responsi ileus obstruktif(tinjauan pustaka)

33
BAB I PENDAHULUAN 1.1 UMUM Obstruksi intestinal merupakan kegawatan dalam bedah abdominalis yang sering dijumpai, merupakan 60- 70% dari seluruh kasus akut abdomen yang bukan appendicitis akuta. Penyebab yang paling sering dari obstruksi ileus adalah adhesi/streng, sedangkan diketahui bahwa operasi abdominalis dan operasi obstetri-ginekologik makin sering dilaksanakan yang terutama didukung oleh kemajuan di bidang diagnostik kelainan abdominalis (6) . Ada dua tipe obstruksi yaitu (1,2) : 1. Mekanis (Ileus Obstruktif) Suatu penyebab fisik menyumbat usus dan tidak dapat diatasi oleh peristaltik. Ileus obstruktif ini dapat akut seperti pada hernia stragulata atau kronis akibat karsinoma yang melingkari. Misalnya intusepsi, tumor polipoid dan neoplasma stenosis, 1

Upload: sukron-nanda-firmansyah

Post on 30-Nov-2015

80 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

ileus obstruktif

TRANSCRIPT

Page 1: Responsi Ileus Obstruktif(Tinjauan Pustaka)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 UMUM

Obstruksi intestinal merupakan kegawatan dalam bedah abdominalis yang

sering dijumpai, merupakan 60-70% dari seluruh kasus akut abdomen yang bukan

appendicitis akuta. Penyebab yang paling sering dari obstruksi ileus adalah

adhesi/streng, sedangkan diketahui bahwa operasi abdominalis dan operasi

obstetri-ginekologik makin sering dilaksanakan yang terutama didukung oleh

kemajuan di bidang diagnostik kelainan abdominalis(6).

Ada dua tipe obstruksi yaitu(1,2):

1. Mekanis (Ileus Obstruktif)

Suatu penyebab fisik menyumbat usus dan tidak dapat diatasi oleh

peristaltik. Ileus obstruktif ini dapat akut seperti pada hernia stragulata

atau kronis akibat karsinoma yang melingkari. Misalnya intusepsi, tumor

polipoid dan neoplasma stenosis, obstruksi batu empedu, striktura,

perlengketan, hernia dan abses.

2. Neurogenik/fungsional (Ileus Paralitik)

Obstruksi yang terjadi karena suplai saraf otonom mengalami paralisis dan

peristaltik usus terhenti sehingga tidak mampu mendorong isi sepanjang

usus. Contohnya amiloidosis, distropi otot, gangguan endokrin seperti

diabetes mellitus, atau gangguan neurologis seperti penyakit parkinson

Obstruksi usus dapat didefinisikan sebagai gangguan (apapun

penyebabnya) aliran normal isi usus sepanjang saluran usus. Obstruksi usus dapat

1

Page 2: Responsi Ileus Obstruktif(Tinjauan Pustaka)

akut atau kronik, partial atau total. Obstruksi usus biasanya mengenai kolon

sebagai akibat karsinoma dan perkembangannya lambat. Sebagian besar dari

obstruksi justru mengenai usus halus. Obstruksi total usus halus merupakan

keadaan gawat yang memerlukan diagnosis dini dan tindakan pembedahan darurat

bila penderita ingin tetap hidup.

1.2 ANATOMI

Usus halus (Intestinum Tenue)

Usus halus pada manusia mempunyai panjang sekitar 5 meter (3-7 meter),

dan pada otopsi dapat ditemukan 50% lebih panjang oleh karena hilangnya tonus

otot usus halus setelah kematian. Dengan diameter 2.5 – 3 cm. luas permukaan

sekitar 0.5 m2, permukaan ini meliputi inner lining dari usus halus.(3)

Usus halus terdiri atas:

Duodenum

Berbentuk huruf C dan melingkari kepala pankreas, serta terletak sebagian

besar pada sisi kanan tulang belakang. Dapat dibedakan menjadi pars superior,

pars desendens, pars horisontalis dan pars asendens. Peralihan duodenum dan

yeyunum tersapat fleksura duodenoyeyuynalis, di mana usus halus membelok

ke dalam rongga peritonium.

Jejunum dan ileum

2/5 bagian atas usus halus yang terletak intraperitonial disebut jejunum, dan

3/5 bagian bawahnya disebut ileum. Keduanya menjadi satu tanpa batas yang

jelas. Bila rongga peruut dibuka, usus halus yang berkelok-kelok dan yang

dapat digerakkan pada mesenteriumnya, dapat di dorong ke samping.(3)

2

Page 3: Responsi Ileus Obstruktif(Tinjauan Pustaka)

Lapisan-lapisan dinding usus halus:

Tunika mukosa : stratum sirkuler (lapisan epitel mukosa), stratum

longitudinal (lapisan jaringan ikat mukosa) muskularis mukosa (lapisan epitel

muskuler).

Tela submukosa (lapisan jaringan ikat yang dapat bergerak)

Tunika muskularis: lapisan sirkuler, lapisan longitudinal

Tunika serosa dengan tela subserosa (peritoneum) atau tunika adventisia.(3)

Lapisan otot usus halus

Lapisan otot sirkuler dalam berkembang lebih kuat daripada lapisan otot

longitudinal luar. Lapisan-lapisan ini berfaal antagoni, sehingga kontraksi otot

longitudinal memendekkan dan melebarkan bagian usus yang bersangkuta,

sedangkan kontraksi otot sirkuler menyempitkan dan memperpanjang bagian usus

tersebut. Dia antara kedua lapisan terletak pleksus mienterikus (Auerbach) yang

terdiri atas serabut saraf dan sel-sel saraf.(3)

Gerakan usus halus

Isi usus dicampur dan digerakkan baik oleh gerakan –gerakan bandul

maupun segmentasi. Pengangkutannya melalui gelombang peristaltik, yakni

daerah-daerah kontraksi yang bergeser dengan tertib. Gelombang peristaltik

adalah gerakan-gerakan menggulung yang berlalu dengan cepat di atas bagian

usus halus. (3)

3

Page 4: Responsi Ileus Obstruktif(Tinjauan Pustaka)

Usus besar (Intestinum Crassum)

Lokasi dari bagian usus besar terdapat di dalam kavum peritonium dan

retroperitonium. Vaskularisasi berasal dari cabang A Mesenterika Superior dan A

Mesenterika Inferior. Perjalanan venanya dari Vena mesenterika inferior ke vena

splenikus dan vena mesenterika superior bergabung dengan vena splenikus masuk

ke vena porta dan kemudian masuk ke hati. Perlajanan limfe dari seluruh kolon

dan 2/3 proksimal rektum ke lnn. Paraaortik kemudian berjalan ke cysterna chyli.

(3)

Usus besar mempunyai panjang 1.5 – 1.8 meter dan mulai pada katup

ileosekal. Kolon dibagi menjadi :

Kolon asendens, berjalan dekat ke dinding depan perut pada sisi kanan

bawah hati, pada sisi kanan terdapat fleksura kolika kanan.

Kolon transversum, usus besar berjalan dalam lengkungan sepanjang

dinding depan rongga perut.

4

Page 5: Responsi Ileus Obstruktif(Tinjauan Pustaka)

Pada fleksura kolika kiri setinggi kutub bawah limpa, usus besar

membelok pada sudut kanan menjadi kolon desendens yang tertutup oleh

kelok-kelok usus halus, menuju ke bawah dan posterior sepanjang dinding

lateral kiri rongga perut.

Kolon sigmoid, terletak di fosa ilika kiri dan memasuki panggul kecil

dalam jerat berbentuk huruf S.

Rektum, mulai di depan vertebra sakralis kedua sampai ketiga dan

berakhir pada anus. (3)

Ciri-ciri usus besar:

Otot-otot longitudinal eksternal tertekan menjadi tiga pita longitudinal

selebar 1 cm, yakni tenia-tenia kolon. Tenia Libera terletak di anterior, tenia

mesokolika terletak di medial terhadap kolon asendens dan desendens dan pada

kolon tranversum, tenia ini berhubungan dengan asal mesokolon. Tenia omentalis,

terletak di poeterior dan medial, pada kolon transversum di bawah asal omentum

mayus. (3)

Gerakan-gerakan usus besar

Isi-isi usus digerakkan sepanjang kolon sambil bertambah pekat akibat

peristalsis lambat dan antiperistalik. Dengan melalui beberapa gerakan

pengankutan, isi-isi usus digerakkan ke dalam bagian distal kolon. (3)

5

Page 6: Responsi Ileus Obstruktif(Tinjauan Pustaka)

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI

Ileus adalah sindroma klinis yang disebabkan oleh gangguan pasase usus,

baik karena obstruksi lumen usus ataupun karena gangguan peristaltik(5).

Ileus Obstruksi adalah gangguan pasase isi usus secara normal ke rektum

karena hambatan ekstrinsik atau intrinsik usus baik parsial atau total, baik pada

usus kecil maupun usus besar(5).

2.2PATOFISIOLOGI(2,4,5)

Peristiwa patofisiologik yang terjadi setelah obstruksi usus adalah sama,

tanpa memandang apakah obtruksi tersebut diakibatkan oleh penyebab mekanik

atau fungsional. Perbedaan utamanya pada obstruksi paralitik dimana peristaltik

dihambat dari permulaan, sedangkan pada obstruksi mekanis peristaltik mula-

mula diperkuat, kemudian intermitten, dan akhirnya hilang. Lumen usus yang

tersumbat secara progresif akan teregang oleh cairan dan gas (70 % dari gas yang

ditelan) akibat peningkatan tekanan intra lumen, yang menurunkan pengaliran air

dan natrium dari lumen usus ke darah. Oleh karena sekitar 8 liter cairan disekresi

kedalam saluran cerna setiap hari, tidak adanya absorbsi dapat mengakibatkan

penimbunan intra lumen yang cepat. Muntah dan penyedotan usus setelah

pengobatan dimulai merupakan sumber kehilangan utama cairan dan elektrolit.

Pengaruh atas kehilangan cairan dan elektrolit adalah mengecilnya ruang cairan

ekstra sel yang mengakibatkan hemokonsentrasi, hipovolemia, insufisiensi ginjal,

6

Page 7: Responsi Ileus Obstruktif(Tinjauan Pustaka)

syok - hipotensi, pengurangan curah jantung, penurunan perfusi jaringan,

asidosis metabolik dan kematian bila tidak dikoreksi.

Peregangan usus yang terus menerus menyebabkan lingkaran setan

penurunan absorbsi cairan dan peningkatan sekresi cairan kedalam usus. Efek

lokal peregangan usus adalah iskemia akibat distensi dan peningkatan

permeabilitas akibat nekrosis, disertai absorbsi toksin-toksin/bakteri kedalam

rongga peritonium dan sirkulasi sistemik. Pengaruh sistemik dari distensi yang

mencolok adalah elevasi diafragma dengan akibat terbatasnya ventilasi dan

berikutnya timbul atelektasis. Aliran balik vena melalui vena kava inferior juga

dapat terganggu. Segera setelah terjadinya gangguan aliran balik vena yang nyata,

usus menjadi sangat terbendung, dan darah mulai menyusup kedalam lumen usus.

Darah yang hilang dapat mencapai kadar yang cukup berarti bila segmen usus

yang terlibat cukup panjang.

2.3 ETIOLOGI(2,4,5)

Penyebab ileus obstruksi yang paling sering dijumpai di Indonesia

1. Perlengketan : lengkung usus menjadi melekat pada area yang sembuh

secara lambat atau pada jaringan parut setelah pembedahan abdomen.

2. Intususepsi : Salah satu bagian dari usus menyusup kedalam bagian lain

yang ada dibawahnya akibat penyempitan lumen usus. Segmen usus

tertarik kedalam segmen berikutnya oleh gerakan peristaltik yang

memperlakukan segmen itu seperti usus. Paling sering terjadi pada anak-

anak dimana kelenjar limfe mendorong dinding ileum kedalam dan terpijat

disepanjang bagian usus tersebut (ileocaecal) lewat coecum kedalam usus

besar (colon) dan bahkan sampai sejauh rectum dan anus.

7

Page 8: Responsi Ileus Obstruktif(Tinjauan Pustaka)

3. Volvulus : Usus besar yang mempunyai mesocolon dapat terpuntir sendiri

dengan demikian menimbulkan penyumbatan dengan menutupnya

gelungan usus yang terjadi amat distensi. Keadaan ini dapat juga terjadi

amat distensi. Keadaan ini dapat juga terjadi pada usus halus yang terputar

pada mesenteriumnya.

4. Hernia inkarserata : Protrusi usus melalui area yang lemah dalam usus atau

dinding dan otot abdomen.

5. Tumor : Tumor yang ada dalam dinding usus meluas kelumen usus atau

tumor diluar usus menyebabkan tekanan pada dinding usus (Cyste,

Myoma)

6. Kelainan kongenital (Atresia ani)

7. Striktur karena iskemik atau radiasi

8. Keradangan kronik (TBC, Inflammatory Bowel Disease)

9. Benda asing (Ascaris, Batu)

10. Kistik fibrosis, Meconeum ileus (pada bayi)

11. Batu empedu

8

Page 9: Responsi Ileus Obstruktif(Tinjauan Pustaka)

Menurut letak sumbatannya maka ileus obstruktif dibagi menjadi dua(4):

1. Obstruksi tinggi, bila mengenai usus halus

2. Obstruksi rendah bila mengenai usus besar

9

Page 10: Responsi Ileus Obstruktif(Tinjauan Pustaka)

BAB III

3.1 OBSTRUKSI USUS HALUS

Pada obstruksi usus sederhana yang terlibat hanya lumen usus, sedangkan

pada strangulasi peredaran darah juga terganggu dan dapat mengakibatkan

nekrosis dinding usus(4).

Obstruksi usus halus dapat disebabkan oleh perlekatan usus, hernia,

neoplasma, intususepsi, volvulus, benda asing, batu empedu yang masuk ke usus

melalui fistula kolesisenterik, penyakit radang usus (inflammatory bowel disease),

striktur, fibrokistik, dan hematoma(4).

3.2 MANIFESTASI KLINIS(4)

A. Obsruksi Sederhana

Pada obstruksi sederhana, hambatan pasase muncul tanpa disertai

gangguan vaskuler dan neurologik. Makanan dan cairan yang ditelan, sekresi

usus, dan udara terkumpul dalam jumlah yang banyak jika obstruksinya komplit.

Bagian usus proksimal distensi, dan bagian distal kolaps. Fungsi sekresi dan

absorpsi membrane mukosa usus menurun, dan dinding usus menjadi udema dan

kongesti. Distensi intestinal yang berat, dengan sendirinya secara terus menerus

dan progresif akan mengacaukan peristaltik dan fungsi sekresi mukosa dan

meningkatkan resiko dehidrasi, iskemia, nekrosis, perforasi, peritonitis, dan

kematian

Pada obstruksi usus halus proksimal akan timbul gejala muntah yang

banyak, yang jarang menjadi muntah fekal walaupun obstruksi berlangsung lama.

10

Page 11: Responsi Ileus Obstruktif(Tinjauan Pustaka)

Nyeri abdomen bervariasi dan sering dirasakan sebagai perasaan tidak enak di

perut bagian atas.

Obstruksi bagian tengah atau distal menyebabkan kejang di daerah

periumbilikal atau nyeri yang sulit dijelaskan lokasinya. Kejang hilang timbul

dengan adanya fase bebas keluhan. Muntah akan timbul kemudian, waktunya

bervariasi tergantung letak sumbatan. Semakin distal sumbatan, maka muntah

yang dihasilkan semakin fekulen. Obstipasi selalu terjadi terutama pada obstruksi

komplit.

Tanda vital normal pada tahap awal, namun akan berlanjut dengan

dehidrasi akibat kehilangan cairan dan elektrolit. Suhu tubuh bisa normal sampai

demam. Distensi abdomen dapat minimal atau tidak ada pada obstruksi proksimal

dan semakin jelas pada sumbatan di daerah distal. Peristaltik usus yang

mengalami dilatasi dapat dilihat pada pasien yang kurus. Bising usus yang

meningkat dan metallic sound dapat didengar sesuai dengan timbulnya nyeri pada

obstruksi di daerah distal.

Pada ileus obstruksif letak rendah jangan untuk melakukan pemeriksaan

rektosigmoidoskopi dan kolon (dengan colok dubur dan barium in loop) untuk

mencari penyebabnya. Periksa pula kemungkinan terjadinya hernia.

B. Obstruksi disertai Proses Strangulasi

Pada obstruksi strangulata, kematian jaringan usus umumnya dihubungkan

dengan hernia inkarserata, volvulus, intussusepsi, dan oklusi vaskuler. Strangulasi

biasanya berawal dari obstruksi vena, yang kemudian diikuti oleh oklusi arteri,

menyebabkan iskemia yang cepat pada dinding usus. Usus menjadi udema dan

nekrosis, memacu usus menjadi gangrene dan perforasi.

11

Page 12: Responsi Ileus Obstruktif(Tinjauan Pustaka)

Kira-kira sepertiga obstruksi dengan strangulasi tidak diperkirakan

sebelum dilakukan operasi. Gejalanya seperti obstruksi sederhana tetapi lebih

nyata dan disertai dengan nyeri hebat. Hal yang perlu diperhatikan adalah adanya

skar bekas operasi atau hernia.

Bila dijumpai tanda-tanda strangulasi maka diperlukan tindakan operasi

segera untuk mencegah terjadinya nekrosis usus.

3.3 DIAGNOSA(1,2)

1. Subyektif : Anamnesa

Gejala Utama :

Nyeri – kolik

Obstruksi Usus halus : kolik dirasakan sekitar

umbilikus

Obstruksi Kolon : kolik dirasakan sekitar

suprapubik,

Muntah

Stenosis Pilorus : Encer dan asam

Obstruksi usus halus : berwarna kehijauan

Obstruksi kolon : onset muntah lama, perut

kembung (Distensi)

Konstipasi

Tidak ada defekasi

Tidak ada flatus

Adanya benjolan di perut, inguinal, dan femoral yang tidak dapat kembali

menandakan adanya hernia inkarserata. Invaginasi dapat didahului oleh riwayat

12

Page 13: Responsi Ileus Obstruktif(Tinjauan Pustaka)

buang air besar berupa lendir dan darah. Pada ileus paralitik e.c. peritonitis dapat

diketahui riwayat nyeri perut kanan bawah yang menetap. Riwayat operasi

sebelumnya dapat menjurus pada adanya adhesi usus. Onset keluhan yang

berlangsung cepat dapat dicurigai sebagai ileus letak tinggi dan onset yang lambat

dapat menjurus kepada ileus letak rendah.

2. Objektif – pemeriksaan fisik

A. Strangulasi

Adanya strangulasi ditandai dengan adanya lokal peritonitis seperti :

- Takikardi

- Pireksia (demam)

- Lokal Tenderness dan guarding

- Rebound tenderness

- Nyeri lokal

- Hilangnya suara usus lokal

Untuk mengetahui secara pasti hanya dengan laparotomi

B. Obstruksi

Inspeksi

Perut distensi, dapat ditemukan Darm contour dan Darm steifung.

Benjolan pada regio inguinal, femoral dan skrotum menunjukkan suatu hernia

inkarserata. Pada Intussusepsi dapat terlihat massa abdomen berbentuk sosis.

Adanya adhesi dapat dicurigai bila ada bekas luka operasi sebelumnya.

Palpasi

Kadang teraba massa seperti pada tumor, invaginasi, hernia

Rectal Toucher

13

Page 14: Responsi Ileus Obstruktif(Tinjauan Pustaka)

Isi rektum menyemprot : Hirschprung disease

Adanya darah dapat menyokong adanya strangulasi, neoplasma

Feses yang mengeras : skibala

Feses negatif : obstruksi usus letak tinggi

Ampula rekti kolaps : curiga obstruksi

Nyeri tekan : lokal atau general peritonitis

Perkusi

Meteorismus (+), Hipertimpani

Auskultasi

Hiperperistaltik, bising usus bernada tinggi (Metallic sound),

borborhygmi. Pada fase lanjut bising usus dan peristaltik melemah sampai hilang.

3. Nilai laboratorium

Bukan pedoman menegakkan diagnosa. Nilai laboratorium pada awalnya

normal, kemudian akan terjadi hemokonsentrasi, leukositosis, dan gangguan

elektrolit.

4. Pemeriksaan radiologis

Foto polos abdomen dengan posisi tegak atau lateral lateral dekubitus,

tampak pelebaran udara usus halus atau usus besar dengan gambaran anak tangga

dan air-fluid level, pemberian kontras akan menunjukkan adanya obstruksi mekanis

dan letaknya. Penggunaan kontras dikontraindikasikan adanya perforasi-peritonitis.

Barium enema diindikasikan untuk invaginasi, dan endoskopi disarankan pada

kecurigaan volvulus(5).

3.4 PENATALAKSANAAN(4)

14

Page 15: Responsi Ileus Obstruktif(Tinjauan Pustaka)

Penatalaksanaan obstruksi ileus sekarang dengan jelas telah menurunkan

angka morbiditas dan mortalitas. Hal ini terutama disebabkan telah dipahaminya

dengan tepat patogenesis penyakit serta perubahan homeostasis sebagai akibat

obstruksi usus. Pada umumnya penderita mengikuti prosedur penatalaksanaan

dalam aturan yang tetap.

1. Persiapan penderita.

Persiapan penderita berjalan bersama dengan usaha menegakkan

diagnosa obstruksi ileus secara lengkap dan tepat. Sering dengan persiapan

penderita yang baik, obstruksinya berkurang atau hilang sama sekali. Persiapan

penderita meliputi:

Dekompressi usus.

Koreksi elektrolit dan keseimbangan asam basa.

Atasi dehidrasi.

Mengatur peristaltik usus yang efisien berlangsung selama 4-24 jam sampai

saatnya penderita siap untuk operasi.

2. Operatif.

Bila telah diputuskan untuk tindakan operasi, ada 3 hal yang perlu :

Berapa lama obstruksinya sudah berlangsung.

Bagaimana keadaan/fungsi organ vital lainnya, baik sebagai akibat

obstruksinya maupun kondisi sebelum sakit.

Apakah ada resiko strangulasi.

Kewaspadaan akan resiko strangulasi sangat penting. Pada obstruksi ileus

yang ditolong dengan cara operatif pada saat yang tepat, angka kematiannya adalah

1% pada 24 jam pertama, sedangkan pada strangulasi angka kematian tersebut 31%.

15

Page 16: Responsi Ileus Obstruktif(Tinjauan Pustaka)

Pada umumnya dikenal 4 macam (cara) tindakan bedah yang dikerjakan pada

obstruksi ileus.

a) Koreksi sederhana (simple correction). Hal ini merupakan tindakan bedah

sederhana untuk membebaskan usus dari jepitan, misalnya pada hernia incarcerata

non-strangulasi, jepitan oleh streng/adhesi atau pada volvulus ringan.

b) Tindakan operatif by-pass. Membuat saluran usus baru yang "melewati"

bagian usus yang tersumbat, misalnya pada tumor intralurninal, Crohn disease, dan

sebagainya.

c) Membuat fistula entero-cutaneus pada bagian proximal dari tempat obstruksi,

misalnya pada Ca stadium lanjut.

d) Melakukan reseksi usus yang tersumbat dan membuat anastomosis ujung-

ujung usus untuk mempertahankan kontinuitas lumen usus, misalnya pada

carcinomacolon, invaginasi strangulata, dan sebagainya.

Pada beberapa obstruksi ileus, kadang-kadang dilakukan tindakan

operatif bertahap, baik oleh karena penyakitnya sendiri maupun karena keadaan

penderitanya, misalnya pada Ca sigmoid obstruktif, mula-mula dilakukan kolostomi

saja, kemudian hari dilakukan reseksi usus dan anastomosis.

3.5 PASCA BEDAH(4)

Suatu problematik yang sulit pada keadaan pasca bedah adalah distensi

usus yang masih ada. Pada tindakan operatif dekompressi usus, gas dan cairan yang

terkumpul dalam lumen usus tidak boleh dibersihkan sama sekali oleh karena

catatan tersebut mengandung banyak bahan-bahan digestif yang sangat diperlukan.

Pasca bedah tidak dapat diharapkan fisiologi usus kembali normal, walaupun

terdengar bising usus. Hal tersebut bukan berarti peristaltik usus telah berfungsi

16

Page 17: Responsi Ileus Obstruktif(Tinjauan Pustaka)

dengan efisien, sementara ekskresi meninggi dan absorpsi sama sekali belum baik.

Sering didapati penderita dalam keadaan masih distensi dan disertai diare pasca

bedah. Tindakan dekompressi usus dan koreksi air dan elektrolit serta menjaga

keseimbangan asam basa darah dalam batas normal tetap dilaksanakan pada pasca

bedahnya. Pada obstruksi yang lanjut, apalagi bila telah terjadi strangulasi,

monitoring pasca bedah yang teliti diperlukan sampai selama 6 - 7 hari pasca bedah.

Bahaya lain pada masa pasca bedah adalah toksinemia dan sepsis. Gambaran

kliniknya biasanya mulai nampak pada hari ke 4-5 pasca bedah. Pemberian

antibiotika dengan spektrum luas dan disesuaikan dengan hasil kultur kuman

sangatlah penting.

3.6 DIAGNOSA BANDING(5)

1. Ileus paralitik

Pada ileus paralitik ditegakkan dengan auskultasi abdomen berupa silent

abdomen yaitu bising usus menghilang. Pada gambaran foto polos abdomen

didapatkan pelebaran udara usus halus atau besar tanpa air-fluid level.

2. Oklusi vaskular usus akut

17

Page 18: Responsi Ileus Obstruktif(Tinjauan Pustaka)

Sjukur A. Al Rasjid H. Soedjatmiko. Wibowo S. Alibasah S. 1994. Pedoman Diagnosa Dan Terapi. Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Soetomo. Surabaya. pp. 89-91.

3.7 KOMPLIKASI(5)

- Infeksi

- Bila disertai strangulasi dapat terjadi gangren usus.

- Perforasi

Cepatnya penanganan sangat menentukan prognosa penderita

3.8 PROGNOSIS

Saat operasi, prognosis tergantung kondisi klinik pasien sebelumnya.

Setelah pembedahan dekompresi, prognosisnya tergantung dari penyakit yang

mendasarinya

3.9 Obstruksi Usus Besar

Kira-kira 15 % obstruksi usus terjadi di usus besar. Obstruksi dapat

terjadi di setiap bagian kolon tetapi paling sering di sigmoid. Penyebabnya adalah

karsinoma, volvulus, kelainan divertikular, inflamasi, tumor jinak, impaksi fekal,

dan lain- lain(4).

Manifestasi klinis

Obstruksi mekanis di kolon timbul perlahan- lahan dengan nyeri akibat

sumbatan biasanya terasa di daerah epigastrium. Nyeri yang hebat damn terus-

menerus menunjukkan adanya iskemia atau peritonitis. Borborygmus dapat keras

dan timbul sesuai dengan nyeri. Konstipasi atau obstipasi adalah gambaran umum

obstruksi komplet. Muntah timbul kemudian dan tidak terjadi bila katup ileosekal

mampu mencegah refluks. Bila akibat refluks. Isi kolon terdorong ke dalam usus

halus, akan tampak gangguan pada usus halus. Muntah fekal akan terjadi

kemudian(4).

18

Page 19: Responsi Ileus Obstruktif(Tinjauan Pustaka)

Pada keadaan valvula Bauchini yang paten, terjadi distensi hebat dan

sering mengakibatkan perforasi sekum karena tekanannya paling tinggi dan

dindingnya yang lebih tipis(4).

Pada pemeriksaan fisis akan menunjukkan distensi abdomen dan timpani,

gerakan usus akan tampak pada pasien yang kurus, dan akan terdengar metallic

sound pada auskultasi. Nyeri yang terlokasi, dan terabanya massa menunjukkan

adanya strangulasi. Peritonitis mengarah pada terjadinya ganren atau ruptur dinding

dinding usus. Darah segar dapat ditemukan di rektum bila terjadi intususepsi atau

karsinoma kolon atau rektum(4).

Pada gambaran radiologi, kolon yanga mengalami distensi menunjukkan

gambaran seperti ’ pigura’ dari dinding abdomen. Kolon dapat dibedakan dari

dinding usus dengan melihat adanya haustre yang tidak melintasi seluluh lumen

kolon yang terdistensi. Barium enema akan menunjukkan lokasi sumbatan(5).

Diagnosa Banding(4)

A. Obstruksi Usus Halus

Nyeri pada obstruksi usus besar biasanya timbul perlahan dan lebih ringan, serta

tidak terjadi muntah bila distensi abdomen masih ringan. Obstruksi pada pasien

dewasa tanpa riwayat operasi atau riwayat obstruksi sebelumnya biasanya

disebabkan karsinoma.

B. Ileus Paralitik

Bising usus tidak terdengar dan tidak terjadi ketegangan dinding perut.

C. Pseudoobstruksi

19

Page 20: Responsi Ileus Obstruktif(Tinjauan Pustaka)

Penatalaksanaan(4)

Tujuan utama pelaksanaan adalah dekompresi bagian yang mengalami

obstruksi untuk mencegah perforasi. Tindakan operasi biasanya selalu diperlukan.

Menghilangkan penyebab obstruksi adalah tujuan kedua.

20

Page 21: Responsi Ileus Obstruktif(Tinjauan Pustaka)

BAB IV

KESIMPULAN

Obstruksi usus (mekanik) adalah keadaan dimana isi lumen saluran cerna

tidak bisa disalurkan ke distal atau anus karena ada sumbatan/hambatan yang

disebabkan kelainan dalam lumen usus, dinding usus atau luar usus yang menekan

atau kelainan vaskularisasi pada suatu segmen usus yang menyebabkan nekrose

segmen usus tersebut.

Obstruksi usus halus dapat disebabkan oleh adhesi, hernia inkarserata,

neoplasma, intususepsi, volvulus, benda asing, kumpulan cacing askaris,

sedangkan obstruksi usus besar penyebabnya adalah karsinoma, volvulus,

divertikulum Meckel, penyakit Hirschsprung, inflamasi, tumor jinak, impaksi

fekal.

Gejala penyumbatan usus meliputi nyeri kram pada perut, disertai

kembung. Bising usus yang meningkat dan “metallic sound” dapat didengar

sesuai dengan timbulnya nyeri pada obstruksi di daerah distal. Gejala umum

berupa syok, oliguri dan gangguan elektrolit. Kolik dapat terlihat pada inspeksi

perut sebagai gerakan usus atau kejang usus dan pada auskultasi sewaktu serangan

kolik, hiperperistaltis kedengaran jelas sebagai bunyi nada tinggi. Usus di bagian

distal kolaps, sementara bagian proksimal berdilatasi. Usus yang berdilatasi

menyebabkan penumpukan cairan dan gas, distensi yang menyeluruh

menyebabkan pembuluh darah tertekan sehingga suplai darah berkurang

(iskemik), dapat terjadi perforasi. Gambaran radiologi dari ileus berupa distensi

21

Page 22: Responsi Ileus Obstruktif(Tinjauan Pustaka)

usus dengan multiple air fluid level, distensi usus bagian proksimal, absen dari

udara kolon pada obstruksi usus halus.

Tujuan utama penatalaksanaan adalah dekompresi bagian yang mengalami

obstruksi untuk mencegah perforasi. Tindakan operasi biasanya selalu diperlukan.

22

Page 23: Responsi Ileus Obstruktif(Tinjauan Pustaka)

DAFTAR PUSTAKA

1. Enders G. 2011. Colonic Polyps. Medscape Reference.

http://www.emedicine.com/med/topic414.html. viewed 17 April 2012.

2. Hamami AH. Riwanto I. Pieter J. Tjambolang T. 2011. Usus Halus,

Apendiks, Kolon, dan Anorektum, Dalam: Jong WD. Sjamsuhidajat. Buku

Ajar Ilmu Bedah. Edisi III. EGC. Jakarta. pp. 731-798.

3. Kahle W, Leondhardt H, Platzer W. 2005. Atlas Berwarna & Teks

Anatomi manusia Alat-alat Dalam. Edisi 6, jilid 2. Penerbit Hipokrates.

Jakarta. pp. 218-233.

4. Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W. 2008. Kapita

Selekta Kedokteran. Media Aesculapius. Jakarta. pp. 318-320.

5. Sjukur A. Al Rasjid H. Soedjatmiko. Wibowo S. Alibasah S. 2008.

Pedoman Diagnosa Dan Terapi Bag/SMF Ilmu Bedah. Rumah Sakit

Umum Dokter Soetomo. Surabaya. pp. 23-25.

6. Yates K. 2004. Bowel obstruction. In: Cameron P, Jelinek G, Kelly AM, Murray L,

BrownAFT, Heyworth T, editors. Textbook of adult emergency medicine. 2nd ed.

Churchill Livingstone. New York. pp.306-9

23