roadmap karet

31
ROADMAP INDUSTRI PENGOLAHAN KARET DAN BARANG KARET DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO DAN KIMIA DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN JAKARTA, 2009

Upload: sisca-septiana

Post on 25-Jun-2015

1.255 views

Category:

Documents


25 download

TRANSCRIPT

Page 1: Roadmap Karet

ROADMAP INDUSTRI PENGOLAHAN KARET

DAN BARANG KARET

DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO DAN KIMIA

DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN JAKARTA, 2009

Page 2: Roadmap Karet

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Ruang Lingkup Industri Karet dan Barang Karet Karet dan barang-barang karet dapat diklasifikasikan menurut The Harmonized Commodity Descreption and Coding System (HS) dan kelompok barang lapangan industri (KBLI) yang dapat diperlihatkan pada tabel dibawah ini.

Tabel 1. Kelompok Karet dan Barang-barang Karet

No No. HS KBLI Uraian Barang 1. 40011-13 Karet alam 4002 Karet Sintetis

1. 4003-4009 25192 Barang dari karet untuk industri : - Benang karet - Tabung, pipa, selang

2. 4010 25192 Belt conveyor 3. 4010 25192 Belt Transmission 4. 4011-13 25111-25112 Ban (Roda 4, Roda 2, Sepeda) 5. 4015 25199 Sarung tangan 6. 4016-17 25191 Lain-lain

1.2. Pengelompokan Industri Karet dan barang Karet Industri karet dan barang karet dikelompokkan menjadi tiga kelompok industri yaitu kelompok industri hulu, kelompok industri antara dan kelompok industi hilir

1.2.1. Kelompok Industri Hulu : Industri Hulu karet dan barang Karet : Bokar ( Bahan Olahan karet) Kayu Karet

1.2.2. Kelompok Industri antara ( setengah jadi ) : Crumb rubber ( karet remah) Sheet/RSS Latek Pekat Thin pole crepe Brown crepe

1.2.3. Kelompok Industri Hilir

Adapun kelompok Industri hilir karet adalah industri yang

merupakan produk akhir yang siap digunakan oleh industri

pemakai. Yang temasuk produk hilir yaitu :

Page 3: Roadmap Karet

2

Ban dan produk terkait serta ban dalam

Barang jadi karet untuk keperluan industri

Barang karet untuk kemiliteran

Alas kaki dan komponennya

Barang jadi karet untuk penggunaan umum

Alat kesehatan dan laboratorium.

1.3. Kecenderungan Global Industri Karet dan barang Karet

1.3.1. Kecenderungan yang telah terjadi

Indonesia merupakan salah satu negara produsen karet alam No.

2 terbesar didunia setelah Thailand pertumbuhan Nilai Ekpor

komoditas karet dan barang karet dari tahun 2004 sampai dengan

tahun 2008 menunjukkan cenderung meningkat dengan rata-rata

pertahun karet sebesar 37 % dan barang karet sebesar 19,4 %

Pada tahun 2006, karet mampu menghasilkan devisa hingga

US$ 4,33 milyar tahun 2007 meningkat menjadi US$ 4,87 Milyar,

begitupun pada tahun 2008 ekspor meningkat menjadi US$ 6,06

milyar.

Pada tabel berikut diperlihatkan Kontribusi karet Alam dan

Barang Karet Terhadap Total Ekspor Nasional.

Tabel 2. Konstribusi Karet Alam dan Barang Karet

Terhadap Total Ekspor Nasional (US $ Juta)

Tahun Total Nilai Ekspor

Ekspor Non

Migas

Ekspor Karet

Total Ekspor Produk Karet

Persentase Ekspor

Karet Alam Thd

Ekspor Non Migas

Persentase Ekspor Produk

Karet Thd Ekspor

Non Migas

2004 71.584,6 55.939,3

2.180,0 774.950

3,89 1,3

2005

85.660,0

66.428,4

2.589,0

951.175

3,88

1,4

2006 100.798,6 79.589,1 4.327,0 1.134,4

5,43

1,4

2007 114.100,9 92.012,3 4.870,0 1.299,6

5,40

1,4

2008 136.761,7 107.803,4 6.058,2 1.506,0

5,62

1,4 Rata-rata Pertumb. 14,14 15,01 36,96 19,36 3,41 1,33

Sumber : BPS, data diolah

Page 4: Roadmap Karet

3

1.3.2. Kecenderungan yang akan terjadi

Sebagai dampak melemahnya perekonomian dunia didunia

ditriwulan terakhir 2008, ekspor karet dan barang karet

cenderung menurun karena menurunnya permintaan terhadap

produk ekspor Indonesia .

Pada tahun 2008 konsumsi karet alam dunia turun sebesar

3,37% dan diperkirakan pada tahun 2009 akan turun sebesar

6,43%.

Ekspor ban pada tahun 2008 mencapai 33,6 juta ton dan

diperkirakan pada tahun 2009 ekspor ban hanya mencapai 25,2

juta unit atau turun 15 % dari tahun 2008.

1.3.3. Analisis terhadap kecenderungan yang telah dan akan terjadi,

kondisi ini menggambarkan persaingan pasar ekspor industri

karet dan barang karet semakin ketat.

Melihat kepada kecenderungan tersebut maka dalam

pengembangan industri barang karet Nasional untuk mengisi

pangsa pasar dunia tentunya dengan harus mengupayakan :

Pengembangan kepasar baru khususnya ke China dan India

Meningkatkan penyerapan pasar dalam negeri

Pendekatan harga dan pasokan melalui ITRC (Internaional

Tripartite Rubber Coorporation)

Mempercepat peremajaan perkebunan karet rakyat

Menghimbau petani Indonesia untuk melakukan pengurangan

produksi 30% guna menyeimbangkan supply dengan demand.

Peningkatan Penggunaan Karet alam dalam negerui

Pemetaan sub-sektor industri barang karet yang perlu

didorong pertumbuhannya dan pemberian insentif investasi.

1.4. Permasalahan yang dihadapi Industri Karet dan Barang Karet

1.4.1. Karet Alam (On Farm)

Masih rendahnya produktivitas tanaman, dan baru sekitar

40% yang menggunakan klon unggul.

Belum terpenuhinya persediaan bibit unggul.

Page 5: Roadmap Karet

4

Masih rendahnya kualitas bokar yang menyebabkan

rendahnya kualitas crumb rubber

Besarnya kapasitas terpasang pabrik crumb rubber jauh

melebihi ketersediaan bahan olah karet (600.000 ton >

kemampuan produksi bokar)

Masih rendahnya kualitas SDM petani dalam budi daya,

panen, pasca panen dan pengolahan primer.

Masih lemahnya kelembagaan petani dan kemitraan usaha

serta akses permodalan

Rendahnya posisi tawar petani dalam perolehan harga

(sekitar 60% FOB).

Masih lemahnya dukungan prasarana dan sarana (akses ke

kebun dan pelabuhan).

1.4.2. Produk Karet (Off Farm)

Kurangnya informasi distribusi dan kebutuhan karet alam

sebagai bahan baku industri produk karet.

Masih adanya diskriminasi pembebasan PPN 10% (hanya

untuk lateks dan tidak bagi produk primer karet alam lainnya).

Masih kurangnya dukungan R & D yang difokuskan pada

pengembangan produk karet

Sulitnya pasokan gas untuk industri sarung tangan yang

menyebabkan utilisasi kapasitas industri sarung tangan hanya

mencapai 40%.

Masih dikenakannya BMAD Carbon Black sebesar 10-17%

(SK Menkeu No. 397/KMK.01/2004).

Ketatnya persaingan di dalam negeri (dengan produk impor)

dan di negara tujuan ekspor

Masih tingginya impor sebagian barang-barang karet yang

merupakan peluang pengembangan

Page 6: Roadmap Karet

5

II. FAKTOR DAYA SAING

2.1. Permintaan dan Penawaran

2.1.1. Dunia/Regional dan Domestik

1). Bahan Baku

a. Karet Alam

Produksi karet alam dunia tahun 2006 sebesar 9,64 juta

ton, tahun 2007 meningkatkan 0,93 % menjadi 9,73 juta

ton (Asia 9,4 juta ton, Afrika 4,5 juta ton, Amerika Latin

2,16 juta ton) & tahun 2008 turun menjadi 9,41 juta ton.

Konsumsi Karet alam dunia tahun 2006 sebesar 9,23

juta ton, tahun 2007 meningkat 5,3 % menjadi 9,88 juta

ton dan tahun 2008 turun menjadi 9,80 juta ton.

b. Karet Syntetis

Produksi karet syntetis dunia tahun 2006 sebesar 12,65

juta ton, tahun 2007 meningkat 7,4 % menjadi 13,58 juta

ton yang dikonsumsi oleh Asia 5,99 juta ton, Uni Eropa

2,78 juta ton, Amerika Utara 2,79 juta ton, Eropa lainnya

1,29 juta , Amerika latin 0,66 juta ton, Afrika 0,07 juta

ton) dan tahun 2008 turun menjadi 13,44 juta ton

Konsumsi Karet Syntetis dunia tahun 2006 sebesar

12,34 juta ton, meningkat 6,5 % menjadi 13,15 juta ton

yang dikonsumsi oleh Asia/Oceania 6,37 juta ton, Uni

Eropa 2,62 juta ton, Amerika Utara 2,13 juta ton, Eropa

lainnya 0,94 juta, Amerika Latin 0,85 juta ton, Afrika 0,09

juta ton) dan tahun 2008 turun menjadi 13,14 juta ton

2). Industri Barang-barang Karet

Total produksi ban dunia tahun 2005 sebesar 1320 juta

unit tahun 2006 mencapai 1353 juta unit. Produksi EU 405

juta USA 199 juta unit, unit, Jepang 176 unit, China 165

juta unit Indonesia 53,2 juta unit, lain-lain 216 juta unit.

Page 7: Roadmap Karet

6

Total ekspor ban China 30% dari produksi yaitu sebesar

lebih kurang 90 juta unit. 22% dari total ekspor china

diekspor ke EU yaitu sekitar 20 juta unit.

China merupakan pasar potensial yang terus berkembang

pada tahun 2007 konsumsi karet alam terbesar adalah

China, diikuti USA, Jepang dan India masing-masing

sebesar 26,2 %, 10,5%, 9,1% dan 8,7 % dan dari

kebutuhan dunia, begitu juga untuk karet sintetis China

24,4 %, USA 15,06 %, Brasil 3,3 %, Rusia 4,9 % korea

2,8%, Taiwan 2,6 %, India 2,0%.

Produksi Jepang tahun 2005 sebesar 187,37 juta unit

dengan penggunaan Original equipment 51,831 juta unit,

replacement 75,251 juta unit serta ekspor 74,765 juta unit,

sedangkan impor 29,108 juta unit.

Produksi dunia sarung tangan karet mencapai 110 milyar

pcs/tahun, share Indonesia 10 % yaitu 10 milyar pcs,

Malysia 60 milyar pcs, Thailand 30 milyar pcs. Basis dari

Natural Rubber Latex gloves di ASEAN sedangkan

synthetic gloves berbasis di China ( china memproduksi

90% dari produksi synthetic glove dunia.

Domestik

1). Bahan Baku

Produksi karet alam pada tahun 2007 sebesar 2,76 juta ton

dimana 2,44 juta ton atau 88,4 % dari produksi karet alam

tersebut diekspor dengan nilai US$ 4,36 milyar, hanya

13,3% atau 355.717 ton digunakan untuk kebutuhan industri

dalam negeri.

Produksi karet synthetis tahun 2006 sebesar 46.000, impor

sebesar 123.802 ton, ekspor 11.636 ton serta konsumsi

dalam negeri sebesar 158.166 ton.

Page 8: Roadmap Karet

Tabel. 3. Penawaran dan Permintaan Karet Alam (000 ton)

Tahun Produksi Konsumsi DN

2003 1.792 156

2004 2.066 196

2005 2.271 217

2006 2.637 355

2007 2.755 391

2008 2.751 414

Sebanyak 55 % dari pemasaran Dalam Negeri diserap oleh

industri ban, sedangkan sisanya digunakan oleh industri

vulkanisir, alas kaki, industri barang jadi dari lateks ( sarung

tangan, kondom, benang karet).

2). Industri Barang-barang Karet

Tabel 4. Perkembangan Ekspor Barang-barang Karet Potensial

7

Sumber: pusdatin

No. Uraian Berat Nilai Berat Nilai Berat Nilai Berat Nilai Berat Nilai

(Ton) (US$ 000) (Ton) (US$ 000) (Ton) (US$ 000) (Ton) (US$ 000) (Ton) (US$ 000)

1 Benang Karet 6,576 15,537 5,542 13,971 5,304 17,537 5,123 16,579 3,582 14,015

2 Tabung, pipa, selang 8,362 12,316 10,701 15,129 15,692 22,414 2,006 3,668 1,311 3,118 dan karet lainnya

3 Belt conveyor 1,185 4,861 194 1,316 525 3,097 553 4,525 713 3,074

4 Belt transmission 4,430 32,286 5,216 36,687 5,813 44,888 5,308 40,979 5,591 44,679

5 Ban Roda 4, Roda 2, 262,005 519,040 273,802 621,652 309,453 766,513 325,164 885,312 318,561 1,371,968 sepeda, pesawatterbang, ban bekas

6 Barang dari karet 46,552 76,855 33,975 108,495 26,375 118,539 26,503 124,586 17,876 115,419 lainnya (komponenotomotif, packing,ring, segel, dll)

7 Sarung tangan 41,526 95,736 53,850 138,125 52,379 152,199 50,425 163,611 52,932 211,691

Vulkanisir 59 150 79 105 49 317 176 1,017 251 810

Jumlah 370,695 756,781 383,359 935,480 415,590 1,125,504 415,258 1,240,277 400,817 1,764,774

20082004 2005 2006 2007

Pemasaran barang-barang karet khususnya untuk industri ban

diutamakan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri (30%) dan

Page 9: Roadmap Karet

8

diekspor ke negara seperti: USA, Negara-negara Arab dan

Eropa, Japan, Philippines.

Resesi ekonomi dunia mengakibatkan turunnya permintaan ban

dunia, khususnya Japan, Eropa dan USA, namun permintaan

pasar domestik naik cukup tinggi pada tahun 2008 sehingga

produksi masih bisa dipertahankan pada tingkat yang tinggi untuk

menghemat biaya tetap.

Pasar ekspor ban mobil masih terbuka luas dengan tingkat daya

saing yang cukup tinggi walaupun persaingan harga di pasar

internasional makin ketat, khususnya dangan ban asal China dan

negara-negara Asia Tenggara.

2.1.2. Analisa Gap

Produksi karet alam dunia tahun 2007 sebesar 9,7 juta ton

sedangkan konsumsi karet alam dunia sebesar 9,9 juta ton

,sedangkan Synthetic Rubber dunia tahun 2007 surplus sebesar

274.000 ton. Produksi karet synthetis dalam negeri tahun 2007

sebesar 46.000 ton, sedangkan konsumsi dalam negeri sebesar

158.166 ton.Hal ini menggambarkan bahwa potensi dan peluang

pasar dunia masih terbuka disebabkan permintaaan lebih besar

dari penawaran.

Perilaku Pasar

Permintaan pasar karet alam dunia tahun 2007 sebesar 9,72

juta ton ( Asia 6,35 juta ton, Uni Eropa 1,38 juta ton, Amerika

Utara 1,12 juta ton, Amerika Latin 0,54 juta ton, Eropa lainnya

0,204 juta ton, Afrika 0,123 juta ton.

Permintaan karet synthetis dunia tahun 2007 sebesar 13,15

juta ton yang dikonsumsi oleh Asia /Oceania 6,37 juta ton, Uni

Eropa 2,62 juta ton, Amerika Utara 2,13 juta ton, Eropa lainnya

0,94 juta ton, Amerika Latin 0,85 juta ton, Afrika 0,92 juta ton,

China 3,445 juta ton, USA 1,933 juta ton, Jepang 1,170 juta

ton, Korea 0,486 juta ton. Indonesia 0,16 juta ton

Page 10: Roadmap Karet

Konsumen di negara maju menuntut kualitas yang semakin

bagus :

- Ban dengan kebisingan rendah ( Road noise Emission) di

Eropa

- Ban jenis radial berbagai ukuran

- Harga yang murah

2.2. Faktor Kondisi (Input)

2.2.1. Sumber Daya Alam

Ketersediaan lahan perkebunan di Indonesia seluas 3,4 juta ha

(perkebunan rakyat 2,9 juta ha).

Total produksi Nasional sebesar 2,76 juta ton/th dan dieskpor

dalam bentuk crumb rubber dan latex sebesar 2,4 juta ton.

Bahan baku/penolong barang-barang karet masih diimpor

seperti lateks pekat, karet sintetis, rubber chemical.

2.2.2. Sumber Daya Modal

Perlu dana bank yang cukup besar untuk investasi :

- Ban US$ 200 juta untuk kapasitas 60.000 unit/th

- Sarung tangan karet sekitar US$ 1,5 juta untuk kapasitas

12 juta pcs/th

Bunga bank kurang kompetitif dan belum ada skema khusus

pinjaman investasi

Uraian

Indonesia China Vietnam Thailand

Suku Bunga 18,5 - 20% 6 % 6% 4%Moneter Fluktuatif Stabil Stabil Stabil

Iklim usaha yang belum sepenuhnya kondusif misalnya perpajakan (PPh, restitusi dan pajak daerah yang relatif tinggi), pasokan gas dan listrik

9

Page 11: Roadmap Karet

10

2.2.3. Sumber Daya Manusia

Tersedianya tenaga memadai di sektor perkebunan dan industri

karet hulu (crum rubber)

Tenaga terampil di industri karet hilir, seperti karet teknik dan

peralatan kesehatan masih terbatas

Dukungan Balai Penelitian Teknologi Karet di Bogor, B4T di

Bandung, Balai Besar Kulit, Karet dan Plastik, Yogyakarta.

Puslit Karet Medan, Palembang, serta Baristand Palembang

dalam penyediaan laboiratorium dan pelatihan

2.2.4. Infrastruktur

Prasarana dan Sarana ( Fisik)

- Kondisi Sarana dan prasarana pelabuhan, transportasi

terutama di Sumatera dan Kalimantan belum memadai.

Administrasi ( tarif dan non tarif)

- Beberapa barang-barang karet termasuk “sensitif” dan untuk

beberapa produk mendapat perlindungan tarif BM s/d tahun

2010.

2.2.5. Lain-lain (Teknologi, Finansial) Teknologi industri barang-barang karet sebagian masih

menggunakan teknologi konvensional, (teknologi moulding,

pemasakan masih ada yang menggunakan kompor)

Mendorong R & D dalam pengembangan ban dengan

kebisingan rendah

2.2. Industri Inti, Pendukung dan Terkait

Industri Inti Barang-barang karet

- Ban

- Sarung Tangan Karet

- Barang-barang karet

Industri Pendukung - Karet Sintetis

Page 12: Roadmap Karet

11

- Karbon hitam (Carbon black)

- Karet kompon

Industri Terkait

- Otomotif

- Elektronika

- Alat-alat kesehatan

- Rumat Tangga

2.3. Strategi Pengusaha dan Perusahaan

Pesatnya perkembangan industri dan persaingan dengan industri

barang-barang karet dari China, Thailand dan Malaysia sehingga

Perlu adanya Peningkatan daya saing dengan cara meningkatkan

produktifitas dan kualitas karet alam untuk menunjang pasokan bahan

baku industri barang-barang karet dalam negeri, meningkatkan litbang

industri, pengembangan dan diversifikasi teknologi tradisional

keteknologi maju.

Relatif masih tingginya kandungan impor produksii barang-barang

karet sehingga diharapkan adanya iinveatsi dibidang industri karet hilir

agara dapat mensubstitusi produk impor.

Adanya kemitraan produsen ban mobil nasional dengan mitra strategis

luar negeri dalam teknologi dan pemasaran

Meningkatkan Pola Kemitraan antara petani dengan industri barang-

barang karet

III. ANALISIS SWOT

3.1. Kekuatan

Tersedianya pasokan karet alam rata-rata 2,75 juta ton per tahun

yang baru dimanfaatkan didalam negeri sekitar 13,5 %

Adanya kemampuan memproduksi berbagai jenis barang karet (ban,

sarung tangan) yang sesuai dengan kualitas dan permintaan dunia.

Page 13: Roadmap Karet

12

Adanya dukungan industri bahan penolong ( karbon hitam, silika,

kaolin, tyre cord, processing oil, dll)

Adanya dukungan asosiasi barang-barang karet dan Pemerintah

Daerah.

Adanya dukungan lembaga riset : BB Industri Karet dan Plastik Yogya,

B4T Bandung, Balai Penelitian Teknologi Karet Bogor, LPRI, BPPT

dan Laboratorium yang terakreditasi serta perguruan Tinggi.

3.2. Kelemahan

Masih lemahnya penguasaan teknologi tinggi industri barang-barang karet karena relatif sedikit merek yang terdaftarkan betul-betul didalam negeri oleh industri lokal.

Masih lemahnya Iklim usaha yang belum sepenuhnya kondusif misalnya perpajakan (PPh, restitusi dan pajak daerah yang relatif tinggi), pasokan gas dan listrik.

Masih lemahnya dukungan sarana dan prasarana transportasi pelabuhan di beberapa daerah.

Rendahnya tingkat kepercayaan konsumen terhadap produk dalam negeri.

Belum adanya pendidikan khusus dibidang perkaretan

3.3. Peluang :

Meningkatnya kebutuhan barang-barang karet dunia baik jenis

maupun volumenya

Tetap terbukanya peluang ekspor barang-barang karet ke berbagai

negara

Beralihnya pusat konsumsi karet dari Barat ke Asia/Pasifik

Terbukanya kerjasama produsen nasional dengan produsen negara

lain dalam pemasaran dan penerapan/harmonisasi standar (ACCSQ,

UN-ECE)

Terbukanya peluang untuk mengisi (substitusi) barang-barang karet

impor

Page 14: Roadmap Karet

13

3.4. Tantangan

Makin ketatnya persaingan dengan barang-barang karet khususnya ban dari negara pesaing dengan harga murah seperti dari China dan India.

Adanya tuntutan negara ekspor yang makin tinggi terutama masalah mutu

Belum diberlakukannya SNI Wajib terhadap-barang-barang karet kecuali ban.

Rendahnya tingkat kepercayaan konsumen terhadap produk dalam negeri.

IV. SASARAN

Sasaran Pengembangan Industri Karet dan Barang Karet

4.1. Sasaran Jangka Menengah (2010-2014)

Peningkatan produksi karet alam dari 3 juta ton tahun 2009 menjadi

3,5 juta ton per tahun dengan pertumbuhan sekitar 4% rata-rata

setahun.

Peningkatan kualitas SDM petani karet dan industri barang-barang

karet.

Peningkatan investasi baru dan perluasan usaha industri barang –

barang karet

Pengembangan industri barang-barang karet untuk memenuhi

kebutuhan dalam negeri sebagai substitusi impor

4.2. Sasaran Jangka Panjang (2010-2025)

Peningkatan produktifitas karet alam sehingga mencapai 4 juta ton per

tahun.

Penerapan secara wajib SNI barang-barang karet, selang kompor gas,

selang radiator dan komponen otomotif.

Pengembangan dan peningkatan daya saing industri barang-barang

karet.

Page 15: Roadmap Karet

V. STRATEGI DAN KEBIJAKAN Peningkatan produktifitas dan kualitas karet alam untuk menunjang

pasokan bahan baku industri barang-barang karet

Peningkatan produksi produk barang-barang karet guna memenuhi

kebutuhan pasar dalam negeri melalui diversivikasi produk , peningkatan

nilai tambah , peningkatan kandungan lokal (bahan baku/penolong,

peralatan pabrik, jasa teknik dan konstruksi, jasa pendukung produksi.

Meningkatkan litbang teknologi industri, pengembangan dan diversifikasi

teknologi tradisional ke teknologi maju.

5.1. Visi dan Arah Pengembangan Industri Karet dan barang karet

Menjadikan Indonesia sebagai negara produsen utama barang-barang

karet tahun 2020.

5.2. Indikator Pencapaian

Kinerja Industri Karet dan barang karet dalam beberapa tahun terakhir

menunjukkan kearah perbaikan, hal ini terlihat dari beberapa indikator

sebagai berikut :

a. Kinerja Industri Karet alam

Tabel 5. Realisasi dan Proyeksi Produksi Karet Alam Dunia (Ribu Ton)

Negara 2005 2006 2007 2008

2010 2015 2020

Thailand 2.937 2.968 3.056 3.090 3.001 3.413 3.286

Indonesia 2.271 2.637 2.755 2.751 3.072 3.656 4.428

Malaysia 1.126 1.268 1.137 1.072

14

888 770 714

India 771 853 807 881 818 789 803

China 428 483 600 531

479 486 492

Vietnam 469 560 602 663

599 713 835

Lain-lain 811 419 768 641

923 784 1.321

Dunia 8.813 9.188 9.725 9.629* 9.424 10.067 10.999

Sumber :(ANRPC 2009)

*prognosa

Page 16: Roadmap Karet

15

Produksi karet alam indonesia dalam pada tahun 2007 sebesar 2,755

juta ton dan pada tahun 2008 turun menjadi 2,751 juta ton atau

mengalami penurunan - 0,14 % dari tahun 2007.Sebagian besar (90

persen), karet alam Indonesia di ekspor dalam bentuk karet mentah.

Konsumsi karet alam domestik untuk memproduksi barang-barang

karet pada tahun 2008 baru mencapai sekitar 10 persen.

Ekspor karet alam indonesia pada tahun 2007 sebesar 2,407 juta ton

dan pada tahun 2008 turun menjadi 2,209 juta ton atau mengalami

penurunan sebesar – 8,2 %

b. Kinerja Industri barang karet

Ban. Sampai saat ini ada 13 (tiga belas) produsen ban yang termasuk

dalam keanggotaan Asosiasi perusahaan ban Indonesia (APBI).

Perusahaan ban Nasional tersebut telah mampu memenuhi

kebutuhan Ban Nasional untuk kendaraan Roda 4 dan Roda 2 dan

bahkan sudah diekspor keberbagai negara seperti Amerika

Serikat-Saudi Arabia Jepang, Philipina, Inggris dan Uni Emirat

Arab.

Meskipun ada beberapa jenis ban, khususnya yang digunakan

untuk kendaraan off the Road serta ban pesawat terbang masih

belum diproduksi dalam negeri.

Tahun 2006 ekspor ban sekitar US$ 665 juta, tahun 2007

mencapai US$ 803 juta, sedangkan tahun 2008 mencapai US$

935 juta atau naik sebesar 16,4 %. Penjualan domestik pada tahun

2006 sebesar Rp. 5,81 triliyun, tahun 2006 mencapai Rp. 6,75

trilyun dan pada tahun 2007 naik menjadi Rp. 6,93 trilyun dan

tahun 2008 menjadi Rp. 7,98 trilyun.

Resesi ekonomi dunia mengakibatkan turunnya permintaan ban

dunia, khususnya Japan, Eropa, USA, namun permintaan pasar

domestik naik cukup tinggi pada tahun 2008 sehingga produksi

masih bisa dipertahankan pada tingkat yang tinggi untuk

menghemat biaya tetap.

Page 17: Roadmap Karet

Utilisasi industri ban roda 4 pada tahun 2007 sebesar 85,2% dan

pada tahun 2008 sama dengan pada tahun 2007 sebesar 85,2%

Pada tabel berikut dapat dilihat perkembangan industri Ban roda 4

dari tahun 2004 sampai dengan 2008.

Tabel 6. Perkembangan Industri Ban Kendaraan Bermotor Roda 4

16

*) Termasuk Roda 2

U r a i a n 2004 2005 2006 2007 2008

Kapasitas Terpasang (Juta Unit) 41.8 45.0 49.3 49.3 49.3

Realisasi Produksi (Juta Unit) 35.4 41.3 41.0 42.0 42.0

Utilisasi Kap Terpasang (%) 84.7 91.8 83.2 85.2 85.2Pemasaran D/N (Juta Unit) 11.7 12.8 13.2 14.3 11.1

Volume Ekspor (Juta Unit) 21.1 23.4 26.6 28.7 33,6

Nilai Ekspor (Juta US$) 462.0 570.0 710.0 803.6 931,0

Volume Impor (Juta Unit) 1.76 2.19 2.55 2.80 2.7

Nilai Impor (Juta US$) 29.5 38.1 64.9 66,1 97.3

Tenaga Kerja (org) *) 21,307 23,525 25,700 22,919 24.2

Jumlah Unit Usaha *) 13 13 13 13 13

sumber : APBI

Pada tabel berikut dapat dilihat perkembangan industri Ban roda 2

dari tahun 2004 sampai dengan 2008.

Tabel 7. Perkembangan Industri ban Kendaraan Bermotor Roda 2

Uraian 2004 2005 2006 2007 2008

Kapasitas Terpasang (Juta Unit) 7.7 27.7 27.7 27.7 27.7

Realisasi Produksi (Juta Unit) 18.6 22.0 21.6 24.0 25.9

Utilisasi Kap Terpasang (%) 81.9 79.3 77.9 86.5 93.4

Pemasaran D/N (Juta Unit) 18.1 21.3 21.0 23.3 25.2

Volume Ekspor (Juta Unit) 0.5 0.4 0.4 0.5 0.7

Nilai Ekspor (Juta US$) 3.5 2.4 2.9 6.4 10.7

Volume Impor (Juta Unit) 1.4 2.1 2.8 3.0 3.4

Nilai Impor (Juta US$) 3.2 4.5 5.0 8.5 9.0

Tenaga Kerja (org) *) 21,307 23,525 25,700 28,600 24,115

Jumlah Unit Usaha *) 13 13 13 13 13.0

Page 18: Roadmap Karet

Industri Sarung Tangan

Jumlah unit usaha industri sarung tangan yang terdaftar pada

Asosiasi Sarung Tangan Karet Indonesia berjumlah 13 unit usaha

yang berlokasi untuk 10 unit usaha di Sumatera Utara, 2 unit

usaha di Jawa Timur dan 1 unit usaha di Jawa Barat. Total

kapasitas terpasang pada tahun 2007 sebesar 12 milyar pasang

dengan total investasi sebesar US$ 100,8 juta. Pada tahun 2007

ini telah diresmikan 1 unit usaha lagi industri sarung tangan di

Kalimantan Selatan, dengan investasi senilai Rp. 20 Milyar, total

kapasitas produksi 20 ton/bulan.

Total produksi total produksi sarung tangan tahun 2007 sebesar

9.549.000 pcs dan tahun 2008 turun menjadi 8.500.000 pcs.

Ultilisasi industri sarung tangan karet pada tahun 2007 sebesar

79,6% dan pada tahun 2008 mengalami penurunan menjadi 70%.

Investasi pada industri sarung tangan karet berdasarkan data dari

BKPM dari tahun 2004 sampai tahun 2007 sebesar US$ 194,9

Milyar dan pada tahun 2008 naik sebesar US$ 295,7 Milyar.

Nilai ekspor industri sarung tangan karet pada tahun 2007 sebesar

US$ 153,6 Juta dan pada tahun 2008 naik menjadi US$ 175,9 Juta

.Pada tabel berikut dapat dilihat perkembangan industri sarung

tangan karet dari tahun 2004 sampai dengan 2008.

Tabel 8. Perkembangan Industri Sarung Tangan

Uraian 2004 2005 2006 2007 2008

Kapasitas Terpasang (Juta Pcs) 11.000 11.000 12.000 12.000 12.000

Realisasi Produksi (Juta Pcs) 8.256 9.500 9.522 9.549 8.500

Utilisasi Kap Terpasang (%) 75,1 86,4 79,4 79,6 70

Pemasaran D/N (Juta Pcs) 2.416,0 1.963,0 2.169,0 2.513,0 1.280

Volume Ekspor (Juta Pcs) 5.932,0 7.692,0 7.426,0 7.203,0 7.396

Nilai Ekspor (Ribu US$) 95.736,0 138.125,0 152.199,0 153.677,5 175.987

Volume Impor (Juta Pcs) 95,8 156,0 170,0 167,0 176,0

Nilai Impor (Ribu US$) 2.099,6 3.751,3 3.686,2 3.981,1 5.088

Tenaga Kerja (org) 9.307 10.207 5.007 5.007 5007

Jumlah Unit Usaha 13 13 13 13 13

17

Page 19: Roadmap Karet

18

5.3. Tahapan Implementasi

5.3.1. Langkah-langkah yang telah dilakukan :

Telah dilakukan tahapan sosialiasi,identifikasi permasalahan dan

persiapan kolaborasi klaster industri pengolahan karet melalui

kegiatan Forum Komunikasi dan Working Group di dua daerah

yaitu di Sumatera Utara dan Jawa Barat.

Pelaksanaan identifikasi permasalahan dalam upaya

pengembangan industribarang-barang karet di daerah

denganmelibatkan stakeholder di daerah melaluipembentukan

working group. Dari hasilkelompok kerja industri pengolahan

karet diSumatera Utara telah dipetakan dan diinventarisasi di

beberapa wilayah potensi perkebunan karet serta industri

pengolahan karet hilir. Sementara itu di Propinsi Sumatera

Selatan dan Jawa Barat telah diberikan bantuan peralatan

industry kompon yang diharapkan akan dapat mendorong

tumbuhnya industry sejenis dan industri hilir barang-barang karet.

5.3.2. Hasil yang telah dicapai, diantaranya :

Telah tersusun roadmap Industri Pengolahan Karet

Melakukan koordinasi dalam rangka pengamanan pasokan gas

untuk industry sarung tangan karet

Pemetaan potensi bahan baku industripengolahan karet untuk

penyusunan profil investasi pengembangan industri hilir karet.

Telah dilakukan kajian cara pendeteksian dini vulkanisat karet

dalam

Bahan Olah Karet (BOKAR).

Telah diberlakukan SNI wajib untuk produk selang karet sejak 27

Nopember 2007 sesuai SK Menteri Perindustrian Nomor : 92/M-

IND/Per/11/2007gas), tetapi berhubung kesiapan produsen

dalam negeri belum siap maka pemberlakuannya ditunda sampai

1 Juli 2008.

Page 20: Roadmap Karet

19

Telah tersusun konsep standar kompetensi kerja SDM karet dan

barang-barang karet oleh BPPI tetapi pada tahun 2008 baru akan

dikonvensikan.

Pemetaan potensi pasar dalam negeri dan industri permesinan

dalam mendukung pengembangan industri barang karet.

VI. PROGRAM DAN RENCANA AKSI

Program dan Rencana aksi dalam pengembangan industri karet dan barang

karet :

6.1. Jangka Menengah (Tahun 2010-2014) :

Melanjutkan pembinaan petani untuk meningkatkan produktivitas dan

kualitas bahan olah karet melalui replanting dan perluasan lahan

Pengembangan Industri barang – barang karet melalui promosi

investasi dan fasilitas untuk penanaman modal dibidang usaha

tertentu atau daerah tertentu (PP No.1 tahun 2007)

Memprkuat kelembagaan industri barang-barang karet yang

dihubungkan dengan industri karet alam

Melanjutkan program peningkatan kompetensi SDM industri barang-

barang karet

Melakukan kajian kebutuhan bahan baku industri barang-barang karet

6.2. Jangka Panjang (Tahun 2010-2025) :

Melanjutkan pembinaan petani untuk meningkatkan produktifitas dan

kualitas bahan olah karet melalui sosialisasi dan Pelatihan

Mengembangankan industri barang-barang karet sehingga mampu

memenuhi kebutuhan dalam negeri melalui diversifikasi produksi

Mengembangkan industri permesinan yang mendukung

pengembangan industri barang-barang karet.

Melaksanakan dan melanjutkan program pendidikan standar

kompetensi SDM industri barang-barang karet melalui diklat

Kompetensi SDM Industri Karet dan Barang-barang karet.

Page 21: Roadmap Karet

20

Menerapkan secara wajib SNI barang-barang karet.

Mengembangkan investasi baru agar menjadi salah satu basis industri

ban dunia.

Melaksanakan harmonisasi standar internasional seperti UN-ECE

untuk barang-barang karet komponen otomotif.

Page 22: Roadmap Karet

21

Page 23: Roadmap Karet

22

Page 24: Roadmap Karet

23

Industri Inti Industri Pendukung Industri Terkait

Industri Barang-barang Karet Karet Alam; Karet Sintetis; Bahan Kimia ( Filler), Karbon Black, Permesinan

Industri Otomotif

Sasaran Jangka Menengah ( 2010-2014) Sasaran Jangka Panjang ( 2010 – 2025)

- Peningkatan produktivitas karet alam sehingga mencapai 3,5 ton dengan pertumbuhan sekitar 4 % rata-tara pertahun

- Peningkatan kualitas SDM di Industri Barang-barang Karet - Peningkatan Investasi baru dan Perluasan usaha Industri barang-barang

Karet - Pengembangan Industri barang-barang karet dalam negeri sebagai

substitusi Impor.

- Meningkatnya produksi karet alam menjadi 4 juta ton/tahn - Berkembangnya berbagai jenis produk barang-barang karet - Meningkatnya penggunaan karet alam dalam negeri dari 16 % (2010) menjadi

20 % (2020).

Strategi

Sektor :

- Peningkatan produktifitas dan kualitas karet alam untuk menunjang pasokan bahan baku industri barang-barang karet - Peningkatan produksi produk barang-barang karet guna memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri melalui diversivikasi produk , peningkatan nilai tambah , peningkatan

kandungan lokal (bahan baku/penolong, peralatan pbarik, jasa teknik dan konstruksi, jasa pendukung produksi. Teknologi : - Meningkatkan litbang teknologi industri, pengembangan dan diversifikasi teknologi tradisional keteknologi maju.

Pokok-pokok Rencana Aksi Jangka Menengah ( 2010– 2014) Pokok-pokok Rencana Aksi Jangka Panjang ( 2010 – 2025)

- Melanjutkan pembinaan petani untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas bahan olah karet melalui replanting dan perluasan lahan.

- Pengembangan Industri barang karet melalui promosi investasi dan fasilitas untuk pengembangan modal dibidang usaha tertentu dan atau daerah tertentu (PP No. 1 tahun 2007)

- Meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait dalam rangka penyediaan bahan baku karet alam

- Mendorong Pengembangan industri barang-barang karet

Unsur Penunjang

Periode Peningkatan Teknologi SDM : a. Inisiasi : - Restrukturisasi dan optimalisasi pabrik-pabrik yang masih menggunakan teknologi lama

- Meningkatkan kemampuan SDM di Bidang industri pengolahan karet dan barang-barang karet

- Penyusunan standar kompetensi kerja industri pengolahan karet dan barang-barang karet

b. Pengembangan cepat :

Page 25: Roadmap Karet

24

- Mendorong R& D dalam pengembangan ban dengan kebisingan rendah ( Road Noise emission

- Memproduksi jenis ban radial dengan berbagai ukuran - Memproduksi sarung tangan karet medical grade

Pasar : Infrastruktur : - Membangun daya saing terhadap industri barang-barang karet - Meningkatkan volume dan pasar ekspor - Membangun citra menggunakan produk dalam negeri - Membangun dan memproduksikan merk lokal dipasar Internasional

- Meningkatkan peran Litbang dan perguruan tinggi - Membangun sarana prasarana jalan dari lokasi bahan baku - Pengembangan kemampuan balai-balai karet

Gambar 2.

Page 26: Roadmap Karet

Kerangka Keterkaitan Pengembangan Industri Karet dan barang Karet

25

Tabel : Peran Pemangku Kepentingan dalam Pengembangan Industri Karet dan Barang Karet

Page 27: Roadmap Karet

26

Pemerintah Pusat Pemda Swasta Perguruan

Tinggi & Litbang Forum

Rencana Aksi 2010-2014 Dep. Perin

Dep. Tan.

Dep. Dag

Dep. Keu

BK PM

BSN Dep. PU

Dep. ESDM

BI

Meneg UKM

Prop Kab Aso- siasi

Prs. Ind.

PT BPTK Baristand Daya Saing

Working Group

Fasilitasi

Klaster

1. Percepatan penyediaan bibit unggul penghasil lateks dan kayu, potensi produksi > 1 ton/ha/th dan kayu >100 m3/ha/siklus.

V V V V V

2 Revitalisasi perkebunan seluas 250 ribu hektar peremajaan dan 50 ribu hektar perluasan

V V V V V

3 Pemanfaatan kembali kebun karet terlantar di 16 propinsi di Sumatera, Kalimantan, Jabar & Banten

V V V V

4 Tersedianya sarana produksi lainnya (pupuk, pestisida dan peralatan) dalam jumlah cukup dengan tingkat mutu dan harga bersaing.

V V V V V V

5 Penerapan Good Agricultural Practices (perbaikan teknik sadap, dll), GHP, GMP

V V V V

6 Peraturan Menperind No. 19/M-IND/PER/5/ 2006 tentang Standardisasi, Pembinaan dan Pengawasan Standar Nasional Indonesia Bidang Industri, tanggal 1 Mei 2006

V V V V

7 Penerapan UU No 18/2004, SNI Bokar No. 06-2047-2002 dan Penerbitan Permen Pertanian tentang mutu bokar sesuai SNI dan UU No. 18/2004, SIN Bokar No. 06-2047-2002 dan Penerbitan Permen Pertanian tentang mutu bokar sesuai SNI dan UU No. 18/2004.

V V V V V V

8 Penerapan SK Menperindag 616/MPP/Kep/X/99 dengan mendorong pedagang pengumpul memiliki SIUP

V V V V V V

9 Pemberdayaan kelembagaan antara petani dan pedagang pengumpul

V V V V V

Page 28: Roadmap Karet

10 Penyusunan dan penerbitan SNI

barang-barang karet (selang radiator, selang kompor gas, sarung tangan)

V V V V V

11 Pemberlakuan SNI wajib bagi ban vulkanisir

V V V V

12 Partisipasi peningkatan kerjasama bidang standar di tingkat ASEAN dan internasional

V V V V

13 Penghapusan PPN untuk semua jenis karet sebagai bahan baku (PP No. 7 tahun 2007 hanya diberlakukan untuk lateks)

V V V V V

14 Pemenuhan pasokan gas untuk industri sarung tangan

V V V V

15 Penghapusan BMAD Carbon Black yang sudah diberlakukan 3 tahun

V V V

16 Penyusunan dan penerapan standar kompetensi

V V V

17. Perbaikan Infrastruktur akses ke kebun dan pelabuhan

V V V

18 Pengembangan Industri barang-barang karet keperluan industri (diversifikasi) untuk produk bernilai tambah tinggi (komponen otomotif, teknik dan elektronika)

V V V V V V

19. Promosi investasi dan fasilitas untuk Penanaman modal di bidang usaha tertentu dan atau daerah tertentu (PP No. 1 Tahun 2007

V V V V V V

20. Bantuan sertifikasi lahan untuk mendapatkan kredit bank

V V V V V

21. Penyediaan Kredit Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dalam pengembangan usaha bersama (pengolahan dan pemasaran).

V V V V V V V V

27

Page 29: Roadmap Karet

VII. KELEMBAGAAN

Dalam rangka mengimplementasikan roadmap pengembangan Karet dan Produk Karet

perlu mendapatkan kemitmen dan dukungan dari instansi/Departemen yang berkaitan

terhadap :

Pengembangan bahan baku/Penolong

Pengembangan Investasi

Pengembangan Infrastruktur

Pengembangan Pasar

Pengembangan Lingkungan Bisnis

Pengembangan Kemampuan Tenaga Kerja Industri

a. Pengembangan bahan Baku/Penolong peningkatan ketersediaan dukungan bahan baku/penolong dari dalam negeri

Peningkatan kualitas, produktivitas, dan kelangsungan bahan baku

Peningkatan kemampuan teknologi pada sistem produksi bahan baku/penolong

Pihak yang terkait :

Dalam Pengembangan Bahan baku/penolong ini, perlu dukungan dari

instansi/Departemen antara lain : Depatermen Pertanian, Gapkindo, Perguruan

Tinggi, Perusahaan yang menyediakan bahan penolong.

b. Pengembangan Investasi Peningkatan iklim investasi yang sehat diberbagai tingkat pemerintahan yang

mampu mengurangi biaya produksi disektor industri.

Memberikan kemudahan akses permodalan terutama untuk melakukan

restrukturisasi industri dan industri pendukung dan terkait

Merangsang adanya minat investasi modal dalam pembiayaan dalam negeri

serta alternative sumber pembiayaannya.

Pihak yang terkait :

Dalam pengembangan investasi diperlukan dukungan dari instansi terkait anatra

lain : BKPM, Bank, Departemen Keuangan, Perbankan, UKM

28

Page 30: Roadmap Karet

c. Pengembangan Infrastruktur Untuk memperluas infrastruktur fisik melalui penyediaan fasilitas utama untuk

transfortasi, bongkar muat, telekomunikasi dan transmisi, energi, air bersih, dan

penataan ruang industri prioritas .

Pihak yang terkait :

Dalam pengembangan insfrastruktur ini perlu dukungan dari instansi /Departemen

antara lain: Departemen Pekerjaan umum, Departemen Perhubungan, Departemen

ESDM, dan Pemda

d. Pengembangan Pasar. Dalam Pengembangan Pasar antara lain : Peningkatan kerjasama perdagangan

Internasional, Peningktan promosi dan jaringan global, Peningkatan penggunaan

produksi dalam negeri.

Pihak yang terkait antara lain : Depatemen Perindustrian, Departemen

Perdagangan, Departemen Luar Negeri, Departemen Dalam Negeri, UKM

e. Pengembangan Lingkungan Bisnis Peningkatan efisiensi pelayanan ekspor-impor, pelabuhan, kepabean dan

administrasi (verifikasi dan retribusi) perpajakan,

Meningkatkan ketersediaan pelayanan jasa termasuk jasa profesional

(keuangan, akuntasi, konsultasi, pemasaran, notariat, pengujian, sertifikasi,

konsultan hukum, dll) dan jasa publik (perizinan, dll).

Peningktan insentif dan fasilitasi di sektor industri.

Pihak yang terkait antara lain : Departemen Keuangan, Departemen Perdagangan,

Departemen Pertanian, Asosiasi, Departemen Perindustrian, Litbang, Asosiasi,

Perusahaan.

29

Page 31: Roadmap Karet

f. Pengembangan Kemampuan Tenaga Kerja Industri Meningkatkan keterkaitan lembaga litbang, industri serta perguruan tinggi untuk

mengembangkan teknologi yang tepat dalam pelatihan tenaga kerja untuk

industri.

Meningkatkan kompetensi SDM industri melaui program pendidikan, pelatihan

dan pemagangan

Mengembangkan program pendidikan dan pelatihan untuk keahlian khusus di

bidang teknologi, proses dan produk, teknik desain dan manajemen.

Melakukan reoreantasi pengembangan SDM dengan mengacu pada kebutuhan

dunia industri

Pihak yang terkait :

Departemen Tenaga Kerja, Depatemen Perindustrian, Perguraan Tinggi, Litbang,

Diknas., UKM

B4T Bandung, Balai Besar Karet di Yogya, BPTK Bogor

PerguruanTinggi, Litbang

Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral

Eksportir & ImportirJasa

LaboratoriumPenguji dansertifikasi

ProdusenBarang-barang Karet

PerusahaanPenghasilkaret alam & sintetis

Perusahaan Penyedia Bahan Penunjang, Perusahaan Penyedia Mesin Peralatan dan Cetakan (moulding)

Produsen(Pelaku Bisnis)

APVUBINDO

GAPKINDO, APBI, IRGMA (glove)

IPB, ITB, UGM, USU, UNSRI, LIPI, BPPT

Lembaga Non Pemerintah

Badan Standardisasi Nasional, KAN

Kementrian Ristek & BPPT

Departemen Dalam Negeri dan PEMDA

Departemen Tenaga Kerja

Departemen Perhubungan

Departemen Keuangan

Departemen Pertanian

Departemen Perdagangan

Departemen Perindustrian

Pemerintah

B4T Bandung, Balai Besar Karet di Yogya, BPTK Bogor

PerguruanTinggi, Litbang

Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral

Eksportir & ImportirJasa

LaboratoriumPenguji dansertifikasi

ProdusenBarang-barang Karet

PerusahaanPenghasilkaret alam & sintetis

Perusahaan Penyedia Bahan Penunjang, Perusahaan Penyedia Mesin Peralatan dan Cetakan (moulding)

Produsen(Pelaku Bisnis)

APVUBINDO

GAPKINDO, APBI, IRGMA (glove)

IPB, ITB, UGM, USU, UNSRI, LIPI, BPPT

Lembaga Non Pemerintah

Badan Standardisasi Nasional, KAN

Kementrian Ristek & BPPT

Departemen Dalam Negeri dan PEMDA

Departemen Tenaga Kerja

Departemen Perhubungan

Departemen Keuangan

Departemen Pertanian

Departemen Perdagangan

Departemen Perindustrian

Pemerintah

PENINGKATAN DAYA SAING

30