respon pesantren terhadap perbankan syari’ah
TRANSCRIPT
-
7/31/2019 RESPON PESANTREN TERHADAP PERBANKAN SYARIAH
1/10
A. Judul Penelitian
RESPON PESANTREN TERHADAP PERBANKAN SYARIAH (Studi Kasus
Pesantren-Pesantren di Kota Semarang)
A. Latar Belakang Masalah
Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, kajian dan pembahasan tentang ekonomi
Islam di Indonesia mendapat perhatian yang sangat serius. Berbagai seminar, simposium,
workshop, lokakarya, diskusi baik tingkat nasional, regional maupun lokal banyak digelar di
berbagai daerah untuk mencari solusi alternatif terhadap problem-problem umat Islam yang
berkaitan dengan masalah ekonomi. Gerakan ekonomi Islam di Indonesia ini dimulai oleh
kehadiran bank syariah pada awal tahun 1990-an. Setelah keluarnya Undang-undang No. 7
tahun 1992, yang diperkuat dengan munculnya Undang-undang No. 10 tahun 1998, jumlah
bank-bank syariah terus bertambah.
Perkembangan gerakan ekonomi Islam di Indonesia kendati relatif terlambat
dibandingkan beberapa negara lain, termasuk negara tetangga Malaysia, setidaknya sejak
awal tahun 1990-an menunjukkan tanda-tanda yang menggembirakan. Perbandingan
perkembangan ekonomi Islam pada dekade 1980-an dan 2000-an misalnya, sangat jauh
berbeda, baik dalam dataran praktis maupun wacana (akademis).1
Bukti aspek praktis adalah munculnya lembaga-lembaga keuangan syariah, sepertiBank Syariah, Baitul Mal wa al-Tamwil (BMT), Bank Perkreditan Rakyat Syariah
(BPRS), Bank Umum Syariah, Asuransi Syariah, Obligasi syariah, dan sebagainya.
Perkembangan di dunia praktis secara kelembagaan, dapat dilihat lebih jauh sebagai
berikut : A) Bank Syariah yang sudah berdiri s.d. tahun 2004 meliputi Bank Muamalat,
Bank Syariah Mandiri, BRI Syariah, BNI Syariah, Bank Danamon Syariah, Bank IFI
Syariah, Bank Jabar Syariah, Bank Bukopin Syariah, BII Syariah. Bank Syariah yang
akan berdiri meliputi Bank HSBC, Bank Syariah Indonesia, Bank Niaga, Bank DKI, Bank
Riau, Bank Central Asia (BCA), Bank Sumut Syariah, Bank Tabungan Negara (BTN).2
Asuransi Syariah yang sudah berdiri meliputi Asuransi Takaful, Asuransi
Mubarakah, AJB Bumiputera 1912, Asuransi Jiwa Asih Great Eastern, MAA Life
Insurance, Asuransi Bringin Jiwa Sejahtera, Asuransi Tri Pakarta. Asuransi syariah yang
akan berdiri meliputi Prudential Life Assurance, Asuransi jiwa Askrida, Asuransi Jiwa
Sewu New York Life, Asuransi Jiwa Manulife Indonesia, Asuransi Tali Insani, Asuransi
1Muhammad, Memotret Gerakan Ekonomi Islam di Indonesia, kata pengantar dalam Muslimin
H. Kara, Bank Syariah di Indonesia (Analisis Kebijakan Pemerintah Indonesia terhadap Perbankan
Syariah), Yogjakarta : UII Press, 2005, hlm. x-xi.2Ibid., hlm. xii-xiii.
1
-
7/31/2019 RESPON PESANTREN TERHADAP PERBANKAN SYARIAH
2/10
Bringin Sejahtera Artamakmur, Asuransi Bangun Askrida, Asuransi Jasa Indonesia dan
Maskapai Reasuransi Indonesia (Marein). Obligasi Syariah meliputi Obligasi Syariah
Mudharabah PT Indosat, Obligasi Syariah Mudharabah Berlian Laju Tanker, Obligasi
Syariah Mudharabah Bank Bukopin dan Obligasi Syariah Mudharabah Bank Muamalat
Indonesia (BMI).3
Adapun aspek wacana (akademis) adalah munculnya lembaga pendidikan tinggi
yang menawarkan matakuliah atau program studi Ekonomi Islam (EI) pada tingkat sarjana
(S1) maupun pascasarjana (S2), bahkan pada tingkat doktor (S3). Program Studi Ekonomi
Islam (EI) pada jenjang S.1 di Universitas Islam Negeri (UIN) dan Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) maupun Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) semakin banyak
diminati oleh mahasiswa. Di Fakultas Syariah IAIN Walisongo Semarang misalnya, dalam
tiga tahun terakhir Program Studi (Prodi) Ekonomi Islam (EI) mendapat mahasiswa paling
banyak dibandingkan Jurusan/Prodi Ahwal al-Syakhsiyyah (Hukum Perdata Islam),
Muamalah (Hukum Ekonomi Islam), maupun Jinayah Siyasah (Pidana Politik Islam).
Bahkan pada tahun 2007 ini Departemen Agama memberikan beasiswa penuh pada
jenjang S.3 (Doktor) untuk prodi Ekonomi Islam di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, masing-masing 30 (tiga puluh) peserta.
Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia tersebut ternyata mendapat respon
yang berbeda-beda di masyarakat. Sebagian masyarakat menyambutnya positif dan
menerima dengan tangan terbuka (welcome) dan sebagian lagi berpandangan negatif
karena mereka menganggap substansinya sama saja dengan perbankan konvensional, hanya
berbeda nama saja. Dalam suatu kajian keislaman di Kota Semarang, di mana penulis
menjadi salah satu pembicara, banyak di antara peserta kajian yang mempertanyakan lebih
lanjut tentang praktek bank-bank syariah dan mereka masih beranggapan negatif terhadap
perbankan syariah. Hal ini juga terjadi pada dunia pesantren berdasarkan survey awal
penulis terhadap beberapa pesantren di Kota Semarang yang masih banyak beranggapan
negatif terhadap perbankan syariah. Berkaitan dengan masalah tersebut di atas, persoalan
mengenai respon pesantren terhadap perbankan syariah, khususnya di Kota Semarang
menjadi tema kajian yang penting untuk diteliti.
B. Rumusan Masalah
Permasalahan pokok (main research question) dalam penelitian ini adalah
Bagaimana Respon Pesantren-pesantren di Kota Semarang terhadap Perbankan Syariah.
Dari pertanyaan pokok tersebut diuraikan ke dalam sub-question sebagai berikut :
3Ibid.
2
-
7/31/2019 RESPON PESANTREN TERHADAP PERBANKAN SYARIAH
3/10
1. Bagaimana Relevansi antara Pesantren-pesantren di Kota Semarang dengan
Perbankan Syariah ?
2. Bagaimana Respon Pesantren-pesantren di Kota Semarang terhadap Perbankan
Syariah ?
3. Produk-produk perbankan syariah apa saja yang diminati pesantren-pesantren
di Kota Semarang ?
C. Pembatasan Masalah
Penelitian ini membatasi masalah pada respon pesantren-pesantren di Kota
Semarang terhadap perbankan syariah, baik mengenai konsep, produk-produk, dan
perkembangannya.
D. Signifikansi Penelitian
1. Hasil penelitian ini diharapkan memberi informasi kepada masyarakat
mengenai respon pesantren terhadap perbankan syariah.
2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pedoman bagi pengelola perbankan
syariah dalam mengembangkan produk-produk perbankan syariah di masyarakat,
khususnya di kalangan pesantren.
3. Penelitian ini dapat memberikan masukan kepada otoritas yang berwenanguntuk membuat kebijakan yang sesuai dengan aspirasi masyarakat, khususnya
pesantren.
E. Kajian Riset Sebelumnya
Selama ini pesantren, baik sebagai lembaga, gerakan maupun organisasi sudah
sering menjadi fokus penelitian. Tidak sedikit penelitian yang serius, setara disertasi, tesis
atau penelitian lain yang mengkaji tentang pesantren. Semua penelitian tersebut diharapkan
mampu memperbaiki kekurangan yang ada dalam masalah pesantren.
Di antara tulisan yang sudah ada tentang pesantren adalah buku yang ditulis oleh
Zamachsjari Dhofier dengan judul Tradisi Pesantren (Studi tentang Pandangan Hidup
Kyai). Dalam buku ini Zamachsjari menjelaskan bahwa kyai-kyai di Jawa merupakan
sektor kepemimpinan Islam yang dianggap paling dominan, dan selama berabad-abad telah
memainkan peranan yang menentukan dalam proses perkembangan sosial, kultural,
keagamaan dan politik. Dalam periode sekarang, menurut Zamachsjari, para kyai telah
menunjukkan vitalitasnya dalam kepemimpinan Islam. Di tengah-tengah meningkatnya
pembangunan ekonomi, para kyai telah dianggap sebagai salah satu kelompok pimpinan
3
-
7/31/2019 RESPON PESANTREN TERHADAP PERBANKAN SYARIAH
4/10
yang menonjol dalam memenuhi kebutuhan akan kepemimpinan moral bagi bangsa
Indonesia.4
Buku lain yang ada kaitannya dengan pesantren adalah tulisan Sukamto,
Kepemimpinan Kyai dalam Pesantren. Dalam buku ini Sukamto menjelaskan bahwa unsure
kyai menempati posisi sentral dan esensial dalam pesantren, karena kyai dianggap sebagai
pemilik, pengelola dan pengajar kitab kuning (kutub al-safra) sekaligus merangkap
imam (pemimpin) pada acara-acara ritual keagamaan, seperti melakukan salat berjamaah.
Sedangkan unsure-unsur lainnya (masjid, santri dan kitab kuning) bersifat subsider yang
keberadaannya di bawah kontrol dan pengawasan kyai.5
M. Dawam Rahardjo (Eds.) menulis tentang Pergulatan Dunia Pesantren :
Membangun dari Bawah. Dalam buku ini lebih banyak menyoroti tentang peran kyai dan
santri dalam berinteraksi dengan masyarakat sekitarnya. Para kyai berperan sebagai
pemimpin, dai dan pengajar. Untuk dapat melaksanakan fungsinya sebagaimana mestinya,
mereka perlu untuk memahami kehidupan politik yang berkembang, sehingga menduduki
posisi yang kuat, baik dalam skala local maupun nasional. Dengan demikian para kyai
merupakan salah satu pembuat keputusan (decision maker) yang efektif dalam kehidupan
masyarakat jawa, tidak saja dalam bidang keagamaan, tetapi juga dalam masalah ekonomi,
politik, dan lainnya.6
Tulisan lain tentang pesantren adalah hasil penelitian kelompok yang dilakukan
oleh Moh. Khasan dkk, Respon Pesantren terhadap Terorisme (Studi Kasus di Jawa
Tengah). Dalam penelitian tersebut Hasan menemukan bahwa respon pesantren di Jawa
Tengah (dalam hal ini yang diambil sample adalah Pesantren Al-Mukmin, Ngruki,
Sukoharjo, Pesantren Al-Fadlu Kaliwungu, Kendal dan Pesantren Al-Asyari, Wonosobo)
berbeda-beda terhadap terorisme.7
Kurikulum dan kitab-kitab yang diajarkan masing-masing pesantren tersebut turut
mewarnai respon mereka terhadap terorisme. Pesantren yang pemahaman kitab-kitabnya
lebih banyaktekstual-literalis akan mudah sensitif terhadap terorisme, sedangkan pesantren
yang memahami kitab-kitabnya secara makna aktual dan kontekstual akan tidak terpengaruh
dengan gejala terorisme. Begitu juga pengaruh jaringan ulama (networking) masing-masing
4Zamachsjari Dhofier, Tradisi Pesantren (Studi tentang Pandangan Hidup Kyai), Jakarta : LP3ES,
Cetakan Pertama, 1982, hlm. 171.5Lihat Sukamto, Kepemimpinan Kyai dalam Pesantren, Cetakan Pertama, Jakarta : LP3ES, 1999,
hlm. 1-4.6M. Dawam Rahardjo (Eds.)., Pergulatan Dunia Pesantren : Membangun dari Bawah, Jakarta :
P3M, 1985, hlm. 51.7
Moh. Khasan dkk., Respon Pesantren Terhadap Terorisme (Studi Kasus di Jawa Tengah,
LaporanPenelitian Kelompok (Unpublished), Semarang : Pusat Penelitian IAIN Walisongo, 2007.
4
-
7/31/2019 RESPON PESANTREN TERHADAP PERBANKAN SYARIAH
5/10
pesantren, terutama jaringan mereka dengan ulama Timur Tengah akan turut mewarnai
terhadap persepsi mereka terhadap terorisme.
Sedangkan tulisan yang berkaitan dengan Bank Syariah antara lain buku Muslimin
H. Kara, bank Syariah di Indonesia (Analisis Kebijakan Pemerintah Indonesia terhadap
Pemerintah Indonesia).8Dalam buku ini Muslimin menjelaskan bahwa faktor ekonomi dan
politik mempunyai pengaruh yang cukup signifikan terhadap dikeluarkannya peraturan
perundang-undangan yang mengatur perbankan Islam. Sedangkan kebijakan pemerintah
Indonesia dalam mengembangkan perbankan Islam dapat diklasifikasikan ke dalam dua
periode, yaitu periode 1992-1998 dan periode 1998-1999. Periode 1992-1998 merupakan
periode peletakan dasar system perbankan Islam, sedangkan periode 1998-1999 merupakan
periode reformasi kebijakan perbankan Islam di Indonesia.
Adiwarman A. Karim menulis Bank Islam (Analisis Fiqh dan Keuangan).9 Dalam
buku ini Adiwarman pertama-tama menjelaskan tentang Islam dan Perbankan, Sejarah
Perbankan Islam, Identifikasi Transaksi yang dilarang dan Teori Pertukaran dan
Percampuran. Pembahasan selanjutnya lebih banyak diarahkan pada perbandingan antara
produk-produk bank syariah, seperti murabahah, istisna, ijarah, mudharabah dan lain-lain
dengan konsep manajemen keuangan modern.
Sedangkan penelitian tentang perbankan syariah pernah dilakukan oleh Abdul
Ghofur, Akad Murabahah dalam Perspektif Fiqh dan Ekonomi (Studi Kasus Bank-Bank
Syariah di Kota Semarang).10 Dari penelitian tersebut, Abdul Ghofur menemukan bahwa
akad murabahah merupakan salah satu financing/lending/pembiayaan yang dipergunakan
oleh perbankan syariah untuk mengembangkan dana yang telah dikumpulkan dari
masyarakat dan pemilik modal. Akad murabahah pada prinsipnya merupakan manifestasi
dari salah satu bentuk akad jual beli yang diperbolehkan menurut al-Quran, al-Sunnah
maupunfiqh.
Sedangkan perbedaan antara akad murabahah dengan sistem bunga, menurut Abdul
Ghofur adalah bahwa secara fiqh, akad murabahah memiliki rujukan yang jelas, sedangkan
bunga masih debatable. Secara psiko-ekonomi, nasabah murabahah memiliki ketenangan
yang lebih baik dibandingkan dengan bunga. Sedangkan secara sosio-ekonomi perbankan
8Muslimin H. Kara,Bank Syariah di Indonesia (Analisis Kebijakan Pemerintah Indonesia terhadap
Pemerintah Indonesia), Yogyakarta : UII Press, 2005.9Adiwarman A. Karim,Bank Islam (Analisis Fiqh dan Keuangan), Jakarta : Rajagrafindo Persada,
2004.10
Abdul Ghofur, Akad Murabahah dalam Perspektif Fiqh dan Ekonomi (Studi Kasus Bank-Bank
Syariah di Kota Semarang), Laporan Penelitian Individual (Unpublished), Semarang : Pusat Penelitian
IAIN Walisongo, 2007.
5
-
7/31/2019 RESPON PESANTREN TERHADAP PERBANKAN SYARIAH
6/10
syariah ikut berperan langsung dengan sirkulasi barang di pasaran dan hanya dikhususkan
pada barang-barang yang jelas kehalalannya.
Dari penelusuran terhadap buku-buku dan penelitian tersebut, penulis belum
menemukan penelitian tentang RESPON PESANTREN TERHADAP PERBANKAN
SYARIAH (Studi Kasus Pesantren-Pesantren di Kota Semarang). Dengan demikian
penelitian ini menjadi sangat penting untuk segera dilaksanakan.
B. Kerangka Teori
Dalam penelitian keagamaan, ada lima gejala agama yang perlu diperhatikan.
Pertama, scripture atau naskah-naskah atau sumber ajaran dan simbol-simbol agama.
Kedua, para penganut atau pemimpin atau pemuka agama, yakni sikap, perilaku dan
penghayatan para penganutnya. Ketiga, ritus-ritus, lembaga-lembaga dan ibadat-ibadat,
seperti shalat, haji, puasa, perkawinan dan waris. Keempat, alat-alat, seperti masjid, gereja,
lonceng, peci, dan semacamnya. Kelima, organisasi-organisasi keagamaan tempat para
penganut agama berkumpul dan berperan.11
Penelitian ini akan memfokuskan pada bentukpertama dari gejala agama tersebut,
yakni ekonomi Islam (perbankan syariah) sebagai sebuah sumber ajaran dalam Islam dan
bentuk kelima, yaitu pesantren sebagai sebuah organisasi keagamaan, di mana para tokoh
agama (kyai dan ustaz) berperan di dalamnya. Organisasi keagamaan yang dimaksudkan di
sini adalah sebuah wadah yang menampung para penganut dan tokoh agama untuk
berkumpul dan berperan dalam menjalankan ajaran agamanya sesuai dengan prinsip-prinsip
dasar keyakinan organisasi atau jamaahnya.
Berkaitan dengan agama sebagai gejala sosial, penelitian ini bertumpu pada konsep
sosiologi agama, di mana pada zaman dahulu, sosiologi agama mempelajari hubungan
timbal balik antara agama dan masyarakat. Masyarakat mempengaruhi agama dan agama
mempengaruhi masyarakat. Belakangan, sosiologi agama mempelajari bukan soal hubungan
timbal balik itu, melainkan lebih kepada pengaruh agama terhadap tingkah laku
masyarakat : bagaimana agama sebagai sistem nilai mempengaruhi tingkah laku
masyarakat.12 Hal ini ditekankan mengingat perubahan-perubahan yang selalu ada dalam
sebuah komunitas atau masyarakat tertentu.
Perubahan-perubahan dalam masyarakat tersebut dapat mengenai sistem nilai-nilai,
norma-norma sosial, pola-pola perilaku, organisasi susunan lembaga-lembaga sosial,
stratifikasi, kekuasaan, interaksi sosial dan sebagainya. Perubahan sosial yang dimaksudkan
11M. Atho Mudzhar, Pendekatan Studi Islam dalam Teori dan Praktek, Yogyakarta : Pustaka
Pelajar, 1998, hlm. 13-14.12Ibid., hlm. 16.
6
-
7/31/2019 RESPON PESANTREN TERHADAP PERBANKAN SYARIAH
7/10
di sini adalah segala perubahan pada lembaga-lembaga sosial dalam suatu masyarakat yang
mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai, sikap dan pola kelakuan di
antara kelompok dalam masyarakat.13
Dalam kerangka paradigma keilmuan,14 penelitian ini menggunakan paradigma
organism. Ciri pokok dari paradigma ini adalah feedback, adaption dan growth (saling
mengisi, penyesuaian dan pertumbuhan). Paradigma ini berusaha memahami kehidupan
dengan jalan sintesis dan analisis yang menggabungkan metode sejarah, yang berorientasi
pada sebab-akibat keseluruhan ruang dan waktu, serta metode sosiologi dan antropologi
yang berorientasi pada gambaran nyata menurut ruang dan waktu.
Ruang jelajah organism ini juga tidak hanya terbatas pada masalah-masalah
feedback, adaption, dangrowth, tetapi juga menjelajah masalah-masalah sebaliknya, yaitu
inadequate feedback, maladaption dan decay. Bukan hanya kemajuan (development,
melainkan juga kemunduran. Misalnya faktor-faktor apa yang mempengaruhi dan
menghasilkan pertumbuhan dan kehancuran ? Bagaimana mobilitas sosial dapat
ditingkatkan ?15 Dalam kaitannya dengan penelitian ini, paradigma organism akan
digunakan untuk melihat respon pesantren terhadap perbankan syariah, baik faktor
endogen maupun eksogen. Artinya perubahan itu terjadi karena proses dalam diri Pesantren
sendiri maupun hasil interaksi dengan faktor lain, dalam hal ini adalah perkembangan dan
praktek perbankan syariah di Indonesia.
C. Metode Penelitian
Sebagaimana nampak dalam tema penelitian di atas, maka penelitian ini merupakan
penelitian kualitatif yang menekankan pada studi eksploratif, di mana data-data penting
dalam penelitian ini digali dari sumber-sumber yang relevan.
1. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah pertama, dokumentasi, yaitu dokumen-
dokumen pesantren, terutama Pesantren-pesantren di Kota Semarang yang terkait
dengan penelitian ini, seperti rumusan hasil Musyawarah pesantren, brosur-brosur,
tabloit, dan lain-lain. Kedua, Stakeholders pesantren, yaitu tokoh-tokoh penting
13Lihat Selo Sumardjan, Social Change in Yogyakarta, New York : Ithaca Press, 1962, hlm. 379.14Mastuhu, dengan mengutip pendapat Bernard S. Philips, menjelaskan empat paradigma keilmuan,
yaitu formism, mechanism, organism, dan pragmatism. Lihat Mastuhu, Penelitian Agama Islam :
Tinjauan Disiplin Sosiologi dalam M. Deden Ridwan (ed.), Tradisi Baru Penelitian Agama Islam,
Bandung : Nuansa Cendekia, 2001, hlm. 118-130.15Ibid., hlm. 125.
7
-
7/31/2019 RESPON PESANTREN TERHADAP PERBANKAN SYARIAH
8/10
pesantren yang terkait dengan penelitian ini, misalnya Kepala (Kyai) pesantren-
pesantren di Kota Semarang dan pengurus harian lainnya serta tokoh-tokoh penting
pesantren non-struktural.
2. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini akan dilakukan melalui beberapa tehnik.
Pertama, wawancara secara mendalam (depth interview) agar memperoleh data yang
cukup. Wawancara akan dilakukan dengan informan seperti Kepala (Kyai) pesantren-
pesantren di Kota Semarang dan pengurus harian lainnya serta tokoh-tokoh penting
pesantren yang lain serta institusi-institusi yang berkaitan dengan pesantren-pesantren
tersebut. Kedua, dokumentasi, yaitu model pengumpulan data dengan cara melihat
dokumen-dokumen penting pesantren yang terkait dengan penelitian ini sebagaimana
yang disebutkan dalam sumber data. Ketiga, observasi (pengamatan langsung),
dilakukan dengan melakukan peninjauan langsung di lokasi penelitian (Pesantren-
pesantren di Kota Semarang serta pusat-pusat kegiatannya), melihat interaksi antar
pengurus, pengurus dengan anggota, anggota dengan anggota, meskipun membutuhkan
waktu yang relatif agak lama dan harus sabar.
3. Metode Analisis Data
Dalam penelitian ini analisis data dilakukan melalui tiga kegiatan, yaitu deskripsi,
formulasi dan interpretasi. Deskripsi dimulai dengan memaparkan permasalahan yang
terjadi, yaitu bagaimana relevansi antara pesantren (Pesantren-pesantren di Kota
Semarang) dengan perbankan syariah dan bagaimana respon pesantren-pesantren
tersebut terhadap perbankan syariah. Setelah itu dilakukan formulasi, yaitu dengan
cara melihat kecenderungan-kecenderungan, mencari hubungan asosional. Setelah itu
data tersebut dimaknai (interpretasi). Interpretasi yang dimaksud di sini menggunakan
model fenomenologi, subyek penelitian sendiri yang melakukan tafsir, sedangkan
peneliti hanya menjadi alat penelitian.
Semua proses pengumpulan data, pengolahan data dan analisis data dilakukan
secara siklus-interaktif. Apabila pada saat analisis data itu datanya dianggap kurang,
maka pengumpulan data dapat dilakukan lagi. Pola demikian akan berlangsung terus
sampai dengan penelitian dianggap selesai.
D. Sumber Bacaan/Referensi
Dawam, Ainurrafiq, dan Ahmad Taarifin, Manajemen Madrasah Berbasis Pesantren, t.tp. :
Listafariska Putra, 2005.
Dhofier, Zamachsjari, Tradisi Pesantren (Studi tentang Pandangan Hidup Kyai), Jakarta :
LP3ES, Cetakan Pertama, 1982.
8
-
7/31/2019 RESPON PESANTREN TERHADAP PERBANKAN SYARIAH
9/10
Effendy, Bachtiar, Nilai-nilai Kaum Santri dalam M. Dawam Rahardjo (Eds.),Pergulatan Dunia Pesantren : Membangun dari Bawah, Jakarta :P3M, 1985.
Ghofur, Abdul, Akad Murabahah dalam Perspektif Fiqh dan Ekonomi (Studi Kasus Bank-Bank
Syariah di Kota Semarang), Laporan Penelitian Individual (Unpublished),
Semarang : Pusat Penelitian IAIN Walisongo, 2007.
Haedari, Amin, dkk., Masa Depan Pesantren (dalam Tantangan Modernitasdan Tantangan Kompleksitas Global), Cetakan Pertama, Jakarta :IRD Press, 2004.
Hasan, M. Tolhah, Islam dalam Perspektif Sosio-Kultural, Cetakan Ketiga,Jakarta : Lantabora Press, 2005.
Kara, Muslimin H, Bank Syariah di Indonesia (Analisis Kebijakan Pemerintah Indonesia
terhadap Pemerintah Indonesia), Yogyakarta : UII Press, 2005.
Karim, Adiwarman A., Islamic Banking (Fiqh and Financial Analysis), EdisiKetiga, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2005.
---------------------------- , Bank Islam (Analisis Fiqh dan Keuangan), Jakarta :Rajagrafindo Persada, 2004.
---------------------------- , Ekonomi Islam (Suatu Kajian Kontemporer), Cetakanketiga, Jakarta : Gema Insani, 2007.
Khasan, Moh., dkk., Respon Pesantren Terhadap Terorisme (Studi Kasus di Jawa Tengah,
Laporan Penelitian Kelompok (Unpublished), Semarang : Pusat Penelitian IAIN
Walisongo, 2007.
Lewis, Mervyn K., dan Latifa M. AlGoud, Perbankan Syariah (Prinsip,Praktek dan Prospek), Penerjemah Burhan Subrata, Cetakan I,
Jakarta : Serambi, 2007.
Mastuhu, Penelitian Agama Islam : Tinjauan Disiplin Sosiologi dalam M. Deden Ridwan(ed.), Tradisi Baru Penelitian Agama Islam, Bandung : Nuansa Cendekia, 2001.
Mudzhar, M. Atho, Pendekatan Studi Islam dalam Teori dan Praktek, Yogyakarta : Pustaka
Pelajar, 1998.
Muhammad, Memotret Gerakan Ekonomi Islam di Indonesia, kata pengantar dalam Muslimin
H. Kara, Bank Syariah di Indonesia (Analisis Kebijakan Pemerintah Indonesia
terhadap Perbankan Syariah), Yogjakarta : UII Press, 2005.
Rahardjo, M. Dawam, (Eds.).,Pergulatan Dunia Pesantren : Membangun dari Bawah, Jakarta :
P3M, 1985.
9
-
7/31/2019 RESPON PESANTREN TERHADAP PERBANKAN SYARIAH
10/10
Sukamto,Kepemimpinan Kyai dalam Pesantren, Cetakan Pertama, Jakarta : LP3ES, 1999.
10