riyadina, woro. dkk. 2009 (2).pdf

Upload: firza-hyde-amro

Post on 09-Oct-2015

42 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

  • Artikel Penelitian

    Maj Kedokt Indon, Volum: 59, Nomor: 10, Oktober 2009

    Pola dan Determinan SosiodemografiCedera Akibat Kecelakaan Lalu Lintas

    di Indonesia

    Woro Riyadina, Suhardi, Meda Permana

    Pusat Penelitian Pengembangan Biomedis dan Farmasi,Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI

    Abstrak: Kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab terbanyak terjadinya cedera di seluruhdunia. Cedera akibat kecelakaan lalu lintas adalah penyebab utama kematian dan disabilitas(ketidakmampuan) secara umum terutama di negara berkembang. Artikel ini bertujuanmenggambarkan pola dan determinan sosiodemografi cedera akibat kecelakaan lalu lintaspada masyarakat Indonesia. Analisis menggunakan data kesehatan masyarakat hasilwawancara pada Riskesdas tahun 2007 dari 33 provinsi di Indonesia sebanyak 928.317responden. Variabel dependen adalah cedera akibat kecelakaan lalu lintas. Variabel independenadalah karakteristik sosiodemografi (umur, jenis kelamin, hubungan dengan kepala keluarga,pendidikan dan pekerjaan, status ekonomi) dan variabel wilayah (provinsi dan perkotaan danperdesaan). Analisis dilakukan dengan complex samples serta dilakukan pembobotan. Datadianalisis dengan uji Chi square dan atau regresi logistik untuk menguji hubungan sertamenghitung angka risiko (crude OR dan adjusted OR). Hasil menunjukkan bahwa proporsicedera akibat kecelakaan lalu lintas sebesar 27% dari semua cedera. Pola bagian tubuh yangterkena cedera yaitu kaki (63,8%), tangan (47,8%), kepala (19,6%) dan badan (10,2%) denganluka lecet (65,9%), memar (49%), luka terbuka (26,7%), terkilir/teregang (21%) serta patahtulang/anggota tubuh terputus sekitar 9,1%. Determinan cedera akibat kecelakaan lalu lintasmeliputi umur 15-59 tahun (OR 3,31; 95% CI 2,97-3,69), laki-laki (OR 1,55; 95% CI 1,45-1,66),tingkat pendidikan sedang (SMU) dengan OR 1,50 (95% CI 1,41-1,60), pegawai (OR 1,54;95% CI 1,36-1,74), tinggal di perkotaan (OR 1,12; 95% CI 1,05-1,19) dan tingkat pengeluaranper kapita tinggi (OR 1,50; 95% CI 1,36-1,65). Disimpulkan bahwa proporsi cedera akibat lalulintas di Indonesia cukup tinggi dengan tingkat keparahan yang tinggi pula. Oleh karena itu,masalah cedera akibat kecelakaan lalu lintas sudah saatnya diangkat menjadi isu nasionalyang pengendaliannya perlu mendapat prioritas.Kata Kunci: determinan, sosiodemografi, cedera, kecelakaan lalu lintas

    464

  • Maj Kedokt Indon, Volum: 59, Nomor: 10, Oktober 2009

    The Pattern and SociodemographicDeterminant of Traffic Injury in Indonesia

    Woro Riyadina, Suhardi, Meda Permana

    Biomedic and Pharmaceutical Research Development,Research Development Center, Indonesian Ministry of Health

    Abstract: Traffic accident is the cause of most injuries occurred in the world. Traffic injury is amajor cause of death and disability, especially in developing countries. This article aimed todescribe the pattern and sociodemographic determinant of traffic injury in Indonesia. A publichealth data from 2007 basic health survey (Riskesdas) with 928 317 respondents from 33provinces in Indonesia was analyzed. The dependent variable was traffic accident injury. Indepen-dent variables included sosiodemographic characteristics (age, sex, relationships with familyhousehold, education, employment, economic status) and regions (provinces, urban or rural).Data was analyzed using complex samples and weighted. Crude odd ratio (OR) and adjusted ORwere calculated. Results showed that the proportion of traffic accident injury was 27% of allinjuries. The pattern of the body affected by injury are feet (63.8%), hands (47.8%), head (19.6%)and trunk (10.2%); with superficial injuries (65.9%), hematome (49.0%), wound (26.7%), sprained(21.0%) and fracture or amputation (approximately 9.1%). Determinants of the traffic injuryincluded age 15-59 years (OR 3.31, 95% CI 2.97-3.69), male gender (OR 1.55, 95% CI 1.45-1.66), middle education level (OR 1.50, 95% CI 1.41-1.60), employment (OR 1.54, 95% CI 1.36-1.74), urban area (OR 1.12, 95% CI 1.05 -1.19) and high economic status (OR 1.50, 95% CI1.36-1.65). In conclusion, the proportion and severity of traffic accident injury in Indonesia israther high and therefore, it has to be considered as a national issue and the government shouldprioritize its control measures.Keywords: determinant, sociodemographic, traffic injury

    PendahuluanCedera sudah menjadi masalah utama kesehatan

    masyarakat di seluruh negara dan lebih dari dua per tigadialami oleh negara berkembang.1,2 Kematian akibat cederadiproyeksikan meningkat dari 5,1 juta menjadi 8,4 juta (9,2%dari kematian secara keseluruhan) dan diestimasikanmenempati peringkat ketiga disability adjusted life years(DALYs) pada tahun 2020.3,4 Masalah cedera memberikankontribusi pada kematian sebesar 15%, beban penyakit 25%dan kerugian ekonomi 5% growth development product(GDP).5 Di Indonesia, kerugian ekonomi akibat cederakhususnya untuk lalu lintas diperkirakan sebesar 2,9%pendapatan domestik bruto (PDB).6

    Kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab terbanyakterjadinya cedera di seluruh dunia. Kecelakaan lalu lintasmenempati urutan ke-9 pada DALY dan diperkirakan akanmenempati peringkat ke-3 di tahun 20207 sedangkan di negaraberkembang urutan ke-2.8 Cedera akibat kecelakaan lalu-lintasadalah penyebab utama kematian dan disabilitas (ketidak-mampuan) secara umum terutama di negara berkembang.8 DiIndonesia, kecelakaan lalu lintas merupakan salah satuprioritas penanggulangan penyakit tidak menular ber-

    dasarkan Kepmenkes 116/Menkes/SK/VIII/2003. Kematianakibat kecelakaan lalu lintas di Indonesia menunjukkankecenderungan yang meningkat, yaitu dari 1,0%9 pada tahun1986, menjadi 1,5%10 pada tahun 1992, 1,9% pada tahun 199511,3,5%12 pada tahun 1998 dan menjadi 5,7%13 di tahun 2001. DiIndonesia sebagian besar (70,0%) korban kecelakaan lalulintas adalah pengendara sepeda motor yang berusia produktif(15-55 tahun) dan berpenghasilan rendah. Cedera kepala(33,2%) menempati peringkat pertama pada urutan cederayang dialami oleh korban kecelakaan lalu lintas.14

    Cedera akibat kecelakaan lalu lintas merupakan faktoreksternal penyebab cedera yang tidak disengaja (uninten-tional injury).5 Menurut teori Haddix, cedera dipengaruhioleh faktor manusia (host), penyebab (agent) dan lingkungan(environment).15 Salah satu cara pendekatan epidemiologiberbasis kesehatan masyarakat untuk pencegahan cederayaitu menggambarkan besaran masalah, ruang lingkup dankarakteristik, serta mengidentifikasi faktor yang meningkatkanrisiko cedera dan disabilitas maupun faktor yang dapatdimodifikasi.5

    Data cedera akibat kecelakaan lalu lintas baik darat, lautdan udara di Indonesia masih terbatas. Data cedera akibat

    Pola dan Determinan Sosiodemografi Cedera Akibat Kecelakaan Lalu Lintas

    465

  • Pola dan Determinan Sosiodemografi Cedera Akibat Kecelakaan Lalu Lintas

    Maj Kedokt Indon, Volum: 59, Nomor: 10, Oktober 2009

    kecelakaan lalu lintas masih bersifat lokal dan berbasis rumahsakit (IGD), laporan kasus di TKP (tempat kejadian perkara),dari Kepolisian Lalu Lintas dan Dinas Perhubungan. Belumada data cedera yang berbasis populasi masyarakat danuntuk tingkat nasional. Atas dasar itu, diperlukan evidencebased baseline data sehingga dapat dimanfaatkan untukprogram pencegahan. Untuk mendapatkan gambaran ataupola besaran masalah cedera akibat kecelakaan lalu lintaspada tingkat nasional serta determinan sosiodemografinyayang berbasis masyarakat, maka perlu dilakukan analisislanjut data cedera hasil survei Riset Kesehatan Dasar(Riskesdas) oleh Badan Pengembangan dan PengembanganKesehatan (Balitbangkes) Depkes RI bekerjasama denganSurvei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) oleh BPS padatahun 2007.

    Tujuan artikel ini adalah untuk menggambarkan poladan determinan sosiodemografi cedera akibat kecelakaan lalulintas pada masyarakat Indonesia. Artikel hasil analisis lanjutdata Riskesdas tahun 2007 ini diharapkan bisa dimanfaakansebagai bahan pertimbangan kepada pemegang program danpemerintah untuk bisa memberikan prioritas untuk masalahcedera akibat kecelakaan lalu lintas menjadi isu nasional yangmembutuhkan upaya pengendalian secara terintegrasi dansinergis.

    MetodeArtikel ini merupakan analisis lanjut data kesehatan

    masyarakat dengan desain analisis deskriptif (estimasiprevalensi dan proporsi) dan analitik/komparatif (hubunganvariabel dan besaran risiko/OR). Besar sampel sebanyak928 317 data kesehatan masyarakat (Kesmas) dari 33 propinsihasil survei Riskesdas tahun 2007. Cara pengambilan sampeladalah cluster sampling dengan menggunakan BS dari BPS.Kriteria inklusi responden Kesmas adalah semua kelompokumur dan kriteria eksklusinya meliputi data tidak lengkap(missing ada pertanyaan b29 - b32), pengenalan tempat tidakjelas (kode propinsi dan klasifikasi kota desa salah ataumeragukan) dan nilai ekstrim (outlayer).

    Variabel dependen (terikat) adalah cedera akibat kece-lakaan lalu lintas yang dilaporkan selama waktu 12 bulanterakhir. Sedangkan variabel independen (bebas) meliputikarakteristik sosiodemografi (umur, jenis kelamin, hubungandengan kepala keluarga/KK, pendidikan, pekerjaan), statusekonomi (tingkat pengeluaran per kapita) dan lokasi (wilayahprovinsi dan tipe daerah perkotaan atau perdesaan).Instrumen pengumpulan data primer Riskesdas adalahkuesioner individu (RKD07.IND). Variabel cedera diperolehdari variabel b29, b30, b31 dan b32. Untuk responden yangmengalami cedera lebih dari satu kali maka informasi datayang dipakai adalah data cedera yang paling akhir. Variabelumur, jenis kelamin, hubungan dengan KK, pendidikan danpekerjaan diperoleh dari variabel RT Blok4 (b4k5, b4k4, b4k3,b4k7 dan b4k8). Variabel status ekonomi diperoleh dari datakuintil dari Susenas BPS yang sudah digabung dalam data

    individu. Data yang dianalisis merupakan gabungan (merg-ing) dari data rumah tangga (RKD07.RT), data anggota rumahtangga atau individu (RKD07.IND) dan data Susenas.

    Analisis data dilakukan dengan complex samples karenamempertimbangkan desain samping pada pengambilansampel Riskesdas yaitu melalui stratifikasi dan blok sensus(BS) sebagai primary samples unit (PSU) serta pembobotan.Dilakukan analisis deskriptif untuk estimasi prevalensi danproporsi serta uji Chi-square dan atau regresi logistik untukmenguji hubungan serta menghitung rasio odds (OR). Hasilanalisis bivariat ditunjukkan dengan angka crude ORsedangkan hasil analisis multivariat (hubungan variabelterikat dengan beberapa variabel bebas) ditunjukkan denganadjusted OR. Untuk nilai crude OR pada umumnya mengalamipenurunan angka untuk menjadi nilai adjusted OR. AdjustedOR merupakan nilai risiko yang sebenarnya karena sudahmerupakan nilai risiko dengan mengendalikan determinan(variabel) yang lain. Kriteria seleksi untuk variabel dari analisisbivariat yang bisa masuk dalam analisis multivariat yaituvariabel yang mempunyai nilai signifikansi (nilai p) maksimum0,25 atau p

  • Maj Kedokt Indon, Volum: 59, Nomor: 10, Oktober 2009

    Pola dan Determinan Sosiodemografi Cedera Akibat Kecelakaan Lalu Lintas

    36 .732 .5

    26.6

    31.7 32 .0 30 .8

    45.0

    36.534.8 33 .1

    28 .3 27 .825.3

    44.7

    24 .7

    31.1 30.626.2

    15 .1

    25 .423.9

    18 .4

    31.3 31.4

    22.2 22 .9 24.2

    31.7

    17 .720 .4 20.7

    22 .9

    16 .3

    27 .0

    0.0

    5.0

    10.0

    15.0

    20.0

    25.0

    30.0

    35.0

    40.0

    45.0

    50.0

    S er ies1

    Grafik 1. Proporsi Cedera Akibat Kecelakaan Lalu Lintas Menurut Provinsi, Riskesdas 2007

    (95% CI 12,2-14,6%) dan anak-anak sekitar 11,3 % (95% CI10,711,9%).

    Cedera akibat kecelakaan lalu lintas lebih tinggi padalaki-laki yaitu 31,9% (95% CI 31,2-32,6%) dibandingkandengan perempuan yaitu sekitar 19,8% (95% CI 19,220,5%).Perbedaan proporsi cedera akibat kecelakaan lalu lintasmenurut jenis kelamin tersebut berbeda bermakna (p

  • Pola dan Determinan Sosiodemografi Cedera Akibat Kecelakaan Lalu Lintas

    Maj Kedokt Indon, Volum: 59, Nomor: 10, Oktober 2009

    ekstremitas atau anggota gerak (kaki dan tangan) masihmendominasi cedera sebagai akibat dari kecelakaan lalulintas. Cedera di bagian ekstremitas/anggota gerak bawah(kaki) juga masih menduduki peringkat yang paling atas untukcedera akibat kecelakaan lalu lintas.

    Tabel 2. Proporsi Bagian Tubuh yang Cedera Akibat Kece-lakaan Lalu Lintas di Indonesia, Riskesdas 2007

    Bagian tubuh yang f %

    Kepala 4 089 19,6 0,4 18,9 20,4Badan 2 130 10,2 0,3 9,7 10,8Tangan 9 947 47,8 0,5 46,8 48,7Kaki 13 281 63,8 0,5 62,8 64,7

    Jenis Cedera Akibat Kecelakaan Lalu LintasJenis cedera atau jenis luka yang dialami responden

    sebagai akibat kecelakaan lalu lintas diperlihatkan dalam tabel3.

    Tabel 3. Proporsi Jenis Cedera Akibat Kecelakaan Lalu Lintasdi Indonesia, Riskesdas 2007

    Jenis cederan=20 829 f % SE 95% CI

    Benturan/memar 10 202 49,0 0,5 47,9 50,0Luka lecet 13 716 65,9 0,5 64,9 66,8Luka terbuka 5 567 26,7 0,5 25,7 27,7Luka baker 389 1,9 0,1 1,6 2,2Terkilir/teregang 4 378 21,0 0,4 20,2 21,9Patah tulang 1 770 8,5 0,3 8,0 9,0Anggota gerak terputus 212 1,0 0,1 0,9 1,2Keracunan 303 1,5 0,1 1,2 1,7Lainnya 355 1,7 0,1 1,5 2,0

    Tampak bahwa terdapat 4 proporsi terbanyak yaitu lukalecet sebesar 65,9%, benturan (luka memar) 49,0%, lukaterbuka 26,7% dan terkilir/teregang 21,0%.

    Proporsi Cedera Patah Tulang dan atau Anggota GerakTerputus

    Keparahan cedera diklasifikasikan berdasarkan jenisluka yang dialami responden yaitu parah apabila mengalami

    13.6

    9.512.313.2

    9.8

    16.3

    4.8

    10.312.0

    7.35.5

    8.7 9.4

    12.210.1

    7.610.3

    8.1 8.1 7.1 8.1

    5.2 5.36.8

    9.57.6 6.7

    4.36.3

    8.8 9.77.6

    10.89.1

    0.02.04.06.08.0

    10.012.014.016.018.0

    Series1

    patah tulang dan atau anggota gerak terputus (anggota gerakterputus) sedangkan jenis luka lainnya termasuk dalamkategori tidak parah.

    Proporsi cedera patah tulang dan atau anggota gerakterputus akibat kecelakaan lalu lintas menurut provinsidisajikan pada grafik 2

    Berdasarkan provinsi, cedera patah tulang dan atauanggota gerak terputus akibat kecelakaan lalu lintas tertinggiterdapat di Provinsi Sumatera Selatan (16,3%) dan terendahdi Provinsi Gorontalo (4,3%). Dari grafik 2 terlihat bahwa ada15 provinsi yang mempunyai angka proporsi cedera patahtulang dan atau anggota gerak terputus yang melebihi angkaproporsi nasional (9,1%). Proporsi cedera patah tulang danatau anggota gerak terputus akibat kecelakaan lalu lintasmenurut pembagian jenis kelamin dan tipe daerah disajikanpada tabel 4.

    Tabel 4. Proporsi Cedera Patah Tulang dan atau Anggota GerakTerputus Akibat Kecelakaan Lalu Lintas MenurutJenis Kelamin dan Tipe Daerah di Indonesia, Riskes-das 2007

    Karakteristik res- Patah tulang dan atau anggota gerakponden terputus

    f % SE 95% CI p

    Jenis kelamin 0,017Laki-laki 1 382 9,5 0,3 8,8-10,2Perempuan 507 8,1 0,5 7,2- 9,1Tipe daerah 0,945Perkotaan 944 9,1 0,4 8,3- 9,9Perdesaan 946 9,1 0,4 8,4- 9,8

    Total 1 889 9,1 0,3 8,5- 9,6

    Data Riskesdas menunjukkan bahwa secara nasionalcedera akibat kecelakaan lalu lintas yang termasuk dalamkatagori parah (patah tulang/anggota gerak terputus sekitar9,1% (95% CI 8,5-9,6). Berdasarkan jenis kelamin, laki-lakilebih banyak yang mengalami cedera patah tulang/anggotagerak terputus dibandingkan dengan perempuan. Perbedaanini bermakna secara statistik (p=0,017).

    Grafik 2. Proporsi Cedera Patah Tulang dan atau Anggota Gerak Terputus Akibat Kecelakaan Lalu Lintas Menurut Provinsi di Indonesia, Riskesdas 2007

    468

  • Maj Kedokt Indon, Volum: 59, Nomor: 10, Oktober 2009

    Pola dan Determinan Sosiodemografi Cedera Akibat Kecelakaan Lalu Lintas

    Adapun berdasarkan tipe daerah menggambarkanbahwa untuk responden yang bertempat tinggal baik diperkotaan maupun di perdesaan mempunyai proporsi cederapatah tulang dan atau anggota gerak terputus akibatkecelakaan lalu lintas yang sama besarnya yaitu sekitar 9,1%atau tidak ada perbedaan proporsi menurut tipe daerah(p=0,945).

    Analisis Bivariat dan Multivariat Determinan Cederaakibat Kecelakaan Lalu Lintas

    Analisis bivariat memperlihatkan gambaran bahwasemua determinan berhubungan bermakna (p

  • Pola dan Determinan Sosiodemografi Cedera Akibat Kecelakaan Lalu Lintas

    Maj Kedokt Indon, Volum: 59, Nomor: 10, Oktober 2009

    cedera akibat kecelakaan lalu lintas dibandingkan denganresponden yang bertempat tinggal di pedesaan. Hasil analisismenggambarkan adanya kecenderungan status ekonomimenunjukkan hubungan yang positif yaitu semakin tinggistatus ekonomi diikuti dengan kenaikan risiko. Kuintil 5(pengeluaran paling banyak) mempunyai risiko paling besaryaitu 1,50 kali (95% CI 1,36-1,65) dibandingkan dengan kuintil1 (pengeluaran paling sedikit).

    Apabila dilihat seluruh determinan, maka determinanyang mempunyai hubungan yang paling kuat (nilai OR pal-ing besar) adalah determinan umur, khususnya untukkelompok umur dewasa (15-59 tahun) dengan risiko 3,31 kali(95% CI 2,97-3,69) mengalami cedera akibat kecelakaan lalulintas. Jadi dapat dikatakan bahwa cedera akibat kecelakaanlalu lintas berhubungan bermakna (p

  • Pola dan Determinan Sosiodemografi Cedera Akibat Kecelakaan Lalu Lintas

    Maj Kedokt Indon, Volum: 59, Nomor: 10, Oktober 2009

    yang lebih lama serta kemungkinan menimbulkan kecacatan.Proporsi cedera patah tulang dan atau anggota gerak

    terputus akibat kecelakaan lalu lintas sekitar 9,1%. Angka inijauh lebih tinggi apabila dibandingkan baik dengan angkanasional (4,9%). Adapun menurut provinsi ternyata ada 15provinsi yang mempunyai angka proporsi yang lebih tinggidari angka cedera patah tulang dan atau anggota gerakterputus akibat kecelakaan lalu lintas nasional. Hal ini perlumendapat perhatian yang lebih serius karena dampak darikeparahan cedera akibat kecelakaan lalu lintas ini akan bisamenimbulkan kecacatan dan ketidakmampuan (disabilitas).Tingginya angka keparahan cedera akibat kecelakaan lalulintas juga dinyatakan oleh WHO bahwa kecelakaan lalu lintasmempunyai tingkat fatalitas yang tinggi dan dampaknyapada disabilitas.19 Hasil penelitian pada korban kecelakaansepeda motor di 5 rumah sakit di DKI Jakarta menunjukkanbahwa 41,9% korban mengalami cedera parah khususnya dibagian kepala (53,4%) dan kematian sebesar 7,0%.22

    Pola cedera patah tulang dan atau anggota gerakterputus akibat kecelakaan lalu lintas lebih tinggi dialami olehlaki-laki (sesuai dengan jumlah kasus) akan tetapi proporsinyatidak berbeda antara perkotaan dengan perdesaan (p=0,945).Cedera patah tulang dan atau anggota gerak terputus lebihtinggi pada laki-laki dikarenakan laki-laki mempunyaikecenderungan mengalami kecelakaan (prone) karena padaumumnya mempunyai perilaku mengemudi dengan kecepatanyang tinggi sehingga menyebabkan kecelakaan yang lebihfatal dibandingkan dengan perempuan. Meskipun untukjumlah kasus cedera akibat kecelakaan lalu lintas lebih besardi perkotaan, tetapi untuk keparahan cederanya menunjukkanproporsi yang sama baik di perkotaan maupun di perdesaan.Untuk itu perencanaan program penanganan cedera patahtulang dan atau anggota gerak terputus akibat kecelakaanlalu lintas bisa diterapkan baik di wilayah perkotaan (urban)dan perdesaan (rural).

    Cedera akibat kecelakaan lalu lintas berhubunganbermakna (p

  • Maj Kedokt Indon, Volum: 59, Nomor: 10, Oktober 2009

    Pola dan Determinan Sosiodemografi Cedera Akibat Kecelakaan Lalu Lintas

    Geneva: UN Publications, 2000.9. Survei kesehatan rumah tangga. Jakarta: Badan Litbang Kesehatan,

    Departemen Kesehatan RI; 198610. Survei kesehatan rumah tangga. Jakarta: Badan Litbang Kesehatan,

    Departemen Kesehatan RI; 199211. Survei kesehatan rumah tangga. Jakarta: Badan Litbang Kesehatan,

    Departemen Kesehatan RI; 199512. Survei kesehatan rumah tangga. Jakarta: Badan Litbang Kesehatan,

    Departemen Kesehatan RI; 199813. Survei Kesehatan Rumah Tangga. Jakarta: Badan Litbang

    Kesehatan, Departemen Kesehatan RI; 200114. Suwandono A. Road traffic collision in urban Indonesia, epidemi-

    ology and policy opportunities. Jakarta: Badan Penelitian danPengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan RI; 2002

    15. Holder Y, Peden M, Krug E, Lund J, Gururaj G, Kobusingye O.Injury surveillance guidelines. Geneva: World Health Organiza-tion; 2001.

    16. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2004. Sudut pandangmasyarakat mengenai status, cakupan, ketanggapan dan sistempelayanan kesehatan. Jakarta: Badan Litbang Kesehatan,Departemen Kesehatan RI. 2005;3:15 17.

    17. Yoffe T, Shohat I, Shoshani Y, Taicher S, Wounds. Gunshot:Epidemiology. Harefuah. 2008 Mar; 147 (3):192-196.

    18. Verma KP, Tewari KN. Epidemiology of road traffic injuries inDelhi: Result of a survey, regional health forum. Regional Health

    Forum WHO South-East Asia Region. 2004;8(1):6-14.19. Peden M, Scurfield R, Sleet D, Mohan D, Hyder AA, Jarawan E,

    et al. World report on road traffic injury prevention. Geneva:WHO; 2004.

    20. Direktorat Lalu Lintas Kepolisian Republik Indonesia (DitlantasPOLRI). Prevensi dan reduksi kecelakaan sepeda motor di jalanraya. Makalah Diskusi Penyusunan Sistem Surveilans Cedera AkibatKecelakaan Lalu Lintas pada Pengendara Sepeda Motor, Cisarua,15 Agustus 2005.

    21. Moshiro C, Heuch I, Astrom AN, Setel P, Hemed Y, Kvale G.Injury morbidity in urban and rural area in Tanzania: An epide-miological survey. BMC Public Health 2007,5:1.

    22. Riyadina W. Pengembangan surveilans cedera akibat kecelakaanlalu lintas pada pengendara sepeda motor [Laporan penelitian].Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan PemberantasanPenyakit, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,Depkes; 2005.

    23. Subdit Gangguan Akibat Kecelakaan dan Cedera. Pedomanpengendalian faktor risiko gangguan akibat kecelakaan dan cedera(kecelakaan lalu lintas jalan) Jakarta: Direktorat PengendalianPenyakit Tidak Menular, Direktorat Jenderal PemberantasanPenyakit dan Penyehatan Lingkungan, Depkes, 2007.

    EV

    472