ringkasan hasil penelitian loura

10
RINGKASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PEMBERIAN KOPI DAN ASAP ROKOK TERHADAP KERUSAKAN GINJAL MENCIT ( Mus musculus L) NAMA : LOURA PATTIPEILOHY NIM : 2008 – 76– 057 PEMBIMBING : 1. Prof. Dr. P. Kakisina, S.Pd., M.Si 2. M. Moniharapon, S.Pt., M.Si BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kopi merupakan bahan penyegar yang biasanya disajikan dalam bentuk minuman yang dipersiapakan dari biji tanaman kopi yang telah dipanggang.Tanaman kopi terbagi atas 2 spesies yaitu arabika dan robusta (Wikipedia, 2007).Kandungan kopi lebih tinggi dan memiliki rasa pahit dan asam.Senyawa terpenting yang terdapat di dalam kopi adalah kafein.Kafein dalam kopi berfungsi sebagai senyawa perangsang yang bersifat bukan alkahol, rasanya pahit dan dapat digunakan untuk obat-obatan.Senyawa kafein dalam kopi dapat mempengaruhi sistem saraf pusat,otot dan ginjal.Nikotin adalah suatu zat kimia utama dalam tembakau yang mempunyai efek psikoaktif dan adiksi (kecanduan) sangat kuat.Nikotin dalam asap rokok bersifat sebagai radikal bebas yang apabila berada dalam tubuh akan terjadi stress oksidatif.Jika terjadi ketidakseimbangan antara radikal bebas dan antioksidan di dalam tubuh maka sel-sel ginjal menjadil rusak dan tidak dapat berfungsi (Widodo, 2006). Kecanduan kopi dan rokok diduga, berdampak pada aliran darah ke ginjal, karena kopi dapat meningkatkan kecepatan detak jantung dan dilatasi pembuluh darah arteri yang memberi pengaruh bertambahnya aliran darah ke ginjal, sehingga mengakibatkan rusaknya ginjal (Anonim, 2013).Salah satu bagian ginjal yang paling sering rusak adalah tubulus proksimal. Tubulus proksimal peka terhadap anoksia dan mudah hancur karena keracunan akibat kontak dengan bahan-bahan yang diekskresikan melalui ginjal. Berdasarkan latar belakang diatas diduga bahwa kopi dan asap rokok berpengaruh terhadap kerusakan organ ginjal, untuk membuktikan hal tersebut diperlukan penelitian dan kajian yang mendalam B. Rumusan Masalah

Upload: gerzon

Post on 09-Nov-2015

9 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

file

TRANSCRIPT

RINGKASAN HASIL PENELITIANPENGARUH PEMBERIAN KOPI DAN ASAP ROKOK TERHADAP KERUSAKAN GINJAL MENCIT ( Mus musculus L)

NAMA : LOURA PATTIPEILOHYNIM : 2008 76 057PEMBIMBING:1. Prof. Dr. P. Kakisina, S.Pd., M.Si 2. M. Moniharapon, S.Pt., M.Si

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar BelakangKopi merupakan bahan penyegar yang biasanya disajikan dalam bentuk minuman yang dipersiapakan dari biji tanaman kopi yang telah dipanggang.Tanaman kopi terbagi atas 2 spesies yaitu arabika dan robusta (Wikipedia, 2007).Kandungan kopi lebih tinggi dan memiliki rasa pahit dan asam.Senyawa terpenting yang terdapat di dalam kopi adalah kafein.Kafein dalam kopi berfungsi sebagai senyawa perangsang yang bersifat bukan alkahol, rasanya pahit dan dapat digunakan untuk obat-obatan.Senyawa kafein dalam kopi dapat mempengaruhi sistem saraf pusat,otot dan ginjal.Nikotin adalah suatu zat kimia utama dalam tembakau yang mempunyai efek psikoaktif dan adiksi (kecanduan) sangat kuat.Nikotin dalam asap rokok bersifat sebagai radikal bebas yang apabila berada dalam tubuh akan terjadi stress oksidatif.Jika terjadi ketidakseimbangan antara radikal bebas dan antioksidan di dalam tubuh maka sel-sel ginjal menjadil rusak dan tidak dapat berfungsi (Widodo, 2006).Kecanduan kopi dan rokok diduga, berdampak pada aliran darah ke ginjal, karena kopi dapat meningkatkan kecepatan detak jantung dan dilatasi pembuluh darah arteri yang memberi pengaruh bertambahnya aliran darah ke ginjal, sehingga mengakibatkan rusaknya ginjal (Anonim, 2013).Salah satu bagian ginjal yang paling sering rusak adalah tubulus proksimal. Tubulus proksimal peka terhadap anoksia dan mudah hancur karena keracunan akibat kontak dengan bahan-bahan yang diekskresikan melalui ginjal.Berdasarkan latar belakang diatas diduga bahwa kopi dan asap rokok berpengaruh terhadap kerusakan organ ginjal, untuk membuktikan hal tersebut diperlukan penelitian dan kajian yang mendalam

B. Rumusan MasalahBagaimana pengaruh kopi dan asap rokok terhadap kerusakan organ ginjal Mencit (Mus musculus) ?

C. Tujuan Untuk mengetahui pengaruh kopi dan asap rokok terhadap kerusakan organ ginjal Mencit(Mus musculus L).

D. ManfaatDapat memberikan manfaat kepada semua pihak, untuk mengetahui efek kopi dan asap rokok sebagai salah satu zat yang menyebabkan kerusakan pada ginjal mencit dan menjadi sumber acuan yang dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang lebih lanjut.

BAB IIIMETODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Zoologi - Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pattimura dimulai dari tanggal 02 desember 2013 sampai dengan tanggal 10 januari 2014 dan pembuatan preparat histologi ginjal di Universitas Brawijaya Malang.

B. Alat dan Bahan1. Alat Kandang mencit, pisau bedah, alat bedah paraffin, kotak rol film, kaca pembesar (Loop) ,neraca, pinset, Smoking chamber dan kamera.

2. Bahan Mencit (Mus musculus) yang setiap perlakuan terdiri dari 12 ekor mencit jantan, Kopi, Rokok, NaCl 0,9 %, Alkohol 70% sebagai desinfektan dan cairan pengawet ethanol absolut, Pakan, Jerami untuk alas kandang, berguna untuk menjaga kehangatan kandang dan menyerap urin sehingga kandang tetap kering.

C. Prosedur Kerja1. Cara Perlakuan Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental yang menggunakan mencit jantan sebagai objek penelitian.Penelitian ini menggunakan 12 ekor mencit yang dibagi menjadi 4 kelompok masing-masing 3 ekor mencit, perlakuan sebagai berikut : Kelompok I Kontrol (K):Tidak diberi paparan asap rokok dan kopi. Kelompok II :Diberi kopi 0,002 gr/BB Kelompok III:Diberi paparan asap rokok Kelompok IV:Diberi paparan asap rokok setelah 1jam pemberian Kopi 0,002 gr/BB.Dosis yang digunakan pada penelitian ini berdasarkan hasil konversi dosis maksimal yang digunakan oleh manusia ke mencit mengikuti tabel konversi perhitungan dosis antar jenis hewan menurut cara Laurence & Bacharach 1964, ( dalamNgatijan, 1991 ). Konversi dosis manusia yang berat badannya 70 kg ke mencit yang berat badannya 20 gr = 0,0026. Berat rata rata manusia Indonesia 50kg. Manusia mengkonsumsi kopi rata rata 300mg/hari (Hardinsyah, 2008) = 0,3gr. Untuk manusia dengan berat 70 kg, dosis kopi = 70/50 x 0,3gr = 0,42gr. Dosis kopi untuk mencit 20gr = 0,42 x 0.0026 = 0,002gr/BB. Mencit dewasa minum 4 8 ml air per hari (Soesanto Mangkoewidjojo, 1988).Kopi 0,002 gr/BB di campurkan dengan 2 ml air dan diberikan ke mencit secara oral selama 30 hari.2. Cara Pemberian KopiKopi dilarutkan dalam akuades 2 ml secara oral dengan dosis kopi0.002 gr/BB. Untuk kelompok I sebagai kelompok control, kelompok III dan IV diberikan kopi sebanyak 0,002 gr/BB secara oral. Kopi diberikan selama 30 hari dan pada hari ke-31 mencit di bedah kemudian diambil organ ginjal, difikasi dengan formalin 4%, selanjutnya dibuat preparat histologi dengan metode blok paraffin pengecetan HE.3. Cara Pemberian Asap RokokPemberian asap rokok kretek dengan dosis 1 batang per kelompok setiap pagi hari setelah 1 jam pemberian kopi. Tahapan paparan asap rokok dilakukan dengan terlebih dahulu mempersiapkan peralatan yang digunakan dengan pemaparan ini yaitu smoking pump yang dirangkai dengan smoking chamber. Smoking chamber dua lubang, satu lubang di bagian samping untuk dihubungkan dengan pump dan yang satu lagi di depan digunakan sebagai ventilasi/memungkinkan pertukaran udara. Tiga ekor dari tiap kelompok dimasukan dalam smoking chamber melalui bagian atas smoking chamber, kemudian ditutup kembali. Satu batang rokok kretek dipasang pada pipa yang dihubungkan dengan pump.Rokok kretek yang telah terpasang pada pump dibakar menggunakan korek api dan pump dinyalakan, sehingga asap rokok masuk ke dalam smoking chamber. Stopwatch/penghitung waktu dipasang untuk mengetahui waktu yang digunakan untuk menghabiskan satu batang rokok kretek. Smoking chamber akan terisi asap rokok selama proses pemapapan asap rokok dan perilaku mencit dapat diamati dalam smoking chamber.Asap rokok dan kopi dilakukan sebelum mencit diberi makan. Pemberian asap rokok 1 jam setelah pemberian kopi agar kopi terabsorbsi terlebih dahulu (Dewi, 2010). Pada hari ke-31 , mencit dibedah kemudian diambil organ ginjal difiksasi dalam formalin 4%, selanjutnya dibuat preparat histologi dengan metode blok paraffin dengan pengecatan HE.

4. Cara Pembuatan Preparat Sayatan GinjalPembuatan preparat sayatan ginjal dilakukan dengan prosedur menurut Nadzifa (2010) :1. Tahap coating, dimulai dengan menandai obyek galas yang akan digunakan dengan kikir kaca pada bagian tepi, kemudian direndam dalam alkohol 70% minimal semalam. Kemudian obyek glass dikeringkan dengan tissue dan dilakukan perendaman dalam larutan gelitan 0,5% selama 30/slide, lalu dikeringkan dengan posisi disandarkan hingga gelitan yang melapisi kaca dapat merata.2. Organ ginjal yang telah disimpan dalam larutan formalin 4% dicuci dengan alkohol selama 2 jam, dan dilanjutkan dengan pencucian secara bertingkat dengan alkohol yaitu dengan alkohol 90%, 95%, etanol absolut (3kali), xylol (3kali), masing-masing selama 20 menit.3. Tahap infiltrasi yaitu dengan menambahkan paraffin sebanyak 3 kali selama 30 menit.4. Tahap embedding. Bahan beserta paraffin dituangkan ke dalam kotak karton atau wadah yang disiapkan dan diatur sehingga tidak ada udara yang terperangkap didekat bahan. Blok paraffin dibiarkan semalam dalam suhu ruang kemudian diinkubasi dalam freezer sehingga blok benar-benar keras.5. Tahap pemotongan dengan mikrotom. Cutter dipanaskan dan ditempelkan pada dasar blok sehingga paraffin sedikit meleleh. Holder dijepitkan pada mikrotom putar dan ditata sejajar dengan mata pisau mikrotom. Pengirisan atau penyayatan diawali dengan mengatur ketebalan irisan. Untuk ginjal dipotong dengan ukuran um, kemudian pita hasil irisan diambil dengan menggunakan kuas dan dimasukan air dingin untuk membuka lipatan lalu dimasukan air hangat dan dilakukan pemilihan irisan yang terbaik. Irisan dikeringkan diatas hot plate. Tahap diparafisasi, yaitu preparat dimasukan dalam xylol sebanyak 2 kali 5 menit.6. Tahap rehidrasi, preparat dimasukan dalam larutan etanol bertingkat mulai dari etanol absolut (2kali), etanol 95%, 90%, 80%, 70% masing-masing 5 menit. Kemudian preparat direndam dalam aquadest selama 10 menit. 7. Tahap pewarnaan, preparat ditetesi dengan hematoxylin selama 3 menit atau sampai didapatkan hasil warna yang terbaik. Selanjutnya dicuci dengan air mengalir selama 30 menit dan dibilas dengan aquadest selama 5 menit. Setelah itu preparat dimasukan dalam pewarna eosin alkohol selama 30 menit dan dibilas dengan aquadest selama 5 menit.8. Tahap dehidrasi, preparat direndam dalam etanol bertingkat 80%, 90%, 95% dan etanol absolut (2 kali) masing-masing selama 5 menit.9. Tahap clearing, dalam larutan xylol 2 kali selama 5 menit, kemudian dikeringkan.10. Tahap mounting dengan etilen.11. Hasil akhir diamati dengan mikroskop, untuk setiap kelompok mencit, dipotret kemudian duanalisasi kerusakan ginjal.

D. Analisi DataGambaran preparat histologi testis mencit (Mus Musculus) dengan pewarnaan hematoksilin-eosin (HE) dianalisis secara diskriptif.

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil penelitianHasil pengamatan fotomikrograf organ ginjal mencit menunjukkan bahwa pada kelompok yang tidak diberi larutan kopi dan tidak dipapar asap rokok sel-sel glomerulus, tubulus distal dan tubulus proksimal dalam keadaan normal dan tidak terjadi kerusakan sel (Gambar 4A). Kelompok mencit yang diberi larutan kopi menunjukkan adanya endapan protein tubuli dan nekrosis (Gambar 4B). Kelompok mencit yang dipapar asap rokok menunjukkan adanya kerusakan pada ginjal mencit yaitu adanya endapan protein tubuli dan nekrosis (Gambar 4C). Sedangkan pada kelompok mencit yang dipaparkan asap rokok setelah 1 jam pemberian kopi menunjukkan sel-sel pada ginjal mengalami kerusakan berupa nekrosis dan degenerasi hidrofis (Gambar 4D). Gambar 4. Fotomikrograf organ ginjal mencit yang diberi larutan kopi dan dipapar asap rokok kretek dengan pewarnaan Hematoksilin Eosin (HE). A.Kelompok mencit yang tidak diberi larutan kopi dan asap rokok selama 30 hari.B.Kelompok mencit yang diberi larutan kopi selama 30 hariC.Kelompok mencit yang di papar asap rokok selama 30 hari.D.Kelompok mencit yang diberi larutan kopi dan dipapar asap rokok selama 30 hari.Keterangan :1. Endapan protein tubuli2. Nekrosis3. Degenerasi hidrofisB. Pembahasan Berdasarkan pada hasil pengamatan fotomikrograf ginjal dengan menggunakan pewarnaan HE (Haematoxylin Eosin) menunjukkan bahwa terjadi kerusakan pada ginjal mencit yaitu endapan protein tubuli, nekrosis dan degenerasi hidrofis. Hal ini menunjukkan bahwa kopi dan asap rokok kretek menyebabkan kerusakan ginjal. Pemberian kopi menyebabkan sel-sel pada ginjal mengalami penyusutan pada tubulus. Penyusutan pada tubulus terjadi karena adanya peningkatan permeabilitas kapiler mesangium sehingga kapiler glomerulus menjadi permeabel terhadap plasma protein (Cunningham, 1992). Proses selanjutnya menyebabkan terjadinya akumulasi massa atau endapan protein pada mesangium hingga ke ruang bowman. Penyusun massa protein di mesangium maupun di ruang bowman adalah glikoprotein yang terlihat berwarna merah dan berwarna merah muda pada pewarnaan HE (Maxie dan Prescott 1993).Terjadi kerusakan pada glomerulus menyebabkan daya filtrasi akan terganggu (Ressang 1984). Kerusakan glomerulus yang parah dapat mengganggu sistem vaskular peritubular dan berpotensi untuk mengalirkan zat racun ke tubuli (Cotran et al. 1989). Kerusakan tubuli yang semakin parah akan mempengaruhi fungsi tubuli sebagai tempat reabsorbsi. Hal ini mengakibatkan selektifitas tubuli menurun sehingga akan mempengaruhi homeostasis pada tubuh. Kerusakan tubuli ginjal dalam penelitian ini disebabkan oleh bahan yang besifat nefrotoksik yang terkandung dalam kopi berupa kafein dan asap rokok berupa radikal bebas.Pada penelitian ini, kelompok yang diberi perlakuan kopi pada mencit menunjukkan terjadinya kerusakan pada sel ginjal yaitu endapan protein tubuli dan nekrosis yang diakibatkan karena kecilnya dosis yang diberikan sehingga antioksidan yang terdapat didalam kopi tidak dapat menetralisir racun yang disebabkan oleh kafein (Gambar 4B). Pada kelompok mencit yang diberi perlakuan asap rokok kretek selama 30 hari menunjukkan adanya kerusakan pada sel-sel ginjal mencit yaitu endapan protein tubuli dan nekrosis yang disebabkan karena adanya peningkatan radikal bebas yang terkandung dalam asap rokok kretek sehingga merusak membran sel. Membran sel membantu pengaturan keluar masuk berbagai zat melalui proses transport pasif dan aktif, dan juga sebagai tempat melekatnya berbagai enzim. Hilangnya integritas membran sel menyebabkan penumpukan kelebihan cairan jaringan dalam sel yang disebut edema yang merupakan fase menuju kematian sel (Nekrosis). Pada kelompok mencit yang diberikan paparan asap rokok kretek ini juga, banyak terdapat sel-sel podosit didalam tubulus proksimal (Gambar 4C). Sedangkan pada kelompok mencit yang diberi perlakuan asap rokok kretek setelah 1 jam pemberian kopi masih terjadi nekrosis dan degenerasi hidrofis tetapi sudah tidak terjadi endapan protein tubuli. Hal ini menunjukkan bahwa tubulus distal dan tubulus proksimal telah mengalami lisis dan sel-sel podosit yang berada pada tubulus proksimal mulai menghilang diakibatkan karena kecilnya dosis yang diberikan dan peningkatan radikal bebas yang terkandung didalam asap rokok kretek (Gambar 4D). Oleh karena itu, untuk mencegah kerusakan ginjal akibat kafein dan radikal bebas yang terdapat didalam kopi dan asap rokok kretek, dibutuhkan asupan antioksidan tambahan.Flavonoid merupakan golongan senyawa bahan alam dari senyawa fenolik yang akan berfungsi dalam tubuh sebagai antioksidan. Manfaat flavonoid antara lain adalah untuk melindungi struktur sel, memiliki hubungan sinergis dengan vitamin C (meningkatkan efektivitas vitamin C), antiinflamasi, antibiotik dan induksi apoptosis (Anonim, 2011). Sel akan mengalami poliferasi dan regenerasi untuk mengganti sel-sel yang lepas atau mati (Robbins & Koemar, 1992). Disamping itu sel tubulus ginjal termasuk dalam golongan sel yang bersifat stabil, artinya sel tersebut mampu beregenerasi secara aktif bila dalam keadaan rusak, tetapi dalam keadaan normal sel tubulus ginjal tidak bertambah banyak secara aktif (Robbins dan Kumar, 1992). Dengan demikian jika sel-sel pada tubulus dapat beregenerasi kembali, maka akan mempengaruhi keoptimalan fungsi dari tubulus tersebut sebagai saluran pembawa toksikan yang akan dikeluarkan bersama urin.

BAB VPENUTUPA. KesimpulanBerdasarkan hasil penelitian diatas maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:Kopi dan Asap Rokok dapat merusak ginjal mencit (Mus muscullus L) seperti endapan protein tubuli, nekrosis dan atropi glomerulus.

B. Saran 1. Sebaiknya kopi dan rokok tidak seharusnya dikonsumsi secara bersamaan agar dapat mencegah kerusakan ginjal.2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk melihat pengaruh pemberian kopi dan asap rokok terhadap organ lain, serta efek antioksidan dalam mencegah atau memperbaiki kerusakan ginjal akibat asap rokok dan kopi.

DAFTAR PUSTAKAAlgameta D. Elfara. 2009. Uji Aktivitas Antioksidan Tablet EffervescentDewandaru (Eugenia uniflora L.) dan Sambiloto (Andrographis paniculata) Pada Tikus Yang Dibebani Glukosa: Skripsi. Surakarta: Fakultas Famasi Universitas Muhammadiyah Surakarta.Anomim, 2011. Manfaat Pohon Pule (Alstonia schlaris L. R. Br. ) sebagai obat herbal. http://kristantonarayana.blogspot.com/2011/01/manfaat-pohon-pule-alstonia-scholaris-l.html. akses hari selasa, 09 Agustus 2011. Pukul 22.39Anonim, 2012.Efek Kafein Pada Tubuh.Diakses dari http://Fritz-erlangga.co.cc pada tanggal 7 September 2013.Anonima, 2013. Tinjauan Pustaka Kafein. Diakses dari http://repository.usu.ac.id pada tanggal 19 Juni 2013.Anonimb, 2013.Positif dan Negatif Minum Kopi.Diakses dari http://dianwisata.blogspot.com. pada tanggal 7 Agustus 2013.Carlton WW dan McGavin MD. 1995. Thomsons Special Veterinary Pathology. St. Louis. Mosby-Year Book, Inc. hlm 229-446.Cheville NF. 1999. Introduction to Veterinary Pathology. Edisi 2. Iowa State University Press. United States of America.Christyaningsih J, Suwandito, Sri Utari Purnomo. 2003. Pengaruh Suplementasi Vitamin E dan C Terhadap Aktivitas Enzim Superoxidase Dismutase (SOD) dalam Eritrosit Tikus yang Terpapar Asap Rokok Kretek. JPB Vol. 5, No.3.Cotran RS, Kumar V dan Robbins S. 1989. Pathology Basis of Disease. Edisi 4. WB Saunders Company. Philadelphia.Dewi Rizqiana Marisa. 2010. Pengaruh Hepatoprotektor Madu Terhadap Kerusakan Histopatologis Sel Hepar Mencit (Mus musculus) Yang Diberi Perlakuan Natrium Siklamat: Skripsi. Surakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.Fifiana, A. Sari. 2013. Artikel Tentang Kesehatan: Dampak Kafein Untuk Kesehatan.Gerhastuti, B. .C.. 2009. Pengaruh Pemberian Kopi Dosis Bertingkat Per Oral Selama 30 Hari Terhadap Gambaran Histologi Ginjal Tikus Wetar.Tesis.Program Pascasarjana.Fakultas Kedokteran Semarang.Hardinsyah, 2009. http:tech.group.yahoo.com/Kimia Indonesia. Diakses tanggal 12 januari 2009.Hock B dan Elstner EF. 2005. Plant Toxicology. Edisi 4. Marce Dekker. New York.Junquiera, L.C. 1995. Histologi Dasar. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. pp: 341-51.Jaya, M. 2009. Pembunuh Berbahaya itu Bernama Rokok. Sleman: Penerbit Rizma.Larasati S. Ardelia. 2010. Pengaruh Pemberian Jus Pepaya (Carica Papaya) Terhadap Kerusakan Histopatologi Alveolus Paru Mencit yang Dipapar Asap Rokok. Surakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.Lelyana, R. 2008. Pengaruh Kopi Terhadap Kadar Asam Urat Darah.Tesis.Program Pascasarjana.Ilmu Biodemik Semarang.Malole MBM, Pramono CSU. 1989. Penggunaan Hewan-Hewan Percobaan di Laboratorium. Bogor: IPBPr.Nadzifa Ima. 2010. Pengaruh Air Perasan Bawang Lanang (Allium Sativum) Terhadap Kadar Glukosa Darah dan Gambaran Histopatologi Pankreas Pada Mencit (Mus musculus) Diabetes Melitus:Skripsi. Malang: Jurusan Biologis Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam dan Negeri (UIN).Ngatidjan, 1991. Petunjuk Laboratorium Metode Laboratorium dalam Toksikologi. Yogyakarta: Pusat Antar Universitas Bioteknologi UGM,spp: 94-132. Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan ITB: Bogor.Price, S.A & L.M Wilson. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis. Edisi 4. Alih Bahasa Peter Anugerah. Jakarta : EGCRobbins & Kumar. 1992. Buku Ajar Patologi I. Edisi ke-4. Editor Oswari. Penerjemah : Staf Pengajar Patologi Anatomi FK UNAIR. Surabaya : EGC.Saleh S. 1979. Gangguan Peredaran Cairan Tubuh, Elektrolit dan Darah. Patologi. Bagian Patologi Anatomik. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.Sept 2011. Gambaran Leukosit Mencit (Mus musculus) yang diinfeksi Plasodium Berghei dan diberi infusa Artemisia Annua Linn. Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan ITB: Bogor.Widodo Eddy. 2006. Pajanan Asap Rokok Kretek Pada Tikus Putih Sebagai Model Untuk Manusia: Perhatian Khusus Pada Perubahan Hispatologi Dan Ultrastruktur Saluran Npas. Bogor: Sekolah Pascasarjana IPB.Wikipedia.2007. Kopi Arabika dan Robustsa.Diakses dari http://Efek Kopi.com pada tanggal 4 agustus 2013.Winarsi Hery.2007. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas; Potensidan Aplikasinya dalam Kesehatan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.