rencana strategis-relawan-tik-2014-2016
TRANSCRIPT
Rencana Strategis dan Program Kerja
Relawan TIK Indonesia
2014
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan Renstra dan Program Kerja 2
II. TIK DI INDONESIA 3
2.1 Statistik Pengguna Internet di Indonesia. 3
2.2 Web Index 2013 5
2.3 Network Readiness Index 2014 8
III. RELAWAN TIK INDONESIA 14
3.1 Sejarah berdirinya Relawan TIK Indonesia 14
3.2 Struktur Organisasi 15
3.2 Visi dan Misi Relawan TIK Indonesia 16
IV. SASARAN STRATEGIS DAN PROGRAM KERJA RELAWAN TIK INDONESIA 18
4.1 Tujuan Strategis 18
4.2 Sasaran Strategis 19
4.3 Program Kerja Relawan TIK 2014-2016 20
Renstra dan Proker Relawan TIK 2014 1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan
dari kehidupan manusia. Dengan TIK berbagi kegiatan telah mengalami perubahan, TIK
telah mengubah cara orang bekerja, belajar, berusaha, berkomunikasi dan sebagainya.
Bahkan TIK telah dianggap sebagai salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
perkembangan ekonomi suatu bangsa. TIK adalah salah satu pilar utama pembangunan
peradaban manusia saat ini yang harus mampu memberi nilai tambah bagi masyarakat
luas dan diharapkan menjadi sarana penting dalam proses transformasi menjadi
bangsa yang maju. Tidak ada satupun bidang kehidupan bangsa ataupun sektor
pembangunan nasional yang tidak memerlukan penggunaan TIK.
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) memiliki roadmap TIK
Indonesia menuju Indonesia Digital pada tahun 20201. Kemkominfo sudah menyiapkan
sejumlah tahap yang harus dilalui agar tujuannya tercapai. Berdasarkan roadmap
Kemkominfo, pada tahap pertama atau 2010-2012, yaitu masuk Indonesia Connected, 1 Kementerian Komunikasi dan Informatika, 2010 Indonesia ICT Whitepaper,Pusat Data Kemkominfo, 2010
Renstra dan Proker Relawan TIK 2014 2
dimana dalam tahap ini seluruh desa ada akses telepon, seluruh kecamatan harus ada
akses internet. Pada tahap kedua tahun 2012-2014 Kemkominfo memiliki misi
Indonesia Informative, yaitu masyarakat Indonesia sudah masuk dalam masyarakat
Informasi. Diharapkan saat fase ini seluruh ibukota propinsi terhubung dengan serat
optik, seluruh kabupaten/kota ada akses broadband dan peningkatan E-layanan, E-
Health, E-education untuk semua. Pada tahun 2014-2018 diharapkan Indonesia masuk
dalam Indonesia Broadband dan masyarakat masuk dalam masyarakat pengetahuan.
Pada tahap ini yaitu harus dipenuhi peningkatan akses broadband diatas 5 MB.
Peningkatan daya saing bangsa dan Industri Inovatif. Dan akhirnya pada tahun 2020
menuju Indonesia Digital dengan Masyarakat Madani. Seluruh kabupaten/ kota
memiliki e-government dengan Indonesia yang kompetitif.
Lalu dimana peran Relawan TIK Indonesia dalam pembangunan TIK? Kontribusi apa
yang dapat dilakukan oleh Relawan TIK dalam pemberdayaan masyarakat melalui
pemanfaatan TIK?
1.2 Tujuan Renstra dan Program Kerja
Tujuan dari disusunnya Rencana Strategis dan Program Kerja Relawan TIK Indonesia ini
adalah sebagai berikut:
1. Menentukan arah gerakan Relawan TIK ke depan
2. Menyamakan persepsi tentang visi dan misi gerakan relawan TIK
3. Menjadi pedoman kegiatan Relawan TIK Indonesia
4. Menjadi target pelaksanaan kegiatan baik di pusat maupun di daerah
Renstra dan Proker Relawan TIK 2014 3
II. TIK di Indonesia
2.1 Statistik Pengguna Internet di Indonesia.
Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di Indonesia, terus tumbuh
meskipun menghadapi beberapa tantangan besar dalam beberapa sektor termasuk
pembangunan infrastruktur telekomunikasi di berbagai daerah dengan kondisi geografis
yang kompleks, serta berbagai permasalahan sosial, politik dan ekonomi yang harus
dihadapi. Di tahun 2013, jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai 74,6 juta
orang2. Ini berarti baru sekitar 30% dari total jumlah penduduk Indonesia. Deklarasi
World Summit on Information Society (WSIS) pada tahun 2003 di Jenewa
mengamanatkan bahwa 50% penduduk dunia dapat memiliki akses informasi (internet)
di tahun 2015. Berarti masih ada pekerjaan rumah bagi bangsa Indonesia untuk dapat
turt mengemban amanat WSIS tersebut.
Penambahan jumlah pengguna internet di Indonesia ini juga didorong oleh
berkembangnya teknologi internet itu sendiri. Saat ini dunia telah memasuki era web 2.0.
Web 2.0, adalah sebuah istilah yang dicetuskan pertama kali oleh O'Reilly Media pada
tahun 2003, dan dipopulerkan pada konferensi web 2.0 pertama di tahun 2004, merujuk
pada generasi yang dirasakan sebagai generasi kedua layanan berbasis web, seperti situs
jaringan sosial, wiki, perangkat komunikasi, dan folksonomi yang menekankan pada
kolaborasi online dan berbagi antar pengguna. Istilah web 2.0 tidak mengacu pada
pembaruan spesifkasi teknis World Wide Web (www) tetapi lebih kepada bagaimana cara
si pengembang sistem di dalam menggunakan platform web. Jika dahulu pengguna
internet adalah konsumen informasi (information consumer), di era web 2.0 ini pengguna
internet telah berevolusi menjadi prosumer (information producer and consumer).
Pengguna internet kini telah dengan sengaja maupun tidak menjadi produsen informasi
melalui apa yang telah ditulisnya dalam media internet seperti blog, facebook, twitter,
youtube, path dan jejaring social media lainnya.
2 Majalah The Marketeers, Edisi November 2013
Renstra dan Proker Relawan TIK 2014 4
10 Negara dengan Jumlah Pengguna Facebook Terbesar
(www.socialbakers.com, diambil pada tanggal 28 September 2012)
Maraknya jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter telah mendorong tumbuhnya
pengguna internet di Indonesia. Dari data yang diperoleh dari socialbakers.com, pengguna
Facebook Indonesia hingga bulan September 2012 mencapai lebih dari 47 juta pengguna.
Nomor 4 tertinggi di bawah Amerika Serikat, Brazil dan India. Ini berarti hampir 20%
penduduk Indonesia memiliki akun Facebook. Jejaring sosial lain yang tidak kalah marak
penggunaannya adalah Twitter. Twitter adalah jejaring sosial berupa mikroblog sehingga
memungkinkan penggunanya untuk mengirim dan membaca pesan yang ditulis dalam 140
karakter. Pada bulan Juli 2012, tercatat sudah terdapat 517juta akun pengguna Twitter
dan pengguna Twitter di Indonesia sudah mencapai 29.4 juta pengguna3. Dari laporan ini
juga bisa dilihat bahwa pengguna twitter di Indonesia merupakan pengguna yang paling
aktif di dunia. Besarnya pengguna jejaring sosial ini merupakan potensi yang cukup besar
bagi berbagai aspek dalam kehidupan di Indonesia.
3 Semiocast, “Twitter reaches half a billion accounts, More than 140 millions in the U.S” http://semiocast.com/publications/2012_07_30_Twitter_reaches_half_a_billion_accounts_140m_in_the_US (diakses 20 September 2012)
Renstra dan Proker Relawan TIK 2014 5
2.2 Web Index 2013
Didirikan oleh penemu web Sir Tim Berners-Lee, World Wide Web Foundation adalah
organisasi non-profit yang ditujukan untuk mencapai sebuah dunia dimana semua
orang dapat menggunakan Web untuk berkomunikasi, berkolaborasi dan berinovasi
dengan bebas, dan membangun jembatan untuk mengatasi kesenjangan. World Wide
Web Foundation mengeluarkan Web Index4., suatu index yang mengukur pemanfaatan
web dari berbagai dimensi dan dampaknya bagi masyarakat dan bangsa. Di tahun 2013
ini, penilaian dilakukan terhadap 81 negara
Struktur Index yang diukur dalam Web Index ini adalah sebagai berikut
A. Universal Access
Mengukur apakah negara telah menginvestasikan infrastruktur internet dengan
kualitas baik untuk menciptakan akses yang terjangkau bagi masyarakat, dan juga
upayanya dalam pendidikan dan peningkatan kemampuan masyarakat untuk dapat
memanfaatkan internet (Web) secara baik.
Komponen yang diukur adalah:
- Education and awareness
4 Laporan lebih lengkap dapat diunduh di situs WEBINDEX: www.thewebindex.org
Renstra dan Proker Relawan TIK 2014 6
- Access and Affordability
- Communications Infrastructure
B. Relevant Content
memetakan Web digunakan oleh warga dan konten yang tersedia di masing-masing
negara, dengan penekanan pada sejauh mana berbagai pemangku kepentingan
dapat mengakses informasi yang relevan untuk mereka, dalam bahasa yang mereka
paling nyaman gunakan dan melalui platform dan saluran yang luas tersedia.
Komponen yang diukur adalah:
- Web Use
- Relevant Content
C. Freedom & Openness
Menilai sejauh mana warga negara dapat menikmati hak atas informasi,
berpendapat, berekspresi, keamanan dan privasi online.
Komponen yang diukur adalah:
- Freedom of the Web
D. Empowerment
bertujuan untuk menilai perubahan yang dihasilkan internet bagi masyarakat, dan
sejauh mana penggunaan Web dapat mendorong perubahan positif dalam empat
bidang utama: sosial, ekonomi, politik dan lingkungan.
Komponen yang diukur adalah:
- Political impact
- Social and environmental
- Economic impact
Secara keseluruhan Indonesia berada pada peringkat ke 48 dari 81 negara yang
diukur:
Renstra dan Proker Relawan TIK 2014 7
Dengan rincian nilai komponen yang diukur adalah sebagai berikut:
Sub-Index dan Komponen Nilai Peringkat
Universal Access 34.8 57
Education And Awareness 50.8 41
Access And Affordability 46.2 62
Communications Infrastructure 38.2 61
Relevant Content 47 48
Web Use 55.2 45
Content Creation 39.6 50
Freedom And Openness 48.8 48
Freedom Of The Web 48.8 48
Impact And Empowerment 27.2 53
Political Impact 31.9 50
Social And Environmental 34.4 56
Economic Impact 27.7 59
WEB INDEX 39.7 48
Dari data tersebut, kita dapat melihat bahwa meskipun penetrasi penggunaan
internet di Indonesia meningkat, akan tetapi hal tersebut belum dapat secara
signifikan memberikan dampak bagi kehidupan masyarakat.
Di bagian Universal Access, Pendidikan dan awareness tentang TIK masih berada di
peringkat 41, bahkan di bawah Malaysia yang menempati peringkat 39. Ini
menandakan bahwa pendidikan berbasis TIK di Indonesia masih belum berkembang
pesat. Infrastruktur komunikasi pun kita menempati peringkat terendah di antara
negara Asia Tenggara, bentuk negara kepulauan merupakan salah satu sulitnya
pembangunan infrastruktur di Indonesia. Pemanfaatan Web sebagai suber informasi
yang diukur dalam Sub Index Relevat Content, nilai dari Indonesia juga tidak terlalu
baik. Pemerintah maupun masyarakat masih belum banyak membuat konten untuk
web dan juga memanfaatkan konten tersebut untuk keperluan di berbagai bidang.
Kita juga dapat melihat nilai dan peringkat yang rendah dalam komponen Economic
Impact, pada sub index Impact and Empowerment, yang memperlihatkan bahwa
internet belum dapat memberikan dampak ekonomi yang signifikan di Indonesia.
Disinilah sebenarnya Relawan TIK Indonesia dapat berperan, bahwa perkembangan
TIK yang da dapat juga dapat memberikan dampak yang positif dalam berbagai aspek
kehidupan masyarakat Indonesia melalui pemanfaatan yang optimal.
Renstra dan Proker Relawan TIK 2014 8
2.3 Network Readiness Index 2014
Pada tahun 2014 Global Information Technology Report (GITR)5, yang dikeluarkan oleh
World Economic Forum bekerja sama dengan INSEAD, telah mengeluarkan Network
Readiness Index (NRI) yang merupakan pengukuran sejauh mana pengaruh Teknologi
Informasi dan Komunikasi (TIK) terhadap daya saing ekonomi suatu negara. Pada tahun ini,
pengukuran dilakukan kepada 148 negara. Dan dari hasil NRI 2014 ini, Indonesia berada
pada peringkat 64, meningkat dari peringkat 76 di tahun 2013.
Elemen Penilaian
Network readiness Index (NRI), terdiri dari empat subindex yang mengukur lingkungan
yang mempengaruhi perkembangan TIK di suatu negara seperti kondisi politik,
regulasi, bisnis dan inovasi (environment), kesiapan masyarakat dalam menggunakan
TIK (readiness), pemanfaatan TIK oleh para stakeholder yaitu individu, bisnis dan
pemerintahan (usage), dan dampak penggunaan TIK terhadap ekonomi dan
masyarakat (impact). Keempat subindex tersebut dibagi ke dalam 10 pilar dan 53
variable. Tiga subindex pertama dianggap sebagai pemicu kondisi yang menyebabkan
dampak penggunaan TIK (subindex keempat).
5 Laporan lengkap Global Information Technology Report 2014 dapat diunduh di: http://www.weforum.org/issues/global-information-technology
Renstra dan Proker Relawan TIK 2014 9
Berikut rincian pengukuran di setiap indexnya:
a). Environment subindex
Environtment subindex mengukur seberapa besar keramahan pasar di suatu negara
serta regulasinya dalam mendukung pemanfaatan TIK serta pengembangan jiwa
wirausaha dan kreativitas dalam menciptakan inovasi. Lingkungan yang mendukung
sangat penting untuk memaksimalkan dampak potensial penggunaan TIK dalam
meningkatkan daya saing dan kesejahteraan social. Subindex ini meliputi 18
variabel penilaian yang dibagi ke dalam dua pilar.
Renstra dan Proker Relawan TIK 2014 10
Pilar pertama yaitu lingkungan politik dan regulasi (Political and regulatory
environment), menilai sejauh mana kerangka hukum nasional memfasilitasi
penetrasi TIK dan pembangunan yang aman dalam kegiatan bisnis, dengan
mempertimbangkan hak-hak umum (termasuk perlindungan terhadap hak
kepemilikan, kemandirian peradilan, efisiensi proses pembuatan undang-undang)
serta hak lain yang lebih spesifik ke arah TIK (melalui undang-undang/ peraturan
yang berkaitan dengan TIK dan tingkat pembajakan perangkat lunak).
Pilar yang kedua yaitu lingkungan bisnis dan inovasi (business and innovation
environment pillar), menilai sejauh mana kualitas kondisi bisnis untuk
meningkatkan kewirausahaan, dengan mempertimbangkan kemudahan dalam
melakukan wirausaha dan memulai suatu bisnis. Pilar ini juga mengukur adanya
kondisi yang memungkinan inovasi dapat berkembang dengan adanya ketersediaan
teknologi yang memadai, permintaan untuk produk-produk TIK yang inovatif,
ketersediaan modal untuk membiayai produk inovasi tersebut dan tersedianya
tenaga kerja yang terampil.
Dalam environment subindex ini, Indonesia menempati peringkat 63 dari 142
negara. Penilaian kurang baik diberikan pada pilar political and regulatory
environment, seperti masih tingginya tingkat pembajakan peranti lunak (86%,
peringkat ke 98) serta masih banyaknya dan lamanya prosedur yang diperlukan
untuk menyelesaikan suatu sengketa. Sementara pada pilar business and
innovation environment, Indonesia mendapat peringkat yang baik pada
ketersediaan modal ventura, pengusaha yang inovatif tetapi dengan proyek-proyek
beresiko masih dianggap mudah untuk mendapatkan modal di Indonesia. Akan
tetapi peringkat kurang baik diberikan dalam hal jumlah hari dan prosedur yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan perizinan dalam memulai usaha baru. Selain itu,
Pemerintah sendiri dianggap telah cukup baik dalam mendorong teknologi inovasi.
b). Readiness subindex
Readiness subindex terdiri dari 12 variabel penilaian yang mengukur sejauh mana
masyarakat siap untuk memanfaatkan infrastruktur TIK dan konten digital yang
terjangkau.
Pilar Infrastruktur dan digital konten (infrastructure and digital content pillar)
terdiri dari lima variabel: mengukur pembangunan infrastruktur TIK (termasuk
jangkauan jaringan seluler, bandwith, server internet yang aman, dan ketersediaan
listrik yang memadasi) serta aksesibilitas konten digital. Pilar keterjangkauan
(affordability) terdiri dari tiga variable yang menilai berapa banyak biaya yang harus
dikeluarkan untuk dapat mengakses TIK, baik melalui telepon selular maupun
sambungan internet via LAN, serta persaingan di level penyedia layanan internet
Renstra dan Proker Relawan TIK 2014 11
dalam menekan biaya penggunaan internet. Pilar yang selanjutnya yaitu
keterampilan (skills) terdiri dari empat variable, mengukur kemampuan masyarakat
dalam memanfaatkan TIK secara efektif berkat kualitas pendidikan dasar dari
system pendidikan yang ada, tingkat melek huruf orang dewasa dan tingkat
pendidikan menengah.
Untuk Readiness Subindex ini Indonesia menempati peringkat 65 dari 142 negara.
Dalam pilar infrastruktur, Indonesia dinilai lemah dalam penyediaan listrik
dibandingkan dengan jumlah populasi yang ada. Total produksi listrik di Indonesia
748.1 kWh per kapita dan menempati urutan ke 104. Jaringan selular di Indonesia
telah menjangkau 100% dari total jumlah penduduk. Dan bandwidth internet untuk
jaringan internasional, Indonesia dinilai masih rendah dengan hanya 17 kbps per
user dan menempati peringkat 77.
Untuk pilar affordability Indonesia dinilai telah cukup baik, khususnya dibandingkan
dengan negara-negara berkembang lainnya. Tarif selular serta tarif jaringan
internet broadband dianggap cukup murah dibandingkan negara lainnya. Demikian
pula dengan kompetisi penyedia jasa telepon dan internet yang dinilai baik
sehingga dapat memberikan layanan dan tarif yang juga baik kepada pelanggannya.
Untuk penilaian terhadap kualitas sistem pendidikan, yang mengukur sejauh mana
sistem pendidikan di suatu negara memenuhi kebutuhan daya saing ekonomi,
Indonesia mendapat nilai 4,3 dari skala 7, dan menempati peringkat 36 dari 148
negara. Sementara terdapat 92,8% warga Indonesia di atas 15 tahun yang telah
bebas buta huruf (mampu baca dan tulis)
c). Usage subindex
Usage Subindex menilai usaha individu , bisnis dan pemerintahan untuk
meningkatkan kapasitasnya dalam memanfaatkan TIK, serta dalam penggunaan TIK
sehari-hari di kehidupan mereka, terdiri dari 15 variable dalam 3 pilar utama.
Pilar penggunaan oleh individu (individual usage) terdiri dari tujuh variabel, menilai
penetrasi TIK dan difusi pada tingkat individu, dengan menggunakan indikator-
indikator seperti jumlah pelanggan telepon seluler, individu yang menggunakan
internet, rumah tangga dengan komputer pribadi (PC), rumah tangga dengan akses
internet baik langganan fixed atau mobile broadband, dan penggunaan jaringan
social.
Pilar penggunaan oleh sektor bisnis (business usage) terdiri dari lima variable,
menangkap tingkat penggunaan internet di sektor bisnis serta upaya perusahaan
untuk mengintegrasikan TIK ke dalam lingkungan kerja yang kondusif, penggunaan
teknologi secara cerdas, lingkungan yang mampu menciptakan inovasi sehingga
dapat meningkatkan produktivitas perusahaan. Selanjutnya, pilar ini akan menilai
Renstra dan Proker Relawan TIK 2014 12
sejauh mana tingkat penyerapan TIK oleh sektor bisnis. Selain itu, pilar ini juga
menilai jumlah pelatihan TIK yang tersedia untuk staff, yang mengindikasikan
sejauh mana manajemen dan karyawan mampu mengidentifikasi dan
mengembangkan inovasi bisnis baru untuk perusahaan.
Pilar penggunaan oleh sektor pemerintah (government usage) terdiri dari tiga
variabel, memberikan wawasan atas pentingnya pemerintah menempatkan
kebijakan TIK yang mampu meningkatkan daya saing, mensejahterakan masyarakat
serta mampu mengimplementasikan visi yang telah dibuat dalam pembangunan TIK
sebagai salah satu alat membangun negeri dan jumlah layanan pemerintah yang
bersifat online.
Bagaimana pemerintah Indonesia menempatkan TIK dalam prioritasnya? NRI
memberikan skor 4,3 (skala 7) dan menempatkan Indonesia pada peringkat 49. Hal
ini berarti walaupun pemerintah Indonesia telah memberikan prioritas yang cukup
untuk pemanfaatan TIK, akan tetapi jika dibandingkan dengan negara lain ternyata
hal tersebut masih kurang. Pemerintah juga dirasa perlu untuk terus
mengembangkan rencana implementasi tentang pemanfaatan TIK yang lebih jelas
dan terarah sehingga dapat meningkatkan daya saing negara yang lebih luas. Untuk
index pelayanan pemerintah melalui internet, Indonesia masih mendapat nilai 0.5
(skala 1). Hal ini wajar karena memang belum banyak bentuk layanan pemerintah
yang dapat dinikmati masyarakat secara online.
d). Impact subindex
Impact subindex mengukur sejauh mana dampak ekonomi dan sosial yang
ditimbulkan atas penggunaan TIK untuk meningkatkan daya saing dan
kesejahteraan masyarakat serta mampu merefleksikan transformasi TIK dan
penggunaan teknologi cerdas untuk ekonomi dan masyarakat. Impact subindex
terdiri dari delapan variable dalam dua pilar.
Pilar dampak terhadap sektor ekonomi (economic impacts) mengukur dampak
penggunaan TIK terhadap daya saing ekonomi. Termasuk didalamnya dampak TIK
terhadap layanan dan produk baru, aplikasi, model organisasi dan pekerjaan
berbasis pengetahuan.
Pilar dampak sosial (social impacts) menilai dorongan penggunaan TIK dalam
meningkatkan kesejahteraan msyarakat, pendidikan, penggunaan energi,
kesehatan atau partisipasi aktif masyarakat dalam pemerintahan. Saat ini, karena
adanya keterbatasan data, pilar ini hanya mengukur sejauh mana efektifitas proses
pemerintahan dan peningkatan penyediaan layanan online untuk masyarakat
Renstra dan Proker Relawan TIK 2014 13
sehingga meningkatkan e-partisipasi masyarakat. Pilar ini juga menilai sejauh mana
TIK berperan dalam bidang pendidikan serta perannya sebagai penyaring manfaat
potensial yang berkaitan dengan penggunaan TIK.
Untuk penilaian terhadap Impact Subindex ini, Indonesia mendapatkan skor 3,5
(skala 7) dan menempati peringkat ke 72 dari 148 negara. Pada penilaian atas
economy impact Indonesia hanya mendapatkan skor 3.1 dan menempati peringkat
86, ini menandakan bahwa pemanfaatan TIK di Indonesia belum dapat banyak
memberikan dampak bagi perkembangan ekonomi di masyarakat. Sementara
untuk Social Impact, skor Indonesia lebih baik sedikit yaitu 3,8 dan berada pada
peringkat 63.
Renstra dan Proker Relawan TIK 2014 14
III. Relawan TIK Indonesia
3.1 Sejarah berdirinya Relawan TIK Indonesia
Relawan TIK Indonesia adalah organisasi sosial kemasyarakatan yang mendasarkan
gerakannya pada upaya pengembangan pengetahuan, keterampilan/ ilmu pengetahuan
di bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi bagi para anggota serta warga
masyarakat. Inisiasi pembentukan Relawan TIK Indonesia dirintis oleh Kementerian
Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) sejak tanggal 9 Desember 2008 di Jakarta
dengan melibatkan beberapa pihak dalam diskusi kecil guna pengungkapan wacana
mereplikasi program UNESCO dibidang ICT, yaitu ICT 4 YOUTH maupun semangat
pengabdian teman-teman relawan Air Putih di wilayah bencana.
Kemudian Kemkominfo di tahun 2009 dan 2010 melanjutkan inisiatif ini dengan
mengadakan pertemuan regional barat di Pangkal Pinang (Kep. Bangka Belitung) dan
pertemuan regional tengah dan timur di Makassar (Sulawesi Selatan) yang dihadiri oleh
akademisi, pejabat/pegawai instansi pemerintah, swasta dan berbagai elemen
masyarakat lainnya, sehingga akhirnya muncullah sebuah gagasan untuk membentuk
organisasi Relawan TIK.
Hasil pertemuan di kedua kota tersebut dimatangkan di Surabaya, dan pada akhirnya
dibawa ke Forum Komunikasi, Koordinasi, Kolaborasi dan Kerjasama Komunitas TIK
(FK5T) Tingkat Nasional yang diselenggarakan di Bogor, 4-5 Juli 2011. Forum yang
dihadiri perwakilan Relawan TIK dari seluruh Indonesia tadi, sekaligus berfungsi sebagai
penyelenggaraan Musyawarah Nasional (Munas) Relawan TIK yang pertama dan
menyepakati terbentuknya organisasi secara formal. Pertemuan FK5T di Bogor tersebut
juga berhasil mengesahkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Relawan TIK
Indonesia serta menetapkan kepengurusan tingkat Pusat yang bersifat adhoc guna
mengawal dan mempersiapkan kegiatan organisasi satu tahun ke depan.
Pada tanggal 28 April 2012, diselenggarakan Munas Relawan TIK Indonesia yang kedua
di Bandung yang dihadiri oleh sekitar 17 perwakilan provinsi. Pada Munas tersebut juga
dilakukan pemilihan kepengurusan Relawan TIK untuk masa bakti 2012-2016. Rapat
Kerja Nasional (Rakernas) yang pertama diselenggarakan pada tanggal 21-22 Mei 2013
di Surabaya yang mengagendakan evaluasi kegiatan serta pembahasan kode etik dan
peraturan administrasi organisasi. Rakernas pertama ini dihadiri oleh perwakilan dari 21
wilayah. Rakernas kedua direncanakan diselenggarakan di Manado pada tanggal 1-2
Juni 2014 yang akan dihadiri oleh 26 perwakilan provinsi.
Renstra dan Proker Relawan TIK 2014 15
3.2 Struktur Organisasi
Berdasarkan Musyawarah Nasional Relawan TIK Indonesia yang pertama pada tahun
2012, maka disusunlah struktur organisasi Relawan TIK Indonesia sebagai berikut
Dengan kepengurusan sebagai berikut:
No Nama Jabatan
1 Indriyatno Banyumurti Ketua Umum
2 AS Zarkasih Sekretaris Umum
3 Komarul Hadi Sekretaris I
4 Elly Agustini Bendahara Umum
5 Maya Sylvia Lidya Bendahara I
6 Muh Said Hasibuan Ketua I
7 Ramadiani Koord Bid Organisasi & SDM
8 Netty P Angel Koord Bid Humas & Kemitraan
9 Suryani Koord Bid Hukum & Legal
10 Arman Satari Ketua II
11 Fajar Eridianto Koord Bid Literasi
12 Akhfiyan Qoyyum Koord Bid Aplikasi
13 Ahmad Luthfie Koord Bid Advokasi
14 Okky Tri Hutomo Ketua III
15 Ari Rahman Koord Bid Keamanan
16 Erwin Gunawan Koord Bid Infrastruktur
17 Abdul Rahman Koord Bid Konten
Sampai dengan tahun bulan Mei 2014, Relawan TIK Indonesia telah memiliki perwakilan
di 26 provinsi sebagai berikut:
Ketua Umum
Ketua I
Pengurus Daerah
Biro Organisasi
Biro Humas
Biro Hukum
Ketua II
Bid. Literasi
Bid. Advokasi
Bid. Aplikasi
Ketua III
Bid. Keamanan
Bid. Infrastruktur
Bid. Konten
SEKRETARIS UMUM
BENDAHARA
Renstra dan Proker Relawan TIK 2014 16
No Daerah Provinsi
1 Dahlan Abdullah Aceh
2 Ade Chandra Sumatera Utara
3 Rusrian Yuzaf Sumatera Barat
4 John Kennedy, M.Si Sumatera Selatan
5 Muh Said Hasibuan Lampung
6 Eka Pebriyanto Bangka Belitung
7 Hendi Sama Kep. Riau
8 Unggul Sagena DKI Jakarta
9 Muh Nurfajar Muharom Jawa Barat
10 Masruhan Mufid Jawa Tengah
11 Kholid Haryono DIY Yogyakarta
12 Gatot Wahyu W Jawa Timur
13 Roy Rudolf Huizen Bali
14 Ida Bagus K Widiartha Nusa Tenggara Barat
15 Dwi Wahyudi Kalimantan Barat
16 Agung Suryo Putra Kalimantan Tengah
17 Bahrom Madjie Kalimantan Selatan
18 Said Salim Kalimantan Timur
19 Yaulie Rindengan Sulawesi Utara
20 Zainal Abidin Sulawesi Selatan
21 Eko Prasetya Sulawesi Tenggara
22 Taufiq Anugrah Ramadhan Gorontalo
23 Kaharuddin Evhan Sulawesi Barat
24 Semuel Toding Maluku
25 Wulan Rista Ningsih Maluku Utara
26 M Mihram Papua
3.2 Visi dan Misi Relawan TIK Indonesia
Visi Relawan TIK Indonesia adalah:
Menjadikan Relawan TIK sebagai pribadi, sekaligus warga masyarakat unggulan, yang
siap siaga mengemban misi sosial, kemasyarakatan dan kemanusiaan bagi
pemberdayaan masyarakat melalui pemanfaatan/ penguasaan keterampilan teknologi
informasi dan komunikasi untuk kemaslahatan masyarakat dan kemajuan bangsa.
Untuk mencapai tujuan dan mewujudkan visi tersebut, Relawan TIK Indonesia memiliki
misi:
a) Menghimpun dan membina potensi Relawan TIK dalam satu wadah yang
terorganisir, untuk mencapai efisiensi, manfaat dan efektivitas kegiatan secara
optimal;
Renstra dan Proker Relawan TIK 2014 17
b) Mempersiapkan kader-kader Relawan TIK secara intelektual, pribadi dan sosial serta
moral khususnya di bidang TIK sebagai unsur generasi penerus pembangunan dan
perjuangan bangsa;
c) Mengusahakan secara bersama-sama agar tercapainya tujuan organisasi dengan
menyusun kebijakan, landasan program dan rencana kegiatan yang sesuai dengan
perkembangan teknologi guna ikut serta mengarahkan kemajuan masyarakat;
d) Menjalin koordinasi, kerjasama, kolaborasi dan komunikasi dengan para pemangku
kepentingan serta pihak lain dalam masyarakat, agar sinergis dan saling
menguntungkan dalam mendayagunakan sumberdaya TIK untuk pembangunan
berkelanjutan dengan keberpihakan jender, aksi afirmatif bagi minoritas, netral
teknologi serta ramah lingkungan.
Renstra dan Proker Relawan TIK 2014 18
IV. Sasaran Strategis dan Program Kerja Relawan TIK Indonesia
4.1 Tujuan Strategis
Untuk mencapai Visi dan Misi Relawan TIK Indonesia maka disusunlah Tujuan Strategis
Organisasi yang pada akhirnya bertujuan untuk pencapaian Masyarakat Informasi
Indonesia. Tujuan Strategis tersebut dibangun berdasarkan visi dan misi Relawan TIK
Indonesia dan landasan organisasi dan SDM yang kuat, yang ditopang oleh 4 (empat)
pilar, yaitu:
(1) Edukasi dan Pemberdayaan Masyarakat di Bidang TIK
(2) Pengembangan dan Pendampingan Teknologi dan Infrastruktur TIK
(3) Pengembangan dan Dokumentasi Aplikasi dan Konten
(4) Pengembangan Kemitraan dan Humas
Secara lengkapnya Tujuan Strategis Relawan TIK Indonesia adalah sebagai berikut:
MASYARAKAT INFORMASI INDONESIA
EDU
KA
SI D
AN
PEM
BER
DA
YA
AN
M
ASY
AR
AK
AT
AP
LIK
ASI
DA
N K
ON
TEN
TEK
NO
LOG
I DA
N
INFR
AST
RU
KT
UR
KEM
ITR
AA
N D
AN
HU
MA
S
ORGANISASI DAN SDM RELAWAN TIK
VISI RELAWAN TIK INDONESIA
Renstra dan Proker Relawan TIK 2014 19
TS -1 : Terwujudnya sebuah organisasi belajar yang solid dan anggota Relawan TIK
yang berkompeten
TS-2 : Terwujudnya masyarakat yang informatif melalui program edukasi dan
pengembangan masyarakat berbasis TIK
TS-3 : Termanfaatkannya berbagai teknologi dan infrastruktur TIK yang tersedia
melalui program pendampingan
TS-4 : Tersedianya aplikasi dan konten berbasis TIK, melalui program
pengembangan dan dokumentasi, yang bermanfaat bagi masyarakat
TS-5 : Terjalinnya kerjasama dengan berbagai pemangku kepentingan
(stakeholders)
4.2 Sasaran Strategis
Dari setiap tujuan tersebut diturunkan dalam Sasaran Strategis yang yang ingin dicapai
sebagai berikut:
TS-1 Terwujudnya sebuah organisasi belajar yang solid dan anggota Relawan TIK yang
berkompeten
S1.1 Tersedianya standar dan peta kompetensi Relawan TIK Indonesia
S1.2 Tersedianya modul dan program untuk pengembangan kompetensi
Relawan TIK
S1.3 Tersedianya Knowledge Management
S1.4 Terpenuhinya legalitas Relawan TIK Indonesia
S1.5 Terbentuknya kepengurusan Relawan TIK Indonesia di seluruh provinsi
TS-2 Terwujudnya masyarakat yang informatif melalui program edukasi dan
pemberdayaan masyarakat berbasis TIK
S2.1 Tersedianya panduan pelaksanaan edukasi
S2.2 Terlaksananya kegiatan edukasi di bidang Teknologi Informasi dan
Komunikasi
S2.3 Tersedianya modul-modul pelatihan yang dapat dengan mudah diakses
oleh masyarakat
S2.4 Tersedianya layanan advokasi untuk membantu masyarakat di bidang TIK
TS-3 Termanfaatkannya berbagai teknologi dan infrastruktur TIK yang tersedia melalui
program pendampingan
Renstra dan Proker Relawan TIK 2014 20
S3.1 Tersedianya panduan pendampingan telecenter
S3.2 Tersedianya peta data telecenter Indonesia
S3.3 Terlaksananya pendampingan telecenter
S3.4. Terlaksananya dokumentasi teknologi yang dapat dimanfaatkan oleh
masyarakat
TS-4 Tersedianya aplikasi dan konten berbasis TIK, melalui program pengembangan
dan dokumentasi, yang bermanfaat bagi masyarakat
S4.1 Tersedianya dokumentasi aplikasi open source yang dapat dimanfaatkan
masyarakat
S4.2 Terlaksananya pengembangan aplikasi yang dapat dimanfaatkan oleh
masyarakat
S4.3 Tersedianya konten yang berbasis digital yang bermanfaat bagi
masyarakat
TS-5 Terjalinnya kerjasama dengan berbagai pemangku kepentingan (stakeholders)
S5.1 Terlaksananya kerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan di
bidang TIK di Indonesia: Academic – Business – Government - Community
S5.2 Tersedianya standar/contoh proposal kerjasama untuk berbagai kegiatan
S5.3 Terjalinnya kerjasama dengan berbagai organisasi internasional
S5.4 Terpublikasikannya aktivitas Relawan TIK Indonesia
4.3 Program Kerja Relawan TIK 2014-2016
Sasaran strategis Relawan TIK Indonesia yang telah dirumuskan tersebut diturunkan
dalam detail program-program kerja pada tahun 2014-2016 sebagai berikut:
No Program 2014 2015 2016
Organisasi dan SDM
1 Penyusunan peta kompetensi Relawan TIK Indonesia √ √
2 Penyusunan modul untuk pengembangan kompetensi
Relawan TIK √
3 Pelaksanaan workshop/pelatihan untuk
pengembangan kompetensi Relawan TIK √ √ √
4 Pengurusan legalitas Relawan TIK Indonesia √
5 Pembentukan kepengurusan Relawan TIK Indonesia di
seluruh provinsi √ √ √
Renstra dan Proker Relawan TIK 2014 21
No Program 2014 2015 2016
6 Penyusunan Data Anggota dan Pembuatan Kartu
Anggota Relawan TIK Indonesia √ √ √
7 Penyusunan panduan organisasi bagi Pengurus
Relawan TIK Daerah √ √
8 Penyelenggaraan Musyawarah Nasional dan Pemilihan
Pengurus Baru √
Teknologi dan Infrastruktur
1 Penyusunan Peta Telecenter (CAP, MCAP, PLIK, MPLIK
dsb) yang ada di Indonesia √
2 Penyusunan panduan pendampingan telecenter
berdasar beberapa kisah sukses √ √
3 Pengajuan pengelolaan telecenter kepada beberapa
penyedia telecenter (misalnya BP3TI dan Direktorat
Pemberdayaan Informatika)
√ √
4 Pendampingan Telecenter yang sudah berjalan √ √ √
Edukasi dan pemberdayaan masyarakat berbasis TIK
1 Penyusunan panduan pelaksanaan
pelatihan/workshop/ seminar √ √
2 Pelaksanaan kegiatan sosialisasi Internet Sehat dan
Aman, khususnya untuk orang tua dan guru √
3 Pelaksanaan kegiatan edukasi TIK ke sekolah-sekolah √ √ √
4 Pelaksanaan Bimtek/Workshop TIK untuk UKM √ √ √
5 Pelaksanaan Bimtek/Workshop TIK untuk Pesantren √ √ √
6 Pelaksanaan Bimtek/Workshop TIK untuk Aparat Desa √ √ √
7 Pelaksanaan Bimtek/Workshop TIK untuk
Pemerintahan √ √ √
8 Penyusunan modul-modul serta presentasi untuk
pelatihan/workshop/seminar yang dapat dengan
mudah digunakan oleh siapa saja
√ √ √
Pengembangan dan Dokumentasi Aplikasi
1 Dokumentasi aplikasi open source yang dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat √
2 Pengembangan aplikasi yang bermanfaat untuk
masyarakat √ √ √
3 Dokumentasi dan implementasi aplikasi untuk Desa √ √ √
4 Sosialiasi dan implementasi penggunaan aplikasi Open
Source √ √ √
Renstra dan Proker Relawan TIK 2014 22
No Program 2014 2015 2016
Kemitraan dan Humas
1 Kerjasama dengan perguruan tinggi, pemerintah,
operator telekomunikasi, organisasi masyarakat sipil
dan pihak lain yang dapat mendukung kegiatan
Relawan TIK
√ √ √
2 Kerjasama dengan Gerakan Desa Membangun untuk
pemanfaatan TIK untuk Desa √ √ √
3 Kerjasama dengan Media untuk publikasi kegiatan √ √ √
4 Kerjasama dengan organisasi Internasional untuk
pengembangan program kerelawanan TIK dunia √ √ √
5 Pertukaran Relawan TIK dengan negara lain √ √ √
6 Publikasi kegiatan melalui media sosial dan web √ √ √