saksi dari pihak keluarga dalam gugat cerai...

76
SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI MENURUT HUKUM ISLAM DAN HUKUM ACARA PERDATA Studi Kasus Putusan Pengadilan Agama Tangerang Perkara Nomor: 221/Pdt.G/2008/P.A Kota Tangerang Banten Oleh : IRVAN SYAH NIM: 105044101370 KONSENTRASI PERADILAN AGAMA PROGRAM STUDI AKHWAL SYAKHSYIAH FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H/2010 M

Upload: dangtruc

Post on 03-Mar-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata

SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI

MENURUT HUKUM ISLAM DAN

HUKUM ACARA PERDATA

Studi Kasus Putusan Pengadilan Agama Tangerang Perkara

Nomor: 221/Pdt.G/2008/P.A Kota Tangerang Banten

Oleh :

IRVAN SYAH

NIM: 105044101370

KONSENTRASI PERADILAN AGAMA

PROGRAM STUDI AKHWAL SYAKHSYIAH

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1430 H/2010 M

Page 2: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul “SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI

MENURUT HUKUM ISLAM DAN HUKUM ACARA PERDATA”. Studi Kasus

Putusan Pengadilan Agama Tangerang Perkara Nomor: 221/Pdt.G/2008/P.A Kota

Tangerang Banten. Telah diujikan dalam sidang munaqasah Fakultas Syari’ah dan

Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 17 Juni 2010. Skripsi ini telah

diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata satu (S1) pada

Program Studi Akhwal Al-Syakhshiyyah (Peradilan Agama).

Jakarta, 24 Juni 2010

Disahkan Oleh

Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum

Prof.Dr.H.M Amin Suma. SH, MA, MM

NIP.1955050 198203 1012

Panitia Ujian Munaqasah

Ketua :Drs.H.A. Basiq Djalil, SH.MA (………………)

NIP.1950 0306 197603 1001

Sekretaris :Kamarusdiana, S.Ag.MH (………………)

NIP.1927 0224 199803 1003

Pembimbing : Drs.H.A. Basiq Djalil, SH.MA (………………)

NIP.1950 0306 197603 1001

Penguji I : Drs. Odjo Kusnara N. M.Ag (………………)

NIP.1946 0904 196510 1002

Penguji II : Drs. H. A. Juaini Syukri. Lcs, M.Ag (………………)

NIP.1955 0706 199203 1001

Page 3: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata

LEMBAR PERNYATAAN

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah

satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 Fakultas Syriah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisa ini telah saya cantumkan

dengan ketemtuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan asli hasil karya saya, atau

merupajkan hasil jiplakan dari karya orang lain maka sayabersedia menerima

sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 09 Juni 2010 M

26 Rabiul Akhir 1431 H

Page 4: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata

iv

بسم اهلل الرمحن الرحيم

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum. Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah SWT tuhan semesta alam, yang telah menciptakan

manusia sebagai makhluk yang paling sempurna dimuka bumi ini, diantara

kesempurnaan yang Allah berikan adalah akal pikiran dan kepintaran. Sehingga dapat

membedakan antara manusia dengan makhluk yang lainnya. Shalawat serta salam

tetap tercurahkan kepada utusan Allah yang paling mulya yaitu Nabi Muhammad

SAW berserta keluarga, sahabat dan para umatnya yang selalu berpegang teguh pada

ajaran-ajarannya hingga akhir zaman.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis betul-betul menyadari adanya

rintangan dan ujian yang berat, namun pada akhirnya Allah maha tahu dan Allah

tidak akan memberikan kesulitan yang tidak disanggupi oleh manusia dan pasti selalu

ada jalan keluar dalam suatu masalah, untuk itu tentunya tidak terlepas dari beberapa

individu yang memberikan kontribusi dalam memberikan bimbingan dan masukan

yang sangat berharga bagi penulis guna menyempurnakan skripsi ini.

Dengan demikian dalam kesempatan yang berbahagia ini penulis

mengungkapkan rasa terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. H. Muhamad Amin Suma, S.H, MA, MM. Dekan Fakultas Syari’ah dan

Hukum Uin Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Drs. H. A. Basiq Djalil, S.H, MA, sebagai pembimbing yang telah memberikan

bimbingan selama proses penulisan skripsi ini sehingga skripsi ini dapat diselesaikan

dan Kamarusdiana, S.Ag, MH Ketua dan sekertaris Program Studi Akhwal Al-

Syakhsiyyah Konsentrasi Peradilan Agama.

Page 5: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata

iv

3. Segenap dosen di Fakultas Syari’ah dan Hukum yang dengan tulus telah mentransfer

ilmunya kepada penulis selama kuliah di kampus ini, dengan rasa hormat yang

teramat dalam semoga ilmu yang telah beliau sampaikan menjadi bermanfaat bagi

penulis baik didunia maupun akhirat

4. Ketua pengadilan Agama Dr. Ai Jamilah, M.H, yang telah menyempatkan waktunya

untuk dapat berdiskusi dan mengizinkan penulis untuk dapat melakukan penelitian di

Pengadilan Agama Kota.

5. Segenap pengelola Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Syari’ah dan

Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan

fasilitas kepada penulis dalam mencari data pustaka

6. Ayah dan Ibunda tercinta serta adiku yang tersayang, yang telah memberikan

semangat, nasihat dan do’a demi kesuksesan penulis. Mudah-mudahan Allah SWT

selalu memberikan rahmat dan kasih sayangnya

7. Teman-teman Fakultas Syari’ah dan Hukum khususnya Jurusan Peradilan Agama

Angkatan 2005 yang selalu memberikan motifasi kepada penulis. Akhrnya atas jasa

baik moril ataupun materil penulis akhirnya atas jasa baik moril ataupun materil

penulis hanya dapat memanjatkan do’a semoga menjadi amal ibdah dan amal jariyah

yang selalu mengalir pahalanya.

Jakarta, 9 Juni 2010 M

26 Rabiul Akhir 1431 H

Penulis

Page 6: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata

iv

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................................ iv

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………. 1

A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah.......................................... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................... 8

D. Kajian Terdahulu ......................................................................... 8

E. Metode Penelitian dan Tehnik Penulisan .................................... 10

F. Sistematika Penulisan ................................................................. 13

BAB II SAKSI DALAM ISLAM DAN HUKUM ACARA PERDATA… 14

A. Pengertian Saksi .......................................................................... 14

B. Syarat-Syarat Saksi ..................................................................... 22

C. Dasar Hukum menjadi Saksi ....................................................... 28

D. Kewajiban Saksi .......................................................................... 32

BAB III KEDUDUKAN SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM

PERCERAIAN MENURUT HUKUM ISLAM DAN HUKUM

ACARA PERDATA………………………………………………. 36

Page 7: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata

iv

A. Kedudukan Saksi Dari Pihak Keluarga Dalam Perceraian

Menurut Hukum Islam ................................................................ 36

B. Kedudukan Saksi Dari Pihak Keluarga Dalam Perceraian

Menurut Hukum Acara Perdata .................................................. 41

BAB IV ANALISIS YURISPRUDENSI TERHADAP PUTUSAN

HAKIM No.221/Pdt.G/2008/PA. TNG

A. Profil Pengadilan Agama Kota Tangerang ................................. 51

B. Duduk Perkara ............................................................................. 54

C. Saksi Perceraian dari Phak Kluarga ............................................ 58

D. Analisa Penulis ............................................................................ 61

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................. 67

B. Saran-saran .................................................................................. 68

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 69

LAMPIRAN ............................................................................................................. 72

1. Surat Keterangan dari Pengadilan Agama Tangerang ........................................ 73

2. Surat Keterangan Wawancara ............................................................................. 74

3. Putusan Nomor: 221/Pdt.G/2008/PA.TNG ......................................................... 75

Page 8: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam suatu proses persidangan yang diatur dalam hukum acara

perdata, pembuktian merupakan proses terpenting untuk menguji dan memulai

suatu perkara. Hukum pembuktian diperlukan untuk memperoleh kepastian

bahwa peristiwa hukum benar-benar telah terjadi. Pembuktian diperlukan

untuk menerapkan hukum secara tepat, benar dan adil bagi pihak-pihak yang

berperkara. Oleh karena itu kepada para pihak yang berperkara wajib

memberikan keterangan disertai dengan bukti-bukti yang berkaitan dengan

peristiwa atau hubungan hukum yang terjadi.

Menurut ketentuan pasal 163 HIR, pasal 283 Rbg dan pasal 1865 BW

diatur hal-hal yang terkait dengan asas-asas pembuktian dalam pasal 1865 BW

dijelaskan “Barang siapa yang mengaku mempunyai hak atau mendasarkan

pada suatu peristiwa untuk menguatkan haknya dan menyangkal hak orang

lain harus membuktikannya”, adanya hak atau peristiwa ini maka baik

penggugat atau tergugat dibebani pembuktian, terutama penggugat wajib

membuktian peristiwa yang diajukan.1

1 Retno Wulan Sutanto dan Iskandar oerip kartawinata, Hukum Acara Dalam Praktek,

(Bandung: Mandar Maju, 1995), Cet. Pertama, h.58.

Page 9: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata

2

Dalam hukum acara perdata mengatur alat bukti yang sah berdasarkan

ketentuan yang berlaku, setiap alat bukti yang diajukan memiliki nilai yang

berbeda antara yang satu dengan yang lain sehingga kekuatan hukum yang

melekat pada masing-masing alat bukti menjadi berbeda pula.

Hakim hanya boleh menjatuhkan putusan berdasarkan alat-alat bukti

yang telah di tentukan, menurut ketentuan yang ada dalam pasal 164 HIR, 284

Rbg dan pasal 1866 KUH Perdata ada lima jenis alat bukti dalam perkara

perdata diantaranya adalah: Alat bukti tulisan (surat), alat bukti saksi, alat

bukti persangkaan, alat bukti pengakuan dan alat bukti sumpah.2

Sesuai dengan ketentuan alat bukti yang disebutkan di atas, selain alat

bukti dengan surat yang dapat diajukan oleh para pihak baik penggugat atau

tergugat, dalam proses persidangan diperkenankan oleh undang-undang untuk

menguatkan dalil-dalilnya dengan menghadirkan para saksi. Menurut

ketentuan pasal 1902 KUH Perdata menjelaskan bahwa membuktikan suatu

kejadian dengan saksi sangat diperbolehkan setelah pembuktian dengan surat

dilakukan.

Saksi yang didatangkan ke muka persidangan adalah seseorang yang

melihat dan mendengar sendiri kejadian atau peristiwa yang disengketakan

dengan jalan pemberitahuan secara lisan dan pribadi oleh orang yang bukan

salah satu pihak dalam perkara.3

2 Abdurrahman, Hukum Acara Perdata, (Jakarta:Universitas Tri Sakti, 2001), Cet.

Kelima, h.82. 3 Sudikno, Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, (Yogyakarta:Liberty, 1977),

cet. Pertama, h.168.

Page 10: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata

3

Menurut hukum acara perdata, mendatangkan seorang saksi dalam

suatu persidangan harus berdasarkan inisiatif para pihak dengan cara

membawa sendiri saksi-saksinya, selain itu seorang saksi juga dapat

didatangkan atas inisiatif hakim, hal ini sesuai dengan ketentuan pasal 139

ayat 2 HIR yang menyebutkan bahwa seorang hakim berhak memanggil para

saksi dalam suatu persidangan untuk dapat didengar kesaksiannya.

Menurut ketentuan tersebut diatas menjelaskan bahwa kedudukan alat

bukti saksi sangat penting dalam proses persidangan karena alat bukti saksi

merupakan alat bukti yang tampak dan dapat menjelaskan peristiwa-peristiwa

hukum yang tidak dicatat melalui alat bukti tulisan. Untuk itu tidaklah cukup

jika seorang saksi hanya menerangkan bahwa ia mengetahui peristiwanya,

akan tetapi ia harus menerangkan bagaimana ia dapat mengetahui

peristiwanya dan apa sebab musababnya sampai ia dapat mengetahui peristiwa

tersebut.4

Menurut hukum Islam, pembuktian dikenal dengan kesaksian,

kesaksian yang ada dalam Al-qur’an, As-sunnah dan menurut para sahabat

adalah sebutan bagi segala sesuatu yang dapat menjelaskan kebenaran. Dalam

hal ini tidak ada larangan tentang pembuktian dengan saksi, selama firman

Allah dan sabda Rasulnya tidak melarang. Seorang saksi harus dapat berlaku

adil dan mengharuskan kedua belah pihak yang berperkara untuk dapat

mendatangkan dua orang saksi.

4 Gatot Supramono, Hukum Pembuktian di Peradilan Agama, (Ujung Pandang: Alumni,

1993), cet. Pertama, h. 30.

Page 11: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata

4

Dalam kesaksian tidak hanya mengkhususkan pada dua orang saksi

saja, boleh lebih dari itu sesuai dengan perkara tertentu. Dalam masalah

kesaksian para fuqoha berbeda pendapat mengenai kesaksian kerabat bagi

kerabatnya ada yang membolehkan dann berpendapat bahwa kesksian antara

keluarga tidak dianggap sebagai penghalang untuk memberikan kesaksian,

sebagaimana dikatakan oleh Abu Muhammad bin Hazm dan dari kalangan

Ahlu Zhahir.5

Sedangkan dari kalangan Mazhab Syafi’i dan Imam Ahmad secara

khusus melarang kesaksian sedarah yakni seorang bapak terhadap anaknya

dan kesaksian anak kepada bapaknya karena bila hal yang demikian diterima

kesaksiannya maka sama saja kesaksian itu ditujukan kepada dirinya sendiri.

Sedangkan mayoritas ulama membolehkan kesaksian yang diberikan

oleh seorang saudara untuk saudaranya akan tetapi ulama mazhab Maliki

berkata” Kesaksian tersebut tidak diperbolehkan kecuali dengan satu syarat,”

dan selanjutnya terjadi perbedaan pendapat mengenai satu syarat tersebut.

Sebagian para pengikut mazhab Maliki ada yang berkata,“Dia harus

melihat keadilannya.” Sebagian berkata, “Apabila hubungan kekeluargaannya

tidak terlalu dekat.”Dan sebagian lagi berkata “Boleh dalam kasus yang

ringan, bukan kasus yang berat.” Yang jelas kesaksian seorang anak terhadap

5 Ibnu Qayyim Al-jauziyah, Panduan Hukum Islam, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2007), Cet.Pertama,

h.76.

Page 12: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata

5

bapaknya dan kesaksian seorang bapak terhadap anaknya dalam kasus yang

tidak menyangkut tuduhan dapat diterima.6

Bila dicermati dalam hukum acara perdata secara normatif kesaksian

telah diatur dalam pasal 145 HIR dan pasal 172 RBG maupun pasal 1909

KUH Perdata, dalam pasal tersebut lebih mengarah kepada kedudukan alat

bukti saksi dan syarat-syarat alat bukti saksi secara formil. Pasal-pasal tersebut

mengharuskan saksi diluar pihak keluarga sedarah, dan salah satu dari pihak

menurut garis lurus, suami atau istri meskipun ketentuannya sudah bercerai,

dan juga bekas suami tetap diangap tidak cakap menjadi saksi.

Studi ini menjadi menarik dan penting dilakukan bila dilihat secara

empiris dalam perkara perceraian yang ada di Pengadilan Agama banyak

ditemukan saksi dari pihak keluarga sedarah yaitu bapak atau ibu kandung dan

juga sanak keluarga, sementara itu yurisprudensi hakim yang terdapat dalam

putusan No. 221/Pdt.G/2008/P.A TNG membuktikan bahwa dalam putusan

tersebut terdapat saksi-saksi dari pihak keluarga yang diantaranya adalah

pemohon mengajukan saksi yang memiliki hubungan dengan pemohon

sebagai bapak kandung, sedangkan dari pihak termohon saksi yang diajukan

tersebut memiliki hubungan sebagai ibu kandung.

Ketentuan pasal pasal 145 HIR dan pasal 172 RBG maupun 1909

KUHPerdata yang menjelaskan bahwa syarat sah saksi mengharuskan diluar

dari pihak keluarga. Disamping itu menurut Mazhab Syafi’i juga melarang

ketentuan saksi dari keluarga.

6 Ibid., h.78.

Page 13: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata

6

Melihat hal tersebut bahwa antara undang-undang yang berlaku dan

telah menjadi pedoman dalam peradilan dengan fakta yang terdapat di

Pengadilan Agama melalui putusan No. 221/Pdt.G/2008/P.A TNG saling

bertolak belakang, oleh karena itu sangat menarik menurut penulis untuk dapat

membuktikan apakah benar terjadi ketidaksesuaian antara hukum yang

berlaku dengan praktek yang ada dipengadilan. Bila benar, apa argumentasi

hukum yang dipakai oleh majelis hakim dalam amar putusannya.

Berdasarkan latar belakang pemikiran diatas, maka studi ini

memfokuskan pada:

“KESAKSIAN DARI PIHAK KELUARGA DALAM PERCERAIAN

MENURUT HUKUM ISLAM DAN HUKUM ACARA PERDATA”

Dengan melakukan studi analisis yurisprudensi Putusan Nomor

221/Pdt.G/2008/P.A TNG

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1.Pembatasan Masalah

Dalam studi inimembatasi penelitian hanya mengenai kedudukan saksi

dari pihak keluarga menurut hukum Islam dan hukum acara perdata yang

berlaku dipengadilan agama. Dengan melakukan studi analisis terhadap

putusan perkara dengan Nomor 221/Pdt.G/2008/P.A Tangerang.

2.Rumusan Masalah

Dari pembatasan masalah diatas maka rumusan masalahnya yaitu

berdasarkan hukum acara perdata secara normative kesaksian telah diatur

Page 14: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata

7

dalam pasal 145 HIR dan pasal 172 RBG maupun pasal 1909 KUH Perdata

menyatakan bahwa syarat sah saksi dalam perceraian harus diluar dari pihak

keluarga, hal yang sama juga disebutkan menurut Mazhab Syafi’I juga

melarang ketentuan saksi dari pihak keluarga.

Akan tetepi pada kenyataannya di Pengadilan Agama Tangerang

menghadirkan saksi dari pihak keluarga. Dari rumusan tersebut dapat dirinci

dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

a. Kenapa kedudukan saksi dari pihak keluarga yang ada dalam perkara

perceraian dilarang menurut hukum Islam dan hukum acara perdata?

b. Bagaimana hakim Pengadilan Agama menerima kesaksian dari pihak

keluarga dalam kasus perceraian di Pengadilan Agama Kota

Tangerang pada putusan Nomor: 221/Pdt.G/2008/P.A Tng?

c. Bagaimana penyelesaian masalah yang berkaitan dengan saksi

keluarga yang ada dalam perceraian di Pengadilan Agama?

C.Tujuan Dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah

sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui kedudukan saksi dari pihak keluarga yang ada dalam

perkara perceraian menurut hukum Islam dan hukum Acara Perdata

2. Untuk mengetahui alasan hakim di Pengadilan Agama Tangerang

menerima saksi dari pihak keluarga dalam perkara perceraian

Page 15: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata

8

3. Untuk mengetahui sejauh mana penyelesaian masalah yang berkaitan

dengan saksi keluarga yang ada dalam perceraian di Pengadilan Agama

D. Kajian Terdahulu

Setelah penulis menelusuri beberapa perpustakan khususnya di

perpustakaan syari’ah, perpustakan umum UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta,dan perpustakaan hukum Universitas Muhamadiyah Jakarta, penulis

dapati belum pernah ada yang mengkaji secara khusus mengenai masalah

saksi keluarga dalam perceraian, sedangkan yang penulis dapati adalah

beberapa karya tulis berupa skripsi sebagai berikut :

Abdul Aziz, dengan judul skripsi “Kedudukan Saksi Dalam

Pernikahan Tinjauan terhadap Imam Mazhab Syafi’I dan Hanafi”, Universitas

Islam Negri Jakarta: 2007. Skripsi ini hanya menjelaskan tentang kedudukan

saksi dalam pernikahan menurut pandangan Imam Mazhab antara Syafi’I dan

Hanafi tidak mengarah kepada saksi dari pihak keluarga dalam perkara

perceraian.

Ema Fakhriah, dengan judul skripsi “Tinjauan Yuridis versi Al-Qur’an

dan As-sunah terhadap unus testis nulus testis” (Satu saksi bukan saksi ),

Universitas Islam Negri Jakarta: 2006. Dalam skripsi ini menjelaskan masalah

satu saksi bukan saksi yang ditinjau melalui Al-Qur’an dan Sunnah dalam

tinjauan hukum Islam dan empiris pada Pengadilan Agama dan Pengadilan

Negri dan tidak menjelaskan kedudukan saksi dari pihak keluarga.

Page 16: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata

9

Robi Asmara, dengan judul skripsi “Kesaksian Dalam Perkara

Perceraian Dengan Alasan Zina” Universitas Muhamadiyah Jakarta: 2005,

Menjelaskan Saksi-saksi yang ada dalam perkara perceraian dengan alasan

perzinahan, dalam hal ini penulis tidak menyinggung mengenai kedudukan

saksi dari pihak keluarga akan tetapi lebih kepada saksi perzinahan yang dapat

di jadikan alasan untuk melepaskan tali pernikahan.

Afriandi MS, dengan judul skripsi “Relevansi Kedudukan Dua Orang

Saksi Wanita di Pengadilan,” Universitas Islam Negri Jakarta: 2005, Skripsi

ini hanya menjelaskan mengenai kedudukan saksi wanita saja apakah saksi

wanita relevan dalam suatu persidangan yang ada di pengadilan.

Hari sasangka, Hukum Pembuktian dalam pertkara Perdata,

(Bandung:CV, Mandar Maju, 2005), dalam buku ini hanya menjelaskan

beberapa pengertian tentang hukum pembuktian dan prosedur pembuktian

dalam proses peradilan perdata

Assadulloh Al-Faruq, Hukum Acara Peradilan Islam,(Yogyakarta:

Pustaka Yustisia, 2009) dalam buku ini menjelaskan secara umum tentang

Hukum Acara Peradilan Islam dan hukum pembuktian dalam Islam serta

interpretasi para ulama mengenai saksi dan persaksian.

Berdasarkan kajian terdahulu yang telah diuraikan di atas belum

ditemukan kajian yang menjelaskan tentang kedudukan saksi dari pihak

Page 17: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata

10

keluarga, melalui skripsi ini penulis merasa penting untuk dapat membahas

masalah kedudukan saksi dari pihak keluarga dalam perkara cerai.

E.Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kualitatif adalah

penelitian yang menghasilkan data deskriftif berupa kata-kata tertulis atau

lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati.7

2. Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah yang digunakan yaitu melalui pendekatan

secara yuridis normatif yang menjelaskan tentang asas hukum atau doktrin

hukum positif dengan mengadakan pendekatan undang-undang yang telah

berlaku dan mempunyai kekuatan hukum tetap8, Pendekatan yuridis

normatif dilakukan untuk meneliti bagaimana ketentuan dan hal lain

mengenai saksi keluarga dalam perceraian. Pendekatan kasus, dalam

pendekatan kasus dilakukan melalui sumber-sumber data primer berupa

putusan hakim pengadilan agama yang mengajukan saksi dari pihak

keluarga dan dilakukan dengan cara telaah terhadap kasus-kasus yang

7 Lexy J. Moeloeng M.A Metodologi Penelitian Kualitatif, ( Bandung: PT. Remaja Rosda

Karya ), Cet 18. 8 Zainuddin Ali Metode Penelitian Hukum, ( Jakarta: Sinar Grafika, 2009 ), Cet. Pertama,

h.28.

Page 18: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata

11

berkaitan dengan isu yang dihadapi dan telah menjadi putusan pengadilan

yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.9

3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam teknik pengumpulan data diambil dari primer, yaitu dengan

mempelajari dokumen-dokumen yang ada di pengadilan agama. Dalam hal

ini terdapat dua jenis data antara lain :

a. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi adalah mencari hal-hal atau variabel berupa

catatan, transkip, agenda, jurnal dan putusan pengadilan agama. Dokumen

yang digunakan berupa putusan hakim Pengadilan Agama Tangerang

dengan perkara Nomor: 221/Pdt.G/2008/P.A Tng mengenai permohonan

thalak. Dalam putusan ini baik pemohon dan termohon mengajukan saksi

dari pihak keluarga yaitu bapak kandung dan ibu kandung.

b. Studi Wawancara

Teknik wawancara ialah tanya jawab lisan antara dua orang atau

lebih secara langsung, Pewawancara disebut interviewer, sedangkan orang

yang diwawancara disebut interviewee. Wawancara yang dilakukan

9 Peter Mahmud Marzuki,Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana,

2005), Cet.Pertama, h. 96.

Page 19: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata

12

dengan seorang hakim Pengadilan Agama Tangerang.10

Adapun

wawancara yanmg dilakukan dengan tiga orang hakim yaitu sebagai

berikut:

a. Drs. H.Shonhaji, SH

b. Dr.Ai Jamilah, MH

c. Drs. HJ. Suhaimi,MH

4. Teknik Analisa Data

Analisa data yang merupakan proses pencarian dan penyusunan

secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara dan bahan-

bahan lain sehingga dapat di pahami dengan mudah dan dapat

diinformasikan kepada orang lain. Penulis menggunakan analisa data

kualitatif yang bersifat induktif, yaitu suatu analisis data dimana penulis

menjabarkan data-data yang diperoleh dari hasil penelitian.

5. Teknik Penulisan

Dalam penyusunan teknik penulisan semua berpedoman pada

prinsip-prinsip yang telah diatur dan dibukukan dalam pedoman skripsi,

Tesis dan disertasi yang diterbitkan oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2007.

10

Husaini usman dan Purnomo Setiyadi Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: PT. Bumi

aksara, 1996), cet.1, h. 57.

Page 20: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata

13

F.Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini terdiri dari Lima (5) bab adalah sebagai berikut :

Bab I : tentang pendahuluan, dalam pendahuluan ini penulis akan

mengemukakan latar belakang masalah, menguraikan pembatasan

dan perumusan masalah, tujuan penulisan, Kajian terdahulu,

metode penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II : tentang tinjauan umum saksi, dalam bab ini berisi seputar

pengertian saksi menurut hukum islam dan hukum acara perdata,

syarat-syarat saksi, dasar hukum menjadi saksi, kewajiban saksi.

Bab III : tentang kedudukan saksi dari pihak keluarga dalam perceraian

menurut hukum Islam dan Kedudukan saksi dari pihak keluarga

dalam perceraian menurut hukum Acara Perdata

Bab IV : tentang profil Pengadilan Agama Kota Tangerang, duduk perkara,

saksi perceraian dari pihak keluarga, analisa penulis.

Bab V : merupakan bab penutup yang berisikan tentang kesimpulan dan

saran-saran.

Page 21: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata

BAB II

SAKSI MENURUT HUKUM ISLAM DAN HUKUM ACARA PERDATA

A. Pengertian Saksi dan Kesaksian

1. Menurut Hukum Islam

Saksi dalam kamus bahasa Indonesia adalah orang yang dapat

memberikan keterangan tentang suatu kejadian yang telah dilihat,

didengar, atau mengalami kejadian itu.1 Sedangkan dalam Ensiklopedi

Islam saksi adalah orang yang melihat atau mengetahui sendiri suatu

peristiwa untuk melihat, menyaksikan atau mengetahuinya, agar suatu

ketika bila diperlukan ia dapat memberikan keterangan yang

membenarkan bahwa peristiwa itu sungguh terjadi.2

Saksi dalam bahasa arab memakai kata الشهادت adalah bentuk

Jama’ dari berarti pemberitahuan oleh seseorang menggunakan: ةاالشهد

lafadzh tertentu mengenai adanya hak yang berada pada tanggungan orang

lain.3

Kesaksian dalam hukum acara perdata Islam dikenal dengan

sebutan As-syahadah, menurut bahasa ialah:

a. Pernyataan atau pemberitahuan yang pasti

b. Ucapan yang keluar dari pengetahuan yang diperoleh dengan

penyaksian langsung

1 Anando Santoso, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Kartika, 1995), cet.

Pertama, h.303. 2 Hafizh Dasuki, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 1999), cet. h.

202. 3.Aliy As’ad, Fathul Mu‟in, (Kudus: Menara Kudus, 1979), cet. Pertama, h.59.

Page 22: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata

15

c. Mengetahui sesuatu secara pasti, mengalami dan melihatnya seperti

persaksian saya menyaksikan sesuatu artinya saya mengalami dan

melihatnya sendiri sesuatu itu maka saya ini sebagai saksi4

Untuk dapat mendefinisikan saksi maka terlebih dahulu harus

mengetahui definisi kesaksian. Kesaksian adalah:

Artinya:”Kesaksian adalah istilah mengenai pemberitahuan seseorang

yang benar di pengadilan dengan kesaksian untuk menetapkan

suatu hak terhadap orang lain.”5

Kesaksian dalam hukum Islam disebut dengan syahid (saksi laki-

laki) atau syahidah (saksi perempuan) yang terambil dari kata musyahadah

yang artinya menyaksikan dengan mata kepala sendiri. Jadi saksi yang

dimaksud adalah manusia yang hidup. Dalam hal kesaksian kebanyakan

para ahli hukum Islam (jumhur fuqaha) menyamakan kesaksian

(syahadah) itu dengan bayyinah.

4 Anshoruddin, Hukum Pembuktian Menurut Hukum Acara Islam Dan Hukum Positif,

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hlm.73. 5 Abdur Rahman Umar, Kedudukan Saksi Dalam Peradilan Menurut Hukum Islam,

(Jakarta:Pustaka Al-Husna, 1986), cet.I, h.50.

Page 23: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata

16

Apabila saksi disamakan dengan bayyinah berarti pembuktian

dimuka peradilan Islam, termasuk dimuka peradilan agama hanya

mungkin dengan saksi saja, sebab Rasulullah mengatakan “al bayyinah

„ala al mudda‟y wa al yamin „ala man ankar”.6 Ada beberapa ahli hukum

Islam yang mengartikan bayyinah itu sebagai sesuatu apa saja yang dapat

mengungkapkan dan menjelaskan kebenaran, melihat pengertian tersebut

berarti kesaksian hanya merupakan sebagian dari bayyinah.

Kesaksian merupakan sebuah istilah mengenai pemberitahuan

seseorang yang benar didepan pengadilan dengan ucapan kesaksian untuk

menerapkan suatu hak terhadap orang lain, dengan kata lain saksi

merupakan alat bukti yang sah yang bertujuan untuk memberitahukan

peristiwa yang sebenarnya dengan lafadz “aku bersaksi.”7

Kesaksian adalah menyampaikan perkara yang sebenarnya, untuk

membuktikan suatu kebenaran dengan mengucapkan lafadz-lafadz

kesaksian dihadapan sidang pengadilan. Kesaksian merupakan keterangan

saksi secara lisan dimuka sidang atas apa yang dilihat sendiri oleh saksi

tentang duduk perkara yang disengketakan.8

Menurut Fiqih, persaksian itu (supaya menjadi alat pembuktian

yang sah), adapun persaksian dalam fiqih dibagi menjadi dua macam:

6 Roihan A. Rasyid, Hukum Acara Perdilan Agama,(Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada,

2002), cet.Ke-9, h.152. 7 Abdur Rahman Umar, Kedudukan Saksi Dalam Peradilan Menurut Hukum Islam, h.55.

8 Ropaun Rambe dan A. Mukri Agafi, Implementasi Hukum Islam, (Jakarta: PT. Perca,

2001), h.174.

Page 24: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata

17

a. Persaksian atas dasar yakin

Persaksian atas dasar yakin adalah persaksian terhadap suatu

perbuatan dan ucapan. Persaksian melalui perbuatan seperti perbuatan

zina, ghasab, radha‟ dan wiladah. Dalam persaksian tersebut seorang

saksi diharuskan benar-benar melihat orang yang melakukan perbuatan

itu atau melihat pelaku perbuatan itu.

Sedangkan persaksian dengan ucapan seperti ucapan dalam

aqad, fasakh dan ucapan pada pengakuan. Persaksian ini harus benar-

benar melihat orang yang mengucapkannya dan mendengar pula bunyi

yang diucapkannya.

b. Persaksian atas dasar dhan atau Istifadhah

Persaksian atas dasar - adalah persaksian terhadap beberapa

peristiwa tertentu yang hanya dengan mendengar saja tetapi harus di

yakininya dengan syarat persaksiannya tidak disangkal dan bahwa

peristiwa itu sudah lama terjadi. 9Ada beberapa peristiwa dalam

pembuktian yang menggunakan persaksian istifadhah yaitu:

1) Kafirnya seseorang

2) Cacatnya pribadi seseorang

3) Pengunduran diri seseorang sebagai hakim

9 Djamil Latif, Kedudukan dan Kekuasaan Peradilan Agama di Indonesia, (Jakarta:

NV.Bulan Bintang, 1975), cet. Pertama, h.147.

Page 25: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata

18

4) Muslimnya seseorang

5) Adilnya seseorang

6) Wakaf

7) Zakat

8) Nikah

9) Warisan

Dapat diterimanya persaksian dengan istifadhah pada peristiwa-

peristiwa tersebut diatas karena peristiwa itu telah lama terjadi, sehingga

sukar dibuktikannya. Oleh karena itu persaksian istifadhah tidak dapat

diterima pada perisitiwa-peristiwa yang baru terjadi.

Dengan mengetahui arti dari kesaksian di atas, dapat dipahami

bahwa kesaksian itu mengenai pemberitahuan dan keterangan yang

diberikan oleh seorang saksi dimuka pengadilan dalam mengungkapkan

suatu kebenaran, tentang apa yang telah disaksikannya dalam suatu

peristiwa tertentu. 10

10

Ibid., h.147.

Page 26: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata

19

2. Menurut Hukum Acara Perdata

Saksi adalah orang yang memberikan keterangan dimuka sidang

dengan memenuhi syarat-syarat tertentu, tentang sesuatu peristiwa atau

keadaan yang ia lihat, dengar dan ia alami sendiri, sebagai bukti terjadinya

suatu peristiwa atau kejadian tersebut.11

Dalam hukum acara perdata, pembuktian dengan saksi sangat

penting karena jika dalam suatu masyarakat desa biasanya perbuatan

hukum yang dilakukan tidak tertulis, melainkan dengan dihadiri oleh

saksi-saksi karena perbuatan hukum yang dilakukan kebanyakan masih

menggunakan faham saling mempercayai antara satu sama lain.

Dalam peristiwa yang demikian menjelaskan bahwa tidak

selamanya sengketa perdata dapat dibuktikan dengan alat bukti tulisan atau

akta saja. Akan tetapi jalan yang dapat ditempuh untuk membuktikan

suatu perkara ialah dengan menghadirkan saksi-saksi yang kebetulan

melihat, mengalami atau mendengar sendiri kejadian yang diperkarakan.

Kesaksian menurut hukum acara perdata ialah kepastian yang di

berikan kepada hakim dipersidangan tentang peristiwa yang

disengketakan, dengan jalan membuktikan secara lisan pribadi oleh orang

11

Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata Pada Peradilan Agama, ( Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 1996), cet. I, h.160.

Page 27: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata

20

yang bukan salah satu pihak dalam perkara yang dipanggil di

persidangan.12

Dalam pasal 1907 KUH Perdata menjelaskan “Tiap-tiap kesaksian

harus disertai dengan alasan-alasan bagaimana di ketahuinya hal-hal yang

diterangkan”. Pendapat-pendapat maupun pemikiran-pemikiran khusus

yang diperoleh dengan jalan pikiran atau kesimpulan bukan disebut

kesaksian.

Kesaksian merupakan alat bukti yang wajar, karena keterangan

yang diberikan kepada hakim dipersidangan itu berasal dari pihak ketiga

yang melihat atau mengetahui sendiri peristiwa yang bersangkutan. Pihak

ketiga pada umumnya melihat peristiwa yang bersangkutan lebih objektif

dari pada pihak yang berkepentingan sendiri 13

Ditegaskan dalam pasal 1895 KUH Perdata yang berbunyi:

“Pembuktian dengan saksi-saksi diperkenankan dalam segala hal yang

tidak dikecualikan oleh undang-undang.” Jadi, pada prinsipnya alat bukti

saksi menjangkau semua

12

A. Juaini Syukri, Keyakinan Hakim Dalam Pembuktian Perkara Perdata Menurut

Hukum Acara Positif dan Hukum Acara Islam, (Jakarta: PT. Magenta Bhakti Guna, 1986), h.34. 13

Sudikno, Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, (Yogyakarta: Liberty,

1977), cet. Pertama, h.166.

Page 28: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata

21

bidang dan jenis sengketa perdata, kecuali apabila undang-undang

sendiri menentukan sengketa yang hanya dapat dibuktikan dengan akta

atau alat bukti tulisan, barulah alat bukti saksi tidak dapat diterapkan.

Seorang saksi diharuskan benar-benar melihat, mendengar,

mengetahui atau mengalami sendiri terhadap apa yang disaksikannya,

bukan berdasarkan cerita dari mulut kemulut atau dari pendengaran ke

pendengaran, lalu kemudian saksi menyusun atau mengambil suatu

kesimpulan atau memberikan penilaiannya sendiri. Saksi tidak boleh

menyimpulkan atas apa yang disaksikannya itu melainkan menerangkan

apa adanya menurut aslinya, dan seorang saksi harus menyebutkan sebab

ia mengetahui peristiwa tersebut.14

Pengertian di atas dapat diambil suatu kesimpulan, bahwa saksi

adalah orang yang mengetahui secara langsung peristiwa dalam suatu

perkara, dan kemudian saksi tersebut bertanggung jawab atas kesaksiannya

jika suatu saat kesaksiannya itu dibutuhkan. Tugas seorang saksi adalah

berkewajiban untuk mengungkapkan kesaksiannya dimuka pengadilan

untuk menjelaskan peristiwa yang ia ketahui, karena pada dasarnya

kesaksian seorang saksi sangat diperlukan untuk kemaslahatan hukum.

14

Roihan A. Rasyid, Hukum Acara Peradilan Agama,(PT. Raja Grafindo Persada:

Jakarta, 2002), cet. kesembilan. h.160.

Page 29: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata

22

B. Syarat-Syarat Saksi

1.Menurut Hukum Islam

Syarat-syarat saksi menurut hukum islam antara lain:

a.Islam

Seluruh para ahli hukum islam telah sepakat bahwa syarat utama

untuk menjadi saksi adalah orang Islam. Sesuai dengan firman Allah swt

2282

Artinya:”..dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang

lelaki (diantara kamu). Jika tidak ada dua orang laki-laki, maka

boleh seorang laki-laki dan dua orang perempuan dari saksi-

saksi yang kamu senangi…” (Q.S. Al-Baqarah:282)

Dalam ayat tersebut para ulama berbeda pendapat tentang

kesaksian orang kafir dalam beberapa masalah tertentu antara lain:

Imam Abu Hanifah dan Imam Ahmad bin Hambal membolehkan

menerima kesaksian orang kafir terhadap wasiat yang dilakukan oleh

Page 30: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata

23

orang Islam, dikarenakan tidak adanya orang lain yang menyaksikan,

mereka berpegang pada firman Allah swt15

:

5106 Artinya :”Hai orang-orang yang beriman! Apabila salah seorang dari

kamu menghadapi kematian, sedang ia akan berwasiat, maka

hendaklah wasiat itu, disaksikan oleh dua orang yang

adildiantara kamu, atau dua orang selain kamu, jika kamu

dalam perjalanan dimuka bumi, lalu kamu ditimpa bahaya

kematian,…”.(Q.S. Al-Maidah: 106)

Sedangkan Imam Malik dan Imam Syafi’i menolak kesaksian

orang kafir terhadap orang Islam secara mutlak. Mereka berpegang kepada

sifat saksi yang ditegaskan oleh Allah swt dalam surat al-Baqarah ayat:282

dan surat at-Thalak ayat:2, yaitu seorang saksi harus adil dan termasuk

kedalam golongan Islam yang di ridhai. ”Sedangkan orang kafir tidak

termasuk kedalam orang adil, bukan Islam dan orang kafir termasuk

golongan orang yang fasik serta mendustakan Allah, apalagi terhadap

manusia tentu lebih tidak dapat dipercaya”.16

b.Baligh

Baligh merupakan syarat untuk dapat diterimanya seseorang

menjadi saksi, karena kedewasaan membuat seseorang mampu berfikir dan

bertindak secara sadar dan baik, dalam segala tindakannya. Allah

berfirman:

2282 Artinya:”….dan persaksikanlah dengan dua orang saksi laki-laki

(diantara kamu)”…(Q.S.Al-Baqarah:2:282)

15

Abdur Rahman Umar, Kedudukan Saksi Dalam Peradilan Menurut Hukum Islam, h. 44 16

Ibid., h. 45.

Page 31: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata

24

Pemakaian lafadz الرجال menunjukkan pengertian orang yang sudah

baligh, bukan anak-anak17

.

c.Berakal

Orang gila tidak dapat menjadi saksi, apalagi untuk menerima

kesaksian. Karena orang gila adalah orang yang setiap tindakannya tidak

dapat dipertimbangkan dengan akal. Disamping itu akal yang sehatpun

tidak dapat menerima kesakisan mereka, serta mereka jelas bukan

termasuk orang yang disenangi untuk menjadi saksi. 18

Allah berfirman:

2282

Artinya:”Hai orang-orang yang beriman apabila kamu bermu‟amalah

tidak secara tunai untuk waktyu yang ditentukan, hendaklah

kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis diantara

kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis

enggan menuliskannya sebagaimana Allah telah

mengajarkannya, maka hendaklah ia menulis, dan hendaklah

orang yang berhutang itu mengimlakkan, dan hendaklah ia

bertaqwa kepada Allah tuhannya, dan janganlah ia mengurangi

sedikitpun dari hutangnya. Jika orang yang berhutang itu orang

yang lemah akalnya atau lemah keadaannya atau dia sendiri

tidak mampu mengimlakkan, maka hendaklah walinya

mengimlakkan dengan jujur. Dan persaksikanlah dengan dua

17

Ibid., h. 48. 18

Ibid., h. 49.

Page 32: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata

25

orang saksi dari orang-orang lelaki (diantaramu). Jika tidak ada

dua orang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang

perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai”…(Q.S. Al-

Baqarah:2:282).

d.Adil

Sifat adil dijadikan sebagai persyaratan untuk menjadi saksi sesuai

dengan firman Allah swt: 19

652 Artinya:”Apabila mereka telah mendekati akhir iddahnya, maka rujukilah

mereka dengan baik atau lepaskanlah mereka dengan baik dan

persaksikanlah dengan dua orang saksi yang adil diantara

kamu”..(Q.S. At-thalak :65:2).

e.Dapat berbicara

Seorang saksi sudah seharusnya orang yang harus dapat berbicara

untuk dapat menyampaikan dan menerangkan kepada hakim tentang suatu

kejadian yang disaksikannya. Oleh karena itu dapatnya saksi berbicara

adalah sangat penting dan merupakan suatu keharusan. Akan tetapi, dalam

hal ini para ulama berbeada pendapat tentang kesaksian orang bisu yang

isyaratnya dapat dipahami dan pandai menulis, diantaranya adalah:

1.Mazhab Hambali:

Tidak menerima dengan isyarat walaupun dimengerti, tetapi menerima

jika orang tersebut sanggup menulis.

2.Mazhab Maliki:

19

Ibid., h. 50.

Page 33: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata

26

Dapat menerima kesaksian orang bisu yang dapat dimengerti

isyaratnya.

3.Mazhab Syafi’i:

Dalam mazhab ini ada beberapa pendapat, pertama dapat menerima

dengan isyarat dalam masalah perkawinan dan talak. Ada pula yang

tidak menerimanya, oleh karena itu kesaksian orang bisu hanya dapat

diterima jika dalam keadaan darurat.

4.Imam Hanafi

Tidak menerima kesaksian orang bisu, baik di mengerti isyaratnya

maupun ia pandai menulis.20

f.Baik Ingatan dan Teliti

Kesaksian bagi orang yang daya ingatannya sudah tidak normal,

pelupa dan sering salah, maka jelas kesaksian ini diragukan kebenarannya.

Sebab hal ini akan mempengaruhi ketelitiannya, baik dalam ingatan

maupun dalam mengemukakan kesaksiannya. Oleh karena itu

kesaksiannya tidak dapat dipegang dan dipercaya.

g.Tidak ada tuhmah

Yang dimaksud dengan tidak ada tuhmah disini adalah tidak ada

sangkaan buruk terhadap maksud baik seseorang dalam mengemukakan

kesaksiannya, tuhmah adalah orang yang disangsikan bermaksud baik

dalam kesaksian, hal ini disebabkan karena orang tersebut memiliki rasa

benci atau sebaliknya sangat cinta terhadap yang disaksikannya, hal ini

dapat digambarkan seperti kesaksian seorang ayah terhadap anaknya atau

20

Ibid., h.51.

Page 34: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata

27

kesaksian seseorang terhadap musuhnya. Maka kesaksian itu bisa diterima

bila tidak ada tuhmah.21

3. Menurut Hukm Acara Perdata

Sedangkan syarat-syarat saksi dalam hukum acara perdata ialah

sebagai berikut:

a. Seorang saksi harus dapat bersikap objektif, karena objektifitas merupakan

syarat yang harus diberikan oleh seorang saksi didalam persidangan.

Objektifitas kesaksian yang diberikan oleh seorang saksi yaitu:

1. Tidak boleh ada hubungan kekeluargaan dengan salah satu pihak

2. Tidak boleh ada hubungan kerja

3. Mampu bertanggung jawab yakni sudah dewasa, sudah berumur 15

tahun keatas, atau sudah pernah kawin dan tidak sakit ingatan

b. Syarat formal, merupakan syarat yang secara formal harus dipenuhi dan

dilakukan oleh seorang saksi yaitu:

a. Harus datang di sidang pengadilan

b. Harus menerangkan dibawah sumpah

c. Tidak unus testis nullus testis

21

Ibid., h.52.

Page 35: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata

28

c. Syarat subjektif/material, merupakan syarat mengenai materi yang harus

diterangkan oleh seorang saksi yaitu:

a. Menerangkan tentang apa yang dilihat, yang didengar dan dialami oleh

seorang saksi

b. Dasar-dasar atau alasan seorang saksi mengapa ia dapat melihat,

mendengar dan mengalami apa yang diterangkan22

C. Dasar Hukum Menjadi Saksi

1. Dasar Hukum Menjadi Saksi Menurut Hukum Islam

a. Al-Qur’an

4135

Artinya:”Wahai orang-orang yang beriman. Jadilah kamu orang yang

benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah…”

(Q.S. An-Nisa‟ : 135)

652

Artinya: “…Dan hendaklah kamu tegakan kesaksian itu karena Allah…

(Q.S. Ath-Thalak: 2)

58

Artinya:” Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu menjadi orang-

orang yang selalu menegakan (kebenaran) karena Allah,

menjadi saksi dengan adil…”(Q.S. Al-Maidah: 8)

22

Hari Sasangka, Hukum Pembuktian Dalam Perkara Perdata, (Bandung:Mandar Maju,

2005), cet. Pertama, h.67.

Page 36: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata

29

2282

Artinya: “ Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang

(lelaki diantaramu). Dan persaksikanlah jika kamu berjual beli.”

(Q.S. Al-Baqarah: 282)

b. As-Sunnah

Sedangkan hadits nabi yang mengulas tentang kesaksian,

diantaranya adalah :

Artinya:”Dari Zaid bin Khalid al-juhani, sesungguhnya nabi saw telah

bersabda: sukakah kamu kuberitahukan kepadamu saksi-saksi

yang baik? Yaitu orang yang memberikan kesaksian sebelum ia

diminta untuk mengemukakannya”. (H.R. Muslim)23

23

Imam Muslim, Shahih Muslim 3, terj. Ma’mur Daud, (Jakarta: Widjaya, 1984), cet. Ke-

1, h.261.

Page 37: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata

30

Artinya:”Dari Ibnu Abbas r.a, bahwasanya Nabi saw ditanya tentang

kesaksian, lalu ia bertanya kepada orang yang bertanya itu:

engkau lihatlah matahari?”orang itu menjawab: Ya, kemudian

nabi bersabda: „seperti itulah: maka jadilah engkau atau

tinggalkan sama sekali‟(H.R. Baihaqi dan Turmudzi).

Artinya:”Dari Ibnu Abbas r.a, bahwasanya nabi saw bersabda:

“pembuktian adalah kewajiban penggugat, sedangkan sumpah

adalah kewajiban orang yang mengingkari”. (H.R. Baihaqi dan

Turmudzi).24

24

Shan’ani, Subulus Salam, juz IV, Dahlan, Bandung, hal.126.

Page 38: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata

31

Dasar hukum memberikan kesaksian adalah fardlu kifayah, jika dua

orang yang telah memberikan kesaksian maka semua orang telah gugur

kewajibannya. Akan tetapi jika semua orang menolak memberikan kesaksian

maka semuanya berdosa karena maksud dari kesaksian itu adalah untuk

memelihara hak.

Hukum memberikan kesaksian pada mulanya adalah fardlu kifayah

bisa berubah menjadi fardlu „ain jika tidak ada lagi orang lain yang

mengetahui suatu kasus, kecuali dua orang saja maka memberikan kesaksian

adalah wajib bagi kedua orang yang menyaksikannya. Terhadap saksi seperti

ini jika keduanya menolak untuk memberikan kesaksian maka mereka boleh

dipanggil secara paksa.25

2. Dasar Hukum Menurut Hukum Acara Perdata

Menurut hukum acara perdata ketentuan tentang saksi telah diatur

dalam pasal 1895 KUH Perdata “Pembuktian dengan saksi-saksi

diperkenankan dalam segala hal dimana itu tidak dikecualikan oleh undang-

undang”, dalam hal ini terdapat beberapa ketentuan tentang dasar hukum

mengenai saksi adalah sebagai berikut :

Dasar hukum saksi dibagi manjadi dua bagian antara lain:

- Dasar Hukum Pemeriksaan Saksi :

25

Asadullah AL-Faruq, Hukum Acara Peradilan Islam, (Yogyakarta:Pustaka Yustisisa,

2009), cet. Pertama, h.47.

Page 39: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata

32

- Pasal 144 – 152 HIR

- Pasal 171 – 179 RBg

- Dasar Hukum Keterangan Saksi:

- Pasal 168 – 172 HIR

- Pasal 306 – 309 RBg

- Pasal 1895 dan 1902 s/d 1912 BW.

D. Kewajiban Saksi

Kewajiban yang ditetapkan kepada saksi dari pihak keluarga dalam

perceraian sama halnya dengan kewajiban saksi pada umumnya, diantaranya

adalah:

1. Kewajiban untuk menghadap

Kewajiban untuk menghadap di persidangan pengadilan agama ini

dapat disimpulkan dari pasal 140 dan 141 HIR (pasal.166, 167 Rbg), yang

menentukan adanya sanksi bagi saksi yang tidak mau datang setelah

dipanggil dengan patut.26

Adapun syarat materiil saksi ialah:

a. Menerangkan apa yang dilihat, didengar, dan dialami sendiri, pasal

171 HIR/pasal 308 RBg.

b. Diketahui sebab-sebab ia mengetahui peristiwanya, pasal 171 (1)

HIR/pasal 308 (1) RBg.

26

Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, (Yogyakarta:Liberty, 1977),

cet. Pertama, h.174.

Page 40: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata

33

c. Bukan merupakan pendapat atau kesimpulan saksi sendiri, pasal 171

(2) HIR/pasal 308 (2) RBg.

d. Saling bersesuaian satu sama lain, pasal 170 HIR.

e. Tidak bertentangan dengan akal sehat.27

2. Kewajiban untuk bersumpah

Seorang saksi berkewajiban untuk bersumpah sesuai dengan agama

yang dianut yang menjadi kepercayaanya, hal ini sesuai dengan ketentuan

pasal 147 HIR, 175 Rbg,1991 BW jo pasal. 4 S.1920 no. 69. Oleh karena

sumpah ini diucapkan sebelum memberi kesaksian dan berisi janji untuk

menerangkan yang sebenarnya, maka sumpah ini disebut juga sumpah

promissoir, lain dengan sumpah sebagai alat bukti yang disebut sumpah

confirmatoir, sumpah oleh saksi ini harus diucapkan dihadapan kedua

belah pihak.

Bagi saksi yang beragama Islam rumusan atau lafal sumpah itu

berbunyi sebagai berikut :

“Demi Allah, Saya bersumpah bahwa saya akan menerangkan

yang benar dan tidak lain dari pada yang sebenarnya”.

Bagi saksi yang beragama Kristen, dengan berdiri sambil

mengangkat tangan kananya sampai setinggi telinga serta merentangkan

jari telunjuk dari jari tengahnya (pasal. 1 S. 1920 no. 69) mengucapkan

sumpah sebagai berikut :

“Saya bersumpah bahwa saya akan menerangkan yang benar dan

tidak lain dari pada yang sebenarnya”.

3. Kewajiban memberikan keterangan

Seorang saksi yang telah bersumpah berkewajiban memberikan

keterangan sesuai dengan apa yang ia lihat, dengar dan ia alami. Dan jika

27

A. Mukti Arto, Praktek Perkara Pada Pengadilan Agama, h. 165-166.

Page 41: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata

34

ia enggan memberikan keterangan, maka atas permintaan dan biaya pihak

yang berkepentingan, ketua pengadilan dapat memberi perintah, agar saksi

itu disandera sampai saksi itu memenuhi kewajibannya sesuai dengan

ketentuan pasal 148 HIR.28

Dari penjelasan yang ada diatas dapat disimpulkan bahwa orang

yang dapat didengar sebagai saksi adalah pihak ketiga dan bukan salah

satu pihak yang berperkara, pasal 139 ayat 1 HIR dan Psal 165 ayat 1 Rbg,

baik pihak formil maupun materil tidak boleh didengar kesaksiannya

sebagai saksi.

Sedangkan seorang saksi yang dapat didengar kesaksiannya dan

dapat diterima dipengadilan untuk menjadi saksi, yaitu seorang saksi harus

dapat bersikap objektif atau tidak boleh ada ikatan kekeluargaan , seorang

saksi harus memenuhi syarat formil atau materil di pengadilan.

28

Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, h. 176.

Page 42: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata

35

BAB III

KEDUDUKAN SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM

PERCERAIAN MENURUT HUKUM ACARA

PERDATA DAN HUKUM ISLAM

A. Kedudukan Saksi dari Pihak Keluarga Dalam Perceraian Menurut

Hukum Acara Perdata

Dalam perkara perdata terdapat beberapa ketentuan tentang saksi yang

telah diatur dalam pasal 139-143 HIR, 165-170 RBg dan pasal 1909 KUH

Perdata. Pada prinsipnya menganut sistem bahwa menjadi saksi dalam perkara

perdata adalah suatu kewajiban hukum, akan tetapi tidak bersifat memaksa

(imperatif) melainkan voulentary pada peristiwa-peristiwa tertentu.

Seorang saksi dikatakan bersifat imperatif artinya setiap orang tidak

boleh dipaksa wajib menjadi saksi, akan tetapi tergantung kepada kerelaan.

Prinsip ini hanya mutlak dalam dua hal yaitu:

1. Saksi Tidak Relevan Meneguhkan Dalil atau Bantahan

Ketentuan pasal 139 ayat (1). Jika saksi yang didengar

keterangannya tidak penting atau tidak berbobot untuk meneguhkan dalil

penggugat atau bantahan tergugat, kepada saksi tidak berlaku kewajiban

hukum untuk menjadi saksi. Oleh karena itu saksi saksi tidak dapat

dipaksa untuk hadir dipersidangan

Mengenai sejauh mana saksi dapat meneguhkan dalil penggugat

atau bantahan tergugat, harus benar-benar dipertimbangkan oleh hakim

Page 43: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata

36

secara objektif dan realistis. Tidak boleh tergesa-gesa menyatakan saksi

yang diajukan penggugat atau tergugat untuk dihadirkan dengan paksa

melalui panggilan pengadilan.1

2. Saksi Berdomisili di Luar Wilayah Hukum Pengadilan Yang Memeriksa

Apabila saksi yang bersangkutan berdomisili di luar wilayah

hukum pengadilan yang memeriksa, hal ini dapat di simpulkan bahwa,

menjadi saksi dalam perkara perdata merupakan kewajiban hukum yang

bersifat imperatif relatif, dalam arti apabila di penuhi syarat wajib, maka

wajib pula hukumnya yaitu apabila saksi berdomisili diwilayah hukum

pengadilan yang memeriksa perkara.2

Alat bukti saksi sangat luas jagkauannya hampir meliputi semua

bidang perdata, hanya dalam hal-hal yang sangat terbatas sekali

keterangan saksi tidak diperbolehkan, seperti melarang pembuktian

dengan saksi terhadap isi suatu akta, rasionya adalah pada umumnya

keterangan saksi dalam hal ini kurang dipercaya karena sering terjadi

kebohongan.

Banyak yang menggambarkan bahwa keterangan alat bukti saksi

cenderung tidak dapat di percaya dengan dasar petimbangan :

a. Saksi cenderung berbohong, baik sengaja atau tidak.

b. Suka mendramatisir, menambah atau mengurangi kejadian yang

sebenarnya.

c. Ingatan manusia terhadap suatu peristiwa tidak selamanya akurat.

1 M. Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), cet. Kelima,

h. 633. 2 Ahmad Mujahidin, Pembaharuan Hukum Acara Perdata, (Jakarta: IKAHI, 2008), cet.

Pertama, h.267.

Page 44: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata

37

d. Sering mempergunakan emosi, baik pada saat menyaksikan peristiwa

maupun pada saat memberikan keterangan pada persidangan, sehingga

kemampuan untuk menjelaskan sesuatu tidak proposional lagi.

Atas dasar hal-hal tersebut di atas maka peran seorang hakim

sangat diperlukan untuk dapat menyaring kesaksian seorang saksi yang

dapat dijadikan alat bukti yang sah, karena tidak semua keterangan saksi

bernilai sebagai alat bukti yang sah, ada beberapa bagian keterangan saksi

yang tidak boleh di nilai dan dijadikan sebagai alat bukti, yaitu sebagai

berikut:

a. Pendapat Pribadi Saksi

Pendapat pribadi atau pendapat khusus seorang saksi adalah

tidak dibenarkan sebagai alat bukti keterangan saksi, oleh karena itu

harus dikeluarkan atau dikesampingkan dari penilaian pembuktian, jika

hal ini dilarang berarti hakim salah menerapkan hukum pembuktian

dan putusan akan dibatalkan pada tingkat banding atau kasasi.

b. Dugaan Saksi

Dugaan manusia pada umumnya di dasarkan pada daya

tangkap panca indera, sehingga akuratnya suatu dugaan tergantung

pada daya tangkap panca indera manusia yang dimiliki seseorang,

disamping itu mengandung unsur keraguan, sedang yang dituntut

hukum dari keterangan saksi sebagai alat bukti adalah kepastian atas

kejadian dan peristiwa yang disaksikannya.

Page 45: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata

38

c. Kesimpulan Pendapat Saksi

Memberikan keterangan yang berdasarkan suatu kesimpulan

dari apa yang ia saksikan dalam suatu peristiwa bisa mengakibatkan

saksi mengambil kedudukan dan fungsi serta kewenangan hakim,

selain dari itu keterangan saksi akan melenceng dari garis objektif

kearah pendapat yang subjektif, kemudian kesimpulan dari seseorang

tidak selama bersifat benar akan tetapi sebaliknya bisa keliru, sehingga

tidak memberikan suatu kesaksian.

d. Perasaan Pribadi Saksi

Keterangan yang diberikan berdasarkan perasaan sangat

cenderung dipengaruhi dengan kata hati sanubari atau getaran jiwa

seseorang, sehingga yang menonjol dalam keterengan yang diberikan

berdasarkan perasaan maka kehilangan makna fungsi panca indera

penglihatan dan pendengaran.

e. Kesan Pribadi Saksi

Kesan merupakan hasil yang diperoleh dari suatu pengalaman

atau pendengaran, kesan dianggap sebai impression yaitu hasil yang

diperoleh seseorang dari pengalaman dan pengamatan dalam suatu

peristiwa, namun suatu kesan lebih cenderung mengarah pada

penilaian subyektif sesuai dengan latar belakang yang berada disekitar

kehidupan orang yang bersangkutan. Oleh karena itu keterangan saksi

Page 46: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata

39

yang berisikan kesan atas peristiwa yang disaksiannya juga harus

disingkirkan sebagai alat bukti.3

Melihat pentingnya saksi dalam perkara perdata, maka di dalam

hukum acara perdata secara khusus mengatur tentang pembuktian dengan alat

bukti saksi berdasarkan dengan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh

seseorang untuk dapat menjadi saksi, hal ini sesuai dengan ketentuan pasal

139-142 HIR, mengenai tata cara pelaksanaan dan syarat-syarat sah menjadi

saksi, adalah sebagai berikut:

1. Syarat Formil

Dalam syarat formil, menempatkan saksi berada pada kedudukan

seseorang dalam memberikan kesaksian sebagai kewajiban hukum adalah

sebagai berikut:

a. Seorang saksi berumur 15 tahun keatas.

b. Sehat akalnya.

c. Tidak hubungan keluarga sedarah dan keluarga semenda dari salah

satu pihak menurut keturunan yang lurus.

d. Tidak ada hubungan perkawinan dengan salah satu pihak meskipun

sudah bercerai (pasal 144(1) HIR).

e. Tidak ada hubungan kerja dengan salah satu pihak dengan menerima

upah (pasal 144(2) HIR, kecuali undang menentukan lain.

f. Menghadap dipersidangan (pasal 141(2) HIR).

g. Mengangkat sumpah menurut agamanya (pasal 147 HIR).

h. Berjumlah sekurang-kurangnya dua orang untuk kesaksian suatu

peristiwa, atau dikuatkan dengan alat bukti lain (pasal 169 HIR),

kecuali mengenai perzinahan.

i. Dipanggil masuk keruang sidang satu demi satu (pasal 144 (i) HIR).

3 Ibid., h. 261.

Page 47: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata

40

j. Memberikan keterangan secara lisan (pasal 147 HIR).4

2. Syarat Meteril

Dalam syarat materil yang akan dijelaskan bersifat kumulatif,

bukan alternatif. Jadi, jika salah satu syarat tidak terpenuhi maka

mengakibatkan keterangan saksi tersebut mengandung cacat materil dan

tidak sah dijadikan alat bukti, dalam hal ini syarat materil yang melekat

pada alat bukti saksi antara lain:

a. Keterangan seorang saksi saja tidak dapat diterima sebagai alat bukti

saksi, ditegaskan dalam pasal 169 HIR, Pasal 1905 KUH Perdata.

b. Keterangan berdasarkan alasan dan sumber pengetahuan.

c. Hal-hal yang tidak sah menjadi alat bukti saksi, seperti pendapat

khusus yang diperoleh dengan jalan pikiran atau alasan pribadi saksi,

bukan termasuk kesaksian. Hal ini diatur dalam pasal 171 ayat (2)

HIR, Pasal 308 ayat (2) RBg dan pasal 1907 ayat (2) KUH Perdata.

d. Saling Persesuaian, saling bersesuaian antara keterangan saksi yang

satu dengan yang lain atau antara keterangan saksi dengan alat bukti

lain. Hal ini diatur dalam pasal 170 HIR dan Pasal 1908 KUH Perdata.

Berdasarkan syarat-syarat saksi di atas menjelaskan bahwa kedudukan

saksi dari pihak keluarga tidak dapat diterima kesaksiannya, walaupun dalam

konteks yang ada di atas tidak menjelaskan saksi-saksi dari pihak keluarga

yang ada dalam perceraian, yang tidak dapat didengar kesaksiannya. Dan

sesuai dengan ketentuan pasal 1909 KUH Perdata yang menjelaskan bahwa

4 Kamarusdiana dan Nahrowi, Hukum Acara Perdata, (Jakarta: Fakultas Syari‟ah dan

Hukum UIN Syarif Hidayatullah), cet. Pertama, h.89.

Page 48: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata

41

saksi keluarga tidak dapat didengar keterangannya sebagai saksi karena

dianggap tidak dapat bersikap objektif.

Kedudukan saksi dari pihak keluarga juga ditegaskan dalam pasal 145

HIR dan Pasal 172 RBg bahwa orang yang dilarang didengar sebagai saksi

telah diatur secara enumeratif bahwa kelompok saksi yang tidak cakap

menjadi saksi secara absolut terdiri dari:

1. Keluarga sedarah dan semenda dari salah satu pihak menurut garis lurus

2. Suami atau istri dianggap tidak cakap menjadi saksi meskipun sudah

bercerai.

Hal ini sangat jelas menurut undang-undang yang berlaku dan telah

memiliki kekuatan hukum tetap, serta menjadi pedoman dalam suatu majelis

persidangan yang ada dipengadilan agama maupun pengadilan negeri, untuk

tidak menerima saksi dari pihak keluarga dalam perkara berdata pada

umumnya.5

Apabila saksi telah memenuhi syarat yang disebutkan di atas maka

seorang saksi mempunyai nilai pembuktian bebas. Hakim dalam hal ini bebas

untuk menilai kesaksian itu sesuai dengan hati nuraninya. Hakim dalam hal ini

tidak boleh terikat dengan keterangan saksi artinya hakim dapat

menyingkirkannya asal di pertimbangkan dengan argumentasi yang kuat.

Dalam hal menimbang harga kesaksian seorang saksi, hakim harus

menumpahkan sepenuhnya tentang pemufakatan dari saksi-saksi, mengenai

cocoknya kesaksian-kesaksian dalam perkara yang diperselisihkan, tentang

sebab-sebab yang mungkin ada pada saksi untuk memberikan keterangan

secara jelas, tentang perlakuan atau adat dan kedudukan saksi, dan pada

5 M. Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata, h. 635.

Page 49: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata

42

umumnya atas segala hal yang dapat menyebabkan saksi itu dapat dipercaya

atau tidak.

Karena dapat tidaknya seorang saksi dipercaya tergantung pada banyak

hal, yang harus diperhatikan oleh hakim, dalam pasal 172 HIR (pasal 309

Rbg, 1908 BW) menentukan, bahwa dalam mempertimbangkan nilai

kesaksian, hakim harus benar-benar melihat tindak tanduk seorang saksi baik

dari cara hidup atau segala hal yang sekiranya mempengaruhi tentang dapat

tidaknya saksi dipercaya 6

Hakim dalam hal ini tidak dapat dipaksa untuk mempercayai saksi

sebab mungkin saja terjadi saksi palsu. Oleh karena itu dalam mendengarkan

kesaksian para saksi, hakim harus berhati-hati benar dan memperhatikan

benar-benar apakah ada kesesuaian antara keterangan para saksi dengan isi

perkara yang disengketakan, bagaimana sifat-sifat dan adat istiadat saksi, dan

ada hubungan apakah saksi dengan yang disaksikan.7

Agar memperoleh keterangan yang relevan bagi hukum dalam

memeriksa saksi, hakim harus menggunakan cara yang tepat. Lazimnya

seorang hakim membiarkan seorang saksi untuk bercerita dari awal hingga

akhir, cara saksi bercerita dengan bebas ini sering membuang waktu, karena

tidak jarang cerita yang tidak relevan bagi hukum diceritakan juga oleh saksi.

Hal ini terlihat kurang efektif bila digunakan oleh para hakim dalam mencari

keterangan para saksi.

Adapun cara lain yang lebih efektif adalah cara yang terpimpin. Dalam

hal ini seorang hakim berperan aktif untuk dapat membedakan peristiwa mana

yang relevan dan mana yang tidak, sudah siap dengan pertanyaan yang

disusunnya secara sistematis dan kemudian saksi tinggal menjawab

6 Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, (Yogyakarta: Liberty, 1977),

cet. Pertama, h. 168. 7 Ahmad Shahibuddin, Keyakinan Hakim Dalam Pembuktian Perkara Perdata Menurut

Hukum Acara Positif dan Hukum Acara Islam, (Jakarta:PT. Pembimbing Masa, 1983), cet.

Pertama, h. 38.

Page 50: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata

43

pertanyaan-pertanyaan tersebut. Cara ini akan menghemat waktu dan akan

lebih tepat mengenai sasarannya.8

Sesuai dengan ketentuan pasal 145 HIR kedudukan saksi dari pihak

keluarga tidak dapat didengar, begitu juga dengan keluarga semenda yang

dimaksud dengan keluarga semenda adalah mereka yang tertarik karena ikatan

tali pernikahan. Adapun alasan bahwa saksi dari pihak keluarga tidak dapat

didengar, karena dikhawatirkan mereka akan memberikan keterangan yang

palsu di persidangan.

Karena terpaksa disebabkan oleh hubungan keluarga yang dekat.

Anak-anak yang belum berumur 15 tahun juga dilarang untuk didengar

kesaksiannya, kecuali jika mereka telah menikah, karena dikhawatirkan

mereka akan mengkhayal dan juga orang gila dilarang didengar kesaksiannya

karena keterangannya tidak dapat dipertanggung jawabkan secara

keseluruhan.

Akan tetapi dalam hal ini keluarga sedarah dan keluarga semenda tidak

boleh ditolak sebagai saksi, dalam perkara-perkara mengenai kedudukan sipil

dari pihak yang bersangkutan atau mengenai perjanjian kerja. Pada ayat (4)

pasal 145 HIR, menyebutkan bahwa keterangan mereka hanya boleh

dipandang sebagai penjelasan saja, artinya bahwa keterangan mereka itu tidak

merupakan bukti.

Orang-orang yang tersebut pada ayat (1) 145 HIR di atas, diberi hak

oleh undang-undang untuk mengundurkan diri, untuk tidak mau didengar

sebagai saksi, karena dikhawatirkan kalau nanti terjadi hubungan buruk

dengan pihak yang dirugikan yaitu dengan saudara saksi sendiri.

Apabila mereka terpaksa harus memberikan keterangan, karena kalau

tidak memberikan keterangan maka mereka akan disanderakan, dan apabila

mereka berani memberikan keterangan yang palsu yang menguntungkan

saudaranya, maka mereka dapat dituntut karena sumpah palsu. Oleh karena itu

8 Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, h.170.

Page 51: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata

44

berdasarkan keberatan-keberatan tersebut, saksi boleh menentukan sendiri,

apakah ia mau didengar sebagai saksi atau tidak.

Dalam pasal 146 HIR menyebutkan golongan orang-orang yang di

perkenankan untuk mengundurkan diri. Hal ini bukan berarti hakim menolak

mereka untuk memberikan kesaksian akan tetapi saksi sendiri yang oleh

undang-undang diberi hak untuk tidak mau didengar di bawah sumpah.9

Adapun orang-orang yang diperbolehkan mengundurkan diri antara

lain:

1. Saudara laki-laki dan saudara perempuan dan ipar laki-laki serta

perempuan dari salah satu pihak.

2. Keluarga sedarah menurut keturunan yang lurus, saudara laki-laki, dan

perempuan dari laki atau istri salah satu pihak.

3. Semua orang yang karena kedudukan, pekerjaan atau jabatannya yang sah,

diwajibkan untuk menyimpan rahasia tetapi semata-mata hanya mengenai

hal demikian yang dipercayakan padanya.

Saksi yang datang kepengadilan, sebelum memberikan keterangan

terlebih dahulu mengangkat sumpah menurut agamanya masing-masing

dihadapan hakim yang memeriksa perkara. Adapun maksud dari sumpah

tersebut adalah diharapkan dengan bersumpah saksi akan memberikan

keterangan yang benar sesuai dengan apa yang dilihat dan didengarnya

sendiri.

Saksi yang bersumpah tentunya tidak main-main dengan sumpahnya

karena apa yang telah diterangkan sudah mengatasnamakan tuhannya,

sehingga apabila ia tidak memberikan keterangan yang benar maka akan

mendapatkan kutukan dari tuhannya dan tidak hanya itu saksi juga dapat

dituntut dalam perkara pidana berdasarkan pasal 242 KUHP yang ancaman

hukumnya paling lama tujuh tahun, karena melakukan keterangan palsu

dibawah sumpah.10

9 Retno Wulan Sutanto dan Iskandar oerip kartawinata, Hukum Acara Dalam Praktek,

(Bandung: Mandar Maju, 1995), cet. Pertama, h.58. 10

Gatot Supramono, Hukum Pembuktian di Peradilan Agama, (Ujung Pandang: Alumni,

1993), cet. Pertama, h. 35.

Page 52: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata

45

B. Kedudukan Saksi Dari Pihak Keluarga Dalam Perceraian Menurut

Hukum Islam

Dengan terbentuknya KHI (Kompilasi Hukum Islam), yang menjadi

salah satu landasan hukum dalam suatu persidangan yang ada di Pengadilan

Agama, sedikit banyak telah memberikan kontribusi dalam pengambilan

keputusan para hakim dalam menyelesaikan perkara agar tidak terjadi

perbedaan dalam putusan pengadilan untuk kasus-kasus yang sama.

Pada dasarnya KHI merupakan pengembangan dari hukum perkawinan

yang tertuang dalam Undang-undang No. 1 Tahun 1974, oleh sebab itu tidak

terlepas dari misi yang diemban oleh undang-undang perkawinan tersebut,

walaupun cakupannya hanya terbatas bagi kepentingan umat Islam, akan

tetapi KHI tersebut mutlak harus dapat memberikan landasan hukum

perkawinan yang dapat dipegangi oleh umat Islam.11

Sebagai acuan dan merupakan pedoman bagi masyarakat muslim

khususnya, KHI telah banyak mengatur terutama dalam masalah perkawinan,

kewarisan, perwakafan dan didalamnya meliputi perceraian.12

Akan tetapi

mengenai masalah kedudukan saksi dalam perceraian tidak diatur dalam

Kompilasi Hukum Islam. Namun demikian kedudukan saksi dari pihak

keluarga dalam perceraian banyak ditemukan dalam literatur-literatur fiqih

dan hukum Islam lain yang merujuk pada Al-qur‟an atau Al-hadits.

Syekh Abu Syuja‟ berkata :

“Apabila penuduh disertai saksi, maka hakim mendengarkan saksi itu dan

memutuskan hukum untuk penuduh dengan berdasarkan saksi tersebut. Kalau

tidak ada saksi, maka perkataan yang dibenarkan adalah perkataan orang

yang tertuduh.”

11

Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, ( Jakarta:Raja Grafindo Persada, 1997), cet.

Ke-2, h.56. 12

Mohammad Daud Ali, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di Indonesia, (

Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada, 2004), cet. kesebelas, h. 294.

Page 53: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata

46

Sedangkan menurut riwayat Al-Baihaqi:

Artinya:”…Tetapi penuduh harus disertai saksi, sedangkan orang yang

tertuduh harus bersumpah apabila membela diri.”(H.R Baihaki)

Dalam hadits tersebut menjelaskan bahwa harus ada saksi yang

menguatkan penuduh, maksudnya adalah karena saksi itu sebagai dasar yang

kuat untuk menguatkan tuduhan, karena penuduh itu sendiri adalah lemah,

karena apa yang ia ucapkan bisa berbeda dengan kenyataan, lalu dasar yang

kuat yaitu adanya saksi adalah untuk memperkuat lemahnya penuduh.

Sedangkan sumpah adalah alasan yang lemah.13

Kedudukan saksi dalam hukum Islam terlihat sangat penting untuk

membuktikan suatu kejadian dalam sebuah peristiwa. Saksi sangat diperlukan

untuk memperkuat lemahnya penuduh dan lemahnya sumpah. Dalam hukum

Islam juga diatur tentang kriteria saksi yang dapat diterima kesaksiannya

Dalam hal ini para fuqaha menjelaskan tentang kesaksian yang

dilakukan oleh seorang ayah terhadap anaknya dan kesaksian seorang ayah

terhadap anaknya bahwa kesaksian tersebut dapat ditolak, begitu pula

kesaksian yang dilakukan oleh seorang ibu terhadap anaknya dan kesaksian

seorang anak terhadap ibunya.

Termasuk yang menjadi persoalan para fuqoha adalah mengenai

keraguan akan i‟tikad baik terhadap kesaksian seseorang, yaitu kesaksian

suami istri antara yang satu dengan yang lainnya. Imam Malik dan Abu

Hanifah menolak kesaksian suami terhadap istri dan kesaksian istri terhadap

suaminya.

Selanjutnya kesaksian seseorang terhadap saudaranya, termasuk

persoalan yang disepakati oleh para fuqaha adalah diterimanya i‟tikad baik

dalam kesaksian seseorang tersebut, jika kesaksiannya tidak bermaksud untuk

13

Al-Imam Taqiyuddin Abu Bakar Al-Husaini, Kifayatul Akhyar, Jilid.III, (Surabaya:PT.

Bina Ilmu, 1997), cet.Pertama, h. 341.

Page 54: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata

47

menutup-nutupi cela dan selama ia tidak bermaksud merayu saudaranya dalam

rangka memperoleh kebaikan hubungan.14

Imam Syafi‟i berkata,”Seandainya kesaksian seorang bapak kepada

anaknya itu diterima, maka sama saja kesaksian itu ditujukan kepada dirinya

sendiri”. Nabi saw bersabda, „Sesungguhnya Fatimah itu bagian dariku,

sehingga sesuatu yang meragukanku akan meragukannya, dan sesuatu yang

menyakitiku akan menyakitinya’. Imam Syafi‟i juga berkata: “Anak itu adalah

bagian dari bapak, maka seakan-akan seorang bapak itu mempersaksikan

sesuatu yang menjadi bagian dirinya.”

Az-Zuhri berkata dari Urwah, dari Aisyah, dari Nabi SAW, beliau

bersabda, “Tidak boleh diterima kesaksian seorang lelaki pengkhianat,

kesaksian seorang wanita pengkhianat, kesaksian orang yang tertuduh,

dihadapan keluarga dan kerabatnya, dan kesaksian orang yang dikenai

hukuman cambuk.”

Mereka berkata, “Karena diantara kesaksiannya itu ada unsur

kebencian dan bagian (keturunan), maka kesaksiannya itu tidak bisa diterima,

sebagaimana tidak diperbolehkan memberikan zakat kepadanya sehingga

pembunuhan yang dilakukan oleh anaknya dapat dianggap sebagai fitnah.dan

tanggungan denda utang anak tidak bisa dibebankan kepada bapaknya, serta

bapak tidak bisa dituntut dan ditahan karena perbuatan anaknya.

Mereka berpedoman kepada Firman Allah yang berbunyi:

2461 Artinya:’Tidak ada halangan bagi orang buta, tidak pula bagi orang pincang,

tidak pula bagi orang sakit, tidak pula bagi dirimu sendiri, makan

(bersama-sama mereka) dirumah kamu sendiri atau dirumah bapak-

bapakmu, dirumah ibu-ibumu’. (Qs. An-Nur (24):61)

14

Bidayatul Mujtahid, (Dar Al-Jil, Beirut), cet. Ke-I, h. 687.

Page 55: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata

48

Dalam ayat tersebut Allah tidak menyebutkan rumah anak-anak,

karena hal itu sudah masuk di dalam penyebutan rumah-rumah mereka sendiri,

sehingga dianggap cukup dengan menyebutkan rumah-rumah mereka tanpa

harus menyebutkan rumah anak-anak.

Allah SWT berfirman:

4315 Artinya:”Dan mereka menjadikan sebagian dari hamba-hamba-Nya sebagai

bagian dari-Nya’.(Qs. Az-Zuhruf (43):15)

Dalam ayat tersebut di atas menjelaskan yakni seorang anak adalah

bagian, sehingga kesaksian seseorang tidak dapat diterima dari bagiannya.

Mayoritas ulama membolehkan kesaksian yang diberikan oleh seorang

saudara untuk saudaranya, pendapat ini terdapat dalam kitab Tahdzib dari

riwayat Ibnu Al-Qasim, dari malik. Sebagian ulama mazhab Maliki

berkata,”Kesaksian tersebut tidak diperbolehkan kecuali dengan 1 syarat.”

Selanjutnya terjadi perbedaan pendapat diantara mereka dalam

menentukan syarat tersebut. Sebagian berkata, “Dia harus terlihat

keadilannya.” Sebagian berkata,”Apabila hubungan kekeluargaannya tidak

terlalu dekat.”Asyhab berkata, “Boleh dalam kasus yang ringan, bukan kasus

yang berat.”Apabila ia menampakan keadilannya maka ia boleh memberikan

kesaksian dalam kasus yang berat. Sebagian lagi berkata, “Kesaksiannya dapat

diterima secara mutlak kecuali dalam kasus yang mengandung tuduhan,

seperti kesaksian seorang saksi yang mencari kemuliaan dan kehormatan.”

Yang jelas kesaksian seorang anak untuk bapaknya dan seorang bapak

untuk anaknya dalam kasus yang tidak menyangkut tuduhan dapat diterima.

Pendapaat ini dikemukakan oleh Imam Ahmad. Dalam hal ini terdapat tiga

periwayatan yang bersumber dari Imam Ahmad yaitu: Riwayat yang melarang

dan riwayat yang membolehkannya dalam kasus yang tidak ada kaitannya

dengan tuduhan, dan riwayat yang memisahkan kesaksian anak kepada

bapaknya dan kesaksian bapak terhadap anaknya. Kesaksian anak untuk

Page 56: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata

49

bapaknya dapat diterima, sedangkan kesaksian bapak untuk anaknya tidak

dapat diterima.15

Disamping itu kesaksian seseorang yang tidak boleh dijadikan dasar

memutuskan perkara, dijelaskan dalam sebuah hadits Rasulullah saw sebagai

berikut:

Artinya: Dari Abdullah bin Ummar r.a beliau berkata: Rasulullah saw.

Bersabda: “Tidak diterima kesaksian seseorang yang berkhianat,

baik pria maupun wanita, tidak boleh juga diterima kesaksian orang

yang menyakiti saudaranya, juga tidak diterima kesaksian seorang

yang mencukupkan dirinya untuk keluarga rumah, yaitu orang diberi

nafkah oleh keluarga sebuah rumah”. (Hr. Ahmad dan Abu Daud).16

Khiyanat yang dimaksud dalam hadits tersebut oleh Abu Ubaid

dijelaskan, yaitu khiyanat yang berkenaan dengan hak-hak Allah dan hak-hak

manusia. Dalam perkataan “dan orang yang menyakiti saudaranya” itu,

menunjukan bahwa permusuhan itu menjadikan penghalang bagi diterimanya

suatu kesaksian, karena dengan permusuhan demi membela agama tidaklah

merupakan penghalang.

Selanjutnya yang dimaksud “orang yang mencukupkan dirinya untuk

keluarga sebuah rumah” yaitu pelayan rumah tangga, kesaksiannya tidak

boleh diterima, karena besar kemungkinan kesaksiannya itu adalah untuk

kepentingan pribadi (ada interes pribadi).

Kemudian para ulama berbeda pendapat tentang masalah kesaksian

seorang anak atas ayahnya dan sebaliknya, juga kesaksian suami terhadap

istrinya dan sebaliknya. Karena kesaksian yang demikian itu besar

15

Ibnu Qayim Al-Jauziyah, Panduan Hukum Islam, (Jakarta:Pustaka Azzam, 2007), cet.

Kedua, h. 99. 16

Abu Bakar Muhammad, Terjemah Subulus Salam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1995), cet.

Ke-I, h. 542.

Page 57: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata

50

kemungkinan terjadi pembelaan, disebabkan pada umumnya dalam hal

tersebut terjadi suatu jalinan kecintaan (mahabah).17

17

Ibnu Qayim Al-Jauziyah, Panduan Hukum Islam, h. 100.

Page 58: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata

50

BAB IV

KEDUDUKAN SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DI PENGADILAN

AGAMA KOTA TANGERANG

A. Profil Pengadilan Agama Kota Tangerang

Pengadilan Agama Tangerang bertempat di Jalan Perintis

Kemerdekaan II, Komplek Perkantoran Cikokol Kota Tangerang. Wilayah

Administratif daerah tingkat II kota Tangerang dilokasi sangat strategis letak

geografisnya, tetutama pengembangan ekonomi wilayah dan penduduknya

secara umum.

Letak geiografis kota Tangerang terletak antara 66’ Lintang selatan

dampai dengan 6.13’ Lintang Utara dan 106.36’ Bujur Timur sampai dengan

106.42’ Bujur Timur. Batas wilayah :

1. Sebelah Utara, berbatasan dengan Kecamatan Teluknaga dan

Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang

2. Sebelah Selatan, berbatasan dengan Kecamatan Curug Kecamatan

Serpong dan Kecamatan Pondok Aren Kabupaten Tangerang

3. Sebelah Timur Berbatasan dengan DKI Jakarta

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Cikupa Kabupaten

Tangerang

Adapun bangunan gedung Pengadilan Agama tangerang seluas 1858

m2 yang terdiri dari bangunan ex Sospol yang telah direhab Tahun 2007 dan

gedung lama yang telah dibangun dari anggaran DIPA Tahun 2009 alokasi

Belanja Modal sebesar Rp. 3.853.274.000,-.(Tiga Milyar Delapan Ratus Lima

Puluh Tiga Juta Dua Ratus Tujuh Puluh Empat Ribu Rupiah).

Page 59: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata

51

Wilayah Administratif Daerahaa Tingkat II Kota Tangerang berada di

lokasi sangat strategis letak geografisnya, terutama pengembangan ekonomi,

wilayah dan penduduknya secara umum.

Wilayah hukum/Yurisdiksi Pengadilan Agama Tangerang meliputi

seluruh wilayah Daerah Tingkat II Kota Tangerang yang terdiri dari 13 (tiga

belas) kecamatan dan 104(seratus empat) Kelurahan.1

Tugas pokok Pengadilan Agama sebagai Badan Pelaksana Kekuasaan

Kehakiman ialah menerima, memeriksa dan mengadili serta menyelesaikan

setiap perkara yang diajukan kepadanya (pasal 2 ayat 1 UU No.14 1970

tentang ketentuan pokok kekuasaan kehakiman), termasuk didalamnya

menyelesaikan perkara Voluntair (penjelasan pasal 2 ayat 1 tersebut).

Berdasarkan ketentuan undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang

perubahan atas undnag-undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Pengadilan

Agama, khususnya pasal 1,2,49 dan penjelasan umum angka 2, serta peraturan

perundang-undangan lain yang berlaku, antara lain: Undang-undang No.1

Tahun 1974 Tentang perkawinan, PP No.28 Tahun 1977 Tentang perwakafan

tanah milik, Inpres No.1 Tahun 1991 Tentang Kompilasi Hukum Islam,

Permenag No. 2 Tahun 1987 yang diubah dengan Permenag No. 3 Tahun

2005 Tentang Wali Hakim.2

1 Laporan Tahunan Pengadilan Agama Kota Tangerang,(Arsip Pengadilan Agama Kota

Tangerang), h.1. 2 A. Mukti Arto, Praktek Perkara Pada Pengadilan Agama, (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar,1996),h.1.

Page 60: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata

52

Begitu pula tugas Pengadilan Agama Tangerang adalah menerima,

memeriksa, mengadili dan menyelesaikan perkara-perkara tertentu diantara

orang Islam atau yang mewujudkan diri dengan hukum islam berupa:

Perkawinan, waris, wasiat, hibah, wakaf, zakat, infaq, shadaqoh dan ekonomi

Syari’ah.3

Selain dari tugas pokok diatas, Peradilan Agama mempunyai tugas

tambahan baik yang diatur dalam undang-undang maupun peraturan-peraturan

lainnya yaitu:

1. Memberikan pertimbangan dan nasehat tentang hukum Islam kepada

instansi pemerintah apabila diminta. (Pasal 52 ayat (1) Undang-undang

No. 7/1989)

2. Menyelesaikan permohonan pertolongan pembagian harta peninggalan di

luar sengketa antara orang-orang Islam. (Pasal 107 ayat (2) undang-

undang No. 7/1989). Hal ini sudah jarang dilakukan karena Undang-

undang No.3 Tahun 2006 telah mengatur dibolehkannya penetapan ahli

waris dalam perkara volunteer

3. Memberikan Isbath kesaksian rukyat hilal dalam penentuan wal bulan

tahun hijriyah (Pasal 52 A UU No.3 Tahun 2006)

4. Melaksanakan tugas lainnya seperti pelayanan riset/penelitian dan tugas-

tugas lainnya.

Adapun wilayah hukum Pengadilan Agama Tangerang meliputi

seluruh wilayah daerah Tingkat II Kota Tangerang yang terdiri dari 13 (Tiga

Belas) kecamatan dan 104 (seratus empat) Kelurahan.

3 Pasal 49 Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006, Tentang Perubahan atas Undang-

undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama, h.34-36.

Page 61: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata

53

Sedangkan yang merupakan kompetensi absolut Peradilan Agama

adalah terdapat pada pasal 49, yang berbunyi ayat (I) Pengadilan Agama

bertugas dan berwenang memeriksa, memutus dan menyelesaikan perkara-

perkara ditingkat pertama antara orang yang beragan Islam dibidang:

Perkawinan, kewarisan, wasiat, dan hibah yang dilakukan berdasarkan hukum

Islam, wakaf dan Shadaqah. Pada ayat (2) bidang perkawinan sebagaimana

yang dimaksud dalam ayat 1 huruf a ialah hal-hal yang diatur dalam atau

berdasarkan undang-undang mengenai perkawinan yang berlaku. Kemudian

pada ayat (3) Bidang kewarisan.

Sebagaimana yang dimaksud dalam ayat 1 huruf b ialah penentuan

siapa-siapa yang menjadi ahli waris, penentuan mengenai harta peninggalan,

penentuan bagian masing-masing ahli waris, dan melaksanakan pembagian

harta peninggalan tersebut.4

Pengadilan Agama Tangerang selama kurun waktu tahun 2009

menerima perkara sebanyak 1296 perkara, yang terdiri dari 1226 jenis perkara

gugatan dan 70 jenis perkara permohonan. Sedangkan sisa perkara pada tahun

2008 sebanyak 194 jenis perkara gugatan dan 2 jenis perkara permohonan.

Selama kurun waktu satu tahun Pengadilan Agama Tangerang memeriksa

setiap perkara yang diterima, dan mengadilinya. Banyaknya perkara yang

diputus pada tahun 2009 sebanyak 1227 perkara baik jenis perkara gugatan

4 Roihan Rasyid, Hukum Acara Peradilan Agama, cet. Ke-9, (Jakarta:PT. Raja Grafindo

Persada, 2002), h.28.

Page 62: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata

54

maupun jenis perkara permohonan. Sehinggga pada tahun 2009 ini

menyisakan perkara sebanyak 265 perkara.

Perkara yang diputus selama tahun 2009 meliputi Perkara cerai talak

yang diputus sebanyak 300 perkara, perkara gugat sebanyak 678, perkara yang

dicabut oleh para pihak baik cerai gugat, cerai thalak maupun perkara lainnya

sebanyak 112 perkara, sedangkan perkara cerai yang menghadirkan saksi dari

pihak keluarga sebanyak 1227 perkara yang telah diputus, hal ini mmbuktikan

bahwa setiap perkara yang masuk ke Pengadilan Agama Kota Tangerang

mengutamakan saksi keluarga.

B. Duduk Perkara Terhadap Putusan No.221/Pdt.G/2008/PA. TNG

Pemohon (AP) umur 19 tahun, agama Islam, pekerjaan belum bekerja,

tempat tinggal di kp. Bayur RT. 02/07 Krelurahan periuk Kecamatan priuk

kota Tangerang, adalah suami sah termohon, termohon KY umur 19 tahun Ibu

rumah tangga, tempat tinggal di Kp. Bayur Rt. 02/07 No.25 Kelurahan priuk

Kecamatan priuk Kota Tangerang, agama Islam, pekerjaan Ibu Rumah tangga,

tempat tinggal di Kp.Bayur Rt. 02/07 Kelurahan priuk Kecamatan priuk Kota

Tangerang, menikah pada tanggal 6 mei 2006, yang dicatat oleh Pegawai

Pencatat Nikah Kantor Urusan Agama Kecamatan Priuk Kota Tangerang.

Dari pernikahan tersebut telah dikarunia seorang anak laki-laki yang

bernama Arfi Dasayu Prakasa lahir pada tanggal 65 Desember 2007, sejak

tanggal 7 juni 2006 ketentraman rumah tangga pemohon dan termohon sudah

tidajk harmonis dan tepatnya pada tahun 2007 pemohon dan termohon telah

pisah ranjang disebutkan hal-hal sebagai berikut.

Page 63: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata

55

1. Antara pemohon dan termohon selalu cekcok

2. Termohon berwatak keras

3. Termohon tidak mau mendengarkan perintah pemohon sebagai

suaminya

4. Termohon jika sedang bertengkar selalu mengucapkan kata-kata

kasar

5. Pemohon mulai jarang pulang

Selama perselisihan dan pertengkaran terjadi terus menerus, pemohon

telah berupaya mengatasi masalah tersebut dengan jalan musyawrah keluarga,

namun upaya tersebut tidk berhasil abtara pemohon dan termohon tetap pada

masing-masing pendiriannya dan sulit ditemukan penyelesaiannya sehingga

tidak ada jalan lain selain pemohon mengajukan persoalan inikepada

pengadilan agama.

Adapun pertimbangan huku, maksud dan tujuan perkawinan tidak

terwujud, majelis hakim telah memberikan nasehat kepada pemohon dan juga

termohon agar dapat hidup rukun kembali namun usaha itu tidak berhasil.

Dalam hal tersebut majelis hakim beserta anggota telah

mempertimbangkan fakta-fakta dalam persidangan:

1. Telah terjadi pernikahan antara pemohon dan termohon di Kantor

Urusan Agama (KUA) Kecamatan Periuk Kota Tangerang.

2. Pemohon dan termohon sudah tidak harmonis lagi , sering terjadi

perselisihan dan pertengkaran disebabkan termohon keras kepala,

termohon tidak mau patuh terhadap perintah pemohon termohon jika

bertengkar suka berkata kasar dan pemohon mulai jarang pulang

kerumah

Page 64: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata

56

3. Majelis telah mendengar keterangan para saksi keluarga dari kedua

belah pihak

4. Telah adanya upaya untuk memperbaiki rumah tangga pemohon dan

termohon namun tidak berhasil, sehingga terlihat menunjukan ketidak

harmonisan untuk membina rumah tangga yang kekal dan bahagia.

Berdasarkan kenyataan tersebut setelah memeriksa pembuktian,

majelis hakim berkesimpulan bahwa yang menjadi yangmenjadi tujuan

pernikahan yitu untuk membentuk keluarga sakinah, mawaddah, warrahmah

sebagaimana yang disebutkan dalam undang-undang No.1 Tahun 1974 joncto

Pasal 3 Kompilasi Hukum Islam (KHI) sudah tidak mungkin lagi terwujud.

Sudah tidak ada kesatuan hati antar pemohon dan termohon sehingga

tiodak dapat di utuhkan lagi maka majlis hakim berpendapat bahwa antara

pemohon dan termohon telah terjadi perselisihan yang sulkit didamaikan lagi.

Dalam hal ini majlis hakim mengabulan permohonann pemohon untuk

bercerai kepada istrinya, karena pemohon tetap pada pendiriannya untuk

bercerai.

C. Saksi Perceraian Dari Pihak Keluarga

Dalam penulisan skripsi ini penulis mengadakan penelitian lapangan

dengan mewawancarai beberapa hakim yang bertugas di Pengadialan Agama

Tangerang. Praktek peradilan yang sudah berjalan di Pengadilan Agama

Tangerang, tidak mengeyampingkan dalam penggunaan alat bukti saksi, baik

dari segi kedudukan maupun dari segi agama saksi sendiri atau dari lain hal.

Hal ini membuktikan bahwa yang ingin dicapai oleh seorang hakim

dalam mendengarkan kesaksian seorang saksi adalah materi saksi itu sendiri

Page 65: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata

57

dan kebenarannya. Sesuai dengan ketentuan pasal 76 No. 7 Tahun 1989 yang

menjelaskan bahwa kedudukan saksi dari pihak keluarga dibolehkan dalam

perkara perceraian.

Dalam hal ini Menurut Dr. Ai Jamilah M.H dan para hakim yang ada

di pengadilan Agama tidak menolaknya dengan pertimbangan kesaksian itu

memang benar dan bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya, artinya kita

tidak menolak saksi keluarga baik itu dari pihak tergugat ataupun penggugat

karena yang kita terima kesaksiannya bukan pribadinya.

Semua praktek peradilan terutama dalam perkara perceraian, menurut

Dr, Ai Jamilah M.H, sangat memerlukan saksi dari pihak keluarga, karena

sampai saat ini dalam kasus perceraian yang lebih tahu permasalahannya

mayoritas dari pihak keluarga, walaupun ada beberapa dari luar pihak

keluarga, akan tetapi kita semua lebih mengutamakan bahkan mewajibkan

saksi dari pihak keluarga terlebih dulu, untuk dapat dihadirkan sebagai saksi

oleh kedua belah pihak yang berperkara dan bukan dari pihak lain.

Menurut Dr. Ai Jamilah M.H, keterangan saksi di Pengadilan Agama,

berbeda dengan keterangan saksi di Pengadilan Negeri, keterangan saksi di

Pengadilan Negeri menyangkut perkara keperdataan membolehkan saksi dari

pihak luar atau siapa saja yang bersedia mejadi saksi, tentunya mereka yang

mengetahui permasalahannya, sedangkan kesaksian di Pengadilan Agama,

tidak bisa sembarang saksi, karena banyak permasalahan yang hanya diketahui

oleh pihak yang bersangkutan (suami-istri atau lingkup keluarga) saja.

Menurut penjelasan yang ada di atas, sangat jelas bahwa keterangan

saksi dari pihak keluarga dapat diterima kesaksiannya, kecuali kesaksian

seorang anak terhadap perceraian kedua orang tuanya tidak dapat diterima

menjadi saksi dalam persidangan. Menurut Dr. Ai Jamilah M.H, kesaksian

seorang anak terhadap orang tuanya yang ingin bercerai, tidak dapat dijadikan

Page 66: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata

58

sebagai alat bukti saksi, karena kesaksiannya jelas tidak dapat bersifat

objektif.5

Adapun alasan hakim melarang kesaksian seorang anak terhadap

perceraian kedua orang tuanya adalah sebagai berikut:

1. Apabila kesaksian seorang anak dapat diterima dalam perkara

perceraian kedua orang tuanya maka ditakutkan akan mempengaruhi

fisikologis atau kejiwaan dari si anak, karena dengan posisinya

menjadi saksi maka seorang anak akan menjadi trouma karena melihat

perselisihan yang berujung kepada sebuah perpisahan yang akan

memisahkan kedua orangtuanya jika nantinya sampai bercerai.

2. Apabila kesaksian seorang anak dapat diterima dalam perkara

perceraian kedua orang tuanya maka dikhawatirkan seorang anak akan

memihak antar kedua belah pihak baik ibu atau ayahnya, dan bisa saja

memicu permusuhan antara anak dengan ayahnya atau ibunya, jika

sudah terjadi permusuhan maka hal ini sangat tidak wajar dan agama

pun melarang jika permusuhan terjadi dalam sebuah keluarga.6

D. Analisa Penulis

Permasalahan yang di akibatkan dari pertengkaran yang terjadi terus

menerus antara rumah tangga AP (suami) KY(istri), pada bulan juni 2006 telah

terjadi percekcokan antara kebudayaan dan tempat nya pada tahun 2007

percekcokan tersebut semakin memuncak, disini pemohon merasa sudah tidak

kuat lagi untuk melanjutkan hubungan pernikahannya dan sejak tahun 2007 antara

pemohon dan termohon sudah pisah ranjang, dan pemohonan sudah tidak pulang

ke rumah .

5 Wawancara dengan Dr. Ai Jamilah, M.H, Hakim Pengadilan Agama Tangerang, Tanggal 2

Maret 2010. 6 Wawancara dengan Dr. Ai Jamilah, M.H, Hakim Pengadilan Agama Tangerang,

Tanggal 2 Maret 2010.

Page 67: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata

59

Malihat kasus tersebut setelah mendengar dari berbagai keterangan baik

pemohonan mau pun termohon beserta aksi dan dan alat bukti maka menurut

majlis hakim realita yang ada dalam praktek itu sifatnya kasuistik, seorang hakim

tetap terpacu pada normatif tetapi tetap melihat kepad kasus yang ada seperti yang

terjadi dalam kasus tersebut, karena seorang suami sudah tidak bisa lagi dan tidak

kuat lagi melihat sifat istrinya.

Menurut majlis hakim dalam hal tersebut tidak jadi masalah, majlis hakim

menilai sesuai dengan kaidah ushul fiqih yaitu, “menolak kemudlaratan, harus

lebih di dahulukan dari pada mencari dan memperoleh kemaslahatan (dar-ul

mafasid moqoddamun ‘ala jalbi al-mashalihi).

Alasan hakim memutus perkara tersebut karena pemohon tetap pada

pendiriannya untuk bercerai, penyebabnya adalah termohon keras kepala dan

tidak mau patuh perintah pemohon lagi sehingga pertengkaran terjadi terus

menerus,hal ini membuktikan bahwa rumah tangganya sudah tidak dapat lagi

dibina dengan baik, agar kedua belah pihak tidak lebih jauh melanggar norma

hukum dan norma agama maka perceraian merupakan alternatif terakhir untuk

menyelesaikan permasalahan bagi pemohon dan termohon.

Setelah melihat putusan yang ada di pengadilan agama, yaitu mengenai

alat bukti saksi yang terdapat dalam dua putusan tersebut dengan menghadirkan

saksi dari pihak keluarga, kesaksian seorang saksi merupakan sarana hakim untuk

menemukan kebenaran tentang suatu fakta. Oleh karena itu, alat bukti saksi

merupakan alat pembuktian yang penting harus memenuhi syarat sesuai dengan

Page 68: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata

60

ketentuan yang berlaku di pengadilan agama. Dalam hal ini ada pembahasan yang

menraik perhatian bagi penulis untuk dianalisa.

Dalam hukum islam dijelaskan melalui firman allah dalam surat Al-

baqarah ayat: 22, bahwasanya kedudukan aksi untuk alat pembuktian sangat di

perlukan untuk dapat membuktikan kebenaran dalam suatu masalah, melihat

kasus tersebut kedua belah pihak menghadirkan saksi dari pihak keluarga sendiri

sedangkan kedudukan saksi dalam perceraian talah diatur dalam undang-undang

yang berlaku dipengadilan agama.

Sesuai dengan ketentuan pada pasal 145 HIR/172 RBg, pada prinsipnya

semua orang dapat menjadi saksi kecuali undang-undang menentukan lain. Dalam

hal ini HIR/RBg merupakan hukum acara yang berlaku di pengadilan agama,

memiliki ketentuan tentang kedudukan aksi yang tidak boleh di dengar

kesaksiannya antara lain:

1. Keluarga sedarah dan semenda dari salah satu pihak menurut garis lurus

2. Suami atau isteri dianggap tidak cakap menjadi saksi meskipun sudah

bercerai

3. Anak-anak yang tidak diketahui benar apakah sudah cukup umur

4. Orang gila

Sedangkan ketentuan yang ada dalam pasal 76 Undng-undang No.3 Tahin

2006 Tentang perubahan atas Undang-undang No.7 Tahun 1989 Tentang

peradilan Agama menjelaskan tentang kedudukan saksi dari pihak keluarga akan

tetapi penjelasan yang ada dalam undang-undang No.3 Tahun 2006 Tentang

perubahan atas Undang-undang No.7 Tahun 1989 Tentang peradilan agama

Page 69: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata

61

tersebut tidak melarang kesaksian seseorang dari pihak keluarga dan

membolehkan dalam masalah syikak atau perceraian.

Melihat hal tersebut dalam asas hukum dikenal denga istilah lex special

derogate lex generalis bahwa hukum yang khusus akan mengalahkan hukum yang

umum. Maka dalam hal ini pengadilan agama tidak menggunakan ketentuan-

ketentuan yang ada dalam HIR, RBg dan KUH perdata, karena jika digunakan hal

ini jelas bertolak belakang belakang dengan Undang-undang No.3 Tahun 2006

Tentang perubahan atas Undng-undang No.7 Tahun 1989 Tentang peradilan

Agama.

Kedudukan saksi dari pihak keluarga dalam KHI tidak diatur, melainkan

hal ini jelas bertolak belakang dengan Undang-Undang No. 3 tahun 2006. tentang

perubahan atas Undang-Undang N0.7 Tahun 1989 Tentang pendidikan agama.

Kedudukan saksi dari pihak keluarga dalam KHI tidak diatur, melainkan

hal ini termuat dalam beberapa kitab-kitab fiqih yang didalamnya terdapat

beberapa ikhtilaf para ulama terutama para ulama mahzab. Menurut Mahzab

syafi’I, jika kesaksian seorang bapak kepada anaknya itu diterima, maka sama saja

kesaksian itu ditujuakan kepada dirinya.

Hal ini membuktikan bahwa kesaksian dari pihak keluarga tidak

dibolehkan dalam memberikan keterangan. Sedangkan menurut Mzhab Maliki

juga tidak membolehkan kesaksian dari pihak keluarga, jika diterima harus

berdasarkan satu syarat yakni orang tersebut harus dapat berlaku adil.

Menurut mayoritas ulama, dalam masalah kesaksian seseorang dari pihak

keluarga dibolehkan, jika kesaksiannya itu tidak mengandung tuduhan sehingga

kesaksiannya dapat bersifat objektif dan dapat dipertanggung jawabkan serta

menjadi kesaksian yang sah.

Ketentuan yang ada di Pengadilan Agama Kota Tangerang menjelaskan

bahwa kwsaksian dari pihak keluarga dapat diterima dalam perkara perceraian

Page 70: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata

62

sesuai dengan ketentuan pasal 76 Undang-Undang no. 3 tahun 2006 tentang

perubahan atsa Undang-Undang No.7 Tahun 1989 tentang peradilan agama,

kecuali kesaksian seorang anak terhadap perceraian kedua orang tuanya, hal ini

dilarang untuk didengar kesaksiannya sesuai ketentuan yang ada di Pengadilan

Agama Kota Tangerang.

Berdasarkan hal tersebut di atas secara umum Pengadilan Agama

membolehkan saksi dari pihak keluarga untuk mkesaksiannya di dalam

persidangan, akan tetapi dalam hal ini ternyata tidak sepenuhnya kedudukan saksi

keluarga dapat memberikan kesaksian dan dapat diterima kesaksiannya, karena

menurut ktentuan yang ada di Pengadilan Agama seorang anak tidak boleh

didengar kesaksiannya dalam sidang perceraian kedua orang tuanya.

Adapun alasan yang dikemukan di pengadilan agama adalah:

1. jika seorang anak dihadirkan sebagai saksi maka dikhawatirkan ia akan

berpihak sehingga menyebabkan permusuhan.

2. jika seorang anak menjadi saksi perceraian kedua orangtuanya akan

mempengaruhi fisikologinya sehingga akan trouma dan berdampak buruk

untuk masa depannya

Dengan demikian, bahwa hukum acara yang berlaku di peradilan agama

sama halnya dengan hukum acara yang ada di perdilan umum, maka kedudukan

saksi dari pihak keluarga pada prinsipnya dapat diterima dan diperolehkan akan

tetapi sesuai dengan perkara-perkara tertentu.

Ketetapan hukum seperti yahg telah ada di pengadilan agama yang secara

khusus mengtur masalah hukum keluarga, maka dalam hal ini menurut ketentuan

hakim pengadilan agama, seorang saksi yang tahu persis tentang masalah rumah

tangga kedua belah pihak yang berperkara tentu dari pihak keluarganya, oleh

Page 71: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata

63

karena itu pengdilan agama memperolehkan saksi keluarga untuk dapat

membrikan kesaksiannya.

Jika dianalisa, ketentuan yang ada dipengadilan agama melarang

kesaksiannya, karena hal tersebut disertakan alasan-alasan yang kuat, walaupun

alasan yang yang dikemukakan tidak disandarkan kepada undang-undang karena

alasan tersebut merupakan yurisprudensi hakim terhadap putusan-putusan

terdahulu, dengan alasan-alasan tersebut diharapkan agar tidak terjadi

permasalahan yang tidak diinginkan sehingga berakibat buruk terhadap keluarga

tersebut.

Adapun di antara alasan-alasan tersebut dikarenakaan seorang anak tidak

mampu bersikap objektif. Sesuai dengan alasan-alasan tersebut, maka jelas kenapa

pihak pengadilan agama tidak memperoleh kesaksian seorang anak dalam perkara

percerain, hal ini berdasarkan ketentuan-ketentuan yang telah menjadi keputusan

bersama para hakim yang ada d pengadilan agama.

Page 72: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata

38

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian yang ada di atas maka masalah kesaksian seorang saksi

dari pihak keluarga dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Saksi dari pihask keluarga dalam KUH Perdata tidak dapat didengar

keterangan nya sebagai saksi dalam sidang perceraian karena dianggap

tidak dapat bersikap objektif sehingga dikhawatirkan tidak dapat berbuat

adil, dalam hukum Islam Ulama Mazhab Syafi’i dan Maliki menolak

kesaksian seorang saksi dari keluarga karena dikhawatirkan akan

memihak.

2. Pertimbangan hakim terhadap perkara perceraian yang telah diputus

membolehkan saksi dari keluarga karena hal ini sesuai dengan ketentuan

pasal 76 undang-undang No.3 Tahun 2006 Tentang perubahan atas

undang-undang No.7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama, adapun

alasan yang dijadikan landasan hukumnya adalah hakamain dalam al-

qur’an surat al-Nissa juz 5 ayat 35.

3. Kedudukan saksi keluarga dalam perceraian di Pengadilan Agama Kota

Tangerang dibolehkan untuk menjadi saksi hal ini telah menjadi

kesepakatan hakim Pengadilan Agama Kota Tangerang sesuai dengan

Undang-undangN0.3 Tahun 2006 Tentang perubahan atas undang-undang

No.7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama undang-undang inibersifat

khusus sedang KUH Perdata bersifat umum maka dalam azas hukum

dilkenal dengan Lex specialis derogate lex generalis, yaitu hukum yang

khusus akan meyampingkan hukum yang bersifat umum.

Page 73: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata

39

B. Saran-saran

Dengan selainya pembahasan dalam skripsi ini penulis measa perlu

untuk memperbaikinya, beberapa saran sebagai berikut:

1. Permasalahan saksi keluarga dalam perkara cerai perlu disosialisasikan

dimasyarakat melalui ceramah-ceramah, majelis-majelis ta’lim dan

pengajian dimasyarakat.

2. Masalah saksi keluarga, penulis menyarankan agar dimasukan dalam

kurikulum fiqih di Tsanawiyah maupun Aliyah.

3. Untuk menghindari kesalahan seperti mengajukan saksi dalam perkara

perceraian di Pengadilan Agama, maka perlu sekali dilakukan sosialisasi

dalam bentuk seminar tentang hukum atau diskusi public.

Page 74: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata

40

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Agama RI, al-qur’an dan terjemahannya, Jakarta:1994.

Abu Bakar Al-Husaini, Al-Imam Taqiyuddin. Kifayatul Akhyar,. Surabaya: PT.

Bina Ilmu, 1997, Jilid.III.

Ali, Zainuddin Hukum Perdata Islam Di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika, 2006.

Al-jauziyah, Ibnu Qayyim. Panduan Hukum Islam, Jakarta: Pustaka Azzam, 2007.

AL-Faruq, Asadullah. Hukum Acara Peradilan Islam. yogyakarta: Pustaka

Yustisisa, 2009.

Anshoruddin. Hukum Pembuktian Menurut Hukum Acara Islam Dan Hukum

Positif . Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004.

Arto, Mukti. Praktek Perkara Perdata Pada Peradilan Agama. yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 1996.

As’ad, Aliy. Fathul Mu’in. yogyakarta: Menara Kudus, 1979.

Rusyd, Ibnu. Bidayat al-Mujtahid. Beirut:Dar Al-jil.

Efendi, Satria. Problematika Hukum Keluarga Islam Kontemporer, Jakarta:

Kencana,2004.

Dasuki, Hafizh. Ensiklopedi Islam. Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve,1999.

Daud Ali, Mohammad. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di

Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004.

Departemen Agama, Direktorat jendral. Pembinaan Kelembagaan Agama Islam,

Ilmu Fiqih, Jakarta:1985.

Djalil, A. Basiq. Pernikahan Lintas Agama Dalam Perspektif Fiqih Dan

Kompilasi Hukum Islam. Qulbun Salim, 2005.

Haikal, Abduttawab. Rahasia Perkawinan Rasulullah saw. Jakarta: Pedoman Ilmu

Jaya, 1988.

Halim, Abdul, Peradilan Agama dalam Politik Hukum di Indonesia, (Jakarta:

Rajawali Press, 2000.

Harahap, M. Yahya. Hukum Acara Perdata Tentang: Gugatan, Pembuktian

Perseorangan dan Putusan Pengadilan. Jakarta: Sinar Grafika, 2005.

Page 75: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata

41

Hasbi Ashsidiqy, Teungku Muhammad. Peradilan dan Hukum Acara Islam.

Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 1997

Imam Muslim, Shahih Muslim, terj. Ma’mur Daud, Jakarta: Widjaya, 1984,jlid 3.

Kamarusdiana dan Nahrowi. Hukum Acara Perdata. Jakarta: Fakultas Syari’ah

dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta.

Latif, Djamil. Kedudukan dan Kekuasaan Peradilan Agama di Indonesia. Jakarta:

NV. Bulan Bintang, 1975.

Mahkamah Agung Republik Indonesia. Kompilasi Hukum Islam. Jakarta, 1999.

Manan, Abdul. Penerapan Hukum Acara Perdata Di Lingkungan Peradilan

Agama. Jakarta: Kencana 2006.

Mertokusumo, Sudikno. Hukum Acara Perdata Indonesia. Yogyakarta: Liberty,

1977.

Mujahidin, Ahmad Mujahidin. Pembaharuan Hukum Acara Perdata. Jakarta:

IKAHI, 2008.

Nailul Authar. Surabaya: PT. Bina Ilmu, 2005, Jilid 6.

Prodjodikoro, Wirjono. Hukum Perkawinan Di Indonesia. Bandung :Vorkik Van

Hoeve, 1959.

Rasaid, M.Nur. Hukum Acara Perdata, Jakarta: Sinar Grafika. 1996.

Rambe, Ropaun dan Agafi, A. Mukri. Implementasi Hukum Islam. Jakarta: PT.

Perca, 2001.

Rasyid, Roihan A. Hukum Acara Perdilan Agama. Jakarta:PT. Raja Grafindo

Persada, 2002.

Rasjid, Sulaiman. Fiqih Islam. Jakarta: Attahiriyah, 1976.

Rofiq, Ahmad. Hukum Islam di Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997.

Sabiq, Sayyid. Fiqih Sunnah. Kairo: Dar al-Fath,1999.

Santoso, Anando. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Kartika,1995.

Sasangka, Hari. Hukum Pembuktian Dalam Perkara Perdata. Bandung: Mandar

Maju, 2005.

Shan’ani, Subulus Salam, juz IV, Dahlan, Bandung.

Page 76: SAKSI DARI PIHAK KELUARGA DALAM GUGAT CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21803/1/... · KATA PENGANTAR. Assalamualaikum. Wr. Wb. ... Dalam hukum acara perdata

42

Supramono, Gatot. Hukum Pembuktian di Peradilan Agama. Ujung Pandang:

Alumni, 1993.

Syarifuddin, Amir. Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia: Antara Fiqih

Munakahat dan Undang-undang Perkawinan. Jakarta: Kencana.

Syukri, A. Juaini. Keyakinan Hakim Dalam Pembuktian Perkara Perdata

Menurut Hukum Acara Positif dan Hukum Acara Islam. Jakarta:PT.

Magenta Bhakti Guna, 1986.

Umar, Abdur Rahman. Kedudukan Saksi Dalam Peradilan Menurut Hukum

Islam. Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1986.