revisi bu rod
DESCRIPTION
cddcTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem endokrin adalah sistem kontrol kelenjar tanpa saluran (ductless) yang
menghasilkan hormon yang tersirkulasi di tubuh melalui aliran darah untuk mempengaruhi
organ-organ lain (Alvyanto, 2010).Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf,
mengontrol dan memadukan fungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk
mempertahankan homeostasis tubuh. Fungsi mereka satu sama lain saling berhubungan,
namun dapat dibedakan dengan karakteristik tertentu. Misalnya, medulla adrenal dan kelenjar
hipofise posterior yang mempunyai asal dari saraf (neural). Jika keduanya dihancurkan atau
diangkat, maka fungsi dari kedua kelenjar ini sebagian diambil alih oleh sistem saraf.
Dalam system endokrin terbagi atas dua bagian yaitu system endokrin dan system
eksokrim. System eksokirm merupakan system yang mengeluarkan enzim pada permukaan
tubuh seperti kulit, dan dinding pembuluh darah. System endokrin membahas tentang system
pengeluaran enzim ke dalam organ- organ dalam tubuh seperti ginjal, hati, pancreas,
pembuluh darah, dll. Salah satu penyakit yang disebabkan oleh system endokrin ini
diantaranya adalah hipotiroidisme. Merupakan salah satu penyakit yang disebabkan oleh
kekurangan kelenjar tyroid dalam menghasilkan hormone T3 ( triodotironin ) dan t4
(tiroksin). Penyakit ini merupakan salah satu penyakit autoimun yang dapat menyerang pada
manusia utamanya pada laki-laki. Penyakit ini juga salah satu penyakit yang dapat
menyebabkan kematian pada stadium lanjut.
Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas maka penulis dalam pembahasan
makalah ini membahas lebih lanjut tentang penyakit hipotiroidisme serta asuhan keperawatan
secara mendasar sehingga kita dapat mengetahui secara dini tentang penyakit ini dan cara
perawatannya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana tinjauan teori penyakit hipotiroidisme ?
2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan hipotiroidisme secara teori ?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui tinjauan teori penyakit hipotiroidisme
2. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan hipotiroidisme secara teori
1
BAB II
KONSEP DASAR
2.1 Definisi Hipotiroid
Hipotiroidisme merujuk pada kondisi yang dikarakteristikakan oleh tak
disekresikannya hormon-hormon tiroid. Ini dimanifestasikan dengan pelambatan semua
fungsi tubuh dan mental secara umum (Barbara:568).
Hipotiroidisme merupakan keadaan yang ditandai dengan terjadinya hipofungsi tiroid
yang berjalan lambat dan diikuti oleh gejala-gejala kegagalan tiroid. Keadaan ini terjdai
akibat kadar hormon tiroid dibawah nilai optimal (Brunner&Suddarth:1299).
Hipotiroid adalah penurunan sekresi hormon kelenjar tiroid sebagai akibat kegagalan
mekanisme kompensasi kelenjar tiroid dalam memenuhi kebutuhan jaringan tubuh akan
hormon-hormon tiroid (Hotma Rumahorbo S.kep,1999)
Hipertiroidisme adalah suatu sindrome klinis akibat dari defisiensi hormon tiroid yang
mengakibatkan fungsi metabolik. (Greenspan, 2000).
Hipotiroidisme adalah tiroid yang hipoaktif yang terjadi bila kelenjar tiroid berhenti
atau kurang memproduksi hormon tiroksin (Semiardji, Gatut, 2003:14).
Jadi Hipotiroidisme (hiposekresi hormone tiroid) adalah status metabolic yang di
akibatkan oleh kekurangan hormone tiroid. Hipotiroidisme kognital dapat mengakibatkan
kretinisme.
2.2 Etiologi
Hipotiroidisme dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau
hipotalamus. Apabila disebabkan oleh malfungsi kelenjar tiroid, maka kadar HT yang rendah
akan disertai oleh peningkatan kadar TSH dan TRH karena tidak adanya umpan balik negatif
oleh HT pada hipofisis anterior dan hipotalamus. Apabila hipotiroidisme terjadi akibat
malfungsi hipofisis, maka kadar HT yang rendah disebabkan oleh rendahnya kadar TSH.
TRH dari hipotalamus tinggi karena. tidak adanya umpan balik negatif baik dari TSH
maupun HT. Hipotiroidisme yang disebabkan oleh malfungsi hipotalamus akan menyebabkan
rendahnya kadar HT, TSH, dan TRH.
2
Penyebab Penyakit Hipotiroidisme yang paling sering ditemukan :
a. Tiroiditis Hashimoto, juga disebut tiroiditis otoimun, terjadi akibat adanya otoantibodi
yang merusak jaringan kelenjar tiroid. Hal ini menyebabkan penurunan HT disertai
peningkatan kadar TSH dan TRH akibat umpan balik negatif yang minimal, Penyebab
tiroiditis otoimun tidak diketahui, tetapi tampaknya terdapat kecenderungan genetik
untuk mengidap penyakit ini. Penyebab yang paling sering ditemukan adalah tiroiditis
Hashimoto.Pada tiroiditis Hashimoto, kelenjar tiroid seringkali membesar dan
hipotiroidisme terjadi beberapa bulan kemudian akibat rusaknya daerah kelenjar yang
masih berfungsi.
b. Penyebab kedua tersering adalah pengobatan terhadap hipertiroidisme. Baik yodium
radioaktif maupun pembedahan cenderung menyebabkan hipotiroidisme.
c. Gondok endemik adalah hipotiroidisme akibat defisiensi iodium dalam
makanan.Gondok adalah pembesaran kelenjar tiroid. Pada defisiensi iodiurn terjadi
gondok karena sel-sel tiroid menjadi aktif berlebihan dan hipertrofik dalarn usaha
untuk menyerap sernua iodium yang tersisa dalam. darah. Kadar HT yang rendah
akan disertai kadar TSH dan TRH yang tinggi karena minimnya umpan
balik.Kekurangan yodium jangka panjang dalam makanan, menyebabkan pembesaran
kelenjar tiroid yang kurang aktif (hipotiroidisme goitrosa).
d. Kekurangan yodium jangka panjang merupakan penyebab tersering dari
hipotiroidisme di negara terbelakang.
e. Karsinoma tiroid dapat, tetapi tidak selalu, menyebabkan hipotiroidisme.
Namun,terapi untuk kanker yang jarang dijumpai ini antara lain adalah tiroidektomi,
pemberian obat penekan TSH, atau terapi iodium radioaktif untuk mengbancurkan
jaringan tiroid. Semua pengobatan ini dapat menyebabkan hipotiroidisme. Pajanan ke
radiasi, terutama masa anak-anak, adalah penyebab kanker tiroid. Defisiensi iodium
juga dapat meningkatkan risiko pembentukan kanker tiroid karena hal tersebut
merangsang proliferasi dan hiperplasia sel tiroid.
2.3 Manifestasi Klinik
Menurut (Brunner&Suddarth:1300).Hipotiroidisme menyerang wanita lima kali lebih
sering dibandingkan laki-laki dan paling sering terjadi pada usia diantara 30 hingga 60 tahun.
Gejala dini hipotiroid tidak spesifik, namun terdapat tanda-tanda dan gejala yang meliputi:
3
1. Kelelahan yang ekstrim
2. Kerontokan rambut
3. Kuku rapuh
4. kulit kering
5. rasa baal
6. parestasia pada jari-jari tangan
7. suara kasar atau parau
8. gangguan haid (menoragia atau menorrhea) disamping hilangnya libido
Pada hipotiroid berat mengakibatkan:
1. suhu tubuh dan frekuensi nadi subnormal
2. kenaikan berat badan yang bahkan terjadi tanpa peningkatan asupan makanan
3. kulit menjadi tebal
4. rambut menipis dan rontok
5. wajah tampak tanpa ekspresi dan mirip topeng
6. mengeluh rasa dingin meskipun dalam lingkungan yang hangat
7. lemah
8. proses mental menjadi tumpul
9. Apatis
10. bicara menjadi lamban
11. ledah membesar
12. ukuran tangan serta kaki bertambah
13. konstipasi
14. ketulian
Pada hipotiroidisme lanjut dapat menyebabkan demensia disertai perubahan kognitif
dan kepribadian yang khas.Respirasi dan apnea dapat terjadi.Serta efusi pleura dan efusi
pericardial. Koma miksedema menggambarkan stadium hipotiroidisme yang paling ekstrim
dan berat, dimana pasien mengalami hipotermi dan tak sadarkan diri.
2.4 Patofisiologi
Iodium merupakan semua bahan utama yang dibutuhkan tubuh untuk pembentukan
hormon tyroid. Bahan yang mengandung iodium diserap usus, masuk ke dalam sirkulasi
darah dan ditangkap paling banyak oleh kelenjar tyroid.
4
Dalam kelenjar, iodium dioksida menjadi bentuk yang aktif yang distimuler oleh
Tiroid Stimulating Hormon kemudian disatukan menjadi molekul tiroksin yang terjadi pada
fase sel koloid. Senyawa yang terbentuk dalam molekul diyodotironin membentuk tiroksin
(T4) dan molekul yoditironin (T3). Tiroksin (T4) menunjukkan pengaturan umpan balik
negatif dari sekresi Tiroid Stimulating Hormon dan bekerja langsung pada tirotropihypofisis,
sedang tyrodotironin (T3) merupakan hormon metabolik tidak aktif. Beberapa obat dan
keadaan dapat mempengaruhi sintesis, pelepasan dan metabolisme tyroid sekaligus
menghambat sintesis tiroksin (T4) dan melalui rangsangan umpan balik negatif meningkatkan
pelepasan TSH oleh kelenjar hypofisis. Keadaan ini menyebabkan pembesaran kelenjar
tyroid.( Hotma Rumahorbo,1999)
2.5 Klasifikasi
Lebih dari 95% penderita hipotiroidisme mengalami hipotiroidisme primer atau
tiroidal yang mengacu kepada disfungsi kelenjar tiroid itu sendiri. Apabila disfungsi tiroid
disebabkan oleh kegagalan kelenjar hipofisis, hipotalamus atau keduanya disebut
hipotiroidisme sentral (hipotiroidisme sekunder) atau pituitaria. Jika sepenuhnya disebabkan
oleh hipofisis disebut hipotiroidisme tersier (Brunner&Suddarth:1299).
Jenis Organ Kerangan
Hipotiroidisme
primer
Kelenjar Tiroid Paling sering terjadi. Meliputi penyakit
Hashimoto tiroiditis (sejenis penyakit
autoimmune) dan terapi radioiodine(RAI)
untuk merawat penyakit hipertiroidisme.
Hipotiroidisme
sekunder
kelenjar
hipofisis(pituitari)
Terjadi jika kelenjar hipofisis tidak
menghasilkan cukup hormon perangsang
tiroid (TSH) untuk merangsang kelenjar
tiroid untuk menghasilkan jumlah tiroksin
yang cukup. Biasanya terjadi apabila
terdapat tumor di kelenjar hipofisis, radiasi
atau pembedahan yang menyebabkan
kelenjar tiroid tidak lagi dapat menghasilkan
hormon yang cukup.
Hipotiroidisme
tertier
Hipotalamus Terjadi ketika hipotalamus gagal
menghasilkan TRH yang cukup. Biasanya
5
disebut juga disebut
hypothalamic-pituitary-axis hypothyroidism.
2.6 Pemeriksaan penunjang (Brunner&Suddarth:1297).
1. T4 Serum
Penentuan T4 serum dengan tekhnik radio immunoassay pada hipotiroid ditemukan
kadar T4 serum normal sampai rendah.Normal kadar T4 serum diantara 4,5 dan 11,5
mg/dl (58,5 hinnga 150 nmol/L)
2. T3 Serum
Kadar T3 serum biasanya dalam keadaan normal-rendah.Normal kadar T3 serum
adalah 70 hingga 220 mg/dl (1,15 hingga 3,10 nmol/L)
3. Tes T3 Ambilan Resin
Pada hipotiroidisme, maka hasil tesnya kurang dari 25% (0,25)
4. Tes TRH (Thyrotropin Releasing Hormon)
Pada hipotiroid yang disebabkan oleh keadaan kelenjar tiroid maka akan ditemukan
peningkatan kadar TSH serum.
2.7 Komplikasi
a. Koma miksedema, ditandai oleh eksaserbasi (perburukan) semua gejala
hipotiroidisme termasuk hipotermi tanpa menggigil, hipotensi, hipoglikemia,
hipoventilasi, dan penurunan kesadaran hingga koma.
b. Kematian dapat terjadi apabila tidak diberikan HT dan stabilisasi semua gejala.
2.8 Penatalaksanaan
1. Medis
Tujuan primer penatalalaksanaan hipotiroidisme ialah memulihkan metabolisme
pasien kembali kepada keadaan metabolic normal, dengan cara mengganti hormone yang
hilang.Livotiroksin sintetik (Synthroid atau levothroid) merupakan preparat terpilih untuk
pengobatan hipotiroidisme dan supresi penyakit goiter nontoksik.Dosis terapi penggantian
hormonal berdasarkan pada konsentrasi TSH dalam serum pasien.Preparat tiroid yang
dikeringkan jarang digunakan karena sering menyebabkan kenaikan sementara konsentrasi
T3 dan kadang-kadang disertai dengan gejala hipertiroidisme. Hal-hal yang bisa dilakukan
pada pasien dengan hipotiroid antara lain:
6
a. pemeliharaan fungsi vital
b. gas darah arteri
c. pemberian cairan dilakukan dengan hati-hati karena bahaya intoksikasi air.
d. infus larutan glukosa pekat
e. terapi kortikosteroid
2. keperawatan
a. modifikasi aktifitas
b. pemantauan yang berkelanjutan
c. pengaturan suhu
d. dukungan emosional
e. pendidikan pasien dan pertimbangan perawatan dirumah
7
BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN
HIPOTIROIDISME
3. 1. PENGKAJIAN
1) Anamnesa
a. Identitas klien : Merupakan biodata klien yang meliputi : nama, umur, jenis
kelamin, agama, suku bangsa / ras, pendidikan, bahasa yang dipakai, pekerjaan,
penghasilan dan alamat.
b. identitas penanggung jawab. Meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, suku
bangsa / ras, pendidikan, bahasa yang dipakai, pekerjaan, penghasilan dan alamat,
hubungan dengan pasien
2) Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama : sesak nafas, sulit menelan, pembengkakan pada leher, pasien nampak
gelisah, tidak mau makan
b. Riwayat kesehatan sekarang : rasa capek, intoleransi terhadap dingin, kulit terasa
kering, bicara lamban, demensia, dispnea, suara serak, sulit menelan, gangguan haid:
menorrhagia dan amenore, rambut rontok dan menipis, kulit tebal karena penumpukan
mukopolisakarida dalam jaringan sub cutan, pasien sering mengeluh dingin walaupun
dalam keadaan hangat.
c. Riwayat penyakit dahulu
d. Hipotiroidisme tidak terjadi dalam semalam, tetapi perlahan selama berbulan-bulan,
sehingga pada awalnya pasien atau keluarganya tidak menyadari, bahkan
menganggapnya sebagai efek penuaan
3 ) Pemeriksaan fisik
Inspeksi
a. Ekspresi wajah tumpul
b. Capek
c. Mengantuk
d. Berat badan meningkat
e. Kelambanan mental
f. Kurangnya pertumbuhan rambut
g. Suara parau (seperti katak)
8
h. Kulit bersisik
i. Oedema seluruh tubuh
j. Sakit kepala
k. Mual
l. Anoreksia
Palpasi
a. Denyut nadi melemah
b. Konstipasi
Auskultasi
a. Detak jantung lambat
b. Tekanan darah menurun
c. Perkusi
d. Suara perut dullness
4 ) Pemeriksaan Per Sistem
1. Sistem Integumen
a. Kulit kering, pecah-pecah, bersisik dan menebal
b. Pembengkakan, tangan, mata dan wajah
c. Tidak tahan dingin
d. Pertumbuhan kuku buruk, kuku menebal
2. Sistem Muskuloskeletal
a. Volume otot bertambah, glossomegali
b. Kejang otot, kaku, paramitoni
c. Artralgia dan efusi sinovial
d. Osteoporosis
e. Pertumbuhan tulang terhambat pada usia muda
f. Kadar fosfatase alkali menurun
3. Sistem Neurologik
a. Letargi dan mental menjadi lambat
b. Aliran darah otak menurun
9
c. Kejang, koma, dementia, psikosis (gangguan memori, perhatian kurang, penurunan
reflek tendon)
d. Ataksia (serebelum terkena)
e. Gangguan saraf ( carfal tunnel)
f. Tuli perseptif, rasa kecap, penciuman terganggu
4. Sistem Kardiorespiratorik
a. Bradikardi, disritmia, hipotensi
b. Curah jantung menurun, gagal jantung
c. Efusi pericardial (sedikit, temponade sangat jarang)
d. Kardiomiopati di pembuluh. EKG menunjukkan gelombang T mendatar/inverse
e. Penyakit jantung iskemic
f. Hipotensilasi
g. Efusi pleural
5. Sistem Gastrointestinal
a. Konstipasi, anoreksia, peningkatan BB, distensi abdomen
b. Obstruksi usus oleh efusi peritoneal
c. Aklorhidria, antibody sel parietal gaster, anemia pernisiosa
6. Sistem Hematologi
a. Anemia normokrom normositik
b. Anemia mikrositik/makrositik
c. Gangguan koagulasi ringan
7. Sistem endokrin
a. Pada perempuan terjadi perubahan menstruasi seperti amenore / masa menstruasi
yang memanjang, menoragi dan galaktore dengan hiperprolaktemi
b. Gangguan fertilitas
c. Gangguan hormone pertumbuhan dan respon ACTH, hipofisis terhadap insulin akibat
hipoglikemi
d. Gangguan sintesis kortison, kliren kortison menurun
e. Insufisiensi kelenjar adrenal autoimun
10
5 ) Pemeriksaan diagnostik
a. TSH menigkat pada pada hipotiroid primer
b. TSH rendah pada hipotiroid sekunder
c. T3 dan T4 serum rendah
d. Peningkatan kolestrol
e. Pembesaran jantung pada sinar X dada
f. EKG sinus bradikardi
3. 2. DIAGNOSA
Diagnosa keperawatan menurut NANDA yang mungkin muncul adalah:
1. Intoleransi aktifitas b.d kelelahan dan penurunan proses kognitif
2. Perubahan suhu tubuh : hipotermi b.d penurunan metabolisme
3. Konstipasi b.d penurunan fungsi gastrointestinal
4. Ketidakefektifan pola nafas b.d depresi ventilasi
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d lambatnya laju metabolisme
tubuh
3.3 INTERVENSI
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi
Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
1. Intoleransi Aktifitas.
Faktor yang berhubungan :
Kelelahan dan penurunan proses Kognitif.
NOC : Intoleransi Aktifitas
Konservasi energi.
Toleransi aktivitas.
Perawatan diri.
Kriteria hasil :
Berpatisipasi dalam aktivitas fisik.
Mampu melakukan aktivitas sehari –
NIC : Terapi aktivitas :
Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan.
Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan social.
Bantu untuk mengidentivikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan.
Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas
11
hari secara mandiri.
yang disukai.
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi
Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
2.Hipotermi
Faktor yang berhubungan :
Penurunan metabolisme.
NOC :Termoregulasi
Termoregulasi. Tanda – tanda
vital.
Kriteria hasil :
Suhu tubuh dalam rentang normal.
Nadi dan respirasi dalam rentang normal.
NIC : Pengaturan Suhu :
Monitor suhu minimal tiap 2 jam.
Tingkatkan intake cairan dan nutrisi.
Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya kehangatan tubuh.
Pemantauan tanda vital :
Monitor TD, nadi, suhu dan respirasi.
Monitor suara parau dan pola pernapasan abnormal.
Monitor suhu, warna dan kelembaban kulit.
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi
Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
12
3. Konstipasi
Faktor yang berhubungan :
Penurunan fungsi Gastrointestinal.
NOC :
Hidrasi. Defekasi.
Kriteria hasil :
Mempertahankan bentuk feses lunak setiap 1-3 hari.
Bebas dari ketidaknyamanan dan konstipasi.
Mengidentifikasi indikasi untuk mencegah konstipasi.
Feses lunak dan berbentuk.
NIC : Manajemen konstipasi :
Monitor tanda dan gejala konstipasi.
Monitor feses : frekuensi, konsistensi dan volume.
Kolaborasi :
Memberikan anjuran pemakaian obat nyeri sebelum defekasi untuk memfasilitasi pengeluaran feses tanpa nyeri.
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi
Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
4. Ketidakefektifan pola napas
Faktor yang berhubungan :
Depresi ventilasi
NOC :Respiratory status
Status respirasi : Ventilasi.
Status tanda – tanda vital.
Kriteria hasil :
Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal).
Tanda – tanda vital dalam
NIC : Manajemen jalan nafas :
Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi.
Berikan aroma terapi untuk melegakan jalan nafas.
Monitor pola pernapasan abnormal.
Monitor tanda – tanda vital.
13
rentang normal.
CONTOH KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NY. N
DENGAN HYPOTHYROID
Ny. N 45 tahun dirawat dengan keluhan tidak ada nafsu makan sudah seminggu ini, suka
sesak, rambutnya rontok sangat banyak setiap kali menyisir, suaranya sudah seminggu ini
parau, kuku juga mudah rapuh, dia tidak mngerti kenapa ini terjadi? Keluhan lainnya suka
14
merasa dingin walaupun udara dilingkungan sangat panas. Ners Jimmy melakukan
pemeriksaan fisik didapat TD : 90/60 mmHg , Nadi : 64 x/menit , Suhu : 37,3oC.
Miksedema ; hasil rontgen thorax : efusi pleura.
1. PENGKAJIAN
1) Data Pasien :
Nama : Ny. N
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 23 Februari 1968
Umur : 45 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status perkawinan : Menikah
Status pendidikan : SLTA
Diagnosa medis : Hypothyroid
2) Riwayat penyakit :
a. Keluhan Utama :
Klien mengeluh kedinginan disertai tidak ada nafsu makan sudah seminggu
b. Riwayat Penyakit Sekarang :
Klien datang ke Rumah Sakit hari Selasa tanggal 14 apri 2014 dengan keluhan keluhan tidak
ada nafsu makan sudah seminggu ini, suka sesak, rambutnya rontok sangat banyak setiap kali
menyisir, suaranya sudah seminggu ini parau, kuku juga mudah rapuh, merasa dingin
walaupun udara dilingkungan sangat panas . Klien mengalami hypothyroid
c. Riwayat Penyakit Dahulu :
Klien tidak mempunyai riwayat penyakit terdahulu berhubungan dengan kelenjar tiroid
d. Riwayat Kesehatan Keluarga :
Keluarga klien tidak ada yang mempunyai penyakit hypothyroid
3) Pemeriksaan fisik
Keadaan umum pasien : lemas
Kesadaran : Compos mentis
TTV : TD : 90/60 mmHg
15
: Nadi : 64 x/menit
: Suhu : 37,3oC
a. Sistem Pernafasan
Anamnesa : pasien mengatakan sering sesak
Inspeksi : Tidak ada sekret
Auskultasi : nafas ronkhi
b. Sistem kardiovaskuler
Anamnesa :
Inspeksi : Perbesaran jantung
Palpasi : Disritmia
Hipotensi
nadi lambat
Auskultasi: penurunan frekuensi denyut jantung
penurunan curah jantung
c. Sistem pencernaan
Anamnesa : pasien mengatakan nafsu makan berkurang sudah seminggu
Inspeksi: Lidah tampak menebal
nafsu makan berkurang
anoreksia
peningkatan berat badan
distensi abdomen.
Auskultasi: gerakan peristaltik usus normal
Palpasi : distensi abdomen.
Perkusi : bunyi normal(timpani)
d. Sistem musculoskeletal
Anamnesa : pasien mengatakan lemah dan cepat lelah
Inspeksi : gerak-gerik klien sangat lamban, lemah, cepat lelah, sakit pada sendi dan otot,
gerakan yang canggung lamban
Palpasi : Parastesia dan reflek tendon menurun
Auskultasi: tidak ada krepitasi pada tulang
16
e. Sistem neurologic
Anamnesa :
Inspeksi : Berbicara lambat
kelopak mata turun
wajah bengkak, pusing, pucat
perlambatan daya pikir
berbicara lambat dan terbata-bata
gangguan memori
perhatian kurang, letargi atau somnolen, bingung, hilang pendengaran.
f. Sistem reproduksi
Pada wanita : terjadi perubahan menstruasi seperti amenore,atau masa menstruasi
yang memanjang. Pria : penurunan libido, impoten.
g. Sistem Integumen
Kulit kasar, tebal dan bersisik, dingin dan pucat, tidak tahan terhadap dingin,
Pembengkakkan dan edema kulit, terutama di bawah mata dan di pergelangan kaki,
pertumbuhan kuku buruk, kuku menebal; rambut kering, kasar; rambut rontik dan
pertumbuhannya buruk.
h. Sistem Endokrin
Anamnesa : Pada perempuan terjadi perubahan menstruasi seperti amenore / masa menstruasi
yang memanjang, menoragi dan galaktore dengan hiperprolaktemi
Inspeksi : terdapat pembesaran kelenjar tyroid ,tidak ada pembesaran kelenjar limfa
Palpasi : terdapat nyeri tekan pada daerah leher anterior
i. Pola Istirahat dan Tidur
Sangat malas beraktivitas, dan ingin tidur sepanjang hari
2. DATA FOKUS
DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF
o Klien mengeluh tidak ada
nafsu makan sudah seminggu
o Tanda-tanda vital :
TD : 90/60 mmHg
17
ini
o Klien mengeluh suka sesak
o Klien mengeluh rambutnya
rontok sangat banyak setiap
kali menyisir
o Klien mengatakan suaranya
sudah seminggu ini parau
o Klien mengatakan kuku juga
mudah rapuh
o Klien tidak mengerti kenapa
ini terjadi
o Klien mengeluh suka merasa
dingin walaupun udara
dilingkungan sangat panas.
o Kemungkinan klien mengeluh
malas beraktivitas
o Kemungkinan klien ingin tidur
sepanjang hari
o Kemungkinan klien mengeluh
konstipasi,
o Kemungkinan klien
mengatakan mengalami
penurunan berat badan
o Kemungkinan klien mengeluh
sakit pada sendi dan otot
o Kemungkinan klien mengeluh
pusing
o Kemungkinan klien
mengatakan perubahan
menstruasi, masa
menstruasi yang
memanjang
15. Kemungkinan klien
Nadi : 64 x/menit
Suhu : 37,3oC ,
o Miksedema
o Hasil rontgen thorax :
efusi pleura.
o Kemungkinan klien
terlihat malas beraktivitas
o Kemungkinan lidah klien
tampak menebal
o Kemungkinan klien
terlihat penurunan reflek
tendon
o Kemungkinan klien
terlihat gerak-gerik sangat
lamban,
o Kemungkinan klien
terlihat lemah, cepat lelah,
o Kemungkinan klien
terlihat gerakan yang
canggung lamban
o Kemungkinan klien
terlihat berbicara lambat
dan terbata-bata
o Kemungkinan klien
terlihat kelopak mata turun
dan wajah bengkak,
o Kemungkinan klien
terlihat mengalami
perlambatan daya pikir
o Kemungkinan klien
terlihat mengalami
gangguan memori
o Kemungkinan klien
18
mengatakan tidak tahan terhadap
dingin,
terlihat perhatian kurang,
letargi atau somnolen,
bingung
o Kemungkinan kulit klien
teraba kasar, tebal,
bersisik, dingin dan pucat
o Kemungkinan klien
terlihat adanya
pembengkakkan dan
edema kulit, terutama di
bawah mata dan di
pergelangan kaki
o Kemungkinan klien
terlihat pertumbuhan kuku
buruk, kuku menebal
18. Kemungkinan terlihat rambut
klien kering, kasar; dan
pertumbuhannya buruk
3. ANALISA DATA
DATA PROBLEM ETIOLOGI
DS :
Klien mengeluh suka sesak
Klien mengatakan suaranya sudah
seminggu ini parau
Kemungkinan klien mengatakan
kesulitan saat bernapas
Kemungkinan klien
DO:
Tanda-tanda vital :
TD : 90/60 mmHg
Nadi : 64 x/menit
Suhu : 37,3oC
Pola napas tidak
efektif
Depresi ventilasi
19
Pemeriksaan Penunjang
Hasil rontgen thorax : efusi
pleura
Klien terlihat sesak napas
Kemungkinan klien terlihat
menggunakan otot bantu
pernapasan
Kemungkinan klien terlihat
memegangi dada
Kemungkinan klien terlihat
cemas dan gelisah
DS :
Klien mengeluh suka sesak
Klien mengatakan suaranya sudah
seminggu ini parau
Kemungkinan klien mengeluh
pusing
DO:
Tanda-tanda vital :
TD : 90/60 mmHg
Nadi : 64 x/menit
Suhu : 37,3oC
Pemeriksaan Penunjang
Hasil rontgen thorax : efusi
pleura
Klien terlihat pucat
Kemungkinan klien terlihat
lemah, cepat lelah,
Kemungkinan klien mengalami
perbesaran jantung
Kemungkinan klien terlihat
memegangi dada
Kemungkinan klien
Penurunan curah
jantung
Degenerasi otot
jantung (miokarditis)
DS : Perubahan nutrisi Peningkatan
20
Klien mengeluh tidak ada nafsu
makan sudah seminggu ini
Klien mengeluh suka sesak
Klien mengeluh rambutnya rontok
sangat banyak setiap kali menyisir
Klien mengatakan kuku juga
mudah rapuh
Kemungkinan klien mengeluh
malas beraktivitas
Kemungkinan klien mengeluh
pusing
DO :
Tanda-tanda vital :
TD : 90/60 mmHg
Nadi : 64 x/menit
Suhu : 37,3oC
Pemeriksaan Penunjang
Hasil rontgen thorax : efusi
pleura
Kemungkinan klien terlihat
malas beraktivitas
Kemungkinan lidah klien
tampak menebal
Kemungkinan klien terlihat
lemah, cepat lelah,
Kemungkinan kulit klien teraba
kasar, tebal, bersisik, dingin dan
pucat
kurang dari
kebutuhan
metabolisme
DS :
Klien mengatakan tidak
mengerti kenapa ini terjadi
Kemungkinan klien mengeluh
pusing
Perubahan proses
berpikir
Perubahan
fisiologis :
penurunan stimulasi
SSP
21
Kemungkinan klien mengeluh
tentang sakit dan gejala yang
dialami
Kemungkinan klien mengatakan
hal yang sama berulang
DO:
Tanda-tanda vital :
TD : 90/60 mmHg
Nadi : 64 x/menit
Suhu : 37,3oC ,
Miksedema
Hasil rontgen thorax : efusi
pleura.
Kemungkinan klien terlihat
mengalami perlambatan daya
pikir
Kemungkinan klien terlihat
mengalami gangguan memori
Kemungkinan klien terlihat
kurang perhatian, letargi atau
somnolen, bingung
3. DIAGNOSA NANDA
Diagnosa :Intoleransi aktivitas b/d Kelelahan dan penurunan proses kognitif.
NS. DIAGNOSIS :
(NANDA-I)
Intoleransi aktivitas
DEFINITION:Ketidakcukupan energi psikologis atau fisiologis untuk melanjukan atau
menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari yang harus atau yang
ingin dilakukan
22
DEFINING
CHARACTER
ISTICS
Respon tekanan darah abnormal terhadap aktivitas Respon frekuensi jantung abnormal terhadap aktivitas Perubahan EKG yang mencerminkan eritmia Perubhan EKG yang mencerminkan iskemia Ketidaknyamanan setelah beraktivitas Dispnea setelah beraktivitas Menyatakan merasa letih Menyatakan merasa lemah
RELATED
FACTORS:
Tirah baring
Kelemahan umum
Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
Imibilitas
Gaya hidup menonton
Subjective data entry
Klien mengeluh tidak ada nafsu makan sudah seminggu ini
Klien mengeluh suka sesakKlien mengeluh rambutnya rontok
sangat banyak setiap kali menyisirKlien mengatakan suaranya sudah
seminggu ini parauKlien mengatakan kuku juga mudah
rapuhKlien tidak mengerti kenapa ini
terjadiKlien mengeluh suka merasa dingin
walaupun udara dilingkungan sangat panas.
Objective data entry
Tanda-tanda vital :
TD : 90/60 mmHg
Nadi : 64 x/menit
Suhu : 37,3oC ,
Miksedema
Hasil rontgen thorax : efusi pleura.
Ns. Diagnosis (Specify):
Intoleransi aktivitas
Related to:
Intoleransi aktivitas b/d Kelelahan dan penurunan proses kognitif.
23
INTERVENSI
NIC NOC
INTERVENSI AKTIVITAS OUTCAME INDICATOR Manajemen energi
Def : Peraturan penggunaan energi untuk mengatur atau mencegah kelelahan dan pengoptimalan fungsi
Tetapkan batasan
kegiatan fisik pasien
Tentukan perbedaan
yang segnifikan pada
pasien tentang
persepsi penyebab
kelelahan
Dorong pasien
menyampaikan
perasaannya secara
verbal
Tentukan penyebab
kelelahan
(contoh;perawatan,n
yeri dan pengobatan)
Tentukan apa dan
berapa banyak
Toleransi aktivitas
Def:Respon fisiologis untuk mengkonsumsi energi dengan aktivitas sehari-hari
Saturasi oksigen
dengan aktivitas
Denyut nadi
dengan aktivitas
Tingkat pernafasan
dengan aktivitas
Kemudahan
bernafas dengan
aktivitas
Tekanan darah
sistolik dengan
aktivitas
Tekanan darah
diastol dengan
aktivitas
Temuan
elektodiagram
24
aktivitas yang dib
utuhkan untuk
menentukan
durasinya
Monitor nutrisi yang
masuk untuk
memastikan
adequatnya sumber
tenaga
Monitor pasien untuk
yakin akan kondisi
kelelahan fisik dan
emosi
Perhatikan lokasi dan
jenis
ketidaknyamanan
atau nyeri selama
beraktivitas
Batasi stimulasi
lingkungan
(contoh:lampu dan
suara yang dapat
meningkatkan
relaksasi pasien)
Anjurkan istirahat
atau batasi aktivitas
(contoh;tingkatkan
lamanya istirahat)
Anjurkan alternatif
istirahat dan lamanya
aktivitas
Latih ROM aktiv dan
oasif untuk
Warna kulit
Kecepatan berjalan
kaki
Jarak tempuh
dengan berjalan
Toleransi
memanjat tangga
Kekuatan tubuh
bagian atas
Kekuatan tubuh
bagian bawah
Kemudahan
melakukan
aktivitas hidup
sehari-hari
Kemampuan untuk
berbicara dengan
aktivitas
25
menyembuhkan
ketegangan otot
Anjurkan aktivitas
yang nyaman untuk
mendukung relaksasi
Buat perencanaan
aktivitas ketika
pasien mempunayai
energi yang banyak
IMPLEMENTASI
No.diagnosa masalah
Tangal / jam Tindakan Paraf
Intoleransi aktivitas 28/07/2015, 09.00 wib Mengopservasi adanya
pembatasan klien dalam
melakukan aktivitas
Mengkaji adanya faktor
yang menyebabkan
kelelahan
Memonitor sumber
energi yang adekuat
Memonitor pasien akan
adanya kelelahan fisik
dan emosi secara
berlebihan
Memonitor pola tidur
dan lamanya
tidur/istirahat pasien
Membantu pasien untuk
26
mengidentivikasi
aktivitas yang dioerlukan
untuk aktivitas yang
diinginkan
Memonitor respon
fisik,emosi,sosial dan
spiritual
Membatu pasien untuk
membuat jadwal latihan
diwaktu luang
EVALUASI
Masalah keperawatan /kolaboratif
Tanggal / Jam Catatan Perkembangan Paraf
Intoleransi aktivitas 28/07/2015, 09.45 wib
S : Klien mengatakan sudah tidak
sesak
O : Tanda-tanda vital dalam keadaan
normal
TD: 130/70mmHg,Hr : 95x/mnt
RR 22x/mnt
Klien tidak terlihat memegangi dada
Klien terlihat napas tanpa bantuan
otot tambahan
A : Masalah sudah teratasi sebagian
P : Intervensi dihentikan
27
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Hipotiroidisme merupakan keadaan yang ditandai dengan terjadinya hipofungsi tiroid
yang berjalan lambat dan diikuti oleh gejala-gejala kegagalan tiroid.
Secara klinis dikenal 3 hipotiroidisme, yaitu :
a. Hipotiroidisme sentral (karena kerusakan hipofisis/hipotalamus);
b. Hipotiroidisme primer (apabila yang rusak kelenjar tiroid) merupakan yang
paling banyak ditemukan;
c. Hipotiroidisme karena sebab lain (farmakologis, defisiensi yodium,kelebihan
yodium dan resistensi perifer).
Komplikasi yang teradi pada pasien dengan hipotiroidisme:
28
a. Koma miksedema
b. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan (Kretinisme)
c. Kematian dapat terjadi apabila tidak diberikan HT dan stabilisasi semua gejala
dengan segera.
DAFTAR PUSTAKA
Baradero, Mary dkk. 2009. Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Endokrin. Jakarta:
EGC
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Bruuner dan Suddarth
Edisi 8, Volume 2. Jakarta: EGC.
29