repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2475/6/kti jilmy mahantika... · web viewpenulis...
TRANSCRIPT
KARYA TULIS ILMIAH : STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN THYPUS ABDOMINALIS DENGAN HIPERTERMI DIRUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANGIL
PASURUAN
(Studi Di Ruang Asoka RSUD Bangil Pasuruan)
OLEH :
JILMY MAHANTIKA VIDIA BERLIANA
161210023
PROGRAM STUDI DIPLOMA KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKAJOMBANG
2019
i
KARYA TULIS ILMIAH : STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN THYPUS ABDOMINALIS DENGAN HIPERTERMI DIRUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANGIL
PASURUAN
Diajukan sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Ahli Madya Keperawatan
(A.Md.Kep) Pada Program Studi Diploma III Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang
OLEH :
JILMY MAHANTIKA VIDIA BERLIANA
NIM : 161210023
PROGRAM STUDI DIPLOMA KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKAJOMBANG
2019
ii
iii
iv
v
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Madiun, 15 Januari 1997 dari ayah yang bernama
Slamet dan ibu yang bernama Sri Maryani. Penulis merupakan putri kedua dari dua
bersaudara.
Tahun 2009 penulis lulus dari SD Negeri Jatirejo, tahun 2012 penulis lulus
dari SMP Negeri 01 Wonoasri, tahun 2015 penulis lulus dari SMA Negeri 01
Nglames, pada tahun 2016 lulus seleksi masuk STIKes Insan Cendekia Medika
Jombang melalui jalur PMDK. Penulis memilih program studi Diploma III
Keperawatan dari lima pilihan program studi yang ada di STIKes ICME Jombang.
Demikian riwayat hidup ini dibuat dengan sebenarnya.
Jombang, 12 April 2019
JILMY MAHANTIKA VIDIA BERLIANA
vi
MOTTO
Selalu ada harapan bagi mereka yang sering berdoa, selalu ada jalan
mereka yang sering berusaha
vii
PERSEMBAHAN
Yang Utama Dari Segalanya
Sujud syukur kepadamu Tuhan Yang Maha Agung, Yang Maha Adil lagi Maha
Penyayang, atas kasih sayang dan karunia-MU yang telah memberikanku kekuatan
dan ketabahan serta membekaliku dengan ilmu dan akal serta kesabaran dalam
menjalani kehidupan ini, atas rahmat-Mu akhirnya proposal Karya Tulis Ilmiah ini
dapat terselesaikan. Sholawat serta salam selalu terlimpahkan kepada junjungan kita
Rasulullah Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafaatnya di yaumul kiyamah
kelak. Kupersembahkan karya sederhana ini kepada orang-orang yang sangat
kukasihi dan kusayangi.
Ibunda dan Ayahanda Tercinta
Ayah..Mama.. Terima kasih untuk semuanya, pengorbanan cinta dan kasihmu
untukku. Ayah..Mama.. tanpa kalian aku bisa apa.
Keluarga
Terima kasih untuk dukungan secara langsung maupun tidak langsung. Terutama
terimakasih untuk mas Ryeo.
Dosen – dosenku
Terima kasih telah menjadi orang tua kedua untukku, telah membimbingku selama
masa pendidikanku di kampus ini, terima kasih atas semua bimbingan, motivasi, serta
ilmu yang telah kalian berikan kepadaku.
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat
dan Hidayah-NYA sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan. Karya ini
disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh menyelesaikan Studi
Kasus Program D3 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia
Medika Jombang dengan judul “ Asuhan Keperawatan Pada Klien Thypus
Abdominalis di Ruang Asoka Rumah Sakit Umum Daerah Bangil Pasuruan”
Dalam menyusun Karya Tulis ini penulis mendapat bimbingan dan dorongan
dari berbagai pihak untuk itu penulis mengucpkan terima kasih kepada yang
terhormat Pembimbing I, dan pembimbing II yang telah dengan sabar dan penuh
perhatian memberikan bimbingan, arahan serta motivasi, sehingga proposal ini
dapat terselesaikan dan juga untuk kedua orang tua tercinta saya, yang telah
pengertian memberi segala dukungan sehingga saya dapat menyelesaikan Proposal
dan teman-teman DIII Keperawatan yang selalu memberikan motivasi dan
dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan proposal ini.
Semoga amal baiknya diterima di sisi Allah SWT da mendapat imbalan dan
pahala dari Allah SWT. Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis
menyadari masih banyaknya kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu penulis
sangat mengharapkan kritik dan sarannya.
Jombang, April 2019
Penulis
ix
ABSTRAK
ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PADA KLIEN THYPUS ABDOMINALIS DENGAN MASALAH KEPERAWATAN HIPERTERMI DI RUANG
ASOKA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANGIL PASURUAN
Oleh :Jilmy Mahantika Vidia Berliana*Hindyah Ike**Dwi Prasetyaningati***
Pendahuluan Typus abdominalis merupakan penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 1 minggu, gangguan pencernaan dan gangguan kesadaran. Tujuan studi kasus ini adalah melaksanakan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami thypus abdominalis dengan masalah hipertermi. Metode penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan metode studi kasus. Penelitian dilaksanakan di ruang Asoka RSUD Bangil Pasuruan dengan partisipan 2 orang dengan diagnosa thypus abdominalis dengan masalah hipertermi. Hasil asuhan keperawatan pada tahap pengkajian diketahui An. F ibu mengatakan badan anaknya panas, muntah 2x, akral panas suhu 38,6oC. Sedangkan An. M ibu mengatakan badan anaknya juga panas sejak bangun tidur kemarin, akral panas 38,4oC. Diagnosa keperawatan yang ditetapkan adalah hipertermi. Intervensi keperawatan yang disusun berdasarkan kriteria NIC NOC yang meliputi penanganan panas. Implementasi pada klien An. F dan An. M dikembangkan dari hasil kajian intervensi yang dilakukan dalam 3 hari. Kesimpulan setelah dilakukan implementasi selama 3 hari maka hasil evaluasi akhir pada An. F dan An. M masalah teratasi sebagian sehingga memerlukan implementasi lanjutan karena masalah belum teratasi sepenuhnya. Saran Diharapkan keluarga klien ikut berpartisipasi dalam perawatan dan pengobatan dalam upaya mempercepat proses penyembuhan serta mau menerima dan melaksanakan peraturan yang telah diterapkan oleh ruangan.
Kata kunci: Asuhan Keperawatan, Thypus, Hipertermi
x
ABSTRACTNURSING OF MEDICAL SURGICAL INFLUENCES IN THYPUS ABDOMINALIS
CLINET WITH HIPERTERM`S NURSING PROBLEMSIN THE SPACE ROOM GENERAL HOSPITAL REGIONAL BANGIL PASURUAN
By:Jilmy Mahantika Vidia Berliana*Hindyah Ike**Dwi Prasetyaningati***
Introduction Thypus abdominalis is an acute infectious disease that usually affects the digestive tract with symptoms of fever more than 1 week, indigestion and impaired consciousness. The purpose of this case study is to implement nursing care on clients who have a thypoid fever with hyperthermic problems. Method The research method is descriptive by using case study method. The studi was conducted in Asoka Hospital of Bangil Pasuruan. Hospital with 2 people with diagnosis of thypus abdominalis with hyperthermic problems. The results of nursing care at the assessment stage are known to be An. F the mother said her son's body was hot, vomited 2x, the heat was acral to 38.6oC. While An. M the mother said that her son's body was also hot since he woke up yesterday, hot acral 38.4oC. The specified nursing diagnosis is hyperthermia. Nursing interventions compiled based on NIC NOC criteria include handling heat. Implementation on An client. F and An. M was developed from the results of an intervention study conducted in 3 days.The defined nursing diagnosis is hyperthermia. Nursing orders based on NIC NOC criteria covering heat management. Implementation on An. F and An. M problem is partially resolved so that it requires further implementation because the problem has not been solved completely. Suggestions It is expected that the client's family participates in care and treatment in an effort to speed up the healing process and be willing to accept and implement the rules that have been applied by the room.
Keywords: Nursing Care, Thypus, Hyperthermia
xi
DAFTAR ISI
Halaman Judul Luar........................................................................................ iHalaman Judul Dalam.................................................................................... iiSurat Pernyataan............................................................................................. iiiLembar Persetujuan........................................................................................ ivLembar Pengesahan........................................................................................ vRiwayat Hidup................................................................................................ viMotto ............................................................................................................. viiPersembahan................................................................................................... viiiKata Pengantar................................................................................................ ixAbstrak............................................................................................................ xAbstrac............................................................................................................ xiDaftar Isi......................................................................................................... xiiDaftar Tabel.................................................................................................... xivDaftar gambar................................................................................................. xvDaftar Lampiran............................................................................................. xviDaftar Lambang dan Singkatan...................................................................... xviiBAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................... 11.2 Rumusan Masalah..................................................................... 21.3 Tujuan....................................................................................... 4
1.3.1 Tujuan Umum.................................................................. 41.3.2 Tujuan Khusus.................................................................
1.4 Manfaat..................................................................................... 51.4.1 Manfaat Teoritis............................................................... 51.4.2 Manfaat Praktis................................................................ 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA2.1 Konsep Dasar Teori................................................................... 7
2.1.1 Pengertian........................................................................ 72.1.2 Etiologi............................................................................ 72.1.3 Manifestasi Klinis............................................................ 72.1.4 Patofisiologi..................................................................... 82.1.5 Phatway............................................................................ 92.1.6 Pemeriksaan Penunjang................................................... 102.1.7 Pemeriksaan Medis.......................................................... 11
2.2 Konsep Hipertermi2.2.1 Definisi............................................................................ 112.2.2 Etiologi............................................................................ 12
xii
2.2.3 Klasifikasi........................................................................ 122.2.4 Manifestasi Klinis............................................................ 142.2.5 Komplikasi....................................................................... 192.2.6 Pemeriksaan Penunjang................................................... 19
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Thypus Abdominalis................................................................................................... 192.3.1 Pengkajian........................................................................ 192.3.2 Pemeriksaan Fisik............................................................ 222.3.3 Pemeriksaan Penunjang................................................... 232.3.4 Analisa Data..................................................................... 242.3.5 Diagnosa Keperawatan.................................................... 242.3.6 Implementasi Keperawatan............................................. 272.3.7 Evaluasi Keperawatan..................................................... 28
BAB 3 METODE PENELITIAN3.1 Desain Penelitian....................................................................... 283.2 Batasan Batasan Istilah............................................................. 283.3 Partisipan................................................................................... 293.4 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian................................... 303.5 Pengumpulan Data.................................................................... 303.6 Uji Keabsahan Data................................................................... 313.7 Analisis Data............................................................................. 323.8 Etik Penelitian........................................................................... 33
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN4.1Hasil............................................................................................ 34
4.1.1 GambaranUmumLokasiPengumpulan Data..................... 344.1.2 Pengkajian........................................................................ 354.1.3 Analisa Data..................................................................... 404.1.4 DiagnosaKeperawatan...................................................... 424.1.5 IntervensiKeperawatan..................................................... 444.1.6 ImplementasiKeperawatan............................................... 454.1.7 EvaluasiKeperawatan....................................................... 46
4.2 Pembahasan............................................................................... 524.2.1 Pengkajian........................................................................ 524.2.2 Diagnosis Keperawatan.................................................... 554.2.3 Intervensi.......................................................................... 564.2.4 Implementasi.................................................................... 574.2.5 Evaluasi............................................................................ 58
5.1 Kesimpulan................................................................................ 615.2 Saran.......................................................................................... 62
xiii
DAFTAR PUSTAKA DAFTAR TABEL
No tabel Daftar tabel Hal
2.3 Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit 25
2.4 Ketidakseimbangan nutrisi 26
4.1 Identitas klien dengan thypus abdominalis dengan
masalah hipertermi
35
4.2 Riwayat penyakit 35
4.3 Perubahan pola kesehatan 36
4.4 Pemeriksaan fisik 37
4.5
4.6
4.7
4.8
4.9
4.10
4.11
Pemeriksaan diagnostic
Terapi
Analisa data
Diagnose keparawatan
Intervensi keperawatan
Implementasi keperawatan
Evaluasi keperawatan
39
39
40
42
44
45
51
xiv
DAFTAR GAMBAR
Nomor gambar Daftar gambar Halaman
2.1 Pathways Thypus Abdominalis 9
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Permohonan Responden
Lampiran 1 Lembar Persetujuan Responden
Lampiran 3 Format Pengkajian Keperawatan
Lampiran 4 Surat Ijin Peneliti
Lampiran 5 Surat Persetujuan Penelitian
Lampiran 6 Lembar Konsultasi
xvi
DAFTAR ARTI LAMBANG, SINGKATAN, DAN ISTILAH
WHO = World Health Organitation
CFR = Case Fatality Rate
Depkes RI = Departemen Kesehatan Republik Indonesia
RSUD = Rumah Sakit Umum Daerah
EKG = Elektro Kardiogram
ICU = Intensive Care Unit
IGD = Instalasi Gawat Darurat
CRT = Capillary Refill Time
TTV = Tanda Tanda Vital
GCS = Glasgow Coma Scale
NIC = Nursing Intervention Classification
NOC = Nursing Outcome Classification
CT –scan = Computerized Tomography Scanner
xvii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Thypus abdominalis masih masalah kesehatan penting di berbagai negara,
terutama negara yang berkembang, salmonella thypi mampu hidup dalam tubuh
manusia, yang umumnya memiliki kondisi kebersihan yang buruk. Penyakit
typhus abdominallis merupakan problem atau masalah yang serius bagi kesehatan
masyarakat di negara-negara yang berkembang seperti halnya Indonesia yang
memiliki iklim tropis banyak di temukan penyakit infeksi salah satunya Typhus
Abdominalis yang di temukan sepanjang tahun. Bila salmonella tyhpi berjalan
bersama makanan atau terkontaminasi, ia berserang di jaringan limfoid pada
dinding usus. Aliran limfe membawa organ ini kedalam hati dan empedu.Gejala
Typhus abdominalis di tandai dengan hipertermi selama 7 hari lebih.
Hipertermi merupakan keadaan ketika individu mengalami atau berisiko
mengalami kenaikan suhu tubuh yang sifatnya menetap karena faktor eksternal
(Ilmiah 2016). Demam thypoid (tifus abdominalis, enteric fever) ialah penyakit
infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran pencernaan dengan gejala
demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada saluran pencernaan dan
gangguan kesadaran (Nursalam, Susilaningrum, dan Utami 2013). Jadi,
hipertermi pada typhoid merupakan suatu masalah keperawatan yang ditandai
dengan peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal yang biasanya disebabkan
oleh infeksi akut pada saluran pencernaan.
1
2
Berdasarkan (WHO) 2017 penyakit menular ini masih merupakan masalah
kesehatan masyarakat dengan jumlah kasus sebanyak 22 juta kasus. Data
surveilans saat ini memperkirakan di Indonesia ada 600.000 – 1,3 juta kasus
thypus abdominalis setiap tahunnya dengan lebih dari 20.000 kematian. Rata-
rata di Indonesia, orang yang berusia 3- 19 tahun memberikan angka sebesar
91% terhadap kasus thypus abdominalis. Menurut Depkes RI tahun 2017 Thypus
Abdominalis dari tahun 2013- 2017 memperlihatkan peningkatan umlah
penderita sekitar 35,8% yaitu 19.596 menjadi 26.606 kasus. Sedangkan penderita
Thypus Abdominalis di RSUD Bangil Pasuruan khususnya tercatat pada bulan
Januari 2016 hingga 2018 sudah tercatat 469 kasus thypus abdominalis.
Penyebab penyakit thypus abdominalis adalah masuknya kuman Salmonella
Thyposa, Salmonella Parulyphi A, B, C dalam saluran pencernaan melalui
makanan dan minuman yang terkontaminasi. Pada umumnya kuman Salmonella
Thyposa, Salmonella Partyphi A, B, dan C menyerang usus.Sebelum masuk ke
usus sebagian kuman di musnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk
ke usus halus dan mencapai jaringan limpoid plak peyeri di ilieum yang
mengalami hipertropi. Bila terjadi komplikasi perdarahan dan perforasi intestinal.
Kuman akan masuk ke organ lain misalnya hati dan limpa melalui peredaran
darah. Endotoksin Salmonella thypi berperan dalam inflamasi lokal pada jaringan
tempat kuman tersebut berkembangbiak.Salmonella thypi dan endotoksinnya
merangsang sintesis dan pelepasan zat pirogen dan leukosit pada jaringan yang
meradang. Sehingga terjadi demam atau Hipertermi.
3
Hipertermi yang tidak segera ditangani akan menyebabkan gangguan pola
makan, dehidrasi, syok, kerusakan system saraf, penurunan kesadaran, anak bisa
kejang dengan kisaran suhu diatas normal 39-40 derajat celcius, bahkan gangguan
tumbuh kembang. Serta dapat mengakibatkan kerusakan efek yang permanen
seperti kerusakan otak sehingga menimbulkan kematian.( andra saferi. W dan
yessie mariza. P, 2013 )
Penanganan hipertermi pada Thypus Abdominalis khususnya pada anak
adalah dengan menganjurkan anak untuk istirahat total sampai suhu tubuh turun,
untuk menghindari terjadinya komplikasi. Berikan kompres air hangat. Pemberian
air hangat pada daerah tubuh akan memberikan sinyal ke hipotalamus melalui
sumsum tulang belakang ketika reseptor yang peka terhadap panas hipotalamus
dirangsang oleh sistem efektor. Vasodilatasi pada pembuluh darah kemudian
pasien akan berkeringat dan suhu tubuh akan turun ( alifia, 2009 ). Anjurkan
pasien untuk banyak minum, untuk mengganti cairan dan elektrolit yang hilang
akibat demam.Berikan pakaian tipis untk membantu penyerapan keringat.Serta
observasi suhu tubuh agar selalu normal. Selain itu pemberian obat antiseptic
dapat dilakukan untuk membantu menurunkan suhu tubuh ( sodikin, 2011 ).
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yaitu bagaimana cara memberikan Asuhan Keperawatan
pada klien Thypoid Abdominalis dengan masalah keperawatan Hipertermi di
RSUD Bangil Pasuruan.
4
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Melaksanakan asuhan keperawatan hipertermi pada pasien thypus
abdominalis di RSUD Bangil Pasuruan.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian keperawatan pada pasien thypus abdominalis
dengan masalah keperawatan hipertermi
b. Menentukan diagnose keperawatan pada pasien thypus abdominalis
dengan masalah keperawatan
c. Menyusun rencana keperawatan pada pasien thypus abdominalis dengan
masalah keperawatan hipertermi
d. Melakukan implementasi pada pasien thypus abdominalis dengan
masalah keperawatan hipertermi
e. Melaksanakan evaluasi tindakan keperawatan pada pasien thypus
abdominalis dengan masalah keperawatan hipertermi
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat teoritis
Menambah keilmuan dalam mencari pemecahan masalah sehingga
mampu membantu pasien dalam perawatan pada kasus thypus abdominalis
dengan masalah hipertermi.
1.4.2 Manfaat praktis
5
Bagi klien dan kelaurga mengatahui pengalaman dan dapat
menerapkan penanganan kasus thypus abdominalis dalam pelaksanaan
keperawatan. Bagi perawat RSUD membantu perawat dalam mengevaluasi
dalam upaya peningkatan mutu pelayanan bagi pasien thypus abdominalis.
Bagi institusi pendidikan STIKes ICMe hasil penelitian dapat di gunakan
sebagai data dasar dalam penelitian selanjutnya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Thypus Abdominalis
2.1.1 Pengertian
Tipes atau thypus adalah penyakit infeksi bakteri pada usus halus
danterkadang pada aliran darah yang disebabkan oleh Bakteri Salmonella
typhosa atau Salmonella paratyphi A, B dan C, selain ini dapat juga
menyebabkan gastroenteritis (radang lambung). Dalam masyarakat
penyakit ini dikenal dengan nama Tipes atau thypus, tetapi dalam dunia
kedokteran disebut Typhoid fever atau Thypus abdominalis karena
berhubungan dengan usus di dalam perut (Widoyono,2002).Typus
abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran
pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 1 minggu, gangguan
pencernaan dan gangguan kesadaran (Sudoyo, 2009)
2.1.2 Etiologi
Penyakit tipes Thypus abdominalis merupakan penyakit yang
ditularkan melalui makanan dan minuman yang tercemar oleh
bakteriSalmonella typhosa, (food and water borne disease). Seseorang
yang sering menderita penyakit tifus menandakan bahwa dia
mengkonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi bakteri ini.
Salmonella thyposa sebagai suatu spesies, termasuk dalam kingdom
Bakteria, Phylum Proteobakteria, ClassisGamma proteobakteria, Ordo
6
7
Enterobakteriales, FamiliaEnterobakteriakceae, Genus Salmonella.
Salmonella thyposa adalah bakterigram negative yang bergerak dengan
bulu getar, tidak berspora mempunyai sekurang-kurangnya tiga macam
antigen yaitu: antigen 0 (somatik, terdiri darizat komplek lipopolisakarida),
antigen H (flagella) dan antigen V1 (hyalin,protein membrane). Dalam
serum penderita terdapat zat anti (glutanin)terhadap ketiga macam anigen
tersebut (Zulkhoni, 2011)
2.1.3 Manifestasi klinis
Masa tunas demam typhoid berlangsung antara 10-14 hari.
Gejalaklinis yang timbul sangat bervariasi dari ringan sampai dengan berat,
dariasimtomatik hingga gambaran penakit yang khas disertai komplikasi
hinggakematian. Pada minggu pertama gejala klnis penyakit ini ditemukan
keluhandan gejala serupa dengan penyakit infeksi akut pada umumnya
yaitu : demam,nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah,
obstipasi atau diare,perasaan tidak enak diperut, batuk dan epistaksis. Pada
pemeriksaan fisikhanya didapatkan suhu tubuh meningkat. Sifat demam
adalah meningkatperlahan-lahan dan terutama pada sore hingga malam hari
(Widodo Joko,2006)
2.1.4 Patofisiologi
Salmonella Thypi masuk kedalam tubuh manusia melalui makanan dan air
yang tercemar. Sebagian kuman dihancurkan oleh asam lambung dan
sebagian masuk ke usus halus., mencapai jaringan limfoid plak Peyeri di
ileum terminalis. Salmonella thypi memiliki fibria khusus yang dapat
8
menempel ke lapisan epitel plak peyeri. Setelah menepel, bakteri
memproduksi protein yang mengganggu lapisan usus daan memaksa sel
usus untuk membentuk kerutan membrane yang akan melapisi bakteri
dalam vesikel.
Kuman memiliki berbagai mekanisme sehingga dapat terhindar dari
serangan sistem imun.Setelah sampai kelenjar getah bening.Kuman
kemudian masuk kealiran darah melalui duktus torasikus sehingga terjadi
bakterimia pertama yang asimtomatik. Salmonella thypi juga bersarang
dalam hati dan limpa, dimana kuman meninggalkan sel fagosit,
berkembang biak, dan masuk sirkulasi darah lagi sehingga terjadi
bakteremia kedua dengan gejala sistemik. Salmonella thypi menghasilkan
endoktosin yang berperan dalam inflamasi lokal jaringan tempat kuman
berkembang biak, merangsang pelepasan zat pirogen, dan leukosit jaringan
sehingga muncul demam dan gejala sistemik lain. Perdarahan saluran cerna
dapat terjadi akibat erosi pembuluh darah sekitar plak peyeri. Apabila
proses patologis semakin berkembang, perforasi dapat terjadi (Chris tanto
dkk, 2014).
Setelah pemulihan, infeksi dapat menetap disaluran empedu dan
saluran kemih terutama pada penyakit yang sudah ada sebelumnya,
sehingga menyebabkan karies feses atau urun kronik.Setelah pemulihan,
terbentuk imunitas, serangan kedua jarang terjadi. (B. K. Mandal dkk,
2008).
9
2.1.5 Patway
Kuman salmonella thypi yang masuk ke saluran gastrointestinal
Pembuluh limfe
Peredaran darah
Lolos dari asam lambung
Bacteria masuk usus halus
Masuk ke hati dan limfa
Dihancurkan oleh asam lambung
Berkembang biak di hati dan limfa
Masuk ke aliran darah
endoktosin
Splenomegali
Peningkatan asam lambung
Mempengaruhi pusat termogulator di hipotalamus
Terjadi kerusakan sel
Merangsang melepas zat epirogen oleh leukosit
Hipertermia
Hepatomegali
Perdarahan masif
Erosi Penurunan/ peningkatan peristaltic usus
Rongga usus pada limfoid halus
Empedu
Kontipasi / diare
Komplikasi perforasi dan perdarahan usus
Anoreksia mual muntah
Resiko kekurangan volume cairan
10
Gambar 2.1 WOC Thypus Abdominalis (Amin Huda,2013)
2.1.6 Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Pemeriksaan darah perifer lengkap (Masjoer, 2002) dapat
ditemukan leukopeni, dapat pula leukosistosis atau kadar leukosit
normal. Leukositosis dapat terjadi walaupun tanpa disertai infeksi
sekunder.Dapat pula ditemukan anemia ringan dan trombositopeni.
Pemeriksaan hitung jenis leukosit dapat terjadi aneosinofilia maupun
limfopeni laju endap darah dapat meningkat.
2. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT sering meningkat, tapi akan kembali normal
setelah sembuh. Peningkatan SGOT, SGPT ini tidak memerlukan
penanganankhusus.
3. Pemeriksaan uji widal
Dilakukan untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap bakteri
salmonella typhi.Pada uji widal terjadi suatu reaksi aglutinasi antara
antigen bakteri salmonella typhi dengan antibody salmonella yang sudah
dimatikan dan diolah di laboratorium.Uji widal dimaksudkan untuk
menentukan adanya aglutinin dalam serum penderita tersangka demam
tifoidenema bariummungkin juga perlu dilakukan (Mansjoer, 2002)
2.1.7 Penatalaksanaan medis
Menurut Widodo Joko (2006) obat-obat antibiotika yang biasa
digunakan ialah ampisilin dan amoksisilin, antipiretika, bila perlu diberikan
laksansia, tirah baring selama demam untuk mencegah komplikasi
11
perdarahanusus atau perforasi usus, mobilisasi bertahap bila tidak panas,
sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien, diet pada permulaan, diet
makanan yang tidakmerangsang saluran cerna dalam bentuk sering atau
lunak, makanan dapatditingkatkan seusai perkembangan keluhan
gastrointestinal, perforasi, transfusi bila diperlukan pada komplikasi
perdarahan.
2.2 Konsep Hipertermi
2.2.1 Definisi
Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh yang berhubungan dengan
ketidakmampuan tubuh untuk menghilangkan panas ataupun mengurangi
produksi panas.Hipertermi terjadi karena adanya ketidakmampuan
mekanisme kehilangan panas untuk mengimbangi produksi panas yang
berlebihan sehingga terjadi peningkatan suhu tubuh.Hipertermi tidak
berbahaya jika dibawah 39°C. Selain adanya tanda klinis, penentuan
hipertermi juga didasarkan pada pembacaan suhu pada waktu yang berbeda
dalam satu hari dan dibandingkan dengan nilai normal individu tersebut
(Potter & Perry,2010).
Menurut Wilkinson (2006) hipertemia merupakan keadaan suhu tubuh
seseorang yang meningkat diatas rentang normalnya. Hipertemi terjadi
karena pelepasan pirogen dari dalam leukosit yang sebelumnya telah
terangsang oleh pirogen eksogen yang dapat bersala dari mikrooganisme
12
atau merupakan suatu hasil reaksi imunologik yang tidak berdasarkan suatu
infeksi (Noer,2004).
Sedangkan menurut Dorland (2006) hipertemia/febris/demam adalah
peningkatan suhu tubuh diatas normal. Hal ini dapat diakibatkan oleh stress
fisiologik seperti ovulasi, sekresi hormon thyroid berlebihan, olahraga
berat, sampai lesi sistem syaraf pusat atau infeksi oleh mikroorganisme
atau ada penjamu proses noninfeksi seperti radang atau pelepasan bahan-
bahan tertentu seperti leukimia. Demam diasosiasikan sebagai bahan dari
respon fase akut, gejala dari suatu penyakit dan perjalan patologis dari
suatu penyakit yang mengakibatkan kenaikan set-point pusat pengaturan
suhu tubuh (Sugarman,2005).
Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa hipertemia
adalah keadaan dimana suhu tubuh meningkat diatas rentang normal dan
tubuh tidak mampu untuk menghilangkan panas atau mengurangi produksi
panas. Rentang normalnya suhu tubuh anak berkisar antara 36,5-37,5°C.
2.2.2 Etiologi
Hipertemi dapat disebabkan karena gangguan otak atau akibat bahan
toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu.Zat yang dapat
menyebabkan efek perangsangan terhadap pusat pengaturan suhu sehingga
menyebabkan demam yang disebut pirogen. Zat pirogen ini dapat berupa
protein, dan zat lain. Terutama toksin polisakarida, yang dilepas oleh
bakteri toksi/pirogen yang dihasilkan dari degenerasi jaringan tubuh dapat
menyebabkan demam selama keadaan sakit.
13
Faktor penyebabnya:
1. Dehidrasi
2. Penyakit atau trauma
3. Ketidakmampuan atau menurunnya kemampuan untuk berkeringat
4. Pakaian yang tidak layak
5. Kecepatan metaolisme meningkat
6. Pengobatan/ anesthesia
7. Terpajan pada lingkungan pada lingkungan panas (jangka panjang)
8. Aktivitas yang berlebihan
A. Proses Terjadinya
Substansi yang menyebabkan deman disebut pirogen dan berasal
baik dari oksigen maupun endogen. Mayoritas pirogen endogen
adalah mikroorganisme atau toksik, pirogen endogen adalah
polipeptida yang dihasilkan oleh jenis sel penjamu terutama monosit,
makrofag, pirogen memasuki sirkulasi dan menyebabkan demam
pada tingkat termoregulasi di hipotalamus.
Peningkatan kecepatan dan pireksi atau demam akan engarah
pada meningkatnya kehilangan cairan dan elektrolit, padahal cairan
dan elektrolit dibutuhkan dalam metabolisme di otak untuk menjaga
keseimbangan termoregulasi di hipotalamus anterior.
Apabila seseorang kehilangan cairan dan elektrolit (dehidrasi),
maka elektrolit-elektrolit yang ada pada pembuluh darah berkurang
padahal dalam proses metabolisme di hipotalamus anterior
14
membutuhkan elektrolit tersebut, sehingga kekurangan caiaran
elektrolit mempengaruhi fungsi hipotalamus anterior dalam
mempertahankan keseimbangan termoregulasi dan akhirnya
menyebabkan peningkatan suhu tubuh
2.2.3 Klasifikasi
Hipertermia yang disebabkan oleh peningkatan produksi panas:
1. Hipertermia maligna
Hipertermia maligna biasanya dipicu oleh obat-obatan anesthesia.
Hipertermia ini merupakan miopati akibat mutasi gen yang diturunkan
secara autosomal dominan. Pada episode akut terjadi peningkatan
kalsium intraselular dalam otot rangka sehingga terjadi kekakuan otot
dan hipertermia.Pusat pengatur suhu di hipotalamus normal sehingga
pemberian antipiretik tidak bemanfaat.
2. Exercise-Induced hyperthermia (EIH)
Hipertermia jenis ini dapat terjadi pada anak besar/remaja yang
melakukan aktivitas fisik intensif dan lama pada suhu cuaca yang panas.
Pencegahan dilakukan dengan pembatasan lama latihan fisik terutama
bila dilakukan pada suhu 300°C atau lebih dengan kelembaban lebih
dari 90%, pemberian minuman lebih sering (150 ml air dingin tiap 30
menit), dan pemakaian pakaian yang berwarna terang, satu lapis, dan
berbahan menyerap keringat.
3. Endocrine Hyperthermia (EH)
15
Kondisi metabolic/endokrin yang menyebabkan hipertermia lebih
jarang dijumpai pada anak dibandingkan dengan pada dewasa.Kelainan
endokrin yang sering dihubungkan dengan hipertermia antara lain
hipertiroidisme, diabetes mellitus, phaeochromocytoma, insufisiensi
adrenal dan Ethiocolanolone suatu steroid yang diketahui sering
berhubungan dengan demam (merangsang pembentukan pirogen
leukosit).
Hipertermia yang disebabkan oleh penurunan pelepasan panas.
4. Hipertermia Neonatal
Peningkatan suhu tubuh secara cepat pada hari kedua dan ketiga
kehidupan bisa disebabkan oleh:
1) Dehidrasi
Dehidrasi pada masa ini sering disebabkan oleh kehilangan
cairan atau paparan oleh suhu kamar yang tinggi.Hipertermia jenis
ini merupakan penyebab kenaikan suhu ketiga setelah infeksi dan
trauma lahir.Sebaiknya dibedakan antara kenaikan suhu karena
hipertermia dengan infeksi. Pada demam karena infeksi biasanya
didapatkan tanda lain dari infeksi seperti leukositosis/leucopenia,
CRP yang tinggi, tidak berespon baik dengan pemberian cairan, dan
riwayat persalinan prematur/resiko infeksi.
2) Overheating
Pemakaian alat-alat penghangat yang terlalu panas, atau bayi
terpapar sinar matahari langsung dalam waktu yang lama.
16
3) Trauma lahir
Hipertermia yang berhubungan dengan trauma lahir timbul
pada 24%dari bayi yang lahir dengan trauma. Suhu akanmenurun
pada1-3 hari tapi bisa juga menetap dan menimbulkan komplikasi
berupa kejang. Tatalaksana dasar hipertermia pada neonatus
termasuk menurunkan suhu bayi secara cepat dengan melepas
semua baju bayi dan memindahkan bayi ke tempat dengan suhu
ruangan. Jika suhu tubuh bayi lebih dari 39°C dilakukan tepid
sponged 35°C sampai dengan suhu tubuh mencapai 37°C.
4) Heat stroke
Tanda umum heat stroke adalah suhu tubuh > 40,5°C atau
sedikit lebih rendah, kulit teraba kering dan panas, kelainan susunan
saraf pusat, takikardia, aritmia, kadang terjadi perdarahan miokard,
dan pada saluran cerna terjadi mual, muntah, dan kram. Komplikasi
yang bisa terjadi antara lain DIC, lisis eritrosit, trombositopenia,
hiperkalemia, gagal ginjal, dan perubahan gambaran EKG. Anak
dengan serangan heat stroke harus mendapatkan perawatan intensif
di ICU, suhu tubuh segera diturunkan (melepas baju dan sponging
dengan air es sampai dengan suhu tubuh 38,5°C kemudian anak
segera dipindahkan ke atas tempat tidur lalu dibungkus dengan
selimut), membuka akses sirkulasi, dan memperbaiki gangguan
metabolic yang ada.
5) Haemorrhargic Shock and Encephalopathy (HSE)
17
Gambaran klinis mirip dengan heat stroke tetapi tidak ada
riwayat penyelimutan berlebihan, kekurangan cairan, dan suhu
udara luar yang tinggi.HSE diduga berhubungan dengan cacat
genetic dalam produksi atau pelepasan serum inhibitor alpha-1-
trypsin. Kejadian HSE pada anak adalah antara umur 17 hari sampai
dengan 15 tahun (sebagian besar usia< 1 tahun dengan median usia
5 bulan). Pada umumnya HSE didahului oleh penyakit virus atau
bakterial dengan febris yang tidak tinggi dan sudah sembuh
(misalnya infeksi saluran nafas akut atau gastroenteritis dengan
febris ringan). Pada 2 – 5 hari kemudian timbul syok berat,
ensefalopati sampai dengan kejang/koma, hipertermia (suhu >
41°C), perdarahan yang mengarah pada DIC, diare, dan dapat juga
terjadi anemia berat yang membutuhkan transfusi. Pada
pemeriksaan fisik dapat timbul hepatomegali dan asidosis dengan
pernafasan dangkal diikuti gagal ginjal..Pada HSE tidak ada
tatalaksana khusus, tetapi pengobatan suportif seperti penanganan
heat stroke dan hipertermia maligna dapat diterapkan. Mortalitas
kasus ini tinggi sekitar 80% dengan gejala sisa neurologis yang
berat pada kasus yang selamat. Hasil CT scan dan otopsi
menunjukkan perdarahan fokal pada berbagai organ dan edema
serebri.
6) Sudden Infant Death Syndrome (SIDS)
18
Definisi SIDS adalah kematian bayi (usia 1-12 bulan) yang
mendadak, tidak diduga, dan tidak dapat dijelaskan. Kejadian yang
mendahului sering berupa infeksi saluran nafas akut dengan febris
ringan yang tidak fatal.Hipertermia diduga kuat berhubungan
dengan SIDS. Angka kejadian tertinggi adalah pada bayi usia 2- 4
bulan. Hipotesis yang dikemukakan untuk menjelaskan kejadian ini
adalah pada beberapa bayi terjadi mal-development atau maturitas
batang otak yang tertunda sehingga berpengaruh terhadap pusat
chemosensitivity, pengaturan pernafasan, suhu, dan respons tekanan
darah.Beberapa faktor resiko dikemukakan untuk menjelaskan
kerentanan bayi terhadap SIDS, tetapi yang terpenting adalah ibu
hamil perokok dan posisi tidur bayi tertelungkup.Hipertermia
diduga berhubungan dengan SIDS karenadapat menyebabkan
hilangnya sensitivitas pusat pernafasan sehingga berakhir dengan
apnea.
2.2.4 Manifestasi Klinis
1) Suhu tinggi 37,8 °C (100 °F) per oral atau 38,8 °C (101 °F)
2) Takikardia
3) Hangat pada sentuhan
4) Mengigil
5) Dehidrasi
6) Kehilangan nafsu makan
7) Pernafasan cepat
19
8) Mulut kering
2.2.5 Komplikasi
1. Kerusakan sel-sel dan jaringan
2. Kematian
2.2.6 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboraturium
1. Pemeriksaan darah lengkap: mengidentifikasi kemungkinan terjadinya resiko
infeksi
2. Pemeriksan urine
3. Uji widal: suatu reaksi oglufinasi antara antigen dan antibodi untuk pasien
hypoid
4. Pemeriksan elektrolit: Na, K, Cl
5. Uji tourniquet
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan Klien Dengan Thypus Abdominalis
2.3.1 Pengkajian
Pengumpulan Data
A. Identitas
Di dalam identitas meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat,
pendidikan, No. Registrasi, status perkawinan, agama, pekerjaan, tinggi
badan, berat badan dan tanggal MRS.
B. Keluhan utama
20
Pada pasien Typhoid biasanya mengeluh perut merasa mual dan
kembung, nafsu makan menurun, panas, dan demam.
C. Riwayat Penyakit dahulu
Apakah pasien sebelumnya pernah mengalami sakit Typhoid, dan
apakah menderita penyakit lainnya.
D. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada umumnya pasien Typhoid demam, anorexia, mual, muntah,
diare, perasaan tidak enak di perut, pucat (anemi), nyeri kepala/pusing,
nyeri otot, lidah kotor, gangguan kesadaran berupa somnolen sampai
koma.
E. Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah dalam kesehatan keluarga ada yang pernah menderita
Typhoid atau sakit yang lainnya.
F. Riwayat Psikososial
Psikososial sangat berpengaruh sekali terhadap psikologis pasien,
dengan timbul gejala-gejala yang dialami, apakah pasien dapat
menerima pada apa yang di deritanya.
G. Pola-pola fungsi kesehatan
1. Pola nutrisi dan metabolisme
Adanya mual dan muntah, penurunan napsu makan selama sakit,
lidah kotor, dan rasa pahit waktu makan sehingga dapat
mempengaruhi status nutrisi berubah.
2. Pola aktivitas dan latihan
21
Pasien akan terganggu aktivitasnya akibat adanya kelemahan fisik
serta pasien akan mengalami keterbatasan gerak akibat penyakitnya.
3. Pola tidur dan aktivitas
Kebiasaan tidur pasien akan terganggu dikarenakan suhu badan
yang meningkat, sehingga pasien merasa gelisah, pada waktu tidur.
4. Pola Eliminasi
Kebiasaan dalam BAK akan terjadi retensi bila dehidrasi karena
panas yang meninggi, konsumsi cairan yang tidak sesuai dengan
kebutuhan.
5. Pola reproduksi dan seksual
Pola reproduksi dan seksual pada pasien yang telah atau sudah
menikah akan terjadi perubahan.
6. Pola persepsi dan pengetahuan
Bagaimanakah persepsi terhadap status kesehatan saat ini dan
sampai sejauh mana pasien memahami penyakit dan perawatannya.
7. Pola konsep diri
Adakah gangguan konsep diri.
8. Pola Penaggulangan Stres
Kaji apakah yang biasa dilakukan pasien dalam menghadapi setiap
stressor.
9. Pola hubungan interpersonal
22
Adanya kondisi kesehatan mempengaruhi terhadap hubungan
interpersonal dan mengalami hambatan dalam menjalankan
perannya selama sakit.
10. Pola tata nilai dan kepercayaan
Adakah gangguan dalam pelaksanaan ibadah sehari-hari.
2.3.2 Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan Head To toe
a. Kepala
Keadaan kepala cukup bersih, tidak ada lesi / benjolan, distribusi
rambut merata dengan warna warna hitam, tipis, tidak ada nyeri
tekan.
b. Mata
Kebersihan mata cukup, bentuk mata simetris kiri dan kanan, sclera
tidak ikterik konjungtiva kemerahan / tidak anemis.Reflek pupil
terhadap cahaya baik.
c. Telinga
Kebersihan telinga bersih, bentuk tidak ada kelainan, tidak terdapat
peradangan.
d. Hidung
Kebersihan hidung cukup, bentuk tidak ada kelainan, tidak terdapat
tanda-tanda peradangan pada mocusa hidung.Tidak terlihat
pernafasan cuping hidung taka ada epistaksis.
e. Mulut dan gigi
23
Kebersihan mulut kurang dijaga, lidah tampak kotor, kemerahan,
mukosa mulut/bibir kemerahan dan tampak kering.
f. Leher
Kebersihan leher cukup, pergerakan leher tidak ada gangguan.
g. Dada
Kebersihan dada cukup, bentuk simetris, ada nyeri tekan.tidak ada
sesak., tidak ada batuk.
h. Abdomen
Kebersihan cukup ,bentuk simetris,tidak ada benjolan/nnyeri
tekan,bising usus 12x /menit,terdapat pembesaran hati dan limfa
i. Ekstremitas
Tidak ada kelainan bentuk antara kiri dan kanan,atas dan
bawah,tidak terdapat fraktur,genggaman tangan kiri dan kanan sama
kuat
2.3.3 Pemeriksaan Penunjang
Untuk melakukan diagnosis penyakit typhus abdominalis, perlu
dilakukan pemeriksaan laboratorium yang mencakup pemeriksaan-
pemeriksaan sebagai berikut ;
1. Pemeriksaan darah tepi : dapat ditemukan leukopenia, limfositosis
relatif, aneosinofilia, trombositopenia, anemia.
2. Biakan empedu : basil salmonella typhii ditemukan dalam darah
penderita biasanya dalam minggu pertama sakit.
3. Uji Widal
24
Uji Widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi
(aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat
dalam serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang yang pernah
divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi
salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan
dari uji widal ini adalah menentukan adanya aglutinin dalam serum
klien yang disangka menderita typhoid. Akibat infeksi oleh Salmonella
Thypi, klien membuat antibodi atau aglutinin yaitu :
1. Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari
tubuh kuman).
2. Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari
flagel kuman).
3. Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari
simpai kuman).Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan
H yang ditentukan titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya
makin besar klien menderita typhoid.
4. Pemeriksaan SGOT/SGPT
SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi
dapat kembali normal setelah sembuhnya typhoid.
2.3.4 Analisa data
Data yang sudah terkumpul dikelompokkan dan dianalisis untuk
menentukan masalah klien. Untuk mengelompokkan data ini dilihat dari
jenis data yang meliputi data subyek dan dan data obyek. Data subyek
25
adalah data yang diambil dari ungkapan klien atau keluarga klien
sedangkan data obyek adalah data yang didapat dari suatu pengamatan atau
pendapat yang digunakan untuk menentukan diagnosis keperawatan.
(Lismidar, 1990)
2.3.5 Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinik mengenai respon
individu, klien atau masyarakat tentang masalah kesehatan actual atau
potensial sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai
tujuan asuhan keperawatan sesuai dengan kewenangan perawat (Herdman
& Kamitsuru, 2015)
1. Aktual : Diagnosa keperawatan yang menggambarkan
penilaian klinik yang harus di validasi perawat karena
ada batasan mayor.
2. Potensial : Diagnosa keperawatan menggambarkan kondisi klien
kearah yang lebih positif (kekuatan pasien)
3. Risiko : Diagnosa keperawatan yang menggambarkan kondisi
klinis individu lebih rentan mengalami masalah.
4. Kemunginan : Diagnosa keperawatan yang menggambarkan kondisi
klinis yang memerlukan data tambahan sebagai faktor
pendukung yang lebih adekuat. Jadi yang dimaksud
adalah dengan diagnose keperawatan adalah
pernyataan yang jelas berkaitan dengan masalah yang
26
didapat pada pasien baik itu secara actual, potensial,
risiko atau kemungkinan.
Contoh diagnosa keperawatan thypus abdominalis yang muncul
a. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
b. Resiko kekurangan volume cairan
2.3.6 Intervensi keperawatan
Tabel 2.3 Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
a. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
Diagnosa Keperawatan Atau Masalah Kolaborasi
Rencanan keperawatanTujuan dan kriteria
hasil Intervensi
HipertermiDefinisi : suhu inti tubuh diatas kisaran normal diurnal karena kegagalan termogulasiBatasan karakteristik :
1. Kulit kemerahan2. Kulit terasa hangat3. Kejang
Faktor yang berhubungan :1. Aktivitas berlebihan2. Dehidrasi3. Pakaian yang tidak
sesuai4. Peningkatan laju
metabolism5. Suhu lingkungan tinggi6. Iskemia
NOC :1. kontrol risiko :
hipertermia2. tanda tanda vitalSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam hipertermi teratasi dengan kriteria hasil :a. mengidentifikasi
fakttor risiko hipertermi
b. mengenali kondisi tubuh yang dapat mempercepat produksi panas
c. memodifikasi aktivitas fisik untuk mengontrol suhu tubuh
d. memakai pakaian
NIC :1. perawatan demam2. pengaturan suhu
a. pantau suhu dan tanda tanda vital lainnya
b. monitor warna kulit dan suhu
c. monitor asupan dan keluaran, sadari perubahan kehilangan cairan yang tak dirasakan
d. tutup pasien dengan selimut atau pakaian ringan, tergantung pada fase demam
e. berikan oksigen yang sesuai
f. tingkatkan
27
yang sesuai untuk melindungi kulit
e. melakukan tindakan mandiri untuk mengontrol suhu tubuh
f. denyut nadi radialg. irama pernapasanh. tekanan darah
sistoliki. tekanan darah
diastolikj. suhu tubuh
sirkulasi udarag. lembabkan bibir
dan mukosa hidung yang kering
h. monitor suhu paling tidak setiap 2 jam
i. monitor tekanan daeah, nadi dan respirasi
j. monitor suhu dan warna kulit
k. tingkatkan intake cairan dan nutrisi adekuat
Tabel 2.4 Ketidakseimbangan nutrisi
b. Ketidakseimbangan nutrisi
Diagnosa Keperawatan Atau Masalah Kolaborasi
Rencanan keperawatanTujuan dan kriteria
hasilIntervensi
Resiko kekurangan volume cairanDefinisi :Kerentanan mangalami penurunan volume cairan intravaskuler, interstisial, dan/ atau intraselular, yang dapat mengganggu kesehatan.Faktor risiko :
1. barier kelebihan cairan2. berat badan ekstrem3. faktor yang mempengaruhi
kebutuhan cairan4. kehilangan cairan melalui
rute normal5. kehilangan volume cairan
aktif
NOC :1. keseimbangan
cairan2. status nutrisi :
asupan makanan dan cairan
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam resiko devisit volume cairan teratasi dengan kriteria hasil :
a. tekanan darahb. denyut nadi
radialc. keseimbangan
intake dan output dalam
NIC :1. pemantauan
( monitor ) elekrolit
2. manajemen hipervolemia
a. monitor ketidakseimbangan asam basa
b. kenali dan laporkan adanya ketidakseimbangan elektrolit
c. monitor adanya kehilangan cairan dan elektrolit, jika diperlukan
28
24 jamd. turgor kulite. kelembaban
membrane mukosa
f. serum elektrolitg. asupan
makanan secara oral
h. asupan cairan secara oral
i. asupan cairan intravena
j. asupan nutrisi parenteral
d. monitor adanya mual muntah dan diare
e. timbang berat badan tiap hari dengan waktu yang sama
f. monitor data laboratorium yang menandakan adanya hemokonsentrasi
g. monitor intake dan output
h. berikan infus IV
2.3.6 Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana intervensi untuk
mencapai tujuan yang spesifik.Tahap implementasi dimulai setelah rencana
intervensi disusun dan ditunjukan pada nursing orders untuk membantu
klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana intervensi
yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi masalah kesehatan klien (Nursalam,2008)
2.3.7 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah tahap yang menentukan apakah tujuan
yang telah disusun tercapai atau tidak.Evaluasi didasarkan pada bagaimana
efektifnya intervensi-intervensi yang dilakukan oleh keluarga, perawat dan
yang lainnya.Ada beberapa metode evaluasi yang dipakai dalam
perawatan.Faktor yang paling penting adalah bahwa metode tersebut harus
29
disesuaikan dengan tujuan dan intervensi yang sedang dievaluasi.
(Friedman,2016)
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah studi kasus.Studi kasus yang
menjadi pokok bahasan penelitian ini adalah digunakan untuk mengeksplorasi
masalah Asuhan Keperawatan Pada Klien Yang Mengalami Thypus Abdominalis
Dengan Masalah Hipertermi di RSUD Bangil Pasuruan.
3.2 Batasan Istilah
Batasan istilah yang digunakan untuk menghindari kesalahan dalam
memahami judul penelitian, dalam penenlitian ini sebagai berikut :
1. Asuhan Keperawatan adalah suatu metode yang sistematis dan terorganisasi
dalam pemberian asuhan keperawatan, yang difokuskan pada reaksi dan
respon unik individu pada suatu kelompok dan perseorangan terhadap
gangguan kesehatan yang dialami, baik actual maupun potensial.
2. Klien adalah individu yang mencari atau menerima perawatan medis. Klien
dalam studi kasus ini adalah 2 klien dengan diagnose medis dan masalah
keperawatan yang sama.
3. Typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai
saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 1 minggu, gangguan
pencernaan dan gangguan kesadaran (Sudoyo, 2009)
4. Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh yang berhubungan dengan
ketidakmampuan tubuh untuk menghilangkan panas ataupun mengurangi
30
31
5. produksi panas.Hipertermi terjadi karena adanya ketidakmampuan mekanisme
kehilangan panas untuk mengimbangi produksi panas yang berlebihan
sehingga terjadi peningkatan(Potter & Perry,2010)
3.3 Partisipan
Pada penelitian ini menggunakan 2 klien yang mengalami diagnosa Thypus
Abdominalis dengan masalah hipertermi di ruang asoka RSUD Bangil Pasuruan.
Dengan kriteria yaitu :
1. 2 klien yang mengalami thypus abdominalis
2. 2 klien yang mengalami masalah hipertermi
3. 2 klien yang dirawat melalui fase 1 hari
4. 2 klien dan 2 keluarga yang bersedia untuk dilakukan penelitian studi kasus
3.4 Lokasi dan Waktu Peneltian
3.4.1 Lokasi Penelitian
Penelian ini dilakukan di ruang Asoka RSUD Bangil Pasuruan yang
beralamat di JL.RACI Pasuruan.
3.4.2 Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan mulai dari penyusunan proposal pada bulan Februari
2019 sampai dengan April 2019.
3.5 Pengumpulan Data
Agar dapat diperoleh data yang sesuai dengan permasalahn dalam penelitian
ini, sangatlah diperlukan teknik mengumpulkan data. Adapun teknik tersebut
adalah :
32
1. Pengajuan permohonan ijin untuk melakukan penelitian dimulai dari
pengajuan surat pengantar permohonan ijin dari prodi D3 Keperawatan
kemudian diproses ke BAAK (Biro Adminastri Akademik dan
Kemahasiswaan), setelah surat permohonan ijin penelitian telah selesai
diproses, maka surat tersebut akan langsung disampaikan ke direkktur
RSUD Bangil, dimana penelti akan mendapatkan surat balasan yang
menyertakan data serta pembagian tempat atau ruangan yang sesuai dengan
responden yang akan dilakukan penelitian oleh peneliti.
2. Persetujuan menjadi responden, dimana subjek harus mendapatkan informasi
secara lengkap tentang tujuan penelitian yang dilaksanakan, mempunyai hak
untuk bebas berpartispasi atau menolak menjadi responden.
3. wawancara adalah percakapan yang memiliki tujuan tertentu, biasanya
antara dua oorang yang saling bertukar informasi dan ide melalui tanya
jawab. Dalam studi kasus ini, peneliti menggunakan 2 jenis wawancara yaitu
autoanamnesa dan heteroanamnesa.
4. Observasi dan pemeriksaan fisik
Observasi merupakan hasil perbuatan jiwa secara aktif dan penuh perhatian
untuk menyadari adanya rangsangan,.Alasan penliti melakukan observasi
adalah untuk menyajikan gambaran realistis perilaku manusia dan
mengevaluasi. Pemeriksaan fisik pada kasus ini menggunakan pendekatan
IPPA : inspeksi, perkusi, palpasi, auskultasi pada sistem tubuh pasien.
5. Sudi Dokumentasi
33
Studi dokumentasi adalah kegiatan mencari data atau variable dari sumber
berupa catatan, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda,
dan sebagainya. Yang diamati dalam studi dokumenatasi adalah benda mati
(Suryono, 2013)
Dalam studi kasus ini menggunakan studi dokumentasi berupa cattan hasil
data rekam medis, review literatur dan pemeriksaan diagnostic dan data lain
yang relevan.
3.6 Uji keabsahan data
Uji keabsahan data dimaksudkan untuk menguji kualitas data/ informasi
yang diperoleh dalam penelitian sehingga menghasilkan data dengan validitas
tinggi. Disamping integritas peneliti (karena peneliti menjadi instrument utama),
uji keabsahan data dilakukan dengan :
1. Memperpanjang waktu pengamatan / tindakan
2. Sumber infromasi tambahan menggunakan triangulasi dari tiga sumber data
utama yaitu pasien, perawat dan keluarga klien yang berkaitan dengan
masalah yang diteliti.
3.7 Analisis Data
Menurut Tri (2015) analisis data dilakukan sejak peneliti di lapangan,
sewaktu pengumpulan data sampai dengan semua data terkumpul. Analisa data
dilakukan dengan cara mengemukakan fakta, selanjutnya membandingkan
dengan teori yang ada dan selanjutnya dituangkan dalam opini pembahasan.
Teknik analisis digunakan dengan cara observasi oleh peneliti dan studi
dokumentasi yang meenghasilkan data untuk selanjutnya diinterprestasikan oleh
34
peneliti dibandingkan teori yang ada sebagai bahan untuk memberikan
rekomendasi dalam intervensi tersebut. Urutan dalam analisi adalah:
1. Pengumpulan Data
Data dikumpulkan dari hasil WOD (wawancara, observasi, dokumen).Hasil
ditulis dalam bentuk cattan lapangan, kemudian disalin dalam bentuk
catatan.Data yang dikumpulkan terkait dengan data pengkajian, diagnosis,
perencanaan, tindakan/implementasi, dan evaluasi.
2. Mereduksi Data
Data hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk catatan lapangan
dijadikan satu dalam bentuk studi laporan asuhan keperawatan.Data obyektif
dianalisis bwrdasarkan hasil pemeriksaan diagnostic kemudian dibandingkan
nilai normal.
3. Penyajian Data
Penyajian data dapat dilakukan dengan table, gambar, bagan maupun teks
naratif.Kerahasiaan dari responden dijamin dengan jalan mengaburkann
identitas dari responden.
4. Kesimpulan
Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan dengan
hasil hasil enelitian terdahulu dan secara teoritis dengan perilaku
kesehatan.Penarikan kesimpulan dilakukan dengan metode induksi.
3.8 Etik Penelitian
Beberapa prinsip etik yang perlu diperhatikan antara lain :
35
1. Persetujuan menjadi responden (informed consent), dimana subjek harus
mendapatkan informasi secara lengkap tentang tuuan penelitian yang
dilaksanakan, mempunyai hak untuk bebas berpartisipasi atau menolak
menjadi responden.
Pada informed consent juga perlu dicantumkan bahwa data yang diperoleh
hanya akan dipergunakan untuk pengembangan ilmu.
2. Tanpa nama (anonymity), dimana subjek mempunyai hak untuk meminta
bahwa data yang diberikan harus dirahasiakan.
Kerahasiaan dari responden dijamin dengan jalan mengaburkan identitas dari
respondenatau tanpa nama (anonimiti)
3. Rahasia (confidentiality), kerahasiaan yang diberikan kepada responden
dijamin oleh peneliti (Nursalam,2014)
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Pengumpulan Data
Rumah sakit umum daerah Bangil adalah rumah sakit tipe C milik
pemerintahan Kabupaten Pasuruan, yang merupakan rumah sakit rujukan
di Kabupaten Pasuruan. Terletak di jalur poros Surabaya – Banyuwangi,
berdiri diatas tanah seluas kurang lebih 2 H. Gedung yang besar, tempat
yang nyaman dan kualitas pelayanan yang terus ditingkatkan, sehingga
dapat memuaskan pelayanan terhadap masyarakat. Posisi strategis RSUD
Bangil yang berada di posor jalan raya utama berdekatan dengan gedung
DPRD Kabupaten Pasuruan, posisi ini yang tentu memliki keuntungan bagi
RSUD Bangil menjadi pusat layanan rujukan bagi institusi kesehatan yang
berada di sekitar Kabupaten Pasuruan.
Pengkajian dilakukan di Ruang Asoka, degan kapasitas ruang rawat
inap 6 ruangan, ruangan 1 terdapat 5 tempat tidur, ruangan 2 ada 5 tempat
tidur, ruangan 3 ada 5 tempat tidur, ruangan 4 ada 5 tempat tidur, ruangan 5
ada 5 tempat tidur, ruangan 6 ada 6 tempat tidur. HCU 1 ruangan ada 3
tempat tidur dan ruang isolasi 1 ruangan.
36
37
4.1.2 Pengkajian
1. Identitas Klien
Tabel 4.1 Identitas Klien Dengan Thypus Abdominalis Dengan Masalah
Hipertermi di Ruang Asoka Bangil Pasuruan, 2019
Identitas klien klien 1 klien 2Nama An. F An. MUmur 6th 7thAgama Islam IslamPendidikan SD SDPekerjaan Pelajar PelajarAlamat Bangil BangilSuku/bangsa Indonesia IndonesiaTanggal MRS 14-04-2019 14-04-2019Jam masuk 10.30 19.57Tanggal pengkajian 15-04-2019 15-04-2019Jam pengkajian 18.34 19.20No RM 393xxx 379xxxDiagnose masuk Demam Thypoid Demam Thypoid
2. Riwayat Penyakit
Tabel 4.2 Riwayat Penyakit
Riwayat Penyakit Klien 1 Klien 2Keluhan Utama Ibu klien mengatakan badan
anaknya panasIbu klien mengatakan badan anaknya panas
Riwayat Penyakit Sekarang
Ibu klien mengatakan badan anaknya panas sejak kemarin malam pukul 22.25 WIB, panasnya naik turun, disertai muntah 2x. Kemudian orang tua klien membawa klien ke IGD RSUD Bangil pada tanggal 14-04-2019 pukul 10.30 WIB, karena suhu badannya tidak kunjung turun. Kondisi pasien tampak pucat dan lemas. Pada tanggal 15 April 2019 pukul 13.20 WIB pada saat pengkajian ibu klien mengatakan anaknya mengeluhkan badannya panas.
Ibu klien mangatakan badan anaknya panas sejak bangun tidur kemarin sekitar jam 06.11 WIB, panasnya naik turun. Kemudian orang tua klien membawa klien ke IGD RSUD Bangil pada tanggal 14-04-2019 pukul 19.57 WIB, karena suhu badannya yang tidak kunjung turun. Dan kondisi pasien saat itu lemas dan merengek pada ibunya karena badan terasa sakit. Pada tanggal 15 April 2019 pukul 12.48 WIB pada saat pengkajian ibu klien mengatakan badan anaknya
38
masih panas.
Riwayat Penyakit Dahulu
Ibu klien mengatakan bahwa klien tidak memiliki riwayat penyakit kronik seperti kejang demam, riwayat penyakit jantung, klien juga tidak memiliki riwayat alergi makanan maupun obat, serta tidak memiliki riwayat operasi.
Ibu klien mengatakan bahwa klien tidak memiliki riwayat penyakit kronik, seperti demam, riwayat penyakit jantung, klien juga tidak memiliki riwayat alergi makanan maupun obat, serta tidak memiliki riwayat operasi.
Riwayat Kehamilan Dan Persalinan
Ibu klien mengatakan saat mengandung selalu memeriksakan kandungannya, serta tidak memiliki riwayat HT, DM, maupun perdarahan.
Ibu klien mengatakan saat mengandung, selalu rajin memeriksakan kandungannya, serta tidak memiliki riwayat HT, DM, maupun perdarahn.
Klien lahir secara normal dengan BB 4 Kg.
Klien lahir secara normal dengan BB 3,5 Kg.
Imunisasi Ibu klien mengatakan klien sudah mendapatkan imunisasi BCG, Hepatitis, Polio, DPT, Campak
Ibu klien mengatan klien sudah mendapatkan imunisasi BCG, Hepatitis, Polio, DPT, Campak
Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu klien mengatakan bahwa dalam keluarganya tidak ada yang memiliki riwayat penyakit DM maupun HT.
Ibu klien mengatakan bahwa dalam keluarganya tidak ada yang memiliki riwayat penyakit DM maupun HT.
3. Perubahan pola kesehatan
Tabel 4.3 perubahan pola kesehatan
Pola Kesehatan Klien 1 Klien 2Pola Nutrisi Di rumah : Ibu klien
mengatakan nafsu makan klien sangat baik, makan 3x/hari, klien makan secara teratur dengan menu nasi, sayur, dan lauk pauk. Minum air putih kurang lebih 500ml/hari. Klien juga meminum susu setiap hari.Di RS : Ibu klien mengatakan nafsu makan klien menurun hanya mau makan setengah porsi dari 1 piring penuh, saat awal masuk rumah sakit klien hanya minum air putih kurang lebih 500ml/hari dan tidak mau makan.
Di rumah : Ibu klien mengatakan nafsu makan klien baik, makan 3x/hari, klien makan secara teratur dengan menu nasi dan lauk pauk klien kurang suka dengan sayur. Minum air putih kurang lebih 500ml/hari.
Di RS : Ibu klien mengatakan nafsu makan menurun, klien hanya mau makan sedikit dengan porsi 3 sendok makan dan minum air putih kurang lebih 500ml/hari.
39
Pola Eliminasi Di rumah : Ibu klien mengatakan, klien BAK kurang lebih 4x/hari, warna kuning jernih dan BAB 1x/hari warna kuning kecoklatan dengan konsistensi padat.Di RS : Ibu klien mengatakan klien BAK kurang lebih 4x/hari warna kuning jernih dan Belum BAB.
Di rumah : Ibu klien mengatakan, klien BAK kurang lebih 3x/hari, warna kuning jernih dan BAB 1x/hari warna kuning kecoklatan dengan konsistensi padat.Di RS : Ibu klien mengatakan klien BAK 3x/hari warna kuning jernih dan BAB 1x warna kuning kecoklatan dengan konsistensi padat.
Pola Isitirahat dan Tidur
Di rumah : Ibu klien mengatakan klien tidur dengan nyenyak selam 8 jam/24jam.Di RS : Ibu klien mengatakan bahwa klien tidur selama 5jam/24 jam sering terbangun dan rewel ketika suhu badannya panas.
Di rumah : Ibu klien mengatakan klien tidur dengan nyenyak selama 8 jam/24jam.Di RS : Ibu klien mengatakan bahwa klien bisa tidur selama 7jam/24jam dan sering terbangun.
Personal Hygine Di rumah : Ibu klien mengatakan klien mandi, menggosok gigi, ganti pakaian sebanyak 3x/hari, selalu keramas setiap mandi dan memotong kuku 1x/minggu
Di RS : Ibu klien mengatakan
Di rumah : Ibu klien mengatakan klien mandi,sikat gigi,ganti pakaian sebanyak 2x/hari, selalu keramas setiap mandi dan memotong kuku 1x/minggu
Di RS : Ibu klien mengatakanbahwa selama di RS klien hanya diseka 2x/hari dan ganti baju 1x/hari. Klien tidak mau menggosok gigi.
bahwa selama di RS klien hanya diseka 2x/hari dan ganti baju 1x/hari. Klien tidak mau menggosok gigi.
Pola Aktivitas Di rumah : Ibu klien mengatakan saat di rumah klien melakukan aktivitas seperti sekolah dan bermain dengan teman-temannya.Di RS : Ibu klien mengatakan saat di RS klien hanya berbaring di tempat tidur. Saat suhu tubuh klien tidak panas klien juga bercanda sama ibunya.
Di rumah : Ibu klien mengatakan saat dirumah klien melakukan aktivitassekolah dan bermain dengan teman sebayanya.Di RS : Ibu klien mengatakan saat di RS klien hanya berbaring di tempat tidurnya. Terkadang klien juga bermain gadget milik ibunya.
40
4. Pemeriksaan Fisik
Tabel 4.4 Pemeriksaan Fisik
Observasi dan Pemeriksaan Fisik
Klien 1 Klien 2
Kesadaran Composmentis ComposmentisGCS 4-5-6 4-5-6TD 110/70 mmHg 120/80 mmHgN 100 x/m 114 x/mS 38,6ºC 38,4ºCRR 18 x/m 18 x/m
Pemeriksaan FisikHead To Toe
a. Kepala Rambut tebal dan sedikit keriting, tidak ada benjolan tidak ada lesi pada kepala, wajah simetris, tidak ada massa pada leher, tidak ada benjolan kelenjar tiroid dan tidak ada bendungan vena jugularis.
Rambut tipis dan halus, tidak ada benjolan dan lesi di kepala, wajah simetris, tidak ada massa pada leher, tidak ada benjolan kelenjar tiroid dan tidak ada bendungan vena jugularis.
b. Mata Mata tidak strabismus (juling), alis mata simetris, tidak ada edema, pupil isokor, dan reflek cahaya kanan kiri positif
Mata tidak strabismus (juling), alis mata simetris, tidak ada edema, pupil isokor, dan reflek cahaya kanan kiri positif.
c. Hidung Hidung simetris, tidak terpasang O2, tidak ada nyeri, tidak terdapat pernafasan cuping hidung.
Hidung simetris, tidak terpasang O2, tidak ada nyeri, tidak terdapat pernafasan cuping hidung.
d. Mulut dan faring Mukosa bibir kering, tidak terdapat caries gigi, tidak ada faringitis
Mukosa bibir kering, tidak ada caries gigi, tidak ada faringitis
e. Paru-paru Inspeksi : simetris, tidak ada retraksi dinding dadaPalpasi : tidak ada nyeri tekanPerkusi : sonorAuskultasi : vesikuler
Inspeksi : simetris, tidak ada retraksi dinding dadaPalpasi : tidak ada nyeri tekanPerkusi : sonorAuskultasi : vesikuler
f. Jantung Inspeksi dan palpasi : denyutan apeks terlihatPerkusi : tidak ada pembesaran
Inspeksi dan palpasi : denyutan apeks terlihatPerkusi : tidak ada pembesaran
41
jantungAuskultasi : bunyi jantung S1 dan S2 normal., tidak ada bunyi tambahan
jantungAuskultasi : bunyi jantung S1 dan S2 normal, tidak ada bunyi tambahan
g. Abdomen Tidak ada luka, terdapat pembesaran hepar, muntah 2 kali, tidak terpasang NGT
Tidak ada luka, terdapat pembesaran hepar, tidak terpasang NGT
h. Ektremitas dan persendian Pergerakan sendi bebas, tidak ada kelainan ekstremitas, tidak ada kelainan tulang belakang, turgor kulit normal, akral panas, dan tidak ada luka.
Pergerakan sendi bebas, tidak ada kelainan ekstremitas, tidak ada kelainan tulang belakang, turgor kulit normal, akral panas, dan tidak ada luka.
Data Psikososial Klien terlihat murung, sering merenek. Klien menangis saat akan dilakukan tindakan seperti injeksi. Hubungan klien dengan orang lain sangat baik, mampu berinteraksi dengan orang lain.
Klien bisa beradaptasi dengan ruangan, klien diam saat akan dilakukan tindakan seperti injeksi. Hubungan klien dengan orang lain baik, dan mampu berinteraksi dengan orang lain.
Dampak hospitalisasi Ibu klien mengatakan klien sejak MRS sedikit rewel, sering mengajak ibunya pulang.
Ibu klien mengatakan klien tidak rewel dan bisa beradaptasi dengan ruangan.
5. Hasil Pemeriksaan Diagnostik
Tabel 4.5 Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Klien 1Tgl 11-04-2019
Klien 2Tgl 12-04-2019
Nilai normal
Pemeriksaan DarahHEMATOLOGI
- Hemoglobin- Lekosit- Hematokrit- Eritrosit-
IMUNOLOGIIgM S. Tubec Test
- IgM S. Thypi
10,5514,4934, 214,397
6
12,1418,0043,47,650
4
12,0 – 16,03,70 – 10,138 – 474,2 – 11,0
6. Terapi
Tabel 4.6 Terapi
Klien 1 Klien 2
42
Infus D5 ½ 750/24 jam (31 tetes/mnt) Infus D5 ½ 750/24 jam (31 tetes/mnt)Inj. Ceftriaxon 2x1 gr Inj. Ceftriaxon 2x1 grParacetamol 2x500 mgColsancetine 3x500 mg
Paracetamol 2x500 mgColsancetine 3x500 mg
4.1.3 Analisa Data
Tabel 4.7 Analisa Data
Data Etiologi Masalah
Klien 1DS :Ibu klien mengatakan badan anaknya panasDo :
1. Keadaan umum cukup
2. Klien tampak murung
3. Akral panas4. Suhu tubuh 38,6˚C5. TTV
T :110/70 mmHgN : 100 x/mRR : 18 x/m
Kuman Salmonella thypi masuk ke saluran gastrointestinal
Bakteri masuk usus halus
Masuk ke hati dan limfa
Masuk ke aliran darah
Terjadi kerusakan sel
Merangsang melepas zat epirogen
Mempengaruhi pusat termoregulator di hipotalamus
Hipertermi
43
Klien 2 :DS :Ibu klien mengatakan badan anaknya panasDO :
1. Keadaan umum cukup
2. Klien tampak lemas
3. Akral panas4. Suhu tubuh 38,4˚C5. TTV
T :120/80 mmHg N : 114 x/m RR : 18 x/m
Kuman Salmonella thypi masuk ke saluran gastrointestinal
Bakteri masuk usus halus
Masuk ke hati dan limfa
Masuk ke aliran darah
Terjadi kerusakan sel
Merangsang melepas zat e pirogen
Mempengaruhi pusat termoregulator di hipotalamus
Hipertermi
44
4.1.4 Diagnosa Keperawatan
Tabel 4.8 Diagnosa Keperawatan
Data Etiologi Masalah
Klien 1DS :Ibu klien mengatakan badan anaknya panasDO :
1. Keadaan umum cukup
2. Klien tampak murung
3. Akral panas4. Suhu tubuh 38,6 ºC
Kuman Salmonella thypi masuk ke saluran gastrointestinal
Bakteri masuk usus halus
Masuk ke hati dan limfa
Masuk ke aliran darah
Terjadi kerusakan sel
Merangsang melepas zat epirogen
Mempengaruhi pusat termogelator di hipotalamus
Hipertermi
45
Klien 2DS :Ibu klien mengatakan badan anaknya panasDO :
1. Keadaan umum cukup
2. Klien tampak lemas
3. Akral panas4. Suhu tubuh 38,4ºC
Kuman Salmonella thypi masuk ke saluran gastrointestinal
Bakteri masuk usus halus
Masuk ke hati dan limfe
Masuk ke aliran darah
Terjadi kerusakan sel
Merangsang melepas zat epirogen
Mempengaruhi pusat termoregulator di hipotalamu
Hipertermi
4.1.5 Intervensi Keperawatan
46
Tabel 4.9 intervensi keperawatan
Diagnosa Keperawatan
Tujuan Dan Kriteria Hasil
Intervensi
Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
NOC :Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam suhu panas menurun dengan kriteria hasil :
a. Suhu tubuh dalam rentang normalS : 36,1˚C – 37,9 ˚C
b. Nadi dan RR dalam rentang normalNadi : 70-100 x/mRR : 14-22 x/m
NIC :3. Perawatan demam4. Pengaturan suhul. Pantau suhu dan
tanda tanda vital lainnya
m. Monitor warna kulit dan suhu
n. Monitor asupan dan keluaran, sadari perubahan kehilangan cairan yang tak dirasakan
o. Tutup pasien dengan selimut atau pakaian ringan, tergantung pada fase demam
p. Berikan oksigen yang sesuai
q. Tingkatkan sirkulasi udara
r. Lembabkan bibir dan mukosa hidung yang kering
s. Monitor suhu paling tidak setiap 2 jam
t. Monitor tekanan daeah, nadi dan respirasi
4.1.6 Implementasi Keperawatan
Tabel 4.10 Implementasi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
Tanggal Waktu Implementasi Keperawatan
Paraf
47
Klien 1Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
15-04-2019
16-04-2019
14.00
14.15
14.30
14.50
16.00
16.30
16.30
17.00
14.00
14.15
1. Memonitor suhu tubuh klien.S : 38,6ºC
2. Memonitor warna dan suhu kulit.Warna kulit normal, suhu kulit panas
3. Memonitor TD, N, dan RRN : 100x/m, RR : 18 x/m
4. Memonitor penurunan kesadarankesadaran composmentis, GCS 4-5-6
5. Memberikan antipiretik.Injeksi Ceftriaxon 1x1 gr
6. Memberikan pengobatan untuk mengatasi penyebab demamMemberikan paracetamol
7. Kolaborasi dengan pemberian cairan intravenaInfus D5 ½
8. Mengompres klien pada lipat paha dan aksila
1. Memonitor suhu tubuh klienS : 38,2ºC
2. Memonitor warna dan suhu kulit.Warna kulit normal, suhu
48
17-04-2019
14.30
14.50
16.00
16.30
16.30
17.00
14.00
14.15
14.30
14.50
kulit panas3. Memonitor TD,
N, dan RRN : 110x/m, RR : 18 x/m
4. Memonitor penurunan kesadarankesadaran composmentis, GCS 4-5-6
5. Memberikan antipiretik.Injeksi Ceftriaxon 1x1 gr
6. Memberikan pengobatan untuk mengatasi penyebab demamMemberikan paracetamol
7. Kolaborasi dengan pemberian cairan intravenaInfus D5 ½
8. Mengompres klien pada lipat paha dan aksila
1. Memonitor suhu tubuh klienS : 37,2ºC
2. Memonitor warna dan suhu kulit.Warna kulit normal, suhu kulit hangat
3. Memonitor TD, N, dan RRN : 100x/m, RR : 18 x/m
4. Memonitor penurunan kesadarankesadaran composmentis,
49
Klien 2
15-04-2019
16.00
16.30
16.30
17.00
14.00
14.15
14.30
14.50
16.00
16.30
GCS 4-5-65. Memberikan
antipiretik.Injeksi Ceftriaxon 1x1 gr
6. Memberikan pengobatan untuk mengatasi penyebab demamMemberikan paracetamol
7. Kolaborasi dengan pemberian cairan intravenaInfus D5 ½
8. Mengompres klien pada lipat paha dan aksila
1. Memonitor suhu tubuh klien.S : 38,4ºC
2. Memonitor warna dan suhu kulit.Warna kulit normal, suhu kulit panas
3. Memonitor TD, N, dan RRN : 110x/m, RR : 18 x/m
4. Memonitor penurunan kesadarankesadaran composmentis, GCS 4-5-6
5. Memberikan antipiretik.Injeksi Ceftriaxon 1x1 gr
6. Memberikan pengobatan untuk mengatasi penyebab demam
50
16-04-2019
16.30
17.00
14.00
14.15
14. 30
14.50
16.00
16.30
16.30
17.00
Memberikan paracetamol
7. Kolaborasi dengan pemberian cairan intravenaInfus D5 ½
8. Mengompres klien pada lipat paha dan aksila
1. Memonitor suhu tubuh klienS : 37,8ºC
2. Memonitor warna dan suhu kulit.Warna kulit normal, suhu kulit hangat
3. Memonitor TD, N, dan RRN : 110x/m, RR : 18 x/m
4. Memonitor penurunan kesadarankesadaran composmentis, GCS 4-5-6
5. Memberikan antipiretik.Injeksi Ceftriaxon 1x1 gr
6. Memberikan pengobatan untuk mengatasi penyebab demamMemberikan paracetamol
7. Kolaborasi dengan pemberian cairan intravenaInfus D5 ½
8. Mengompres klien pada lipat paha dan aksila
51
17-04-2019
14.00
14.15
14.30
14.50
16.00
16.30
16.30
17.00
14.00
14.15
1. Memonitor suhu tubuh klienS : 36,9ºC
2. Memonitor warna dan suhu kulit.Warna kulit normal, suhu kulit dingin
3. Memonitor TD, N, dan RRN : 100x/m, RR : 20 x/m
4. Memonitor penurunan kesadarankesadaran composmentis, GCS 4-5-6
5. Memberikan antipiretik.Injeksi Ceftriaxon 1x1 gr
6. Memberikan pengobatan untuk mengatasi penyebab demamMemberikanparacetamol
7. Kolaborasi dengan pemberian cairan intravenaInfus D5 ½
8. Mengompres klien pada lipat paha dan aksila
1. Memonitor suhu tubuh klienS : 36,9ºC
2. Memonitor warna dan suhu kulit.Warna kulit normal, suhu kulit dingin
52
14.30
14.50
16.00
16.30
16.30
17.00
3. Memonitor TD, N, dan RRN : 100x/m, RR : 20 x/m
4. Memonitor penurunan kesadarankesadaran composmentis, GCS 4-5-6
5. Memberikan antipiretik.Injeksi Ceftriaxon 1x1 gr
6. Memberikan pengobatan untuk mengatasi penyebab demamMemberikanparacetamol
7. Kolaborasi dengan pemberian cairan intravenaInfus D5 ½
8. Mengompres klien pada lipat paha dan aksila
4.1.7 Evaluasi Keperawatan
Tabel 4.11 Evaluasi Keperawatan
53
Diagnosa 15-04-2019 16-04-2019 17-04-2019 Paraf
54
Klien IDxHipertermi
Klien 2Dx
S : ibu klien mengatakan suhu badan anaknya panas
O : keadaan umum cukup
- Klien tampak murung
- Akral panas- Suhu tubuh
38,6˚C
A : Masalah hipertermi belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkanMelalukan perawatan demamMemonitor pengaturan suhuMemantau suhu dan tanda tanda vital lainnyaMemonitor warna kulit dan suhuMemonitor asupan dan keluaranMenyelimuti pasien dengan selimut atau pakaian ringan, tergantung pada fase demam
S : Ibu klien mengatakan suhu badan anaknya masih
S : ibu klien mengatakan suhu badan anaknya naik
O : keadaan umum cukup
- Klien tampak murung
- Akral panas- Suhu tubuh
38,2˚C
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkanMelalukan perawatan demamMemonitor pengaturan suhuMemantau suhu dan tanda tanda vital lainnyaMemonitor warna kulit dan suhuMemonitor asupan dan keluaranMenyelimuti pasien dengan selimut atau pakaian ringan, tergantung pada fase demam
S : Ibu klien mengatakan suhu
S : ibu klien mengatakan suhu badan anaknya turun kembali
O : keadaan umum cukup
- Klien tampak murung
- Akral hangat- Suhu tubuh
37,2˚C
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
Melalukan perawatan demamMemonitor pengaturan suhuMemantau suhu dan tanda tanda vital lainnyaMemonitor warna kulit dan suhuMemonitor asupan dan keluaranMenyelimuti pasien dengan selimut atau pakaian ringan, tergantung pada fase demam
S : Ibu klien mengatakan suhu badan anaknya normal
55
Hipertermi panas
O : keadaan umum cukup
- Klien tampak lemas
- Akral panas- Suhu tubuh
38,4˚C
A : masalah hipertermi belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkanMelalukan perawatan demamMemonitor pengaturan suhuMemantau suhu dan tanda tanda vital lainnyaMemonitor warna kulit dan suhuMemonitor asupan dan keluaranMenyelimuti pasien dengan selimut atau pakaian ringan, tergantung pada fase demam
badan anaknya mulai turun
O : keadaan umum cukup
- Klien tampak lemas
- Akral hangat- Suhu tubuh
37,8˚C
A : Masalah hipertermi teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkanMelalukan perawatan demamMemonitor pengaturan suhuMemantau suhu dan tanda tanda vital lainnyaMemonitor warna kulit dan suhuMemonitor asupan dan keluaranMenyelimuti pasien dengan selimut atau pakaian ringan, tergantung pada fase demam
O : keadaan umum cukup
- Akral dingin- Klien tampak
lemas- Suhu tubuh
36,9˚C
A : Masalah hipertermi teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkanMelalukan perawatan demamMemonitor pengaturan suhuMemantau suhu dan tanda tanda vital lainnyaMemonitor warna kulit dan suhuMemonitor asupan dan keluaranMenyelimuti pasien dengan selimut atau pakaian ringan, tergantung pada fase demam
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pengkajian
56
Pembahasan merupakan perbandingan dari tinjauan pustaka dengan
tinjauan kasus untuk menjawab ujuan khusus. Setiap temuan perbeedaan
diuraikan dengan konsep pembahasan diisi dengan mengapa dan
bagaimana. Uraian penulisan berdasarkan paragraf adalah F-T-O (Fakta-
Teori-Opini). Isi pembahasan sesuai dengan tujuan khusus yaitu :
a. Data Subjektif
Pada tinjauan kasus klien 1 dengan hipertermi pada kasus thypus
abdominalis didapatkan ibu klien mengatakan badan klien panas sejak
kemarin, suhu tubuh naik turun disertai muntah. Pada klien 2 didapatkan
ibu klien mengatakan hal yang sama yaitu badan klien panas sejak
bangun tidur dan badannya lemas.
Menurut Lynda Juall (2010), beberapa tanda terjadinya hipertermia
yaitu suhu >37,8ºC per oral atau 38,8ºC per rectal, kuling hangat,
takikardi. Hipertermia terjadi karena adanya infeksi pada usus, sehingga
menyebabkan tubuh mengalami kenaikan suhu tubuh. Infeksi akut usus
halus yang disebabkan oleh kuman Salmonella Thyphi, yang biasanya
mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari 7 hari,
gangguan kesadaran dan saluran pencernaan (Wijaya dan Putri, 2013).
Menurut Kusuma dan Hadi (2012) penyebab hipertermia selain infeksi
juga dapat disebabkan oleh reaksi pemakaian obat, juga pada gangguan
pusat regulasi suhu sentral (misalnya : pendarahan otak dan koma).
Menurut data peneliti berdasarkan pengkajian, peneliti
mendapatkan data subjektif pada kedua klien keluhan utama
57
menemukan persamaan yang dialami menunjukkan lamanya tanda
gejala yang muncul dikarenakan respon munculnya panas tiap klien
berbeda, adapun pada klien 1 keluhan utamanya ada muntah.
b. Data Objektif
Dari hasil pemeriksaan fisik pada klien 1 didapatkan, pemeriksaan
kepala : Rambut tebal dan sedikit keriting, tidak ada benjolan dan lesi
pada kepala, wajah simetris,, tidak ada massa pada leher, tidak ada
benjolan kelenjar tiroid dan tidak ada bendungan vena jugularis, pada
pemeriksaan mata : mata tidak strabismus (juling) alis mata simetris,
tidak ada edma, pupil isokor, dan reflek cahaya kanan kiri positif, pada
pemeriksaan hidung : hidung simetris, tidak terpasang 02, tidak ada
nyeri, tidak terdapat pernafasan cuping hidung, pada pemeriksaan mulut
dan faring : mukosa bibir lembab, tidak terdapat caries gigi, tidak ada
faringitis, pada pemeriksaan toraks dan paru : Bentuk dada simetris,
tidak ada keluhan ssak, batuk kadang-kadang, suara nafas vesikuler dan
irama nafas teratur, pada pemeriksaan jantung : Tidak ada nyeri dada,
irama jantung teratur, CRT < 3 detik, pada pemeriksaan abdomen :
Tidak ada luka, terdapat pembesaran hepar, muntah 2x, tidak terpasang
NGT, pada pemeriksaan ekstremitas dan persendian : Pergerakan sendi
bebas, tidak ada kelainan ekstremitas, tidak ada kelainan tulang
belakang, turgor kulit normal, akral panas, dan tidak ada luka.
Dari hasil pemeriksaan fisik pada klien 2 didapatkan, pada
pemeriksaan kepala : Rambut tipis dan halus, tidak ada benjolan dan lesi
58
di kepala, wajah simetris, tidak ada massa pada leher, tidak ada benjolan
kelenjar tiroid dan tidak ada bendungan vena jugularis, pada
pemeriksaan mata : Mata tidak strabismus ( juling ), alis mata simetris,
tidak ada edema, pupil isokor, dan reflek cahaya kanan kiri positif, pada
pemeriksaan hidung : Hidung simetris, tidak terpasang 02, tidak ada
nyeri, tidak terdapat pernafasan cuping hidung, pada pemeriksaan mulut
dan faring: Mukosa bibir kering, tidak ada caries gigi, tidak ada
faringitis, pada pemeriksaan toraks dan paru : Bentuk dada simetris,
tidak ada keluhan sesak, tidak ada batuk, dan irama nafas teratur, pada
pemeriksaan jantung : Tidak ada nyeri dada, irama jantung teratur, CRT
< 3 detik, pada pemeriksaan abdomen : Tidak ada luka, terdapat
pembesaran hepar, tidak terpasang NGT, pada pemeriksaan ekstremitas
dan persendian : Pergerakan sendi bebas, tidak ada kelainan ekstremitas,
tidak ada kelainan tulang belakang, turgor kulit normal, akral hangat,
dan tidak ada luka.
Menurut Fitria Fani (2014) pemeriksaan yang diperoleh yaitu Mulut
: Nafas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah. Lidah tertutup
selaput putih kotor, sementara ujung dan tepinya berwarna kemerahan.
Kepala dan leher : Kepala tidak ada benjolan, rambut normal, kelopak
mata normal, konjungtiva anemis, muka tidak odema, pucat/bibir
kering, fungsi pendengaran normal, leher simetris, tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid. Dada dan abdomen : Dada normal, bentuk simetris, pola
59
nafas teratur, di daerah abdomen terdapat nyeri tekan. Hati dan limfe :
terdapat pembesaran dan nyeri perabaan.
Menurut peneliti berdasarkan hasil dari pemeriksaan fisik klien 1
dan klien 2 memang sama memiliki pemeriksaan fisik pada klien thypus
abdominalis dengan masalah hipertermi. Tidak ditemukan perbedaan
antara pemeriksaan pada klien 1 dan klien 2.
4.2.2 Diagnosis Keperawatan
Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
Diagnosa keperawatan adalah cara mengidentifikasi, memfokuskan
dan mengatasi kebutuhan spesifik pasien serta respon terhadap terhadap
masalah akutual, resiko tinggi maupun potensial.
Berdasarkan data tersebut dapat ditegakkan prioritas diagnosa
keperawatan hipertermi. Diagnosa tersebut ditegakkan dengan alasan,
karena pada saat pengkajian didapatkan data subyektif kasus klien 1 ibu
mengatakan badan anaknya panas, disertai muntah. Pada kasus klien 2 ibu
pasien mengatakan bahwa badan anaknya panas sejak kemarin bangun
tidur dan panasnya naik turun kondisinya lemas.
Menurut Nanda NIC-NOC (2015) Hipertermi berhubungan dengan
proses penyakit. Menurut Rampengen (2008), penyakit infeksi akut pada
usus halus disertai gangguan pada saluran pencernaan mengakibatkan
terjadinya peningkatan suhu tubuh (hipertermi). Etiologi terjadinya
hipertermi disebabkan oleh proses penyakit yaitu kuman Salmonella thypi
masuk ke saluran gastrointestinal, kemudian bakteri tersebut masuk pada
60
usus halus, masuk ke hati dan limfa, setelah itu masuk ke aliran darah,
sehingga terjadi kerusakan sel, kerusakan sel merangsang melepas zat
epirogen oleh leukosit, yang dapat mempengaruhi pusat termoregulator di
hipotalamus, sehingga terjadi peningkatan suhu tubuh (hipertermi). (Amin
Huda, 2013).
Menurut peneliti pada klien anak dengan thypus abdominalis masalah
utama yang harus diatasi yaitu hipertermi yang disebabkan oleh proses
penyakit tersebut, karena bilamasalah tersebut tidak di tangani bisa
mengakibatkan kejang dan gangguan tumbuh kembang pada anak.
4.2.3 Intervensi
Intervensi yang diberikan pada klien 1 dan klien 2 adalah Fever
treatment : monitor suhu tubuh klien, monitor warna dan suhu kulit,
monitor TD, N, dan RR, monitor penurunan tingkat kesadaran, berikan
pengobatan untuk mengatasi penyebab demam, kolaborasi dalam
pemberian cairan intravena, kompres klien pada lipat paha dan aksila.
Menurut NANDA NIC-NOC (2015-2017) intervensi yang diberikan
pada klien hipertermi yaitu dengan Fever treatment : Monitor suhu sesering
mungkin, monitor IWL, monitor warna dan suhu kulit, monitor tekanan
darah, nadi dan RR, monitor penurunan tingkat kesadran, monitor WBC,
Hb, dan Hct, monitor intake dan output, berikan antipiretik, berikan
pengobatan untuk mengatasi penyebab demam, kolaborasi pemberian
cairan intravena, kompres pasien pada lipat paha dan aksila, tingkat
sirkulasi udara, berikan pengobatan untuk mencegah terjadinya menggigil.
61
Menurut peneliti intervensi yang diberikan pada klien 1 dan klien 2,
rencana keperawatan fever treatment merupakan salah satu intervensi yang
tepat dilakukan pada klien thypus abdominalis karena dari fakta yang ada
menunjukkan bahwa klien mengalami hipertermi.
4.2.4 Implementasi
Pada klien dengan diagnose hipertermi terdapat 13 intervensi yang ada
pada teori. Namun ada implementasi hanya ada 8 intervensi yang dapat
dilakukan.
Implementasi yang dilakukan pada klien 1 yaitu : Memonitor TD, N,
dan RR, memonitor penurunan tingkat kesadaran, memberikan pengobatan
untuk mengatasi penyebab demam, memberikan obat paracetamol tablet
500 mg, dan Colsancetine 500 mg, melakukan kolaborasi dalam pemberian
cairan intravena, memasang infus D5 ½ 750/24 jam (31 tetes/menit),
mengompres klien pada lipat paha dan aksila.
Implementasi yang dilakukan pada klien 2 yaitu : Memonitor suhu
tubuh klien, memonitor warna dan suhu kulit, memonitor TD, N, dan RR,
memonitor penurunan tingkat kesadaran, memberikan pengobatan untuk
mengatasi penyebab demam, melakukan kolaborasi dalam pemberian
cairan intravena, memberikan infus D5 ½ 750/24 (31 tetes/menit),
mengompres klien pada lipat paha dan aksila.
Menurut Nikmatur & Saiful (2012), implementasi adalah realisasi
rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan
dalam implementasi juga meliputi pengumpulan data berkelanjutan,
62
mengobservasi respons klien selama dan sesudah pelaksanaan tindakan,
serta menilai data yang baru.
Menurut peneliti dari 13 intervensi yang ada, hanya 8 intervensi yang
dilakukan, karena dilihat dari keadaan kedua klien yang kadaan umumnya
sudah membaik. Implementasi yang dilakukan pada klien 1 dan klien 2
sudah sesuai dengan hasil dari pemeriksaan kedua klien.
Implementasi yang dilakukan dalam melakukan perawatan terhadap
kedua klien yaitu dengan tindakan mandiri yang berupa mengompres klien
pada lipat paha dan aksila. Tindakan kolaborasi dalam pemberian terapi
terhadap kedua klien, seperti memberikan obat paracetamol tablet 500 mg,
dan colsancetine 500 mg. serta memberikan health education kepada ibu
klien, untuk lebih menjaga kebersihan terutama dalam kebersihan makanan
yang di konsumsi anaknya. Serta memberitahukan kepada ibu klien jika
badan anaknya panas, segera mengompres pada bagian lipatan paha dan
aksila.
4.2.5 Evaluasi
Pada tanggal 15 April 2019 didapatkan data yaitu ibu klien 1
mengatakan badan anaknya masih panas, keadaan umum cukup, kesadaran
composmentis, akral panas, TD : 100/70 mmHg, N : 100x/m, S : 38,6˚C,
RR : 18x/m, nafsu makan menurun hanya makan setengah porsi dari 1
piring penuh, mukosa bibir kering, masalah belum teratasi, lanjutkan
intervensi. Pada tanggal 16 April 2019 ibu klien anaknya masih panas,
keadaan cukup tampak murung, kesadaran composmentis TD : 100/70
63
mmHg, N : 110x/m, RR : 18 x/m, S : 38,2˚C, masalah belum teratasi,
lanjutkan intervensi. Pada tanggal 17 April 2019 ibu klien mengatakan
suhu badan anaknya turun, keadaan umum cukup, akral hangat, kesadaran
composmentis, TD : 90/50, N : 100x/m, S : 37,2˚C, RR : 18x/m, masalah
teratasi sebagian, berikan edukasi : anjurkan minum obat rutin, hidup sehat,
istirahat cukup.
Pada tanggal 15 April 2019 ibu klien 2 mengatakan suhu badan
anaknya masih panas, keadaan umum cukup, akral panas, kesadaran
composmentis, TD : 100/70 mmHg, N : 110x/m, S : 38,2˚C, RR : 20x/m,
masalah belum teratasi, lanjutkan intervensi. Pada tanggal 16 April 2019
ibu pasien mengatakan suhu badan anaknya mulai turun, keadaan umum
cukup, kesadaran composmentis, TD : 110/70, N : 110 x/m, S : 37,8 ˚C,
RR : 20x/m, masalah teratasi sebagian, lanjutkan intervensi. Pada tanggal
17 April 2019 ibu klien mengatakan suhu badan sudah turun, kesadaran
composmentis, TD : 100/70, N : 100x/m, S : 37,0˚C, RR : 20x/m, masalah
teratasi sebagian.
Evaluasi merupakan sesuatu yang direncanakan dan perbandingan
sistematik pada status kesehatan klien. Perawat dapat menentukan
efekifitas asuhan keperawatan dalam mencapai suatu tujuan dengan melihat
dan mengukur perkembangan klien (Nursalam, 2014).
Evaluasi pada klien 1 dan klien 2 bisa terjadi perubahan yang
dipengaruhi oleh kondisi klien tersebut, selain itu perubahan kondisi pada
klien juga karena intervensi yang diberikan sesuai dengan kondisi klien.
64
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan apa yang penulis dapatkan dalam laporan kasus dan
pembahasan pada asuhan keperawatan dengan masalah hipertermi pada klien 1
dan klien 2 dengan thypus abdominalis di RSUD Bangil Pasuruan, maka penulis
mengambil kesimpulan :
1. Pengkajian dilakukan padaklien 1, secara subyektif ibu klien mengatakan
badan anaknya masih panas. Didapat data obyektif akral panas suhu badan
38,6oC, mukosa bibir lembab. Pada klien 2 secara subyektif ibu klien
mengatakan badan anaknya panas. Hasil dari data obyektif yaitu suhu badan
panas, akral panas suhu badan 38,4oC mukosa bibir kering.
2. Diagnosa keperawatan yang muncul dari pengkajian pada klien 1 dan klien 2
yang digunakan dalam asuhan keperawatan thypus abdominalis berhubungan
dengan hipertermi.
3. Intervensi atau perencanaan yang diambil oleh penulis adalah pertama fever
treatment : monitor suhu sesering mungkin, monitor warna dan suhu kulit,
monitor tekanan darah, nadi, dan RR, monitor penurunan tingkat kesadaran,
berikan antipiretik, berikan obat untuk mengatasi penyebab demam,
kolaborasi pemberian cairan intravena, kompres pada lipat paaha dan aksila,
tingkatkan sirkulasi udara.
64
65
4. Implementasi yang dilakukan pada klien 1 dan klien 2 tidak semua dari
intervensi 1 dan 2 dilaksanakan, hanya intervensi yang tepat dilaksanakan
pada klien.
5. Dari hasil evaluasi selama 3 hari yang dilakukan pada klien dengan data
subyektif dan obyektif yang didapat data disimpulkan masalah hipertermi
sebagian teratasi.
5.2 Saran
1. Bagi klien dan keluarga
Diharapkan keluarga klien ikut berpartisipasi dalam perawatan dan
pengobatan dalam upaya mempercepat proses penyembuhan serta mau
menerima dan melaksanakan peraturan yang telah diterapkan oleh
ruangan.
2. Bagi institusi dan pendidikan
Institusi pendidikan sebagai tempat menempuh ilmu keperawatan
diharapkan hasil penelitian ini dijadikan sebagai acuhan dalam penelitian
yang selanjutnya, yang terkait dengan masalah hipertermi dengan kasus
thypus abdominalis.
3. Bagi RSUD Bangil Pasuruan
Diupayakan dapat memberikan pelayanan yang lebih baik lagi dan
mempertahankan kolaborasi yang mapan antara medis serta klien yang
berguna untuk meningkatkan pelayanan asuhan keperawatan secara
optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Andra Saferi. W dan Yessie maria P 2013. KMB 2 : Keperawatan Medikal Bedah
(Keperawatan Dewasa Teori dan Contoh Askep ). Yogyakarta : Nuha Medika
Butcher, HK.2013. Nursing Interventions Classification, Ed.6. Jakarta
Friedman,2010. Buku Ajar Keperawatan Keluarga : Riset, Teori dan Praktek Edisi ke
5. Jakarta : EGC
Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi &
Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10. Jakarta : EGC
Lismidar, H., dkk. (1990). Proses Keperawatan. Jakarta: Penerbit UI
Mansjoer, dkk, 2002. Asteriasis. Dalam : Kapita Selecta Kedokteran Jilid I, Edisi 3.
Jakarta : Media Aesculapius FKUI. Hal 416-418
Noer, 2004. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi Ketiga. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI
Nursalam, Susilaningrum dan Utami, 2013. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak.
Jakarta : Salemba Medika
Nursalam, 2014. Manajemen. Keperawatan : Aplikasi Dalam Praktik
Keperawatan Profesi.Jakarta : Salemba Medika
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Bab II Hipertermi.
Jakarta : EGC
73
Potter & Perry. (2010). Fundamental Of Nursing edisi 7. Jakarta : Salemba Medika
Rampengan TH, Laurent IR. 1993. Demam tifoid : penyakit infeksi tropic pada
anak.Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Shodikin, 2012. Prinsip Perawatan Demam Pada Anak. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Sudoyono. 2009. Buku Ajar Penyakit Dalam. Jakarta : Interna Publishing
Tri, Maharani, dkk, (2016). Panduan Penyusunan Karya Tulis Ilmiah : Studi Kasus
Program Studi DIII Keperawatan. Jombang : STIKes ICME
Zulkhoni Akhsin. 2011. Parasitologi. Yogyakarta : Nuha Medika
74
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Nama Mahasiswa : JilmyMahantikaVidiaBerliana
NIM : 161210023
Judul : AsuhanKeperawatan Pada Klien Thypus Abdominalis
Dengan Hipertermi Di Ruang Melati RSUD Bangil Pasuruan
Bahwa saya meminta Bapak/Ibu/Saudara/i untuk berperan serta dalam
penyusunan studi kasus sebagai responden dengan mengisi lembar pengkajian.
Sebelumnya saya akan memberikan penjelasan tentang tujuan laporan kasus
ini dan saya akan merahasiakan adentitas, data informasi yang klien berikan.
Demikian permohonan ini saya buat dan apabila klien mempunyai
pertanyaan, klien dapat menanyakan langsung kepada peneliti yang bersangkutan.
Bangil, 15 April 2019
Peneliti
(Jilmy Mahantika V.B)
PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
75
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama :
Umur :
Alamat :
Bahwa saya diminta untuk berperan serta dalam sebagai responden dengan
mengisi lembar pengkajian.
Sebelumnya saya telah diberi penjelasan tentang tujuan penelitian ini dan
saya telah mengerti bahwa penelitian akan merahasiakan identitas, data maupun
informasi yang saya akan berikan. Apabila ada pertanyaan yang diajukan
menimbulkan ketidaknyamanan bagi saya, peneliti akan menghentikan pada saat
ini dan saya berhak mengundurkan diri.
Demikian persetujuan ini saya buat secara sadar dan sukarela tanpa ada
unsur pemaksaan dari siapapun, saya menyatakan bersedia menjadi respoden
dalam penelitian.
Bangil, 15 April 2019
RESPONDEN SAKSI
(.....................................)
(………………………..)
76
77