ridwanderful - nulisbuku.com filejembatan ranca goong sedikit berbeda dengan saudara kembarnya...
TRANSCRIPT
Jalur Rel Kereta Api Nonaktif Cikudapateuh Bandung –
Ciwidey
Jalur Kereta Api Cikudapateuh (Bandung) – Ciwidey
Jalur kereta api Cikudapateuh (Bandung) – Ciwidey merupakan jalur kereta api nonaktif yang
menghubungkan Stasiun Cikudapateuh (Bandung) dengan Stasiun Ciwidey. Jalur ini
merupakan jalur kereta api pertama yang menghubungkan Bandung Selatan ke pusat kota
Bandung. Jalur ini mempunyai panorama pemandangan yang sangat indah karena dikelilingi
oleh hutan, kebun teh, perkebunan sayur dan sungai yang melintas dibawah
jembatannya.Jalur ini selain untuk angkutan penumpang dahulunya sering digunakan untuk
angkutan komoditi barang maupun pertanian seperti teh, sayur serta kayu.Jalur ini berada di
bawah pengendalian PT KAI Daerah Operasi II Bandung.
Sejarah Kereta Api di Bandung Selatan
Pembangunan Bandung semakin berkembang sampai ke pinggiran kota. Jalur-jalur KA
dibangun pula di beberapa daerah pedalaman (hinterland) seperti Jatinangor, Cicalengka,
Ciwidey, Majalaya, Pangalengan.Jalur hinterland yang pertama dibangun yaitu jalur
Bandung-Soreang (29 Km) di tahun 1921. Pada tahun yang sama dibangun pula jalur
Rancaekek-Tanjungsari (12 Km).
Tahun 1923 dibuat jalur Dayeuh Kolot – Majalaya dan satu tahun kemudian yaitu 1924
dibuat perpanjangan jalur dari Soreang ke Ciwidey (12 Km).Selanjutnya jalur Citeureup –
Banjaran – Pangalengan.Jalur-jalur pendek tersebut dibuat menuju daerah-daerah perkebunan
di sekitar Bandung.Tujuannya untuk mempermudah pengangkutan dan pendistribusian hasil
perkebunan.
Jalur hinterland yang masih aktif sampai sekarang yaitu jalur yang menuju Cicalengka
(dibuat tahun 1884).Sedangkan jalur-jalur lain kebanyakan sudah tidak lagi aktif, salah
satunya jalur KA menuju Ciwidey.Jalur pada waktu itu menuju daerah perkebunan di
Ciwidey.
Melihat sejarahnya ke masa lampau, jalur KA Cikudapateuh (Bandung) – Ciwidey ini ada
sejak 1923. Stasiun Ciwidey, yang berada di ketinggian +1106 meter, menjadi stasiun akhir
untuk rute KA Cikudapateuh (Bandung) – Ciwidey.
Kecelakaan Luar Biasa
Namun sayang, akhir dari perjalanan kereta api Cikudapateuh (Bandung) – Ciwidey ini
ditandai dengan adanya sebuah kecelakaan rangkaian yang ditarik lokomotif seri BB di
kampung Cukanghaur kecamatan Pasir Jambu yang mengakibatkan tiga orang tewas pada
bulan Juli 1972.
Menurut sejumlah mantan karyawan Perusahaan Jawatan Kereta Api yang bertugas dijalur
ini, kecelakaaan tersebut diakibatkan kelebihan beban saat mengangkut kayu untuk dikirm ke
Jakarta.Selain alasan itu, jalur Cikudapateuh (Bandung) – Ciwidey ini dirasa kurang
menguntungkan kendaraan bermotor sehingga pada tahun 1975 jalur ini resmi ditutup.
Saya sempat berpikir, kenapa jalur rel kereta api ini tak diaktifkan lagi saja? Mungkin akan
lebih efektif dan efisien naik kereta api yang tak akan terjebak macet. Ongkos yang murah,
bisa duduk nyaman, liat pemandangan yang indah di kanan kirinya. Lebih bagus lagi jika
jalur rel kereta api ini diaktifkan kembali dan khusus untuk wisata. Kereta yang digunakan
pun kereta tua/vintage yang masih layak jalan. Nampaknya akan sedikit seru bersafari dari
Kota Bandung menuju Ciwidey yang hijau menggunakan kereta api vintage dengan dekorasi
ruangan yang vintage pula. Mungkin bisa jadi “Si Bandros” versi kereta api. Hihii.. :D
Jembatan Sadu
Jembatan Sadu ini dapat dengan mudah kita jumpai karena yang letaknya di pinggir jalan
menuju kawasan Ciwidey dan dibawahnya mengalir sungai besar dan arusnya cukup deras
pada musim penghujan. Jika kamu main ke daerah Ciwidey dan bertolak dari arah Soreang
Kabupaten Bandung pasti akan menjumpai dari Jembatan Sadu ini yang berada di sebelah
kanan jalan. Mungkin kamu sebelum main ke Ciwidey bisa mampir ke Jembatan Sadu ini dan
berfoto disana agar kekinian. Hihii..
Jembatan Ranca Goong
Sedikit berbeda dengan saudara kembarnya Jembatan Sadu.Jembatan Ranca Goong ini
memiliki pemandangan yang sedikit unik karena membentang diatas persawahan dan
perkebunan yang hijau, dialiri oleh sungai kecil dan di jembatan ini juga terdapat jembatan
penyangga yang unik dan terlihat kokoh serta megah.
Tempat Syuting Film “OEROEG” (Film Belanda)
Jembatan ini juga pernah digunakan untuk lokasi syuting film Oeroeg (rilis internasional:
Going Home) adalah film drama tahun 1993 yang disutradarai sutradara Belanda Hans
Hylkema yang diadaptasi dari novel terkenal berjudul sama karya penulis Belanda Hella S.
Haasse yang pertama terbit tahun 1948 di tengah masa-masa Perang Kemerdekaan Indonesia.
Film ini didistribusikan oleh Yayasan Penyiaran Belanda Nederlandse Omroep Stichting
(NOS) dan Jaringan televisi dan radio Belgia yang saat itu disebut Belgische Radio en
Televisieomroep Nederlandstalige Uitzendingen (BRTN).
Film ini mengisahkan tentang seorang anak laki-laki dari sebuah keluarga kaya Belanda yang
tumbuh dewasa bersama anak laki-laki pembantunya, seorang pribumi bernama Oeroeg
(ejaan lama, dibaca: “u-ruk“). Alur hidup mereka akhirnya menempuh jalan yang berbeda
setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dan Perang Kemerdekaan Indonesia melawan
Belanda.Kedua sahabat lama ini dipertemukan lagi di tengah-tengah perang antara pejuang
kemerdekaan Indonesia dan pasukan Kerajaan Belanda dan dihadapkan dengan jurang
perbedaan ideologi dan nasionalisme yang kini telah memisahkan persahabatan mereka
begitu jauh.
Film ini diproduksi Belanda dengan kerjasama Belgia dan Indonesia, saat itu untuk
memperingati baiknya hubungan diplomatik Belanda dan Indonesia walaupun dahulu
diwarnai dengan sejarah perang, penjajahan dan kolonialisme selama ratusan tahun.
Mirip Jembatan Tua di Sungai Arkansas Amerika Serikat
Jembatan yang ada di Ciwidey ini ternyata mirip dengan sebuah jembatan tua yang berada di
atas Sungai Arkansas Amerika Serikat.Dan beberapa waktu lalu mantan ibu negara kita Ani
Yudhoyono pun pernah memposting fotonya di instagram bersama keluarga di atas jembatan
tua Sungai Arkansas.
Situs Batu Kerajaan Kendan Nagreg
“Wisata Sejarah & Wisata Bumi”
Situs Batu Kerajaan Kendan
Nama Kendan berasal dari kata Kenan yang memiliki makna sejenis batu cadas, berongga
dan didalamnya mengandung kaca yang berwarna hitam.Batuan ini jika dilihat mirip batu
onyx yang sering digunakan untuk mata cincin dan dipakai oleh anak muda zaman sekarang.
Batu ini juga akan tampak kemilauan saat tersorot oleh sinar matahari. Memiliki permukaan
yang sangat kasar dan tajam.
Situs ini merupakan lahan dari gunung batu cadas, yang diduga menjadi kawasan kekuasaan
Kerajaan Kendan atau Kerajaan Kelang.Kerajaan ini didirikan oleh Resiguru Manikmaya
sekitar tahun 536 Masehi.Dari kerajaan ini kemudian berkembang menjadi sebuah kerajaan
besar bernama Galuh, manakala kekuasaan kerajaan Kendan dipegang oleh Prabu
Wretikandayun pada tahun 612 Masehi.
Menurut versi lain, nama Kendan berasal dari kata kanda yang mendapat akhiran -an, yaitu
sebuah sistem religi tradisonal yang menganut paham monoteisme (hyang tunggal) yang
dikembangkan oleh Praburesiguru Manikmaya pada abad ke-6 sebagai norma kehidupan
beragama jauh sebelum Islam masuk ke Tatar Sunda sekitar abad ke 16.
Salah satu kegiatan ritual keagamaannya berbentuk pasaduan yang dilakukan di seputar
kabuyutan.Dan di dalam kabuyutan tersebut biasanya ditandai dengan bangunan punden
berundak.(Dikutip dari Bidang Sejarah dan Kepurbakalaan Kab. Bandung).
Letak Situs Batu Kerajaan Kendan ini cukup luas dan bila dilihat menyerupai gunung kecil
yang ditutupi oleh pepohonan yang cukup tinggi.
Lokasi/Alamat Situs Batu Kerajaan Kendan
Situs Batu Kerajaan Kendan terletak di Kampung Kendan, Desa Citaman, Kecamatan
Nagreg.Sayangnya saat saya berkunjung kesana tak ada plang informasi atau penunjuk jalan
menuju lokasi ini dan pemerintah pun belum sepenuhnya serius untuk mengurus serta meng-
eksplore Situs Batu Kerajaan Kendan ini, yang bila dilihat menyimpan potensi wisata yang
cukup tinggi.
Selain tak ada plang informasi dan penunjuk jalan, warga sekitar yang sempat saya tanyai
juga tak tahu apabila ditanya “Dimana lokasi Situs Batu Kerajaan Kendan?” dan mereka
lebih tahu “Galian Kendan” atau “Lio Kendan”. Yang membuat sedih dan miris adalah bahwa
lokasi ini kini dijadikan sebuah tambang pembuatan batu bata dan pengerukan batu
kapur.Bila hal ini terus dilakukan dan tak ada perhatian dari pemerintah maka lama kelamaan
batu dari peninggalan Kerajaan Kendan ini akan habis dan anak cucu kita tak bisa melihat
keindahannya lagi.Tak hanya habis bahkan kita tak bisa melihat saksi sejarah dari kerajaan
tua yang pernah berdiri di tanah Pasundan ini.
Untuk mencapai lokasi ini yang termudah adalah jalan menuju Kecamatan Nagreg. Sekitar 5
Km dari gapura “Selamat Datang” Nagreg, kamu akan menjumpai sebuah Polsek Nagreg
yang dekat dengan rel kereta api. Hampir menuju rel kereta api dan Polsek Nagreg ini,
perlambatlah kendaraanmu dan lihat arah kiri. Dari arah kiri ada belokan menuju
Kampung/Desa Kendan.Arahkan kendaraanmu menuju belokan tersebut. Sekitar 2 Km kamu
akan sampai di lokasi Situs Batu Kerajaan Kendan ini. Karena lokasi ini berada di sebuah
perkampungan dan di pinggir jalan, kamu harus memarkirkan kendaraanmu di tempat yang
aman seperti didepan rumah warga atau warung, dengan meminta izin terlebih dahulu.
Tiket Masuk Situs Batu Kerajaan Kendan
Karena Situs Batu Kerajaan Kendan ini belum dikelola secara komersil, maka belum ada tiket
masuk yang dibebankan kepada para pengunjung alias gratis.
Mungkin nanti beberapa waktu kedepan saat tempat ini semakin hits dan booming layaknya
Tebing Keraton akan dikomersilkan, dan akan lebih diperhatikan lebih lanjut oleh pemerintah
juga warga sekitar. Jadi, mumpung masih gratis yuk datang ke Situs Batu Kerajaan Kendan
sambil narsis berfoto dan ngeksis di sosial media.