review jurnal

13
Judul : Penentuan Koefisien Difusi Gas SF6 pada Tanah Sawah dengan Metode Spektroskopi Fotoakustik Laser CO2 Penulis : Ali Joko Wasono & Iyon Titok Sugiarto Tahun : 2010 Volume : 27 Halaman :8-14 Abstrak Penelitian ini dilakukan untuk menentukan koefisien difusi gas SF6 pada tanah sawah dengan metode spektroskopi fotoakustik laser CO2. Metode yang dilakukan saat penelitian adalah menentukan nilai koefisien difusi gas SF6 pada saat terjadi penurunan konsentrasi gas SF6 yang dipancarkan dalam tanah sawah. Radiasi laser CO2 dengan koefisien serapan α = (577 ± 8) cm -1 atm -1 digunakan sebagai gas pelacak. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai koefisien difusi (D) gas SF6 pada tanah sawah adalah (1,2 ± 0,4) x 10 -3 cm 2 /s untuk tebal tanah 0,8 cm; (3,3 ± 1,5) x 10 -3 cm 2 /s untuk tebal tanah 0,9 cm; (2,7 ± 1,1) x 10 -3 cm 2 /s untuk tebal tanah 1,1 cm; dan (6,3 ± 2,6) x 10 -3 cm 2 /s untuk tebal tanah 1,3 cm. Hasil ini menunjukkan bahwa metode spektroskopi fotoakustik laser CO 2 dapat digunakan untuk mendeteksi konsentrasi gas SF6 yang berdifusi pada tanah sawah. Pendahuluan Bermacam-macam gas telah diselidiki dengan menggunakan metode spektroskopi fotoakustik, diantaranya polusi udara, gas

Upload: sheila-septriyanti-rangkuti

Post on 05-Dec-2015

217 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Review Jurnal

TRANSCRIPT

Page 1: Review Jurnal

Judul : Penentuan Koefisien Difusi Gas SF6 pada Tanah Sawah dengan Metode

Spektroskopi Fotoakustik Laser CO2

Penulis : Ali Joko Wasono & Iyon Titok Sugiarto

Tahun : 2010

Volume : 27

Halaman : 8-14

Abstrak

Penelitian ini dilakukan untuk menentukan koefisien difusi gas SF6 pada tanah

sawah dengan metode spektroskopi fotoakustik laser CO2. Metode yang dilakukan saat

penelitian adalah menentukan nilai koefisien difusi gas SF6 pada saat terjadi penurunan

konsentrasi gas SF6 yang dipancarkan dalam tanah sawah. Radiasi laser CO2 dengan

koefisien serapan α = (577 ± 8) cm-1 atm-1 digunakan sebagai gas pelacak. Dari hasil

perhitungan diperoleh nilai koefisien difusi (D) gas SF6 pada tanah sawah adalah (1,2 ± 0,4)

x 10-3 cm2/s untuk tebal tanah 0,8 cm; (3,3 ± 1,5) x 10-3 cm2/s untuk tebal tanah 0,9 cm; (2,7 ±

1,1) x 10-3 cm2/s untuk tebal tanah 1,1 cm; dan (6,3 ± 2,6) x 10 -3 cm2/s untuk tebal tanah 1,3

cm. Hasil ini menunjukkan bahwa metode spektroskopi fotoakustik laser CO2 dapat

digunakan untuk mendeteksi konsentrasi gas SF6 yang berdifusi pada tanah sawah.

Pendahuluan

Bermacam-macam gas telah diselidiki dengan menggunakan metode spektroskopi

fotoakustik, diantaranya polusi udara, gas metana, amonia, dan gas etilen hasil keluaran

berbagai macam buah-buahan seperti apel, mangga, pisang, dan salak. Deteksi fotoakustik

didasarkan pada efek fotoakustik, yaitu timbulnya gelombang akustik bila dikenai radiasi

yang dimodulasi pada frekuensi audio. Satu diantaranya adalah gas SF6 (Sulfur

Heksafluorida). Pengetahuan tentang transpor gas dalam tanah penting artinya untuk

mengetahui seberapa cepat respirasi yang terjadi dari akar ke tanaman. Laser yang digunakan

berkonfigurasi ekstrakavitas dengan sistem gas mengalir.

Alat dan Bahan

Bahan yang diteliti adalah tanah sawah (paddy soil) yang diambil dari daerah

Sentolo, Kulon Progo. Gas pelacak (Sulfur heksaafluorida, SF6) diperoleh dari PT. PLN

(Persero) jl. Parangtritis km.5, Yogyakarta.

Page 2: Review Jurnal

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah spektrometer fotoakustik laser

CO2 yang komponen utamanya meliputi : Laser CO2 flowing system (sistem mengalir), sel

fotoakustik, modulator (Chopper) SR 540; Encoder Mike Controller ORIEL 18011; penguat

Lock-in SR 530;. recorder Kipp & Zonen BD41; meter daya OPHIR AN/2; CO2 Spectrum

analyzer / penganalisis spektrum laser CO2.

Metodologi

Sampel tanah sawah dengan tebal antara 0,8 – 1,3 cm ditempatkan ke dalam

kuvet berbentuk silinder dengan diameter 2,4 cm dan tinggi 11 cm yang dilengkapi dengan

dua saluran pada penutupnya, yaitu satu untuk udara masuk dan satu lagi untuk saluran gas ke

sel FA. Di bagian bawah kuvet diberi penyaring untuk mencegah agar tanah tidak jatuh ke

bawah dan memberi ruang agar gas pelacak SF6 dapat mengalir ke bagian atas kuvet yang

digunakan. Gas SF6 dengan konsentrasi 200 ppm disuntikkan ke dalam kuvet. Kemudian

udara tekan dengan laju aliran 1 liter/jam dialirkan ke dalam kuvet (bagian atas) untuk

mendorong gas SF6 yang telah diemisikan dari dalam tanah menuju ke sel FA untuk

dideteksi laju keluaran SF6-nya.

Hasil dan Pembahasan

Hasil deteksi gas SF6 dalam tanah sawah dengan variasi ketebalan antara 0,8-1,3

cm yang telah dimuati gas SF6 dengan konsentrasi 200 ppm di dalam kuvet, menunjukkan

pola emisi gas SF6 naik kemudian menurun secara eksponensial menuju kesetimbangan.

Nilai koefisien difusi gas SF6 yang besar menunjukkan laju difusi yang cepat, karena

koefisien difusi gas sebanding dengan laju difusi dan berbanding terbalik dengan luas

permukaan bahan. Sedangkan koefisien difusi berbanding terbalik dengan koefisien

resistansi. Nilai koefisien resistansi yang tinggi menunjukkan respirasi yang lambat.

Penentuan nilai koefisien difusi gas SF6 pada tanah sawah dihitung pada saat terjadinya

penurunan konsentrasi gas yang diemisikan.

Kelebihan dan Kekurangan Jurnal

Kelebihan jurnal ini adalah alat dan bahan yang digunakan tidak sulit untuk

menemukan nya, dan menjelaskan secara detail yaitu dengan menggunakan gambar

mengenai metodologi penelitian yang dilakukan.

Page 3: Review Jurnal

Kekurangan jurnal ini adalah penulis tidak menjelaskan pengertian dari huruf-

huruf yang digunakan sebagai symbol perhitungan. Membutuhkan pemahaman yang lebih

untuk mengetahui apa maksud atau isi dari jurnal tersebut

Judul : Proses Percepatan Difusi Inovasi Produk Susu Sterilisasi Nonthermal

Penulis : Andi Ridwan Makkulawu

ISSN : 1411-6340

Halaman : 46-53

Abstrak

Dalam tulisan ini akan disajikan sebuah studi tentang difusi inovasi yang

dihasilkan dari karya inovatif yang susu sterilisasi dengan sengatan listrik (susu listrik) untuk

membantu susu petani dalam menjaga kualitas produksi susu. Metode analisis untuk

mempercepat inovasi Teori difusi Rogers melakukan penilaian terkait dengan manajemen

pengetahuan untuk mengukur kinerja inovasi. Dari hasil penelitian, susu sterilisasi listrik

adalah inovasi karena mereka telah dikomersialisasikan untuk umum, terutama di Susu

Pengolahan Koperasi (PPP) susu dan kelompok tani.

Pendahuluan

Di era globalisasi seperti saat ini, terdapat tantangan yang dihadapi perusahaan

menuntut perusahaan untuk memiliki strategi inovasi yang tepat sehingga mampu bersaing

dengan kompetitor baik dari perusahaan nasional maupun bersaing dengan perusahaan

multinasional. Salah satu titik lemah ekonomi Indonesia adalah kurangnya jumlah

perusahaan. Tidak menutup mata bahwa banyak perusahaan di Indonesia yang tumbuh

diawali dengan model UKM, yang dilandasi oleh semangat kewirausahaan sebagai motor

penggerak roda perekonomian dan dapat menciptakan lapangan kerja.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah alat untuk penyetrilisasi susu nonthermal, flyback

transformer, dan bahan yang digunakan adalah susu.

Page 4: Review Jurnal

Metodologi

Metodologi yang dilakukan maka pada inovasi susu listrik ini adalah dengan

melakukan penyetrilisasi susu nonthernal.

Hasil dan Pembahasan

Hasil penelitiannya membuktikan, dengan metode susu listrik, kadar protein

pada susu tetap mencapai 95 – 98%. Sedangkan susu dengan pengolahan alat pasteurisasi

hanya mencapai 50%. Protein tetap bertahan karena pasteurisasinya tidak berbasis termal.

Selain itu, bila memakai sistem biasa, susu hanya bertahan sampai tiga hari. Kalau dengan

susu listrik ini bias satu minggu. Dari segi pemakaian listrik, teknologi susu listrik tersebut

menggunakan daya 90 watt, sedangkan pasteurisasi biasa memakai listrik 1.000 watt – 1.500

watt. Jadi lebih murah, efisien waktu dan biaya.

Kelebihan dan kekurangan Jurnal

Kelebihan jurnal ini adalah menjelaskan secara rinci bagaimana konsep-

konsep yang terjadi pada inovasi susu tersebut. Mencantumkan bagaimana metode dari

penyetrilisasi susu.

Kekurangan jurnal ini adalah tidak memberikan secara terperinci alat dan

bahan apa saja yang digunakan dalam penelitian, terlalu banyak penjelasan tanpa menuju ke

arah yang digunakan.

Judul : Difusi Natrium Diklofenak Dalam Gel Methocel 400 Pada Berbagai pH

Penulis : Ketut Widyani Astuti, Yeyet C. Sumirtapura, dan Ni Nyoman Wiwik S.

ISSN : 1907-9850

Halaman : 17-22

Abstrak

Penelitian mengenai difusi natrium diklofenak pada gel Methocel 400 pada

berbagai pH, uji difusi dilakukan menggunakan sel difusi dengan membran buatan dari kertas

saring Whatman no.1 yang dibacam dengan larutan Spangler. Pengukuran konsentrasi bahan

aktif yang berdifusi dilakukan menggunakan spektrofotometer ultra violet pada panjang

gelombang 277 nm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa difusi natrium diklofenak paling

tinggi terjadi pada pH 7 dengan rata-rata persentase natrium diklofenak yang berdifusi setelah

Page 5: Review Jurnal

240 menit adalah 56,88 + 13,70%. Rata-rata persentase natrium diklofenak yang berdifusi

dari sediaan gel Methocel 400 pada pH 6 setelah 240 menit adalah 30,39 + 1,08% sedangkan

pada sediaan gel Methocel 400 pada pH 8 adalah 46,84 + 6,24%.

Pendahuluan

Natrium diklofenak merupakan salah satu obat untuk artritis reumatoid,

osteoartritis atau nyeri otot rangka akut yang memiliki potensi lebih besar tetapi memiliki

efek samping yang lebih rendah dibandingkan obat lain yang sejenis. Natrium diklofenak

merupakan penghambat siklooksigenase yang kuat dengan efek analgesik dan antipiretik.

Pemberian diklofenak secara sistemik mengakibatkan efek samping tukak lambung karena

berkurangnya sifat proteksi mukosa lambung. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui pengaruh pH terhadap difusi natrium diklofenak pada gel Methocel 400. Dengan

diketahuinya hal ini diharapkan dapat dikembangkan sediaan semisolida yang efektif sebagai

pembawa natrium diklofenak.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah sel difusi, spektrofotometer ultra

violet, timbangan digital dan alat gelas kimia yang lazim digunakan di laboratorium.

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah Natrium diklofenak, Methocel

400, etanol 95%, propilen glikol, sodium benzoat, kalium dihidrogen fosfat, natrium

hidroksida, minyak kelapa, asam oleat, vaselin putih, kolesterol, asam stearat, skualen,

parafin cair, asam palmitat, dan minyak zaitun.

Metodologi

Metode yang digunakan pada penelitian ini sangat banyak, dimulai dari

pembuatan sediaan gel Methocel 400, penetapan kadar bahan aktif dalam sediaan,

pengukuran panjang gelombang absorpsi maksimum di dalam larutan dapar fosfat ph 7,4,

pembuatan kurva kalibrasi di dalam larutan dapar fosfat ph 7,4, pembuatan cairan penerima,

pembuatan membran buatan, hingga pengujian difusi dari sediaan semisolida.

Hasil dan Pembahasan

Penelitian mengenai difusi pada membran kulit berfungsi untuk mengetahui

bagaimana fluks obat melintasi kulit apakah obat terikat pada stratum korneum atau

membentuk depot dalam lemak subkutan. Data ini penting untuk mengetahui kemampuan

Page 6: Review Jurnal

sediaan yang diberikan secara topikal sepertil gel natrium diklofenak untuk menembus barrier

kulit. Untuk menguji difusi pada membran kulit dapat digunakan suatu membran buatan yang

menyerupai sifat kulit seperti selulosa asetat, karet silikon, isopropil miristat atau membran

cangkang telur. Dalam penelitian ini digunakan membran yang dibacam dengan cairan

Spangler yang terdiri dari minyak kelapa 15%, asam oleat 15%, vaselin putih 15%, kolesterol

5%, asam stearat 5%, skualen 5%, parafin cair 10%, asam palmitat 10% dan minyak zaitun

20%. Komponen dalam cairan Spangler ini menyerupai kondisi kulit manusia. Meskipun

memiliki sifat menyerupai kulit tetapi bahan–bahan tersebut tidak memiliki sifat sekompleks

kulit sebenarnya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa difusi natrium diklofenak paling tinggi

terjadi pada pH 7 dengan rata-rata persentase natrium diklofenak yang berdifusi setelah 240

menit adalah 56,88 + 13,70%. Rata-rata persentase natrium diklofenak yang berdifusi dari

sediaan gel Methocel 400 pada pH 6 setelah 240 menit adalah 30,39 + 1,08% sedangkan pada

sediaan gel Methocel 400 pada pH 8 adalah 46,84 + 6,24%.

Kelebihan dan Kekurangan Jurnal

Kelebihan jurnal ini adalah menjelaskan hasil dari penelitian jurnal dengan

terperinci, pH mana yang menunjukkan bahwa difusi natrium diklofenak paling tinggi terjadi

dengan menggunakan penjelasan tabel, dan juga alat dan bahan yang digunakan mudah untuk

ditemukan.

Kekurangan jurnal ini adalah tidak menjelaskan huruf yang digunakan sebagai

rumus perhitungan.

Page 7: Review Jurnal

Judul : Studi Awal Reverse Osmosis Tekanan Rendah Untuk Air Payau Dengan Kadar

Salinitas Dan Suspended Solid Rendah

Penulis : Azfah, R.A., Dewi L.K., dan Soedjono E.S

Halaman : 1-14

Abstrak

Pada penelitian ini membran yang digunakan adalah membran merk FilmTec

TW30-1812-50. Air baku yang digunakan berasal dari sumur warga di daerah Pesisir

Kenjeran Surabaya. Pada penelitian ini dilteliti pengaruh kualitas air baku terhadap

kemampuan membran dalam merejeksi TDS dan Cl- serta fluks yang dihasilkan. Selain itu,

diteliti pula mengenai pengaruh tekanan operasi yang diberikan pada air umpan terhadap

kemampuan rejeksi TDS dan Cl- pada air permeat, serta fluks permeat yang dihasilkan Dari

hasil penelitian didapatkan bahwa kemampuan membran dalam merejeksi kadar garam (Cl-)

adalah sekitar 85,6% hingga 97,52%, dan rejeksi tertinggi diperoleh pada tekanan operasi 5,2

bar. Kemampuan membrane dalam merejeksi TDS adalah sekitar 87,06% hingga 96,15%, hal

ini sangat bergantung pada tekanan osmotiknya. Hal ini juga berlaku untuk pengaruh tekanan

operasi terhadap fluks, semakin tinggi tekanan yang diberikan, fluks yang dihasilkan semakin

tinggi.

Pendahuluan

Indonesia merupakan negara yang memiliki garis pantai sepanjang 95.181 km2,

yang merupakan keempat yang terpanjang di dunia setelah Amerika Serikat, Kanada, dan

Rusia. Sekitar 63,47 % masyarakat miskin di Indonesia berada di kawasan pesisir dan

pedesaan. Masyarakat Indonesia yang sebagian besar hidup di kawasan pesisir, juga memiliki

masalah dengan air baku yang digunakan sebagai bahan baku untuk air minum dan kegiatan

sehari-hari. Masyarakat pesisir, terutama masyarakat yang kurang mampu, dibandingkan

harus membayar sambungan rumah untuk mendapatkan akses air bersih, mereka cenderung

memanfaatkan air sumur gali yang kualitasnya dianggap baik oleh warga terutama pada saat

musim hujan. Sumur gali yang digunakan oleh warga cenderung bersifat payau dan memiliki

kadar padatan tersuspensi yang cukup rendah.

Alat dan Bahan

Pada penelitian ini digunakan sumur penduduk yang berlokasi di Jalan Kenjeran

pantai Kelurahan Tambak Deres, sekitar 50 m dari bibir pantai (sumur A). Lokasi

Page 8: Review Jurnal

pengambilam air payau dapat dilihat pada gambar 4 yang diambil dari foto satelit oleh

Google map, dimana garis lingkar merah menunjukkan lokasi pengambilan air payau selama

penelitian. Mekanisme pencucian membran RO tidak hanya digunakan pada saat sebelum

membran RO dioperasikan dengan air umpan, namun juga digunakan untuk setiap pergantian

variabel. Pencucian membran RO hanya dilakukan dengan menggunakan aquades, dan tidak

menggunakan zat kimia lain untuk pencucian membran RO.

Metodologi

Penelitian yang dilakukan ini merupakan penelitian skala laboratorium yang

dilakukan di Laboratorium Jurusan Teknik lingkungan ITS Surabaya, dilakukan selama

Bulan Mei hingga Bulan Juni, dimana rentang waktu tersebut merupakan periode akhir

musim hujan dan awal musim kemarau.

Hasil dan Pembahasan

Pada penelitian ini digunakan sumur penduduk yang berlokasi di Jalan Kenjeran

pantai Kelurahan Tambak Deres, sekitar 50 m dari bibir pantai (sumur A). Lokasi

pengambilam air payau dapat dilihat pada gambar 4 yang diambil dari foto satelit oleh

Google map, dimana garis lingkar merah menunjukkan lokasi pengambilan air payau selama

penelitian. Mekanisme pencucian membran RO tidak hanya digunakan pada saat sebelum

membran RO dioperasikan dengan air umpan, namun juga digunakan untuk setiap pergantian

variabel. Pencucian membran RO hanya dilakukan dengan menggunakan aquades, dan tidak

menggunakan zat kimia lain untuk pencucian membran RO.

Dengan konsentrasi larutan yang sama, yang berarti tekanan osmotik juga tidak

berubah, namun pemberian tekanan operasi terhadap air umpan semakin meningkat,

menyebabkan perbedan tekanan operasi yang diberikan dengan tekanan osmotik menjadi

semakin besar, hal ini yang menyebabkan gaya dorong yang terjadi pada air yang melalui

membran semakin besar, yang berdampak pada semakin besarnya fluks permeat yang

dihasilkan.