s.21 (sk pengobatan revisi)

45
Model 54 PT. BANK RAKYAT INDONESIA (Persero) Tbk KANTOR PUSAT Jalan Jenderal Sudirman No. 44-46 Tromol Pos 1094 / 1000 Jakarta 10210 Telepon : 2510244, 25100254, 2510264, 2510269, 2510279 Facsimile : 2500065, 2500077 Kawat : KANPUSBRI Telex : 65293, 65301, 65456, 65459, 65461 Website : www.bri.co.id Email : [email protected] ______SURAT – KEPUTUSAN_____ NOKEP : S. 21–DIR/SDM/05/2004 Tentang PERATURAN JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN BAGI PEKERJA PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) Tbk DIREKSI PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) Tbk Menimbang : 1. bahwa ketentuan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan berupa Tunjangan Pengobatan dan Perawatan yang terdiri dari ; Tunjangan Pengobatan Rutin, Tunjangan Rawat Inap (Opname), Tunjangan Pemeriksaan Kehamilan dan Persalinan serta Tunjangan Pengobatan dan Perawatan Gigi yang saat ini berlaku bagi Pekerja dan keluarga Pekerja BRI tersebar di beberapa ketentuan, sebagian ketentuan sudah disesuaikan serta sebagian lainnya sudah kurang sesuai dengan perkembangan yang terjadi. 2. bahwa memperhatikan hal tersebut di atas, maka Direksi BRI memandang perlu untuk menyesuaikan ketentuan dimaksud dengan memperhatikan kemampuan Perusahaan. Mengingat : 1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.21 tanggal 29 April 1992, tentang Penyesuaian Bentuk Hukum Bank Rakyat Indonesia menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) ; 2. Anggaran Dasar PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Nomor 133 tanggal 31 Juli 1992, yang dibuat dihadapan Muhani Salim, Sarjana Hukum, Notaris di Jakarta berikut perubahan-perubahannya terakhir dengan Akta Nomor 7 tanggal 3 Oktober 2003 yang dibuat dihadapan Imas Fatimah, Sarjana Hukum, Notaris di Jakarta dan telah disetujui oleh Menteri Kehakiman dan Hak Azasi Manusia

Upload: amrina

Post on 26-Sep-2015

28 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

hhh

TRANSCRIPT

N O T A D I N A S

Model 54

PT. BANK RAKYAT INDONESIA (Persero) Tbk

KANTOR PUSAT

Jalan Jenderal Sudirman No. 44-46 Tromol Pos 1094 / 1000 Jakarta 10210

Telepon : 2510244, 25100254, 2510264, 2510269, 2510279

Facsimile : 2500065, 2500077 Kawat : KANPUSBRI

Telex : 65293, 65301, 65456, 65459, 65461

Website : www.bri.co.id

Email : [email protected]

Model 54 lanjutan

PT. BANK RAKYAT INDONESIA (Persero), Tbk.

Lembar lanjutan ke ..................

______SURAT KEPUTUSAN_____

NOKEP : S. 21DIR/SDM/05/2004

Tentang

PERATURAN JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN BAGI PEKERJA PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) Tbk

DIREKSI PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) Tbk

Menimbang:1.bahwa ketentuan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan berupa Tunjangan Pengobatan dan Perawatan yang terdiri dari ; Tunjangan Pengobatan Rutin, Tunjangan Rawat Inap (Opname), Tunjangan Pemeriksaan Kehamilan dan Persalinan serta Tunjangan Pengobatan dan Perawatan Gigi yang saat ini berlaku bagi Pekerja dan keluarga Pekerja BRI tersebar di beberapa ketentuan, sebagian ketentuan sudah disesuaikan serta sebagian lainnya sudah kurang sesuai dengan perkembangan yang terjadi.

2.bahwa memperhatikan hal tersebut di atas, maka Direksi BRI memandang perlu untuk menyesuaikan ketentuan dimaksud dengan memperhatikan kemampuan Perusahaan.

Mengingat:1.Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.21 tanggal 29 April 1992, tentang Penyesuaian Bentuk Hukum Bank Rakyat Indonesia menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) ;

2.Anggaran Dasar PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Nomor 133 tanggal 31 Juli 1992, yang dibuat dihadapan Muhani Salim, Sarjana Hukum, Notaris di Jakarta berikut perubahan-perubahannya terakhir dengan Akta Nomor 7 tanggal 3 Oktober 2003 yang dibuat dihadapan Imas Fatimah, Sarjana Hukum, Notaris di Jakarta dan telah disetujui oleh Menteri Kehakiman dan Hak Azasi Manusia RI dengan Surat Keputusan Nomor : C-23726 HT.01.04 Th.2003 tanggal 6 Oktober 2003;

3.Undang - Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja ;

4. Surat Keputusan Direksi BRI NOKEP : S.25-DIR/SSS/SDM/ 05/2000, tanggal 3 Mei 2000 tentang Penetapan Batas Jumlah Anak Pekerja yang Memperoleh Tunjangan/ Fasilitas dari Bank dan Pelaporan Susunan Keluarga ;

5. Perjanjian..

5.Perjanjian Kerja Bersama (PKB) antara PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) dengan Serikat Pekerja BRI Periode Tahun 2003 sampai dengan tahun 2005 ;

6. Surat Keputusan Direksi BRI NOKEP : S.15-DIR/SDM/03/03 2003, tanggal 6 Maret 2003 tentang Peraturan Ketenagakerjaan BRI.

MEMUTUSKAN

Mencabut:1.Surat Edaran Direksi BRI NOSE : S.82-DIR/SDM/11/95, tanggal 29 Nopember 1995 tentang Status Pekerja Wanita Dalam Hubungan Kerja dengan BRI dan Tata Cara Permohonan Hak/Fasilitas Keluarga bagi Pekerja Wanita yang Bertindak Sebagai Pencari Nafkah ;

2.Surat Keputusan Direksi BRI NOKEP : S.01-DIR/SDM/01/96 tanggal 2 Januari 1996 tentang Tunjangan Pengobatan Rutin bagi Pekerja PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) ;

3. Surat Keputusan Direksi BRI NOKEP : S.18-DIR/SDM/04/96 tanggal 26 April 1996 tentang Peraturan Bantuan Biaya Pengobatan dan Perawatan Gigi bagi Pekerja PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) ;

4.Surat Keputusan Direksi BRI NOKEP : S.32-DIR/SDM/07/96 tanggal 18 Juli 1996 tentang Peraturan Penggantian Biaya Rawat Inap (Opname) Pekerja PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) ;

5. Surat Keputusan Direksi BRI Nokep : S.49-DIR/SDM/8/97, tanggal 4 Agustus 1997 tentang Penggantian/Bantuan Biaya Pemeriksaan Kehamilan dan Pertolongan Persalinan bagi Pekerja PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) ;

6.Surat Keputusan Direksi BRI NOKEP : S.74-DIR/SDM/ 10/97 tanggal 1 Oktober 1997 tentang Peraturan Bantuan Biaya Pengobatan dan Perawatan Pekerja Bank Rakyat Indonesia ;

7. Surat Keputusan Direksi BRI Nokep : S. 2-DIR/SDM/01/2003 tanggal 8 Januari 2003 tentang Tunjangan Pemeriksaan / Pengobatan Mata dan Pembelian Kaca Mata Bagi Pekerja PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero).

Menetapkan:KEPUTUSAN DIREKSI PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) Tbk TENTANG PERATURAN JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN BAGI PEKERJA PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) Tbk.

BAB I

BAB IKETENTUAN UMUMPasal 1PengertianDalam Surat Keputusan ini yang dimaksud dengan :

(1)Perusahaan adalah PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah RI No. 21 tgl. 29 April 1992 dan Anggaran Dasar PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Nomor 133 tanggal 31 Juli 1992, yang dibuat dihadapan Muhani Salim, Sarjana Hukum, Notaris di Jakarta berikut perubahan-perubahannya terakhir dengan Akta Nomor 7 tanggal 3 Oktober 2003 yang dibuat dihadapan Imas Fatimah, Sarjana Hukum, Notaris di Jakarta dan telah disetujui oleh Menteri Kehakiman dan Hak Azasi Manusia RI dengan Surat Keputusan Nomor : C-23726 HT.01.04 Th.2003 tanggal 6 Oktober 2003.

(2) Jaminan Pemeliharaan Kesehatan adalah salah satu bentuk kesejahteraan sebagaimana dimaksud dalam Undang Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) yang diberikan selama dalam hubungan kerja oleh Perusahaan kepada Pekerja dan atau Keluarga Pekerja, berupa :

a. Tunjangan Pengobatan Rutin untuk keperluan Rawat Jalan Tingkat Pertama ;

b. Tunjangan Pengobatan Non Rutin untuk keperluan Rawat Jalan Tingkat Lanjutan.

(3) Pekerja adalah tenaga kerja yang bekerja dan menerima upah di dalam hubungan kerja dengan Perusahaan, selain Komisaris dan Direksi Perusahaan. Pengertian Pekerja meliputi ; Pekerja Tetap, Trainee, Pekerja Dalam Masa Percobaan dan Pekerja Kontrak.

(4)Pekerja Tetap adalah tenaga kerja yang telah dinyatakan lulus masa percobaan atau lulus training yang dipersyaratkan oleh Perusahaan. Pengertian Pekerja Tetap dalam pemberian fasilitas Jaminan Pemeliharaan Kesehatan ini, termasuk Pekerja dalam Masa Persiapan Pensiun (MPP), Pekerja yang sedang dalam tugas belajar dan Pekerja Tetap yang sedang mengikuti training sebagai Calon Staf.

(5)Keluarga Pekerja Tetap yang menjadi tanggungan Perusahaan adalah :

a.1 (satu) orang istri atau suami Pekerja yang sah menurut ketentuan yang berlaku dan telah tercatat di Perusahaan.

b. Anak

b. Anak sah, anak yang disahkan menurut hukum dan anak yang diangkat menurut hukum, dengan ketentuan :

b.1.Terhitung mulai tanggal 1 Juni 2004, jumlah anak yang ditanggung oleh Perusahaan maksimum 3 (tiga) orang anak, kecuali anak yang lahir sebelum 1 November 1986 yang sudah menjadi tanggungan Perusahaan sebelum Surat Keputusan ini berlaku.

b.2.Anak yang bersangkutan sudah terdaftar di Perusahaan, belum menikah, belum mempunyai penghasilan atau belum berumur 25 (dua puluh lima) tahun.

(6)Pasien adalah Pekerja Tetap dan atau Keluarga Pekerja Tetap, Trainee, Pekerja Dalam Masa Percobaan atau Pekerja Kontrak yang menderita suatu penyakit dan memerlukan pemeriksaan, perawatan dan atau pengobatan sesuai ketentuan yang berlaku.

(7)Tempat Perawatan adalah Rumah Sakit, Klinik, Rumah/Klinik Bersalin, Puskesmas, Balai Pengobatan, Yayasan Kesehatan, tempat persalinan, termasuk rumah Pekerja dan tempat lain dimana Pasien dirawat.

(8) Keadaan gawat darurat adalah suatu keadaan yang memerlukan penanganan medis dengan segera, yang apabila tidak dilakukan dapat menyebabkan hal yang fatal bagi Pasien. Pengertian fatal adalah suatu kondisi dimana penyakit yang diderita Pasien menjadi lebih parah dan sulit ditangani, walaupun Pasien tidak meninggal dunia.

BAB II

RAWAT JALAN TINGKAT PERTAMA

Pasal 2

Jenis Pelayanan dan Tarif

Rawat Jalan Tingkat Pertama

(1) Rawat Jalan Tingkat Pertama sebagaimana dimaksud pada Pasal 1 ayat (2) butir a Surat Keputusan ini adalah semua jenis pemeliharaan kesehatan perorangan yang dilakukan di Pelaksana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan Tingkat Pertama, antara lain : Dokter Umum, Puskesmas, Klinik, Rumah Sakit, dsb.

(2)Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan Tingkat Pertama sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini, meliputi :

a. Keluarga Berencana;

b. Imunisasi bayi, anak (balita) dan Ibu hamil;

c. Pemeriksaan dan pengobatan dokter umum;

d. Pemeriksaan

d. Pemeriksaan laboratorium sederhana atas Rekomendasi Dokter Umum;

e. Rujukan untuk rawat jalan tingkat lanjutan;

(3) Perusahaan memberikan penggantian biaya Rawat Jalan Tingkat Pertama kepada setiap Pekerja berupa Tunjangan Pengobatan Rutin sebesar Rp.100.000,- per Pekerja per bulan.

(4) Pembayaran Tunjangan Pengobatan Rutin sebagaimana dimaksud ayat (3) Pasal ini dilaksanakan bersamaan dengan pembayaran upah Pekerja setiap bulan.

(5) Perusahan tidak memberikan tunjangan untuk keperluan imunisasi bagi Pekerja dan atau Keluarga Pekerja Tetap. Namun demikian, Tunjangan Pengobatan Rutin sebagaimana diatur pada Pasal ini dimaksudkan antara lain untuk membantu keperluan imunisasi sebagai tindakan pencegahan penyakit bagi Pekerja dan keluarga Pekerja Tetap.

BAB III

RAWAT JALAN TINGKAT LANJUTAN

Pasal 3

Jenis Pelayanan dan Tarif

Rawat Jalan Tingkat Lanjutan

(1) Rawat Jalan Tingkat Lanjutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (2) butir b Surat Keputusan ini adalah semua jenis pemeliharaan kesehatan perorangan yang merupakan rujukan (lanjutan) dari Pelaksana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan Tingkat Pertama.

(2) Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan Tingkat Lanjutan sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini, meliputi :

a. Pemeriksaan dan atau pengobatan oleh Dokter Spesialis;

b. Pemeriksaan Penunjang Diagnostik Lanjutan;

c. Rawat Inap;

d. Pelayanan Khusus;

e. Gawat Darurat;

f. Tindakan Khusus lainnya.

(3) Perusahaan memberikan penggantian biaya untuk keperluan rawat jalan tingkat lanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini dalam bentuk Tunjangan Pengobatan Non Rutin bagi Pekerja Tetap, dengan ketentuan tarif sbb :

a. Tarif

a.Tarif sebesar 95% dari biaya-biaya yang dikeluarkan untuk;

a.1.Rawat inap bagi Pekerja Tetap.

a.2. Perawatan / pengobatan lain yang memerlukan fasilitas Rawat Inap, antara lain ; operasi dan persalinan.

a.3. Pemeriksaan dan atau pengobatan mata.

b.Tarif sebesar 90% dari biaya-biaya yang dikeluarkan untuk;

b.1.Pemeriksaan / pengobatan Penyakit Kronis atau Rawat Jalan atas rekomendasi Dokter Spesialis, sebagaimana diatur pada Pasal 7 Surat Keputusan ini;.

b.2. Pemeriksaan Kehamilan.

b.3.Pemeriksaan / pengobatan oleh Dokter Spesialis, termasuk Dokter Spesialis Kandungan, Dokter Spesialis THT, Dokter Spesialis Anak dan Dokter Spesialis lainnya.

b.4. Pemeriksaan / pengobatan oleh Dokter Umum sebagaimana diatur pada Pasal 6 Surat Keputusan ini, kecuali tindakan operasi oleh Dokter Umum yang memerlukan Rawat Inap berlaku ketentuan ayat (3) butir a Pasal ini.

b.5. Pengobatan anak autis. Biaya untuk keperluan tindakan / kegiatan terapi tidak diberikan tunjangan.

b.6. Pengobatan di unit Gawat Darurat.

c. Tarif sebesar 75% dari biaya-biaya yang dikeluarkan untuk :

c.1. Pembelian Alat Bantu dan Alat Ganti (orthese dan prothese) sebagaimana diatur pada Pasal 24 Surat Keputusan ini;

c.2.Pengobatan Pasien di luar negeri yang dilaksanakan sebagaimana diatur pada Pasal 30 Surat Keputusan ini.

d. Tarif sebesar 50% dari biaya-biaya yang dikeluarkan untuk :

Pemeriksaan dan atau pengobatan oleh Dokter Gigi serta Prothese Gigi sebagaimana diatur pada Pasal 17 ayat (2) Surat Keputusan ini

(4)Ketentuan pemberian Tunjangan Pengobatan Non Rutin bagi anak yang ditanggung oleh Perusahaan ditetapkan :

a. Bagi anak ke-1 dan ke-2 berlaku ketentuan Ayat 3 butir a, b, c dan d Pasal ini.

b. Bagi anak ke-3 diberikan tunjangan sebesar 25% dari biaya yang dikeluarkan untuk semua jenis penyakit yang diberikan penggantian dalam bentuk Tunjangan Pengobatan Non Rutin.

c. Apabila anak yang ditanggung oleh perusahaan telah menikah, mempunyai penghasilan sendiri, telah berumur 25 tahun atau meninggal dunia, maka untuk saat ini dan memperhatikan

kemampuan

kemampuan Perusahaan kedudukan anak yang bersangkutan tidak dapat digantikan oleh anak ke 4 atau anak berikutnya dari Pekerja Tetap.

(5)Apabila Istri / Suami Pekerja Tetap yang ditanggung oleh perusahaan telah meninggal dunia, maka untuk saat ini dan memperhatikan kemampuan Perusahaan kedudukan yang bersangkutan untuk memperoleh Tunjangan Pengobatan Non Rutin saat ini tidak dapat digantikan oleh anak ke 4 atau anak berikutnya dari Pekerja Tetap. Kebijakan ini akan dibahas kembali dalam Perjanjian Kerja Bersama.

(6)Atas selisih biaya yang tidak diberikan tunjangan oleh Perusahaan sebagaimana dimaksud ayat (3) Pasal ini menjadi beban Pekerja Tetap.

(7)Apabila Perusahaan telah melakukan pembayaran terlebih dahulu kepada Tempat Perawatan dan biaya yang menjadi beban Pekerja sudah ditetapkan, namun biaya beban Pekerja tersebut jumlahnya sangat material, maka Pekerja ybs dapat mengangsur (tanpa bunga) kewajiban tsb dengan ketentuan sbb :

a.Pekerja harus mengajukan permohonan kepada Pemimpin Unit Kerja ybs untuk dapat mengangsur sharing biaya Rawat Inap di Rumah Sakit yang menjadi beban ybs.

b. Setelah permohonan tersebut mendapat persetujuan, selanjutnya, disampaikan kepada Petugas / unit kerja yang menangani untuk diproses lebih lanjut, dengan penjelasan sbb :

No.

Pekerja

di Unit Kerja

Petugas / Unit Kerja

Yang Menangani

1.

Kantor Pusat

Bag.Operasional SDM KP BRI

2.

Kanwil

Bagian umum KW BRI

3.

Kanins

Seksi Rumah Tangga KN BRI

4.

KCK

Seksi Umum

5.

Kanca/Sendik

Seksi Rumah Tangga/Seksi Umum

6.

Kanca BRI Syariah

Petugas Rumah Tangga

c. Pembayaran angsuran atas sharing biaya Rawat Inap di Rumah Sakit tersebut dilakukan dengan cara memotong upah pekerja ybs setiap bulan, sesuai ketentuan dalam Tabel Angsuran pada Lampiran 1 Surat Keputusan ini.

Pasal 4

Pemberian Sebagian Tunjangan Pengobatan Non Rutin

Bagi Pekerja Tetap

Bagi Pasien yang memperoleh tunjangan dari Instansi/ Departemen/ Lembaga / Perusahaan tempat bekerja Suami/Istri Pekerja Tetap, maka :

a. Tunjangan

a. Tunjangan pengobatan dari Perusahaan adalah sebesar selisih biaya pengobatan yang belum dibayarkan penggantiannya dengan maksimum tunjangan sesuai ketentuan Pasal 3 Surat Keputusan ini.

b. Pengajuan tunjangan dimaksud ayat 1 Pasal ini harus disertai dengan Surat Keterangan dari tempat bekerja Suami/Istri Pekerja Tetap ybs mengenai penggantian biaya pengobatan yang sudah diberikan dan copy kwitansi pengobatan tsb.

BAB IV

PEMERIKSAAN DAN PENGOBATAN

OLEH DOKTER SPESIALIS DAN PENYAKIT KRONIS

Pasal 5

Pemeriksaan dan Pengobatan Dokter Spesialis

(1) Pada prinsipnya Pemeriksaan dan atau Pengobatan oleh Dokter Spesialis merupakan Rawat Jalan Tingkat lanjutan, sehingga pemberian tunjangannya dilakukan berdasarkan :

a.Rujukan dari Dokter Umum untuk berobat ke Dokter Spesialis;

b.Kondisi Pasien ;

b.1.memerlukan rawat inap, pelayanan khusus, gawat darurat atau tindakan khusus lainnya ; dan atau

b.2. menderita penyakit kronis untuk segera ditangani oleh Dokter Spesialis.

(2) Tindakan Operasi oleh Dokter Spesialis dalam rangka perbaikan organ tubuh akibat mengalami kecelakaan, termasuk operasi bibir sumbing dan hidung berlubang tidak ada cupingnya diberikan tunjangan oleh Perusahaan.

(3)Perusahaan tidak memberikan tunjangan atas tindakan operasi oleh Dokter Spesialis untuk tujuan memperindah bentuk organ tubuh atau maksud lainnya (bukan pengobatan), misalnya : operasi plastik, perawatan kosmetik atau perawatan lain untuk tujuan kecantikan.

(4) Pemberian tunjangan sebagaimana dimaksud ayat (1) dan (2) Pasal ini harus disertai :

a.Bukti pembayaran (kwitansi) asli;

b.Surat Keterangan dari Dokter Spesialis yang merawatnya bahwa penyakit Pasien harus segera ditangani atau karena Pasien menderita jenis penyakit yang memerlukan Pelayanan Khusus sebagaimana diatur dalam Pasal 10 Surat Keputusan ini.

(5) Perawatan

(5)Perawatan dan atau pengobatan Dokter Spesialis yang tidak memerlukan rujukan dari Dokter Umum adalah perawatan dan atau pengobatan oleh Dokter Spesialis Kandungan (hanya untuk Pemeriksaan Kehamilan), Dokter Spesialis THT, Dokter Mata dan Dokter Gigi. Sedangkan, perawatan/pengobatan oleh Dokter Spesialis lainnya (termasuk pengobatan oleh Dokter Spesialis Anak) harus disertai Rujukan dari Dokter Umum.

Pasal 6Pengecualian Bagi Daerah yang Tidak Terdapat Dokter Spesialis

(1) Menyimpang dari ketentuan Pasal 2 dan Pasal 5 ayat (1) Surat Keputusan ini, khusus daerah yang tidak terdapat Dokter Spesialis, maka pengobatan Penyakit Kronis dan atau Pelayanan Khusus termasuk tindakan operasi sebagaimana dimaksud pada Pasal 7 dan Pasal 11 butir a, c, d dan f Surat Keputusan ini yang ditangani oleh Dokter Umum diberikan tunjangan, apabila :

a. Tindakan tersebut bersifat darurat dan dilakukan karena tidak ada Dokter Spesialis / Dokter Ahli di Daerah tersebut.

b. Kondisi Pasien ;

b.1.memerlukan rawat inap, pelayanan khusus, gawat darurat atau tindakan khusus lainnya ; dan atau

b.2. menderita penyakit kronis yang harus segera ditangani.

(2)Bagi Kantor Cabang Perusahaan yang di wilayah kerjanya tidak tersedia pelayanan Dokter Spesialis diminta untuk memberitahukan kepada Kantor Wilayah Perusahaan dan meminta ijin penanganan Penyakit Kronis / Tindakan Khusus oleh Dokter Umum.

(3)Pemberian tunjangan untuk tindakan Dokter Umum sebagaimana dimaksud Pasal ini berdasarkan:

a.Bukti pembayaran (kwitansi) asli;

b. Surat Keterangan dari Dokter Umum yang merawatnya bahwa penyakit Pasien harus segera ditangani atau Pasien menderita jenis penyakit yang memerlukan Pelayanan Khusus sebagaimana diatur dalam Pasal 11 Surat Keputusan ini.

Pasal 7

Penyakit Kronis

(1) Yang dimaksud Penyakit Kronis dalam Surat Keputusan ini adalah penyakit yang penyembuhannya membutuhkan waktu lebih dari 3 (tiga)

bulan.

bulan dan atau penyakit-penyakit yang termasuk dalam Daftar Penyakit Kronis sebagaimana tercantum dalam Lampiran 2 Surat Keputusan ini.

(2) Apabila Pasien telah dirawat selama 3 bulan oleh Dokter Spesialis dan penyakit kronisnya belum sembuh, maka perawatan dan atau pengobatan, selanjutnya atas penyakit tsb tidak diperlukan lagi Surat Keterangan dari Dokter Umum.

(3) Apabila Pasien belum sembuh dalam jangka waktu 2 (dua) tahun sejak dinyatakan menderita penyakit kronis, maka Pasien harus melakukan medical check up secara lengkap untuk mengetahui perkembangan penyakitnya dan tindakan medis yang masih diperlukan bagi Pasien ybs.

(4) Apabila Pasien penyakit kronis yang tidak dapat disembuhkan memerlukan Rawat Jalan, maka tunjangan pengobatan diberikan, dengan ketentuan :

a. Apabila Pasien ybs berhak melakukan medical check up sebagaimana diatur Pasal 26 Surat Keputusan ini, maka tunjangan Rawat Jalan diberikan berdasarkan rekomendasi Dokter yang tertulis dalam Medical Report ybs.

b. Apabila Pasien belum atau tidak berhak melakukan medical check up sebagaimana diatur Pasal 26 Surat Keputusan ini, maka tunjangan Rawat Jalan dapat diberikan berdasarkan rekomendasi Dokter yang merawatnya. Apabila setelah 2 tahun ybs masih memerlukan Rawat Jalan, maka pemberian Tunjangan Rawat Jalan harus dimintakan kembali Rekomendasi kepada Dokter yang merawatnya agar diketahui perkembangan kesehatan ybs.

c. Tunjangan diberikan berdasarkan bukti pembayaran (kwitansi) asli, diisertai keterangan dari Dokter yang merawatnya (sebagaimana dimaksud ayat (4) butir a dan b Pasal ini dan Pasal 8 ayat (3) Surat Keputusan ini mengenai rencana perawatan yang diperlukan.

BAB V

TUNJANGAN RAWAT INAP

Pasal 8

Biaya Rawat Inap

(1)Tunjangan Rawat Inap di Tempat Perawatan diberikan untuk keperluan penggantian biaya, meliputi :

a.Pemeriksaan Dokter.

b. Tindakan medis :

b.1. Biaya

b.1.Biaya operasi / bedah;

b.2. Biaya peralatan operasi;

c. Penunjang Diagnostik, antara lain :

c.1.Pemeriksaan Laboratorium;

c.2.Radiologi;

c.3.Electro Cardiography (ECG);

c.4.Electro Encephalography (EEG);

c.5.Ultra Sonography (USG);

c.6.Computerized Tomography Scanning (CT.Scanning);

c.7.Treadmill Test;

c.8.Spirometry;

c.9 Pemeriksaan Diagnostik lainnya;

d.Kamar Perawatan, termasuk Kamar Perawatan khusus, meliputi :

d.1.Ruang ICU / ICCU;

d.2.Ruang Rehabilitasi;

d.3.Ruang Isolasi;

d.4.Ruang Intensif;

d.5. Ruang lain yang ditetapkan oleh Tempat Perawatan;

e. Sewa kamar operasi / bedah;

f. Fisioterapi;

g.Pemberian obat-obatan;

h.Biaya Makan;

i.Biaya Administrasi (administration fee / charge) yang terkait dengan perawatan;

(2)Biaya administrasi yang dikenakan untuk biaya pelayanan atau biaya tambahan diluar biaya standar (administration fee / charge) yang tidak ada kaitannya dengan perawatan tidak dapat dimintakan penggantian kepada Perusahaan, antara lain :

a. Biaya Cucian

b.Biaya Telepon

c. Biaya Materai

d. Biaya Sumbangan Sosial

(3)Pemberian Tunjangan Rawat Inap harus berdasarkan:

a. Bukti pembayaran (kwitansi) asli.

b. Medical Report atau Surat Keterangan dari Dokter yang merawat Pasien di Tempat Perawatan.

(4) Medical Report atau Surat Keterangan sebagaimana dimaksud ayat (3) Pasal ini menerangkan diagnosa akhir dari penyakit Pasien, sehingga diketahui bahwa yang bersangkutan benar-benar menderita penyakit yang memerlukan penanganan segera / khusus.

(5) Apabila.

(5)Apabila karena keterbatasan peralatan dan atau Dokter / Tenaga Medis yang tersedia di Tempat Perawatan, sehingga Pasien harus melakukan pemeriksaan / dirawat di Tempat Perawatan lain dan harus menggunakan Ambulance yang digunakan untuk keperluan tersebut, maka biaya pengangkutan tersebut diganti Perusahaan.

(6) Perawatan / pengobatan Pasca Rawat Inap sebagai bentuk Rawat Jalan diberikan Tunjangan Pengobatan Non Rutin. Pemberiannya diatur dengan ketentuan :

a. Memberikan bukti pembayaran (kwitansi) asli;

b.Perawatan dilakukan atas permintaan Dokter yang merawatnya. Keterangan tersebut harus disertai rencana perawatan yang diperlukan.

Pasal 9

Kelas Kamar Rawat Inap

(1) Tunjangan Rawat Inap diberikan berdasarkan kelas kamar yang menjadi hak Pasien. Kelas kamar ditetapkan berdasarkan jabatan / golongan Pekerja yang secara rinci tercantum dalam Lampiran 3 Surat Keputusan ini.

(2) Berdasarkan ketentuan ayat (1) Pasal ini, bagi Pasien yang karena satu dan lain hal menempati kelas kamar yang rendah atau lebih tinggi dari haknya, maka Tunjangan Rawat Inap diberikan sebesar biaya rawat inap di kelas kamar yang menjadi hak Pasien.

(3)Pengecualian dari ketentuan ayat (2) Pasal ini dapat dilakukan, apabila dalam keadaan mendesak Pasien terpaksa harus dirawat di kelas kamar yang lebih tinggi (karena kelas kamar yang sesuai dengan haknya telah penuh), maka kondisi tsb harus dibuktikan dengan Surat Keterangan dari Tempat Perawatan yang bersangkutan.

(4) Apabila dalam jangka waktu setelah 2 (dua) hari Pasien ybs berada di kelas kamar yang lebih tinggi dari haknya ternyata tidak pindah kelas kamar yang menjadi haknya, maka kelebihan biaya kamar hari ke-3 (tiga) dan seterusnya menjadi beban Pasien atau yang bersangkutan hanya diberikan Tunjangan Rawat Inap sesuai rincian biaya untuk kelas kamar yang menjadi haknya.

(5) Apabila di suatu daerah tidak tersedia kelas kamar untuk rawat inap sebagaimana diatur pada ayat (1) Pasal ini, maka Pimpinan Unit Kerja

harus menetapkan urutan kelas kamar sesuai kondisi setempat, dengan ketentuan : Penetapan kelas kamar tetap memperhatikan ketentuan

kelas

kelas kamar yang ditetapkan dan tingkat kewajaran atas fasilitas kelas kamar yang menjadi hak Pasien yang bersangkutan.

Pasal 10

Surat Jaminan untuk Rawat Inap

Pasien dapat diberikan Surat Jaminan oleh Perusahaan untuk keperluan Rawat Inap di Tempat Perawatan, termasuk untuk keperluan Persalinan.

BAB VI

PELAYANAN KHUSUS

Pasal 11

Pelayanan Khusus sebagaimana diatur dalam Surat Keputusan ini, meliputi :

a. Pemeriksaan kehamilan dan pertolongan persalinan

b. Pemeriksaan / pengobatan gigi serta prothese gigi

c. Pemeriksaaan / pengobatan mata dan pembelian kacamata.

d. Pemeriksaan dan pengobatan THT

e. Alat Bantu dan Alat Ganti (orthese & prothese).

f. Pemeriksaan / pengobatan Anak penderita Autis

Pasal 12

Tunjangan Pemeriksaan Kehamilan dan Persalinan

(1) Tunjangan pemeriksaan kehamilan dan persalinan diberikan untuk keperluan pemeriksaan kehamilan dan atau persalinan :

a. Anak pertama, anak kedua dan anak ketiga .

b.Pekerja Tetap / Isteri Pekerja Tetap yang belum mempunyai anak atau sudah mempunyai 2 (dua) orang anak, namun memerlukan pertolongan persalinan karena :

b.1. Keguguran spontan (peristiwa keluarnya janin dari rahim secara tidak sengaja sebelum minggu ke-20);

b.2.Kematian janin dalam kandungan setelah minggu ke-20 (janin lahir dalam keadaan meninggal dunia);

digolongkan sebagai perawatan karena sakit. Dengan demikian, apabila yang bersangkutan hamil lagi, maka kepada ybs tetap diberikan Tunjangan untuk Pemeriksaan Kehamilan dan Persalinan sampai dengan kelahiran anak ke-3.

(2) Tunjangan

(2)Tunjangan Pemeriksaan Kehamilan dan persalinan sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini, meliputi :

a. Pemeriksaan berkala pada saat kehamilan oleh Bidan, Dokter Umum atau Dokter Spesialis Kandungan.

b. Persalinan yang dilakukan oleh Bidan / Dukun Beranak yang diakui/ Dokter, termasuk persalinan melalui operasi Sectio Caesaria.

c. Perawatan / pengobatan Pekerja Tetap / istri Pekerja Tetap, termasuk anak (bayi) ybs di Tempat Perawatan.

d. Fasilitas lainnya, berupa : Tindakan medis, penunjang diagnostik, kamar perawatan ibu dan anak (bayi), pemberian obat-obatan dan makan.

e.Pemeriksaan kehamilan dalam rangka pengobatan penyakit kandungan (antara lain ; kista, tumor dll) yang dilakukan oleh Dokter Spesialis Kandungan.

(3) Fasilitas penunjang diagnostik sebagaimana dimaksud pada Ayat (2) huruf d Pasal ini, meliputi :

a.Pemeriksaan Laboratorium;

b.Pemeriksaan dengan Ultra Sonography (USG);

c. Pemeriksaan diagnostik lainnya;

yang dilakukan berdasarkan pertimbangan medis (atas rekomendasi) dari Dokter yang merawatnya.

(4)Penetapan kelas kamar perawatan untuk keperluan persalinan Pekerja Tetap / Istri Pekerja Tetap berpedoman pada ketentuan fasilitas kamar perawatan untuk Rawat Inap, sebagaimana tercantum pada Pasal 9 ayat (1) Surat Keputusan ini.

(5)Apabila anak (bayi) harus dirawat dalam kamar tersendiri, maka Perusahaan memberikan tunjangan sebesar tarip yang diberlakukan untuk keperluan dimaksud di Tempat Perawatan yang bersangkutan.

(6) Persalinan yang dilakukan di rumah, diberikan Tunjangan Persalinan hanya untuk tindakan medis yang dilakukan oleh Bidan/ Dukun Beranak/ Dokter dan pembelian obat-obatan.

(7) Apabila Pasien menderita penyakit kandungan dan harus dilakukan tindakan tertentu berdasarkan rekomendasi dari Dokter Spesialis yang merawatnya, maka kepada yang bersangkutan dapat diberikan Tunjangan Pengobatan Non Rutin sesuai kepentingannya, dengan tarif sebagaimana diatur Pasal 3 ayat (3) Surat Keputusan ini.

Pasal 13

Pasal 13

Tunjangan Pemeriksaan Kehamilan dan Persalinan

Tidak Diberikan oleh Perusahaan

Perusahaan tidak memberikan Tunjangan Pemeriksaan Kehamilan dan atau Persalinan, dalam hal :

a. Pekerja Tetap telah mendapatkan penggantian biaya pemeriksaan kehamilan dan atau pertolongan persalinan secara penuh dari Instansi / Lembaga / Perusahaan tempat bekerja Suami / Isteri Pekerja Tetap yang bersangkutan.

b. Pemeriksaan kehamilan yang berkaitan dengan upaya untuk mendapatkan keturunan (bukan karena ada penyakit), antara lain; karena faktor infertility atau bayi tabung.

c. Pemeriksaan Kehamilan dan atau Persalinan calon anak ke-4 dan seterusnya (tidak berhak fasilitas Jaminan Pemeliharaan Kesehatan dari Perusahaan), walaupun Pekerja ybs belum pernah mendapatkan tunjangan dimaksud dari Perusahaan.

d.Pemeriksaan Kehamilan dan atau Persalinan anak ke-3 yang sudah lahir sebelum berlakunya Surat Keputusan ini.

Pasal 14

Persalinan Kembar

(1) Apabila dalam satu persalinan anak ke-1 atau ke-2 dilahirkan lebih dari satu anak, maka persalinan tersebut diperhitungkan sebagai satu persalinan dan untuk persalinan anak ke-3 tetap diberikan Tunjangan Pemeriksaan Kehamilan dan Persalinan.

(2) Berkaitan dengan ketentuan ayat (1) Pasal ini, maka penetapan jumlah anak yang menjadi tanggungan Perusahaan tetap berpedoman pada ketentuan Pasal 1 ayat (5) dan Pasal 3 ayat (4) Surat Keputusan ini.

Pasal 15

Persalinan Melalui Operasi Sectio Caesaria

Permohonan Tunjangan Persalinan yang dilakukan melalui operasi Sectio Caesaria harus disertai dengan Medical Report atau laporan tentang diagnosa Dokter yang menyatakan bahwa persalinan tersebut hanya dapat dilakukan melalui operasi Sectio Caesaria.

Pasal 16

Pasal 16

Tindakan Pra atau Pasca Persalinan

(1) Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan (diagnosa) pada saat kehamilan atau setelah proses persalinan anak ke-1, ke-2 atau ke-3 diketahui bahwa ibu atau calon anak atau anak ybs memerlukan perawatan intensif / tindakan medis tertentu (karena apabila tidak dirawat / diobati dapat menyebabkan hal yang fatal bagi Pasien), maka pengobatan dan perawatan tersebut digolongkan sebagai pengobatan dan perawatan karena sakit dan biayanya diganti oleh Perusahaan sesuai ketentuan dalam Surat Keputusan ini.

(2) Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan setelah proses persalinan anak ke-4 dan seterusnya diketahui bahwa Pekerja Tetap / Isteri Pekerja Tetap ybs memerlukan tindakan medis tertentu (yang apabila tidak dirawat / diobati dapat menyebabkan hal yang fatal bagi Pasien), maka ;

a. pengobatan dan atau perawatan tersebut digolongkan sebagai pengobatan atau perawatan karena sakit dan biayanya diganti oleh Perusahaan;

b. sedangkan biaya pemeriksaan kehamilan dan pertolongan persalinan anak ke-4 dan seterusnya dimaksud tidak diganti oleh Perusahaan.

Pasal 17

Pemeriksaan dan Pengobatan Gigi

(1) Perusahaan memberikan Tunjangan Pemeriksaan dan Pengobatan gigi bagi Pasien berdasarkan :

a. Bukti pembayaran (kwitansi) asli.

b. Keterangan yang rinci mengenai tindakan yang dilakukan oleh Dokter Gigi yang bersangkutan.

(2) Jenis perawatan dan pengobatan gigi yang diberikan tunjangan dengan tarif sebagaimana dimaksud pada Pasal 3 ayat 3 huruf d tercantum pada Lampiran 4 Surat Keputusan ini.

(3) Dikecualikan dari ketentuan ayat 2 Pasal ini adalah pengobatan gigi yang memerlukan tindakan operasi gigi dan yang bersangkutan harus Rawat Inap, maka dalam hal ini berpedoman pada ketentuan Rawat Inap pada Pasal 8, 9 dan 10 Surat Keputusan ini.

(4)Perusahaan tidak memberikan tunjangan untuk keperluan :

a. Penggantian gigi yang dibuat dari logam mulia (emas/ platina/perak).

b. Jasa dari Tukang Gigi.

c. Perawatan

c. Perawatan Orthodensis (memperbaiki susunan gigi), seperti ; lempeng muai (expasion plate), lempeng biasa pakai busur, lingual dan alat-alat penahan.

(5) Jumlah Tunjangan Pengobatan / Perawatan Gigi sebagaimana diatur pada Pasal 3 ayat (3) huruf d.2 Surat Keputusan ini.

Pasal 18

Tunjangan Pemeriksaan / Pengobatan Mata

Dan Pembelian Kaca Mata

(1) Perusahaan memberikan Tunjangan Pemeriksaan dan atau Pengobatan Mata dan Pembelian Kaca Mata bagi Pasien berdasarkan :

a. Bukti pembayaran (kwitansi) asli.

b. Keterangan yang rinci mengenai tindakan yang dilakukan oleh Dokter Spesialis Mata.

c. Tunjangan pemeriksaan dan atau pengobatan mata (termasuk obat-obatan apabila diperlukan) diganti oleh Perusahaan, berdasarkan hasil pemeriksaan dari Dokter Spesialis Mata.

(2)Apabila di daerah tidak terdapat Dokter Spesialis Mata, maka tunjangan sebagaimana dimaksud pada Ayat (2) Pasal ini diberikan oleh Perusahaan, tetap berdasarkan hasil pemeriksaan dari Dokter Spesialis Mata yang terdekat dengan daerah / wilayah di luar unit kerja ybs.

Pasal 19

Operasi Mata

(1) Tindakan operasi mata yang dapat diberikan tunjangan oleh Perusahaan, meliputi :

a. Katarak;

b. Miopia (rabun jauh);

c. Hipermetropia (rabun dekat);

d. Astigmatis (silinder);

e. Presbiop (bifokus);

f. Lensa tanam (iol);

g. Glucoma

h. Kelainan refraksi lainnya.

(2) Operasi mata dengan cara Excimer Laser (lasik) hanya diberikan bagi Pasien yang menderita kelainan refraksi atau gangguan ketajaman penglihatan, dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Miopia

a. Miopia (rabun jauh) dengan kacamata minus, minimal minus 7 (tujuh);

b. Astigmatis dengan kacamata silinder, minimal silindris 2 (dua);

c. Hipermetropia (rabun dekat) dengan kacamata plus, minimal plus 5 (lima).

(3) Khusus untuk kelainan refraksi lainnya sebagaimana dimaksud dalam huruf g ayat (1) Pasal ini diberikan Tunjangan oleh Perusahaan secara kasus per kasus sesuai dengan tingkat gangguan atau kelainan dan kepentingannya.

(4) Apabila tindakan operasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) Pasal ini memerlukan Rawat Inap, maka tunjangannya diberikan sesuai ketentuan Rawat Inap dalam Pasal 8, 9 dan 10 Surat Keputusan ini.

(5) Apabila tindakan operasi mata pada ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) Pasal ini tidak memerlukan Rawat Inap, maka kepada yang bersangkutan hanya diberikan tunjangan untuk perawatan dan atau pengobatan operasi mata, sesuai ketentuan Pasal 3 ayat 3 huruf a Surat Keputusan ini .

Pasal 20

Persyaratan Pemberian Tunjangan

Pembelian Kacamata

Tunjangan Pembelian Kacamata diberikan dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Khusus untuk pemberian tunjangan pembelian kacamata yang pertama kali harus disertai keterangan dari Dokter Spesialis Mata. Sedangkan untuk penggantian frame dan lensa berikutnya tidak harus melampirkan keterangan dimaksud.

b. Masa penggantian untuk frame kacamata ditetapkan paling cepat 3 (tiga) tahun, dihitung sejak tanggal penggantian yang diberikan sebelumnya.

c. Masa penggantian untuk lensa kacamata paling cepat 1 (satu) tahun, dihitung sejak tanggal penggantian yang diberikan sebelumnya.

d. Untuk kacamata yang hilang, rusak, patah dan pecah tidak dapat diganti Perusahaan sebelum masa penggantian sebagaimana ditetapkan pada butir b dan c Pasal ini.

Pasal 21

Pasal 21

Tarif Tunjangan Pembelian Kacamata

(1) Tunjangan pembelian kacamata diberikan oleh Perusahaan sebesar biaya yang dikeluarkan untuk kepentingan pembelian kacamata. Pemberian tunjangan tersebut harus dirinci sesuai keperluannya yaitu ; penggantian frame, penggantian lensa atau penggantian frame dan lensa.

(2) Besarnya Tarif Tunjangan Pembelian Kacamata sebagaimana dimaksud ayat (1) maksimal sebagai berikut :

a. Frame sebesar Rp.500.000,- (lima ratus ribu rupiah);

b. Lensa sebesar Rp.300.000,- (tiga ratus ribu rupiah).

(3) Atas pemberian Tunjangan Pembelian Kacamata sebagaimana dimaksud ayat (2) Pasal ini, kepada Pekerja tidak dikenakan sharing.

Pasal 22

Pemeriksaan dan atau Pengobatan

Mata serta Pembelian Kacamata

Yang Tidak Diberikan Tunjangan oleh Perusahaan.

Apabila pemeriksaan dan atau pengobatan mata tersebut berkaitan dengan hal-hal yang bersifat kosmetik, antara lain : soft lens, bedah kosmetik dan lain-lain, maka untuk keperluan dimaksud tidak diberikan tunjangan oleh Perusahaan.

Pasal 23

Pemeriksaan Dan Pengobatan

Telinga, Hidung Dan Tenggorokan (THT)

Perusahaan memberikan Tunjangan Pemeriksaan dan atau Pengobatan THT, apabila :

a. Pemeriksaan dan atau Pengobatan dimaksud dilakukan oleh Dokter Spesialis THT.

d. Berdasarkan kwitansi asli.

c.Disertai Diagnosa dari Dokter yang bersangkutan tentang penyakit Pasien.

d. Penyakit Pasien termasuk dalam katagori penyakit kronis.

Pasal 24

Pasal 24

Alat Bantu Dan Alat Ganti

(Orthese Dan Prothese)

(1) Perusahaan memberikan tunjangan untuk keperluan membeli Alat Bantu dan Alat Ganti, antara lain berupa :

a. Alat bantu dengar (Hearing Aid)

b. Alat bantu untuk berjalan (Kruk, Kursi Roda, dsb)

c. Alat pacu jantung

d. Prothese organ tubuh (tangan palsu dan kaki palsu)

e. Alat bantu lainnya.

(2) Tunjangan sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini diberikan sesuai ketentuan pada Pasal 3 ayat (3) huruf c Surat Keputusan ini.

Pasal 25

Gawat Darurat

(1) Apabila Pasien harus mendapat perawatan di Ruang Gawat Darurat, maka biaya selama berada dalam ruang perawatan tersebut diberikan penggantian oleh Perusahaan berupa Tunjangan Gawat Darurat.

(2) Permohonan tunjangan sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini harus disertai Surat Keterangan dari Tempat Perawatan yang bersangkutan yang menerangkan perihal tindakan-tindakan yang diambil selama dalam Ruang Gawat Darurat.

Pasal 26

Medical Check-Up

(1) Dalam rangka menjaga kesehatan Pekerja, khususnya untuk mendeteksi secara dini timbulnya penyakit-penyakit yang tergolong kronis, maka perlu dilakukan medical chek-up secara rutin setiap periode tertentu.

(2)Tunjangan medical check up ditetapkan berdasarkan kemampuan Perusahaan dan diberikan kepada Pekerja tertentu, termasuk Pekerja tertentu yang karena kondisinya diharuskan Perusahaan untuk melakukan medical check-up.

(3)Medical Check-Up tersebut meliputi fasilitas pemeriksaan / test sebagaimana tercantum dalam Lampiran 5 Surat Keputusan ini.

(4) Besarnya

(4)Besarnya tarif maksimum tunjangan Medical Check-Up sebagaimana tercantum pada Lampiran 6 Surat Keputusan ini.

(5) Pekerja Tetap yang berhak mendapatkan tunjangan Medical Check-Up tidak diijinkan untuk menikmati fasilitas yang tidak menjadi haknya (sebagaimana diatur pada ayat (3) Pasal ini), walaupun biaya untuk Medical Check-Up Pekerja yang bersangkutan belum mencapai maksimal biaya yang telah ditetapkan pada ayat (4) Pasal ini.

(6)Tunjangan Medical Check-Up diberikan sebesar biaya yang benar-benar dikeluarkan dan kepada Pekerja tidak dikenakan sharing biaya.

(7) Tunjangan Medical Check-Up tidak diberikan penggantian dalam bentuk pembayaran secara tunai, apabila kegiatan Medical Check-Up tidak dilaksanakan oleh Pekerja yang bersangkutan.

(8) Hasil Medical Check-Up harus diadministrasikan dalam barkas berjalan Pekerja yang bersangkutan, sehingga Perusahaan dapat menggunakannya sebagai bahan pertimbangan dalam pengembangan karirnya.

(9)Apabila hasil Medical Check-Up mengharuskan yang bersangkutan untuk melakukan tindakan perawatan / pengobatan, maka ketentuan pemberian Tunjangan Non Rutin tetap berpedoman pada Surat Keputusan ini.

BAB VII

LAIN LAIN

Pasal 27

Pemberian Tunjangan Pengobatan Non Rutin

Setelah Pekerja Adopsi Anak

(1) Apabila Pekerja Tetap sudah atau belum punya anak dan ybs mengadopsi anak, maka jaminan pemeliharaan kesehatan yang diberikan kepada anak berpedoman pada ketentuan pada Pasal 1 ayat (5) butir b Surat Keputusan ini.

(2) Pekerja Tetap yang belum mempunyai Anak dan mengadopsi 2 (dua) orang anak dan anak tersebut telah tercatat di Perusahaan, sehingga berhak memperoleh Jaminan Pemeliharaan Kesehatan, maka kepada Pekerja yang bersangkutan hanya diberikan Tunjangan Pemeriksaan Kehamilan dan Persalinan, dengan ketentuan sbb :

a.Maksimum anak yang diberikan Tunjangan Pemeriksaan Kehamilan dan Persalinan adalah 1 (satu) orang anak.

b. Yang

b. Yang bersangkutan tidak memperoleh tunjangan dimaksud dari tempat bekerja Suami / Istri Pekerja.

(3) Pekerja Tetap yang belum mempunyai anak dan mengadopsi 3 (tiga) orang anak dan anak tersebut telah tercatat di Perusahaan, sehingga berhak memperoleh Jaminan Pemeliharaan Kesehatan, maka kepada Pekerja yang bersangkutan tidak diberikan Tunjangan Pemeriksaan Kehamilan dan Persalinan untuk anak ke-4 dan seterusnya.

Pasal 28

Pengobatan ke Luar Wilayah Kerja

(1) Pengobatan ke luar wilayah kerja dapat dilakukan, apabila :

a. Pasien:

a.1.Karena penyakitnya harus berobat kepada Dokter Spesialis / Ahli yang berada di luar wilayah kerjanya,

a.2.Sakit pada saat melaksanakan tugas atau melaksanakan cuti ke daerah di luar wilayah unit kerjanya.

a.3. Mengalami kecelakaan di daerah lain, di luar wilayah unit kerjanya.

a.4. Melaksanakan persalinan di luar wilayah kerjanya.

a.5. Alasan-alasan lain yang dapat dipertanggung-jawabkan.

b. Keluarga Pekerja Tetap (Isteri/Suami/Anak) yang karena sesuatu hal, antara lain :

b.1.Belum mengikuti kepindahan Pekerja yang bersangkutan ke luar wilayah unit kerjanya.

b.2.Berdomisili di luar wilayah unit kerjanya.

b.3. Sedang sekolah / kuliah di kota lain di luar wilayah unit kerja Pekerja yang bersangkutan.

(2) Pengobatan ke luar wilayah sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini hanya dapat dilakukan setelah mendapat ijin dari Pejabat yang berwenang sebagaimana diatur pada Pasal 29 Surat Keputusan ini.

(3) Pasien yang berobat di luar wilayah kerjanya, dapat didampingi oleh maksimal 1 (satu) orang pengantar, dengan ketentuan ;

a. Pasien..

a.Pasien belum mencapai usia 16 tahun.

b. Pasien dalam kondisi sakit parah dan atas nasehat Dokter yang merawatnya diperlukan seorang pendamping.

(4) Biaya transportasi pergi dan pulang sesuai dengan ketentuan Perjalanan Dinas yang berlaku bagi Pasien yang bersangkutan hanya diberikan

kepada Pengantar Pasien sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf a Pasal ini. Sedangkan Pengantar Pasien sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf b

Pasal ini tidak diberikan biaya transportasi untuk perjalanan berobat, kecuali Pasien harus berobat ke luar dari daerah dimana ybs berdomisili.

(5)Biaya yang dikeluarkan untuk pengobatan ke luar wilayah kerja diganti sesuai dengan tarip yang berlaku di kota di mana yang bersangkutan berobat dan penyelesaian biaya pengobatannya tetap dilakukan oleh unit kerja Pekerja yang bersangkutan.

Pasal 29

Pejabat Pemberi Ijin Berobat

Ke Luar Wilayah

(1)Wewenang pemberian ijin berobat yang dimaksud dalam Pasal 28 Surat Keputusan ini, ditetapkan sebagai berikut :

a. Ijin berobat ke luar wilayah kerja yang masih dalam wilayah Kanwil yang bersangkutan diberikan oleh Pinca / Pinca Syariah/ Kasendik / Kanins / Pejabat Pengganti dengan tindasan Kanwil yang bersangkutan. Ijin tersebut diberikan berdasarkan Keterangan dari Dokter / Tempat Perawatan setempat yang menerangkan antara lain bahwa peralatan yang tersedia kurang memadai atau tidak ada Dokter Spesialis di daerah tersebut.

b. Ijin berobat ke luar wilayah Kanwil yang bersangkutan diberikan oleh Pinwil / Wapinwil ybs atau Kepala Unit Usaha Syariah dengan tindasan Divisi Manajemen SDM KP BRI Cq. Bagian Operasional SDM KP BRI.

(2)Dalam pemberian ijin berobat ke luar wilayah tersebut, Pejabat yang berwenang harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a. Apabila di wilayah kerja atau di dalam negeri tidak terdapat Dokter/Tempat Perawatan yang dapat menangani penyakit Pasien.

b. Bagi Pekerja Tetap dan atau keluarganya yang akan berobat ke luar wilayah kerja, hendaknya diambil alternatif Tempat Perawatan atau Dokter Spesialis yang letaknya berdekatan dengan domisili atau wilayah kerja setempat.

Pasal 30

Pasal 30

Pengobatan ke Luar Negeri

(1) Pasien dapat diberikan Tunjangan Rawat Inap dan Rawat Jalan di luar negeri berdasarkan persetujuan Direksi Perusahaan.

(2) Pertimbangan Direksi Perusahaan memberikan ijin berobat ke luar negeri adalah :

a. Adanya Surat Keterangan dari Dokter yang merawatnya bahwa Pasien harus berobat kepada Dokter Spesialis di luar negeri, karena penyakitnya sudah tidak dapat diobati oleh Dokter Spesialis di dalam negeri dan pengobatan tersebut merupakan alternatif terakhir.

b.Tempat Perawatan yang dituju dekat dengan kota / negara tempat domisili Pasien.

(3) Ijin berobat ke luar negeri disampaikan oleh unit kerja (dengan tindasan Kanwil ybs untuk unit kerja Kanca BRI) kepada Direksi Perusahaan melalui Divisi MSDM KP BRI Cq. Bagian Operasional SDM KP BRI.

(4) Untuk keperluan mendampingi Rawat Inap Pasien di luar negeri diijinkan seorang Pengantar dan kepada yang bersangkutan hanya diberikan biaya pengangkutan pergi dan pulang sesuai hak Pasien.

Pasal 31

Pengobatan bagi Pekerja dengan Status

Non Aktif atau Skorsing

Bagi Pekerja Tetap dengan status Non Aktif atau Skorsing diberikan Tunjangan Pengobatan Non Rutin sebagaimana diatur dalam Pasal 3 ayat (3) Surat Keputusan ini.

Pasal 32

Jaminan Pemeliharaan Kesehatan bagi Trainee,

Pekerja Dalam Masa Percobaan

dan Pekerja Kontrak

(1) Bagi Trainee, Pekerja Dalam Masa Percobaan dan Pekerja Kontrak diberikan Tunjangan Pengobatan Rutin sesuai ketentuan pada Pasal 2 ayat (3) Surat Keputusan ini.

(2) Bagi Pekerja Kontrak diberikan Tunjangan Rawat Inap sesuai dengan ketentuan Surat Direktur Operasional BRI No.:B.522-OPR/SDM/KHI/07/ 2001 tgl. 10 Juli 2001, perihal Petunjuk Pelaksanaan Program Asuransi Jiwa Berjangka dan Asuransi Kesehatan Pekerja Kontrak BRI.

(3) Bagi

(3) Bagi Trainee dan Pekerja Dalam Masa Percobaan yang mengalami kecelakaan / musibah karena menjalankan tugas Perusahaan, sehingga memerlukan Rawat Jalan Tingkat Lanjutan, maka kepada ybs diberikan Tunjangan Pengobatan Non Rutin sebesar 75% dari biaya yang dikeluarkan untuk keperluan tsb.

(4)Atas selisih biaya yang tidak diberikan tunjangan oleh Perusahaan sebagaimana dimaksud ayat (3) Pasal ini menjadi beban Trainee dan Pekerja Dalam Masa Percobaan ybs. dan pelaksanaannya dapat berpedoman pada Pasal 3 ayat 7 Surat Keputusan ini.

Pasal 33

Batas Waktu Daluwarsa

Penggantian Biaya Pengobatan

(1) Pengajuan permohonan Tunj. Pengobatan Non Rutin yang diatur dalam Surat Keputusan ini diberikan jangka waktu sampai dengan 3 (tiga) bulan setelah tanggal pengobatan dan atau perawatan selesai dilaksanakan. Perhitungan 3 (tiga) bulan ditetapkan sesuai tanggal yang tercantum pada kwitansi asli biaya pengobatan/perawatan yang diajukan Pekerja.

(2) Apabila pengajuan permohonan tersebut melebihi jangka waktu yang telah ditetapkan pada ayat (1) Pasal ini, maka Pekerja tidak diberikan Tunjangan Pengobatan Non Rutin, kecuali jika keterlambatan tersebut terjadi karena pengobatannya belum selesai atau ada keterlambatan dalam proses penyelesaian di Perusahaan.

Pasal 34

Kerja Sama dengan

Penyedia Jasa Pelayanan Kesehatan

Dalam rangka mendapatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang memadai dan memuaskan harapan Pekerja dan Perusahaan serta memudahkan pelaksanaan kontrol, maka Unit Kerja Kanca/ Kanwil/ Kanins/ Sendik /Divisi MSDM Kantor Pusat diharuskan melakukan kerjasama secara formal dengan berbagai penyedia jasa pelayanan kesehatan.

Pasal 35

Standar Pelayanan Pembayaran Tunjangan Pengobatan

(1) Apabila permohonan Tunj. Pengobatan Non Rutin yang disampaikan Pekerja telah lengkap, maka Divisi MSDM / jajaran SDM di Kanca/KCP/

Kanwil/Kanins/Sentra Pendidikan harus menyelesaikannya dalam jangka waktu selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kalender sejak permohonan diterima.

(2) Apabila..

(2) Apabila Perusahaan telah mengeluarkan biaya terlebih dahulu untuk keperluan Rawat Inap, maka proses pembebanan biayanya dilakukan melalui SIM SDM bersamaan dengan proses payroll.

(3)Apabila Pekerja ybs telah mengeluarkan biaya terlebih dahulu untuk keperluan Rawat Inap, Rawat Jalan, Pengobatan / Perawatan Mata dan Pembelian Kacamata serta Pengobatan/ Perawatan Gigi dan ybs menghendaki pembayaran tunjangannya melalui proses payroll, maka untuk mekanisme pembayaran Tunjangan tersebut harus dilakukan melalui SIM SDM bersamaan dengan pembayaran upah pada bulan ybs.

(4)Apabila Pekerja ybs telah mengeluarkan biaya terlebih dahulu untuk keperluan Rawat Inap, Rawat Jalan, Pengobatan / Perawatan Mata dan Pembelian Kacamata serta Pengobatan/ Perawatan Gigi dan ybs menghendaki pembayaran tunjangannya secara tunai, maka untuk mekanisme pembayaran Tunjangan tersebut harus dilakukan melalui SIM SDM. Selanjutnya Pembayaran Tunj. Pengobatan Non Rutin dilakukan secara overbooking dari masing-masing Rekening Tunjangan Pengobatan Non Rutin ke Rekening Tabungan Pekerja ybs.

(5)Dalam hal pekerja masih mempunyai kewajiban untuk melakukan pembayaran angsuran atas sharing Tunjangan Pengobatan Non Rutin sebagaimana diatur pada Pasal 3 ayat 7 butir c dan ybs dimutasikan, maka sebelum ybs melaksanakan kepindahannya harus melunasi kewajiban tsb.

(6)Prosedur pembayaran Tunjangan Pengobatan Non Rutin yang harus dilaksanakan oleh User Admin. SIM SDM BRI, tercantum pada Lampiran 7 Surat Keputusan ini.

Pasal 36

Ketentuan Peralihan

(1) Pengertian anak ke-3 adalah anak ke-3 Pekerja Tetap yang lahir dan hidup sebelum maupun setelah ditetapkannya Surat Keputusan ini dan memenuhi ketentuan Pasal 1 ayat (5) Surat Keputusan ini.

(2)Pengertian anak sebagaimana dimaksud Pasal 1 ayat (5) butir b termasuk anak lain bukan dari Istri Pertama Pekerja Tetap yang sudah tercatat di Perusahaan dan memenuhi ketentuan Pasal 1 ayat (5) butir b Surat Keputusan ini.

(3) Apabila Pekerja Tetap sudah menerima Tunjangan Pengobatan Non Rutin dari Perusahaan untuk anak ke-3 pada periode tahun 2004 sebelum diberlakukannya Surat Keputusan ini, maka demi keadilan kepada

Pekerja..

Pekerja Tetap yang bersangkutan diminta untuk mengembalikan biaya dimaksud kepada Perusahaan sesuai ketentuan Pasal 3 ayat (4) Surat Keputusan ini.

Pasal 37

Penutup

(1) Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Surat Keputusan ini, akan ditetapkan kemudian dalam peraturan tersendiri.

(2) Dengan ditetapkannya Surat Keputusan ini, maka semua peraturan yang bertentangan dengan ketentuan ini dinyatakan tidak berlaku.

(3) Surat Keputusan ini mulai berlaku mulai tanggal 1 Juni 2004, dengan catatan : Apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan akan diadakan pembetulan seperlunya.

Ditetapkan di: Jakarta

Pada tanggal: 24 Mei 2004

PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) Tbk

D I R E K S I

TTD TTD

__R u d j i t o__ Ahmad Askandar

Direktur Utama Direktur

Kepada Yth :

1. Para Pemimpin Wilayah

2. Para Inspektur

3. Pemimpin Cabang Khusus

4. Para Pemimpin Cabang BRI / Pemimpin Cabang BRI Syariah

5. Para Kasendik

PT. BRI (Persero) Tbk di Seluruh Indonesia.

Tindasan :

1. Para Anggota Direksi BRI

2. Kepala Audit Intern BRI

3. Para Kepala Divisi/Kepala Desk KP BRI

4. Kepala Unit Usaha Syariah BRI

5. Perencana Keuangan & Internasional/Perencana Bisnis Menengah/

Perencana Bisnis Mikro & Ritel /Perencana Operasional

6. Arsip._________________________________________________

draft-sk-pengobatan-revisi190404/MyDoc

Lampiran 2.

SK Direksi BRI Nokep : S.21-DIR/SDM/05/2004

Tanggal : 24 Mei 2004

DAFTAR PENYAKIT-PENYAKIT KRONIS

1. Penyakit Ginjal Kronis :

a. Nephrotic Syndrome (Kumpulan gejala penyakit ginjal);

b. Chronic Nephritic Syndrome;

c. Pyelonephritis (Radang pada ginjal);

d. Hydronephrosis;

e. Nephrolithiasis (Batu Ginjal);

f. Chronic Renal Failure (Gagal Ginjal / Ginjal tidak berfungsi);

2. Penyakit Infeksi Yang Kronis :

a. Penyakit Tuberculosis, meliputi :

a.1. Lung (Paru-Paru);

a.2. Renal (Ginjal);

a.3. Skin (Kulit);

a.4. Brain (Susunan Syaraf);

a.5. Coecum (Usus);

a.6. Bone (Tulang);

a.7.Cerebrospinal (Cairan Otak);

a.8.Ankle (joint/persendian);

a.9.Cervical (lymph, gland or node);

a.10.Cervix (Uterus/Rahim);

a.11.Bowel (Pencernaan);

b. Poliomyelitis;

c. Malaria Plasmodium :

c.1.1.Falcparum;

c.1.2.Malariae;

c.1.3.Ovale;

c.1.4.Vivax;

3. Penyakit Neoplasma (Kanker), meliputi bagian tubuh :

a. Bladder (Urinary / Kandung Kemih);

b. Brain (Susunan Syaraf);

c. Skin (Kulit);

d. Bone (Tulang);

e. Breast (Payudara);

f. Lung (Paru-Paru);

g. Bowel (Pencernaan);

h. Cervix (Uterus / Rahim);

4. Penyakit..

4. Penyakit Gangguan Mental (Jiwa) :

a. Psychosis;

b. Schizophrenia;

c. Paranoid;

d.Neurosis;

5. Penyakit Susunan Syaraf :

a. Meningitis (Radang Selaput Otak)

b. Hemiplegia (Penyakit Kelumpuhan);

c. Paraplegia (Penyakit Kelumpuhan);

d. Epilepsy (ayan);

6. Penyakit Sistem Sirkulasi Darah :

a. Chronic Rheumatic Diseases (Rheumatik yang sudah kronis);

b. Acute Rheumatic Fever (Sakit Demam Reumatik);

c. Hypertensive Diseases;

d. Ischaemic Heart Diseases (Jantung);

e. Acute Myocarditis (Radang di otot Jantung);

f. Cardiomyopathy (Radang di bagian Jantung);

g. Heart Failure (Gagal Jantung);

h. Cerebrovascular Diseases (Stroke);

i. Atherosclerosis (Pembuluh darah kaku / Penyumbatan darah);

7. Penyakit Sistem Pernafasan :

a. TBC Paru-Paru;

b. Acute Upper Respiratory Infections (Ispah / Infeksi pada Saluran Pernafasan Atas);

c. Influenza & Pneumonia (Flek / Bercak-bercak di paru-paru);

d. Chronic Sinusitis;

e. Bronchitis;

f. Asma Bronchiale;

g. Chronic Diseases of Tonsils & Adenoids (Penyakit Kronis di Tonsil dan Amandel);

8. Penyakit Lever menahun :

a.Hepatic Failure (Gagal Hati);

b.Chronic Hepatitis (Hepatitis Kronis);

c. Fibrosis & Cirrhosis of Liver (Sel hati yang sudah mati / mengeras);

9.Penyakit-penyakit lain, meliputi :

a. Diabetes Mellitus (Kencing Manis);

b.Penyakit yang disebabkan Kelainan Hormon (Endokrin) bisa dari bawaan sejak lahir atau baru timbul setelah besar;

d.Hemophilia (Penyakit-penyakit mengenai gangguan sistem darah karena faktor keturunan (Familial), Hereditary);

e.Leukemia;

f.Gastroenteritis (Diare yang sudah sampai 10 kali / lebih );

g.Hypothyroidism (Penyakit Kekurangan Hormon);

h.Goitre (Penyakit Gondok);

i. Thyrotoxicosis.

i.Thyrotoxicosis (Penyakit Keracunan Hormon);

j.Thyroiditis (Penyakit Kelenjar Gondok);

k.Gastritis (Maag);

l.Otitis Media Chronic (Radang Selaput Telinga bagian Tengah);

m.Hypertension (Tekanan Darah Tinggi);

n.Tetani (Tetanus);

o.Dermatitis Eczema (Penyakit gatal-gatal pada kulit);

p.Ulcus Peptic (Radang pada Lambung);

q.Hemorrhoids (Penyakit Ambeien);

r.Neuralgia (Penyakit Pusing akibat benturan yang disebabkan setelah mengalami kecelakaan);

s.Penyakit lainnya berdasarkan Surat Keterangan Dokter;

10.Penyakit-penyakit lainnya yang memerlukan penyembuhan dalam jangka waktu lebih dari 3 (tiga) bulan.

11.Bagi bayi dan anak-anak, batasan penyakit kronis dapat ditambahkan dengan jenis-jenis penyakit lainnya sepanjang dinyatakan dalam Surat Keterangan Dokter Spesialis yang merawatnya.

-0-

Lampiran 3

SK Direksi BRI Nokep : S.21- DIR/SDM/05/2004

Tanggal : 24 Mei 2004

KELAS KAMAR PERAWATAN

No

Jabatan

Kelas Kamar Perawatan

1

Ka-Audit Intern/Kadiv/Pinwil/Inspektur/ Jabatan Setingkat

VIP A

2

Wakadiv/Wapinwil/Wains/Jabatan Setingkat

VIP B

3

Pinca/Kabag/Staf Madya 3/Staf Madya 2/

Jabatan Setingkat

Utama/VIP/Kelas I

4

Pincapem/Wakabag/MP/MO/MBM/

Staf Madya I/ Staf Muda 2(b)/Jabatan Setingkat

Kelas I

5

Officer/Supervisor/Penilik/Kaunit/

Staf Muda 2 (a)/Staf Muda 1/

Pekerja Golongan E

Kelas I

6

Pekerja lainnya

Kelas II

Catatan : Type Rumah Sakit maksimal Type A (bukan bertaraf internasional).

Lampiran 5.

SK Direksi BRI Nokep : S.21-DIR/SDM/05/2004

Tanggal : 24 Mei 2004

JENIS TEST / PEMERIKSAAN UNTUK MEDICAL CHECK-UP

I. Bagi Pejabat Eselon II :

1. Pemeriksaan Fisik :

a. Spesialis Penyakit Dalam

b. Spesialis THT

c. Spesialis Mata

d. Spesialis Kebidanan & Kandungan

e. Dokter gigi

2. Foto Rontgent Thorax

3. Pemeriksaan E.K.G

4. Pemeriksaan Treadmill

5. Pap Smear (Khusus wanita)

6. Mamografi

7. Pemeriksaan Laboratorium :

a. Hematologi Lengkap + Golongan Darah

b. Urine lengkap

c. Gula Darah

d. Ureum

e. Kretinin

f. L.F.T lengkap + GT

g. VDRL (Scrologis)

h. HBs Ag

i. Anti HBs

j. Kholesterol Total, Trigliseride, HDL, LDL

k. Asam urat

II. Selain Pejabat Eselon III dan Pekerja lainnya sesuai ketentuan :

1. Pemeriksaan Fisik

2. Foto Rontgent Thorax

3. Pemeriksaan EKG

4. Pap Smear (Khusus wanita)

5. Pemeriksaan Laboratorium :

a. Hematologi lengkap + Golongan darah

b. Urine lengkap

c. Asam urat

d. Gula darah

e. Kreatinin

f. Test Fungsi Liver

g. Kholesterol Total, HDL, LDL, Trigliserida

-0-

Lampiran 6.

SK Direksi BRI Nokep :S. 21 -DIR/SDM/05/2004

Tanggal : 24 Mei 2004

TARIF TUNJANGAN MEDICAL CHECK-UPBAGI PEKERJA BRI

No.

Jabatan

Pelaksanaan Medical Check-Up

Tarif Maksimum

1.

Kadiv/ Pinwil / Inspektur/ Jabatan Fungsional Setingkat dan Wakadiv/ Wapinwil/ Wains/ Kadesk/

Jabatan Fungsional Setingkat

1 tahun 1 kali

Rp.800.000,-

2.

Kabag/Pinca/Kadesk/Jabatan Fungsional Setingkat dan Wakabag/ MP/ MO/ MBM/ Pincapem/ Jabatan Fungsional Setingkat yang berusia lebih dari 50 tahun

1 tahun 1 kali

Rp.400.000,-

3.

Kabag/Pinca/Kadesk/Jabatan Fungsional Setingkat dan Wakabag/ MP/ MO/ MBM/ Pincapem/ Jabatan Fungsional Setingkat yang berusia sampai dengan 50 tahun

2 tahun 1 kali

Rp.400.000,-

4.

Kaunit/Penilik/Kasie/Supervisor/AMO/AMBM/AMPB/

Pekerja Gol. E/ Staf Muda 1 dan 2 (a) serta

Perkerja Gol. C dan D yang berusia lebih dari 50 tahun.

1 tahun 1 kali

Rp.400.000,-

5.

Kaunit/Penilik/Kasie/Supervisor/AMO/AMBM/AMPB/

Pekerja Gol. E/ Staf Muda 1 dan 2 (a) serta

Perkerja Gol. C dan D yang berusia 40 tahun sampai dengan 50 tahun.

2 tahun 1 kali

Rp.400.000,-

Lampiran 5-FJKes/MyDoc

-0-