documentrm

65
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap anak yang terlahir di dunia ini rentan mengalami masalah yang berkaitan dengan proses pertumbuhan, bila gangguan tersebut tidak segera diatasi maka akan berkelanjutan pada fase perkembangan berikutnya yaitu fase perkembangan anak sekolah, gangguan tersebut dapat menghambat proses perkembangan anak secara optimal. Adanya berbagai masalah tersebut maka penting bagi para orang tua dan guru untuk memahami permasalahan-permasalahan anak agar dapat meminimalkan kemunculan dan dampak permasalahan tersebut serta mampu memberikan upaya bantuan yang tepat. Memiliki anak merupakan anugerah terindah yang dirasakan suami istri dalam rumah tangga dan harapan orang tua menginginkan kondisi anaknya sempurna atau normal. Tidak ada satu pun orang tua yang menginginkan anaknya menderita gangguan seperti autisme dan retardasi mental. Sebagian masyarakat memang masih menganggap tabu terhadap penderita retardasi mental. Tidak sedikit sekolah yang menolak anak autis berada di lingkungannya. Jumlah anak pengidap retardasi mental di Indonesia semakin bertambah setiap tahunnya, sehingga diperlukan semacam sosialisasi edukasi deteksi dini

Upload: listya-pratiwi

Post on 17-Jan-2016

215 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

mental

TRANSCRIPT

Page 1: Documentrm

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap anak yang terlahir di dunia ini rentan mengalami masalah yang

berkaitan dengan proses pertumbuhan, bila gangguan tersebut tidak segera diatasi

maka akan berkelanjutan pada fase perkembangan berikutnya yaitu fase

perkembangan anak sekolah, gangguan tersebut dapat menghambat proses

perkembangan anak secara optimal. Adanya berbagai masalah tersebut maka

penting bagi para orang tua dan guru untuk memahami permasalahan-

permasalahan anak agar dapat meminimalkan kemunculan dan dampak

permasalahan tersebut serta mampu memberikan upaya bantuan yang tepat.

Memiliki anak merupakan anugerah terindah yang dirasakan suami istri

dalam rumah tangga dan harapan orang tua menginginkan kondisi anaknya

sempurna atau normal. Tidak ada satu pun orang tua yang menginginkan anaknya

menderita gangguan seperti autisme dan retardasi mental. Sebagian masyarakat

memang masih menganggap tabu terhadap penderita retardasi mental. Tidak

sedikit sekolah yang menolak anak autis berada di lingkungannya. Jumlah anak

pengidap retardasi mental di Indonesia semakin bertambah setiap tahunnya,

sehingga diperlukan semacam sosialisasi edukasi deteksi dini pada orangtua,

supaya bisa memperhatikan perkembangan anaknya dengan lebih baik.

Merupakan masalah dunia dengan implikasi yang besar terutama bagi negara

berkembang. Prevalensi retardasi mental sekitar 1% dalam satu populasi. Di

indonesia 1-3 persen penduduknya menderita kelainan ini. Diperkirakan angka

kejadian retardasi mental berat sekitar 0,3% dari seluruh populasi dan hampir 3%

mempunyai IQ dibawah 70.

Prevalens retardasi mental pada anak-anak di bawah umur 18 tahun di

negara maju diperkirakan mencapai 0,5-2,5% , di negara berkembang berkisar

4,6%. Insidens retardasi mental di negara maju berkisar 3-4 kasus baru per 1000

anak dalam 20 tahun terakhir. Angka kejadian anak retardasi mental berkisar 19

per 1000 kelahiran hidup. Banyak penelitian melaporkan angka kejadian retardasi

mental lebih banyak pada anak laki-laki dibandingkan perempuan.

Page 2: Documentrm

Beberapa fenomena menunjukkan bahwa kejadian anak yang mengalami

redartasi mental masih merupakan dilema, sumber kecemasan bagi keluarga dan

masyarakat. Sehubungan dengan latar belakang tersebut maka dalam makalah ini

akan dibahas mengenai masalah retardasi mental yang terjadi pada anak.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari penulisanmakalah ini yaitu:

1.2.1 untuk mengetahui pengertian retardasi mental;

1.2.2 untuk mengetahui psikopatologi atau psikodinamika retardasi mental;

1.2.3 untuk mengetahui diagnosa medis dan diagnosa keperawatan dari retardasi

mental;

1.2.4 untuk mengetahui penatalaksanaan medis dan keperawatan dari retardasi

mental.

Page 3: Documentrm

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Contoh Kasus

Vino seorang anak laki-laki berusia tujuh tahun dia mengalami Retardasi

Mental dikarenakan sewaktu ibunya mengandung, ibunya sering mengkonsumsi

minuman beralkohol dan merokok, sehingga ketika ia lahir ia cacat. Ia sering kali

tidak bisa menangkap pelajaran yang disampaikan oleh gurunya di sekolah, daya

ingatnya juga sangat kurang, susah untuk berkonsentrasi, serta perhatiannya tidak

bisa fokus. Selain itu ia juga tidak bisa bersosialisasi dengan temannya di

lingkungan maupun di sekolahnya. Dia juga mengalami keterlambatan dalam

berbicara dan kadang-kadang susah untuk menjawab pertanyaan atau diajak

berbicara. Disamping itu, Vino tidak mampu untuk melakukan pekerjaan yang

berat, segala sesuatunya ia harus dibantu oleh orang-orang terdekatnya, baik untuk

mandi, BAB, maupun mengenakan pakaian.

2.2 Pengertian

Istilah Retardasi Mental (RM) merujuk pada keterbatasan nyata fungsi

kognitif dan adaptif. Retardasi Mental merupakan kelemahan mental yang tidak

mencukupi sejak masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak). Adapun

definisi Retardasi Mental dari beberapa sumber antara lain:

1. Retardasi Mental adalah kelainan atau kelemahan jiwa dengan inteligensi

yang kurang (subnormal) sejak masa perkembangan (sejak lahir atau sejak

masa anak). Biasanya terdapat perkembangan mental yang kurang secara

keseluruhan, tetapi gejala yang utama ialah inteligensi yang terbelakang.

Retardasi Mental disebut juga oligofrenia (oligo: kurang atau sedikit dan fren:

jiwa) atau tuna mental (W.F. Maramis, 2005 dalam Kuntjojo, 2009).

2. Retardasi Mental adalah suatu kondisi yang ditandai oleh intelegensi yang

rendah yang menyebabkan ketidakmampuan individu untuk belajar dan

beradaptasi terhadap tuntutan masyarakat atas kemampuan yang dianggap

normal (Carter CH, Toback C. dalam Soetjiningsih, 1995).

Page 4: Documentrm

3. Retardasi Mental adalah apabila jelas terdapat fungsi intelegensi yang rendah,

yang disertai adanya kendala dalam penyesuaian perilaku dan gejalanya

timbul pada masa perkembangan (Crocker AC, 1983 dalam Soetjiningsih,

1995).

4. Retardasi Mental adalah suatu keadaan yang ditandai dengan fungsi

Intelektual berada dibawah normal, timbul pada masa perkembangan

/dibawah usia 18 tahun, berakibat lemahnya proses belajar dan adaptasi sosial

(Muttaqin, 2008).

5. Menurut WHO, Retardasi Mental adalah kemampuan mental yang tidak

mencukupi.

6. Retardasi Mental menurut The Individuals with Disabilities Education Act

(IDEA) adalah fungsi intelektual di bawah rata-rata yang muncul bersamaan

dengan defisit perilaku adaptif dan bermanifestasi dalam periode

perkembangan serta berakibat buruk terhadap kemampuan belajar.

7. The American Association on Intellectual and Developmental Disabilities

(AAIDD,2002) mendefinisikan Retardasi Mental sebagai keterbatasan dalam

fungsi intelektual dan perilaku adaptif.

8. Menurut Association American of Mental Retardation (AAMR), Retardasi

Mental mengacu pada fungsi intelektual yang secara signifikan berada di

bawah rata-rata, didefinisikan sebagai nilai Intelegence Quotient (IQ) <70-

75, terdapat bersamaan dengan keterbatasan yang berkaitan dengan dua atau

lebih area keterampilan adaptif yang dapat diterapkan: komunikasi, merawat

diri, keterampilan sosial, kemampuan bermasyarakat, pengarahan diri,

kesehatan dan keamanan, akademik fungsional, istirahat, dan bekerja.

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa Retardasi

Mental adalah suatu keadaan kelemahan mental dengan inteligensi yang kurang

(subnormal) yang menyebabkan ketidakmampuan individu untuk belajar dan

beradaptasi terhadap tuntutan masyarakat karena adanya kendala dalam

penyesuaian perilaku dan timbul pada masa perkembangan /dibawah usia 18

tahun.

Page 5: Documentrm

Berikut ini adalah klasifikasi Retardasi Mental berdasarkan PPDGJ III:

1. F70 Retardasi Mental Ringan (IQ 55-69)

Mulai tampak gejalanya pada usia sekolah dasar, misalnya sering

tidak naik kelas, selalu memerlukan bantuan untuk mengerjakan pekerjaan

rumah atau mengerjakan hal-hal yang berkaitan pekerjaan rumah atau

mengerjakan hal-hal yang berkaitan dengan kebutuhan pribadi. 80 % dari

anak RM termasuk pada golongan ini. Dapat menempuh pendidikan

Sekolah Dasar kelas VI hingga tamat SMA. Ciri-cirinya tampak lamban

dan membutuhkan bantuan tentang masalah kehidupannya.

2. F71 Retardasi Mental Sedang (IQ 35-49)

Sudah tampak sejak anak masih kecil dengan adanya keterlambatan

dalam perkembangan, misalnya perkembangan wicara atau perkembangan

fisik lainnya. Anak ini hanya mampu dilatih untuk merawat dirinya

sendiri, pada umumnya tidak mampu menyelesaikan pendidikan dasarnya,

angka kejadian sekitar 12% dari seluruh kasus RM. Anak pada golongan

ini membutuhkan pelayanan pendidikan yang khusus dan dukungan

pelayanan.

3. F72 Retardasi Mental Berat (IQ 20- 34)

Tampak sejak lahir, yaitu perkembangan motorik yang buruk dan

kemampuan bicara yang sangat minim, anak ini hanya mampu untuk

dilatih belajar bicara dan keterampilan untuk pemeliharaan tubuh dasar,

angka kejadian 8% dari seluruh RM. Memiliki lebih dari 1 gangguan

organik yang menyebabkan keterlambatannya, memerlukan supervisi yang

ketat dan pelayanan khusus.

4. F73 Retardasi Mental Sangat Berat (IQ < 20)

Sudah tampak sejak lahir yaitu gangguan kognitif, motorik, dan

komunikasi yang pervasif. Mengalami gangguan fungsi motorik dan

sensorik sejak awal masa kanak-kanak, individu pada tahap ini

memerlukan latihan yang ekstensif untuk melakukan “self care” yang

sangat mendasar seperti makan, BAB, BAK. Selain itu memerlukan

Page 6: Documentrm

supervisi total dan perawatan sepanjang hidupnya, karena pada tahap ini

pasien benar-benar tidak mampu mengurus dirinya sendiri.

5. F78 Retardasi Mental lainnya

Kategori ini hanya dignakan bila penilaian dari tingkat Retardasi

Mental intelektual dengan memakai prosedur biasa sangat sulit atau tidak

mungkin dilakukan karena adanya hendaya sensorik atau fisik, seperti

buta, bisu tuli, dan penyandang yang perilakunya terganggu berat atau

fisiknya tidak mampu.

Sedangkan berdasarkan DSM-IV-TR, terdapat beberapa klasifikasi retardasi mental yaitu:

Klasifikasi IQ Keterangan Ekspektasi Pendidikan

Retardasi Mental berat sekali (profound)

dibawah 20 atau 25

Biasanya tidak dapat berjalan, berbicara atau memahami.

Biasanya tidak mampu belajar walaupun mempunyai kemampuan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan dasarnya. Keinginan biasanya membutuhkan perhatian yang penuh dan pengawasan untuk waktu seumur hidup.

Retardasi Mental berat (severe)

Sekitar 20-25 sampai 35-40

Dapat dilatih meskipun agak lebih susah dibandingkan dengan anak Retardasi Mental moderat.

Kemampuan belajar hanya pada area bantu diri seperti mandi, buang air, kemampuan terbatas dalam bidang akademik. Kemampuan penyesuaian sosial biasanya terbatas hanya pada anggota keluarga atau orang yang dikenal lainnya. Kemampuan kerja biasanya dapat terlihat ketika bekerja dibawah setting workshop atau naungan suatu lembaga tertentu.

Retardasi Mental moderat (moderate)

Sekitar 35-40 sampai 50-55

Mengalami kelambatan  dalam belajar berbicara dan kelambatan dalam mencapai tingkat perkembangan lainnya (misalnya duduk dan

Dapat mengikuti sekolah sampai kelas dua sampai kelas lima. Dalam hal penyesuaian sosial menampakkan kemandirian dalam komunitas. Dalam hal kemampuan kerja harus didukung secara penuh

Page 7: Documentrm

berbicara). Dengan latihan dan dukungan dari lingkungannya, mereka dapat hidup dengan tingkat kemandirian tertentu.

atau hanya secara parsial.

Retardasi Mental ringan (mild)

Sekitar 50-55 sampai 70

Bisa mencapai kemampuan membaca sampai kelas 4-6.

Dapat mempelajari kemampuan pendidikan dasar yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Mereka memerlukan pengawasan dan bimbingan serta pelatihan dan pendidikan khusus.

Borderline Sekitar 70 sampai 89

Penyesuaian sosial yang tidak berpola akan berbeda dengan populasinya walaupun pada segmen yang lebih bawah penyesuaiannya akan baik, dalam arti lain perkembangan anak dalam penyesuaian sosial akan berbeda dengan teman-teman seusianya yang normal.

Mampu mengikuti kegiatan sekolah sampai pada jenjang tertentu yang dapat dicapai tidak sesuai dengan tahapan usia kalender. Memperoleh kepuasan kerja dibidang non-teknis yang disertai dengan dukungan diri yang penuh bila diperlukan

2.3 Psikopatologi/Psikodinamika

Proses terjadinya Retardasi Mental dipengaruhi oleh berbagai faktor, faktor

maternal merupakan faktor terbesar yang menentukan kesehatan anak, menurut

Stuart dan Laraia (2005) proses terjadinya masalah dilihat dari bio, psiko, sosial,

dan spiritual.

2.3.1 Faktor Predisposisi

Merupakan faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang

dapat digunakan individu untuk mengatasi stres (Stuart, 2005). Faktor predisposisi

Retardasi Mental menurut DSM IV-TR (2000) adalah:

Page 8: Documentrm

a. Biologis

Kelainan yang disebabkan adanya masalah atau gangguan pada organ

maternal meliputi:

1. Kelaian kromosom

Kelainan ini bisa diartikan dengan kesalahan pada jumlah

Kromosom (Sindroma Down), defek pada Kromosom (sindroma X

yang rapuh, sindroma Angelman, sindroma Prader-Willi), dan

Translokasi Kromosom.

2. Pewarisan faktor genetika yang dominan

Neurofibromatosis (penyakit Von Recklinghausen), Khorea

Huntington (dengan awitan masa kanak-kanak), sindroma Sturge-

Weber, Tuberous sclerosis.

3. Gangguan metabolik;

Semua Retardasi Mental yang langsung disebabkan oleh gangguan

metabolisme  (misalnya gangguan metabolism karbohidrat dan

protein), gangguan pertumbuhan, dan gizi buruk termasuk dalam

kelompok ini. Gangguan gizi yang berat dan berlangsung lama

sebelum anak berusia empat tahun sangat mempengaruhi

perkembangan otak dan dapat mengakibatkan retardasi mental.

Keadaan seperti itu dapat diperbaiki dengan memberikan gizi yang

mencukupi sebelum anak berusia enam tahun, sesudah itu biarpun

anak tersebut dibanjiri dengan makanan yang bergizi, intelegensi

yang rendah tersebut sangat sukar untuk ditingkatkan. Penyakit

Fenilketonuria, penyakit Wilson, sejenis gangguan lipid,

hipotiroidisme, hipoglikemia juga berisiko menimbulkan Retardasi

Mental.

4. Gangguan prenatal

Rubela maternal, sifilis, toxoplasmosis, atau diabetes,

penyalahgunaan alkohol pada ibu dan penggunaan beberapa obat,

toxemia pada kehamilan, eritoblastosis fetalis, malnutrisi pada ibu.

Page 9: Documentrm

5. Trauma kelahiran

Proses kelahiran yang sulit dengan trauma fisik atau anoxia.

Prematuritas, Retardasi Mental yang termasuk ini termasuk

Retardasi Mental yang berhubungan dengan keadaan bayi yang

pada waktu lahir berat badannya kurang dari 2500 gram dan atau

dengan masa kehamilan kurang dari 38 minggu.

6. Trauma otak

Dalam kelompok ini termasuk Retardasi Mental akibat neoplasma

(tidak termasuk pertumbuhan sekunder karena rudapaksa atau

peradangan) dan beberapa reaksi sel-sel otak yang nyata, tetapi

yang belum diketahui betul etiologinya (diduga herediter). Reaksi

sel-sel otak ini dapat bersifat degeneratif, infiltratif, radang,

proliferatif, sklerotik atau reparatif. Beberapa penyakit yang

berisiko terjadinya Retardasi Mental yaitu tumor, infeksi (terutama

ensefalitis, meningitis neonatal), kecelakaan, toxin, hidrosefalus

dan berbagai macam kelainan cranial.

7. Gangguan perkembangan embrio

Sekitar 30% RM disebabkan oleh gangguan perkembangan embrio,

biasanya keracunan maternal karena alkohol dan obat-obatan,

maternal yang sakit dan infeksi selama kehamilan (rubella) dan

komplikasi kehamilan (Toxemia dan diabetes yang tidak

terkontrol).

8. Faktor kehamilan dan perinatal

Faktor kehamilan dan perinatal dapat menyebabkan RM sekitar

10%. Kelainan pertumbuhan otak selama kehamilan (infeksi, zat

teratogen dan toxin, disfungsi plasenta), prematur, atau kelainan

proses kelahiran (trauma kepala saat melahirkan, plasenta previa

dan prolaps umbilical cord) (Sadock dan Sadock, 2003).

9. Kondisi medis saat infan

Kondisi medis saat infan hanya 5% yang dapat menyebabkan RM,

penyebab utamanya kondis medis adalah infeksi.

Page 10: Documentrm

10. Herediter

Herediter menyebabkan RM sekitar 5%, beberapa disebabkan gen

abnormal yang diturunkan dari orangtua, kesalahan ketika

perpaduan gen, atau alasan lain.

b. Psikososial

Masalah psikososial dapat menyebabkan RM sekitar 15-20%,

diantaranya dipengaruhi oleh masalah perubahan lingkungan dan sosial,

masalah interaksi sosial dan keluarga seperti kurangnya stimulasi anak,

adanya penganiayaan maternal, dan kurangnya dukungan serta

pendidikan yang mendukung perkembangan mental dan meningkatkan

keterampilan adaptasi.

2.3.2 Stresor Presipitasi

Stresor presipitasi adalah stimulus yang dipersepsikan oleh individu sebagai

tantangan, ancaman, atau tuntutan yang memerlukan energi ekstra untuk koping.

Stresor presipitasi merupakan stimulus yang berasal dari persepsi seseorang yang

dianggap mengancam sehingga meningkatkan ketegangan dan stres sebagai

koping.

a. Stressor psikologis

Kondisi yang kronis seperti ketegangan keluarga yang terus-menerus,

ketidakpuasan dan kesendirian dapat meningkatkan stres. Ansietas berat

yang berkepanjangan terjadi bersamaan dengan keterbatasan kemampuan

untuk mengatasinya. Tuntutan berpisah dengan orang lain dan kegagalan

seseorang untuk memenuhi kebutuhannya akan mempengaruhi hubungan

individu dengan orang lain. Selain itu penolakan dari orang lain dan

ketidaksetujuan seseorang demi mempertahankan harga diri akan

mempengaruhi pola interaksi dengan lingkungan.

b. Stressor sosial budaya

Kejadian stresful yang berkontribusi terhadap terjadinya isolasi sosial

ditimbulkan oleh menurunnya stabilitas unit keluarga dan berpisah dari

orang-orang yang berarti. Ketertarikan terhadap etnik tertentu akan

Page 11: Documentrm

merefleksikan suatu usaha orang-orang yang terisolasi untuk berhubungan

dengan orang-orang denganidentitas khusus. Ketegangan yang terjadi

didalam sebuah keluarga adalahkesulitan anggota keluarga untuk

mencapai tugas perkembangan yangdihubungkan dengan keintiman atau

kerukunan.

2.3.3 Respon Terhadap Stres

Respon terhadap stres tergantung pada arti dan pemahaman stres pada

individu, yang terdiri dari penilaian kognitif, afektif, psikologikal, behavioral, dan

respon sosial. Pada keluarga dengan anak RM berat ringannya stres yang dialami

keluarga maupun anak, tergantung dari penilaian keluarga terhadap masalah anak

dengan RM.

a. Kognitif

Klien dengan Retardasi Mental kemampuan berpikirnya melemah, lambat

dalam menerima informasi, susah fokus, intelegensi rendah, serta tidak

mampu berkonsentrasi dan mengambil keputusan.

b. Afektif

Merasa bosan dan waktu terasa berjalan lambat, afek tumpul atau datar,

dan kurang motivasi.

c. Perilaku

Pasien Retardasi Mental menunjukkan perilaku menjauh dari orang lain,

tidak ada kontak mata, sibuk dengan dunianya sendiri, dan menolak

berhubungan dengan orang lain.

d. Sosial

Pasien Retardasi Mental menarik diri dari lingkungan, gangguan dalam

kemampuan berkomunikasi, acuh dengan lingkungan, kemampuan sosial

kurang atau tidak ada.

2.3.4 Sumber Koping/Kemampuan Mengatasi Masalah

Sumber koping adalah suatu evaluasi terhadap pilihan koping dan strategi

koping seseorang. Sumber koping adalah strategi yang akan membantu seseorang

Page 12: Documentrm

untuk memilih cara penyelesaian masalah, yang terdiri dari aset ekonomi,

kemampuan dan keahlian, tehnik pertahanan, suport sosial, dan motivasi. Sumber

koping lainnya adalah kesehatan dan kekuatan, suport spiritual, positive belifes,

problem solving, dan social skill. Sumber koping pada keluarga dengan anak RM

hanya berasal dari diri sendiri atau internal, dimana sumber koping keluarga

kurang adekuat.

a. Kemampuan personal

Kemampuan yang diharapkan pada klien dengan isolasi social yaitu

kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain. Kemampuan lanjutan

yang harus dikuasai untuk mengatasi isolasi social adalah kemampuan

mengungkapkan atau menyampaikan kenangan yang menyenangkan atau

yang paling berkesan yang pernah dialami di dalam kelompok.

b. Keyakinan positif

Merupakan keyakinan spiritual dan gambaran positif seseorang sehingga

dapat menjadi dasar dari harapan yang dapat mempertahankan koping

adaptif walaupun dalam kondisi penuh stressor. Keyakinan yang harus

dikuatkan pada klien isolasi social adalah keyakinan untuk menjadi lebih

baik dengan memiliki motivasi.

c. Dukungan sosial

Dukungan untuk individu yang di dapat dari keluarga, teman, kelompok,

atau orang-orang disekitar klien dan dukungan terbaik yang diperlukan

oleh klien adalah dukungan keluarga.

d. Asset material

Ketersediaan materi antara lain yaitu akses pelayanan kesehatan, dana atau

finansial yang memadai, asuransi, jaminan pelayanan kesehatan dan lain-

lain.

2.3.5 Mekanisme Koping

Mekanisme koping adalah tiap upaya yang diarahkan pada penatalaksanaan

stres, termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan

Page 13: Documentrm

yang digunakan untuk melindungi diri. Tiga tipe mekanisme koping menurut

Stuart & Laraia (2005) yaitu:

a. Mekanisme koping berfokus pada masalah yaitu tugas dan usaha langsung

untuk mengatasi ancaman diri, contoh dari mekanisme koping ini adalah

negoisasi, konfrontasi dan mencari nasehat.

b. Mekanisme koping yang berfokus pada kognitif terjadi ketika seseorang

dapat mengontrol arti dari masalah dan menetralisirnya, contoh:

membandingkan secara positif, selective ignorence, substitution atau

reward dan mengevaluasi terhadap suatu objek.

c. Mekanisme koping yang berfokus pada emosi terjadi ketika seseorang

menyesuaikan diri terhadap stres emosional secara tidak berlebihan seperti

menggunakan mekanisme pertahanan ego dengan denial, supresi atau

proyeksi.

Mekanisme diatas bisa konstruktif bisa dekstruktif. Konstruktif bila

kecemasan segera diatasi dan individu menerima kecemasan tersebut sebagai

tantangan untuk memecahkan masalah, koping konstruktif dipengaruhi cara

pemecahan masalah dimasa lalu. Dekstruktif bila kecemasan tidak diselesaikan,

biasanya dengan cara menghindari masalah (Stuart & Laraia, 2005).

Selain mekanisme koping diatas terdapat juga mekanisme kopingg yang

biasa digunakan terutama saat sedang stress, yaitu:

a. Reaksi yang berorientasi pada tugas merupakan pemecahan masalah secara

sadar untuk mengatasi masalah, menyelesaikan konflik dan memuaskan

kebutuhan. Task oriented reaction terdiri dari perilaku menyerang

digunakan individu dalam mengatasi rintangan untuk memenuhi

kebutuhan, biasa digunakan pada pasien dengan perilaku kekerasan dan

halusinasi, perilaku menarik diri digunakan untuk menghilangkan sumber

ancaman baik fisik maupun psikologis, banyak digunakan pada pasien

isolasi sosial dan harga diri rendah; selanjutnya adalah compromise

digunakan pada situasi dimana penyelesaian masalah tidak dapat dilakukan

Page 14: Documentrm

secara emlawan ataupun menarik diri. Cara yang dilakuakn adalah

merubah tujuan atau mengorbankan kebutuhan personal untuk melawan

tujuan.

b. Ego oriented reaction dilakukan secara tidak sadar untuk mempertahankan

keseimbangan. Ego oriented sering digunakan pada pasien gangguan jiwa

untuk melindungi diri sehingga disebut juga mekanisme pertahanan diri.

Jenis mekanisme perthanan diri yaitu kompensasi, denial, displacement,

disosiasi, identifikasi, intelektualisasi, introyeksi, isolasi, proyeksi,

rasionalisasi, reaksi formasi, regresi, represi, permisahan, sublimasi,

supresi dan undoing.

(Stuart & Sundeen, 1998).

Page 15: Documentrm

Bagan Psikopatologi/Psikodinamika Retardasi Mental

bayi

prematurIntoksikasi/

keracunan pada saat ibu hamil

Gangguan metabolisme pada anak usia <6 tahun

Riwayat Infeksi pada kandungan (pada ibu saat hamil)

Trauma otak

Kelainan kromosom

Resiko cedera

Perilaku hiperaktif

Defisit perawatan diri Isolasi sosialHambatan interaksi sosial

Tidak dapat berinteraksi dengan lingkungan

sekitar

Hambatan komunikasi verbal

RETARDASI MENTAL

Genetik Penyakit otak

Depresi berat

Ketidakmampuan kognitif

(IQ <70-75)

↓ atau kelainan fungsi kognitif dalam berbicara dan berbahasa

Tidak mampu merawat diri sendiri

Mobilitas fisik tidak seimbang

Page 16: Documentrm

2.4 Diagnosa

2.4.1 Diagnosa Medis

Diagnosa medis yang dapat ditegakkan adalah Retardasi Mental.

Diagnosa medis ditegakkan dengan melakukan skrining secara rutin

misalnya dengan menggunankan DDST (Denver Developmental Screening

Test), maka diagnosis dini dapat segera dibuat. Demikian pula anamnesis

yang baik dari orang tuanya, pengasuh atau gurunya, sangat membantu

dalam diagnosis kelainan ini. Setelah anak berumur 6 tahun dapat

dilakukan test IQ. Sering kali hasil evaluasi medis tidak khas dan tidak

dapat diambl kesimpulan. Pada kasus seperti ini, apabila tidak ada

kelainan pada sistem susunan saraf pusat, perlu, anamnesis yang teliti

apakah ada keluarga yang cacat, mencari masalah lingkungan/factor

nonorganic lainnya dimana diperkirakan mempengaruhi kelainan pada

otak anak. Biasanya Fungsi intelektual yang secara signifikan berada

dibawah rata-rata. IQ kira-kira 70 atau kurang (untuk bayi penilaian klinis

dari fungsi fungsi intelektual dibawah rata-rata). Terjadi kekurangan atau

kerusakan fungsi adaptif yang  terjadi bersamaan misalnya efektifitas

seseorang dalam memenuhi harapan kelompok budayanya terhadap orang

seusianya dalam sedikitnya dua area yaitu komunikasi, perawatan diri,

ketrampilan sosial dan interpersonal, penggunaan sarana-sarana

masyarakat pengarahan diri, ketrampilan akademik fungsional, bekerja,

bersantai, kesehatan dan keamanan. Awitan terjadinya sebelum usia 18

tahun (Mansjoer, 2000).

2.4.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien Retardasi

Mental diantaranya adalah:

a. Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan

b. Hambatan komunikasi verbal

c. Hambatan interaksi sosial

d. Gangguan proses keluarga

Page 17: Documentrm

e. Isolasi sosial

f. Defisit perawatan diri

g. Resiko cedera (Carpenito-Moyet, 2006).

2.5 Penatalaksanaan

2.5.1 Penatalaksanaan medis

Menurut Sularyo dan Kadim (2000), obat-obat yang sering

digunakan dalam pengobatan Retardasi Mental adalah terutama untuk

menekan gejala-gejala hiperkinetik. Metilfenidat (ritalin) dapat

memperbaiki keseimbangan emosi dan fungsi kognitif. Imipramin,

dekstroamfetamin, klorpromazin, flufenazin, fluoksetin kadang-kadang

dipergunakan oleh psikiatri anak. Untuk menaikkan kemampuan belajar

pada umumnya diberikan tioridazin (melleril), metilfenidat, amfetamin,

asam glutamat, gamma aminobutyric acid (GABA).

2.4.1 Penatalaksanaan keperawatan

Psikoterapi dapat diberikan kepada anak retardasi metal maupun kepada

orang tua anak tersebut. Walaupun tidak dapat menyembuhkan Retardasi Mental

tetapi dengan psikoterapi dan obat-obatan dapat diusahakan perubahan sikap,

tingkah laku dan adaptasi sosialnya (Sularyo dan Kadim, 2000). Tujuan konseling

dalam bidang Retardasi Mental ini adalah menentukan ada atau tidaknya

Retardasi Mental, dan derajat Retardasi Mentalnya, evaluasi mengenai sistem

kekeluargaan dan pengaruh Retardasi Mental pada keluarga,

kemungkinanpenempatan di panti khusus, konseling pranikah dan pranatal.

Pendidikan yang penting bukan hanya asal sekolah, namun bagaimana

mendapatkan pendidikan yang cocok bagi anak yang terbelakang ini, seperti kelas

khusus, sekolah luar biasa C, panti khusus, dan pusat latihan kerja.

Intervensi Keperawatan

Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil IntervensiKeterlambatan NOC: NIC:

Page 18: Documentrm

pertumbuhan dan perkembangan

Definisi: Penyimpangan dan aturan kelompok usia

Batasan karakteristik

a. Gangguan pertumbuhan fisik

b. Penurunan waktu responc. Terlambat dalam

melakukan ketrampilan umum kelompok usia

d. Kesulitan melakukan ketrampilan uum kelompok usia

e. Afek datarf. Ketidakmampuan

malakukan aktifitas perawatan diri yang sesuai dengan usianya.

g. Ketidak mampuan melakukan aktifitas pengendalian diri yang sesuai dengan usianya

h. Lesu atau tidak bersemangat

Faktor yang berhubungan:a. Efek ketunadayaan fisikb. Defisiensi lingkunganc. Pengasuhan yang tidak

adekuatd. Responsifitas yang tidak

konsistene. Pengabaiayanf. Pengasuh gandag. Ketergantungan yang

terprogramh. Perpisahan yorang yang

dianggap pentingi. Defisiensi stimulasi

a. Growth and Development Delayed

b. Nutrition Imbalance Less Than Body Requirements

Kriteria hasil:a. Anak berfungsi optimal

sesuai tingkatannyab. Keluarga dan anak

mampu menggunakan koping terhadap tantangan karena adanya ketidakmampuan

c. Keluarga mampu mendapatkan sumber – sumber sarana komunitas

d. Kematangan fisik: pria perubahan fisik normal pada wanita yang terjadi dengan transisi dari masa kanak – kanak ke dewasa

e. Status nutrisi seimbangf. Berat badan

Peningkatan perkembangan anak dan remaja

a. Kaji faktor penyebab gangguan perkembangan anak

b. Identifikasi dan gunakan sumber pendidikan untuk memfasilitasi perkembangan anak yang optimal

c. Berikan perawatan yang konsisten

d. Tingkatkan komunikasi verbal dan stimulasi taktil

e. Berikan instruksi berulang dan sederhana

f. Berikan reinforcement positif atas hasil yang dicapai anak

g. Dorong anak melakukan perawatan sendiri

h. Manajemen perilaku anak yang sulit

i. Dorong anak melakukan sosialisasi dengan kelompok

j. Ciptakan lingkungan yang aman

Nutritional Management:a. Kaji keadekuatan asupan nutrisi

(misalnya kalori, zat gizi)b. Tentukan makanan yang disukai

anakc. Pantau kecendrungan kenaikan

dan penurunan berat badanNutrition Therapy:a. Menyelesaikan penilaian gizi,

sesuaib. Memantau makanan/ cairan

tertelandanmenghitung asupan kalori harian, sesuai

c. Kolaborasi dengan ahli gizi, jumlah kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan untuk memenuhi persyaratan gizi yang sesuai

d. Pilih suplemen gizi, sesuai

Page 19: Documentrm

e. Dorong pasien untuk memilih makanan semisoft, jika kurangnya air liur menelan

f. Mendorong asupan makanan tinggi kalsium, sesuai

g. Mendorong asupan makanan dan cairan tinggi kalium, yang seuai

h. Pastikan bahwa diet termasuk makanan tinggi kandungan serat untuk mencegah konstipasi

i. Memberikan pasien dengan tinggi protein, tinggi kalori, makanan dan minuman bergizi jari yang dapat mudah dikonsumsi, sesuai

j. Administer menyusui enteral, sesuai

Hambatan komunikasi verbal

Definisi: penurunan, keterlambatan atau ketidakmampuan untuk menerima, memproses, mengirim, dan atau menggunakan sistem simbolBatasan Karasteristik:

a. Tidak ada kontak matab. Tidak ada kuat bicarac. Kesulitan

mengespresikan pikiran secar verbal

d. Kesulitan menyusun kalimat

e. Kesulitan menyusun kata-kata

f. Kesulitan memahami pola komunikasi yang biasa

g. Kesulitan

NOC:a. Anxiety self controlb. Copingc. Sensory function:

hearing & visiond. Fear self controlKriteria hasil:a. Komunikasi:

penerimaan, intrepetasi dan ekspresi pesan lisan, tulisan dan non verbal meningkat

b. Komunikasi ekspresif (kesulitan berbicara): ekspresi pesan verbal dan atau non verbal yang bermakna

c. Komunikasi reseptif (kesulitan mendengar): penerimaan komunikasi dan interpretasi pesan verbal/ atau non verbal

d. Gerakan terkoordinasi: mampu mengkoordinasi gerakan dalammenggunakan

NIC:Communication Enhancement: Speech Deficita. Gunakan penerjemah, jika

diperlukanb. Beri satu kalimat simple setiap

bertemu, jika diperlukanc. Konsultasikan dengan dokter

kebutuhan terapi wicarad. Dorong pasien untuk

berkomunikasi secara perlahan dan untuk mengulangi permintaan

e. Dengarkan dengan penuh perhatian

f. Berdiri didepan pasien ketika berbicara

g. Gunakan kartu baca, kertas pensil, bahasa tubuh, gambar daftar kosakata bahasa asing, computer dan lain – lain untuk memfasilitasikomunikasi dua arah yang optimal

h. Ajarkan bicara dari esophagus, jika diperlukan

i. Beri anjuran kepada pasien dan

Page 20: Documentrm

mempertahankan pola komunikasi yang biasa

h. Kesulitan dalam kehadiran tertentu

i. Kesulitan menggunakan espresi tubuh

j. Kesulitan menggunakan espresi wajah

k. Disorentasi orangl. Disorentasi waktum. Disorentasi ruangn. Tidak bicarao. Dispneap. Ketidakmampuan

menggunakan kemampuan bicara dalam bahasa pemberi asuahan

q. Ketidak mampuan menggunkan ekspresi tubuh

r. Ketidak mampuan menggunkan ekspresi wajah

s. Ketidak tepatan verbalisasi

t. Defisit visual parsialu. Pelov. Sulit bicaraw. Gagapx. Defisit pengihatan totaly. Bicara dengan kesulitanz. Menolak bicara

Faktor yang berhubungan:

a. Ketiadaan orang terdekatb. Perubahan konsep diric. Perubahan sistem saraf

pusatd. Defek anatomis e. Tumor otakf. HDRkg. Perubahan harga dirih. Perbedaan budayai. Penurunan sirkulasi ke

isyarate. Pengolahan informasi:

klien mampu untuk memperoleh, mengatur dan menggunakan informasi

f. Mampu mengontrol respon ketakutan dan kecemasan terhadap ketidakmampuan berbicara

g. Mampu memanajemen kemampuan fisik yang dimiliki

h. Mampu mengkomunikasikan kebutuhan dengan lingkungan sosial

keluarga tentang penggunaan alat bantu bicara (misalnya, prostesi trakeoseesofagus dan laring buatan

j. Berikan pujian positif, jika diperlukan

k. Anjurkan pada pertemuan kelompok

l. Anjurkan kunjungan keluarga secara teratur untuk memberi stimulus komunikasi

m. Anjurkan ekspresi diri dengan cara lain dalam menyampaikan informasi (bahasa isyarat)

Communication Enhacement: Hearing DeficitCommunication Enhacement: Visual DeficitAnxiety ReductionActive Listening

Page 21: Documentrm

otakj. Perbedaan yang

berhungan dengan usia perkembangan

k. Gangguan emosil. Kendala lingkungan m. Kurang informasin. Hambatan fisik( misal

trakeostomi)o. Kondisi psikologisp. Kondisi

psikologis( missal psikosis)

q. HDRsr. Streess. Efek samping obatt. Kelemahan sistem

moskuloskeletal

Gangguan proses keluargaDefinisi: perubahan dalam hubungan dan/atau fungsi keluargaBatasan Karakteristik:

a. Perubahan dalam tugas yang telah ditetapkan

b. Perubahan ketersediaan untuk menunjukkan respon kasih sayang

c. Perubahan dalam ketersediaan untuk dukungan emosi

d. Perubahan dalam pola komunikasi

e. Perubahan dalam keefektifan dalam menyelesaikan tugas yang diemban

f. Perubahan dalam ekspresi konflik

NOC:a. Caregiver stressorb. Family Copingc. Parenting

Kriteria Hasil:a. Keluarga tidak

mengalami gangguan proses keluarga

b. Hubungan pasien dan pemberi kesehatan adekuat

c. Kesejahteraan emosid. Normalisasi keluarga

yang memuaskan

Family  Proses Maintenancea. Identifikasi efek dari perubahan

peran dalam proses keluarga.b. Dukung kunjungan anggota

keluarga jika diperlukan.c. Jaga peluang untuk mengunjungi

secara fleksibel untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga dan pasien.

d. Bantu anggota keluarga untuk menggunakan mekanisme dukungan yang tersedia.

e. Kurangi gangguan rutinitas keluarga dengan memfasilitasi rutinitas dan ritual keluarga misalnya makan bersama atau diskusi keluarga untuk komunikasi dan pembuatan keputusan

Page 22: Documentrm

dengan sumber komunitas

g. Perubahan dalam ekspresi konflik dalam keluarga

h. Perubahan dalam ekspresi isolasi dari sumber komunitas

i. Perubahan dalam ekspresi konflik di dalam keluarga

j. Perubahan dalam hubungan bersama

k. Perubahan dalam partisipasi di dalam penyelesaian masalah

l. Perubahan dalam partisipasi dalam membuat keputusan

m. Perubahan dalam kepuasan terhadap keluarga

n. Perubahan dalam keluhan somatik

o. Perubahan dalam pola komunikasi

p. Perubahan dalam keintiman

q. Perubahan dalam persatuan kekuatan

r. Perubahan dalam ritual

s. Perubahan dalam prilaku

t. Perliaku meredakan stresFaktor yang berhubungan:

a. Krisis perkembanganb. Transisi

perkembanganc. Interaksi dengan

komunitasd. Modifikasi dalam

Page 23: Documentrm

keuangan keuargae. Modifikasi dalam

status sosial keluargaf. Pergeseran kekuatan

anggota keluargag. Pergeseran peran

keluargah. Pergeseran pada status

kesehatan anggota keluarga

i. Situasi transisij. Krisis situasi

Hambatan interaksi sosial

Definisi: insufisiensi atau kelebihan kuantitas atau ketidakefektifan kualitas pertukaran sosial.Batasan Karakteristik:

a. Ketidaknyamanan dalam situasi sosial

b. Disfungsi interaksi dengan orang lain

c. Laporan keluarga tentang interaksi

d. Ketidakmampuan untuk mengomunikasikan rasa keterikatan rasa sosial yang memuaskan

e. Ketidakmampuan menerima rasa keteraitan sosial yang memuaskan (misalnya; rasa memiliki, perhatian, minat, berbagi cerita)

NOC:a. Self esteem, situationalb. Communication

impaired verbalKriteria Hasil:a. Lingkungan yang

suportif yang bercirikan hubungan dan tujuan anggota keluarga

b. Menggunakan aktivitas yang menenangkan, menarik dan menyenangkan untuk meningkatkan kesejahteraan

c. Interaksi sosial dengan orang, kelompok atau organisasi

d. Memahami dampak dari perilaku diri pada interaksi sosial

e. Mendapatkan/ meningkatkan keterampilan interaksi sosial kerjasama, ketulusan dan saling memahami

f. Mengungkapkan keinginan untuk berhubungan dengan orang lain

NIC:Socialization Enhancement:a. Buat interaksi terjadwalb. Dorong pasien ke kelompok atau

program keterampilan interpersonal yang membantu meningkatkan pemahaman tentang pertukaran informasi atau sosialisai, jika perlu

c. Identifikasi perubahan perilaku tertentu

d. Berikan umpan balik positif jika pasien berinteraksi dengan orang lain

e. Fasilitas pasien dengan memberikan masukan dan mebuat perencanaan

f. Anjurkan bersikap jujur dan apa adanya saat berinteraksi dengan orang lain

g. Anjurkan menghargai orang lainh. Bantu pasien meningkatkan

kesadaran tentang kekuatan dan keterbatasan dalam berkomunikasi dengan orang lain

i. Gunakan teknik bermain peran untuk meningkatkan keterampilan dan teknik berkomunikasi

j. Minta dan harapkan adanya

Page 24: Documentrm

f. Penggunaan perilaku interaksi sosial yang tidak efektifFaktor yang berhubungan:

a. Ketiadaan orang terdekat

b. Kendala komunikasic. Defisit tentang cara

meningkatkan kebersamaan (misal: pengetahuan, keterampilan)

d. Gangguan proses pikire. Kendala lingkunganf. Hambatan mobilitas

fisikg. Gangguan konsep dirih. Ketidaksesuaian

sosiokulturali. Isolasi terapeutik

g. Perkembangan fisik, kognitif dan psikososial anak bsesuai dengan usianya

komunikasi verbalSelf-Esteem EnhancementFamily Proses MaintenanceComplex Relationship Building

Defisit perawatan diriBerhubungan dengan :penurunan atau kurangnyamotivasi, hambatanlingkungan, kerusakanmuskuloskeletal, kerusakanneuromuskular, nyeri,kerusakan persepsi/ kognitif,kecemasan, kelemahan dankelelahan.DO :ketidakmampuan untukmandi, ketidakmampuanuntuk berpakaian,ketidakmampuan untuk

NOC :Self care : Activity ofDaily Living (ADLs)Kriteria hasil:

a. Klien terbebas dari bau badan

b. Menyatakan kenyamanan terhadap kemampuan untuk melakukan ADLs

c. Dapat melakukan ADLS dengan bantuan

Self Care assistane : ADLsa. Monitor kemempuan klien

untuk perawatan diri yang mandiri.

b. Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat bantu untuk kebersihan diri, berpakaian, berhias, toileting dan makan.

c. Sediakan bantuan sampai klien mampu secara utuh untuk melakukan self-care.

d. Dorong klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang normal sesuaikemampuan yang dimiliki.

e. Dorong untuk melakukan secara mandiri, tapi beri bantuan ketika klien tidak mampu melakukannya.

f. Ajarkan klien/ keluarga untuk mendorong kemandirian, untuk memberikan bantuan hanya jika pasien tidak mampu

Page 25: Documentrm

makan, ketidakmampuanuntuk toileting

untuk melakukannya.g. Berikan aktivitas rutin sehari-

hari sesuai kemampuan.h. Pertimbangkan usia klien jika

mendorong pelaksanaan aktivitas sehari-hari.

Risiko InjuryFaktor-faktor risiko :Eksternal- Fisik (contoh : rancanganstruktur dan arahanmasyarakat, bangunan danatau perlengkapan; modetranspor atau caraperpindahan; Manusia ataupenyedia pelayanan)- Biologikal ( contoh : tingkatimunisasi dalammasyarakat,mikroorganisme)- Kimia (obat-obatan:agenfarmasi, alkohol, kafein,nikotin, bahan pengawet,kosmetik; nutrien: vitamin,jenis makanan; racun;polutan)Internal- Psikolgik (orientasi afektif)- Mal nutrisi- Bentuk darah abnormal,contoh :leukositosis/leukopenia- Perubahan faktorpembekuan,- Trombositopeni- Sickle cell- Thalassemia,- Penurunan Hb,

NOC :a. Risk Kontrolb. Immune statusc. Safety Behavior

Kriteria Hasil:a. Klien terbebas dari

cederab. Klien mampu

menjelaskan cara/metode untuk mencegah injury/ cedera

c. Klien mampu menjelaskan factor risiko dari lingkungan/ perilakupersonal

d. Mampu memodifikasi gaya hidup untuk mencegah injury

e. Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada

f. Mampu mengenaliperubahan status kesehatan

NIC : Environment Management(Manajemen lingkungan)

a. Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien

b. Identifikasi kebutuhan keamanan pasien, sesuai dengan kondisi fisik dan fungsi kognitif pasien dan riwayat penyakit terdahulu pasien

c. Menghindarkan lingkungan yang berbahaya (misalnya memindahkan perabotan)

d. Memasang side rail tempat tidur Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih

e. Menempatkan saklar lampu ditempat yang mudah dijangkau pasien.

f. Membatasi pengunjungg. Memberikan penerangan yang

cukuph. Menganjurkan keluarga untuk

menemani pasien.i. Mengontrol lingkungan dari

kebisinganj. Memindahkan barang-barang

yang dapat membahayakank. Berikan penjelasan pada pasien

dan keluarga atau pengunjung adanya perubahan status kesehatan dan

l. penyebab penyakit.

Page 26: Documentrm

- Imun-autoimum tidakberfungsi.- Biokimia, fungsi regulasi(contoh : tidak berfungsinyasensoris)- Disfugsi gabungan- Disfungsi efektor- Hipoksia jaringan- Perkembangan usia(fisiologik, psikososial)- Fisik (contoh : kerusakankulit/tidak utuh,

Isolasi sosialDefinisi: kesepian yang dialami oleh individu dan dirasakan saat didorong oleh keberadaan orang lain dan sebagai pernyataan negatif atau mengancam.

Batasan karakteristikObjektif:

i. Tidak ada dukungan orang yang dianggap penting

j. Perilaku yang tidak sesuai dengan perkembangan

k. Afek tumpull. Bukti kecacatan (misal:

fisik, mental)m. Sakitn. Tindakan tidak berartio. Tidak ada kontak matap. Dipenuhi dengan

pemikiran sendiriq. Afek sedihr. Ingin sendirians. Tidak komunikatif,

menarik diri

NOC:c. Kemampuan interaksi

sosiald. Tingkat stresse. Dukungan sosial

Kriteria hasil:g. Iklim sosial keluarga

h. Kesempatan partisipasi

i. Kesepian yang parah

j. Kemampuan interaksi sosial

k. Keterlibatan sosial

l. Dukungans social

m. Partisipasi dalam bermain

n. Tingkat persepsi positif tentang status kesehatan dan status hidup individu

o. Meningkatkan hubungan yang efektif

p. Mengungkapkan penurunan perasaan atau pengalaman diasingkan

q. Ketersediaan dan peningkatan pemberian

NIC:Peningkatan Sosialisasi

Definisi: Fasilitasi kemampuan orang lain untuk berinteraksi dengan yang lain

Aktivitas :k. Dorong keterlibatan dalam

hubungan yang sudah harmonisl. Dorong kesabaran dalam

hubungan yang sedang berkembang

m. Dorong hubungan dengan orang-orang yang memiliki kepentingan dan tujuan yang sama

n. Dorong kegiatan sosial dan masyarakat

o. Dorong berbagai masalah umum dengan orang lain

p. Dorong kejujuran dalam memperkenalkan diri sendiri kepada orang lain

q. Dorong keterlibatan kepentingan yg benar-benar masih baru

r. Dorong rasa hormat terhadap hak-hak orang lain

s. Rujuk pasien ke kelompok

Page 27: Documentrm

Subjektifa. Mengalami perasaan

berbeda dari orang lainb. Tidak percaya diri saat

berhadapan dengan publik

c. Mengungkapkan perasaan kesendirian yang didorong oleh orang lain

d. Mengungkapkan perasaan penolakan

Faktor yang berhubungan:j. Perubahan status mentalk. Gangguan penampilan

fisikl. Gangguan kondisi

kesehatanm. Faktor yang berperan

terhadap tidak adanya hubungan personal yang memuaskan (mis: terlambat dalam menyelesaikan tugas perkembangan)

n. Ketidakmampuan menjalani hubungan yang memuaskan

o. Sumber personal yang tidak adekuat

aktual bantuan yang andal dari orang lain

r. Meningkatkan hubungan yang efktif dalam perilaku pribadi

keterampilan interpersonal atau program di mana pemahaman transaksi dapat ditingkatkan, jika memungkinkan

t. Memberikan timbal balik tentang perbaikan dalam perawatan penampilan pribadi atau kegiatan lain

u. Bantu pasien meningkatkan kesadaran tentang kekuatan dan keterbatasan dalam berkomunikasi dengan orang lain

v. Gunakan permainan peran untuk melatih kemampuan dan teknik komunikasi

w. Berikan model peran yang mengekspresikan kemarahan yang tepat

x. Berikan umpan balik positif ketika pasien mengulurkan tangan kepada orang lain

y. Dorong pasien untuk mengubah lingkungan, seperti pergi ke luar untuk jalan-jalan atau menonton film

z. Fasilitasi masukan pasien dan perencanaan kegiatan di masa depan

aa. Dorong perencanaan kelompok kecil untuk kegiatan khusus

bb. Eksplorasi kekuatan dan kelemahan dari jaringan dalam berhubungan

BAB 3. PENUTUP

3.1. Simpulan

Page 28: Documentrm

Retardasi Mental suatu keadaan kelemahan mental dengan

inteligensi yang kurang (subnormal) yang menyebabkan ketidakmampuan

individu untuk belajar dan beradaptasi terhadap tuntutan masyarakat

karena adanya kendala dalam penyesuaian perilaku dan timbul pada masa

perkembangan /dibawah usia 18 tahun. Penatalaksanaan yang dapat

dilakukan yaitu penatalasanaan medis dan keperawatan. Salah satu

penatalaksanaan medis pada anak dengan retardasi mental yaitu salah

satunya dengan pemeberian obat retardasi mental seperti Metilfenidat

(ritalin) dapat memperbaiki keseimbangan emosi dan fungsi kognitif.

B. Saran

Untuk perawat diharapkan dapat meningkatkan kualitas asuhan

keperawatan pada klien dengan Retardasi Mental. Untuk klien dan

keluarga diharapkan dapat melakukan pengobatan secara optimal untuk

meminimalkan gejala yang ditimbulkan akibat retardasi mental. Untuk

mahasiswa agar lebih memahami tentang retardasi mental agar dapat

melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan retardasi mental secara

optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Page 29: Documentrm

Behrman, K. A. 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Edisi 15. Jakarta: EGC.

Betz and Sowden. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta: EGC.

Carpenito-Moyet, Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta:

EGC.

Hamid A.Y. 2008. Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Hands-out Workshop on Autism. August 2013. Autism Association of Western

Australia.

Lusmilasari L. 2002. Asuhan Keperawatan Klien dengan Retardasi Mental.

materi kuliah tidak di publikasikan. PSIK FK UGM Jogjakarta.

Mansjoer, Arif dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: EGC.

Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan

Persyarafan. Jakarta: Salemba Medika.

Sacharin, R.M. 1996. Prinsip Keperawatan Pediatrik. Edisi 2. Jakarta: EGC.

Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC.

Stuart,G.W. & Laraia, M.T. 2005. Principles and Practice of Psychiatric Nursing.

8th edition. Missouri: Mosby.

Yatim, Faisal. 2002. Autisme Suatu Gangguan Jiwa Pada Anak-Anak. Jakarta:

Pustaka Populer Obor.

Page 30: Documentrm

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN PADA ANAK DAN REMAJA: GANGGUAN TIDUR

disusun guna melengkapi tugas mata kuliah Ilmu Keperawatan Klinik VIIIDosen Pengampu: Ns. Erti Ikhtiarini Dewi, M.Kep., Sp. Kep. J.

Oleh:Listya Pratiwi (122310101017)Amanda Putri A. (122310101048)Akhmad Miftahul H. (122310101064)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANUNIVERSITAS JEMBER

2015

Page 31: Documentrm

BAB 1. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada dasarnya istirahat adalah suatu kondisi yang tenang, rileks

tanpa ada stres emosional, bebas dari kecemasan. Namun tidak berarti

tidak melakukan aktivitas apa pun, duduk santai di kursi empuk atau

berbaring di atas tempat tidur juga merupakan bentuk istirahat. Sebagai

pembanding, klien/orang sakit tidak beraktifitas tapi mereka sulit

mendapatkan istirahat begitu pula dengan mahasiswa yang selesai ujian

merasa melakukan istirahat dengan jalan-jalan. Oleh karena itu perawat

dalam hal ini berperan dalam  menyiapkan lingkungan  atau suasana yang

nyaman untuk beristirahat  bagi klien/pasien.

Sedangkan Tidur merupakan suatu keadaan perilaku individu yang

relatif tenang disertai peningkatan ambang rangsangan  yang tinggi

terhadap  stimulus dari luar. Keadaan ini bersifat teratur, silih berganti

dengan keadaan terjaga(bangun), dan mudah dibangunkan, (Hartman).

Pendapat lain juga menyebutkan bahwa tidur merupakan  suatu keadaan

istirahat yang terjadi dalam suatu waktu tertentu, berkurangnya kesadaran

membantu memperbaiki sistem tubuh/memulihkan energi. Juga tidur

sebagai fenomena di mana terdapat periode tidak sadar yang disertai

perilaku fisik psikis yang berbeda dengan keadaan terjaga.

B. Tujuan

Adapun tujuan dari penulisanmakalah ini yaitu:

1. untuk mengetahui pengertian gangguan tidur;

2. untuk mengetahui psikopatologi atau psikodinamika gangguan tidur;

3. untuk mengetahui diagnosa medis dan diagnosa keperawatan dari

gangguan tidur;

4. untuk mengetahui penatalaksanaan medis dan keperawatan dari gangguan

tidur.

Page 32: Documentrm

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

A. Contoh Kasus

Seorang remaja An.K berusia 17 tahun akhir-akhir ini sering tidur

larut malam. Ketika akan tidur pun, kakinya sering bergerak-gerak

sebelum An.K tertidur lelap. Kebiasaan tersebut dirasakannya ketika

mendekati Ujian Nasional (UAN). Aktivitas-aktivitas rutin yang biasanya

dilakukan sesuai dengan waktunya, akhir-akhir ini juga jadi berantakan.

An.K yang biasanya sarapan menjadi melupakan kegiatan sarapannya

dikarenakan harus mengikuti tambahan pelajaran di sekolahnya yang

dimulai pukul 6 pagi. Ketika pulang sekolah, An.K juga tidak bisa

melakukan kegiatan tidur siang karena diharuskan mengikuti bimbingan

belajar untuk persiapan UAN. Karena kebiasaan buruk ini, An.K jadi

susah berkonsentrasi terhadap pelajaran di sekolah.

B. Pengertian

Gangguan tidur biasa terjadi pada penduduk secara umum dan

penderita gangguan jiwa. Insomnia merupakan gangguan tidur yang paling

sering terjadi. Penduduk yang mengalami insomnia dan mencari bantuan

untuk mengatasi masalah ini mencapai 30%. Gangguan tidur yang lain

adalah rasa mengantuk yang berlebihan pada siang hari, sulit tidur pada

waktu tidur yang diinginkan, dan kejadian pada malam hari yang luar

biasa seperti mimpi buruk dan berjalan sambil tidur. Akibat gangguan

tidur, deprivasi tidur, dan rasa mengantuk yaitu penurunan produktivitas,

penurunan performa kognitif, peningkatan kemungkinan kecelakaan,

risiko morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi, dan penurunan kualitas

hidup. Gangguan tidur lebih sering terjadi pada lansia.

Gangguan tidur diklasifikasikan ke dalam empat kelompok besar.

1. Gangguan memulai atau mempertahankan tidur, juga disebut dengan

insomnia. Ansietas dan depresi merupakan penyebab utama insomnia.

Page 33: Documentrm

2. Gangguan somnolen yang berlebihan, juga disebut dengan hipersomnia.

Kategori ini termasuk narkolepsi, apnea tidur, dan gangguan gerakan pada

malam hari seperti kaki yang gelisah/bergerak terus.

3. Gangguan jadwal tidur-bangun, ditandai oleh tidur normal tetapi pada

waktu yang tidak tepat. Gangguan ini merupakan gangguan sementara

yang sering dikaitkan dengan jetlag dan perubahan sif kerja. Biasanya

bersifat individual dan dapat diatasi ketika tubuh menyesuaikan dengan

jadwal tidur-bangun yang baru.

4. Gangguan yang berhubungan dengan tahapan tidur, juga disebut dengan

parasomnia. Kategori ini termasuk bermacam kondisi seperti jalan sambil

tidur, mimpi buruk dan enuresis. Masalah tidur ini sering dialami oleh

anak-anak dan dapat sangat mempengaruhi fungsi dan kesejahteraan

individu.

Faktor Predisposisi

Faktor biopsikososial yang diyakini mempengaruhi respons psikofisiologis

individu terhadap stres yaitu:

1. Faktor biologis

a. Emosi dikaitkan dengan bangkitan sistem neuroendokrin melalui

pelepasan kortikosteroid; aksi sistem neurotransmitter; dan

perubahan reseptor pascasinaptik dalam berespons terhadap stres.

b. Faktor genetik terbukti mempengaruhi prevalensi beberapa

gangguan psikofisiologis.

c. Psikoimunologi mengkaji hubungan antara jiwa dan sistem imun

serta menemukan faktor biologis yang mempengaruhi cara otak

melindungi diri dari sel yang rusak akibat trauma, penyakit, atau

stres.

2. Faktor psikologis

a. Kepribadian tipe A mewakili hubungan tipe kepribadian dengan

gangguan fisiologis, dalam hal ini penyakit jantung.

Page 34: Documentrm

b. Peneliti lain telah mendokumentasikan hubungan antara gaya

kepribadian dengan gangguan fisiologis seperti hipertensi dan sakit

kepala migrain.

c. Penyakit fisik dapat terjadi tanpa disertai kerusakan organik. Dalam

hal ini, konflik psikologis dan ansietas dicurigai menimbulkan

respons somatik pada individu.

3. Faktor sosiokultural

a. Keparahan gejala pada individu dipengaruhi oleh aspek lingkungan

sosial dan budaya.

b. Gejala membentuk dan menyusun dunia sosial individu ketika

adanya penyakit menimbulkan serangkaian perubahan dalam

lingkungan individu. Mata rantai kejadian interpersonal yang

berhubungan dengan penyakit kemudian menjadi suatu bagian

proses sosial penyakit individu.

C. Psikopatologi/Psikodinamika

a. Penyakit

Seorang yang mengalami sakit, memerlukan waktu tidur lebih banyak

dari normal. Namun demikian, keadaan sakit menjadikan pasien

kurang tidur.

b. Lingkungan

Pasien yang biasa tidur pada keadaan terang dan nyaman, kemudian

terjadi perubahan-perubahan suasana makan dan menghambat

tidurnya.

c. Motivasi

Motivasi berpengaruh untuk menimbulkan keinginan untuk tetap

bangun dan waspada menahan ngantuk.

d. Kelelahan

Apabila kelelahan dapat memperpendek periode pertama dari tahap

REM ( Rapid Eye Movement )

e. Kecemasan

Page 35: Documentrm

Keadaan cemas meningkatkan saraf simpatis, sehingga mengganggu

tidur.

f. Alkohol

Alkohol menekan REM secara normal, seseorang yang tahan minum

alcohol dapat mengakibatkan insomnia dan lekas marah.

g. Obat-obatan

Beberapa jenis obat yang dapat menimbulkan gangguan tidur antara

lain:

- Diuretik : menyebabkan insomnia

- Anti depresan : supresi REM

- Kafein : meningkatkan saraf simpatis

- Beta Bloker : menimbulkan insomnia

- Narkotika : mensupresi REM

Etiologi

Kerusakan Neurologi Reseptor

Tanda Fisiologis Tanda

Psikologis

Nyeri Cemas

Gangguan Pola Tidur

Skema Psikopatologi Gannguan Pola Tidur

D. Diagnosa Medis dan Diagnosa Keperawatan

Diagnosa Medis

Page 36: Documentrm

Gangguan medis yang berhubungan dengan respons psikofisiologis

diklasifikasikan di bawah judul umum gangguan somatoform, gangguan

tidur dan faktor psikologis yang mempengaruhi kondisi medis dalam

DSM-IV-TR.

Insomnia primer: Kesulitan untuk memulai atau mempertahankan tidur, atau tidak

dapat tidur kembali, sedikitnya selama sebulan yang menimbulkan distres atau

gangguan fungsi yang penting secara klinis.

Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan harus mencerminkan kompleksitas interaksi

biopsikososial yang merupakan tanda gangguan psikofisiologis. Upaya

individu untuk mengatasi ansietas yang berhubungan dengan stres

mungkin menimbulkan berbagai gangguan emosional dan somatik.

Asuhan harus diberikan dengan mempertimbangkan semua gangguan yang

mungkin terjadi ketika merumuskan diagnosis keperawatan yang lengkap.

Pengkajian keperawatan yang lengkap mencakup semua respons

maladaptif pasien dan banyak diagnosis keperawatan tambahan

diidentifikasi. Gangguan pola tidur (diagnosis keperawatan utama untuk

respons psikofisiologis maladaptif).

E. Penatalaksanaan (Terapi Medis dan Keperawatan)

Benzodiazepin dan zolpidem biasanya mengurangi awitan tidur 15

sampai 30 menit, mengurangi jumlah waktu bangun pada tingkat absolut 1

sampai 3 kali per malam, dan meningkatkan total waktu tidur sekitar 15

sampai 45 menit. Agens farmakologis ini bekerja lebih terpercaya daripada

intervensi perilaku dalam jangka pendek.

Selama intervensi perilaku jangka panjang, yang mencakup kontrol

stimulus, pembatasan tidur, strategi relaksasi, dan terapi perilaku kognitif,

mengurangi awitan tidur, mengurangi waktu bangun, dan meningkatkan

total waktu tidur. Intervensi perilaku ini menghasilkan efek yang lebih

tahan lama daripada agens farmakologis.

Page 37: Documentrm

Mekanisme Kerja

Benzodiazepin diduga memberikan efek antiansietasnya melalui potensiasi yang

kuat pada neurotransmitter inhibisi asam aminobutirat (GABA).

Manfaat Klinis

Benzodiazepin merupakan obat pilihan yang sering digunakan dalam

penatalaksanaan ansietas, insomnia, dan kondisi yang berhubungan dengan stres.

Banyak ahli yakin bahwa terapi dengan benzodiazepin harus singkat, selama

periode stres spesifik. Namun dengan pengawasan, obat ini sering diberikan

dalam jangka panjang.

Indikasi utama dalam penggunaan benzodiazepin adalah:

1. Gangguan ansietas umum;

2. Ansietas yang berhubungan dengan depresi;

3. Gangguan tidur;

4. Ansietas yang berhubungan dengan gangguan fobia;

5. Gangguan stres pascatrauma;

6. Putus obat dan alkohol;

7. Ansietas yang berhubungan dengan penyakit medis;

8. Relaksasi muskuloskeletal;

9. Gangguan kejang;

10. Ansietas praoperasi.

Reaksi yang merugikan dan pertimbangan keperawatan

Benzodiazepin mempunyai indeks terapeutik yang sangat tinggi; sehingga

overdosis obat ini saja hampir tidak pernah menyebabkan fatalitas. Efek samping

merupakan hal yang umum, berhubungan dengan dosis, dan hampir selalu tidak

membahayakan.

Kewaspadaan perawat: Benzodiazepin pada umumnya tidak menjadi adiktif kuat

jika penghentian pemberiannya dilakukan secara bertahap, jika obat ini digunakan

untuk tujuan yang tepat, dan jika penggunaannya tidak disertai dengan

Page 38: Documentrm

penggunaan zat lain, seperti penggunaan kronis barbiturat atau alkohol. Awasi

terutama terhadap:

1. Sedasi

2. Atakasia

3. Irritabilitas

4. Masalah memori

Terapi Deprivasi Tidur

Telah dilaporkan bahwa sebanyak 60% pasien depresi membaik segera setelah

dilakukan satu malam deprivasi tidur total. Namun, beberapa penelitian klinis

yang terkontrol dan acak telah dilakukan untuk deprivasi tidur, sehingga laporan

tersebut harus dipertimbangkan dengan hati-hati. Sayangnya, banyak pasien yang

berespons terhadap terapi ini menjadi depresi kembali ketika mereka hanya tidur

selama kurang lebih 2 jam pada malam hari.

Page 39: Documentrm

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN PADA GANGGUAN POLA

TIDUR

Diagnosa: Gangguan pola tidur

Definisi

Kondisi dimana seseorang mengalami gangguan dan perubahan waktu tidur yang

menyebabkan ketidaknyamanan dan menggangu aktifitas sehari-hari.

Kemungkinan berhubungan dengan ( tarwoto & wartonah ):

1. Kerusakan Neurologis

2. Tempat yang asing

3. Terpasang tube

4. Prosedur invasif

5. Nyeri

6. Cemas

7. Ketidaknormalan status fisiologis

8. Pengobatan

Kemungkinan berhubungan dengan ( nanda ):

- Kelembapan lingkungan sekitar - bising

- Suhu lingkungan sekitar - pencahayaan

- Tanggung jawab memberi asuhan - bau gas

- Perubahan pajanan terhadap cahaya gelap - teman tidur

- Restrain fisik - kurang privasi

- Kurang control tidur

Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada :

Page 40: Documentrm

- Kecemasan

- Depresi

- Asma

- Kondisi setelah operasi dan nyeri kronik

Intervensi

Tujuan yang diharapkan :

a. Pasien dapat tidur 6- 8 jam setiap malam

b. Secara verbal mengatakan dapat rileks dan lebih segar

c. Pasien dapat tidur dengan nyenyak dan tidak terjaga

No Intervensi Rasional

Page 41: Documentrm

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Lakukan pengkajian masalah

tidur

Lakukan mandi air hangat

sebelum tidur

Anjurkan pasien makan yang

cukup satu porsi sebelum tidur

Tingkatkan aktivitas sehari-hari

dan kurangi aktivitas sebelum

tidur

Berikan pengobatan analgetik

dan sedative setengah jam

sebelum tidur.

Observasi TTV

Sarankan keluarga pasien untuk

memberikan pasien susu

sebelum tidur

Berikan lingkungan yang

nyaman bagi pasien

Sarankan kepada pasien untuk

mengurangi tidur siang

untuk mengetahui sejauh mana

masalah yang dialami dan bisa

menentukan rencana keperawatan

agar pasien rileks

untuk meningkatkan jam tidur

agar tidur malam lebih lama dan

nyenyak

Mengurangi gangguan tidur

untuk mengetahui kondisi pasien

dengan diberikan susu dapat

menyebabkan tidur pasien lebih

nyaman

agar pasien nyaman dengan tempat

tidurnya

agar pada malam hari pasien dapat

tidur.

Page 42: Documentrm

BAB 3.PENUTUP

A. Kesimpulan

Gangguan tidur biasa terjadi pada penduduk secara umum dan penderita

gangguan jiwa. Insomnia merupakan gangguan tidur yang paling sering terjadi.

Penduduk yang mengalami insomnia dan mencari bantuan untuk mengatasi

masalah ini mencapai 30%. Gangguan tidur yang lain adalah rasa mengantuk yang

berlebihan pada siang hari, sulit tidur pada waktu tidur yang diinginkan, dan

kejadian pada malam hari yang luar biasa seperti mimpi buruk dan berjalan sambil

Page 43: Documentrm

tidur. Akibat gangguan tidur, deprivasi tidur, dan rasa mengantuk yaitu penurunan

produktivitas, penurunan performa kognitif, peningkatan kemungkinan

kecelakaan, risiko morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi, dan penurunan

kualitas hidup. Gangguan tidur lebih sering terjadi pada lansia.

B. Saran

Mahasiswa keperawatan yang telah mempelajari konsep dasar gangguan

tidur dan asuhan keperawatannya diharapkan mampu mengidentifikasi gangguan

ini di dalam kasus yang nyata. Setelah mampu mengidentifikasi gangguan tidur

pada kasus nyata atau pasien, mahasiswa dapat menerapkan asuhan keperawatan

yang sesuai dengan respon atau kebutuhan pasien. Selain itu diharapkan juga

mahasiswa dapat memberikan pencegahan kepada pasien maupun kelompok

resiko agar tidak mengalami gangguan tidur.

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien., Jakarta: Salemba Medika.

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2004. Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : EGC.

Page 44: Documentrm

NANDA, International. 2010. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klarifikasi. Jakarta: EGC

Potter, Patricia A. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan (Ed. 4). Jakarta: EGC.

Wartonah Tartowo. 2006. KDM dan Proses keperawatan. Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika.