rencana strategis kementerian perhubungan bidang...
TRANSCRIPT
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIADirektorat Jenderal PerkeretaapianJl. Medan Merdeka Barat No.8 Jakarta Pusat 10110
RENCANA STRATEGISKEMENTERIAN PERHUBUNGAN BIDANG PERKERETAAPIANTAHUN 2015-2019
KEP
UTU
SAN
DIR
JEN P
ERK
ERETA
A[IA
N N
OM
OR
: PR
.00
4/SK
.31
8/D
JKA
/12
/15
R
ENC
AN
A STR
ATEG
IS KEM
ENTER
IAN
ERH
UB
UN
GA
N B
IDA
NG
PER
KER
ETAA
PIA
N TA
HU
N 2
01
5-2
01
9
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERKERETAAPIAN
NOMOR : PR.004/SK.318/DJKA/12/15
TENTANG
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
BIDANG PERKERETAAPIAN TAHUN 2015 – 2019
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
DIREKTUR JENDERAL PERKERETAAPIAN,
Menimbang : bahwa dalam rangkamelaksanakan Keputusan Menteri
Perhubungan Nomor KP 430 Tahun 2015 tentang Rencana
StrategisKementerian Perhubungan Tahun 2015 – 2019, perlu
ditetapkan Rencana Strategis Kementerian Perhubungan
Bidang Perkeretaapian Tahun 2015 – 2019 dengan Keputusan
Direktur Jenderal Perkeretaapian;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4286);
2. Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);
4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4722);
5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4406);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Perkeretaapian (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 129, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5048);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 176, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5086);
10. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015 – 2019 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 3);
11. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8);
12. Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2015 tentang Kementerian Perhubungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 75);
13. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 31 Tahun 2006 tentang Pedoman dan Proses Perencanaan di Lingkungan Departemen Perhubungan;
14. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 49 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Departemen Perhubungan Tahun 2005-2025;
15. Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 189 tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan;
16. Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan dan Penelaahan Rencana Strategis Kementerian/Lembaga (Renstra K/L) Tahun 2015-2019;
17. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP 430 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Tahun 2015 – 2019.
M E M U T U S K A N :
Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERKERETAAPIAN
TENTANG RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN
PERHUBUNGAN BIDANG PERKERETAAPIAN TAHUN
2015 – 2019
PERTAMA : Menetapkan Rencana Strategis Kementerian Perhubungan
Bidang Perkeretaapian Tahun 2015 – 2019 sebagaimana
tercantum dalam Lampiran Keputusan ini.
KEDUA : Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Bidang
PerkeretaapianTahun 2015 – 2019sebagaimana dimaksud
dalam Diktum PERTAMA wajib digunakan sebagai pedoman
oleh setiap unit kerja di lingkungan Ditjen Perkeretaapian
Kementerian Perhubungan.
KETIGA : Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Bidang
PerkeretaapianTahun 2015 – 2019akan dievaluasi secara
berkala sesuai dengan perkembangan lingkungan strategis
yang terjadi.
KEEMPAT : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di:J A K A R T A
Pada tanggal :31 Desember 2015
--------------------------------------------------------
Salinan Keputusan ini disampaikan kepada :
1. Menteri Perhubungan;
2. Sekretaris Jenderal Kementerian Perhubungan;
3. Sekretaris Direktorat Jenderal Perkeretaapian;
4. Para Direktur di Lingkungan Direktorat Jenderal Perkeretaapian.
RENC
ANA
STRA
TEGI
S
DIRE
KTO
RAT
JEND
ERAL
PERK
ERET
AAPI
AN
2015
-
2019
i
RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 i
KATA PENGANTAR
Berdasarkan pada UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasonal, maka Rencana Strategis (Renstra) Kementerian
Perhubungan Bidang Perkeretaapian tahun 2015–2019 merupakan dokumen
perencanaan untuk Unit Kerja Eselon I Direktorat Jenderal Perkeretaapian untuk
periode 5 (lima) tahun. Renstra Kementerian Perhubungan Bidang Perkeretaapian
tahun2015-2019 memuat tujuan, sasaran, strategi, kebijakan, program, dan
kegiatan pembangunan sesuai dengan tugas dan fungsi Direktorat Jenderal
Perkeretaapian yang disusun dengan berpedoman pada Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2015-2019 serta Renstra Kementerian
Perhubungan tahun 2015-2019.
Dalam penyusunan dokumen Renstra Kementerian Perhubungan Bidang
Perkeretaapian tahun 2015–2019 ini, disamping dilandasipada tugas dan fungsi
Direktorat Jenderal Perkeretaapian, juga memperhatikan pemetaan
perkembangan lingkungan strategis, prioritas nasional, dan isu-isu strategis di
bidang perkeretaapian. Selain itu, penyusunan Renstra Kementerian Perhubungan
Bidang Perkeretaapian juga mengacu pada arah kebijakan yang ditetapkan dalam
Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) 2005–2025 sesuai Undang-
Undang Nomor 17 Tahun 2007.
Dengan ditetapkannya Renstra Kementerian Perhubungan Bidang Perkeretaapian
tahun2015–2019 ini maka selanjutnya dokumen ini harus menjadi acuan dalam
penyusunan program masing-masing unit kerja di lingkungan Direktorat Jenderal
Perkeretaapian serta Rencana Kerja dan Anggaran setiap tahun mulai Tahun 2015
hingga Tahun 2019.
Melalui upaya artikulasi dan penterjemahan seluruh amanat di dalam Renstra
Kementerian Perhubungan Bidang Perkeretaapian tahun 2015–2019 ini ke dalam
sasaran program dan target kinerja dalam 5 (lima) tahun ke depan, seluruh jajaran
Direktorat Jenderal Perkeretaapian diharapkan dapat ikut serta mensukseskan visi
pembangunan nasional dalam menciptakan Indonesia yang berdaulat, mandiri,
dan berkepribadian berlandaskan gotong royong.
DIREKTUR JENDERAL PERKERETAAPIAN
HERMANTO DWIATMOKO
RENC
ANA
STRA
TEGI
S
DIRE
KTO
RAT
JEND
ERAL
PERK
ERET
AAPI
AN
2015
-
2019
ii
RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 ii
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................... 1
1.1 KONDISI UMUM ......................................................................................... 1
1.1.1 PERKERETAAPIAN INDONESIA DARI MASA KE MASA ................... 1
1.1.2 POSISI DOKUMEN RENSTRA DITJEN PERKERETAAPIAN
2015-2019 ..................................................................................... 4
1.1.3 KONDISI EKSISTING PERKERETAAPIAN NASIONAL ....................... 6
1.2 POTENSI DAN PERMASALAHAN............................................................... 23
1.2.1 PERKEMBANGAN LINGKUNGAN STRATEGIS GLOBAL ................. 23
1.2.2 PERKEMBANGAN LINGKUNGAN STRATEGIS NASIONAL ............. 26
1.2.3 PERKEMBANGAN LINGKUNGAN STRATEGIS SEKTOR
TRANSPORTASI ........................................................................... 31
1.2.4 ISU STRATEGIS BIDANG PERKERETAAPIAN ................................. 34
BAB 2 VISI, MISI DAN SASARAN PEMBANGUNAN ................................................ 42
2.1 VISI DAN MISI PRESIDEN, SERTA SASARAN PEMBANGUNAN
NASIONAL ................................................................................................ 42
2.1.1 VISI DAN MISI PRESIDEN ............................................................. 42
2.1.2 AGENDA PRIORITAS PEMBANGUNAN (NAWA CITA) .................. 42
2.1.3 SASARAN PEMBANGUNAN NASIONAL ....................................... 44
2.2 SASARAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN 2015-2019 ............... 45
2.3 SASARAN DITJEN PERKERETAAPIAN TAHUN 2015-2019 ......................... 48
BAB 3 ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI, DAN KERANGKA
KELEMBAGAAN ........................................................................................... 50
3.1 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL TAHUN 2015-2019 ........... 50
3.1.1 ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL ........................... 50
3.1.2 STRATEGI PEMBANGUNAN NASIONAL ....................................... 53
3.2 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERHUBUNGAN
TAHUN 2015-2019 .................................................................................. 55
3.2.1 KESELAMATAN DAN KEAMANAN ............................................... 56
3.2.2 PELAYANAN TRANSPORTASI ....................................................... 59
3.2.3 KAPASITAS TRANSPORTASI ......................................................... 64
3.3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI BIDANG PERKERETAAPIAN TAHUN
2015-2019 ................................................................................................ 68
RENC
ANA
STRA
TEGI
S
DIRE
KTO
RAT
JEND
ERAL
PERK
ERET
AAPI
AN
2015
-
2019
iii
RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 iii
3.3.1 ARAH KEBIJAKAN UMUM ........................................................... 68
3.3.2 STRATEGI .................................................................................... 69
3.4 KERANGKA REGULASI PERKERETAAPIAN ................................................ 74
3.4.1 STRUKTUR REGULASI EKSISTING ................................................ 74
3.4.2 KEBUTUHAN PENGUATAN REGULASI ......................................... 74
3.5 KERANGKA KELEMBAGAAN PERKERETAAPIAN ....................................... 79
3.5.1 STRUKTUR KELEMBAGAAN EKSISTING ....................................... 79
3.5.2 KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN ....................... 82
BAB 4 TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN ......................................... 84
4.1 TARGET KINERJA DITJEN PERKERETAAPIAN 2015-2019 .......................... 84
4.1.1 TARGET KINERJA PROGRAM (OUTCOME) .................................. 84
4.1.2 TARGET PENCAPAIAN SASARAN ................................................. 85
4.2 KERANGKA PENDANAAN ......................................................................... 88
4.2.1 KEBUTUHAN PENDANAAN PERKERETAAPIAN 2015-2019 ......... 88
4.2.2 PEMBAGIAN PORSI PENDANAAN PERKERETAAPIAN 2015-2019 89
4.3 RENCANA PENGEMBANGAN JARINGAN KERETA API TAHUN 2015-201990
4.3.1 PULAU SUMATERA ................................................................... 901
4.3.2 PULAU JAWA ............................................................................ 912
4.3.3 PULAU KALIMANTAN ................................................................ 933
4.3.4 PULAU SULAWESI ..................................................................... 934
4.3.5 PULAU PAPUA ........................................................................... 945
4.4 RENCANA PENGEMBANGAN INTEGRASI ANTARMODA TAHUN
2015-2019 ............................................................................................. 955
4.5 RENCANA PENGEMBANGAN JARINGAN KERETA API OLEH
PEMDA/SWASTA/BUMN TAHUN 2015-2019 .......................................... 97
BAB 5 PENUTUP .................................................................................................. 99
5.1 ARAHAN DIREKTUR JENDERAL PERKERETAAPIAN ................................ 100
5.2 MEKANISME EVALUASI RENSTRA .......................................................... 101
RENC
ANA
STRA
TEGI
S
DIRE
KTO
RAT
JEND
ERAL
PERK
ERET
AAPI
AN
2015
-
2019
iv
RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 iv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Rencana dan Realisasi Pembiayaan oleh Swasta ..................................... 7
Tabel 1.2 Capaian Pelaksanaan Kegiatan Ditjen Perkeretaapian 2010-2014 .... 9
Tabel 1.3 Capaian Target Kinerja Ditjen Perkeretaapian Tahun 2010-2014 ... 12
Tabel 1.4 Perkembangan Penyediaan Prasarana Perkeretaapian 2009-2014 17
Tabel 1.5 Perkembangan Penyediaan Armada Kereta Api 2011-2014 ............ 18
Tabel 1.6 Perkembangan Sertifikasi SDM Perkeretaapian Tahun 2007-2014 19
Tabel 1.7 Perkembangan Produksi Angkutan Penumpang Kereta Api ............ 20
Tabel 1.8 Perkembangan produksi angkutan barang kereta api ....................... 21
Tabel 1.9 Perkembangan Tingkat Pelayanan Kereta Api ....................................... 22
Tabel 1.10 Perkembangan data kecelakaan kereta api ............................................ 23
Tabel 2.1 Sembilan Agenda Prioritas Nasional (NAWACITA) 2015-2019........ 43
Tabel 3.1 Strategi Penyelenggaraan Perkeretaapian Tahun 2015-2019 .......... 69
Tabel 3.2 Sasaran dan Indikator Kinerja Utama Perkeretaapian Tahun
2015-2019 ............................................................................................................ 71
Tabel 3.3 Kerangka Kebutuhan Penguatan Regulasi Perkeretaapian ............... 76
Tabel 3.4 Matriks Kerangka Regulasi Bidang Perkeretaapian.............................. 77
Tabel 4.1 Target Kinerja Program (Outcome) Ditjen Perkeretaapian
2015-2019 ............................................................................................................ 84
Tabel 4.2 Target Kinerja Pencapaian Sasaran Program Ditjen
Perkeretaapian ................................................................................................... 86
Tabel 4.3 Perkiraan Kebutuhan Pembiayaan Perkeretaapian 2015-2019
(Milyar Rp) ............................................................................................................ 88
RENC
ANA
STRA
TEGI
S
DIRE
KTO
RAT
JEND
ERAL
PERK
ERET
AAPI
AN
2015
-
2019
v
RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Posisi Dokumen Renstra Ditjen Perkeretaapian 2015-2019 ............... 5
Gambar 2.1 Sinkronisasi Sasaran RPJMN Tahun 2015-2019 dengan Renstra
Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019 ....................................... 47
Gambar 3.1 Strategi Pembangunan Nasional ................................................................. 55
Gambar 3.2 Uraian Regulasi Bidang Perkeretaapian .................................................... 75
Gambar 3.3 Struktur Kelembagaan Penyelenggaraan Perkeretaapian
Indonesia .............................................................................................................. 81
Gambar 3.4 Bentuk Generik Kelembagaan UPT Balai Ditjen Perkeretaapian ..... 83
Gambar 4.1 Skenario Pemenuhan Kebutuhan Pendanaan Perkeretaapian ......... 89
Gambar 4.2 Rencana Kegiatan Pembangunan Perkeretaapian di Pulau
Sumatera 2015-2019 ........................................................................................ 91
Gambar 4.3 Rencana Kegiatan Pembangunan Perkeretaapian di Pulau Jawa
2015-2019 ............................................................................................................ 92
Gambar 4.4 Rencana Kegiatan Pembangunan Perkeretaapian di Pulau
Kalimantan 2015-2019 .................................................................................... 93
Gambar 4.5 Rencana Kegiatan Pembangunan Perkeretaapian di Pulau
Sulawesi 2015-2019 .......................................................................................... 94
Gambar 4.6 Rencana Kegiatan Pembangunan Perkeretaapian di Pulau
Papua 2015-2019 .............................................................................................. 95
Gambar 4.7 Rencana Pengembangan Jalur KA menuju Pelabuhan
2015-2019 ............................................................................................................ 96
Gambar 4.8 Rencana Pengembangan Jalur KA menuju Bandara 2015-2019 ..... 97
RENC
ANA
STRA
TEGI
S
DIRE
KTO
RAT
JEND
ERAL
PERK
ERET
AAPI
AN
2015
-
2019
1
RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 KONDISI UMUM
1.1.1 PERKERETAAPIAN INDONESIA DARI MASA KE MASA
Sejarah perkeretaapian di Indonesia sudah cukup panjang. Sejak pertama kali
dioperasikan pada tanggal 10 Agustus 1867 (pada Lintas Kemijen-Tanggung)
hingga saat ini berbagai perkembangan dan perubahan telah terjadi baik dari sisi
fisik jaringan pelayanan maupun sistem pengelolaannya.
Di era penjajahan Belanda pada abad ke-19 hinga awal abad ke-20,
perkeretaapian di Indonesia mencapai masa keemasannya, di mana pada masa
itu jaringan kereta api pernah tersebar selain di Jawa dan Sumatera, hingga
Sulawesi, Madura, dan bahkan direncanakan hingga Kalimantan dan Bali. Peran
moda kereta api pada masa itu sangat dominan, baik sebagai media utama
pergerakan penumpang maupun barang, khususnya perkebunan, termasuk untuk
kepentingan pertahanan dan keamanan. Peran sentral kereta api tersebut, masih
bertahan hingga jaman penjajahan dan era orde lama sampai dengan
pertengahan dekade 1960-an.
Pesatnya perkembangan industri otomotif dunia yang dipertegas oleh hegemoni
ekonomi minyak dan gas bumi pada dekade 1970-an hingga 1990-an, secara
perlahan namun pasti telah menyebabkan peran moda kereta api semakin terkikis
di bumi pertiwi. Sebagian besar lintas cabang ditutup pengoperasiannya pada era
tersebut karena kalah bersaing dengan fleksibilitas moda jalan.
Pada Tahun 2005, sejak dibentuknya Direktorat Jenderal Perkeretaapian, dapat
dikatakan sebagai momentum awal kebangkitan perkeretaapian nasional. Sejak
saat itu hinggga sekarang berbagai upaya revitalisasi perkeretaapian nasional
sudah diupayakan. Tahun 2007, diterbitkan Undang-Undang No. 23 Tahun 2007
tentang Perkeretaapian yang menjadi landasan era baru perkeretaapian nasional
dengan diperkenalkannya sistem multi operator di mana peran Pemda dan
Swasta dibuka seluas-luasnya untuk ikut serta berperan dalam penyelenggaraan
perkeretaapian.
RENC
ANA
STRA
TEGI
S
DIRE
KTO
RAT
JEND
ERAL
PERK
ERET
AAPI
AN
2015
-
2019
2
RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 2
Kegiatan peningkatan dan rehabilitasi sudah berhasil mengurangi secara
signifikan backlog prasarana perkeretaapian. Sejumlah lintas cabang sudah
direaktivasi, layanan kereta api perkotaan (baik di Jabodetabek maupun di
wilayah perkotaan lainnya) sudah ditingkatkan kapasitasnya. Program
peningkatan keselamatan perkeretaapian juga sudah mampu menekan tingkat
kecelakaan kereta api hingga level yang sangat minimal.
Berikut disampaikan capaian besar (big-wins) di bidang perkeretaapian yang
pantas dicatat dalam beberapa tahun terakhir:
- Pembentukan PT KAI Commuter Jabodetabek (PT. KCJ) pada Tanggal 12
Agustus 2008 sebagai pemisahan (spin-off) dari PT. KAI (Persero) dapat
dikatakan sebagai upaya awal penyelenggaraan perkeretaapian secara
multioperator di Indonesia, dan hingga kini layanan kereta api
Jabodetabek terus mengalami peningkatan kualitas maupun kuantitas
layanan;
- Pada Tahun 2009 telah ditetapkan 2 (dua) Peraturan Pemerintah (PP) yakni
PP No. 56 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Perkeretaapian dan PP
No. 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api yang
menjadi landasan pelaksanaannya dari UU No. 23 Tahun 2007 tentang
Perkeretaapian. Hingga akhir 2014 sudah sebanyak 63 Peraturan Menteri
(PM) yang sudah ditetapkan sebagai dasar pengaturan teknis dalam
penyelenggaraan perkeretaapian, termasuk Permenhub No. PM 43 Tahun
2011 tentang Rencana Induk Perkeretaapian Nasional (RIPNas) yang
menjadi acuan bagi pembangunan seluruh elemen penyelenggaraan
perkeretaapian nasional (jaringan prasarana dan layanan, regulasi,
kelembagaan, SDM, sarana, teknologi, investasi, dlsb) hingga Tahun 2030;
- Dioperasikannya KA Akses Bandara Bandara Kualanamu pada 25 Juli 2013
(oleh PT. Raillink) yang merupakan kereta api bandara pertama di
Indonesia yang akan diikuti bandara-bandara lainnya di Indonesia;
- Pelaksanaan konstruksi MRT (Mass Rapid Transit) Jakarta pada bulan
September 2013 telah berhasil memupus kebutuhan selama lebih dari 30
tahun perencanaan pembangunan sistem angkutan massal ini;
- Dioperasikannya ujicoba KA Perintis Aceh pada 1 Desember 2013 di lintas
pelayanan Krueng Mane-Bungkah-Krueng Geukueh (11,30 km)
merupakan layanan kereta api perintis pertama yang dioperasikan di
Indonesia;
RENC
ANA
STRA
TEGI
S
DIRE
KTO
RAT
JEND
ERAL
PERK
ERET
AAPI
AN
2015
-
2019
3
RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 3
- Ditetapkannya pemenang tender jalur KA Puruk Cahu-Bangkuang-Lupak
Dalam pada Agustus 2014 menjadi proyek KPS (Kerjasama Pemerintah
dan Swasta) pertama yang berhasil dilakukan oleh Pemerintah Daerah;
- Pelaksanaan ground breaking pembangunan jalur kereta api Makassar-
Parepare pada Tanggal 12 Agustus 2014 merupakan titik tolak bagi
pengembangan jalur KA Trans Sulawesi;
- Diselesaikannya pembangunan double-track Lintas Utara Jawa sepanjang
725 kilometer yang ditandai oleh perampungan ruas rel ganda
Kandangan-Pasar Turi pada Tanggal 3 September 2014 merupakan bukti
komitmen dan kemampuan dari seluruh stakeholders perkeretaapian
Indonesia untuk menyelesaikan mega proyek ini hanya dalam tempo
kurang dari 3 tahun.
Selain berbagai hasil positif tersebut di atas, tentu saja masih terdapat pula
beberapa rencana dan tugas yang belum berhasil diselesaikan sampai dengan
saat ini, diantaranya adalah pemisahan Badan Usaha Penyelenggara (BUP)
prasarana dengan BUP sarana pada jalur eksisting sesuai amanat UU No. 23
Tahun 2007, penuntasan pelaksanaan Perpres No. 83 Tahun 20111 khususnya
pada Lingkar Layang Jabodetabek, pembangunan KA akses Bandara, akses KA ke
pelabuhan Tanjung Priok hingga Lini 2 (Container Yard), penanganan perlintasan
sebidang, revitalisasi sejumlah UPT Dry Port, dan lain sebagainya.
Di masa datang, peran perkeretaapian nasional kembali diharapkan hadir kembali
sebagaimana masa keemasannya dulu, baik untuk angkutan penumpang maupun
barang.GIZ (2013) memprediksi bahwa Tahun 2019 sebanyak 17 kota di Indonesia
sudah bertranformasi menjadi kota Metropolitan, sehingga sudah sepantasnya
kota-kota tersebut memiliki sistem angkutan massal berbasis rel sebagaimana
layaknya kota-kota modern. Di sisi lain, beratnya beban pada jaringan jalan
nasional, khususnya di Jawa dan Sumatera, mengharuskan adanya sistem layanan
kereta api yang cukup ekstensif. Sedangkan Kalimantan, Sulawesi, Papua, dan
pulau-pulau lainnya pun membutuhkan kehadiran moda kereta api untuk
mendukung laju perekonomiannya masing-masing.
Agenda presiden terpilih 2015-2019 untuk mengedepankan kebijakan
pengembangan transportasi massal yang terintegrasi, berimbang, aman, nyaman,
merata, efisienadalah sinyal bahwa dalam 5 tahun ke depan bukan hanya
1 Perpres No. 83 Tahun 2011 tentang Penugasan Kepada PT. Kereta Api Indonesia (Persero) untuk
Menyelenggarakan Prasarana dan Sarana Kereta Api Bandar Udara Soekarno-Hatta dan Jalur
Lingkar Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi
RENC
ANA
STRA
TEGI
S
DIRE
KTO
RAT
JEND
ERAL
PERK
ERET
AAPI
AN
2015
-
2019
4
RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 4
transportasi laut, melalui program tol laut, yang akan diprioritaskan, tetapi juga
transportasi kereta api antar kota dan perkotaan.
1.1.2 POSISIDOKUMEN RENSTRA DITJEN PERKERETAAPIAN 2015-2019
Dokumen Rencana Strategis (Renstra) Ditjen Perkeretaapian 2015-2019 sebagai
instansi pemerintahan sebagaimana dinyatakan pada PP No. 40 Tahun 2006
tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional adalah dokumen
perencanaan untuk periode 5 (lima) tahun yang berisi visi, misi, tujuan, strategi,
kebijakan, serta program dan kegiatan pokok sesuai dengan tugas dan fungsinya
dengan berpedoman pada RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional) dan tentu saja Renstra dari unit atasannya, yakni Renstra Kementerian
Perhubungan.
Tugas dan fungsi Ditjen Perkeretaapian sebagaimana diatur dalam Peraturan
Menteri Perhubungan Nomor PM 189 tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Perhubungan adalah merumuskan serta melaksanakan
kebijakan dan standardisasi teknis di bidang perkeretaapian melalui beberapa
fungsi berkaitan dengan perumusan kebijakan, pembinaan dan penyelenggaraan,
perumusan NSPK, pengujian dan sertifikasi bidang keselamatan, lalu lintas dan
angkutan kereta api, prasarana dan sarana perkeretaapian.
Selain itu, Ditjen Perkeretaapian adalah pemegang mandat tertinggi dalam
membina penyelenggaraan perkeretaapian nasional sebagaimana disebutkan
dalam pasal 13 UU No. 23 Tahun 2007 tetang Perkeretaapian, yang diantaranya
bertugas melakukan pengaturan, pengendalian, dan pengawasan, dimana dalam
hal belum ada badan usaha maka Pemerintah dalam menyelenggarakan
prasarana dan/atau sarana perkeretaapian.
Renstra sebagai dokumen perencanaan pembangunan jangka menengah, perlu
memperhatikan keselarasannya dengan dokumen perencanaan jangka panjang
yang telah ada, di mana untuk perkeretaapian sudah ditetapkan Permenhub No.
PM 43 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Perkeretaapian Nasional (RIPNas) yang
memberikan arahan pengembangan perkeretaapian nasional hingga Tahun 2030.
Sedangkan dalam skala Kementerian sudah ditetapkan Kepmenhub No. KM 49
Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Departemen
Perhubungan, dan Indonesia sudah memiliki Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 yang telah ditetapkan melalui UU No. 17
Tahun 2007.
RENC
ANA
STRA
TEGI
S
DIRE
KTO
RAT
JEND
ERAL
PERK
ERET
AAPI
AN
2015
-
2019
5
RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 5
Gambar 1.1 menyampaikan positioning dari dokumen Renstra Ditjen
Perkeretaapian 2015-2019 ini baik dalam konteks manajemen kinerja organisasi
sebagai bagian dari Pemerintah dalam menjalankan tugas dan fungsi maupun
dalam konteks Ditjen Perkeretaapian sebagai pemegang mandat tertinggi
sebagai pembina penyelenggaraan perkeretaapian nasional sesuai amanat UU No
23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian.
Gambar 1.1Posisi Dokumen Renstra Ditjen Perkeretaapian 2015-2019
Dapat disimpulkan bahwa Renstra Ditjen Perkeretaapian 2015-2019 ini adalah
dokumen induk dari seluruh kegiatan yang berkaitan dengan penyelenggaraan
perkeretaapian dalam perioda tersebut, baik yang dilakukan Pemerintah, Swasta,
maupun Pemerintah Daerah. Oleh karenanya cukup penting bagi seluruh
pemangku kepentingan memperhatikan muatan dalam dokumen Renstra ini agar
RPJMN I(2005-2009)
RPJMN II(2010-2014)
RPJMN III(2015-2019)
RPJMN IV(2020-2024)
RENSTRA KEMENHUB(2005-2009)
RENSTRA KEMENHUB(2010-2014)
RENSTRA KEMENHUB(2015-2019)
RENSTRA KEMENHUB(2020-2024)
RENSTRA DITJEN KA
(2005-2009)
RENSTRA DITJEN KA
(2010-2014)
RENSTRA DITJEN KA
(2015-2019)
RENSTRA DITJEN KA
(2020-2024)
RPJPN (2005-2025)
RPJP DEPHUB (2005-2025)
KM 49/2008UU 17/2007
Perpres 5/2010
Perpres 7/2005
KM 43/2005
KM 7/2010
RIPNAS(2011-2030)
PM 43/2011
AGENDA RIPNAS
(2011-2014)
AGENDA RIPNAS
(2015-2019)
AGENDA RIPNAS
(2020-2024)
RENC
ANA
STRA
TEGI
S
DIRE
KTO
RAT
JEND
ERAL
PERK
ERET
AAPI
AN
2015
-
2019
6
RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 6
pelaksanaan peranan masing-masing pihak dapat dilakukan saling bersinergi
sehingga tercapai tujuan dan sasaran yang ditetapkan dalam rangka memberikan
manfaat sebesar-besarnya bagi masyarakat luas.
1.1.3 KONDISI EKSISTING PERKERETAAPIAN NASIONAL
1.1.3.1 CAPAIAN PERIODA RENSTRA 2010-2014
Sebagai dokumen perencanaan yang berkelanjutan, maka Renstra Ditjen
Perkeretaapian 2015-2019 harus memperhatikan berbagai capaian dan juga
permasalahan dan kendala pada perioda Renstra sebelumnya (2010-2014). Hal ini
diperlukan untuk mengetahui kondisi tahun dasar (base-line) serta mengambil
pelajaran atas berbagai permasalahan yang dihadapi pada perioda sebelumnya.
A. RENCANA, ALOKASI, DAN PENYERAPAN APBN
Gambar 1.2 disampaikan grafik perbandingan antara rencana alokasi anggaran
yang dituangkan dalam dokumen Renstra 2010-2014, dengan alokasi APBN
dalam DIPA Ditjen Perkeretaapian, serta dengan realisasi penyerapan anggaran
setiap tahunnya.
Rencana, alokasi, dan realisasi APBN
Ditjen Perkeretaapian 2010-2014
Secara statistik terdapat korelasi yang sangat tinggi antara rencana dan alokasi
APBN Ditjen Perkeretaapian, di mana koefisien korelasinya (r) mencapai angka
0,98 (mendekati 1), yang artinya bahwa sesungguhnya hampir semua rencana
RENC
ANA
STRA
TEGI
S
DIRE
KTO
RAT
JEND
ERAL
PERK
ERET
AAPI
AN
2015
-
2019
7
RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 7
pendanaan APBN Ditjen Perkeretaapian yang direncanakan dalam Renstra 2010-
2014 terpenuhi oleh alokasi DIPA-APBN.Namun perlu dicatat, bahwa prestasi
penyerapan anggaran oleh seluruh satuan kerja di Lingkungan Ditjen
Perkeretaapian rata-rata sekitar 72% (relatif rendah dibandingkan dengan daya
serap rata-rata Unit Eselon I di Kementerian Perhubungan sekitar 87-88%).
Daya serap anggaran ini perlu diupayakan peningkatannyadi masa datang agar
berbagai kegiatan prioritas dapat diselesaikan tepat waktu dan segera dirasakan
manfaatnya oleh masyarakat.
B. RENCANA DAN REALISASI PEMBIAYAAN OLEH SWASTA
Deskripsi rencana (yang dimuat dalam Renstra 2010-2014) dan realisasi
pengembangan prasarana dan sarana perkeretaapian yang dilakukan oleh Swasta
disampaikan pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1Rencana dan Realisasi Pembiayaan oleh Swasta
KEGIATAN RENCANA RENSTRA 2010-2014 REALISASI
PENGEMBANGAN PRASARANA
Jalur KA batubara • Rencana 9 jalur KA
• Panjang 1828 km
2 jalur proses tender KPS, 1 jalur
PFI/swasta murni
Jalur KA perkotaan LRT/Monorel Jakarta (24 km) Dilanjutkan konstruksinya
PENGEMBANGAN SARANA
Rehab sarana • Lokomotif 25 unit
• Kereta 16 unit
• Kereta pembangkit/ bagasi 4 unit
N/A
Pengadaan sarana • Lokomotif 150 unit
• Kereta 452 unit
• Kereta pembangkit/ bagasi 44
unit
• Gerbong 2400 unit
Realisasi oleh PT. KAI:
• Lokomotif 150 unit
• Gerbong 2400 unit
• Kereta dan kereta pembangkit: N/A
Pengadaan KRL 650 unit 664 unit (oleh PT. KCJ)
Sampai dengan Akhir Tahun 2014 rencana pengembangan prasarana
perkeretaapian, yakni jalur kereta api batubara, oleh swastabelum ada yang yang
sampai tahap operasional, sebagian sudah ada progress sampai proses tender
atau konstruksi. Sedangkan untuk kereta api perkotaan, yakni dimulainya
pembangunan LRT Jakarta, Depok, Bogor dan Bekasi dan LRT Provinsi Sumatera
Selatan. Perlu dicatat, bahwa terdapat beberapa aktivitas investasi yang dilakukan
swasta (melalui KPS ataupun swasta murni/PFI) diantaranya MRT Jakarta, KA
Bandara Kualanamu, dan KA Bandara Soekarno-Hatta.
Pengadaan sarana dan KRL oleh Swasta (terutama oleh PT. KCJ dan PT. KAI)
umumnya memiliki realisasi yang sesuai/lebih besar dari yang direncanakan
dalam Renstra 2010-2014.
RENC
ANA
STRA
TEGI
S
DIRE
KTO
RAT
JEND
ERAL
PERK
ERET
AAPI
AN
2015
-
2019
8
RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 8
Berdasarkan data progress tersebut, mengisyaratkan bahwa dalam situasi
ekonomi dan politik Indonesia 5 tahun belakangan, investasi prasarana dianggap
cukup beresiko oleh para investor swasta (baik melalui skema KPS ataupun PFI),
sedangkan dengan investasi pada sarana (di mana jalurnya sudah ada serta
market sudah terbentuk) relatif lebih menarik. Sehingga dalam jangka waktu 5
tahun ke depan peran pemerintah dalam pengembangan jaringan prasarana
masih akan sangat diperlukan, sedangkan swasta akan cukup berminat untuk
mengoperasikan sarana pada jalur eksisting yang sudah padat.
C. PELAKSANAAN KEGIATAN DITJEN PERKERETAAPIAN 2010-2014
Pada Tabel 1.2 disampaikan rangkuman dari hasil pelaksanaan kegiatan yang
dilakukan oleh Ditjen Perkeretaapian selama perioda Renstra 2010-2014. Secara
umum capaian pelaksanaan kegiatan oleh Ditjen Perkeretaapian telah mencapai
target yang ditetapkan.
Terdapat beberapa kegiatan yang mendapatkan catatan karena capaian
pelaksanaannya jauh dari target yang diharapkan, di mana penyebabnya lebih
dikarenakan hambatan dalam berkoordinasi dengan pihak di luar Ditjen
Perkeretaapian. Sebagai contoh, pelaksanaan kegiatan rehabilitasi jalur kereta api,
yang seharusnya menjadi tugas dari penyelenggara prasarana perkeretaapian.
Kegiatan melalui skema PHLN (Pinjaman dan Hibah Luar Negeri) sepertinya masih
terdapat hambatan dalam proses pengadaan. Hal ini disebabkan oleh sinkronisasi
jadual alokasi pendanaan serta persyaratan tender yang harus menyesuaikan
ketentuan dari pemberi dana. Sebaiknya, target kegiatan melalui PHLN dibuat
lebih longgar, sehingga tidak menjadi beban terhadap kinerja keseluruhan.
Target kegiatan pengadaan sarana perkeretaapian oleh Ditjen Perkeretaapian
juga mengalami hambatan, terkait dengan ketentuan dalam UU No. 23 Tahun
2007 yang menyatakan bahwa kegiatan pengadaan sarana merupakan lingkup
tanggung jawab penyelenggara sarana (bukan domain Pemerintah sebagai
pembina). Perlu disediakan regulasi khusus untuk mengatasi kendala ini, karena
ke depan peran pemerintah masih sangat diperlukan untuk pengadaan sarana
untuk layanan kelas ekonomi/PSO dan juga perintisan.
REN
CA
NA
ST
RA
TEG
IS K
EM
EN
HU
B B
IDA
NG
PER
KER
ET
AA
PIA
N 2
01
5-2
01
9
9
Tabel 1.2Capaian Pelaksanaan Kegiatan Ditjen Perkeretaapian 2010-2014
Indikator Satuan
Pencapaian per Tahun Total
Pencapaian
2010-2014
Target
Renstra
2010 – 2014
%
Pencapaian Keterangan
2010 2011 2012 2013 2014
Panjang km jalur KA baru yang
dibangun termasuk jalur ganda
Km'sp 81 135 103 497 106 922 1.021 90
Panjang km jalur KA yang
ditingkatkan kondisinya/
keandalannya termasuk
reaktivasi
Km'sp 297 140 79 75 356 947 916 103
Panjang km jalur KA yang
direhabilitasi
Km'sp 11 4 20 - 38 73 77 95 Rehab jalur KA termasuk
kegiatan perawatan yang
menjadi tanggung jawab
penyelenggara prasarana
Jumlah km'sp pengadaan rel Km'sp 168 100 550 155 332 1305 859 152
Jumlah unit pengadaan wesel Unit 163 20 232 420 - 835 556 150
Jumlah unit jembatan KA yang
ditingkatkan/ direhabilitasi dan
dibangun
Unit 89 70 140 123 82 504 333 151
Jumlah paket pekerjaan
peningkatan persinyalan dan
telekomunikasi
Paket 27 26 69 65 29 216 210 103
Jumlah paket pekerjaan
peningkatan/pembangunan
pelistrikan
Paket 10 9 14 13 10 56 49 114
Jumlah paket
pembangunan/rehabilitasi
bangunan operasional/stasiun
Paket 11 12 9 10 13 55 58 95
REN
CA
NA
ST
RA
TEG
IS K
EM
EN
HU
B B
IDA
NG
PER
KER
ET
AA
PIA
N 2
01
5-2
01
9
10
Jumlah paket pengadaan
peralatan/fasilitas
prasarana perkeretaapian
Paket 10 7 8 5 4 38 67 57 Pengadaan melalui skema
PHLN (KfW) saat ini masih
dalam proses, terdiri dari
pengadaan MTT = 7 unit,
pengadaan sparepart
perawatan track,
pengadaan peralatan
inspeksi track, dll
Jumlah unit peningkatan fasilitas
pintu perlintasan sebidang
Unit 5 4 4 - 4 17 57 30 Sesuai UU 23/2007,
penanganan perlintasan
sebidang diarahkan ke
pembangunan perlintasan
tidak sebidang melalui
pembangunan underpass/
flyover yang masuk dalam
output jembatan KA
Jumlah paket pengadaan
peralatan/fasilitas keselamatan
Paket 1 15 8 3 2 29 28 104
Jumlah paket pengadaan
peralatan/fasilitas sarana
perkeretaapian
Paket 1 6 17 6 5 35 28 125
Jumlah kereta ekonomi yang
dibangun
Unit 16 11 55 - - 115 124 93
Jumlah unit pengadaan
lokomotif, KRDI, KRDE, KRL,
Tram, Railbus, sarana kerja
Unit 3 61 20 11 12 107 148 72 Kegiatan pengadaan KRL
pada green book (PHLN)
masih dalam proses untuk
pembiayaan melalui KfW
sebanyak 10 trainset (80
unit), diperkirakan baru
akan terealisasi 2015-2019
Jumlah unit modifikasi
sarana KA
Unit - 49 - - - 49 33 148
RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 11
D. CAPAIAN SASARAN KINERJA DITJEN PERKERETAAPIAN 2010-2014
Tabel 1.3 menyampaikan daftar capaian sasaran kinerja Ditjen Perkeretaapian
untuk Tahun 2010-2014. Capaian sasaran strategis diukur melalui Indikator
Kinerja Utama (IKU) yang menjadi ukuran kuantitatif dari pelaksanaan visi dan
misi yang ditetapkan pada perioda Renstra 2010-2014. Sebagai catatan, IKU yang
digunakan pada Tahun 2010 dan Tahun 2011 menggunakan daftar IKU yang
termuat dalam Permenhub No. PM 85 Tahun 2010 tentang Penetapan Indikator
Kinerja Utama di Lingkungan Kementerian Perhubungan, sedangkan IKU untuk
Tahun 2012 hingga Tahun 2014 mengikuti daftar IKU pada Permenhub No. PM 68
Tahun 2012 yang merevisi IKU sebelumnya.
Secara umum dapat disimpulkan bahwa selama perioda 2010-2014 terdapat
perbaikan capaian kinerja untuk masing-masing IKU.Hal ini ditunjukkan oleh
adanya trendjumlah kejadian kecelakaan kereta api yang cenderung menurun,
ketepatan waktu keberangkatan dan kedatangan kereta api yang terus
meningkat, aktivitas sertifikasi yang semakin bertambah, jumlah lintas pelayanan
komersil/PSO/perintis yang semakin meluas dan bertambah, penyediaan
kapasitas maupun panjang jalur KA yang terus mengalami pertambahan dari
tahun ke tahun. Selain itu, manfaat dari penyelenggaraan perkeretaapian pun
juga terus membaik, dilihat dari kontribusi dalam angkutan barang maupun
penumpang maupun dampaknya terhadap ekonomi dan lingkungan. Secara
internal, terdapat pula kemajuan dalam pelaksanaan reformasi birokrasi dan
pengelolaan anggaran berbasis kinerja maupun penyediaan SDM aparatur.
Yang perlu mendapatkan perhatian ke depan adalah relevansi indikator dan juga
target capaian yang ditetapkan, apakah sesuai dengan kebutuhan dan tantangan
pembangunan di masa datang. Dari sisi relevansi indikator, dalam 5 tahun ke
depan fokus presiden terpilih dan juga RPJMN adalah pada peningkatan
konektivitas dan pembenahan sistem transportasi perkotaan. Dari sisi struktur
indikator, perlu dilakukan penyesuaian dengan agenda penataan Arsitektur dan
Informasi Kinerja (ADIK) dalam Rencana Kerja Dan Anggaran Kementerian
Negara/Lembaga2
2Agenda penataan ADIK sudah diperkenalkan oleh Kementerian Keuangan dalam Permenkeu Nomor
136/PMK.02/2014 tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran K/L dimana
struktur indikator kinerja akan disusun berdasarkan logic model. Pendekatan ini juga sudah diadopsi dalam
Peraturan Menteri PPN/Bappenas No. 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan dan Penelaahan Renstra K/L
Tahun 2015-2019.
REN
CA
NA
ST
RA
TEG
IS K
EM
EN
HU
B B
IDA
NG
PER
KER
ET
AA
PIA
N 2
01
5-2
01
9
12
Tabel 1.3Capaian Target Kinerja Ditjen Perkeretaapian Tahun 2010-2014
NO SASARAN KEMENHUB
SASARAN STRATEGIS
INDIKATOR KINERJA
UTAMA (IKU) 2010 2011 2012 2013 2014
1 Meningkatnya Keselamatan,
Keamanan dan Pelayanan
sarana dan prasarana
transportasi sesuai Standar
Pelayanan Minimal (SPM)
a Meningkatnya Keselamatan
Pengoperasian Perkeretaapian
1 Jumlah kejadian kecelakaan
kereta api khususnya
kejadian anjlokan dan
kejadian tabrakan antar
kereta api
42 33 31 39 39
b Meningkatnya Keandalan
Pengoperasian Perkeretaapian
2 Prosentase realisasi
ketepatan waktu
keberangkatan dan
kedatangan kereta api (%)
39,75 40,25 75,60 62,65 60,40
3 Rata-rata keterlambatan
kereta api (menit)
58,75 54,25 44,64 17 66
c Meningkatnya Kelaikan Sarana dan
Prasarana Perkeretaapian Dalam
Upaya Meningkatkan Keselamatan
4 Jumlah sertifikat kelaikan
sarana perkeretaapian yang
dikeluarkan tepat waktu
279 970 3037 2374 3006
5 Jumlah sertifikat kelaikan
prasarana perkeretaapian
yang dikeluarkan tepat
waktu
55 5 5 9 7
2 Meningkatnya Aksesibilitas
Masyarakat terhadap
pelayanan sarana dan
prasarana transportasi guna
mendorong konektivitas
antar wilayah
d Meningkatnya Aksesibilitas
Masyarakat terhadap Pelayanan
Angkutan Kereta Api
6 Jumlah lintas pelayanan
(penambahan/perubahan
rute)
n/a n/a 168 152 186
7 Jumlah lintas PSO dan
perintis angkutan kereta api
n/a n/a 69 68 81
8 Panjang jalur KA yang
dibangun (baru maupun
jalur ganda), direvitalisasi
(reaktivasi lintas-lintas non-
operasi maupun
peningkatan daya dukung
389 279,1 225,9 571,6 461
REN
CA
NA
ST
RA
TEG
IS K
EM
EN
HU
B B
IDA
NG
PER
KER
ET
AA
PIA
N 2
01
5-2
01
9
13
NO SASARAN KEMENHUB
SASARAN STRATEGIS
INDIKATOR KINERJA
UTAMA (IKU) 2010 2011 2012 2013 2014
dan kecepatan) (km'sp)
3 Meningkatnya Kapasitas
Sarana dan Prasarana
transportasi untuk
mengurangi backlog dan
bottleneck kapasitas
infrastruktur transportasi
e Peningkatan Manfaat
Pengoperasian Perkeretaapian
Terhadap Ekonomi dari
Pengurangan Biaya Transportasi
Angkutan Barang dan Penumpang
9 Prosentase peningkatan
kontribusi moda KA dalam
angkutan barang sebagai
indikator keberhasilan
kebijakan modal-shifting ke
kereta api (%)
0,40 0,33 0,39 0,46 0,22
10 Prosentase peningkatan
kontribusi moda KA dalam
angkutan penumpang
sebagai indikator
keberhasilan kebijakan
modal-shifting ke kereta api
(%)
0,33 0,21 0,17 0,31 0,24
f Meningkatnya Kapasitas Pelayanan
Angkutan Perkeretaapian
11 Jumlah sarana
(pengadaan/modifikasi/
rehabilitasi) (unit)
21 121 85 38 24
12 Jumlah penumpang KA yang
dilayani (juta penumpang)
201 146 133 220 278
13 Jumlah angkutan barang
yang dilayani oleh KA (juta
ton)
20 17 22 24 31
4 Meningkatkan peranPemda,
BUMN, swasta, dan
masyarakat dlm penyediaan
infrastruktur sektor
transportasi sebagai upaya
meningkatkan efisiensi
dalam penyelenggaraan
transportasi
g Melanjutkan Restrukturisasi
Kelembagaan di Bidang
Perkeretaapian dalam
mengupayakan Multioperator
14 Jumlah perizinan: jumlah izin
usaha, jumlah izin
pembangunan, jumlah izin
operasi sarana/prasarana
dan jumlah rekomendasi/
persetujuan perizinan
penyelenggaraan
perkeretaapian
59 46 70 51 39
REN
CA
NA
ST
RA
TEG
IS K
EM
EN
HU
B B
IDA
NG
PER
KER
ET
AA
PIA
N 2
01
5-2
01
9
14
NO SASARAN KEMENHUB
SASARAN STRATEGIS
INDIKATOR KINERJA
UTAMA (IKU) 2010 2011 2012 2013 2014
5 Peningkatan kualitas SDM
dan melanjutkan
restrukturisasi kelembagaan
dan reformasi regulasi
h Meningkatnya Optimalisasi
Pengelolaan Akuntabilitas Kinerja,
Anggaran, dan BMN Direktorat
Jenderal Perkeretaapian
15 Nilai AKIP Direktorat
Jenderal Perkeretaapian
- 78,40 82,17 64,81 77,95
16 Tingkat penyerapan
anggaran Ditjen
Perkeretaapian (%)
85,35 77,48 89,39 87,28 88,38
17 Nilai aset Direktorat Jenderal
Perketaapian yang berhasil
diinventarisasi (T)
n/a 83 81,7 90,22 96,63
i Peningkatan Jumlah dan Kualitas
SDM Perkeretaapian yang
Bersertifikat Dalam Upaya
Meningkatkan Keselamatan dan
Keandalan Pelayanan KA
18 Jumlah sertifikat kecakapan
SDM perkeretaapian
10.225 282 1.990 2.701 2.036
j Melanjutkan Reformasi Regulasi di
Bidang Perkeretaapian
19 Jumlah peraturan
perundang-undangan di
bidang perkeretaapian yang
diterbitkan
13 39 5 7 14
6 Meningkatkan
pengembangan teknologi
transportasi yang efisien
dan ramah lingkungan
sebagai antisipasi terhadap
perubahan iklim
k Meningkatkan Pengembangan
Teknologi Perkeretaapian yang
Efisien dan Ramah Lingkungan
Sebagai Antisipasi Terhadap
Perubahan Iklim
20 Panjang jalur kereta api yang
sudah terelektifikasi (km'sp)
n/a 165,2 44 40,8 17,35
21 Jumlah penerapan teknologi
yang efisien dan ramah
lingkungan di bidang
perkeretaapian
0 keg 1 keg 74
dBA
81,4
dBA
83
dBA
RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 15
D. PERMASALAHAN DAN TANTANGAN IMPLEMENTASI RENSTRA 2010-2014
Pada beberapa butir berikut ini disampaikan daftar tantangan dan permasalahan
yang dihadapi dalam implementasi Renstra Ditjen Perkeretaapian Tahun 2010-
2014 yang lalu, diantaranya:
1. Hambatan pembebasan lahan
Beberapa target pelaksanaan pembangunan di prasarana perkeretaapian
banyak menemui kendala dari proses pengadaan lahan, diantaranya:
pembangunan double-track Pantura Jawa, jalur KA antara Batu Ceper
(Tangerang)-Bandara Soekarno Hatta, jalur KA Bandar Tinggi-Kuala
Tanjung, jalur KA Bireun – Lhokseumawe.
2. Jangka waktu pelelangan yang panjang (khususnya untuk kegiatan PHLN)
Proses pelelangan untuk beberapa kegiatan pengadaan barang dan jasa,
khususnya yang menggunakan dana PHLN cenderung lebih panjang
dibandingkan dengan proses pelelangan menggunakan dana rupiah
murni. Permasalahan ini muncul karena kompleksitas secara administrasi
dan teknis yang kasuistik dan perlu dilakukan penanganan khusus.
3. Payung hukum untuk pengadaan sarana perkeretaapian
Pengadaan sarana kereta api, khususnya untuk layanan kelas ekonomi,
pada perioda Renstra 2010-2014 mengalami hambatan dari sisi payung
hukum, karena sesuai UU No. 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian
lingkup kegiatan pengadaan sarana merupakan tugas Badan Usaha
Penyelenggara (BUP) Sarana dalam hal ini adalah PT. KAI. Namun pada
kenyataannya, masyarakat masih sangat membutuhkan peningkatan
kualitas maupun kuantitas layanan kereta api kelas ekonomi.
4. Keterbatasan SDM bidang perkeretaapian
Besarnya alokasi anggaran Ditjen Perkeretaapian pada periode 2010-2015
serta cakupan kegiatan yang begitu luas (mulai dari penyusunan regulasi,
kebijakan, pelaksanaan pembangunan/pengadaan, sertifikasi, hingga
pengendalian dan pengawasan) kurang didukung oleh penyediaan SDM
aparatur Ditjen Perkeretaapian. Sampai dengan Tahun 2014 jumlah SDM
aparatur di Lingkungan Ditjen Perkeretaapian hanya sebanyak 573 orang
dengan 246 orang yang memiliki sertifikat keahlian.
5. Peran Pemda dan swasta yang masih minim dalam mendukung
pembangunan infrastruktur perkeretaapian
Praktis hingga akhir Tahun 2014 tidak cukup banyak inisiasi pembangunan
infrastruktur perkeretaapian yang telah selesai dibangun atas inisiatif
RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 16
ataupun pembiayaan oleh Pemda maupun Swasta. Meskipun dalam UU
No. 23 Tahun 2007 potensi peran sudah dibuka lebar, baik untuk
perkeretaapian umum maupun perkeretaapian khusus, namun sepertinya
Pemda dan Swasta cenderung bersikap “wait and see”. Sebenarnya sudah
ada preseden, seperti: pembangunan MRT dan monorel Jakarta, KPS jalur
Puruk Cahu-Bangkuang-Batanjung, namun peran pemerintah Pusat masih
terlalu dominan.
6. Implementasi PSO, IMO, TAC yang belum optimal
Meskipun regulasi terbaru mengenai implementasi PSO (Public Service
Obligation)3 yang sudah dipisahkan dengan IMO (Infrastructure
Maintenance and Operation)4 dan TAC (Track Access Charge)5, namun
dalam implementasinya belum optimal, karena saat ini penyelenggaraan
prasarana maupun sarana perkeretaapian di jalur eksisting masih
dilakukan oleh PT. KAI, sementara Pemerintah belum memiliki
kelembagaan yang dapat menerima pembayaraan penggunaan prasarana
sebagai PNBP.
1.1.3.2 KONDISI EKSISTING ELEMEN PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN
Sebagaimana disampaikan pada pasal 1 (1) UU. 23 Tahun 2007, yang dimaksud
dengan perkeretaapian adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas prasarana,
sarana, dan sumber daya manusia, serta norma, kriteria, persyaratan, dan
prosedur untuk penyelenggaraan transportasi kereta api. Pada beberapa butir
berikut ini disampaikan kondisi terkini mengenai setiap elemen dalam
penyelenggaraan perkeretaapian tersebut, yang akan menjadi acuan (base-line)
bagi kebijakan dan rencana pembangunan dalam perioda Renstra 2015-2019.
A. PRASARANA PERKERETAAPIAN
Perkembangan penyediaan jaringan prasarana perkeretaapian sampai dengan
akhir Tahun 2013 disampaikan pada Tabel 1.4. Meskipun tingkat pertumbuhan
panjang rel operasional tidak besar, namun perlu diperhatikan bahwa angka yang
disajikan pada Tabel 1.4 belum menyertakan panjang jalur kereta api ganda yang
pada akhir Tahun 2014 diperkirakan sepanjang 1.292,8 km.
3 Permenhub No. PM 10 Tahun 2013 tentang Tata Cara Penyelenggaraan Kewajiban Pelayanan Publik Angkutan
Orang Dengan Kereta Api Untuk Pelayanan Kelas Ekonomi 4 Permenhub No. PM 67 Tahun 2012 tentang Pedoman Perhitungan Biaya Perawatan dan Pengoperasian
Prasarana Perkeretaapian Milik Negara 5 Permenhub No. PM 62 TAHUN 2013 tentang Pedoman Perhitungan Biaya Penggunaan Prasarana
Perkeretaapian Milik Negara
RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 17
Tabel 1.4Perkembangan Penyediaan Prasarana Perkeretaapian 2009-2014
Jenis Prasarana satuan 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Panjang Jalan Rel Kereta Api Menurut Jenis Rel (Lintas Operasional)
R - 54 km 2091.83 2207.13 2285.01 2353.79 2581.25 2737.52
R - 50 km 223.04 208.77 208.77 208.77 208.34 208.34
R - 42 km 1749.79 1749.53 1746.53 1651.2 1692.30 1651.26
R - 33 km 559.69 533.81 470.19 521.79 528.75 473.41
R - 25 km 188 117.18 117.18 125.56 97.15 125.56
Total km 4812.17 4816.42 4827.68 4861.11 5107.79 5196.09
Perlintasan sebidang
Resmi Dijaga Lokasi 1174 1174 1169 1143 1163 1174
Resmi Tidak Dijaga Lokasi 3414 3410 3410 3037 2427 3419
Liar Lokasi 618 618 618 999 1355 618
Total 5206 5202 5197 5179 4945 5211
Jumlah
Persinyalan
Elektrik
Set 207 215 219 222 232 252
Upaya penanganan perlintasan sebidang sudah dilakukan secara ekstensif, di
mana jumlah perlintasan liar sudah berkurang berikut dengan perlintasan resmi
yang tidak dijaga. Sedangkan perlintasan resmi yang dijaga mengalami kenaikan
secara marginal dari tahun ke tahun. Perlu dicatat, bahwa upaya penanganan
perlintasan diupayakan mengikuti ketentuan dalam UU 23/2007 untuk diubah
menjadi perlintasan tidak sebidang (melalui fly over ataupun underpass).
B. SARANA PERKERETAAPIAN
Tabel 1.5 menyampaikan perkembangan penyediaan sarana perkeretaapian.
Terlihat bahwa penyediaan sarana untuk jenis gerbong, lokomotif diesel, dan juga
kereta api berpenggerak sendiri. Sebagian besar pertumbuhan tersebut dilakukan
oleh PT. KAI dan PT. KCJ sebagai operator kereta api di Indonesia. Untuk sarana
perkeretaapian di luar kecepatan normal, umumnya tidak mengalami
penambahan yang berarti, karena dioperasikan untuk keperluan pariwisata
ataupun untuk kepentingan usaha sendiri.
Perlu dicatat disini bahwa selama perioda 2009-2014, Pemerintah (c.q Ditjen
Perkeretaapian) telah melakukan pengadaan KRD / KRL/ KRDE sebanyak 122 unit
dan kereta api kelas ekonomi sebanyak 129 kereta. Selain itu dilakukan pula
rehabilitasi terhadap 41 kereta.
RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 18
Tabel 1.5Perkembangan Penyediaan Armada Kereta Api 2011-2014
NO URAIAN 2011 2012 2013 2014 GROWTH
RATE (%)
A KERETA API KECEPATAN NORMAL
I LOKOMOTIF 410 380 484 498 7.65
1 Lokomotif diesel 406 376 480 494 7.73
2 Lokomotif Listrik 0 0 0 0 0
3 Lokomotif Uap 4 4 4 4 0
II KERETA 2332 2481 2385 2759 6.07
1 Kereta dengan Penggerak Sendiri 710 834 716 1006 14.61
2 Kereta yang ditarik lokomotif 1622 1647 1669 1753 2.64
III GERBONG 3937 5973 6169 7248 24.16
IV PERALATAN KHUSUS 125 125 127 133 2.11
1 Peralatan Khusus dengan
Penggerak Sendiri
75 75 77 83 3.49
2 Peralatan khusus yang ditarik
lokomotif
50 50 50 50 0
JUMLAH KERETA API KECEPATAN
NORMAL
6804 8959 9165 10638 16.68
B KERETA API KECEPATAN TINGGI 0 0 0 0 0
C KERETA API MONOREL 0 0 0 0 0
D KERETA API MOTOR INDUKSI
LINIER
0 0 0 0 0
E KERETA API GERAK UDARA 6 6 6 6 0
F KERETA API LEVITASI MAGNETIK 0 0 0 0 0
G TREM 0 1 1 1 0
H KERETA API GANTUNG 169 169 169 169 0
JUMLAH ARMADA KERETA API 6979 9135 9341 10814 16.31
Keterangan: sistem pengelompokkan data sarana perkeretaapian berbeda untuk Tahun 2009 dan
Tahun 2010
C. SDM PERKERETAAPIAN
Di masa datang, seiring dengan perkembangan jaringan dan permintaan
perjalanan, maka kebutuhan akan jumlah SDM perkeretaapian akan meningkat
pesat. Diperlukan berbagai upaya untuk meningkatkan kapasitas sertifikasi
maupun pendidikan dan pelatihan SDM perkeretaapian. Jika diperlukan dapat
dibantu oleh asosiasi profesi dan lembaga diklat swasta, bahkan luar negeri untuk
SDM pada teknologi perkeretaapian yang baru. Perkembangan sertifikasi SDM
perkeretaapian yang dilakukan oleh Ditjen Perkeretaapian sejak Tahun 2007
disampaikan pada Tabel 1.6.
REN
CA
NA
ST
RA
TEG
IS K
EM
EN
HU
B B
IDA
NG
PER
KER
ET
AA
PIA
N 2
01
5-2
01
9
19
Tabel 1.6Perkembangan Sertifikasi SDM Perkeretaapian Tahun 2007-2014
NO KATEGORI SDM TAHUN JUMLAH
KATEGORI 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 (Orang)
A REGULATOR PERKERETAAPIAN
1 Tenaga Penguji Prasarana Perkeretaapian 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Sertifikat Keahlian
- Fasilitas Operasi 0 0 0 0 24 0 0 14 38
- Jalur dan Bangunan KA 0 0 0 0 38 0 0 25 63
2 Inspektur Prasarana Perkeretaapian 0 0 0 0 31 0 0 0 31 Sertifikat Keahlian
3 Tenaga Penguji Sarana Perkeretaapian 0 0 0 0 32 0 0 24 56 Sertifikat Keahlian
4 Inspektur Sarana Perkeretaapian 0 0 0 0 17 0 0 0 17 Sertifikat Keahlian
5 Auditor Perkertaapian 0 0 0 0 41 0 0 0 41 Sertifikat Keahlian
Sub Total Bidang Regulator 0 0 0 0 183 0 0 63 183
B OPERATOR (PT.KAI)
1 Awak Sarana Perkeretaapian Masinis 169 179 1917 480 0 1425* 383*** 161 4553 Sertifikat Kecakapan
2 Awak Sarana Perkeretaapian Asisten Masinis 5 17 417 592 0 652** 320 263 2266 Sertifikat Kecakapan
3 Pengatur Perjalanan Kereta Api (PPKA) 0 99 1780 715 0 0 1119 427 3713 Sertifikat Kecakapan
4 Penjaga Perlintasan Kereta Api (PJL) 0 0 2625 0 0 760**** 417***** 3802 Sertifikat Kecakapan
5 Juru Pemeriksa Prasarana (JPJ) 0 0 855 0 0 119 0 974 Sertifikat Kecakapan
Sub Total Bidang Operator 174 295 4114 5267 0 2077 2701 1268 14628
C SDM KONTRAKTOR
Train Watcher 0 0 0 0 0 724 0 0 724
Sub Total Bidang Kontraktor 724
Grand Total 174 295 4114 5267 183 2801 2701 1331 14811
Keterangan:
* ) Pengajuan Baru sejumlah 285 masinis dan perpanjangan (ganti buku sertifikat, tanpa smart card) sejumlah 1140
**) Pengajuan Baru sejumlah 299 asisten masinis dan perpanjangan (ganti buku sertifikat, tanpa smart card) sejumlah 353
***) Awak Sarana Jaladara (Kereta Wisata Uap:3) dan MTT PT MKP(Jumlah:8)
****) 39 PJL Dishub wilayah Jawa Tengah (Pekalongan, Brebes, Tegal, Semarang, Kulon Progo)
*****) 21 PJL Dishub wilayah Jawa Tengah (pengujian Desember 2013, penerbitan sertifikat per 1 Januari 2014) dan 72 PJL Dishub
RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 20
D. PRODUKSI ANGKUTAN
Tabel 1.7 menyampaikan perkembangan produksi angkutan penumpang
menurut jenis lintas di Indonesia.
Tabel 1.7Perkembangan Produksi Angkutan Penumpang Kereta Api
No Uraian Satuan 2010 2011 2012 2013 2014
1 KA Utama Pnp 32.215.509 30.071.426 24.202.627 24.034.029 28.569.459
2 KA Lokal
Raya
Pnp 46.959.183 50.797.349 44.591.335 39.350.773 41.359.170
3 KA
Jabotabek
Pnp 122.755.992 110.817.816 134.087.064 156.734.704 206.812.113
4 KA
Bandara
Kualanamu
Pnp - - - 268.748 820.840
5 KA Perintis
Aceh
Pnp - - - 25.448 15.828
6 KA Perintis
Sidoarjo -
Tulangan -
Tarik -
Mojokerto
Pnp - - - - 105.751
Jumlah Pnp 201.930.684 191.686.591 202.881.026 220.413.702 277.683.161
Dari gambar tersebut terlihat jelas bahwa pangsa pasar terbesar angkutan kereta
api penumpang adalah pada lintas kereta api perkotaan/commuter (Jabodetabek
dan Lokal Raya) yang mengkomposisi sekitar 74,5% dari total pada tahun 2014.
Terdapat kecenderungan penurunan pada pangsa angkutan kereta api lintas
utama (jarak sedang-jauh) sekitar 2,0% per tahun dan lintas lokal raya sekitar
2,67% per tahun.
Di Tahun 2013 dan 2014 terdapat 3 jenis pelayanan baru angkutan kereta api
penumpang, yakni KA Bandara Kuala Namun, KA Perintis Aceh serta KA Perintis
Sidoarjo - Tulangan - Tarik - Mojokerto. UntukKA Bandara Kualanamu baru bisa
mengangkut sekitar 3,32% dari total sekitar 8,1 juta pengguna Bandara
Kualanamu (best practice di negara lain KA Bandara mampu mengangkut hingga
5-10% dari total). Adapun penyediaan KA perintis Aceh dan Sidoarjo - Tulangan -
Tarik - Mojokerto setidaknya dapat menarik animo masyarakat luas terhadap
layanan kereta api.
Atas perkembangan data yang ada, maka di masa datang sangat
direkomendasikan untuk melakukan ekspansi pelayanan kereta api ke wilayah
perkotaan lainnya (khususnya yang sudah berjuluk kota metropolitan). Adapun
untuk kereta api jarak sedang dan jarak jauh perlu dilakukan reposisi sesuai
RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 21
karakteristiknya untuk lebih fokus pada layanan jarak sedang (maksimal 4-6 jam
perjalanan) sedangkan untuk jarak jauh sebaiknya fokus pada kelas ekonomi.
Peningkatan kualitas layanan, aksesibilitas dan rasionalisasi tarif angkutan kereta
api, serta pengembangan akses bandara dan pelabuhan di lokasi lainnya perlu
mendapatkan porsi perhatian yang cukup. Sedangkan aktivitas pengembangan
layanan keperintisan pada jalur baru dan hasil reaktivasi perlu dijadikan sebagai
media promosi layanan kereta api pada area yang sedang berkembang.
Perkembangan produksi angkutan barang kereta api disajikan pada Tabel 1.8.
Pertumbuhan angkutan barang kereta api cukup besar, sekitar 13,25% per tahun
di mana pada Tahun 2014 mencapai sebanyak 30,7 juta ton.
Tabel 1.8Perkembangan produksi angkutan barang kereta api
No Uraian Satuan 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Growth
Rate
(%)
1 Minyak Bumi
(BBM)
Ton 2470 1825 1677 1780 1976 2112 -4.40
2 P u p u k Ton 4 0 0 0 24 0 0.00
3 S e m e n Ton 2750 2443 2663 3101 3143 5071 9.84
4 Batubara Ton 11030 11147 12011 13217 14885 16914 8.11
5 Hasil
Perkebunan
Ton 1038 993 333 1240 767 781 -37.89
6 Peti Kemas Ton 111 123 1224 1813 2511 2764 33.83
7 Pasir Kuarsa Ton 28 7 0 46 0 0 0.00
8 Karet Ton 0 0 3 0 0 0 0.00
9 B. C. (Barang
Cepat)
Ton 98 87 64 67 201 177 1.80
10 B. H. P. (Barang
Hantaran
Penumpang)
Ton 76 130 127 157 147 154 11.21
11 Lain-Lain Ton 1305 2186 507 658 1060 2712 -33.81
Jumlah Ton 18910 18941 18609 22079 24714 30685 8.84
Jika diperhatikan komposisinya, maka lebih dari 55% angkutan barang
dikontribusi oleh angkutan batubara, kemudian 17% oleh angkutan semen, dan
sekitar 9% oleh angkutan peti kemas. Sebagian besar dari pangsa angkutan
barang tersebut diangkut berdasarkan kontrak negosiasi, sedangkan porsi barang
umum masih sangat kecil.
Di masa datang perlu dilakukan optimalisasi pangsa pasar angkutan barang
kereta api pada komoditas tambang dan industri dasar yang secara tradisional
RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 22
menjadi captive demand bagi kereta api. Oleh karenanya pengembangan jaringan
jalur KA baru untuk angkutan barang di Sumatera dan Kalimantan sangat relevan.
Selain itu, optimalisasi pemanfaatan jalur ganda Pulau Jawa untuk logistik (yang
diperkirakan dapat menghemat biaya hingga 30%) perlu menjadi perhatian
kebijakan dalam 5 tahun ke depan, di mana diperlukan dukungan
pengembangan intermodality yang kuat dengan moda lainnya.
E. TINGKAT PELAYANAN
Pada Tabel 1.9disampaikan perkembangan tingkat pelayanan kereta api.Dimana
terlihat adanya peningkatan ketepatan waktu keberangkatan maupun
kedatangan penumpang maupun barang yang cukup signifikan, khususnya dalam
3 tahun terakhir.
Tabel 1.9Perkembangan Tingkat Pelayanan Kereta Api
NO URAIAN SATUAN 2009 2010 2011 2012 2013 2014
1 Penumpang berangkat tepat % 72 57 81 92 90 89
2 Penumpang berangkat terlambat menit 7 7 5 3 4 4
3 Penumpang datang tepat % 31 20 29 73 72 29
4 Penumpang datang terlambat menit 35 50 42 27 29 35
5 Barang berangkat tepat % 27 29 27 65 50 46
6 Barang berangkat terlambat menit 115 79 85 75 30 85
7 Barang datang tepat % 28 29 29 64 49 34
8 Barang datang terlambat menit 107 100 86 77 31 140
9 Gangguan Sintel Kejadian 818 697 594 0 1116 844
10 Lokomotif mogok Kejadian 1622 1591 1560 1578 1118 1834
11 Waktu peredaran gerbong rata-rata Hari 2.82 2.6 2.33 2.58 2,42 2,4
Tingkat gangguan sintel dan jumlah kejadian lokomotif mogok harus dikurangi
hingga level minimal, karena berbagai gangguan tersebut sangat berpengaruh
terhadap kinerja layanan.
F. TINGKAT KECELAKAAN
Pada Tabel 1.10disampaikan perkembangan data tingkat kecelakaan kereta api
dalam 5 tahun terakhir. Trend penurunan tingkat kecelakaan sangat jelas terlihat,
di mana dari sisi jumlah kejadian maupun jumlah korban kecelakaaan mengalami
penurunan luar biasa. Tahun 2013 bahkan jumlah korban kecelakaan mencapai
rekor 0 orang, yang artinya kejadian kecelakaan yang terjadi berskala kecil (dan
umumnya bukan tabrakan antar kereta maupun dengan kendaraan).
RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 23
Dari sisi jenis kejadian, anjlokan masih menempati urutan yang tertinggi, dengan
faktor penyebab kecelakaan tertinggi adalah faktor sarana dan SDM operator.
Kedua faktor penyebab ini masih dapat dikendalikan melalui pemeliharaan sarana
serta peningkatan kompetensi SDM.
Tabel 1.10Perkembangan data kecelakaan kereta api
NO URAIAN SATUAN 2009 2010 2011 2012 2013 2014
A Korban
1 Meninggal Dunia Orang 57 79 39 4 0 3
2 Luka Berat Orang 122 93 45 8 0 7
3 Luka Ringan Orang 76 104 28 37 0 6
Jumlah korban Orang 255 276 112 49 0 16
B Jenis Kecelakaan
1 Tabrakan KA dengan
KA
Kejadian 5 3 1 2 0 1
2 Tabrakan KA dengan
Kendaraan
Kejadian 21 26 22
3 Anjlokan Kejadian 41 25 23 21 25 33
4 Terguling Kejadian 7 4 2 2 1 0
5 Banjir/Longsor Kejadian 8 6 1 4 7 2
6 Lain-Lain Kejadian 8 4 6 2 6 3
Jumlah kecelakan Kejadian 90 68 55 31 39 39
C Penyebab Kecelakaan
1 Sarana Kejadian 22 11 11 12 11 5
2 Prasarana Kejadian 12 6 4 3 6 6
3 SDM Operator Kejadian 24 14 13 8 11 8
4 Eksternal Kejadian 23 28 26 4 3 18
5 Alam Kejadian 9 9 1 4 8 2
Jumlah kecelakaan 90 68 55 31 39 39
1.2 POTENSI DAN PERMASALAHAN
1.2.1 PERKEMBANGAN LINGKUNGAN STRATEGIS GLOBAL
Dalam 5 tahun ke depan akan terdapat berbagai perkembangan lingkungan
strategis global yang menjadi peluang dan tantangan pengembangan bidang
perkeretaapian di Indonesia. Beberapa perkembangan lingkungan strategis
tersebut dirinci dalam beberapa butir berikut ini.
RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 24
A. TRANSFORMASI PEREKONOMIAN DUNIA
Sejumlah ilmuwan menyatakan bahwa tranformasi perekonomian dunia akan
terus berlanjut. Tapscot6 (1999) menegaskan bahwa ekonomi dunia yang sudah
sedemikian maju saat ini telah mengalami transformasi lanjutan (sebelumnya dari
pertanian ke industri manufaktur dan terus bergeser ke industri informasi), dari
ekonomi yang berbasiskan industri saat ini menuju kepada ekonomi berbasiskan
ilmu pengetahuan dan teknologi informasi (knowledge based economy). Ke depan
negara yang mampu memanfaatkan teknologi informasi dan menguasai
perkembangan ipteks untuk menyediakan layanan yang berkualitas, efisien, cepat
dan akurat akan memenangkan persaingan. Hal ini juga berlaku dalam bidang
sektor transportasi, di mana pemanfaatan teknologi yang ekstensif di dalam
sistem prasarana maupun sarana akan mampu menghasilkan layanan yang tidak
hanya cepat, tetapi juga murah, aman, dan selamat.
Transformasi perekonomian global yang berikutnya adalah adanya pergeseran
pendulum perekonomian dunia (global shifting) ke Asia. Asian Development Bank7
membuat proyeksi atas skema peralihan perekonomian dunia ke Asia, dimana
pada tahun 2050 perekonomian Asia diproyeksikan akan bangkit mencapai 52%
dari perekonomian dunia dan Indonesia bersama lima Negara Asia lainnya akan
menyumbang sekitar 91% (China, India, Singapura, Thailand, Korea, dan Jepang)
dari perekonomian Asia pada tahun 2010-2050. Kebangkitan ekonomi Asia ini
membawa dua konsekuensi bagi Indonesia. Di satu sisi akan terjadi persaingan
yang sangat ketat di antara bangsa-bangsa di Asia untuk memperebutkan
sumberdaya ekonomi. Di sisi lain membuka peluang yang sangat besar bagi
Indonesia untuk segera tampil berada di barisan depan dari negara-negara maju
dan modern Asia dengan proyeksi pendapatan per kapita jauh diatas USD 14.000.
Dalam hal ini, transportasi perkeretaapian akan memegang peran penting di
mana konektivitas transportasi nasional yang efisien melalui skala ekonomi yang
lebih besar akan membutuhkan jaringan angkutan massal yang berkapasitas dan
berkecepatan tinggi, dan ini hanya mampu dilakukan oleh moda kereta api (di
daratan) dan moda laut (antar pulau). Kualitas dan konektivitas jaringan kereta api
akan menjadi penentu utama kemampuan Indonesia untuk memenangkan
perebutan sumber daya ekonomi yang semakin langka ke depan.
6Pembahasan tentang Ekonomi Baru dunia ini dapat dilihat di: Tapscott, D. The Digital Economy. Promise and
Peril in the Age of Networked Intelligence. Mc Graw-Hill, 1999. Lihat juga: Tapscott, D., Alex Lowy, dan David
Ticoll, Blueprint to the Digital Economy, McGraw-Hill, 1998. 7Asian Development Bank (ADB). Asian Development Outlook 2013 Update.
RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 25
B. KOMPETISI GLOBAL (GLOBAL COMPETITIVENESS)
Adanya pergeseran perekonomian dunia membawa konsekuensi bagi adanya
persaingan ketat dalam memperebutkan hegemoni ekonomi dunia, semua itu
mengarah pada perlunya peningkatan daya saing Indonesia dalam kancah global.
Sebagaimana diketahui bahwa WEF dalam Global Competitiveness Report edisi
2013-2014, menempatkan Global Competitiveness Index (GCI) Indonesia pada
peringkat 38 dunia dari 148 negara (di bawah Singapura, Malaysia, Brunei,
Darussalam, dan Thailand) dengan skor 4,5 (skala 7).Salah satu penyebab belum
maksimalnya daya saing Indonesia adalah kualitas infrastruktur di mana WEF
memberikan skor 4,0 (skala 7) di peringkat 82 dari 148 negara. Adapun khusus
untuk infrastruktur kereta api skor yang diberikan WEF adalah 3,5 (skala 7) pada
peringkat 44 (dari 148 negara).
Terlepas dari keabsahan dari proses maupun hasil penilaian WEF tersebut,
bagaimanapun juga kualitas penyediaan dan kinerja pelayanan transportasi
kereta api di Indonesia harus ditingkatkan agar mampu menopang pergerakan
ekonomi nasional yang akan lebih besar di masa-masa mendatang.
C. KERJASAMA EKONOMI GLOBAL DAN REGIONAL
Indonesia merupakan anggota dari sejumlah perkumpulan atau kerjasama
ekonomi, baik dalam skala global maupun regional, tercatat diantaranya adalah
WTO, G-20, APEC, dan juga AEC (Asean Economic Community). Berbagai
kerjasama ekonomi tersebut umumnya berusaha untuk mengurangi hambatan
perdagangan diantara negara anggota, sehingga setiap negara mendapatkan
manfaat berupa pasar yang lebih terbuka dan kompetitif.
Sebagai anggota WTO, Indonesia saat ini sudah menghadapi tekanan persaingan
yang sedemikain ketat untuk berbagai jenis produk yang sudah dikurangi/
dihilangkan hambatan perdagangannya. Selanjutnya, APEC juga telah
mensyaratkan bahwa diantara negara anggota pada Tahun 2020 sudah tercipta
pasar bebas. Dalam waktu dekat di akhir Tahu 2015, seluruh anggota AEC (Asean
Economi Community) akan memberlakukan liberalisasi perdagangan diantara
negara ASEAN. Pelaksanaannya akan disokong oleh perwujudan konsep ASEAN
connectivity yang sudah disusun masterplannya (MPAC/Masterplan of ASEAN
Connectivity) pada Tahun 2012.
Beberapa agenda dalam MPAC sangat terkait dengan transportasi kereta api,
diantaranya adalah rencana pengembangan SKRL (Singapore Kunming Rail Link)
RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 26
yang akan menghubungkan seluruh wilayah daratan ASEAN melalui rail di Tahun
2015, dan selanjutnya akan diperpanjang hingga wilayah Indonesia.
Sedikit banyak AEC akan berpengaruh terhadap industri jasa maupun industri
pendukung perkeretaaapian nasional, karena persaingan akan semakin terbuka
(meskipun jalur rel Indonesia tidak terhubung langsung). Perdagangan bebas
ASEAN harus diartikan sebagai kebutuhan peningkatan konektivitas dan efisiensi
layanan transportasi yang akan menjadi penentu bagi daya saing produk
nasional.
D. AGENDA PASCA 2015: SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS (UN-SDGs)
Millenium Development Goals (MDGs) yang dicanangkan dalam Sidang PBB
Tahun 2000 akan dievaluasi capaian akhir targetnya di Tahun 2015, sebagai
kelanjutannya ditetapkan SDGs sebagai pola dasar pembangunan dunia setelah
Tahun 2015 (hasil kesepakatan Konferensi PBB tentang Pembangunan
Berkelanjutan di Rio de Janeiro pada bulan Juni 2012 (Rio + 20).
Agenda pembangunan Dunia setelah Tahun 2015, termasuk perkeretaapian,
diharapkan mempertimbangkan agenda SDGs tersebut terutama aplikasi dari
konsep green economy, pengentasan kemiskinan, serta sarana pelaksanaan
agenda bersama dalam keuangan, akses dan transfer teknologi, capacity
buildings.
1.2.2 PERKEMBANGAN LINGKUNGAN STRATEGIS NASIONAL
Perencanaan pembangunan bidang perkeretaapian sebagai bagian dari agenda
besar pembangunan nasional, harus secara baik mengelaborasi berbagai
perkembangan sektor-sektor strategis lain, sehingga fungsi layanan yang
dihasilkan dapat secara efisien dan efektif mendorong pertumbuhan ekonomi
dan pemerataan pembangunan nasional. Beberapa perkembangan lingkungan
strategis nasional tersebut dijelaskan pada beberapa butir berikut ini.
A. PERTUMBUHAN DAN PEMERATAAN EKONOMI NASIONAL
Sebagaimana dituangkan dalam dokumen RPJPN (Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional) 2005-2025 (UU No. 17 Tahun 2005) bahwa Indonesia
menginginkan keluar dari jebakan negara ekonomi menengah (middle income
trap) pada Tahun 2025 di mana pada waktu itu PDB perkapita Indonesia sudah
RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 27
menembus angka USD 12.000. Untuk mencapai target tersebut di atas maka
dibutuhkan pertumbuhan ekonomi nasional rata-rata sekitar 6-7% per tahun
(sumber: McKinsey, 2013).
Konsekuensi dari aspirasi pertumbuhan ekonomi tersebut terhadap sektor
transportasi, atau perkeretaapian secara spesifik, cukup jelas, yakni di mana: (1)
untuk membantu pencapaian target pertumbuhan ekonomi 6-7% tersebut, maka
moda kereta harus dapat berperan sebagai pendorong ekonomi pertumbuhan
ekonomi nasional dengan memanfaatkan keunggulan komparatifnya sebagai
sistem angkutan massal yang efisien, dan (2) selanjutnya kereta api harus mampu
menyediakan layanan transportasi yang prima dan berorientasi pada pengguna
(user oriented) karena keberadaan golongan kelas ekonomi menengah ke atas di
Indonesia akan tumbuh pesat (middle income booming) dalam 5-10 tahun ke
depan.
Dalam sisi pandang yang berbeda, kesenjangan ekonomi masih akan terjadi
dalam beberapa tahun ke depan. Di dalam sejarah Indonesia modern beberapa
dekade ke belakang, Kawasan Barat Indonesia (KBI) - Jawa, Sumatera, and Bali-
telah menjadi hegemony dalam menyumbang PDB nasional sedangkan Kawasan
Timur Indonesia (KTI) yang sangat kaya akan sumber daya alam, laut, hutan, dan
mineral, seolah-olah hanya menjadi pelengkap.
Bappenas (2012) menyatakan bahwa kesenjangan ekonomi antar wilayah masih
terjadi dalam beberapa tahun ke depan, dimana KBI (Sumatera dan Jawa) masih
akan menyumbang 82,40% dari total PDRB Nasional, sedangkan KTI secara
keseluruhan hanya menyumbang sekitar 17,60% PDB Nasional di Th 2012.
Kesenjangan ekonomi juga dirasakan antar golongan ekonomi masyarakat, di
mana index gini Indonesia pada Tahun 2013 sudah mencapai angka 0,41 yang
membutukan solusi cepat agar terdapat transfer kesempatan/akses terhadap
sumber-sumber perekonomian.
Moda kereta api, sebagai media konektivitas antar wilayah di dalam pulau perlu
mengambil bagian dalam mendorong pemerataan pembangunan, dimana
pengembangan jaringan di luar Jawa dan Sumatera (Kalimantan, Sulawesi, Papua)
diharapkan dapat memberikan peluang lebih baik bagi daerah untuk lebih
berkembang ekonominya. Sedangkan pemberian layanan perintis, dan khususnya
PSO (Public Service Obligation) diharapkan dapat membantu golongan
masyarakat miskin untuk meningkatkan produktivitas dan kesejahterannya.
RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 28
B. KEPENDUDUKAN DAN URBANISASI
UNFPA-Bappenas (2014) merilis data tentang proyeksi pertumbuhan penduduk
Indonesia sampai dengan tahun 2035 di mana pada waktu itu jumlah penduduk
penduduk sudah menembus angka 306 juta jiwa. Diperkirakan pada Tahun 2019
jumlah penduduk Indonesia akan mencapai 271 juta jiwa dengan penyebaran
penduduk yang tidak merata, dimana sekitar 56%-nya tinggal di Pulau Jawa dan
proporsi penduduk perkotaan di Indonesia akan terus bertambah, Tahun 2020
sekitar 56,7%.
Selain, hal itu yang perlu diperhatikan juga adalah kenyataan bahwa jumlah
penduduk perkotaan di Indonesia saat ini sudah sekitar sudah mencapai angka di
atas 130 juta jiwa yang mengkomposisi sekitar 54% dari total penduduk
Indonesia. Bappenas-UNFPA (2014) juga memprediksi bahwa di tahun 2035
dengan tingkat urbanisasi yang sepertinya tetap akan tinggi, maka jumlah
penduduk perkotaan akan menembus angka 196 juta jiwa atau sekitar 66,6% dari
jumlah penduduk Indonesia. GIZ (2013) memprediksi bahwa pada Tahun 2019
jumlah kota Metropolitan di Indonesia akan bertambah menjadi 17 kota, kota
besar akan menjadi 12 kota, dan akan terdapat 50 kota berukuran sedang.
Pulau Jawa yang padat, tidak akan mungkin lagi menggantungkan
transportasinya pada jaringan jalan, peran moda kereta api akan sangat
diperlukan, setidaknya untuk mengurangi beban 10-20% dari lalu lintas pada
jaringan jalan nasional di Pantura dan Pansela Jawa, salah satunya melalui
program double-track.
Selanjutnya, wilayah perkotaan akan menjadi garapan wajib bagi moda kereta api
untuk menghindarkan terjadinya dead-lock kemacetan di sejumlah kota
Metropolitan di Indonesia.
C. KEBIJAKAN EKONOMI KEWILAYAH NASIONAL
Agenda pengembangan koridor ekonomi nasional (yang dicanangkan melalui
Perpres No. 32 Tahun 2011) serta pengembangan sistem logistik nasional
(Sislognas) (yang dicanangkan melalui Perpres No. 26 Tahun 2012) akan tetap
relevan sebagai acuan dalam pengembangan ekonomi kewilayahan di Indonesia
dalam 5 tahun mendatang.
MP3EI yang mencanangkan pengembangan 6 koridor ekonomi yang disokong
oleh perkuatan konektivitas, SDM, dan ipteks akan tetap relevan disinergikan
dengan rencana pengembangan kawasan industri dan poros maritim yang
RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 29
dicanangkan oleh Presiden Jokowi. Sislognas yang sifatnya lebih operasional di
mana pengembangan jaringan dan industri logistik nasional dengan tag-line
“locally integrated, globally connected for national competitiveness and social
welfare” akan tetap relevan dengan rencana pengembangan tol laut dan tata
niaga perdagangan yang akan menjadi agenda utama pemerintahan 2015-2019.
Ke depan, berbagai proyek infrastruktur perkeretaapian yang terkait dengan
MP3EI dan Sislognas tetap perlu dilanjutkan namun perlu disinergikan dengan
rencana pembangunan dari Presiden, khususnya dalam mendukung perwujudan
tol laut dalam kerangka Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia serta
pengembangan sistem transportasi publik massal yang terintegrasi antar kota
dan perkotaan di darat, laut, dan udara.
D. REFORMASI BIROKRASI DAN OTONOMI DAERAH
Berlandaskan pada semangat otonomi daerah dalam UU No. 23 Tahun 2004
tentang Pemerintah Daerah maka berbagai kewenangan dalam penyelenggaraan
pemerintahan diserahkan kepada Pemerintah Daerah. Dengan kebijakan ini
diharapkan pelayanan publik dapat dilaksanakan lebih baik, karena Pemda
diasumsikan lebih mampu secara cepat dan tepat merespon kebutuhan
masyarakat setempat.
Dalam penyelenggaraan bidang perkeretaapian, sebagaimana diatur dalam UU
No. 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian, maka kegiatan penyelenggaraan
perkeretaapian Provinsi, Kabupaten, dan Kota kewenangan pembinaannya
diserahkan kepada pemerintah daerah setempat. Namun sayangnya, dengan
kapasitas fiskal dan kemampuan kelembagaan pemerintah daerah yang sangat
terbatas menyebabkan berbagai inisiatif pengembangan perkeretaapian di
Daerah kurang berjalan lancar, bahkan cenderung dikembalikan kepada Pusat.
Sementara itu, Pemerintah Pusat (cq Ditjen Perkeretaapian) saat ini juga sedang
menjalankan program reformasi birokrasi untuk mewujudkan tata kelola
pemerintah yang baik (good governance) yang sangat diperlukan untuk menjawab
berbagai tantangan dalam pembangunan nasional ke depan yang semakin berat.
Sesuai Perpres No. 81 Tahun 2010 tentang tentang Grand Design Reformasi
Birokrasi 2010-2025 maka agenda reformasi birokrasi akan terus berlanjut di
mana dalam 5 tahun ke depan akan masuk ke babak baru dengan
diimplementasikan berbagai agenda reformasi perioda sebelumnya.
RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 30
Ditjen Perkeretaapian, sebagai lembaga pemerintahan, secara konsisten akan
menerapkan proses reformasi birokrasi, dan sekaligus membantu Pemda dalam
penyelenggaraan perkeretaapian di Daerah. Layanan yang baik, investasi yang
efisien, serta daya saing moda kereta api yang meningkat, akan dapat diwujudkan
oleh birokrasi Ditjen Perkeretaapian yang professional dan beriorientasi kepada
publik, serta kerjasama dengan Pemda yang optimal dalam kerangka otonomi
daerah yang mantap.
E. KETERBATASAN PENDANAAN DAN KAPASITAS DELIVERY
Bappenas (2014) menyatakan bahwa kebutuhan pembangunan infrastruktur
transportasi di Indonesia untuk perioda Tahun 2015-2019 mencapai angka lebih
dari Rp. 1869 Trilyun. Kebutuhan biaya dalam rangka percepatan pembangunan
infrastruktur tersebut berada dalam situasi keuangan pemerintah yang kurang
menguntungkan, di mana dengan beban biaya hutang dan subsidi yang cukup
besar, maka celah fiskal (fiscal space) yang dimiliki Pemerintah untuk
meningkatkan kapasitas pendanaan infrastruktur relatif terbatas, share
pemerintah diperkirakan maksimal hanya sekitar 30% dari kebutuhan.
Hal itu menandakan perlunya pemanfaatan berbagai sumber pembiayaan
alternatif melalui berbagai skema innovative financing, termasuk dalam
pengembangan infrastruktur perkeretaapian. Skema standar proyek KPS
(kerjasama pemerintah dan swasta) dengan berbagai variannya tetap harus
didorong implementasinya di bidang perkeretaapian, termasuk beberapa
alternatif lainnya: sukuk berbasis proyek, PBAS (performance based annuity
scheme), dan lain sebagainya.
Namun sayangnya, kemampuan kelembagaan Pemerintah juga sangat terbatas
untuk menyiapkan dan mengeksekusi berbagai proyek strategis, baik yang
berbasis APBN maupun non-APBN. Daya serap anggaran belum menembus level
psikologis 90-95%, berbagai proyek KPS masih belum financial closed, sementara
itu berbagai model pembiayaan alternatif belum disiapkan kerangka regulasi dan
kelembagaannya.
Penguatan perencanaan, regulasi dan kelembagaan, serta penjaminan
pemerintah atas proyek infrastruktur akan menjadi kunci keberhasilan pemerintah
dalam menarik sumber-sumber pembiayaan baru, terutama dari swasta, dalam
pengembangan infrastruktur perkeretaapian di masa yang akan datang. Hal ini
harus berhasil dilakukan, karena jika tidak maka backlog penyediaan infrastruktur
RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 31
akan semakin melebar, dan lebih menyulitkan bagi Indonesia untuk keluar dari
middle income trap menuju negara ekonomi besar di dunia.
1.2.3 PERKEMBANGAN LINGKUNGAN STRATEGIS SEKTOR TRANSPORTASI
Sebagaimana diamanatkan dalam pertimbangan UU No. 23 Tahun 2007 tentang
Perkeretaapian bahwa perkeretaapian sebagai salah satu moda transportasi
dalam sistem transportasi nasional yang mempunyai karakteristik pengangkutan
secara massal dan keunggulan tersendiri, yang tidak dapat dipisahkan dari moda
transportasi lain, perlu dikembangkan potensinya dan ditingkatkan peranannya
sebagai penghubung wilayah, baik nasional maupun internasional, untuk
menunjang, mendorong, dan menggerakkan pembangunan nasional guna
meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Oleh karenanya pembangunan perkeretaapian dalam 5 tahun ke depan harus
secara sinergis memperhatikan berbagai perkembangan di sektor transportasi
secara keseluruhan, sehingga diperoleh kinerja dan manfaat yang sebesar-
besarnya bagi kepentingan publik.
Berikut ini disampaikan beberapa perkembangan lingkungan strategis di sektor
transportasi nasional yang perlu diperhatikan.
A. PERIMBANGAN PANGSA ANGKUTAN ANTAR MODA (MODAL SHARE)
Secara teoretis, setiap moda transportasi memiliki keunggulan komparatifnya
masing-masing. Untuk negara kepulauan seperti Indonesia, Balitbang
Perhubungan (2003) menjelaskan bahwa moda kereta api akan lebih efisien
berperan untuk pergerakan barang jarak menengah dalam pulau (diantara 250
s.d 700 km) dan pergerakan penumpang secara massal di perkotaan.
Pada kenyataannya, berdasarkan analisis atas data survei ATTN 2011 sampai
dengan saat ini moda jalan masih sangat sangat dominan di Indonesia, peran
angkutan (share) moda jalan mencapai 85% untuk pergerakan penumpang dan
91% untuk pergerakan barang. Sedangkan peran moda kereta api masih sangat
marginal, yakni 3,18% untuk angkutan penumpang dan 0,16% untuk angkutan
barang. Hal ini menyebabkan munculnya kemacetan di sejumlah ruas jalan
nasional antar kota, khususnya pada ruas yang berbatasan dengan kawasan
perkotaan yang sudah padat. Sedangkan jaringan jalan perkotaan mengalami
gejala kemacetan yang lebih parah di mana data BSTP (2014) menyebutkan di 10
kota termacet di Indonesia kecepatan lalulintasnya berkisar antara 20-30 km/jam.
RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 32
DI masa datang peran moda kereta api perlu ditingkatkan sesuai dengan
keunggulan komparatifnya, diantaranya: (1) untuk mengurangi beban jalan pada
koridor utama di Jawa dan Sumatera, (2) untuk memberikan akses dari/ke
kawasan potensial ke simpul pelabuhan/bandara, (3) untuk menyediakan
angkutan massal penumpang di kawasan perkotaan yang aman, nyaman, dan
selamat, serta (3) untuk menyeimbangkan kontribusi ekonomi dan penyebaran
penduduk ke wilayah lainnya melalui pengembangan jaringan di Kalimantan,
Sulawesi, dan Papua serta skema keperintisan.
B. KONEKTIVITAS TRANSPORTASI NASIONAL
Tingginya biaya logistik nasional hingga sekitar 26% dari PDB, merupakan salah
satu bukti bahwa bagaimanapun juga harus diakui bahwa penyediaan jaringan
dan sistem layanan transportasi nasional belum mampu menyediakan
konektivitas yang efisien dan merata. Pengembangan simpul maupun jaringan
layanan di masing-masing moda secara fisik belum direncanakan secara terpadu,
adapun dari sisi layanan sistem transportasi intermoda/multimoda belum
berkembang sama sekali.
Bahkan sampai dengan saat ini belum ada dokumen resmi tentang rencana
pengembangan jaringan transportasi nasional yang terintegrasi di seluruh moda.
Masing-masing moda masih merencanakan masterplan/rencana induk/tatanan
jaringan yang terpisah-pisah dengan pertimbangan intermodality yang sangat
terbatas.
Sebagaimana diinginkan dalam agenda pembangunan nasional, seperti MP3EI
(Perpres No. 32 Tahun 2011) dan SISLOGNAS (Perpres No. 26 Tahun 2012) bahwa
dalam 10 tahun ke depan diharapkan sudah terwujud konektivitas transportasi
nasional yang efisien dan handal yang menjangkau seluruh titik NKRI melalui
jaringan transportasi intermoda/multimoda yang terintegrasi.
Pembangunan bidang perkeretaapian dalam 5 tahun ke depan perlu
mengedepankan konsep konektivitas dalam jaringan intermoda/multimoda yang
terintegrasi tersebut yang diejawantahkan dalam kebijakan, regulasi, maupun
investasi yang dilakukan baik untuk pelayanan penumpang maupun barang antar
kota maupun perkotaan. Apalagi sifat layanan dari moda kereta api yang tidak
door-to-door mengharuskan adanya integrasi dengan moda feeder/lanjutan-nya
agar daya saingnya dapat dipertahankan.
RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 33
C. TRANSFORMASI REGULASI DAN KELEMBAGAAN
Sebagaimana diketahui bahwa dalam beberapa tahun terakhir, sektor transportasi
Indonesia sedang mengalami proses transformasi dari monopoli negara (atau
BUMN yang diserahi kewenangan sepenuhnya untuk mengelola suatu moda) ke
arah pasar yang lebih terbuka bagi peran swasta maupun Pemda. Hal ini ditandai
dengan ditetapkan sejumlah UU baru di sektor transportasi pada perioda Tahun
2004-2009, diantaranya: UU No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan, UU No. 23 Tahun
2007 tentang Perkeretaapian, UU No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, dan UU
No. 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan.
UU baru di sektor transportasi tersebut umumnya memperkenalkan kebijakan
pemisahan kelembagaan antara operator dengan regulator serta mendorong
partisipasi sektor swasta sebesar-besarnya dalam penyelenggaraan transportasi.
Ke depan pemerintah akan fokus menjalankan fungsinya sebagai regulator dalam
membina penyelenggaraan sektor transportasi nasional yang target utamanya
adalah menyediakan kebijakan dan regulasi/tata aturan yang baik dan fair
sebagai platform/landasan bagi stakeholders terkait untuk bersaing secara sehat
dalam penyediaan layanan transportasi, yang pada akhirnya akan dinikmati
hasilnya oleh masyarakat melalui kinerja layanan yang lebih baik dan terjangkau.
Proses transisi dalam regulasi dan kelembagaan di sektor transportasi, termasuk
di perkeretaapian, harus segera dituntaskan, karena hal ini akan menjadi landasan
bagi terwujudnya sistem penyelenggaraan layanan transportasi yang maju,
modern, terbuka, dan berdaya saing tinggi. Sebagaimana diketahui bahwa saat ini
amanat UU No. 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian untuk memisahkan BUP
sarana dengan BUP prasarana untuk jalur yang dimiliki oleh Pemerintah belum
terlaksana, agenda ini sangat penting untuk dituntaskan dalam 5 tahun ke depan.
D. BIAYA LOGISTIK NASIONAL
Pada Tahun 2014, World Bank merilis data bahwa LPI (Logistics Performance
Index) Indonesia berada pada rangking 53 dunia, dengan skor 3,08. Sedangkan
perkiraan total biaya logistik Indonesia masih sangat tinggi, yakni di atas 25% dari
PDB, dengan komposisi 12,04% untuk biaya transportasi, 9,47% untuk biaya
persediaan (inventory), dan 4,52% untuk biaya administrasi. Data tersebut
menunjukkan bahwa biaya logistik di Indonesia masih relatif tinggi, bahkan jika
dibandingkan beberapa negara tetangga seperti Singapura (8%), Malaysia (13%),
dan Thailand (20%).
RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 34
Moda kereta api memiliki peran penting dalam penurunan biaya logistik nasional,
karena daya angkutnya yang besar akan menghasilkan efisiensi dari economic-of-
scale jika sistem jaringan kereta api didukung dengan interkoneksinyadengan
simpul pelabuhan dan kawasan industri dapat dikembangkan secara optimal.
Penurunan biaya logistik akan menjadi penentu daya saing Indonesia dalam
kancah perekonomian global di mana pasar akan semakin terbuka. Logistik yang
murah dan prudent akan memberikan nilai tambah bagi produk nasional, baik
dari sisi biaya ataupun kualitas.
E. KONSUMSI ENERGI DAN DAMPAK LINGKUNGAN
Sesuai perhitungan Kementerian ESDM dan Kementerian Lingkungan Hidup,
diperkirakan bahwa pada Tahun 2012 sektor transportasi mengkonsumsi BBM
bersubsidi sekitar 42 juta KL, dan menyumbang sekitar 60-70% emisi gas rumah
kaca (CO2). Di masa datang isu energi dan lingkungan akan semakin relevan
dengan semakin langkanya sumber energi dan menurunnya daya dukung
lingkungan untuk menopang berbagai aktivitas dan kebutuhan warga dunia.
Indonesia melalui RAN-GRK (Perpres No. 61 Tahun 2011) berkomitmen untuk
menurunkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) pada tahun 2020 sebesar 26% dengan
upaya sendiri jika dibandingkan dengan garis dasar pada kondisi BAU (baseline).
Meskipun sumbangan transportasi perkeretaapian terhadap emisi gas buang
relatif kecil dibandingkan moda jalan, namun adanya peralihan angkutan dari
jalan ke moda kereta api akan banyak mengurangi tingkat konsumsi BBM dan
emisi gas buang baik untuk angkutan penumpang perkotaan maupun angkutan
barang antar kota.
1.2.4 ISU STRATEGIS BIDANG PERKERETAAPIAN
Berdasarkan atas telaahan terhadap capaian dan permasalahan Renstra perioda
sebelumnya (2010-2014), deskripsi kondisi eksisting perkeretaapian nasional dan
perkembangan lingkungan strategis pada beberapa sub bab sebelumnya, maka
dapat disimpulkan akan adanya beberapa permasalahan penting yang menjadi
isu strategis di bidang perkeretaapian yang perlu diselesaikan dalam perioda
Renstra 2015-2019. Penyelesaian berbagai isu strategisini merupakan prasyarat
bagi terwujudnya kondisi dan kinerja perkeretaapian nasional sebagaimana yang
diharapkan dalam tujuan penyelenggaraan perkeretaapian pada pasal 3 UU No.
23 Tahun 2007tentang perkeretaapian, yakni: memperlancar perpindahan orang
RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 35
dan/atau barang secara massal dengan selamat, aman, nyaman, cepat dan lancar,
tepat, tertib dan teratur, efisien, serta menunjang pemerataan, pertumbuhan,
stabilitas, pendorong, dan penggerak pembangunan nasional.
Pada beberapa butir berikut disampaikan pembahasan mengenai isu strategis
bidang perkeretaapian 2015-2019.
A. REFORMASI REGULASI DI BIDANG PERKERETAAPIAN
Beberapa mandat utama dalam UU No. 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian
diantaranya adalah (1) memperkenalkan multioperator (penghapusan monopoli),
(2) focusing peran pemerintah sebagai pembina (regulator), (3) peningkatan peran
Pemda dan Swasta, (4) peningkatan keselamatan perkeretaapian, (5) peningkatan
teknologi, (6) peningkatan layanan, serta (7) peningkatan kualitas SDM.
Sejak diterbitkannya UU No. 23 Tahun 2007 sampai dengan saat ini tercatat
sudah sebanyak 2 Peraturan Pemerintah (PP) dan 73 Peraturan Menteri (PM) yang
diterbitkan sebagai pelaksanaannya. Sebagian besar regulasi yang ditetapkan
mengatur tentang teknis pelaksanaan kegiatan pembangunan/pengadaan, dan
pengoperasian serta perizinan di bidang perkeretaapian.
Jika dikaitkan dengan mandat/maksud ditetapkannya UU No. 23 Tahun 2007
sebenarnya masih terdapat kelemahan dalam struktur maupun relevansi dari
regulasi-regulasi baru terutama sebagai landasan dalam pelaksanaan multi
operator pada jaringan jalur eksisting, fasilitasi terhadap peran Pemda dan
swasta, peningkatan jumlah SDM, serta aplikasi teknologi perkeretaapian terbaru
(misalnya: monorel, MRT, HST, dlsb).
Proses reformasi regulasi dengan mempekuat struktur dan melengkapi
kebutuhan regulasi di bidang perkeretaapian akan tetap menjadi isu penting
dalam 5 tahun ke depan, khususnya dalam menfasilitasi pembagian peran antara
Pusat, BUMN, Pemda, dan swasta (termasuk lembaga terkait lainnya) dalam
mendorong investasi dan penciptaan multioperator yang sehat.
B. TRANSFORMASI KELEMBAGAAN DI BIDANG PERKERETAAPIAN
Berbagai tantangan dalam penyelenggaraan perkeretaapian di masa datang, baik
dalam rangka peningkatan konektivitas, kapasitas dan kinerja layanan, maupun
keselamatan mengharuskan adanya suatu kerangka kelembagaan yang kuat
dalam penyelenggaraan perkeretaapian nasional. Kerangka kelembagaan ini
setidaknya mencakup kelembagaan internal di lingkungan Ditjen Perkeretaapian
RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 36
dan juga kelembagaan secara luas dalam hubungan antara operator-regulator-
user-publik.
Secara internal di Lingkungan Ditjen Perkeretaapian diperlukan adanya
pengembangan dan perkuatan kelembagaan untuk dapat melaksanakan seluruh
beban tugas dan fungsi yang diemban di masa datang. Saat ini kelembagaan
Ditjen Perkeretaapian terdiri dari 5 eselon II (Direktorat Prasarana, Direktorat
Sarana, Direktorat Lalulintas dan Angkutan, Direktorat Keselamatan, dan
Sekretariat Direktorat Jenderal) serta memiliki 3 UPT Dry Port (Rambi Puji,
Gedebage, Jebres).
Di masa datang, dengan semakin luasnya penyediaan jaringan perkeretaapian di
Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Papua, dan pulau lainnya, maka cakupan
area pembinaan perkeretaapian nasional akan semakin luas. Proses sertifikasi
sarana, prasarana, dan SDM serta pengendalian dan pengawasan layanan
perkeretaapian akan semakin besar jumlahnya dan menyebar lokasinya. Sangat
diperlukan pembentukan sejumlah UPT/Balaibaru di lingkungan Ditjen
Perkeretaapian untuk menjalankan fungsi regulator dan fungsi teknis di lapangan.
Adapun kelembagaan dalam kerangka penyelenggaraan perkeretaapian secara
lebih luas perlu ditransformasikan dan diperkuat. Sampai saat ini, pemisahan
penyelengaraan sarana dengan prasarana di jalur eksisting belum tuntas
dilakukan, tranformasi kelembagaan di PT. KAI sesuai amanat UU No. 23 Tahun
2007 tentang Perkeretaapian perlu segera dituntaskan, karena selain
menghambat terciptanya multioperator, juga mempengaruhi efektivitas
pembiayaan PSO, IMO, dan TAC.
Selain itu, pola kelembagaan kerjasama antara Pemerintah Pusat dan Daerah
serta dengan swasta perlu ditetapkan sistem dan prosedur teknisnya, sehingga
proses perizinan, pemberian bantuan teknis dan pendanaan (termasuk hibah),
koordinasi, serta bidang pembinaan lainnya dapat dijalankan dengan baik.
Peran lembaga pendidikan, asosiasi profesi, perguruan tinggi, dan
lembaga/instansi terkait lainnya dalam penyelenggaraan perkeretaapian
sebagaimana diamanatkan dalam UU No. 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian
juga perlu dibangunkan kerangka kelembagaannya.
RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 37
C. AKSESIBILITAS DAN KONEKTIVITAS JARINGAN
Total panjang jalur kereta api operasional di Indonesia sampai dengan tahun
2015 sepanjang ± 5434 Km’sp yang tersebar di seluruh wilayah Jawa dan 3 (tiga)
area di Pulau Sumatera (Sumatera Utara-Aceh, Sumatera Barat, dan Sumatera
Selatan-Lampung). Akses ke pelabuhan dan bandara saat ini baru di 7 lokasi
(Pelabuhan Belawan, Bandara Kualanamu, Pelabuhan Panjang/Tarahan,
Pelabuhan Penyeberangan Merak, Pelabuhan Tanjung Perak, Bandara Adi
Sucipto, Pelabuhan Cilacap), sedangkan KA commuter baru disediakan di 5 kota
(Jabodetabek, Bandung, Medan, Surabaya, dan Solo-Jogya).
Dengan kondisi penyediaan jaringan perkeretaapian seperti di atas, maka upaya
peningkatan aksesibilitas dan konektivitas jaringan perkeretaapian akan menjadi
isu penting bagi Renstra 2015-2019. Perluasan jaringan ke Pulau Kalimantan dan
Sulawesi, pengembangan jaringan kereta api perkotaan di sejumlah kota
metropolitan, serta pengembangan akses ke pelabuhan dan bandara utama harus
diprioritaskan.
Perluasan aksesibilitas dan konektivitas jaringan perkeretaapian sangat relevan
dengan agenda Presiden 2015-2019 yang mengutamakan pengembangan sistem
transportasi massal yang terpadu di perkotaan maupun antar kota, serta
konektivitas ke bandara dan pelabuhan (melalui jalur KA normal, monorel,
underground) yang menjadi salah satu prioritas pembangunan infrastruktur.
D. BACKLOG PEMELIHARAAN SARANA DAN PRASARANA
Tundaan pelaksanaan kegiatan (backlog) pemeliharaan sarana dan prasarana
perkeretaapian akibat terbatasnya pembiayaan pemerintah dalam 5 tahun ke
depan diperkirakan belum dapat dituntaskan maksimal. Permasalahan backlog
pemeliharaan ini menjadi isu penting karena akan sangat berkaitan dengan
tingkat keselamatan, keandalan, serta kapasitas angkut dari moda kereta api.
Diperkirakan total backlog pada Tahun 2012 (sumber: MTI) sekitar Rp 17,4 triliun
dengan komposisi untuk pemeliharaan prasarana rel mencapai Rp 6,092 triliun,
jembatan Rp 1,633 triliun, dan sintelis Rp 3,764 triliun, sedangkan untuk sarana
sekitar Rp 5,982 triliun.
Masih terhambatnya implementasi IMO dan TAC (akibat belum terbentuknya BUP
prasarana milik pemerintah akan menjadi isu strategis tersendiriselain terbatasnya
kemampuan pendanaan pemerintah dalam menyediakan nilai kebutuhan riil dari
RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 38
pemeliharaan prasarana perkeretaapian yang dimiliki. Sementara itu, backlog
untuk pemeliharaan sarana seharusnya menjadi tanggung jawab dari BUP sarana
(saat ini adalah PT. KAI dan anak-anak perusahaannya), meskipun sejumlah kereta
kelas ekonomi pengadaannya dilakukan oleh pemerintah, namun
pemeliharaannya tentu saja menjadi tugas dari operator.
E. OPTIMALISASI UTILISASI ASET EKSISTING
Dari total panjang jalur kereta api yang operasional sekarang sekitar 5434 km’sp
setiap tahun hanya mampu memproduksi sebanyak 2673 perjalanan kereta api
per hari (Sumber: GAPEKA, 2014) atau sekitar 900 ribu perjalanan kereta api per
tahun. Di mana produksi panjang perjalanan penumpang sekitar 16.880 juta
penumpang-km sedangkan untuk barang 2.645 ribu ton-km.
Terlihat bahwa utilisasi dari aset prasarana perkeretaapian yang ada belum
optimal, Optimalisasi utilisasi aset prasarana eksisting dapat dilakukan melalui
peningkatan jumlah lintas layanan serta frekuensi layanan baik oleh PT. KAI
(operator eksisting) maupun mengundang operator baru (melalui skema multi
operator, setelah BUP prasarana milik pemerintah sudah dibentuk).
Jika diperhatikan secara detail Gapeka 2014 masih terdapat sejumlah lintas/jalur
kereta api operasional yang hanya dilintasi kurang dari 10 KA/hari. Perlu adanya
upaya pemanfaatan lebih lanjut terhadap kapasitas lintas yang masih tersedia,
khususnya untuk angkutan barang, sehingga terwujud optimalisasi utilisasi.
F. PEMENUHAN KEBUTUHAN SDM PERKERETAAPIAN
Sesuai dengan rencana di dalam RIPNas maka untuk Tahun 2019minimal
diperlukan SDM sebanyak 31.320 orang (841 aparatur dan 30.479 operator).
Sedangkan untuk sertifikasi SDM perkeretaapian dalam 5 tahun ke depan
diperlukan sebanyak 16.446 orang. Sementara itu, jumlah SDM perkeretaapian
yang sudah bersertifikat sebanyak 14.811 orang (183 orang aparatur bersertifikat
dan 14.628 orang operator bersertifikat).
Isu utamanya adalah kapasitas lembaga diklat dan sertifikasi. Saat ini, baru saja
dibuka STIKA Madiun dengan kapasitas sekitar 150-200 orang per tahun,
sedangkan sertifkasi SDM saat ini masih dilakukan oleh Ditjen Perkeretaapian.
Diperlukan upaya strategis untuk meningkatkan kapasitas lembaga diklat serta
RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 39
mendorong asosiasi profesi untuk melakukan kegiatan sertifikasi SDM
perkeretaapain.
G. PENINGKATAN PERAN DAN DAYA SAING MODA KERETA API
Sampai dengan saat ini peran moda kereta api dalam sistem angkutan
penumpang maupun barang dan penumpang secara nasional masih sangat
minim, masing-masing baru sekitar 3,18% untuk angkutan penumpang (sebagian
besar disokong oleh KA commuter Jakarta) dan 0,16% untuk angkutan barang
(sebagian besar disokong oleh KA batubara Sumsel).
Dalam RIPNas ditetapkan bahwa target pangsa angkutan kereta api pada Tahun
2030 sebesar 11%-13 % untuk angkutan penumpang dan 15%-17% untuk
angkutan barang. Artinya untuk Tahun 2019 diperkirakan target untuk angkutan
penumpang sekitar 7,5% dan 5% untuk angkutan barang.
Diperlukan upaya perluasan jaringan jalur kereta api yang cukup ekstensif untuk
mencapai target tersebut, khususnya untuk angkutan barang. Pengembangan
jalur KA di Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi, serta optimalisasi utilisasi double-
track Jawa akan cukup membantu mendongkrak pangsa pasar kereta api.
Sedangkan untuk angkutan penumpang, pengembangan KA perkotaan dan KA
akses bandara akan memberikan tambahan muatan penumpang yang signifikan.
Namun selain dari upaya perluasan jaringan, peningkatan kualitas layanan
(khususnya kecepatan dan ketepatan), rasionalisasi tarif, serta integrasi dengan
moda lanjutan akan menjadi penentu daya saing kereta api dalam memenangkan
persaingan dengan moda lainnya.
H. PENGEMBANGAN KERETA API PERKOTAAN
Kota-kota besar di Indonesia semakin macet, di mana share angkutan umum juga
mencapai titik nadir dalam beberapa tahun terakhir. Data GIZ (2013) menyatakan
bahwa modal share angkutan umum perkotaan secara nasional di Indonesia
sekitar 23% (27,2% untuk kategori kota Metropolitan, 7% untuk kota Besar, dan
5,1% untuk kota menengah, sedangkan untuk kota kecil sangat marginal kalau
tidak bisa dikatakan sudah punah). Adapun data kecepatan lalu lintas jalan di 10
kota termacet di Indonesia (BSTP, 2014) adalah Bogor (15,32 km/jam, DKI Jakarta
(10-20 km/jam), Bandung (14,3 km/jam), Surabaya (21 km/jam), Depok (21,4
km/jam), Bekasi (21,86 km/m), Tangerang (22 km/jam), Medan (23,4 km/jam),
Makassar (24,06 km/jam), dan Semarang (27 km/jam).
RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 40
Harapan penyelesaian permasalahan transportasi perkotaan ke depan adalah
dengan pengembangan transportasi massal berbasis jalan rel, terutama di kota-
kota Metropolitan. Sampai saat ini layanan KA commuter baru baru disediakan di
5 kota (Jabodetabek, Bandung, Medan, Surabaya, dan Solo-Jogya), itupun masih
memanfaatkan jalur antar kota yang tersedia (kecuali Commuter Jabodetabek).
Pengembangan KA perkotaan di sejumlah kota Metropolitan dengan berbagai
teknologi merupakan keniscayaan untuk perioda 5 tahun ke depan. Program ini
juga selaras dengan Nawacita dari Presiden Jokowi yang akan berorientasi pada
kebijakan dan pengembangan sistem transportasi massal terintegrasi.
I. INVESTASI DAN PENDANAAN
Total perkiraan investasi untuk pengembangan perkeretaapian nasional dari
Tahun 2011 s.d Tahun 2030 dalam RIPNas sekitar mencapai nilai USD 88.156,70
juta (setara dengan Rp. 1057,88 Triliyun) dengan rasio pendanaan melalui
investasi Pemerintah (30%) dan Swasta (70%).
Total kebutuhan dana pemerintah sekitar Rp. 181.5 Trilyun selama 11 tahun atau
Rp 9.55 Trilyun/tahun, sepertinya dapat terpenuhi dengan trend alokasi APBN
saat ini sekitar Rp 8-12 Trilyun per tahun. Sedangkan kebutuhan pendanaan dari
swasta sekitar Rp 423.5 Trilyun, membutuhkan kerja ekstra keras, karena praktis
sampai dengan saat ini investasi oleh PT. KAI dan anak perusahaannya sekitar Rp
10,1 triliun di Tahun 2014 (sumber: Annual Report, PT. KAI, 2014) sedangkan
sumber lainnya masih terbatas, saat ini investasi pembangunan oleh swasta baru
sekitar Rp 40 Trilyundalam 5 tahun (MRT Jakarta sekitar Rp 20 Trilyun, Monorel
Jakarta sekitar Rp 7 Trilyun, KA Puruk Cahu-Bangkuang-Batanjung sekitar Rp 11
Trilyun).
Diperlukan persiapan proyek KPS perkeretaapian yang lebih baik, kelembagaan
simpul KPS/investasi di Ditjen Perkeretaapian yang lebih kuat, serta dukungan
jaminan investasi dari Pemerintah (cq Kementerian Keuangan) yang lebih pasti,
serta aplikasi berbagai alternatif skema pendanaan agar kebutuhan pembiayaan
dari sektor swasta dapat dipenuhi.
RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 41
J. APLIKASI DAN PEMBARUAN TEKNOLOGI PERKERETAAPIAN
Pembaruan aplikasi teknologi sarana dan prasarana perkeretaapian belum
sepenuhnya selesai dilaksanakan. Sampai Tahun 2014, aplikasi teknologi sinyal
perkeretaapian baru 252set yang elektrik (sisanya masih mekanik), panjang jalur
KA yang sudah dielektrifikasi sepanjang 254,8 km, sarana KRL baru sekitar 10%
dari total, dan masih menyisakan beberapa kilometer rel dengan bantalan kayu.
Sementara itu, pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) untuk
peningkatan keselamatan dan pelayanan perkeretaapian juga belum sepenuhnya
optimal. Penggunaan Electronic ticketing& Elelctronic Money baru diaplikasikan di
KA Commuter Jabodetabek dan KA Akses Bandara Kualanamu, Reservasi Ticket
online untuk KA Jarak jauh, namun train-tracking serta railway-system-monitoring
secara online belum diaplikasikan maksimal.
Pembaruan teknologi sarana dan prasarana serta pemanfaatan TIK dalam
pengoperasian kereta api, akan menjadi salah satu penentu daya saing dan
kualitas layanan moda kereta api di masa datang. Informasi yang tepat dan
akurat, serta sarana dan prasarana berteknologi tinggi akan memberikan impresi
yang baik akan kondisi perkeretaapian nasional yang sudah bertransformasi lebih
modern, efisien, dan ramah lingkungan.
RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 42
BAB 2 VISI,MISIDANSASARAN PEMBANGUNAN
2.1 VISI DAN MISI PRESIDEN, SERTA SASARAN PEMBANGUNAN
NASIONAL
2.1.1 VISI DAN MISI PRESIDEN
Pemerintahan Negara Republik Indonesia untuk periode 2015-2019 dengan visi
dan misi Presidenyang secara politik menjadi bagian dari tujuan tercapainya
masyarakat Indonesia yang Adil dan Makmur.Visi Presidenlima tahun ke depan
Indonesia Periode Tahun 2015 -2019 adalah :
“Terwujudnya Indonesia Yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian
Berlandaskan Gotong Royong”
Sedangkan untuk mewujudkan Visi tersebut, Misi Presiden dalamPembangunan
Nasional Indonesia Periode Tahun 2015 -2019 adalah :
1. Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan
wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan
sumberdaya maritim, dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai
negara kepulauan;
2. Mewujudkan masyarakat maju, berkesimbangan dan demokratis
berlandaskan Negara hukum;
3. Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan memperkuat jati diri
sebagai negara maritim;
4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju, dan
sejahtera;
5. Mewujudkan bangsa yang berdaya-saing;
6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat,
dan berbasiskan kepentingan nasional;
7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.
2.1.2 AGENDA PRIORITAS PEMBANGUNAN (NAWA CITA)
Program prioritas nasional yang dimuat dalam RPJMN 2015-2019 merupakan
pengejawantahan dari visi dan misi Presiden 2015-2019 yang mengedepakan 9
(sembilan) agenda prioritas atau yang sering disebut sebagai NAWACITA. Adapun
RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 43
penjelasan mengenai setiap agenda prioritas tersebut disampaikan pada Tabel
2.1 berikut.
Tabel 2.1Sembilan Agenda Prioritas Nasional (NAWACITA) 2015-2019
NO AGENDA PRIORITAS PENJELASAN
1 Melindungi segenap
bangsa dan
memberikan rasa
aman pada seluruh
warga negara
• Pelaksanaan politik luar negeri bebas aktif
• Keamanan negara yang terpercaya dan pembangunan
pertahanan negara Tri Matra terpadu yang dilandasi
kepentingan nasional
• Memperkuat jati diri sebagai negara martim
2 Membangun tata
kelola Pemerintahan
yang bersih, efektif,
demokratis, dan
terpercaya
• Memulihkan kepercayaan publik kepada institusi demokrasi
• Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang transparan
• Menjalankan agenda reformasi birokrasi secara berkelanjutan
• Mendorong partisipasi publik dalam proses pengambilan
kebijakan publik
3 Membangun
Indonesia dari
pinggiran dengan
memperkuat daerah-
daerah dan desa
dalam kerangka
negara kesatuan
• Pelaksanaan kebijakan desentralisasi asimetris
• Mensinergikan tata kelola pemerintahan
• Reformasi tata hubungan keuangan Pusat dan Daerah
• Melakukan pemerataan pembangunan antar wilayah
• Reformasi pelayanan publik melalui penguatan desa
• Peningkatan kapasitas pemerintah dalam menjalankan fungsi
pembinaan
4 Reformasi sistem dan
penegakan hukum
yang bebas korupsi,
bermartabat, dan
terpercaya
• Memprioritaskan pemberantasan korupsi dengan konsistem
dan terpercaya
• Pemberantasan tindakan penebangan, perikanan, dan
penambangan liar
• Pemberantasan tidak kejahatan perbankan dan pencucian uang
• Menjamin kepastian hukum hak kepemilikan tanah
• Perlindungan anak, perempaun, dan kelompok marjinal
• Penghormatan dan penyelesaian masalah HAM
5 Meningkatkan
kualitas hidup
manusia Indonesia
• Peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan
• Peningkatan layanan kesehatan masyarakat
• Peningkatan kesejahteraan masyarakat (termasuk land reform,
perumahan, dan jaminan sosial)
6 Meningkatkan
produktivitas
masyarakat dan daya
saing di pasar
internasional
• Membangun infrastruktur
• Membangun kawasan industri
• Membangun pasar tradisional
• Menciptakan layanan satu atap untuk investasi
• Mendorong BUMN sebagai agen pembangunan
• Mendirikan Bank Pembangunan dan Infrastruktur
• Meningkatkan anggaran riset
• Membangun sejumlah science and techno park
7 Kemandirian ekonomi
dengan
menggerakkan
sektor-sektor
strategis ekonomi
domestik
• Mewujudkan kedaulatan pangan
• Mewujudkan kedaluatan energi
• Mewujudkan kedaulatan keuangan
• Mewujudkan penguatan teknologi melalui kebijakan penciptaan
sistem inovasi nasional
8 Revolusi karakter
bangsa
• Penataan kembali kurikulum pendidikan nasional
• Memberikan jaminan hidup yang memadai bagi guru
• Pemerataan fasilitas pendidikan
• Kebijakan rekutmen dan distribusi tenaga pengajar berkualitas
• Menginisiasi UU wajib belajar tanpa dipungut biaya
• Meningkatkan pemberian subsidi kepada PTN
RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 44
NO AGENDA PRIORITAS PENJELASAN
• Mewajibkan aparatur menganut “techno-ideology”
9 Memperteguh
kebhinekaan dan
memperkuat restorasi
sosial Indonesia
• Memperkuat pendidikan kebhinekaan dan menciptakan ruang
dialog antar warga
• Menegakkan hukum secara tegas sesuai amanat konstitusi
• Membangun modal sosial melalui metoda rekonstruksi sosial
• Mengoptimalkan pranata sosial dan budaya yang ada
• Mengembangkan insentif khusus untuk kebudayaan
• Meningkatkan proses pertukaran kebudayaan
Penyediaan layanan transportasi merupakan bagian dari agenda prioritas ke -6
yakni “meningkatkan produktivitas masyarakat dan daya saing di pasar
internasional” khususnya berkenaan dengan komitmen pembangunan
infrastruktur.
2.1.3 SASARAN PEMBANGUNAN NASIONAL
Terdapat 11sasaran pada agenda prioritas nasional ke-6 “meningkatkan
produktivitas masyarakat dan daya saing di pasar internasional” dimana 2
diantaranya terkait erat dengan bidang transportasi dan perkeretaapian , yaitu:
1) Membangun Konektivitas Nasional Untuk Mencapai Keseimbangan
Pembangunan;
2) Membangun Transportasi Umum Massal Perkotaan;
A. MEMBANGUN KONEKTIVITAS NASIONAL UNTUK MENCAPAI
KESEIMBANGAN PEMBANGUNAN
Sasaran yang ingin dicapai berkaitan dengan pembangunan konektivitas nasional
yang terkait dengan bidang perkeretaapian adalah:
1. Meningkatnya kapasitas sarana dan prasarana transportasi dan keterpaduan
sistem transportasi multimoda dan antarmoda, melalui meningkatnya jumlah
barang yang dapat diangkut oleh kereta api menjadi 1,5 juta TEUs/Tahun,
pangsa muatan angkutan kereta api minimal 5 persen untuk barang dan 7,5
persen untuk penumpang melalui pembangunan jalur KA sepanjang 3258
km’sp.
2. Meningkatnya kinerja pelayanan dan industri transportasi nasional untuk
mendukung konektivitas nasional, Sistem Logistik Nasional (Sislognas) dan
konektivitas global melalui:
a. Terselenggaranya pelayanan Short Sea Shipping yang terintegrasi
dengan moda lainnya seperti kereta api dan angkutan jalan di Pulau
Jawa dan Sumatera;
RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 45
b. Meningkatnya SDM transportasi yang bersertifikat menjadi 2 kali lipat
dibandingkan kondisi baseline dengan meningkatkan penyelenggaraan
pendidikan paling tidak untuk lulusan pendidikan darat dan
perkeretaapian sebanyak 35 ribu orang;
c. Termanfaatkannya hasil industri transportasi nasional dalam rangka
pemberdayaan hasil industri transportasi dalam negeri yang meliputi
pengembangan pesawat udara (N-219), armada serta galangan kapal
nasional, bus, fasilitasdan sarana perkeretaapian nasional, serta industri
aspal buton dan meningkatnya kapasitas jasa kontruksi nasional.
3. Meningkatnya tingkat keselamatan dan keamanan penyeleng- garaan
pelayanan transportasi serta pertolongan dan penyelamatan korban
kecelakaan transportasi melalui menurunnya rasio angka kecelakaan kereta
api menjadi kurang dari 0,025 kecelakaan per 1 juta-km perjalanan kereta api.
4. Menurunnya emisi gas rumah kaca (RAN-GRK) sebesar 2,982 juta ton CO2e
untuk subsektor transportasi darat, 15,945 juta ton CO2e untuk subsektor
transportasi udara, dan 1,127 juta ton CO2e untuk subsektor transportasi
perkeretaapian hingga tahun 2020 melalui penyediaan sarana dan prasarana
transportasi yang ramah lingkungan dan responsif terhadap perubahan
iklim/cuaca ekstrem.
B. MEMBANGUN TRANSPORTASI MASSAL PERKOTAAN
Sasaran yang ingin dicapai melalui pembangunan transportasi massal perkotaan
yang berkaitan langsung dengan bidang perkeretaapian adalah meningkatnya
pelayanan angkutan massal perkotaan dengan salah satu indikasinya adalah
jumlah kota yang menerapkan sistem angkutan massal berbasis jalan dan/atau
kereta api minimal 34 kota dan meningkatnya aplikasi teknologi informasi dan
skema sistem manajemen transportasi perkotaan melalui Penerapan ATCS di kota
yang telah menerapkan sistem angkutan massal perkotaan berbasis bus (BRT)
dan kota sedang/besar yang berada di jalur logistik nasional , serta Automatic
Train Protection (ATP) pada jaringan kereta api perkotaan.
2.2 SASARAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN 2015-2019
Sesuai rumusan sasaran nasional pembangunan sektor transportasi dalam RPJMN
Tahun 2015-2019 dan memperhatikan permasalahan dan capaian pembangunan
tahun 2010-2014, maka sasaran pembangunan transportasi dalam Rencana
Strategis Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019 dijabarkan dalam 3 aspek
RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 46
yaitu (i) keselamatan dan keamanan, (ii) pelayanan transportasi, dan (iii) kapasitas
transportasi sesuai tugas dan tupoksi Kementerian Perhubungan untuk
mewujudkan transportasi yang handal, berdaya saing dan memberikan nilai
tambah.
Adapun sasaran Kementerian Perhubungan Tahun 2015 – 2019 yang dibagi
menjadi 3 aspek adalah sebagai berikut:
1. Aspek Keselamatan dan Keamanan:
a. Menurunnya angka kecelakaan transportasi;
b. Menurunnya Jumlah Gangguan Keamanan dalam Penyelenggaraan
Transportasi.
2. Aspek Pelayanan:
a. Meningkatnya kinerja pelayanan sarana dan prasarana transportasi;
b. Terpenuhinya SDM transportasi dalam jumlah & kompetensi sesuai
dengan kebutuhan;
c. Meningkatnya kualitas penelitian sesuai dengan kebutuhan;
d. Meningkatnya kinerja capaian Kementerian Perhubungan dalam
mewujudkan good governance;
e. Meningkatnya penetapan regulasi dalam implementasi kebijakan
bidang perhubungan;
f. Menurunnya emisi gas rumah kaca (GRK) dan meningkatnya
penerapan teknologi ramah lingkungan pada sektor transportasi;
g. Meningkatnya kualitas kinerja pengawasan dalam mewujudkan clean
governance;
3. Aspek Kapasitas:
a. Meningkatnya kapasitas sarana dan prasarana transportasi dan
keterpaduan sistem transportasi antarmoda dan multimoda;
b. Meningkatnya produksi angkutan penumpang dan barang;
c. Meningkatkan layanan transportasi di daerah rawan bencana,
perbatasan, terluar dan khususnya wilayah timur Indonesia;
d. Meningkatnya pelayanan angkutan umum massal perkotaan;
e. Meningkatnya aplikasi teknologi informasi dan skema sistem
manajemen transportasi perkotaan.
Sasaran pembangunan transportasi Kementerian Perhubungan pada prinsipnya
sejalan dengan sasaran pembangunan nasional yang tertuang di dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019. Hal ini
tentunya memiliki keselarasan dan interkoneksi yang memberikan pemahaman
bahwa sasaran pembangunan nasional dapat dijabarkan kembali menjadi sasaran
pada Kementerian Perhubungan yang secara khusus difokuskan pada
RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 47
perencanaan dan pembangunan transportasi. Secara lebih jelasnya korelasi
antara sasaran pembangunan nasional dengan sasaran Kementerian
Perhubungan Tahun 2015-2019 sebagaimana pada diagram berikut ini.
Gambar 2.1Sinkronisasi Sasaran RPJMN Tahun 2015-2019 dengan Renstra Kementerian
Perhubungan Tahun 2015-2019
Interkoneksi antara isu strategis dan sasaran Kementerian Perhubungan
diperlukan sebagai dasar dalam mengidentifikasi alur pikir perencanaan
pembangunan transportasi tahun 2015-2019, sehingga hubungan liniearitas
antara isu strategis dan sasaran pembangunan transportasi ke depan dapat
terarah dan sejalan dengan agenda prioritas pembangunan nasional yang
tertuang di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
Tahun 2015-2019, sehingga sasaran Kementerian Perhubungan memiliki
interkoneksi secara langsung dengan 9 agenda prioritas nasional (Nawa Cita). Hal
ini memberikan konsekuensi logis dalam bidang transportasi bahwa konsep
perencanaan dan pendekatan pembangunan bidang transportasi akan
mendukung 9 (sembilan) agenda prioritas nasional selama 5 (lima) tahun ke
depan. Pendekatan isu strategis transportasi dalam perumusan sasaran
pembangunan Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019 menjadi penting
untuk lebih menata dan mengelola transportasi dengan baik, serta berbasis
pendekatan multidimensi/multisektor termasuk dalam hal ini kaitannya dengan
RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 48
aspek tata ruang, gender, sosial, lingkungan, dan budaya. Pendekatan tersebut
akan membawa sinergitas pembangunan transportasi secara lebih terpadu,
mewujudkan pembangunan dan penanganan permasalahan transportasi secara
lebih komprehensif dan membawa perubahan pada karakteristik masyarakat,
maupun perilaku masyarakat dalam menggunakan dan memelihara sarana dan
prasarana transportasi secara lebih baik dan bijaksana. Demikian juga Pemerintah
menjadi bagian penting sebagai pihak yang akan selalu hadir dalam
mengupayakan pembangunan dan pengembangan transportasi untuk sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat.
2.3 SASARAN DITJEN PERKERETAAPIAN TAHUN 2015-2019
Komprehensivitas pertimbangan dalam penetapan visi dan misi Presiden terpilih,
dan tujuan serta penjabaran sasaran Kementerian Perhubungan sangat
diperlukan agar sasaran penyelenggaraan perkeretaapian dalam 5 tahun ke
depan tidak terlepas dari konteks regulasi, tantangan, dan permasalahan sektoral,
nasional, maupun global yang akan dihadapi.
Dengan mengacu Rencana Strategis Kementerian Perhubungan tahun 2015-2019,
maka sasaran Ditjen Perkretaapian tahun 2015-2019 sebagai berikut:
1. Aspek Keselamatan dan Keamanan:
a. Menurunnya angka kecelakaan transportasi perkeretaapian;
b. Menurunnya jumlah gangguan keamanan dalam penyelenggaraan
Transportasi perkeretaapian.
2. Aspek Pelayanan:
a. Meningkatnya kinerja pelayanan sarana dan prasarana transportasi
perkeretaapian;
b. Meningkatnya kinerja capaian Ditjen Perkeretaapian dalam
mewujudkan good governance;
c. Menurunnya emisi gas rumah kaca (GRK) dan meningkatnya
penerapan teknologi ramah lingkungan pada sektor transportasi
perkeretaapian;
3. Aspek Kapasitas:
a. Meningkatnya kapasitas sarana dan prasarana transportasi
perkeretaapian dan keterpaduan sistem transportasi multimoda dan
antarmoda untuk mengurangi backlog maupun bottleneck kapasitas
prasarana transportasi perkeretaapian dan sarana transportasi
RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 49
antarmoda dan antarpulau sesuai dengan sistem transportasi nasional
dan cetak biru transportasi multimoda;
b. Meningkatkan layanan transportasi di daerah rawan bencana,
perbatasan, terluar dan khususnya wilayah timur Indonesia;
c. Meningkatnya pelayanan angkutan umum massal perkotaan.
RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 50
BAB 3 ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI,
DAN KERANGKA KELEMBAGAAN
3.1 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL TAHUN
2015-2019
3.1.1 ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL
Sejalan dengan visi pembangunan “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat,
Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”, maka pembangunan
nasional 2015-2019 diarahkan untuk mencapai sasaran utama, yang salah satu
sasaran pembangunan sektor unggulan adalah aspek maritim dan kelautan yang
memuat upaya membangun konektivitas nasional.
Salah satu program Agenda Prioritas Pembangunan (Nawa Cita) yaitu
meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional
dijabarkan kembali kedalam agenda pembangunan nasional, khususnya agenda
pembangunan transportasi nasional, diantaranya adalah membangun
konektivitas nasional untuk mencapai keseimbangan pembangunan dan
membangun transportasi massal perkotaan.
3.1.1.1 MEMBANGUN KONEKTIVITAS NASIONAL UNTUK MENCAPAI
KESEIMBANGAN PEMBANGUNAN
Arah kebijakan dan strategi pembangunan konektivitas yang berkaitan dengan
bidang perkeretaapian antara lain adalah:
1. Mempercepat pembangunan Sistem Transportasi Multimoda,
diantaranya melalui pembangunan akses kereta api menuju ke
pelabuhan dan bandara internasional dengan kompetisi yang sehat dan
berimbang, diantaranya pada Bandara Soekarno-Hatta, Bandara
Minangkabau, Bandara Kualanamu, Bandara Juanda, Bandara Kertajati,
Bandara Kulon Progo, Pelabuhan Kuala Tanjung, Pelabuhan Belawan,
Pelabuhan Tanjung Priok, Pelabuhan Tanjung Perak, Pelabuhan Tanjung
Emas, dan Pelabuhan Penyeberangan Merak – Bakauheni.
2. Mempercepat pembangunan transportasi dengan penguatan industri
nasional untuk mendukung Sistem Logistik Nasional dan penguatan
konektivitas nasional dalam kerangka mendukung kerjasama regional
dan global. Diantaranya dengan:
RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 51
a. Penempatan transportasi laut sebagai tulang punggung sistem
logistik nasional melalui pengembangan pelabuhan- pelabuhan
berkapasitas tinggi yang ditunjang dengan fasilitas pelabuhan
yang memadai serta membangun short sea shipping/ coastal
shipping pada jalur logistik nasional yang diintegrasikan dengan
moda kereta api dan jalan raya, terutama untuk mengurangi beban
(share) angkutan jalan Sumatera-Jawa (Pelabuhan Paciran/Tanjung
Perak, Pelabuhan Kendal/ Tanjung Emas dan Pelabuhan
Marunda/Tanjung Priok di Pulau Jawa serta Pelabuhan
Panjang/Sumur di Pulau Sumatera);
b. Pembangunan sarana dan prasarana serta industri transportasi,
diantaranya dengan Pembangunan kereta api Trans Kalimantan,
Sulawesi, dan Papua serta penyelesaian jalur kereta api Trans
Sumatera, serta peningkatan kapasitas jalur eksisting menjadi jalur
ganda di Sumatera dan Jawa terutama di lintas selatan Jawa;
c. Penyediaan armada transportasi nasional melalui pemberdayaan
industri transportasi dalam negeri yang diantaranya meliputi
pengembangan fasilitas dan sarana perkeretaapian seperti
lokomotif, kereta penumpang, gerbong, KRL dan persinyalan.
3. Melakukan upaya keseimbangan antara transportasi yang berorientasi
nasional dengan transportasi yang berorientasi lokal dan kewilayahan
diantaranya melalui:
a. Menciptakan pembagian peran moda transportasi yang lebih
berimbang dengan mendorong pembangunan perkeretaapian dan
transportasi laut yang lebih progresif sehingga secara bertahap
terjadi perpindahan moda dari jalan ke moda kereta api serta
moda angkutan laut;
b. Meningkatkan frekuensi pelayanan, optimalisasi, dan integrasi
penyelenggaran subsidi angkutan perintis dan Public Service
Obligation (PSO) diantara subsidi bus perintis, angkutan laut,
sungai, danau, penyeberangan, udara, dan perkeretaapian.
4. Membangun sistem dan jaringan transportasi yang terintegrasi untuk
mendukung investasi pada Koridor Ekonomi, Kawasan Industri Khusus,
Komplek Industri, dan pusat-pusat pertumbuhan lainnya di wilayah non-
koridor ekonomi, diantaranya melalui:
a. Pembangunan dan peningkatan prasarana transportasi yang
mendukung pengembangan industri dan pariwisata nasional
RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 52
sesuai dengan Rencana Induk Pengembangkan Industri Nasional
(RIPIN) dan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN).
b. Stimulasi pengembangan kawasan dan penguatan konektivitas
regional di wilayah Surabaya-Madura (Suramadu);
c. Percepatan penyelesaian peraturan perundangan terkait masalah
lahan, sinkronisasi RTRW Nasional dan Daerah.
5. Meningkatkan keselamatan, keamanan, dan kesadaran dalam
penyelengaraan transportasi diantaranya melalui pemenuhan
persyaratan keselamatan sesuai standar internasional.
3.1.1.2 MEMBANGUN TRANSPORTASI MASSAL PERKOTAAN
Arah kebijakan dan strategi yang berkenaan dengan penyelenggaraan
perkeretaapian adalah:
1. Mengembangkan transportasi perkotaan dengan memperhatikan interaksi
antara transportasi dan tata guna lahan serta pemanfaatan Intelligent
Transport System (ITS), diantaranya melalui strategi:
a. Peningkatan Akses terhadap Angkutan Umum dengan
Pembangunan Berorientasi Angkutan (TOD) danPark and Ride,
sistem informasi lalu lintas secara real time
b. Penyediaan fasilitas pendukung untuk alih moda angkutan umum
dengan moda transportasi lainnya.
2. Pengembangan angkutan umum massal yang modern dan maju dengan
berorientasi berbasis kepada bus (BRT) maupun rel (LRT, tramway, MRT)
dengan fasilitas alih moda terpadu, melalui strategi:
a. Pembangunan angkutan massal cepat berbasis rel antara lain MRT
diwilayah Jabodetabek, dan jalur lingkar layang KA Jabodetabek,
serta LRT/monorail/Tram di Surabaya, Bandung, dan Palembang,
b. Pengembangan kereta perkotaan di 10 kota metropolitan: Batam,
Medan, Palembang, Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta,
Surabaya, Denpasar, dan Makassar.
c. Penyediaan dana subsidi yang terarah untuk angkutan massal
perkotaan.
3. Meningkatkan integrasi kelembagaan transportasi perkotaan melalui
percepatan pembentukan Kelembagaan pengelolaan transportasi perkotaan
RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 53
seperti Otoritas Transportasi Jabodetabek (OTJ) yang memiliki kewenangan
kuat dalam integrasi dari konsep, strategi, kebijakan, perencanaan, program,
implementasi, manajemen, dan pembiayaan sistem transportasi perkotaan di
kota-kota megapolitan lainnya.
3.1.2 STRATEGI PEMBANGUNAN NASIONAL
Secara umum Strategi Pembangunan Nasional menggariskan hal-hal sebagai
berikut:
1. Norma Pembangunan yang diterapkan dalam RPJMN 2015-2019 adalah
sebagai berikut:
a. Membangun untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dan
masyarakat.
b. Setiap upaya meningkatkan kesejahteran, kemakmuran, produktivitas
tidak boleh menciptakan ketimpangan yang makin melebar yang dapat
merusak keseimbangan pembangunan. Perhatian khusus kepada
peningkatan produk-tivitas rakyat lapisan menengah-bawah, tanpa
menghalangi, menghambat, mengecilkan dan mengurangi keleluasaan
pelaku-pelaku besar untuk terus menjadi agen pertum-buhan. Hal ini
dimaksudkan untuk menciptakan pertum-buhan ekonomi yang
berkelanjutan.
c. Aktivitas pembangunan tidak boleh merusak, menurunkan daya dukung
lingkungan dan mengganggu keseimbangan ekosistem.
2. Tiga Dimensi Pembangunan;
a. Dimensi pembangunan manusia dan masyarakat.
Pembangunan dilakukan untuk meningkatkan kualitas ma- nusia dan
masyarakat yang menghasilkan manusia-manusia Indonesia unggul
dengan meningkatkan kecerdasan otak dan kesehatan fisik melalui
pendidikan, kesehatan dan perbaikan gizi. Manusia Indonesia unggul
tersebut diharap-kan juga mempunyai mental dan karakter yang tangguh
dengan perilaku yang positif dan konstruktif. Karena itu pembangunan
mental dan karakter menjadi salah satu prioritas utama pembangunan,
tidak hanya di birokrasi tetapi juga pada seluruh komponen masyarakat,
sehingga akan dihasilkan pengusaha yang kreatif, inovatif, punya etos
bisnis dan mau mengambil risiko; pekerja yang berde-dikasi, disiplin, kerja
keras, taat aturan dan paham terhadap karakter usaha tempatnya bekerja;
serta masyarakat yang tertib dan terbuka sebagai modal sosial yang
positif bagi pembangunan, serta memberikan rasa aman dan nyaman bagi
sesama.
RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 54
b. Dimensi pembangunan sektor unggulan dengan prioritas:
Kedaulatan pangan. Indonesia mempunyai modal yang cukup untuk
memenuhi kedaulatan pangan bagi seluruh rakyat, sehingga tidak
boleh tergantung secara berlebihan kepada negara lain.
Kedaulatan energi dan ketenagalistrikan. Dilakukan dengan
memanfaatkan sebesar-besarnya sumber daya energi (gas, batu-bara,
dan tenaga air) dalam negeri.
Kemaritiman dan kelautan. Kekayaan laut dan maritim Indonesia harus
dapat dimanfaatkan secara optimal bagi kepentingan nasional dan
kesejahteraan rakyat.
Pariwisata dan industri. Potensi keindahan alam dan keanekaragaman
budaya yang unik merupakan modal untuk pengembangan pariwisata
nasional. Sedangkan industri diprioritaskan agar tercipta ekonomi
yang berbasiskan penciptaan nilai tambah dengan muatan iptek,
keterampilan, keahlian, dan SDM yang unggul.
c. Dimensi pemerataan dan kewilayahan.
Pembangunan bukan hanya untuk kelompok tertentu, tetapi untuk
seluruh masyarakat di seluruh wilayah. Karena itu pembangunan harus
dapat menghilangkan/memperkecil kesenjangan yang ada, baik
kesenjangan antarkelompok pendapatan, maupun kesenjangan
antarwilayah, dengan prioritas:
Wilayah desa, untuk mengurangi jumlah penduduk miskin, karena
penduduk miskin sebagian besar tinggal di desa;
Wilayah pinggiran;
Luar Jawa;
Kawasan Timur.
3. Kondisi sosial, politik, hukum, dan keamanan yang stabil diperlu- kan sebagai
prasyarat pembangunan yang berkualitas. Kondisi perlu tersebut antara lain:
a. Kepastian dan penegakan hukum;
b. Keamanan dan ketertiban;
c. Politik dan demokrasi; dan
d. Tatakelola dan reformasi birokrasi.
4. Quickwins (hasil pembangunan yang dapat segera dilihat hasilnya).
Pembangunan merupakan proses yang terus menerus dan membutuhkan
waktu yang lama. Karena itu dibutuhkan output cepat yang dapat dijadikan
contoh dan acuan masyarakat tentang arah pembangunan yang sedang
berjalan, sekaligus untuk meningkatkan motivasi dan partisipasi masyarakat.
RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 55
Gambar 3.1Strategi Pembangunan Nasional
3.2 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGIPEMBANGUNAN
PERHUBUNGAN TAHUN 2015-2019
Arah kebijakan dan strategi Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019 dalam
pembangunan sektor transportasi merujuk pada arah kebijakan pembangunan
transportasi nasional yang tertuang didalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019. Kebijakan dan strategi tersebut
juga disinergikan dengan arah kebijakan pembangunan berdasarkan Rencana
Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Kementerian Perhubungan 2005-2025 yang
menjadi salah satu alur logis perencanaan pembangunan sektor transportasi
berkelanjutan.
Pemikiran di atas sebagai dasar pertimbangan penyusunan strategi dilakukan
sebagai bagian dari perumusan arah kebijakan dan strategi pembangunan di
Kementerian Perhubungan yang berkorelasi pada sasaran Kementerian
Perhubungan yang telah disusun sebelumnya. Arah kebijakan dan strategi
Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019 dikelompokkan menjadi 3 aspek,
meliputi keselamatan dan keamanan, pelayanan, serta kapasitas transportasi.
RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 56
3.2.1 KESELAMATAN DAN KEAMANAN
Keselamatan dan keamanan dalam penyelengaraan pelayanan transportasi
ditujukan untuk meningkatkan rasa aman dan nyaman pengguna transportasi
serta menurunkan jumlah dan tingkat kecelakaan transportasi yang meliputi
transportasi jalan, kereta api, pelayaran, dan penerbangan. Tingkat keselamatan
dan keamanan transportasi diwujudkan melalui dua sasaran yaitu menurunnya
angka kecelakaan transportasi, dan menurunnya jumlah gangguan keamanan
dalam penyelenggaraan transportasi.
1. Sasaran menurunnya angka kecelakaan transportasi dengan arah kebijakan
meningkatkan keselamatan dalam penyelenggaraan transportasi, melalui
strategi :
a. Penguatan kelembagaan dalam peningkatan keselamatan transportasi
Keselamatan transportasi merupakan tanggung jawab berbagai pihak,
baik pemerintah sebagai regulator maupun pelaku usaha sebagai
operator. Saat ini fungsi pengawasan dan pembinaan keselamatan
transportasi telah dilakukan pemerintah melalui kegiatan dan program
peningkatan keselamatan, diharapkan fungsi pengawas keselamatan
juga dilakukan di dunia usaha melalui pembentukan unit khusus yang
menangani fungsi pengawas keselamatan.
b. Peningkatan peran serta masyarakat dan badan usaha di bidang
keselamatan transportasi
Keselamatan transportasi merupakan keadaan yang terwujud dari
penyelenggaraan transportasi yang lancar sesuai dengan prosedur
operasi dan persyaratan kelaikan teknis terhadap sarana dan prasarana
beserta penunjangnya. Upaya peningkatan keselamatan transportasi
telah dan akan terus dilakukan pemerintah melalui penyediaan sarana
dan prasarana keselamatan serta sosialisasi keselamatan kepada
masyarakat dan badan usaha. Peran serta masyarakat dan badan usaha
dalam peningkatan keselamatan transportasi diwujudkan dalam
peningkatan kepatuhan untuk mematuhi standar operasi dan prosedur
penggunaan dan penyediaan sarana transportasi darat, perkeretaapian,
laut dan udara.
c. Pendidikan dan peningkatan kesadaran penyelenggaraan transportasi
yang berkeselamatan sejak usia dini
Pendidikan keselamatan transportasi secara dini dengan menfokuskan
pada penanaman pengetahuan tentang tata cara transportasi yang
berkeselamatan (transfer of knowledge) dan menanamkan nilai-nilai
(transform of values) etika dan budaya tertib dan membangun perilaku
pada generasi muda. Pribadi yang beretika mempunyai kecerdasan
RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 57
sosial yang tinggi dan kepekaan dalam bertansportasi, selain itu, juga
akan mengerti pentingnya penggunaan peralatan dan prasarana
keselamatan serta peraturan keselamatan.
d. Peningkatan/pembaharuan regulasi terkini sesuai dengan standar
keselamatan
Untuk memenuhi tuntutan perkembangan teknologi keselamatan
transportasi diperlukan pembaharuan regulasi keselamatan yang
mencakup norma, standar, prosedur dan kriteria.
e. Peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana keselamatan
transportasi sesuai dengan perkembangan teknologi;
Upaya peningkatan keselamatan transportasi selain pengurangan tingkat
kecelakaan yang disebabkan kesalahan manusia (human error) dilakukan
juga strategi melalui pemenuhan kuantitas dan tingkat kehandalan
sarana dan prasarana keselamatan transportasi darat, perkeretaapian,
laut dan udara.
f. Pemenuhan standar keselamatan transportasi berupa perlengkapan
keselamatan transportasi jalan dan perkeretaapian maupun
perlengkapan navigasi pelayaran dan penerbangan
Selain upaya pemenuhan kualitas dan kuantitas keselamatan
transportasi, penurunan tingkat kecelakaan juga dilakukan melalui
strategi ketentuan pemenuhan standar keselamatan pada sarana dan
prasarana transportasi sesuai standar nasional dan internasional.
g. Peningkatan efektivitas pengendalian, pengaturan dan pengawasan
terhadap pemenuhan standar keselamatan transportasi;
Dalam upaya pemenuhan standar keselamatan transportasi dilakukan
melalui pemeriksaan atau audit secara berkala dan pelaksanaan random
check yang meliputi standar keselamatan bidang prasarana, sarana, tata
cara pengangutan serta sumber daya manusia transportasi dalam rangka
pengawasan dan pengendalian terhadap peraturan standar keselamatan.
h. Peningkatan keandalan/kelaikan sarana dan prasarana transportasi
melalui program pengujian dan sertifikasi sarana, prasarana termasuk
fasilitas pendukung lainnya
Pengujian kehandalan/kelaikan sarana prasarana transportasi dilakukan
secara berkala untuk menjamin tingkat kehandalan dan kecukupan
peralatan keselamatan yang diikuti melalui penerbitan sertifikasi sarana
dan prasarana termasuk fasilitas pendukung lainnya.
i. Peningkatan koordinasi pelaksanaan Rencana Umum Nasional
Keselamatan Jalan (RUNK) serta Program Dekade Aksi Keselamatan Jalan
baik di tingkat nasional maupun daerah
RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 58
j. Koordinasi peningkatan keselamatan di perlintasan sebidang antara jalur
kereta api dengan jalan.
Perlintasan sebidang merupakan faktor kritis dalam penyelenggaraan
kereta api mengingat banyaknya kejadian kecelakaan yang diterjadi di
lokasi perlintasan. Berdasarkan pada amanat UU 23/2007, setiap
perlintasan/perpotongan antara jalur kereta api dan jalan dibuat tidak
sebidang. Pengecualian untuk pembangunan perlintasan tidak sebidang
hanya dapat dilakukan dengan tetap menjamin keselamatan dan
kelancaran perjalanan kereta api dan lalu lintas jalan dengan mengikuti
ketentuan yang diatur pada Permenhub No. 36/2011, sehingga
diperlukan koordinasi dengan Pemerintah Daerah maupun operator
perkeretaapian dalam penanganan perlintasan sebidang antara jalur
kereta api dan jalan.
2. Sasaran menurunnya jumlah gangguan keamanan dalam penyelenggaraan
transportasi, melalui strategi antara lain :
a. Peningkatan efektivitas pengawasan terhadap pemenuhan standar
keamanan transportasi
Dalam upaya pemenuhan standar keamanan transportasi dilakukan
melalui pemeriksaan atau audit secara berkala dan pelaksanaan random
check yang meliputi standar keamanan bidang prasarana, sarana, tata
cara pengangutan serta sumber daya manusia transportasi dalam rangka
pengawasan dan pengendalian terhadap peraturan standar keamanan,
serta pemberian sanksi kepada aparatur pemerintah atau operator
sarana/prasarana transportasi yang lalai dalam melaksanakan tugas.
b. Pemenuhan standar keamanan transportasi berupa perlengkapan
keamanan transportasi
Keamanan transportasi adalah keadaan yang terwujud dari
penyelenggaraan transportasi yang bebas dari gangguan dan/atau
tindakan yang melawan hukum, langkah untuk mewujudkan keamanan
transportasi melalui pemenuhan peralatan keamanan yang berupa alat
pemidai barang-barang berbahaya dan alat pemidai jarak jauh dengan
sistem terkoordinasi.
c. Pencegahan terhadap penyusupan barang-barang yang mengancam
keamanan penumpang
Pelaksanaan pencegahan terhadap penyusupan barang yang
mengancam keamanan penumpang selain dilakukan melalui pemenuhan
peralatan keamanan juga didukung dengan kualitas SDM yang
tersertifikasi dan diaudit secara berkala oleh aparatur pengawas
keamanan transportasi.
RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 59
d. Peningkatan koordinasi dalam rangka mencegah terjadinya tindakan
melawan hukum di sektor transportasi (pencurian, vandalisme,
perompakan, pembajakan, teroris, dan lainnya)
3.2.2 PELAYANAN TRANSPORTASI
Dalam rangka meningkatkan pelayanan transportasi ditetapkan 7 sasaran, yaitu :
(1) Meningkatnya kinerja pelayanan sarana dan prasarana transportasi, (2)
Terpenuhinya SDM transportasi dalam jumlah & kompetensi sesuai dengan
kebutuhan, (3) Meningkatnya kualitas penelitian sesuai dengan kebutuhan, (4)
Meningkatnya kinerja Kementerian Perhubungan dalam mewujudkan good
governance, (5) Meningkatnya penetapan dan kualitas regulasi dalam
implementasi kebijakan bidang perhubungan, (6) Menurunnya emisi gas rumah
kaca (RAN-GRK) dan meningkatnya penerapan teknologi ramah lingkungan pada
sektor tansportasi, dan (7) Meningkatnya kualitas kinerja pengawasan dalam
rangka mewujudkan clean governance. Masing-masing sasaran tersebut
ditempuh melalui upaya strategi sebagai berikut :
1. Sasaran meningkatnya kinerja pelayanan sarana dan prasarana transportasi,
dengan arah kebijakan meningkatkan kinerja pelayanan sarana dan
prasarana transportasi, melalui strategi antara lain :
a. Peningkatan kehandalan sarana dan prasarana transportasi serta
penataan jaringan/rute
Kinerja pelayanan sarana dan prasarana transportasi dilakukan melalui
rehabilitasi, pembangunan dan pengembangan prasarana perhubungan
meliputi pembangunan terminal bus type A, pelabuhan penyeberangan,
pelabuhan laut, bandar udara dan jaringan jalan kereta api, sedangkan
kondisi sarana transportasi terus didorong untuk ditingkatkan
kehandalannya antara lain peremajaan angkutan kota yang berbasis
angkutan massal, peremajaan sarana kereta api, pembatasan usia kapal.
Dalam rangka mewujudkan kinerja pelayanan juga dilakukan penataan
rute pada angkutan laut untuk menjamin kepastian muatan dan
kontinuitas angkutan laut antara wilayah barat Indonesia menuju wilayah
timur Indonesia.
b. Penyusunan pedoman standar pelayanan sarana dan prasarana
transportasi
Standar pelayanan merupakan ukuran pelayanan yang harus dipenuhi
oleh penyedia layanan dalam memberikan pelayanan kepada pengguna
jasa yang dilengkapi dengan tolok ukur sebagai acuan penilaian kualitas
RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 60
yang merupakan kewajiban dan janji penyedia layanan kepada
masyarakat dalam rangka pelayanan yang berkualitas, cepat, mudah,
terjangkau dan terukur.
c. Implementasi standar pelayanan publik pada sarana dan prasarana
transportasi, termasuk penyediaan fasilitas bagi pengguna jasa
berkebutuhan khusus dan fasilitas yang responsif gender
Penyediaan layanan dan sarana transportasi yang berperspektif gender
juga berarti mempertimbangkan dan mengakomodir permasalahan
orang-orang atau kelompok masyarakat yang berkebutuhan khusus.
Termasuk dalam hal ini adalah kebijakan perlindungan dan layanan
transportasi bagi lansia, penyandang cacat, perempuan khususnya
perempuan hamil dan balita. Penyediaan layanan dan sarana tersebut
mempertimbangkan beberapa aspek yaitu aspek aksesibilitas,
kenyamanan, keselamatan, keamanan dan keterjangkauan. Aspek
keamanan sering menjadi persoalan bagi perempuan, anak-anak, lansia
bahkan penyandang cacat. Layanan dan sarana transportasi seyogyanya
dapat diakses secara aman oleh mereka termasuk aman dari segala
tindak kriminalitas dan kekerasan seksual.
d. Konsistensi penerapan reward dan punishment terhadap ketepatan
pelayanan
Pelayanan jasa transportasi selain mengutamakan keamanan dan
keselamatan layanan, juga dituntut untuk tepat waktu dalam layanan
yang dijanjikan. Untuk meningkatkan layanan transportasi diupayakan
melalui penerapan sanksi berupa kewajiban yang harus dipenuhi setiap
waktu keterlambatan dan apresiasi masyarakat terhadap layanan yang
memenuhi standar pelayanan.
2. Sasaran terpenuhinya SDM transportasi dalam jumlah dan kompetensi sesuai
dengan kebutuhan, dengan arah kebijakan memenuhi sdm transportasi
dalam jumlah & kompetensi sesuai dengan kebutuhan, ditempuh melalui
strategi antara lain :
a. Menyusun Man Power Planning SDM transpotasi
b. Menyusun Training Needs Analysis (TNA) SDM transportasi
c. Mengembangkan kapasitas diklat SDM transportasi
d. Menata regulasi penyelenggaraan diklat SDM transportasi.
e. Meningkatkan tata kelola diklat dan kualitas lulusan.
f. Meningkatkan penyerapan lulusan diklat transportasi.
RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 61
3. Sasaran meningkatnya kualitas penelitian sesuai dengan kebutuhan, dengan
arah kebijakan meningkatkan kualitas penelitian transportasi, melalui strategi
antara lain :
a. Peningkatan kuantitas dan kualitas sumber daya peneliti serta tenaga
fungsional pendukung.
b. Peningkatan sinergitas antara Badan Litbang Perhubungan dengan
pengguna jasa penelitian dalam rangka meningkatkan pemanfaatan hasil
penelitian.
c. Peningkatan kerjasama penelitian antar lembaga riset dan industri untuk
merumuskan kebijakan strategis penyelenggaraan transportasi.
d. Penyempurnaan regulasi dan kelembagaan untuk penguatan peran
Badan Litbang Perhubungan.
4. Sasaran meningkatnya kinerja capaian dalam mewujudkan good governance,
dengan arah kebijakan mewujudkan transparansi dan akuntabilitas kinerja,
melalui strategi antara lain :
a. Penuntasan agenda reformasi birokrasi melalui penataan kelembagaan
(organisasi, ketatalaksanaan dan sumber daya manusia).
Peningkatan kinerja capaian dalam mewujudkan good governance
melalui penuntasan agenda reformasi birokrasi dengan penataan
kelambagaan baik dari sisi organisasi, ketatalaksanaan dan sumber daya
manusianya.
b. Penyempurnaan sistem manajemen dan pelaporan kinerja dan keuangan
Kementerian Perhubungan secara terintegrasi, terpercaya dan dapat
diakses publik.
Peningkatan kinerja capaian dalam mewujudkan good governance
melalui penyempurnaan sistem manajemen dan pelaporan kinerja dan
keuangan Kementerian Perhubungan secara terintegrasi, terpercaya dan
dapat diakses publik.
c. Penyediaan layanan informasi transportasi yang dapat diakses publik
secara mudah.
Peningkatan kinerja dalam mewujudkan good governance dengan
penyediaan layanan informasi transportasi yang dapat diakses publik
secara mudah. Kemudahan informasi terhadap layanan transportasi
sehingga memudahkan masyarakat dalam memperoleh layanan
transportasi yang berkualitas.
d. Penyederhanaan perijinan sektor transportasi.
Penyederhanaan perijinan sektor transportasi dijadikan sebagai langkah
dalam perbaikan pelayanan publik di sektor transportasi.
Penyederhanaan ini ditujukan agar tercapai pelayanan publik yang
RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 62
efisien, transparan, cepat, akuntabel, dan dapat memberikan kepastian
hukum, serta sebagai usaha untuk meningkatkan dunia investasi
transportasi di Indonesia.
e. Penerapan e-government di lingkungan Kementerian Perhubungan.
Peningkatan kinerja capaian dalam mewujudkan good governance
melalui penerapan e-government di lingkungan Kementerian
Perhubungan dengan pemanfaatan teknologi, informasi dan komunikasi
untuk meningkatkan tata hubungna kerja yang efektif dan efisien.
f. Penyediaan ruang partisipasi publik dalam menyusun dan mengawasi
penerapan kebijakan.
Peningkatan kinerja capaian dalam mewujudkan good governance
dengan membuka ruang bagi keterlibatan masyarakat dalam menyusun
dan mengawasi penerapan kebijakan di sektor transportasi, sehingga
setiap kebijakan dapat secara nyata dirasakan manfaatnya oleh
masyarakat.
5. Sasaran meningkatnya penetapan regulasi dalam implementasi kebijakan
bidang perhubungan, dengan arah kebijakan meningkatkan kuantitas dan
kualitas penetapan dan implementasi regulasi sektor transportasi, melalui
strategi antara lain :
a. Pemetaan arah / kebutuhan kerangka regulasi untuk mempercepat
pelaksanaan prioritas pembangunan transportasi.
Peningkatan penetapan regulasi dalam implementasi kebijakan bidang
perhubungan dengan melakukan pemetaan arah/kebutuhan kerangka
regulasi untuk mempercepat pelaksanaan prioritas pembangunan
transportasi selama lima tahun kedepan.
b. Peningkatan koordinasi dengan instansi lainnya terkait penyelesaian
peraturan perundang-undangan.
Peningkatan penetapan regulasi dalam implementasi kebijakan bidang
perhubungan dengan meningkatkan koordinasi dengan instansi lainnya
terkait penyelesaian peraturan perundang-undangan.
c. Percepatan penyusunan peraturan perundang-undangan sesuai amanah
undang-undang bidang transportasi.
Peningkatan penetapan regulasi dalam implementasi kebijakan bidang
perhubungan dengan percepatan penyusunan peraturan perundang-
undangan sesuai amanah undang-undang bidang transportasi.
Penyusunan peraturan perundang-undangan yang sesuai dengan
amanah undang-undang bidang transportasi perlu dipercepat agar
dapat menjadi landasan dalam mengimplementasikan kebijakan-
kebijakan yang telah ditetapkan.
RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 63
d. Percepatan pelaksanaan penyederhanaan dan harmonisasi regulasi di
bidang transportasi.
Peningkatan penetapan regulasi dalam implementasi kebijakan bidang
perhubungan dengan melakukan percepatan pelaksanaan
penyederhanaan dan harmonisasi regulasi di bidang transportasi.
e. Evaluasi peraturan perundang-undangan yang tumpang tindih dan yang
menghambat percepatan pembangunan transportasi.
Peningkatan penetapan regulasi dalam implementasi kebijakan bidang
perhubungan dengan melakukan evaluasi terhadap peraturan
perundang-undangan yang tumpang tindih dan menghambat
percepatan pembangunan transportasi. Peraturan perundang-undangan
yang tumpang tindih dapat diminimalisir untuk mempercepat
pembangunan sektor transportasi.
6. Sasaran menurunnya emisi gas rumah kaca (GRK) dan meningkatnya
penerapan teknologi ramah lingkungan pada sektor tansportasi, dengan arah
kebijakan menerapkan pembangunan sarana dan prasarana transportasi
yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan, melalui strategi antara lain :
a. Pembangunan sarana dan prasarana transportasi yang ramah
lingkungan dan tahan terhadap dampak perubahan iklim/ cuaca ekstrim.
Penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) dan peningkatan penerapan
teknologi ramah lingkungan pada sektor transportasi melalui
pembangunan sarana dan prasarana transportasi yang ramah
lingkungan dan tahan terhadap dampak perubahan iklim/cuaca ekstrim.
Prasarana dan sarana transportasi yang ramah lingkungan dapat
memberikan kontribusi positif dalam mengurangi pemanasan global
yang disumbangkan dari sektor transportasi.
b. Pemanfaatan bahan bakar yang berbasis energi baru terbarukan.
Pemanfaatan bahan bakar yang berbasis fossil fuel saat ini sangat tinggi,
sementara jumlah bahan bakar fossil fuel terus menipis. Dengan kondisi
tersebut pemanfaatan bahan bakar yang berbasis energi baru terbarukan
di sektor transportasi harus dikedepankan.
c. Penerapan sistem manajemen transportasi yang efektif dan efisien.
Penerapan sistem manajemen transportasi yang efektif dan efisien
dilakukan untuk mewujudkan penurunan emisi gas rumah kaca (GRK)
yang disumbangkan dari sektor transportasi dan peningkatan teknologi
ramah lingkungan pada sektor transportasi.
d. Mendorong pengguna kendaraan pribadi berpindah ke transportasi
umum/ massal.
RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 64
Penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) dan peningkatan penerapan
teknologi ramah lingkungan pada sektor tansportasi dengan mendorong
penggunaan angkutan umum/massal terutama bagi masyarakat
pengguna kendaraan pribadi.
7. Sasaran meningkatnya kualitas kinerja pengawasan dalam rangka
mewujudkan clean governance, dengan arah kebijakan pelaksanaan
pengawasan intern yang berintegritas, professional dan amanah, melalui
strategi antara lain :
a. Mengoptimalkan peran Inspektorat Jenderal sebagai consultant dan
quality assurance.
b. Peningkatan kualitas hasil pengawasan
c. Peningkatan kualitas dan kompetensi SDM Pengawasan
3.2.3 KAPASITAS TRANSPORTASI
Dalam rangka meningkatkan kapasitas transportasi, Kementerian Perhubungan
menetapkan 5 (lima) sasaran, yaitu : (1) Meningkatnya kapasitas sarana sarana
dan prasarana transportasi dan keterpaduan sistem transportasi antarmoda dan
multimoda (2) Meningkatnya produksi angkutan penumpang dan barang, (3)
Meningkatnya layanan transportasi di daerah rawan bencana, perbatasan, terluar,
terpencil dan khususnya di wilayah timur Indonesia, (4) Meningkatnya pelayanan
angkutan umum massal perkotaan, dan (5) Meningkatnya aplikasi teknologi
informasi dan skema sistem manajemen transportasi perkotaan. Dalam mencapai
sasarana peningkatan kapasitas transportasi ditempuh melalui strategi
pencapaian sebagai berikut :
1. Sasaran meningkatnya kapasitas sarana dan prasarana transportasi dan
keterpaduan sistem transportasi antarmoda dan multimoda, dengan arah
kebijakan meningkatkan kapasitas, konektivitas/aksesibilitas antar wilayah
dan keterpaduan antarmoda/multimoda, melalui strategi antara lain :
a. Peningkatan kualitas perencanaan pembangunan sarana dan prasarana
transportasi.
Peningkatan kapasitas sarana dan prasarana transportasi dan
keterpaduan sistem transportasi antarmoda dan multimoda diwujudkan
salah satunya melalui peningkatan kualitas perencanaan pembangunan
sarana dan prasarana transportasi. Kualitas perencanaan akan sangat
menentukan kualitas pembangunan sektor transportasi selama lima
tahun kedepan.
RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 65
b. Pembangunan sarana dan prasarana transportasi yang berdasarkan
outcomes.
Peningkatan kapasitas sarana dan prasarana transportasi dan
keterpaduan sistem transportasi antarmoda dan multimoda diwujudkan
salah satunya melalui pembangunan sarana dan prasarana transportasi
yang berdasarkan outcomes, sehingga pembangunan transportasi yang
dilakukan oleh Kementerian Perhubungan dapat dirasakan langsung
manfaat pembangunan oleh masyarakat.
c. Mendorong pembangunan infrastruktur transportasi melalui kerjasama
Pemerintah dan badan usaha serta melalui pembiayaan swasta.
Peningkatan kapasitas sarana dan prasarana transportasi dan
keterpaduan sistem transportasi antarmoda dan multimoda melalui
peningkatan kerjasama pemerintah dan badan usaha serta peningkatan
investasi swasta dalam penyediaan infrastruktur transportasi nasional
melalui penguatan kelembagaan dan sistem perencanaan proyek-proyek
yang akan dikerjasamakan.
Kerjasama pemerintah dan badan usaha dalam penyediaan infrastruktur
transportasi antara lain : Penyelenggaraan kerjasama pemerintah dan
badan usaha pada sektor perkeretaapian sebanyak 6 proyek sampai
pada tahun 2019; Penyelenggaraan kerjasama pemerintah dan badan
usaha pada sektor transportasi laut ditargetkan sampai pada tahun 2019
sebanyak 10 proyek; Penyiapan dokumen terhadap infrastruktur
transportasi udara yang siap ditawarkan kepada swasta sampai pada
tahun 2019 sebanyak 3 proyek.
d. Pembangunan jaringan pelayanan yang terintegrasi antarmoda.
Dalam setiap peraturan perundang-undangan transportasi diamanahkan
untukmenyusun tatanan dan rencana induk masing-masing moda, yaitu
rencana induk jaringan lalu lintas dan angkutan jalan, tatanan
perkeretaapian nasional, tatanan kepelabuhanan nasional dan tatanan
kebandarudaraan nasional serta tersusunnya perencanaan umum
jaringan jalan nasional dan jalan tol. Salah satu faktor yang diamanahkan
dalam penyusunan tatanan dan rencana induk transportasi adalah
keterpaduan intra dan antarmoda transportasi.
Pada dasarnya transportasi antarmoda/multimoda adalah pembangunan
transportasi yang mempertimbangkan jenis dan karakteristik sistem
transportasi yang digunakan, dan mempertimbangkan sisi efisiensi,
efektivitas dan kemudahan sistem operasinya, sehingga mampu
melahirkan sistem transportasi yang berdaya saing tinggi. Upaya
keterintegrasian ini diwujudkan melalui antara lain ketersediaan
angkutan kereta api di bandar udara dan pelabuhan.
RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 66
e. Penyiapan konsep dan implementasi angkutan laut dari barat ke timur
Indonesia.
Dalam rangka menjamin ketersediaan barang dengan harga yang
terjangkau diperlukan konsep untuk memperkuat jalur pelayaran yang
dititikberatkan pada Indonesia bagian Timur yang dimaksudkan selain
untuk mengkoneksikan jalur pelayaran dari Barat ke Timur Indonesia
juga akan mempermudah akses niaga dari negara-negara Pasifik bagian
selatan ke negara Asia bagian Timur. Pada prinsipnya, ketersediaan
pelayanan angkutan kapal dari barat ke timur Indonesia merupakan
penataan trayek tetap dan teratur yang harus didukung dengan
pengembangan pelabuhan agar dapat melayani kapal dengan ukuran
besar, mengingat saat ini untuk terminal-terminal domestik, ukuran
kapal peti kemas yang bisa masuk tidaklebih dari 2600 TEUs dan
kebanyakan hanya mampu melayani kapal ukuran 800 atau 900 TEUs,
dengan demikian akan mewujudkan efisiensi biaya logistik nasional.
2. Sasaran meningkatnya layanan transportasi di daerah rawan bencana,
perbatasan, terluar, terpencil dan khususnya di wilayah timur Indonesia,
dengan arah kebijakan meningkatkan pengembangan sarana dan prasarana
di daerah rawan bencana, perbatasan, terluar, terpencil dan khususnya di
wilayah timur Indonesia, melalui strategi antara lain :
a. Mempercepat pembangunan infrastruktur transportasi di wilayah-
wilayah perbatasan dan wilayah-wilayah terluar.
Jaringan transportasi ke depan akan diperluas dan dibangun lebih
banyak lagi untuk meningkatkan keseimbangan transportasi antara Jawa
dan luar Jawa dan meningkatkan aksesibilitas di daerah kawasan timur
Indonesia, daerah terpencil, dan pedesaan, kawasan perbatasan, serta
daerah tertinggal lainnya, melalui percepatan pembangunan
infrastruktur transportasi;
b. Meningkatkan kapasitas sarana dan prasarana transportasi di wilayah
terpencil, pedalaman, perbatasan dan rawan bencana.
Selain upaya penyediaan prasarana transportasi juga dilakukan
peningkatan kapasitas untuk meningkatkan konektivitas yang pada
akhirnya dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi wilayah. Selain
untuk peningkatan pertumbuhan ekonomi, prasarana transportasi juga
diarahkan untuk peningkatan aksesibilitas daerah rawan bencana melalui
penyediaan bandar udara yang dapat didarati pesawat Hercules dan
pelabuhan untuk kepentingan pasokan logistik di saat terjadi bencana
alam.
c. Penyediaan sarana angkutan keperintisan
RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 67
Guna merangsang pertumbuhan wilayah, Pemerintah berupaya untuk
membuka keterisolasian daerah terpencil dan pedalaman agar
mempunyai keterkaitan dengan daerah maju melalui penyediaan
pelayanan angkutan keperintisan darat, laut dan udara.
3. Sasaran Meningkatnya pelayanan angkutan umum massal perkotaan, dengan
arah kebijakan mengembangkan sistem angkutan umum massal dengan
orientasi kepada angkutan bus maupun rel dengan fasilitas alih moda
terpadu, melalui strategi antara lain :
a. Penyiapan konsep angkutan umum massal perkotaan yang lebih matang
dan komprehensif
Penyiapan konsep angkutan umum massal perkotaan yang lebih matang
dan komprehensif bertujuan untuk meningkatkan jumlah penduduk
perkotaan yang akan menggunakan sistem angkutan umum,
meninggalkan kendaraan pribadinya di rumah, dan menciptakan
transportasi kota yang lebih efisien, ramah lingkungan, dan
berkeadaban. Kota akan bertahan secara lingkungandan efisiensi energi
kalau pergerakan ekonominya didukung oleh sistem angkutan umum
cepat masal yang didukung dengan jaringan pengumpan (feeder
services).
b. Pengembangan BRT
Penerapan angkutan umum massal perkotaan salah satunya dilakukan
melalui pengembangan Bus Rapid Transit/BRT. Penerapan sistem BRT
perlu terpadu dalam fisik/prasarana, pelayanan, serta dalam konteks
transportasi cerdas dengan memanfaatkan Information Technology.
Transportasi antar moda di perkotaan perlu dibangun dengan
memperhatikan pengembangan transportasi tidak bermotor dalam
rangka menuju terwujudnya transportasi perkotaan yang berkelanjutan,
yang didukung komitmen yang kuat dari Kepala Daerah dalam bentuk
perencanaan, pendanaan dan kesiapan pengoperasian.
c. Pembangunan dan pengembangan angkutan massal perkotaan berbasis
rel.
Selain pengembangan angkutan umum perkotaan dengan Bus Rapid
Transit, angkutan perkotaan dapat dilakukan melalui pembangunan
angkutan massal perkotaan berbasis rel.
d. Penyediaan dana subsidi/ PSO yang terarah untuk penyelenggaraan
angkutan umum massal perkotaan.
Penerapan angkutan umum dengan BRT dan MRT dianggap tidak
menarik bagi kota-kota yang belum menerapkannya karena
dipersepsikan membebani anggaran. Oleh karena itu untuk mewujudkan
RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 68
penyelenggaraan sistem angkutan umum yang handal dan berkelanjutan
dibutuhkan antara lain dukungan kebijakan secara nyata dari pemerintah
di sektor anggaran melalui penyediaan dana subisidi/PSO yang terarah.
4. Sasaran meningkatnya aplikasi teknologi informasi dan skema sistem
manajemen transportasi perkotaan, dengan arah kebijakan meningkatkan
aplikasi teknologi informasi dalam sistem manajemen perkotaan, melalui
strategi antara lain :
a. Penerapan sistem informasi lalu lintas secara real time, penerapan ATCS
dan Virtual Mobility
b. Penerapan sistem tiket elektonik yang terintegrasi
Intelligent Transport System/ITS pada prinsipnya adalah penerapan
teknologi maju di bidang elektronika, komputer dan telekomunikasi
untuk membuat prasarana dan sarana transportasi lebih informatif,
lancar, aman dan nyaman sekaligus ramah lingkungan. Sistem ini
mempunyai tujuan dasar untuk membuat system transportasi yang
mempunyai kecerdasan, sehingga dapat membantu pemakai
transportasi dan pengguna transportasi untuk mendapatkan informasi,
mempermudah transaksi, meningkatkan kapasitas prasarana dan sarana
transportasi, mengurangi kemacetan atau antrean, meningkatkan
keamanan dan kenyamanan, mengurangi polusi lingkungan,
mengefisiensikan pengelolaan transportasi.
3.3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI BIDANG PERKERETAAPIAN
TAHUN 2015-2019
3.3.1 ARAH KEBIJAKAN UMUM
Memperhatikan berbagai permasalahan dan tantangan yang akan dihadapi
dalam 5 tahun ke depan, maka dalam mencapai program prioritas presiden yang
dituangkan dalam RPJMN 2015-2019, ditetapkan beberapa arah kebijakan umum
pembangunan bidang perkeretaapian untuk tahun 2015-2019 yaitu:
1. Meningkatkan keselamatan operasional perkeretaapian dengan membangun
budaya safety first dalam setiap penyelenggaraan perkeretaapian nasional
2. Meningkatkan peran kereta api meliputi:
a. angkutan massal perkotaan,
b. angkutan massal antar kota yang menghubungkan pusat kegiatan, serta
c. akses ke pelabuhan dan bandara dalam mendukung angkutan logistik
3. Mengintegrasikan layanan kereta api dengan moda lainnya
RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 69
4. Meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap layanan perkeretaapian
3.3.2 STRATEGI
Strategi pembangunan bidang perkeretaapian untuk tahun 2015-2019 yaitu:
Tabel 3.1Strategi Penyelenggaraan Perkeretaapian Tahun 2015-2019
NO ASPEK STRATEGI
A Keselamatan
dan Keamanan
Peningkatan
keamanan dan
keselamatan
perkeretaapian
a) Meningkatkan pembinaan terhadap penyelenggaraan perkeretaapian
melalui penyiapan regulasi (norma, standar, prosedur dan kriteria)
peningkatan keamanan dan keselamatan perkeretaapian;
b) Meningkatkan keandalan/kelaikan sarana dan prasarana perkeretaapian
melalui program pengujian dan sertifikasi sarana, prasarana termasuk
fasilitas pendukung lainnya, pengembangan sistem dan teknologi
perawatan yang modern serta penggunaan teknologi informasi dalam
operasional perkeretaapian;
a) Koordinasi dengan pihak-pihak terkait dalam mewujudkan program
peningkatan keamanan dan keselamatan perkeretaapian termasuk
pelaksanaan monitoring dan evaluasinya.
B Pelayanan
Transportasi
1 Pengembangan
Layanan
Perkeretaapian
a) Meningkatkan kualitas pelayanan perkeretaapian
b) Meningkatkan keterjangkauan (aksesibilitas) masyarakat terhadap
layanan kereta api melalui mekanisme kewajiban pelayanan publik
(public services obligation)
2 Pengembangan
sumber daya
manusia
perkeretaapian
a) Meningkatkan kemampuan SDM regulator perkeretaapian melalui
program pendidikan dan latihan termasuk pengembangan pola dan
kurikulum diklatnya;
b) Mendorong terciptanya SDM operator perkeretaapian melalui
penyiapan regulasi tentang standar kompetensi dan kualifikasi SDM
operator, sertifikasi kompetensi serta pembinaan SDM operator
3 Pengembangan
Kelembagaan
a) Meningkatkan peran Pemerintah sebagai regulator perkeretaapian
melalui program pembentukan dan akreditasi lembaga pendidikan SDM
perkeretaapian, lembaga pengujian dan fasilitas perawatan sarana dan
prasarana perkeretaapian, pembentukan lembaga yang mengatur pola
hubungan antara penyelenggara sarana dan penyelenggara prasarana
perkeretaapian (Track Access Charges), pembentukan lembaga
penyelenggara perawatan prasarana (Infrastructure Maintenance and
Operation) serta lembaga penyelenggara kewajiban publik (Public
Services Obligation);
b) Meningkatkan peran Pemerintah Daerah dalam pembinaan
penyelenggaraan perkeretaapian;
Mendorong terwujudnya penyelenggaraan perkeretaapian yang
multioperator dengan memberikan wewenang kepada Pemerintah
Daerah dalam pembinaan dan pemberian izin penyelenggaraan
perkeretaapian.
C Kapasitas
Transportasi
1 Pengembangan
Jaringan
Perkeretaapian
a) Meningkatkan peran kereta api perkotaan dan kereta api antar kota
b) Mengintegrasikan layanan kereta api dengan moda lain dengan
membangun akses menuju bandara, pelabuhan dan kawasan industri
RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 70
NO ASPEK STRATEGI
2 Alih Teknologi
dan
Pengembangan
Industri
a) Meningkatkan penguasaan teknologi sarana dan prasarana
perkeretaapian;
b) Alih teknologi untuk pembelian produk teknologi tinggi dari luar negeri;
c) Mendorong peningkatan peran industri perkeretaapian dalam negeri
termasuk industri pendukungnya untuk meningkatkan daya saing dan
kemandirian industri perkeretaapian.
3 Investasi dan
Pendanaan
a) Meningkatkan investasi dan pendanaan penyelenggaraan
perkeretaapian melalui dukungan regulasi dan mekanisme perizinan
yang kondusif bagi iklim investasi serta pembentukan lembaga
pembiayaan infrastruktur perkeretaapian;
b) Mendorong keterlibatan swasta dalam investasi penyelenggaraan
perkeretaapian melalui pola Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS)
serta pola penyelenggaraan perkeretaapian khusus.
REN
CA
NA
ST
RA
TEG
IS K
EM
EN
HU
B B
IDA
NG
PER
KER
ET
AA
PIA
N 2
01
5-2
01
9
71
Tabel 3.2Sasaran dan Indikator Kinerja Utama Perkeretaapian Tahun 2015-2019
NO SASARAN KEMENHUB SASARAN STRATEGIS (SS) DITJENKA INDIKATOR KINERJA UTAMA DITJENKA SATUAN
I. Keselamatan dan Keamanan
A. Menurunnya angka kecelakaan
transportasi
1.
Menurunnya angka kecelakaan
transportasi perkeretaapian
a). Ratio kejadian kecelakaan transportasi
kereta api
Ratio Kecelakaan/1
Juta Km
b). Jumlah pedoman standar keselamatan Dokumen
c). Jumlah sarana dan prasarana
keselamatan transportasi kereta api
1. Tingkat Ketersediaan fasilitas dan
peralatan peningkatan keselamatan &
SDM perkeretaapian
Unit
2. Tingkat Ketersediaan ATP Unit
3. Jumlah Pengamanan/Penanganan
Perlintasan Sebidang
Lokasi
d). Jumlah Sertifikasi SDM Teknis
Perkeretaapian
Sertifikat
B. Menurunnya Jumlah Gangguan
Keamanan dalam Penyelenggaraan
Transportasi
2. Menurunnya Jumlah Gangguan
Keamanan dalam
Penyelenggaraan Transportasi
perkeretaapian
e). Jumlah gangguan keamanan pada
pelayanan jasa transportasi kereta api
(pelemparan batu)
Jml. Kejadian/ Tahun
REN
CA
NA
ST
RA
TEG
IS K
EM
EN
HU
B B
IDA
NG
PER
KER
ET
AA
PIA
N 2
01
5-2
01
9
72
NO SASARAN KEMENHUB SASARAN STRATEGIS (SS) DITJENKA INDIKATOR KINERJA UTAMA DITJENKA SATUAN
II. Pelayanan
C
Meningkatnya kinerja pelayanan
sarana dan prasarana transportasi
3.
Meningkatnya kinerja pelayanan
sarana dan prasarana
transportasi perkeretaapian
f).
Jumlah pedoman standar pelayanan
sarana dan prasarana transportasi
perkeretaapian (penyempurnaan/revisi)
Dokumen
g) Pelaksanaan perawatan dan
pengoperasioan prasarana
perkeretaapian milik negara (IMO)
Tahun
4. Mewujudkan pelayanan
angkutan kereta api yang
terjangkau
h) Jumlah penumpang KA PSO Penumpang
D Meningkatnya kinerja Kementerian
Perhubungan dalam mewujudkan
good governance
5. Meningkatnya kinerja Ditjen
Perkeretaapian dalam
mewujudkan good governance
i). Jumlah penyederhanaan perijinan di
lingkungan Ditjen Perkeretaapian
Prosentase (%)
E Menurunnya emisi gas rumah kaca
(RAN-GRK) dan meningkatnya
penerapan teknologi ramah
lingkungan pada sektor tansportasi.
6. Menurunnya emisi gas rumah
kaca (RAN-GRK) dan
meningkatnya penerapan
teknologi ramah lingkungan
pada sektor tansportasi
perkeretaapian
i). Jumlah emisi gas rumah kaca dari sektor
transportasi perkeretaapian yang dapat
diturunkan
Juta ton CO2e
k). Jumlah prasarana perkeretaapian yang
telah menerapkan konsep ramah
lingkungan
Lokasi
III. Kapasitas Transportasi
F
Meningkatnya kapasitas sarana dan
prasarana transportasi& keterpaduan
sistem ransportasi multimoda &
7. Mewujudkan peningkatan
Kapasitas, Aksesbilitas dan
Keterpaduan dalam penyediaan
l). Terbangunnya jalur kereta api Km’sp
REN
CA
NA
ST
RA
TEG
IS K
EM
EN
HU
B B
IDA
NG
PER
KER
ET
AA
PIA
N 2
01
5-2
01
9
73
NO SASARAN KEMENHUB SASARAN STRATEGIS (SS) DITJENKA INDIKATOR KINERJA UTAMA DITJENKA SATUAN
antarmoda untuk mengurangi
backlog maupun bottleneck
kapasitas prasarana transportasi dan
sarana transportasi antarmoda dan
antarpulau sesuai dengan sistem
transportasi nasional dan cetak biru
transportasi multimoda
Sarana dan Prasarana
perkeretaapian nasional
m).
Jumlah sarana kereta api Unit
n.)
Terselenggaranya Proses Kerjasama
Pemerintah Swasta dalam penyediaan
infrastruktur transportasi perkeretaapian
Proyek
G Meningkatnya layanan transportasi di
daerah rawan bencana, perbatasan,
terluar, terpencil dan khususnya
wilayah timur Indonesia
8. Mewujudkan peningkatan
Aksesbilitas Publik terhadap
layanan transportasi kereta api
o). Jumlah lintasan/ rute angkutan perintis
kereta api
Trayek/ Lintas/Rute
p). Jumlah lintasan/ rute angkutan kereta api
perintis menjadi komersial
Trayek/ Lintas/ Rute
H Meningkatnya pelayanan angkutan
umum massal perkotaan
9. Meningkatkan peran kereta api
dalam penyediaan Angkutan
Massal Perkotaan berbasis jalan
rel
q). Jumlah wilayah perkotaan yang
menerapkan sistem angkutan massal
berbasis kereta api
Trayek/ Lintas/ Rute
RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 74
3.4 KERANGKA REGULASI PERKERETAAPIAN
3.4.1 STRUKTUR REGULASI EKSISTING
Pada Gambar 3.1 disampaikan struktur regulasi eksisting dalam
penyelenggaraan perkeretaapian di Indonesia. Sejak ditetapkannya UU 23/2007,
sudah diterbitkan sebanyak 2 PP (Peraturan Pemerintah)8 dan 58 PM (Peraturan
Menteri) sebagai pelaksanaannya. Sebagian besar mandat PP dan PM yang
diamanatkan dalam UU 23/2007 sudah ditetapkan. Jika dilihat dari susunan
(jumlah PM yang sudah ditetapkan) maka terlihat bahwa sebagian besar PM
tersebut terkait dengan SDM, sarana, prasarana, serta pentarifan dan sebagian
kecil yang berkaitan dengan penyelenggaraan (perizinan dan perencanaan
(RIPNas)). Regulasi mengenai pengusahaan dan investasi belum diatur dalam
sejumlah regulasi yang ada.
3.4.2 KEBUTUHAN PENGUATAN REGULASI
Kebutuhan regulasi teknis secara umum lebih kepada standarisasi teknis terkait
teknologi baru, meskipun untuk monorel sudah ditetapkan namun untuk kereta
gantung, levitasi magnetik, trem, dan high speed train belum ditetapkan. Regulasi
terkait dengan SDM masih beberapa yang perlu dilengkapi khususnya berkaitan
dengan tenaga penguji SDM, sertifikat kecakapan pengendali distribusi listrik.
Terkait dengan hal ini juga perlu adanya regulasi tentang akreditasi badan hukum
atau lembaga pelaksana pengujian sarana dan prasarana perkeretaapian.
Regulasi mengenai investasi dan penyelenggaraan perlu diperkuat, terutama
berkaitan dengan persyaratan dan bentuk kerjasama pemerintah dengan swasta
serta mekanisme bantuan dari pusat kepada Daerah dalam penyelenggaraan
perkeretaapian. Selain itu, diperlukan juga regulasi mengenai pembentukan BUP
prasarana perkeretaapian, skema kerjasama dan pembiayaan di era
multioperator. Pedoman pembinaan penyelenggaraan perkeretaapian baik
kepada swasta maupun kepada pemda perlu didukung oleh kerangka regulasi
yang kuat.Secara umum kebutuhan penguatan regulasi perkeretaapian
disampaikan pada Tabel 3.3.
8Untuk UU perkeretaapian sebelumnya (UU 13/2009) ditetapkan 3 PP pelaksanaan, yakni: PP 81/1998 tentang
Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api dan PP 69/1998 tentang Prasarana dan Sarana Kereta Api. Untuk UU
23/2007, PP 56/2009 tentang Penyelenggaraan Perkeretaapian merupakan pengganti dari PP 69/1998 dan
ditambahkan tentang aspek kelembagaan penyelenggaraannya.
REN
CA
NA
ST
RA
TEG
IS K
EM
EN
HU
B B
IDA
NG
PER
KER
ET
AA
PIA
N 2
01
5-2
0 1
9
75
Gambar 3.2 Uraian Regulasi Bidang Perkeretaapian
PM 66/2013 tentang Per-izinan Penyelenggaraan
Prasarana Perkeretaapian Umum
PM 62/2013 tentang Pedoman Perhitungan Biaya
Penggunaan Prasarana Perkeretaapian Milik Negara
PM 56/2013 tentang Komponen Biaya yang dapat Diperhitungkan dalam Penyelenggaraan
Angkutan Kewajiban Pelayanan Publik dan Angkutan Perintis Perkeretaapian
PM 67/2012 tentang Pedoman Perhitungan Biaya Perawatan dan Pengoperasian Prasarana Perkeretaapian Milik Negara
PM 60/2012 tentang
Persyaratan Teknis Jalur KA
PM 5/2014 tentang Tarif Angkutan
Orang dengan KA Kelas Ekonomi
PM 31/2012 tentang Perizinan Penyeleng-garaan Sarana Perke-
retaapian Umum
PM 28/2012 tentang Pedoman Perhitungan dan Penetapan Tarif Angkutan Orang dengan Kereta Api
PM 11/2012 tentang Tata Cara Penetapan Trase Jalur Kereta Api
PM 91/2011 tentang Penyelenggaraan Perkeretaapian
Khusus
PM 43/2011 tentang Rencana Induk Perkeretaapian
Nasional (RIPNas)
PM 36/2011 tentang Perpotongan dan/atau Persinggungan antara
Jalur KA dengan Bangunan Lain
PM 34/2011 tentang Tata Cara Perhitungan dan Penetapan Tarif Angkutan Orang dan Barang Dengan Kereta Api
PM 33/2011 tentang Jenis, Kelas dan
Kegiatan di Stasiun Kereta Api
PM 32/2011 tentang Standar dan Tata Cara Perawatan Prasarana
Perkeretaapian
PM 31/2011 tentang Standar Dan Tata Cara Pemeriksaan Prasarana
Perkeretaapian
PM 30/2011 tentang Tata cara Pengujian Dan
Pemberian Sertifikat Prasarana Perkeretaapian
PM 29/2011 tentang Persyaratan Teknis Bangunan Stasiun
Kereta Api
PM 23/2011 tentang Sertifikat Kecakapan
Awak Sarana Perkeretaapian
PM 22/2011 tentang Sertifikat
Inspektur Perkeretaapian
PM 21/2011 tentang Sertifikat Kecakapan
Pengatur Perjalanan KA dan Pengendali Perjalanan KA
PM 20/2011 tentang Akreditasi Badan Hukum Atau
Lembaga Pendidikan dan Pelatihan SDM Perkeretaapian
PM 19/2011 tentang Sertifikat
Kecakapan Penjaga Perlintasan KA
PM 18/2011 tentang Sertifikat
Auditor Perkeretaapian
PM 17/2011 tentang Standar, Tata Cara
Pengujian dan Sertifikasi Kelaikan Gerbong
PM 16/2011 tentang Standar, Tata Cara
Pengujian dan Sertifikasi Kelaikan Peralatan Khusus
PM 15/2011 tentang Standar, Tata Cara Pengujian dan
Sertifikasi Kelaikan Kereta yang Ditarik Lokomotif
PM 14/2011 tentang Standar, Tata Cara
Pengujian dan Sertifikasi Kelaikan Otomotif
PM 10/2013 tentang Tata Cara Penyelenggaraan Kewajiban Pelayanan
Publik Angkutan Orang dengan KA untuk Pelayanan Kelas Ekonomi
PM 28/2012 tentang Pedoman Perhitungan dan Penetapan Tarif Angkutan Orang dengan Kereta Api
PM 13/2011 tentang Standar, Tata Cara Pengujian dan
Sertifikasi Kelaikan Kereta dengan Penggerak Sendiri
PM 12/2011 tentang Persyaratan Teknis
Instalasi Listrik Perkeretaapian
PM 11/2011 tentang Persyaratan Teknis Pera-
latan Telekomunikasi Perkeretaapian
PM 10/2011 tentang Persyaratan Teknis
Peralatan Persinyalan Perkeretaapian
PM 47/2014 tentang Standar Pelayanan
Minimum utk Angkutan Orang dengan KA
PM 8/2011 tentang Sertifikat Keahlian Tenaga
Penguji Prasarana Perkeretaapian
PM 97/2010 tentang Sertifikat Keahlian Tenaga
Penguji Prasarana Perkeretaapian
PM 96/2010 tentang Sertifikat Keahlian
Tenaga Penguji Sarana Perkeretaapian
PM 95/2010 tentang Tenaga Perawatan
Prasarana Perkeretaapian
PM 94/2010 tentang Tenaga
Perawatan Sarana Perkeretaapian
PM 93/2010 tentang Tenaga Pemeriksa
Prasarana Perkeretaapian
PM 92/2010 tentang Tenaga
Pemeriksa Sarana Perkeretaapian
PM 45/2010 tentang Standar Spesifikasi Teknis Penomoran
Sarana Perkeretaapian
PM 45/2010 tentang Standar Spesifikasi Teknis Penomoran
Sarana Perkeretaapian
PM 44/2010 tentang Standar Spesifikasi Teknis Peralatan Khusus
PM 51/2012 tentang Subsidi
Angkutan Perintis Orang dengan KA
PM 43/2010 tentang Standar Spesifikasi Teknis
Gerbong
PM 42/2010 tentang Standar Spesifikasi
Teknis Kereta dengan Penggerak Sendiri
PM 41/2010 tentang Standar Spesifikasi Teknis Kereta yang Ditarik Lokomotif
PM 40/2010 tentang Standar Spesifikasi Teknis
Lokomotif
PM 38/2010 tentang Pedoman Penetapan Tarif Angkutan Orang
Dengan KA
UU 23/2007 tentang Perkeretaapian
PP 56/2009 tentang Penyelenggaraan Perkeretaapian
PP 72/2009 tentang Lalu lintas dan Angkutan Kereta Api
PM 35/2011 tentang Tatacara & Standar Pem-buatan GAPEKA
PM 9/2014 tentang Tata Cara Penetapan Jaringan
Pelayanan dan Lintas Pelayanan Perkeretaapian
PM 37/2014 tentang Standar Spesifikasi
Teknis Sarana Kereta Api Monorel
PM 48/2014 tentang Tata Cara Pemuatan,
Penyusunan, Pengangku-tan, dan Pembongkaran Barang Dengan Kereta
Api
PM 52/2014 tentang Perangkat Sistem
Keselamatan Kereta Api Otomatis (SOSKO)
: PM tentang Standar Spesifikasi Teknis Sarana Prasarana
: PM tentang SDM Perkeretaapian (Sertifikasi)
: PM tentang Penyel. PerKAan (Perizinan, Perencanaan, Investasi)
: PM tentang Standar Pelayanan Minimal
: PM tentang Standar dan Tatacara Pelaksanaan Kegiatan Teknis
: PM tentang Penetapan Tarif, Subsidi, dan PSO, IMO, TAC
RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 76
Tabel 3.3Kerangka Kebutuhan Penguatan Regulasi Perkeretaapian
FUNGSI
REGULASI
MANDAT UU 23/2007 KEBUTUHAN PENGUATAN REGULASI
Fungsi
perubahan
Perubahan dari monopoli
kepada multi operator
Pembentukan Badan Usaha Penyelenggara
Prasarana Milik Pemerintah
Pedoman Kerjasama, Penentuan Biaya, dan Pola
Operasi dalam skema Multioperator
Perubahan dari
ketergantungan kepada
kemandirian dalam investasi
dan teknologi
Road Map Penguasaan Teknologi
Perkeretaapian Nasional
Kebijakan Pemberdayaan Industri
Perkeretaapian Nasional
Fungsi
stabilisasi
Standarisasi teknis sarana
dan prasarana, serta
kompetensi SDM
perkeretaapian
Akreditasi Badan Hukum atau Lembaga
Pengujian Sarana dan Prasarana Perkeretaapian
Standar dan spesifikasi teknis dan sertifikasi
sarana prasarana, dan sertifikasi
kompetensi/kecakapan SDM untuk tknologi
eksisting maupun penerapan teknologi baru
(monorel, MRT, Trem, Kereta Gantung, HST)
Standar Kompetensi Penguji SDM
Perkeretaapian
Standarisasi sistem dan
prosedur penyelenggaraan
(pembangunan/pengadaan,
pengoperasian, perawatan,
pengusahaan)
Pedoman penyelenggaraan perkeretaapian
Provinsi, Kabupaten, dan Kota
Peraturan Pengusahaan Aset Non-Operasional
Perkeretaapian
Fungsi
fasilitasi
Fasilitasi peran swasta dan
pemda
Mekanisme pemberian bantuan dari
Pemerintah Pusat bagi Daerah dalam
pembangunan dan pengoperasian kereta api di
Daerah
Bentuk dan besaran penjaminan pemerintah
dalam Proyek KPS perkeretaapian
Kebijakan fasilitasi dalam pengadaan sarana
dan prasarana perkeretaapian
Fasilitasi kepada setiap
lapisan masyarakat (secara
fisik, ekonomi, dan sosial)
Standar dan spesifikasi teknik fasilitas bagi
pengguna kereta api berkebutuhan khusus
Pengadaan sarana kereta api kelas ekonomi
oleh Pemerintah
Penyelenggaraan Layanan Kereta Api Perintis
dan PSO/bersubsidi
Kerangka regulasi bidang perkeretaapian disusun dengan mengacu pada
kebijakan nasional diantaranya adalah:
1. Penguatan fungsi dan kewenangan kelembagaan sebagai landasan hukum
bagi pemerintah dan badan usaha lainnya dalam mendorong
penyelenggaraan sarana dan prasarana kereta api di wilayah Jabodetabek
khususnya melalui Revisi Perpres No 83 Tahun 2011 Tentang Penugasan
Kepada PT Kereta Api Indonesia (Persero) untuk menyelenggarakan Prasarana
dan Sarana Kereta Api Bandar Udara Soekarno-Hatta dan Jalur Lingkar
Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi. PT KAI memiliki dana yang terbatas
sementara dana pemerintah tidak dapat membantu karena bertentangan
dengan Perpres ini. Kerangka regulasi tersebut disusun dengan
RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 77
mempertimbangkan aspek nilai manfaat dalam kebijakan penyelenggaraan
prasarana dan sarana kereta api Bandar Udara Soekarno-Hatta dan Jalur
Lingkat Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi yang akan dibangun
kemudian.
2. Lebih lanjut didalam Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Tahun
2015-2019 didalam skema landasan hukum bagi pemerintah dan badan
usaha lainnya dalam mendorong penyelenggaraan sarana dan prasarana
kereta api melalui revisi PP 56 tahun 2009 Tentang penyelenggaraan
perkeretaapian. Hal ini ditindaklanjuti pula didalam amanat pembentukan
Peraturan Menteri terkait dengan Penyelenggaraan Perkeretaapian seperti
yang diamanatkan didalam PP No. 56 Tahun 2009. Secara lebih jelasnya dapat
dilihat pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4Matriks Kerangka Regulasi Bidang Perkeretaapian
No Arah Kerangka Regulasi dan/atau Kebutuhan
Regulasi Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi Regulasi
Eksisitng, Kajian dan Penelitian
A Pasal dalam PP No. 56 Tahun 2009 Tentang Penyelenggaraan Perkeretaapian yang mengamanatkan dibentuknya Peraturan Menteri
Peraturan Menteri
1 Pasal 34 Ayat (3),Mengenai Standar spesifikasi TeknisPembangunan/Pengadaan, Pengoperasian dan Perawatan Prasarana dan sarana masing - masing jenis Kereta Api
Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan
2 Pasal 36,Mengenai Tata Cara Penyusunan Penyusunan Rencana Induk Perkeretaapian
Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan
3 Pasal 56,Mengenai Ruang Manfaat Jalur Kereta Api Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan
4 Pasal 60, Mengenai Ruang Milik Jalur Kereta Api Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan 5 Pasal 64, Mengenai Ruang Pengawasan Jalur
Kereta Api Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan
6 Pasal 73,Mengenai Tata Cara Penentuan Kelas Jalur Kereta Api, Jaringan Jalur kereta Api umum dan Kereta Api Khusus
Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan
7 Pasal 48,Mengenai Spesifikasi Teknis dan Persyaratan Persambungan, Perpotongan dan/atau Persinggungan
Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan
8 Pasal 101,Mengenai Jenis, Kegiatan dan Kelas Stasiun Kereta Api
Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan
9 Pasal 116,Mengenai Tata Cara Penetapan Trase Jalur Kereta Api
Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan
10 Pasal 140,Mengenai Persyaratan Komponen, Persyaratan Teknis dan Kelaikan Operasi Prasarana Perkeretaapian
Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan
11 Pasal 162,Mengenai Tata Cara Permohonan dan Pemberian Akreditasi Badan Hukum dan Lembaga Pengujian
Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan
12 Pasal 170,Mengenai Tata Cara Pemeriksaan dan Pengawasan
Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan
13 Pasal 214,Mengenai Penyelenggaraan Pengujian, Tata Cara Permohonan dan Pemberian Akreditasi Badan Hukum/Lembaga Pengujian, Tempat Pengujian Sarana Perkeretaapian Serta Tata Cara Pengujian
Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan
14 Pasal 220,Mengenai Tata Cara Penerbitan Sertifikat Uji Pertama, Sertifikat Uji Berkala, Tanda Lulus Uji, Masa Berlaku Sertifikat Uji dan Tata Cara Verifikasi Sertifikat Sarana Perkeretaapian yang Sikeluarkan Badan Hukum/Lembaga
Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan
15 Pasal 228,Mengenai Jenis Peralatan, Standar, Tata Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan
RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 78
No Arah Kerangka Regulasi dan/atau Kebutuhan
Regulasi Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi Regulasi
Eksisitng, Kajian dan Penelitian
Cara Pengujian/Pemeriksaan dan Tempat Pengujian Untuk setiap Jenis Sarana Perkeretaapian
16 Pasal 236,Mengenai jenis Peralatan, Standar, Tata Cara Perawatan dan Tempat Perawatan dari Setiap Jenis Sarana Perkeretaapian
Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan
17 Pasal 245,Mengenai Proses dan Tata Cara Pelaksanaan Rencana Bangun dan Rekayasa Sarana Perkeretaapian
Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan
18 Pasal 248 ayat (3),Mengenai Inspektur dan Auditor Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan 19 Pasal 283 ayat (2),Mengenai Tata Cara
Permohonan Akreditasi Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan
20 Pasal 289,Mengenai Akreditasi Badan Hukum/Lembaga Pendidikan dan Pelatihan, Tata Cara Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan serta Sertifikasi Petugas Pengoperasian Prasarana Perkeretaapian
Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan
21 Pasal 302,Mengenai Akreditasi Badan hukum/Lembaga Pendidikan dan Pelatihan, Tata cara penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan serta Sertifikat Awak Sarana Perkeretaapian
Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan
22 Pasal 304 ayat (3),mengenai Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan serta Pemberian Tanda Lulus Pendidikan dan Pelatihan Untuk Petugas Lain yang Ditugaskan Bekerja Dalam Kereta Api
Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan
23 Pasal 368, Mengenai Persyaratan Teknis dan Standar Keselamatan Pengoperasian Perkeretaapian Khusus
Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan
24 Pasal 367, Mengenai Tata Cara Pemberian Izin Operasi Perkeretaapian Khusus dan Kerjasama Pengoperasian Perkeretaapian Khusus
Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan
25 Pasal 392, mengenai Tata Cara Pembinaan Perkeretaapian
Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan
B Pasal dalam PP No 72 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api yang mengamanatkan dibentuknya Peraturan Menteri
Penyusunan Peraturan Menteri
1 Pasal 20, Mengenai Prinsip Lalu Lintas Kereta Api Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan 2 Pasal 23, Mengenai Kecepatan dan Frekuensi
Kereta Api Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan
3 Pasal 29,Mengenai Tata Cara dan Standar Pembuatan Gapeka
Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan
4 Pasal 39,Mengenai Pengaturan Perjalanan Kereta Api
Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan
5 Pasal 47,Mengenai Tata Cara Persiapan Perjalanan Kereta Api
Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan
6 Pasal 50,Mengenai Tata Cara Penempatan Lokomotif Dalam Rangakaian Kereta Api
Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan
7 Pasal 52,Mengenai Tata Cara Pemeriksaan Jalur Kereta Api
Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan
8 Pasal 57,Mengenai Tata Cara Hubungan Blok Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan
9 Pasal 68,mengenai Tata Cara Pemberangkatan Kereta Api
Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan
10 Pasal 74,Mengenai Tata Cara Kereta Api Dalam Perjalanan dan Perjalanan Kereta Api di Jalur Bergigi
Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan
11 Pasal 77,mengenai Tata Cara Kereta Api Memasuki Stasiun
Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan
12 Pasal 79,Mengenai Tata Cara Penerimaan Kedatangan Kereta Api Berhenti
Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan
13 Pasal 82,Mengenai Tata Cara Kereta Api Berhenti dan Berjalan Langsung di Stasiun
Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan
14 Pasal 84,Mengenai Tata Cara Kereta Api Berhenti dii Stasiun akhir
Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan
15 Pasal 88,Mengenai Tata Cara Persilangan dan Penyusulan serta Penutupan dan Pembukaan
Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan
RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 79
No Arah Kerangka Regulasi dan/atau Kebutuhan
Regulasi Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi Regulasi
Eksisitng, Kajian dan Penelitian
Stasiun Operasi 16 Pasal 91Mengenai Tata Cara Kereta Api Berhenti
Luar Biasa Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan
17 Pasal 96,Mengenai Tata Cara Pembatalan Perjalanan Kereta Api
Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan
18 Pasal 105,Mengenai Tata Cara Penanganan Bagian Kereta Api yang terputus
Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan
19 Pasal 107,Mengenai Tata Cara Penanganan Rinting Jalan
Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan
20 Pasal 109,Mengenai Tata Cara langsiran Jalan Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan 21 Pasal 119,mengenai Tata Cara Pengaturan Awak
Sarana Perkeretaapian Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan
22 Pasal 132, Mengenai Tata Cara Angkutan Orang Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan
23 Pasal 135, Mengenai Standar Pelayanan Minimum angkutan Orang
Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan
24 Pasal 145, Mengenai Tata Cara Pemuatan, Penyusunan, Pengangkutan dan Pembongkaran Barang
Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan
25 Pasal 160, Mengenai Biaya Penggunaan Prasarana Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan 26 Pasal 163, Mengenai Tata Cara Pemberian
Persetujuan Pengintegrasian Pelayanan Angkutan Perkeretaapian Khusus
Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan
27 Pasal 167, Mengenai tata cara pelaporan dan penanganan sanksi administratif pelanggaran angkutan kereta api
Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan
28 Pasal 173, Mengeenai tata cara pemberian santunan, pengobatan dan besarnya ganti kerugian terhadap penumpang dan pihak ketiga
Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan
29 Pasal 178, Mengenai tanggung jawab terhadap barang yang diangkut
Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan
30 Pasal 184, Mengenai lalu lintas dan angkutan kereta api untuk kereta api kecepatan tinggi, monorel, motor induksi linier, gerak udara, levitas magnetis, term dan kereta gantung sesuai dengan karakteristik
Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan
3.5 KERANGKA KELEMBAGAAN PERKERETAAPIAN
3.5.1 STRUKTUR KELEMBAGAAN EKSISTING
Pada Gambar 3.3 disampaikan struktur kelembagaan eksisting dalam
penyelenggaraan perkeretaapian nasional, yang menjelaskan hubungan antara
pemerintah selaku regulator dan pembina, dengan operator, dan juga Pemda
serta stakeholders terkait lainnya. Pada dasarnya struktur umum penyelenggaraan
perkeretaapian nasional sudah mengikuti pola yang diamanatkan dalam UU No.
23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian.
RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 80
Dalam UU No. 23 Tahun 2007 disebutkan bahwa terdapat 3 kelompok
stakeholders utama dalam penyelenggaraan layanan kereta api9, yakni:
1) Pengguna jasa setiap orang dan/atau badan hukum yang menggunakan
jasa angkutan kereta api, baik untuk angkutan orang maupun barang
(pasal 1 butir 12 UU 23/2007);
2) Badan Usaha Penyelenggara: baik yang berlaku sebagai penyelenggara
prasarana perkeretaapian dan/atau penyelenggara sarana perkeretaapian
(pasal 1 butir 10, 16, 17 UU 23/2007);
3) Pembina Penyelenggaraan Perkeretaapian: yakni pemerintah (Pusat,
Provinsi, dan Kab/Kota) yang bertugas melakukan pengaturan,
pengendalian, dan pengawasan penyelenggaraan perkeretaapian (pasal
13, 14 UU 23/2007).
Dalam UU No. 23 Tahun 2007 kewenangan pembinaan oleh Pemerintah sebagian
dapat didelegasikan kepada Lembaga/Badan Hukum khususnya yang berkenaan
dengan: (1) pengujian/sertifikasi prasarana (pasal 68 (2) UU 23/2007), (2)
pendidikan dan pelatihan serta sertifikasi SDM perkeretaapian (operator dan
penguji) (pasal 74 (4), 80 (3, 4), 104 (4), 116 UU 23/2007), (3) pengujian/sertifikasi
sarana (pasal 98 (2) UU 23/2007).
9Dalam UU 23/2007 terdapat pula kegiatan rancang bangun yang dapat dilakukan baik oleh Pemerintah, Pemda, Badan Usaha, Lembaga Penelitian, maupun Perguruan Tinggi, namun kegiatan tidak terkait langsung dengan penyelenggaraan transportasi kereta api.
REN
CA
NA
ST
RA
TEG
IS K
EM
EN
HU
B B
IDA
NG
PER
KER
ET
AA
PIA
N 2
01
5-2
01
9
81
Pemerintah Daerah
Pemerintah Provinsi Pemerintah Kab/Kota
SKPD Pembina Penyelengaraan Perkeretaapian Daerah (Dinas Perhubungan Prov, Kab/Kota)
Kementerian Perhubungan
Direktorat Sarana Perkeretaapian
Direktorat Lalulintas dan Angkutan Kereta Api
Direktorat Keselamatan Perkeretaapian
Sekretariat Direktorat Jenderal Perkeretaapian
Bagian Perencanaan
Bagian Keuangan
Bagian Hukum
Bagian Kepegawaian dan Umum
Sub Direktorat Jaringan
Sub Direktorat Lalu Lintas
Sub Direktorat Angkutan
Sub Direktorat Investasi
Subbagian Tata Usaha
Direktorat Prasarana Perkeretaapian
Subdirektorat Jalur dan Bangunan Kereta Api Wilayah I
Subdirektorat Jalur dan Bangunan Kereta Api Wilayah II
Subdirektorat Pengujian dan Sertifikasi Jalur danBangunan
Kereta Api
Subdirektorat Fasilitas Operasi Kereta Api
Subdirektorat Pengujian dan Sertifikasi Fasilitas Operasi
Kereta Api
Subbagian Tata Usaha
Subdirektorat Pengembangan Sarana
Subdirektorat Pengawasan Sarana
Subdirektorat Pengelolaan Sarana Milik Negara
Subdirektorat Pengujian dan Sertifikasi Sarana Wilayah I
Subdirektorat Pengujian dan Sertifikasi Sarana Wilayah II
Subbagian Tata Usaha
Subdirektorat Audit dan Peningkatan Keselamatan
Subdirektorat Analisis dan Penanganan Kecelakaan
Subdirektorat Akreditasi Kelembagaan dan Sertifikasi
Sumber Daya Manusia
Subdirektorat Penegakan Hukum
Subbagian Tata Usaha
Gambar 3.3Struktur Kelembagaan Penyelenggaraan Perkeretaapian
Indonesia
Direktorat Jenderal Perkeretaapian
Pemerintah Pusat
Pembina Penyelenggaraan Perkeretaapian
Lembaga/Badan Usaha Diklat, Pengujian, Sertifikasi
Penyelenggara Pengujian/Sertifikasi Prasarana
Penyelenggara Pengujian/Sertifikasi Sarana
Penyelenggara Diklat/Sertifikasi SDM (contoh: APKA, STIKA)
Badan Usaha Penyelenggara Prasarana dan/atau Sarana
PT. Kereta Api Indonesia (Persero)
PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ)
PT. Raillink
PT. Mass Rapid Transit Jakarta
PT. Jakarta Monorail
Kalimantan Rail Pte Ltd
PT. Trans Kutai Kencana
SOTK Kemenhub sesuai KM 60/2010
Data terkini Badan Usaha Penyelenggara Perkeretaapian
RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 82
3.5.2 KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN
Terdapat 2 kebutuhan pokok dalam pengembangan kelembagaan perkeretaapian
dalam 5 tahun ke depan, yakni: pengembangan kelembagaan pengusahaan
penyelenggaraan prasarana pekeretaapian dalam pelaksanaan multioperator di
bidang perkeretaapian serta pengembangan UPT Ditjen Perkeretaapian dalam
rangka pelaksanaan fungsi regulator di lapangan.
3.5.2.1 PEMBENTUKAN BADAN USAHA PENYELENGGARA PRASARANA
PERKERETAAPIAN MILIK PEMERINTAH
Sebagaimana diamanatkan dalam UU No. 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian
bahwa penyelenggaraan sarana dan prasarana perkeretaapian eksisting harus
disesuaikan dengan ketentuan dalam undang-undang tersebut. Ini membawa
konsekuensi bahwa perlunya pembentukan Badan Usaha Penyelenggara (BUP)
sarana dan BUP prasarana. Transformasi ini diperlukan juga agar mekanisme
pemberian IMO (Infrastructure Maintenance and Operation) kepada BUP
prasarana perkeretaapian milik pemerintah dari pemerintah, serta pembayaran
TAC (Track Access Charge) dari BUP sarana ke BUP prasarana dapat dihitung dan
dilaksanakan sesuai ketentuan dan kaidah pengelolaan yang baik.
Pembentukan BUP penyelenggara prasarana ini cukup strategis, karena selain
mendorong adanya peningkatan kualitas pemeliharaan dan pengoperasian
prasarana perkeretaapian, juga akan membuka keran bagi terselenggaranya multi
operator dalam penyelenggaraan sarana perkeretaapian eksisting. Diharapkan
akan muncul BUP sarana yang baru, sehingga akan tercipta persaingan dalam
layanan yang lebih sehat dan terdapat potensi untuk peningkatan utilisasi dari
aset prasarana eksisting.
3.5.2.2 PEMBENTUKAN UPT (BALAI) DITJEN PERKERETAAPIAN
Seiring dengan perluasan penyediaan jaringan prasarana dan pelayanan
perkeretaapian di berbagai wilayah di Indonesia, maka tugas teknis dalam
pelaksanaan fungsi regulator maupun pembangunan perkeretaapian yang akan
dilakukan oleh Ditjen Perkeretaapian akan menjadi lebih luas dan kompleks. Oleh
karenanya berbagai tugas tersebut tidak memungkinkan untuk dilakukan oleh
kelembagaan eksisting di terkonsentrasi di Pusat. Oleh karenanya perlu dibentuk
beberapa UPT di daerah untuk membantu pelaksanaan tugas teknis di lapangan.
RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 83
Gambaran umum mengenai kelembagaan UPT Balai tersebut disampaikan pada
Gambar 3.4.
Gambar 3.4Bentuk Generik Kelembagaan UPT Balai Ditjen Perkeretaapian
Berbagai fungsi yang nantinya dapat dijalankan oleh UPT diantaranya terkait
dengan pelaksanaan pengujian serta sertifikasi prasarana dan sarana, serta
pengujian/sertifikasi SDM, penyediaan fasilitas/peralatan serta logistik,
pelaksanaan pembangunan, serta pengendalian dan pengawasan pengoperasian
kereta api di lapangan.
UPT ini akan dikembangkan berbasis wilayah (Sumatera, Jawa, Kalimantan,
Sulawesi) untuk memudahkan rentang kendali serta koordinasi dan operasional
dalam penyelenggaraan fungsi-fungsi yang akan diserahkan.
RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 84
BAB 4 TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN
4.1 TARGET KINERJA DITJEN PERKERETAAPIAN 2015-2019
4.1.1 TARGET KINERJA PROGRAM (OUTCOME)
Target pencapaian sasaran outcome program pengelolaan dan pembangunan
bidang perkeretaapian ini mencakup indikator-indikator pokok yang
merepresentasikan keberhasilan pencapaian fungsi pokok atau tujuan
penyelenggaraan perkeretaapian dalam UU 23 Tahun 2007 yang disesuaikan
dengan prioritas pembangunan nasional dalam RPJMN 2015-2019, yakni:
keselamatan dan keamanan, pelayanan dan kapasitas transportasi.
Tabel 4.1 menyampaikan daftar target pencapaian outcome program
penyelenggaraan perkeretaapian.Outcome program ini merupakan daftar kinerja
pokok yang akan dirasakan manfaatnya langsung oleh masyarakat dan sekaligus
dapat mencerminkan keberhasilan dari berbagai aktivitas yang dilakukan oleh
setiap unit kerja yang ada di lingkungan Ditjen Perkeretaapian.
Tabel 4.1Target Kinerja Program (Outcome) Ditjen Perkeretaapian 2015-2019
ASPEK INDIKATOR BASELINE TH 2014 TARGET TH 2019
Keselamatan
dan
Keamanan
Ratio kejadian kecelakaan
transportasi perkeretaapian
0.65 ratio kejadian / 1
juta Km
0.55 ratio kejadian / 1
juta Km
Jumlah pedoman standar
keselamatan transportasi
perkeretaapian
1 dokumen 2 dokumen
Tingkat Ketersediaan fasilitas
dan peralatan peningkatan
keselamatan & SDM
perkeretaapian
29 unit
124 unit
Tingkat Ketersediaan ATP 0 unit 17 unit
Jumlah
Pengamanan/Penanganan
Perlintasan Sebidang
4 lokasi 218 lokasi
Jumlah Sertifikasi SDM Teknis
Perkeretaapian
1290 sertifikat 10384 sertifikat
Jumlah gangguan keamanan
pada pelayanan jasa
transportasi perkeretaapian
(pelemparan batu)
n/a kejadian/tahun 211 kejadian/tahun
Pelayanan Jumlah pedoman standar
pelayanan sarana dan prasarana
transportasi perkeretaapian
(penyempurnaan/revisi)
2 dokumen 4 dokumen
RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 85
ASPEK INDIKATOR BASELINE TH 2014 TARGET TH 2019
Jumlah penyederhanaan
perijinan sektor perkeretaapian
n/a % 100 %
Jumlah emisi gas rumah kaca
dari sektor transportasi
perkeretaapian yang dapat
diturunkan
0.042 juta ton CO2e 1.127 juta ton CO2e
Pelaksanaan perawatan dan
pengoperasioan prasarana
perkeretaapian milik negara
(IMO)
n/a 1
Jumlah penumpang KA PSO 249.197.098 501.224.374
Jumlah prasarana yang telah
menerapkan konsep ramah
lingkungan
1 lokasi 5 lokasi
Kapasitas
Transportasi
Terbangunnya jalur kereta api 5.434 Km’sp 8.692 Km’sp
Jumlah sarana kereta api 42 unit 204 unit
Terselenggaranya proses
kerjasama pemerintah swasta
dalam penyediaan infrastruktur
transportasi perkeretaapian
n/a 6 proyek
Jumlah lintasan/rute angkutan
perintis kereta api
1 trayek/lintas/rute 8 trayek/lintas./
Jumlah lintasan/rute angkutan
perintis kereta api menjadi
komersial
n/a 2 trayek/lintas/rute
Jumlah wilayah perkotaan yang
menerapkan sistem angkutan
massal berbasis kereta api
5 lokasi 13 lokasi
4.1.2 TARGET PENCAPAIAN SASARAN
Tabel 4.2menyampaikan daftar indikator kinerja sebagai representasi/ukuran
pencapaian sasaran strategis/sasaran program dari Ditjen Perkeretaapian, berikut
dengan target capaian kinerja pada Tahun 2019. Sasaran strategis/sasaran
program yang dimaksud adalah ukuran tujuan sebagaimana telah dijelaskan pada
Sub Bab 2.4 dengan konsep BSC (Balanced Scorecard) yang mencakup sasaran
dan kinerja untuk seluruh elemen dalam penyelenggaraan perkeretaapian.
Pemanfaatan keseluruhan indikator kinerja dalam Tabel 4.2 akan dapat
menerangkan hubungan (causal relationship) antara satu indikator/sasaran
dengan yang lainnya. Sebagai ilustrasi pencapaian target penurunan tingkat
kecelakaan dan peningkatan keandalan pengoperasian kereta (pada costumer
perspectives) akan sangat ditentukan oleh keberhasilan pencapaian target
pemanfaatan teknologi, penyediaan sarana dan prasarana, serta pemenuhan
standart teknis sarana dan prasarana (pada internal bussines process). Dan seluruh
capaian tersebut sangat tergantung ketersediaan dan kualitas regulasi yang
dihasilkan, kapabilitas kelembagaan yang dikembangkan, kualitas dan kuantitas
SDM, serta kinerja birokrasi yan baik (pada learning and growth perspectives).
RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 86
Selain itu, target sasaran outcome program sebagaimana disampaikan pada Tabel
4.1 juga sangat tergantung dari bagaimana pencapaian target pada indikator
lainnya di dalam konsep BSC Ditjen Perkeretaapian.
Dalam dokumen perencanaan maupun laporan kinerja sebaiknya seluruh
indikator tersebut, baik indikator pencapaian outcome maupun indikator
pencapaian sasaran sebaiknya dilaporkan. Indikator sasaran akan dapat
menjelaskan keberhasilan atau kegagalan dalam mewujudkan sasaran outcome
program, sehingga diperlukan sebagai back-up dalam pelaporan kinerja.
Selanjutnya setiap Unit Kerja di Lingkungan Ditjen Perkeretaapian diharapkan
untuk melakukan pengembangan metoda serta sistem pengumpulan dan
pelaporan data kinerja sesuai bidang tugas dan fungsinya masing-masing.
Tabel 4.2Target Kinerja Pencapaian Sasaran Program Ditjen Perkeretaapian
Tahun 2015-2019
SASARAN INDIKATOR BASELINE TH 2014 TARGET TH 2019
Menurunnya
angka kecelakaan
transportasi
perkeretaapian
Ratio kejadian kecelakaan
transportasi perkeretaapian
0.65 ratio kejadian /
1 juta Km
0.55 ratio kejadian / 1
juta Km
Jumlah pedoman standar
keselamatan transportasi
perkeretaapian
1 dokumen 2 dokumen
Tingkat Ketersediaan fasilitas
dan peralatan peningkatan
keselamatan & SDM
perkeretaapian
29 unit
124 unit
Tingkat Ketersediaan ATP 0 unit 17 unit
Jumlah
Pengamanan/Penanganan
Perlintasan Sebidang
4 lokasi 218 lokasi
Jumlah Sertifikasi SDM Teknis
Perkeretaapian
1290 sertifikat 10384 sertifikat
Menurunnya
Jumlah Gangguan
Keamanan dalam
Penyelenggaraan
Transportasi
perkeretaapian
Jumlah gangguan keamanan
pada pelayanan jasa
transportasi perkeretaapian
(pelemparan batu)
n/a kejadian/tahun 211 kejadian/tahun
Meningkatnya
kinerja pelayanan
sarana dan
prasarana
transportasi
perkeretaapian
Jumlah pedoman standar
pelayanan sarana dan
prasarana transportasi
perkeretaapian
(penyempurnaan/revisi)
2 dokumen 4 dokumen
Pelaksanaan perawatan dan
pengoperasioan prasarana
perkeretaapian milik negara
(IMO)
n/a Tahun 5 Tahun
RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 87
SASARAN INDIKATOR BASELINE TH 2014 TARGET TH 2019
Jumlah penumpang KA PSO 249.197.098 501.224.374
Meningkatnya
kinerja Ditjen
Perkeretaapian
dalam
mewujudkan
good governance
Jumlah penyederhanaan
perijinan sektor
perkeretaapian
n/a % 100 %
Menurunnya
emisi gas rumah
kaca (RAN-GRK)
dan
meningkatnya
penerapan
teknologi ramah
lingkungan pada
sektor tansportasi
perkeretaapian
Jumlah emisi gas rumah kaca
dari sektor transportasi
perkeretaapian yang dapat
diturunkan
0.042 juta ton CO2e 1.127 juta ton CO2e
Jumlah prasarana yang telah
menerapkan konsep ramah
lingkungan
1 lokasi 5 lokasi
Mewujudkan
peningkatan
Kapasitas,
Aksesbilitas dan
Keterpaduan
dalam
penyediaan
Sarana dan
Prasarana
perkeretaapian
nasional
Terbangunnya jalur kereta
api sebesar 3.258 km’sp,
meliputi:
Pembangunan jalur KA
Baru: 2.058 km’sp
Reaktivasi/pembangunan
jalur ganda: 1.200 km’sp
5.434 Km’sp 8.692 Km’sp
Jumlah sarana kereta api 42 unit 204 unit
Terselenggaranya proses
kerjasama pemerintah swasta
dalam penyediaan
infrastruktur transportasi
perkeretaapian
n/a 6 proyek
Mewujudkan
peningkatan
Aksesbilitas
Publik terhadap
layanan
transportasi
kereta api
Jumlah lintasan/rute
angkutan perintis kereta api
1 trayek/lintas/rute 8 trayek/lintas./
Jumlah lintasan/rute
angkutan perintis kereta api
menjadi komersial
n/a 2 trayek/lintas/rute
Meningkatkan
peran kereta api
dalam
penyediaan
Angkutan Massal
Perkotaan
berbasis jalan rel
Jumlah wilayah perkotaan
yang menerapkan sistem
angkutan massal berbasis
kereta api
5 lokasi 13 lokasi
RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 88
4.2 KERANGKA PENDANAAN
4.2.1 KEBUTUHAN PENDANAAN PERKERETAAPIAN 2015-2019
Untuk menjalankan seluruh kegiatan dalam rangka mencapai target
pembangunan maupun capaian outcome program dan sasaran kinerja diatas,
maka perkiraan kebutuhan pendanaan untuk setiap penyelenggaraan
perkeretaapian seperti yang disampaikan pada Tabel 4.3. Total kebutuhan
pembiayaan untuk Tahun 2015-2019 sekitar Rp 233 Trilyun (swasta maupun
pemerintah) dengan tingkat pertumbuhan sekitar 23,9% per tahun.
Tabel 4.3Perkiraan Kebutuhan Pembiayaan Perkeretaapian 2015-2019 (Milyar Rp)
PROGRAM ALOKASI (Rp. Milyar)
2015 2016 2017 2018 2019 TOTAL
Sarana
Perkeretaapian
442.7 686 725.6 562.4 795.9 3,212.7
Lalu Lintas dan
Angkutan
Kereta Api
170.5 156.4 164.6 172.4 180.7 844.6
Prasarana dan
Fasilitas
Pendukung
Kereta Api
17,773.6 38,415.4 44,992.1 62,182.3 64,310.4 227,673.8
Bidang
Keselamatan
Perkeretaapian
167.3 175.8 184.5 192.8 201.5 921.9
Dukungan
Manajemen &
Dukungan
Teknis lainnya
116.2 125.2 134 143.3 153.4 672.3
TOTAL 19,849.3 38,352.3 46,561.1 63,481.7 66,086.5 233,325.5
Keterangan:
- Kebutuhan biaya sarana belum memasukkan pengadaan sarana yang dilakukan oleh Swasta
- Item prasarana (kegiatan prioritas) mencakup penanganan perlintasan sebidang (underpass, fly over,
elevated track, elektrifikasi, dlsb) dalam rangka peningkatan keselamatan, kapasitas, dan keandalan.
Jika dilihat komposisi per bidang (untuk grand total), komposisi terbesar adalah
untuk pembangunan prasarana perkeretaapian dengan prosentase sekitar
75,58%, kemudian sekitar 15,20% adalah untuk kegiatan prasarana prioritas
(diantaranya: elektrifikasi, penanganan perlintasan sebidang, dll). Kegiatan untuk
bidang lalu lintas dan angkutan mencapai 5,07% termasuk didalamnya adalah
subsidi PSO dan perintis, dan pengadaan sarana sebanyak 3,41% khususnya
untuk pengadaan kereta api kelas ekonomi, KRL dan KRD.
RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 89
Detail seluruh kebutuhan pembiayaan untuk setiap bidang tersebut disampaikan
pada Lampiran 1.
4.2.2 PEMBAGIAN PORSI PENDANAAN PERKERETAAPIAN 2015-2019
Skenario pembagian porsi pendanaan untuk penyelenggaraan bidang
perkeretaapian pada Tahun 2015-2019 disampaikan pada Gambar 4.1. Dengan
asumsinya bahwa APBN perkeretaapian akan mendapatkan alokasi sekitar Rp.
12,5 Trilyun per tahun, maka dana tersebut hanya mencakup 26,6 % dari total
seluruh kebutuhan. Selisih pendanaan ini akan ditutupi sekitar Rp. 14 Trilyun (5,9
%) oleh investasi BUMN PT. KAI, selanjutnya sekitar Rp 44,9 Trilyun diharapkan
diperoleh dari proyek KPS perkeretaapian.
Gambar 4.1Skenario Pemenuhan Kebutuhan Pendanaan Perkeretaapian
2015-2019
Dengan komposisi pendanaan tersebut, masih tersisa kesenjangan pendanaan
sekitar Rp 112,9 Trilyun (48,4%) yang harus dicari dari sumber-sumber
pembiayaan yang lainnya. Berbagai skenario yang dapat dimaksimalkan
diantaranya adalah melalui peningkatan fiscal-space Pemerintah dari pengalihan
subsidi BBM, hibah dan bantuan luar negeri, potensi penghematan dari proyek
KPS, serta pengaplikasian skema pembiayaan alternatif (khususnya PBAS). Akan
RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 90
sangat baik jika dikembangkan bank infrastruktur sebagaimana dicanangkan oleh
Presiden untuk membantu pembiayaan proyek perkeretaapian.
4.3 RENCANA PENGEMBANGAN JARINGAN KERETA API TAHUN
2015-2019
4.3.1 PULAU SUMATERA
Pengembangan transportasi perkeretaapian di Pulau Sumatera meliputi :
1. Pembangunan jaringan KA Trans Sumatera (Nangroe Aceh Darussalam –
Lampung) yang direncanakan dengan beban gandar 18-22 ton dengan lebar
spoor 1067 mm (kecuali jalur KA di Aceh);
2. Pengembangkan jaringan kereta api untuk angkutan barang yang potensial
(semen, CPO, karet, kayu, batubara, pulp) untuk mewujudkan transportasi
yang efektif dan efisien termasuk berbiaya murah dan hemat energi;
3. Pengembangan jaringan kereta api untuk angkutan penumpang untuk
memenuhi potensi pasar di kota-kota besar diantaranya dengan kereta api
perkotaan seperti di Medan, Padang dan Palembang;
4. Menghubungkan jaringan KA dengan pelabuhan laut maupun bandara
dalam rangka mendukung integrasi antar moda;
5. Peningkatan tingkat keselamatan perjalanan kereta api dengan peningkatan
keandalan prasarana kereta api diantaranya melalui rehabilitasi
jalur/jembatan KA, peningkatan jalur/jembatan KA, modernisasi persinyalan,
modernisasi telekomunikasi dan peningkatan fasilitas pintu perlintasan
sebidang.
Rencana kegiatan pembangunan perkeretaapian di Pulau Sumatera kurun waktu
2015-2019 difokuskan pada upaya peningkatan, rehabilitasi, pengembangan
aksesibilitas dan pembangunan sarana dan prasarana sebagaimana pada gambar
berikut.
RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 91
Gambar 4.2Rencana Kegiatan Pembangunan Perkeretaapian di Pulau Sumatera 2015-2019
4.3.2 PULAU JAWA
Pengembangan transportasi perkeretaapian di Pulau Jawa meliputi upaya untuk:
1. Optimalisasi jalur kereta api lintas selatan melalui pembangunan jalur KA
untuk meningkatkan kapasitas lintasdan lintas utara jawa melalui
pengembangan prasarana KA untuk peningkatan kecepatan menjadi 150
km/jam;
2. Pengembangan jaringan kereta api perkotaan yang akan dikembangkan
pada kota Jabodetabek, Bandung, Semarang, Yogyakarta dan Surabaya untuk
mendukung pergerakan orang dan barang secara massal, cepat, aman, dan
efisien;
3. Menghidupkan kembali lintas KA dan meningkatkan kapasitas jaringan
prasarana KA secara bertahap serta modernisasi sistem persinyalan dan
telekomunikasi untuk mendukung optimalisasi peran moda KA di Pulau Jawa;
4. Menghubungkan jaringan KA dengan pelabuhan laut maupun bandara
dalam rangka mendukung integrasi antar moda;
RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 92
5. Peningkatan tingkat keselamatan perjalanan kereta api dengan peningkatan
keandalan prasarana kereta api diantaranya melalui rehabilitasi
jalur/jembatan KA, peningkatan jalur/jembatan KA, modernisasi persinyalan,
modernisasi telekomunikasi dan peningkatan fasilitas pintu perlintasan
sebidang;
6. Meningkatkan share pada moda kereta api terutama untuk penumpang
kereta api di Pulau Jawa dengan peningkatan pelayanan perjalanan kereta
api agar bisa kompetitif dengan moda lainnya;
7. Pembangunan kereta api cepat atau High Speed Rail (HSR) antara Jakarta -
Bandung.
Rencana kegiatan pembangunan perkeretaapian di Pulau Jawa kurun waktu
2015-2019 difokuskan pada upaya peningkatan, rehabilitasi, pengembangan
aksesibilitas dan pembangunan sarana dan prasarana sebagaimana pada gambar
berikut.
Gambar 4.3Rencana Kegiatan Pembangunan Perkeretaapian di Pulau Jawa 2015-2019
RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 93
4.3.3 PULAU KALIMANTAN
Pengembangan transportasi perkeretaapian di Pulau Kalimantan meliputi upaya
pembangunan jaringan kereta api yang memiliki kapasitas tinggi, handal, cepat
dan murah dengan titik berat untuk angkutan barang dan tidak menutup
kemungkinan untuk angkutan penumpang. Adapun pembangunan jaringan
tersebut berupa akses dari sentra produksi (tambang, perkebunan, perhutanan)
menuju outlet terdekat (pelabuhan, angkutan sungai).
Rencana kegiatan pembangunan perkeretaapian di Pulau Kalimantan kurun
waktu 2015-2019 melalui APBN difokuskan pada pengembangan jaringan untuk
memenuhi kebutuhan pergerakan barang dan merangsang pertumbuhan wilayah
dengan menghubungkan antar ibukota Provinsi (trans Kalimantan) di Pulau
Kalimantan. Adapun pembangunan perkeretaapian di pulau Kalimantan melalui
peran Pemerintah Pusat, Daerah, BUMN dan Swasta sebagaimana pada gambar
berikut.
Gambar 4.4Rencana Kegiatan Pembangunan Perkeretaapian di Pulau Kalimantan 2015-2019
4.3.4 PULAU SULAWESI
Pengembangan transportasi perkeretaapian di Pulau Sulawesi meliputi upaya
pembangunan jaringan kereta api yang berkapasitas tinggi, berkecepatan tinggi,
berbiaya murah dan hemat energi baik angkutan penumpang dan barang untuk
RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 94
memenuhi kebutuhan pergerakan/transportasi dan merangsang pertumbuhan
wilayah.
Rencana kegiatan pembangunan perkeretaapian di Pulau Sulawesi kurun waktu
2015-2019 melalui APBN difokuskan pada pengembangan jaringan trans
Sulawesi yang menghubungkan Sulawesi bagian utara dan Sulawesi bagian
selatan yaitu lintas Manado – Bitung, Makassar – Parepare, Gorontalo – Bitung,
Gorontalo – Palu – Mamuju dan Mamuju – Pare-pare serta pengembangan
jaringan kereta api pada kawasan perkotaan metropolitan diantaranya Makassar –
Maros – Sungguminasa – Takalar dan perkotaan Manado.
Rencana kegiatan pembangunan perkeretaapian di Pulau Sulawesi kurun waktu
2015-2019dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 4.5Rencana Kegiatan Pembangunan Perkeretaapian di Pulau Sulawesi 2015-2019
4.3.5 PULAU PAPUA
Sasaran pengembangan jaringan jalur kereta api di PulauPapua adalah untuk
menghubungkan wilayah/kota yangmempunyai potensi angkutan penumpang
dan/atauangkutan barang hasil tambang, perkebunan dan pertanian termasuk
integrasi antarmoda (bandara/pelabuhan).
RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 95
Pada tahun 2015-2019 direncanakan akan dibangun secarabertahap prasarana
perkeretaapian meliputi jalur, stasiundan fasilitas operasi kereta api, diantaranya
meliputi:
1. Pengembangan jaringan dan layanan kereta api antar kota pada lintas Sorng
– Manokwari (tahap 1) di Provinsi Papua Barat dan Jayapura – Sarmi Segmen
Jayapura – Bandara Sentani di Provinsi Papua;
2. Pengembangan layanan kereta api perintis.
Gambar 4.6Rencana Kegiatan Pembangunan Perkeretaapian di Pulau Papua 2015-2019
4.4 RENCANA PENGEMBANGAN INTEGRASI ANTARMODA TAHUN
2015-2019
Pada dasarnya transportasi antarmoda/multimoda adalah pembangunan
transportasi yang mempertimbangkan jenis dan karakteristik sistem transportasi
yang digunakan, dan mempertimbangkan sisi efisiensi, efektivitas dan
kemudahan sistem operasinya, sehingga mampu melahirkan sistem transportasi
yang berdaya saing tinggi. Upaya keterintegrasian ini diwujudkan melalui antara
lain ketersediaan angkutan kereta api di bandar udara dan pelabuhan.
RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 96
Pada tahun 2015-2019 direncanakan akan dibangun secarabertahap prasarana
perkeretaapian yang terintegrasi dengan Pelabuhan dan Bandara sebagai simpul
transportasi dengan rincian lokasi sebagaimana pada gambar berikut.
Gambar 4.7Rencana Pengembangan Jalur KA menuju Pelabuhan 2015-2019
RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 97
Gambar 4.8Rencana Pengembangan Jalur KA menuju Bandara 2015-2019
4.5 RENCANA PENGEMBANGAN JARINGAN KERETA API OLEH
PEMDA/SWASTA/BUMN TAHUN 2015-2019
Sektor swasta (private sector) pasca pemberlakuan UU No, 23 Tahun 2007
diharapkan dapat berperan terhadap pengembangan perkeretaapian nasional
melalui era multi operator (open access). Sektor swasta bersama-sama dengan
pihak Pemerintah daerah dan BUMN dapat berperan sebagai investor, operator,
dan pemilik infrastruktur/sarana yang memiliki pengaruh terhadap sistem
manajemen perkeretaapian. Hal-hal yang perlu diperhatikan terhadap era multi
operator (open access) antara lain :
1. Tuntutan terhadap keterbukaan operasi sarana dan prasarana KA bagi swasta
melalui multi operator, dimana operator tidak lagi diselenggarakan melalui
monopoli tetapi melibatkan stakeholder lain sebagai penyelenggara operasi
(operator);
2. Derajat kepemilikan pemerintah (state owned) dan swasta (private owned)
bergeser dari kepemilikan sarana dan prasarana yang didominasi pemerintah
menjadi campuran antara kepemilikan pemerintah dan/atau swasta;
RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 98
3. Tuntutan terhadap keterbukaan akses operasi infrastruktur dan pelayanan
angkutan melalui skema open access yang berpengaruh terhadap
pelaksanaan multioperator dalam pengadaan dan pengoperasian
infrastruktur dan pelayanan angkutan;
4. Kompetisi (level of competitiveness) penuh menjadi konsekuensi dari
keterbukaan bisnis perkeretaapian kepada sektor swasta (private sector).
Kegiatan pembangunan perkeretaapian yang diminati oleh pihak
swasta/Pemda/BUMN dapatmenggunakan skema kerjasama Pemerintah dengan
Badan Usaha (KPBU) diantaranya pengembangan KA bandara, angkutan massal
perkotaan serta angkutan batubara di Sumatera maupun di Kalimantan.Rencana
pembangunan jalur KA oleh swasta/Pemda/BUMN dalam kurun waktu 2015-2019
diantaranya :
1. Pembangunan Jalur Kereta Api Cepat/high speed railway (HSR) antara Jakarta
- Bandung
2. Pembangunan Jalur KA Bandara Soekarno Hatta (express line)
3. Pembangunan Jalur KA Khusus antara Puruk Cahu - Mangkatib/Batanjung,
Kalteng
4. Pembangunan Jalur KA Khusus antara Muara Wahau – Lubuk Tutung/Muara
Bengalon, Kaltim
5. Pembangunan Jalur KA Khusus antara Murung Raya – Kutai Barat – Paser –
Penajam Paser Utara – Balikpapan, Kaltim
6. Pembangunan Jalur KA Batubara antara Tj. Enim – Tj. Api-Api, Sumsel
7. Pembangunan Jalur KA Batubara antara Muara Enim – Pulau Baai, Sumsel
dan Bengkulu
8. Pembangunan LRT/Monorel/MRT DKI Jakarta
9. Pembangunan LRT/Monorel/MRT Perkotaan Bandung
10. Pembangunan LRT/Monorel/MRT Perkotaan Semarang
11. Pembangunan LRT/Monorel/MRT Perkotaan Yogyakarta
12. Pembangunan LRT/Monorel/MRT Perkotaan Surabaya
13. Pembangunan LRT/Monorel/MRT Perkotaan Denpasar
14. Pembangunan LRT/Monorel/MRT Perkotaan Makassar
15. Pembangunan LRT/Monorel/MRT Perkotaan Batam
RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 99
BAB 5 PENUTUP
Dokumen Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Jenderal Perkeretaapian 2015-
2019 ini disusun dengan mempertimbangkan berbagai mandat dari dokumen
perencanaan terkait dan juga penugasan kepada Ditjen Perkeretaapian sesuai
amanat UU No. 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian sebagai pembina
penyelenggaraan perkeretaapian nasional.
Dalam 5 tahun ke depan, perkeretaapian nasional akan menghadapi berbagai
tantangan, mulai dari kesenjangan ekonomi dan kependudukan, lanjutan proses
reformasi birokrasi, keterbatasan pembiayaan yang dimiliki oleh Pemerintah,
transformasi teknologi perkeretaapian dan TIK, kelangkaan energi dan penurunan
daya dukung lingkungan, hingga persaingan ekonomi global.
Pada satu sisi transportasi kereta api diharapkan dapat menjadi media bagi
pemerataan pembangunan dan hasilnya ke semua wilayah Republik Indonesia, di
sisi lain transportasi kereta api harus dapat menyediakan pelayanan yang berdaya
saing dan handal. Namun demikian, kapasitas sumber daya yang dimiliki (SDM,
sarana, prasarana, dan pendanaan) dirasakan sangat terbatas untuk dapat
menjalankan berbagai peran strategis perkeretaapian tersebut. Oleh karenanya,
dokumen Renstra Ditjen Perkeretaapian 2015-2019 ini perlu ditempatkan sebagai
sebuah dokumen perencanaan kinerja sektor perkeretaapian, yang dalam
pelaksanaannnya membutukan peran serta dari seluruh stakeholdersterkait.
Berbagai target capaian kinerja maupun rencana investasi yang dimuat di dalam
dokumen Renstra Ditjen Perkeretaapian 2015-2019 ini secara umum masih
bersifat indikatif, di mana perlu mendapatkan pendetailan lebih lanjut di dalam
perencanaan kinerja dan anggaran tahunan. Potensi adanya deviasi terhadap
capaian target pendanaan maupu target kinerja masih cukup besar, namun
demikan perlu dicatat bahwa pencapaian target tersebut akan sangat
berpengaruh terhadap pencapaian target pembangunan nasional secara
keseluruhan, karena ketersediaan jaringan dan kualitas layanan transportasi
kereta api akan menjadi tulang punggung perekonomian nasional dalam 5 tahun
ke depan, terutama untuk interaksi di dalam pulau.
Berbagai agenda pengembangan yang dicanangkan oleh Presiden khususnya
untuk menciptakan sistem angkutan massal terintegrasi baik perkotaan maupuan
antar kota, sudah diakomodir di dalam dokumen Renstra ini. Beberapa inisiatif
kebijakan untuk peningkatan konektivitas, keselamatan, daya saing, dan juga
RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 100
peningkatan kinerja layanan perkeretaapian sudah dijadikan sebagai arah
kebijakan utama di dalam pengembangan perkeretaapian pada Renstra 2015-
2019 ini.
Untuk menjalankan semua agenda yang tertera di dalam Renstra Ditjen
Perkeretaapian 2015-2019 ini, diperlukan peningkatan kapasitas kelembagaan,
sinkronisasi regulasi, dan berbagai upaya lainnya, khususnya untuk dapat menarik
investasi di bidang perkeretaapian serta pelaksanaan fungsi regulator di masa
datang. Kebutuhan pembiayaan bidang perkeretaapian yang sedemikian besar,
tidak akan terpenuhi seluruhnya oleh APBN, sehingga berbagai potensi alternatif
pembiayaan perlu diupayakan, khususnya melalui skema KPS.
5.1 ARAHAN DIREKTUR JENDERAL PERKERETAAPIAN
Dokumen Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Jenderal Perkeretaapian 2015-
2019 ini merupakan acuan bagi pelaksanaan program dan kegiatan seluruh Unit
Kerja di Lingkungan Direktorat Jenderal Perkeretaapian untuk Tahun Anggaran
2015 sd 2019. Diharapkan setiap Unit Kerja Eselon II dan Unit Kerja Mardiri di
Lingkungan Ditjen Perkeretaapian dapat menyusun Rencana Strategis masing-
masing dengan mengacu pada dokumen ini.
Dalam rangka mengimplementasikan berbagai target dan rencana dalam Renstra
Ditjen Perkeretaapian 2015-2019 ini di dalam program dan kegiatan tahunan,
maka setiap Unit Kerja diharapkan menyusun Rencana Kerja (Renja) serta RKA
(Rencana Kegiatan dan Anggaran) dengan mengacu kepada prioritas program
dan kebijakan pada dokumen Renstra ini.
Kinerja setiap pimpinan Unit Kerja di Lingkungan Ditjen Perkeretaapian untuk
Tahun 2015-2019 akan dinilai berdasarkan pencapaian target kegiatan serta
pencapaian target kinerja sebagaimana dituangkan dalam dokumen Renstra ini.
Setiap pimpinan Unit Kerja diwajibkan untuk mengusulkan dokumen Penetapan
Kinerja (PK) di awal tahun anggaran sebagai perwujudan akuntabilitas kinerja
dengan memperhatikan susunan target dan capaian kegiatan dan kinerja dalam
dokumen Renstra ini.
RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 101
5.2 MEKANISME EVALUASI RENSTRA
Tidak ada kesempurnaan mutlak dari suatu dokumen, sehingga Renstra Ditjen
Perkeretaapian 2015-2019 ini dapat ditinjau ulang selama masa berlakunya jika
terdapat perubahan yang mendasar di dalam perkembangan lingkungan strategis
dan munculnya isu strategis yang signifikan sedemikian sehingga mengharuskan
adanya penyesuaian dalam arah kebijakan maupun rencana program/kegiatan
yang harus dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Perkeretaapian.
Evaluasi atas pelaksanaan Renstra Ditjen Perkeretaapian 2015-2019 ini setidak-
tidaknya dilakukan satu kali dipertengahan masa berlakunya (pertengahan Tahun
2017) untuk mengukur keberhasilan pencapaian target kegiatan dan target
kinerja yang ditetapkan, serta menyesuaikan daftar program dan kegiatan yang
diperlukan dalam rangka mencapai target secara keseluruhan di akhir masa
perencanaan (Tahun 2019).
Adapun evaluasi tahunan terhadap pelaksanaan dari Renstra Ditjen
Perkeretaapian 2015-2019 ini dilaporkan melalui LAKIP (Laporan Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah) Ditjen Perkeretaapian yang disampaikan kepada
Menteri Perhubungan melalui Sekretariat Jenderal, untuk selanjutnya dievaluasi
oleh Inspektorat Jenderal. Laporan Hasil Evaluasi (LHE) atas LAKIP Ditjen
Perkeretaapian merupakan bagian dari penilaian prestasi dalam pelaksanaan
reformasi birokrasi dalam mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (good
governance) di Lingkungan Ditjen Perkeretaapian.
LAMPIRAN I. INDIKATOR KINERJA UTAMA
NO.SASARAN
KEMENTERIAN PERHUBUNGANSATUAN
TAHUN 2014
(BASELINE)TAHUN 2015 TAHUN 2016 TAHUN 2017 TAHUN 2018 TAHUN 2019 2015-2019
CAPAIAN S/D
2019KETERANGAN
a)
Ratio kecelakaan/ 1
juta km
0.65 0.55 0.55 0.55 0.55 0.55 0.55 0.55 IKU KEMENHUB
b)
Transportasi perkeretaapian Dokumen 1 1 - - - - 1 2 IKU KEMENHUB
c)
Transportasi perkeretaapian Unit 33 57 115 135 154 176 330 359 IKU KEMENHUB
1) Tingkat Ketersediaan fasilitas dan peralatan peningkatan keselamatan &
SDM perkeretaapian
Unit 29 18 67 87 106 124 95 124 IKU KEMENHUB
2) Tingkat Ketersediaan ATP Unit 0 5 4 3 3 2 17 17 IKU KEMENHUB
3) Jumlah Pengamanan/Penanganan Perlintasan Sebidang Lokasi 4 34 44 45 45 50 218 218 IKU DITJEN
PERKERETAAPIANd) Sertifikat 1290 1710 3792 5185 8032 10384 9094 10384 IKU DITJEN
PERKERETAAPIAN
e)
Jumlah Kejadian /
Tahun
n/a 320 288 260 234 211 211 211 IKU KEMENHUB
f)
Transportasi perkeretaapian (penyempurnaan/revisi) Dokumen 2 2 - - - - 2 4 IKU KEMENHUB
g) Tahun n/a 1 1 1 1 1 5 5 IKU DITJEN
PERKERETAAPIAN
h) Pnp/tahun 249,197,098 373,795,647 560,693,471 841,040,206 1,261,560,309 1,892,340,463 4,929,430,095 9,485,064,543 IKU DITJEN
PERKERETAAPIAN
i)
Transportasi perkeretaapian Prosentase (%) n/a 20 20 20 20 20 100 100 IKU KEMENHUB
j)
Transportasi Perkeretaapian Juta ton CO2e 0.042 0.259 0.476 0.693 0.91 1.127 1.127 1.127 IKU KEMENHUB
k)
Transportasi Perkeretaapian Lokasi 1 0 0 2 1 1 4 5 IKU KEMENHUB
m)
Terbangunnya jalur kereta api Km'sp 5,434 186.99 409.65 724.43 900.33 1036.6 3,258 8,692 IKU KEMENHUBn)
Jumlah sarana kereta api Unit 42 9 24 25 31 73 162 204 IKU KEMENHUB
o)
Transportasi Perkeretaapian Proyek n.a 0 1 2 2 1 6 6 IKU KEMENHUB
p)
Angkutan Kereta Api Trayek/ Lintas/ Rute 1 3 5 6 7 8 8 8 IKU KEMENHUB
q)
Angkutan Kereta Api Trayek/ Lintas/ Rute n/a 0 0 0 1 2 2 2 IKU KEMENHUB
r)
Transportasi Perkeretaapian Lokasi 5 5 7 8 10 13 13 13 IKU KEMENHUB
3 Meningkatnya kinerja pelayanan
sarana dan prasarana transportasi
RINCIAN INDIKATOR KINERJA UTAMA DITJEN PERKERETAAPIAN TAHUN 2015-2019
INDIKATOR KINERJA UTAMA (OUTCOME)
I. Keselamatan dan Keamanan
1 Menurunnya angka kecelakaan
transportasi
Ratio kejadian kecelakaan transportasi nasional
Transportasi Perkeretaapian
Jumlah pedoman standar keselamatan
Jumlah sarana dan prasarana keselamatan
5 Menurunnya emisi gas rumah kaca
(RAN-GRK) dan meningkatnya
penerapan teknologi ramah
lingkungan pada sektor tansportasi.
Jumlah emisi gas rumah kaca dari sektor transportasi nasional yang dapat
diturunkan
Jumlah prasarana yang telah menerapkan konsep ramah lingkungan
Jumlah Sertifikasi SDM Teknis Perkeretaapian
4
Jumlah pedoman standar pelayanan sarana dan prasarana transportasi
Transportasi perkeretaapian (pelemparan batu)
2 Menurunnya Jumlah Gangguan
Keamanan dalam Penyelenggaraan
Transportasi
Meningkatnya kinerja Kementerian
Perhubungan dalam mewujudkan
good governance
Jumlah penyederhanaan perijinan di lingkungan Kementerian Perhubungan
Pelaksanaan perawatan dan pengoperasioan prasarana perkeretaapian milik
negara (IMO)
Jumlah penumpang KA PSO
Jumlah gangguan keamanan pada pelayanan jasa transportasi
II. Pelayanan
Terselenggaranya Proses Kerjasama Pemerintah Swasta dalam penyediaan
infrastruktur transportasi
7 Meningkatnya layanan transportasi
di daerah rawan bencana,
perbatasan, terluar, terpencil dan
khususnya wilayah timur Indonesia
Jumlah lintasan/ rute angkutan perintis
Jumlah lintasan/ rute angkutan perintis menjadi komersial
8 Meningkatnya pelayanan angkutan
umum massal perkotaan
Jumlah wilayah perkotaan yang menerapkan sistem angkutan massal berbasis
jalan dan kereta api
Peningkatan kapasitas sarana:
III. Kapasitas Transportasi
6 Meningkatnya kapasitas sarana dan
prasarana transportasi dan
keterpaduan sistem transportasi
multimoda dan antarmoda untuk
mengurangi backlog maupun
bottleneck kapasitas prasarana
transportasi dan sarana transportasi
antarmoda dan antarpulau sesuai
dengan sistem transportasi nasional
dan cetak biru transportasi
multimoda
Peningkatan kapasitas prasarana:
BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000)
A Kegiatan Pembangunan dan Pengelolaan Prasarana & Fasilitas Pendukung KA 17,773,694,568 38,415,400,000 44,992,100,011 62,182,300,317 64,310,400,006 227,673,894,902
Rehabilitasi/Peningkatan Jalan Rel/Emplasemen 170.78 Km'sp 554,578,384 196.07 Km'sp 605,895,525.00 246.16 Km'sp 772,938,295.0 279.00 Km'sp 1,198,397,027 333.80 Km'sp 1,518,243,063.00 1,225.81 Km'sp 4,650,052,294
KORIDOR PULAU SUMATERA 38.48 Km'sp 188,832,231 30.82 Km'sp 189,037,734.00 39.70 Km'sp 192,580,000.0 57.00 Km'sp 284,092,149 73.00 Km'sp 289,543,030.00 239.00 Km'sp 1,144,085,144
Bireun - Lhokseumawe, Aceh 8.65 Km'sp 20,000,000 8.65 Unit 20,000,000
Binjai - Besitang, Sumut 5.75 Km'sp 27,240,177 5.75 Unit 27,240,177
Medan - Araskabu - Tebingtinggi, Sumut 58.00 Km'sp 244,543,030.00 58.00 Unit 244,543,030
Tebingtinggi - Bandartinggi - Kisaran, Sumut 19.00 Km'sp 66,500,000.0 10.00 Km'sp 12,000,000 29.00 Unit 78,500,000
Medan - Belawan, Sumut 9.50 Km'sp 39,919,354 9.50 Unit 39,919,354
Bukitputus - Indarung, Sumbar 15.00 Km'sp 45,000,000.00 15.00 Unit 45,000,000
Lubuk Alung - Sicincin - Kayutanam - Padangpanjang - Solok - Muaro Kalaban, Sumbar 6.58 Km'sp 25,308,412 13.52 Km'sp 57,437,734.00 20.10 Unit 82,746,146
Prabumulih - Kertapati, Sumsel 16.50 Km'sp 99,600,000.00 16.50 Km'sp 99,600,000.0 47.0 Km'sp 272,092,149 80.00 Unit 471,292,149
Prabumulih - Waytuba, Sumsel 0.80 Km'sp 32,000,000.00 0.80 Unit 32,000,000
Tanjung Rembang - X5, Sumsel 0.20 Km'sp 10,000,000.0 0.20 Unit 10,000,000
Waytuba - Tarahan, Lampung 8.00 Km'sp 76,364,288 4.0 Km'sp 16,480,000.0 12.00 Unit 92,844,288
KORIDOR PULAU JAWA 132.30 Km'sp 365,746,153 165.25 Km'sp 416,857,791.00 206.46 Km'sp 580,358,295.0 222.00 Km'sp 914,304,878 260.80 Km'sp 1,228,700,033.00 986.81 Km'sp 3,505,967,150
Rangkasbitung - Merak 33.15 Km'sp 149,185,644 35.00 Km'sp 157,548,250.00 68.15 Unit 306,733,894
Tanah Abang - Rangkasbitung 49.20 Km'sp 46,473,356 2.00 Km'sp 38,014,639.00 51.20 Unit 84,487,995
Jatinegara - Pondok jati - Senen - Kampungbandan 1.30 Km'sp 5,147,842.00 1.30 Unit 5,147,842
Kampungbandan - Tanah Abang - Manggarai 10.00 Km'sp 9,481,141.00 10.00 Unit 9,481,141
Jakarta Kota - Tanjung Priok/JICT 20.10 Km'sp 21,947,397.00 20.10 Unit 21,947,397
Jakarta Kota - Manggarai - Bogor, Jabodatebek 9.20 Km'sp 10,000,000 9.20 Km'sp 28,048,879.00 35.70 Km'sp 35,700,000.0 17.85 Km'sp 54,420,924 17.85 Km'sp 54,420,924.00 89.80 Unit 182,590,727
Bogor - Sukabumi - Cianjur - Padalarang 22.90 Km'sp 94,507,265 34.0 Km'sp 59,000,000.00 38.0 Km'sp 147,381,225.0 0.30 Km'sp 18,993,533.00 95.20 Unit 319,882,023
Cicalengka - Banjar 13.2 Km'sp 23,060,000.00 58.47 Km'sp 203,849,601.0 2.30 Km'sp 30,852,657.00 73.92 Unit 257,762,258
Cikampek - Padalarang 1.00 Km'sp 1,675,435 4.55 Km'sp 61,134,953.00 5.55 Unit 62,810,388
Cirebon - Brebes - Tegal 1.10 Km'sp 11,868,757 1.00 Km'sp 2,385,000.00 1.5 Km'sp 13,244,319.0 3.60 Unit 27,498,076
Tegal - Pekalongan - Semarang - Bojonegoro 0.90 Km'sp 5,423,567 30.0 Km'sp 50,000,000.00 30.90 Unit 55,423,567
Tegal - Prupuk 38.5 Km'sp 73,902,275.0 38.50 Unit 73,902,275
Banjar - Kroya 33.30 Km'sp 68,249,716.00 33.30 Unit 68,249,716
Cirebon - Kroya (penataan emplasemen) 4.80 Km'sp 40,438,487.00 4.80 Unit 40,438,487
Semarang - Gundih 26.0 Km'sp 130,000,000.0 26.0 Km'sp 130,000,000.00 52.00 Unit 260,000,000
Gundih - Solo 7.00 Km'sp 40,000,000 30.0 Km'sp 103,000,000.00 37.00 Unit 143,000,000
Solo - Yogyakarta 9.49 Km'sp 14,330,101.0 9.49 Unit 14,330,101
Kutoarjo - Purworejo 11.0 Km'sp 55,000,000.0 11.00 Unit 55,000,000
Madiun - Surabaya 25.5 Km'sp 127,500,000.0 25.5 Km'sp 127,500,000.00 51.00 Unit 255,000,000
Purwosari - Wonogiri 16.0 Km'sp 80,000,000.0 16.0 Km'sp 80,000,000.00 32.00 Unit 160,000,000
Kandangan - Indro 10.0 Km'sp 50,000,000.00 10.00 Unit 50,000,000
Bojonegoro - Surabaya - Bangil 9.90 Km'sp 38,705,276 37.0 Km'sp 185,000,000.00 46.90 Unit 223,705,276
Bangil - Klakah - Kalisat - Banyuwangi 21.30 Km'sp 73,075,125 9.7 Km'sp 36,334,406.00 24.8 Km'sp 91,950,774.0 39.5 Km'sp 53,198,310 95.30 Unit 254,558,615
Bangil - Malang - Kediri - Kertosono 9.80 Km'sp 44,017,372 53.0 Km'sp 265,000,000.0 53.0 Km'sp 265,000,000.00 115.80 Unit 574,017,372
Pembangunan Jalan Rel/Emplasemen 186.99 Km'sp 8,928,460,000 409.65 Km'sp 25,845,945,435 724.43 Km'sp 32,222,076,323 900.33 Km'sp 49,419,982,006 1,036.60 Km'sp 51,390,049,337 3,258.00 Km'sp 167,806,513,101
KORIDOR PULAU SUMATERA 112.19 Km'sp 2,774,330,926 171.33 Km'sp 7,827,280,313 322.03 Km'sp 10,869,596,787 404.00 Km'sp 17,941,733,203 572.10 Km'sp 24,276,552,590 1,581.65 Km'sp 63,689,493,819
Sigli - Bireun - Lhokseumawe, Aceh 13.35 Km'sp 136,078,547 20.1 Km'sp 1,326,960,726.00 20.1 Km'sp 1,191,960,726.0 53.61 Km'sp 2,654,999,999
Lhokseumawe - Langsa, Aceh (tahap pertama) 1 Pkt 2,905,000,000 1 Pkt 1,627,080,959.00 1 Pkt 4,532,080,959
Kuala Langsa - Langsa - Besitang, Sumut & Aceh 1 Pkt 1,435,000,000 1 Pkt 1,435,000,000.00 1 Pkt 2,870,000,000
Medan - Bandar Khalifah, Sumut (Jalur KA Layang) 1,00 Pkt 600,000,000 8.0 Km'sp 1,430,000,000.00 8.00 Km'sp 2,030,000,000
Bandar Khalifah - Araskabu (jalur ganda), Sumut 15.00 Km'sp 115,572,472.00 1,00 Pkt 60,799,954 15.00 Km'sp 176,372,426
Araskabu - Kualanamu (jalur ganda), Sumut 4.00 Km'sp 55,057,998 4.00 Km'sp 55,057,998
Bandar Tinggi - Kuala Tanjung, Sumut (termasuk emplasemen) 7.20 Km'sp 90,000,000 14.3 Km'sp 198,500,000.00 21.50 Km'sp 288,500,000
Binjai - Besitang (Reaktivasi) 85.00 Km'sp 529,174,805 85.00 Km'sp 529,174,805
Medan - Gabion/Belawan, Sumut (elevated track) 6.2 Km'sp 1,597,063,893.00 1.8 Km'sp 470,236,107.0 8.00 Km'sp 2,067,300,000
Rantauprapat-Duri-Dumai 1,00 Pkt 209,280,000 29.00 Km'sp 1,015,000,000.00 60.00 Km'sp 2,100,000,000.0 60.00 Km'sp 2,100,000,000 100.00 Km'sp 3,500,000,000 249.00 Km'sp 8,924,280,000
Rantauprapat-Gunung Tua-Padang Sidempuan-Sibolga (tahap 1) 1 Pkt 35,000,000.00 1 Pkt 35,000,000
Siantar - Prapat & Medan - Deli Serdang - Karo (tahap 1) 1 Pkt 140,000,000.00 1 Pkt 140,000,000
KEGIATAN STRATEGIS BIDANG PERKERETAAPIANTAHUN 2015-2019
NO KEGIATAN
PEMBIAYAANJUMLAH
2015 (Alokasi Anggaran & APBNP) 2016 2017
VOLUME
2018 2019
VOLUME VOLUME VOLUME VOLUME VOLUME
LAMPIRAN II. RINCIAN KEGIATAN STRATEGIS
BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000)
NO KEGIATAN
PEMBIAYAANJUMLAH
2015 (Alokasi Anggaran & APBNP) 2016 2017
VOLUME
2018 2019
VOLUME VOLUME VOLUME VOLUME VOLUME
Pekanbaru-Muara Lembu-Teluk Kuantan-Muaro 64.00 Km'sp 1,600,000,000.0 64.00 Km'sp 1,920,000,000 36.00 Km'sp 1,260,000,000 164.00 Km'sp 4,780,000,000
Duri - Pekanbaru 45.1 Km'sp 1,802,000,000 45.1 Km'sp 1,802,000,000 90.20 Km'sp 3,604,000,000
Duku - Bandara Internasional Minangkabau (BIM) 2.64 Km'sp 22,451,600 1,00 Pkt 35,000,000.00 2.64 Km'sp 57,451,600
Pariaman - Naras - Sungai Limau, Sumbar (reaktivasi) 6.70 Km'sp 25,943,625.00 6.70 Km'sp 25,943,625
Padang - Pulo Aer, Sumbar (reaktivasi) 1 Pkt 102,000,000.00 1 Pkt 102,000,000
Padang Panjang - Bukit Tinggi - Payakumbuh - Limbanang, Sumbar (Reaktivasi) 1 Pkt 780,000,000.00 1 Pkt 780,000,000
Muaro Kalaban - Muaro- Logas, Sumbar (reaktivasi) 1,00 Pkt 5,787,976 26.0 Km'sp 104,000,000.00 26.00 Km'sp 109,787,976
Shortcut Padang-Solok (tahap pertama) 1 Pkt 276,000,000 1 Pkt 276,000,000
Batu Ampar - Bandara Hang Nadim, Kep. Riau 6.00 Km'sp 336,300,000.00 7.1 Km'sp 400,000,000.0 8.9 Km'sp 500,000,000 22.00 Km'sp 1,236,300,000
Pekanbaru - Jambi 65.0 Km'sp 1,625,000,000.0 79.0 Km'sp 2,763,928,369 206.0 Km'sp 7,211,071,631 350.00 Km'sp 11,600,000,000
Jambi - Palembang 54.5 Km'sp 1,362,500,000.0 54.5 Km'sp 1,907,500,000 109.0 Km'sp 3,815,000,000 218.00 Km'sp 7,085,000,000
Muara Enim - Lahat, Sumsel (Jalur Ganda) 1,00 Pkt 334,500,000.0 40.0 Km'sp 764,504,834.0 40.00 Km'sp 1,099,004,834
Baturaja - Martapura, Sumsel (Jalur Ganda) 1,00 Pkt 334,500,000 35.00 Km'sp 523,139,597.00 35.00 Km'sp 857,639,597
Prabumulih - Kertapati (jalur ganda), Sumsel 1,00 Pkt 792,000,000 3.00 Km'sp 92,800,000.00 25.0 Km'sp 797,100,000.0 25.0 Km'sp 796,300,000.0 27.0 Km'sp 935,400,000.0 80.00 Km'sp 3,413,600,000
Simpang - Tanjung Api-Api (perpanjangan), Sumsel (tahap pertama) 1 Pkt 175,000,000.00 1 Pkt 175,000,000
Pembangunan LRT Provinsi Palembang 1 Pkt 70,000,000.00 1 Pkt 70,000,000.00 1 Pkt 70,000,000.00 1 Pkt 210,000,000
Indralaya - Kampus Unsri (perpanjangan), Sumsel 1 Pkt 5,000,000.00 1 Pkt 5,000,000
Rejosari - Tarahan, Lampung (jalur KA layang tahap pertama) 1 Pkt 175,000,000.00 1 Pkt 175,000,000
Tanjung Karang - Pelabuhan Panjang, Lampung 3.0 Km'sp 120,000,000 3.00 Km'sp 120,000,000
Cempaka - Tanjung Karang - Tarahan, Lampung (jalur ganda) 24.5 Km'sp 857,500,000.0 24.5 Km'sp 857,500,000 49.0 Km'sp 1,715,000,000 98.00 Km'sp 3,430,000,000
Sukamenti - Tarahan, Lampung (jalur ganda) 2.0 Km'sp 70,000,000.00 2.00 Km'sp 70,000,000
Tarahan (KM3) - Bakauheni (tahap pertama) 1 Pkt 175,000,000.00 1 Pkt 175,000,000
KORIDOR PULAU JAWA - BALI 44.80 Km'sp 5,339,129,074 208.32 Km'sp 17,178,665,122 301.40 Km'sp 15,282,479,536 186.50 Km'sp 15,647,248,803 150.30 Km'sp 10,618,496,747 891.32 Km'sp 64,066,019,282
Maja - Rangkasbitung (jalur ganda) 12.80 Km'sp 99,491,368 7.00 Km'sp 210,461,327.00 19.80 Km'sp 309,952,695
Maja - Rangkasbitung (Test Track) 10.0 Km'sp 350,000,000.00 10.00 Km'sp 350,000,000
Rangkasbitung - Merak (jalur ganda) 33.7 Km'sp 1,297,928,969.0 35.3 Km'sp 821,997,485.0 1,00 Pkt 123,098,470 69.00 Km'sp 2,243,024,924
Cilegon - Anyer Kidul (Reaktivasi) 1 Pkt 189,919,588.00 1 Pkt 189,919,588
Rangkasbitung - Labuan - Saketi - Bayah (Reaktivasi) tahap pertama 1 Pkt 175,000,000.00 1 Pkt 175,000,000
Tonjong - Pelabuhan Bojonegara 1 Pkt 2,500,000.00 1 Pkt 2,500,000
QW Pondok Jati - Rajawali - Kampung Bandan - Duri - Tanah Abang - Manggarai - Pondok Jati (Jalur KA
Layang Loopline Jabodetabek)
1,00 Pkt 700,000,000 1,00 Pkt 1,908,000,000.00 7.70 Km'sp 3,339,000,000.0 3.4 Km'sp 2,862,000,000.0 14.3 Km'sp 732,000,000.00 25.40 Km'sp 9,541,000,000
Manggarai - Jatinegara - Bekasi - Cikarang (Double double track termasuk elektrifikasi dan fasilitas
perkeretaapian) --> Paket A dan B1 (SBSN)
1,00 Pkt 1,590,000,000 13.50 Km'sp 1,384,000,000.00 13.50 Km'sp 2,974,000,000
Manggarai - Jatinegara - Bekasi - Cikarang (Double double track termasuk elektrifikasi dan fasilitas
perkeretaapian) --> PHLN
1,00 Pkt 562,604,504 1,00 Pkt 562,604,504
Citayam - Nambo (jalur ganda) 1 Pkt 130,500,000.00 1 Pkt 130,500,000
Pembangunan LRT Jakarta, Depok, Bogor, Bekasi 1 Pkt 70,000,000.00 1 Pkt 1 Pkt 70,000,000.00 1 Pkt 140,000,000
Pembangunan HST Jakarta - Bandung 1 Pkt 300,000,000.00 1 Pkt 1 Pkt 300,000,000.00 1 Pkt 300,000,000.00 1 Pkt 900,000,000
Pembangunan jalur KA baru lingkar luar Jabodetabek antara Parungpanjang - Citayam 32.00 Km'sp 800,000,000.00 32.00 Km'sp 800,000,000
Pembangunan jalur KA baru lingkar luar Jabodetabek antara Nambo - Cikarang - Kalibaru (tahap
pertama)
1 Pkt 1,031,250,000.00 1 Pkt 1,031,250,000.0 1 Pkt 2,062,500,000
Bogor - Sukabumi (jalur langsir/emplasemen) 1,00 Pkt 5,739,558.00 1,00 Pkt 5,739,558
Cibungur - Tanjungrasa, Jabar (termasuk penataan emplasemen) 1,00 Pkt 26,732,935 12.00 Km'sp 122,033,010.00 12.00 Km'sp 148,765,945
Cikarang - Pelabuhan Cilamaya (tahap 1) 1 Pkt 175,000,000.00 1 Pkt 175,000,000
Cikampek - Padalarang (jalur ganda) 23.5 Km'sp 920,000,000.00 23.48 Km'sp 920,000,000
Padalarang - Bandung - Cicalengka (termasuk elektrifikasi) 1,00 Pkt 97,805,000 11.6 Km'sp 968,400,000.00 11.6 Km'sp 968,400,000.0 17.8 Km'sp 1,008,400,000 41.00 Km'sp 3,043,005,000
Rancaekek - Tanjungsari (Reaktivasi) 11.0 Km'sp 238,000,000.00 11.00 Km'sp 238,000,000
Tanjungsari - Kertajati 24.0 Km'sp 735,500,000.0 24.0 Km'sp 735,500,000.0 48.00 Km'sp 1,471,000,000
Reaktivasi jalur KA antara Cirebon - Kadipaten dan pembangunan jalur KA baru antara Kadipaten -
Bandara Kertajati
1 Pkt 1,675,000,000.0 1 Pkt 1,675,000,000
Cangkring - Pelabuhan Cirebon 2.5 Km'sp 114,395,246.00 2.5 Km'sp 211,893,552.0 1,00 Pkt 32,280,318.0 5.00 Km'sp 358,569,116
Cicalengka - Banjar - Kroya (jalur ganda) tahap pertama 1 Pkt 269,748,000.0 1 Pkt 2,771,541,000 1 Pkt 395,000,000 1 Pkt 3,436,289,000
Banjar - Pangandaran - Cijulang (reaktivasi) tahap pertama 1 Pkt 175,000,000.00 1 Pkt 175,000,000
Cirebon - Kroya (Purwokerto - Kroya) 1,00 Pkt 134,916,082 1,00 Pkt 760,800,006.00 26.4 Km'sp 302,755,494.0 26.40 Km'sp 1,198,471,582
Purwokerto - Wonosobo (reaktivasi) tahap pertama 1 Pkt 175,000,000.00 1 Pkt 175,000,000
Maos - Cilacap (termasuk akses ke Pelabuhan) 20.00 Km'sp 150,000,000.0 20.00 Km'sp 150,000,000
Kroya - Kutoarjo 1,00 Pkt 957,664,420 1,00 Pkt 897,327,361.00 76.0 Km'sp 385,143,254.0 76.00 Km'sp 2,240,135,035
Kedungjati - Tuntang (reaktivasi) 32.00 Km'sp 165,000,000 32.00 Km'sp 165,000,000
Semarang - Pelabuhan Tanjung Mas (reaktivasi) 1,00 Pkt 35,000,000 2.50 Km'sp 60,000,000.00 2.50 Km'sp 95,000,000
Jerakah - Semarang Poncol - Semarang Tawang - Alastua (jalur KA layang) 7.1 Km'sp 2,167,670,000.00 7.10 Km'sp 2,167,670,000
Solo - Semarang (jalur ganda) tahap pertama 1 Pkt 585,000,000.0 1 Pkt 785,000,000 1 Pkt 3,150,000,000 1 Pkt 4,520,000,000
Yogyakarta - Magelang (reaktivasi) tahap pertama 1 Pkt 175,000,000.00 1 Pkt 175,000,000
KA Bandara Kulonprogo (tahap 1) 1 Pkt 175,000,000.00 1 Pkt 175,000,000
BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000)
NO KEGIATAN
PEMBIAYAANJUMLAH
2015 (Alokasi Anggaran & APBNP) 2016 2017
VOLUME
2018 2019
VOLUME VOLUME VOLUME VOLUME VOLUME
Kutoarjo - Purworejo (emplasemen) 1 Pkt 7,160,090.00 1 Pkt 7,160,090
Shortcut Solo Kota - Solo Jebres 1 Pkt 89,100,000.00 1 Pkt 89,100,000
Surabaya - Kalimas & Sidotopo (jalur ganda) 3.00 Km'sp 56,474,420.00 3.00 Km'sp 56,474,420
Jombang - Babat - Tuban (reaktivasi) 37.00 Km'sp 342,830,267.0 36.0 Km'sp 1,260,000,000.0 36.0 Km'sp 960,000,000.0 109.00 Km'sp 2,562,830,267
Kandangan - Pelabuhan Teluk Lamong 7.0 Km'sp 210,000,000.0 7.00 Km'sp 210,000,000
Solo - Paron 1,00 Pkt 723,297,590 23.0 Km'sp 800,541,205.00 23.0 Km'sp 800,530,000.0 24.0 Km'sp 800,530,000.0 70.00 Km'sp 3,124,898,795
Paron - Madiun (jalur ganda), Jatim (termasuk emplasemen) 1,00 Pkt 122,754,002 12.5 Km'sp 287,500,000.00 12.5 Km'sp 287,500,000.0 25.00 Km'sp 697,754,002
Madiun - Mojokerto - Wonokromo 1 Pkt 417,752,384.00 20.0 Km'sp 800,000,000.0 46.0 Km'sp 1,200,000,000 100.0 Km'sp 3,555,355,000 166.00 Km'sp 5,973,107,384
Perkotaan Surabaya (Reaktivasi Tram Kalimas - Wonokromo, Jalur Ganda Wonokromo - Sidoarjp, KA
Bandara Juanda)
1,00 Pkt 123,863,173 17.1 Km'sp 2,289,140,927.00 17.14 Km'sp 2,413,004,100
Tulangan - Gununggangsir 20.0 Km'sp 600,000,000.00 20.00 Km'sp 600,000,000
Kalisat - Panarukan (reaktivasi) tahap pertama 1 Pkt 80,496,105.00 1 Pkt 80,496,105
Bangil - Banyuwangi (jalur ganda) tahap pertama 1 Pkt 1,890,000,000.0 1 Pkt 3,000,000,000 1 Pkt 97,547,172 1 Pkt 4,987,547,172
Bandara Ngurah Rai – Denpasar - Mengwi, Gilimanuk - Padang Bai tahap pertama 1 Pkt 175,000,000.00 1 Pkt 175,000,000
KORIDOR PULAU SULAWESI 30.00 Km'sp 815,000,000 30.00 Km'sp 840,000,000 101.00 Km'sp 6,070,000,000 122.63 Km'sp 6,649,000,000 116.00 Km'sp 6,285,500,000 399.63 Km'sp 20,659,500,000
Makassar - Pare-Pare 30.00 Km'sp 815,000,000 30.00 Km'sp 840,000,000 85.0 Km'sp 2,550,000,000.0 145.00 Km'sp 4,205,000,000
Manado - Bitung 16.00 Km'sp 640,000,000.0 16.00 Km'sp 640,000,000 16.00 Km'sp 640,000,000 48.00 Km'sp 1,920,000,000
Isimu-Kota Gorontalo-Taludaa-Molibagu-Tutuyan-Belang-Kema-Bitung 1 Pkt 2,880,000,000.0 106.6 Km'sp 4,320,000,000 100.0 Km'sp 3,500,000,000 206.63 Km'sp 10,700,000,000
Parepare-Pinrang-Polewali-Wonomulyo-Majene-Mamuju - Palu - Isimu (tahap pertama) 1 Pkt 1,689,000,000 1 Pkt 1,970,500,000.00 1 Pkt 3,659,500,000
Makassar-Sungguminasa-Takalar-Jeneponto-Bantaeng-Bulukumba-Sinjai-Watampone (tahap pertama) 1 Pkt 175,000,000.00 1 Pkt 175,000,000
KORIDOR PULAU KALIMANTAN - Km'sp - - Km'sp - - Km'sp - 137.20 Km'sp 6,557,000,000 148.20 Km'sp 7,584,500,000.00 285.40 Km'sp 14,141,500,000
Tanjung - Paringin - Barabai - Rantau - Martapura - Bandara Syamsuddin Noor - Banjarmasin 98.2 Km'sp 3,437,000,000.0 98.2 Km'sp 3,437,000,000.0 196.40 Km'sp 6,874,000,000
Balikpapan - Samarinda 39.0 Km'sp 1,365,000,000 50.0 Km'sp 1,750,000,000.00 89.00 Km'sp 3,115,000,000
Tanjung - Tanah Grogot - Balikpapan & Samarinda - Tanjung Redep - Batas Negara (tahap pertama) 1 Pkt 1,755,000,000.00 1 Pkt 2,047,500,000.00 1 Pkt 3,802,500,000
Palangkaraya - Pulang Kipas - Kuala Kapuas - Marabahan - Banjarmasin & Palangkaraya - Sangau -
Pontianak - Batas Negara (tahap pertama)
1 Pkt 350,000,000.00 1 Pkt 350,000,000
KORIDOR PULAU PAPUA - Km'sp - - Km'sp - - Km'sp - 50.00 Km'sp 2,625,000,000 50.00 Km'sp 2,625,000,000.00 100.00 Km'sp 5,250,000,000
Sorong - Manokwari & Jayapura - Sarmi (tahap pertama) 50.0 Km'sp 2,625,000,000.0 50.0 Km'sp 2,625,000,000.0 100.00 Km'sp 5,250,000,000
Pengadaan Material Rel (termasuk wesel Loan China) 2,030.00 Km'sp 1,711,067,000 350.0 Km'sp 1,303,989,635.00 550.0 Km'sp 761,877,457.0 700.0 Km'sp 1,015,273,507 700.0 Km'sp 1,015,273,507.00 4,330.00 Km'sp 5,807,481,106
Pengadaan Material Wesel (termasuk Loan China) 600.00 Unit 55,000,000 125.0 Unit 82,614,385.00 200.0 Unit 121,302,097.0 250.0 Unit 161,601,797 250.0 Unit 161,601,797.00 1,425.00 Km'sp 582,120,076
Rehabilitasi/Peningkatan Jembatan/Terowongan/Gorong-Gorong/Box Culvert/Underpass/Fly over 44.00 Unit 349,015,583 50.00 Unit 384,349,167 57.00 Unit 440,791,001 58.00 Unit 460,000,000 60.00 Unit 520,000,000 269.00 Km'sp 2,154,155,751
KORIDOR PULAU SUMATERA 15.00 Unit 248,561,828 15.00 Unit 102,740,368.00 15.00 Unit 133,830,529.0 16.00 Unit 160,000,000 18.00 Unit 180,000,000 79.00 Unit 825,132,725
Binjai - Besitang, Sumut 2.0 Unit 40,000,000 2.0 Unit 20,000,000 4.00 Unit 60,000,000
Medan - Binjau, Sumut 2.0 Unit 20,000,000 2.00 Unit 20,000,000
Medan - Araskabu - Tebingtinggi, Sumut 2.00 Unit 562,479 5.0 Unit 1,437,521.00 7.00 Unit 2,000,000
Tebingtinggi - Bandartinggi - Kisaran, Sumut 2.0 Unit 40,000,000 2.0 Unit 20,000,000 4.00 Unit 60,000,000
Tebingtinggi - Siantar, Sumut 2.0 Unit 20,000,000 2.00 Unit 20,000,000
Tanjungbalai - Kisaran - Rantauprapat, Sumut 2.0 Unit 20,000,000 2.00 Unit 20,000,000
Medan - Belawan, Sumut 2.0 Unit 40,000,000 2.0 Unit 20,000,000 4.00 Unit 60,000,000
Pariaman - Naras, Sumbar 2.0 Unit 20,000,000 2.0 Unit 20,000,000 4.00 Unit 40,000,000
Lubuk Alung - Sicincin - Kayutanam - Padangpanjang - Solok - Muaro Kalaban, Sumbar 2.0 Unit 40,000,000 2.0 Unit 20,000,000 4.00 Unit 60,000,000
Padangpanjang - Payakumbuh, Sumbar 2.0 Unit 20,000,000 2.00 Unit 20,000,000
Muarkalaban - Muaro, Sumbar 2.0 Unit 20,000,000 2.00 Unit 20,000,000
Padang - Lubukalung - Pariaman, Sumbar 2.0 Unit 20,000,000 2.00 Unit 20,000,000
Padang - Bukitputus - Indarung/Telukbayur, Sumbar 3.00 Unit 78,736,937 7.0 Unit 13,830,529.0 10.00 Unit 92,567,466
Prabumulih - Kertapati, Sumsel 1.00 Unit 2,883,704 2.0 Unit 20,000,000 3.00 Unit 22,883,704
Prabumulih - Waytuba, Sumsel 5.00 Unit 15,500,000.00 2.0 Unit 20,000,000 7.00 Unit 35,500,000
Tanjung Rembang - X5, Sumsel 2.0 Unit 20,000,000 2.00 Unit 20,000,000
Prabumulih - Muara Enim - Lahat - Lubuk Linggau, Sumsel 4.00 Unit 28,848,016 1.0 Unit 5,802,847.00 2.0 Unit 20,000,000 7.00 Unit 54,650,863
Muara Enim - Tanjung Enim, Sumsel 2.0 Unit 20,000,000 2.00 Unit 20,000,000
Waytuba - Tanjung Karang - Tarahan, Lampung 5.00 Unit 137,530,692 2.0 Unit 20,000,000 7.00 Unit 157,530,692
Tanjung Karang - Panjang, Lampung 2.0 Unit 20,000,000 2.00 Unit 20,000,000
KORIDOR PULAU JAWA 29.00 Unit 100,453,755 35.00 Unit 281,608,799 42.00 Unit 306,960,472 42.00 Unit 300,000,000 42.00 Unit 340,000,000 190.00 Unit 1,329,023,026
Rangkasbitung - Merak 2.0 Unit 40,000,000 2.0 Unit 20,000,000 4.00 Unit 60,000,000
Tanah Abang - Rangkasbitung 2.0 Unit 20,000,000 2.0 Unit 10,000,000 4.00 Unit 30,000,000
BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000)
NO KEGIATAN
PEMBIAYAANJUMLAH
2015 (Alokasi Anggaran & APBNP) 2016 2017
VOLUME
2018 2019
VOLUME VOLUME VOLUME VOLUME VOLUME
Krenceng - Anyer Kidul (reaktivasi) 2.0 Unit 20,000,000 2.00 Unit 20,000,000
Sungai Lagoa - Kampungbandan (reaktivasi) 2.0 Unit 20,000,000 2.00 Unit 20,000,000
Jatinegara - Pondok jati - Senen - Kampungbandan 2.0 Unit 20,000,000 2.00 Unit 20,000,000
Bogor - Sukabumi - Cianjur - Padalarang 5.00 Unit 26,976,626 2.0 Unit 20,000,000 7.00 Unit 46,976,626
Cicalengka - Banjar 1.00 Unit 17,059,952.00 2.0 Unit 20,000,000 3.00 Unit 37,059,952
Cikampek - Padalarang 1.00 Unit 8,426,008.00 2.0 Unit 20,000,000 3.00 Unit 28,426,008
Cirebon - Brebes 10.00 Unit 48,351,650.00 28.00 Unit 77,362,640.0 2.0 Unit 20,000,000 40.00 Unit 145,714,290
Jatinegara - Cikampek 3.0 Unit 20,000,000 2.0 Unit 10,000,000 5.00 Unit 30,000,000
Cikampek - Cirebon 5.0 Unit 20,000,000 2.0 Unit 10,000,000 7.00 Unit 30,000,000
Jatibarang - Indramayu 2.0 Unit 20,000,000 2.00 Unit 20,000,000
Brebes - Tegal 3.0 Unit 20,000,000 3.00 Unit 20,000,000
Tegal - Pekalongan - Semarang 15.00 Unit 27,097,076 10.0 Unit 53,144,330.00 2.00 Unit 39,837,747.0 27.00 Unit 120,079,153
Semarang - Bojonegoro 3.0 Unit 20,000,000 3.00 Unit 20,000,000
Tegal - Prupuk 2.0 Unit 20,000,000 2.00 Unit 20,000,000
Banjar - Kroya 1.00 Unit 27,367,511.0 2.0 Unit 20,000,000 3.00 Unit 47,367,511
Cirebon - Kroya 1.00 Unit 7,450,730 2.0 Unit 20,000,000 3.00 Unit 27,450,730
Semarang - Gundih 2.0 Unit 20,000,000 2.00 Unit 20,000,000
Gundih - Solo - Yogyakarta 5.00 Unit 14,238,559 6.0 Unit 14,626,859.00 6.0 Unit 57,392,574.0 2.0 Unit 20,000,000 19.00 Unit 106,257,992
Puwosari - Wonogiri 2.00 Unit 22,984,989 1.0 Unit 20,000,000.00 1.0 Unit 25,000,000.0 2.0 Unit 20,000,000 6.00 Unit 87,984,989
Kutoarjo - Yogyakarta 2.0 Unit 40,000,000 2.0 Unit 20,000,000 4.00 Unit 60,000,000
Kroya - Kutoarjo 2.0 Unit 40,000,000 2.0 Unit 20,000,000 4.00 Unit 60,000,000
Kutoarjo - Purworejo 2.0 Unit 20,000,000 2.00 Unit 20,000,000
Yogyakarta - Magelang - Secang - Bedono - Kedungjati 2.0 Unit 20,000,000 2.00 Unit 20,000,000
Solo - Madiun 2.0 Unit 40,000,000 2.0 Unit 20,000,000 4.00 Unit 60,000,000
Madiun - Surabaya 5.0 Unit 20,000,000 2.0 Unit 10,000,000 7.00 Unit 30,000,000
Bojonegoro - Surabaya 2.0 Unit 20,000,000 2.00 Unit 20,000,000
Surabaya - Bangil 5.0 Unit 20,000,000 5.00 Unit 20,000,000
Bangil - Klakah - Kalisat - Banyuwangi 1.00 Unit 1,705,775 4.0 Unit 20,000,000 5.00 Unit 21,705,775
Bangil - Malang - Kediri - Kertosono 2.0 Unit 40,000,000 4.0 Unit 20,000,000 6.00 Unit 60,000,000
Pembangunan Jembatan/Terowongan/Gorong-Gorong/Box Culvert/Underpass/Fly over 66.00 Unit 856,552,433 68.00 Unit 929,631,210 68.00 Unit 1,073,495,234 70.00 Unit 1,142,295,370 72.00 Unit 1,198,107,771 344.00 Unit 5,200,082,018
KORIDOR PULAU SUMATERA 32.00 Unit 260,447,499 17.00 Unit 143,054,700.00 17.00 Unit 40,000,000.0 23.00 Unit 416,000,000 23.00 Unit 420,000,000.00 112.00 Unit 1,279,502,199
Bireun - Lhokseumawe, Aceh 8.00 Unit 194,350,000 3.0 Unit 20,000,000.00 11.00 Unit 214,350,000
Lhokseumawe - Langsa, Aceh (tahap pertama) 1.0 Unit 10,000,000.0 1.0 Unit 20,000,000.0 2.00 Unit 30,000,000
Kuala Langsa - Langsa - Besitang, Sumut & Aceh 1.0 Unit 10,000,000.0 1.0 Unit 20,000,000.0 2.00 Unit 30,000,000
Binjai - Besitang, Sumut 12.0 Unit 30,000,000.0 12.00 Unit 30,000,000
Medan - Araskabu, Sumut 7.00 Unit 16,866,480 7.00 Unit 16,866,480
Araskabu - Tebingtinggi, Sumut 1.0 Unit 5,000,000.0 1.00 Unit 5,000,000
Tebingtinggi - Bandar Tinggi - Kisaran, Sumut 1.0 Unit 5,000,000.0 1.00 Unit 5,000,000
Bandar Tinggi - Kuala Tanjung, Sumut 15.00 Unit 17,383,019 15.00 Unit 17,383,019
Medan - Belawan, Sumut 1.0 Unit 5,000,000.0 1.00 Unit 5,000,000
Rantauprapat-Duri-Dumai 1.0 Unit 5,000,000.0 2.0 Unit 40,000,000.0 3.00 Unit 45,000,000
Rantauprapat-Gunung Tua-Padang Sidempuan-Sibolga (tahap 1) 1.0 Unit 20,000,000.0 1.00 Unit 20,000,000
Pekanbaru-Muara Lembu-Teluk Kuantan-Muaro 1.0 Unit 10,000,000.0 2.0 Unit 40,000,000.0 3.00 Unit 50,000,000
Duri - Pekanbaru 1.0 Unit 10,000,000.0 1.0 Unit 20,000,000.0 2.00 Unit 30,000,000
Padang - Duku - Lubuk Alung - Pariaman, Sumbar 5.0 Unit 10,000,000.0 8.0 Unit 321,000,000 13.00 Unit 331,000,000
Duku - BIM, Sumbar 1.0 Unit 10,000,000.00 1.00 Unit 10,000,000
Pariaman - Naras - Sungai Limau, Sumbar 3.0 Unit 48,000,000.00 3.00 Unit 48,000,000
Padang - Pulo Aer, Sumbar 2.0 Unit 38,000,000.00 2.00 Unit 38,000,000
Lubuk Alung - Sicincin - Kayutanam - Padangpanjang - Solok - Muaro Kalaban, Sumbar 1.0 Unit 5,000,000.0 1.00 Unit 5,000,000
Padang - Bukitputus - Indarung, Sumbar 1.0 Unit 5,000,000.0 1.00 Unit 5,000,000
Padang Panjang - Bukit Tinggi - Payakumbuh - Limbanang, Sumbar (Reaktivasi) 1.0 Unit 5,000,000.0 1.00 Unit 5,000,000
Muaro Kalaban - Muaro - Logas, Sumbar (reaktivasi) 1.0 Unit 3,000,000.00 1.00 Unit 3,000,000
Shortcut Padang-Solok (tahap pertama) 1.0 Unit 20,000,000.0 1.00 Unit 20,000,000
Pekanbaru - Jambi 1.0 Unit 5,000,000.0 1.0 Unit 20,000,000.0 2.00 Unit 25,000,000
Jambi - Palembang 1.0 Unit 5,000,000.0 1.0 Unit 20,000,000.0 2.00 Unit 25,000,000
Simpang - Tanjung Api-Api (perpanjangan), Sumsel (tahap pertama) 1.0 Unit 20,000,000.0 1.00 Unit 20,000,000
Rejosari - Tarahan, Lampung (tahap pertama) 1.0 Unit 20,000,000.0 1.00 Unit 20,000,000
Prabumulih - Kertapati, Sumsel 2.0 Unit 20,000,000.0 2.00 Unit 20,000,000
Prabumulih - Waytuba, Sumsel 4.0 Unit 12,000,000.00 4.00 Unit 12,000,000
Tanjung Rembang - X5, Sumsel 1.0 Unit 20,000,000.0 1.00 Unit 20,000,000
Prabumulih - Muara Enim - Lahat - Lubuk Linggau, Sumsel 1.00 Unit 19,934,000 1.0 Unit 5,000,000.0 1.0 Unit 20,000,000.0 3.00 Unit 44,934,000
BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000)
NO KEGIATAN
PEMBIAYAANJUMLAH
2015 (Alokasi Anggaran & APBNP) 2016 2017
VOLUME
2018 2019
VOLUME VOLUME VOLUME VOLUME VOLUME
Muara Enim - Tanjung Enim, Sumsel 1.0 Unit 20,000,000.0 1.00 Unit 20,000,000
Waytuba - Tanjung Karang - Tarahan, Lampung 1.00 Unit 11,914,000 3.0 Unit 12,054,700.00 1.0 Unit 5,000,000.0 2.0 Unit 20,000,000.0 7.00 Unit 48,968,700
Sukamenti - Tarahan, Lampung (jalur ganda) 1.0 Unit 20,000,000.0 1.00 Unit 20,000,000
Tarahan (KM3) - Bakauheni (tahap pertama) 1.0 Unit 20,000,000.0 1.00 Unit 20,000,000
Tanjung Karang - Pelabuhan Panjang, Lampung 1.0 Unit 20,000,000.0 1.00 Unit 20,000,000
KORIDOR PULAU JAWA 34.00 Unit 596,104,934 51.00 Unit 786,576,510.00 51.00 Unit 1,033,495,234.0 45.00 Unit 686,295,370 38.00 Unit 558,107,771 219.00 Unit 3,660,579,819
Tanah Abang - Rangkasbitung - Merak 10.00 Unit 144,011,233 2.0 Unit 20,000,000 12.00 Unit 164,011,233
Krenceng - Anyer Kidul (reaktivasi) 2.0 Unit 20,000,000.0 2.00 Unit 20,000,000
Sungai Lagoa - Kampungbandan (reaktivasi) 2.0 Unit 20,000,000.0 2.00 Unit 20,000,000
Jakarta Kota - Manggarai - Bogor 5.00 Unit 61,171,982 3.00 Unit 37,396,577.00 8.0 Unit 47,705,610.0 2.0 Unit 20,000,000.0 18.00 Unit 166,274,169
Citayam - Nambo 3.00 Unit 160,500,000.00 4.0 Unit 160,500,000.0 7.00 Unit 321,000,000
Duri - Tangerang 1.00 Unit 27,416,676.00 1.0 Unit 10,000,000.0 2.00 Unit 37,416,676
Bogor - Sukabumi - Cianjur - Padalarang 2.0 Unit 20,000,000.0 2.00 Unit 20,000,000
Manggarai - Jatinegara - Bekasi - Cikarang 2.00 Unit 100,000,000 1.00 Unit 55,000,000.00 4.0 Unit 55,000,000.0 1.0 Unit 65,000,000.0 8.00 Unit 275,000,000
Cikarang - Cikampek 2.0 Unit 15,000,000.0 2.0 Unit 40,000,000.0 4.00 Unit 55,000,000
Cibungur - Tanjungrasa 1.00 Unit 55,079,200.00 10.0 Unit 261,539,387.0 6.0 Unit 263,833,295.0 17.00 Unit 580,451,882
Cicalengka - Banjar 2.0 Unit 10,000,000.0 2.00 Unit 10,000,000
Cikampek - Padalarang 2.0 Unit 20,000,000.0 2.0 Unit 20,000,000.0 4.00 Unit 40,000,000
Cirebon - Brebes 2.0 Unit 10,000,000.0 2.00 Unit 10,000,000
Cikampek - Cirebon 2.0 Unit 20,000,000.0 2.00 Unit 20,000,000
Cangkring - Pelabuhan Cirebon 2.0 Unit 10,000,000.0 2.00 Unit 10,000,000
Jatibarang - Indramayu 2.0 Unit 20,000,000.0 2.00 Unit 20,000,000
Brebes - Tegal 2.0 Unit 10,000,000.0 2.00 Unit 10,000,000
Tegal - Pekalongan - Semarang 2.0 Unit 10,000,000.0 2.0 Unit 20,000,000.0 4.00 Unit 30,000,000
Semarang - Bojonegoro 2.00 Unit 8,800,060.00 2.0 Unit 10,000,000.0 4.00 Unit 18,800,060
Kedungjati - Tuntang 7.00 Unit 75,757,132 7.00 Unit 75,757,132
Tegal - Prupuk 1.0 Unit 5,000,000.0 1.00 Unit 5,000,000
Banjar - Kroya 1.0 Unit 5,000,000.0 1.00 Unit 5,000,000
Cirebon - Kroya (Purwokerto - Kroya) 9.00 Unit 214,868,656 9.00 Unit 214,868,656
Cirebon - Kroya (underpass) 1.00 Unit 7,188,713.00 1.0 Unit 21,566,141.0 1.0 Unit 7,188,713 3.00 Unit 35,943,567
Semarang - Gundih 2.0 Unit 40,000,000.0 2.00 Unit 40,000,000
Gundih - Solo - Yogyakarta 5.00 Unit 56,848,908.00 10.0 Unit 56,848,908.0 1.0 Unit 85,273,362 3.0 Unit 98,107,771.00 19.00 Unit 297,078,949
Puwosari - Wonogiri 2.0 Unit 20,000,000.0 2.00 Unit 20,000,000
Kutoarjo - Yogyakarta 2.0 Unit 20,000,000.0 2.00 Unit 20,000,000
Kroya - Kutoarjo 2.0 Unit 10,000,000.0 2.0 Unit 20,000,000.0 4.00 Unit 30,000,000
Kutoarjo - Purworejo 2.0 Unit 20,000,000.0 2.00 Unit 20,000,000
Yogyakarta - Magelang - Secang - Bedono - Tuntang 2.0 Unit 20,000,000.0 2.00 Unit 20,000,000
Solo - Paron 10.00 Unit 224,638,212.00 14.0 Unit 430,335,188.0 24.00 Unit 654,973,400
Paron - Madiun 15.00 Unit 121,225,164.00 15.00 Unit 121,225,164
Madiun - Mojokerto - Wonokromo - Surabaya 2.0 Unit 20,000,000.0 4.0 Unit 80,000,000.0 6.00 Unit 100,000,000
Bojonegoro - Surabaya 1.00 Unit 295,931 9.00 Unit 32,483,000.00 1.0 Unit 10,000,000.0 11.00 Unit 42,778,931
Surabaya - Bangil 2.0 Unit 10,000,000.0 2.00 Unit 10,000,000
Bangil - Klakah - Kalisat - Banyuwangi 2.0 Unit 20,000,000.0 3.0 Unit 60,000,000.0 5.00 Unit 80,000,000
Bangil - Malang - Kediri - Kertosono 2.0 Unit 20,000,000.0 2.0 Unit 20,000,000.0 4.00 Unit 40,000,000
KORIDOR PULAU SULAWESI - Unit - - Unit - - Unit - 2.00 Unit 40,000,000 6.00 Unit 120,000,000 8.00 Unit 160,000,000
Makassar - Pare-Pare 2.0 Unit 40,000,000.0 2.0 Unit 40,000,000.0 4.00 Unit 80,000,000
Manado - Bitung 1.0 Unit 20,000,000.0 1.00 Unit 20,000,000
Isimu-Kota Gorontalo-Taludaa-Molibagu-Tutuyan-Belang-Kema-Bitung 1.0 Unit 20,000,000.0 1.00 Unit 20,000,000
Parepare-Pinrang-Polewali-Wonomulyo-Majene-Mamuju (tahap pertama) 1.0 Unit 20,000,000.0 1.00 Unit 20,000,000
Makassar-Sungguminasa-Takalar-Jeneponto-Bantaeng-Bulukumba-Sinjai-Watampone (tahap pertama) 1.0 Unit 20,000,000.0 1.00 Unit 20,000,000
KORIDOR PULAU KALIMANTAN - Unit - - Unit - - Unit - - Unit - 4.00 Unit 80,000,000 4.00 Unit 80,000,000
Tanjung - Paringin - Barabai - Rantau - Martapura - Bandara Syamsuddin Noor - Banjarmasin 1.0 Unit 20,000,000.0 1.00 Unit 20,000,000
Balikpapan - Samarinda 1.0 Unit 20,000,000.0 1.00 Unit 20,000,000
Tanjung - Tanah Grogot - Balikpapan (tahap pertama) 1.0 Unit 20,000,000.0 1.00 Unit 20,000,000
Palangkaraya - Pulang Kipas - Kuala Kapuas - Marabahan - Banjarmasin (tahap pertama) 1.0 Unit 20,000,000.0 1.00 Unit 20,000,000
KORIDOR PULAU PAPUA - Unit - - Unit - - Unit - - Unit - 1.00 Unit 20,000,000 1.00 Unit 20,000,000
Sorong - Manokwari (tahap pertama) 1.0 Unit 20,000,000.0 1.00 Unit 20,000,000
BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000)
NO KEGIATAN
PEMBIAYAANJUMLAH
2015 (Alokasi Anggaran & APBNP) 2016 2017
VOLUME
2018 2019
VOLUME VOLUME VOLUME VOLUME VOLUME
Rehabilitasi / Peningkatan Stasiun/Bangunan Operasional 6.00 Unit 37,963,508 6.00 Unit 47,018,764.00 7.00 Unit 51,146,395.0 9.00 Unit 55,314,613 10.00 Unit 56,000,000 38.00 Unit 247,443,280
KORIDOR PULAU SUMATERA - Unit - - Unit - - Unit - 2.00 Unit 4,000,000 3.00 Unit 9,000,000.00 5.00 Unit 13,000,000
Aceh 1.0 Unit 2,000,000.0 1.00 Unit 2,000,000
Sumut 1.0 Unit 3,000,000.0 1.00 Unit 3,000,000
Sumbar 1.0 Unit 2,000,000.0 1.00 Unit 2,000,000
Sumsel 1.0 Unit 3,000,000.0 1.00 Unit 3,000,000
Lampung 1.0 Unit 3,000,000.0 1.00 Unit 3,000,000
KORIDOR PULAU JAWA 6.00 Unit 37,963,508 6.00 Unit 47,018,764.00 7.00 Unit 51,146,395.0 7.00 Unit 51,314,613 7.00 Unit 47,000,000.00 33.00 Unit 234,443,280
Rangkasbitung - Merak 1.0 Unit 15,000,000.0 1.00 Unit 15,000,000
Tanah Abang - Rangkasbitung 4.00 Unit 5,314,613 4.00 Unit 5,314,613
Jakarta Kota - Tj. Priok 1.00 Unit 15,000,000 1.00 Unit 15,000,000
Duri - Tangerang 1.0 Unit 16,000,000.0 1.00 Unit 16,000,000
Citayam - Nambo 1.00 Unit 37,048,416.0 1.00 Unit 37,048,416
Bogor - Sukabumi - Cianjur - Padalarang 1.0 Unit 6,000,000.0 1.00 Unit 6,000,000
Padalarang - Bandung - Cicalengka 1.00 Unit 6,829,200.00 1.00 Unit 6,829,200
Cirebon - Brebes 4.00 Unit 17,385,000 4.00 Unit 17,385,000
Cikampek - Cirebon 1.0 Unit 7,000,000.0 1.00 Unit 7,000,000
Tegal - Pekalongan - Semarang 6.00 Unit 14,097,979.0 6.00 Unit 14,097,979
Kedungjati - Tuntang 3.00 Unit 26,051,611.00 3.00 Unit 26,051,611
Gundih - Solo - Yogyakarta 1.00 Unit 5,578,508 1.0 Unit 8,568,273.00 2.00 Unit 14,146,781
Puwosari - Wonogiri 1.00 Unit 5,569,680.00 1.00 Unit 5,569,680
Kutoarjo - Yogyakarta 1.0 Unit 7,000,000.0 1.00 Unit 7,000,000
Yogyakarta - Magelang - Secang - Bedono - Tuntang 1.0 Unit 7,000,000.0 1.00 Unit 7,000,000
Solo - Paron - Madiun 1.0 Unit 6,000,000.0 1.00 Unit 6,000,000
Madiun - Mojokerto - Wonokromo - Surabaya 1.0 Unit 15,000,000.0 1.00 Unit 15,000,000
Bangil - Klakah - Kalisat - Banyuwangi 1.0 Unit 7,000,000.0 1.00 Unit 7,000,000
Bangil - Malang - Kediri - Kertosono 1.0 Unit 7,000,000.0 1.00 Unit 7,000,000
Pembangunan Stasiun/Bangunan Operasional 15.00 Unit 122,663,331 15.00 Unit 128,927,529 17.00 Unit 145,973,877 17.00 Unit 155,173,192 18.00 Unit 160,000,000 82.00 Unit 712,737,929
KORIDOR PULAU SUMATERA 6.00 Unit 41,431,168 6.00 Unit 32,779,529.00 8.00 Unit 47,000,000.0 9.00 Unit 75,000,000 9.00 Unit 75,000,000.00 38.00 Unit 271,210,697
Bireun - Lhokseumawe, Aceh 1.00 Unit 7,500,000 1.00 Unit 5,000,000.00 1.00 Unit 5,000,000.00 3.00 Unit 17,500,000
Binjai - Besitang, Sumut 1.0 Unit 5,000,000.00 1.00 Unit 5,000,000
Medan - Araskabu - Tebingtinggi - Bandar Tinggi - Kisaran, Sumut 1.0 Unit 5,000,000.00 1.00 Unit 5,000,000
Bandar Tinggi - Kuala Tanjung, Sumut 1.00 Unit 7,000,000.00 2.00 Unit 10,000,000.00 3.00 Unit 17,000,000
Rantauprapat-Duri-Dumai 1.0 Unit 10,000,000.0 1.0 Unit 10,000,000.0 2.00 Unit 20,000,000
Pekanbaru-Muara Lembu-Teluk Kuantan-Muaro 1.0 Unit 10,000,000.0 1.00 Unit 10,000,000
Duri - Pekanbaru 1.0 Unit 10,000,000.0 1.00 Unit 10,000,000
Pariaman - Naras - Sungai Limau, Sumbar 1.0 Unit 5,000,000.0 1.00 Unit 5,000,000
Padang - Pulo Aer, Sumbar 1.0 Unit 6,500,000.00 1.0 Unit 8,000,000.0 2.00 Unit 14,500,000
Lubuk Alung - Sicincin - Kayutanam - Padangpanjang, Sumbar 1.0 Unit 5,000,000.0 1.00 Unit 5,000,000
Padang - Duku - BIM, Sumbar 2.00 Unit 21,405,251 2.00 Unit 21,405,251
Padang - Bukitputus - Indarung, Sumbar 1.0 Unit 5,000,000.0 1.00 Unit 5,000,000
Padang Panjang - Bukit Tinggi - Payakumbuh - Limbanang, Sumbar (Reaktivasi) 1.0 Unit 10,000,000.0 1.00 Unit 10,000,000
Muaro Kalaban - Muaro - Logas, Sumbar (reaktivasi) 1.0 Unit 5,000,000.00 1.00 Unit 5,000,000
Batu Ampar - Bandara Hang Nadim, Kep. Riau 1.0 Unit 10,000,000.0 1.0 Unit 10,000,000.0 2.00 Unit 20,000,000
Pekanbaru - Jambi 1.0 Unit 10,000,000.0 1.0 Unit 10,000,000.0 2.00 Unit 20,000,000
Jambi - Palembang 1.0 Unit 10,000,000.0 1.0 Unit 10,000,000.0 2.00 Unit 20,000,000
Simpang - Tanjung Api-Api (perpanjangan), Sumsel (tahap pertama) 1.0 Unit 5,000,000.0 1.00 Unit 5,000,000
Indralaya - Kampus Unsri (perpanjangan), Sumsel 1.0 Unit 10,000,000.0 1.00 Unit 10,000,000
Prabumulih - Waytuba, Sumsel 1.00 Unit 5,000,000 1.0 Unit 7,000,000.00 1.0 Unit 9,000,000.00 3.00 Unit 21,000,000
Prabumulih - Muara Enim - Lahat - Lubuk Linggau, Sumsel 2.00 Unit 7,525,917 2.00 Unit 7,525,917
Waytuba - Tanjung Karang - Tarahan, Lampung 2.00 Unit 7,279,529.00 2.00 Unit 7,279,529
Sukamenti - Tarahan, Lampung (jalur ganda) 1.0 Unit 5,000,000.0 1.00 Unit 5,000,000
Tanjung Karang - Pelabuhan Panjang, Lampung 1.0 Unit 5,000,000.0 1.00 Unit 5,000,000
KORIDOR PULAU JAWA 9.00 Unit 81,232,163 9.00 Unit 96,148,000.00 8.00 Unit 88,973,877.0 6.00 Unit 60,173,192 2.00 Unit 15,000,000.00 34.00 Unit 341,527,232
Rangkasbitung - Merak 1.00 Unit 5,000,000.00 1.00 Unit 5,000,000
Tanah Abang - Rangkasbitung 3.00 Unit 60,137,523 2.00 Unit 10,000,000.00 5.00 Unit 70,137,523
Cilegon - Anyer Kidul (reaktivasi) 1.0 Unit 10,000,000.0 1.00 Unit 10,000,000
Tonjong - Bojonegara 1.0 Unit 10,173,192.0 1.00 Unit 10,173,192
Citayam - Nambo 3.00 Unit 16,544,687.00 3.00 Unit 16,544,687
BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000)
NO KEGIATAN
PEMBIAYAANJUMLAH
2015 (Alokasi Anggaran & APBNP) 2016 2017
VOLUME
2018 2019
VOLUME VOLUME VOLUME VOLUME VOLUME
Duri - Tangerang 1.00 Unit 49,842,187.00 1.00 Unit 49,842,187
Bogor - Sukabumi - Cianjur - Padalarang 1.0 Unit 10,000,000.00 1.00 Unit 10,000,000
Manggarai - Jatinegara - Bekasi - Cikarang 1.0 Unit 15,000,000.00 1.00 Unit 15,000,000
Padalarang - Bandung - Cicalengka 1.0 Unit 18,973,877.00 1.00 Unit 18,973,877
Cirebon - Brebes 1.00 Unit 14,722,030 1.00 Unit 14,722,030
Kedungjati - Tuntang 1.0 Unit 5,000,000.00 1.0 Unit 5,000,000.00 2.00 Unit 10,000,000
Kroya - Kutoarjo 1.0 Unit 10,000,000.00 1.00 Unit 10,000,000
Solo - Paron 1.0 Unit 10,000,000.00 1.0 Unit 10,000,000.00 2.00 Unit 20,000,000
Paron - Madiun 1.0 Unit 10,000,000.00 1.00 Unit 10,000,000
Madiun - Mojokerto - Wonokromo - Surabaya 1.0 Unit 10,000,000.00 1.0 Unit 10,000,000.00 2.00 Unit 20,000,000
Bojonegoro - Surabaya 5.00 Unit 6,372,610 2.00 Unit 14,761,126.00 7.00 Unit 21,133,736
Surabaya - Bangil - Klakah - Kalisat - Banyuwangi 1.0 Unit 10,000,000.0 1.00 Unit 10,000,000
Kalisat - Panarukan 1.0 Unit 10,000,000.0 1.00 Unit 10,000,000
Bangil - Malang - Kediri - Kertosono 1.0 Unit 10,000,000.00 1.00 Unit 10,000,000
KORIDOR PULAU SULAWESI - Unit - - Unit - 1.00 Unit 10,000,000 2.00 Unit 20,000,000 3.00 Unit 30,000,000 6.00 Unit 60,000,000
Makassar - Pare-Pare 1.0 Unit 10,000,000.00 2.0 Unit 20,000,000.0 3.00 Unit 30,000,000
Manado - Bitung 1.0 Unit 10,000,000.0 1.00 Unit 10,000,000
Isimu-Kota Gorontalo-Taludaa-Molibagu-Tutuyan-Belang-Kema-Bitung 1.0 Unit 10,000,000.0 1.00 Unit 10,000,000
Parepare-Pinrang-Polewali-Wonomulyo-Majene-Mamuju (tahap pertama) 1.0 Unit 10,000,000.0 1.00 Unit 10,000,000
KORIDOR PULAU KALIMANTAN - Unit - - Unit - - Unit - - Unit - 3.00 Unit 30,000,000 3.00 Unit 30,000,000
Tanjung - Paringin - Barabai - Rantau - Martapura - Bandara Syamsuddin Noor - Banjarmasin 1.0 Unit 10,000,000.0 1.00 Unit 10,000,000
Balikpapan - Samarinda 1.0 Unit 10,000,000.0 1.00 Unit 10,000,000
Tanjung - Tanah Grogot - Balikpapan (tahap pertama) 1.0 Unit 10,000,000.0 1.00 Unit 10,000,000
KORIDOR PULAU PAPUA - Unit - - Unit - - Unit - - Unit - 1.00 Unit 10,000,000 1.00 Unit 10,000,000
Sorong - Manokwari (tahap pertama) 1.0 Unit 10,000,000.0 1.00 Unit 10,000,000
Rehabilitasi / Peningkatan Persinyalan & Telekomunikasi 7.00 Pkt 269,011,225 7.00 Pkt 353,687,483.00 8.00 Pkt 844,630,652.0 8.00 Pkt 866,878,546 11.00 Pkt 875,328,770.00 41.00 Pkt 3,209,536,676
KORIDOR PULAU SUMATERA 2.00 Pkt 68,604,163 3.00 Pkt 102,034,806.00 1.00 Pkt 69,559,809.0 3.00 Pkt 90,000,000 4.00 Pkt 120,000,000.00 13.00 Pkt 450,198,778
Binjai - Besitang, Sumut 1.00 Pkt 30,000,000.00 1.00 Pkt 30,000,000
Medan - Araskabu, Sumut 1.00 Pkt 30,000,000.00 1.00 Pkt 30,000,000
Araskabu - Tebingtinggi, Sumut 1.00 Pkt 30,000,000.00 1.00 Pkt 30,000,000
Tebingtinggi - Bandar Tinggi - Kisaran, Sumut 1.00 Pkt 30,000,000.00 1.00 Pkt 30,000,000
Medan - Belawan, Sumut 1.00 Pkt 30,000,000.00 1.00 Pkt 30,000,000
Lubuk Alung - Sicincin - Kayutanam - Padangpanjang, Sumbar 1.00 Pkt 30,000,000.00 1.00 Pkt 30,000,000
Padang - Duku - BIM, Sumbar 1.00 Pkt 26,098,211 1.00 Pkt 26,098,211
Padang - Bukitputus - Indarung, Sumbar 1.00 Pkt 30,000,000.00 1.00 Pkt 30,000,000
Prabumulih - Kertapati, Sumsel 1.00 Pkt 69,559,809.00 1.00 Pkt 69,559,809
Prabumulih - Waytuba, Sumsel 1.00 Pkt 52,964,581.00 1.00 Pkt 52,964,581
Prabumulih - Muara Enim - Lahat - Lubuk Linggau, Sumsel 1.00 Pkt 16,030,019.00 1.00 Pkt 16,030,019
Waytuba - Tanjung Karang - Tarahan, Lampung 1.00 Pkt 42,505,952 1.00 Pkt 33,040,206.00 2.00 Pkt 75,546,158
KORIDOR PULAU JAWA 5.00 Pkt 200,407,062 4.00 Pkt 251,652,677.00 7.00 Pkt 775,070,843.0 5.00 Pkt 776,878,546 7.00 Pkt 755,328,770.00 28.00 Pkt 2,759,337,898
Rangkasbitung - Merak 1.00 Pkt 19,938,252 1.00 Pkt 67,160,077.00 2.00 Pkt 87,098,329
Tanah Abang - Rangkasbitung 1.00 Pkt 37,591,394.0 1.00 Pkt 56,387,090 2.00 Pkt 93,978,484
Jabodetabek (termasuk untuk mendukung KA bandara Soetta Commuter Line) 1.0 Pkt 437,397,599.0 1.0 Pkt 573,612,910 1.0 Pkt 488,989,491 3.00 Pkt 1,500,000,000
Citayam - Nambo 1.0 Pkt 50,000,000.00 1.00 Pkt 50,000,000
Cicalengka - Banjar 1.00 Pkt 68,864,210.00 1.00 Pkt 40,878,546 2.00 Pkt 109,742,756
Cikampek - Padalarang 1.00 Pkt 63,228,658.00 1.00 Pkt 63,228,658
Cangkring - Pelabuhan Cirebon 1.00 Pkt 7,620,822 1.00 Pkt 7,620,822
Tegal - Pekalongan - Semarang 1.00 Pkt 80,518,530 1.00 Pkt 26,630,652.0 2.00 Pkt 107,149,182
Semarang - Tanjung Mas 1.0 Pkt 10,000,000.00 1.00 Pkt 10,000,000
Kedungjati - Tuntang 1.00 Pkt 18,822,728 1.00 Pkt 18,822,728
Cirebon - Kroya (Purwokerto - Kroya) 1.00 Pkt 49,402,274 1.00 Pkt 111,263,942.00 1.00 Pkt 86,586,988.0 3.00 Pkt 247,253,204
Gundih - Solo - Yogyakarta 1.00 Pkt 101,192,094.00 1.00 Pkt 101,192,094
Solo - Paron - Madiun 1.00 Pkt 30,000,000.00 1.00 Pkt 30,000,000
Madiun - Mojokerto - Wonokromo - Surabaya 1.00 Pkt 30,000,000.00 1.00 Pkt 30,000,000
Surabaya - Bangil - Klakah - Kalisat - Banyuwangi 1.00 Pkt 68,000,000.0 1.00 Pkt 76,000,000.0 1.00 Pkt 40,624,676.00 3.00 Pkt 184,624,676
Kalisat - Panarukan 1.00 Pkt 56,901,687.00 1.00 Pkt 56,901,687
Bangil - Malang - Kediri - Kertosono 1.00 Pkt 31,725,278 1.00 Pkt 30,000,000.00 2.00 Pkt 61,725,278
BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000)
NO KEGIATAN
PEMBIAYAANJUMLAH
2015 (Alokasi Anggaran & APBNP) 2016 2017
VOLUME
2018 2019
VOLUME VOLUME VOLUME VOLUME VOLUME
Pembangunan Persinyalan dan Telekomunikasi 12.00 Pkt 433,140,768 13.00 Pkt 446,635,194 14.00 Pkt 457,426,360 16.00 Pkt 465,428,275 16.00 Pkt 600,000,000 71.00 Pkt 2,402,630,597
KORIDOR PULAU SUMATERA 6.00 Pkt 185,207,628 7.00 Pkt 193,963,327.00 9.00 Pkt 267,426,360.0 8.00 Pkt 215,340,504 7.00 Pkt 280,000,000.00 37.00 Pkt 1,141,937,819
Bireun - Lhokseumawe, Aceh 1.00 Pkt 90,000,000.00 1.00 Pkt 90,000,000
Binjai - Besitang, Sumut 1.0 Unit 30,000,000.00 1.00 Pkt 30,000,000
Medan - Araskabu, Sumut 2.00 Pkt 76,172,274 2.00 Pkt 48,454,061.00 4.00 Pkt 124,626,335
Araskabu - Tebingtinggi, Sumut 1.0 Pkt 30,000,000.00 1.00 Pkt 30,000,000
Tebingtinggi - Bandar Tinggi - Kisaran, Sumut 1.0 Pkt 35,340,504.00 1.00 Pkt 35,340,504
Bandar Tinggi - Kuala Tanjung, Sumut 2.00 Pkt 44,836,739.00 2.00 Pkt 33,163,261.00 4.00 Pkt 78,000,000
Medan - Belawan, Sumut 1.0 Pkt 30,000,000.00 1.00 Pkt 30,000,000
Rantauprapat-Duri-Dumai 1.0 Pkt 40,000,000.00 1.00 Pkt 40,000,000
Pekanbaru-Muara Lembu-Teluk Kuantan-Muaro 1.0 Pkt 40,000,000.00 1.00 Pkt 40,000,000
Duri - Pekanbaru 1.0 Pkt 40,000,000.00 1.00 Pkt 40,000,000
Pariaman - Naras - Sungai Limau, Sumbar 1.0 Pkt 30,000,000.00 1.00 Pkt 30,000,000
Padang - Pulo Aer, Sumbar 1.0 Pkt 30,000,000.00 1.00 Pkt 30,000,000
Lubuk Alung - Sicincin - Kayutanam - Padangpanjang - Solo - Sawahlunto - Muarokalaban, Sumbar 2.0 Pkt 30,000,000.00 2.00 Pkt 30,000,000
Padang - Duku - BIM, Sumbar 1.00 Pkt 5,336,263.00 1.00 Pkt 5,336,263
Padang Panjang - Bukit Tinggi - Payakumbuh, Sumbar (Reaktivasi) 1.0 Pkt 30,000,000.00 1.00 Pkt 30,000,000
Muaro Kalaban - Muaro - Logas, Sumbar (reaktivasi) 1.0 Pkt 26,836,739.00 1.00 Pkt 26,836,739
Batu Ampar - Bandara Hang Nadim, Kep. Riau 1.0 Pkt 40,000,000.00 1.00 Pkt 40,000,000
Pekanbaru - Jambi 1.0 Pkt 40,000,000.00 1.00 Pkt 40,000,000
Jambi - Palembang 1.0 Pkt 40,000,000.00 1.00 Pkt 40,000,000
Indralaya - Kampus Unsri (perpanjangan), Sumsel 1.0 Pkt 30,000,000.00 1.00 Pkt 30,000,000
Padang - Pariaman, Sumbar 1.00 Pkt 5,336,264.00 1.00 Pkt 5,336,264
Prabumulih - Kertapati, Sumsel 1.00 Pkt 19,356,200 1.00 Pkt 19,356,200
Prabumulih - Waytuba, Sumsel 1.00 Pkt 22,902,800 1.0 Pkt 38,860,723.0 2.00 Pkt 61,763,523
Prabumulih - Muara Enim - Lahat - Lubuk Linggau, Sumsel 1.00 Pkt 36,612,700 2.0 Pkt 78,565,637.0 3.00 Pkt 115,178,337
Muara Enim - Tanjung Enim, Sumsel 1.0 Pkt 30,000,000.00 1.00 Pkt 30,000,000
Waytuba - Tanjung Karang - Tarahan, Lampung 1.00 Pkt 30,163,654 1.00 Pkt 30,163,654
Tanjung Karang - Panjang, Lampung 1.0 Pkt 40,000,000.00 1.00 Pkt 40,000,000
KORIDOR PULAU JAWA 6.00 Pkt 247,933,140 6.00 Pkt 252,671,867.00 5.00 Pkt 190,000,000.0 7.00 Pkt 220,087,771 4.00 Pkt 120,000,000.00 28.00 Pkt 1,030,692,778
Tanah Abang - Rangkasbitung - Merak 1.00 Pkt 30,000,000 1.00 Pkt 30,000,000
Jakarta Kota - Manggarai - Bogor 1.00 Pkt 12,586,880.00 1.00 Pkt 12,586,880
Citayam - Nambo 1.0 Pkt 30,000,000.00 1.00 Pkt 30,000,000
Bogor - Sukabumi - Cianjur - Padalarang 1.0 Pkt 30,000,000.00 1.00 Pkt 30,000,000
Manggarai - Jatinegara - Bekasi - Cikarang 1.00 Pkt 92,366,369 1.00 Pkt 138,549,554.00 2.00 Pkt 230,915,923
Cibungur - Tanjungrasa 2.00 Pkt 65,428,275.0 2.00 Pkt 65,428,275
Cikampek - Cirebon 1.00 Pkt 24,900,447 1.00 Pkt 24,900,447
Cangkring - Pelabuhan Cirebon 1.00 Pkt 24,659,496 1.00 Pkt 24,659,496
Brebes - Tegal 1.00 Pkt 17,684,433.00 1.00 Pkt 17,684,433
Semarang - Bojonegoro 1.00 Pkt 36,049,854 1.00 Pkt 36,049,854
Kedungjati - Tuntang 1.0 Pkt 78,856,000.00 1.00 Pkt 78,856,000
Banjar - Kroya 1.0 Pkt 30,000,000.00 1.00 Pkt 30,000,000
Cirebon - Kroya 1.0 Pkt 30,000,000.00 1.00 Pkt 30,000,000
Semarang - Gundih 1.0 Pkt 30,000,000.00 1.00 Pkt 30,000,000
Gundih - Solo - Yogyakarta 1.00 Pkt 34,259,670 1.00 Pkt 34,259,670
Puwosari - Wonogiri 1.0 Pkt 30,000,000.00 1.00 Pkt 30,000,000
Kutoarjo - Yogyakarta 1.00 Pkt 50,000,000.0 1.00 Pkt 50,000,000
Kroya - Kutoarjo 1.0 Pkt 30,000,000.00 1.00 Pkt 30,000,000
Solo - Paron - Madiun 1.0 Pkt 30,000,000.00 1.00 Pkt 30,000,000
Madiun - Mojokerto - Wonokromo - Surabaya 1.0 Pkt 40,000,000.00 1.00 Pkt 40,000,000
Bojonegoro - Surabaya 1.00 Pkt 30,178,400 2.0 Pkt 4,995,000.00 1.00 Pkt 50,000,000.0 4.00 Pkt 85,173,400
Surabaya - Bangil - Klakah - Kalisat - Banyuwangi 1.00 Pkt 30,178,400 1.00 Pkt 30,178,400
Bangil - Malang - Kediri - Kertosono 1.0 Pkt 30,000,000.00 1.00 Pkt 30,000,000
KORIDOR PULAU SULAWESI - Pkt - - Pkt - - Pkt - 1.00 Pkt 30,000,000 2.00 Pkt 80,000,000 3.00 Pkt 110,000,000
Makassar - Pare-Pare 1.0 Pkt 30,000,000.00 1.00 Pkt 30,000,000
Manado - Bitung 1.0 Pkt 40,000,000.00 1.00 Pkt 40,000,000
Isimu-Kota Gorontalo-Taludaa-Molibagu-Tutuyan-Belang-Kema-Bitung 1.0 Pkt 40,000,000.00 1.00 Pkt 40,000,000
BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000)
NO KEGIATAN
PEMBIAYAANJUMLAH
2015 (Alokasi Anggaran & APBNP) 2016 2017
VOLUME
2018 2019
VOLUME VOLUME VOLUME VOLUME VOLUME
KORIDOR PULAU KALIMANTAN - Pkt - - Pkt - - Pkt - - Pkt - 2.00 Pkt 80,000,000 2.00 Pkt 80,000,000
Tanjung - Paringin - Barabai - Rantau - Martapura - Bandara Syamsuddin Noor - Banjarmasin 1.0 Pkt 40,000,000.00 1.00 Pkt 40,000,000
Balikpapan - Samarinda 1.0 Pkt 40,000,000.00 1.00 Pkt 40,000,000
KORIDOR PULAU PAPUA - Pkt - - Pkt - - Pkt - - Pkt - 1.00 Pkt 40,000,000.00 1.00 Pkt 40,000,000
Sorong - Manokwari (tahap pertama) 1.0 Pkt 40,000,000.00 1.00 Pkt 40,000,000
Rejabilitasi/Peningkatan Transmisi Listrik Aliran Atas (LAA) 33.90 Km'sp 70,278,044 44.90 Km'sp 35,000,000 45.00 Km'sp 90,000,000 45.00 Km'sp 90,000,000 58.95 Km'sp 118,438,933 227.75 Km'sp 403,716,977
KORIDOR PULAU SUMATERA - Km'sp - - Km'sp - - Km'sp - - Km'sp - - Km'sp - - Km'sp -
KORIDOR PULAU JAWA 33.90 Km'sp 70,278,044 44.90 Km'sp 35,000,000.00 45.00 Km'sp 90,000,000.0 45.00 Km'sp 90,000,000 58.95 Km'sp 118,438,933.00 227.75 Km'sp 403,716,977
Tanah Abang - Serpong - Maja - Rangkasbitung 45.0 Km'sp 90,000,000.0 11.0 Km'sp 22,000,000.0 56.00 Km'sp 112,000,000
Jatinegara - Pondok jati - Senen - Kampungbandan - Tanah Abang 44.9 Km'sp 35,000,000.00 22.0 Km'sp 44,000,000.00 66.90 Km'sp 79,000,000
Tanah Abang - Manggarai 6.0 Km'sp 12,000,000 6.00 Km'sp 12,000,000
Jakarta Kota - Manggarai - Bogor 33.90 Km'sp 70,278,044 9.0 Km'sp 18,000,000 7.7 Km'sp 15,838,933.00 50.55 Km'sp 104,116,977
Citayam - Nambo 14.3 Km'sp 28,600,000.00 14.30 Km'sp 28,600,000
Duri - Tangerang 19.0 Km'sp 38,000,000 19.00 Km'sp 38,000,000
Manggarai - Jatinegara - Bekasi - Cikarang 15.0 Km'sp 30,000,000.00 15.00 Km'sp 30,000,000
Rejabilitasi/Peningkatan Gardu Listrik (Catu Daya) 1.00 Unit 36,076,900 2.00 Unit 26,251,440 1.00 Unit 15,000,000 1.00 Unit 15,000,000 1.00 Unit 15,000,000 6.00 Unit 107,328,340
KORIDOR PULAU SUMATERA - Unit - - Unit - - Unit - - Unit - - Unit - - Unit -
KORIDOR PULAU JAWA 1.00 Unit 36,076,900 2.00 Unit 26,251,440.00 1.00 Unit 15,000,000.0 1.00 Unit 15,000,000 1.00 Unit 15,000,000.00 6.00 Unit 107,328,340
Tanah Abang - Rangkasbitung 1.00 Unit 15,000,000.0 1.00 Unit 15,000,000
Jatinegara - Pondok jati - Senen - Kampungbandan & Jakarta Kota - Tj Priok/JICT 1.00 Unit 15,000,000 1.00 Unit 15,000,000
Jakarta Kota - Manggarai - Bogor 1.00 Unit 36,076,900 1.00 Unit 36,076,900
Citayam - Nambo 1.00 Unit 15,000,000.00 1.00 Unit 15,000,000
Duri - Tangerang 1.00 Unit 11,251,440.00 1.00 Unit 11,251,440
Manggarai - Jatinegara - Bekasi - Cikarang 1.00 Unit 15,000,000.00 1.00 Unit 15,000,000
Pembangunan Transmisi Listrik Aliran Atas (LAA) termasuk gardu listrik 17.35 Km'sp 291,282,388 61.80 Km'sp 2,001,374,366 138.50 Km'sp 2,226,550,241 101.00 Km'sp 1,105,760,000 40.00 Km'sp 800,000,000 358.65 Km'sp 6,424,966,995
KORIDOR PULAU SUMATERA - Km'sp - - Km'sp - 27.00 Km'sp 830,000,000 - Km'sp - - Km'sp - 27.00 Km'sp 830,000,000
Medan - Araskabu - Kualanamu, Sumut (termasuk DIPO KRL) 27.0 Km'sp 830,000,000.0 27.00 Km'sp 830,000,000
KORIDOR PULAU JAWA 17.35 Km'sp 291,282,388 61.80 Km'sp 2,001,374,366 111.50 Km'sp 1,396,550,241 101.00 Km'sp 1,105,760,000 40.00 Km'sp 800,000,000 331.65 Km'sp 5,594,966,995
Maja - Rangkasbitung - Merak 69.0 Km'sp 465,760,000 69.00 Km'sp 465,760,000
Tanah Abang - Rangkasbitung 17.35 Km'sp 101,221,535 1,00 Pkt 39,603,400.00 17.35 Km'sp 140,824,935
Tanah Abang - Rangkasbitung (Test Track) 10.0 Km'sp 77,857,297.00 10.00 Km'sp 77,857,297
Jakarta Kota - Tj Priok/JICT 1,00 Pkt 43,421,400 1,00 Pkt 43,421,400
Citayam - Nambo 14.3 Km'sp 300,300,000.00 14.30 Km'sp 300,300,000
Manggarai - Bekasi - Cikarang 17.0 Km'sp 530,020,669.00 17.00 Km'sp 530,020,669
Cikarang - Cikampek 40.00 Km'sp 800,000,000.00 40.00 Km'sp 800,000,000
Padalarang - Bandung - Cicalengka 20.5 Km'sp 410,000,000.00 20.5 Km'sp 410,000,000.0 41.00 Km'sp 820,000,000
QW Yogyakarta - Solo 1,00 Pkt 146,639,453 1,00 Pkt 643,593,000.00 59.0 Km'sp 346,550,241.0 59.00 Km'sp 1,136,782,694
Kutoarjo - Yogyakarta 32.00 Km'sp 640,000,000.0 32.00 Km'sp 640,000,000 64.00 Km'sp 1,280,000,000
Peningkatan/Pembangunan Bangunan Khusus 1.00 Unit 16,938,042 5.00 Unit 52,500,000.00 5.00 Unit 35,000,000.00 4.00 Unit 19,976,000.00 6.00 Unit 29,276,653.00 21.00 Unit 153,690,695
KORIDOR PULAU SUMATERA - Unit - 3.00 Unit 22,500,000.00 3.00 Unit 17,500,000.0 1.00 Unit 5,500,000.00 1.00 Unit 2,111,673.00 8.00 Unit 47,611,673
Sumut 1.0 Unit 7,500,000.00 2.0 Unit 10,000,000.0 3.00 Unit 17,500,000
Sumbar 1.0 unit 5,500,000 1.00 unit 2,111,673.00 2.00 Unit 7,611,673
Sumsel 1.0 Unit 7,500,000.00 1.00 Unit 7,500,000
Riau 1.0 Unit 7,500,000.00 1.00 Unit 7,500,000
Jambi 1.0 Unit 7,500,000.0 1.00 Unit 7,500,000
BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000)
NO KEGIATAN
PEMBIAYAANJUMLAH
2015 (Alokasi Anggaran & APBNP) 2016 2017
VOLUME
2018 2019
VOLUME VOLUME VOLUME VOLUME VOLUME
KORIDOR PULAU JAWA 1.00 Unit 16,938,042 2.00 Unit 22,500,000.00 2.00 Unit 13,000,000.0 1.00 Unit 5,476,000 2.00 Unit 11,000,000.00 8.00 Unit 68,914,042
Tanah Abang - Rangkasbitung - Merak, termasuk bangunan dan fasilitas pengujian dan laboratorium 1.0 Unit 7,500,000.00 1.00 Unit 7,500,000
Jakarta Kota - Manggarai - Bogor 1.0 Unit 7,500,000.0 1.00 Unit 7,500,000
Cicalengka - Banjar 1.0 Unit 5,476,000 1.00 Unit 5,476,000
Tegal - Pekalongan - Semarang 1.00 Unit 7,500,000.00 1.00 Unit 7,500,000
Semarang - Bojonegoro - Surabaya, termasuk bangunan dan fasilitas perawatan/workshop 1.00 Unit 16,938,042 1.00 Pkt 7,500,000.00 1.0 unit 5,500,000.0 1.00 Unit 8,000,000.00 3.00 Unit 37,938,042
Solo - Madiun - Surabaya - Bangil 1.0 Unit 7,500,000.00 1.00 Unit 7,500,000
KORIDOR PULAU SULAWESI - Unit - 1.00 Unit 7,500,000.00 2.00 Unit 4,500,000.0 2.00 Unit 9,000,000.00 - Unit - 5.00 Unit 21,000,000
Sulsel 1.0 Unit 7,500,000.00 1.00 Unit 7,500,000
Sulut - 0 1.0 Pkt 2,250,000.00 1.00 Unit 4,500,000.00 - 1.00 Unit 6,750,000
Gorontalo 1.0 Pkt 2,250,000.0 1.0 Unit 4,500,000.0 1.00 Unit 6,750,000
KORIDOR PULAU KALIMANTAN - Unit - - Unit - - Unit - - Unit - 3.00 Unit 16,164,980.00 3.00 Unit 16,164,980
Kaltim 1.00 unit 5,388,326.00 1.00 Unit 5,388,326
Kalsel 1.00 unit 5,388,327.00 1.00 Unit 5,388,327
Kalteng 1.00 unit 5,388,327.00 1.00 Unit 5,388,327
Pemagaran Fasilitas Pendukung / Sterilisasi 5.00 Pkt 35,445,422 11.00 Pkt 303,343,072.00 13.00 Pkt 305,320,176.0 15.00 Pkt 315,000,000.0 15.00 Pkt 315,000,000.0 59.00 Pkt 1,274,108,670
KORIDOR PULAU SUMATERA 1.00 Pkt 500,000 3.00 Pkt 174,651,998.00 5.00 Pkt 65,000,000.0 7.00 Pkt 140,000,000 4.00 Pkt 80,000,000.00 20.00 Pkt 460,151,998
Bireun - Lhokseumawe, Aceh 1.00 Pkt 500,000 1.00 Pkt 500,000
Binjai - Besitang, Sumut 1.00 Pkt 13,000,000.0 1.00 Pkt 13,000,000
Medan - Araskabu, Sumut 1.0 Pkt 85,000,000.00 1.00 Pkt 85,000,000
Araskabu - Tebingtinggi, Sumut 1.00 Pkt 20,000,000.0 1.00 Pkt 20,000,000
Tebingtinggi - Bandar Tinggi - Kisaran, Sumut 1.00 Pkt 20,000,000.0 1.00 Pkt 20,000,000
Bandar Tinggi - Kuala Tanjung, Sumut 1.0 Pkt 75,956,000.00 1.00 Pkt 75,956,000
Medan - Belawan, Sumut 1.00 Pkt 20,000,000.0 1.00 Pkt 20,000,000
Pariaman - Naras - Sungai Limau, Sumbar 1.00 Pkt 13,000,000.0 1.00 Pkt 13,000,000
Padang - Pulo Aer, Sumbar 1.00 Pkt 20,000,000.0 1.00 Pkt 20,000,000
Lubuk Alung - Sicincin - Kayutanam - Padangpanjang - Solok - Muaro Kalaban, Sumbar 1.00 Pkt 13,000,000.0 1.00 Pkt 13,000,000
Padang - Duku - BIM, Sumbar 1.00 Pkt 13,000,000.0 1.00 Pkt 13,000,000
Padang - Bukitputus - Indarung, Sumbar 1.00 Pkt 20,000,000.0 1.00 Pkt 20,000,000
Padang - Pariaman, Sumbar 1.00 Pkt 20,000,000.0 1.00 Pkt 20,000,000
Prabumulih - Kertapati, Sumsel 1.00 Pkt 20,000,000.0 1.00 Pkt 20,000,000
Prabumulih - Waytuba, Sumsel 1.00 Pkt 13,000,000.0 1.00 Pkt 13,000,000
Tanjung Rembang - X5, Sumsel 1.00 Pkt 20,000,000.0 1.00 Pkt 20,000,000
Prabumulih - Muara Enim - Lahat - Lubuk Linggau, Sumsel 1.00 Pkt 20,000,000.0 1.00 Pkt 20,000,000
Muara Enim - Tanjung Enim, Sumsel 1.00 Pkt 20,000,000.0 1.00 Pkt 20,000,000
Waytuba - Tanjung Karang - Tarahan, Lampung 1.00 Pkt 13,695,998.00 1.00 Pkt 13,695,998
Tanjung Karang - Panjang, Lampung 1.00 Pkt 20,000,000.0 1.00 Pkt 20,000,000
KORIDOR PULAU JAWA 4.00 Pkt 34,945,422 8.00 Pkt 128,691,074.00 8.00 Pkt 240,320,176.0 8.00 Pkt 175,000,000 11.00 Pkt 235,000,000.00 39.00 Pkt 813,956,672
Rangkasbitung - Merak 1.00 Pkt 13,000,000.0 1.00 Pkt 13,000,000
Tanah Abang - Rangkasbitung 1.00 Pkt 7,084,848.00 1.00 Pkt 7,084,848
Krenceng - Anyer Kidul (reaktivasi) 1.00 Pkt 20,000,000.0 1.00 Pkt 20,000,000
Sungai Lagoa - Kampungbandan (reaktivasi) 1.00 Pkt 20,000,000.0 1.00 Pkt 20,000,000
Jatinegara - Pondok jati - Senen - Kampungbandan - Tanah Abang - Manggarai 2.00 Pkt 17,000,000.00 2.00 Pkt 17,000,000
Jakarta Kota - Tj. Priok/JICT 1.00 Pkt 13,000,000.0 1.00 Pkt 13,000,000
Jakarta Kota - Manggarai - Bogor 1.00 Pkt 19,677,653 1.00 Pkt 16,490,716.00 1.00 Pkt 144,933,104.0 3.00 Pkt 181,101,473
Citayam - Nambo 1.00 Pkt 12,105,044.00 1.00 Pkt 12,105,044
Duri - Tangerang 1.00 Pkt 18,000,000.0 1.00 Pkt 18,000,000
Bogor - Sukabumi - Cianjur - Padalarang 1.00 Pkt 20,000,000.0 1.00 Pkt 20,000,000
Manggarai - Jatinegara - Bekasi - Cikarang 1.00 Pkt 13,000,000.0 1.00 Pkt 13,000,000
Cikarang - Cikampek 1.00 Pkt 13,000,000.0 1.00 Pkt 13,000,000
Cibungur - Tanjungrasa 1.00 Pkt 20,000,000.0 1.00 Pkt 20,000,000
Cikampek - Padalarang 1.00 Pkt 20,000,000.0 1.00 Pkt 20,000,000
BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000)
NO KEGIATAN
PEMBIAYAANJUMLAH
2015 (Alokasi Anggaran & APBNP) 2016 2017
VOLUME
2018 2019
VOLUME VOLUME VOLUME VOLUME VOLUME
Cirebon - Brebes 1.00 Pkt 70,010,466.00 1.00 Pkt 70,010,466
Cikampek - Cirebon 1.00 Pkt 25,000,000.0 1.00 Pkt 25,000,000
Brebes - Tegal 1.00 Pkt 13,000,000.0 1.00 Pkt 13,000,000
Tegal - Pekalongan - Semarang 2.00 Pkt 6,086,269 2.00 Pkt 6,086,269
Semarang - Bojonegoro 1.00 Pkt 12,387,072.0 1.00 Pkt 12,387,072
Kedungjati - Tuntang 1.00 Pkt 25,000,000.0 1.00 Pkt 25,000,000
Banjar - Kroya 1.00 Pkt 20,000,000.0 1.00 Pkt 20,000,000
Cirebon - Kroya 1.00 Pkt 20,000,000.0 1.00 Pkt 20,000,000
Semarang - Gundih 1.00 Pkt 20,000,000.0 1.00 Pkt 20,000,000
Gundih - Solo - Yogyakarta 1.00 Pkt 20,000,000.0 1.00 Pkt 20,000,000
Puwosari - Wonogiri 1.00 Pkt 20,000,000.0 1.00 Pkt 20,000,000
Kutoarjo - Yogyakarta 1.00 Pkt 25,000,000.0 1.00 Pkt 25,000,000
Kroya - Kutoarjo 1.00 Pkt 25,000,000.0 1.00 Pkt 25,000,000
Yogyakarta - Magelang - Secang - Bedono - Tuntang 1.00 Pkt 20,000,000.0 1.00 Pkt 20,000,000
Solo - Paron 1.00 Pkt 1,500,000.00 1.00 Pkt 1,500,000
Paron - Madiun 1.00 Pkt 20,000,000.0 1.00 Pkt 20,000,000
Madiun - Mojokerto - Wonokromo - Surabaya 1.00 Pkt 25,000,000.0 1.00 Pkt 25,000,000
Bojonegoro - Surabaya 1.00 Pkt 9,181,500 1.0 Pkt 4,500,000.00 2.00 Pkt 13,681,500
Surabaya - Bangil - Klakah - Kalisat - Banyuwangi 1.00 Pkt 20,000,000.0 1.00 Pkt 20,000,000
Bangil - Malang - Kediri - Kertosono 1.00 Pkt 25,000,000.0 1.00 Pkt 25,000,000
Pengamanan Perlintasan Sebidang 34.00 Pkt 50,633,726 44.00 Pkt 69,717,961 45.00 Pkt 90,000,000 45.00 Pkt 94,500,000 50.00 Pkt 110,000,000 218.00 Pkt 414,851,687
KORIDOR PULAU SUMATERA 18.00 Pkt 18,577,005 15.00 Pkt 25,092,766.00 15.00 Pkt 30,000,000.0 26.00 Pkt 54,600,000 12.00 Pkt 26,400,000.00 86.00 Pkt 154,669,771
Binjai - Besitang, Sumut 2.00 Pkt 3,100,000.00 1.00 Pkt 2,000,000.00 2.00 Pkt 4,400,000.00 5.00 Pkt 9,500,000
Medan - Araskabu, Sumut 9.00 Pkt 2,000,000 2.00 Pkt 4,200,000.00 11.00 Pkt 6,200,000
Araskabu - Tebingtinggi, Sumut 2.00 Pkt 3,100,000.00 2.00 Pkt 4,200,000.00 4.00 Pkt 7,300,000
Tebingtinggi - Bandar Tinggi - Kisaran, Sumut 2.00 Pkt 3,100,000.00 2.00 Pkt 4,200,000.00 4.00 Pkt 7,300,000
Bandar Tinggi - Kuala Tanjung, Sumut 2.00 Pkt 4,000,000.00 2.00 Pkt 4,400,000.00 4.00 Pkt 8,400,000
Medan - Belawan, Sumut 2.00 Pkt 3,100,000.00 2.00 Pkt 4,200,000.00 4.00 Pkt 7,300,000
Pariaman - Naras - Sungai Limau, Sumbar 2.00 Pkt 4,200,000.00 2.00 Pkt 4,200,000
Padang - Pulo Aer, Sumbar 2.00 Pkt 4,200,000.00 2.00 Pkt 4,200,000
Lubuk Alung - Sicincin - Kayutanam - Padangpanjang - Solok - Muaro Kalaban, Sumbar 2.00 Pkt 4,000,000.00 2.00 Pkt 4,400,000.00 4.00 Pkt 8,400,000
Padang - Duku - BIM, Sumbar 2.00 Pkt 3,100,000.00 2.00 Pkt 4,200,000.00 4.00 Pkt 7,300,000
Padang - Bukitputus - Indarung, Sumbar 1.00 Pkt 1,316,103 2.00 Pkt 4,000,000.00 2.00 Pkt 4,200,000.00 5.00 Pkt 9,516,103
Padang - Pariaman, Sumbar 1.00 Pkt 1,316,102 2.00 Pkt 4,000,000.00 2.00 Pkt 4,200,000.00 5.00 Pkt 9,516,102
Prabumulih - Kertapati, Sumsel 1.0 Pkt 1,991,808.00 2.00 Pkt 4,200,000.00 3.00 Pkt 6,191,808
Prabumulih - Waytuba, Sumsel 2.00 Pkt 3,983,616 3.0 Pkt 5,609,150.00 2.00 Pkt 4,200,000.00 7.00 Pkt 13,792,766
Tanjung Rembang - X5, Sumsel 2.00 Pkt 4,000,000.00 2.00 Pkt 4,400,000.00 4.00 Pkt 8,400,000
Prabumulih - Muara Enim - Lahat - Lubuk Linggau, Sumsel 1.00 Pkt 1,991,808 1.0 Pkt 1,991,808.00 2.00 Pkt 4,200,000.00 4.00 Pkt 8,183,616
Muara Enim - Tanjung Enim, Sumsel 2.00 Pkt 4,000,000.00 2.00 Pkt 4,400,000.00 4.00 Pkt 8,400,000
Waytuba - Tanjung Karang - Tarahan, Lampung 4.00 Pkt 7,969,376 2.00 Pkt 4,200,000.00 6.00 Pkt 12,169,376
Tanjung Karang - Panjang, Lampung 2.00 Pkt 4,000,000.00 2.00 Pkt 4,400,000.00 4.00 Pkt 8,400,000
KORIDOR PULAU JAWA 16.00 Pkt 32,056,721 29.00 Pkt 44,625,195.00 30.00 Pkt 60,000,000.0 19.00 Pkt 39,900,000 38.00 Pkt 83,600,000.00 132.00 Pkt 260,181,916
Rangkasbitung - Merak 2.00 Pkt 3,100,000.00 2.00 Pkt 4,400,000.00 4.00 Pkt 7,500,000
Tanah Abang - Rangkasbitung 1.00 Pkt 1,200,000 1.00 Pkt 340,506.00 2.00 Pkt 4,200,000.00 4.00 Pkt 5,740,506
Krenceng - Anyer Kidul (reaktivasi) 2.00 Pkt 4,400,000.00 2.00 Pkt 4,400,000
Sungai Lagoa - Kampungbandan (reaktivasi) 2.00 Pkt 4,400,000.00 2.00 Pkt 4,400,000
Jatinegara - Pondok jati - Senen - Kampungbandan - Tanah Abang - Manggarai 2.00 Pkt 3,100,000.00 1.00 Pkt 2,100,000.00 3.00 Pkt 5,200,000
Jakarta Kota - Tj. Priok/JICT 2.00 Pkt 3,100,000.00 2.00 Pkt 4,400,000.00 4.00 Pkt 7,500,000
Jakarta Kota - Manggarai - Bogor 2.00 Pkt 4,000,000.00 2.00 Pkt 4,000,000
BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000)
NO KEGIATAN
PEMBIAYAANJUMLAH
2015 (Alokasi Anggaran & APBNP) 2016 2017
VOLUME
2018 2019
VOLUME VOLUME VOLUME VOLUME VOLUME
Citayam - Nambo 2.00 Pkt 4,000,000.00 2.00 Pkt 4,000,000
Duri - Tangerang 2.00 Pkt 3,100,000.00 2.00 Pkt 4,400,000.00 4.00 Pkt 7,500,000
Bogor - Sukabumi - Cianjur - Padalarang 2.00 Pkt 4,000,000.00 2.00 Pkt 4,000,000
Manggarai - Jatinegara - Bekasi - Cikarang 2.00 Pkt 3,100,000.00 2.00 Pkt 4,400,000.00 4.00 Pkt 7,500,000
Cikarang - Cikampek 2.00 Pkt 3,100,000.00 2.00 Pkt 4,400,000.00 4.00 Pkt 7,500,000
Cibungur - Tanjungrasa 2.00 Pkt 4,000,000.00 2.00 Pkt 4,000,000
Cicalengka - Banjar 2.00 Pkt 4,000,000.00 2.00 Pkt 4,000,000
Cikampek - Padalarang 2.00 Pkt 3,100,000.00 2.00 Pkt 4,400,000.00 4.00 Pkt 7,500,000
Cirebon - Brebes 2.00 Pkt 3,100,000.00 2.00 Pkt 4,400,000.00 4.00 Pkt 7,500,000
Cikampek - Cirebon 2.00 Pkt 4,000,000.00 2.00 Pkt 4,400,000.00 4.00 Pkt 8,400,000
Jatibarang - Indramayu 2.00 Pkt 4,000,000.00 2.00 Pkt 4,400,000.00 4.00 Pkt 8,400,000
Brebes - Tegal 1.00 Pkt 2,000,000.00 2.00 Pkt 4,400,000.00 3.00 Pkt 6,400,000
Tegal - Pekalongan - Semarang 4.00 Pkt 7,969,376 1.00 Pkt 1,992,344.00 2.00 Pkt 4,200,000.00 7.00 Pkt 14,161,720
Semarang - Bojonegoro 2.00 Pkt 3,100,000.00 2.00 Pkt 4,200,000.00 4.00 Pkt 7,300,000
Kedungjati - Tuntang 2.00 Pkt 4,000,000.00 2.00 Pkt 4,400,000.00 4.00 Pkt 8,400,000
Tegal - Prupuk 1.00 Pkt 2,000,000.00 2.00 Pkt 4,400,000.00 3.00 Pkt 6,400,000
Banjar - Kroya 2.00 Pkt 4,400,000.00 2.00 Pkt 4,400,000
Cirebon - Kroya 2.00 Pkt 4,000,000.00 2.00 Pkt 4,400,000.00 4.00 Pkt 8,400,000
Semarang - Gundih 2.00 Pkt 3,100,000.00 2.00 Pkt 4,200,000.00 4.00 Pkt 7,300,000
Gundih - Solo - Yogyakarta 1.00 Pkt 1,992,345 1.00 Pkt 1,992,345.00 2.00 Pkt 4,200,000.00 4.00 Pkt 8,184,690
Puwosari - Wonogiri 2.00 Pkt 4,000,000.00 2.00 Pkt 4,000,000
Kutoarjo - Yogyakarta 2.00 Pkt 3,100,000.00 2.00 Pkt 4,200,000.00 4.00 Pkt 7,300,000
Kroya - Kutoarjo 2.00 Pkt 4,000,000.00 2.00 Pkt 4,400,000.00 4.00 Pkt 8,400,000
Kutoarjo - Purworejo 1.00 Pkt 2,000,000.00 1.00 Pkt 2,000,000
Yogyakarta - Magelang - Secang - Bedono - Tuntang 1.00 Pkt 2,000,000.00 1.00 Pkt 2,000,000
Solo - Paron 4.00 Pkt 8,800,000.00 4.00 Pkt 8,800,000
Paron - Madiun 2.00 Pkt 4,000,000.00 2.00 Pkt 4,000,000
Madiun - Mojokerto - Wonokromo - Surabaya 2.00 Pkt 4,000,000.00 2.00 Pkt 4,000,000
Bojonegoro - Surabaya 10.00 Unit 20,895,000 2.00 Pkt 4,200,000.00 12.00 Pkt 25,095,000
Surabaya - Bangil - Klakah - Kalisat - Banyuwangi 2.00 Pkt 3,100,000.00 2.00 Pkt 4,200,000.00 4.00 Pkt 7,300,000
Bangil - Malang - Kediri - Kertosono 2.00 Pkt 3,100,000.00 2.00 Pkt 4,200,000.00 4.00 Pkt 7,300,000
Pengadaan Lahan 34.00 Pkt 1,297,784,684 30.00 Pkt 2,864,515,092 31.00 Pkt 2,094,445,104 31.00 Pkt 2,127,609,790 32.00 Pkt 1,600,000,000 158.00 Pkt 9,984,354,670
KORIDOR PULAU SUMATERA 14.00 Pkt 704,437,835 14.00 Pkt 1,230,689,079.00 9.00 Pkt 902,550,000.0 8.00 Pkt 548,200,000 11.00 Pkt 630,000,000.00 56.00 Pkt 4,015,876,914
Bireun - Lhokseumawe, Aceh 6.00 Pkt 422,765,921 4.00 Pkt 302,139,079.00 10.00 Pkt 724,905,000
Lhokseumawe - Langsa - Besitang 1.00 Pkt 10,000,000.00 1.00 Pkt 80,000,000.00 2.00 Pkt 90,000,000
Binjai - Besitang, Sumut 1.00 Pkt 10,000,000.00 1.00 Pkt 20,000,000.00 2.00 Pkt 30,000,000
Medan - Araskabu, Sumut 2.00 Pkt 13,163,356 2.00 Pkt 13,163,356
Bandar Tinggi - Kuala Tanjung, Sumut 3.00 Pkt 6,000,000.00 1.00 Pkt 10,000,000.00 4.00 Pkt 16,000,000
Medan - Belawan, Sumut 1.00 Pkt 10,000,000.00 1.00 Pkt 10,000,000.00 1.00 Pkt 100,000,000 3.00 Pkt 120,000,000
BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000)
NO KEGIATAN
PEMBIAYAANJUMLAH
2015 (Alokasi Anggaran & APBNP) 2016 2017
VOLUME
2018 2019
VOLUME VOLUME VOLUME VOLUME VOLUME
Rantauprapat - Kota Pinang - Duri - Dumai, Sumut & Riau (124,5 Km x 1000 x 24 m) 2.00 Pkt 210,000,000 1.00 Pkt 507,600,000.00 1.00 Pkt 467,600,000.0 1.00 Pkt 388,200,000.0 5.00 Pkt 1,573,400,000
Duri - Pekanbaru 1.00 Pkt 50,000,000 1.00 Pkt 10,000,000.00 1.00 Pkt 10,000,000.00 3.00 Pkt 70,000,000
Pekanbaru - Jambi 1.00 Pkt 10,000,000.00 1.00 Pkt 100,000,000.00 2.00 Pkt 110,000,000
Pekanbaru - Muaro 1.00 Pkt 10,000,000.00 1.00 Pkt 10,000,000.00 1.00 Pkt 100,000,000.00 3.00 Pkt 120,000,000
Jambi - Palembang 1.00 Pkt 10,000,000.00 1.00 Pkt 100,000,000.00 2.00 Pkt 110,000,000
Pariaman - Naras - Sungai Limau, Sumbar 1.00 Pkt 10,000,000.00 1.00 Pkt 10,000,000
Padang - Pulo Aer, Sumbar 1.00 Pkt 10,000,000.00 1.00 Pkt 10,000,000
Lubuk Alung - Sicincin - Kayutanam - Padangpanjang - Solok - Muarokalaban - Muaro - Logas, Sumbar 1.00 Pkt 10,000,000.00 1.00 Pkt 100,000,000.00 2.00 Pkt 110,000,000
Padang - Bukitputus - Indarung, Sumbar 1.00 Pkt 10,000,000.00 1.00 Pkt 10,000,000
Padang - Pariaman, Sumbar 2.00 Pkt 7,001,500 2.00 Pkt 7,001,500
Prabumulih - Kertapati, Sumsel 1.00 Pkt 1,507,058 1.00 Pkt 10,000,000.00 2.00 Pkt 11,507,058
Kertapati/Simpang - Tj. Api-Api, Sumsel 1.00 Pkt 50,000,000.00 1.00 Pkt 50,000,000
Prabumulih - Waytuba, Sumsel 1.00 Pkt 10,000,000.00 1.00 Pkt 10,000,000
Prabumulih - Muara Enim - Lahat - Lubuk Linggau, Sumsel 1.00 Pkt 10,000,000.00 1.00 Pkt 10,000,000
Muara Enim - Tanjung Enim, Sumsel 1.00 Pkt 10,000,000.00 1.00 Pkt 10,000,000.00 2.00 Pkt 20,000,000
Waytuba - Rejosari - Tanjung Karang - Tarahan, Lampung 1.00 Pkt 10,000,000.00 1.00 Pkt 10,000,000
Rejosari - Tarahan, Lampung 1.00 Pkt 364,950,000.00 1.00 Pkt 364,950,000.0 2.00 Pkt 729,900,000
Tarahan - Bakauheni, Lampung 1.00 Pkt 50,000,000.00 1.00 Pkt 50,000,000
KORIDOR PULAU JAWA 19.00 Pkt 243,346,849 13.00 Pkt 1,433,826,013.00 8.00 Pkt 891,895,104.0 9.00 Pkt 1,079,409,790 8.00 Pkt 470,000,000.00 57.00 Pkt 4,118,477,756
Rangkasbitung - Merak 1.00 Pkt 10,000,000 1.00 Pkt 94,895,104.00 1.00 Pkt 104,895,104.0 1.00 Pkt 90,209,790 4.00 Pkt 299,999,998
Tanah Abang - Rangkasbitung (termasuk untuk test track) 2.00 Pkt 15,000,000 1.0 Pkt 5,000,000.00 1.00 Pkt 11,000,000.0 4.00 Pkt 31,000,000
Krenceng - Anyer Kidul (reaktivasi) 1.00 Pkt 10,000,000.00 1.00 Pkt 10,000,000
Parungpanjang - Citayam 1.00 Pkt 176,000,000.00 1.00 Pkt 176,000,000.0 1.00 Pkt 179,200,000 3.00 Pkt 531,200,000
Sungai Lagoa - Kampungbandan (reaktivasi) 1.00 Pkt 10,000,000.00 1.00 Pkt 10,000,000
Jatinegara - Pondok jati - Senen - Kampungbandan - Tanah Abang - Manggarai 1.00 Pkt 10,000,000.00 1.00 Pkt 10,000,000
Jakarta Kota - Manggarai - Bogor 2.00 Pkt 2,000,000 2.00 Pkt 2,000,000
Citayam - Nambo 2.00 Pkt 2,750,000 1.0 Pkt 1,000,000.00 3.00 Pkt 3,750,000
Halim - Manggarai - Duri - Bandara Soetta (express line) 1.0 Pkt 250,000,000.00 1.0 Pkt 500,000,000.0 1.0 Pkt 750,000,000 1.0 Pkt 400,000,000.00 4.00 Pkt 1,900,000,000
Bogor - Sukabumi - Cianjur - Padalarang 1.00 Pkt 10,000,000.00 1.00 Pkt 10,000,000
Manggarai - Jatinegara - Bekasi - Cikarang 1.00 Pkt 27,289,353 1.0 Pkt 731,605,474.00 2.00 Pkt 758,894,827
Cikarang - Cikampek 1.00 Pkt 10,000,000.00 1.00 Pkt 10,000,000
Padalarang - Bandung - Cicalengka 1.00 Pkt 1,000,000 1.00 Pkt 10,000,000.00 2.00 Pkt 11,000,000
Cicalengka - Banjar 1.00 Pkt 10,000,000.00 1.00 Pkt 10,000,000
Cikampek - Cirebon 1.00 Pkt 10,000,000.00 1.00 Pkt 10,000,000
Cangkring - Pelabuhan Cirebon 1.00 Pkt 18,674,565 1.00 Pkt 81,325,435.00 1.00 Pkt 70,000,000.0 3.00 Pkt 170,000,000
Tegal - Pekalongan - Semarang 1.00 Pkt 1,407,931 1.0 Pkt 25,000,000.00 2.00 Pkt 26,407,931
Semarang - Bojonegoro 1.00 Pkt 20,716,600 1.0 Pkt 25,000,000.00 2.00 Pkt 45,716,600
Elevated Track Semarang 1.0 Pkt 15,000,000.00 1.00 Pkt 15,000,000
Banjar - Kroya 1.00 Pkt 10,000,000.00 1.00 Pkt 10,000,000
Cirebon - Kroya 1.00 Pkt 950,000 1.0 Pkt 9,000,000.00 2.00 Pkt 9,950,000
BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000)
NO KEGIATAN
PEMBIAYAANJUMLAH
2015 (Alokasi Anggaran & APBNP) 2016 2017
VOLUME
2018 2019
VOLUME VOLUME VOLUME VOLUME VOLUME
Semarang - Gundih 1.00 Pkt 10,000,000.00 1.00 Pkt 10,000,000
Gundih - Solo - Yogyakarta 1.00 Pkt 10,000,000.00 1.00 Pkt 10,000,000
Puwosari - Wonogiri 1.00 Pkt 10,000,000.00 1.00 Pkt 10,000,000
Kutoarjo - Yogyakarta 1.00 Pkt 1,000,000 1.00 Pkt 1,000,000
Kroya - Kutoarjo 1.00 Pkt 1,558,400 1.00 Pkt 1,558,400
Yogyakarta - Magelang - Secang - Bedono - Tuntang 1.00 Pkt 10,000,000.00 1.00 Pkt 10,000,000
Solo - Paron - Madiun 1.00 Pkt 50,000,000 1.00 Pkt 50,000,000
Madiun - Mojokerto - Wonokromo - Surabaya 1.00 Pkt 50,000,000 1.0 Pkt 10,000,000.00 2.00 Pkt 60,000,000
Bojonegoro - Surabaya 1.00 Pkt 10,000,000.00 1.00 Pkt 10,000,000
Surabaya - Bangil - Klakah - Kalisat - Banyuwangi 1.00 Pkt 1,000,000 1.00 Pkt 10,000,000.00 2.00 Pkt 11,000,000
Surabaya - Kalimas 1.0 Pkt 10,000,000.00 1.00 Pkt 10,000,000
Tulangan - Gununggangsir 1.00 Pkt 40,000,000 1.00 Pkt 40,000,000
Bangil - Malang - Kediri - Kertosono 1.00 Pkt 10,000,000.00 1.00 Pkt 10,000,000
KORIDOR PULAU SULAWESI 1.00 Pkt 350,000,000 3.00 Pkt 200,000,000 7.00 Pkt 190,000,000 7.00 Pkt 255,000,000 6.00 Pkt 240,000,000 24.00 Pkt 1,235,000,000
Makassar - Pare-Pare 1.00 Pkt 350,000,000 1.00 Pkt 100,000,000.00 1.00 Pkt 90,000,000.0 1.00 Pkt 45,000,000 4.00 Pkt 585,000,000
Pare-Pare - Mamuju (tahap pertama) 1.00 Pkt 10,000,000.0 1.00 Pkt 35,000,000.0 1.00 Pkt 40,000,000.0 3.00 Pkt 85,000,000
Mamuju - Palu (tahap pertama) 1.00 Pkt 10,000,000.0 1.00 Pkt 35,000,000.0 1.00 Pkt 40,000,000.0 3.00 Pkt 85,000,000
Palu - Isimu (tahap pertama) 1.00 Pkt 10,000,000.0 1.00 Pkt 35,000,000.0 1.00 Pkt 40,000,000.0 3.00 Pkt 85,000,000
Isimu - Gorontalo - Bitung 1.00 Pkt 50,000,000.00 1.00 Pkt 30,000,000.0 1.00 Pkt 35,000,000.0 1.00 Pkt 40,000,000.0 4.00 Pkt 155,000,000
Manado - Bitung 1.00 Pkt 50,000,000.00 1.00 Pkt 30,000,000.0 1.00 Pkt 35,000,000.0 1.00 Pkt 40,000,000.0 4.00 Pkt 155,000,000
Makassar - Sungguhminasa - Takalar - Bulukumba - Watampone (tahap pertama) 1.00 Pkt 10,000,000.0 1.00 Pkt 35,000,000.0 1.00 Pkt 40,000,000.0 3.00 Pkt 85,000,000
KORIDOR PULAU KALIMANTAN - Pkt - - Pkt - 6.00 Pkt 100,000,000 6.00 Pkt 210,000,000 6.00 Pkt 220,000,000 18.00 Pkt 530,000,000
Tanjung - Paringin - Barabai - Rantau - Martapura - Bandara Syamsuddin Noor - Banjarmasin 1.00 Pkt 30,000,000.0 1.00 Pkt 35,000,000.0 1.00 Pkt 20,000,000.0 3.00 Pkt 85,000,000
Balikpapan - Samarinda 1.00 Pkt 30,000,000.0 1.00 Pkt 35,000,000.0 1.00 Pkt 40,000,000.0 3.00 Pkt 105,000,000
Tanjung - Tanah Grogot - Balikpapan (tahap pertama) 1.00 Pkt 10,000,000.0 1.00 Pkt 35,000,000.0 1.00 Pkt 40,000,000.0 3.00 Pkt 85,000,000
Palangkaraya - Pulang Kipas - Kuala Kapuas - Marabahan - Banjarmasin (tahap pertama) 1.00 Pkt 10,000,000.0 1.00 Pkt 35,000,000.0 1.00 Pkt 40,000,000.0 3.00 Pkt 85,000,000
Palangkaraya-Sangau-Pontianak-Batas Negara (tahap pertama) 1.00 Pkt 10,000,000.0 1.00 Pkt 35,000,000.0 1.00 Pkt 40,000,000.0 3.00 Pkt 85,000,000
Samarinda-Sangata-Tanjung Redep-Batas Negara (tahap pertama) 1.00 Pkt 10,000,000.0 1.00 Pkt 35,000,000.0 1.00 Pkt 40,000,000.0 3.00 Pkt 85,000,000
KORIDOR PULAU PAPUA - Pkt - - Pkt - 1.00 Pkt 10,000,000 1.00 Pkt 35,000,000 1.00 Pkt 40,000,000 3.00 Pkt 85,000,000
Sorong - Manokwari & Jayapura - Sarmi (tahap pertama) 1.00 Pkt 10,000,000.0 1.00 Pkt 35,000,000.0 1.00 Pkt 40,000,000.0 3.00 Pkt 85,000,000
Pengadaan/Perawatan Peralatan/Fasilitas Prasarana (MTT, dll) termasuk fasilitas pengujian dan
perawatan/workshop
37.00 Pkt 622,205,262 31.00 Pkt 107,763,310.00 25.00 Pkt 136,134,462.0 22.00 Pkt 55,361,354 22.00 Pkt 66,433,624.00 137.00 Pkt 987,898,012
Penyusunan Studi/Kajian/Desain/Norma/Standar/Pedoman/ Kriteria/Prosedur Bidang Prasarana
Perkeretaapian
84.00 Dok 265,534,987 89.0 Dok 257,393,697.00 90.0 Dok 275,411,255.0 90.0 Dok 294,690,042.0 90.0 Dok 315,318,344.00 443.00 Dok 1,408,348,325
Perawatan dan Pengoperasian Prasarana Perkeretaapian Milik Negara (IMO) 1.00 Thn 1,712,351,451 1.00 Thn 2,500,350,000.00 1.00 Thn 2,750,385,000.0 1.00 Thn 3,025,423,500 1.00 Thn 3,327,965,850.00 5.00 Dok 13,316,475,801.0
BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000)
NO KEGIATAN
PEMBIAYAANJUMLAH
2015 (Alokasi Anggaran & APBNP) 2016 2017
VOLUME
2018 2019
VOLUME VOLUME VOLUME VOLUME VOLUME
Pelaksanaan Pembinaan bidang Prasarana Perkeretaapian 4.00 Keg 17,624,291 4.00 Keg 20,392,169.00 4.00 Keg 24,470,602.0 4.00 Keg 29,364,722.0 4.00 Keg 35,237,666.00 20.00 Keg 127,089,450.0
Administrasi dan Layanan Perkantoran 1.00 Thn 40,087,139 1.00 Thn 48,104,566.00 1.00 Thn 57,725,480.0 1.00 Thn 69,270,576.0 1.00 Thn 83,124,691.00 5.00 Thn 298,312,452.0
B Kegiatan Pembangunan dan Pengelolaan Sarana Perkeretaapian 442,776,999 686,000,000.00 725,600,000.0 562,400,000 795,900,000.00 3,212,676,999
Kegiatan Sosialisasi/Rakor/Seminar/Workshop Bidang Sarana Perkeretaapian 2.00 Keg 367,880 2.00 Keg 393,631.00 2.00 Keg 421,185.0 2.00 Keg 450,667 2.00 Keg 482,213.00 10.00 Keg 2,115,576.0
Pembangunan/Pengadaan Sarana Perkeretaapian 37.00 Unit 346,504,481 24 Unit 419,591,889 17 Unit 369,570,000 77.00 Unit 436,820,000 121.00 Unit 422,970,000 276.00 Unit 1,995,456,370
Sarana KA Perintis
Rehabilitasi/perbaikan KRDI 5.00 Unit 13,200,000 5.00 Unit 13,200,000
Perbaikan 1 set (@ 4 unit) KRL/KfW 4.00 unit 3,878,800 4.00 Unit 3,878,800
Pengadaan KRDI (Multiyears 2015-2016) 1,00 Pkt 40,862,791 8.00 Unit 43,474,004 8.00 Unit 84,336,795
Pengadaan KRDI (Multiyears 2017-2018) Lebar Spoor 1435 mm (Sulawesi) 1.00 Pkt 41,729,445 8.00 Unit 29,131,334 9.00 Unit 70,860,779
Pengadaan KRDI (Multiyears 2017-2018) Lebar Spoor 1435 mm (Aceh) 1,00 Pkt 44,399,445 2.00 Unit 34,221,334 2.00 Unit 78,620,779
Pengadaan KRDI (Multiyears 2017-2018) 1,00 Pkt 43,978,335.0 8.00 Unit 26,882,444 8.00 Unit 70,860,779
Pengadaan KRDI (Multiyears 2017-2018) Lebar Spoor 1435 mm (Kalimantan) 1,00 Pkt 43,978,335.0 8.0 Unit 26,882,444 8.00 Unit 70,860,779
Pengadaan KRDI (Multiyears 2018-2019) 1,00 Pkt 36,100,000 8.00 Unit 55,280,000 8.00 Unit 91,380,000
Pengadaan KRDI (Multiyears 2018-2019) Lebar Spoor 1435 mm (Kalimantan) 1,00 Pkt 32,000,000 8.0 Unit 48,000,000 8.00 Unit 80,000,000
Pengadaan KRL sistem AC/DC 1,00 Pkt 45,000,000 1.00 Pkt 19,477,667 15.00 Unit 90,000,000.0 15.0 Unit 83,540,000.0 47.0 119,900,000.00 77.00 Unit 357,917,667
pengadaan sarana kelas ekonomi/K3 untuk angkutan KA lebaran 11.00 unit 98,017,257 11.00 unit 159,547,553
- Unit -
Sarana Kerja
Pengadaan Kereta kedinasan 1.00 Unit 19,721,129 1.00 Unit 19,721,129
Pengadaan Lori Inspeksi 5.00 Unit 4,563,536 5.00 Unit 4,563,536
Pengadaan Kereta Inspeksi (Multiyears 2014 - 2015) 1.00 Set 5,651,896 1.00 Unit 5,651,896
Pengadaan Kereta Inspeksi 1.00 Unit 13,051,365 1.00 Unit 13,051,365
pengadaan kereta inspeksi 2015-2016 1 set (2 unit) lebar spoor 1067 1.00 Pkt 1,018,473 2.00 Unit 25,186,227 3.00
Pengadaan Kereta Inspeksi 1 set (@ 2 unit) (Multiyears 2015-2016) - APBNP 1,00 Pkt 8,000,000 1,00 Pkt 18,204,700 1,00 Pkt 26,204,700
Pengadaan Kereta Inspeksi (Multiyears 2015-2016) lebar spoor 1435 mm - APBNP 1,00 Pkt 3,915,410 1,00 Pkt 4,567,978 1,00 Pkt 8,483,388
Pengadaan Kereta Inspeksi (Multi Years 2018-2019) 1,00 Pkt 5,990,000 1.00 Unit 8,270,000.00 1.00 Unit 14,260,000
Pengadaan Kereta Ukur (Track dan LAA) (Multi Years 2015-2016) 1,00 Pkt 34,805,705 1.00 Unit 18,760,195 1.00 Unit 53,565,900
Pengadaan Kereta Uji Dinamis (Multiyears 2017-2018) 1.00 pkt 4,900,000.0 1.0 unit 5,400,000.0
Pengadaan Kereta Ukur (Multiyears 2015-2016) 2 unit 1.00 Pkt 4,729,969 2.00 unit 102,401,831.0
Pengadaan Lokomotif 1,00 Pkt 14,000,000 - Unit 14,000,000
Pengadaan Lokomotif (Multi Years 2016-2017) lebar spoor 1435 mm 1,00 Pkt 9,135,956 1,00 Pkt 13,334,440 1,00 Pkt 22,470,396
Pengadaan Lokomotif (Multi Years 2017-2018) Lebar Spoor 1435 mm 1,00 Pkt 15,100,000.0 2.00 Unit 34,600,000 2.00 Unit 49,700,000
Pengadaan Lokomotif Lokomotif (Multi Years 2018-2019) Lebar Spoor 1435 mm (Sulawesi) 1,00 Pkt 14,000,000 1.0 Unit 26,000,000.0 1.00 Unit 40,000,000
Pengadaan Lokomotif Lokomotif (Multi Years 2018-2019) Lebar Spoor 1435 mm (Kalimantan) 1,00 Pkt 14,000,000 1.0 Unit 26,000,000.0 1.00 Unit 40,000,000
Pengadaan Gerbong Datar (PPCW) 10.00 Unit 10,028,000 10.00 Unit 10,500,000.00 20.00 Unit 20,528,000
BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000)
NO KEGIATAN
PEMBIAYAANJUMLAH
2015 (Alokasi Anggaran & APBNP) 2016 2017
VOLUME
2018 2019
VOLUME VOLUME VOLUME VOLUME VOLUME
Pengadaan Gerbong Datar (PPCW) lebar spoor 1435 mm 20.0 Unit 19,000,000 10.00 Unit 9,000,000 30.00 Unit 28,000,000
Pengadaan Gerbong Terbuka (ZZOW) 10.00 Unit 16,012,000 10.00 Unit 14,500,000.00 20.00 Unit 30,512,000
Pengadaan Gerbong Terbuka (ZZOW) lebar spoor 1435 mm 10.0 Unit 21,000,000 20.00 Unit 18,000,000 30.00 Unit 39,000,000
Pengadaan Inspeksi (Multi Years 2018-2019) Lebar Spoor 1435 mm 1,00 Pkt 5,990,000 1.00 Unit 8,270,000.00 1.00 Unit 14,260,000
Pengadaan Kereta Penolong 1.00 Unit 5,000,000 1.00 Unit 5,000,000.00 2.00 Unit 10,000,000
Pengadaan TMC lebar spoor 1435 mm 1.00 Unit 10,048,150 2.00 Unit 22,000,000 2.00 Unit 22,000,000 5.00 Unit 54,048,150
Sarana Perawatan Prasarana lebar spoor 1435 mm (multi year 2018-2019) 1,00 Pkt 18,882,444 1.00 Unit 50,000,000.00 1.00 Unit 68,882,444
Crane lebar spoor 1435 mm (multi year 2016-2017) 1,00 Pkt 11,728,088 1.00 Unit 70,000,000.0 1.00 Unit 81,728,088
Konsultan Pengawas Pengadaan Sarana Perkeretaapian 1,00 Pkt 7,107,690 1,00 Pkt 2,150,000 1,00 Pkt 2,200,000 1,00 Pkt 2,250,000 5,00 Pkt 13,707,690
Pembangunan/Pengadaan Fasilitas/Peralatan Sarana Perkeretaapian (Depo, Balai Yasa, Balai Uji,
Peralatan Pengujian, laboratorium, workshop)
6.00 Pkt 33,811,759 11.0 Pkt 204,390,101.00 14.0 Pkt 289,670,732.0 9.0 Pkt 54,575,585 15.0 Pkt 296,955,278.00 55.00 Pkt 879,403,455.0
Perawatan dan Pengoperasian Sarana dan Fasilitas Sarana Milik Negara 3.00 Pkt 28,433,817 4.00 Pkt 30,424,184.00 4.00 Pkt 32,553,876.0 4.00 Pkt 34,832,647 4.00 Pkt 37,270,932.00 19.00 Pkt 163,515,456.0
Penyusunan Studi/Kajian/Desain/Norma/Standar/Pedoman/ Kriteria/Prosedur Bidang Sarana
Perkeretaapian
11.00 Dok 11,764,400 9.0 Dok 7,772,908.00 9.0 Dok 8,317,011.0 9.0 Dok 8,899,202 9.0 Dok 9,522,146.00 47.00 Dok 46,275,667.0
Pelaksanaan Pembinaan bidang Sarana Perkeretaapian 4.00 Keg 16,351,753 6.00 Keg 17,496,375.00 6.00 Keg 18,721,121.0 6.00 Keg 20,031,599.0 6.00 Keg 21,433,810.00 28.00 Keg 94,034,658.0
Administrasi dan Layanan Perkantoran 1.00 Thn 5,542,909 1.00 Thn 5,930,912.00 1.00 Thn 6,346,075.0 1.00 Thn 6,790,300.0 1.00 Thn 7,265,621.00 5.00 Thn 31,875,817.0
C Kegiatan Pembangunan dan Pengelolaan Keselamatan Perkeretaapian 167,380,959 175,800,000.00 184,500,000.0 192,800,000 201,500,000.00 921,980,959
Kegiatan Sosialisasi/Rakor/Seminar/Workshop Bidang Keselamatan Perkeretaapian 3.00 Keg 3,000,000 3.0 Keg 3,210,000.00 3.0 Keg 3,434,700.0 3.0 Keg 3,675,129 3.0 Keg 3,932,388.00 15.00 Keg 17,252,217.0
Pembangunan/Pengadaan Fasilitas/Peralatan Keselamatan Perkeretaapian 18.00 Pkt 59,878,744 20.0 Pkt 63,597,300.00 20.0 Pkt 64,443,112.0 19.0 Pkt 64,339,131.0 18.0 Pkt 64,046,871.00 95.00 Pkt 316,305,158.0
Penyusunan Studi/Kajian/Desain/Norma/Standar/Pedoman/ Kriteria/Prosedur Bidang
Keselamatan Perkeretaapian
7.00 Dok 64,466,700 9.0 Dok 66,154,700.00 9.0 Dok 70,785,529.0 9.0 Dok 75,740,516.0 9.0 Dok 81,042,352.00 43.00 Dok 358,189,797.0
Pelaksanaan Pembinaan bidang Keselamatan Perkeretaapian 6.00 Keg 36,720,953 4.00 Keg 39,291,419.00 4.00 Keg 42,041,818.0 4.00 Keg 44,984,745 4.00 Keg 48,133,677.00 22.00 Keg 211,172,612.0
Administrasi dan Layanan Perkantoran 1.00 Thn 3,314,562 1.00 Thn 3,546,581.00 1.00 Thn 3,794,841.0 1.00 Thn 4,060,479 1.00 Thn 4,344,712.00 5.00 Thn 19,061,175.0
D Kegiatan Pembangunan dan Pengelolaan Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api 170,588,268 156,400,000 164,600,000 172,400,000 180,700,000 844,688,268
Subsidi Angkutan Kereta Api 3.00 Keg 61,836,149 2.0 Keg 69,036,149.00 2.0 Keg 69,736,149.0 2.0 Keg 70,536,149 2.0 Keg 71,436,149.00 11.00 Keg 342,580,745.0
Pembangunan/Pengadaan Fasilitas/Peralatan Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api 1.00 Pkt 3,275,000.00 2.00 Pkt 6,550,000.0 2.00 Pkt 6,550,000 2.00 Pkt 6,550,000.00 7.00 Pkt 22,925,000.0
BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000) BIAYA (Rp. 000)
NO KEGIATAN
PEMBIAYAANJUMLAH
2015 (Alokasi Anggaran & APBNP) 2016 2017
VOLUME
2018 2019
VOLUME VOLUME VOLUME VOLUME VOLUME
Penyusunan Studi/Kajian/Desain/Norma/Standar/Pedoman/ Kriteria/Prosedur Bidang LLAKA 31.00 Dok 73,013,938 20.0 Dok 45,400,962.00 21.0 Dok 46,917,811.0 24.0 Dok 51,020,089 26.0 Dok 55,319,527.00 122.00 Dok 271,672,327.0
Pelaksanaan Pembinaan bidang LLAKA 4.00 Keg 30,657,168 4.0 Keg 33,251,206.00 4.0 Keg 35,578,790.0 4.0 Keg 38,069,305 4.0 Keg 40,734,156.00 20.00 Keg 178,290,625.0
Administrasi dan Layanan Perkantoran 1.00 Thn 5,081,013 1.00 Thn 5,436,683.00 1.00 Thn 5,817,250.0 1.00 Thn 6,224,457 1.00 Thn 6,660,168.00 5.00 Thn 29,219,571.0
E Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya 116,226,528 125,246,384.00 134,013,630.0 143,394,583 153,432,203.00 672,313,328
Penyusunan Studi/Kajian/Norma/Standar/Pedoman/ Kriteria/Prosedur Bidang Dukungan
Manajeman dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Perkeretaapian
9.00 Dok 6,800,000 10.0 Dok 8,160,000.00 10.00 Dok 8,731,200.0 10.00 Dok 9,342,384.0 10.00 Dok 9,996,350.00 49.00 Dok 43,029,934.0
Pelaksanaan Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Bidang Perencanaan, Keuangan,
Hukum, Kepegawaian dan Umum
4.00 Keg 26,145,402 4.00 Keg 27,975,580.00 4.00 Keg 29,933,870.0 4.00 Keg 32,029,240.0 4.00 Keg 34,271,286.00 20.00 Keg 150,355,378.0
Pembiayaan Belanja Pegawai termasuk Tunjangan 1.00 Thn 67,946,368 1.00 Thn 72,702,613.00 1.00 Thn 77,791,796.0 1.00 Thn 83,237,222.0 1.00 Thn 89,063,828.00 5.00 Thn 390,741,827.0
Administrasi dan Layanan Perkantoran 1.00 Thn 15,334,758 1.00 Thn 16,408,191.00 1.00 Thn 17,556,764.0 1.00 Thn 18,785,737.0 1.00 Thn 20,100,739.00 5.00 Thn 88,186,189.0
JUMLAH 18,670,667,322 39,558,846,384.00 46,200,813,641.0 63,253,294,900 65,641,932,209.00 233,325,554,456