resume kasus 2

20
Nama: Sinta Wijayanti NPM : 220110090024 Tutor : 3 Resume Reproduksi II Kasus II Persalinan Pengertian Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengelua yang cukup bulan/hamprir cukup buluan, disertai dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu. (Sulaiman Sastrawinata). Respon ibu dan janin terhadap persalinan A. Jenis panggul yang adekuat untuk persalinan ANATOMI PELVIS Tulang panggul terdiri dari 3 jenis yaitu: 1) os coxae (os ilium, os ischium, os pubis) Os illium merupakan tulang terbesar dengan permukaan anterior berbentuk konkaf yang disebut fossa iliaka. Bagian atasnya disebut Krista il ujungnya disebut spina iliaka anterior superior dan spina illiaka posterior Os ischium merupakan bagian terendah dari os coxae. Tonjilan di b disebut tuber ischii yang menyangga tubuh waktu duduk. Os pubis terdiri dari ramus superior dan inferior. Ramus superior dengan os ilium., sedang ramus inferior kanan dan kiri membentuk arkus pubi Ramus inferior berhubungan dengan os ischium kira-kira 1/3 distal dari fora obturatorius. Kedua os pubis bertemu dan simetris. 2) os sacrum Sakrum berbentuk baji, terdiri atas 5 vertebra sakralis. Vertebra pertama besar menghadap ke depan. Pinggir atas vertebta ini dikenal sebagai promontor merupakan suatu tanda penting dalam penilaian ukuran-ukuran panggul. Permukaa sacrum berbentuk konkaf. 3) os coccigeus. Os koksigis merupakan tulang kecil, terdiri atas 4 vertebra koksigis.

Upload: dhee-zheiya

Post on 22-Jul-2015

79 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Nama: Sinta Wijayanti NPM : 220110090024 Tutor : 3

Resume Reproduksi II Kasus II Persalinan

Pengertian Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan/hamprir cukup buluan, disertai dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu. (Sulaiman Sastrawinata). Respon ibu dan janin terhadap persalinan A. Jenis panggul yang adekuat untuk persalinan ANATOMI PELVIS Tulang panggul terdiri dari 3 jenis yaitu: 1) os coxae (os ilium, os ischium, os pubis) Os illium merupakan tulang terbesar dengan permukaan anterior berbentuk konkaf yang disebut fossa iliaka. Bagian atasnya disebut Krista iliaka. Ujungujungnya disebut spina iliaka anterior superior dan spina illiaka posterior superior. Os ischium merupakan bagian terendah dari os coxae. Tonjilan di belakang disebut tuber ischii yang menyangga tubuh waktu duduk. Os pubis terdiri dari ramus superior dan inferior. Ramus superior berhubungan dengan os ilium., sedang ramus inferior kanan dan kiri membentuk arkus pubis. Ramus inferior berhubungan dengan os ischium kira-kira 1/3 distal dari foramen obturatorius. Kedua os pubis bertemu dan simetris. 2) os sacrum Sakrum berbentuk baji, terdiri atas 5 vertebra sakralis. Vertebra pertama paling besar menghadap ke depan. Pinggir atas vertebta ini dikenal sebagai promontorium, merupakan suatu tanda penting dalam penilaian ukuran-ukuran panggul. Permukaan sacrum berbentuk konkaf. 3) os coccigeus. Os koksigis merupakan tulang kecil, terdiri atas 4 vertebra koksigis.

JENIS PANGGUL Menurut Caldwell-Moloy panggul terdiri dari : 1. Jenis ginekoid: ditemukan pada 45% wanita. Panjang diameter anteroposterior hamper sama dengan transversa 2. Jenis android: Bentuk PAP hamper segitiga. Pada umumnya pada pria. Diameter anteroposterior hamper sama panjangnya dengan diameter tranversa, tetapi diameter tranversa dekat dengan sacrum. Bagian dorsal PAP gepeng, bagian ventral menyempit ke muka. Ditemukan pada 15% wanita 3. Jenis anthropoid: bentuk PAP agak lonjong seperti telur, ditemukan pada 35 % wanita. Jenis panggul ini diameter anteroposterior lebih besar daripada diameter tranversa 4. Jenis platipelloid: ditemukan pada 5 % wanita . diameter transversa lebih besar dapirada diameter anteroposterior. Tipe panggul campuran disebut bila tidak memenuhi criteria 4 macam bentuk pelvis dasar yang dibagi oleh Cadwell. Untuk menentukan kombinadi ini mula mula yang disebut adalah jenis segmen pelvis bagian belakang dahulu kemudian baru bagian segmen depan.

B. Hubungan antara fetus dan panggul Suatu persalinan merupakan suatu proses penyesuaian diri dari fetus terhadap luasnya bagian bagian keras jalan lahir, yang terutama ditentukan oleh bentuk panggul dal ukuran ukuran panggul. Karena itu, panggul merupakan salah satu factor apakah persalinan dapat berjalan baik atau tidak. Faktor-faktor yang mempengaruhi : 1. Ukuran dan bentuk panggul tulang, 2. Ukuran kepala janin, 3. Kekuatan kontraksi uterus, 4. Kekuatan moulage kepala janin, 5. Presentasi dan posisi janin. JALAN LAHIR Secara fungsional panggul terdiri atas 2 bagian yang terdiri dari: pelvis mayor dan pelvis minor. Pelvis mayor adalah bagian pelvis diatas linea terminalis yang tidak banyak pentingnya dalam obstetric. pelvis minor, dibatasi oleh pintu atas panggul (inlet) dan pintu bawah panggul (outlet). Pelvis minor berbentuk saluran yang mempunyai sumbu lengkung ke depan (sumbu carus).

PINTU ATAS PANGGUL Pintu atas panggul (PAP) merupakan suatu bidang yang dibatasi disebelah posterior oleh promontorium, dilateral oleh linea terminalis dan di anterior oleh pinggir atas simpisis. Pada panggul ginekoid PAP hampir bundar, kecuali di daerah promontorium agak masuk sedikit. Ukuran ukuran pintu atas panggul: 1. Diameter anteroposterior yang diukur dari promontorium sampai ke tengah permukaan posterior simpisis. Disebut juga conjugate obstetrika. 2. Konjugata diagonalis yaitu jarak tepi bawah simfisis sampai ke promontorium, yang dapat diukur dengan memasukan jari tengah dan telunjuk ke dalam vagina dan mencoba meraba promontorium. Pada panggul normal tidak teraba dengan jari yang panjangnya 12 cm. 3. Konjugata vera yaitu jarak tepi atas simfisis dengan promontorium didapat dengan mengurangi konjugata diagonalis dengan 1,5 cm. 4. Diameter tranversa adalah jarak terjauh garis lintang PAP, biasanya 12,5-13 cm 5. Diameter oblique adalah garis persilangan konjugata vera dengan diameter tranversa ke artikulasio sakroiliaka. RUANG PANGGUL Ruang panggul merupakan saluran diantara PAP dan Pintu bawah panggul (PBP). Dinding anterior sekitar 4 cm terdiri atas os pubis dengan simpisisnya. Dinding posterior dibentuk oleh ossakrum dan os koksigis, sepanjang 12 cm. Karena itu ruang panggul berbentuk saluran dengan sumbu melengkung ke depan. PINTU BAWAH PANGGUL Batas pintu bawah panggul adalah setinggi spina ischiadika. Jarak antara kedua spina ini disebut diameter bispinosum adalah sekitar 9,5-10 cm. PBP berbentuk segi empat panjang disebelah anterior dibatasi oleh arkus pubis, dilateral oleh tuber ischii. Dan di posterior oleh os koksigis dan ligamentum sakrotuberosum. Pada panggul normal besar sudut (arkus pubis ) adalah 90 derajat . Jika kurang dari 90 derajat , lahirnya kepala janin lebih sulit karena kepala memerlukan labih banyak tempat ke posterior. Tujuan Perawatan Intrapartum Tujuan dari perawatan intrapartum adalah: Proses persalinan dan kelahiran yang normal perlu memperoleh pemahaman yang baik, sehingga dapat dilakukan perawatan serta dukungan yang optimal terhadap ibu bersalin serta mengenali kejadian abnormal selama proses persalinan dan kelahiran sehingga dapat mengambil tindakan antisipatif untuk mengatasi masalah yang ada.

Teori-Teori Penyebab Persalinan Sebab-sebab mulainya persalinan belum diketahui dengan jelas, banyak faktor yang memegang peranan dan bekerja sama sehingga terjadi persalinan (muchtar, 1998), diantaranya : a. Teori penurunan hormon. 1 sampai 2 minggu sebelum persalinan terjadi penurunan kadar estrogen dan progesteron, progesteron mengakibatkan relaksasi otot-otot rahim, sedangkan estrogen meningkatkan kerentanan otot-otot rahim. Selama kehamilan terjadi keseimbangan antara kadar estrogen dan progesteron tetapi akhir kehamilan terjadi penurunan kadar progesteron sehingga timbul his. b. Teori Distensi rahim Rahim yang menjadi besar dan meregang akan menyebabkan iskemik otot-otot rahim sehingga timbuk kontraksi untuk mengeluarkan isinya. c. Teori iritasi mekanik. Dibelakang serviks terletak ganglion sevikalis, bila ganglion ini ditekan oleh kepala janin maka akan timbul kontraksi uterus. d. Teori plasenta menjadi tua. Akibat plasenta tua menyebabkan turunnya kadar progesteron yang mengakibatkan ketegangan pada pembuluh darah, hal ini menimbulkan kontraksi rahim. e. Teori Prostaglandin. Protaglandin yang dihasilkan oleh desidua menjadi sebab permulaan persalinan karena menyebabkan kontraksi pada miometrium pada setiap umur kehamilan. f. Indikasi Induksi Partus. Partus dapat ditimbulkan dengan pemberian oksitoksin drips, menurut tetesan perinfus dan pemberian gagang laminaria kedalam kanalis sevikalis dengan tujuan merangsang pleksus frankenhauser, sehingga timbul kontraksi dan melakukan amniotomi yaitu pemecahan ketuban. Metode-Metode Bersalin Menurut Saifuddin (2000) jenis persalinan ada dua, yaitu: a. Persalianan melalui jalan lahir (Persalinan pervaginam) Menurut Manuaba (1998) bentuk persalinan berdasarkan proses terjadinya terbagi tiga yaitu : Persalinan spontan adalah bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri tanpa intervensi apapun.

Persalinan buatan adalah bila proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar, seperti ekstraksi vakum, dan ekstraksi cunam, sedangkan persalinan anjuran adalah bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan rangsangan. Persalinan anjuran dapat dilakukan dengan jalan, memecahkan ketuban yang bertujuan mengurangi keregangan otot rahim sehingga, kontraksi segera dapat dimulai, persalinan anjuran juga dapat dilakukan dengan induksi persalinan secara hormonal/kimiawi. Induksi persalinan secara hormonal dilakukan dengan menggunakan oksitosin drip atau dengan prostaglandin. Induksi persalinan mekanis dilakukan dengan cara memakai batang laminaria dan menggunakan kateter foley. Pada proses persalinan normal, ibu akan mengalami berbagai tahapan sebelumjanin benar-benar keluar ke dunia. Menurut Prawirohardjo (2002), partus (persalinan) dibagi menjadi 4 kala. kala I seviks membuka sampai terjadi pembukaan 10 cm. Kala I dinamakan pula kala pembukaan. Kala II disebut pula kala pengeluaran, oleh karena his yang adekuat dan kekuatan mengedan ibu janin didorong ke luar sampai lahir. kala III atau kala uri, plasenta terlepas dari dinding uterus dan dilahirkan. Kala IV ibu akan lebih diawasi dan dipantau, apakah ada ancaman terjadi perdarahan postpartum atau tidak. Sehingga kala IV disebut juga kala pengawasan. b. Persalian melalui jalan lain (Persalinan perabdominal) Menurut Saifuddin (2006), persalinan melalui jalan lain (persalinan perabdominal) yang juga disebut seksio sesarea adalah suatu tindakan untuk melahirkan bayi, melalui sayatan pada dinding uterus yang masih utuh. Pada proses persalinan perabdominal atau yang disebut persalinan seksio sesarea, sebelum janin dikeluarkan terlebih dahulu ibu akan dibius, sehingga ibu tidak akan merasakan sakit pada saat dokter melakukan pembedahan pada dinding perut ibu. Seksio sesarea atau kelahiran sesarea adalah melahirkan janin melalui irisan pada dinding perut (histerotomi) (Pritchard, MacDonald & Gant, 1991). Penyebab utama dilakukan tindakan seksio sesarea bisa berasal dari ibu sendiri, atau berasal dari janin. Menurut Saifuddin (2006), indikasi dilakukan seksio sesarea dibagi 2: 1. indikasi pada ibu yaitu, disproporsi sefalo-pelvik (CPD), disfungsi uterus, distosia jaringan lunak dan plasenta previa. 2. indikasi pada janin yaitu, janin besar, gawat janin, letak lintang. Faktor lain yang meenyebabkan dilakukan seksio sesarea: Faktor yang berasal dari plasenta antara lain - plasenta previa yaitu letak plasenta yang abnormal yang menutupi jalan lahir

-

solutio plasenta yaitu terlepasnya plasenta sebelum bayi lahir plasenta yang tertanam terlalu dalam atau plasenta akreta (plesenta menempel sampai ke otot rahim), biasanya terjadi pada ibu berusia rawan untuk hamil yaitu diatas 35 tahun, dan ibu yang mempunyai riwayat persalinan yang lalu dengan operasi yang operasinya meninggalkan bekas yang menyebabkan menempelnya plasenta, vasa previa (keadaan pembuluh darah diselaput ketuban berada di mulut rahim, jika pecah dapat menimbulkan perdarahan. Kelainan pada tali pusat antara lain prolapsus tali pusat (tali pusat menumbung) pada saat ketuban dipecahkan teraba tali pusat sehingga menghambat janin untuk turun, terlilit tali pusat biasanya ditemukan pada leher bayi akibat pergerakan janin yang terlalu aktif, bayi kembar (gamelli).

Jenis-jenis seksio sesarea Menurut Liu (2007), berdasarkan jenis insisi pada perut dan rahim, maka seksio sesarea dibagi 2, yaitu 1. Insisi abdominal Pada dasarnya insisi ini adalah garis tengah subumbilikal dan insisi abdominal bawah transversa. Insisi garis tengah subumbilikal, insisi ini mudah dan cepat. Akses mudah dengan perdarahan minimal. Berguna jika akses ke segmen bawah sulit, contohnya jika ada kifosklerosis berat atau fibroid segmen bawah anterior. Walaupun bekas luka tidak terlihat, terdapat banyak ketidaknyamanan pascaoperasi dan luka jahitan lebih cenderung muncul dibandingkan dengan insisi transversa. Insisi ini merupakan pilihan saat ini, secara kosmetik sangat memuaskan, lebih sedikit menimbulkan luka jahitan dan lebih sedikit ketidaknyamanan, memungkinkan mobilitas pascaoperasi lebih baik, insisi secara teknik lebih sulit terutama pada operasi berulang. 2. Insisi uterus Jalan masuk ke dalam uterus dapat melalui insisi garis tengah atau insisi segmen bawah transversa. Keuntungannya adalah lokasi tersebut memiliki lebih sedikit pembuluh darah sehingga kehilangan darah yang ditimbulkan lebih sedikit, mencegah penyebaran infeksi ke rongga abdomen, merupakan bagian uterus yang sedikit berkontraksi sehingga sedikit kemungkinan terjadinya ruptur pada bekas luka di kehamilan berikutnya, penyembuhan lebih baik dengan komplikasi pascaoperasi yang lebih sedikit seperti pelekatan, implantasi plasenta di atas bekas luka uterus kurang cenderung terjadi pada kehamilan berikutnya. Efek samping dari seksio: - Sakit di tulang belakang - Nyeri bekas sayatan - Rasa kebal didaerah sayatan

-

Nyeri bekas jahitan Rasa mual muntah akibat sisa anestesi Muncul keloid dibekas jahitan: akibat paparan air ketuban yang mengandung factor pertumbuhan sel, jenis benang, teknik menjahit. Gatal didaerah jahitan Tidak boleh segera hamil, jarak amannya 2 tahun setelah sesar Mobilisasi terbatas, setelah 24 jam bru bs mobilisasi bertahap, kl ibu normal setelah 6 jam

Nilai dan Keyakinan Budaya Saat Persalinan 1. Rajin makan kunyit biar rahim cepat kering. 2. Agar persalinan lancer minum minyak goreng. 3. Dipakaikan gurita agar tidak kembung. Fakta: tidak benar, karena organ dalam tubuh malah akan kekurangan ruang. Sehingga ruangan untuk pertumbuhan organorgan seperti rongga dada dan pertu serta organ lain akan terhambat. Boleh tetap memakai gurita asal ikatan bagian atas dilonggarkan, sehingga jantung dan paru bisa berkembang. 4. Tidak boleh memotong kuku bayi sebelum 40 hari. Fakta: tidak tepat, karena kalau tidak dipotong kuku yang panjang itu bisa berisiko melukai wajah bayi. Mungkin karna takut kulit bayi akan terluka saat menggunting kuku. 5. Pusar ditindih koin agar tidak bodong. 6. Menggoreskan air embun di lutut bayi setiap pagi maka ia akan cepat bisa berjalan 7. Ari-ari sibayi harus dicuci bersih dan dikubur. Fakta: tidak ada hubungannya dengan kondisi bayi. 8. Bayi usia seminggu diberi makan pisang dicampur nasi agar tidak kelaparan. Faktanya: salah, pasalnya usus bayi diusia ini belum punya enzim yang mampu mencerna karbo. Dan serat-serat tumbuhan yang begitu tinggi 9. Kalau bayi sakit yang minum obat si ibu yang minum obat, khasiatnya sama. Konon obat apapun yang diminum ibu akan terbawa oleh ASI shg ampuhnya untuk mengobati sakit si kecil. 10. Tangan dan kaki bayi harus ditutup dengan sarung tangan/kaki. Faktanya: boleh asal dipakaikan kala udara dingin untuk menghindari bayi terluka saat ditinggal.

Tindakan Pertolongan Persalinan Berdasarkan Standart APN I. II. III. Melihat Tanda dan Gejala Kala Dua Menyiapkan Pertolongan Persalinan Memastikan Pembukaan Lengkap dengan Janin Baik

IV. Menyiapkan Ibu & Keluarga untuk Membantu Proses Pimpinan Meneran V. Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi

VI. Menolong Kelahiran Bayi: lahirnya kepala - lahir bahu - lahir badan dan tungkai VII. Penanganan Bayi Baru Lahir: oksitosin penegangan tali pusat terkendali mengeluarkan plasenta pemijatan uterus VIII. Menilai Perdarahan IX. Melakukan Prosedur Pasca Persalinan Evaluasi: pemantauan kebersihan dan kenyamanan - dokumentasi

ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU INTRA NATAL 1. Kala I Kala I seviks membuka sampai terjadi pembukaan 10 cm. Kala I dinamakan pula kala pembukaan. Secara klinis dinyatakan partus dimulai bila timbul his dan wanita tersebut mengeluarkan lendir yang bercampur darah (bloody show). Lendir yang bercampur darah ini berasal dari lendir kanalis servikalis karena serviks mulai membuka atau mendatar. Sedangkan darahnya berasal dari pembuluh-pembuluh kapiler yang berada di sekitar kanalis servikalis itu pecah karena pergeseranpergeseran ketika serviks membuka. Proses membukanya serviks sebagai akibat his dibagi dalam 2 fase, yaitu 1. fase laten : berlangsung selama 8 jam. Pembukaan berlangsung sangat lambat sampai mencapai ukuran diameter 3 cm 2. fase aktif : dibagi dalam 3 fase lagi, yakni i) fase akselerasi, dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm tadi menjadi 4 cm, ii) fase dilatasi maksimal dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm iii) fase deselerasi pembukaan menjadi lambat kembali, dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap. Fase-fase ini dijumpai pada primigravida. Pada multigravida pun terjadi demikian, akan tetapi fase laten, fase aktif dan fase deselerasi terjadi lebih pendek dan lebih cepat.

Nyeri saat persalinan disebabkan oleh stimulusspesifik bersifat subjektif dan berada antara masing-masing individu karena factor psikososial dan kultur seseorang Penyebab nyeri saat persalinan: - kontraksi otot rahim - regangan otot darar panggul - episiotomy - kondisi psikologis Penatalaksanaan: 1. farmako: - analgetik narkotik - analgetik regional - ILA (Intra Thecal Labor Analgesia) : untuk menghilangkan nyeri persalinan tanpa menyebabkan blok motorik, sakitnya hilang tapi mengedannya bisa, yg dpt dicapai dng obat-obatan analgetik Keuntungannya: cepat, memuaskan, keamanan karna dosis nya sangat kecil, fleksibel, anestesi local, anesthesia umum 2. nonfarmako: - Musik - hi dro terapi - Homeo pati - posisi, postur, dan ambulasi - lingkungan persalinan - hypno birthing 3. induksi persalinan: tindakan thdp ibu hamil yg inpartum, baik secara operatif maupun medicinal, untuk merangsang timbulnya kontraksi rahim shg terjadi persalinan. Indikasi ibu: penyakit hipertensi, kehamilan dng diabetes, infeksi amnionitis Indikasi janin: kehamilan lewat waktu, ketuban pecah dini, janin mati, inkompatibilitas Rh, gestasi pascanatur, insufisiensi plasenta Indikasi selektif: maturasi paru cukup, kontraksi uterus tak sempurna, atas permintaan yang bersangkutan a. Fase laten 1) Pengkajian a) Riwayat sekarang, catat tanda persalinan seperti his yang teratur, frekuensi, interval, adanya ruptur, selaput ketuban dan status emosional.

b) Pemeriksaan fisik, dilatasi uteri 0-3 cm posisi fetus, his anatara 5-30 menit dan berlangsung selama 10-30 menit vagina mengeluarkan cairan pink, coklat, ruptur, keluhan, djj terdengar lebih jelas di umbilikus. 2) Diagnosa keperawatan a) Cemas b) Kurangnya pengalihan aktivitas c) Kurangnya pengetahuan tentang proses persalinan d) Resiko tinggi kekurangan volume cairan e) Koping individu tidak efektif f) Resiko tinggi cidera atau trauma pada fetus b. Fase aktif 1) Pengkajian a) Riwayat keadaan sekarang, klien lebih serius terhadap persalinan, tampak kelelahan dan bisa melakukan tehnik relaksasi. b) Pemeriksaan fisik, kontraksi uterus 2,5-5 menit berlangsung selama 30-45 menit, dilatasi servik 4-7 cm, perdarahan pervagina, fetus turun 1-3 cm, djj terdengar jelas. 2) Diagnosa keperawatan a) Nyeri akut b) Resiko gangguan pola eliminase urine c) Koping klien tidak efektif d) Gangguan konsep diri e) Resiko injuri pada ibu

Diagnosa

Tujuan

Intervensi 1. Kaji derajat 1. ketidak nyamanan

Rasional Untuk

Gang. Rasa nyaman; nyeri b.d. Setelah tekanan mekanik dari bagian dilakukan presentase dilatasi serviks dan asuhan penipisan serviks. keperawatan,

menentukan tidakan

melalui isyarat selanjutnya

Ds: klien mengeluh nyeri pada rasa nyaman verbal dan non

pinggang menjalar ke perut

terpenuhi,

verbal 2. kaji 2. sentuhan dapat

Klien mengatakan sudah tdk dengan tahan lagi merasakan nyerinya criteria hasil: - Klien DO: klien tampak gelisah, mengatakan nyeri berkurang

kebutuhan klien menjadi distraksi terhadap sentuhan selama kontraksi dukungan untuk

fisik mengontrol nyeri 3. untuk

menjerit dan mengerang Klien memegang perawat Palpasi: Leopold I: TFU 4 jari Leopold II: punggung kiri Leopold III: presentasi kepala Leopold IV: 2/5 Pembukaan 4-5 cm Portio tipis Ketuban (+) Kepala Hodge I-II

mengalihkan

- Klien lebih 3. rileks

Berikan perhatian, merilekskan klien

lingkungan

yang tenang dan dan memberi rasa nyaman nyaman 4. menguragi 4. suami orang klien hadirkan cemas klien atau terdekat Untuk rasa

2. Kala II Kala II disebut pula kala pengeluaran, oleh karena his yang adekuat dan kekuatan mengedan ibu janin didorong ke luar sampai lahir. Pada kala II ini his akan menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2 sampai 3 menit sekali. Karena biasanya dalam hal ini kepala janin sudah masuk diruang panggul, maka pada his dirasakan tekanan pada otot-otot dasar panggul, yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan, semakin kuat dan teraturnya his, maka akan mendorong janin untuk dilahirkan dengan pimpinan persalinan oleh bidan atau dokter kebidanan. Pada primigravida kala II berlangsung rata- rata 1,5 jam dan pada multigravida kala II berlangsung rata-rata 0,5 jam. Posisi Melahirkan Berbagai posisi persalinan yang dapat dilakukan ibu, yaitu : (Simkim, 2005) 1. Posisi Berbaring Miring Dilakukan sepanjang kala I dan kala II. Caranya wanita berbaring miring dengan kedua pinggul dan lutut dalam keadaan fleksi dan diantara kakinya

2.

3.

4.

5.

ditempatnya sebuah bantal, atau kaki atasnya diangkat dan disokong. Untuk sims berlebih atau semi prone. Wanita berbaring miring dengan lengan bawah di belakang (atau di depan) tubuhnya, kaki bawah, ekstensi, dan kaki atas fleksi lebih dari 900C dan disokong dengan atau atau dua bantal. Ia agak berguling ke arah depan. Pengaruh posisi ini : - Memungkinkan wanita yang lelah untuk beristirahat. - Aman jika obat-obatan nyeri telah digunakan. - Gaya gravitasi netral (dapat digunakan bila kala I maupun kala II sangat cepat). - Dapat mengurangi hemoroid. - Dapat mengatasi masalah detak jantung janin, jika berkaitan dengan terjadinya kompresi tali pusat atau hipotensi supine. Setengah duduk Dilakukan selama kala I dan kala II. Caranya, wanita duduk dengan tubuh membentuk sudut > 450 terhadap tempat tidur. Pengaruh posisi ini : Memberikan beberapa keuntungan dari gaya gravitasi, jika dibandingkan dengan posisi supine. - Lebih baik dari posisi supine dalam, - Menambah dimensi pintu atas panggul, - Memperbaiki oksigenasi janin - Posisi ini mudah dilakukan, Tekanan terhadap tulang sakrum dan koksigis dapat mengganggu gerakan sendi panggul. Duduk tegak lurus Dilakukan selama kala I dan kala II. Caranya wanita duduk tegak lurus di atas tempat tidur, kursi atau kursi pendek. Manfaat posisi ini yaitu : - Memberikan keuntungan gaya gravitasi - Memungkinkan wanita yang lelah untuk beristirahat, jika ia didukung dengan baik. - Memungkinkan penempatan kompres panas atau dingin di bahu, punggung bawah, perut bawah. - Memungkinkan wanita untuk dapat bergoyang ataupun berayun jika digunakan kursi goyang ataupun bola persalinan. Duduk Bersandar ke depan dengan penyangga Dilakukan selama kala I dan kala II. Caranya, wanita duduk dengan kaki ditempatkan dan bersandar ke depan, kedua tangan diistirahatkan pada paha atau pada suatu benda didepannya, atau wanita mengangkang di sebuah kursi atau toilet dan mengistirahatkan tubuh bagian atas pada punggungnya. Pengaruh posisi ini : - Memberikan keuntungan gaya gravitasi - Posisi istirahat penuh jika wanita disangga dengan baik - Mengurangi nyeri punggung - Dapat menambah rotasi dari oksiput posterior (bila dibandingkan dengan posisi supine, setengah duduk) Mensejajarkan janin terhadap panggul - Memperluas pintu atas panggul (bila dibandingkan dengan posisi supine) - Dapat mempermudah akses untuk menggosok punggung Berdiri, bersandar ke depan Dilakukan selama kala I dan kala II. Caranya, wanita berdiri dan bersandar pada pasangan, tempat tidur yang ditinggikan, sebuah pola persalinan yang

6.

7.

8.

9.

diletakkan di atas tempat tidur, atau pada sebuah meja. Pengaruh posisi ini : Memberikan keuntungan gaya gravitasi - Memperluas pintu atas panggul (bila dibandingkan dengan posisi supine atau duduk). - Mensejajarkan janin dengan pintu atas panggul. Berlutut, bersandar ke depan dengan penyangga Dilakukan selama kala I dan kala II. Caranya wanita berlutut di atas tempat tidur atau lantai, bersandar ke depan bagian punggung tempat tidur, dudukan kursi, bola persalinan, atau penyangga lainnya. Pengaruh posisi ini : Memberikan beberapa keuntungan dari gaya gravitasi - Mensejajarkan janin dengan pintu atas panggul - Lebih memperluas pintu atas panggul dibandingkan dengan posisi berbaring miring, supine, atau duduk. - Memungkinkan akses yang mudah untuk tekanan ke punggung. Posisi berpijak pada tangan dan lutut Dilakukan selama kala I dan kala II. Caranya, wanita berlutut (dianjurkan pada permukaan yang beralas), bersandar ke depan dan menyangga tubuhnya dengan kedua telapak atau kepalan tangannya (yang terakhir disebutkan dapat lebih ditoleransi jika wanita mengalami carpal tunnel syndrome) Pengaruh posisi ini : Membantu rotasi janin dari OP. - Dapat membantu mengurangi bibir anterior pada akhir kala I - Mengurangi nyeri punggung - Memungkinkan gerakan berayun, merangkak, bergoyang untuk mendorong rotasi dan meningkatkan kenyamanan Mengurangi hemoroid Posisi dada-lutut terbuka Dilakukan selama kala I dan kala II. Caranya wanita berlutut, bersandar ke depan untuk menyangga gaya berat tubuhnya pada kedua tangan, lalu dada direndahkan ke arah lantai, sehingga bokongnya lebih tinggi dibandingkan dengan dada. Pada posisi dada-lutut terbuka, kedua pinggul kurang fleksi (sudut > 900) dibandingkan dengan posisi dada lutut tertutup yang biasa. Posisi yang lebih terbuka membuat panggul berada pada sudut yang sangat berbeda dibandingkan jika lutut ditarik ke bawah batang tubuh. Pengaruh posisi ini : - Melindungi dari terjadinya gawat janin dengan prolaps tali pusat - Jika digunakan selama 30 45 menit dalam fase laten atau setiap waktu sebelum kepala masuk ke panggul posisi ini memungkinkan reposisi kepala janin. Gaya gravitasi akan mendorong kepala janin agar mundur dari panggul dan berotasi atau fleksi sebelum kembali memasukinya. - Dapat mengatasi beberapa masalah detak jantung janin - Mengurangi nyeri punggung Posisi dada-lutut tertutup Dilakukan selama kala I dan kala II. Caranya : wanita berlutut dan bersandar ke depan, menyangga tubuhnya dengan kedua tangan, kemudian merendahkan dadanya ke arah tempat tidur, dengan kedua lutut dan pinggul fleksi dan abduksi di bawah perutnya. Pengaruh posisi ini : - Mengurangi nyeri

punggung - Kurang menegangkan dibandingkan dengan posisi berpijak pada tangan dan lutut atau dada-lutut terbuka. - Membuka kedua tulang iskhium, memperlebar diameter kedua spina dan intertuberositas - Mengurangi hemoroid 10. Berjongkok Dilakukan terutama pada kala II, tetapi juga setiap kali ibu merasa nyaman dengan posisi ini. Caranya : wanita merendahkan tubuhnya dari posisi berdiri ke jongkok dengan kedua kaki datar di lantai atau tempat tidur, untuk menjaga keseimbangan wanita menggunakan pasangannya, palang untuk berjongkok, atau penyangga lainnya, jika diperlukan. Pengaruh posisi ini : - Memberikan keuntungan gaya gravitasi -Memperluas pintu bawah panggul dengan menambah diameter intertuberositas - Meningkatkan keinginan mengejan 11. Litotomi berlebih (Posisi McRoberts) Dilakukan selama kala II. Caranya : Wanita berbaring datar dengan punggungnya (bantal di kepala), kaki abduksi dan lutut ditarik ke arah bahu (oleh wanita sendiri atau oleh dua orang lain dengan masing-masing menarik satu kaki ke arah bahu wanita). Pengaruh posisi ini : - Menempatkan janin dalam sudut dorong (drive angle) yang tidak menguntungkan. - Dapat menyebabkan hipotensi supine, yang mengakibatkan pengurangan pasokan oksigen ke janin. - Adalah suatu posisi anti gaya gravitasi Tehnik Mengejan Menunggu Setelah Pembukaan Lengka Dilakukan setelah pembukaan lengkap; yaitu mulut rahim sudah membuka kira kira 10 cm . Jika para calon ibu mengejan sebelum pembukaan lengkap, bisa bisa mulut rahim mengalami pembengkakan dan bisa menghambat proses pembukaan dan berujung pada lamanya proses persalinan. Juga agar para ibu tidak kehabisan tenaga karena kelelahan pada waktu tiba sebenarnya waktu untuk mengejan. Jika memang belum terjadi pembukaan lengkap, pada setiap kontraksi para ibu harus menarik nafas panjang untuk menghindari rasa ingin mengejan dan mengurangi rasa nyeri kontraksi Ikuti Aba aba Dokter Untuk itu para Ibu harus mengikuti komando dari dokter kandungan atau bidan. Setelah pembukaan lengkap,saat inilah ibu diijinkan mengejan. Pada saat terjadi kontraksi ,ibu disuruh mengejan untuk menambah daya dorong. Begitu mendengar aba -aba mengejan, Tarik nafas panjang, mengejanlah dengan kuat sambil menghembuskan nafas, Setelah itu istirahat sambil bernafas pendek pendek lewat mulut. Dengan

mengejan efektif, dibutuhkan kurang dari lima kali mengejan untuk melahirkan bayi. Hal -Hal yang perlu diperhatikan saat mengejan yaitu: 1. Menunggu waktu yang tepat 2. Simpanlah tenaga pada saat pembukaan 10 3. Aturlah nafas yang baik sesuai aba aba dokter atau bidan 4. Untuk persiapan mengejan,hirup sebanyak banyaknya udara agar dapat mengejan dalam waktu lama. 5. Jika dirasa kontraksi/mulas sudah cukup kuat , maka barulah mengejan 6. Pikiran harus rileks. Jangan tegang atau panik, karena akan sulit berkosentrasi dan membuat sulit mengejan hingga merasa proses persalinan terasa sakit 2 kali lipat 7. Arah mengejan harus benar. Arah mengejannya kedubur seperti pada saat buang air besar,karena disana tempat otot-otot panggul yang berfungsi untuk mendorong. 8. Mata tidak boleh terpejam. Selain untuk melihat dan mengontrol apa yang harus dilakukan juga agar pembuluh darah disekitar mata tidak pecah.Usahakan selalu melihat ke perut 9. Jangan pernah mengangkat pantat saat mengejan karena dapat merobek vagina Inisiasi Menyusui dini (IMD) Adalah bayi dengan naluri dan upaya sendiri dapat menetek dalam waktu satu jam setelah lahir bersamaan dengan kontak dini kulit bayi di dada ibu, bayi dibiarkan setidaknya 60 menit di dada ibu sampai dia menyusu, ini juga merupakan hal yang tidak pernah terulang dalam kehidupan bayi. Manfaatnya untuk ibu: Meningkatkan hubungan batin antara ibu dan bayi Merangsang kontraksi otot rahim sehingga mengurangi resiko pendarahan sesudah melahirkan Mengurangi stress ibu selama melahirkan

Manfaat untuk bayi: Meningkatkan hubungan ibu dan bayi Mempertahankan suhu bayi agar tetap hangat Menekankan ibu dan bayi serta meregulasi pernapasan dan detak jantung

-

Kolonisasi bakterial dikulit dan usus bayi dengan bakteri badan ibu yang normal

-

Mempercepat keluarnya mekonium (kotoran bayi berwarna hijau agak kehitaman yg pertama keluar dari bayi karena meminum air ketuban)

-

Membantu perkembangan persarafan bayi (nervous system) Memperoleh kolostrum yg bermanfaat bagi kekebalan bayi

Proses IMD Setelah bayi lahir dalam keadaan sehat dan menangis, sesudah dipotong tali pusat dan dilap dengan kain hangat. Bayi dibiarkan telanjang dan diletakkan di dada ibu yang juga telanjang dengan posisi tengkurap yg menghadap kearah ibu, bayi sengaja dibiarkan mencari sendiri putting susu ibu. Proses pencarian memakan wktu 30-40 menit. IMD dpt dilakukan pada bayi lahir normal ataupun sesar. Dan dpt membantu bayi mendapat kolostrum yg mengandung zat antibody, zat aktif imunitas, dan protein protektif lainnya. Meski tdk ditutup dng selembar kain bayi tdk akan kedinginan, sebab tubuh ibu akan menghangatkan bayi dengan suhu yg tepat. Dan sangat dibutuhkan untuk bayi yg bb rendah karna detak jantung ibu membuat bayi merasa tenang, stabil, dan tidak stress. Sentuhan/ tekanan tangan, ,ulut, sundulan kepala bayi serta isapan pada payudara merangsang produksi hormone oksitosin. Yg membantu kontraksi otor rahim dan membanti keluarnya plasenta secara alami, serat membantu mengurangi perdarahan pasca persalinan. Hormone oksitoksin merangsang hormone lain untuk meredam rasa sakit, membantu ibu merasa tenang , rileks, dan jatuh cinta pd bayinya. Dan hormone ini membantu merangsang aliran ASI dalam payudara ke mulut bayi

a. Pengkajian 1) Tanda dan gejala persalinan kala II Perineum menonjol, vulva dan anus membuka, meningkatnya pengeluaran darah dan lendir, kepala turun di dasar panggul, keinginan BAB, meneran,

amnesia, perasaan panas dan tegang pada perineum, tremor, kelelahan, emosi labil, takut, gelisah, ketidak percaya dan merintih-rintih. 2) Data umum Peningkatan tekanan darah 5-10 mmhg, peningkatan RR, nadi kurang dari100, suhu tubuh dan diaporesis. 3) Data obstetri Kontraksi 2-3 menit, intensitas kuat, lamanya 50-70 detik pembukaan servik 10 cm, pendataran 100%, peningkatan pengeluaran darah dan lendir, cairan amnion, perineum menonjol, keluar feses pada saat melahirkan dan distensi kandung kemih. b. Diagnosa keperawatan 1) Nyeri akut 2) Resiko tinggi gangguan pertukaran O2 pada janin 3) Kurangnya pengetahuan tentang persalinan kala II 4) Resti infeksi maternal 5) Resiko luka pada fetus 6) Pola nafas tidak efektif 7) Gangguan intoleran aktifitas

Diagnosa

Tujuan

Intervensi

Rasional

Gang. Rasa nyama, Setelah Nyeri b.d tekanan dilakukan mekanik dari bagian asuhan presentase dilatasi keperawatan

1. Kaji derajat ketidak 1. Untuk menentukan nyamanan melalui tidakan selanjutnya

isyarat verbal dan non verbal sentuhan dapat distraksi untuk

dan penipisan servik. rasa DS: mengatakan BAB klien terpenuhi ingin Kriteria: Klien

nyeri 2. kaji kebutuhan klien 2.

terhadap sentuhan fisik menjadi selama kontraksi dukungan

3. Berikan lingkungan mengontrol nyeri yang nyaman tenang dan 3. untuk mengalihkan perhatian, merilekskan

DO: kontraksi his mengatakan kuat 5x/10 mnt Keluar darah nyeri dr berkurang dan

vagina Vulva membuka Perineum menonjol Pemeriksaan dalam Pembukaan 10 cm Porsio tdk teraba Ketuban menonjol (+) &

dapat anus beradaptasi dengan nyeri

klien

dan

memberi

4. hadirkan suami atau rasa nyaman orang terdekat klien 4. Untuk menguragi

5. ajarkan klien cara rasa cemas klien meneran yang baik dan benar 5. membantu proses

6. anjurkan posisi yang penekanan his tepat dan beri

kesempatan klien untuk 6. dapat meningkatkan memilih posisi tepat yang rasa kenyamanan klien

3. Kala III kala III atau kala uri, plasenta terlepas dari dinding uterus dan dilahirkan. Kala IV mulai dari lahirnya plasenta dan lamanya 1 jam. Setelah bayi lahir,maka pada perabaan uterus akan terasa keras dengan fundus uteri agak di atas pusat. Beberapa menit kemudian uterus akan berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta atau uri, yang ditandai dengan tersemburnya darah tiba-tiba dan pada saat dilakukan peregangan tali pusat akan bertambah panjang, biasanya plasenta akan keluar setelah 15 menit secara spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah. Ada 3 tanda lepasnya plasenta : Perubahan ukuran dan bentuk uterus. Tali pusat memanjang Semburan darah

a. Pengkajian Setelah janin lahir, tinggi fundus uteri, setinggi pusat, pelepasan plasenta ada dua macam, yaitu: 1) Schulze Pelepasan plasenta dimulai dari bagian bawah plasenta tidak ada perdarahan sebelum plasenta lahir, ada perdarahan setelah plasenta lahir. 2) Duncan

Pelepasan plasenta dari pinggir plasenta bagian lateral ada perdarahan sedikit-sedikit. b. Data umum Ibu kelelahan, pucat, sianosis, tekanan darah lebih dari 100/10 mmhg, kemungkinan sock, nyeri abdomen, mules, pusing, tremor dan kedinginan. c. Data obstetri Perubahan uterus (discoid-globular), ueterus bundar dan keras, keadaan kandung kemih penuh atau kosong, perdarahan pervagina, normalnya 250-300 ml, janin lahir efisiotomi.

Diagnos

Tujuan

Intervensi

Rasional 1. deteksi kelainan 2. pendarahan

Resti terhadap deficit Setelah dilakukan 1. kontrol TTV volume cairan, darah asuhan b.d. pendarahan vagina keperawatan defisi 2. vol. DS: klien mengatakan terjadi haus dan ingin minum Criteria: cairan tdk gejala keluhan

monitoring >500cc dan mengakibatkan akibat irritability, pusing menurun,

kehilangan cairan TD lemah 3. uterus

perdarahan