respon pesantren terhadap perbankan syari’ah

Upload: i2b

Post on 05-Apr-2018

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/31/2019 RESPON PESANTREN TERHADAP PERBANKAN SYARIAH

    1/10

    A. Judul Penelitian

    RESPON PESANTREN TERHADAP PERBANKAN SYARIAH (Studi Kasus

    Pesantren-Pesantren di Kota Semarang)

    A. Latar Belakang Masalah

    Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, kajian dan pembahasan tentang ekonomi

    Islam di Indonesia mendapat perhatian yang sangat serius. Berbagai seminar, simposium,

    workshop, lokakarya, diskusi baik tingkat nasional, regional maupun lokal banyak digelar di

    berbagai daerah untuk mencari solusi alternatif terhadap problem-problem umat Islam yang

    berkaitan dengan masalah ekonomi. Gerakan ekonomi Islam di Indonesia ini dimulai oleh

    kehadiran bank syariah pada awal tahun 1990-an. Setelah keluarnya Undang-undang No. 7

    tahun 1992, yang diperkuat dengan munculnya Undang-undang No. 10 tahun 1998, jumlah

    bank-bank syariah terus bertambah.

    Perkembangan gerakan ekonomi Islam di Indonesia kendati relatif terlambat

    dibandingkan beberapa negara lain, termasuk negara tetangga Malaysia, setidaknya sejak

    awal tahun 1990-an menunjukkan tanda-tanda yang menggembirakan. Perbandingan

    perkembangan ekonomi Islam pada dekade 1980-an dan 2000-an misalnya, sangat jauh

    berbeda, baik dalam dataran praktis maupun wacana (akademis).1

    Bukti aspek praktis adalah munculnya lembaga-lembaga keuangan syariah, sepertiBank Syariah, Baitul Mal wa al-Tamwil (BMT), Bank Perkreditan Rakyat Syariah

    (BPRS), Bank Umum Syariah, Asuransi Syariah, Obligasi syariah, dan sebagainya.

    Perkembangan di dunia praktis secara kelembagaan, dapat dilihat lebih jauh sebagai

    berikut : A) Bank Syariah yang sudah berdiri s.d. tahun 2004 meliputi Bank Muamalat,

    Bank Syariah Mandiri, BRI Syariah, BNI Syariah, Bank Danamon Syariah, Bank IFI

    Syariah, Bank Jabar Syariah, Bank Bukopin Syariah, BII Syariah. Bank Syariah yang

    akan berdiri meliputi Bank HSBC, Bank Syariah Indonesia, Bank Niaga, Bank DKI, Bank

    Riau, Bank Central Asia (BCA), Bank Sumut Syariah, Bank Tabungan Negara (BTN).2

    Asuransi Syariah yang sudah berdiri meliputi Asuransi Takaful, Asuransi

    Mubarakah, AJB Bumiputera 1912, Asuransi Jiwa Asih Great Eastern, MAA Life

    Insurance, Asuransi Bringin Jiwa Sejahtera, Asuransi Tri Pakarta. Asuransi syariah yang

    akan berdiri meliputi Prudential Life Assurance, Asuransi jiwa Askrida, Asuransi Jiwa

    Sewu New York Life, Asuransi Jiwa Manulife Indonesia, Asuransi Tali Insani, Asuransi

    1Muhammad, Memotret Gerakan Ekonomi Islam di Indonesia, kata pengantar dalam Muslimin

    H. Kara, Bank Syariah di Indonesia (Analisis Kebijakan Pemerintah Indonesia terhadap Perbankan

    Syariah), Yogjakarta : UII Press, 2005, hlm. x-xi.2Ibid., hlm. xii-xiii.

    1

  • 7/31/2019 RESPON PESANTREN TERHADAP PERBANKAN SYARIAH

    2/10

    Bringin Sejahtera Artamakmur, Asuransi Bangun Askrida, Asuransi Jasa Indonesia dan

    Maskapai Reasuransi Indonesia (Marein). Obligasi Syariah meliputi Obligasi Syariah

    Mudharabah PT Indosat, Obligasi Syariah Mudharabah Berlian Laju Tanker, Obligasi

    Syariah Mudharabah Bank Bukopin dan Obligasi Syariah Mudharabah Bank Muamalat

    Indonesia (BMI).3

    Adapun aspek wacana (akademis) adalah munculnya lembaga pendidikan tinggi

    yang menawarkan matakuliah atau program studi Ekonomi Islam (EI) pada tingkat sarjana

    (S1) maupun pascasarjana (S2), bahkan pada tingkat doktor (S3). Program Studi Ekonomi

    Islam (EI) pada jenjang S.1 di Universitas Islam Negeri (UIN) dan Institut Agama Islam

    Negeri (IAIN) maupun Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) semakin banyak

    diminati oleh mahasiswa. Di Fakultas Syariah IAIN Walisongo Semarang misalnya, dalam

    tiga tahun terakhir Program Studi (Prodi) Ekonomi Islam (EI) mendapat mahasiswa paling

    banyak dibandingkan Jurusan/Prodi Ahwal al-Syakhsiyyah (Hukum Perdata Islam),

    Muamalah (Hukum Ekonomi Islam), maupun Jinayah Siyasah (Pidana Politik Islam).

    Bahkan pada tahun 2007 ini Departemen Agama memberikan beasiswa penuh pada

    jenjang S.3 (Doktor) untuk prodi Ekonomi Islam di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, masing-masing 30 (tiga puluh) peserta.

    Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia tersebut ternyata mendapat respon

    yang berbeda-beda di masyarakat. Sebagian masyarakat menyambutnya positif dan

    menerima dengan tangan terbuka (welcome) dan sebagian lagi berpandangan negatif

    karena mereka menganggap substansinya sama saja dengan perbankan konvensional, hanya

    berbeda nama saja. Dalam suatu kajian keislaman di Kota Semarang, di mana penulis

    menjadi salah satu pembicara, banyak di antara peserta kajian yang mempertanyakan lebih

    lanjut tentang praktek bank-bank syariah dan mereka masih beranggapan negatif terhadap

    perbankan syariah. Hal ini juga terjadi pada dunia pesantren berdasarkan survey awal

    penulis terhadap beberapa pesantren di Kota Semarang yang masih banyak beranggapan

    negatif terhadap perbankan syariah. Berkaitan dengan masalah tersebut di atas, persoalan

    mengenai respon pesantren terhadap perbankan syariah, khususnya di Kota Semarang

    menjadi tema kajian yang penting untuk diteliti.

    B. Rumusan Masalah

    Permasalahan pokok (main research question) dalam penelitian ini adalah

    Bagaimana Respon Pesantren-pesantren di Kota Semarang terhadap Perbankan Syariah.

    Dari pertanyaan pokok tersebut diuraikan ke dalam sub-question sebagai berikut :

    3Ibid.

    2

  • 7/31/2019 RESPON PESANTREN TERHADAP PERBANKAN SYARIAH

    3/10

    1. Bagaimana Relevansi antara Pesantren-pesantren di Kota Semarang dengan

    Perbankan Syariah ?

    2. Bagaimana Respon Pesantren-pesantren di Kota Semarang terhadap Perbankan

    Syariah ?

    3. Produk-produk perbankan syariah apa saja yang diminati pesantren-pesantren

    di Kota Semarang ?

    C. Pembatasan Masalah

    Penelitian ini membatasi masalah pada respon pesantren-pesantren di Kota

    Semarang terhadap perbankan syariah, baik mengenai konsep, produk-produk, dan

    perkembangannya.

    D. Signifikansi Penelitian

    1. Hasil penelitian ini diharapkan memberi informasi kepada masyarakat

    mengenai respon pesantren terhadap perbankan syariah.

    2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pedoman bagi pengelola perbankan

    syariah dalam mengembangkan produk-produk perbankan syariah di masyarakat,

    khususnya di kalangan pesantren.

    3. Penelitian ini dapat memberikan masukan kepada otoritas yang berwenanguntuk membuat kebijakan yang sesuai dengan aspirasi masyarakat, khususnya

    pesantren.

    E. Kajian Riset Sebelumnya

    Selama ini pesantren, baik sebagai lembaga, gerakan maupun organisasi sudah

    sering menjadi fokus penelitian. Tidak sedikit penelitian yang serius, setara disertasi, tesis

    atau penelitian lain yang mengkaji tentang pesantren. Semua penelitian tersebut diharapkan

    mampu memperbaiki kekurangan yang ada dalam masalah pesantren.

    Di antara tulisan yang sudah ada tentang pesantren adalah buku yang ditulis oleh

    Zamachsjari Dhofier dengan judul Tradisi Pesantren (Studi tentang Pandangan Hidup

    Kyai). Dalam buku ini Zamachsjari menjelaskan bahwa kyai-kyai di Jawa merupakan

    sektor kepemimpinan Islam yang dianggap paling dominan, dan selama berabad-abad telah

    memainkan peranan yang menentukan dalam proses perkembangan sosial, kultural,

    keagamaan dan politik. Dalam periode sekarang, menurut Zamachsjari, para kyai telah

    menunjukkan vitalitasnya dalam kepemimpinan Islam. Di tengah-tengah meningkatnya

    pembangunan ekonomi, para kyai telah dianggap sebagai salah satu kelompok pimpinan

    3

  • 7/31/2019 RESPON PESANTREN TERHADAP PERBANKAN SYARIAH

    4/10

    yang menonjol dalam memenuhi kebutuhan akan kepemimpinan moral bagi bangsa

    Indonesia.4

    Buku lain yang ada kaitannya dengan pesantren adalah tulisan Sukamto,

    Kepemimpinan Kyai dalam Pesantren. Dalam buku ini Sukamto menjelaskan bahwa unsure

    kyai menempati posisi sentral dan esensial dalam pesantren, karena kyai dianggap sebagai

    pemilik, pengelola dan pengajar kitab kuning (kutub al-safra) sekaligus merangkap

    imam (pemimpin) pada acara-acara ritual keagamaan, seperti melakukan salat berjamaah.

    Sedangkan unsure-unsur lainnya (masjid, santri dan kitab kuning) bersifat subsider yang

    keberadaannya di bawah kontrol dan pengawasan kyai.5

    M. Dawam Rahardjo (Eds.) menulis tentang Pergulatan Dunia Pesantren :

    Membangun dari Bawah. Dalam buku ini lebih banyak menyoroti tentang peran kyai dan

    santri dalam berinteraksi dengan masyarakat sekitarnya. Para kyai berperan sebagai

    pemimpin, dai dan pengajar. Untuk dapat melaksanakan fungsinya sebagaimana mestinya,

    mereka perlu untuk memahami kehidupan politik yang berkembang, sehingga menduduki

    posisi yang kuat, baik dalam skala local maupun nasional. Dengan demikian para kyai

    merupakan salah satu pembuat keputusan (decision maker) yang efektif dalam kehidupan

    masyarakat jawa, tidak saja dalam bidang keagamaan, tetapi juga dalam masalah ekonomi,

    politik, dan lainnya.6

    Tulisan lain tentang pesantren adalah hasil penelitian kelompok yang dilakukan

    oleh Moh. Khasan dkk, Respon Pesantren terhadap Terorisme (Studi Kasus di Jawa

    Tengah). Dalam penelitian tersebut Hasan menemukan bahwa respon pesantren di Jawa

    Tengah (dalam hal ini yang diambil sample adalah Pesantren Al-Mukmin, Ngruki,

    Sukoharjo, Pesantren Al-Fadlu Kaliwungu, Kendal dan Pesantren Al-Asyari, Wonosobo)

    berbeda-beda terhadap terorisme.7

    Kurikulum dan kitab-kitab yang diajarkan masing-masing pesantren tersebut turut

    mewarnai respon mereka terhadap terorisme. Pesantren yang pemahaman kitab-kitabnya

    lebih banyaktekstual-literalis akan mudah sensitif terhadap terorisme, sedangkan pesantren

    yang memahami kitab-kitabnya secara makna aktual dan kontekstual akan tidak terpengaruh

    dengan gejala terorisme. Begitu juga pengaruh jaringan ulama (networking) masing-masing

    4Zamachsjari Dhofier, Tradisi Pesantren (Studi tentang Pandangan Hidup Kyai), Jakarta : LP3ES,

    Cetakan Pertama, 1982, hlm. 171.5Lihat Sukamto, Kepemimpinan Kyai dalam Pesantren, Cetakan Pertama, Jakarta : LP3ES, 1999,

    hlm. 1-4.6M. Dawam Rahardjo (Eds.)., Pergulatan Dunia Pesantren : Membangun dari Bawah, Jakarta :

    P3M, 1985, hlm. 51.7

    Moh. Khasan dkk., Respon Pesantren Terhadap Terorisme (Studi Kasus di Jawa Tengah,

    LaporanPenelitian Kelompok (Unpublished), Semarang : Pusat Penelitian IAIN Walisongo, 2007.

    4

  • 7/31/2019 RESPON PESANTREN TERHADAP PERBANKAN SYARIAH

    5/10

    pesantren, terutama jaringan mereka dengan ulama Timur Tengah akan turut mewarnai

    terhadap persepsi mereka terhadap terorisme.

    Sedangkan tulisan yang berkaitan dengan Bank Syariah antara lain buku Muslimin

    H. Kara, bank Syariah di Indonesia (Analisis Kebijakan Pemerintah Indonesia terhadap

    Pemerintah Indonesia).8Dalam buku ini Muslimin menjelaskan bahwa faktor ekonomi dan

    politik mempunyai pengaruh yang cukup signifikan terhadap dikeluarkannya peraturan

    perundang-undangan yang mengatur perbankan Islam. Sedangkan kebijakan pemerintah

    Indonesia dalam mengembangkan perbankan Islam dapat diklasifikasikan ke dalam dua

    periode, yaitu periode 1992-1998 dan periode 1998-1999. Periode 1992-1998 merupakan

    periode peletakan dasar system perbankan Islam, sedangkan periode 1998-1999 merupakan

    periode reformasi kebijakan perbankan Islam di Indonesia.

    Adiwarman A. Karim menulis Bank Islam (Analisis Fiqh dan Keuangan).9 Dalam

    buku ini Adiwarman pertama-tama menjelaskan tentang Islam dan Perbankan, Sejarah

    Perbankan Islam, Identifikasi Transaksi yang dilarang dan Teori Pertukaran dan

    Percampuran. Pembahasan selanjutnya lebih banyak diarahkan pada perbandingan antara

    produk-produk bank syariah, seperti murabahah, istisna, ijarah, mudharabah dan lain-lain

    dengan konsep manajemen keuangan modern.

    Sedangkan penelitian tentang perbankan syariah pernah dilakukan oleh Abdul

    Ghofur, Akad Murabahah dalam Perspektif Fiqh dan Ekonomi (Studi Kasus Bank-Bank

    Syariah di Kota Semarang).10 Dari penelitian tersebut, Abdul Ghofur menemukan bahwa

    akad murabahah merupakan salah satu financing/lending/pembiayaan yang dipergunakan

    oleh perbankan syariah untuk mengembangkan dana yang telah dikumpulkan dari

    masyarakat dan pemilik modal. Akad murabahah pada prinsipnya merupakan manifestasi

    dari salah satu bentuk akad jual beli yang diperbolehkan menurut al-Quran, al-Sunnah

    maupunfiqh.

    Sedangkan perbedaan antara akad murabahah dengan sistem bunga, menurut Abdul

    Ghofur adalah bahwa secara fiqh, akad murabahah memiliki rujukan yang jelas, sedangkan

    bunga masih debatable. Secara psiko-ekonomi, nasabah murabahah memiliki ketenangan

    yang lebih baik dibandingkan dengan bunga. Sedangkan secara sosio-ekonomi perbankan

    8Muslimin H. Kara,Bank Syariah di Indonesia (Analisis Kebijakan Pemerintah Indonesia terhadap

    Pemerintah Indonesia), Yogyakarta : UII Press, 2005.9Adiwarman A. Karim,Bank Islam (Analisis Fiqh dan Keuangan), Jakarta : Rajagrafindo Persada,

    2004.10

    Abdul Ghofur, Akad Murabahah dalam Perspektif Fiqh dan Ekonomi (Studi Kasus Bank-Bank

    Syariah di Kota Semarang), Laporan Penelitian Individual (Unpublished), Semarang : Pusat Penelitian

    IAIN Walisongo, 2007.

    5

  • 7/31/2019 RESPON PESANTREN TERHADAP PERBANKAN SYARIAH

    6/10

    syariah ikut berperan langsung dengan sirkulasi barang di pasaran dan hanya dikhususkan

    pada barang-barang yang jelas kehalalannya.

    Dari penelusuran terhadap buku-buku dan penelitian tersebut, penulis belum

    menemukan penelitian tentang RESPON PESANTREN TERHADAP PERBANKAN

    SYARIAH (Studi Kasus Pesantren-Pesantren di Kota Semarang). Dengan demikian

    penelitian ini menjadi sangat penting untuk segera dilaksanakan.

    B. Kerangka Teori

    Dalam penelitian keagamaan, ada lima gejala agama yang perlu diperhatikan.

    Pertama, scripture atau naskah-naskah atau sumber ajaran dan simbol-simbol agama.

    Kedua, para penganut atau pemimpin atau pemuka agama, yakni sikap, perilaku dan

    penghayatan para penganutnya. Ketiga, ritus-ritus, lembaga-lembaga dan ibadat-ibadat,

    seperti shalat, haji, puasa, perkawinan dan waris. Keempat, alat-alat, seperti masjid, gereja,

    lonceng, peci, dan semacamnya. Kelima, organisasi-organisasi keagamaan tempat para

    penganut agama berkumpul dan berperan.11

    Penelitian ini akan memfokuskan pada bentukpertama dari gejala agama tersebut,

    yakni ekonomi Islam (perbankan syariah) sebagai sebuah sumber ajaran dalam Islam dan

    bentuk kelima, yaitu pesantren sebagai sebuah organisasi keagamaan, di mana para tokoh

    agama (kyai dan ustaz) berperan di dalamnya. Organisasi keagamaan yang dimaksudkan di

    sini adalah sebuah wadah yang menampung para penganut dan tokoh agama untuk

    berkumpul dan berperan dalam menjalankan ajaran agamanya sesuai dengan prinsip-prinsip

    dasar keyakinan organisasi atau jamaahnya.

    Berkaitan dengan agama sebagai gejala sosial, penelitian ini bertumpu pada konsep

    sosiologi agama, di mana pada zaman dahulu, sosiologi agama mempelajari hubungan

    timbal balik antara agama dan masyarakat. Masyarakat mempengaruhi agama dan agama

    mempengaruhi masyarakat. Belakangan, sosiologi agama mempelajari bukan soal hubungan

    timbal balik itu, melainkan lebih kepada pengaruh agama terhadap tingkah laku

    masyarakat : bagaimana agama sebagai sistem nilai mempengaruhi tingkah laku

    masyarakat.12 Hal ini ditekankan mengingat perubahan-perubahan yang selalu ada dalam

    sebuah komunitas atau masyarakat tertentu.

    Perubahan-perubahan dalam masyarakat tersebut dapat mengenai sistem nilai-nilai,

    norma-norma sosial, pola-pola perilaku, organisasi susunan lembaga-lembaga sosial,

    stratifikasi, kekuasaan, interaksi sosial dan sebagainya. Perubahan sosial yang dimaksudkan

    11M. Atho Mudzhar, Pendekatan Studi Islam dalam Teori dan Praktek, Yogyakarta : Pustaka

    Pelajar, 1998, hlm. 13-14.12Ibid., hlm. 16.

    6

  • 7/31/2019 RESPON PESANTREN TERHADAP PERBANKAN SYARIAH

    7/10

    di sini adalah segala perubahan pada lembaga-lembaga sosial dalam suatu masyarakat yang

    mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai, sikap dan pola kelakuan di

    antara kelompok dalam masyarakat.13

    Dalam kerangka paradigma keilmuan,14 penelitian ini menggunakan paradigma

    organism. Ciri pokok dari paradigma ini adalah feedback, adaption dan growth (saling

    mengisi, penyesuaian dan pertumbuhan). Paradigma ini berusaha memahami kehidupan

    dengan jalan sintesis dan analisis yang menggabungkan metode sejarah, yang berorientasi

    pada sebab-akibat keseluruhan ruang dan waktu, serta metode sosiologi dan antropologi

    yang berorientasi pada gambaran nyata menurut ruang dan waktu.

    Ruang jelajah organism ini juga tidak hanya terbatas pada masalah-masalah

    feedback, adaption, dangrowth, tetapi juga menjelajah masalah-masalah sebaliknya, yaitu

    inadequate feedback, maladaption dan decay. Bukan hanya kemajuan (development,

    melainkan juga kemunduran. Misalnya faktor-faktor apa yang mempengaruhi dan

    menghasilkan pertumbuhan dan kehancuran ? Bagaimana mobilitas sosial dapat

    ditingkatkan ?15 Dalam kaitannya dengan penelitian ini, paradigma organism akan

    digunakan untuk melihat respon pesantren terhadap perbankan syariah, baik faktor

    endogen maupun eksogen. Artinya perubahan itu terjadi karena proses dalam diri Pesantren

    sendiri maupun hasil interaksi dengan faktor lain, dalam hal ini adalah perkembangan dan

    praktek perbankan syariah di Indonesia.

    C. Metode Penelitian

    Sebagaimana nampak dalam tema penelitian di atas, maka penelitian ini merupakan

    penelitian kualitatif yang menekankan pada studi eksploratif, di mana data-data penting

    dalam penelitian ini digali dari sumber-sumber yang relevan.

    1. Sumber Data

    Sumber data dalam penelitian ini adalah pertama, dokumentasi, yaitu dokumen-

    dokumen pesantren, terutama Pesantren-pesantren di Kota Semarang yang terkait

    dengan penelitian ini, seperti rumusan hasil Musyawarah pesantren, brosur-brosur,

    tabloit, dan lain-lain. Kedua, Stakeholders pesantren, yaitu tokoh-tokoh penting

    13Lihat Selo Sumardjan, Social Change in Yogyakarta, New York : Ithaca Press, 1962, hlm. 379.14Mastuhu, dengan mengutip pendapat Bernard S. Philips, menjelaskan empat paradigma keilmuan,

    yaitu formism, mechanism, organism, dan pragmatism. Lihat Mastuhu, Penelitian Agama Islam :

    Tinjauan Disiplin Sosiologi dalam M. Deden Ridwan (ed.), Tradisi Baru Penelitian Agama Islam,

    Bandung : Nuansa Cendekia, 2001, hlm. 118-130.15Ibid., hlm. 125.

    7

  • 7/31/2019 RESPON PESANTREN TERHADAP PERBANKAN SYARIAH

    8/10

    pesantren yang terkait dengan penelitian ini, misalnya Kepala (Kyai) pesantren-

    pesantren di Kota Semarang dan pengurus harian lainnya serta tokoh-tokoh penting

    pesantren non-struktural.

    2. Metode Pengumpulan Data

    Pengumpulan data dalam penelitian ini akan dilakukan melalui beberapa tehnik.

    Pertama, wawancara secara mendalam (depth interview) agar memperoleh data yang

    cukup. Wawancara akan dilakukan dengan informan seperti Kepala (Kyai) pesantren-

    pesantren di Kota Semarang dan pengurus harian lainnya serta tokoh-tokoh penting

    pesantren yang lain serta institusi-institusi yang berkaitan dengan pesantren-pesantren

    tersebut. Kedua, dokumentasi, yaitu model pengumpulan data dengan cara melihat

    dokumen-dokumen penting pesantren yang terkait dengan penelitian ini sebagaimana

    yang disebutkan dalam sumber data. Ketiga, observasi (pengamatan langsung),

    dilakukan dengan melakukan peninjauan langsung di lokasi penelitian (Pesantren-

    pesantren di Kota Semarang serta pusat-pusat kegiatannya), melihat interaksi antar

    pengurus, pengurus dengan anggota, anggota dengan anggota, meskipun membutuhkan

    waktu yang relatif agak lama dan harus sabar.

    3. Metode Analisis Data

    Dalam penelitian ini analisis data dilakukan melalui tiga kegiatan, yaitu deskripsi,

    formulasi dan interpretasi. Deskripsi dimulai dengan memaparkan permasalahan yang

    terjadi, yaitu bagaimana relevansi antara pesantren (Pesantren-pesantren di Kota

    Semarang) dengan perbankan syariah dan bagaimana respon pesantren-pesantren

    tersebut terhadap perbankan syariah. Setelah itu dilakukan formulasi, yaitu dengan

    cara melihat kecenderungan-kecenderungan, mencari hubungan asosional. Setelah itu

    data tersebut dimaknai (interpretasi). Interpretasi yang dimaksud di sini menggunakan

    model fenomenologi, subyek penelitian sendiri yang melakukan tafsir, sedangkan

    peneliti hanya menjadi alat penelitian.

    Semua proses pengumpulan data, pengolahan data dan analisis data dilakukan

    secara siklus-interaktif. Apabila pada saat analisis data itu datanya dianggap kurang,

    maka pengumpulan data dapat dilakukan lagi. Pola demikian akan berlangsung terus

    sampai dengan penelitian dianggap selesai.

    D. Sumber Bacaan/Referensi

    Dawam, Ainurrafiq, dan Ahmad Taarifin, Manajemen Madrasah Berbasis Pesantren, t.tp. :

    Listafariska Putra, 2005.

    Dhofier, Zamachsjari, Tradisi Pesantren (Studi tentang Pandangan Hidup Kyai), Jakarta :

    LP3ES, Cetakan Pertama, 1982.

    8

  • 7/31/2019 RESPON PESANTREN TERHADAP PERBANKAN SYARIAH

    9/10

    Effendy, Bachtiar, Nilai-nilai Kaum Santri dalam M. Dawam Rahardjo (Eds.),Pergulatan Dunia Pesantren : Membangun dari Bawah, Jakarta :P3M, 1985.

    Ghofur, Abdul, Akad Murabahah dalam Perspektif Fiqh dan Ekonomi (Studi Kasus Bank-Bank

    Syariah di Kota Semarang), Laporan Penelitian Individual (Unpublished),

    Semarang : Pusat Penelitian IAIN Walisongo, 2007.

    Haedari, Amin, dkk., Masa Depan Pesantren (dalam Tantangan Modernitasdan Tantangan Kompleksitas Global), Cetakan Pertama, Jakarta :IRD Press, 2004.

    Hasan, M. Tolhah, Islam dalam Perspektif Sosio-Kultural, Cetakan Ketiga,Jakarta : Lantabora Press, 2005.

    Kara, Muslimin H, Bank Syariah di Indonesia (Analisis Kebijakan Pemerintah Indonesia

    terhadap Pemerintah Indonesia), Yogyakarta : UII Press, 2005.

    Karim, Adiwarman A., Islamic Banking (Fiqh and Financial Analysis), EdisiKetiga, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2005.

    ---------------------------- , Bank Islam (Analisis Fiqh dan Keuangan), Jakarta :Rajagrafindo Persada, 2004.

    ---------------------------- , Ekonomi Islam (Suatu Kajian Kontemporer), Cetakanketiga, Jakarta : Gema Insani, 2007.

    Khasan, Moh., dkk., Respon Pesantren Terhadap Terorisme (Studi Kasus di Jawa Tengah,

    Laporan Penelitian Kelompok (Unpublished), Semarang : Pusat Penelitian IAIN

    Walisongo, 2007.

    Lewis, Mervyn K., dan Latifa M. AlGoud, Perbankan Syariah (Prinsip,Praktek dan Prospek), Penerjemah Burhan Subrata, Cetakan I,

    Jakarta : Serambi, 2007.

    Mastuhu, Penelitian Agama Islam : Tinjauan Disiplin Sosiologi dalam M. Deden Ridwan(ed.), Tradisi Baru Penelitian Agama Islam, Bandung : Nuansa Cendekia, 2001.

    Mudzhar, M. Atho, Pendekatan Studi Islam dalam Teori dan Praktek, Yogyakarta : Pustaka

    Pelajar, 1998.

    Muhammad, Memotret Gerakan Ekonomi Islam di Indonesia, kata pengantar dalam Muslimin

    H. Kara, Bank Syariah di Indonesia (Analisis Kebijakan Pemerintah Indonesia

    terhadap Perbankan Syariah), Yogjakarta : UII Press, 2005.

    Rahardjo, M. Dawam, (Eds.).,Pergulatan Dunia Pesantren : Membangun dari Bawah, Jakarta :

    P3M, 1985.

    9

  • 7/31/2019 RESPON PESANTREN TERHADAP PERBANKAN SYARIAH

    10/10

    Sukamto,Kepemimpinan Kyai dalam Pesantren, Cetakan Pertama, Jakarta : LP3ES, 1999.

    10