revolusi mental
DESCRIPTION
fsfsTRANSCRIPT
Revolusi Mental dan Kondisi Indonesia Saat Ini
Joko Widodo yang terpilih sebagai presiden Negara Kesatuan Republik Indonesia
2014-2019 mengeluarkan sebuah terobosan bernama revolusi mental. Menurut pengertian
dari Kementrian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan revolusi
mental adalah suatu gerakan seluruh masyarakat (pemerintah & rakyat) dengan cara yang
cepat untuk mengangkat kembali nilai‐nilai strategis yang diperlukan oleh Bangsa dan
Negara untuk mampu menciptakan ketertiban dan kesejahteraan rakyat sehingga dapat
memenangkan persaingan di era globalisasi. Revolusi mental pun memiliki tujuan yaitu
mengubah carapandang, pikiran, sikap, perilaku yang berorientasi pada kemajuan dan
kemodernan, sehingga Indonesia menjadi bangsa besar dan mampu berkompetisi dengan
bangsa‐bangsa lain di dunia.
Dengan maksud untuk memperdalam pengetahuan kajian saya mengenai revolusi
mental ala Jokowi maka saya mengambil sumber dari kompas.com. Kutipan saya pada alinea
berikutnya.
Revolusi mental diperlukan karena dalam pembangunan bangsa, saat ini kita
cenderung menerapkan prinsip-prinsip paham liberalisme yang jelas tidak sesuai dan
kontradiktif dengan nilai, budaya, dan karakter bangsa Indonesia. Sudah saatnya Indonesia
melakukan tindakan korektif, tidak dengan menghentikan proses reformasi yang sudah
berjalan, tetapi dengan mencanangkan revolusi mental menciptakan paradigma, budaya
politik, dan pendekatan nation building baru yang lebih manusiawi, sesuai dengan budaya
Nusantara, bersahaja, dan berkesinambungan.
Penggunaan istilah ”revolusi” tidak berlebihan. Sebab, Indonesia memerlukan suatu
terobosan budaya politik untuk memberantas setuntas-tuntasnya segala praktik-praktik yang
buruk yang sudah terlalu lama dibiarkan tumbuh kembang sejak zaman Orde Baru sampai
sekarang. Revolusi mental beda dengan revolusi fisik karena ia tidak memerlukan
pertumpahan darah. Namun, usaha ini tetap memerlukan dukungan moril dan spiritual serta
komitmen dalam diri seorang pemimpin—dan selayaknya setiap revolusi—diperlukan
pengorbanan oleh masyarakat.
Dalam melaksanakan revolusi mental, kita dapat menggunakan konsep Trisakti yang
pernah diutarakan Bung Karno dalam pidatonya tahun 1963 dengan tiga pilarnya, ”Indonesia
yang berdaulat secara politik”, ”Indonesia yang mandiri secara ekonomi”, dan ”Indonesia
yang berkepribadian secara sosial-budaya”. Terus terang kita banyak mendapat masukan dari
diskusi dengan berbagai tokoh nasional tentang relevansi dan kontektualisasi konsep Trisakti
Bung Karno ini.
Kedaulatan rakyat sesuai dengan amanat sila keempat Pancasila haruslah ditegakkan
di Bumi kita ini. Negara dan pemerintahan yang terpilih melalui pemilihan yang demokratis
harus benar-benar bekerja bagi rakyat dan bukan bagi segelintir golongan kecil. Kita harus
menciptakan sebuah sistem politik yang akuntabel, bersih dari praktik korupsi dan tindakan
intimidasi.
Semaraknya politik uang dalam proses pemilu sedikit banyak memengaruhi kualitas
dan integritas dari mereka yang dipilih sebagai wakil rakyat. Kita perlu memperbaiki cara
kita merekrut pemain politik, yang lebih mengandalkan keterampilan dan rekam jejak
ketimbang kekayaan atau kedekatan mereka dengan pengambil keputusan.
Kita juga memerlukan birokrasi yang bersih, andal, dan kapabel, yang benar-benar
bekerja melayani kepentingan rakyat dan mendukung pekerjaan pemerintah yang terpilih.
Demikian juga dengan penegakan hukum, yang penting demi menegakkan wibawa
pemerintah dan negara, menjadikan Indonesia sebagai negara yang berdasarkan hukum.
Tidak kalah pentingnya dalam rangka penegakan kedaulatan politik adalah peran TNI yang
kuat dan terlatih untuk menjaga kesatuan dan integritas teritorial Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI).
Di bidang ekonomi, Indonesia harus berusaha melepaskan diri dari ketergantungan
yang mendalam pada investasi/modal/bantuan dan teknologi luar negeri dan juga pemenuhan
kebutuhan makanan dan bahan pokok lainnya dari impor. Kebijakan ekonomi liberal yang
sekadar mengedepankan kekuatan pasar telah menjebak Indonesia sehingga menggantung
pada modal asing. Sementara sumber daya alam dikuras oleh perusahaan multinasional
bersama para ”komprador” Indonesia-nya.
Reformasi 16 tahun tidak banyak membawa perubahan dalam cara kita mengelola
ekonomi. Pemerintah dengan gampang membuka keran impor untuk bahan makanan dan
kebutuhan lain. Banyak elite politik kita terjebak menjadi pemburu rente sebagai jalan pintas
yang diambil yang tidak memikirkan konsekuensi terhadap petani di Indonesia. Ironis kalau
Indonesia dengan kekayaan alamnya masih mengandalkan impor pangan. Indonesia secara
ekonomi seharusnya dapat berdiri di atas kaki sendiri, sesuai dengan amanat Trisakti.
Ketahanan pangan dan ketahanan energi merupakan dua hal yang sudah tidak dapat ditawar
lagi. Indonesia harus segera mengarah ke sana dengan program dan jadwal yang jelas dan
terukur. Di luar kedua sektor ini, Indonesia tetap akan mengandalkan kegiatan ekspor dan
impor untuk menggerakkan roda ekonomi.
Kita juga perlu meneliti ulang kebijakan investasi luar negeri yang angkanya
mencapai tingkat rekor beberapa tahun terakhir ini karena ternyata sebagian besar investasi
diarahkan ke sektor ekstraktif yang padat modal, tidak menciptakan banyak lapangan kerja,
tetapi mengeruk keuntungan yang sebesar-besarnya.
Pilar ketiga Trisakti adalah membangun kepribadian sosial dan budaya Indonesia.
Sifat ke-Indonesia-an semakin pudar karena derasnya tarikan arus globalisasi dan dampak
dari revolusi teknologi komunikasi selama 20 tahun terakhir. Indonesia tidak boleh
membiarkan bangsanya larut dengan arus budaya yang belum tentu sesuai dengan nilai-nilai
luhur bangsa kita.
Sistem pendidikan harus diarahkan untuk membantu membangun identitas bangsa
Indonesia yang berbudaya dan beradab, yang menjunjung tinggi nilai-nilai moral agama yang
hidup di negara ini. Akses ke pendidikan dan layanan kesehatan masyarakat yang terprogram,
terarah, dan tepat sasaran oleh nagara dapat membantu kita membangun kepribadian sosial
dan budaya Indonesia.
Kalau bisa disepakati bahwa Indonesia perlu melakukan revolusi mental, pertanyaan
berikutnya adalah dari mana kita harus memulainya. Jawabannya dari masing-masing kita
sendiri, dimulai dengan lingkungan keluarga dan lingkungan tempat tinggal serta lingkungan
kerja dan kemudian meluas menjadi lingkungan kota dan lingkungan negara.
Revolusi mental harus menjadi sebuah gerakan nasional. Usaha kita bersama untuk
mengubah nasib Indonesia menjadi bangsa yang benar-benar merdeka, adil, dan makmur.
Kita harus berani mengendalikan masa depan bangsa kita sendiri dengan restu Allah SWT.
Sebab, sesungguhnya Allah tidak mengubah nasib suatu bangsa kecuali bangsa itu mengubah
apa yang ada pada diri mereka.
Saya sudah memulai gerakan ini ketika memimpin Kota Surakarta dan sejak 2012 sebagai
Gubernur DKI Jakarta. Sejumlah teman yang sepaham juga sudah memulai gerakan ini di
daerahnya masing-masing. Insya Allah, usaha ini dapat berkembang semakin meluas
sehingga nanti benar-benar menjadi sebuah gerakan nasional seperti yang diamanatkan oleh
Bung Karno, memang revolusi belum selesai. Revolusi Mental Indonesia baru saja dimulai.
Joko WidodoCalon presiden dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan
(Sumber: Kompas cetak)
Jika saya mencoba mengomentari isi dari revolusi mental yang saya baca di artikel ini
dengan menggunakan referensi tambahan yaitu revolusi mental dari kementerian koordinator
bidang pembangunan Manusia dan Kebudayaan. Jika saya rangkum dari artikel di atas maka
Tersendatnya revolusi mental selama ini adalah karena disebabkan penurunan rasa nasionalis
kebanyakan masyarakat Indonesia dan penyelewengan di lapangan bidang ekonomi, politik,
dan kebuyaan. Kemudian Saya harus setuju mengenai pendapat Bapak Joko Widodo
mengenai berbagai permasalahan yang diderita oleh bangsa ini disebabkan karena bobroknya
penyelenggara Negara ini.
Tujuan diadakannya revolusi mental sendiri adalah mengubah cara pandang, pikir,
dan sikap, perilaku dan cara kerja, membangkitkan kesadaran dan membangun sikap
optimistic, dan mewujudkan Indonesia yang berdaulat, berdikari, dan berkepribadian. Jika
tujuannya ini kita hubungkan dengan kondisi yang ada saat ini, maka akan terlihat bahwa
Indonesia saat ini masih melalui proses untuk menjadi Negara yang lebih baik. Tujuan dari
revolusi mental ini diturunkan menjadi 8 prinsip yang mengatur seluruh lapisan masyarakat
yang akhirnya dibuat menjadi tiga nilai revolusi mental yaitu Integritas, etos kerja, dan
gotong-royong.
Dengan 3 nilai revolusi mental tadi diharapkan rakyat Indonesia memiliki integritas
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sehingga tingkat korupsi di Indonesia dapat
menurun. Kemudian segala pejabat pemerintah memiliki integritas dalam menjalankan
tugasnya sehingga mereka tidak menyalahgunakan jabatannya demi hal pribadi. Apabila
masyarakat Indonesia memiliki etos kerja yang tinggi maka perubahan Indonesia menjadi
Negara maju bukanlah hal yang mustahil. Gotong royong merupakan nilai yang sudah
tertanam pada jati diri kita sebelum NKRI lahir, namun hal ini sudah mulai luntur dari
kepribadian Bangsa Indonesia. Maka dari itu, mengembalikan nilai yang hampir punah
merupakan bentuk nyata bahwa Indonesia sudah dapat beradaptasi dengan globalisasi namun
tetap mempertahankan jati diri Bangsa Indonesia.
Revolusi Mental ala Presiden Joko Widodo ini merupakan tugas seluruh lapisan
masyarakat Bangsa Indonesia. Walaupun menurut kementerian koordinator bidang
pembangunan Manusia dan Kebudayaan akan dilaksanakan internalisasi revolusi mental
melalui 4 jalur yaitu birokrasi, pendidikan, swasta, dan kelompok masyarakat. Namun
partisipasi seluruh masyarakat akan mempercepat terlaksananya revolusi mental ini.
Kesimpulannya adalah revolusi mental sangat diperlukan bagi masyarakat Indonesia
melihat berbagai macam tindakan pelanggaran yang merugikan Bangsa Indonesia dengan
cara kita seluruh masyarakat Indonesia ikut berpartisipasi dalam berbagai kegiatan yang
berguna meningkatkan moral Bangsa Indonesia. Namun mungkin ada pertanyaan yang belum
dapat dipastikan saat ini apakah revolusi mental ini dapat dijalankan agar dapat memperbaiki
Indonesia atau malah menjadi suatu ajang dimana berbagai tindak korupsi dapat terjadi
sehingga malah menurunkan keinginan masyarakat untuk ikut andil dalam revolusi mental?
SUMBER
http://nasional.kompas.com/read/2014/05/10/1603015/Revolusi.Mental (1 Desember 2015
17.23)
https://www.kemenkopmk.go.id/sites/default/files/pengumuman/Revolusi%20Mental.pdf
(1 Desember 2015 17.47)
Muhamad Ivan
15314063
Teknik Lingkungan