review jurnal akuntansi
DESCRIPTION
citical reviewTRANSCRIPT
Perbedaan variabel moderator dan mediator dalam penelitian sosial psikologi: sisi konseptual,
strategis, dan statistik (Baron & Kenny, 1986)
Penelitian ini memiliki tujuan untuk memperjelas pentingnya perbedaan dari hal yang dimiliki
variabel moderator dan mediator sebagai variabel ke tiga pada teori dan penelitian, di mana: (a) fungsi
dari moderator sebagai variabel ke tiga adalah membagi focal independent variables menjadi beberapa
partisi atau subgroup yang membentuk pengaruh maksimal pada variabel dependen, dan (b) fungsi
mediator sebagai variabel ke tiga untuk membantu menggambarkan mekanisme pengaruh focal variable
independen mana saja yang berpengaruh pada variabel dependen. Artikel ini menegaskan adanya dampak
konseptual jika gagal menilai perbedaan dari mediator dan moderator, sehingga akan dijelaskan dalam
beberapa tahap yakni tahap konseptual, strategis, dan statistik dengan tujuan membantu peneliti
menentukan pemakaian model moderator atau pun mediator.
1. Sifat Alami Moderators
secara umum moderator merupakan variabel yang bersifat kualitatif (jenis kelamin, ras, kelas)
atau kuantitatif (level hadiah) yang mempengaruhi arah (+/-) dan atau kekuatan pengaruh
antara variabel independen dan dependen. Secara spesifik dalam kerangka hubungan analisis,
moderator adalah variabel ke tiga yang memengaruhi the zero order correlation antara dua
variabel lain. Sterm,McCants, dan Perfine (1982) menemukan bahwa hubungan positif dari
perubahan kejadian hidup dan kerasnya penyakit yang diderita lebih kuat untuk kejadian yang
tidak bisa dikontrol (kematian pasangan), dibandingkan dengan kejadian yang dapat dikontrol
(perceraian atau memperkuat hubungan). Moderator juga bisa mengubah arah dari hubungan
tersebut, jika perubahan kejadian hidup dikatakan mengurangi kecenderungan seseorang
terserang penyakit maka terkait dengan penelitian Sterm et al. (1982) moderator mampu
mengubah arah dari positif ke negatif.
2. Menuju pembentukan kerangka analisa untuk menguji efek moderator
Kerangka umum untuk menangkap pandangan korelasi dan eksperimen dari variabel moderator
bisa dilakukan menggunakan path diagram. Glas dan singer's (1972) menemukan bahwa interaksi
dari intensitas faktor stressor (noise level) dan controllability (periodic-aperiodic noise)
predictor (noise intensity) a
moderator (control ability) b
predictor x moderator (kombinasi predictor & moderator) c
Figur 1. Model Moderator
hasil variable
jika hubungan c signifikan maka hipotesis moderator akan terdukung, hubungan a dan b
walaupun siginifikan tidak relevan dalam menguji hipotesis moderator. Akan lebih baik lagi jika
variable moderator tidak berkorelasi dengan predictor dan criterion (independen dan dependen)
untuk memberikan syarat interaksi yang dapat diinterpretasikan dengan jelas seperti dalam figur 1
dalam hubungan a dan b memperlihatkan bahwa moderator tidak memiliki korelasi dengan
predictor dengan kata lain predictor dan moderator adalah variabel independen biasa terhadap
criterion, lain hal dengan hubungan c, dimana hubungan moderator tersebut didahului oleh
predictor).
3. Memilih prosedur analitis yang tepat: uji moderasi
Moderasi mengimplikasikan bahwa hubungan sebab akibat antara dua variabel berubah sesuai
dengan perubahan fungsi dari variabel moderator. Analisis statistika harus mengukur dan menguji
efek diferential dari variabel independen pada varuable dependen sebagai fungsi moderator,
berikut beberapa contoh kasus uji moderasi.
a. Kasus 1, dalam kasus ini efek variabel independen dikotomi pada variabel dependen
bervariasi sebagai fungsi lain dikotomi, analisisnya 2 x 2 ANOVA, dan moderasi
diindikasikan oleh interaksi.
b. Kasus 2, dalam kasus ini moderator adalah dikotomi (gender), dan variabel independen
merupakan variable kontinyu (1,2,3,x), contoh jenis kelamin memoderasi pengaruh niat
terhadap perilaku, cara untuk mengukur efek moderator ini adalah dengan mengkorelasikan
niat dengan perilaku secara terpisah untuk tiap jenis kelamin, kemudian perbedaanya di uji,
semua studi moderator dari hubungan sikap-perilaku diuji dengan uji korelasi. Uji korelasi
memiliki dua kekurangan yang serius, yakni:
1) Mengasumsikan variabel independen memiliki varian yang sama pada tiap level
moderator (contoh: varian jenis kelamin harus sama dengan niat). Jika varian berbeda
pada level moderator, maka untuk level moderator yang memiliki varian rendah, korelasi
variabel independen dengan variabel dependen cenderung kurang dari level moderator
yang memiliki varian tinggi.
2) Jika jumlah kesalahan pengukuran dalam variabel dependenbervariasi dengan fungsi
moderator, maka korelasi antara variabel independen dan dependen akan berbeda.
Masalah ini mengilustrasikan bahwa korelasi dipengaruhi oleh perubahan varian,
bagaimanapun juga, koefesien regresi tidak dipengaruhi oleh perbedaan dalam varian dari
variabel indepnden atau perbedaan dalam kesalahan pengukuran variabel dependen.
Lebih disarankan untuk tidak mengukur pengaruh variabel independen pada dependen
dengan korelasikan koefesien, melainkan dengan unstandardized regression coefficient
(Duncan, 1975).
c. Kasus 3, dalam kasus ini moderator adalah variabel kontinyu, dan variabel independen adalah
dikotomi (ada 2 variabel, baik jahat, hitam putih, rational dan fear arousing). berikut
merupakan tiga grafik yang menggambarkan efek moderator.
X(1) x(2) x(3)
z (1) z(2) z(3)
figur 2
x = pengaruh variabel independen pada dependen
y = level variabel moderator
1) pada grafik x(1)z(1) memperlihatkan perubahan x linear dengan z, hipotesis yang
linear merepresentasikan perubahan yang konstan dari perubahan pengaruh variabel
independen pada dependen seiring dengan perubahan level moderator. Hipotesis
linear diuji dengan menambahkan produk moderator dan pembagian (dikotomi)
variabel independen ke persamaan regresi, jika variabel independen (X), dependen
(Y), dan Moderator (Z), kemudian Y diregresikan dengan X,Z, dan XZ, maka efek
moderator akan diindikasikan dengan signifikanya nilai XZ dengan dikontrolnya
variabel X dan Z.
2) Pada grafik x(2)z(2) memperlihatkan fungsi quadratic, di mana pesan yang membuat
takut efektif pada IQ rendah, namun seiring IQ meningkat, pesan rasional lebih
efektif. Fungsi ini bisa diuji dengan membagi (mendikotomi) moderator pada poin di
mana fungsi di asumsikan akan berakselerasi. Dalam fungsi quadratic, efek variabel
independen akan sangat besar pada poin di mana variabel independen memiliki
pengaruh tinggi pada moderator (pesan yang membuat takut diawali pada IQ rendah,
dan semakin tinggi IQ, maka pesan reasional akan digunakan dan meningkatkan
fungsi dari quadratic. fungsi Quadratic bisa diuji secara alternatif, dengan meregresi
Y dengan X,Z,XZ,Z2,XZ2, dan disebut dengna uji XZ2
3) Grafik x(3)z(3) menunjukan fungsi tahap (step function) bahwa pada level IQ
tertentu, pesan rasional lebih efektif dibandingkan pesan yang membuat takut, pola
ini diuji dengan membagi level moderator pada poin di mana tahapan seharusnya
terjadi dan dilanjutkan dengan tahapan pada kasus 1, namun sayangnya pada
penelitian sosial psikologis tidak mampu menentukan poin yang tepat kapan tahap
tersebut dalam fungsi terjadi.
4. Sifat alami variabel mediator, woodworth (1928) S-O-R model menjelaskan ide di mana efek
stimulus (X) pada respons (Y) di mediasi oleh berbagai transformasi internal organisme (Z).
a z
b figur 3. Diagram jalur
x c y
General analytic considerations, variabel moderator menspesifikasi kapan kapan efek tertentu
akan terjadi, dan mediator menjelaskan bagaimana dan mengapa efek tertentu terjadi. Dalam figur
3 dapat dilihat ada tiga jalur yakni a, b, dan c, di mana Z, dan X berpengaruh langsung pada Y
dijelaskan dalam garis c dan b, dan garis a menunjukan ada jalur dari X ke Z. Variable berfungsi
sebagai mediator jika:
Level varian variabel independen secara signifikan dapat berpengaruh pada varian mediator
(a),
Varian mediaotr secara signifikan berpengaruh pada varian variabel dependen (b)
Saat jalur a dan b dikontrol, jalur c menjadi tidak signifikan atau nilainya 0.
Walau dalam kasus tertentu jika jalur c tidak bernilai 0, hal ini menandakan ada variabel mediator
lain yang beroperasi, karena dalam psikologi, sosial, dan fenomena, banyak hal yang menjadi
penyebab, sehingga lebih realistis untuk mencari mediator yang secara signifikan mengurangi
nilai c daripada mengeliminasi relasi antara variabel independen dan dependen. Perspektif teoritis
memberi sudut pandang bahwa pengurnangan nilai c yang signifikan menunjukan variabel
mediator yang potensial.
5. Implikasi operasional dan aplikasi
Beberapa implikasi dari perbedaan mediator-moderator pada operasi penelitian yakni, (1)
interpretasi moderator dari hubungan stresor (independen) dan kontrol, menimbulkan
experimental manipulation control yang berarti membuat stresor independen dari variabel
kontrol. Dan jika hal ini terjadi perceived control tidak perlu di ukur, dan jika diukur hal ini
dianggap sebagai cek manipulasi. Preceived control kemudian merupakan mekanisme yang harus
dilalui stresor untuk mempengaruhi variabel dependen karena adanya mediator.
Manipulation of Control (c)
Perceived control (P)
Stressor (S)
Outcome (O)
Manipulation of control x Stressor (CS)
Figur 4. Diagram kombinasi Mediator dan Moderator
6. Kerangka untuk mengkombinasikan Mediasi dan Moderasi (tiga tahap hipotesis
Berpengaruh pada O, dan pada tahap 2, C harus berpengaruh pada P, sehingga CS dan PS bisa
berkorelasi. Perbedaan moderator dan mediator diaplikasikan pada area penelitian sosial
psokologis, hal ini membantu memperjelas variabel yang perli dikontrol melalui baik moderasi
mediasi ataupun mediasi moderasi, kemudian dengan adanya efek moderator, dapat memberikan
variabel baru yang dapat digunakan sebagai mediasi, dan dari mediator tersebut dapat dilihat
apakah variabel stressor dan mediator memang sudah benar dalam perihal pengaruhnya pada
criterion, hal ini difokuskan pada behavior intention-behavior relation sampai dengan
mengkaitkan traits and attitudes (ras di dikotomi jadi white and black, kemudian ternyata lebih
anxiety si black yang merupakan sebuah attiitudes yang memediasi)