risalah rapat kerja pansus ruu usul inisiatif tentang...
TRANSCRIPT
RISALAH RAPAT KERJA PANSUS RUU USUL INISIATIF TENTANG
PEMBENTUKAN PROPINSI BANTEN
RAPAT KE : 8 , JENIS RAPAT: Rapat Kerja K~-2
TANGGAL : Seni n, ?.0 l1arAt 2000
SEKRETARIAT JENDERAL DPR-RI BAGIAN SEKRETARIAT PANSUS
JAI(ARTA
RISALAH RAPAT I
PANSUS RANCANGAN UNDANG-UNDANG I TENTANG
PEMBENTUKAN PROPINSI BANTEN
I I
Tahun Sid~ng Masa Pers'idangan Rapat Ke I Jenis Rapat Dengan i
· Sifat Rapat Hari, Tanggal Pukul .
I
Tempat 1
Ketua Rap~t Sekretaris 'Rapat Acara
Anggota Pansus Pemerintah
1999-2000 Ill Ke-8 Rapat Kerja ke-2 Menteri Dalam Negeri Rl Terbuka Senin, 20 Maret 2000 19.30 s/d 23.30 WIB Ruang Rapat Pansus Ruang 2 Gedung Nusantara II. DPR-RI Drs. DP. Datuk Labuan Subijanto Sudardjo, SH 1. Tanggapan Pemerintah terhadap RUU
tentang Pembentukan Propinsi Banten 2. Tambahan Penjelasan Pansus atas · tanggapan Pemerintah.
3. Pembahasan DIM 27 dari 50 Anggota Menteri Dalam Negeri beserta jajarannya
ANGGOTA F. PART AI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN: 1. YOSEPH UMAR HADI 2. Hj. TUMBU SARASWATI, SH 3. FIRMAN JA YA DAELI, SH 4. TB MAMAS CHAERUDlN 5. LUKASSABAROFAK
[ ANGGOTA FRAKSI PART AI GOLKAR: l. DRS. DATUK LABUAN t DRS. ELDIE SUW ANDI L DRS. H. MOH. ALY Y AHY A L DRS. A. GUMIWANG KARTASASMITA 1. DRS. H.M. LA ODE DJENI HASMAR ,, ADI PUTRA DARMA WAN TAHIR
DRS. J.M. NAILIU :. HAMKA YANDHU YR '· M. IDRUS MARHAM '· Ny. MARTI-IINA MEHUE WALLY, SE
III ANGGOTA FRAKSI PPP; 1. DRS. I-I. SA' ADUN SYIBROMALISI 2. CHAIRUL ANWAR LUBIS 3. HM. THAHIR SAIMIMA, SH 4. K.H. ENDANG ZAENAL ABIDIN 5. M. SJAIFUL RACHMAN, SH
IV ANGGOTA FRAKSI KEBANGKITAN DAN GSA .1. H. SAIFULLAH AONA WI, SH 2. DRS. ABDUL W AHID AZIZ
v ANGGOTA FRAI<SI REFORMASI 1. SUMINTO MARTONO, SH 2. H. MUTAMIMMUL ULA, SH
VI ANGGOTA FRAKSI TNI/POLRI 1. SOENARTO, SH 2. DRS. TAUFIEQ RUKJ, SH 3. DRS.PAIMAN 4. DEDDY SUDARMADJI
Til ANGGOTA FRAKSI BULAN UINTANG 1. IR. DARMANSYAH HUSEIN
III ANGGOTA FRAKSI KKI 1. TJETJE HIDA Y A 1 PADMADINA TA
X ANGGOTA FRAKSI PDU l. IR. H. AMARUDDIN DJAJASUBlTA
" ANGGOTA FRAKSI PDKB 1. GREGORIUS SETO HARIANTO
I PEMERINTAH SURJADI SUDIRDJA - MENTERI DALAM NEGEIU AMUR MUCHASlM - SEKJEN DDP DUNIDJA - IRJEN DON SEMAN WIDJOJO - KABAN DIKLAT ROSW A TY SY AMSIDAR
• .. " • -3-
KETUA RAPAT {DRS. DATUK LABUAN)
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Yang terhormat Saudara Menteri Dalam Negeri selaku wakil
>emerintah beserta1
staf.
Yang terhorma~ Anggota Pansus serta hadirin yang berbahagia
>ada malam hari in:l. i
Pertama-tama ~arilah kita panjatkan puji syukur kepada Allah
;wT. Tuhan YME. Maha Pengasih dan Maha Penyayang yang selalu
1elimpahkan rachma~ dan hidayah-Nya kepada kita sekalian sehingga
:ita dapat menghadiri Raker ini dalam keadaan sehat wal afiat. I
Menurut laporan dari sekretariat jenderal, Anggota Pansus
•ang telah menandatangani daftar hadir beserta ij in yang pergi
taik Haj i berjumlah 28 orang Anggota dari 50 orang Anggota dan I
lihadiri lebih dari separo fraksi di Dewan ini, dengan demikian
:aurum se~agaimana diatur dalam Pasal 91 ayat (1) Peraturan Tatib
Iewan telah terp~nuhi, maka dengan siijin saudara-saudara dan
liawali dengan ucapan Bismilahirokhmanirokhim, Rapat Kerja saya
tuka dan saya nyatakan terbuka untuk umum.
(KETOK SATU KALI)
Sidang Pansus yang terhormat sesuai dengan acara yang telah
.ita sepakati bersama untuk mal am ini, kita acarakan sebagai
·erikut :
Pertama, Tanggapan Pemerintah atas Penjelasan Pansus tentang
UU Propinsi Banten.
Dua, Tambahan Penjelasan dari Pansus.
Tiga, Memasuki pemb~asan DIM.
Saudara-saudara sekalian, sebelum kami minta persetujuan
apat, Pimpinan menyampaikan atau menyarankan karena pada
akekatnya acara homor dua yaitu tambahan penjelasan dari Pansus
elah diberikan atau telah disampaikan oleh Pansus pada Rapat
aripurna pada waktu yang lalu dan telah mencakup secara luas,
aka apabila disetujui, setelah Tanggapan Pemerintah acara I
ertama kita langsung saja kepada Pembahasan DIM, apa acara ini
apat kita setujul.
(RAPAT SETUJU)
Terima kasih.
-4-
Saudara Menteri dan hadirin sekalian, karena malam ini kita
1ulai Raker dengan Menteri atau dengan pihak Pemerintah, karena
·apatnya malam tentu penjelasan dari kami tidak begitu panjang,
1leh karena itu kami persilahkan kepada pihak Pemeritah atau
:audara Menteri menyampaikan tanggapannya, kami persilahkan.
PEMERINTAH/MENDAGRI (SOERJADI SOERDIRDJA)
Bismilahirokhmanirokhim.
Yang terhormat Ketua dan Anggota Pansus DPR-RI.
Yang saya horrnati rekan-rekan dari Pemerintah, dalam hal ini
)epartemen Dalam Negeri.
Hadirin hadirat para undangan yang berbahagia.
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Pada Kesempatan yang sangat berbahagia ini marilah kita
:-embali bersyukur kehadirat Allah SWT. atas segala limpahan
·achmat dan karunia-Nya sehingga kita dapat berkumpul pada acara
·ang berbahagia ini untuk membehas acara yang telah dijadualkan
1engenai pembahasan RUU tentang Pembentukan Propinsi Banten,
lalam rangka memenuhi j adual pembahasan yang telah dipersiapkan
~ntuk menyampaikan tanggapan Pemerintah terhadap RUU usul
nisiatif Pembentukan Propinsi Banten yang telah dipersiapkan
IPR-RI, kami akan· berusaha semaksirnal mungkin untuk memenihinya
1aik dai ketentuan perundang-undangan maupun dari langkah yang
elah ditempuh serta Usul Inisiatif RUU yang telah dipersiapkan
·leh DPR-RI.
Ketua dan Anggota Pansus yang terhormat serta hadirin yang
•erbahagia, berbicara mengenai pembentukan, pemekaran dan
·enggabungan daerah sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
·ang ada merupakan hal yang terbuka untuk dilaksanakan baik untuk
.aerah propinsi, kabupaten dan kota, ketentuan mengenai hal
ersebut secara jelas diatur dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun
999 tentang Pemerintahan Daerah seperti yang dimaksud dalarn
asal 5 ayat {1) dan (2), untuk mernperjelas dan melengkapi
engaturan dalam Pasal 5 dirnaksud secara lebih terperinci
.iuraikan dalam Penjelasan Pasal 115 Undang-undang Nomor 22 Tahun
999 yang mengatur mengenai Tugas Dewan Otonomi Daerah, rnemberi
ertimbangan kepada Presiden antara lain mengenai pembentukan,
enggabungan dan penghapusan serta pemekaran daerah. Secara
eseluruhan tang~apan Pemerintah yang dipersiapkan menyangkut
-5-
engan pembahasan hal yang sangat memerlukan pemahaman bersama,
eliputi ketentuan perundang-undangan dalam mempersiapkan
emekaran daerah. Langkah yang terakhir ditempuh dalam memproses
embentukan Propinsi Banten, masalah yang dihadai dengan belum
danya kelengkapan ketentuan perundangan dan usul inisiatif
enyempurnaan RUU Pembentukan Propinsi Banten yang telah
ipersiapkan oleh Anggota DPR-RI.
Ketua, Anggota Pansus dan hadirin yang berbahagia, pertama
etentuan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 mengenai Pembentukan
an Pemekaran Daerah, dengan ditetapkan uu Nomor 22 tahun 1999
entang Pemerintahan Daerah, maka proses pembentukan dan
emekaran daerah yang akan dilaksanakan mengacu kepada ketentuan
alam undang-undang tersebut, Pasal 5 UU Nomor 22 Tahun 1 99
engenai pembentukan dan pemekaran daerah menetapkan sebagai
9rikut :
~yat (1), daerah dibentuk berdasarkan pertimbangan kemampuan
=konomi, potensi daerah, sosial budaya, sosial politik, jumlah
;:>enduduk, luas daerah dan pertimbangan lain yang memungkinkan
~erselenggaranya otonomi daerah.
1\.yat ( 2) , pembentukan nama, ba tas dan dan ibu kota sebagaimana
iimaksud pada aya~ (1) ditetapkan dengan undang-undang.
Selanjutnya Pada Pasal 115 ayat (1) UU Nomor 22 Tahun 1 99
itetapkan bahwa ; untuk memberi pertimbangan kepada Presiden
~ngenai pembentukan, penghapusan, penggabungan dan pemekaran
~erah dibentuk ' Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah. Pada
~njelasan Pasal 115 dimaksud secara terperinci diuraikan
~ngenai pembentukan, penghapusan, penggabungan dan atau
~mekaran daerah .dilakukan sebagai berikut, daerah yang akan
Lbentuk dihapus, ' digabung dan a tau dimekarkan, diusulkan oleh
~pala Daerah dengan persetujuan DPRD kepada Pemerintah,
~merintah menugaskan DPOD untuk melakukan ·penelitian dengan
~mperhatikan kemampuan ekonomi, potensi daerah, sosial budaya,
)Sial politik, jumlah penduduk, luas daerah dan pertimbangan
~in.
DPOD menyampaikan pertimbangan untuk penyusunan RUU yang
~ngatur pembentukan, penghapusan, penggabungan dan atau
~mekaran daerah otonom, bertitik tolak kepada perundangan
.maksud diatas maka setiap pembetukan dan pemekaran daerah harus
.proses berdasarkan ketentuan-ketentuan tersebut seperti
-6-
.imaksud dalam Pasal 5 ayat (1} dan (2) serta Pasal 115 seperti
ercantum pada Penjelasahnya, langkah-langkah yang telah ditempuh
alam memproses pembentukan propinsi Banten, sesuai dengan
~inginan masyarakat Jabar untuk membentuk Propinsi Banten telah
~lakukan sejumlah kegiatan antara lain dengan mempersiapkan.
Pertama data~data perkembangan pembangunan dan prospek
ilayah Banten oleh Bappeda Propinsi Jabar.
Dua, hasil wawancara dengan tokoh-tokoh Propinsi Jabar.
Tiga, keputusan DPRD kabupaten kota.
Saya bacakanj satu persatu, surat keputusan DPRD Kota
:tngerang Nomor 17; sekian Tahun 2000 tentang dukungan terhadap
~mbentukan Propinsi Banten. Pernyataan Pimpinan DPRD Kota
ingerang Nomor 125 DPRD Tahun 2000.
Keputusan DPRD Kabupaten Tangerang Nomor 4 tahun 2000
!ntang aspirasi daerah tentang Pembentukan propinsi Banten.
Pernyataan DPRD Kabupaten Tangerang Nomor 125-325-2000.
Keputusan DPRD Kota Cilegon Nomor 17 II Kep. DPRD 06. 99.
!Dtang usulan pempentukan Propinsi Banten.
Surat Kep. DPRD Kabupaten Lebak Nomor 17.7 SK 14 DPRD 1999
1ntang dukungan terhadap pembentukan Propinsi Banten.
Keputusan DPRD Kabupaten Serang Nomor 03 Tahun 99 etntang
rsetujuan dibentuknya wilayah I Banten menjadi Propinsi Banten. ,I
Surat Keputusan DPRD Kabupaten Pandeglang nomor 130 Tahun 94
04 DP 1999 tentang dukungan terhadap pembentukan Prop [insi
nten.
Empat, sejumlah bahan yang sampai di Gubernur Jabar dalam
ara Dengar Pendapat Komisi II DPR-RI perihal rencana
nbentukan Propinsi Banten.
Berdasarkan bahan-bahan seperti dikumpulkan pada bagian
rdahulu Pansus DPR-RI mengambil inisiatif untuk mempersiapkan
J yang akan dibahas dalam mas a pers idangan ini dengan pihak
nerintah. Permasahan-permasahan yang perlu diantisipasi dalam
nbentukan Propinsi Banten, selanjutnya perlu pula kita pahami
~sama bahwa untuk melaksanakan pembentukan dan pemekaran
~rah, pada saat ini terdapat sejumlah permasalahan yang
Jebabkan, ini kembali lagi pendekatannya tentu pada pendekatan
~urn leg ali tas, b~lum selesainya dipersiapkan PP yang mengatur
trat-syarat pembentukan daerah sebagaimana yang dimaksud Pasal
iyat (4} UU Nomor 22 Tahun '99, kemudian bel urn terbentuknya
-7-
)POD seperti dimaksud Pasal 115 UU Nomor 22 Tahun '99 yang
nempunyai tugas untuk memberi pertimbangan kepada Presiden.
Ketiga, proses yang telah dilakukan pada saat ini terutama
yang telah dipersiapkan daerah dan DPRD seperti yang telah kami
:;ampaikan pada uraian terdahulu belum sesuai dengan ketentuan
:;eperti dimaksud dalam Penjelasan Pasal 115 UU Nomor 22 Tahun 99.
3erdasarkan permasalahan-permasalahan yang telah diuraikan diatas
naka perlu dilakukan upaya-upaya untuk menyesuaikan prosedur dan
:ata cara prose~ pembentukan Propinsi Banten sesuai dengan
cetentuan perundangan yang berlaku, setelah semua prosedur dan
:ata cara memp~oses pembentukan daerah baik yang telah
iilaksanakan di daerah maupun yang dilaksanakan di Pusat dalam
1al ini DPOD maka! dilanjutkan dengan mempersiapkan undang-undang
)embentukannya seperti yang telah dilaksanakan Pansus DPR-RI
lalam Pembentukan Propinsi Banten.
Usul Inisiatif mempersiapkan RUU Pembentukan Propinsi
~anten, mengacu pada ketentuan dalam UU Nomor 22 Tahun 99
nengenai Pembentukan dan Pemekeran Daerah Pasal 6 ayat (4)
litetapkan bahwa Penghapusan, Penggabungan dan Pemekaran Daerah
;ebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan dengan
1ndang-undang. Khusus dalam rangka pembentukan Propinsi Banten,
)PR-RI telah mengambil inisiatif mempersiapkan RUU Pembentukan
>ropinsi Banten yang telah sampai pada tahap pembahasan dengan
>emerintah.
Ketua, Anggota Pansus dan hadirin yang berbahagia, dalam
.-angka menanggapirRUU Usul Inisiatif Pembentukan Propinsi Banten,
1erlu kita menyamakan persepsi bahwa RUU Usul Inisiatit
1enyusunan undang-undang dalam hal ini RUU Pembentukan Propinsi
lanten, inisiatifnya telah dilakukan DPR-RI menggunakan haknya
1esuai dengan ketentuan UU Nomor 4 Tahun 99 Pasal 33 ayat (3)
lUruf e, yang mengatur mengenai hak inisiatif Anggota DPR-RI
tengajukan Rancangan Undang-undang.
Berbicara rnengenai pembentukan dan pemekaran suatu daerah,
1asalah penyusunan undang-undang merupakan bagian akhir dari
1roses memenuhi proses pembentukan suatu daerah setelah semua
'roses yang dimaksud pada Pasal 115 UU Nomor 22 Tahun 99 pada
·enjelasannya dipenuhi, kalau kita menelusuri secara lebih
.endalam ketentuan dimaksud maka proses pembentukan propinsi
anten harus dilaksanakan dengan mekanisme sebagai berikut :
-8-
Usul pembent~kan Propinsi Banten karena merupakan pemekaran
propinsi Jabar 1 diusulkan Gubernur Propinsi Jabar dengan
persetujuan DPRD kepada Pernerintah dalam hal ini melalui Mendagri I
baik selaku Ketua1 DPOD maupun selaku Pembentu Presiden dibidang
Pemerintahan Dala~ Negeri 1 usul yang dipersiapkan oleh Gubernur
dalam mempertimbangkan hal-hal sebagaimana dimaksud pada Pasal 5 I
ayat ( 1) uu Nomor 22 Tahun 99 an tara lain, kemampuan ekonomi I
I
potensi daerah 1 ~osial budaya 1 sosial politik, jumlah pendudukl I '
luas daerah, ~an pertirnbangan lain yang memungkinkan I . d 1 1 terselenggaranya i otonom1 aerah 1 setelah ba1an usu an yang I
dipersiapkan Gub~rnur sesuai dengan ketentuan tersebut diatas !
mendapat persetujuan DPRD Propinsi 1 diusulkan kepada Pemerintah, I
Pemerintah menugaskan DPOD untuk rnelakukan penelitian dengan
memperhatikan kerriampuan ekonomi 1 potensi daerah 1 sosial budaya, I
sosial politik, ]umlah penduduk 1 luas daerah dan pertimbvangan
lain. Khusus mengenai DPOD pada saat ini Keppres yang mengatur j
pembentukan dewan tersebut sedang dipersiapkan oleh Dirjen
Pernerintahan Umum dan Daerah yang segera akan diaj ukan untuk
mendapat tandatangan Bapak Presiden.
Perlu kami informasikan bahwa pembentukan DPOD rnengalami
sedikit kendala sehingga pembentukannya memerlukan waktu 1 karena
anggota Dewan Otonomi seperti dirnaksud Pasal 112 ayat (2) terdiri
dari Perwakilan Asosiasi Pemerintah Daerah yang sampai saat ini
asosiasi dimaksud dalam hal ini asosiasi propinsi belum
terbentuk. Walaupun mengenai anggota dewan dari perwakilan
asosiasi pemerintah masih ada kendala fungsi Dewan Otonomi Daerah
japat dilaksanakan oleh anggota yang lain dan karena sambil
nenunggu proses pembentukan Dewan Otonomi, dapat diproses
~egiatan pelaksanaan penelitian yang dalam hal ini diserahkan
<epada Badan Penelitian yang ada.
Ketual para Anggota Pansus 1 hadirin yang berbahagia,
Jerdasarkan laporan hasil penelitian dilakukan sekiranya usul
fang diajukan daerah mengenai kriteria seperti dirnaksud pada
?asal 5 ayat (1} UU Nomor 22 Tahun 99 1 maka DPOD akan
nenyampaikan hasil pertimbangannya kepada Bapak Presiden dan
selanjutnya diproses penyusunan undang-undangnyal kalau dalam
?enyusunan RUU DPR-RI akan menggunakan haknya seperti yang sudah I
ailakukan untuk pengusulan UU Pembentukan Propinsi Banten i nerupakan langkah yang tepat dengan catatan prosedur dan tata l
- 9-
caranya telah sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku.
Kesimpulan, pada bagian akhir dari Tanggapan Pemerintah
terhadap RUU Usul Inisiatif pebentukan Propinsi Ba.nten, kami
berusaha untuk mendudukan kembali prosedur dalam proses
pembentukan Propinsi Banten, sehingga terlaksana hal-hal sebagai
berikut :
Mengingat keinginan masyarakat berupa dukungan-dukungan
serta pandangan yang tertuang dalam putusan DPRD Wilayah Propinsi
Jabar dan pandangan tokoh-tokoh Jabar, maka Gubernur Propinsi di
Jabar mempersiapkan kembali bahan usulan Pembentukan Propinsi
Banten untuk mendapat persetujuan DPRD, setelah mendapat
persetujuan DPRD diajukan kepada Pemerintah. Pemerintah
menugaskan DPOD 1 yang diketuai oleh Mendagri untuk melakukan
penelitian sepert.i dimaksud pada Penjelasan Pasal 112 ayat {1)
huruf b UU Nomor 22 Tahun 99. DPOD berdasarkan kepada hasil
penelitian yang telah dilakukan menyampaikan pertimbangan kepada
Presiden untuk penyusunan RUU yang mengatur pembentukan Propinsi
Banten.
Menyangkut dengan RUU yang sudah dipersiapkan DPR-Rl menurut
hemat kami bahwa dapat diproses kembali kalau pertimbangan DPOD
sudah sesuai dan memenuhi syarat yang ditetapkan untuk
pembentukan dan pemekaran daerah. Dengan demikian Pembahasan RUU
Pembentukan Propinsi Banten yang diajukan oleh Pansus DPR-RI
terlebih dahulu menunggu penyesuaian proses usul pembentukannya
yang dalam kenya~aannya belum terlaksana sesuai dengan ketentuan
perundangan yang mengatur hal tersebut.
Demikian tanggapan yang kami sampaikan atas nama Pemeritah
terhadap penyusurian RUU pembentukan Propinsi Banten oleh DPR-RI
1enga harapan RUU tersebut akan diproses selanjutnya setelah
nendapat pertimbanngan Dewan Otonomi Daerah dan memenuhi semua
?rosedur yang ditentukan, kami sangat mengucapkan salam hormat
cepada Anggota Pansus DPR-RI yang telah mengambil inisiatif
nenyiapkan RUU Pembentukan Propinsi Banten yang secara
teseluruhan materi pengaturanya telah dipersiapkan secara lengkap
ian sempurna, sebelum saya mengakhiri tanggapan ini, saya ingin
1enyampaikan beberapa tambahan i
Pertama kami telah menerima surat dari DPRD Jabar dan dari
:ubernur Propinsi Jabar yang intinya dapat saya sampaikan disini
•ahwa, dari DPRD Propinsi Jabar, mengingat pembentukan Propinsi
-10--
Banten merupakan kewenangan
prinsipnya DPRD Propinsi Jabar
Pemerintah
menyerahkan
Pusat, maka pad a
sepenuhnya perihal
kebijakan dimaksud dan akan menerima serta melaksanakannya
apabila telah ditetapkan menjadi undang-undang, setelah berbagai
segi dan pertimbangan mengenai kemungkinan dikaji dan prospeknya
dikaji secara akurat, komprehensif dan objektif, namun demikian
mengingat keterbatasan kemampuan keuangan daerah Propinsi Jabar
maka aspek pembiayaan masa transisi harus ditanggung sebagai
konsekuensi undang-undang dimaksud. Mohon kiranya menjadi beban
keuangan Pemerintah Pusat.
Kemudian dari Gubernur Jabar pada dasarnya menyampaikan
pertama mengenai dari aspek perundang -undangannya, j adi bel iau
menghendaki bahwa semua hal yang dicantumkan a tau yang menj adi
semangat dan j iw~ perundang-undangan hendaknya dapat dipenuhi,
lalu kemudian ada pengkaj ian mendalam tentang kriteria-kriteria
yang harus dipenuhi dari satu pembentukan daerah propinsi.
Kemudian berikutnya ada tiga hal juga prinsip, aspek
~emokratis yaitu prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi
nasyarakat, kemudian kedua aspek konstitusional, itu ditempuh
sesuai prosedur berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku, kemudian ketiga aspek konsepsional yaitu sesuai dengan
bunyi Pasal 5 ayat (1) UU Nomor 22 Tahun 99, bahwa daerah
:iibentuk berdasarkan pertimbangan kemarnpuan ekonomi yang tadi
saya sudah berulang-ulang mengatakannya.
Jadi sesungguhnya kalau dari jiwa dan semangat pembentukan
Jtonomi daerah Propinsi Banten ini, sernangat dan j iwanya tidak
~da masalah hanya pemenuhan terhadap legal aspek-nya, saya kira
itu saja persoalannya dan pada kesempatan ini kami sangat
Jerharap kita bisa menemukan jalan keluar untuk melancarkan
;>roses terbentuknya Propinsi Banten ini dengan tidak melanggar
1ndang-undang, jadi undang-undangnya kita penuhi kamudian
~ersyaratan-persyaratan yang berupa tuntutan dari masyarakat I
3anten juga dipehuhi. Demikian tambahan penjelasan dari hal-hal
{ang saya bacakan tadi.
Terima kasih.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
·- .1.1-
KETUA RAPAT :
Saudara- saudara sekal ian, kami ucapkan terirna kasih kepada
3audara Menteri atas tanggapannya, kalau bisa kita simpulkan yang
intinya bisa menerima RUU ini untuk kita bahas di tingkat
3elanjutnya ditambah lagi dengan Pemerintal1 telah menyerahkan DIM
Jleh karena itu dengan kesirnpulan intinya bahwa kita bsa
Jerlanjut untuk membahas lanjut ke DIM, oleh karena itu saudara-
3audara sekalian, Saudara Menteri dan Anggota Pansus pada berapa
1ari yang lalu Pemerintah telah menyampaikan DIM secara resmi dan
Jleh Sekretariat Pansus telah disandingkan.
dari DIM yang disampaikan Pemerintah ada dua bagian, yang
Jertama bersifat umum, yang inti permasalahannya rnengenai
?ersyaratan untuk 1terbentuknya sebuah propinsi yang tentunya akan
<ita bahas secara tersendiri dan yang kedua, yang berhubungan
langsung dengan materi RUU dirnana Pemerintah telah memberikan
:anggapan terhadap pasal-pasal tertentu. Jumlah DIM-nya sekitar
21 DIM, sedangkan pasal-pasal lain yang tidak ada tanggapan, yang
ingin kami tanyakan kepada pihak Pemerintah, dengan tidak adanya
:anggapan terhadap pasal-pasal lain apakah ini berarti Pemerintah
nenyetujui materi RUU selain yang diberikan tanggapan dalam DIM.
Dan saudara-saudara sekalian sudah mendengar tadi bahwa
:iiluar DIM yang diserahkan oleh Pemerintah berarti pasal-pasal
rang tidak ada terkandung dalam DIM telah disetujui oleh
?emerintah dalam RUU ini. Dengan penjelasan Pemerintah maka
?impinan menawarkan kepada sidang pertama, mengenai hal yang
:>ersifat umum setelah Pemerintah memberikan penj elasan secara
;ingkat langsung. diberikan tanggapan oleh Anggota Pansus ini,
;istem kita memb~has DIM, kedua mengenai DIM RUU akan kita bahas
;ecara urut dimana ditangan saudara-saudara sudah ada daftar
3andingan yang diberikan oleh sekretariat, dengan catatan apabila
nenyangkut redaksional atau penomoran pasal langsung diserahkan
~;:epada Timus, Pasal yang disetuju Pemerintah langsung disahkan
)leh Pansus, jadi berarti diluar DIM karena Pemerintah telah
nenyetujui, karena RUU berasalnya dari Dewan oleh karena itu
?asal-pasal yang tidak ada DIM langsung kita setujui, sedangkan
rang masih perlu pendalaman lebih lanjut diserahkan kepada Panja,
Lni artinya kalau ada pendalaman lebih lanjut daripada pasal
lasal yang ada DIM-nya kita serahkan kepada Panja, yang
nenyangkut redaksional itu kita serahkan kepada Timus, nanti
-12-
setelah hasil Panj a semuanya ki ta kumpulkan masuk kepada Timus
baru kita masuk k~pada tahap selanjutnya yaitu masuk pada Timsin,
apakah saran dari meja Pimpinan bisa disetujui ?, dari FPP apakah
bisa disetujui sistem ini kita lakukan, Partai Golkarl PDKB, dari
PKB, dari PDI-P 1 silahkan.
FTNI/POLRI (DRS. PAIMAN)
Intrupsi Pimpinan.
Paiman dari Fraksi TNI/POLRI menyampaikan suatu saran dan
tanggapan.
Kami rasa tidak perlu ditanyakan pada masing-masing fraksi
lagi 1 karena usul inisiatif ini sudah kita bahas didalam intern
daripada DPR 1 oleh karena itu cukup satu saja dari Pimpinan sudah
menyatakan, apa setuju berarti DPR seluruh fraksi menyetujui 1
jadi tidak perlu kita nyatakan lagi, kita tanyakan pada masing
masing fraksi 1 tapi cukup kita dengan Pemerintah. Terima kasih.
KETUA RAPAT :
Karena sudah terlanjur minta persetujuan dari PDU, dari
PDKB. silahkan.
FPDI-P (YOSEPH UMAR HADI)
Interupsi Pimpinan.
Jadi mengenai mekanisme tadi yang ditawarkan itu saya kira
tidak ada persoalan, ini ada satu pertanyaan yang kiranya
mendapatkan jawaban dari kita semua terhadap apa yang tadi
disampaikan oleh,Pemerintah khususnya Mendagri mengenai ada satu
masalah yang meminta tanggapan dari kita menurut saya, yaitu
bahwa bagaimana: mencari jalan keluar dalam rangka persoalan
masalah aspek legal yuridis tadi yang masalah prosedur itu, jadi
ini barangkali j angan sampai kita lewati sebab akhirnya nanti
akan menjadi suatu yang kiranya tidak akan mempunyai suatu dasar
hukum yang kuat apabila ini kita lewati 1 apakah ini kiranya perlu
mendapatkan tanggapan dari kita mengenai persoalan yang
disampaikan oleh! Pemerintah tadi, j adi dari sisi aspek demokratis
dan aspirasi tidak ada masalah hanya masalah prosedur legal aspek
itu yang kiranya belum ada titik temu atau belum ada kesepahaman
bersama I sekian.:
--13 -·
KETUA RAPAT :
Terima kasih.
Karena seperti ada satu penyampaian lagi sahabat kita dari
~raksi PDI-P, salah satu aspek legal itulah yang kita bicarakan
3ekarang yaitu tentang undang-undangnya berarti tentang masalah
~onstitusionalnya termasuk dalam Penjelasan Umum dari pihakl
?emerintah dan DIM-DIM, oleh karena itu kita cari penyelesaian I I
nasalahnya dentgan DIM yang diberikan oleh pihak Pemerintah,
?emerintah mengatakan tadi itu sebagai satu kesimpulan umum
:entang masalah DIM, bisa dipahami begitu ? jadi kita tidak perlu
aenanggapi itu secara Fraksi per fraksi langsung kita menanggapi
Ltu di DIM-nya.
Karena saran.yang kami sampaikan tPlah disetujui, bahwa in
)erlu kami ketok tintuk kita berlanjut pada masalah DIM.
(RAPAT SETUJU)
Saudara-saudara sekalian, apa perlu kita skors 5 menit untuk
;audara-saudara mempersiapkan tentang masalah DIM, apa sudah ada,
carena maaf Pak Menteri, karena kami baru dari Bandung, apakah
)IM sudah ada ditangan Anggota, oleh karena itu supaya nanti
:idak mencari-cari sedang kita bicarakan, kita skors 5 menit,
)isa disetujui ?
(RAPAT DI SKORS LIMA MENIT}
Sebelum kita mulai, kami mengundang ke meja Pimpinan wakil
~akil fraksi. Silahkan duduk kembali ketempat masing-masing.
Baik saudara-saudara sekalian, pihak Pemerintah dan Anggota
?ansus dan hadirin yang kami hormati, skors kami cabut kembali.
(SKORS DI CABUT}
Saudara-saudara, tentu yang kami jelaskan tadi bahwa ada dua
)agian yang harus kita bahas pada malam hari ini yaitu secara i
1mum penjelasan dari Pemerintah, setalah itu setelah kita selesai I
nembahas secara umum ini, yang disampaikan secara intinya tadi
:elah sampai pada tanggapan yang kita terima, tetapi secara
:ertulis dalam DIM ada di tanggapan bagian umum oleh Pemerintah,
-11-
leh karena itu saudara-saudara karena DIM ini datangnya dari
ihak Pemerintah, kami persilahkan pihak Pemerintah menj elaskan
entang pada yang .bersifat umum sebelum ki ta masuk kepada DIM
elanjutnya.
Kami persilahkan pada pihak Pemerintah.
PEMERINTAH/MENoAGRI (SOERJADI SOERDIRDJA)
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Saya akan mengantar, nanti akan dibantu oleh rekan-rekan
.ari Depdagri, rintiannya.
Seperti tadi telah kami sampaikan bahwa dalam tanggapan yang
.ibacakan bahwa dari proses bot tom up mengenai aspirasi dan
untutan pernbentukan Propinsi Ban ten ini, j iwa dan semangatnya
idak ada masalah:, j adi kit a terima, kemudian yang berikutnya
.ita masih memerlukan katakanlah pemecahan untuk bisa melancarkan
'roses pembentuka~ propinsi Banten itu dengan melengkapi berbagai
Lal yang belum terpenuhi, misalnya yang kami cantumkan didalam
)!M bagian umum ini, belum adanya pertimbangan kemampuan ekonomi,
laksudnya yang rinci yang tidak hanya kualitatif tapi juga
~antitatif, potensi daerah juga demikian, sosial budaya, sosial
>olitik, jumlah penduduk, luas daerah dan pertimbangan lain dalam
>embentukan Propinsi Ban ten seperti dimaksud Pasal 5 ayat ( 1)
Tndang-Undang Nomor 22 Tahun 1999, bisa dibacakan Pasal 5.
PEMERINTAH/STAF MENDAGRI
Bismilahirokhmanirokhim.
Pasal 5 ayat (1).
Daerah dibentuk berdasarkan pertimbangan kemampuan ekonomi,
)Otensi daerah, sosial budaya, sosial politik, jumlah penduduk,
.uas daerah, dsan pertimbangan lain yang mernungkinkan
:erselenggaranya otonomi daerah.
Dua, Pembentukan nama, batas dan Ibukota sebagaimana
limaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan undang-undang.
PEMERINTAH/MENDAGRI (SOERJADI SOERDIRDJA)
Demikian itu Pasal 5 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999.
Memang yang kita himpun dari apa yang dilakukan dibawah ini,
:tda dicantumkan hal-hal seperti ini, tetapi tentu ini sebagai
Jahan acuan untuk kemudian kita mendalami berbagai macam
-15-
~rtimbangan kemampuan ekonomi, potensi daerah ini, maksudnya
1kan untuk menghambat terbentuknya Propinsi Banten, tetapi untuk
~bih mernberi jaminan bahwa apa yang disampaikan sebagai aspirasi
~n tuntutan itu ada second opinion, meskipun sesungguhnya kalau
ilihat dari sisi Pernerintah firs opinion, tapi karena ini
:ttangnya dari bawah j adi second opinion dalam rangka
~njustifikasi bahwa betul-betul bisa dipertanggungjawabkan,
~bab kita tidak menghendaki perhitungan-perhitungan yang tidak
curat atau tidak tepat sehingga nanti pembentukan Propinsi
~nten berjalan dengan lancar tapi dikemudian hari ada persoalan
~rsoalan yang kita kurang antisipasi.
Kemudian yang kedua, bahan-bahan usulan yang telah
lpersiapkan hanya merupakan aspirasi masyarakat yang ditampung
?RD Kabupaten Kota dan Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Lebak,
lbupaten Serang, Kabupaten Tangerang, Kota Cilegon dan Kota
1ngerang, sedangkan menurut ketentuan pada Penjelasan Pasal 115,
1ya kernbali hukum lagi, undang-undang lagi, ayat (1) diusulkan
leh Kepala Daerah Gubernur Jabar setelah mendapat persetujuan
?RD propinsi kepada Pernerintah, ini barangkali kita bisa baca
1lau usul inisiatifnya dari Pemerintah barangkali bisa kita baca
~gitu tetapi kalau dari DPR-RI apa ini diabaikan kan tentu
Ldak, karena ini undang-undang, ini yang perlu kita jawab, jadi
1ngan sampai kita melakukan sesuatu tanpa mengacu pada undang-
1dang.
Usulan yang ada belum didasarkan pada kriteria-kriteria umum
~liputi kriteria peraturan dasar, kriteria strategi regional dan
~iteria kesiapan lokasi, coba dibacakan.
PEMERINTAH/STAF MENDAGRI :
Yang terkait dengan Penjelasan Pasal 115 ayat (1), Mekanisme
!rnbentukan, penghapusan, penggabungan dan atau pemekaran daerah
Llakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Daerah yang akan dibentuk, dihapus, digabung dan atau
dimekarkan, diusulkan oleh Kepala Daerah dengan persetujuan
DPRD kepada Pemerintah.
b. Pemerintah menugaskan DPOD untuk melakukan penelitian dengan
mernperhatikan kemampuan ekonomi, potensi daerah, sosial
budaya, sos ial pol it ik, j umlah penduduk, 1 uas daerah dan
pertimbangan lain.
-16-
c. DPOD menyampaikan pertimbangan untuk penyusunan RUU yang
mengatur pembentukan, penghapusan, penggabungan dan atau
pernekaran daerah otonom.
PEMERINTAH/MENDAGRI (SOERJADI SOEDIRDJA) :
Kemudian yan~ poin ketiga, belum dilaksanakan penelitian
>leh DPOD. terhadap usul pembentukan daerah dengan memperhatikan
:emampuan ekonomi,,potensi daerah, sosial budaya, sosial politik,
umlah penduduk, lUas daerah dan pertimbangan lain.
DPOD ini belum ada, ini persoalan krusialnya, ya maklum ini
tndang-undang juga pelaksanaan otonomi daerah juga dalam satu
tsaha implementasi yang didalam implementasi UU Nomor 22 itu
:elalu saya katakan bahwa ada dua bahasa, bahasa hukum dan bahasa
~syarakat, bahasa hukum mengatakan bal1wa persiapan untuk otonomi
laerah itu satu tahun persiapannya terhitung Mei 99 sampai Mei
:ooo, jadi tinggai 2 bulan, sedangkan efektifnya 2 tahun sampai
lei 2001 1 tapi .masyarakat ingin segera, lalu didalam kita
1emasuki era· otonomi daerah ini, sebelum pemerintahan yang
;ekarang 1 oleh Pemerintah dan DPR sudah diluluskan pemekaran
laerah-daerah yaitu per UU Nomor 45 sampai dengan UU Nomor 55,
;ekarang undang-undang yang kita acu UU Nomor 22 yang dalam
>emekaran ini, yang intinya pada Pasal 115 itu, disitu sebelum
~ancangan itu diffnalisasi, finalisasinya justru di DPOD.
Salah satu handycap dalam membangun atau membentuk DPOD itu
>erundang-undang disebutkan disitu harus ada asosiasi Pemerintah
>aerah, ini asosiasi baru yang di daerah belum ada, lalu kemudian
iiisi oleh 6 perwakilan daerah, kalau itu mudah karena nanti
liambil dari DPRD, asosiasi Pemerintah Daerah ini, oleh karenanya
;ekarang Pemerintah ini, disini kita sudah membuat konsep yang
3Udah diajukan ke Presiden untuk ditandatangani mengenai DPOD
.ni, tapi disitti nanti ada satu kekurangan yaitu keanggotaan
lsosiasi Pemerintah Daerah itu diisi belakangan yaitu karena
tspirasi orang Ban ten irti, j adi diisinya belakangan supaya ini
~epat, ini solusinya antara lain, jadi kembali lagi bahasa hukum
lan bahasa masyarakat ini, bahasa hukum kit a harus mengetahui
)asal-pasal yang1juga produk dari Bapak-bapak DPR dan Pemerintah,
Lalau bahasa orang Banten-nya sekarang juga, tapi untu menemukan
ltu kita mencoba mencari jalan keluar, oleh sebab itu kami
~rharap ini jangan dianggap sebagai suatu pelambatan, tapi ini
-17-
ingin supaya legali bisa dipertanggungjawabkan apek legal-nya.
Lalu kemudian belum adanya pertimbangan dari DPOD untuk
?enyusunan undang-undang seperti dimaksud Penjelasan Pasal 19
:1uruf C 1 UU Nomor 22 Tahun 1999 1 apa huruf c itu ?
PEMERINTAH/STAF MENDAGRI :
DPOD menyampaikan pertimbangan untuk penyusunan RUU yang
nengatur pengaturan pembentukan, penghapusan 1 penggabungan dan
itau pemekaran daerah otonom.
PEMERINTAH/MENDAGRI (SOERJADI SOEDIRDJA) :
Jadi disini kewenangan itu bukan hanya kewenangan Mendagril
jadi kewenangan dari semua dewan dimana Mendagri itu sebagai
~e t ua dewan .
PEMERINTAH/STAF MENDAGRI
DPOD Pasal 115 ayat { 1) 1
>ertimbangan kepada Presiden mengenai
DPOD bertugas memberikan
a. Pembentukan, penghapusan 1 penggabungan dan pemekaran daerah.
b. Perimbangan keuangan pusat dan daerah.
c. Kemampuan daerah kabupaten dan daerah kota untuk
melaksanakan kewenangan tertentu sebagai dimaksud dalam
Pasal 11.
Ayat { 2) I DPOD terdiri at as Mendagri I Menkeu, Mensesneg I
~nteri lain ses~ai dengan kebutuhan, pewakilan asosiasi Pemda 1
~n wakil-wakil daerah yang dipilih oleh DPRD.
Ayat (3), Mendagri dan Menkeu karena jabatannya adalah ketua
tan wakil ketua DPOD.
Ayat (4) 1 DPbD mengadakan rapat sekurang-kurangnya satu kali
lalam 6 bulan.
Ayat (5), DPOD bertanggungjawab kepada Presiden.
Ayat (6), DPOD ditetapkan dengan Keppres.
I
PEMERINTAH/MENDAGRI {SOERJADI SOEDIRDJA) :
Jadi demikian, kalau ki ta kembal i kepada prosedur, j adi I I
temang inisiatif 'itu bisa dari DPR-RI bisa dari Pemerintah, dari
'emerintah sudah'jelas finalisasinya pada DPOD 1 kemudian setelah
lifinalisasi te~tu rancangan itu diserahkan kepada DPR-RI.
:ekarang kalau dari DPR-RI Pemerintah untuk menerimanya juga
-18-
:inalisasinya di DJ?OD itu, ini yang menjadi persoalan kita, namun
:adi saya jelaskan) kia sedang memperjuangkan agar DPOD itu dalam I
raktu dekat ini bisa terbentuk. I
Demikian ya~g dapat saya sampaikan, namun demikian i
,arangkali ada staf saya yang ingin menambahkan penjelasan
1ilahkan, ada, sud~h cukup katanya, terima kasih pak.
I KETUA RAPAT : I
Terima kasiJ Saudara Menteri, demikian saudara-saudara
:ekalian Anggota Pansus yang kami hormati, penj elasan daripada !
1ihak Pemerintah i yang telah menyampaikan tentang masalah
.anggapan umum kepada RUU Propinsi Banten ini, oleh karena itu
1ekarang kami pe~silahkan kepada para Anggota Pansus untuk
1enyampaikan a tau 1 menanggapi penj elasan dari pihak Pemerintah
adi, kami persilahkan.
FTNI/POLRI (DRS. TAUFIEQ RUKI, SH)
Terima kasih Pimpinan. i
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Atas nama PaJsus RUU Pembentukan Propinsi Banten kami ingin
1enyampaikan beberapa tanggapan terhadap DIM bagian umum yang I
.isampaikan oleh Pemerintah.
Pertama, mertgenai belum adanya pertimbangan sebagaimana
ercantum dalam butir satu, pada waktu Pemda Tingkat II se eks
.aresidenan Banten bersama dengan DPRD-nya menyampaikan
esanggupanya untuk bergabung dengan Propinsi Banten yang akan I
ibentuk mereka telah menampilkan kajian-kajian dari masing-
asing Daerah Tingkat II tersebut, tidak dapatkah kaj ian-kaj ian
ersebut dianggap sebagai pertimbangan kemampuan dari masing
asing daerah secara akumulatif untuk mencukupi Pasal 5 ayat (1),
ebab kalau kaj ian-kaj ian itu harus datang dari Bappeda Jabar
eperti yang sudah kita dapatkan kemarin itu dirasakan oleh
ementara pihak tidak objektif, ada beberapa pakar yang
enanggapi an tara lain bahwa data yang digunakan dalam kaj ian i
appeda Jabar itu tidak konsisten dengan pengertian potensi
konomi dan prosfek masa depannya serta tidak ditunjukan proyeksi
asa depannya, lalu terlalu ditekankan pada kinerja masa lalu
ang pada hakekatbya adalah kerja dari Pemerintah Propinsi Jabar,
idak ada priyeksi masa depan yang menggunakan asumsi ketiadaan
-19-
ekanan birokrasi pemerintahan, baik o1eh Pemerintah Propinsi
~bar maupun oeh Pemerintah Pusat.
Yang ketiga, faktor potensi yang digunakan amat sumir atau
ediki t, tidak dimasukan dalam potensi ini prospek pertumbuhan
konomi wilayah pembangunan Banten yang 8% pertahun, juga tidak
.imasukan potensi pelabuhan yang cukup banyak, potensi produk
.elautan dan juga : tidak dimasukan potensi produksi energi dari
.uralaya. Jaih di~elakang penilaian itu sebenarnya bahwa DPRD
~bar akan berkurahg 20% apabila Propinsi Banten berdiri sendiri I
enjadi propinsi.
Yang keempat, dalam faktor penilaian oleh Bappeda terlalu I
anyak hal-hal yang redanden, sehingga membuat nilai penghambat
enjadi negatif tinggi, dalam faktor ruang tidak dimasukan nilai
okasi yang dekat zona ekonomi Jakarta dan Lampung, seolah-olah
anten itu adanya ,dinegara antah brantah, padsahal saya sendiri
ertenpat tinggal di Ban ten yang j araknya hanya 5 km dari DKI
aya, kebetulan
imasukan sernua
kabupaten-nya Tangerang. Dalarn
yang menjadi hambatan daerah lain
tan tang an
misalnya
enanganan pasca krisis, semua daerah juga mengalami begaimana
eratnya rnengala~i masalah-masalah krtsis, kalau semuanya
imasukan jangan-jangan rontoklah sudah persyaratan-persyaratan
eberapa propinsi ·untuk disebut sebagai propinsi, ini jua perlu
ipertimbangkan. Bahwa kajian Bappeda tersebut ternyata telah
itanggapi oleh beberapa pakar tetapi juga bisa dianggap
anggapan-tanggapan tersebut menjadi subjektif lagi menjadi tidak I
bjektif yang akhirnya tidak ada akhir-akhirnya, saya kira yang
3.ling objektif ~emang betul kaj ian itu harus dilakukan oleh
ewan, oleh DPOD, namun apa daya DPOD-nya belum terbentuk,
eppres-nya belum ada dan sebagainya.
Lalu yang kedua, ketentuan sebagaimana dimaksud yang diatur
~lam Pasal 115 ayat (1) UU Nomor 22 Tahun 1999 beserta
~njelasan-nya tidak rnenyebut secara limitatif siapa yang
imaksud dengan Kepala Daerah, dalam Penjelasan Umum Pasal 1 UU i
Jmor 22, yang dimaksud dengan kepala daerah adalah Kepala Daerah
:onorn, tidak disebutkan apakah dia gubernur atau bupati,
:mikian juga ~PRD-nya, tidak disebut DPRD Propinsi atau
ibupaten, sementara itu dari Pemerintah mengatakan secara jelas
Lsini diusulkan bleb Kepala daerah dalam hal ini Gubernur Jabar
=telah mendapat persetujuan DPRD Propinsi, dalam istilah hukum
-20-
ini namanya analogi interpretasi, tapi kalau kita lihat Undang
Jndang tentang Pembentukan Propinsi Maluku, yang baru saja terbit
{emarin Maluku Utara, itu juga menuju kepada UU Nomor 22 dan
JPOD-nya belum ada, ini masaah-masalah yang berkaitan dengan
.1omor 2.
Lalu disatu sisi RUU Pembentukan Propinsi Banten ini adalah
nerupakan suatu usul inisiatif tentunya dengan tidak mengabaikan
seperti kata Pak Menteri tadi Pasal 115 ayat (1} .
Bapak Menteri dana Pemerintah yang saya hormati, kesimpulan
iari pertanyaan ini kami sampai pada sutau pertanyaan, apakah
1engan penyerahan Gubernur, Gubernur dalam pernyataannya
nenyatakan menyerahkan sepenuhnya kepada Pemerintah Pusat untuk
nasalah Pembentukan Propinsi Banten, dapatkan penyerahan
;:>emeritah propinsi ini dianggap sebagai suatu persetujuan dan
1engan persetujuan ini dapatkah Pemerintah Pusat meminta kepada
3ubernur agar membuat persetujuannya, dengan demikian selesailah
3udah secara yuridis masalah ini, karena berkali-kali kita tanya
:lan tadi pagi kita juga jumpa dengan Gubernur Jabar, kita ketemu
:lengan DPRD Jabar, mereka mengatakan kami tidak dalam posisi
nenolak karena kami secara yuridis konstitusional tidak memiliki
~lasan untuk menolak atau alasan menerima, kami serahkan
3epenuhnya kepada Pemerintah Pusat.
Dapatkah penyerahan sepenuhnya kepada Pemerintah Pusat ini
iianggap sebagai suatu persetujuan, dengan persetujuan ini
<emudian Bapak Mendagri atas nema Pemeritah Pusat meminta kepada
3ubernur untuk mengenluarkan surat persetujuan, dengan demikian
nungkin bisa clea'r.
Demikian Pimpinan Pansus yang bisa saya sampaikan, sebagai
?endahuluan saya, kira ada ~eman-teman juru bicara Pansus yang
~kan menyampaikan lagi, silahkan.
Terima kasih Bapak Menteri, Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
KETUA RAPAT . :
Terima kasih saudara yang terhormat Pak Taufiq, sebelum kami
lanj utkan kepada yang lain, kami himbau kepada yang ada dalam
ruangan ini sel~in Anggota Pansus dan pihak Pemerintah utnuk
nengikuti Tatib )Rapat, oleh karena itu artinya dapam rapat ini
Jukan istilahnyJ bukan tontonan, artinya kita ikuti prosedur I
rapat yang ada ihi, kita cermati dengan baik dengan tenang Pansus !
-21-
)erapat, bisa saudara-saudara sekalian ?
Baik, saya lanjutkan kepada yang lain, silahkan Pak Aly
rahya.
FPG (DRS. H. koH. ALY YAHYA} :
Terima kasih Saudara Pimpinan.
Saudara Menteri dan jajaran.
Rekan-rekan Anggota Pansus yang saya hormati.
. Untuk menambahkan apa yang disampaikan oleh rekan kami bahwa
sesungguhnya rnemaJg apa yang disampaikan oleh Pemerintah didalam • I rangka menyampa1kan DIM khususnya yang menyangkut tentang
Penjelasan yang ~ersifat umum dari RUU ini, betul apa yang /
:iisampaikan oleh I Pemerintah bahwa didalam RUU ini memang ada I
~eberapa yang belum tergambar khususnya dari Penjelasan Umum dari i .
~UU ini, kami me]ihat bahwa khusus untuk butir 1 secara prinsip I
<ami bisa menerim~ dan kami bisa memasukannya didalam Penjelasan
Jmum RUU ini 1 b~ik yang menyangkut ten tang kemampuan ekonomi, I
?Otensi daerah, dosial budaya, sosial politik, jumlah penduduk, !
luas daerah 1 pertimbangan lain yang mungkin menurut pemahaman
<ami adalah pertimbangan hankam, sebagai gambaran bahwa Propinsi I
3anten yang ingih kita bentuk ini adalah lebih luas dari DKI
Jakarta, lebih luas juga dari DI. Yogyakarta dan Bali, jumlah
?enduduknya juga 1 lebih tinggi dari semua propinsi di Sumatera
<ecuali Sumut 1 d~ngan juga DIY dan Bali dan semua propinsi di
<awasan tirnur Iridonesia kecuali Sulsel. Jumlah desanya lebih
:)anyak dari prop'insi di Sumatera kecuali Aceh, I
3umsel dan Lampung, Juga lebih banyak dari DIY,
Sumut, Sumbar,
Bali dan semua
?ropinsi di kawa~an timur Indonesia kecuali Sulsel. Dan PAD-nya
lebih tinggi dart semua propinsi di Sumatera kecuali Sumut, DIY
3an semua propi~si dikawasan timur Indonesia kecuali Sulsel.
:<.ondisi sosial politiknya cukup mantap tanpa gejolak sehingga
nampu mengembangkan pemeritahan dan pembangunan, dipihak lain I I
<ami juga melihat bahwa pertambahan ekonominya lebih tinggi dari
rata-rata nasional yang berjumlah 8 persen. Budayanya jug~
~ervariasi dan amat kuat akar agamanya.
Yang kedua, • bahwa secara teknis persyaratan tersebut dapat
iievaluasi oleh pakar atau para ahli yang semuanya telah memenuhi
<riteria, sehingga seperti yang di-isyaratkan oleh Pasal 5 UU
~omor 22 Tahu:(l 1999 1 DPR yang mendengarkan terpenuhinya i
--23-
kuantitatif kita perlu cantumkan didalam RUU ini 1 itu dalam
menjawab DIM Pemerintah yang pertama.
Yang kedua, khususnya yang berkaitan dengan Penjelasan Pasal
115 seperti yang saya gambarkan tadi bahwa memang didalam
Penjelasan itu ada kerancuanl didalam Penjelasan Pasal 115 ayat
(1) bahwa yang dimaksud dengan 1 diusulkan oleh kepala daerah, itu
belum jelas Kepala Daerah Tingkat II-kah atau Kepala Daerah
Tingkat I, menurut pemahaman kami bahwa hal ini cukup jelas semua
Tingkat II baik Pemda maupun DPRD-nya telah memberikan sebuah
sikap dan rekomendasi serta keputusan untuk bergabung didalam
satu wadah ! sebuah daerah administrasi atau otonom, oleh karena
itu maka jika memang keharusan ini harus juga terpenuhi pada
dasarnya kami juga menyambut baik untuk kita masukan didalam
salah satu .ketentuan RUU kital khusus yang menyangkut Penjelasan
Pasal 115 dan menyangkut DPOD kami mengus~lkan kepada Pemerintah
untuk kita .masukan didalam Ketentuan Peralihan.
Sekali lagi bahwa I hal yang menyangkut butir pertama kami
coba menawarkan untuk kita masukan didalam Penjelasan Umuml
sementara yang menyangkut ketentuan yang diatur melalui DPOD,
oleh karena DPOD-nya belum ada kita masukan didalam Ketentuan
Peralihan, · sehingga dengan demikian hal-hal lain yang
menyangkut! apa yang disampaikan oleh Pemerintah kita
sepakati dengan bersama-sama.
tidak
dapat
Demikianlah kurang lebihnya I mohon maaf 1 Saudara Pimpinan
dan Saudara Menteri I rekan-rekan Anggota Pansus, terima kasih I
sekali lagi, Wabillahi tofiq wal hidayah Wassalamu'alaikum Wr. Wb
KETUA RAPAT :
Terinia kasih kami sampaikan I masih ada, silahkan saudara
Firman.
FPDiiP (FIRMAN JAYA DAELI, SH) :
Saudara Pimpinan dan eksekutif yang kami hormati dan forum
sudang yang kami muliakan.
Ada beberapa hal yang kami respons berdasarkan DIM tang
ditawarkan atau direspons juga oleh eksekutif 1 memang prinsipnya
dulu pembahasan ini akan kita lanjutkan tentu dengan
memperhatikan semua komponen yang memang representatif kita harus
dengar, katakan itu misalnya kalangan eksekutif, sehingga
-24-
I
pembehasan kita tidak sekedar untuk pembahasan tetapi kita I
melihat bahwa pembahasan itu dengan mengkalkulasi implikasi
politik ke~epan dalam karangka regionalisasi dan negara
kebangsaan ~ndonesia dan kemakmuran rakyat, itu yang pertama.
Yang ~edua, oleh karena itu maka proses politik ini,
prosedur ketatanegaraan kita harus lalui bersama tanpa
meninggalka6 substansi yang sesungguhnya, tadi Mendagri
mengatakan ,bahwa kalau boleh tidaknya sekedar pendekatan
kualitatif 'tapi juga kuantitatif sebab itu sangat perlu sekali
kita melihat parameter terukur kalau menggunakan pendekatan
kuantitatifi, yang berikut kami memang melihat secara positif I
bahwa namp~k-nampaknya eksekutif dan kami juga DPR ini, ingin I
menempatkan; UU Nomor 22 Tahun 1999 ini sebagai instrument politik I
yang dalam! tanda petik "mutlak" harus diperhatikan sebab jangan
sampai kita menggunakan instrument ini tanpa melihat implikasi
politik k~depan, memang juga kita melihat ada kelemahan
kekurangan1 kami juga sepakat dan memang jua bagian dari kami
bisa saja ~ni umum, halaman pertama butir 1, 2, 3, dan 4seperti I
disampaikan oleh rekan Aly Yahya, itu masuk ke Panjelasan Umum, I
barangkali; maknanya adalah ini tidak sekedar masuk ke Penjelasan
Umum, karena kami melihat bahwa ini tidak sekedar untuk kriteria
administratif, kami menangkap bahwa ini persoalan utamanya, kalau
kami tidak salah menangkap, sebab dengan 4 butir ini sebetulnya
akan mempengaruhi pasal-pasal berikut, kalau ini kita tidak
mengkritisi dan mengkoreksi secara mendasar maka apalah artinya
bagian-bagian berikut, itu yang kami tangkap, bahwa nanti juga
akan diakbmodasi bahwa ini masuk Penjelasan Umum itu tidak ada
seal, tap{ yang harus kita kritisi adalah apa yang menjadi bagian
kita untuk kita bahas lebih lanjut di Pansus tentang 4 butir ini.
Yang:berikut, memang kalau kita melihat UU Nomor 22 inikan
sangat interpretable, susahnya adalah eksekutif lamban
mempersiapkan PP sehingga sangat banyak interpretasi ini dan itu,
walaupun juga dalam batas-batas tertentu ada yang tidak mendapat
penafsira1n sudah jelas itu, tidak terlalu banyak ditafsirkan.
Dengan demikian maka memang kalau kita melihat kriteria di butir
2 itu a,· b, c, kami memang melihat bahwa ini persoalan penting
sehingga :apapun masukan, apapun rekomendasi, apapun hasil studi
kelayakari baik dari DPRD I dan II maupun dari Pemda I dan II itu
kami lihat secara posit if, kami tidak berniat mengatakan bahwa
! -25-
I
I rekomendasi rlPRD II-I itu kurang objektif 1 kemudian Pemda II dan
i
I kurang objektif 1 tapi kami melihat ini dalam presfektif positif i
tinking itu 1 !sebab toh juga nanti kita yang akan menilai 1 melihat
bersama eksekutif di tengah Pusat I tetapi menarik yang
disampaikan tadi bahwa apakah memang harus itul itu mutlak ada
rekomendasi studi kelayakan dari DPRD I dan Pemda Tingkat I dalam
hal ini Jabar, yang jelas memang yang paling murni adalah dari
Tingkat II dan itu sudah kita dengar dan sudah disampaikan
sejumlah dari se-eks Karesidenan Banten baik DPRD-nya maupun
Pemda 1 tetapli kalau kita melihat prespektif seolah-olah memang
strategi regional nasional bahwa pengembangan propinsi pemekaran
propinsi itu harus dilihat dalam prespektif regional Jabarl bukan
hanya pendekatan partikular atau kepentingan daerah itu sendiri i
tapi melihat, kepentingan nasional~ Pakal1 bisa dijelaskan nantinya
dalam proses lebih lanjut seprti yang disamopaikan tadi oleh
saudara kamil Aly Yahya, apakah kriteria atau persetujuan itu dari
Kepala Daerah I atau Dati II 7 sebab kalau di UU Nomor 22 kan
belum 1 barangkali ada korelasinya disitu, kalau strategi
regionalkan barangkali propinsi, nasional Pemerintah Pusatl nah
ini bisa.
Nah ya~g berikut DPOD 1 kami juga ingin mempertanyakan tapi
nampaknya d~ Maluku, Irian Jaya itu tidak ada DPOD itu prosesnya
jalan dan instrumennya menggunakan UU nomor 22 tahun 1999, nah
kami tidak I tahu proses argumen dari eksekutif kenapa tidak
mengunakan contoh itu, memang di Irian Jaya kan ada masalah
setelah undang-undangnya ada bahkan ada masalah kita juga harus
kita juga harus mengkalkulasi itu, walaupun juga Maluku Utara itu
juga tidak; ada masalah tetapi barangkali ada penjelasan dari
eksekutif, kira-kira barangkali maksudnya adalah ingin memasuki I
fase baru, kalau Maluku tidak ada DPOD dan Irian Jaya, apa kami I
harus kita, ikuti juga, itu yang belum jelas sampai sekarang,
mungkin sefaligus koreksi terhadap kebijakan Pemerintah masa
lalu, kalat_f memang ada DPOD lalu instrumennya apa, kalau harus
kita tampung ini, harus kita jadikan propinsi 1 aspirasi ini harus i
ki ta tampuil.g supaya ki ta menj adi sebuah sepert i ke j a dian or de i
baru ini, tetapi barangkali ada pemikiran dari eksekutif apa ini I
kreksi sekaligus terhadap kebijakan masa lalu rezim orde baru I
bagian yang kedua itu, oleh karena itu memang membutuhkan sicret I
opinion kami sepakat itu tidak sekedar firs opinion karena
-26-
nampak-nampaknya bukan hanya soal, sicret opinion itulah kita I
sekarartg laluiproses poli~ik ini, kami tadi sudah ke Pemda Jabar
kemudian jug-a sudah ke DPRD, sudah disampaikan beb.erapa
pemikiran, tapi kita proses terus itu, kita lakukan terus sambil
koordinasi dehgan ternan-ternan dari DPRD II eks Karesidenan Banten I
dan Pemda Tingkat II eks Karesidenan Banten.
Yang t~rakhir sebelum kami menyelesaikan ini, pada
prinsipnya akan bahas ini terus tetapi barangkali juga ada
keterbukaan, iada keinginan ki ta, sebab ini sudah RUU Inisiatif I
tetapi permas~lahannya adalah bagaimana juga ini menjadi etrible-
nya, salah sedikit bisa preseden buruk tetapi bagus juga akan
nenjadi contoh terbaik bahwa Banten akan menjadi propinsi terbaru
yang lahir di era reformasi ini, ini beberapa pemikiran kami
saudara pimp~nan, mohon maaf kalau agak lama, sekian dan terima
kasih.
KETUA RAPAT I I
Terima kasih saudara sekalian, masih ada, silahkan. I
FPG (BAMBANG SADONO, SY, SH, MA) I
Terima kasih.
Assalamu'alaikum Wr. Wb. I
Saya tambah dari Fraksi Golkar.
Pimpinan Pansus, Saudara Mendagri yang mewakili Pemerintah
)an para Anggota sekalian.
Saya i~gin mengusulkan suatu rangkaian proses sehingga I
)ernbahasan RUU ini bisa secara sistematis bertahap sekaligus
)roduktif, jadi jelas apa yang akan kita kerjakan.
Pertama~ saya ingin mencoba sampaikan lagi bahwa karena ini
~UU Inisiatif, maka Pemerintah mempunyai kesempatan untuk
nenyampaikan' pendapat-pendapatnya, sepanjang Pemerintah tidak
nenyampaikan;keberatan maka itu sudah otomatis kita sepakati, apa !
rang dikemukakan oleh Saudara Mendagri tadi, pada hakekatnya
likatan bahwa seal substansi, soal materi itu sudah tidak ada
lasalah, jadi semua sudah sepakat bahwa kita sudah bisa rnenerima
1ilayah Banten ini kita nyatakan sebagai propinsi, yang menjadi
1asalah bagi Pemerintah adalah bagaimana kita menyiasati masalah
.egal-nya, karena menurut pendapat Pemerintah masih ada beberapa
1asalah yang akan menj adi kendala kalau RUU ini ki ta bahas,
.nilah persbalan yang sebenarnya harus kit a j awab setidaknya
-27-
untuk membantu Pemerintah dalam hal ini Saudara Mendagri
mempunyai suatu keyakinan yang besar bahwa kalau RUU ini kita
sahkan menjadi undang-undang tidak ada suatu kesalahan-kesalahan
konstitusiopal yang kita lakukan. Dari situlah maka saya ingin
masuk dengan beberapa fakta yang tadi sudah dikemukakan bahwa
selama ini 'kita juga sudah mengesahkan Propinsi Maluku Utara itu
sebagai propinsi.
Saudara Ketua Pansus dan Sauadara Mendagri DPR ini adalah
didalam posisi sebagai lembaga yang memang berhak untuk membuat
undang-undang, didalam posisinya itu bisa melakukan penafsiran
kalau perlu koreksi, kalau perlu mengubah undang-undang lain,
jadi kalau RUU ini nanti kita sahkan menjadi undang-undang
sekaligus juga akan merubah undang-undang yang mengesahkan
Propinsi Jabar, itu bisa dilakukan dengan undang-undang ini,
karena itu tidak tertutup kemungkinan kalau tadi ada masalah
masalah yahg diperdebatkan, misalnya masalah DPOD dan sebagainya,
tadi Saud~ra Aly Yahya sudah kemukakan, itu bisa kita selesaikan I
melalui Pa'sal-pasal Peralihan, kita cantumkan disitu. Kita pernah
punya pengalaman Undang-undang Nomor 1 Tahun 1946 itu yang
memberi k~sempatan untuk semua peraturan yang selama itu ada itu
berlaku, faktor sementara ini berlaku sampai puluhan tahun sampai
sekarang 'terjadi, jadi oleh karena itu mudah-mudahan dengan
penjelasan ini Saudara Mendagri tidak punya keragu-raguan lagi
bahwa DPR' juga mempunyai hak untuk melakukan ini, ini poin yang
pertama. 6
Kemudian yang kedua, mengenai masalah tafsir bahwa
pembentukan suatu daerah harus diusulkan oleh kepala daerah tadi
dkemukakah disini, didalam perbincangan kami dengan Gubernur
Jabartadi pagi, Gubernur sendiri mengatakan bahwa dia sudah
mempelajari semua peraturan yang ada itu termasuk Undang-undang
Nomor 22 Tahun 1999 dan Saudara Gubernur mengatakan bahwa
ternyata : menurut penafsiran Gubernur Jabar, Gubernur tidak
didalam posisi, bukan karena dia tidak mau mengatakan menolak
atau menerima tapi menurut keyakinannya Gubernur memang tidak
didalam posisi bisa mengusulkan suatu daerah itu menjadi propinsi
atau tidak.
Dengan demikian maka kesimpulannya, bahwa apa yang
dikernukakan Pemerintah itu tidak terlalu mengkhawatirkan apalagi
dikuatkan dengan sikap DPRD Jabar yang mengatakan bahwa, DPRD
-28-
Jabar rnenyadari sepenuhnya bahwa DPR da11 Pemerintah di Pusat-lah
yang berhak rnembuat undang-undang karena itu apapun yang
diputuskan dan dirumuskan didalam undang-undang itu sudah
selayaknya :akan dipatuhi oleh sernuruh rakyat termasuk DPRD di I
Jabar. Deng~n pain ini maka saya mengsuslkan agar ini kita clear-
kan dulu, apakah Pemerintah bisa menerima apa yang kita usulkan
ini, kalau itu clear maka kita bisa langsung masuk membahas ke
DIM satu per satu, sehingga langkah kita jelas.
Terima: kasih. Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
KETUA RAPAT !
Masih ada, silahkan.
FPP (HM. THAHIR SAIMIMA, SH)
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Saya HM. Thahir Saimirna dari Fraksi PPP.
Pertama-tama merasa hormat sekali dengan penjelasan dari
Pemerintah ;yang menyatakan bahwa secara substansi sebenarnya RUU
tentang Pe~bentukan Propinsi Banten ini tidak ada permasalahan, I
yang menjadi masalah adalah soal apakah prosedurnya pembentukan
Undang-undang Banten itu sesuai dengan Undang-undang Nomor 22
Tahun 1999latau tidak, dengan demikian menurut hemat kami bahwa
Pemerintah!sependapat dengan Pansus bahwa dalam rangka pembahasan
RUU tentang Pembentukan Propinsi Banten harus didasarkan kepada
Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999, karena itu perkenankanlah kami
sedikit memberikan interpretasi secara autentik terhadap Udang
undang Nom?r 22 Tahun 1999 sebagai jalan keluar yang dimintakan
oleh Pemerintah cq. Mendagri.
Tadi ~udah dijelaskan oleh ternan-ternan kami tentang apakah
perlu ada persetujuan dari DPRD yang menjadi dasar pengusulan
oleh Gubernur Kepala Daerah Jabar terhadap RUU pembentukan
undang-und~ng ini. Dari segi interpretasi autentik kita melihat
didalam Bel:b I Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999, sama sekali
tidak ada /makna, tidak ada pengertian ten tang istilah daripada
DPRD dan ~taupun Kepala Daerah, karena itu menurut Pansus dan
ataupun menurut kami bahwa yang dimaksudkan dengan DPRD dan I
Kepala Daerah didalam undang-undang ini adalah DPRD Daerah
Tingkat II se eks Karesidenan Ban ten, pun demikian yang
dimaksudkah dengan Kepala Daerah adalah Kepala Daerah dari eks
-7.9-
Karesidenan Banten, itu menurut hemat karni. ILulah interpretasi
autentik.
Menyangkut dengan DPOD menurut hemat kami, didalam kerangka
pembahasan RUU tentang Pembentukan Propinsi Banten, menurut hemat
kami DPOD t~dak diperlukan, karena kami mencoba menginterpretasi
Penjelasan .oari Pasal 115 Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999,
antara lain:disebutkan menyangkut dengan pembentukan, penghapusan
dan pemekaran suatu wilayah, DPOD harus membuat penelitian I
tentang ma~alah ekonomi, potensi daerah, sosial budaya dan
sebagainya untuk kemudian dari hasil penelitian itu dibuat RUU,
dari tujuan!daripada penelitian DPOD itu adalah untuk membuat RUU
sementara RUU ini adalah atas inisiatif dari DPR-RI, karena itu I
menurut herriat kami, DPOD dalam pasal ini dalam pembahasan RUU
tentang Pem~entukan Propinsi Banten tidak diperlukan, kecuali itu
re-RUU yang datangnya dari Pemerintah maka DPOD itu diperlukan,
i tu interprl'etasi autentik.
Sementara interpretasi secara historis, itu kita melihat
Pembentukan Propinsi Maluku Utara walaupun mengacu kepada Undang
undang Nombr 22 Tahun 1999 tapi ternyata pada saat itu DPOD i
sendiri b~lum ada, toh RUU itu diloloskan, dengan demikian
menurut h~mat kami cara untuk menyelesaikan RUU tentang
Pembentukan Propinsi Banten, kita bisa menggunakan interpretasi
autentik berdasarkan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 dan
sekaligus ~kita juga bisa menggunakan interpretasi sosiologi,
dimana kit~ tuhu persis bahwa aspirasi masyarakat dari seluruh I
eks Karesidenan Banten semua menghendaki agar eks Karesidenan I
Banten tersebut bisa ditingkatkan menjadi propinsi.
Terima kasih. Assalamu'alaikum Wr. Wb.
KETUA: RAPAT
Terima kasih Pak Thahir, masih ada.
Baik ~audara-saudara sekalian, sesuai dengan mekanisme rapat
yang kita i sepakati bersama pada waktu pengesahan jadual, kita
lakukan s~tiap pembahasan itu dua putaran, setelah Pemerintah
memberika~ penjelasan tanggapan terhadap RUU setelah itu kita i
tanggapi, ·kit a berikan lagi kepada pihak Pemerintah, kalau masih
ada kita :tanggapi, kalau belum ada juga suatu kesimpulan kita I
loby, itui mekanisme yang kita tetapkan bersama, oleh karena itu
kami pers~lahkan pada tahap II pada pihak Pemerintah. i
l -30-
PEMERI~AH/MENDAGRI (SURYADI SUDIRDJA)
Terima kasih'.
Pimpinah P~nsus, para Anggota Pansus yang saya hormati,
hadirin yang~ber~ahagi~. Terima · kasih atas tanggapan kembali dari saudara-saudara
Anggota Pans s yang terhormat.
Untuk ·1 lebih memberikan j a waban yang bisa
dipertanggun~jawabkan, kami mohon waktu untuk koordinasi dengan
staf dida1ath rangka me.mberikan jawaban-jawaban yang rnempunyai
bobot yang Jendasar, hila diizinkan terima kasih.
I (RAPAT DISKORS 10 MENIT)
KETUA RAPAT :
Baik. s~udara-saudara sekalian, setelah kita lewati break I
sekitar 10 menit skors kami cabut kembali. i
(SKORS DICABUT)
Untuk 1 ~cara selanjutkan, kami persilahkan
Pemerintah bntuk rnemberikan penjelasan untuk tahap
persilahkan I· I
I PEMERINTAH/MENDAGRI (SURYADI SUDIRDJA)
I Assalamu'alaikum Wr. Wb.
· · I d h . P1mp1n?n an Anggota Pansus yang saya ormat1. I
pada pihak
kedua, kar«i
Saya akan mencoba menanggapi pendapat-pendapat yang tadi i
berkembang /didalam Pansus ini dan izinkan saya nanti untuk
memberikan /penjelasan-penjelasan, jawaban-jawaban secara umum, I
kemudian yahg rinci akan dibantu oleh staf. j
Pertama, tadi dikatakan bahwa berbagai kajian yang dilakukan I
oleh Bappeda itu dinilai tidak obj ektif, a tau kit a sependapat
bahwa untuk menjamin objektifitas itu, maka penelitian mengenai
objektifita;s atau subjektifitas dari kaj ian itu akan dilakukan
oleh DPOD, ~emudian ada pertanyaan dari perkembangan yang terjadi
tadi pertanyaan sekitar DPOD kemudian mengacu kepada pemekaran I
yang sudah :terjadi terdahulu, dikatakan bahwa pada saat pemekaran
Maluku mis~lnya itu tidak melalui DPOD, melalui DPOD, DPOD yang
lama yang berkeputusan Presiden Nomor 131 Tahun 1998, jadi ada,
-31-
kemudian saya sependapat tadi dengan Pak Firman bahwa memang
sebagian dalam perjalanan transisi itu, yang namanya Pembentukan
Propinsi Maluku Utara sudah mengacu kepada Undang-undang Nomor
22, tetapi prosesnya jauh sebelum itu, sudah berlangsung, DPOD
ini setahu dan sepengalaman saya ini memang sudah ada sejak lama,
saya waktu di Pemda juga sudah memahami bahwa ada itu DPOD
meskipun untuk DKI tidak pernah menggunakan itu karena tidak ada
pemekaran, j~di ada itu DPOD.
Kemudian tadi juga dikatakan bahwa bahwa Jabar, Pemda maupun
DPRD-nya sudah menyerahkan ke Pusat, apa lagi kan begitu, ini
dibacanya j~ga harus teliti, mohon maaf ini bisa juga lepas
tanggungjawab bisa juga tidak, tapi kita harus membacanya juga I
bertbagai kemungkinan, diantaranya secara eksplisit DPRD, kami
serahkan t~pi kami tidak mau membiayai, ini salah satu
implikasinya. I
Lalu kemudian berikutnya mengenai pembentukan Propinsi
Banten ini ~ukan usaha pemisahan seperti dikatakan Pak Aly Yahya,
lalau disebutkan disitu bahwa disana sudah kompak dan itu sudah
modal yang bagus sekali, justru ini harus kita mantapkan dengan
landasan-landasan yang kuat sehingga kondisi yang bagus itu
didukung oleh legal-nya, ini memang penafsirannya masing-masing i
bisa menafsir, mosalnya DPRD, DPRD mana ?, kalau penafsiran yang
menurut kami, kita mulai dari ~emekaran Daerah Tingkat II, itu
biasanya adalah penggabungan beberapa kecamatan untuk menjadi
Daerah Tingkat II baru di Daerah Tingkat II yang bersangkutan,
kecamatan tidak ada DPRD-nya, maka yang mengusulkan adalah DPRD
dan Pemda Tingkat II yang sebagian wilayahnya dimekarkan.
Propinsi Jabar termasuk Banten didalamnya, kemudian propinsi itu
dibentuk dengan undang-undang juga, jadi kalau kita tanya DPRD
mana, DPRD 'yang menderita pemisahan itu, DPRD Jabar tafsirannya
demikian, sekali lagi bahwa tujuannya dan lain sebagainya memang
sesuai dengan tuntutan era baru, jkadi kenapa Propinsi Banten
harus dibentuk, tadi macam-macam dia, tapi yang menjadi prinsip
Pemerintah diantaranya untuk lebih mensejahterakan rakyat
kemudian mendekatkan pelayanan kepada rakyat.
Didal~m salah satu butir pengkajian itu rentan kendali,
meskipun itu di Jawa misalnya dari Cibaliung ke Bandung itu !
sampai 500 km, lalau belum tentu ada pejabat-pejabat propinsi itu
yang pernah mengunjungi Cibaliung, atas dasar itu makanya
-32-
pertimbangan-1
pertimbangan itu harus kita lengkapi 1 jadi sekali
lagi DPOD ini kembali merupakan mata rantai dari proses. Lalu
kemudian tadl ada yang terakhir dari Pak Thahir 1 ini inisiatif i
dari DPR-RI jadi tidak perlu pakai DPOD 1 meskipun inisiatif dari
DPR-RI kan hanti akhirnya bersama-sama juga dengan Pemerintah I
Pusat 1 jadi oleh sebab itu untuk memberikan keyakinan kepada kita I
bahwa kemba~i 1 bukan meragukan kredibilitas DPR-RI tetapi ini
lebih memant~pk~n proses itu 1 sehingga kemudian perlu dikaji oleh ,I
DPOD sebaga.i bahan pertimbangan kepada Presiden karena sekali I
lagi proses/ ini bukan menjadi tanggungjawab hanya Mendagri, I
karena keha{iiran propinsi ini 1 itu nanti harus didukung oleh i
tugas dan tungsi antar departemen 1 jangan sampai nanti saya !
sebagai Meddagri nylonong begitu saja menyetujui "atas nama I
Pemerintah 11 ltetapi tidak menggunakan perangkat-perangkat yang ada
yang dipersiapkan sesuai dengan undang-undang . . 1
Lalu khmudian sesungguhnya kita ini sudah punya kesepakatan I
hanya sekar~ng kita harus cari why out-nya bagaimana 1 agar kita I
bisa tadi legaly dalam arti kata ditafsirkan oleh siapapun kita I
bi sa pertartggungj awabkan 1 j adi urnpamanya pembent ukan I pemekaran
Propinsi Banten ini dari Jabar itu induknya adalah UU Nomor 22
Taun 1999 1 ,jadi UU Nomor 22 ini sangat politis sangat mutlak kita
jadikan acuan 1 jadi bukan kemudian undang-undang yang kita I
telorkan ihi mengakomodir undang-undang induknya 1 kalaupun mau I
dirubah uu;Nomor 22 1 oleh undang-undang barul bukan oleh undang-
undang yang anaknya uu Nomor 22 1 itu buat pengertian hukum yang
terbatas saya miliki tapi nanti ada ahlinya dibelakang saya ini I
yang bisa ~emberikan penjelasan.
Kemudian memang tadi dikatakan juga oleh salah satu I
penanggap 1bahwa Pernerintah lamban dalam memproduk peraturan-
1
peraturan 1 : jangan lupa bahwa undang-undang ini dua peri6de I
' I Pemer1.ntah, UU Nomor 22 ini produk dari Pemeritah terdahulu
kemudian kita harus mengaplikasikannya 1 sementara pada
pembentukan pemerintah baru banyak masalah-masalah yang I
tertinggal 1 lalu kemudian ada beberapa terjadi semacam antara
lain misalnya adanya Meneg OtDa dan lain sebagainya itu 1 jadi
sekali la~i rnemang lamban tetapi kelambatan itu jangan kemudian
kita gunakan untuk kita lalu kurang teliti untuk mengaplikasikan
undang-unaang tersebut 1 j adi mung kin kalau pakai bahasa bukan I
eksius ini lamban lebih baik tetapi jadinya mantap selamat 1
-33-
:1pabila tergesa-gesa lalu kemudian ada persoalan dikemudian hari
juga kita harapkan tidak itu yang kita inginkan, tadi Pak Firman
kembali mengatakan bahwa out put yang baik mudah-mudahan menjadi
presenden yang baik dikemudian hari tapi kita tidakm mengharapkan
out put yang kurang baik, jadi sekali lagi kami mohon pengertian
dari kita semua didalam rangka mencari jalan keluar, coba
silahkan memberukan penjelasan-penjelasan tambahan, ya Pak
Sekjen.
PEMERINTAH/SEKJEN DEPDAGRI : I
Yang terhormat Ketua Pansus dan para Anggota Pansus yang
kami hormati;dan atas izin Pak Mendagri, kami ingin menjelaskan
beberapa hal~
PertamaJ mengenai pembentukan, lalu ada pembentukan Propinsi
Maluku Utara: dan Propinsi Irian Jaya menjadi tiga propinsi, jadi
sebenarnya proses daripada pembentukan propinsi-propinsi baru
tersebut prosesnya cukup lama pak, jadi bai dari Gubernur Irian
Jaya waktu itu maupun dari Gubernur Maluku, proses terus
berkembang ~emudian ada pembahasan penyempurnaan UU Nomor 5 Tahun
1974 menjadi UU Nomor 22, sehingga ujungnya saja pak, itu final
UU Nomor 22 tapi ini proses dari DPOD sudah selesai, jadi
sebenarnya proses yang dilalui adalah melalui mekanisme tersebut.
Kemudian tadi ada pendapat mengenai bahwa RUU ini adalah karena
Usul Inisiatif Dewan sehingga bisa merubah dari undang-undang
yang ada karena ini dibentuk dengan Usul Inisiatif Dewan, jadi
barangkali 1ada pemikiran demikian 1 mung kin ada dua hal, kalau
undang-undang Inisiatif Dewan ini mengatur hal yang baru sama
sekali tidak merupakan satu pelaksanaan dari suatu undang-undang
mungkin memang bisa demikian pak, sepenul1nya adalah merupakan hal
yang baru .sehingga bisa menciptakan hukum undang-undang yang
baru, tetapi Usul Inisiatif Dewan ini karena sebagai pelaksanaan
daripada utJ Nomor 22 Tahun 1999, maka mekanisme atau aturan
aturan hukum yang ada didalam uu Nomor 22 ini tentunya harus
diikuti, karena ini sebagai pelaksanaan daripada UU Nomor 22.
Jadi ini barangkali penafsiran kami, kemudian tadi Menteri
juga sudah meyampaikan bahwa mengenai penafsiran kepela daerah,
penafsiran DPRD, jadi memang dengan nanti lahirnya Undang-undang
Propinsi Banten akan merubah Undang-undang Propinsi Daerah
Tingkat I ,Jabar I tentunya daerah yang karena berubah wilayahnya,
-34-
mungkin juga susunan DPRD-nya dan sebagainya berubah maka
pengertian disini penafsiran kit a adalah DPRD-nya DPRD Jabar,
jadi DPRD tingkat masing-masing tingkat kabupaten atau kota
memang itu ~erupakan aspirasi yang merupakan landasan untuk titik
poin untuk membentuk Propinsi Banten tapi mekanisme bahwa DPRD
perlu persetujuan memang pengertiannya adalah DPRD Jabar dan
sebenarnya Bapak Menteri tadi didalam penj elasan juga sepakat
pada hal yang substansif sebenarnya tidak ada masalah tapi
prosesnya, prosedur yang merupakan pelaksanaan dari dua aturan
atau pasal . dua undang-undang inilah yang perlu bagaimana kita
mencari jalan keluar sehingga basil produk daripada undang-undang
ini nantinYa tidak dipertanyakan atau mungkin tuntutan dan lain
sebagainya, inilah barangkali tambahan penjelasan dari kami dan
mungkin dari staf dibelakang, terima kasih.
PEMERINTAH/STAF DEPDAGRI :
Bapak.Ketua yang kami hormati atas izin Bapak Menteri kami
menambahkan beberapa poin tentang usul dua Anggota dari Fraksi
Golkar tentang DPOD dimana diatur dalam Aturan Peralihan,
barangkali kita perlu pikirkan, perlu kita renungkan bersama oleh
karena yang kemungkina dituntut didalarn pasal-pasal atau
Penjelasan Pasal 115 adalah penelitian yang objektif, tadi sudah
ada dua versi, versi pertarna adalah yang dari Bappeda yang
dianggap mungkin tidak objektif dan juga berbagai informasi yang
juga disampaikan oleh Dewan, tapi yang penting adalah bahwa ada
kemungkinap mungkin tidak dalam kasus Banten bahwa hasil dari
penelitian, yang diperintahkan atau dilaksanakan oleh DPOD
memberikan suatu pertimbangan dibentuk suatu propinsi baru atau
tidak dibentuk suatu propinsi baru oleh karena pertimbangan yang
objektif tadi, jadi ini yang saya kira sangat penting kita
pikirkan bersama, ini terkait dengan peringatan dari Anggota
Dewan Fraksi PDI-P tadi bahwa kita perlu mempertimbangkan
kalkulasi dimasa depan, tentu saja kita tidak berharap bahwa
khusus kasus Banten pertimbangan DPOD akan mengatakan tidak perlu
dibentuk propinsi baru tapi mungkin karena dimasa depan usul
ditempat lain mungkin akan terjadi, oleh sebab itu kehati-hatian
kita didalam taat azas terhadap UU Nomor 22 Tahun 1999 ini perlu
kita bersama-sama dengan Dewan untuk selalu kita ikuti, oleh
karena me~gapa sesuai juga dengan Pasal 33 Undang-undang tentang
-35-
Susduk DPR :bahwa tugas DPR diantaranya adalah melaksanakan
pengawasan terhadap pelaksanaan undang-undang, didalam rangka
kita selalu taat azas didalam pelaksanaan Undang-undang Nomor 22
itupun menjadi tugas kita bersama. Terima kasih.
!
PEMERINtAH/STAF DEPDAGRI
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Dengan seizin Pak Menteri
melengkapi secara lebih teknis
berikut :
dan Pimpinan Sidang, kami
beberapa penjelasan sebagai
Yang pertama, bahwa tanggapan yang disampaikan Mendagri tadi
bukanlah ti4ak menyetujui pembentukan Banten, tetapi Pemerintah
,mengajak bersama dengan DPR untuk melaksanakan ketentuan undang-1
undang dan didalam Undang-undang Nomor 4 tentang Susduk DPR juga
ada dalam fasal 38 bahwa ada kewajiban DPR untuk melakukan
pengawasan Undang-undang yaitu didalam Pasal 33 ayat (2) huruf c
melaksanakart pengawasan terhadap pelaksanaan undang-undang, oleh
karena itul~h disini Pemerintah mengajak bersama DPR untuk kita
mengawasi pelaksanaan undang-undang ini sehingga supaya dapat
terlaksana dengan baik dalam hal ini UU Nomor 22.
Kemudi~n bapak-bapak sekallan, juga didalam masalah
pemahaman d~ripada itu propinsi karena didalam Penjelasan Pasal
115 secara jelas disebut disitu hanya disebut Pememrintah Daerah
bukan Peme~intah-pemerintah Daerah, sehingga itu, maka itulah
propinsi juga untuk menguatkan penafsiran kita terhadap masalah
itu.
Kemudi~n berikutnya juga yang perlu untuk mendapat bahan
bagi bapak-bapak sekalian, dalam rangka melaksanakan hal-hal yang
disebutkan ;tadi kalau dari DPRD Jabar ataupun untuk mempercepat
pelaksanaan~ undang-undang ini prosedur ini perlu kita selesaikan I
walaupun dalam masa transisi, Pemerintah nanti bersama DPR dapat
mengambil langkah-langkah mempercepat tetapi prosedur ini harus
tetap kit~ penuhi, karena apa yang telah disampaikan oleh
aspirasi daerah maka harus kita penuhi dimana Dewan harus
melakukan , penelitian, jadi penelitian berikutnyalah untuk
mengkaji apa yang disampaikan Jabar sehingga lebih objektif
adalah dari hasil penelitian yang akan dilakukan oleh Dewan.
Yang terakhir kami mengajak bapak-bapak sekalian bahwa dalam
undang-undang yang bapak ambil usul inisiatifnya adalah undang-
-36--
. undang yang 1 diamanahkan didalam Pasal 6 UU Nomor 22 bahwa
! pembentukan .harus dengan undang-undang dan didalam penjelasan
. disitu dikat:akan bahwa undang-undang yang mengatur pembentukan
baru dibentuk, baru diajukan kalau DPOD telah menyampaikan
pertirnbangannya, jadi ini saja yang perlu kita penuhi lagi, kalau
ini sudah kita penuhi bahan yang telah bapak-bapak sampaikan
dengan usul · inisiatif sudah menguraikan bermacam hal, barangkali
tidak banyak lagi hal yang perlu disampaikan, ini saja barangkali
yang perlu pertimbangan dari bapak-bapak yang terhormat dari
Pansus DPR-RI, demikian Pak Menteri. Assalamu'alaikum Wr. Wb.
PEMERINTAH/MENDAGRI (SURYADI SUDIRDJA) :
Terima · kasih pada staf yang telah rnemberikan penjelasan-1
penjelasan yang lebih teknis terutama dari pendekatan penafsiran
undang-undahg serta berbagai macam ketentuan perundanga.n yang
terkait, antara lain mengenai Susduk DPR-RI.
Saya 'kira kami sudah menanggapi, menj awab semua yang
disampaikan oleh para penanggap dari Pansus, sekali lagi karni
ucapkan terirna kasih dan mohon maaf apabila ada hal-hal yang
terlewatkarl. Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
KETUA'RAPAT
Terirna kasih Saudara Menteri dan jajaran.
Demiklan tadi putaran kedua yang telah dipergunakan oleh
pihak Peme'rintah, apakah pihak Pansus akan menggunakan putaran
kedua, kami persilahkan.
FTNI/POLRI (DRS. TAUFIEQ RUKI, SH) I
Terima kasih Pimpinan.
Dari penjelasan Bapak Menteri tadi, ada dua pain yang rnasih
saya lihat krusial dalam Pemandangan Umum bagian pertama, yang
pertama yaitu masalah perlunya ada kaj ian dari DPOD dan yang I
kedua adanya persetujuan atau usulan dari Gubernur yang disetujui
oleh DPRD'Tingkat I Jabar, kedua bagian ini justru menjadi bagian
yang harus dilakukan oleh Pemerintah, pertanyaan kami, apa yang
akan dilakukan Pemerintah untuk mengatasi dua hal ini, demikian
Pimpinan. · Terima kasih.
-3 7 ·-
KETUA AAPAT :
Terima kasih Pak Taufiq, masih ada, Saudara Seta silahkan.
FPDKB (GREGORIUS SETO HARIANTO)
Terima kasih.
Saudara-saudara sekalian yang terhormat khususnya Saudara
Menteri bescirta jajaran yang kami hormati.
Dalam dialog yang karni lakukan dengan baik Pernda Tingkat I
Jabar dalam hal ini dipimpin oleh Gubernur rnaupun dengan Anggota
DPRD Tingkat I Jabar, terkesan ditangkap satu opini bahwa
sebetulnya tidak seorangpun Anggota DPRD Tingkat I yang bisa
menemukan satu alasanpun untuk menolak pembentukan Propinsi
Banten, itu berarti bahwa karena usulan ini rnerupakan usulan
inisiatif dari Dewan, maka dalarn hal usul Gubernur saya kira
menjadi tidak diperlukan lagi, karena Gubernur rnengatakan beliau
telah meneruskan usulan dari daerah-daerah Tingkat II eks
Karesidenart Banten kepada Pemerintah dalam hal ini Mendagri,
berarti beliau ini sudah meneruskan ini sebagai usul,
persoalannya tinggal bagaimana persetujuan dari DPRD Tingkat I
Jabar, tapl tentu kalau kita melihat ini perintah dari undang
undang bahwa DPRD itu harus rnernberikan persetujuan maka mereka
tidak bisa mernbuat keputusan yang ambivalent, menerima tidak
menolak tidak, tidak bisa karena itu berarti mereka melanggar
undang-undang, mereka harus berani mengatakan menerima atau
menolak, padahal mereka sudah mengatakan tidak memiliki atau
tidak menemukan alasan untuk menolak, berarti mereka harus
membuat surat persetujuan, itu yang pertama.
Jadi · saya setuju bahwa sebaiknya kita tidak mengakali
undang-undang, mari kita terima karena saya sepakat memang
didalam penjelasan itu memang sudah jelas yang mengatakan bahwa
daerah yahg akan dibentuk ... dan atau dimekarkan diusulkan oleh
Gubernur :dan rnendapat persetujuan dari DPRD, tentu kalau yang
dibentuk belum ada Gubernurnya tapi kita menggunakan daerah yang
akan dimekarkan itu artinya Jabar, j adi saya kira bahwa perlu
persetuj~an saya kira itu jelas, perlu persetujuan dan saya tidak
rnelihat hambatan untuk itu kalau kita berpegang kepada kenyataan
yang tadi pagi kita peroleh, jadi menurut saya tidak perlu
dikhawatirkan.
-3 8 ·-
Persoalan tinggal menyangkut DPOD, pada hemat saya memang
pada UU Nomor 22 ini sudah tidak memenuhi perkembangan politik,
karena ketika UU Nomor 22 ini dibuat tidak perbah terpikir kita
memiliki men~eri yang mengurusi otonomi
lucu bahwa iDewan Perwakilan Otonomi
daerah sehingga sangat
Dearah dibentuk tanpa
mengikut sertakan Menteri Otonomi Daerah. Dalam kerangka ini saya
ingin mendukung usulan Saudara Aly Yahya tadi apakah didaam
kerangka ini kita tidak bisa membuat Ketentuan Peralihan yang
menyatakan sebelum adanya DPOD maka tugas itu diberikan kepada
Menteri Otonomi Dearah, dengan demikian kita tinggal minta apa
yang dalam butir 4 Tanggapan Pemerintah ini didalam memberikan
pertimbangan atas usul RUU kita mintakan saja pertimbangan dari
Menteri Otohomi Daerah, itu usulan jalan keluar yang kami
sampaikan, terima kasih.
KETUA RAPAT :
Masih ada, silahkan.
FPDI-P ! (LUKAS SABAROFEK)
Saudara Mendagri serta jajarannya yang kami hormati.
Ketua Pansus dan rekan-rekan Anggota Pansus DPR yang saya
hormati.
Dari jawaban Pemerintah tadi, saya kurang begitu setuju
dengan jawaban mengenai perbandingan antara Banten dengan
Propinsi Irian Jaya dan Maluku Utara, saya kira tidak bisa kita
anggap ini bahwa propinsi-propinsi di timur itu adalah masalah
masa lalu ~edangkan Banten ini masa sekarang ini, mengapa saya
katakan demikian sebab aspirasi masyarakat ini sudah begitu
menggebu-gebu dari Banten, dan saya tidak mengerti kalau ini
dipersulit,; kita sekarang dalam era reformasi kita mau
mencurahkan; segala pikiran dan tenaga untuk memberdayakan
masyarakat itu, tapi kalau sekarang katakanlah elite politik ini
masih menggunakan cara-cara seperti ini, saya kira masalah tidak
akan selesati.
Propinsi Irian Jaya dikatakan bahwa sudah disiapkan lama,
memang pada; waktu lalu dari DPRD itu mereka minta supaya Propinsi
Irian Jaya. itu dimekarkan menjadi paling tidak dua atau tiga,
tetapi waktu itu ditolak dengan berbagai alasan, SDM-nya belum,
sumber daya· alamnya juga belum dan sebagainya, sehingga ini tidak
-39-
terlaksana, tapi tiba-tiba Tahun 98 itu kita disodorkan usul I
ldidesak untuk memekarkan daerah itu jadi tiga propinsi dan kami
jadi heran, mengapa pada waktu yang baik itu tidak ada keributan
dan sebagainya, tidak diterima usul dari propinsi itu, sekaranmg
kita berada dalam keadaan krisis kok mau dibuat jadi tiga
propinsi, dari mana itu biaya untuk memekarkan Daerah Tingkat I
itu menjadi tiga propinsi, tapi saya pikir kita musti jujur saja
bahwa itu bahasa yang dipakai mungkin untuk menyelesaikan masalah
propinsi dibagian timur itu masalah politik, sehingga ini
menghalalkan : segala cara untuk untuk bisa lolos j adi propinsi,
sedangkan di:Banten ini memang ada didalam jantung ini republik
ini sehingga masal ah poli t ik t idak menj adi masalah, sehingga
dengan car a ini ki ta bisa dapat hal- hal yan9 tercantum dalam
Bag ian Umum ini, tapi menurut saya, saya kira mereka mengeluh
sekali, mereka mengeluh bahwa pendidikan mereka terbelakang,
jalan-jalan mereka rusak sehingga saya
saudara-saud~ra yang dijantung republik
katakan kalau memang
kita ini sudah bisa
nengalami hai seperti itu, bagaimana kami di Papua jauh disana,
jan dalam hati saya katakan beberapa ternan saya bisik saya bilang
3ekarang baru saya dapat mengerti lebih baik mengapa orang Papua
itu mau merdkka lepas diri daripada republik ini, karena masalah
lni perhatiart yang kurang kepada masyarakat ini. Jadi saya pikir
cita tidak usah persulitkan ini tetapi marilah kita bersama-sama
;esuai dengarl saran daripada rekan-rekan tadi, kita sepakat untuk
;ecepatnya kita bentuk ini Propinsi Banten ini sehingga mereka
~ngan lelua~a bisa memberdayakan diri mereka sendiri dan menjadi
>enopang bagi seluruh bangsa dan negara kita ini.
Terima kasih.
KETUA RAPAT :
Terima .kasih Pak Lukas, masih ada ? ya silahkan Pak
.maruddin.
FPDU {AMARUDDIN DJAJASUBITA) :
Terima ~asih Saudara Pimpinan.
Saudara! Ketua Pansus, Saudara Wakil Ketua, Rekan-rekan
nggota Pans~s yang saya hormati.
Saudara)Mendagri beserta jajarannya, Para hadirin yang saya
uliakan.
-40-
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Semula saya merasakan, kita pulang dari Bandung ini
masalahnya sudah selesai everyting is clear itu kira-kira,
sehingga kita tidak merasa ada beban dan berternu dengan Pak
Mendagri ini akan lebih cepat lagi proses ini kita lalui, tapi
barangkali d,ari apa yang disampaikan oleh Bapak Mendagri dan
rekan-rekan sekalian, kita kelihatannya masih melihat ada tiga
krusial poin yang masih diperlukan jalan pemecahannya.
Yang pertama mengenai prosedur persetujuan Gubernur Kepala
Daerah Tingkat I Jabar yang disetujui juga oleh DPRD, saya kira
rnemang secara lisan kita sudah dengar dan saksikan, tapi perlu
bukti outentik sesuai yang dituntut oleh undang-undang perlu ada
bukti outentik bahwa persetujuan ini tertulis.
Kemudian yang kedua, mengenai pembentukan DPOD ini juga
dikehendaki oleh undang-undang dan tadi sudah disampaikan oleh
Bapak Mendagri memang ada satu kesulitan lagi karena ada satu
element yang harus melengkapi keanggotaanya yaitu adanya Asosiasi
Pemerintahan kalau tidak salah dan itu belum jelas.
Kemudian yang ketiga, perlu ada pertimbangan kemampuan
daerah, baik dari segi kemampuan ekonomi, kemudian penduduknya,
batas wilay~h dan sebagainya.
Saya kira saya ingin mengajak kepada rekan-rekan Anggota
Pansus, barangkali memang kita masih memerlukan satu upaya yang
lebih intensif, kita tidak bisa lagi melihat masalah ini
duiserahkan begitu saja pada satu pihak dalam hal ini kepada
Pemerintah,1
karena ada keterkaitan kepentingan sebenarnya yang
juga harus; dilakukan oleh DPR, salah satu misalnya persetujuan
Mendagri ini juga harus disepakati oleh atau didukung oleh DPRD,
kita lihat bahwa munculnya RUU mengenai Pembentukan Propinsi
Banten inikan Usul Inisiatif dari Anggota DPR, dan Anggota DPR
adalah merupakan bagian daripada potensi atau kekuatan partai
politik, oleh karena itu barangkali khususnya kepada Partai
Politik besar, saya justru mengusulkan supaya ada tindak turun
tangan ke Dati I supaya memudahkan adanya proses kesepakatan yang
ada di DPRD Dati I, sebab kalau tidak demikian ini kelihatannya
ada mis ; komunikasi, jadi saya praktis saja, saya ingin
mengusulkan supaya ada upaya yang lebih konkrit, jadi untuk
segeranya:muncul usulan dari Gubernur kita memang harus rnelakukan
satu upaya pendekatan kepada Anggota-anggota DPRD Dati I yang
--39--
terlaksana, tapi tiba-tiba Tahun 98 itu J.:ita disodorkan usul
didesak untuk memekarkan daerah itu jadi tiga propinsi dan kami
jadi heran, mengapa pada waktu yang baik itu tidak ada keributan
dan sebagainya, tidak diterirna usul dari propinsi itu, sekaranmg
kita berada · dalam keadaan krisis kok mau dibuat jadi tiga
propinsi, da~i mana itu biaya untuk memekarkan Daerah Tingkat I
itu menjadi tiga propinsi, tapi saya pikir kita musti jujur saja
bahwa itu bahasa yang dipakai mungkin untuk menyelesaikan masalah
propinsi dibagian timur itu masalah politik, sehingga ini
menghalalkan · segala cara untuk untuk bisa lolos j adi propinsi,
sedangkan di, Ban ten ini memang ada didalam jan tung ini republik
ini sehingga masalah politik tidak menjadi masalah, sehingga
dengan cara ini kita bisa dapat hal-hal yan9 tercantum dalam
Bag ian Umum ini, tapi menurut saya, saya kira mereka mengeluh
sekali, mereka mengeluh bahwa pendidikan mereka terbelakang,
jalan-jalan mereka rusak sehingga saya katakan kalau memang
saudara-saudara yang dijantung republik kita ini sudah bisa
mengalami h~l seperti itu, bagaimana kami di Papua jauh disana,
dan dalam hati saya katakan beberapa ternan saya bisik saya bilang
sekarang baru saya dapat mengerti lebih baik mengapa orang Papua
itu mau merdeka lepas diri daripada republik ini, karena masalah
ini perhati~n yang kurang kepada masyarakat ini. Jadi saya pikir
kita tidak usah persulitkan ini tetapi marilah kita bersama-sama
sesuai dengan saran daripada rekan-rekan tadi, kita sepakat untuk
secepatnya kita bentuk ini Propinsi Banten ini sehingga mereka
dengan leluasa bisa rnemberdayakan diri mereka sendiri dan menjadi
penopang bagi seluruh bangsa dan negara kita ini.
Terima kasih.
KETUA RAPAT :
Terima kasih Pak Lukas, masih ada ? ya silahkan Pak
Amaruddin.
FPDU (AMARUDDIN DJAJASUBITA) :
Terim~ kasih Saudara Pimpinan.
Saudara Ketua Pansus, Saudara Wakil Ketua, Rekan-rekan
Anggota Parisus yang saya hormati.
Saudara Mendagri beserta jajarannya, Para hadirin yang saya
muliakan.
-11-
memang saya lihat merupakan kepanjangan tangan dari partai-partai
yang besar misalnya Golkar, PDI-P, inikan penanggungjawab
daripada p~nandatanganan usul inisiatif ini.
Jadi dengan adanya upaya-upaya demikian ada satu
sinkronisasi dengan pihak aparat Pemerintah, sehingga Gubernur
dan DPRD Dati I itu ada satu kesepakatan bulat yang datrangnya
arahnya justru upaya-upaya yang datang dari pihak Dewan maupun
Pemerintah, itu yang pertama.
Kemudian yang kedua, mengenai pembentukan DPOD saya kira
kita sepakat bahwa kita ingin berpegang kepada taat azas dan taat
hukum, jadi ini suatu ketentuan yang dituntut juga oleh undang
undang bahwa proses persetujuannya mau tidak mau harus melalui
DPOD, untuk ini saya mengusulkan, saya serahkan ini sepenuhnya
kepada Pemerintah, jalan yang terbaik apakah dengan susunan yang
tidak sepenuhnya sesuai dengan bunyi undang-undang masih bisa
dipertanggungjawabkan dan untuk itu barangkali perlu suport,
perlu dukungan dari Dewan kepada pemerintah sehingga susunan DPOD
ini bisa dipertanggungjawabkan baik oleh Pemerintah maupun oleh
Dewan, itu yang kedua.
Kemudian mengenai adanyam pertimbangan kemampuan saya sudah
mencermati, sudah mempelajari, sudah mengkaji secara mendalam
bahwa buku yang diterbitkan oleh Bappeda itu sudah cukup relevan,
sudah cukup baik, cuma ada satu yang perlu dipertimbangkan dan
saya juga sudah sampaikan tadi kepada Gubernur Jabar, perlu
menampung tanggapan dari Bappenas, ada enam poin tadi sudah
disebutkan oleh rekan saya, enam poin ini diperhatikan, karena
ada satu yang paling penting bahwa data-data yang ada, yang
menjadi acuan buku itu, tidak berdasarkan kepada data yang up to
date dan relable dan ini Bappenas sudah memberikan arahan-arahan
dan ini · belum ditanggapi oleh Bappeda, kalau buku itu
disempurnakan dengan saran-saran seperti yang diberikan oleh
Bappenas, saya kira itu sudah merupakan satu kajian yang
objektif1 saya yakin itu walaupun itu dibuat oleh Bappeda Dati I
Jabar, hanya itu kekurangannya, kalau buku itu dilengkapi dengan
data-data yang up to date, relable, ditambah juga dengan data
data yang diperoleh di daerah masing-masing Dati II di
Karesidepan Banten, saya kira kajian itu cukup sempurna dan bisa
dipertanggungjawabkan, oleh karena itu barangkali kita memang
dengan keterdesakan waktu ini lebih baik kita melakukan satu
-47.-
action, bagi~tugas mana yang menjadi peran Pemerintah, mana yang
rnenjadi peran kita dan kemudian baru kita lakukan satu pertemuan
lagi. Saya kira untuk sementara sekian dulu.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
KETUA RAPAT :
Silahkan kalau masih ada, silahkan Saudara Idrus.
FPG (IDRUS MARHAM) :
Bismilahirokhmanirokhim.
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Saudara Pimpinan,
sekalian.
Saudara Menteri dan Saudara-saudara
Pertama saya ingin menyampaikan salut kepada Pak Suryadi
yang secara konsisten ingin menj adikan UU Nomor 22 ini sebagai
instrument, meskipun kita juga tahu bahwa secara pribadi
sebenarnya juga punya kepentingan subjektif sebagai orang Serang.
Saudara sekalian, ada tiga hal yang ingin saya sampaikan
yang pertama adalah saya ingin mempertegas kembali tentang posisi
masalah, kemudian yang kedua juga saya ingin mempertegaskan
tentang beberapa hal yang menjadi pemahaman kita yang sama, dan
kemudian yang ketiga, saya ingin rnencoba memfocuskan masalah
masalah yang perlu kita diskusikan, itu tiga hal mungkin.
yang pertama ialah, seperti yang telah dibicarakan oleh
saudara-sau'dara Anggota Pansus lainnya bahwa posisi masalahnya
bisa kita lihat bahwa ini adalah merupakan Usul Inisiatif DPR-RI,
jadi kita harus faham betul.
Kemudian yang kedua adalah sampai pada hari ini DPOD seperti
yang dimaksud belum terbentuk dan apalagi dikatakan tadi sesuai
dengan Pasal 115 ada Asosiasi Pemerintah Daerah sebagai salah
satu anggota daripada DPOD itu. Kemudian juga PP tentang berbagai
hal yang menyangkut masalah kriteria, sudah itu posisi-posisi
masalah yang kita hadapi.
Kemudian yang terakhir adalah pemahaman dan interpretasi
mengenai berbagai isi UU Nomor 22 khususnya yang terkait dengan
masalah ini memang masih menimbulkan berbagai macam interpretasi
yang belum sama, meskipun tadi dalam penjelasan Saudara Menteri
itu sudah ada penegasan-penegasan, saya kira ini posisi masalah
kita, artinya ialah bahwa memang apa yang kita bahas ini dalam
i
-43-
situasi yang :tidak normal, jadi kondisinya tidak normal, kondisi
yang tidak normal ki ta ingin menerapkan aturan yang normal itu
tidak nyambung Saudara Ketua, jadi kadang-kadang sesuatu yang
normal itu hanya bisa diterapkan pada kondisi yang normal, ini
, saya kira satu hal yang harus kita pahami betul, sehingga tidak
terjadi tarik menarik, disatu sisi kita ingin menerapkan suatu
aturan secara normal padahal kondisi yang dihadapi tidak normal,
! ini saya kira satu persoalan, oleh karena itu saya ingin sampai
/ kepada hal-hal yang singkat saj a, karena say a tahu ini karena
baru dari Bandung mungkin agak kurang apa untuk membahas, j adi
perlu waktui lagi, yang kedua ada beberapa hal yang sebenarnya
sudah ada pemahaman yang sama.
Yang pertama ialah, semua kita ingin bahwa pemekaran ini
dalam rangka peningkatan kesej ahteraan rakyat, ini semua ingin
seperti itu.
Kemudian yang kedua ialah, bahwa pendekatan yang kita
lakukan harus komprehensif tidak parsial.
Kemudian yang ketiga ialah,
prosedur.
juga kita harus melalui
Kemudian yang keempat, say a kira juga tadi bahwa apa yang
kita lakukan ini atau pemekaran ini dalam bingkai Negara Kesatuan
RI, jadi bukan pemisahan tapi pemekaran dan peningkatan status.
Kemudian yang kelima ialah, saya kira ini juga menarik tadi
~jbahwa pemahaman kita terhadap Pasal 115 tentang Kepala Daerah itu
sesuai dengan penegasan Saudara Menteri tadi, itu yang
dimaksudkan adalah Kepala Daerah daerah yang bersangkutan dalam
hal ini Jabar, jadi ini perlu kesepahaman ini karena nanti
terkait dengan sikap Gubernur dan juga sikap Pimpinan DPRD
Tingkat I ,Jabar.
Kemudian yang terakhir yang keenam, juga sudah hampir kita
sepaham bahwa secara substansi, jiwa dan semangat tidak ada
masalah, ,saya kira ini perlu kita dulu ada supaya biar jelas
nanti apa yang sebenarnya jadi masalah, terhadap keenam hal ini,
baik menyangkut masalah pendekatan, menyangkut masalah substansi,
saya kira ini sudah tidak ada masalah, yang perlu kita diskusikan
saya kira tadi itu ada dua, aspek prosedur, yang pertama adalah
ten tang sub a daripada Pasal 115 penj elasan ten tang itu harus
diajukan oleh Kepala Daerah atas persetujuan DPRD, saya ingin
sekali lagi mempertegas seperti apa yang disampaikan oleh
-44-
udara-saudara yang lain bahwa sebenarnya disi tu baik Gubernur
1pun Pimpinan DPRD, jadi mungkin surat yang sampai kepada
1teri disitu adalah dari Pimpinan DPRD, hal itu tegas-tegas
:atakan bahwa · bukan tidak setuju tetapi memang rnereka berada
~a posisi yang tidak berwenang untuk mengambil suatu keputusan,
gan demikian maka logika kita ketika kita semua sudah sepakat
a makna ayat :115 bahwa yang dimaksudkan disitu adalah kepala
rah yang bersangkutan maka sebenarnya sudah tidak ada masalah,
1 tinggal melakukan pendekatan kesana menjelaskan bahwa
.sinya disini, bahwa Gubernur itu memiliki posisi dan ini
.h tidak ada masalah saya kira Pimpinan, jadi tidak perlu kita
usikan, tinggal kita menjelaskan kepada mereka bahwa yang
ksud Pasal 115 disini adalah kepala daerah, daerah yang
~ngkutan, dalam hal ini Gubernur, saya kira ini, saya tidak
1at persoalan. Yang j adi persoalan saya kira disini adalah
menyangkut imasalah DPOD Pasal 115, karena memang belum
:ntuk, nah ini jadi persoalan, oleh karena itu maka ada
apa pikiran tadi yang sudah disampaikan saudara-saudara yang
jadi menyangkut masalah DPOD ini yang pertama adalah Aturan
ihan, tadi secara tegas oleh Menteri belum ditanggapi dari
1 Saudara Aly Yahya dan memang biasanya didalam suatu aturan
iang-undangan, Aturan Peralihan ini kadang-kadang sangat
!gis, karena untuk mengakomodasi hal-hal yang krusial, oleh
itu saya mengusulkan dalam forum ini kepada kita sekalian
n kita perlu ada ketegasan dari Saudara Menteri atau perlu
~raan dari kita nanti bahwa kita sepakat masalah DPOD ini
komodasi didalam Aturan Peralihan, masalah isinya nanti
.carakan bersama, kita mencoba kaitkan dengan lain-lain ada
mnya dimanai baru kita harapkan bahwa inilah sebagai jalan
dengan demikian maka apa yang dikhawatirkan oleh Saudara
tentang cantolan aspek legal itu sudah ada dan sekaligus
pat mengakomodasi kepentingan-kepentingan yang ada, saya
.rangkali ini perlu kita pikirkan dan oleh karena itu,
kita akhiri saya usulkan Saudara Ketua, jadi nanti
ada penjelasan dari Saudara Menteri, setelah itu kita
focuskan perhatian kita pada DPOD ini, lebih kurangnya
af, Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
-45-
KETUA RAPAT :
Kami perslahkan Saudara Yoseph.
FPPP (HM. THAHIR SAIMIMA, SH) :
Saya interupsi sebentar Saudara Pimpinan, ini waktu kita
jah Jam 22.35 WIB, sementara Tatib itu hanya sampai dengan Jam
.30 WIB, barangkali minta persetujuan kita apa perlu diteruskan
iU sampai disini saja.
Terima kasih.
KETUA RAPAT :
Memang ada jam didepan saya, saya lihat terus memang tatib
22.30 WIB maka saya lanjut terus, kalau lewat baru kita mau
~enti atau minta persetujuan diperpanjang, kami persilahkan.
I FPDI-P (YOS~PH UMAR HADI)
Terima kasih Pimpinan.
Yang saya hormati Bapak Mendagri dan jajarannya.
Pimpinan dan seluruh Anggota Pansus DPR yang saya hormati,
a forum hadirin yang saya muliakan.
Mengawali pernyataan atau pertanyaan yang akan kami ajukan
saya pertama-tama ingin megucapkan terima kasih pada semua
~ terutama pada Bapak Mendagri yang tadi beserta dengan
~annya telah berulang-ulang untuk rnenyampaikan dengan tegas
Pemerintah dalarn hal ini Mendagri tidak sedikitpun berupaya
menghambat atau mernperlambat berkembangnya lajunya aspirasi
rakat Banten dalam rangka untuk pembentukan Propinsi Banten
jadi dari aspek politis dan demokratis, saya kira kita semua I
sepakat bahwa masalah ini tidak jadi masalah, jadi bahwa
bersama-sama akan berusaha untuk mencoba merealisasikan
.nan ini at~u aspirasi yang berkembang ini dengan mengacu
L kepentingan kita bersama atau harapan kita bersama menuju
:uatu keadaari masyarakat yang lebih sejahtera dan lebih baik
aerah yang bersangkutan, hanya yang menjadi pokok persoalan
menurut kami yaitu masalah time dan masalah prosedur yang
erkali-kali telah ditegaskan.
~di menurut kami memang persoalan mengenai kapan propinsi
.an segera kita realisasikan, itu adalah tinggal tunggu
saja, dengan kita memerlukan suatu kesabaran dan kehati-
-4G-
1tian serta ketelitian supaya hasilnya ini benar-benar maksimal
1n optimal serta memuaskan semua pihak, jadi sekali lagi masalah
1ktu dan prosedur saja, kita ingin mencapai suatu yang optimal
~ngan tentu saja memperhatikan seluruh prosedur hukum yang
~rlaku yang ada maupun dengan mempertimbangkan aspek regional
in kepentingan nasional yang ada. Kita dalam perkembangan
~bamhasan tadi nampaknya kita sependapat dan sepakat bahwa,
~ngingat ini merupakan suatu langkah awal yang baru pertama kali
1i kita akan laksanakan yakni usul inisiatif ini merupakan yang
irtama kali dari Dewan dan kita kedepannya tidak ingin ada
::-eseden-preseden yang kurang baik, artinya meninggalkan suatu
!rsoalan-persoalan yang menjadi pertanyaan dari berbagai pihak,
leh karena itu kita berharap sekali bahwa sekarang ini merupakan
1atu saat yang sangat strategis dalam menata kehidupan.
Jadi mentlrut saya kita tidak didesak oleh suatu persoalan
lmana ini keadaan darurat atau bukan darurat tapi lebih kita
~miliki pertimbangan kedepan karena ini menyangkut persoalan
:~ng sangat strategis maka hendaknya pembahasan-pembahasan kita
ldasari oleh suatu ketentuan dan mekanisme yang benar dengan
~kuatan hukum yang tegas dan j elas, kemudian narnpaknya juga
idalam perkembangan yang ada, saya tidak melihat dan bahkan saya
1yimpulkan suatu kesepakatan bahwa UU Nomor 22 Tahun 1999, itu
~rukana suatu ketentuan atau suatu konsideran yang harus kita
Jgat dan kita ternpatkan sebagai urutan yang pertarna dan ini saya
ira tidak kita perdebatkan masalah ini dan kita mengharapkan
~hwa undang-undang ini menjadi semacam undang-undang induk serta
Jdang-undang organik yang rnenjadi cantolan dari semua yang akan
ita bahas kedepan, oleh karena itu kalau memang ini tidak
~njadi masalah maka mau tidak mau kita juga menuju pada suatu
~tegasan, apa yang dimanatkan oleh undang-undang ini harus kita
3.ksanakan secara konsekuen dan tegas, j adi kalau ada muncul
~rbagai penafsiran rnaka kita tidak bisa memperdebatkan ini dan
ita menyerahkan pada lembaga yang berwenang dalam hal ini kita
~nyerahkan pada Pemerintah untuk mempertegas mengenai penafsiran
3.ng ada, jadi kalau muncul perbedaan penafsiran maka kita I
erahkan pad~ lembaga yang berwenang, oleh karena itu karni tentu
3.ja mendesak supaya Pemerintah segera mengeluarkan keputusan
tau petunjtik pelaksanaan atau PP terkait dengan masalah ini
~paya tidak1
muncul berbagai penafsiran yang ada.
-47-
Kemudian ~elihat apa yang tadi saya sampaikan maka menurut
lya sebenarnya pertemuan ini tidak tejadi suatu perbedaan yang
1bstansial tetapi menuju pada suatu keadaan dimana kita sepakat
thwa kami setuju kalau dengan mengacu pada amanat UU Nomor 22
tdi maka kita beri kesempatan secepatnya kepada Pemerintah untuk
:gera membentuk DPOD dalam rangka untuk melakukan pengkaj ian
cara cepat yang kita semua akui ini sebagai suatu dasar
rhitungan kita secara objektif mengenai keadaan dan situasi
erah yang akan kita tetapkan sebagai propinsi yang baru tadi.
Kemudian yang kedua, itu tadi mengacu pada UU Nomor 22
bagai undang...:undang induk maka kita bisa menerima dan bahkan
nang kita perlukan pertimbangan dan masukan-masukan dari
)pinsi Jabar maupun DPRD Tingkat I yang meskipun dalam hal ini
nang tadi sudah dipertegas oleh mereka tadi pagi oleh Gubernur
~un DPRD menyerahkan sepenuhnya kepada Pemerintah Pusat, oleh
~ena itu sebe~arnya, persoalanya tinggal Pemerintah Pusat untuk
rera menyampaikan suatu sikapnya mengenai masalah ini.
Kemudian )fang terakhir masalah apakah DPOD ini yang tadi
a perdebatkan itu perlu kita masukan dalam Ketentuan Umum atau
entuan Peralihan, menurut kami kalau memang kita sepakati
wa undang-undang itu merupakan suatu cantolan kita atau
ang-undang induk maka ini mau tidak mau harus kita, tidak bisa
:t tempatkan : dalam Ketentuan Peralihan melainkan harus kita
~saikan dan kita pertegas didalam pembahasan mengenai masalah
~ntuan Umum, ~ saya kira demikianlah Pimpinan dari kami.
Terima kasih.
KETUA RAPAT :
Terima kasih saudara sekalian.
Karena masih ada yang ingin menyampaikan ini, kami minta
satu lagi i diputaran kedua ini, kami persilahkan Saudari
hina.
FPG (Ny. MARTHINA MEHUE WALLY, SE)
Terima kasih Pimpinan.
Rekan-rekan Anggota Dewan yang kami hormati.
Saudara Mehteri beserta seluruh jajarannya selamat malam
~ ki ta semua.
Forum yanglistimewa ini mari kita pergunakan secara sesion
-4.8-
sehingga bisa menghasilkan hasil yang maksimal, kalau kita I
terlalu banyak berdebat hasilnya juga melelahkan rakyat, karena
rakyat akan menanti-nanti terus kapan datangnya matahari.
Bapak menteri yang kami hormati, Bapak sebagai orang tua
bagi masyara~at Banten, dimana masyarakat Banten ini mengharapkan I
suatu kesej ahteraan yang maksimal, kami turun ke lapangan dan
kami melihat dengan sendiri, dimana kami melintasi jalan yang
kami lalui ada jalan propinsi dan jalan-jalan propinsi itu sangat
rusak be rat, dan didalam Kabupaten Serang saj a SMA saj a ada
berapa, berarti disini kami melihat bahwa ada kurang perhatian
dari Propinsi Jabar kepada masyarakat Banten, oleh sebab itu
mereka berusaha bagaimana bapak bisa melapangkan dada untuk
menerima keluhan mereka tanpa melihat kepada aspek yuridis yang
ada, bukan kita menghalalkan segala cara untuk mencapai keinginan
rakyat, tidak, tetapi kalau kami membuat perbandingan dengan
masyarakat· kami di Irian Jaya, dimana bapak untuk membagi dari
satu propinsi menjadi tiga, pertama aspek penduduk, penduduk I
Irian jaya l::lanya satu juta sekian orang, tetapi bapak bersedia
untuk membagi sekian wilayah dan kami melihat dari sisi PAD, PAD
kami lihat sangat kurang sekali untuk Irian Jaya, tapi Pemerintah
Pusat berkenan untuk membaginya, ini ditinjau dari sisi yang
mana, sedangkan kemarin kami ke wilayah Banten, kami melihatnya
dengan mat a .kepala sendiri, bahwa masyarakat dis ana j auh berbeda
dengan kondisi yang ada di Irian jaya, masyarakat disana sudah
siap sebenarnya dan tadi kami mengikuti pertemuan dengan Bapak
Gubernur ada kalimat yang dikatakan subsidi dari Jabar paling
besar untuk · ke Pemerintah Pusat, bukan kami berbicara masalah
subsidi itu; sehingga Pemerintah Pusat
tidak terbagi, tidak, tetapi dengan
mempertahankan sehingga
terbaginya wilayah denga
terbentuknya Propinsi Banten inikan subsidi itukan tetap ada dan
tidak mengu~angi juga kewenangan dari Propinsi Banten juga,
tetapi ini bagaimana masyarakat ingin meningkatkan !
kesejahtera~nya, j adi mari kita melihat kepada sisi ini saj a,
masyarakat ingin meningkatkan kesej ahteraanya, apakah ki ta mau
menyambut d~ngan hati yang murni, apakah Pemerintah mau menjadi
pelabuhan hati untuk masyarakat Banten atau tidak.
Jadi mar kita melihat dengan jujur saja, bahwa benar
masyarakat ~anten sudah siap untuk itu, oleh sebab itu mari kita
berikan jalan yang terbaik untuk mereka, dimana meraka ingin
-49-
menata kehidupan kedepan lebih baik lagi oleh mereka sendiri,
mungkin itu saja dari kami Pimpinan, terima kasih dan selamat
malam.
KETUA RAI?AT
Selamat;malam Bu Marthina.
Saudaralsaudara sekalian, Saudara Menteri beserta jajaran.
Kami harap ini putaran kedua bagi Anggota Pansus kami anggap
cukup, oleh : karena itu sebagian besar fraksi sudah terwakili
untuk memberikan tanggapan, oleh karena itu saudara-saudara
sekalian.
FI?G (DRS. J.M. NAILIU) :
Terima kasih Bapak Pimpinan.
Saya berpendirian bahwa keinginan Pemerintah dan Pansus itu
sebenarnya s~dah sama yaitu untuk membahas lebih lanjut RUU ini,
hanya saja memang oleh Pemerintah itu menyarankan supaya kita
mencari jalan keluar agar kita itu tidak bersalahan atau I
bertentangan: dengan ketentuan yang sudah ada, oleh karena itu
barangkali saya ingin menceritakan pengalaman saya pada waktu
kita membahas RUU Pembentukan Propinsi Maluku Utara. waktu itu
dipercayakan: kepada Komisi II, memang seperti yang dikatakan oleh
Pak Sekjen ! tadi bahwa DPOD itu lebih dahulu mengadakan
penelitian, ,kemudian oleh Pemerintah RUU itu disampaikan kepada
DPR dengan amanat Presiden, kemudian oleh bamus diputuskan bahwa
itu akan ditempuh dengan prosedur singkat dan diselesaikan oleh I
Komisi II, oleh karena itu kami dari Komisi II waktu itu ada 10
orang sebagai Tim dari Komisi II mengunjungi Propinsi Maluku
Utara atau calon Propinsi Maluku Utara, kami ke Ternate, Tidore
dan Halmahera Tengah.
Jadi memang data-data yang disampaikan oleh pihak Pemerintah
itu kami turun juga mendapatkan data yang sama, data itu ami
peroleh dari kabupaten-kabupaten yang bersangkutan, jadi apa yang
diterima, apa yang disampaikan oleh Pemerintah basil daripada
penelitian D?OD itu persis sama dengan apa yang kami dapat.
Jadi saya pikir seperti saya berpendapat bahwa jalan keluar
satu-satunya: adalah seperti yang disarankan oleh Pak Aly tadi,
bahwa hendaknya kita menampung aspirasi atau keinginan daripada
pihak Pemerintah supaya kita itu jangan salah, kami sebenarnya
-50-
sudah ada konsep ini, sudah ada satu konsep jalan keluar untuk
mengatasi kesulitan ini sehingga dengan demikian kita itu tidak
salah, DPOD kita fungsikan dia sesuai dengan undang-undang, kami
sebenarnya ada kalau ada Ketentuan Peralihan itu sampai dengan
Pasal 25 hampai sampai satu pasal, tapi kalau RUU itu datngnya
dari kita, saya kira malam ini kita dari Pansus menyiapkan satu
konsep yang baik, besok nanti kita membahas ini pada saatnya
nanti kita akan bicarakan mengenai Ketentuan Peralihan, kita akan
ajukan ini dan itu jalan keluar yang baik.
Barangkali sebagai gambaran saj a bahwa konsep kami adalah
begini, setelah diundangkannya undang-undang ini, kepada
Pemerintah diberi kesempatan untuk menyesuaikan prosedur
Pembentukan Propinsi Banten ini sesuai ketentuan yang berlaku,
barangkali nanti disempurnakan, sehingga dengan demikian ini
jalan keluar, memang kehati-hatian dari Pemerintah dan kita itu
wajar, karena supaya kita jangan sampai bertentangan dengan
peratruran. Terima kasih.
KETUA RAPAT : '
Saudara-saudaia sekalian, sudah demikian putaran kedua untuk
pembahasan daripada DIM yang disampaikan oleh pemerintah khusus
bagian Tanggapan Bagian Umum, Bagian Umum ini ada 4 poin yang
disampaikan oleh Pemerintah dengan beberapa penjelasan, kalau
saya bisa mengambil satu kesimpulan sekarang, saudara-saudara
sekalian, bahwa dari empat ini bisa kita kategorikan dua garis
besar daripada yang harus kita lebih sempurnakan setelah ada
tanggapan oleh Pemerintah yang kedua setelah itu saudara-saidara
lagi sebagai Anggota Pansus memberikan tanggapan yang putaran
kedua yaitu pertama adalah tentang masalah rekomendasi dari Dati
I atau Gubernur dan DPRD, yang kedua tentang masalah DPOD, oleh
karena itu saudara-saudara sekalian kami minta persetujuan untuk
kita lakukan putaran lagi juga akan berkisar disana, oleh karena
itu sekarang sudah Jam 22.55 WIB, oleh karena itu saya meminta
kesediaan saudara~saudara kita pergunakan mekanisme kita yaitu
saya minta di skors rapat ini, kita loby dengan wakil-wakil
fraksi dan Pemerintah untuk kita ambil solusi dari bidang umum
ini, yang dari dua poin tadi yang ingin saya sampaikan, bisa kita
loby, silahkan.
-51-
FPPP (HM. THAHIR SAIMIMA, SH) :
Saya mahan rapat ini kita skors sampai besok sambil Pansus
~apat secara intern untuk mengambil keputusan jalan keluar
;ebelum kita bicarakan dengan Pemerintah, khusus dua poin ini
~ita intern dulu, kalau tidak kita tidak mungkin selesai juga
lengan loby.
FPDI-P (FIRMAN JAYA DAELI, SH) :
Saya menggaris · bawahi dari Pak Saimima, supaya sama-sama
1uga ada persiapan jadi perlu memang kita skors ini sampai besok
;ehingga ada rapat dulu di internal, banyak masukan juga dari
>eberapa ternan, jadi kamai hanya menggaris bawahi dari Pak Thahir
;aimima.
KETUA RAPAT
Ada usulan, baik.
Saudara-saudara sekalian, karena loby ini mewakili dari
'raksi-fraksi dengan pihak Pemerintah, kita coba dulu loby kita
tanfaatkan waktu sekitar 15 menit, karena loby antar wakil-wakil
:raksi dengan pihak ~emerintah setelah itu, karena bagini saudara
1ekalian, kalau sesuai dengan tatib kita bahwa seandainya basil
oby ini umpamanya kita pending dulu tentang masalah umum, terus
.ita berlanjut kepada DIM yang lain, nanti ini DIM setelah
elesai, kita masuk lagi pada Ketentuan Umum itu bisa saja, oleh
arena itu saudara sekalian ini cukup . . kita bersama tapi oleh
arena itu saudara sekalian, kita minta untuk kita loby, karena
esok kita tidak bisa, kalau saya selama loby Saudara menteri
ada waktu break bahwa besok kita tidak bisa Rapat Pansus pagi,
leh karena Saudara Menteri sudah punya acara yang sudah, memang
iharapkan Pak Menteri kita bersama malam ini selesai DIM,
ernyata dalam Tanggapan Umum Pemerintah saja kita sudah memakai
jam 10 menit, oleh karena itu saudara sekalian nanti kita
icarakan dalam loby kapan kita lanjutkan Rapat Tingkat Pansus,
arena sesuai dengan Tatib, Rapat Tingkat Pansus itu harus
ihadiri oleh Menteri, Panja baru dengan staf, oleh karena itu
entu kesediaan waktu kedua belah pihak, oleh karena itu dalam
oby nanti kita bica~akan, setuju kita loby 15 menit di ruangan
ebelah sana, wakil-wakil fraksi dan pihak Pemerintah, bagaimana
ihak Pemerintah setuju ?
-52-
PEMERINTAH/MENDAGRI (SURYADI SUDIRDJA)
Pimpinan yang saya hormati 1 sekarang kita loby 15 menit
antara fraksi dengan Pemerintah 1 tapi setelah loby ?
KETUA RAPAT :
Setelah loby 1 kita mau lanjutkan terus sesuai dengan
kesepakatan loby pak 1 apa kita rnau teruskan atau kita pending
sampai.
PEMERINTAH/MENDAGRI (SURYADI SUDIRDJA) :
Tapi sebelum i tu saya ingin rnenyarnpaikan suatu hal yang
menarik tadi dari Ibu Marthina.
Jadi saya menghindari subjektifitasl saya orang Banten bu 1
saya tahu persis apa yang dikatakan oleh ibu itu, tapi saya
sekarang di Pemerintahan, ternan-ternan dari Banten sernua juga tabu
bagaimana sikap saya, jadi karenanya saya ingin cari jalan yang
terbaik, oleh karena itu pandangan saya Pemerintah, j adio se
objektif-objektif-nya, karena yang akan menanggung akibatnya
tentu kita semua, ini keputusan politik yang cukup besar terutama
bagi daerah Banten, dan daerah Banten itu punya sejarah yang
panjang, karenanya mudah-mudahan keputusan politik ini menjadi
kesinambungan bagi· daerah Banten dalarn rangka sejarah yang
panjang yang membanggakan itu 1 jadi saya kira itu, kalau saya
ditanya subjektifitas sudah lain sekali bicara saya.
Terima kasih, kita loby pak.
KETUA RAPAT :
Baik, terima kasih, oleh karena itu rapat kami skors untuk
loby sekitar 15 menit dan yang lain kami harap untuk menunggu dan
utusan-utusan dari fraksi kami harapkan untuk hadir ke loby 1
sediakan ruangan oleh sekretariat.
{RAPAT DI SKORS 15 MENIT)
Saudara-saudara sekalian 1 sarnbil saudara menikrnati sahur
puasa selasa, atas seizin saudara-saudara sekalian skors kami
cabut kembali.
(SKORS DI CA.BUT)
-53-
Saudara-saudara, tadi kita menskors rapat ini dalam rangka
memberikan waktu kepada Fraksi-fraksi dan pihak Pemerintah dalam
Pansus ini untuk melakukan loby tentang masalah-masalah yang kita
bahas yaitu tentang Tanggapan Umum bagi Pemerintah dalam RUU
Propinsi Banten ini.
Tadi loby dipimpin oleh Pak Sa • adun sebagai Wakil Ketua,
oleh karena itu hasil loby sudah disampaikan kepada kami secara
tertulis dan kami ,ingin sampaikan kepada saudara-saudara sekalian
bahwa yang kita bahas tadi tentang masalah Tanggapan Umum sudah
bisa diklasifikasikan tentang masalah dua hal, yaitu tentang
masalah rekomendasi dari Daerah Tingkat I Jabar dan DPRD dan
tentang masalah y~ng bersangkut paut dengan masalah DPOD, hasil
loby tersebut saudara-saudara sekalian yaitu bahwa secara
substansi hal-hal yang ki ta bicarakan ini sudah ki ta sepakat i,
oleh karena itu tinggal masalah rumusan-rumusan dan tentang
masalah yang harus kita serahkan kepada Pemeritah untuk
memberikan tindak lanjut daripadadua hal tadi, oleh karena itu
setelah substansi sudah di terima bahwa ini ki ta masukan
dibicarakan di Tingkat Panja untuk lebih lanjut, oleh karena itu
saudara-saudara sekalian, setalah kita masukan ke Panja, kita
memberikan waktu kepada pihak Pemerintah dan kita semua untuk
mencari formula-formula rumusan daripada dua hal ini, oleh karena
itu tentang masalah ini kita pending di Tingkat Panja, bisa i
difahami rumusan yang kami sampaikan ?.
Kalau memang sudah bisa difahami, dan minta persetujuan
saudara-saudara bahwa ini kita pending dang masuk kepada
substansi Panja, setuju ?
(RAPAT SETUJU)
Terima kasih saudara-saudara sekalian, kami mohon maaf jam
sudah lewat daripada 23.30 WIB malam, kami tidak akan menawarkan
untuk memperpanjang waktu kepada saudara-saudara, kami ingin
untuk menselesaikan rapat pada malam ini untuk kita masuk kepada
pembahasan DIM lebih lanjut, yaitu Rapat Tingkat Pansus yang akan
kita laksanakan, karena memang dikandung maksud sebelumnya bahwa
malam ini akan bisa kita selesaikan dengan pihak Pemerintah dan
juga Pemerintah ,bersikap demikian ternyata tidak bisa kita
selesaikan, oleh karena itu ternyata Pemerintah besok hari sudah
-54-
ada acara yang tidak bisa dia tinggalkan, oleh karena itu pihak i
Menteri besok akap memberi tahu sekitar Jam 09.00 atau jam 10.00
WIB pagi untuk kapan, jam berapa kita berlanjut untuk membahas
DIM pada Rapat-rapat Pansus selanjutnya, oleh karena itu saudara
saudara sekalian sambil kita menunggu berita dari Saudara Menteri
dan jajaran Pemetintah, kami mengusulkan kepada saudara-saudara
sekalian besok kita Jam 10.00 WIB tetap mengadakan Rapat Pansus
Intern untuk membahas lebih lanjut demi kelancaran rapat-rapat I
selanjutnya dengJn pihak Pemerintah, bisa disetujui ? dan untuk I
rapat besok ti4ak perlu undangan berjalan kecuali setelah I
Pemerintah membe:tikan waktu dan kesediaan jam untuk mengadakan . I
rapat selanjutnya, jadi tidak perlu mengadakan undangan cukup I
dengan penyampai~n sekarang dan disusul dengan lewat telepon oleh I
saudara sekratariat, karena sekarang 23.35 WIB, bisa kita !
setujui ?
(RAPAT SETUJU)
! Baik saudar~-saudara sekalian, sebelum kami mengakhiri rapat
I
ini, kami samp~ikan kepada Pemerintah apakah ada yang ingin
disampaikan untuk penutupan rapat pada hari ini, baik tidak ada.
Saudara-sau,dara sekalian, tidak panjang lebar atas seizin
saudara-saudara ~an pihak Pemerintah dengan ucapan Alhamdulillah, I
kami tutup rapat ini dengan tuntutan pengumuman-pengumuman yang
telah kami sampaikan tadi. I
Wabilahitofiq wal hidayah.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
(RAPAT DITUTUP PUKUL 23.35 WIB)
Jakarta, 20 Maret 2000
a.n. KETUA RAPAT
RAP AT
SUBIJANTO SUDARDJO, SH.
NIP. 210000601