ripkd bab 4 profil umum wilayah
TRANSCRIPT
Kolam Situs Citaman, Pandeglang
BAB PROFIL UMUM WILAYAH
4
Sumber : Disbudpar Prov. Banten
Rencana Induk Pelestarian Kebudayaan Daerah [RIPDA] Provinsi Banten 2013-2027
Profil Umum Wilayah 36
PROFIL UMUM WILAYAH
BAB
4A. Sejarah Singkat dan Gambaran Umum Provinsi Banten
Provinsi Banten merupakan provinsi ke-30 yang berlokasi di ujung paling barat
pulau Jawa. Sebagai provinsi yang memiliki letak strategis dan berfungsi sebagai “bridging
province” antara provinsi-provinsi di Jawa dan Sumatera, wilayah ini jelas memiliki kontribusi
yang sangat signifikan dalam proses pembangunan di Indonesia. Posisi strategis yang dimiliki
oleh Banten tentu juga merupakan salah satu modal yang berharga dalam mewujudkan
kemasyhuran, kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat Banten seperti yang pernah dialami 1pada abad ke-16 dan ke-17.
Tidak dapat dipungkiri bahwa cikal-bakal kebesaran Banten adalah Islam dan dunia
perdagangan. Sejarah panjang kesultanan ini bermula ketika Sunan Gunung Jati (Syarif
Hidayatullah), setelah belajar ilmu agama di Pasai, mendarat di Banten untuk melanjutkan tugas 2menyebarkan agama Islam yang sebelumnya telah dilakukan oleh Sunan Ampel. Pada tahun
1475 M, Syarif Hidayatullah menikahi adik Bupati Banten yang bernama Nhay Kawunganten
yang beberapa tahun kemudian melahirkan dua anak yaitu Ratu Winahon dan Pangeran 3Hasanuddin. Setelah Pangeran Hasanuddin menginjak dewasa, Syarif Hidayatullah pergi ke
4Cirebon untuk bertugas sebagai Tumenggung di sana.
Sementara itu, untuk melanjutkan tugas penyebaran Islam di Banten, Sunan Gunung
Jati mengutus puteranya, Hasanuddin, untuk menjadi penguasa Banten pertama yang
sebenarnya tidak hanya bertugas untuk menyebarkan Islam kepada penduduk lokal namun juga 5mendirikan kekuasan politik di Banten pada tahun 1525-1526. Sunan Gunung Jati kemudian
memerintahkan puteranya untuk memindahkan pusat pemerintahan yang semula berada di
Banten Girang ke Banten Lor (Surosowan).
1 Halwani Michrob dan Mudjahid Chudari, Catatan Masa Lalu Banten, Serang: Dinas Budaya dan
Pariwisata, 2011, h. 99.2
Lihat laporan Tim Penelitian Fakultas Adab IAIN Syarif Hidayatullah, Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Banten, Jakarta: 1986, h. 17.
3 Ibid
4 Ibid
5 Ibid
Keputusan Sunan Gunung Jati ini kemungkinan didasarkan pada dua hal. Pertama,
dilihat dari sisi ekonomi, pemindahan pusat pemerintahan ini merupakan langkah strategis untuk 6mempermudah hubungan ekonomi antara pesisir utara Jawa dengan pesisir Sumatra. Hal ini
tentu mendukung perkembangan ekonomi Kesultanan Banten yang akan dengan mudah dapat
berhubungan dengan kawasan-kawasan perekonomian lain di Nusantara. Kedua, situasi politik
ketika itu di mana Portugis dan armada perangnya berhasil menguasai Malaka yang saat itu
merupakan pusat perdagangan di Asia Tenggara sekaligus pusat pertemuan pedagang-pedagang
muslim dari Timur Tengah dan Asia Tenggara. Dengan dikuasainya Malaka, pusat perdagangan
muslim kemudian menyebar di beberapa lokasi strategis seperti Aceh, Banten dan Ternate.
Pada itulah Kesultanan Banten mendapatkan momentum. Para pedagang muslim
Nusantara yang tidak mau berdagang dengan Portugis kemudian mencari alternatif lokasi yang
baru di mana satu di antara yang terpenting adalah pelabuhan Banten. Pada akhir abad ke-16,
Kesultanan Banten telah menjadi lokasi pilihan bagi pedagang-pedagang asing. Dengan
hadirnya para pedagang yang berasal dari mancanegara seperti Inggris, Belanda, Denmark,
Jepang dan Cina serta kerajaan-kerajaan di Nusantara seperti Gowa dan Mataram di pelabuhan
Banten, maka peran Banten menjadi semakin strategis dalam belantika politik dan ekonomi.
Puncak kejayaan Banten kemudian terjadi pada masa kekuasaan Sultan Ageng
Tirtayasa yang memerintah sejak tahun 1651-1683. Pada masanya, Kesultanan Banten menjadi
magnet yang mampu menyedot antusiasme pedagang untuk membuka perwakilannya di
pelabuhan Banten. Tercatat dalam sejarah beberapa perwakilan dagang yang memiliki
hubungan dengan Kesultanan Banten seperti Inggris, Perancis, Denmark, Cina dan negeri-
negeri dari Timur Tengah. Era kemajuan itu juga memungkinkan Banten menjadi pusat ilmu
pengetahuan di Nusantara, terutama yang berkaitan dengan ilmu-ilmu keislaman yang dikuasai
oleh para ulama dan penasehat istana. Hal ini semakin dimungkinkan setelah Sultan Ageng
Tirtayasa menikahkan putrinya dengan seorang ulama besar dan kharismatik di Nusantara pada
abad ke-17 yaitu Syekh Yusuf al-Makassari. Dengan kelihaian inisiatifnya itu, Sultan Ageng
Tirtayasa menempatkan menantunya pada posisi yang cukup prestisius yaitu sebagai Qadi atau
hakim yang menangani masalah-masalah keagamaan dan hukum yang dihadapi oleh rakyat
Banten dalam kehidupan keseharian.
Seperti hukum alam yang selalu berputar, kejayaan Kesultanan Banten tidak
berlangsung terlalu lama. Ketika nafsu berkuasa menjadikan tujuan akhir, segala macam intrik
dan cara dimainkan untuk merebut kekuasaan. Pusat Kesultanan Banten yang berdiri megah di
pesisir utara Banten menjadi saksi bisu konspirasi putera Sultan Ageng Tirtayasa yang bernama
Sultan Haji (Pangeran Gusti atau Pangeran Anom) dengan VOC yang berusaha mengambil alih
37
Rencana Induk Pelestarian Kebudayaan Daerah [RIPDA] Provinsi Banten 2013-2027
Profil Umum Wilayah
6 Ibid
kepemimpinan sang ayah. Melalui politik devide et impera (politik pecah belah) dan traktat lada
antara Sultan Haji dan VOC pada tahun 1684, VOC berhasil membelah dan bahkan mencabik-7cabik Kesultanan Banten dengan intervensi politik dan ekonominya.
Kesultanan Banten kemudian, secara tidak langsung, lambat laun menjadi
kepanjangan tangan VOC. Menyaksikan agresivitas intervensi VOC dalam pemerintahan
Banten, rakyat Banten mulai menunjukkan ketidaksenangannya. Pada pertengahan abad ke-18
dimulailah pemberontakan-pemberontakan rakyat, seperti perlawanan yang dipimpin oleh 8Tubagus Buang dan Ki Tapa.
Pada abad ke-19, intensitas gerakan perlawanan rakyat Banten semakin meningkat.
Seperti yang disebutkan oleh Sartono Kartodirdjo, selama abad ke-19 telah terjadi kurang lebih
20 pemberontakan di mana beberapa faktor utamanya adalah karena kesewenang-wenangan
pemerintah kolonial dan dihapuskannya Kesultanan Banten sehingga hanya menjadi sebuah
residensi di bawah kekuasaan Belanda di Batavia. Pada tahun 1832 sultan terakhir Banten,
Sultan Muhammad Rafi'uddin, dibuang oleh pemerintah kolonial karena dituduh berkomplot 9dengan bajak laut. Walaupun Kesultanan Banten telah dihapuskan dan dilupakan oleh sejarah
10namun beberapa gejolak masih muncul di wilayah ini seperti yang terjadi pada tahun 1888 dan 111926.
Pasca revolusi fisik yang terjadi di Republik Indonesia pada tahun 1945-1950an,
rakyat Banten berjuang untuk dapat berperan lebih besar dalam pembangunan dengan berusaha
mendirikan provinsi yang berdiri sendiri. Namun, karena beberapa alasan politis, cita-cita
tersebut belum terlaksana walaupun orde demi orde pemerintahan telah silih berganti. Keinginan
untuk berdiri sendiri sebagai sebuah provinsi baru terlaksana pada tahun 2000 dengan
disahkannya RUU Pembentukan Provinsi Banten menjadi UU No. 23 tahun 2000 tentang
Pembentukan Provinsi Banten .
B. Gambaran Umum Provinsi Banten
Wilayah Banten secara geografis berada pada batas astronomi 5º 7' 50” - 7º 1' 11”
Lintang Selatan dan 105º 1' 11” - 106º 7' 12” Bujur Timur. Sebelum menjadi provinsi, Banten
termasuk wilayah Provinsi Jawa Barat. Berdasarkan UU RI Nomor 23 tahun 2000, luas wilayah
38
Rencana Induk Pelestarian Kebudayaan Daerah [RIPDA] Provinsi Banten 2013-2027
Profil Umum Wilayah
7 Ibid, h. 69.
8 Lihat misalnya Atsusi Ota, Changes of Regime and Social Dynamics in West Java: Society, State and the
Outer World of Banten 1750-1830, Leiden and Boston: Brill, 2006.9 Op. cit., Halwany, h. 186.
10 Sartono Kartodirdjo, The Peasants` Revolt of Banten in 1888, Its Conditions, Course, and Sequel: A Case Study of
Social Movements in Indonesia, 's-Gravenhage: Martinus Nijhoff, 1966.11
Michael Williams, Communism, Religion and Revolt in Banten, Athens: Ohio University Center for International Studies, 1990.
2 Banten adalah 9662,92 Km atau sekitar 0,51% dari luas wilayah Negara Kesatuan Republik 12Indonesia. Ketika menjadi provinsi, wilayah ini hanya terdiri dari empat kabupaten yaitu
Kabupaten Serang, Kabupaten Lebak, Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Tangerang dan dua
kota yaitu Kota Tangerang dan Kota Serang. Sementara saat ini, wilayah pemerintahan Provinsi
Banten sudah terdiri dari empat kota yaitu Kota Serang, Kota Cilegon, Kota Tangerang dan Kota
Tangerang Selatan serta empat kabupaten yaitu Kabupaten Serang, Kabupaten Lebak,
Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Tangerang. Provinsi ini terus berkembang karena telah
menjadi salah satu tujuan investasi di Indonesia. Sementara itu jumlah penduduk di Banten 13menurut data BPS tahun 2011 berjumlah 10.632.166 orang.
Provinsi Banten mempunyai batas wilayah:
- Sebelah Utara : Laut Jawa
- Sebelah Timur : Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat
- Sebelah Selatan : Samudra Hindia
- Sebelah Barat : Selat Sunda
Wilayah perairan Banten merupakan salah satu jalur laut yang cukup padat. Selat
Sunda merupakan salah satu jalur yang biasa dilalui kapal-kapal besar yang menghubungkan
Eropa, Asia Selatan, Australia dan Selandia Baru dengan kawasan Asia Tenggara seperti
Thailand, Malaysia dan Singapura. Di samping itu, laut Banten merupakan jalur utama
perlintasan/penghubung dua pulau besar di Indonesia.
Selain itu, bila dikaitkan dengan posisi geografis dan pemerintahan maka wilayah
Banten terutama Kota Tangerang dan Kabupaten Tangerang merupakan wilayah penyangga
(buffer) bagi Ibukota Negara yang memiliki peran penting dalam arus mobilitas ekonomi
nasional. Pada wilayah-wilayah penyangga ini, mobilitas ekonomi terjadi yang kemudian
berdampak pada pembangunan dan peningkatan taraf perekonomian masyarakat di kawasan
tersebut.
Topografi.
Topografi wilayah Provinsi Banten berkisar pada ketinggian 0 - 1.000 mdpl. Secara
umum kondisi topografi wilayah Provinsi Banten merupakan dataran rendah yang berkisar
antara 0 - 200 mdpl yang terletak di daerah Kota Cilegon, Kota Tangerang, Kabupaten
39
Rencana Induk Pelestarian Kebudayaan Daerah [RIPDA] Provinsi Banten 2013-2027
Profil Umum Wilayah
12 Badan Pusat Statistik Provinsi Banten, Banten dalam Angka 2011, Serang: BPS
Provinsi Banten, h.5.13
Ibid, h. 71.
Pandeglang, dan sebagian besar Kabupaten Serang. Adapun daerah Lebak Tengah dan sebagian
kecil Kabupaten Pandeglang memiliki ketinggian berkisar 201 - 2.000 mdpl dan daerah Lebak
Timur memiliki ketinggian 501 - 2.000 mdpl yang terdapat di Puncak Gunung Sanggabuana dan
Gunung Halimun.
Kondisi topografi suatu wilayah berkaitan dengan bentuk raut permukaan wilayah
atau morfologi. Morfologi wilayah Banten secara umum terbagi menjadi tiga kelompok yaitu
morfologi dataran, perbukitan landai-sedang (bergelombang rendah-sedang) dan perbukitan
terjal. Morfologi dataran rendah umumnya terdapat di daerah bagian utara dan sebagian elatan.
Wilayah dataran merupakan wilayah yang mempunyai ketinggian kurang dari 50 mdpl sampai
wilayah pantai yang mempunyai ketinggian 0 - 1 mdpl.
Morfologi perbukitan landai-sedang (bergelombang rendah-sedang) terletak pada
wilayah yang mempunyai ketinggian minimum 50 mdpl. Di bagian utara Kota Cilegon terdapat
wilayah puncak Gunung Gede yang memiliki ketingian maksimum 553 mdpl, sedangkan
perbukitan di Kabupaten Serang terdapat wilayah Selatan Kecamatan Mancak dan Waringin
Kurung dan di Kabupaten Pandeglang wilayah perbukitan berada di selatan. Di Kabupaten
Lebak terdapat perbukitan di timur berbatasan dengan Bogor dan Sukabumi dengan karakteristik
litologi ditempati oleh satuan litologi sedimen tua yang terintrusi oleh batuan beku dalam seperti
batuan beku granit, granodiorit, diorit dan andesit. Biasanya pada daerah sekitar terobosaan
batuan beku tersebut terjadi suatu proses remineralisasi yang mengandung nilai sangat ekonomis 14seperti cebakan biji timah dan tembaga.
Hidrologi
Potensi sumber daya air wilayah Provinsi Banten banyak ditemui di Kabupaten
Lebak, sebab sebagian besar wilayahnya merupakan kawasan hutan lindung dan hutan produksi
terbatas. Berdasarkan pembagian Daerah Aliran Sungai (DAS), Provinsi Banten dibagi menjadi
enam DAS, yaitu :
?DAS Ujung Kulon, meliputi wilayah bagian barat Kabupaten Pandeglang (Taman
Nasional Ujung Kulon dan sekitarnya);
?DAS Cibaliung-Cibareno, meliputi bagian selatan wilayah Kabupaten Pandeglang
dan bagian selatan wilayah Kabupaten Lebak;
?DAS Ciujung-Cidurian, meliputi bagian barat wilayah Kabupaten Pandeglang;
?DAS Rawadano, meliputi sebagian besar wilayah Kabupaten Serang dan Kabupaten
Pandeglang;
40
Rencana Induk Pelestarian Kebudayaan Daerah [RIPDA] Provinsi Banten 2013-2027
Profil Umum Wilayah
14 Lihat http://www.depdagri.go.id/pages/profildaerah/kabupaten/id/36/name/banten/detail/3603/ .
Diakses pada tanggal 5 November 2012.
?DAS Teluklada, meliputi bagian barat wilayah Kabupaten Serang dan Kota Cilegon;
?DAS Cisadane-Ciliwung, meliputi bagian timur wilayah Kabupaten Tangerang dan
Kota Tangerang.
Tata air permukaan untuk wilayah Provinsi Banten sangat tergantung pada sumber
daya air khususnya sumber daya air bawah tanah. Terdapat 5 satuan Cekungan Air Bawah Tanah
(CABT) yang telah diidentifikasi, yang bersifat lintas kabupaten maupun kota, antara lain CABT
Labuan, CABT Rawadano dan CABT Malingping dan lintas propinsi, meliputi CABT Serang, 15Tangerang dan CABT Jakarta.
Kemiringan
Kondisi kemiringan lahan di Provinsi Banten terbagi menjadi tiga kondisi yang
ekstrim yaitu:
1. Dataran yang sebagian besar terdapat di daerah utara Provinsi Banten yang memiliki
tingkat kemiringan lahan antara 0 - 15%, sehingga menjadi lahan yang sangat
potensial untuk pengembangan seluruh jenis fungsi kegiatan. Dengan nilai
kemiringan ini tidak diperlukan banyak perlakuan khusus terhadap lahan yang akan
dibangun untuk proses prakonstruksi. Lahan dengan kemiringan ini biasanya
tersebar di sepanjang pesisir utara Laut Jawa, sebagian wilayah Serang, sebagian
Kabupaten Tangerang bagian utara serta wilayah selatan yaitu di sebagaian pesisir
selatan dari Pandeglang hingga Kabupaten Lebak;
2. Perbukitan landai-sedang (kemiringan < 15% dengan tekstur bergelombang rendah-
sedang) yang sebagian besar dataran landai terdapat di bagian utara meliputi
Kabupaten Serang, Kota Cilegon, Kabupaten Tangerang, dan Kota Tangerang, serta
bagian utara Kabupaten Pandeglang;
3. Daerah perbukitan terjal (kemiringan < 25%) terdapat di Kabupaten Lebak, sebagian
kecil Kabupaten Pandeglang bagian selatan dan Kabupaten Serang.
Perbedaan kondisi alamiah ini turut berpengaruh terhadap timbulnya ketimpangan
pembangunan yang semakin tajam, yaitu wilayah sebelah utara memiliki peluang berkembang
relatif lebih besar daripada wilayah sebelah selatan.
41
Rencana Induk Pelestarian Kebudayaan Daerah [RIPDA] Provinsi Banten 2013-2027
Profil Umum Wilayah
15 Op. cit., h. 6-7.
Jenis Tanah
Sumber daya tanah wilayah Provinsi Banten secara geografis terbagi dua tipe tanah
yaitu: (a) kelompok tipe tanah sisa atau residu dan (b) kelompok tipe tanah hasil angkutan. Secara
umum distribusi dari masing-masing tipe tanah ini di wilayah Provinsi Banten, terdapat di
Kabupaten Serang, Kabupaten Lebak, Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Tangerang, Kota
Tangerang dan Kota Cilegon. Masing-masing tipe tanah yang terdapat di wilayah tersebut antara
lain: 1. aluvial pantai dan sungai; 2. latosol; 3.podsolik merah kuning; 4. regosol; 5. andosol; 6.
Brown forest; 7. glei.
Geologi
Struktur geologi daerah Banten terdiri dari formasi batuan dengan tingkat ketebalan
dari tiap-tiap formasi berkisar antara 200 - 800 meter dan tebal keseluruhan diperkirakan
melebihi 3.500 meter. Formasi Bojongmanik merupakan satuan tertua, berusia Miosen akhir.
Batuannya terdiri dari perselingan antara batu pasir dan lempung pasiran, batu gamping, batu
pasir tufaan, konglomerat dan breksi andesit, umurnya diduga Pliosen awal. Berikutnya adalah
Formasi Cipacar yang terdiri dari tuf batu apung berselingan dengan lempung tufaan,
konglomerat dan napal glaukonitan, umurnya diiperkirakan Pliosen akhir. Di atas formasi ini
adalah Formasi Bojong yang terdiri dari napal pasiran, lempung pasiran, batu gamping kokina
dan tuf. Banten bagian selatan terdiri atas batuan sedimen, batuan gunung api, batuan terobosan
dan alluvium yang berumur mulai Miosen awal hingga Resen, satuan tertua daerah ini adalah
Formasi Bayah yang berumur Eosen.
Formasi Bayah terdiri dari tiga anggota yaitu anggota Konglomerat, Batu Lempung
dan Batu Gamping. Selanjutnya adalah Formasi Cicaruruep, Formasi Cijengkol, Formasi
Citarate, Formasi Cimapang, Formasi Sareweh, Formasi Badui, Formasi Cimancuri dan
Formasi Cikotok.
Batuan Gunung Api dapat dikelompokkan ke dalam batuan gunung api tua dan muda
yang berumur Plistosen Tua hingga Holosen. Batuan terobosan yang dijumpai bersusunan
andesiot sampai basal. Tuf Cikasungka berumur Plistosen, Lava Halimun dan batuan gunung api
Kuarter. Pada peta lembar Leuwidamar disajikan pula singkapan batuan metamorf yang diduga
berumur Ologo Miosen terdiri dari Sekis, Genes dan Amfibolit yang tersingkap di bagian Utara
tubuh Granodiorit Cihara. Dorit Kuarsa berumur Miosen tengah hingga akhir, Dasit dan Andesit
berumur Miosen akhir serta Basal berumur kuarter.
42
Rencana Induk Pelestarian Kebudayaan Daerah [RIPDA] Provinsi Banten 2013-2027
Profil Umum Wilayah
Batuan endapan termuda adalah aluium dan endapan pantai yang berupa Kerikil,
pasir, lempung, rombakan batu gamping, koral bercampur pecahan moluska atau kerang 16kerangan, gosong pantai dan gamping terumbu.
Pertanian dan Peternakan
Sebagai daerah yang termasuk beriklim tropis, lingkungan flora di Provinsi Banten
banyak ditumbuhi oleh pepohonan dan tanaman yang memiliki ketinggian rata-rata 20 meter
diatas permukaan tanah. Keadaan flora di Banten juga terdapat berbagai tanaman keras baik
tanaman liar maupun budidaya. Jenis tanaman budidaya yang dikembangkan oleh penduduk
Banten antara lain jenis sayuran, tanaman dan buah-buahan semusim, jenis tanaman dan buah-17buahan tahunan, jenis tanaman biofarmaka dan jenis tanaman hias. Untuk memenuhi
kebutuhan pangan, masyarakat Banten juga terus berusaha menggenjot peningkatan kuantitas
tanaman pangan baik dalam jenis padi (padi sawah, padi ladang dan padi sawah-ladang) maupun 18tanaman palawija seperti jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu dan ubi jalar.
Untuk memenuhi kebutuhan protein hewani, masyarakat Banten melakukan
aktivitas ekonomi seperti membuka usaha peternakan peternakan ayam, sapi dan kambing.
Usaha lain untuk pemenuhan kebutuhan protein hewani dapat ditemukan di sektor perikanan
baik perikanan darat maupun perikanan laut.
C. Gambaran Umum Kabupaten dan Kota di Provinsi Banten
Saat ini, Provinsi Banten memiliki empat buah kabupaten yaitu Kabupaten Serang,
Kabupaten Lebak, Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Tangerang dan empat buah kota yaitu
Kota Cilegon, Kota Tangerang, Kota Serang dan Kota Tangerang Selatan. Sub bab ini akan
membahas gambaran umum kabupaten dan kota di Banten yang akan dimulai dari Kabupaten
Serang.
a. Kabupaten Serang
Sejarah Singkat
Sejarah setiap kabupaten dan kota yang ada di Banten tentu tidak dapat dilepaskan
dari sejarah Banten pada umumnya. Kabupaten Serang misalnya merupakan bagian dari wilayah
43
Rencana Induk Pelestarian Kebudayaan Daerah [RIPDA] Provinsi Banten 2013-2027
Profil Umum Wilayah
16 http://www.banten/pages/profil-daerah/kabupaten/id/36/name/banten/detail/3603/tangerang diakses
pada tanggal 9 November 2012.17
Badan Pusat Statistik Provinsi Banten, Banten dalam Angka 2011, Serang: BPS Provinsi Banten, h.198-200.
18 Ibid
Kesultanan Banten yang berdiri pada abad ke-16 dengan pusat pemerintahannya terletak di
Serang (sekarang menjadi bagian wilayah Kota Serang). Sebelum berdirinya Provinsi Banten,
Kabupaten Serang selalu dianggap sebagai representasi dari keberadaan sejarah Kesultanan
Banten. Bahkan awal kehidupan masyarakat dengan peradaban dan budaya yang hidup di
wilayah Banten ditengarai dimulai dari beberapa wilayah yang letaknya di Kabupaten Serang.
Situs Anyer misalnya memperlihatkan memperlihatkan berbagai aspek teknologi dan tradisi 19kubur ketika wilayah tersebut memasuki masa proto-sejarah. Sementara itu situs Odel yang
terletak di Kasemen menunjukkan bukti-bukti saling tumpang tindih antara anasir-anasir
teknologi neolitis berupa alat bantu dan gerabah, perundagian berupa benda-benda logam dan 20 tradisi teknologis seperti keramik Cina dan bata-bata merah.
Sementara itu dari situs Banten Girang pada masa pengaruh tradisi besar India,
terdapat bukti-bukti eksistensi situs multi komponen yang dapat dilihat dari data bangunan
berundak, gua untuk pertapaan/persajian abad-abad X-XI M, perbentangan berkurun Pakuan-21Pajajaran dan data habitasi masa kesultanan pada awal abda ke-XVII M.
Saat ini, Kabupaten Serang terdiri atas 28 kecamatan, yaitu Anyar, Kecamatan
Bandung, Baros, Binuang, Bojonegara, Carenang, Cikande, Cikeusal, Cinangka, Ciomas,
Ciruas, Gunungsari, Jawilan, Kibin, Kopo, Kragilan, Kramatwatu, Mancak, Pabuaran,
Padarincang, Pamarayan, Petir, Pontang, Pulo Ampel, Tanara, Tirtayasa, Tunjung Teja dan
Waringin Kurung, yang dibagi lagi atas sejumlah desa. Rencananya Pusat pemerintahan berada
di Kecamatan Ciruas. Untuk mengakselerasi kesejahteraan, pada tanggal 17 Juli 2007
Kabupaten Serang dimekarkan menjadi Kota Serang dan Kabupaten Serang.
Gambaran Umum
Kabupaten Serang merupakan salah satu dari enam kabupaten/kota di Provinsi
Banten, terletak di ujung barat bagian utara Pulau Jawa dan merupakan pintu gerbang utama
yang menghubungkan Pulau Sumatera dengan Pulau Jawa dengan jarak 70 km dari Kota Jakarta,
Ibu Kota Negara Indonesia. Secara geografis, wilayah Kabupaten Serang terletak pada koordinat
5º 50'– 6º 2' Lintang Selatan dan 105º 7'– 106º 22' Bujur Timur. Jarak terpan jang menurut garis
lurus dari Utara ke Selatan adalah sekitar 60 km dan jarak terpanjang dari Barat ke Timur adalah
sekitar 90 km, sedangkan kedudukan secara administratif berbatasan dengan:
44
Rencana Induk Pelestarian Kebudayaan Daerah [RIPDA] Provinsi Banten 2013-2027
Profil Umum Wilayah
19 Hasan Muarif Ambary et. al, Kabupaten Serang Menyongsong Masa Depan, Pemda Tingkat II Kabupaten Serang: 1994, h. 13.
20 Ibid
21 Ibid
- Sebelah Utara dibatasi oleh Laut Jawa
- Sebelah Timur dibatasi oleh Kabupaten Tangerang
- Sebelah Selatan dibatasi oleh Kota Cilegon dan Selat Sunda
- Sebelah Barat dibatasi oleh Kabupaten Lebak dan Pandeglang
Luas wilayah Kabupaten Serang secara administratif tercatat 1.734,09 km dan terdiri
dari 34 wilayah kecamatan, 353 desa dan 20 kelurahan. Dari jumlah wilayah sebanyak 34
kecamatan tersebut, terdapat pulau-pulau di antaranya Pulau Sangiang, Pulau Panjang, Pulau
Tunda dan Pulau Tarakan. Namun pada tahun 2008 terjadi pemekaran wilayah Provinsi Banten
dengan pemisahan Kabupaten Serang menjadi dua wilayah yaitu Kabupaten Serang dan Kota
Serang. Sehingga Kabupaten Serang pada tahun 2008 hanya memiliki 28 wilayah kecamatan
dengan pengurangan enam wilayah kecamatan yaitu Cipocok Jaya, Curug, Kasemen, Serang, 22Taktakan dan Walantaka.
Iklim
Temperatur udara rata-rata di Kabupaten Serang adalah 26,3ºC dengan kisaran rata-
rata 23,1ºC – 31,3ºC. Kadar kelembaban udara sangat tinggi yaitu sekitar 78%, sedangkan angin
barat bertiup pada bulan Desember hingga April dan angin timur bertiup pada bulan Mei hingga
Oktober serta angin peralihan pada bulan April hingga September. Berdasarkan kondisi tersebut
di atas maka Kabupaten Serang termasuk pada iklim D atau iklim sedang.
Topografi
Wilayah Kabupaten Serang berada dalam kisaran ketinggian antara 0-1.778 m dari
permukaan laut (dpl) dan pada umumnya tergolong pada kelas topografi lahan dataran dan
bergelombang. Ketinggian 0 m dari permukaan laut (dpl) membentang dari Kecamatan
Tirtayasa sampai Kecamatan Cinangka di pantai barat Selat Sunda. Ketinggian 1.778 m dari
permukaan laut (dpl) terdapat di Puncak Gunung Karang yang terletak di sebelah selatan
perbatasan dengan Kabupaten Pandeglang. Pada umumnya (≥ 97,5%) wilayah Kabupaten
Serang berada pada ketinggian kurang dari 500 mdpl.
45
Rencana Induk Pelestarian Kebudayaan Daerah [RIPDA] Provinsi Banten 2013-2027
Profil Umum Wilayah
22 Profil Kesehatan Kabupaten Serang 2007. Lihat, http://bpbdserang01.page4.me/47.html diakses pada tanggal 10 November 2012. Lihat juga Badan Pusat Statistik Provinsi Banten, Banten dalam Angka 2011, Serang: BPS Provinsi Banten, h. 9.
Geomorfologi dan Geologi
Kabupaten Serang secara morfologi terbagi menjadi dua bagian yaitu:
1. Dataran rendah
Dataran rendah dimulai dari Teluk Banten membujur ke sebelah timur (termasuk
zona Batavia) dan seluruhnya merupakan tanah endapan (sedimen kuarter) meliputi
Kecamatan Pontang, Tirtayasa, Kasemen, dan Cikande.
2. Dataran tinggi
Dataran tinggi di Kabupaten Serang terdiri dari kumpulan pegunungan tua dan
muda termasuk komplek vulkanis Banten yang terdiri dari Kecamatan Ciomas,
Pabuaran, Cinangka, Anyer, Mancak, Bojonegara, Taktakan, Baros, dan Waringin
Kurung.
Tata Guna Lahan
Sebagian besar penggunaan lahan di Kabupaten Serang terdiri dari persawahan yaitu
seluas 54.145,40 Ha, sawah irigasi seluas 23.066,40 Ha, disusul oleh tegalan seluas 39.912,35
Ha. Kebun campuran seluas 39.159,10 Ha, perkampungan seluas 20.121,97 Ha, peruma han
seluas 8.680 Ha dan wilayah untuk jasa seluas 3.305,26 Ha sehingga luas lahan keseluruhan
adalah sejumlah 165.423 Ha.
Keadaan Demografi
Berdasarkan data BPS provinsi Banten, diketahui bahwa jumlah penduduk
Kabupaten Serang adalah 1.402.818 yang berarti terjadi peningkatan 2 kali lipat dalam 30 tahun 23terakhir, di mana jumlah penduduk pada tahun 1971 tercatat sebanyak 766.410 jiwa.
Komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin adalah 713.694 laki-laki dan 689.124
perempuan. Sedangkan laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten Serang sekitar 1,44% dalam 24kurun waktu sepuluh tahun terakhir.
Suhu
Suhu tertinggi di Kabupaten Serang pada tahun 2007 tercatat pada suhu 27,2°C di
bulan Oktober. Pada bulan yang sama, menurut data variasi iklim stasiun klimatologi Serang,
tercatat suhu tertinggi pada tahun 2008 yakni 27,3°C. Sementara suhu terendah pada tahun 2007
tercatat pada bulan Juli dengan suhu 26,4°C. Hal tersebut berbeda dengan pencatatan variasi
iklim pada tahun 2008, di mana suhu terendah terjadi pada bulan Februari dengan suhu 25,9°C.
46
Rencana Induk Pelestarian Kebudayaan Daerah [RIPDA] Provinsi Banten 2013-2027
Profil Umum Wilayah
23 Badan Pusat Statistik Provinsi Banten, Banten dalam Angka 2011, Serang: BPS Provinsi Banten, h. 70.24
Ibid, h. 75.
Curah Hujan
Curah hujan tertinggi di Kabupaten Serang pada tahun 2007 terjadi pada bulan
Februari dengan angka curah hujan sebesar 301 mm. Curah hujan tertinggi pada tahun 2008 juga
terjadi pada bulan Februari dengan angka curah hujan sebesar 349 mm. Sementara curah hujan
terendah terjadi pada bulan Agustus dengan angka curah hujan sebesar 2 mm . Berbeda dengan
curah hujan yang terjadi pada tahun 2008, curah hujan terendah tahun 2007 sebesar 0,2 mm
terjadi di bulan Juli.
Lama Penyinaran Matahari
Lama penyinaran matahari terendah di Kabupaten Serang pada periode tahun 2007
terjadi pada bulan Desember dengan lama penyinaran sebesar 50%. Sementara pada tahun 2008
terjadi pada bulan Februari dengan lama penyinaran sebesar 24%. Sedangkan untuk lama
penyinaran matahari tertinggi pada tahun 2007 tercatat pada bulan Agustus dengan lama 25 penyinaran sebesar 82%, dan pada tahun 2008 sebesar 88% di bulan Juli.
Kelembaban
Faktor iklim kelembaban tertinggi terjadi pada bulan Februari dan Oktober dengan
kelembaban sebesar 87% pada tahun 2007. Kelembaban tertinggi pada tahun 2008 terjadi pada
bulan Juni dengan nilai sebesar 97%. Sementara kelembaban terendah terjadi pada bulan
September pada tahun 2007 dengan kelembaban sebesar 82% dan pada bulan Oktober pada
tahun 2008 dengan kelembaban sebesar 80%.
b. Kabupaten Lebak
Sejarah Singkat
Kabupaten Lebak merupakan salah satu wilayah di Provinsi Banten dengan aspek
kesejarahan yang tidak kalah pentingnya dengan Kabupaten Serang dan Kabupaten Pandeglang.
Kabupaten ini terbentuk melalui proses yang cukup panjang yang dimulai sejak masa
Kesultanan Banten. Ketika itu pada tanggal 19 Maret 1813, Keresidenan Banten dibagi dalam
empat wilayah yaitu Wilayah Banten Lor, Wilayah Banten Kulon, Wilayah Banten Tengah dan
Wilayah Banten Kidul. Ibukota Wilayah Banten Kidul terletak di Cilangkahan.
Pada tahun 1928, pemerintah kolonial yang berkedudukan di Batavia membagi
kembali wilayah Banten ke dalam tiga kabupaten Berdasarkan Surat Keputusan Komisaris
47
Rencana Induk Pelestarian Kebudayaan Daerah [RIPDA] Provinsi Banten 2013-2027
Profil Umum Wilayah
25 Profil Kesehatan Kabupaten Serang 2007. Lihat, http://bpbdserang01.page4.me/47.html diakses pada tanggal 10 November 2012.
Jenderal Nomor 1, Staatsblad Nomor 81 tahun 1828. Wilayah Keresidenan Banten ketika itu
meliputi Kabupaten Serang, Kabupaten Caringin dan Kabupaten Lebak. Pada saat itu, Wilayah
Kabupaten Lebak, berdasarkan pembagian diatas memiliki batas-batas yang meliputi District
dan Onderdistrict yaitu :
1. District Sajira, yang terdiri dari Onderdistrict Ciangsa, Somang dan Onderdistrict
Sajira,
2. District Lebak Parahiang, yang terdiri dari Onderdistrict Koncang dan Lebak
Parahiang.
3. District Parungkujang, yang terdiri dari Onderdistrict Parungkujang dan Kosek,
4. District Madhoor (Madur) yang terdiri dari Onderdisrict Binuangeun, Sawarna dan
Onderdistrict Madhoor (Madur).
Tanggal 2 Desember 1828, berdasarkan Staatsblad Nomor 81 tahun 1828 menjadi
titik awal pembentukan 3 (tiga) Kabupaten di wilayah bekas Kesultanan Banten dan nama Lebak
mulai diabadikan menjadi nama kabupaten dengan batas-batas wilayah yang lebih jelas
sebagaimana tercantum dalam pembagian wilayah ke dalam District dan Onderdistrict
(Kewedanaan dan Kecamatan). Walaupun terdapat perubahan nama dan penataan kembali
wilayah District dan Onderdistrict tersebut, wilayah Kabupaten Lebak dalam perkembangan
selanjutnya sebagaimana tertuang dalam Staatsblad nomor 226 tahun 1828, Staatsblad nomor
381 tahun 1925 dan Undang-undang nomor 14 tahun 1950, merupakan wilayah Kabupaten 26Lebak sebagaimana adanya saat ini.
Gambaran Umum
Kabupaten dengan wilayah terluas di antara delapan daerah di Provinsi Banten
adalah Kabupaten Lebak di mana dalam dokumen “Swara Persada Lebak” yang diterbitkan
bagian Humas dan Komunikasi Setda Lebak bahwa luas daerah kabupaten ini kurang lebih
3.426,56 km persegi ( kurang lebih 35, 46 % dari seluruh luas Provinsi Banten), dengan posisi
astronomisnya terletak pada rentang koordinat 105 derajat 25 menit sampai dengan 106 derajat 2730 menit Bujur Timur dan 6 derajat 18 menit sampai dengan 7 derajat 00 menit Lintang Selatan.
Secara geografis batas wilayah administratif Kabupaten Lebak adalah:
?Sebelah Utara kabupaten Lebak adalah Kabupaten Serang dan Kabupaten Tanggerang
?Sebelah Timur dengan Kabupaten Bogor dan Kabupaten Sukabumi
48
Rencana Induk Pelestarian Kebudayaan Daerah [RIPDA] Provinsi Banten 2013-2027
Profil Umum Wilayah
26 Dikutip dari
http://www.depdagri.go.id/pages/profil-daerah/kabupaten/id/36/name/banten/detail/3603/lebak diakses pada tanggal 9 November 2012.
27 Op. cit., BPS, h. 9.
?Sebelah Barat dengan Kabupaten Pandeglang
?Sebelah Selatan dengan Samudra Indonesia
Apabila ditinjau dari kondisi topografisnya, Kabupaten Lebak secara umum berada
pada ketinggian 0-200 mdpl terutama Lebak bagian selatan dan utara, sedangkan untuk Lebak
bagian tengah berada pada ketinggian 201-500 mdpl serta wilayah Lebak bagian timur berada
pada ketinggian 501-1000 mdpl dengan puncak tertinggi di Kawasan Gunung Sanggabuana dan
Kawasan Gunung Halimun. Kondisi klimatologis Kabupaten Lebak ditunjukkan dengan curah
hujan rata-rata pertahun yang cukup tinggi yaitu berkisar pada 2000-4000 mililiter pertahun.
Orbit Kota Rangkasbitung sebagai ibukota kabupaten Lebak dengan Kota Serang sebagai
sebagai pusat pemerintahan Provinsi Banten berjarak 35-40 km dengan waktu tempuh sekitar 40
menit. Sedangkan orbitasi dengan ibukota Negara di Jakarta hanya berkisar 90 km dengan waktu 28tempuh sekitar 2 (dua) jam.
Berdasarkan data demografi yang dikeluarkan oleh BPS, penduduk Kabupaten
Lebak berjumlah 1.204.095 jiwa pada tahun 2010, dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 291,58 % dengan tingkat kepadatan penduduk rata-rata 388 jiwa/km persegi. Wilayah Kabupaten
Lebak saat ini terbagi ke dalam 28 (dua puluh delapan) kecamatan, yang terbagi ke dalam 340
desa dan 5 kelurahan. Adapun nama-nama kecamatan di Kabupaten Lebak adalah sebagai
berikut: 1) Kecamatan Rangkasbitung, 2) Kecamatan Kalanganyar, 3) Kecamatan Curugbitung,
4) Kecamatan Maja, 5) Kecamatan Cibadak, 6) Kecamatan Warunggunung, 7) Kecamatan
Cikulur, 8) Kecamatan Cimarga, 9) Kecamatan Sajira, 10) Kecamatan Lebakgedong, 11)
Kecamatan Cipanas, 12) Kecamatan Sobang, 13) Kecamatan Muncang, 14) Kecamatan
Lewidamar, 15) Kecamatan Cirinten, 16) Kecamatan Bojongmanik, 17) Kecamatan
Gunungkencana, 18) Kecamatan Cileles, 19) Kecamatan Banjarsari, 20) Kecamatan
Cigemblong, 21) Kecamatan Cijaku, 22) Kecamatan Cibeber, 23) Kecamatan Cilograng, 24)
Kecamatan Bayah, 25) Kecamatan Cihara, 26) Kecamatan Panggarangan, 27) Kecamatan 30Wanasalam, 28) Kecamatan Malingping.
49
Rencana Induk Pelestarian Kebudayaan Daerah [RIPDA] Provinsi Banten 2013-2027
Profil Umum Wilayah
28 http://www.depdagri.go.id/pages/profil-daerah/kabupaten/id/36/name/banten/detail/3603/lebak
diakses pada tanggal 9 November 2012.29
Op. cit., BPS, h. 75.30
BAPPEDA, Kabupaten Lebak, Rangkasbitung: BAPPEDA, 2008.
c. Kabupaten Pandeglang
Sejarah singkat
Sebagaimana disebutkan di atas, dalam Staatsblad Nederlands Indie No. 81 tahun
1828, Keresidenan Banten dibagi menjadi tiga kabupaten: Kabupaten Utara yaitu Serang,
Kabupaten Selatan yaitu Lebak dan Kabupaten Barat yaitu Caringin.
Kabupaten Serang dibagi lagi menjadi 11 (sebelas) kewedanaan. Kesebelas
kewedanaan tersebut yaitu: Kewedanaan Serang (Kecamatan Kalodian dan Cibening),
Kewedanaan Banten (Kecamatan Banten, Serang dan Nejawang), Kewedanaan Ciruas
(Kecamatan Cilegon dan Bojonegara), Kewedanaan Cilegon (Kecamatan Terate, Cilegon dan
Bojonegara), Kewedanaan Tanara (Kecamatan Tanara dan Pontang), Kewedanaan Baros
(Kecamatan Regas, Ander dan Cicandi), Kewedanaan Kolelet (Kecamatan Pandeglang dan
Cadasari) Kewedanaan Ciomas (Kecamatan Ciomas Barat dan Ciomas Utara) dan Kewedanaan
Anyer (tidak dibagi kecamatan).
Pada tahun 1689 Banten terpaksa harus menyerahkan Lampung kepada VOC
(Batavia). Saat itu Banten dipimpin oleh Sultan Muhamad menyusun strategi untuk melawan
kekuasaan VOC. Sultan Muhamad menjadikan Pandeglang sebagai wilayah untuk menyusun
kekuatan. Kekuatan kesultanan dipencar ke pelosok Pandeglang seperti di kaki Gunung Karang.
Berdasarkan Staatsblad 1874 No. 73 Ordonansi tanggal 1 Maret 1874 mulai berlaku
1 April 1874 menyebutkan pembagian daerah, di antaranya Kabupaten Pandeglang yang dibagi
ke dalam sembilan distrik atau kewedanaan. Pembagian ini menjadi Kewedanaan Pandeglang,
Baros, Ciomas, Kolelet, Cimanuk, Caringin, Panimbang, Menes dan Cibaliung.
Menurut data tersebut di atas, sejak tanggal 1 April 1874 telah ada pemerintahan
yang menjalankan tugasnya di Pandeglang. Dalam ordonansi 1877 No. 224 tentang batas-batas
keresidenan Banten, terdapat juga rincian batas-batas Kabupten Pandeglang. Hal ini diperrinci
tahun 1925 melalui keluarnya keputusan Gubernur Jenderal Hindia Belanda tanggal 14 Agustus
1925 nomor XI. Maka sejak saat itulah Kabupaten Pandeglang telah berdiri sendiri tidak di
bawah penguaasaan Keresidenan Banten.
Dari fakta-fakta tersebut di atas dapat diambil beberapa kesimpulan di antaranya,
yaitu pada tahun 1828 Pandeglang sudah merupakan pusat pemerintahan distrik, pada tahun
1874 Pandeglang merupakan kabupaten, pada tahun 1882 Pandeglang merupakan kabupaten
dan distrik kewedanaan, dan pada tahun 1925 kabupaten Pandeglang telah berdiri sendiri. Atas
dasar kesimpulan-kesimpulan tersebut di atas, maka disepakati bersama bahwa tanggal 1 April 311874 ditetapkan sebagai hari jadi Kabupaten Pandeglang.
50
Rencana Induk Pelestarian Kebudayaan Daerah [RIPDA] Provinsi Banten 2013-2027
Profil Umum Wilayah
31 Lihat http://pandeglangkab.go.id/profil.php?prof=MQ== diakses pada tanggal 9 November 2012.
Gambaran Umum
Kabupaten di Banten yang juga memiliki wilayah yang cukup luas dengan areal
pegunungan yang cukup tinggi adalah Kabupaten Pandeglang. Wilayah Kabupaten Pandeglang o oberada pada bagian barat daya Provinsi Banten dan secara Geografis terletak antara 6 21' – 7 10'
o oLintang Selatan (LS) dan 104 8' – 106 11' Bujur Timur ( BT ), dengan batas administrasinya
adalah :
?Sebelah Utara : Kabupaten Serang
?Sebelah Timur : Kabupaten Lebak
?Sebelah Selatan : Samudera Indonesia
?Sebelah Barat : Selat Sunda
2Luas wilayah Kabupaten Pandeglang adalah 274.689,91 Ha atau 2.747 Km (28,43%
dari luas wilayah provinsi Banten) dan secara administratif kabupaten ini terbagi atas 35 32kecamatan, 322 desa dan 13 kelurahan.
Dataran di Kabupaten Pandeglang sebagian besar merupakan dataran rendah yakni
di daerah bagian tengah dan selatan, dengan variasi ketinggian antara 0 – 1.778 mdpl dengan luas
sekitar 85,07% dari luas wilayah Kabupaten. Secara umum perbedaan ketinggian di Kabupaten
Pandeglang cukup tajam, dengan titik tertinggi 1.778 mdpl yang terdapat di Puncak Gunung
Karang pada daerah bagian utara dan titik terendah terletak didaerah pantai dengan ketinggian 0 33mdpl.
Daerah pegunungan pada umumnya mempunyai ketinggian ± 400 mdpl, dataran
rendah bukan pantai pada umumnya memiliki ketinggian rata-rata 30 mdpl dan daerah dataran
rendah pantai pada umumnya mempunyai ketinggian rata-rata 3 mdpl. Kemiringan tanah di
Kabupaten Pandeglang bervariasi antara 0 – 45 %; dengan alokasi 0- 15 % areal pedataran sekitar
Pantai Selatan dan pantai Selat Sunda; alokasi 15 – 25 % areal berbukit lokasi tersebar; dan
alokasi 25 – 45 % areal bergunung pada bagian tengah dan utara.
Di Pandeglang terdapat 6 gunung yaitu : Gunung Karang (1.778 mdpl), Gunung
Pulosari (1.346 mdpl), Gunug Aseupan (1.174 mdpl), Gunug Payung (480 mdpl), Gunung Honje
(620 mdpl) dan Gunung Tilu (562 mdpl).
Curah hujan di atas 3.000 mm/tahun terjadi di sekitar Stasion Penakar Hujan yang
berada di sekitar Kecamatan Menes, Labuan, Cibaliung, Mandalawangi dan Kecamatan Jiput.
Puncak hari hujan berada pada bulan November-Februari. Sedangkan bulan kering berada pada
bulan Mei-September.
51
Rencana Induk Pelestarian Kebudayaan Daerah [RIPDA] Provinsi Banten 2013-2027
Profil Umum Wilayah
32 Op. cit., BPS, h. 35.33
http://pandeglangkab.go.id/profil.php?prof=MQ== diakses pada tanggal 9 November 2012.
Berdasarkan rata-rata curah hujan per tahun, menurut klasifikasi Koppen-Kabupaten
Pandeglang termasuk ke dalam iklim Af (Iklim Hujan Tropis) sedangkan apabila dilihat 34berdasarkan Zone Agroklimat Oldeman termasuk dalam Zone A1.
Kabupaten Pandeglang ditinjau dari segi geologi memiliki beberapa jenis batuan
yang meliputi Alluvium, Undieferentiated (bahan erupsi gunung berapi), Diocena, Piocena
Sedimen, Miocena Lemistone dan Mineral Deposit. Sedangkan beberapa jenis tanah yang ada di
Kabupaten Pandeglang yaitu Aluvial, Grumosol, Mediteran, dan Latosol.
Keadaan geomorfologi, topografi dan bentuk wilayah secara bersama-sama akan
membentuk pola-pola aliran sungi yang ada. Pola aliran sungai di wilayah Kabupaten
Pandeglang pada umumnya berbentuk dendritik. Arah aliran sungai-sungai di wilayah ini
dibedakan menjadi dua, sehingga membentuk dua daerah aliran sungai yaitu daerah aliran dari
arah timur yang bermuara di Selat Sunda dan daerah aliran dari arah utara yang bermuara di 35Samudera Indonesia.
Wilayah Kabupaten Pandeglang mengalir 14 sungai yang berukuran sedang sampai
besar. Sungai -sungai tersebut adalah Sungai Cidano, Sungai Cibungur, Sungai Cisanggona,
Sungai Ciliman, Sungai Cihonje, Sungai Cipunagara, Sungi Cisumur, Sungai Ciseureuhan,
Sungai Cijaralang, Sungai Cikadongdong, Sungai Ciseukeut, Sungai Cimara, Sungai Cibaliung,
dan Sungai Cicanta. Dari ke-14 sungai tersebut terbagi dalam 6 (enam) Daerah Aliran Sungai
(DAS) antara lain :
?Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciujung
?Daerah Aliran Sungai (DAS) Cidano
?Daerah Aliran Sungai (DAS) Cibungur
?Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliman
?Daerah Aliran Sungai (DAS) Cimandiri36?Daerah Aliran Sungai (DAS) Cikeruh
Kependudukan
Pada tahun 2010 jumlah penduduk Kabupaten Pandeglang berdasarkan Sensus
Penduduk pada bulan Mei 2010 adalah 1.149.610 orang dengan komposisi penduduk laki-laki
sebanyak 589.056 orang dan perempuan sebanyak 560.554 orang. Berdasarkan data di atas, rasio 37jenis kelamin pada tahun 2010 sebesar 105,08.
52
Rencana Induk Pelestarian Kebudayaan Daerah [RIPDA] Provinsi Banten 2013-2027
Profil Umum Wilayah
34 http://www.depdagri.go.id/pages/profil-daerah/kabupaten/id/36/name/banten/detail/3603/pandeglang.
diakses pada tanggal 9 November 2012.35
Ibid36
http://pandeglangkab.go.id/profil.php?prof=MQ== diakses pada tanggal 9 November 2012.37
Op. cit., BPS, h. 70.
Sebaran penduduk per kecamatan relatif tidak merata. Kecamatan dengan penduduk
terjarang yaitu Kecamatan Sumur dengan rata-rata sebanyak 88 jiwa/Km2, sementara wilayah
yang terpadat adalah Kecamatan Labuan, yaitu sebanyak 3.439 jiwa/Km2. Sedangkan rata-rata
kepadatan penduduk Kabupaten Pandeglang adalah 419 jiwa/Km2.
Laju pertumbuhan penduduk (LPP) Kabupaten Pandeglang berdasarkan data hasil
Sensus Penduduk periode 1961 – 1971 sebesar 2,71 persen, periode 1971 – 1980 sebesar 2,15
persen, periode 1980 – 1990 sebesar 2,14 persen, periode 1990 – 2000 sebesar 1,64 persen dan
2000 – 2010 sebesar 1,30 persen. Menurunnya angka laju pertumbuhan penduduk merupakan
salah satu wujud keberhasilan pembangunan bidang kependudukan yang salah satunya antara 38lain adalah program Keluarga Berencana (KB).
Berdasarkan data BPS Kabupaten Pandeglang, jumlah penduduk 15 tahun ke atas
yang bekerja berjumlah 384.657 jiwa. Lapangan pekerjaan utama penduduk berupa pertanian,
perkebunan, kehutanan, perburuan dan perikanan; industri; perdagangan, rumah makan dan jasa
akomodasi; dan jasa kemasyarakatan, sosial dan perorangan.
Secara umum, pekerja di Kabupaten Pandeglang bekerja di sektor informal
(83,67%) dan sisanya bekerja di bidang formal (16,33%) dari jumlah pekerja di atas 15 tahun
berjumlah 434.746 jiwa (Indikator Kesejahteraan Rakyat, 2009). Dari jumlah pekerja 434.746
jiwa, pekerja dengan status pekerjaan berusaha sendiri memiliki proporsi yang terbesar yaitu
23,67%, sedangkan pekerja dengan status pekerjaan berusaha dibantu buruh tidak tetap/ tidak 39dibayar memiliki proporsi terkecil (2,32%).
d. Kabupaten Tangerang
Sejarah Singkat
Kabupaten Tangerang merupakan wilayah penyangga ibukota yang pertumbuhan
ekonomi dan penduduknya terus meningkat dari tahun ke tahun. Kabupaten ini memiliki kultur
budaya campuran antara Betawi, Banten, Priangan dan Cina.
Kabupaten Tangerang sejak ratusan tahun lalu sudah menjadi daerah perlintasan
perniagaan, perhubungan sosial dan interaksi antardaerah lain. Hal ini, disebabkan letak daerah
ini yang berada di dua poros pusat perniagaan Jakarta - Banten. Berdasarkan catatan sejarah,
daerah ini sarat dengan konflik kepentingan perniagaan dan kekuasaan wilayah antara
Kesultanan Banten dengan Penjajah Belanda. Secara tutur-tinular, masa pemerintahan pertama
53
Rencana Induk Pelestarian Kebudayaan Daerah [RIPDA] Provinsi Banten 2013-2027
Profil Umum Wilayah
38 http://pandeglangkab.go.id/profil.php?prof=MQ== diakses pada tanggal 9 November 2012. Bandingkan
dengan Badan Pusat Statistik Provinsi Banten, Banten dalam Angka 2011, Serang: BPS Provinsi Banten, h. 70.39
Ibid
secara sistematis yang bisa diungkapkan di daerah dataran ini, adalah saat Kesultanan Banten
yang terus terdesak agresi penjajah Belanda lalu mengutus tiga maulananya yang berpangkat
Aria untuk membuat perkampungan pertahanan di Tangerang.
Ketiga maulana itu adalah Maulana Yudanegara, Wangsakerta dan Santika. Konon,
basis pertahanan merka berada di garis pertahanan ideal yang kini disebut kawasan Tigaraksa
dan membentuk suatu pemerintahan. Sebab itu, di legenda rakyat cikal-bakal Kabupaten
Tangerang adalah Tigaraksasa [sebutan Tigaraksasa, diambil dari sebutan kehormatan kepada
tiga maulana sebagai tiga pimpinan.
Pemerintahan ketiga maulana ini, pada akhirnya dapat ditumbangkan dan seluruh
wilayah pemerintahannya dikuasai Belanda, berdasar catatan sejarah terjadi tahun 1684.
Berdasar catatan pada masa ini pun, lahir sebutan Kota Tangerang. Sebutan Tangerang lahir
ketika Pangeran Soegri, salah seorang putra Sultan Ageng Tirtayasa dari Kesultanan Banten
membangun tugu prasasti di bagian Barat Sungai Cisadane.
Tugu itu disebut masyarakat waktu itu dengan Tangerang [bahasa Sunda=tanda]
memuat prasasti dalam bahasa Arab Gundul Jawa Kuno,
Bismillah peget Ingkang Gusti
Diningsun juput parenah kala Sabtu
Ping Gasal Sapar Tahun Wau
Rengsena Perang nelek Nangeran
Bungas wetan Cipamugas kilen Cidurian
Sakebeh Angraksa Sitingsung Parahyang-Titi
Terjemahan dalam bahasa Indonesia :
Dengan nama Allah tetap Maha Kuasa
Dari kami mengambil kesempatan pada hari Sabtu
Tanggal 5 Sapar Tahun Wau
Sesudah perang kita memancangkan Tugu
Untuk mempertahankan batas Timur Cipamugas
(Cisadane) dan Barat yaitu Cidurian
Semua menjaga tanah kaum Parahyang
Desakan pasukan VOC yang semakin menjadi-jadi di Banten telah memaksa
dibuatnya perjanjian antar kedua belah pihak pada 17 April 1684 yang menjadikan daerah
Tangerang seluruhnya masuk kekuasaan Penjajah Belanda. Sebagai wujud kekuasaannya,
54
Rencana Induk Pelestarian Kebudayaan Daerah [RIPDA] Provinsi Banten 2013-2027
Profil Umum Wilayah
Belanda pun membentuk pemerintahan kabupaten yang lepas dari Banten dengan dibawah
pimpinan seorang bupati.
Para bupati yang sempat memimpin Kabupaten Tangerang periode tahun 1682 -
1809 adalah Kyai Aria Soetadilaga. Setelah keturunan Aria Soetadilaga dinilai tak mampu lagi
memerintah Kabupaten Tangerang dengan baik, akhirnya penjajah Belanda menghapus
pemerintahan di daerah ini dan memindahkan pusat pemerintahan ke Jakarta.
Lalu, dibuat kebijakan sebagian tanah di daerah itu dijual kepada orang-orang kaya di Jakarta,
sebagian besarnya adalah orang-orang Cina kaya sehingga lahir masa tuan tanah di Tangerang.
Pada 8 Maret 1942, Pemerintahan Penjajah Belanda berakhir digantikan
Pemerintahan Penjajah Jepang. Namun terjadi serangan sekutu yang mendesak Jepang di
berbagai tempat, sebab itu Pemerintahan Militer Jepang mulai memikirkan pengerahan pemuda-
pemuda Indonesia guna membantu usaha pertahanan mereka sejak kekalahan armadanya di
dekat Mid-way dan Kepulauan Solomon.
Kemudian pada tanggal 29 April 1943 dibentuklah beberapa organisasi militer,
diantaranya yang terpenting ialah Keibodan [barisan bantu polisi] dan Seinendan [barisan
pemuda]. Disusul pemindahan kedudukan Pemerintahan Jakarta Ken ke Tangerang dipimpin
oleh Kentyo M Atik Soeardi dengan pangkat Tihoo Nito Gyoosieken atas perintah Gubernur
Djawa Madoera. Adapun Tangerang pada waktu itu masih berstatus Gun atau kewedanan
berstatus ken (kabupaten).
Berdasar Kan Po No. 34/2604 yang menyangkut pemindahan Jakarta Ken Yaskusyo
ke Tangerang, maka Panitia Hari Jadi Kabupaten Tangerang menetapkan terbentuknya
pemerintahan di Kabupaten Tangerang. Sebab itu, kelahiran pemerintahan daerah ini adalah
pada tanggal 27 Desember 1943. Selanjutnya penetapan ini dikukuhkan dengan Peraturan
Daerah Tingkat II Kabupaten Tangerang Nomor 18 Tahun 1984 tertanggal 25 Oktober 1984.
Dalam masa-masa proklamasi, telah terjadi beberpa peristiwa besar yang melibatkan tentara dan
rakyat Kabupaten Tangerang dengan pasukan Jepang dan Belanda, yaitu Pertempuran
Lengkong dan Pertempuran Serpong.
Pertumbuhan perekonomian Kabupaten Tangerang sebagai daerah lintasan dan
berdekatan dengan Ibukota Negara Jakarta melesat pesat. Apalagi setelah diterbitkannya Inpres
No.13 Tahun 1976 tentang pengembangan Jabotabek, di mana kabupaten Tangerang menjadi
daerah penyanggah DKI Jakarta.
Tanggal 28 Pebruari 1993 terbit UU No. 2 Tahun 1993 tentang Pembentukan Kota
Tangerang. Berdasarkan UU ini wilayah Kota Administratif Tangerang dibentuk menjadi
daerah otonomi Kota Tangerang, yang lepas dari Kabupaten Tangerang. Berkaitan itu terbit pula
55
Rencana Induk Pelestarian Kebudayaan Daerah [RIPDA] Provinsi Banten 2013-2027
Profil Umum Wilayah
Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 1995 tentang pemindahan Ibukota Kabupaten Dati II 40Tangerang dari Wilayah Kotamadya Dati II Tangerang ke Kecamatan Tigaraksa.
Gambaran Umum
Kabupaten Tangerang yang memiliki luas wilayah 1011, 86 kilometer (10,47% dari
luas provinsi Banten) dan memiliki jumlah penduduk sebanyak 2.834.376 jiwa dengan 41komposisi jumlah penduduk laki-laki sebesar 1.454.956 jiwa sedangkan perempuan 1.379.420.
42Angka pertumbuhan penduduk kabupaten ini cukup tinggi yaitu sekitar 3,40%.
Kabupaten Tangerang di sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa, wilayah
Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bogor, wilayah Barat berbatasan dengan Kabupaten
Lebak dan Kabupaten Serang dan di wilayah Timur berbatasan dengan Kota Tangerang.
Kabupaten Tangerang memiliki 29 Kecamatan, 28 Kelurahan dan 246 Desa. Sebagai daerah
sentra industri, keterlibatan penduduk dalam sektor ekonomi di Kabupaten Tangerang sebagian
besar bekerja pada sektor industri. Dalam kenyataannya sektor industri lebih banyak menyerap
lapangan pekerjaan dibanding sektor-sektor lainnya.
Pada tahun 2006, Persentase angkatan kerja juga masih didominasi kalangan laki-
laki sebesar 66,4% sedangkan perempuan hanya 33,6%. Dari angka ini laki-laki yang bekerja
mencapai 80,1% dan perempuan hanya 23,9%. Namun untuk persentase yang menganggur atau
mencari pekerjaan dari kalangan laki-laki juga lebih besar dibanding perempuan, yaitu 51%
berbanding 49%. Sebaliknya persentase bukan angkatan kerja didominasi perempuan, dimana
mayoritas sebagai pengurus rumah tangga yaitu sebesar 47,6% dibanding 0,6% namun yang
sekolah sedikit lebih besar laki-laki yaitu 23,6% dan perempuan sebesar 19,6%. Selain itu,
penduduk Kabupaten Tangerang juga bermatapencaharian sebagai petani, khususnya di wilayah 43Utara.
Sosial Budaya
Salah satu hal yang menarik dari kondisi masyarakat kabupaten Tangerang adalah
masyarakatnya yang memiliki kultur budaya campuran Betawi dan Priangan. Masyarakat
Kabupaten Tangerang berbahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa Sunda sebagai
56
Rencana Induk Pelestarian Kebudayaan Daerah [RIPDA] Provinsi Banten 2013-2027
Profil Umum Wilayah
40 Lihat,
http://www.depdagri.go.id/pages/profil-daerah/kabupaten/id/36/name/banten/detail/3603/tangerang diakses pada tanggal 9 November 2012.
41 Badan Pusat Statistik Provinsi Banten, Banten dalam Angka 2011, Serang:
BPS Provinsi Banten, h.70.42
Ibid43
http://www.depdagri.go.id/pages/profil-daerah/kabupaten/id/36/name/banten/detail/3603/tangerang diakses pada tanggal 9 November 2012.
bahasa daerah. Ada juga bahasa Jawa yang merupakan bahasa pendatang dari luar Kabupaten
Tangerang yang umumnya para pekerja di kawasan industri Kabupaten Tangerang.
Sampai dengan tahun 2002, dari 651.254 KK yang ada di Kabupaten Tangerang,
mereka yang dikategorikan sebagai penduduk pra sejahtera sebanyak 105.245 KK, sejahtera I
sebanyak 156.953 KK, sejahtera II sebanyak 206.040 KK, sejahtera III sebanyak 130.356 KK
dan sejahtera III Plus sebanyak 52.660 KK.
Masyarakat Kabupaten Tangerang termasuk masyarakat yang dinamis dan gemar
akan kesenian. Karakter kesenian yang ada di Kabupaten Tangerang adalah perpaduan antara
seni budaya Betawi dan Priangan. Beberapa kesenian yang berkembang sampai saat ini adalah
Seni Musik Gambang Keromong dan Tari Cokek yang merupakan tarian pergaulan yang banyak 44berkembang di kawasan Teluknaga dan Kosambi.
e. Kota Tangerang
Sejarah Singkat
Kota Tangerang yang terbentuk pada tanggal 28 Februari 1993 berdasarkan Undang-
undang No.2 Tahun 1993 tentang Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Tangerang,
merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Tangerang. Secara geografis Kota Tangerang
terletak pada 106'36 – 106'42 Bujur Timur (BT) dan 6'6 – 6 Lintang Selatan (LS).
Kota Tangerang memiliki letak strategis karena berada di antara Provinsi DKI
Jakarta, Kota Tangerang Selatan dan Kabupaten Tangerang. Posisi strategis tersebut menjadikan
perkembangan Kota Tangerang berjalan pesat. Pada satu sisi,Kota Tangerang menjadi daerah
limpahan dari berbagai kegiatan dari DKI Jakarta, di sisi lain menjadi daerah kolektor
pengembangan wilayah Kabupaten Tangerang yang merupakan daerah dengan sumber daya
alam yang produktif.
Pesatnya perkembangan Kota Tangerang didukung pula dari tersedianya sistem
jaringan transportasi terpadu dengan wilayah Jabodetabek, serta aksesibilitas dan konektivitas
berskala nasional dan internasional yang baik, yang tercermin dari keberadaan Bandara
Internasional Soekarno-Hatta, Pelabuhan Internasional Tanjung Priok, serta Pelabuhan
Bojonegara sebagai gerbang maupun outlet nasional. Kedudukan geostrategis Kota Tangerang
tersebut telah mendorong bertumbuhkembangnya aktivitas industri, perdagangan dan jasa yang 45merupakan basis perekonomian Kota Tangerang.
57
Rencana Induk Pelestarian Kebudayaan Daerah [RIPDA] Provinsi Banten 2013-2027
Profil Umum Wilayah
44 http:// tangerangkab.go.id/ diakses pada tanggal 8 November 2012.45 http://www.depdagri.go.id/pages/profil-daerah/kota/id/36/name/banten/detail/3603/tangerang diakses
pada tanggal 7 November 2012.
www.
Gambaran Umumo o oLetak astronomis Kota Tangerang antara 6 6' - 6 13' Lintang Selatan dan 106 36' -
o106 42' Bujur Timur. Secara administratif berbatasan dengan Kabupaten Tangerang di sebelah
Utara dan Barat, Provinsi DKI Jakarta di sebelah Timur, dan Kota Tangerang Selatan di sebelah 2Selatan. Luas wilayah Kota Tangerang tercatat sebesar 153,93 km atau sekitar 1,59% dari luas
46Provinsi Banten dan merupakan wilayah yang terkecil kedua setelah Kota Tangerang Selatan.
Jarak antara Kota Tangerang dengan Kota Serang sebagai ibukota Provinsi Banten tercatat
sekitar 65 km.
Kondisi topografi di Kota Tangerang merupakan dataran rendah dengan ketinggian
antara 10-18 meter di atas permukaan laut. Selama tahun 2010, hampir seluruh wilayah
kecamatan di Kota Tangerang mengalami banjir kecuali Kecamatan Tangerang, Neglasari, dan
Batuceper. Luas genangan banjir tercatat sebesar 35,30 Ha dengan ketinggian antara 30-50 cm.
Iklim wilayah Kota Tangerang, seperti pada umumnya wilayah lain di Indonesia
bagian Barat, dipengaruhi oleh Angin Muson dan gelombang La Nina. Cuaca didominasi oleh
Angin Barat dari Samudra Hindia dan Angin Asia di musim penghujan serta Angin Timur pada 0musim kemarau. Selama tahun 2010, suhu udara di Kota Tangerang berkisar antara 23,6 C -
034,2 C, dengan kelembaban udara bervariasi antara 76-84 persen. Hujan turun setiap bulannya,
dengan jumlah hari dan curah hujan dalam setahun masing-masing sebanyak 176 hari dan
1.858,2 mm. Berarti, rata-rata hujan turun tiap dua hari sekali dengan tingkat intensitas kurang
dari 6 mm atau hujan yang turun di Kota Tangerang termasuk berkategori ringan.
Kepadatan penduduk Kota Tangerang cenderung mengalami peningkatan selama
periode tahun 2000 hingga 2007. Pada tahun 2010, total jumlah penduduk mencapai 1.798.601
jiwa, dengan komposisi 921.043 jiwa (50,18%) penduduk laki-laki dan 877.558 jiwa (49,82%) 47perempuan. Selama kurun waktu 2000-2010, rata-rata laju pertumbuhan penduduk mencapai
2,62% per tahun. Capaian rata-rata laju pertumbuhan penduduk tersebut lebih tinggi bila
dibandingkan dengan capaian Provinsi Banten 2,20%, DKI Jakarta 1,20%, maupun Nasional
1,30% pada periode yang sama. Pertambahan jumlah penduduk ini disebabkan beberapa hal
seperti natalitas (kelahiran) dan migrasi (perpindahan) dari luar wilayah Kota Tangerang ke
dalam wilayah Kota Tangerang.
Tantangan yang dihadapi Kota Tangerang terkait masalah kependudukan adalah
pengendalian pertumbuhan penduduk dan database. Salah satu upaya pengendalian
pertumbuhan penduduk, terutama diarahkan pada pengendalian jumlah mighrasi masuk melalui
58
Rencana Induk Pelestarian Kebudayaan Daerah [RIPDA] Provinsi Banten 2013-2027
Profil Umum Wilayah
46 Op. cit., BPS, h. 8.
47 Op. cit., BPS, h. 70.
penataan sisteam administrasi kependudukan dan penguatan pengawasan kependudukan.
Sementara untuk menekan angka pertumbuhan penduduk yang disebabkan oleh angka
kelahiran, dilakukan peningkatan penyelenggaraan program Keuarga Berencana (KB).
Permasalahan dan tantangan database kependudukan terletak pada belum akurat dan
sempurnanya data kependudukan. Hal tersebut dipengaruhi oleh belum adanya sistem
pengarsipan data kependudukan, sehingga seringkali terdapat perbedaan data kondisi penduduk.
Salah satu indikator yang menjadi titik krusial dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat
dalam suatu daerah adalah jumlah keluarga dan penduduk miskin.
Pada wilayah Kota Tangerang jumlah penduduk miskin cenderung meningkat pada
periode 2003-2005, dengan jumlah masyarakat miskin terbanyak pada tahun 2005 yang
mencapai 137.366 jiwa. Angka ini kemudian mengalami penurunan pada tahun 2006 menjadi
112.577 jiwa, namun pada tahun 2007 meningkat lagi menjadi 134.436 jiwa. Peningkatan
jumlah masyarakat miskin tersebut diperkirakan akibat meningkatnya laju inflasi yang 48berdampak pada kondisi kesejahteraan masyarakat Kota Tangerang.
f. Kota Cilegon
Sejarah Singkat
Cilegon merupakan wilayah bekas Kewadenaan (Wilayah kerja pembantu Bupati
KDH Serang Wilayah Cilegon), yang meliputi 3 (tiga) Kecamatan yaitu Cilegon, Bojonegara
dan Pulomerak. Berdasarkan Pasal 27 Ayat (4) UU No 5 tahun 1974 tentang Pokok Pokok
Pemerintahan di Daerah, Cilegon kiranya sudah memenuhi persyaratan untuk dibentuk menjadi
Kota Administratif. Melalui surat Bupati KDH Serang No. 86/Sek/Bapp/VII/84 tentang usulan
pembentukan administratif Cilegon dan atas pertimbangan yang obyektif maka dikeluarkan
Peraturan Pemerintah No. 40 tahun 1986, tentang pembentukan Kota Administratif Cilegon
dengan luas wilayah 17.550 Ha yang meliputi 3 (tiga) wilayah Kecamatan meliputi Pulomerak,
Ciwandan, Cilegon dan 1 Perwakilan kecamatan Cilegon di Cibeber ,sedangkan kecamatan 49Bojonegara masuk Wilayah kerja pembantu Bupati KDH Serang Wilayah Kramatwatu.
Berdasarkan PP No. 3 Tahun 1992 tertanggal 7 Februari 1992 tentang Penetapan
Perwakilan Kecamatan Cibeber, Kota Administratif Cilegon bertambah menjadi 4 (empat)
Kecamatan yaitu Pulomerak, Ciwandan, Cilegon dan Cibeber.
59
Rencana Induk Pelestarian Kebudayaan Daerah [RIPDA] Provinsi Banten 2013-2027
Profil Umum Wilayah
48 http://www.depdagri.go.id/pages/profil-daerah/kota/id/36/name/banten/detail/3603/tangerang diakses
pada tanggal 9 November 2012.49
http://www.depdagri.go.id/pages/profil-daerah/kota/id/36/name/banten/detail/3603/cilegon diakses pada tanggal 6 November 2012.
Dalam perkembangannya Kota Administratif Cilegon telah memperlihatkan
kemajuan yang pesat di berbagai bidang baik bidang Fisik, Sosial maupun Ekonomi. Hal ini
tidak saja memberikan dampak berupa kebutuhan peningkatan pelayanan di bidang
pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan, tetapi juga memberikan gambaran mengenai
perlunya dukungan kemampuan dan potensi wilayah untuk menyelenggarakan otonomi daerah.
Dengan ditetapkannya dan disahkannya UU No. 15 tahun 1999 tanggal 27 April 1999 tentang
pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Depok dan Kotamadya Daerah Tingkat II Cilegon, 50status Kota Administratif Cilegon berubah menjadi Kotamadya Cilegon.
Gambaran Umum
Kota Cilegon berada di ujung Barat laut , di tepi Selat Sunda. Kota ini dulunya
merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Serang, kemudian ditingkatkan statusnya menjadi
kota administratif, dan sejak tanggal 27 April 1999 ditetapkan sebagai kotamadya (sebutan
kotamadya diganti dengan kota sejak tahun 2001). Cilegon dikenal sebagai kota industri, dan
menjadi pusat industri di kawasan Banten bagian Barat. Kota Cilegon dilintasi jalan negara lintas
Jakarta-Merak, dan dilalui jalur kereta api Jakarta-Merak. Kota Cilegon terdiri atas 8 kecamatan 51yang dibagi lagi atas sejumlah kelurahan yang saat ini berjumlah 43 buah.
Berdasarkan letak geografisnya, Kota Cilegon berada dibagian paling ujung sebelah
Barat Pulau Jawa dan terletak pada posisi : 5°52'24" - 6°04'07" Lintang Selatan (LS), 105°54'05"
- 106°05'11" Bujur Timur (BT). Secara administratif wilayah berdasarkan UU No.15 Tahun
1999 tentang terbentuknya Kotamadya Daerah Tingkat II Depok dan Kotamadya Daerah
Tingkat II Cilegon pada tanggal 27 April 1999, Kota Cilegon mempunyai batas-batas wilayah
sebagai berikut:
?Sebelah Utara: berbatasan dengan Kecamatan Bojonegara (Kabupaten Serang)
?Sebelah Barat: berbatasan dengan Selat Sunda
?Sebelah Selatan: berbatasan dengan Kecamatan Anyer dan Kecamatan Mancak
(Kabupaten Serang)
?Sebelah Timur: berbatasan antara Pondok Cilegon Indah & Jalan Lingkar Selatan
(Kota Cilegon) dengan Kecamatan Kramatwatu tepat di wilayah Serdang (Kabupaten
Serang)
Kota ini merupakan bandar dagang, pusat industri baja dan kimia di pulau Jawa. Oleh
karenanya, di kota ini kita akan banyak menemukan pelabuhan-pelabuhan kecil yang digunakan
60
Rencana Induk Pelestarian Kebudayaan Daerah [RIPDA] Provinsi Banten 2013-2027
Profil Umum Wilayah
50 Ibid
51 Op. cit., BPS, h. 70.
oleh kelompok industri kimia dan industri baja untuk memenuhi kebutuhan bahan baku dan
bahan bakar.
Kota Cilegon mempunyai iklim tropis dengan suhu rata-rata 22 °C-33 °C, curah
hujan maksimum terjadi pada bulan Desember-Februari dan minimum pada bulan Juli-52September.
Berdasarkan administrasi pemerintahan, Kota Cilegon memiliki luas wilayah 53±17.550 Ha (1,82% dari luas provinsi Banten). terbagi atas 8 (delapan) kecamatan berdasarkan
Peraturan Daerah (Perda) No.15 Tahun 2002 Tentang Pembentukan 4 (empat) Kecamatan baru,
wilayah Kota Cilegon yang semula terdiri dari 4 (empat) kecamatan berubah menjadi 8 (delapan)
Kecamatan, yaitu :
?Kecamatan Cilegon
?Kecamatan Ciwandan
?Kecamatan Pulomerak
?Kecamatan Cibeber
?Kecamatan Grogol
?Kecamatan Purwakarta
?Kecamatan Citangkil
?Kecamatan Jombang
g. Kota Serang
Sejarah Singkat
Kota Serang adalah wilayah baru hasil pemekaran dari Kabupaten Serang. Kota ini
diresmikan pada tanggal 2 November 2007 berdasarkan UU Nomor 32 Tahun 2007 tentang
Pembentukan Kota Serang, setelah sebelumnya RUU Kota Serang disahkan pada 17 Juli 2007
kemudian dimasukkan dalam lembaran Negara Nomor 98 Tahun 2007 dan tambahan lembaran
Negara Nomor 4748, tertanggal 10 Agustus 2007. Sebagai ibukota provinsi, keberadaannya
adalah sebuah konsekuensi logis dari lahirnya Provinsi Banten. Terdiri dari 6 (enam) kecamatan
yaitu; Kecamatan Serang, Kecamatan Kasemen, Kecamatan Walantaka, Kecamatan Curug,
Kecamatan Cipocokjaya dan Kecamatan Taktakan, Kota Serang memiliki luas wilayah 266,77
km' dengan jumlah penduduk sekitar 577.785 jiwa dengan jumlah laki-laki sebesar 297.187 dan 54perempuan berjumlah 280.598.
61
Rencana Induk Pelestarian Kebudayaan Daerah [RIPDA] Provinsi Banten 2013-2027
Profil Umum Wilayah
52 Ibid., h. 27.
53 Op. cit., BPS, h. 9.
54 Ibid., h. 70.
Sejak masa kolonial, wilayah ini memang didesain untuk menjadi kota
pemerintahan. Oleh sebab itu, di kota ini kita dapat menemukan beberapa Benda Cagar Budaya
yang merupakan hasil peninggalan pemerintah kolonial seperti gubernuran yang terletak di
sebelah Utara alun-alun Serang, bangunan STOVIA yang sekarang digunakan sebagai kantor
POLRES Serang, Stasiun Kereta Api dan bangunan-bangunan bersejarah lain. Di kota ini juga
kita akan dapati puing-puing peninggalan kebesaran kesultanan Banten dan makam-makam
sultan Banten.
Gambaran Umum
Kota Serang terletak di sebelah utara provinsi Banten. Secara geografis wilayah Kota
Serang terletak diantara 5°50' - 6°21' Lintang Selatan dan 105°7' 106°22' Bujur Timur.Kota ini
terkenal sebagai pusa sejarah kesultanan Banten yang pernah berjaya pada abad ke-XVII. Batas-
batas geografis kota ini adalah sebagai berikut
Sebelah Utara yaitu Teluk Banten yang dahulu merupakan salah satu jalur lalu lintas
perairan yang sangat sibuk.
- Sebelah Timur yaitu Kec. Pontang, Kec. Ciruas dan Kec. Kragilan Kab. Serang
- Sebelah Selatan yaitu Kec. Cikeusal, Kec. Petir dan Kec. Baros Kab. Serang
- Sebelah Barat yaitu Kec. Pabuaran, Kec. Waringin Kurung dan Kec. Kramatwatu Kab.
Serang.
Luas Wilayah Kota Serang Secara Administratif tercatat 26.439 ha yang terdiri dari 6 55( Enam ) Kecamatan, 20 ( Dua Puluh ) Kelurahan dan 46 ( Empat Puluh Enam ) Desa. Sementara
dari segi klimatologis, geologis dan topografis, kota Serang memiliki kemiripan dengan
kabupaten Serang.
h. Kota Tangerang Selatan
Kota Tangerang Selatan merupakan wilayah administratif termuda di provinsi
Banten dengan luas wilayah 147 km persegi yang terdiri dari 5 desa dan 49 kelurahan. Wilayah
ini resmi diresmikan pada tanggal 29 Oktober 2008 dengan diberlakukannya UU No. 51 tahun 562008.
62
Rencana Induk Pelestarian Kebudayaan Daerah [RIPDA] Provinsi Banten 2013-2027
Profil Umum Wilayah
55 http://bpbdserang01.page4.me/47.html diakses pada tanggal 10 November 2012. Lihat juga, Badan Pusat
Statistik Provinsi Banten, Banten dalam Angka 2011, Serang: BPS Provinsi Banten, h.35.56
Badan Pusat Statistik Kota Tangerang Selatan, Kota Tangerang Selatan dalam Angka 2012, Tangerang Selatan, 2012.
Sejarah Singkat
Pada masa penjajahan Belanda, wilayah ini masuk ke dalam Karesidenan Batavia
dan mempertahankan karakteristik tiga etnis, yaitu Suku Sunda, Suku Betawi, dan Suku
Tionghoa. Wacana pembentukan kota otonom Tangerang Selatan ( dahulu Cipasera ) muncul
sejak 1999. Namun belum adanya kata sepakat antara DPRD dan Pemerintah Kabupaten
Tangerang tentang jumlah kecamatan yang akan tergabung dalam kota otonom ini, menghambat
proses pembentukannya. Sebagian besar warga masyarakat yang tinggal di Kecamatan Ciputat,
Pamulang, Serpong, Cisauk, dan Pondok Aren menginginkan lepas dari Kabupaten Tangerang.
Untuk mewujudkan keinginan itu, pada 19 November 2000, dibentuk Komite Persiapan
Pembentukan Daerah Otonom (KPPDO) Kota Cipasera. Para aktivis KPPDO, pada 2002,
kemudian melakukan kajian awal untuk mendata kelayakan wilayah Cipasera menjadi sebuah 57kota otonom setingkat kotamadya.
Wilayah Cipasera yang memiliki luas 239.850 km persegi, kini telah menjadi daerah
perkotaan yang ramai. Pada tahun 2000, jumlah penduduk yang tinggal di lima kecamatan itu
hampir mencapai 942.194 ( Pagedangan diikutkan ) atau setara dengan 34,5 persen penduduk
Kabupaten Tangerang. Sayangnya, wilayah yang telah berkembang menjadi kota itu tidak
dibarengi dengan penataan kota yang baik. Pertimbangan lainnya adalah aspek pelayanan
masyarakat. Saat ini, dengan letak pusat pemerintahan Kabupaten Tangerang di Tigaraksa —
sekitar 50 km dari Tangerang Selatan — sangat tidak efektif. Dengan luas daerah dan jumlah
penduduk yang tinggi, Tangerang Selatan membutuhkan konsentrasi pengelolaan yang lebih
tinggi dibanding kecamatan di luar Tangerang Selatan. Dan Pendapatan Asli Daerah ( PAD )
enam kecamatan itu sangat besar, yaitu 309 Miliar pertahunnya atau 60% dari PAD seluruh
daerah Kabupaten Tangerang. Berbagai kajian awal tentang peningkatan status wilayah
Tangerang Selatan menjadi daerah otonom telah dilakukan.
KPPDO Kota Cipasera ( Tangerang Selatan ) telah mengkajinya dari aspek hukum,
sosial-ekonomi, sosial-budaya, sosial-politik dan aspek pertahanan-keamanan. Potensi
pendapatan daerah, ekonomi, sumber daya alam, lapangan kerja, lapangan usaha, pusat
pendidikan dan teknologi juga telah dikaji. Namun pembentukan Kota Tangerang Selatan,
rupanya masih panjang untuk sampai final. Ini dikarenakan Pemerintah Kabupaten Tangerang
menyatakan bahwa kota tersebut hanya akan terdiri atas tujuh kecamatan. Padahal DPRD
Tangerang telah sepakat dan menyetujui kota otonom itu terdiri atas delapan kecamatan. Bupati
Tangerang Ismet Iskandar tidak memasukkan Cisauk dalam draf wilayah Tangerang Selatan.
Padahal penetapan delapan kecamatan yang terdiri dari Setu Ciputat, Cisauk, Ciputat Timur,
63
Rencana Induk Pelestarian Kebudayaan Daerah [RIPDA] Provinsi Banten 2013-2027
Profil Umum Wilayah
57 http://www.depdagri.go.id/pages/profildaerah/kabupaten/id/36/name/banten/detail
/3603/tangerangselatan diakses pada tanggal 9 November 2012.
Serpong, Serpong Utara, Pondok Aren dan Pamulang, telah ada dasar kajian ilmiahnya.
Akhirnya tanggal 29 Septemper 2008 keluar Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2008 tentang
Pembentukan Kota Tangerang Selatan melalui Sidang Paripurna DPR-RI, dengan cakupan
wilayah Kec. Setu, Serpong, Serpong Utara, Pondok Aren, Pamulang, Ciputat, dan Ciputat 58Timur bergabung dalam sebuah kota yang otonom bernama Kota Tangerang Selatan.
Gambaran Umum
Kota Tangerang Selatan merupakan salah satu kota dari 8 kabupaten/kota di Provinsi
Banten, Kota Tangerang Selatan merupakan pemekaran dari Kabupaten Tangerang, diresmikan
sebagai daerah otonom pada tanggal 28 Oktober 2008 dengan diberlakukannya Undang-undang
Nomor 51 tahun 2008. Kota Tangerang Selatan merupakan daerah strategis karena berbatasan
langsung dengan DKI Jakarta, berjarak ±20 kilometer ke ibukota negara dan ±20 menit dari
Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Batas-batas wilayah administrasi Kota Tangerang
Selatan menurut Undang-undang 51 Tahun 2008 adalah sebagai berikut :
• Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Pinang, Kecamatan Larangan,
Kecamatan Ciledug Kota Tangerang;
• Sebelah Timur berbatasan dengan Kota Jakarta Selatan Provinsi DKI Jakarta;
• Sebelah Selatan berbatasan dengan Kota Depok dan Kabupaten Bogor Provinsi Jawa
Barat dan;
• Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Cisauk, Kecamatan Pagedangan,
Kecamatan Kelapa Dua Kabupaten Tangerang.
Secara administratif Kota Tangerang Selatan terdiri dari 7 (tujuh) kecamatan yakni :
Pamulang, Ciputat, Ciputat Timur, Pondok Aren, Setu, Serpong dan Serpong Utara. Kota 59Tangerang Selatan memiliki luas wilayah 147,19 Km2 (1,52% dari luas provinsi Banten).
Secara umum Kota Tangerang Selatan merupakan dataran rendah dengan letak ketinggian dari
permukaan laut ±44 m.
Kota Tangerang Selatan merupakan daerah beriklim tropis, temperatur rata-rata O Oberkisar antara 23,5 – 32,6 C dan temperature minimum terendah yaitu 22,8 C. Rata-rata
kelembaban udara dan intensitas matahari sekitar 78,3% dan 59,3 %. Keadaan curah hujan
tertinggi terjadi pada bulan Februari yaitu 486 mm, sedangkan rata-rata curah hujan dalam
setahun adalah 177,3 mm. Rata-rata kecepatan angin dalam setahun adalah 3,8 m/detik dan
kecepatan maksimum 12,6 m/detik.
64
Rencana Induk Pelestarian Kebudayaan Daerah [RIPDA] Provinsi Banten 2013-2027
Profil Umum Wilayah
58 Ibid
59 Op. cit., BPS, h. 9.
Penggunaan lahan Kota Tangerang Selatan sebagian besar adalah untuk perumahan
dan permukiman yaitu seluas 9.941,41 Ha atau 67,54% dari 14.719 Ha. Sawah ladang dan kebun
menempati posisi kedua terluas dengan 2.794,41 Ha atau 18,99%. Penggunaan lahan paling
kecil adalah untuk pasir dan galian yaitu seluas 15,27 Ha atau 0,1%. Jenis komoditas pertanian
yang diproduksi antara lain adalah padi sawah, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, kacang
panjang, cabe rawit, bayam, terung, kangkung, petsai/sawi, dan cabe besar. Komoditas dengan
luas panen terbesar, yaitu 121 Ha dengan produksi 725 Ton GKP, sedangkan komoditas dengan 60luas panen terkecil adalah cabe rawit yaitu 4 Ha dengan produksi 17 ton.
65
Rencana Induk Pelestarian Kebudayaan Daerah [RIPDA] Provinsi Banten 2013-2027
Profil Umum Wilayah
60 Lihat, http://pemdatangerangSelatan.blogspot.com/ diakses pada tanggal 8 November 2012.