2 (2010–2014) ditujukan untuk lebih memantapkan penataan kembali
Indonesia di segala bidang dengan menekankan pada upaya peningkatan kualitas
sumber daya manusia termasuk pengembangan kemampuan iptek serta
penguatan daya saing perekonomian.
3. RPJM ke-3 (2015–2019) ditujukan untuk lebih memantapkan pembangunan
secara menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan pencapaian
daya saing kompetitif perekonomian berlandaskan keunggulan sumber daya alam
dan sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan iptek yang terus
meningkat.
4. RPJM ke-4 (2020–2025) ditujukan untuk mewujudkan masyarakat Indonesia
yang mandiri, maju, adil, dan makmur melalui percepatan pembangunan di
berbagai bidang dengan menekankan terbangunnya struktur perekonomian yang
kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif di berbagai wilayah yang didukung
oleh SDM berkualitas dan berdaya saing.
GAMBAR 1
PENTAHAPAN PEMBANGUNAN DALAM RPJPN 2005-2025
RPJM 1
2005-2009
RPJM 2
2010-2014
RPJM 3
2015-2019
RPJM 4
2020-2025
Menata kembali
NKRI, membangun
Indonesia yang
aman dan damai,
yang adil dan
demokratis, dengan
tingkat
kesejahteraan yang
lebih baik
Memantapkan
Penataan kembali
NKRI, meningkatkan
kualitas SDM,
membangun
kemampuan IPTEK,
memperkuat daya
saing perekonomian
Memantapkan
pembangunan secara
menyeluruh, dengan
menekankan
pembangunan
keunggulan kompetitif
perekonomian yang
berbasis SDA yang
tersedia, SDM yang
berkualitas serta
kemampuan IPTEK.
Mewujudkan masyrakat
Indonesia yang mandiri,
maju, adil dan makmur
melalui percepatan
pembangunan di segala
bidang dengan struktur
perekonomian yang
kokoh, berlandasan
keunggulan kompetitif.
Modul UD Tk.I dan UPKP BPOM RI
RPJMN 6
C. PERENCANAAN PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH KEDUA (2010-2014)
1). Strategi dan Kebijakan Pembangunan Nasional
Dalam Rencana Pembangunan Jangka menengah (RPJMN) 2010-2014
terdapat agenda pembangunan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan rakyat,
melalui Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2012 dengan melakukan perluasan dan
percepatan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkeadilan bagi
kesejahteraan rakyat. Presiden RI menanggapi hal ini dengan menyatakan 8
(delapan) isu besar Presiden adalah penggunaan uang negara atau APBN secara
tepat sasaran, mencegah dan memberantas korupsi, menurunkan kemiskinan,
menjaga ketahanan pangan dan energi, perbaikan kinerja, peningkatan kualitas
TKI, pencegahan konflik communal atau aksi terorisme, memperbaiki integritas
dan disiplin.
Badan POM dalam hal ini menemukan tantangan dan masalah yang akan
dihadapi antara lain meningkatnya ekspektasi stakeholder terhadap pelayanan
publik Badan POM, meningkatnya produk obat dan makanan ilegal di peredaran
masyarakat, kapabilitas dan kompetensi laboratorium pengawasan obat dan
makanan belum optimal, regulasi yang ada belum sepenuhnya dapat mendukung
pengawasan obat dan makanan, luasnya cakupan pengawasan obat dan
makanan dari kota sampai perbatasan wilayah negara Indonesia, jejaring lintas
sektor pengawasan obat dan makanan belum efektif dikarenakan tidak ada sinergi
dalam kebijakan antar pemangku kepentingan, kualitas dan kuantitas SDM harus
mengikuti perkembangan lingkungan eksternal, struktur organisasi perlu
disesuaikan dengan perkembangan lingkungan strategis, tata kelola
kepemerintahan yang baik belum optimal, teknologi informasi dan komunikasi
yang ada belum optimal dalam mendukung penerapan e-government. Untuk dapat
tercapainya tujuan atau goal Badan POM melakukan perlindungan kesehatan
masyarakat dan menerapkan daya saing produk obat dan makanan dengan
jaminan keamanan, kemanfaatan dan mutu sesuai standar internasional yang
unggul agar terciptanya perekonomian nasional yang kuat.
Persoalan infrastruktur menjadi fokus perhatian kita semua dalam beberapa
tahun ini untuk merespon geliat ekonomi nasional. Kebutuhan infrastruktur ini tidak
hanya sebagai pendukung aktivitas ekonomi nasional dan keterhubungan
domestik (dalam dan antar-pulau) tetapi juga diharapkan dapat meningkatkan
keterkaitan dengan dunia internasional. Pemerintah berupaya memfokuskan
pembangunan infrastruktur dalam beberapa waktu ke depan terutama pasca
masuknya Indonesia dalam zona investment grade.
Dalam RAPBN tahun 2013, komitmen membenahi kualitas infrastruktur
direfleksikan melalui alokasi belanja modal yang mencapai Rp.193.8 triliun atau
11,76% dari anggaran belanja negara sebesar Rp.1.657,9 triliun. Angka ini
meningkat 14,9% dari alokasi belanja modal dalam APBN-P tahun 2012. Alokasi
belanja infrastruktur sebesar Rp. 188,4 triliun. Alokasi ini belum memperhitungkan
Rp. 24 triliun dari SAL (Saldo Anggaran Lebih) tahun 2012, dan rencana target
Rp.12 triliun dari pengalihan subsidi listrik untuk belanja modal. Besaran alokasi
Modul UD Tk.I dan UPKP BPOM RI
RPJMN 7
belanja negara ini ekuivalen dengan 13,8 % (Rp.229,8 triliun) dari total anggaran
belanja negara 2013. Sementara itu, Bappenas memproyeksikan adanya
tambahan anggaran berasal dari alokasi anggaran transfer ke daerah untuk
infrastruktur sebesar Rp. 96 triliun (18% dari total transfer ke daerah sebesar Rp.
518 triliun), kontribusi BUMN sebesar Rp. 77 triliun dan peran swasta diharapkan
dapat mencapai minimal Rp. 60 triliun. Dengan demikian besaran alokasi
pembangunan infrastruktur secara agregat dapat mencapai Rp.457,4 triliun atau
sebesar 4,9% (hampir 5%) dari target PDB 2013 sebesar Rp. 9.300 triliun (1 triliun
dollar AS).
Kebutuhan pendanaan pembangunan infrastruktur yang cukup besar di
tengah terbatasnya ruang gerak fiskal memerlukan langkah strategis dengan
mengoptimalkan investasi. Upaya mengajak investor baik lokal maupun asing
yang dikemas dalam bentuk Public-Private Partnership (PPP) merupakan
manifestasi untuk mengoptimalkan momentum tanpa menegasikan national
interest. Selain itu sumber pendanaan terus digali dan diidentifikasi untuk
menopang keterbatasan ruang gerak fiskal antara lain meningkatkan pembiayaan
infrastruktur lembaga keuangan bank dan non-bank serta berbagai ajang promosi
termasuk Indonesia International Infrastructure Conference and Exhibition 2012
yang berlangsung pada 28-29 Agustus 2012.
Penyusunan RAPBN tahun 2013 menekankan pada peningkatan efektivitas
penyerapan anggaran dan kualitas belanja negara. Alokasi belanja negara untuk
pembangunan infrastruktur yang berpotensi mencapai 14% tersebut dimaksudkan
untuk mendukung akselerasi dan perluasan pembangunan serta pertumbuhan
yang selama ini masih menyisakan disparitas yang tinggi. Pembangunan
infrastruktur diharapkan mampu menekan ekonomi biaya tinggi yang menghambat
daya saing nasional selama ini. Persoalan sistim logistik nasional, infrastruktur
maritim, tidak ekonomisnya produksi nasional dan aksesibilitas wilayah-wilayah
potensial yang rendah merupakan bagian dari sasaran pembangunan infrastruktur
dalam RAPBN-2013.
Agenda pembangunan infrastruktur yang tertuang dalam RAPBN-2013
meliputi pembangunan jalan, pelabuhan, penyediaan sarana dan prasarana
transportasi sungai, danau dan penyeberangan (SDP), bandar udara baru,
rehabilitasi sekitar 120 bandar udara, pembangunan lebih dari 380 kilometer jalur
Kereta Api baru, termasuk jalur ganda, pembangunan terminal transportasi jalan
pada 24 lokasi, dan pembangunan prasarana 61 dermaga penyeberangan, serta
pengembangan pembangunan dan pengelolaan pelabuhan perikanan di 25 lokasi.
Upaya untuk mendukung keterhubungan antar-wilayah (domestic
connectivity)dalam RAPBN 2013 juga menargetkan sejumlah pembangunan
bandar udara baru serta rehabilitasi sekitar 120 bandar udara lama.
Selain itu, sebagai pendukung pembangunan infrastruktur, alokasi belanja
modal juga digunakan untuk peningkatan kapasitas 188 megawatt, pembangunan
transmisi sekitar 3.625 kilometer sirkuit (kms); Gardu Induk 4.740 Mega Volt
Modul UD Tk.I dan UPKP BPOM RI
RPJMN 8
Ampere (MVA); Jaringan Distribusi 9.319 kms; dan Gardu Distribusi 213 MVA.
Sementara pembangunan jalur distribusi untuk meningkatkan daya saing logistik
nasional, Pemerintah pada RAPBN merencanakan peningkatan kapasitas jalan
Lintas Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara Barat, Nusa
Tenggara Timur, dan Papua sepanjang 4.431 km.
Agenda akselerasi pembangunan infrastruktur dalam RAPBN-2013 juga
didukung dengan penerbitan Perpres 70/2012 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah dan Perpres 71/2012 tentang Tata cara Pengadaan Tanah untuk
pembangunan dan kepentingan umum. Kedua Perpres ini diharapkan dapat
memberikan insentif bagi upaya percepatan pembangunan infastruktur sehingga
target pembangunan dan pemerataan pertumbuhan dapat lebih meningkat lagi.
Terbitnya Perpres 70 dan 71 tahun 2012 yang merupakan instrumen pendukung
akselerasi pembangunan infrastruktur adalah respon atas evaluasi sejumlah
hambatan pembangunan infrastruktur dalam beberapa tahun terakhir.
Alokasi belanja pembangunan infasrtruktur dalam RAPBN 2013 diharapkan
dapat memperlebar kesempatan kerja untuk menekan angka pengangguran dan
kemiskinan yang ditargetkan pada 2013. Geliat industrialisasi yang semakin
menunjukkan perkembangan positif merupakan energi bagi perluasan lapangan
kerja sangat membutuhkan infrastruktur yang memadai dan berkualitas.
Pembangunan infrastruktur dan industrialisasi menjadi prasyarat bagi peningkatan
kapasitas produksi yang memberi efek langsung pada akses lapangan kerja, daya
saing, menekan pengangguran, dan peningkatkan daya beli masyarakat. Dengan
demikian, pengalokasian belanja pembangunan infrastruktur untuk semakin
meningkatkan kesejahteraan danpemerataan pembangunan nasional.
a. Visi Indonesia
Dengan mencermati tantangan ke depan, maka kerangka Visi Indonesia
2014 adalah :
“TERWUJUDNYA INDONESIA YANG SEJAHTERA, DEMOKRATIS, DAN
BERKEADILAN”
dengan penjelasan sebagai berikut:
Kesejahteraan Rakyat. Terwujudnya peningkatan kesejahteraan rakyat,
melalui pembangunan ekonomi yang berlandaskan pada keunggulan daya
saing, kekayaan sumber daya alam, sumber daya manusia dan budaya
bangsa.
Tujuan penting ini dikelola melalui kemajuan penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Demokrasi terwujudnya masyarakat, bangsa dan
negara yang demokratis, berbudaya, bermartabat dan menjunjung tinggi
kebebasan yang bertanggung jawab serta hak asasi manusia dan keadilan.
Terwujudnya pembangunan yang adil dan merata, yang dilakukan oleh
seluruh masyarakat secara aktif, yang hasilnya dapat dinikmati oleh
seluruh bangsa Indonesia.
Modul UD Tk.I dan UPKP BPOM RI
RPJMN 9
b. Misi Pembangunan
Misi pembangunan 2010-2014 adalah rumusan dari usaha-usaha yang
diperlukan untuk mencapai visi Indonesia 2014, yaitu terwujudnya Indonesia
Sejahtera, Demokratis dan Berkeadilan, namun tidak dapat terlepas dari
kondisi dan tantangan lingkungan global dan domestik pada kurun waktu
2010-2014 yang mempengaruhinya. Misi pemerintah dalam periode 2010-
2014 diarahkan untuk mewujudkan Indonesia yang lebih sejahtera, aman
dan damai, serta meletakkan fondasi yang lebih kuat bagi Indonesia yang
adil dan demokratis. Usaha-usaha Perwujudan visi Indonesia 2014 akan
dijabarkan dalam misi pemerintah tahun 2010-2014 sebagai berikut.
Misi 1: Melanjutkan Pembangunan Menuju Indonesia yang Sejahtera
Misi 2: Memperkuat Pilar-Pilar Demokrasi
Misi 3: Memperkuat Dimensi Keadilan di Semua Bidang
Berlandaskan pelaksanaan, pencapaian, dan sebagai keberlanjutan RPJM ke-
1, RPJM ke-2 ditujukan untuk lebih memantapkan penataan kembali Indonesia
di segala bidang dengan menekankan upaya peningkatan kualitas sumber
daya manusia termasuk pengembangan kemampuan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta penguatan daya saing perekonomian. Kondisi aman dan damai
di berbagai daerah Indonesia terus membaik dengan meningkatnya
kemampuan dasar pertahanan dan keamanan negara yang ditandai dengan
peningkatan kemampuan postur dan struktur pertahanan negara serta
peningkatan kemampuan lembaga keamanan negara.
Kondisi itu sejalan dengan meningkatnya kesadaran dan penegakan hukum,
tercapainya konsolidasi penegakan supremasi hukum dan penegakan hak
asasi manusia, serta kelanjutan penataan sistem hukum nasional. Sejalan
dengan itu, kehidupan bangsa yang lebih demokratis semakin terwujud
ditandai dengan membaiknya pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah
serta kuatnya peran masyarakat sipil dan partai politik dalam kehidupan
bangsa. Posisi penting Indonesia sebagai negara demokrasi yang besar makin
meningkat dengan keberhasilan diplomasi di fora internasional dalam upaya
pemeliharaan keamanan nasional, integritas wilayah, dan pengamanan
kekayaan sumber daya alam nasional. Selanjutnya, kualitas pelayanan publik
yang lebih murah, cepat, transparan, dan akuntabel makin meningkat yang
ditandai dengan terpenuhinya standar pelayanan minimum di semua tingkatan
pemerintah.
Modul UD Tk.I dan UPKP BPOM RI
RPJMN 10
Latihan Soal
1. Berapa misi pembangunan nasional tahun 2005-2025?
a. 9 c. 7
b. 8 d. 6
2. Apakah Visi Indonesia pada tahun 2014?
a. Persatuan Indonesia
b. Adil dan makmur
c. Terwujudnya Indonesia yang sejahtera, demokratis, dan berkeadilan
d. Sehat dan sejahtera
3. Dibagi berapa tahap RPJM 2005-2025yang dibagi dalam RPJMN?
a. 1 c. 3
b. 2 d. 4
Modul UD Tk.I dan UPKP BPOM RI
RPJMN 11
BAB III
RENCANA STRATEGI BADAN POM (2010-2014)
A. Arah Perencanaan Strategi Badan POM (2010-2014)
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014
merupakan tahap kedua dari pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional (RPJPN) 2005-2025 yang ditetapkan melalui Undang-Undang Nomor 17
Tahun 2007. RPJMN 2010-2014 ini selanjutnya menjadi pedoman bagi
kementerian/lembaga dalam menyusun Rencana Strategis kementerian/lembaga
(Renstra-KL) dan menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah daerah dalam
menyusun/menyesuaikan rencana pembangunan daerahnya masing-masing dalam
rangka pencapaian sasaran pembangunan nasional. Untuk pelaksanaan lebih lanjut,
RPJMN akan dijabarkan ke dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) yang akan
menjadi pedoman bagi penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (RAPBN).
RPJMN 2010-2014 selain memuat prioritas nasional juga memuat prioritas
bidang sosial budaya yang salah satunya mencakup bidang kesehatan. Program Aksi
Bidang Kesehatan yang menjadi acuan pembangunan bidang Pengawasan Obat dan
Makanan adalah:
1. Menyempurnakan dan memantapkan pelaksanaan program jaminan kesehatan
masyarakat baik dari segi kualitas pelayanan, akses pelayanan, akuntabilitas
anggaran, dan penataan administrasi yang transparan dan bersih.
2. Mendorong upaya pembuatan obat dan produk farmasi lain yang terjangkau
dengan tanpa mengabaikan masalah kualitas dan keamanan obat seperti yang
telah dilakukan selama tiga tahun terakhir.
3. Mempermudah pembangunan klinik atau rumah sakit yang berkualitas
internasional baik melalui profesionalisasi pengelolaan rumah sakit pemerintah
maupun mendorong tumbuhnya rumah sakit swasta.
4. Meningkatkan kualitas ibu dan anak di bawah lima tahun dengan memperkuat
program yang sudah berjalan seperti Posyandu yang memungkinkan imunisasi
dan vaksinasi masal seperti DPT dapat dilakukan secara efektif.
5. Penurunan tingkat kematian ibu yang melahirkan, pencegahan penyakit menular
seperti HIV/ AIDS, malaria, dan TBC.
6. Mengurangi tingkat prevelansi gizi buruk balita menjadi di bawah 15% pada tahun
2014 dari keadaan terakhir sekitar 18%.
7. Revitalisasi program keluarga berencana yang telah dimulai kembali dalam
periode 2005-2009 akan dilanjutkan dan diperkuat.
8. Upaya pencapaian dalam bidang kesehatan tidak tercapai jika kesejahteraan dan
sistem insentif bagi tenaga medis dan paramedis khususnya yang bertugas di
daerah terpencil tidak memadai.
9. Meningkatkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan,
utamanya yang diarahkan untuk mengurangi ketergantungan bahan baku impor
dalam proses produksi obat.
Modul UD Tk.I dan UPKP BPOM RI
RPJMN 12
10. Meningkatkan kualitas pelayanan dan praktek kedokteran yang sesuai dengan
etika dan menjaga kepentingan dan perlindungan masyarakat awam dari mal-
praktek dokter dan rumah sakit yang tidak bertanggung jawab.
11. Mengembangkan sistem peringatan dini untuk penyebaran informasi terjadinya
wabah dan cara menghindarinya untuk mencegah kepanikan dan jatuhnya banyak
korban.
12. Evakuasi, perawatan, dan pengobatan masyarakat didaerah korban bencana
alam.
Sesuai dengan prioritas Program Aksi Kesehatan disusun fokus-fokus prioritas
bidang kesehatan sebagai berikut:
FOKUS 1 : PENINGKATAN KESEHATAN IBU, BAYI, BALITA DAN KELUARGA
BERENCANA
Peningkatan kesehatan ibu, bayi, balita dan Keluarga Berencana, melalui
upaya yang menjamin produk Obat dan Makanan yang memenuhi persyaratan
keamanan dan mutu, yang digunakan dalam upaya :
1. Peningkatan cakupan peserta KB aktif;
2. Pemberian makanan pemulihan bagi ibu hamil Kekurangan Energi Kronis (KEK);
dan
3. Pencapaian cakupan imunisasi yang tinggi, merata dan berkualitas pada bayi, anak
sekolah dan Wanita Usia Subur (WUS).
FOKUS 2 : PERBAIKAN STATUS GIZI MASYARAKAT
Perbaikan status gizi masyarakat, melalui pengujian laboratorium terhadap
sampel-sampel produk yang digunakan untuk upaya :
1. Asupan zat gizi makro, dll, untuk memenuhi angka kecukupan gizi;
2. Surveilans pangan dan gizi;
3. Pemberian makanan pendamping ASI;
4. Fortifikasi;
5. Pemberian makanan pemulihan balita gizi-kurang; dan
6. Penanggulangan gizi darurat.
FOKUS 3 : PENGENDALIAN PENYAKIT MENULAR SERTA PENYAKIT TIDAK
MENULAR, DIIKUTI PENYEHATAN LINGKUNGAN
Pengendalian penyakit menular serta penyakit tidak menular, diikuti
penyehatan lingkungan, melalui upaya pengawasan yang diarahkan untuk
menurunkan proporsi Obat dan Makanan bermasalah di pasar, sebagai salah satu
faktor risiko timbulnya penyakit.
FOKUS 4 : PENINGKATAN KETERSEDIAAN, KETERJANGKAUAN,
PEMERATAAN, MUTU DAN PENGGUNAAN OBAT SERTA
PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN
Peningkatan ketersediaan, keterjangkauan, pemerataan, mutu dan
penggunaan obat, serta Pengawasan Obat dan Makanan, yang dilaksanakan melalui
pelaksanaan kegiatan-kegiatan:
1. Pengawasan Produksi Produk Terapetik dan PKRT
2. Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya
Modul UD Tk.I dan UPKP BPOM RI
RPJMN 13
3. Pengawasan Obat dan Makanan di 31 Balai Besar/Balai POM
4. Pemeriksaan secara Laboratorium, Pengujian dan Penilaian Keamanan, Manfaat
dan Mutu Obat dan Makanan serta Pembinaan Laboratorium POM
5. Standardisasi Produk Terapetik dan PKRT
6. Penyelidikan dan Penyidikan terhadap Pelanggaran di Bidang Obat dan Makanan
7. Inspeksi dan Sertifikasi Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen
8. Inspeksi dan Sertifikasi Makanan
9. Standardisasi Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen
10. Standardisasi Makanan
11. Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Makanan
12. Pengawasan Distribusi Produk Terapetik dan PKRT
13. Pengawasan Narkotika, Psikotropika, Prekursor dan Zat Adiktif
14. Penilaian Produk Terapetik dan Produk Biologi
15. Penilaian Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen
16. Penilaian Makanan
17. Riset Keamanan, Khasiat, Mutu Obat dan Makanan Pengembangan Obat Asli
Indonesia
B. Arah Kebijakan dan Strategi Badan Pengawasan Obat Makanan
Arah Kebijakan dan Strategi Badan POM disusun dengan mengacu pada
prioritas bidang sosial budaya yang salah satunya mencakup bidang kesehatan seperti
termuat dalam RPJMN 2010-2014. Untuk dapat mencapai rencana strategi Badan
POM mencanangkan visi dan misi dalam memenuhi target dan arah kebijakannya.
Visi : Menjadi Institusi Pengawas Obat dan Makanan yang Inovatif, Kredibel dan Diakui
Secara Internasional Untuk Melindungi Masyarakat.
Misi :
1. Melakukan Pengawasan Pre-Market dan Post-Market Berstandar
Internasional.
2. Menerapkan Sistem Manajemen Mutu Secara Konsisten.
3. Mengoptimalkan Kemitraan dengan Pemangku Kepentingan di Berbagai Lini.
4. Memberdayakan Masyarakat Agar Mampu Melindungi Diri dari Obat dan
Makanan yang Berisiko Terhadap Kesehatan.
5. Membangun Organisasi Pembelajar (Learning Organization).
1). Arah Kebijakan
Arah Kebijakan Badan POM yaitu:
a. Memperkuat Sistem Pengawasan Obat dan Makanan Nasional
Sistem Pengawasan Obat dan Makanan diperkuat dengan mekanisme
operasional dan infrastruktur yang andal dengan kapabilitas berkelas dunia
(world class) dan menggunakan teknologi informasi yang modern. Revitalisasi
fungsi pengawasan senantiasa diterapkan secara terintegrasi dan menyeluruh
(comprehensive).
Modul UD Tk.I dan UPKP BPOM RI
RPJMN 14
b. Mewujudkan Laboratorium Badan POM yang Modern dan Andal
Kapabilitas laboratorium Badan POM ditingkatkan terunggul di ASEAN dengan
jaringan kerja (networking) nasional dan internasional. Cakupan dan parameter
pengujian laboratorium, serta kompetensi personil laboratorium Pengawasan
Obat dan Makanan ditingkatkan dengan menerapkan Good Laboratory
Practices (GLP) secara konsisten serta mengembangkan sistem rujukan
laboratorium nasional.
c. Meningkatkan Daya Saing Mutu Produk Obat dan Makanan di Pasar Lokal
dan Global
Mekanisme pasar bebas menuntut Sistem Pengawasan Obat dan Makanan
yang dapat menapis produk Obat dan Makanan yang masuk ke Indonesia.
Pada saat yang sama Sistem Pengawasan Obat dan Makanan dikembangkan
untuk mendukung upaya pencapaian daya saing Obat dan Makanan produksi
dalam negeri di pasar lokal dan global. Upaya ini dilakukan melalui penyusunan
standar Obat dan Makanan yang mempertimbangkan kemampuan industri
dalam negeri dan peningkatan pemberdayaan pelaku usaha termasuk UMKM
pangan, kosmetik dan Obat Tradisional, untuk memenuhi standar dan
persyaratan yang berlaku. Pemberdayaan dilakukan antara lain melalui
kerjasama dengan lintas sektor terkait.
d. Meningkatkan Kompetensi, Profesionalitas, dan Kapabilitas Modal Insani
Modal Insani merupakan asset intangible yang sangat penting dalam suatu
organisasi karena merupakan mesin penggerak organisasi. Untuk itu perlu
dirancang sistem manajemen modal insani (Human Capital Management) agar
dihasilkan Modal Insani Badan POM yang andal, adaptif, dan kredibel. Upaya
ini dilakukan antara lain melalui pendidikan dan pelatihan terstruktur dan
berkelanjutan (continous training and education) baik di dalam maupun di luar
negeri.
Bersamaan dengan itu diciptakan lingkungan kerja yang kondusif dan atraktif
untuk melakukan inovasi dalam pelaksanaan tugas dan mendorong serta
memberikan kesempatan yang luas kepada setiap modal insani untuk
meningkatkan kapabilitas diri melalui pembelajaran yang berkelanjutan.
e. Meningkatkan Kapasitas Manajemen dan Mengembangkan Institusi Badan
POM yang Kredibel dan Unggul
Kapasitas manajemen Badan POM dikembangkan untuk menjamin penerapan
good governance dan clean government sesuai sistem mutu yang dilaksanakan
secara konsisten dan terus dikembangkan/dipelihara dalam rangka penerapan
Reformasi Birokrasi.
Right sizing organization dilakukan untuk menjamin efektivitas Sistem
Pengawasan Obat dan Makanan baik di Pusat maupun di daerah.
f. Memantapkan Jejaring Lintas Sektor dalam Pengawasan Obat dan
Makanan
Pengawasan Obat dan Makanan lebih diperkuat dengan memantapkan jejaring
kerjasama lintas sektor terkait baik di dalam negeri maupun melalui kerjasama
bilateral, regional, dan multilateral.
Modul UD Tk.I dan UPKP BPOM RI
RPJMN 15
g. Memberdayakan Masyarakat dalam Pengawasan Obat dan Makanan
Melalui komunikasi, informasi dan edukasi dilakukan pemberdayaan kepada
masyarakat luas agar mampu mencegah dan melindungi diri sendiri dari
penggunaan Obat dan Makanan yang berisiko terhadap kesehatan. Bersamaan
dengan itu diciptakan ruang publik yang kondusif untuk memfasilitasi
komunikasi interaktif antara Badan POM dengan masyarakat luas yaitu
membuat Unit Layanan Pengaduan Konsumen (ULPK).
2). Strategi
Arah kebijakan Badan POM dilakukan melalui tujuh (7) strategi, yaitu :
a. Strategi Pertama :
Peningkatan intensitas pengawasan pre market Obat dan Makanan, untuk
menjamin keamanan, khasiat/manfaat dan mutu produk, diselenggarakan
melalui fokus prioritas:
Penapisan penilaian produk Obat dan Makanan sebelum beredar sebagai
antisipasi globalisasi, termasuk ACFTA.
Peningkatan pelayanan publik terkait pendaftaran produk Obat dan
Makanan melalui online registration.
Pengawasan pengembangan vaksin baru produksi dalam negeri, untuk
mempercepat pencapaian target Millennium Development Goals (MDG’s).
Peningkatan technical regulatory advice untuk pengembangan jamu, herbal
terstandar dan fitofarmaka.
Pengawasan pengembangan teknologi pangan (PPRG, iradiasi), untuk
perlindungan konsumen dan ketersediaan pangan.
Peningkatan pemenuhan GMP industri Obat dan Makanan dalam negeri
dalam rangka meningkatkan daya saing.
b. Strategi kedua :
Penguatan sistem, sarana, dan prasarana laboratorium Obat dan Makanan,
diselenggarakan melalui fokus prioritas :
Pemantapan penerapan Quality Management System dan persyaratan
Good Laboratory Practices (GLP) terkini.
Peningkatan sarana dan prasarana laboratorium di pusat dan daerah,
sesuai dengan kemajuan IPTEK.
Pemenuhan peralatan laboratorium sesuai standar GLP terkini
Peningkatan kompetensi SDM Laboratorium
c. Strategi ketiga :
Peningkatan pengawasan post market Obat dan Makanan, diselenggarakan
melalui fokus prioritas :
Pemantapan sampling dan pengujian Obat dan Makanan, berdasarkan risk
based approaches.
Intensifikasi pemberantasan produk ilegal, termasuk produk palsu.
Perluasan cakupan pengawasan pangan jajanan anak sekolah (PJAS),
melalui operasionalisasi Mobil Laboratorium.
Modul UD Tk.I dan UPKP BPOM RI
RPJMN 16
Pengawasan sarana post market sesuai dengan GMP dan GDP
Perkuatan pengawasan post market kosmetika melalui audit kepatuhan dan
evaluasi keamanan kosmetika
d. Strategi keempat :
Pemantapan regulasi dan standar di bidang pengawasan Obat dan Makanan,
diselenggarakan melalui fokus prioritas :
Penyelarasan regulasi terkait dengan perubahan lingkungan strategis di
bidang pengawasan Obat dan Makanan.
Peningkatan pemenuhan regulasi dan standar obat dan makanan sesuai
dengan kondisi dan kebutuhan terkini.
e. Strategi kelima :
Pemantapan peran Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) di bidang tindak
pidana Obat dan Makanan, diselenggarakan melalui fokus prioritas :
Peningkatan kualitas dan kuantitas PPNS.
Peningkatan pelaksanaan penyidikan Obat dan Makanan.
Peningkatan koordinasi dengan sektor terkait dalam rangkaian CJS untuk
sustainable law enforcement tindak pidana Obat dan Makanan.
f. Strategi keenam :
Perkuatan Institusi, diselenggarakan melalui fokus prioritas :
Implementasi Reformasi Birokrasi Badan POM termasuk peningkatan
pelayanan publik.
Perkuatan sistem pengelolaan data serta teknologi informasi dan
komunikasi (TIK) termasuk strategi media komunikasi
Perkuatan human capital management Badan POM.
Restrukturisasi Organisasi untuk menjawab tantangan perubahan
lingkungan strategis.
Peningkatan dan penguatan peran dan fungsi Balai POM, Integrated
Bottom Up Planning dan Quality System Evaluation
Perkuatan legislasi di bidang pengawasan Obat dan Makanan
g. Strategi ketujuh :
Meningkatkan Kerjasama Lintas Sektor dalam Rangka Pembagian Peran
Badan POM dengan Lintas Sektor terkait, yang diselenggarakan melalui fokus
prioritas :
Pemantapan koordinasi pengawasan Obat dan Makanan
Pemantapan Sistem Kerjasama Operasional Pengawasan Obat dan
Makanan
Peningkatan operasi terpadu pengawasan Obat Tradisional, Kosmetik dan
Makanan
Perkuatan jejaring komunikasi
Pemantapan koordinasi pengembangan jamu brand Indonesia,
pengintegrasian dengan pelayanan kesehatan
Pemberdayaan masyarakat melalui KIE
Modul UD Tk.I dan UPKP BPOM RI
RPJMN 17
C. Agenda Pembangunan Nasional
Dalam mewujudkan visi dan misi pembangunan nasional 2010-2014,
ditetapkan lima agenda utama pembangunan nasional tahun 2010-2014, yaitu:
Agenda I :Pembangunan Ekonomi dan Peningkatan Kesejahteraan Rakyat
Agenda II :Perbaikan Tata Kelola Pemerintahan
Agenda III :Penegakan Pilar Demokrasi
Agenda IV :Penegakkan Hukum dan Pemberantasan Korupsi
Agenda V :Pembangunan Yang Inklusif dan Berkeadilan
Ketatalaksanaan aparatur pemerintah disederhanakan, ditandai oleh
mekanisme, sistem, prosedur, dan tata kerja yang tertib, efisien, dan efektif, melalui
pengaturan ketatalaksanaan yang sederhana: standar operasi, sistem, prosedur,
mekanisme, tatakerja, hubungan kerja dan prosedur pada proses perencanaan,
pelaksanaan, pemantauan, evaluasi dan pengendalian, proses korporatisasi dan
privatisasi, pengelolaan sarana dan prasarana kerja, penerapan perkantoran elektronis
dan pemanfaatan teknologi informasi (e-government), dan apresiasi kearsipan. Juga
penataan birokrasi yang efisien, efektif, transparan, akuntabel, hemat, disiplin, dan
penerapan pola hidup sederhana. Efisiensi kinerja aparatur dan peningkatan budaya
kerja, terwujudnya sistem dan mekanisme kerja yang efektif dan efisien (dalam
administrasi pemerintahan maupun pelayanan kepada masyarakat), sistem kearsipan
yang andal (tepat guna, tepat sasaran, tepat waktu, efektif dan efisien), otomatisasi
administrasi perkantoran, dan sistem manajemen yang efisien dan efektif. Unit
organisasi pemerintah yang mempunyai potensi penerimaan keuangan negara,
statusnya didorong menjadi unit korporatisasi dalam bentuk Badan Layanan Umum
(BLU), BHMN, BUMD, Perum, Persero, UPT, UPTD, atau bentuk lainnya.
Reformasi Birokrasi harus dimulai dari penataan kelembagaan dan sumberdaya
manusia aparatur. Langkah selanjutnya adalah membuat mekanisme, pengaturan,
sistem, dan prosedur yang sederhana tidak berbelit-belit, menegakkan akuntabilitas
aparatur, meningkatkan dan menciptakan pengawasan yang komprehensif, dan
meningkatkan kualitas pelayanan publik menuju pelayanan publik yang berkualitas dan
prima.
Modul UD Tk.I dan UPKP BPOM RI
RPJMN 18
Latihan Soal
1. Berapakah fokus Badan POM pada prioritas program aksi kesehatan?
a. 4 c. 2
b. 3 d. 1
2. Apakah kepanjangan dari PJAS?
a. Pelayanan Jasa Antar Sekolah
b. Pangan Jajan Anak Sekolah
c. Pengawasan Jalanan Anak Sekolah
d. Pembuatan Jasa Anak Sekolah
3.
Pada fokus perbaikan status gizi masyarakat melalui pengujian laboratorium
terhadap sampel-sampel produk yang digunakan untuk melakukan upaya antara
lain, kecuali …
a. Pemberian makanan pendamping ASI
b. Pemberian makanan pemulihan balita gizi-kurang
c. Penanggulangan gizi darurat
d. Pembuatan gedung
Modul UD Tk.I dan UPKP BPOM RI
RPJMN 19
BAB IV
AGENDA PEMBANGUNAN BADAN POM
A. Program dan Kegiatan
1). Program Generik
a. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Teknis Lainnya
Program ini diselenggarakan dengan sasaran, meningkatnya koordinasi
perencanaan pembinaan, pengendalian terhadap program, administrasi
dan sumber daya di lingkungan BPOM sesuai dengan standar sistem
manajemen mutu. Kinerja penyelenggaraan program ini, diukur dengan:
Persentase unit kerja yang menerapkan quality policy;
Persentase unit kerja yang terintegrasi secara online.
b. Koordinasi Kegiatan Penyusunan Rancangan Peraturan Peraturan
Perundang-undangan, Bantuan Hukum, Layanan Pengaduan
Konsumen dan Hubungan Masyarakat
Sasaran dari kegiatan ini adalah terselenggaranya pelayanan penyusunan
rancangan peraturan perundang-undangan, bantuan hukum, layanan
pengaduan konsumen dan hubungan masyarakat. Indikator kegiatan ini
adalah:
Jumlah public warning;
Jumlah informasi pengawasan obat dan makanan yang
dipublikasikan;
Jumlah layanan bantuan hukum yang diberikan;
Jumlah rancangan peraturan dan peraturan perundang-undangan
yang disusun;
Jumlah layanan pengaduan dan informasi yang dilaksanakan
(layanan).
c. Peningkatan Penyelenggaraan Hubungan dan Kerjasama Luar Negeri
Badan POM
Sasaran dari kegiatan ini adalah Meningkatnya koordinasi hubungan dan
kerjasama internasional Badan POM pada tingkat bilateral, regional,
multilateral dan organisasi internasional. Indikator kegiatan ini adalah:
Jumlah partisipasi Badan POM dalam hubungan dan kerjasama
bilateral, regional, multilateral dan organisasi internasional (forum);
Jumlah dokumen posisi Badan POM terhadap partisipasinya dalam
pertemuan tingkat bilateral, regional, dan global.
d. Koordinasi Perumusan Renstra dan Pengembangan Organisasi,
Penyusunan Program dan Anggaran, Keuangan serta Evaluasi dan
Pelaporan
Sasaran dari kegiatan ini adalah meningkatnya koordinasi perumusan
Renstra dan pengembangan organisasi, penyusunan program dan
Modul UD Tk.I dan UPKP BPOM RI
RPJMN 20
anggaran, keuangan serta evaluasi dan pelaporan. Indikator kegiatan ini
adalah:
Persentase unit kerja yang melaksanakan perencanaan, monitoring
dan evaluasi secara terintegrasi;
Jumlah dokumen perencanaan, penganggaran, keuangan, dan
monitoring evaluasi yang dihasilkan;
Jumlah unit kerja yang mengembangkan dan menerapkan Quality
Management System (QMS);
e. Pengembangan tenaga dan manajemen pengawasan Obat dan
Makanan
Sasaran dari kegiatan ini adalah terselenggaranya pengembangan tenaga
dan manajemen pengawasan Obat dan Makanan untuk mewujudkan SDM
Badan POM yang andal, adaptif, profesional dan kredibel. Indikator
kegiatan ini adalah:
Jumlah pegawai BPOM yang ditingkatkan pendidikannya S1, S2, dan
S3;
Persentase pegawai yang memenuhi standar kompetensi;
Tersusunnya Grand Design HCM (Human Capital Management);
Persentase pegawai Badan POM yang ditingkatkan kompetensinya;
Persentase pengembangan dan penerapan Human Capital
Management (HCM) di unit kerja.
f. Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Badan
Pengawas Obat dan Makanan
Sasaran dari kegiatan ini adalah Terselenggaranya pengawasan
fungsional Inspektorat Badan POM yang efektif dan efisien. Indikator
kegiatan ini adalah persentase laporan hasil pengawasan yang disusun
tepat waktu.
g. Pelayanan informasi Obat dan Makanan, Informasi Keracunan dan
Teknologi Informasi
Sasaran dari kegiatan ini adalah berfungsinya sistem informasi yang
terintegrasi secara online dan up to date dalam pengawasan Obat dan
Makanan. Indikator kegiatan ini adalah:
Persentase tersedianya base line data pengawasan Obat dan Makanan;
Persentase layanan publik elektronik secara online;
jumlah informasi Obat dan Makanan yang disampaikan secara up to
date;
Persentase informasi Obat dan Makanan yang up to date sesuai
lingkungan strategis pengawasan obat dan makanan.
2). Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur
Program ini diselenggarakan dengan sasaran meningkatnya
akuntabilitas penatausahaan sarana dan prasarana penunjang aparatur Badan.
Kinerja penyelenggaraan program ini, diukur dengan indikator: Persentase
Modul UD Tk.I dan UPKP BPOM RI
RPJMN 21
ketersediaan sarana dan prasarana penunjang kinerja termasuk
pemeliharaannya.
Untuk mencapai target tersebut di atas, di dalam program ini dilaksanakan
dengan kegiatan-kegiatan:
a. Peningkatan sarana dan prasarana aparatur Badan POM
Sasaran dari kegiatan ini adalah terselenggaranya pengadaan sarana dan
prasarana aparatur Badan POM. Indikator kegiatan ini adalah: Jumlah
sarana dan prasarana yang diadakan sesuai kebutuhan di pusat.
b. Pengadaan, pemeliharaan dan pembinaan pengelolaan sarana dan
prasarana penunjang aparatur Badan POM
Sasaran dari kegiatan ini adalah terselenggarannya pengadaan,
pemeliharaan dan pembinaan pengelolaan sarana dan prasarana
penunjang di Badan POM. Indikator kegiatan ini adalah:
Persentase ketersediaan sarana gedung dan prasarana penunjang
kinerja termasuk pemeliharaannya;
Persentase sarana yang terpelihara dengan baik;
Persentase satker yang mampu mengelola BMN dengan baik.
B. Program Teknis/Program Pengawasan Obat dan Makanan
Program ini diselenggarakan dengan sasaran meningkatnya efektivitas
pengawasan obat dan makanan dalam rangka melindungi masyarakat. Kinerja
penyelenggaraan program ini, diukur dengan indikator:
a. Persentase kenaikan Obat yang memenuhi standar;
b. Persentase kenaikan Obat Tradisional yang memenuhi standar;
c. Persentase kenaikan Kosmetik yang memenuhi standar;
d. Persentase kenaikan Suplemen Makanan yang memenuhi standar;
e. Persentase kenaikan Makanan yang memenuhi standar.
Kegiatan-kegiatan dalam program ini adalah sebagai berikut:
1). Pengawasan Obat dan Makanan di 31 Balai Besar/Balai POM
Sasaran dari kegiatan ini adalah meningkatnya kinerja pengawasan obat dan
makanan di seluruh Indonesia. Indikator kegiatan ini adalah:
a. Jumlah sarana produksi dan distribusi Obat dan Makanan yang diperiksa;
b. Persentase cakupan pengawasan sarana produksi Obat dan Makanan;
c. Persentase cakupan pengawasan sarana distribusi Obat dan Makanan;
d. Jumlah produk Obat dan Makanan yang disampling dan diuji;
e. Jumlah parameter uji Obat dan Makanan untuk setiap sampel;
f. Jumlah dokumen perencanaan, penganggaran, dan evaluasi yang
dihasilkan;
g. Jumlah layanan informasi dan pengaduan;
h. Jumlah kasus di bidang penyidikan obat dan makanan;
i. Jumlah sarana dan prasarana yang terkait pengawasan obat dan makanan;
j. Jumlah balai besar/balai POM yang ditingkatkan kemandiriannya dalam
rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengawasan obat dan
makanan di daerah.
Modul UD Tk.I dan UPKP BPOM RI
RPJMN 22
2). Pengawasan Produksi Produk Terapetik dan PKRT
Sasaran dari kegiatan ini adalah meningkatnya mutu sarana produksi Produk
Terapetik dan PKRT sesuai dengan Good Manufacturing Practice (GMP)
terkini. Indikator kegiatan ini adalah persentase sarana produksi obat yang
memiliki sertifikasi GMP yang terkini;
3). Pengawasan Distribusi Produk Terapetik dan PKRT
Sasaran dari kegiatan ini adalah meningkatnya Mutu Sarana Distribusi Produk
Terapetik dan PKRT sesuai dengan Good Distributing Practise (GDP). Indikator
kegiatan ini adalah:
a. Persentase sarana distribusi obat (PBF) yang distratifikasi dan atau
sertifikasi GDP;
b. Persentase kumulatif sarana distribusi obat (PBF) yang di-mapping;
c. Persentase kumulatif sarana distribusi obat (PBF) yang disertifikasi;
d. Persentase obat yang ke jalur illicit;
e. Persentase temuan obat illegal termasuk obat palsu;
4). Pengawasan Narkotika, Psikotropika, Prekursor, dan Zat Adiktif
Sasaran dari kegiatan ini adalah meningkatnya jumlah sarana pengelola
narkotika, psikotropika dan prekursor yang tidak berpotensi melakukan diversi
narkotika, psikotropika dan prekursor. Indikator kegiatan ini adalah:
a. Persentase narkotika, psikotropika dan prekursor yang ke jalur illicit;
b. Persentase iklan/promosi rokok yang tidak memenuhi ketentuan;
c. Persentase sarana pengelola narkotika, psikotropika dan prekursor yang
memenuhi ketentuan;
d. Jumlah temuan penyimpangan peredaran narkotika, psikotropika dan
prekusor dalam kegiatan impor dan ekspor.
5). Inspeksi dan Sertifikasi Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk
Komplemen
Sasaran dari kegiatan ini adalah Meningkatnya mutu sarana produksi dan
sarana distribusi obat tradisional, kosmetik dan produk komplemen sesuai GMP
dan GDP.
Indikator kegiatan ini adalah:
a. Persentase sarana produksi kosmetik yang memiliki sertifikat GMP terkini;
b. Persentase ketersediaan sarana produksi kosmetik yang menerapkan
GMP terkini;
c. Persentase Industri Obat Tradisional (IOT) yang memilki sertifikat GMP;
d. Persentase sarana distribusi obat tradisional dan suplemen makanan yang
memenuhi ketentuan;
e. Persentase sarana distribusi kosmetik yang memenuhi ketentuan;
f. Jumlah UMKM Kosmetik yang memenuhi ketentuan CPKB;
g. Jumlah UMKM Obat Tradisional yang memenuhi persyaratan sanitasi,
higiene dan dokumentasi.
6). Inspeksi dan Sertifikasi Pangan
Sasaran dari kegiatan ini adalah meningkatnya mutu sarana produksi dan
distribusi Pangan. Indikator kegiatan ini adalah:
Modul UD Tk.I dan UPKP BPOM RI
RPJMN 23
a. Persentase sarana produksi makanan MD yang memenuhi standar GMP
yang terkini;
b. Persentase sarana produksi makanan bayi dan anak yang memenuhi
standar GMP yang terkini;
c. Persentase sarana penjualan makanan yang memenuhi standar
GRP/GDP;
d. Persentase penyelesaian tindak lanjut pengawasan produk pangan;
e. Jumlah sekolah yang disampling produk PJAS;
f. Persentase sarana UMKM yang memenuhi ketentuan.
7). Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya
Sasaran dari kegiatan ini adalah Menurunnya makanan yang mengandung
bahan bebahaya. Indikator kegiatan ini adalah:
a. Persentase makanan yang mengandung cemaran bahan
berbahaya/dilarang;
b. Persentase temuan kemasan makanan yang melepaskan migran
berbahaya yang melampaui ketentuan ke dalam makanan;
c. Persentase sarana distribusi yang menyalurkan bahan dilarang untuk
pangan (bahan berbahaya) yang sesuai ketentuan;
d. Persentase kemasan pangan dari pangan terdaftar, yang tidak memenuhi
syarat;
8). Standardisasi Produk Terapetik dan PKRT
Sasaran dari kegiatan ini adalah tersusunnya standar, pedoman, dan kriteria
Produk Terapetik dan PKRT yang mampu menjamin aman, bermanfaat dan
bemutu. Indikator kegiatan ini adalah persentase kecukupan standar obat yang
dimiliki dengan yang dibutuhkan;
9). Standardisasi Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen
Sasaran dari kegiatan ini adalah tersusunnya regulasi, pedoman dan standar
Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen yang dapat menjamin
produk yang aman, berkhasiat dan bermutu. Indikator kegiatan ini adalah:
a. Persentase kecukupan regulasi, pedoman, standar Obat Tradisional yang
dimiliki dengan yang dibutuhkan;
b. Jumlah regulasi, pedoman, standar obat tradisional yang disahkan;
c. Persentase kecukupan regulasi, pedoman, standar Kosmetik yang dimiliki
dengan yang dibutuhkan;
d. Jumlah regulasi, pedoman, standar kosmetik yang disahkan;
e. Persentase kecukupan regulasi, pedoman, standar Produk Komplemen
yang dimiliki dengan yang dibutuhkan;
f. Jumlah regulasi, pedoman, standar produk komplemen yang disahkan.
10). Standardisasi Makanan
Sasaran dari kegiatan ini adalah tersusunnya standar makanan yang mampu
menjamin makanan aman, bermanfaat, dan bermutu. Indikator kegiatan ini
adalah:
a. Persentase kecukupan standar Makanan yang dimiliki dengan yang
dibutuhkan;
Modul UD Tk.I dan UPKP BPOM RI
RPJMN 24
b. Jumlah standar yang dihasilkan dalam rangka antisipasi perkembangan isu
keamanan, mutu, dan gizi pangan;
c. Jumlah standar yang dihasilkan dalam rangka mendukungProgram
Rencana Aksi Peningkatan Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah
(PJAS);
d. Persentase UMKM yang meningkat daya saingnya berdasarkan hasil
grading.
11). Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Makanan
Sasaran dari kegiatan ini adalah meningkatnya pemberdayaan Pemda
Kabupaten/kota melalui advokasi keamanan pangan serta menguatnya rapid
alert system keamanan pangan. Indikator kegiatan ini adalah:
a. Persentase penyelesaian tindaklanjut informasi jejaring nasional, regional
dan internasional terkait rapid alert dan respon permasalahan keamanan
Makanan;
b. Persentase kabupaten/kota yang menerbitkan P-IRT sesuai ketentuan
yang berlaku;
c. Jumlah profil resiko keamanan pangan yang dikategorikan sebagai early
warning untuk merespon permasalahan keamanan pangan;
d. Persentase pangan jajanan anak sekolah (PJAS) yang memenuhi
persyaratan keamanan pangan;
12). Pemeriksaan secara Laboratorium, Pengujian dan Penilaian Keamanan,
Manfaat dan Mutu Obat dan Makanan serta Pembinaan Laboratorium POM
Sasaran dari kegiatan ini adalah meningkatnya kemampuan uji laboratorium
POM sesuai standar. Indikator kegiatan ini adalah:
a. Persentase Laboratorium Badan POM yang terakreditasi sesuai standar;
b. Persentase sample uji yang ditindaklanjuti tepat waktu;
c. Jumlah metode analisis yang divalidasi/ diverifikasi;
d. Jumlah baku pembanding yang diproduksi;
e. Persentase uji profisiensi yang diikuti balai POM yang inlier.
13). Investigasi Awal dan Penyidikan terhadap Pelanggaran di Bidang Obat
dan Makanan
Sasaran dari kegiatan ini adalah meningkatnya kuantitas dan kualitas
investigasi awal dan penyidikan oleh PPNS BPOM terhadap pelanggaran
dibidang Obat dan Makanan. Indikator kegiatan ini adalah:
a. Persentase pelanggaran yang ditindaklanjuti sampai dengan P 21;
b. Persentase temuan investigasi awal oleh PPNS yang ditindaklanjuti secara
pro-justicia;
c. Persentase perkara tindak pidana OM yang telah mendapat P-21;
d. Persentase berkas perkara tindak pidana obat dan makanan yang telah
diserahkan PPNS BPOM;
14). Penilaian Obat dan Produk Biologi
Sasaran dari kegiatan ini adalah tersedianya obat dan produk biologi yang
memenuhi standar keamanan, khasiat, dan mutu.
Modul UD Tk.I dan UPKP BPOM RI
RPJMN 25
Indikator kegiatan ini adalah persentase penilaian keamanan, khasiat, dan mutu
obat dan produk biologi yang diselesaikan tepat waktu;
15). Penilaian Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen
Sasaran dari kegiatan ini adalah tersedianya OT, SM dan Kos yang memenuhi
standar keamanan, kemanfaatan dan mutu. Indikator kegiatan ini adalah:
a. Persentase Obat Tradisional, Suplemen Makanan beredar yang dinilai
tepat waktu;
b. Persentase notifikasi kosmetik yang dinilai tepat waktu;
c. Jumlah DIP (Dokumen Informasi Produk) Produk kosmetik yang dinilai;
d. Persentase UMKM Kosmetik yang memiliki pengetahuan mengenai DIP
dan keamanan produk kosmetik.
16). Penilaian Makanan
Sasaran dari kegiatan ini adalah meningkatnya jumlah pangan olahan yang
memiliki Nomor Izin Edar/Surat Persetujuan Pendaftaran.
Indikator kegiatan ini adalah:
a. Persentase keputusan penilaian makanan yang diselesaikan tepat waktu;
b. Persentase pendaftaran pangan olahan yang diselesaikan tepat waktu.
17). Riset Keamanan, Khasiat, Mutu Obat dan Makanan
Sasaran dari kegiatan ini adalah meningkatnya hasil riset untuk menunjang
pengawasan obat dan makanan.
Indikator kegiatan ini adalah:
a. Jumlah metode analisis tervalidasi;
b. Jumlah hasil kegiatan riset yang dideseminasikan.
18). Pengembangan Obat Asli Indonesia
Sasaran dari kegiatan ini adalah meningkatnya pengembangan Obat Asli
Indonesia. Indikator kegiatan ini adalah: Jumlah Obat Asli Indonesia yang
dikembangkan keamanan dan kemanfaatannya (tanaman/tahun).
Latihan Soal
1. Apa saja program dan kegiatan Badan POM dalam rangka pembangunan?
a. Program Aset dan Data
b. Program Generik dan Teknis
c. Program Kesehatan dan Kuat
d. Program KB dan anak
2. Berapakah UPT Badan POM (Balai/Balai Besar)?
a. 33 c. 30
b. 32 d. 31
3. Apkah kepanjangan dari HCM ?
a. Human Capital Management
b. Human Cold Management
c. Human Celcius Man
d. Home Capital Management
Modul UD Tk.I dan UPKP BPOM RI
RPJMN 26