revisi seminar wulan (a10070192)
TRANSCRIPT
0
REVISI
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA OBLIGASI
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Seminar Manajemen
Keuangan
Disusun oleh:
Wulan Ginawati
A10070192
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) EKUITAS
Jl. P.H.H MUSTOPA No. 31
BANDUNG
2010
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Obligasi adalah sertifikat bukti hutang yang dikeluarkan oleh suatu emiten,
dalam rangka mendapatkan dana/modal, ditawarkan pada publik, penerbitnya
setuju untuk membayar sejumlah bunga tetap untuk jangka waktu tertentu dan
akan membayar kembali pokoknya pada saat jatuh tempo. Emiten dapat berupa
sebuah perusahaan/corporat,Badan usaha milik negara, pemerintah (pusat/daerah)
serta pemerintah asing. Sedangkan investor dapat berupa perusahaan asuransi,
dana pensiun, investment company, perusahaan/corporat lain, serta
perorangan/individu. Sebagai informasi tambahan, obligasi pemerintah yang telah
banyak beredar seperti: Surat Utang Negara (SUN), Obligasi Ritel Indonesia
(ORI).
Investasi pada obligasi akan memberikan keuntungan tertentu bagi
pemegangnya yang dapat berupa pendapatan bunga tetap (coupon) serta
peningkatan harga ke depan (capital gain). Bunga atau coupon merupakan
pendapatan yang diperoleh pemegang obligasi yang periode pembayarannya
dapat berbeda–beda, ada yang tiga bulan sekali, enam bulan sekali, atau sekali
dalam setahun.
2
Pertimbangan yang mendasari perusahaan–perusahaaan publik atau institusi
pemerintah menerbitkan obligasi sebagai alternatif pembiayaan jangka menengah
dan panjang (ekspansi usaha, pembelian mesin baru, investasi baru atau
membiayai project- project infrastuktur pembangunan) adalah karena tingkat
bunga obligasi lebih rendah daripada tingkat bunga pinjaman bank. Pada sisi
investor juga diuntungkan karena dapat memberikan tingkat return yang lebih
tinggi dari deposito.
Sebelum ditawarkan suatu obligasi biasanya dibuat peringkatnya oleh suatu
lembaga pemeringkat sebagai pernyataan informatif mengenai credibilitas emiten,
credit risk, probabilitas default-nya yaitu kemampuan membayar bunga kupon
dan nilai prinsipal tetap waktu. Perusahaan yang malakukan pemeringkatan
securitas obligasi yang terkenal di dunia diantaranya: Standard and Poor,
Moody’s dan di Indonesia dikenal PT.Pefindo (Pemeringkat Efek Indonesia).
Peringkat suatu obligasi tidak hanya mengindikasikan kemampuan sebuah emiten
untuk membayar bunga dan nilai principal tepat waktu tetapi juga merupakan
suatu gambaran akan kinerja/prospek emiten.
Emiten obligasi berperingkat tinggi tidak perlu menawarkan coupon rate
yang tinggi karena kredibilitas yang mereka miliki merupakan bagian dari
penjualan mereka. Tetapi para emiten berperingkat rendah harus menawarkan
bunga tinggi agar obligasinya diminati investor. Jadi secara umum dapat
3
dikatakan semakin tinggi peringkat suatu obligasi, coupon ratenya cenderung
semakin rendah dan sebaliknya (Dana dan Investasi ,1997).
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk membahas tentang
“Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Obligasi”.
1.2 Identifikasi Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang penelitian maka penulis mengidentifikasi
masalah yaitu apa saja faktor-faktor yang dapat mempengaruhi harga obligasi.
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diungkapkan diatas maka penelitian
ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi harga obligasi.
1.4 Kegunaan Penelitian
1.4.1 Bagi Penulis
Menambah pengetahuan penulis tentang karakteristik pasar obligasi di
Indonesia
4
1.4.2 Bagi Investor
Bagi investor yang tertarik dari keuntungan selisih harga (capital gain)
dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk mengetahui perubahan harga
obligasi.
5
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Sekilas tentang pasar modal
Pengertian pasar modal secara umum adalah suatu sistem keuangan yang
terorganisasi, termasuk didalamnya adalah bank–bank komersial dan semua
lembaga perantara dibidang keuangan, serta keseluruhan surat–surat berharga
yang beredar. Pengertian pasar modal dalam arti sempit adalah suatu pasar
(tempat, berupa gedung) yang disiapkan guna memperdagangkan saham–saham,
obligasi–obligasi, dan jenis surat berharga lainnya dengan memakai jasa para
perantara perdagangan efek.
Pasar modal adalah tempat pertemuan antara penawaran dengan
permintaan surat berharga. Di tempat inilah para pelaku pasar yaitu individu –
individu atau badan usaha yang mempunyai kelebihan dana (surplus funds)
melakukan investasi dalam surat berharga yang ditawarkan oleh emiten.
Sebaliknya, perusahaan (entities) yang membutuhkan dana menawarkan surat
berharga dengan cara listing terlebih dahulu pada badan otoritas di pasar modal
sebagai emiten. Transaksi yang terjadi diatur dalam kerangka system yang
terpadu dibawah kendali pasar modal yang secara legal dijamin oleh undang–
6
undang Negara. Dengan adanya jaminan kepastian hukum maka akan menciptkan
iklim transaksi investasi yang kondusif (Sunariyah, 2006:5)
Banyak jenis sekuritas yang diperdagangkan di pasar modal tetapi yang
paling umum adalah saham dan obligasi. Obligasi merupakan surat tanda hutang
jangka panjang yang diterbitkan oleh pemerintah, BUMN maupun korporasi.
Dengan membeli obligasi, pemilik berhak mendapatkan coupon yang dibayarkan
setiap periode tertentu dan menerima pembayaran nilai nominalnya pada saat
obligasi tersebut jatuh tempo. Selama berjalannya waktu, harga obligasi bisa naik
atau bisa pula turun. Jadi meskipun penghasilan dalam bentuk bunga bersifat tetap
tetapi kalau pemodal ingin menjual obligasi tersebut sebelum jatuh tempo, ada
kemungkinan dia akan menerima harga yang lebih tinggi (lebih rendah) dengan
harga pada saat pembeliannya. Hal inilah yang disebut dengan
keuntungan(kerugian) yang diperoleh dari selisih harga atau capital gain(capital
loss). Karena pemegang obligasi merupakan kreditur, maka mereka tidak akan
mendapatkan tambahan pendapatan jika laba perusahaan meningkat.Oleh karena
itu investasi pada obligasi sering juga disebut investasi FIS (fixed income
securities).
Sedangkan kalau pemodal membeli saham berarti mereka membeli
prospek atau turut memiliki perusahaan sesuai dengan porsi sahamnya. Kalau
kondisi ekonomi secara keseluruhan membaik(memburuk) dan prospek
perusahaan membaik(memburuk) maka harga saham akan naik(turun) sehingga
7
akan memperoleh keuntungan(kerugian) dari selisih harga atau capital
gain(caspital loss). Setiap tahun perusahaan yang go public selalu mengadakan
RUPS untuk menjelaskan kepada investor mengenai kinerja dan prospek
perusahaan. Salah satu agenda yang biasa yang dibicarakan adalah memutuskan
besarnya deviden pay-out ratio yang akan menentukan besarnya deviden per
lembar saham yang akan dibayarkan kepada investor. Deviden per lembar saham
bisa lebih besar, lebih kecil dari tahun sebelumnya atau tidak membagikan
deviden sama sekali. Sekali lagi hal ini tergantung pada kinerja dan prospek
perusahaan, rencana mangement, perbaikan modal kerja/struktur hutang, serta
adanya kesempatan investasi lainnya. Dipandang dari segi kepastian, deviden dan
cap-gain/loss yang diperoleh dari saham lebih beresiko karena sifat saham itu
sendiri yang berupa sertifikat kepemilikan dimana pemilik saham ikut menaggung
resiko jika kinerja perusahaan menurun dan memperoleh return yang lebih besar
jika kinerjanya membaik.
2.2 Karakteristik obligasi
Tandelilin.(2001) mengatakan secara umum karakteristik yang melekat
pada obligasi dapat dilihat dari hal-hal sebagai berikut:
8
2.2.1 Nilai intrinsik.
Nilai teoristis dari suatu obligasi. Nilai intrinsik ini akan berubah seiring
dengan berjalannnya waktu, besarnya coupon rate, dan nilai nominalnya.
Nilai intrinsik= f(coupon rate, nilai nominal, waktu).
a. Kupon merupakan besarnya pendapatan bunga tetap secara periodik
yang diperoleh oleh pemilik obligasi selama umur obligasi.
b. Nilai par :Harga pokok obligasi yang ditentukan emiten pada saat
obligasi tersebut ditawarkan kepada investor (harga nominal).
c. Maturity :Suatu rentang waktu sejak emisi sampai pelunasan nilai
nominalnya.
2.2.2 Tipe penerbitannya
Ada tidaknya jaminan(colateral) dan urutan klaim yang berbeda-beda.
Emiten dapat menerbitkan obligasi dengan jaminan asset riil dan asset
financial tertentu yang dimilikinya atau tanpa jaminan jika emiten tersebut
sudah memiliki kredibilitas yang baik Emiten juga dapat menerbitkan
obligasi dengan urutan klaim yang berbeda-beda. Obligasi senior yaitu
obligasi yang memberikan hak prioritas pertama atas klaim asset perusahaan
ketika terjadi permasalahan likuiditas. Obligasi subordinat/junior yang
memberikan hak kepada pemiliknya setelah klaim obligasi senior terpenuhi
.
9
2.2.3 Call provision
Hak emiten untuk melunasi obligasi sebelum jatuh tempo.Fenomena ini
biasanya terjadi jika ada penurunan tingkat suku bunga (r < coupon rate)
yang menyebabkan harga obligasi naik melebihi harga nominalnya. Sebagai
insentif untuk pemiliknya, call price ditentukan sebesar nilai nominal + call
premium. Biasanya terdapat pada obligasi konversi dan obligasi yang
disertai dengan warran.
2.2.4 Bond Indenture
Document legal yang berisi hak-hak bond holder dan emiten yang biasanya
berisi maturity, besarnya coupon/bunga dan jadwal pembayarannya.
2.3 Macam-macam Obligasi
Sebelum transaksi jual beli obligasi terjadi, ada suatu kontrak perjanjian
antara pembeli dan penjual obligasi. Kontrak perjanjian ini disebut kontrak
perjanjian obligasi (bond indenture). Di dalam kontrak ini ada berbagai
perjanjian, yang akan membuat obligasi bervariasi. Jadi, dapat disimpulkan
bahwa macam obligasi ditentukan oleh kontrak perjanjian (bond indenture).
Macarn-macam obligasi dapat dikelompokkan menjadi delapan klasifikasi yaitu:
1. Obligasi berdasar penerbit obligasi (issuer)
2. Obligasi berdasar sistem pembayarannya
3. Obligasi berdasarkan tingkat bunganya
10
4. Obligasi berdasarkan jaminannya
5. Obligasi berdasar tempat penerbitannya (perdagangannya)
6. Obligasi berdasar rating
7. Obligasi berdasar callable feature
8. Obligasi berdasarkan convertible/exchangeable.
Untuk lebih menjelaskan hal tersebut diuraikan berbagai macam obligasi sebagai
berikut:
2.3.1 Berdasarkan Penerbit Obligasi
a. Obligasi pemerintah.
Obligasi pemerintah merupakan surat hutang yang dijamin oleh
pemerintah. Obligasi jenis ini ada yang dikeluarkan dalam mata uang
rupiah maupun dollar. Karena dijamin pemerintah maka resiko default
(tidak dibayar) obligasi ini nyaris tidak ada.
b. Obligasi perusahaan wasta
Perusahaan swasta menjual obligasi kemasyarakat seperti halnya menjual
saham. Perusahaan memiliki keleluasaan untuk menentukan jumlah
obligasi yang hendak dikeluarkan dan bunga yang dibayarkan, walaupun
harus membuatnya semenarik mungkin untuk memikat investor. Obligasi
swasta ini biasanya memberikan bunga yang lebih tinggi dari obligasi
11
pemerintah karena ada risiko terjadinya kebangkrutan dan gagal
memenuhi kesepakatan yang dijanjikan. Kadang-kadang terdapat juga
obligasi swasta yang disebut obligasi konvertible (convertible bond)
karena bisa di-convert (ditukar) dengan saham jika kriteria yang
disepakati terpenuhi.
c. Obligasi perusahaan milik Negara
Contoh penerbit obligasinya adalah BTN, Bapindo, PLN, Jasa Marga,
Pegadaian, Pelabuhan Indonesia, dan lain-lain.
2.3.2 Berdasarkan Sistem Pembayaran Bunga
Berdasarkan sistem pembayaran bunga maka obligasi dapat dibagi atas dua
jenis yaitu:
a. Obligasi Kupon (Coupon Bond)
Obligasi kupon (coupon bond) yaitu obligasi yang bunganya dibayarkan
secara periodik, ada yang setiap triwulan, semesteran, atau tahunan.
b. Obligasi Tanpa Kupon (Zero Coupon Bond)
Lainnya halnya dengan Coupon Bond, Zero Coupon Bond tidak
mempunyai kupon, sehingga investor tidak akan menerima bunga secara
periodik, tetapi bunga langsung dibayarkan sekaligus pada saat
pembelian.
12
2.3.3 Berdasarkan Tingkat Bunganya
Berdasarkan tingkat bunga ada tiga jenis obligasi:
a. Obligasi dengan bunga tetap (Fixed rate bond)
Bunga pada obligasi ini ditetapkan pada awal penjualan obligasi dan
tidak berubah sampai dengan jatuh tempo.
b. Obligasi dengan bunga mengambang (Floating rate bond)
Bunga pada obligasi ini ditetapkan pada waktu pertama kali untuk
kupon pertama, sedangkan pada waktu jatuh tempo kupon pertama akan
ditentukan tingkat bunga untuk kupon berikutnya, demikian seterusnya.
Biasanya obligasi dengan bunga mengambang ini ditentukan relative
terhadap suatu patokan suku bunga misalnya 1% di atas JIBOR (Jakarta
Inter Bank Offering Rate), 1,5% di atas LIBOR ( London Inter Bank
Offering Rate)
c. Obligasi dengan bunga campuran (Mixed rate bond)
Obligasi jenis ini merupakan gabungan dari obligasi bunga tetap dan
bunga mengambang. Bunga tetap ditetapkan untuk periode tertentu
biasanya pada periode awal, dan periode selanjutnya bunganya
mengambang.
13
2.3.4 Berdasarjan Jaminannya
Berdasarkan jaminannya ada 5 jenis obligasi yaitu:
a. Collateral
Perusahaan penerbit membuat suatu janji, apabila pada saat jatuh tempo
obligasi perusahaan penerbit tidak dapat membayar nilai nominal
obligasi maka perusahan penerbit menyediakan sejumlah asset milik
perusahaan sebagai jaminan. Hal tersebut akan memperkuat tingkat
kepercayaan pemodal, yang menjamin bahwa pemodal tidak akan
mengalami kerugian
b. Debenture
Dalam tipe obligasi ini, perusahaan penerbit obligasi tidak menjamin
dengan aktiva tertentu, tetapi dijamin oleh tingkat likuiditas
perusahaan. Pemodal berharap bahwa perusahaan dapat mencapai laba
untuk membayar bunga dan nilai nominal obligasi.
c. Subordinate debenture
Dalam perjanjian kontrak obligasi, pemegang obligasi diklasifikasikan
berdasarkan siapa yang akan dibayar terlebih dahulu. Jika perusahaan
bangkrut, siapa yang paling mendapat prioritas untuk dibayar terlebih
dahulu. Tipe subordinate debenture dibayar setelah debenture. Oleh
karena itu, subordinare debenture merupaka obligasi yang mempunyai
risiko.
14
d. Obligasi pendapatan ( Income bonds)
Obligasi tipe ini, tidak dijamin dengan asset tertentu. Disamping itu,
perusahaan penerbit tidak mempunyai kewajiban membayar bunga
secara periodic kepada pemegang obligasi. Dalam obligasi, perusahaan
akan membayar bunga apabila laba yang dicapai cukup untuk
membayar bunga. Perusahaan penerbit tidak mempunyai utang bunga
apabila periode yang berlaku tidak mampu membayar bunga.
e. Obligasi Hipotek (Mortgage)
Obligasi tipe ini dijamin dengan asset tertentu dan asset yang dijadikan
agunan disebutkan secara jelas. Asset tersebut merupakan asset yang
tidak bergerak misalnya, tanah dan gedung. Apabila perusahaan
melalaikan janjinya, agunan tersebut dapat dijual untuk menutup
kewajiban perusahaan tersebut. Dalam obligasi tipe ini, asset
perusahaan yang baru secara langsung menjadi agunan.
2.3.5 Berdasarkan Tempat Penerbitannya
Memandang obligasi dari segi tempat penerbitan atau tempat
perdaganganya, dapat dibagi atas tiga jenis:
a. Obligasi domestik (Domestic Bond)
Obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan atau lembaga dalam negeri
dan dipasarkan didatam negeri. Misalnya obligasi PLN yang dipasarkan
di dalam negeri.(lndonesia).
15
b. Obligasi asing (Foreign Bond)
Obligasi asing adalah obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan atau
lembaga asing pada suatu negara tertentu di mana obligasi tersebut
dipasarkan.
Contoh: Yankee Bond diterbitkan dan dipasarkan diAmerika Serikat,
Samura Bond diterbitkan dan dipasarkan di Jepang, Dragon Bond
diterbitkan dan dipasarkan di Hongkong dan sebagainya.
c. Obligasi Global (Global Bond)
Obligasi yaang diterbitkan untuk dapat diperdagangkan dimanapun
tanpa adanya keterbatasan tempat penerbitan atau tempat perdagangan
tertentu.
2.3.6 Berdasarkan Rating
Jika dilihat dari segi rating maka obligasi dapat dibagi menjadi 3 jenis,
yaitu:
a. Grade Bond
Yaitu obligasi yang telah diperingkat dan termasuk dalam peringkat
yang layak untuk investasi (rnvestment grade). Yang termasuk
invesment grade adalah peringkat AAA, AA, dan A menurut standard
& Poor's atau peringkat Aaaa, Aa dan A menurut moody's.
16
b. Non-grade Bond
Adalah obligasi yang telah diperingkat tetapi tidak termasuk peringkat
yang layak untuk investasi (non-investment grade). Umumnya
peringkat obligasi ini adalah BBB, BB dan B menurut Sfandars &
Poor's atau Bbb, Bb dan B menurut moody's.
2.3.7 Berdasarkan Callablle Feature
Obligasi yang diterbitkan dengan fasilitas/hak untuk membeli kembali. Hak
untuk membeli kembali obligasi yang telah dijual sebelum obligasi tersebut
jatuh tempo disebut call feature.
Dari segi call feature, obligasi dapat dibagi atas tiga jenis, yaitu:
a. Freely Callable Bond
Dalam kontrak perjanjian obligasi, pada saat tertentu perusahaan
penerbit dapat menarik obligasi kembali. Perusahaan penerbit
mempunyai kesempatan untuk memanggil obligasi apabila tingkat
bunga turun dan menerbitkan obligasi baru dengan tingkat bunga yang
lebih rendah. Konsep ini di sebut dengan refunding. Perusahaan
penerbit dapat memanggil obligasi yang beredar apabila hal tersebut
dianggap menguntungkan bagi perusahaan. Adapun waktu
pemanggilan ini sangat bervariasi, misalnya sesudah masa waktu 5 atau
10 tahun, bahkan kemungkinan baru beberapa hari diemisi sudah
dipanggil. Jadi, dari sisi pemegang obligasi ketidakpastiannya sangat
17
tinggi. Untuk menutupi, pemegang obligasi menginginkan tingkat
kompensasi hasil (yield) yang relatif tinggi untuk menutupi ketidak
pastian yang tinggi.oleh karena itu, perusahaan penerbit harus
mengungkapkan call price (harga panggilan). Call price adalah harga
yang harus dibayar pada saat obligasi sesuai dalam kontrak perjanjian
yang telah ditetapkan. Selisih antara nilai nominal dengan call price
disebut call premium. Besarnya call price ditentukan berdasarkan pada
nilai obligasi. Apabila nilai obligasi mempunyai risiko tinggi, maka call
price juga tinggi, dan sebaliknya. Oleh karena itu, obligasi ini juga
disebut derivatif.
b. Non Callable Bond
Non Callable Bond adalah obligasi yang tidak dapat dibeli
kembali oleh penerbitannya sebelum obligasi tersebut jatuh tempo.
Kecuali penerbit membeli melalui mekanisme pasar.
c. Deferred Callable Bond
Deferred Callable Bond merupakan kombinasi antara freely
callable bond dengan non callable bond. Biasanya ditentukan suatu
batas waktu tertentu dimana obligasi tersebut tidak dapat dibeli kembali
(non callable), misalnya pada tahun pertama, kemudian sesudahnya
penerbit dapat membeli kembali (freely callable).
18
Obligasi yang bersifat callable pada umumnya memiliki kondisi
tertentu yang harus dicapai sehingga tindakan call (pelunasan lebih
awal) ini dapat dilakukan. Kondisi tersebut di bawah kontrol wali
amanat. Pihak penerbit obligasi dapat mengajukan permohonan kepada
wali amanat untuk melunasi lebih awal (tindakan call) bila kondisi
yang disebutkan dalam kontrak terpenuhi Kadang-kadang sebagai
pemanis (sweetener) terhadap obligas callable, lssuer memberikan
tambahan opsi kepada pemegang obligasi berupa puts option (opsi
puts). Opsi puts ini merupakan hak yang diberikan kepada pemegang
obligasi untuk meminta pelunasan lebih awal sesuai dengan syarat-
syarat yang dicantumkan dalam prospectus. Biasanya opsi ini diberikan
untuk jangka waktu yang terbatas, misalnya 30 hari sebelum suatu
tangga tertentu dan berakhir 60 hari sesudah tanggal tertentu tersebut.
Di luar kisaran tersebut hak opsi puts menjadi hilang.
2.3.8 Berdasarkan Convertible/exchangeable
Dari segi konversi, obligasi dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
a. Obligasi Konversi/Tukar (convertible Bond/Exchangable Bond)
Obligasi konversi/tukar adalah obligasi yang dapat ditukar dengan
saham, baik saham penerbit obligasi sendiri (converlible bond) maupun
saham perseroan lain yang dimiliki oleh penerbit obligasi (exchangable
bond). Saham-saham yang akan digunakan sebagai konversi obligasi
19
akan dijadikan jaminan pada wali amanat dan disimpan di bank
kustodian. Di dalam proses konversi ada batas waktu konversi,
biasanya Sama dengan masa hidup pasar obligasi tersebut, tetapi
biasanya berakhir lebih awal, misalnya 5 hari sebelum berakhirnya
masa hidup pasar obligasi konversi tersebut.
Nilai tukar obligasi konversi ke saham ditentukan dengan harga saham
yang tetap terhadap saham yang menjadi target konversi, dan berlaku
selama nilai tukar yang ditentukan. Dalam hal terjadinya dilusi, saham
yang menjadi target konversi, maka nilai tukar obligasi konversi juga
akan mengalami penyesuaian.
b. Obligasi Non Conversi (Non Convertible Bond)
Obligasi non konversi merupakan obligasi yang tidak dapat
dikonversikan menjadi saham tetapi hanya mencairkan pokok obligasi
tersebut pada waktu jatuh tempo sebagaimana pada obligasi lainnya
2.4 Penawaran dan Permintaan pada Pasar Obligasi
Pendekatan pertama kita pada analisis penentuan suku bunga dengan
memerhatikan permintaan dan penawaran pada pasar obligasi untuk melihat
bagaimana harga obligasi ditentukan. Kita tahu, bahwa masing-masing harga
obligasi terkait dengan suku bunga. Secara khusus hubungan negstif antara harga
20
obligasi dan suku bunga berarti bahwa ketika harga obligasi naik, suku bunganya
turun, dan sebaliknya.
Langkah pertama dalam analisis ini adalah mendapatkan kurvapermintaan
obligasi yang menunjukan hubungan antara jumlah permintaa dan harga ketika
variabel ekonomi lainnya tetap.
2.4.1 Kurva Permintaan
Untuk memperjelas analisis, kita lihat permintaan untuk obligasi diskonto 1
tahun, yang tidak melakukan pembayaran kupon tetapi pemilik akan
memperoleh nilai nominal $1.000 dalam 1 tahun. Jika periode kepemilikan
obligasi tersebut 1 tahun, imbal obligasi secara pasti dapat diketahui dan
sama dengan suku bunga sebagaimana diukur dengan yield to maturity. Hal
ini berarti bahwa perkiraan imbal hasil atas obligasi ini sama dengan suku
bunga i, yang dengan menggunakan persamaan yaiut:
i=Re= F−PP
Dimana:
i=suku bunga=yield to maturity
Re= perkiraan imbal hasil
F=nilai nominal obligasi diskonto
21
P=harga awal pembelian obligasi diskonto
Rumus ini menunjukan bahwa nilai tertentu dari suku bunga berkaitan
dengan masing-masing harga obligasi. Jika obligasi dijual pada harga $950,
suku bunga dan perkiraan imbal hasilnya adalah:
$ 1000−$ 950$ 950
=0,053=5,3 %
Dengan suku bunga dan perkiraan imbal hasil sebesar 5,3% yang berkaitan
dengan harga obligasi sebesar $950, kita asumsikan bahwa jumlah
permintaan obligasi adalah $100miliar, yang digambar sebagai titik A
dalam gambar 1
Pada harga $900, suku bunga dan perkiraan imbal hasil adalah:
$ 1000−$ 900$ 900
=0,111=1,1 %
22
Gambar 1 penawaran dan permintaan obligasi
Keseimbangan dalam pasar obligasi terjadi di titik c, yaitu perpotongan
kurva permintaan obligasi Bd dan kurva penawaran obligasi Bs. Harga
keseimbangan adalah P*=$850, dan suku bunga keseimbangan adalah
i*=17,6%
Oleh karena perkiraan imbal hasil dari obligasi ini meningkat, dengan
semua variabel-variabel ekonomi lainnya (seperti pendapatan, perkiraan
imbal hasil pada aset lainnya, risiko, dan Likuuiditas) dianggap tetap,
jumlah obligasi yang diminta akan lebih tinggi seperti yang diperkirakan
dalam teori permintaan aset. Titik B pada gambar 1 menunjukan jumlah
obligasi yang diminta pada harga $900, meningkat menjadi $200miliar.
Dengan menggunakan alasan ini, kalau harga obligasi adalah $850 (suku
bunga dan perkiran imbal hasil=17,6%), jumlah obligasi yang diminta (titik
C) akan lebih besar daripada titik B. Hal yang sama juga ketika harga lebih
rendah di $800 (suku bunga=25%) dan $750 (suku bunnga (33,3%), jumlah
obligasi yang diminta akan lebih tinggi lagi (titik D dan E). Kurva Bd, yang
menghubungkan titik-titik ini, adalah kurva permintaan untuk obligasi.
Kurva ini mempunyai kemiringan negatif, yang menunjukan bahwa pada
harga obligasi yang lebih rendah (lainnya dianggap tetap), jumlah
permintaan obligasi lebih tinggi.
23
2.4.2 Kurva Penawaran
Asumsi yang penting dibalik kurva permintaan obligasi pada
gambar 1 adalah bahwa semua variabel-variabel ekonomi lainnya, selain
harga obligasi dan suku bunga, dianggap konstan. Kita menggunakan
asumsi yang sama dalam menurunkan kurva penawaran, yang menunjukan
hubungan antara jumlah yang ditawarkan dan harga ketika semua variabel-
variabel ekonomi lannya dianggap konstan.
Ketika harga obligasi $750 (suku bunga=33,3%), titik F
menunjukan bahwa jumlah obligasi yang ditawarkan adalah $100 miliar.
Jika harganya $800, suku bunga akan lebih rendah, yaitu 25%. Karena
pada suku bunga ini, biaya peminjaman dengan menerbitkan obligasi
menjadi lebih rendah, perusahaan-perusahaan akan lebih bersedia
meminjam lebih banyak melalui penerbitan obligasi, dan jumlah obligasi
yang ditawarkan menjadi lebih tinggi, sebesar $200miliar (titik G). Pada
harga yang lebih tinggi, sebesar $850, berkaitan dengan suku bunga yang
lebih rendah, sebesar 17,6%, hasilnya jumlah obligasi yang ditawarkan
menjadi semakin besar yaitu $300miliar (titik C). Harga yang lebih tinggi,
sebesar $900 dan $950 menghasilkan jumlah obligasi yang ditawarkan
semakin tinggi lagi (titik H dan titik I). Kurva Bs, yang menghubungkan
titik-titik tersebut, adalah kurva penawaran untuk obligasi. Kurva
penawaran ini mempunyai kemiringan positif seperti kurva penawaran
24
biasanya, yang menunjukan bahwa jika harga meningkat (lainnya dianggap
tetap), jumlah obligasi yang ditawarkan meningkat.
2.5 Faktor-faktor yang ikut mempengaruhi perubahan harga obligasi
2.5.1 Interest Rate
Besarnya tingkat suku bunga dipakai oleh pembeli obligasi sebagai
benchmark dasar tingkat return yang diharapkan dan pada sisi emiten
sebagai besarnya biaya modal. Tingkat suku bunga pasar dalam hal ini
dapat berupa SBI rate atau suku bunga pasar pada umumnya.
Selama umur obligasi besarnya interest rate dapat berubah sesuai
kondisi perekonomian secara keseluruhan. Pergerakan tingkat suku bunga
SBI sangat berpengaruh terhadap efek pendapatan tetap. Kenaikan tingkat
bunga SBI diharapkan dapat memberikan alternatif investasi karena orang
lebih suka membeli SBI yang memberikan bunga tinggi.
Pada gilirannya kenaikan tingkat suku bunga SBI pasti berdampak
pada kenaikan tingkat bunga komersial. Disaat tingkat bunga komersial
tinggi merupakan momen yang tidak tepat untuk merealisasikan capital
gain. Karena harga obligasi berhubungan terbalik dengan tingkat bunga
pasar. Sehingga kenaikan tingkat bunga komersial justru akan
mengakibatkan penurunan harga obligasi. Kemudian investor dapat
merealisasikan capital gain ketika pemerintah melakukan pemotongan
25
terhadap tingkat suku bunga SBI. Karena pemotongan tingkat suku bunga
SBI berdampak pada apresiasi terhadap harga obligasi (Ratih, 2006).
Menurut Van Horne dan Wachowicz (1997) bahwa jika tingkat
bunga meningkat sehingga tingkat pengembalian yang diharapkan pasar
juga meningkat, maka harga obligasi akan menurun. Jika tingkat bunga
menurun, harga obligasi meningkat. Sehingga tingkat bunga dan harga
obligasi bergerak dalam arah yang berlawanan. Dari pernyataan diatas,
tampak jelas bahwa keberagaman tingkat bunga dapat menyebabkan
keberagaman harga obligasi. Variasi ini pada harga sekuritas yang
disebabkan oleh perubahan pada tingkat bunga disebut dengan risiko
tingkat bunga.
Nilai suatu obligasi bergerak berlawanan arah dengan perubahan
suku bunga secara umum. Jika suku bunga secara umum cenderung turun,
maka nilai atau harga obligasi akan meningkat, karena para investor
cenderung untuk berinvestasi pada obligasi. Sementara itu, jika suku bunga
secara umum cenderung meningkat, maka nilai atau harga obligasi akan
turun, karena para investor cenderung untuk menanamkan uangnya di Bank
(Bapepam, 2003).
Dari sisi emiten jika suku bunga turun, beban biaya modal akan
berkurang sehingga perusahaan akan melakukan ekspansi / investasi baru
(dengan emisi obligasi baru atau credit baru) sehingga terjadi ekspektasi
26
kenaikan pendapatan perusahaan. Ekspektasi yang positif ini menyebabkan
nilai perusahaan naik sehingga terjadi peningkatan harga securitas (saham
dan obligasi). Sebaliknya jika suku bunga naik, beban biaya modal dan
operational cost akan naik sehingga pendapatan operasional (EBIT) emiten
akan turun. Para analis yang bekerja di pasar modal akan mengetahui
informasi ini dari laporan keuangan yang diserahkan secara berkala per
triwulan sesuai dengan persyaratan Bapepam. Informasi ini selanjutnya
akan tersebar dan tercermin pada pada penurunan harga securitas (saham
dan obligasi).
Dari sisi bond holder pada saat tingkat suku bunga mengalami
kenaikan sementara besarnya coupon rate tetap (fixed income bond), maka
return riil dari investor relatif lebih kecil dibandingkan dengan suku bunga
pasar. Hal ini akan menyebabkan terjadi aksi jual obligasi sehingga harga
obligasi turun .Sebaliknya pada saat suku bunga turun, besarnya coupon
rate tetap, return riil dari investor akan lebih besar/ naik sehingga terjadi
aksi beli obligasi yang menyebabkan harga obligasi naik.
2.5.2 Kurs
Kurs Rp/$ dapat mengalami kenaikan(penurunan) atau mengalami
appresiasi (depresiasi) sesuai kondisi perekonomian. Dalam sistem
perekonomian makro bila terjadi kenaikan nilai tukar Rp/$ berarti terdapat
supply $ dalam jumlah yang lebih besar dari periode sebelumnya. Hal ini
27
terjadi karena nilai (Xport – Import )barang dan jasa, cadangan devisa,
aliran investasi (baik dalam bentuk foreign direct investment atau financial
asset/securitas) mengalami peningkatan. Pada besaran tertentu, appresiasi
akan menyebabkan turunnya daya saing ekspor, sehingga otoritas moneter
dan menteri yang terkait akan menurunkan tingkat suku bunga. Sebaliknya,
BI akan menaikkan tingkat suku bunga jika terdapat penurunan nilai mata
uang Rp/$ (depresiasi).
Dengan turunnya suku bunga, beban biaya modal akan berkurang
dan perusahaan akan melakukan ekspansi/investasi sehingga terjadi
ekspektasi kenaikan pendapatan perusahaan. Dengan adanya
ekspektasi/persepsi yang positif tersebut membuat nilai perusahaan akan
mengalami kenaikan sehingga terjadi peningkatan harga securitas (saham
dan obligasi). Sebaliknya jika suku bunga naik, beban biaya modal dan
operational cost akan naik sehingga pendapatan operasional (EBIT) dari
emiten akan turun yang akan tercermin pada penurunan harga securitas
baik saham dan obligasi (Husnan,2005).
Perubahan kurs dapat secara langsung mempengaruhi harga
obligasi meskipun SBI rate tetap. Hanya pada besaran tertentu untuk
mempertahankan daya saing perekonomian, otoritas moneter melakukan
koreksi terhadap besarnya SBI rate yang biasanya diikuti bank commercial
pada umumnya. Jadi dapat dikatakan perubahan kurs Rp/$ secara langsung
28
dapat menyebabkan perubahan harga obligasi dan secara tidak langsung
melalui perubahan suku bunga.
2.5.3 Coupon Rate
Identik dengan bunga deposito pada umumnya, coupon rate
dinyatakan dalam persentase. Besarnya coupon rate menunjukkan besarnya
pendapatan tetap yang akan diterima oleh pembeli obligasi dalam sejumlah
periode kupon selama umur obligasi. Obligasi di Indonesia umumnya
memberikan pendapatan tetap (fixed income bond) walaupun terdapat
beberapa obligasi lainnya yang disertai dengan opsi call seperti: obligasi
disertai warran dan obligasi konversi yang memungkinkan pemiliknya
untuk menukarkannya dengan sejumlah lembar saham jika harga saham
yang menjadi underlying asset lebih besar dari harga exercise yang telah
ditetapkan semula.
Besarnya coupon rate yang ditawarkan pada saat emisi obligasi
(selain rating) merupakan daya tarik tersendiri karena merupakan aliran kas
bagi pemiliknya .Hal ini menyebabkan obligasi dengan coupon rate yang
lebih besar akan terjual dengan harga yang lebih tinggi dibandingkan
dengan obligasi ber coupon rate rendah.
Jika terjadi kenaikan suku bunga selama umur maturity, obligasi
dengan coupon rate besar akan mengalami penurunan harga yang lebih
kecil dibandingkan dengan obligasi bercoupon rate lebih rendah karena
29
nilai coupon (aliran kas) yang besar dan tetap, sementara discount factor
mengalami penurunan, ceteris paribus (Husnan,2005)
2.5.4 Periode Coupon Rate
Setiap obligasi yang memberikan pendapatan tetap (fixed income
bond) memiliki periode pembayaran coupon tertentu. Periode pembayaran
coupon biasanya sudah ditetapkan pada saat emisi obligasi yang tercantum
dalam bond indenture (document yang berisi besarnya coupon rate,
maturity, periode pembayaran satiap coupon dan lain lain). Periode
pembayaran setiap coupon akan menentukan jumlah keseluruhan coupon
selama umur obligasi. Jumlah keseluruhan coupon akan berkurang seiring
dengan pembayaran coupon setiap periode yang merupakan aliran kas bagi
pemiliknya.Pembayaran coupon setiap periode ini akan merubah nilai
intrinsic sebuah obligasi (K.Achmad,2003).
Suatu obligasi yang pada pasar perdana terjual dengan harga
premium (at discount) akan mengalami penurunan (kenaikan) nilai
intrinsik yang mengarah pada nilai nominal karena adanya amortisasi
(=pembayaran coupon) obligasi. Besarnya perubahan nilai intrinsik ini
akan berbeda-beda untuk setiap periode coupon dan akan tercermin pada
perubahan harga pasar (market price) suatu obligasi.
30
2.5.5 Rating
Selain faktor–faktor yang telah disebutkan, Salah satu indikator
penting untuk mengetahui tingkat risiko yang dihadapi oleh perusahaan
penerbit obligasi, tercermin dalam peringkat obligasinya. Obligasi dengan
peringkat rendah merupakan obligasi yang lebih berisiko. Implikasinya
obligasi dengan peringkat rendah harus menyediakan YTM lebih tinggi
karena untuk mengkompensasi kemungkinan risiko yang besar (Ratih,
2006).penyebab resiko pada investasi obligasi adalah faktor internal
perusahaan berupa dana tidak terbayar tepat waktu sesuai jatuh temponya.
Peringkat obligasi penting karena memberikan pernyataan yang
informatif dan memberikan sinyal tentang probabilitas default hutang
perusahaan. Peringkat hutang juga berfungsi membantu kebijakan publik
untuk membatasi investasi spekulatif para investor institusional seperti
bank, perusahaan asuransi dan dana pensiun. Kualitas suatu obligasi dapat
dimonitor dari informasi peringkatnya (Nurfauziah dan Setyarini, 2004).
Dengan demikian pemegang obligasi dapat mengantisipasi
kemungkinan tidak terbayarnya bunga dan pokok pinjaman investor
dengan memanfaatkan informasi pemeringkatan obligasi dari lembaga
pemeringkat sekuritas hutang (credit/debt rating agency) untuk mengukur
resiko investasi pada suatu obligasi dan menilai tingkat kredibilitas
31
emitennya. Peringkat/rating obligasi ini sudah digunakan secara ekstensif
sebagai salah satu indikator pengukuran resiko suatu obligasi.
Peringkat (rating) yang diberikan oleh rating agency akan
menyatakan apakah obligasi tersebut berada pada peringkat investment
grade atau non investment grade. Suatu obligasi yang memperoleh rating
non investment grade maka obligasi tersebut disebut dengan istilah junk
bond. Sedangkan suatu obligasi yang sebelumnya termasuk investment
grade tetapi setelah ditinjau kembali dan peringkatnya turun ke non
investment grade, obligasi yang demikian biasanya disebut falling angels
(Ang, 1997).
Di Indonesia PT.Pefindo merupakan institusi yang membuat dan
menyebarkan informasi pemeringkatan efek seperti obligasi dan
commercial paper. Peringkat obligasi yang dikeluarkan dinyatakan dalam
simbol yang menunjukkan tingkat resiko hutang , kemampuan untuk
membayar bunga dan pokok pinjaman yang kalau diurutkan dari atas
adalah : AAA – AA – A – BBB – BB – B – CCC – D. Peringkat AAA
memiliki tingkat resiko hutang paling rendah dan kemampuan untuk
membayar bunga dan pokok pinjaman terbaik. Semakin kebawah
menunjukkan peningkatan tingkat resiko (baik hutang maupun maupun
kemampuan membayar bunga dan pokok pinjaman).Diharapkan dengan
peringkat yang dibuat dan dikeluarkan oleh Pefindo, masyarakat/investor
32
dapat memperkirakan premi resiko yang wajar untuk masing-masing
sekuritas kredit yang diterbitkan oleh banyak perusahaan. Dengan
demikian investor dapat mengerti dan memilih investasi jenis obligasi dari
berbagai perusahaan/persero sesuai dengan preferensinya.
Peringkat suatu obligasi tidak hanya mengindikasikan kemampuan
sebuah emiten untuk membayar bunga dan nilai principal suatu obligasi
tetapi juga merupakan suatu gambaran akan kinerja/prospek emiten.
Emiten obligasi berperingkat tinggi tidak perlu menawarkan coupon rate
yang tinggi karena kredibilitas yang mereka miliki merupakan bagian dari
penjualan mereka. Tetapi para emiten berperingkat rendah harus
menawarkan bunga tinggi agar obligasinya diminati investor. Jadi secara
umum dapat dikatakan semakin tinggi peringkat suatu obligasi , coupon
ratenya cenderung semakin rendah dan sebaliknya (Dana dan Investasi,
1997, Capital Market Society of Indonesia).
Adapun symbol peringkat PT. PEFINDO adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1 : Simbol Peringkat PT PEFINDO
33
Sumber: PT PEFINDO
Definisi peringkat surat hutang pemeringkat Efek Indonesia
(PEFINDO) adalah sebagai berikut:
34
Tabel 2.2: definisi Peringkat Obligasi PEFINDO
35
Catatan: Hasil peringkat dari id AA sampai id B dapat diberi tanda tambah
(+) atau kurang (-) untuk menunjukkan perbedaan kekuatan atau relative
kemampuannya dalam suatu kategori peringkat.
Beberapa manfaat rating bagi investor adalah sebagai
berikut (Rahardjo, 2003):
1. Informasi risiko investasi. Tujuan utama investasi adalah untuk
meminimalkan risiko serta mendapatkan keuntungan yang maksimal.
Oleh karena itu, dengan adanya peringkat obligasi diharapkan
informasi risiko dapat diketahui lebih jelas posisinya.
2. Rekomendasi investasi. Investor akan dengan mudah mengambil
keputusan investasi berdasarkan hasil peringkat kinerja emiten obligasi
tersebut. Dengan demikian investor dapat melakukan strategi investasi
akan membeli atau menjual sesuai perencanaannya.
3. Perbandingan. Hasil rating akan dijadikan patokan dalam
membandingkan obligasi yang satu dengan yang lain, serta
membandingkan struktur yang lain,seperti suku bunga dan metode
penjaminannya.
Investor yang berminat untuk membeli obligasi akan
memperhatikan kualitas kredit yang diproksikan dalam peringkat obligasi
(bond rating). Peringkat obligasi merupakan indikator ketepatwaktuan
pembayaran pokok dan bunga utang obligasi. Selain itu peringkat obligasi
36
mencerminkan skala risiko dari semua obligasi yang diperdagangkan.
Dengan demikian peringkat obligasi menunjukkan skala keamanan obligasi
dalam membayar kewajiban pokok dan bunga secara tepat waktu. Semakin
tinggi peringkat, semakin menunjukkan bahwa obligasi tersebut terhindar
dari risiko default (Setyapurnama, 2005).
37
BAB III
ANALISIS
Harga obligasi dipengaruhi oleh jumlah permintaan dan penawaran pasar
A. Pergeseran permintaan untuk obligasi
1. Kekayaan
2. Perkiraan imbal hasil obligasi relatif terhadap aset lainnya
3. Risiko obligasi relatif terhadap aset lainnya
4. Likuiditas obligasi relatif terhadap aset lainnya
Untuk mengetahui bagaimana masing-masing faktor ini dapat
menggeser kurva permintaan, kita lihat beberapa contoh berikut:
1. Kekayaan
Ketika perekonomian bertumbuh dengan cepat pada saat ekspansi siklus
usahan dan kekayaan meningkat, jumlah obligasi yang diminta pada
setiap harga obligasi (atau suku bungga) akan meningkat seperti dilihat
pada gambar 2. Untuk melihat cara kerjanya, anggap titik B sebagai
kurva permintaan obligasi awsal Bd1. Dengan kekayaan yang lebih
tinggi, jumlah obligasi yang diminta pada harga yang sama harus naik,
menuju titik B’. Demikian pula untuk titik D, semakin tinggi kekayaan
menyebabkan jumlah yang diminta pada harga obligasi yang sama akan
38
meningkat menuju titik D’. Seterusnya dengan alasan ini, setiap titik
pada kurva permintaan bergeser ke kanan adri Bd1 ke Bd2 sebagaimana
ditunjukan oleh panah-panah.
Kesimpulan yang diperoleh adalah bahwa pada saat ekspansi siklus
usaha dengan peningkatan kekayaan, permintaan obligasi naik dan
kurva permintaan untuk obligasi bergeser ke kanan. Dengan
menggunakan alasan yang sama, dalam kodisi resesi, ketika pendapatan
dan kekayaan turun, permintaan untuk obligasi juga turun, dan kura
permintaan bergeser ke kiri. Faktor lain yang dapat mempengaruhi
kekayaan adalah rasio pendapatan tehadap tabungan masyarakat. Kalau
rumah tangga menabung lebih banyak, kekayaan akan meningkat, dan
seperti yang kita lihat, permintaan untuk obligasi bergeser ke kanan.
Sebaliknya, kalau masyarakat menabung lebih sedikit, kekayaan dan
permintaan obligasi akan turun, dan kurva permintaan bergeser ke kiri.
Gambar 2 kurva permintaan obligasi
39
2. Perkiraan imbal hasil
Untuk obligasi dengan jatuh tempo lebih dari satu tahun, perkiraan
imbal hasil bisa berbeda dengan suku bunga. Misalnya, peningkatan
suku bunga pada obligasi jangka panjang dari 10% ke 20% akan
mendorong penurunan yang tajam pada harga dan imbal hasil negatif
yang sangat besar. Semakin tinggi perkiraan suku bunga di masa depan,
maka semakin rendah perkiraan imbal hasil atas obligasi jangka
panjang, menurunkan permintaan, dan menggeser kurva permintaan ke
kiri. Sebaliknya, semakin rendah perkiraan suku bunga di masa depan,
akan meningkatkan permintaan untuk obligasi jangka panjang dan
menggeser kurva permintaan ke kanan. Adapun yang ikut
mempengaruhi perkiraan imbal hasil adalah inflasi. Perubahan inflasi
dapat menpengaruhi perkiraan imbal hasil pada ast berwujud seperti
mobil dan rumah, yang mempengaruhi permintaan obligasi.
Meningkatnya perkiraan inflasi, katakanlah dari 5% menjadi 10%, akan
mendorong harga-harga mobil dan rumah lebih tinggi di masa
mendatang dan juga keuntungan modal yang lebih tinggi. Sebagai
alternatif, kita dapat menganggap kenaikan perkiraan inflasi akan
menurunkan suku bunga riil obligasi, dan akibat penuruna perkiraan
40
imbal hasil obligasi akan menyebabkan permintaannya menurun, da
kurva permintaan bergesewr ke kiri.
3. Risiko
Jika harga pada pasar obligasi menjadi lebih berfluktuasi, maka risiko
yang terkait dengan obligasi akan meningkat, dan obligasi menjadi
kurang menarik. Peningkatan risiko obligasi akan menyebabkan
permintaan obligasi turun dan kurva permintaan obligasi bergeser ke
kiri.
Sebaliknya, peningkatan volatilitas harga pada aset lainnya, seperti
pasar saham, akan membuat obligasi lebih menarik. Kenaikan tingkat
risiko dari aset alternatif akan menyebabkan permintaan obligasi
meningkat dan kurva permintaan obligasi bergeser ke kanan. (seperti
gambar 2 diatas )
4. Likuiditas
Kalau lebih banyak orang yang melakukan perdagangan di pasar
obligasi, dan akibatnya semakain mudah untuk menjual obligasi secara
cepat, maka meningkatnya likuiditas obligasi akan menyebabkan jumlah
obligasi yang diminta pada setiap suku bunga akan meningkat.
Demikian pula naiknya likuiditas dari aset lainnya akan menurunkan
permintaan obligasi dan menggeser kurva permintaannya ke kiri.
B. Pergeseran penawaran obligasi
41
Faktor-faktor tertentu dapat menyebabkan kurva penawaran obligasi
bergeser. Faktor-faktor tersebut antara lain:
1. Perkiraan keuntungan
2. Perkiraan inflasi
3. Anggaran pemerintah
Kita akan melihat bagaimana kurva penawaran bergeser jika masing-
masing faktor-faktor tersebut berubah:
1. Perkiraan keuntungan
Semakin untung investasi dalam bentuk perusahaan dan peralatan
yang diperkirakan perusahaan, maka perusahaan semakin terdorong
untuk melakukan pinjaman guna membiayai investasinya tersebut.
Ketika perekonomian tumbuh dengan cepat, seperti pada saat
ekspansi siklus usaha, peluang investasi yang diperkirakan untung
akan sangat banyak, dan jumlah obligasi yang ditawarkan pada setiap
harga obligasi akan meningkat. Dengan demikian, dalam siklus usaha
yang ekspansif, penawaran obligasi meningkat , dan kuva penawaran
bergeser ke kanan dan sebaliknya dalam resesi, ketika peluang
investasi yang diperkirakan menguntungkan turun, maka penawaran
obligasi turun, dan kurva penawaran obligasi bergeser ke kiri.
2. Perkiraan inflasi
42
Pada tingkat bunga tertentu (dan harga obligasi), ketika perkiraan
inflasi meningkat, maka biaya peminjaman riil turun; oleh karena itu,
jumlah obligasi yang ditawarkan meningkat pada setiap harga
obligasi tertentu. Peningkatan perkiraan inflasi menyebabkan obligasi
yang ditawarkan meningkat dan kurva penawaran bergeser ke kanan
3. Anggaran pemerintah
Aktivitas pemerintah dapat mempengaruhi penawaran obligasi dalam
beberapa cara. Departemen keuangan AS (U.s Treasury)
mengeluarkan obligasi untuk membiayai defisit anggaran, yaitu
kesenjangan antara pengeluaran dan penerimaan anggaran
pemerintah. Ketika defisit membengkak, Departemen keuangan AS
akan menjual lebih banyak obligasi, dan jumlah obligasi yang
ditawarkan pada setiap harganya akan meningkat. Semakin besar
defisit anggaran pemerintah, maka semakin besar penawaran
obligasi, dan kurva bergeser ke kanan (Gambar 3). Di sisi lain,
terjadinya surplus anggaran, sebagaimana terjadi pada akhir tahun
1990-an, menurunkan obligasi yang ditawarkan dan menggeser kurva
penawaran ke kiri.
43
Gambar 3 kurva penawaran obligasi
Faktor-faktor yang ikut mempengaruhi harga obligasi
1. Interest rate
Harga obligasi berhubungan terbalik dengan tingkat bunga pasar.
Sehingga kenaikan tingkat bunga komersial justru akan mengakibatkan
penurunan harga obligasi. Penurunan harga obligasi tersebut disebabkan karena,
ketika saat tingkat suku bunga naik, beban biaya modal kerja dan operational
cost akan naik sehingga pendapatan operasional emiten akan turun.
Sebaliknya, jika tingkat bunga menurun, harga obligasi meningkat,
disebabkan karena beban biaya modal emiten akan berkurang sehingga
perusahaan akan melakukan ekspansi/ sehingga terjadi ekspektasi kenaikan
pendapatan perusahaan. Ekspektasi yang positif ini menyebabkkan nilai
perusahaan naik sehingga terjadi peningkatan harga sekuritas.
44
Contoh:
Perusahaan menerbitkan sebuah obligasi dengan nilai nominal Rp. 1000.000,
perusahaan tersebut menawarkan coupon rate 10%. Apabila tingkat bunga yang
relevan adalah 10% pertahun, maka harga obligasi tersebut adalah sebagai
berikut: P=∑I n
(1+Y )n
Jawaban:
Obligasi dengan coupoon rate 10% (dinyatakan dalam ribuan rupiah)
Po=100/(1+0,10)+100(1+0,10)2+100(1+0,10)3+100(1+0,10)4+1100(1+0,10)5
= Rp. 1000
Obligasi tersebut akan mengalami perubahan harga pada saat tingkat bunga
berubah menjadi 8% atau 12%. Hasil perhitungan tersenut dapat disajikan pada
tabel 3.1.
Tabel 3.1: Nilai obligasi pada berbagai tingkat bunga (dalam ribuan rupiah)
Tingkat
bunga
5 tahun, dengan coupon rate 10%
8% Po=100/(1+0,08)+100(1+0,08)2+
100(1+0,08)3+100(1+0,08)4+1100(1+0,08)5= Rp. 1080
10% Po=100/(1+0,10)+100(1+0,10)2+
45
100(1+0,10)3+100(1+0,10)4+1100 (1+0,10)5= Rp. 1000
12% Po=100/(1+0,12)+100(1+0,12)2+
100(1+0,12)3+100(1+0,12)4+1100(1+0,12)5= Rp. 928
Apabila kita hitung persentase perubahan harga dari obligasi-obligasi tersebut,
maka perhitungannya akan nampak sebagai berikut:
Tabel 3.2: Perubahan harga obligasi sebagai akibat perubahan tingkat bunga
Obligasi dengan coupon rate 10%
Tingkat bunga berubah dari 10% ke 8% (1080/1000)-1= 8,0%
Tingkat bunga berubah dari 10% ke 12% (928/1000)-1= -7,2%
Hasil analisis tersebut menunjukan bahwa harga obligasi meningkat pada saat
tingkat suku bunga turun, dan sebaliknya harga obligasi tersebut turun pada saat
tingkat suku bunga meningkat.
2. Kurs
Perubahan kurs secara tidak langsung mempengaruhi harga sekuritas (obligasi)
melalui perubahan suku bunga. Pada saat nilai rupiah/$ mengalami kenaikan,
berarti terdapat supply $ dalam jumlah yang lebih besar, hal ini terjadi karena
nilai (Xport-Import) barang jasa, aliran investasi mengalami peningkatan.
Pada besaran tertentu, appresiasi menyebabkan turunnya daya saing ekspor,
sehingga otoritas moneter dan menteri terkait akan menurunkan tingkat suku
bunga. Sebaliknya, BI akan menaikkan tingkat suku bunga jika terdapat
46
penurunan nilai mata uang Rp/$ (depresiasi).Dengan turunnya suku bunga, beban
biaya modal akan berkurang dan perusahaan akan melakukan ekspansi/investasi
sehingga terjadi ekspektasi kenaikan pendapatan perusahaan. Dengan adanya
ekspektasi/persepsi yang positif tersebut membuat nilai perusahaan akan
mengalami kenaikan sehingga terjadi peningkatan harga securitas (saham dan
obligasi), dan sebaliknya.
3. Coupon Rate
obligasi dengan coupon rate yang lebih besar akan terjual dengan harga
yang lebih tinggi dibandingkan dengan obligasi ber coupon rate rendah. Jika
terjadi kenaikan suku bunga selama umur maturity, obligasi dengan coupon rate
besar akan mengalami penurunan harga yang lebih kecil dibandingkan dengan
obligasi bercoupon rate lebih rendah.
P = Harga pasar obligasi.
Po = Harga nominal / face value.
Ct = Nilai rupiah coupon rate setiap periode .( = c% x Po )
47
Perusahaan menerbitkan dua buah obligasi dengan coupon rate berbeda
c1=8% dan c2=10% mengalami kenaikan suku bunga yang sama 1% (12% ke
13%), maka penurunan harga yang terjadi dapat dicari sebagai berikut:
Po = 1000.000( Nilai nominal)
r = 12% , r’ = 13% dan n = 2 tahun.
c1 = 8% x 1000.000 = 80.000
c2 =10% x 1000.000 = 100.000
Dari penjelasan sederhana tersebut diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
besarnya coupon rate berpengaruh terhadap besarnya perubahan harga
obligasi.
48
4. Periode Coupon Rate
Periode pembayaran setiap coupon akan menentukan jumlah keseluruhan
coupon selama umur obligasi. Jumlah keseluruhan coupon akan berkurang
seiring dengan pembayaran coupon setiap periode yang merupakan aliran kas
bagi pemiliknya.Pembayaran coupon setiap periode akan merubah nilai intrinsic
sebuah obligasi. Besarnya perubahan nilai intrinsik ini akan berbeda-beda untuk
setiap periode coupon dan akan tercermin pada perubahan harga pasar (market
price) suatu obligasi.
Contoh:
ada dua obligasi zero-coupon (disebut juga pure discount bonds), yang berjangka
waktu satu tahun, yang satunya lagi berjangka waktu 5 tahun. Nilai pelunasan
obligasi yang berjangka waktu 1 tahun adalah Rp1.100.000 dan yang 5 tahun
adalah Rp1.610.500. Apabila tingkat bunga per tahun yang dipandang relevan
adalah 10%, maka kedua obligasi tersebut saat ini akan mempunyai harga yang
sama, yaitu Rp1.000.000.
Jawaban
Nilai zero coupon jangka waktu satu tahun:
1.100.000(1+0,10)
= Rp1.000.000
Nilai Obligasi zero coupon jangka waktu lima tahun:
49
1.610.500
(1+0,10)5=Rp1000.000
Sekarang apa yang terjadidengan harga obligasi tersebut apabila tingkat bunga
berubah? Misalkan tingkat bunga berubah menjadi 8% dan 12%. Obligasi mana
yang mengalami perubahan harga yang lebih tinggi? Kita dapat mengamati pada
tabel 3.3. Berikut ini.
Tabel 3.3: Nilai pure discount bonds sebagai fungsi dari tingkat bunga.
Tingkat
bunga
Pure discount satu tahun Pure discount lima tahun
8% 1.100.000/(1+0,08)=
1.010.850
1.100.000/(1+0,08)5= 1.096.100
10% 1.100.000/(1+0,10)=
1.000.000
1.100.000/(1+0,10)5=1.000.000
12% 1.100.000/(1+0,12)=
982.100
1.100.000/(1+0,12)5=913.800
Nampak bahwa obligasi dengan jangka waktu lima tahun mempunyai tingkat
perubahan harga yang lebih besar. Kesimpulan umumnya adalah persentase
perubahan harga dari pure discount bonds waktu lebih lama akan lebih besar dari
yang berjangka waktu lebih pendek.
5. Rating
50
Peringkat suatu obligasi tidak hanya mengindikasikan kemampuan sebuah emiten
untuk membayar bunga dan nilai principal suatu obligasi, tetapi juga merupakan
suatu gambaran akan kinerja/prospek emiten. Emiten obligasi berperingkat tinggi
tidak perlu menawarkan coupon rate yang tinggi karena kredibilitas yang mereka
miliki merupakan bagian dari penjualan mereka. Jadi, semakin tinggi peringkat
suatu obligasi, coupon ratenya cenderung semakin rendah. Dengan rendahnya
coupon rate, harga obligasi pun lebih rendah.
BAB IV
51
SIMPULAN
4.1 Simpulan
Analisis sekuritas (saham dan obligasi) merupakan salah satu tahapan
penting dalam management investasi portofolio. Dengan melakukan analisis
sekuritas, seorang pemodal dapat memperkirakan harga yang wajar untuk
obligasi sebelum membeli diversifikasi portofolio.
Sebelum membeli sebuah obligasi, seorang investor biasanya
melakukan analisis dengan membandingkan harga pasar dengan nilai intrinsic
obligasi tersebut. Harga intrinsik sebuah obligasi dapat dihitung dengan
mengetahui karakteristik yang melekat pada obligasi tersebut seperti coupon
rate, sisa jatuh tempo/maturity, tingkat suku bunga pasar pada umumnya serta
tingkat keuntungan yang diharapkan.
Harga obligasi dipengaruhi oleh demand dan supply pasar. Semakin
tinggi jumlah obligasi yang ditawarkan, maka harga obligasi akan semakin
turun. Disisi lain, tingginya permintaan obigasi akan meningkatkan harga
obligasi adapun faktor-faktor yang bisa mempengaruhi permintaan suatu
obligasi diantaranya: Kekayaan, Perkiraan imbal hasil obligasi relatif terhadap
aset lainnya, Risiko obligasi relatif terhadap aset lainnya, Likuiditas obligasi
relatif terhadap aset lainnya. Selain itu faktor-faktor yang ikut mempengaruhi
52
dalam pertimbangan suatu perusahaan dalam menawarkan onligasi antara
lain:perkiraan keuntungan, perkiraan inflasi, anggaran pemerintah
Return total (yield) suatu obligasi diperoleh dari bunga coupon dan
selisih harga (Δ_harga pasar). Besarnya bunga kupon sudah ditentukan pada
saat emisi berdasarkan tingkat SBI rate yang berlaku (suku bunga pasar pada
umumnya) dan rating (credit risk) dari emiten yang bersangkutan. Capital
gain/loss diperoleh dari kenaikan/penurunan harga pasar yang dipengaruhi
oleh banyak faktor yang antara lain: suku bunga, kurs rp/$, bunga kupon,
periode coupon/jumlah coupon. Sementara itu besarnya bunga kupon
biasanya juga dipengaruhi rating dari emiten yang bersangkutan.
Estimasi/perkiraan harga ke depan sebuah obligasi dapat dilakukan
dengan mengetahui besaran-besaran variable ekonomi makro dan tendensi
perubahan ke depannya seperti seperti trend nilai kurs Rp/$, SBI rate, coupon
rate, periode coupon rate, rating serta kebijakan pemerintah lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
53
Brigham, Eugene F and L.C Gapanski, 1996, Intermediate Financial
Management 5th edition ,The Dryden Press, Harcourt Brace College
Publisher .
Daniati, Ninna Dan Suhairi, 2006, Pengaruh Kandungan Informasi Komponen
Laporan Arus Kas, Laba Kotor, Dan Size Perusahaan Terhadap Expected
Return Saham (Survey Pada Industri Textile Dan Automotive Yang
Terdaftar Di BEJ), SNA 9 Padang, h. 1-23
Edward, Analisis Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Perubahan
Obligasi (studi pada kelompok Perusahaan sector Industri)
Gumantri, Tatang Ary, 2007, Bauran Pendanaan, Prinsip Keuangan dan Siklus
Kehidupan Perusahaan, Usahawan, N0. 2, TH. XXXVI, h. 41-48
Husnan S, 2005, Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas, edisi ke
empat, UPP AMP YKPN Jogjakarta
Ibrahim, Hadiasman, 2008, Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Peringkat
Obligasi, Ukuran Perusahaan dan DER Tergadap Yield To Maturity
Obligasi korporasi di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2004-2006
54
Nurfauziah dan A.Fatma.S, Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi yield
obligasi perusahaan (studi kasus pada industri perbankan dan industry
finansia), Jurnal Siasat Business vol.2 No.9
Rahardjo, Sapto, 2003, Panduan Investasi Obligasi, PT. Gramedia Pustaka
Utama
Ratih, Sulistiastuti Dyah, 2006, Saham dan Obligasi, Edisi Pertama, Cetakan
Kedua, Penerbit UAJY, Yogyakarta
Sunariyah, 2006, Pengantar Pengetahuan Pasar Modal, edisi ke lima, UPP
STIM YKPN Jogjakarta
Tandelilin. E, 2001, Analisis Investasi dan management Portofolio, PT. BPFE
Yogyakarta
http://eprints.undip.ac.id/17255/1/Edward.SS.pdf