resume harian_igd (1-2)
TRANSCRIPT
RESUME HARIANKeperawatan Gawat Darurat
(Revisi)
Nama/NIM : Rizka RahmaharyantiBangsal : IGD RSUD Dr. R. Goeteng Taroenadibrata PurbalinggaHari/Tanggal : Senin/28 Oktober 2013
Inisial Pasien : Ny. WUsia : 53 TahunJenis Kelamin : PerempuanDiagnosa Medis : CHFPrimary Survey :
A : Tidak ada sumbatan jalan nafas (sekret, benda asing, dll), airway clear.
B : Nafas spontanPasien merasa sesakRR 32 x/menit, nafas pendek
pergerakan dada simetrisperkusi sonor
. C : Nadi 80 x/menitTD 110/70 mmHgEdema ekstremitas bawah Pitting edem (>3detik)
Konjungtiva anemisAkral hangat, namun lembabCPR < 2 detikBunyi jatung S III
D : GCS = E4 M5 V6 (15)Kesadaran compos mentisPasien terlihat lemah dan kelelahan
Sulit untuk bangunDuduk dan berdiri harus dengan bantuan
Diagnosa Keperawatan: Kelebihan volume cairan b.d gangguan mekanisme regulasi
Rencana Keperawatan : NOCSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 5 jam, keseimbangan cairan Ny.W terpenuhi, dengan skala :1 = Keluhan ekstrim2 = Keluhan berat3 = Keluhan sedang4 = Keluhan ringan5 = Tidak ada keluhan yang dibuktikan dengan indikator :
No Indikator Awal Tujuan
1. Terbebas dari edema 2 42. Tidak ada
dyspneu/ortopneu3 4
3. Vital sign dalam batas normal
3 4
IntervensiFluid management- Pasang kateter urin- Monitor hasil lab yang sesuai
dengan retensi cairan (BUN, hematoktrit, osmolalitas urin)
- Monitor vital sign (TD, nadi dan RR)
- Monitor indikasi retensi / kelebihan cairan (cracles, CVP , edema, distensi vena leher, asites)
- Kaji lokasi dan luas edema- Kolaborasikan pemberian diuretik - Batasi masukan cairan
Fluid Monitoring- Tentukan kemungkinan faktor
resiko dari ketidakseimbangan
4. Terbebas dari kelelahan, kecemasan atau kebingungan
3 4cairan (Hipertermia, terapi diuretik, kelainan renal, gagal jantung, diaporesis, disfungsi hati, dll )
- Monitor perubahan irama jantung- Catat secara akurat intake dan
output
Implementasi :
- Memasang kateter urin- Mengambil sample darah untuk mengetahui hasil lab yang sesuai dengan retensi
cairan (BUN, hematoktrit, osmolalitas urin)- Memonitor vital sign (TD, nadi dan RR)- Memonitor indikasi retensi / kelebihan cairan (cracles, CVP , edema, distensi vena
leher, asites)- Mengkaji lokasi dan luas edema- Mengkolaborasikan pemberian diuretik - Membatasi masukan cairan- Menentukan kemungkinan faktor resiko dari ketidakseimbangan cairan (Hipertermia,
terapi diuretik, kelainan renal, gagal jantung, diaporesis, disfungsi hati, dll )- Memonitor perubahan irama jantung (EKG)- Mencatat secara akurat intake dan output
Evaluasi :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 jam :
S : Pasien mengatakan bengkak pada kedua tangan dan kakiPasien mengatakan kesulitan untuk bergerak karena lemas.
O : Pasien terlihat lebih tenang, namun masih tampak kelelahan TD: 110/70 mmHgRR : 30x/menitNadi : 80x/menitUrin sedikit, berwarna kuning kecoklatanKemungkinan faktor resiko:diahnosa medis pasien CHF (gagal jantung)Lokasi edema pada ekstremitas atas dan bawah sepankang ruang tangan dan kaki
A : Masalah teratasi sebagian
No IndikatorSaat ini
Awal
Tujuan
1. Terbebas dari edema 2 2 42. Tidak ada dyspneu/ortopneu 4 3 43. Vital sign dalam batas normal 4 3 44. Terbebas dari kelelahan,
kecemasan atau kebingungan3 3 4
P : Lanjutkan intervensi- Memonitor prubahan irama jantung (EKG)- Mengkolaborasikan pemberian diuretik
ANALISA SINTESATINDAKAN KEPERAWATAN
Nama/NIM : Rizka RahmaharyantiBangsal : IGD RSUD Dr. R. Goeteng Taroenadibrata PurbalinggaHari/Tanggal : Senin/28 Oktober 2013
Kasus : Tindakan Suction
Teori Suction
1. Pengertian
Suction merupakan suatu prosedur penghisapan lendir yang dilakukan dengan
memasukkan selang kateter suction melalui hidung atau mulut. Bertujuan untuk
membebaskan jalan nafas, mengurangi retensi sputum, mencegah terjadinya infeksi
paru (RS Harapan kita, 2002).
2. Kontraindikasi
Klien yang mengalami kelainan yang dapat menimbulkan spasme laring
terutama sebagai akibat penghisapan melalui trakea gangguan perdarahan, edema
laring, varises esophagus, perdarahan gaster, infark miokard (Elly, 2000).
3. Indikasi
Indikasi penghisapan sekret endotrakeal diperlukan untuk (Protap RSUP Dr.
Kariadi, 2004) :
a. Menjaga jalan napas tetap bersih (airway maintenence)
1) Pasien tidak mampu batuk efektif
2) Dicurigai ada aspirasi
b. Membersihkan jalan napas (branchial toilet) bila ditemukan :
1) Pada auskultasi terdapat suara napas yang kasar, atau ada suara napas
tambahan
2) Dicurigai ada sekresi mukus di dalam saluran napas
3) Klinis menunjukkan adanya peningkatan beban kerja sistem pernapasan
c. Pengambilan spesimen untuk pemeriksaan laboratorium
d. Sebelum dilakukan tindakan radiologis ulang untuk evaluasi
e. Mengetahui kepatenan dari pipa endotrakeal
4. Standar alat
a. Set penghisap sekresi atau suction portable lengkap dan siap pakai.
b. Kateter penghisap steril dengan ukuran 20 untuk dewasa.
c. Pinset steril atau sarung tangan steril
d. Cuff inflator atau spuit 10 cc
e. Arteri klem
f. Alas dada atau handuk
g. Kom berisi cairan desinfektan untuk merendam pinset
h. Kom berisi cairan desinfektan untuk membilas kateter
i. Cairan desinfektan dalam tempatnya untuk merendam kateter yang sudah dipakai
j. Ambubag / air viva dan selang O2
k. Pelicin / jelly
l. Nacl 0,9 %
m. Spuit 5 cc
5. Standar pasien
a. Pasien diberi penjelasan tentang prosedur yang akan dilakuakan.
b. Posisi pasien diatur sesuai dengan kebutuhan
6. Prosedur
Prinsip dilakukannya tindakan suction ialah steril. Adapun prosedur umum
tindakan suction adalah sebagai berikut :
a. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
b. Sebelum dilakukan penghisapan sekresi
1) Memutar tombol oksigen menjadi 100 %
2) Menggunakan air viva dengan memompa 4–5 kali dengan kosentrasi oksigen
15 liter
3) Membuka kemasan kateter suction pastikan masih dalam keadaan steril
c. Memakai sarung tangan steril
d. Menghidupkan mesin penghisap sekresi
e. Menyambung selang suction dengan kateter steril kemudian perlahan–lahan
dimasukakan ke dalam mulut melalui saluran atau alat pembuka jalan nafas yang
terpasang (ETT, OPA, dll)
f. Membuka lubang pada pangkal kateter penghisap pada saat kateter dimasukkan ke
mulut
g. Menarik kateter penghisap kira–kira 2 cm pada saat ada rangsangan batuk untuk
mencegah trauma pada carina
h. Menutup lubang melipat pangkal, kateter penghisap kemudian suction kateter
ditarik dengan gerakan memutar
i. Mengobservasi hemodinamik pasien
j. Memberikan oksigen setelah satu kali penghisapan dengan cara baging
k. Bila melakukan suction lagi beri kesempatan klien untuk bernafas 3-7 kali
l. Masukkan Nacl 0,9 % sebanyak 3-5 cc untuk mengencerkan sekresi
m. Melakukan baging
n. Membilas kateter penghisap sampai bersih kemudian rendam dengan cairan
desinfektan dalam tempat yang sudah disediakan
o. Mengobservasi dan mencatat
a) Tensi, nadi, dan pernafasan
b) Hipoksia
c) Tanda perdarahan, warna, bau, konsentrasi
d) Disritmia.
7. Komplikasi yang dapat terjadi akibat penghisapan sekret endotrakeal sebagai berikut
(Setianto, 2007):
a. Hipoksia / Hipoksemia
b. Kerusakan mukosa bronkial atau trakeal
c. Cardiac arest
d. Arithmia
e. Atelektasis
f. Bronkokonstriksi / bronkospasme
g. Infeksi (pasien / petugas)
h. Pendarahan dari paru
i. Peningkatan tekanan intra kranial
j. Hipotensi
k. Hipertensi
Analisa Tindakan
Airway pasien Ny. W dengan diagnose medis hemiparesis dextra mengalami masalah,
yaitu terdengarnya suara gurgling, yang menandakan adanya penumpukan cairan atau sekret
pada jalan nafas pasien. Hal tersebut sesuai dengan indikasi dilakukannya suction, yaitu ada
sekresi mukus di dalam saluran napas dengan tujuan membersihkan jalan napas (branchial
toilet), untuk itu segera dilakukan suction untuk mengeluarkan cairan atau sekret tersebut.
Pada teori, disebutkan bahwa prinsip melakukan tindakan suction ialah steril, namun
pada pelaksanaan tindakan suction kasus di atas, perawat melakukannya dengan prinsip
bersih. Sarung tangan yang digunakan sudah terpapar pasien dan kateter steril sudah
dikeluarkan dan tersentuh oleh perawat yang lain sehingga alat sudah tidak steril saat
dimasukkan ke mulut pasien melalui OPA (oropharingeal airway) yang sudah terpasang
sebelumnya. Pelaksanaan prosedur setelahnya dan persiapan alat sudah dilakukan dengan
baik, serta penanganan yang cepat dan tepat sesuai dengan konsep gawat darurat di ruangan.
RESUME HARIANKeperawatan Gawat Darurat
(Revisi)
Nama/NIM : Rizka RahmaharyantiBangsal : IGD RSUD Dr. R. Goeteng Taroenadibrata PurbalinggaHari/Tanggal : Selasa/29 Oktober 2013
Inisial Pasien : Tn. KUsia : 27 TahunJenis Kelamin : Laki - lakiDiagnosa Medis : CKRPrimary Survey :
A : Terdapat lesi dan luka robek pada bagian mulut dan bibir bagian dalam pasien. Terdapat perdarahan di bagian luka robek, namun tidak masif, sehingga bunyi pernafasan pasien masih normal.
B : Nafas spontanRR 18 x/menitpergerakan dada simetrisperkusi sonor
Tidak terdapat jejasSuara nafas vesikulerTidak terdapat krepitasi, flailchest ataupun fraktur iga
.C : Nadi 84 x/menit
TD 110/70 mmHgCPR < 2 detikKonjungtiva anemis
Perdarahan pada luka robek di mulut, gigi patah, luka pada bahu, tangan dan kaki
D : GCS = E4 M5 V6 (15)Kesadaran compos mentis
Pasien terlihat kesakitan dan kesulitan bergerakReaksi pupil isokor
Diagnosa Keperawatan: Kerusakan integritas kulit b.d faktor mekanik
Rencana Keperawatan : NOC : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 5 jam, integritas kulit Tn.K utuh, dengan skala :1 = Keluhan ekstrim2 = Keluhan berat3 = Keluhan sedang4 = Keluhan ringan5 = Tidak ada keluhan yang dibuktikan dengan indikator :
No Indikator Awal Tujuan
1. Tidak ada luka/lesi pada kulit
2 4
NIC : - Tutup luka robek dengan hecting- Lakukan perawatan luka- Kaji / catat ukuran, warna, keadaan
luka dan perhatikan daerah luka- Observasi tanda – tanda infeksi
2. Perfusi jaringan baik 3 43. Integritas kulit yang
baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperatur, hidrasi, pigmentasi)
3 4
4. Bebas tanda infeksi 3 4
Implementasi :
- Menjahit luka robek (vulnus laceratum) / Hecting- Melakukan perawatan luka- Mengkaji / mencatat ukuran, warna, keadaan luka dan perhatikan daerah luka- Mengobservasi tanda – tanda infeksi
Evaluasi :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 jam :
S : Pasien mengatakan kebal pada daerah mulut dan bibir setelah dijahit.Pasien mengatakan sakit pada daerah luka di bibir, bahu, tangan dan kaki.
O : - Pasien terlihat lebih tenang, luka robek telah ditutup dengan 8 jahitan pada bibir dan gusi, perdarahan berkurang
- Luka lecet di bahu, tangan dan kaki mulai kering (darah tidak keluar)- Terdapat kemerahan dan bengkak pada luka di bibir, bahu, tangan dan kaki pasien
A : Masalah teratasi sebagian
No IndikatorSaat ini
Awal Tujuan
1. Tidak ada luka/lesi pada kulit
3 2 4
2. Perfusi jaringan baik 4 3 43. Integritas kulit yang
baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperatur, hidrasi, pigmentasi)
4 3 4
4. Bebas tanda infeksi 4 3 4P : Lanjutkan intervensi
- Observasi tanda – tanda infeksi
ANALISA SINTESATINDAKAN KEPERAWATAN
Nama/NIM : Rizka RahmaharyantiBangsal : IGD RSUD Dr. R. Goeteng Taroenadibrata PurbalinggaHari/Tanggal : Selasa/29 Oktober 2013
Kasus : Tindakan Pemasangan Infus
Teori Pemasangan Infus1. Definisi
Terapi intravena adalah tindakan yang dilakukan dengan cara memasukkan
cairan, elektrolit, obat intravena dan nutrisi parenteral ke dalam tubuh melalui
intravena.
2. Indikasi
a. Kehilangan cairan yang banyak
b. Dehidrasi
c. Syok
3. Tujuan Utama Terapi Intravena:
a. Mengembalikan dan mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh.
b. Memberikan obat-obatan dan kemoterapi
c. Transfusi darah dan produk darah
d. Memberikan nutrisi parenteral dan suplemen nutrisi
4. Prosedur
a. Persiapan
1) Persiapan Klien
a) Cek perencanaan Keperawatan klien
b) Klien diberi penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan
2) Persiapan Alat
a) Standar infus
b) Cairan infus dan infus
set sesuai kebutuhan
c) Bidai / alas infus
d) Bengkok
e) abocath (ukuran disesuaikan)
f) Perlak dan torniquet
g) Plester dan gunting
h) Sarung tangan bersih
i) Kapas alkohol dalam tempatnya
b. Pelaksanaan
1) Perawat cuci tangan
2) Memberitahu tindakan yang akan dilakukan dan pasang sampiran
3) Mengisis selang infus
4) Membuka plastik infus set dengan benar
5) Tetap melindungi ujung selang seteril
6) Menggantungkan infus set dengan cairan infus dengan posisi cairan infus
mengarah keatas
7) Menggantung cairan infus di standar cairan infus
8) Mengisi kompartemen infus set dengan cara menekan (tapi jangan sampai
terendam)
9) Mengisi selang infus dengan cairan yang benar
10) Menutup ujung selang dan tutup dengan mempertahankan keseterilan
11) Cek adanya udara dalam selang
12) Pakai sarung tangan bersih bila perlu
13) Memilih posisi yang tepat untuk memasang infus
14) Meletakan perlak dan pengalas dibawah bagian yang akan dilakukan
pemasangan infus
15) Memilih vena yang tepat dan benar
16) Memasang torniquet
17) Desinfeksi vena dengan teknik yang benar dengan alkohol dengan tekhnik
sirkuler atau dari atas ke bawah sekali hapus
18) Buka kateter ( abocath ) dan periksa apakah ada kerusakan, jika tidak, lakukan
penusukan pada vena yang telah dipilih
19) Memperhatikan adanya darah dalam kompartemen darah dalam kateter, bila
ada maka mandrin sedikit demi sedikit ditarik keluar sambil kateter dimasukan
perlahan-lahan
20) Torniquet dicabut
21) Menyambungkan dengan ujung selang yang telah terlebih dahulu dikeluarkan
cairannya sedikit, dan sambil dibiarkan menetes sedikit
22) Memberi plester pada ujung plastik kateter / abocath tapi tidak menyentuh
area penusukan untuk fiksasi
23) Membalut dengan kassa bethadine seteril dan menutupnya dengan kassa
seteril kering
24) Memberi plester dengan benar dan mempertahankan keamanan kateter /
abocath agar tidak tercabut
25) Mengatur tetasan infus sesuai dengan kebutuhan klien
26) Alat-alat dibereskan dan perhatikan respon klien, perawat cuci tangan
c. Evaluasi
Perhatikan kelancaran infus, dan perhatikian juga respon klien terhadap pemberian
tindakan
d. Dokumentasi
Mencatat tindakan yang telah dilakukan (waktu pelaksanaan, hasil tindakan,
reaksi/respon klien terhadap pemasangan infus, cairan dan tetesan yang diberikan,
nomor abocath, vena yang dipasang, dan perawat yang melakukan ) pada catatan
keperawatan.
Analisa Tindakan
Ny. W dengan diagnosa medis dyspneu dilakukan tindakan pemasangan infus RL
dengan tujuan untuk menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit serta sebagai jalan
pemberian obat - obatan. Desinfeksi daerah penusukan pada teori dengan teknik sirkular (dari
dalam ke luar) atau sekali usap dari atas ke bawah atau sebaliknya. Pada proses pemasangan
infus, desinfeksi sangatlah penting untuk mengurangi resiko infeksi, namun di ruangan
perawat melakukan desinfeksi dengan diusapkan berkali – kali dari atau kebawah ke atas dan
ke bawah lagi. Hal tersebut tentu tidak menghasilkan daerah penusukan yang steril dari
mikkroorganisme, bahkam menyebabkan penumpukkan kembali mikrroorganisme di daerah
yang semula sudah steril.
Penusukan abocath pada teori hanya bisa dilakukan satu kali pada satu pasien, apabila
penusukan pertama tidak berhasil dan harus pindah lokasi ke pembuluh vena di atasnya,maka
abocath harus diganti dengan yang baru, sehingga bisa melanjutkan prosedur pemasangan
infus. Prinsip steril menjadi dasar penggunaan abocath satu kali untuk satu lokasipada satu
pasien. Abocath yang sudah digunakan untuk penusukan pada satu lokasi pembuluh vena dan
kembali digunakan pada lokasi penusukan lain sudah kehilangan prinsip sterilnya,karena
ujung jarum sudah terkontaminasi kulit pasien di lokasi sebelumnya sehingga akan
memperbesar resiko infeksi pada pasien tersebut.
RESUME HARIANKeperawatan Gawat Darurat
(Revisi)
Nama/NIM : Rizka RahmaharyantiBangsal : IGD RSUD Dr. R. Goeteng Taroenadibrata PurbalinggaHari/Tanggal : Rabu/30 Oktober 2013
Inisial Pasien : Ny. KUsia : 70 TahunJenis Kelamin : PerempuanDiagnosa Medis : DyspneuPrimary Survey :
A : Terdapat penumpukan sputum di jalan nafas, pasien batuk, mual dan muntah mengeluarkan lendir bening kecoklatan.
B : Nafas spontanPasien merasa sesakRR 36 x/menitPergerakan dada simetris
Irama nafas tidak beraturan (kadang cepat, kadang lambat)Perkusi sonorPasien mengatakan nyeri di ulu hati Bunyi nafas tambahan (krekels)
. C: Nadi 98 x/menit
TD 200/130 mmHgCPR < 2 detik
Konjungtiva anemisAkral hangat
D : GCS = E4 M5 V6 (15)Kesadaran compos mentis
Pasien terlihat lemahSulit untuk bangun
Diagnosa Keperawatan: Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d penumpukan sekret
Rencana Keperawatan : NOCSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 5 jam, keseimbangan cairan Ny.W terpenuhi, dengan skala :1 = Keluhan ekstrim2 = Keluhan berat3 = Keluhan sedang4 = Keluhan ringan5 = Tidak ada keluhan yang dibuktikan dengan indikator :
No Indikator Awal Tujuan
Intervensi- Auskultasi bunyi nafas. Catat adanya
bunyi nafas, missal mengi, krekels, ronki
- Kaji/pantau frekuensi pernafasan. - Catat rasio inspirasi dan ekspirasi- Catat adanya derajat dispnea misalnya
gelisah, ansietas, dan distress pernafasan.
- Kaji pasien untuk posisi yang nyaman misal peninggian kepala tempat tidur, duduk pada sandaran tempat tidur
- Dorong/bantu latihan nafas abdomen
1. RR dalam batas normal
2 4
2. Irama nafas dalam batas normal
4 5
3. Pergerakan sputum keluar dari jalan nafas
3 4
4. Bebas dari suara nafas tambahan
3 4
atau bibir.- Tingkatkan masukan cairan sampai
3000 ml/hari sesuai toleransi jantung- Berikan air hangat- Anjurkan masukan cairan sebagai
pengganti makanan- Kolaborasikan pemberian terapi
oksigen kanul nasal 3-4 liter per menit dan obat sesuai indikasi, contoh: Bronkodilator (epinefrin)
Implementasi :
- Melakukan auskultasi bunyi nafas. Mencatat adanya bunyi nafas, missal mengi, krekels, ronki
- Mengkaji/memantau frekuensi pernafasan. - Mencatat rasio inspirasi dan ekspirasi- Mencatat adanya derajat dispnea misalnya gelisah, ansietas, dan distress pernafasan.- Mengkaji pasien untuk posisi yang nyaman misal peninggian kepala tempat tidur,
duduk pada sandaran tempat tidur- Mendorong/bantu latihan nafas abdomen atau bibir.- Meningkatkan masukan cairan sampai 3000 ml/hari sesuai toleransi jantung- Memberikan air hangat- Menganjurkan masukan cairan sebagai pengganti makanan- Mengkolaborasikan pemberian terapi oksigen kanul nasal 3-4 liter per menit dan obat
sesuai indikasi, contoh: Bronkodilator (epinefrin)
Evaluasi :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 jam :
S : Pasien mengatakan lebih nyaman pada posisi duduk bersandar (semi fowler 45˚)O : Pasien terlihat lebih tenang,
RR : 32x/menitIrama nafas mulai teraturMasih terdapat bunyi nafas tambahan (krekels)Pasien mengeluarkan sputum lewat batuk efektif
A : Masalah teratasi sebagian
No IndikatorSaat ini
Awal Tujuan
1. RR dalam batas normal
3 2 4
2. Irama nafas dalam batas normal
5 4 5
3. Pergerakan sputum keluar dari jalan nafas
4 3 4
4. Bebas dari suara nafas tambahan
3 3 4
P : Lanjutkan intervensi
- Mengkolaborasikan pemberian bronkodilator
ANALISA SINTESATINDAKAN KEPERAWATAN
Nama/NIM : Rizka RahmaharyantiBangsal : IGD RSUD Dr. R. Goeteng Taroenadibrata PurbalinggaHari/Tanggal : Rabu/29 Oktober 2013
Kasus : Tindakan EKG
Teori EKG
Definisi EKG (Elektrokardiografi)
Elektrokardiografi ( EKG atau ECG ) adalah alat bantu diagnostik yang digunakan
untuk mendeteksi aktivitas listrik jantung berupa grafik yang merekam perubahan potensial
listrik jantung yang dihubungkan dengan waktu. Penggunaan EKG dipelopori oleh Einthoven
pada tahun 1903 dengan menggunakan Galvanometer. Galvanometer senar ini adalah suatu
instrumen yang sangat peka sekali yang dapat mencatat perbedaan kecil dari tegangan
(milivolt) jantung (Sundana, 2008).
Indikasi Pemasangan EKG
Menurut panduan skill lab Sistem Kardiovaskuler Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin Makassar, 2009 :
1) Pasien dengan kelainan irama jantung
2) Pasien dengan kelainan miokard seperti infark
3) Pasien dengan pengaruh obat-obat jantung terutama digitalis
4) Pasien dengan gangguan elektrolit
5) Pasien perikarditis
6) Pasien dengan pembesaran jantung
7) Pasien dengan kelainanPenyakit inflamasi pada jantung.
8) Pasien di ruang ICU
Sadapan pada EKG
Fungsi sadapan EKG adalah untuk menghasilkan sudut pandang yang jelas terhadap
jantung. Menurut Sundana, 2008, Sadapan mesin EKG terbagi menjadi dua:
1. Sadapan bipolar (I,II,III)
Sadapan ini dinamakan bipolar karena merekam perbedaan potensial dari 2 elektrode.
Sadapan ini memandang jantung secara arah vertikal (atas ke bawah dan kesamping)
Sadapan-sadapan bipolar dihasilkan dari gaya-gaya listrik yang diteruskan dari
jantung melalui empat kabel elektrode yang diletakkan di kedua tangan dan kaki. Masing-
masing LA(left arm), RA (right arm), LF(left foot), dan RF(right foot). Dari empat electrode
ini akan dihasilkan beberapa sudut atau sadapan sebagai berikut:
Sadapan I. Sadapan I dihasilkan dari perbedaan potensial listrik antara RA yang
dibuat bermuatan (-) dan LA yang dibuat bermuatan (+) sehingga arah listrik jantung
bergerak ke sudut 0o(sudutnya ke arah lateral kiri). Dengan demikian bagian lateral jantung
dapat dilihat oleh sadapan I
Sadapan II. Sadapan II dihasilkan dari perbedaan antara RA yang dibuat bermuatan
(-) dan LF yang dibuat bermuatan (+)sehingga arah listrik bergerak sebesar +60o(sudutnya ke
arah inferior) Dengan demikian, bagian inferior jantung dapat dilihat dari sadapan II
Sadapan III. Sadapan III dihasilkan dari perbedaan antara LA yang dibuat bermuatan(-) dan
RF yang bermuatan (+) sehingga listrik bergerak sebesar sudut +120o(sudutnya ke arah
inferior). Dengan demikian, bagian inferior jantung dapat dilihat oleh sadapan III.
Gambar 1. Sadapan Bipolar
2. Sadapan Unipolar
a) Unipolar Ekstremitas
Sadapan unipolar ekstremitas merekam besar potensial listrik pada satu
ekstremitas. Gabungan electrode pada ekstremitas lain membentuk
electrode indifferent(potensial 0). Sadapan ini diletakkan pada kedua lengan dan kaki
dengan menggunakan kabel seperti yang digunakan pada sadapan bipolar. Vector dari
sadapan unipolar akan menghasilkan sudut pandang terhadap jantung dalam arah
vertical.
Sadapan aVL. Sadapan aVL dihasilkan dari perbedaan antara muatan LA yang
dibuat bermuatan (+) dengan RA dan LF yang dibuat indifferent sehingga listrik
bergerak kearah -30o(sudutnya kearah lateral kiri). Dengan demikian, bagian lateral
jantung dapat dilihat juga oleh sadapan aVL.
Sadapan aVF. Sadapan aVF dihasilkan dari perbedaan antara muatan LF yang
dibuat bermuatan (+) dengan RA dan LF dibuat indifferent sehingga listrik bergerak
kearah +90o (tepat kearah inferior). Dengan demikian bagian inferior jantung selain
sadapan II dan III dapat juga dilihat oleh sadapan aVF
Sadapan aVR. Sadapan aVR dihasilkan dari perbedaan antara muatan RA
yang dibuat bermuatan (+) dengan LA dan LF dibuat indifferent sehingga listrik
bergerak ke arah berlawanan dengan arah listrik jantung -150o (arah kanan ekstrem).
Sadapan bipolar dan unipolar ekstremitas belum cukup sempurna untuk
mengamati adanya kelainan di seluruh jantung. Sehingga akan dilengkapi dengan
unipolar prekordial.
Gambar 2. unipolar ekstremitas
b) Unipolar prekordial
Sadapan unipolar prekordial merekam besar potensi listrik dengan electrode
eksplorasi diletakkan pada dinding dada. Elektrode indifferent (potensial 0) diperoleh
dari penggabungan ketiga elektrode ekstremitas. Sadapan ini memandang jantung
secara horizontal (jantung bagian anterior, septal, lateral, posterior dan ventrikel
sebelah kanan).
Untuk unipolar prekordial, sudut pandang jantung dapat diperluas ke daerah
posterior dan ventrikel kanan. Untuk posterior dapat ditambahkan V7, V8, dan V9,
sedangkan untuk ventrikel kanan dapat dilengkapi dengan V1R, V2R, V3R, V4R,
V5R, V6R, V7R, V8R, V9R.
Penempatan dilakukan berdasarkan urutan kbel-kabel yang terdapat pada
mesin EKG yang dimulai dari nomor V1-V6. Sekalipun mesin hanya menyediakan 6
elektrode prekordial, namun untuk penambahan bagian-bagian pada V7-V9 dan V1R-
V9R dapat digunakan elektrode prekordial manapun sesuai keinginan, hanya nomor-
nomornya diubah secara manual pada kertas hasil rekaman dengan menggunakan
bolpoin/tinta. Penentuan letak disesuaikan pada urutan sebagai berikut.
Penempatan elektrodaDaerah kiri
V1: Ruang intercostal IV garis sternal kananV2: Ruang intercostal IV garis sternal kiriV3: Pertengahan antara V2 dan V3V4: Ruang interkostal V midclavikula kiriV5: Sejajar V4 garis aksila depanV6: Sejajar V4 garis mid aksila kiri
Bagian posterior V7: Ruang interkostal V garis aksila posterior kiriV8: Ruang interkostal V garis skapula posterior kiriV9: Ruang interkostal V samping kiri tulang belakangDaerah kanan
V1R diletakkan seperti V1V2R diletakkan seperti V2.V3R: Antara V1-V4RV4R:Ruang interkostal ke-5 garis midklavikula kananV5R:Ruang interkostal ke-5 antara V4R-V5RV6R: ICS ke-5 garis mid aksila kanan
Sebelum manambah bagian posterior (V7-V9) semua sadapan prekordial dari
V1-V6 dilepas terlebih dulu dari dinding dada. Selanjutnya, untuk sadapan V7-V9
dapat digunakan sadapan prekordial mana pun (elektrode prekordial V1-V3 atau V3-
V6 sesuai keinginan).
Letak jantung di lihat dari sadapan
Menurut Sundana, 2008
Daerah jantung Sadapan
Inferior II, III, dan aVF
Anterior V3, V4
Septal V1, V2
Lateral I, aVL, V5, dan V6
Posterior V1-V4 resiprokal
Ventrikel kanan V3R-V6R
Kertas EKG
Gambar 4. kertas EKG
Ada 2 macam kotak dalam EKG yaitu kotak kecil dengan ukuran 1 mm x 1 mm atau 0,04
detik x 0,04 detik. Yang kedua yaitu kotak sedang/besar dengan ukuran 5 mm x 5 mm atau
0,20 detik x 0,20 detik.
Normal kecepatan mesin EKG sebesar 25mm/detik . Ini artinya dalam 1 detik mewakili
25mm atau 25 kotak kecil dalam bidang horizontal. Dengan standar voltase 1 mVolt, yang
artinya dengan standarisasi 1 mVolt akan menghasilkan defleksi vertikal sebesar 10 mm atau
10mm/mVolt. Jadi 1 kotak kecil sama dengan 0,1mVolt.
jadi,
1 kotak kecil = 1 mm = 0,04 detik = 0,1 mVolt
5 kotak kecil = 5 mm = 1 kotak besar/sedang = 0,20 detik = 0,5 mVolt
10 kotak kecil = 10 mm = 2 kotak besar/sedang = 0,40 detik = 1 mVolt
25 kotak kecil = 25 mm = 5 kotak besar/sedang = 1 detik
15 kotak besar/sedang = 3 detik
30 kotak besar/sedang = 6 detik
Menghitung laju jantung
jarak R-R
1 kotak sedang : 300x/menit
2 kotak sedang : 150x/menit
3 kotak sedang : 100x/menit
4 kotak sedang : 75x/menit
5 kotak sedang : 60x/menit
6 kotak sedang : 50x/menit
hitung jumlah R-R dalam 6 kotak besar = 6 detik. Jumlah Rx10 = heart rate/ menit
1500/jarak R-R (dalam mm) = heart rate/ menit
Cara Merekam EKG
Persiapan Pasien sebelum Prosedur EKG
- Persiapan pemasangan
- Persiapan Pasien
- Beri penjelasan mengenai tindakan dan tujuan tindakan
- Atur posisi pasien terlentang,
- Anjurkan pasien untuk tidak melakukan gerakan selama pemeriksaan berlangsung
- Pertahankan privasi pasien
- Persiapan alat dan bahan
Menurut Waluya, 2009 :
Persiapan alat :
Persiapkan alat EKG, misalnya EKG dari “Fukuda” model FJC-7110 yang memiliki
dua tombol untuk power, lengkap dengan kabel power, kabel pasien, kabel ground, elektroda
ekstermitas dan elektroda precordial serta kertas perekam khusus atau termal paper.
Persiapan bahan:
a. Pasta/jelly elektroda
b.Alkohol 70 %
c. Kapas
Prosedur
1. Mempersiapkan alat EKG
2. Menghubungkan kabel power ke Saklar.
3. Menghubungkan kabel ground ke saluran ledeng atau ke tanah dengan kabel
dibungkus kasa lembab
4. Memastikan alat berfungsi dengan baik.
5. Mempersiapkan Pasien
6. Pasien dipersilahkan membuka baju atas dan kaos dalamnya serta berbaring di atas
tempat tidur, dan dianjurkan untuk tidak tegang (rileks) serta memberitahu prosedur
yang akan dilakukan.
7. Membersihkan tempat-tempat yang akan ditempel elektroda dengan kapas alkohol 70
% pada bagian ventral kedua lengan bawah (dekat pergelangan tangan) dan bagian
lateral ventral kedua tungkai bawah ( dekat pergelangan kaki), serta dada. Jika perlu
dada dan pergelangan kaki dicukur.
8. Keempat elektroda ekteremitas diberi jelly.
9. Oleskan sedikit pasta elektroda pada tempat-tempat yang akan dipasangkan elektroda.
10. Pasang keempat elektroda ektremitas tersebut pada kedua pergelangan tangan dan
kaki, dengan ketentuan sbb:
Merah : lengan kanan (RA)
Kuning : lengan kiri (LA)
Hijau : Tungkai kiri (LF)
Hitam : tungkai kanan (RF)
11. Dada diberi jelly sesuai dengan lokasi untuk elektroda
12. Pasang elektroda prekordial (V1-V6) disesuaikan dengan kabel.
13. Tekan “On” untuk menghidupkan alat.
14. Atur posisi jarum penulis agar terletak ditengah lebar kertas, kemudian membuat
rekaman kalibrasi.
15. Membuat rekaman EKG dari ; Lead I, Lead II. Lead III, aVR, aVL, aVf, V1, V2, V3,
V4, V5, dan V6.
16. Rekaman setiap sadapan dibuat minimal 3 siklus.
17. Setelah selesai membuat rekaman tekan power “Off “, elektroda dilepas, sisa pasta
elektroda pada orang coba dibersihkan dan dipersilahkan mengenakan baju kembali.
18. Alat-alat dibersihkan dan dikembalikan pada tempat seperti semula.
Analisa Tindakan
Ny. W datang dengan keluhan lemas dan sesak nafas. Dari pengkajian awal
didapatkan data : TD: 110/70 mmHg, nadi 80 x/menit, RR: 32x/menit, pasien terlihat sesak
dan sulit bergerak. Terdapat edema ekstremitas dan pitting edema. Bunyi jantung S III. Atas
data tersebut maka dilakukan pemeriksaan EKG untuk menegakkan diagnosa CHF.
Referensi :
Sundana, K. 2008. Interpretasi EKG, Pedoman Untuk Perawat. EGC : Jakarta.
Waluya. (2009) . Pemeriksaan Elektrokardiogram. http://www.pjnhk.go.id. Pada tanggal
29Oktober 2013