saksi dari pihak keluarga dalam gugat cerai...
TRANSCRIPT
![Page 1: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022013018/5c7b288609d3f2d17f8b515b/html5/thumbnails/1.jpg)
SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI
MENURUT HUKUM ISLAM DAN
HUKUM ACARA PERDATA
Studi Kasus Putusan Pengadilan Agama Tangerang Perkara
Nomor: 221/Pdt.G/2008/P.A Kota Tangerang Banten
Oleh :
IRVAN SYAH
NIM: 105044101370
KONSENTRASI PERADILAN AGAMA
PROGRAM STUDI AKHWAL SYAKHSYIAH
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H/2010 M
![Page 2: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022013018/5c7b288609d3f2d17f8b515b/html5/thumbnails/2.jpg)
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul “SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI
MENURUT HUKUM ISLAM DAN HUKUM ACARA PERDATA”. Studi Kasus
Putusan Pengadilan Agama Tangerang Perkara Nomor: 221/Pdt.G/2008/P.A Kota
Tangerang Banten. Telah diujikan dalam sidang munaqasah Fakultas Syari’ah dan
Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 17 Juni 2010. Skripsi ini telah
diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata satu (S1) pada
Program Studi Akhwal Al-Syakhshiyyah (Peradilan Agama).
Jakarta, 24 Juni 2010
Disahkan Oleh
Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum
Prof.Dr.H.M Amin Suma. SH, MA, MM
NIP.1955050 198203 1012
Panitia Ujian Munaqasah
Ketua :Drs.H.A. Basiq Djalil, SH.MA (………………)
NIP.1950 0306 197603 1001
Sekretaris :Kamarusdiana, S.Ag.MH (………………)
NIP.1927 0224 199803 1003
Pembimbing : Drs.H.A. Basiq Djalil, SH.MA (………………)
NIP.1950 0306 197603 1001
Penguji I : Drs. Odjo Kusnara N. M.Ag (………………)
NIP.1946 0904 196510 1002
Penguji II : Drs. H. A. Juaini Syukri. Lcs, M.Ag (………………)
NIP.1955 0706 199203 1001
![Page 3: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022013018/5c7b288609d3f2d17f8b515b/html5/thumbnails/3.jpg)
LEMBAR PERNYATAAN
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 Fakultas Syriah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisa ini telah saya cantumkan
dengan ketemtuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan asli hasil karya saya, atau
merupajkan hasil jiplakan dari karya orang lain maka sayabersedia menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 09 Juni 2010 M
26 Rabiul Akhir 1431 H
![Page 4: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022013018/5c7b288609d3f2d17f8b515b/html5/thumbnails/4.jpg)
iv
بسم اهلل الرمحن الرحيم
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum. Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah SWT tuhan semesta alam, yang telah menciptakan
manusia sebagai makhluk yang paling sempurna dimuka bumi ini, diantara
kesempurnaan yang Allah berikan adalah akal pikiran dan kepintaran. Sehingga dapat
membedakan antara manusia dengan makhluk yang lainnya. Shalawat serta salam
tetap tercurahkan kepada utusan Allah yang paling mulya yaitu Nabi Muhammad
SAW berserta keluarga, sahabat dan para umatnya yang selalu berpegang teguh pada
ajaran-ajarannya hingga akhir zaman.
Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis betul-betul menyadari adanya
rintangan dan ujian yang berat, namun pada akhirnya Allah maha tahu dan Allah
tidak akan memberikan kesulitan yang tidak disanggupi oleh manusia dan pasti selalu
ada jalan keluar dalam suatu masalah, untuk itu tentunya tidak terlepas dari beberapa
individu yang memberikan kontribusi dalam memberikan bimbingan dan masukan
yang sangat berharga bagi penulis guna menyempurnakan skripsi ini.
Dengan demikian dalam kesempatan yang berbahagia ini penulis
mengungkapkan rasa terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. H. Muhamad Amin Suma, S.H, MA, MM. Dekan Fakultas Syari’ah dan
Hukum Uin Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Drs. H. A. Basiq Djalil, S.H, MA, sebagai pembimbing yang telah memberikan
bimbingan selama proses penulisan skripsi ini sehingga skripsi ini dapat diselesaikan
dan Kamarusdiana, S.Ag, MH Ketua dan sekertaris Program Studi Akhwal Al-
Syakhsiyyah Konsentrasi Peradilan Agama.
![Page 5: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022013018/5c7b288609d3f2d17f8b515b/html5/thumbnails/5.jpg)
iv
3. Segenap dosen di Fakultas Syari’ah dan Hukum yang dengan tulus telah mentransfer
ilmunya kepada penulis selama kuliah di kampus ini, dengan rasa hormat yang
teramat dalam semoga ilmu yang telah beliau sampaikan menjadi bermanfaat bagi
penulis baik didunia maupun akhirat
4. Ketua pengadilan Agama Dr. Ai Jamilah, M.H, yang telah menyempatkan waktunya
untuk dapat berdiskusi dan mengizinkan penulis untuk dapat melakukan penelitian di
Pengadilan Agama Kota.
5. Segenap pengelola Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Syari’ah dan
Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan
fasilitas kepada penulis dalam mencari data pustaka
6. Ayah dan Ibunda tercinta serta adiku yang tersayang, yang telah memberikan
semangat, nasihat dan do’a demi kesuksesan penulis. Mudah-mudahan Allah SWT
selalu memberikan rahmat dan kasih sayangnya
7. Teman-teman Fakultas Syari’ah dan Hukum khususnya Jurusan Peradilan Agama
Angkatan 2005 yang selalu memberikan motifasi kepada penulis. Akhrnya atas jasa
baik moril ataupun materil penulis akhirnya atas jasa baik moril ataupun materil
penulis hanya dapat memanjatkan do’a semoga menjadi amal ibdah dan amal jariyah
yang selalu mengalir pahalanya.
Jakarta, 9 Juni 2010 M
26 Rabiul Akhir 1431 H
Penulis
![Page 6: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022013018/5c7b288609d3f2d17f8b515b/html5/thumbnails/6.jpg)
iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………. 1
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah.......................................... 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................... 8
D. Kajian Terdahulu ......................................................................... 8
E. Metode Penelitian dan Tehnik Penulisan .................................... 10
F. Sistematika Penulisan ................................................................. 13
BAB II SAKSI DALAM ISLAM DAN HUKUM ACARA PERDATA… 14
A. Pengertian Saksi .......................................................................... 14
B. Syarat-Syarat Saksi ..................................................................... 22
C. Dasar Hukum menjadi Saksi ....................................................... 28
D. Kewajiban Saksi .......................................................................... 32
BAB III KEDUDUKAN SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM
PERCERAIAN MENURUT HUKUM ISLAM DAN HUKUM
ACARA PERDATA………………………………………………. 36
![Page 7: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022013018/5c7b288609d3f2d17f8b515b/html5/thumbnails/7.jpg)
iv
A. Kedudukan Saksi Dari Pihak Keluarga Dalam Perceraian
Menurut Hukum Islam ................................................................ 36
B. Kedudukan Saksi Dari Pihak Keluarga Dalam Perceraian
Menurut Hukum Acara Perdata .................................................. 41
BAB IV ANALISIS YURISPRUDENSI TERHADAP PUTUSAN
HAKIM No.221/Pdt.G/2008/PA. TNG
A. Profil Pengadilan Agama Kota Tangerang ................................. 51
B. Duduk Perkara ............................................................................. 54
C. Saksi Perceraian dari Phak Kluarga ............................................ 58
D. Analisa Penulis ............................................................................ 61
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................. 67
B. Saran-saran .................................................................................. 68
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 69
LAMPIRAN ............................................................................................................. 72
1. Surat Keterangan dari Pengadilan Agama Tangerang ........................................ 73
2. Surat Keterangan Wawancara ............................................................................. 74
3. Putusan Nomor: 221/Pdt.G/2008/PA.TNG ......................................................... 75
![Page 8: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022013018/5c7b288609d3f2d17f8b515b/html5/thumbnails/8.jpg)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam suatu proses persidangan yang diatur dalam hukum acara
perdata, pembuktian merupakan proses terpenting untuk menguji dan memulai
suatu perkara. Hukum pembuktian diperlukan untuk memperoleh kepastian
bahwa peristiwa hukum benar-benar telah terjadi. Pembuktian diperlukan
untuk menerapkan hukum secara tepat, benar dan adil bagi pihak-pihak yang
berperkara. Oleh karena itu kepada para pihak yang berperkara wajib
memberikan keterangan disertai dengan bukti-bukti yang berkaitan dengan
peristiwa atau hubungan hukum yang terjadi.
Menurut ketentuan pasal 163 HIR, pasal 283 Rbg dan pasal 1865 BW
diatur hal-hal yang terkait dengan asas-asas pembuktian dalam pasal 1865 BW
dijelaskan “Barang siapa yang mengaku mempunyai hak atau mendasarkan
pada suatu peristiwa untuk menguatkan haknya dan menyangkal hak orang
lain harus membuktikannya”, adanya hak atau peristiwa ini maka baik
penggugat atau tergugat dibebani pembuktian, terutama penggugat wajib
membuktian peristiwa yang diajukan.1
1 Retno Wulan Sutanto dan Iskandar oerip kartawinata, Hukum Acara Dalam Praktek,
(Bandung: Mandar Maju, 1995), Cet. Pertama, h.58.
![Page 9: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022013018/5c7b288609d3f2d17f8b515b/html5/thumbnails/9.jpg)
2
Dalam hukum acara perdata mengatur alat bukti yang sah berdasarkan
ketentuan yang berlaku, setiap alat bukti yang diajukan memiliki nilai yang
berbeda antara yang satu dengan yang lain sehingga kekuatan hukum yang
melekat pada masing-masing alat bukti menjadi berbeda pula.
Hakim hanya boleh menjatuhkan putusan berdasarkan alat-alat bukti
yang telah di tentukan, menurut ketentuan yang ada dalam pasal 164 HIR, 284
Rbg dan pasal 1866 KUH Perdata ada lima jenis alat bukti dalam perkara
perdata diantaranya adalah: Alat bukti tulisan (surat), alat bukti saksi, alat
bukti persangkaan, alat bukti pengakuan dan alat bukti sumpah.2
Sesuai dengan ketentuan alat bukti yang disebutkan di atas, selain alat
bukti dengan surat yang dapat diajukan oleh para pihak baik penggugat atau
tergugat, dalam proses persidangan diperkenankan oleh undang-undang untuk
menguatkan dalil-dalilnya dengan menghadirkan para saksi. Menurut
ketentuan pasal 1902 KUH Perdata menjelaskan bahwa membuktikan suatu
kejadian dengan saksi sangat diperbolehkan setelah pembuktian dengan surat
dilakukan.
Saksi yang didatangkan ke muka persidangan adalah seseorang yang
melihat dan mendengar sendiri kejadian atau peristiwa yang disengketakan
dengan jalan pemberitahuan secara lisan dan pribadi oleh orang yang bukan
salah satu pihak dalam perkara.3
2 Abdurrahman, Hukum Acara Perdata, (Jakarta:Universitas Tri Sakti, 2001), Cet.
Kelima, h.82. 3 Sudikno, Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, (Yogyakarta:Liberty, 1977),
cet. Pertama, h.168.
![Page 10: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022013018/5c7b288609d3f2d17f8b515b/html5/thumbnails/10.jpg)
3
Menurut hukum acara perdata, mendatangkan seorang saksi dalam
suatu persidangan harus berdasarkan inisiatif para pihak dengan cara
membawa sendiri saksi-saksinya, selain itu seorang saksi juga dapat
didatangkan atas inisiatif hakim, hal ini sesuai dengan ketentuan pasal 139
ayat 2 HIR yang menyebutkan bahwa seorang hakim berhak memanggil para
saksi dalam suatu persidangan untuk dapat didengar kesaksiannya.
Menurut ketentuan tersebut diatas menjelaskan bahwa kedudukan alat
bukti saksi sangat penting dalam proses persidangan karena alat bukti saksi
merupakan alat bukti yang tampak dan dapat menjelaskan peristiwa-peristiwa
hukum yang tidak dicatat melalui alat bukti tulisan. Untuk itu tidaklah cukup
jika seorang saksi hanya menerangkan bahwa ia mengetahui peristiwanya,
akan tetapi ia harus menerangkan bagaimana ia dapat mengetahui
peristiwanya dan apa sebab musababnya sampai ia dapat mengetahui peristiwa
tersebut.4
Menurut hukum Islam, pembuktian dikenal dengan kesaksian,
kesaksian yang ada dalam Al-qur’an, As-sunnah dan menurut para sahabat
adalah sebutan bagi segala sesuatu yang dapat menjelaskan kebenaran. Dalam
hal ini tidak ada larangan tentang pembuktian dengan saksi, selama firman
Allah dan sabda Rasulnya tidak melarang. Seorang saksi harus dapat berlaku
adil dan mengharuskan kedua belah pihak yang berperkara untuk dapat
mendatangkan dua orang saksi.
4 Gatot Supramono, Hukum Pembuktian di Peradilan Agama, (Ujung Pandang: Alumni,
1993), cet. Pertama, h. 30.
![Page 11: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022013018/5c7b288609d3f2d17f8b515b/html5/thumbnails/11.jpg)
4
Dalam kesaksian tidak hanya mengkhususkan pada dua orang saksi
saja, boleh lebih dari itu sesuai dengan perkara tertentu. Dalam masalah
kesaksian para fuqoha berbeda pendapat mengenai kesaksian kerabat bagi
kerabatnya ada yang membolehkan dann berpendapat bahwa kesksian antara
keluarga tidak dianggap sebagai penghalang untuk memberikan kesaksian,
sebagaimana dikatakan oleh Abu Muhammad bin Hazm dan dari kalangan
Ahlu Zhahir.5
Sedangkan dari kalangan Mazhab Syafi’i dan Imam Ahmad secara
khusus melarang kesaksian sedarah yakni seorang bapak terhadap anaknya
dan kesaksian anak kepada bapaknya karena bila hal yang demikian diterima
kesaksiannya maka sama saja kesaksian itu ditujukan kepada dirinya sendiri.
Sedangkan mayoritas ulama membolehkan kesaksian yang diberikan
oleh seorang saudara untuk saudaranya akan tetapi ulama mazhab Maliki
berkata” Kesaksian tersebut tidak diperbolehkan kecuali dengan satu syarat,”
dan selanjutnya terjadi perbedaan pendapat mengenai satu syarat tersebut.
Sebagian para pengikut mazhab Maliki ada yang berkata,“Dia harus
melihat keadilannya.” Sebagian berkata, “Apabila hubungan kekeluargaannya
tidak terlalu dekat.”Dan sebagian lagi berkata “Boleh dalam kasus yang
ringan, bukan kasus yang berat.” Yang jelas kesaksian seorang anak terhadap
5 Ibnu Qayyim Al-jauziyah, Panduan Hukum Islam, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2007), Cet.Pertama,
h.76.
![Page 12: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022013018/5c7b288609d3f2d17f8b515b/html5/thumbnails/12.jpg)
5
bapaknya dan kesaksian seorang bapak terhadap anaknya dalam kasus yang
tidak menyangkut tuduhan dapat diterima.6
Bila dicermati dalam hukum acara perdata secara normatif kesaksian
telah diatur dalam pasal 145 HIR dan pasal 172 RBG maupun pasal 1909
KUH Perdata, dalam pasal tersebut lebih mengarah kepada kedudukan alat
bukti saksi dan syarat-syarat alat bukti saksi secara formil. Pasal-pasal tersebut
mengharuskan saksi diluar pihak keluarga sedarah, dan salah satu dari pihak
menurut garis lurus, suami atau istri meskipun ketentuannya sudah bercerai,
dan juga bekas suami tetap diangap tidak cakap menjadi saksi.
Studi ini menjadi menarik dan penting dilakukan bila dilihat secara
empiris dalam perkara perceraian yang ada di Pengadilan Agama banyak
ditemukan saksi dari pihak keluarga sedarah yaitu bapak atau ibu kandung dan
juga sanak keluarga, sementara itu yurisprudensi hakim yang terdapat dalam
putusan No. 221/Pdt.G/2008/P.A TNG membuktikan bahwa dalam putusan
tersebut terdapat saksi-saksi dari pihak keluarga yang diantaranya adalah
pemohon mengajukan saksi yang memiliki hubungan dengan pemohon
sebagai bapak kandung, sedangkan dari pihak termohon saksi yang diajukan
tersebut memiliki hubungan sebagai ibu kandung.
Ketentuan pasal pasal 145 HIR dan pasal 172 RBG maupun 1909
KUHPerdata yang menjelaskan bahwa syarat sah saksi mengharuskan diluar
dari pihak keluarga. Disamping itu menurut Mazhab Syafi’i juga melarang
ketentuan saksi dari keluarga.
6 Ibid., h.78.
![Page 13: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022013018/5c7b288609d3f2d17f8b515b/html5/thumbnails/13.jpg)
6
Melihat hal tersebut bahwa antara undang-undang yang berlaku dan
telah menjadi pedoman dalam peradilan dengan fakta yang terdapat di
Pengadilan Agama melalui putusan No. 221/Pdt.G/2008/P.A TNG saling
bertolak belakang, oleh karena itu sangat menarik menurut penulis untuk dapat
membuktikan apakah benar terjadi ketidaksesuaian antara hukum yang
berlaku dengan praktek yang ada dipengadilan. Bila benar, apa argumentasi
hukum yang dipakai oleh majelis hakim dalam amar putusannya.
Berdasarkan latar belakang pemikiran diatas, maka studi ini
memfokuskan pada:
“KESAKSIAN DARI PIHAK KELUARGA DALAM PERCERAIAN
MENURUT HUKUM ISLAM DAN HUKUM ACARA PERDATA”
Dengan melakukan studi analisis yurisprudensi Putusan Nomor
221/Pdt.G/2008/P.A TNG
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1.Pembatasan Masalah
Dalam studi inimembatasi penelitian hanya mengenai kedudukan saksi
dari pihak keluarga menurut hukum Islam dan hukum acara perdata yang
berlaku dipengadilan agama. Dengan melakukan studi analisis terhadap
putusan perkara dengan Nomor 221/Pdt.G/2008/P.A Tangerang.
2.Rumusan Masalah
Dari pembatasan masalah diatas maka rumusan masalahnya yaitu
berdasarkan hukum acara perdata secara normative kesaksian telah diatur
![Page 14: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022013018/5c7b288609d3f2d17f8b515b/html5/thumbnails/14.jpg)
7
dalam pasal 145 HIR dan pasal 172 RBG maupun pasal 1909 KUH Perdata
menyatakan bahwa syarat sah saksi dalam perceraian harus diluar dari pihak
keluarga, hal yang sama juga disebutkan menurut Mazhab Syafi’I juga
melarang ketentuan saksi dari pihak keluarga.
Akan tetepi pada kenyataannya di Pengadilan Agama Tangerang
menghadirkan saksi dari pihak keluarga. Dari rumusan tersebut dapat dirinci
dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:
a. Kenapa kedudukan saksi dari pihak keluarga yang ada dalam perkara
perceraian dilarang menurut hukum Islam dan hukum acara perdata?
b. Bagaimana hakim Pengadilan Agama menerima kesaksian dari pihak
keluarga dalam kasus perceraian di Pengadilan Agama Kota
Tangerang pada putusan Nomor: 221/Pdt.G/2008/P.A Tng?
c. Bagaimana penyelesaian masalah yang berkaitan dengan saksi
keluarga yang ada dalam perceraian di Pengadilan Agama?
C.Tujuan Dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui kedudukan saksi dari pihak keluarga yang ada dalam
perkara perceraian menurut hukum Islam dan hukum Acara Perdata
2. Untuk mengetahui alasan hakim di Pengadilan Agama Tangerang
menerima saksi dari pihak keluarga dalam perkara perceraian
![Page 15: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022013018/5c7b288609d3f2d17f8b515b/html5/thumbnails/15.jpg)
8
3. Untuk mengetahui sejauh mana penyelesaian masalah yang berkaitan
dengan saksi keluarga yang ada dalam perceraian di Pengadilan Agama
D. Kajian Terdahulu
Setelah penulis menelusuri beberapa perpustakan khususnya di
perpustakaan syari’ah, perpustakan umum UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta,dan perpustakaan hukum Universitas Muhamadiyah Jakarta, penulis
dapati belum pernah ada yang mengkaji secara khusus mengenai masalah
saksi keluarga dalam perceraian, sedangkan yang penulis dapati adalah
beberapa karya tulis berupa skripsi sebagai berikut :
Abdul Aziz, dengan judul skripsi “Kedudukan Saksi Dalam
Pernikahan Tinjauan terhadap Imam Mazhab Syafi’I dan Hanafi”, Universitas
Islam Negri Jakarta: 2007. Skripsi ini hanya menjelaskan tentang kedudukan
saksi dalam pernikahan menurut pandangan Imam Mazhab antara Syafi’I dan
Hanafi tidak mengarah kepada saksi dari pihak keluarga dalam perkara
perceraian.
Ema Fakhriah, dengan judul skripsi “Tinjauan Yuridis versi Al-Qur’an
dan As-sunah terhadap unus testis nulus testis” (Satu saksi bukan saksi ),
Universitas Islam Negri Jakarta: 2006. Dalam skripsi ini menjelaskan masalah
satu saksi bukan saksi yang ditinjau melalui Al-Qur’an dan Sunnah dalam
tinjauan hukum Islam dan empiris pada Pengadilan Agama dan Pengadilan
Negri dan tidak menjelaskan kedudukan saksi dari pihak keluarga.
![Page 16: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022013018/5c7b288609d3f2d17f8b515b/html5/thumbnails/16.jpg)
9
Robi Asmara, dengan judul skripsi “Kesaksian Dalam Perkara
Perceraian Dengan Alasan Zina” Universitas Muhamadiyah Jakarta: 2005,
Menjelaskan Saksi-saksi yang ada dalam perkara perceraian dengan alasan
perzinahan, dalam hal ini penulis tidak menyinggung mengenai kedudukan
saksi dari pihak keluarga akan tetapi lebih kepada saksi perzinahan yang dapat
di jadikan alasan untuk melepaskan tali pernikahan.
Afriandi MS, dengan judul skripsi “Relevansi Kedudukan Dua Orang
Saksi Wanita di Pengadilan,” Universitas Islam Negri Jakarta: 2005, Skripsi
ini hanya menjelaskan mengenai kedudukan saksi wanita saja apakah saksi
wanita relevan dalam suatu persidangan yang ada di pengadilan.
Hari sasangka, Hukum Pembuktian dalam pertkara Perdata,
(Bandung:CV, Mandar Maju, 2005), dalam buku ini hanya menjelaskan
beberapa pengertian tentang hukum pembuktian dan prosedur pembuktian
dalam proses peradilan perdata
Assadulloh Al-Faruq, Hukum Acara Peradilan Islam,(Yogyakarta:
Pustaka Yustisia, 2009) dalam buku ini menjelaskan secara umum tentang
Hukum Acara Peradilan Islam dan hukum pembuktian dalam Islam serta
interpretasi para ulama mengenai saksi dan persaksian.
Berdasarkan kajian terdahulu yang telah diuraikan di atas belum
ditemukan kajian yang menjelaskan tentang kedudukan saksi dari pihak
![Page 17: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022013018/5c7b288609d3f2d17f8b515b/html5/thumbnails/17.jpg)
10
keluarga, melalui skripsi ini penulis merasa penting untuk dapat membahas
masalah kedudukan saksi dari pihak keluarga dalam perkara cerai.
E.Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kualitatif adalah
penelitian yang menghasilkan data deskriftif berupa kata-kata tertulis atau
lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati.7
2. Pendekatan Masalah
Pendekatan masalah yang digunakan yaitu melalui pendekatan
secara yuridis normatif yang menjelaskan tentang asas hukum atau doktrin
hukum positif dengan mengadakan pendekatan undang-undang yang telah
berlaku dan mempunyai kekuatan hukum tetap8, Pendekatan yuridis
normatif dilakukan untuk meneliti bagaimana ketentuan dan hal lain
mengenai saksi keluarga dalam perceraian. Pendekatan kasus, dalam
pendekatan kasus dilakukan melalui sumber-sumber data primer berupa
putusan hakim pengadilan agama yang mengajukan saksi dari pihak
keluarga dan dilakukan dengan cara telaah terhadap kasus-kasus yang
7 Lexy J. Moeloeng M.A Metodologi Penelitian Kualitatif, ( Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya ), Cet 18. 8 Zainuddin Ali Metode Penelitian Hukum, ( Jakarta: Sinar Grafika, 2009 ), Cet. Pertama,
h.28.
![Page 18: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022013018/5c7b288609d3f2d17f8b515b/html5/thumbnails/18.jpg)
11
berkaitan dengan isu yang dihadapi dan telah menjadi putusan pengadilan
yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.9
3. Teknik Pengumpulan Data
Dalam teknik pengumpulan data diambil dari primer, yaitu dengan
mempelajari dokumen-dokumen yang ada di pengadilan agama. Dalam hal
ini terdapat dua jenis data antara lain :
a. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi adalah mencari hal-hal atau variabel berupa
catatan, transkip, agenda, jurnal dan putusan pengadilan agama. Dokumen
yang digunakan berupa putusan hakim Pengadilan Agama Tangerang
dengan perkara Nomor: 221/Pdt.G/2008/P.A Tng mengenai permohonan
thalak. Dalam putusan ini baik pemohon dan termohon mengajukan saksi
dari pihak keluarga yaitu bapak kandung dan ibu kandung.
b. Studi Wawancara
Teknik wawancara ialah tanya jawab lisan antara dua orang atau
lebih secara langsung, Pewawancara disebut interviewer, sedangkan orang
yang diwawancara disebut interviewee. Wawancara yang dilakukan
9 Peter Mahmud Marzuki,Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana,
2005), Cet.Pertama, h. 96.
![Page 19: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022013018/5c7b288609d3f2d17f8b515b/html5/thumbnails/19.jpg)
12
dengan seorang hakim Pengadilan Agama Tangerang.10
Adapun
wawancara yanmg dilakukan dengan tiga orang hakim yaitu sebagai
berikut:
a. Drs. H.Shonhaji, SH
b. Dr.Ai Jamilah, MH
c. Drs. HJ. Suhaimi,MH
4. Teknik Analisa Data
Analisa data yang merupakan proses pencarian dan penyusunan
secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara dan bahan-
bahan lain sehingga dapat di pahami dengan mudah dan dapat
diinformasikan kepada orang lain. Penulis menggunakan analisa data
kualitatif yang bersifat induktif, yaitu suatu analisis data dimana penulis
menjabarkan data-data yang diperoleh dari hasil penelitian.
5. Teknik Penulisan
Dalam penyusunan teknik penulisan semua berpedoman pada
prinsip-prinsip yang telah diatur dan dibukukan dalam pedoman skripsi,
Tesis dan disertasi yang diterbitkan oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2007.
10
Husaini usman dan Purnomo Setiyadi Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: PT. Bumi
aksara, 1996), cet.1, h. 57.
![Page 20: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022013018/5c7b288609d3f2d17f8b515b/html5/thumbnails/20.jpg)
13
F.Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini terdiri dari Lima (5) bab adalah sebagai berikut :
Bab I : tentang pendahuluan, dalam pendahuluan ini penulis akan
mengemukakan latar belakang masalah, menguraikan pembatasan
dan perumusan masalah, tujuan penulisan, Kajian terdahulu,
metode penelitian dan sistematika penulisan.
Bab II : tentang tinjauan umum saksi, dalam bab ini berisi seputar
pengertian saksi menurut hukum islam dan hukum acara perdata,
syarat-syarat saksi, dasar hukum menjadi saksi, kewajiban saksi.
Bab III : tentang kedudukan saksi dari pihak keluarga dalam perceraian
menurut hukum Islam dan Kedudukan saksi dari pihak keluarga
dalam perceraian menurut hukum Acara Perdata
Bab IV : tentang profil Pengadilan Agama Kota Tangerang, duduk perkara,
saksi perceraian dari pihak keluarga, analisa penulis.
Bab V : merupakan bab penutup yang berisikan tentang kesimpulan dan
saran-saran.
![Page 21: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022013018/5c7b288609d3f2d17f8b515b/html5/thumbnails/21.jpg)
BAB II
SAKSI MENURUT HUKUM ISLAM DAN HUKUM ACARA PERDATA
A. Pengertian Saksi dan Kesaksian
1. Menurut Hukum Islam
Saksi dalam kamus bahasa Indonesia adalah orang yang dapat
memberikan keterangan tentang suatu kejadian yang telah dilihat,
didengar, atau mengalami kejadian itu.1 Sedangkan dalam Ensiklopedi
Islam saksi adalah orang yang melihat atau mengetahui sendiri suatu
peristiwa untuk melihat, menyaksikan atau mengetahuinya, agar suatu
ketika bila diperlukan ia dapat memberikan keterangan yang
membenarkan bahwa peristiwa itu sungguh terjadi.2
Saksi dalam bahasa arab memakai kata الشهادت adalah bentuk
Jama’ dari berarti pemberitahuan oleh seseorang menggunakan: ةاالشهد
lafadzh tertentu mengenai adanya hak yang berada pada tanggungan orang
lain.3
Kesaksian dalam hukum acara perdata Islam dikenal dengan
sebutan As-syahadah, menurut bahasa ialah:
a. Pernyataan atau pemberitahuan yang pasti
b. Ucapan yang keluar dari pengetahuan yang diperoleh dengan
penyaksian langsung
1 Anando Santoso, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Kartika, 1995), cet.
Pertama, h.303. 2 Hafizh Dasuki, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 1999), cet. h.
202. 3.Aliy As’ad, Fathul Mu‟in, (Kudus: Menara Kudus, 1979), cet. Pertama, h.59.
![Page 22: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022013018/5c7b288609d3f2d17f8b515b/html5/thumbnails/22.jpg)
15
c. Mengetahui sesuatu secara pasti, mengalami dan melihatnya seperti
persaksian saya menyaksikan sesuatu artinya saya mengalami dan
melihatnya sendiri sesuatu itu maka saya ini sebagai saksi4
Untuk dapat mendefinisikan saksi maka terlebih dahulu harus
mengetahui definisi kesaksian. Kesaksian adalah:
Artinya:”Kesaksian adalah istilah mengenai pemberitahuan seseorang
yang benar di pengadilan dengan kesaksian untuk menetapkan
suatu hak terhadap orang lain.”5
Kesaksian dalam hukum Islam disebut dengan syahid (saksi laki-
laki) atau syahidah (saksi perempuan) yang terambil dari kata musyahadah
yang artinya menyaksikan dengan mata kepala sendiri. Jadi saksi yang
dimaksud adalah manusia yang hidup. Dalam hal kesaksian kebanyakan
para ahli hukum Islam (jumhur fuqaha) menyamakan kesaksian
(syahadah) itu dengan bayyinah.
4 Anshoruddin, Hukum Pembuktian Menurut Hukum Acara Islam Dan Hukum Positif,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hlm.73. 5 Abdur Rahman Umar, Kedudukan Saksi Dalam Peradilan Menurut Hukum Islam,
(Jakarta:Pustaka Al-Husna, 1986), cet.I, h.50.
![Page 23: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022013018/5c7b288609d3f2d17f8b515b/html5/thumbnails/23.jpg)
16
Apabila saksi disamakan dengan bayyinah berarti pembuktian
dimuka peradilan Islam, termasuk dimuka peradilan agama hanya
mungkin dengan saksi saja, sebab Rasulullah mengatakan “al bayyinah
„ala al mudda‟y wa al yamin „ala man ankar”.6 Ada beberapa ahli hukum
Islam yang mengartikan bayyinah itu sebagai sesuatu apa saja yang dapat
mengungkapkan dan menjelaskan kebenaran, melihat pengertian tersebut
berarti kesaksian hanya merupakan sebagian dari bayyinah.
Kesaksian merupakan sebuah istilah mengenai pemberitahuan
seseorang yang benar didepan pengadilan dengan ucapan kesaksian untuk
menerapkan suatu hak terhadap orang lain, dengan kata lain saksi
merupakan alat bukti yang sah yang bertujuan untuk memberitahukan
peristiwa yang sebenarnya dengan lafadz “aku bersaksi.”7
Kesaksian adalah menyampaikan perkara yang sebenarnya, untuk
membuktikan suatu kebenaran dengan mengucapkan lafadz-lafadz
kesaksian dihadapan sidang pengadilan. Kesaksian merupakan keterangan
saksi secara lisan dimuka sidang atas apa yang dilihat sendiri oleh saksi
tentang duduk perkara yang disengketakan.8
Menurut Fiqih, persaksian itu (supaya menjadi alat pembuktian
yang sah), adapun persaksian dalam fiqih dibagi menjadi dua macam:
6 Roihan A. Rasyid, Hukum Acara Perdilan Agama,(Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada,
2002), cet.Ke-9, h.152. 7 Abdur Rahman Umar, Kedudukan Saksi Dalam Peradilan Menurut Hukum Islam, h.55.
8 Ropaun Rambe dan A. Mukri Agafi, Implementasi Hukum Islam, (Jakarta: PT. Perca,
2001), h.174.
![Page 24: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022013018/5c7b288609d3f2d17f8b515b/html5/thumbnails/24.jpg)
17
a. Persaksian atas dasar yakin
Persaksian atas dasar yakin adalah persaksian terhadap suatu
perbuatan dan ucapan. Persaksian melalui perbuatan seperti perbuatan
zina, ghasab, radha‟ dan wiladah. Dalam persaksian tersebut seorang
saksi diharuskan benar-benar melihat orang yang melakukan perbuatan
itu atau melihat pelaku perbuatan itu.
Sedangkan persaksian dengan ucapan seperti ucapan dalam
aqad, fasakh dan ucapan pada pengakuan. Persaksian ini harus benar-
benar melihat orang yang mengucapkannya dan mendengar pula bunyi
yang diucapkannya.
b. Persaksian atas dasar dhan atau Istifadhah
Persaksian atas dasar - adalah persaksian terhadap beberapa
peristiwa tertentu yang hanya dengan mendengar saja tetapi harus di
yakininya dengan syarat persaksiannya tidak disangkal dan bahwa
peristiwa itu sudah lama terjadi. 9Ada beberapa peristiwa dalam
pembuktian yang menggunakan persaksian istifadhah yaitu:
1) Kafirnya seseorang
2) Cacatnya pribadi seseorang
3) Pengunduran diri seseorang sebagai hakim
9 Djamil Latif, Kedudukan dan Kekuasaan Peradilan Agama di Indonesia, (Jakarta:
NV.Bulan Bintang, 1975), cet. Pertama, h.147.
![Page 25: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022013018/5c7b288609d3f2d17f8b515b/html5/thumbnails/25.jpg)
18
4) Muslimnya seseorang
5) Adilnya seseorang
6) Wakaf
7) Zakat
8) Nikah
9) Warisan
Dapat diterimanya persaksian dengan istifadhah pada peristiwa-
peristiwa tersebut diatas karena peristiwa itu telah lama terjadi, sehingga
sukar dibuktikannya. Oleh karena itu persaksian istifadhah tidak dapat
diterima pada perisitiwa-peristiwa yang baru terjadi.
Dengan mengetahui arti dari kesaksian di atas, dapat dipahami
bahwa kesaksian itu mengenai pemberitahuan dan keterangan yang
diberikan oleh seorang saksi dimuka pengadilan dalam mengungkapkan
suatu kebenaran, tentang apa yang telah disaksikannya dalam suatu
peristiwa tertentu. 10
10
Ibid., h.147.
![Page 26: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022013018/5c7b288609d3f2d17f8b515b/html5/thumbnails/26.jpg)
19
2. Menurut Hukum Acara Perdata
Saksi adalah orang yang memberikan keterangan dimuka sidang
dengan memenuhi syarat-syarat tertentu, tentang sesuatu peristiwa atau
keadaan yang ia lihat, dengar dan ia alami sendiri, sebagai bukti terjadinya
suatu peristiwa atau kejadian tersebut.11
Dalam hukum acara perdata, pembuktian dengan saksi sangat
penting karena jika dalam suatu masyarakat desa biasanya perbuatan
hukum yang dilakukan tidak tertulis, melainkan dengan dihadiri oleh
saksi-saksi karena perbuatan hukum yang dilakukan kebanyakan masih
menggunakan faham saling mempercayai antara satu sama lain.
Dalam peristiwa yang demikian menjelaskan bahwa tidak
selamanya sengketa perdata dapat dibuktikan dengan alat bukti tulisan atau
akta saja. Akan tetapi jalan yang dapat ditempuh untuk membuktikan
suatu perkara ialah dengan menghadirkan saksi-saksi yang kebetulan
melihat, mengalami atau mendengar sendiri kejadian yang diperkarakan.
Kesaksian menurut hukum acara perdata ialah kepastian yang di
berikan kepada hakim dipersidangan tentang peristiwa yang
disengketakan, dengan jalan membuktikan secara lisan pribadi oleh orang
11
Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata Pada Peradilan Agama, ( Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 1996), cet. I, h.160.
![Page 27: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022013018/5c7b288609d3f2d17f8b515b/html5/thumbnails/27.jpg)
20
yang bukan salah satu pihak dalam perkara yang dipanggil di
persidangan.12
Dalam pasal 1907 KUH Perdata menjelaskan “Tiap-tiap kesaksian
harus disertai dengan alasan-alasan bagaimana di ketahuinya hal-hal yang
diterangkan”. Pendapat-pendapat maupun pemikiran-pemikiran khusus
yang diperoleh dengan jalan pikiran atau kesimpulan bukan disebut
kesaksian.
Kesaksian merupakan alat bukti yang wajar, karena keterangan
yang diberikan kepada hakim dipersidangan itu berasal dari pihak ketiga
yang melihat atau mengetahui sendiri peristiwa yang bersangkutan. Pihak
ketiga pada umumnya melihat peristiwa yang bersangkutan lebih objektif
dari pada pihak yang berkepentingan sendiri 13
Ditegaskan dalam pasal 1895 KUH Perdata yang berbunyi:
“Pembuktian dengan saksi-saksi diperkenankan dalam segala hal yang
tidak dikecualikan oleh undang-undang.” Jadi, pada prinsipnya alat bukti
saksi menjangkau semua
12
A. Juaini Syukri, Keyakinan Hakim Dalam Pembuktian Perkara Perdata Menurut
Hukum Acara Positif dan Hukum Acara Islam, (Jakarta: PT. Magenta Bhakti Guna, 1986), h.34. 13
Sudikno, Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, (Yogyakarta: Liberty,
1977), cet. Pertama, h.166.
![Page 28: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022013018/5c7b288609d3f2d17f8b515b/html5/thumbnails/28.jpg)
21
bidang dan jenis sengketa perdata, kecuali apabila undang-undang
sendiri menentukan sengketa yang hanya dapat dibuktikan dengan akta
atau alat bukti tulisan, barulah alat bukti saksi tidak dapat diterapkan.
Seorang saksi diharuskan benar-benar melihat, mendengar,
mengetahui atau mengalami sendiri terhadap apa yang disaksikannya,
bukan berdasarkan cerita dari mulut kemulut atau dari pendengaran ke
pendengaran, lalu kemudian saksi menyusun atau mengambil suatu
kesimpulan atau memberikan penilaiannya sendiri. Saksi tidak boleh
menyimpulkan atas apa yang disaksikannya itu melainkan menerangkan
apa adanya menurut aslinya, dan seorang saksi harus menyebutkan sebab
ia mengetahui peristiwa tersebut.14
Pengertian di atas dapat diambil suatu kesimpulan, bahwa saksi
adalah orang yang mengetahui secara langsung peristiwa dalam suatu
perkara, dan kemudian saksi tersebut bertanggung jawab atas kesaksiannya
jika suatu saat kesaksiannya itu dibutuhkan. Tugas seorang saksi adalah
berkewajiban untuk mengungkapkan kesaksiannya dimuka pengadilan
untuk menjelaskan peristiwa yang ia ketahui, karena pada dasarnya
kesaksian seorang saksi sangat diperlukan untuk kemaslahatan hukum.
14
Roihan A. Rasyid, Hukum Acara Peradilan Agama,(PT. Raja Grafindo Persada:
Jakarta, 2002), cet. kesembilan. h.160.
![Page 29: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022013018/5c7b288609d3f2d17f8b515b/html5/thumbnails/29.jpg)
22
B. Syarat-Syarat Saksi
1.Menurut Hukum Islam
Syarat-syarat saksi menurut hukum islam antara lain:
a.Islam
Seluruh para ahli hukum islam telah sepakat bahwa syarat utama
untuk menjadi saksi adalah orang Islam. Sesuai dengan firman Allah swt
2282
Artinya:”..dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang
lelaki (diantara kamu). Jika tidak ada dua orang laki-laki, maka
boleh seorang laki-laki dan dua orang perempuan dari saksi-
saksi yang kamu senangi…” (Q.S. Al-Baqarah:282)
Dalam ayat tersebut para ulama berbeda pendapat tentang
kesaksian orang kafir dalam beberapa masalah tertentu antara lain:
Imam Abu Hanifah dan Imam Ahmad bin Hambal membolehkan
menerima kesaksian orang kafir terhadap wasiat yang dilakukan oleh
![Page 30: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022013018/5c7b288609d3f2d17f8b515b/html5/thumbnails/30.jpg)
23
orang Islam, dikarenakan tidak adanya orang lain yang menyaksikan,
mereka berpegang pada firman Allah swt15
:
5106 Artinya :”Hai orang-orang yang beriman! Apabila salah seorang dari
kamu menghadapi kematian, sedang ia akan berwasiat, maka
hendaklah wasiat itu, disaksikan oleh dua orang yang
adildiantara kamu, atau dua orang selain kamu, jika kamu
dalam perjalanan dimuka bumi, lalu kamu ditimpa bahaya
kematian,…”.(Q.S. Al-Maidah: 106)
Sedangkan Imam Malik dan Imam Syafi’i menolak kesaksian
orang kafir terhadap orang Islam secara mutlak. Mereka berpegang kepada
sifat saksi yang ditegaskan oleh Allah swt dalam surat al-Baqarah ayat:282
dan surat at-Thalak ayat:2, yaitu seorang saksi harus adil dan termasuk
kedalam golongan Islam yang di ridhai. ”Sedangkan orang kafir tidak
termasuk kedalam orang adil, bukan Islam dan orang kafir termasuk
golongan orang yang fasik serta mendustakan Allah, apalagi terhadap
manusia tentu lebih tidak dapat dipercaya”.16
b.Baligh
Baligh merupakan syarat untuk dapat diterimanya seseorang
menjadi saksi, karena kedewasaan membuat seseorang mampu berfikir dan
bertindak secara sadar dan baik, dalam segala tindakannya. Allah
berfirman:
2282 Artinya:”….dan persaksikanlah dengan dua orang saksi laki-laki
(diantara kamu)”…(Q.S.Al-Baqarah:2:282)
15
Abdur Rahman Umar, Kedudukan Saksi Dalam Peradilan Menurut Hukum Islam, h. 44 16
Ibid., h. 45.
![Page 31: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022013018/5c7b288609d3f2d17f8b515b/html5/thumbnails/31.jpg)
24
Pemakaian lafadz الرجال menunjukkan pengertian orang yang sudah
baligh, bukan anak-anak17
.
c.Berakal
Orang gila tidak dapat menjadi saksi, apalagi untuk menerima
kesaksian. Karena orang gila adalah orang yang setiap tindakannya tidak
dapat dipertimbangkan dengan akal. Disamping itu akal yang sehatpun
tidak dapat menerima kesakisan mereka, serta mereka jelas bukan
termasuk orang yang disenangi untuk menjadi saksi. 18
Allah berfirman:
2282
Artinya:”Hai orang-orang yang beriman apabila kamu bermu‟amalah
tidak secara tunai untuk waktyu yang ditentukan, hendaklah
kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis diantara
kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis
enggan menuliskannya sebagaimana Allah telah
mengajarkannya, maka hendaklah ia menulis, dan hendaklah
orang yang berhutang itu mengimlakkan, dan hendaklah ia
bertaqwa kepada Allah tuhannya, dan janganlah ia mengurangi
sedikitpun dari hutangnya. Jika orang yang berhutang itu orang
yang lemah akalnya atau lemah keadaannya atau dia sendiri
tidak mampu mengimlakkan, maka hendaklah walinya
mengimlakkan dengan jujur. Dan persaksikanlah dengan dua
17
Ibid., h. 48. 18
Ibid., h. 49.
![Page 32: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022013018/5c7b288609d3f2d17f8b515b/html5/thumbnails/32.jpg)
25
orang saksi dari orang-orang lelaki (diantaramu). Jika tidak ada
dua orang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang
perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai”…(Q.S. Al-
Baqarah:2:282).
d.Adil
Sifat adil dijadikan sebagai persyaratan untuk menjadi saksi sesuai
dengan firman Allah swt: 19
652 Artinya:”Apabila mereka telah mendekati akhir iddahnya, maka rujukilah
mereka dengan baik atau lepaskanlah mereka dengan baik dan
persaksikanlah dengan dua orang saksi yang adil diantara
kamu”..(Q.S. At-thalak :65:2).
e.Dapat berbicara
Seorang saksi sudah seharusnya orang yang harus dapat berbicara
untuk dapat menyampaikan dan menerangkan kepada hakim tentang suatu
kejadian yang disaksikannya. Oleh karena itu dapatnya saksi berbicara
adalah sangat penting dan merupakan suatu keharusan. Akan tetapi, dalam
hal ini para ulama berbeada pendapat tentang kesaksian orang bisu yang
isyaratnya dapat dipahami dan pandai menulis, diantaranya adalah:
1.Mazhab Hambali:
Tidak menerima dengan isyarat walaupun dimengerti, tetapi menerima
jika orang tersebut sanggup menulis.
2.Mazhab Maliki:
19
Ibid., h. 50.
![Page 33: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022013018/5c7b288609d3f2d17f8b515b/html5/thumbnails/33.jpg)
26
Dapat menerima kesaksian orang bisu yang dapat dimengerti
isyaratnya.
3.Mazhab Syafi’i:
Dalam mazhab ini ada beberapa pendapat, pertama dapat menerima
dengan isyarat dalam masalah perkawinan dan talak. Ada pula yang
tidak menerimanya, oleh karena itu kesaksian orang bisu hanya dapat
diterima jika dalam keadaan darurat.
4.Imam Hanafi
Tidak menerima kesaksian orang bisu, baik di mengerti isyaratnya
maupun ia pandai menulis.20
f.Baik Ingatan dan Teliti
Kesaksian bagi orang yang daya ingatannya sudah tidak normal,
pelupa dan sering salah, maka jelas kesaksian ini diragukan kebenarannya.
Sebab hal ini akan mempengaruhi ketelitiannya, baik dalam ingatan
maupun dalam mengemukakan kesaksiannya. Oleh karena itu
kesaksiannya tidak dapat dipegang dan dipercaya.
g.Tidak ada tuhmah
Yang dimaksud dengan tidak ada tuhmah disini adalah tidak ada
sangkaan buruk terhadap maksud baik seseorang dalam mengemukakan
kesaksiannya, tuhmah adalah orang yang disangsikan bermaksud baik
dalam kesaksian, hal ini disebabkan karena orang tersebut memiliki rasa
benci atau sebaliknya sangat cinta terhadap yang disaksikannya, hal ini
dapat digambarkan seperti kesaksian seorang ayah terhadap anaknya atau
20
Ibid., h.51.
![Page 34: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022013018/5c7b288609d3f2d17f8b515b/html5/thumbnails/34.jpg)
27
kesaksian seseorang terhadap musuhnya. Maka kesaksian itu bisa diterima
bila tidak ada tuhmah.21
3. Menurut Hukm Acara Perdata
Sedangkan syarat-syarat saksi dalam hukum acara perdata ialah
sebagai berikut:
a. Seorang saksi harus dapat bersikap objektif, karena objektifitas merupakan
syarat yang harus diberikan oleh seorang saksi didalam persidangan.
Objektifitas kesaksian yang diberikan oleh seorang saksi yaitu:
1. Tidak boleh ada hubungan kekeluargaan dengan salah satu pihak
2. Tidak boleh ada hubungan kerja
3. Mampu bertanggung jawab yakni sudah dewasa, sudah berumur 15
tahun keatas, atau sudah pernah kawin dan tidak sakit ingatan
b. Syarat formal, merupakan syarat yang secara formal harus dipenuhi dan
dilakukan oleh seorang saksi yaitu:
a. Harus datang di sidang pengadilan
b. Harus menerangkan dibawah sumpah
c. Tidak unus testis nullus testis
21
Ibid., h.52.
![Page 35: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022013018/5c7b288609d3f2d17f8b515b/html5/thumbnails/35.jpg)
28
c. Syarat subjektif/material, merupakan syarat mengenai materi yang harus
diterangkan oleh seorang saksi yaitu:
a. Menerangkan tentang apa yang dilihat, yang didengar dan dialami oleh
seorang saksi
b. Dasar-dasar atau alasan seorang saksi mengapa ia dapat melihat,
mendengar dan mengalami apa yang diterangkan22
C. Dasar Hukum Menjadi Saksi
1. Dasar Hukum Menjadi Saksi Menurut Hukum Islam
a. Al-Qur’an
4135
Artinya:”Wahai orang-orang yang beriman. Jadilah kamu orang yang
benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah…”
(Q.S. An-Nisa‟ : 135)
652
Artinya: “…Dan hendaklah kamu tegakan kesaksian itu karena Allah…
(Q.S. Ath-Thalak: 2)
58
Artinya:” Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu menjadi orang-
orang yang selalu menegakan (kebenaran) karena Allah,
menjadi saksi dengan adil…”(Q.S. Al-Maidah: 8)
22
Hari Sasangka, Hukum Pembuktian Dalam Perkara Perdata, (Bandung:Mandar Maju,
2005), cet. Pertama, h.67.
![Page 36: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022013018/5c7b288609d3f2d17f8b515b/html5/thumbnails/36.jpg)
29
2282
Artinya: “ Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang
(lelaki diantaramu). Dan persaksikanlah jika kamu berjual beli.”
(Q.S. Al-Baqarah: 282)
b. As-Sunnah
Sedangkan hadits nabi yang mengulas tentang kesaksian,
diantaranya adalah :
Artinya:”Dari Zaid bin Khalid al-juhani, sesungguhnya nabi saw telah
bersabda: sukakah kamu kuberitahukan kepadamu saksi-saksi
yang baik? Yaitu orang yang memberikan kesaksian sebelum ia
diminta untuk mengemukakannya”. (H.R. Muslim)23
23
Imam Muslim, Shahih Muslim 3, terj. Ma’mur Daud, (Jakarta: Widjaya, 1984), cet. Ke-
1, h.261.
![Page 37: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022013018/5c7b288609d3f2d17f8b515b/html5/thumbnails/37.jpg)
30
Artinya:”Dari Ibnu Abbas r.a, bahwasanya Nabi saw ditanya tentang
kesaksian, lalu ia bertanya kepada orang yang bertanya itu:
engkau lihatlah matahari?”orang itu menjawab: Ya, kemudian
nabi bersabda: „seperti itulah: maka jadilah engkau atau
tinggalkan sama sekali‟(H.R. Baihaqi dan Turmudzi).
Artinya:”Dari Ibnu Abbas r.a, bahwasanya nabi saw bersabda:
“pembuktian adalah kewajiban penggugat, sedangkan sumpah
adalah kewajiban orang yang mengingkari”. (H.R. Baihaqi dan
Turmudzi).24
24
Shan’ani, Subulus Salam, juz IV, Dahlan, Bandung, hal.126.
![Page 38: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022013018/5c7b288609d3f2d17f8b515b/html5/thumbnails/38.jpg)
31
Dasar hukum memberikan kesaksian adalah fardlu kifayah, jika dua
orang yang telah memberikan kesaksian maka semua orang telah gugur
kewajibannya. Akan tetapi jika semua orang menolak memberikan kesaksian
maka semuanya berdosa karena maksud dari kesaksian itu adalah untuk
memelihara hak.
Hukum memberikan kesaksian pada mulanya adalah fardlu kifayah
bisa berubah menjadi fardlu „ain jika tidak ada lagi orang lain yang
mengetahui suatu kasus, kecuali dua orang saja maka memberikan kesaksian
adalah wajib bagi kedua orang yang menyaksikannya. Terhadap saksi seperti
ini jika keduanya menolak untuk memberikan kesaksian maka mereka boleh
dipanggil secara paksa.25
2. Dasar Hukum Menurut Hukum Acara Perdata
Menurut hukum acara perdata ketentuan tentang saksi telah diatur
dalam pasal 1895 KUH Perdata “Pembuktian dengan saksi-saksi
diperkenankan dalam segala hal dimana itu tidak dikecualikan oleh undang-
undang”, dalam hal ini terdapat beberapa ketentuan tentang dasar hukum
mengenai saksi adalah sebagai berikut :
Dasar hukum saksi dibagi manjadi dua bagian antara lain:
- Dasar Hukum Pemeriksaan Saksi :
25
Asadullah AL-Faruq, Hukum Acara Peradilan Islam, (Yogyakarta:Pustaka Yustisisa,
2009), cet. Pertama, h.47.
![Page 39: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022013018/5c7b288609d3f2d17f8b515b/html5/thumbnails/39.jpg)
32
- Pasal 144 – 152 HIR
- Pasal 171 – 179 RBg
- Dasar Hukum Keterangan Saksi:
- Pasal 168 – 172 HIR
- Pasal 306 – 309 RBg
- Pasal 1895 dan 1902 s/d 1912 BW.
D. Kewajiban Saksi
Kewajiban yang ditetapkan kepada saksi dari pihak keluarga dalam
perceraian sama halnya dengan kewajiban saksi pada umumnya, diantaranya
adalah:
1. Kewajiban untuk menghadap
Kewajiban untuk menghadap di persidangan pengadilan agama ini
dapat disimpulkan dari pasal 140 dan 141 HIR (pasal.166, 167 Rbg), yang
menentukan adanya sanksi bagi saksi yang tidak mau datang setelah
dipanggil dengan patut.26
Adapun syarat materiil saksi ialah:
a. Menerangkan apa yang dilihat, didengar, dan dialami sendiri, pasal
171 HIR/pasal 308 RBg.
b. Diketahui sebab-sebab ia mengetahui peristiwanya, pasal 171 (1)
HIR/pasal 308 (1) RBg.
26
Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, (Yogyakarta:Liberty, 1977),
cet. Pertama, h.174.
![Page 40: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022013018/5c7b288609d3f2d17f8b515b/html5/thumbnails/40.jpg)
33
c. Bukan merupakan pendapat atau kesimpulan saksi sendiri, pasal 171
(2) HIR/pasal 308 (2) RBg.
d. Saling bersesuaian satu sama lain, pasal 170 HIR.
e. Tidak bertentangan dengan akal sehat.27
2. Kewajiban untuk bersumpah
Seorang saksi berkewajiban untuk bersumpah sesuai dengan agama
yang dianut yang menjadi kepercayaanya, hal ini sesuai dengan ketentuan
pasal 147 HIR, 175 Rbg,1991 BW jo pasal. 4 S.1920 no. 69. Oleh karena
sumpah ini diucapkan sebelum memberi kesaksian dan berisi janji untuk
menerangkan yang sebenarnya, maka sumpah ini disebut juga sumpah
promissoir, lain dengan sumpah sebagai alat bukti yang disebut sumpah
confirmatoir, sumpah oleh saksi ini harus diucapkan dihadapan kedua
belah pihak.
Bagi saksi yang beragama Islam rumusan atau lafal sumpah itu
berbunyi sebagai berikut :
“Demi Allah, Saya bersumpah bahwa saya akan menerangkan
yang benar dan tidak lain dari pada yang sebenarnya”.
Bagi saksi yang beragama Kristen, dengan berdiri sambil
mengangkat tangan kananya sampai setinggi telinga serta merentangkan
jari telunjuk dari jari tengahnya (pasal. 1 S. 1920 no. 69) mengucapkan
sumpah sebagai berikut :
“Saya bersumpah bahwa saya akan menerangkan yang benar dan
tidak lain dari pada yang sebenarnya”.
3. Kewajiban memberikan keterangan
Seorang saksi yang telah bersumpah berkewajiban memberikan
keterangan sesuai dengan apa yang ia lihat, dengar dan ia alami. Dan jika
27
A. Mukti Arto, Praktek Perkara Pada Pengadilan Agama, h. 165-166.
![Page 41: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022013018/5c7b288609d3f2d17f8b515b/html5/thumbnails/41.jpg)
34
ia enggan memberikan keterangan, maka atas permintaan dan biaya pihak
yang berkepentingan, ketua pengadilan dapat memberi perintah, agar saksi
itu disandera sampai saksi itu memenuhi kewajibannya sesuai dengan
ketentuan pasal 148 HIR.28
Dari penjelasan yang ada diatas dapat disimpulkan bahwa orang
yang dapat didengar sebagai saksi adalah pihak ketiga dan bukan salah
satu pihak yang berperkara, pasal 139 ayat 1 HIR dan Psal 165 ayat 1 Rbg,
baik pihak formil maupun materil tidak boleh didengar kesaksiannya
sebagai saksi.
Sedangkan seorang saksi yang dapat didengar kesaksiannya dan
dapat diterima dipengadilan untuk menjadi saksi, yaitu seorang saksi harus
dapat bersikap objektif atau tidak boleh ada ikatan kekeluargaan , seorang
saksi harus memenuhi syarat formil atau materil di pengadilan.
28
Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, h. 176.
![Page 42: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022013018/5c7b288609d3f2d17f8b515b/html5/thumbnails/42.jpg)
35
BAB III
KEDUDUKAN SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM
PERCERAIAN MENURUT HUKUM ACARA
PERDATA DAN HUKUM ISLAM
A. Kedudukan Saksi dari Pihak Keluarga Dalam Perceraian Menurut
Hukum Acara Perdata
Dalam perkara perdata terdapat beberapa ketentuan tentang saksi yang
telah diatur dalam pasal 139-143 HIR, 165-170 RBg dan pasal 1909 KUH
Perdata. Pada prinsipnya menganut sistem bahwa menjadi saksi dalam perkara
perdata adalah suatu kewajiban hukum, akan tetapi tidak bersifat memaksa
(imperatif) melainkan voulentary pada peristiwa-peristiwa tertentu.
Seorang saksi dikatakan bersifat imperatif artinya setiap orang tidak
boleh dipaksa wajib menjadi saksi, akan tetapi tergantung kepada kerelaan.
Prinsip ini hanya mutlak dalam dua hal yaitu:
1. Saksi Tidak Relevan Meneguhkan Dalil atau Bantahan
Ketentuan pasal 139 ayat (1). Jika saksi yang didengar
keterangannya tidak penting atau tidak berbobot untuk meneguhkan dalil
penggugat atau bantahan tergugat, kepada saksi tidak berlaku kewajiban
hukum untuk menjadi saksi. Oleh karena itu saksi saksi tidak dapat
dipaksa untuk hadir dipersidangan
Mengenai sejauh mana saksi dapat meneguhkan dalil penggugat
atau bantahan tergugat, harus benar-benar dipertimbangkan oleh hakim
![Page 43: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022013018/5c7b288609d3f2d17f8b515b/html5/thumbnails/43.jpg)
36
secara objektif dan realistis. Tidak boleh tergesa-gesa menyatakan saksi
yang diajukan penggugat atau tergugat untuk dihadirkan dengan paksa
melalui panggilan pengadilan.1
2. Saksi Berdomisili di Luar Wilayah Hukum Pengadilan Yang Memeriksa
Apabila saksi yang bersangkutan berdomisili di luar wilayah
hukum pengadilan yang memeriksa, hal ini dapat di simpulkan bahwa,
menjadi saksi dalam perkara perdata merupakan kewajiban hukum yang
bersifat imperatif relatif, dalam arti apabila di penuhi syarat wajib, maka
wajib pula hukumnya yaitu apabila saksi berdomisili diwilayah hukum
pengadilan yang memeriksa perkara.2
Alat bukti saksi sangat luas jagkauannya hampir meliputi semua
bidang perdata, hanya dalam hal-hal yang sangat terbatas sekali
keterangan saksi tidak diperbolehkan, seperti melarang pembuktian
dengan saksi terhadap isi suatu akta, rasionya adalah pada umumnya
keterangan saksi dalam hal ini kurang dipercaya karena sering terjadi
kebohongan.
Banyak yang menggambarkan bahwa keterangan alat bukti saksi
cenderung tidak dapat di percaya dengan dasar petimbangan :
a. Saksi cenderung berbohong, baik sengaja atau tidak.
b. Suka mendramatisir, menambah atau mengurangi kejadian yang
sebenarnya.
c. Ingatan manusia terhadap suatu peristiwa tidak selamanya akurat.
1 M. Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), cet. Kelima,
h. 633. 2 Ahmad Mujahidin, Pembaharuan Hukum Acara Perdata, (Jakarta: IKAHI, 2008), cet.
Pertama, h.267.
![Page 44: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022013018/5c7b288609d3f2d17f8b515b/html5/thumbnails/44.jpg)
37
d. Sering mempergunakan emosi, baik pada saat menyaksikan peristiwa
maupun pada saat memberikan keterangan pada persidangan, sehingga
kemampuan untuk menjelaskan sesuatu tidak proposional lagi.
Atas dasar hal-hal tersebut di atas maka peran seorang hakim
sangat diperlukan untuk dapat menyaring kesaksian seorang saksi yang
dapat dijadikan alat bukti yang sah, karena tidak semua keterangan saksi
bernilai sebagai alat bukti yang sah, ada beberapa bagian keterangan saksi
yang tidak boleh di nilai dan dijadikan sebagai alat bukti, yaitu sebagai
berikut:
a. Pendapat Pribadi Saksi
Pendapat pribadi atau pendapat khusus seorang saksi adalah
tidak dibenarkan sebagai alat bukti keterangan saksi, oleh karena itu
harus dikeluarkan atau dikesampingkan dari penilaian pembuktian, jika
hal ini dilarang berarti hakim salah menerapkan hukum pembuktian
dan putusan akan dibatalkan pada tingkat banding atau kasasi.
b. Dugaan Saksi
Dugaan manusia pada umumnya di dasarkan pada daya
tangkap panca indera, sehingga akuratnya suatu dugaan tergantung
pada daya tangkap panca indera manusia yang dimiliki seseorang,
disamping itu mengandung unsur keraguan, sedang yang dituntut
hukum dari keterangan saksi sebagai alat bukti adalah kepastian atas
kejadian dan peristiwa yang disaksikannya.
![Page 45: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022013018/5c7b288609d3f2d17f8b515b/html5/thumbnails/45.jpg)
38
c. Kesimpulan Pendapat Saksi
Memberikan keterangan yang berdasarkan suatu kesimpulan
dari apa yang ia saksikan dalam suatu peristiwa bisa mengakibatkan
saksi mengambil kedudukan dan fungsi serta kewenangan hakim,
selain dari itu keterangan saksi akan melenceng dari garis objektif
kearah pendapat yang subjektif, kemudian kesimpulan dari seseorang
tidak selama bersifat benar akan tetapi sebaliknya bisa keliru, sehingga
tidak memberikan suatu kesaksian.
d. Perasaan Pribadi Saksi
Keterangan yang diberikan berdasarkan perasaan sangat
cenderung dipengaruhi dengan kata hati sanubari atau getaran jiwa
seseorang, sehingga yang menonjol dalam keterengan yang diberikan
berdasarkan perasaan maka kehilangan makna fungsi panca indera
penglihatan dan pendengaran.
e. Kesan Pribadi Saksi
Kesan merupakan hasil yang diperoleh dari suatu pengalaman
atau pendengaran, kesan dianggap sebai impression yaitu hasil yang
diperoleh seseorang dari pengalaman dan pengamatan dalam suatu
peristiwa, namun suatu kesan lebih cenderung mengarah pada
penilaian subyektif sesuai dengan latar belakang yang berada disekitar
kehidupan orang yang bersangkutan. Oleh karena itu keterangan saksi
![Page 46: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022013018/5c7b288609d3f2d17f8b515b/html5/thumbnails/46.jpg)
39
yang berisikan kesan atas peristiwa yang disaksiannya juga harus
disingkirkan sebagai alat bukti.3
Melihat pentingnya saksi dalam perkara perdata, maka di dalam
hukum acara perdata secara khusus mengatur tentang pembuktian dengan alat
bukti saksi berdasarkan dengan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh
seseorang untuk dapat menjadi saksi, hal ini sesuai dengan ketentuan pasal
139-142 HIR, mengenai tata cara pelaksanaan dan syarat-syarat sah menjadi
saksi, adalah sebagai berikut:
1. Syarat Formil
Dalam syarat formil, menempatkan saksi berada pada kedudukan
seseorang dalam memberikan kesaksian sebagai kewajiban hukum adalah
sebagai berikut:
a. Seorang saksi berumur 15 tahun keatas.
b. Sehat akalnya.
c. Tidak hubungan keluarga sedarah dan keluarga semenda dari salah
satu pihak menurut keturunan yang lurus.
d. Tidak ada hubungan perkawinan dengan salah satu pihak meskipun
sudah bercerai (pasal 144(1) HIR).
e. Tidak ada hubungan kerja dengan salah satu pihak dengan menerima
upah (pasal 144(2) HIR, kecuali undang menentukan lain.
f. Menghadap dipersidangan (pasal 141(2) HIR).
g. Mengangkat sumpah menurut agamanya (pasal 147 HIR).
h. Berjumlah sekurang-kurangnya dua orang untuk kesaksian suatu
peristiwa, atau dikuatkan dengan alat bukti lain (pasal 169 HIR),
kecuali mengenai perzinahan.
i. Dipanggil masuk keruang sidang satu demi satu (pasal 144 (i) HIR).
3 Ibid., h. 261.
![Page 47: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022013018/5c7b288609d3f2d17f8b515b/html5/thumbnails/47.jpg)
40
j. Memberikan keterangan secara lisan (pasal 147 HIR).4
2. Syarat Meteril
Dalam syarat materil yang akan dijelaskan bersifat kumulatif,
bukan alternatif. Jadi, jika salah satu syarat tidak terpenuhi maka
mengakibatkan keterangan saksi tersebut mengandung cacat materil dan
tidak sah dijadikan alat bukti, dalam hal ini syarat materil yang melekat
pada alat bukti saksi antara lain:
a. Keterangan seorang saksi saja tidak dapat diterima sebagai alat bukti
saksi, ditegaskan dalam pasal 169 HIR, Pasal 1905 KUH Perdata.
b. Keterangan berdasarkan alasan dan sumber pengetahuan.
c. Hal-hal yang tidak sah menjadi alat bukti saksi, seperti pendapat
khusus yang diperoleh dengan jalan pikiran atau alasan pribadi saksi,
bukan termasuk kesaksian. Hal ini diatur dalam pasal 171 ayat (2)
HIR, Pasal 308 ayat (2) RBg dan pasal 1907 ayat (2) KUH Perdata.
d. Saling Persesuaian, saling bersesuaian antara keterangan saksi yang
satu dengan yang lain atau antara keterangan saksi dengan alat bukti
lain. Hal ini diatur dalam pasal 170 HIR dan Pasal 1908 KUH Perdata.
Berdasarkan syarat-syarat saksi di atas menjelaskan bahwa kedudukan
saksi dari pihak keluarga tidak dapat diterima kesaksiannya, walaupun dalam
konteks yang ada di atas tidak menjelaskan saksi-saksi dari pihak keluarga
yang ada dalam perceraian, yang tidak dapat didengar kesaksiannya. Dan
sesuai dengan ketentuan pasal 1909 KUH Perdata yang menjelaskan bahwa
4 Kamarusdiana dan Nahrowi, Hukum Acara Perdata, (Jakarta: Fakultas Syari‟ah dan
Hukum UIN Syarif Hidayatullah), cet. Pertama, h.89.
![Page 48: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022013018/5c7b288609d3f2d17f8b515b/html5/thumbnails/48.jpg)
41
saksi keluarga tidak dapat didengar keterangannya sebagai saksi karena
dianggap tidak dapat bersikap objektif.
Kedudukan saksi dari pihak keluarga juga ditegaskan dalam pasal 145
HIR dan Pasal 172 RBg bahwa orang yang dilarang didengar sebagai saksi
telah diatur secara enumeratif bahwa kelompok saksi yang tidak cakap
menjadi saksi secara absolut terdiri dari:
1. Keluarga sedarah dan semenda dari salah satu pihak menurut garis lurus
2. Suami atau istri dianggap tidak cakap menjadi saksi meskipun sudah
bercerai.
Hal ini sangat jelas menurut undang-undang yang berlaku dan telah
memiliki kekuatan hukum tetap, serta menjadi pedoman dalam suatu majelis
persidangan yang ada dipengadilan agama maupun pengadilan negeri, untuk
tidak menerima saksi dari pihak keluarga dalam perkara berdata pada
umumnya.5
Apabila saksi telah memenuhi syarat yang disebutkan di atas maka
seorang saksi mempunyai nilai pembuktian bebas. Hakim dalam hal ini bebas
untuk menilai kesaksian itu sesuai dengan hati nuraninya. Hakim dalam hal ini
tidak boleh terikat dengan keterangan saksi artinya hakim dapat
menyingkirkannya asal di pertimbangkan dengan argumentasi yang kuat.
Dalam hal menimbang harga kesaksian seorang saksi, hakim harus
menumpahkan sepenuhnya tentang pemufakatan dari saksi-saksi, mengenai
cocoknya kesaksian-kesaksian dalam perkara yang diperselisihkan, tentang
sebab-sebab yang mungkin ada pada saksi untuk memberikan keterangan
secara jelas, tentang perlakuan atau adat dan kedudukan saksi, dan pada
5 M. Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata, h. 635.
![Page 49: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022013018/5c7b288609d3f2d17f8b515b/html5/thumbnails/49.jpg)
42
umumnya atas segala hal yang dapat menyebabkan saksi itu dapat dipercaya
atau tidak.
Karena dapat tidaknya seorang saksi dipercaya tergantung pada banyak
hal, yang harus diperhatikan oleh hakim, dalam pasal 172 HIR (pasal 309
Rbg, 1908 BW) menentukan, bahwa dalam mempertimbangkan nilai
kesaksian, hakim harus benar-benar melihat tindak tanduk seorang saksi baik
dari cara hidup atau segala hal yang sekiranya mempengaruhi tentang dapat
tidaknya saksi dipercaya 6
Hakim dalam hal ini tidak dapat dipaksa untuk mempercayai saksi
sebab mungkin saja terjadi saksi palsu. Oleh karena itu dalam mendengarkan
kesaksian para saksi, hakim harus berhati-hati benar dan memperhatikan
benar-benar apakah ada kesesuaian antara keterangan para saksi dengan isi
perkara yang disengketakan, bagaimana sifat-sifat dan adat istiadat saksi, dan
ada hubungan apakah saksi dengan yang disaksikan.7
Agar memperoleh keterangan yang relevan bagi hukum dalam
memeriksa saksi, hakim harus menggunakan cara yang tepat. Lazimnya
seorang hakim membiarkan seorang saksi untuk bercerita dari awal hingga
akhir, cara saksi bercerita dengan bebas ini sering membuang waktu, karena
tidak jarang cerita yang tidak relevan bagi hukum diceritakan juga oleh saksi.
Hal ini terlihat kurang efektif bila digunakan oleh para hakim dalam mencari
keterangan para saksi.
Adapun cara lain yang lebih efektif adalah cara yang terpimpin. Dalam
hal ini seorang hakim berperan aktif untuk dapat membedakan peristiwa mana
yang relevan dan mana yang tidak, sudah siap dengan pertanyaan yang
disusunnya secara sistematis dan kemudian saksi tinggal menjawab
6 Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, (Yogyakarta: Liberty, 1977),
cet. Pertama, h. 168. 7 Ahmad Shahibuddin, Keyakinan Hakim Dalam Pembuktian Perkara Perdata Menurut
Hukum Acara Positif dan Hukum Acara Islam, (Jakarta:PT. Pembimbing Masa, 1983), cet.
Pertama, h. 38.
![Page 50: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022013018/5c7b288609d3f2d17f8b515b/html5/thumbnails/50.jpg)
43
pertanyaan-pertanyaan tersebut. Cara ini akan menghemat waktu dan akan
lebih tepat mengenai sasarannya.8
Sesuai dengan ketentuan pasal 145 HIR kedudukan saksi dari pihak
keluarga tidak dapat didengar, begitu juga dengan keluarga semenda yang
dimaksud dengan keluarga semenda adalah mereka yang tertarik karena ikatan
tali pernikahan. Adapun alasan bahwa saksi dari pihak keluarga tidak dapat
didengar, karena dikhawatirkan mereka akan memberikan keterangan yang
palsu di persidangan.
Karena terpaksa disebabkan oleh hubungan keluarga yang dekat.
Anak-anak yang belum berumur 15 tahun juga dilarang untuk didengar
kesaksiannya, kecuali jika mereka telah menikah, karena dikhawatirkan
mereka akan mengkhayal dan juga orang gila dilarang didengar kesaksiannya
karena keterangannya tidak dapat dipertanggung jawabkan secara
keseluruhan.
Akan tetapi dalam hal ini keluarga sedarah dan keluarga semenda tidak
boleh ditolak sebagai saksi, dalam perkara-perkara mengenai kedudukan sipil
dari pihak yang bersangkutan atau mengenai perjanjian kerja. Pada ayat (4)
pasal 145 HIR, menyebutkan bahwa keterangan mereka hanya boleh
dipandang sebagai penjelasan saja, artinya bahwa keterangan mereka itu tidak
merupakan bukti.
Orang-orang yang tersebut pada ayat (1) 145 HIR di atas, diberi hak
oleh undang-undang untuk mengundurkan diri, untuk tidak mau didengar
sebagai saksi, karena dikhawatirkan kalau nanti terjadi hubungan buruk
dengan pihak yang dirugikan yaitu dengan saudara saksi sendiri.
Apabila mereka terpaksa harus memberikan keterangan, karena kalau
tidak memberikan keterangan maka mereka akan disanderakan, dan apabila
mereka berani memberikan keterangan yang palsu yang menguntungkan
saudaranya, maka mereka dapat dituntut karena sumpah palsu. Oleh karena itu
8 Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, h.170.
![Page 51: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022013018/5c7b288609d3f2d17f8b515b/html5/thumbnails/51.jpg)
44
berdasarkan keberatan-keberatan tersebut, saksi boleh menentukan sendiri,
apakah ia mau didengar sebagai saksi atau tidak.
Dalam pasal 146 HIR menyebutkan golongan orang-orang yang di
perkenankan untuk mengundurkan diri. Hal ini bukan berarti hakim menolak
mereka untuk memberikan kesaksian akan tetapi saksi sendiri yang oleh
undang-undang diberi hak untuk tidak mau didengar di bawah sumpah.9
Adapun orang-orang yang diperbolehkan mengundurkan diri antara
lain:
1. Saudara laki-laki dan saudara perempuan dan ipar laki-laki serta
perempuan dari salah satu pihak.
2. Keluarga sedarah menurut keturunan yang lurus, saudara laki-laki, dan
perempuan dari laki atau istri salah satu pihak.
3. Semua orang yang karena kedudukan, pekerjaan atau jabatannya yang sah,
diwajibkan untuk menyimpan rahasia tetapi semata-mata hanya mengenai
hal demikian yang dipercayakan padanya.
Saksi yang datang kepengadilan, sebelum memberikan keterangan
terlebih dahulu mengangkat sumpah menurut agamanya masing-masing
dihadapan hakim yang memeriksa perkara. Adapun maksud dari sumpah
tersebut adalah diharapkan dengan bersumpah saksi akan memberikan
keterangan yang benar sesuai dengan apa yang dilihat dan didengarnya
sendiri.
Saksi yang bersumpah tentunya tidak main-main dengan sumpahnya
karena apa yang telah diterangkan sudah mengatasnamakan tuhannya,
sehingga apabila ia tidak memberikan keterangan yang benar maka akan
mendapatkan kutukan dari tuhannya dan tidak hanya itu saksi juga dapat
dituntut dalam perkara pidana berdasarkan pasal 242 KUHP yang ancaman
hukumnya paling lama tujuh tahun, karena melakukan keterangan palsu
dibawah sumpah.10
9 Retno Wulan Sutanto dan Iskandar oerip kartawinata, Hukum Acara Dalam Praktek,
(Bandung: Mandar Maju, 1995), cet. Pertama, h.58. 10
Gatot Supramono, Hukum Pembuktian di Peradilan Agama, (Ujung Pandang: Alumni,
1993), cet. Pertama, h. 35.
![Page 52: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022013018/5c7b288609d3f2d17f8b515b/html5/thumbnails/52.jpg)
45
B. Kedudukan Saksi Dari Pihak Keluarga Dalam Perceraian Menurut
Hukum Islam
Dengan terbentuknya KHI (Kompilasi Hukum Islam), yang menjadi
salah satu landasan hukum dalam suatu persidangan yang ada di Pengadilan
Agama, sedikit banyak telah memberikan kontribusi dalam pengambilan
keputusan para hakim dalam menyelesaikan perkara agar tidak terjadi
perbedaan dalam putusan pengadilan untuk kasus-kasus yang sama.
Pada dasarnya KHI merupakan pengembangan dari hukum perkawinan
yang tertuang dalam Undang-undang No. 1 Tahun 1974, oleh sebab itu tidak
terlepas dari misi yang diemban oleh undang-undang perkawinan tersebut,
walaupun cakupannya hanya terbatas bagi kepentingan umat Islam, akan
tetapi KHI tersebut mutlak harus dapat memberikan landasan hukum
perkawinan yang dapat dipegangi oleh umat Islam.11
Sebagai acuan dan merupakan pedoman bagi masyarakat muslim
khususnya, KHI telah banyak mengatur terutama dalam masalah perkawinan,
kewarisan, perwakafan dan didalamnya meliputi perceraian.12
Akan tetapi
mengenai masalah kedudukan saksi dalam perceraian tidak diatur dalam
Kompilasi Hukum Islam. Namun demikian kedudukan saksi dari pihak
keluarga dalam perceraian banyak ditemukan dalam literatur-literatur fiqih
dan hukum Islam lain yang merujuk pada Al-qur‟an atau Al-hadits.
Syekh Abu Syuja‟ berkata :
“Apabila penuduh disertai saksi, maka hakim mendengarkan saksi itu dan
memutuskan hukum untuk penuduh dengan berdasarkan saksi tersebut. Kalau
tidak ada saksi, maka perkataan yang dibenarkan adalah perkataan orang
yang tertuduh.”
11
Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, ( Jakarta:Raja Grafindo Persada, 1997), cet.
Ke-2, h.56. 12
Mohammad Daud Ali, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di Indonesia, (
Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada, 2004), cet. kesebelas, h. 294.
![Page 53: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022013018/5c7b288609d3f2d17f8b515b/html5/thumbnails/53.jpg)
46
Sedangkan menurut riwayat Al-Baihaqi:
Artinya:”…Tetapi penuduh harus disertai saksi, sedangkan orang yang
tertuduh harus bersumpah apabila membela diri.”(H.R Baihaki)
Dalam hadits tersebut menjelaskan bahwa harus ada saksi yang
menguatkan penuduh, maksudnya adalah karena saksi itu sebagai dasar yang
kuat untuk menguatkan tuduhan, karena penuduh itu sendiri adalah lemah,
karena apa yang ia ucapkan bisa berbeda dengan kenyataan, lalu dasar yang
kuat yaitu adanya saksi adalah untuk memperkuat lemahnya penuduh.
Sedangkan sumpah adalah alasan yang lemah.13
Kedudukan saksi dalam hukum Islam terlihat sangat penting untuk
membuktikan suatu kejadian dalam sebuah peristiwa. Saksi sangat diperlukan
untuk memperkuat lemahnya penuduh dan lemahnya sumpah. Dalam hukum
Islam juga diatur tentang kriteria saksi yang dapat diterima kesaksiannya
Dalam hal ini para fuqaha menjelaskan tentang kesaksian yang
dilakukan oleh seorang ayah terhadap anaknya dan kesaksian seorang ayah
terhadap anaknya bahwa kesaksian tersebut dapat ditolak, begitu pula
kesaksian yang dilakukan oleh seorang ibu terhadap anaknya dan kesaksian
seorang anak terhadap ibunya.
Termasuk yang menjadi persoalan para fuqoha adalah mengenai
keraguan akan i‟tikad baik terhadap kesaksian seseorang, yaitu kesaksian
suami istri antara yang satu dengan yang lainnya. Imam Malik dan Abu
Hanifah menolak kesaksian suami terhadap istri dan kesaksian istri terhadap
suaminya.
Selanjutnya kesaksian seseorang terhadap saudaranya, termasuk
persoalan yang disepakati oleh para fuqaha adalah diterimanya i‟tikad baik
dalam kesaksian seseorang tersebut, jika kesaksiannya tidak bermaksud untuk
13
Al-Imam Taqiyuddin Abu Bakar Al-Husaini, Kifayatul Akhyar, Jilid.III, (Surabaya:PT.
Bina Ilmu, 1997), cet.Pertama, h. 341.
![Page 54: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022013018/5c7b288609d3f2d17f8b515b/html5/thumbnails/54.jpg)
47
menutup-nutupi cela dan selama ia tidak bermaksud merayu saudaranya dalam
rangka memperoleh kebaikan hubungan.14
Imam Syafi‟i berkata,”Seandainya kesaksian seorang bapak kepada
anaknya itu diterima, maka sama saja kesaksian itu ditujukan kepada dirinya
sendiri”. Nabi saw bersabda, „Sesungguhnya Fatimah itu bagian dariku,
sehingga sesuatu yang meragukanku akan meragukannya, dan sesuatu yang
menyakitiku akan menyakitinya’. Imam Syafi‟i juga berkata: “Anak itu adalah
bagian dari bapak, maka seakan-akan seorang bapak itu mempersaksikan
sesuatu yang menjadi bagian dirinya.”
Az-Zuhri berkata dari Urwah, dari Aisyah, dari Nabi SAW, beliau
bersabda, “Tidak boleh diterima kesaksian seorang lelaki pengkhianat,
kesaksian seorang wanita pengkhianat, kesaksian orang yang tertuduh,
dihadapan keluarga dan kerabatnya, dan kesaksian orang yang dikenai
hukuman cambuk.”
Mereka berkata, “Karena diantara kesaksiannya itu ada unsur
kebencian dan bagian (keturunan), maka kesaksiannya itu tidak bisa diterima,
sebagaimana tidak diperbolehkan memberikan zakat kepadanya sehingga
pembunuhan yang dilakukan oleh anaknya dapat dianggap sebagai fitnah.dan
tanggungan denda utang anak tidak bisa dibebankan kepada bapaknya, serta
bapak tidak bisa dituntut dan ditahan karena perbuatan anaknya.
Mereka berpedoman kepada Firman Allah yang berbunyi:
2461 Artinya:’Tidak ada halangan bagi orang buta, tidak pula bagi orang pincang,
tidak pula bagi orang sakit, tidak pula bagi dirimu sendiri, makan
(bersama-sama mereka) dirumah kamu sendiri atau dirumah bapak-
bapakmu, dirumah ibu-ibumu’. (Qs. An-Nur (24):61)
14
Bidayatul Mujtahid, (Dar Al-Jil, Beirut), cet. Ke-I, h. 687.
![Page 55: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022013018/5c7b288609d3f2d17f8b515b/html5/thumbnails/55.jpg)
48
Dalam ayat tersebut Allah tidak menyebutkan rumah anak-anak,
karena hal itu sudah masuk di dalam penyebutan rumah-rumah mereka sendiri,
sehingga dianggap cukup dengan menyebutkan rumah-rumah mereka tanpa
harus menyebutkan rumah anak-anak.
Allah SWT berfirman:
4315 Artinya:”Dan mereka menjadikan sebagian dari hamba-hamba-Nya sebagai
bagian dari-Nya’.(Qs. Az-Zuhruf (43):15)
Dalam ayat tersebut di atas menjelaskan yakni seorang anak adalah
bagian, sehingga kesaksian seseorang tidak dapat diterima dari bagiannya.
Mayoritas ulama membolehkan kesaksian yang diberikan oleh seorang
saudara untuk saudaranya, pendapat ini terdapat dalam kitab Tahdzib dari
riwayat Ibnu Al-Qasim, dari malik. Sebagian ulama mazhab Maliki
berkata,”Kesaksian tersebut tidak diperbolehkan kecuali dengan 1 syarat.”
Selanjutnya terjadi perbedaan pendapat diantara mereka dalam
menentukan syarat tersebut. Sebagian berkata, “Dia harus terlihat
keadilannya.” Sebagian berkata,”Apabila hubungan kekeluargaannya tidak
terlalu dekat.”Asyhab berkata, “Boleh dalam kasus yang ringan, bukan kasus
yang berat.”Apabila ia menampakan keadilannya maka ia boleh memberikan
kesaksian dalam kasus yang berat. Sebagian lagi berkata, “Kesaksiannya dapat
diterima secara mutlak kecuali dalam kasus yang mengandung tuduhan,
seperti kesaksian seorang saksi yang mencari kemuliaan dan kehormatan.”
Yang jelas kesaksian seorang anak untuk bapaknya dan seorang bapak
untuk anaknya dalam kasus yang tidak menyangkut tuduhan dapat diterima.
Pendapaat ini dikemukakan oleh Imam Ahmad. Dalam hal ini terdapat tiga
periwayatan yang bersumber dari Imam Ahmad yaitu: Riwayat yang melarang
dan riwayat yang membolehkannya dalam kasus yang tidak ada kaitannya
dengan tuduhan, dan riwayat yang memisahkan kesaksian anak kepada
bapaknya dan kesaksian bapak terhadap anaknya. Kesaksian anak untuk
![Page 56: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022013018/5c7b288609d3f2d17f8b515b/html5/thumbnails/56.jpg)
49
bapaknya dapat diterima, sedangkan kesaksian bapak untuk anaknya tidak
dapat diterima.15
Disamping itu kesaksian seseorang yang tidak boleh dijadikan dasar
memutuskan perkara, dijelaskan dalam sebuah hadits Rasulullah saw sebagai
berikut:
Artinya: Dari Abdullah bin Ummar r.a beliau berkata: Rasulullah saw.
Bersabda: “Tidak diterima kesaksian seseorang yang berkhianat,
baik pria maupun wanita, tidak boleh juga diterima kesaksian orang
yang menyakiti saudaranya, juga tidak diterima kesaksian seorang
yang mencukupkan dirinya untuk keluarga rumah, yaitu orang diberi
nafkah oleh keluarga sebuah rumah”. (Hr. Ahmad dan Abu Daud).16
Khiyanat yang dimaksud dalam hadits tersebut oleh Abu Ubaid
dijelaskan, yaitu khiyanat yang berkenaan dengan hak-hak Allah dan hak-hak
manusia. Dalam perkataan “dan orang yang menyakiti saudaranya” itu,
menunjukan bahwa permusuhan itu menjadikan penghalang bagi diterimanya
suatu kesaksian, karena dengan permusuhan demi membela agama tidaklah
merupakan penghalang.
Selanjutnya yang dimaksud “orang yang mencukupkan dirinya untuk
keluarga sebuah rumah” yaitu pelayan rumah tangga, kesaksiannya tidak
boleh diterima, karena besar kemungkinan kesaksiannya itu adalah untuk
kepentingan pribadi (ada interes pribadi).
Kemudian para ulama berbeda pendapat tentang masalah kesaksian
seorang anak atas ayahnya dan sebaliknya, juga kesaksian suami terhadap
istrinya dan sebaliknya. Karena kesaksian yang demikian itu besar
15
Ibnu Qayim Al-Jauziyah, Panduan Hukum Islam, (Jakarta:Pustaka Azzam, 2007), cet.
Kedua, h. 99. 16
Abu Bakar Muhammad, Terjemah Subulus Salam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1995), cet.
Ke-I, h. 542.
![Page 57: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022013018/5c7b288609d3f2d17f8b515b/html5/thumbnails/57.jpg)
50
kemungkinan terjadi pembelaan, disebabkan pada umumnya dalam hal
tersebut terjadi suatu jalinan kecintaan (mahabah).17
17
Ibnu Qayim Al-Jauziyah, Panduan Hukum Islam, h. 100.
![Page 58: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022013018/5c7b288609d3f2d17f8b515b/html5/thumbnails/58.jpg)
50
BAB IV
KEDUDUKAN SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DI PENGADILAN
AGAMA KOTA TANGERANG
A. Profil Pengadilan Agama Kota Tangerang
Pengadilan Agama Tangerang bertempat di Jalan Perintis
Kemerdekaan II, Komplek Perkantoran Cikokol Kota Tangerang. Wilayah
Administratif daerah tingkat II kota Tangerang dilokasi sangat strategis letak
geografisnya, tetutama pengembangan ekonomi wilayah dan penduduknya
secara umum.
Letak geiografis kota Tangerang terletak antara 66’ Lintang selatan
dampai dengan 6.13’ Lintang Utara dan 106.36’ Bujur Timur sampai dengan
106.42’ Bujur Timur. Batas wilayah :
1. Sebelah Utara, berbatasan dengan Kecamatan Teluknaga dan
Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang
2. Sebelah Selatan, berbatasan dengan Kecamatan Curug Kecamatan
Serpong dan Kecamatan Pondok Aren Kabupaten Tangerang
3. Sebelah Timur Berbatasan dengan DKI Jakarta
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Cikupa Kabupaten
Tangerang
Adapun bangunan gedung Pengadilan Agama tangerang seluas 1858
m2 yang terdiri dari bangunan ex Sospol yang telah direhab Tahun 2007 dan
gedung lama yang telah dibangun dari anggaran DIPA Tahun 2009 alokasi
Belanja Modal sebesar Rp. 3.853.274.000,-.(Tiga Milyar Delapan Ratus Lima
Puluh Tiga Juta Dua Ratus Tujuh Puluh Empat Ribu Rupiah).
![Page 59: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022013018/5c7b288609d3f2d17f8b515b/html5/thumbnails/59.jpg)
51
Wilayah Administratif Daerahaa Tingkat II Kota Tangerang berada di
lokasi sangat strategis letak geografisnya, terutama pengembangan ekonomi,
wilayah dan penduduknya secara umum.
Wilayah hukum/Yurisdiksi Pengadilan Agama Tangerang meliputi
seluruh wilayah Daerah Tingkat II Kota Tangerang yang terdiri dari 13 (tiga
belas) kecamatan dan 104(seratus empat) Kelurahan.1
Tugas pokok Pengadilan Agama sebagai Badan Pelaksana Kekuasaan
Kehakiman ialah menerima, memeriksa dan mengadili serta menyelesaikan
setiap perkara yang diajukan kepadanya (pasal 2 ayat 1 UU No.14 1970
tentang ketentuan pokok kekuasaan kehakiman), termasuk didalamnya
menyelesaikan perkara Voluntair (penjelasan pasal 2 ayat 1 tersebut).
Berdasarkan ketentuan undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang
perubahan atas undnag-undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Pengadilan
Agama, khususnya pasal 1,2,49 dan penjelasan umum angka 2, serta peraturan
perundang-undangan lain yang berlaku, antara lain: Undang-undang No.1
Tahun 1974 Tentang perkawinan, PP No.28 Tahun 1977 Tentang perwakafan
tanah milik, Inpres No.1 Tahun 1991 Tentang Kompilasi Hukum Islam,
Permenag No. 2 Tahun 1987 yang diubah dengan Permenag No. 3 Tahun
2005 Tentang Wali Hakim.2
1 Laporan Tahunan Pengadilan Agama Kota Tangerang,(Arsip Pengadilan Agama Kota
Tangerang), h.1. 2 A. Mukti Arto, Praktek Perkara Pada Pengadilan Agama, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar,1996),h.1.
![Page 60: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022013018/5c7b288609d3f2d17f8b515b/html5/thumbnails/60.jpg)
52
Begitu pula tugas Pengadilan Agama Tangerang adalah menerima,
memeriksa, mengadili dan menyelesaikan perkara-perkara tertentu diantara
orang Islam atau yang mewujudkan diri dengan hukum islam berupa:
Perkawinan, waris, wasiat, hibah, wakaf, zakat, infaq, shadaqoh dan ekonomi
Syari’ah.3
Selain dari tugas pokok diatas, Peradilan Agama mempunyai tugas
tambahan baik yang diatur dalam undang-undang maupun peraturan-peraturan
lainnya yaitu:
1. Memberikan pertimbangan dan nasehat tentang hukum Islam kepada
instansi pemerintah apabila diminta. (Pasal 52 ayat (1) Undang-undang
No. 7/1989)
2. Menyelesaikan permohonan pertolongan pembagian harta peninggalan di
luar sengketa antara orang-orang Islam. (Pasal 107 ayat (2) undang-
undang No. 7/1989). Hal ini sudah jarang dilakukan karena Undang-
undang No.3 Tahun 2006 telah mengatur dibolehkannya penetapan ahli
waris dalam perkara volunteer
3. Memberikan Isbath kesaksian rukyat hilal dalam penentuan wal bulan
tahun hijriyah (Pasal 52 A UU No.3 Tahun 2006)
4. Melaksanakan tugas lainnya seperti pelayanan riset/penelitian dan tugas-
tugas lainnya.
Adapun wilayah hukum Pengadilan Agama Tangerang meliputi
seluruh wilayah daerah Tingkat II Kota Tangerang yang terdiri dari 13 (Tiga
Belas) kecamatan dan 104 (seratus empat) Kelurahan.
3 Pasal 49 Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006, Tentang Perubahan atas Undang-
undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama, h.34-36.
![Page 61: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022013018/5c7b288609d3f2d17f8b515b/html5/thumbnails/61.jpg)
53
Sedangkan yang merupakan kompetensi absolut Peradilan Agama
adalah terdapat pada pasal 49, yang berbunyi ayat (I) Pengadilan Agama
bertugas dan berwenang memeriksa, memutus dan menyelesaikan perkara-
perkara ditingkat pertama antara orang yang beragan Islam dibidang:
Perkawinan, kewarisan, wasiat, dan hibah yang dilakukan berdasarkan hukum
Islam, wakaf dan Shadaqah. Pada ayat (2) bidang perkawinan sebagaimana
yang dimaksud dalam ayat 1 huruf a ialah hal-hal yang diatur dalam atau
berdasarkan undang-undang mengenai perkawinan yang berlaku. Kemudian
pada ayat (3) Bidang kewarisan.
Sebagaimana yang dimaksud dalam ayat 1 huruf b ialah penentuan
siapa-siapa yang menjadi ahli waris, penentuan mengenai harta peninggalan,
penentuan bagian masing-masing ahli waris, dan melaksanakan pembagian
harta peninggalan tersebut.4
Pengadilan Agama Tangerang selama kurun waktu tahun 2009
menerima perkara sebanyak 1296 perkara, yang terdiri dari 1226 jenis perkara
gugatan dan 70 jenis perkara permohonan. Sedangkan sisa perkara pada tahun
2008 sebanyak 194 jenis perkara gugatan dan 2 jenis perkara permohonan.
Selama kurun waktu satu tahun Pengadilan Agama Tangerang memeriksa
setiap perkara yang diterima, dan mengadilinya. Banyaknya perkara yang
diputus pada tahun 2009 sebanyak 1227 perkara baik jenis perkara gugatan
4 Roihan Rasyid, Hukum Acara Peradilan Agama, cet. Ke-9, (Jakarta:PT. Raja Grafindo
Persada, 2002), h.28.
![Page 62: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022013018/5c7b288609d3f2d17f8b515b/html5/thumbnails/62.jpg)
54
maupun jenis perkara permohonan. Sehinggga pada tahun 2009 ini
menyisakan perkara sebanyak 265 perkara.
Perkara yang diputus selama tahun 2009 meliputi Perkara cerai talak
yang diputus sebanyak 300 perkara, perkara gugat sebanyak 678, perkara yang
dicabut oleh para pihak baik cerai gugat, cerai thalak maupun perkara lainnya
sebanyak 112 perkara, sedangkan perkara cerai yang menghadirkan saksi dari
pihak keluarga sebanyak 1227 perkara yang telah diputus, hal ini mmbuktikan
bahwa setiap perkara yang masuk ke Pengadilan Agama Kota Tangerang
mengutamakan saksi keluarga.
B. Duduk Perkara Terhadap Putusan No.221/Pdt.G/2008/PA. TNG
Pemohon (AP) umur 19 tahun, agama Islam, pekerjaan belum bekerja,
tempat tinggal di kp. Bayur RT. 02/07 Krelurahan periuk Kecamatan priuk
kota Tangerang, adalah suami sah termohon, termohon KY umur 19 tahun Ibu
rumah tangga, tempat tinggal di Kp. Bayur Rt. 02/07 No.25 Kelurahan priuk
Kecamatan priuk Kota Tangerang, agama Islam, pekerjaan Ibu Rumah tangga,
tempat tinggal di Kp.Bayur Rt. 02/07 Kelurahan priuk Kecamatan priuk Kota
Tangerang, menikah pada tanggal 6 mei 2006, yang dicatat oleh Pegawai
Pencatat Nikah Kantor Urusan Agama Kecamatan Priuk Kota Tangerang.
Dari pernikahan tersebut telah dikarunia seorang anak laki-laki yang
bernama Arfi Dasayu Prakasa lahir pada tanggal 65 Desember 2007, sejak
tanggal 7 juni 2006 ketentraman rumah tangga pemohon dan termohon sudah
tidajk harmonis dan tepatnya pada tahun 2007 pemohon dan termohon telah
pisah ranjang disebutkan hal-hal sebagai berikut.
![Page 63: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022013018/5c7b288609d3f2d17f8b515b/html5/thumbnails/63.jpg)
55
1. Antara pemohon dan termohon selalu cekcok
2. Termohon berwatak keras
3. Termohon tidak mau mendengarkan perintah pemohon sebagai
suaminya
4. Termohon jika sedang bertengkar selalu mengucapkan kata-kata
kasar
5. Pemohon mulai jarang pulang
Selama perselisihan dan pertengkaran terjadi terus menerus, pemohon
telah berupaya mengatasi masalah tersebut dengan jalan musyawrah keluarga,
namun upaya tersebut tidk berhasil abtara pemohon dan termohon tetap pada
masing-masing pendiriannya dan sulit ditemukan penyelesaiannya sehingga
tidak ada jalan lain selain pemohon mengajukan persoalan inikepada
pengadilan agama.
Adapun pertimbangan huku, maksud dan tujuan perkawinan tidak
terwujud, majelis hakim telah memberikan nasehat kepada pemohon dan juga
termohon agar dapat hidup rukun kembali namun usaha itu tidak berhasil.
Dalam hal tersebut majelis hakim beserta anggota telah
mempertimbangkan fakta-fakta dalam persidangan:
1. Telah terjadi pernikahan antara pemohon dan termohon di Kantor
Urusan Agama (KUA) Kecamatan Periuk Kota Tangerang.
2. Pemohon dan termohon sudah tidak harmonis lagi , sering terjadi
perselisihan dan pertengkaran disebabkan termohon keras kepala,
termohon tidak mau patuh terhadap perintah pemohon termohon jika
bertengkar suka berkata kasar dan pemohon mulai jarang pulang
kerumah
![Page 64: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022013018/5c7b288609d3f2d17f8b515b/html5/thumbnails/64.jpg)
56
3. Majelis telah mendengar keterangan para saksi keluarga dari kedua
belah pihak
4. Telah adanya upaya untuk memperbaiki rumah tangga pemohon dan
termohon namun tidak berhasil, sehingga terlihat menunjukan ketidak
harmonisan untuk membina rumah tangga yang kekal dan bahagia.
Berdasarkan kenyataan tersebut setelah memeriksa pembuktian,
majelis hakim berkesimpulan bahwa yang menjadi yangmenjadi tujuan
pernikahan yitu untuk membentuk keluarga sakinah, mawaddah, warrahmah
sebagaimana yang disebutkan dalam undang-undang No.1 Tahun 1974 joncto
Pasal 3 Kompilasi Hukum Islam (KHI) sudah tidak mungkin lagi terwujud.
Sudah tidak ada kesatuan hati antar pemohon dan termohon sehingga
tiodak dapat di utuhkan lagi maka majlis hakim berpendapat bahwa antara
pemohon dan termohon telah terjadi perselisihan yang sulkit didamaikan lagi.
Dalam hal ini majlis hakim mengabulan permohonann pemohon untuk
bercerai kepada istrinya, karena pemohon tetap pada pendiriannya untuk
bercerai.
C. Saksi Perceraian Dari Pihak Keluarga
Dalam penulisan skripsi ini penulis mengadakan penelitian lapangan
dengan mewawancarai beberapa hakim yang bertugas di Pengadialan Agama
Tangerang. Praktek peradilan yang sudah berjalan di Pengadilan Agama
Tangerang, tidak mengeyampingkan dalam penggunaan alat bukti saksi, baik
dari segi kedudukan maupun dari segi agama saksi sendiri atau dari lain hal.
Hal ini membuktikan bahwa yang ingin dicapai oleh seorang hakim
dalam mendengarkan kesaksian seorang saksi adalah materi saksi itu sendiri
![Page 65: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022013018/5c7b288609d3f2d17f8b515b/html5/thumbnails/65.jpg)
57
dan kebenarannya. Sesuai dengan ketentuan pasal 76 No. 7 Tahun 1989 yang
menjelaskan bahwa kedudukan saksi dari pihak keluarga dibolehkan dalam
perkara perceraian.
Dalam hal ini Menurut Dr. Ai Jamilah M.H dan para hakim yang ada
di pengadilan Agama tidak menolaknya dengan pertimbangan kesaksian itu
memang benar dan bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya, artinya kita
tidak menolak saksi keluarga baik itu dari pihak tergugat ataupun penggugat
karena yang kita terima kesaksiannya bukan pribadinya.
Semua praktek peradilan terutama dalam perkara perceraian, menurut
Dr, Ai Jamilah M.H, sangat memerlukan saksi dari pihak keluarga, karena
sampai saat ini dalam kasus perceraian yang lebih tahu permasalahannya
mayoritas dari pihak keluarga, walaupun ada beberapa dari luar pihak
keluarga, akan tetapi kita semua lebih mengutamakan bahkan mewajibkan
saksi dari pihak keluarga terlebih dulu, untuk dapat dihadirkan sebagai saksi
oleh kedua belah pihak yang berperkara dan bukan dari pihak lain.
Menurut Dr. Ai Jamilah M.H, keterangan saksi di Pengadilan Agama,
berbeda dengan keterangan saksi di Pengadilan Negeri, keterangan saksi di
Pengadilan Negeri menyangkut perkara keperdataan membolehkan saksi dari
pihak luar atau siapa saja yang bersedia mejadi saksi, tentunya mereka yang
mengetahui permasalahannya, sedangkan kesaksian di Pengadilan Agama,
tidak bisa sembarang saksi, karena banyak permasalahan yang hanya diketahui
oleh pihak yang bersangkutan (suami-istri atau lingkup keluarga) saja.
Menurut penjelasan yang ada di atas, sangat jelas bahwa keterangan
saksi dari pihak keluarga dapat diterima kesaksiannya, kecuali kesaksian
seorang anak terhadap perceraian kedua orang tuanya tidak dapat diterima
menjadi saksi dalam persidangan. Menurut Dr. Ai Jamilah M.H, kesaksian
seorang anak terhadap orang tuanya yang ingin bercerai, tidak dapat dijadikan
![Page 66: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022013018/5c7b288609d3f2d17f8b515b/html5/thumbnails/66.jpg)
58
sebagai alat bukti saksi, karena kesaksiannya jelas tidak dapat bersifat
objektif.5
Adapun alasan hakim melarang kesaksian seorang anak terhadap
perceraian kedua orang tuanya adalah sebagai berikut:
1. Apabila kesaksian seorang anak dapat diterima dalam perkara
perceraian kedua orang tuanya maka ditakutkan akan mempengaruhi
fisikologis atau kejiwaan dari si anak, karena dengan posisinya
menjadi saksi maka seorang anak akan menjadi trouma karena melihat
perselisihan yang berujung kepada sebuah perpisahan yang akan
memisahkan kedua orangtuanya jika nantinya sampai bercerai.
2. Apabila kesaksian seorang anak dapat diterima dalam perkara
perceraian kedua orang tuanya maka dikhawatirkan seorang anak akan
memihak antar kedua belah pihak baik ibu atau ayahnya, dan bisa saja
memicu permusuhan antara anak dengan ayahnya atau ibunya, jika
sudah terjadi permusuhan maka hal ini sangat tidak wajar dan agama
pun melarang jika permusuhan terjadi dalam sebuah keluarga.6
D. Analisa Penulis
Permasalahan yang di akibatkan dari pertengkaran yang terjadi terus
menerus antara rumah tangga AP (suami) KY(istri), pada bulan juni 2006 telah
terjadi percekcokan antara kebudayaan dan tempat nya pada tahun 2007
percekcokan tersebut semakin memuncak, disini pemohon merasa sudah tidak
kuat lagi untuk melanjutkan hubungan pernikahannya dan sejak tahun 2007 antara
pemohon dan termohon sudah pisah ranjang, dan pemohonan sudah tidak pulang
ke rumah .
5 Wawancara dengan Dr. Ai Jamilah, M.H, Hakim Pengadilan Agama Tangerang, Tanggal 2
Maret 2010. 6 Wawancara dengan Dr. Ai Jamilah, M.H, Hakim Pengadilan Agama Tangerang,
Tanggal 2 Maret 2010.
![Page 67: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022013018/5c7b288609d3f2d17f8b515b/html5/thumbnails/67.jpg)
59
Malihat kasus tersebut setelah mendengar dari berbagai keterangan baik
pemohonan mau pun termohon beserta aksi dan dan alat bukti maka menurut
majlis hakim realita yang ada dalam praktek itu sifatnya kasuistik, seorang hakim
tetap terpacu pada normatif tetapi tetap melihat kepad kasus yang ada seperti yang
terjadi dalam kasus tersebut, karena seorang suami sudah tidak bisa lagi dan tidak
kuat lagi melihat sifat istrinya.
Menurut majlis hakim dalam hal tersebut tidak jadi masalah, majlis hakim
menilai sesuai dengan kaidah ushul fiqih yaitu, “menolak kemudlaratan, harus
lebih di dahulukan dari pada mencari dan memperoleh kemaslahatan (dar-ul
mafasid moqoddamun ‘ala jalbi al-mashalihi).
Alasan hakim memutus perkara tersebut karena pemohon tetap pada
pendiriannya untuk bercerai, penyebabnya adalah termohon keras kepala dan
tidak mau patuh perintah pemohon lagi sehingga pertengkaran terjadi terus
menerus,hal ini membuktikan bahwa rumah tangganya sudah tidak dapat lagi
dibina dengan baik, agar kedua belah pihak tidak lebih jauh melanggar norma
hukum dan norma agama maka perceraian merupakan alternatif terakhir untuk
menyelesaikan permasalahan bagi pemohon dan termohon.
Setelah melihat putusan yang ada di pengadilan agama, yaitu mengenai
alat bukti saksi yang terdapat dalam dua putusan tersebut dengan menghadirkan
saksi dari pihak keluarga, kesaksian seorang saksi merupakan sarana hakim untuk
menemukan kebenaran tentang suatu fakta. Oleh karena itu, alat bukti saksi
merupakan alat pembuktian yang penting harus memenuhi syarat sesuai dengan
![Page 68: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022013018/5c7b288609d3f2d17f8b515b/html5/thumbnails/68.jpg)
60
ketentuan yang berlaku di pengadilan agama. Dalam hal ini ada pembahasan yang
menraik perhatian bagi penulis untuk dianalisa.
Dalam hukum islam dijelaskan melalui firman allah dalam surat Al-
baqarah ayat: 22, bahwasanya kedudukan aksi untuk alat pembuktian sangat di
perlukan untuk dapat membuktikan kebenaran dalam suatu masalah, melihat
kasus tersebut kedua belah pihak menghadirkan saksi dari pihak keluarga sendiri
sedangkan kedudukan saksi dalam perceraian talah diatur dalam undang-undang
yang berlaku dipengadilan agama.
Sesuai dengan ketentuan pada pasal 145 HIR/172 RBg, pada prinsipnya
semua orang dapat menjadi saksi kecuali undang-undang menentukan lain. Dalam
hal ini HIR/RBg merupakan hukum acara yang berlaku di pengadilan agama,
memiliki ketentuan tentang kedudukan aksi yang tidak boleh di dengar
kesaksiannya antara lain:
1. Keluarga sedarah dan semenda dari salah satu pihak menurut garis lurus
2. Suami atau isteri dianggap tidak cakap menjadi saksi meskipun sudah
bercerai
3. Anak-anak yang tidak diketahui benar apakah sudah cukup umur
4. Orang gila
Sedangkan ketentuan yang ada dalam pasal 76 Undng-undang No.3 Tahin
2006 Tentang perubahan atas Undang-undang No.7 Tahun 1989 Tentang
peradilan Agama menjelaskan tentang kedudukan saksi dari pihak keluarga akan
tetapi penjelasan yang ada dalam undang-undang No.3 Tahun 2006 Tentang
perubahan atas Undang-undang No.7 Tahun 1989 Tentang peradilan agama
![Page 69: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022013018/5c7b288609d3f2d17f8b515b/html5/thumbnails/69.jpg)
61
tersebut tidak melarang kesaksian seseorang dari pihak keluarga dan
membolehkan dalam masalah syikak atau perceraian.
Melihat hal tersebut dalam asas hukum dikenal denga istilah lex special
derogate lex generalis bahwa hukum yang khusus akan mengalahkan hukum yang
umum. Maka dalam hal ini pengadilan agama tidak menggunakan ketentuan-
ketentuan yang ada dalam HIR, RBg dan KUH perdata, karena jika digunakan hal
ini jelas bertolak belakang belakang dengan Undang-undang No.3 Tahun 2006
Tentang perubahan atas Undng-undang No.7 Tahun 1989 Tentang peradilan
Agama.
Kedudukan saksi dari pihak keluarga dalam KHI tidak diatur, melainkan
hal ini jelas bertolak belakang dengan Undang-Undang No. 3 tahun 2006. tentang
perubahan atas Undang-Undang N0.7 Tahun 1989 Tentang pendidikan agama.
Kedudukan saksi dari pihak keluarga dalam KHI tidak diatur, melainkan
hal ini termuat dalam beberapa kitab-kitab fiqih yang didalamnya terdapat
beberapa ikhtilaf para ulama terutama para ulama mahzab. Menurut Mahzab
syafi’I, jika kesaksian seorang bapak kepada anaknya itu diterima, maka sama saja
kesaksian itu ditujuakan kepada dirinya.
Hal ini membuktikan bahwa kesaksian dari pihak keluarga tidak
dibolehkan dalam memberikan keterangan. Sedangkan menurut Mzhab Maliki
juga tidak membolehkan kesaksian dari pihak keluarga, jika diterima harus
berdasarkan satu syarat yakni orang tersebut harus dapat berlaku adil.
Menurut mayoritas ulama, dalam masalah kesaksian seseorang dari pihak
keluarga dibolehkan, jika kesaksiannya itu tidak mengandung tuduhan sehingga
kesaksiannya dapat bersifat objektif dan dapat dipertanggung jawabkan serta
menjadi kesaksian yang sah.
Ketentuan yang ada di Pengadilan Agama Kota Tangerang menjelaskan
bahwa kwsaksian dari pihak keluarga dapat diterima dalam perkara perceraian
![Page 70: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022013018/5c7b288609d3f2d17f8b515b/html5/thumbnails/70.jpg)
62
sesuai dengan ketentuan pasal 76 Undang-Undang no. 3 tahun 2006 tentang
perubahan atsa Undang-Undang No.7 Tahun 1989 tentang peradilan agama,
kecuali kesaksian seorang anak terhadap perceraian kedua orang tuanya, hal ini
dilarang untuk didengar kesaksiannya sesuai ketentuan yang ada di Pengadilan
Agama Kota Tangerang.
Berdasarkan hal tersebut di atas secara umum Pengadilan Agama
membolehkan saksi dari pihak keluarga untuk mkesaksiannya di dalam
persidangan, akan tetapi dalam hal ini ternyata tidak sepenuhnya kedudukan saksi
keluarga dapat memberikan kesaksian dan dapat diterima kesaksiannya, karena
menurut ktentuan yang ada di Pengadilan Agama seorang anak tidak boleh
didengar kesaksiannya dalam sidang perceraian kedua orang tuanya.
Adapun alasan yang dikemukan di pengadilan agama adalah:
1. jika seorang anak dihadirkan sebagai saksi maka dikhawatirkan ia akan
berpihak sehingga menyebabkan permusuhan.
2. jika seorang anak menjadi saksi perceraian kedua orangtuanya akan
mempengaruhi fisikologinya sehingga akan trouma dan berdampak buruk
untuk masa depannya
Dengan demikian, bahwa hukum acara yang berlaku di peradilan agama
sama halnya dengan hukum acara yang ada di perdilan umum, maka kedudukan
saksi dari pihak keluarga pada prinsipnya dapat diterima dan diperolehkan akan
tetapi sesuai dengan perkara-perkara tertentu.
Ketetapan hukum seperti yahg telah ada di pengadilan agama yang secara
khusus mengtur masalah hukum keluarga, maka dalam hal ini menurut ketentuan
hakim pengadilan agama, seorang saksi yang tahu persis tentang masalah rumah
tangga kedua belah pihak yang berperkara tentu dari pihak keluarganya, oleh
![Page 71: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022013018/5c7b288609d3f2d17f8b515b/html5/thumbnails/71.jpg)
63
karena itu pengdilan agama memperolehkan saksi keluarga untuk dapat
membrikan kesaksiannya.
Jika dianalisa, ketentuan yang ada dipengadilan agama melarang
kesaksiannya, karena hal tersebut disertakan alasan-alasan yang kuat, walaupun
alasan yang yang dikemukakan tidak disandarkan kepada undang-undang karena
alasan tersebut merupakan yurisprudensi hakim terhadap putusan-putusan
terdahulu, dengan alasan-alasan tersebut diharapkan agar tidak terjadi
permasalahan yang tidak diinginkan sehingga berakibat buruk terhadap keluarga
tersebut.
Adapun di antara alasan-alasan tersebut dikarenakaan seorang anak tidak
mampu bersikap objektif. Sesuai dengan alasan-alasan tersebut, maka jelas kenapa
pihak pengadilan agama tidak memperoleh kesaksian seorang anak dalam perkara
percerain, hal ini berdasarkan ketentuan-ketentuan yang telah menjadi keputusan
bersama para hakim yang ada d pengadilan agama.
![Page 72: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022013018/5c7b288609d3f2d17f8b515b/html5/thumbnails/72.jpg)
38
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian yang ada di atas maka masalah kesaksian seorang saksi
dari pihak keluarga dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Saksi dari pihask keluarga dalam KUH Perdata tidak dapat didengar
keterangan nya sebagai saksi dalam sidang perceraian karena dianggap
tidak dapat bersikap objektif sehingga dikhawatirkan tidak dapat berbuat
adil, dalam hukum Islam Ulama Mazhab Syafi’i dan Maliki menolak
kesaksian seorang saksi dari keluarga karena dikhawatirkan akan
memihak.
2. Pertimbangan hakim terhadap perkara perceraian yang telah diputus
membolehkan saksi dari keluarga karena hal ini sesuai dengan ketentuan
pasal 76 undang-undang No.3 Tahun 2006 Tentang perubahan atas
undang-undang No.7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama, adapun
alasan yang dijadikan landasan hukumnya adalah hakamain dalam al-
qur’an surat al-Nissa juz 5 ayat 35.
3. Kedudukan saksi keluarga dalam perceraian di Pengadilan Agama Kota
Tangerang dibolehkan untuk menjadi saksi hal ini telah menjadi
kesepakatan hakim Pengadilan Agama Kota Tangerang sesuai dengan
Undang-undangN0.3 Tahun 2006 Tentang perubahan atas undang-undang
No.7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama undang-undang inibersifat
khusus sedang KUH Perdata bersifat umum maka dalam azas hukum
dilkenal dengan Lex specialis derogate lex generalis, yaitu hukum yang
khusus akan meyampingkan hukum yang bersifat umum.
![Page 73: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022013018/5c7b288609d3f2d17f8b515b/html5/thumbnails/73.jpg)
39
B. Saran-saran
Dengan selainya pembahasan dalam skripsi ini penulis measa perlu
untuk memperbaikinya, beberapa saran sebagai berikut:
1. Permasalahan saksi keluarga dalam perkara cerai perlu disosialisasikan
dimasyarakat melalui ceramah-ceramah, majelis-majelis ta’lim dan
pengajian dimasyarakat.
2. Masalah saksi keluarga, penulis menyarankan agar dimasukan dalam
kurikulum fiqih di Tsanawiyah maupun Aliyah.
3. Untuk menghindari kesalahan seperti mengajukan saksi dalam perkara
perceraian di Pengadilan Agama, maka perlu sekali dilakukan sosialisasi
dalam bentuk seminar tentang hukum atau diskusi public.
![Page 74: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022013018/5c7b288609d3f2d17f8b515b/html5/thumbnails/74.jpg)
40
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Agama RI, al-qur’an dan terjemahannya, Jakarta:1994.
Abu Bakar Al-Husaini, Al-Imam Taqiyuddin. Kifayatul Akhyar,. Surabaya: PT.
Bina Ilmu, 1997, Jilid.III.
Ali, Zainuddin Hukum Perdata Islam Di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika, 2006.
Al-jauziyah, Ibnu Qayyim. Panduan Hukum Islam, Jakarta: Pustaka Azzam, 2007.
AL-Faruq, Asadullah. Hukum Acara Peradilan Islam. yogyakarta: Pustaka
Yustisisa, 2009.
Anshoruddin. Hukum Pembuktian Menurut Hukum Acara Islam Dan Hukum
Positif . Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004.
Arto, Mukti. Praktek Perkara Perdata Pada Peradilan Agama. yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 1996.
As’ad, Aliy. Fathul Mu’in. yogyakarta: Menara Kudus, 1979.
Rusyd, Ibnu. Bidayat al-Mujtahid. Beirut:Dar Al-jil.
Efendi, Satria. Problematika Hukum Keluarga Islam Kontemporer, Jakarta:
Kencana,2004.
Dasuki, Hafizh. Ensiklopedi Islam. Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve,1999.
Daud Ali, Mohammad. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di
Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004.
Departemen Agama, Direktorat jendral. Pembinaan Kelembagaan Agama Islam,
Ilmu Fiqih, Jakarta:1985.
Djalil, A. Basiq. Pernikahan Lintas Agama Dalam Perspektif Fiqih Dan
Kompilasi Hukum Islam. Qulbun Salim, 2005.
Haikal, Abduttawab. Rahasia Perkawinan Rasulullah saw. Jakarta: Pedoman Ilmu
Jaya, 1988.
Halim, Abdul, Peradilan Agama dalam Politik Hukum di Indonesia, (Jakarta:
Rajawali Press, 2000.
Harahap, M. Yahya. Hukum Acara Perdata Tentang: Gugatan, Pembuktian
Perseorangan dan Putusan Pengadilan. Jakarta: Sinar Grafika, 2005.
![Page 75: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022013018/5c7b288609d3f2d17f8b515b/html5/thumbnails/75.jpg)
41
Hasbi Ashsidiqy, Teungku Muhammad. Peradilan dan Hukum Acara Islam.
Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 1997
Imam Muslim, Shahih Muslim, terj. Ma’mur Daud, Jakarta: Widjaya, 1984,jlid 3.
Kamarusdiana dan Nahrowi. Hukum Acara Perdata. Jakarta: Fakultas Syari’ah
dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta.
Latif, Djamil. Kedudukan dan Kekuasaan Peradilan Agama di Indonesia. Jakarta:
NV. Bulan Bintang, 1975.
Mahkamah Agung Republik Indonesia. Kompilasi Hukum Islam. Jakarta, 1999.
Manan, Abdul. Penerapan Hukum Acara Perdata Di Lingkungan Peradilan
Agama. Jakarta: Kencana 2006.
Mertokusumo, Sudikno. Hukum Acara Perdata Indonesia. Yogyakarta: Liberty,
1977.
Mujahidin, Ahmad Mujahidin. Pembaharuan Hukum Acara Perdata. Jakarta:
IKAHI, 2008.
Nailul Authar. Surabaya: PT. Bina Ilmu, 2005, Jilid 6.
Prodjodikoro, Wirjono. Hukum Perkawinan Di Indonesia. Bandung :Vorkik Van
Hoeve, 1959.
Rasaid, M.Nur. Hukum Acara Perdata, Jakarta: Sinar Grafika. 1996.
Rambe, Ropaun dan Agafi, A. Mukri. Implementasi Hukum Islam. Jakarta: PT.
Perca, 2001.
Rasyid, Roihan A. Hukum Acara Perdilan Agama. Jakarta:PT. Raja Grafindo
Persada, 2002.
Rasjid, Sulaiman. Fiqih Islam. Jakarta: Attahiriyah, 1976.
Rofiq, Ahmad. Hukum Islam di Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997.
Sabiq, Sayyid. Fiqih Sunnah. Kairo: Dar al-Fath,1999.
Santoso, Anando. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Kartika,1995.
Sasangka, Hari. Hukum Pembuktian Dalam Perkara Perdata. Bandung: Mandar
Maju, 2005.
Shan’ani, Subulus Salam, juz IV, Dahlan, Bandung.
![Page 76: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata](https://reader031.vdocuments.pub/reader031/viewer/2022013018/5c7b288609d3f2d17f8b515b/html5/thumbnails/76.jpg)
42
Supramono, Gatot. Hukum Pembuktian di Peradilan Agama. Ujung Pandang:
Alumni, 1993.
Syarifuddin, Amir. Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia: Antara Fiqih
Munakahat dan Undang-undang Perkawinan. Jakarta: Kencana.
Syukri, A. Juaini. Keyakinan Hakim Dalam Pembuktian Perkara Perdata
Menurut Hukum Acara Positif dan Hukum Acara Islam. Jakarta:PT.
Magenta Bhakti Guna, 1986.
Umar, Abdur Rahman. Kedudukan Saksi Dalam Peradilan Menurut Hukum
Islam. Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1986.