rencana zonasi wilayah pesisir dan pulau-pulau … · hp. 081585659073 rencana zonasi wilayah...
TRANSCRIPT
Oleh: Dr. Ir. Subandono Diposaptono, MEng
Direktur Tata Ruang Laut, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Hp. 081585659073
RENCANA ZONASI WILAYAH PESISIR
DAN PULAU-PULAU KECIL (RZWP-3K) /
RENCANA TATA RUANG BERBASIS
MITIGASI BENCANA
Mitigasi Bencana adalah upaya untuk mengurangi
risiko bencana, baik secara struktur atau fisik
melalui pembangunan fisik alami dan/atau buatan
maupun nonstruktur atau nonfisik melalui
peningkatan kemampuan menghadapi ancaman
bencana di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
PENGERTIAN MITIGASI BENCANA (UU 27/2007 JO. UU 1/2014)
Aman
Bijak
Cuai
R= B x K/C BAHAYA
-ABRASI
-Banjir
-Tanah longsor
-Gempa
-Tsunami
-Badai
KERENTANAN
-Lokasi
-Kemiskinan
-Dsb
KEMAMPUAN
-invesmen
-Sumberdaya
-Pengetahuan
-Peraturan
R = Resiko
B = Bahaya
K = Kerentanan
C = Kemampuan
Bahaya = kejadian yang
berpotensi menimbulkan
kerusakan atau korban jiwa
Kerentanan = kondisi bilologis,
geografis, sosial, ekonomi,
politik, budaya, dan teknologi
suatu masyarakat yg
mengurangi kemampuan masy
mencegah, meredam, mencapai
kesiapan dan menanggapi
dampak tertentu
Subandono - KKP
Bencana (disaster) adalah suatu peristiwa yang disebabkan oleh alam atau ulah manusia, yang dapat terjadi secara tiba-tiba atau perlahan-
lahan, yang menyebabkab hilangnya jiwa manusia, kerusakan harta benda dan lingkungan, serta melampaui kemampuan dan sumberdaya
masyarakat untuk menanggulanginya.
Risiko (risk) adalah kemungkinan
timbulnya kerugian pada suatu wilayah
dan kurun waktu tertentu yang timbul
karena suatu bahaya menjadi bencana,
dapat berupa kematian, luka, sakit,
jiwa terancam, hilangnya rasa aman,
mengungsi, kerusakan atau kehilangan
harta dan gangguan kegiatan
masyarakat
R = (BxK)/C ==> rumus umum
R = (B/C) x K artinya Bahaya bisa direduksi dengan
meningkatkan kapasitas dengan membangun tembok/
menanam pohon penahan sea level rise/tsunami
R = B x (K/C) artinya kerentanan bisa direduksi dengan
meningkatkan kapasitas dengan membuat tata ruang,
undang-undang, building code untuk bangunan ramah
perubahan iklim, perbaikan lingkungan, peningkatan
ekonomi masyarakat, peningkatan pengetahuan dll
RUMUS YANG DIGUNAKAN
Subandono - KKP
• Gempa merupakan peristiwa alam, terjadi secara
mendadak, timbul sebagai akibat pergeseran relatif
batuan/lempeng tektonik/kerak bumi, dalam banyak
kasus menimbulkan banyak kerugian harta benda,
bahkan korban manusia.
• Gempa tidak dapat diramalkan tempat dan waktu
terjadinya secara pasti!!
• Hanya bisa dideteksi setelah terjadi gempa
GEMPA
Subandono - KKP
AKTIVITAS GEMPA BUMI DI INDONESIA
Lempeng Indo-Australia 5-7cm/tahun
Lempeng Eurasia
Lempeng Pasifik 12 cm/tahun
< 50 Km 50–100 Km 100-200 Km
200-300 Km
>300 Km
Kedalaman :
Sumatra
Kalimantan
Jawa
Papua Sulawesi
Pertemuan
Lempeng
Pertemuan
Lempeng
Subandono - KKP
PERTEMUAN
LEMPENG
LEMPENG
Indo Australia
LEMPENG
BENUA EURASIA
200-300KM
PERTEMUAN LEMPENG BENUA DAN SAMUDRA
DIREKTORAT JENDERAL GEOLOGI DAN SUMBERDAYA MINERAL DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
DISTRIBUSI GUNUNG BERAPI DI INDONESIA
TSUNAMI
Tsunami…. adalah gelombang laut dengan periode panjang yang ditimbulkan gangguan impulsif yang terjadi pada medium laut. Gangguan impulsif itu bisa berupa gempa bumi tektonik di laut, letusan gunung api di laut, atau longsoran (land-slide).
TSUNAMI
Subandono - KKP
?
? ?
?
?
? ?
? 25/10/2010
2
32
35 20
11
9 3
?
?
? ? ? ?
? ?
PESISIR RAWAN TSUNAMI DI INDONESIA
2010
Subandono - KKP
1965 : Seram Sanana (71 Tewas)
1998 : Tabuna, Taliabu, (34 Tewas)
Sesar Naik
Sesar Horisontal
1. Kekuatan >6,5 Skala Ritcher
2. Kedalaman Gempa < 60 km
3. Terjadi deformasi vertikal
dasar laut ( ) cukup besar
PROSES TERJADINYA TSUNAMI AKIBAT GEMPA
Subandono - KKP
Mosque at Ujung Pancu
Mosque at Lampeuk, Lhok Nga Other Mosque
Direct tsunami impact
BANGUNAN DENGAN BANYAK PINTU DAN JENDELA RELATIF
AMAN TERHADAP TSUNAMI
Mosque still withstood
Subandono - KKP
Cilacap Windarapayung Wetan
Garis pantai
Darat
Laut TSUNAMI TSUNAMI
Stream line
WC Komunal
Bangunan
sejajar pantai Bangunan
tegak
lurus
pantai
BANGUNAN DENGAN POSISI TEGAK LURUS GARIS PANTAI
RELATIF AMAN TERHADAP TSUNAMI
Subandono - KKP
Banyak orang meyelamatkan
diri dengan mobil meninggal.
Sedangkan yang naik
ke bukit selamat
BUKIT TEMPAT YANG BAIK UNTUK EVAKUASI
Subandono - KKP
1860 1880 1900 1920 1940 1960 1980 200024
25
26
27
28
29
Air Temperature, Jakarta-Semarang
Mean
Mo
nth
ly T
em
pera
ture
(d
eg
C)
Time-Years
SUHU UDARA RATA-RATA BULANAN DI JAKARTA DAN SEMARANG
SUHU MUKA AIR LAUT DI WAKATOBI
1992
2002 2005
Lenyapnya tutupan salju di Gunung Jaya Wijaya
Papua, Indonesia
2002 2005
Subandono - KKP
PELELEHAN ES DI GREENLAND
1980 1982 1984 1986 1988 1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 200460
70
80
90
100
110
120
Ele
vasi (c
m)
Tahun
Jepara
90
100
110
120
130
140
150
Semarang
30
40
50
60
70
80
90
100
Tanjung Priok
Laju kenaikan paras muka air laut 5-10 mm/tahun
1990 1992 1994 1996 1998 2000
220
240
260
280
Ele
va
si (c
m)
Tahun
Sorong
140
160
180
200 Biak
160
180
200
220 Kupang
260
280
300
320
340
Batam
Subandono - KKP
LOKASI AIR SALOBAR AMBON, 2006
LOKASI TIRTA KENCANA AMAHUSU, 2006
Subandono - KKP
DAMPAK GELOMBANG PASANG TERHADAP KEAMANAN BANGUNAN
Terganggunya hutan mangrove Untuk laju perubahan muka air laut 100cm/100 th, maka :
Terjadi pergeseran hutan mangrove ke hulu
57% kawasan hutan mangrove akan punah
Terganggunya rasio sex penyu
Subandono - KKP
DAMPAK PEMANASAN GLOBAL TERHADAP BIOTA
Semarang, Jawa Tengah. Peristiwa rob yang mengenangi daerah sarana pendidikan di Kecamatan Semarang Utara tanggal 6 Oktober 2010 jam 12:30 WIB
ROB DI SEMARANG
Subandono - KKP
Posisi ventilasi rumah sebelum upaya peninggian dinding dilakukan
Semarang, Jawa Tengah. Upaya adaptasi yang dilakukan setelah pengurugan dasar tidak dapat dilakukan lagi yaitu dengan peninggian dinding dan atap bangunan (Desa Jagalan, Kecamatan Semarang Utara, 2009)
Semarang, Jawa Tengah. Atap bangunan yang semakin rendah menyebabkan upaya adaptasi lain seperti mengubah konstruksi dinding bagunan menjadi lebih tinggi
ADAPTASI SPONTAN
Subandono - KKP
Penataan Ruang Kawasan =
Usaha Mitigasi Bencana
• Mencegah/menghindari/menghilangkan
bahaya terhadap kawasan (bisakah untuk
bahaya alam?)
• Mengurangi kerentanan kawasan
• Meningkatkan ketahanan kawasan
Rencana Tata Ruang Kawasan =
Alat Mitigasi Bencana
Subandono - KKP
MITIGASI BENCANA
Dalam menyusun rencana pengelolaan & pemanfaatan WP-3K
terpadu, Pemerintah dan/atau Pemda wajib memasukkan dan
melaksanakan bagian yang memuat mitigasi bencana di WP-3K sesuai
dengan jenis, tingkat & wilayahnya
“
”
Data Historis Gempa Yang Menyebabkan
Tsunami Lokal di Daerah Model
(Bali dan Sekitarnya)
Daerah Model 1930.7.19 Ms=6.5
1985.4.13 Ms=5.2
1857.5.13 Ms=7.0
1956.7.25
1815.11.22 Ms=7.02
Daerah Patahan
Peta Daerah Rawan Tsunami
•Dikembangkan dengan menggunakan data
historis serta aplikasi model numerik
•Informasi ini selanjutnya akan diolah
menggunakan Sistem Informasi Geografis
1994
1977
DESA PEMOGAN
DESA PEDUNGAN
KELURAHAN KUTA
DESA SESETAN
KELURAHAN SERANGAN
DESA SANUR KAUH
DESA PEMECUTAN KELOD
KELURAHAN TUBAN
KELURAHAN SIDAKARYA
KELURAHAN SANUR
KELURAHAN RENONKELURAHAN SEMINYAK
KELURAHAN PANJER
KELURAHAN KEDONGANAN
KELURAHAN LEGIAN
296000
296000
298000
298000
300000
300000
302000
302000
304000
304000
306000
306000
308000
308000
310000
310000
9030000 90
30000
9032000 90
32000
9034000 90
34000
9036000 90
36000
9038000 90
38000
N
EW
S
5 m4 m3 m2 m1 m
Jalan
Sungai/Kali
Titik Evakuasi
Resiko Tinggi Genangan
Jalur Evakuasi
• Kerentanan fisik dan lingkungan (jenis dan kekuatan struktur bangun-bangunan, kepadatan bangunan, bahan bangunan, greenbelt dsb.)
• Kerentanan sosial-kependudukan (jumlah dan kepadatan penduduk, struktur penduduk – lanjut usia & balita, dsb.)
• Kerentanan sosial-ekonomi (jumlah/proporsi penduduk miskin, pengangguran, keseragaman pekerjaan, dsb)
• Kerentanan Kelembagaan (Peraturan perundangan termasuk tata ruang, Lembaga)
JENIS KERENTANAN DI WILAYAH PESISIR DAN PPK
Subandono - KKP
• Tidak mungkin menghilangkan potensi natural hazard, kecuali hanya menurunkan risikonya dengan melakukan risk assessment terhadap seluruh potensi bahaya alam yang ada dan membangun alat mitigasi struktural dan non-struktural yang memungkinkan
• Menurunkan kerentanan kawasan terhadap keseluruhan potensi bahaya yang ada sekaligus (bukan hanya terhadap tsunami saja)
• Memperkuat ketahanan kawasan terhadap keseluruhan potensi bahaya yang dideteksi dengan penempatan fasilitas-fasilitas publik yang vital, terutama untuk evakuasi, hanya di lokasi yang relatif paling aman
KONSEPSI DASAR PENATAAN RUANG AKRAB BENCANA
Subandono - KKP
UPAYA MITIGASI BENCANA SECARA MENYELURUH
UPAYA STRUKTUR (FISIK) ALAMI:
• vegetasi pantai
• pengelolaan ekosistem pesisir
BUATAN :
• penyediaan tempat logistik;
• penyediaan sistem peringatan dini;
• penggunaan bangunan peredam
tsunami;
• penyediaan fasilitas penyelamatan
diri;
• penggunaan konstruksi bangunan
ramah bencana gempa dan
tsunami
• penyediaan prasarana dan sarana
kesehatan.
UPAYA NONSTRUKTUR (NON
FISIK), a.l: • Penyusunan peraturan
perundang-undangan
• Penyusunan peta rawan bencana
• Penyusunan peta risiko bencana
• Penyusunan AMDAL
• Penyusunan tata ruang
• Penyusunan Rencana Zonasi
• Pendidikan, penyuluhan, dan
penyadara masyarakat
MENGURANGI BESARNYA KERUGIAN AKIBAT BENCANA Subandono - KKP
• Optimasi sumber daya dalam ruang
• Sinergi aktivitas/kegiatan pemanfaatan
ruang
• Minimasi konflik antar sumber daya dan
antar stakeholders tata ruang
Menetapkan konsensus TINGKAT RISIKO yang diambil
& implikasinya
Proses perencanaan partisipatif
Subandono - KKP
MENATA RUANG KAWASAN
POSITIVISME
PERENCANA
FENOMENA
PRAGMATISME
WARGA
KONDISI IDEAL –
TINGKAT SAFETY
MAKSIMUM (TOTAL SAFE)
BENCANA ITU TAKDIR –
TINGKAT SAFETY
RENDAH ASAL DAPAT
DIMANFAATKAN
?
Subandono - KKP
PERSOALAN PENENTUAN “TINGKAT RISIKO” KAWASAN
RENCANA YANG DIAMBIL
KOMPROMI
LHOK NGA
Before
Tsunami 5 yaeras
after
Tsunami
Just After
Tsunami
Sumber :
http://www.spectroscopynow.com
Sumber :
http://www.spectroscopynow.com
Sumber :
Googleearth, 28 Desember 2011
Citra Sesaat
Setelah Tsunami
KOTA MEULABOH
(Just AfterTsunami)
Sumber :
http://www.spect
roscopynow.com
KOTA MEULABOH
(Just After Tsunami)
Sumber :
http://www.spect
roscopynow.com
Citra Sesaat
Setelah Tsunami
Pilihan Kota besar Kota kecil Perdesaan
Menghindari pengembangan daerah terpaan.
□ □ ▪
Pemanfaatan secara selektif ruang di kawasan terpaan
■ ■ ▪
Konstruksi bangunan ideal anti gempa & tsunami
■ ▪ ▪
Pembelokan arus tsunami □ ▪ ■
Buffer zone ▪ ▪ ■
Tanggul penahan tsunami/rob ■ ■ ■
Bangunan penyelamat ■ ■ ■
Ket.: ■ = Besar peluang untuk diterapkan; ▪ = Kemungkinan masih dapat diterapkan;
□ = Kecil kemungkinan untuk diterapkan;
Subandono - KKP
ALTERNATIF PENANGANAN TATA RUANG KAWASAN PESISIR
RAWAN TSUNAMI BERDASARKAN TIPE KAWASAN
PENANGANAN
a. Prinsip 1 : kenali kawasan pesisir rawan bencana/sebagai ancaman (tsunami, gempa, banjir, abrasi, sea level rise, badai, gelombang pasang);
b. Prinsip 2 : kenali bentuk dan tipe wilayah pesisir (landai terjal, berbatu, berpasir,dll);
c. Prinsip 3 : identifikasi potensi sumber daya wilayah pesisir (perikanan, pariwisata, pemukiman, transportasi, dll)
d. Prinsip 4 : identifikasi kebutuhan kawasan konservasi dan perlindungan bencana (mangrove, karang, hutan pantai, pulau penghalang, sand dune dll);
e. Prinsip 5 : kenali karakter/fungsi sarana dan prasarana wilayah yang ditempatkan (break water, pelabuhan, bangunan tinggi, dll);
f. Prinsip 6 : kenali karakter sosio-budaya, sosio-ekonomi wilayah pesisir (menentukan kerentanan dan resiko);
g. Prinsip 7: kembangkan konsep zonasi/penataan ruang dgn keindahan, keselamatan, keberaturan
Subandono - KKP
Proses
Perencanaan Tata
Ruang Kawasan
Pesisir terhadap
tsunami/rob
Kondisi fisik, sosial,
ekonomi sebelum
gempa/tsunami
Kondisi fisik, sosial,
ekonomi sesudah
gempa/tsunami
Analisis tingkat
kerusakan
Wilayah terpaan/
kerusakan
Bukan wilayah
terpaan/kerusakan
Hindarkan wilayah
terpaan/rusak untuk
pembangunan
Dapat
dihindari?
Pengembangan fungsi
lindung; taman,
pertanian, perikanan,
RTH.
Penataan
pembangunan baru
Kurangi resiko tsunami:
- memperlambat arus.
- membelokkan air
- menghambat terpaan air
Alokasi fungsi:
- tidak bernilai tinggi.
- intensitas rendah.
- pembangunan kluster
pada lokasi beresiko
rendah
Perancangan dan
pembangunan
bangunan baru untuk
mengurangi kerusakan.
Tindakan pencegahan
Rencana Evakuasi:
- vertikal.
- horisontal.
Y
T
Subandono - KKP
(kala ulang ribuan tahun)
(kala ulang ratusan tahun)
Subandono - KKP
SENDAI CITY : TSUNAMI PREVENTION
UU NO.26/2007 Tentang
PENATAAN RUANG
UU No.27/2007 Tentang PWP3K
PP No.26/2008 Tentang RTRWN
Penjelasan Pasal 5 Ayat (2) huruf b: kawasan perlindungan
setempat, antara lain, SEMPADAN PANTAI, sempadan sungai, kawasan sekitar danau / waduk, dan kawasan sekitar mata air.
Pasal 1 angka 21: Sempadan pantai adalah
daratan sepanjang tepian yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai, minimal 100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat.
Dalam Penjelasan:
Cukup jelas.
Pasal 56 Ayat (1): Sempadan pantai sbgmn
dmksd dalam Pasal 52 Ayat (2) huruf a ditetapkan dengan kriteria:
a. daratan sepanjang tepian laut dengan jarak paling sedikit 100 m dari titik pasang air laut tertinggi ke arah darat; atau b. daratan sepanjang tepian laut yang bentuk dan kondisi fisik pantainya curam atau terjal dengan jarak proporsional terhadap bentuk dan kondisi fisik pantai.
PERATURAN PERUNDANG2AN YANG TERKAIT DENGAN DEFINISI SEMPADAN PANTAI
Pasal 31 (1) Pemerintah Daerah menetapkan batas sempadan pantai yang
disesuaikan dengan karakteristik topografi, biofisik, hidro-oseanografi pesisir, kebutuhan ekonomi dan budaya, serta ketentuan lain.
(2) Penetapan batas sempadan pantai mengikuti ketentuan : a. Perlindungan terhadap gempa dan/atau tsunami; b. Perlindungan pantai dari erosi atau abrasi; c. Perlindungan sumberdaya buatan di pesisir dari badai, banjir, dan bencana alam lainnya; d. Perlindungan terhadap ekosistem pesisir seperti lahan basah, mangrove, terumbu karang, padang lamun, gumuk pasir, estuaria, dan delta; e. Pengaturan akses publik; serta f. Pengaturan untuk saluran air dan limbah. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai batas sempadan pantai
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Presiden.
UU No.27/2007 tentang PWP3K
UU No.27/2007 Pasal 31
Faktor Kerentanan (internal)
Ayat (1) : Pem.Daerah menetapkan Batas Sempadan Pantai yang disesuaikan dengan ‘KARAKTERISTIK’ (pantai)
Ayat (2): Penetapan Batas Sempadan Pantai mengikuti ketentuan a - f
Faktor Ancaman (eksternal)
Ayat (3): Ketentuan ayat (2) diatur dengan Peraturan Presiden
Bagaimana: Cara menghitung lebar batasnya Tata cara penetapannya
RANCANGAN PERPRES TENTANG BATAS SEMPADAN PANTAI
Psl 6 Ayat (2): Penetapan BSP mengikuti ketentuan a - f
a; b; c d e; f
Ditentukan berdasarkan tingkat risiko bencana (Tinggi; Sedang; Rendah)
Indeks KERENTANAN
Indeks ANCAMAN
Ditentukan berdasarkan batas akhir keberadaan ekosistem pesisir ke arah darat
Ekosistem pesisir : a. Lahan basah b. Mangrove c. Terumbu
karang d. Padang lamun e. Gumuk pasir f. Estuaria;dan g. Delta
Ditentukan berdasarkan jenis dan intensitas aktivitas di wilayah pesisir
Psl 7 ayat (1)
Psl 7 ayat (2)
Psl 19
R = A * K R = tingkat risiko A = tingkat ancaman K = tingkat kerentanan
Psl 20
Psl 6 ayat (2) huruf d
Tinggi; Sedang; Rendah
Tinggi; Sedang; Rendah
Psl 7 ayat (3)
Pasal 24 1) Sempadan Pantai yang telah ditetapkan, diprioritaskan untuk:
a.ruang terbuka hijau; dan/atau b.mitigasi bencana di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
2) Sempadan Pantai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dimanfaatkan untuk: a. perikanan; b. pertanian; c. rekreasi Pantai; d. kehutanan; e. kegiatan penelitian; f. pertahanan dan keamanan; g. objek vital nasional; h. kepelabuhanan; i. bandar udara; j. perlindungan maritim; dan/atau k. ritual keagamaan.
BAB III PEMANFAATAN SEMPADAN PANTAI
3) Pemanfaatan Sempadan Pantai selain sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) ditetapkan oleh Menteri.
4) Pemanfaatan Sempadan Pantai sebagaimana dimaksud dalam ayat
(2) dan ayat (3) wajib memenuhi persyaratan:
a. memberikan akses publik untuk melewati Pantai;
b. membangun struktur dan sistem perlindungan Pantai yang
memadai;
c. memberikan alokasi ruang untuk saluran air dan limbah; dan
d. dilarang menurunkan luas, nilai ekologis, dan estetika kawasan.
Pasal 25
Ketentuan lebih lanjut mengenai pemanfaatan Sempadan Pantai diatur
dengan Peraturan Menteri
PP No.26/2008 (Pasal 100)
RANPERPRES SPD PANTAI (Pasal 24 dst)
Pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka hijau
Ruang terbuka hijau
Pengembangan struktur alami dan struktur buatan untuk mencegah abrasi
Mitigasi bencana di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
Pendirian bangunan yang dibatasi hanya untuk menunjang kegiatan rekreasi pantai
Rekreasi pantai
Ketenuan pelarangan pendirian bangunan selain yang dimaksud pada huruf c (Belum ada pengaturan lebih lanjutnya)
Tidak semua bangunan yang tidak menunjang kegiatan rekreasi pantai otomatis dilarang, karena masih ada kegiatan lain yang lokasinya harus di tepi pantai, sehingga diatur jenisnya dalam pasal 24
Ketentuan pelarangan semua jenis kegiatan yang dapat menurunkan luas, nilai ekologis, dan estetika kawasan
Dilarang menurunkan luas, nilai ekologis, dan estetika kawasan
PERSANDINGAN BEBERAPA NORMA YANG DIATUR DI DALAM PP No.26/2008 DENGAN RANPERPRES BATAS SEMPADAN PANTAI
• Pada prinsipnya tidak ada “tata ruang kawasan pesisir/RZWP-3-K” yang sama atau seragam, meskipun sama-sama rawan bencana tsunami (mis: Hilo di Hawaii, Crescent di California, Taro di Jepang, atau Banda Aceh di Indonesia), karena selain faktor lokal (fisik, sosial, ekonomi) yang berbeda, selalu harus ada kompromi antara tataran konsepsi ideal (total safe!) dengan tataran pragmatisme masyarakat.
• Tata ruang/RZWP-3-K sebagai alat mitigasi bencana pada prinsipnya adalah menetapkan tingkat risiko yang dapat diterima/ditanggung oleh seluruh stakeholders
• Tata ruang kawasan pesisir/RZWP-3-K rawan bencana tsunami pada prinsipnya adalah tata ruang komposit yang juga sudah harus memasukkan faktor-faktor kerawanan bahaya alam lainnya seperti gempa, longsor, likuifaksi, banjir, badai/angin kencang, dll, di samping bencana teknologi dan bencana akibat ulah manusia.
Subandono - KKP
PENUTUP