rumah toraja

16
Makalah RUMAH TORAJA Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Penyehatan Pemukiman Semester IV Disusun Oleh : 1. Astari Juwita (P071331100) 2. Dilla Dwi Arinta (P07133110052) 3. Fidia Dwi Listya (P071331100) 4. Khafid Anwar C (P071331100) 5. Pradnyayu Pinggarani (P07133110073) 6. Rizqy Amalia (P071331100) 7. Sun Elsa Novita (P071331100) 8. Tomi Saputra (P07133110093)

Upload: rizqya293460

Post on 06-Aug-2015

51 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

makalah penyehatan rumah (toraja)

TRANSCRIPT

Page 1: rumah Toraja

Makalah

RUMAH TORAJA

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Penyehatan Pemukiman Semester IV

Disusun Oleh :

1. Astari Juwita (P071331100)

2. Dilla Dwi Arinta (P07133110052)

3. Fidia Dwi Listya (P071331100)

4. Khafid Anwar C (P071331100)

5. Pradnyayu Pinggarani (P07133110073)

6. Rizqy Amalia (P071331100)

7. Sun Elsa Novita (P071331100)

8. Tomi Saputra (P07133110093)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN

2012

Page 2: rumah Toraja

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga tugas makalah dengan judul

“Rumah Toraja” dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Makalah ini terwujud atas bimbingan, saran dan bantuan dari berbagai

pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu dan pada kesempatan ini penulis

menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada:

1. Dr. Hj. Lucky Herawati, SKM.MSc, selaku Direktur Politeknik Kesehatan

Kemenkes Yogyakarta.

2. Tuntas Bagyono, SKM,M.Kes, selaku Ketua Jurusan Kesehatan

Lingkungan Kemenkes RI Yogyakarta.

3. Pak Sigit selaku .....

4. Bu Hani selaku...

5. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan dan doa

6. Teman-teman baikku yang selalu semangat memberikan dukungan dan

bantuannya.

Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca

untuk kesempurnaan tugas laporan PTPSP ini. Harapan penulis semoga tugas

PTPSP ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Yogyakarta, Mei 2012

Penulis

Page 3: rumah Toraja

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Rumah adalah bangunan yang dijadikan tempat tinggal selama jangka

waktu tertentu. Rumah bisa menjadi tempat tinggal manusia maupun

hewan, namun tempat tinggal yang khusus bagi hewan biasa disebut

sangkar, sarang, atau kandang. Dalam arti khusus, rumah mengacu pada

konsep - konsep sosial kemasyarakatan yang terjalin di dalam bangunan

tempat tinggal.

Rumah menjadi faktor utama bagi sebuah keluarga dalam membentuk

karakter dan menciptakan pribadi – pribadi yang baik. Maka dari itu harus

dibangun rumah dengan fasilitas – fasilitas yang mencukupi dan memenuhi

syarat rumah sehat sehingga terwujud tujuan yang diharapkan.

Indonesia kaya akan ragam budaya. Termasuk khasanah arsitekturnya

dari aceh sampai papua. Terdapat ciri arsitektur yang berbeda karena latar

belakang yang beragam. Rumah Tongkonan adalah salah satu arsitektur

yang ada di Indonesia yang memiliki ciri dan karakteristik yang khas dan

berbeda.

Rumah Tongkonan adalah Rumah asli Suku Toraja. Suku Toraja

adalah suku yang menetap di pegunungan bagian utara Sulawesi Selatan,

Indonesia. Populasinya diperkirakan sekitar 1 juta jiwa, dengan 500.000 di

antaranya masih tinggal di Kabupaten Tana Toraja, Kabupaten Toraja

Utara, dan Kabupaten Mamasa.

Kebudayaan yang ada di Suku Toraja, sangat berpengaruh terhadap

gaya arsitektur pada Rumah Tongkonan. Gaya arsitektur Rumah

Tongkonan berhubungan erat dengan kesehatan penghuninya. Dalam

makalah ini akan dibahas mengenai dampak kesehatan Rumah Toraja.

Page 4: rumah Toraja

B. Tujuan

1 Untuk mengetahui karakteristik yang khas dari Rumah Toraja.

2 Untuk mengetahui fungsi Rumah Toraja.

3 Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan Rumah Toraja.

4 Untuk mengetahui Rumah Toraja kaitannya dengan kesehatan.

Page 5: rumah Toraja

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian

Rumah tradisional Toraja merupakan salah satu kebudayaan bangsa

yang keberadaannya dipandang perlu untuk dipelihara agar tidak punah.

Rumah tradisional atau rumah adat Toraja disebut Tongkonan. Tongkonan

adalah rumah tradisional Toraja yang berdiri di atas tumpukan kayu dan

dihiasi dengan ukiran berwarna merah, hitam, dan kuning. Kata

"tongkonan" berasal dari bahasa Toraja tongkon (duduk).Tongkonan

merupakan pusat kehidupan sosial suku Toraja. Ritual yang berhubungan

dengan tongkonan sangatlah penting dalam kehidupan spiritual suku

Toraja oleh karena itu semua anggota keluarga diharuskan ikut serta

karena Tongkonan melambangkan hubungan mereka dengan leluhur

mereka. Menurut cerita rakyat Toraja, tongkonan pertama dibangun di

surga dengan empat tiang. Ketika leluhur suku Toraja turun ke bumi, dia

meniru rumah tersebut dan menggelar upacara yang besar.

Pembangunan tongkonan adalah pekerjaan yang melelahkan dan

biasanya dilakukan dengan bantuan keluarga besar. Ada tiga jenis

tongkonan, Tongkonan layuk adalah tempat kekuasaan tertinggi, yang

digunakan sebagai pusat "pemerintahan". Tongkonan pekamberan adalah

milik anggota keluarga yang memiliki wewenang tertentu dalam adat dan

tradisi lokal sedangkan anggota keluarga biasa tinggal di tongkonan batu.

Eksklusifitas kaum bangsawan atas tongkonan semakin berkurang seiring

banyaknya rakyat biasa yang mencari pekerjaan yang menguntungkan di

daerah lain di Indonesia. Setelah memperoleh cukup uang, orang biasa

pun mampu membangun tongkonan yang besar.

Page 6: rumah Toraja

B. Karakteristik Rumah Toraja

Rumah tradisional atau rumah adat Toraja disebut Tongkonan . Letak

bangunan rumahnya membujur utara-selatan, dengan pintu terletak di

sebelah utara. dengan keyakinan bumi dan langit merupakan satu

kesatuan dan bumi dibagi dalam 4 penjuru, yaitu:

1. Bagian utara disebut Ulunna langi, yang paling mulia.

2. Bagian timur disebut Matallo, tempat metahari terbit, tempat asalnya

kebahagiaan atau kehidupan.

3. Bagian barat disebut Matampu, tempat metahari terbenam, lawan dari

kebahagiaan atau kehidupan, yaitu kesusahan atau kematian.

4. Bagian selatan disebut Pollo’na langi, sebagai lawan bagian yang

mulia, tempat melepas segala sesuatu yang tidak baik.

Lebih detailnya Rumah Toraja memilliki karakteristik, sebagai berikut :

1. Bagian dalam rumah dibagi tiga bagian, yaitu bagian utara, tengah, dan

selatan. Ruangan di bagian utara disebut tangalok yang berfungsi

sebagai ruang tamu, tempat anak-anak tidur, serta tempat meletakkan

sesaji. Ruangan sebelah selatan disebut sumbung, merupakan

ruangan untuk kepala keluarga tetapi juga dianggap sebagai sumber

penyakit. Ruangan bagian tengah disebut Sali yang berfungsi sebagai

ruang makan, pertemuan keluarga, dapur, serta tempat meletakkan

orang mati. Mayat orang mati masyarakat Toraja tidak langsung

dikuburkan tetapi disimpan di rumah tongkonan.

2. Perletakan jendela yang mempunyai makna dan fungsi masing-masing

3. Perletakan balok-balok kayu dengan arah tertentu, yaitu pokok di

sebelah utara dan timur, ujungnya disebelah selatan atau utara

4. Adanya Ornamen tanduk kerbau di depan tongkonan, ini

melambangkan kemampuan ekonomi sang pemilik rumah saat upacara

penguburan anggota keluarganya. Setiap upacara adat di Toraja

seperti pemakaman akan mengorbankan kerbau dalam jumlah yang

banyak. Tanduk kerbau kemudian dipasang pada tongkonan milik

keluarga bersangkutan. Semakin banyak tanduk yang terpasang di

Page 7: rumah Toraja

depan tongkonan maka semakin tinggi pula status sosial keluarga

pemilik rumah tongkonan tersebut.

5. Rumah Toraja memiliki empat warna dasar yaitu: hitam, merah, kuning,

dan putih yang mewakili kepercayaan asli Toraja (Aluk To Dolo). Tiap

warna yang digunakan melambangkan hal-hal yang berbeda.

Warna hitam melambangkan kematian dan kegelapan. Kuning adalah

simbol anugerah dan kekuasaan ilahi. Merah adalah warna darah yang

melambangkan kehidupan manusia. Dan, putih adalah warna daging

dan tulang yang artinya suci.

6. rumah adat ini dibangun dengan konstruksi yang terbuat dari kayu

tanpa menggunakan unsur logam sama sekali seperti paku.

C. Fungsi Rumah Toraja

Pada dasarnya semua rumah memiliki fungsi yang sama yaitu sebagai

tempat tinggal yang nyaman bagi semua penghuni rumah. Rumah Toraja

pun secara umum berfungsi sebagai rumah tinggal, kegiatan sosial,

upacara adat, serta membina kekerabatan. Tongkonan berasal dari

kata tongkon yang bermakna menduduki atau tempat duduk. Dikatakan

sebagai tempat duduk karena dahulu menjadi tempat berkumpulnya

bangsawan Toraja yang duduk dalam tongkonan untuk berdiskusi. Rumah

adat ini mempunyai fungsi sosial dan budaya yang bertingkat-tingkat di

masyarakat. Awalnya merupakan pusat pemerintahan, kekuasaan adat,

sekaligus perkembangan kehidupan sosial budaya masyarakat Toraja.

Tongkonan merupakan pusat kehidupan sosial suku Toraja. Ritual adat

yang berhubungan dengan tongkonan sangatlah penting dalam kehidupan

spiritual mereka. Oleh karena itu, semua anggota keluarga diharuskan ikut

serta sebagai lambang hubungan mereka dengan leluhur. Masyarakat

Toraja menganggap umah tongkonan sebagai ibu, sedangkan alang

sura (lumbung padi) sebagai bapak.

Bagian dalam rumah dibagi tiga bagian, yaitu bagian utara, tengah, dan

selatan. Ruangan di bagian utara disebut tangalok yang berfungsi sebagai

ruang tamu, tempat anak-anak tidur, serta tempat meletakkan sesaji.

Ruangan sebelah selatan disebut sumbung, merupakan ruangan untuk

kepala keluarga tetapi juga dianggap sebagai sumber penyakit. Ruangan

Page 8: rumah Toraja

bagian tengah disebut Sali yang berfungsi sebagai ruang makan,

pertemuan keluarga, dapur, serta tempat meletakkan orang mati. Mayat

orang mati masyarakat Toraja tidak langsung dikuburkan tetapi disimpan di

rumah tongkonan. Agar mayat tidak berbau dan membusuk maka dibalsem

dengan ramuan tradisional yang terbuat dari daun sirih dan getah pisang.

Sebelum upacara penguburan, mayat tersebut dianggap sebagai ‘orang

sakit‘ dan akan disimpan dalam peti khusus. Peti mati tradisional Toraja

disebut erong yang berbentuk kerbau (laki-laki) dan babi (perempuan).

Sementara untuk bangsawan berbentuk rumah adat. Sebelum upacara

penguburan, mayat juga terlebih dulu disimpan di alang sura (lumbung

padi) selama 3 hari.

D. Kelebihan dan Kekurangan Rumah Toraja

Rumah Toraja memiliki kelebihan dan kekurangan dari berbagai aspek

ekonomi maupun lingkungan, antara lain:

1. Kelebihan Rumah Adat Toraja

a. Posisi rumah menghadap utara-selatan, sehingga cukup

penghawaan karena sesuai dengan arah angin (angin darat dan

angin laut).

b. Di sisi barat dan timur bangunan terdapat jendela kecil, tempat

masuknya sinar matahari dan aliran angin.

c. Pada kolong nampak ruang kosong dan tertutup, sesuai untuk

daerah tropis yang membutuhkan atap yang tinggi, sehingga rumah

tidak menjadi pengap.

d. Atap berasal dari alang-alang sehingga menyerap panas.

e. Lantainya terdiri dari lembaran papan yang diperkuat dengan

struktur lantai panggung, sehingga menghindarkan dari bahaya

hewan buas.

f. Terdapat lumbung padi yang tiang-tiangnya dibuat dari batang

pohon palem (bangah) yang licin, sehingga tikus tidak dapat naik ke

dalam lumbung.

2. Kerugian Rumah Adat Toraja

a. Terbuat dari kayu, sehingga mudah terbakar jika terjadi bencana

kebakaran.

Page 9: rumah Toraja

b. Membutuhkan biaya yang besar. Untuk membangun satu

Tongkonan bisa menghabiskan dana 2-3 milyar.

c. Banyak ukiran, sehingga banyak debu di sela-sela ukiran.

E. Hubungan Rumah Toraja dengan Kesehatan

1. Rumah asli Toraja yang disebut Tongkonan, selalu dibuat menghadap

ke arah utara. Hampir semua rumah orang Toraja menghadap ke arah

utara, yaitu menghadap ke arah Puang Matua, sebutan orang toraja

bagi Tuhan Yang Maha Esa. Selain itu untuk menghormati leluhur

mereka dan dipercaya akan mendapatkan keberkahan di dunia. Dari

sisi kesehatan, rumah adat Toraja baik karena menghadap ke utara.

Sehingga perhawaannya lancar dan sirkulasi udara dalam rumah baik.

Hal tersebut karena di Indonesia yang beriklim tropis ini, arah angin

cenderung berhembus dari utara.

2. Di sisi barat dan timur bangunan terdapat jendela kecil, sebagai tempat

masuknya sinar matahari dan aliran angin.

3. Tongkonan berupa rumah panggung dari kayu, dimana kolong yang

ada di bawah rumah sebagai kandang ternak seperti kerbau dan ayam

yang dipelihara oleh pemilik rumah. Adanya kandang kerbau di bawah

rumah ini tentu dapat menimbulkan beberapa dampak, antara lain

mengundang vektor (nyamuk), tikus, kecoa, lalat karena kotoran

ternak, bau dan menganggu estetika jika tidak dirawat dengan baik.

4. Di depan tongkonan terdapat lumbung padi yang disebut “alang”.

Tiang-tiang lumbung padi dibuat dari batang pohon palem atau

“bangah” yang licin, sehingga tikus tidak dapat naik ke dalam lumbung.

5. Bagian dalam rumah dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian utara,

tengah, dan selatan. Ruangan di bagian utara disebut “tangalok” yang

berfungsi sebagai ruang tamu, tempat anak-anak tidur, juga tempat

meletakkan sesaji. Melihat dari kegunaan ruangan ini, kurang pantas

jika digunakan sebagai tempat meletakkan sesaji. Karena juga dipakai

untuk ruang tamu dan tempat tidur anak, yang rentan terkena penyakit

akibat asap dari sesaji.

6. Lantai pada Tongkonan terbuat dari papan kayu uru yang disusun di

atas pembalokan lantai. Kayu uru ini bersifat ringan dan kuat, sehingga

Page 10: rumah Toraja

digunakan sebagai lantai. Kayu uru termasuk kelas awet kedua dan

kelas kuat ketiga sampai keempat. Tidak dimakan rayap dan tetap

awet hingga pemakaian ratusan tahun (Hands Book of Indonesian

Forestry, 1997 dan Atlas Kayu Indonesia, 2004). Tetapi jika

pemasangan papan kayu tidak rapat, maka bau dari kandang yang

terletak di bawah kolong rumah dapat masuk ke dalam rumah dan

mengganggu pernafasan bagi penghuninya.

7. Dinding yang berfungsi sebagai rangka menggunakan kayu uru atau

kayu kecapi. Sedangkan dinding pengisinya menggunakan kayu enau.

Pada dinding tidak terdapat celah, sehingga pada malam hari terasa

pengap karena sedikitnya udara yang masuk.

8. Atap pada Tongkonan terbuat dari bambu-bambu pilihan yang disusun

tumpang tindih yang dikait oleh beberapa reng bambu dan diikat oleh

tali bambu/rotan. Fungsi dari susunan demikian adalah untuk

mencegah masuknya air hujan melalui celah-celahnya. Fungsi lain

adalah sebagai ventilasi, karena pada Tongkonan tidak terdapat celah

pada dindingnya.

Page 11: rumah Toraja

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Rumah Tongkonan dominan dibuat dari kayu.

2. Rumah Tongkonan terdiri dari 4 penjuru, yaitu:

Bagian utara atau Ulunna langi, bagian timur atau Matallo,

bagian barat atau Matampu, bagian selatan atau Pollo’na langi.

3. Rumah Tongkonan dibagi menjadi 3 bagian, yaitu bagian depan

disebut Tangalok, bagian belakang disebut Sumbung dan bagian

tengah disebut Sali.

4. Rumah Adat Toraja secara umum berfungsi sebagai rumah tinggal,

kegiatan sosial, upacara adat, serta membina kekerabatan, namun

secara khusus mempunyai fungsi sosial dan budaya yang bertingkat-

tingkat di masyarakat

5. Secara keseluruhan bahan yang digunakan dalam pembuatan rumah

sudah awet dan kuat.

6. Rumah adat tongkonan sudah memenuhi/sesuai dengan beberapa

karakteristik rumah tropis.

7. Rumah Suku Toraja mahal dalam pengadaan bahan dan pembiayaan

proses pembangunannya.

8. Beberapa kekurangan utama yang harus diperbaiki pada arsitektur dan

design antara lain :

a. Penempatan kandang dibawah rumah.

b. Pada dinding rumah kaitannya dengan kurangnya celah udara.

c. Pada fungsi ruangan kaitannya dengan kesehatan penghuni.

B. Saran

1. Penempatan kandang ternak sebaiknya juga diletakkan dibawah

kolong rumah, dijauhkan dari pemukiman dan dibuatkan kandang

sendiri.

2. Sesaji yang diletakkan di bagian utara yang juga berfungsi sebagai

ruang tamu dan tempat tidur anak sebaiknya dibuatkan sekat.

Page 12: rumah Toraja

3. Disarankan untuk menambah jumlah ventilasi/ paling tidak celah pada

dinding Rumah Tongkonan.

4. Pemeliharaan Kayu pada Rumah Tongkonan lebih diperhatikan karena

bahan utama pada pembuatan rumah adat ini. Purnishing pada kayu,

pengelapan dan pembersihan rutin juga harus dilakukan secara

berkala.