retorika dakwah ustadz k.h taufiqurrahman s.q …
TRANSCRIPT
RETORIKA DAKWAH USTADZ K.H TAUFIQURRAHMAN S.Q
DENGAN PANTUN
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.i)
Oleh
Sendi Ramadhan
NIM: 1111051000058
JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015/1436
i
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi
yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 27 Sepetember 2015
Sendi Ramadhan
ii
ABSTRAK
Nama: Sendi Ramadhan
Judul: Retorika Dakwah Ustad K.H Taufiqurrahman S.Q Menggunakan Pantun
Dakwah adalah suatu kegiatan untuk mengajak manusia berbuat kebaikan sesuai
perintah Allah dan menjauhi segala laranganNya. Berdakwah merupakan aktifitas lisan
maupun tulisan yang dilakukan oleh umat Islam untuk menyebarkan ajaran islam. Karena
sangat penting kegiatan dakwah dilakukan maka dakwah harus dijalankan dengan baik dan
tepat sasaran. Hal tersebut harus benar-benar diperhatikan oleh seorang da’i agar
penyampaian dakwah kepada mad’u dapat sampai dengan baik. Maka dengan ilmu retorika
dakwah akan bisa mengajak umat dalam kebaikan. Ustad K.H Taufiqurrahman S.Q dikenal
sebagai ustad pantun sebab disetiap beliau berdakwah selalu memakai pantun. Itu yang
membuat para mad’u dapat menyerap isi pesan dakwah beliau dengan baik. Sehingga saya
tertarik untuk meneliti Retorika Dakwah Ustad K.H Taufiqurrahman S.Q karena beliau
adalah seorang mubaligh unik yang dapat menjadikan humor dakwahnya dengan pantun
menjadi ciri khasnya.
Dari uraian di atas, maka pertanyaannya adalah bagaimana konsep retorika dakwah
Ustad K.H Taufiqurrahman S.Q? dan bagaimana penerapan retorika dakwah Ustad K.H
Taufiqurrahman S.Q?
Untuk melakukan penelitian ini agar memperoleh hasil yang objektif, maka penulis
menggunakan pendekatan kualitatif yaitu sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan
data deskriptif berupa kata-kata tertulis dan lisan dari orang-orang dan prilaku yang diamati.
Dengan menggunakan metodelogi deskriptif analisis bahwa data yang dikumpulkan
berupa kata, gambar, dan bukan angka-angka. Dan yang diperoleh dari hasil observasi,
wawancara dengan narasumber dan dokumentasi yang akan menafsirkan penulis.
Setelah mewawancarai Ustad K.H Taufiqurrahman S.Q, beliau mengatakan retorika
suatu cara atau kunci untuk bagaimana seseorang dapat menyampaikan dakwahnya itu hingga
sampai kepada mad’u. Sementara dakwah menurut Ustad K.H Taufiqurrahman S.Q secara
garis besarnya ialah mengajak manusia kebada amar ma’ruf nahi mungkar, menjalankan
kebaikan dan menjauhi segala laranganNya.
Dalam penerapan retorika pada dakwahnya beliau selalu melihat masalah-masalah
atau momen-momen serta isu-isu yang sedang berkembang di masyarakat agar sesuai kondisi
masyarakat saat ini. Retorika dakwah beliau mencerminkan kreatifitas yang tinggi karena
beliau memiliki pandangan lain terhadap arti humor. Ustad K.H Taufiqurrahman S.Q
menggunakan pantun beliau sebagai humornya dalam berdakwah, sehingga memiliki ciri
khas tersendiri dalam dakwahnya. Namun dengan menggunakan humor yang masih dalam
kaidah-kaidah islam. Beliau pun berusaha mencari ranah dakwah yang lebih luas lagi
terutama berdakwah dalam ranah stand up comedy, yaitu comedy cerdas yang dibawakan
oleh 1 orang dengan memiliki teknik-teknik tersendiri. Retorika dakwah beliau dalam stand
up comedy tetap berlandaskan mengaji dalam comedy, dengan presentasi mengaji 70 persen
dan pantun comedy sebesar 30 persen. Sehingga beliau tetap bisa menjadikan dakwahnya
dapat disampaikan kepada semua kalangan namun tidak memiliki kesan membosankan.
iii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim. Assalamualaikum
Segala puji bagi Allah atas segala nikmat dan rahmat, serta atas segala
kemurahan, cinta dan kasih sayangNya skripsi ini yang berjudul “Retorika Ustad K.H
Taufiqurrahman, S.Q dengan Menggunakan Pantun” dapat penulis selesaikan. Shalawat
serta salam senantiasa selalu tercurah kepada baginda Nabi Muhammad SAW.
Skripsi ini dibuat dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai
gelar Sarjana. Dalam kesempatan ini penulis ingin menghaturkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada:
1. Dr. Arief Subhan, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, beserta Dr. Suparto, M.Ed selaku Wakil Dekan I Bidang
Akademik, Dra. Hj. Roudhonah, M.Ag selaku Wakil Dekan II Bidang
Administrasi, dan Dr. Suhaimi, M.Si selaku Wakil Dekan III Bidang
Kemahasiswaan.
2. Drs. Masran, M.A selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam serta
Ibu Fita Faturokhmah, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam.
3. Dosen Pembimbing, Ibu Kalsum Minangsih, MA terima kasih banyak karena
telah sabar dalam membimbing dan membantu penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
4. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang pernah
mengajar dan membagikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis. Semoga ilmu
yang diberikan bermanfaat bagi penulis dan masyarakat nantinya.
iv
5. Bapak dan Ibu, Herian Syech dan Suhaidah Toni yang selalu mecurahkan rasa
cinta, kasih sayang, doa, dan semangat yang diberikan tidak pernah putus,
hingga saat ini penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
6. Serta kakak dan adikku tercinta, Foppy Wulan Sari, Filly Muharani dan Fanser
Fazarizki yang telah memberikan perhatian dan semangat kepada penulis.
7. Ustad K.H Taufiqurrahman S.Q yang telah mengizinkan retorika beliau untuk
diteliti penulis, serta banyak membantu penulis dalam mengumpulkan data-data
penting yang dibutuhkan dalam skripsi ini. Terima kasih banyak atas ilmu dan
masukan yang sangat bermanfaat seputar retorika kepada penulis.
8. Sahabat KPI B 2011 yang selalu kompak, selalu menyemangati dan banyak
membantu penulis semasa perkuliahan, Tomi, Ismo, Ipung, Ricky, Acon, Nana,
Malik, Almu, Ilham, Fazrul, Wahyu, Dahlan, Pandu, Ome, Abu, Fuad,
Fansuri, Ahmadi, Ferdi, Wulan, Gian, Umi, Ayu, Indi, Nita, Umamah, Wina,
Nofia, Icha, Radif, Dewi, Esha
9. Teman-teman KKN HARMONI Desa Banyuwangi, Kecamatan Cigudeg,
Kabupaten Bogor.
10. Keluarga besar Teater Syahid.
11. Berbagai pihak yang telah membantu kelancaran penulis skripsi ini dalam bentuk
apapun untuk penulis yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.
Jakarta, 27 September 2015
Sendi Ramadhan
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................................. i
ABSTRAK ............................................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR ......................................................................................................... iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................................. 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah .............................................................. 4
C. Tujuan Masalah ............................................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ........................................................................................... 5
E. Metodelogi Penelitian...................................................................................... 6
F. Tinjauan Pustaka ............................................................................................. 8
G. Sistematika Penulisan ...................................................................................... 9
BAB II LANDASAN TEORITIS RETORIKA DAN DAKWAH
A. Ruang Lingkup Retorika ................................................................................. 10
1. Pengertian Retorika ................................................................................... 10
2. Tujuan Retorika ......................................................................................... 12
3. Fungsi Retorika ........................................................................................ 13
4. Lima Hukum Retorika ............................................................................... 14
5. Jenis-jenis Pidato ....................................................................................... 16
6. Sifat-sifat Pidato ........................................................................................ 18
B. Ruang Lingkup dakwah................................................................................... 20
1. Pengertian Dakwah.................................................................................... 20
2. Unsur-unsur Dakwah ................................................................................. 21
3. Media Dakwah .......................................................................................... 24
4. Tujuan Dakwah ......................................................................................... 24
5. Bentuk-bentuk Dakwah ............................................................................. 25
6. Hubungan Retorika dengan Dakwah ......................................................... 26
7. Pengertian Humor...................................................................................... 27
BAB III GAMBARAN UMUM
A. Biografi Ustadz K.H Taufiqurrahman SQ ....................................................... 30
1. Riwayat Hidup Ustadz Taufiqurrahman SQ ............................................. 30
vi
2. Aktivitas Ustadz K.H Taufiqurrahman SQ ............................................... 31
3. Pengertian Pantun ...................................................................................... 32
4. Pengertian Stand Up Comedy .................................................................... 37
BAB IV ANALISIS RETORIKA DALAM PELAKSANAAN DAKWAH USTADZ
K.H TAUFIQURRAHMAN SQ
A. Konsep Retorika menurut Ustadz K.H Taufiqurrahman S.Q .................................... 39
B. Konsep Dakwah menurut Ustadz K.H Taufiqurrahman S.Q ..................................... 40
C. Penerapan Retorika Dakwah Ustadz K.H taufiqurrahman S.Q ................................. 43
BAB V KESIMPULAN
A. Kesimpulan ............................................................................................................ 58
B. Pesan dan Saran ..................................................................................................... 59
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 60
HASIL WAWANCARA ....................................................................................................... 63
LAMPIRAN ........................................................................................................................... 74
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Retorika berasal dari bahasa inggris Rethoric yang artinya “ilmu bicara”. Dalam
perkembangannya, retorika disebut dengan seni berbicara dihadapan umum atau ucapan
untuk menciptakan kesan yang diinginkan.
Sedangkan dakwah mengandung arti, ajakan, atau seruan baik lisan, tulisan
maupun tingkah laku. Dakwah merupakan kewajiban individu muslim kapanpun dan di
manapun berada. Berdakwah tidak dapat dilaksananakan dengan asal-asalan melainkan
harus dengan metode, karena yang diseru adalah manusia yang mempunyai pendirian.1
Kegiatannya menyatu dengan kehidupan manusia di dunia yang menjadi bukti adanya
hubungan manusia dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan sesama, dan hubungan
manusia dengan alam semesta. Sehingga islam menjadi agama dakwah dalam teori dan
praktiknya yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW dalam kehidupannya.
Banyak sekali pengertian dakwah oleh para ahli dakwah, tapi pada prinsipnya
dapat disimpulkan bahwa dakwah adalah mengubah situasi dan kondisi yang seharusnya
seperti yang dikehendaki Allah dan Rasul-Nya. Dengan demikian, yang diinginkan dari
dakwah adalah terjadinya perubahan kearah kehidupan yang islami.
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa retorika dakwah adalah
kepandaian menyampaikan ajaran islam secara lisan guna terwujudnya situasi dan
kondisi islami.2
1 H. Naan Rukmana, Masjid dan Dakwah (Jakarta: Al-mawardi Prima, 2002), Cet ke-1, hal. 164.
2 Ahmad Yani, Bekal menjadi Khatib dan Mubaligh, (Jakarta: Al-Qalam, 2005), hal. 15.
2
Sering kali retorika disamakan dengan Public Speaking, yaitu suatu bentuk
komunikasi lisan yang disampaikan kepada kelompok orang banyak, tetapi sebenarnya
retorika itu tidak sekedar berbicara dihadapan umum, melainkan merupakan suatu
gabungan seni berbicara dan pengetahuan atau masalah tertentu untuk meyakinkan pihak
orang banyak melalui pendekatan persuasif.3
Dalam bahasa Arab retorika disebut Fannul Khitobah yaitu seni pidato atau
berbicara.4 Pada saat ini banyak para da’i yang muncul di tengah-tengah masyarakat,
yang menyampaikan dakwahnya dengan metode-metode khusus sehingga memberikan
perhatian pada masyarakat. Seorang da’i dituntun untuk bisa merangkai kata-kata yang
dapat dipahami oleh para mad’u, walaupun pada dasarnya sering kali para da’i
menyampaikan ayat ataupun hadits yang sama namun disitulah kreatifitas seorang da’i
diuji agar dapat menyampaikan pesan-pesan dakwah dengan cirri khas mereka dan dapat
dipahami oleh para mad’u. Maka retorika digunakan sebagai ilmu untuk memandu dan
membimbing seorang da’i agar dapat merancang dan menampilkan kata yang baik dan
persuasif, memiliki relevansi yang tinggi dan memiliki peran yang besar dalam
berdakwah. Para pendakwah pun harus pandai dalam menerka siapa yang menjadi mad’u
dalam dakwah nya sebab setiap manusia tidaklah sama. Baik dari segi usia, tingkat
kecerdasan, dan status sosialnya dalam masyarakat.
Dari sekian banyak da’i-da’i yang mampu membuat mad’u terkesima akan gaya
bicaranya yang khas saat menyampaikan materi dakwahnya, salah satunya adalah ustadz
K.H Taufiqurrahman, SQ. Beliau adalah seorang yang memiliki sifat ramah, hal itu dapat
3 Jalaludin Rahmat, Retorika Modern: Pendekatan Praktis, (Bandung; PT. Remaja rosdakarya, 1999),
hal. 9. 4 Busrah Lubis, Metodelogi dan Retorika Dakwah: petunjuk praktis Khutbah dan Pidato, (Jakarta: PT.
Tursina, 1999), hal. 59.
3
dilihat dari mimik wajahnya dalam setiap menyampaikan dakwahnya. Ustadz K.H
Taufiqurrahman SQ lahir Jakarta, 04 juni 1980, yang sekarang bertempat tinggal di
Ciomas kabupaten Bogor. Beliau memiliki segudang prestasi yang bersangkutan dengan
keahlian membaca Al-Qur’an hal ini dapat dilihat dari kecil ustadz K.H Taufiqurrahman
banyak memenangkan lomba-lomba MTQ (Musabaqah Tilawatil Qur’an). ustadz K.H
Taufiqurrahman SQ pun banyak memiliki oraganisasi-organisasi yang bergerak dibidang
dakwah, diantaranya:
1. Tahun 2000-Sekarang. Pemimpin Yayasan Santunan Yatim Piatu dan Fakir
Miskin (SYAFAR). Kegiatan Yayasan ini selain memberikan santunan juga
mengadakan pembinaan kepada anak yatim berupa pendidikan dan pengkajian
Al-Qur’an dan kitab –kitab kuning, sebagai tambahan juga diajarkan tentang
Marawis. Yayasan ini bertempat di bilangan Kalibata – Jaksel.
2. Tahun 2002 –Sekarang. Ketua Ubudiyyah di Musholla Al-Hidayah di
bilangan Jakarta Selatan yang secara rutin melakukan pengkajian Tafsir Al-
Jalalain dan Fathuk Mu’ain, juga melakukan kajian dengan kitab
rujukan Mukhtarul Al-hadis An-Nabawiyyah.
3. Tahun 2006 -Sekarang. Pembimbing Jama’ah Haji Khusus PACTO, ber-
alamat di Hotel Park View, Kemang, Jakarta Selatan. Melakukan kegiatan
mulai dari Manasik Haji dan Umroh serta Pengarahan Jamaah selama
di Tanah Suci, memberikan tausiyah dan memimpin pembacaan doa Arafah.
Selain banyak organisasi yang dipimpinnya ustad K.H Taufiqurrahman pun banyak
mengisi acara acara ditelevisi diatranya:
4
1. PILDACIL di Lativi dan ANTV
2. Tutur Hikmah di TV 7
3. Kalam di ANTV
4. Ceria Ramadhan di SCTV
5. Seleb Kena Batunya di LA Tivi
6. Ramadhannya Farhan di ANTV
7. Titian Qolbu di TVONE
8. Curhat Bareng Ustadz di ANTV
9. Menuju Kemenangan di GLOBAL TV
10. Sahur Cagur di GLOBAL TV
11. Kabar Sahur di TV One
12. Kabar Pagi di TV One
13. Kilau 17 di ANTV
14. Gerakan Ibu Hebat di ANTV
15. Cahaya Hati di ANTV
16. Stand Up Comedy di Metro Tv
B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Untuk lebih memfokuskan masalah dalam skripsi ini, maka masalah yang
dibahas dalam skripsi ini akan dibatasi dalam retorika dakwah ustad K.H
Taufiqurrahman, SQ dibeberapa tempat beliau berdakwah.
5
2. Perumusan masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka penulis membuat perumusan masalah
sebagai berikut:
a. Bagaimana konsep retorika dakwah Ustadz K.H Taufiqurrahman, SQ
menggunakan pantun?
b. Bagaimana penerapan retorika Ustadz K.H Taufiqurrahman S.Q dalam
dakwahnya?
C. Tujuan Masalah
Dalam setiap penelitian pasti ada tujuan di dalamnya, bedasarkan pokok permasalahan di
atas maka penelitian ini bertujuan untuk:
a. Mengetahui Bagaimana konsep Retorika menurut ustadz K.H Taufiqurrahman,
SQ?
b. Mengetahui Bagaimana konsep dakwah menurut ustadz K.H Taufiqurrahman,
SQ?
c. Mengetahui Bagaimana penerapan retorika dalam berdakwah yang dilakukan oleh
ustadz K.H Taufiqurrahman, SQ?
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan hal yang positif, khususnya
untuk menambah wawasan dan pengetahuan. Memberikan kontribusi bagi penulis
dan umumnya bagi yang terjun pada dunia dakwah, yang berkaitan tentang retorika
sebagai alat utama dalam menyiarkan dakwah islami.
6
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan agar menjadi bahan tambahan bagi da’i-da’i yang
menyampaikan dakwahnya dengan se-efektif dan se-efisien mungkin agar
dakwahnya dapat diterima oleh khalayak yang berkenan dengan retorika ustadz K.H
Taufiqurrahman, SQ?
E. Metodologi Penelitian
Supaya data yang diperoleh sesuai dengan yang diperlukan, maka metode
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yang
bersifat deskriptif atau analisa kritis, yaitu metode yang memiliki beberapa langkah
penerapan.5 Langkah pertama adalah mendeskripsikan gagasan primer yang menjadi bahan
utama. Gagasan primer ini diperoleh dari hasil wawancara mendalam dengan narasumber.
Langkah selanjutnya adalah membahas gagasan primer tersebut yang pada hakikatnya
adalah memberikan penafsiran penulis terhadap gagasan yang telah dideskripsikan.
1. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dalam penelitian skripsi ini adalah ustadz K.H Taufiqurrahman, S.Q dan
sebagai objeknya adalah retorika beliau pada dakwahnya.
2. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Observasi yaitu pengambilan data yang didapatkan melalui pengamatan,
pencatatan sistematik dan fenomena-fenomena yang diselidiki langsung kepada obyeknya
dengan menggunakan indera penglihatan yang berarti tidak mengajukan pertanyaan-
5 Mastuhu, Tradisi Baru Penelitian Agama Islam: Tinjauan Antar Disiplin Ilmu, (Bandung: Pusjarlit
dan Nuansa, 1998), cet ke-1, hal. 45-47.
7
pertanyaan.6 Dalam teknik ini peneliti mengamati dan mencatat fenomena-fenomena
yang diselidiki. Dengan metode ini penulis akan mengetahui langsung kegiatan dakwah
ustadz K.H Taufiqurrahman, SQ.
Dengan memperhatikan enam syarat beretorika yang baik pada ustad K. H
Taufiqurrahman:
1. Mencakup beberapa ilmu pengetahuan
2. Pembicara harus dapat menelaah setiap persoalan
3. Pembicara harus menguasai persoalan-persoalan masyarakat, hukum,
kebudayaan, dan etika masyarakat.
4. Pembicara harus menguasai filsafat,
5. Mengajukan persoalannya dengan menarik, mendalam berbahasa yang baik,
susunan kata yang baik dan mengandung kebenaran:
6. Pembicara harus menguasai segala bidang ilmu pengetahuan.
- Tausiyah/ceramah umum untuk Ibu Ibu pengajian Kp. Rampak sinang
gading serpong.
- Tausiyah/ceramah umum Damai Indonesiaku 2
- Tausiyah/ceramah diacara stand up comedy metro tv episod 23 januari
2013
- Tausiyah/ceramah di acara Sucikan Hati Perbaiki Budi - Syiar
Ramadan 1 Juli 2014
6 Lexy J. Moeloeng, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosyda Karya, 1993) cet ke-10, h
.
8
b. Wawancara
Wawancara adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan informasi
secara langsung dengan mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan kepada informan.7
Penulis melakukan wawancara dengan orang-orang yang layak memberikan informasi
dan tanggapan terkait penelitian yang dilakukan Penulis melakukan wawancara dengan
narasumber Ustadz Taufiqurahman. SQ. Dan orang-orang terkait asisten ustad
taufiqurrahman, dan beberapa ibu-ibu pengajian di . Rampak sinang gading serpong.
c. Dokumentasi
Dalam hal ini penulis berusaha mengumpulkan dokumentasi yang berkaitan
tentang kegiatan dakwah ustadz K.H Taufiqurrahman, SQ. baik berupa buku, tulisan,
vidio atau juga foto beliau ketika berdakwah dan berkas-berkas lain yang berkaitan
dengan retorika dakwah. Dokumen ini digunakan untuk melengkapi data-data hasil
penelitian yang sebenarnya telah dilakukan.
F. Tinjauan Pustaka
Sebelum penulis mengadakan penelitian lebih lanjut, maka langkah pertama adalah
meninjau pustakaan serta menelaah skripsi-skripsi terdahulu yang mempunyai objek dan
subjek yang hampir sama, diantaranya:
1. Retorika dakwah Habib Munzir Al-Musawa pada Majelis Rasulullah S.A.W di
Masjid Al-Munawar Jakarta selatan karya Roby Auliya Tahun 2010.
2. Retorika dakwah K.H. Abdurahman Al-Madinah di Pondok Pesantren Al-Hidayah,
karya Hari Haryanto Tahun 2010.
7 Joko Sobagyo, Metode Dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: Rhineka Cipta, 1991), cet ke-1.
9
3. Retorika Dakwah Ustajah Hj. Maesaroh Madsuni, karya chairul umam ilhami Tahun
2013
Walaupun skripsi ini terlihat agak sama, namun jika diteliti lagi akan menemukan
perbedaan. Hal yang menjadi perbedaan skripsi ini dengan skripsi lain adalah skripsi ini
membahas retorika dakwah ustadz K.H Taufiqurrahman, SQ.
G. Sistematika Penelitian
Penelitian ini ditulis secara sistematis, dan terbagi menjadi lima bab yang masing-masing
bab terdiri beberapa sub. Adapun sistematikanya sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan dan
perumusan masalah, tujuan, manfaat penelitian, tujuan pustaka, dan
sistematika penulisan.
BAB II : Landasan teoritis retorika dan dakwah, terdiri dari ruang lingkup retorika
yang membahas pengertian, tujuan retorika, fungsi retorika, lima hukum
retorika, jenis-jenis pidato, dan sifat-sifat pidato. Ruang lingkup dakwah
yang membahas pengertian dakwah, unsur-unsur dakwah, bentuk-bentuk
dakwah, dan hubungan retorika dengan dakwah.
BAB III : Biografi K.H ustadz Taufiqurrahman, SQ yang terdiri dari riwayat hidup,
pendidikan, organisasi, aktivitas dakwah, pantun yang digunakan.
BAB IV : Hasil dan analisis yang terdiri dari Persepsi K.H ustadz Taufiqurrahman
SQ tentang konsep dakwah, dan penerapan retorika dakwah K.H Ust
Taufiqurrahman, SQ.
BAB V : Merupakan bagian akhir dari skripsi ini, terdiri dari kesimpulan dan
saran
10
BAB II
LANDASAN TEORITIS RETORIKA DAN DAKWAH
A. Ruang Lingkup Retorika
1. Pengertian Retorika
Retorika secara bahasa dapat diartikan keterampilan berbahasa secara efektif,
tentang pemakaian bahasa dalam berbicara di depan umum agar dapat mempengaruhi
khalayak. Retorika dalam bahasa yunani yaitu rhetor, yaitu seorang juru pidato yang
mempunyai sinonim orator.1
Sedangkan dalam bahasa arab disebut fannul Khitabah, dan retorika menurut
Enclyclopedia Britania, adalah kesenian menggunakan bahasa untuk menghasilkan kesan
yang diinginkan terhadap pembaca dan pendengar.2
Retorika merupakan bagian dari ilmu bahasa (Linguistik), khususunya ilmu bina
bicara (Sprecherziehung). Retorika sebagai bagian dari ilmu bina bicara ini mencakup:
a. Monologika
Monologi adalah ilmu tentang seni berbicara secara monolog, dimana
hanya seseorang yang berbicara. Bentuk-bentuk yang tergolong dalam
monologika adalah: pidato, kata sambutan, kuliah, makalah, ceramah dan
deklamasi
b. Dialogika
Dialogika adalah ilmu tentang seni berbicara secara dialog, dimana dua
orang atau lebih berbicara atau mengambil bagian dalam satu proses
1 Amirudin Rahim, Retorika Hirarki, (Surakarta: Era Edicitra Intermedia, 2010), hal. 76
2 M. H. Israr, Retorika dan Dakwah Islam Modern, (Jakarta: CV. Firdaus, 1993), cet ke-1, hal. 10.
11
pembicaraan. Bentuk dialogika yang penting adalah diskusi, tanya jawab,
perundingan, percakapan dan debat.
c. Pembinaan Teknik Bicaa
Efektifitas dialogika dan monologika tergantung juga pada teknik bicara.
Teknik bicara merupakan syarat bagi retorika. Oleh karena itu pembinaan
teknik bicara merupakan bagian yang penting dalam retorika. Dalam bagian
ini perhatian lebih diarahkan pada pembinaan teknik bernafas, teknik
mengucap, bina suara, teknik membaca dan bercerita.3
Beberapa pakar berbependapat tentang definisi retorika dari segi istilah, diantaranya:
a. I Gusti Ngurah Oka berpendapat bahwa retorika adalah ilmu yang mengajarkan
tindak dan usaha efektif dalam persuasi penataan dan penampilan kultur untuk
membina saling dan kerjasama serta kedamaian dalam kehidupan bermasyarakat.4
b. Gorys Keraf berpendapat bahwa retorika adalah suatu teknik pemakaian bahasa
sebagai seni, baik lisan maupun tertulis yang berdasarkan pada suatu pengetahuan
yang tersusun baik.5
c. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Retorika adalah keterampilan bahasa
secara efektif dalam karang-mengarang atau seni berpidato yang muluk-muluk dan
bombastis.6
3 P. Dori Wuwur Hendrikus, Retorika: terampil berpidato, berdiskusi, berargumentasi,bernegosiasi,
(Jakarta: CV Firdaus, 1993) h. 16-17 4 I Gusti Ngurah Oka, Retorika Sebuah Tinjauan Sejarah Pengantar, (Bandung: Terate, 1976), cet-1,
hal. 13 5 Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Umum, 2007), cet-17, hal. 1
6 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka), edisi
ke-2, hal. 953
12
Dari berbagai pemaknaan menganai retorika diatas dapat ditarik inti dari semua
pengertian bahwa retorika ialah seni berbicara di depan umum secara sistematis dan
tersusun agar mendapatkan tujuan yang diinginkan dalam berbicara.
2. Tujuan Retorika
Retorika memliki tujuan persuasi. Maksud persuasi sendiri adalah yakinnya
penanggap tutur akan kebenaran gagasan topik si penutur. Persuasi adalah suatu seni
verbal yang bertujuan untuk meyakinkan seseorang agar melakukan sesuatu yang
dikehendaki pembicara pada waktu ini dan pada waktu yang akan datang.7
Menurut Erwin P. Bettinghaus (1973), persuasi merupakan suatu usaha yang
disadari untuk mengubah sikap, kepercayaan atau prilaku orang melalui transmisi pesan.8
Secara massa retorika bertujuan sebagai berikut:
a. To Inform, yaitu memberikan penerangan dan pengertian kepada massa, guna
memberikan penerangan yang mampu menanamkan pengertian dengan sebaik-
baiknya.
b. To, Convise, yaitu untuk meyakinkan dan menginsafkan.
c. To Inspire, yaitu untuk menimbulkan inspirasi dengan teknik dan sistem
penyampaian yang baik dan bijaksana.
d. To Intertain, menggembirakan, menghibur atau menyenangkan, dan memuaskan.
e. To Ectuate (to put into action), yaitu menggerakan dan mengarahkan mereka untuk
bertindak menetralisir dan melaksanakan ide yang telah dikomunikasikan oleh
orator dihadapan massa.9
7 Keraf, Argumentasi dan Narasi, hal. 118
8 Oka, Retorika Sebuah Tinjauan Sejarah Pengantar, hal. 63
9 Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, t.t), hal.156
13
3. Fungsi Retorika
Menurut Plato, retorika berfungsi untuk memberikan kemampuan dalam
menggunkan bahasa yang sempurna, dan merupakan jalan bagi seseorang untuk
memperoleh pengetahuan yang luas.10
Sedangkan I Gusti Ngurak Oka menjelaskan bahwa retorika adalah:
a. Untuk menyediakan gambaran yang jelas tentang manusia terutama dalam
hubungan kegiatan bertutur kata, termasuk ke dalam gambaran ini antara
lain gambaran proses kejiwaan ketika ia terdorong untuk bertutur dan
ketika ia mengidentifikasikan pokok persoalan sampai retorika bertutur
ditampilkan.
b. Menampilkan gambaran yang jelas tantang bahasa atau benda yang bisa
diangkat menjadi topik tutur, misalnya gambaran tentang hakikat, struktur,
dan fungsi topik tutur.
c. Mengemukakan gambaran yang terprinci tentang masalah tutur misalnya
dikemukakan tentang hakikat, struktur, dan bagian-bagian topik tutur.
Berdasarkan dengan penampilan gambaran ketiga hal tersebut di atas, disiapkan pula
bimbingan tentang:
a. Cara memilih topik
b. Cara memandang dan menganalisa topik tutur untuk menentukan saran
uasan yang persuasive objective.
c. Pemilihan jenis tutur yang disesuaikan dengan tujuan yang hendak
dicapai.
10
Onong Uchjana Effendi, Filsafat Komunikasi, (Bandung: Citra Aditia Bakti), hal. 55
14
d. Pemilihan materi bahasan serta penyusunan menjadi kalimat-kalimat yang
padu, utuh, mantap dan bervariasi.
e. Pemilihan gaya bahasa dan gaya tutur dalam penampilan tuturnya.11
4. Lima Hukum Retorika
Ada lima tahap penyusunan pidato yang dikenal dengan (The Five Connons Of
Rhetoric) yang sering diterjemahkan dengan “lima hukum retorika”, yaitu:
1. Menemukan bahan (inventio), pada tahap ini da’i atau mubaligh menggali topik dan
meneliti khalayak yang akan hadir mendengarkan ceramah kita, kemudian
menentukan metode yang tepat.
2. Penyusunan bahan/materi yang akan disampaikan (despositio), dalam tahap ini da’i
atau mublaigh menyusun materi dakwah yang akan disampaikan, misalnya:
pendahuluan, pembahasan dan penutup.
3. Memilih bahasa yang indah (elucutio), pada tahap ini da’i atau mubaligh memilih
kata-kata yang tepat, kalimat yang jelas dan bahasa yang indah sesuai dengan
kemampuan khalayak pendengar.
Memilih gaya bahasa sesuai kemampuan khalayak pendengar, gaya bahasa sendiri
adalah sebagai salah satu variasi bahasa, yaitu termasuk ragam, yang ditandai oleh
suasana indah.12
Sedangkan Keraf berpendapat bahwa gaya bahasa harus memiliki
sendi sebagai syarat bahasa yang baik. Sebuah gaya bahasa yang baik harus
mengandung tiga unsur berikut, yaitu, kejujuran, sopan-santun dan menarik.13
11
Oka, Retorika Sebuah Tinjauan Pengantar, h. 65 12
Made Sukada, Pembinaan Kritik Sastra Indonesia Masalah Sistematika Analisis Struktur Fiksi,
(Bandung: Ankasa, 1987), h.84 13
Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa, h.113.
15
4. Mengingat materi yang akan disampaikan (memoria), pada tahap ini da’i atau
mubaligh harus mengingat-ingat dalam pikiran materi yang akan disampaikan kepada
khalayak pendengar sesuai dengan susunan yang telah dibuat sebelumnya.
5. Menyampaikan dakwah lisan (pronuntiatio), pada tahap ini da’i atau mubaligh
menyampaikan materi dakwah lisan, pada saat penyampaian materi perhatikan suara
(vokal), gerak tubuh, dan pelihara kontak mata dengan khalayak pendengar.14
Bahasa tubuh adalah bentuk komunikasi pesan non verbal (tanpa kata-kata).
Bahasa tubuh merupakan pertukaran pikiran dan gagasan, di mana pesan yang
disampaikan dalam bentuk isyarat, ekspresi wajah, pandangan mata, sentuhan, artefak
(lambang yang digunakan), diam, waktu, suara, serta postur dan gerakan tubuh.15
Bentuk bahasa tubuh:
1. Kontak Mata
Kontak mata mengarahkan suatu penglihatan secara langsung antar seseorang di
saat sedang berbicara. Kontak mata menggambarkan situasi psikologis seseorang
sehingga dapat membantu Anda memantau efek komunikasi antar pribadi. Lewat
kontak mata, Anda sebenarnya bisa mendeskripsikan suatu pesan yang tak
terungkap lewat bahasa lisan orang lain. Kontak mata membantu melihat lebih
dalam kondisi psikologis seseorang, seperti pandangan yang sayu, cemas, takut,
terharu, dapat mewarnai latar belakang psikologis Anda.16
14
Wahidin Saputra, Retorika Dakwah Lisan (Teknik Khitabah) (Buku Ajar Fakultas Dakwah dan Komunikasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006), h. 32-33 15
Horriyah, Membaca isi pikiran orang dari Bahasa Tubuhnya, (Jogjakarta: Laksana, 2012) h.16. 16
Horriyah, Membaca isi pikiran orang dari Bahasa Tubuhnya, h.27.
16
2. Ekspresi Wajah
Ekspresi Wajah meliputi pengaruh raut wajah yang digunakan untuk
bekomunikasi secara emosional atau bereaksi terhadap suatu pesan. Wajah setiap
orang selalu menyatakan hati dan perasaannya. Menurut Imamuddin (2000),
Wajah ibarat cermin dari pikiran dan perasaan. Melalui wajah, seseorang bisa
membaca makna suatu pesan.17
3. Gerakan Anggota Tubuh
Menggunakan gerakan anggota tubuh secara sadar, untuk menekan suatu pesan
sehingga membuat pesan yang disampaikan lebih tajam atau mendalam.18
5. Jenis-jenis Pidato
Menurut ada tidaknya persiapan, sesuai dengan cara yang dilakukan waktu persiapan
dapat dikemukakan empat macam pidato, di antaranya adalah:
a. Impromptu (mendadak)
Metode ini adalah metode membawakan pidato tanpa persiapan dan hanya
mengandalkan pengalaman dan wawasan. Metode ini biasanya digunakan dalam
keadaan darurat dan tidak terduga.19
Impromptu sebaiknya dihindari, tetapi bila
terpaksan, hal-hal berikut ini yang bisa diadikan pegangan:
- Pikirkan terlebih dahulu teknik permulaan pidato yang baik.
- Tentukan sistem organisasi pesan.
- Tentukan teknik menutup pidato yang mengesankan.
17
Horriyah, Membaca isi pikiran orang dari Bahasa Tubuhnya, h.29. 18
Horriyah, Membaca isi pikiran orang dari Bahasa Tubuhnya, h.30. 19
Andi Yanuarita, Langkah Cerdas Mempersiapkan Pidato dan Mc, (Yogyakarta: Teranova Books, 2
012), cet-1, hal. 24
17
Dalam pidato ini sesuai dengan juru pidato yang berpengalaman. Tentunya,
mempunyai kelemahan dan kelebihan dalam pelaksanaan pidato yang sifatnya
mendadak.20
b. Manuskrip (Naskah)
Manuskrip dapat juga disebut tanpa naskah. Juru pidato membacakan
naskah dari awal hingga, sampai akhir. Di sini berlaku istilah “menyampaikan
pidato” tetapi “membacakan pidato”.21
c. Memoriter (menghapal)
Dalam metode ini, pembicara membuat teks kemudian menghafalnya.
Naskah yang telah disiapkan sebelumnya bukan untuk dibaca melainkan untuk
dihafalkan.22
Pesan pidato ditulis kemudian diingat kata demi kata. Memoriter
memungkinkan ungkapan yang tepat, organisasi yang terencana, pemilihan
bahasa yang teliti, gerak, dan isyarat yang diintegrasikan dengan uraian.
d. Extemporaneus (tanpa persiapan)
Metode ini adalah metode pidato yang dipersiapkan dengan menjabarkan
materi pidato yang terpola secara lengkap. Terpola di sini adalah materi yang
disampaikan harus disiapkan garis-garis besar isinya dengan menuliskan hal-hal
yang dianggap paling penting.23
Jenis pidato ini yang paling baik dan paling
sering dilakukan oleh juru pidato yang mahir. Biasanya pembicara sering
melakukan latihan-latihan intensif.
20
Saputra, Retorika Dakwah Lisan (Teknik Khitabah), hal. 11. 21
Saputra, Retorika Dakwah Lisan (Teknik Khitabah), hal. 12. 22
Yanuarita, Langkah Cerdas Mempersiapkan Pidato dan Mc, hal. 26. 23
Yanuarita, hal. 25.
18
6. Sifat-sifat Pidato
a. Pidato informatif
Pidato informatif adalah pidato yang melibatkan informasi atau seperangkat
pengetahuan yang akan diberikan kepada penyimak. Informasi yang kadaluarsa atau
yang sudah diketahui dengan baik oleh penyimak akan mengurangi minat dan
perhatian penyimak.24
Tujuan pidato informatif ini adalah menjelaskan kasus,
menjelaskan cara melakukan sesuatu, dan berbagi pengetahuan.
b. Pidato argumentatif
Pidato argumentatif adalah pidato dengan mengemukakan argumentasi, dalil dan
alasan untuk mendukung atau menolak satu pernyataan opini, pendapat atau
keyakinan tertentu.25
Untuk memperkuat daya terima argumentasi yang dikemukakan,
dibutuhkan data-data faktual, statistik dan bukti-bukti maupun kesaksian.
c. Pidato persuasif
Pidato persuasif adalah pidato yang menghendaki reaksi penyimak untuk
melakukan atau meninggalkan tindakan, aks, tingkah laku, atau sikap tertentu sesuai
harapan pembicara. Adapun tujuan utama dari pidato persuasif adalah membentuk
tanggapan, memperkuat tanggapan, dan menggugah tanggapan.26
Dalam prinsipnya
pidato persuasif mempunyai tujuan, yaitu:
- Membujuk demi konsistensi.
- Membujuk demi perumah-perubahan kecil.
- Membujuk demi keuntungan.
24
Rahim, Retorika Hirarki, hal. 116 25
Rahim, Retorika Hirarki, hal. 117 26
Rahim, Retorika Hirarki, hal. 117
19
d. Pidato Pekreatif
Pidato dapat disebut juga dengan pidato kekeluargaan. Pidato ini pada umumnya
menyuguhkan suatu kegembiran yang dapat dinikmati dengan rasa kekeluargaan dan
persaudaraan. Lelucon dan humor dapat digunakan untuk menghangatkan suasana.
Ada tiga teori humor menurut para filsuf yaitu superoritas, teori bisosiasi, dan teori
pelepan inhibisi.
Perlu di ingat pula bahwa belajar tentang retorika bisa meraih keuntungan yang
berarti, diantaranya:
- Meningkatkan kecakapan berpidato yang baik sebagai pembicara,
pendengar dan pengeritik;
- Meningkatkan kecakapan akademik maupun profesionalisme dalam
berorganisasi, penelitian gaya bahasa dan sebagainya;
- Mengembangankan kecakapan menyusaikan diri dengan lingkungan sosial
dan kecakapan berinteraksi;
- Mengambangkan masyarakat pada umumnya dengan memilihara
komunikasi yang bebas dan terbuka.27
27
Kustadi Suhandang, Retorika: Strategi, Teknik, dan Berpidato, (Bandung: Nuansa, 2009), cet-1, hal.
1
20
B. Ruang Lingkup Dakwah
1. Pengertian Dakwah
Secara etimologi dakwah berasal dari kata da’a, yad’u, da’watan yang berarti
ajakan atau seruan. Secara terminologis, dakwah adalah mengajak atau menyeru, baik
kepada diri sendiri, keluarga, maupun orang lain, untuk menjalankan semua perintah dan
meninggalkan hal-hal yang dilarang oleh Allah SWT dan Rasul-Nya.28
Menurut M. Quraish Shihab, dakwah adalah seruan atau ajakan kepada
keinsyafan atau mengubah situasi kepada situasi yang lebih baik dan sempurna, baik
terhadap pribadi maupun masyarakat. Sedangkan menurut Syeikh M. Abduh, dakwah
adalah menyeru kepada kebaikan, dan mencegah dari yang mungkar adalah kewajiban
bagi setiap muslim. Pendapat lain dikemukakan oleh Syeikhul Habi Abdullah Ba’alawi
Al-Haddad mengatakan bahwa dakwah adalah mengajak, membimbing dan memimpin
orang yang belum mengerti atau sesat jalannya dari agama yang benar untuk dialihkan
kejalan ketaatan kepada Allah SWT, beriman kepadanya, serta mencegah dari apa yang
menjadi lawan dari kedua hal tersebut, kemaksiatan dan kekufuran.
Dari definisi di atas terdapat persamaan dan perbedaan. Namun dapat disimpulkan
bahwa dakwah adalah suatu proses yang diselenggarakan dengan sadar dan terencana dan
usaha yang dilakukan adalah mengajak umat manusia ke jalan Allah, memperbaiki situasi
yang lebih baik. Usaha tersebut dilakukan dalam rangka mencapai tujuan tertentu, yakni
agar manusia hidup dengan penuh kebahagiaan dunia dan akhirat tanpa adanya unsur
paksaan.29
28
Najamuddin, Metode dakwah Menurut Al-qur’an, (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2008), h.1 29
Alwi Shihab, Islam Inklusif Menuju Sikap Terbuka dalam Beragama, (Bandung: Mizan, 1993).
h.252
21
2. Unsur-Unsur Dakwah
a. Da’i
Da’i secara bahasa diambil dari bahasa arab, bentuk isim fa’il dari asal kata da’a-
yud’u-da’watan, artinya orang melakukan dakwah. Secara terminologi, da’i yaitu
setiap muslim yang berakla mukallaf (akal baligh) dengan kewajiban dakwah.30
Menurut Dr. Musthafa Ar-Rafi’i, syarat-syarat dan sifat yang harus dipenuhi sosok
juru dakwah adalah:
- Amal dan kegiatan da’i harus ikhlas karena mencari ridho Alaah dan karena
ingin meraih padahal dari Allah.
- Seorang juru dakwah harus menjadi teladan dalam amal shaleh.
- Menempuh cara hikmah (bijaksana) terhadap pelajar dan intelek.
- Melakuakan metode “mauizhah hasanah” (nasihat yang baik) dalam
menghadapi orang awam dan orang biasa.
- Seorang juru dakwah harus betul-betul menguasai ilmu yang sesuai dengan
jamaah dan menguasai teori dari bahasa ilmiah pemikiran.
- Seorang juru dakwah harus lembut dalam menyampaikan ilai-nilai dan
pandangan serta lembut memerangi kesesatan.
- Dalam berdakwah ia bertujuan menarik manfaat dan menghilangkan
kemudharatan.
- Harus sabar dan tabah dalam menghadapi cobaan.
- Harus mengetahui tabi’at kewajiban jamaah.
30
Idris A. Shomad, Diktat Ilmu dakwah, (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi, 2004), hal. 6
22
- Sang juru dakwah harus menggunakan kekuatan apabia cara hikmah, jidal,
dan mauizhah hasanah tidak mempan.31
Dalam berdakwah seorang da’i akan selalu menemukan sebuah ujian dan
tantangan yang pada dasarnya tidak diketahui. Seperti firman-Nya pada surat
Al-Maidah ayat 49:
b. Objek Dakwah (mad’u)
Secara etimologi mad’udari bahasa Arab diambil dari bentuk maf’ul kata yang
menunjukan objek atau sasaran). Menurut terminologi mad’u adalah orang atau
kelompok yang lazim disebut dengan jama’ah yang sedang menuntut ajaran agama
dari seorang da’i.32
Dengan klasifikasi penerimaan dakwah, maka dakwah lebih terarah karena
disampaikan secara serampangan tetapi mengarah kepada propesionalisme. Maka
mad’u sebagai sasaran atau objek dakwah akan dengan mudah menerima pesan-pesan
dakwah yang disampaikan oleh subjek (da’i) saat berdakwah.33
Mad’u terbagi menjadi tiga golongan, antara lain:
1. Golongan cerdik cendikiawan yang cinta kebenaran, dapat berfikir kritis dan
cepat menangkap persoalan.
2. Golongan awam yaitu kebanyakan yang belum dapat berfikir secara kritis dan
mendalam serta belum mendapat pengertian-pengertian yang tinggi.
31
Mustthafa Ar-Rafi’i, Potret Juru Dakwah, (Jakarta: CV. Pustaka Al-Kautsar, 2002), hal. 38-50 32
Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, hal. 262 33
Samsul Munir Amin, Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Islam, (Jakarta: AMZAH, Januari 2008),
hal28-29
23
3. Golongan yang berbeda dengan kedua golongan tersebut, mereka senang
membahas tapi hanya dalam batas tertentu saja dan tidak dapat membahas
secara mendalam.34
Sehubungan dengan kenyataan yang berkembang dalam masyarakat, jika
dilihat dari aspek kehidupan psikologis, maka pelaksanaan program kegiatan
dakwah, sasaran dakwahnya terbagi menjadi:
a. Sasaran yang menyangkut kelompok masyarakat dilihat dari segi sosiologis
berupa masyarakat terasing pedesaan, kota besar dan kecil serta masyarakat
didaerah marginal dari kota besar.
b. Sasaran yang menyangkut golongan masyarakat dilihat dari sudut struktur
kelembagaan berupa masyarakat, pemerintahan dan keluarga.
c. Sasaran yang berupa kelompok dilihat dari segi social cultural berupa
golongan priyayi, abangan dan santri. Klasifikasi terletak dalam masyarakat
jawa.
d. Sasaran yang berhubungan dengan masyarakat dilihat dari segi tingkat usia,
berupa golongan anak-anak, remaja dan orang tua.
e. Sasaran yang berhubungan dengan golongan masyarakat dilihat dari segi
okupasional (profesi atau pekerjaan) berupa golongan petani, pedagang,
seniman, buruh, pegawai negeri (administrator).
f. Sasaran yang berhubungan dengan golongan dilihat dari segi khusus berupa
golongan masyarakat tuna susila, tuna wisma, tuna karya, narapidana.35
34
Munir dan Wahu Illahi, Manejemen Dakwah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup), Edisi Ke-1,
cet-2, h.23 35
Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, h.279-280
24
c. Materi Dakwah
Seorang da’i yang bijaksana adalah orang yang dapat mempelajari realitas dan
kepercayaan mereka serta menempatkan mereka pada tempatnya masing-masing,
kemudian ia mengajak mereka berdasarkan kemampuan akal, pemahaman, tabi’at,
tingkat keilmuan dan status sosial mereka dan seorang da’i yang bijak adalah yang
mengetahui metode yang akan dipakainya.36
Materi (maddah) dakwah adalah masalah isi pesan atau materi yang disampaikan
da’i kepada mad’u, pada dasarnya bersumber dari Al-Qur’an dan hadist sebagai
sumber utama yang meliputi Aqidah, syariah, dan akhlak.37
3. Media Dakwah
Media dakwah adalah peralatan dakwah yang digunakan untuk menyampaikan
atau menyalurkan materi dakwah.38
Di zaman sekarang ini, jenis-jenis media atau
sarana dakwah sangat banyak jumlahnya, antara lain: radio, vidio, rekaman, televisi,
majalah dan internet. Dengan banyaknya media dakwah yang tersedia, seorang dai’i
memilih salah satu atau beberapa media saja yang sesuai dengan tujuan dan kehendak
yang ingin dicapai sehingga apa yang menjadi tujuan dakwah dapat tercapai dengan
efektif. Sarana dakwah pun menjadi pelengkap untuk mempermudah dan memperluas
jangkauan dalam berdakwah.
36
Said Al-Qathani, Menjadi Da’i Sukses, (Jakarta: Qisthi Press, 2005), cet-1, hal. 37
Nurul Badrutaman, Dakwah Kolaboratif Tarmizi Taher, (Jakarta: Grafindo, 2005), hal. 109 38
Wardi Bachtiar, Metode Penelitian Ilmu Dakwah, (Ciputat: Legoso, 1997), h. 34
25
4. Tujuan Dakwah
Pada dasarnya dakwah dimasudkan untuk mewujudkan kesejahteraan dan
kebahagian bagi umat manusia baik dalam kehidupan mereka di dunia maupun di
akhirat kelak.39
Ditinjau dari aspek psikologi tujuan dakwah untuk menumbuhkan
pengertian, kesadaran, penghayatan dan pengalaman ajaran agama yang disampaikan
oleh seorang da’i sehingga ruang lingkup dakwah meliputi masalah pembentukan
mental dan pengembangan motivasi yang bersifat positif dalam segala aspek
kehidupan.
5. Bentuk-Bentuk Dakwah
a. Dakwah bi al-lisan
Dakwah bi al-lisan ini dilakukan dengan menggunakan lisan, antara lain
qaulun ma’rufun,dengan berbicara dalam pergaulan sehari-hari yang disertai
dengan misi agama, yaitu agama islam.
b. Dakwah bi al-hal
Dakwah ini dilakukan melalui berbagai kegiatan yang langsung
menyentuh kepada masyarakat sebagai objek dakwah atau berdakwah melalui
perbuatan, melalui tutur kata, tingkah laku, sampai dengan pada kerja bentuk
nyata seperti mendirikan panti asuhan, fakir miskin, sekolah-sekolah, rumah
ibadah dan lain sebagainya.40
c. Dakwah bi al-Qalam
39
A. Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub: Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Harakah,
(jakarta: Penamadani, 2006), cet-1, h.140 40
Rafi’uddin, dan Maman Abdul Djalil, Prinsip dan Strategi Dakwah, (Bandung: Pustaka Setia,
2001), h.24
26
Dalam konteks ini, tulisan memiliki dua fungsi, pertama, sebagai alat
komunikasi, ide produknya berupa ilmu pengetahuan. Kedua, sebagai alat
komunikasi ekspresi yang produknya berupa karya seni.
6. Hubungan Retorika dengan Dakwah
Hubungan retorika dengan dakwah amatlah erat. Dalam komponen kegiatan
dakwah dan retorika memiliki keterkaitan, terutama hal ini dapat dilihat dari segi media
yang dipergunakan. Apakah media lisan, tulisan, dan sebagainya. Di sini unsur bahasa
memegang peranan yang sangat menentukan.
Hubungan retorika dengan dakwah, T. A. Latief Rosydi dalam bukunya “Dasar-
dasar Retorika, Komunikasi dan Informasi” menyebutkan: “… Kemampuan dalam
kemahiran menggunakan bahasa untuk melahirkan pikiran dan perasaan itulah
sebenarnya hakikat retorika. Kemahiran dan kesenian menggunakan bahasa adalah
masalah pokok dalam menyampaikan dakwah. Karena itu antara dakwah dan retorika
tidak bisa dipisahkan. Di mana ada dakwah di sana ada retorika. Retorika dalam artinya
yang lama (sempit) di dalam bahasa arab Fannul Khitabah.41
Kesuksesan seorang da’i
dalam khutbahnya lebih banyak ditunjang dan ditentukan oleh kemampuan retorika yang
dimiliki oleh da’i tersebut. Jikalau dakwah belum berhasil seperti yang dicita-citakan dan
menurut garis yang telah ditetapkan semula, mungkin karena cara persuasi (retorika)
tidak menjadi perhatian dan tidak terpenuhi oleh para da’i. Berdasarkan uraian di atas
maka jelaslah bahwa retorika dan dakwah amatlah erat hubungannya. Retorika dengan
demikian dapat dikatakan sebagai sarana untuk mencapai tujuan dakwah tersebut.
Dengan kata lain pula, keberhasilan atau kegagalan dakwah itu sangat tergantung pada
retorika karena retorika tidak lain adalah seni pidato.
41
M.H. Israr, hal. 94
27
7. Pengertian Humor
Menurut bahasa, humor memilki arti “kemampuan merasai sesuatu yang lucu atau
menyenangkan, atau keadaan dalam cerita dan sebagainya yang menimbulkan rasa lucu,
kejenakaan, atau keadaan yang menggelikan hati”.42
Dalam ensiklopedi nasional
Indonesia, James Danandjaya menulis bahwa humor akan menimbulkan tawa bagi
pendengarnya apabila memiliki salah satu sifat di bawah ini:
a. Mengandung kejutan atau sesuatu yang tidak terduga.
b. Dapat mengecoh orang.
c. Mengungkapkan kata yang tidak senonoh oleh adat masyarakat seperti yang
berhubungan dengan seks.
d. Menampilkan sesuatu yang aneh dan tidak biasa.
e. Tidak masuk akal dan tidak logis.
f. Mengandung kenakalan untuk mengganggu orang.
g. Mempunyai arti ganda untuk satu kata yang sama.43
Humor upaya untuk membuat orang tertawa, para filusuf mengenal tiga teori
humor: teori superioritas dan degradasi, teori bisosiasi, teori pelepasan inhibisi.
Macam-macam humor.
1. Teori superioritas dan degradasi. Kita tertawa bilsa menyaksikan sesuatu yang
janggal (mengikut plato) atau kekeliruan atau cacat (kata Aristoteles). Objek
yang membuat kita tertawa adalah objek yang ganjil, aneh, menyimpang.
Teori ini tepat untuk menganalisis jenis-jenis humor yang termasuk satire.
Satire adalah humor yang mengungkapkan kejelekan, kekeliruan atau
42
Agus Suyanto, Psikologi Umum, (jakarta Bumi Aksara 2004), hal. 31-32 43
James Danandjaya, “Humor” Ensiklopedi Nasional Indonesia, (Jakarta: PT Adi Cipta Pustaka,
1998), jilid 6, h.198.
28
kelemahan orang, gagasan, atau lembaga untuk memperbaikinya. Satire dapat
bersifat langsung, dengan membongkar hal-hal yang jelek atau membesar-
besarkannya (Exaggeneration); atau tidak langsung, melalui parodi, ironi, dan
burlesque.
2. Teori bisosiasi, teori ini dirumuskan oleh Arthur Koestler, tapi berasal dari
filusuf-filusuf besar seperti Pascal, Kant, Spencer, Schopenhauer. “kita
tertawa”, kata filusuf yang saya sebut terakhir, “bila secara tiba-tiba kita
menyadari ketidaksesuaian antara konsep dengan realitas yang sebenarnya.
Contoh: beberapa orang sipir penjara mendapat kesempatan bermain kartu
dengan seorang napi. Ternyata napi itu mengoceh mereka. Para sipir marah
dan menendang napi itu keluar penjara. Menurut teori ini, humor timbul
karena kita menemukan hal-hal yang tidak diduga, atau kalimat (juga kata)
yang menimbulkan dua macam asosiasi. Yang pertama kita sebut teknik
belokan mendadak (unexpected turns); dan yang kedua, asosiasi ganda (puns).
Juga untuk kedua jenis teknik ini. Contoh: Sekali waktu saya mengambil
program S3 (doktor) di unpad. Saya sangat dekat dengan para profesor dan
pimpinan Fakultas Pascasarjana. Otak saya juga rasanya lumayan. Karena itu,
setelah bekerja keras selama bertahun-tahun, saya mendapat hasil yang
membahagiakan. Saya di-DO.
Kata terakhir ini disebut belokan mendadak.
3. Teori Pelepasan Inhibisi. Ini adalah teori yang paling “teoritis”, sehingga tidak
begitu banyak manfaatnya buat kita. Seperti Anda lihat dari istilah inhibisi,
teori ini diambil dari Sigmund Freud. Kita banyak menekan ke alam bawah
29
sadar kita pengalaman-pengalaman yang tidak enak atau keinginan-keinginan
yang tidak bisa kita wujudkan (yang secara sosial tidak dapat diterima,
menurut istilah psikologi).44
8. Pengertian Pantun
Pantun merupakan salah satu jenis puisi lama yang sangat luas dikenal dalam
bahasa-bahasa Nusantara. Dalam bahasa jawa, misalnya dikenal sebagai parikan dan
dalam bahasa sunda dikenal sebagai paparikan. Lazimnya pantun terdiri atas empat larik
(atau empat baris bila dituliskan), bersajak akhir dengan pola a-b-a-b (tidak boleh a-a-a-a,
a-a-b-b, atau a-b-b-a). Pantun pada mulanya merupakan sastra lisan namun sekarang
dijumpai juga pantun yang tertulis.45
Semua bentuk pantun terdiri atas dua bagian: sampiran dan isi. Sampiran adalah dua baris
pertama, kerap kali berkaitan dengan alam (mencirikan budaya agraris masyarakat
pendukungnya), dan biasanya tidak punya hubungan dengan bagian kedua yang
menyampaikan maksud selain untuk mengantarkan rima/sajak. Dua barus terakhir
merupakan isi, yang merupakan tujuan dari pantun tersebut. Karmina dan talibun
merupakan bentuk kembangan pantun, dalam artian memiliki bagian sampiran dan isi.
Karmina merupakan pantun “versi pendek” (hanya dua baris), sedangkan talibun adalah
“versi panjang” (enam baris atau lebih).46
Macam-macam pantun yang digunakan oleh ustad pantun.
a. Syarat-syarat Pantun
Syarat-syarat pantun diantaranya:
1. Terdiri atas empat baris.
44
Rahmat, Retorika Modern Pendekatan Praktis, hal.128. 45
Inur Hidayati, Kumpulan Pantun, (Jakarta: Transmedia Pustaka, 2010), Cet. Ke-7, h.9 46
Andi Soenaryo, Buku Pintar Pantun dan Puisi, (Jakarta: Kartika, 2008), h. 10
30
2. Tiap-tiap baris terdiri dari 8-10 suku kata.
3. Dua baris pertama disebut “sampiran” dan baris berikutnya disebut “isi” pantun.
4. Pantun mementingkan rima akhir, maksudnya baris bunyi akhir baris pertama (1)
sama dengan bunyi akhir baris ketiga (3) dan bunyi akhir baris kedua (2) sama
dengan bunyi akhir baris keempat (4), Contohnya:
Kalau ada sumur diladang (a)
Boleh kita menumpang mandi (b)
Kalau ada umurku panjang (a)
Boleh kita berjumpa lagi (b)
b. Jenis-Jenis Pantun
Menurut isinya pantun dapat dibedakan:
1. Pantun anak-anak
2. Pantun orang muda
3. Pantun jenaka
4. Pantun teka-teki
Menurut bentuknya pantun dibedakan menjadi:
1. Pantun biasa, contoh:
Kalau ada sumur diladang
Boleh kita menumpang mandi
Kalau ada umurku panjang
Boleh kita berjumpa lagi
2. Pantun berkait
31
Disebut juga pantun berantai, ada pula yang manamakan seloka. Pantun
berkait terdiri atas beberapa bait sambung menyambung. Larik kedua dan
keempat pada tiap baitnya menjadi larik pertama dan ketiga bait bentuknya.47
Contoh:
Bunga melur cempaka putih
Bunga rampai di dalam puan
Tujuh malam semalam rindu
Belum sampai padamu tuan
Bunga rampai di dalam puan
Ruku-ruku dari peringit
Belum sampai padamu tuan
Rindu sahaya bukan sedikit
3. Talibun
Talibun semacam pantun juga, tetapi terdiri atas enam, delapan atau sepuluh
baris. Bila terdiri enam baris, maka yang tiga baris merupakan sampiran dan
yang tiga baris merupakan isi. Contoh:
Bukan hamba takutkan mandi
Mandi di lubuk pariangan
Bukan hamba takutkan mati
Takutkan hamba kan patah-patah
Hamba di dalam bertunangan
4. Pantun kilat (karmina)
4747
Inur Hidayati, Kumpulan Pantun, (Jakarta: Transmedia Pustaka, 2010), cet ke-7, h.22.
32
Ialah pantun yang terdiri hanya dua baris saja, baris pertama merupakan
sampiran dan baris kedua isi. Contoh:
Dahulu parang sekarang besi
Dahulu sayang sekarang benci
9. Pengertian Stand Up Comedy
Stand-up comedy adalah seni melawak tunggal atau komedi tunggal yang
disampaikan di depan penonton secara live. Sang komedian biasanya tampil beberapa
menit. Pelawaknya disebut komika, sedangkan dalam bahasa Inggris disebut comic.
Comic membawakan lawakannya di atas panggung seorang diri, biasanya di depan
pemirsa langsung, dengan cara bermonolog mengenai sesuatu topik. Lawakan mereka
biasanya direkam dan kemudian dijual menjadi melalui DVD, internet, atau televisi. Di
dunia, terutama di Amerika Serikat, stand-up comedy sudah berlangsung sejak lama. Ada
yang menyebutkan sudah ada sejak abad ke-18. Makin berkembang di tahun 1960-an.
Salah satu bintangnya yang cukup kontroversial adalah Lenny Bruce.
a. Format materi Stand Up Comedy.
Lawakan yang dibawakan oleh para pelawak tunggal biasanya mereka buat sendiri.
Materi Stand Up Comedy harus berformat set up & punch atau boleh menggunakan
format lain seperti rule of three.
Set up adalah bagian yang tidak lucu dari sebuah lawakan (bit) yang berfungsi untuk
memancing penonton agar mereka penasaran. Saat mendengarkan set up suatu bit,
penonton memikirkan kisah pertama, yaitu bayangan atau pikiran penonton mengenai set
up suatu bit.
Contoh set up:
33
"Saya tidak homo... "
Punch adalah bagian yang lucu dari sebuah bit. Punch berfungsi untuk menyodorkan
kejutan kepada penonton. Saat mendengarkan punch suatu bit, penonton memikirkan
kisah kedua, yaitu bayangan atau pikiran penonton mengenai punch suatu bit.
Contoh punch:
“tapi pacar saya yang homo...”
Jadi kalo digabung “saya tidak homo, tapi pacar saya yang homo”
Rule of three
Rule of three yaitu format suatu bit yang memberi tiga contoh sesuatu, tetapi
contoh yang ketiga adalah punch.
Contoh rule of three:
•"Setiap kali bertemu perempuan saya selalu ingin memandangi,
memeluk, ... "
Punch-nya:
•" ... lalu menamparnya."48
48 https://id.wikipedia.org/wiki/Pelawak_tunggal
34
BAB III
A. Biografi Ustadz K.H Taufiqurrahman S.Q
1. Riwayat Hidup Ustadz K.H Taufiqurrahman SQ
K.H Taufiqurrahman adalah sosok pribadi yang kental dengan jiwa sosial dan
agamis. Ustad K.H Taufiqurrahman lahir di Jakarta pada 04 Juni 1980. Ustad K.H
Taufiqurrahman dijuluki dengan panggilan Ustad pantun, sebab dalam menyampaikan
dakwahnya beliau sangat pandai dalam berpantun. Julukan tersebut bukan beliau yang
mengikrarkan namun para mad’u yang memberikan julukan tersebut. Pada saat berliau
berdakwah dan sering menyelipkan pantun-pantun di dalam dakwahnya dan mulailah
bermunculan para ibu-ibu sebagai mad’u beliau memberi julukan “ustad pantun” dan hal
itu hingga sekarang menjadi ciri khas beliau dalam berdakwah.
Beliau sejak usia belia sudah sangat dekat dengan kegiatan berdakwah, hal ini
bisa dilihat dari pendidikan informalnya dimana beliau sudah menuntut ilmu agama
dipesantren As-Saghofaf pimpinan Al-Habib Abdurrahman As-Segaf sejak SD. Lalu
melanjutkan bersekolah di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1, Jakarta, dengan tetap mondok
pada pesantren Darul Islam pimpinan KH-Amir Hamzah, Jakarta. Hingga beliau makin
memantapkan diri dengan menempuh pendidikan di Perguruan Tinggi Ilmu Alqur’an
Jakarta dengan gelar sarjana hukum islam, beliau pun untuk melancarakan kegiatan
dakwahnya menyelesaikan pendalaman bahasa Arab di LIPIA Jakarta.1
1 Ustadzpantun.blogspot.com
35
2. Aktivitas Ustadz K.H Tafiqurrahman SQ
Ustad K.H Taufiqurrahman SQ sering sekali mendapat panggilan untuk
berceramah, salah satunya yang saya hadiri adalah dalam acara penutupan pengajian ibu-
ibu menjelang ramadhan di Kp. Rampak sinang gading serpong.
Aktivitas yang pernah beliau jabat:
1. Tahun 1998 Ketua Muharik AL-lughoh Arab di pesantren Syamsul’ulum.
2. Tahun 2000 Ketua Umum Ikatan Dai Muda (IDAM), Sukabumi.
3. Tahun 2000 - Sekarang, Pemimpin Yayasan Santunan Yatim Piatu dan Fakir Miskin
(SYAFAR). Kegiatan Yayasan ini selain memberikan santunan juga mengadakan
pembinaan kepada anak yatim berupa pendidikan dan pengkajian Al-Qur’an dan kitab–
kitab kuning, sebagai tambahan juga diajarkan tentang marawis.
4. Tahun 2002 - Sekarang, Ketua Ubudiyyah di Musholla Al-Hidayah di bilangan Jakarta
Selatan yang secara rutin melakukan pengkajian Tafsir Al-Jalalain dan Fathuk Mu’ain
dan juga melakukan kajian dengan kitab rujukan Mukhtarul Al-hadis An-Nabawiyyah.
5. Tahun 2006 - Sekarang, Pembimbing Jama’ah Haji Khusus PACTO, beralamat Di Hotel
Park View, Kemang, Jakarta Selatan. Melakukan kegiatan mulai dari Manasik Haji dan
Umroh serta pengarahan jamaah selama di Tanah Suci, serta memberikan tausiyah dan
memimpin pembacaan doa Arafah.
Dengan kesibukannya yang padat di aktivitas dakwahnya, beliau merupakan salah satu
da’i yang sering menjadi narasumber di pelbagai stasiun TV. Di bawah ini beberapa
kegiatan dakwahnya Ustad K.H Taufiqurrahman SQ mengisi acara di program TV:
- Komentator pada acara PILDACIL di Lativi dan ANTV
- Dorce Show di Trans TV
36
- Tutur Hikmah di TV 7
- Kalam di ANTV
- Pengisi acara Ceria Ramadhan di SCTV bersama Ustad Ahmad Habasyi (2007)
- Komentator tetap pada acara Seleb Kena Batunya di Lativi (2007)
- Komentator pada acara Ramadhannya Farhan di ANTV (2007)
- Narasumber pada acara Titian Qolbu di TV ONE (2008)
- Narasumber pada acara Curhat Bareng Ustadz di ANTV (2008)
- Narasumber pada acara Menuju Kemenangan di GLOBAL TV (2008)
- Pengisi acara dan narasumber pada acara Sahur Cagur di GLOBAL TV (2008)
- Kabar Sahur di TV One
- Kabar Pagi di TV One
- Kilau 17 di ANTV
- Gerakan Ibu Hebat di ANTV
- Cahaya Hati di ANTV
- Pengisi acara open mic, dan battle of comic pada acara Stand up comedi di metro tv.2
3. Contoh-contoh pantun Ustad K.H Taufiqurrahman S.Q
No.
1 Di hari minggu pergi ke prabumulih
Lihat sekolah dindingnya merah
Siapa yang ragu dalam memilih
Hendaknya ia shalat istikharah
2. Buah markisa tumbuh di tanah
Buahnya ada di rumah Farhan
Sungguh manusia tidak ada yang sempurna
Karena kesempurnaan hanya milik Tuhan
3. Es batu dimasukan gelas 4. Pergi haji ke kota Mekah
2 Ustadzpantun.blogspot.com
37
Rasanya nikmat kalau ditambah gula
Segala sesuatu kalau dikerjakan dengan ikhlas
Pasti menghasilkan pahala
Sampai disana harus banyak tafakur
Kalau hidup mau tambah barakah
Harus jadi hamba yang pandai bersyukur
5.
Dari cikini langsung ke Qatar
Jalan-jalan lihat Gua Jatijajar
Ingat hidup hanya sebentar
Jangan pernah bosan untuk belajar
6. Membangun rumah, rumah panggung
Kalau hujan jadi tidak kebanjiran
Belajar agama jangan tanggung-tanggung
Supaya tidak salah menafsirkan Al-Qur’an
7. Makan kurma duduk di taman
Makan roti rasanya tawar
Syarat pertama harus seiman
Itulah harga yang tidak bisa ditawar
8 Jalan-jalan ke Klari
Pakai sepatu jangan sesaat
Saya mau punya isteri
Tapi yang patuh dan taat
9. Dari Pondok Indah ke Empang Tiga
Di Empang Tiga melihat orang cukur
Terasa sangat indah berumahtangga
Ketika semuanya pada akur
10. Lihat ikan teri, lihat burung perkutut
Ke Sukabumi naik kereta
Karena istri yang banyak nuntut
Akhirnya suami gelap mata
11. Pergi haji ke kota Mekah
Sampai disana lihat maqam Ibrahim
Kalau hidup mau barakah
Ayo jalin silaturahi
12. Pergi ke Bogor membeli talas
Di pinggir jalan sudah diikatkan
Mau menegur rasanya malas
Karena omongannya selalu menyakitkan
13. Pergi melayat ke jalan pedati
Memakai batik juga berdasi
14. Beli baju ke pasar Tanah Abang
Dari Malaysia mendapat surat
38
Bagaimana rakyat tidak sakit hati
Baru dilantik sudah pada korupsi
Zaman sudah maju harus berimbang
Baik ilmu dunia maupun akhirat3
Dilihat dari contoh –contoh pantun yang digunakan oleh Ustadz K.H
Taufiqurrahman S.Q pada dakwahnya dapat disimpulkan bahwa jenis pantun menurut
isinya ialah pantun orang muda yang berisi pesan dakwah, sedangkan jika dilihat dari
bentuknya beliau sering menggunakan pantun biasa dan pantun berkait. Namun ada pula
pantun kilat yang serig digunakan oleh beliau dalam dakwahnya.
3 Ust. Taufiqurrahman S.Q, Pantau Pantun Tausiyah, (Ciputat: Haqiena Media, 2014) cet-2
39
BAB IV
ANALISIS RETORIKA DALAM PELAKSANAAN DAKWAH USTADZ K.H
TAUFIQURRAHMAN S.Q
A. Konsep Retorika menurut Ustadz K.H Taufiqurrahman S.Q
Retorika adalah seni berbicara kepada khalayak umum. Seni berbicara merupakan
suatu rasa atau warna yang melengkapi setiap kata yang keluar dalam berkomunikasi,
sehingga setiap tutur kata yang keluar dari lisan indah didengar.
Menurut Ustadz K.H Taufiqurrahman S.Q beretorika dalam berdakwah menjadi
hal yang wajib sebab dengan beretorika kita dapat mencapai hasil yang maksimal dalam
berdakwah. Retorika pada dasarnya selalu digunakan dalam setiap dakwah dengan lisan,
tidak ada dakwah dengan lisan tanpa menggunakan retorika. Oleh karena itu, menjadi
sesuatu yang penting untuk dimiliki setiap da’i.1
Seperti dalam surat An-Nahl: 125
“Serulah manusia kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah, dan pelajaran yang baik dan
bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih
mengetahui tantang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang dapat petunjuk.”
1 Wawancara pribadi dengan ustad K.H Taufiqurrahman S, pada tanggal 01 Juni 2015 pukul 13.00 di
restoran Bandar Jakarta BDS tanggerang.
40
Dalam ilmu retorika seorang komunikator disaat berbicara harus melakukan
pesiapan-persiapan seperti, penguasaan materi, pemilihan topik, dan penyampaian pesan
dengan bahasa yang baik, karena itu semua akan menjadi syarat dalam mencapai
keberhasilan dalam berakwah, sebab persiapan adalah setengah dari keberhasilan. Dalam
retorika seorang da’i idealnya dituntut mempunyai kepandaian dalam berbicara. Retorika
menyesuaikan dengan tujuan yang akan dicapai, maka buku-buku pegangan mengenai
retorika juga hanya mencakup sebagian saja dari aspek retorika yang ada. Tiap jaman
memilih dan menentukan aspek yang dianggap pantas. Dengan kata lain, tiap zaman
manusia bebas menciptakan seni bicara baru yang dianggapnya paling sesuai untuk
digunakan dalam berdakwah.
Fungsi retorika menurut Ustadz K.H Taufiqurrahman S.Q ialah agar dalam
menyampaikan dakwah para mad’u dapat tetap menerima isi pesan dakwah sesuai
dengan apa yang disampaikan. Tanpa adanya retorika maka dakwah akan sangat terasa
monoton. Maka, dengan retorika dakwah dapat dikemas sedemikian rupa agar menarik
perhatian mad’u dan sesuai kebutuhan mad’u tentang dakwah itu sendiri.2
Jadi, retorika merupakan hal yang wajib ada dalam berdakwah. Konsep retorika
menurut ustadz K.H Taufiqurrahman S.Q sudah dapat dikatakan sesuai dengan teori yang
ada, dengan segala kreatifitas dan keunikannya dalam berdakwah. Dan menjadi cermin
untuk para da’i-da’i muda untuk terus mengembangkan diri agar dapat menyesuakan
kebutuhan para mad’u di jaman sekarang ini.
2 Wawancara pribadi dengan ustad K.H Taufiqurrahman S.Q, pada tanggal 01 Juni 2015 pukul 13.00
di restoran Bandar Jakarta BDS tanggerang.
41
B. Konsep Dakwah menurut Ustadz K.H Taufiqurrahman S.Q
Dakwah adalah ajakan, seruan kepada umat muslim dalam mengajak untuk
kebaikan, pada hakikatnya dakwah islam merupakan untuk mengaktualisasikan nilai
iman dalam suatu kegiatan yang dilakukan. Nila-nilai iman itu adalah berfikir, bersikap
dan bertingkah laku, jika nilai-nilai tersebut sudah digunakan maka suatu sistem kegiatan
manusia di masyarakat akan teratur.
Dakwah menurut Ustadz K.H Taufiqurrahman S.Q Bagaimana kita mengajak
umat kepada paham perintah agama Allah. Dan memiliki tujuan mengajak pada kebaikan
mencegah kemungkaran.3 Da’i-da’i tidak terlepas mengacu pada metode yang ditawarkan
oleh Al-Qur’an bil-hikmah wal mauidzhotil hasanah wal mujaddalah. Begitupun beliau
mengacu pada metode tersebut. Beliau tetap memegang teguh kata-kata “Sampaikanlah
walau satu ayat”.
Berdakwah wajib hukumnya bagi setiap muslim maka jangan pernah menyerah
untuk selalu menyeruhkan perintah Allah SWT, dan jangan pernah memikirkan hasilnya
terlebih dahulu yang penting semangat berdakwah selalu ada dalam diri setiap manusia.
Seperti pantunnya untuk selalu berdakwah “Makan tape anget anget, biar cape tetep
semangat”. Ustadz K.H Taufiqurrahman S.Q akan terus berdakwah sebab berdasarkan
dengan dalil Al-Qur’an:
3 Wawancara pribadi dengan ustad K.H Taufiqurrahman S.Q, pada tanggal 01 Juni 2015 pukul 13.00
di restoran Bandar Jakarta BDS tanggerang.
42
Surah Fussilat: 30, 31, 32.
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: Ya Tuhan kami perlihatkan
kepada kami dua jenis orang yang telah menyesatkan kami (yaitu) sebagian dari jin dan
manusia agar kami letakkan keduanya di bawah telapak kaki –orang yang hina. 30. kami
supaya kedua jenis itu menjadi orang Kami-lah pelindung-pelingdungmu dalam
kehidupan di dunia dan di akhirat; dan di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu
inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta. 31. Sebagai
hidangan (bagimu) dati Tuhan Yang Maha Pengampunan lagi Maha Penyayang.
Ustadz K.H Taufiqurrahman S.Q menyatakan bahwa perkembangan dakwah
sebenarnya sudah sangat pesat, terlebih didukung dengan media-media komunikasi yang
semakin terbuka untuk menyiarkan agaman islam. Ini pun dapat dilihat dari pelopor da’i
berjiwa muda yaitu Alm Ustadz Jefri Al-Bukhari yang memanfaatkan media komunikasi
televisi sebagai alat dakwahnya. Tidak bisa dipungkiri tanpa mengurangi rasa hormat
bahwasannya para penda’i-penda’i yang sudah sepuh harus melakukan pembaharuan agar
dakwahnya tidak monoton, dan muncullah para penda’i penda’i muda yang kreatif yang
bisa menyesuaikan kebutuhan para mad’u akan dakwah. Hal ini yang menjadi bukti
43
bahwa perkembangan dakwah saat ini sudah sangat pesat.4 Menggali dan menggali
kreatifitas dalam berdakwah dapat menjadi senjata untuk mencapai hasil dakwah yang
baik, sebab berdakwah menjadi hal terpenting bagi setiap manusia dan untuk masalah
hasil dari dakwah tersebut kita kembalikan kepada Allah SWT, hal ini mengacu pada
surat Al-Qassos 56:
“sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu
kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah
lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk”.
Dakwah yang berhasil menurut Ustadz K.H Taufiqurrahman S.Q ialah dimana
para mad’u dapat melakukan apa-apa yang disampakan oleh penda’i. Dapat dicontohkan:
setelah beliau ceramah tentang shalat lima waktu, ada seorang ibu-ibu yang mengatakan
bahwa anaknya setalah mendengar ceramah ustad tentang shalat lima waktu dia jadi lebih
rajin melakukan shalat. Ditarik kesimpulan bahwa dakwah yang dilakukan oleh beliau
berhasil.5
C. Penerapan Retorika Dakwah Ustadz K.H Taufiqurrahman S.Q
Ustadz K.H Taufiqurrahman S.Q mengatakan bahwa sebelum berdakwah para
penda’i harus mendasari niat awal mereka karena Allah, agar semangat untuk terus
berdakwah akan selalu ada dalam setiap diri para da’i.
4 Wawancara pribadi dengan ustad K.H Taufiqurrahman S.Q, pada tanggal 01 Juni 2015 pukul 13.00
di restoran Bandar Jakarta BDS tanggerang. 5 Wawancara pribadi dengan ustad K.H Taufiqurrahman S.Q, pada tanggal 01 Juni 2015 pukul 13.00
di restoran Bandar Jakarta BDS tanggerang.
44
Retorika dengan dakwah saling berhubungan karena dakwah adalah mengajak
dan menyeru kepada kebaikan maka retorika menjadi alat untuk bagaimana dakwah itu
menjadi lebih enak dan nyaman diterima dan dipahami oleh mad’u. Di kutip dari bahasa
beliau dalam pantunnya bahwa retorika dalam dakwah itu, “ada gunting kesiram air anget
penting banget”.
Sejak 14 abad tahun yang lalu, baginda Rasulullah SAW memesankan,
Kallimunnas Bikodri Ukulihim: “sampaikanlah kepada audien sesuai dengan kadar
kemampuan ukuran akal mereka miliki”. Dalam berdakwah seorang da’i dituntut agar
memahami betul apa yang diinginkan mad’u agar dakwah yang disampaikan benar-benar
sampai kepada masyarakat sehingga dapat merubah pikiran orang lain kedalam perbuatan
yang lebih baik sesuai dengan ajaran Islam, Oleh karena itu, sebagai seorang da’i harus
mengetahui dan menyesuaikan diri kepada kondisi dan situasi mad’u dalam berdakwah.
Penerapan retorika dakwah sangat penting demi menujang keberhasilan dalam
berdakwah. Penerapan retorika dakwah harus tepat pada tujuan dan sasaran mengingat
beragam tingkat kesadaran dan kemampuan daya nalar masyarakat. Untuk memudahkan
peneliti dalam menjelaskan jawaban terhadap penerapan retorika dakwah yang beliau
gunakan, maka peneliti membagi dalam beberapa langkah, diantaranya”
1. Persiapan sebelum berdakwah
Persiapan sebelum berdakwah pada hakikatnya itu harus dilakukan oleh
seorang da’i untuk memperoleh hasil maksimal dalam penyampaian isi pesan
dakwah. Ada dua persiapan yang harus dilakukan oleh Ustadz K.H
Taufiqurrahman S.Q sebelum melakukan dakwahnya, mengecek sound system
menjadi hal yang sangat penting, karena menurut beliau pengeras suara yang baik
45
adalah kunci agar semua mad’u dapat mendengarkan dakwahnya. Selain itu
mengetahui siapa saja yang wajib untuk disebutkan pada saat muqaddimah atau
pembukaan adalah salah satu cara agar da’i dapat menunjukan rasa hormatnya
kepada orang-orang penting di sekitar tempat beliau berdakwah. Dan menurut
beliau sebenarnya hal yang paling penting dari yang terpenting untuk seorang da’i
ialah harus terus belajar atau mengulang kembali apa-apa yang pernah dia pelajari
dan sampaikan kepada mad’unya, sebab pada hakikatnya seorang da’i juga
tergolong kepada manusia biasa, dimana manusia pasti tempat salah dan dosa,
oleh karena itu niat untuk belajar dan terus belajar harus selalu ditanamkan di
dalam diri para da’i.
Persiapan yang dilakukan oleh Ustadz K.H Taufiqurrahman S.Q sebelum
berdakwah jika dilihat dari dakwahnya, sudah sesuai dengan teori, atau lima
hukum retorika yang ada dengan melakukan, menemukan bahan (Inventio), beliau
menggali topik dan meneliti khalayak yang akan hadir mendengarkan ceramah
nya, kemudian menetukan metode yang tepat, dengan dilihat dari observasi yang
peneliti lakukan pada ceramah beliau di acara Syiar Syair Ramadhan Di RCTI,
beliau menyampaikan ceramah berjudul “sucikan hati perbaiki budi”. Yang
bertepatan dengan moment ramadhan dan para hadirin adalah mayoritas anak
muda, dengan bahasa kekinian yang mudah dimengerti oleh mad’u.
2. Pemilihan Bahasa
Dalam berdakwah seseorang harus dapat memilih bahasa yang tepat
untuk digunakan dalam berdakwah sesuai kemampuan pendengar. Orang dapat
kehilangan wibawa dan pengaruh dalam waktu beberapa menit saja, karena
46
ketidakterampilan dan ketidaktepatan serta ketidakbecusannya dalam
membawakan suatu pidato atau pembicaraan. Suatu masalah, soal, ide atau
pikiran, baru akan berarti dan menjadi penting kalau bisa dibeberkan dengan gaya
bahasa yang baik.
Dalam berdakwah Ustadz K.H Taufiqurahman S.Q terbiasa menggunakan
bahasa betawi, namun lebih banyak kepada logat betawi yang kental, namun tidak
menutup kemungkinan beliau menggunakan bahasa-bahasa daerah lain, seperti
sunda, maupun bahasa Jawa walaupun hanya sedikit. “Pantau” pantun tausiyah
menjadi bahasa yang sering digunakan oleh Ustadz K.H Taufiqurrahman S.Q
dalam berceramah. Beliau pun menggunakan gaya bahasa yang baik dimana gaya
bahasa yang baik harus mengandung tiga unsur berikut, yaitu, kejujuran, sopan-
santun dan menarik.6 Karena bahasa adalah momentum sebuah kata yang dapat
membuat orang lain paham dan mengerti. Seorang da’i harus pandai memilih
kata-kata dan mengemasnya dengan bahasa yang tepat agar jamaah mudah
menerimanya. Menurut beliau bahasa pantunya sudah sangat pas untuk digunakan
dalam berdakwah sebab merujuk pada bahasa pantunya, “pake kaen katun pergi
jalan-jalan warnanya putih enak dilihat, saya bikin pantun bukan asal-asalan
sarat mengandung arti juga nasihat”.7
6 Goryn Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2009), h.113
7 Wawancara pribadi dengan ustad K.H Taufiqurrahman S.Q, pada tanggal 01 Juni 2015 pukul 13.00
di restoran Bandar Jakarta BDS tanggerang.
47
Tentang hal penggunaan bahasa ini Al-Qur’an menjelaskan dalam surat
Ibrahim ayat 4:
“Kami tidak mengutus seorang Rasulpun, melainkan dengan bahasa kaumnya. Supaya ia
dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka. Maka Allah menyesatkan siapa
yang dia kehendaki. Dan dialah Tuhan yang maha kuasa lagi maha bijaksana.”
3. Penyusunan dan penguasaan materi
Menurut Ustadz K.H Taufiqurrahman S.Q dakwah ialah ajakan atau
seruan kepada manusia agar berbuat apa-apa yang diperintahkan oleh Allah SWT
dan menjauhi segala larangan-Nya. Mengenai penyampaian sebuah materi yang
akan disampaikan pada saat berdakwah haruslah sesuai kondisi dan situasi yang
ada dilokasi ceramah dan kebutuhan masyarakat sekitar.8 Berikut ini sebagai
contoh dari beberapa penerapan dan tahapan penyusunan dan penguasaan dakwah
yang beliau gunakan dalam dakwahnya.
Muqoddimah beliau seperti:
Assalamualaikum warahmatullahiwabarrokatu, bissmillahi
walhamdullilah wassolatuwassalamu ala rosulillah sayyidina
wamawlana muhammadini abdillah wala hawla walakuwwata ilabillah.
8 Wawancara pribadi dengan ustad K.H Taufiqurrahman S.Q, pada tanggal 01 Juni 2015 pukul 13.00
di restoran Bandar Jakarta BDS tanggerang.
48
Pemirsa TV one damai indonesia ku dimana pun anda berada, lebih-lebih
jamaah yang ada dimajlis ilmu ini, buah markisa dari pondok aren
rambutan nyonya dari bari matraman, buat pemirsa yang sudah pada
keren mudah-mudahan hatinya selalu beriman.
Bedasarkan observasi penulis dalam pengamatan, di saat
berdakwah hampir setiap memulai dakwahnya beliau menggunakan
mukodimmah seperti contoh di atas. Dengan memulai bermunajat kepada
Allah SWT dan Rasulullah SAW, dengan bahasa yang mudah dipahami
supaya apa yang disampaikan di dalam dakwahnya dapat diterima dengan
baik dan dapat diamalkan oleh para jamaah. Selain itu pantun-pantun
pujian taklupa disampaikannya.
Setelah Ustadz K.H Taufiqurrahman S.Q membukanya, kemudian
beliau menyampaikan materi dakwahnya kepada para jamaah untuk
menjadi sebuah renungan, dan ketika beliau menyampaikan tentang
sucikan hati perbaikin budi.
Dalam surat Al-Bayinnah Ayat 5 Allah memperingatkan kita
Sucikan hati perbaiki budi, ada tiga modal dalam sucikan hati,
pertama ilmu, setiap orang yang beramal tanpa ilmu maka amalnya
takkan diterima oleh Allah SWT. Contoh 3 orang shalat ketiganya bahlul,
49
pada saat ketiga orang tadi shalat magrib, lagi rakaat terakhir tiba-tiba
tikut jatoh dati loteng, imam reflek atta hiyat tikus jatoh ma’mum negor
dari belakang bang kalo shalat ga boleh ngomong, disebelahnya ngucap
lagi Alhamdulillah saya ga batal, orang saya ga ngomong, semuanya jadi
tidak sah shalatnya. Pada saat kita shalat niaatnya bukan karena Allah
namun karena pacar, sebab pacarnya rambut terurai bagai sutra, mata
bulat laksana mata bella safira, hidung mancung bak putri diana, bibir
tipis manis pecah buah delima, leher panjang bak leher angsa, dada
melebar laksana antena para bola, pinggul seksi bak biola, kakinya mekar
laksana kaki-kaki maradona. Shalatnya jadi bukan karena Allah, tapi
karena embel-embel dunia, yang kedua iman, makna dari iman
membenarkan dalam hati membuktikan secara perbuatan mengucapkan
secara lisan. Seperti contoh, mic yang ustad pakai ada aliran listriknya
tapi ga bisa diliat aliran listriknya, namun ada bukti bahwa ini mic ada
aliran listriknya, kalo dicabut alirannya dari pusat terus mati nih mic, nah
inilah iman memang tak terlihat namun dapat dirasa, yang ketiga ikhlas
untuk mensucikan hati perbaiki budi, contoh ada Ahmad dan Boy
keduanya santri, Ahmad panen singkong melihat singkongnya besar-besar
teringatlah akan wajah gurunya,dengan niat karena Allah SWT, ayam
pitik dimakan tikus dibawa keloteng diambil plastik dia bungkus dia
tenteng, ditengah perjalanan kerumah gurunya si Ahmad ketemu si boy,
bertanya si Boy,”mat mau kemana mat?” “mau memberikan ini singkong
kepada guru” dijawab si Ahmad. Karena niat si Ahmad karena Allah SWT
50
si Ahmad pulang bawa kambing, ketemu lagi sama si Boy, “mat dari
mana tuh kambing” “dari guru saya”. Si Boy langsung beli buah bagus-
bagus berharap dapet kebo, tapi karena si Boy niatnya bukan karena
Allah si Boy balik bawa singkong dari si Ahmad.
Ceramah di atas tersebut adalah contoh dari sekian banyak
ceramah beliau yang saya lihat dari dokumentasi vidio nya di internet
tentang mensucikan hati perbaiki budi. Dimana beliau sampaikan ceramah
tersebut dengan penuh penghayatan agar jamaah yang mengikuti ceramah
beliau dapat mengerti dan tertanam apa yang di sampaikan oleh beliau.
Materi dakwah yang beliau sampaikan tentang ada tiga hal yang
dapat mensucikan hati perbaiki budi yaitu ilmu, iman dan ikhlas. Jika tiga
hal tadi sudah ada dalam diri manusia semoga hati semakin suci dan budi
akan semaki baik. Maka dari itu, sesuai apa yang beliau sampaikan pada
isi dakwahnya perkuat tiga hal tadi, ilmu, iman dan ikhlas.
Dalam hal penyusunan materi, beliau selalu mempersiapkan dan
mencari judul ceramah yang sesuai dengan peristiwa yang aktual atau
kejadian yang menjadi perhatian khalayak untuk dihubungkan dengan
peristiwa yang sedang diperingati kemudian, mempersiapkan secara garis
besar bahasan yang akan dibahas. Selanjutnya beliau memilah kata-kata
yang sesaui utuk disampaikan dan pantun-pantun apa saja yang akan
masuk dalam pembahasan agar tidak terjadi kejenuhan serta cerita-cerita
humor apa saja yang akan beliau gunakan.
51
4. Humor
Kehidupan manusia tidak akan terlepas dari humor, karena manusia
memiliki “Sense Of Humor”. Terkadang da’i memakai humor untuk menarik
perhatian jamaah. Seorang da’i yang baik akan menyisipkan pesan-pesan
dakwahnya melali humor, karena rasa humor juga dapat digunakan untuk
menjadikan masalah serius menjadi santai.
Ustadz K.H Taufiqurrahman S.Q memiliki pandangan tersendiri mengenai
Humor dalam berdakwah. Humor dalam berdakwah bukanlah dalam artian
tertawa terbahak-bahak pada saat mendengarkan dakwah namun dimana para
mad’u tetap dapat menerima isi pesan dakwah dengan cara terhibur oleh humor
tersebut tapi tidak melupakan isi pesan dakwahnya. Melihat kondisi mayoritas
masyarakat indonesia yang sangat sibuk dalam menjalani kehidupan sehari-hari,
kepenatan, mobilitas, serta hiruk pikuknya, Ustadz K.H Taufiqurrahman S.Q
mendapatkan ide kreatif dalam hal menyampaikan dakwahnya yang sarat dengan
humor yaitu melalui “pantau” pantun tausiyah. Karena kadar kemampuan para
mad’u dalam menyerap dakwah di jaman seperti sekarang ini kurang, maka
dakwah harus disampaikan dengan hal-hal unik, dengan “pantau” pantun tausiyah
para mad’u tetap dapat menerima isi pesan dakwah dengan baik namun tetap
dapat terhibur.
Berkaitan dengan humor dalam berdakwah ustadz K.H Taufiqurrahman
S.Q melihat adanya kesempatan untuk berdakwah diranah yang lebih dapat
diterima oleh semua kalangan, stand up comedy contohnya menjadi tempat yang
dapat dimanfaatkan ustadz K.H Taufiqurrahman dalam menyampaikan
52
dakwahnya, sama seperti pantau tadi, berdakwah di dalam stand up comedi dilihat
bisa lebih memberikan efek yang baik kepada mad’u, memberikan ajakan untuk
berbuat kebaikan namun tetap bisa terhibur dengan adanya lawakan-lawakan
cerdas ala stand up comedy. Satu hal yang ditekankan oleh Ustadz K.H
Taufiqurrahman S.Q dalam berdakwah dalam jenis apapun khususnya berdakwah
melalui stand up comedi bahwasannya konsep dasar para da’i tetap berdakwah
dan menyelipkan lelucon, bukan melawak yang diselipkan pesan-pesan dakwah.
Jadi tetap mereka harus menyebut diri mereka para da’i yang berdakwah melalui
stand up comedi bukan pelawak yang berusaha berdakwah.
Contoh dakwah beliau pada ranah Stand Up Comedi
Assalamualaikum, ada nyonya makan bakwan subhanallah hostnya
menawan tapi insyAllah jadi do’a. Beli bakwan nya dari matraman bukan
hanya menawan hatinya selalu beriman, mengayun sampan ke pilifina
anak bayi pakai gurita, pemirsanya boleh dimana-mana asalkan hati kita
tetap saling cinta, tapi cinta yang melalui jalur yang benar, cinta-
cintaannya lewat facebook, lewat twitter, twitter itu bukan yang buat
kedinginan yak? Oo itu switer yak, kadang-kadang ada bahasa i love you
full udah kelepekan, bales kalo perlu, abang saya ga mau naek onta kalo
ga sampai kekota mekah, saya ga mau abang bicara cinta kalo ga berani
buat menikah. Ya Allah bukan lebay lho, mudah-mudahan jadi do’a,
karena kalo sudah demikian adanya pasangan yang saleh dan shalehah,
jamaah disini yang akhwatnya mudah-mudahan jadi do’a, lalu kelak Allah
jadikan istri untuk suaminya istri yang cantik, istri yang selalu membuat
53
suami yang tambah simpatik, kalo keluar maupun di luar matanya ga suka
lirik-lirik, ibadahnya kepada Allah bener-bener fanatik, yang fardhu yang
sunah dijaga secara apik, bergaul dengan suami orang tua tetangga ga
punya jiwa munafik, otomatis cinta dan sayang suami makin bertambah
setiap detik, otomatis telponnya makin bertambah setiap detik, karena
terasa makin asik, keliatan tambah cantik, kebetulan duduk make baju
batik, sambil makan keripik eh yang tausiyah namanya ustad taufiq.
Karena kalo seorang suami punya seorang istri subhanallah ibadahnya
fanatik, betul-betul hatinya juga ga munafik, sekalipun diluar yang godain
udah kaya angin yang namanya tuh topan haiyan di Philipin emm baca
koran ga sih? Hemm kepooo... ada angin cakep tuh namanya topan
yolanda, kalo misalkan demikian adanya tapi kalo yang namanya istrinya
demikian adanya walaupun yang godain diluar banyak dia akan berkata
apa ngucapnya, cinta barang antik di korsi goyang punya opah punya
omah, jujur perempuan cantik di luar banyak yang tak sayang tapi cinta
papah hanya buat mamah. Terima kasih, Wassalamualaikum.
Dan contoh berikutnya:
Assalamualaikum warahmatullahiwabarakatu, kecikarang makan opak
jawab salamnya kurang kompak, emang kalo dihadapan orang-orang
yang cantik yang keren dihati jadi ngucap ini, buah manggis dibawa-
bawa, anak pitung makan ketubar, jamaah disini manis selalu tertawa,
membuat hati jadi berdebar-debar, buat pemirsa juga yang dirumah, tetap
yang ke kranji liat daon keladi, tetap kita mengkaji di stand up comedi,
54
Rasul tukan punya sifat shidiq tau artinya sifat shidiq, mau tau aja apa
mau tau banget? Jujur yah jujur mudah-mudahan juga yang disini juga
pemirsa yang dirumah, yang laki nya Allah jadikan pemimpin yang hati
yang jujur, dirumah tangga selalu pandai mengatur, juga bisa diatur,
cinta, resep ama anak istri ga suka ngelantur, sehingga banyak model
sekarang pada salah tempat tidur, kenapa mereka begitu, karena lupa
dengan alam kubur, Allah jadikan pemimpin kita pemimpin yang pandai
bertafakur, kalo do’a sama Allah do’a nya manjur, alias mambrur,
kebetulan namanya subur, eh yang laki-laki tau ga? Harepan kaum istri
yang belom bersuami kan berucap begitu, abang saya ga mau ke
sukabumi kalo jalannya ga lewat tajur, saya mau punya suami tapi suami
yang hatinya jujur, Ya Allah do’a kan juga buat pendampingnya yang
akhwatnya juga pemirsa yang dirumah, yang menyaksikan acara kita ini
subhanallah,
kelak Allah jadikan istri untuk suaminya istri yang cantik, istri yang selalu
membuat suami yang tambah simpatik, kalo keluar mapun di luar matanya
ga suka lirik-lirik, ibadahnya kepada Allah bener-bener fanatik, yang
fardlu yang sunah dijaga secara apik, bergaul dengan suami orang tua
tetangga ga punya jiwa munafik, otomatis cinta dan sayang suami makin
bertambah setiap detik, otomatis telponnya makin bertambah setiap detik,
karena terasa makin asik, keliatan tambah cantik, kebetulan duduk make
baju batik, sambil makan keripik eh yang ceramah namanya ustad taufiq,
kalo misalkan demikian adanya tapi kalo yang namanya istrinya demikian
55
adanya walaupun yang godain diluar banyak dia akan berkata apa
ngucapnya, cinta barang antik di korsi goyang punya opah punya omah,
jujur perempuan cantik di luar banyak yang tak sayang tapi cinta papah
hanya buat mamah. Rasul mengajarkan yang paling banyak penghuni
neraka laki-laki apa perempuan, tau jawabnya kenapa perempuan?
Karena banyak perempuan yang ngelawan ama suami, makanya nitip
pesen suami cuma minta satu, neng gua mau makan ikan teri tapi ikan teri
yang rasanya awet, gua mau punya istri tapi yang kga cerewet. Surganya
perempuan kata Rasulullah adalah patuh bakti ama suami, InsyaAllah
kalo suami tau hak dan kewajibannya dan ini memang ajaran Rasulullah
itu istri ngucap dimana pun berada sekalipun godaan ada, ia ngucap
kelapa tuan ada setangkai, saya bawa dari pasar slipi, ilmu apa sih pa
yang papah pakai siang malam kok saya kebawa mimpi, jadi sifat Rasul
jujur shidiq yah, kemudian amanat, apa lagi tuh tabligh, kemudian
fatonah, shidiq artinya jujur, amanah artinya dapat dipercaya, kadang-
kadang orang sekarang mohon maaf, untuk mencari kejujuran sulit,
sampai-sampai yang mengagetkan besok di akhirat malaikat masih di ajak
nego, malaikat, begitu mau masuk surga Allah Karim, pintu surga
engselnya copot, ternyata begitu copot, eh ternyata ada 3 utusan, 1 dari
jepang, 1 amerika, 1 indonesia yang terakhir, ditanya yang jepang eh
kamu jepang kira-kira nih memperbaiki engsel yang copot berapaan? Ohh
kalo menurut saya ini kita perlu dana 5 juta, 5 juta bagaimana
perinciannya? 2 juta setengah buat pemerikasaan, terus 2 juta setengah
56
buat ongkos tukangnya, oh segitu bagus, 5 juta, mundur jepang maju
amerika, kamu amerika berapa saya butuh dana 8 juta pak, 8 juta? Yak
pak, perinciannya gimana? 2 3 juta buat ongkos yang mengerjakan 2 juta
setengah buat pemerikasaan kemudian 2 juta setengah buat beli bahan,
lengkap jadi 8 juta, terakhir indonesia, belom maju itu malaikat udah
diajak bebisik, ia,,, sini,, kenapa kata malaikat? Kalo kamu berapa kalo
kamu? Gampang, saya butuh 15 juta, wihh paling besar kan, perinciannya
gimana? Gampang, 5 juta kasih orang jepang yang ngerjain, 10 juta lagi?
5 juta buat lu malaikat, 5 jutanya lagi? Buat guaaaaa.. makanya kita
prihatin, bahasanya naek taksi makan srikaya mpo mariam ke jati negara,
yang korupsi mah makin kaya, yang maling ayam malah di penjara,
mudah-mudahan bisa bermanfaat, sifat rasul shidiq, amanah, tabligh,
fatanah, dan mudah-mudahan dengan ilmu terasa mudah, dengan seni
akan terasa indah, dengan pengajian hidup kita makin terarah, tanpa ilmu
sukar, tanpa seni hambar, tanpa pengajian agama hidup kita makin
kesasar, regenerasi yang ada di sini pemirsa yang ada dimana pun berada
mudah-mudahan selalu mengedepankan kualitas yang baik jangan hanya
mengandalkan kebiasaan yang buruk kumis melintang dada berbulu, tidur
celentang kentut melulu, Assalamualaikum warrahmatullahiwabarakatuh.
57
Mengenai pembagian retorika P Dori Wuru Hendrikus (2009) membagi kedalam 3
macam, yaitu:
a. Monologika
Gaya retorika Monologika adalah ilmu tentang seni berbicara secara
monolog, dimana hanya seseorang yang berbicara. Bentuk-bentuk yang
tergolong dalam monologika adalah: pidato, kata sambutan, kuliah, makalah,
ceramah dan deklamasi
b. Dialogika
Dialogika adalah ilmu tentang seni berbicara secara dialog, dimana dua
orang atau lebih berbicara atau mengambil bagian dalam satu proses
pembicaraan. Bentuk dialogika yang penting adalah diskusi, tanya jawab,
perundingan, percakapan dan debat.
c. Pembinaan Teknik Bicara
Efektifitas dialogika dan monologika tergantung juga pada teknik bicara.
Teknik bicara merupakan syarat bagi retorika. Oleh karena itu pembinaan
teknik bicara merupakan bagian yang penting dalam retorika. Dalam bagian
ini perhatian lebih diarahkan pada pembinaan teknik bernafas, teknik
mengucap, bina suara, teknik membaca dan bercerita.9
Dari ketiga pengertian diatas retorika yang digunakan Ustad K.H
Taufiqurrahman S.Q adalah monologika dimana dilihat dari gaya retorika
kepada jamaah dapat lebih dipahami dan apa yang disampaikan lebih dapat
menyerap pesan dakwahnya. Karena pembicara hanya satu orang maka
9 Hendrikus, Retorika: terampil berpidato, berdiskusi, berargumentasi,bernegosiasi, h. 16-17.
58
jamaah juga akan lebih terfokus padanya. Apapun gaya atau jenisnya retorika
adalah sebuah seni berbicara. Semakin mahir dalam mengemas kata-kata atau
istilah yang digunakan pengaturan penekanan suara pada setiap kata yang
disampaikan tentu semakin baik. Begitulah penerapan retorika beliau dalam
penyampaian dakwahnya. Sebagaimana konsep retorika dan dakwah beliau
selalu mengutamakan bagaimana kondisi mad’u.
59
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan skripsi ini terdiri dari tiga bagian yang merujuk pada
permasalahan dan tujuan penelitian.
1. Konsep retorika menurut Ustad K.H Taufiqurrahman S.Q yaitu seni berbicara di depan
umum, dimana da’i harus bisa menyesuaikan bahasa yang dia gunakan sesuai
kemampuan para mad’u untuk menerima dakwah yang ia sampaikan. Retorika berguna
juga untuk mencapai hasil maksimal dalam berdakwah agar dakwah yang disampaikan
tidak monoton dan jenuh. Retorika dakwah sangat penting dimiliki oleh para da’i sebab
dengan retorika yang digunakan dapat mengukur kemampuan da’i dalam menguasai
materi dakwahnya. Retorika Ustad K.H Taufiqurrahman S.Q termasuk kedalam bagian
retorika Monologika yaitu retorika yang dilakukan secara monolog.
2. Konsep dakwah menurut Ustad K.H Taufiqurrahman S.Q adalah ajakan, atau seruan
kepada umat islam dalam mengajak kebaikan. Setiap manusia memiliki kewajiban untuk
selalu berdakwah kepada setiap umat manusia lainnya walau satu ayat. Dakwah bertujuan
untuk mengajak manusia agar menjalankan setiap apa yang diperintahkan oleh Allah
SWT dan menjauhi segala apa yang dilarang Nya. Metode dakwah yang digunakan
adalah metode bil lisan dan bil hal, yaitu beliau bukan berdakwah dengan lisan saja tetapi
mempraktekkanya di dunia nyata seperti menyantuni anak yatim.
3. Penerapan retorika dakwah Ustad K.H Taufiqurrahman S.Q di sekitarnya seperti pada
umumnya para da’i-da’i lain menyampaikan dakwahnya dengan salam dan muqaddimah
terlebih dahulu, lalu memulainya dengan ayat dan hadist yang berkaitan dengan tema
dakwahnya, keunikan beliau pada saat berdakwah ialah berliau selalu menggunakan
60
bahasa-bahasa yang mudah dipahami dan selalu menyampaikan kata-kata bijaknya
dengan pantun, maka dari itu beliau menyebut dakwahnya dengan “pantau” pantun
tausiyah, hal ini pula yang menjadikan beliau mendapat julukan ustad pantun. Beliau pun
sebelum berdakwah selalu menyesuaikan situasi dan kondisi mad’u, mengingat
klasifikasi mad’u dan daya tangkapnya berbeda-beda. Penerapan retorika beliau dalam
berdakwah terbilang cukup efektif, dari segi prakteknya beliau cukup memahami retorika
dakwah yang baik, selain penguasaan materi yang baik, pengetahuan materi serta
pengalaman beliau dalam berdakwah. Dakwah yang beliau sampaikan bersifat nasihat-
nasihat, informasi, dan entertainment. Dalam berdakwah pun beliau menggunakann
humor yaitu dengan rangkaian kata kata pantunnya yang bisa membuat para mad’u
tertawa agar suasana yang ada terbawa lebih santai.
B. Pesan dan Saran
Ada beberapa saran yang peneliti ajukan dalam pengembangan retorika dakwah
yang beliau gunakan. Semoga pesan dan saran ini dapat bermanfaat.
1. Ustad Pantun panggilan sehari-hari beliau. Janganlah berhenti dalam menyampaikan
dakwah. Karena dakwah adalah tugas yang sangat mulia yang bisa disampaikan untuk
menyadari umat islam dalam berbuat kebaikan sesuai perintahNya, dan menjauhi
segala laranganNya.
2. Selalu konsisten dan tetap istiqomah dalam menjalankan dakwah islam, dengan selalu
melakukan perbaikan secara terus-menerus, menjadi contoh untuk semua da’i-da’i
muda agar dapat terus menggali potensi mereka.
3. Kepada da’i hendaklah penyampaian dakwah memakai retorika yang tepat agar
peyampaian isi pesan dakwah tersebut bisa dipahami oleh mad’u.
61
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qathani, Said. Menjadi Da’i Sukses. Jakarta: Qisthi Press, 2005.
Amin, Samsul Munir. Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Islam. Jakarta: AMZAH. 2008.
Ar-Rafi’i, Musthafa. Potret Juru Dakwah. Jakarta: CV. Pustaka Al-Kautsar, 2002.
Bachtiar, Wardi. Metode Penelitian Ilmu Dakwah. Ciputat: Legoso. 1997.
Badrutaman, Nurul. Dakwah Kolaboratif Tarmizi Taher. Jakarta: Grafindo, 2005.
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Djalil, Maman Abdul dan Rafi’uddin. Prinsip dan Strategi Dakwah. Bandung: Pustaka Setia.
2001.
Danandjaya, James. “Humor” Ensiklopedi Nasional Indonesia. Jakarta: PT Adi Cipta
Pustaka. 1998.
Effendi, Onong Uchjana. Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi. Bandung: Citra Aditya Bakti
2003.
Hendrikus, P. Dori Wuwur. Retorika: terampil berpidato, berdiskusi,
berargumentasi,bernegosiasi. Jakarta: CV Firdaus, 1993.
Hidayati, Inur. Kumpulan Pantun. Jakarta: Transmedia Pustaka, 2010.
Horriyah. Membaca isi pikiran orang dari Bahasa Tubuhnya. Jogjakarta: Laksana, 2012
Illahi, Wahyu dan Munir. Manejemen Dakwah. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.
Penamadani, 2006.
Ismail, Ilyas. Paradigma Dakwah Sayyid Quthub: Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Harakah.
Jakarta: 1999.
Israr, M. H. Retorika dan Dakwah Islam Modern. Jakarta: CV. Firdaus, 1993
Keraf, Gorys. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Umum, 2007
62
Lubis, H. Busrah. Metodelogi dan Retorika Dakwah: petunjuk praktis Khutbah dan Pidato.
Jakarta: PT. Tursina. 1998.
Mastuhu. Tradisi Baru Penelitian Agama Islam: Tinjauan Antar Disiplin
Ilmu. Bandung: Pusjarlit dan Nuansa, 1998.
Moeloeng, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. RemajA Rosyda Karya, 1993
Najamuddin. Metode dakwah Menurut Al-qur’an. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani. 2008
Oka, I Gusti Ngurah. Retorika Sebuah Tinjauan Sejarah Pengantar. Bandung: Terate, 1976.
Rahim, Amirudin. Retorika Hirarki. Surakarta: Era Edicitra Intermedia, 2010.
Rahmat, Jalaludin. Retorika Modern: Pendekatan Praktis. Bandung: PT. Remaja rosdakarya,
1999.
Rukmana, H. Naan. Masjid dan Dakwah Jakarta: Al-mawardi Prima. 2002.
Saputra, Wahidin .Retorika Dakwah Lisan (Teknik Khitabah) (Buku Ajar Fakultas Dakwah
dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2006.
Sobagyo, Joko. Metode Dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Rhineka Cipta, 1991
Soenaryo, Andi. Buku Pintar Pantun dan Puisi. Jakarta: Kartika. 2008.
Suhandang, Kustadi. Retorika: Strategi, Teknik, dan Berpidato. Bandung: Nuansa. 2009.
Sukanda, Made. Pembinaan Kritik Sastra Indonesia Masalah Sistematika Analisis Struktur
Fiksi. Bandung:
Shihab, Alwi. Islam Inklusif Menuju Sikap Terbuka dalam Beragama. Bandung: Mizan.
1993.
Shomad, Idris A. Diktat Ilmu dakwah. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi. 2004.
Suyanto, Agus. Psikologi Umum. Jakarta: Bumi Aksara. 2004.
63
Yani, Ahmad. Bekal menjadi Khatib dan Mubaligh, Jakarta: Al-Qalam. 2005.
Tasmara, Toto. Komunikasi Dakwah. Jakarta: Gaya Media Pratama.Angkasa. 1987
Ust. Taufiqurrahman S.Q, Pantau Pantun Tausiyah. Ciputat: Haqiena Media. 2014.
Yanuarita, Andi. Langkah Cerdas Mempersiapkan Pidato dan Mc. Yogyakarta: Teranova
Books, 2012.
64
HASIL WAWANCARA DENGAN USTAD K.H TAUFIQURRAHMAN S.Q
Hari/Tanggal: 01 Juni 2015 pukul 13.00
Tempat: di restoran Bandar Jakarta BDS tanggerang.
1. Seberapa penting retorika dalam berdakwah?
Yah berbicara retorika apakan penting atau tidak, merujuk kepada bahasa Al-Qur’an,
surat An-Nahl ayat 125, makanya Allah yang langsung memesankan “ud’u
illasabilirobbika bil hikmah, wal mauizah tilhasanah” di situ ”fill amar” yang
merupakan kata kerja perintah untuk penyampai sampaikan lah oleh kamu sekalian
kepada jalan menuju kepahaman agama Allah dengan dua cara “bil hikmah wal mauizah
tilhasanah” dengan trek-trek hikmah yang mungkin masing-masing orang Allah berikan
talenta tapi tetep juga dengan nasehat yang baik. Kalo ditanya apakah urgent retorika
merujuk pada firman Allah ini bahasa pantun saya ada gunting kesiram aer anget penting
banget.
2. Padangan ustad tentang dakwah?
Dakwah terbentuk dari kata isim masdar Da’a, yad’u, da’watan ajakan, secara etimologi.
Nah secara terminologi, yang dimaksud dakwah disini bagaimana kita mengajak umat
kepada paham perintah agama Allah yang bahasa Qur’annya “ta’muruna bil ma’ruf
watan hauna anil mungkar” mengajak kepada kebaikan mencegah kepada kemungkaran,
baginda Rasul juga diperintahkan oleh Allah untuk mengajak yang mungkin bahasa
ringgannya “Balligu anni walau ayah” sampaikanlah oleh kamu sekalian walaupun satu
ayat. Apakah dakwah itu menurut ustad itu jelas ajakan bagi yang mengajak jangan
pesimis karena untuk panggilah dakwah itu number one, akan tetapi hasilnya silahkan
mau nomer 117 gapapa. Maksudnya dalam qur’an suran Al Qassas ayat 56 dalam urusan
65
dakwah Allah telah mengajarkan tuh innakalahtadiliman abdahta wala kinnallaha yahdi
mayasa, ya muhammad sesungguhnya yang berhak memberikan hidayah dari dakwah
yang engkau sampaikan bukan kamu tapi adalah aku kata Allah tugas kamu ngajak dan
nanti Allah yang menggerakan hatinya untuk menerima oh iya ini baik. Jadi jangan
pernah pesimis putus asa itu lah yang disebut dakwah.
3. Bagaimana pandangan ustad terhadap perkembangan dakwah di Indonesia?
perkembangan dakwah di Indonesia kalo saya lihat untuk belakangan sekarang ini makin
banyak dan makin maju bahkan banyak menggali potensi-potensi talenta yang ada
dimiliki setiap mubaligh, terasa terbuka itu hijabnya setelah munculnya Alm ustad Jefri
Al Bukhari. Kita lihat fenomena yang lalu mungkin antara 10-15-20 tahun yang lalu itu
yang namanya dakwah di televisi itu hanya mereka-mereka yang sudah sepuh di atas 60
tahun dengan gaya retorika bukan menafikkan bukan menyepelekan juga bukan
mengucilkan mereka orang-orang berkualitas tapi yah secara sudut pandang diterima oleh
audiens agak monoton. Nah akhirnya mereka jenuh buat duduk dipengajian alergi duduk
lama-lama di pengajian, kenapa? Bukan salah, mungkin retorikanya penyampaiannya,
nah disini lah apa namanya perkembangan dakwah makin belakangan ini makin muncul
lagi, mungkin nanti setelah saya akan muncul lagi mubaligh-mubaligh baru. Yah dilihat
sekarang ada mubalih yang dari suaranya atau yang make nama-nama ala pendekar jaka
tarub, jaka umbara, jaka suara, yah jaka-jaka yang lainnya, nah termasuk ustad pun ga
pernah menamai diri tapi orang yang menjuluki dengan ustad pantun.
4. Apa yang mendasari ustad untuk terus berdakwah:
Yang mendasari ustad untuk berdakwah, karena Allah SWT berfirman dalam surat 41
ayat 30, 31, bahkan 32, bahkan sampai 33, di sini janji Allah adalah aku menjadi
66
bekingan kamu, kenapa karena tugas mulia, dalam agama dalam surat Al-Ahqob, ayat
30, 31, 32, 33, ta’muruna bil ma’ruf, mengajak kepada kebaikan jadi bekerja-bekerja jadi
pegawai-pegawai Allah, yang kalo sudah begitu kita ikhlas istiqomah janji Allah di ayat
31nya tadi, akulah bekingan kamu baik didunia maupun di akhirat, itulah yang menjadi
motivasi buat diri saya pribadi dan juga buat para temen-temen mubaligh yang lainnya ga
kenal lelah, ga letih, insyaAllah makan tape anget-anget biar cape tetep semangat.
5. Dakwah seperti apa yang disebut berhasil?
Terasa hati bunga bahagia, apakah dikatakan berhasil ustad belum berani mengatakan ia,
tapi secara bunganya, hasilnya, contoh: diluar dakwah yang disampaikan secara langsung
yah, yah ustad berdakwah juga ada yang lewat cd, syiar syair bersama istri itu kurang
lebih ada lima lagu, yang diantara lima lagu itu di album pertama ada tentang bab
renungan suci atau panggilan illahi terutama shalat lima waktu, nah terasa bunga
mungkin dikatakan berhasil boleh, salah satu habis pengajian seorang ibu yang datang ke
ustad, sempat menyampaikan stad, anak saya tadinya untuk panggilan Allah lima waktu
sangat malas tapi ustad, di mobil tempat yang selalu saya pakai wara-wiri dalam aktifitas
di situ ada cd ustad, yang suka diperdengarkan saya dan juga anak saya, ternyata
perubahannya sangat signifikan 360 derajat boleh dikatakan, karena kenapa ibunya cerita
bahkan untuk sekarang anak saya mengingatkan “Umi udah shalat belum?” itu saya
berfikir seperti demikian ya Allah saya sujud syukur stad, padahal tadinya saya shalatnya
bukan main, cerewet buat ngingetinnya, saya tanya, kenapa sekarang kok berubah? Apa
jawab ibunya, karena telah mendengar cd syiar syair kebetulan lewat ustad
taufiqurrahman dan istri saya, jadi luar biasa itu baru sekedar lagu religinya dibarengi
dengan ancaman mereka meninggalkan shalat, tetep intinya bukan karena ustad
67
taufiqurrahman tapi karena hidayah Allah, Allah ketuk hati hambanya melalui denger
lagu syiar syair ustad taufiqurrahman. Karena ada perubahan pada mad’unya.
6. Apa pesan ustad untuk para da’i-da’i muda agar mereka dapat menggali kreatifitas?
Untuk para da’i-da’i muda agar mad’u nya betul-betul dapat makin tertarik mendengar
dakwahnya, terus digali, dalam bahasa qur’an surat Ali-Imran ayat 170 mudah-mudahan
tidak salah, ya Tuhan kami tidak ada yang engkau ciptakan dimuka bumi ini sia-sia.
Kalau dalam Kitab Qiraturasidah, ketika seekor singa terperangkap dalam jaring,
kemudian dia tidak bisa menolong dirinya, dia minta tolong unsuruni-unsuruni tolong
aku- tolong aku, datang lah seekor tikus dengan giginya menggigit jala itu, maka berkata
singa aku tak menyangka hewan se kecil kamu bisa melakukan hal yang aku tak mampu,
jangan kamu anggap hina yang kecil karena setiap sesuatu Allah berikan talenta,
kelebihan, manusia memiliki Akal, gali akal kita. Yang punya suara bagus gali lewat
lagu, yang penting tidak keluar dari koridor dakwah, ya ustad Allah kasih kelebihan lewat
Pantau Pantun tausiyah, ustad gali lagi sehingga kemarin sudah habis 10000 lebih buku
pantau, pantun tausiyah, cd syiar syair sudah habis sampai 3000 lebih, yang dijaga supaya
jangan nyeleneh, jangan jadi dagelan isinya, kita perbaiki terus yang kalo make bahasa
pantun ustad, pake kaen katun pergi jalan-jalan warnanya putih enak dilihat, saya bikin
pantun bukan asal-asalan sarat mengandung arti juga nasihat.
7. Kan ustad sempat beberapa kali berdakwah di dalam stand up comedy, nahh apa sih
Pandangan Ustad tentang Stand Up Comedy?
sejak empat belas abad tahun yang lalu baginda Rasul memesankan dalam retorika
dakwah “kallimunnasbiqodriukulihim” sampaikanlah atau berbicaralah kedapa audiens
atau kepada yang diajak bicara “biqodriukulihim” dengan kadar kemampuan ukuran akal
68
mereka menerimanya. Nah disini untuk mayoritas masyarakat indonesia yang umumnya
atau notabene mereka hampir tiap hari mempunyai aktifitas yang sangat mobile, yang
sudah lelah dalam mencari nafkah dari pagi hingga siang sore bahkan malam tentunya
mereka sudah sangat lelah nah ketika kita dituntut sebagai penyampai atau da’i
bagaimana muatan yang akan kita sampaikan tidak terlupakan tapi tetap mereka
mendengarkannya tidak boring, tidak suntuk, tidak galau singkat kata nyaman tentram.
Itulah retorika yang akhirnya dengan izin Allah, Allah kasih kemudahan lewat ustad
dikasih kemudahan retorikanya lewat cara pantau, “pantun tausiyah”.
69
Nama: M Saepudin Rahmat
Jabatan: Assisten Ustadz K.H Taufiqurrahman S.Q
1. Sudah berapa lama abang mengikuti dakwah ustadz K.H Taufiqurrahman S.Q?
Jawab: Sekitar 5 tahun.
2. Bagaimana dakwah K.H taufiqurrahman S.Q menurut anda?
Jawab: dakwah beliau mengajak kesemua orang untuk melakukan hal-hal yang
dikatakan mengikuti ajaran Allah SWT, dan sunnahnya Rasul, begitu sih sebenernya.
3. Apakah retorika yang digunakan beliau pada saat berdakwah sudah baik?
Jawab: Menurut saya sih sudang baik, baik sudah bener-bener baik, yang mungkin seperti
yang diajarkan oleh rasul.
4. Apakah Anda menyukai cara penyampaian dakwah beliau, kenapa?
Jawab: Kalo untuk menyukai saya sangat menyukai yah, beliau itu mempunyai keunikan
tersendiri, dengan cara pantun itu, menurut saya yang pantun itu cuman beliau doang.
5. Apakah kelebihan dan kekurangan beliau pada saat berdakwah?
Jawab: kelebihannya eehhhh, kelebihan beliau di segi pantunnya, kalo kurangnya
mungkin diwaktu ceramah, tergantung posisi panitianya juga,
6. Apakah menurut anda dakwah yang beliau sampaikan sudah efektif?
Jawab: yah menurut saya sudah sangat efektif, karena semua ajarangnya saya sudah tau
gthu.
7. Bagaimana pendapat anda tentang dakwah beliau pada Stand Up Comedy?
70
Jawab: dakwah sama Stand up comedy yah ehh mungkin caranya ehh intinya tetap
menyampaikan dakwah pada intinya menyampaikan dakwah yah baik baik saja seorang
ustad itu stand up yah baik baik aja, intinya sama-sama menyampaikan ilmu untuk
diberikan kepahaman kepada umat muslim yah itu dia, dan menjadi kelebihan sendiri
buat beliau.
8. Apakah anda mengerti apa yang disampaikan oleh beliau?
Jawab: sangat mengerti, apa-apa yang beliau inginkan juga sangat mengerti.
71
Nama: Alfira Sukma Mawami
Jabatan: Jamaah
Tanggal: 10 September 2015
9. Bagaimana dakwah K.H taufiqurrahman S.Q menurut anda?
Dakwah yang sangat menarik, unik atas penyampaiannya, pembaawaan yang santai.
Sehingga dapat memudahkan pendengar menyimak juga memahami maksud dari
penyampaiannya.
10. Apakah retorika yang digunakan beliau pada saat berdakwah sudah baik?
Sudah
11. Apakah Anda menyukai cara penyampaian dakwah beliau, kenapa?
Iya, karena cara penyampaiannya sangat berbeda dengan cara penyampaiannya ceramah
dari penceramah yang lain, memiliki seni tersendiri.
12. Apakah kelebihan dan kekurangan beliau pada saat berdakwah?
Kelebihan: mengerti cara membawa suasana dalam berceramah, dapat membawa
pendengar untuk mempermudah mengkaji ilmu agama, pembawaan yang santai,
mempunyai seni tersendiri, dapat memadukan antara seni dengan dakwah.
Kekurangan: kurangnya pendalaman materi yang disampaikan.
13. Apakah menurut anda dakwah yang beliau sampaikan sudah efektif?
Sudah
14. Bagaimana pendapat anda tentang dakwah beliau pada Stand Up Comedy?
Baik, cukup dapat dengan mudah di mengerti, cukup baik untuk dapat memadukan unsur
seni comedy dengan ceramah, bagus karena ceramah-ceramah yang biasanya di
sampaikan oleh penceramah lebih bersifat monoton hanya terpaku pada tema. Dengan
72
cara beliau menyampaikan ceramah menggunakan Stand Up Comedy dapat
menghilangkan ceramah yang bersifat monoton.
15. Apakah anda mengerti apa yang disampaikan oleh beliau?
Mengerti
73
Nama: Fajar Syahrullah
Jabatan: jamaah
Tanggal: 10 September 2015
1. Bagaimana dakwah K.H taufiqurrahman S.Q menurut anda?
Dakwah yang dibawakan penuh dengan humor, tapi sarat akan ilmu, ustad Taufiq
berhasil mengusai suasana, sehingga apa yang hendak disampaikan dapar dengan mudah
diterima. Beliau dapat merangkul semua kalangan di dalam menyampaikan dakwahnya.
2. Apakah retorika yang digunakan beliau pada saat berdakwah sudah baik?
Sudah
3. Apakah Anda menyukai cara penyampaian dakwah beliau, kenapa?
Ya tentu, karena tidak membosankan. Ilmu yang diberikan juga dapat diterima.
4. Apakah kelebihan dan kekurangan beliau pada saat berdakwah?
Kelebihan: apa yang disampaikan dapat dengan mudah diterima, penggunaan analogi di
setiap penguraian masalah, contoh yang real dan konkret, mengikuti perkembangan
jaman.
Kekurangan: materi yang dibahas terlalu umum dan kurang mendalam.
5. Apakah menurut anda dakwah yang beliau sampaikan sudah efektif?
Sudah
6. Bagaimana pendapat anda tentang dakwah beliau pada Stand Up Comedy?
Beliau berhasil menyelipkan humor yang pas pada sertiap menyampaikan ilmu yang
sedang diberikan
7. Apakah anda mengerti apa yang disampaikan oleh beliau?
Sangat mengerti
74
Nama: M Razif Sidik
Jabatan: Jamaah
Tanggal: 10 September 2015
1. Bagaimana dakwah K.H taufiqurrahman S.Q menurut anda?
Bagus dan menarik
2. Apakah retorika yang digunakan beliau pada saat berdakwah sudah baik?
Sudah, karena beliau sangat menghibur dan tidak membuat orang melihatnya jenuh
3. Apakah Anda menyukai cara penyampaian dakwah beliau, kenapa?
Iya, karena sangat mudah untuk dicerna
4. Apakah kelebihan dan kekurangan beliau pada saat berdakwah?
Kelebihan: mampu membuat penonton terpaku akan dakwahnya
Kekurangan: terlalu banyak mengulang kata dan terlalu terbuka
5. Apakah menurut anda dakwah yang beliau sampaikan sudah efektif?
Sudah, tapi agak sedikit kurang
6. Bagaimana pendapat anda tentang dakwah beliau pada Stand Up Comedy?
Menurut saya ini hal yang sangat unik, dan pertama kalinya saya menyaksikan dakwah
dengan cara seperti ini
7. Apakah anda mengerti apa yang disampaikan oleh beliau?
Jelas saya mengerti, karena beliau menyampaikannya dengan jelas dan tidak terbata-bata.
75
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Ustadz K.H Taufiqurrahman S.Q sedang berceramah
76
Foto bersama Ustadz K.H Taufiqurrahman S.Q
Ceramah Ustadz K.H Taufiqurrahman S.Q pada Stand Up Comedy Metro Tv
77
Ceramah Ustadz K.H Taufiqurrahman S.Q pada acara syiar syair Ramadhan RCTI
78
Foto bersama M Saepudin Rahmat sebagai Asistent Ustadz K.H Taufiqurrahman S.Q
79