riyĀduŞŞĀlihῙnrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49095... · 2020. 1. 8. ·...

94
KONSEP PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB RIDUŞŞĀLIHN Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Disusun oleh : Apif Subarkah 11150110000077 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019

Upload: others

Post on 27-Nov-2020

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: RIYĀDUŞŞĀLIHῙNrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49095... · 2020. 1. 8. · berprilaku jujur, mendidik anak ketika dipercaya agar bersikap. Kedua, pada penelitian

KONSEP PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB

RIYĀDUŞŞĀLIHῙN

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Disusun oleh :

Apif Subarkah

11150110000077

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2019

Page 2: RIYĀDUŞŞĀLIHῙNrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49095... · 2020. 1. 8. · berprilaku jujur, mendidik anak ketika dipercaya agar bersikap. Kedua, pada penelitian
Page 3: RIYĀDUŞŞĀLIHῙNrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49095... · 2020. 1. 8. · berprilaku jujur, mendidik anak ketika dipercaya agar bersikap. Kedua, pada penelitian
Page 4: RIYĀDUŞŞĀLIHῙNrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49095... · 2020. 1. 8. · berprilaku jujur, mendidik anak ketika dipercaya agar bersikap. Kedua, pada penelitian
Page 5: RIYĀDUŞŞĀLIHῙNrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49095... · 2020. 1. 8. · berprilaku jujur, mendidik anak ketika dipercaya agar bersikap. Kedua, pada penelitian
Page 6: RIYĀDUŞŞĀLIHῙNrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49095... · 2020. 1. 8. · berprilaku jujur, mendidik anak ketika dipercaya agar bersikap. Kedua, pada penelitian

ABSTRAK

Apif Subarkah (11150110000077). KONSEP PENDIDIKAN AKHLAK

DALAM KITAB RIYĀDUŞŞĀLIHῙN. Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam,

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui konsep pendidikan akhlak

dalam kitab Riyāduşşālihῑn yang ditulis oleh Syāikh Abu Zakariā Muhyuddῑn An-

Nawāwῑ. Penelitian ini bersifat kualitatif dengan menggunakan metode library

reserch atau penulisan berdasarkan literature dan metode studi dekomentasi. Studi

dokumentasi merupakan kajian yang menitik beratkan pada analisis atau

interpretasi bahan tertulis berdasarkan konteks, yaitu menggunakan sumber primer

berupa kitab Riyāduşşālihῑn dan buku sekunder yang menjadi pendukung dalam

penelitian ini, informasi yang terdapat diperpustakaan dan informasi lainnya,

Dalam analisis data menggunakan analisis isi (conten analysis), merupakan cara

yang digunakan untuk menarik kesimpulan melalui usaha menemukan kandungan

isi pesan yang dilakukan dengan objektif dan sistematis agar mendapatkan

formulasi yang kongkrit dan memadai sehingga dapat menjadi kesimpulan yang

menjawab rumusan masalah. Prosedur penelitiannya yaitu: peneliti mencari kitab

Riyāduşşālihῑn yang ditulis oleh Syāikh Abu Zakariā Muhyuddῑn An-Nawāwῑ

kemudian membacanya dan menemukan poin-poin terpenting tentang akhlak,

selanjutnya, dan terakhir, peneliti menelaahnya untuk menjawab permasalahan

yang dibahas, yakni mengenai konsep pendidikan akhlak terhadap diri sendiri dan

akhlak terhadap masyarakat dalam kitab Riyāduşşālihῑn karya Syāikh Abu Zakariā

Muhyuddῑn An-Nawāwῑ

Penelitian ini berusaha menjawab pertanyaan. Bagaimana konsep

pendidikan akhlak terhadap diri sendiri dan akhlak terhadap masyarakat dalam

kitab Riyāduşşālihῑn karya Syāikh Abu Zakariā Muhyuddῑn An-Nawāwῑ ? Melalui

analisis induktif dihasilkan beberapa poin. Pertama, Akhlak kepada diri sendiri,

dalam pembahasan akhlak kepada diri sendiri penulis membahas akhlak yaitu:

Mendidik anak agar tidak bercanda ketika makan dan mengucapkan Basmallah,

makan dengan menggunakan tangan kanan, mendidik anak agar dalam

pembicaraannya terdapat kebaikan, mendidik anak ketika berpakaian memakai

pakaian yang sederhana, mendidik anak ketika tidur dan bangun tidur selalu

mengingat Allah, mendidik anak ketika bertemu mengucapkan salam, berprilaku

jujur, mendidik anak ketika dipercaya agar bersikap. Kedua, pada penelitian ini,

Akhlak dalam bermasyarakat penulis membahas poin-poin akhlak yaitu : Mendidik

anak agar menjaga sopan santun dalam perkumpulan, mendidik anak untuk

meninggalkan perdebatan yang bersifat Mudharat, ketika memberi teguran berikan

teguran yang bersifat motivasi, ketika memberi nasihat ia juga harus melakukannya,

ketika bertemu dengan saudara semuslim dengan berwajah ceria dan mengucapkan

salam. Banyak pembelajaran yang dapat diambil dari kitab tersebut, terlebih

mengenai bagaimana pendidikan akhlak terhadap diri sendiri dan masyarakat,

sehingga seseorang memiliki akhlak yang baik atau dapat dikatakan dengan

akhlakul karimah. Kitab Riyāduşşālihῑn dapat dijadikan rujukan bagi peserta didik

atau pendidik dan umat muslim pada umumnya dalam pendidikan akhlak.

Kata kunci : Konsep; Pendidikan; Akhlak, Riyāduşşālihῑn

Page 7: RIYĀDUŞŞĀLIHῙNrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49095... · 2020. 1. 8. · berprilaku jujur, mendidik anak ketika dipercaya agar bersikap. Kedua, pada penelitian

ABSTRACT

Apif Subarkah (11150110000077). CONCEPTS OF FINAL EDUCATION IN

THE BOOK OF RIYĀDUŞŞĀLIHῙN. Thesis Department of Islamic Education,

Faculty of Tarbiyah and Teacher Training UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

The purpose of this study was to determine the concept of moral education

in the book Riyāduşşālihῑn written by Syāikh Abu Zakariā Muhyuddῑn An-Nawāwῑ.

This research is qualitative by using the library research method or writing based

on literature and study method of declaration. Documentation study is a study that

focuses on the analysis or interpretation of written material based on context, that

is using primary sources in the form of the Riyāşşşālihῑn and secondary books that

support this research, the information contained in the library and other information,

the data analysis uses content analysis (content analysis) ), is a method used to draw

conclusions through an effort to find the contents of the message content carried

out objectively and systematically in order to get a concrete and adequate

formulation so that it can be a conclusion that answers the problem formulation.

The procedure of the research is: the researcher looks for the Riyāduşşālihῑn book

written by Syāikh Abu Zakariā Muhyudd Ann An-Nawāwῑ then reads it and finds

the most important points about morals, then, and finally, the researcher examines

them to answer the problems discussed, namely regarding the concept of moral

education towards oneself and morality towards the community in the book

Riyāduşşālihῑn by Shāikh Abu Zakariā Muhyuddῑn An-Nawāwῑ

This research attempts to answer the question. What is the concept of

moral education towards oneself and morality for the community in the

Riyāduşşālihῑn by Shāikh Abu Zakariā Muhyuddῑn An-Nawāwῑ? Through

inductive analysis several points are generated. First, morality to oneself, in

discussing morality to myself, the writer discusses morals, namely: Educating

children not to joke when eating and saying Basmallah, eating using the right hand,

educating children so that in their conversation there is goodness, educating

children when dressing in clothes simple, educate children when sleeping and wake

up always remembering God, educating children when meeting greeting, behaving

honestly, educating children when trusted to behave. Second, in this study, the

moral in society the author discusses the moral points, namely: Educating children

to maintain courtesy in the gathering, educating children to leave debates that are

Mudharat, when giving a reprimand give a warning that is motivational, when

giving advice he must also do so, when meeting with Muslim brothers with a

cheerful face and saying hello. A lot of learning can be drawn from the book,

especially about how moral education is to oneself and the community, so that

someone has good morals or can be said with moral mercy. The Book Riyāşşālihῑn

can be used as a reference for students or educators and Muslims in general in moral

education.

Keywords: Concept; Education; Akhlak, Riyāduşşālihῑn

Page 8: RIYĀDUŞŞĀLIHῙNrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49095... · 2020. 1. 8. · berprilaku jujur, mendidik anak ketika dipercaya agar bersikap. Kedua, pada penelitian

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahiim,

Segala puji bagi Allah SWT. Tuhan yang Maha Pengasih dan Maha

Penyayang, yang telah memberikan nikmat-Nya yang tidak terhitung banyaknya,

sehngga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul Konsep Pendidikan

Akhlak dalam Kitab Riyāduşşālihῑn yang ditulis oleh Syaikh Imam An – Nawawi .

Shalawat beserta salam, penulis curahkan kepada sang kekasih, yaitu Nabi

Muhammad SAW, juga kepada para sahabat, keluarga dan seluruh kaum muslimin

yang mengikuti ajaran yang dibawanya hingga hari kiamat.

Alhamdulllah, berkat rahmat-Nya dan inayah-Nya penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini. Sebagai penulis, tentulah penulis menyadari hadirnya

skripsi ini tidak hanya berasal dari jerih payah sendiri, tapi karena ada bantuan dari

berbagai pihak yang senantiasa memberikan bantuan, nasihat dan bimbingannya

kepada penulis, oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada pihak yang telah membantu penulis untuk menyelesaikan

skripsi ini, antara lain:

1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, M.A, selaku rektor UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Sururin, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, Drs. Abdul Haris, M.Ag dan Drs. Rusdi Jamil, M.Ag.

4. Dr. Dimyati, M.A, sebagai dosen pembimbing skripsi, yang tidak bosannya

memeberikan bimbingan, masukan, arahan dan nasihat dalam penyusunan

skripsi ini.

5. Heny Narendrany Hidayati,M.Ag. sebagai dosen Penasehat Akademik, yang

selalu memberikan bantuan berupa saran dan masukan selama masa

perkuliahan.

Page 9: RIYĀDUŞŞĀLIHῙNrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49095... · 2020. 1. 8. · berprilaku jujur, mendidik anak ketika dipercaya agar bersikap. Kedua, pada penelitian

ii

6. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Tarbiah dan Keguruan yang telah membantu

penulis selama penulis menuntut ilmu di kampus UIN syaif Hidayatullah

Jakarta.

7. Kepada seluruh staff Jurusan Pendidikan Agama Islam, yang telah memberikan

kenyamanan selama periode perkuliahan penulis berlangsung di kampus.

8. Teruntuk kedua orang tua, Bapak Samlani dan Ibu Siti Mardiah yang selalu

mendoakan, mensuport dan memberikan yang terbaik untuk penulis sebagai

anaknya.

9. Teman-teman mahasiswa PAI angkatan 2015, yang telah menjadi teman

seperjuangan sedari awal masuk sampai sekarang ini.

10. Teman-teman PAI Kelas C angkatan 2015, yang telah penulis anggap sebagai

keluarga besar di kampus ini, terutama kepada Muhammad Ziyan Naufal,

Muhtadin, Amar Habibi, Kaka panutan Aufa Billah, kapten Lutfi, junior Jhon,

Ramadhan dan lainnya.

11. Kepada keluarga besar Bani Bulogiyah saya haturkan ucapan terima kasih ,

karena adanya keluarga besar ini penulis dapat mencurahkan aspirasinya.

12. Kepada saudara Cahyo Nugroho, Romi dan Salahudddin Al-ayubi saya

haturkan banyak terima kasih karena kalian adalah tempat keluh kesah penulis

ketika penulis penat dalam perkuliahan.

13. Kepada seluruh teman-teman yang ada di Kampung Kebantenan yang

senantiasa meluangkan waktunya untuk menemani penulis untuk berlibur

disela-sela kesibukan penulis dalam perkuliahan.

Penulis menyadari dan mengakui bahwa penelitian yang telah penulis susun

ini masih terdapat kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik

dan saran sangat penulis harapkan dalam kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi

ini dapat bermanfaat untuk banyak kalangan, terutama untuk penulis sendiri. Akhir

kata, penulis ingin mengucapkan terima kasih sekali lagi kepada seluruh pihak yang

telah membantu dalam menyelsaikan penelitian ini, semoga Allah SWT membalas

segala perbuatan kita semua sehingga mendapatkan kasih sayang dan ridho dari-

Nya.

Jakarta, 24 Desember 2019

Penulis,

Page 10: RIYĀDUŞŞĀLIHῙNrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49095... · 2020. 1. 8. · berprilaku jujur, mendidik anak ketika dipercaya agar bersikap. Kedua, pada penelitian

iii

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB – LATIN

Transliterasi merupakan aspek berbahasa yang ditulis dengan huruf

berbahasa Arab yang digunakan dalam penulisan dan penyusunan skripsi.

Transliterasi ini berpedoman pada buku Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

1. Konsonan

Huruf Arab Huruf Latin

A ا

Ś ث

ḥ ح

Kh خ

Ź ذ

Sy ش

Ṣ ص

ḍ ض

ṭ ط

Ť ظ

᾽ ع

Ģ غ

H ة

2. Vokal

Vocal Tunggul

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin

A

Page 11: RIYĀDUŞŞĀLIHῙNrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49095... · 2020. 1. 8. · berprilaku jujur, mendidik anak ketika dipercaya agar bersikap. Kedua, pada penelitian

iv

I

U

3. Mȃdd (Panjang)

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin

Ᾱ ا

Ῑ ي

Ṹ و

4. Tȃ’ marbȗtah

Tȃ’ marbȗtah hidup transliterasinya adalah /t/.

Tȃ’ marbȗtah mati ditransliterasinya adalah /h/.

Kalau pada satu kata yang akhirnya katanya adalah Tȃ’ marbȗtah diikuti

oleh kata yang digunakan oleh kata sandang al, serta bacaan kedua kata itu

terpisah maka Tȃ’ marbȗtah itu ditransliterasikan dengan /h/. contoh:

.Wahdat al-wujứd atau Wahdatul wujứd = وحدة الوجود

5. Syaddah (Tasydḭd)

Syaddah/tasydid di transliterasikan dengan huruf yang sama dengan huruf

yang diberi tanda syaddah (digandakan).

Contoh : rabbanả, al-ḫaqq, ảduwwun.

6. Kata Sandang

a. Kata sandang diikuti oleh huruf Syamsiyah ditransliterasikan dengan

huruf yang mengikuti dan dihubungkan dengan tanda sambung/hubung.

Contoh: al - zalzalah (az zalzalah)

b. Kata sandang diikuti oleh huruf Qamariyah ditransliterasikan sesuai

dengan bunyinya. Contoh: al - syamsu (bukan asy – syamsu),

7. Penulisan Hamzah

a. Bila hamzah terletak di awal kita, maka ia tidak dilambangkan dan ia

seperti a;if, contoh: akaltu, ȗitya.

Page 12: RIYĀDUŞŞĀLIHῙNrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49095... · 2020. 1. 8. · berprilaku jujur, mendidik anak ketika dipercaya agar bersikap. Kedua, pada penelitian

v

b. Bila di tengah dan di akhir ditransliterasikan dengan apostrof, contoh:

ta’kulȗna atau syai’un.

8. Huruf Kapital

Huruf capital dimulai pada awal nama diri, nama tempat, bukan pada kata

sandangnya. Contoh: آن ر ق ال = al-Qur’an,

ة ر و ن م ال ة ن ي د م ال = al-Madinatul Munawwarah

ي د و ع س م ال = al-Mas’ȗdi.

Page 13: RIYĀDUŞŞĀLIHῙNrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49095... · 2020. 1. 8. · berprilaku jujur, mendidik anak ketika dipercaya agar bersikap. Kedua, pada penelitian

vi

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan

Lembar Pengesahan

Lembar Pengesahan

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 6

C. Identifikasi Masalah .......................................................................................... 6

D. Batasan Masalah ................................................................................................ 7

E. Tujuan penelitian ........................................................................................... 7

F. Manfaat Penelitian......................................................................................... 7

BAB II KAJIAN TEORI

A. Pengertian Akhlak ........................................................................................ 8

B. Pengertian Pendidikan .................................................................................. 12

C. Ruang Lingkup Akhlak ................................................................................ 15

D. Pendidikan Akhlak Islami.............................................................................. 17

E. Penelitian Relavan ......................................................................................... 23

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Objek dan Waktu Penelitian ........................................................................ 25

B. Metode Penelitian ......................................................................................... 25

C. Fokus Penelitian ........................................................................................... 26

D. Sumber Data ................................................................................................ 26

E. Teknik Analisa Data ..................................................................................... 26

F. Prosedur Penelitian............................................................................................ 27

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Biografi Biografi Syāikh Abu Zakariā Muhyuddῑn An-Nawāwῑ Pengarang Kitab

Riyāduşşālihῑn)................................................................................................ 28

B. Kitab Riyadushalihin ...........................................................................................32

C. Hadist – Hadist Tentang Pendidikan Tentang Akhlak Terhadap Diri Sendiri dan

Akhlak Dalam Bermasyarakat ............................................................................ 35

Page 14: RIYĀDUŞŞĀLIHῙNrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49095... · 2020. 1. 8. · berprilaku jujur, mendidik anak ketika dipercaya agar bersikap. Kedua, pada penelitian

vii

a. Akhlak Terhadap Diri Sendiri ....................................................................... 37

b. Akhlak Dalam Bermasyarakat ...................................................................... 55

D. Aplikasi Nilai-Nilai Akhlak .................................................................................63

BAB V KESIMPULAN

A. Kesimpulan ...................................................................................................67

B. Saran ........................................................................................................... ..67

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................................70

Page 15: RIYĀDUŞŞĀLIHῙNrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49095... · 2020. 1. 8. · berprilaku jujur, mendidik anak ketika dipercaya agar bersikap. Kedua, pada penelitian

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan sebagai aktivitas berarti upaya yang secara sadar

dirancang untuk membantu seseorang ataupun sekelompok orang dalam

mengembangkan pandangan hidup (bagaimana orang akan menjalani dan

memanfaatkan hidup dan kehidupannya), sikap hidup, dan keterampilan

hidup, baik yang bersifat manual (petunjuk praktis) maupun metal dan

sosial. Sedangkan pendidikan sebagai fenomena adalah peristiwa

perjumpaan antara dua orang atau lebih yang dampaknya ialah

berkembangnya suatu pandangan hidup, sikap hidup atau keterampilan

hidup pada salah satu atau beberapa pihak.1

Pendidikan merupakan sebuah proses yang melibatkan orang

dewasa dan peserta didik dalam rangka mengembangkan pengetahuan,

sikap dan keterampilan dalam rangka pelestarian nilai – nilai budaya dan

norma yang berkembang dimasyarakat.2

Pendidikan dalam Islam dikenal dengan beberapa istilah, yaitu at -

tarbiyah, at-ta’lim dan at-ta’dib. Setiap istilah tersebut memiliki makna

tersendiri yang berbeda satu sama lain. Perbedaan tersebut disebabkan oleh

adanya perbedaan teks dan konteks.3

Pendidikan Islam merupakan pengembangan pemikiran, penataan

sosial, prilaku, pengaturan emosional, hubungan peranan manusia dengan

dunia ini, serta bagaimana manusia mampu memanfaatkan dunia, sehingga

mampu meraih tujuan hidup sekaligus mengupayakan perwujudannya.

Seluruh ide tersebut telah tergambar secara integratif ( utuh ) dalam sebuah

konsep akidah yang wajib diimani agar dalam diri manusia tertanam

1 Muhaimin, dan Nur Ali, Paradigma Pendidikan Islam, ( Bandung: PT Remaja

Rosdakarya Offset, 2004 ), h. 37 2 Zurinal dan Wahdi Sayuti, ILMU PENDIDIKAN, Pengantar dan Pelaksanaan dasar –

dasar Pendidikan,( Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006 ), h. 3 3 Rois Mahfud, Al – Islam Pendidikan Agama Islam, ( Jakarta: Penerbit Erlangga, 2011),

h. 143

Page 16: RIYĀDUŞŞĀLIHῙNrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49095... · 2020. 1. 8. · berprilaku jujur, mendidik anak ketika dipercaya agar bersikap. Kedua, pada penelitian

2

perasaan yang mendorongnya pada prilaku normatif, yang mengacu pada

Syari’at Islam yang murni. Prilaku itu adalah penghambaan manusia

berdasarkan pemahaman atas tujuan penciptaan manusia itu sendiri, baik

yang dilakukan secara individu ataupun kolektif.4

Pada hakikatnya, pendidikan Islam adalah suatu proses yang

berlangsung secara kontinu dan berksinambungan. Berdasarkan hal ini,

maka tugas dan fungsi yang perlu diemban oleh pendidikan Islam adalah

pendidikan manusia seutuhnya yang berlangsung sepanjang hayat. Konsep

ini bermakna bahwa tugas dan fungsi pendidikan memiliki sasaran pada

peserta didik yang senantiasa tumbuh dan berkembang secara dinamis,

mulai dari kandungan sampai akhir hayat.5

Ibn Al -Jaualah menjelaskan ( w. 597 H ) bahwa khuluq adalah etika

yang dipilih seseorang. Dinamakan Khuluq karena etika bagaikan khalaqah

(karakter) pada dirinya. Dengan demikian, khuluq adalah etika yang

menjadi pilihan dan diusahakan seseorang.6

Krisis akhlak yang meracuni masyarakat umumnya terlihat pada

sikap mereka yang mudah merampas hak orang lain, tidak menghargai dan

menghormati, main hakim sendiri, melakukan pelanggaran tanpa merasa

bersalah, mudah terpancing emosinya, dan lain sebagainya. Adapun krisis

akhlak di kalangan pelajar berkenaan dengan ulah sebagian pelajar yang

sukar dikendalikan, nakal, keras kepala, sering membuat keonaran, tawuran,

mabuk-mabukan, pesta obat-obat terlarang, dan perilaku kriminal lainnya.

Krisis akhlak yang menjadi pangkal penyebab timbulnya krisis

dalam berbagai kehidupan bangsa Indonesia saat ini belum ada tanda-tanda

untuk berakhir. Keadaan seperti ini dilukiskan oleh Syekh Al-Nadvi dalam

bukunya Madza Khasira Al-Alam Bi Inhitthath Al-Maslimin (Apa yang

Diderita Dunia Akibat Kemerosatan Kaum Muslimin, 1983: 131), bagaikan

dunia yang baru saja dilanda gempa yang dahsyat. Di sana sini terdapat

bangunan yang rata dengan tanah, dinding yang roboh dan retak, tiang yang

4 M. Ali Hasan dan Mukti Ali, Kapita Selekta Pendidikan Islam, ( Jakarta: Pedoman Ilmu

Jaya, 2003), h. 69 5 Al – Rasyidin dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, ( Jakarta : PT Ciputat

Press, 2005 ), h. 34 6 Ibn Al-Jauzi, Zad Al-Masir, (Beirut: Al – Maktab Al – Islamy, 1404) jilid VIII, h. 328

Page 17: RIYĀDUŞŞĀLIHῙNrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49095... · 2020. 1. 8. · berprilaku jujur, mendidik anak ketika dipercaya agar bersikap. Kedua, pada penelitian

3

bergeser, korban-korban jiwa yang bergelimpangan, dan harta benda yang

musnah berserakan. Keadaan seperti inilah yang dihadapi oleh rasaulullah

SAW pada awal perjuangannya. Menghadapi fenomena tersebut, tuduhan

sering kali diarahkan kepada dunia pendidikan sebagai penyebabnya. Dunia

pendidikan benar-benar tercoreng wajahnya dan tampak tidak berdaya

untuk mengatasi krisis tersebut. Hal ini bisa dimengerti, karena pendidikan

berada pada barisan terdepan dalam menyiapkan sumber daya manusia yang

berkualitas, dan secara moral memang harus berbuat demikian.7

Adapun pendidikan terjadi dalam bentuk situasi pergaulan, upaya

orang dewasa mendidik anak-anak dan anak didik oleh orang dewasa dan

situasi anak berinteraksi dengan alam sekitar. Secara potensial situasi

pergaulan tempat orang orang dewasa berlaku sebagai teman/sahabat anak,

ketika tidak muncul tujuan pendidikan. Situasi pergaulan merupakan

deretan pertemuan antara dua orang atau dua pihak manusia yang sederajat

atau sekurangnya salah satu pihak memperlakukan pihak lainnya secara

sederajat. Situasi pergaulan terdiri dari tiga bagian yaitu dunia bersama,

dunia orang dewasa, dan dunia anak yang belum dewasa. Bagian dunia yang

bermakna bagi anak adalah kesediaan orang dewasa menjadi teman dalam

kemitraan. Tanpa disadari sebenarnya anak dapat merasa nyaman apabila

berdekatan dengan orang dewasa yang dikenalnya. Sebaliknya bagian dunia

anak yang bermakna bagi orang dewasa adalah keinginan anak untuk bisa

mandiri juga seperti orang dewasa. Mereka keduanya dalam komunikasi

antar pribadi itu saling memasuki dunia yang lain atas dasar hubungan

percaya-mempercayai dalam pergaulan sesama manusia. Namun, situasi

pergaulan itu mengandung kemungkinan berubah menjadi situasi

pendidikan.8

Pendidikan akhlak itu mesti diutamakan, karena jika mereka dewasa

nanti dan pandai, maka mereka akan merasa sombong. Ketika mereka

menjadi pemimpin, maka mereka akan menjadi pemimpin tidak memiliki

7https://www.kompasiana.com/renidwilestari18190001/5c83d602bde5750890649af3/pera

n pendidikan-dalam-mengatasi-krisis-akhlak, diakses pada 14 November 2019 pukul 09:00 8 Waini Rasyidin, Pedagogik Teoritis dan Paktis ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2014 ), h. 84

Page 18: RIYĀDUŞŞĀLIHῙNrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49095... · 2020. 1. 8. · berprilaku jujur, mendidik anak ketika dipercaya agar bersikap. Kedua, pada penelitian

4

etika dalam memimpin masyarakat. Jika mereka jadi dokter, maka dia akan

menjadi dokter yang angkuh dan profesi-profesi lainnya. Di sekolah perlu

diperbanyak mata pelajaran yang menuntun mereka kepada kelemah

lembutan budi pekerti. Anak-anak juga diberikan tugas yang bisa mengarah

mereka kepada kesalehan sosial, bukan tugas yang justru membuat mereka

egois dan hanya ingin tampil sendiri.

Generasi kita perlu dikenalkan dengan kebudayaan kita sendiri di

Indonesia yang masih kental dengan budaya ketimuran. Budaya yang

berpegang teguh terhadap norma, sikap, dan nilai dari satu generasi ke

generasi berikutnya. Budaya masyarakat timur yang lain adalah saling

menghormati antara satu sama lain, saling tolong menolong bahu membahu,

selalu ramah, dan lain-lain.

Begitu juga persoalan pendidikan moral siswa, jangan semua

diserahkan kepada guru di sekolah, tetapi orang tua juga perlu mengajarkan

akhlak yang baik kepada mereka sejak dari rumah. Jika tidak mampu, orang

tua juga bisa membawa anaknya ke tempat-tempat pengajian.9

Isi kandungan kitab Riyāduşşālihῑn yang memuat bimbingan yang

dapat menata dan menumbuhkan jiwa serta melahirkan satu kekuatan yang

besar untuk berhias dengan ibadah yang menjadi tujuan diciptakannya jiwa

tersebut dan mengantarnya kepada kebahagiaan dan kebaikan, karena kitab

ini umum meliputi Targhib dan Tarhib dan kebutuhan seorang muslim

dalam perkara agama, dunia dan akhiratnya.10

Kitab Riyāduşşālihῑn adalah kitab tarbiyah (pembinaan) yang baik

yang menyentuh aneka ragam aspek kehidupan individual (pribadi) dan

sosial kemasyarakatan dengan uslub (cara pemaparan) yang mudah lagi

jelas yang dapat dipahami oleh orang khusus dan awam.11

Pembahasan isi dari kitab Riyāduşşālihῑn ini diawali dengan ‘kitab

Ikhlas’. Imam Nawawi membuka dengan manis kitab Riyāduşşālihῑn itu

dengan menyertakan ayat-ayat Qur’an yang mendukung pembahasan kitab

9 https://www.acehtrend.com/2019/02/16/pendidikan-akhlak-sebagai-solusi-persoalan-

pendidikan-di-indonesia, diakses pada 14 November 2019 pukul 13:30 10 Berdasarkan diskusi oleh Ustad Agil pada 29 Oktober pukul 20:00 11 http://muslim.or.id/hadits/sekilas-tentang-kitab-riyadhus-shalihin.html, Diakses

Tanggal. 14 November 2019 pukul 10:00

Page 19: RIYĀDUŞŞĀLIHῙNrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49095... · 2020. 1. 8. · berprilaku jujur, mendidik anak ketika dipercaya agar bersikap. Kedua, pada penelitian

5

ikhlas tersebut. Hampir seluruh isi kitab ini mengandung ruh akan dorongan

menghambakan diri kepada Allah serta ‘memupuk’ amal shalih. Mayoritas

isi pada kitab-kitab awal adalah mengenai masalah hati dan kebersihan jiwa.

Seperti masalah ikhlas niat, taubat, sabar, shiddiq, murraqabah, yaqin,

tawakal, istiqamah, mujahadah, hemat, rajin, zuhud, qana’ah, dermawan,

tolong-menolong, nasehat, amar ma’ruf-nahi mungkar, amanat, dan

menghindari kezaliman.12

Bila menelaah lebih dalam mengenai kandungan kitab

Riyāduşşālihῑn, maka kitab tersebut merupakan sebuah kitab yang syarat

dengan pembinaan akhlak manusia dalam kehidupan sehari-hari untuk

kebahagiaan hidup baik di dunia maupun di akhirat kelak.

Merujuk pada kitab-kitab klasik mengenai pendidikan akhlak,

mempunyai banyak corak yang bervarian, sebagai bentuk upaya penanaman

akhlak pada peserta didik dengan metode yang beragam. Karena bagi

ulama-ulama terdahulu maupun sekarang, kajian mengenai pendidkan

akhlak sangatlah penting. Hidup dizaman apapun, peran akhlak sangatlah

besar untuk menjadikan hidup seseorang terhindar dari hal-hal menyimpang

yang tidak di benarkan dalam agama maupun norma-norma yang berlaku di

masyarakat.

Dari latar belakang yang penulis uraikan diatas, maka penulis

tertarik untuk melakukan penelitian yang ditulis dalam bentuk skripsi

dengan tema : “Konsep Pendidikan Akhlak Dalam Kitab Riyāduşşālihῑn

Karya Syāikh Abu Zakariā Muhyuddῑn An-Nawāwῑ ”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka identifikasi masalahnya

adalah :

1. Minimnya pendidikan akhlak yang ditanamkan oleh guru

2. Masih ada beberapa siswa belum mengetahui tentang akhklak

12 http://virouz.wordpress.com/2010/05/15/bedah-kitab-riyadhus-shalihin/, Diakses

Tanggal. 14 November 2019 pukul 10:00

Page 20: RIYĀDUŞŞĀLIHῙNrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49095... · 2020. 1. 8. · berprilaku jujur, mendidik anak ketika dipercaya agar bersikap. Kedua, pada penelitian

6

3. Kurangnya pengetahuan mengenai kitab Riyāduşşālihῑn karya Syāikh

Abu Zakariā Muhyuddῑn An-Nawāwῑ

4. Belum banyak masyarakat mengetahui pendidikan akhlak yang terdapat

dalam kitab Riyāduşşālihῑn karya Syāikh Abu Zakariā Muhyuddῑn An-

Nawāwῑ

C. Pembatasan Masalah

Dari identifikasi masalah yang telah dipaparkan, peneliti membatasi

masalah guna mempermudah penelitian. Pembatasan masalah dimaksudkan

agar penelitian menjadi lebih jelas dan terarah. Dalam penelitian ini

permasalahan dibatasi pada: Pendidikan akhlak terhadap diri sendiri dan

akhlak dalam bermasyarakat yang terdapat dalam Kitab Riyāduşşālihῑn

karya Syāikh Abu Zakariā Muhyuddῑn An-Nawāwῑ

D. Rumusan Masalah

Berawal dari latar belakang masalah di atas maka penulis dapat

mengemukakan masalah sebagai berikut: Bagaimana konsep pendidikan

akhlak terhadap diri sendiri dan akhlak dalam bermasyarakat menurut

Syāikh Abu Zakariā Muhyuddῑn An-Nawāwῑ dalam kitab Riyāduşşālihῑn

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulis dalam

penelitian ini adalah untuk menjelaskan konsep pendidikan akhlak terhadap diri

sendiri dan akhlak dalam bermasyarakat menurut Syāikh Abu Zakariā

Muhyuddῑn An-Nawāwῑ dalam kitab Riyāduşşālihῑn

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penulisan ini, diharapkan dapat memberikan

masukan dan manfaat sebagai berikut:

1. Menambah pengetahuan mengenai konsep pendidikan akhlak terhadap

diri sendiri dan akhlak dalam bermasyarakat yang terkandung pada kitab

Riyāduşşālihῑn karya Syāikh Abu Zakariā Muhyuddῑn An-Nawāwῑ

2. Dapat dijadikan landasan dalam menerapkan konsep pendidikan akhlak

di kehidupan sehari-hari yang berdasarkan pada kitab Riyāduşşālihῑn

karya Syāikh Abu Zakariā Muhyuddῑn An-Nawāwῑ

Page 21: RIYĀDUŞŞĀLIHῙNrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49095... · 2020. 1. 8. · berprilaku jujur, mendidik anak ketika dipercaya agar bersikap. Kedua, pada penelitian

7

3. Menjadi peluang rujukan bagi para praktisi pendidikan dalam

penanaman pendidikan akhlak terhadap diri sendiri dan akhlak

bermasyarakat yang terkandung pada kitab Riyāduşşālihῑn karya Syāikh

Abu Zakariā Muhyuddῑn An-Nawāwῑ

Page 22: RIYĀDUŞŞĀLIHῙNrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49095... · 2020. 1. 8. · berprilaku jujur, mendidik anak ketika dipercaya agar bersikap. Kedua, pada penelitian

8

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pengertian Akhlak

Secara bahasa, pengertian Akhlak diambil dari bahasa arab yang

berarti perangai, tabiat, adat (diambil dari kata dasar khuluqun ), kejadian,

buatan, ciptaan (diambil dari kata dasar kholaqun ). Adapun pengertian

akhlak secara terminologis, para ulama telah banyak mendefinisikan,

diantaranya Ibn Miskawaih dalam bukunya Tahzib al-Akhlaq, beliau

mendefinisikan akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya

untuk melakukan perbuatan tanpa terlebih dahulu melalui pemikiran dan

pertimbangan. Selanjutnya Imam al-Ghazali dalam kitabnya Ihya

‘Ulumuddin menyatakan bahwa akhlak adalah gambaran tingkah laku

dalam jiwa yang daripadanya lahir perbuatan-perbuatan dengan mudah

tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.13

Akhlak berasal dari bahasa Arab, khilqun yang berarti kejadian,

perangai, tabiat atau karakter. Sedangkan dalam pengertian istilah, akhlak

adalah sifat melekat pada diri seseorang dan menjadi identitasnya. Selain

itu, akhlak dapat pula diartikan sebagai sifat yang telah dibiasakan,

ditabiatkan, didarah dagingkan, sehingga menjadi kebiasaan dan mudah

dilaksanakan, dapat dilihat indikatornya, dan dapat dirasakan manfaatnya.

Akhlak terkait dengan memberikan penilaian terhadap sesuatu perbuatan

dan menyatakan baik dan buruk. Hal ini berbeda dengan penilaian dalam

ilmu dan hukum yang terkait dengan benar dan salah; dan berbeda pula

dengan penilaian estetika atau seni yang terkait dengan indah atau tidak

indah. Perpaduan antara penilaian akhlak atau agama (baik dan buruk ),

penilain ilmu atau hukum (benar atau salah ), serta penilaian seni ( indah

tidak indah) itulah yang selanjutnya disebut dengan fitrah yang setiap

manusia diberikannya.14

13 Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam (Upaya Pembentukan Pemikiran dan

Kepribadian Muslim), ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011 ), h. 151 14 Abuddin Nata, Pemikiran Pendidikan Islam dan Barat, ( Jakarta: PT Rajagrafindo

Persada, 2012), h. 208

Page 23: RIYĀDUŞŞĀLIHῙNrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49095... · 2020. 1. 8. · berprilaku jujur, mendidik anak ketika dipercaya agar bersikap. Kedua, pada penelitian

9

Al-Ghazali mendefinisikan akhlak sebagai berikut

فا لخلق عبارة عن هيئة في النفس راسخة عنها نصدر الافعال بسهولة ويسر من غير

حاجة الى فكر وروية

“Akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang dari

padanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah dengan tidak

memerlukan pertimbangan pikiran (lebih dahulu)”.15

Menurut Imam al-Jurjani:

“Akhlak adalah bangunan jiwa yang bersumber darinya perilaku

spontan tanpa didahului pemikiran, berupa perilaku baik (akhlak yang

baik) ataupun perilaku buruk (akhlak yang buruk)”.

Imam al-Jurjani cenderung mengartikan akhlak sebagai kekokohan

jiwa yang ada di dalam diri manusia, yang mendorong manusia berbuat baik

atau buruk.16

Sedangkan akhlak menurut Ahmad Amin sebagai berikut:

“Akhlak ialah suatu ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk,

menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh setengah manusia

kepada lainnya menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia dalam

perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang harus

diperbuat”.17

Sedangkan Abuddin Nata merujuk kepada pengertian akhlak oleh

imam Ibn Miskawaih, akhlak adalah “perbuatan yang dilakukan dengan

mendalam dan tanpa pemikiran, namun perbuatan itu telah mendarah

daging dan melekat dalam jiwa, sehingga saat melakukan perbuatan tidak

lagi memerlukan pertimbangan dan pemikiran.”18

Syaikh Makarim Asy – Syirazi berkata :

15 Al-Imam Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-Ghazali, Ihya’

‘Ulumuddin, (Kairo:Dar al-Hadis, t.th), h. 70. 16 Lanny Octavia, dkk, Pendidikan Karakter Berbasis Tradisi Pesantren, (Jakarta:

Renebook, 2014), h. 11.

11 Ahmad Amin, Etika (Ilmu Akhlak), (Jakarta: Bulan Bintang, 1975), h. 3. 18 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996), h. 5.

Page 24: RIYĀDUŞŞĀLIHῙNrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49095... · 2020. 1. 8. · berprilaku jujur, mendidik anak ketika dipercaya agar bersikap. Kedua, pada penelitian

10

لأخلأق مجموعات الكلمات المعنوية والسجايا الباطنية للإنسانا

Artinya :

“ Akhlak adala sekumpulan keutamaan maknawi dan tabiat batini

manusia”19

Al -Faidh Al -Kasyani berkata :

لخلق هو عبارة عن هيئة قائمة في النفس تصدر منها الأفعال بسهولة من دون ا

الحاجة الي تدبر وتفكر

Artinya:

“ Akhlak adalah ungkapan untuk menunjukkan kondisi yang manndiri

dalam jiwa, yang darinya muncul perbuatan – perbuatan dengan mudah

tanpa didahului perenungan dan pemikiran” .20

Perbuatan atau sikap dapat dikategorikan akhlak apabila memenuhi

kriteria sebagai berikut :

Pertama, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam

kuat dalam jiwa seseorang sehingga telah menjadi kepribadiannya. Kedua,

perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah tanpa

pemikiran. Ini tidak berarti bahwa pada saat melakukan suatu perbuatan

yang bersangkutan dalam keadaan tidak sadar, hilang ingatan, tidur, mabuk,

atau gila. Ketiga, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam

diri orang yang mengerjakannya tanpa ada paksaan atau tekanan luar.

Keempat, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan

sesungguhnya, bukan main-main, berpuran-pura atau karena

bersandiwara.21

Akhlak memiliki wilayah garapan yang berhubungan dengan

perilaku manusia dari sisi baik dan buruk sebagaimana halnya etika dan

moral. Akhlak merupakan seperangkat nilai keagamaan yang berus

19 Rosihin Anwar, Akhlak Tasawuf, ( Pustaka Setia: Bandung , 2008 ), h. 14 20 Ibid , h. 15 21 Muhammad Alim,Op.Cit, h. 151- 152

Page 25: RIYĀDUŞŞĀLIHῙNrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49095... · 2020. 1. 8. · berprilaku jujur, mendidik anak ketika dipercaya agar bersikap. Kedua, pada penelitian

11

direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari dan merupakan keharusan, siap

pakai, dan bersumber dari wahyu ilahi.22

Akhlak memiliki cakupan makna yang lebih luas dari etika dan

moral. Karena bersumber dari ajaran wahyu dan sabda Nabi Saw. dan

bersifat universal. Sedangkan etika dan moral lahir dari pemikiran manusia,

oleh karenanya bersifat statis, temporal dan dinamis. Menurut Quraish

Shihab, akhlak dalam ajaran agama tidak dapat disamakan dengan etika,

akhlak lebih luas lagi, serta mencakup pula beberapa hal yang tidak

merupakan sifat lahiriah.23

Akhlak dalam sunnah sebagaimana di jelaskan oleh Jalaluddin

Rakhmat, bahwasannya dalam misi kenabian, nabi Muhammad Saw. pernah

ditanya mengenai apa agama itu? Lalu nabi Muhammad Saw. menjawab,

kalau agama itu adalah akhlak yang baik. Karena akhlak itu yang akan

membawa ia kepada jalan keselamatan. Selain itu akhlak juga sebagai

ukuran keimanan, akhlak yang baik meningkatkan derajat, dan akhlak yang

buruk menghapuskan amal.24

Dari beberapa definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa

akhlak adalah kehendak dan tindakan yang sudah menyatu dengan pribadi

seseorang dalam kehidupannya sehingga sulit untuk dipisahkan.

Karenakehendak dan tindakan itu sudah menjadi bagian yang tak

terpisahkan, maka seseorang dapat mewujudkan kehendak dan tindakannya

itu denganmudah, tidak banyak memerlukan banyak pertimbangan dan

pemikiran.Oleh sebab itu tidak salah apabila akhlak sering diterjemahkan

dengankepribadian lantaran kehendak dan tindakannya itu sudah menjadi

bagiandari pribadinya Akhlak mengandung empat unsur yaitu

(1) adanya tindakan baik dan buruk, (2) adanya kemampuan melaksanakan,

(3) adanya pengetahuan tentang perbuatan yang baik dan yang buruk, dan

(4) adanya kecenderungan jiwa terhadap salah satu perbuatan yang baik atau

yang buruk.25

22 Rois Mahfud, Op.Cit., h. 96-97. 23 M. Quraish Shihab, Wawasan al-Quran, (Bandung: Mizan, 2007), Cet. ke-1, h. 347. 24 Jalaluddin Rakhmat, Dahulukan Akhlak di atas Fiqih, (Bandung: Mizan Pustaka,2007),

Cet. ke-1, h. 147-151. 25 Nasirudin, Pendidikan Tasawuf…, h. 32 - 33

Page 26: RIYĀDUŞŞĀLIHῙNrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49095... · 2020. 1. 8. · berprilaku jujur, mendidik anak ketika dipercaya agar bersikap. Kedua, pada penelitian

12

Kesadaran akhlak adalah kesadaran manusia tentang dirinya sendiri,

dimana mnusia melihat atau merasakan diri sendiri berhadapan dengan baik

dan buruk. Disitulah yang membedakan halal dan haram, hak dan bathil,

boleh atau tidak boleh dilakukan, meskipun dia bisa melakukan. Itulah hal

yang khusus manusiawi.

Dalam dunia hewan tidak ada hal yang baik dan buruk atau patut

atau tidak patut, karena hanya manusialah yang mengerti dirinya sendiri,

hanya manusia lah sebagai subjek yang menginsafi bahwa dia berhadapan

pada perbuatan itu, sebelum, selama, dan sesudah pekerjaan itu dilakukan.

Sebagai subjek yang mengalami perbuatannya, dia bisa dimintai

pertanggung jawaban atas perbuatan itu.26

B. Pengertian Pendidikan

Manusia yang beradab setidak- tidaknya memiliki common sense

tentang pendidikan bahwa pendidikan memliki peranan yang sangat penting

dalam kehidupan manusia. Pendidikan dapat mempengaruhi perkembangan

manusia dalam seluruh aspek kepribadian dan kehidupannya.27

Pendidikan memiliki kekuatan (pengaruh) yang dinamis dalam

kehidupan manusia di masa depan. Pendidikan dapat mengembangkan

berbagai potensi yang dimilikinya secara optimal, yaitu pengembangan

potensi individu yang setinggi- tingginya dalam aspek fisik, intelektual,

emosional, sosial dan spiritual, sesuai dengan tahap perkembangan serta

karakteristik lingkungan fisik dan lingkungan sosiobudaya di mana dia

hidup. Pendidikan merupakan suatu fenomena manusia yang sangat

kompleks. Karena sifatnya kompleks itu maka pendidikan dapat dilihat dan

dijelaskan dari berbagai sudut pandang.28

Dalam pengertian yang sederhana dan umum makna pendidikan

sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-

potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan niillai-nilai

yang ada dalam masyarakat dan kebudayaan. Usaha-usaha yang dilakukan

26 Khozin, Khazanah ( Pendidikan Agama Islam), ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2013), h. 129 27 Agus Taufik, dkk, Pendidikan Anak di SD, (Jakarta : Universitas Terbuka, 2009), h. 1.2 28 Ibid., h. 1.2

Page 27: RIYĀDUŞŞĀLIHῙNrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49095... · 2020. 1. 8. · berprilaku jujur, mendidik anak ketika dipercaya agar bersikap. Kedua, pada penelitian

13

untuk menanamkan nilai-nilai dan norma-norma tersebut serta mewariskan

kepada generasi berikutnya untuk dikembangkan dalam hidup dan

kehidupan yang terjadi dalam suatu proses pendidikan. Karenanya

bagaimanapun peradaban suatu masyarakat, didalamnya berlangsung dan

terjadi suatu proses pendidikan sebagai usaha manusia untuk melestarikan

hidupnya. Atau dengan kata lain bahwa pendidikan dapat diartikan sebagai

suatu hasil peradaban bangsa itu sendiri ( nilai norma dan masyarakat) yang

berfungsi sebagai filsafat pendidikannya atau sebagai cita-cita pernyataan

tujuan pendidikannya. Sekaligus juga menunjukkan suatu bagaimana warga

negara bangsanya berfikir dan berprilaku secara turun-temurun hingga

kepada generasi berikutnya yang dalam perrkembangannya akan sampai

pada tingkat peradaban yang maju atau meningkatnya nilai-nilai kehidupan

dan pembinaan kehidupan yang lebih sempurna.29

Secara bahasa, definisi pendidikan adalah proses pengubahan sikap

dan tata seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan

manusia melalui upaya pengajaran dengan pelatihan.30

Pendidikan merupakan kegiatan yang kompleks, dan meliputi

berbagai komponen yang berkaitan dengan erat satu sama lain. Pendidikan

adalah gejala semesta (fenomena universal) dan berlangsung sepanjang

hayat manusia, dimanapun manusia berada. Pendidikan sebagai usaha sadar

bagi pengembangan manusia dan masyarakat, berusaha kearah yang lebih

sistematik, maka pasti mendasarkan pada landasan pemikiran tertentu.31

Berbagai komponen dalam sistem pendidikan baik secara mikro

maupun dalam kajian mikro perlu dikenali secara mendalam sehingga

komponen- komponen tersebut dapat difungsikan dan dikembangkan guna

mengoptimalkan garapan pendidikan tersebut ke arah tujuan pendidikan

yang ditetapkan.32

Pengertian pendidikan menurut para ahli:

a. Menurut John Dewey dalam bukunya Democracy and Education (1950;

89-90) pendidikan adalah rekonstruksi atau reorganisasi pengalam yang

29 Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1997), cet 1, h. 2 30 Sumitro, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta: FIP – UNY, 1985), h. 15 31 Dinn Wahyudin, Pengantar Pendidikan, (Jakarta; Universitas Terbuka, 2008), h. 51 32 Ibid, h. 3.13

Page 28: RIYĀDUŞŞĀLIHῙNrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49095... · 2020. 1. 8. · berprilaku jujur, mendidik anak ketika dipercaya agar bersikap. Kedua, pada penelitian

14

menambah makna dan menambah kemampuan untuk mengarahkan

pengalaman selanjutnya.

b. Menurut John S. Brubacher dalam bukunya Modern Philosophies

adalah proses dalam makna potensi- potensi, kemampuan, kapasitas

manusia yang mudah dipengaruhi oleh kebiasaan, disempurnakan

dengan sedemikian rupa dan digunakan oleh manusia untuk menolong

orang lain atau dirinya sendiri dalam mencapai tujuan- tujuan yang

ditetapkan.

c. Menurut Carter V. Good dalam Dictionary of Education (1945:145)

pendidikan adalah keseluruhan dimana proses seseorang

mengembangkan kemampuan, sikap, dan bentuk- bentuk tingkah laku

lainnya yang bernilai positif dalam masyarakat dimana dia hidup.

d. Menurut Ki Hajar Dewantara (1977: 20) yang dinamakan pendidikan

yaitu tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak- anak. Adapun maksud

pendidikan yaitu menuntut segala kepuasan kodrat yang ada pada anak-

anak itu agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat

dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagian yang setinggi- tigginya.

e. Menurut Driyarkarya (1980: 78), intisara atau eidos dan pendidikan

ialah pe-manusia-an manusia-muda. Pengangkatan manusia muda ke

taraf insani, itulah yang menjelma dalam semua perbuatan mendidik,

yang jumlah dan macamnya tak terhitung.33

Demikian arti pendidikan yang dikemukakan oleh sejumlah ahli,

yang tercantum dalam ajaran pendidikan dengan pengertian ilmiah kita

dapat mennganilis, membandingkan, mengabstraksikan sifat- sifat dan

akhirnya menggabungkan sifat- sifat itu sampai pada suatu perumusan

unsur- unsur yang secara esensial yang tercakup di dalamnya adalah sebagai

berikut :

1. Dalam pendidikan terkandung pembinaan, pengembangan, atau

potensi- potensi yang perlu dikembangkan.

2. Dalam pendidikan secara implisit terjalin hubungan antara dua

pihak, yaitu pihak pendidik dan pihak peserta didik yang di dalam

hubungan itu berlainan kedudukan dan peranan setiap pihak. Akan

tetapi sama dalam hal dayanya yaitu saling mempengaruhi, guna

terlaksananya proses pendidikan.

3. Pendidikan adalah proses sepanjang hayat dan perwujudan

pembentukan secara utuh dalam arti mengemban segenap potensi

33 Sumitro,Op.Cit., h. 17

Page 29: RIYĀDUŞŞĀLIHῙNrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49095... · 2020. 1. 8. · berprilaku jujur, mendidik anak ketika dipercaya agar bersikap. Kedua, pada penelitian

15

dalam rangka pemenuhan semua komitmen manusia sebagai

individu, sebagai makhluk sosial, dan sebagai makhluk Tuhan.34

C. Ruang Lingkup Akhlak

Akhlak dalam Islam juga mempunyai ruang lingkup diantara nya yaitu :

1. Akhlak Terhadap Allah Swt

Lingkup akhlak terhadap Allah Swt antara lain :

a. Beribadah kepada Allah SWT. Hubungan manusia dengan Allah

SWT diwujudkan dalam bentuk ritualitas peribadatan seperti shalat,

puasa, zakat, dan haji. Beribadah kepada Allah SWT harus

dilakukan dengan niat semata – mata karena Allah SWT, tidak

menduakan-Nya baik dalam hati, melalui perkataan dan perbuatan.

b. Mencintai Allah SWT diatas segalanya. Mencintai Allah SWT

melebihi cintanya kepada apa dan siapa pun dengan jalan

melaksanakan segala perintah dan menjauhi semua laranganNya,

mengharapkan ridha-Nya, mensyukuri nikmat dan karunia-Nya,

menerima dengan ikhlas semua qadha dan qadarNya setelah

berikhtiar.

c. Berzikir kepada Allah SWT. Mengingat Allah SWT dalam berbagai

situasi ( lapang, sempit, senang, susah ) merupakan salah satu wujud

akhlak manusia kepada- Nya.

d. Berdoa, tawaddu’ dan tawakkal. Berdoa atau memohon kepada

Allah SWT sesuai dengan hajat yang harus dilakukan dengan cara

yang sebaik mungkin, penuh keikhlasan, penuh keyakinan bahwa

doanya akan dikabulkan oleh Allah SWT. 35

2. Akhlak Terhadap Makhluk

Banyak sekali rincian yang dikemukakan Al – Qur’an berkaitan

dengan perlakuan terhadap manusia. Petunjuk mengenai hal ini bukan

hanya dalam bentuk larangan melakukan hal – hal negative seperti

membunuh, menyakiti badan, atau mengambil harta tanpa alasan yang

34 Ibid, h. 18 35 Abdul Majid, Pendidikan Karakter Perpespektif Islam, ( Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, cet ke 2, 2012), h. 99 - 100

Page 30: RIYĀDUŞŞĀLIHῙNrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49095... · 2020. 1. 8. · berprilaku jujur, mendidik anak ketika dipercaya agar bersikap. Kedua, pada penelitian

16

benar. Melainkan juga kepada menyakiti hati dengan menceritakan aib

seseorang dibelakangnya, tidak peduli aib itu benar atau salah.36

Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri, manusia

perlu berinteraksi dengan sesamanya dengan akhlak yang baik. Diantara

akhlak terhadap sesama itu ialah:

a. Akhlak terhadap Rasulullah SAW. Mencintai Rasulullah SAW

secara tulus dengan mengikuti semua sunahnya. Menjadikannya

sebagai panutan,suri tauladan dalam hidup dan kehidupan dan

menjalani apa yang disuruh dan meninggalkan segala apa yang

dilarang

b. Akhlak terhadap orang tua. Mencintai mereka melebihi cintanya

kepada kerabat lainya. Menyayangi mereka dengan kasih saying

yang tulus. Berbicara secara ramah, dengan kata – kata yang lemah

lembut. Menndoakan mereka untuk keselamatan dan ampunan

kendatipun mereka telah meninggal dunia

c. Akhlak terhadap diri sendiri. Memelihara kesucian diri, menutup

aurat, adil, jujur dalam perkataan dan perbuatan, ikhlas, sabar,

pemaaf, rendah hati, dan menjauhi sifat dengki dan dendam.

d. Akhlak terhadap keluarga, karib, dan kerabat. Saling membina rasa

cinta kasih dan saying, mencintai dan membenci karena Allah SWT

e. Akhlak terhadap tetangga. Saling mengunjungi, membantu saat

senang maupun susah, dan saling menghormati

f. Akhlak terhadap masyarakat. Memuliakan tamu, menghormati nilai

dan norma yang berlaku, menaati keputusan/ peraturan yang

diambiil, bermusyawarah dalam segala hal.

g. Akhlak terhadap lingkungan hidup.memelihara kelestarian

lingkungan, memanfaatkan dan menjaga alam terutama hewani,

nabati, fauna dan flora, yang kesemuanya diciptakan oleh ALLAH

SWT untuk kepentingan manusia dan makhluk – makhluk lainnya.37

36 Muhammad Alim, Op.Cit, h. 155 37 Rois Mahfud, Op.cit, h. 100-101

Page 31: RIYĀDUŞŞĀLIHῙNrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49095... · 2020. 1. 8. · berprilaku jujur, mendidik anak ketika dipercaya agar bersikap. Kedua, pada penelitian

17

3. Akhlak Terhadap Alam

Islam sebagai agama rahmat bagi seluruh alam hanya dapat

diwujudkan jika manusia secara sadar mengetahui, memahami, dan

melaksanakan misinya sebagai khalifah-Nya yang bertugas untuk

memakmurkan bumi dan segala isinya, menjalin relasi yang baik dengan

sesame manusia dan dengan-Nya ( vertical dan horizontal).38

Pada dasarnya yang diajarkan Al-qu’an terhadap lingkungan

bersumber dari fungsi manusia sebagai khalifah. Ke khalifahan menuntut

adanya interaksi manusia dengan sesamanya dan terhadap alam.

Kekhalifahan mengandung arti pengayoman, pemeliharaan, serta

bimbingan, agar setiap makhluk mencapai tujuan penciptanya.39

Menurut Mahmud Yunus tujuan pendidikan akhlak adalah

membentuk putra-putri yang berakhlak mulia, berbudi luhur, bercita-cita

tinggi, berkemauan keras, beradab, sopan santun, baik tingkah lakunya,

manis tutur bahasanya, jujur dalam segala perbuatan, suci murni hatinya.40

Menurut Barwamie Umarie tujuan pendidikan akhlak adalah supaya

dapat terbiasa melakukan yang baik, indah, mulia, terpuji serta menghindari

yang buruk, jelek, hina, tercela, sedangkan menurut Anwar Masy’ari akhlak

bertujuan untuk mengetahui perbedaan perangai manusia yang baik dan

yang jahat, agar manusia memegang teguh perangai-perangai yang jelek,

sehingga terciptalah tata tertib dalam pergaulan masyarakat, tidak saling

membenci dengan yang lain, tidak ada curiga –mencurigai, tidak ada

persengketaan antara hamba Allah SWT.41

D. Pendidikan Akhlak Islami

Istilah pendidikan dalam konteks Islam pada umumnya mengacu

pada term al-tarbiyah, al-ta’dib, dan al-ta’lim. Dari ketiga istilah tersebut

term yang popular digunakan dalam praktek pendidikan Islam ialah term al-

tarbiyah. Sedangkan term al-ta’dib dan al-ta’lim jarang sekali digunakan.

38 Ibid, h. 102 39 Muhammad Alim, Op.cit., h. 158 40 Mahmud Yunus, Pokok-pokok Pendiidkan dan Pengajaran, (Jakarta: Hida Karya Agung,

1990), h. 22 41 Anwar Masy’ari, Akhlak al-Qur’an, (Jakarta: Kalam Mulia, 1990), h. 23.

Page 32: RIYĀDUŞŞĀLIHῙNrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49095... · 2020. 1. 8. · berprilaku jujur, mendidik anak ketika dipercaya agar bersikap. Kedua, pada penelitian

18

Padahal kedua istilah tersebut telah digunakan sejak awal pertumbuhan

pendidikan Islam.42

Apabila at -Tarbiyah, diidentikan dengan kata ar-rabb, Fahrur Rozi

berpendapat bahwa ar-rabb merupakan fonem yang seakan dengan at-

tarbiyah yang berarti at-tanmiyah, yaitu pertumbuhan dan perkembangan.

Ibn Abdillah Muhammad bin Ahmad Al -Anshari Al-Qurtubi mengartikan

ar-rabb pemilik, yang maha memperbaiki, yang maha mengatur, yang maha

menambah, yang maha menunaikan.43

Pendidikan Islam merupakan yang secara khas memiliki ciri Islami,

berbeda dengan konsep pendidikan lain yang kajiannya lebih memfokuskan

pada pemberdayaan umat berdasarkan Alqur’an dan hadist. Artinya, kajian

pendidikan Islam bukan sekedar menyangkut aspek normatif ajaran Islam,

tetapi juga terapannya dalam materi, instuisi, budaya, nilai dan dampaknya

terhadap pemberdayaan umat. Oleh karena itu, pemahaman tentang materi,

institusi, kultur, dan sistem pendidikan merupakan satui kesatuan holistik,

bukan persial, dalam mengembangkan sumber daya manusia yang beriman,

berislam dan berihsan. 44

Muhammad SA. Ibrahimi (Bangladesh) menyatakan bahwa

pendidikan Islam adalah “ Islamic education in true sense of the lern, is a

system of education which enable a man to lead his life according to the

islamic ideology, so that he may easily mould his life in accordance with

tenets of Islam”. ( Pendidikan dalam pandangan yang sebenarnya adalah

suatu sistem pendidikan yang memungkinkan seseorang dapat

mengarahkan kehidupannya sesuai dengan Ideologi Islam, sehingga dengan

mudah ia dapat mmembentuk hidupnya sesuai dengan ajaran Islam ). Dalam

pengertian ini dinyatakan bahwa pendidikan Islam merupakan suatu sistem,

yang didalamnya terdapat beberapa komponen yang saling berkaitan.

Mislanya, kesatuan sistem akidah,syariah, dan akhlak, yang meliputi

kognitif, afektif, dan psikomotorik, yang mana keberartian satu komponen

sangat tergantung dengan keberartian komponen lain. Pendidikan Islam

42 Al -Rasyidin dan Samsul Nizar, Op.cit., h. 25 43 Tatang, Ilmu Pendidikan, ( Bandung: Pustaka Setia, 2012), h. 15 44 Sri Minarti, Ilmu Pendidikan Islam, ( Jakarta: Imprint Bumi Aksara, 2013 ), h. 25-26

Page 33: RIYĀDUŞŞĀLIHῙNrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49095... · 2020. 1. 8. · berprilaku jujur, mendidik anak ketika dipercaya agar bersikap. Kedua, pada penelitian

19

juga dilandaskan atas ideologi Islam, sehingga proses pendidikan Islam

tidak bertentangan dengan norma dan nilai dasar ajaran Islam.45

Menurut Omar Muhammad al-Toumi al-Syaibani Pendidikan Islam

yakni: “ Proses mengubah tingkah laku individu pada kehidupan pribadi,

masyarakat dan alam sekitarnya, dengan cara pengajaran sebagai suatu

aktivitas dan sebagai profesi-profesi asasi dalam masyarakat. Pengertian ini

lebih menekankan pada perubahan tingkah laku, dari yang buruk menuju ke

yang baik, dari minimal menuju yang maksimal, dari yang potensial

mennuju menjadi aktual, dari yang pasif menuju yang aktif. Cara mengubah

tingkah laku itu melalui proses pengajaran, perubahan tingkah laku ini tidak

saja berhenti pada level individu (etika personal) yang menghasilkan

kesalehan individual, tapi juga mencakup level masyarakat (etika sosial),

sehingga menghasilkan kesalehan sosial.46

Muhammad Fadhil al-Jamil berpendapat bahwa: “Upaya

mengembangkan, mendorong, serta mengajak manusia untuk lenih maju

dengan berlandaskan nilai-nilai yang tinggi dan kehidupan yang mulia,

sehingga terbentuk pribadi yang berkaitan dengan akal, perasaan maupun

perbuatan. Pengertian ini memiliki tiga unsur pokok dalam pendidikan

Islam : (1) akivitas pendidikan adalah mengembangkan, mendorong, dan

mengajak peserta didik untuk lebih maju dari kehidupan sebelumnya.

Peserta didik yang tidak memiliki pengetahuan dan pengalaman apa-apa

dibekali dan dipersiapkan dengan seperangkat pengetahuan, agar ia mampu

merespons dengan baik (2) upaya dalam pendidikan didasarkan atas nilai-

nilai akhlak yang luhur dan mulia. Peningkatan pengetahuan dan

pengalaman harus dibarengi dengan peningkatan kualitas akhlak (3) upaya

pendidikan melibatkan seluruh potensi manusia, baik potensi kognitif

(akal), afektif (perasaan/sikap), dan psikomotorik (perbuatan).47

45 Arifin HM, Kapita Selekta Pendidikan Islam dan Umum, ( Jakarta: Bumi Aksara,

1991), h. 3-4 46 Omar Muhammad al-Toumi, Falsafah Pendidikan Islam,Terj Hasan Langgulung

(Jakarta:Bulan Bintang,1979), h. 399 47 Muhammad Fadhil al-Jamali, Falsafah Pendidikan dalam Al-Qur’an,( Surabaya:: Bina

Ilmu, 1986), h. 6

Page 34: RIYĀDUŞŞĀLIHῙNrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49095... · 2020. 1. 8. · berprilaku jujur, mendidik anak ketika dipercaya agar bersikap. Kedua, pada penelitian

20

Sementara itu, menurut seorang pakar pendidikan Islam

kontemporer Said Ismail Aly, mendefinisikan pendidikan Islam yakni: “

Pendidikan Islam adalah suatu sistem yang lengkap dengan sistematika

yang epistemik yang terdiri atas teori, praktik, metode, nilai, dan

pengorganisasian yang saling berhubungan melalui kerja sama yang

harmonis dalam konsepsi tenntang Allah, alam semesta, manusia, dan

masyarakat. Sementara itu tujuan pendidikan Islam adalah merealisasikan

pengabdian kepada Allah dengan (cara) menumbuh kembangkan manusia

dengan sifatnya sebagai makhluk individu dan sosial dari berbagai sisi

yang beraneka ragam sesuai dengan tujuan universal syariat guna kebaikan

manusia didunia dan akhirat.48

Harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali

mustahil suatu kelompok manusia dapat berkembang sejalan dengan

apresiasi ( cita – cita ) untuk maju, sejahtera dan bahagia mrnurut konsep

pandangan hidup mereka.49

Pada hakikatnya, pendidikan Islam adalah suatu proses yang

berlangsung secara kontinu dan berksinambungan. Berdasarkan hal ini,

maka tugas dan fungsi yang perlu diemban oleh pendidikan Islam adalah

pendidikan manusia seutuhnya yang berlangsung sepanjang hayat. Konsep

ini bermakna bahwa tugas dan fungsi pendidikan memiliki sasaran pada

peserta didik yang senantiasa tumbuh dan berkembang secara dinamis,

mulai dari kandungan sampai akhir hayat.50

Jika Akhlak dikaitkan dengan Islam, maka akan berbentuk Akhlak

Islami. Secara sederhana, Akhlak Islami diartikan sebagai akhlak yang

berdasarkan ajaran agama Islam atau akhlak yang bersifat Islami. Kata

Islam yang berada dibelakang kata akhlak dalam menempati posisi sifat.

Dengan demikian, akhlak islami adalah perbuatan yang dilakukan dengan

mudah, disengaja, mendarah daging, dan sumbernya berdasarkan pada

48 Ibid, h. 28 49 Fuad Ihsan, Op.Cit, h. 1 50 Al-Rasyidin dan Samsul Nizar, Op. Cit, h. 34

Page 35: RIYĀDUŞŞĀLIHῙNrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49095... · 2020. 1. 8. · berprilaku jujur, mendidik anak ketika dipercaya agar bersikap. Kedua, pada penelitian

21

ajaran Islam. Dilihat dari segi sifatnya yang universal, maka akhlak islami

juga universal.51

Pendidikan budi pekerti adalah jiwa dari pendididkan Islam, dan

Islam telah menyimppulkan bahwa pendidikan budi pekerti dan akhlak

adalah jiwa pendidikan Islam. Mencapai sesuatu akhlak yang sempurna

adalah tujuan sebenarnya dari pendidikan. Tapi ini tidak berarti bahwa kita

tidak mementingkan pendidikan jasmani atau akal atau ilmu ataupun segi -

segi praktis lainnya tetapi artinya ialah bahwa kita memperhatikan segi-segi

pendidikan akhlak seperti juga segi-segi lainnya itu. Anak-anak

membutuhkan kekuatan dalam jasmani, akal, ilmu dan anak-anak

membutuhkan pula pendidikan budi pekerti ( akhlak), perasaan, kemauan,

cita rasa, dan kepribadian.52

Para ahli pendidikan islam telah sepakat bahwa maksud dari

pendidikan dan pengajaran bukanlah memenuhi otak anak didik dengan

dengan segala macam ilmu yang belum mereka ketahui, tetapi maksudnya

ialah mendidik akhlak dan jiwa mereka, menanamkan jiwa fadhilah (

keutamaan), membiasakan mereka dengan kesopanan yang tinggi,

mempersiapkan mereka untuk suatu kehidupan yang suci seluruhnya ikhlas

dan jujur. Maka tujuan pokok dan terutama dari pendidikan islam adalah

mendidik budi pekerti ( akhlak ) dan pendidikan jiwa. Semua mata pelajaran

haruslah mengandung pelajaran-pelajaran akhlak, setiap guru haruslah

memperhatikan pendidikan akhlak, setiap guru didik haruslah memikirkan

akhlak keagamaan sebelum yang lain-lainnya, karena akhlak keagamaan

adalah akhlak tertinggi, sedangkan akhlak yang mulia itu adalah tiang dari

pendidikan islam. Al –Ghazali berpendapat: Tujuan dari pendidikan ialah

“Mendekatkan diri kepada Allah, bukan pangkat dan bermegah-megah dan

janganlah hendaknya seseorang pelajar itu belajar untuk mencari

panngkat, harta, menipu orang-orang bodoh atau bermegah-megahan

51 Khozin, Khazanah Op.cit., h. 130 52 Athiyah al-Abrasyi, Dasar – dasar Pokok Pendidikan Islam Tarjamahan At- tarbiyatul

al-Islamiy, ( Jakarta: Repalita,1969 ), h. 15

Page 36: RIYĀDUŞŞĀLIHῙNrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49095... · 2020. 1. 8. · berprilaku jujur, mendidik anak ketika dipercaya agar bersikap. Kedua, pada penelitian

22

dengan kawan-kawan, jadi pendidikan Islam itu tidak keluar dari

pendidikan akhlak.” 53

Secara normatif tujuan pendidikan Islam adalah membina manusia

secara pribadi dan secara kelompok sehinggga dunia ini sesuai dengan

konsep yang ditetapkan Allah. Tugas ini merupakan tugas manusia sebagai

khalifah yang tidak dinilai berhasil apabila materi penugasan tidak

dilaksanakan atau apabila kaitan antara penerimaan tugas dengan

lingkungannya tidak diperrhatikan. Atas dasar itu, maka sistem dan tujuan

pendidikan tidak dapat ditransfer dari satu masyarakat ke masyarakat lain.

Ini harus timbul dari dalam masyarakat itu sendiri. Tujuan yang ingin

dicapai adalah membina manusia agar mampu menjalankan fungsinya

sebagai hamba dan wakil Allah. Adapun manusia yang dibina adalah

makhluk yang memiliki unsur – unsur material ( tafsiran ) dan immmateerial

(akal dan jiwa). Pembinaan akal menghasilkan ilmu dan pembinaan

jasmaniyyah menghasilkan keterampilan. Dengan mengggabungkan unsur-

unsur tersebut, terciptalah maakhluk dwidimensi dalam satu keseimbangan,

dunia dan akhirat, ilmu dan iman. Itu sebabnya dalam pendidikan Islam

dikenal sebagai adab ad-din dan adab ad-dunya.54

Tujuan pokok dari pendidikan Islam ialah agar agar manusia hidup

dalam kesucian, penuh dengan keikhlasan, ataub dengan satu kata dapat kita

simpulkan hidup dengan “fadhilah” . Suatu kesimpulan ialah bahwa ahli –

ahli pendidik Islam sependapat tentang pemanfaatan faktor yang efektif

dalam pendidikan akhlak, memanfaatkan pembawaan yang ada pada anak-

anak dalam pembentukkan adat –kebiasaan yang baik, baik dari segi moral

perasaan, mental dan kesehataan, memanfaatkan cara pendidikan akhlak

secara langsung dan secara tidak langsung. Suatu yang patut dicatat ialah

bahwa ulama dan ahli-ahli pendidikan Islam lebih cenderung menggunakan

cara pendidikan langsung seperti nasihat-nasihat, petunjuk-petunjuk,

penghafalan sajak-sajak, lebih sering dari cara lainnya. Tidak seorangpun

dapat membantah betapa manfaatnya menggunakan pembawaan, inspirasi,

53 Ibid, h. 15 54 Sri Minarti Op,Cit., h. 39

Page 37: RIYĀDUŞŞĀLIHῙNrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49095... · 2020. 1. 8. · berprilaku jujur, mendidik anak ketika dipercaya agar bersikap. Kedua, pada penelitian

23

pimpinan yang baik, saling bercerita, persaingan yang sportif dan

pembentkkan adat kebiasaan yang baik sejak diwaktu kecil. Dalam hal ini

ternyata mereka telah banyak berhasil, khususnya dalam

pembentukkan/pendidikan akhlak yang tinggi.55

E. PENELITIAN RELAVAN

Dalam suatu penelitian, diperlukan penelitian yang relavan yang

dapat mendukung serta memperkuat akan pentingnya penelitian ini

dilakukan. Penulis telah menelaah beberapa kajian hasil penelitian sebagai

berikut :

1. Skripsi “ KONSEP PENDIDIKAN AKHLAK MENURUT AL-GHAZALI

DALAM KITAB AYYUHAL-WALAD ” oleh Moh Nawawi mahasiswa

jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Sunan Kali Jaga Jogjakarta,

dalam skripsi ini membahas tentang Biografi Imam Al – Ghazali dan

Konsep Pendidikan Akhlak dalam Kitab Ayyuhal-Walad.

2. Skripsi “ KONSEP PENDIDIKAN AKHLAK MENURUT KH HASYIM

ASY’ARI DALAM KITAB ADAB AL-ALIM WA AL-MUTTA’ALIM ”

oleh Muhammad Ichsan Nawawi Sahal mahasiswa jurusan Pendidikan

Agama Islam IAIN Raden Intan Lamping, dalam skripsi ini membahas

biografi dan riwayat hidup KH Hasyim Asy’ari serta deskripsi tentang

pemikiran beliau mengenai Konsep AKhlak dalam Kitab Adab Al -Alim

wa Muta’alim.

3. Skripsi “ KONSEP PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB AYYUHA

AL-WALAD KARYA IMAM AL-GHAZALI ” oleh Putik Nur Rohmawati

mahasiswi jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN SALATIGA, dalam

skripsi ini membahas tentang Biografi Imam Al-Ghazali, pemikiran

beliau tentang pendidikan akhlak, serta konsep Pendidikan Akhlak

menurutnya dalam kitab Ayyuhal – walad.

4. Skripsi “ KONSEP PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB

WASHOYA AL-ABA’LIL ABNAA’ KARYA MUHAMMAD SYAKIR AL –

55 Athiyah al-Abrasy, Op.Cit., h. 111

Page 38: RIYĀDUŞŞĀLIHῙNrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49095... · 2020. 1. 8. · berprilaku jujur, mendidik anak ketika dipercaya agar bersikap. Kedua, pada penelitian

24

ISKANDARI ” oleh Muhammad Sulkhan mahasiswa Jurusan

Pendidikan Agama Ilam IAIN SALATIGA, dalam skriipsi ini

membahas tentang Biografi Muhammad Syakir Al-Iskandari, serta

konsep Pendidikan Akhlak dan Ruang Lingkupnya dalam kitab

Washoya Al – Aba’lil Abnaa’

5. Skripsi “ KONSEP PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB ADAB

AD-DUNYA WA AD-DIN KARANGAN IMAM HASAN ALI BIN

MUHAMMAD BIN HABIB AL-BASHARI AL-MAWARDI ” oleh Ahmad

Kharirunni’am Bin Nurhamim mashasiswa jurusan Pendidikan Agama

Islam UIN Maulana Malik Ibrahim, dalam skripsi ini membahas tentang

konsep Akhlak, biografi Syaik Abu Hasan Al-Mawardi dan hasil

penelitian dalam Kitab Adam Ad-dunya Wa ad-din tentang Konsep

Akhlak

Page 39: RIYĀDUŞŞĀLIHῙNrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49095... · 2020. 1. 8. · berprilaku jujur, mendidik anak ketika dipercaya agar bersikap. Kedua, pada penelitian

25

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian yang berjudul “ Konsep Pendidikan Akhlak Dalam Kitab

Riyāduşālihin” ini dilaksanakan di kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

terutama pada perpustakaan utamanya dan tempat lainnya yang mendukung

seperti rumah, kosan dan kafe-kafe kopi sederhana, rincian waktu

pengerjaannya sebagai berikut: bulan Sepetmber setelah mendapatkan

dosen pembimbing, penulis sudah memulai untuk mengumpulkan data dari

sumber-sumber tertulis yang diperoleh dari buku-buku yang ada

diperpustakaan tarbiyah maupun perpustakaan utama kampus UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, internet, serta sumber lainnya yang mendukung

penelitian. Penelahan skripsi ini terus berlangsung dengan arahan dosen

pembimbing hingga selesai.

B. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan penelitian

kualitatif. Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dari orang-orang dan

perilaku yang dapat diamati.56

Dalam skripsi ini penulis menggunakan metode deskriprif analisis

yang menggunakan tehnik analisis kajian melalui studi kepustakaan

(Library Research).

Karena penelitian ini merupakan library research, maka sumber

data pada penelitian ini adalah literatur-literatur yang berkaitan dengan

penelitian yang dilakukan.57 Sumber data yang dimaksud bisa berupa

bahan-bahan pustaka seperti buku, dokumen, arsip, majalah, koran, jurnal

ilmiah, dan sebagainya

56 Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), Cet. 8, h. 36. 57 Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,

2008),Cet ke-2, h. 1-2.

Page 40: RIYĀDUŞŞĀLIHῙNrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49095... · 2020. 1. 8. · berprilaku jujur, mendidik anak ketika dipercaya agar bersikap. Kedua, pada penelitian

26

C. Fokus Penelitian

Menurut Margono, pembatasan penelitian dalam penelitian

kualitatif yaitu berdasarkan fokus. Fokus berarti penentuan keluasan (scope)

dari permasalahan dan batas penelitian.58

Dengan melihat pendapat Sugiyono, maka penulis mencantumkan

apa yang ada dalam batasan masalah menjadi fokus penelitian dalam

penulisan ini, yaitu mengenai Konsep Pendidikan Akhlak dalam Kitab

Riyāduşşālihin. Jadi, dalam penelitian ini penulis bermaksud mengkaji

tentang Pendidikan Akhlak yang terdapat dalam kitab Riyāduşşālihin

D. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini terdiri atas sumber data primer dan

sumber data sekunder. Adapun sumber data primer dalam penelitian ini

ialah al-Qur’an al-Karim dan Kitab Riyāduşşālihin. Sedangkan sumber data

sekunder atau sumber data pendukungnya ialah buku-buku yang berkaitan

dengan masalah penelitian, jurnal-jurnal terkait, serta buku-buku tentang

pendidikan akhlak

E. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan proses sistematis pencarian dan pengaturan

transkripsi wawancara, catatan lapangan, dan materi-materi yang lain yang

telah terkumpul untuk meningkatkan pemahaman peneliti mengenai materi-

materi tersebut dan untuk memungkinkan peneliti menyajikan apa yang

sudah ditemukannya kepada orang lain.59

Dalam mengolah data diperlukan ketelitian dan kecermatan

tersendiri. Juga dala dalam setiap pemrosesan data pasti terdapat prosedur

reduksi yaitu penyederhanaan data. Setelah itu dapat di tafsirkan dan

selanjutnya di tarik kesimpulan.60

58 Margono, Op.Cit., h. 40. 59 Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data, (Jakarta: RajaGrafindo

Persada, 2011), Cet. ke-2, h. 85. 60 Suwartono, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian, Edisi 1, (Yogyakarta: Andi Offset,

2014), hlm. 80.

Page 41: RIYĀDUŞŞĀLIHῙNrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49095... · 2020. 1. 8. · berprilaku jujur, mendidik anak ketika dipercaya agar bersikap. Kedua, pada penelitian

27

Terhadap data kualitatif dalam hal ini dilakukan terhadap data yang

berupa informasi, uraian dalam bentuk bahasa prosa kemudian dikaitkan

dengan data lainnya untuk mendapatkan kejelasan terhadap suatu kebenaran

atau sebaliknya, sehingga memperoleh gambaran baru ataupun menguatkan

suatu gambaran yang sudah ada atau sebaliknya.61

Adapun langka-langkahnya sebagai berikut:

1. Mencari Sumber data

2. Lalu pengumpulan data

3. Selanjtnya data ditelaah, dipelajarim, dan dibaca.

4. Dan data di satukan

5. Terakhir, interpretasi data.

F. Prosedur Penelitian

1. Peneliti mencari kitab Riyāduşālihin karya Syāikh Abu Zakaria

Muhyuddin An-Nawāwi

2. Kemudian membacanya dan menemukan poin-poin terpenting

dalam kitab kitab Riyāduşālihin karya Syāikh Abu Zakaria

Muhyuddin An-Nawāwi

3. Selanjutnya, peneliti mengumpulkan sumber bacaan yang

mendukung mengenai akhlak terhadap diri sendiri dan akhlak

dalam bermasyarakat , yang nantinya akan dikaitkan dengan

kitab kitab Riyāduşālihin karya Syāikh Abu Zakaria Muhyuddin

An-Nawāwi

4. Terakhir, peneliti menelaahnya. Untuk menjawab permasalahan

yang dibahas oleh peneliti.

61 Joko Subagyo Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta,

2004), Cet. ke-4, h. 106.

Page 42: RIYĀDUŞŞĀLIHῙNrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49095... · 2020. 1. 8. · berprilaku jujur, mendidik anak ketika dipercaya agar bersikap. Kedua, pada penelitian

28

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Biografi Syaikh Abu Zakaria Muhyuddin ( Pengarang Kitab

Riyāduşālihin)

Imam An-Nawāwῑ dengan nama lengkapnya Muhyuddῑn Abu

Zakariā An-Nawāwῑ Yahya bin Syaraf bin Hasan bin Husain An-Nawāwῑ

Ad-Dimasyqiy. Beliau lahir dan besar di kota kecil Nawa di wilayah

Damaskus, pada tanggal 10 Muharram 631 H. Sejak kecil ia dididik oleh

ayahnya yang terkenal dengan kesalehan dan ketakwaannya. Beliau mulai

belajar di Katatib (tempat belajar baca tulis untuk anak-anak) dan beliau

sudah menghafal Al-Quran sebelum menginjak usia balig.62

Beliau tumbuh besar dinegerinya. Ayahnya memiliki peran penting

baginya. Beliau adalah seorang Qari’ Al-Qur’an, seorang yang cepat

memahami, dan menguasai berbagai ilmu : fiqh, matan hadist, Rijal hadist,

Balaghah, Sharaf, dan sebagainya. Beliau menjadi insan akademis di Darul

Hadist Al-Asyrafiyah di Damaskus.63

Nasab dan Nisbatnya

Dia adalah Abu Zakariā Yahya bin Asy-Syaikh Az-Zahid Al-Wara’

Waliyullah Abu Yahya Syaraf bin Mira bin Hasan bin Husain bin

Muammad bin Jumah bin Hizam Al Hizami An-Nawawi. Dia adalah orang

yang mempunyai karangan-karangan yang bermanfaat dan tulisan-tulisan

yang terpuji, orang yang nomor satu dizamannya, banyak berpuasa, shalat,

zuhud dari dunia, sangat rindu akhirat, dan memiliki akhlak- akhlak yang

diridhai dan kebaikan-kebaikan yang pantas ditiru.64

62 Imam An-Nawawi, Riyadhus Shalihin, (Terj. Deny Suwito), (Depok: Senja

Publishing,2005), h. xi 63 Imam An-Nawawi, Riyadushalihin, Syarah Syaikh Muhammad bin Shalih Al-

Utsaimain terj Arif Rahman (Sukoharjo: Insan Kamil, 2018), h. 3. 64 Imam An-Nawawi, Raudhatuth Thalibin, terj Muhyiddin Mas Rida, (Jakarta: Pustaka

Azzam, 2007 ), h. 6.

Page 43: RIYĀDUŞŞĀLIHῙNrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49095... · 2020. 1. 8. · berprilaku jujur, mendidik anak ketika dipercaya agar bersikap. Kedua, pada penelitian

29

Dia adalah seorang ulama yang mendapatkan taufik dalam ilmu,

keimanan, keagunngan, zuhud, wara’, ibadah dan menjaga perkataan,

perbuatan dan keadaan-keadaannya. Dia mempunyai karamah-karamah

yang banyak dan jelas, orang yang mempersembahkan diri dan hartanya

untuk kepentingan kaum muslimin, memenuhi hak-hak mereka dan para

pemimpin mereka dengan nasehat dan doa didunia. Dia adalah orang yang

banyak membaca Al-Qur’an dan banyak berzikir kepada Allah Swt.

Semoga Allah mengumpulkan kita dalam kelompoknya dan dan rumah

kemuliaan-Nya bersama orang-orang yang telah dipilih-Nya dari makhluk

–Nya, yaitu orang-orang yang jernih hatinya, memenuh janji, penuh

mengasihi, mengamalkan kitabullah dan sunnah nabi Muhammad Saw dan

syariat-Nya.65

Adapun Nisbatnya adalah :

Al Hizami, yang dimaksud dengan ini adalah kakeknya Hizam yang

tersebut diatas. Syaikh An-Nawawi pernah bercerita kepada saya bahwa

sebagian kakeknya menyangka Al Hizami merupakan nisbat pada Nizam

Abu Hakim, salah seorang sahabat Rasulullah Saw. Dia mengatakan ini

adalah sebuah kekeliruan.

Hizam adalah kakeknya, seorang yang mampir di Al Jaulan, desa

Nawa seperti kebiasaan orang-orang Arab. Lalu bermukim disana dan

diberikan keturunan oleh Allah Swt sehingga menjadi banyak manusia.

An-Nawāwῑ adalah nisbat pada desa Nawa tersebut. Dia merupakan

pusat kota Al Jaulan pada masa sekarang, dan berada dikawasan Hauran di

provinsi Damaskus. Jadi Imam An-Nawawi adalah orang Damaskus karena

menetap disana selama kurang lebih delapan belas tahun. Abdullah bin Al

Mubarak pernah berkata, “ Barangsiapa yang menetap disuatu negeri

selama empat tahun, maka ia dinisbatkan padanya”.66

65 Ibid., h. 7. 66 Ibid., h. 7.

Page 44: RIYĀDUŞŞĀLIHῙNrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49095... · 2020. 1. 8. · berprilaku jujur, mendidik anak ketika dipercaya agar bersikap. Kedua, pada penelitian

30

Sejarah Pendidikannya:

Imam An- An-Nawāwῑ seorang penuntut ilmu yang gigih dan beliau

dapat meraih gelar berbagai bidang keilmuan saat beliau masih muda. An-

An-Nawāwῑ muda ini mengambil ilmu dari beberapa syaikh, sehingga

mendapat kenikmatan yang tidak ada duanya dalam menuntut ilmu. Para

pakar sejarah telah menuliskan sifat kejujuran dan kegigihan beliau dalam

membaca kitab. Mereka menyebutkan bahwa beliau setiap harinya

membaca dua belas pelajaran:

1. Dua pelajaran pada kitab Al-Wasith

2. Satu pelajaran pada kitab Shalihin ( Al-Bukhari dan Muslim)

3. Satu pelajaran pada kitab Islahul Mantiq karya Syaikh Ibnu As-

Sukait dalam ilmu Lughah ( Linguistik )

4. Satu pelajaran pada kitab Sharaf

5. Satu pelajaran pada kitab Ushulul Fiqh kadang membaca kitab

Al-luma’ karya Abu Ishaq, dan terkadang membahas Al-

Muntakhab karya Fahrur Razi

6. Satu pelajaran pada Asma’ur Rijal ( Nama –nama Rawi dan

sifatnya)

7. Satu pelajaran pada kitab Al-Muhadzab

8. Satu pelajaran pada Shahih Muslim

9. Satu pelajaran pada Ushulud Din

Karena kegigihan dan semangatnya dalam menuntut ilmu, beliau

menulis seluruh ilmu yang berkaitan dengan ilmu yang beliau pelajari

dengan memberikann penjelasan, memberikan syakal, memberikan

pelajaran, memerhatikan tata bahasanya.67

Awal Menulis:

Ketika beranjak dewasa usia tiga puluh tahun, beliau mulai

menyibukkan dirinya dengan menulis, dan Allah memberikan berkah atas

setiap waktunya. Beliau sudah menulis sebanyak lima puluh kitab, kitab-

67 Shalih Al-Utsaimain, terj Arif Rahman Op.Cit., h. 4.

Page 45: RIYĀDUŞŞĀLIHῙNrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49095... · 2020. 1. 8. · berprilaku jujur, mendidik anak ketika dipercaya agar bersikap. Kedua, pada penelitian

31

kitab syara’ yang sudah disempurnakan, dan kitab-kitab syara’ yang belum

disempurnakan.68

Beberapa kitab yang telah beliau sempurnakan:

1. Ar-Raudah ( Raudhatush Shalihin)

2. Al-Minhaj

3. Daqa’iqul minhaj

4. Al-Manasik As-Sughra

5. Al-Manasik Al-Kubra

6. Bustanul ‘Arifin fi Az-Zuhdi wa At-Tasharruf

7. Riyāduşşālihῑn

8. Al-Arba’un Haditsan wa Syarhuha

9. Al-Arba’un Haditsan wa Syarhuha

10. Syarhu Muslim

11. Tahdzibul Asma wal Lughat

12. Thabaqatul fuqaha

13. Al-Fatawa

14. At-Tibyan fi adabi Hamlatil Qur’’an

15. Tashihhut Tanbih

16. Nukat ‘Ala At-Tanbih

17. Tashrif fil Istisqa wa fi Istihbabil Qiyam wa Nahwihim

18. Qishmatul Ghanai’im ( Wa Huwa Musytamilun ‘Ala Nafa’is)

Akhlak dan Sifatnya

Penulis kitab-kitab biografi menyebutkan bahwa Imam An- Nawāwῑ

adalah orang terdepan dalam zuhud dan teladan dalam beretika.

Penelitiannya mendalam dalam satu hukum. Beliau senantiasa

memerintahkan kepada kebaikan dan melarang pada kemungkaran. Dalam

perjalanannya yang sulit, beliau senantiasa sabar, beribadah, bangun malam,

dan menulis.69

68 Ibid., h. 4. 69 Ibid., h. 4.

Page 46: RIYĀDUŞŞĀLIHῙNrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49095... · 2020. 1. 8. · berprilaku jujur, mendidik anak ketika dipercaya agar bersikap. Kedua, pada penelitian

32

Wafatnya:

Pada akhir usianya, beliau kembali kenegrinya, berziarah kemakam

para syaikhnya, mendoakan mereka sambil menangis, mengunjungi para

sahabatnya yang masih hidip dan berpamitan kepada mereka. Setelah beliau

mengunjungi ayahnya, beliau mengunjungi Masjid Al-Quds. Setelah itu,

beliau kembali kedaerah Nawa kemudian jatuh sakit dan tinggal dirumah

orang tuanya. Beliau wafat pada malam Rabu bulan Rajab pada tahun 676

H dan dikuburkan dinegerinya. Ketika kabar beliau meninggal sampai

negeri Damaskus, penduduk negeri itu terkejut dan kaum muslimin pun

menangis atas kematian beliau. Karena banyaknya, penduduk negeri itu

sampai berjalan perlahan menuju daerah Hauran. Para ahli syair

berbondong-bondong mengunjungi kuburnya dan melantunkan syair duka

cita. Para khatib (Dai) pun mendoakannya. Hari itu merupakann hari

bersejarah yang tak pernah terlupakan.70

B. Kitab Riyāduşşālihῑn

Kitab Riyāduşşālihῑn adalah sebuah kitab yang sangat masyhur

dalam dunia Islam. Kitab ini telah dijadikan pegangan selama ratusan tahun

bagi para ulama, pelajar dan penuntut ilmu agama di belahan dunia. Di

Indonesia sendiri kitab Riyāduşşālihῑn ini merupakan salah satu ‘kitab

wajib’ bagi seluruh pesantren.71

Di antara karya-karya beliau yang paling bermanfaat, terkenal dan

tersebar di semua kalangan adalah kitab “Riyāduşşālihῑn”. Kandungan dari

kitab Riyāduşşālihῑn ada dua hal:72

Pertama, isi kandungannya yang memuat bimbingan yang dapat

menata dan menumbuhkan jiwa serta melahirkan satu kekuatan yang besar

untuk berhias dengan ibadah yang menjadi tujuan diciptakannya jiwa

tersebut dan mengantarnya kepada kebahagiaan dan kebaikan, karena kitab

70 Ibid., h. 4. 71http://virouz007.wordpress.com/2010/05/15/bedah-kitab-riyadhus-shalihin/

(diakses 14 November 2019). 72 http://muslim.or.id/hadits/sekilas-tentang-kitab-riyadhus-shalihin.html (diakses

14 November 2019 ).

Page 47: RIYĀDUŞŞĀLIHῙNrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49095... · 2020. 1. 8. · berprilaku jujur, mendidik anak ketika dipercaya agar bersikap. Kedua, pada penelitian

33

ini umum meliputi Targhib dan Tarhib serta kebutuhan seorang muslim

dalam perkara agama, dunia dan akhiratnya. Kitab ini adalah kitab tarbiyah

(pembinaan) yang baik yang menyentuh aneka ragam aspek kehidupan

individual (pribadi) dan sosial kemasyarakatan dengan uslub (cara

pemaparan) yang mudah lagi jelas yang dapat dipahami oleh orang khusus

dan awam.73

Dalam kitab ini Imam Nawawi mengambil materinya dari kitab-

kitab sunnah terpercaya seperti Shohih al-Bukhoriy, Muslim, Abu Daud, An

Nasaa’i, At Tirmidziy, Ibnu Majah dan lain-lainnya. Beliau berjanji tidak

memasukkan ke dalam bukunya ini kecuali hadits-hadits yang shohih dan

beliau pun menunaikannya sehingga tidak didapatkan hadits yang lemah

kecuali sedikit itu pun kemungkinan menurut pandangan dan ilmu beliau

adalah shohih.

Kedua, tingginya kedudukan ilmiah yang dimiliki pengarang

Riyāduşşālihῑn ini diantara para ulama zamannya karena keluasan ilmu dan

dalamnya pemahaman beliau terhadap sunnah Rasulullah Saw.

Kitab Riyāduşşālihῑn ini memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki

kitab selainnya dari kitab-kitab Sunnah dan dia benar-benar bekal bagi

penasihat, permata bagi yang menerima nasihat, pelita bagi orang yang

mengambil petunjuk dan taman orang-orang sholih. Hal inilah yang menjadi

sebab mendapatkan kedudukan yang tinggi di kalangan ulama sehingga

mereka memberikan syarah, komentar dan mengajarkannya di halaqah-

halaqah mereka.

Imam An- Nawāwῑ memberikan keistimewaan dalam tertib dan

pembuatan bab pembahasan, beliau membaginya menjadi beberapa kitab

dan kitab-kitab ini dibagi menjadi beberapa bab lalu menjadikan kitab

sebagai judul bagi hadits-hadits yang ada di dalam bab-bab yang banyak

dari satu jenis dan menjadikan bab sebagai judul bagi sekelompok hadits

yang menunjukkan satu permasalahan khusus.

73 Ibid., h. 2

Page 48: RIYĀDUŞŞĀLIHῙNrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49095... · 2020. 1. 8. · berprilaku jujur, mendidik anak ketika dipercaya agar bersikap. Kedua, pada penelitian

34

Pembahasan isi dari kitab Riyāduşşālihῑn ini diawali dengan ‘kitab

Ikhlas’, beliau membuka dengan manis kitab Riyāduşşālihῑn itu dengan

menyertakan ayat-ayat Qur’an yang mendukung pembahasan kitab ikhlas

tersebut. Hampir seluruh isi kitab ini mengandung ruh akan dorongan

menghambakan diri kepada Allah serta ‘memupuk’ amal shalih. Mayoritas

isi pada kitab-kitab awal adalah mengenai masalah hati dan kebersihan jiwa.

Seperti masalah ikhlas niat, taubat, sabar, shiddiq, murraqabah, yaqin,

tawakal, istiqamah, mujahadah, hemat, rajin, zuhud, qana’ah, dermawan,

tolong-menolong, nasehat, amar ma’ruf-nahi mungkar, amanat, dan

menghindari kezaliman.74

Pada bagian berikutnya beliau menekankan kepada masalah

muamalat mu’asyarah, yakni masalah-masalah yang berhubungan dengan

kehidupan manusia bermasyarakat sebagai makhluk sosial, seperti:

mendamaikan manusia, berbelas kasih pada anak yatim, orang miskin,

menjaga hak wanita, hak suami dan istri, belanja keluarga, hak-hak

tetangga, orang tua, anak dan keluarga, menghormati ulama, kaum kerabat,

orang-orang sholeh dan lain-lain.

Pada pembahasan masalah moral dan adab, beliau menekankan juga

tentang perihal keadilan, hubungan antara rakyat dan pemimpin, menjaga

adab kesopanan terhadap orang hidup maupun orang mati, sampai adab-

adab pribadi untuk diamalkan sehari-hari, tidak luput dari pembahasan

beliau. Sedemikian lengkapnya, sehingga urusan pribadi umat dari mulai

bangun tidur sampai tidur lagi, secara ‘manis’ dan rapi beliau bahas satu

persatu.

Dalam masalah syariat, secara panjang lebar beliau membahas pula

hukum-hukum dalam berbagai masalah; mulai dari masalah berpakaian,

wudhu, sholat-sholat wajib, sholat-sholat sunat, puasa sunat, ziarah kubur,

sumpah, jual-beli, dan lain-lain dengan menyertakan adab-adab dan

kesempurnaan amal, lengkap dengan fadhilah amal, sehingga tidak

74 http://virouz007.wordpress.com/2010/05/15/bedah-kitab-riyadhus-shalihin/ (diakses 14

November 2019 ).

Page 49: RIYĀDUŞŞĀLIHῙNrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49095... · 2020. 1. 8. · berprilaku jujur, mendidik anak ketika dipercaya agar bersikap. Kedua, pada penelitian

35

monoton membahas masalah pokok fiqihnya saja. Pembahasan kitab ini

diakhiri dengan indah pada bab Istighfar, mulai dari dalil perintah

beristighfar sampai kelebihan orang-orang yang beristighfar. Demikianlah

keistimewaan kitab ini sehingga sudah selayaknya mendapatkan perhatian

dari setiap muslim yang ingin membina dirinya menuju ketakwaan

Kitab Riyāduşşālihῑn menghimpun hadist-hadist shahih yang

mencakup semua aspek pendidikan, kitab tersebut menjadi pembimbing tata

hidup jasmani dan rohani, pendidikan bagi mereka yang sedang merintis

jalan menuju surga, dan pendidikan akhlak mulia. Kitab Riyāduşşālihῑn juga

menjadi bekal bagi pembimbing agama terhadap masyarakat Islam. Sebab

kitab Riyāduşālihin mempunyai dua kandungan, yaitu Targhib dan Tarhib.

Kata “Targhib secara etimologis yang berarti: pemikatan, bujukan,

penyemangatan”. Kata dalam pembahasan ini diambil pada kata benda

targhib yang mengandung maknanya: suatu harapan untuk memperoleh

kesenangan, kecintaan dan kebahagiaan. Semua pengertian memotivasi

terhadap perolehan berupa keindahan dan kebahagiaan yang dapat menjadi

sarana dalam kehidupan seseorang. Secara psikologis, melalui pola targhib

merupakan cara untuk menimbulkan daya tarik yang kuat dalam

menggapainya

Sementara “Tarhib mempunyai makna menakut-nakuti atau

mengancam”. Lalu dalam pembahasan ini dipakai kata benda tarhib yang

artinya ancaman, hukuman. Dari pengertian tersebut maka dapat

disimpulkan yang dimaksud dengan targhib adalah janji yang membuat rasa

senang, terhadap sesuatu yang baik, kenikmatan atau kebahagiaan baik di

dunia maupun akhirat. Sementara tarhib adalah suatu ancaman atau siksaan

sebagai akibat dari mengerjakan hal yang negatif yang dapat mendatangkan

dosa atau kesalahan yang dilarang oleh Allah SWT

C. Hadist-Hadist Tentang Akhlak Pada Diri Sendiri dan Bermasyarakat

dalam Kitab Riyāduşşālihῑn

Imam An- Nawāwῑ bermaksud mengumpulkan hadist- hadist shahih

secara ringkas, yang memamparkan jalan yang bisa mengantarkan orang

Page 50: RIYĀDUŞŞĀLIHῙNrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49095... · 2020. 1. 8. · berprilaku jujur, mendidik anak ketika dipercaya agar bersikap. Kedua, pada penelitian

36

yang mengambilnya menuju akhirat, menjeleskan adab-adabnya yang lahir

maupun batin, mencakup anjuran dan ancaman, serta adab-adab orang-

orang menuju akhirat, meliputi hadist-hadist zuhud, latihan-latihan jiwa,

penataan akhlak, penyucian dan terapi hati, penjagaan terhadap anggota

badan dan membuang kebengkokannya, dan hal-hal yang menjadi tujuan

orang-orang mengetahui.75

Imam An-Nawāwi berusaha tidak menyebutkan dalam Kitab

Riyāduşşālihῑn, kecuali hadist-hadist yang shahih jelas, yang disandarkan

kepada kitab-kitab shahih yang populer. Ia memulai perbabnya dengan ayat-

ayat Al-Qur’an yang mulia dan ia menjelaskan kata yang perlu dijelaskan

cara membacanya atau maknanya yang samar dengan keterangan-

keterangan berharga. Bila diakhir hadist ia berkata : “ Muttafaq’alaih”,

maka maknanya adalah hadist tersebut diriwayatkan oleh al-Bukhari dan

Muslim.76

Dalam hal ini penulis akan membahas hadist-hadist yang

berhubungan dengan Akhlak terhadap diri sendiri, dan Akhlak dalam

bermasyarakat.

(( 4)القلم : وإنك لعلى خلق عظيم

Terjemah Arti: “ Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti

yang agung”.( QS Al- Qolam 4 )77

وقال تعالي والكظمين الغيظ والعافين عن الناس ) ال عمران (

Dan orang- orang yang menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan

orang ( QS Ali Imran 134 )

75 Imam An-Nawawi, Riyadushalihin, terj Izuddin Karimi. (Jakarta :Darul Haq, cet 1,

2018), h. 34. 76 Ibid., h. 34. 77 Syaikh Al- Islami Muhyi Ad-Din Abi Zakariya Yahya Ibn Syarof An-Nawawi,

Riyadushalihin, (Daar ihya Al Kitab Al’arabiyah), h. 303.

Page 51: RIYĀDUŞŞĀLIHῙNrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49095... · 2020. 1. 8. · berprilaku jujur, mendidik anak ketika dipercaya agar bersikap. Kedua, pada penelitian

37

ن م و الم ل م ك ) ا م ل س و ه ي ل ع ى الل ل ص الل ل و س ر ال ق ال ق ه ن ع و ان ي ا ين

م ه ائ س ن ل م ك ار ي خ م ك ار ي خ ا و ق ل خ م ه ن س ح ا

Dari Abu Hurairah berkata Rasulullah Saw bersabda. “ orang yang

paling sempurna budi pekertinya dan yang paling baik diantara yang paling

baik yaitu yang paling baik terhadap istrinya 78

Penjelasan : Hadist ini menjadi dalil menjadi dalil bahwa iman itu

bertingkat-tingkat dan sesungguhnya manusia itu berbeda-beda dalam

tingtingkatan keimanannya. Sebagian dari mereka yang mempunyai

keimanan yang sempurna dari yang lainnya sesuai dengan amalannya. Dan

setiap kali seseoranng berbudi pekerti baik, maka ia mempunyai keimanan

yang sempurna. Hadist ini juga mengandung anjuran yang jelas kepada

setiap manusia untuk berbudi pekerti baik sesuai dengan kemampuannya.79

a. Akhlak Kepada Diri Sendiri

Dalam pembahasan Akhlak pada diri sendiri Imam An- Nawāwῑ

dalam kitab Riyāduşşālihῑn menyebutkan hadist-hadist diantaranya :

adab ketika makan dan minum, adab menjaga lisan dan meninggalkan

ghibbah, adab ketika berpakaian, adab ketika tidur, adab dalam

memperjelas pembicaraan dan mengucapkan salam, berprilaku jujur,dan

adab menjaga rahasia ketika dipercaya

a. Adab ketika makan dan minum

ك ي ن م ي ب ل ك و الل م ) س م ل س و ه ي ل ع ي الل ل الل ص ل و س ر لي ال : ق ال ة ق م ل ن س ب ر م ع ن ع و

( متفق عليه ك ي ل ا ي م ل ك و

Artinya : “Umar bin Abu Salamah berkata, Rasulullah Saw bersabda

kepadaku, ‘Sebutlah nama Allah ( basmallah ), makanlah dengan

tangan kananmu, dan makanlah yang dekat denganmu”. ( Muttafaqun

‘alaih ).80

78 Ibid., h. 304. 79 Shalih Al-Utsaimain, terj Arif Rahman Op.Cit., h. 334. 80 An-Nawawi, Op.Cit., h. 350.

Page 52: RIYĀDUŞŞĀLIHῙNrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49095... · 2020. 1. 8. · berprilaku jujur, mendidik anak ketika dipercaya agar bersikap. Kedua, pada penelitian

38

ر ك ذ ي ل ف م ك د ح أ ل ك ا أ ذ : إ م ل س و ه ي ل ع ى الل ل ص الل ل و س ر ال : ق ت ال ا ق ه ن ع الل ي ض ر ة ش ائ ع ن ع و

رواه ه ر آخ و ه ل و أ الل م س : ب ل ق ي ل ف ه ل و أ في الى ع ت الل م اس ر ك ذ ي ن أ ى س ن ن إ ف الى ع ت الل م اس

أبو داود والترمذي وقال حديث حسن صحيح

Artinya: “ ‘Aisyah r.a berkata, Rasulullah Saw bersabda : “ Apabila

diantara kalian makan, maka hendaklah ia menyebut nama Allah, jika

ia lupa menyebut nama Allah diawalnya, maka hendaklah ia

mengucapkan “ Dengan menyebut nama Allah diawal dan diakhir

makan ’’ ( HR Tirmidzi ).81

ه ي ل ع ى الل ل ص الل ل و س ر ر ج ح ا في م ل غ ت ن : ك ال ق ه ن ع الل ى ض ر ة م ل س ب ابن ا ر م ع ن ع

م م س ل غ )يا م سل و ه ي ل ع ى الل ل ص الل ل و س ر لي ال ق ف ة ف ح الص في ش ي ط ت ي د ي ت ان ك و م ل س و

( )متفق عليه ( ك ي ل ا ي م ل ك و ك ن ي م ي ب ل ك و الى ع ت الل

Dari Umar bin Abi Salamah r.a berkata. “ Dulu aku seorang anak yang

berada dalam pengasuhan Rasulullah SAW ( saat makan bersama )

tanganku bergerak dan menjulur ke sisi piring. Maka Rasulullah SAW

bersabda kepadaku: “ Wahai anak, sebutlah nama Allah, makanlah

dengan tangan kananmu dan makanlah yang dekat denganmu (

Muttafaqun’alaih ).82

Penjelasan:

Pengarang kitab Riyadushalihin dalam “ Kitab Adab Makanan ’’

makanan adalah apa yang dimakan manusia atau yang dirasakan

menjadikan makanannya apa yang dimakannya menjadi makananya dan apa

yang diminumnya menjadi minumannya dan dalil atas dinamakannya

minuman atau makanan Allah SWT berfirman dalam perkataannya : ه فإنه من إلا من اغ ترف غر فة بيده شرب من ه ف لي س من ومن ل يط عم فمن

81 Ibid., h. 350. 82 Ibid., h. 353.

Page 53: RIYĀDUŞŞĀLIHῙNrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49095... · 2020. 1. 8. · berprilaku jujur, mendidik anak ketika dipercaya agar bersikap. Kedua, pada penelitian

39

Kemudian dalam perkataan lain ( Bab membaca Bismillah pada awal makan

dan membaca alhamdulillah ketika diakhir makan ) dan kemudian

disebutkan dalam hadist ‘Umar Ibn Salamah r.a dia adalah menantu Nabi

Saw yaitu anak dari istri menantunya Ummu Salamah dan sesungguhnya ia

dihadapan nabi dan ketika itu Gulam masih kecil dan ketika itu ia

menjadikan tangannya bergoyang mengambil makanan kesana dan kesini

dan Nabi Saw memanggilnya dan memberi nasihat kepadanya karena ia

membutuhkan pembelajaran dari yang terkecil sekalipun, dan ia berkata :

“ Sebutlah nama Allah dan makanlah dengan tangan kananmu dan

makanlah apa yang didekatmu” dan tiga adab dalam makan dan Nabi Saw

mengajarkan kepada Gulam pertama: “ Menyebut Nama Allah”, dan ia

berkata: Dalam nama Allah, tidak ada yang salah dengan orang yang paling

penuh belas kasihan, karena kedua nama ini dipuji. Jika ia berkata dalam

nama Allah, yang maha pengasih , tidak ada yang salah dengan nama Allah,

dan jika ia terbatas pada nama Allah, cukup, dan nama makan adalah wajib

jika manusia meninggalkannya, dia dosa dan syaitan dengan dia, dan tidak

ada yang mau berbagi makanan musuhnya dengan dia, jadi tidak ada yang

bersedia untuk berbagi dengan dia dan jika tidak mengucapkan nama Allah

ketika makan maka syaitan akan menyertainya maka ketika makan

dianjurkan untuk mengingat nama Allah maka ucapkanlah: Bismillah pada

awal makan dan ucapkanlah Alhamdulillah ketika akhir makan,

sebagaimana Nabi Saw memberi petunjuk dalam hadist yang diriwayatkan

oleh Aisyah r.a dan Abu Daud r.a dan Tirmidzi r.a. kedua : Nabi Saw berkata

: “ Makanlah dengan tangan kananmu, dan makan dengan tangan kanan

wajib dan makan dengan tangan kiri adalah perbuatan buruk / tercela

durhaka terhadap Rasulullah Saw dan siapa yang berbuat buruk terhadap

Rasulllah Saw ia telah melanggar ( bermaksiat ) dan barang siapa yang taat

kepada Rasulullah Saw maka ia taat kepada Allah SWT. Ketiga : “

Makanlah apa yang terdekat denganmu ” yakni apabila kamu makan ada

Page 54: RIYĀDUŞŞĀLIHῙNrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49095... · 2020. 1. 8. · berprilaku jujur, mendidik anak ketika dipercaya agar bersikap. Kedua, pada penelitian

40

yang terdekat janganlah makan dari sisi nya dan dari apa yang terdekatnya

karena ini Su’ul adab.83

Rasulullah saw selalu mengawali aktifitas makannya dengan

membaca Bismillah dan mengakhirinya dengan bacaan Alhamdulillah.

Rasulullah selalu makan dengan tangan kanan, memperkecil suapan agar

mudah dimasukkan ke dalam mulut, mudah dikunyah dan ditelan, sehingga

tidak berhenti di tenggorokan. Rasulullah selalu mengunyah makanan

dengan baik sehingga lambungnya tidak akan bersusah payah atau tidak

akan mengalami kesulitan saat mencerna. Sebab, tubuh manusia tidak dapat

mengambil manfaat dari makanan yang tidak dapat dicerna dengan baik

oleh usus.84

Rasulullah Saw selalu makan dengan cara mengambil makanan

yang terdekat terlebih dahulu dan tidak pernah mengambil makanan yang

terdapat ditengah terlebih dahulu.85

Rasuluullah Saw menganjurkan agar tidak tergesa-gesa saat makan

dan minum. Tunggu hidangnan yang dimakan atau diminum itu mencapai

suhu normal. Beliau selalu menyantap setiap makanan yang dihidangkan

kepadanya, dan tidak pernah mencela makanan tersebut. Jika tidak

menyukai suatu makanan, beliau tidak akan mendekatinya. Sebagai contoh,

Rasulullah pernah menolak untuk memakan Biawak karena tidak terbiasa

makan binatang tersebut. Meski demikian, Rasul tidak mengharamkan

Biawak bagi umatnya. 86

Rasulullah Saw tidak pernah makan dengan lahap atau rakus seperti

yang sering dilakukan sebagian orang. Selain itu, beliau telah memberikan

contoh berkaitan dengan sikap tidak berlebih-lebihan dalam hal makan. Dari

sini dapat disimpulkan bahwa Rasulullah selalu bersikap zuhud dalam

83 Syarah Syaikh Muhammad Shalih Al-Utsaimin, Riyadushalihin ( Saudi: Mamlakah

Al-‘Arabi, 1969) Juz 1, h. 807-808 84 Abdul Basith, Muhammad as-Sayyid, Inilah Makanan Rasulullah saw, (Group

Maghfirah, Jakarta, 2007), h. 81. 85 Ibid., h. 82. 86 Ibid., h. 87.

Page 55: RIYĀDUŞŞĀLIHῙNrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49095... · 2020. 1. 8. · berprilaku jujur, mendidik anak ketika dipercaya agar bersikap. Kedua, pada penelitian

41

menjalani kehidupannya. Maksudnya Rasulullah tidak berlebih-lebihan

ketika makan.87

Saat akan minum, ambil gelas berisi air dengan tangan kanan, lalu

membaca bismillah, kemudian meminumnya dengan meneguk dan

menghisapnya, janganlah minum dengan sekali tenggak, setelah minum

ucapkanlah:

“Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan air ini terasa segar

dan tawar dengan rahmat-Nya, dan tidak membuatnya terasa asin lagi

pahit karena dosa-dosa kami”

Dianjurkan minum dalam tiga kali tarikan nafas yang diawali

dengan basmallah dan diakhiri dengan hamdalah. Setelah selesai makan

dianjurkan memungut makanan yang tercecer dan membersihkan sisa

makanan yang berada disela-sela gigi.88

Pelajaran yang dapat dipetik:

1. Ketika ingin makan dan minum hendaklah seseorang mengucap

Basmallah

2. Ketika makan dan minum hendaklah menggunakan tangan kanan

3. Ketika makan dan minum jangan lah tergesa-gesa karena tergesa-gesa

perbuatan setan.

b. Adab dalam menjaga lisan dan meninggalkan Ghibbah

م و الي و لل ن ب ؤم ي ان ك ن : )م ال ق م ل س و ه ي ل ع ي الل ل ص ب الن ن ع ه ن ع الل ي ض ر ة ر ي ر ه ب ا ن ع و

( متفق عليهت م ص ي ل و ا ا ير خ ل ق ي ل ف ر خ الا

Artinya: Dari Abu Hurairah r.a, Nabi Saw bersabda: “ Barang siapa

yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah berkata baik atau

diam’’ ( Muttafaqun’alaih).89

87 Ibid., h. 88. 88 Abu Hamid Al-Ghazali, Ringkasan Ihya Ulumuddin, terj Fudhailurrahman, (Jakarta:

Sahara, 2012 ), h. 182. 89 Syarah Al-Utsaimain, terj Arif Rahman Op.Cit, h. 573

Page 56: RIYĀDUŞŞĀLIHῙNrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49095... · 2020. 1. 8. · berprilaku jujur, mendidik anak ketika dipercaya agar bersikap. Kedua, pada penelitian

42

Penjelasan:

Imam An- Nawāwῑ Rahimahullah Ta’ala dalam kitabnya

(Riyāduşşālihῑn ) dalam bab meninggalkan ghibah dan perintah menjaga

lisan : ketahuilah, diwajibkan untuk setiap mukallaf ( orang yang diewasa )

agar menjaga lisannya dari semua perkataan kecuali perkataan yang jelas

kemaslahatannya untuk urusan agama maupun dunia, dan perkataan yang di

ambil dari perkataan Rasulullah Saw, “ Barang siapa yang beriman kepada

Alllah SWT dan hari akhir hendaklak berkata baik atau diam” dan hadist

ini yang disampaikan oleh pengarang Rahimahullah Ta’ala. Maka, apabila

bersama dengan seseorang ia ingin berbicara ataupun diam, maka

keselamatan perkataanya lah yang lebih utama. Yakni, tidak berbicara

apabila ia ragu apakah dalam perkataannya mengandung kebaikan atau

tidak, yang lebih utama yakni tidak berbicara. Karena keselamatan tidak

berpihak kepada sesuatu, dan diam adalah selamat kecuali hal yang

diharuskan ia berbicara maka berbicaralah. Contohnya, apabila melihat

suatu kemunkaran disini tidak boleh diam, diwajibkan untuk berbicara dan

memberi nasihat dan melarang kemunkaran, dan apabila belum memerlukan

kebaikan kebaikan dalam perkataannya maka jangan berbicara karena itu

lebih selamat baginya, kemudian ketahuilah perkataan Rasulullah SAW “

Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah berkata

baik atau diam” menunjukkan atas kewajiban agar manusia untuk diam

apabila perkataannya bukan perkataan yang baik, karena Rasulullah Saw,

syarat iman kepada Allah dan hari akhir hendaklah berkata baik atu diam.90

Diantara adab menjaga lisan yakni 91:

1. Mendengarkan pembicaraan orang lain dengan baik dan tidak

memotongnya, juga tidak menampakkan bahwa kamu mengetahui

apa yang dibicarakannya, tidak menganggap rendah pendapatnya

atau mendustakannya

90 Syarah Al-Utsaimin, Op.Cit., h. 932-933 91 Rokayah, PENERAPAN ETIKA DAN AKHLAK DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI,

Pendidikan dan Pembelajaran Dasar Volume 2 Nomor 1 Juni 2015 p-ISSN 2355 1925, h. 30-31

Page 57: RIYĀDUŞŞĀLIHῙNrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49095... · 2020. 1. 8. · berprilaku jujur, mendidik anak ketika dipercaya agar bersikap. Kedua, pada penelitian

43

2. Jangan memonopoli dalam berbicara, tetapi berikanlah kesempatan

kepada orang lain untuk berbicara

3. Menghindari perkataan kasar, keras dan ucapan yang menyakitkan

perasaan dan tidak mencari-cari kesalahan pembicaraan orang lain dan

kekeliruannya, karena hal tersebut dapat mengundang kebencian,

permusuhan dan pertentangan

4. Menghindari sikap mengejek, memperolok-olok dan memandang

rendah orang yang berbicara.

Pelajaran yang dapat dipetik:

1. Hendaknya seseorang menghargai orang lain ketika berbicara

Jangan memotong pembicaraan seseorang.

2. Terjauhkan dari sikap mengejek dan memandang rendah orang lain

3. Lebih banyak menghargai seseorang dalam berbicara khususnya

ketika seseorang memberikan pendapatnya ketika diskusi ataupun

bermusyawarah

c. Adab ketika berpakaian

ك ر ت ن : ) م ال ق م ل س ه و ي ل ع ي الل ل ص الل ل و س ر ن ا ه ن ع الل ي ض الجهن ر س ن ن ا اذ ب ع م ن ع و

ل حل ي ا ن م ه ير ي ق ئ ل الخ وس ء ى ر ل ع ة ام ي الق م و ي الل اه ع د ه ي ل ع ر د ق ي و ه و ا لل ع ض و ت اس لب ال

ا ( )رواه الترمذي وقال حديث حسن (ه بس ل ي اء ش ان ي الا

Artinya: “ Muadz bin Anas r.a meriwayatkan Rasulullah Saw bersabda,

“Barang siapa yang meninggalkan pakaian (yang bagus) disebabkan

tawadhu’ ( merendahkan diri) dihadapan Allah, sedangkan ia mampu

atasnya, niscaya Allah memanggilnya dihari kiamat dihadapan segenap

makhluk dan ia disurh memilih dari jenis pakaian mana saja yang ia

kehendaki untuk dikenakan. ( HR At-Tirmidzi ).92

Penjelasan:

Dalam hadist ini terdapat penjelasan bahwa ketika kita bersikap

tawadhu’ Allah Swt telah menyiapkan hamba-Nya pakaian yang bagus

92 An-Nawawi, Op.Cit., h. 374

Page 58: RIYĀDUŞŞĀLIHῙNrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49095... · 2020. 1. 8. · berprilaku jujur, mendidik anak ketika dipercaya agar bersikap. Kedua, pada penelitian

44

dan hambanya dibolehkan memilih mana saja yang ia sukai. Dalam arti

ia tidak sombong dan bersikap angkuh.

Imam An-Nawāwi memegang dua bagian dalam kitab berpakaian,

yang pertama ditulis di bagian pertama: Pada pakaian yang paling indah

yang tersisa dalam kerendahan hati kepada Allah SWT, dan yang

kedua: Ketika memakai pakaian. Yang pertama : Dari Muadz bin Anas

r.a berkata: Bahwa Rasulullah Saw bersabda: “ Siapa yang

meninggalkan pakaian, yakni pakaian yang sangat bagus, disebabkan

tawadhu’ kepada Allah Azza wa jalla, sedangkan ia mampu atasnya,

niscaya Allah memanggilnya dihari kiamat dihadapan segenap makhluk

dan ia disurh memilih dari jenis pakaian mana saja yang ia kehendaki

untuk dikenakan. Yang berarti bahwa jika manusia adalah di antara

orang, maka ia akan memakainya. Sesungguhnya manusia ketika

diantara Orang biasa tidak bisa berpakaian tinggi, jadi dia rendah hati

dan memakai seperti mereka, sehingga hati mereka tidak patah, dan

supaya jangan ia bangga dengan mereka, ia akan mendapatkan pahala

yang besar ini, tetapi jika ia adalah di antara orang-orang yang telah

memberkati mereka dan memakai pakaian tinggi tetapi tidak dilarang,

lebih baik untuk memakai seperti mereka karena Allah Maha kuasa

mencintai keindahan dan tidak ada keraguan Jika seseorang adalah

orang-orang berpangkat tinggi yang memakai pakaian indah dan

memakai tanpa mereka, maka ini adalah pakaian yang termashur. Dia

memakai seperti mereka dan Allah telah memberikan kekayaan kepada

mereka dan memakai pakaian yang tinggi. Imam An- Nawawi

menyebutkan perekonomian dalam berpakaian dan bahwa manusia

menyimpan dalam semua kondisinya dalam pakaiannya, makanan dan

minuman, tetapi tidak membatasi kasih karunia Allah SWT. Allah

mewajibkan untuk melihat pengaruh dari rahmat-Nya pada hamba-

Nya, jika ia memberi kenikmatan pada hamba-nya, sesungguhnya ia

mewajibkan agar meilhat pengaruh dari semua kenikmatan yang

diberikan kepadanya, kenikmatan berupa harta. Maka Allah SWT

Page 59: RIYĀDUŞŞĀLIHῙNrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49095... · 2020. 1. 8. · berprilaku jujur, mendidik anak ketika dipercaya agar bersikap. Kedua, pada penelitian

45

mewajibkan agar hambanya melihat pengaruh harta yang diberikan oleh

Allah SWT kepada hambanya dengan berinfaq, sedekah, dan kerja sama

dalam kebaikan.93

Janganlah diantara kalian bersikap angkuh, karena didalam Al-

Qur’an dikatakan:

ر ر ض مرحا إنك لن ت رق الأ بال طولا ولا ت ش في الأ لغ الج ض ولن ت ب

Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan

sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus

bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung Thabathabai memahami surat Al-Isra ayat 37 dalam arti kiasan,

yakni kesombongan yakni kesombongan yang engkau lakukan untuk

menampakkan kekuasaan dan kekuatanmu pada hakikatnya adalah

hanya waham dan ilusi sebab sebenarnya ada yang lebih kuat dari

engkau, yakni bumi, terbukti kakimu tidak dapat menembus bumi, dan

ada juga yang lebih tinggi darimu, yakni gunung. Maka akuliah bahwa

engkau sebenarnya rendah dan hina. Tidak ada sesuatu yang

dikehendaki dan diprebutkan manusia dalam hidup ini seperti kerajaan,

kekuasaan, kemuliaan, harta benda dan lain-lain kecuali hal-hal yang

bersifat waham yang tidak mempunyai hakikat diluar batas pengetahuan

manusia. Itu semua diciptakan dan ditundukkan Allah untuk diandalkan

manusia guna memakmurkan bumi dan penyempurnaan kalimat

(ketetapan) Allah. Tanpa hal yang yang tidak memiliki hakikat itu,

manusia tidak dapat hidup didunia dan kalimat Allah menyatakan:94

ت قر ومتاع إلى حين ر ض مس ولكم في الأ

Dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup

sampai waktu yang ditentukan".

Pelajaran yang dapat dipetik:

93 Syarah Al-Utsaimin, Op.Cit., h. 900-902 94 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, ( Ciputat: Lentera Hati, 2017), h. 89-90

Page 60: RIYĀDUŞŞĀLIHῙNrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49095... · 2020. 1. 8. · berprilaku jujur, mendidik anak ketika dipercaya agar bersikap. Kedua, pada penelitian

46

1. Dalam berpakaian hendaknya seseorang memakai pakaian yang

sederhana

2. Kita harus mencontoh Rasulullah Saw. Karena beliau mengajarkan

umatnya untuk bersikap Tawadhu’

d. Adab ketika Tidur

ى و ا أ ذ إ م ل س و ه ي ل ع ى الل ل الل ص ل و س ر ان ك ال ا ق م ه ن ع الل ي ض ر ر ذ ب أ ة و ف ي ذ ح ن ع

قال بسمك اللهم أحيا وأموت وإذا استيقظ قال الحمد لل الذي أحيان بعدما أماتنا ه اش ر ف لى إ

رواه البخاري وإليه النشور

Hudzaifah r.a berkata: “ Apabila Nabi Saw akan tidur ia berkata : ‘

Ya Allah dengan menyebut nama-Mu aku mati dan hidup’’. Apabila

bangun, beliau berrkata: “ Segala puji bagi Allah yang telah

menghidupkan kami setelah mematikan kami dan hanya kepada-Nya

lah kami kembali ( HR Al- Bukhari ).95

لى ى ا و ا ا ذ ا م ل س و ه ي ل ع ى الل ل الل ص ل و س ر ان : ك ال ق ه ن ع الل ي ض ر ب از اء بن ع الب عن

ك ي ل ا ي ه ج و ت ه ج و و ك ي ل ي ا س ف ن ت م ل س ا م ه : الل ال ق ، ث ان ي قه الا ى ش ل ع م ن ه اش ر ف

ك ي ل ا لا ا ك ن ا م منجلا أ و ج ل م لا ك ي ل ا ة رهب و ة رغب ك ي ل ي ا ر ه ظ ات لج ا و ك ي ل ي ا ر م ا ت ض و ف و

رواه البخاري بهذا اللفظ في كتاب الادب من ) تل ي ارس ذ ال ورسولك ك ب ت ك ب ت ن م ا

صحيحه(

Al Bara’ bin ‘Azib r.a berkata: “ Apabila Rasululllah SAW pergi

ketempat tidurnya, beliau tidur pada sisi kanan tubuhnya. Kemudian

beliau اmengucapkan, ‘Ya Allah aku serahkan diriku kepada-Mu, aku

dihadapkan wajahku kepada-Mu, aku serahkan urusanku kepada-Mu

dan aku perlindungkan diriku kepada-Mu karena cinta dan takut

kepada-Mu. Tidak ada tempat berlindung dari-Mu selain kepada-Mu,

aku berlindung dari-Mu selain kepada-mu, aku beriman pada kitab-

95 An-Nawawi, Op.Cit., h. 378

Page 61: RIYĀDUŞŞĀLIHῙNrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49095... · 2020. 1. 8. · berprilaku jujur, mendidik anak ketika dipercaya agar bersikap. Kedua, pada penelitian

47

Mu yang telah engkau turunkan dan kepada nabi-Mu yang telah

engkau utus”. ( HR. Al-Bukhari ).96

Penjelasan:

Adapun petunjuk Nabi Saw dalam masalah tidur, yaitu duduk

dengan bersandar pada sisi pundak sebelah kanan, karena tidur dengan

bersandar pada sisi pundak sebelah kiri bisa membahayakan jantung

dan menyempitkan pernapasan.97

Imam An-Nawāwi Rahimahullah ta’ala berkata, pada bab dari

apa yang dikatakan ketika ia tidur dan bangun. Dari nikmat yang

diberikan oleh Allah Swt kepada kita, sesungguhnya Allah Swt

mensyariatkan kepada kita agar mengingatnya ketika hendak tidur dan

bangun tidur, ketika makan, minum, ketika memulai dan mengakhiri,

bahkan ketika memasuki pergelangan tangan ketika memakai

pakaian, semua ini agar setiap waktu kita dipenuhi dengan mengingat

Allah Swt, dan jika Allah tidak menetapkan ini kepada kita, itu adalah

bid’ah, akan tetapi Allah mensyariatkan ini semua agar bertambahnya

kenikmatan kepada kita semua denga melakukan keta’atan ini.

Salah satunya hadits ini yang disebutkan oleh penulis tentang

Hudzaifah bin Abi Zar r.a bahwa Rasulullah SAW itu, kalau dia tidur,

dia berkata : “Dengan menyebut namamu ya Allah aku hidup dan

mati "

Jika dia pergi tempat tidur dan ingin tidur, hendaknya dia

berkata, "Dengan menyebut nama-Mu ya Allah aku hidup dan aku

mati , karena Allah SWT adalah yang maha menghidupkan dan yang

mematikan, ia adalah yang maha menghidupkan, ia dapat

menghidupkan siapa pun yang dia inginkan, dan ia akan memati kan

siapapun yang ia inginkan, maka hendaknya engkau mengucapkan:

Dengan nama-Mu ya Allah, aku hidup dan aku mati, yaitu aku mati

96 Ibid., h. 377 97 Abdullah Nashih ‘Ulwan, Pendidikan Anak Dalam Islam ( Tarbiyatul Aulad fil Islam),

terj Arif Rahman Hakim, ( Sukoharjo: Insan Kamil Solo, 2016) cet 7, h. 165

Page 62: RIYĀDUŞŞĀLIHῙNrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49095... · 2020. 1. 8. · berprilaku jujur, mendidik anak ketika dipercaya agar bersikap. Kedua, pada penelitian

48

atas nama-Mu , dan aku hidup atas nama-Mu, dan kesempatan ini

zikir ketika waktu tidur. Bahwa tidur adalah kematian, akan tetapi

kematian yang kecil" sebagaimana firman-Nya : “ Dan Dialah yang

mematikan kalian pada malam hari dan ia mengajarkan kepada

kalian agar berusaha disiang hari kemudian dia membangkitkan

kalian” dan ia berfirman : Allah mewafatkan jiwa ketika mati dan jiwa

itu belum mati pada tidurnya. Dan untuk firman ini bahwa Rasulullah

Saw, ketika hendak bangun pada malam hari ia berkata: “ Segala puji

bagi Allah yang telah mennghidupkan kami setelah mematikan kami

dan kepadanya lah kami kembali ”. maka engkau memuji Allah yang

menghidupkanmu setelah kematianmu dan hendaknya engkau

mengingat bahwa kembali disini yaitu dari kubur dan keluar dari

kubur. Allah menjadikan hal yang demikian itu hendaknya engkau

mengingat akan kebangkitanmu dari matimu yang kecil, akan

kebangkitanmu dari matimu yang besar dan hendaknya engkau

mengucapkan : “ Segala puji bagi Allah yang telah mennghidupkan

kami setelah mematikan kami dan kepadanya lah kami kembali” dan

pada dalil ini terdapat hikmah yang besar dalam tidur, yang Allah

jadikan istirahat sebagai istirahat untuk badan dari apa-apa aktifitas

terdahulu sebagai penyegar badan yang telah diterima oleh badan,

bahwashnya badan mengingatkan pula dengan kehidupan yang lain,

engkau akan mengingat hal yang demikian itu, apabila kamu

dibangkitkan dari kuburmu setelah matimu kamu dalam keadaan

hidup kepada Allah Swt.

Hal ini menambahkan keimananmu terhadap yaumul ba’ts (

hari kebangkitan ) dan adapun iman terhadap hari kebangkitan adalah

perkara yang sangat penting, jika manusia tidak beriman bahwasahnya

kelak ia akan dibangkitkan dan dibalas atas perbuatannya dengan apa-

apa yang ia perbuat dan hal ini kita mendapatkan banyak hikmah

bahwa Allah Swt mensejajarkan keimanan kepada hari akhir dengan

iman kepada-Nya, dalam firman-Nya { الذين يؤمنون بلل واليوم الآخر }

Page 63: RIYĀDUŞŞĀLIHῙNrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49095... · 2020. 1. 8. · berprilaku jujur, mendidik anak ketika dipercaya agar bersikap. Kedua, pada penelitian

49

yakni mereka yang beriman kepada Allah dan hari akhir. Dan banyak

tanda-tanda pada kejadian ini, maka penting dianjurkan nya bagimu

apabila engkau akan ketempat tidurmu hendaknya engkau

mengucapkan: “"Dengan menyebut nama-Mu ya Allah aku hidup dan

aku mati” dan apabila engkau bangun dari tidurmu hendaknya engkau

mengucapkan : “ Segala puji bagi Allah yang telah mennghidupkan

kami setelah mematikan kami dan kepadanya lah kami kembali”. 98

Pelajaran yang dapat dipetik:

1. Ketika hendak tidur seseorang hendaklah membaca doa terlebih

dahulu

2. Ingatlah bahwa Allah Swt yang maha menghidupkan setelah kamu

mati

3. Tidur merupakan kematian yang kecil, maka kita diwajibkan

membaca doa sebelum dan sesudahnya.

e. Adab dalam Memperjelas pembicaraan dan Mengucapkan Salam ت ا ا ذ ا و ه ن ع م ه ف ت ت ح ث ل ا ث ه اد ع ا ة م ل ك ب م ل ك ا ت ذ ا ان ك م ل س و ه ي ل ع ي الل ل ص ب الن ن ا

ث ل ث م ه ي ل ع م ل س م ه ي ل ع م ل س ف م و ق ى لع

Artinya : bahwa apabila Nabi Saw mengatakan satu kalimat, beliau

mengulanginya tiga kali hingga dipahami, dan apabila beliau

mendatangi satu kaum, beliau mengucapkan salam kepada mereka,

beliau mengucapkannya sebanyak tiga kali ( diriwayatkan oleh al –

Bukhari).99

Penjelasan:

Imam An-Nawāwi Rahimahullahta’ala telah menyebutkan

dalam kitabnya Riyadushalihin pada ( Bab Bagaimana Mengucapkan

Salam) yakni, salam apa yang ia ucapkan dan Penulis

Rahimahullahta’ala ia mewajibkan untuk mengucapkan

“Assalamu’alaikum Warahmatullahi wa Barakatuh’’ apabila ia muslim

98 Syarah Al-Utsaimin, Op.Cit., juz 1, h. 1652 99 An-Nawawi, Op.Cit., h. 389

Page 64: RIYĀDUŞŞĀLIHῙNrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49095... · 2020. 1. 8. · berprilaku jujur, mendidik anak ketika dipercaya agar bersikap. Kedua, pada penelitian

50

dan ini menunjukkan hadist dari ‘Amran bin Hasin r.a, ia berkata

“Datanglah seseorang laki-laki kepada Rasiulullah Saw, maka

Rasulullah Saw bersabda: “ Kamu sendiri dan kemudian ia duduk dan

Rasulullah bersabda: “ Kamu sepuluh kemudian datang seseorang laki-

laki dan mengucapkan “Assalamu’alaikum Warahmatullah’’ ia duduk

maka Rasulullah Saw bersabda: “ Kamu dua dua puluh, kemudian

datang seseorang laki-laki dan mengucapkan “Assalamu’alaikum

Warahmatullah’’ dan ia duduk , Rasulullah Saw bersabda: “ Kamu tiga

puluh’’ kemudian Rasulullah mengucapkan : “ Untuk yang pertama

sepuluh kebaikan dan yang kedua dua puluh kebaikan dan yang ketiga

tiga puluh kebaikan, karena setiap satu diantara kalian bertambah

kebaikan ’’, dan untuk permasalahan ini ikhtilaf ‘ulama berpendapat

apabila keselamatan seseorang itu ia yang mengucapkan salam

kepadamu atau kepada kalian ? dan yang benar, mengucapkan salam

kepadamu dan hal ini ketetapan Rasulullah Saw seperti pada perkataan

Al-Masii dalam shalatnya bahwa mengucapkan “ Salam ‘alaika’’ .

Sedangkan, penulis terhadap dalil dari hadist yang diriwayatkan oleh

‘Amran, bukanlah didalamnya terdapat dalil karena seseorang laki-laki

itu masuk bersama Nabi Saw, bersama nya berasama-sama, maka

mengucapkan “ Salam’’ kepada semuanya, dan apabila sedang bersama-

sama maka ucapkanlah “ Assalamu’alaikum’’ dan apabila untuk satu

orang maka ucapkanlah “ Assalamu’alaika’’ dan apabila ditambahkan

“Warahmatullah’’ itu sangat baik dan apabila ditambahkan “

Wabarakatuh’’ itu sangat baik, karena setiap kalimat dalam Salam itu

sepuluh kebaikan.100

Dalam suatu perkataan haruslah jelas, Nabi Muhammad Saw

selalu memperjelas perkataannya jika berkata pada siapapun bahkan

beliau mengulangi ucapannya sebanyak tiga kali agar perkataanya lebih

jelas didengar. Perkataan yang jelas merupakan perkataan yang mudah

100 Syarah Al-Utsaimin, Op.Cit., juz 1, h. 966

Page 65: RIYĀDUŞŞĀLIHῙNrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49095... · 2020. 1. 8. · berprilaku jujur, mendidik anak ketika dipercaya agar bersikap. Kedua, pada penelitian

51

didengar dan ditanggapi oleh lawan bicara, tidak samar-samar dan tidak

tergesah-gesah.

Pelajaran yang dapat dipetik:

1. Hendaknya seseorang mengucapkan salam apabila bertemu dengan

saudaranya

2. Setiap orang yang mengucapkan salam akan mendapatkan kebaikan

dan Rasulullah Saw menganjurkan itu kepada kita

3. Ketika seseorang mengucapkan “ Assalamu’alaikum’’ ini sudah

baik, jika ditambahkan “ Warahmatullah’’ ini sangat baik, dan

apabila ditambahkan “ Warahmatullah’’ ini amat baik.

f. Adab dalam berprilaku jujur

لى ي ا د ه ي ق د الص ن : ا ال ق م ل س و ه ي ل ع ي الل ل ص ب الن ن ع ه ن ع الل ي ض ر د و ع س م ابن ن ع

ب ذ الك ن ا ا و ق ي د ص الل د ن ع ب ت ك ي ت ح ق د ص ي ل ج الر ن ا و ة ن الج لى ا د ه ي الب ن ا و الب

ب ت ك ي ت ح الل د ن ع ب ذ ك الي ل ج الر ن ا و ار الن لى ي ا د ه ي ر و ج الف ن ا و ر و فج ال لى ي ا د ه ي

) رواه البخاري و مسلم ( ب كذ لل دا ن ع

Artinya: "Dari Ibnu Mas’ud ra, dari Nabi Saw, beliau

bersabda: “Sesungguhnyakebenaran membawa kepada kebaikan

dan kebaikan membawa ke surga.Seseorang akan selalu bertindak

jujur sehingga ia ditulis di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Dan

sesungguhnya dusta itu membawa kepadakejahatan dan kejahatan

itu membawa ke neraka. Seseorang akan selalu berdusta sehingga

ia ditulis di sisi Allah sebagai pendusta”. (HR. Bukhari dan

Muslim).101

Penjelasan:

Nabi Saw menyuruh untuk jujur dan menjelaskan tentang

akhir hidup mereka, beliau bersabda, “sesungguhnya kejujuran

menunjukkan kepada kebaikan, dan kebaikan menunjukkan kepada

101 An-Nawawi, Op.Cit., h. 42

Page 66: RIYĀDUŞŞĀLIHῙNrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49095... · 2020. 1. 8. · berprilaku jujur, mendidik anak ketika dipercaya agar bersikap. Kedua, pada penelitian

52

surga”. Kata al-birr, berarti banyak berbuat baik. Kejujuran akan

membuahkan hasil kebaikan. Orang yang baik, kebaikannya akan

mengantarkan ke dalam surga yang merupakan semua harapan

manusia. Rasulullah Saw bersabda: “sesungguhnya jika seseorang

selalu berlaku jujur, dicatat di sisi Allah sebagai seorang yang

jujur”. Orang yang senantiasa berlaku jujur, akan dicatat di sisi

Allah sebagai seorang yang jujur dan balasan yang diberikan oleh

Allah kepada orang yang jujur adalah kemuliaan, dan berada pada

tingkat yang tinggi, yang tidak diterima kecuali oleh orang-orang

yang jujur.

Sedangkan tentang dusta (bohong), Rasulullah Saw

bersabda: “sesungguhnya dusta itu membawa kepada kedurhakaan”.

Kata al-fujur berarti keluar dari ketaatan kepada Allah sehingga dia

menjadi fasik dan melanggar perannya dan keluar dari ketaatan

menuju kepada kemaksiatan. Perbuatan dusta membawa kepada

kedurhakaan dan kedurhakaan membawa kepada api neraka. Dusta,

bagaimanapun bentuknya adalah haram dan semuanya membawa

kepada kedurhakaan, kecuali dalam tiga hal, yaitu dalam

peperangan, perdamaian di antara manusia, perkataan istri kepada

suaminya dan perkataan suami kepada istrinya.102

Pelajaran yang dapat dipetik:

1. Kejujuran menunjukkan kepada kebaikan dan kebaikan dapat

membawa seseorang menuju surga

2. Kebohongan menunjukkan kepada keburukkan dan keburukkan

menunjukkan kepada neraka

3. Hendaklah seseorang bersikap jujur, seperti yang dilakukan oleh

Rasulullah SAW

g. Adab Menjaga Rahasia Ketika dipercaya

102 Syaikh Muhammad Al-Utsaimin, Syarah Riyadhus Shalihin, (terj: Munirul Abidin),

(Jakarta: PT Darul Falah, 2005), h. 249-253

Page 67: RIYĀDUŞŞĀLIHῙNrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49095... · 2020. 1. 8. · berprilaku jujur, mendidik anak ketika dipercaya agar bersikap. Kedua, pada penelitian

53

ان , م الغل ع م ب لع ا ن ا و م ل س و ه لي ع ى الل ل ص الل ل و س ي ر ل : ات ع ال س ق ن ن ا بت ع ث ن ع و

الل ل و س ر ر س بن ب : لات ت ال ق ت ئ ا ج م ل ى . ف م لى ا فابطات ع ة اج ح لى ا ن ث ع ب ا ف ن ي ل ع م ل س ف

روه مسلم )تب ث يا ه ثتك ب د احدا لح ه الل لوحدثت ب س: و ن ا ال ا ق د ح ا م ل س و ه ي ل ع ى الل صل

وروي البخاري بعضه مختصرا (

Artinya Tsabit meriwayatkan dari Anas Ra berkata Rasulullah

mendatangiku ketika aku sedang bermain dengan anak-anak yang lain.

Beliau mengucapkan salam lalu mengutusku untuk suatu keperluan.

Maka aku pun terlambat pulang kepada ibuku. Ketika aku datang, ibuku

berkata: ‘ apa yang telah menahanmu ? Aku menjawab “ Rasulullah

Saw telah mengutusku untuk suatu keperluan ‘ ibuku berkata : Apakah

keperluannya? Aku menjawab, Itu rahasia, ibuku berkata ‘ Jangan

memberitahukan rahasia Rasulullah Saw kepada siapapun ‘ Anas

berkata, Demi Allah, seandainya aku ( boleh ) menceritakannya kepada

siapa saja, aku pasti telah menceritakannya kepadamu wahai Tsabit.

(HR Al-Bukhari dan Muslim ).103

Penjelasan :

Hadist ini mengandung beberapa nilai diantaranya, :

1. Keindahan akhlak Rasulullah Saw dan kerendahan hati beliau adalah

seorang yang mulia, baik disisi Allah maupun dikalangan makhluk-

Nya, dengan kerendahan hatinya beliau mengucapkan salam kepada

anak-anak yang sedang bermain dipasar

2. Disunnahkan bagi setiap orang untuk mengucapkan selain kepada

siapa saja yang dilaluinya, termasuk anak-anak. Karena, salam adalah

doa untuk mendoakan saudara kita

3. Bolehnya mengutus/menyuruh anak-anak untuk suatu keperluan, jika

anak-anak tersebut dapat dipercaya

103 An-Nawawi, Op.Cit., h. 329

Page 68: RIYĀDUŞŞĀLIHῙNrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49095... · 2020. 1. 8. · berprilaku jujur, mendidik anak ketika dipercaya agar bersikap. Kedua, pada penelitian

54

4. Tidak bolehnya bagi setiap orang untuk menyebarkan rahasia

seseorang walaupun kepada ayah ataupun ibu sendiri.104

Pendidikan modern sekarang ini menyarankan apa yang telah

disuarakan oleh Rasulullah Saw, dalam menghadapkan pembicaraan

kepada orang- orang terpelajar sesuai dengan akal mereka, dengan

memperhatikan tingkat kecerdasan dan tingkat pengetahuan mereka,

sehingga mereka dapat mengerti pembicaraan yang dihadapkan kepada

mereka atau masalah-masalah yang dipelajarinya. Orang yang pintar

jangan diajak berbicara seperti orang bodoh, orang -orang tertentu jangan

diajak seperti orang -orang biasa. Yang pintar cukup mengerti dengan

isyarat yang oleh orang bodoh mungkin tidak dimengerti kecuali setelah

mengulanginya beberapa kali. Karena itu dikatakan berbicaralah kepada

hamba sesuai dengan timbangan akalnya, timbanglah sesuatu itu sesuai

dengan timbangan pengertiannya hingga engkau bisa selamat dan ia pun

mendapat ia pun mendapatt manfaat. Menempatkan sesuatu pada

tempatnya adalah nasehat yang sebaik -baiknya kalau dapat dilaksanakan

oleh setiap juru didik baik laki- laki ataupun wanita.105

Ahmad Tafsir berpendapat bahwa unsur terpenting dalam

pembentukkan karakter (akhlak) adalah fikiran yang didalamnya terdapat

seluruh program yang terbentuk dari pengalman hidupnya, merupakan

pelopor segalanya. Program ini kemudian membentukk sistem yang

akhirnya dapat membentuk pola berfikir yang mempengaruhi

perilakunya. Jika program yang tertanam tersebut sesuai dengan prinsip-

prinsip kebenaran universal, maka prilakunya berjalan selaras dengan

hukuman alam.106

Pelajaran yang dapat dipetik:

1. Menjaga rahasia seseorang ketika dipercaya adalah amanah, jika

seseorang telah dipercaya ia harus bersikap amanah

104 Shalih Al-Utsaimain, terj Arif Rahman, Op.Cit., h 356-357. 105 Athiyah al-Abrasy, Op.Cit., h. 26. 106 Ahmad Tafsir, Op.Cit., h. 17.

Page 69: RIYĀDUŞŞĀLIHῙNrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49095... · 2020. 1. 8. · berprilaku jujur, mendidik anak ketika dipercaya agar bersikap. Kedua, pada penelitian

55

2. Hendaknya seseorang mengucapkan salam kepada siapa saja yang

dilaluinya.

Akhlak yang baik sejalan dengan akhlak Nabi Muhammad Saw.

Dillandasi oleh imman yang dimiliki oleh seseorang, karena iman

merupakan kunci bagi seseorang untuk melahirkan perbuatan didalam

kehidupan, yang diatur oleh ajaran Islam. Dengan iman seseorang berbuat

kebajikan,shalat,puasa,berbuat sesama manusia, dan kegiatan-kegiatan lain

yang merupakan interaksi sosial ekologis dan sebagainya. Sebaliknya

dengan tidak beriman seseorang akan berprilaku yang tidak sesuai dengan

akhlaqul karimah sebab lupa pada zat yang telah menciptakannya. Keadaan

demikian menunjukkan perlu adanya pengembangan iman untuk

meningkatkan akhlak seseorang.107

b. Akhlak Dalam Bermasyarakat

Dalam pembahasan Akhlak dalam bermasyarakat Imam An-Nawāwῑ

dalam kitab Riyāduşālihin menyebutkan hadist-hadist diantaranya: Adab

dalam perkumpulan dan berteman, adab meninggalkan perdebatan, adab

dalam memberi teguran, adab dalam memberi nasihat dan seimbang dalam

melakukannya, adab berkata baik dan berwajah cerita saat bertemu.

a. Adab dalam perkumpulan dan berteman

ل ج م ر ك د ح من ا ي ق ي : لا م ل س و ه ي ل ع ي الل ل ل الل ص و س ر ال : ق ال ق ه ن ع الل ي ض ر ر م ن ع ن اب ع

ل سه ل مج ن جل م ر ه ل ام ا ق ذ ا ر م ابن ع ان ك وا و ح س ف ت وا و ع س و ت ن ك ل و ه ي ف س ل ي ث ه لس مج ن م

) متفق عليه ( ه ي ف س ل ي

Ibnu Umar r.a berkata, Rasulullah Saw bersabda, “ Janganlah

seseorang diantara kalian memintta berdiri orang lain dari tempat

duduknya, kemudian ia duduk ditempat tersebut akan tetapi

ucapkanlah, ‘ Luaskanlah dan Lapangkanlah’.108

107 Zakiah Darajat, Dasar-DasarAgama Islam, ( Jakarta: Karya Unipress, 1984 ) cet 1, h.

288-289 108 An-Nawawi, Op.Cit., h. 380

Page 70: RIYĀDUŞŞĀLIHῙNrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49095... · 2020. 1. 8. · berprilaku jujur, mendidik anak ketika dipercaya agar bersikap. Kedua, pada penelitian

56

س ل مج ن م م ك د ح أ ام ا ق ذ إ :ال ق م ل س و ه ي ل ع ى الل ل ص الل ل و س ر ن أ ه ن ع الل ي ض ر ة ر ي ر ه ب أ ن ع و

رواه مسلم ه ب ق ح أ و ه ف ه ي ل إ ع ج ر ث

Abu Hurairah r.a berkata, bahwa Rasulullah Saw bersabda: “Apabila

diantara kalian bangun dari tempat duduknya kemudian ia kembali

ketempat duduknya semula, maka ia lebih berhak atas tempat duduk

tersebut ’’( HR Muslim).109

Penjelasan:

Imam An-Nawāwῑ berkata pada Adab Perkumpulan dan

Berteman bagian ini, penulis Rahimahullah ta’ala menekankan

penjelasan adab-adab yang dianjurkan kepada manusia ketika dalam

perkumpulan-perkumpulan dan dalam berteman, dan Alllah telah

memperingati dalam Al-Qur’an, dari sebagian adab-adab dalam

perkumpulan Allah Swt berfirman :{ ا قيل لكم ت فسحوا في يا أي ها الذين آمنوا إذ

dan Syari’at islam adalah sayari’at yang { ال مجالس فاف سحوا ي ف سح الل لكم

menyeluruh pada setiap apa yang dibutuhkan manusia keadanya dalam

agama dan dunianya Allah Swt berfirman : { يان لكل ون زل نا علي ك ال كتاب تب

لمين رى لل مس ء وهدى ورح ة وبش dan Abu Zar r.a berkata : Ketika { شي

Rasulullah Saw wafat, tidaklah seekor burung terbang membolak-

balikkan sayap nya kecuali kita mengingat darinya sebuah ilmu dan

untuk ini terdapat syari’at diantara permasalahan-permasalahan yang

sangat penting seperti tauhid, dan apa yang sampai kepadanya seperti

akidah, shalat, zakat, puasa dan haji, dan selain itu, terdapat adab-adab

ketika tidur, makan, minum, dan berkumpul. Kemudian penulis

mengingatkan hadist dari Abdullah bin ‘Umar r.a, bahwa Nabi Saw

bersabda: “Janganlah seseorang diantara kalian meminta berdiri orang

lain dari tempat duduknya, kemudian ia duduk ditempat tersebut akan

109 Ibid., h. 380

Page 71: RIYĀDUŞŞĀLIHῙNrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49095... · 2020. 1. 8. · berprilaku jujur, mendidik anak ketika dipercaya agar bersikap. Kedua, pada penelitian

57

tetapi ucapkanlah, ‘ Luaskanlah dan Lapangkanlah”. Yakni apabila

memasuki suatu tempat dan menemukan tempat, maka jangan kau

ucapkan : “ Wahai Fulan berdirilah! Kemudian engkau duduk pada

tempat tersebut, akan tetapi katakanlah padanya Luaskanlah dan

Lapangkanlah” . Karena sesungguhnya Allah Swt, meluaskan untuknya

apabila {يا أي ها الذين آمنوا إذا قيل لكم ت فسحوا في ال مجالس فاف سحوا ي ف سح الل لكم }

engkau menyuruh seseorang untuk berdiri kemudian engkau duduk

ditempat tersebut, maka sesungguhnya ini perbuatan yang tidak boleh

ketika dalam perkumpulan shalat sekalipun, ketika engkau melihat

seseorang pada shaff pertama, tidak diboleh engkau mengucapkan “

Berdirilah” kemudian engkau duduk ditempat tersebut sampai suatu

ketika seseorang sedang shalat dan engkau menyuruhnya untuk berdiri

dan kemudian engkau melaksanakan shalat.110

Pelajaran yang dapat dipetik:

1. Tidaklah seseorang dalam perkumpulan ketika ia ingin duduk untuk

menyuruh berdiri seseorang kemudian ia duduk ditempat tersebut

2. Ketika seseorang ingin duduk hendaklah mengucapkan

“Luaskanlah dan Lapangkanlah”.

b. Adab Bermasyarakat (Meninggalkan Perdebatan )

ل الل صلي الل علي ه وسلم : )) ان ز ي م ع وعن أب أمة الباهلي رضي الل عن ه قال: قال رسو

نة لمن ت رك نة لمن ت رك ال مراء وان كان مقا , وبب ي ت في وسط الج ل كذب ا بب ي ت في ربض الج

ل ق (( ن الخ نة لمن حس وان كان مازحا, وبب ي ت في اع لي الج

Artinya: dari Abu Umamah Al – Bahili r.a: Rasulullah s.a.w

bersabda: Saya dapat menjamin suatu rumah dikebun surga untuk yang

meninggalkan perdebatan, meskipun ia benar. Dan menjamin suatu

rumah dipertengahan surga bagi orang yang berdusta meskipun

110 Syarah Al-Utsaimin, Op.Cit., h. 932-933

Page 72: RIYĀDUŞŞĀLIHῙNrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49095... · 2020. 1. 8. · berprilaku jujur, mendidik anak ketika dipercaya agar bersikap. Kedua, pada penelitian

58

bergurau. Dan menjamin suatu rumah di kebahagiaan yang tinggi dari

surga bagi orang yang baik budi pekertinya ( HR Abu Dawud ).111

Penjelasan:

Dari sahabat Nabi yakni Abu Umamah Al-Bahili r.a berkata bahwa

Nabi Muhammad Saw telah mengatakan dan menjamin akan

dibentuknya kebun disurga nanti ketika seseorang meninggalkan

perdebatan (Al-mira’) meskipun ia benar, dengan alih tidak mau

membuat sakit hati lawan bicaranya nanti, oleh karenanya, Nabi Saw

menganjurkan pada umatnya untuk meninggalkan perdebatan, karena

beliau telah menjamin suatu rumah disurga nanti kepada umatnya.

Pelajaran yang dapat dipetik:

1. Ketika seseorang meninggalkan perdebatan maka Allah telah

menjaminnya kebun disurga sebagaimana yang dikatakan oleh

Rasulullah Saw.

2. Berdebat dibolehkan apabila pembahasannya bermanfaat dan untuk

kebaikan umat

c. Adab dalam memberi teguran

ت دي باجا ولاحري را ألين من كف رسو ل الل صلي الل علي ه وعن ه رضي الل عن ه قال : مامسس

ل الل صل ت رائحة قط اط يب من رائحة رسو ولقد خدم ت ي الل علي ه وسلم وسلم ولاشم

فما قال لي قط اف ولا قال لشئ ف عل ته : ل ر سنين ل الل صلي الل علي ه وسلم عش عل ته ف رسو

عل ته : الا ف عل ت كذ ا ؟ متفق عليه ؟ ولا لشئ ل اف

Artinya : dari anas r.a berkata : Belum pernah saya menyentuh sutra

yang tebal atau tipis yang lebih halus dari tangan Rasulullah s.a.w .

juga saya belum mencium bau yang lebih harus dari bau Rasulullah

s.a.w. Dan saya telah melayani Rasulullah selama sepuluh tahun, belum

pernah dibentak atau ditegur perbuatan saya : Mengapa kau berbuat

111 An-Nawawi, Op.Cit., h. 503

Page 73: RIYĀDUŞŞĀLIHῙNrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49095... · 2020. 1. 8. · berprilaku jujur, mendidik anak ketika dipercaya agar bersikap. Kedua, pada penelitian

59

ini atau mengapakah kau tidak mengerjakan itu ? (HR Bukhari dan

Muslim ).112

Penjelasan:

Perkataan yang baik dan santun sangat dianjurkan oleh

Rasulullah Saw sebagaimana beliau mencontohkan kepada umatnya.

Tidak pernah beliau membentak sahabat dan berkata kasar sekalipun,

perkataan yang baik merupakan perangai dan juga gambaran seseorang

tersebut. Jika seseorang baik dan santun dalam berbicara maka orang

tersebut akan baik dalam berteman, bersosialisasi dan bergaul terhadap

lingkungannya.

ت الح مي وات لصو ص تك إن أن كر الأ يك واغ ضض من صو واق صد في مش

“ Dan sederhanakanlah kamu dalam berjalan dan lunakkan

suaramu. Sesungguhnya seburuk – buruk suara ialah suara

keledai”.

Ayat ini sebagai kelanjutan dari ayat 18 yang mendidik manusia

untuk bertingkah laku dan bertindak dengan sopan di tengah

masyarakat, yaitu sederhana dalam berjalan, jangan terlalu cepat,

terpogoh – pogoh, terburu – buru, akan cepat lelahnya, dan jangan pula

terlalu lambat tertegun, sebab akan membawa malas dan membuang

waktu dijalan, melainkan hendaklah bersikap sederhana, tidak terlalu

cepat dan tidak terlalu lambat. Demikian juga bila berbicara, jangan

dengan suara keras, menghardik, menyerupai suara keledai, tidak enak

didengar. Oleh sebab itu, ayat ini juga menididik manusia agar bersikap

halus, bersuara lemah lembut, sehingga bunyi suarabitupun menarik

orang untuk memperhatikan apa yang dikatakan, sehingga timbul rasa

simpati dari sipendengar.113

Pelajaran yang dapat dipetik:

112 Ibid, h. 303 113 Armai Arief, Reformasi Pendidikan Islam, ( Jakarta: CRD PRESS Jakarta, 2005 ) cet

1, h. 198

Page 74: RIYĀDUŞŞĀLIHῙNrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49095... · 2020. 1. 8. · berprilaku jujur, mendidik anak ketika dipercaya agar bersikap. Kedua, pada penelitian

60

1. Ketika berbicara Rasulullah Saw memberi contoh kepada kita agar

berbicara yang santun

2. Ketika menegur perbuatan seseorang hendaknya tidak dengan

perkataan yang keras.

d. Adab ketika memberi nasihat dan seimbang dalam melakukannya

د رضي الل عن ه يذكر ن في كل خ س , ف قال له رجل : يا اب عب د الرح ن, عو كان اب ن مس

ره ان املكم وا أتولكم ن لودد ت انك ذكر ت نا كل ي و م ف قال اما انه ي ن ع ن من ذلك ان اك

نا لنا بها مخافة السامة علي ل الل صلي الل علي ه وسلم ي تخو عظة كما كان رسو متفقعليه.بلمو

Artinya : Ibn Mas’ud r.a biasa memberi nasihat kepada kami setiap

hari kamis. Maka seseorang berkata kepadanya, Wahai Abu

Abdurrahman, saya senang sekali kalau anda menasehati kami setiap

hari, maka ia menjawab, “ Ketauhilah sesungguhnya yang

menghalangiku untuk berbuat demikian adalah karena aku khawatir

membuat kalian bosan, sesungguhnya aku menentukan waktu dalam

menasehati kalian sebagaimana Rasulullah Saw juga menentukan

waktu dalam menasehati kami karena khawatir membuat kami bosan .

Muttafaqun'alaih.

ان ل و خ ت ي artinya, menentukan waktu untuk kami

Penjelasan:

Sahabat r.a ketika memberi nasihat selalu seimbang dalam

melakukannya. Tidak ada yang dilebihkan dan tidak ada pula ada yang

dikurangkan dalam memberi nasihat tersebut. Selalu memberikan

nasihat-nasihat yang baik kepada sahabat lainnya.

Imam An-Nawāwῑ Rahimahullah ta’ala pada bab ini dan

masuknya kepada manusia dan memberi pelajaran dengan nasihat:

yakni menyebutkan hukum-hukum syari’at yang dekat dengan motivasi

dan ancaman, ketika kita mengucapkan sesuatu. Contoh , sesungguhnya

diwajibkan kepadamu hal ini dan seperti ini, maka bertaqwalah kepada

Page 75: RIYĀDUŞŞĀLIHῙNrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49095... · 2020. 1. 8. · berprilaku jujur, mendidik anak ketika dipercaya agar bersikap. Kedua, pada penelitian

61

Allah, dan dirikanlah apa yang yang diwajibkan kepadamu dan selain

kamu, dan Allah Swt berfirman dalam kitabnya :

ن ربكم وشفاء لما في الصد } عظة م منين ور وهدى و يا أي ها الناس قد جاءت كم مو رح ة لل مؤ }

Maka, apa yang dinasihatkan dalam Al-Qur’an sesungguhnya semua

membahas tentang motivasi dan peringatan, dan mengingatkan kepada

surga dan neraka, dan orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang

durhaka, itu merupakan dari pembahasan tentang nasihat.114

Pelajaran yang dapat dipetik :

1. Ketika seseorang hendak untuk memberi nasihat ia pun dapat

melakukan nasihat tersebut

2. Semua nasihat yang disyari’atkan terdapat dalam Al-Qur’an

3. Dalam menasihati orang lain hendaknya berupa motivasi dan juga

teguran

e. Adab dalam berkata baik dan berwajah ceria saat bertemu

ق ل ط ه ج و ب اك خ ان تلقي ا و ل ا و ئ ي ش وف ر ع الم ن قرن م ت لا

Artinya : jangan sekali – kali kamu meremehkan kebaikan sekalipun,

meskipun kebaikan nya itu hanya berupa kamu berjumpa dengan

saudaramu dengan wajah ceria . diriwayatkan oleh muslim.115

Penjelasan:

Imam An-Nawāwi Rahimahullah ta’ala yakni apabila seseorang

bertemu saudaranya, maka dianjurkan baginya bertemu dengan wajah

yang gembira dan tidak berpaling dari hadapannya dan ucapkanlah

perkataan yang baik, karena hal ini Nabi Saw yang menciptakannya, dan

Allah Swt mengangkat derajat seseorang yang mengikuti sunnah Nabi

Saw, karena sesungguhnya Rasulullah Saw, selalu bertemu dengan

seseorang dengan wajah yang gembira dengan banyak senyum. Maka

seseorang dianjurkan ketika menemui saudaranya dengan wajah yang

ceria dan berkata yang baik agar mendapatkan pahala, kecintaan dan

114 Syarah Al-Utsaimin, Op.Cit., Juz 1, h. 762 115 An-Nawawi, Op.Cit., h. 332

Page 76: RIYĀDUŞŞĀLIHῙNrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49095... · 2020. 1. 8. · berprilaku jujur, mendidik anak ketika dipercaya agar bersikap. Kedua, pada penelitian

62

menjauhi sifat membesar-besarkan diri dan meninggikan diri

sedangkan, ia hanya hamba Allah Swt, kemudian penulis menyebutkan

ayat yang sesuai dengannya, yakni Allah Swr berfirman : { واخفض

’yakni hendaknya bersikap Tawadhu واخفض جناحك { جناحك للمؤمنين

kepada seorang mu’min karena seorang mu’min merupakan yang

bersifat tawadhu’ sedangkan kafir telah Allah Swt sebutkan dalam

firmannya : { اهم جهنم وبئ س ومأ و يا أي ها النب جاهد ال كفار وال منافقين واغ لظ علي هم

maka yang bertemu dengan wajah yang gembira dan dengan {ال مصير

wajah ceria adalah seorang mu’min dan sedangkan kafir apabila

berharap keislamannya, ketika kita bergaul dengannya dengan wajah

yang ceria dan gembira sesungguhnya kita telah bergaul dengan harapan

keselamatan dan manfaat dengan pertemuan ini dan apabila bersikap

tawadhu’ dan berwajah ceria tidak akan bertambah kecuali harus

senang karena dia membedakan antara orang yang bertemu denganmu

dengan wajah dan orang yang bertemu dengan wajah awal, apabila

bertemu dengan wajah yang ceria diiwajibkan untuk menyenangkan

sahabatmu, karena terdapat perbedaan seseorang ketika bertemu dengan

wajah yang ceria dengan seseorang yang bertemu dengan wajah yang

masam sebagaimana sabda Nabi Saw, yang diriwayatkan oleh Abu Zar

r.a : “jangan sekali – kali kamu meremehkan kebaikan sekalipun,

meskipun kebaikan nya itu hanya berupa kamu berjumpa dengan

saudaramu dengan wajah ceria’’.116

Diantara akhlak beliau yang lain adalah beliau selalu memulai

memberi salam terlebih dahulu kepada siapa saja yang ditemuinya.

Siapa saja yang berunding dengan beliau karena suatu hajat, maka beliau

tidak akan beranjak sebelum orang itu pergi. Beliau tidak pernah

menarik tangannya terlebih dahulu sebelum orang yang bersalaman

116 Syarah Al-Utsaimin, Op.Cit., h. 754

Page 77: RIYĀDUŞŞĀLIHῙNrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49095... · 2020. 1. 8. · berprilaku jujur, mendidik anak ketika dipercaya agar bersikap. Kedua, pada penelitian

63

dengannya menariknya terlebih dahulu. Saat bertemu dengan sahabat-

sahabatnya beliau terlebih dahulu menjulurkan tangannya untuk

menjabat dengan pegangan yang erat.117

Pelajaran yang dapat dipetik :

1. Rasulullah Saw ketika bertemu dengan sahabat selalu senyum

dengan muka yang ceria

2. Ketika seseorang senyum kepada saudara semuslimnya itu

merupakan sedekah dan kebaikan untuknya

3. Rasulullah Saw menganjurkan kepada umatnya untuk senyum

ketika berjumpa dengan saudaranya

D. Aplikasi Nilai-Nilai Akhlak

Akhlak atau sistem prilaku terjadi melalui suatu konsep atau

seperangkat pengertian tentang apa dan bagaimana sebaiknya akhlak

tersebut harus terwujud. Konsep atau seperangkat pengertian tentang apa

dan bagaimana sebaiknya akhlak itu harus terwujud. Konsep atau

seperangkat pengertian tentang apa dan bagaimana sebaiknya akhlak itu

disususn oleh manusia oleh sistem idenya. Sistem ide ini adalah hasil proses

( penyebaran ) pada kaedah-kaedah yang dihayati dan dirumuskan

sebelumnya ( norma yang bersifat normatif dan norma yang bersifat

deskrptif ). Kaedah atau norma yang merupakan ketentuan ini timbul dari

satu sistem nilai yang terdapat pada Al- Qur’an atau Sunnah yang telah

dirumuskan melalui wahyu Illahi maupun yang disusun oleh manusia

sebagai kesimpulan dari hukum – hukum yang terdapat dalam alam semesta

yang diciptakan Allah SWT.118

انما بعثت لاتم مكارم الاخلق

“ Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia” ( HR

Bukhari )

117 Al-Ghazali,Op.Cit, h. 264-265 118 Zakiah Darajat, Op.Cit., cet 1, h. 254

Page 78: RIYĀDUŞŞĀLIHῙNrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49095... · 2020. 1. 8. · berprilaku jujur, mendidik anak ketika dipercaya agar bersikap. Kedua, pada penelitian

64

Isi hadis yang populer tersebut telah begitu dihafal oleh hampir

semua masyarakat muslim. Sebuah pernyataan yang berisi kepastian dari

Nabi Muhammad Saw. Tentang tujuan Allah mengutusnya. Nabi

Muhammad diutus bukan untuk menyempurnakan agama, tetapi untuk

menyempurnakan akhlak. Hal itu menunjukkan bahwa yang akan menjadi

kunci lengkapnya keimanan dan keislaman seseorang adalah akhlaknya .

Allah tidak akan memberi tugas menyempurnakan akhlak kepada

seseorang, seandainya yang ditugasi itu tidak memiliki akhlak yang baik,

Akhlak yang baik, sebelum Muhammad menjadi Nabi, telah diperlihatkan

dalam aneka hubungan sosial yang bisa dinilai oleh orang banyak

disekeliling Muhammad. Julukan al- amiin adalah julukan yang berisi

kepercayaan yang amat berharga dimasyarakat di sekeliling Muhammad

pada saat itu, artinya apa yang menjadi milik Muhammad sebelum menjadi

Nabiyullah adalah modal dasar yang amat penting, mengapa Allah

memiliiih Muhammad al – ummiy menjadi nabi sekaligus rasul.119

Al-amiin adalah prestasi. Pada saat masyarakat jahiliyah lebih

mementingkan urusan duniawi, mementingkan urusan kesenangan semata,

hedonism mereka masih memiliki fikiran yang jernih hingga bisa melihat

kelebihan Muhammad. Seandainya gelar al-amiin diberikan oleh

masyarakat yang serba baik, serba terbimbing oleh nilai – nilai Illahiah

gelaran itu menjadi hal yang “ biasa “. Sekumpulan orang baik, tentu bisa

melihat sesuatu yang baik secara nyata disekelilingnya. Tetapi, kalau

sekumpulan orang yang sangat dibelenggu aneka kejahatan, kejelekan,

kemusyrikan dan kebohongan, sehingga digelari jahiliyyah, bisa melihat

kenyataan yang baik yang dimiliki Muhammad, kita bisa mengartikan

bahwa kebaikan yang diimiliki Muhammad adalah “ kebaikan yang amat

baik”. Kebaikan yang bisa menembus benteng kebodohan yang sangat

tebal.120

119 Jajang Suryana, Pendidikan Agama Islam, (Depok: PT Raja Grafindo Persada, 2018 ),

h. 242 120 Ibid, h. 242

Page 79: RIYĀDUŞŞĀLIHῙNrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49095... · 2020. 1. 8. · berprilaku jujur, mendidik anak ketika dipercaya agar bersikap. Kedua, pada penelitian

65

Julukan al-Amiin yang diterima Nabi Muhammad saw. Dari para

Kuffar Quraisy adalah julukan tertinggi, terhormat diantara mereka. Al-

Amiin adalah prestasi dari kebaikan akhlak yang dimiliki oleh Muhammad

sejak sebelum menjadi nabi. Allah Swt.

Akhlak yang baik sejalan dengan akhlak Nabi Muhammad Saw.

Dillandasi oleh iman yang dimiliki oleh seseorang, karena iman merupakan

kunci bagi seseorang untuk melahirkan perbuatan didalam kehidupan, yang

diatur oleh ajaran Islam. Dengan iman seseorang berbuat

kebajikan,shalat,puasa,berbuat sesama manusia, dan kegiatan-kegiatan lain

yang merupakan interaksi sosial ekologis dan sebagainya. Sebaliknya

dengan tidak beriman seseorang akan berprilaku yang tidak sesuai dengan

akhlaqul karimah sebab lupa pada zat yang telah menciptakannya. Keadaan

demikian menunjukkan perlu adanya pengembangan iman untuk

meningkatkan akhlak seseorang.121

خر وذكر الل وة حسنة لمن كان ي ر جو الل وال ي و م الآ ثير ك لقد كان لكم في رسول الل أس

Artinya : Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan

yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan

(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.

Para ahli tafsir mengaitkan ayat tersebut dengan peristiwa perang

Khandaq. Diceritakan bahwa Nabi Muhammad Saw. Menunjukkan teladan

kesabaran dan semangat yang tinggi tanpa keluhan, sekalipun dalam kondisi

sulit akibat perang. Sementara itu para sahabat banyak yang berkeluh kesah

kepada nabi. Imam Abudrrrahman bin Nashir as-Sa’adi dalam kitab

tafsirnya yang terkenal, Tasir Karimir Rahman, menyebutkan : “ para

ulama ushul berdalill dengan ayat ini tentang berhujjah ( berargumen)

menggunakan perbuatan nabi. (karena ) pada asalnya, umat beliau wajib

menjadikan beliau sebagai sufi tauladan dalam perkara hukum, kecuali ada

121 Zakiah Darajat Op.Cit., h. 288-289

Page 80: RIYĀDUŞŞĀLIHῙNrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49095... · 2020. 1. 8. · berprilaku jujur, mendidik anak ketika dipercaya agar bersikap. Kedua, pada penelitian
Page 81: RIYĀDUŞŞĀLIHῙNrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49095... · 2020. 1. 8. · berprilaku jujur, mendidik anak ketika dipercaya agar bersikap. Kedua, pada penelitian

67

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Garis besar yang ditemukan oleh penulis dalam membahas konsep

pendidikan akhlak dalam kitab Riyāduşşālihῑn karya Syāikh Abu Zakariā

Muhyuddῑn An-Nawāwῑ berikut hasilnya:

1. Konsep berakhlak kepada diri sendiri. Dalam pembahasan Akhlak pada

diri sendiri Imam An-Nawāwῑ dalam kitab Riyāduşşālihῑn menyebutkan

hadist-hadist diantaranya :

a. Adab ketika makan dan minum

Hendaknya seseorang ketika makan membaca Basmallah, kemudian

makan dengan tangan kanan, dan makan apa yang ada didekatnya.

b. Adab menjaga lisan dan meninggalkan ghibbah.

Ketika berbicara hendaknya, dalam pembicaraannya terdapat

kebaikan dan jangan berbicara kecuali untuk kemaslahatan umat

c. Adab ketika berpakaian

Hendaknya seseorang memakai pakaian yang sederhana

d. Adab ketika tidur

Hendaknya seseorang selalu mengingat Allah ketika hendak tidur dan

bangun tidur

e. Adab ketika berbicara dan mengucapkan salam

Hendaknya seseorang berkata dengan penuh kebaikan dan

hendaknya seseorang mengucapkan salam ketika bertemu dengan

saudaranya

f. Adab berprilaku jujur

Page 82: RIYĀDUŞŞĀLIHῙNrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49095... · 2020. 1. 8. · berprilaku jujur, mendidik anak ketika dipercaya agar bersikap. Kedua, pada penelitian

68

Hendaknya seseorang berprilaku jujur, karena jujur menunjukkan

kepada kebaikan, sedangkan kebohongan menunjukkan kepada

keburukan

g. Adab menjaga rahasia ketika dipercaya

Menjaga rahasia ketika dipercaya adalah amanah, maka seseorang

ketika dipercaya hendaknya bersikap amanah

2. Konsep berakhlak kepada masyarakat, Imam An-Nawāwῑ dalam kitab

Riyāduşşālihῑn menyebutkan hadist-hadist diantaranya:

a. Adab dalam perkumpulan dan berteman

Tidaklah seseorang dalam perkumpulan ketika ia ingin duduk untuk

menyuruh berdiri seseorang kemudian ia duduk ditempat tersebut

b. Adab meninggalkan perdebatan

Ketika seseorang meninggalkan perdebatan maka Allah telah

menjaminnya kebun disurga sebagaimana yang dikatakan oleh

Rasulullah Saw

c. Adab dalam memberi teguran

Ketika menegur perbuatan seseorang hendaknya tidak dengan

perkataan yang keras

d. Adab dalam memberi nasihat dan seimbang dalam melakukannya

Dalam menasihati orang lain hendaknya berupa motivasi dan juga

teguran

e. Adab berkata baik dan berwajah cerita saat bertemu

Ketika seseorang senyum kepada saudara semuslimnya itu

merupakan sedekah dan kebaikan untuknya

B. Saran

Setelah selesai menulis skripsi ini, penulis menyarankan beberapa

hal terkait pembahasan skripsi yang penulis tulis, di antaranya adalah:

1. Bagi lembaga pendidikan

Menambah kesadaran kepada setiap pendidik untuk tidak

menjadikan lembaga pendidikan sebagai tempat transfer of knowladge

saja, tetapi juga memperhatikan aspek spiritual anak didik yang tidak

Page 83: RIYĀDUŞŞĀLIHῙNrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49095... · 2020. 1. 8. · berprilaku jujur, mendidik anak ketika dipercaya agar bersikap. Kedua, pada penelitian

69

hanya mengejar kesuksesan duniawi saja namun juga mengejar

kesuksesan akhirat.

2. Bagi Pendidik

Kiranya juga memperkenalkan kitab-kitab ulama terutama kitab

Riyāduşşālihῑn karya Syāikh Abu Zakariā Muhyuddῑn An-Nawāwῑ. Hal

ini juga berlaku untuk seluruh pendidik yang ada di Indoneisa, baik pada

lembaga formal maupun non formal. Untuk sekiranya dalam mendidik

tidak terlepas dari apa-apa yang telah di ajarkan oleh nabi Muhammad

SAW yang hal tersebut sudah para ulama jalankan serta diwariskan dari

satu generasi ke generasi selanjutnya

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian yang penulis tulis mengenai Konsep Pendidikan

Ahklak dalam kitab Riyāduşşālihῑn karya Syāikh Abu Zakariā

Muhyuddῑn An-Nawāwῑ tentulah belum bisa dikatakan selesai dengan

sempurna, karena saat mengerjakan karya ilmiah ini tidak menutup

kemungkinan adanya kekeliruan tersebab kurangnya pengetahuan

penulis dalam menganalisis serta keterbatasan waktu sehingga

memungkinkan timbulnya kekeliruan dalam karya ilmiah ini.

Page 84: RIYĀDUŞŞĀLIHῙNrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49095... · 2020. 1. 8. · berprilaku jujur, mendidik anak ketika dipercaya agar bersikap. Kedua, pada penelitian

70

DAFTAR PUSTAKA

Nur Ali dan Muhaimin. Paradigma Pendidikan Islam. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya Offset, 2004

Wahdi Sayuti dan Zurinal. ILMU PENDIDIKAN, Pengantar dan Pelaksanaan

dasar – dasar Pendidikan. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006

Mahfud, Rois Al – Islam Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Penerbit Erlangga,

2011

Mukti Ali dan M. Ali Hasan. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Jakarta:

Pedoman Ilmu Jaya, 2003

Samsul Nizar dan Al-Rasyidin. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta : PT Ciputat

Press, 2005

Al-Utsaimin, Syarah Syaikh Muhammad Shalih. Riyadushalihin.Saudi:

Mamlakah Al-‘Arabi, Juz 1, 1969

Zad Al-Masir, Ibn Al-Jauzi. Beirut: Al – Maktab Al – Islamy, 1404

https://www.kompasiana.com/renidwilestari18190001/5c83d602bde5750890649

af3/peran pendidikan-dalam-mengatasi-krisis-akhlak, diakses pada 14

November 2019 pukul 09:00

Rasyidin,Waini . Pedagogik Teoritis dan Paktis. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2014

https://www.acehtrend.com/2019/02/16/pendidikan-akhlak-sebagai-solusi-

persoalan-pendidikan-di-indonesia, diakses pada 14 November 2019

pukul 13:30

Page 85: RIYĀDUŞŞĀLIHῙNrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49095... · 2020. 1. 8. · berprilaku jujur, mendidik anak ketika dipercaya agar bersikap. Kedua, pada penelitian

71

http://muslim.or.id/hadits/sekilas-tentang-kitab-riyadhus-shalihin.html, Diakses

Tanggal. 14 November 2019 pukul 10:00

http://virouz.wordpress.com/2010/05/15/bedah-kitab-riyadhus-shalihin/,

Diakses Tanggal. 14 November 2019 pukul 10:00

Alim,Muhammad Pendidikan Agama Islam (Upaya Pembentukan Pemikiran

dan Kepribadian Muslim). Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011

Nata, Abuddin.Pemikiran Pendidikan Islam dan Barat. Jakarta: PT Rajagrafindo

Persada, 201

----------- Akhlak Tasawuf. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996

Muhammad al-Ghazali, Al-Imam Abu Hamid Muhammad Ihya’ ‘Ulumuddin.

Kairo:Dar al-Hadis, t.th

Octavia,Lanny dkk, Pendidikan Karakter Berbasis Tradisi Pesantren, (Jakarta:

Renebook, 2014)

Amin Ahmad, Etika (Ilmu Akhlak). Jakarta: Bulan Bintang, 1975

Anwar, Rosihin. Akhlak Tasawuf. Pustaka Setia: Bandung , 2008

Shihab,M. Quraish. Wawasan al-Quran. Bandung: Mizan, 2007, Cet. ke-1.

----------------Tafsir Al-Misbah. Ciputat: Lentera Hati, 2017

Rakhmat,Jalaluddin. Dahulukan Akhlak di atas Fiqih, (Bandung: Mizan

Pustaka,2007), Cet. ke-1

Khozin, Khazanah. ( Pendidikan Agama Islam). Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2013

Taufik,Agus dkk. Pendidikan Anak di SD. Jakarta : Universitas Terbuka, 2009

Ihsan,Fuad. Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta, 1997, cet 1

Page 86: RIYĀDUŞŞĀLIHῙNrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49095... · 2020. 1. 8. · berprilaku jujur, mendidik anak ketika dipercaya agar bersikap. Kedua, pada penelitian

72

Sumitro. Pengantar Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: FIP – UNY, 1985

Wahyudin. Dinn Pengantar Pendidikan. Jakarta; Universitas Terbuka, 2008

Majid, Abdul. Pendidikan Karakter Perpespektif Islam. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, cet ke 2, 2012

Yunus, Mahmud. Pokok-pokok Pendiidkan dan Pengajaran. Jakarta: Hida

Karya Agung, 1990

Masy’ari,Anwar. Akhlak al-Qur’an. Jakarta: Kalam Mulia, 1990

Tatang. Ilmu Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia, 2012

Minarti, Sri. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Imprint Bumi Aksara, 2013

HM, Arifin. Kapita Selekta Pendidikan Islam dan Umum. Jakarta: Bumi

Aksara, 1991

al-Toumi,Omar Muhammad. Falsafah Pendidikan Islam,Terj Hasan

Langgulung Jakarta:Bulan Bintang,1979

al-Jamali, Muhammad Fadhil. Falsafah Pendidikan dalam Al-Qur’an.

Surabaya:: Bina Ilmu, 1986

al-Abrasyi, Athiyah. Dasar – dasar Pokok Pendidikan Islam Tarjamahan At-

tarbiyatul al-Islamiy. Jakarta: Repalita,1969

Margono. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, Cet. 8, 2010

Zed,Mestika Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,

2008

Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data, Jakarta: RajaGrafindo

Persada, Cet. ke-2, 2011

Page 87: RIYĀDUŞŞĀLIHῙNrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49095... · 2020. 1. 8. · berprilaku jujur, mendidik anak ketika dipercaya agar bersikap. Kedua, pada penelitian

73

Suwartono, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian. Edisi 1, Yogyakarta: Andi

Offset, 2014

Subagyo, Joko. Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Rineka

Cipta, Cet. ke-4, 2004

An-Nawawi, Imam Riyadhus Shalihin. (Terj. Deny Suwito). Depok: Senja

Publishing,2005

An-Nawawi, Imam Riyadushalihin, Syarah Syaikh Muhammad bin Shalih Al-

Utsaimain terj Arif Rahman. Sukoharjo: Insan Kamil, 2018

An-Nawawi, Imam. Raudhatuth Thalibin, terj Muhyiddin Mas Rida. Jakarta:

Pustaka Azzam, 2007

http://virouz007.wordpress.com/2010/05/15/bedah-kitab-riyadhus-shalihin/

diakses 14 November 2019

http://muslim.or.id/hadits/sekilas-tentang-kitab-riyadhus-shalihin.html (diakses

14 November 2019 ).

http://virouz007.wordpress.com/2010/05/15/bedah-kitab-riyadhus-shalihin/

(diakses 14 November 2019 ).

An-Nawawi, Imam. Riyadushalihin, terj Izuddin Krimi. Jakarta :Darul Haq, cet

1, 2018.

An- Nawawi, Syaikh Al- Islami Muhyi Ad-Din Abi Zakariya Yahya Ibn Syarof .

Riyadushalihin. Daar ihya Al Kitab Al’arabiyah

Basith, Abdul Muhammad as-Sayyid. Inilah Makanan Rasulullah saw. Group

Maghfirah, Jakarta, 2007

Page 88: RIYĀDUŞŞĀLIHῙNrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49095... · 2020. 1. 8. · berprilaku jujur, mendidik anak ketika dipercaya agar bersikap. Kedua, pada penelitian

74

Al-Ghazali, Abu Hamid. Ringkasan Ihya Ulumuddin, terj Fudhailurrahman.

Jakarta: Sahara, 2012

Rokayah, PENERAPAN ETIKA DAN AKHLAK DALAM KEHIDUPAN

SEHARI-HARI, Pendidikan dan Pembelajaran Dasar Volume 2 Nomor

1 Juni 2015 p-ISSN 2355 1925,

‘Ulwan, Abdullah Nashih. Pendidikan Anak Dalam Islam ( Tarbiyatul Aulad fil

Islam), terj Arif Rahman Hakim. Sukoharjo: Insan Kamil Solo, cet 7

,2016

Al-Utsaimin Syaikh Muhammad, Syarah Riyadhus Shalihin, (terjm: Munirul

Abidin). Jakarta: PT Darul Falah, 2005

Darajat,Zakiah. Dasar-DasarAgama Islam. Jakarta: Karya Unipress, cet 1

1984

Arief,Armai Reformasi Pendidikan Islam. Jakarta: CRD PRESS Jakarta, 2005

cet 1

Suryana,Jajang. Pendidikan Agama Islam. Depok: PT Raja Grafindo Persada,

2018

Page 89: RIYĀDUŞŞĀLIHῙNrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49095... · 2020. 1. 8. · berprilaku jujur, mendidik anak ketika dipercaya agar bersikap. Kedua, pada penelitian
Page 90: RIYĀDUŞŞĀLIHῙNrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49095... · 2020. 1. 8. · berprilaku jujur, mendidik anak ketika dipercaya agar bersikap. Kedua, pada penelitian
Page 91: RIYĀDUŞŞĀLIHῙNrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49095... · 2020. 1. 8. · berprilaku jujur, mendidik anak ketika dipercaya agar bersikap. Kedua, pada penelitian
Page 92: RIYĀDUŞŞĀLIHῙNrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49095... · 2020. 1. 8. · berprilaku jujur, mendidik anak ketika dipercaya agar bersikap. Kedua, pada penelitian
Page 93: RIYĀDUŞŞĀLIHῙNrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49095... · 2020. 1. 8. · berprilaku jujur, mendidik anak ketika dipercaya agar bersikap. Kedua, pada penelitian
Page 94: RIYĀDUŞŞĀLIHῙNrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49095... · 2020. 1. 8. · berprilaku jujur, mendidik anak ketika dipercaya agar bersikap. Kedua, pada penelitian