resume fiqh muamalah before uts kuliah 1. · pdf filekaitannya dengan urusan duniawi maupun...
TRANSCRIPT
1
RESUME FIQH MUAMALAH BEFORE UTS
Kuliah 1. Pengantar Fiqh Muamalah
Pengertian Fiqh Muamalah
Secara etimologi memiliki makna yang sama dengan al-mu’afalah yaitu “saling berbuat”
aktivitas yang dilakukan oleh seseorang dengan seseorang atau beberapa orang dalam
memenuhi kebutuhan masing-masing (Haroen, 2007)
Dalam arti luas: aturan-aturan (hukum-hukum) Allah untuk mengatur manusia dalam
kaitannya dengan urusan duniawi maupun pergaulan sosial.
Manusia > Mukallaf (Berakal, baligh, dan cerdas)
Kedudukan Fiqih Muamalah
Ruang lingkup Muamalah (Ibnu Abidin)
1. Mu’awadhah maliyah(hukum kebendaan)
2. Munakahat (perkawinan)
3. Mukhasamat( huum acara)
4. Amanat dan Ariyah (Pinjaman)
5. Tirkah (peninggalan)
Sedang menurut Al-fikri terbagi 2 yaitu
1. Al-muamalah Al Madiyah > Aturan yang ditinjau dari objeknya (haram, halam, atau
syubhat untuk diperjualbelikan. Mendatangkan maslahat atau mafsadah )
Contohnya : Jual Beli (al-ba’i/al-tijarah), Gadai (al-rahn), Jaminan dan tanggungan
(kafalah dan dhaman), Pemindahan utang (al-hiwalah), Jatuh bangkrut (al-taflis),
Batasan bertindak (al-hajru),Perseroan atau perkongsian (al-syirkah), Perseroan harta
dan tenaga (al-mudharabah), Sewa menyewa (al-ijarah) dll.
2. Al- Muamalah Al- Adabiyah > Aturan yang ditinjau dari subjeknya (Manusia
sebagai unsur penegak hak dan kewajiban)
Pelarangan dalam transaksi Keuangan Islam
Islam
Fiqh Muamalah Fiqh Ibadah
Fiqh
Akhlak Syariah Aqidah
Gambar 1.2. Cakupan dan Sumber Hukum Islam
Al-Qur’an
As-Sunnah
+
Qias
Ijma’
Ijtihad
Al-Qur’an
As-Sunnah
2
1. Objek transaksi Haram > Babi, darah, khmar
2. Cara Transaksi Haram > tadlis, gharar, ihtikar, ba’i najasy, riba, maysir, risywah
3. Tidak sah/ lengkap akad transaksinynya
Konsep Harta dalam Fiqih Muamalah
1. Pengertian Harta (Al Maal)
2. kedudukan harta
Surat Al-Kahfi: 46 (Harta sebagai perhiasan dunia)
“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia.......
Surat At-Taghaabun:15 (Harta sebagai cobaan)
“Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi
Allah-lah pahala yang besar.”
Surat Al-Imran: 14 (Harta Sebagai Sarana Memenuhi Kesenangan)
Surat Al-Baqarah: 262 (Harta Sebagai Sarana Menghimpun Bekal Menuju Akhirat)
3. Fungsi Harta
-Untuk menyempurnakan pelaksaan ibadah yang khas (mahdhah)
-Untuk meningkatkan ketakwaan kepada Alah
-Untuk menyeimbangkan kehidupan dunia dan akhirat
-Untuk memutar (men-tasharruf) peran-peran kehidupan
-Untuk menumbuhkan silaturahmi
Pemanfataan Harta meliputi : Kepentingan pribadi, memenuhi kewajiban terhadap Allah,
dan kepentingan sosial. (landasan ayat ada di PPT)
Imam Al-Ghazali membagi menjadi beberapa jenis harta yang dilindungi oleh Islam
(sah menurut agama islam) :
Diambil dari suatu sumber tanpa ada pemiliknya, misal : barang tambang,
menggarap lahan yang mati, berburu, mencari kayu bakar, mengambil air
sungai, dll.
Diambil dari pemiliknya secara paksa karena adanya unsur halal, misal : harta
rampasan.
Diambil secara paksa dari pemiliknya karena ia tidak melaksanakan
kewajiban, misal : zakat.
Diambil secara sah dari pemiliknya dan diganti, misal : jual beli dan ikatan
perjanjian dengan menjauhi syarat-syarat yang tidak sesuai syariat.
Menurut jumhur ulama “Segala sesuatu yang mempunyai nilai, dan dikenakan ganti rugi bagi orang yang merusak atau melenyapkannya.”
Ulama Hanafiyah “Segala yang diminati manusia dan dapat dihadirkan ketika diperlukan, atau segala sesuatu yang dapat dimiliki, disimpan, dan dimanfaatkan”
Menurut Hanafiyah, Harta hanya bersifat materi. Sementara manfaat bersifar milik. Sedangkan jumhur, Harta termasuk materi dan manfaat.
3
Diambil tanpa diminta, misal : harta warisan setelah dilunasi hutang-
hutangnya.
4. Pembagian jenis-jenis harta dan konsekuensinya
1. Dari segi boleh dan tidaknya memanfaatkannya
Harta Mutaqawwim > Setiap yang digenggam secara nyata dan dibolehkan oleh syara’
untuk memanfaatkannya seperti berbagai bangunan atau benda tidak bergerak, barang-barang
yang bergerak, makanan dan sebagainya.
Harta Ghair Mutaqawwim > sesuatu yang nyata, dapat digenggam tapi dilarang oleh syara
kecuali karena terpaksa (dhorury). Contohnya adalah khamr dan babi untuk seorang Muslim.
Konsekuensi
Jenis harta Konsekuensi
Dari Sah dan
tidak sahnya
Mengganti
kompensasi ketika
ada kerusakan
Mutaqawwim Sah menjadi
objek untuk
seluruh akad
(jual beli,
gadai,syirkah dll)
Jika milik orang lain
wajib diganti dengan
yang sama ( bersifat
harta mitsli). Kalau
bersifat harta qimi
maka mengganti
nilainya
Ghairu
Mutaqawwim
Tidak sah
menjadi objek
akad. Jual
belinya termasuk
batil dan fasid
Tidak wajib jika
harta itu milik orang
muslim. Menjadi
wajib diganti ketika
itu milik non
muslim
4
2. Dari segi menetap dan tidaknya di tempatnya
Harta Manqul > Sesuatu yang bisa dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain, baik ia tetap
dalam bentuk dan kondisinya semula maupun bentuk dan kondisinya berubah akibat
dipindahkan. Hal ini mencakup uang, barang-barang perdagangan, berbagai jenis binatang,
barang-barang yang bisa diukur dan ditimbang
Harta ‘Aqar > Sesuatu yang tetap dan tidak mungkin dipindahkan sama sekali dari satu
tempat ke tempat yang lain seperti rumah dan tanah. Bangunan, pepohonan dan tanam-
tanaman di bumi tidak dikategorikan sebagai ‘aqar menurut Hanafiyah kecuali dalam status
mengikut pada tanah. ‘Aqar menurut Hanafiyah tidak mencakup apa-apa kecuali tanah,
sementara manqul mencakup segala sesuatu selain tanah.
Konsekuensi Harta Manqul dan Harta ‘Aqar
Syuf’ah. Adalah untuk barang yang dijual berupa ‘aqar dan tidak pada manqul apabila ia
dijual terpisah dari ‘aqar tetapi jika manqul itu dijual mengikut pada ‘aqar maka syuf’ah
berlaku pada ‘aqar dan tidak pada manqul
Hak-hak tetangga dan irtifaq berhubungan dengan ‘aqar dan tidak dengan manqul
Wakaf. Menurut Hanafiyah, wakaf tidak sah kecuali pada ‘aqar. Sementara manqul, ia juga
tidak sah diwakafkan kecuali jika mengikut pada ‘aqar. Tapi menurut selain Hanafiyah, sah
mewakafkan semuanya baik ia berbentuk ‘aqar maupun manqul
Seorang washi yang menjual harta qashir. Seorang washi tidak berhak menjual ‘aqar milik
qashir kecuali dengan alasan yang syar’i seperti melunasi utang, menutup kebutuhan yang
sangat penting atau mencapai kemaslahatan yang lebih besar.
Boleh menjual ‘aqar sebelum diterima oleh pembeli menurut Abu Hanifah, pendapat ini
berbeda dengan fuqaha lainnya. Sementara untuk manqul, tidak boleh dijual sebelum
diterima atau diserahkan karena manqul sangat rentan rusak, berbeda dengan ‘aqar.
3. Dari segi sama dan tidaknya unit atau bagian-bagiannya
Harta yang bersifat Mitsli >Harta yang memiliki padanan di pasar tanpa ada perbedaan
yang signifikan pada bagian-bagiannya dalam interaksi. Harta-harta mitsli ada empat macam
yaitu (1) yang sifatnya ditakar seperti gandum, (2) yang sifatnya ditimbang seperti kapas dan
besi, (3) yang bersifat jumlah seperti kelapa, telur, (4) yang dijualnya berdasarkan hasta,
meteran dan sebagainya contohnya kain, papan.
Harta yang bersifat Qimi > Barang yang tidak serupa seperti tenunan dan tanah
Konsekuensi: Liat tabel Jika mistli diganti dengan yang sama sedangkan qimi nilainya.
5
Konsep Hak dan kepemilikan dalam Fiqih
Prof. Mushthafa Zarqa’ mengatakan hak itu adalah kepemilikan yang ditetapkan oleh
syara’ baik dalam bentuk kewenangan maupun pembebanan. Hak itu merupakan
hubungan kepemilikan dengan objek tertentu seperti hak penjual pada harga barang
(uang)
Pembagian jenis hak
Sebab kepemilikan
1. Menguasai seuatu yang mubah
2. Hukum Al Ma’adin
3. Hukum Al kunuz (harta terpendam)
4. Akad2 pemindah kepemilikan
5. Pergantian kepemilikn
6. Sesuatu yang lahir dari sesuatu yang dimiliki
Macam macam kepemilikian :
1.Kepemilikan sempurna
2. kepemilikan tidak sempurna.terbagi:
kepemilikan atas bendanya saja
Berdasarkan
Pemilik Hak
Hak Allah Ta’ala (Hak Umum)
Hak Personal
Hak yang bisa digugurkan dan yang tidak bisa
digugurkan
Hak yang diwariskan dan tidak diwariskanHak Musytarak
(Ganda)
Berdasarkan
Objek Hak
Hak harta dan non harta
hak harta dan hak benda
Hak untuk mengejar ada di tangan pemilik hak beda dan tidak ada di
tangan pemilik hak personal
Hak istimewa atau prioritas bagi pemilik hak
benda
Gugurnya hak benda dengan rusaknya objeknya
Hak murni dan tidak murni
6
Kepemilikan persona, pemanfaatan dan penggunaan
memanfaatkan sesuatu demi kepentingan oranglain
Thasarruf dan Akad
Al Maidah ayat 1: “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah akad-akad itu”
Akad adalah salah satu bentuk perbuatan hukum (Tasharruf)
Tasharruf (Mustafa Az Zarqa) yaitu: Segala sesuatu perbuatan yg bersumber dari
kehendak seseorang dan syara’ menetapkan atasnya sejumlah akibat hukum (hak &
kewajiban).
Motivasi Bertransaksi (Iradah Aqdiyah)
Iradat terdiri dari dua bentuk, yaitu, iradat al-munfaridhah atau disebut juga iradat al-
wahidah. Hal ini adalah kehendak atau kemauan bebas seseorang yang terpendam
dalam hatinya untuk menentukan sesuatu.
Sedangkan yang kedua adalah iradat al-aqdiyyah, yaitu kehendak atau kemauan
seseorang yang terkait dengan kemauan orang lain yang menghasilkan suatu akad
(perjanjian).
Kedua bentuk iradat tersebut banyak diterapkan dalam kehidupan manusia. Selain
digunakan untuk masalah yang bersifat individual, iradat al-munfaridhah juga banyak
diterapkan dalam muamalah. Antara lain dalam masalah ji'alah, wakaf, ibra, wasiat,
kafalah, sumpah, atau nazar.
Sedangkan iradat al-aqdiyah dipraktikkan dalam akad muamalah, seperti dalam jual
beli, khiar, sewa-menyewa, ujrah (upah kerja), rahn, atau syirkah.
Kuliah 2
Antara Wa’ad dan kontrak akad
1. Janji (Promise) antara satu pihak kepada pihak lainnya (hanya mengikat satu pihak) one way 2. Pihak yang diberi janji tidak memikul kewajiban apapun kepada pihak pemberi janji 3. Terms & Condition-nya tidak diajukan secara rinci dan detail (well defined). 4. Belum ada kewajiban yang ditunaikan oleh pihak manapun, walaupun terms & condition-nya sudah well defined 5. Bila janji tak terpenuhi maka sanksi yang diterima merupakan sanksi moral (moral obligation).
1. Mengikat kedua belah pihak yang bersepakat, untuk melaksanakan kewajiban mereka masing-masing secara timbal balik. 2. Term & conditions-nya sudah ditetapkan secara rinci dan spesifik (well defined). 3. Bila kewajiban tidak dapat dipenuhi maka sanksi yang diterima sesuai dengan kesepakatan awal akad
4. 4. Akad membuka kemungkinan untuk adany berbagai jenis khiyar (opsi) sebagai tanda kebebasan transaksi antara para pihak (the freedom of contracts).
Wa’ad Kontrak
7
Asas-asas Akad:
1. Asas Konsensualisme
Qs An nisa: 29
Sesungguhnya jual beli berdasarkan perizinan (ridha) (HR. Ibnu Hibban dan Al-
Baihaqi)
2. Asas Kebebasan berkontrak
Wahai orang-orang yang beriman, penuhilah janji-janjimu (QS. Al-Maidah:1)
3. Asas Kebolehan
4. Asas perjanjian itu mengikat
Orang-orang muslim itu terikat kepada syarat-syarat (klausul-klausul) mereka
(HR. At-Tirmidzi dan Al-Hakim)
5. Asas keadilan dan Keseimbangan Prestasi
Tabarru’ (tolong menolong)
Akad menurut Tujuan Tijarah (Perdagangan)
Akad menurut Keabsahan Sahih > rukun dan syarat terpenuhi
Fasid > Rukun terpenuhi syarat tidak
Batil > Rukun dan syarat tidak terpenuhi
Syarat akad meliputi 4 macam
Syarat terbentuknya
akad
Syarat
Keabsahan
Syarat berlakunya
akibat hukum
Syarat
mengikatnya
akad > bebas dari
khiyar
Rukun Akad
Two Contracting Parties Subject Matters Offer and Acceptance
-Aqil (Sound Mind)
-Baligh (Mature)
-Mengerti konsekuensi
akad yang sedang
dilaksanakannya
-Niat
(Intention)menurut
sebagian Ulama
• Wujud (Existance)
• Halal (Lawful)
• Jelas Jenisnya
(Quality)
• Jumlah (Quantity)
• Waktu
Penyerahannya
(Time of Delivery)
• Berharga (Valuable)
• Dapat
diserahterimakan
-Jelas (Clarity)
-Ijab & Qabul bersesuaian
(Corresponding/Conformity)
-Ijab & Qabul bersambung
(Connection/Communication)
or Ittihad al-Majlis
8
o Tamyiz
o Berbilang pihak
o Kesepakatan
o Kesatuan majlis
o Objek Dapat
diserahkan
o Objek dapat
ditransaksikan
o Objek dapat
ditentukan
o Sesuai syaraa’
o Bebas dari
paksaan
o Bebas dari
Gharar
o Tidak riba
o Bebas dari
syarat fasid
o Tidak
menimbulk
an kerugian
ketika
disebarkan
o Kewenangan
sempurna atas
tindakan
o Kewenangan
sempurna atas
objek
o Adanya
kepemilikan
o Adanya
penguasaan
o
o Khiyar
rukyat
o Khiyar
syarat
o Khiyar
takyin
o Khiyar ‘aib
Khiyar
• Khiyar rukyat yaitu hak opsi yang dimiliki oleh seseorang untuk meneruskan atau
membatalkan akad atas objek yang sebelumnya tidak dapat dilihat, apabila barang
tertentu tidak sesuai dengan kualifikasi yang diperjanjikan.
• Khiyar syarat yaitu hak opsi yang diberikan kepada salah satu atau kedua belah pihak
untuk dalam tempo tertentu membatalkan akad dan jika dalam tempo tersebut ia tidak
membatalkannya maka akad dianggap mengikat.
• Khiyar takyin yaitu hak opsi yang biasanya diajukan oleh pembeli untuk dalam tempo
waktu tertentu memilih salah satu dari objek yang belum ditentukan pada saat akad.
• Khiyar ‘aib (cacat) yaitu hak opsi untuk membatalkan atau meneruskan akad dalam
hal objeknya mengandung cacat yang tidak diketahui sebelumnya
• Khiyar Majlis hak pilih dari kedua belah pihak yang berakad untuk membatalkan
akad, selama keduanya masih berada dalam majlis akad (di ruangan toko) dan belum
berpisah badan.
Ketentuan khiyar
1. Masa khiyar
Ada tiga pendapat ulama tentang masa khiyar. Abu Hanifah, Zufar, dan Syafi’i berpendapat
bahwa mensyaratkan masa yang diketahui dan tidak lebih dari tiga hari adalah boleh.
Syafi’i berpendapat bahwa khiyar tidak boleh lebih dari tiga hari, karena itu adalah gharar
sedangkan khiyar yang kurang dari tiga hari adalah rukhshah.
Ulama Hanabilah membolehkan mensyaratkan masa yang diketahui sesuai dengan
kesepakatan penjual dan pembeli baik sebentar maupun lama.
Ulama Malikiyah berpendapat bahwa khiyar boleh dengan jumlah waktu yang dibutuhkan.
Namun ada perbedaan, disesuaikan dengan barang yang diperdagangkan. Buah-buahan yang
tidak dapat bertahan lebih dari satu hari maka tidak boleh memiliki khiyar lebih dari satu hari.
9
Baju, binatang tunggangan adalah tiga hari. Sedangkan rumah dan sejenisnya membutuhkan
waktu khiyar selama satu bulan.
Pembatalan khiyar
-Pengguguran jelas > “saya gugurkan hak khiyar ini”, “saya membatalkannya”
-Pengguguran dengan isyarat > pembeli beli barang terus sama dia nawarin mau jual lagi
-Membatalkan khiyar secara darurat > masa khiyar berakhir, meninggal, barang rusak,
tuduhan atas barang yang cacat
Taqabud Saling menerima
Serah terima di tempat transaksi (taqabud fil majlis) ada dua macam yaitu taqabud hakiki dan
taqabut hukmi. Taqabud hakiki (serah terima faktual) adalah serah terima uang dan barang
antara kedua penjual dan pembeli di tempat transaksi secara langsung sebelum terjadinya
perpisahan antara keduanya. Taqabud hukmi (serah terima secara legal) adalah serah terima
uang dan barang atau suatu mata uang dengan mata uang lain, antara pembeli dan penjual
tidak secara faktual tapi secara legal bisa diterima.
Kuliah 3: Akad Jual Beli (Al-Bai’)
Jual Beli
Hukum asal jual beli adalah mubah (Al-aslu fil muamalah Al ibahah)
Pembagian jual Beli
Rukun jual beli menurut hanafiyah hanya berupa ijab kabul. Sedang menurut jumhur ulama
rukun jual beli adalah adanya :
1. Shighat akad
Syaratnya > kerelaan kedua bilah pihak
2. Objek
Syaratnya > tersedianya barang, dapat dimanfaatkan, milik penjual, dan dapat diserahkan
pada saat akad
3. Al muta’aqidain
Perbandingan HargaJual & Beli
• Murabahah
• Tauliyah (impas)
• Muwadha’ah (rugi)
Berdasarkan obyekyang dieprjualbelikan
• Muqayadhah(barter)
• Mutlaq• Sharf (mata uang)
Waktu Penyerahan Barang /Dana
• Bai’ Bi Thaman Ajil• Bai’ Salam• Bai’ Isthisna• Bai’ Istijrar
10
Syaratnya > berakal, dua orang yang berbeda
4. Nilai tukar pengganti barang
Syaratnya > suci, dapat diserahterimakan bermanfaat, dan diketahui oleh kedua belah
pihak
Bentuk jual beli terlarang
*Khiyar dalam jual beli ada diatas ya (khiyar, majlis, dll) terdapat contoh langsung berupa
hadist dalam ppt kuliah 3
Derivasi Akad Bai’: Bai’ al-Mu’ajjal dan Bai’ ul Taqsit
1. Bai’ al-Mu’ajjal
Al-Bai’ Muajjal, yaitu akad jual-beli atas suatu barang atau jasa yang pembayarannya
dilakukan tidak secara tunai atau dilakukan dikemudian hari (hutang) tetapi barang
atau jasanya diterima saat ini (awal periode).
2. Bai’ ul Taqsit
Al-Bai’ Taqsith, yaitu akad jual-beli atas suatu barang atau jasa yang pembayarannya
dilakukan secara cicilan selama periode hutang sedangkan barang atau jasanya
diterima di awal periode.
Jual Beli Murabahah
yaitu menjual barang sesuai dengan harga pembelian, dengan menambahkan keuntungan
tertentu.
Syarat-syarat murabahah
1. Mengetahui harga pertama
2. Mengetahui margin keuntungan yang diminta oleh penjual
3. Modal yang dikeluarkan hendaknya berupa barang mistliyat
Terlarang karena tidak memenuhi syarat dan rukun o Jual beli barang yang zatnya haram,
najis, tidak boleh diperjualbelikan. darah, babi, bangkai, ASI, air mani binatang
o Jual beli yang dilarang karena belum jelas (samar-samar) JB buah yang belum tampak di pohon, anak ternak masih dikandungan induknya
o Jual beli bersyarat o Jual beli yang menimbulkan
kemudaratan o Jual beli yang dilarang karena dianiaya o Jual beli mulamasah, ba’i hashah, ba’i
munabadzah,
Terlarang karena ada faktor lain yang merugikan o Jual beli dari orang yang masih dalam
tawar menawar o Jual beli dengan menghadang
dagangan di luar kota/pasar. o Membeli barang dengan memborong
untuk ditimbun (dijual ketika harga naik)
o Jual beli barang rampasan/curian.
11
4. Murabahah pada barang ribawi hendaknya tidak menyebabkan terjadinya riba nasiah
terhadap harga pertama
5. Transaksi yang pertama hendaknya sah
Penjelasan lebih terkait Murabahah
Jika barang dagangan rusak (di tangan penjual atau pembeli), kemudian pembeli itu
hendak menjualnya kepada pembeli lain dengan cara murabahah, maka:Jika rusaknya
muncul dengan sendirinya, maka dia boleh menjualnya secara murabahah dengan
harga penuh, tanpa harus menjelaskan cacat yang ada. Jika kerusakan terjadi karena
pembeli pertama atau orang lain, maka tidak boleh menjualnya dengan cara
murabahah, kecuali dengan menjelaskan kerusakan yang ada.
Jika terjadi penambahan dalam barang dagangan, seperti anak, buah, bulu, dan susu,
maka ia tidak boleh dijual dengan cara murabahah, kecuali dengan menjelaskan
penambahan yang terjadi.
Jika seseorang menggarap tanah, maka dia boleh menjualnya tanpa memberikan
penjelasan, karena tambahan yang tidak lahir dari barang dagangan, tidak
dikategorikan barang dagangan
Jika seseorang membeli pakaian dengan harga sepuluh dirham yang ditangguhkan
pembayarannya, maka dia tidak boleh menjualnya tanpa menjelaskan hal itu, karena
penangguhan waktu akan menyebabkan bertambahnya harga.
Jika orang yang mengutangi mengambil suatu barang dari orang yang diutangi atas
nama sulh, maka dia tidak boleh menjualnya dengan cara murabahah kecuali dengan
penjelasan.
Jika seseorang membeli pakaian dengan harga sepuluh dirham, kemudian dia
memberi label harga yang lebih besar dari harga aslinya, maka jika pakaian tersebut
nilainya lebih dari sepuluh dirham, dia boleh menjualnya dengan cara murabahah,
tanpa harus memberikan penjelasan apapun.
Jika seseorang memiliki harta warisan atau hibah, kemudian seseorang yang bisa
dipercaya memberikan patokan harga pada harta itu, maka pemiliki barang boleh
menjualnya dengan cara murabahah sesuai dengan harga yang dipatok orang tersebut,
karena dia telah jujur dengan ucapannya
Hukum penipuan dalam murabahah
Jika terjadi penipuan dalam hal harga dan pembeli tahu pembeli boleh memilih antara
mengambil barang dagangan atau mengembalikannya atau disebut juga hak khiyar. (Pendapat
Ulama Hanafiyah)
Menurut Abu Hanifah (pendapat terkuat Ulama Hanafiyah) : Jika pembeli mau, ia dapat
mengambil barang dagangan dengan harga yang disebutkan oleh penjual. Namun jika dia
keberatan, dia bisa membatalkan transaksi murabahah.
Abu Yusuf pembeli tidak memiliki hak khiyar, namun dalam murabahah dilakukan
pengurangan harga sesuai dengan besarnya penipuan.
12
Skema murabahah
Skema dalam Bank Syariah
Kuliah 4: Beberapa Derivasi Akad Murabahah
Bai’ berdasarkan objek yang yang diperjualbelikan
1) Mutlaqoh, yaitu pertukaran antara barang atau jasa dengan uang
2) Sharf, yaitu jual beli atau pertukaran satu mata uang dengan mata uang lain
3) Muqoyyadah, yaitu jual beli dimana pertukaran terjadi antara barang dengan barang
Bai’ dari segi penetapan harga
1) Musawamah (tawar menawar), yaitu jual beli biasa ketika penjual memberitahukan
harga pokok dan keuntungan yang didapatkannya
2) Amanah, yaitu jual beli dimana penjual memberitahukan modal jualnya (harga
perolehan). Jual beli amanah terbagi menjadi 3
Murabahah (untung)
tauliyah (impas)
1. Akad Murabahah
PEMBELI
2a. Barang
2b. Cost + Marjin
MUSYTARI
PENJUAL
BA’I
MABI’
3a. Akad Murabahah
4. Bayar
kewajiban
BANK
NASABAH
SUPLIER PENJUAL
2. Beli Barang tunai
1. Negosiasi &
Persyaratan
3c. Kirim Barang
3b. Serah terima
barang
13
muwadha’ah (jual dibawah harga modal)
3) Ba’i bi thaman ajil, jual beli dengan harga tangguh. Atau jual beli dengan penetapan
harga yang dibayar kemudian. Harga tangguh ini boleh lebih tinggi daripada harga
tunai dan bisa dicicil.
4) Muzayadah (lelang), yaitu jual beli dengan penawaran dari penjual dan para pembeli
berlomba menawar, lalu penawar tertinggi terpilih sebagai pembeli. Kebalikannya
disebut munaqodhah (tender)
Bai’ dari segi pembayaran
1) Jual beli tunai dengan penyerahan barang dan pembayaran langsung
2) Jual beli dengan pembayaran tertunda (bai’ muajjal), yaitu jual beli dengan
penyerahan barnag secara langsung tapi pembayaran dilakukan kemudian dan bisa
dicicil
3) Jual beli dengan penyerahan barang tertunda, dibagi menjadi 2:
Bai’ Salam, yaitu jual beli dengan pembeli membayar atunai di muka atas
barang yang dipesan (plus spesifikasinya) dan barang akan diserahkan
kemudian
Bai’ Istishna, yaitu jual beli dimana pembeli membayar atunai atau bertahap
atas barang yang dipesan (biasanya barang manufaktur) dengan spesifikasinya
yang harus diproduksi dan diserahkan kemudian
4) Jual beli dengan penyerahan barang dan pembayaran yang sama-sama tertunda
Potongan pelunasan dalam Murabahah
1. LKS boleh memberikan potongan pelunasan jika nasabah ternyata mampu membayar
pembayaran lebih awal. Syaratnya ialah LKS tidak menjanjikan potongan pelunasan
di awal akad. Dan besarannya sesuai kesepakatan LKS > fatwa No. 23/DSN-
MUI/III/2002 tanggal 28 Maret 2002
Uang muka dan diskon dalam murabahah
1. Dalam kad pembiyaan murabahah, pihak LKS boleh meminta uang muka yang sesuai
dengan kesepakatan.
2. Jika nasabah membatalkan akad murabahah, nasabah harus memberikan ganti rugi
kepada LKS dari uang muka tersebut. Jika kerugian lKS > DP maka LKS boleh minta
lagi. Dan sebaliknya
3. Jika dalam jual beli murabahah LKS mendapat diskon dari suplier, harga sebenarnya
adalah harga setelah diskon, karena itu, diskon adalah hak nasabah.
4. Jika pemberian diskon terjadi setelah akad, pembagian diskon tersebut dilakukan
berdasarkan perjanjian (persetujuan) yang dimuat dalam akad.
Sanksi kepada nasabah
1. Nasabah yang benar-benar tidak mampu tidak dikenai sanksi. Tetapi bagi nasabah
yang bandel dikenai sanksi berdasarkan prinsip ta’sir. Dimana ta’sir tersebut sudah
diperjanjikan di awal akad. Dan dananya untuk sosial.
14
Ba’i bi thaman ajil, jual beli dengan harga tangguh. Atau jual beli dengan penetapan harga
yang dibayar kemudian. Harga tangguh ini boleh lebih tinggi daripada harga tunai dan bisa
dicicil.
Pendapat Mazhab Syafii merupakan pendapat yang paling banyak diterima, yaitu sepanjang
disepakati, maka harga dalam setiap jual beli tidak boleh berubah. Karena itu jika penjual
dan pembeli sepakat untuk melakukan jual beli tangguh dengan harga lebih tinggi dari jual
beli tunai, maka apabila sudah dilakukan ijab qabul, harga tidak boleh berubah sampai jatuh
tempo.
Bai’ Al-Dayn
(jual beli
hutang)
Bai’
al-dayn atau
bai’ nasiah bi
nasiah atau
Nabi SAW
sering
menyebutnya
bai’ kaly bi
kaly adalah
menjual
hutang
dengan
hutang, membeli barang dengan hutang dan uangnya juga hasil hutang
Bai’ al-dayn adalah akad penyediaan pembiayaan untuk jual-beli barang dengan
menerbitkan surat hutang dagang atau surat berharga lain berdasarkan harga yang
telah disepakati terlebih dahulu.
Di seluruh LKS di Indonesesia tidak ada produk ini. Karena haram
Murabahah Riba
Barang sbg objek, nasabah
berhutang barang, bukan berhutang
uang
Uang sbg objek,nasabah berhutang
uang
Sektor moneter Terkait dengan
sektor riil, sehingga menyetuh
langsung sektor riil
Sektor moneter dan riil terpisah
Mendorong percepatan arus barang,
mendorong produktifitas dan
entrepreneurship, yang pada
gilirannya meningkatkan
employment
Tidak mendorong percepatan arus
barang, karena tidak mewajibkan
adanya barang, tidak mendorong
produktifitas yang pada akhirnya
menciptakan unemployment
Pertukaran barang dengan uang
Pertukaran uang dengan uang
Margin tidak berubah
Bunga berubah sesuai tingkat bunga
Akad jual beli dan memenuhi rukun
jual beli
Tidak ada jual beli, tetapi uang
langsung sbg komoditas
Jika nasabah tidak mampu
membayar, tidak ada denda
(QS.2:283)
Denda/bung
15
Bentuk-bentuk bai’ al dayn
Menjual harga yang ditangguhkan dengan pembayaran yang ditangguhkan juga
Menjual harga yang ditangguhkan dengan barang dagangan tertentu yang juga
diserahterimakan secara tertunda.
Menjual harga yang ditangguhkan dengan barang yang digambarkan kriterianya dan
diterima secara tertunda.
Menjual barang yang disebutkan kriterianya secara tertunda dengan barang yang
disebutkan kriterianya secara tertunda pula
Murabahah lil amir bilsyira’
Istilah ini baru dikenalkan oleh Sami Hamoud dalam disertasinya “Tatwir al a’mal
al-masrafiyah bima yattafiq asy-syariah al-islamiyah”. Artinya adalah transaksi
jual beli di mana seorang nasabah datang kepada pihak bank untuk membelikan
sebuah komoditas dengan kriteria tertentu, dan ia berjanji akan membeli
komoditas tersebut secara murabahah. Selanjutnya nasabah akan membayar
dengan cicilan berkala sesuai dengan kemampuan finansial yang dimiliki.
Menurut Ahmad Mulhim, Murabahah lil amir bis-Syira’ adalah permintaan
pembelian sebuah komoditas dengan kriteria tertentu yang diajukan oleh pihak
nasabah yang selanjutnya disetujui oleh pihak bank, kemudian pihak bank berjanji
akan membelikan komoditas sebagaimana dimaksud dan pihak nasabah berjanji
akan membeli sesuai dengan harga pokok pembelian ditambah dengan tingkat
keuntungan yang disepakati kedua pihak.
Tahapan-tahapan
Murabahah lil amir bis-Syira’ akan sempurna bila melalui tahapan-tahapan;
16
Kuliah 5: Jenis-jenis Akad Jual Beli
Jual beli Salam dan Ishtisna
Landasan hukum akad salam
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu melakukan utang piutang untuk waktu
yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya.” (al-Baqarah: 282)
Ibnu Abbas berkata, “Saya bersaksi bahwa akad salaf (salam) yang ditanggung hingga tempo
tertentu telah dihalalkan dan dibolehkan oleh Allah dalam kitab-Nya.” lalu ia membaca al-
Baqarah ayat 282
Syarat sah akad salam
1. Jenis barang diketahui,
2. Ciri-ciri yang diketahui
3. Ukuran yang diketahui
4. Modal diketahui
5. Tempat penyerahan barang diketahui
6. Biaya diketahui
Syarat muslam Fih (barang yang dipesan)
1. Nasabah mengajukan permohonan pembiayaan barang kepada pihak bank dengan spesifikasi tertentu.
2. Keduanya membuat kesepakatan. Pihak bank berjanji akan menjual barang yang telah dimiliki, dan nasabah akan membeli dengan margin atas HPP. (Belum masuk akad jual beli, namun masih pada tahap kesepakatan)
3. Bank membeli kepada supllier atas nama bank sendiri, dan jual beli ini harus sah dan bebas dari riba.
4. Setelah komoditas tersebut resmi menjadi milik bank, kemudian bank menawarkan aset tersebut kepada nasabah, dan tentunya aset telah sesuai dengan yang disepakati, maka pihak bank dan nasabah baru bisa melakukan kontrak jual beli.
17
-Harus diketahui jenisnya
(gandum?roti?jelai)
-Harus diketahui tipenya
(gandum tipe A atau B atau
C?
-Harus diketahui kualitas
dan kuantitasnya
-Tidak terdapat salah satu
sebab riba fadhl dalam
salah satu barang yang
dipertukarkan
-Barang yang dibeli dapat
ditentukan.
-Barang yang dibeli
diserahkan terakhir.
-Hendaknya jenis barang
yang dibeli dapat dijumpai
di pasar sesuai dengan tipe
dan bentuknya sejak waktu
akad hingga penyerahan
-Akad salam harus bersifat
pasti tidak berlaku hak
khiyaar syarat baik bagi
salah satu pihak maupun
keduanya.
-Menjelaskan tempat
penyerahan barang jika
barang tersebut menuntut
beban penyerahan, spt
gandum dan jelai.
-Barang yang dibeli harus
dpt dijelaskan
spesifikasinya
Konsekuensi hukum akad salam
• Akad salam mengakibatkan tertetapkanya hak milik barang salam bagi pembeli (rab-
bus salam) yang ditangguhkan, dan sebaliknya tertetapkannya hak milik modal salam
yang tertentu atau dijelaskan sifatnya bagi penjual (muslam alaih)
• Kebolehan akad salam didasarkan pada rukhshah (keringanan) guna memenuhi
kebutuhan masyarakat.
Akad istishna
Yaitu akad meminta seseorang untuk membuat sebuah barang tertentu dalam bentuk tertentu.
Atau dapat diartikan sebagai akad yang dilakukan dengan seseorang untuk membuat barang
tertentu dalam tanggungan
Dasar-dasar
1. Akad istishna’ tercapai dengan terjadinya ijab dan qabul dari pemesan dan pengrajin
2. Istishna’ menyerupai akad salam karena akad ini merupakan jual beli barang yang
tidak ada (ma’duum) saat akad.
3. Perbedaan salam dengan istishna’: pada istishna’ tidak ada keharusan penyerahan
harga barang (modal) secara kontan, penjelasan masa pembuatan, ataupun waktu
penyerahan. Begitu pula tidak disyaratkan bahwa barang yang dipesan merupakan
salah satu barang yang dapat dijumpai di pasar
Syarat-syarat akad istishna
1. Menjelaskan jenis, tipe, kadar dan bentuk barang yang dipesan.
2. Barang yang dipesan harus barang yang biasa dipesan pembuatannya oleh
masyarakat, seperti perhiasan, sepatu, wadah, dan alat transportasi lainnya
3. Tidak menyebutkan batas waktu tertentu
18
Persamaan antara akad Salam dan istishna adalah sama-sama bai; ma;dum : jual
beli barang yang tidak ada. Dan dibolehkan karena kebutuhan masyarakat
Akad Salam dan Istishna:
Salam paralel
Melibatkan dua transaksi. Salam pertama antara nasabah dengan Bank dan Salam
kedua antara Bank dengan petani atau pemasok
Akad salam kedua harus terpisah dari akad pertama dan dilakukan setelah akad
pertama sah. Rukun-rukunnya tetap sama
2.Bayar
4.bayar
Salam
• Barang yg dijual adl utang (sesuatu dalam tanggungan)
• Disyaratkan menentukan waktu penyerahan
• Merupakan akad lazim (mengikat)
• Disyaratkan penyerahan seluruh modal (harga barang) dalam majelis akad
Istishna’
• Barang yg dijual adl dpt ditentukan sosoknya/brg yg ada dlm majelis akad, bkn utang
• Tdk disyaratkan wkt penyerahan.• Merupakan akad tidak lazim (tidak
mengikat)• Tdk disyaratkan hrg barang penuh di
muka, boleh ksh uang muka seperti 1/3 atau ½.
Bank Syariah sebagai Penjual (muslam ilaih)
pada salam 1 dan Pembeli (Muslim)
pada salam 2
1. Negosiasi dan Akad Salam
Nasabah sebagai Pembeli (Muslim)
PEMASOK
3. Negosiasi & akad salam
6. Kirim dokumen
19
5.kirim barang
Istishna paralel
• adalah sebuah bentuk akad Istishna’ antara nasabah dan bank syariah, kemudian
untuk memenuhi kewajibannya kepada nasabah, bank syariah memerlukan pihak lain
sebagai Shani’.
• Bank sebagai penjual dalam akad istishna’ dapat membuat akad istishna’ paralel
dengan pihak lainnya dengan Bank bertindak sebagai pembeli;
• Kewajiban dan hak dalam kedua akad istishna’ tersebut harus terpisah;
• Pelaksanaan kewajiban salah satu akad Istishna’ tidak boleh tergantung pada
akad istishna’ paralel atau sebaliknya;
• Jika bank yang bertindak sebagai pembeli dalam akad istishna’ paralel harus
memenuhi kewajibannya kepada pihak lainnya apabila nasabah dalam akadistishna’
tidak memenuhi akad istishna’;
20
Kuliah 6: Al Sharf dan Al Qardh
Jual beli Al sharf > secara istilah sharf adalah bentuk jual beli yang naqdain baik sejenis
maupun tidak– yaitu emas dengan emas, perak dengan perak– dan baik telah berbentuk
perhiasan maupun mata uang. > diperbolehkan
Syarat sah :
1. Serah terima antara kedua belah pihak sebelum berpisah diri
2. Adanya kesamaan ukuran jika kedua barang satu jenis
3. Terbebas dari hak khiyar syarat
4. Akad dilakukan secara kontan(tidak boleh ada penangguhan)
Transaksi Mata Uang kertas
- Hukumnya sama seperti jual beli naqdain(emas dan perak)
- Transfer suatu mata uang kepada mata uang yang lain, dengan adanya penangguhan dan
tanpa serah terima di majelis akad adalah haram hukumnya, baik ada tambahan maupun
tidak (krn termasuk riba nasiah
Akad Qardh
Secara bahasa, qardh berarti al-qath. Harta yang diberikan kepada orang yang meminjam
(debitur) disebut qardh, karena merupakan “potongan” dari harta orang yang memberikan
pinjaman (kreditur
Qardh didefinisikan sebagai harta yang memiliki kesepadanan yang Anda berikan untuk
Anda tagih kembali.(Hanafiyah)
Landasan hukum
Dalil sunnah
Hadits Riwayat Ibnu Mas’ud: “Tidaklah seorang muslim memberi pinjaman kepada orang muslim yang lain dua kali, melainkan pinjaman itu (berkedudukan)seperti sedekah sekali.”
Hadits Riwayat Anas bin Malik: “Tatkala malam isra’ mi’raj aku melihat di pintu surga tertulis, ‘Sedekah dilipatgandakan sepuluh kali, dan qardh dilipatgandakan delapan belas kali’ Aku bertanya pada Jibril, ‘Wahai Jibril, kenapa qardh lebih utama daripada sedekah?’, Jibril menjawab “karena (dalam sedekah) pengemis meminta sedang dia punya, sedang orang yang meminjam tidaklah ia meminjam kecuali karena ada kebutuhan’.”
21
Dalil ijma
Ketentuan barang dalam Qardh
Hanafiyah Malikiyah, syafi’iyah, dan Hanabilah
-Harta mistsli, seperti barang yang ditimbang,
ditakar, dan dijual satuan dg ukuran yg tdk
jauh berbeda.
-Akad qardh tidak diperbolehkan pd harta
qimiyyat, seperti hewan, kayu bakar, dan
properti
Diperbolehkan melakukan qardh atas semua
benda yang bisa dijadikan objek akad salam,
baik itu barang yang ditakar/ditimbang
maupun barang qimiyyat
Syarat Sah Akad Qardh
1. Dilakukan dg shighah ijab qabul atau bentuk lain yang menggantikannya
2. Adanya kapabilitas dalam melakukan akad
3. Harta yang dipinjamkan harus harta mistli (Hanafi)
4. Harta yg dipinjamkan jelas ukurannya shg mudah dikembalikan
Persyaratan akad Qardh dari sah dan tidak sah (fasih)
• Dibolehkan adanya kesepakatan yang dibuat untuk mempertegas hak milik, seperti
pensyaratan adanya barang jaminan, penanggung jaminan (kafil), saksi, bukti tertulis,
atau pengakuan di depan hakim.
• Batas waktu tidak sah untuk disyaratkan (Jumhur ulama), namun sah menurut
Malikiyah
• Tidak sah syarat yang tdk sesuai dengan akad qardh, seperti syarat tambahan dalam
pengembalian, pengembalian harta yg bagus sbg ganti yg cacat atau syarat jual
rumahnya.
• Contoh syarat fasid (rusak) diantaranya adalah syarat tambahan atau hadiah bg si
pemberi pinjaman.
Konsekuensi Hukum
• Hak kepemilikan objek qardh (Abu Hanifah dan Muhammad) berlaku jika terjadi
serah terima barang.
• Abu Yusuf: peminjam tidak memiliki harta yang menjadi objek qardh selama barang
itu masih utuh.
• Malikiyah: hak kepemilikan dalam qardh dan tindakan sosial lainnya berlaku
mengikat dengan transaksi meski hartanya belum diserahkan.
• Syafi’iyah dan Hanabilah: hak kepemilikan qardh berlaku dengan serah terima
Diriwayatkan bahwa Ibnu Mas’ud dan Ibnu Abbas berkata: “Qardh dua kali lebih utama daripada sedekah satu kali.”
22
*Dibaca- baca lagi fatwa dewan syariah nasional terkait Alqardh dan Alsharf
Kuliah 7: Al Wadiah
Al-wadii’ah secara bahasa artinya adalah sesuatu yang diletakkan di tempat orang lain untuk
dijaga.
Hanafiyah Malikiyah, Syafi’iyah, dan Hanabila
Akad penitipan adalah pemberian
kewenangan dari seseorang kepada
orang lain untuk menjaga hartanya, baik
disampaikan secara terang-terangan
maupun tidak
Akad penitipan adalah perwakilan untuk
menjaga sesuatu yang dimiliki penitip
atau benda terhormat yang dimiliki
khusus oleh penitip, dengan cara
tertentu.
Landasan Hukum
1. An nisaa: 58
“Sesungguhnya Allah menyuruhmu menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya
2. Al baqarah:283
“Hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (utangnya)”
3. Sabda nabi saw
“Tunaikanlah amanah kepada orang yang menyerahkannya kepadamu dan janganlah
engkau mengkhianati orang yang mengkhianatimu
4. Ijma Ulama
Akad wadii’ah boleh dilakukan. Hal ini krn orang-orang memerlukannya, bahkan itu
merupakan kebutuhan darurat.
Maka konsekuensi akad wadi’ah adalah orang yang dititipi wajib menjaga barang yang
dititipi kepadanya. Kemudian Jika dua orang menitipkan sesuatu yang mereka miliki bersama
pada satu orang, kemudian salah satunya datang dan meminta bagiannya, maka orang yang
dititipi tidak boleh memberikan bagian orang itu kepadanya, hingga rekannya datang. Dan
Jika satu orang menitipkan sesuatu yang bisa dibagi kepada dua orang, maka dua orang itu
boleh membaginya antar mereka. Masing-masing mengambil bagiannya untuk dijaga
Kondisi Dimana titipan harus dijamin gantinya
1. Orang yang dititipi tidak menjaga barang titipan
2. Orang yang dititipi menitipkan lagi barang titipan kpd selain orang yg menjadi
tanggungannya dan kepada orang yg biasanya tidak menjaga sendiri harta orang yang
dititipi tsb
3. Menggunakan barang titipan
4. Bepergian dengan membawa barang titipan
5. Pengingkaran terhadap adanya titipan
23
6. Terjadinya pelanggaran dari orang yang dititipi terhadap syarat yang ditetapkan oleh
pemilik barang
7. Pencampuran barang titipan dengan barang yang lain
Ketentuan Umum Giro dalam Murabahah
Ketentuan Umum Giro Wadi’ah > Fatwa No 1 2000
1. Bersifat titipan.
2. Titipan bisa diambil kapan saja (on call).
3. Tidak ada imbalan yang disyaratkan, kecuali dalam bentuk pemberian (‘athaya) yang
bersifat sukarela dari pihak bank.
- Nasabah bertindak sebagai shahibul maal, dan bank bertindak sebagai mudharib
- Bank sebagai mudharib, dapat melakukan berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syari’ah, termasuk di dalamnya mudharabah dengan pihak lain.
- Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya, dalam bentuk tunai dan bukan piutang.
- Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan dituangkan dalam akad pembukaan rekening.
- Bank menutup biaya operasional giro dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya.
- Bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah tanpa persetujuan yang bersangkutan.
24
Seputar pertanyaan dari Pak Oni
1. Jelaskan definisi qardh, beserta dalil, dan targe akadnya
2. Jelaskan kenapa kenapa tidak boleh ada manfaat yang tidak boleh diterima oleh
kreditur
3. Bolehkah kreditur meminta biaya administrasi dalam qardh?
4. Jelaskan pembagian akad qardh dari sisi sebagai akad inti dan pelengkap?
5. Jika akad qardh menjadi akad inti, bolehkah akad digabung dengan akad bisnis?
Beserta alasan dalilnya
6. Jika qardh menjadi akad pelengkap, bolehkah digabung dengan akad bisnis?