respiratory system

30
Respiratory system

Upload: xain-sevgi

Post on 01-Jul-2015

145 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Respiratory system

Respiratory system

Page 2: Respiratory system

Fisiologi Sistem Respirasi

Deskripsi

Sistem respirasi terdiri dari cavum nasal (rongga hidung), pharynk, larynk, trakhea, bronkhus,

bronkhioli, bronkhioli terminalis, bronkhioli respiratorius, duktus alveoli dan alveoli pada paru-

paru.

Saat udara melewati jalan nafas maka terjadi penghangatan oleh dinding mukosa yang banyak

mengandung kapiler, humidifikasi (pelembaban) dan filterisasi (penyaringan) oleh bulu hidung,

mukus dan silia.

Mikroorganisme patogen yang masuk bersama udara dan tidak tersaring pada jalan nafas akan

berakhir pada alveoli dan dibasmi oleh makrofag alveoli.

Fungsi utama sistem respirasi adalah memenuhi kebutuhan oksigen jaringan tubuh dan

membuang karbondioksida sebagai sisa metabolisme serta berperan dalam menjaga

keseimbangan asam dan basa.

Sistem respirasi bekerja melalui 3 tahapan yaitu :

1. Ventilasi

2. Difusi

3. Transportasi

Ventilasi

Ventilasi merupakan proses pertukaran udara antara atmosfer dengan alveoli. Proses ini terdiri

dari inspirasi (masuknya udara ke paru-paru) dan ekspirasi (keluarnya udara dari paru-paru).

Ventilasi terjadi karena adanya perubahan tekanan intra pulmonal, pada saat inspirasi tekanan

intra pulmonal lebih rendah dari tekanan atmosfer sehingga udara dari atmosfer akan terhisap ke

dalam paru-paru. Sebaliknya pada saat ekspirasi tekanan intrapulmonal menjadi lebih tinggi dari

atmosfer sehingga udara akan tertiup keluar dari paru-paru.

Page 3: Respiratory system

Perubahan tekanan intrapulmonal tersebut disebabkan karena perubahan volume thorax akibat

kerja dari otot-otot pernafasan dan diafragma. Pada saat inspirasi terjadi kontraksi dari otot-otot

insiprasi (muskulus interkostalis eksternus dan diafragma)sehingga terjadi elevasi dari tulang-

tulang kostae dan menyebabkan peningkatan volume cavum thorax (rongga dada), secara

bersamaan paru-paru juga akan ikut mengembang sehingga tekanan intra pulmonal menurun dan

udara terhirup ke dalam paru-paru.

Setelah inspirasi normal biasanya kita masih bisa menghirup udara dalam-dalam (menarik nafas

dalam), hal ini dimungkinkan karena kerja dari otot-otot tambahan isnpirasi yaitu muskulus

sternokleidomastoideus dan muskulus skalenus.

Ekspirasi merupakan proses yang pasif dimana setelah terjadi pengembangan cavum thorax

akibat kerja otot-otot inspirasi maka setelah otot-otot tersebut relaksasi maka terjadilah ekspirasi.

Tetapi setelah ekspirasi normal, kitapun masih bisa menghembuskan nafas dalam-dalam karena

adanya kerja dari otot-otot ekspirasi yaitu muskulus interkostalis internus dan muskulus

abdominis.

Kerja dari otot-otot pernafasan disebabkan karena adanya perintah dari pusat pernafasan (medula

oblongata) pada otak. Medula oblongata terdiri dari sekelompok neuron inspirasi dan ekspirasi.

Eksitasi neuron-neuron inspirasi akan dilanjutkan dengan eksitasi pada neuron-neuron ekspirasi

serta inhibisi terhadap neuron-neuron inspirasi sehingga terjadilah peristiwa inspirasi yang

diikuti dengan peristiwa ekspirasi. Area inspirasi dan area ekspirasi ini terdapat pada daerah

berirama medula (medulla rithmicity) yang menyebabkan irama pernafasan berjalan teratur

dengan perbandingan 2 : 3 (inspirasi : ekspirasi).

Ventilasi dipengaruhi oleh :

1. Kadar oksigen pada atmosfer

2. Kebersihan jalan nafas

3. Daya recoil & complience (kembang kempis) dari paru-paru

4. Pusat pernafasan

Page 4: Respiratory system

Fleksibilitas paru sangat penting dalam proses ventilasi. Fleksibilitas paru dijaga oleh surfaktan.

Surfaktan merupakan campuran lipoprotein yang dikeluarkan sel sekretori alveoli pada bagian

epitel alveolus dan berfungsi menurunkan tegangan permukaan alveolus yang disebabkan karena

daya tarik menarik molekul air & mencegah kolaps alveoli dengan cara membentuk lapisan

monomolekuler antara lapisan cairan dan udara.

Energi yang diperlukan untuk ventilasi adalah 2 – 3% energi total yang dibentuk oleh tubuh.

Kebutuhan energi ini akan meningkat saat olah raga berat, bisa mencapai 25 kali lipat.

Saat terjadi ventilasi maka volume udara yang keluar masuk antara atmosfer dan paru-paru dapat

dilihat pada tabel di bawah ini :

Volume tidal adalah volume udara yang diinspirasi dan diekspirasi dalam pernafasan normal.

IRV (volume cadangan inspirasi) adalah volume udara yang masih bisa dihirup paru-paru setelah

inspirasi normal. ERV (volume cadangan ekspirasi) adalah volume udara yang masih bisa

diekshalasi setelah ekspirasi normal. Sedangkan RV (volume sisa) adalah volume udara yang

masih tersisa dalam paru-paru setelah ekspirasi kuat.

Difusi

Difusi dalam respirasi merupakan proses pertukaran gas antara alveoli dengan darah pada kapiler

paru. Proses difusi terjadi karena perbedaan tekanan, gas berdifusi dari tekanan tinggi ke tekanan

rendah. Salah satu ukuran difusi adalah tekanan parsial.

Difusi terjadi melalui membran respirasi yang merupakan dinding alveolus yang sangat tipis

dengan ketebalan rata-rata 0,5 mikron. Di dalamnya terdapat jalinan kapiler yang sangat banyak

dengan diameter 8 angstrom. Dalam paru2 terdapat sekitar 300 juta alveoli dan bila dibentangkan

dindingnya maka luasnya mencapai 70 m2 pada orang dewasa normal.

Saat difusi terjadi pertukaran gas antara oksigen dan karbondioksida secara simultan. Saat

inspirasi maka oksigen akan masuk ke dalam kapiler paru dan saat ekspirasi karbondioksida akan

dilepaskan kapiler paru ke alveoli untuk dibuang ke atmosfer. Proses pertukaran gas tersebut

Page 5: Respiratory system

terjadi karena perbedaan tekanan parsial oksigen dan karbondioksida antara alveoli dan kapiler

paru.

Volume gas yang berdifusi melalui membran respirasi per menit untuk setiap perbedaan tekanan

sebesar 1 mmHg disebut dengan kapasitas difusi. Kapasitas difusi oksigen dalam keadaan

istirahat sekitar 230 ml/menit. Saat aktivitas meningkat maka kapasitas difusi ini juga meningkat

karena jumlah kapiler aktif meningkat disertai dDilatasi kapiler yang menyebabkan luas

permukaan membran difusi meningkat. Kapasitas difusi karbondioksida saat istirahat adalah

400-450 ml/menit. Saat bekerja meningkat menjadi 1200-1500 ml/menit.

Difusi dipengaruhi oleh :

1. Ketebalan membran respirasi

2. Koefisien difusi

3. Luas permukaan membran respirasi*

4. Perbedaan tekanan parsial

Transportasi

Setelah difusi maka selanjutnya terjadi proses transportasi oksigen ke sel-sel yang membutuhkan

melalui darah dan pengangkutan karbondioksida sebagai sisa metabolisme ke kapiler paru.

Sekitar 97 - 98,5% Oksigen ditransportasikan dengan cara berikatan dengan Hb

(HbO2/oksihaemoglobin,) sisanya larut dalam plasma. Sekitar 5- 7 % karbondioksida larut

dalam plasma, 23 – 30% berikatan dengan Hb(HbCO2/karbaminahaemoglobin) dan 65 – 70%

dalam bentuk HCO3 (ion bikarbonat).

Saat istirahat, 5 ml oksigen ditransportasikan oleh 100 ml darah setiap menit. Jika curah jantung

5000 ml/menit maka jumlah oksigen yang diberikan ke jaringan sekitar 250 ml/menit. Saat olah

raga berat dapat meningkat 15 – 20 kali lipat.

Transportasi gas dipengaruhi oleh :

1. Cardiac Output

2. Jumlah eritrosit

Page 6: Respiratory system

3. Aktivitas

4. Hematokrit darah

Setelah transportasi maka terjadilah difusi gas pada sel/jaringan. Difusi gas pada sel/jaringan

terjadi karena tekanan parsial oksigen (PO2) intrasel selalu lebih rendah dari PO2 kapiler karena

O2 dalam sel selalu digunakan oleh sel. Sebaliknya tekanan parsial karbondioksida (PCO2)

intrasel selalu lebih tinggi karena CO2 selalu diproduksi oleh sel sebagai sisa metabolisme.

Regulasi

Kebutuhan oksigen tubuh bersifat dinamis, berubah-ubah dipengaruhi oleh berbagai faktor

diantaranya adalah aktivitas. Saat aktivitas meningkat maka kebutuhan oksigen akan meningkat

sehingga kerja sistem respirasi juga meningkat. Mekanisme adaptasi sistem respirasi terhadap

perubahan kebutuhan oksigen tubuh sangat penting untuk menjaga homeostastis dengan

mekanisme sebagai berikut :

Sistem respirasi diatur oleh pusat pernafasan pada otak yaitu medula oblongata. Pusat nafas

terdiri dari daerah berirama medulla (medulla rithmicity) dan pons. Daerah berirama medula

terdiri dari area inspirasi dan ekspirasi. Sedangkan pons terdiri dari pneumotaxic area dan

apneustic area. Pneumotaxic area menginhibisi sirkuit inspirasi dan meningkatkan irama

respirasi. Sedangkan apneustic area mengeksitasi sirkuit inspirasi.

Daerah berirama medula mempertahankan irama nafas I : E = 2” : 3”. Stimulasi neuron inspirasi

menyebabkan osilasi pada sirkuit inspirasi selama 2” dan inhibisi pada neuron ekspirasi

kemudian terjadi kelelahan sehingga berhenti. Setelah inhibisi hilang kemudian sirkuit ekspirasi

berosilasi selama 3” dan terjadi inhibisi pada sirkuit inspirasi. Setelah itu terjadi kelelahan dan

berhenti dan terus menerus terjadi sehingga tercipta pernafasan yang ritmis.

Pengaturan respirasi dipengaruhi oleh :

1. Korteks serebri yang dapat mempengaruhi pola respirasi.

2. Zat-zat kimiawi : dalam tubuh terdapat kemoresptor yang sensitif terhadap perubahan

konsentrasi O2, CO2 dan H+ di aorta, arkus aorta dan arteri karotis.

Page 7: Respiratory system

3. Gerakan : perubahan gerakan diterima oleh proprioseptor.

4. Refleks Heuring Breur : menjaga pengembangan dan pengempisan paru agar optimal.

5. Faktor lain : tekanan darah, emosi, suhu, nyeri, aktivitas spinkter ani dan iritasi saluran nafas

Page 8: Respiratory system

ASKEP BRONKHITIS

Pengertian bronchitis

Bronkhitis adalah hipersekresi mukus dan batuk produktif kronis berulang-ulang minimal selama

3 bulan pertahun atau paling sedikit dalam 2 tahun berturut-turut pada pasien yang diketahui

tidak terdapat penyebab lain (Perawatan Medikal Bedah 2, 1998, hal : 490).

Anatomi dan fisiologi sistem pernafasan

Anatomi sistem pernafasan

Saluran pernafasan bagian atas

Rongga hidung

Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang sangat banyak mengandung vaskular

yang disebut mukosa hidung. Lendir disekresi secara terus menerus oleh sel – sel goblet yang

melapisi permukaan mukosa hidung dan bergerak ke belakang ke nasofaring oleh gerakan silia.

Hidung berfungsi sebagai penyaring kotoran, melembabkan serta menghangatkan udara yang

dihirup ke dalam paru – paru.

Faring

Adalah struktur yang menghubungkan hidung dengan rongga mulut ke laring. Faring dibagi

menjadi tiga region ; nasofaring, orofaring, dan laringofaring. Fungsi utamanya adalah untuk

menyediakan saluran pada traktus respiratoriun dan digestif.

Laring

Adalah struktur epitel kartilago yang menghubungkan faring dan trakhea. Fungsi utamanya

adalah untuk memungkinkan terjadinya lokalisasi. Laring juga melindungi jalan nafas bawah

dari obstruksi benda asing dan memudahkan batuk.

Saluran pernafasan bagian bawah.

Trakhea

Disokong oleh cincin tulang rawan yang berbentuk seperti sepatu kuda yang panjangnya kurang

Page 9: Respiratory system

lebih 5 inci, tempat dimana trakea bercabang menjadi bronkus utama kiri dan kanan dikenal

sebagai karina. Karina memiliki banyak saraf dan dapat menyebabkan bronkospasme dan batuk

yang kuat jika dirangsang.

Bronkus

Broncus terdiri atas 2 bagian yaitu broncus kanan dan kiri. Broncus kanan lebih pendek dan

lebar, merupakan kelanjutan dari trakhea yang arahnya hampir vertikal. Bronchus kiri lebih

panjang dan lebih sempit, merupakan kelanjutan dari trakhea dengan sudut yang lebih tajam.

Cabang utama bronchus kanan dan kiri bercabang menjadi bronchus lobaris kemudian bronchus

segmentaliis. Bronkus dan bronkiolus dilapisi oleh sel – sel yang permukaannya dilapisi oleh

rambut pendek yang disebut silia, yang berfungsi untuk mengeluarkan lendir dan benda asing

menjauhi paru menuju laring.

Bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis yang tidak mempunyai

kelenjar lendir dan silia. Bronkiolus terminalis kemudian menjadi bronkiolus respiratori yang

menjadi saluran transisional antara jalan udara konduksi dan jalan udara pertukaran gas.

Alveoli

Paru terbentuk oleh sekitar 300 juta alveoli. Terdapat tiga jenis sel – sel alveolar, sel alveolar tipe

I adalah sel epitel yang membentuk dinding alveolar. Sel alveolar tipe II sel – sel yang aktif

secara metabolik, mensekresi surfactan, suatu fosfolipid yang melapisi permukaan dalam dan

mencegah alveolar agar tidak kolaps. Sel alveolar tipe III adalah makrofag yang merupakan sel –

sel fagositosis yang besar yang memakan benda asing dan bekerja sebagai mekanisme

pertahanan penting.

Fisiologi sistem pernafasan

Pernafasan mencakup 2 proses, yaitu :

Pernafasan luar yaitu proses penyerapan oksigen (O2) dan pengeluaran carbondioksida (CO2)

secara keseluruhan.

Pernafasan dalam yaitu proses pertukaran gas antara sel jaringan dengan cairan sekitarnya

(penggunaan oksigen dalam sel).

Page 10: Respiratory system

Proses fisiologi pernafasan dalam menjalankan fungsinya mencakup 3 proses yaitu :

Ventilasi yaitu proses keluar masuknya udara dari atmosfir ke alveoli paru.

Difusi yaitu proses perpindahan/pertukaran gas dari alveoli ke dalam kapiler paru.

Transpor yaitu proses perpindahan oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh.

Etiologi

Adalah 3 faktor utama yang mempengaruhi timbulnya bronchitis yaitu rokok, infeksi dari polusi.

Selain itu terdapat pula hubungan dengan faktor keturunan dan status sosial.

Rokok

Menurut buku Report of the WHO Expert Comite on Smoking Control, rokok adalah penyebab

utama timbulnya bronchitis. Terdapat hubungan yang erat antara merokok dan penurunan VEP

(volume ekspirasi paksa) 1 detik. Secara patologis rokok berhubungan dengan hiperplasia

kelenjar mukus bronkus dan metaplasia skuamus epitel saluran pernafasan juga dapat

menyebabkan bronkostriksi akut.

Infeksi

Eksaserbasi bronchitis disangka paling sering diawali dengan infeksi virus yang kemudian

menyebabkan infeksi sekunder bakteri. Bakteri yang diisolasi paling banyak adalah Hemophilus

influenza dan streptococcus pneumonie.

Polusi

Pulusi tidak begitu besar pengaruhnya sebagai faktor penyebab, tetapi bila ditambah merokok

resiko akan lebih tinggi. Zat – zat kimia dapat juga menyebabkan bronchitis adalah zat – zat

pereduksi seperti O2, zat – zat pengoksida seperti N2O, hidrokarbon, aldehid, ozon.

Keturunan

Belum diketahui secara jelas apakah faktor keturunan berperan atau tidak, kecuali pada penderita

defisiensi alfa – 1 – antitripsin yang merupakan suatu problem, dimana kelainan ini diturunkan

secara autosom resesif. Kerja enzim ini menetralisir enzim proteolitik yang sering dikeluarkan

pada peradangan dan merusak jaringan, termasuk jaringan paru.

Page 11: Respiratory system

Faktor sosial ekonomi

Kematian pada bronchitis ternyata lebih banyak pada golongan sosial ekonomi rendah, mungkin

disebabkan faktor lingkungan dan ekonomi yang lebih jelek.

Patofisiologi

Penemuan patologis dari bronchitis adalah hipertropi dari kelenjar mukosa bronchus dan

peningkatan sejumlah sel goblet disertai dengan infiltrasi sel radang dan ini mengakibatkan

gejala khas yaitu batuk produktif. Batuk kronik yang disertai peningkatan sekresi bronkus

tampaknya mempengaruhi bronchiolus yang kecil – kecil sedemikian rupa sampai bronchiolus

tersebut rusak dan dindingnya melebar. Faktor etiologi utama adalah merokok dan polusi udara

lain yang biasa terdapat pada daerah industri. Polusi tersebut dapat memperlambat aktifitas silia

dan pagositosis, sehingga timbunan mukus meningkat sedangkan mekanisme pertahanannya

sendiri melemah.

Mukus yang berlebihan terjadi akibat displasia. Sel – sel penghasil mukus di bronkhus. Selain

itu, silia yang melapisi bronkus mengalami kelumpuhan atau disfungsional serta metaplasia.

Perubahan – perubahan pada sel – sel penghasil mukus dan sel – sel silia ini mengganggu sistem

eskalator mukosiliaris dan menyebabkan penumpukan mukus dalam jumlah besar yang sulit

dikeluarkan dari saluran nafas.

Manifestasi klinis

Keluhan

Batuk, mulai dengan batuk – batuk pagi hari, dan makin lama batuk makin berat, timbul siang

hari maupun malam hari, penderita terganggu tidurnya.

Dahak, sputum putih/mukoid. Bila ada infeksi, sputum menjadi purulen atau mukopuruen dan

kental.

Sesak bila timbul infeksi, sesak napas akan bertambah, kadang – kadang disertai tanda – tanda

payah jantung kanan, lama kelamaan timbul kor pulmonal yang menetap.

Page 12: Respiratory system

Pemeriksaan fisik

Pada stadium ini tidak ditemukan kelainan fisis. Hanya kadang – kadang terdengar ronchi pada

waktu ekspirasi dalam. Bila sudah ada keluhan sesak, akan terdengar ronchi pada waktu

ekspirasi maupun inspirasi disertai bising mengi. Juga didapatkan tanda – tanda overinflasi paru

seperti barrel chest, kifosis, pada perkusi terdengar hipersonor, peranjakan hati mengecil, batas

paru hati lebih ke bawah, pekak jantung berkurang, suara nafas dan suara jantung lemah, kadang

– kadang disertai kontraksi otot – otot pernafasan tambahan.

Pemeriksaan diagnostic

Pemeriksaan radiologis

Tubular shadow atau traun lines terlihat bayangan garis yang paralel, keluar dari hilus menuju

apeks paru. bayangan tersebut adalah bayangan bronchus yang menebal.

Corak paru bertambah

Pemeriksaan fungsi paru

VEP1 (Volume ekspirasi paksa 1 detik) : menurun.

KV (kapasitas vital) : menurun (normal 3,1 liter, 4,8 liter).

VR (volume residu) : bertambah (normal er). 1,1 liter, 1,2 lit

KTP (kapasitas total paru) : normal (normal 4,2 liter, 6,0 liter).

KRF (kapasitas residu fungsional) : sedikit naik atau normal (normal 1,8 liter, 2,2 liter).

Analisa gas darah

Pa O2 : rendah (normal 25 – 100 mmHg)

Pa CO2 : tinggi (normal 36 – 44 mmHg).

Saturasi hemoglobin menurun.

Eritropoesis bertambah.

Penganganan

Tindakan suportif

Pendidikan bagi pasien dan keluarganya tentang :

Menghindari merokok

Menghindari iritan lainnya yang dapat terhirup.

Mengontrol suhu dan kelembaban lingkungan.

Page 13: Respiratory system

Nutrisi yang baik.

Hidrasi yang adekuat.

Terapi khusus (pengobatan).

Bronchodilator

Antimikroba

Kortikosteroid

Terapi pernafasan

Terapi aerosol

Terapi oksigen

Penyesuaian fisik

Latihan relaksasi

Meditasi

Menahan nafas

Rehabilitasi

Prognosis

Prognosis jangka panjang maupun jangka pendek bergantung pada umur dan gejala klinik waktu

berobat.

Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

Pengkajian.

Data dasar pengkajian pada pasien dengan bronchitis :

Aktivitas/istirahat

Gejala : Keletihan, kelelahan, malaise.

Ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari – hari.

Ketidakmampuan untuk tidur.

Dispnoe pada saat istirahat.

Tanda : Keletihan

Gelisah, insomnia.

Kelemahan umum/kehilangan massa otot.

Sirkulasi

Gejala : Pembengkakan pada ekstremitas bawah.

Page 14: Respiratory system

Tanda : Peningkatan tekanan darah, peningkatan frekuensi jantung/takikardia berat.

Distensi vena leher.

Edema dependent

Bunyi jantung redup.

Warna kulit/membran mukosa normal/cyanosis

Pucat, dapat menunjukkan anemi.

Integritas Ego

Gejala : Peningkatan faktor resiko

Perubahan pola hidup

Tanda : Ansietas, ketakutan, peka rangsang.

Makanan/cairan

Gejala : Mual/muntah.

Nafsu makan buruk/anoreksia

Ketidakmampuan untuk makan

Penurunan berat badan, peningkatan berat badan

Tanda : Turgor kulit buruk, edema dependen, berkeringat.

Penurunan berat badan, palpitasi abdomen

Hygiene

Gejala : Penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan

Tanda : Kebersihan buruk, bau badan.

Pernafasan

Gejala : Batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari selama minimun 3 bulan berturut –

turut tiap tahun sedikitnya 2 tahun.

Episode batuk hilang timbul.

Tanda : Pernafasan biasa cepat.

Penggunaan otot bantu pernafasan

Bentuk barel chest, gerakan diafragma minimal.

Bunyi nafas ronchi

Perkusi hyperresonan pada area paru.

Warna pucat dengan cyanosis bibir dan dasar kuku, abu – abu keseluruhan.

Page 15: Respiratory system

Keamanan

Gejala : Riwayat reaksi alergi terhadap zat/faktor lingkungan.

Adanya/berulangnya infeksi.

Seksualitas

Gejala : Penurunan libido

Interaksi social

Gejala : Hubungan ketergantungan

Kegagalan dukungan/terhadap pasangan/orang dekat

Penyakit lama/ketidakmampuan membaik.

Tanda : Ketidakmampuan untuk mempertahankan suara karena distress pernafasan

Keterbatasan mobilitas fisik.

Kelalaian hubungan dengan anggota keluarga lain.

Pemeriksaan diagnostik :

Sinar x dada : Dapat menyatakan hiperinflasi paru – paru, mendatarnya diafragma, peningkatan

area udara retrosternal, hasil normal selama periode remisi.

Tes fungsi paru : Untuk menentukan penyebab dispnoe, melihat obstruksi, memperkirakan

derajat disfungsi.

TLC : Meningkat

Volume residu : Meningkat.

FEV1/FVC : Rasio volume meningkat.

GDA : PaO2 dan PaCO2 menurun, pH Normal.

Bronchogram : Menunjukkan di latasi silinder bronchus saat inspirasi, pembesaran duktus ukosa.

Sputum : Kultur untuk menentukan adanya infeksi, mengidentifikasi patogen.

EKG : Disritmia atrial, peninggian gelombang P pada lead II, III, AVF.

Diagnosa keperawatan

Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.

Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas oleh sekresi, spasme

bronchus.

Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan broncokontriksi, mukus.

Page 16: Respiratory system

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan dispnoe, anoreksia, mual muntah.

Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan menetapnya sekret, proses penyakit kronis.

Intoleran aktifitas berhubungan dengan insufisiensi ventilasi dan oksigenasi.

Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.

Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit dan

perawatan dirumah.

Perencanaan Keperawatan

Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.

Tujuan :

Mempertahankan jalan nafas paten.

Rencana Tindakan:

Auskultasi bunyi nafas

Rasional : Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas dan dapat

dimanifestasikan dengan adanya bunyi nafas.

Kaji/pantau frekuensi pernafasan.

Rasional : Tachipnoe biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan selama / adanya

proses infeksi akut.

Dorong/bantu latihan nafas abdomen atau bibir

Rasional : Memberikan cara untuk mengatasi dan mengontrol dispoe dan menurunkan jebakan

udara.

Observasi karakteristik batuk

Rasional : Batuk dapat menetap tetapi tidak efektif, khususnya pada lansia, penyakit akut atau

kelemahan

Tingkatkan masukan cairan sampai 3000 ml/hari

Rasional : Hidrasi membantu menurunkan kekentalan sekret mempermudah pengeluaran.

Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas oleh sekresi, spasme

bronchus.

Tujuan :

Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan yang adekuat dengan GDA dalam

rentang normal dan bebas gejala distress pernafasan.

Page 17: Respiratory system

Rencana Tindakan:

Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan.

Rasional : Berguna dalam evaluasi derajat distress pernafasan dan kronisnya proses penyakit.

Tinggikan kepala tempat tidur, dorong nafas dalam.

Rasional : Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi dan latihan nafas

untuk menurunkan kolaps jalan nafas, dispenea dan kerja nafas.

Auskultasi bunyi nafas.

Rasional : Bunyi nafas makin redup karena penurunan aliran udara atau area konsolidasi

Awasi tanda vital dan irama jantung

Rasional : Takikardia, disritmia dan perubahan tekanan darah dapat menunjukkan efek

hipoksemia sistemik pada fungsi jantung.

Awasi GDA

Rasional : PaCO2 biasanya meningkat, dan PaO2 menurun sehingga hipoksia terjadi derajat

lebih besar/kecil.

Berikan O2 tambahan sesuai dengan indikasi hasil GDA

Rasional : Dapat memperbaiki/mencegah buruknya hipoksia.

Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan broncokontriksi, mukus.

Tujuan : perbaikan dalam pola nafas.

Rencana Tindakan:

Ajarkan pasien pernafasan diafragmatik dan pernafasan bibir

Rasional : Membantu pasien memperpanjang waktu ekspirasi. Dengan teknik ini pasien akan

bernafas lebih efisien dan efektif.

Berikan dorongan untuk menyelingi aktivitas dan periode istirahat

Rasional : memungkinkan pasien untuk melakukan aktivitas tanpa distres berlebihan.

Berikan dorongan penggunaan pelatihan otot-otot pernafasan jika diharuskan

Rasional : menguatkan dan mengkondisikan otot-otot pernafasan.

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan dispnoe, anoreksia, mual muntah.

Tujuan :

Menunjukkan peningkatan berat badan.

Rencana Tindakan:

Kaji kebiasaan diet.

Page 18: Respiratory system

Rasional : Pasien distress pernafasan akut, anoreksia karena dispnea, produksi sputum.

Auskultasi bunyi usus

Rasional : Penurunan bising usus menunjukkan penurunan motilitas gaster.

Berikan perawatan oral

Rasional : Rasa tidak enak, bau adalah pencegahan utama yang dapat membuat mual dan

muntah.

Timbang berat badan sesuai indikasi.

Rasional : Berguna menentukan kebutuhan kalori dan evaluasi keadekuatan rencana nutrisi.

Konsul ahli gizi

Rasional : Kebutuhan kalori yang didasarkan pada kebutuhan individu memberikan nutrisi

maksimal.

Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan menetapnya sekret, proses penyakit kronis.

Tujuan : mengidentifikasi intervensi untuk mencegah resiko tinggi

Rencana Tindakan:

Awasi suhu.

Rasional : Demam dapat terjadi karena infeksi atau dehidrasi.

Observasi warna, bau sputum.

Rasional : Sekret berbau, kuning dan kehijauan menunjukkan adanya infeksi.

Tunjukkan dan bantu pasien tentang pembuangan sputum.

Rasional : mencegah penyebaran patogen.

Diskusikan kebutuhan masukan nutrisi adekuat.

Rasional : Malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan umum dan menurunkan tekanan darah

terhadap infeksi.

Berikan anti mikroba sesuai indikasi

Rasional : Dapat diberikan untuk organisme khusus yang teridentifikasi dengan kultur.

Intoleran aktifitas berhubungan dengan insufisiensi ventilasi dan oksigenasi.

Tujuan :

Menunjukkan perbaikan dengan aktivitas intoleran

Rencana tindakan:

Dukung pasien dalam menegakkan latihan teratur dengan menggunakan exercise, berjalan

perlahan atau latihan yang sesuai.

Page 19: Respiratory system

Rasional : Otot-otot yang mengalami kontaminasi membutuhkan lebih banyak O2.

Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan

Tujuan : pasien akan mengalami penurunan rasa ketakutan dan ansietas.

Rencana tindakan:

Kaji tingkat kecemasan (ringan, sedang, berat).

Rasional : Dengan mengetahui tingkat kecemasan klien, sehingga memudahkan tindakan

selanjutnya.

Berikan dorongan emosional.

Rasional : Dukungan yang baik memberikan semangat tinggi untuk menerima keadaan penyakit

yang dialami.

Beri dorongan mengungkapkan ketakutan/masalah

Rasional : Mengungkapkan masalah yang dirasakan akan mengurangi beban pikiran yang

dirasakan

Jelaskan jenis prosedur dari pengobatan

Rasional : Penjelasan yang tepat dan memahami penyakitnya sehingga mau bekerjasama dalam

tindakan perawatan dan pengobatan.

Beri dorongan spiritual

Rasional : Diharapkan kesabaran yang tinggi untuk menjalani perawatan dan menyerahkan pada

TYME atas kesembuhannya.

Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit

dan perawatan di rumah

Tujuan : Mengatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan tindakan.

Intervensi :

Jelaskan proses penyakit individu

Rasional : Menurunkan ansietas dan dapat menimbulkan partisipasi pada rencana pengobatan.

Instruksikan untuk latihan afas, batuk efektif dan latihan kondisi umum.

Rasional : Nafas bibir dan nafas abdominal membantu meminimalkan kolaps jalan nafas dan

meningkatkan toleransi aktivitas

Diskusikan faktor individu yang meningkatkan kondisi misalnya udara, serbuk, asap tembakau.

Rasional : Faktor lingkungan dapat menimbulkan iritasi bronchial dan peningkatan produksi

sekret jalan nafas.

Page 20: Respiratory system

Impelementasi

Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat dalam rencana

perawatan pasien. Agar implementasi/pelaksanaan perencanaan ini dapat tepat waktu dan efektif

maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan, memantau dan mencatat respon pasien

terhadap setiap intervensi yang dilaksanakan serta mendokumentasikan pelaksanaan perawatan.

Pada pelaksanaan keperawatan diprioritaskan pada upaya untuk mempertahankan jalan nafas,

mempermudah pertukaran gas, meningkatkan masukan nutrisi, mencegah komplikasi,

memperlambat memperburuknya kondisi, memberikan informasi tentang proses penyakit

(Doenges Marilynn E, 2000, Remcana Asuhan Keperawatan)

Evaluasi.

Pada tahap akhir proses keperawatan adalah mengevaluasi respon pasien terhadap perawatan

yang diberikan untuk memastikan bahwa hasil yang diharapkan telah dicapai,

Evaluasi merupakan proses yang interaktif dan kontinyu, karena setiap tindakan keperawatan,

respon pasien dicatat dan dievaluasi dalam hubungannya dengan hasil yang diharapkan

kemudian berdasarkan respon pasien, revisi, intervensi keperawatan/hasil pasien yang mungkin

diperlukan. Pada tahap evaluasi mengacu pada tujuan yang telah ditetapkan yaitu : jalan nafas

efektif, pola nafas efektif, pertukaran gas adekuat, masukan nutrisi adekuat, infeksi tidak terjadi,

intolerans aktivitas meningkat, kecemasan berkurang/hilang, klien memahami kondisi

penyakitnya. (Keliat Budi Anna, 1994, Proses Keperawatan)

Sumber:

1.Smeltzer, Suzanne C, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth, ;

alih bahasa, Agung Waluyo; editor Monica Ester, Edisi 8, EGC; Jakarta.

2.Carolin, Elizabeth J, Buku Saku Patofisiologi, EGC, Jakarta, 2002.

3.Doenges, Marilynn E, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan

Pendokumentasian Perawatan Pasien, ; alih bahasa, I Made Kariasa ; editor, Monica Ester, Edisi

3, EGC ; Jakarta.

4.Tucker, Susan Martin, 1998, Standar Perawatan Pasien; Proses Keperawatan, Diagnosis dan

Evaluasi, Edisi 5, EGC, Jakarta.

5.Soeparman, Sarwono Waspadji, 1998, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Penerbit FKUI, Jakarta.

6.Long, Barbara C, 1998, Perawatan Medikal Bedah, 1998, EGC, Jakarta.

Page 21: Respiratory system

7.PRICE, Sylvia Anderson, 1994, Patofisiologi; Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit, EGC,

Jakarta.

8.Keliat, Budi Anna, Proses Keperawatan

Page 22: Respiratory system

frontal sinus : salah satu dari sepasang rongga di dalam tulang frontal