revisi pedoman bahasa jepang
TRANSCRIPT
-
8/14/2019 Revisi Pedoman Bahasa Jepang
1/66
I. PENDAHULUAN
Kebijakan pemerintah menggunakan kurikulum berbasis kompetensi didasarkan pada PP Nomor 25 tahun 2000 tentang
pembagian kewenangan pusat dan daerah. Pada PP ini, dalam bidang pendidikan dan kebudayaan, dinyatakan bahwa kewenangan
pusat adalah dalam halpenetapan standar kompetensi peserta didik dan warga belajar serta pengaturan kurikulum nasional dan
penilaian hasil belajar secara nasional serta pedoman pelaksanaannya, dan penetapan standar materi pelajaran pokok. Berdasarkan
hal itu, Departemen Pendidikan Nasional melakukan penyusunan standar nasional untuk seluruh mata pelajaran di SMA, yang
mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok, dan indikator pencapaian.
Sesuai dengan jiwa otonomi, pemerintah daerah memiliki kewenangan untuk mengembangkan silabus dan sistem penilaiannya
berdasarkan standar nasional. Bagian yang menjadi kewenangan daerah adalah dalam mengembangkan strategi pembelajaran yang
meliputi pembelajaran tatap muka dan pengalaman belajar serta instrumen penilaiannya. Meskipun demikian, tidak menutup
kemungkinan bagi daerah untuk mengembangkan standar tersebut apabila dirasa kurang memadai, misalnya penambahan kompetensi
dasar atau indikator pencapaian.
Pendidikan berbasis kompetensi adalah pendidikan yang menekankan pada kemampuan yang harus dimiliki oleh lulusan suatu
jenjang pendidikan. Kompetensi lulusan suatu jenjang pendidikan, sesuai dengan tujuan pendidikan nasional, mencakup komponen
pengetahuan, keterampilan, kecakapan, kemandirian, kreativitas, kesehatan, akhlak, ketakwaan, dan kewarganegaraan.
Menurut Wilson (2001) paradigma pendidikan berbasis kompetensi mencakup kurikulum, pedagogi, dan penilaian yang
menekankan pada standar atau hasil. Kurikulum berisi bahan ajar yang diberikan kepada peserta didik melalui proses pembelajaran.
Proses pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan pedagogi yang mencakup strategi atau metode mengajar. Tingkat
keberhasilan belajar yang dicapai peserta didik dapat dilihat pada hasil belajar, yang mencakup ujian, tugas-tugas, dan pengamatan.
Implikasi penerapan pendidikan berbasis kompetensi adalah perlunya pengembangan silabus dan sistem penilaian yang
menjadikan peserta didik mampu mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan standar yang ditetapkan dengan
mengintegrasikan life skills. Silabus adalah acuan untuk merencanakan dan melaksanakan program pembelajaran, sedangkan sistem
penilaian mencakup indikator dan instrumen penilaiannya yang meliputi jenis tagihan, bentuk instrumen, dan contoh instrumen.
Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang
-
8/14/2019 Revisi Pedoman Bahasa Jepang
2/66
Jenis tagihan adalah berbagai bentuk ulangan dan tugas-tugas yang harus dilakukan oleh peserta didik; sedangkan bentuk
instrumen terkait dengan jawaban yang harus dikerjakan oleh peserta didik, baik dalam bentuk tes maupun nontes.
I. KARAKTERISTIK BAHASA JEPANG
1. HURUF ( MOJI )
Bahasa Jepang memiliki 3 ragam huruf yaitu; hurufHiragana, hurufKatakana dan hurufKanji. Bahasa Jepang ditulis dengan
gabungan huruf Kanji dan huruf Hiragana. Kata-kata serapan yang berasal dari luar bahasa Jepang (nama, nama tempat,
kata-kata asing) ditulis dengan huruf Katakana. Huruf Latin ( Romaji ) tidak umum dipergunakan dalam bahasa Jepang,
kecuali digunakan dalam buku pelajaran bahasa Jepang yang sasarannya terbatas pada kemampuan percakapan sehari-hari,
iklan, atau petunjuk jalan yang diperuntukkan untuk orang asing.
2. BUNYI BAHASA JEPANG ( NIHONGONO HATSUON )
Bunyi bahasa Jepang berdasarkan pada bunyi vokal [a, i,u,e,o]. Satuan Bunyi bahasa Jepang disebut mora . Satu bunyi
(satu mora) meliputi Vokal atau gabungan konsonan dan vokal seperti; a,i,u,e,o atau ka,ki,ku,ke,ko dan sebagainya atau ada
juga gabungan konsonan, semi vokal y dan vokal seperti; kya,kyu,kyo,bya,byu.byo atau konsonan rangkap seperti kippu,
raketto, chiketto dan sebagainya. Terdapat pengecualian mora istimewa yaitu n, yang tidak diikuti dengan vokal dan
diucapkan sebagai satu bunyi. Semua bunyi tersebut diucapkan sebagai satu bunyi yang panjangnya hampir sama.
Vokal (Boin) terdiri dari vokal pendekdan vokal panjang. Bunyi vokal panjang 2 kali bunyi vokal pendek.
Contoh : obasan (tante) dan obaasan (nenek) ojisan (paman) dan ojiisan (kakek)
Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang
-
8/14/2019 Revisi Pedoman Bahasa Jepang
3/66
3. AKSEN BAHASA JEPANG
Aksen bahasa jepang, bukanlah berupa kuat lemahnya nada tetapi tinggi rendahnya nada. Kata yang sama tetapi dengan
nada tinggi rendahnya nada yang berbeda bisa mempunyai arti yang lain.
Contoh : ha shi ( jembatan ) dan ha shi ( sumpit )
Ki ru ( memakai ) dan ki ru ( memotong )
4. STRUKTUR BAHASA JEPANG
a. Di dalam struktur bahasa Jepang, predikat terletak di akhir kalimat.
Contoh : Watashi wa Bogor e ikimasu. ( Saya pergi ke Bogor.)
b. Di belakang kata atau kalimat dipergunakan partikel/kata bantu ( Jooshi )
Dan penggunaan partikel menunjukkan hubungan antara kata dengan kata dalam kalimat dan berfungsi menambahkan
berbagai arti.
Contoh : Chichi wa mainichi rokujihan ni asagohan o tabemasu. ( Setiap hari ayahku makan pagi pada pukul 6:30 )
c. Kata yang menerangkan terletak di depan kata yang menerangkan.
( Kebalikkan dari hukum DM bahasa Indonesia )
Indonesia Daigaku ( Universitas Indonesia )
Ookii kuruma (mobil besar)
d. Terdapat konyugasi pada kata kerja ( Dooshi ), Kata Sifat (Keiyooshi) atau pada bentuk kalimat itu sendiri.
Contoh : Kyoo wa sate o tabemasu. Kinoo wa gadogado o tabemashita.
( Hari ini saya makan sate. Kemarin makan gado-gado.)Kyoowa mokuyoobidesu. Kinoowa suiyoobideshita.
(Hari ini hari Kamis. Kemarin hari Rabu.)
Kyoowa atsuidesu. Kinoomo atsukattadesu.
(Hari ini panas. Kemarinpun pasa.)Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang
-
8/14/2019 Revisi Pedoman Bahasa Jepang
4/66
e. Di dalam konteks kalimat, bila subjek dan obyek sudah diketahui, seringkali dihilangkan.
Contoh : A : ( B san wa) maiasa shimbun o yomimasuka.
( (Tuan B) setiap pagi membaca koran? )
B : Hai, ( watashi wa shimbun o ) yomimasu.
( Ya (saya) membaca ( koran )
Kata yang terdapat di dalam kurung bisa dihilangkan.
f. Pada umumnya kata benda tidak memiliki bentuk jamak.
g. Dalam bahasa Jepang dikenal bentuk biasa dan bentuk sopan. Bentuk biasa digunakan dalam percakapan sehari-hari
diantara orang-orang yang sudah akrab atau dekat yang tidak perlu berbasa-basi lagi, misalkan diantara teman akrab
atau dalam keluarga. Sedangkan bentuk sopan dipergunakan pada saat berkomunikasi dengan orang yang baru kita
kenal, dengan atasan, atau dengan orang sebaya yang tidak begitu akrab.
Contoh : A : Ashita isshoni gakkoo e ikanai ? ( bentuk biasa )
( Besok kita bersama-sama pergi ke sekolah? )
B : ...un, iine. ( bentuk biasa ) (Ya, baiklah.)
A : Ashita isshoni gakkoo e ikimasenka. ( bentuk sopan )
(Maukah anda besok pergi ke sekolah bersama-sama )
B : Iidesune. ( bentuk sopan ) ( Ya, baiklah.)
Bahasa Jepang yang diajarkan kepada orang asing ialah bahasa Jepang ragam standar yaitu bahasa yang resmi yang bisa
diterima oleh seluruh masyarakat Jepang. Oleh karena itu pembelajar bahasa Jepang jangan ragu-ragu untuk berkomunikasi denganteman-teman, atau orang-orang Jepang dengan menggunakan bahasa Jepang yang sudah dipelajari.
Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang
-
8/14/2019 Revisi Pedoman Bahasa Jepang
5/66
III. STANDAR KOMPETENSI BAHASA JEPANG
Kompetensi merupakan kebulatan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dapat didemonstrasikan, ditunjukkan atau
ditampilkan oleh siswa sebagai hasil belajar. Sesuai denganpengertian tersebut, maka standar kompetensi bahasa Jepang adalah
standar kemampuan yang harus dikuasai oleh siswasebagai hasil darimempelajari bahasa Jepang.
Kompetensi adalah kemampuan yang dapat dilakukan peserta didik yang mencakup pengetahuan, keterampilan, dan perilaku.
Standar adalah arahan atau acuan bagi pendidik tentang kemampuan dan keterampilan yang menjadi fokus proses pembelajaran dan
penilaian. Jadi standar kompetensi adalah batas dan arah kemampuan yang harus dimiliki dan dapat dilakukan peserta didik setelah
mengikuti proses pembelajaran suatu mata pelajaran tertentu. cakupan materi yang terkandung dalam setiap standar kompetensi
cukup luas dan terkait dengan konsep yang ada dalam suatu mata pelajaran.
Sesuai dengan pengertian tersebut, standar kompetensi bahasa Jepangadalah kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa
sebagai hasil dari mempelajari bahasa Jepang Untuk mata pelajaran bahasa Jepang. di SMA, telah dirumuskan standar kompetensi,
yaitu:
1. Berkomunikasi lisan dan tertulis dengan menggunakan ragam bahasa serta pola kalimat yang tepat sesuai konteks dalam wacana
interaksional dan atau monolog yang informatif berbentuk naratif, deskriptif, dan laporan sederhana.
2. Berkomunikasi lisan dan tertulis dengan menggunakan ragam bahasa yang sesuai dengan lancar dan akurat, dalam wacana
interaksional dan atau monolog berbentuk naratif, prosedur, deskriptif dan berita.
Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang
-
8/14/2019 Revisi Pedoman Bahasa Jepang
6/66
-
8/14/2019 Revisi Pedoman Bahasa Jepang
7/66
3. Penentuan Materi Pokok dan Uraian Materi Pokok. Materi pokok dan uraian materi pokok adalah butir-butir bahan
pelajaran yang dibutuhkan siswa untuk mencapai suatu kompetensi dasar. Pengurutan materi pokok dapatmenggunakan
pendekatan prosedural, hirarkis, konkrit ke abstrak, pendekatan tematik.
Prinsip yang perlu diperhatikan dalam menentukan materi pokok dan uraian materi pokok adalah: a) prinsip relevansi, yaituadanya kesesuaian antara materi pokok dengan kompetensi dasar yang ingin dicapai; b) prinsip konsistensi, yaitu adanya
keajegan antara materi pokok dengan kompetensi dasar dan standar kompetensi; dan c) prinsip adekuasi, yaitu adanya
kecukupan materi pelajaran yang diberikan untuk mencapai kompetensi dasar yang telah ditentukan. Materi pokok inipun
telah ditentukan oleh Depdiknas.
4. Pemilihan Pengalaman Belajar. Proses pencapaian kompetensi dasar dikembangkan melalui pemilihan strategi
pembelajaran yang meliputi pembelajaran tatap muka dan pengalaman belajar. Pengalaman belajar merupakan kegiatan
fisik maupun mental yang dilakukan siswa dalam berinteraksi dengan bahan ajar. Pengalaman belajar dilakukan oleh siswa
untuk menguasai kompetensi dasar yang telah ditentukan. Baik pembelajaran tatap muka maupun pengalaman belajar,
dapat dilakukan di dalam maupun di luar kelas. Untuk itu, pembelajarannya dilakukan dengan metode yang bervariasi.
Selanjutnya, pengalaman belajar hendaknya juga memuat kecakapan hidup ( life skills) yang harus dimiliki oleh siswa.
Kecakapan hidup merupakan kecakapan yang dimiliki seseorang untuk berani menghadapi problem hidup dan kehidupan
dengan wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga
mampu mengatasinya.
Pembelajaran kecakapan hidup ini tidak dikemas dalam bentuk mata pelajaran baru, tidak dikemas dalam materi tambahan
yang disisipkan dalam mata pelajaran, pembelajaran di kelas tidak memerlukan tambahan alokasi waktu, tidak memerlukan
jenis buku baru, tidak memerlukan tambahan guru baru, dan dapat diterapkan dengan menggunakan kurikulum apapun.
Pembelajaran kecakapan hidup memerlukan reorientasi pendidikan dari subject-matter orientedmenjadi life-skill oriented.
Secara umum ada dua macam kecakapan hidup ( life skills ), yaitu general life skills (GLS) dan spesific life skills (SLS).
General life skills dibagi menjadi dua, yaitupersonal skill(kecakapan personal) dan social skill(kecakapan sosial).
Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang
-
8/14/2019 Revisi Pedoman Bahasa Jepang
8/66
Kecakapan personal itu sendiri terdiri dari self-awareness skill(kecakapan mengenal diri) dan thinking skill(kecakapan
berpikir). Spesific life skills juga dibagi menjadi dua, yaitu academic skill(kecakapan akademik) dan vocational skill
(kecakapan vokasional/kejuruan).
Kecakapan-kecakapan hidup di atas dapat dirinci sebagai berikut. Pertama, kecakapan mengenal diri meliputi kesadaran
sebagai makhluk Tuhan, kesadaran akan eksistensi diri, dan kesadaran akan potensi diri. Kedua, kecakapan berpikir meliputi
kecakapan menggali informasi, mengolah informasi, mengambil keputusan, dan kecakapan memecahkan masalah. Ketiga,
kecakapan sosial meliputi kecakapan komunikasi lisan, komunikasi tertulis, dan kecakapan bekerjasama. Keempat,
kecakapan akademik meliputi kecakapan mengidentifikasi variabel, menghubungkan variabel, merumuskan hipotesis, dan
kecakapan melaksanakan penelitian. Kelima, kecakapan vokasional sering disebut juga sebagai kecakapan kejuruan.
Kecakapan ini terkait dengan bidang pekerjaan tertentu. Dalam memilih pengalaman belajar perlu dipertimbangkan
kecakapan hidup apa yang akan dikembangkan pada setiap kompetensi dasar. Untuk itu diperlukan analisis kecakapan hidup
setiap kompetensi dasar. Tabel berikut merupakan contoh format analisis kecakapan hidup.
Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang
-
8/14/2019 Revisi Pedoman Bahasa Jepang
9/66
Tabel 1: Contoh Format Analisis Kompetensi Dasar dan Kecakapan Hidup
No.
Kecakapan
Hidup
Kompetensi dasar
Kesadaran Diri Kecakapan Berpikir KecakapanSosial
Kecakapan Akademik
MakhlukTu
han.
Eksistensi
diri.
Potensi
diri.
Menggaliinform
asi.
Mengolahinform
asi.
Mengambilkeputu
san.
Memecahkanmasalah.
Komunikasilisan.
Komunikasitertulis.
Bekerjasa
ma.
Mengidentifikasivariabel.
Menghubungkanvariabel.
Merumuskanhipot
esis.
Melaksanakanpeneli
tian.
1 1.3. Menyampaikan berbagai
informasi sederhana secara lisanv v v v v v v
2 1.7.Memahami teks pendek dan
sederhana.v v v v v
v
Dalam mata pelajaran Bahasa Jepang di SMA kecakapan hidup (life skills) yang dikembangkan adalah general life skills
(GLS) dan academic skill(kecakapan akademik). Rumusan pengalaman belajar yang diturunkan dari kompetensi dasar
hendaknya memuat kecakapan hidup di atas. Kecakapan hidup dalam pengalaman belajar ditulis dalam tanda kurung
dengan cetak miring. Misalnya: Menyampaikan berbagai informasi sederhana secara lisan (Kecakapan Hidup: kesadaran
akan eksistensi diri, kesadaran akan potensi diri, menggali informasi, mengolah informasi,komunikasi lisan, komunikasi
tertulis ,bekerjasama, dan mengambil keputusan).
Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang
-
8/14/2019 Revisi Pedoman Bahasa Jepang
10/66
5. Penjabaran Kompetensi Dasar Menjadi Indikator. Indikator merupakan penjabaran kompetensi dasar yang dapat
dijadikan ukuran untuk mengetahui ketercapaian hasil pembelajaran. Indikator dirumuskan dengan kata kerja operasional
yang bisa diukur dan dibuat instrumen penilaiannya. Seperti halnya standar kompetensi dan kompetensi dasar, sebagian dari
indikator telah pula ditentukan oleh Depdiknas.
6. Penjabaran Indikator ke dalam Instrumen Penilaian. Indikator dijabarkan lebih lanjut ke dalam instrumen penilaian
yang meliputi jenis tagihan, bentuk instrumen, dan contoh instrumen. Setiap indikator dapat dikembangkan menjadi 3
instrumen penilaian yang meliputi ranah kognitif, psikomotor, dan afektif.
Jenis tagihan yang dapat digunakan sebagai berikut.
a. Kuis. Bentuknya berupa isian singkat dan menanyakan hal-hal yang prinsip. Biasanya dilakukan sebelum pelajaran dimulai,
kurang lebih 5 -10 menit. Kuis dilakukan untuk mengetahui penguasaan pelajaran oleh siswa. Tingkat berpikir yang terlibat
adalah pengetahuan dan pemahaman.
b. Pertanyaan Lisan. Materi yang ditanyakan berupa pemahaman terhadap konsep, prinsip, atau teorema. Tingkat berpikir
yang terlibat adalah pengetahuan dan pemahaman.
c. Ulangan Harian. Ulangan harian dilakukan secara periodik di akhir pembelajaran satu atau dua kompetensi dasar. Tingkat
berpikir yang terlibat sebaiknya mencakup pemahaman, aplikasi, dan analisis.
d. Ulangan Blok. Ulangan Blok adalah ujian yang dilakukan dengan cara menggabungkan beberapa kompetensi dasar dalam
satu waktu. Tingkat berpikir yang terlibat mulai dari pemahaman sampai dengan evaluasi.
e. Tugas Individu. Tugas individu dapat diberikan pada waktu-waktu tertentu, antara lain dalam bentuk pembuatan klipping,
makalah, dan yang sejenisnya. Tingkat berpikir yang terlibat sebaiknya aplikasi, analisis, sampai sintesis dan evaluasi.
f. Tugas Kelompok. Tugas kelompok digunakan untuk menilai kompetensi kerja kelompok. Bentuk instrumen yang digunakan
salah satunya adalah uraian bebas dengan tingkat berpikir tinggi yaitu aplikasi sampai evaluasi.
Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang
-
8/14/2019 Revisi Pedoman Bahasa Jepang
11/66
-
8/14/2019 Revisi Pedoman Bahasa Jepang
12/66
d. Jawaban Singkat atau Isian Singkat. Bentuk ini digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan pemahaman
siswa. Materi yang diuji bisa banyak, namun tingkat berpikir yang diukur cenderung rendah.
e. Menjodohkan. Bentuk ini cocok untuk mengetahui pemahaman atas fakta dan konsep. Cakupan materi bisa banyak,
namun tingkat berpikir yang terlibat cenderung rendah.
f. Performans. Bentuk ini cocok untuk mengukur kompetensi siswa dalam melakukan tugas tertentu, seperti praktik ibadah
atau perilaku yang lain.
g. Portofolio. Bentuk ini cocok untuk mengetahui perkembangan unjuk kerja siswa, dengan menilai kumpulan karya-karya
dan tugas-tugas yang dikerjakan oleh siswa. Karya-karya ini dipilih dan kemudian dinilai, sehingga dapat dilihat
perkembangan kemampuan siswa.
h. Menentukan Alokasi Waktu. Alokasi waktu adalah perkiraan berapa lama siswa mempelajari suatu materi pelajaran.
Untuk menentukan alokasi waktu, prinsip yang perlu diperhatikan adalah tingkat kesukaran materi, cakupan materi,
frekuensi penggunaan materi baik di dalam maupun di luar kelas, serta tingkat pentingnya materi yang dipelajari.
i. Sumber/Bahan/Alat. Istilah sumber yang digunakan di sini berarti buku-buku rujukan, referensi atau literatur, baik untuk
menyusun silabus maupun mengajar. Sedangkan yang dimaksud dengan bahan dan alat adalah bahan-bahan dan alat-alat
yang diperlukan dalam praktikum atau proses pembelajaran lainnya. Bahan dan alat di sini dapat bervariasi sesuai dengan
karakteristik mata pelajarannya.
B. Penyusunan dan Analisis Instrumen
Tujuan penilaian adalah untuk mengetahui apakah siswa telah atau belum menguasai suatu kompetensi dasar tertentu.
Penilaian juga bertujuan untuk: (1) mengetahui tingkat pencapaian kompetensi siswa, (2) mengukur pertumbuhan dan perkembangan
siswa, (3) mendiagnosis kesulitan belajar siswa, (4) mengetahui hasil pembelajaran, (5) mengetahui pencapaian kurikulum, (6)
mendorong siswa belajar, dan (7) mendorong guru agar mengajar dengan lebih baik.
Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang
-
8/14/2019 Revisi Pedoman Bahasa Jepang
13/66
1. Langkah Penyusunan Instrumen
Langkah awal dalam mengembangkan instrumen adalah menetapkan spesifikasi, yaitu berisi uraian yang menunjukkan
keseluruhan karakteristik yang harus dimiliki suatu instrumen. Penyusunan spesifikasi instrumen mencakup kegiatan: (a) menentukan
tujuan, (b) menyusun kisi-kisi, (c) memilih bentuk instrumen, dan (d) menentukan panjang instrumen.
Kisi-kisi berupa matriks yang berisi spesifikasi instrumen yang akan dibuat. Kisi-kisi ini merupakan acuan bagi penyusuninstrumen, sehingga siapapun yang menyusunnya akan menghasilkan isi dan tingkat kesulitan yang relatif sama. Matriks kisi-kisi tes
terdiri dari dua jalur, yaitu kolom dan baris.
Tabel 2: Kisi-Kisi Silabus dan Sistem Penilaian Berkelanjutan
Standar Kompetensi: Berkomunikasi lisan dan tertulis dengan menggunakan ragam bahasa sederhana dan dapat dipahami sesuai
konteks dalam wacana interaksional dan atau monolog yang informatif berbentuk naratif, deskriptif dan laporan sederhana.
Kompetensi
Dasar
Materi Pokok
dan UraianMateri Pokok
Pengalaman
Belajar
Indikator Penilaian
JenisTagihan
BentukInstrumen
ContohInstrumen
Alokasiwaktu
Sumber/Bahan/Alat
Pemilihan bentuk instrumen akan ditentukan oleh tujuan, jumlah peserta, waktu yang tersedia untuk memeriksa, cakupan
materi, dan karakteristik mata pelajaran yang diujikan. Bentuk pilihan ganda misalnya, sangat tepat digunakan apabila jumlah peserta
banyak, waktu koreksi singkat, dan cakupan materi yang diujikan banyak.
Bentuk instrumen yang digunakan sebaiknya bervariasi seperti pilihan ganda, uraian objektif, uraian bebas, menjodohkan,
jawaban singkat, benar-salah, unjuk kerja (performans), dan portofolio. Dengan cara ini diharapkan agar diperoleh data yang akurat
tentang pencapaian belajar siswa.
Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang
-
8/14/2019 Revisi Pedoman Bahasa Jepang
14/66
Panjang instrumen ditentukan oleh waktu yang tersedia dengan memperhatikan bahan dan tingkat kelelahan peserta tes. Pada
umumnya ulangan dalam bentuk tes membutuhkan waktu 60 sampai 90 menit. Sedangkan ulangan dalam bentuk nontes dan praktik
bisa disesuaikan dengan kebutuhan. Penentuan panjang tes dan nontes dapat ditentukan berdasarkan pengalaman para guru.
Pada umumnya, setiap butir tes pilihan ganda memerlukan waktu pengerjaan sekitar 1 sampai 3 menit, tergantung pada
tingkat kesulitan soal. Untuk tes bentuk uraian, lama tes ditentukan berdasarkan pada kompleksitas jawaban yang dituntut. Untuk
mengatasi agar jawaban soal tidak terlalu panjang, sebaiknya jawaban dibatasi dengan beberapa kalimat atau beberapa baris.
2. Bentuk Instrumen dan Penskorannya
a. Bentuk Instrumen Tes dan Penskorannya
1) Pertanyaan Lisan. Penskoran pertanyaan lisan dapat dilakukan dengan pola kontinum 0 s/d 10, atau 0 s/d 100. Untuk
memudahkan penskoran, dibuat rambu-rambu jawaban yang akan dijadikan acuan. Contoh soal:Asanno shumi wa nandesuka.?
2) Pilihan Ganda.Bentuk soal pilihan ganda dapat dipakai untuk menguji penguasaan kompetensi pada tingkat berpikir rendah
seperti pengetahuan (recall) dan pemahaman, sampai pada tingkat berpikir tinggi seperti aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.
Pedoman pembuatan tes bentuk pilihan ganda adalah: (a) pokok soal harus jelas, (b) isi pilihan jawaban homogen, (c) panjang
pilihan jawaban relatif sama, (d) tidak ada petunjuk jawaban benar, (e) hindari menggunakan pilihan jawaban: semua benar atau
semua salah, (f) pilihan jawaban angka diurutkan, (g) semua pilihan jawaban logis, (h) jangan menggunakan negatif ganda, (I)
kalimat yang digunakan sesuai dengan tingkat perkembangan peserta tes, (j) bahasa yang digunakan baku, (k) letak pilihan jawaban
benar ditentukan secara acak, dan (l) penulisan soal diurutkan ke bawah. Contoh soal:
Rini : Tanakasan, isshoni eiga o mini ikimasennka.
Tanaka : Iidesune. ... .
a. Iku
b. Ikimasu
c. Ikimasen
d. IkimashitaPengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang
-
8/14/2019 Revisi Pedoman Bahasa Jepang
15/66
e. Ikimashoo
dan pilihan ganda dapat dilakukan dengan rumus:
x100
N
BSkor=
B= adalah banyaknya butir yang dijawab benar
N = adalah banyaknya butir soal
3) Uraian Objektif.Pertanyaan yang biasa digunakan adalah simpulkan dan tafsirkan.
Langkah untuk membuat tes uraian objektif adalah: (a) menulis soal berdasarkan indikator pada kisi-kisi, dan (b) mengedit
pertanyaan. Untuk mengedit pertanyaan perlu diperhatikan: (1) apakah pertanyaan mudah dimengerti, (2) apakah data yang
digunakan benar, (3) apakah tata letak keseluruhan baik, (4) apakah pemberian bobot skor sudah tepat, (5) apakah kunci jawaban
sudah benar, dan (6) apakah waktu untuk mengerjakan tes cukup.
Penskoran instrumen uraian objektif dapat dilakukan dengan memberikan skor tertentu berdasarkan langkah-langkah dalam
menjawab soal.
Contoh soal:( Diberikan gambar kelas berikut benda-benda yang ada di dalamnya) Kyooshitsuno nakani naniga arimasuka.
4) Uraian Bebas.Bentuk instrumen ini dapat dipakai untuk mengukur kompetensi siswa dalam semua tingkat ranah kognitif.
Kaidah penulisan instrumen bentuk uraian bebas adalah: (a) gunakan kata-kata seperti mengapa, uraikan, jelaskan,
bandingkan, tafsirkan, hitunglah dan buktikan; (b) hindari penggunaan pertanyaan seperti siapa, apa, dan bila; (c) gunakan bahasa
yang baku; (d) hindari penggunaan kata-kata yang dapat ditafsirkan ganda; (e) buat petunjuk mengerjakan soal; (f) buat kunci
jawaban; dan (g) buat pedoman penskoran.
Untuk memudahkan penskoran, dibuat rambu-rambu jawaban yang akan dijadikan acuan. Contoh soal: Asan wa maishuu
nichiyoobi ni nani o shimasuka.
( 4 kegiatan)
Jawaban boleh bermacam-macam, namun pada pokoknya memuat hal-hal berikut:
Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang
-
8/14/2019 Revisi Pedoman Bahasa Jepang
16/66
Tabel 3: Pedoman Penilaian Uraian Bebas
Kriteria Jawaban Skor
(Supootsu) ... o shimasu 1
(Terebi,eiga nado ) ... o mimasu 1
(Kaimono. ...no Patii , nado) ... ni ikimasu 1(Sentaku, sooji, ryoori nado) ...o shimasu, ....masu 1
4
5) Jawaban Singkat atau Isian Singkat.Tes bentuk jawaban/isian singkat dibuat dengan menyediakan tempat kosong yang
disediakan bagi siswa untuk menuliskan jawaban. Jenis soal jawaban singkat ini bisa berupa pertanyaan dan melengkapi atau isian.
Penskoran isian singkat dapat dilakukan dengan memberikan skor 1 untuk jawaban benar dan skor 0 untuk jawaban salah.
Contoh soal: Donisanwa Hanamasano resutoranno sukiyaki o ... kotoga arimasu.
6) Menjodohkan.Bentuk ini cocok untuk mengetahui fakta dan konsep. Cakupan materi bisa banyak, namun tingkat berpikir
yang terlibat cenderung rendah.
Contoh soal:Jodohkanlah Ujaran di bawah ini:
1. Ohayoogozaimasu a. Selamat siang
2. Konnichiwa b. Selamat malam
3. Kombanwa c. Selamat siang
7) Portofolio. Portofolio merupakan kumpulan hasil karya, tugas atau pekerjaan siswa yang disusun berdasarkan urutan
kategori kegiatan. Karya-karya, tugas atau pekerjaan ini dipilih, kemudian dinilai sehingga dapat menggambarkan perkembangan
kompetensi siswa. Portofolio sangat bermanfaat baik bagi guru maupun siswa dalam melakukan penilaian proses.Contoh soal: Laporan kumpulan Permainan Kosakata, Kalimat, Gambar dan keterangannya. Agar penilaian terhadap hasil
penugasan ini objektif, maka guru perlu mengembangkan rubrik, yakni semacam kisi-kisi pedoman penilaian. Rubrik hendaknya
memuat: (a) daftar kriteria kinerja siswa, (b) ranah-ranah atau konsep-konsep yang akan dinilai, dan (c) gradasi mutu. Sebagai alat
Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang
-
8/14/2019 Revisi Pedoman Bahasa Jepang
17/66
penilaian tugas, sebelum rubrik digunakan, guru harus menkomunikasikannya kepada siswa. Skor nilai bersifat kontinum 0 s/d 10 atau
0 s/d 100.
Porsi untuk tiap keterlibatan berpikir dalam menjawab soal dari tahap pemahaman, aplikasi, dan analisis (sintesis dan evaluasi)
disarankan sebesar 20%, 30%, dan 50%. Batas ketuntasan ditetapkan dengan skor 75% penguasaan kompetensi.
8) Performans (Unjuk Kerja). Performans (unjuk kerja) digunakan untuk kompetensi yang berhubungan dengan praktik.
Performans dalam mata pelajaran bahasa Jepang umumnya terdapat di semua aspek, berupa praktik berbicara, menulis, membaca,
juga mendengarkan. Untuk melakukan penilaian terhadap praktik ini dapat digunakan format berikut:
Tabel 4: Contoh Format Daftar Cek atau Skala Penilaian dalam Berbicara
Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang
-
8/14/2019 Revisi Pedoman Bahasa Jepang
18/66
N
o
Aspe
k
Tampilberbicaradengansuarayangekspresif.
Ber
bicaradenganartikulasidanpen
gucapankata-katadenganbaikdanbenarsesuai
konteks.
Menampilkandialogyangbervariasi
Menjawab
pertanyaandenganbaikdanbe
narsesuaitema.
Berdialog
denganmenggunakankontakm
atadenganbaik.
.......................................
.......................................
Nilairata-rata
(kualitatif/huruf)
1
Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang
Nama Siswa
-
8/14/2019 Revisi Pedoman Bahasa Jepang
19/66
2
3
Penskoran praktek berbicara di atas dapat diisi dengan tanda silang (x) atau dengan rentang angka 1 s/d 5. Skor-skor itu
kemudian dijumlahkan dan ditafsirkan secara kualitatif.
b. Bentuk Instrumen Nontes dan Penskorannya
Instrumen nontes meliputi: angket, inventori, dan pengamatan. Instrumen ini digunakan untuk menilai aspek sikap dan minat
terhadap mata pelajaran, konsep diri dan nilai. Langkah pembuatan instrumen sikap dan minat adalah sebagai berikut: (1) pilih ranah
afektif yang akan dinilai, misalnya sikap atau minat; (2) tentukan indikator minat, misalnya: kehadiran di kelas, banyaknya bertanya,
tepat waktu mengumpulkan tugas, dan catatan buku rapi; (3) pilih tipe skala yang digunakan, misalnya skala Likert dengan empat
skala: sangat senang, senang, kurang senang, dan tidak senang; (4) telaah instrumen oleh sejawat; (5) perbaiki instrumen; (6)
siapkan inventori laporan diri; (7) tentukan skor inventori; dan (8) buat hasil analisis inventori skala minat dan skala sikap.
Tabel 5: Contoh Format Lembar Pengamatan Sikap Siswa
No.
Indi
kator
Sikap
Nama
Siswa
Keterbukaan
Ketekunanbelajar
Kerajinan
Tenggangrasa
Kedisiplinan
Kerjasama
Ramahdgnteman
Hormatpadaguru
Kejujuran
Menepatijanji
Kepedulian
Tanggungjawab
Nilaira
ta-rata(kualitatif/huruf)
1
2
Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang
-
8/14/2019 Revisi Pedoman Bahasa Jepang
20/66
-
8/14/2019 Revisi Pedoman Bahasa Jepang
21/66
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Saya senang mengikuti pelajaran ini.
Saya rugi bila tidak mengikuti pelajaran ini.
Saya merasa pelajaran ini bermanfaat.
Saya berusaha menyerahkan tugas tepat waktu.
Saya berusaha memahami pelajaran ini.
Saya tanya guru bila ada yang tidak jelas.
Saya mengerjakan soal-soal latihan di rumah.
Saya mendiskusikan materi pelajaran.
Saya berusaha memiliki buku pelajaran ini.
Saya berusaha mencari bahan di perpustakaan.
Jumlah
Keterangan: SL =Selalu
SR = Sering
JR = Jarang
TP = Tidak Pernah
Penilaian konsep diri siswa dapat dilakukan melalui inventori. Instrumen konsep diri digunakan untuk mengetahui kekuatan dan
kelemahan diri sendiri.
Tabel 7: Contoh Format Penilaian Konsep Diri Siswa
No. Pernyataan Alternatif
Ya Tidak
1
2
3
4
5
Saya sulit mengikuti pelajaran bahasa Jepang.
Saya sulit menghafal kosakata bahasa Jepang.
Saya sulit memahami gramatiakl bahasa Jepang.
Saya belum bisa berbicara dengan lancar.
Saya sulit untuk menyapa teman dalam bahasa Jepang.
Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang
-
8/14/2019 Revisi Pedoman Bahasa Jepang
22/66
6
7
8
9
10
Saya sering membuat kartu kosakata untuk dihafalkan.
Saya mudah berdialog dengan siapa saja.
Saya selalu mengatakan salam ketika bertemu/berpisah.
Saya membutuhkan waktu lama untuk belajar.
Saya ...........................................dst.
3. Analisis Instrumen
Suatu instrumen hendaknya dianalisis dulu sebelum digunakan. Ada dua model analisis yang dapat dilakukan, yaitu analisis
kualitattif dan kuantitatif. Analisis kualitatif adalah analisis yang dilakukan oleh teman sejawat dalam rumpun keahlian yang sama.
Tujuannya adalah untuk menilai materi, konstruksi, dan apakah bahasa yang digunakan sudah memenuhi pedoman dan bisa dipahami
oleh siswa.
Analisis kuantitatif dilakukan dengan cara mengujicobakan instrumen yang telah dianalisis secara kualitatif kepada sejumlah
siswa yang memiliki karakteristik sama dengan siswa yang akan diuji dengan instrumen tersebut. Jawaban hasil uji coba itu lalu
dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan teknik yang ada, misalnya teori MicroCat. Hasil ujicoba bertujuan untuk melihat
karakteristik instrumen seperti indeks kepekaan atau kesensitipan instrumen, yaitu dengan cara membagi jumlah siswa yang
menjawab benar dengan jumlah peserta tes. Batas minimumnya adalah 75%.
Untuk mengetahui efektivitas proses pembelajaran dapat dilakukan dengan cara melihat karakteristik butir instrumen dengan
mengikuti acuan kriteria yang tercermin dari besarnya harga indeks sensitivitas. Hal ini dapat diketahui manakala dilakukan tes awal
ataupretestdan tes setelah pembelajaran atauposttest.
Indeks sensitivitas butir instrumen memiliki interval -1 sampai dengan 1. Indeks sentivitas suatu butir soal (Is) ujian formatif
adalah sebagai berikut .
Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang
-
8/14/2019 Revisi Pedoman Bahasa Jepang
23/66
T
RRI
BA
s
=
RA = Banyaknya siswa yang berhasil mengerjakan suatu butir instrumen sesudah proses pembelajaran.
RB = Banyaknya siswa yang berhasil mengerjakan suatu butir instrumen sebelum proses pembelajaran
T = Banyaknya siswa yang mengikuti ujian
Jika tidak ada tes awal, maka indeks sensitivitas dapat dilihat dari besarnya tingkat pencapaiannya berdasarkan hasil tes akhir.
Jika tingkat pencapaian suatu butir instrumen kecil (banyak siswa yang gagal) maka proses pembelajaran tidak efektif. Namun
demikian, seperti telah dikemukakan di atas, harus diperhatikan pula bagaimana kualitas butir tersebut secara kualitatif. Jika hasil
analisis secara kualitatif sudah memenuhi syarat, dapat diartikan bahwa rendahnya indeks kesukaran menunjukkan tidak efektifnya
proses pembelajarannya. Contoh analisis instrumen, dapat diperiksa pada Lampiran 3.
4. Evaluasi Hasil Penilaian
Guru harus melakukan evaluasi terhadap hasil tes dan menetapkan standar keberhasilan. Sebagai contoh, jika semua siswa
sudah menguasai suatu kompetensi dasar, maka pelajaran dapat dilanjutkan dengan materi berikutnya, dengan catatan guru
memberikan perbaikan (remedi) kepada siswa yang belum mencapai ketuntasan, dan pengayaan bagi yang sudah.
Evaluasi terhadap hasil belajar bertujuan untuk mengetahui ketuntasan siswa dalam menguasai kompetensi dasar. Dari hasil
evaluasi tersebut dapat diketahui kompetensi dasar mana, materi mana, atau indikator mana yang belum mencapai ketuntasan.
Dengan mengevaluasi hasil belajar, guru akan mendapatkan manfaat yang besar untuk melakukan program perbaikan yang tepat.
Jika ditemukan sebagian besar siswa gagal, perlu dikaji kembali apakah instrumen penilainnya terlalu sulit, apakah instrumen
penilaiannya sudah sesuai dengan indikatornya, ataukah cara pembelajarannya (metode, media, teknik) yang kurang tepat. Jika
ternyata instrumen penilaiannya terlalu sulit maka perlu diperbaiki. Tetapi jika instrumen penilaiannya ternyata tidak sulit, mungkin
pembelajarannya yang harus diperbaiki, dan seterusnya. Contoh evaluasi hasil belajar dapat diperiksa pada
Lampiran 4.
Evaluasi hasil belajar nontes, misalnya minat dan sikap, adalah untuk mengetahui minat dan sikap siswa terhadap mata pelajaran.
Evaluasi ini berangkat dari skala minat siswa terhadap mata pelajaran bahasa Jepang dan segala sesuatu yang terkait. Skala dibuat
Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang
-
8/14/2019 Revisi Pedoman Bahasa Jepang
24/66
bertingkat, misalnya dengan rentangan 4-1 atau 1-4 tergantung arah pertanyaan atau pernyataannya. Misalnya, jawabannya sangat
setuju diberi skor 4, sedangkan sangat tidak setuju diberi skor 1. Skor keseluruhannya diperoleh dengan menjumlahkan seluruh skor
butir pertanyaan atau pernyataan.
Jika pernyataan itu berjumlah 10 butir, skor tertinggi seorang siswa adalah 40 dan terendah adalah 10. Jika ditafsirkan ke dalam
empat kategori, maka skala 10-16 termasuk tidak berminat, 17 24 kurang berminat, 25 32 berminat, dan skala 33 40 sangat
berminat.
Apabila dari sekian banyak siswa ternyata tidak berminat dengan substansi mata pelajaran bahasa Jepang, maka guru bahasa
Jepang harus mencari sebab-sebabnya. Perlu dikaji dan dilihat kembali secara menyeluruh segala hal yang terkait dengan
pembelajaran, bahasa Jepang baik menyangkut metode, media maupun tekniknya.
V. PELAPORAN HASIL PENILAIAN DAN PEMANFAATANNYAPenilaian pada dasarnya bertujuan untuk mengetahui perkembangan hasil belajar siswa dan hasil mengajar guru. Informasi
hasil belajar atau hasil mengajar berupa kompetensi dasar yang dikuasai dan yang belum dikuasasi oleh siswa. Hasil belajar siswa
digunakan untuk memotivasi siswa, dan untuk perbaikan serta peningkatan kualitas pembelajaran oleh guru.
Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang
-
8/14/2019 Revisi Pedoman Bahasa Jepang
25/66
Pemanfaatan hasil belajar untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran harus didukung oleh siswa, guru,
kepala sekolah, dan orang tua siswa. Dukungan ini akan diperoleh apabila mereka memperoleh informasi hasil belajar yang lengkap
dan akurat. Untuk itu diperlukan laporan perkembangan hasil belajar siswa untuk guru atau sekolah, untuk siswa, dan untuk orang tua
siswa.
Laporan hasil belajar siswa mencakup ranah kognitif, psikomotor, dan afektif. Informasi ranah kognitif dan psikomotor diperolehdari sistem penilaian yang digunakan untuk mata pelajaran yang sesuai dengan tuntutan kompetensi dasar. Informasi ranah afektif
diperoleh melalui kuesioner, inventori, dan pengamatan yang sistematik.
A. Pelaporan Hasil Penilaian
Hasil penilaian ranah kognitif dan psikomotor dapat berupa nilai angka maupun deskripsi kualitatif terhadap kompetensi dasar
tertentu. Misalnya untuk nilai angka dapat diberikan dalam bentuk nilai 75 sebagai batas penguasaan (mastery). Artinya, jika seorang
siswa sudah mencapai nilai 75 minimal untuk kompetensi dasar tertentu maka dikatakan siswa tersebut berhasil. Tetapi jika seorang
siswa belum mencapai nilai 75 dikatakan siswa tersebut belum berhasil. Sedangkan deskripsi kualitatif dapat dilaporkan dalam bentukdeskripsi mengenai kompetensi dasar tertentu dari pembelajaran bahasa Jepang
Pelaporan hasil inventori afektif ini akan sangat bermanfaat khususnya untuk mengetahui sikap dan minat siswa terhadap
pelajaran bahasa Jepang dan hasilnya dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki sikap serta minat siswa terhadap pembelajaran bahasa
Jepang. Pelaporan ranah afektif dilakukan secara kualitatif.
1. Laporan untuk Siswa dan Orangtua
Laporan yang berisi catatan tentang siswa diusahakan selengkap mungkin agar dapat memberikan informasi yang lengkap.
Akan tetapi, membuat laporan yang lengkap setiap saat merupakan beban yang berat bagi seorang guru. Oleh karena itu, pembuatan
laporan dapat bersifat singkat, disesuaikan dengan kebutuhan.
Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang
-
8/14/2019 Revisi Pedoman Bahasa Jepang
26/66
Laporan yang dibuat guru untuk siswa dan orangtua berisi catatan prestasi belajar siswa. Catatan itu dapat dibedakan atas dua
cara, yaitu lulus atau belum lulus. Prestasi siswa yang dilaporkan guru kepada siswa dan orangtua dapat dilihat dalam buku rapor yang
diisi pada setiap semester.
2. Laporan untuk SekolahSelain membuat laporan untuk siswa dan orangtua, guru juga harus membuat laporan untuk sekolah, sebagai lembaga yang
bertanggung jawab terhadap berlangsungnya proses belajar-mengajar. Oleh karena itu pihak sekolah berkepentingan untuk
mengetahui catatan perkembangan siswa yang ada di dalamnya. Dengan demikian hasil belajar siswa akan diperhatikan dan dipikirkan
oleh pihak sekolah.
Laporan yang dibuat guru untuk pihak sekolah sebaiknya lebih lengkap. Guru tidak semata-mata melaporkan prestasi siswa
tetapi juga menyinggung problem kepribadian mereka. Laporan tidak hanya dalam bentuk angka tapi juga dalam bentuk deskripsi
tentang siswa.
3. Laporan untuk Masyarakat
Pada umumnya laporan untuk masyarakat berkaitan dengan jumlah lulusan sekolah. Setiap siswa yang telah lulus membawa
bukti bahwa mereka memiliki suatu pengetahuan dan keterampilan tertentu. Namun pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh
siswa dari suatu sekolah tidaklah sama. Tingkat keberhasilan ini dinyatakan secara lengkap dalam laporan prestasi.
B. Pemanfaatan Hasil Penilaian
1. Untuk Siswa
Informasi hasil belajar siswa dapat diperoleh melalui ujian, kuesioner, wawancara, atau pengamatan. Informasi hasil belajar
ranah kognitif dan psikomotor diperoleh melalui ujian, sedangkan ranah afektif diperoleh melalui angket, inventori, dan pengamatan.
Informasi hasil belajar dapat dimanfaatkan siswa untuk: (a) mengetahui kemajuan hasil belajar diri, (b) mengetahui konsep-konsep
atau teori yang belum dikuasai, (c) memotivasi diri untuk belajar lebih baik, dan (d) memperbaiki strategi belajar.
Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang
-
8/14/2019 Revisi Pedoman Bahasa Jepang
27/66
Untuk memberi informasi yang akurat agar dapat dimanfaatkan oleh siswa seoptimal mungkin, maka laporan yang diberikan
kepada siswa harus berisi:
(a) hasil pencapaian belajar siswa, (b) kekuatan dan kelemahan siswa dalam semua mata pelajaran, dan (c) minat siswa pada
masing-masing mata pelajaran.
2. Untuk Orangtua
Informasi hasil belajar dimanfaatkan oleh orangtua untuk memotivasi anak agar belajar lebih baik. Untuk itu diperlukan
informasi yang akurat tentang hasil belajar siswa, yang meliputi ranah kognitif, psikomotor, dan afektif. Informasi ini digunakan
orangtua untuk: (a) membantu anaknya belajar, (b) memotivasi anaknya belajar, (c) membantu sekolah meningkatkan hasil belajar
siswa, dan (d) membantu sekolah melengkapi fasilitas belajar.
Untuk memenuhi kebutuhan orang tua dalam meningkatkan hasil belajar, bentuk laporan hasil belajar harus mencakup semua
ranah, serta deskripsi yang lebih rinci tentang kelemahan, kekuatan, dan keterampilan puteranya dalam melakukan tugas, serta minat
terhadap mata pelajaran.
3. Untuk Guru dan Kepala Sekolah
Hasil penilaian digunakan guru dan sekolah untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan siswa dalam satu kelas dan sekolah
dalam semua mata pelajaran. Hasil penilaian harus dapat mendorong guru untuk mengajar lebih baik, membantu guru untuk
menentukan strategi mengajar yang lebih tepat, dan mendorong sekolah agar memberi fasilitas belajar lebih baik.
Laporan hasil belajar untuk guru dan kepala sekolah harus mencakup hasil belajar dalam semua ranah untuk semua pelajaran.
Informasi yang diperlukan kompetensi dasar yang telah dikuasai dan yang belum dikuasai oleh siswa. Guru memerlukan informasi
Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang
-
8/14/2019 Revisi Pedoman Bahasa Jepang
28/66
yang spesifik untuk masing-masing kelas yang diajar, sedangkan kepala sekolah memerlukan informasi yang umum untuk semua kelas
dalam satu sekolah.
Contoh laporan profil hasil belajar siswa dalam semua ranah, dapat dilihat pada Lampiran 5 . Sedangkan laporan hasil belajar
siswa untuk siswa, orangtua, guru dan sekolah dapat dilihat pada Lampiran 7.
DAFTAR PUSTAKA
AOTS (1990), Shin Nihongo Kiso, 3 A Corporation Japan, i990
Brown, G. dan Yule (1995)Analisis Wacana . Diterjemahkan oleh Sutikno. New York:
Dell Hymes (1971). On Communicative Competence. Phladelphia Philadelphia University Press.
DEPDIKNAS , Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Bahasa Jepang, Jakarta 2003
Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, The Japan Foundation, Buku Ajar Bahasa Jepang SMK Edisi Uji Coba, Jakarta 2003
Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang
-
8/14/2019 Revisi Pedoman Bahasa Jepang
29/66
Gumperj, J.J dan Dell Hymes (1972) Direction in Sociolinguistics : The Ethnography of Communication. New York: Holt Rinehart, andWinston Inc
Lerner, M. Richard and Spanier, B. Graham. (1980).Adolescent Development : A Life-Spant Perspective. New York. McGraw-Hill BookCompany.
Levinson, C. Stephen (1991). Pragmatics. New York : Cambride University Press
Mikio, Kawarazaki, Kana- Pelajaran Tentang Suku Kata Bahasa Jepang, Diterjemahkan oleh Tahei Wakamatsu, Linda RoemsariJoezoer, The Japan Foundation
Parera, Jos Daniel. (1997). Linguistik Edukasional: metodologi Pembelajaran Bahasa, Analisis Kontrastif Antar Bahasa, AnalisisKesalahan berbahasa. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Pateda, Mansoer. (1990).Aspek-aspek Psikolinguistik. Flores, NTT: Penerbit Nusa Indah
Prides dan Holmes, Janet (1986). Sociolinguistics. England. Penguin Book
Renner H, (1992) Le Franaisde bHotellerie et de la Restauration, paris : CLE International
Sumio, Nagao, Hajimete Gaikokujin ni Oshieru Hitono Nihongo Chokusetsu Kyoojuhoo, Ontaimu Shuppan, Tokyo, 1989
Srozen, Judith R (1994), Language Acquisition After Puberty, Washington DC: Georgetown University Presse
Sudaryanto (1990). Menguak Fungsi Hakiki Bahasa. Yogyakarta : Duta Wacana University Press
Toshiko, Ishida, Nihongo Kyoojuhoo, Taishuuukan Shoten, Tokyo 1991
Verhaar, J.W.M. (1996)Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada niversity
Press
Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang
-
8/14/2019 Revisi Pedoman Bahasa Jepang
30/66
GLOSARIUM
adaptif:mudah menyesuaikan diri dengan keadaan
afektif: berkenaan dengan perasaan dan atau sikap
analisis : kajian/telaah terhadap sesuatu hal untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya.
analisis butir empiris : analisis kuantitatif butir; analisis butir soal berdasarkan hasil ujicoba.
analisis butir teoretis : analisis kualitatif butir; telaah butir; pengkajian terhadap kualitas soal secara teoretis.
asesmen : penilaian; penentuan baik buruk dan atau benar salah sesuatu hal.
berkesinambungan : berkelanjutan; tidak berhenti pada suatu saat, tetapi dilanjutkan pada periode-periode berikutnya.
evaluasi : kegiatan untuk menentukan mutu atau nilai suatu program, yang di dalamnya ada unsur pembuatan keputusan, sehinggamengandung unsur subjektivitas; kegiatan yang sistematik untuk menentukan kebaikan dan kelemahan suatu program.
gerak adaptif: gerak terlatih
hipotesis : sesuatu yang dianggap benar untuk alasan atau pengutaraan pendapat, meskipun kebenarannya masih harus diuji;anggapan dasar.
indikator : karakteristik, ciri-ciri, tanda-tanda, perbuatan, atau respons, yang harus dapat dilakukan atau ditampilkan oleh siswa,untuk menunjukkan bahwa siswa itu telah memiliki kompetensi dasar tertentu.
jenis tagihan : golongan tagihan menurut klasifikasi menjadi kuis, pertanyaan lisan di kelas, ulangan harian, ulangan blok, tugasindividu, tugas kelompok, laporan kerja praktik, laporan praktikum, responsi, ujian praktik, dsb.; jenis kegiatan yang harusdilakukan oleh siswa untuk menunjukkan hasil belajar yang telah dicapainya
jenis ujian : jenis tagihan
judgement : keputusan; pertimbangan;
keandalan tes : kompetensi tes memberikan hasil yang ajeg atau konsisten.
kecakapan hidup (life skills) : Kompetensi yang diperlukan untuk menempuh kehidupan dengan sukses, bahagia dan secarabermartabat, misalnya: Kompetensi berpikir kompleks, berkomunikasi secara efektif, membangun kerjasama, melaksanakanperan sebagai warganegara yang bertanggung jawab, kesiapan untuk terjun ke dunia kerja.
kecukupan (adequacy): mempunyai cakupan atau ruang lingkup materi pembelajaran yang memadai untuk menunjang penguasaan
Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang
-
8/14/2019 Revisi Pedoman Bahasa Jepang
31/66
Kompetensi dasar maupun standar kompetensi.
kesahihan isi tes: petunjuk sejauhmana isi tes sesuai dengan kompetensi dasar dalam silabus yang hendak diukur
kesahihan konstruk tes: petunjuk sejauhmana faktor yang diungkap oleh hasil tes itu sesuai dengan faktor yang hendak diukur.
kesahihan prediktif tes: petunjuk sejauhmana hasil tes dapat memprediksi kompetensi yang akan ditunjukkan oleh data empirik.
kesalahan pengkuran sitematik: kesalahan pengukuran yang terjadi karena alat ukurnya tidak selalu memberikan ukuran yangsebenarnya, atau penskorannya mempunyai tingkat kemurahan atau kemahalan yang bervariasi.
kesalahan pengukuran acak: kesalahan pengukuran yang terjadi karena kondisi yang diukur bervariasi, atau kondisi yang mengukurbervariasi, atau bahan yang diujikan tidak tepat.
kesalahan pengukuran: ukuran ketidakcocokan antara hasil pengukuran dan ukuran sebenarnya.
keterandalan alat tes: kompetensi alat ukur memenuhi fungsinya sebagai alat ukur, alat ukur itu mampu mengukur apa yang harusdiukur.
kompetensi: kompetensi yang dapat dilakukan oleh siswa, yang mencakup pengetahuan, keterampilan, dan perilaku.
kompetensi afektif: kompetensi yang berkaitan dengan perasaan, emosi, sikap, derajat, penerimaan atau penolakan terhadap suatuobjek.
kompetensi dasar: kompetensi minimal dalam mata pelajaran yang harus dimiliki oleh lulusan; Kompetensi minimal yang harusdapat dilakukan atau ditampilkan oleh siswa dari standar kompetensi untuk suatu mata pelajaran.
kompetensi kognitif: kompetensi berpikir; kompetensi memperoleh pengetahuan; kompetensi yang berkaitan dengan pemerolehanpengetahuan, pengenalan, pemahaman, konseptualisasi, penentuan, dan penalaran.
kompetensi lulusan SMA: kompetensi yang dapat dilakukan atau ditampilkan oleh lulusan SMA, meliputi lulusan dalam ranahkognitif, afektif, dan psikomotor.
kompetensi psikomotor: kompetensi melakukan pekerjaan dengan melibatkan anggota badan; Kompetensi yang berkaitan dengangerak fisik.
komposisi: gubahan; karangan
konsistensi (ketaat-asasan): keselarasan hubungan antarkomponen dalam silabus (kompetensi dasar, materi pembelajaran danpengalaman belajar).
kuis: ulangan singkat atau ujian singkat, baik lisan maupun tertulis.
materi pembelajaran: bahan ajar minimal yang harus dipelajari siswa untuk menguasai kompetensi dasar.
materi pokok: pokok bahasan dan subpokok bahasan dari kompetensi dasarPengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang
-
8/14/2019 Revisi Pedoman Bahasa Jepang
32/66
paradigma: model dalam teori; kerangka piker; norma yang dianut oleh sekelompok komunitas.
pedagogi: ilmu pendidikan; ilmu pengajaran
pembelajaran berbasis kompetensi: pembelajaran yang mensyaratkan dirumuskannya secara jelas kompetensi yang harus dimilikiatau ditampilkan oleh siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.
pendekatan hierarkis: strategi pengembangan materi pembelajaran berdasarkan atas penjenjangan materi pokok.
pendekatan holistik: strategi pengembangan materi pembelajaran dengan memperhatikan keseluruhan materi yang tercakup dalamsatuan mata pelajaran.
pendekatan prosedural: strategi pengembangan materi pembelajaran berdasarkan atas urutan penyelesaian suatu tugaspembelajaran.
pendekatan spiral: strategi pengembangan materi pembelajaran berdasarkan atas lingkup lingkungan, yaitu dari lingkup lingkunganyang paling dekat dengan siswa menuju ke lingkup lingkungan yang lebih jauh.
pendekatan tematik: strategi pengembangan materi pembelajaran yang bertitik tolak dari sebuah tema.
pendekatan terjala (webbed): strategi pengembangan pelajaran, dengan menggunakan topik dari beberapa mata pelajaran yangrelevan sebagai titik sentral, dan hubungan antara tema dan sub-tema dapat digambarkan sebagai sebuah jala (webb).
pengalaman belajar: pengalaman atau kegiatan yang perlu dilakukan oleh siswa untuk menguasai Kompetensi dasar atau materipembelajaran.
pengujian: pengukuran yang dilanjutkan dengan penilaian.
pengukuran: proses penetapan angka bagi suatu gejala menurut aturan tertentu.
penilaian: metode yang biasa digunakan untuk menentukan mutu unjuk kerja individu; pernyataan berdasarkan sejumlah fakta untukmenjelaskan karakteristik seseorang atau karakteristik sesuatu; penafsiran data hasil pengukuran.
portofolio: kumpulan hasil karya seorang siswa; sejumlah hasil karya seorang siswa yang sengaja dikumpulkan untuk digunakansebagai bukti prestasi siswa, perkembangan siswa itu dalam Kompetensi berpikir, pemahaman siswa itu atas materi pelajaran,Kompetensi siswa itu dalam mengungkapkan gagasan, dan mengungkapkan sikap siswa itu terhadap mata pelajaran tertentu,laporan singkat yang dibuat seseorang sesudah melaksanakan kegiatan.
ranah afektif: ranah yang berkaitan dengan perasaan, emosi, sikap, derajat penerimaan atau penolakan terhadap suatu obyek.
ranah kognitif: ranah yang berkaitan dengan kompetensi berpikir; kompetensi memperoleh pengetahuan; kompetensi yang berkaitandengan pemerolehan pengetahuan, pengenalan, pemahaman, konseptualisasi, penentuan, dan penalaran.
ranah psikomotor: ranah yang berkaitan dengan kompetensi melakukan pekerjaan dengan melibatkan anggota badan; kompetensiyang berkaitan dengan gerak fisik.
Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang
-
8/14/2019 Revisi Pedoman Bahasa Jepang
33/66
relevansi: keterkaitan, kesesuaian.
reliabilitas (ajeg): kompetensi alat ukur untuk memberikan hasil pengukuran yang konstan atau ajeg.
sahih: mengukur faktor yang seharusnya diukur.
silabus: susunan teratur materi pembelajaran mata pelajaran tertentu pada kelas/semester tertentu.
sintesis: paduan berbagai pengertian atau hal yang merupakan kesatuan yang selaras.sistem: perangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu kesatuan; susunan yang teratur dari
pandangan, teori, asas, dsb.
sistem penilaian: uraian keterangan yang teratur sebagai penjelasan tentang prosedur dan cara mengembangkan kompetensi dasarmenjadi indikator pencapaian kompetensi itu, dan cara mengembangkan indikator menjadi soal ujian.
sistem ujian berkelanjutan: sistem ujian yang meliputi soal untuk semua indikator kompetensi mata pelajaran yang bersangkutan,yang hasilnya dianalisis dan digunakan untuk menentukan ujian berikutnya.
sistematik: mengikuti suatu prosedur tertentu.
soal analisis: soal yang menuntut uraian informasi, penemuan asumsi pembedaan antara fakta dan pendapat, dan penemuanhubungan sebab-akibat.
soal aplikasi: soal yang menuntut penerapan prinsip dan konsep dalam situasi yang belum pernah diberikan.
soal evaluasi: soal yang menuntut pembuatan keputusan dan kebijakan, dan penentuan nilai informasi.
soal pemahaman: soal yang menuntut pembuatan pernyataan masalah dengan kata-kata penjawab sendiri, pemberian contohprinsip atau contoh konsep.
soal pengetahuan: soal yang menuntut jawaban yang berdasarkan hafalan.
soal sintesis: soal yang menuntut pembuatan cerita, karangan, hipotesis dengan memadukan berbagai pengetahuan atau ilmu.
soal ujian yang sahih: soal ujian yang bahannya mewakili bahan ajar yang ada di dalam silabus.
standar kompetensi: kompetensi yang dapat dilakukan atau ditampilkan untuk suatu mata pelajaran; kompetensi dalam matapelajaran tertentu yang harus dimiliki oleh siswa; Kompetensi yang harus dimiliki oleh lulusan dalam suatu mata pelajaran.
tagihan: berbagai bentuk ulangan atau ujian untuk menunjukkan tingkat kompetensi siswa dalam mata pelajaran tertentu.
tes acuan kriteria: tes yang berdasarkan anggapan bahwa hampir semua orang dapat belajar (menguasai) materi pelajaran apa sajatetapi memerlukan waktu yang mungkin berbeda.
Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang
-
8/14/2019 Revisi Pedoman Bahasa Jepang
34/66
tes acuan norma: tes yang berdasarkan anggapan bahwa kompetensi penempuh tes itu merupakan variabel yang mengikutidistribusi normal.
tes non objektif: jenis ujian yang penskorannya dapat dipengaruhi oleh subjektivitas pemberi skor.
tes objektif: jenis ujian yang penskorannya objektif, tidak bergantung pada subjektivitas pemberi skor.
tes pilihan ganda: jenis ujian yang bagi setiap butir soalnya tersedia sejumlah jawaban yang harus dipilih salah satu oleh penempuh
tes karena hanya salah satu dari jawaban-jawaban itu yang benar.
ujian berkelanjutan: ujian yang hasilnya dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar yang sudah dimiliki siswa peserta tes danmengetahui kesulitan siswa, yang dilakukan sampai siswa menguasai semua kompetensi dasar.
ujian: proses kuantifikasi (pemberian angka) kompetensi siswa pada ranah kognitif dan psikomotorik.
validitas: kompetensi alat ukur yang memenuhi fungsinya sebagai alat ukur, alat ukur itu mampu mengukur apa yang harus diukur.
Lampiran 1: Daftar kata kerja operasional yang dapat dipakai dalamperumusan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang
-
8/14/2019 Revisi Pedoman Bahasa Jepang
35/66
Kata Kerja Operasional
Standar Kompetensi
Mendefinisikan
Menerapkan
Mengkonstrusikan
Mengidentifikasikan
Mengenal
Menyelesaikan
Menyusun
Kompetensi Dasar
Menunjukkan
Membaca
Menghitung
Menggambarkan
Melafalkan
Mengucapkan
Membedakan
Mengidentifikasikan
Menafsirkan
Menerapkan
Menceriterakan
Menggunakan
Menentukan
Menyusun
Menyimpulkan
Mendemonstrasikan
Menerjemahkan
Merumuskan
Menyelesaikan
Menganalisis
MensintesisMengevaluasi
Keterangan:
1. Satu kata kerja tertentu (misal mengidentifikasikan) dapat dipakai pada Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.Perbedaannya adalah pada Standar Kompetensi cakupannya lebih luas dari Kompetensi Dasar.
Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang
-
8/14/2019 Revisi Pedoman Bahasa Jepang
36/66
2. Satu butir Kompetensi dapat dipecah menjadi 3 sampai 6 butir atau lebih Kompetensi Dasar.3. Satu butir Kompetensi Dasar nantinya harus dapat dipecah menjadi minimal 2 butir indikator (paling tidak 2 butir indikator)4. Pada Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar belum memuat/merupakan indikator.
Contoh Daftar Kata Kerja Operasional Ranah Kognitif
Pengetahuan Pemahaman Penerapan Analisis Sintesis Penilaian
Mengutip
Menyebutkan
Menjelaskan
Menggambar
Membilang
Mengidentifika
si
Mendaftar
Menunjukkan
Memberi label
Memberi
indeks
MemasangkanMenamai
Menandai
Membaca
Menyadari
Menghafal
Memperkirakan
Menjelaskan
Mengkategorika
n
Mencirikan
Merinci
Mengasosiasikan
Membandingkan
Menghitung
Mengkontraskan
Mengubah
Mempertahanka
nMenguraikan
Menjalin
Membedakan
Mendiskusikan
Menggali
Menugaskan
Mengurutkan
Menentukan
Menerapkan
Menyesuaikan
Mengkalkulasi
Memodifikasi
Mengklasifikasi
Menghitung
Membangun
Mengurutkan
Membiasakan
MencegahMenentukan
Menggambark
an
Menggunakan
Menilai
Menganalsis
Mengaudit
Memecahkan
Menegaskan
Mendeteksi
Mendiagnosis
Menyeleksi
Memerinci
Menominasika
n
Mendiagramka
n
Megkorelasikan
Merasionalkan
Menguji
Mencerahkan
Menjelajah
Mengabstraksi
Mengatur
Menganimasi
Mengumpulkan
Mengkategorika
n
Mengkode
Mengombinasika
n
Menyusun
Mengarang
Membangun
MenanggulangiMenghubungkan
Menciptakan
Mengkreasikan
Mengoreksi
Merancang
Membanding
-kan
Menyimpulka
n
Menilai
Mengarahkan
Mengkritik
Menimbang
Memutuskan
Memisahkan
Memprediksi
Memperjelas
MenugaskanMenafsirkan
Mempertaha
n-kan
Memerinci
Mengukur
Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang
-
8/14/2019 Revisi Pedoman Bahasa Jepang
37/66
Meniru
Mencatat
Mengulang
Mereproduksi
Meninjau
Memilih
Menyatakan
Mempelajari
Mentabulasi
Memberi kode
Menelusuri
Menulis
Mencontohkan
Menerangkan
Mengemukakan
Mempolakan
Memperluas
Menyimpulkan
Meramalkan
Merangkum
Menjabarkan
Melatih
Menggali
Mengemukaka
n
Mengadaptasi
Menyelidiki
Mengoperasika
n
Mempersoalka
n
Mengkonsepka
n
Melaksanakan
Meramalkan
Memproduksi
Memproses
Mengaitkan
Menyusun
Mensimulasika
n
Memecahkan
Melakukan
Mentabulasi
Menyusun
Memproses
Meramalkan
Membagankan
Menyimpulkan
Menemukan
Menelaah
Memaksimalka
n
Memerintahka
n
Mengedit
Mengaitkan
Memilih
Mengukur
Melatih
Mentransfer
Merencanakan
Mendikte
Meningkatkan
Memperjelas
Memfasilitasi
Membentuk
Merumuskan
Menggeneralisas
i
Menggabungkan
Memadukan
Membatas
Mereparasi
Menampilkan
Menyiapkan
Memproduksi
Merangkum
Merekonstruksi
Merangkum
Membuktikan
Mendukung
Memvalidasi
Mengetes
Mendukung
Memilih
Memproyeksi
-kan
Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang
-
8/14/2019 Revisi Pedoman Bahasa Jepang
38/66
Contoh Daftar Kata Kerja Operasional Untuk Ranah Psikomotor
Peniruan Manipulasi Artikulasi Pengalamiahan
Mengaktifkan
Menyesuaikan
Menggabungkan
Melamar
Mengatur
Mengumpulkan
Menimbang
Memperkecil
Membangun
Mengubah
Membersihkan
Memposisikan
Mengkonstruksikan
Mengoreksi
Mendemonstrasikan
Merancang
Memilah
Melatih
Memperbaiki
Mengidentifikasikan
Mengisi
Menempatkan
Membuat
Memanipulasi
Mereparasi
Mencampur
Mengalihkan
Menggantikan
Memutar
Mengirim
Memindahkan
Mendorong
Menarik
Memproduksi
Mencampur
Mengoperasikan
Mencampur
Mengemas
Membungkus
Mengalihkan
Mempertajam
Membentuk
Memadankan
Menggunakan
Memulai
Menyetir
Menjeniskan
Menempel
Menseketsa
Melonggarkan
Menimbang
Contoh Daftar Kata Kerja Operasional Untuk Ranah Afektif
Menerima Menanggapi Menilai Mengelola Menghayati
Memilih
Mempertanyaka
n
Mengikuti
Memberi
Menganut
Mematuhi
Meminati
Menjawab
Membantu
Mengajukan
Mengompromika
n
Menyenangi
Menyambut
Mendukung
Menyetujui
Mengasumsikan
Meyakini
Melengkapi
Meyakinkan
Memperjelas
Memprakarsai
Mengimani
Mengundang
Menggabungka
Menganut
Mengubah
Menata
Mengklasifikasika
n
Mengombinasikan
Mempertahankan
Membangun
Membentuk
Mengubah
perilaku
Berakhlak
mulia
Mempengaruhi
Mendengarkan
Mengkualifikasi
Melayani
Menunjukkan
Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang
-
8/14/2019 Revisi Pedoman Bahasa Jepang
39/66
Menampilkan
Melaporkan
Memilih
Mengatakan
Memilah
Menolak
n
Memperjelas
Mengusulkan
Menekankan
Menyumbang
pendapat
Memadukan
Mengelola
Menegosiasi
Merembuk
Membuktikan
Memecahkan
Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang
-
8/14/2019 Revisi Pedoman Bahasa Jepang
40/66
Lampiran 2: Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
No Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
1 Berkomunikasi lisan dan
tertulis dengan
menggunakan ragam
bahasa sederhana dan
dapat dipahami sesuai
konteks dalam wacana
interaksional dan atau
monolog yang informatif
berbentuk naratif,
deskriptif dan laporan
sederhana.
MENDENGARKAN
1.1 Membedakan bunyi dan kata yang
pengucapannya
memiliki kemiripan.
1.2 Mengidentifikasikan informasi dari teks
percakapan.
BERBICARA:
1.3 Melafalkan bunyi dan kata yang
pengucapannya
memiliki kemiripan.
1.4 Menyampaikan berbagai informasi sederhana
secara lisan.
MEMBACA:
1.5 Membedakan huruf yang bentuknya mirip
dan kata
yang pengucapannya mirip.
1.6 Menafsirkan makna kata, frasa dan kalimat.
1.7 Memahami teks pendek dan sederhana.
1.8 Membaca Kanji sederhana.
MENULIS:
1.9 Menulis kata dalam huruf Hiragana dan
Katakana.
1.10 Menulis informasi sederhana.
Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang
-
8/14/2019 Revisi Pedoman Bahasa Jepang
41/66
No Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
1.11 Menulis Kanji sederhana.
2 Berkomunikasi lisan dan
tertulis dengan
menggunakan ragam
bahasa yang sesuai
dengan lancar dan kaurat
dalam wacana
interaksional dan atau
monolog berbentuk
naratif, prosedur, deskriptif
dan berita.
MENDENGARKAN
2.1 Memahami kata, frasa dan kalimat.
2.2 Menafsirkan berbagai informasi dari teks
lisan.
BERBICARA:
2.3 Menyampaikan informasi, kesan dan
pendapat.
2.4 Menyampaikan gagasan dan pikiran.
MEMBACA:
2.5 Memahami teks tulis.
2.6 Membaca Kanji sederhana.
MENULIS:
2.7 Menulis wacana sederhana.
2.8 Menulis Kanji sederhana.
Lampiran 3: Contoh Analisis Instrumen
I. Telaah Butir Soal Bentuk Uraian
Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang
-
8/14/2019 Revisi Pedoman Bahasa Jepang
42/66
JENIS PERSYARATANNOMOR SOAL
1 2 3 4 5 6
A. RANAH MATERI
1. Butir soal sesuai dengan indikator. v v v
2. Batasan pertanyaan dan jawaban yang diharapkanjelas.
v v
3. Isi materi sesuai dengan tujuan pengukuran. v4. Isi materi yang ditanyakan sesuai dengan jenjang,
jenis sekolah, dan tingkat kelas.v
B. RANAH KONSTRUKSI
5. Rumusan kalimat dalam bentuk kalimat tanya atauperintah .yang menuntut jawaban terurai.
v v v
6. Ada petunjuk yang jelas cara mengerjakan/menyelesaikan soal
v v
7. Ada pedoman penskorannya. v
8. Tabel, grafik, diagram, kasus, atau yang sejenisnya
bermakna (jelas keterangannya atau adahubungannya dengan masalah yang ditanyakan).
v
9. Butir soal tidak bergantung pada butir soalsebelumnya
v
C. RANAH BAHASA:
10. Rumusan kalimat komunikatif. v v v
11. Kalimat menggunakan bahasa yang baik dan benar,
serta sesuai dengan ragam bahasanya.
v v
12. Rumusan kalimat tidak menimbulkan penafsiran
ganda atau salah pengertian.
v v
13. Menggunakan bahasa/kata yang umum (bukan
bahasa lokal)
v v
14. Rumusan soal tidak mengandung kata-kata yang
dapat menyinggung perasaan peserta didik.
v v
Keterangan:
Soal nomor 1, perlu dirumuskan kembali karena ruang lingkup pertanyaan dan jawabannya tidak menunjukkan batas-batas yang
jelas, kurang memberikan petunjuk tentang cara mengerjakan, dan dapat menimbulkan penafsiran ganda atau salah makna.
Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang
-
8/14/2019 Revisi Pedoman Bahasa Jepang
43/66
Soal nomor 2, sudah baik dan tidak memerlukan perbaikan
Soal nomor 3, memerlukan tambahan penjelasan tentang cara mengerjakan.
Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang
-
8/14/2019 Revisi Pedoman Bahasa Jepang
44/66
2. Telaah Butir Soal Bentuk Melengkapi
JENIS PERSYARATANNOMOR SOAL
1 2 3 4 5 6
A. RANAH MATERI
1. Butir soal sesuai dengan indikator v v v2. Batasan pertanyaan dan jawaban yangdiharapkan jelas
v v
3. Isi materi sesuai dengan tujuan pengukuran v v v
4. Isi materi yang ditanyakan sesuai dengan
jenjang, jenis sekolah, dan tingkat kelas
v
B. RANAH KONSTRUKSI
5. Rumusan kalimat dalam bentuk kalimat terbuka(yang belum lengkap) yang hanya memerlukan
tambahan kata yang merupakan jawaban/kunci.
v v
6. Butir soal tidak bergantung pada butir soal
sebelumnya
v v v
C. RANAH BAHASA:
7. Rumusan kalimat komunikatif v v v
8. Kalimat menggunakan bahasa yang baik dan
benar, serta sesuai dengan ragam bahasanya
v v
9. Rumusan kalimat tidak menimbulkan penafsiran
ganda atau salah pengertian.
v v
10. Menggunakan bahasa/kata yang umum (bukan
bahasa lokal)
v v
11. Rumusan soal tidak mengandung kata-kata yang
dapat menyinggung perasaan peserta didik.
v v
Keterangan: Soal nomor 1, perlu dirumuskan kembali karena ruang lingkup pertanyaan dan jawabannya tidak menunjukkan batas-batas yang
jelas.
Soal nomor 2, sudah baik dan tidak memerlukan perbaikan
Soal nomor 3, memerlukan perbaikan dalam bahasa
Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang
-
8/14/2019 Revisi Pedoman Bahasa Jepang
45/66
Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang
-
8/14/2019 Revisi Pedoman Bahasa Jepang
46/66
3. Telaah Butir Soal Bentuk Pilihan Ganda (Multiple Choise)
JENIS PERSYARATAN1 2 3 4 5 6
A. RANAH MATERI
1. Butir soal sesuai dengan indikator. v v v v v
2. Hanya ada satu kunci atau jawaban yang benar. v v v v v3. Isi materi sesuai dengan tujuan pengukuran. v v v v v
4. Isi materi sesuai dengan jenjang, jenis sekolah dantingkatan kelas.
v v v v v
5. Pilihan benar-benar berfungsi, jika pilihan merupakanhasil perhitungan, maka pengecoh berupa pilihan yang
salah rumus/salah hitung.
v v v v v
B. RANAH KONSTRUKSI
6. Pokok soal (stem) dirumuskan dengan jelas. v v v v v
7. Rumusan soal dan pilihan dirumuskan dengan tegas. v v v
8. Pokok soal tidak memberi petunjuk/mengarah kepada
pilihan jawaban yang benar.
v v v
9. Pokok soal tidak mengandung pernyataan negatifganda
v v v v v
10. Bila terpaksa menggunakan kata negatif, maka harus
digarisbawahi atau dicetak lain.
v v
11. Pilihan jawaban homogen. v v
12. Hindari adanya alternatif jawaban : "seluruh jawaban di
atas benar" atau "tak satu jawaban di atas yang
benar" dan yang sejenisnya.
v v v v v
13. Panjang alternatif /pilihan jawaban relatif sama,
jangan ada yang sangat panjang dan ada yang sangatpendek.
v v v v v
14. Pilihan jawaban dalam bentuk angka/waktu diurutkan. v v v v
15. Wacana, gambar, atau grafik benar-benar berfungsi.
16. Antar butir tidak bergantung satu sama lain. v v v v v
C. RANAH BAHASA:
17. Rumusan kalimat komunikatif. v v v v
18. Kalimat menggunakan bahasa yang baik dan benar,serta sesuai dengan ragam bahasanya.
v v v v
Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang
-
8/14/2019 Revisi Pedoman Bahasa Jepang
47/66
19. Rumusan kalimat tidak menimbulkan penafsiran gandaatau salah pengertian.
v v v v
20. Menggunakan bahasa/kata yang umum (bukan bahasalokal)
v v v v
21. Rumusan soal tidak mengandung kata-kata yang dapatmenyinggung perasaan peserta didik.
v v v v v
Keterangan:
Soal nomor 1 dan 2 sudah baik dari ke tiga ranah dan tidak memerlukan perbaikan
Soal nomor 3 dan 5 perlu perbaikan pada pilihan jawaban, karena ternyata terdapat lebih dari
satu jawaban benar dan pilihan jawaban tidak homogen.
Soal nomor 4 perlu perbaikan dari segi bahasa.
Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang
-
8/14/2019 Revisi Pedoman Bahasa Jepang
48/66
Lampiran 4: Contoh Evaluasi Hasil Penilaian
Evaluasi Hasil Penilaian
Kompetensi DasarJumlah
Butir
Jumlah
Betul
%
Pencapai-an
Pengua-
saanKeterangan
1.4.Menyampaikan
berbagai
informasisederhana
secara lisan
5 4 80 V Menguasai
sebagian besar
kosa kata danmampu
menerapkannya
dalam perilakusehari-hari
1.7.Memahami teks
pendek dansederhana
4 2 50 - Belum
menguasaikompetensi,
kurang
memahami teksyang bervariasi
Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang
-
8/14/2019 Revisi Pedoman Bahasa Jepang
49/66
Lampiran 5CONTOH FORMAT PROFIL HASIL BELAJAR SISWA
NAMA SISWA : Dian LarasatiKELAS / PROGRAM : XISEMESTER : 1MATA PELAJARAN : Bahasa Jepang
No.KD
Kompetensi DasarNILAI
K P A
10 100
10 - 100 A/B/C
Komentar
1.2 Mengidentifikasikaninformasi dari teks
75 77 B Sudahkompeten, tapi
Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang
-
8/14/2019 Revisi Pedoman Bahasa Jepang
50/66
percakapan.Tema : Jati diri,
Lingkungan Kehidupan
Sekolah, KehidupanKeluarga, Kehidupan
Sehari-hari
tampilan perlulebih dilatihkan.
1.4 Menyampaikan berbagai
informasi sederhanasecara lisan.Tema: Jati diri,
Lingkungan KehidupanSekolah, Kehidupan
Keluarga, Kehidupan
Sehari-hari.
82 79 B Sudah
kompeten, tapitampilan perlulebih dilatihkan.
1.7 Memahami teks pendek
dan sederhana
Tema: Jati diri,Lingkungan Kehidupan
Sekolah, KehidupanKeluarga,
Kehidupan Sehari-hari.
82 80 B Sudah
kompeten, dan
tampilan sudahbaik.
1
.10
Menulis informasi
sederhana Tema:
Kehidupan Keluarga,Kehidupan Sehari-hari.
65 75 B Belum
kompeten, dan
tampilan perlulebih dilatihkan.
Jumlah Nilai
Rata-
rata:
Keterangan : ........... ...., ............ .....2004
K = Kognitif
P = Psikomotor
A = Afektif
Komentar 0rang Tua / Wali Siswa: .......................................................................................
...............................................................................................................................................
Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang
-
8/14/2019 Revisi Pedoman Bahasa Jepang
51/66
-
8/14/2019 Revisi Pedoman Bahasa Jepang
52/66
6
7
8
9
Keterangan:Skala penilaian dibuat dengan rentangan dari 1 s.d. 5. Penafsiran angka-angka tersebut adalah sebagai berikut: 1 = sangat kurang, 2= kurang, 3 = cukup, 4 = baik, dan 5 = amat baik.
Lampiran 7:1. Contoh Format Laporan Hasil Belajar
LAPORAN HASIL BELAJAR SISWAPengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang
-
8/14/2019 Revisi Pedoman Bahasa Jepang
53/66
-
8/14/2019 Revisi Pedoman Bahasa Jepang
54/66
2 Izin
3 Tanpa Keterangan
Kepribadian
No Kepribadian Keterangan
1 Kelakuan
2 Kerajinan/Kedisiplinan
3 Kerapian
4 Kebersihan
Catatan Wali Kelas:
..........., ................ 2004
Orang Tua/Wali Siswa Mengetahui Wali KelasKepala Sekolah
....... ..
Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang
-
8/14/2019 Revisi Pedoman Bahasa Jepang
55/66
CARA PENGISIAN LAPORAN HASIL BELAJAR
A. Tabel Laporan Hasil Belajar
1. Kolom kognitif diisi dengan nilai rata-rata pencapaian aspek kognitif dari semua standar kompetensi mata pelajaran.
2. Kolom psikomotor diisi dengan nilai rata-rata aspek psikomotor dari suatu mata pelajaran, yang dinilai aspek psikomotornya.
3. Nilai tertinggi hasil remedial aspek kognitif dan psikomotor tidak melebihi nilai standar minimum ketuntasan yang ditetapkan oleh
sekolah.
4. Kolom afektif diisi dengan nilai mata pelajaran yang dapat dinilai aspek afektifnya secara kualitatif. Aspek yang dinilai dapat
berupa salah satu atau lebih dari aspek minat, sikap, disiplin, atau aspek lainnya yang dipandang penting oleh sekolah.
Contoh: Pengisian Kolom Afektif (Tabel Laporan HBS)
No. Mata Pelajaran Afektif
1 Bhs. Inggris Minat cukup baik, disiplin mengerjakan
tugas cukup baik
2 Matematika Di kelas kurang perhatian
5. Penilaian aspek kognitif, psikomotor, dan afektif harus dijelaskan kepada siswa di awal semester.
6. Kolom keterangan diisi dengan uraian singkat kompetensi yang telah dicapai, yang memuat predikat prestasi dan deskripsi tentang
ketercapaian kompetensi tersebut.
7. Klasifikasi predikat prestasi terdiri atas: Amat Baik (AB), Baik (B), Cukup (C), dan Kurang (K).
Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang
-
8/14/2019 Revisi Pedoman Bahasa Jepang
56/66
Contoh : Pengisian Kolom Keterangan (Tabel Laporan HBS)
No. Keterangan
1
Pendidikan
Agama Islam
Baik: kompetensi mendeskripsikan sumber ajaran Islam
dan kerangka dasar Islam telah mencapai ketuntasan,
tetapi kompetensi membaca al- Quran perlu ditingkatkan.
4
Bahasa Inggris
Cukup: kompetensi menulis paragraf dan menentukan ide
utama telah mencapai ketuntasan, tetapi kompetensi
bercakap-cakap masih kurang, dan kompetensi menulis
surat perlu ditingkatkan.
5
Matematika
Kurang: kompetensi tentang mendefinisikan rumus belum
mencapai ketuntasan, penguasaan tentang materi yang
berhubungan dengan ruang/dimensi tiga masih perlu
ditingkatkan.
7 Baik: pada permainan bola basket untuk kompetesi
Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang
-
8/14/2019 Revisi Pedoman Bahasa Jepang
57/66
-
8/14/2019 Revisi Pedoman Bahasa Jepang
58/66
Ketidakhadiran
Sakit 5 hari
Izin 3 jam
Tanpa Keterangan 7 hari
D. Tabel Kepribadian
1. Kolom keterangan diisi dengan predikat prestasi kepribadian siswa yang mencakup empat aspek yang dinilai.
2. Klasifikasi predikat prestasi kepribadian: Baik, Cukup, dan Kurang.
3. Siswa yang memperoleh predikat Cukup dan Kurang perlu diberi penjelasan.
Contoh: Pengisian Tabel Kepribadian
No. Aspek yang Dinilai Keterangan
1 Kelakuan Baik
2 Kerajinan/Kedisiplinan Cukup: sering terlambat masuk kelas
3 Kerapian Baik
4 Kebersihan Baik
Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang
-
8/14/2019 Revisi Pedoman Bahasa Jepang
59/66
2. Contoh Laporan Hasil Belajar
Laporan Hasil Belajar Siswa untuk Guru dan Kepala Sekolah
Mata Pelajaran : Bahasa Jepang
Kelas/Semester : X I/E/2
No Nama
Siswa
Aspek Kompetensi Dasar
1 Ali Imron
1.
1
1.
2
2.
1
2.
2
2.
3
3.
1
3.
2
Ratar
ata
Keteran
gan
Kognitif
Psikomotori
k
Afektif2 Chaerudin
L
Kognitif
Psikomotori
k
Afektif
Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang
-
8/14/2019 Revisi Pedoman Bahasa Jepang
60/66
3 Darmawan
S
Kognitif 63
Psikomotori
k
75
Afektif B
Belumkom-
peten,
perlure-
medial
4 Ernavita Kognitif
Psikomotorik
Afektif
5 Jonathan P Kognitif
Psikomotori
k
Afektif
6 Lidya
Novita
Kognitif
Psikomotori
k
Afektif
7 Marthin
Razak
Kognitif 83
Psikomotori
k
84
Afektif B
Sudah
kom-peten,
kecakap-an
hidup
sosialperlu
dtingkat
-kan.
8 Sarah
Robbaniyah
Kognitif 79
Psikomotori
k
87
Afektif A
Sudah
kom-peten,
kecakap
anhidup
akadem
ik perludtingkat
kan.
Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang
-
8/14/2019 Revisi Pedoman Bahasa Jepang
61/66
Keterangan:
Batas lulus skor ranah kognitif dan psikomotor 75
Lampiran 8: Contoh Format Rancangan Penilaian dan Tugas
Contoh Format Rancangan Penilaian
No. Kompetens
iDasar
Juli Agustus Septembe
r
Oktober Nopember
B
lok1
B
lok2
B
lok
3
Contoh Format Rancangan Pemberian Tugas
No. Kompetens
i
Dasar
Juli Agustus Septembe
r
Oktober Nopember
K1
PR1
K2
PR2 K3
K4
PR3
Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang
-
8/14/2019 Revisi Pedoman Bahasa Jepang
62/66
Keterangan:K = KuisPR = Pekerjaan Rumah
Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang
-
8/14/2019 Revisi Pedoman Bahasa Jepang
63/66
DAFTAR ISI
Hal.
KATAPENGANTAR....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................................... iiiDAFTAR TABEL........................................................................................................... . iv
I. PENDAHULUAN......................................................................................... 1
II. KATAKTERISTIK BAHASA JEPANG........................................................ 2
III. STANDAR KOMPETENSI BAHASA JEPANG.......................................... 5
IV. PENGEMBANGAN SILABUS DAN SISTEM PENILAIAN........................ 6A. Langkah-langkah Penyusunan Silabus dan Sistem Penilaian........... 6B. Penyusunan dan Analisis Instrumen.................................................. 11
1. Langkah Penyusunan Instrumen.................................................. 112. Bentuk Instrumen dan Penskorannya.......................................... 123. Analisis Instrumen........................................................................ 18
4. Evaluasi Hasil Penilaian............................................................... 18
V. PELAPORAN HASIL PENILAIAN DAN PEMANFAATANNYA................ 20A. Pelaporan Hasil Penilaian................................................................. 20B. Pemanfaatan Hasil Penilaian............................................................ 21
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................... 23
GLOSARIUM.............................................................................................................. 24
LAMPIRAN-LAMPIRAN1. Daftar Kata Kerja Operasional.................................................... 28
2. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.............................. 313. Contoh Analisis Instrumen.......................................................... 324. Contoh Evaluasi Hasil Penilaian................................................. 35
Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang
-
8/14/2019 Revisi Pedoman Bahasa Jepang
64/66
5. Contoh Profil Hasil Belajar.......................................................... 366. Contoh Format Penilaian Kecakapan Hidup............................... 377. Contoh Laporan Hasil Belajar Siswa........................................... 438. Contoh Format Rancangan Pengujian dan Pemberian Tugas.... 449. Contoh Silabus dan Sistem Penilaian ......................................... 45
DAFTAR TABEL
Hal.
Tabel 1 Contoh Format Analisis Kompetennsi Dasar dan Kecakapan Hidup............................................................................... 8
Tabel 2 Kisi-kisi Silabus dan Sistem Penilaian Berkelanjutan................................................................................................. 12
Tabel 3 Pedoman Penilaian Uraian Bebas............................................................................................................................ 14
Tabel 4 Contoh Format Daftar Cek atau Skala Penilaian untuk Berbicara.................................................................................. 15
Tabel 5 Contoh Format Lembar Pengamatan Sikap Siswa....................................................................................................... 16
Tabel 6 Contoh Format Lembar Penilaian Minat Siswa Terhadap Mata Pelajaran........................................................................ 17
Tabel 7 Contoh Format Penilaian Konsep Diri Siswa............................................................................................................... 17
Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang
-
8/14/2019 Revisi Pedoman Bahasa Jepang
65/66
KATA PENGANTAR
Pemberlakuan Undang-undang Nomor 2 tahun 1999 dan Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Otonomi Daerahyang mengatur pembagian kewenangan berbagai bidang pemerintahan, berimplikasi pada penyelenggaraan pemerintah daerah saat inidan masa mendatang, termasuk kegiatan penyelenggaraan pendidikan. Salah satu kebijakan Departemen Pendidikan Nasional yangmengalami perubahan dalam penyelenggaraan pendidikan antara lain dalam proses pengembangan kurikulum.
Pemerintah pusat bertugas mnetapkan kebij