salinan gubernur sulawesi barat · 2020. 9. 1. · 2 6. peraturan presiden nomor 97 tahun 2014...

27
PER RENCANA UMUM DEN Menimbang : a. b m p b. b (4 U R m p c. b h te B Mengingat : 1. U P T In 2. U M 2 In 3. U b R L 4. U D N N d P te (L T 5. P U T GUBERNUR SULAWESI BAR RATURAN GUBERNUR SULAWES NOMOR 44 TAHUN 2017 TENTANG M PENANAMAN MODAL PROVIN TAHUN 2018–2025 NGAN RAHMAT TUHAN YANG MA GUBERNUR SULAWESI BARA bahwa untuk mendorong peningk modal, maka perlu adanya dok penyusunan kebijakan yang terka bahwa untuk melaksanakan keten 4) Peraturan Presiden Nomor 16 Umum Penanaman Modal, Pem Rencana Umum Penanaman M mengacu pada RUPM dan prio provinsi, yang ditetapkan oleh Gub bahwa berdasarkan pertimbangan huruf a dan huruf b, perlu men entang Rencana Umum Penanam Barat Tahun 2018-2025; Undang-Undang Nomor 26 Tahun Provinsi Sulawesi Barat (Lembara Tahun 2004 Nomor 105, Tambaha ndonesia Nomor 4422); Undang-Undang Nomor 25 Tahu Modal (Lembaran Negara Re 2007Nomor 67, Tambahan L ndonesia Nomor 4724); Undang-Undang Nomor 12 T bentukan Peraturan Perundang- Republik Indonesia Tahun 20 Lembaran Negara Republik Indo Undang-Undang Nomor 23 Tahun Daerah (Lembaran Negara Rep Nomor 244, Tambahan Lembara Nomor 5587) sebagaimana telah d dengan Undang-UndangNomor Perubahan Kedua Atas Undang-U entang Pemerintahan Daerah Lembaran Negara Republik Indo Tambahan Lembaran Negara Repu Peraturan Presiden Nomor 16 T Umum Penanaman Modal (Lembar Tahun 2012 Nomor 42); 1 RAT SI BARAT 7 NSI SULAWESI BARAT AHA ESA AT, katan daya saing penanaman kumen yang menjadi acuan ait dengan penanaman modal; ntuan Pasal 4 ayat (1) dan ayat Tahun 2012 tentang Rencana merintah Provinsi menyusun Modal (RUPM) Provinsi yang oritas pengembangan potensi bernur; n sebagaimana dimaksud pada netapkan Peraturan Gubernur man Modal Provinsi Sulawesi n 2004 tentang Pembentukan an Negara Republik Indonesia an Lembaran Negara Republik un 2007 tentang Penanaman epublik Indonesia Tahun Lembaran Negara Republik Tahun 2011 tentang Pem- -undangan (Lembaran Negara 007 Nomor 82, Tambahan onesia Nomor 5234); n 2014 tentang Pemerintahan publik Indonesia Tahun 2014 an Negara Republik Indonesia diubah beberapa kali, terakhir 9 Tahun 2015 tentang Undang Nomor 23 Tahun 2014 h Menjadi Undang-Undang onesia Tahun 2015 Nomor 58, ublik Indonesia Nomor 5679); Tahun 2012 tentang Rencana ran Negara Republik Indonesia SALINAN

Upload: others

Post on 16-Aug-2021

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SALINAN GUBERNUR SULAWESI BARAT · 2020. 9. 1. · 2 6. Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (Lembaran Negara Republik Indonesia

1

GUBERNUR SULAWESI BARAT

PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARATNOMOR 44 TAHUN 2017

TENTANG

RENCANA UMUM PENANAMAN MODAL PROVINSI SULAWESI BARATTAHUN 2018–2025

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESAGUBERNUR SULAWESI BARAT,

Menimbang : a. bahwa untuk mendorong peningkatan daya saing penanamanmodal, maka perlu adanya dokumen yang menjadi acuanpenyusunan kebijakan yang terkait dengan penanaman modal;

b. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 4 ayat (1) dan ayat(4) Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2012 tentang RencanaUmum Penanaman Modal, Pemerintah Provinsi menyusunRencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Provinsi yangmengacu pada RUPM dan prioritas pengembangan potensiprovinsi, yang ditetapkan oleh Gubernur;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud padahuruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Gubernurtentang Rencana Umum Penanaman Modal Provinsi SulawesiBarat Tahun 2018-2025;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2004 tentang PembentukanProvinsi Sulawesi Barat (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2004 Nomor 105, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 4422);

2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang PenanamanModal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2007Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 4724);

3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pem-bentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang PemerintahanDaerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhirdengan Undang-UndangNomor 9 Tahun 2015 tentangPerubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014tentang Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-Undang(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

5. Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2012 tentang RencanaUmum Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2012 Nomor 42);

SALINAN

1

GUBERNUR SULAWESI BARAT

PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARATNOMOR 44 TAHUN 2017

TENTANG

RENCANA UMUM PENANAMAN MODAL PROVINSI SULAWESI BARATTAHUN 2018–2025

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESAGUBERNUR SULAWESI BARAT,

Menimbang : a. bahwa untuk mendorong peningkatan daya saing penanamanmodal, maka perlu adanya dokumen yang menjadi acuanpenyusunan kebijakan yang terkait dengan penanaman modal;

b. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 4 ayat (1) dan ayat(4) Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2012 tentang RencanaUmum Penanaman Modal, Pemerintah Provinsi menyusunRencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Provinsi yangmengacu pada RUPM dan prioritas pengembangan potensiprovinsi, yang ditetapkan oleh Gubernur;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud padahuruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Gubernurtentang Rencana Umum Penanaman Modal Provinsi SulawesiBarat Tahun 2018-2025;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2004 tentang PembentukanProvinsi Sulawesi Barat (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2004 Nomor 105, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 4422);

2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang PenanamanModal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2007Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 4724);

3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pem-bentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang PemerintahanDaerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhirdengan Undang-UndangNomor 9 Tahun 2015 tentangPerubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014tentang Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-Undang(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

5. Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2012 tentang RencanaUmum Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2012 Nomor 42);

SALINAN

1

GUBERNUR SULAWESI BARAT

PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARATNOMOR 44 TAHUN 2017

TENTANG

RENCANA UMUM PENANAMAN MODAL PROVINSI SULAWESI BARATTAHUN 2018–2025

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESAGUBERNUR SULAWESI BARAT,

Menimbang : a. bahwa untuk mendorong peningkatan daya saing penanamanmodal, maka perlu adanya dokumen yang menjadi acuanpenyusunan kebijakan yang terkait dengan penanaman modal;

b. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 4 ayat (1) dan ayat(4) Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2012 tentang RencanaUmum Penanaman Modal, Pemerintah Provinsi menyusunRencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Provinsi yangmengacu pada RUPM dan prioritas pengembangan potensiprovinsi, yang ditetapkan oleh Gubernur;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud padahuruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Gubernurtentang Rencana Umum Penanaman Modal Provinsi SulawesiBarat Tahun 2018-2025;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2004 tentang PembentukanProvinsi Sulawesi Barat (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2004 Nomor 105, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 4422);

2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang PenanamanModal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2007Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 4724);

3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pem-bentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang PemerintahanDaerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhirdengan Undang-UndangNomor 9 Tahun 2015 tentangPerubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014tentang Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-Undang(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

5. Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2012 tentang RencanaUmum Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2012 Nomor 42);

SALINAN

1

GUBERNUR SULAWESI BARAT

PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARATNOMOR 44 TAHUN 2017

TENTANG

RENCANA UMUM PENANAMAN MODAL PROVINSI SULAWESI BARATTAHUN 2018–2025

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESAGUBERNUR SULAWESI BARAT,

Menimbang : a. bahwa untuk mendorong peningkatan daya saing penanamanmodal, maka perlu adanya dokumen yang menjadi acuanpenyusunan kebijakan yang terkait dengan penanaman modal;

b. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 4 ayat (1) dan ayat(4) Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2012 tentang RencanaUmum Penanaman Modal, Pemerintah Provinsi menyusunRencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Provinsi yangmengacu pada RUPM dan prioritas pengembangan potensiprovinsi, yang ditetapkan oleh Gubernur;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud padahuruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Gubernurtentang Rencana Umum Penanaman Modal Provinsi SulawesiBarat Tahun 2018-2025;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2004 tentang PembentukanProvinsi Sulawesi Barat (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2004 Nomor 105, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 4422);

2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang PenanamanModal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2007Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 4724);

3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pem-bentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang PemerintahanDaerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhirdengan Undang-UndangNomor 9 Tahun 2015 tentangPerubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014tentang Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-Undang(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

5. Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2012 tentang RencanaUmum Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2012 Nomor 42);

SALINAN

Page 2: SALINAN GUBERNUR SULAWESI BARAT · 2020. 9. 1. · 2 6. Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (Lembaran Negara Republik Indonesia

2

6. Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2014 tentangPenyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 221);

7. Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal RepublikIndonesia Nomor 9 Tahun 2012 tentang Pedoman PenyusunanRencana Umum Penanaman Modal Provinsi dan RencanaUmum Penanaman Modal Kabupaten/Kota (Berita NegaraRepublik Indonesia Tahun 2013 Nomor 93);

8. Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2016 tentang Pembentukandan Susunan Perangkat Daerah Provinsi Sulawesi Barat(Lembaran Daerah Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2016 Nomor6, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 79);

9. Peraturan Gubernur Sulawesi Barat Nomor 37 Tahun 2015tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (BeritaDaerah Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2015 Nomor 37)sebagaimana telah diubah dengan Peraturan GubernurSulawesi Barat Nomor 31 Tahun 2016 tentang Perubahan AtasPeraturan Gubernur Sulawesi Barat Nomor 37 Tahun 2015tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (BeritaDaerah Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2016 Nomor 31);

10. Peraturan Gubernur Sulawesi Barat Nomor 45 Tahun 2016tentang Kedudukan Tugas Dan Fungsi Susunan Organisasi Dantata kerja Dinas Daerah (Berita Daerah Provinsi Sulawesi BaratTahun 2016 Nomor 45);

MEMUTUSKAN:Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG RENCANA UMUM PENANAMAN

MODAL PROVINSI SULAWESI BARAT TAHUN 2018 - 2025.

BAB IKETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Gubernur ini yang dimaksud dengan :

1. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah PresidenRepublik Indonesia yang memegang kekuasaan Pemerintahan Negara RepublikIndonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945.

2. Gubernur adalah Gubernur Sulawesi Barat.3. Pemerintah Provinsi adalah Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat.4. Kabupaten/Kota adalah Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Barat.5. Pemerintah Daerah adalah Gubernur dan perangkat daerah sebagai unsur

penyelenggara pemerintahan daerah.6. Pemerintah Kabupaten/Kota adalah Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi

Sulawesi Barat.7. Bupati/Walikota adalah Bupati/Walikota di Provinsi Sulawesi Barat.8. Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Sulawesi

Barat yang selanjutnya disingkat DPM-PTSP adalah Dinas Penanaman Modaldan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Sulawesi Barat.

9. Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu ProvinsiSulawesi Barat yang selanjutnya disingkat Kepala DPM-PTSP adalah KepalaDinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi SulawesiBarat.

Page 3: SALINAN GUBERNUR SULAWESI BARAT · 2020. 9. 1. · 2 6. Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (Lembaran Negara Republik Indonesia

3

10. Organisasi Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat OPD adalah PerangkatDaerah Provinsi Sulawesi Barat.

11. Penanaman Modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik olehpenanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukanusaha di wilayah negara Republik Indonesia.

12. Rencana Umum Penanaman Modal Provinsi Sulawesi Barat yang selanjutnyadisingkat RUPMP adalah dokumen perencanaan penanaman modal di tingkatprovinsi yang berlaku mulai Tahun 2018-2025.

13. Rencana Umum Penanaman Modal Kabupaten/Kota yang selanjutnyadisingkat RUPMK adalah dokumen perencanaan penanaman modal di tingkatkabupaten/kota yang berlaku sampai dengan tahun 2025.

Pasal 2

(1) RUPMP merupakan dokumen perencanaan penanaman modal sebagai acuanbagi OPD dan Pemerintah Kabupaten/kota dalam menyusun RUPMK.

(2) RUPMP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berfungsi untuk mensinergikanpengoperasionalan seluruh kepentingan sektoral agar tidak tumpang tindihdalam penetapan prioritas.

(3) RUPMP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mulai berlaku Tahun 2018–2025.

Pasal 3

(1) RUPMP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 disusun dengan sistematikasebagai berikut :a. Pendahuluan;b. Asas dan Tujuan;c. Visi dan Misi;d. Arah Kebijakan Penanaman Modal, yang terdiri dari:

1. Peningkatan Iklim Penanaman Modal;2. Persebaran Penanaman Modal;3. Fokus Pengembangan Pangan, Infrastruktur, dan Energi;4. Penanaman Modal yang Berwawasan Lingkungan (Green Investment);5. Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Koperasi;6. Pemberian Fasilitas, Kemudahan dan/atau Insentif Penanaman Modal;

dan7. Promosi dan Kerjasama Penanaman Modal.

e. Strategi Kebijakan dan Proyeksi Pelaksanaan Penanaman Modal di SulawesiBarat Hingga Tahun 2025 :1. Strategi Pengembangan Penanaman Modal;2. Kebijakan Pengembangan Penanaman Modal;3. Proyeksi pelaksanaan Penanaman Modal.4. Tahapan Pelaksanaan Rencana Umum Penanaman Modal Provinsi

Sulawesi Barat.f. Pelaksanaan

(2) RUPMP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiranmerupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Gubernur ini.

Pasal 4

(1) Kepala DPM-PTSP melaksanakan pemantauan terhadap penyusunan kebijakanpenanaman modal kabupaten/kota dan pengendalian pelaksanaan penanamanmodal di Provinsi Sulawesi Barat.

Page 4: SALINAN GUBERNUR SULAWESI BARAT · 2020. 9. 1. · 2 6. Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (Lembaran Negara Republik Indonesia

4

Ditetapkan di Mamujupada tanggal 27 Desember 2017

GUBERNUR SULAWESI BARAT,

ttd

H. M. ALI BAAL MASDAR

(2) Dalam rangka penyusunan RUPMK, Pemerintah Kabupaten/Kota dapatberkonsultasi kepada DPM-PTSP.

BAB IIPEMBERIAN FASILITAS, KEMUDAHAN DAN/ATAU INSENTIF PENANAMAN

MODALPasal 5

(1) Dalam rangka pelaksanaan RUPMP dan RUPMK, Pemerintah Provinsi dapatmemberikan fasilitas, kemudahan dan/atau insentif penanaman modaldan/atau pengusulan bidang usaha yang tertutup dan bidang usaha yangterbuka dengan persyaratan di bidang penanaman modal sesuai ketentuanperaturan perundang- undangan.

(2) Pemberian fasilitas, kemudahan dan/atau insentif sebagaimana dimaksud padaayat (1), mengacu pada arah kebijakan pemberian kemudahan, dan/atauinsentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf d angka 6.

(3) Pengusulan bidang usaha yang tertutup dan bidang usaha yang terbukadengan persyaratan di bidang penanaman modal sebagaimana dimaksud padaayat (1) mengacu kepada arah kebijakan Gubernur dalam pengaturanpersaingan usaha dan pengembangan penanaman modal di daerahnya.

(4) Pelaksanaan RUPMP dievaluasi secara berkala oleh Kepala DPM-PTSP denganmelibatkan OPD dan Instansi terkait lainnya.

(5) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilaksanakan paling sedikit 1(satu) kali setiap 2 (dua) tahun.

(6) Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (5) disampaikan kepadaGubernur.

BAB IIIKETENTUAN PENUTUP

Pasal 6

Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan PeraturanGubernur ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Provinsi Sulawesi Barat.

BERITA DAERAH PROVINSI SULAWESI BARAT TAHUN 2017 NOMOR 44

Diundangkan diMamujupada tanggal 27 Desember 2017

SEKRETARIS DAERAHPROVINSI SULAWESI BARAT,

ttd

H. ISMAIL ZAINUDDIN

Salinan Sesuai Dengan AslinyaMamuju, 28 Desember 2017

KEPALA BIRO HUKUM,

BUJAERAMY HASSAN, SHPangkat : PembinaNIP. : 19750630 200212 1 010

Page 5: SALINAN GUBERNUR SULAWESI BARAT · 2020. 9. 1. · 2 6. Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (Lembaran Negara Republik Indonesia

1

LAMPIRAN : PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARATNOMOR : 44 TAHUN 2017TANGGAL : 27 DESEMBER 2017TENTANG : RENCANA PENANAMAN MODAL PROVINSI SULAWESI BARAT

TAHUN 2018 - 2025.

RENCANA UMUM PENANAMAN MODAL PROVINSI SULAWESI BARATTAHUN 2018 - 2025

A . Pendahuluan

Ketersediaan modal telah memberikanan andil dalam besar dalamkemajuan perekonomian suatu wilayah. Ketersediaan modal telahmemungkinkan para pelaku ekonomi meningkatkan kegiatan produksinya.Selain itu ketersediaan modal juga memungkinkan pemerintah melakukanberbagai macam pembangunan infrastruktur dalam rangka memperlancarkegiatan perekonomian. Namun, besarnya jumlah ketersediaan modal disuatu wilayah sangat tergantung pada seberapa banyak aktivitaspenanaman modal yang terjadi di wilayah tersebut.

Dalam rangka mendorong banyaknya aktivitas penanaman modal di suatuwilayah, salah satu syarat yang harus terpenuhi adalah jaminan iklimpenanaman modal yang kondusif serta keterlibatan pemerintah.Pemerintah seyogyanya perlu memberikan kemudahan-kemudahanberusaha bagi para investor. Langkah ini tentu sudah sejalan dengansemangat Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang PemerintahDaerah dimana pada Pasal 278 ayat (2) dijelaskanbahwa “PemerintahanDaerah dapat memberikan insentif dan/atau kemudahan kepadamasyarakat dan/atau investor yang diatur dalam Perda denganberpedoman pada ketentuan peraturan perundang-undangan”.

Meskipun dengan adanya pemberian insentif/kemudahan bagi investor,pelaksanaan penanaman modal harus mewujudkan pertumbuhan ekonomiyang cukup tinggi. Pertumbuhan yang cukup tinggi ini identik denganadanya peningkatan daya saing perekonomian nasional dan kapasitasinfrastruktur yang memadai. Upaya pemerintah dalam menciptakanpertumbuhan ekonomi seperti ini adalah dengan menetapkan RencanaUmum Penanaman Modal (RUPM) yang diatur dalam Peraturan PresidenNomor 16 Tahun 2012 sebagaimana telah diamanatkan pada Pasal 4Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.

Selain itu pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator utama meskibukan satu-satunya cara untuk mengukur tingkat kesejahteraanmasyarakat di suatu wilayah. Oleh karena itu, sudah menjadi jamak jikakebijakan ekonomi pemerintah diarahkan untuk mencapai tingkatpertumbuhan ekonomi yang tinggi dan untuk menjaga kecenderunganpertumbuhan ekonomi yang positif serta meningkat dari tahun ke tahun.

Untuk mendorong perekonomian daerah yang memiliki daya saing yangtinggi dan berkelanjutan, maka diperlukan arah perencanaan penanamanmodal yang jelas yang termuat dalam sebuah dokumen Rencana UmumPenanaman Modal Provinsi. Rencana Umum Penanaman Modal Provinsi(RUPMP) adalah dokumen perencanaan yang bersifat jangka panjang

Page 6: SALINAN GUBERNUR SULAWESI BARAT · 2020. 9. 1. · 2 6. Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (Lembaran Negara Republik Indonesia

2

sampai dengan Tahun 2025, yang menuntut adanya konsistensi,pengembangan sektor yang lebih fokus dan berkelanjutan. RUPMP memilikifungsi untuk mensinergikan dan mengoperasionalkan seluruh kepentingansektoral terkait, sehingga tidak terjadi tumpang tindih dalam penetapanprioritas sektor-sektor yang akan dikembangkan dan dipromosikan melaluikegiatan penanaman modal berdasarkan potensi dan karakteristik yangdimiliki oleh Provinsi Sulawesi Barat.

Dukungan kelembagaan yang kuat ditingkat provinsi, diperlukan dalamrangka mendukung pelaksanaan RUPMP ini. Setiap lembaga yangberkaitan dengan penanaman modal haruslah memiliki visi yang samadalam rangka memajukan bidang penanaman modal di daerahnya. Selainitu, pembagian kewenangan, koordinasi dari berbagai pihak/lembaga danpendelegasian wewenang juga harus jelas untuk menghindari tumpangtindih tanggungjawab mengenai pelaksanaan penanaman modal.

Lebih jauh, untuk mendukung keterpaduan dan konsistensi arahperencanaan penanaman modal, penyusunan dokumen RUPMP SulawesiBarat harus memperhatikan 7 (tujuh) arah kebijakan sebagaimana yangtertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2012 tentang RUPMP,yaitu :1. Perbaikan Iklim Penanaman Modal,2. Persebaran Penanaman Modal,3. Fokus Pengembangan Pangan, Infrastruktur dan Energi,4. Penanaman modal yang berwawasan lingkungan (Green Investment),5. Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, Menengahdan Koperasi (UMKMK),6. Pemberian Fasilitas, kemudahan dan/atau insentif penanaman modal,7. Promosi Penanaman Modal.

RUPMP Sulawesi Barat selanjutnya akan menjadi acuan bagi pemerintahProvinsi Sulawesi Barat dalam menciptakan keterpaduan dan konsistensearah perencanaan kegiatan penanaman modal. Teknik penyusunandokumen RUPMP Sulawesi Barat adalah dengan menggabungkan beberapainformasi sekunder dan beberapa hasil analisis melalui kajian akademis.Hasil kajian akademis menjadi landasan untuk menentukan posisi dankondisi daerah Sulawesi Barat saat ini dengan menawarkan sejumlahstrategi yang akan dipergunakan. Selanjutnya, dari strategi tersebut,ditentukan arah kebijakan, strategi dan sejumlah kegiatan yang dapatdilakukan secara bertahap dalam kurun waktu tertentu.RUPMP Sulawesi Barat juga diharapkan dapat memberikan arahpengembangan yang tepat bagi pihak terkait terutama Dinas PenanamanModal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Sulawesi Barat dalammerumuskan perencanan dan penganggaran kegiatan penanaman modal.Mengingat bahwa daerah Sulawesi Barat merupakan daerah yang memilikiprospek yang terus berkembang dari segi ekonomi, politik, sosial danbudaya, oleh karena itu RUPMP ini diharapkan dapat memberikansejumlah peluang baru dalam rangka menciptakan kemakmuran dankesejahteraan bagi masyarakat Provinsi Sulawesi Barat pada umumnya.

Fenomena kecenderungan pemusatan kegiatan penanaman modal dibeberapa lokasi, menjadi tantangan dalam mendorong upaya peningkatanpenanaman modal. Tanpa dorongan ataupun dukungan kebijakan yangbaik, persebaran penanaman modal tidak akan optimal. Guna mendorongpersebaran penanaman modal, perlu dilakukan pengembangan pusat-

Page 7: SALINAN GUBERNUR SULAWESI BARAT · 2020. 9. 1. · 2 6. Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (Lembaran Negara Republik Indonesia

3

pusat ekonomi, klaster-klaster industri, pengembangan sektor-sektorstrategis, dan pembangunan infrastruktur di Provinsi Sulawesi Barat.

Sedangkan isu yang berkembang lainnya yang menjadi tantangan di masadepan adalah masalah pangan, infrastruktur dan energi. Oleh karena itu,sebagaimana RUPM nasional, RUPMP menetapkan bidang pangan,infrastruktur dan energi sebagai isu strategis yang harus diperhatikandalam pengembangan kualitas dan kuantitas penanaman modal. Arahkebijakan pengembangan penanaman modal pada ketiga bidang tersebutharus selaras dengan upaya pembangunan ekonomi yang berkelanjutan,mandiri, serta mendukung kedaulatan Indonesia, yang dalampelaksanaannya, harus ditunjang oleh pembangunan pada sektor baikprimer, sekunder, maupun tersier.

Dalam RUPMP juga ditetapkan bahwa arah kebijakan pengembanganpenanaman modal harus menuju program pengembangan ekonomi hijau(green economy), dalam hal ini target pertumbuhan ekonomi harus sejalandengan isu dan tujuan-tujuan pembangunan lingkungan hidup, yangmeliputi perubahan iklim, pengendalian kerusakan keanekaragamanhayati, dan pencemaran lingkungan, serta penggunaan energi baruterbarukan serta berorientasi pada pengembangan kawasan strategispengembangan ekonomi daerah produktif, efisien dan mampu bersaingdengan didukung jaringan prasarana transportasi, telekomunikasi, sumberdaya air, energi dan kawasan peruntukan industri.

B.Asas dan Tujuan

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang PenanamanModal dan Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2017 tentang RencanaUmum Penanaman Modal, Pemerintah Provinsi berkomitmen untukmengembangkan arah kebijakan penanaman modal di Indonesia berdasarasas kepastian hukum, keterbukaan, akuntabilitas, perlakuan yang samadan tidak membedakan asal negara, kebersamaan, efisiensi berkeadilan,berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta keseimbangankemajuan dan kesatuan ekonomi nasional. Asas tersebut menjadi prinsipdan nilai-nilai dasar dalam mewujudkan tujuan penanaman modal, yaitu :1. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah;2. Menciptakan lapangan kerja;3. Meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan dan berwawasan

lingkungan ;4. Meningkatkan kemampuan daya saing dunia usaha daerah ;5. Meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi daerah ;6. Mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan ;7. Mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil dengan

menggunakan dana yang berasal, baik dari dalam negeri maupun dariluar negeri ; dan

8. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

C.Visi dan Misi

Visi penanaman modal Sulawesi Barat sampai tahun 2025 adalah:

“Terwujudnya Provinsi Sulawesi Barat sebagaiProvinsi Tujuan Investasi.”

Page 8: SALINAN GUBERNUR SULAWESI BARAT · 2020. 9. 1. · 2 6. Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (Lembaran Negara Republik Indonesia

4

Untuk mencapai visi tersebut ditetapkan 5 (lima) misi, yaitu sebagaiberikut:

1. Menciptakan iklim penanaman modal kondusif yang ditandaidengan terciptanya rasa aman dan nyaman dalam kegiatan penanamanmodal yang tercermin dari rendahnya angka gangguankeamanan berpenanaman modal, harmonisnya hubungan pengusahadengan pegawai/buruh dan lingkungan sekitar, terselesaikannyamasalah- masalah yang terkait dengan hubungan industrial secarabaik dan nihilnya pungutan liar oleh oknum pemerintah, penegakhukum, dan masyarakat;

2. Menciptakan promosi dan kerjasama investasi lokal, regional daninternasional. Kegiatan promosi dan kerjasama baik di tingkat lokal,regional dan internasional merupakan salah satu strategi untukmenarik minat investor. Promosi yang intensif dinilai sebagai saranapaling efektif untuk mendatangkan dan menjalin kerjasama denganinvestor yang berasal dari berbagai daerah ataupun negara. Sebagaicontoh kegiatan promosi dapat dilakukan melalui media cetak,elektronik, temu investor, pameran potensi daerah dan seminarpenanaman modal atau investasi;

3. Mengoptimalkan pelayanan pengendalian. Pelaksanaan pelayananpengendalian diharapkan dapat mengakomodir segala permasalahanpenanaman modal. Bentuk pelaksanaan pengendalian penanamanmodal dapat dilakukan melalui kompilasi, verifikasi dan evaluasilaporan kegiatan penanaman modal dan dari sumber informasi lainnya.Selain itu bentuk pelaksanaan pengendalian yang lain dapat dilakukanadalah penelitian dan evaluasi atas informasi pelaksanaan ketentuanpenanaman modal dan fasilitas yang telah diberikan, pemeriksaan kelokasi proyek penanaman modal dan tindak lanjut terhadappenyimpangan atas ketentuan penanaman modal;

4. Mengoptimalkan pelayanan perizinan dan non perizinan.Pelimpahan kewenangan penerbitan perizinan dan non perizinanmelalui Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) yaitu pelayanan secaraterintegrasi dalam satu kesatuan proses dimulai dari tahappermohonan sampai dengan tahap penyelesaian produk pelayananmelalui satu pintu dengan tujuan 1). memberikan perlindungan dankepastian hukum kepada masyarakat, 2). memperpendek prosespelayanan, 3). mewujudkan proses pelayanan yang cepat, mudah,murah, transparan, pasti, dan terjangkau, dan 4). mendekatkan danmemberikan pelayanan yang lebih luas kepada masyarakat; dan

5. Merumuskan dan meningkatkan regulasi penanaman modal.Keberadaan regulasi penanaman modal yang kuat akan menjaminterlaksananya kegiatan penanaman modal yang transparan danakuntabilitas. Dengan demikian investor akan merasa nyaman untukmenanamkan modalnya di Provinsi Sulawesi Barat karena dijamindengan regulasi yang ada.

Page 9: SALINAN GUBERNUR SULAWESI BARAT · 2020. 9. 1. · 2 6. Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (Lembaran Negara Republik Indonesia

5

D. Arah Kebijakan Penanaman Modal

Berdasarkan visi dan misi, dirumuskan arah kebijakan penanaman modal,yang meliputi 7 (tujuh) elemen utama, yaitu:

1. Perbaikan Iklim Penanaman Modal;

2. Persebaran Penanaman Modal;

3. Fokus Pengembangan Pangan, Infrastruktur, dan Energi;

4. Penanaman Modal yang Berwawasan Lingkungan (Green Investment);

5. Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi (UMKMK);

6 . Pemberian Fasilitas, Kemudahan dan/atau Insentif Penanaman Modal;dan

7. Promosi dan Kerjasama Penanaman Modal.

1. Perbaikan Iklim Penanaman ModalIklim penanaman modal didefinisikan sebagai suatu keadaan yangmenggambarkan keinginan investor untuk melakukan kegiatanpenanaman modal baru atau perluasan penanaman modal yang telahberlangsung. Iklim penanaman modal sifatnya dapat berubah-ubahtergantung pada elemen-elemen didalamnya seiring dengan perubahanbisnis dan waktu. Lebih jauh, iklim penanaman modal sifatnyatergantung pada kondisi suatu wilayah yang mana disesuaikan dengankarakteristik wilayah itu. Dalam rangka menciptakan iklim penanamanmodal yang kondusif di Provinsi Sulawesi Barat, terdapat beberapakebijakan yang dapat dirumuskan antara lain sebagai berikut:

a. Penguatan Kelembagaan Penanaman Modal DaerahUntuk mencapai penguatan kelembagaan penanaman modal,lembaga-lembaga penanaman modal yang ada perlu memiliki visiyang sama dan pembagian pelimpahan dan wewenag yang jelasserta didukung dengan koordinasi yang efektif. Olehnya itu,diperlukan sejumlah langkah-langkah untuk melakukan penguatankelembagaan penanaman modal daerah diantaranya sebagaiberikut:1) Lembaga penanaman modal daerah harus proaktif menjadi

inisiator dan menyediakan fasilitas pelaksanaan investor kepadacalon investor baik yang belum atau sudah menanamkanmodalnya.

2) Mengupgrade kapasitas dan kapabilitas sumber daya aparaturpenanaman modal dalam rangka meningkatkan kualitas kinerjakelembagaan dan pelayanan sesuai dengan standar ISO.

3) Lembaga penanaman modal harus berperan dalam mengatasimasalah yang dihadapi calon investor yang berminatmenanamkan modalnya, misalnya bagaimana melakukanpembebesan lahan, mengurus birokrasi perizinan, mendapatkanpartner lokal yang potensial, memperoleh pembiayaan bank danasuransi.

4) Gubernur harus memberikan pelimpahan atau pendelegasianpenuh kepada lembaga penanaman modal daerah untukmelaksanakan fungsi pelayanan perizinan dan non perizinanterkait bidang penanaman modal kepada PTSP-PDPPM danPTSP-PDKPM.

Page 10: SALINAN GUBERNUR SULAWESI BARAT · 2020. 9. 1. · 2 6. Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (Lembaran Negara Republik Indonesia

6

5) Meningkatkan koordinasi dan harmonisasi tata cara pelayananperizinan dan non perizinan, kejelasan tugas pokok dan fungsi,kejelasan alur kerja hingga penyederhanaan sistem perizinanantar lembaga penanaman modal daerah dengan OPD atau unitkerja terkait dengan tetap memperhatikan semangat otonomidan kepentingan nasional.

b. Penyediaan Sistem Perizinan Yang EfektifDPMPTSP diharapkan memberikan pelayanan yang lebih baikdibandingkan sebelumnya dari segi biaya, tenaga, waktu,transparan dan akuntabilitas yang ditempuh dengan cara-carasebagai berikut :1) Membangun layanan perizinan “tracking system” baik pada

Perangkat Daerah Provinsi Penanaman Modal (PDPPM) maupunPerangkat Daerah Kabupaten Penanaman Modal (PDKPM)dengan tujuan memberikan jaminan kepastian informasi kepadainvestor terkait proses pelayanan perizinan, status pengajuanpermohonan, estimasi waktu yang diperlukan dari pengajuanaplikasi hingga permohonan disetujui.

2) Tersedianya standar operasional prosedur pelayanan perizinandan non perizinan.

3) Tersedianya standar pelayanan publik di bidang perizinan dannon perizinan.

4) Pelaksanaan sistem perizinan yang hemat waktu, biaya, tenaga,transparan dan akuntabel.

c. Penyediaan Sistem Informasi Penanaman ModalDPMPTSP dan Lembaga Penanaman Modal lainnya diharapkanmemberikan pelayanan informasi yang lengkap (up to date) danberkualitas kepada para pelaku penanam modal. Untuk mencapaihal tersebut, sejumlah kebijakan telah di buat diantaranya adalah :1) Pembuatan website penanaman modal yang memiliki tampilan

menarik di provinsi dan setiap kabupaten se-Sulawesi Barat.2) Penyediaan data potensi investasi pada website resmi

pemerintah Sulawesi Barat dan melampirkan formulir daninformasi tata cara perizinan yang dapat diunduh denganmudah.

3) Mendorong pelaksanaan sistem informasi potensi investasidaerah (SIPID) yang optimal.

4) Adanya integrasi langsung Sistem Pelayanan Informasi danPerizinan Investasi Secara Elektronik (SPIPISE) kabupatendengan SPIPISE DPMPTSP dan SPIPISE provinsi terkoordinasidengan SPIPISE milik pusat.

d. Melakukan Pengawasan Persaingan UsahaPemerintah Provinsi perlu menetapkan persaingan usaha yang sehatdi antara para pelaku usaha sehingga terjamin adanya kesempatanberusaha yang sama. Dalam rangka melakukan pengawasanpersaingan usaha, kebijakan yang dapat ditempuh adalah :1) Membuat regulasi persaingan usaha yang sehat (level playing

field) sehingga menjamin adanya kepastian berusaha yang samadari setiap pelaku usaha.

2) Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat mengintensifkan pengawsandan penindakan terhadap kegiatan-kegiatan yang bersifat anti

Page 11: SALINAN GUBERNUR SULAWESI BARAT · 2020. 9. 1. · 2 6. Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (Lembaran Negara Republik Indonesia

7

persaingan, misalnya penetapan syarat yang merugikan,pembagian wilayah dagang dan strategi penetapan harga barangyang mematikan pesaing.

3) Lembaga pengawasan yang ada harus mengikuti perkembanganterakhir segala praktek persaingan usaha.

e. Harmonisasi Hubungan IndustrialHubungan industrial yang sehat dalam penanaman modaldimaksudkan untuk mendukung pengembangan sumber dayamanusia di Provinsi Sulawesi Barat. Untuk memelihara harmonisasihubungan industrial di Provinsi Sulawesi Barat, langka-langkahyang ditempuh adalah :

1) Pemerintah Provinsi perlu membuat kebijakan dimana setiapperusahaan diwajibkan memberikan program pelatihan berupapeningkatan keahlian/keterampilan bagi para pekerja.

2) Mengembangkan kualitas sumber daya manusia ProvinsiSulawesi Barat, ilmu pengetahuan dan teknologi pendukungindustri dan manufaktur melalui pendidikan formal dan nonformal, peningkatan kapasitas mesin dan peralatan, transferpengetahuan, teknologi aplikasi dan konten digital.

3) Membentuk tim teknis pencegahan dan penyelesaianperselisihan hubungan industrial yang berfungsi untukmemfasilitasi penyelesaian masalah antara perusahaan denganperusahaan dan perusahaan dengan pekerja atas fasilitasipemerintah dengan mengedepankan asas musyawarah mufakat.

f. Membangun Sistem Perpajakan dan Pungutan Retribusi.Kebijakan sistem pajak daerah dan retribusi daerah sesuai denganketentuan Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009 tentang PajakDaerah dan Retribusi Daerah dan ditindaklanjuti dengan Perdamaupun pergub sebagai payung hukum sehingga ada transparansiatas besaran biaya dan menghindari pungutan liar terutama yangberkaitan dengan pelaksanaan perizinan dan non perizinan sertakontribusi secara signifikan tehadap Penadapatan Asli Daerah (PAD)tanpa mengganggu iklim penanaman modal di Provinsi SulawesBarat.

2. Mendorong Persebaran Penanaman Modal di Provinsi Sulawesi Barat.Persebaran penanaman modal harus mengacu dengan isi dokumenRTRW di Provinsi Sulawesi Barat. Hal itu dikarenakan RTRW memuatkajian komprehensif mengenai kondisi tata ruang dan wilayah yang adadi Provinsi Sulawesi Barat. Oleh karena itu, bentuk kebijakan yangdiambil untuk persebaran penanaman modal adalah :

a. Pengembangan wilayah kawasan strategis untuk kawasanpertumbuhan ekonomi, yaitu :1) Kawasan Pertanian Berkelanjutan (sawah beririgasi teknis, yang

dipadusertakan dengan perencanaan dan manajemen DAS) diKabupaten Mamuju, Mamuju Utara, Mamuju Tengah danPolewali Mandar.

2) Kawasan Perkebunan Kelapa Sawit di Kabupaten Mamuju,Mamuju Utara dan Mamuju Tengah.

Page 12: SALINAN GUBERNUR SULAWESI BARAT · 2020. 9. 1. · 2 6. Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (Lembaran Negara Republik Indonesia

8

3) Kawasan Perkebunan Kakao di Kabupaten Mamuju, MamujuTengah, Majene, Polewali Mandar, Mamasa, Mamuju Utara(seluruh wilayah Sulawesi Barat).

4) Kawasan Terpadu Matabe (Mamuju, Tampa Padang dan Belang-belang) di Kabupaten Mamuju.

5) Kota Terpadu Mandiri (KTM) Tobadak di Mamuju Tengah.

b. Pengembangan wilayah yang mengutamakan sektor basis, yaitu1) Kabupaten Majene memiliki sektor basis yang terdiri atas sektor

listrik, gas dan air bersih, sektor bangunan, sektorpengangkutan dan komunikasi dan sektor keuangan, persewaandan jasa perusahaan.

2) Kabupaten Polewali Mandar memiliki sektor basis yang terdiriatas sektor listrik, gas dan air bersih dan sektor perdagangan,hotel dan restoran.

3) Kabupaten Mamasa memiliki sektor basis yang terdiri atassektor pertanian dan sektor bangunan.

4) Kabupaten Mamuju memiliki sektor basis yang terdiri atassektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektorbangunan, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaandan sektor jasa-jasa.

5) Kabupaten Mamuju Utara hanya memiliki satu sektor basis,yaitu sektor industri pengolahan.

c. Pengembangan sentra-sentra ekonomi baru di kawasan yang belumterlayani oleh pusat pertumbuhan melalui pengembangan sektor-sektor strategis sesuai daya dukung lingkungan dan potensiunggulan kabupaten/kota yang dimiliki.

d. Pemberian fasilitas, kemudahan dan/atau insentif penanamanmodal yang mendorong pertumbuhan penanaman modal dikawasan yang belum terlayani oleh pusat pertumbuhan.

e. Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan strategis, antara laindengan pola pendekatan kluster dan kawasan industri, wilayahindustri, kawasan peruntukan industri dan kawasan berikat.

f. Pengembangan sumber energi yang bersumber dari energi baru danterbarukan, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnyayang masih melimpah di kawasan yang belum terlayani oleh pusatpertumbuhan sehingga dapat mendorong pemerataan penanamanmodal di Provinsi Sulawesi Barat.

g. Percepatan pembangunan infrastruktur di kawasan yang belumterlayani oleh pusat pertumbuhan dengan mengembangkan polaKerjasama Pemerintah Swasta (KPS) dan non KPS yangdiintegrasikan dengan rencana penanaman modal untuk sektortertentu yang strategis.

3. Fokus Pengembangan Pangan, Infrastruktur dan Energi.Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat perlu memperhatikanpengembangan pangan, infrastruktur dan energi mengingat ketiga halini menyangkut hajat hidup orang banyak. Melalui pengembanganpangan diharapkan menciptakan swasembada di Provinsi Sulawesi

Page 13: SALINAN GUBERNUR SULAWESI BARAT · 2020. 9. 1. · 2 6. Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (Lembaran Negara Republik Indonesia

9

Barat, sementara itu melalui pengembangan infrastrukturdimaksudkan untuk menciptakan sarana dan prasarana baru dalamrangka memperlancar aktivitas perekonomian. Selain itu, melaluipengembangan energi diharapkan tersedianya energi terbarukanmenggantikan sumber energi fosil.

a. Arah kebijakan pengembangan penanaman modal di bidang Pangandi Provinsi Sulawesi Barat adalah sebagai berikut:1) Peningkatan kegiatan promosi, penelitian dan meningkatkan

citra positif produk pangan Provinsi Sulawesi Barat.2) Pengembangan sektor strategis, misalnya sektor pupuk dan

benih sebagai pendukug ketahanan pangan Provinsi SulawesiBarat.

3) Pengembangan tanaman pangan berskala besar diarahkan padadaerah-daerah di kawasan yang belum terlayani oleh pusatpertumbuhan yang lahannya masih cukup luas dengan tetapmemperhatikan petani kecil.

4) Melakukan intensifikasi dan ekstensifikasi lahan usaha denganmenyediakan fasilitas, kemudahan dan/atau insentifpenanaman modal yang promotif.

5) Pemberian pembiayaan, pemberian kejelasan status lahan danmendorong pengembangan kluster industri agribisnis dikabupaten/kota yang memiliki potensi bahan baku produkpangan.

b. Arah kebijakan pengembangan penanaman modal di bidanginfrastruktur di Provinsi Sulawesi Barat adalah sebagai berikut :1) Percepatan pembangunan infrastruktur terutama pada wilayah

sedang berkembang dan belum berkembang.2) Percepatan pemenuhan kebutuhan infrastruktur melalui

mekanisme skema Kerjasama Pemerintah-Swasta (KPS) atau nonKPS.

3) Peningkatan kapasitas dan kualitas infrastruktur yang saat inisudah tersedia.

4) Percepatan pembangunan infrastruktur strategis yangdiharapkan sebagai prime mover seperti Bandara Udara,Pelabuhan Laut, Jalan Tol, Jalan Strategis Nasional, JalanKolektif Primer dan Jalan Arteri primer.

5) Pengintegrasian pembangunan infrastruktur provinsi dankabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Barat.

6) Mendorong pembangunan infrastruktur baru dan perluasanlayanan infrastruktur sesuai strategi peningkatan potensiekonomi di masing-masing wilayah.

c. Arah Energi kebijakan pengembangan penanaman modal di bidangenergi di Provinsi Sulawesi Barat adalah sebagai berikut :1) Pemberdayaan pemanfaatan sumber daya air sebagai sumber

daya energi, sumber kehidupan dan pertanian.2) Pemberdayaan sektor-sektor strategis pendukung sektor energi,

misalnya industri mesin, industri alat transportasi dan industriprioritas.

3) Penyediaan fasilitas, kemudahan dan/atau insentif penanamanmodal serta dukungan akses pembiayaan domestik dan

Page 14: SALINAN GUBERNUR SULAWESI BARAT · 2020. 9. 1. · 2 6. Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (Lembaran Negara Republik Indonesia

10

infrastruktur energi, khususnya bagi sumber energi baru danterbarukan.

4) Peningkatan pangsa sumber daya energi baru dan terbarukanuntuk mendukung efisiensi, konservasi dan pelestarian,lingkungan hidup dalam pengelolaan energi.

5) Melakukan optimalisasi potensi dan sumber energi baru danterbarukan serta mendorong penanaman modal infrastrukturenergi untuk memenuhi kebutuhan listrik di dalam negeri.

4. Penanaman Modal yang Berwawasan Lingkungan (Green Investment).Pemerintah diharapkan mendorong kegiatan penanaman modal yangberwawasan lingkungan. Bentuk kebijakan yang berpihak pada greeninvestment yang dapat diambil diantaranya adalah :a. Pengolahan limbah sektor pertanian, perkebunan, peternakan dan

perikanan menjadi sumber energi baru.b. Melakukan pengembangan ekonomi hijau (green economy).c. Melakukan pengembangan wilayah tanpa melupakan daya dukung

lingkungan dan tata ruang.d. Pemanfaatan teknologi dan proses produksi yang ramah lingkungan

serta terintegrasi secara menyeluruh dari aspek hulu hingga hilir.e. Pemberian fasilitas, kemudahan atau insentif penanaman modal

diberikan kepada penanaman modal yang mendorong upaya-upayapelestarian lingkungan hidup termasuk pencegahan pencemaran,pengurangan pencemaran lingkungan dan mendorong perdagangankarbon (carbon trade).

f. Pengembangan sektor-sektor prioritas dan teknologi yang ramahlingkungan, serta pemanfaatan potensi sumber energi baru danterbarukan.

g. Penyusunan kebijakan/program perlindungan keanekaragamanhayati.

h. Membuat kebijakan yang bersinergi dengan program pembangunanlingkungan hidup terkhusus program pengurangan emisi gas rumahkaca pada sektor kehutanan, transportasi, industri, energi danlimbah.

5. Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi (UMKMK).Keberadaan UMKMK tidak diragukan lagi telah berkontribusi dalamkegiatan perekonomian di Provinsi Sulawesi Barat. Dalam rangka untukmeningkatkan kontribusi UMKMK terhadap perekonomian, pemerintahProvinsi Sulawesi Barat harus menyiapkan sejumlah kebijakanpemberdayaan kepada para pelaku UMKMK, diantaranya adalahsebagai berikut :a. Mempermudah prosedur perizinan bagi pelaku UMKMK dan

memberikan keringanan biaya perizinan.b. Membangun semangat jiwa kewirausahaan masyarakat terutama

generasi muda.c. Mencegah tindakan monopoli terhadap penguasaan pasar oleh

orang perorangan atau kelompok tertentu yang merugikan UMKMK.d. Memberikan perlindungan konsumen dan menjamin adanya

persaingan usaha yang sehat dalam struktur pasar.e. Membantu pelaku UMKMK untuk mendapatkan akses biaya

perbankan, misalnya menggunakan instrumen subsidi bungaperbankan dan bantuan modal bunga murah.

Page 15: SALINAN GUBERNUR SULAWESI BARAT · 2020. 9. 1. · 2 6. Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (Lembaran Negara Republik Indonesia

11

f. Memberikan edukasi dalam bentuk pelatihan kepada pelakuUMKMK diberbagai daerah baik terkait aspek inovasi, teknis danmanajemen.

g. Pemberian fasilitas kepada pelaku UMKMK dalam pengenalan danpemasaran produk-produk seperti berpartisipasi dalam berbagaipameran promosi, pameran perdagangan (trade expo), temu usaha(matchmaking) dengan investor potensial.

h. Melakukan pemutakhiran dan verifikasi serta menetapkan UMKMKyang potensial untuk ditawarkan/menjalin kemitraan kepada usahayang lebih besar baik Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)maupun Penanaman Modal Asing (PMA).

i. Mengembangkan usaha berbasis potensi daerah dan berorientasipasar sesuai dengan kompetensi Usaha Mikro, Kecil dan Menegah.

j. Mengadakan prasarana umum yang dapat mendorong danmegembangkan pertumbuhan UMKMK.

k. Menerapkan teknologi sederhana tepat guna dan kemudahan aksesteknologi.

l. Mengadakan dan menyebarluaskan informasi mengenai pasar,sumber pembiayaan, komoditas, penjaminan, desain dan mutuUMKMK.

m. Pengembangan jaringan distribusi lokal ke pasar global khususnyaproduk UMKM.

6. Pemberian Fasilitas, Kemudahan dan/atau Insentif Penanaman Modal.Kemudahan/insentif penanaman modal adalah sebuah keuntunganekonomi yang diberikan kepada sebuah perusahaan atau kelompokperusahaan sejenis untuk mendorong agar perusahaan tersebutberperilaku/melakukan kegiatan yang sesuai dengan kebijakan yangditetapkan pemerintah.Berikut ini gambaran mengenai pemberiankemudahan dan insentif penanaman modal:

a. Bentuk jenis fasilitas, kemudahan dan/atau insentif penanamanmodal oleh pemerintah dan pemerintah daerah.Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat dan Pemerintah KabupatenSulawesi Barat dapat memberikan kemudahan urusan penanamanmodal berupa:1) Penyediaan lahan atau lokasi,2) Pemberian bantuan teknis dan kepastian hukum,3) Penyediaan sarana dan prasarana yang mendukung

pelaksanaan penanaman modal,4) Pemberian kemudahan pelayanan perizinan kepada perusahaan

penanaman modal dalam rangka memperoleh hakatas tanah,fasilitas pelayanan keimigrasian dan fasilitas perizinan impor,

5) Penyediaan data dan informasi peluang penanaman modal,6) Pengadaan infrastruktur melalui dukungan dan jaminan

pemerintah,7) Pemberian kemudahan pelayanan melalui PTSP dibidang

penanaman modal.

b. Insentif penanaman modal merupakan dukungan dari PemerintahProvinsi atau Kabupaten kepada penanaman modal dalam rangkamendorong peningkatan penanaman modal, yang antara lain dapatberupa:1) Pemberian bantuan modal kerja,

Page 16: SALINAN GUBERNUR SULAWESI BARAT · 2020. 9. 1. · 2 6. Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (Lembaran Negara Republik Indonesia

12

2) Pemberian dana stimulant,3) Pengurangan, keringanan, atau pembebasan retribusi daerah,4) Pengurangan, keringanan atau pembebasan pajak daerah,5) Pemberian keringanan pajak bumi dan bangunan.

c. Kriteria penanaman modal yang diberikan fasilitas,kemudahan/insentif penanaman modal.Setiap investor sekurang-kurangnya harus memiliki beberapakriteria dalam rangka memperoleh fasilitas, kemudahan dan/atauinsentif penanaman modal. Berikut ini beberapa kriteria yang harusdipenuhi sekurang-kurangnya satu kriteria diantaranya sebagaiberikut:1) Melakukan alih teknologi,2) Memanfaatkan sumberdaya lokal,3) Merupakan industri pionir,4) Menggunankan mesin atau peralatan yang diproduksi dalam

negeri,5) Menjalin kemitraan dengan usaha mikro, kecil, menengah, atau

koperasi,6) Memelihara kelestarian lingkungan hidup,7) Melaksanakan kegiatan penelitian, pengembangan dan inovasi,8) Menempati lokasi terpencil/tertinggal/perbatasan yang dianggap

perlu,9) Melaksanakan pembangunan infrastruktur yang memiliki

dampak positif bagi semua kabupaten di Provinsi SulawesiBarat,

10) Kegiatan penanaman modal termasuk skala prioritas tinggi,11) Menciptakan banyak lapangan kerja untuk masyarakat lokal.

d. Mekanisme pemberian fasilitas, kemudahan dan/atau insentifpenanaman modal.Untuk mendapatkan fasilitas, kemudahan dan/atau insentif, DinasPenanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu ProvinsiSulawesi Barat dengan melibatkan OPD dan unsur terkait lainnyaharus melakukan evaluasi terhadap bidang-bidang usaha tertentu.Hasil evaluasi tersebut dapat berupa rekomendasi/usulanpenambahan atau pengurangan bidang-bidang usaha yangmemperoleh fasilitas, kemudahan dan/atau insentif yang ditetapkanmelalui peraturan Gubernur/Bupati/Walikota.

7. Promosi dan Kerjasama Penanaman Modal.Promosi merupakan strategi yang paling efektif untuk memperkenalkanproduk dan komoditi unggulan pada masyarakat, yang akan memikatpara investor baik lokal ataupun mancanegara untuk menanamkanmodalnya di Provinsi Sulawesi Barat. Bentuk kebijakan strategis dalampromosi yang harus diambil oleh pemerintah Provinsi Sulawesi Baratadalah sebagai berikut:a. Menjalin kemitraan yang efektif dan koordinasi yang kuat dalam

rangka membangun image, membangkitkan investasi dan pelayananjasa investasi baik di dalam atau di luar negeri,

b. Berpartisipasi dalam kegiatan promosi potensi unggulan daerah,misalnya pameran, temu investor dan seminar penanaman modaldaerah dalam rangka memperkenalkan produk unggulan masing-masing KabupatenSulawesi Barat,

Page 17: SALINAN GUBERNUR SULAWESI BARAT · 2020. 9. 1. · 2 6. Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (Lembaran Negara Republik Indonesia

13

c. Memperbaiki tampilan website penanaman modal di ProvinsiSulawesi Barat dengan menyediakan data teraktual potensi danproduk unggulan investasi di masing-masing KabupatenSulawesiBarat,

d. Penyediaan informasi potensi investasi di masing-masing KabupatenProvinsi Sulawesi Barat dalam bentuk buku, brosur, katalog danbentuk lainnya yang dianggap penting.

E. Strategi Kebijakan dan Proyeksi Pelaksanaan Penanaman Modal DiSulawesi Barat Hingga Tahun 2025

1. Strategi Pengembangan Penanaman Modal di Sulawesi Barat

Strategi penanaman modal di Provinsi Sulawesi Barat harusberlandaskan pada visi dan misi penanaman modal yang dimiliki olehDPM-PTSP Sulawesi Barat. Strategi yang telah disusun diharapkanakan meningkatkan kegiatan perekonomian yang berorientasi padakesejahteraan penduduk dan mampu menciptakan iklim investasi yangkondusif di masa yang akan datang. Untuk menyusun strategi tersebut,analisa dari faktor internal dan faktor eksternal sangat diperlukan.Setelah melakukan kajian faktor internal dan eksternal mengenaikondisi penanaman modal di Provinsi Sulawesi Barat, strategipengembangan penanaman modal disusun sebagai berikut:a. Melakukan promosi yang intensif ke berbagai daerah atau negara

mengenai peluang investasi yang ada di Sulawesi Barat dalamrangka memanfaatkan momentum era Masyarakat Ekonomi ASEAN.

b. Melakukan studi tentang potensi investasi yang memberikankeuntungan besar kepada investor. Diharapkan denganketersediaan data potensi investasi yang memberikan peluang besardapat menjadi magnet bagi investor asing atau lokal untukmenanamkan modalnya di Provinsi Sulawesi Barat.

c. Penguatan usaha mikro, kecil dan menengah serta koperasi diSulawesi Barat dalam rangka menyambut MEA. Penguatan inibertujuan untuk meningkatkan kapabilitas dan kapasitas pelakuUMKM dalam hal kemampuan manajerial dan kemampuan lainnya.

d. Mendorong pelaksanaan penanaman modal yang tersebar diseluruh Kabupaten Provinsi Sulawesi Barat dalam rangka tidakterjadinya kecemburuan pada kabupaten lainnya.

e. Menyempurnakan regulasi penanaman modal daerah.f. Mendorong sektor non basis yang ada di setiap Kabupaten Provinsi

Sulawesi Barat agar menjadi sektor basis.g. Mendorong pembangunan infrastruktur secara merata di seluruh

Kabupaten Sulawesi Barat, misalnya jembatan, jalan raya, irigasi,pelabuhan laut, sarana listrik, air dan telekomunikasi dalamrangka mempercepat aktivitas perekonomian.

h. Melakukan pengembangan sumber daya manusia yang handal danmemiliki keterampilan dibidangnya baik pada masyarakat padaumumnya maupun terkhusus pada aparatur pemerintah bidangpenanaman modal.

i. Menyediakan informasi yang lengkap tentang kondisi penanamanmodal di Sulawesi Barat kepada investor.

j. Aktif mendorong terciptanya pengusaha baru di segala sektorperekonomian.

Page 18: SALINAN GUBERNUR SULAWESI BARAT · 2020. 9. 1. · 2 6. Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (Lembaran Negara Republik Indonesia

14

k. Memberikan kemudahan pinjaman kepada investor melalui fasilitasperbankan agar para pelaku UMKM atau perusahaan besar dapatmemperoleh dana segar untuk melakukan kegiatan ekspansiusaha.

l. Pelaksanaan penanaman modal yang tidak merusak lingkunganhidup (green investment).

m. Melakukan evaluasi secara berkala mengenai kinerja lembagapenanaman modal.

n. Melakukan pemantauan dan pengawasan kepada setiap tindakanpenanaman modal yang melanggar peraturan perundang-undangan. Kegiatan pengawasan itu dapat melibatkan pihak terkaitataupun melibatkan peran serta masyarakat.

o. Melakukan harmonisasi hubungan industri di seluruh KabupatenSulawesi Barat.

2. Kebijakan Pengembangan Penanaman Modal di Sulawesi Barat

Kebijakan dasar penanaman modal di Provinsi Sulawesi Barat harusmerujuk pada beberapa kajian yang terkait penanaman modal atauinvestasi. Kajian pertama adalah penelitian investasi mengenai potensisumber daya di Provinsi Sulawesi Barat dengan mempertimbangkanbeberapa rekomendasi kebijakan pada penelitian tersebut. Kajianselanjutnya adalah dokumen nasional terkait rencana umumpenanaman modal dimana kebijakan penanaman modal di ProvinsiSulawesi Barat harus mengacu pada kebijakan yang telah dibuatdidalam rencana umum penanaman modal tersebut. Kajian lainnyaadalah keberadaan dokumen RTRW, RPJMD, RPJPD, RPJMN, danRPJPN juga harus dipertimbangkan dalam penyusunan rencana umumpenanaman modal di Provinsi Sulawesi Barat.

Dengan berlandaskan pada beberapa kajian yang disebutkan di atas,secara umum, kebijakan dasar penanaman modal di Provinsi SulawesiBarat terdiri atas tiga hal. Pertama, kebijakan untuk memeliharakegiatan investasi yang sudah dilaksanakan di Provinsi Sulawesi Baratdan nilai investasi yang ditanamkan harus ditingkatkan pada tahun-tahun mendatang. Kedua, kebijakan untuk menambah para investorbaik dalam negeri atau luar negeri untuk menanamkan modalnya diProvinsi Sulawesi Barat. Ketiga, kebijakan untuk meningkatkan dayasaing unggulan (produk-produk unggulan) yang dimiliki kabupaten-kabupaten di Provinsi Sulawesi Barat.

Selanjutnya, kebijakan dasar penanaman modal yang sifatnya umumbelum cukup untuk mengembangkan penanaman modal, tetapidibutuhkan berbagai kebijakan-kebijakan khusus yang harus diambilPemerintah Sulawesi Barat, diantaranya sebagai berikut:a. Melakukan promosi secara berkala melalui kegiatan pameran dan

berbagai media, misalnya media cetak dan media elektronik.Kebijakan ini merupakan kebijakan paling efektif dan strategisuntuk memperkenalkan potensi penanaman modal di SulawesiBarat.

b. Melakukan koordinasi dan konsultasi untuk penyusunan potensiinvestasi yang memberikan keuntungan besar.

c. Melakukan edukasi dalam bentuk pelatihan kewirausahaan danmembangun sarana dan prasarana yang mendukung para pelaku

Page 19: SALINAN GUBERNUR SULAWESI BARAT · 2020. 9. 1. · 2 6. Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (Lembaran Negara Republik Indonesia

15

usaha, mikro, kecil dan menengah serta koperasi di berbagaiKabupaten Sulawesi Barat dalam rangka akselerasi pertumbuhanekonomi.

d. Membagi kawasan penanaman modal berdasarkan pendekatankewilayahan dengan tujuan menghindari kecemburuan antarkabupaten.

e. Melakukan pembahasan kembali peraturan penanaman modal yangdianggap kurang berpihak kepada para investor.

f. Mendorong pembangunan sarana dan prasarana yang mendukungsektor non basis di seluruh Kabupaten Provinsi Sulawesi Barat.

g. Melakukan percepatan pembangunan infrastruktur seperti jalan,jembatan, irigasi, pelabuhan laut dan udara, sarana listrik, air dankomunikasi di daerah-daerah tertinggal Provinsi Sulawesi Barat.

h. Meningkatkan mutu pendidikan di Sulawesi Barat dan memberikanpelatihan kepada aparatur pemerintah serta menempatkanaparatur tersebut sesuai latar belakang pendidikan mereka.

i. Menata kembali website lembaga penanaman modal di ProvinsiSulawesi Barat dengan menyediakan data termuktahir kegiatanpenanaman modal.

j. Melakukan sosialisasi gerakan kewirausahaan kepada generasimuda di seluruh Kabupaten Provinsi Sulawesi Barat untuk terlibatdalam kegiatan perekonomian di semua sektor.

k. Mempermudah pengurusan pinjaman dana pada lembagaperbankan.

l. Mensosialiasikan penggunaan teknologi yang ramah lingkunganterhadap aktivitas penanaman modal dan menata kawasan industriyang ramah lingkungan.

m. Membuat pelaporan secara berkala mengenai kinerja lembagapenanaman modal.

n. Mensosialisasikan peraturan kebijakan terkait penanaman modalkepada lembaga penanaman modal daerah dan setiap investor yangberniat melakukan kegiatan penanaman modal di Provinsi SulawesiBarat. Selain itu, pemerintah dapat melibatkan peran sertamasyarakat dalam mengawasi kegiatan penanaman modal yangberlangsung di daerah-daerah.

o. Mendorong regulasi terkait setiap perusahaan baik asing maupundalam negeri harus memiliki program di bidang ekonomi, sosial danlingkungan serta pelatihan dan peningkatan keterampilan dankeahlian bagi para pekerja.

3. Proyeksi Pelaksanaan Penanaman Modal di Sulawesi Barat

a. Target Penanaman Modal Tahun 2025Target aktivitas penanaman modal di Provinsi Sulawesi Barat Tahun2025 ialah menjadi daerah dengan perekonomian yang sudah maju.Perekonomian yang maju tersebut harus berimplikasi padapeningkatan taraf hidup masyarakat dalam hal ini menyangkutkemampuan daya beli yang meningkat dan rendahnya tingkatpengagguran. Perekonomian yang maju juga ditandai denganbanyaknya kegiatan penanaman modal yang berteknologi tinggi danmelakukan kegiatan inovasi.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Baratmelalui Sulawesi Barat Dalam Angka Tahun 2017, Pada tahun 2016

Page 20: SALINAN GUBERNUR SULAWESI BARAT · 2020. 9. 1. · 2 6. Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (Lembaran Negara Republik Indonesia

16

PDRB dihitung dengan menggunakan tahun dasar 2010. PDRBADHB Provinsi Sulawesi Barat mencapai 35,97 trilyun rupiahsedangkan PDRB Atas Dasar Harga Konstan mencapai 27,55 trilyunrupiah. Pencapaian PDRB Atas Dasar Harga Berlaku SulawesiBarat didominasi oleh sektor Pertanian yang berkisar 41,30 persen,kemudian sektor perdagangan besar dan eceran sebesar 10,41persen, lalu sektor industri pengolahan sebesar 9,44 persen.

Selain besarnya angka proyeksi PDRB di masa yang akan datang,tingkat pertumbuhan ekonomi juga harus dipelihara. Data yang adamenunjukkan bahwa tingkat pertumbuhan perekonomian diSulawesi Barat tertinggi dibandingkan provinsi lainnya di PulauSulawesi. Pada Tahun 2016, tingkat pertumbuhan ekonomi ProvinsiSulawesi Barat berada pada kisaran 6,03%.

Lebih jauh, target penanaman modal lainnya adalah melepaskanimage seluruh kabupaten di Provinsi Sulawesi Barat sebagai daerahyang tertinggal. Penentuan kriteria sebagai daerah tertinggaldidasarkan pada perekonomian masyarakat, sumberdaya manusia,prasarana (infrastrutur), kemampuan keuangan daerah,aksessibilitas dan karakteristik daerah. Diharapkan kedepannyabanyak wilayah di Provinsi Sulawesi Barat sudah memilikiinfrastruktur yang memadai dimana mendukung kegiatanpelaksanaan penanaman modal. Selain itu, diharapkan pula bahwaindeks pembangunan manusia Provinsi Sulawesi Barat akanmembaik di tahun-tahun mendatang, meningkatnya tarafpendidikan dan kesehatan masyarakat Provinsi Sulawesi Barat.

b. Asumsi Dasar Penyusunan Rencana Umum Penanaman ModalSulawesi Barat Tahun 2018 - 2025Penyusuan rencana umum penanaman modal di Provinsi SulawesiBarat harus dilandaskan oleh beberapa asumsi sehingga memilikiefek positif terhadap masyarakat. Asumsi-asumsi tersebut adalahsebagai berikut:1) Aktivitas penanaman modal secara langsung harus berdampak

pada percepatan pembangunan seperti pembangunaninfrastruktur dan munculnya pusat-pusat pertumbuhanekonomi baru.

2) Aktivitas penanaman modal harus berdampak pada penyerapantenaga kerja, penurunan tingkat pengangguran, peningkatankemampuan daya beli masyarakat dan peningkatan pendapatanasli daerah.

3) Aktivitas penanaman modal harus berkontribusi terhadappeningkatan kondisi sosial masyarakat Provinsi Sulawesi Baratmelalui partisipasi perusahaan yang melakukan aktivitaspenanaman modal, seperti pemberian pelatihan danpeningkatan kapasitas pegawai/pekerja.

c. Target Capaian Indikator Ekonomi MakroDengan mengacu pada asumsi-asumsi yang telah ditetapkan diatas, kondisi pembangunan Provinsi Sulawesi Barat melaluikegiatan penanaman modal pada akhir Pembangunan JangkaPanjang Daerah (PJPD) di Tahun 2025 sudah mencapai keadaansebagai berikut:

Page 21: SALINAN GUBERNUR SULAWESI BARAT · 2020. 9. 1. · 2 6. Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (Lembaran Negara Republik Indonesia

17

1) Pada Tahun 2025, kesejahteraan penduduk di seluruhKabupaten Sulawesi Barat sudah meningkat jauh lebih tinggidari Tahun 2016. Hal itu diperkuat dengan meningkatnyapendapatan per kapita masyarakat diikuti dengan tingkatkonsumsi masyarakat yang meningkat pula. Selain itu, angkakemiskinan diharapkan semakin rendah dibawah angkakemiskinan nasional.

2) Pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Barat diharapkan semakinberkualitas, yaitu di atas rata-rata nasional yaitu 6-7% ditopangdengan struktur perekonomian yang sudah mengarah padadominasi sektor industri dan jasa serta tanpa mengabaikanperan sektor pertanian yang tetap menunjang atau menjaminketersediaan pangan bagi masyarakat setempat.

3) Meningkatnya taraf pendidikan masyarakat Provinsi SulawesiBarat dibuktikan dengan naiknya angka Indeks PembangunanManusia (IPM) sehingga tidak menempati urutan ke- 30 lagiberdasarkan data BPS untuk Tahun 2016.

4) Tersedianya sarana dan prasarana yang sudah lengkap dimanamenopang kegiatan perekonomian, seperti jalan, pelabuhan laut,pelabuhan udara, air bersih, jaringan komunikasi dan listrik.Akibatnya setiap daerah di Provinsi Sulawesi Barat tidakmemiliki kesenjangan yang tinggi. Distribusi barang dari desa kekota atau sebaliknya dapat berjalan dengan lancar berkatdukungan dari sarana dan prasarana tersebut.

d. Kebutuhan Investasi Provinsi Sulawesi Barat Hingga Tahun 2025.Kategori investasi berdasarkan pelakunya dapat dibedakan menjadiinvestasi pemerintah dan investasi swasta. Pengertian investasipemerintah ialah kegiatan pemanfaatan modal yang sumbernyaberasal dari APBN/APBD ditujukan kepada kepentingan publik. Disisi lain, investasi swasta diartikan sebagai investasi yang dilakukanoleh pihak luar yang memiliki badan usaha atau tidak memilikibadan usaha, seperti pelaku usaha mikro, kecil dan menengah.

Pada umumnya, aktivitas investasi yang dilakukan oleh pihakswasta ada yang tercatat dan tidak tercatat. Investasi yang tercatatdapat ditelusuri pada lembaga yang mengurus bidang penanamanmodal di Provinsi Sulawesi Barat yaitu DPMPTSP sedangkaninvestasi yang tidak tercatat tidak dapat ditelusuri jumlahnya danhanya bisa diprediksi.

Baik investasi yang dilakukan pihak pemerintah dan swasta telahmembawa sejumlah manfaat. Investasi pemerintah bermanfaatdalam hal penyediaan infrastruktur dan fasilitas publik. Fasilitaspublik tersebut adalah jalan, jembatan, pasar dan saluran irigasi.Sementara itu, manfaat yang dirasakan dengan keberadaaninvestasi swasta adalah mendorong pertumbuhan ekonomi,menciptakan lapangan kerja, mengurangi pengangguran danmengurangi tingkat kemiskinan.

Hingga tahun 2025, diharapkan investasi yang dilakukanpemerintah dan swasta dapat meningkat. Namun, dalampembahasan ini kebutuhan investasi hanya terfokus pada investasipihak swasta baik yang melakukan kegiatan PMA dan PMDN.

Page 22: SALINAN GUBERNUR SULAWESI BARAT · 2020. 9. 1. · 2 6. Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (Lembaran Negara Republik Indonesia

18

Selama kurun waktu delapan tahun terakhir (2008-2016), realisasipenanaman modal di Sulawesi Barat mengalami tren kenaikan.Realisasi penanaman modal tertinggi terjadi pada tahun 2016dengan total investasi baik PMA dan PMDN mencapai angka 33.4triliun rupiah. Sementara realisasi penanaman modal terendahadalah pada tahun 2009 dengan nilai investasi hanya 1,3 triliunrupiah. Penyebabnya adalah pada tahun 2009 terjadi krisiskeuangan yang menimpa negara-negara Eropa dan Amerika.

Selain itu, tingkat daya serap tenaga kerja selama kurun waktudelapan tahun terakhir (2008-2016) melalui aktivitas penanamanmodal mengalami fluktuasi. Rasio daya serap tenaga kerja tertinggiterjadi pada tahun 2006-2008 sebesar 171 orang dan yang terendahterjadi pada tahun 2009 sebesar 7 orang. Gambaran jumlahinvestasi PMDN/PMA di Sulawesi Barat 2008-2016 dapat dilihatpada tabel 1.

Tabel 1Jumlah Investasi PMDN/PMA di Sulawesi Barat, 2008-2016

TahunJumlahInvestor(PMA + PMDN)

Nilai InvestasiRasio DayaSerap TenagaKerja

2008 6 1.874.619.675.356 1712009 66 1.325.071.213.030 72010 45 1.886.963.503.565 1112011 44 3.185.801.896.630 1092012 47 6.510.953.838.714 1112013 438 11.534.832.369.367 442014 954 15.987.726.814.172 282015 1272 22.882.746.015.892 262016 1292 33.403.873.800.153 30

Sumber : Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal danSistem Informasi Penanaman Modal

Mencermati tabel di atas, proyeksi kebutuhan investasi di ProvinsiSulawesi Barat dari Tahun 2017 hingga Tahun 2025 yang diperkirakantumbuh 44,83% pertahun sebagaimana tersaji dalam tabel 2. Angka44.83% diperoleh setelah menganalisa kenaikan investasi mulai daritahun 2008 hingga tahun 2016.

Page 23: SALINAN GUBERNUR SULAWESI BARAT · 2020. 9. 1. · 2 6. Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (Lembaran Negara Republik Indonesia

19

Tabel 2Proyeksi Kebutuhan Investasi Sulawesi Barat Tahun 2017-2025

Fase Tahun Kebutuhan IndikatifPenanaman Modal Kenaikan Investasi

Fase I 2017 Rp 48,378,830,424,762 Rp 21,688,229,679,421

Fase II2018 Rp 70,067,060,104,182 Rp 31,411,063,044,7052019 Rp 101,478,123,148,887 Rp 45,492,642,607,6462020 Rp 146,970,765,756,533 Rp 64,886,994,288,654

Fase III

2021 Rp 212,857,760,045,187 Rp 95,424,133,828,2572022 Rp 308,281,893,873,444 Rp 138,202,773,023,4652023 Rp 446,484,666,896,909 Rp 200,159,076,169,8842024 Rp 646,643,743,066,794 Rp 289,890,390,016,844

Fase IV 2025 Rp 936,534,133,083,637 Rp 419,848,251,861,395Sumber: Data Estimasi

4. Tahapan Pelaksanaan Rencana Umum Penanaman Modal ProvinsiSulawesi Barat.

Visi penanaman modal Sulawesi Barat sampai tahun 2025 adalah“Terwujudnya Provinsi Sulawesi Barat sebagai Provinsi TujuanInvestasi” visi ini bermakna bahwa Provisni Sulawesi barat memilikikeunggulan-keunggulan yang bernilai daya saing, selain itu, visipenanaman modal ini secara langsung berkaitan dengan visi RPJPDProvinsi Sulawesi Barat, yaitu “Terwujudnya Sulawesi Barat yangSejahtera, Maju dan Malaqbi. Keterkaitan ini menyangkut pada dampakyang diciptakan pada aktivitas penanaman modal yang berskala besarterhadap kehidupan perekonomian masyarakat Provinsi Sulawesi Baratyang pada akhirnya menciptakan masyarakat yang sejahtera dan majuditopang dengan karakter malaqbi. Olehnya, dalam rangka perwujudanvisi penanaman modal tersebut, dipandang perlu merumuskan tahap-tahap pelaksanaan kegiatan penanaman modal di Provinsi SulawesiBarat.

Tahapan-tahapan dalam pelaksanaan penanaman modal memilikisejumlah manfaat. Manfaat dengan bertahapnya kegiatan penanamanmodal adalah dapat melakukan evaluasi terhadap pelaksanaanpenanaman modal pada tahun-tahun sebelumnya dimana evaluasitersebut dapat dijadikan sebagai indikator perbaikan. Manfaatberikutnya adalah pemerintah dapat menentukan skala prioritasprogram penanaman modal.

Lebih jauh, kegiatan pelaksanaan penanaman modal di ProvinsiSulawesi Barat dilakukan secara bertahap mulai dari fase jangkapendek menuju fase jangka panjang. Berikut ini rincian tahapankegiatan pelaksanaan penanaman modal di Provinsi Sulawesi Barat:

a. Fase I (Tahun 2017) : Pengembangan Penanaman Modal yangRelative Mudah dan Cepat MenghasilkanPelaksanaan fase I penanaman modal hanya berdurasi satu sampaidengan dua tahun. Durasi yang demikian singkat hanya bertujuan

Page 24: SALINAN GUBERNUR SULAWESI BARAT · 2020. 9. 1. · 2 6. Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (Lembaran Negara Republik Indonesia

20

jangka pendek. Jenis-jenis kegiatan yang dilaksanakan selamadurasi tersebut umumnya dititikberatkan pada penyediaan fasilitaspenanaman modal yang siap menanamkan modalnya, baikpenanaman modal yang melakukan perluasan usaha ataumelakukan penanaman modal baru, penanaman modal yangmenghasilkan bahan baku/barang setengah jadi bagi industrilainnya, penanaman modal yang mengisi kekurangan kapasitasproduksi atau memenuhi kebutuhan di dalam negeri dan subtitusiimpor, serta penanaman modal penunjang infrastruktur. Dalamrangka mewujudkan pelaksanaa fase I ini, sejumlah langka-langkatelah disusun, diantaranya sebagai berikut:1) Membuka hambatan dan memfasilitasi penyelesaiaan persiapan

proyek-proyek unggulan dan strategis daerah agar dapat segeradiaktualisasikan implementasinya.

2) Melakukan berbagai terobosan kebijakan terkait denganpenanaman modal di daerah yang mendesak untuk diperbaikiatau diselesaikan.

3) Memperbaiki citra daerah sebagai daerah tujuan penanamanmodal ke negara-negara potensial.

4) Menata dan mengintensifkan strategi promosi penanaman modaldaerah ke negara-negara potensial.

5) Mengintensifkan proyek-proyek penanaman modal di daerahyang siap ditawarkan dan dipromosikan sesuai daya dukunglingkungan hidup dan karakteristik daerah yang dimaksud.

6) Menggalang kerjasama dengan lembaga/instansi daerah yangpro bisnis dalam rangka peningkatan nilai tambah, daya saingpenanaman modal yang bernilai tambah tinggi dan pemerataanpembangunan daerah.

b. Fase II ( 2018-2020) : Percepatan Pembangunan Infrastruktur danEnergiPelaksanaan penanaman modal fase II bertujuan untuk mencapaiprioritas penanaman modal jangka menegah, yaitu dalam kurunwaktu lima tahun. Pada fase ini terdapat beberapa aktivitas yangdilakukan yang mana diantaranya adalah penanaman modal yangmendorong percepatan infrastruktur fisik, diversifikasi, efisiensi dankonversi energi berwawasan lingkungan. Selain itu, pada fase inijuga dipersiapkan kebijakan dan fasilitasi penanaman modal dalamrangka mendorong pengembangan industrialisasi skala besar.Dalam rangka mendukung pelaksanaan fase ini, sejumlah langkahdan kebijakan penanaman modal ditempuh, seperti1) Penyiapan kebijakan daerah pendukung termasuk peraturan

daerah dalam rangka pengembangan energi di daerah di masayang akan datang.

2) Pemberian fasilitas, kemudahan dan/atau insentif penanamanmodal oleh daerah untuk kegiatan-kegiatan penanaman modalyang mendukung pengimplementasian kebijakan energi nasionaloleh seluruh pemangku kepentingan di daerah.

3) Melakukan penyempurnaan/revisi atas peraturan daerah yangberkaitan dengan penanaman modal dalam rangka percepatanpembangunan infrastruktur dan energi daerah.

4) Prioritas terhadap peningkatan kegiatan penanaman modalperlu difokuskan pada percepatan pembangunan infrastruktur

Page 25: SALINAN GUBERNUR SULAWESI BARAT · 2020. 9. 1. · 2 6. Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (Lembaran Negara Republik Indonesia

21

dan energi daerah melalui skema Kerjasama Pemerintah Swasta(KPS).

c. Fase III (2021-2024) : Pengembangan Industri Skala BesarPelaksanaan fase III penanaman modal bertujuan untuk mencapaidimensi penanaman modal jangka panjang dalam kurun waktu 10-15 tahun. Pelaksanaan fase ini hanya dapat terwujud apabilaseluruh elemen syarat yang diperlukan terpenuhi, misalnyatersedianya infrastruktur yang mencukupi, terbangunnyasumberdaya manusia yang handal, terwujudnya sinkronisasikebijakan penanaman modal pusat dan daerah serta tersedianyasistim pemberian fasilitas, kemudahan dan insentif penanamanmodal yang berdaya saing. Fokus perhatian pada fase ini adalahpengembangan industrialisasi skala besar melalui pendekatankluster indsutri, diantaranya industri petrokimia dan turunannyayang terintegrasi, pengolahan hasil laut, kluster industri agribisnisdan turunannya, industri alat transportasi dan industri pertahanannasional.

Untuk mendukung pelaksanaan fase III ini, sejumlah langkah-langkah kebijakan dibuat, diantaranya adalah:1) Pengembangan sumber daya manusia yang handal dan memiliki

keterampilan.2) Koordinasi penyusunan program dan sasaran lembaga/instansi

teknis dan instansi penanaman modal di daerah dalammendorong industrialisasi skala besar.

3) Pemetaan potensi sumber daya dan rantai nilai distribusi untukmendukung pengembangan kluster-kluster industri danpengembangan ekonomi daerah.

4) Pemetaan lokasi pengemabangan kluster industri termasukpenyediaan infrastruktur keras dan lunak yang mencukupitermasuk pemberian fasilitas, kemudahan dan/atau insentifpenanaman modal yang menjadi kewenangan PemerintahDaerah di daerah masing-masing.

d. Fase IV (2025) : Pengembangan Ekonomi Berbasis Pengetahuan(Knowledge-Based Economy)Setelah berlalunya fase III penanaman modal, fase selanjutnya yangharus dilaksanakan adalah fase IV yang ditandai denganperekonomian Sulawesi Barat sudah berkembang pesat. Pada faseini, pelaksanaan penanaman modal lebih terfokus padapengembangan kemampuan ekonomi kearah pemanfaatan teknologitinggi ataupun inovasi. Berikut ini sejumlah kebijakan yangditempuh dalam rangka mewujudkan fase IV ini:1) Pemerintah daerah membangun kawasan ekonomi berbasis

teknologi maju atau tinggi.2) Menjadi daerah industri yang ramah lingkungan.3) Mempersiapkan kebijakan daerah dalam rangka mendorong

kegiatan penanaman modal yang inovatif, mendorongpengembangan penelitian dalam rangka menghasilkan produkberteknologi tinggi dan efisiensi dalam penggunaan energi.

Page 26: SALINAN GUBERNUR SULAWESI BARAT · 2020. 9. 1. · 2 6. Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (Lembaran Negara Republik Indonesia

22

GUBERNUR SULAWESI BARAT,

H. M. ALI BAAL MASDAR

G. Pelaksanaan

Terhadap arahdan kebijakan penanaman modal yang telah diuraikandiatas, RUPMP Sulawesi Barat memerlukan suatu langkah-langkahkongkrit pelaksanaan sebagai berikut:

1. OPD/Lembaga teknis terkait dapat menyusun kebijakan terkaitkegiatan penanaman modal dengan mengacu kepada RUPMP.

2. Pemerintah Kabupaten/Kota menyusun Rencana Umum PenanamanModal Kabupaten/Kota (RUPMK) yang mengacu RUPM, RUPMP, danprioritas pengembangan potensi Kabupaten/Kota.

3. RUPMK ditetapkan oleh Bupati/Walikota.

4. Pemerintah Kabupaten/Kota dalam penyusunan RUPMK, dapatberkonsultasi kepada Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan TerpaduSatu Pintu Provinsi Sulawesi Barat.

ttd

Salinan Sesuai Dengan AslinyaMamuju, 28 Desember 2017

KEPALA BIRO HUKUM,

BUJAERAMY HASSAN, SHPangkat : PembinaNIP. : 19750630 200212 1 010

Page 27: SALINAN GUBERNUR SULAWESI BARAT · 2020. 9. 1. · 2 6. Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (Lembaran Negara Republik Indonesia

23