rusun - perumahan.pu.go.idperumahan.pu.go.id/ditpnp/assets/uploads/maisona/maisona3.pdf · rusun...
TRANSCRIPT
3
Rusun Kemayoran WISMA ATLET ASIAN GAMES 2018
DETAILUNIT HUNIAN
3 tower1.932 unitdaya tampung 5.796 orang
7 tower5.494unitdaya tampung 16.482 orang
KEMAYORAN BLOK D10
FA
SIL
ITA
S
PE
ND
UK
UN
G
@pp_pupr Ditjen Penyediaan Perumahan PUPR
@DITJENPP_PUPRwww.perumahan.pu.go.id
KEMENTERIAN PUPRDirektorat Jenderal Penyediaan Perumahan
Edisi 03 TH II [2017] 1MAISONA
Perayaan Hari Pers Nasional (HPN) 9 Februari 2017, di Ambon, Maluku, menjadi hari istimewa bagi MAISONA. Untuk pertama kali, majalah yang terbit pertama kali di bulan Oktober 2016 ini ikut meramaikannya. MAISONA ikut hadir berbarengan di stand Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).
Awak redaksi, Melissa dengan gembira menjawab sejumlah pertanyaan tentang perumahan dan membagikan MAISONA kepada pengunjung pameran HPN yang berkunjung ke stand PUPR 5-10 Februari 2017.
Keberadaan MAISONA di tengah hiruk pikuk perhelatan awak pers nasional tentu membanggakan. Meski kiprahnya masih terbatas, toh MAISONA tidak lepas dari dinamika pers nasional. “Kami hadir untuk mewartakan seluk beluk perumahan dan menjadi media utama penyampai informasi Ditjen Penyediaan Perumahan,” kata Suharlina, Kepala Sub Bagian Komunikasi Publik.
Di Ambon, awak MAISONA ikut terlibat dalam kegembiraan HPN dan berinteraksi dengan awak pers nasional. “Selamat HPN. Ikut bangga juga hadir dalam pesta pers yang dihadiri Presiden Joko Widodo,” kata Melissa yang juga tanpa ragu memberi penjelasan pertanyaan seputar penyediaan perumahan dan program Satu juta Rumah.
HPN 2017 itu sendiri mengambil tema “Bersama Pers Maluku Bangkit dari Laut”. Kehadiran MAISONA di HPN itu sendiri adalah bagian pembelajaran penting untuk meningkatkan diri dalam dunia pers.
Tidak hanya “gaul” dengan awak pers nasional, dalam rangka pemberdayaan pula, awak MAISONA ikut dalam rakor bidang komunikasi yang dilaksanakan di Bogor 8-10 Maret 2017. “Kami berharap lewat program ini, terjalin sinergitas dan peningkatan kualitas publikasi serta bidang perumahan dan pemukiman dalam mendukung Satu Juta Program Rumah,” jelas Suharlina, yang juga menjabat sebagai Kasubag Komunikasi publik Ditjen Penyediaan Perumahan, yang sekaligus sebagai Redpel MAISONA, dalam pembukaan rakor.
Pelatihan mengambil tema ‘Pentingnya Publikasi dan Cara Mudah Menulis Publikasi di Media Massa’, diikuti 38 peserta. Di sini awak redaksi belajar mengenai penulisan jurnalistik. Selain itu juga belajar menggunakan media handphone untuk pembuatan film pendek.[M]
PelindungSyarif Burhanuddin
Penanggungjawab/Pemimpin RedaksiLukman Hakim
Penanggungjawab Bidang/Dewan RedaksiDirektur Perencanaan Penyediaan Perumahan,Direktur Rumah Susun,Direktur Rumah Khusus, Direktur Rumah Swadaya, Direktur Rumah Umum dan Komersial. Redaktur PelaksanaSumantri (Ketua)Suharlin (Wakil)
EditorRistyan Mega Putra
Desain GrafisMelisa EmeraldinaRini Nur Aini
FotograferRicky Defrimon
Administrasi dan DistribusiZunilam Fifaliyana SrikandiJunaidiAstri Depitasari
Diterbitkan olehDitjen PenyediaanPerumahanKementerian PekerjaanUmum dan PerumahanRakyat
Alamat RedaksiGedung G, Lt.8Ditjen PenyediaanPerumahanJl. Pattimura No. 20Kebayoran BaruJakarta Selatan 11210
Email:[email protected]
[ DAPUR REDAKSI ]
MEDIA INFORMASI & KOMUNIKASI DITJEN PENYEDIAAN PERUMAHAN
MAISONA MAISONA HADIR DI AMBON
2 Edisi 03 TH II [2017]MAISONA
01 DAPUR REDAKSI MAISONA HADIR DI AMBON
03 SERAMBI RUMAH ELOK DI BERANDA NEGERI
04 JENDELA LUKMAN HAKIM: PENATAAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN PERBATASAN
06 RUANG UTAMA RUMAH KHUSUS BAGI PERAWAT NEGERI 09 UNTUK NELAYAN, PEMUKA AGAMA, HINGGA PENELITI 12 BAGI MEREKA YANG BERKEBUTUHAN KHUSUS 14 WAWANCARA CHRIST ROBERT PANUSUNAN MARBUN: PRIORITAS UNTUK MASYARAKAT INDONESIA TIMUR
18 RUMAH ADAT TONGKONAN, RUMAH TANDUK KERBAU
20 KATA MEREKA BICARA RUMAH ADALAH BICARA TENTANG
KEMERDEKAAN
22 TEKNOLOGI KEREN, RUMAH APUNG PUPR
26 BERANDA
34 BIROKRASI MENJADI BIROKRAT MELAYANI
40 KABAR SNVT
46 INTERMEZZO SUKSES MENYERTAI ORANG TEKUN 47 BERGELUT DI DUNIA MEDIA TERNYATA ASYIK
48 OPINI RICKY DEFRIMON: MASA DEPAN RUMAH VERTIKAL
49 ALBUM 52 TIPS AGAR RUMAH BERSIH DAN SEHAT
BINGKAI FOTO
06
42
24
36
[ DAFTAR ISI ]
3
MEDIA INFORMASI & KOMUNIKASI DITJEN PENYEDIAAN PERUMAHANMAISONA
Dit
jen
Pe
nye
dia
an
Pe
rum
ah
an
PU
PR
@
pp
_p
up
r
D
ITJE
NP
P_
PU
PR
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Tahun II - Maret 2017Volume 03
LUKMAN HAKIM:
TEKNOLOGI
KEREN, RUMAH APUNG PUPR
RUMAH KHUSUS
PERAWAT NEGERI
PENATAAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN PERBATASAN
TAMUKETUA REI 2016-2019
SOELAEMAN SOEMAWINATA
JELAJAH
Manise... Pesona
Amboina
AGAR RUMAH BERSIH DAN SEHAT
Edisi 03 TH II [2017] 3MAISONA
[ SERAMBI ]
“Kementerian PUPR ti dak main-main untuk me-lak sanakan pem ba ngun-an daerah per ba tas an In do nesia. Se lain in fra-
struk tur, pembangunan rumah untuk masyarakat serta petugas di daerah perbatasan juga penting untuk dilaksanakan.” Ujaran tegas itu disampaikan Direktur Jenderal Penyediaan Perumahan Ke-menterian PUPR Syarif Burhanuddin.
Rumah di perbatasan yang dimaksud Syarif, adalah rumah khusus di Sebatik Barat, Nunukan, Kalimantan Utara. Di sana, untuk Tahun 2017 ini, PUPR membangun sedikitnya 100 unit, setelah sebelumnya di 2016 dibangun 200 unit tipe 36.
Nunukan, bukan satu-satunya daerah perba-tasan yang menjadi sasaran Direktorat Rumah Khusus Ditjen Penyediaan Perumahan, sebagai lo kasi pembangunan rusus. Di wilayah pinggi-ran, perbatasan Papua Nugini, juga di NTT yang ber batasan langsung dengan Timor Leste, adalah sasaran lain. Di luar wilayah perbatasan, rumah khusus juga disiapkan untuk nelayan, pulau terlu-ar, korban bencana, pemuka agama dan masyara-kat yang mendapat ijin khusus dari pemerintah daerah setempat.
Sementara rumah khusus di perbatasan, se-jauh ini disiapkan bagi masyarakat, para abdi neg-ara seperti PNS, guru, anggota TNI/Polri, petu-gas kesehatan serta mereka yang membutuhkan. Program tersebut diharapkan bisa mendorong se-mangat kerja mereka yang saat ini bekerja di sana
dan mewujudkan pembangunan perumahan layak huni secara merata.
Rumah layak huni sejatinya diperuntukkan ba gi semua warga. Baik yang tinggal di perkota-an dan mereka yang tinggal di daerah pinggiran. Ter le bih di daerah perbatasan. “Jangan sampai ru mah-rumah yang berada di daerah perbatasan yang menjadi teras rumah ataupun etalase negara Indonesia terlihat kurang layak huni,” kata Men-teri PUPR Basuki Hadimuljono
Menteri Basuki mendorong semua pihak me-wujudkan target pembangunan rumah. Terlebih untuk daerah perbatasan, beranda negeri yang tidak lain adalah etalase wajah Indonesia. Kare-nanya, PUPR meminta pemerintah daerah yang berada di kawasan perbatasan bisa membantu ke-mudahan perizinan serta melakukan pendataan siapa saja yang nantinya berhak tinggal di rumah khusus tersebut. “Rumah khusus merupakan ben-tuk perhatian pemerintah untuk membangun hunian yang layak di perbatasan,” tegas Menteri Basuki Hadimuljono.
MAISONA kali ini mengupas tuntas Rumah khusus yang menurut Robert Marbun, Direktur Rumah Khusus Ditjen Penyediaan Perumahan, merupakan program hibah pemerintah pusat. Hak kepemilikan, sepenuhnya nanti ada di pemerintah daerah yang menyediakan lahan. [M]
Selamat membaca!
Suharlin, Tim Kompu Ditjen Penyedian Perumahan
RUMAH ELOK DI BERANDA NEGERI
AGAR RUMAH BERSIH DAN SEHAT
4 Edisi 03 TH II [2017]MAISONA
[ JENDELA ]
Dengan pendekatan kesejahteraan ini, tujuan pembangunan perumahan khusus dapat terwujud dan dapat berkontribusi secara langsung pada peningkatan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan.
Lukman HakimSekretaris Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan
Rumah merupakan salah
sa tu hak dasar rakyat,
oleh karena itu setiap
war ga Negara berhak
untuk mendapatkan
tem pat tinggal dalam
ling kungan yang baik dan sehat. Tidak
ter kecuali bagi masyarakat yang berada
di wilayah perbatasan.
Pada awalnya penyediaan Rumah
Khu sus ditujukan terutama untuk re lo
ka si masyarakat yang terdampak pem
ba ngunan dan korban bencana. Namun
dengan diterbitkannya UU Nomor 1 Ta
hun 2011 tentang Perumahan dan Ka
wasan Permukiman, memberikan ke je
las an arah penyediaan perumahan khu
sus diselenggarakan untuk memenuhi
kebutuhan khusus. Antara lain kebutuh
an untuk perumahan transmigrasi, pe
mu kiman kembali korban bencana, ru
mah sosial untuk menampung orang
lansia dan masyarakat miskin. Termasuk
juga, untuk pembangunan rumah yang
lokasinya terpencar, serta rumah di wi
layah perbatasan negara.
Membangun Indonesia dari Pinggiran
Wilayah perbatasan Negara meru
pakan suatu wilayah strategis, yang
menyimpan berbagai hal yang bersifat
strategis, berupa tapal batas wilayah ke
daulatan, keamanan, serta menyimpan
potensi sumber daya alam. Sebagian
be sar wilayah perbatasan dikategori
kan sebagai daerah tertinggal yang
ter cermin dari rendahnya tingkat kese
jah te raan dan keterbatasan prasarana
pe la yan an publik.
Selama ini wilayah perbatasan di
pan dang hanya sebagai halaman bela
kang dari Indonesia, bukan sebagai
ka was an terdepan yang berhadapan
lang sung dengan Negara tetangga.
Kon disi ini menyebabkan masyarakat di
wi layah perbatasan terkendala perma
sa lahan sosial dan ekonomi seperti ke
miskinan dan keterbelakangan. Bahkan
karena keterbatasan ketersedian in
fra s truktur pelayanan publik, aktivitas
se bagian masyarakat perbatasan lebih
be ro rientasi ke Negara tetangga.
Membangun Indonesia dari pinggi
ran adalah salah satu program prioritas
Kabinet Kerja JokowiJK tahun 2015
2019 dalam rangka pengembangan po
tensi ekonomi dan sumber daya gu na
peningkatan daya saing sekaligus se
bagai citra jati diri Bangsa. Kebijakan ini
merupakan perwujudan komitmen Pe
merintah untuk melaksanakan desen
tralisasi asimetris, yakni melakukan di
s tribusi pemerataan pembangunan an
tar wilayah: antara wilayah Indonesia ba
gian Barat dengan bagian Timur, an tara
PENATAAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN PERBATASAN
Edisi 03 TH II [2017] 5MAISONA
pembangunan perkotaan yang ting
kat kepadatan penduduk yang tinggi
dengan perdesaan yang kepadat an
ren dah, terutama pembangu nan di wi
layah perbatasan Negara.
Pengembangan Wilayah Perbatasan
Wilayah perbatasan Negara memi
liki potensi dan peluang sebagai pe
ngem bangan wilayah yang bertumpu
potensi sumber daya yang dapat di da
yagunakan. Namun sebagian besar po
tensi sumber daya yang berni lai eko
nomi tersebut, masih belum diman
faatkan dan dikelola dengan baik.
Sejauh ini, wilayah perbatasan te lah
berkembang secara alamiah de ngan
berbagai bentuk. Untuk itu pe nataan
wilayah perbatasan sudah sangat
men desak untuk dilakukan. Kebijakan
pe nataan dan pengembangan wilayah
perbatasan akan mendorong tercipta
nya pertumbuhan lingkungan hunian
dan kawasan permukiman yang seim
bang antara kawasan budida ya dan
kawasan lindung.
Sebagai wilayah yang strategis, pe
ngembangan wilayah perbatasan me
mer lukan pendekatan yang spesifik.
Mengingat setiap wilayah memiliki
potensi sumber daya alam yang khas.
Untuk itu diperlukan suatu konsep
pengem bangan wilayah yang terpa
du antara pendekatan kewilayahan
yang menyangkut aspek pemerataan,
ke ama nan, dan keterpaduan antar
sek tor yang berdasarkan pada potensi
sum ber daya yang tersedia. Melalui
pengem bangan wilayah perbatasan
diharapkan dapat mempercepat per
wujudan pemerataan pembangunan
di wilayah perbatasan melalui peman
faatan keunggulan komparatif dan
kom petitif yang spesifik dari masing
ma sing wilayah.
Penataandan Pengembangan Perumahan
Dengan tertatanya wilayah perba
tasan, membuka peluang untuk dapat
meningkatkan daya guna dan hasil
guna sumber daya alam bagi pengem
bangan lingkungan hunian, terutama
ba gi penataan dan pengembangan
pe ru mahan khusus di daerah yang ka
ya akan sumberdayaalamtersebut. Se
ja lan dengan rencana pengembang
an wilayah perbatasan, penataan dan
pengembangan perumahan khusus
diarahkan untuk memperbaiki kondisi
lingkungan hunian dan kesejahtera
an masyarakat perbatasan. Sekaligus
juga ditujukan sebagai upaya untuk
memantapkan keamanan dan keta ha
n an nasional melalui upaya pemberda
yaan masyarakat yang berdasarkan
pendekatan kesejahteraan (prosperity
approach).
Untuk menciptakan lingkungan hu
nian yang sehat dan baik, pem ba ngu nan
perumahan khusus didukung deng an
penyediaan prasarana, sa ra na, dan utili
tas umum, sertadipa dukandengan pe
nyediaan infrastruktur pelayanan pub
lik yang memadai. Se dangkan dalam
rangka pemberda ya an masyarakat, ma
syarakat diperan kan sebagai stakeholder
utama yang ber peranaktifdalam proses
pe ren ca na an, pengawasan pelaksanaan
dan pe man faatan hasil pembangunan.
Se lain itu, melalui penerapan pember
da yaan di harapkan masyarakat mampu
meng ak ses dan mengelola sumber da
ya yang tersedia bagi peningkatan per
tum buhan ekonomi, kesempatan ker ja
dan produktivitas. Dengan pen de kat an
kesejahteraan ini, tujuan pem ba ngun
an perumahan khusus da pat terwujud
dan dapat berkontribu si se cara lang
sung pada peningkat an keman dirian
dan kesejahteraan ma s ya rakat secara
berkelanjutan. [M]
[ RUANG UTAMA ]
6 Edisi 03 TH II [2017]MAISONA
RUMAH KHUSUS BAGI PERAWAT NEGERIPembangunan Rumah Khusus oleh Kementerian PUPR, mengusung misi yang sangat penting dan untuk yang berkebutuhan khusus. Intinya, pemerataan pembangunan antar wilayah, terutama kawasan timur Indonesia dan kawasan perbatasan.
Kedaulatan se-
buah negeri a -
kan terawat ba -
ik, jika mas ya -
ra kat yang ting-
gal di kawasan
b e r a n d a n y a
se jah te ra. Hal ini, tentu saja sesuai
de ngan Nawacita Agenda III, yaitu
mem bangun Indonesia dari pinggi-
r an, dengan memperkuat daerah-
daerah dan desa dalam kerangka
ne gara kesatuan. Karena itulah,
Ke menterian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat (PUPR) me la lui
Direktur Jenderal (Ditjen) Pe nye-
dia an Perumahan, mempriori tas-
kan pembangunan Rumah Khusus
(Rusus) berdasarkan prioritas Na-
wacita; Mengarus-utamakan upa ya
pemerataan pembangunan an tar
wi layah terutama desa pada ka wa-
san timur Indonesia dan kawasan
per batasan.
Pembangunan Rusus ini, menu-
rut Direktur Rumah Khusus Direk-
tur Jenderal (Ditjen) Penyedian
7Edisi 03 TH II [2017]MAISONA
Pe rumahan Christ Robert P. Mar-
bun, selama lima tahun sejak tahun
2015, Direktorat Rumah Khusus
mentargetkan pembangunan Rusus
sebanyak 50.000 unit. “Dan rumah
khusus yang dibangun di perba-
tasan nantinya harus lebih baik dari
rumah-ru mah masyarakat yang
tinggal di negara tetangga,” katan-
ya. Untuk ta hun 2017 ini, pemban-
gunan Rusus ditargetkan mencapai
5.803 unit.
Para dokter serta petugas ke-
aman an serta para pegawai negeri
sipil (PNS) di daerah perbatasan
dan wilayah terpencil, lanjut Ro-
bert, akan bisa menempati rumah
khusus ini dengan izin dari pemer-
intah daerah setempat. Rumah
khu sus yang kami bangun per unit
se kitar Rp90 juta hingga Rp120 juta
atau disesuaikan dengan Indeks Ke-
mahalan Konstruksi (IKK) di dae-
rah. “Rumah khusus yang dibangun
di tanah milik pemerintah daerah
tersebut bukan untuk diperjualbe-
likan, namun masyarakat hanya
memiliki hak pakai saja,” imbuh-
nya.
Lihat saja Rusus yang ter sebar
di kawasan ujung timur Indonesia,
yang wilayahnya berbatasan Papua
Nugini. Berdasarkan laporan Ro-
bert, untuk tahun anggaran 2016
lalu, di Provinsi Papua telah ter-
bangun Rusus sebanyak 1.246 unit
di 1 Kota dan 18 Kabupaten. Se-
dang kan di Papua Barat, pada ta-
hun 2016 lalu, telah terbangun 784
unit Rusus yang berlokasi di 7 Ka-
bupaten.
Salah satu kabupaten di Papua
Barat yang kebagian pembangu-
nan Rusus adalah Kabupaten Te-
luk Wondama. Di kabupaten ini,
Ditjen Penyediaan Perumahan,
se la ma tiga tahun terakhir telah
menga lokasikan sebanyak 200 unit
Rusus untuk masyarakatnya. Ada-
nya Pembangunan Rusus tersebut
diharapkan dapat membantu ma-
syarakat di wilayah timur Indonesia
untuk dapat memiliki rumah yang
layak.huni.
“Tiga tahun ini, kami telah men-
galokasikan 200 rumah khusus un-
tuk masyarakat di Kabupaten Te luk
Wondama di Papua Barat,” ujar Di-
rektur Jenderal Penyediaan Pe ru-
mahan Kementerian PUPR Sya rif
Burhanuddin saat menerima kun-
jungan kerja Bupati Teluk Wonda-
ma Bernadus A Imburi di Kemente-
ri an PUPR, Jakarta, 1 Maret lalu.
BENTUK PEMERATAAN PEMBANGUNAN PERUMAHAN
Pembangunan Rusus bagi mas-
ya ra kat di wilayah timur Indonesia,
me nurut Syarif, menjadi salah satu
prio ritas sebagai bentuk pemera-
ta an pembangunan perumahan.
Dengan demikian, pemerintah te-
rus berusaha agar program pemba-
ngunan perumahan bisa dirasa k an
man faatnya oleh masyarakat In do-
ne sia tanpa kecuali.
Selama dua tahun berjalan, ber-
dasarkan data yang ada, pada tahun
2015 Kementerian PUPR menga-
lokasikan 50 unit yang tersebar di
Kampung Tandia Kanda, Kampung
Senderawoi, Kampung Miei dan
Kampung Moru Sanduai. Tahun
2016 sebanyak 100 unit Rusus di
Dis trik Wasior dan sebanyak 50 unit
di Desa Isey Distrik Rasiei pada ta-
hun ini.
Berdasarkan amanah Pasal 1
ayat 11 Undang-undang Nomor 1
Ta hun 2011 tentang Perumahan
dan Kawasan Permukiman, Rusus
ada lah rumah yang diselengga ra-
kan untuk kebutuhan khusus. Ke-
bu tuh an khusus yang dimaksud,
WILAYAH 1 WILAYAH 2 WILAYAH 3l SUMATERA: 1402 UNIT l JAWA: 400 UNIT l SULAWESI: 1300 UNITl KALIMANTAN: 350 UNIT l BALI: 0 UNIT l MALUKU: 450 UNIT l NUSATENGGARA: 350 UNIT l PAPU: 831 UNIT
PAPUABARAT
351PAPUA
480
BANTEN0
JAKARTA0
JABAR150
JATENG50
DIY50
JATIM150
BALI0
NTB200
NTT0
GORONTALO80
SULTENG200
SULBAR150
SULSEL200
SULTRA420
SULUT150
MALUKU 150
MALUKUUTARA
300
KALBAR0
KALTENG100
KALSEL100
KALTARA100
KALTIM50
LAMPUNG0
SUMSEL0
KEP RIAU95
KEP BABEL
0
RIAU0
BENGKULU0
JAMBI0
SUMUT150
ACEH441
SUMBAR150
TOTAL: 5083 UNIT
SEBARAN UNIT RUMAH KHUSUS TA 2017 (STRATEGIS & SNVT)
GRAF
IS: M
AISO
NA/S
BR
[ RUANG UTAMA ]
8 Edisi 03 TH II [2017]MAISONA
me nurut Robert, antara lain seperti untuk
perumahan transmigrasi, pemukiman ko-
rban bencana, rumah sosial untuk me-
nampung orang lansia, masyarakat miskin
seperti nelayan, yatim piatu dan anak ter-
lantar, termasuk juga untuk pembangunan
rumah yang lokasinya terpencar dan rumah
di wilayah perbatasan. Adapun bentuknya,
dapat berbentuk rumah tunggal, rumah ko-
pel, atau rumah deret dengan tipologi beru-
pa rumah tapak atau rumah panggung.
Rusus dibangun, jika memenuhi dua
persyaratan antara lain pertama syarat ad-
mi nis trasi seperti surat permohonan ban-
tuan, proposal terkait gambaran umum dan
kebutuhannya serta rencaa pengelola an
dan daftar calon penerima manfaat, su rat
dukungan, surat pernyataan kepemi lik an
tanah dan pengurusan IMB serta ke pe mi-
likan tanah. Syarat ke dua, adalah per sya ra-
t an teknis seperti kesesuaian lahan dengan
Ren cana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan
ti dak berada di kawasan rawan bencana,
luas lahan minimal satu hektar atau jum-
lah usulan minimum 50 unit, serta tersedi-
anya infrastruktur yang memadai misalnya
sumber air minum dan sumber daya listrik.
“Pembangunan Rusus ini tersebar di selu-
ruh wilayah Indonesia,” tandas Syarif..
Sementara itu, Bupati Teluk Wondama
Bernadus A Imburi menyatakan, pihaknya
sangat berterimakasih atas bantuan pe-
rumahan bagi masyarakat dari Ditjen Pe-
nyediaan Perumahan Kementerian PUPR.
Menurutnya dari total jumlah penduduk
sebanyak 47 ribu jiwa masih banyak sekali
masyarakat yang tinggal di rumah yang
la yak huni bahkan ada yang juga belum
memi liki rumah. “Ada 75 kampung di 13
Kecamatan yang berada di Kabupaten Te-
luk Wondama yang masih membutuhkan
ban tuan perumahan dari pemerintah. Ad-
anya bantaun Rusus dan bantuan bedah ru-
mah ini tentu kami sangat senang sekali dan
semoga dapat terus dilaksanakan,” ujarnya. [M] Tim Maisona
CARA MENDAPATKAN RUSUS
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat (PUPR), sejak 2015 lalu, membangun
rumah-rumah khusus (Rusus) di daerah
tertinggal, daerah terpencil, daerah terdepan (beranda)
dan pulau-pulau terluar yang ada di wilayah Indonesia.
Penerima manfaatnya bermacam-macam, mulai
anggota TNI/Polri, dokter, perawat, pegawai negeri sipil
(PNS), nelayan, masyarakat setempat, korban bencana,
dan lain-lain.
Untuk mendapat bantuan rumah khusus tersebut,
apa saja syarat yang harus dipenuhi masyarakat?
Menurut Direktur Rumah Khusus Ditjen Penyediaan
Perumahan, Christ Rosber Panusunan Marbun,
masyarakat diperkenankan untuk mengajukan
permohonan bantuan tersebut secara berkelompok—
bukan secara individu.
Ada dua persyaratan yang harus dipenuhi, antara
lain persyaratan administrasi dan persyaratan teknis.
Syarat administrasi seperti surat permohonan bantuan
harus melalui pemerintah daerah dan ditujukan kepada
Menteri PUPR. Selain itu, diperlukan proposal yang
berisikan gambaran umum penerima manfaat, lokasi
tanah yang siap bangun, jumlah kebutuhan rumah
dan usulan bantuan, surat dukungan dari pemerintah
provinsi, Kabupaten/Kota, serta surat pernyataan dan
kesanggupan dari penerima bantuan.
Sedangkan syarat teknis berupa kesiapan lokasi.
Apakah sudah sesuai RTRW/RDTRK, kemampuan daya
dukung dan daya tampung, tidak berada dilokasi rawan
bencana dan tersedia infrastruktur pendukung seperti
akses jalan, air, dan listrik. Sedangkan luas tanah yang
dibutuhkan minimal satu hektar atau untuk 50 unit
rumah mengelompok dalam satu hamparan, status
hukum kepemilikan hak atas tanah jelas (dengan bukti
legalitas sertifikat) dan kondisi tanah dan lokasi siap
bangun.
Luas rumah yang dibangun untuk rumah khusus
minimal 36 meter persegi dan maksimal 45 meter
persegi. Sedangkan luasnya, disesuaikan dengan
luas tanah yang disediakan oleh pemerintah daerah
setempat. [M] Tim Maisona
9Edisi 03 TH II [2017]MAISONA 9Edisi 03 TH II [2017]MAISONA
UNTUK NELAYAN, PEMUKA AGAMA, HINGGA PENELITITahun 2017 PUPR mentargetkan pembangunan Rusus sebanyak 5.803 unit.
Sejalan dengan per tam ba han penduduk, ke bu tuh an rumah tiap tahun pun terus bertambah. Ber da sar kan data BPS dan
Bappenas, pada 2014 sa ja terdapat 13,5
juta keluarga yang be lum memiliki rumah dan back log peng hu nian rumah adalah se be sar 7,6 juta unit. Kondisi itu me ru pakan tantangan tersendiri bagi Ke men terian Pekerjaan Umum dan Pe-
Rusus nelayan desa Wakka kecamatan Cempa Kabupaten Pinrang.
[ RUANG UTAMA ]
10 Edisi 03 TH II [2017]MAISONA
GRAF
IS: M
AISO
NA/S
BR ru mahan Rakyat (PUPR), khu sus nya Direktorat Jenderal Penyediaan Pe-ru mahan yang menjadi ujung tombak pemerintah dalam mengatasi backlog.
Sebagai jalan keluar, pemerintah ti-dak ada pilihan lain selain terus meng-giatkan pengadaan rumah dengan be-ragam bentuk dan metode program. Mu lai dari Program Satu Juta Rumah, Be dah Rumah, hingga pembangunan ru mah khusus bertajuk Membangun In do nesia dari Pinggiran.
Mes ki bukan program baru, na-mun Membangun Indonesia dari Ping giran yang menjadi agenda pe-me rin tah perlu diapresiasi. Pasalnya pe me rintahan saat ini mematok tar -get 10 kali lipat lebih tinggi da ri -pada target pembangunan di era pe -me rintahan sebelumnya. Sejak 2015 silam, pemerintah melalui Ke me n -te rian Pekerjaan Umum dan Pe ru -mah an Rakyat (PUPR) me nar get kan membangun 50.000 rumah khu -sus selama lima tahun. “Target itu naik 10 kali lipat dari rata-rata ma sa pemerintah sebelumnya,” kata Di rek-
tur Jenderal Penyediaan Pe ru mah-an Kementerian PUPR Syarif Bur-hanuddin.
Sebelumnya, rata-rata dalam 5 ta-hun hanya membangun 5.000 unit, Se ka rang dengan masuknya sektor perumahan dalam agenda Nawacita, pem bangunan rumah khusus di tam-bah targetnya. Pada tahun 2016 la-lu, pemerintah menargetkan da pat membangun rumah khusus se ba n yak 6.002 unit rumah dengan meng ge-lontorkan dana hingga Rp1,4 triliun. Dari target itu, realisasi pencapaiannya mencapai 6.048 unit.
Sementara untuk tahun 2017, pe-merintah bakal membangun 5.803 unit rumah khusus dalam rangka penanganan setelah bencana atau kon flik serta kawasan maritim daerah ter tinggal dan perbatasan negara. Me-nurut Direktur Rumah Khusus Di-rek tur Jenderal (Ditjen) Penyedian Pe rumahan Christ Robert Panusunan Marbun, penerima manfaat rumah khu sus itu di antaranya mulai dari ang go ta TNI/Polri sampai masyarakat ne la yan. “Diperuntukkan untuk TNI dan Polri, PNS yang bekerja di dae-rah perbatasan dan terpencil, mas-ya ra kat lokal, masyarakat nelayan, sampai masyarakat korban bencana,” te rangnya.
Para penerima manfaat tersebut, me nem pati rumah khusus dengan izin dari pemerintah daerah setempat. “Ru mah khusus yang kami bangun, biaya per unit sekitar Rp90 juta hing ga Rp120 juta atau disesuaikan dengan Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK) di daerah. Namun rumah khu-sus yang dibangun di tanah milik pe-me rintah daerah tersebut bukan untuk di per jualbelikan, masyarakat hanya me miliki hak pakai saja,” ujar Robert.
Selain untuk masyarakat di per ba-
Kami bangun rumah khusus tipe 36 untuk nelayan dan juga tenaga-tenaga medis, tentara, polisi, dan pemuka-pemuka agama.
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono
TOTAL: 5.083 UNIT
MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH
DAERAH TERTINGGAL
RELOKASI, KORBAN BENCANA & KONFLIK
PERBATASAN &TERLUAR
NELAYAN
860 UNIT
481 UNIT
500 UNIT
295 UNIT
2.947 UNIT
STATISTIK SEBARAN CALON PENERIMA MANFAAT RUMAH KHUSUS TAHUN 2017
11Edisi 03 TH II [2017]MAISONA
tasan atau nelayan, pada tahun 2016, pemerintah membangun rumah khu-sus juga untuk para peneliti. Seperti ru mah khusus yang dibangun di Ka wa s an Hutan Wanagama, Daerah Is ti mewa Yogyakarta. Rusus yang di-bangun di kawasan pendidikan itu, dibangun di atas lahan seluas 600 hektar. “Ini hutan produksi tapi di ja-dikan hutan pendidikan. Di dalamnya ka mi bangun rusus sebanyak 16 unit untuk tempat tinggal peneliti supaya me reka betah dan fokus,” tutur Me n-te ri PUPR Basuki Hadimuljono.
Rusus tersebut terdiri dari 10 ko-pel, sebagian dua unit per kopel dan se ba gian 1 unit per kopel. Setiap ko-pel nya merupakan tipe 45 dengan luas an tanah 90m2.
RUMAH KHUSUS PARA NELAYAN
Berdasarkan paket lelang pem-
ba ngun an rumah khusus pada tahun 2017 ini, lokasinya sebagian besar ada di beberapa daerah di wilayah In do ne-sia tengah dan Indonesia timur. Se per-ti di Manokwari, pemerintah meng -gelontorkan dana sebesar Rp 19 mi liar, kemudian di Kabupaten Luwu de ngan pagu anggaran sebesar Rp 7 miliar, dan di Kabupaten Sangihe de ngan pagu anggaran sebesar Rp12 miliar.
Di Papua Barat sendiri, seperti yang diungkapkan Menteri PUPR Ba suki Hadimuljono, pada tahun 2017 ini akan dibangun 476 unit rumah khu sus, dengan alokasi anggaran Rp. 14,7 miliar. Dalam pembangunan ini, tenaga kerja yang terserap dan pe ne ri-ma manfaatnya sebanyak 1.904 orang. “Kami bangun rumah khusus tipe 36 untuk nelayan dan juga tenaga-tenaga medis, tentara, polisi, dan pemuka-pe mu ka agama,” ujar Menteri Basuki saat Diskusi Media “Visi Indonesia
Sen tris Pemerataan di Papua”, di Ja-kar ta, 5 Maret 2017 lalu.
Di Provinsi Papua sendiri untuk ta hun anggaran 2016, terbangun se-ba nyak 1.246 unit rumah khusus di 1 Kota dan 18 Kabupaten. Sementara di Papua Barat, terbangun 784 unit ru-mah khusus yang berlokasi di 7 Ka-bupaten. Sehingga total terdapat 2030 unit atau lebih dari 34% dari total yang di bangun pada tahun anggaran 2016.
Untuk tenaga medis, lanjut Ba suki, Kementerian PUPR te lah mem bi ca-ra kan nya dengan Kementerian Ke se-hat an. Menteri Kesehatan be ren ca na mengi rimkan sejumlah te naga dok ter ke se luruh pelosok nu san ta ra, ter ma-suk Pa pua Barat. “Untuk me nampung te na ga-tenaga medis, ka mi sediakan se perti ini. Memang di khu suskan ba gi pe layan-pelayan mas ya rakat tadi, se-per ti bidan dan polisi,” ka ta Basuki. [M]
Tim Maisona
Rumah Khusus Peneliti Wanagama Provinsi DIY
11Edisi 03 TH II [2017]MAISONA
[ RUANG UTAMA ]
12 Edisi 03 TH II [2017]MAISONA
BAGI MEREKA YANG BERKEBUTUHAN KHUSUSAwalnya, Rumah Khusus diperuntukan bagi nelayan, transmigran dan korban bencana. Kini, diperluas peruntukannya, bagi masyarakat yang berkebutuhan khusus, seperti masyarakat di beranda negeri.
Selain sandang dan pangan, rumah adalah kebutuhan dasar
manusia. Utamanya, dalam meningkatkan harkat, martabat,
mutu kehidupan dan penghidupan, serta sebagai pencerminan
diri pribadi dalam upaya peningkatan taraf hidup, pembentukan
watak, karakter dan kepribadian bangsa. Kondisi pemenuhan
kebutuhan perumahan di Indonesia saat ini, harus kita akui belum
terealisir sepenuhnya, terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah
(MBR), dan masyarakat di perbatasan negeri.
Pemerintah mulai fokus mem perhatikan kebutuhan papan bagi
MBR, dengan skema bantuan ini, se jak tahun 2010. Dalam rencana stra-
tegis (Renstra) 2010 -2014, di se butkan, bahwa salah satu arah ke bi jakan
12 Edisi 03 TH II [2017]MAISONA
13Edisi 03 TH II [2017]MAISONA
...untuk nelayan dan masyarakat perbatasan, itu seperti di Entikong, Kalimantan, lalu Kalimantan bagian utara, dan Pa pua.Sementara itu, untuk nelayan, seluruh kabupaten, modelnya hibah, karena untuk masyarakat yang tidak mampu.
dan strategi di bidang pe rumahan
adalah pembangunan rumah. Pro -
gram bantuan Pemerintah di bidang
pe rumahan dan kawasan per mu-
ki man, yang digulirkan antara lain
me lalui pembangunan Rumah
Khu sus (Rusus) dengan anggaran
m e lalui APBN.
Pada awalnya. Rusus tersebut
di se dia kan untuk perumahan bagi
ne layan, transmigrasi dan kor ban
bencana. Namun, dengan di ter bit -
kan nya Un dang-undang (UU) No -
mor 1 Ta hun 2011 ten tang Pe ru-
ma h an dan Ka was an Permukiman,
men ja dikan pro gram bantuan ter-
se but mem be ri kan kejelasan bah wa
bantuan pem bangunan Rusus yang
ber bentuk ta pak diselenggarakan
untuk me me nu hi kebutuhan khu sus.
Kebutuhan khusus dimaksud,
se per ti definisi yang dijabarkan da
lam pen jelasan UU tersebut, bah-
wa tar get sasaran penerima man-
faat dari pro gram bantuan pem-
bangunan Ru sus terdiri dari calon
transmigrasi, masyarakat korban
bencana, orang lan sia, orang miskin,
yatim piatu dan anak terlantar. Se-
lain itu, juga untuk pen duduk pe-
da laman yang lokasinya ber pen car,
masyarakat di wilayah per ba tas an
negara, petugas di wilayah per ba-
tasan negara, masyarakat ne la yan,
pe kerja industri, masyarakat di se-
ki tar pengolah sumber daya alam
dan masyarakat di perumahan ka-
wa s an cagar budaya.
Sedangkan latar belakang di se -
le ng ga rakannya pembangunan ru -
mah khu sus adalah untuk; Me me-
nu hi ke butuhan akan rumah ba gi
petugas yang berada di ka was an
perbatasan satu Negara; Me me-
nuhi kebutuhan akan rumah yang
sehat di permukiman kumuh ne-
layan; Mengakomodasi pe ru ma-
han akibat bencana alam dan me-
lin dungi rumah cagar budaya dan;
Mengurangi backlog rumah yang
kian hari semakin tinggi.
Maksud dari penyelenggaraan
pem ba ngunan Rusus di wilayah
per ba tasan, adalah untuk men du-
kung program pemerintah dalam
upa ya mem per cepat pelaksanaan
penga daan ru mah yang layak dan
te pat sasaran bagi Masyarakat Ber-
peng hasilan Ren dah (MBR), teru-
agar terwujudnya pembangunan Ru -
sus bagi MBR di wilayah perbatas
ne gara.”Adanya rusus di berbagai
wi la yah perbatasan, merupakan sa-
lah satu solusi untuk memajukan
dan pemerataan pembangunan di
Indonesia,” kata Direktur Jen de ral Pe-
nyediaan Perumahan Ke men terian
Pekerjaan Umum dan Pe ru mahan
Rakyat (PUPR) Syarif Bur hanuddin.
Untuk rumah khusus ini, Syarif
me lanjutkan, adalah program hibah
pe merintah kepada masyarakat dan
secara gratis diberikan kepada ne-
la yan serta masyarakat perbatasan
yang tidak mampu. “Ada yang untuk
nelayan dan masyarakat per ba tas-
an, itu seperti di Entikong, Ka li man-
tan, lalu Kalimantan bagian utara,
dan Pa pua. Sementara itu, untuk
nelayan, seluruh kabupaten, mo del-
nya hibah, karena untuk mas yarakat
yang tidak mampu,” ujar nya.
Untuk mendata masyarakat yang
ter go long tidak mampu membeli
ru mah, Kementerian PUPR akan
be ker ja sama dengan pemerintah
dae rah untuk mendata masyarakat
yang ber hak. Menurut Syarif, upaya
ini da lam rang ka menyukseskan
pro gram pe merintah dalam menye-
le sai kan backlog perumahan.
“Pem da mem berikan data, nanti
ka mi ve ri fi ka si, yang berhak adalah
yang ti dak punya rumah, jadi yang
ti dak pu nya rumah, dikasih rumah,
itu yang mis kin ya,” katanya.
Apalagi, lanjut Syarif, masyarakat
di perbatasan-perbatasan ada ta-
nah nya tapi tidak punya rumah.
“Ada yang sa tu rumah, tiga keluarga
ting gal di situ, itu kan sudah tidak
layak. Nah, dengan program rumah
khusus, nantinya keluarga itu punya
rumah yang layak huni,” ujarnya. [M]
Tim Maisona
tama untuk mereka yang tinggal
di wilayah perbatasan negara. Se-
dang kan Tujuannya, adalah untuk
memberikan kesempatan yang sa-
ma kepada setiap warga negara In-
do nesia, terutama yang tinggal di
wilayah perbatasan untuk dapat
ting gal di rumah dan lingkungan
sehat, aman dan lebih baik.
Dengan kata lain pembangunan
Ru sus ini, diselenggarakan untuk
me me nuhi kebutuhan khusus. Juga
[ RUANG UTAMA ]
14 Edisi 03 TH II [2017]MAISONA
PRIORITAS UNTUK MASYARAKAT INDONESIA TIMURSekarang ini permintaan masyarakat akan Rumah Khusus terus meningkat. Namun peningkatan permintaan tersebut tidak diikuti ketersediaan dana pemerintah, sehingga pemenuhan kebutuhan terkait rumah khusus memiliki keterbatasan.
“Undang-undang No.1 Tahun 2011, yang dimak-sud dengan
rumah khusus adalah rumah yang diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan khusus. Undang-undang tersebut dijabarkan dalam Peraturan Menteri Perumahan Rakyat (Per-menpera) No. 13 Tahun 2010 tentang
Pedoman Bantuan Pembangunan Rumah Khusus. Permen tersebut se-lain menjelaskan tentang Persyaratan dan tat acara pembangunan Rumah Khusus, juga menjelaskan tentang manfaat pembangunan rusus. Pener-ima manfaat yang tercantum dalam Permen tersebut antara lain korban bencana, masyarakat yang tinggal di pulau terluar, terpencil, atau pedala-man, masyarakat di wilayah perba-
tasan negara, masyarakat nelayan, masyarakat yang terkena program pembangunan pemerintah dan seb-againya,” kata Direktur Rumah Khu-sus Ditjen Penyediaan Perumahan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Christ Robert Panusunan Marbun.
Menurut Robert, penyediaan rumah khusus dapat berbentuk rumah tunggal, rumah kopel atau rumah deret dengan tipologi berupa rumah tapak atau rumah panggung. Adapun syarat bantuan rumah khusus, lanjutnya, terdiri dari persyaratan administrasi dan per-syaratan teknis. Dari syarat adminis-trasi berupa surat permohonan ban-tuan yang ditujukan kepada Menteri
Wawancara
CHRIST ROBERT PANUSUNAN MARBUN Direktur Rumah Khusus Ditjen Penyediaan Perumahan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR)
15Edisi 03 TH II [2017]MAISONA
PUPR dan proposal yang berisikan gambaran umum penerima manfaat, lokasi tanah dan sebagainya. Selain itu jumlah kebutuhan rumah, rencana atau sudah dibangun oleh penerima bantuan dan usulan bantuan. Juga surat pernyataan dan kesanggupan dari penerima bantuan.
Persyaratan teknis untuk lokasi rumah khusus, harus sesuai Ren-cana Tata Ruang Wilayah (RTRW), kemampuan daya dukung dan daya tampung, tidak rawan bencana dan tersedia infrastruktur (akses, air dan listrik). Robert mengatakan, tanah yang tersedia luas minimal 1 ha atau 50 unit rumah mengelompok satu hamparan. “Status hukum kepemi-likan hak atas tanah jelas (dengan
bukti legalitas atau sertifikat,” katanya.Nah seperti apa detail terkait per-
soalan rumah khusus, MAISONA me-wawancarai Christ Robert Panusunan Marbun. Alumnus Universitas Parahi-yangan, Bandung, yang kini menjabat Direktur Rumah Khusus Kementerian PUPR. Perbincangan hangat dilaku-kan di ruang kerja, di lantai 5 Gedung Kementerian PUPR, awal Maret lalu. Berikut petikannya:
Sejak kapan sebenarnya kebi-jakan pembangunan rumah khusus ini dimulai?
Kebijakan pembangunan Rusus ini, sudah ada sejak tahun 2006. Na-mun memang jumlahnya tidak seban-yak di era sekarang. Sampai dengan
tahun 2016, tiap tahun dibangun Rusus untuk masyarakat yang tinggal di wilayah perbatasan, untuk nelayan dan masyarakat pasca bencana.
Arti penyebutan Rumah Khusus itu sendiri apa?
Seperti yang dijelaskan di awal, rumah khusus adalah rumah yang dis-elenggarakan untuk memenuhi kebu-tuhan khusus. Kebutuhan khusus itu dijelaskan dalam Undang-undang No. 1 Tahun 2011 yang dijabarkan dalam Permenpera No. 13 Tahun 2010
Contohnya?Nelayan berpenghasilan rendah,
Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang bertugas di wilayah perbatasan yang
[ RUANG UTAMA ]
16 Edisi 03 TH II [2017]MAISONA
belum punya rumah, perawat dan dokter yang tinggal di perbatasan negara atau di wilayah terpencil, serta masyarakat yang terkena pro-gram pembangunan pemerintah dan sebagainya.
Bedanya Rusus dan Rumah Su-sun (Rusun)?
Rusun umumnya dibangun di kota besar, karena faktor sulitnya lahan yang bisa dibangun secara mendatar atau horizontal secara tapak per tapak, sehingga dibangun ke atas secara vertikal. Rusus sejauh ini dibangun secara horizontal. Se-dangkan peruntukannya, baik rumah susun maupun rumah khusus, itu sama-sama untuk MBR.
Nilai bantuan Rusus berapa?Nilai bantuan Rusus di setiap
provinsi beda. Hal itu disebabkan oleh harga bahan bangunan dan transportasiyang berbeda di tiap dae-rah.Nilai bantuan paling tinggi ada di wilayah Papua, karena akses wilayah yang sulit dijangkau sehingga harga bahan bangunan ikut tinggi.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mencanangkan tahun 2017 sebagai tahun pemerataan pembangunan. Terkait perumahan, pemerataan-nya sejauh mana?
Pembangunan rumah khusus dilakukan secara merata di berbagai Kabupaten dan Kota di seluruh In-donesia. Pembangunan tersebut ter-gantung permintaan Pemda, karena tidak semua kabupaten dan kota memerlukan rumah khusus. Misal-nya, Kota Surabaya, DKI Jakarta, Kota Bandung, tidak dibangun Rusus.
Benarkah Rusus itu lebih fokus
di perbatasan dan pinggiran?Sesuai dengan program Nawacita
yang diusung Presiden Joko Widodo, saat ini pembangunan rumah khu-
sus memang sedang focus pada beberapa target group. Target group pertama adalah untuk ASN perba-tasan dan MBR perbatasan,dan target group kedua adalah MBR dengan mata pencaharian nelayan. Tetapi beberapa kebutuhan mendesak juga perlu untuk dibangun, seperti pem-bangunan untuk Wilayah Indonesia Timur, maupun di daerah terpencil, seperti untuk Suku Anak Dalam di Jambi, Suku Bajo di Sulawesi, dll.
Apakah pembangunan Rusus sejauh ini sudah memenuhi kebu-tuhan masyarakat?
Kami berusaha memenuhi ke-butuhan masyarakat. Diusahakan seluruh provinsi dibangun. Seperti di Provinsi Aceh, Sumatera Utara (Sumut) sudah ada pembangunan Rusus, tapi belum sampai ke selu-ruh kabupaten dan kota di provinsi tersebut. Kemudian di Provinsi Jawa Barat (Jabar) Rusus di bangun di Ka-bupaten Pangandaran, di Provinsi Jawa Tengah Rusus dibangun di Ka-bupaten Tegal.
Bagaimana dengan penyebaran pembangun Rusus secara keselu-ruhan?
Saat ini fokus kami ke Indonesia Timur. Ini sesuai dengan arahan Menteri PUPR dan Dirjen Pemban-gunan Perumahan. Pembagiannya, kira-kira di Indonesia bagian Timur, yaitu 65 persen. Sisanya 35 persen dibangun di Jawa dan Sumatera.
Pembangunan Rusus itu dilaku-kan oleh siapa?
Pelaksanaan pembangunan Rumah Khusus dilaksanakan oleh Satuan Kerja Non Vertikal Tertentu (SNVT) provinsi, dan Satuan Kerja (Satker) Pusat, dimana sumber dana berasal dari APBN.
Syarat apa yang harus dipenuhi
PROFIL
Ir. Christ Robert Panusunan Marbun, MSc
TEMPAT/TANGGAL LAHIR:
Medan, 25 Maret 1965
PENDIDIKAN:
l S-1 Teknik Sipil Universitas Katolik Parahyangan, Bandung (1983-1989)l S-2 Transportation Engineering IHE – TU Delft Delft – Netherland (2000 – 2002)
JABATAN SAAT INI:
l Asisten Informasi dan Pelaporan Proyek Pengembangan Kota Medan Tahap II (MUDP-II)
l Pemimpin Bagian Proyek Peningkatan Prasarana Permukiman Sumatera Utara
l Asisten Perencanaan dan Bina Program Proyek Pengembangan Prasarana dan Sarana Permukiman Sumatera Utara
l Asisten Teknik Proyek Pembangunan Saluran Drainase di Kota Medan /
MMUDPl Pemimpin Bagian Proyek Peningkatan
Prasarana dan Sarana Permukiman Kota Metropolitan Medanl Kepala Satuan Kerja Pelaksanaan
Pengembangan Permukimanl Kepala Satuan Kerja Pengembangan
Kawasan Permukiman Strategisl Kepala Sub Direktorat Peningkatan
Permukiman Wilayah I, Dit. Pengembangan Permukiman
PENGHARGAAN:
l Satyalancana Karya Satya 10 Tahun 2002
17Edisi 03 TH II [2017]MAISONA
Pemda jika diwilayahnya hendak membangun Rusus?
ada beberapa syarat yang ha-rus dilengkapi Pemerintah Daerah (Pemda) , antara lain ada surat per-mohonan pembangunan rumah khu-sus di daerah setempat, tanah yang digunakan harus dimiliki Pemda atau dalam penguasaan Pemda, dan Surat Keterangan Kesesuaian RTRW. Selain itu juga, Pemda harus menyertakan dari kepala daerah setempat yang menyatakan kebersediaannya dalam mendukung pembangunan rumah khusus, surat dukungan akses jalan, listrik, dan air dari Pemerintah se-tempat, surat pengantar dari Provinsi dan Harga Satuan.
Pemda yang bersangkutan harus menyediakan lahan dengan satu hamparan yang bisa dibangun 50 unit rumah. Namun ada pengecual-ian untuk Papua. Di sana, tidak bisa atau sulit mendapatkan satu ham-paran lahan, karena masalah tanah adat atau tanah suku, dan antar suku berdekatan.
Kenapa bisa begitu?Lahan di tanah Papua, pada
umumnya masih dimiliki oleh adat, oleh karena itu pembangunan rumah khusus di Papua diberikan persyaratan khusus, yaitu lahan yang dimiliki ada harus diserhkan atau di-hibahkan kepada pemerintah setem-pat, sehingga dapat diproses legalitas lahan atas nama Pemda.
Berapa target pembangunan Rusus tahun 2017 ini?
Target 2017 sebanyak 5.085 unit.
Berapa banyak permintaan Pemda?
Banyak sekali, sampai dua kali lipat. Tetapi permasalahan yang sering timbul adalah masalah keti-daksiapan lahan. Selain itu juga ter-
dapat kendala administrasi, seperti ketidaksesuaian peruntukan lahan milik Pemda yang diususlkan untuk dibangun rumah khusus, misalnya dilahan konservasi atau lahan di lokasi yang masuk sempadan pan-tai/sungai yang diusulkan untuk dibangun rumah khusus, dan lain sebagainya.
Bagaimana sikap pemda-pemda dan sampai sejauh mana pemda-pemda mengetahui program pem-bangunan Rusus?
Pemda sangat mendukung pro-gram pembangunan rumah khusus ini, dikarenakan tingginya kebutuhan akan rumah, tetapi Pemda tidak me-miliki APBD untuk memenuhi kebu-tuhan tersebut. Namun masih ada juga beberapa Pemda yang belum
paham akan program ini. Dengan baru terbentuknya Dinas Perumahan yang berada di tiap Provinsi dan Ka-bupaten/Kota, diharapkan program pembangunan rumah khusus ini lebih dapat dimanfaatkan.
Dalam pelaksanaannya, apa saja kendala yang dihadapi?
Kendala utama yang dihadapi adalaj kesiapan lahan yang siap dibangun dan keterbatasan dana. Pembangunan rumah khusus yang seharusnya oleh kami dibangun di lahan yang sudah siap bangun, Ter-kadang kendala adalah ketika Pemda tidak sanggup sharing dana untuk menyiapkan lokasi tersebut, dlan hal ini contohnya adalah dana untuk cut and field atau timbunan.
Selain itu juga terdapat lokasi-lokasi dimana kebutuhan rumah khusus sangat tinggi, tetapi belum memiliki akses baik jalan, listrik, maupun air. Kendati demikian, kami akan berusaha untuk mengerjakan-nya dan juga berkoordinasi dengan pihak terkait agar program rumah khusus ini dapat dilaksanakan dan bermanfaat bagi masyarakat. [M]
Rusus perbatasan sangita laut
MAI
SONA
/RIC
KY D
EFRI
MON
18 Edisi 03 TH II [2017]MAISONA
[ RUMAH ADAT ]
TONGKONAN, RUMAH TANDUK KERBAUJumlah tanduk kepala kerbau di rumah menunjuk status sosial ekonomi pemilik. Kepercayaan asli Toraja disimbolkan lewat empat warna dasar. Apa saja?
Mendengar Sulawesi
Selatan, yang
terbayang adalah
kota Makasar
atau Tana Toraja.
Dua daerah yang menjadi obyek
utama wisatawan ke Sulsel. Nah
begitu, pilihan jatuh ke Tana Toraja,
terbayanglah rumah adat dengan
desain unik, mirip dengan rumah
adat Sumatera Barat. Apa namanya?
duduk. Bagi warga Toraja,
tongkonan berfungsi untuk pusat
pemerintahan, kekuasaan adat dan
perkembangan kehidupan sosial
budaya masyarakat pada zaman
dahulu. Sebagaimana warga suku
yang lain, rumah adat memiliki
makna tertentu. Demikian halnya
tongkonan yang diidentifikasi
sebagai ibu oleh masyarakat Toraja.
Sedangkan bapaknya adalah alang
sura (lumbung padi).
Nah, Anda mungkin abai dengan
nama. Warga Sulsel mengenal
rumah tersebut sebagai Tongkonan.
Rumah tradisional Warga Toraja
itu hingga saat ini masih ditinggali
sebagai tempat beraktivitas sehari-
hari. Rumah yang bentuknya
menyerupai perahu dari kerajaan
China.
Tongkonan berasal dari
kata “tongkon” yang berarti Atap rumah tongkonan
berbentuk seperti perahu. Namun ada juga yang
menganggap bentuk atap ini seperti tanduk kerbau
19Edisi 03 TH II [2017]MAISONA
[ RUMAH ADAT ]
UTARA ARAH ASAL LELUHUR
Rumah Tongkonan memiliki
struktur panggung dengan tiang-
tiang penyangga bulat yang berjajar
yang ditumpangkan pada batu
berukuran besar yang dipahat
hingga berbentuk persegi, dinding
dan lantai terbuat dari kayu uru
yang disusun sedemikian rupa
tanpa mengunakan paku atau di
hanya diikat atau ditumpangkan
menggunakan sistem kunci. Kendati
tanpa dipaku, papan pada dinding
dan lantai tetap kokoh kuat hingga
puluhan tahun.
Bagian atap rumah tongkonan
berbentuk seperti perahu. Namun
ada juga yang menganggap bentuk
atap ini seperti tanduk kerbau. Atap
rumah tongkonan sendiri dibuat
dari bahan ijuk atau daun rumbia
dan tak jarang kini penggunaan
seng sebagai bahan atap lebih sering
ditemukan.
Secara umum, rumah tongkonan
memiliki tiga bagian; utara, te-
ngah, dan selatan. Bagian utara
(Tengalok), berfungsi sebagai
ruang ta mu dan tempat anak-anak
ti dur, serta tempat menaruh sesa-
ji. Di sebelah selatan terdapat
ruang sambung, merupakan ruang
untuk kepala keluarga namun ju ga
dianggap sebagai sumber penya-
kit. Sedang di bagian tengah disebut
Sali, berfungsi sebagai ruang makan,
pertemuan keluarga, dapur, serta
tempat meletakkan orang mati.
Dalam rumah adat Toraja,
utara merupakan arah yang
penting. Semua rumah tongkonan
menghadap ke utara. Ujung atap
yang berdiri berjejer mengarah ke
utara merupakan lambang bahwa
leluhur mereka berasal dari utara
dan di waktunya nanti mereka akan
berkumpul kembali di utara.
dengan warna putih yang artinya
suci.
Tongkonan milik bangsawan
Toraja berbeda dengan dari orang
umumnya. Yaitu pada bagian
dinding, jendela, dan kolom, dihiasi
motif ukiran yang halus, detail, dan
beragam. Ada ukiran bergambar
ayam, babi, dan kerbau, serta
diselang-seling sulur mirip batang
tanaman.
Bagi kalangan bangsawan,
pembangunan rumah tongkonan,
disertai upacara rumit yang
melibatkan seluruh warga.
Keriuhannya tidak jauh berbeda
dengan upacara pemakaman.
Namun, hingga kini, rumuh
tongkonan konsisten menghindari
unsur logam (seperti paku,
misalnya).
Rumat adat Tana Toraja,
Tongkonan, oleh pemerintah
diajukan untuk masuk dalam daftar
warisan budaya dunia United
Nations Educational, Scientific and
Cultural Organization (UNESCO)
sejak tahun 2010. [M] Junaidi
Sumber: Kebudayaanindonesia.net
KEPALA KERBAU SIMBOL
SOSIAL Ciri penting lain rumah
tongkonan adalah keberadaan
kepala kerbau. Lazimnya, tanduk
kerbau ditempel pada tiang utama
di depan setiap rumah. Semakin
banyak jumlah tanduk terpasang,
semakin tinggi pula derajat keluarga
tersebut. Tanduk kerbau ini
melambangkan kemampuan sosial
ekonomi keluarga yang mendiami
rumah tersebut saat upacara
penguburan anggota keluarganya.
Tongkonan juga ditandai
dengan Aluk To Dolo. Yakni, empat
warna dasar, yaitu hitam, merah,
kuning, dan putih yang mewakili
kepercayaan asli Toraja. Warna
hitam sebagai lambang kematian
dan kegelapan. Sementara kuning
melambangkan anugerah dan
kekuasaan ilahi. Merah merupakan
warna darah yang melambangkan
kehidupan manusia. Yang terakhir,
daging dan tulang dilambangkan
FOTO
-FOT
O: IS
MAI
L /DI
REKT
ORAT
RUM
AH K
HUSU
S
Bersama mengangkat miniatur rumah Tongkonan.
20 Edisi 03 TH II [2017]MAISONA
[ KATA MEREKA ]
BICARA RUMAH ADALAH BICARA TENTANG KEMERDEKAAN
DOK.
DIR
EKTO
RAT
JEND
ERAL
PENY
EDIA
AN PE
RUM
AHAN
Selain membangun rumah untuk masyarakat
berpenghasilan rendah (MBR), Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
(PUPR) melalui Direktorat Jenderal
Penyediaan Perumahan, adalah juga membangun
rumah untuk mereka yang memiliki kekhususan;
guru, ulama, santri, tenaga kesehatan, TNI, dan lain-
lain.
Terkait pembangunan rumah khusus, kata
Dirjen Penyediaan Perumahan, Syarif Burhanuddin,
pada intinya adalah memberikan dukungan
pada kementerian lain. Misalnya, pembangunan
rusun pondok pesantren adalah untuk membantu
Kementerian Agama.
Menurut Syarif, permintaan pembangunan
rumah untuk kebutuhan khusus, sangat tinggi. Saat
ini, ini misalnya, banyak pondok pesantren yang
mengajukan permohonan Rusunawa untuk para
santrinya. Namun, PUPR punya keterbatasan. Tahun
2017, hanya tersedia dana sekitar Rp 180 M untuk
membangun 20 Rusunawa Ponpes. “Alhamdulillah
Kabupaten Pasuruan tahun ini dapat dua Rusunawa
untuk Pondok pesantren. Tentunya ini hasil kerjasama
Pemda dan berkat doa para kyai yang mengasuh
pondok pesantren,” kata Dirjen syarif Burhanuddin,
usai peletakan batu pertama pembangunan rusun
ponpes di Pasuruan, Jawa Timur Rabu (15/3/2017).
Berikut adalah pandangan sejumlah kalangan atas
pembangunan perumahan yang tengah digalakkan
Kementerian PUPR:
MAI
SONA
/RIC
KY D
EFRI
MON
21Edisi 03 TH II [2017]MAISONA
[ KATA MEREKA ]
MAI
SONA
/RIC
KY D
EFRI
MON
MAI
SONA
/RIC
KY D
EFRI
MON
MAI
SONA
/RIS
TYAN
MEG
A PU
TRA
SAHRUL YASIN LIMPOGUBERNUR SULSEL
Bicara tentang perumahan pada dasarnya juga bicara tentang kemerdekaan. Jika kita sudah mempunyai rumah sendiri maka kita akan merasa merdeka. Pembangunan rumah guru ini juga merupakan bentuk kongkrit akan kemerdekaan begitu juga dalam hal pendidikan sehingga generasi muda negara ini ke depan bisa bersaing dengan negara lain.
KH. ABDUL MUJIB IMRON PIMPINAN POPES MIFTAHUL ULUM AL YASINI, PASURUAN JATIM
Rusunawa ini tentu sangat bermanfaat buat tempat tinggal para santri. Dan kami juga berupaya agar para santri selain belajar ilmu agama juga menuntut ilmu umum untuk masa depan mereka.
FAIZAL ANDI SAPADA WAKIL WALIKOTA PARE-PARE
Mahasiswa yang ingin tinggal di Rusunawa Mahasiswa STIH Amsir ini juga wajib menandatangni kontrak perjanjian untuk menjaga ketertiban sesuai aturan yang ditetapkan. Tadi bahkan ada mahasiswa yang ingin langsung pindah ke Rusunawa ini setelah diresmikan.
22 Edisi 03 TH II [2017]MAISONA
[ TEKNOLOGI ]
KEREN, RUMAH APUNG PUPRLitbang PUPR mendesain rumah apung dengan sistem bergerak. Mengusung konsep bangunan yang ramah lingkungan, mandiri dalam kebutuhan energi dan tidak mencemari lingkunga. Solusi untuk kawasan yang rawan terkena rob.
Di tengah hamparan
tambak, bangunan
bertingkat dengan
dominasi cat putih
dan merah itu, tampil
keren. Ibarat oase di padang tandus,
‘Balai Baca Tambak Lorok’ itu
memberikan nuansa baru. Uniknya,
inilah bangunan rumah apung
pertama yang menggunakan tepat
guna dan ramah lingkungan.
Rumah apung hasil riset Badan
Penelitian dan Pengembangan
(Balitbang) Kementerian Kementerian
Penerapan Wahana Apung Modular
Kementerian PUPR Dimas Hastama
Nugraha di Semarang.
Menurut Basuki teknologi apung
sebetulnya sudah banyak digunakan.
Yakni dalam pembangunan dermaga-
dermaga di Kalimantan. Namun
sejauh itu belum belum terpikirkan
menerapkannya untuk tempat
hunian.
Sebelumnya teknologi
apung itu digunakan untuk
pembangunan jembatan di Cilacap
yang menghubungkan ke Pulau
Nusakambangan, kemudian untuk
“breakwater” (pemecah gelombang).
“Balai apung Tambaklorok ini
menjadi awal untuk mewujudkan
kampung bahari di pesisir utara
Semarang itu,” jelas Basuki.
Balai apung memiliki luas
Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat (PUPR) itu diresmikan Menteri
PUPR Basuki Hadimuljono pada
Jumat (25 November 2016). Teknologi
apung yang dikembangkan Balitbang
Kementerian PUPR itu dinamai
sistem modular wahana apung
(Simowa) yang proses pembangunan
konstruksinya memerlukan waktu
kurang dari satu tahun.
Bangunan ini bersifat “mobile”,
bergerak di atas permukaan air.“Ini
teknologi pertama yang dibangun di
Indonesia,” kata Ketua Tim Strategi
22 Edisi 03 TH II [2017]MAISONA
Wahana apung rumah baca yang mengusung konsep bangunan ramah lingkungan dan mandiri dalam kebutuhan energi, kampung Tambaklorok Semarang.
DOK.
BAD
AN PE
NELI
TIAN
DAN
PENG
EMBA
NGAN
(BAL
ITBA
NG)
23Edisi 03 TH II [2017]MAISONA
[ TEKNOLOGI ]
sekitar 150 meter persegi plus 50
meter persegi untuk “gangway” itu
merupakan solusi di kawasan yang
rawan terkena rob. Maklum, kawasan
Tambaklorok, Semarang, mengalami
‘land subsidence’ yang sangat tinggi,
sekitar 11-13 centimeter/tahun. Jadi,
warga di sana terus menguruk tanah
(lahan. Red).
Biaya yang dibutuhkan untuk
pembangunan balai apung tersebut,
diperkirakan sekitar Rp1 miliar, Biaya
ini termasuk perencanaan sejak awal,
yang semua biaya ditanggung oleh
Kementerian PUPR.
Rumah apung Tambaklorok terdiri
dari dua lantai. Nantinya lantai satu
digunakan untuk Balai Warga dan
lantai dua akan dimanfaatkan untuk
perpustakaan.
INOVASI LITBANG PUPR
Struktur bangunan cukup kukuh.
Tiap meter persegi bangunan, mampu
menahan beban hingga 800 kilogram.
“Jadi, dengan teknologi ini bisa dibuat
dua lantai,” kata Basuki.
Basuki mengatakan pembangunan
perpustakaan dan balai warga apung
itu merupakan langkah tepat untuk
meningkatkan inovasi di bidang
infrastruktur dengan berbagai
keunggulan yang dimiliki. Rumah
semacam ini bisa dibangun di wilayah
yang sering terkena banjir atau air
pasang di daerah rawa-rawa.
Bangunan apung memiliki
konsep ramah lingkungan, mandiri
dalam kebutuhan energi, dan tidak
mencemari lingkungan. Antara lain,
karena rumah apung memanfaatkan
tenaga surya untuk energi listrik
dengan kemampuan hingga 1.000
watt. Jadi tidak lagi bergantung pada
PLN. Untuk sanitasi menggunakan
biofil yang dikembangkan Balitbang
PUPR.
Kepala Badan Penelitian
dan Pengembangan (Balitbang)
Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat (PUPR) Danis
H. Sumadilaga, bahwa Kementerian
PUPR tidak hanya mengerjakan
proyek besar, namun juga proyek
yang berkualitas, ekonomis, cepat
dan bermanfaat bagi masyarakat luas.
Antara lain adalah melalui produk-
produk hasil penelitian para peneliti
di Balitbang PUPR.
Rumah Apung Tambaklorok
mengusung konsep bangunan
yang ramah lingkungan, mandiri
dalam kebutuhan energi dan
biofill atau biority untuk pengolahan
air limbah kamar mandi atau WC.
IMPLEMENTASI TEKNOLOGI LITBANG
Program rumah apung
Tambaklorok, merupakan salah satu
bentuk implementasi keterpaduan
seluruh teknologi dari setiap Pusat
Litbang Kementerian PUPR. Di sana,
juga diterapkan hasil penelitian
Puslitbang Sumber Daya Air
berkontribusi membuat teknologi
pemecah gelombang terapung.
Sementara Puslitbang Jalan dan
Jembatan mengaplikasikan teknologi
pembuatan jembatan di kawasan
tersebut, kemudian Puslitbang
Perumahan dan Permukiman melalui
desain balai pertemuan tersebut
Terakhir yang tidak kalah
pentingnya ada “soft technology”
dalam bentuk kajian dalam
memetakan segala aspek sosial
di kawasan Tambak Lorok yang
dikerjakan oleh Puslitbang Kebijakan
dan Penerapan Teknologi (KPT).
Wali Kota Semarang Hendrar
Prihadi menyambut baik
kehadiran keberadaan rumah
apung Tambaklorok. Menurutnya,
pembangunan balai apung sangat
membantu warga karena bisa dipakai
untuk pertemuan. “Ini ‘pilot project’
yang menarik untuk mengatasi
kekumuhan. Kalau warga sangat
membutuhkan, kami akan meminta
tambahan rumah apung kepada
Kementerian PUPR,” kata Hendi,
sapaan akrab Hendrar Prihadi.
Bahkan, Hendi mengatakan tidak
menutup kemungkinan Pemerintah
Kota Semarang akan membangun
fasilitas serupa untuk solusi
mengatasi permasalahan rob dengan
mengalokasikan dari APBD Kota
Semarang. [M]
tidak mencemari lingkungan.
Dasar bangunan menggunakan
panel “foam” dan beton (B-foam).
Sedangkan konstruksi bangunan
menggunakan material baja dan
bambu, sedangkan untuk kebutuhan
listrik akan menggunakan panel surya.
Untuk kebutuhan listrik, rumah
apung dicukupi oleh panel tenaga
surya, dilengkapi sistem sanitasi
dengan teknologi biofilter sehingga
limbah yang dibuang sudah bersih
atau tidak tercemar.
Sementara untuk memenuhi
kebutuhan air bersih, bangunan ini
menggunakan destilasi air laut. Selain
itu, untuk sanitasi akan menggunakan
Balai apung Tambaklorok ini
menjadi awal untuk mewujudkan
kampung bahari di pesisir utara
Semarang
DOK.
BAD
AN PE
NELI
TIAN
DAN
PENG
EMBA
NGAN
(BAL
ITBA
NG)
24 Edisi 03 TH II [2017]MAISONA
[ BINGKAI FOTO ]
Teks dan Foto: Ricky Defrimon
Anda ngantor di lantai 8 dan duduk di deket jendela kaca? Bayangkan kaca tersebut berdebu dan kotor! Tentu tidak nyaman. Selain tidak enak
dipandang, kaca berdebu dan kotar tentu akan menghalangi pandangan mata untuk menatap rintik hujan atau sekedar melepas penat melihat pemandangan di luar gedung.
Manakala kaca tampak bening? Nah, Anda layak berterima kasih kepada para gondola rider alias para pembersih kaca gedung bertingkat. Karena jasa merekalah, kacakaca di gedung tinggi di seluruh dunia selalu tampil bening.
AKSI BERANI GONDOLA RIDER
25Edisi 03 TH II [2017]MAISONA
[ BINGKAI FOTO ]
Gondola rider adalah para pekerja pemberani. Tanpa takut, mereka bergelayut di gondola di ketinggian gedunggedung pencakar langit. Para pasukan perayap dinding inilah yang bertanggungjawab atas kebersihan dinding kaca luar.
Diantara mereka, adalah Andy, Sigit dan Ade. Tiga sekawan inilah yang bertugas membersihkan Gedung G Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) di Jakarta. Di gedung delapan lantai inilah, jajaran Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan PUPR berkantor.
Andy Cs bertugas membersihkan kaca gedung G, dari hari Senin – Kamis. Jam kerjanya 08.00 hingga 16.00 WIB. Tidak peduli terik panas, mereka harus bergelantungan di gondola. Angin kencang dan hujan deras, kerapkali menghentikan kerja Andy dkk. “Ya, musuh utama kami adalah cuaca buruk,” kata Andy.
Pekerja pembersih kaca gedung tinggi, butuh nyali. Modal utama mereka adalah keberanian. Gondala rider wajib memiliki mental untuk tidak takut pada ketinggian, tidak takut akan angin
kencang yang sewaktuwaktu bisa menggulingkan gondolanya, tidak takut hujan dan panas, dan tidak takut akan kematian.
Anda berani? [M]
26 Edisi 03 TH II [2017]MAISONA
[ BERANDA ]
RUMAH NYAMAN DENGAN PSUDitjen PUPR mendorong pengembang perumahan menyedian PSU sesuai standar. Tahun 2017 Direktorat RUK menganggarkan bantuan PSU untuk 27.283 unit rumah MBR
Kesulitan menyediakan
prasarana, sarana dan
utilitas (PSU), bicaralah
ke Kementerian
Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat (PUPR)! Di sana,
persisnya di Direktorat Rumah Umum
dan Komersial Direktorat Jenderal
Penyediaan Perumahan, disediakan
bantuan PSU. Tiap tahun, ribuan
rumah masyarakat berpenghasilan
rendah (MBR) mendapat bantuan
tersebut.
Sebagai gambaran, Tahun
2016 lalu misalnya, PUPR telah
memberikan Bantuan PSU untuk
26.884 unit rumah MBR. Nilai bantuan
PSU adalah nilai Rp 6,2 juta tiap unit.
Sedangkan untuk Tahun 2017
ini, PUPR menganggarkan PSU
untuk sekitar 27.283 unit rumah
MBR. “Komponen Bantuan PSU
yang diberikan oleh Kementerian
PUPR antara lain jalan lingkungan,
saluran air untuk rumah bersubsidi,”
jelas Kukuh Firmanto, Kepala Sub
Direktorat Bantuan Rumah Umum
Direktorat Rumah Umum dan
Komersial (RUK).
Kukuh menyampaikan
paparan tentang Bantuan PSU di
Makasar, dalam rangkaian kegiatan
Pendampingan Pelaksanaan Bantuan
PSU Untuk Perumahan Umum
Tahun Anggaran 2017 Wilayah
Sulawesi, Maluku dan Papua.
Kegiatan tersebut dilaksanakan
oleh Direktorat Rumah Umum
dan Komersial Ditjen Penyediaan
Perumahan Kementerian PUPR di
Hotel Aryaduta, Makassar, awal Maret
2017.
Ketua Panitia Kegiatan, Yogi
Hendrasworo, melaporkan kegiatan
diikuti perwakilan dinas teknis yang
membidangi urusan perumahan
di tingkat Provinsi dan Kabupaten/
Kota, serta perwakilan asosiasi pelaku
pembangunan perumahan yang ada
di wilayah Sulawesi, Maluku dan
Papua.
Selain Kukuh, hadir dan
memberikan paparan adalah
Mochamad Chaerul tentang
Komponen Bantuan PSU dan
Syafrudin Hamrun, Kabid
Perumahan, Dinas Perumahan
Kawasan Permukiman dan
Pertanahan Provinsi Sulawesi Selatan
tentang Pengalaman Pelaksanaan
Bantuan PSU.
Menurut Kukuh, pembangunan
rumah, termasuk juga rumah
bersubsidi untuk MBR harus tetap
26 Edisi 03 TH II [2017]MAISONA
Perumahan yang mendapat bantuan PSU Kabupaten Sigi Sulteng
27Edisi 03 TH II [2017]MAISONA
[ BERANDA ]
memperhatikan standar kualitas
yang tepat. Selain itu, bangunan
rumah juga harus sesuai dengan
perijinan serta didukung oleh PSU
yang memadai. “Untuk mewujudkan
lingkungan perumahan yang layak
huni bagi MBR, maka dipandang
perlu adanya rumah yang memenuhi
standar kualitas sesuai dengan
perijinan dan penyediaan PSU yang
memadai,” katanya.
Tujuan adanya PSU berstandar
adalah agar tercipta lingkungan
perumahan yang layak huni
dan nyaman. “Kami akan terus
mendorong peran pemerintah
daerah guna mendorong para pelaku
pembangunan untuk menjaga
kualitas bangunan rumah yang
dibangun dan PSU yang diberikan
oleh pemerintah,” ujar Kukuh.
Bantuan PSU tersebut diharapkan
mampu mendukung peningkatan
kualitas lingkungan perumahan
bersubsidi dan mendorong para
pengembang untuk lebih banyak
membangun rumah bersubsidi
sebagai bagian Program Satu Juta
Rumah.
Adapun komponen PSU berupa
jalan lingkungan, ruang terbuka
non hijau seperti lahan parkir dan
lapangan olahraga, air minum,
penerangan jalan umum dan tempat
pengelolaan sampah terpadu. Yang
penting juga tanaman penghijauan.
Dengan demikian diharapkan
meningkatkan kualitas lingkungan
perumahan masyarakat MBR menjadi
lebih nyaman untuk dihuni.
Bantuan yang diberikan harus
semaksimal mungkin memiliki
kualitas yang baik, apalagi bantuan
tersebut diberikan kepada masyarakat
berpenghasilan rendah yang ingin
memiliki hunian yang layak dan
nyaman. Melalui penyaluran bantuan
PSU ini pula, diharapkan masyarakat
bisa nyaman tinggal di perumahan
yang layak huni.
Dalam kesempatan di Makasar
itu pula Kukuh menegaskan bahwa
Ditjen Penyediaan Perumahan akan
tetap melaksanakan pendampingan
bantuan PSU kepada para
pengembang untuk memberikan
pemahaman dan wawasan kepada
para pengembang serta pemerintah
daerah terkait bantuan PSU untuk
perumahan umum. “Kami juga ingin
menjaring lokasi perumahan di
daerah yang dapat diajukan sebagai
calon penerima bantuan PSU tahun
2018 mendatang,” tandasnya.[M] Ristyan
Mega Putra
“Untuk mewujudkan lingkungan perumah-
an yang layak huni bagi MBR, maka dipandang perlu
adanya rumah yang memenuhi standar
kualitas sesuai dengan perijinan dan penyediaan PSU yang
memadai.”
Bantuan PSU untuk Perumahan Permata Wonorejo Kabupaten Karanganyar Jateng (atas) dan Kabupaten Kampar Riau (bawah)
FOTO
-FOT
O: M
AISO
NA/R
ICKY
DEF
RIM
ON
28 Edisi 03 TH II [2017]MAISONA
[ BERANDA ]
BEDAH 551 RUMAH DI SRAGENDirektorat Rumah Swadaya salurkan Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS). Untuk peningkatan kualitas rumah Rp 15 juta dan pembangunan rumah baru Rp 30 juta/unit.
Menteri PUPR bersama Ketua Komisi V DPR RI dan Bupati Sragen sedang menjelaskan kepada wartawan tentang Program KemenPUPR diwilayah Sragen.
Kusdinar, tampak
sumringah. Sejumlah
tamu penting dia
salami satu per satu.
Mereka adalah Menteri
Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono,
Ketua Komisi v DPR RI Fary Djemy
Francis, Direktur Rumah Swadaya
Ditjen Penyedian Peruamahan PUPR
Raden Johni Fajar Subrata dan jajaran
PUPR lainnya.
“Pemkab Sragen berterimakasih
atas perhatian yang diberikan
Kementerian PUPR dan Komisi V
DPR RI atas program perumahan dan
pembangunan infrastruktur untuk
masyarakat di daerah kami,” kata
Kusdinar yang punya nama lengkap
Kusdinar Untung Yudi Sukowati,
Bupati Sragen, dalam sambutan
penerimaan rombongan PUPR dan
DPR yang berkunjungan pada 20
Februari lalu.
Kusdinar layak gembira. Kabu-
paten Sragen mendapat kehormatan
untuk menjadi daerah yang pertama
yang dikunjungi Menteri PUPR dan
Komisi V DPR RI terkait Bantuan
Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS)
dari Kementerian PUPR pada tahun
2017 ini. Lagi pula, kali ini Sragen
menerima bantuan sebanyak 551 unit
rumah, meningkat dibanding tahun
2016 yang hanya 500 unit.
“Pemkab Sragen berterimakasih
atas perhatian yang diberikan Kementerian
PUPR dan Komisi V DPR RI atas
program perumahan dan pembangunan infrastruktur untuk
masyarakat di daerah kami,”
“Penyaluran BSPS ini merupakan
bentuk perhatian khusus dari
pemerintah terhadap masyarakat
miskin yang memang benar-benar
memerlukan bantuan perumahan.
Kami akan berusaha agar penyaluran
bantuan ini merata di setiap
kecamatan yang ada di Sragen,” jelas
Raden Johni.
Landasan utama penyaluran BSPS
adalah Undang-undang Nomor 1
tahun 2011 tentang Perumahan dan
Kawasan Permukiman Pasal 54 ayat
(3) huruf b yang menyatakan bahwa
bantuan pembangunan rumah bagi
MBR dari pemerintah dapat berupa
MAI
SONA
/RIC
KY D
EFRI
MON
29Edisi 03 TH II [2017]MAISONA
stimulan rumah swadaya. Selain itu
juga terdapat dalam Amanat RPJMN
2015-2019 tentang Peningkatan
Kualitas dan Pembangunan Baru
BSPS merupakan salah satu upaya
pemerintah untuk meningkatkan
kualitas rumah milik masyarakat
miskin yang ada di seluruh wilayah
Indonesia. Jumlah bantuan yang
disalurkan pemerintah berkisar
Rp 15 juta untuk peningkatan
kualitas rumah dan Rp 30 juta untuk
pembangunan rumah baru.
Adapun kriteria rumah tidak
layak huni antara lain; bahan lantai
berupa tanah atau kayu kelas IV,
bahan dinding berupa bilik bambu/
kayu/rotan atau kayu kelas IV, tidak/
kurang mempunyai ventilasi dan
pencahayaan. bahan atap berupa
daun atau genteng plentong yang
sudah rapuh. rusak berat, dan/atau
rusak sedang dan luas bangunan tidak
mencukupi standar minimal luas per
anggota keluarga yaitu 9 m2
Dalam pelaksanaan BSPS, Ke-
men terian PUPR bekerjasama de ngan
pemerintah daerah setempat untuk
pendataan calon penerima bantuan
ini. Bantuan yang diberikan adalah
penyaluran bantuan dalam ben tuk
bahan bangunan untuk pe ning katan
kualitas rumah serta pem bangunan
rumah baru di atas la han milik
masyarakat miskin yang me mang
tidak memiliki kemampuan pen da-
naan untuk membangun rumahnya.
Dalam pelaksanaan bantuan
BSPS, tahun 2015, penyaluran
bantuan dibagi menjadi tujuh wilayah
kepulauan yakni Sumatera bagian
utara (8.699 unit), Sumatera bagian
selatan (7.215 unit), Jawa (32.624
unit), Kalimantan (7.238 unit), Bali
dan Nusa Tenggara (6.366 unit),
Sulawesi (15.299 unit), Maluku dan
Papua (4.804 unit).[M] Ricky Defrimon
Jamilah penerima bantuan stimulan perumahan Swadaya di Kecamatan Sukodono Kabupaten Sragen Jawa Tengah.
KRITERIA UMUM KABUPATEN/KOTA PENERIMA BSPS KRITERIA UMUM *)
1. Tingkat kemiskinan di atas ratarata nasional
2. Jumlah rumah tidak layak huni di atas ratarata nasional
3. Jumlah kekurangan rumah (backlog) di atas ratarata nasional
4. Daerah tertinggal, atau
5. Daerah perbatasan negara
*) Data Bappenas dan/atau BPS
KRITERIA KHUSUS
1. Program khusus
1. Pelaksanaan direktif Presiden
2. Termasuk program percepatan pembangunan nasional
3. Pelaksanaan kesepahaman (MoU), dan/atau
2. Terdapat perumahan dan permukiman kumuh
3. Memiliki Komitmen dalam pembangunan perumahan
(tercantum dalam DPA tahun berjalan)
1. Program Perumahan melalui APBD
2. Memiliki dana operasional
INDIKATOR KEMAMPUAN & TINGKAT KEPEDULIAN KABUPATEN/KOTA
1. Memiliki Unit Kerja Bidang Perumahan serendahrendahnya
setingkat Eselon III
2. Sudah menjalankan Program BSPS dengan dana APBD
3. Memiliki dana sharing dari APBD untuk biaya operasional SKPD Kabupaten/
Kota dalam pengawasan dan pengendalian BSPS yang berasal dari APBN
Berdasarkan Pasal 9 ayat (3) Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Nomor 6
Tahun 2013 tentang Pedoman Pelaksanaan BSPS. [M]
Sumber : Direktorat Rumah Swadaya, Ditjen Penyediaan Perumahan Kementerian PUPR
FOTO
: DOK
. SNV
T JA
WA
TENG
AH
30 Edisi 03 TH II [2017]MAISONA
[ BERANDA ]
BELAJAR HIDUP DI RUMAH VERTIKAL PARE-PARE
Kementerian PUPR tidak hanya membangun rusun untuk MBR, tapi juga untuk mahasiswa dan santri yang ada di pelosok negeri. Dua rusun di bangun di Pare-Pare, Sulawesi Selatan. Bentuk pemerataan dan peduli pendidikan.
“Selain belajar ilmu,
generasi muda harus juga
belajar hidup di hunian
vertikal.” Pesan penuh
makna itu disampaikan Direktur Jenderal
Penyediaan Perumahan Kementerian PUPR
Syarif Burhanuddin, di hadapan ratusan
mahasiswa dan santri di Pare-Pare, Sulawesi
selatan (Sulsel), 11 Januari 2017 lalu.
Kenapa dengan rumah vertikal? Ini
memang pilihan yang sulit dihindari.
Maklum, lahan perumahan kian hari kian
minim. Dengan lahan yang makin terbatas,
pilihan paling logis adalah membangun
secara vertikal. “Generasi muda Indonesia,
ke depan mau tidak mau harus belajar
hidup di hunian vertikal,” tegas Syarif.
Itupula yang terjadi di Pare-Pare, juga
kota-kota yang lain yang menjadi pusat
pertumbuhan. Perkembangan ekonomi
pesat di Pare-Pare, sejauh ini diikuti pula
dengan pertumbuhan dunia pendidikan,
menjadikan Pare-Pare sebagai tempat
tujuan migrasi warga. Baik untuk bekerja
maupun untuk menimba ilmu. Kehadiran
para pekerja maupun siswa/mahasiswa asal
luar kota itu, tentu membutuhkan hunian
yang layak untuk beraktifitas sekaligus
menuntut ilmu.
“Kami (Kementerian PUPR-red)
mendukung Kota Pare-pare sebagai kota
alternatif pendidikan di provinsi Sulsel.
Salah satu bentuk dukungannya adalah
dengan membangun Rusunawa bagi Rusunawa mahasiswa STIH Amsir kota Pare-Pare Sulawesi Selatan
MAI
SONA
/RIS
TYAN
MEG
A PU
TRA
31Edisi 03 TH II [2017]MAISONA
[ BERANDA ]
mahasiswa dan santri,” ujar Syarif .
Menteri PUPR, Syarif meresmikan
Rusunawa Sekolah Tinggi Ilmu
Hukum Amsir dan Rusun Ponpes
Rahmatul Asri Enrekang di Pare-Pare,
Sulsel, Rau 11 Januari 2017. Kehadiran
Rusunawa itu dimaksdukan untuk
mendukung kualitas pendidikan
bagi generasi muda Indonesia di dua
daerah tersebut.
Penerima bantuan Rusunawa
seperti pemerintah daerah, perguruan
tinggi, pondok pesantren diharapkan
dapat segera memanfaatkan
bangunan Rusunawa dengan
berpedoman pada tiga dasar hukum.
Pertama, Undang-undang Nomor 1
Tahun 2004 tentang Perbendahraan
Negara. Kedua, PP Nomor 27 Tahun
2014 tentang Pengelolaan Barang
Milik Negara/ Daerah serta ketiga
adalah Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 246/PMK.06/2014 tentang
Tata Cara Pelaksanaan Pemanfaatan
Barang Milik Negara.
Menurut Syarif, mengingat
kemampuan pemerintah pusat yang
terbatas dan juga lahan perumahan
yang semakin minim, pemerintah
daerah serta stake holder, khususnya
kalangan perguruan tinggi,
sangat diharapkan peran sertanya
secara aktif. Yakni, mendorong
pembangunan rumah masyarakat ke
arah vertikal.
“Rata-rata per tahun pemerintah
hanya mampu membangun 10 ribu
unit Rusun. Sedangkan kebutuhan
Rusun ke depan semakin meningkat
akibat keterbatasan lahan,”
tandasnya.
PARE-PARE KOTA PENDIDIKAN
Dua Rusun di Pare-Pare
tersebut merupakan buah kerja
Satuan Kerja Non Vertikal Tertentu
(SNVT) Penyediaan Perumahan
Provinsi Sulawesi Selatan. Total
anggaran untuk pembangunan
Rusunawa Mahasiswa STIH Amsir
yang dibangun 1 twin blok dengan
jumlah unit 56 kamar tipe 24 meter
persegi dan dapat menampung 112
mahasiswa adalah Rp 14 Milyar
dan Rusun Ponpes Rahmatul Asri
Enrekang sekitar Rp 8 Milyar.
Ketua Yayasan Amsir yang juga
menjabat sebagai Wakil Walikota
Pare-Pare Faizal Andi Sapada
menuturkan, pihaknya mengucapkan
terimakasih atas bantuan Rusun yang
diberikan Menteri PUPR melalui
Dirjen Penyediaan Perumahan.
Dirinya mengungkapkan, Kota Pare-
pare ke depan dicanangkan sebagai
salah satu alternatif kota pendidikan
di Sulsel.
“Banyak sekali lembaga
pendidikan di Kota Pare-pare ini dan
jumlah mahasiswanya diperkirakan
lebih dari 16 ribu orang. Untuk
di STIH Amsir ini saja jumlah
mahasiswanya sekitar 4000 orang dan
60 persen di antaranya berasal dari
luar kota,” katanya.
Adanya Rusunawa bagi mahasiswa
ini diharapkan selain memberikan
dampak positif untuk perkembangan
pendidikan juga dapat membantu
mereka yang berasal dari luar kota.
Sebab kebanyakan dari mereka
saat ini tinggal di kos-kosan sekitar
kampus dan harga sewanya relatif
mahal.
Untuk mengelola Rusunawa
ini, katanya, pihak kampus telah
menerbitkan SK Pengelola Rusunawa
sesuai aturan dari Kementerian PUPR.
Berdasarkan data yang ada dari 56
kamar yang tersedia sekitar 39 kamar
telah dipesan oleh mahasiswa yang
berminat tinggal di Rusun ini.
“Mahasiswa yang ingin tinggal
di Rusunawa ini juga wajib
menandatangni kontrak perjanjian
untuk menjaga ketertiban sesuai
aturan yang ditetapkan. Tadi bahkan
ada mahasiswa yang ingin langsung
pindah ke Rusunawa ini setelah
diresmikan,” tandasnya. [M] Ristyan Mega Putra
Dirjen Penyediaan Perumahan Kemen PUPR sedang meninjau kondisi Rusunawa Mahasiswa STIH Amsir dikota Pare-Pare Sulsel.
MAI
SONA
/RIS
TYAN
MEG
A PU
TRA
32 Edisi 03 TH II [2017]MAISONA
[ BERANDA ]
TARGET BESAR 166 SATKER PERUMAHANDitjen Penyediaan Perumahan mematok target 2017 mewujudkan pembangunan 59.316 unit (46 persen) di wilayah barat dan 69.020 unit (54 persen) di wilayah timur. Rusun di perkotaan dan Rusus di perbatasan adalah solusi memajukan dan pemerataan pembangunan.
Ujung tombak itu
adalah para pejabat
Satker alias Satuan
Kerja Pengemangan
Perumahan. Lewat tangan
merekalah, program pembangunan
perumahan Direktorat Jenderal
Penyediaan Perumahan bakal
terlaksana. “Saya harap para Satker
tetap fokus dalam pelaksanaan
pembangunan sehingga target
pembangunan Rusun dan Rusus
bisa selesai tepat waktu dan tepat
sasaran,” kata Dirjen Syarief
Burhanuddin.
Begitu pentingnya peran satker,
Dirjen Syarif pun dari awal tahun
memberikan pembekalan. Kegiatan
dilaksanakan di Kementerian PUPR
di Jakarta, awal Februari 2017.
Tujuan pembekalan adalah untuk
menyiapkan mental para satker
dalam melaksanakan tugas.
Para satker yang tahun ini
berjumlah 166 orang merupakan
ujung tombak Ditjen Penyediaan
Perumahan untuk mewujudkan
pembangunan perumahan
Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat (PUPR).
Tahun ini Ditjen Penyediaan
Perumahan mendapat kucuran
dana Rp 8,2 triliun, dimana
91 persen diantaranya untuk
pembangunan fisik rumah vertikal
maupun horizontal. Yakni,
berupa pembangunan Rusun
seperti pembangunan Rusun di
kawasan perkotaan serta Rusus di
perbatasan.
Kepala Satker Pengembangan
Perumahan Ditjen Penyediaan
Perumahan Erizal menuturkan,
adanya penggabungan Satker Rusun
dan Rusus menjadi satu diharapkan
dapat lebih mempermudah
koordinasi pembangunan
perumahan yang ada. “Kami
berharap seluruh pegawai dapat
bekerjasama dengan baik sebaik
penyelesaikan pekerjaan Rusun dan
Rusus ini tidak mengenal waktu
dan embutuhkan disiplin kerja yang
baik,” tandas Erizal saat memberi
pengantar kegiatan pembekalan.
IKUTI ATURAN!
Beban kerja para satker, tahun
2017 ini meliputi pelaksanaan
berbagai program perumahan
seperti pembangunan Rumah
Susun, Rumah Khusus, Rumah
Swadaya serta bantuan prasarana,
sarana dan utilitas. Lokasinya
tersebar dan didesain agar
seimbang antara wilayah barat dan
timur. Dari data yang ada, diketahui
pembangunan perumahan tahun
2017 di wilayah barat ditargetkan
sebanyak 59.316 unit atau 46 persen,
sedangkan wilayah timur sebanyak
69.020 unit atau 54 persen dari total
target pembangunan yang ada.
Di tengah tuntutan
berat tersebut, Dirjen Syarif
mengingatkan agar para satker
MAI
SONA
/RIC
KY D
EFRI
MON
Arahan kepala satker Erizal ST, MT pengembang perumahan agar dapat memenuhi target yang sudah ditetapkan.
33Edisi 03 TH II [2017]MAISONA
“Sesuai arahan Menteri PUPR setiap pegawai harus menghindari tindak korupsi. Bekerjalah sesuai arahan pimpinan yang tidak melanggar aturan yang berlaku. Jangan sampai bangunan fisik selesai, anggaran terserap dan yang pasti jangan sampai bermasalah dengan hukum.”
[ BERANDA ]
tetap amanah. “Sesuai arahan
Menteri PUPR setiap pegawai
harus menghindari tindak korupsi.
Bekerjalah sesuai arahan pimpinan
yang tidak melanggar aturan yang
berlaku. Jangan sampai bangunan
fisik selesai, anggaran terserap
dan yang pasti jangan sampai
bermasalah dengan hukum,”
tandasnya.
Menurut Syarief, keberhasilan
pembangunan yang ingin dicapai
oleh Ditjen Penyediaan Perumahan
Kementerian PUPR bukan hanya
sekedar indikator dari pencapaian
penyelesaian fisik bangunan dan
penyerapan anggaran saja. Namun
pihaknya menilai keberhasilan
dari apakah bangunan yang
sudah selesai dibangun tersebut
dapat segera dihuni ataupun
dimanfaatkan oleh masyarakat yang
benar-benar membutuhkan hunian
yang layak.
“Saya ingatkan agar Satker
Pengembangan Perumahan
bukan hanya sekedar mengejar
pembangunan fisik dan penyerapan
anggaran keuangan. Kalau memang
hasil pembangunan yang ada
tidak dapat dihuni ataupun belum
dihuni oleh masyarakat yang
membutuhkan berarti kinerjanya
dapat dikatakan masih gagal.
Output kepenghunian bangunan
yang selesai oleh masyarakat itulah
keberhasilan kita,” terangnya.
Untuk melaksanakan kegiatan
dengan baik, Syarif berharap
agar para pegawai di lingkungan
Ditjen Penyediaan Perumahan
khususnya di Satker Pengembangan
Perumahan dapat bekerja sesuai
aturan yang berlaku. Penting
untuk diingat, bahwa keberhasilan
pembangunan perumahan, Rusun
di kawasan perkotaan dan Rusus
di berbagai wilayah perbatasan,
merupakan salah satu solusi untuk
memajukan dan pemerataan
pembangunan di Indonesia. [M] Ristyan Mega Putra
Acara pembekalan pegawai satuan kerja pengembangan perumahan TA 2017
MAI
SONA
/RIC
KY D
EFRI
MON
34 Edisi 03 TH II [2017]MAISONA
[ BIROKRASI ]
MENJADI BIROKRAT MELAYANI
Menteri Pekerjaan Umum dan Pe ru mah an Rakyat (PUPR) Ba suki Ha di mul-jono me ne gas kan a gar
si fat birokrat yang ‘priyayi’ ha rus di-ubah menjadi birokrat yang me la-yani (birokrat pelayan). Amanat itu di sam paikan Menteri Basuki dalam sam butan tertulis peringatan hari Bak ti PUPR yang ke-71 di Kantor Di-nas Tataruang dan Pemukiman Pro-vinsi Sumut jalan Williem Iskandar nomor 9, Kenangan Baru, Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang Sabtu (3/12/2016).
Lebih jauh, Basuki pun meng-ingatkan agar segenap staf PUPR men-jauhkan diri dari sifat Koruptif, Kolusi, dan Nepotisme. “Pelayanan me ru-
pakan tugas utama aparatur sebagai abdi negara dan abdi masyarakat,” kata Menteri Basuki
Istilah priyayi yang disebut Menteri Ba suki, dalam kebudayaan Jawa, ada-lah mereka yang memiliki suatu kelas sosial yang mengacu kepada golongan bangsawan atau berdarah biru. Suatu go longan tertinggi dalam masyarakat karena memiliki keturunan dari ke-luar ga kerajaan. Itulah sebabnya pri-yayi tumbuh subur di negara-negara yang menggunaan sistem kerajaan absolut.
Priyayi masa kini, dalam pandangan
so siolog Harsya W. Bachtiar, tidak lain adalah para korps pegawai negeri sipil. Cara bekerja mereka, tidak diarahkan pada prestasi profesional, tetapi lebih untuk naik pangkat. Hal ini sejatinya, ber tentangan dengan semangat dan Sis tem Pemerintahan Negara Re pu blik Indonesia yang demokratis, pe me-rintahan yang berasal dari rakyat, oleh rak yat dan untuk rakyat. Bukan dari bang sawan/priyayi, oleh bangsawan/pri yayi, dan untuk bangsawan/priyayi.
Karenanya, apa yang disampaikan Men teri Basuki agar jajaran PUPR mengu bah diri sebagai birokrat me-layani, sudah pasti menjadi tantangan berat bagi segenap warga PUPR. Mak-lum, kebiasaan sebagai birokrat priyayi sudah menjadi kebiasaan mendarah daging dalam kurun puluhan tahun. Namun perubahan harus dijalankan, agar tidak termakan jaman.
Birokrat Masa DepanCita-cita menjadikan birokrat me -
la yani, sudah pula dicanangkan Pre-si den Joko Widodo sebagaimana di-sam paikan dalam pelantikan Presiden RI yang ketujuh pada 20 Oktober 2014. Da lam pidatonya; “Pemerintahan yang saya pimpin akan bekerja untuk memastikan setiap rakyat di se lu ruh pelosok tanah air merasakan pe la ya-nan pemerintahan. Saya mengajak se-luruh lembaga negara untuk bekerja dengan semangat yang sama dalam men jalankan tugas dan fungsinya ma-sing-masing. Saya yakin, negara ini akan makin kuat dan berwibawa jika se luruh lembaga negara bekerja sesuai man dat yang diberikan konstitusi kita.”
Dengan kata lain, bahwa penye-leng garaan pelayanan publik, se-ba gai tugas utama birokrat, adalah upa ya negara untuk memenuhi ke-bu tuhan dasar dan hak-hak sipil se-tiap warga negara atas barang, jasa, dan pelayanan administrasi yang di-sediakan oleh penyelenggara pe la-yan an publik. Hal itu kemudian di ter-
Demokratisasi menuntut perubahan birokrasasi priyayi menjadi birokrasi melayani. Kementerian PUPR menyiapkan grand strategy reformasi birokrasi 2015-2019. Seperti apa?
Pelayanan me ru pakan tugas utama aparatur sebagai abdi negara dan abdi masyarakat.
MAI
SONA
/RIC
KY D
EFRI
MON
35Edisi 03 TH II [2017]MAISONA
[ BIROKRASI ]
jemahkan Kementerian PAN dan RB, dengan kebijakan “One Agency, One Innovation”, yaitu setiap Kementerian/Lem baga dan Pemerintah Daerah wa-jib untuk menciptakan minimal 1 (sa-tu) Inovasi Pelayanan Publik setiap ta hun yang sejalan dengan kewajiban me munculkan “Quick Wins” sebagai persyaratan pelaksanaan reformasi bi ro krasi di lingkungan Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah.
Dalam pelaksanaan reformasi bi-ro krasi, Kementerian PUPR pun telah menyusun grand strategy yang pada intinya menekankan pelaksanaan ti-ga unsur corporate culture PUPR yai-tu berorientasi misi (mission orien-ted), bekerja dalam tim (team work), dan profesional dalam melaksanakan tugas. Dalam Road Map Reformasi Birokrasi (RB) PUPR, memuat acuan reformasi birokrasi secara nasional dan muatan reformasi birokrasi Ke-men terian PUPR yang meliputi target ke berhasilan dan outcome, strategi pe-lak sanaan, agenda prioritas, rencana pro gram dan rencana aksi kegiatan, serta quick wins.
Muatan Road Map RB PUPR di se-suaikan dengan tugas dan fungsi Ke-menterian PUPR, dan disinkronkan dengan RPJMN dan Renstra PUPR te-ru tama terkait dengan aparatur dan ta ta kelola, sesuai Peraturan Menteri PAN dan RB Nomor 11 Tahun 2015 ten-tang Pedoman Penyusunan Road Map Reformasi Birokrasi 2015-2019 dan Peraturan Menteri PAN dan RB No mor 14 Tahun 2014 tentang Evaluasi Pe lak-sanaan Reformasi Birokrasi.
Ekspektasi TinggiPelaksanaan Road map RB PUPR
2015–2019 merupakan kelanjutan da-ri pelaksanaan reformasi birokrasi ta-hap pertama 2010-2014 yang sejauh ini telah berhasil mengembangkan ber bagai kebijakan, regulasi, pe rang-kat sistem dan pelembagaan ter kait dengan program reformasi bi ro-krasi. Di sisi lain, kita bersama ju ga
menyadari, bahwa pelaksanaan re-for masi birokrasi ini masih belum se pe nuh nya sesuai dengan harapan mas yarakat dan dunia usaha. Masih ter dapat tantangan terutama di da-lam peningkatan akuntabilitas dan pe layanan kinerja aparatur serta pe la-yanan publik.
Padahal, sebagaimana diungkap Men teri Basuki, sejatinya ekspektasi pub lik atas kerja PUPR demikian tinggi. Hal ini menjadi krusial mengingat pe-ran infrastruktur yang menjadi tugas
di tuntut untuk melakukan inovasi.“Untuk mencapainya maka per lu
diambil langkah-langkah di an taranya pemanfaatan IT yang mempermudah layanan kepada masyarakat, Me man-faat kan sebesarbesarnya sistem e-monitoring, e-procurement, e-office dan e-bugetting yang sudah dibangun. Me lakukan birokrasi sebagaimana yang tertuang dalam grand strategy re-for masi birokrasi kementerian PUPR se cara konsisten di semua level,” ujar Basuki.
Roda telah berputar. Menguatnya kesadaran politik rakyat, serta ke sa dar-an umum tentang fungsi birokrat seba-gai pelayan masyarakat, pada akhirnya me nuntut adanya sumber daya ma-nu sia birokrat yang profesional. Kini, bu kan saatnya lagi birokrat hanya mengan dalkan kedekatan politik un-tuk naik jabatan. Saatnya kini, ba gi jajaran PUPR tidak ada pilihan la in selain memotivasi diri untuk me la-ku kan perubahan-perubahan sikap, men tal, dan militansi untuk kinerja yang lebih baik.
Fenomena ini tentu patut dicermati, se bab kebiasaan para birokrat yang ma pan tidak hanya menyebabkan ke-ter bengka laian tugas pelayanan mas-yarakat, tapi dalam kondisi ter tentu akan bisa menimbulkan reaksi balik dari masyarakat itu sendiri.
Karena itu, segenap jajaran bi ro-kra si mesti kembali mengingat hal da-sar yang menjadi dasar tujuan dari bi-ro krat pemerintahan; bahwa birokrat saat ini bukan lagi ada pada era birokrat pri yayi, melainkan era birokrat yang me la yani rakyat. “Sekarang ini bukan era birokrat priyayi, tapi birokrat pe la-yan rakyat yang turun ke bawah untuk melihat anak buahnya bekerja dan bersama dengan masyarakat men co-ba mencari solusi atas masalah yang terjadi,” terang mantan Menteri Pen-dayagunaan Aparatur Negara dan Re for masi Birokrasi (Menpan-RB), Yuddy Chrisnandi. [M] Tim Kompu Ditjen Penye
diaan Perumahan
uta ma PUPR, sangat penting dalam me wujudkan pemenuhan hak dasar rak yat seperti pangan, sandang, pa-pan, rasa aman, pendidikan, dan ke-se hatan. Karenanya, sistem pe nye-lenggaraan dan kualitas pelayanan pub lik di Kementerian PUPR harus te rus diperbaiki dan ditingkatkan se bagai upaya perbaikan kualitas penyelenggaraan pelayanan publik yang berkesinambungan demi me wu-jud kan pelayanan publik yang prima. Tak hanya peningkatan pelayanan pu-blik, setiap kementerian/lembaga juga
Sekarang ini bukan era birokrat priyayi,
tapi birokrat pe-la yan rakyat yang
turun ke bawah untuk melihat anak
buahnya bekerja dan bersama
dengan masyarakat men co ba mencari
solusi atas masalah yang terjadi”
Ba suki Ha di mul jonoMenteri Pekerjaan Umum dan
Pe ru mah an Rakyat
36 Edisi 03 TH II [2017]MAISONA
Ketua REI 2016-2019 mendorong 3.000 anggotanya mewujudkan pembangunan rumah bagi seluruh masyarakat Indonesia. Mengajak sinergi bank dengan pengembang.
[ TAMU ]
MENDONGKRAK POSISI TAWAR ANGGOTA REI
Ketua REI 2016-2019
oelaeman Soemawinata
EMAN melangkah tenang ke atas
panggung. Tepuk hangat mengiringi
langkahnya. Ada 189 pemilik suara dan
puluhan tamu undangan, menyambut
pria berusia 54 tahun yang memiliki
nama lengkap Soelaiman Soemawinata
itu. Hari itu, Rabu 30 November 2016,
Eman secara resmi didapuk sebagai
nakhoda baru Realestat Indonesia (REI),
periode 20162019.
Dalam Musyawarah Nasional (Munas)
REI ke – XV di Hotel Fairmont, Jakarta,
yang juga dihadiri Presiden Republik
Indonesia Joko Widodo, Eman menang
suara tipis. Hanya terpaut tujuh suara,
dari Hari Raharta Sudradjat, kandidat
S
37Edisi 03 TH II [2017]MAISONA
REI memiliki posisi tawar yang baik untuk mendorong perbankan mendukung pendanaan pengembang-pengembang kecil di daerah.
Selain itu, kerjasama dengan pemerintah yang telah berjalan dengan baik juga harus terus dilanjutkan guna menyediakan rumah bagi seluruh masyarakat.”
Edisi 03 TH II [2017] 37MAISONA
38 Edisi 03 TH II [2017]MAISONA
[ TAMU ]
JANJI PRESIDEN Sebagaimana diketahui pemerintah
telah mencanangkan Program Satu Juta
Rumah. Propgram ini dimaksudkan untuk
mengejar backlog 11 juta rumah. Ini
angka yang sangat besar sekali. Tahun
yang lalu, tahun 2015, angkanya sudah
berkurang sekitar 690.000 unit.
Modal untuk mengejar backlog
juga cukup besar. Yakni, kata Presiden,
kondisi ekonomi yang patut disyukuri.
Kuartal I pertumbuhan ekonomi 4,94.
Kuartal II sudah naik menjadi 5,18.
Kemudian kuartal III sudah 5,02. “Moga
moga nanti yang kuartal IV ini naik
lagi paling tidak 5,15,2,” kata Presiden
seraya menambahkan pertumbuhan
ekonomi Indonesia hanya kalah dari India
dan Tiongkok. “Kita pada posisi nomor
tiga (5,18). Ini kesempatan yang harus
dimanfaatkan oleh seluruh anggota REI
agar sektor properti betulbetul tumbuh
di negara kita,” harap Presiden.
Dengan modal ekonomi yang tengah
tumbuh baik, Eman optimis langkah
REI akan lebih mudah. Terlebih lagi,
sejumlah kendala seperti masalah PPh
Final, dan masalah DIRE, juga sudah kelar.
Pemerintah juga sudah meluncurkan
Paket XIII yang menyederhanakan
sekaligus mengurangi regulasi dan biaya
pengembang untuk membangun rumah.
Terkait kendala umum, seperti
perizinan, tata ruang, yang lainlain, REI
sudah mendapat jaminan dari Presiden
Joko Widodo untuk segera dituntaskan.
“saya menyampaikan bahwa ketika ada
masalah di lapangan tolong langsung
dilaporkan dan bersamasama kita
carikan solusinya. Apalagi itu kalau
menyangkut rumah MBR. Laporkan
segera ke Menteri, kalu sulit hubungi saya
langsung,” kata Joko Widodo.
MODAL KUAT 3.000 ANGGOTA
Dunia properti, bagi Eman suda
dia geluti sejak lulus kuliah dari ITB.
Sementara di REI, Eman tercatat aktif
sejak 1998. Sebagai nakhoda baru, dia
PROFIL
Ir. Soelaeman Soemawinata, MM
TEMPAT/TANGGAL LAHIR:
Bogor, 13 Oktober 1962
PENDIDIKAN:
l S1 Institut Teknologi Bandung, Jurusan Teknik Planologi (19811988)l S2 Prasetiya Mulya Business
School, Jurusan Strategic
Management (20062008)
JABATAN SAAT INI:
l Direktur Utama PT Kadipaten Banten Realty
l Komisaris Utama PT Bumi Cendana Indah
l Komisaris PT Alfa Goldland Realtyl Ketua DPD REI Provinsi Bantenl Anggota Dewan Penasihat Kadin Provinsi Bantenl Ketua Ikatan Alumni Planologi ITBl Direktur PT Bukit Indah Padang
Golf
Soelaeman Soemawinata bersama Menteri PUPR Basuki Hadimuljono.
lain yang sebelumnya menjabat
sebagai Sekretaris Jenderal (Sekjen)
DPP REI periode 2013 – 2016. Eman
menggantikan Ketua Umum REI periode
2013 – 2016 Eddy Hussy.
Dalam acara pembukaan Munas,
Presiden Joko Widodo mengingatkan
agar pembangunan perumahan
diarahkan untuk MBR. “Sekali lagi,
Rumah MBR, bukan yang lain. Nanti
yang dikebut yang lain, yang MBR
ditinggalkan. Jadi yang saya sebutsebut
selalu yang ini, MBR. Jangan nanti salah
di lapangan, yang banyak malah rumah
yang dibangun adalah rumah yang
sering hanya dipakai untuk investasi,
sudah punya dua atau tiga rumah
sebelumnya, tapi agar diarahkan sekali
lagi kepada rumahrumah yang MBR,”
kata Presiden.
MAI
SONA
/RIC
KY D
EFRI
MON
39Edisi 03 TH II [2017]MAISONA
FOTO
: DOK
. DPP
REI
berjanji akan menuntaskan masalah
pendanaan pengembang di daerah
serta mendukung program pemerintah
dalam mendorong Program Satu Juta
Rumah. “Fokus kami adalah bagaimana
pengembang di daerah ini tidak kena
kredit macet dan proyeknya tetap jalan,”
katanya.
Saat ini anggota REI mencapai
3.000m perusahaan. Eman berjanji
akan berusaha menggandeng seluruh
pengembang yang tergabung dalam
asosiasi pengembang REI untuk
mendorong pembangunan rumah bagi
seluruh masyarakat Indonesia. “Saya tidak
akan memandang anggota REI sebagai
pengembang besar maupun kecil,” ujar
Eman kepada sejumlah wartawan usai
pemilihan tersebut.
Sebelum proses pemilihan Ketua
Umum REI, Eman mengaku sudah
berkeliling dan melakukan peninjauan
langsung ke lapangan. Dari 28 daerah
di Indonesia, Eman menemukan adanya
gap kebutuhan antara pengembang
yang ada di daerah dan di kotakota
besar Jakarta. Karena itu, Eman berharap
pengembang di setiap daerah fokus
untuk mengembangkan usahanya
tumbuh dan tetap membangun rumah
di daerahnya masingmasing. Dia pun
berjanji akan menuntaskan kendala
pendanaan pengembang di daerah
sehingga mereka tidak mengalami kredit
macet.
Salah satu upaya yang akan dilakukan
Eman adalah dengan mensinergikan
bank daerah dengan bank nasional
seperti Bank Tabungan Negara (BTN).
“Kami yakin REI memiliki posisi tawar
yang baik untuk mendorong perbankan
mendukung pendanaan pengembang
pengembang kecil di daerah. Selain itu,
kerjasama dengan pemerintah yang telah
berjalan dengan baik juga harus terus
dilanjutkan guna menyediakan rumah
bagi seluruh masyarakat,” tandasnya. [M]
Ristyan Mega Putra
Saya tidak akan memandang
anggota REI sebagai pengembang besar
maupun kecil.
Soelaeman SoemawinataKetua REI
Soelaeman Soemawinata (batik coklat), REI dan delegasi pengembang dari Arab.
Soelaeman Soemawinata (foto kiri) bersama Dirjen Penyediaan Perumahan Syarif Burhanuddin menjadi nara sumber.
40 Edisi 03 TH II [2017]MAISONA
FOTO
: BIR
O KO
MUN
IKAS
I PUB
LIK
[ KABAR SNVT ]
Cara Pratman Menjaga Kualitas Kerja“Kualitas, kualitas dan kualitas”. Demikianlah kata kunci yang menjadi pegangan Supratman. Lulusan S2 Teknik struktur spesialisasi gempa yang kini memimpin 30 staf (terdiri dari 2 orang PNS Pusat, 13 PNS daerah dan 15 orang non PNS) untuk menjalankan program penyediaan perumahan di wilayah Jawa Timur tegas Supratman.
“Sederhana saja
kok, untuk men-
da patkan kualitas
yang baik, kon trol
harus di la kukan
se ca ra rutin dan terus me ne rus. Kon-
trol ha rus dilakukan langsung di lo kasi
atau lapangan,” tegas Supratman.
Pratman, panggilan akrab Suprat-
man, mendapat amanah selaku kepala
Satuan Kerja Non Vertikal Tertentu
(SNVT) Jawa Timur. Inilah SNVT yang
tercatat sebagai salah satu penerima
pagu anggaran perumahan terbesar di
tahun 2017.
Tahun ini, SNVT Jatim punya tu-
gas membangun 3 buah Rusun 5 lan-
tai. Dimana, tiap tower terdiri dari 70
unit yang diperuntukan bagi MBR di
Tulungagung, Madiun, dan Pasuruan.
“Targetnya September 2017 sudah
rampung,” kata Pratman yang per-
tama kali masuk Kementerian PUPR
pada Maret 1992.
Selain membangun Rusun MBR
dan 2 tower untuk Ponpes di Kabu-
paten Pasuruan dan Madiun, SNVT
Jatim juga berkewajiban membangun
50 rumah khsusus untuk nelayan di
Lamongan, dan 100 unit rumah khu-
sus korban konflik di Nganjuk. Dit-
ambah pula kegiatan Perbaikan Ru-
mah tidak layak huni dengan nama
program Bantuan Stimulan Perumah-
an Swadaya sebanyak 6.500 unit pada
19 kabupaten.
Menurut Pratman, pembangunan
rumah susun dikebut sebagai bagian
upaya pemerintah mengurangi back-
log. “Rusun yang jumlahnya 210 unit
di peruntukkan untuk MBR,” jelas
Prat man yang bergabung di PUPR se-
jak dan dimaksudkan untuk mengu-
rangi backlog.”
Mengawal pekerjaan besar itu,
Pratman mengajak seluruh staf bekerja
secara sungguh-sungguh. Pendekatan
secara humanis dilakukan dan mena-
namkan ahlakul karimah. Secara ru-
tin, mereka mengadakan pertemuan,
untuk melakukan koordinasi. “Kami
bahas semua persoalan dalam rapat
dan mencari masukan dan saran serta
solusi jika ada masalah. Kita lakukan
evaluasi secara rutin,” katanya.
Pendekatan secara personal juga
dia lakukan. Tidak hanya dengan staf,
tapi juga seluruh stakeholder bidang
perumahan. “Penyediaan perumahan
adalah tanggungjawab bersama. Baik
kami di PUPR, Pemda, organisasi ter-
kait, serta masyarakat, saling bergan-
deng tangan,” katanya.
Bagi Pratman yang sempat meniti
karir 16 tahun (2000-2015) di Dinas Pe-
rumahan DKI Jakarta, berbagai penga-
laman sudah dia lalui. Yang pa ling
menantang adalah menangani Ru sun
Tambora Jakarta Barat tahun 2013 -
2014. Bangunan konstruksi 17 lan tai
sebanyak 3 tower dengan jum lah unit
hunian 546 tipe 36. “Di situ saya bekerja
langsung dengan Pak Jokowi (Presiden
Joko Widodo, yang ka la itu menjabat
Gubernur DKI Ja karta- Red) yang me-
mantau se cara langsung,” kata Pratman. [M] TIM Maisona
Supratman (batik depan) mendampingi Dirjen Penyediaan Perumahan Syarif Burhanuddin.
41Edisi 03 TH II [2017]MAISONA
[ KABAR SNVT ]
Geliat Perumahan di SulselZaenal mengajak kolega kerja secara ikhlas. Selain mengatasi backlog, SNVT Sulsel punya tanggungjawab untuk sosialisasi pengembangan permukiman.
Bedah rumah ala PUPR
atau disebut Bantuan Sti-
mulan Perumahan Swa-
daya (BSPS), juga digelar
di Sulawesi Selatan. “Ta-
hun 2017 ini ada 4.500 rumah tangga
sasaran. Lokasinya tersebar di 20 ka-
bupaten/kota yang ada di Sulsel,” te-
gas Kepala SNVT Sulsel Zaenal Mad-
datuang.
Angka 4.500 unit rumah itu jauh
lebih tinggi dibanding tahun 2016
yang hanya 3.000 unit di 8 kabupaten/
ko ta. Daftar tersebut merupakan hasil
verifikasi dari usulan kabupaten/kota.
Data yang diterima Pemprov, setiap
ka bupaten/kota ada yang usulkan 200
hingga 300 unit.
Bantuan yang diberikan adalah
ban tuan langsung ke masyarakat un-
tuk peningkatan kualitas rumah ti-
dak layak huni. Tahun ini, penerima
stimulan ini akan tersebar di 20 Kabu-
paten/kota yang ada di Sulsel. “Setiap
rumah tangga dialokasikan mendapat
Rp15 juta,” kata Zaenal.
Namun, saat distribusi nantinya,
pen jatahan sesuai kondisi kerusakan
ru mah. Jika hanya rusak ringan dan
se dang, masing-masing mendapat
Rp7,5 juta hingga Rp10 juta. Hanya
yang ru sak berat dapat jatah Rp15 juta.
“Pe run tukan bantuan untuk pembe-
lian bahan material melalui toko yang
di tunjuk sendiri. Tidak ada upah kerja
atau upah pemasangan. Mereka yang
swa daya, makanya kita minta mereka
da lam bentuk kelompok,” tambahnya
Program BSPS hanyalah satu dari
se jumlah kegiatan yang ditangani Zae-
nal dan jajaran PUPR di Sulsel. Antara
la in, pembangunan rumah khusus ne-
la yan 200 unit, rumah susun (rusun) di
3 lokasi (pondok pesantren di Bone,
ru sun Masyarakat Berpenghasilan
Ren dah (MBR) di Toraja, dan rusun di
Go wa). “Tahun ini kami juga dapat tu-
gas revitalisasi rusun senilai Rp 8,5 mi-
liar,” jelas Zaenal.
Selain kegiatan fisik, terkait upaya
mengu rangi backlog, SNVT Sulsel ju-
ga mealukan kegiatan sosialisasi pem-
ben tukan pokja PKP (Pengembangan
Kawasan Permukiman) di kabupaten
se Sulawesi Selatan. “Tujuannya, anta-
ra lain untuk mempermudah dalam
pe ngum pulan data data untuk di re-
view kembali, terkhusus MBR,” jelas
Zaenal.
Sebagai gambaran, backlog di Sul-
sel ada lah, Tahun 2015 (2500 unit),
Ta hun 2016 (3000 unit) dan Tahun
2017 sebanyak 4500 unit.
Beban besar itu tidak lantas mem-
buat Zaenal stres. Sarjana teknik ini
sela lu fokus dan menjalankan kegiatan
sesuai aturan secara konsisten. Juga
di siplin dalam jadwal.
Zaenal juga berusaha berinteraksi
dengan bawahan dan mengajak ba wa-
h an bekerja ikhlas. “Kami selalu be ru -
saha untuk diskusi, dan saling meng -
hargai,” kata Zaenal yang tidak sung -
kan untuk terlibat aktif dalam aca ra
yang sudah disusun stafnya. “Di si ni
kami tidak membeda-bedakan, su ku,
agama maupun ras.” [M] Ricky Defrimon
Kepala SNVT Penyediaan Perumahan Provinsi Sulsel Zaenal Madatuang (kanan) berbincang-bincang dengan Dirjen Penyediaan Perumahan Syarif Burhanuddin.
MAI
SONA
/RIS
TYAN
MEG
A PU
TRA
42 Edisi 03 TH II [2017]MAISONA
[ JELAJAH ]
42 Edisi 03 TH II [2017]MAISONA
MAI
SONA
/SBR
43Edisi 03 TH II [2017]MAISONA
Edisi 03 TH II [2017] 43MAISONA
Pesona Ambon semakin terang setelah Jembatan Merah Putih diresmikan Presiden Joko Widodo April 2016 lalu. Wisata kuliner melengkapi pantai berpasir putih Teluk Ambon.
Manise... Pesona Amboina
Ayo ke Ambon? Dalam
hitungan detik, ajakan
itu segera saya iyakan.
Yang terlintas dalam
pikiran adalah istilah
‘Ambon Manise’. Ya, itu istilah yang
biasa diserukan untuk memuji
kecantikan kota Ambon. Konflik
bermotif SARA antara tahun 1996
2002, tidak menggoyahkan niat
untuk mengunjungi kota ini.
Menumpang pesawat Garuda
dari Jakarta, perjalanan panjang
panjang. Kota ini telah disinggahi
oleh banyak bangsa mulai dari Eropa,
Cina, sampai Arab. Mereka tertarik
dengan kekayaan alam dari ibu kota
Provinsi Maluku ini. Bahkan bangsa
Cina di abad ke7 menyebut daratan
ini sebagai sebuah oasis di tengah
lautan.
Setelah lebih dari sepuluh
abad berlalu, Ambon masih tidak
kehilangan pesona. Bahkan,
ikon Ambon bertambah setelah
Kementerian Pekerjaan Umum
pada dini hari itu dimulai. Setelah
singgah transit di Makasar, kami
tiba di Ambon persis saat matahari
muncul di ufuk timur. Sembari dalam
perjalanan ke penginapan, mata ini
mulai menyusuri kota Ambon di pagi
hari. Oya, untuk penginapan, Anda
tidak perlu khawatir. Di sini banyak
tersedia, mulai kelas berbintang
ekonomi, maupun hotel erbintang
untuk pelancong kantung tebal.
Dalam lintas sejarah Indonesia,
Ambon menyimpan cerita yang
44 Edisi 03 TH II [2017]MAISONA
Jembatan Merah Putih di waktu malam dengan keelokanya membentang megah sepanjang 1.140 meter.
[ JELAJAH ]
wilayah Hative Kecil (sisi Galala)
dengan wilayah Rumah Tiga (sisi
Poka). Secara teknis jembatan ini
terbagi ke dalam tiga bagian yaitu,
Jembatan Pendekat di sisi Desa Poka
sepanjang 520 meter, Jembatan
Pendekat di sisi Desa Galala
sepanjang 320 meter, dan Jembatan
Utama sepanjang 300 meter.
Kehadiran Jembatan Merah
Putih telah mempersingkat
waktu perjalanan dari pusat kota
ke Bandara Pattimura, hanya 15
menit. Sebelumnya, jarak sekitar 35
kilometer itu harus dilewati memutar
teluk Ambon dan butuh waktu tidak
kurang dari 60 menit.
Dari atas jembatan, kita bisa
menikmati pemandangan teluk
yang indah. Banyak wisatawan
yang sengaja menyempatkan diri
berfoto di atas jembatan terpanjang
di wilayah Indonesia Timur ini. Kami
pun tidak ketinggalan ikut berfoto.
dan Perumahan Rakyat (PUPR)
merampungkan Jembatan Merah
Putih, per April 2016 lalu. Jembatan
yang membentang di atas Teluk
Ambon itu, tidak saja memudahkan
masyarakat berlalu lalang
( penghubung), tapi juga menjadi
tempat wisata tersendiri.
DESTINASI AMBON
Hari itu, saya bersama rekan
menjauh dari kemacetan dan
keramaian Lapangan Merdeka, Kota
Ambon, yang tengah menjadi pusat
perayaan Hari Pers Nasional 2017.
Sebuah pantai di Desa Suli, Maluku
Tengah, menjadi sasaran.
Dalam perjalanan, kami melewati
Jembatan Merah Putih yang
dibangun Kementerian PUPR dan
diresmikan Presiden Joko Widodo
pada April 2016. Jembatan ini
membentang megah sepanjang
1.140 meter, menghubungkan
Kehadiran Jembatan Merah
Putih telah mempersingkat
waktu perjalanan dari pusat
kota Ambon ke Bandara
Pattimura, yang sebelumnya
harus memutar teluk Ambon.
MAI
SONA
/SBR
45Edisi 03 TH II [2017]MAISONA
[ JELAJAH ]
Berfoto di atas perahu sampan di pantai Liang, salahsatu pantai terindah di Ambon
Bagaimana dengan kuliner?
Jangan khawatir. Kota Ambon
terkenal dengan variasi kuliner
tradisional menarik. Antara lain;
Papeda, Colocolo, Kohukohu, Bubur
Ne, Sagu Gula, Sinoli, Pisang
Goreng, Ampas Tarigu, Ikang Asar,
Sopi, Sageru dan lainlain.
NIKMATNYA RUJAK NATSEPA
Di Desa Suli, kami mendapatkan
pantai berpasir putih dengan air
yang begitu tenang. Pantai Natsepa.
Untuk masuk ke pantai, pengunjung
hanya perlu merogoh kocek Rp2.000.
Sejumlah pengunjung, tampak asyik
bermain air, pasir, berfotofoto atau
sekedar menikmati pemandangan,
sembari berteduh di bawah rindang
pohon.
Bersama 4 rekan, kami pun asyik
berfotofoto dengan latar pantai
Natsepa yang indah. Kami beruntung
siang itu pengunjung sedang tidak
ter lalu ramai, jadi kami bisa puas ber
fo to tanpa terhalang pengunjung lain.
Selain bermain air dan berfoto,
tidak ketinggalan pula, kami
memesan rujak Natsepa. Ada
puluhan penjual rujak yang berjejer
di sana. Kami memesan rujak dan
es kelapa muda. Rujak di Natsepa
sedikit berbeda, bumbu gula
merahnya kental dan kacangnya
diuleg tidak sampai halus, jadi masih
terasa tekstur kacangnya. Buahnya
tinggal pilih sesuai selera. Untuk
satu porsi rujak, harganya Rp 15 ribu.
Menikmati rujak Natsepa sambil
menikmati pemandangan pantai
konon menjadi suatu kewajiban bagi
wisatawan yang datang ke Ambon.
Mereka bilang, “Belum ke Ambon
kalau belum makan rujak di Natsepa”.
NAIK PERAHU DI
PANTAI LIANG
Puas di Natsepa, kami lanjutkan
perjalanan kearah utara. Kali ini, kami
mengarah ke Pantai Liang. Jarak
tempuh sekitar 40 menit. Jalannya
masih sepi, cukup berkelok.
Aslinya, pantai ini bernama Pantai
Hunimua. Inilah pantai yang pada
tahun 1990 pernah dinobatkan
sebagai salah satu Pantai Terindah di
Indonesia oleh UNDPPBB.
Pasir putih dipadu dengan air
jernih, biru, sangat elokterlihat.
Perpaduan warna yang sangat
memanjakan mata. Melihat perahu
yang tertaut di sisi pantai, kami
semakin bersemangat. Kapan lagi
bias naik perahu di pantai terindah
di Indonesia. Naik perahu untuk satu
putaran cukup membayar Rp 50 ribu.
Sekitar 30 menit kami
mendayung sambil berfoto di atas
perahu. Di sini, Anda akan rugi jika
tidak menyempatkan diri berenang.
Tidak bisa berenang? Jangan cemas.
Di sini ada persewaan perlengkapan
ban renang dengan harga Rp 5 ribu.
SEKTOR PERUMAHAN
Bertambahnya jumlah
penduduk serta makin membaik
strata kehidupan sosial ekonomi
masyarakat Ambon berdampak pada
tuntutan kebutuhan papan (rumah)
yang sehat dengan lingkungan
yang baik. Beberapa kawasan
pengembangan sesuai arahan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Ambon yang merupakan sentra
pertumbuhan baru dan potensial
seperti kawasan Passo dengan lahan
untuk kawasan pertumbuhan baru
bukan saja bagi sector perdagangan
dan jasa namun juga bagi sektor
perumahan dan permukiman.
Kawasan Passo memiliki potensi
besar untuk prospek pengembangan
perumahan dan permukiman baru
baik itu rumah tinggal maupun
rumah toko (Ruko) karena ditunjang
dengan lahan yang tersediasertaad
anyarencanaPemerintah Kota untuk
mengembangkan kawasan Passo
tersebut. [M] Melisa Emeraldina
46 Edisi 03 TH II [2017]MAISONA
[ INTERMEZZO ]
46
Dari Bitung, Khem Limangu melangkah
kaki. Dari satu rumah kelas RSS
yang acap diplesetkan jadi “rumah
susah selonjor” dia bangun, setapak
demi setapak dia lalui, hingga kini
jumlahnya mencapai ribuan. Dan Bitung, Sulawesi Utara,
itu pun jadi saksi bisu, perempuan tangguh usia 52 tahun
itu membangun rumah yang terjangkau kantong kaum
masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). “Ini semua
berkat Tuhan, “ kata Khem yang lahir dan besar di Bitung itu,
merendah.
Ya, Khem adalah orang dibalik warga Bitung yang
menempati ribuan rumah lewat program FLPP. Dengan
Sukses Menyertai Orang TekunDengan bendera PT Tri Tunggal Perkasa Utama, Khem Limangu focus membangun rumah untuk kalangan MBR. Mulai awal dari harga jual RSS Rp 7,2 juta hingga Rp 129 juta per unit. Apa rahasianya?
bendera PT. Tri Tunggal Perkasa Utama, bersama sang suami,
ibu satu orang anak ini, mulai membangun perumahan lebih
dari 20 tahun silam. “Saya masuk properti karena modal
percaya,” jelas Khem kepada MAISONA akhir Maret lalu.
Usaha bidang perumahan dia mulai karena dorongan
pensiunan aparat pemerintah. “Kala itu banyak anggota dan
pensiunan tentara yang tidak punya rumah. Saya didorong
membangun rumah murah untuk mereka, eh keterusan
sampai sekarang,” kata Khem sembari mengenang di masa
itu harga jual tipe 36/120 m2 masih Rp 7,2 juta/unit. Saat ini
untuk tipe yang sama dibanderol Rp 129 juta/unit.
Lewat program Asabri, Khem mulai membangun rumah
di atas lahan 4 hektar. “Awalnya tidak mudah. Maklum yang
saya hadapi waktu itu kebanyakan para pensiunan,” kata
Khem mengenang dirinya harus mengantar pembeli rumah
antre dana pensiun untuk cicilan rumah.
Keadaan berubah sejalan dengan pertumbuhan
ekonomi. Bitung yang tumbuh sebagai kota industri tetap
saja menyediakan ceruk pasar kelas MBR. Dan Khem
yang Wakil Ketua REI ini tetap setia di kelas tersebut.
Padahal banyak rekan pengembang yang pindah kelas ke
perumahan yang dinilai lebih seksi.
Ketekunan Khem dengan perumahan program Fasilitas
Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP), tidak siasia.
Meski, Khem mengaku, sejatinya memang mengelola bisnis
perumahan kelas bawah tidaklah mudah. Tidak heran jika
banyak yang alih sasaran. “Motivasi saya adalah membantu.
Rejeki sudah ada yang mengatur,” kata Khem seraya
menyatakan bangga melihat pembeli rumahnya diawal
dulu sudah tumbuh dan berkembang pesat. [M] Lina, Kompu Ditjen
Penyediaan PerumahanDOK.
ISTI
MEW
A
47Edisi 03 TH II [2017]MAISONA
[ INTERMEZZO ]
Bergelut di Dunia Media Ternyata AsyikKompu Penyediaan Perumahan gelar Rakor penulisan. Peserta antusias menulis dan membuat video pendek menggunakan smartphone.
“Penulisan berita terbaik jatuh kepada....” Dwitri, jurnalis senior yang didaulat memberi
penilaian menggantung kalimatnya. Malam itu di Hotel D’Anaya Bogor (8/3/2017) menjadi saksi pelatihan penulisan jurnalistik. Dalam waktu yang sangat singkat, lebih dari 30 peserta dari lingkungan Ditjen Penyediaan Perumahan belajar bareng; menulis dan mengedit. Pada sesi yang lain, peserta yang biasa bergulat diurusan teknis perumahan juga belajar memotret, merekam peristiwa dengan smartphone, serta mengeditnya, sehingga layak upload. akan diumumkan hasil pemenang penulisan terbaik dalam kegiatan Rakor Komunikasi Publik. Lebih dari 30 peserta ikut serta dalam kegiatan yang diselenggarakan dalam rangka menjalin koordinasi dengan unit Direktorat teknis agar mampu memperkaya bahan publikasi kepada masyarakat luas itu. Peserta tampak menanti, akankah tulisannya keluar
sebagai pemenang. “Tulisan yang terpilih sebagai yang
terbaik jatuh pada Adhi dari Direktorat Swadaya!” kata Dwi. Didampingi Kasubag Komunikasi Publik, Suharlin. Adhi pun tampak sumringah. Maju dan menerima hadiah dengan bangga. Adhi adalah staf Direktorat Swadaya. Pada rakor tersebut peserta memperoleh pelatihan dasar fotografi dan video dengan alat yang paling mudah digunakan, yaitu smartphone.
Masingmasing peserta dibekali teknik fotografi, komposisi, pengambilan sudut yang baik serta teknik editing. Peserta kemudian diberi kesempatan untuk berburu gambar dan mengirim lima foto terbaik dan satu video berdurasi 1 menit. Terlihat berbagai ide kreatif para peserta dalam mempraktekkan ilmu yang telah disampaikan para narasumber. Berbagai spot di sekitar Hotrl menjadi sasaran bidik kamera.
Di akhir acara, Sumantri, Kepala Bagian Hukum dan Komunikasi Publik didampingi para narasumber yaitu Abdul Malik dan Agung Nathanael mengumumkan peserta dengan hasil foto dan video terbaik.
Keluar sebagai pemenang Junaidi dari Setditjen Penyediaan Perumahan sebagai foto terbaik, yang menampilkan Foto kolam renang hotel tampak dari atas dan Rafly dari Satker Rusun yang menampilkan video blog paling menarik. Menurut Lina, pelatihan semacam ini akan diperluas untuk para staf Ditjen Penyediaan Perumahan di seluruh Indonesia. Tujuannya, adalah untuk menyiapkan SDM yang siap mengkomunikasikan kegiatan PUPR. Sebagaimana diketahui Kementerian memiliki sejumlah media cetak dan online serta media sosial, sebagai sarana komunikasi ke publik. “Dari para staf itulah nanti sarana komunikasi diisi danbdimanfaatkan
dengan baik,” kata Lina. [M] Melisa Emeraldina
Edisi 03 TH II [2017] 47MAISONA
MAI
SONA
/RIC
KY D
EFRI
MON
48 Edisi 03 TH II [2017]MAISONA
[ OPINI ]
MASA DEPAN RUMAH VERTIKAL
Ricky DefrimonKompu Ditjen Penyediaan Perumahan
Rumah susun atau disingkat
Ru sun mulai populer bagi
mas yarakat kota besar di In
do nesia beberapa tahun tera
khir. Belakangan istilah tersebut kian se
ring disebut berbarengan dengan ‘Pro
gram Satu Juta Rumah’ yang digencar
kan Kementerian Pekerjaan Umum dan
Pe rumahan Rakyat (PUPR) tahun 2015.
Kini, adalah hal biasa kita meman
dang hunian bertingkat lebih dari dua
lantai, sekalipun di kotakota kecil. Bah
kan di beberapa secondary cities seperti
So lo, Batam, dan Balikpapan kini sudah
ber munculan gedunggedung di atas 20
lan tai. Meski, kebanyakan gedung tinggi
itu bukan berupa Rusun atau aparte
men, melainkan berupa hotel, condotel,
dan sebagian lagi berupa office tower.
Rusun sering dikonotasikan sebagai
apartemen versi sederhana. Padahal, se
benarnya apartemen bertingkat sendiri
bisa dikategorikan sebagai rumah susun.
Di Indonesia, secara legal, keberadaan
Rusun tertuang dalam Undangundang
Nomor 20 Tahun 2011 tentang Rumah
Susun, yang mana UndangUndang ini
menggantikan Undangundang Nomor
16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun.
Rusun oleh kalangan perencana kota
dinilai sebagai jawaban paling tepat atas
terbatasnya lahan untuk pemukiman di
daerah perkotaan. Maklum, dengan per
kembangan sebuah kota, bertambah pula
pen duduk yang mendiaminya, terutama
ka rena arus urbanisasi yang demikian pe
sat. Mereka membutuhkan hunian yang
mau tidak mau akan membangun dan
meng gerus lahan kosong. Fenomena ini
ju ga memunculkan membludaknya ma
sa lah di perkotaan.
Sebagai gambaran, di Jakarta misal
nya, data tahun 2016 wilayah Provinsi
DKI Jakarta yang luasnya 664 km2 sudah
di se saki oleh sekitar 10 juta jiwa (BPS DKI
Ja karta). Mereka tentu saja membutuhkan
hu nian yang layak. Masalahnya, sebagian
besar penduduk (terutama para urban)
tergolong berpenghasilan rendah, mere
ka terkendala dengan tingginya biaya beli
ataupun sewa dari perumahan yang ada.
Ini yang kemudian memunculkan slum
& squatter baru dimanamana. (Sudarmo
1997; Tunas and Peresthu 2010).
Salah satu solusi untuk mengatasi
masalah tersebut adalah bangunan ver
tikal. Dengan bangunan vertikal (Rusun),
penggunaan lahan menjadi lebih efisien.
Jika dalam sebuah areal seluas katakan
lah 400 m2 dibangun rumah tapak seluas
masingmasing 100 m2 maka tempat itu
hanya bisa dihuni oleh 4 keluarga. Lain
halnya bila dibangun apartemen setinggi
25 lantai, dengan asumsi luas bangunan
yang dibutuhkan sama, maka lahan itu
bisa dihuni oleh 100 keluarga.
Bayangkan berapa banyak lahan yang
bisa dihemat. Lahan terbuka hijau men
jadi lebih luas, tidak perlu terbentuk urban
sprawl yang terlalu luas, penduduk tidak
perlu menempuh jarak yang terlalu jauh
setiap harinya, dan public space juga
bisa diperbanyak.
Karena hunian di tengah kota yang
dekat dengan area tempat bekerja,
sejumlah penghematan bisa didapat;
antara lain hemat waktu, biaya trans
portasi, menghindari pemorosan ling
kungan (karena pencemaran), dan
so sial (karena tersitanya waktu untuk
ber so sialisasi).
Masalahnya, sudah siapkah masya
rakat atau kita menghuni rumah ver
tikal, mengingat kebiasaan kita di ru
mah tapak? Hal ini kembali kepada
pre ferensi kita. Bagaimanapun kehidu
pan kedepan yang kita inginkan dan
ha dapi. Sebagaimana lazim terjadi di
ne gara yang maju secara perekono
mian, rumah vertikal tidak lagi ter
hindarkan. Lagipula, pemerintah pun
kini semakin giat menyediakan rumah
vertikal (Rusun) yang dikhususkan un
tuk kalangan MBR.
Rusunrusun itu terutama dituju
kan untuk menampung orangorang
yang tinggal di lahan milik negara
atau tempattempat terlarang seperti
ban taran kali dan tepian waduk yang
umumnya cenderung kumuh. Dengan
de mikian lahanlahan tersebut bisa
kembali berfungsi sebagaimana mes
tinya dan jumlah pemukiman kumuh
di ibu kota juga bisa berkurang.
Kalau demikian, berikut adalah
fo kus yang harus ada dalam mindset
kita, bahwa rumah vertikal memiliki
sejumlah keuntungan; sebagai huni
an yang tepat karena tingkat privasi
nya man dan sangat terjaga., bisa dici
cil, dapat memilih lokasi yang strategis
se suai kebutuhan, dan lainlain. [M]
49Edisi 03 TH II [2017]MAISONA
[ ALBUM ]
Wapres JK didampingi Menteri PUPR Basuki Hadimuljono meninjau pembangunan Rusun atlet Asian Games di Kemayoran, Jakarta, Minggu (26/3). Wapres berharap Rusun ini bisa selesai tepat waktu. [M] Ristyan Mega Putra
Dirjen Penyediaan Perumahan Syarif Burhanuddin sedang persiapan
wawancara dengan Trans TV [M] Ricky Defrimon
Wapres Jusuf Kalla menerima penjelasan dari PPK Rusun Kemayoran Dito dan Dirjen Penyediaan Perumahan Syarif Burhanuddin saat melakukan peninjauan ke Rusun Atlet Asian Games Kemayoran, Jakarta, Minggu (26/3). Wapres berharap Rusun Atlet Kemayoran bisa selesai tepat waktu dan menjaga kualitas pembangunan untuk me dukung perhelatan Asian Games 2018 mendatang [M] Ristyan Mega Putra
50 Edisi 03 TH II [2017]MAISONA
[ ALBUM ]
Tim Poco-poco Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan Foto bersama Ibu Kartika Nurani (Ibu Menteri PUPR, hijab biru 3 dari kanan atas) dalam rangka Harbag PU ke 70 Tahun 2016. [M] Junaidi
Ditjen Penyediaan Perumahan menggelar kegiatan Bimbingan Teknis Perumahan dan Pulikasi
Di Bidang Perumahan, di Novotel Hotel, Manado 29-31 Maret 2017.
Acara dibuka Dirjen Penyediaan Perumahan Syarif. [M] Ricky Defrimon
TIM POCO-POCO
BIMBINGAN TEKNIS
51Edisi 03 TH II [2017]MAISONA
[ ALBUM ]
Ditengah kesibukan kerja, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, menyempatkan diri
menjalankan hobi memotret. Sidakpun tidak pernah tertinggal kamera SLR di leher
pak Menteri. Sepertinya kamera adalah penganti catatan tertulis Pak Bas pangilan
akrab beliau. [M] Junaidi dan Ricky Defrimon
HOBI FOTOPAK MENTERI
52 Edisi 03 TH II [2017]MAISONA
[ TIPS ]
Rumah adalah cermin
perilaku penghuni.
Tidak peduli kecil atau
besar tempat tinggal,
kebersihan adalah syarat awal
sebuah hunian untuk nyaman
dijadikan tempat tinggal. Hunian
yang bersih, mencerminkan si
penghuni penyuka kebersihan.
Selain itu, juga sehat tentunya.
Memastikan tempat tinggal
selalu dalam keadaan bersih,
sangatlah penting. Bukankah
kebersihan adalah pangkal
kesehatan. Selain itu, rumah yang
bersih tentu akan membuat nyaman
untuk ditinggali dan sangatlah
penting bagi kelangsungan
kehidupan keluarga yang sehat.
Rumah sejatinya bukan semata-
mata sebagai pelindung dari
AGAR RUMAH BERSIH DAN SEHAT
pengaruh luar seperti angin, hujan
dan kotoran, rumah adalah fasilitas
sosial utama dalam suatu rumah
tangga. Nah, kebiasaan apa yang
layak dan seharusnya berlaku agar
anggota keluarga makin nyaman
berinteraksi dan beraktifitas di
dalamnya?
Berikut hal yang bisa dilakukan:
1. Buka jendela setiap pagi.
Jendela berfungsi sebagai
pintu masuknya cahaya dan
udara. Sirkulasi udara yang
baik serta pencahayaan
alami akan membuat kondisi
rumah tidak pengap dan
lebih segar.
2. Pisahkan sampah yang
kering dan basah, serta
buanglah sampah di tempat
sampah utama yang berada
di luar rumah. Hal ini akan
membuat rumah Anda
terhindar dari bau tak sedap
dan serangga yang biasanya
menghinggapi tempat
sampah.
3. Bersihkan kamar mandi
secara teratur seminggu
sekali, kuras bak dan sikat
lantai kamar mandi serta
toilet. Gunakan cairan
pembersih pada semua
tempat yang disentuh
(wastafel, toilet, tombol
lampu) dan bersihkan sudut
sudut di sekitar saluran
pembuangan.
4. Bersihkan rumah
secara teratur dengan
menyapu, mengepel dan
membersihkan debudebu
yang menempel pada
perabotan/kaca jendela.
5. Bersihkan kulkas Anda.
Bagian kulkas yang harus
selalu dicuci adalah bagian
yang sering tersentuh
tangan atau bagian pintu.
6. Biasakan cuci tangan
sebelum melakukan
kegiatan yang berhubungan
dengan makanan.
[M] Ricky Defrimon
Sumber: dari berbagai sumber
5
Pohon mangrove dan perumahan
Karya: Ahmad SamsudinLomba dalam rangka Hari Habitat
RUMAHKHUSUSPenuhi kebutuhan perumahan hingga pulau terluar