ronald. n girsang (p1c313023

Upload: ronald-girsang

Post on 16-Oct-2015

49 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Analasis Laporan Keuangan

TRANSCRIPT

TUGAS MID SEMESTERMATAKULIAH CORPORATE GOVERNACE

Oleh:Ronald N GirsangP2C131023

MAGISTER ILMU AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS JAMBI 2014

Latar Belakang Analisa Laporan Keuanagan.Masalah keuangan merupakan salah satu masalah yang sangat vital bagi perusahaan dalam perkembangan bisnis disemua perusahaan. Salah satu tujuan utama didirikannya perusahaan adalah untuk memperoleh keuntungan yang maksimal. Namun berhasil tidaknya perusahaan dalam mencari keuntungan dan mempertahankan perusahaannya tergantung pada manajemen keuangan. Perusahaan harus memiliki kinerja keuangan yang sehat dan efisien untuk mendapatkan keuntungan atau laba. Oleh sebab itu, kinerja keuangan merupakan hal yang penting bagi setiap perusahaan didalam persaingan bisnis untuk mempertahankan perusahaannya.Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan adalah kunci keberhasilan perusahaan untuk dapat dikatakan mempunyai kinerja perusahaan yang baik, karena keuntungan merupakan komponen laporan keuangan yang digunakan sebagai alat untuk menilai baik tidaknya kinerja perusahaan. Hal ini akan mempengaruhi keberlangsungan perusahaan untuk maju dan kerjasama antara perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lain. Salah satu faktor yang dapat menunjukkan bagaimana kinerja perusahaan itu baik atau tidak yaitu dengan analisis laporan keuangan.Perusahaan perlu melakukan analisis laporan keuangan karena laporan keuangan digunakan untuk menilai kinerja perusahaan, dan digunakan untukmembandingkan kondisi persusahaan dari tahun sebelumnya dengan tahunsekarang apakah perusahaan tersebut meningkat atau tidak sehingga perusahaan mempertimbangkan keputusan yang akan diambil untuk tahun yang akan datang sesuai dengan kinerja perusahaannya. Kinerja adalah sesuatu yang ingin dicapai, untuk melakukan sesuatu yang ingin dicapai oleh seseorang. Jadi kinerja perusahaan adalah proses pengkajian secara kritis terhadap keuangan perusahaan untuk memberikan solusi dalam pengambilan suatu keputusan yang tepat pada suatu periode tertentu. Di karenakan sesuai dengan tugas yang saya terima dalam membuat 4 mapping analisis, maka saya akan menjelaskan 4 anlisis tersebut menurut para ahli:

1. Analisis DuPontMenurut Syamsudin (2001:64) analisis Du Pont System adalah ROI yang dihasilkan melalui pekalian antara keuntungan dari komponen-komponen sales serta efisiensi penggunaan total assets di dalam menghasilkan keuntungan tersebut.Sedangkan pendapat Sutrisno (2001:256) adalah suatu analisis yang digunakan untuk mengontrol perubahan dalam rasio aktivitas dan net profit margin dan seberapa besar pengaruhnya terhadap ROI.Menurut Syafarudin(2001:128) analisis Du Pont penting bagi manajer untuk mengetahui faktor mana yang paling kuat pengaruhnya antara profit margin dan total asset turnover terhadap ROI. Disamping itu dengan menggunakan analisis ini, pengendalian biaya dapat diukur dan efisiensi perputaran aktiva sebagai akibat turun naiknya penjualan dapat diukur. Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa analisis Du Pont System merupakan analisis yang mencakup rasio aktivitas dan margin keuntungan atas penjualan untuk menentukan profitabilitas yang dimiliki perusahaan. Dari analisis ini juga dapat diketahui efisiensi atas penggunaan aktiva perusahaan, yang dapat diuraikan dengan menggunakan analisis Du Pont adalah ROI (Rate Of Return On Investment) yang merupakan angka pembanding atau rasio antara laba yang diperoleh perusahaan dengan besarnya total aktiva perusahaan (Soedoyono,1991:137)Analisis ini biasanya digunakan oleh perusahaan-perusahaan besar. Diharapkan melalui Du Pon System, perusahaan pusat dapat menilai kinerja keuangan divisi/ departemen/ pusat investasi berdasarkan ROI yang dicapai. Hal ini merupakan perbedaan analisis dupoont dengan analisis lainnya.Adapun keunggulan analisis Du Pont System antara lain (Harahap,1998:333):1. Sebagai salah satu teknik analisis keuangan yang sifatnya menyeluruh dan manajemen bisa mengetahui tingkat efisiensi pendayagunaan aktiva.2. Dapat digunakan untuk mengukur profitabilitas masing-masing produk yang dihasilkan oleh perusahaan sehingga diketahui produk mana yang potensial.3. Dalam menganalisis laporan keuangan menggunakan pendekatan yang lebih integrative dan menggunakan laporan keuangan sebagai elemen analisisnya.Sedangkan kelemahan dari analisis Du Pont System adalah (Harahap:1998:341):1. ROI suatu perusahaan sulit dibandingkan dengan ROI perusahaan lain yang sejenis, karena adanya perbedaan praktek akutansi yang digunakan.2. Dengan menggunakan ROI saja tidak akan dapat digunakan untuk mengadakan perbandingan antara dua permasalahan atau lebih dengan mendapatkan kesimpulan yang memuaskan.Sistem Du Pont sering dipergunakan untuk pengendalian dalam perusahaan besar. Oleh karena itu kebijakan leverage financial dan pajak dibuat atas dasar perusahaan secara keseluruhan bukan secara divisional. Jika Du Pont system digunakan untuk pengendalian divisional maka disebut dengan pengendalian ROI, menurut Sartono (2000:344) a. Setiap divisi didefinisikan sebagai profit center, dengan investasi sendiri dan diharapkan menghasilkan return yang cukup.b. Jika ROI divisi yang bersangkutan turun dibawah target, maka staff perusahaan pusat akan meneliti kembali dengan Du Pont System untuk mencari penyebabnya.c. Prestasi manajer divisi dinilai atas dasar ROI divisi yang dipimpinnya dan dimotivasi untuk berusaha menccapai tingkat ROI yang ditargetkan.d. Return On Investment juga dipengaruhi oleh faktor selain kemampuan manajerial, seperti: kebijakan depresiasi (penyusutan), nilai buku, dll.

Bagan Du Pont untuk pengendalian divisiSumber: Weston dan Copeland, 1999ROIMargin LabaPerputaran total aktivaPenjualanTotal aktivaPenjualanLaba BersihPenjualanBankHarga Pokok PenjualanBiaya PenjualanBiaya AdministrasiBungaPajakAktiva LancarAktiva TetapKasPiutangTotal BiayaPersediaan

Dikurangi

Dibagi

Dikali

Dibagi

Ditambah

Research Gap (Jurnal) No. KriteriaPenjelasan

1.JudulAnalisis Laporan keuangan Persuahaan sebegai Dasar Pengambilan Keputusan Investasi Saham Berbasis Du Pont dan Fuuzzy

2.PenulisAchmad Zakki Falani

3Kesimpulan1. Dengan mengimplementasikan du pont system dan fuzzy logic akan didapat sebuah rekomendasi keputusan yang tepat dan akurat.2. Dengan adanya sistem ini nantinya tentunyaakan sangat membantu investor sebagai dasarkeputusan sebelum melakukan investasi saham.3. Sistem ini hanya mendukung terhadap 10 (sepuluh) saham yang diujikan, karena masing-masing perusahaan tentunya memiliki laporan keuangan yang berbeda.

Dari Jurnal tersebut maka dapat disimpulkan tentang implentasi du pont akan didapat sebuah rekomendasi keputusan yang tepat.

2. Analisis Tobins qTobins Q atau biasa juga disebut Q ratio atau Q Teori diperkenalkan pertama kali oleh James Tobin pada tahun 1969. James Tobin adalah ekonom Amerika yang berhasil meraih nobel di bidang ekonomi dengan mengajukan hipotesis bahwa nilai pasar suatu perusahaan seharusnya sama dengan biaya penggantian aktiva perusahaan tersebut sehingga menciptakan keadaan ekuilibrium.Pengertian Tobins Q ini menurut James Tobin sebagaimana yang dikutip oleh Carton dan Perluff dalam Juniarti (2009 : 22) adalah: Tobins Q is the ratio of the market value of a firm assets (as measured by the market value of the market value of its out standing stock and debt) to the replacement cost of the firms Asset

Dari 2 pengertian diatas menyatakan bahwa Tobins Q menawarkan penjelasan nilai dari suatu perusahaan. Tobins Q model mendefinisikan nilai perusahaan sebagai nilai kombinasi antara aktiva berwujud dan aktiva tak berwujud. Nilai Tobins Q perusahaan yang rendah (antara 0 dan 1) mengindikasikan bahwa biaya ganti aktiva perusahaan lebih besar daripada nilai pasar perusahaan tersebut. Hal ini mengindikasikan bahwa pasar menilai kurang perusahaan tersebut. Sedangkan jika nilai Tobins Q suatu perusahaan tinggi (lebih dari 1), maka nilai perusahaan lebih besar daripada nilai aktiva perusahaan yang tercatat. Hal ini mengindikasikan bahwa terdapat beberapa aktiva perusahaan yang tidak terukur atau tercatat.

Tobins Q atau Q ratio merupakan suatu model yang berguna dalam pembuatan keputusan investasi. Menurut Ricardo dalam Juniarti (2009 : 24), Tobins Q meringkas informasi yang akan datang yang relevan dengan keputusan investasi perusahaan. Perusahaan meningkatkan modal saham jika Q tinggi karena jika nilai Tobins Q di atas satu maka perusahaan akan menghasilkan rate of return yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang dikeluarkan oleh biaya aktiva.

Adapun keunggulan tobins q adalah1. Pengukuran kinerja dengan menggunakan Tobins Q tidak hanya memberikan gambaran pada aspek fundamental saja, tetapi juga sejauh mana pasar menilai perusahaan dari berbagai aspek yang dilihat oleh pihak luar termasuk investor. 2. Tobins Q mewakili sejumlah variabel yang penting dalam pengukuran kinerja, antara lain aktiva tercatat perusahaan, kecenderungan pasar yangSedangkan kelemahan Tobins adalah Penggunaan Tobins Q kurang familiar karena ketersediaan serta keakuratan data Q sangat terbatas dibandingkan denganvariable keuangan lain seperti beta.

Pengukuran Tobins Q Lindenberg dan Ross dalam Juniarti (2009 : 26) mengembangkan metode untuk mengukur Tobins Q dengan mengabaikan variabel intangible asset. Rumus Tobins Q ini kemudian menjadi:

Tobins Q = Market Value of The Firm / Replacement Value of Asset

=Market Value (Equity + Debt + Preferred Stock) Replacement Value of Asset (Plant + Equipment + Inventories)

Analis keuangan lain yang mengembangkan rumus Tobins Q adalah Chung dan Pruitt dalam Darmawati dan Khomsiyah (2003). Mereka mengembangkan rumus Tobins Q karena pada kenyataannya biaya penggantian aktiva seringkali tidak tersedia dan sulit diperhitungkan. Oleh karena itu mereka menyamakan biaya penggantian aktiva dengan nilai buku aktiva sehingga rumus Tobins Q menjadi:Tobins Q = ME + PS + DEBT / TADimana:ME= Jumlah saham biasa perusahaan yang beredar dikali dengan harga penutupan sahamPS = Nilai Likuidasi saham preferen perusahaan yang beredar. DEBT = (Total Utang + Persediaan Aktiva Lancar)TA = Nilai buku total aktiva perusahaan

Research Gap (Jurnal) No. KriteriaPenjelasan

1.JudulTobins Q dan Altman Z- Score Sebagai Indikator Pengukuran Kinerja Perusahaaan

2.PenulisBambang Sudiyatno danElen Puspitasari

3 KesimpulanBanyak analis Pasar Modal Menggunakan Model Tobins Q dan Altman Z-Score untu melihat kondisi, Potensi dan Kecenderungan Investasi

Dari Kesimpulan penelitian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa model Tobins q merupakan model analisis yag dipakai analis pasar modal dalam melihat kondisi, Potensi dan kecendrungan investasi

3. CAMELAnalisis CAMEL merupakan perwujudandari pasal 29 ayat 2 dari Undang-Undang perbankan No. 10 tahun 1998 yaitu Bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan kecikupan modal, kualitas asset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehatian-hatian. Analisis CAMEL oleh Bank Indonesia digunakan sebagai alat untuk menilai tingkat kesehatan bank, penilaian analisis CAMEL menggunakan system kredit dengan cara menjumlahkan nilai kredit yang didapat dari tiap-tiap komponen setelah dikalikan bobot faktor. Faktor-faktor yang dinilai dalam analisis ini : modal (capital), kualitas aktiva produktif (asset), manajemen (management), rentabilitas (earning), dan likuiditas (liquidity).

FAKTOR PERMODALANDalam aspek permodalan, faktor yang dinilai adalah struktur permodalan yang dimiliki bank yang bersangkutan. Struktur permodalan dinilai dengan menggunakan Capital Adequacy Ratio (CAR) yang didapat dari perbandingan antara jumlah keseluruhan modal dengan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko. Dengan kata lain CAR adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank (Kasmir,2010:273). CAR digunakan untuk mengukur proporsi modal sendiri dibandingkan dengan dana luar dalam rangka pembiayaan kegiatan usaha perbankan dan merupakan indikator terhadap kemampuan bank untuk menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugian-kerugian bank yang disebabkan oleh aktiva yang berisiko (Sunarti, 2008:131).

FAKTOR ASSET

Kelangsungan usaha suatu bank tergantung pada kesiapan bank itu sendiri untuk menghadapi risiko kerugian dari penanaman dana, oleh karena itu setiap pengurus bank wajib menjaga kualitas aktiva produktifnya. Kualitas aktiva produktif adalah penanaman dana bank baik dalam rupiah maupun valuta asing dalam bentuk kredit, surat berharga, penyertaan termasuk komitmen dan kontijensi pada transaksi rekening administratif (Widjanarto, 2003:169).

(Sunarti,2008:137)

FAKTOR MANAJEMENPenilaian analisis CAMEL tidak hanya didasarkan pada faktor-faktor yang berhubungan dengan masalah keuangan saja, namun juga faktor-faktor yang berhubungan dengan manajemen bank yang bersangkutan turut pula dianalisis. Faktor manajemen dianggap penting untuk dianalisis karena faktor manajemen dapat dijadikan alat ukur yang tepat untuk menilai kinerja dari bank tersebut, dimana kinerja bank yang baik turut mendukung keberhasilan operasional bank itu sendiri.FAKTOR RENTABILITAS

Analisis rasio rentabilitas merupakan alatuntuk menganalisis atau mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang berhasil dihimpunnya dalam bentuk giro wajib minimum yang berupa rekening giro bank yang bersangkutan pada Bank Indonesia. Tingkat rentabilitas bank harus terus terjaga karena untuk dapat melangsungkan hidupnya, suatu perusahaan haruslah berada dalam keadaan menguntungkan. Tanpa adanya keuntungan akan sangat sulit bagi perusahaan untuk menarik modal dari luar (Syamsuddin, 2001:59). Layaknya perusahaan pada umumnya setiap bank diwajibkan pula untuk menjaga tingkat rentabilitasnya. Tingkat rentabilitas dalam analisis CAMEL diukur dengan menggunakan dua rasio hitung, yaitu: ROA dan BOPO.

(Sunati, 2008:140)

(Sunarti, 2008:141)

FAKTOR LIKUIDITAS

Analisis rasio likuiditas adalah analisis yangdilakukan terhadap kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya atau kewajiban yang sudah jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Likuiditas tidak hanya berpedoman dengan keadaan keseluruhan keuangan perusahaan, tetapi juga berkaitan dengan keadaan keseluruhan keuangan perusahaan, tetapi juga berkaitan dengan kemampuannya untuk mengubah aktiva lancar tertentu menjadi uang kas (Sunarti, 2008:142).

(Sunarti, 2008:144)

Kelebihan CAMEL1. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan. 2. Merupakan penganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit. 3. Mengetahui posisi perusahaan ditengah industri lainnya.4. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan dan model prediksi. 5. Menstandarisasi ukuran perusahaan. 6. Lebih mudah membandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat perusahaan secara periodik atau Time Series.

Kukurangan CMEL1. Tidak dapat diterapkan sepenuhnya (hanya berdasar rasio keuangan yang digunakan dalam pengukuran kinerja aspek permodalan, kualitas aktiva produktif, manajemen, rentabilitas, dan likuiditas) namun disesuaikan dengan ketersediaan data yang ada. 2. Tidak bisa diterapkan sepenuhnya karena aspek-aspek dasar yang menjadi landasan penilaian kesehatan perbankan belum bisa dilacak dari laporan keuangan bank

Research Gap (Jurnal) No. KriteriaPenjelasan

1.JudulAnalisis Tingkat Kesehetan Bank Dengan Menggunakan Metode Camel; Study Pada PT. Bank Jatim, PT Bank Jatim, Tbk, Malang 2010-2012

2.PenulisNinda Dyah A. Achmad Husaini dan Devi Farah Azizah

3 KesimpulanDari semua analsis yang dilakukan di dalam penelitian tersebut dapat disimpulkan untuk semua analisis mengatakan Bank Jatim dalam keadaan sehat

Dari Kesimpulan Penetian tersebut, saya dapat menarik Kesimpulan Bahwa analisis CAMEL tepat digunakan di bank karena sesuai pada analisis tersebut yang mengatakan Bank Jatim sehat, sampai saat ini Bank Jatim tidak ada terjadi kebangkrutan dan tidak ada terjadi kejadian apa-apa terhadap bank tersebut.

4. Analisis EVA MVA.ECONOMIC VALUE ADDED (EVA)EVA pertama kali dipopulerkan oleh Stern Steward melalui perusahaan Management Service yang merupakan perusahaan konsultan dari Amerika Serikat. EVA telah diadopsi oleh beberapa perusahaan di negara barat seperti Amerika Serikat, Inggris dan Jerman. Berbeda dengan analisis rasio maka EVA sebagai suatu konsep baru untuk menilai kinerja perusahaan dapat berdiri sendiri dan sekaligus dapat mengukur profitabilitas dan pertumbuhan (Rao, 1994 : 67). Ini berarti bahwa mengetahui EVA suatu perusahaan berarti mengetahui profitabilitas dan pertumbuhannya.

PengertianG. Bennett Stewart III (1991) sebagai pencetus konsep EVA mendifinisikan bahwa: Economic Vallue Added (EVA) is the one measure that properly accounts for all the complex trade-offs involved in creating value .Young & OBryne mendefinisikan EVA sebagai sisa laba (residual income, excess earning) setelah penyedia modal diberikan kompensasi sesuai hasil pengembalian (return) yang dibutuhkan atau setelah semua biaya kapital yang digunakan untuk menghasilkan laba. Yang dimaksud dengan laba disini adalah laba bersih setelah pajak. Sedangkan biaya kapital adalah biaya bunga pinjaman dan biaya ekuitas yang digunakan untuk menghasilkan NOPAT yang dihitung secara rata-rata tertimbang (weighted average cost of capital = WACC).Menurut Sartono (1999), Economic Value Added (EVA) adalah : Suatu pengukuran dengan memperhitungkan secara tepat semua faktor-faktor yang berhubungan dengan penciptaan nilai (value). Economic Value Added (EVA) sedikit berbeda dengan discounted cash flow method yang lain karena Economic Value Added (EVA) memperhitungkan opportunity cost of equity. Economic Value Added (EVA) tidak lain adalah selisih antara tingkat pengembalian modal (rate of return on capital) dengan biaya modal dan dikalikan nilai buku ekonomis dari modal yang dipergunakan.Dengan demikian dapat dikatakan bahwa EVA merupakan suatu alat analisis keuangan untuk menilai tingkat profitabilitas yang rasional dari operasi perusahaan, dan Economic Value Added (EVA) mempergunakan biaya modal dalam perhitungannya. Selain itu Economic Value Added (EVA) juga mempertimbangkan dengan adil harapan para penyandang dana, melalui perhitungan biaya modal tertimbang dari struktur modal perusahaan.Perhitungan Economic Value Added (EVA)EVA menurut G. Bennet Stewart III (1991 : 139) dirumuskan sebagai berikut :EVA = (r c) x CapitalEVA= NOPAT (c x Capital)Dimana :r = NOPAT (Net Operating Profit After Tax)c = Biaya modal rata-rata tertimbang atau WACC

Dalam konsep EVA, nilai capital terdiri atas ekuitas ditambah utang berbunga (interest bearing debt) yang diambil dari neraca. Terhadap nilai kapital tersebut, sebelumnya dilakukan penyesuaian yaitu dengan menambahkan apa yang disebut dengan equity ekuivalents. Adapun tujuan dari penyesuaian akuntasi adalah:1. Meminimalisir bias dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK).1. Meningkatkan akuntabilitas untuk dana pemegang saham dengan menghapuskan pencadangan dari akuntansi berbunga, mengakui utang diluar neraca dan mengakui opsi saham sebagai biaya bisnis.1. Membatasi kemampuan manajemen untuk mengelola pendapatan dengan menghapuskan penumpukan (accrual) untuk piutang ragu-ragu dan jaminan.1. Menghapuskan beban bukan tunai seperti amortisasi goodwill, dan biaya pajak yang ditangguhkan.1. Membuat EVA sekarang sebagai suatu pengukuran dari nilai pasar dengan: mengkapitalisasi restrukturisasi dan beban khusus lainnya, mengeluarkan pendapatan dan aktiva non-operasi dan mengkapitalisasi bagian dari beban modal. (Young & OBryne. 2001:188)Menurut Steward III dalam bukunya The Quest for Value (dalam Achstatter 1995), terdapat 162 item yang bisa disesuiakan guna perhitungan EVA. Sebagian besar perusahaan memakai 5 dari 12 penyesuaian yang lazim digunakan. Adapun Equity Ekuivalents yang dipergunakan adalah sabagai berikut: (Stewart, 1991:112):

Komponen Equity EkuivalentsAdjustments to compute capitalAdjusments to compute NOPAT

Add to capital for EVA calculation:1. Deffered tax reserve1. LIFO reserve1. Cumulative goodwill amortization1. Unrecorded goodwill1. (NET) capitalized intangibles1. Full cost reserve1. Cumulative unusual loss/gain after taxes1. Other reserve, such as:7. Bad debt reserve7. Inventory obsolescence reserve7. Warranty reserve7. Deffered income reserveAdd to NOPAT or EVA Calculation:3. Increase in differed tax reserve3. Increase in LIFO reserve3. Goodwill amortization3. Increase in (net) capitalized intangibles3. Increase in full cost reserve3. Unusual loss/gain after taxes3. Increase in other reserves

Prinsip dasar dalam melakukan penyesuaian ini adalah menghilangkan distorsi sejauh praktis dan memungkinkan. Kriteria umum yang dapat digunakan ada dua yaitu: Pertama, adakah dampak material yang ditimbulkan terhadap nilai EVA yang dihasilkan?. Kedua, apakah informasi yang dibutuhkan relatif mudah dilacak dan diturunkan? (Surya, 2002:27). Pada umumnya penyesuaian yang bisa dilakukan adalah pada pos cadangan piutang ragu-ragu atau piutang tak tertagih, amortisasi goodwill dan pajak tangguhan.

Menurut Widayanto (1993:53) langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk mendapatkan ukuran EVA adalah :0. Menghitung / menaksir ongkos modal hutang (cost of debt = kD) Dalam hal ini pembayaran bunga mengurangi besarnya pendapatan kena pajak maka ongkos modal hutang harus dikoreksi dengan (1 t) sehingga kD = (1 t) x tingkat bunga (%)0. Menaksir ongkos modal saham (cost of equity = kE) Untuk menaksir ongkos modal saham perlu pendekatan berdasar tingkat pengembalian (return) yang diharapkan pemegang saham yang didasarkan nilai pasar yang berlaku dan bukan nilai buku. Ada beberapa cara untuk menentukan ongkos modal saham (kE) antara lain dividend growth, CAPM (Capital Asset Pricing Model) dan APT (Arbitrage Price Theory).

kE = rf + (rm rf)Dimana :rf = tingkat bunga investasi yang bisa diperoleh tanpa resiko biasanya sebagai acuan adalah deposito bank pemerintah.rm =tingkat return investasi rata-rata dari keseluruhan pasar. =faktor resiko (beta) yang berlaku spesifik untuk perusahaan tersebut

0. Menghitung struktur modalStruktur modal biasanya terdiri hutang dan ekuitas, sehingga dicari Komposisi hutang = rasio hutang terhadap jumlah modalKomposisi ekuitas = rasio komposisi modal saham terhadap jumlah modal 0. Menghitung Biaya Modal Rata-rata Tertimbang (weighted average cost of capital = WACC)WACC = Komposisi utang (%) x kD + Komposisi ekuitas (%) x kE0. Menghitung EVAEVA = NOPAT (c x Capital)Untuk mempermudah perhitungan langkah-langkah penentuan EVA dapat ditabelkan sebagai berikut :LangkahSatuanKeterangan

1. Biaya Modal Hutang (kD)

a. Beban bungaRpLaporan laba rugi

b. Jumlah hutang jangka panjangRpNeraca

c. Suku bunga%(1.a)/(1.b)

d. Pajak perusahaan (t)%Laporan laba rugi dan penjelasannya

e. Faktor koreksi (1-t)%1 (1.d)

f. Biaya modal hutang%(1.e) x (1.c)

2. Biaya Modal Saham (kE)

a. rf tingkat bunga tanpa risiko)%Bunga SBI

b. Beta%(r im Im) : m2

c. rm (tingkat bunga pasar)%Bursa efek

d. Biaya modal saham%(2a) + (2b) x (2c 2a)

3. Struktur modal

a. Hutang jangka panjangRpNeraca

b. Modal sahamRpNeraca

c. Jumlah modalRp(3a) + (3b)

d. Komposisi utang%(3a) / (3c)

e. Komposisi modal saham%(1-(3d))

4. a. Biaya Modal Rata-rata Tertimbang (WACC)%{(3d) x (1f)} + {(3e) x (2d)}

5. EVA

a. Laba sebelum pajakRpLaporan laba rugi

b. Beban bungaRpLaporan laba rugi

c. Laba sebelum bunga dan pajakRp(5a) + (5b)

d. Beban pajak(Rp)Laporan laba rugi

e. Biaya modal tertimbang(Rp)(4a) x (3c)

f. EVARp(5c) (5d) (5e)

Capital Charges = WACC x invested capital1. WACC = portion of debt x cost of debt x (1-T) + portion of equity x cost of equityDalam perhitungan WACC:0. tax rate ditetapkan 30%0. cost of debt adalah bunga pinjaman jangka panjang dan pendek0. cost of equity dihitung dengan CAPM = risk free +{beta (risk market risk free), dimana:2. risk free menggunakan rata-rata suku bunga SBI 3 bulan2. beta sebagai indicator volatilitas risiko relatif terhadap perusahaan diperoleh dari Bloomberg 2. market risk premium sebagai faktor tambahan resiko perusahaan karena melakukan pembiayaan dengan menerbitkan saham ditetapkan 6%.1. Invested capital = utang jangka panjang + utang jangka pendek +pinjaman bank + sewa guna usaha/obligasi jangka panjang + kewajiban pajak tangguhan + kewajiban jangka panjang lainnya + hak minoritas atas aktiva bersih anak perusahaan dan ekuitas1. Penyesuaian yang dilakukan adalah: pertama, mengamortisasi biaya R&D, biaya iklan, biaya promosi dan restrukturisasi, kedua membatasi kemampuan manajemen merekayasa pendapatan dengan mengeliminasi akrual piutang tak tertagih, ketiga mengeliminasi noncash charge seperti amortisasi goodwill, royalty maupun pajak tanggguhan, keempat membuat current EVA sebagai pengukuran market value yang lebih baik dengan mengeluarkan non operating income dan aktiva serta mengkapitalisasi sebagian capital charge terutama yang terkait dengan operating lease.Untuk melihat apakah dalam perusahaan telah terjadi EVA atau tidak dapat ditentukandengan kriteria yang dikemukakan oleh Gatot Widayanto (1993:50), sebagai berikut :1. EVA > 0, telah terjadi nilai tambah ekonomi (NITAMI) dalam perusahaan, sehingga semakin besar EVA yang dihasilkan maka harapan para penyandang dana dapat terpenuhi dengan baik, yaitu mendapatkan pengembalian investasi yang sama atau lebih dari yang diinvestasikan dan kreditur mendapatkan bunga. Keadaan ini menunjukkan bahwa perusahaan berhasil menciptakan nilai (create value) bagi pemilik modal sehingga menandakan bahwa kinerja keuangannya telah baik.1. EVA < 0, menunjukkan tidak terjadi proses nilai tambah ekonomis (NITAMI) bagi perusahaan, karena laba yang tersedia tidak dapat memenuhi harapan para penyandang dana terutama pemegang saham yaitu tidak mendapatkan pengembalian yang setimpal dengan investasi yang ditanamkan dan kreditur tetap mendapatkan bunga. Sehingga dengan tidak ada nilai tambahnya mengindikasikan kinerja keuangan perusahaan kurang baik.1. EVA = 0, menunjukkan posisi impas karena semua laba telah digunakan untuk membayar kewajiban kepada penyandang dana baik kreditur dan pemegang saham.Sedangkan Stephen Obyrne (1997:5) menyebutkan bahwa:2. EVA positif berarti perusahaan memperoleh keuntungan lebih banyak dari biaya modal, hal ini bisa menambah keuntungan EVAnya, jika selanjutnya untuk menambah modal dan menjaga laju keuntungannya.2. EVA negatif berarti perusahaan memperoleh keuntungan lebih kecil dari modal biaya, ini berarti perusahaan gagal meningkatkan keuntungan dari modal dasar dalam membuat investasi baru, yang juga lebih lanjut memperoleh lebih kecil biaya modal.

Strategi menaikkan EVADalam sistem EVA untuk menciptakan nilai pemegang saham, perusahaan harus menghasilkan untung melebihi biaya modal disegala unit bisnisnya. Meskipun demikian tidak berarti bahwa pihak manajemen memanfaatkan profitabilitas untuk jangka pendek tetapi betul-betul memperhatikan pertumbuhan EVA untuk waktu yang akan datang sehingga terjadi peningkatan EVA secara terus menerus. Adapun cara untuk meningkatkan EVA perusahaan menurut Gatot Widiyanto (1993 : 52), yaitu:1. Meningkatkan keuntungan atau profit tanpa menggunakan tambahan modal misalnya dengan menggunakan metode cost cutting. 1. Mengurangi pemakaian modal. Dalam prakteknya metode ini seringkali efektif menaikkan EVA, misalnya dengan menjadwal ulang produksinya sehingga memerlukan gudang yang lebih sedikit.1. Melakukan investasi pada proyek-proyek dengan pengembalian tinggi, dengan meyakinkan bahwa proyek-proyek tersebut bisa mendapatkan lebih dari sekedar ongkos modal keseluruhan yang diperlukan.Sedangkan menurut Taaki Wakasugi (1997:103) ada 3 cara untuk meningkatkan EVA, yaitu: 1. Menumbuhkan bisnis dengan penanaman modal baru yang menjanjikan hasil yang lebih besar daripada biaya modal.1. Mengembangkan EVA dengan tidak menumbuhkan atau membuat bisnis baru tetapi meningkatkan efisiensi dan menambahkan keuntungan pada modal yang ada.1. Menghapus unit bisnis yang tidak menjanjikan atau tidak berkembang.Dari kedua pendapat diatas, menunjukkan ada tiga strategi untuk menaikkan EVA, yaitu :1. Strategi menciptakan nilai dengan mencapai pertumbuhan keuntungan (profitable growth) hal ini bisa dicapai dengan menambah modal yang diinvestasikan pada proyek dengan tingkat pengembalian tinggi. 1. Strategi penciptaan nilai dengan meningkatkan efisiensi operasi (operating efficiency) dalam hal ini meningkatkan keuntungan tanpa menggunakan tambahan modal. 1. Strategi penciptaan nilai dengan rasionalisasi dan keluar dari bisnis yang tidak menjanjikan (ratinalize and exit unrewarding business), ini berarti menarik modal yang tidak produktif dan menarik modal dari aktivitas yang menghasilkan return yang rendah serta menghapus unit bisnis yang tidak menjanjikan hasil.

Keunggulan dan Kelemahan EVABerdasarkan paparan di atas jelas terlihat, bahwa EVA terutama digunakan sebagai penilaian kinerja perusahaan dimana fokus penilaian kinerja adalah pada penciptaan nilai (value creation) yang merupakan salah satu kelebihan EVA. Menurut Mirza (1997 : 28) mengungkapkan kelebihan EVA adalah :1. EVA memfokuskan penilaian pada nilai tambah dengan memperhitungkan beban nilai modal sebagai konsekuensi investasi.1. Perhitungan EVA dapat dipergunakan secara mandiri tanpa memerlukan data pembanding seperti standar industri atau data perusahaan sebagai konsep penilaian dengan menggunakan analisis ratio.1. Konsep EVA adalah alat mengukur bonus karyawan perusahaan yang melihat segi ekonomis dalam pengukurannya yaitu dengan memperhatikan harapan para penyandang dana secara adil, dimana derajat keadilan dinyatakan dengan ukuran tertimbang dari struktur modal yang ada dan pedoman pada nilai pasar dan bukan pada nilai buku.1. Konsep EVA merupakan tolak ukur yang tepat untuk menjalankan stock holder satisfaction concept yang memperhatikan karyawan, pelanggan dan pemodal.1. Pengaplikasian EVA yang mudah menunjukkan bahwa konsep tersebut merupakan ukuran yang praktis, muda dihitung dan mudah digunakan. Sehingga merupakan salah bahan pertimbangan dalam mempercepat pengambilan keputusan bisnis.1. Meskipun konsep EVA beroreintasi pada kinerja operasional akan tetapi sangat berpengaruh untuk dipertimbangkan dalam penentuan arah strategi perkembangan portofolio perusahaan. Sebagai contoh bila suatu unit usaha selalu mempunyai EVA yang negatif, kemungkinan sudah saatnya perusahaan induk memutuskan untuk keluar dari bisnis tertentu.Sehingga dapat dikatakan bahwa EVA merupakan suatu metode penilaian yang secara akurat dan komprehensif mampu memberikan penilaian secara wajar atas kondisi suatu perusahaan. Melihat berbagai kelebihan EVA, ternyata juga mempunyai kelemahan-kelemahan yang diungkapkan oleh Mirza (1997 : 23) sebagai berikut :1. EVA hanya mengukur hasil akhir (result), konsep ini tidak mengukur aktivitas-aktivitas penentu seperti loyalitas dan tingkat retensi konsumen.1. EVA terlalu tertumpu pada keyakinan bahwa investor sangat mengandalkan pendekatan fundamental dalam mengkaji dan mengambil keputusan untuk menjual atau membeli saham tertentu, padahal faktor-faktor lain terkadang lebih dominan.1. Konsep ini sangat tergantung pada transparansi internal dalam perhitungan EVA secara akurat.Walaupun terdapat beberapa kelemahan, EVA tetap berguna untuk dijadikan acuan, mengingat EVA mempertimbangkan harapan investor terhadap investasi mereka. Pengembalian dari suatu investasi baru akan berarti apabila besarnya pengembalian tersebut melebihi biaya modal yang dikeluarkan untuk mewujudkan investasi tersebut.

MARKET VALUE ADDED (MVA)MVA merupakan satu ukuran tunggal yang mengukur keberhasilan perusahaan dalam memaksimalkan kekayaan pemegang saham dengan mengalokasikan sumber-sumber yang sesuai dan langka. MVA mencerminkan besarnya nilai tambah yang berhasil dikapitalisasikan dan memperbesar nilai yang digunakan suatu perusahaan. MVA mencerminkan seberapa besar manajemen mampu menciptakan atau menambah kekayaan bagi para pemilik kapital atau pemegang saham sehingga MVA adalah hasil kumulatif dari kinerja perusahaan yang dihasilkan oleh berbagai investasi yang telah dilakukan maupun yang diantisipasi akan dilakukan yang memperlihatkan penilaian pasar modal.MVA menurut Stern Stewart dalam The Stern Stewart Performance 1000 (1996 : 1) adalah Perbedaan cash baik debt atau equity investor yang telah di kontribusikan dalam perusahaan dan nilai cash yang diharapkan dan diformulasikan sebagai berikut :MVA= Market Value of Capital Book Value of CapitalDalam hal ini kesejahteraan pemilik saham dapat dimaksimalkan hanya melalui pemaksimalan perbedaan antara nilai pasar total dari aktiva dan modal total atau memaksimalkan MVA. Jadi MVA positif atau negatif bagi perusahaan yang go public adalah perkiraan dari pasar modal tentang MVA dari proyek-proyek investasi perusahaan, baik yang telah terjadi maupun yang diantisipasi investor akan terjadi di masa mendatang. Suatu perusahaan yang menghasilkan balikan (return) lebih dari biaya kapital menunjukkan EVA yang positif serta akan memiliki nilai pasar yang tinggi (premium stock market value) dan sebaliknya. G. Bannet Stewart III dalam Quest for value (1991 : 184) menyebutkan :Karena nilai buku dari hutang bersih tercermin dalam market value dan book dari capital sehingga diperhitungkan sebagai selisih diantara market value dan equity book value dari commom equity capital, maka :MVA= Equity Market Value Equity Book Value(nilai pasar saham nilai buku saham yang diinvestasikan)Dimana :EMV= Number shares x Price / SharesEBV= Number shares x Nominal value / Shares Pada perusahaan yang menerbitkan surat utang (obligasi), nilai pasar merupakan penjumlahan antara kapitalisasi pasar dengan nilai obligasi yang diterbitkan. Ketentuan atau tolak ukur dari MVA sebagai berikut:1. Jika MVA positif (>0) artinya pihak manajemen telah mampu meningkatkan kekayaan perusahaan dan kekayaan para pemegang sahampun bertambah.1. Jika MVA negatif ( 0). Kedua perusahaan mampu memberikan tingkat pengembalian sesuai dengan yang diharapkan investor dan juga menunjukkan bahwa pasar memberikan respon yang positif akan perkembangan usaha dibidang industri Animal feed and Husbandry ini.

2. Hasil ini akan menarik investor untuk menanamkan modalnya pada kedua perusahaan ini dengan harapan manajer akan mengelola modal yang dipercayakan kepadanya dengan produktif sehingga akan menjadi lebih besar.

DAFATAR PUSTAKA

Syamsudin, Lukman. 2000. Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.Sutrisno, 2001, Manajemen Keuangan, Ekonesia: Yogyakarta.

Harahap, Sofyan Safri, 1998, Anilisis Kritis Atas Laporan Keuangan, Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.

R. Agus Sartono. 2000. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: BPFE UGM

Weston dan Copeland Alih Bahasa Kirbandoko, Jaka, Supranoto. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi Kesembilan. Jakarta : Salemba Empat, 1999.

Falani, Achmad Zakki , Analisis Laporan keuangan Persuahaan sebegai Dasar Pengambilan Keputusan Investasi Saham Berbasis Du Pont dan Fuuzzy, JURNAL LINK VOL 18

Juniarti. 2009. Penggunaan Economic Value Added (EVA) dan TobinS Q Sebagai Alat Ukur KinerjaFinansial Perusahaan di Industri Food And Beverage Yang Listing di Bursa Efek Indonesia. Skripsi S1, Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin, Makassar.

Kasmir. 2010. Manajemen Perbankan. Edisi Revisi 9. Jakarta: Rajawali Pers

Sunarti. 2008. Sistem dan Manajemen Perbankan Indonesia. Malang: NN Press

Widjanarko. 2003. Hukum Perbankan di Indonesia. Jakarta: PT. Pustaka Utama Grafiti

Syamsuddin. 2001. Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Rao, Ramesh. K.S. 1994. Fundamental and Financial Management. Macmillan Publishing Company-New York-Collier Macmillan Publishing London.

Sartono, Agus. 1999. Manajemen Keuangan. Edisi 4. Yogyakarta: BPFE.Stewart III, George Bennet. 1991. The Quest for Value. New York: The Management Guide, Harper Bussiness. Surya, Alexander. 2001. Mengukur Kinerja Sejati Perusahaan. Majalah SwaSembada, No. 19/XVII/20 September 3 Oktober. Widayanto, Gatot. 1993. EVA atau Nitami: Suatu Terobosan Baru Dalam Pengukuran Kinerja Perusahaan. Manajemen, No. 12 Th. XXII, Desember. Jakarta Wakasugi, Taki. et.al., 1997. EVA dan Shareholder Value in Japan. Journal of Applied Coporate Finance, Vol. 9 No. 4. p. 99-114.Mirza, Teuku. 1997. EVA sebagai alat Penilaian. Manajemen Usahawan Indonesia, No. 11 Tahun XXVI, April. Jakarta.

UraianANALISIS DU PONTANALISIS TOBIN GANALISIS CAMELANALISIS EVA & MVA

PENGERTIAN

Sutrisno (2001:256) adalah suatu analisis yang digunakan untuk mengontrol perubahan dalam rasio aktivitas dan net profit margin dan seberapa besar pengaruhnya terhadap ROI.Tobins Q atau Q ratio merupakan suatu model yang berguna dalam pembuatan keputusan investasi. Menurut Ricardo dalam Juniarti (2009 : 24), Tobins Q meringkas informasi yang akan datang yang relevan dengan keputusan investasi perusahaan.analisis CAMEL menggunakan system kredit dengan cara menjumlahkan nilai kredit yang didapat dari tiap-tiap komponen setelah dikalikan bobot faktor. Faktor-faktor yang dinilai dalam analisis ini : modal (capital), kualitas aktiva produktif (asset), manajemen (management), rentabilitas (earning), dan likuiditas (liquidity).Young & OBryne mendefinisikan EVA sebagai sisa laba (residual income, excess earning) setelah penyedia modal diberikan kompensasi sesuai hasil pengembalian (return) yang dibutuhkan atau setelah semua biaya kapital yang digunakan untuk menghasilkan laba.

PERBEDAANAnalisis ini biasanya digunakan oleh perusahaan-perusahaan besar. Diharapkan melalui Du Pon System, perusahaan pusat dapat menilai kinerja keuangan divisi/ departemen/ pusat investasi berdasarkan ROI yang dicapai. Hal ini merupakan perbedaan analisis dupoont dengan analisis lainnya.

1. Mendefinisikan nilai perusahaan sebagai nilai kombinasi antara aktiva berwujud dan aktiva tak berwujud2. Meringkas informasi yang akan datang yang relevan dengan keputusan investasi perusahaan.Analisis ini untuk Perbankkkan1. Menilai kinerja keuangan suatu perusahaan secara tepat dengan memperhatikan sepenuhnya kepentingan dan harapan penyedia dana yaitu tingkat pengembalian atas modal yang ditanamkan di perusahaan.

KELEBIHAN1. Sebagai salah satu teknik analisis keuangan yang sifatnya menyeluruh dan manajemen bisa mengetahui tingkat efisiensi pendayagunaan aktiva.2. Dapat digunakan untuk mengukur profitabilitas masing-masing produk yang dihasilkan oleh perusahaan sehingga diketahui produk mana yang potensial.3. Dalam menganalisis laporan keuangan menggunakan pendekatan yang lebih integrative dan menggunakan laporan keuangan sebagai elemen analisisnya.

1. Pengukuran kinerja dengan menggunakan Tobins Q tidak hanya memberikan gambaran pada aspek fundamental saja, tetapi juga sejauh mana pasar menilai perusahaan dari berbagai aspek yang dilihat oleh pihak luar termasuk investor.2. Tobins Q mewakili sejumlah variabel yang penting dalam pengukuran kinerja, antara lain aktiva tercatat perusahaan, kecenderungan pasar yang

1. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan.2. Merupakan penganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit.3. Mengetahui posisi perusahaan ditengah industri lainnya.4. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan dan model prediksi.5. Menstandarisasi ukuran perusahaan.6. Lebih mudah membandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat perusahaan secara periodik atau Time Series.

Kelebihan EVAa. EVA memfokuskan penilaian pada nilai tambah dengan memperhitungkan beban nilai modal sebagai konsekuensi investasi.b. Perhitungan EVA dapat dipergunakan secara mandiri tanpa memerlukan data pembanding seperti standar industri atau data perusahaan sebagai konsep penilaian dengan menggunakan analisis ratio.c. Konsep EVA adalah alat mengukur bonus karyawan perusahaan yang melihat segi ekonomis dalam pengukurannya yaitu dengan memperhatikan harapan para penyandang dana secara adil, dimana derajat keadilan dinyatakan dengan ukuran tertimbang dari struktur modal yang ada dan pedoman pada nilai pasar dan bukan pada nilai buku.d. Konsep EVA merupakan tolak ukur yang tepat untuk menjalankan stock holder satisfaction concept yang memperhatikan karyawan, pelanggan dan pemodal.e. Pengaplikasian EVA yang mudah menunjukkan bahwa konsep tersebut merupakan ukuran yang praktis, muda dihitung dan mudah digunakan. Sehingga merupakan salah bahan pertimbangan dalam mempercepat pengambilan keputusan bisnis.f. Meskipun konsep EVA beroreintasi pada kinerja operasional akan tetapi sangat berpengaruh untuk dipertimbangkan dalam penentuan arah strategi perkembangan portofolio perusahaan. Sebagai contoh bila suatu unit usaha selalu mempunyai EVA yang negatif, kemungkinan sudah saatnya perusahaan induk memutuskan untuk keluar dari bisnis tertentuKelebihan MVA menurut Zaky dan Ary (2002: 139), MVA merupakan ukuran tunggal dan dapat berdiri sendiri yang tidak membutuhkan analisis trend sehingga bagi pihak menajemen dan penyedia dana akan lebih mudah dalam menilai kinerja perusahaan

KELEMAHAN1. ROI suatu perusahaan sulit dibandingkan dengan ROI perusahaan lain yang sejenis, karena adanya perbedaan praktek akutansi yang digunakan.2. Dengan menggunakan ROI saja tidak akan dapat digunakan untuk mengadakan perbandingan antara dua permasalahan atau lebih dengan mendapatkan kesimpulan yang memuaskan.

Penggunaan Tobins Q kurang familiar karena ketersediaan serta keakuratan data Q sangat terbatas dibandingkan denganvariable keuangan lain seperti beta.1. Tidak dapat diterapkan sepenuhnya (hanya berdasar rasio keuangan yang digunakan dalam pengukuran kinerja aspek permodalan, kualitas aktiva produktif, manajemen, rentabilitas, dan likuiditas) namun disesuaikan dengan ketersediaan data yang ada.

2. Tidak bisa diterapkan sepenuhnya karena aspek-aspek dasar yang menjadi landasan penilaian kesehatan perbankan belum bisa dilacak dari laporan keuangan bankKekurangan EVAa. EVA hanya mengukur hasil akhir (result), konsep ini tidak mengukur aktivitas-aktivitas penentu seperti loyalitas dan tingkat retensi konsumen.b. EVA terlalu tertumpu pada keyakinan bahwa investor sangat mengandalkan pendekatan fundamental dalam mengkaji dan mengambil keputusan untuk menjual atau membeli saham tertentu, padahal faktor-faktor lain terkadang lebih dominan.c. Konsep ini sangat tergantung pada transparansi internal dalam perhitungan EVA secara akurat.kelemahan MVA adalah MVA hanya dapat diaplikasikan pada perusahaan yang sudah go public saja

RESEARCH GAP

JudulAnalisis Laporan keuangan Persuahaan sebegai Dasar Pengambilan Keputusan Investasi Saham Berbasis Du Pont dan FuuzzyTobins Q dan Altman Z- Score Sebagai Indikator Pengukuran Kinerja PerusahaaanAnalisis Tingkat Kesehetan Bank Dengan Menggunakan Metode Camel; Study Pada PT. Bank Jatim, PT Bank Jatim, Tbk, Malang 2010-2012

Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Dengan Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA) Dan Market Value Added ( MVA)

PenulisAchmad Zakki FalaniBambang Sudiyatno danElen PuspitasariNinda Dyah A. Achmad Husaini dan Devi Farah AzizahLina Lutiana, Nengah Sudjana, M. G Wi Endang N P

Kesimpulan4. Dengan mengimplementasikan du pont system dan fuzzy logic akan didapat sebuah rekomendasi keputusan yang tepat dan akurat.5. Dengan adanya sistem ini nantinya tentunyaakan sangat membantu investor sebagai dasarkeputusan sebelum melakukan investasi saham.6. Sistem ini hanya mendukung terhadap 10 (sepuluh) saham yang diujikan, karena masing-masing perusahaan tentunya memiliki laporan keuangan yang berbeda.Banyak analis Pasar Modal Menggunakan Model Tobins Q dan Altman Z-Score untu melihat kondisi, Potensi dan Kecenderungan Investasi

Dari semua analsis yang dilakukan di dalam penelitian tersebut dapat disimpulkan untuk semua analisis mengatakan Bank Jatim dalam keadaan sehat1. Kinerja keuangan kedua perusahaan ini bisa dikatakan baik karena EVA yang dihasilkan selama periode penelitian selalu bernilai positif (EVA> 0). Kedua perusahaan mampu memberikan tingkat pengembalian sesuai dengan yang diharapkan investor dan juga menunjukkan bahwa pasar memberikan respon yang positif akan perkembangan usaha dibidang industri Animal feed and Husbandry ini.2. Hasil ini akan menarik investor untuk menanamkan modalnya pada kedua perusahaan ini dengan harapan manajer akan mengelola modal yang dipercayakan kepadanya dengan produktif sehingga akan menjadi lebih besar.