restorasi rigid

66
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyak masalah-masalah restorasi yang memerlukan pemecahan tidak dapat diselesaikan dengan menggunakan amalgam atau resin. Ada batas-batas tertentu pada penggunaan amalgam, resin atau lempeng emas, karena masing-masing restorasi diperlukan dukungan dari gigi. Prosedur tersebut memerlukan pemikiran yang seksama dalam hal desain dan preparasi. Jaringan gingival dan gigi harus dikontrol secara teliti sebelum dilakukan penetakan. Bahan-bahan cetak harus dimanipulasi untuk memperoleh hasil dengan kualitas dimensional yang bagus. Apabila dilakukan dengan tepat, model kerja yang akurat akan diperoleh dari proses pencetakan ini. Model akan dipasang dalam artikulator untuk mendapatkan hubungan interoklusal pada waktu pembuatan model malam. Model malam harus dibuat secara akurat untuk mendapat kontak oklusal dan detail anatomi yang baik pada gigi yang direstorasi., model malam ditempatkan didalam bahan 1

Upload: dewi-majidah

Post on 12-Aug-2015

798 views

Category:

Documents


49 download

TRANSCRIPT

Page 1: restorasi rigid

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Banyak masalah-masalah restorasi yang memerlukan pemecahan tidak

dapat diselesaikan dengan menggunakan amalgam atau resin. Ada batas-batas

tertentu pada penggunaan amalgam, resin atau lempeng emas, karena masing-

masing restorasi diperlukan dukungan dari gigi.

Prosedur tersebut memerlukan pemikiran yang seksama dalam hal

desain dan preparasi. Jaringan gingival dan gigi harus dikontrol secara teliti

sebelum dilakukan penetakan. Bahan-bahan cetak harus dimanipulasi untuk

memperoleh hasil dengan kualitas dimensional yang bagus. Apabila

dilakukan dengan tepat, model kerja yang akurat akan diperoleh dari proses

pencetakan ini.

Model akan dipasang dalam artikulator untuk mendapatkan hubungan

interoklusal pada waktu pembuatan model malam. Model malam harus dibuat

secara akurat untuk mendapat kontak oklusal dan detail anatomi yang baik

pada gigi yang direstorasi., model malam ditempatkan didalam bahan tanam

dan dipanaskan untuk mencairkan malam dam menerima logam cair.

Metode lain adalah langsung membentuk model malam pada

preparasi. Inilah metode pilihan sebagian besar preparsi dengan satu atau dua

permukaan. Metode langsung ini akan mengurangi waktu yang dibutuhkan

untuk pengecoran dibandingkan dengan metode tidak langsung yang

mencakup pencetaan.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana tahap-tahap preparasi pada restorasi rigid dengan

menggunakan bahan bahan, meliputi: logam, porcelain, resin komposit, dan

porcelain fused to metal.

1

Page 2: restorasi rigid

1.3 Tujuan

Untuk mengetahui dan memahami tahap-tahap preparasi pada

restorasi rigid dengan menggunakan bahan bahan, meliputi: logam, porcelain,

resin komposit, dan porcelain fused to metal.

1.4 Mapping

2

Karies

Restorasi rigid

Inlay

Pemilihan bahan

Onlay Veneer Full crown Mahkota pasak

Kelebihan dan Kekurangan

Restorasi plastis

Teknik preparasi

Page 3: restorasi rigid

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Restorasi Rigid

Restorasi merupakan perawatan untuk mengembalikan struktur

anatomi dan fungsi pada gigi, yang disebabkan karies, fraktur, atrisi, abrasi

dan erosi. Bahan restorasi merupakan salah satu bahan yang banyak dipakai

dibidang kedokteran gigi. Bahan restorasi berfungsi untuk memperbaiki dan

merestorasi gigi yang rusak atau mengganti gigi yang hilang, sehingga dapat

mengembalikan fungsi kunyah, fungsi bicara, dan fungsi estetika gigi

tersebut. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang

kedokteran gigi telah menemukan teknik dan bahan untuk merestorasi

berbagai kelainan atau kerusakan gigi khususnya yang berkaitan dengan

estetika (T.R. Pitt Ford, 1993 : 61).

Restorasi dapat dibagi atas dua bagian yaitu plastis dan rigid.

Restorasi plastis adalah teknik restorasi dimana preparasi dan pengisian

tumpatan dikerjakan pada satu kali kunjungan, tidak memerlukan fasilitas

laboratorium dan murah. Tumpatan plastis cenderung digunakan ketika

struktur gigi cukup banyak untuk mempertahankan integritas dengan bahan

tumpatan. Restorasi rigid merupakan restorasi yang dibuat di laboratorium

dental dengan menggunakan model cetakan gigi yang dipreparasi kemudian

disemenkan pada gigi. Umumnya restorasi ini membutuhkan kunjungan

berulang dan penempatan tumpatan sementara sehingga lebih mahal untuk

pasien. (T.R. Pitt Ford, 1993 : 61).

Berlawanan dengan sifat bahan tumpatan plastis yang bisa

dimanipulasi selama melakukan penumpatan, ada sekelompok bahan restorasi

yang harus dibentuk dan diselesaikan dahulu diluar mulut sebelum

ditumpatkan ke dalam gigi atau diatas gigi yang telah dipreparasi. Jika

restorasinya cocok dengan kavitas yang telah dipreparasi didalam gigi disebut

3

Page 4: restorasi rigid

restorasi intrakorona, sedangkan jika cocok menutupi gigi yang telah

dipreparasi disebut restorasi ekstrakorona. Sifat mekanik yang sangat baik

dari bahan restorasi kelompok ini telah menyebabkan meluasnya pemakaian

restorasi ekstrakorona. Dalam restorasi intrakorona bahan tersebut sedikit

digunakan karena dengan bahan tumpatan plastis pekerjaan bisa lebih mudah,

lebih cepat, dan jauh lebih murah. Jika pada gigi terdapat kavitas yang sangat

luas, maka lebih baik menambal kavitas dengan bahan restorasi plastis yang

memperoleh restorasi tambahannya misalnya dari pin, lalu membuat restorasi

ekstrakorona untuk melindungi tonjolnya yang telah lemah. Cara demikian

lebih baik daripada membuat restorasi rigid intrakorona misanya inlay emas

yang tidak menyediakan perlindungan yang diperlukan dan retensinya jelas

tidak memadai (T.R. Pitt Ford, 1993 : 115).

Retensi restorasi rigid diperoleh dari bentuk geometric preparasinya,

dibantu oleh selapis tipis semen perekat yang juga berfungsi mencegah

bocornya tepi tumpatan atau masuknya bakteri (T.R. Pitt Ford, 1993 : 115).

Bertahun-tahun lamanya bahan yang banyak digunakan untuk

restorasi rigid adalah aloi emas tuang dan kaca keramik atau porselen dental.

Kedua bahan ini dalam bentuk modifikasinya dapat juga dikombinasikan

sehingga memiliki estetika yang baik yang disebabkan oleh porselen dental

dan mempunyai kekuatan seperti aloi metalnya, hasilnya adalah restorasi

metal keramik atau sering disebut sebagai mahkota bonded porcelain (T.R.

Pitt Ford, 1993 : 115).

Pilihan bahan restorasi rigid antara lain logam tuang, porselen,

porselen fused to metal, resin komposit, dan kombinasi keduanya. Logam

merupakan bahan restorasi rigid dengan kekuatan tensil yang besar, yang

membutuhkan preparasi kavitas yang luas dan bevel sebagai retensi, tetapi

memiliki masalah estetik. Sedangkan porselen merupakan bahan restorasi

rigid estetik yang paling unggul dengan kekuatan kompresif yang tinggi.

Porselen mebutuhkan biaya besar biasanya, dua sampai tiga kali lebih mahal

4

Page 5: restorasi rigid

dari restorasi rigid logam atau komposit plastis selain waktu pembuatan di

laboratorium.

Teknik restorasi rigid dibagi atas tiga metode yaitu direct, semidirect,

dan indirect. Teknik semidirect intraoral merupakan pembuatan inlay/ onlay

resin komposit satu kali kunjungan, resin komposit langsung ditumpatkan

pada gigi, disinar dari setiap arah dan kemudian di post-cured sebelum

dibonding pada gigi. Teknik semidirect ekstraoral merupakan pembuatan

restorasi rigid satu kali kunjungan yang dibuat menggunakan die fleksibel dan

berfungsi untuk mengoreksi kontak marginal. Teknik indirect merupakan

pembuatan restorasi rigid yang dilakukan dalam laboratorium dental dengan

menggunakan model dari kavitas gigi yang dipreparasi, membutuhkan

tumpatan sementara dan kunjungan berulang.

2.2 Macam-Macam Restorasi Rigid

1. Inlay

Dental Inlay adalah restorasi gigi yang digunakan untuk

memperbaiki gigi yang rusak ringan hingga sedang. Inlay juga dapat

digunakan untuk mengembalikan gigi yang retak atau patah jika kerusakan

tidak cukup parah untuk memerlukan mahkota gigi. Inlay biasanya terbuat

dari porselen, resin komposit, dan kadang-kadang dari emas. Inlay disebut

juga restorasi intrakorona , yaitu restorasi yang terdapat di dalam kavitas

oklusal. Restorasi ini dibentuk di luar mulut dari bahan yang rigid dan

kemudian disemenkan ke dalam gigi yang telah dipreparasi, yang tentu

saja tidak boleh mempunyai undercut.

Inlay serupa dengan onlay, yaitu tambalan yang dibuat di dental lab

kemudian dicekatkan ke gigi pasien dengan semen kedokteran gigi.

Umumnya gigi yang dibuatkan inlay atau onlay adalah gigi yang karies

dan sudah berlubang besar atau gigi dengan tambalan yang kondisinya

sudah buruk dan harus diganti, bila ditambal secara direct dengan

5

Page 6: restorasi rigid

amalgam ataupun resin komposit dikhawatirkan tambalan tersebut tidak

akan bertahan lama karena patah atau lepas.

Beberapa restorasi inlay yang sering digunakan adalah:

a. Inlay logam tuang dengan teknik direk

b. Inlay dan onlay logam tuang dengan teknik indirek

c. Inlay porselen

Bahan yang digunakan

a. Logam tuang

Logam tradisional bagi inlay adalah emas. Emas murni (24

karat, 100 persen atau 1000 fine) jarang sekali digunakan karena

merupakan bahan yang sangat lunak. Logam lain lalu ditambahkan

kedalamnya untuk meningkatkan sifat fisiiknya dan karena itu bahan

yang digunakan dalam inlay ”emas” tradisional adalah suatu aloi

emas. Aloi tersebut ada yang terdiri dari 60 persen emas atau lebih

dan ada pula yang hanya mengandung 20 persen emas. Aloi-aloi lain

sama sekali tidak mengandung emas tetapi hanya mengandung

kombinasi-kombinasi logam-logam lain, sehingga sering disebut

sebagai logam cor.

b. Porselen

Inlay dan vinir porselen dibuat dengan salah satu dari dua

teknik yang sangat berbeda. Pada teknik pertama,cetakan gigi dicor

dalam bahan refraktori yang dapat dipanaskan sampai suhu tinggi

sekali tanpa mengalami kerusaka. Bubuk porselen dicampur dengan

cairan sampai menjadi pasta dan dimasukkan ke dalam kavitas inlay

atau ke dalam permikaan labial model refraktori ini, kemudian dibakar

dalam tungku pembakaran sampai partikel-partikel porselennya

menyatu. Proses diulang beberapa kali hingga restorasi menjadi

berbentuk dan berwarna seperti yang diinginkan. Model refraktori

6

Page 7: restorasi rigid

kemudian dibuka,biasanya dengan sand blasting atau glass bead

blasting.

Teknik kedua adalah mengecor suatu batangan kaca yang

layak cor ke dalam mould dengan lost wax technique. Restorasi kaca

ini kemudian dimasukkan ke dalam tungku pembakaran keramik yang

akan mengubah bahan menjadi keramik yang kemudian diwarnai dan

dibakar untuk mengubah penampilannya. Kedua teknik menghasilkan

restorasi keramik (biasanya disebut porselen walaupun sebetulnya

tidak akurat), tetapi bahan-bahan ini agak berbeda sifatnya.

Keuntungan dan kerugian restorasi logam tuang dan porselen yaitu:

a. Kekuatan

Pada daerah yang tipis, logam cor lebih kuat daripada

amalgam, komposit, atau semen ionomer kaca dan mempunyai

kesanggupan melawan kekuatan tensil yang lebih besar. Oleh karena

itu, bahan ini merupakan bahan pilihan untuk melindungi tonjol gigi

yang telah melemah, yang dengan ketebalan logam 1,0 mm atau

kurang sudah cukup dibandingkan dengan ketebalan minimal

amalgam yang 3mm.

Sifatnya yang kuat walau dalam potongan tipis juga membuat

bahan ini lebih ideal bagi restorasi vinir ekstrakorona seperti onlay,

dan mahkota lengkap atau sebagian. Bergatung pada aloi logam yang

digunakannya, logam cor bersifat agak duktil, yang memungkinkan

tepi restorasi diburnis agar adaptasinya lebih baik. Untuk itu, preparasi

diakhiri dengan bevel atau bahu pada tepi agar ujung logam nya bisa

tipis.

Di pihak lain, porselen mempunyai kekuatan kompresif yang

tinggi tetapi rendah dalam kekuatan tensilnya. Ini berarti bahan ini

relative getas dalam potongan tipis, paling sedikit sampai bahan ini

disemenkan pada gigi dan mendapatkan dukungan dari jaringan gigi.

7

Page 8: restorasi rigid

Oleh karena itu restorasi porselen jangan diberi bevel, dan diperlukan

ketebalan minimal agar restorasi tidak pecah. Bagi porselen

konvensional, ketebalan ini minimal sekitar 1,5mm, tapi bagi vinir

porselen yang tidak terkena tekanan oklusal, 0,5mm atau kurang

sudah memadai.

b. Ketahanan Terhadap Abrasi

Walaupun amalgam menyerupai email dalam ketahananya

terhadap abrasi, baik komposit maupun semen ionomer kaca

cenderung aus dengan lebih cepat dari pada email, terutama

dipermukaan oklusal.

Logam tuang dan porselen paling sedikit sama kuatnya dengan

email dalam menahan abrasi, dan memang ada keyakinan bahwa

porselen lebih resisten daripada email sehingga restorasi porselen

berantagonis dengan gigi asli, gigi aslinya itu yang akan aus lebih

cepat. Ini akan benar-benar terjadi jiuka pengupaman (glazing)

porselen tidak sempurna atau tidak terkikis.

Jika terdapat kavitas abrasi dileher gigi, komposit atau semen

ionomer mungkin sudah cukup menahan abrasi selanjutnya. Kadang-

kadang untuk mengulangi hal ini dipakai inlay porselen atau inlay

logam cor.

c. Penampilan

Emas sering merupakan bahan yang paling disukai untuk

alasan estetika karena lebih menarik daripada amalgam dan tidak

rusak seperti silikat. Selain itu, dilingkungan masyarakat tertentu,

emas di anggap sebagai symbol status jika diletakkan di depan atau di

pinggir mulut. Dengan di perkenalkannya bahan restorasi sewarna

dengan gigi yang lebih andal, mode tersebut lambat laun menghilang

dan kini relative sedikit pasien yang meminta tambalan emas.

d. Versatilitas

8

Page 9: restorasi rigid

Logam cor merupakan bahan yang sangat serbaguna. Dengan

teknik indirek, restorasi oklusal dan konturaksial serta daerah

kontaknya dapat di bentuk dengan akurat di laboratorium. Jika

restorasi tuang di buat pada pasien yang harus juga di buatkan gigi

tiruan sebagian lepas, bidang pemandu, dudukan test,dan reciprocal

ledge dapat sekaligus di bentuk pada restorasinya sewaktu dalam

tahap laboratorium.

e. Biaya

Biaya merupakan kelemahan terbesar dari restorasi logam

tuang dan porselen. Penyebab tingginya biaya adalah jumlah waktu

yang harus dialokasikan. Selalu ada tahap laboratorium sehingga

minimal harus ada dua perjanjian klinis dengan pasien. Pertama untuk

preparasi gigi dan pencetakan, dan kedua untuk pengepasan restorasi

setelah dibuat di laboratorium. Waktu ekstra yang harus di keluarkan

oleh dokter gigi dan peteknik gigi tak terhindarkan lagi menyebabkan

biaya yang beberapa kali lebih mahal dari pada restorasi plastisnya

yang setara.

f. Penyemenan

Faktor yang lemah pada setiap restorasi yang di semenkan

adalah penyemenan. Tepi suatu restorasi yang tepat-rapat sekalipun

masih mempunyai celah beberapa micrometer (10-16 mikrometer)

dari dinding kavitas. Kerapatan tepi restorasi dengan demikian

bergantung seluruhnya pada semen.

Secara ringkas, keuntungan dan kekurangan inlay dirangkum di

bawah ini:

a. Inlay akan menambah kekuatan gigi lebih besar daripada tumpatan

biasa

b. Inlay lebih kuat dan tahan lama daripada tumpatan biasa.

9

Page 10: restorasi rigid

c. Lebih sederhana dibanding crown  karena lebih sedikit jaringan gigi

yang diambil

d. Karena melalui proses laboratorium, inlay lebih mahal dibanding

tambalan biasa.

Indikasi inlay:

1. Baik untuk kavitas yang kecil/ karies proksimal lebar

2. Bila diperlukan untuk restorasi klamer dari suatu gigi tiruan

(pegangan), misalnya: inlay bukal atau disto/mesial inlay yang perlu

untuk dibuatkan “ Rest Seat”, untuk gigi tiruan.

3. Kavitas dengan bentuk preparasi > 1,5 jarak central fossa ke puncak

cusp

4. Mengembalikan estetik pada restorasi gigi posterior yang mengalami

kerusakan akibat adanya karies sekunder

5. Kerusakan sudah meliputi setengah atau lebih permukaan gigi yang

digunakan untuk menggigit (pada gigi belakang)

6. Untuk menggantikan tambalan lama, terutama bila jaringan gigi yang

tersisa sedikit (pada gigi belakang).

Kontraindikasi inlay:

1. Frekuensi karies tinggi

2. OH pasien jelek

3. Permukaan oklusal yang berat

Restorasi keramik dapat patah pada saat kurangnya bagian yang besar

untuk mencukupi tekanan oklusal yang erlebihan. Seperti pasien yang

memilki bruxism atau kebiasaan clenching. Meihat permukaan oklusal

dapat menjadi indikasi apakah gigi pasien bruxism/clenching.

4. Ketidakmampuan untuk memeliharanya

Meskipun beberapa penelitin memberitahukan bahwa dental adhesive

dapat menetralkan berbagai kontraindikasi, adhesive teknik

10

Page 11: restorasi rigid

memerlukan real-perfect moisture control.yang menjamin

keberhasilan kliniknya.

5. Preparasi subgingival yang tajam

Walupun ini tidak menjadi kontraindikasi yang absolute preparasi

dengan kedalaman tepi gingival harus dihindari. Tepi akan sulit dan

mempengaruhi cetakan dan akan sulit untuk di selesaikan.

Dibawah ini diuraikan secara lebih lengkap mengenai indikasi yang paling

sering bagi setiap restorasi:

a.Inlay Logam Tuang Direct

Teknik inlay logam tuang secara direct hanya dapat diterapkan pada

kavitas yang sangat kecil. Dengan demikian, sifat kuatnya suatu logam

tuang tidak termanfaatkan dengan maksimal. Hanya sedikit inlay logam

tuang direct yang dibuat dan ini pun biasanya diindikasikan bersama-sama

dengan beberapa restorasi lain.

b.Inlay Logam Tuang Indirect

Teknik indirect memungkinkan dibuatnya variasi desain preparasi

yang lebih banyak. Tipe yang paling sering dipakai adalah inlay yang juga

melindungi tonjol gigi dengan jalan menutup permukaan oklusal, yang biasa

disebut onlay. Indikasi kedua yang paling sering untuk inlay indirect adalah

sebagai bagian dari suatu jembatan atau piranti lain yang menggantikan gigi

hilang.

c. Inlay Porselen

Inlay atau onlay porselen memiliki keuntungan dalam hal

penampilannya yang lebih alamiah dibandingkan dengan inlay logam tuang

dan lebih tahan abrasi daripada komposit. Oleh karena itu, porselen cocok

untuk permukaan oklusal gigi posterior yang restorasinya luas dan

penampilannya diperlukan. Selain itu, porselen dapat juga dipakai di

permukaan bukal yang terlihat baik di gigi anterior maupun posterior.

Porselen tidak sekuat logam tuang tetapi jika sudah berikatan dengan

11

Page 12: restorasi rigid

permukaan email melalui sistem etsa asam tampaknya akan menguatkan

gigi dengan cara yang sama seperti pada restorasi berlapis komposit atau

semen ionomer-resin komposit.

Macam-Macam Inlay

1. Bahan Inlay Logam antara lain:

a. Emas

b. Duro silver

c. Accolite

d. Caves

Indikasi Inlay Logam:

1) Untuk karies yang besar dan dalam, terutama yang meluas sampai

aproksimal.

2) Sebagai penyangga dari bridge.

3) Gigi yang mengalami abrasi yang luas atau karies yang lebar

meskipun dangkal.

4) Pada kasus dimana diperlukan:

a) Perlindungan terhadap jaringan periodontal.

b) Kontak yang lebih baik dengan gigi tetangga.

c) Menghindari penimbunan sisa makanan.

Konta Indikasi Inlay Logam:

1) Oral hygine pasien yang buruk.

2) Pasien dengan insiden karies yang tinggi.

3) Pasien muda di bawah usia 10 tahun.

12

Page 13: restorasi rigid

2. Bahan Inlay Non Logam:

a. Porselen

b. Resin komposit

Keuntungan:

a) Warna dapat disesuaikan dengan warna gigi.

b) Permukaan licin seperti kaca.

c) Daya kondensasinya rendah dan toleransi jaringan lunak baik.

Kerugian:

a) Ketahanan terhadap benturan rendah.

b) Kurang dapat beradaptasi dengan dinding kavitas.

c) Dalam proses pembuatannya membutuhkan tungku khusus.

13

Page 14: restorasi rigid

2. Onlay

Onlay merupakan rekonstruksi gigi yang lebih luas meliputi satu

atau lebih tonjol gigi/ cusp. Apabila morfologi oklusal telah mengalami

perubahan karena restorasi sebelumnya, karies, atau penggunaan fisik,

maka inlay dengan dua permukaan tidak akan adekuat lagi. Hal ini

memerlukan suatu restorasi yang meliputi seluruh daerah oklusal. Dan

dalam keadaan ini, onlay MOD merupakan jenis restorasi yang tepat.

( Baum, Lloyd dkk. 1997 : 544)

Indikasi :

1. Pengganti restorasi amalgam yang rusak.

2. Kalau restorasi dibutuhkan sebagai penghubung tonjol bukal dan

lingual.

3. Restorasi karies interproksimal gigi posterior.

4. Restorasi gigi posterior yang menerima tekanan oklusal yang kuat.

5. Abrasi gigi posterior yang luas

6. Kerusakan gigi posterior yang besar tetapi email dan dentin bagian

bukal dan lingual masih sehat

7. Memperbaiki fungsi oklusi

8. Lebar ishtmus telah melebihi sepertiga jarak antar cups

9. Mahkota klinis masih tinggi

10. Untuk restorasi posterior pasca perawatan saluran akar dengan dinding

bukal dan lingual masi utuh.

Indikasi yang populer bagi onlay adalah menggantikan restorasi

amalgam yang rusak. Juga berguna untuk merestorasi lesi karies yang

mengenai kedua permukaan proksimal. Ciri-ciri utama dari restorasi ini

adalah mempertahankan sebagian besar jaringan gigi yang berhubungan

dengan gingival dan hal ini merupakan suatu pertimbangan periodontal

yang sangat membantu. (Baum, Lloyd dkk. 1997 : 544)

14

Page 15: restorasi rigid

Onlay merupakan modifikasi dari MOD inlay dimana telah terjadi

kerusakan mengenai lebih dari 1 cups atau lebih dari 2/3 dataran oklusal.

Biasanya lebih luas dari inlay dan menutupi salah satu atau lebih tonjol

gigi tersebut.

Kontraindikasi:

1. Dinding bukal dan lingual rusak

2. Mahkota klinis yang pendek

3. OH buruk

4. Pada pasien dengan usia muda (kurang dari 10 tahun)

5. Insidensi karies tinggi

Kelebihan onlay:

1. Menutupi sebagian / seluruh permukaan oklusal sehingga

memperbaiki fungsi oklusi.

2. Tekanan oklusal onlay bisa diteruskan merata ke jaringan gigi.

3. Tekanan pada onlay lebih menyatu

4. Mempertahankan sebagian besar jaringan gigi yang berhubungan

dengan gingival

15

Page 16: restorasi rigid

3. Mahkota Vinir Sebagian

Veneer yaitu melapisi permukaan gigi dengan bahan restorasi yang

menyerupai warna gigi asli. Veneer diindikasikan pada gigi yang berubah

warna oleh karena : obat tetrasiklin, fluor yang berlebihan, rokok dan

umur.

Indikasi:

1. Fraktur pada sebagian mahkota.

2. Karies yang besar, apabila melibatkan sudut insisal gigi anterior.

3. Kavitas permukaan labial yang besar atau klas V, khususnya apabila

berhubungan dengan karies aproksimal atau restorasi klas II.

4. Pit yang hipoplastik.

5. Perubahan warna (staining tetrasiklin).

6. Gigi-gigi yang mengalami kelainan bentuk (gigi insisivus lateral yang

konus).

7. Diperlukan perubahan pada posisi aksial kurang dari 1 mm.

8. Atrisi yang berat, abrasi, atau erosi (biasanya mengenai beberapa gigi

atau kemungkinan seluruh rahang).

9. Diperlukan penutupan menyeluruh untuk retainer jembatan.

Kontraindikasi:

1. Kebersihan mulut serta motivasi yang buruk.

2. Gigi dengan tambalan yang besar. Gigi mungkin telah ditambal

berulang kali dan memperlihatkan vitalitas yang kecil apabila

dibandingkan dengan gigi-gigi sebelahnya serta gigi-gigi

antagonisnya. Gambaran radiografi memperlihatkan kalsifikasi

saluran akar serta pembentukan dentin sekunder.

3. Pasien berusia di bawah 18 tahun di mana pada gambaran radiografi

menunjukkan rongga pulpa yang masih lebar.

4. Gigi yang sangat pendek karena fraktur sebagian besar mahkota.

16

Page 17: restorasi rigid

Kelebihan:

1. Reduksi jaringan gigi minimal

2. Memperbaiki estetis dan anatomis

Kekurangan:

1. Harga mahal dibanding komposit

4. Mahkota Penuh

Full crown adalah suatu restorasi yang terbuat dari logam campur

yang dituang dan dipasang menyelubungi seluruh permukaan gigi bagian

mahkota.

Full metal crown

Indikasi Mahkota Penuh:

1. Pilihan terakhir apabila mahkota sebagian tidak dapat menggantikan

fungsi gigi yang hilang.

2. Gigi molar dan gigi premolar, namun tidak menutup kemungkinan un-

tuk gigi anterior-posterior yang lain.

3. Gigi yang telah direstorasi besar tetapi dipertanyakan mutunya.

4. Gigi yang mempunyai karies yang sangat luas.

5. Gigi yang sangat pendek dan tidak member resistensi kecuali dengan

mahkota penuh.

17

Page 18: restorasi rigid

Kontraindikasi Mahkota Penuh

Oral Higiene yang buruk. OH yang buruk dapat menggagalkan restorasi.

Kelebihan:

Mahkota penuh sangat kuat.

Kekurangan:

1. Mahal.

2. Banyak membuang struktur sehat gigi.

3. Mahkota penuh dari logam merupakan isolator panah yang buruk dan

estetiknya buruk.

5. Mahkota Pasak

Mahkota adalah restorasi rigid sebagian/ seluruh mahkota yang

disemenkan. Rekonstruksi kembali gigi yang kerusakannya lebih besar

daripada gigi yang sehat. Mahkota pasak merupakan restorasi pada gigi

yang telah mengalami perawatan saluran akar yang sebagian besar

mahkota giginya rusak oleh karena karies, trauma, dll sehingga retensi

utama terletak pada saluran akar.

Diperlukan untuk merestorasi gigi anterior yang sudah tidak

mempunyai cukup jaringan gigi untuk mendukung restorasi sederhana atau

suatu mahkota. Mahkota pasak mempunyai pasak yang pas dengan saluran

akar dan menyediakan retensi bagi restorasi yang ada di mahkota tetapi

tidak untuk memperkuat gigi.

Kerusakan mahkota gigi asli yang cukup parah akan menimbulkan

masalah retensi. Pada gigi posterior, dan kadang-kadang pada gigi

anterior, masalah ini dapat ditanggulangi dengan menggunakan pasak

dentin untuk retensi inti amalgam atau komposit. Meskipun demikian,

pada kebanyakan kasus karies sudah mengenai pulpa, dan gigi yang sudah

dirawat saluran akar, khususnya pada gigi dengan akar tunggal yang lurus.

Keadaan ini sebaikknya harus diantisipasi terlebih dahulu sebelum

18

Page 19: restorasi rigid

melakukan pengisian saluran akar sehingga dapat digunakan tehnik

pengisian yang memungkinkan digunakannya saluran akar membantu

retensi. Ini umumnya berarti bahwa 1/3 saluran akar diisi dengan point

endodontic dan bahan pengisi , 2/3 saluran akar dengan bahan yang dapat

dikeluarkan nantinya tanpa mengganngu pengisian apikal.

Indikasi:

1. Gigi vital/ non vital

2. Sudah tidak bisa ditambal lagi

3. Karies yang meluas sampai menghilangkan cusp gigi

4. Jaringan periodontal sehat

5. Tidak ada riwayat alergi pada bahan mahkota pasak

6. Gigi antagonisnya masih bagus sehingga tidak menjadi iritasi pada

bagian mukosa palatal.

7. Retensi pada gigi yang akan diberi mahkota masih baik dalam artian

masih mampu menerima beban mahkota pasak itu sendiri

8. Akar gigi masih bagus.

Kontraindikasi:

1. Karies pada gigi masih belum meluas masih tergolong pit dan fissure

2. Jaringan pendukung tidak memungkinkan adanya mahkota  karena

adanya periodontitis kronis

3. Tidak adanya gigi antagonis sehingga menyebabkan mukosa palatal

iritasi

4. Gigi yang akan dibuatkan mahkota masih vital artinya tidak sampai

perforasi.

5. Kondisi gigi pada lengkung rahang tidak crowded.

19

Page 20: restorasi rigid

BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Inlay/Onlay Logam

3.1.1. Inlay Logam Direk

Karakteristik utama preparasi ini adalah tidak boleh adanya undercut.

Secara teoritis sudut antara dinding-dinding kavitas harus antara 7-10 derajat.

Dinding-dinding kavitas harus dihaluskan dengan finishing bur fissure tappered

dengan kecepatan rendah maupun tinggi dan membentuk sudut internal yang

tajam. Aloi yang digunakan hendaknya aloi yang duktil dan tepi kavitas dibevel

sehingga inlay dapat diburnis untuk meningkatkan adaptasi tepinya. Bevel dapat

dibuat dengan bur karbida tungsten kecepatan tinggi atau dengan memakai

finishing bur karbida tungsten atau baja dengan stone hijau kecepatan tinggi atau

kecepatan rendah (Kidd, 2000).

Pada sebagian besar kasus dipakai malam inlay tetapi adakalanya lebih

praktis memakai resin akrilik yang khusus dibuat untuk tujuan ini sehingga jika

dipanaskan dalam investment bahan ini akan menguap semua tanpa meninggalkan

residu. Untuk membuat pola malam direk, permukaan preparasi mula-mula

dilumas dulu dengan laposan tipis parafin cair atau larutan sabun. Sebatang

malam inlay dilunakkan dan dibentuk mengerucut dengan jalan memanaskan

ujung malam secara hati-hati diatas api spirtus. Ujung malam yang sudah melunak

dibentuk dengan jari. Kerucut malam yang lunak tersebut kemudian ditekankan

kekavitas dan tetap ditekan sampai malamnya mendingin. Jika sudah mengerah,

malam diukit dengan instrumen panas atau tajam sambil hati-hati dalam

membentuk bevel sudut tepi kavitas dan kontur. Permukaan malam dihaluskan

dengan cotton pellet yang sudah dibasahu terlebih dahulu dan dipanaskan (Kidd,

2000).

Tahapan selanjutnya adalah memberikan sprue pada pola malam. Sprue

terbuat dari kawat bulat lurus berdiameter sekitar 1mm dan panjang 15mm. Sprue

20

Page 21: restorasi rigid

dipanaskan dan setelah ditambah selapis malam inlay disekelilingnya, sprue

ditusukkan ditengah pola malam dan dibiarkan sampai dingin. Sprue berfungsi

sebagai pegangan untuk menarik pola malam dari kavitas dan untuk membentuk

saluran tempat mengalirnya logam setelah pola ditanam dan spruenya diangkat

(Kidd, 2000).

Tambalan sementara diperlukan untuk melindungi dentin yang terbuka,

sampai inlay-nya selesai dicor. Tambalan ini bisa berupa semen OSE walaupun

tidak ideal karena akan sukar dibuka tanpa merusak preparasi. Lebih disukai

memakai akrilik untuk mahkota dan jembatan sementara karena dapat dibuka

dalam satu kesatuan. Akrilik dicampur sampai konsistensinya kental, dimasukkan

kedalam kavitas, dan dibentuk dengan instrumen plastis datar. Ketika hampir

mengeras, inlay sementara dikeluarkan kemudian dimasuk-keluarkan beberapa

kali sampai mengeras. Ini akan menghindarkan inlay sementara menempel pada

kavitas. Inlay sementara kemudian disemenkan dengan semen sementara OSE

(Kidd, 2000).

Tahap Laboratorium

Sprue dan pola diletakkan pada cone-shaped form, ditutup dengan

bumbung tuang lalu dituangi dengan bahan investmen dan dibiarkan mengeras.

Jika telah mengeras, cone-shaped form dan sprue diangkat dengan pinset.

Bumbung tuang kemudian dipanaskan dalam tungku sampai malam meleleh dan

menguap atau akriliknya terbakar habis lalu logam cair dicorkan dan dibiarkan

mengeras. Ketika masih panas bumbung tuang dicelupkan kedalam air sehingga

investmen akan pecah dan mudah dibuka. Sprue dipotong, biasanya disisakan

sedikit sebagai pegangan ketika mencoba inlay dalam kavitas. Inlay direk yang

kecil biasanya tidak dipoles sampai dicobakan di dalam mulut (Kidd, 2000).

Kunjungan Kedua

Inlay sementara dibuka dan kavitas dibersihan serta diperiksa dari sisa-sisa

tambalan sementara. Untuk sebagian besar inlay kecil dianjurkan memakai

isolator karet agar bila terjatuh tidak ada resiko tertelan (Kidd, 2000).

21

Page 22: restorasi rigid

Sebelum dicobakan kedalam kavitas, permukaan dalam inlay harus

diperiksa dengan teliti memakai alat pembesar. Kemudian inlay dicobakan

kedalam kavitas. Jika restorasinya telah pas, tepi inlay diburnis dengan burnisher

tangan dengan gerakan dari inlay ke gigi. Suatu daerah tepi yang tampak terlalu

tebal dapat dikurangi dengan finishing bur baja bulat dan kecil atau dengan stone

putih low speed. Jika telah ditipiskan, logam dapat diburnis kembali (Kidd, 2000).

Tepi inlay dipoles dengan poin karet pumis dan caret. Kemudian inlay

diangkat dan sprue dipotong dengan disk karborondum dan sisa permukaan

dipoles dengan roda karet abrasif. Lalu inlay disemenkan dengan semen ionomer

kaca atau dengan semen zinc fosfat. semen dicampur dengan rasio sesuai petunjuk

pabrik dan diulaskan pada permukaan dalam inlay, dimasukkan kekavitas, ditekan

sampai posisinya baik dengan burnisher. Jika semen telah mengeras, gunakan

eskavator atau sonde untuk menghilangkan kelebihan semen. Restorasi kemudian

dipoleh akhir dengan poin karet pumis dan tepinya divernish (Kidd, 2000).

3.1.2. Inlay Logam Indirek

Teknik preparasi inlay logam indirek sama dengan inlay logam direk, yang

membedakan keduanya adalah pada proses pencetakan. Pencetakan pada inlay

logam indirek menggunakan bahan cetak elastomer. Cetakan dari rahang

antagonis dibuat dengan alginat. Syarat penting dari cetakan adalah semua

permukaan oklusal gigi tercetak tanpa gelembung udara sehingga model atas dan

bawah bisa diartikulasikan dengan benar (Kidd, 2000).

Rekaman hubungan antaroklusal dibutuhkan jika cukup banyak gigi yang

beroklusi. Tapi jika oklusi diragukan, bisa dibuat rekaman antaroklusal yang baik

pada posisi intercuspal, dengan menggunakan malam yang dilunakkan dengan

pemanasan dan digigitkan. Bahan cetak elastomer bersifat hidrofobik oleh karena

itu permukaan gigi yang dipreparasi harus kering. Gigi diisolasi dengan kapas

serta bisa menggunakan saliva ejector. Rincian permukaan oklusal dari seluruh

cetakan harus diperiksa karena lubang kosong akibat gelembung udara nantinya

akan terisi gips dan menghalangi oklusi model (Kidd, 2000).

22

Page 23: restorasi rigid

3.2. Inlay/Onlay Resin Komposit

Preparasi gigi untuk restorasi dengan resin komposit relatif mudah dan

tidak kompleks apabila dibandingkan dengan amalgam, namun dalam hal isolasi

gigi, penempatan etsa, primer dan bahan adhesif pada struktur gigi, insersi,

finishing dan polishing dari resin komposit lebih sulit dari restorasi amalgam. Dan

waktu yang dibutuhkan untuk penambalan lebih lama dan operator harus lebih

berhati-hati (Baum, et al., 1995). Kemampuan dan pengetahuan dari penggunaan

material dan keterbatasannya sangat dibutuhkan oleh operator dalam

menggunakan resin komposit sebagi bahan restorasi.

a. Preparation of the Operating Site

Jika prosedur komposit hanya membutuhkan sedikit preparasi atau bahkan

tidak melakukan preparasi pada gigi sama sekali, maka diperlukan pembersihan

area operasi dengan menggunakan slurry pumice untuk menghilangkan plak,

pelikel, dan pewarnaan superfisial. Tahapan-tahapan tersebut akan menciptakan

area yang baik untuk dilakukan bonding.

b. Shade selection

Perhatian khusus harus kita berikan saat kita mencocokkan warna gigi

dengan komposit material. Umunya gigi berwarna putih dengan berbagai derajat

variasi dari abu-abu,kuning, atau orange. Juga berbeda-beda sesuai translusensi,

ketebalan, serta distribusi dari enamel dan dentin dan juga usia pasien. Faktor lain

juga mempengaruhi seperti fluorosis, efek tetrasiklin,dan perawatan endodontik.

Pencahayaan yang baik sangat dibutuhkan ketika melakukan pemilihan warna.

Pencahayaan alami lebih diutamakan disini. Ketika memilih warna yang tepat,

shade guide diletakkan dekat dengan gigi untuk menentukan warnanya secara

umum. Kemudian seseorang yang lain mencocokkan dengan label shade guide

yang spesifik disamping area yang direstorasi. Area servikal biasanya lebih gelap

daripada area incisal. Pemilihan warna sebaiknya dilakukan secepat mungkin.

23

Page 24: restorasi rigid

c. Isolasi dengan Cotton Roll

Isolasi daerah kerja merupakan suatu keharusan. Gigi yang dibasahi saliva,

lidah yang mengganggu penglihatan, dan gingiva yang berdarah adalah sedikit

dari masalah-masalah yang harus diatasi sebelum prosedur kerja yang teliti dan

tepat dapat dilakukan. Beberapa metode dapat dilakukan untuk mengisolasi

daerah kerja, seperti penggunaan rubber dam dan cotton roll (Baum dkk, 1995).

Isolasi daerah kerja dengan menggunakan cotton roll efektif dalam menghasilkan

isolasi jangka pendek, seperti dalam prosedur polishing, penempatan sealant, dan

aplilan topikal fluoride (Chandra & Chandra, 2008).

Tipe-Tipe Preparasi Restorasi Resin Komposit:

a. Beveled Conventional Tooth Preparation

Preparasi gigi dengan menggunakan bevel mirip dengan preparasi gigi

bentuk konvensional dengan bentuk outline seperti box, tetapi pada margin

enamel dibentuk bevel pada margin enamel. Preparasi ini dapat dibentuk dan

disempurnakan dengan menggunakan diamond atau stone bur. Keuntungan dari

bevel pada margin enamel untuk restorasi resin komposit adalah perlekatan resin

pada enamel rods menjadi lebih baik. Selain itu, keuntungan lain adalah ikatan

antara resin dengan email menjadi lebih kuat yang berarti meningkatkan retensi,

mengurangi marginal leakage, dan mengurangi diskolorisasi pada bagian

marginal. Bevel pada bagian cavosurface dapat membuat restorasi tampak lebih

menyatu dengan struktur gigi sehingga tampak lebih estetik.

Walaupun memiliki beberapa keuntungan, ternyata bevel ini biasanya

tidak ditempatkan pada permukaan oklusal gig posterior atau permukaan lain yang

berkontak tinggi karena pada preparasi konvensional sudah didesain sedemikian

rupa dimana perlekatannya memanfaatkan enamel rods pada permukaan oklusal.

Bevel juga tidak ditempatkan pada bagian proksimal jika penggunaan bevel ini

akan memperluas cavosurface margin. Preparasi bevel conventional jarang

digunakan untuk restorasi resin komposit pada gigi posterior.

24

Page 25: restorasi rigid

b. Convensional Tooth Preparation

Preparasi gigi konvensional dengan menggunakan resin komposit pada

dasarnya sama seperti preparasi menggunakan tumpatan amalgam. Bentuk

outline diperlukan untuk perluasan dinding eksternal memerlukan batasan yang

benar, bentuk yang sama, kedalaman dentin, membentuk dinding menjadi sebuah

sudut 90 derajat dengan restorasi materialnya. Pada preparasi gigi konvensional

dengan amalgam, bentuk konfigurasi marginal, retensi groove, dan perlekatan

dentin mempunyai ciri-ciri berbeda.

Desain preparasi ini digunakan secara ekstensif pada restorasi amalgam

dan komposit masa lampau, dan desain ini bisa digabungkan ketika penggantian

restorasi menjadi salah satu indikasinya. Kegunaan preparasi konvensional

sebelumnya tidak hanya dibatasi pada preparasi permukaan akar saja, namun bisa

juga menjadi desain untuk kelas 3, 4 dan 5.

Indikasi utama untuk preparasi konvensional menggunakan restorasi

komposit adalah (1) preparasi terletak pada permukaan akar, (2) restorasi kelas 1

dan 2 sedang sampai besar. Pada area akar desain preparasi kelas 1 ini akan

memberikan bentuk preparasi yang baik karena ada retensi groovenya. Desain ini

memberikan perlindungan yang baik antara komposit dan permukaan dentin atau

sementum dan memberikan retensi pada material komposit di dalam gigi.

Pada restorasi komposit kelas 1 dan 2 yang sedang sampai besar,

dibutuhkan bentuk resistensi yang cukup, seperti pada desain preparasi

konvensional menggunakan amalgam. Bur inverted cone ataupun bur karbid

dibutuhkan untuk preparasi gigi, menghasilkan desain preparasi yang sama

seperti pada preparasi amalgam, tetapi luasnya lebih kecil, perluasannya lebih

sedikit, dan tanpa preparasi retensi sekunder. Bur inverted cone akan membuat

hasil preparasi yang kasar bila menggunakan diamond dan menggunakan bentuk

desain konservatif dari ekstensi oklusal fasiolingual.

Bentuk marginal butt joint antara gigi dan komposit tidak dibutuhkan

(dengan amalgam wajib dilakukan). Sudut cavosurface pada area tepi dari

preparasi bisa lebih dari 90 derajat. Sudut oklusal cavosurface tumpul, sehingga

masih belum dapat membentuk dinding yang konvergen. Penggunaan bur

25

Page 26: restorasi rigid

diamond menghasilkan permukaan yang kasar, peningkatan area kontak, dan

peningkatan retensi potensial, namun dapat menghasil menghasilkan smear layer

yang lumayan tebal. Efek ini menyebabkan perlunya peningkatan agitasi dari

primer ketika dilakukan bonding pada area yang kasar.

Sistem self-etching bonding bisa menyebabkan terjadinya efek negative

pada smear layer, karena asam yang dikandung semakin sedikit. Penggunaan

istrumen putar tergantung keinginan operator, yang berhubungan dengan

pengetahuan dan keterampilannya.

Karena persamaan preparasi konvensional kelas 1 dan 2 pada amalgam

dan restorasi komposit, banyak operator lebihmenggunakan restorasi komposit

ketika melakukan preparasi kelas 1 dan 2 pada kavitas posterior yang besar, atau

untuk membentuk kavitas yang lebih kecil. Karena pentingnya bentuk struktur

gigi maka restorasi komposit kelas 1 dan 2 konvensional harus dilakukan dengan

sesedikit mungkin perluasan fasiolingual dan harus diperluas sampai area pit dan

fisur pada permukaan oklusal ketika sealant diperlukan.

c. Modified Tooth Preparation

Teknik preparasi ini tidak mempunyai spesifikasi bentuk dinding maupun

kedalaman pulpa atau aksial, yang utama adalah mempunyai enamel margin.

Perbedaan yang mencolok antara teknik preparasi konvensional dan modified

adalah bahwa preparasi modified ini tidak dipreparasi hingga kedalaman dentin.

Perluasan margin dan kedalaman pada teknik ini diperoleh dengan melebarkan (ke

arah lateral) dan kedalaman dari lesi karies atau kerusakan yang lain.

Tujuan disain preparasi ini adalah untuk membuang kerusakan

sekonservatif mungkin dan untuk mengandalkan ikatan komposit pada struktur

gigi untuk mempertahankan restorasi di dalam mulut. Round burs atau diamond

stone dapat digunakan untuk jenis preparasi ini, yang akan menghasilkan disain

marginal yang serupa dengan beveled preparation, struktur gigi yang dibuang

sedikit.

26

Page 27: restorasi rigid

Box-Only

a) Indikasi: Teknik ini hanya dipergunakan pada permukaan proksimal saja.

b) Instrument: Inverted cone bur atau round diamond stone/bur.

Cara kerja:

a) Box proksimal dipreparasi dengan menggunakan inverted cone bur atau

round diamond stone/bur dengan posisi sejajar sepanjang axis mahkota gigi.

b) Preparasi diteruskan ke arah gingival hingga mencapai marginal ridge.

c) Kedalaman inisial proximal aksial dipreparasi sedalam 0,2 pada

dentinoenamel junction.

Facial Atau Lingual Slot

a) Indikasi:

Modifikasi desain yang ketiga dalam merestorasi kavitas bagian proksimal pada

gigi posterior adalah dengan menggunakan preparasi fasial atau lingual slot. Pada

kasus ini, lesi terdapat pada permukaan proximal, namun operator yakin bahwa

akses menuju lesi tersebut dapat dicapai baik dari arah facial maupun lingual

daripada arah oklusal.

b) Instrument: Round diamond stone/bur.

c) Cara kerja:

1) Round diamond stone/bur diarahkan dengan tepat pada ketinggian

occlusogingival.

2) Jalan masuk instrument berasal dari gigi yang berdekatan, pertahankan

permukaan lingual atau facial dari gigi terdekat tersebut.

3) Kedalaman inisial aksial 0,2 mm pada dentinoenamel junction. Sudut pada

oklusal, fasial, dan gingival cavosurface margin sebesar 90o atau lebih.

Preparasi dengan teknik ini hampir serupa dengan preparasi kelas III pada

gigi anterior.

Pulpal Protection

Seperti yang telah diketahui sebelumnya, proteksi pulpa untuk restorasi

komposit diindikasikan untuk prosedur pulp capping secara langsung. Walaupun

beberapa penulis menyarankan penggunaan resin-bonding agen, buku ini

merekomendasikan penggunaan liner dari kalsium hidroksida untuk pembukaan

27

Page 28: restorasi rigid

pulpa vital. Karena material komposit merupakan bahan yang retentif dan kuat,

maka penggunaan base pada preparasi yang dalam biasanya tidak diperlukan.

Preliminary Steps For Enamel And Dentin Bonding

Teknik etsa asam dilakukan untuk mengoptimalkan hasil, termasuk isolasi

dari cairan seperti saliva dan cairan sulkus dengan menggunakan rubber dam atau

gulungan kapas dan alat retraksi. Etsa pada email mempengaruhi inti email dan

bagian email yang mengelilinginya. Etsa pada dentin mempengaruhi dentin

intertubuler dan peritubuler, menghasilkan pembukaan pada tubuler,

menghilangkan permukaan hidroksiapatit dan meninggalkan fibril kolagen yang

betautan.

Cairan dan gel etsa sudah tersedia, konsentrasi asam fosforik sekitar 32%

hingga 37%. Etsa likuid bisa digunakan untuk penetsaan permukaan yang luas,

seperti pada sealant dan full veneer. Thixotropic gels digunakan oleh banyak

praktisi untuk dinding preparasi termasuk bevel dan margin. Etsa dalam bentuk

gel dapat digunakan dengan brush atau paper-point endodontik dengan hati-hati,

namun biasanya syringe digunakan untuk menginjeksikan gel tersebut ke gigi

yang sedang di preparasi.

Permukaan yang dietsa tidak boleh terkontaminasi oleh cairan yang ada di

rongga mulut. Jika terkena, maka prosedur tersebut harus diulang. Untuk

preparasi yang melibatkan area proksimal dari gigi anterior, matriks polyester

diletakkan diantara gigi sebelum asam di aplikasikan untuk menghindari etsa pada

gigi yang berdekatan.

Insersi Resin Komposit

Restorasi komposit biasanya diaplikasikan dalam dua tahap. Tahap

pertama yaitu aplikasi adesif bonding. Tahap kedua yaitu insersi material

restorative. Saat ini terdapat dua tipe komposit, yaitu self-cured dan light cured.

Komposit tipe self cured tidak lagi digunakan secara luas karena tipe light cured

lebih memberikan beberapa keuntungan seperti berkurangnya diskolorisasi,

berkurangnya porositas, penempatan yang lebih mudah, dan finishingnya pun

lebih mudah.

28

Page 29: restorasi rigid

Karena sumber sinar harus di aplikasikan pada komposit light cured agar

menyebabkan polimerisasi, maka material komposit harus diinsersikan pada

preparasi gigi dengan ketebalan 1-2 mm. hal ini akan menyebabkan sinar dapat

mempolimerisasi komposit dengan sebaik-baiknya dan akan mengurangi efek dari

pengkerutan polimerisasi, terutama pada sepanjang dinding gingival.

Baik instrumen tangan maupun alat syringe dapat digunakan untuk

menginsersi komposit light cured maupun self cured. Penggunaan instrument

tangan lebih popular digunakan karena lebih mudah dan cepat. Kekurangan dari

penggunaan instrument tangan yaitu udara dapat terperangkap pada preparasi gigi

atau tidak dapat tercampur pada material saat prosedur insersi. Teknik syringe

digunakan karena dapat memberikan kenyamanan dalam memindahkan material

komposit ke preparasi gigidan mengurangi kemungkinan terperangkapnya udara.

Pada preparasi yang kecil, teknik syringe akan mendapatkan kesulitan karena

ujung syringe yang terlalu besar sehingga sebaiknya tip syringe yang kosong

sebelumnya sudah dicobakan pada preparasi gigi. Komposit yang dapat

diinjeksikan tergantung pula pada viskositasnya. Beberapa komposit microfill

tidak dapat diinjeksikan, sehingga bahan-bahan material sebaiknya dievaluasi

sebelum penggunaan klinis.

Finishing Dan Polishing Composite

Finishing meliputi shaping, contouring, dan penghalusan restorasi.

Sedangkan polishing digunakan untuk membuat permukaan restorasi mengkilat.

Finishing dapat dilakukan segera setelah komposit aktivasi sinar telahmengalami

polimerisaasi atau sekitar 3 menit setelah pengerasan awal. Alat-alat yang biasa

digunakan antara lain :

1. Alat untuk shaping: sharp amalgam carvers dan scalpel blades, seperti 12

atau12b atau specific resin carving instrument yang terbuat dari carbide,

anodized aluminium, atau nikel titanium.

2. Alat untuk finishing dan polishing: diamond dan carbide burs, berbagai

tipe dari flexibe disks, abrasive impregnated rubber point dan cups, metal

dan plastic finishing strips, dan pasta polishing.

29

Page 30: restorasi rigid

a) Diamond dan carbide burs

Digunakan untuk menghaluskan ekses-ekses yang besar pada resin

komposit dan dapat digunakan untuk membentuk anatomi pada permukaan

restorasi.

b) Discs

Digunakan untuk menghaluskan permukaan restorasi. Bagian yang

abrasive dari disk dapat mencapai bagian embrasure dan area interproksimal. Disk

terdiri dari beberapa jenis dari yang kasar sampai yang halus yang bisa digunakan

secara berurutan saat melakukan finishing dan polishing.

c) Impregnated rubber points dan cups

Digunakan secara berurutan seperti disk. Untuk jenis yang paling kasar

digunakan untuk mengurangi ekses-ekses yang yang besar sedangkan yang halus

efektif untuk membuat permukaan menjadi halus dan berkilau. Keuntungan yang

utama dari penggunaan alat ini adalah dapat membuat permukaan yang terdapat

ekses membentuk groove, membentuk bentuk permukaan yang diinginkan serta

membentuk permukaan yang konkaf pada lingual gigi anterior

d) Finishing stips

Digunakan untuk mengcontur dan memolish permukaan proksimal margin

gingival untuk membuat kontak interproksimal. Tersedia dalam bentuk metal dan

plastik. Untuk metal biasa digunakan untuk mengurangi ekses yang besar namun

dalam menggunakan alat ini kita harus berhati-hati karena jika tidak dapat

memotong enamel, cementum, dan dentin. Sedangkan plastic strips dapat

digunakan untuk finishing dan polishing. Juga tersedia dalam beberapa jenis dari

yang kasar sampai halus yang dapat digunakan secara berurutan.

30

Page 31: restorasi rigid

Prosedur finishing dan polishing resin komposit:

1. Sharp-edge hand instrument digunakan untuk menghilangkan ekses-ekses

di area proksimal, dan margin gingival dan untuk membentuk permukaan

proksimal dari resin komposit.

2. 12b scalpel blade digunakan untuk menghilangkan flash dari resin

komposit pada aspek distal

3. Alumunium oxide disk digunakan untuk membentu kontur dan untuk

polishing permukaan proksimal dari restorasi resin komposit.

4. Finishing diamond digunakan untuk membentuk anatomi oklusal

5. Impregnated rubber points dengan aluminium oxide digunakan untuk

menghaluskan permukaan oklusal restorasi

6. Aluminum oxide finishing strips untuk conturing atau finishing atau

polishing permukaan proksimal untuk membuat kontak proksimal.

Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :

1. Untuk membuat contur yang baik, kita harus menyesuaikan bentuk

restorasi sesuai dengan anatomi gigi yang benar dan tepat agar diperoleh

hasil yang maksimal.

2. Kita harus berhati-hati dan senantiasa memperhatikan hal-hal seperti tactil,

kontak dengan gigi di samping nya, serta kontak oklusal dengan gigi

antagonisnya.

3. Finishing dan polishing sangatlah mempengaruhi hasil akhir restorasi

seperti warna permukaan, akumulasi plak, dan karakteristik resin komposit.

3.3. Inlay/Onlay Porcelain

Inlay atau onlay porselen yang modern mempunyai permukaan dalam (pit

surface) yang dietsa atau sekurang-kurangnya dikasarkan. Inlay ini disemenkan

dengan semen komposit terhadap email yang sudah dietsa atau ke basis semen

ionomer kaca yang dietsa. Jadi, desain retentif dari kavitas kurang penting

dibandingkan untuk inlay logam tuang konvensional. Disini karies dan restorasi

yang lama harus dibuang, tetapi basis ionomer kaca umumnya dibuat cukup tebal,

31

Page 32: restorasi rigid

kadang-kadang di atas subpelapik hidroksida kalsium, dan berfungsi sebagai

pembonding dan penguat dentin yang masih ada pada tonjol gigi. Inlay atau onlay

porselen disini terutama berfungsi untuk memberikan lapisan permukaan oklusal

yang tahan keausan (Sturdevant, 2006; Baum, 1985).

Prinsip desain kavitasnya adalah harus masih ada cukup email atau

permukaan ionomer kaca untuk dietsa dan tepinya tidak dibevel. Teknik

pencetakannya sama untuk logam tuang indirek. Untuk penyemenan digunakan

resin komposit khusus. Inlay dikembalikan dari laboratorium dengan permukaan

dalam yang telah dietsa menggunakan asam hidrofluorik atau hanya dibiarkan

kasar setelah dilepas dari die refraktori dengan cara sandblasting. Gigi diisolasi

dengan isolator karet, inlay sementara dilepas, dan email serta setiap semen

ionomer kaca yang membentuk bagian preparasi dietsa, dicuci dan dikeringkan.

Resin kemudian diaplikasikan menurut petunjuk pabrik. Pada pemakaian

beberapa semen perekat reaksi pengerasan bisa dipercepat dengan penyinaran dan

reaksi pengerasan akan berlanjut secara kimia. Kelebihan semen akan lebih

mudah dibersihkan pada saat semen belum mengeras sempurna. Jika semen sudah

mengeras, isolator karet dilepas dan oklusi dicek dengan kertas artikulasi serta

diasah dengan bur intan kecil. Permukaan yang diasah bisa dipoles dengan disk

pemoles komposit atau dengan roret dan poin yang khusus dibuat untuk memoles

porselen (Kidd, 2000).

Kunjungan Pertama

a) Akses Ke Karies

Tahap pertama preparsi adalah memperoleh akses ke dentin karies

dengan menggunkan bur fisur tungsten carbide pendek-kuncup dengan

kecepatan tinggi. Penggunaan bur kuncup dan bukan bur fisur sejajar adalah

untuk mencegah terbentuknya undercut.

32

Page 33: restorasi rigid

b) Menentukan Luas Karies

Jika akses telah diperoleh, kavitas bisa dilebarkan kearah bukopalatal

sampai dicapai pertautan email-dentin yang sehat. Hal ini menentukan lebar

boks arah bukopalatal.

c) Desain Preparasi Kavitas

Desain preparasi kavitas harus memastikan retensi seperti dinding

vertikal kavitas utama yang hampir sejajar dan sedut divergensi dinding bukal

dan lingual pada bagian proksimal masing-masing adalah 50-100. Jika sudut

kurang 50, struktur gigi yang masih ada berada pada keadaan yang terlalu

banyak tekanan selama prosedur sementasi dan jika sudut lebih dari 100,

retensinya bermasalah.

d) Keyway

Keyway dibuat dengan kemiringan minimal sekitar 100 memakai bus

fisur kuncup dan dijaga agar sumbu bur sejajar dengan sumbu gigi. Lebar

keyway diantara tonjol merupakan daerah yang paling sempit dan melebar

kearah yang berlawanan dengan letak karies aproksimalnya dan dengan

mengikuti kontur fisurnya. Setelah membuat keyway, kavitas dikeringkan

untuk memeriksa ada tidaknya sisa karies dibagian ini dan bahwa kavitasnya

sedikit membuka dengan sumbu yang benar. Jika kemiringan dinding tidak

tepat, maka ketidaktepatan itu harus diperbaiki.

e) Boks Aproksimal

Kini perhatian dapat dialihkan kembali ke lesi aproksimalnya. Dibagian

ini kavitas harus di dalamkan memakai bur bulat kecepatan rendah dan dengan

cara yang sama dengan jalan membuang dentin karies pada daerah pertautan

email-dentin. Ketika dentin karies pada pertautan email-dentin telah dibuang,

dinding email dapat dipecahkan dengan pahat pemotong tepi gingiva. Preparasi

dibuat miring sebesar 10 derajat dengan bur fisur runcing. Gigi tetangga

dilindungi dengan lempeng matriks untuk melindunginya dari kemungkinan

terkena bur. Menjaga agar sumbu bur sejajar dengan waktu pembuatan keyway

merupakan hal yang sangat penting sehingga bagian boks dan keywaynya

mempunyai kemiringan yang sama. Pelebaran ke arah gingiva hanya dilakukan

33

Page 34: restorasi rigid

seperlunya saja sekedar membebaskan pertautan email-dentin dari karies,

demikian juga halnya dalam arah bukolingual. Setiap email yang tak terdukung

dentin sehat, hendaknya dibuang dengan bur fisur kecepatan tinggi.

f) Pembuangan Karies Dalam

Karies mungkin masih tertinggal di dinding aksial. Jika dinding karies

telah terbuang, periksalah kemungkinan masih adanya daerah undercut.

Undercut padadaerah pertautan email-dentin seharusnya telah dibersihkan.

Jika masih terdapat undercut pada dinding aksial, maka undercut tersebut

biasanya terletak seluruhnya pada dentin dan ditutup dengan semen pelapik

pada tahap preparasi berikutnya sehingga preparasi mempunyai kemiringan

yang dikehendaki.

g) Bevel

Garis sudut aksiopulpa hendaknya dibevel, dengan menggunkan bur

fisur. Hal ini untuk memungkinka diperolehnya ketebalan yang cukup bagi

pola malam yang kelak akan dibuat di daerah yang dinilai kritis. Bevel

hendaknya diletakkan di tepi email agar tepi tipis hasil tuangan dapat dipaskan

seandainya kerapatan hasil tuangan dengan gigi tidak baik. Hendaknya bevel

tidak diluaskan lebih ke dalam lagi karena retensi restorasi akan berkurang.

Tepi luar bevel harus halus dan kontinyu untuk memudahkan penyelesaian

restorasi dan supaya tepi tumpatannya beradapatsi baik dengan gigi. Bevel

biasanya tidak dibuat didinding aproksimal karena akan menciptakan undercut,

mengingat sebagian besar tepi kavitas terletak di bawah bagian gigi yang

paling cembung. Akan tetapi dinding gingiva dapat dan harus dibevel. Bevel

gingiva sangat penting karena akan menigkatkan kecekatan tuangan yang

biasanya merupakan hal yang paling kritis.

4.    Pola Malam

Pola malam dibuat secara:

-        Direct : pembuatan restorasi rigid secara langsung dalam satu kali

kunjungan.

-        Indirect : pembuatan restorasi rigid yang dilakukan di laboratorium dan

berkali-kali kunjungan

34

Page 35: restorasi rigid

5.    Gigi direstorasi rigid sementara dengan menggunakan semen perekat

sementara, seperti zinc oksid eugenol.

Kunjungan Kedua

1.    Tumpatan rigid sementara dibongkar

2.    Setelah preparasi selesai, aplikasikan lapisan tipis lubricant larut air atau

separating medium (cairan agar atau gliserin) pada gigi. Kemudian tempatkan

matriks band, wedge atau cincin penahan untuk menghasilkan kontak

proksimal yang baik.

3.    Lalu tumpat dengan porselen. Sesuaikan anatomi oklusal dengan

menggunkan bur untuk menghasilkan pit dan fisur, inklinasi tonjol dan batas

margin yang baik dan sistemis.

4.    Trial Inlay/ Onlay porselen pada pasien

5.     Jika kedudukannya baik, restorasi rigid yang sudah ditrial disemenkan pada

gigi tersebut.

6.     Kelebihan semen dari tepi-tepi yang dapat dijangkau dibersihkan dengan

eskavator sementara benang gigi digunakan untuk membuang kelebihan di

aproksimal. Tepi-tepi restorasi harus dilapisi dua lapisan pernis copalite untuk

mengurangi pelarutan semen selama jam-jam pertama pengerasan. Setelah itu,

Permukaan oklusal harus dipoles dengan pasta pumis yang diletakkan pada bur

sikat, diikutu oleh whiting yang diletakkan pada berbagai sikat.

3.4. Inlay/Onlay Porcelain fused to metal ( PFM )

Restorasi PFM adalah tipe porselen gigi yang paling umum digunakan.

Berdasarkan perbedaan temperatur ada tiga tipe porselen gigi yaitu; regular

felspathic porcelain (temperatur tinggi 1200-1400 oC), aluminous porcelain

(temperatur sedang 1050-1200 oC), dan metal bonding porcelain (temperatur

rendah 800-1050 oC). PFM merupakan metal bonding porcelain. PFM terdiri atas

beberapa lapisan yang difusikan secara kimia pada dasar kerangka metal.

Substruktur metal mendukung keramik dan membuat keramik bertahan lama

terhadap beban dari kekuatan mulut.

35

Page 36: restorasi rigid

Prinsip Umum Restorasi Metal Keramik

Restorasi metal keramik harus memenuhi syarat–syarat, antara lain, adalah

sebagai berikut :

a. Metal dan keramik mempunyai ikatan yang kuat.

b. Metal dan keramik mempunyai thermal expansi yang sesuai.

c. Keramik yang dipakai relatif mempunyai low fusing.

d. Metal harus tahan terhadap deformasi pada saat keramik mencapai temperatur

fusing. Pada saat fusing, keramik harus dapat bersatu dengan logam dan berikatan

tanpa merubah bentuk logam. Pada saat mendingin, baik logam maupun keramik

akan mengalami kontraksi yang akan menimbulkan retak atau bahkan terlepasnya

keramik dari logam.

e. Bahan–bahan yang dipakai harus bersifat biokompatibel terhadap jaringan.

Pada prinsipnya, sifat–sifat restorasi metal keramik ditentukan oleh

keadaan interfacenya. Bila didapati ikatan yang rapat antara metal dengan

keramik maka akan terjadi penurunan energi bebas yang dapat memisahkan kedua

komponen atau sebaliknya.

Teknik preparasi

Secara umum bentuk preparasi gigi untuk restorasi tidak langsung harus

mempunyai ketinggian maksimum dan keruncingan yang minimum untuk

memperoleh retensi dan resistensi yang optimal. Untuk mencapai hal ini dan

untuk membuat ketebalan yang adekuat dari material restorasi tanpa kontur yang

berlebihan, maka permukaan dari preparasi sebaiknya meniru restorasi yang

diharapkan, baik oklusal maupun aksial. Adapun ciri-ciri preparasi restorasi tidak

langsung, antara lain, adalah sebagai berikut :

1. Preparasi pembebasan undercut yang mana semua margin dan sudut dalam

dapat terlihat.

2. Penempatan single path dibuat selebar mungkin, hal ini dibuat dengan cara

mempersiapkan dinding yang berlawanan dibuat sejajar untuk memberikan retensi

36

Page 37: restorasi rigid

maksimal. Posisi gigi yang berdekatan harus dipertimbangkan terhadap

kemungkinan terjadinya tepi yang menggantung pada gigi yang dipreparasi.

3. Bentuk resisten perlu disediakan pada restorasi untuk mendistribusikan tekanan

yang berasal dari oklusal.

4. Dinding yang berlawanan dalam preparasi 1/2 gingival harus dibuat mendekati

paralel. 1/3 sampai 1/2 oklusal biasanya lebih runcing karena adanya pengurangan

dua dataran di sebelah labial yang dibutuhkan untuk menyediakan ruangan yang

cukup untuk material restorasi di dalam kontur gigi yang asli.

5. Mahkota klinis yang pendek memiliki peningkatan resiko kegagalan karena

jalan masuk yang pendek. Panjangnya preparasi dapat ditingkatkan dengan

memanjangkan mahkota, dan bentuk resisten dapat ditingkatkan dengan

pengurangan groove, celah atau box, dan dengan cara mengubah permukaan

lereng menjadi komponen vertikal dan horizontal.

6. Pengurangan oklusal harus mengikuti outline tonjol untuk memaksimalkan

retensi dan meminimalkan pengurangan gigi. Untuk mahkota porcelain fused to

metal dan untuk mahkota emas, jaraknya masing-masing 2 mm dan 1 mm.

7. Posisi dan tipe margin yang telah selesai ditentukan oleh kontur gingiva,

keaslian material restorasi, ada atau tidaknya core margin, dan pemilihan bahan

luthing agent. Bila memungkinkan, margin tersebut sebaiknya berada di

supragingiva mengikuti kontur gingival yang asli. Akhiran tepi gigi idealnya

paling tidak 1 mm melewati core margin untuk mengistirahatkan jaringan gigi

yang masih sehat.

Desain Restorasi

Untuk mendapatkan kekuatan dan persyaratan warna yang optimal, maka

ketebalan logam ditambah porselen pada bagian fasial tidak kurang dari 1,2-1,5

mm. Ketebalan minimal metal di bawah porselen yaitu 0.3 mm. Jika metal terlalu

tipis, maka metal akan melentur di bawah tekanan dan dapat menyebabkan

retaknya porselen. Tetapi ketebalan metal tergantung pada jenis metal yang

37

Page 38: restorasi rigid

digunakan. Ketebalan lapisan opak yaitu 0,1-0,2 mm. Ketebalan minimum dentin

dan enamel porselen yaitu 0,8 mm. Ketebalan bagian insisal porselen yaitu 2 mm

gunanya untuk memberi sifat translusen pada restorasi.

Restorasi all kramik sangat baik penampilannya dan terlihat natural atau

sewarna dengan gigi tetapi brittle dan cendrung mudah fraktur. Berbeda degan

restorasi metal restorasi cendrung kuat namun tidak bisa digunakan pada gigi

anterior karena pertimbangan estetik. Sehingga kombinasi keduanya metal kramik

restorasi memiliki kekuatan yanga baik dan penampilan yang diharapkan.

(gambar: mahkota porselen fuse to metal)

38

Page 39: restorasi rigid

(gambar: onlay menggunakan porselen fuse to metal)

Perlekatan Logam pada Porselen

Dua jenis ikatan utama:

a) Chemical bonding

b) Mechanical interlocking

Kegagalan pada Restorasi Kramik Metal

a) Mayoritas kasus yang terjadi oleh karenan

Kegagalan biologis: fraktur gigi, periodontal disease, karies sekunder

Fraktur prothesisi dan kegagalan estetik, 20% dari kasusu retretment

b) Fraktur pada protesis (crown) terletak pada adhesif kramik coping.

Porcelain inlay

39

Page 40: restorasi rigid

Keuntungan:

a) Warna dapat disesuaikan dengan warna gigi.

b) Permukaan licin seperti kaca.

c) Daya kondensasinya rendah dan toleransi jaringan lunak baik.

Kerugian:

a) Ketahanan terhadap benturan rendah.

b) Kurang dapat beradaptasi dengan dinding kavitas.

c) Dalam proses pembuatannya membutuhkan tungku khusus.

40

Page 41: restorasi rigid

BAB 4

KESIMPULAN

Restorasi rigid merupakan restorasi yang dibuat di laboratorium dental

dengan menggunakan model cetakan gigi yang dipreparasi kemudian disemenkan

pada gigi. Macam-macam restorasi rigid yaitu inlay, onlay, veneer, full crown,

mahkota pasak.

Inlay adalah tumpatan rigid yang ditumpatkan di kavitas diantara tonjol

gigi/ cusp. Onlay merupakan rekonstruksi gigi yang lebih luas meliputi satu atau

lebih tonjol gigi/ cusp.

Indikasi inlay:

1. Baik untuk kavitas yang kecil/ karies proksimal lebar

2. Bila diperlukan untuk restorasi klamer dari suatu gigi tiruan (pegangan),

misalnya: inlay bukal atau disto/mesial inlay yang perlu untuk dibuatkan “ Rest

Seat”, untuk gigi tiruan.

3. Kavitas dengan bentuk preparasi > 1,5 jarak central fossa ke puncak cusp

4. Mengembalikan estetik pada restorasi gigi posterior yang mengalami

kerusakan akibat adanya karies sekunder

5. Kerusakan sudah meliputi setengah atau lebih permukaan gigi yang digunakan

untuk menggigit (pada gigi belakang)

6. Untuk menggantikan tambalan lama, terutama bila jaringan gigi yang tersisa

sedikit (pada gigi belakang).

Kontraindikasi inlay:

1. Frekuensi karies tinggi

2. OH pasien jelek

3. Permukaan oklusal yang berat

Restorasi keramik dapat patah pada saat kurangnya bagian yang besar untuk

mencukupi tekanan oklusal yang erlebihan. Seperti pasien yang memilki

bruxism atau kebiasaan clenching. Meihat permukaan oklusal dapat menjadi

indikasi apakah gigi pasien bruxism/clenching.

41

Page 42: restorasi rigid

4. Ketidakmampuan untuk memeliharanya

Meskipun beberapa penelitin memberitahukan bahwa dental adhesive dapat

menetralkan berbagai kontraindikasi, adhesive teknik memerlukan real-perfect

moisture control.yang menjamin keberhasilan kliniknya.

5. Preparasi subgingival yang tajam

Walupun ini tidak menjadi kontraindikasi yang absolute preparasi dengan

kedalaman tepi gingival harus dihindari. Tepi akan sulit dan mempengaruhi

cetakan dan akan sulit untuk di selesaikan.

Indikasi onlay:

1. Pengganti restorasi amalgam yang rusak.

2. Kalau restorasi dibutuhkan sebagai penghubung tonjol bukal dan lingual.

3. Restorasi karies interproksimal gigi posterior.

4. Restorasi gigi posterior yang menerima tekanan oklusal yang kuat.

5. Abrasi gigi posterior yang luas

6. Kerusakan gigi posterior yang besar tetapi email dan dentin bagian bukal dan

lingual masih sehat

7. Memperbaiki fungsi oklusi

8. Lebar ishtmus telah melebihi sepertiga jarak antar cups

9. Mahkota klinis masih tinggi

10. Untuk restorasi posterior pasca perawatan saluran akar dengan dinding bukal

dan lingual masi utuh.

Kontraindikasi Onlay:

1. Dinding bukal dan lingual rusak

2. Mahkota klinis yang pendek

3. OH buruk

4. Pada pasien dengan usia muda (kurang dari 10 tahun)

5. Insidensi karies tinggi

42

Page 43: restorasi rigid

Pilihan bahan restorasi rigid antara lain logam tuang, porselen, porselen

fused to metal, resin komposit. Logam merupakan bahan restorasi rigid dengan

kekuatan tensil yang besar, yang membutuhkan preparasi kavitas yang luas dan

bevel sebagai retensi, tetapi memiliki masalah estetik. Sedangkan porselen

merupakan bahan restorasi rigid estetik yang paling unggul dengan kekuatan

kompresif yang tinggi. Porselen mebutuhkan biaya besar biasanya, dua sampai tiga

kali lebih mahal dari restorasi rigid logam atau komposit plastis selain waktu

pembuatan di laboratorium. Porcelain fused to metal menggabungkan kelebihan

dari bahan porcelain dan metal. Mendapatkan estetis dari porcelain dan kekuatan

dari metal. Resin Komposit ada yang direct dan indirect. Resin komposit yang

indirect mempunyai kekuatan yang lebih karena selain dengan penyinaran juga

dengan pemanasan sehingga dapat terpolimerisasi sempurna. Namun mempunyai

kekuatan paling rendah jika dibandingkan dengan bahan restorasi rigid lainya.

43

Page 44: restorasi rigid

DAFTAR PUSTAKA

Anusavice, Kenneth J. (2003). Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi. (Johan

Arief Budiman & Susi Purwoko, Penerjemah). Jakarta: EGC.

Baum L. dkk. (1985). Textbook of Operative Dentistry, Philadelphia: W. B.

Saunders.

Kidd, E.A.M. 2000. Manual Konservasi Restoratif Menurut Pickard. Edisi 6.

Jakarta: Widya Medika.

Sturdevant, CM. (2006) The Art and Science of Operative Dentistry, ed.5. St

Louis Mosby.

44