risalah gkm emr#001 - modifikasi shale shaker edit(ok)-2_2
DESCRIPTION
Penjelasan tentang Modifikasi Shale Shaker 1 unit menjadi Mud Cleaner 1 unit, lengkap dengan Desander, Desilter dan lainnya.TRANSCRIPT
-
GKM EMR#001
Continuous Improvement Program 1 PT Elnusa Tbk.
MODIFIKASI SHALE SHAKER MENJADI MUD CLEANER UNTUK MEMINIMALISIR MUD SPILL DI RIG EMR#001 PROJECT PENGEBORAN
VICO
Oleh :
EMR#001 TEAM
Rig EMR#001 / Drilling and Oil Field Service
PT. ELNUSA Tbk.
2013
-
GKM EMR#001
Continuous Improvement Program 2 PT Elnusa Tbk.
Jadwal Kegiatan GKM EMR#001
Nama Gugus : EMR#001 Fungsi : Drilling and Reservoir Services VICO
Project Unit : PT. Elnusa Tbk Didirikan : 2009 Produksi Makalah : Makalah pertama
Ketua : Sonny M. Iqbal - 070210647 Suharyono - 099810348 Sekretaris : Ferdyan Yudistia - 051012062 Anggota : Imam Nahroni - 099810430 : Aldino L. - 051012039 : Israil - 0024209 : Rahman - 0026209 Fasilitator : Eko T. N - 051222312 : Hanafie Y - 070921897
KEGIATAN GKM
Judul : MODIFIKASI SHALE SHAKER MENJADI MUD CLEANER UNTUK MEMINIMALISIR MUD SPILL DI RIG EMR#001 PROJECT PENGEBORAN VICO
Periode Kegiatan : 2009 Jumlah Pertemuan : 1 hari sekali Kehadiran rata rata : 100% Tempat : Ruang Tool Box Meeting &
Rig Supt Office
TUGAS POKOK ANGGOTA GKM : Menjalankan proses operasi Onshore Cyber Drilling Rig 3 joint 1600 hp dengan memaksimalkan kinerja peralatan yang digunakan guna menghasilkan performance operasi yang excellent yang mengutamakan aspek keselamatan, menghindari adanya accident baik manusia maupun peralatan, aspek kesehatan semua pekerja yang terkait, dan aspek lingkungan, menghindari adanya pencemaran yang dihasilkan dari proses pengeboran yang berlangsung.
ASPEK QCDSM : Quality : Meminimalisir spill, umur peralatan lebih panjang, kerja pompa Desilter maksimal. Quantity: Penambahan debit lumpur yang akan diproses kembali. Cost : Minimize cost dengan memanfaatkan material ex-used, tidak perlu membeli unit complete Mud Cleaner, hanya investasi 1 unit shale shaker. Delivery : Menghilangkan potensi delay time pada operasi dengan mengurangi waktu pengadaan unit mud cleaner baru . Safety : Meminimalisir potensi pencemaran lingkungan Morale : Keberhasilan dalam melakukan modifikasi Shale Shaker akan meningkatkan kreativitas dan motivasi para pekerja untuk menciptakan ide yang dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan.
Struktur Organisasi
GKM EMR#001
-
GKM EMR#001
Continuous Improvement Program 3 PT Elnusa Tbk.
Daftar Kehadiran GKM EMR#001
GKM EMR#001 JAN 12 FEB 12
MAR 12
APR 12
MEI 12
JUN 12
JUL 12
AUG 12
SEP 12 KETERANGAN
Sonny M Iqbal H L H L H L H -
H = HADIR/ON DUTY
L = LIBUR/OFF DUTY
- = SELESAI
Suharyono L H L H L H L -
Imam Nahroni H L H L H L H -
Ferdyan H L L L L L L -
Aldino L H L H L H L -
Israil H H H H H H H -
Rahman H H H H H H H -
LANGKAH 1. MENENTUKAN TEMA & SASARAN ( PLAN )
1. 1. Identifikasi Masalah
NO PERMASALAHAN COST WAKTU SAFETY LINGKUNGAN KETERANGAN
1 Peralatan Solid Control masih belum lengkap seperti Shale Shaker tambahan dan Mud Cleaner
GKM EMR#001 akan menyelesaikan permasalahan cost
untuk menekan biaya pengadaan dan
pencemaran lingkungan yang terdapat pada
masalah no 1
2 Drum Spooler Drilling Line tidak sesuai standar setelah dilakukan analisa
3 Tools dan Equipment Support Rig belum lengkap
1. 2. Stratifikasi Masalah Dengan Diagram Pareto
A. Peralatan Solid Control masih belum lengkap seperti Shale Shaker tambahan dan Mud Cleaner B. Drum Spooler Drilling Line tidak sesuai standar setelah dilakukan analisa C. Tools dan Equipment Support Rig belum lengkap
Data Delivery Date
Masalah Delivery
Date (month)
Jml Kum % % Kum
A 5 5 58.8% 58.8% B 3 8 35.3% 94.1% C 0.5 8.5 5.9% 100.0% 8.5 100%
Data Harga (rupiah)
Masalah
Harga (juta)
Cum (juta) % % Kum
A 1,064 1,064 69.5% 69.5% B 317 1,382 20.7% 90.2% C 150 1,532 9.8% 100.0%
1,532 100%
-
GKM EMR#001
Continuous Improvement Program 4 PT Elnusa Tbk.
Diagram Pareto Diagram Delivery Date Pengadaan Unit Diagram Harga Pengadaan Unit
1. 3. Dasar Pemikiran
Penekanan biaya pengadaan unit baru untuk Solid Control Mengurangi waktu pengadaan unit baru untuk Solid Control
1. 4. Latar Belakang Pemilihan modifikasi Shale Shaker menjadi Mud Cleaner
Dari tabel Pareto, potensi pengadaan produk A merupakan masalah yang dapat menghasilkan selisih harga dan waktu yang lebih besar dibandingkan B, dan C, maka GKM EMR#001 menetapkan Tema :
MODIFIKASI SHALE SHAKER MENJADI MUD CLEANER UNTUK MEMINIMALISIR MUD SPILL DI RIG EMR#001 PROJECT PENGEBORAN VICO
1. 5. Ilustrasi / Ringkasan Dunia oil and gas sudah hampir menjadi industri yang umum di Indonesia. Elnusa adalah salah satu perusahaan dari sekian banyak kontraktor yang berkecimpung di dunia migas. Dalam prakteknya, Elnusa memiliki beberapa divisi guna menumbuh-kembangkan jasa operasi migas di Indonesia, satu diantaranya adalah divisi drilling (pengeboran). Ruang lingkup dari divisi drilling ini khusus untuk melakukan pengeboran di sumur sumur yang menjadi target dari perusahaan client dengan tugas dan tanggung jawab untuk membuat lubang pada sumur dengan kedalaman yang telah ditentukan oleh perusahaan client, menjaga kondisi sumur agar tetap dalam keadaan aman dan terkendali. Banyaknya peralatan yang digunakan dalam proses pengeboran ini menjadikan teknologi pengeboran terus berkembang di Indonesia, mulai dari pipa bor, pahat bor (drill bit), menara pengeboran, alat pencegah semburan liar (BOP), pompa lumpur, hingga alat untuk memproses lumpur hasil pengeboran (solid control). Dalam operasi pengeboran, proses pengendalian lumpur atau solid control merupakan salah satu proses yang krusial karena menyangkut keselamatan sumur hingga kualitas sumur bor yang dibuat. Lumpur yang dibuat akan menjadi pendingin proses pemboran serta lapisan penguat dari dinding sumur tersebut. Lumpur akan dipompa masuk melalui drill string hingga keluar melalui celah antara sumur dan drill string hingga diproses lagi agar sisa potongan hasil pemboran bisa dipisahkan dari lumpur sehingga lumpur bisa digunakan kembali seperti semula.
Alat yang digunakan untuk mengendalikan kualitas lumpur tersebut diantaranya Mud gas separator, Shale shaker, Desander, Desilter, Mud cleaner, Degasser serta Centrifuge. Dalam risalah ini, kami akan menjelaskan proses modifikasi Shale shaker, yaitu alat pengayak dan penyaring lumpur menjadi Mud cleaner, yaitu gabungan dari shale shaker, desander serta desilter. Maka dari itu tim gugus sepakat untuk melakukan rekayasa engineering dalam rangka proaktif memperbaiki system yang sudah ada agar kemungkinan kemungkinan buruk pada saat
-
GKM EMR#001
Continuous Improvement Program 5 PT Elnusa Tbk.
pengeboran sudah berlangsung tidak terjadi sehingga dapat menghilangkan potensi pencemaran lingkungan serta memaksimalkan fungsi dari konfigurasi system solid control agar pengolahan lumpur yang akan di gunakan kembali sebagai campuran lumpur utama mencapai nilai yang efisien.
1. 6. Target Rencana
Sasaran Prediksi Manfaat Prediksi Msalah
Quality Adanya peningkatan efisiensi dari distribusi lumpur ke masing-masing Shaker
Memaksimalkan proses pengolahan lumpur hasil pengeboran
Proses pengolahan lumpur hasil pengeboran oleh sistem solid control tidak maksimal
Quantity Adanya peningkatan jumlah lumpur yang dapat diproses pada sistem Solid Control yang baru
Memaksimalkan proses transfer fluida lumpur, sehingga menghindari overflow
Terjadinya Mud Spill meski telah dilakukan modifikasi
Cost Memiliki satu unit mud cleaner komplit dengan efisiensi cost yang tinggi
Mengurangi beban biaya investasi unit solid control
Memperbesar potensi over budget pada beban equipment solid control
Delivery Menghilangkan potensi delay time pada operasi dengan mengurangi waktu pengadaan unit mud cleaner baru .
Proses operasi dapat di mulai sesuai dengan schedule
Terjadinya delay time menjelang waktu spud -in sumur
Safety Tercapainya target zero spill case di lingkungan operasional rig
Menghindari terjadinya overflow lumpur yang dihasilkan dari proses pengeboran pada area sekitar shale shaker
Berdampak pada pencemaran lingkungan
Morale Keberhasilan dalam melakukan modifikasi Shale Shaker akan membuat moral para pekerja semakin terpacu dalam mengatasi masalah operasi yang mungkin ada di kedepannya.
Meningkat motivasi dan etos kerja para pekerja rig
Timbulnya demotivasi semangat kerja, karena proses pekerjaan tidak menjadi lebih mudah
-
GKM EMR#001
Continuous Improvement Program 6 PT Elnusa Tbk.
LANGKAH 2. MENCARI PENYEBAB DOMINAN
2. 1. Diagram Tulang Ikan
2. 2. Korelasi Penyebab Masalah
LANGKAH 3. MENENTUKAN PENYEBAB MALASAH DOMINAN
3. 1. Menentukan Penyebab Masalah Dominan
FAKTOR PENYEBAB ANALISA FREKWENSI
TINGKAT KEJADIAN (HARI DALAM 1 MINGGU)
KUMULATIF PERSENTASE PERSENTASE KUMULATIF
Metode D Salah pengoperasian unit 9 9 29.2% 37.5%
Manusia C Monitoring area solid control yang tidak maksimal 7 16 16.7% 66.7%
Lingkungan B Tumpahan fluida lumpur pada saat kondisi cuaca hujan 4 20 8.3% 83.3%
Material E Bahan lumpur yang jelek 2 22 8.3% 91.7%
Mesin A Over flow fluida lumpur hasil
pengeboran yang masuk ke shale shaker
2 24 29.2% 100.0%
MASALAH PENYEBAB KORELASI
MUD SPILL di area shale shaker
Over flow fluida lumpur hasil pengeboran yang masuk ke shale shaker
Belum tersedianya 1 unit mud cleaner dan 1 shale shaker tambahan agar dapat menampung debit fluida yang akan dihasilkan pada saat proses pengeboran berlangsung
Tumpahan fluida lumpur pada saat kondisi cuaca hujan
Tidak adanya atap diatas unit solid control sebagai pelindung
Monitoring area solid control yang tidak maksimal
Kurangnya disiplin pekerja dalam pengawasan di sekitar area shale shaker
MUD SPILL
MAN
Pengawasan yang kurang
Tidak ada monitoring dari supervisor
Tidak adanya training
Pengetahuan yang kurang
ENVIRONMENT
Cuaca
Tidak ada atap di tangki lumpur
Hujan
MACHINE
MATERIAL
Over flow lumpur
Konfigurasi solid control yang tidak maksimal
Filtrasi tidak maksimal
Tidak tersedia unit Mud Cleaner
Material lumpur yang jelek
Harganya murah
METODE
Salah pengoperasian unit
Tidak ada SOP
Tidak ada SOP yang jelas
-
GKM EMR#001
Continuous Improvement Program 7 PT Elnusa Tbk.
Grafik Pareto Masalah Dominan Dari diagram pareto masalah dominan di atas, maka GKM EMR#001 menetapkan penyebab masalah dominan yang dapat di lakukan perbaikan yaitu masalah pada MESIN karena memiliki tingkat pengaruh yang tinggi namun dengan analisa frekuensi tingkat kejadian yang rendah dalam 1 minggu kerja.
LANGKAH 4. MEMBUAT RENCANA PENANGGULANGAN
4. 1. Alternatif Perbaikan Penyebab Masalah
FAKTOR PENYEBAB ALTERNATIF PERBAIKAN SOLUSI PERBAIKAN
Mesin A Over flow fluida lumpur hasil pengeboran yang masuk ke shale shaker
1. Melakukan modifikasi pada shaleshaker yang ada menjadi sebuah mud cleaner dan menambah unit shale shaker sehingga shale shaker tetap dalam jumlah 3 unit. 2. Melakukan pengadaan 1 unit mud cleaner lengkap
- Dipilih alternative no. 1 karena memakan biaya yang lebih kecil dari pada harus melakukan pengadaan satu unit lengkap sebuah mud cleaner
4. 2. Rencana Penanggulangan di tinjau dari ( 5W + 2H )
FAKTOR WHY HOW WHAT WHEN WHO WHERE HOW MUCH
MASALAH RENCANA PERBAIKAN
SASARAN WAKTU PENANGGUNG JAWAB
TEMPAT BERAPA BANYAK
ALAT Proses pengolahan lumpur hasil pengeboran oleh sistem solid control tidak maksimal sehingga dapat menyebabkan overflow di sekitar area shale shaker
Melakukan modifikasi pada salah satu shale shaker untuk menjadi sebuah mudcleaner dan menambah 1 unit shale shaker agar konfigurasi shale shaker tetap 3 unit
Memaksimalkan sistem solid control untuk mengeffisienkan proses sirkulasi lumpur hasil pengeboran yang akan di filtrasi dan menghindari terjadinya overflow di area shale shaker pada saat proses pengeborang berlangsung
Februari 2013
Sonny M Iqbal & Suharyono ( EMR#001 Rig Supt. )
Lokasi Rig EMR #001
Rp 382.963.000
-
GKM EMR#001
Continuous Improvement Program 8 PT Elnusa Tbk.
LANGKAH 5. MELAKSANAKAN PERBAIKAN
5.2. Kondisi solid control sebelum perbaikan :
.3. Proses pengerjaan Modifikasi Shale Shaker :
1. Langkah awal modifikasi yaitu memindahkan posisi desilter untuk di install pada shale shaker no. 1 berhadapan dengan unit desander dengan mereposisi kembali jalur pipa agar mendekat kea rah pompa desilter tersebut mengurangi headloss yang ada.
FAKTOR SEBELUM PERBAIKAN PELAKSANAAN PERBAIKAN HASIL YANG DICAPAI Mesin A Over flow fluida
lumpur hasil pengeboran yang masuk ke shale shaker
Melakukan modifikasi pada shaleshaker yang ada menjadi sebuah mud cleaner dan menambah unit shale shaker sehingga shale shaker tetap dalam jumlah 3 unit.
Proses pengeboran berlangsung lancar khususnya pada proses sirkulasi system solid control karena konfigurasi dari solid control dapat mencakup debit lumpur hasil pengeboran dengan maksimal
Gambar tersebut merupakan kondisi sebelumnya bahwa total shale shaker hanya ada 3 unit, dengan shaker no. 1 sudah terpasang sebuah unit desander tipe 2-12 slant. Gambar no. 4 merupakan unit desilter yang letaknya berjauhan dari shale shaker. Terlihat juga bahwa tidak adanya atap sebagai penutup area solid control untuk menghindari kondisi cuaca hujan.
1
3 2 4
4 1
5.1. Tabel Perbandingan
-
GKM EMR#001
Continuous Improvement Program 9 PT Elnusa Tbk.
2. Langkah pengerjaan kedua memindahkan posisi unit degasser ke arah belakang dimana sebelumnya diletakkan unit desilter guna memberikan ruang lebih, agar space untuk meletakkan shale shaker yang baru dapat di install sejajar dengan shale shaker lainnya.
3. Langkah pengerjaan ketiga yaitu menempatkan 1 unit shale shaker tambahan dengan melakukan penyesuaian pada possum belly agar panjangnya mencapai posisi shaker tambahan, dan pemasangan atap dari unit solid control.
Posisi degasser di geser ke arah belakang untuk memberikan space shale shaker tambahan
Posisi shale shaker tambahan
15 ft
Penambahan panjang dari possumbely 1
3 2 4
Posisi unit desilter sebelum di pindahkan sangat jauh jaraknya dengan pompa transfernya 20 ft.
Posisi unit desilter setelah di reposisi berdekatan dengan pompa transfernya
-
GKM EMR#001
Continuous Improvement Program 10 PT Elnusa Tbk.
LANGKAH 6. PEMERIKSAAN HASIL PERBAIKAN
6.1. Hasil uji coba di tinjau dari tema :
Dampak Positif Dengan konfigurasi seperti yang sudah disiapkan setelah di lakukan modifikasi, tentunya 3 unit shale shaker produk mongoose pro dapat bekerja focus untuk melakukan filtrasi pada debit lumpur yang masuk ke possum belly sebanyak > 410 gpm x 3 unit = 1230 gpm Dengan rekomendasi pabrikan safety factor sebesar 70 % > 1230 gpm x 70% = 870 gpm
sehingga batas aman berada pada 870 900 gpm fluida lumpur hasil pengeboran yang aman di cover oleh 3 unit shale shaker pada saat melakukan pengeboran di 12 section hole dengan drilling parameter pemompaan lumpur rata rata di nilai 600-900 gpm dan pada 8 section hole section hole dengan drilling parameter pemompaan lumpur rata rata di nilai 400-600 gpm. Dengan adanya unit mud cleaner, maka proses filtrasi yang berukuran lebih halus dari hasil pemisahan dari system desander dan desilter lagi dapat di lakukan dengan maksimal menggunakan screen yang berukuran micron lebih kecil tanpa terganggu fluida lumpur yang masih mengandung solid berukuran besar yang datang langsung dari possumbely. Dan kelebihan dari konfigurasi seperti ini, bilamana sewaktu waktu terjadi overshaker, maka mud cleaner dapat di fungsikan sebagai shale shaker darurat dengan membuka gate pada possumbely agar fluida juga dapat disalurkan ke mud cleaner untuk menghindari spill yang mungkin terjadi.
Dampak Negatif Dampak negative yang didapatkan dari modifikasi ini adalah adanya additional job untuk mereposisi desain line pompa Desilter menjadi lebih dekat ke arah pompa Desilter itu sendiri. Adanya tambahan biaya dikarenakan pembelian beberapa material tambahan yang memang tidak terlalu signifikan besarannya, tetapi tetap berpengaruh terhadap pekerjaan utama di Rig site. Hal negative lain adalah berpindahnya focus pekerjaan dari pekerja (Welder) sehingga mempengaruhi pekerjaan utama para pekerja. Solusinya, diadakan perencanaan ulang terhadap additional job ini, agar dapat disisipkan dalam main job pekerja di lokasi serta menggunakan material yang tidak terpakai untuk digunakan di modifikasi ini.
6.2. Perhitungan Ekonomis
6.2.1 Perhitungan Pengadaan Unit Baru
- Untuk pengadaan unit mud cleaner yang baru seharga Rp 677.283.750.
- Untuk pengadaan satu unit shale shaker saja seharga Rp 378.963.000.
- Modifikasi shale shaker yang di lakukan yang dilakukan :
NO DESKRIPSI QTY SAT HARGA SET ( Rp ) TOTAL HARGA
( Rp ) KET
1 Plat besi 1/4" 1 Sheet 600.000 600.000
2 Elect. ( kawat las ) 8 Pack 150.000 1.200.000
3 Oxygen / Acetylene 1 Tube 2.000.000 2.000.000
4 Meni + cat pelindung 2 Can 200.000 200.000
-
GKM EMR#001
Continuous Improvement Program 11 PT Elnusa Tbk.
TOTAL 4.000.000
Efisiensi biaya yang di dapat dengan melakukan modifikasi = harga unit shale shaker baru + biaya modifikasi
= Rp. 378.963.000 + Rp. 4.000.000 = Rp. 382.963.000
Keuntungan yang di dapat dengan hanya melakukan modifikasi shale shaker dan pengadaan unit shale shaker yang baru di bandingkan harus membeli satu unit mud cleaner baru = biaya pengadaan unit mud cleaner baru biaya pengadaan shale shaker baru + biaya modifikasi = Rp. 677.283.750 Rp. 382.963.000 = Rp 294.320.750
Sehingga didapat penghematan cost dengan melakukan modifikasi alat mencapai Rp. 294.320.750
6.2.2 Perhitungan Dampak Negatif
Dampak negatif yang dimaksud disini adalah keadaan yang diakibatkan karena tidak dilakukannya proses modifikasi yang terkait dalam hal biaya, waktu serta lingkungan, dimana cukup berpengaruh dalam operasional drilling. Dampak tersebut diantaranya:
Sewa unit Mud Cleaner, dengan delivery time tercepat rata-rata 30 hari dengan nilai sewa $120 per hari.
Downtime menunggu pengiriman unit sewa Mud Cleaner selama 30 hari dengan nilai rig operational rate $42,000 per hari
Penalti selama 30 hari dari Oil Company sesuai kontrak senilai $10,000 per hari
Total Perhitungan = Sewa Mud Cleaner + Downtime + Penalty = ($120 x 30 hari) + ($42,000 x 30 hari) + ($10,000 x 30 hari) = $3,600 + $1,263,000 + $300,000 = $1,566,600 (Rp. 15.117.690.000 dengan rate 1US$ = Rp. 9650).
Mengetahui,
Oktarianto Project Controller
-
GKM EMR#001
Continuous Improvement Program 12 PT Elnusa Tbk.
6.3. Dampak Masalah ditinjau dari QCDSM
NO QQCDSM SEBELUM GKM TARGET SESUDAH GKM % 1 Q ( Quality ) Proses pengolahan lumpur
hasil pengeboran oleh sistem solid control tidak maksimal
Adanya peningkatan efisiensi dari distribusi lumpur ke masing-masing Shaker disebabkan oleh kinerja solid control yang mencapai nilai maksimal
Efisiensi dari kinerja system solid control didapat dan perawatan peralatan lebih maksimal
100
2 Q ( Quantity ) Terjadinya Mud Spill karena tidak bisa meng-cover debit lumpur yang keluar dari lubang sumur
Menghilangkan potensi tumpahan fluida lumpur hasil pengeboran akibat tidak tercover dengan baik
Lumpur hasil pengeborang dapat tercover dengan aman menggunakan peralatan yang ada
100
3 C ( Cost ) Memperbesar potensi over budget pada beban equipment solid control dengan melakukan pengadaan unit mud cleaner yang baru
- Penghematan biaya dapat di lakukan dengan melakukan modifikasi peralatan yang ada. - Melakukan pengadaan pengganti mud cleaner dengan shale shaker baru untuk melengkapi jumlah shale shaker yang harus siap operasi sejumlah 3 unit.
Menekan beban biaya project melalui program CIP untuk modifikasi unit shale shaker
100
4 D ( Delivery ) Terjadinya delay time menjelang waktu spud -in sumur
- Menghilangkan potensi delay time pada operasi dengan mengurangi waktu pengadaan unit mud cleaner baru .
Waktu pelaksanaan spud in sesuai dengan jadwal yang di tetapkan
100
5 S ( Safety ) Berdampak pada pencemaran lingkungan
Tercapainya target zero spill case di lingkungan operasional rig
Tidak terjadi tumpahan fluida lumpur pada saat proses pengeboran berlangsung
100
6 M ( Moral ) Timbulnya demotivasi semangat kerja, karena proses pekerjaan tidak menjadi lebih mudah dan tidak di dukung oleh management
Keberhasilan dalam melakukan modifikasi Shale Shaker akan membuat moral para pekerja semakin terpacu dalam mengatasi masalah operasi yang mungkin ada di kedepannya
Rasa percaya diri para staff dan pekerja terhadap tugas dan tanggung jawabnya dalam rangka menjaga proses operasi berlangsung dengan lancar
100
-
GKM EMR#001
Continuous Improvement Program 13 PT Elnusa Tbk.
LANGKAH 7. STANDARISASI
7. 1. STANDARISASI
STANDARISASI
Berdasarkan hasil modifikasi dari shale shaker menjadi mud cleaner yang telah dilaksanakan, dan untuk menghindari terjadinya hal yang serupa dengan masalah sebelumnya, maka perlu dilakukan standarisasi dan sebagai sharing khususnya kepada sesama fungsi yang melaksanakan pekerjaan pemeliharaan sarana peralatan operasi maupun hal lain yang memerlukan perawatan rutin yaitu sebagai berikut :
1. Membuat schedule pemeliharaan / pemeriksaan peralatan secara berkala/ rutin agar peralatan yang digunakan sebagai support dari operasi dapat diketahui lebih dini bila terjadi kerusakan (aus), tersumbat, serta malfunction yang mungkin bisa terjadi selama operasi.
2. Menetapkan SOP pengoperasian serta , maintenance untuk system solid control.
3. Setiap peralatan yang akan direncanakan untuk dimodifikasi, maka harus dilakukan pendokumentasian Management Of Change.
LANGKAH 8. MENENTUKAN RENCANA BERIKUTNYA
8. 1. Menentukan Rencana Perbaikan Berikutnya
Berdasarkan data stratifikasi masalah dimana drilling line yang digunakan pada Project Vico mengalami kerusakan struktur wire rope lebih cepat dari life time yang seharusnya, maka GKM EMR#001 menetapkan risalah berikutnya adalah : MODIFIKASI DRUM SPOOLER DRILLING LINE
8.2. Jadwal Kegiatan GKM EMR#001 Rencana Perbaikan Selanjutnya
MODIFIKASI SHALE SHAKER MENJADI MUD CLEANER UNTUK MEMINIMALISIR MUD SPILL DI RIG EMR#001 PROJECT PENGEBORAN VICORig EMR#001 / Drilling and Oil Field Service2013Judul : MODIFIKASI SHALE SHAKER MENJADI MUD CLEANER UNTUK MEMINIMALISIR MUD SPILL DI RIG EMR#001 PROJECT PENGEBORAN VICO