ruu pemilu naskah akademik

30
   Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di www.parlemen.net www.parlemen.net  NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG- UNDANG TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN DEPARTEMEN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESI A TAHUN 2007

Upload: mudho-sasono

Post on 14-Jul-2015

569 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: RUU Pemilu Naskah Akademik

5/12/2018 RUU Pemilu Naskah Akademik - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ruu-pemilu-naskah-akademik 1/30

 

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan

ditampilkan di www.parlemen.net 

www.parlemen.net

 

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN UNDANG-UNDANGTENTANG

PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN

DEPARTEMEN DALAM NEGERIREPUBLIK INDONESIA

TAHUN 2007

Page 2: RUU Pemilu Naskah Akademik

5/12/2018 RUU Pemilu Naskah Akademik - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ruu-pemilu-naskah-akademik 2/30

 

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan

ditampilkan di www.parlemen.net 

www.parlemen.net

DAFTAR ISI

HalamanKATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1A. Latar Belakang 1B. Maksud dan Tujuan 1C. Landasan Penyempurnaan 2

1. Landasan Filosofis 22. Landasan Sosiologis 23. Landasan Yuridis 3

D. Metode 4E. Sistematika Penulisan 4

BAB IIARAH DAN TUJUAN PENYEMPURNAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKILPRESIDEN

5

A Menuju Sistem Pemilu yang Demokratis 5B Menuju Sistem Pemerintahan yang Efektif 5C Pemikiran bagi Sistem Pemerintahan Presidensial yang Efektif 6

DHubungan Sistem Kepartaian dalam Pemilu Presiden dan WakilPresiden dengan Sistem Presidensial

7

BAB IIIPROBLEMATIKA UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANGPEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN

9

BAB IV MATERI RANCANGAN UNDANG-UNDANG 13

A. Materi Penyempurnaan 131. Ketentuan Umum 132. Asas, Pelaksanaan, Lembaga Penyelenggara Pemilu Presiden

dan Wakil Presiden13

3.Peserta dan Persyaratan Mengikuti Pemilu Presiden dan WakilPresiden

13

4. Hak Memilih 145. Penyusunan Daftar Pemilih 146. Pencalonan 147. Kampanye 148. Perlengkapan Penyelenggaraan Pemilu 14

9. Pemungutan Suara 1510. Penghitungan Suara 1511. Penetapan Hasil Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 1512. Penetapan Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden Terpilih 1513. Pelantikan 1514. Pemungutan Suara Ulang dan Penghitungan Suara Ulang 16

15.Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Lanjutan Pemilu Presidendan Wakil Presiden Susulan

16

16. Pengawasan 16

Page 3: RUU Pemilu Naskah Akademik

5/12/2018 RUU Pemilu Naskah Akademik - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ruu-pemilu-naskah-akademik 3/30

 

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan

ditampilkan di www.parlemen.net 

www.parlemen.net

17. Pemantauan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 1618. Penyelesaian Preselisihan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 1619. Ketentuan Pidana 17

20. Ketentuan Peralihan 17

B. Susunan Rancangan Undang-Undang 18

BAB V PENUTUP 20

DAFTAR PUSTAKA 21

LAMPIRAN:RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN

Page 4: RUU Pemilu Naskah Akademik

5/12/2018 RUU Pemilu Naskah Akademik - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ruu-pemilu-naskah-akademik 4/30

 

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan

ditampilkan di www.parlemen.net 

www.parlemen.net

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perjalanan kehidupan politik Indonesia mengalami dinamika yang besarketika diputuskan untuk melaksanakan pemilihan umum secara langsung.Meskipun baru pertama kali, ternyata kita berhasil menyukseskanpenyelenggaraan tiga pemilihan umum berturut-turut pada tahun 2004.Pertama, dilaksanakan pada tanggal 5 April yang secara simultan memilihanggota DPR,DPD dan DPRD dari seluruh provinsi, kabupaten dan kota.Kedua, pada 5 Juli 2004, lima pasangan calon presiden dan wakil presidenyang dinominasi oleh Pemilu Presiden dan Wakil Presiden pemenang pemilu

pada pemilihan umum legislatif tiga bulan sebelumnya berkompetisi padaputaran pertama pemilihan presiden dan wakil presiden. Pemilu putaranpertama ini tidak menghasilkan suara yang mayoritas absolut sehinggadiselenggarakan pemilu putaran kedua.

Pengalaman dalam pemilihan presiden dan wakil presiden secaralangsung pada pemilu pertama tahun 1955 telah melahirkan keberhasilansebagai babak baru dalam demokrasi secara nasional. Sekalipun demikianmasih ada yang mempertanyakan apakah keberhasilan Pemilu itu sudahdidukung oleh sistem pemilu dan aturan hukum cukup signifikan dalammemenuhi standar yang demokratis. Demikian pula halnya dengankeberhasilan tersebut dapatkah menjadi referensi bagi pengaturan ketentuan

mengenai Pemilu Presiden dan Wakil Presiden bagi penyempurnaan UU No.23 Tahun 2003. Pengalaman Pemilu Presiden dan Wakil Presiden dengan UUNo. 23 Tahun 2003 telah memiliki legitimasi yang kuat, berkualitas dan dipilihmelalui pemilu yang jujur, adil dan adil sesuai dengan semangat reformasi dankeinginan seluruh rakyat.

Pemilu 2004 dapat diklaim sebagai keinginan rakyat karena pemilihandilakukan secara langsung merupakan sarana bagi rakyat memberikansuaranya langsung kepada pasangan calon presiden dan wakil presiden sesuaidengan keinginannya. Demikian pula ruang kekuasaaan otoriter untukmenentukan kandidat presiden dan wakil presiden sudah diminimalisasi. Hal inisejalan dengan semangat demokrasi one person one vote  yang berarti suara

mayoritas rakyat pemilihlah yang menentukan siapa yang akan menjadipresiden dan wakil presiden. Hal lain yang perlu dicatat bahwa pemilihanlangsung memungkinkan lahirnya kontrak politik antara pasangan calonpresiden dan wakil presiden terpilih dengan rakyat pemilihnya. Secarakonstitusional visi dan misi serta program pasangan calon dalam masakampanye menjadi kewajiban pasangan calon Presiden dan Wakil presidenuntuk diwujudkan dalam masa jabatannya.

Page 5: RUU Pemilu Naskah Akademik

5/12/2018 RUU Pemilu Naskah Akademik - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ruu-pemilu-naskah-akademik 5/30

 

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan

ditampilkan di www.parlemen.net 

www.parlemen.net

Pemilu Presiden dan Wakil Presiden merupakan pekerjaan besar dankompleks. Tidak saja karena jumlah penduduk mecapai 215 juta jiwa dan  jumlah pemilih mencapai 150 juta, tetapi juga penyebarannya yang luas

dengan kondisi geografis yang berbeda-beda, sehingga penanganannya punmembutuhkan sumber daya dan sumber dana besar yang harus ditopang olehkinerja yang profesional, akuntabel dan transparan. Pengalaman tersebut diatas mendorong perlunya penyempurnaan UU No. 23 Tahun 2003 untukmeminimalisasi kekurangan yang belum diatur dan untuk menampung aspirasiyang signifikan dari masyarakat luas dalam penyelenggaraan Pemilu Presidendan Wakil Presiden guna pelaksanaan Pemilu Presiden dan Wakil Presidentahun 2009 yang lebih efektif dan efisien.

B. Maksud dan tujuan

1. Maksud

Pembentukan UU tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presidendimaksudkan untuk melakukan penyempurnaan atas UU Nomor 23 Tahun 2003tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden, khususnyapenyempurnaan atas berbagai materi pengaturan yang terkait denganpelaksanaan Pemilu, peserta pemilu, pendaftaran pemilih dan penyusunandaftar pemilih, pencalonan, kampanye, prinsip umum pemungutan suara,penghitungan suara, pemantauan pemilu, dan penyelesaian sengketa pemilu.

2. Tujuan

Tujuan pembentukan UU tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden

adalah terbentuknya undang-undang sebagai landasan hukum yang kuat bagipenyelenggaraan pemilu Presiden dan Wakil Presiden sebagai pemimpinpenyelenggaraan pemerintahan nasional, dalam rangka mewujudkanpemerintahan negara yang demokratis berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

C. Landasan Penyempurnaan

1. Landasan Filosofis

Di dlam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945diamanatkan bahwa Presiden dan Wakil presiden dipilih dalam satu pasangan

secara langsung oleh rakyat dalam perwujudannya pasangan calon Presidendan Wakil Presiden diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politikpeserta Pemilu. Amanat konstitusional tersebut sekaligus memberi arah bagipenyelenggaraan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden.

Penyempurnaan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2003 Tentang PemiluPresiden didasarkan atas pemikiran bahwa penyelenggaraan Pemilihan umumPresiden dan Wakil Presiden yang merupakan bagian dari proses

Page 6: RUU Pemilu Naskah Akademik

5/12/2018 RUU Pemilu Naskah Akademik - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ruu-pemilu-naskah-akademik 6/30

 

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan

ditampilkan di www.parlemen.net 

www.parlemen.net

demokratisasi (kembali) kehidupan politik harus diorientasikan kepada 2 (dua)hal mendasar. Pertama , adalah bagaimana membangun proses pemilihanumum yang bersifat langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil yang dapat

terselenggara dengan aman dan tertib dan dapat menampung dan mewujudkanharapan dan keinginan seluruh rakyat untuk ikut serta dan berpartisipasi dalamproses penyelenggaraannya sehingga akan dapat mencapai tujuan yang dicita-citakan bersama. Kedua , Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden dapatmenghasilkan pasangan Presiden dan dan Wakil Presiden yang memenuhipersyaratan-persyaratan sebagai Kepala Pemerintahan, sehingga harapanseluruh rakyat untuk memiliki pemimpin yang akan mampu menyelenggarakanPemerintahan Negara dengan sebaik-baiknya. Pemerintahan negara yangmenjadi harapan rakyat tersebut dapat mewujudkan pemerintahan yang baikdan bersih. Kedua hal tersebut akan dapat dicapai dengan baik jika semuapihak yang terlibat dalam penyelenggaraan Pemilu Presiden dan WakilPresiden selalu dapat memahami dan menghayati nilai-nilai kebangsaan dalam

memberikan dasar bagi penyempurnaan Pemilihan Umum Presiden dan WakilPresiden.

2. Landasan Sosiologis

Orientasi pemikiran sosiologis antara lain menunjukkan adanyaperkembangan dinamika masyarakat, dan kecenderungan penilaiannyaterhadap pengalaman empiris pada pemilu sebelumnya. Suasana reformasidimana masyarakat menghendaki perbaikan-perbaikan di bidang politik takterkecuali perbaikan di bidang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden.

Hal-hal yang diinginkan diantaranya seperti perlunya transparansi dalampengelolaan dana kampanye baik dalam penerimaan, pengeluaran, sertapelaporan secara akauntabel, transparansi dalam proses pendafataran pemilihdan penghitungan suara yang harus dilakukan secara tertib mulai tingkatkelurahan atau desa, kecamatan, kabupaten, provinsi, maupun pada tingkatnasional.

Dinamika masyarakat juga menghendaki adanya calon yang aspiratif,memiliki kompetensi kepemimpinan nasional dan berkualitas. Spesifikasi calonPresiden dan Wakil Presiden yang demikian merupakan harapan pemilih.Harapn demikian sesuai dengan kecenderungan masyarakat. MengingatPresiden dan Wakil presiden dipilih oleh rakyat secara langsung, tentu rakyat

memiliki legitimasi yang langsung pula terhadap kapasitas kepemimpinanpasangan calon terpilih sehingga hak legitimasinya harus mendapat perhatiansecara proporsional bahkan sejak awal ketika penyelenggaraan pemilu dimulai.

3. Landasan Yuridis

Sistem Pemilihan Umum yang diamanatkan oleh Undang-UndangDasar 1945 yang telah melahirkan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2003tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden memiliki arah, substansi, serta

Page 7: RUU Pemilu Naskah Akademik

5/12/2018 RUU Pemilu Naskah Akademik - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ruu-pemilu-naskah-akademik 7/30

 

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan

ditampilkan di www.parlemen.net 

www.parlemen.net

sinergi dengan undang-undang lainnya. Perkembangan dalam pembangunanpolitik berdasarkan pengalaman Pemilu 2004 perlu mendapat perhatian.Amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 akan

memberi arah lebih lanjut bagi penyempurnaan Undang-Undang Nomor 23Tahun 2003 tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden.

Penyelenggaraan Pemilu berdasarkan Undang-Undang Nomor 23tahun 2003 tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden mempunyai kaitanyuridis dengan undang-undang lain. Undang-undang yang berkaitan langsungdengan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2003 tentang Pemilu Presiden danWakil Presiden harus menjadi dasar yuridis bagi penyempurnaannya. Di dalampenyelenggaraan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden, terdapat peran utamayang melibatkan partai politik peserta pemilu. Oleh karena itu undang-undangyang mengatur tentang partai politik harus menjadi dasar juga bagipenyempurnaan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2003 tentang Pemilu

Presiden dan Wakil Presiden . Demikian pula hal dengan undang-undang yangmengatur pemilihan umum DPR, DPD dan DPRD dan bahkan undang-undangyang mengatur mengenai susunan kedudukan MPR, DPR, DPD dan DPRD.Demikian pula halnya dengan telah lahirnya undang-undang yang mengaturpenyelenggara Pemilu akan menambah dasar yuridis penyempurnaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden.

D. Metode

Pembentukan UU tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presidendilakukan dengan metode kerja sebagai berikut:

a. Evaluasi atas pelaksanaan UU Nomor 23 Tahun 2003 tentang Pemilu

Presiden dan Wakil Presiden;

b. Pengkajian terhadap pasal-pasal dalam UU Nomor 23 Tahun 2003 yangdinilai mengandung kelemahan dan/atau bermasalah;

c. Pengkajian terhadap konsep teoritis tentang pemilihan umum presdien danwakil persdien yang ideal;

d. Penyesuaian dengan UU Nomor 22 Tahun 2007 tentang PenyelenggaraPemilu; dan

e. Analisis komprehensif dan penyusunan konsep pengaturan yang baru.

E. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan penelusuran dan pemahaman tentangpenyempurnaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003, naskah akademik inidisusun sebagai berikut:

Bab I memuat Pendahuluan yang berisi latar belakang perlunya dibuatrancangan Undang-undang tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden,

Page 8: RUU Pemilu Naskah Akademik

5/12/2018 RUU Pemilu Naskah Akademik - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ruu-pemilu-naskah-akademik 8/30

 

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan

ditampilkan di www.parlemen.net 

www.parlemen.net

maksud dan tujuan pembentukan Undang-Undang, landasan penyempurnaan,metode, dan sistematika penulisan.

Bab II memuat Arah dan Tujuan Penyempurnaan Undang-UndangNomor 23 Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden.Di dalamnya dimuat mengenai arah dan tujuan menuju sistem Pemilu yangdemokratis, sistem pemerintahan yang efektif, pemikiran bagi terbangunnyasistem pemerintahan presidensial yang efektif; dan hubungan penataan sistempolitik demokratis dengan sistem pemerintahan efektif.

Bab III memuat Problematika Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden, yang di dalamnya memuat materimengenai penyelenggara, hak memilih, pendaftaran pemilih, persyaratancalon, kampanye, pengadaan perlengkapan, pemungutan suara, penghitungansuara, calon berhalangan tetap, pengawasan, pemantauan, penyelesaian

sengketa, dan sanksi pidana. 

Bab IV memuat Materi Rancangan Undang-Undang, yang di dalamnnyadimuat Ketentuan Umum, Asas dan Pelaksanaan, Lembaga PenyelenggaraPemilu Presiden dan Wakil Presiden, Peserta dan Persyaratan MengikutiPemilu Presiden dan Wakil Presiden, Hak Memilih, Penyusunan Daftar Pemilih,Pencalonan, Kampanye, Perlengkapan Penyelenggaraan Pemilu, PemungutanSuara, Penghitungan Suara, Penetapan hasil Pemilu Presiden dan WakilPresiden, Penetapan Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden terpilih,Pelantikan, Pemungutan Suara Ulang dan Penghitungan Suara Ulang, PemiluPresiden dan Wakil Presiden Lanjutan dan Pemilu Presiden dan Wakil PresidenSusulan, Pengawasan, Pemantauan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden,

Penyelesaian Perselisihan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden, KetentuanPidana, dan Ketentuan Peralihan.

Bab V memuat Penutup, yang di dalamnya berisi uraian penutup dariseluruh rangkaian penjelasan dalam naskah akademik mengenai perlunyapenyempurnaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang PemiluPresiden dan Wakil Presiden .

Page 9: RUU Pemilu Naskah Akademik

5/12/2018 RUU Pemilu Naskah Akademik - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ruu-pemilu-naskah-akademik 9/30

 

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan

ditampilkan di www.parlemen.net 

www.parlemen.net

BAB II

ARAH DAN TUJUAN PENYEMPURNAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL

PRESIDEN

A. Menuju Sistem Pemilu yang Demokratis

Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden berdasarkan Undang-UndangNomor 23 Tahun 2003 telah mengantarkan seluruh rakyat Indonesiaberpartisipasi dalam menentukan pilihan secara langsung dalam rangkamenentukan pemimpin pilihannya. Sistem pemilihan langsung tersebut di atastelah memberikan tempat yang luas bagi tumbuhnya sistem perpolitikannasional pada satu segi, dan pada segi lain presiden terpilih akan memiliki

mandat dan legitimasi yang sangat kuat karena didukung oleh suara rakyat.Karena itu Presiden terpilih berada diatas segala kepentingan dan dapatmenjembani berbagai kepentingan tersebut.

Ada mekanisme kontrol dari rakyat dalam rangka penyelenggaraanPemilu Presiden dan Wakil Presiden ketika pasangan Presiden dan WakilPresiden terlpilih selama masa pemerintahannya, sehingga Presiden dan Wakilpresiden terpilih mempunyai beban konstitusional dalam memenuhi janji-janji,visi dan misi serta program yang disampaikan dalam masa kampanye, karenayang demikian adalah juga merupakan harapan rakyat. Hubungan senergisantara pasangan Presiden dan Wakil Presiden dan rakyat pemilih yangdijembatani oleh pemenuhan janji-janji, visi dan misi serta program yang

disampaikan dalam masa kampanye, memberi gambaran telah terwujudnyanilai-nilai demokrasi dalam penyelenggaraan Pemilu Presiden dan WakilPresiden .

Demikian pula sistem Pemilu Presiden dan Wakil Presiden secaralangsung melahirkan check and balance antara lembaga legislatif dan lembagaeksekutif yang lebih seimbang karena kedua lembaga ini sama kuatnya, tidakada satu lembaga yang dapat membubarkan lembaga lainnya. Sehingga dalampengambilan kebijakan, masing-masing lembaga dapat saling bersinergi untukmenghasilkan keputusan yang terbaik bagi rakyat sebagai konstituennya.

B. Menuju Sistem Pemerintahan yang Efektif

Pengertian pemerintahan yang efektif adalah suatu proses pembentukandan pelaksanaan kebijakan publik oleh lembaga-lembaga publik yang selarasdengan aspirasi dan keinginan rakyat berdasarkan tata perundangan yangberlaku. Sedangkan pengertian sistem pemerintahan yang efektif adalah suatupola hubungan antara berbagai lembaga-lembaga publik dalam rangka

Page 10: RUU Pemilu Naskah Akademik

5/12/2018 RUU Pemilu Naskah Akademik - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ruu-pemilu-naskah-akademik 10/30

 

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan

ditampilkan di www.parlemen.net 

www.parlemen.net

pembentukan dan pelaksanaan kebijakan publik dengan dasar-dasar prinsiptertentu untuk menterjemahkan aspirasi dan keinginan rakyat.

Pentingnya suatu sistem pemerintahan yang efektif, paling tidakbersumber pada 3 (tiga) alasan utama. Pertama, dengan adanya pemerintahanyang efektif, aktivitas pemerintahan menjadi lebih responsif. Pemerintah akanberusaha menerjemahkan keinginan rakyat menjadi kebijakan publik. Kedua,pemerintahan yang efektif akan membuat aktivitas pemerintahan lebih bisadidukung oleh berbagai kekuatan politik maupun masyarakat. Energi ini akanmembuat pencapaian aktivitas pemerintah meluas oleh karena partisipasimasyarakat dan kekuatan politik dalam pelaksanaan fungsi pemerintahanumum seperti memberikan pelayanan umum, mengatur konflik, maupunpembagian sumber-sumber ekonomi. Dan ketiga, pemerintahan yang efektifakan memungkinkan berlangsungnya aktivitas yang stabil dalam jangkapanjang.

Untuk mendukung tercapainya sistem pemerintahan yang efektif, makaperlu suatu upaya serius untuk menguatkan berbagai elemen sistempemerintahan bagi kebijakan publik yang aspiratif dan responsif.

Argumen teoritik pilihan terhadap sistem presidensialisme adalah:pertama, presiden adalah satu-satunya pejabat publik yang dipilih untukmewakili seluruh rakyat dan wilayah negara. Dengan demikian presidenmemiliki mandat yang kuat untuk melaksanakan kehendak rakyat dan wilayah.Asumsinya, dengan mandat yang demikian maka lembaga ini memiliki dasaruntuk melaksanakan suatu pemerintahan yang efektif. Kedua, dalam banyakkasus, presiden biasanya dipilih langsung oleh rakyat dalam jangka waktu yangpasti. Dipilih langsung akan membuat kedudukannya tidak tergantung pada

dinamika lembaga lain. Hubungan ini memungkinkan stabilitas kelembagaanyang akan berimplikasi kemungkinan tercapainya pemerintahan yang efektif.Ketiga, presiden terpilih memungkinkan untuk melaksanakan kebijakannasional secara terencana dan responsif, dan efektif.

Efektivitas fungsi pemerintahan menghendaki lembaga kepresidenandidukung oleh bekerjanya suatu sistem perwakilan yang efektif. Hubunganantara lembaga kepresidenan dan sistem perwakilan yang berimbang akanmeletakan fondasi check and balances  yang efektif.1 Secara umum dapatdikatakan bahwa penguatan sistem pemerintahan presidensial membutuhkanpenguatan lembaga kepresidenan, penguatan lembaga perwakilan, sertaperimbangan hubungan kelembagaan antara presiden dan legislatif.

1 Scott Mainwaring, “Presidentialism, Multipartism, and Democracy:The Difficult Combination,”

Comparative Political Studies, 26 (1993), 198-222. 

Page 11: RUU Pemilu Naskah Akademik

5/12/2018 RUU Pemilu Naskah Akademik - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ruu-pemilu-naskah-akademik 11/30

 

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan

ditampilkan di www.parlemen.net 

www.parlemen.net

C. Pemikiran bagi Sistem Pemerintahan Presidensial yang Efektif2 

Sistem multipartai dan sistem presidensial merupakan dua sistem yang

sulit digabungkan.3 Hal ini setidaknya telah dibuktikan pada 31 negara yangmasuk kategori demokrasi yang stabil. Setidaknya ada tiga alasan mengapakombinasi ini menimbulkan permasalahan. Tidak adanya Pemilu Presiden danWakil Presiden yang mayoritas mutlak dalam legislatif ditambah denganpembagian kekuasaan menimbulkan deadlock antara eksekutif dan legislatif.Dibandingkan dengan sistem dua partai, sistem multipartai lebih banyakmenimbulkan polarisasi ideologi, serta koalisi antar partai akan lebih sulit untukdibangun dan dipelihara pada sistem presidensial dibandingkan dalam sistemparlementer.Untuk dapat tercapainya suatu sistem pemerintahan yang efektif,maka perlu pemikiran yang serius untuk menyelesaikan hambatan-hambatanyang mungkin timbul dari persoalan personalisasi lembaga kepresidenan,koalisi yang memerintah, serta hubungan kelembagaan.

Untuk menjawab pesimisme tersebut maka hal-hal yang berkaitandengan problema kecendrungan personalisasi lembaga kepresidenan, perludibuatkan pengaturan kelembagaan detail yang memungkinkan munculnyalembaga kepresidenan yang kuat. Beberapa hal yang mestinya melekat padakonseptualisasinya, seperti refleksi konseptual, substansi, filosofi, sertakewenangan dari presiden.4  Shugart and Carey sebagai contoh menguraikandimensi kewenangan presiden:

We identify two basic dimensions of presidential power: one concerning 

power over legislation, the other encompassing non-legislative powers…The first set of aspects entail legislative powers constitutionally granted to the president. These aspects are the veto, the partial veto/override, presidential authority to legislate by decree, exclusive right to initiate certain legislative proposals, budgetary initiative, and power to propose referenda. Aspects of presidential power apart from the legislative domain include cabinet formation, cabinet dismissal ….

(Kami mengidentifikasi dua dimensi dasar dari kekuasaan presiden: kewenangan tentang legislasi, dan yang lain adalah kewenangan non- legislasi. Aspek pertama yang berkaitan dengan kewenangan legislasi yang dijamin konstitusi kepada presiden. Aspek-aspek tersebut adalah 

hak veto, hak veto bagian, mengeluarkan dekrit presiden, membuat 

2 Carlos Pereira and Bernardo Mueller, “The Cost of Governing: Strategic Behavior of the President and

Legislators in Brazil’s Budgetary Process,” Comparative Political Studies, Vol. 37, No. 7, September

2004, 781-815. 3

R.William Liddle and Saiful Mujani, A New Multiparty Presidential Democracy, Asian Survey. Vol

XLVI, No 1, January/February 2006 4 Matthew Soberg Shugart and John Carey, Presidents and Assemblies, Cambridge: Cambridge

University Press, 1992 

Page 12: RUU Pemilu Naskah Akademik

5/12/2018 RUU Pemilu Naskah Akademik - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ruu-pemilu-naskah-akademik 12/30

 

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan

ditampilkan di www.parlemen.net 

www.parlemen.net

usulan undang-undang, hak budget, dan membuat usulan referendum.Aspek yang merupakan kekuasan presiden tetapi terlepas dari domain legislatif termasuk pembentukan kabinet, pemberhentian anggota 

kabinet...)

Hal ini tidak terlepas dari pesan historik yang tertuang dalam konstitusimaupun aspirasi yang berkembang dalam masyarakat. Kedua, adalah adanyasuatu sistem pemilihan lembaga kepresidenan yang sesuai dengan paparanyang di atas. Sebagai contoh kalau hendak memilih presiden yang mewakilisegenap rakyat dan teritori seluruh Indonesia, maka harus dibuat mekanismeyang memungkinkan persyaratan itu dipenuhi. Dalam teori, sistem dua putaranlebih memungkinkan munculnya calon yang demikian. Oleh karena persyaratansuara mayoritas absolut dan wilayah bisa dilekatkan pada putaran pertama danpersyaratan suara terbanyak bisa dilekatkan pada putaran kedua. Ketigaadalah perlu dikaji peran dan fungsi berbagai elemen penunjang lembaga

kepresidenan serta pembentukan struktur kelembagaan penunjangberdasarkan fungsi tersebut. Perlu juga dibuatkan pengaturan peran, lingkupaktivitas, serta hubungan elemen-elemen tersebut secara keseluruhan.Semuanya ditujukan untuk tercapainya sistem pemerintahan yang efektif.

Persoalan gabungan partai politik pendukung Presiden dan Wakilpresiden terpilih sebagaimana telah diarahkan oleh Undang-Undang Dasar1945, secara teoretik mestinya dilanjutkan dengan formalisasi koalisi antarapartai politik atau gabungan partai politik. Formalisme koalisi tersebut yangmemiliki kader yang duduk dalam kabinet Presiden dan Wakil presiden terpilih.5 Koalisi ini diharapkan akan mencegah polarisasi dan fragmentasi berlebihan

antara berbagai kekuatan yang ada. Koalisi yang demikian memberikandukungan riil bagi penyelenggaraan pemerintahan secara lebih efektif dalammasa jabatan Presiden dan Wakil presiden Bagi munculnya sebuah koalisiyang berarti maka faktor kepemimpinan dalam partai dan kedisiplinan partaimenjadi kunci.6 Karenanya adalah sesuatu yang mendesak untukmemperhatikan keterkaitan dan kalau perlu keberlanjutan koalisi antar partaisebelum dan setelah pemilihan presiden.7 

5 Jose Antonio Cheibub, “Minority Governments, Deadlock Situations, and the Survival of Presidential

Democracies” Comparative Political Studies 35(3) (April 2003) 384-412, Sage Publications. 6 Joe Foweraker, “Institutional Design, Party Systems, Governability: Differentiating the Presidential

Regimes of Latin America, British Annal of Political Science 28 (4) (Oct. 1998) 656-674, Cambridge

University Press, 1998. 7

Joe Foweraker, “Institutional Design, Party Systems, Governability: Differentiating the Presidential

Regimes of Latin America, British Annal of Political Science 28 (4) (Oct. 1998) 656-674, Cambridge

University Press, 1998. 

Page 13: RUU Pemilu Naskah Akademik

5/12/2018 RUU Pemilu Naskah Akademik - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ruu-pemilu-naskah-akademik 13/30

 

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan

ditampilkan di www.parlemen.net 

www.parlemen.net

D. Hubungan Sistem Kepartaian dalam Pemilu Presiden dan WakilPresiden dengan Sistem Presidensial.

Beberapa literatur menunjukkan adanya hubungan yang relatif konsistenantara sistem kepartaian dalam kaitannya dengan Pemilu Presiden dan WakilPresiden dan sistem presidensial. Multipartai, terutama yang bersifatterfragmentasi, menyebabkan implikasi deadlock  dan immobilism bagi sistempresidensial murni.8 Alasannya adalah bahwa presiden akan mengalamikesulitan untuk memperoleh dukungan yang stabil dari legislatif sehingga upayamewujudkan kebijakan akan mengalami kesulitan. Pada saat yang sama koalisiyang mengantarkan presiden untuk memenangkan pemilu tidak dapatdipertahankan untuk menjadi koalisi pemerintahan. Tidak ada mekanisme yangdapat mengikatnya. Alasan lain adalah bahwa komitmen anggota Dewanterhadap kesepakatan yang dibuat pimpinan partai jarang bisa dipertahankan.Dengan kata lain tidak adanya disiplin partai membuat dukungan terhadap

presiden menjadi sangat tidak pasti. Perubahan dukungan dari pimpinan partaisangat juga ditentukan oleh perubahan kontekstual dari konstelasi politik yangada.

Tawaran yang diberikan untuk memperkuat presidensial denganmembuatnya mampu memerintah adalah dengan menyederhanakan jumlahpartai. Jumlah partai yang lebih sederhana (efektif) akan mempersedikit jumlahveto point  dan biaya transaksi politik. Perdebatan yang terjadi diharapkanmenjadi lebih fokus dan berkualitas. Publik juga akan mudah diinformasikanbaik tentang keberadaan konstelasi politik maupun pilihan kebijakan bila jumlahkekuatan politik lebih sederhana.

Sistem kepartaian mempunyai hubungan sinergik dengan sistem Pemiluyang sekaligus menunjukan dianutnya tipe pemilihan umum plural majority danakan menghasilkan jumlah partai yang lebih sedikit. Selain itu ada pula tipepemilihan umum sistem representasi proporsional yang akan melahirkan sistemmulti partai. Untuk dapat menghasilkan tipe sistem kepartaian sederhana, makaperlu pengkondisian dalam proses pemilu. Untuk dapat mengikuti pemiluberikutnya biasanya diberikan syarat minimal suara atau electoral threshold .

8 Scott Mainwaring, “Presidentialism, Multipartism, and Democracy:The Difficult Combination,”

Comparative Political Studies, 26 (1993), 198-222.

Page 14: RUU Pemilu Naskah Akademik

5/12/2018 RUU Pemilu Naskah Akademik - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ruu-pemilu-naskah-akademik 14/30

 

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan

ditampilkan di www.parlemen.net 

www.parlemen.net

BAB III

PROBLEMATIKA UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2003

TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN

Pada dasarnya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang PemiluPresiden dan Wakil Presiden secara umum telah mengatur berbagai ketentuanyang diperlukan dalam penyelenggaraan Pemilihan Umum Presiden dan WakilPresiden. Namun demikian, pengamatan yang didasarkan pada perkembangandinamika politik dan kemasyarakatan, evaluasi terhadap pengalamanpenyelenggaraan Pemilihan Umum pada waktu sebelumnya, menimbulkanadanya berbagai aspirasi untuk melakukan beberapaperbaikan/penyempurnaan terhadap Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003

tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden tersebut.Berdasarkan evaluasi terhadap pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23

Tahun 2003 tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden, yang banyakmendapat perhatian masyarakat adalah problematika mengenai:penyelenggara, hak memilih, pendaftaran pemilih, persyaratan calon,kampanye, pengadaan perlengkapan, pemungutan suara, penghitungan suara,calon berhalangan tetap, pengawasan, pemantauan, penyelesaian sengketa,dan sanksi pidana.

Hal-hal yang mendapat perhatian masyarakat tersebut di atas secararingkas dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Penyelenggara 

Dengan telah dibentuknya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentangPenyelenggara Pemilu, maka semua ketentuan dalam Undang-undangNomor 23 Tahun 2003 tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden yangberkait dengan Undang-undang tersebut di atas perlu dilakukanpenyesuaian dan penyempurnaan. Hal ini perlu dilakukan mengingatrancangan undang-undang tentang Pemilihan Umum Presiden dan WakilPresiden merupakan satu rangkaian pengaturan dalam bidang politik.

2. Hak Memilih

Ada berbagai pandangan yang berkembang menyangkut hak memilih bagianggota TNI dan anggota POLRI dalam Pemilu Presiden dan WakilPresiden. Sementara pandangan, dengan mendasarkan pada ketentuantentang Hak Asasi Manusia menginginkan agar kepada anggota TNI dananggota POLRI diberikan sebagaimana halnya anggota masyarakat lainnya.Pada sisi yang lain, anggota TNI dan anggota POLRI yang memiliki tugaspokok dan fungsi antara lain menjaga keutuhan NKRI serta melindungi

Page 15: RUU Pemilu Naskah Akademik

5/12/2018 RUU Pemilu Naskah Akademik - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ruu-pemilu-naskah-akademik 15/30

 

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan

ditampilkan di www.parlemen.net 

www.parlemen.net

keamanan masyarakat perlu dipertimbangkan kembali agar anggota TNIdan anggota POLRI tidak menggunakan hak memilihnya. Hal ini perlu dikajilebih lanjut secara mendalam lebih lanjut dalam kaitannya dengan

penyempurnaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang PemiluPresiden dan Wakil Presiden .

3. Pendaftaran Pemilih

Dari pengalaman penyelenggaraan Pemilihan Umum Presiden dan WakilPresiden sebelumnya, banyak terjadi kasus dimana masyarakat yangmemiliki hak memilih dirugikan sebagai akibat kekurang tertiban dalamproses pendaftaran pemilih. Hal itu dapat terjadi karena mekanismependaftaran, kelalaian petugas, dan juga kelalaian pemilih yangbersangkutan. Belajar dari pengalaman tersebut penyusunan daftar pemilih

perlu mendapat perhatian sehingga berbagai kelemahan pada masa yanglalu dapat diperbaiki secukupnya. Oleh karena itu direkomendasikan olehnaskah akademik agar hal tersebut diamasukkan menjadi ketentuan dalamundang-undang penyempurnaan.

4. Persyaratan Calon

Pencalonan dalam Pemilu Presiden dan Wakil Presiden, merupakan aspekyang sangat penting mengingat calon Presiden dan Wakil Presiden terpilihnantinya akan menjadi kepala pemerintahan selama 5 tahun ke depan.Selain syarat-syarat yang sudah ditentukan sebagai bakal calon perludilakukan verifikasi yang intensif terhadap dokumen-dokumen persyaratan

yang harus diserahkan oleh setiap pasangan bakal calon Presiden danWakil Presiden. Salah satu hal yang penting adalah melakukanpemeriksaan terhadap kemungkinan digunakannya ijazah palsu dalamproses pencalonan dalam Pemilu Presiden dan Wakil Presiden.

5. Kampanye

Dalam pelaksanaan kampanye Pemilu Presiden dan Wakil Presidenbanyak dijumpai berbagai kasus yang merupakan pelanggaran terhadapketentuan-ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun2003 tentang Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden. Berdasarkan kajian,

kasus-kasus tersebut berkaitan dengan rentang waktu kampanye yangdianggap tidak cukup sehingga pelaksana kampanye cenderung melakukancuri start atau melakukan kampanye di luar jadwal yang ditetapkan. Selainitu, juga terjadi kasus dimana pihak-pihak yang seharusnya dilarangdilibatkan dalam kampanye, tetapi diikutsertakan dalam kampanye.Selanjutnya juga, materi kampanye pada Undang-Undang Nomor 23 Tahun2003 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden belummencantumkan materi-materi yang bersifat mendasar seperti Pancasila dan

Page 16: RUU Pemilu Naskah Akademik

5/12/2018 RUU Pemilu Naskah Akademik - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ruu-pemilu-naskah-akademik 16/30

 

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan

ditampilkan di www.parlemen.net 

www.parlemen.net

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Demikian  juga persepsi masyarakat yang masih menganggap belum adanyatransparansi dan pertanggungjawaban dalam pengelolaan dana kampanye.

Hal-hal tersebut perlu dipikirkan untuk penyempurnaan ketentuan-ketentuandalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang Pemilihan UmumPresiden dan Wakil Presiden mengingat hal tersebut dipandang masihbelum memadai.

6. Pengadaan Perlengkapan

Dalam hal perlengkapan penyelenggaraan Pemilu, banyak pandangan yangmenyatakan bahwa tanggung jawab pengadaannya seyogyanya tidakmenjadi kewenangan KPU sebagaimana diatur dalam Undang-UndangNomor 23 Tahun 2003 tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden. Hal

tersebut dapat mengganggu konsentrasi para anggota KPU untukmenjalankan kewenangan, tugas pokok dan fungsinya yang bersifat lebihmendasar. Masalah tersebut dapat dipecahkan dengan kemungkinanmelimpahkan pelaksanaan pengadaan perlengkapan penyelenggaraanpemilu dari anggota KPU kepada Sekretariat Jenderal Komisi PemilihanUmum. Dengan demikian tanggungjawab penyelenggaraan pemilu dapatlebih dibagi secara proporsional, mendasar dan dapat lebih meningkatkantertib administrasi pengadaan barang dan jasa khususnya dalam rangkapengadaan perlengkapan penyelenggaraan pemilu.

7. Pemungutan Suara

Berdasarkan hasil pengamatan oleh berbagai kalangan dalam pelaksanaanpemungutan suara di TPS pada Pemilu Presiden dan Wakil Presiden yanglalu, bahwa dari segi jumlah pemilih pada setiap TPS dipandang kurangefisien oleh karena sebelum batas waktu berakhirnya pemungutan suara,proses pelaksanaan pemungutan suara sudah selesai sebelum batas waktuyang ditentukan, tentunya hal ini kurang efisien. Atas dasar hal tersebutmaka jumlah pemilih pada setiap TPS perlu penambahan yang signifikan.Oleh karena itu dalam rangka meningkatkan efisiensi Namun tetapberpegang pada azas penyelenggaraan pemilu maka ketentuan mengenaipemungutan suara dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003 tentangPemilu Presiden dan Wakil Presiden harus dilakukan penyempurnaan danpenegasan, utamanya penambahan jumlah pemilih di setiap TPS.

8. Penghitungan SuaraDari pengalaman Pemilu Presiden dan Wakil Presiden yang lalu,khususnya dalam proses penghitungan suara banyak ditemukan protes ataukomplain bahkan adanya gugatan terhadap hasil penghitungan suara olehmasyarakat, saksi-saksi dari partai politik, dan pasangan calon. Hal ini dapatterjadi oleh karena berbagai kemungkinan seperti mekanisme penghitungan

Page 17: RUU Pemilu Naskah Akademik

5/12/2018 RUU Pemilu Naskah Akademik - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ruu-pemilu-naskah-akademik 17/30

 

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan

ditampilkan di www.parlemen.net 

www.parlemen.net

suara yang kurang memadai, kelalaian petugas penghitungan suara padaberbagai tingkatan proses penghitungan suara. Ketidak tepatan dalampenghitungan suara dapat menyebabkan kemungkinan ketidak absahan

penetapan hasil pemilu. Oleh karena itu perlu dipikirkan upaya-upayaperbaikan terhadap ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan prosespenghitungan suara.

9. Calon Berhalangan TetapDi dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang Pemilu Presidendan Wakil Presiden yang mengatur ketentuan tentang pelantikan dinilaimasih kurang memadai. Hal tersebut terutama yang berkaitan denganbelum diaturnya kemungkinan-kemungkinan jika pasangan calon Presidendan Wakil Presiden terpilih berhalangan tetap sebelum pelantikan. Dalamhal tersebut perlu dilakukan penyempurnaan terhadap ketentuan-ketentuan

dimaksud sehingga kemungkinan terjadinya pasangan calon Presiden danWakil Presiden terpilih berhalangan tetap, dapat diantisipasi sedini mungkin.

10. Pengawasan

Berdasarkan pengalaman atas penyelenggaraan pemilihan umum Presidendan Wakil Presiden sebelumnya, banyak terjadi kasus yang dilaporkankepada lembaga pengawas pemilu, namun demikian, pada berbagaievaluasi dan pandangan masyarakat ternyata banyak kasus tidak dapatditindak lanjuti dan diselesaikan secara memadai sesuai dengan harapanmasyarakat. Oleh karena itu perlu diupayakan agar lembaga pengawasanPemilu Presiden dan Wakil Presiden ditingkatkan peran dan fungsinya

sehingga dapat melakukan pengawasan yang lebih efektif dengandituangkan dalam ketentuan undang-undang.

11. Pemantauan

Pemantauan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden merupakan salah satuaspek yang sangat penting. Hal ini disebabkan oleh karena pemantauanselain dapat membantu perbaikan citra pelaksanaan Pemilu, jugamelibatkan banyak pihak baik dari dalam maupun dari luar negeri.Ketentuan-ketentuan yang mengatur mengenai Pemantauan PemiluPresiden dan Wakil Presiden dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun2003 tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden masih dipandang sangatminim dan baru diatur secara umum dalam dua pasal. Perlu dipikirkanupaya-upaya untuk mengatur hal pemantauan Pemilu tersebut secaramemadai sehingga semua pihak yang terlibat di dalam proses pemantauandapat memahami hak dan kewajibannya sehingga dapat memberikankontribusi yang sebaik-baiknya terhadap penyelenggaraan Pemilu Presidendan Wakil Presiden.

Page 18: RUU Pemilu Naskah Akademik

5/12/2018 RUU Pemilu Naskah Akademik - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ruu-pemilu-naskah-akademik 18/30

 

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan

ditampilkan di www.parlemen.net 

www.parlemen.net

12. Penyelesaian SengketaBerdasarkan pengalaman dalam penyelenggaraan pemilihan umumPresiden dan Wakil Presiden sebelumnya, banyak terjadi kasus yang

dilaporkan kepada lembaga pengawas pemilu, namun demikian, padabebagai evaluasi dan pandangan masyarakat ternyata banyak kasus tidakdapat ditindak lanjuti dan diselesaikan secara memadai dalam waktu yangcepat sesuai dengan harapan masyarakat. Bahkan banyak diantarannyatidak ditindaklanjuti. Untuk itu perlu diupayakan agar ada perbaikan supayakasus-kasus sengketa Pemilu Presiden dan Wakil Presiden dapatdiselesaikan secara lebih tertib dalam waktu yang cepat melalui pengadilandalam waktu yang dibatasi oleh undang-undang.

13. Sanksi PidanaKetertiban dalam penyelenggaraan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden,

salah satunya sangat dipengaruhi oleh kepatuhan semua pihak yang terlibatdi dalamnya. Kepatuhan dapat terwujud apabila ada ketentuan sebagai alatmemaksa yang mengatur sanksi apabila terjadi pelanggaran-pelanggarandalam setiap tahapan Pemilu. Sanksi-sanksi pidana dalam Undang-UndangNomor 23 Tahun 2003 tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presidendipandang masih ringan sehingga perlu diatur ketentuan pemberatansanksi pidana sesuai dengan perkembangan saat ini.

Page 19: RUU Pemilu Naskah Akademik

5/12/2018 RUU Pemilu Naskah Akademik - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ruu-pemilu-naskah-akademik 19/30

 

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan

ditampilkan di www.parlemen.net 

www.parlemen.net

BAB IV

MATERI RANCANGAN UNDANG-UNDANG

A. Materi Penyempurnaan

Rincian rencana penyempurnaan yang dilakukan di berbagai ketentuandalam UU Nomor 23 Tahun 2003 tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presidenadalah sebagai berikut:

1. Ketentuan Umum.

Rincian rencana penyempurnaan yang harus dilakukan dan akan menjadimateri muatan dalam batang tubuh RUU Pemilu Presiden dan Wakil Presiden

mengandung banyak hal yang baru. Hal baru yang menjadi muatan materipenyempurnaan adalah seperti persyaratan calon Presiden dan Wakil Presiden,penyusunan daftar pemilih, verifikasi pasangan bakal calon, masa kampanye,materi kampanye, larangan dalam kampanye, dana kampanye, pengadaan dandistribusi perlengkapan Pemilu, ketentuan tentang calon Presiden terpilih yangberhalangan tetap sebelum pelantikan, pengawasan, penyelesaian perselisihanPemilu dan ketentuan pidana.

Dalam ketentuan umum tidak banyak perubahan dari Undang-UndangNomor 23 Tahun 2003 tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden hanyadilakukan beberapa penyesuaian dengan Undang-Undang tentangPenyelenggara Pemilu, RUU tentang Partai Politik, RUU tentang Pemilu DPR,

DPD, dan DPRD.

2. Asas, Pelaksanaan, Lembaga Penyelenggara Pemilu Presiden danWakil Presiden

2.1. Asas dan Pelaksanaan

Kententuan mengenai asas di dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun2003 tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden tidak harus diadakanperubahan karena rumusan asas tersebut sudah sesuai dan tidak bertentangandengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik IndonesiaTahun 1945. Demikian pula halnya dengan ketentuan mengenai pelaksanaanPemilu Presiden dan Wakil Presiden, yang tidak mengalami perubahanrumusan karena sudah sesuai dan dapat dilaksanakan sebagaimana yang telahmenjadi pengalaman konstitusional yang lalu.

Page 20: RUU Pemilu Naskah Akademik

5/12/2018 RUU Pemilu Naskah Akademik - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ruu-pemilu-naskah-akademik 20/30

 

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan

ditampilkan di www.parlemen.net 

www.parlemen.net

2.2. Lembaga Penyelenggara Pemilu Presiden dan Wakil Presiden

Sehubungan dengan ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 23

Tahun 2003 tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden sepanjang mengenailembaga penyelenggara Pemilu telah dilakukan perubahan mendasar.Perubahan tersebut adalah dengan dibentuknya undang-undang tersendirimengenai lembaga penyelenggara Pemilu, sehingga semua ketentuan tersebutdi atas dipindahkan menjadi rumusan di dalam undang-undang mengenailembaga penyelenggara Pemilu. Oleh karena itu di dalam RUU PemiluPresiden dan Wakil Presiden hanya diatur dalam satu pasal saja mengenaikeberadaan KPU, KPU provinsi dan KPU kabupaten/kota, Bawaslu, Panwasluprovinsi, Panwaslu kabupaten/kota, Panwaslu kecamatan, pengawas lapangandan Panwaslu Luar Negeri.

3. Peserta dan Persyaratan Mengikuti Pemilu Presiden dan Wakil

Presiden

Ketentuan mengenai Peserta dan Persyaratan Mengikuti PemiluPresiden dan Wakil Presiden dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden perlu diadakan penyempurnaan.Penyempurnaan tersebut mengenai persyaratan calon Presiden dan Wakilpresiden terutama tentang penambahan syarat bahwa calon tidak pernahdihukum penjara karena korupsi dan/atau melanggar Ham berat sertapenghapusan syarat calon tidak pernah dijatuhi pidana penjara yang diancamdengan pidana penjara 5 tahun atau lebih.

4. Hak Memilih

Kententuan mengenai hak memilih di dalam Undang-Undang Nomor23 Tahun 2003 tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden tidak harusdiadakan perubahan karena rumusan hak memilih tersebut sudah sesuai dantidak bertentangan dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945.

5. Penyusunan Daftar Pemilih

Ketentuan mengenai penyusunan daftar pemilih dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden

perlu diadakan penyempurnaan. Penyempurnaan tersebut dilakukan denganharus memerinci hal-hal penting yang berkaitan dengan pemutakhiran data,daftar pemilih sementara, daftar pemilih tetap, daftar pemilih perubahan,rekapitulasi pemilih dan penerbitan kartu pemilih. Pemutakhiran data inidilakukan sehubungan dengan lahirnya Undang-Undang tentang AdminsitrasiKependudukan, hal tersebut harus dilakukan guna meningkatkan akurasi datadan terjamin hak-hak pemilih. Hal tersebut direkomendasikan oleh naskah

Page 21: RUU Pemilu Naskah Akademik

5/12/2018 RUU Pemilu Naskah Akademik - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ruu-pemilu-naskah-akademik 21/30

 

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan

ditampilkan di www.parlemen.net 

www.parlemen.net

akademik ini agar dimasukan menjadi ketentuan hukum dalam RUU PemiluPresiden dan Wakil Presiden.

6. Pencalonan

Ketentuan mengenai Pencalonan Presiden dan Wakil Presiden dalamUndang-Undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang Pemilu Presiden dan WakilPresiden harus dilakukan penyempurnaan dan penegasan terutama untukmenghindari adanya penggunaan dokumen palsu. Berkaitan dengan hal inipengaturan mengenai dokumen palsu harus dipertegas dalam RUU tentangPemilu Presiden dan Wakil Presiden. Hal ini dimaksudkan untuk mencegahlolosnya pasangan calon yang mungkin menggunakan dokumen palsu. Olehkarena itu direkomendasikan oleh naskah akademik ini agar hal tersebut di atasdimasukkan dalam ketentuan RUU ini.

7. Kampanye

Ketentuan mengenai kampanye dalam Undang-Undang Nomor 23Tahun 2003 tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden harus dilakukanpenyempurnaan dan penegasan untuk menghindari adanya pelanggarankampanye oleh pasangan calon atau tim kampanye terutama dalam mencuristart kampanye (waktu kampanye). Selain itu harus ada penegasanpenyempurnaan materi kampanye dengan mewajibkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 untuk dimasukkan menjadibagian pokok materi kampanye. Demikian pula halnya mengenai ketentuandana kampanye terutama berkaitan dengan rekening khusus, kewajiban

pelaporan, pencatatan penerimaan dan penggunaan sumbangan, dan auditdana kampanye. Berkaitan dengan hal ini pengaturan mengenai kampanyeharus dipertegas dalam RUU tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden .Oleh karena itu perlu direkomendasikan oleh naskah akademik ini agar haltersebut di atas dimasukkan dalam ketentuan RUU ini.

8. Perlengkapan Penyelenggaraan Pemilu

Setelah dilakukan pengkajian mengenai ketentuan yang mengaturPerlengkapan Penyelenggaraan Pemilu dalam Undang-Undang Nomor 23Tahun 2003 tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden harus dilakukanpenyempurnaan dan penegasan untuk membangun tertib administrasi

pengadaan Perlengkapan Penyelenggaraan Pemilu. Sehubungan dengan haltersebut harus ada penegasan tanggungjawab pengadaan PerlengkapanPenyelenggaraan Pemilu. Berkaitan dengan hal ini pengaturan mengenaipengadaan Perlengkapan Penyelenggaraan Pemilu harus dipertegas menjaditanggungjawab Sekretaris Jenderal. Hal tersebut perlu direkomendasikan olehnaskah akademik ini agar hal tersebut di atas dimasukkan dalam ketentuanRUU ini.

Page 22: RUU Pemilu Naskah Akademik

5/12/2018 RUU Pemilu Naskah Akademik - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ruu-pemilu-naskah-akademik 22/30

 

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan

ditampilkan di www.parlemen.net 

www.parlemen.net

9. Pemungutan Suara

Ketentuan mengenai pemungutan suara dalam Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 2003 tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden harusdilakukan penyempurnaan dan penegasan untuk meningkatkan efisiensidengan tetap berpegang teguh pada maksud dan esensi diselenggarakanPemilu. Berkaitan dengan hal ini pengaturan mengenai pemungutan suaraharus dipertegas dalam RUU tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presidendengan meningkatkan jumlah pemilih dalam setiap TPS. Oleh karena itu perludirekomendasikan oleh naskah akademik ini agar hal tersebut di atasdimasukkan dalam ketentuan RUU ini.

10. Penghitungan Suara

Sehubungan dengan ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 23

Tahun 2003 tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden sepanjang mengenailembaga penyelenggara Pemilu telah dilakukan perubahan mendasar, makapenghitungan suara dalam RUU tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presidenharus menyesuaikan dengan Undang-Undang yang mengatur PenyelenggaraPemilu. Esensi dari penyempurnaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden terletak pada mekanismepenghitungan suara. Dari pengalaman Pemilu Preiden dan Wakil Presiden yanglalu, harus dirubah mekanismenya dari PPS menjadi KPPS. Mekanismetersebut dirubah dengan maksud untuk menghindari adanya kemungkinankecurangan dalam penghitungan suara di PPS.

11. Penetapan Hasil Pemilu Presiden dan Wakil Presiden

Setelah dilakukan pengkajian yang mendalam terhadap Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presidenterutama mengenai Penetapan Hasil Pemilu Presiden dan Wakil Presidendiperbandingkan dengan pengalaman Pemilu Presiden dan Wakil Presidenyang lalu, hal ini dipandang masih relevan. Oleh karena itu tidak perlu dilakukanperubahan dan diadop dalam RUU.

12. Penetapan Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden Terpilih

Setelah dilakukan pengkajian yang mendalam terhadap Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presidenterutama mengenai Penetapan pasangan calon Pemilu Presiden dan WakilPresiden terpilih diperbandingkan dengan pengalaman Pemilu Presiden danWakil Presiden yang lalu, hal ini dipandang masih relevan. Oleh karena itu tidakperlu dilakukan perubahan dan diadop dalam RUU.

Page 23: RUU Pemilu Naskah Akademik

5/12/2018 RUU Pemilu Naskah Akademik - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ruu-pemilu-naskah-akademik 23/30

 

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan

ditampilkan di www.parlemen.net 

www.parlemen.net

13. Pelantikan

Ketentuan mengenai pelantikan dalam Undang-Undang Nomor 23

Tahun 2003 tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden harus dilakukanpenyempurnaan dan penegasan untuk mengantisipasi kemungkinan adanyacalon Presiden dan Wakil Presiden yang terpilih berhalangan tetap sebelumpelantikan. Dengan demikian perlu ada penegasan penyempurnaan materidengan mengatur ketentuan yang merespons kemungkinan terjadi.Kemungkinan tersebut seperti calon Presiden terpilih berhalangan tetapsebelum pelantikan, calon Wakil Presiden terpilih berhalangan tetap sebelumpelantikan, pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden terpilih kedua-duanyaberhalangan tetap. Berkaitan dengan hal ini pengaturan mengenai pelantikanharus dipertegas dan dirinci dalam RUU tentang Pemilu Presiden dan WakilPresiden. Oleh karena itu perlu direkomendasikan oleh naskah akademik iniagar hal tersebut di atas dimasukkan dalam ketentuan RUU ini.

14. Pemungutan Suara Ulang dan Penghitungan Suara Ulang 

Setelah dilakukan pengkajian yang mendalam terhadap Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presidenterutama mengenai Pemungutan Suara Ulang dan Penghitungan Suara Ulang,diperbandingkan dengan pengalaman Pemilu Presiden dan Wakil Presidenyang lalu, hal ini dipandang masih relevan. Oleh karena itu tidak perlu dilakukanperubahan dan diadop dalam RUU.

15. Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Lanjutan, dan Pemilu Presidendan Wakil Presiden Susulan

Setelah dilakukan pengkajian yang mendalam terhadap Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presidenterutama mengenai Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Lanjutan, dan PemiluPresiden dan Wakil Presiden Susulan diperbandingkan dengan pengalamanPemilu Presiden dan Wakil Presiden yang lalu, hal ini dipandang masihrelevan. Oleh karena itu tidak perlu dilakukan perubahan dan diadop dalamRUU.

16. Pengawasan

Ketentuan mengenai pengawasan, dalam Undang-Undang Nomor 23

Tahun 2003 tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden harus dilakukanpenyempurnaan dan penegasan meningkatkan efektivitas pengawasan padasetiap tahapan penyelenggaraan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden. Dengandemikian perlu ada penegasan penyempurnaan materi dengan mengaturketentuan pengawasan dalam porsi yang lebih besar atau dalam Bab tersendiri.Berkaitan dengan hal ini pengaturan mengenai pengawasan harus dipertegasdan dirinci dalam RUU tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden. Oleh

Page 24: RUU Pemilu Naskah Akademik

5/12/2018 RUU Pemilu Naskah Akademik - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ruu-pemilu-naskah-akademik 24/30

 

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan

ditampilkan di www.parlemen.net 

www.parlemen.net

karena itu perlu direkomendasikan oleh naskah akademik ini agar hal tersebutdi atas dimasukkan dalam ketentuan RUU ini.

17. Pemantauan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden

Ketentuan mengenai Pemantauan Pemilu Presiden dan Wakil Presidendalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang Pemilu Presiden danWakil Presiden perlu diadakan penyempurnaan. Penyempurnaan tersebutdilakukan dengan harus memerinci hal-hal penting yang berkaitan dengan jenispemantau, persyaratan dan tata cara, wilayah kerja, tanda pengenal, hak dankewajiban, larangan, sanksi, pelaksanaan, pelaporan dan fasilitasi. Haltersebut direkomendasikan oleh naskah akademik ini agar dimasukkan menjadiketentuan dalam RUU Pemilu Presiden dan Wakil Presiden.

18. Penyelesaian Perselisihan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden

Dalam upaya mengantisipasi adanya perkara perselisihan dalamPemilu Presiden dan Wakil Presiden yang diselesaikan melalui pengadilannegeri, pengadilan tata usaha negara, pengadilan tinggi, dan pengadilan tinggitata usaha negara, perlu dibentuk majelis hakim ad hoc dengan tujuan MajelisHakim selalu tersedia. Jumlah majelis hakim ad hoc baik penunjukan sebagaianggota majelis hakim ad hoc, pada pengadilan tingkat pertama danpengadilan tingkat banding maupun penempatan ditetapkan oleh MahkamahAgung.

Guna mempercepat penyelesaian perkara perselisiahan hasil Pemiluperlu diatur juga dalam undang-undang ini, di dalam penyempurnaan Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presidenperlu dibatasi waktunya dan memastikan batas waktunya seperti rumusanMahkamah Konstitusi berwenang menerima, memeriksa, mengadili, danmemutus perkara perselisihan mengenai hasil pemilihan umum sesuaiketentuan peraturan perundang-undangan, paling lambat 14 (empat belas) harisejak permohonan didaftarkan pada kepaniteraan Mahkamah Konstitusi.

Mengantisipasi kemungkinan tindak pidana Pemilu, penyidikanterhadap tindak pidana Pemilu Presiden dan Wakil Presiden dalam undang-undang ini dilakukan oleh penyidik kepolisian sesuai dengan perundang-undangan, dan jika ada pengecualian, perlu diatur secara khusus dalamundang-undang ini. Untuk mempercepat proses penyidikan dilakukan dan

diserahkan berkas perkara kepada jaksa penuntut umum paling lambat 10(sepuluh) hari sejak diterimanya laporan atau tertangkap tangan oleh penyidik.Jangka waktu ini dimaksudkan agar tidak berlama-lama dalam prosespenyidikan. Demikian pula untuk memenuhi petunjuk jaksa penuntut umumapabila berkas perkara belum dinyatakan lengkap, tenggang waktu tersebutsudah harus termasuk jangka waktu penyidik melakukan penyidikan tambahan.Dalam hal berkas perkara dipandang lengkap jaksa penuntut umum

Page 25: RUU Pemilu Naskah Akademik

5/12/2018 RUU Pemilu Naskah Akademik - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ruu-pemilu-naskah-akademik 25/30

 

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan

ditampilkan di www.parlemen.net 

www.parlemen.net

melimpahkan perkara kepada pengadilan dilakukan paling lambat 5 (lima) harisejak berkas perkara dari penyidik diserahkan kepada jaksa.

Pemeriksaan dalam sidang pengadilan terhadap perkara tindak pidanaPemilu Presiden dan Wakil Presiden, harus dilakukan dalam waktu yangsingkat sebanding dengan jangka waktu penyelenggara Pemilu yang singkat.Disarankan agar paling lambat 7 (tujuh) hari sejak perkara didaftar padakepaniteraan pengadilan negeri perkara sudah diselesaikan. Langkahtambahan untuk mempersingkat penyelesaian perkara pada tingkat bandingdisarankan agar pengadilan tinggi menerima, memeriksa, mengadili danmemutus perkara pada tingkat banding sebagai pengadilan tingkat terakhir danputusan yang berkekuatan hukum tetap dan mengikat serta tidak ada upayahukum lain dan paling lambat 7 (tujuh) hari perkara didaftar pada kepaniteraanpengadilan tinggi.

Untuk merespons kemungkinan terdapat perkara perselisihan dalampenyelenggaraan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden yang dimintakan untukdiselesaikan oleh Pengadilan Tata Usaha Negara, perlu ditegaskan agarPengadilan Tata Usaha Negara menerima, memeriksa, mengadili,memutuskan, dan menyelesaikan paling lambat 7 (tujuh) hari sejak perkaradidaftar pada kepaniteraan pengadilan Tata Usaha Negara. Perlu adaketegasan dalam undang-undang ini untuk menghindaari berlarut-larutnyapenyelesian perkara, perlu dibuat ketentuan yang memerintgahkan agarpengadilan Tinggi Tata Usaha Negara menerima, memeriksa, mengadili,memutuskan, perkara pada tingkat banding sebagai pengadilan tingkat terakhirdan putusan yang berkekuatan hukum tetap dan mengikat serta tidak adaupaya hukum lain.

Demikian pula halnya agar diatur secara tegas sehingga pengadilantinggi tata usaha negara dalam menerima, memeriksa, mengadili dan memutusperkara pada tingkat banding sebagai pengadilan tingkat terakhir paling lambat7 (tujuh) hari sejak perkara didaftar pada kepaniteraan pengadilan tinggi.Saran-saran tersebut di atas direkomendasikan naskah akademik ini untukdijadikan ketentuan dalam undang-undang penyempurnaan.

19. Ketentuan Pidana

Pengaturan mengenai Ketentuan Pidana dalam Undang-UndangNomor 23 Tahun 2003 tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden perludiadakan penyempurnaan dengan pemberatan hukuman. Hal ini dilakukanuntuk meningkatkan kinerja petugas dan kepatuhan semua pihak dalampelaksanaan Pemilu. Oleh karena itu perlu penambahan lama hukuman dan jumlah denda.

Page 26: RUU Pemilu Naskah Akademik

5/12/2018 RUU Pemilu Naskah Akademik - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ruu-pemilu-naskah-akademik 26/30

 

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan

ditampilkan di www.parlemen.net 

www.parlemen.net

20. Ketentuan Peralihan

Dalam Rancangan Undang-Undang ini ditegaskan kembali bahwadalam Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2009, anggota TNI dan

anggota POLRI tidak menggunakan hak memilihnya.

B. Susunan Rancangan Undang-Undang

RUU tentang Pemilihan Umum Presdien dan Wakil Presiden disusundengan struktur Bab dan Pasal, yang terdiri atas 21 Bab dan 245 Pasal.Dibandingkan dengan UU Nomor 23 Tahun 2003 yang terdiri atas 15 Bab dan103 Pasal, maka dalam RUU terdapat penambahan 6 Bab dan 142 Pasal.

Secara lengkap, ke 21 Bab dan 245 Pasal dalam RUU adalah:

BAB I KETENTUAN UMUM;

terdiri atas 1 pasal, yaitu Pasal 1.

BAB II ASAS, PELAKSANAAN, DAN LEMBAGAPENYELENGGARA PELPRES;

terdiri atas 3 pasal, yaitu Pasal 2 sampai dengan Pasal 4.

BAB III PESERTA DAN PERSYARATAN MENGIKUTI PELPRES;

terdiri atas 5 pasal, yaitu Pasal 5 sampai dengan Pasal 9.

BAB IV HAK MEMILIH;

terdiri atas 2 pasal, yaitu Pasal 10 sampai dengan Pasal 11.

BAB V PENYUSUNAN DAFTAR PEMILIH;

terdiri atas 22 pasal, yaitu Pasal 12 sampai dengan Pasal 33.

BAB VI PENCALONAN;

terdiri atas 13 pasal, yaitu Pasal 34 sampai dengan Pasal 46.

BAB VII KAMPANYE;

terdiri atas 24 pasal, yaitu Pasal 47 sampai dengan Pasal 70.

BAB VIII PERLENGKAPAN PENYELENGGARAAN PILPRES;

terdiri atas 2 pasal, yaitu Pasal 71 sampai dengan Pasal 72.

BAB IX PEMUNGUTAN SUARA;

terdiri atas 20 pasal, yaitu Pasal 73 sampai dengan Pasal 92.

Page 27: RUU Pemilu Naskah Akademik

5/12/2018 RUU Pemilu Naskah Akademik - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ruu-pemilu-naskah-akademik 27/30

 

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan

ditampilkan di www.parlemen.net 

www.parlemen.net

BAB X PENGHITUNGAN SUARA;

terdiri atas 13 pasal, yaitu Pasal 93 sampai dengan Pasal

115.

BAB XI PENETAPAN HASIL PILPRES;

terdiri atas 2 pasal, yaitu Pasal 116 sampai dengan Pasal117.

BAB XII PENETAPAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKILPRESIDEN TERPILIH;

terdiri atas 2 pasal, yaitu Pasal 118 sampai dengan Pasal119.

BAB XIII PELANTIKAN;terdiri atas 3 pasal, yaitu Pasal 120 sampai dengan Pasal122.

BAB XIV PEMUNGUTAN SUARA ULANG DAN PENGHITUNGANSUARA ULANG;

terdiri atas 4 pasal, yaitu Pasal 123 sampai dengan Pasal126.

BAB XV PILPRES LANJUTAN DAN PILPRES SUSULAN;

terdiri atas 3 pasal, yaitu Pasal 127 sampai dengan Pasal

129.

BAB XVI PENGAWASAN;

terdiri atas 38 pasal, yaitu Pasal 130 sampai dengan Pasal167.

BAB XVII PEMANTAUAN PILPRES;

terdiri atas 19 pasal, yaitu Pasal 168 sampai dengan Pasal186.

BAB XVIII PENYELESAIAN PERSELISIHAN DALAM PILPRES;

terdiri atas 11 pasal, yaitu Pasal 187 sampai dengan Pasal197.

BAB XIX KETENTUAN PIDANA;

terdiri atas 45 pasal, yaitu Pasal 198 sampai dengan Pasal242.

Page 28: RUU Pemilu Naskah Akademik

5/12/2018 RUU Pemilu Naskah Akademik - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ruu-pemilu-naskah-akademik 28/30

 

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan

ditampilkan di www.parlemen.net 

www.parlemen.net

BAB XX KETENTUAN PERALIHAN;

terdiri atas 1 pasal, yaitu Pasal 243.

BAB XXI KETENTUAN PENUTUP;

terdiri atas 2 pasal, yaitu Pasal 244 sampai dengan Pasal245.

Page 29: RUU Pemilu Naskah Akademik

5/12/2018 RUU Pemilu Naskah Akademik - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ruu-pemilu-naskah-akademik 29/30

 

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan

ditampilkan di www.parlemen.net 

www.parlemen.net

BAB VII

PENUTUP 

Naskah akademik ini telah diupayakan seoptimal mungkin namundihubungkan dengan realitas dan tuntutan masyarakat tentu masih jauh darisempurna. Naskah akademik ini, dijadikan dasar dan acuan dalam rangkapenyempurnaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang PemiluPresiden dan Wakil Presiden . Hal ini tercermin dari materi yang dimuat dalamnaskah akademik ini yang secara substansial dapat dituangkan dalam rumusanbab, pasal dan ayat. Dengan demikian, melalui perumusan yang cermat danmengakomodasi seluruh kondisi empirik dari pengalaman pelaksanaansebelumnya diharapkan hal ini menjadi titik tolak menuju iklim demokrasiIndonesia yang lebih baik dengan tetap berlandaskan pada akar budayabangsa.

Page 30: RUU Pemilu Naskah Akademik

5/12/2018 RUU Pemilu Naskah Akademik - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ruu-pemilu-naskah-akademik 30/30

 

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan

ditampilkan di www.parlemen.net 

www.parlemen.net

DAFTAR PUSTAKA

Carlos Pereira and Bernardo Mueller, “The Cost of Governing: StrategicBehavior of the President and Legislators in Brazil’s Budgetary Process”,in Comparative Political Studies , Vol. 37, No. 7, September 2004.

Scott Mainwaring, “Presidentialism, Multipartism, and Democracy: The DifficultCombination”, in Comparative Political Studies , 26, 1993.

Joe Foweraker, “Institutional Design, Party Systems, Governability:Differentiating the Presidential Regimes of Latin America”, British Annal of Political Science  Cambridge University Press, 1998.

Jose Antonio Cheibub, “Minority Governments, Deadlock Situations, and the

Survival of Presidential Democracies” in Comparative Political Studies 35(3), Sage Publications. April 2003)

Matthew Soberg Shugart and John Carey, Presidents and Assemblies ,:Cambridge University Press, Cambridge, 1992

R.William Liddle and Saiful Mujani, “A New Multiparty Presidential Democracy”,Asian Survey , Vol XLVI, No 1, January/February 2006.

Scott Mainwaring, “Presidentialism, Multipartism, and Democracy:The DifficultCombination”, in Comparative Political Studies , 26 (1993), 198-222.

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum Presiden danWakil Presiden.

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara PemilihanUmum.