samaritan edisi 2 tahun 2013

52

Upload: pelayanan-medis-nasional

Post on 31-Mar-2016

250 views

Category:

Documents


14 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Page 1: Samaritan edisi 2 tahun 2013
Page 2: Samaritan edisi 2 tahun 2013

RESENSI

2

MENJADI MURIDDI DUNIA MODERN

uku ini sebenarnya merupakan salah Bsatu materi kuliah yang pernah d ibawakan o leh John Stott saat kunjungannya di Oxford University. Setiap tahunnya, seorang tamu terhormat akan d i u n d a n g u n t u k m e m b a w a k a n serangkaian kuliah umum di Wycliffe Hall, Oxford, yang dikenal sebagai Chavasse Lectures in Word Mission. Pada tahun 1975 kuliah ini dibawakan oleh John Stott.

Kuliah ini erat kaitannya dengan “modernisasi” yang semakin dirasakan di negara-negara Eropa dan Amerika di kala itu, dan Kekristenan diminta untuk menyesuaikan diri, namun dengan tetap murni dan radikal seperti Gereja mula-mula.Gereja pada tahun tersebut itu sudah mulai sadarkan adanya perubahan zaman yang mungkin akan membawa kepada modern isas i da lam perpo l i t ikan ,

kehidupan sosial, dunia kerja, pendidikan, dan segala bentuknya, sehingga peran Gereja Kristus serta tugas-tugasnya perlu diperjelas dan dipertegas. Melalui buku ini, John Stott sebenarnya ingin menyampaikan inti dari natur penginjilan dengan mempertegas lima buah istilahya itu misi, penginjilan, dialog, keselamatan, dan konversi. Kelimanya dianggap merupakan istilah yang penting oleh Stott karena dengan modernisasi seperti apapun, hubungan antara orang Kristen dengan dunia tidak akan pernah real tanpa adanya satu konsep: misi.

H a n y a , d e n g a n a d a n y a modernisasi, misi perlu didefinisikan dengan lebih pasti dan tegas, sehingga dalam situasi yang modern, misi dapat tetap masuk, tersampaikan, tapi tanpa adanya bias. Buku ini menjelaskan tentang berbagai pandangan dari beberapa

Judul : Murid Radikal yang Mengubah DuniaPenulis : John R. W. Stott Isi : 167 hlmPenerbit : Literatur Perkantas Jatim

SAMARITAN Edisi 2 Tahun 2013 SAMARITAN Edisi 2 Tahun 2013 3

denominasi gereja di zaman ini tentang misi dan penginjilan, termasuk di dalamnya untuk mengikuti perubahan zaman, dan Stott berusaha untuk memberikan penjelasan serta tanggapan secara lurus dan bahkan tidak ragu untuk mengkritik pandangan dari denominasi yang dianutnya sendiri. Karena itu esensi di dalam buku ini menjadi penting dan applicable untuk diterapkan oleh pandangan denominasi gereja mana saja.Di dalam buku ini, juga ditegaskan mengenai penginjilan dan hubungannya dengan aksi sosial. Kegiatan sosial yang dilakukan atas dasar misi yang kadang menjadi bias oleh prinsip humanis meduinawi. Termasuk bagaimana seharusnya seorang Kristen melalui kehadirannya di tengah komunitas, dapat menerapkan nilai-nilai kemanusiaan yang sesungguhnya secara alkitabiah, dalam bentuk yang tulus dan menarik banyak orang sehingga ia menimbulkan dampak.

Modernisasi kemanusiaan dan sosial yang di zaman ini banyak disamakan dengan “kebebasan” juga menjadi fokus yang dianggap penting dalam bukui ni, karena Kristus juga menyelamatkan manusia agar manusia memperoleh kebebasan. Dan dalam buku ini dijelaskan dengan menarik tentang makna dari kebebasan dari diri sendiri yang kerap kali dianggap oleh dunia sebagai kebebasan yang sesungguhnya.Bagi mahasiswa, maupun Kristen dokter yang sudah berkarir, buku ini memberikan pandangan, panutan, dan teguran yang disampaikan dengan santun dan tegas. Dan pandangan-pandangan ini perlu untuk dipahami oleh setiap orang Kristen dan

gereja-Nya agar dapat menjalankan Amanat Agung-Nya di zaman yang baru ini. Beberapa sari yang dituangkan dalam buku ini juga dapat kita baca dalam tulisan John Stott dalam Lausanne Movement occasional papers di www.lausanne.org.

dr. Elia A.B .KuncoroDepartement of Radiation Oncology

Cipto Mangunkusumo HospitalJakarta Indonesia

Page 3: Samaritan edisi 2 tahun 2013

RESENSI

2

MENJADI MURIDDI DUNIA MODERN

uku ini sebenarnya merupakan salah Bsatu materi kuliah yang pernah d ibawakan o leh John Stott saat kunjungannya di Oxford University. Setiap tahunnya, seorang tamu terhormat akan d i u n d a n g u n t u k m e m b a w a k a n serangkaian kuliah umum di Wycliffe Hall, Oxford, yang dikenal sebagai Chavasse Lectures in Word Mission. Pada tahun 1975 kuliah ini dibawakan oleh John Stott.

Kuliah ini erat kaitannya dengan “modernisasi” yang semakin dirasakan di negara-negara Eropa dan Amerika di kala itu, dan Kekristenan diminta untuk menyesuaikan diri, namun dengan tetap murni dan radikal seperti Gereja mula-mula.Gereja pada tahun tersebut itu sudah mulai sadarkan adanya perubahan zaman yang mungkin akan membawa kepada modern isas i da lam perpo l i t ikan ,

kehidupan sosial, dunia kerja, pendidikan, dan segala bentuknya, sehingga peran Gereja Kristus serta tugas-tugasnya perlu diperjelas dan dipertegas. Melalui buku ini, John Stott sebenarnya ingin menyampaikan inti dari natur penginjilan dengan mempertegas lima buah istilahya itu misi, penginjilan, dialog, keselamatan, dan konversi. Kelimanya dianggap merupakan istilah yang penting oleh Stott karena dengan modernisasi seperti apapun, hubungan antara orang Kristen dengan dunia tidak akan pernah real tanpa adanya satu konsep: misi.

H a n y a , d e n g a n a d a n y a modernisasi, misi perlu didefinisikan dengan lebih pasti dan tegas, sehingga dalam situasi yang modern, misi dapat tetap masuk, tersampaikan, tapi tanpa adanya bias. Buku ini menjelaskan tentang berbagai pandangan dari beberapa

Judul : Murid Radikal yang Mengubah DuniaPenulis : John R. W. Stott Isi : 167 hlmPenerbit : Literatur Perkantas Jatim

SAMARITAN Edisi 2 Tahun 2013 SAMARITAN Edisi 2 Tahun 2013 3

denominasi gereja di zaman ini tentang misi dan penginjilan, termasuk di dalamnya untuk mengikuti perubahan zaman, dan Stott berusaha untuk memberikan penjelasan serta tanggapan secara lurus dan bahkan tidak ragu untuk mengkritik pandangan dari denominasi yang dianutnya sendiri. Karena itu esensi di dalam buku ini menjadi penting dan applicable untuk diterapkan oleh pandangan denominasi gereja mana saja.Di dalam buku ini, juga ditegaskan mengenai penginjilan dan hubungannya dengan aksi sosial. Kegiatan sosial yang dilakukan atas dasar misi yang kadang menjadi bias oleh prinsip humanis meduinawi. Termasuk bagaimana seharusnya seorang Kristen melalui kehadirannya di tengah komunitas, dapat menerapkan nilai-nilai kemanusiaan yang sesungguhnya secara alkitabiah, dalam bentuk yang tulus dan menarik banyak orang sehingga ia menimbulkan dampak.

Modernisasi kemanusiaan dan sosial yang di zaman ini banyak disamakan dengan “kebebasan” juga menjadi fokus yang dianggap penting dalam bukui ni, karena Kristus juga menyelamatkan manusia agar manusia memperoleh kebebasan. Dan dalam buku ini dijelaskan dengan menarik tentang makna dari kebebasan dari diri sendiri yang kerap kali dianggap oleh dunia sebagai kebebasan yang sesungguhnya.Bagi mahasiswa, maupun Kristen dokter yang sudah berkarir, buku ini memberikan pandangan, panutan, dan teguran yang disampaikan dengan santun dan tegas. Dan pandangan-pandangan ini perlu untuk dipahami oleh setiap orang Kristen dan

gereja-Nya agar dapat menjalankan Amanat Agung-Nya di zaman yang baru ini. Beberapa sari yang dituangkan dalam buku ini juga dapat kita baca dalam tulisan John Stott dalam Lausanne Movement occasional papers di www.lausanne.org.

dr. Elia A.B .KuncoroDepartement of Radiation Oncology

Cipto Mangunkusumo HospitalJakarta Indonesia

Page 4: Samaritan edisi 2 tahun 2013

4

Edisi 2 Tahun 2013

Samaritan diterbitkan sebagai saranainformasi dan pembinaan bagi

mahasiswa dan tenaga medis Kristen

Penerbit:Pelayanan Medis Nasional (PMdN)

Perkantas

Pemimpin Umum:dr. Lineus Hewis, Sp.A

Redaksi:drg. Grace Lumempouw, Sp.ProsDR. dr. Lydia Pratanu Gunadi, MS

dr. Maria Irawati Simanjuntak, Sp.PD-KICdr. Eka Yudha Lantang, Sp.AN

Ir. Indrawaty Sitepu, MAdr. Elia A.B. Kuncoro

Redaksi Pelaksana:Thomas Nelson Pattiradjawane

Sekretaris Redaksi:Dra. Jacqueline Fidelia Rorimpandey

Alamat Redaksi:Jl. Pintu Air Raya No. 7 Blok C-5

Jakarta 10710Tel: 021-345 2923, Fax: 021-352 2170email: [email protected]

FB: Medis Nasional PerkantasTwitter: @MedisPerkantas

Cover & Layout:Hendri Wijayanto

Percetakan:PT. Digigrafx

Isi diluar tanggung jawab percetakan

Bagi sahabat PMdNyang rindu mendukung PMdN melalui

majalah SAMARITAN,dapan mentransfer ke

BCA, KCU. Matraman JakartaRek. 342 256 6799

a.n. Eveline Marceliana

Bukti transfer mohon dikirim melaluifax atau email dengan nama dan alamat pengirim yang lengkap

DAFTAR ISI

6 ATRIUM: MASIH ADA7 FAKTUAL: MENGUTAMAKAN

KEPENTINGAN PASIEN8 FAKTUAL: GODAAN MENDAPATKAN LEBIH BANYAK11 FAKTUAL: IDEALISME MASIH DIBUTUHKAN14 FAKTUAL: HATI-HATI TERHADAP ANCAMAN

KEMAPANAN HIDUP18 FAKTUAL: APA KATA MEREKA TENTANG DOKTER19 UNTAIAN FIRMAN: MEMBANGUN BANGSA

SECARA HOLISTIK21 LAPORAN: TETAP BERTAHAN DAN MELAYANI23 LAPORAN: BERJUANG AGAR TIDAK STAGNAN25 LAPORAN: TIDAK SENDIRIAN26 LAPORAN: MAU MENYENTUH DAN MERAWAT27 KESAKSIAN: SAYA BANYAK BELAJAR30 INFO: KELOR34 INFO: NOBEL KEDOKTERAN 2013 UNTUK TIGA

PENELITI TRANSPORTASI SEL37 INFO: PANDUAN WHO DEMI KESELAMATAN PASIEN

DI RUMAH SAKIT38 INFO: RENDAHNYA RASA EMPATI CALON DOKTER41 DARI SUKU KE SUKU: ORANG RIMBA

MENGHADAPI KEADAAN YANG SULIT43 TEROPONG DOA45 SANA-SINI: ANTARA IDEALISME DENGAN REALITA47 HUMORIA50 ANTAR KITA

*Foto dan gambar dari berbagai sumber

SAMARITAN Edisi 2 Tahun 2013 5

ATRIUM

Kalau ada yang bertanya, “Apa yang membuat kamu senang membaca?” - pasti, ada jawaban yang beragam. “Membaca membuat saya bisa berpetualang ke mana saja tanpa harus membuang uang banyak. Membaca membuka wawasan. Yang tadinya saya nggak tahu, jadi tahu. Membaca itu nikmat. Pengisi waktu luang yang paling menyenangkan. Daripada bengong, lebih baik membaca. Misalnya di bus atau di kereta. Saya membaca untuk mendapatkan tips-tips yang bisa langsung saya gunakan untuk bisnis saya. Dengan membaca, saya belajar banyak, tentang kehidupan, tentang diri saya sendiri. Untuk memberi 'makanan' bagi hati dan jiwa saya, saya membaca.”Jadi, manfaat membaca itu bisa berbeda-beda antara satu orang dan lainnya. Satu-satunya cara untuk mengetahui apa manfaat membaca bagi diri kita adalah dengan mencoba membaca. Kalau tidak dicoba, mana bisa tahu?

Nah, saatnya membaca Samaritan. Semoga bermanfaat.

DARIREDAKSI

Page 5: Samaritan edisi 2 tahun 2013

4

Edisi 2 Tahun 2013

Samaritan diterbitkan sebagai saranainformasi dan pembinaan bagi

mahasiswa dan tenaga medis Kristen

Penerbit:Pelayanan Medis Nasional (PMdN)

Perkantas

Pemimpin Umum:dr. Lineus Hewis, Sp.A

Redaksi:drg. Grace Lumempouw, Sp.ProsDR. dr. Lydia Pratanu Gunadi, MS

dr. Maria Irawati Simanjuntak, Sp.PD-KICdr. Eka Yudha Lantang, Sp.AN

Ir. Indrawaty Sitepu, MAdr. Elia A.B. Kuncoro

Redaksi Pelaksana:Thomas Nelson Pattiradjawane

Sekretaris Redaksi:Dra. Jacqueline Fidelia Rorimpandey

Alamat Redaksi:Jl. Pintu Air Raya No. 7 Blok C-5

Jakarta 10710Tel: 021-345 2923, Fax: 021-352 2170email: [email protected]

FB: Medis Nasional PerkantasTwitter: @MedisPerkantas

Cover & Layout:Hendri Wijayanto

Percetakan:PT. Digigrafx

Isi diluar tanggung jawab percetakan

Bagi sahabat PMdNyang rindu mendukung PMdN melalui

majalah SAMARITAN,dapan mentransfer ke

BCA, KCU. Matraman JakartaRek. 342 256 6799

a.n. Eveline Marceliana

Bukti transfer mohon dikirim melaluifax atau email dengan nama dan alamat pengirim yang lengkap

DAFTAR ISI

6 ATRIUM: MASIH ADA7 FAKTUAL: MENGUTAMAKAN

KEPENTINGAN PASIEN8 FAKTUAL: GODAAN MENDAPATKAN LEBIH BANYAK11 FAKTUAL: IDEALISME MASIH DIBUTUHKAN14 FAKTUAL: HATI-HATI TERHADAP ANCAMAN

KEMAPANAN HIDUP18 FAKTUAL: APA KATA MEREKA TENTANG DOKTER19 UNTAIAN FIRMAN: MEMBANGUN BANGSA

SECARA HOLISTIK21 LAPORAN: TETAP BERTAHAN DAN MELAYANI23 LAPORAN: BERJUANG AGAR TIDAK STAGNAN25 LAPORAN: TIDAK SENDIRIAN26 LAPORAN: MAU MENYENTUH DAN MERAWAT27 KESAKSIAN: SAYA BANYAK BELAJAR30 INFO: KELOR34 INFO: NOBEL KEDOKTERAN 2013 UNTUK TIGA

PENELITI TRANSPORTASI SEL37 INFO: PANDUAN WHO DEMI KESELAMATAN PASIEN

DI RUMAH SAKIT38 INFO: RENDAHNYA RASA EMPATI CALON DOKTER41 DARI SUKU KE SUKU: ORANG RIMBA

MENGHADAPI KEADAAN YANG SULIT43 TEROPONG DOA45 SANA-SINI: ANTARA IDEALISME DENGAN REALITA47 HUMORIA50 ANTAR KITA

*Foto dan gambar dari berbagai sumber

SAMARITAN Edisi 2 Tahun 2013 5

ATRIUM

Kalau ada yang bertanya, “Apa yang membuat kamu senang membaca?” - pasti, ada jawaban yang beragam. “Membaca membuat saya bisa berpetualang ke mana saja tanpa harus membuang uang banyak. Membaca membuka wawasan. Yang tadinya saya nggak tahu, jadi tahu. Membaca itu nikmat. Pengisi waktu luang yang paling menyenangkan. Daripada bengong, lebih baik membaca. Misalnya di bus atau di kereta. Saya membaca untuk mendapatkan tips-tips yang bisa langsung saya gunakan untuk bisnis saya. Dengan membaca, saya belajar banyak, tentang kehidupan, tentang diri saya sendiri. Untuk memberi 'makanan' bagi hati dan jiwa saya, saya membaca.”Jadi, manfaat membaca itu bisa berbeda-beda antara satu orang dan lainnya. Satu-satunya cara untuk mengetahui apa manfaat membaca bagi diri kita adalah dengan mencoba membaca. Kalau tidak dicoba, mana bisa tahu?

Nah, saatnya membaca Samaritan. Semoga bermanfaat.

DARIREDAKSI

Page 6: Samaritan edisi 2 tahun 2013

6

“Aku ingin jadi dokter, om!”jawab gadis kecil yang baru berusia 5

tahun. Jawaban seperti itu adalah jawaban yang selalu dikatakan anak-anak pada umumnya ketika berbicara tentang impiannya. Impian anak-anak tidak jauh dari kata : “Dokter”. Entahlah, apa karena tidak ada kata-kata yang lain, atau hanya karena omongan orang tuanya, atau karena ikutan teman-temannya.

Lalu, apakah sudah besar nanti mereka akan jadi dokter? Seiring dengan waktu, impian sejak kecil juga suka berubah kecuali bagi mereka yang benar-benar ingin menjadi dokter.Sekarang pertanyaannya : atas landasan apa mereka ingin menjadi dokter?

Untuk mereka yang masih murni, “ingin mengobati banyak orang, ingin memberikan pengobatan gratis kepada rakyat yang miskin”. Alasan ini mungkin hanya akan ada disebagian kecil dari orang-orang yang ingin menjadi dokter. Alasan yang sesungguhnya dalam dunia kapitalisme ini adalah : ”Dengan menjadi seorang dokter, hidup akan terjamin dan kaya” . Selain alasan itu, ada alasan seperti mendapat penghargaan yang tinggi dari masyarakat tentang pekerjaan sebagai dokter.

Pada zaman kapitalisme sekarang ini, sangat sulit menemukan dokter-dokter yang punya alasan polos seperti tercantum di atas. Saya menemukan beberapa sampel dari orang-orang sekitar yang kuliah di kedokteran. Tentu saja, tanpa menyebut nama dan universitasnya.

Sebut saja namanya si B, ketika saya bertanya : “Apakah nanti setelah jadi

dokter akan memberikan obat-obat yang relatif murah dan mudah di jangkau oleh masyarakat”? lalu B menjawab : “Kamu tahu berapa biaya pendidikan yang dikeluarkan untuk menjadi seorang dokter? Biayanya mahal dan semua itu harus balik modal”. Ini jawaban yang cukup membuat saya kaget, ketika itu.

Selanjutnya, saya juga mendengar secara lansung bagaimana teman-teman yang lagi kuliah kedokteran ada yang menyontek, ada yang dapat bocoran soal, mendekati asisten, bahkan membeli nilai dengan seharga 1,5 juta per mata kuliah jika ingin mendapat nilai A. Ketika saya bertanya ke salah seorang teman : ”Jika menyontek saat ujian, bagaimana nanti setelah jadi dokter, apakah mau gelar dokternya dengan menyontek? Lalu, teman itu menjawab: ”Kalau teori nggak d ikuasa i nggak apa-apa asa lkan prakteknya dikuasai”. Saat itu, saya kaget dan berpikir : Jika ujian teori saja menyontek bagaimana bisa menguasai praktek? Bukankah teori itu harus dikuasai juga?”.

Sampel-sampel di atas adalah beberapa fakta yang saya temui dari teman-teman - dari mereka yang ingin menjadi dokter.

Lalu, apakah ada “dokter” yang masih mempunyai idealisme? Seorang dokter yang tidak hanya punya alasan yang polos, tetapi dia merasa “kasihan” ketika ada orang yang sakit; tetapi dia harus membayar obatnya. Seorang dokter yang berharap suatu saat nanti dia akan menjadi dokter yang mengobati banyak orang tetapi orang yang datang kepadanya, tidak akan membayar sepersen pun kepadanya maupun kepada rumah sakit. Lalu pertanyaannya, adakah dokter yang seperti itu? Ada. Masih ada.

MASIHADA

SAMARITAN Edisi 2 Tahun 2013

ATRIUM FAKTUALMENGUTAMAKAN

KEPENTINGAN PASIENdr. Efraim Hutagalung

7

Apakah bisa, seorang dokter tidak punya idealisme?Tidak bisa. Karena seorang dokter (Kristen) akan kehilangan jati dirinya.

Saat dokter mewujudkan idealismenya, benturan-benturan apa yang bakal dihadapi?Diejek, dibenci, disisihkan bahkan dijatuhkan. Pernah, seorang adik binaan (mahasiswa) yang sekarang menjadi dokter spesialis - bekerja dengan tujuan menolong dan melayani orang-orang susah dan miskin. Karena itu, ia mencari RS yang melayani pasien umum dan pasien jamkesmas. Ia ingin memberikan pelayanan terbaik; melayani semua pasien dengan biaya berobat yang terjangkau. Namun, ketika bekerja di RS, ia mengalami kesulitan, benturan dan hambatan, karena pihak RS tidak bersedia menggunakan obat-obat generik, sehingga pasien umum dikenakan biaya yang mahal dan pasien jamkesmas kadang/sering dikenakan biaya tambahan dan pelayanan yang tidak optimal. Setelah bekerja beberapa lama, dan pihak RS tidak bersedia membuat perubahan-perubahan, maka ia pun mengundurkan diri.

Ada dokter yang bekerja di RS yang spiritnya berbeda - dimana kompetisi tak terkendal i dan et ika terbenam.Seorang dokter harus tetap hadir dengan idealisme dan ciri murid Kristus, meskipun berbeda spiritnya dengan RS tersebut. Saat ini, kompetisi di antara dokter sangat terasa. Merebut kedudukan, dan juga

berebut pasien. Pasien di jadikan komoditas yang diperdagangkan untuk mengejar keuntungan sebesar-besarnya. Dokter-dokter bekerjasama dengan farmasi dan mengorbankan pasien. Beberapa keadaan ini sangat merasuki RS dan dokter.Sangat sulit menemukan RS yang memiliki idealisme dan mengutamakan pasien. Etika dokter dan paramedis pupus dan dikuasai oleh keserakahan. Keadaan ini harus dicari solusinya. RS-RS saat ini membutuhkan dokter-dokter yang memiliki idealisme dan memiliki sumpah d o k t e r n y a y a n g m e n g u t a m a k a n kepentingan pasien. Nah, dokter-dokter Kristen dapat berperan dan menjawab tantangan ini.

Apa yang harus dipersiapkan mahasiwa FK untuk menjadi dokter yang idealis?Sejak dini, mahasiswa menggumulkan motivasi dan tujuan menjadi dokter. Menjadi dokter bukanlah harus kaya, meskipun kekayaan bukanlah dosa. Seorang dokter harus menyadari bahwa menjadi dokter adalah panggilan Tuhan. Untuk menjadi alat-Nya - menghadirikan kerajaan-Nya melalui profesi medis sehingga banyak pasien/orang mengalami kasih allah. Karena itu mahasiswa perlu mempersiapkan diri secara akademis dan pembinaan iman Kristen supaya menjadi dokter yang ideal dan dapat mengubah profil medis di Indonesia.

SAMARITAN Edisi 2 Tahun 2013

Page 7: Samaritan edisi 2 tahun 2013

6

“Aku ingin jadi dokter, om!”jawab gadis kecil yang baru berusia 5

tahun. Jawaban seperti itu adalah jawaban yang selalu dikatakan anak-anak pada umumnya ketika berbicara tentang impiannya. Impian anak-anak tidak jauh dari kata : “Dokter”. Entahlah, apa karena tidak ada kata-kata yang lain, atau hanya karena omongan orang tuanya, atau karena ikutan teman-temannya.

Lalu, apakah sudah besar nanti mereka akan jadi dokter? Seiring dengan waktu, impian sejak kecil juga suka berubah kecuali bagi mereka yang benar-benar ingin menjadi dokter.Sekarang pertanyaannya : atas landasan apa mereka ingin menjadi dokter?

Untuk mereka yang masih murni, “ingin mengobati banyak orang, ingin memberikan pengobatan gratis kepada rakyat yang miskin”. Alasan ini mungkin hanya akan ada disebagian kecil dari orang-orang yang ingin menjadi dokter. Alasan yang sesungguhnya dalam dunia kapitalisme ini adalah : ”Dengan menjadi seorang dokter, hidup akan terjamin dan kaya” . Selain alasan itu, ada alasan seperti mendapat penghargaan yang tinggi dari masyarakat tentang pekerjaan sebagai dokter.

Pada zaman kapitalisme sekarang ini, sangat sulit menemukan dokter-dokter yang punya alasan polos seperti tercantum di atas. Saya menemukan beberapa sampel dari orang-orang sekitar yang kuliah di kedokteran. Tentu saja, tanpa menyebut nama dan universitasnya.

Sebut saja namanya si B, ketika saya bertanya : “Apakah nanti setelah jadi

dokter akan memberikan obat-obat yang relatif murah dan mudah di jangkau oleh masyarakat”? lalu B menjawab : “Kamu tahu berapa biaya pendidikan yang dikeluarkan untuk menjadi seorang dokter? Biayanya mahal dan semua itu harus balik modal”. Ini jawaban yang cukup membuat saya kaget, ketika itu.

Selanjutnya, saya juga mendengar secara lansung bagaimana teman-teman yang lagi kuliah kedokteran ada yang menyontek, ada yang dapat bocoran soal, mendekati asisten, bahkan membeli nilai dengan seharga 1,5 juta per mata kuliah jika ingin mendapat nilai A. Ketika saya bertanya ke salah seorang teman : ”Jika menyontek saat ujian, bagaimana nanti setelah jadi dokter, apakah mau gelar dokternya dengan menyontek? Lalu, teman itu menjawab: ”Kalau teori nggak d ikuasa i nggak apa-apa asa lkan prakteknya dikuasai”. Saat itu, saya kaget dan berpikir : Jika ujian teori saja menyontek bagaimana bisa menguasai praktek? Bukankah teori itu harus dikuasai juga?”.

Sampel-sampel di atas adalah beberapa fakta yang saya temui dari teman-teman - dari mereka yang ingin menjadi dokter.

Lalu, apakah ada “dokter” yang masih mempunyai idealisme? Seorang dokter yang tidak hanya punya alasan yang polos, tetapi dia merasa “kasihan” ketika ada orang yang sakit; tetapi dia harus membayar obatnya. Seorang dokter yang berharap suatu saat nanti dia akan menjadi dokter yang mengobati banyak orang tetapi orang yang datang kepadanya, tidak akan membayar sepersen pun kepadanya maupun kepada rumah sakit. Lalu pertanyaannya, adakah dokter yang seperti itu? Ada. Masih ada.

MASIHADA

SAMARITAN Edisi 2 Tahun 2013

ATRIUM FAKTUALMENGUTAMAKAN

KEPENTINGAN PASIENdr. Efraim Hutagalung

7

Apakah bisa, seorang dokter tidak punya idealisme?Tidak bisa. Karena seorang dokter (Kristen) akan kehilangan jati dirinya.

Saat dokter mewujudkan idealismenya, benturan-benturan apa yang bakal dihadapi?Diejek, dibenci, disisihkan bahkan dijatuhkan. Pernah, seorang adik binaan (mahasiswa) yang sekarang menjadi dokter spesialis - bekerja dengan tujuan menolong dan melayani orang-orang susah dan miskin. Karena itu, ia mencari RS yang melayani pasien umum dan pasien jamkesmas. Ia ingin memberikan pelayanan terbaik; melayani semua pasien dengan biaya berobat yang terjangkau. Namun, ketika bekerja di RS, ia mengalami kesulitan, benturan dan hambatan, karena pihak RS tidak bersedia menggunakan obat-obat generik, sehingga pasien umum dikenakan biaya yang mahal dan pasien jamkesmas kadang/sering dikenakan biaya tambahan dan pelayanan yang tidak optimal. Setelah bekerja beberapa lama, dan pihak RS tidak bersedia membuat perubahan-perubahan, maka ia pun mengundurkan diri.

Ada dokter yang bekerja di RS yang spiritnya berbeda - dimana kompetisi tak terkendal i dan et ika terbenam.Seorang dokter harus tetap hadir dengan idealisme dan ciri murid Kristus, meskipun berbeda spiritnya dengan RS tersebut. Saat ini, kompetisi di antara dokter sangat terasa. Merebut kedudukan, dan juga

berebut pasien. Pasien di jadikan komoditas yang diperdagangkan untuk mengejar keuntungan sebesar-besarnya. Dokter-dokter bekerjasama dengan farmasi dan mengorbankan pasien. Beberapa keadaan ini sangat merasuki RS dan dokter.Sangat sulit menemukan RS yang memiliki idealisme dan mengutamakan pasien. Etika dokter dan paramedis pupus dan dikuasai oleh keserakahan. Keadaan ini harus dicari solusinya. RS-RS saat ini membutuhkan dokter-dokter yang memiliki idealisme dan memiliki sumpah d o k t e r n y a y a n g m e n g u t a m a k a n kepentingan pasien. Nah, dokter-dokter Kristen dapat berperan dan menjawab tantangan ini.

Apa yang harus dipersiapkan mahasiwa FK untuk menjadi dokter yang idealis?Sejak dini, mahasiswa menggumulkan motivasi dan tujuan menjadi dokter. Menjadi dokter bukanlah harus kaya, meskipun kekayaan bukanlah dosa. Seorang dokter harus menyadari bahwa menjadi dokter adalah panggilan Tuhan. Untuk menjadi alat-Nya - menghadirikan kerajaan-Nya melalui profesi medis sehingga banyak pasien/orang mengalami kasih allah. Karena itu mahasiswa perlu mempersiapkan diri secara akademis dan pembinaan iman Kristen supaya menjadi dokter yang ideal dan dapat mengubah profil medis di Indonesia.

SAMARITAN Edisi 2 Tahun 2013

Page 8: Samaritan edisi 2 tahun 2013

8

FAKTUAL GODAANMENDAPATKAN LEBIH BANYAKDr. Yusak Siahaan, Sp.S

Dokter yang Ideal itu seperti siapa sih?Secara sederhana, dokter yang

dalam menjalankan profesi dokternya selalu berdasarkan kei lmuan dan kompetensinya yang dilandasi etika kedokteran yang berlaku. Yang dimaksud berdasar keilmuan dan kompetensinya itu adalah pelayanan kesehatan yang diberikan seorang dokter tersebut selalu menurut keilmuan yang dipelajarinya baik saat sebagai seorang dokter umum maupun sampai subspesialis termasuk workshop dan fellow yang dikuti sehingga mendapat kompetensi yang diberikan baik oleh pemerintah atau institusi sesuai keilmuan yang dimilikinya.

Apa benar sumpah dokter itu sudah kehilangan makna?

Sumpah kedokteran tetap tidak kehilangan makna, tetapi masalahnya gaungnya hanya muncul sesekali saja,

misal saat kelulusan. Saat memasuki dunia p e l aya n a n ke s e h ata n a ka n s u l i t menemukan tulisan sumpah hipokrates tersebut dalam sarana sarana kesehatan maupun da lam seminar seminar kesehatan. Hal tersebut sedikit banyak menyebabkan dokter lupa akan sumpah yang sudah dilafalkan saat kelulusan dan dampaknya tentu saja berlawanan dengan isi sumpah tersebut.

Seorang dokter sering menjumpai hal-hal ideal yang ia dapatkan saat kuliah ternyata berbeda saat dia praktik...

S a a t k u l i a h d a n m e n j a l a n i kepaniteraan, semua tatalaksana suatu kasus harus sesuai dengan guidelines; sejak dari bagaimana bersikap terhadap pasien, membuat anamnesa, menentukan diagnosa sampai kepada rencana pemeriksaan dan pengobatan. Dosen maupun dokter pembimbing akan sangat tegas menyatakan kesalahan bi la mendapatkan diagnosa yang tidak berdasarkan runutan pemeriksaan yang benar serta terapi yang tidak sesuai dengan guidelines. Saat ini banyak ditemukan keluhan pasien terhadap sikap dokter. Seperti misalnya wajah yang tidak simpatik , tidak mau sabar mendengar keluhan pasien bahkan ada yang merasa “ tidak disentuh apapun” maupun pemeriksaan yang sangat “lengkap” dan tentu saja akhirnya “sangat mahal” untuk menentukan suatu diagnosa yang mungkin dapat ditegakan dengan pemeriksaan fisik dan laboratorium sederhana , seperti sewaktu manjalani kepaniteran. Demikian juga saat

SAMARITAN Edisi 2 Tahun 2013 FAKTUAL 9

pemberian terapi, pengobatan yang sederhana dan murah sudah banyak ditinggalkan karena ditakutkan tidak “segera” menyembuhkan pasien dengan implikasinya pasien tidak akan datang lagi untuk berobat. Saya melihat kondisi ini banyak terjadi bukan saja pada dokter spesialis tetapi juga terjadi pada dokter dokter yang praktek umum. Contoh yang sederhana yang saya alami sesuai keilmuan saya adalah saat seseorang dokter mendiagnosa seseorang yang datang dengan keluhan sakit kepala “tension headache”. Tension Headache adalah salah satu jenis sakit kepala yang cara mendiagnosanya hanya dengan anamnesa dan pemeriksaan fisik. Tetapi saya banyak mendapati pemeriksaan penunjang diagnosa seperti MRI, CT Scan menjadi pemeriksaan yang rutin dilakukan untuk kasus seperti itu baik oleh dokter uumum maupun spesialis, padahal saat kami kepaniteraan maupun sebagai residen sudah jelas bahwa diagnosa tersebut hanya memerlukan kesediaan waktu untuk banyak menganamnesa secara detail serta pemeriksaan fisik dan neurologi sederhana. Saya pikir hal itu juga terjadi di bagian lain, seperti misalnya pemeriksaan penunjang ataupun terapai yang berlebihan / tidak semestinya dilakukan.

Sebagai klinisi, godaan godaan apa yang dihadapi?Godaan banyak. Salah satunya adalah materi! Banyak dokter, termasuk saya tentunya, mengalami godaan untuk selalu mendapatkan lebih banyak, padahal tidak sedang kekurangan atau membutuhkan. Pandangan seorang dokter terhadap dokter yang lainnya seringkali menjadi sumber jatuhnya dokter dalam mengejar materi yang lebih. Pandangan bahwa Dokter klinisi lebih sukses daripada dosen, bekerja di RS Swasta yang besar adalah lebih sukses dibanding RS kecil , dokter spesialis dianggap lebih sukses dari dokter umum, dokter spesiali kebidanan atau kardiolog dianggap lebih sukses dari seorang dokter patologi , pandangan tersebut t idak lebih dikarenakan kesuksesan adalah “setara” dengan materi yang didapat. Hal tersebut paling tidak berdampak pada cara pandang seorang dokter da lam menja lan i praktek kedokterannya. Salah satu yang saya amati saat ini adalah semakin banyak dokter mengambil workshop , kursus, maupun fellow dengan tujuan akhir meningkatkan “harga/fee” dokter baik saat praktek poliklinik maupun prosedur atau tindakan baik yang invasif maupun non invasif. Saya menyaksikan, banyak sejawat yang mengambil tarif yang sangat tinggi untuk

Page 9: Samaritan edisi 2 tahun 2013

8

FAKTUAL GODAANMENDAPATKAN LEBIH BANYAKDr. Yusak Siahaan, Sp.S

Dokter yang Ideal itu seperti siapa sih?Secara sederhana, dokter yang

dalam menjalankan profesi dokternya selalu berdasarkan kei lmuan dan kompetensinya yang dilandasi etika kedokteran yang berlaku. Yang dimaksud berdasar keilmuan dan kompetensinya itu adalah pelayanan kesehatan yang diberikan seorang dokter tersebut selalu menurut keilmuan yang dipelajarinya baik saat sebagai seorang dokter umum maupun sampai subspesialis termasuk workshop dan fellow yang dikuti sehingga mendapat kompetensi yang diberikan baik oleh pemerintah atau institusi sesuai keilmuan yang dimilikinya.

Apa benar sumpah dokter itu sudah kehilangan makna?

Sumpah kedokteran tetap tidak kehilangan makna, tetapi masalahnya gaungnya hanya muncul sesekali saja,

misal saat kelulusan. Saat memasuki dunia p e l aya n a n ke s e h ata n a ka n s u l i t menemukan tulisan sumpah hipokrates tersebut dalam sarana sarana kesehatan maupun da lam seminar seminar kesehatan. Hal tersebut sedikit banyak menyebabkan dokter lupa akan sumpah yang sudah dilafalkan saat kelulusan dan dampaknya tentu saja berlawanan dengan isi sumpah tersebut.

Seorang dokter sering menjumpai hal-hal ideal yang ia dapatkan saat kuliah ternyata berbeda saat dia praktik...

S a a t k u l i a h d a n m e n j a l a n i kepaniteraan, semua tatalaksana suatu kasus harus sesuai dengan guidelines; sejak dari bagaimana bersikap terhadap pasien, membuat anamnesa, menentukan diagnosa sampai kepada rencana pemeriksaan dan pengobatan. Dosen maupun dokter pembimbing akan sangat tegas menyatakan kesalahan bi la mendapatkan diagnosa yang tidak berdasarkan runutan pemeriksaan yang benar serta terapi yang tidak sesuai dengan guidelines. Saat ini banyak ditemukan keluhan pasien terhadap sikap dokter. Seperti misalnya wajah yang tidak simpatik , tidak mau sabar mendengar keluhan pasien bahkan ada yang merasa “ tidak disentuh apapun” maupun pemeriksaan yang sangat “lengkap” dan tentu saja akhirnya “sangat mahal” untuk menentukan suatu diagnosa yang mungkin dapat ditegakan dengan pemeriksaan fisik dan laboratorium sederhana , seperti sewaktu manjalani kepaniteran. Demikian juga saat

SAMARITAN Edisi 2 Tahun 2013 FAKTUAL 9

pemberian terapi, pengobatan yang sederhana dan murah sudah banyak ditinggalkan karena ditakutkan tidak “segera” menyembuhkan pasien dengan implikasinya pasien tidak akan datang lagi untuk berobat. Saya melihat kondisi ini banyak terjadi bukan saja pada dokter spesialis tetapi juga terjadi pada dokter dokter yang praktek umum. Contoh yang sederhana yang saya alami sesuai keilmuan saya adalah saat seseorang dokter mendiagnosa seseorang yang datang dengan keluhan sakit kepala “tension headache”. Tension Headache adalah salah satu jenis sakit kepala yang cara mendiagnosanya hanya dengan anamnesa dan pemeriksaan fisik. Tetapi saya banyak mendapati pemeriksaan penunjang diagnosa seperti MRI, CT Scan menjadi pemeriksaan yang rutin dilakukan untuk kasus seperti itu baik oleh dokter uumum maupun spesialis, padahal saat kami kepaniteraan maupun sebagai residen sudah jelas bahwa diagnosa tersebut hanya memerlukan kesediaan waktu untuk banyak menganamnesa secara detail serta pemeriksaan fisik dan neurologi sederhana. Saya pikir hal itu juga terjadi di bagian lain, seperti misalnya pemeriksaan penunjang ataupun terapai yang berlebihan / tidak semestinya dilakukan.

Sebagai klinisi, godaan godaan apa yang dihadapi?Godaan banyak. Salah satunya adalah materi! Banyak dokter, termasuk saya tentunya, mengalami godaan untuk selalu mendapatkan lebih banyak, padahal tidak sedang kekurangan atau membutuhkan. Pandangan seorang dokter terhadap dokter yang lainnya seringkali menjadi sumber jatuhnya dokter dalam mengejar materi yang lebih. Pandangan bahwa Dokter klinisi lebih sukses daripada dosen, bekerja di RS Swasta yang besar adalah lebih sukses dibanding RS kecil , dokter spesialis dianggap lebih sukses dari dokter umum, dokter spesiali kebidanan atau kardiolog dianggap lebih sukses dari seorang dokter patologi , pandangan tersebut t idak lebih dikarenakan kesuksesan adalah “setara” dengan materi yang didapat. Hal tersebut paling tidak berdampak pada cara pandang seorang dokter da lam menja lan i praktek kedokterannya. Salah satu yang saya amati saat ini adalah semakin banyak dokter mengambil workshop , kursus, maupun fellow dengan tujuan akhir meningkatkan “harga/fee” dokter baik saat praktek poliklinik maupun prosedur atau tindakan baik yang invasif maupun non invasif. Saya menyaksikan, banyak sejawat yang mengambil tarif yang sangat tinggi untuk

Page 10: Samaritan edisi 2 tahun 2013

10

FAKTUALsuatu prosedur yang tidak kompleks ataupun menambahkan “fee” tambahan untuk suatu prosedur yang sederhana. Godaan materi tersebut juga mendorong gaya hidup yang berbeda dari saat memasuki dunia kedokteran. Ini tidak bisa dipungkiri terjadi bukan saja terjadi pada dokter di kota besar tetapi juga pada kota kecil.

Bagaimana seorang dokter memelihara idealismenya?

Satu satu cara adalah keintiman hidup dengan Yesus. Keintiman dengan Tuhan akan selalu mengingatkan kita untuk selalu memuliakan Dia dan menjadikan pelayanan kesehatan yang kita lakukan adalah melayani Dia. Keintiman dengan Tuhan akan selalu mengingatkan kita bahwa pasien adalah obyek penyataan kasih Allah dan kita adalah saluran penyataan kasih Allah tersebut, sehingga dengan demikian pasien pasien kita selalu menjadi utama dalam pelayanan kesehatan kita.Kesadaran yang konsisten akan hal tersebut akan nampak dari perilaku kita yang selalu memberikan keilmuan terbaik dan etika yang benar dalam mengobati pasien-pasien kita.

dr. Yusak Sp.S Neurolog di Silioam Hospital Karawaci

Dosen di FK UPH Karawaci.

SAMARITAN Edisi 2 Tahun 2013 11FAKTUAL

Apa itu Idealis ?Menurut saya, idealisme adalah

suatu keyakinan atas suatu hal yang dianggap benar dan sesuai kaidah oleh individu yang bersangkutan dengan bersumber dari belief, pengalaman, pendidikan, kultur budaya dan kebiasaan. Idealisme tumbuh secara perlahan dalam jiwa seseorang, dan termanifestasikan dalam bentuk perilaku, sikap, ide ataupun cara berpikir. Sementara, realisme berlawanan dengan idealisme. Realisme itu suatu sikap/pola pikir yang mengikuti arus. Seseorang atau Individu yang realistis cenderung bersikap mengikut i l ingkungannya dengan mengabaikan beberapa/semua nilai kebenaran yang dia yakini. Sama dengan idealisme, realisme tumbuh secara perlahan dalam j iwa dan pikiran

FAKTUALIDEALISMEMASIH DIBUTUHKAN

Helena Ullyartha, SKM, M.Biomed

seseorang. Idealisme masih dibutuhkan sampai sekarang karena saat ini telah terjadi erosi idealisme.

Hal-hal apa yang membuat seseorang [terutama dokter] kehilangan idealisme?

Seyogianya semakin seorang memiliki tingkat edukasi yang tinggi, semakin bertambahlah idealisme, namun itu tidak menjadi ukuran atau formula yang serta merta mengukur ke-idealisan seseorang. Di Indonesia khususnya, idealisme adalah suatu yang “tidak membanggakan” atau “langka”. Erosi idealisme sudah melanda seluruh nadi bangsa ini dan menjadi “sistemik”. Orang yang idealis dianggap penghalang, menyusahkan dir i atau “bodoh”. Seseorang dapat kehilangan idealisme kalau “dibedah” bermula dari satu; belief yang selanjutnya mempengaruhi culture atau kebiasaan. Belief seseorang baik itu akan panggilan hidupnya ataupun ekspektasi dalam pekerjaannya akan mempengaruhi keluaran dalam hal ini p e r i l a ku nya . Ya n g ke d u a a d a l a h

Page 11: Samaritan edisi 2 tahun 2013

10

FAKTUALsuatu prosedur yang tidak kompleks ataupun menambahkan “fee” tambahan untuk suatu prosedur yang sederhana. Godaan materi tersebut juga mendorong gaya hidup yang berbeda dari saat memasuki dunia kedokteran. Ini tidak bisa dipungkiri terjadi bukan saja terjadi pada dokter di kota besar tetapi juga pada kota kecil.

Bagaimana seorang dokter memelihara idealismenya?

Satu satu cara adalah keintiman hidup dengan Yesus. Keintiman dengan Tuhan akan selalu mengingatkan kita untuk selalu memuliakan Dia dan menjadikan pelayanan kesehatan yang kita lakukan adalah melayani Dia. Keintiman dengan Tuhan akan selalu mengingatkan kita bahwa pasien adalah obyek penyataan kasih Allah dan kita adalah saluran penyataan kasih Allah tersebut, sehingga dengan demikian pasien pasien kita selalu menjadi utama dalam pelayanan kesehatan kita.Kesadaran yang konsisten akan hal tersebut akan nampak dari perilaku kita yang selalu memberikan keilmuan terbaik dan etika yang benar dalam mengobati pasien-pasien kita.

dr. Yusak Sp.S Neurolog di Silioam Hospital Karawaci

Dosen di FK UPH Karawaci.

SAMARITAN Edisi 2 Tahun 2013 11FAKTUAL

Apa itu Idealis ?Menurut saya, idealisme adalah

suatu keyakinan atas suatu hal yang dianggap benar dan sesuai kaidah oleh individu yang bersangkutan dengan bersumber dari belief, pengalaman, pendidikan, kultur budaya dan kebiasaan. Idealisme tumbuh secara perlahan dalam jiwa seseorang, dan termanifestasikan dalam bentuk perilaku, sikap, ide ataupun cara berpikir. Sementara, realisme berlawanan dengan idealisme. Realisme itu suatu sikap/pola pikir yang mengikuti arus. Seseorang atau Individu yang realistis cenderung bersikap mengikut i l ingkungannya dengan mengabaikan beberapa/semua nilai kebenaran yang dia yakini. Sama dengan idealisme, realisme tumbuh secara perlahan dalam j iwa dan pikiran

FAKTUALIDEALISMEMASIH DIBUTUHKAN

Helena Ullyartha, SKM, M.Biomed

seseorang. Idealisme masih dibutuhkan sampai sekarang karena saat ini telah terjadi erosi idealisme.

Hal-hal apa yang membuat seseorang [terutama dokter] kehilangan idealisme?

Seyogianya semakin seorang memiliki tingkat edukasi yang tinggi, semakin bertambahlah idealisme, namun itu tidak menjadi ukuran atau formula yang serta merta mengukur ke-idealisan seseorang. Di Indonesia khususnya, idealisme adalah suatu yang “tidak membanggakan” atau “langka”. Erosi idealisme sudah melanda seluruh nadi bangsa ini dan menjadi “sistemik”. Orang yang idealis dianggap penghalang, menyusahkan dir i atau “bodoh”. Seseorang dapat kehilangan idealisme kalau “dibedah” bermula dari satu; belief yang selanjutnya mempengaruhi culture atau kebiasaan. Belief seseorang baik itu akan panggilan hidupnya ataupun ekspektasi dalam pekerjaannya akan mempengaruhi keluaran dalam hal ini p e r i l a ku nya . Ya n g ke d u a a d a l a h

Page 12: Samaritan edisi 2 tahun 2013

12

konsekuensi/akibat yang diperoleh dari mewujudkan idealisme. Sebagai contoh beberapa pemimpin besar dunia: Mother Teressa, Mahatma Gandhi, Aung San Suu Kyi, Soekarno, Julius Caesar, Socrates dan lainnya yang penuh dengan idealisme-idealismenya walaupun kadang hal itu menjadi faktor utama berakhirnya hidup mereka. Saya ingat kakak PA saya satu kali mengeluarkan statement seperti ini, “seorang murid bisa teruji kemuridannya kalau sudah melewati minimal sepuluh tahun. Hal tersebut kerap terngiang di dalam pikiran saya sambil kawatir j a n g a n – j a n g a n s a y a t i d a k b i s a melewatinya. Hal itu kelihatan sederhana namun tersimpan makna “ketekunan”. Sederhana saja, seseorang bisa tidak mewujudkan idealismenya karena ingin memperoleh sesuatu dengan cepat tanpa melewati suatu sesuai kaidah yang seharusnya. Seseorang yang mengerti panggilan hidupnya akan berupaya mewujudkan idea l i smenya tanpa dipengaruhi pandangan orang–orang realisme.

Seberapa besar/kuatnya pengaruh l ingkungan saat seseorang ingin

mewujudkan idealismenya? Seorang yang benar – benar idealis

tidak akan dipengaruhi oleh lingkungan dalam mewujudkan sikapnya, karena idealisme tumbuh secara perlahan dan bukan instan. Karena dibalik suatu manifestasi perilaku yang bersifat idealis tadi harus ada konsekuensi yaitu a cce pta n ce a ta u i g n o r a n ce d a r i lingkungannya. Apalagi kita hidup dan dikelilingi oleh “iklan” yang menguatkan ketamakan dan menggiurkan setiap selera. Kita “diajar” untuk memakai benda - benda duniawi sebagai simbol status dan bukan sebagai barang yang berguna. Dengan kata lain kita didorong untuk memiliki barang karena bisa menempatkan kita lebih tinggi dalam pandangan orang di sekitar kita.Contoh seorang yang idealis, tentu saja bersebarangan dengan orang yang “realisme”, contohnya pemimpin besar di Asia seperti Soekarno dan Aung San Suu Kyi, idelisme yang terukir dalam diri mereka tidak akan dilunturkan dengan lingkungannya walaupun mengancam jiwa mereka. Contoh dalam Alkitab, seperti Daniel dan Nehemia.

Dalam struktural, bagaimana strategi/ langkah-langkah kongkrit yang bisa

SAMARITAN Edisi 2 Tahun 2013 13FAKTUAL

dilakukan seseorang saat dia ingin mewujudkan idealismenya?

Bagi saya, dimana saja, tidak hanya di struktural. Yang pertama harus kita lakukan “ pahami panggilan kita bekerja dan pegang teguh etika kristen dalam bekerja, selanjutnya kenali lingkungan kerja anda, “etos kerja/etik”. Wujudkan idealisme berdasarkan etika dan dengan suatu ketekunan, dan tentu saja dengan pertolongan Tuhan. Menjadi sama akan sangat mudah namun menjadi “berbeda” memungkinkan diri kita mengalami hal yang berbahaya, misal soal integritas, seperti yang dialami Nehemia. Kemudian yang harus disadari adalah konsekuensi yang mungkin akan kita terima, seperti Yesus berfirman Jikalau dunia membenci kamu, ingatlah bahwa ia telah lebih dahulu membenci Aku dari pada kamu. (15:18). Maknanya, selain kasih, satu ciri lain dari Kekristenan adalah penderitaan atau “bayar harga”. Dunia tidak mungkin “menyenangi” kita karena itu telah dikatakan oleh Yesus. Hal ini bukan berarti semua memusuhi kita namun lebih bermakna karena ketaatan kita dan sikap moral yang berberda membuat dunia yang “realis” itu terusik akan berbedanya kita.Ketekunan atau ketaatan membuat kita menyadari penyertaan dan meyakini panggilan kita atau bila tidak akan berakhir dengan suatu alasan klasik yaitu kemapanan hidup yang menjadi ukuran keberhasilan “dunia” atau tidak siap menerima konsekuensinya. Tidak ada rumus yang praktis untuk mewujudkan keidealismean kecuali kita mencoba untuk menjalankan, belajar dan menyadari dengan tepat konsekuensinya.Sebagai mahluk bermoral, orang Kristen merujuk pada norma yang berbeda dari

norma non-Kristen. Sebagai anggota gereja, ia tunduk pada berbagai peraturan dan kewajiban yang diabaikan oleh orang non Kristen. Sebagai mahluk spiritual , melalui doa dan perenungkan ia berusaha menggapai dimensi hidup yang tidak pernah dialami orang non Kristen. Namun saat ini , banyak yang berpendapat orang Kristen modern telah tunduk pada sekularisasi . Ia menerina agama-moralitasnya, penyembahannya, budaya spiritualnya tetapi menolak hidup wawasan yang religius, yaitu meletakkan semua isu duniawi di dalam konteks kekekalan, yang menghubungkan segala persoalan manusia dengan landasan – landasan doktinal iman kristen dan melihatnya di bawah terang supremasi Allah dan kefanaan dunia. Mandat yang kita terima adalah menjadi garam dan terang di dunia ini. Soli deo gloria

Helena Ullyartha,SKM, M.BiomedAlumni FKM USU ( S1) & Alumni FK Universitas Indonesia ( S2) Biomedis.

Bekerja Subdit Filarisis & Kecacingan Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit

dan Penyehatan Lingkungan,Kementerian Kesehatan RI.

Page 13: Samaritan edisi 2 tahun 2013

12

konsekuensi/akibat yang diperoleh dari mewujudkan idealisme. Sebagai contoh beberapa pemimpin besar dunia: Mother Teressa, Mahatma Gandhi, Aung San Suu Kyi, Soekarno, Julius Caesar, Socrates dan lainnya yang penuh dengan idealisme-idealismenya walaupun kadang hal itu menjadi faktor utama berakhirnya hidup mereka. Saya ingat kakak PA saya satu kali mengeluarkan statement seperti ini, “seorang murid bisa teruji kemuridannya kalau sudah melewati minimal sepuluh tahun. Hal tersebut kerap terngiang di dalam pikiran saya sambil kawatir j a n g a n – j a n g a n s a y a t i d a k b i s a melewatinya. Hal itu kelihatan sederhana namun tersimpan makna “ketekunan”. Sederhana saja, seseorang bisa tidak mewujudkan idealismenya karena ingin memperoleh sesuatu dengan cepat tanpa melewati suatu sesuai kaidah yang seharusnya. Seseorang yang mengerti panggilan hidupnya akan berupaya mewujudkan idea l i smenya tanpa dipengaruhi pandangan orang–orang realisme.

Seberapa besar/kuatnya pengaruh l ingkungan saat seseorang ingin

mewujudkan idealismenya? Seorang yang benar – benar idealis

tidak akan dipengaruhi oleh lingkungan dalam mewujudkan sikapnya, karena idealisme tumbuh secara perlahan dan bukan instan. Karena dibalik suatu manifestasi perilaku yang bersifat idealis tadi harus ada konsekuensi yaitu a cce pta n ce a ta u i g n o r a n ce d a r i lingkungannya. Apalagi kita hidup dan dikelilingi oleh “iklan” yang menguatkan ketamakan dan menggiurkan setiap selera. Kita “diajar” untuk memakai benda - benda duniawi sebagai simbol status dan bukan sebagai barang yang berguna. Dengan kata lain kita didorong untuk memiliki barang karena bisa menempatkan kita lebih tinggi dalam pandangan orang di sekitar kita.Contoh seorang yang idealis, tentu saja bersebarangan dengan orang yang “realisme”, contohnya pemimpin besar di Asia seperti Soekarno dan Aung San Suu Kyi, idelisme yang terukir dalam diri mereka tidak akan dilunturkan dengan lingkungannya walaupun mengancam jiwa mereka. Contoh dalam Alkitab, seperti Daniel dan Nehemia.

Dalam struktural, bagaimana strategi/ langkah-langkah kongkrit yang bisa

SAMARITAN Edisi 2 Tahun 2013 13FAKTUAL

dilakukan seseorang saat dia ingin mewujudkan idealismenya?

Bagi saya, dimana saja, tidak hanya di struktural. Yang pertama harus kita lakukan “ pahami panggilan kita bekerja dan pegang teguh etika kristen dalam bekerja, selanjutnya kenali lingkungan kerja anda, “etos kerja/etik”. Wujudkan idealisme berdasarkan etika dan dengan suatu ketekunan, dan tentu saja dengan pertolongan Tuhan. Menjadi sama akan sangat mudah namun menjadi “berbeda” memungkinkan diri kita mengalami hal yang berbahaya, misal soal integritas, seperti yang dialami Nehemia. Kemudian yang harus disadari adalah konsekuensi yang mungkin akan kita terima, seperti Yesus berfirman Jikalau dunia membenci kamu, ingatlah bahwa ia telah lebih dahulu membenci Aku dari pada kamu. (15:18). Maknanya, selain kasih, satu ciri lain dari Kekristenan adalah penderitaan atau “bayar harga”. Dunia tidak mungkin “menyenangi” kita karena itu telah dikatakan oleh Yesus. Hal ini bukan berarti semua memusuhi kita namun lebih bermakna karena ketaatan kita dan sikap moral yang berberda membuat dunia yang “realis” itu terusik akan berbedanya kita.Ketekunan atau ketaatan membuat kita menyadari penyertaan dan meyakini panggilan kita atau bila tidak akan berakhir dengan suatu alasan klasik yaitu kemapanan hidup yang menjadi ukuran keberhasilan “dunia” atau tidak siap menerima konsekuensinya. Tidak ada rumus yang praktis untuk mewujudkan keidealismean kecuali kita mencoba untuk menjalankan, belajar dan menyadari dengan tepat konsekuensinya.Sebagai mahluk bermoral, orang Kristen merujuk pada norma yang berbeda dari

norma non-Kristen. Sebagai anggota gereja, ia tunduk pada berbagai peraturan dan kewajiban yang diabaikan oleh orang non Kristen. Sebagai mahluk spiritual , melalui doa dan perenungkan ia berusaha menggapai dimensi hidup yang tidak pernah dialami orang non Kristen. Namun saat ini , banyak yang berpendapat orang Kristen modern telah tunduk pada sekularisasi . Ia menerina agama-moralitasnya, penyembahannya, budaya spiritualnya tetapi menolak hidup wawasan yang religius, yaitu meletakkan semua isu duniawi di dalam konteks kekekalan, yang menghubungkan segala persoalan manusia dengan landasan – landasan doktinal iman kristen dan melihatnya di bawah terang supremasi Allah dan kefanaan dunia. Mandat yang kita terima adalah menjadi garam dan terang di dunia ini. Soli deo gloria

Helena Ullyartha,SKM, M.BiomedAlumni FKM USU ( S1) & Alumni FK Universitas Indonesia ( S2) Biomedis.

Bekerja Subdit Filarisis & Kecacingan Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit

dan Penyehatan Lingkungan,Kementerian Kesehatan RI.

Page 14: Samaritan edisi 2 tahun 2013

14

FAKTUAL HATI-HATI TERHADAP ANCAMANKEMAPANAN HIDUPdr. Dodi Hendradi, SpOG

hampir tidak menggubrisnya. Belakangan diketahui bahwa ia berkomunikasi dengan banyak orang, yang bahkan belum dikenalnya. Bagi kami hal ini amat tidak baik bagi keluarga kami karena dapat mengundang orang jahat ke dalam rumah kami. Akibatnya, pembantu ini kami tidak perpanjang lagi karir kerjanya.

Tidak dipungkiri bahwa saat ini kita berada dalam pusaran budaya yang amat memanjakan konsumen. Produk-produk industri diarahkan kepada kemudahan, efisiensi, murah, dan popular. Pembantu saya dapat menggunakan HP nya karena saat ini harga HP amat terjangkau dengan kualitas baik. Operator seluler pun menawarkan program-program pulsa murah, bahkan ada yang gratis bila dilakukan dengan cara dan waktu tertentu. Pada waktu sekitar tahun 2000-an, ketika HP baru mulai popular, sungguh amat mahal menggunakan HP. Bahkan orang yang ditelpon pun kena biaya rooming.

ernah, kami memiliki seorang pembantu rumah tangga yang amat Pgemar menggunakan handphone.

Ia selalu membawa HP-nya kemana-mana dan melakukan percakapan melalui HP bahkan ketika sedang bekerja. Saat ia datang pertama kali, ia memiliki eksema di kedua tungkainya yang parah, berbau dan amat kotor. Kami kaget melihatnya, tetapi karena kami mengasihinya maka kami memberikan obat dan membawanya ke dokter spesialis kulit sehingga ia sembuh. Penyakit ini sudah dideritanya bertahun-tahun. Acapkali ia bekerja dengan tuan yang baru maka ia akan segera dikeluarkan, mungkin karena penyakitnya atau sifatnya yang senang main HP.

K a m i p u n j e n g k e l d e n g a n kegemarannya main HP, tetapi kami menyadari bahwa mungkin HP itulah satu-satunya penghiburannya. Kami hanya m e n g i n g a t k a n n y a u n t u k t i d a k menggunakan HP saat kerja tetapi ia

SAMARITAN Edisi 2 Tahun 2013 15FAKTUAL

Saat ini, generasi muda (dan tua) dibombardir dengan kemanjaan dan akses kemudahan. Kita hidup dalam kebudayaan yang serba dimanjakan, instan, dan tidak ada tempat bagi penderitaan. Kita juga akan mudah mengeluh bila harus menunggu antrian lama di supermarket, pindah kerja karena gaji kecil, ataupun mudah complain ke toko atau kantor bila dikecewakan. Pokoknya, dunia saat ini menuntut kesempurnaan provider terhadap konsumen, yaitu kita. Konsumen (kita) tidak bisa mentolelir kealpaan atau kesulitan yang menimpa bila diperlakukan tidak baik. Budaya kita tidak mengenal penderitaan sebagai wacana yang menarik.

Tentu saja, t imbulnya budaya hedonistik saat ini tidak terlepas dari perilaku kita (orang tua) yang memuja kenyamanan. Mungkin generasi usia 40 – 50 tahunan sekarang dibesarkan dalam 'kesulitan' hidup yang lebih sulit dari generasi sekarang (usia 20 – 30 tahunan). Kita teringat saat kita harus menggunakan mesik ketik tradisional, computer WS, naik bis kota, tinggal di kos-kosan sederhana, menggunakan 'pager' atau telpon umum, masih menulis surat/ kartu pos, dan semua kegiatan yang tidak terbayangkan oleh generasi sekarang. Di dalam segala kesulitan itulah kita tumbuh dan menjadi seperti sekarang ini. Sadar atau tidak sadar, kita tidak mau generasi penerus kita (anak-anak kita) merasakan kesulitan yang kita rasakan dulu. Kita cenderung melindungi mereka; mengantar sekolah dengan mobil pribadi, membelikan ponsel terbaru, memberi makanan yang baik, mencarikan kos yang baik, bahkan mengajak mereka meneladani kehidupan kita yang 'sukses', belajar di sekolah-sekolah swasta yang

mahal. Akibatnya, keseharian anak-anak k i ta s e n a nt i a s a b e rga u l d e n ga n kemewahan dan kekayaan.

Akibatnya, kesuksesan materi yang kita nikmati justru menjadi bumerang bagi generasi sekarang, Mereka hidup dalam kenyamanan yang terus-menerus. Industri pun memanjakan dengan teknologi yang makin hebat dan murah. Ponsel yang sekarang amat canggih, dalam beberapa bulan berubah menjadi barang bekas. Tidak ada kepuasan yang permanen; kepuasan hanya dapat dicapai dengan peningkatan kepuasan. Salah satu film Box Office yang menunjukkan hal ini adalah The Hunter Game, yang menggambarkan ketegangan penonton yang melihat orang diburu untuk dibunuh. Pembunuhan dianggap sebagai tontonan yang menegangkan dan meningkatkan kepuasan. Dari hari ke hari tingkat kepuasan harus ditingkatkan. Kepuasan yang lalu tidak lagi memuaskan sehingga perlu ditambah lagi. Mungkin pada suatu titik nanti, ketika kehidupan sudah amat baik, justru akan terjadi kebosanan terhadap kemapanan. Bisa jadi beberapa generasi yang akan datang akan diisi dengan generasi posmo ala Indonesia.

Page 15: Samaritan edisi 2 tahun 2013

14

FAKTUAL HATI-HATI TERHADAP ANCAMANKEMAPANAN HIDUPdr. Dodi Hendradi, SpOG

hampir tidak menggubrisnya. Belakangan diketahui bahwa ia berkomunikasi dengan banyak orang, yang bahkan belum dikenalnya. Bagi kami hal ini amat tidak baik bagi keluarga kami karena dapat mengundang orang jahat ke dalam rumah kami. Akibatnya, pembantu ini kami tidak perpanjang lagi karir kerjanya.

Tidak dipungkiri bahwa saat ini kita berada dalam pusaran budaya yang amat memanjakan konsumen. Produk-produk industri diarahkan kepada kemudahan, efisiensi, murah, dan popular. Pembantu saya dapat menggunakan HP nya karena saat ini harga HP amat terjangkau dengan kualitas baik. Operator seluler pun menawarkan program-program pulsa murah, bahkan ada yang gratis bila dilakukan dengan cara dan waktu tertentu. Pada waktu sekitar tahun 2000-an, ketika HP baru mulai popular, sungguh amat mahal menggunakan HP. Bahkan orang yang ditelpon pun kena biaya rooming.

ernah, kami memiliki seorang pembantu rumah tangga yang amat Pgemar menggunakan handphone.

Ia selalu membawa HP-nya kemana-mana dan melakukan percakapan melalui HP bahkan ketika sedang bekerja. Saat ia datang pertama kali, ia memiliki eksema di kedua tungkainya yang parah, berbau dan amat kotor. Kami kaget melihatnya, tetapi karena kami mengasihinya maka kami memberikan obat dan membawanya ke dokter spesialis kulit sehingga ia sembuh. Penyakit ini sudah dideritanya bertahun-tahun. Acapkali ia bekerja dengan tuan yang baru maka ia akan segera dikeluarkan, mungkin karena penyakitnya atau sifatnya yang senang main HP.

K a m i p u n j e n g k e l d e n g a n kegemarannya main HP, tetapi kami menyadari bahwa mungkin HP itulah satu-satunya penghiburannya. Kami hanya m e n g i n g a t k a n n y a u n t u k t i d a k menggunakan HP saat kerja tetapi ia

SAMARITAN Edisi 2 Tahun 2013 15FAKTUAL

Saat ini, generasi muda (dan tua) dibombardir dengan kemanjaan dan akses kemudahan. Kita hidup dalam kebudayaan yang serba dimanjakan, instan, dan tidak ada tempat bagi penderitaan. Kita juga akan mudah mengeluh bila harus menunggu antrian lama di supermarket, pindah kerja karena gaji kecil, ataupun mudah complain ke toko atau kantor bila dikecewakan. Pokoknya, dunia saat ini menuntut kesempurnaan provider terhadap konsumen, yaitu kita. Konsumen (kita) tidak bisa mentolelir kealpaan atau kesulitan yang menimpa bila diperlakukan tidak baik. Budaya kita tidak mengenal penderitaan sebagai wacana yang menarik.

Tentu saja, t imbulnya budaya hedonistik saat ini tidak terlepas dari perilaku kita (orang tua) yang memuja kenyamanan. Mungkin generasi usia 40 – 50 tahunan sekarang dibesarkan dalam 'kesulitan' hidup yang lebih sulit dari generasi sekarang (usia 20 – 30 tahunan). Kita teringat saat kita harus menggunakan mesik ketik tradisional, computer WS, naik bis kota, tinggal di kos-kosan sederhana, menggunakan 'pager' atau telpon umum, masih menulis surat/ kartu pos, dan semua kegiatan yang tidak terbayangkan oleh generasi sekarang. Di dalam segala kesulitan itulah kita tumbuh dan menjadi seperti sekarang ini. Sadar atau tidak sadar, kita tidak mau generasi penerus kita (anak-anak kita) merasakan kesulitan yang kita rasakan dulu. Kita cenderung melindungi mereka; mengantar sekolah dengan mobil pribadi, membelikan ponsel terbaru, memberi makanan yang baik, mencarikan kos yang baik, bahkan mengajak mereka meneladani kehidupan kita yang 'sukses', belajar di sekolah-sekolah swasta yang

mahal. Akibatnya, keseharian anak-anak k i ta s e n a nt i a s a b e rga u l d e n ga n kemewahan dan kekayaan.

Akibatnya, kesuksesan materi yang kita nikmati justru menjadi bumerang bagi generasi sekarang, Mereka hidup dalam kenyamanan yang terus-menerus. Industri pun memanjakan dengan teknologi yang makin hebat dan murah. Ponsel yang sekarang amat canggih, dalam beberapa bulan berubah menjadi barang bekas. Tidak ada kepuasan yang permanen; kepuasan hanya dapat dicapai dengan peningkatan kepuasan. Salah satu film Box Office yang menunjukkan hal ini adalah The Hunter Game, yang menggambarkan ketegangan penonton yang melihat orang diburu untuk dibunuh. Pembunuhan dianggap sebagai tontonan yang menegangkan dan meningkatkan kepuasan. Dari hari ke hari tingkat kepuasan harus ditingkatkan. Kepuasan yang lalu tidak lagi memuaskan sehingga perlu ditambah lagi. Mungkin pada suatu titik nanti, ketika kehidupan sudah amat baik, justru akan terjadi kebosanan terhadap kemapanan. Bisa jadi beberapa generasi yang akan datang akan diisi dengan generasi posmo ala Indonesia.

Page 16: Samaritan edisi 2 tahun 2013

16

Orang justru kembali kepada hal-hal tradisional.

Para dokter muda yang lulus pada dekade ini tentulah anak-anak kita; generasi yang mewarisi perilaku kita. Mereka memiliki akses yang luar biasa terhadap 'kemungkinan' masa depan mereka. Mereka mempunyai akses teknologi informasi yang mumpuni. M e re ka j u ga te r ko n e ks i d e n ga n pendidikan-pendidikan spesialistis atau lanjutan lain, baik di dalam maupun luar negeri. Mereka memiliki orang tua yang sanggup membayari pendidikan lanjutan mereka. Mereka juga memiliki IQ yang lebih baik dari generasi mereka. Mereka memiliki pilihan berkarir pasca sekolah kedokteran yang lebih luas: mau mengabdi sebagai dokter puskesmas, langsung spesialisasi, praktek bersama, ataupun masuk ke perusahaan farmasi atau sejenisnya. Tidak ada lagi keharusan mengikuti PTT seperti era 20 tahun yang lalu.

Ya, memang kita harus terus mencermati perkembangan kebudayaan kita sekarang dan di masa depan. Ingat, kekristenan di Barat hancur lebur karena kemapanan hidup, bukan karena penderitaan. Tidak aneh lagi di Negara-negara Barat, anak-anak muda berani menyatakan keatheisan mereka. Mereka tidak perduli dengan Tuhan atau agama. Hidup lebih diarahkan pada kefanaan. Jangan sampai kita menuju pada kebudayaan tersebut.

Apa yang harus kita lakukan? Pertama-tama kita harus mengurangi kadar kepuasan kita. Kita perlu belajar mencukupkan diri dalam segala hal. Bukan berarti kita hanya makan tahu tempe atau pakai baju bekas, tetapi menyatakan cukup

bagi apa yang sudah kita punya. Ambisi-ambisi yang mengarah pada pemuasan hawa nafsu pribadi (kepemilikan) harus dialihkan pada kegiatan-kegiatan publik yang bermanfaat bagi masyarakat. Kita perlu mengurangi jam praktek agar anak-anak kita tahu bahwa kebersamaan keluarga amat penting. Kita mungkin perlu memberikan diskon khusus bagi pasien tidak mampu. Hasrat kita untuk membeli mobil mewah sebaiknya dipertimbangkan untuk membeli mobil yang fungsional. Gairah untuk memiliki ponsel terbaru pun sebaiknya dihentikan. Yakinlah bahwa ponsel kita saat ini masih dapat dipakai sampai 5 tahun ke depan, sehingga kita tidak perlu terus-menerus mengikuti perkembangan ponsel.

Hal kedua yang juga penting adalah belajar menerima 'penderitaan' sebagai bagian dari pendidikan kesabaran kita. Kita tidak perlu memaki-maki pelayan hotel bila kita kecewa dengan pelayanan hotel. Kita harus belajar memaafkan pengendara s e p e d a m o t o r y a n g m u n g k i n menyerempet mobil kita. Kita tidak mudah gonta-ganti pembantu rumah tangga hanya karena merasa tidak cocok atau tidak puas. Kita juga tidak perlu mencela pendeta yang kotbahnya ngalor-ngidul, atau pindah gereja hanya karena bosan dengan gereja lama. Kita tidak perlu mempunyai tempat parkir khusus di rumah sakit, dan bersyukur bila mendapat tempat parkir yang jauh. Anak-anak juga perlu bergaul dengan anak-anak Indonesia kebanyakan, di sekolah negeri atau sekolah minggu. Mereka juga perlu naik angkutan umum sesekali agar memahami kenyataan hidup di Indonesia. Mereka juga perlu menghemat pemakaian pulsa telpon dan tidak perlu mengganti ponsel lama bila

SAMARITAN Edisi 2 Tahun 2013 FAKTUAL 17

tidak rusak. Pada dasarnya, kita perlu menghadirkan 'penderitaan' dalam kehidupan anak-anak kita.

Hal ketiga adalah pentingnya mengerti panggilan Tuhan dalam misi hidup kita. Anak-anak kita (dokter generasi sekarang) perlu memahami bahwa pemaksimalan talenta yang Tuhan berikan adalah 'Passion' dalam pekerjaan kita. Hati nurani kita perlu menangkap esensi pekerjaan kita sebagai dokter, yaitu menghadirkan kesembuhan bagi pasien dalam berbagai aspek. Profesi dokter adalah mulia bilamana kita menghadirkan semangat Kristus melayani pasien. Oleh karena itu, keberhasilan profesi kita tidak ditentukan oleh keberadaan fisik semata, tetapi lebih pada bagaimana kita mengasah talenta tersebut sebaik-baiknya. Masyarakat akan menghargai kita saat kita benar-benar ahli di bidang kita, tetapi akan mencemooh bila mereka melihat kita sebagai dokter yang materialistis. Para dokter muda harus paham keberhasilan profesi dokter membutuhkan waktu yang lama dan terjal. Kadang-kadang kita jatuh dan gagal, tetapi kita perlu yakin akan pertolongan Tuhan. Kita perlu tahu kemampuan atau talenta kita di bidang kedokteran. Ada dokter yang berbakat bedah, teliti, menyukai imajing, atau bahkan manajemen. Bilamana kita menemukan kenyamanan bidang kita maka kita akan hidup dalam sukacita dan kedamaian yang tinggi. Tidak perlu membandingkan bidang yang kita minati dengan orang lain yang mungkin sukses di bidangnya.

Akhirnya, kita perlu berdoa bagi generasi sekarang agar mereka pun menikmati jamahan Roh Kudus. Tidak mungkin bagi kita untuk tiba-tiba mengubah kebiasaan hidup mereka. Paling

tidak para dokter muda sekarang perlu meneladani semangat misi dokter-dokter angkatan kita. Demikian juga dengan semangat pengorbanan yang dulu pernah kita punyai, perlu ditularkan kepada mereka. Jaman sudah berubah, paradigma kita terhadap penderitaan pun perlu diubah. Mungkin sekarang kita tidak mengalami penderitaan fisik lagi, tetapi behati-hati lah terhadap ancaman kemapanan hidup.

dr. Dodi Hendradi Sp.OGAlumni FK UI , PPDS Obsteri &

GinekologiBekerja di RS Imanuel Palembang

sebagai staf Fungsional

Page 17: Samaritan edisi 2 tahun 2013

16

Orang justru kembali kepada hal-hal tradisional.

Para dokter muda yang lulus pada dekade ini tentulah anak-anak kita; generasi yang mewarisi perilaku kita. Mereka memiliki akses yang luar biasa terhadap 'kemungkinan' masa depan mereka. Mereka mempunyai akses teknologi informasi yang mumpuni. M e re ka j u ga te r ko n e ks i d e n ga n pendidikan-pendidikan spesialistis atau lanjutan lain, baik di dalam maupun luar negeri. Mereka memiliki orang tua yang sanggup membayari pendidikan lanjutan mereka. Mereka juga memiliki IQ yang lebih baik dari generasi mereka. Mereka memiliki pilihan berkarir pasca sekolah kedokteran yang lebih luas: mau mengabdi sebagai dokter puskesmas, langsung spesialisasi, praktek bersama, ataupun masuk ke perusahaan farmasi atau sejenisnya. Tidak ada lagi keharusan mengikuti PTT seperti era 20 tahun yang lalu.

Ya, memang kita harus terus mencermati perkembangan kebudayaan kita sekarang dan di masa depan. Ingat, kekristenan di Barat hancur lebur karena kemapanan hidup, bukan karena penderitaan. Tidak aneh lagi di Negara-negara Barat, anak-anak muda berani menyatakan keatheisan mereka. Mereka tidak perduli dengan Tuhan atau agama. Hidup lebih diarahkan pada kefanaan. Jangan sampai kita menuju pada kebudayaan tersebut.

Apa yang harus kita lakukan? Pertama-tama kita harus mengurangi kadar kepuasan kita. Kita perlu belajar mencukupkan diri dalam segala hal. Bukan berarti kita hanya makan tahu tempe atau pakai baju bekas, tetapi menyatakan cukup

bagi apa yang sudah kita punya. Ambisi-ambisi yang mengarah pada pemuasan hawa nafsu pribadi (kepemilikan) harus dialihkan pada kegiatan-kegiatan publik yang bermanfaat bagi masyarakat. Kita perlu mengurangi jam praktek agar anak-anak kita tahu bahwa kebersamaan keluarga amat penting. Kita mungkin perlu memberikan diskon khusus bagi pasien tidak mampu. Hasrat kita untuk membeli mobil mewah sebaiknya dipertimbangkan untuk membeli mobil yang fungsional. Gairah untuk memiliki ponsel terbaru pun sebaiknya dihentikan. Yakinlah bahwa ponsel kita saat ini masih dapat dipakai sampai 5 tahun ke depan, sehingga kita tidak perlu terus-menerus mengikuti perkembangan ponsel.

Hal kedua yang juga penting adalah belajar menerima 'penderitaan' sebagai bagian dari pendidikan kesabaran kita. Kita tidak perlu memaki-maki pelayan hotel bila kita kecewa dengan pelayanan hotel. Kita harus belajar memaafkan pengendara s e p e d a m o t o r y a n g m u n g k i n menyerempet mobil kita. Kita tidak mudah gonta-ganti pembantu rumah tangga hanya karena merasa tidak cocok atau tidak puas. Kita juga tidak perlu mencela pendeta yang kotbahnya ngalor-ngidul, atau pindah gereja hanya karena bosan dengan gereja lama. Kita tidak perlu mempunyai tempat parkir khusus di rumah sakit, dan bersyukur bila mendapat tempat parkir yang jauh. Anak-anak juga perlu bergaul dengan anak-anak Indonesia kebanyakan, di sekolah negeri atau sekolah minggu. Mereka juga perlu naik angkutan umum sesekali agar memahami kenyataan hidup di Indonesia. Mereka juga perlu menghemat pemakaian pulsa telpon dan tidak perlu mengganti ponsel lama bila

SAMARITAN Edisi 2 Tahun 2013 FAKTUAL 17

tidak rusak. Pada dasarnya, kita perlu menghadirkan 'penderitaan' dalam kehidupan anak-anak kita.

Hal ketiga adalah pentingnya mengerti panggilan Tuhan dalam misi hidup kita. Anak-anak kita (dokter generasi sekarang) perlu memahami bahwa pemaksimalan talenta yang Tuhan berikan adalah 'Passion' dalam pekerjaan kita. Hati nurani kita perlu menangkap esensi pekerjaan kita sebagai dokter, yaitu menghadirkan kesembuhan bagi pasien dalam berbagai aspek. Profesi dokter adalah mulia bilamana kita menghadirkan semangat Kristus melayani pasien. Oleh karena itu, keberhasilan profesi kita tidak ditentukan oleh keberadaan fisik semata, tetapi lebih pada bagaimana kita mengasah talenta tersebut sebaik-baiknya. Masyarakat akan menghargai kita saat kita benar-benar ahli di bidang kita, tetapi akan mencemooh bila mereka melihat kita sebagai dokter yang materialistis. Para dokter muda harus paham keberhasilan profesi dokter membutuhkan waktu yang lama dan terjal. Kadang-kadang kita jatuh dan gagal, tetapi kita perlu yakin akan pertolongan Tuhan. Kita perlu tahu kemampuan atau talenta kita di bidang kedokteran. Ada dokter yang berbakat bedah, teliti, menyukai imajing, atau bahkan manajemen. Bilamana kita menemukan kenyamanan bidang kita maka kita akan hidup dalam sukacita dan kedamaian yang tinggi. Tidak perlu membandingkan bidang yang kita minati dengan orang lain yang mungkin sukses di bidangnya.

Akhirnya, kita perlu berdoa bagi generasi sekarang agar mereka pun menikmati jamahan Roh Kudus. Tidak mungkin bagi kita untuk tiba-tiba mengubah kebiasaan hidup mereka. Paling

tidak para dokter muda sekarang perlu meneladani semangat misi dokter-dokter angkatan kita. Demikian juga dengan semangat pengorbanan yang dulu pernah kita punyai, perlu ditularkan kepada mereka. Jaman sudah berubah, paradigma kita terhadap penderitaan pun perlu diubah. Mungkin sekarang kita tidak mengalami penderitaan fisik lagi, tetapi behati-hati lah terhadap ancaman kemapanan hidup.

dr. Dodi Hendradi Sp.OGAlumni FK UI , PPDS Obsteri &

GinekologiBekerja di RS Imanuel Palembang

sebagai staf Fungsional

Page 18: Samaritan edisi 2 tahun 2013

18

Dewi, ibu rumah tangga: Mampu memberikan layanan murah kepada masyarakat miskin walaupun ilmunya mahal.

Valentino, karyawan: Jangan pelit memberi waktu saat konsultasi dengan pasien.

Helena Eka, manager: Dokter itu dalam b a h a s a J a w a d i s e b u t a w a k gembroDOKdiTERapi, artinya badan sakit diobati. Tapi yang sering terjadi, gembroDOK dipuTER-puTER. Harusnya bisa dengan obat flu biasa, tapi kok mesti pake CT Scan segala. Rupanya ada target penggunaan alat. Benarkah itu? Hanya Tuhan yang tahu. Tapi itu yang terjadi.

Sisilia, ibu rumah tangga: Dokter cenderung menjadi gerobak bisnis industri farmasi. Saya pernah dirawat di satu RS di Depok dan di sana dalam sehari mereka bisa mengasup obat-obatan yang menurut saya over. Sekarang, jika saya sakit, saya lebih senang minta diresepkan obat oleh sahabat saya seorang apoteker; lulusan farmasi. Selain paham kadar obat,

FAKTUAL APA KATA MEREKATENTANG DOKTER ?

apoteker juga menganjurkan penggunaan obat yang disesuaikan gejalanya. Tidak seenaknya.

Yemima, Pegawai Negeri Sipil: Mau belajar, sebelum memutuskan apa penyakit pasien? Mendengarkan semua keluhan, mengajak bicara pasien, sehingga amanese dan obat-obatnya tepat dan mengorangkan pasien.

Ranti, ibu rumah tangga: Suka bikin stres, apalagi yang nyerocos dan tidak ingat perasaan pasien.

Vinolia, staf Sekretariat DPR: Memiliki tangan dingin, ramah, berperan penting pada kondisi psikologi dan penyembuhan pasien. Sebagian hidupnya dipertaruhkan kepada pasien.

S i nta , p e ny a y a n g h e w a n : T i d a k berorientasi pada materi, melainkan berorientasi pada bagaimana menolong manusia. Berlaku juga untuk dokter hewan.

Marlina, karyawan: Ada dokter apabila ditanya pasien tidak memberikan informasi tentang penyakit si pasien secara lengkap, sehingga pasien atau keluarganya bingung. Ada juga yang suka salah dalam m e n g o b a t i p e n y a k i t k a r e n a ketidaktelitian, hal ini menyebabkan biaya pengobatan pasien menjadi dua kali lipat.

J u l i a n a , ka r y a w a n : Ku ra n g j i wa melayaninya dan terkesan sombong.

SAMARITAN Edisi 2 Tahun 2013 UNTAIAN FIRMAN 19

iap bangsa di sepanjang masa punya pergumulannya masing-masing. TDan tiap bangsa membutuhkan

pembangunan secara holistik, termasuk Indonesia. Belajar dari Kitab Nehemia, yang berhasil membangun bangsa Israel secara holistik, paling tidak kita dapat menemukan tiga hal yaitu: pertama, dia melakukan pembangunan fisik (tembok) dan pembangunan tersebut dapat diselesaikan dalam waktu yang singkat yaitu lima puluh dua hari. Pencapaian ini dapat terjadi tentu saja karena campur tangan dan penyertaanTuhan (Nehemia 6.15-16). Penyertaan Tuhan tersebut diresponi dengan kepemimpinan Nehemia yang efektif dan peran partisipasi aktif dari komponen bangsa. Mengapa ini h a l p e r t a m a y a n g d i b a n g u n Nehemia,...kelihatannya hal ini terkait dengan kondisi pada masa itu dimana tembok yang mengelilingi suatu kota merupakan lambang kedaulatan dan

UNTAIANFIRMAN

MEMBANGUN BANGSASECARA HOLISTIK

Indrawaty Sitepu *

keamanan. Hancurnya tembok suatu kota berarti hilangnya lambang tersebut. Sehingga pembangunan tembok menjadi prioritas agar kehidupan sosial dan kehidupan ibadah di Yerusalem dapat ditata dan dipulihkan kembali.

Kedua, pembangunan kerohanian (Nehemia 9). Nehemia memahami bahwa kehancuran Yerusalem bukan sekedar masalah sosial politik tetapi akarnya adalah pemberontakan mereka terhadap Tuhan yang kemudian mendatangkan murka-Nya. Untuk memulihkan Yerusalem diperlukan pembaharuan rohani, yang ditandai dengan pembacaan Taurat, pengakuan dosa dan pembaharuan janji s e t i a m e re ka d i h a d a p a n Tu h a n . Pembacaan kitab Taurat yang dilakukan m e m b e r i ka n p e rs p e k t i f t e n t a n g kehidupan mereka yang sesungguhnya yaitu sejarah telah membuktikan bahwa sejak kehidupan nenek moyang mereka hingga saat itu, anugerah Allah senantiasa

Page 19: Samaritan edisi 2 tahun 2013

18

Dewi, ibu rumah tangga: Mampu memberikan layanan murah kepada masyarakat miskin walaupun ilmunya mahal.

Valentino, karyawan: Jangan pelit memberi waktu saat konsultasi dengan pasien.

Helena Eka, manager: Dokter itu dalam b a h a s a J a w a d i s e b u t a w a k gembroDOKdiTERapi, artinya badan sakit diobati. Tapi yang sering terjadi, gembroDOK dipuTER-puTER. Harusnya bisa dengan obat flu biasa, tapi kok mesti pake CT Scan segala. Rupanya ada target penggunaan alat. Benarkah itu? Hanya Tuhan yang tahu. Tapi itu yang terjadi.

Sisilia, ibu rumah tangga: Dokter cenderung menjadi gerobak bisnis industri farmasi. Saya pernah dirawat di satu RS di Depok dan di sana dalam sehari mereka bisa mengasup obat-obatan yang menurut saya over. Sekarang, jika saya sakit, saya lebih senang minta diresepkan obat oleh sahabat saya seorang apoteker; lulusan farmasi. Selain paham kadar obat,

FAKTUAL APA KATA MEREKATENTANG DOKTER ?

apoteker juga menganjurkan penggunaan obat yang disesuaikan gejalanya. Tidak seenaknya.

Yemima, Pegawai Negeri Sipil: Mau belajar, sebelum memutuskan apa penyakit pasien? Mendengarkan semua keluhan, mengajak bicara pasien, sehingga amanese dan obat-obatnya tepat dan mengorangkan pasien.

Ranti, ibu rumah tangga: Suka bikin stres, apalagi yang nyerocos dan tidak ingat perasaan pasien.

Vinolia, staf Sekretariat DPR: Memiliki tangan dingin, ramah, berperan penting pada kondisi psikologi dan penyembuhan pasien. Sebagian hidupnya dipertaruhkan kepada pasien.

S i nta , p e ny a y a n g h e w a n : T i d a k berorientasi pada materi, melainkan berorientasi pada bagaimana menolong manusia. Berlaku juga untuk dokter hewan.

Marlina, karyawan: Ada dokter apabila ditanya pasien tidak memberikan informasi tentang penyakit si pasien secara lengkap, sehingga pasien atau keluarganya bingung. Ada juga yang suka salah dalam m e n g o b a t i p e n y a k i t k a r e n a ketidaktelitian, hal ini menyebabkan biaya pengobatan pasien menjadi dua kali lipat.

J u l i a n a , ka r y a w a n : Ku ra n g j i wa melayaninya dan terkesan sombong.

SAMARITAN Edisi 2 Tahun 2013 UNTAIAN FIRMAN 19

iap bangsa di sepanjang masa punya pergumulannya masing-masing. TDan tiap bangsa membutuhkan

pembangunan secara holistik, termasuk Indonesia. Belajar dari Kitab Nehemia, yang berhasil membangun bangsa Israel secara holistik, paling tidak kita dapat menemukan tiga hal yaitu: pertama, dia melakukan pembangunan fisik (tembok) dan pembangunan tersebut dapat diselesaikan dalam waktu yang singkat yaitu lima puluh dua hari. Pencapaian ini dapat terjadi tentu saja karena campur tangan dan penyertaanTuhan (Nehemia 6.15-16). Penyertaan Tuhan tersebut diresponi dengan kepemimpinan Nehemia yang efektif dan peran partisipasi aktif dari komponen bangsa. Mengapa ini h a l p e r t a m a y a n g d i b a n g u n Nehemia,...kelihatannya hal ini terkait dengan kondisi pada masa itu dimana tembok yang mengelilingi suatu kota merupakan lambang kedaulatan dan

UNTAIANFIRMAN

MEMBANGUN BANGSASECARA HOLISTIK

Indrawaty Sitepu *

keamanan. Hancurnya tembok suatu kota berarti hilangnya lambang tersebut. Sehingga pembangunan tembok menjadi prioritas agar kehidupan sosial dan kehidupan ibadah di Yerusalem dapat ditata dan dipulihkan kembali.

Kedua, pembangunan kerohanian (Nehemia 9). Nehemia memahami bahwa kehancuran Yerusalem bukan sekedar masalah sosial politik tetapi akarnya adalah pemberontakan mereka terhadap Tuhan yang kemudian mendatangkan murka-Nya. Untuk memulihkan Yerusalem diperlukan pembaharuan rohani, yang ditandai dengan pembacaan Taurat, pengakuan dosa dan pembaharuan janji s e t i a m e re ka d i h a d a p a n Tu h a n . Pembacaan kitab Taurat yang dilakukan m e m b e r i ka n p e rs p e k t i f t e n t a n g kehidupan mereka yang sesungguhnya yaitu sejarah telah membuktikan bahwa sejak kehidupan nenek moyang mereka hingga saat itu, anugerah Allah senantiasa

Page 20: Samaritan edisi 2 tahun 2013

20

tercurah kepada mereka (6-15). Allah dengan kesetiaan-Nya senantiasa menuntun, membimbing, melindungi, dan memberikan yang terbaik bagi umat-Nya. Perspektif yang diberikan oleh firman Tuhan inilah yang menuntun mereka kepada pertobatan sejati. Kebangunan rohani sejati tersebut dapat terlihat melalui : (1) mereka merendahkan diri di hadapan Allah. Hal ini diekspresikan dalam bentuk berpuasa, mengenakan kain kabung dan debu d i kepa lanya . Merendahkan diri di hadapan Allah timbul dari kesadaran akan ketidaklayakan mereka di hadapan-Nya untuk menerima anugerah dan kasih setia Allah yang luar biasa, (2) mereka memisahkan diri dari semua orang asing. Ini merupakan lambang bahwa mereka tidak mau mengikuti cara hidup bangsa asing yang tidak mengenal Allah, (3) adanya pengakuan dosa. Mereka mengaku bersalah dan mau berbalik kepada-Nya, (4) mereka mempunyai kehausan dan kerinduan yang dalam untuk membaca f irman Tuhan. Untuk mengetahui kehendak Allah dan mengenal Dia lebih dalam dan lebih intim.

Ketiga, pembaharuan sosial (Nehemia 10.28-39). Pembaharuan kehidupan rohani tidak selesai hanya dengan pembacaan firman dan doa pertobatan. Pembaharuan tersebut perlu diwujudkan secara praktis dalam kehidupan sehari-h a r i . N e h e m i a m e n g g u n a k a n wewenangnya untuk menata agar kehidupan sosial mereka bisa diselaraskan kembali dengan aturan-aturan dalam firman Tuhan. Kini, bangsa Indonesia pun membutuhkan pembangunan secara holistik. Ini bukan tugas dan tanggungjawab sebagian orang

saja di negri ini. Setiap komponen bangsa diharapkan ikut ambil bagian. Penyertaan Tuhan sudah pasti tersedia. Saatnya kita responi penyertaan Tuhan dengan partisipasi aktif kita dalam berbagai bidang kehidupan bangsa ini.

Ir. Indrawaty Sitepu, MAPHN Perkantas

SAMARITAN Edisi 2 Tahun 2013 LAPORAN 21

umah Sakit Kristen Lindimara, termasuk salah satu RS yang dirintis Rpara misionaris Belanda, bahkan

sebelum tahun yang ditetapkan sebagai tahun berdirinya, 1912. Pelayanan saat itu masih dilakukan di dalam tenda atau di bawah pohon. RS ini merupakan rs pertama di pulau Sumba dan melayani seluruh penduduk, jauh sebelum rumah sakit-rumah sakit pemerintah didirikan. Dalam perjalanannya, RS Lindimara yang terletak di kota Waingapu,Kabupaten Sumba Timur itu,telah mengalami pasang dan surut dan saat ini tetap bertahan dan m e l a y a n i , t e r l e p a s d a r i s e g a l a keterbatasannya. RSK Lindimara, bersama R S K L e n d e m o r i p a d i k o t a Waikabubak,berada di bawah naungan satu yayasan,yaitu YUMERKRIS (yayasan untuk menyelenggarakan rumah sakit-rumah sakit Kristen di Sumba), yang merupakan yayasan social. Visi RSK Lindimara adalah memberikan pelayanan yang prima dan penuh kasih, bukan mendapatkan keuntungan.

Dengan berdirinya RS Pemerintah dan 1 RSU Swasta di Waingapu, RSK Lindimara secara pelayanan terbantu dengan

LAPORANTETAP BERTAHANDAN MELAYANI

dr. Alhairani K.L.M. Mesa

berkurangnya “beban” pelayanan (meskipun kami tidak pernah melihatnya sebagai beban),tetapi juga menghadapi tantangan baru,terutama karena secara finansial,RSK Lindimara yang saat ini memiliki 125 tempat tidur,bergantung sepenuhnya pada pasiennya,baik pasien u m u m m a u p u n p a s i e n d e n g a n asuransi,termasuk jamkesmas dan jamkesda. Hal tersebut ditambah dengan tidak adanya dokter tetap full time milik RS sendir i (ada 2 dokter PNS yang dipekerjakan full time dan bisa ditarik sewaktu-waktu),dan gedung serta sarana yang kebanyakan masih merupakan peninggalan para misionaris,membuat tantangan yang dihadapi makin besar. Di atas semua itu, merasa “sendiri” menapaki perjuangan tanpa teman/saudara,adalah hal yang paling berat bagi RSK Lindimara. Bersama 154 pegawainya,RS ini secara bersama-sama terus berdoa untuk saudara-saudara seperjuangan yang tidak h a n y a d a t a n g s e k a l i ke m u d i a n hilang,tetapi akan terus bersama-sama mengabarkan injil melalui pengobatan terhadap orang sakit. Puji Tuhan doa kami terjawab. Dengan

Page 21: Samaritan edisi 2 tahun 2013

20

tercurah kepada mereka (6-15). Allah dengan kesetiaan-Nya senantiasa menuntun, membimbing, melindungi, dan memberikan yang terbaik bagi umat-Nya. Perspektif yang diberikan oleh firman Tuhan inilah yang menuntun mereka kepada pertobatan sejati. Kebangunan rohani sejati tersebut dapat terlihat melalui : (1) mereka merendahkan diri di hadapan Allah. Hal ini diekspresikan dalam bentuk berpuasa, mengenakan kain kabung dan debu d i kepa lanya . Merendahkan diri di hadapan Allah timbul dari kesadaran akan ketidaklayakan mereka di hadapan-Nya untuk menerima anugerah dan kasih setia Allah yang luar biasa, (2) mereka memisahkan diri dari semua orang asing. Ini merupakan lambang bahwa mereka tidak mau mengikuti cara hidup bangsa asing yang tidak mengenal Allah, (3) adanya pengakuan dosa. Mereka mengaku bersalah dan mau berbalik kepada-Nya, (4) mereka mempunyai kehausan dan kerinduan yang dalam untuk membaca f irman Tuhan. Untuk mengetahui kehendak Allah dan mengenal Dia lebih dalam dan lebih intim.

Ketiga, pembaharuan sosial (Nehemia 10.28-39). Pembaharuan kehidupan rohani tidak selesai hanya dengan pembacaan firman dan doa pertobatan. Pembaharuan tersebut perlu diwujudkan secara praktis dalam kehidupan sehari-h a r i . N e h e m i a m e n g g u n a k a n wewenangnya untuk menata agar kehidupan sosial mereka bisa diselaraskan kembali dengan aturan-aturan dalam firman Tuhan. Kini, bangsa Indonesia pun membutuhkan pembangunan secara holistik. Ini bukan tugas dan tanggungjawab sebagian orang

saja di negri ini. Setiap komponen bangsa diharapkan ikut ambil bagian. Penyertaan Tuhan sudah pasti tersedia. Saatnya kita responi penyertaan Tuhan dengan partisipasi aktif kita dalam berbagai bidang kehidupan bangsa ini.

Ir. Indrawaty Sitepu, MAPHN Perkantas

SAMARITAN Edisi 2 Tahun 2013 LAPORAN 21

umah Sakit Kristen Lindimara, termasuk salah satu RS yang dirintis Rpara misionaris Belanda, bahkan

sebelum tahun yang ditetapkan sebagai tahun berdirinya, 1912. Pelayanan saat itu masih dilakukan di dalam tenda atau di bawah pohon. RS ini merupakan rs pertama di pulau Sumba dan melayani seluruh penduduk, jauh sebelum rumah sakit-rumah sakit pemerintah didirikan. Dalam perjalanannya, RS Lindimara yang terletak di kota Waingapu,Kabupaten Sumba Timur itu,telah mengalami pasang dan surut dan saat ini tetap bertahan dan m e l a y a n i , t e r l e p a s d a r i s e g a l a keterbatasannya. RSK Lindimara, bersama R S K L e n d e m o r i p a d i k o t a Waikabubak,berada di bawah naungan satu yayasan,yaitu YUMERKRIS (yayasan untuk menyelenggarakan rumah sakit-rumah sakit Kristen di Sumba), yang merupakan yayasan social. Visi RSK Lindimara adalah memberikan pelayanan yang prima dan penuh kasih, bukan mendapatkan keuntungan.

Dengan berdirinya RS Pemerintah dan 1 RSU Swasta di Waingapu, RSK Lindimara secara pelayanan terbantu dengan

LAPORANTETAP BERTAHANDAN MELAYANI

dr. Alhairani K.L.M. Mesa

berkurangnya “beban” pelayanan (meskipun kami tidak pernah melihatnya sebagai beban),tetapi juga menghadapi tantangan baru,terutama karena secara finansial,RSK Lindimara yang saat ini memiliki 125 tempat tidur,bergantung sepenuhnya pada pasiennya,baik pasien u m u m m a u p u n p a s i e n d e n g a n asuransi,termasuk jamkesmas dan jamkesda. Hal tersebut ditambah dengan tidak adanya dokter tetap full time milik RS sendir i (ada 2 dokter PNS yang dipekerjakan full time dan bisa ditarik sewaktu-waktu),dan gedung serta sarana yang kebanyakan masih merupakan peninggalan para misionaris,membuat tantangan yang dihadapi makin besar. Di atas semua itu, merasa “sendiri” menapaki perjuangan tanpa teman/saudara,adalah hal yang paling berat bagi RSK Lindimara. Bersama 154 pegawainya,RS ini secara bersama-sama terus berdoa untuk saudara-saudara seperjuangan yang tidak h a n y a d a t a n g s e k a l i ke m u d i a n hilang,tetapi akan terus bersama-sama mengabarkan injil melalui pengobatan terhadap orang sakit. Puji Tuhan doa kami terjawab. Dengan

Page 22: Samaritan edisi 2 tahun 2013

22

caranya sendiri, Tuhan mengatur,hingga tanpa diduga sebelumnya,RSK Lindimara mendapat undangan untuk pertemuan RS Misi,melalui telpon dari dr. Yusak. Saya masih ingat betul saat menerima telpon beliau, saat itu, saya sedang berjalan sendirian di selasar RS menuju bangsal untuk visite. Undangan dan berita yang beliau sampaikan membuat hati saya meluap dengan ucapan syukur sehingga saya menitikkan air mata. Tuhan begitu baik bagi kami,dan saya percaya juga bagi teman-teman RS Misi lainnya hingga Ia membukakan jalan bagi kami untuk bertemu saudara-saudara kami dan mendapat pertolongan.

Dari RSK Lindimara,saya berangkat bersama bidan Florensa yang juga merangkap KTU RS. Saat t iba di Jakarta,kami sangat terbantu dengan k e r a m a h a n d a n k e s i g a p a n panitia,meskipun kami tiba sehari sebelumnya. Puji Tuhan karena dalam Kristus kita bersaudara. Kami juga sangat terberkati,dibukakan pikirannya dan dikuatkan melalui setiap sesi,terutama ketika kami diingatkan kembali apa itu RS Misi,bagaimana seharusnya visi pelayanan kami,hal-hal apa yang bisa kami lakukan untuk tetap bertahan dan melayani,serta bagaimana kami membangun network dengan saudara-saudara kami maupun lainnya. Set iap saat ibadah juga menyegarkan rohani kami dan saat sharing,diskusi kelompok,saat makan bahkan waktu istrahat,tidak hanya membuat kami makin mengenal RS-RS Misi yang lain,tetapi juga bersyukur untuk pemeliharaan Tuhan dan mengulurkan tangan untuk membantu,dimulai dengan saling mendoakan. Kami juga beroleh ide-

ide yang bisa kami terapkan di RS kami,dan lebih penting lagi,dengan terbangunnya jaringan,kami sekarang tahu siapa yang harus kami hubungi,atau kemana kami harus pergi saat kami membutuhkan bantuan,dalam bentuk apa pun,baik di waktu dekat,maupun nanti.

Terima kasih banyak untuk semua yang sudah memprakarsai pertemuan ini dan mengumpulkan kami semua. Terima kasih karena sudah menaati apa yang Tuhan taruhkan dalam hati saudara. Dan terpujilah Tuhan Yesus Kristus untuk pekerjaan-Nya yang ajaib dan kasih-Nya yang tidak terukur,melampaui semua batas. Pertemuan awal tersebut harus terus berlanjut dan memberkati tidak hanya kami yang sudah ikut,tetapi lebih banyak lagi RS-RS Misi dan terutama semua yang kita layani.

SAMARITAN Edisi 2 Tahun 2013 LAPORAN 23

LAPORANBERJUANGAGAR TIDAK STAGNAN

Jenny Ferawinantu

aya adalah seorang karyawati bagian administrasi keuangan di sebuah SRumah Sakit Khusus Ibu dan Anak

(RSKIA) Wisma Rukti, satu-satunya RS Kristen di daerah Kebumen, Jawa Tengah. Pada saat itu RSKIA Wisma Rukti diberitahu, ada Pertemuan Konsultatif RS Misi di Tangerang dari dr. Paran Bagionoto, Sp. B (Direktur RS Mardi Waluyo, Metro Lampung ). Ternyata beliau adalah salah satu pembicara di pertemuan RS Misi tersebut. Saya tidak menyangka kalau saat itu ditunjuk oleh direktur kami untuk menjadi salah satu peserta RS Misi karena memang RSKIA Wisma Rukti tidak memiliki dokter umum tetap maupun part time (dokter Kristen) yang bisa mewakili.

Ini adalah pengalaman pertama saya menginjakkan kaki di kota Tangerang tepatnya di Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan sebagai tempat Pertemuan Konsultatif RS Misi di Indonesia. Mengutipperkataan Tukul, “It's

Amazing” – menurut saya, pertemuan RS Misi ini menajubkan. Pembicara berasal dari tokoh luar negeri dr.Asemota Osemwen, MBBS, PGDfm (Nigeria), dr. Santosh Mathew, MBBS, MD (India) dan dokter-dokter Indonesia maupunt okoh lainnya yang memberikanilmu dan pengalaman mereka dalam pelayanan di RS Misi di tempat pelayanan mereka. Selain itu juga ada dr. Umbu Marisi, MPH pembicara dari PT. ASKES sebagai bekal RS Misi untuk menghadapi tantangan dan rintangan jelang menuju Sistem Jaminan Sosial Nasional/ SJSN.

Bersyukur saya boleh mengenal perwakilan dari berbagai RS Misi yang berasal dari 13 RS ataupun klinik yang ada di Indonesia. Mereka adalah seorang dokter, bidan, perawat ataupun dari bidang lainnya yang sangat ramah tanpa membeda-bedakan status pekerjaannya. Pertemuan tersebut berlangsung dari tgl 23-26 Juni 2013 dan menginap di Hotel

Page 23: Samaritan edisi 2 tahun 2013

22

caranya sendiri, Tuhan mengatur,hingga tanpa diduga sebelumnya,RSK Lindimara mendapat undangan untuk pertemuan RS Misi,melalui telpon dari dr. Yusak. Saya masih ingat betul saat menerima telpon beliau, saat itu, saya sedang berjalan sendirian di selasar RS menuju bangsal untuk visite. Undangan dan berita yang beliau sampaikan membuat hati saya meluap dengan ucapan syukur sehingga saya menitikkan air mata. Tuhan begitu baik bagi kami,dan saya percaya juga bagi teman-teman RS Misi lainnya hingga Ia membukakan jalan bagi kami untuk bertemu saudara-saudara kami dan mendapat pertolongan.

Dari RSK Lindimara,saya berangkat bersama bidan Florensa yang juga merangkap KTU RS. Saat t iba di Jakarta,kami sangat terbantu dengan k e r a m a h a n d a n k e s i g a p a n panitia,meskipun kami tiba sehari sebelumnya. Puji Tuhan karena dalam Kristus kita bersaudara. Kami juga sangat terberkati,dibukakan pikirannya dan dikuatkan melalui setiap sesi,terutama ketika kami diingatkan kembali apa itu RS Misi,bagaimana seharusnya visi pelayanan kami,hal-hal apa yang bisa kami lakukan untuk tetap bertahan dan melayani,serta bagaimana kami membangun network dengan saudara-saudara kami maupun lainnya. Set iap saat ibadah juga menyegarkan rohani kami dan saat sharing,diskusi kelompok,saat makan bahkan waktu istrahat,tidak hanya membuat kami makin mengenal RS-RS Misi yang lain,tetapi juga bersyukur untuk pemeliharaan Tuhan dan mengulurkan tangan untuk membantu,dimulai dengan saling mendoakan. Kami juga beroleh ide-

ide yang bisa kami terapkan di RS kami,dan lebih penting lagi,dengan terbangunnya jaringan,kami sekarang tahu siapa yang harus kami hubungi,atau kemana kami harus pergi saat kami membutuhkan bantuan,dalam bentuk apa pun,baik di waktu dekat,maupun nanti.

Terima kasih banyak untuk semua yang sudah memprakarsai pertemuan ini dan mengumpulkan kami semua. Terima kasih karena sudah menaati apa yang Tuhan taruhkan dalam hati saudara. Dan terpujilah Tuhan Yesus Kristus untuk pekerjaan-Nya yang ajaib dan kasih-Nya yang tidak terukur,melampaui semua batas. Pertemuan awal tersebut harus terus berlanjut dan memberkati tidak hanya kami yang sudah ikut,tetapi lebih banyak lagi RS-RS Misi dan terutama semua yang kita layani.

SAMARITAN Edisi 2 Tahun 2013 LAPORAN 23

LAPORANBERJUANGAGAR TIDAK STAGNAN

Jenny Ferawinantu

aya adalah seorang karyawati bagian administrasi keuangan di sebuah SRumah Sakit Khusus Ibu dan Anak

(RSKIA) Wisma Rukti, satu-satunya RS Kristen di daerah Kebumen, Jawa Tengah. Pada saat itu RSKIA Wisma Rukti diberitahu, ada Pertemuan Konsultatif RS Misi di Tangerang dari dr. Paran Bagionoto, Sp. B (Direktur RS Mardi Waluyo, Metro Lampung ). Ternyata beliau adalah salah satu pembicara di pertemuan RS Misi tersebut. Saya tidak menyangka kalau saat itu ditunjuk oleh direktur kami untuk menjadi salah satu peserta RS Misi karena memang RSKIA Wisma Rukti tidak memiliki dokter umum tetap maupun part time (dokter Kristen) yang bisa mewakili.

Ini adalah pengalaman pertama saya menginjakkan kaki di kota Tangerang tepatnya di Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan sebagai tempat Pertemuan Konsultatif RS Misi di Indonesia. Mengutipperkataan Tukul, “It's

Amazing” – menurut saya, pertemuan RS Misi ini menajubkan. Pembicara berasal dari tokoh luar negeri dr.Asemota Osemwen, MBBS, PGDfm (Nigeria), dr. Santosh Mathew, MBBS, MD (India) dan dokter-dokter Indonesia maupunt okoh lainnya yang memberikanilmu dan pengalaman mereka dalam pelayanan di RS Misi di tempat pelayanan mereka. Selain itu juga ada dr. Umbu Marisi, MPH pembicara dari PT. ASKES sebagai bekal RS Misi untuk menghadapi tantangan dan rintangan jelang menuju Sistem Jaminan Sosial Nasional/ SJSN.

Bersyukur saya boleh mengenal perwakilan dari berbagai RS Misi yang berasal dari 13 RS ataupun klinik yang ada di Indonesia. Mereka adalah seorang dokter, bidan, perawat ataupun dari bidang lainnya yang sangat ramah tanpa membeda-bedakan status pekerjaannya. Pertemuan tersebut berlangsung dari tgl 23-26 Juni 2013 dan menginap di Hotel

Page 24: Samaritan edisi 2 tahun 2013

24

Tirta Mansion Karawaci. Saya menginap satu kamar dengan Bu Maria dari Klinik Hohidiai, Halmahera dan dr. Vidiya dari RS Lende Moripa, NTT. Kami berbagi cerita mengenai keadaan RS sebagai RS Misi di daerah kamimasing-masing dengan problematika yang ada. Saya sangat tersentuh dengan cerita Bu Maria tentang Kl inik Hohidiai yang benar-benar menjalankan misinya sebagai RS Misi mewartakan kasih Kristus kepada pasien yang mereka tolong. Bertolak belakang dengan keadaan RSKIA Wisma Rukti. Misi sebagai RS Misi yang harus bertahan di tengah persaingan 4 RS yang ada disekitarnya karena RSKIA Wisma Rukti berada di tengah kota Kebumen yang sebenarnya tempat strategis dari jangkauan pasien tetapi harus berjuang agar pelayanan tidak stagnan.

Pertemuan konsultatif banyak diisi dengan diskusi-diskuti yang terbagi dalam beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari berbagai RS Misi. Diskusi diisi dengan pemaparan visi dan misi RS, tantangan, kendala, stategi, kerjasama dengan program pemerintah, pelayanan yang diberikan dan permasalahan lainnya. Permasalahan pencarian SDM medis maupun non medis karena kurangnya informasi untuk mencari dan memperoleh SDM yang dibutuhkan oleh RS Misi ataupun minimnya informasi calon SDM tentang keberadaan RS Misi yang ada ataupun kesulitan regenerasi adalah sebagian besar yang dialami oleh RS Misi di Indonesia. Bahkan yang lebih mengejutkan bagi saya adalah kesulitan keuangan yang dialami oleh salah satu RS Misi sehingga tidak bisa membayar gaji karyawan selama beberapa bulan tetapi karyawan masih

tetap setia memberikan pelayanan adalah bukti nyata perjuangannya untuk mempertahankan RS MIsi di tengah badai kesulitan. Harapan saya dengan adanya pertemuan ini, membuka jalan bagi kami RS Misi yang kecil, kelak, untuk semakin dikuatkan melalui kerjasama yang terjalin.

Terima kasih untuk semua panitia yang terlibat dalam Pertemuan Konsultatif RS Misi yang memberikan pengalaman yang luar biasa.

SAMARITAN Edisi 2 Tahun 2013 25LAPORAN

LAPORANTIDAK SENDIRIANJenny Ferawinantu

ersyukur, kami diundang mengikuti Pertemuan Konsultatif RS Misi BIndonesia, tanggal 23-26 Mei 2013,

mewakili RS Kristen Tayu dimana kami bekerja.

Dalam pertemuan ini kami dapat saling mengenal, mengerti kesulitan masing-masing rs misi yang sebenarnya tidak jauh berbeda satu dengan yang lain, diantaranya: SDM, keuangan, komitmen yayasan, dan lain-lain. Ada beberapa rs misi yang telah melalui masa padang gurun dan telah bangkit serta menjadi berkat. Sedangkan kami adalah salah satu rs yang sedang mengalami masa terpuruk, semenjak berdiri 60 tahun yang lalu.

Kami juga sangat diberkati dengan sharing-sharing yang ada, baik dari pembicara luar negeri, nasional serta diantara sesama peserta. Kami merasa tidak sendirian dalam menghadapi kesulitan, banyak yang dengan senang hati mau membantu, memberi masukan, paling tidak saling mendoakan. Kami merasa memiliki keluarga yang baru, yang saling mendukung dan mensupport. Dalam pertemuan ini juga dibentuk forum rs misi , dimana kita dapat saling berkomunikasi satu dengan yang lain sehingga tetap saling membantu dan saling mendoakan. Kami berharap jejaring ini terus berkembang dan menjadi berkat.

Page 25: Samaritan edisi 2 tahun 2013

24

Tirta Mansion Karawaci. Saya menginap satu kamar dengan Bu Maria dari Klinik Hohidiai, Halmahera dan dr. Vidiya dari RS Lende Moripa, NTT. Kami berbagi cerita mengenai keadaan RS sebagai RS Misi di daerah kamimasing-masing dengan problematika yang ada. Saya sangat tersentuh dengan cerita Bu Maria tentang Kl inik Hohidiai yang benar-benar menjalankan misinya sebagai RS Misi mewartakan kasih Kristus kepada pasien yang mereka tolong. Bertolak belakang dengan keadaan RSKIA Wisma Rukti. Misi sebagai RS Misi yang harus bertahan di tengah persaingan 4 RS yang ada disekitarnya karena RSKIA Wisma Rukti berada di tengah kota Kebumen yang sebenarnya tempat strategis dari jangkauan pasien tetapi harus berjuang agar pelayanan tidak stagnan.

Pertemuan konsultatif banyak diisi dengan diskusi-diskuti yang terbagi dalam beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari berbagai RS Misi. Diskusi diisi dengan pemaparan visi dan misi RS, tantangan, kendala, stategi, kerjasama dengan program pemerintah, pelayanan yang diberikan dan permasalahan lainnya. Permasalahan pencarian SDM medis maupun non medis karena kurangnya informasi untuk mencari dan memperoleh SDM yang dibutuhkan oleh RS Misi ataupun minimnya informasi calon SDM tentang keberadaan RS Misi yang ada ataupun kesulitan regenerasi adalah sebagian besar yang dialami oleh RS Misi di Indonesia. Bahkan yang lebih mengejutkan bagi saya adalah kesulitan keuangan yang dialami oleh salah satu RS Misi sehingga tidak bisa membayar gaji karyawan selama beberapa bulan tetapi karyawan masih

tetap setia memberikan pelayanan adalah bukti nyata perjuangannya untuk mempertahankan RS MIsi di tengah badai kesulitan. Harapan saya dengan adanya pertemuan ini, membuka jalan bagi kami RS Misi yang kecil, kelak, untuk semakin dikuatkan melalui kerjasama yang terjalin.

Terima kasih untuk semua panitia yang terlibat dalam Pertemuan Konsultatif RS Misi yang memberikan pengalaman yang luar biasa.

SAMARITAN Edisi 2 Tahun 2013 25LAPORAN

LAPORANTIDAK SENDIRIANJenny Ferawinantu

ersyukur, kami diundang mengikuti Pertemuan Konsultatif RS Misi BIndonesia, tanggal 23-26 Mei 2013,

mewakili RS Kristen Tayu dimana kami bekerja.

Dalam pertemuan ini kami dapat saling mengenal, mengerti kesulitan masing-masing rs misi yang sebenarnya tidak jauh berbeda satu dengan yang lain, diantaranya: SDM, keuangan, komitmen yayasan, dan lain-lain. Ada beberapa rs misi yang telah melalui masa padang gurun dan telah bangkit serta menjadi berkat. Sedangkan kami adalah salah satu rs yang sedang mengalami masa terpuruk, semenjak berdiri 60 tahun yang lalu.

Kami juga sangat diberkati dengan sharing-sharing yang ada, baik dari pembicara luar negeri, nasional serta diantara sesama peserta. Kami merasa tidak sendirian dalam menghadapi kesulitan, banyak yang dengan senang hati mau membantu, memberi masukan, paling tidak saling mendoakan. Kami merasa memiliki keluarga yang baru, yang saling mendukung dan mensupport. Dalam pertemuan ini juga dibentuk forum rs misi , dimana kita dapat saling berkomunikasi satu dengan yang lain sehingga tetap saling membantu dan saling mendoakan. Kami berharap jejaring ini terus berkembang dan menjadi berkat.

Page 26: Samaritan edisi 2 tahun 2013

26

LAPORAN

MAU MENYENTUHDAN MERAWATNs. Karina Sinulingga, S.Kep.

amp Nasional Mahasiswa 2013, berlangsung 14-15 Agustus 2013 di KHotel Puteri Duyung, Ancol, Jakarta

Utara. Dalam kamp yang diikuti mahasiswa dari berbagai jurusan, kampus dan daerah di seluruh Indonesia itu, melibatkan juga mahasiswa keperawatan. Tercatat, yang hadir pada kapita selekta profesi keperawatan sekitar 22 orang. Mereka berasal dari kampus USU Medan, UI Jakarta, UPH Jakarta, UNEJ Jember, STIKES Bethesda Yogyakarta, STIKES Maharani Malang, STIKES Surabaya, STIKES Cahaya Bangsa Banjarmasin, STIKES Poso, Univ. Sam Ratulangi Manado, STIKES Sorong dan POLTEKES Kupang. Semangat peserta yang luar biasa membuat dua sesi kapita selekta keperawatan ini sangat hidup dan interaktif.

Rabu malam, 14 Agustus, Bapak Hasiholan Tiroi Simorangkir menjadi pembicara kapita selekta. Dibuka dengan perkenalan, dan setiap peserta harus menjawab pertanyaan “Mengapa menjadi seorang perawat?” Jawaban peserta sangat bervariasi. Mulai dari ajakan teman, disuruh orang tua dan kemauan sendiri. Semua peserta menjadi lebih terbuka, lebih mengenal satu sama lain dan mungkin ada juga yang merasa 'bernasib' yang sama.

Kamis pagi dan siang, 15 Agustus, giliran Ibu Prof. Budi Anna Keliat

menyampaikan topik: Dream, Image and Motivation Perawat Profesional dan Sikap Perawat Kristen dalam Mengaplikasikan Kepribadian Allah dalam Pelayanan Keperawatan. Dalam sesi ini, kehidupan seorang perawat dikupas tuntas. Menurut Budi Anna Keliat, seorang perawat, seharusnya menjadi tangan Kristus yang rendah hati yang mau menyentuh dan merawat setiap pasien seburuk apa pun itu. Terlihat, banyak air mata yang mengalir di sesi ini, bahkan semakin deras ketika anak-anak Tuhan, calon-calon perawat ini membagikan mimpi dan beban yang besar buat negeri ini.Mungkin selama ini banyak perawat yang mengeluhkan kehidupannya, bahkan mahasiswa keperawatan pun menyesali sekolah yang sudah dijalaninya. Namun ketika kita melihat pasien-pasien yang terbengkalai, tidak ada yang peduli, perawatan kesehatan yang diterima dibawah standar atau ala kadarnya. Bukankah ini suatu kesempatan yang luar biasa diberikan Kristus untuk setiap perawat untuk menyalurkan kasih-Nya. Tidak semua orang sanggup menjalaninya, namun perawat Kristen dipanggil untuk melakukannya, merendahkan diri , berempati, dan kompeten menjalankan tugas-tugas keperawatannya. Sebenarnya banyak sekali yang didapatkan semua peserta kapita selekta keperawatan ini, motivasi dari para pembicara dan antar peserta lainnya.

Nah, untuk yang belum ikut, jangan khawatir, masih ada kamp medis mahasiswa dan kamp medis alumni 2014.

SAMARITAN Edisi 2 Tahun 2013 KESAKSIAN 27

ua bulan mengikuti follow up MMC VIII, saya banyak belajar. DBelajar tentang Tuhan, misi,

pelayanan kesehatan, gereja, dan belajar tentang diri sendiri. Terkadang saya mengandalkan kekuatan saya untuk mengerjakan segala sesuatu, tetapi saya sadar bahwa tidak mungkin saya dapat megerjakannya sendiri dan dengan kekuatan saya sendiri. Saya juga sering menutup mata dan tidak peka akan suara Tuhan dalam hidup saya. Saya juga membatasi Tuhan dalam hidup saya, dan sering mengandalkan kekuatan sendiri. Tuhan yang menetapkan dan menjadikan segala sesuatu terjadi agar manusia sadar bahwa Dia yang berkuasa dalam segala hal.

Pelayanan kesehatan adalah wadah yang cukup efektif untuk bermisi. MMC VIII diadakan juga karena melihat kesempatan ini dan dengan kerinduan dari dunia medis akan lahir dokter dan dokter gigi misionaris atau yang berhati misi. Maksudnya juga, akan lahir seorang misionaris yang bekerja sebagai dokter atau dokter gigi. Dalam follow up MMC VIII ini saya semakin dibukakan akan pelayanan kesehatan yang melakukan misi karena saya langsung terjun didalamnya dan melakukannya sendiri. Selama MMC VIII saya tidak m e n d a p a t k a n n y a k a r e n a b e l u m mengerjakannnya secara nyata. Tetapi saya bersyukur dalam follow up ini saya d ibukakan dan mel ihat langsung kenyataan di dalam lapangan. Memang tidak jauh beda akhirnya jika kita mengerjakan pelayanan misi setengah-setengah dan kesehatan maksimal atau

KESAKSIANSAYA BANYAK BELAJARdrg. Muktar Hutasoit

hanya terjebak oleh pelayanan kesehatan itu sendiri. Karena secara manusia kita akan merasa puas atau merasa sudah mengerjakannya karena sudah melayani mereka dengan melakukan pengobatan kepada mereka.

Saya bersyukur dapat melihat langsung pelayanan kesehatan oleh Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD) RS Bethesda Serukam dalam melayani masyarakat yang akhirnya membuka mata saya bahwa pelayanan kesehatan sangatlah efektif dalam memberitakan Injil kepada masyarakat. Tetapi terkadang ini tidak terjadi karena terjebak dengan kegiatan dan kesibukan yang pada akhirnya melupakan bahwa setiap jiwa yang datang membutuhkan kasih Kristus yang terutama. Jika semua dokter dan dokter gigi Kristen melihat hal ini secara bersama-sama maka akan banyak jiwa yang dimenangkan dalam Kristus. Inilah yang menjadi pelajaran dan yang mengubah hidup saya agar melihat setiap orang atau setiap pasien bahwa mereka membutuhkan Kristus atau

Page 27: Samaritan edisi 2 tahun 2013

26

LAPORAN

MAU MENYENTUHDAN MERAWATNs. Karina Sinulingga, S.Kep.

amp Nasional Mahasiswa 2013, berlangsung 14-15 Agustus 2013 di KHotel Puteri Duyung, Ancol, Jakarta

Utara. Dalam kamp yang diikuti mahasiswa dari berbagai jurusan, kampus dan daerah di seluruh Indonesia itu, melibatkan juga mahasiswa keperawatan. Tercatat, yang hadir pada kapita selekta profesi keperawatan sekitar 22 orang. Mereka berasal dari kampus USU Medan, UI Jakarta, UPH Jakarta, UNEJ Jember, STIKES Bethesda Yogyakarta, STIKES Maharani Malang, STIKES Surabaya, STIKES Cahaya Bangsa Banjarmasin, STIKES Poso, Univ. Sam Ratulangi Manado, STIKES Sorong dan POLTEKES Kupang. Semangat peserta yang luar biasa membuat dua sesi kapita selekta keperawatan ini sangat hidup dan interaktif.

Rabu malam, 14 Agustus, Bapak Hasiholan Tiroi Simorangkir menjadi pembicara kapita selekta. Dibuka dengan perkenalan, dan setiap peserta harus menjawab pertanyaan “Mengapa menjadi seorang perawat?” Jawaban peserta sangat bervariasi. Mulai dari ajakan teman, disuruh orang tua dan kemauan sendiri. Semua peserta menjadi lebih terbuka, lebih mengenal satu sama lain dan mungkin ada juga yang merasa 'bernasib' yang sama.

Kamis pagi dan siang, 15 Agustus, giliran Ibu Prof. Budi Anna Keliat

menyampaikan topik: Dream, Image and Motivation Perawat Profesional dan Sikap Perawat Kristen dalam Mengaplikasikan Kepribadian Allah dalam Pelayanan Keperawatan. Dalam sesi ini, kehidupan seorang perawat dikupas tuntas. Menurut Budi Anna Keliat, seorang perawat, seharusnya menjadi tangan Kristus yang rendah hati yang mau menyentuh dan merawat setiap pasien seburuk apa pun itu. Terlihat, banyak air mata yang mengalir di sesi ini, bahkan semakin deras ketika anak-anak Tuhan, calon-calon perawat ini membagikan mimpi dan beban yang besar buat negeri ini.Mungkin selama ini banyak perawat yang mengeluhkan kehidupannya, bahkan mahasiswa keperawatan pun menyesali sekolah yang sudah dijalaninya. Namun ketika kita melihat pasien-pasien yang terbengkalai, tidak ada yang peduli, perawatan kesehatan yang diterima dibawah standar atau ala kadarnya. Bukankah ini suatu kesempatan yang luar biasa diberikan Kristus untuk setiap perawat untuk menyalurkan kasih-Nya. Tidak semua orang sanggup menjalaninya, namun perawat Kristen dipanggil untuk melakukannya, merendahkan diri , berempati, dan kompeten menjalankan tugas-tugas keperawatannya. Sebenarnya banyak sekali yang didapatkan semua peserta kapita selekta keperawatan ini, motivasi dari para pembicara dan antar peserta lainnya.

Nah, untuk yang belum ikut, jangan khawatir, masih ada kamp medis mahasiswa dan kamp medis alumni 2014.

SAMARITAN Edisi 2 Tahun 2013 KESAKSIAN 27

ua bulan mengikuti follow up MMC VIII, saya banyak belajar. DBelajar tentang Tuhan, misi,

pelayanan kesehatan, gereja, dan belajar tentang diri sendiri. Terkadang saya mengandalkan kekuatan saya untuk mengerjakan segala sesuatu, tetapi saya sadar bahwa tidak mungkin saya dapat megerjakannya sendiri dan dengan kekuatan saya sendiri. Saya juga sering menutup mata dan tidak peka akan suara Tuhan dalam hidup saya. Saya juga membatasi Tuhan dalam hidup saya, dan sering mengandalkan kekuatan sendiri. Tuhan yang menetapkan dan menjadikan segala sesuatu terjadi agar manusia sadar bahwa Dia yang berkuasa dalam segala hal.

Pelayanan kesehatan adalah wadah yang cukup efektif untuk bermisi. MMC VIII diadakan juga karena melihat kesempatan ini dan dengan kerinduan dari dunia medis akan lahir dokter dan dokter gigi misionaris atau yang berhati misi. Maksudnya juga, akan lahir seorang misionaris yang bekerja sebagai dokter atau dokter gigi. Dalam follow up MMC VIII ini saya semakin dibukakan akan pelayanan kesehatan yang melakukan misi karena saya langsung terjun didalamnya dan melakukannya sendiri. Selama MMC VIII saya tidak m e n d a p a t k a n n y a k a r e n a b e l u m mengerjakannnya secara nyata. Tetapi saya bersyukur dalam follow up ini saya d ibukakan dan mel ihat langsung kenyataan di dalam lapangan. Memang tidak jauh beda akhirnya jika kita mengerjakan pelayanan misi setengah-setengah dan kesehatan maksimal atau

KESAKSIANSAYA BANYAK BELAJARdrg. Muktar Hutasoit

hanya terjebak oleh pelayanan kesehatan itu sendiri. Karena secara manusia kita akan merasa puas atau merasa sudah mengerjakannya karena sudah melayani mereka dengan melakukan pengobatan kepada mereka.

Saya bersyukur dapat melihat langsung pelayanan kesehatan oleh Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD) RS Bethesda Serukam dalam melayani masyarakat yang akhirnya membuka mata saya bahwa pelayanan kesehatan sangatlah efektif dalam memberitakan Injil kepada masyarakat. Tetapi terkadang ini tidak terjadi karena terjebak dengan kegiatan dan kesibukan yang pada akhirnya melupakan bahwa setiap jiwa yang datang membutuhkan kasih Kristus yang terutama. Jika semua dokter dan dokter gigi Kristen melihat hal ini secara bersama-sama maka akan banyak jiwa yang dimenangkan dalam Kristus. Inilah yang menjadi pelajaran dan yang mengubah hidup saya agar melihat setiap orang atau setiap pasien bahwa mereka membutuhkan Kristus atau

Page 28: Samaritan edisi 2 tahun 2013

28

kesembuhan jiwanya, selain kebutuhan kesembuhan fisiknya. Yesus telah melakukannya dan mempraktekkannya dalam pelayanan-Nya. Yesus tidak hanya menyembuhkan fisiknya tetapi terlebih a d a l a h s e t i a p o ra n g m e n ga l a m i kesembuhan rohani dan j iwanya dimenangkan dalam Kristus. Maka dibawa oranglah kepada – Nya seorang lumpuh yang terbaring di tempat tidurnya. Ketika Yesus melihat iman mereka, berktalah Ia kepada orang lumpuh itu: “Percayalah, hai anak-anak-Ku, dosamu sudah diampuni.” (Matius 9 : 2)

Menyerahkan Ishak dalam Diriku Banyak hal dalam diri saya yang

diubahkan. Seperti kesombongan, egois, ketakutan, tertutup, dan sulit mengambil keputusan serta belajar menjadi pria yang sesungguhnya. Ikut program follow up magang ini adalah sebuah keputusan awal yang saya lakukan. Memang bukanlah hal yang gampang tetapi saya harus mengambil keputusan. Awalnya saya ragu dan banyak sekali pertimbangan dan banyak pengaruh dari luar. Tetapi satu per satu saya harus matikan dan kalahkan karena jika tidak aku akan tidak pernah maksimal dalam mengerjakan apa pun.

Dalam follow up magang ini banyak hal yang menuntutku agar mengambil k e p u t u s a n s e n d i r i d a n h a r u s menger jakannya sendir i . Dengan bergantung pada Tuhan Yesus akhirnya sedikit demi sedikit saya belajar dan harus tegas dengan diri sendiri. Selama MMC VIII saya sering jadi loadspeaker bagi teman-teman saya, tetapi dalam follow up magang ini saya dituntut jadi pelaku dan harus melakukannya sendiri.

Menjadi pria adalah pilihan sebab tidak semua laki-laki adalah pria. Tuhan menciptkan manusia laki-laki dan perempuan. Tetapi tidak semua laki-laki adalah pria. Kata-kata ini sangatlah mengena dalam hidupku. Dan kata-kata ini sangat membuat saya gelisah dan membuat saya bertanya-tanya apa sebenarnya arti kata ini. Saya adalah orang yang plegmatik nya cukup tinggi, dalam banyak hal saya sering mengandalkan perasaan tanpa memikirkannya dengan masak-masak. Hal inilah yang membuat saya sering jatuh dalam kesalahan atau dosa yang sama. Dalam mendoakan pasangan hidup pun saya banyak belajar dalam 2 bulan ini. Apakah Tuhan memang mengkehendaki saya untuk menikah atau tidak menikah? Inilah yang mejadi

SAMARITAN Edisi 2 Tahun 2013 KESAKSIAN 29

pertanyaan yang timbul dalam benak saya. Jika ia serahkan pada Tuhan dan jika tidak tetap serahkan pada Tuhan agar Dia yang berotoritas dan bertindak. Bagi saya sebagai seorang pribadi yang Tuhan Yesus telah tetapkan dan dipilih menjadi anak-Nya, saya belajar bahwa hidup ku bukanlah aku lagi tetapi Yesus dalamku. Jadi sebagai pria sejati haruslah menjaga hidup dalam kekudusan dan kesetiaan dalam Tuhan. Memang tidak mudah melakukannya karena perlu perjuangan dan komitmen dalam pribadi untuk tetap taat dan tunduk pada pimpinan-Nya.

Aku belajar dalam mengerjakan misi hal ini juga sangat berpengaruh karena akan mempengaruhi bagaimana saya bertindak dan bagaimana saya akan fokus pada tujuan awal. Tujuan awal Tuhan Yesus adalah membawa jiwa kepada terang yang dari Kristus. Jadi jika saya tidak fokus maka akan mudah dan gampang saya jatuh dalam hal aktivitas kerohaniaan yang tidak memceritakan Kristus dan yang akan membuat saya capek dan putus asah di tengah jalan. Semuanya pada akhirnya harus diserahkan pada Tuhan, baik cita-cita, impian, harapan bahkan masa depan, dan sebagai seorang yang sudah diselamatkan harus merendahkan diri dan

memberikan hidup kepada Tuhan agar Dia yang menetapkan dan menuliskannya dalam hidup saya. Jika semuanya telah kita serahkan dengan rela dan ikhlas tanpa ragu maka Tuhan akan bertidak dan berbicara dengan jelas dalam hidup kita atau saya. Itulah Ishak yang harus saya serahkan pada Tuhan. Karena sama Tuhan menyuruh Abraham untuk mempersembahkan anaknya yang tunggal itu sebagai korban bakaran, dan dengan ketaatan dan penyerahan yan total akhirnya Abraham memmpersembahkan Ishak. Firman-Nya: “Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu.” (Kejadian 22 : 2) Saya sadar bahwa dalam kehidupan misionaris tidaklah hanya menceritakan Injil. Tetapi yang lebih penting adalah bagaimana seluruh hidupnya menjadi Injil bagi setiap orang. Jadi dalam segala hal kita harus member ikan yang terba ik untuk pemberitaan Injil Kristus. Bahkan segala yang terkasih dalam hidup pun harus kita atau saya serahkan dan rela kutinggalkan. Seperti kata Paulus dalam 1 Korintus 10: 33 yaitu: “Sama seperti aku juga berusaha menyenangkan hati semua orang dalam segala hal, bukan untuk kepentingan diriku, tetapi untuk kepentingan orang banyak, supaya mereka beroleh selamat”.

Tuhan Yesus, kusadar kulemah,Tuhan Yesus, kusadar ku amat hina,Tuhan Yesus, siapakah diri hamba,

Hingga Kau rela mati bagiku.O Tuhan, ampunilah dosaku,

Buanglah s'gala kesombonganku.Ajarku mengenali kasihMu,Bersujud di bawah salibMu.

Page 29: Samaritan edisi 2 tahun 2013

28

kesembuhan jiwanya, selain kebutuhan kesembuhan fisiknya. Yesus telah melakukannya dan mempraktekkannya dalam pelayanan-Nya. Yesus tidak hanya menyembuhkan fisiknya tetapi terlebih a d a l a h s e t i a p o ra n g m e n ga l a m i kesembuhan rohani dan j iwanya dimenangkan dalam Kristus. Maka dibawa oranglah kepada – Nya seorang lumpuh yang terbaring di tempat tidurnya. Ketika Yesus melihat iman mereka, berktalah Ia kepada orang lumpuh itu: “Percayalah, hai anak-anak-Ku, dosamu sudah diampuni.” (Matius 9 : 2)

Menyerahkan Ishak dalam Diriku Banyak hal dalam diri saya yang

diubahkan. Seperti kesombongan, egois, ketakutan, tertutup, dan sulit mengambil keputusan serta belajar menjadi pria yang sesungguhnya. Ikut program follow up magang ini adalah sebuah keputusan awal yang saya lakukan. Memang bukanlah hal yang gampang tetapi saya harus mengambil keputusan. Awalnya saya ragu dan banyak sekali pertimbangan dan banyak pengaruh dari luar. Tetapi satu per satu saya harus matikan dan kalahkan karena jika tidak aku akan tidak pernah maksimal dalam mengerjakan apa pun.

Dalam follow up magang ini banyak hal yang menuntutku agar mengambil k e p u t u s a n s e n d i r i d a n h a r u s menger jakannya sendir i . Dengan bergantung pada Tuhan Yesus akhirnya sedikit demi sedikit saya belajar dan harus tegas dengan diri sendiri. Selama MMC VIII saya sering jadi loadspeaker bagi teman-teman saya, tetapi dalam follow up magang ini saya dituntut jadi pelaku dan harus melakukannya sendiri.

Menjadi pria adalah pilihan sebab tidak semua laki-laki adalah pria. Tuhan menciptkan manusia laki-laki dan perempuan. Tetapi tidak semua laki-laki adalah pria. Kata-kata ini sangatlah mengena dalam hidupku. Dan kata-kata ini sangat membuat saya gelisah dan membuat saya bertanya-tanya apa sebenarnya arti kata ini. Saya adalah orang yang plegmatik nya cukup tinggi, dalam banyak hal saya sering mengandalkan perasaan tanpa memikirkannya dengan masak-masak. Hal inilah yang membuat saya sering jatuh dalam kesalahan atau dosa yang sama. Dalam mendoakan pasangan hidup pun saya banyak belajar dalam 2 bulan ini. Apakah Tuhan memang mengkehendaki saya untuk menikah atau tidak menikah? Inilah yang mejadi

SAMARITAN Edisi 2 Tahun 2013 KESAKSIAN 29

pertanyaan yang timbul dalam benak saya. Jika ia serahkan pada Tuhan dan jika tidak tetap serahkan pada Tuhan agar Dia yang berotoritas dan bertindak. Bagi saya sebagai seorang pribadi yang Tuhan Yesus telah tetapkan dan dipilih menjadi anak-Nya, saya belajar bahwa hidup ku bukanlah aku lagi tetapi Yesus dalamku. Jadi sebagai pria sejati haruslah menjaga hidup dalam kekudusan dan kesetiaan dalam Tuhan. Memang tidak mudah melakukannya karena perlu perjuangan dan komitmen dalam pribadi untuk tetap taat dan tunduk pada pimpinan-Nya.

Aku belajar dalam mengerjakan misi hal ini juga sangat berpengaruh karena akan mempengaruhi bagaimana saya bertindak dan bagaimana saya akan fokus pada tujuan awal. Tujuan awal Tuhan Yesus adalah membawa jiwa kepada terang yang dari Kristus. Jadi jika saya tidak fokus maka akan mudah dan gampang saya jatuh dalam hal aktivitas kerohaniaan yang tidak memceritakan Kristus dan yang akan membuat saya capek dan putus asah di tengah jalan. Semuanya pada akhirnya harus diserahkan pada Tuhan, baik cita-cita, impian, harapan bahkan masa depan, dan sebagai seorang yang sudah diselamatkan harus merendahkan diri dan

memberikan hidup kepada Tuhan agar Dia yang menetapkan dan menuliskannya dalam hidup saya. Jika semuanya telah kita serahkan dengan rela dan ikhlas tanpa ragu maka Tuhan akan bertidak dan berbicara dengan jelas dalam hidup kita atau saya. Itulah Ishak yang harus saya serahkan pada Tuhan. Karena sama Tuhan menyuruh Abraham untuk mempersembahkan anaknya yang tunggal itu sebagai korban bakaran, dan dengan ketaatan dan penyerahan yan total akhirnya Abraham memmpersembahkan Ishak. Firman-Nya: “Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu.” (Kejadian 22 : 2) Saya sadar bahwa dalam kehidupan misionaris tidaklah hanya menceritakan Injil. Tetapi yang lebih penting adalah bagaimana seluruh hidupnya menjadi Injil bagi setiap orang. Jadi dalam segala hal kita harus member ikan yang terba ik untuk pemberitaan Injil Kristus. Bahkan segala yang terkasih dalam hidup pun harus kita atau saya serahkan dan rela kutinggalkan. Seperti kata Paulus dalam 1 Korintus 10: 33 yaitu: “Sama seperti aku juga berusaha menyenangkan hati semua orang dalam segala hal, bukan untuk kepentingan diriku, tetapi untuk kepentingan orang banyak, supaya mereka beroleh selamat”.

Tuhan Yesus, kusadar kulemah,Tuhan Yesus, kusadar ku amat hina,Tuhan Yesus, siapakah diri hamba,

Hingga Kau rela mati bagiku.O Tuhan, ampunilah dosaku,

Buanglah s'gala kesombonganku.Ajarku mengenali kasihMu,Bersujud di bawah salibMu.

Page 30: Samaritan edisi 2 tahun 2013

anaman Kelor atau moringaoleifera telah dikenal selama berabad-abad Tsebagai tanaman multi guna, padat

nutrisi dan berkhasiat obat. Mengandung senyawa alami yang lebih banyak dan beragam disbanding jenis tanaman lain yang ada. Tanaman Kelor mengandung 46 anti oksidan kuat yang melindungi tubuh dari radikal bebas, mengandung 18 asam amino (8 diantara nya esensial) yang dibutuhkan tubuh untuk membangun sel-sel baru, 36 senyawa anti inflamasi, serta 90 nutrisi alami seperti vitamin dan mineral.

Konon, kelor berasal dari Agradan Oudh; terletak di barat lautIndia, wilayah pegunungan Himalaya bagian selatan. Nama "Shigon" untuk Kelor telah disebutkan dalam kitab "Shushruta Sanhita" yang ditulis pada awal abad pertama Masehi. Ada bukti bahwa Kelor ini telah dibudidayakan di India sejak ribuantahun yang lalu. Masyarakat kuno India tahu bahwa biji-bijian mengandung m i n y a k n a b a t i d a n m e r e k a m e n g g u n a k a n n y a u n t u k t u j u a n pengobatan. Sekarang, masyarakat India

30

INFO KELORdr. Prapti Utami

padaumumnya memanfaatkan Kelor sebagai pakan ternak atau sayuran.

Sumber lain menyebutkan, Kelo rmerupakan tanaman asli dari wilayah barat dan sekitar sub-Himalaya, India, Pakistan, Asia Kecil, Afrikadan Arabia (Somalia et al, 1984; Mughal et al, 1999) dan sekarang didistribusikan di Filipina, Kamboja, Amerika Tengah, Amerika Utara dan Selatan serta Kepulauan Karibia (Morton, 1991).

Kelor yang MenduniaKelor dikenal dengan banyak nama di

berbagai Negara dan dalam bahasa Dravida, ada banyak nama local untuk Kelor, tetapi semua berasal dari akar kata "Morunga". Dalam bahasa Inggris umumnya dikenal sebagai Horseradish tree, Drumstick tree, Never Die tree, West Indian Ben tree, dan Radish tree (Ramachandran et al., 1980). Kelor populer disebut 'drumstick' karena polongnya yang menyerupai stik drum.Sementara di wilayah lembah Nil, Kelor dikenal dengan nama'Shagara al Rauwaq', yang berarti 'pohon yang memurnikan' (Von Maydell, 1986). Di Pakistan, Kelor secara lokal dikenal sebagai 'Sohanjna' serta tumbuh dan dibudidayakan di seluruh negeri (Qaiser, 1973, Anwar et al, 2005).

Belakangan ini, Kelor digunakan dengan sukses dalam memerangi kekurangan gizi pada anak-anak dan upaya untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh di banyak negara berkembang. Dunia pengobatan tradisional sudah lama

SAMARITAN Edisi 2 Tahun 2013 INFO 31

menggunakan Kelor untuk pengobatan berbagai penyakit, termasuk pemulihan dari kerusakan hati. Kelor pun sering digunakan untuk melengkapi obat-obatan modern pada penderita sakit kronis termasuk mereka yang menderita AIDS dan penyakit yang terkait dengan HIV.

India, Pakistan, Filipina, Hawaii dan banyak bagian Afrika (D'souza dan Kulkarni, 1993; Anwar dan Bhanger, 2003; Anwar et al, 2005.). Daun Kelor telah dilaporkan menjadi sumber yang kaya â-karoten, protein, vitamin C, kalsium dan kalium, dan menjadi sumber makanan yang baik sebagai antioksidan alami, karena adanya berbagai jenis senyawa antioksidan seperti asam askorbat, flavonoid, fenolat dan karotenoid (Dillard dan Jerman, 2000; Siddhuraju dan Becker, 2003).Di Filipina, Kelor dikenal sebagai 'teman ibu terbaik' karena pemanfaatannya untuk meningkatkan produksi ASI dan kadang-kadang diresepkan untuk anemia (Estrella et al, 2000.; Siddhuraju dan Becker, 2003).Sejak sepuluh tahun terakhir, dunia memandang Kelor sebagai pohon tropis yang paling berguna karena kandungan dan manfaat seluruh bagian tanamannya. S e l a i n i t u , Ke l o r re l a t i f m u d a h dibudidayakan dan disebarluaskan, baik dengan cara seksual maupun aseksual, tidak memerlukan unsur hara dan air yang banyak sehingga sangat mudah dalam proses pengelolaan produksi dalam skala besar maupun skala rumah tangga. Kelor pun memiliki banyak fungsi seperti sumber makanan bergizi, apotek hidup, herbal, natural kosmetik, pelestarian alam dan lingkungan, konservasi, penyerapan karbon, sumber minyak nabati, energi terbarukan, peningkatan kualitas air,

kebutuhan pakan ternak dan sumber pupuk serta pestisida alami.

Perbanyakan Kelor dapat dilakukan dengan metode penyemaian langsung dengan biji atau menggunakan stek batang. Daun Kelor dapat dipanen setelah tanaman tumbuh 1,5 hingga 2 meter, yang biasanya memakan waktu 3 sampai 6 bulan. Namun dalam budidaya intensif yang bertujuan untuk produksi daunnya,Kelor dipelihara dengan ketinggian tidak lebih dari 1 meter. Pemanenan dilakukan dengan cara memetik batang daun dari c a b a n g ata u d e n ga n m e m o to n g cabangnya dengan jarak 20 sampai 40 cm di atas tanah.Kelor merupakan tanaman asli kaki bukit Himalaya Asia selatan, dari timur laut Pakistan (33° N, 73° E), sebelah utara Bengala Barat di India dan timur laut Bangladesh di mana sering ditemukan pada ketinggian 1.400 m dari permukaan laut, di atas tanah aluvial baru atau dekat aliran sungai. (NASIR, E.; ALI, S. I. (eds.), 1972).Kelor dibudidayakan dan telah beradaptasi dengan baik di luar jangkauan daerah asalnya, termasuk seluruh Asia Selatan, dan di banyak negara Asia Tenggara, Semenanjung Arab, tropis Afrika, Amerika Tengah, Karibia dan tropis Amerika Selatan. Kelor menyebar dan telah menjadi naturalisasi di bagian lain Pakistan, India, dan Nepal, serta di Afghanistan, Bangladesh, Sri Lanka, Asia Tenggara, Asia Barat, Jazirah Arab, Timurdan Afrika Barat, sepanjang Hindia Barat dan selatan Florida, di Tengah dan Selatan Amerika dari Meksiko ke Peru, serta di Brazil dan Paraguay (JAMA, B.; NAIR, P. K. R.; KURIRA, P. W., 1989

Page 31: Samaritan edisi 2 tahun 2013

anaman Kelor atau moringaoleifera telah dikenal selama berabad-abad Tsebagai tanaman multi guna, padat

nutrisi dan berkhasiat obat. Mengandung senyawa alami yang lebih banyak dan beragam disbanding jenis tanaman lain yang ada. Tanaman Kelor mengandung 46 anti oksidan kuat yang melindungi tubuh dari radikal bebas, mengandung 18 asam amino (8 diantara nya esensial) yang dibutuhkan tubuh untuk membangun sel-sel baru, 36 senyawa anti inflamasi, serta 90 nutrisi alami seperti vitamin dan mineral.

Konon, kelor berasal dari Agradan Oudh; terletak di barat lautIndia, wilayah pegunungan Himalaya bagian selatan. Nama "Shigon" untuk Kelor telah disebutkan dalam kitab "Shushruta Sanhita" yang ditulis pada awal abad pertama Masehi. Ada bukti bahwa Kelor ini telah dibudidayakan di India sejak ribuantahun yang lalu. Masyarakat kuno India tahu bahwa biji-bijian mengandung m i n y a k n a b a t i d a n m e r e k a m e n g g u n a k a n n y a u n t u k t u j u a n pengobatan. Sekarang, masyarakat India

30

INFO KELORdr. Prapti Utami

padaumumnya memanfaatkan Kelor sebagai pakan ternak atau sayuran.

Sumber lain menyebutkan, Kelo rmerupakan tanaman asli dari wilayah barat dan sekitar sub-Himalaya, India, Pakistan, Asia Kecil, Afrikadan Arabia (Somalia et al, 1984; Mughal et al, 1999) dan sekarang didistribusikan di Filipina, Kamboja, Amerika Tengah, Amerika Utara dan Selatan serta Kepulauan Karibia (Morton, 1991).

Kelor yang MenduniaKelor dikenal dengan banyak nama di

berbagai Negara dan dalam bahasa Dravida, ada banyak nama local untuk Kelor, tetapi semua berasal dari akar kata "Morunga". Dalam bahasa Inggris umumnya dikenal sebagai Horseradish tree, Drumstick tree, Never Die tree, West Indian Ben tree, dan Radish tree (Ramachandran et al., 1980). Kelor populer disebut 'drumstick' karena polongnya yang menyerupai stik drum.Sementara di wilayah lembah Nil, Kelor dikenal dengan nama'Shagara al Rauwaq', yang berarti 'pohon yang memurnikan' (Von Maydell, 1986). Di Pakistan, Kelor secara lokal dikenal sebagai 'Sohanjna' serta tumbuh dan dibudidayakan di seluruh negeri (Qaiser, 1973, Anwar et al, 2005).

Belakangan ini, Kelor digunakan dengan sukses dalam memerangi kekurangan gizi pada anak-anak dan upaya untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh di banyak negara berkembang. Dunia pengobatan tradisional sudah lama

SAMARITAN Edisi 2 Tahun 2013 INFO 31

menggunakan Kelor untuk pengobatan berbagai penyakit, termasuk pemulihan dari kerusakan hati. Kelor pun sering digunakan untuk melengkapi obat-obatan modern pada penderita sakit kronis termasuk mereka yang menderita AIDS dan penyakit yang terkait dengan HIV.

India, Pakistan, Filipina, Hawaii dan banyak bagian Afrika (D'souza dan Kulkarni, 1993; Anwar dan Bhanger, 2003; Anwar et al, 2005.). Daun Kelor telah dilaporkan menjadi sumber yang kaya â-karoten, protein, vitamin C, kalsium dan kalium, dan menjadi sumber makanan yang baik sebagai antioksidan alami, karena adanya berbagai jenis senyawa antioksidan seperti asam askorbat, flavonoid, fenolat dan karotenoid (Dillard dan Jerman, 2000; Siddhuraju dan Becker, 2003).Di Filipina, Kelor dikenal sebagai 'teman ibu terbaik' karena pemanfaatannya untuk meningkatkan produksi ASI dan kadang-kadang diresepkan untuk anemia (Estrella et al, 2000.; Siddhuraju dan Becker, 2003).Sejak sepuluh tahun terakhir, dunia memandang Kelor sebagai pohon tropis yang paling berguna karena kandungan dan manfaat seluruh bagian tanamannya. S e l a i n i t u , Ke l o r re l a t i f m u d a h dibudidayakan dan disebarluaskan, baik dengan cara seksual maupun aseksual, tidak memerlukan unsur hara dan air yang banyak sehingga sangat mudah dalam proses pengelolaan produksi dalam skala besar maupun skala rumah tangga. Kelor pun memiliki banyak fungsi seperti sumber makanan bergizi, apotek hidup, herbal, natural kosmetik, pelestarian alam dan lingkungan, konservasi, penyerapan karbon, sumber minyak nabati, energi terbarukan, peningkatan kualitas air,

kebutuhan pakan ternak dan sumber pupuk serta pestisida alami.

Perbanyakan Kelor dapat dilakukan dengan metode penyemaian langsung dengan biji atau menggunakan stek batang. Daun Kelor dapat dipanen setelah tanaman tumbuh 1,5 hingga 2 meter, yang biasanya memakan waktu 3 sampai 6 bulan. Namun dalam budidaya intensif yang bertujuan untuk produksi daunnya,Kelor dipelihara dengan ketinggian tidak lebih dari 1 meter. Pemanenan dilakukan dengan cara memetik batang daun dari c a b a n g ata u d e n ga n m e m o to n g cabangnya dengan jarak 20 sampai 40 cm di atas tanah.Kelor merupakan tanaman asli kaki bukit Himalaya Asia selatan, dari timur laut Pakistan (33° N, 73° E), sebelah utara Bengala Barat di India dan timur laut Bangladesh di mana sering ditemukan pada ketinggian 1.400 m dari permukaan laut, di atas tanah aluvial baru atau dekat aliran sungai. (NASIR, E.; ALI, S. I. (eds.), 1972).Kelor dibudidayakan dan telah beradaptasi dengan baik di luar jangkauan daerah asalnya, termasuk seluruh Asia Selatan, dan di banyak negara Asia Tenggara, Semenanjung Arab, tropis Afrika, Amerika Tengah, Karibia dan tropis Amerika Selatan. Kelor menyebar dan telah menjadi naturalisasi di bagian lain Pakistan, India, dan Nepal, serta di Afghanistan, Bangladesh, Sri Lanka, Asia Tenggara, Asia Barat, Jazirah Arab, Timurdan Afrika Barat, sepanjang Hindia Barat dan selatan Florida, di Tengah dan Selatan Amerika dari Meksiko ke Peru, serta di Brazil dan Paraguay (JAMA, B.; NAIR, P. K. R.; KURIRA, P. W., 1989

Page 32: Samaritan edisi 2 tahun 2013

32

The Miracle of TreeKe l o r te r b u k t i s e c a ra i l m i a h

merupakan sumber gizi berkhasiat obat yang kandungannya diluar kebiasaan kandungan tanaman pada umumnya. Sehingga Kelor diyakini memiliki potensi untuk mengakhiri kekurangan gizi, ke l a p a ra n , s e r ta m e n c e ga h d a n menyembuhkan berbagai penyakit di seluruh dunia. Kelor benar-benar tanaman ajaib, dan karunia Tuhan sebagai sumber bergizi dan obat penyembuhan bagi umat manusia.Kelor pun diketahui mengandung lebih dari 40 antioksidan. Kelor dilaporkan mengandung 539 senyawa yang dikenal dalam pengobatan tradisional Afrika dan India (Ayurvedic) serta telah digunakan dalam pengobatan tradisional untuk mencegah lebih dari 300 penyakit.

Dr. Gary Bracey, seorang penulis, pengusaha, motivator, dan ahli kesehatan di Afrika, mempublikasikan dalam moringadirect.com, bahwa serbuk daun Kelor mengandung :Vitamin A, 10 kali lebih banyak disbanding Wortel. Vitamin B1, 4 kali lebih banyak disbanding daging babi. Vitamin B2, 50 kali lebih banyak dibanding Sardines, Vitamin B3, 50 kali lebih banyak disbanding Kacang, Vitamin E, 4 kali lebih banyak disbanding Minyak Jagung, Beta Carotene, 4 kali lebih banyak dibanding Wortel, ZatBesi, 25 kali lebih banyak disbanding bayam, Zinc, 6 kali lebih banyak dibanding almond, Kalium, 15 kali lebih banyak disbanding pisang, Kalsium, 17 kali dan 2 kali lebih banyak dibanding Susu, Protein, 9 kali lebih banyak dibanding Yogurt, Asam Amino, 6 kali lebih banyak disbanding bawang putih, Poly Phenol, 2 kali lebih banyak dibanding Red Wine, Serat (Dietary

Fiber), 5 kali lebih banyak disbanding sayuran pada umumnya, GABA (gamma-aminobutyric acid), 100 kali lebih banyak disbanding beras merah. Tahun 2006, Wiley Inter Science mempublikasikan art ikel berjudul “Moringaoleifera: A Food Plant with Multiple Medicinal Uses”. Artikel tersebut menyebutkan: Kelor berisi mineral pentingdan merupakan sumber protein yang baik, vitamin, â-karoten, asam amino fenolat dan berbagai asam amino essensial lainnya. Kelor menyediakan kombinasi yang kaya dan langka dari zeatin, quercetin, â - sitosterol, asam caffe oylquinic dan kaempferol.Selain memiliki kekuatan sebagai pemurni air yang efektif dan nilai gizi yang tinggi, Kelor sangat penting untuk pengobatan alami. Berbagai bagian dari tanaman Kelor seperti daun, akar, biji, kulit kayu, buah, bunga dan polong dewasa, bertindak sebagai stimulant jantung dan peredaran darah, memiliki anti-tumor, anti-piretik, anti-epilepsi, anti-inflamasi, anti-ulcer, anti-spasmodic, diuretik, anti-hipertensi, menurunkan kolesterol, antioksidan, anti-diabetik, hepatoprotektif, anti-bakteridan anti-jamur. Saat ini Kelor sedang diteliti untuk digunakan dalam pengobatan berbagai penyakit da lam system kedokteran, khususnya di Asia Selatan. Kelor memang merupakan Tanaman Ajaib anugrah Tuhan untuk umat manusia.

Multiguna Berkhasiat ObatSemua bagian tanaman dapat

dimanfaatkan, daun dibuat sayur seperti bayam atau kangkung, buah muda dimasak dalam berbagai cara yang berbeda, biji muda digunakan seperti kacang polong atau dibuat bubur seperti

SAMARITAN Edisi 2 Tahun 2013 INFO 33

kacang hijau, minyak yang diambil dari bijinya digunakan untuk memasak dan bahan kosmetik, khususnya perawatan kulit sebagai nutrisi kulit, antiaging, pelembab dan tabirsurya.Daun yang sudah tua diambil dengan rantingnya, dan lebih cocok untuk membuat serbuk daun kering melalui proses penggilingan. Untuk sayuran segar daun harus dipanen lebih awal di pagi hari dan diolah pada hari yang sama. Bunga dan polong yang dihasilkan selama tahun kedua pertumbuhan, dipanen ketika masih muda, bertekstur lembut dan berwarna hijau.

Saat ini Kelor sedang ditel i t i penggunaannya sebagai bio-enhancer karena kandungan senyawa antibiotiknya dan penggunaan bijinya atau pasta biji s e b a g a i p e n j e r n i h a i r k a r e n a kemampuannya menggumpalkan kotoran yang melayang dalam air. Akarnya, Anti l ithic (pencegah/ penghancur terbentuknya batu urine), rubefacient (obat kul i t kemerahan), vesicant (menghilangkan kutil), karminatif (perut kembung), antifertilitas, anti-inflamasi (peradangan), stimulant bagi penderita lumpuh, bertindak sebagai tonik/ memperbaiki peredaran darah jantung, digunakan sebagai pencahar, aborsi, mengobati rematik, radang, sakitar tikular, punggung bawah atau nyeri ginjal dan sembelit Daunnya, diterap kan sebagai tapal untuk luka, dioleskan pada kening untuk sakit kepala, digunakan untuk kompres demam, sakit tenggorokan, mata merah, bronhitis, dan infeksi telinga, kudis dan penyakit selesma. Jus daun diyakini untuk mengontrol kadar glukosa, dan d i g u n a k a n u n t u k m e n g u r a n g i pembengkakan kelenjar.

B a t a n g u n t u k m e n y e m b u h kanpenyakit mata dan untuk pengobatan pasien mengigau, mencegah pembesaran limpa dan pembentukan kelenjar TB leher (gondok), untuk menghancurkan tumor dan untuk menyembuhkan bisul. Jus dari kulit akar yang dimasukkan ke dalam telinga untuk meredakan sakit telinga dan juga ditempatkan di rongga gigi sebagai penghilang rasa sakit, dan memiliki aktivitas anti-TBC.Secara umum, Kelor ditanam sebagai tanaman pagar dan pembatas tanah. Untuk keperluan khusus, Kelor dapat berfungsi sebagai penahan angin, untuk pengendalian erosi tanah, pagar hidup, sebagai tanaman hias, atau tumpangsari dengan spesies yang memerlukan sinar matahari tidak langsung. Tanaman Kelor pun sering digunakan sebagai tiang rambat untuk kacang-kacangan, ubi jalar, vanili, lada dan tanaman merambat lainnya.

*Bahantulisan diambil dari berbagai sumber

dr. Prapti UtamiAlumnus UNDIP 1996

Menjadi Dokter Praktek Konsultasi Herbal sejak thn 2000

Website : www.familyherbal.web.id atau www.kuramping.com

Page 33: Samaritan edisi 2 tahun 2013

32

The Miracle of TreeKe l o r te r b u k t i s e c a ra i l m i a h

merupakan sumber gizi berkhasiat obat yang kandungannya diluar kebiasaan kandungan tanaman pada umumnya. Sehingga Kelor diyakini memiliki potensi untuk mengakhiri kekurangan gizi, ke l a p a ra n , s e r ta m e n c e ga h d a n menyembuhkan berbagai penyakit di seluruh dunia. Kelor benar-benar tanaman ajaib, dan karunia Tuhan sebagai sumber bergizi dan obat penyembuhan bagi umat manusia.Kelor pun diketahui mengandung lebih dari 40 antioksidan. Kelor dilaporkan mengandung 539 senyawa yang dikenal dalam pengobatan tradisional Afrika dan India (Ayurvedic) serta telah digunakan dalam pengobatan tradisional untuk mencegah lebih dari 300 penyakit.

Dr. Gary Bracey, seorang penulis, pengusaha, motivator, dan ahli kesehatan di Afrika, mempublikasikan dalam moringadirect.com, bahwa serbuk daun Kelor mengandung :Vitamin A, 10 kali lebih banyak disbanding Wortel. Vitamin B1, 4 kali lebih banyak disbanding daging babi. Vitamin B2, 50 kali lebih banyak dibanding Sardines, Vitamin B3, 50 kali lebih banyak disbanding Kacang, Vitamin E, 4 kali lebih banyak disbanding Minyak Jagung, Beta Carotene, 4 kali lebih banyak dibanding Wortel, ZatBesi, 25 kali lebih banyak disbanding bayam, Zinc, 6 kali lebih banyak dibanding almond, Kalium, 15 kali lebih banyak disbanding pisang, Kalsium, 17 kali dan 2 kali lebih banyak dibanding Susu, Protein, 9 kali lebih banyak dibanding Yogurt, Asam Amino, 6 kali lebih banyak disbanding bawang putih, Poly Phenol, 2 kali lebih banyak dibanding Red Wine, Serat (Dietary

Fiber), 5 kali lebih banyak disbanding sayuran pada umumnya, GABA (gamma-aminobutyric acid), 100 kali lebih banyak disbanding beras merah. Tahun 2006, Wiley Inter Science mempublikasikan art ikel berjudul “Moringaoleifera: A Food Plant with Multiple Medicinal Uses”. Artikel tersebut menyebutkan: Kelor berisi mineral pentingdan merupakan sumber protein yang baik, vitamin, â-karoten, asam amino fenolat dan berbagai asam amino essensial lainnya. Kelor menyediakan kombinasi yang kaya dan langka dari zeatin, quercetin, â - sitosterol, asam caffe oylquinic dan kaempferol.Selain memiliki kekuatan sebagai pemurni air yang efektif dan nilai gizi yang tinggi, Kelor sangat penting untuk pengobatan alami. Berbagai bagian dari tanaman Kelor seperti daun, akar, biji, kulit kayu, buah, bunga dan polong dewasa, bertindak sebagai stimulant jantung dan peredaran darah, memiliki anti-tumor, anti-piretik, anti-epilepsi, anti-inflamasi, anti-ulcer, anti-spasmodic, diuretik, anti-hipertensi, menurunkan kolesterol, antioksidan, anti-diabetik, hepatoprotektif, anti-bakteridan anti-jamur. Saat ini Kelor sedang diteliti untuk digunakan dalam pengobatan berbagai penyakit da lam system kedokteran, khususnya di Asia Selatan. Kelor memang merupakan Tanaman Ajaib anugrah Tuhan untuk umat manusia.

Multiguna Berkhasiat ObatSemua bagian tanaman dapat

dimanfaatkan, daun dibuat sayur seperti bayam atau kangkung, buah muda dimasak dalam berbagai cara yang berbeda, biji muda digunakan seperti kacang polong atau dibuat bubur seperti

SAMARITAN Edisi 2 Tahun 2013 INFO 33

kacang hijau, minyak yang diambil dari bijinya digunakan untuk memasak dan bahan kosmetik, khususnya perawatan kulit sebagai nutrisi kulit, antiaging, pelembab dan tabirsurya.Daun yang sudah tua diambil dengan rantingnya, dan lebih cocok untuk membuat serbuk daun kering melalui proses penggilingan. Untuk sayuran segar daun harus dipanen lebih awal di pagi hari dan diolah pada hari yang sama. Bunga dan polong yang dihasilkan selama tahun kedua pertumbuhan, dipanen ketika masih muda, bertekstur lembut dan berwarna hijau.

Saat ini Kelor sedang ditel i t i penggunaannya sebagai bio-enhancer karena kandungan senyawa antibiotiknya dan penggunaan bijinya atau pasta biji s e b a g a i p e n j e r n i h a i r k a r e n a kemampuannya menggumpalkan kotoran yang melayang dalam air. Akarnya, Anti l ithic (pencegah/ penghancur terbentuknya batu urine), rubefacient (obat kul i t kemerahan), vesicant (menghilangkan kutil), karminatif (perut kembung), antifertilitas, anti-inflamasi (peradangan), stimulant bagi penderita lumpuh, bertindak sebagai tonik/ memperbaiki peredaran darah jantung, digunakan sebagai pencahar, aborsi, mengobati rematik, radang, sakitar tikular, punggung bawah atau nyeri ginjal dan sembelit Daunnya, diterap kan sebagai tapal untuk luka, dioleskan pada kening untuk sakit kepala, digunakan untuk kompres demam, sakit tenggorokan, mata merah, bronhitis, dan infeksi telinga, kudis dan penyakit selesma. Jus daun diyakini untuk mengontrol kadar glukosa, dan d i g u n a k a n u n t u k m e n g u r a n g i pembengkakan kelenjar.

B a t a n g u n t u k m e n y e m b u h kanpenyakit mata dan untuk pengobatan pasien mengigau, mencegah pembesaran limpa dan pembentukan kelenjar TB leher (gondok), untuk menghancurkan tumor dan untuk menyembuhkan bisul. Jus dari kulit akar yang dimasukkan ke dalam telinga untuk meredakan sakit telinga dan juga ditempatkan di rongga gigi sebagai penghilang rasa sakit, dan memiliki aktivitas anti-TBC.Secara umum, Kelor ditanam sebagai tanaman pagar dan pembatas tanah. Untuk keperluan khusus, Kelor dapat berfungsi sebagai penahan angin, untuk pengendalian erosi tanah, pagar hidup, sebagai tanaman hias, atau tumpangsari dengan spesies yang memerlukan sinar matahari tidak langsung. Tanaman Kelor pun sering digunakan sebagai tiang rambat untuk kacang-kacangan, ubi jalar, vanili, lada dan tanaman merambat lainnya.

*Bahantulisan diambil dari berbagai sumber

dr. Prapti UtamiAlumnus UNDIP 1996

Menjadi Dokter Praktek Konsultasi Herbal sejak thn 2000

Website : www.familyherbal.web.id atau www.kuramping.com

Page 34: Samaritan edisi 2 tahun 2013

ua orang Amerika dan satu orang J e r m a n - A m e r i k a b e r b a g i Dpenghargaan Nobel untuk bidang

kedokteran, Senin (7/10/2013). Mereka dianggap telah memecahkan misteri tentang sistem tranportasi di dalam sel.

Dua warga negara Amerika itu adalah James E Rothman (62) dan Randy W Schekman (64). Sementara itu, satu warga Jerman-Amerika adalah Thomas C Sudhof ( 5 7 ) . M e re ka b e r t i ga m e n d a p at penghargaan Nobel Kedokteran, Senin, untuk penemuan tentang bagaimana sel tubuh memutuskan kapan dan di mana membagikan molekul yang dihasilkan.

Pekerjaan mereka berfokus pada gelembung kecil di dalam sel yang disebut vesikel, yang menggerakkan hormon dan molekul di dalam sel dan kadang keluar sel, seperti ketika insulin dilepaskan ke aliran darah. Armada vesikel adalah ibarat layanan FedEx di era dunia seluler hari ini. Gang guan pada s i stem in i akan

INFONOBEL KEDOKTERAN 2013UNTUK TIGA PENELITITRANSPORTASI SEL

berkontribusi pada terpicunya penyakit diabetes, saraf, dan kekebalan tubuh.

Penelitian ini diyakini akan sangat membantu para dokter mendiagnosis keparahan epilepsi dan penurunan kekebalan pada anak. Penelitian tentang otak dan berbagai penyakit saraf juga terbantu hasil penelitian tiga orang ini. Bagi produsen biotek, penelitian mereka bertiga membantu lahirnya pompa ragi yang mendorong keluar sejumlah besar protein bermanfaat seperti insulin.

Rothman, profesor di Yale University, merinci bagaimana mesin protein memungkinkan vesikel dalam sel bergabung dengan targetnya untuk mengizinkan "perpindahan muatan" molekul. Adapun Schekman, profesor di University of California, Berkeley, memperoleh penghormatan untuk temuan satu set gen yang diperlukan bagi berlangsungnya lalu lintas vesikel.

Sementara itu, Sudhof, profesor di

34 SAMARITAN Edisi 2 Tahun 2013 INFO 35

Stanford University, memperlihatkan vesikel mendapat perintah kapan tepatnya harus melepaskan molekul. Schekman dan Sudhof juga merupakan peneliti di Howard Huges Medical Institute.

Schekman menemukan satu set gen yang memengaruhi transportasi vesikel tersebut pada 1970-an. Sementara itu, Rothman pada 1980 dan 1990-an mendapatkan baga imana ves ike l mengantarkan "kargo" ke tempat yang tepat. Adapun Sudhof, pada 1990-an, mengidentifikasi mesin pengontrol vesikel, yang memutuskan kapan "utusan" kimia dari satu sel otak bisa berkomunikasi dengan sel lain.

Ketika sel pankreas melepaskan insulin atau satu sel otak mengirimkan "seorang utusan" kimia untuk "berbicara dengan tetangganya", vesikel akan memutuskan kapan zat tersebut dikeluarkan ke tempat dan waktu yang tepat. Mereka juga ibarat kapal kargo yang mengirimkan pesanan antar-sel.

"Bayangkan ratusan ribu orang yang bepergian ratusan kilometer di jalanan, bagaimana mereka harus menemukan cara tepat untuk sampai, di mana akan menghentikan bus, atau membuka pintu agar orang bisa lewat," tutur Sekretaris K o m i t e N o b e l G o r a n H a n s s o n , menganalogikan temuan ketiga orang itu. "Ada persoalan yang sama di dalam sel," ujar dia.

Mantan Direktur Institut Nasional Ilmu Kedokteran Umum di Bethesda ini mengatakan, penghargaan tersebut datang jauh terlambat. Pekerjaan ketiga pakar, ujar dia, sudah punya pengaruh luas dan mendasar, sekaligus mendorong lahirnya penelitian-penelitian lanjutan.

Berg, yang kini memimpin Institut

Kedokteran Personalized di University of Pittsburgh, mengatakan bahwa pekerjaan ketiga pakar telah menyediakan kerangka intelektual yang digunakan untuk meneliti bagaimana sel-sel otak berkomunikasi dan bagaimana sel melepaskan hormon antar-sel. "Memengaruhi secara tak langsung hampir semua penelitian terkait penyakit saraf dan penyakit lainnya," kata dia.

Schekman menemukan satu set gen yang memengaruhi transportasi vesikel tersebut pada 1970-an. Adapun Rothman pada 1980 dan 1990-an mendapatkan bagaimana vesikel mengantarkan "kargo" ke tempat yang tepat. Adapun Sudhof, pada 1990-an, mengidentifikasi mesin pengontrol vesikel, yang memutuskan kapan "utusan" kimia dari satu sel otak bisa b e r ko m u n i ka s i d e n ga n s e l l a i n ."(Temuan) ini bukan persoalan semalam. Sebagian besar telah dicapai dan dikembangkan selama bertahun-tahun, bahkan puluhan tahun," kata Rothman. Dia mengaku kehilangan dana hibah untuk pekerjaan yang sekarang diakui Komite Nobel, dan berencana mengajukan kembali permohonan, sembari berharap akan ada perbedaan dalam keputusan pemberian hibah penelitian.

Schekman mengatakan ia terbangun pada pukul 01.00 di rumahnya di California, ketika dihubungi oleh Ketua Komite Penghargaan, saat dia masih mengalami jetlag setelah perjalanan ke Jerman sehari sebelumnya. "Yang saya bisa katakan adalah 'Oh, Tuhan,' dan hanya itu."

Sudhof, pria kelahiran Jerman yang bermigrasi ke Amerika pada 1983 sampai memiliki kewarganegaraan Amerika, mengaku dihubungi Komite Nobel saat tengah mengemudi di Spanyol, dalam perjalanan untuk memberi ceramah.

Page 35: Samaritan edisi 2 tahun 2013

ua orang Amerika dan satu orang J e r m a n - A m e r i k a b e r b a g i Dpenghargaan Nobel untuk bidang

kedokteran, Senin (7/10/2013). Mereka dianggap telah memecahkan misteri tentang sistem tranportasi di dalam sel.

Dua warga negara Amerika itu adalah James E Rothman (62) dan Randy W Schekman (64). Sementara itu, satu warga Jerman-Amerika adalah Thomas C Sudhof ( 5 7 ) . M e re ka b e r t i ga m e n d a p at penghargaan Nobel Kedokteran, Senin, untuk penemuan tentang bagaimana sel tubuh memutuskan kapan dan di mana membagikan molekul yang dihasilkan.

Pekerjaan mereka berfokus pada gelembung kecil di dalam sel yang disebut vesikel, yang menggerakkan hormon dan molekul di dalam sel dan kadang keluar sel, seperti ketika insulin dilepaskan ke aliran darah. Armada vesikel adalah ibarat layanan FedEx di era dunia seluler hari ini. Gang guan pada s i stem in i akan

INFONOBEL KEDOKTERAN 2013UNTUK TIGA PENELITITRANSPORTASI SEL

berkontribusi pada terpicunya penyakit diabetes, saraf, dan kekebalan tubuh.

Penelitian ini diyakini akan sangat membantu para dokter mendiagnosis keparahan epilepsi dan penurunan kekebalan pada anak. Penelitian tentang otak dan berbagai penyakit saraf juga terbantu hasil penelitian tiga orang ini. Bagi produsen biotek, penelitian mereka bertiga membantu lahirnya pompa ragi yang mendorong keluar sejumlah besar protein bermanfaat seperti insulin.

Rothman, profesor di Yale University, merinci bagaimana mesin protein memungkinkan vesikel dalam sel bergabung dengan targetnya untuk mengizinkan "perpindahan muatan" molekul. Adapun Schekman, profesor di University of California, Berkeley, memperoleh penghormatan untuk temuan satu set gen yang diperlukan bagi berlangsungnya lalu lintas vesikel.

Sementara itu, Sudhof, profesor di

34 SAMARITAN Edisi 2 Tahun 2013 INFO 35

Stanford University, memperlihatkan vesikel mendapat perintah kapan tepatnya harus melepaskan molekul. Schekman dan Sudhof juga merupakan peneliti di Howard Huges Medical Institute.

Schekman menemukan satu set gen yang memengaruhi transportasi vesikel tersebut pada 1970-an. Sementara itu, Rothman pada 1980 dan 1990-an mendapatkan baga imana ves ike l mengantarkan "kargo" ke tempat yang tepat. Adapun Sudhof, pada 1990-an, mengidentifikasi mesin pengontrol vesikel, yang memutuskan kapan "utusan" kimia dari satu sel otak bisa berkomunikasi dengan sel lain.

Ketika sel pankreas melepaskan insulin atau satu sel otak mengirimkan "seorang utusan" kimia untuk "berbicara dengan tetangganya", vesikel akan memutuskan kapan zat tersebut dikeluarkan ke tempat dan waktu yang tepat. Mereka juga ibarat kapal kargo yang mengirimkan pesanan antar-sel.

"Bayangkan ratusan ribu orang yang bepergian ratusan kilometer di jalanan, bagaimana mereka harus menemukan cara tepat untuk sampai, di mana akan menghentikan bus, atau membuka pintu agar orang bisa lewat," tutur Sekretaris K o m i t e N o b e l G o r a n H a n s s o n , menganalogikan temuan ketiga orang itu. "Ada persoalan yang sama di dalam sel," ujar dia.

Mantan Direktur Institut Nasional Ilmu Kedokteran Umum di Bethesda ini mengatakan, penghargaan tersebut datang jauh terlambat. Pekerjaan ketiga pakar, ujar dia, sudah punya pengaruh luas dan mendasar, sekaligus mendorong lahirnya penelitian-penelitian lanjutan.

Berg, yang kini memimpin Institut

Kedokteran Personalized di University of Pittsburgh, mengatakan bahwa pekerjaan ketiga pakar telah menyediakan kerangka intelektual yang digunakan untuk meneliti bagaimana sel-sel otak berkomunikasi dan bagaimana sel melepaskan hormon antar-sel. "Memengaruhi secara tak langsung hampir semua penelitian terkait penyakit saraf dan penyakit lainnya," kata dia.

Schekman menemukan satu set gen yang memengaruhi transportasi vesikel tersebut pada 1970-an. Adapun Rothman pada 1980 dan 1990-an mendapatkan bagaimana vesikel mengantarkan "kargo" ke tempat yang tepat. Adapun Sudhof, pada 1990-an, mengidentifikasi mesin pengontrol vesikel, yang memutuskan kapan "utusan" kimia dari satu sel otak bisa b e r ko m u n i ka s i d e n ga n s e l l a i n ."(Temuan) ini bukan persoalan semalam. Sebagian besar telah dicapai dan dikembangkan selama bertahun-tahun, bahkan puluhan tahun," kata Rothman. Dia mengaku kehilangan dana hibah untuk pekerjaan yang sekarang diakui Komite Nobel, dan berencana mengajukan kembali permohonan, sembari berharap akan ada perbedaan dalam keputusan pemberian hibah penelitian.

Schekman mengatakan ia terbangun pada pukul 01.00 di rumahnya di California, ketika dihubungi oleh Ketua Komite Penghargaan, saat dia masih mengalami jetlag setelah perjalanan ke Jerman sehari sebelumnya. "Yang saya bisa katakan adalah 'Oh, Tuhan,' dan hanya itu."

Sudhof, pria kelahiran Jerman yang bermigrasi ke Amerika pada 1983 sampai memiliki kewarganegaraan Amerika, mengaku dihubungi Komite Nobel saat tengah mengemudi di Spanyol, dalam perjalanan untuk memberi ceramah.

Page 36: Samaritan edisi 2 tahun 2013

"Setelah menepi, saya pikir pada awalnya (telepon) itu adalah lelucon. Aku punya banyak teman yang mungkin memainkan beragam trik," ujar dia

Sebelumnya, Rothman dan Schekman telah memenangkan Albert Lasker Basic Medical Research Award untuk penelitian mereka pada 2002. Penghargaan ini kerap menjadi sinyal awal bakal penerima Hadiah Nobel. Sementara itu, Sudhof adalah penerima penghargaan Lasker pada bulan lalu.

Penghargaan Nobel diinisiasi oleh pengusaha Swedia, Alfred Nobel, pada 1895, untuk menghormati karya-karya di bidang f is ika, k imia, sastra, dan perdamaian. Nobel Ekonomi kali pertama diberikan pada 1969.

Pada 2012, Nobel Kedokteran diberikan kepada Sir John B Gurdon dari Inggris dan Shinya Yamanaka dari Jepang untuk pekerjaan tentang pemrograman ulang sel. Hasil penelitian mereka dinilai membuka terobosan untuk metode pengobatan yang lebih efektif.

Setelah pengumuman penerima Nobel Kedokteran di Institut Karolinska di Stockholm, Swedia, pada Senin; akan menyusul pengumuman pemenang Nobel Fisika pada Selasa (8/10/2013), Nobel Kimia pada Rabu (9/10/2013), dan Nobel Ekonomi pada Senin (14/10/2013).

Nobel Perdamaian dijadwalkan bakal diumumkan pada Jumat (11/10/2013) di Oslo, Norwegia. Adapun pengumuman Nobel Sastra belum dijadwalkan. Setiap penghargaan Nobel menyertakan hadiah 8 juta krona Swedia atau setara Rp 12 miliar.

Sumber:www.compas.com

36 SAMARITAN Edisi 2 Tahun 2013 INFO 37

INFOPANDUAN WHO

DEMI KESELAMATAN PASIENDI RUMAH SAKIT

su mengenai pentingnya keselamatan pasien belakangan ini telah menjadi Iperhatian utama di rumah sakit di

seluruh dunia. Di Indonesia, Kementrian Kesehatan juga mendorong agar keselamatan pasien lebih diperhatian sehingga kasus kesalahan medik bisa dihindari.

Salah satu upaya untuk memastikan hal tersebut adalah mensyaratkan standar keselamatan pasien dalam program akreditasi rumah sakit. "Indonesia sudah mengadopsi standar keselamatan pasien sesuai standar global," kata dr.Dewi Indriani, dari WHO Indonesia dalam acara konferensi pers Pelatihan Tenaga Kesehatan untuk Keselamatan Pasien yang diadakan oleh Philips di Jakarta.

Dewi memaparkan ada 6 panduan yang diberikan WHO untuk meningkatkan keselamatan pasien.1. Mengidentifikasi pasien dengan benar dengan memastikan nama lengkap pasien

sehingga tidak sampai salah pasien karena banyaknya nama yang sama.2. Meningkatkan komunikasi yang efektif antara dokter dan perawat, terutama dalam pemberian instruksi penanganan atau pemberian obat. 3. Kewaspadaan penggunaan obat berbahaya. Khusus untuk obat, ketepatan obat, dosis, cara pemberian, dan waktu pemberian harus dijamin.4. Memastikan tindakan bedah dilakukan sesuai prosedur yang benar, pasien yang benar, dan di tempat yang benar.5. Mengurangi risiko infeksi di rumah sakit, hal ini bisa dicegah dengan menerapkan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun setiap akan atau setelah selesai melakukan tindakan. Kebiasaan mencuci tangan bukan hanya bagi petugas kesehatan tapi juga pengunjung rumah sakit.6. Mencegah pasien terluka akibat terjatuh, terutama pasien anak.

Sumber: www.kompas.com

Page 37: Samaritan edisi 2 tahun 2013

"Setelah menepi, saya pikir pada awalnya (telepon) itu adalah lelucon. Aku punya banyak teman yang mungkin memainkan beragam trik," ujar dia

Sebelumnya, Rothman dan Schekman telah memenangkan Albert Lasker Basic Medical Research Award untuk penelitian mereka pada 2002. Penghargaan ini kerap menjadi sinyal awal bakal penerima Hadiah Nobel. Sementara itu, Sudhof adalah penerima penghargaan Lasker pada bulan lalu.

Penghargaan Nobel diinisiasi oleh pengusaha Swedia, Alfred Nobel, pada 1895, untuk menghormati karya-karya di bidang f is ika, k imia, sastra, dan perdamaian. Nobel Ekonomi kali pertama diberikan pada 1969.

Pada 2012, Nobel Kedokteran diberikan kepada Sir John B Gurdon dari Inggris dan Shinya Yamanaka dari Jepang untuk pekerjaan tentang pemrograman ulang sel. Hasil penelitian mereka dinilai membuka terobosan untuk metode pengobatan yang lebih efektif.

Setelah pengumuman penerima Nobel Kedokteran di Institut Karolinska di Stockholm, Swedia, pada Senin; akan menyusul pengumuman pemenang Nobel Fisika pada Selasa (8/10/2013), Nobel Kimia pada Rabu (9/10/2013), dan Nobel Ekonomi pada Senin (14/10/2013).

Nobel Perdamaian dijadwalkan bakal diumumkan pada Jumat (11/10/2013) di Oslo, Norwegia. Adapun pengumuman Nobel Sastra belum dijadwalkan. Setiap penghargaan Nobel menyertakan hadiah 8 juta krona Swedia atau setara Rp 12 miliar.

Sumber:www.compas.com

36 SAMARITAN Edisi 2 Tahun 2013 INFO 37

INFOPANDUAN WHO

DEMI KESELAMATAN PASIENDI RUMAH SAKIT

su mengenai pentingnya keselamatan pasien belakangan ini telah menjadi Iperhatian utama di rumah sakit di

seluruh dunia. Di Indonesia, Kementrian Kesehatan juga mendorong agar keselamatan pasien lebih diperhatian sehingga kasus kesalahan medik bisa dihindari.

Salah satu upaya untuk memastikan hal tersebut adalah mensyaratkan standar keselamatan pasien dalam program akreditasi rumah sakit. "Indonesia sudah mengadopsi standar keselamatan pasien sesuai standar global," kata dr.Dewi Indriani, dari WHO Indonesia dalam acara konferensi pers Pelatihan Tenaga Kesehatan untuk Keselamatan Pasien yang diadakan oleh Philips di Jakarta.

Dewi memaparkan ada 6 panduan yang diberikan WHO untuk meningkatkan keselamatan pasien.1. Mengidentifikasi pasien dengan benar dengan memastikan nama lengkap pasien

sehingga tidak sampai salah pasien karena banyaknya nama yang sama.2. Meningkatkan komunikasi yang efektif antara dokter dan perawat, terutama dalam pemberian instruksi penanganan atau pemberian obat. 3. Kewaspadaan penggunaan obat berbahaya. Khusus untuk obat, ketepatan obat, dosis, cara pemberian, dan waktu pemberian harus dijamin.4. Memastikan tindakan bedah dilakukan sesuai prosedur yang benar, pasien yang benar, dan di tempat yang benar.5. Mengurangi risiko infeksi di rumah sakit, hal ini bisa dicegah dengan menerapkan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun setiap akan atau setelah selesai melakukan tindakan. Kebiasaan mencuci tangan bukan hanya bagi petugas kesehatan tapi juga pengunjung rumah sakit.6. Mencegah pasien terluka akibat terjatuh, terutama pasien anak.

Sumber: www.kompas.com

Page 38: Samaritan edisi 2 tahun 2013

ita pantas cemas membaca hasil penel it ian Asosiasi Inst itusi KPendidikan Kedokteran Indonesia

(AIPKI) tentang rendahnya empati para calon dokter Indonesia. Hampir 60 persen mahasiswa fakultas kedokteran tahun pertama (penelitian terhadap mahasiswa angkatan 2008 di Universitas Indonesia) tidak layak menjadi dokter karena tidak memiliki kemampuan empati (AIPKI, 2012). Dalam rangka merevisi kurikulum pendidikan kedokteran Indonesia yang sekarang sedang berjalan, AIPKI kemudian mengusulkan kuliah bioetika sebagai medium pembentukan rasa empati para calon dokter. Mengapa calon dokter kehi langan rasa empat i? Apakah humaniora kedokteran dan bioetika sanggup menjadi “dewa penyelamat”?

Bukan Fakta BaruDi Amerika Serikat, misalnya,

rendahnya empati terhadap pasien telah menimpa para dokter. Temuan Lown Beth A., Rosen Julie, Marttila John (Jurnal Health Affairs, Februari 2011), menunjukkan menurunnya rasa empati para dokter. Penelitian terhadap 800 pasien dan 510 dokter menunjukkan bahwa hanya 53 persen pasien dan 58 persen dokter yang mengakui bahwa pelayanan kesehatan masih memperhatikan pendekatan kemanusiaan dan sikap bela-rasa (compassion). Padahal, penelitian menunjukkan bahwa seorang dokter yang

INFO RENDAHNYA RASA EMPATICALON DOKTER*

sanggup menunjukkan rasa empati dan memiliki sikap bela-rasa, meskipun dalam waktu kurang dari satu menit, mampu mengurangi rasa khawatir dan ketakutan, terutama para pasien terminal (Linda A. Forgarty dkk, 2009, 371-379). Jadi, bisa dibayangkan apa jadinya jika dilayani oleh dokter yang tidak memiliki empati dan bela-rasa.

Sudah sejak Hippocrates (460-370 SM), profesi kedokteran dipahami sebagai panggilan khusus untuk menyembuhkan, mengajar, dan menjadi model bagi masyarakat. Untuk itu, mereka dituntut tidak hanya mempraktikkan keahlian medikal, tetapi juga keterampilan manusiawi yang peduli, peka terhadap penderitaan dan rasa khawatir pasien, pemberi pengharapan, penyemangat, dan teladan dalam mengubah cara hidup yang lebih sehat (Richard Colgan, 2009: 13-22). Dalam konteks ini, relasi dokter–pasien dimaknakan lebih sebagai kesempatan u n t u k m e n g a l a m i t i d a k h a n y a ke s e m b u h a n , t e t a p i j u ga r e l a s i antarmanusia yang saling meneguhkan dan menguatkan (Anne H. Bischop dan John R. Scudder, Jr., 1985, 10-14).Jika begitu, tampaknya ada yang hilang dari profesi kedokteran dewasa ini. Sebagai seorang dokter dan filsuf, Edmund D. Pellegrino berpendapat bahwa sejak Perang Dunia II profesi kedokteran telah kehilangan dimensi seni (art) karena menekankan hanya dimensi teknikalitas.

38 SAMARITAN Edisi 2 Tahun 2013 INFO 39

Profesi kedokteran direduksikan kepada biologi terapan yang memberikan keyakinan berlebihan bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan sanggup menyembuhkan segala macam penyakit. Akibatnya, hubungan dokter–pasien dipersempit menjadi sekadar healing encounter, dan bukan ethical encounter (Anne H. Bischop, 1985, 8-30).Penel i t ian yang leb ih baru juga menunjukkan adanya ketercerabutan medicine as art dari scientific medicine karena keyakinan berlebihan pada evidence based medicine (EBM) sebagai dewa penyembuh. Dalam tulisan berjudul “Catastrophe and caregiving: the failure of medicine as an art” yang terbit di Lancet (Vol 371, Januari 2008), Arthur Kleinman berpendapat bahwa lenyapnya “medicine as art” disebabkan oleh sistem pendidikan di fakultas kedokteran sendiri yang sengaja menghilangkan dimensi humaniora. Dia berpendapat bahwa ini terjadi karena “medicine as art” telah dikuasai oleh “technical scientific skill of diagnosis and treatment.” Para mahasiswa tidak lagi memiliki kesempatan membangun kepekaan manusiawi seperti empati, simpati, bela-rasa, solidaritas, dan semacamnya. Konsekuensinya, dokter yang dihasilkan memperhatikan hanya aspek teknis dalam mendiagnosa dan menyembuhkan (hanya dimensi cure) tanpa rasa kemanusiaan (dimensi care). Sebagian dokter malah menganggap kepedulian, empati, bela-rasa dan semacamnya sebagai hal yang aneh. Bagi mereka, empati, simpati, solidaritas, bela-rasa dan semacamnya bukanlah bagian integral dari profesi kedokteran.Kegundahan AIPKI pun memiliki dasar

yang kuat. Disadari bahwa sistem pendidikan di fakultas kedokteran selama ini yang terlalu menekankan dimensi saintifik dan menganaktirikan humaniora hanya akan menghasilkan dokter tanpa rasa simpati dan kepedulian sosial. Jika AIPKI mengusulkan kuliah bioetika sebagai jalan keluar, apakah ilmu ini sanggup memikul beban pembentukan “medicine as an art”?

Peran Humaniora KedokteranSebagai ilmu baru yang belum

berumur lima puluh tahun, bioetika mengalami perkembangan yang sangat pesat. Meskipun ribuan buku dan jutaan paper telah dipublikasikan, pertanyaan apakah bioetika sanggup memikul ta n g g u n g j awa b m e n ge m b a l i ka n “medicine as an art” ke jantung profesi kedokteran masih menjadi perdebatan serius (Ruth Macklin, 2010). Penekanan b e r l e b i h a n p a d a a s p e k r e l a s i dokter–pasien berdasarkan empat prinsip bioetika (autonomy, beneficence, non-malef icence, just ice) hanya akan mereduksikan bioetika sebagai instrumen pemecahan masalah etika biomedis di rumah sakit. Jika ini terjadi, bioetika dikerdilkan dari dimensi-dimensi lainnya yang juga penting semisal kesehatan masyarakat dan et ika kesehatan m a s y a r a k a t , s t i g m a t i s a s i s o s i a l berdasarkan penyakit, ketidaksetaraan akses pelayanan kesehatan karena gender atau ras, dan sebagainya (Angus Dawson: 2010, 218-225).Tentang apakah bioetika sanggup membentuk karakter dokter yang penuh empati dan berbela-rasa, penulis mengajukan dua catatan kritis. Pertama, b i o e t i k a d a p a t m e n j a d i s a r a n a

Page 39: Samaritan edisi 2 tahun 2013

ita pantas cemas membaca hasil penel it ian Asosiasi Inst itusi KPendidikan Kedokteran Indonesia

(AIPKI) tentang rendahnya empati para calon dokter Indonesia. Hampir 60 persen mahasiswa fakultas kedokteran tahun pertama (penelitian terhadap mahasiswa angkatan 2008 di Universitas Indonesia) tidak layak menjadi dokter karena tidak memiliki kemampuan empati (AIPKI, 2012). Dalam rangka merevisi kurikulum pendidikan kedokteran Indonesia yang sekarang sedang berjalan, AIPKI kemudian mengusulkan kuliah bioetika sebagai medium pembentukan rasa empati para calon dokter. Mengapa calon dokter kehi langan rasa empat i? Apakah humaniora kedokteran dan bioetika sanggup menjadi “dewa penyelamat”?

Bukan Fakta BaruDi Amerika Serikat, misalnya,

rendahnya empati terhadap pasien telah menimpa para dokter. Temuan Lown Beth A., Rosen Julie, Marttila John (Jurnal Health Affairs, Februari 2011), menunjukkan menurunnya rasa empati para dokter. Penelitian terhadap 800 pasien dan 510 dokter menunjukkan bahwa hanya 53 persen pasien dan 58 persen dokter yang mengakui bahwa pelayanan kesehatan masih memperhatikan pendekatan kemanusiaan dan sikap bela-rasa (compassion). Padahal, penelitian menunjukkan bahwa seorang dokter yang

INFO RENDAHNYA RASA EMPATICALON DOKTER*

sanggup menunjukkan rasa empati dan memiliki sikap bela-rasa, meskipun dalam waktu kurang dari satu menit, mampu mengurangi rasa khawatir dan ketakutan, terutama para pasien terminal (Linda A. Forgarty dkk, 2009, 371-379). Jadi, bisa dibayangkan apa jadinya jika dilayani oleh dokter yang tidak memiliki empati dan bela-rasa.

Sudah sejak Hippocrates (460-370 SM), profesi kedokteran dipahami sebagai panggilan khusus untuk menyembuhkan, mengajar, dan menjadi model bagi masyarakat. Untuk itu, mereka dituntut tidak hanya mempraktikkan keahlian medikal, tetapi juga keterampilan manusiawi yang peduli, peka terhadap penderitaan dan rasa khawatir pasien, pemberi pengharapan, penyemangat, dan teladan dalam mengubah cara hidup yang lebih sehat (Richard Colgan, 2009: 13-22). Dalam konteks ini, relasi dokter–pasien dimaknakan lebih sebagai kesempatan u n t u k m e n g a l a m i t i d a k h a n y a ke s e m b u h a n , t e t a p i j u ga r e l a s i antarmanusia yang saling meneguhkan dan menguatkan (Anne H. Bischop dan John R. Scudder, Jr., 1985, 10-14).Jika begitu, tampaknya ada yang hilang dari profesi kedokteran dewasa ini. Sebagai seorang dokter dan filsuf, Edmund D. Pellegrino berpendapat bahwa sejak Perang Dunia II profesi kedokteran telah kehilangan dimensi seni (art) karena menekankan hanya dimensi teknikalitas.

38 SAMARITAN Edisi 2 Tahun 2013 INFO 39

Profesi kedokteran direduksikan kepada biologi terapan yang memberikan keyakinan berlebihan bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan sanggup menyembuhkan segala macam penyakit. Akibatnya, hubungan dokter–pasien dipersempit menjadi sekadar healing encounter, dan bukan ethical encounter (Anne H. Bischop, 1985, 8-30).Penel i t ian yang leb ih baru juga menunjukkan adanya ketercerabutan medicine as art dari scientific medicine karena keyakinan berlebihan pada evidence based medicine (EBM) sebagai dewa penyembuh. Dalam tulisan berjudul “Catastrophe and caregiving: the failure of medicine as an art” yang terbit di Lancet (Vol 371, Januari 2008), Arthur Kleinman berpendapat bahwa lenyapnya “medicine as art” disebabkan oleh sistem pendidikan di fakultas kedokteran sendiri yang sengaja menghilangkan dimensi humaniora. Dia berpendapat bahwa ini terjadi karena “medicine as art” telah dikuasai oleh “technical scientific skill of diagnosis and treatment.” Para mahasiswa tidak lagi memiliki kesempatan membangun kepekaan manusiawi seperti empati, simpati, bela-rasa, solidaritas, dan semacamnya. Konsekuensinya, dokter yang dihasilkan memperhatikan hanya aspek teknis dalam mendiagnosa dan menyembuhkan (hanya dimensi cure) tanpa rasa kemanusiaan (dimensi care). Sebagian dokter malah menganggap kepedulian, empati, bela-rasa dan semacamnya sebagai hal yang aneh. Bagi mereka, empati, simpati, solidaritas, bela-rasa dan semacamnya bukanlah bagian integral dari profesi kedokteran.Kegundahan AIPKI pun memiliki dasar

yang kuat. Disadari bahwa sistem pendidikan di fakultas kedokteran selama ini yang terlalu menekankan dimensi saintifik dan menganaktirikan humaniora hanya akan menghasilkan dokter tanpa rasa simpati dan kepedulian sosial. Jika AIPKI mengusulkan kuliah bioetika sebagai jalan keluar, apakah ilmu ini sanggup memikul beban pembentukan “medicine as an art”?

Peran Humaniora KedokteranSebagai ilmu baru yang belum

berumur lima puluh tahun, bioetika mengalami perkembangan yang sangat pesat. Meskipun ribuan buku dan jutaan paper telah dipublikasikan, pertanyaan apakah bioetika sanggup memikul ta n g g u n g j awa b m e n ge m b a l i ka n “medicine as an art” ke jantung profesi kedokteran masih menjadi perdebatan serius (Ruth Macklin, 2010). Penekanan b e r l e b i h a n p a d a a s p e k r e l a s i dokter–pasien berdasarkan empat prinsip bioetika (autonomy, beneficence, non-malef icence, just ice) hanya akan mereduksikan bioetika sebagai instrumen pemecahan masalah etika biomedis di rumah sakit. Jika ini terjadi, bioetika dikerdilkan dari dimensi-dimensi lainnya yang juga penting semisal kesehatan masyarakat dan et ika kesehatan m a s y a r a k a t , s t i g m a t i s a s i s o s i a l berdasarkan penyakit, ketidaksetaraan akses pelayanan kesehatan karena gender atau ras, dan sebagainya (Angus Dawson: 2010, 218-225).Tentang apakah bioetika sanggup membentuk karakter dokter yang penuh empati dan berbela-rasa, penulis mengajukan dua catatan kritis. Pertama, b i o e t i k a d a p a t m e n j a d i s a r a n a

Page 40: Samaritan edisi 2 tahun 2013

pembentukan kepribadian dokter yang memiliki empati dan berbela-rasa jika c a k u p a n n y a d i p e r l u a s d e n g a n pendekatan-pendekatan bioetika dari tradisi lain. Refleksi bioetika yang selama ini nyaris dikuasai oleh tradisi Amerika Serikat dengan empat prinsip bioetikanya ( a u t o n o m y, b e n e v o l e n c e , n o n -m a l e f i c e n c e , j u s t i c e ) m e m i l i k i keterbatasan karena tidak mampu menjawab isu-isu seputar kebijakan publik di bidang kesehatan, penyebaran penyakit menular lintas negara, diskriminasi akses t e r h a d a p p e l ay a n a n ke s e h a t a n , kelangkaan obat, kelompok lanjut usia, dan sebagainya. Bioetika dapat diajarkan di fakultas kedokteran dengan catatan tradisi lain seperti etika personalisme Eropa yang menekankan manusia sebagai pribadi dan mahkluk historis harus diakomodasi ke dalam keempat prinsip bioetika Amerika Serikat itu plus nilai-nilai budaya, tradisi keagamaan, pandangan hidup, f i lsafat tentang sakit dan penderitaan, dan sebagainya yang khas Indonesia. Bioetika hanya bisa menjadi medium pembentukan karakter dokter yang empatik jika prinsip-prinsipnya dibaca dan diterapkan dalam konteks budaya kedokteran Indonesia.Kedua, mengikuti William E. Stempsy (2007, 373-383), penulis berpendapat bahwa humaniora kedokteran lebih cocok dikembangkan di fakultas kedokteran dengan bioetika sebagai salah satu materi ajar. Jalan keluar ini akan menyelamatkan bioetika dari beban berlebihan yang harus dipikulnya. Selain itu, humaniora kedokteran adalah disiplin lintas ilmu yang m e l i n g ku p i t i d a k h a nya f i l s a fa t kedokteran, tetapi juga sejarah, literatur, seni, agama, sosiologi dan antropologi

kedokteran, psikologi kesehatan, public speaking, drama, tari, mengarang, live-in, dan sebagainya. Dalam ranah humaniora ke d o k te ra n i n i l a h b i o e t i ka b i s a memfokuskan diri pada etika biomedis, sementara disiplin ilmu lain mendukung pembentukan karakter dokter yang simpatik dan humanis itu. Tentu dengan pendekatan yang mengkombinasikan konten (kognitif) dengan aspek afektif dan psikomotorik.

*Dimuat harian Suara Pembaruan14 April 2012

40 SAMARITAN Edisi 2 Tahun 2013

rang rimba bisa kita temui di sepanjang Jalan Lintas Tengah OS u m a t e r a d i K a b u p a t e n

Merangin, Jambi, dan Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan.Dulu, orang rimba tinggal di hutan. Namun dengan maraknya pembukaan kawasan transmigran, sekarang, mereka sudah mulai menetap di rumah. Seperti halnya para pendatang, orang rimba mengelola kebun sebagai sumber penghidupan. Menyadap karet, menanam padi dan berburu babi.

Mudah terkena infeksiKalau kita menelusuri kehidupan

orang rimba di sepanjang Jalan Lintas Tengah Sumatera di Kabupaten Merangin, Jambi, dan Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan, sering kita temui anak orang rimba dalam keadaan sakit. Di Desa Sungai Kijang, Kecamatan Rawas Ulu, Musi Rawas, misalnya, anak rimba banyak yang mengalami infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Penyakit kulit berupa bentol-

DARI SUKUKE SUKU

ORANG RIMBAMENGHADAPI KEADAAN

YANG SULIT

bentol memenuhi hampir seluruh tubuh juga diderita sejumlah anak.

Normal (Web);Lingkungan tempat m e re ka b e r m u k i m m e m u d a h ka n terjadinya infeksi. Sebagian orang rimba di wilayah itu tidak memiliki rumah dan tanah. Sebagai tempat tinggal, mereka memasang terpal plastik sebagai atap dan menata ranting-ranting kayu untuk alas tidur. Tidak ada dinding sehingga angin dan debu yang beterbangan di udara akan begitu saja mereka hirup. Saat malam, udara dingin akan langsung dirasakan. Mereka menghangatkan tubuh dengan tidur saling berimpitan.Berbeda dengan orang rimba di Bukit Duabelas yang memiliki kemampuan dan sumber daya dalam hutan untuk meracik obat-obatan tradisional, orang rimba di Jalan Lintas Sumatera dipaksa bertahan oleh keadaan. Karena itu, hal biasa menyaksikan anak-anak yang terserang penyakit.Berdasarkan Undang-Undang Kesehatan, masyarakat komunitas adat sesungguhnya

DARI SUKU KE SUKU 41

Page 41: Samaritan edisi 2 tahun 2013

pembentukan kepribadian dokter yang memiliki empati dan berbela-rasa jika c a k u p a n n y a d i p e r l u a s d e n g a n pendekatan-pendekatan bioetika dari tradisi lain. Refleksi bioetika yang selama ini nyaris dikuasai oleh tradisi Amerika Serikat dengan empat prinsip bioetikanya ( a u t o n o m y, b e n e v o l e n c e , n o n -m a l e f i c e n c e , j u s t i c e ) m e m i l i k i keterbatasan karena tidak mampu menjawab isu-isu seputar kebijakan publik di bidang kesehatan, penyebaran penyakit menular lintas negara, diskriminasi akses t e r h a d a p p e l ay a n a n ke s e h a t a n , kelangkaan obat, kelompok lanjut usia, dan sebagainya. Bioetika dapat diajarkan di fakultas kedokteran dengan catatan tradisi lain seperti etika personalisme Eropa yang menekankan manusia sebagai pribadi dan mahkluk historis harus diakomodasi ke dalam keempat prinsip bioetika Amerika Serikat itu plus nilai-nilai budaya, tradisi keagamaan, pandangan hidup, f i lsafat tentang sakit dan penderitaan, dan sebagainya yang khas Indonesia. Bioetika hanya bisa menjadi medium pembentukan karakter dokter yang empatik jika prinsip-prinsipnya dibaca dan diterapkan dalam konteks budaya kedokteran Indonesia.Kedua, mengikuti William E. Stempsy (2007, 373-383), penulis berpendapat bahwa humaniora kedokteran lebih cocok dikembangkan di fakultas kedokteran dengan bioetika sebagai salah satu materi ajar. Jalan keluar ini akan menyelamatkan bioetika dari beban berlebihan yang harus dipikulnya. Selain itu, humaniora kedokteran adalah disiplin lintas ilmu yang m e l i n g ku p i t i d a k h a nya f i l s a fa t kedokteran, tetapi juga sejarah, literatur, seni, agama, sosiologi dan antropologi

kedokteran, psikologi kesehatan, public speaking, drama, tari, mengarang, live-in, dan sebagainya. Dalam ranah humaniora ke d o k te ra n i n i l a h b i o e t i ka b i s a memfokuskan diri pada etika biomedis, sementara disiplin ilmu lain mendukung pembentukan karakter dokter yang simpatik dan humanis itu. Tentu dengan pendekatan yang mengkombinasikan konten (kognitif) dengan aspek afektif dan psikomotorik.

*Dimuat harian Suara Pembaruan14 April 2012

40 SAMARITAN Edisi 2 Tahun 2013

rang rimba bisa kita temui di sepanjang Jalan Lintas Tengah OS u m a t e r a d i K a b u p a t e n

Merangin, Jambi, dan Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan.Dulu, orang rimba tinggal di hutan. Namun dengan maraknya pembukaan kawasan transmigran, sekarang, mereka sudah mulai menetap di rumah. Seperti halnya para pendatang, orang rimba mengelola kebun sebagai sumber penghidupan. Menyadap karet, menanam padi dan berburu babi.

Mudah terkena infeksiKalau kita menelusuri kehidupan

orang rimba di sepanjang Jalan Lintas Tengah Sumatera di Kabupaten Merangin, Jambi, dan Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan, sering kita temui anak orang rimba dalam keadaan sakit. Di Desa Sungai Kijang, Kecamatan Rawas Ulu, Musi Rawas, misalnya, anak rimba banyak yang mengalami infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Penyakit kulit berupa bentol-

DARI SUKUKE SUKU

ORANG RIMBAMENGHADAPI KEADAAN

YANG SULIT

bentol memenuhi hampir seluruh tubuh juga diderita sejumlah anak.

Normal (Web);Lingkungan tempat m e re ka b e r m u k i m m e m u d a h ka n terjadinya infeksi. Sebagian orang rimba di wilayah itu tidak memiliki rumah dan tanah. Sebagai tempat tinggal, mereka memasang terpal plastik sebagai atap dan menata ranting-ranting kayu untuk alas tidur. Tidak ada dinding sehingga angin dan debu yang beterbangan di udara akan begitu saja mereka hirup. Saat malam, udara dingin akan langsung dirasakan. Mereka menghangatkan tubuh dengan tidur saling berimpitan.Berbeda dengan orang rimba di Bukit Duabelas yang memiliki kemampuan dan sumber daya dalam hutan untuk meracik obat-obatan tradisional, orang rimba di Jalan Lintas Sumatera dipaksa bertahan oleh keadaan. Karena itu, hal biasa menyaksikan anak-anak yang terserang penyakit.Berdasarkan Undang-Undang Kesehatan, masyarakat komunitas adat sesungguhnya

DARI SUKU KE SUKU 41

Page 42: Samaritan edisi 2 tahun 2013

mendapatkan layanan kesehatan gratis dari negara. Kenyataannya, layanan kesehatan bagi orang rimba belum sepenuhnya dipenuhi pemerintah daerah di Jambi.Sejauh ini, baru Pemerintah Kabupaten Merangin yang memberikan jaminan layanan kesehatan gratis bagi orang rimba. Mereka cukup datang ke puskesmas atau Rumah Sakit Umum Bangko, menyatakan identitasnya, dan pengobatan akan diperoleh secara gratis. Sedangkan orang rimba di daerah lain tidak jarang ditolak oleh petugas kesehatan atau dikenai biaya berobat. Karena itu, mereka sering kali memerlukan pendampingan fasilitator kesehatan untuk bisa berobat secara gratis.

Sumber penyakitSalah seorang pemimpin orang rimba, menceritakan, ketika proyek transmigrasi dibuka di Jambi, ada begitu banyak warga pendatang di depan mata mereka. Pada saat bersamaan, sekitar 13 warga rimba terserang penyakit hingga akhirnya meninggal. Keadaan itu menimbulkan geger di kalangan orang rimba. Mereka begitu ketakutan dan tak mau keluar dari sesodungon (pondokan) jika melihat ada orang luar mendekat.Robert Aritonang, antropolog yang kerap mengunjungi komunitas orang rimba di Jambi, mengenang betapa mengerikannya kata ”penyakit” di benak orang rimba. Mereka meyakini orang dari luarlah sebagai sumber penyakit. ”Kalau ada orang rimba sakit, mereka selalu menuduh orang desa yang menulari mereka. Karena itu, m e r e k a s a n g a t m e m b e n c i p a r a pendatang,” tuturnya.

Ketika ada orang rimba terkena

penyakit akut, dia akan dikucilkan oleh komunitasnya. Ia akan ditempatkan dalam sesodungon yang berbeda dan dibiarkan tidur sendirian. Sangat mungkin ketika dia meninggal, komunitasnya baru mengetahui beberapa hari kemudian. Jalur yang pernah dilintasi orang itu tidak akan dilalui untuk rentang waktu tertentu. Mereka menganggap penyakit masih berada di sekitar jalur tersebut sehingga harus dihindari.Orang rimba merupakan komunitas asli d i J a m b i . N a m u n , m a s i f n y a p e m b a n g u n a n d a e r a h t e l a h meminggirkan keberadaan mereka di tanah nenek moyangnya. Mereka dipaksa menghadapi keadaan yang sulit. Entah sampai kapan mereka dapat bertahan....

42 SAMARITAN Edisi 2 Tahun 2013

TEROPONG

MINTALAHCARILAH

KETOKLAH

Pelayanan Medis Nasional (PMdN) Perkantas/ Christian Medical and Dentis Fellowship of Indonesia

Bersyukur:?Bersyukur terbentuknya Panitia

KMdN Alumni X Thn 2014 yang telah dilantik pada tanggal 8 September 2014 .

?Bersyukur terbentuknya Panitia KMdN Mahasiswa XIX Thn 2014 yang telah dilantik pada tanggal 21 September 2014

?Bersyukur untuk kesepakatan tanggal pelaksanaan MMC - 9 yang telah di tentukan pelaksanaannya pada tanggal 9 Februari 2014 – 20 April 2014

?Bersyukur untuk kesepakatan tanggal pelaksanaan KMdN M a h a s i s w a X I X y a n g t e l a h ditentukan tanggal pelaksanaannya pada tanggal 12 Agustus 2014 – 17 Agustus 2014.

Berdoa:?Panitia KMdN Alumni X dan Panitia

KMdN Mahasiswa Thn 2014 kiranya

setiap panitia boleh bekerjasama dengan baik untuk mempersiap kamp tahun depan .

?MMC – 9 tahun 2014, setiap brosur yang telah dikirim dan setiap form MMC -9 untuk calon peserta kiranya Tuhan mengirimkan peserta peserta yang terbeban untuk diperlengkapi sedini mungkin dengan nilai & etika kristiani .

?D o a ka n Pa n i t i a M M C - 9 d a l a m menggumuli dana maupun peserta .

PMdK Jogja

Bersyukur:?Yankes yang telah dilaksanakan

bersama MMF (Malaysian Medical Fellowship) tg 15-31Juli

?Bersyukur untuk PA tanggal 26 Agustus 2 0 1 3 d e n ga n t e m a Re g e n e ra s i kepengurusan PMdKY

Berdoa:?Berdoa untuk PA tanggal 26 Agustus

2013 dengan tema: "tenaga medis dan gembalanya"

?Regenerasi kepengurusan PmdKY

TEROPONG 43

Page 43: Samaritan edisi 2 tahun 2013

mendapatkan layanan kesehatan gratis dari negara. Kenyataannya, layanan kesehatan bagi orang rimba belum sepenuhnya dipenuhi pemerintah daerah di Jambi.Sejauh ini, baru Pemerintah Kabupaten Merangin yang memberikan jaminan layanan kesehatan gratis bagi orang rimba. Mereka cukup datang ke puskesmas atau Rumah Sakit Umum Bangko, menyatakan identitasnya, dan pengobatan akan diperoleh secara gratis. Sedangkan orang rimba di daerah lain tidak jarang ditolak oleh petugas kesehatan atau dikenai biaya berobat. Karena itu, mereka sering kali memerlukan pendampingan fasilitator kesehatan untuk bisa berobat secara gratis.

Sumber penyakitSalah seorang pemimpin orang rimba, menceritakan, ketika proyek transmigrasi dibuka di Jambi, ada begitu banyak warga pendatang di depan mata mereka. Pada saat bersamaan, sekitar 13 warga rimba terserang penyakit hingga akhirnya meninggal. Keadaan itu menimbulkan geger di kalangan orang rimba. Mereka begitu ketakutan dan tak mau keluar dari sesodungon (pondokan) jika melihat ada orang luar mendekat.Robert Aritonang, antropolog yang kerap mengunjungi komunitas orang rimba di Jambi, mengenang betapa mengerikannya kata ”penyakit” di benak orang rimba. Mereka meyakini orang dari luarlah sebagai sumber penyakit. ”Kalau ada orang rimba sakit, mereka selalu menuduh orang desa yang menulari mereka. Karena itu, m e r e k a s a n g a t m e m b e n c i p a r a pendatang,” tuturnya.

Ketika ada orang rimba terkena

penyakit akut, dia akan dikucilkan oleh komunitasnya. Ia akan ditempatkan dalam sesodungon yang berbeda dan dibiarkan tidur sendirian. Sangat mungkin ketika dia meninggal, komunitasnya baru mengetahui beberapa hari kemudian. Jalur yang pernah dilintasi orang itu tidak akan dilalui untuk rentang waktu tertentu. Mereka menganggap penyakit masih berada di sekitar jalur tersebut sehingga harus dihindari.Orang rimba merupakan komunitas asli d i J a m b i . N a m u n , m a s i f n y a p e m b a n g u n a n d a e r a h t e l a h meminggirkan keberadaan mereka di tanah nenek moyangnya. Mereka dipaksa menghadapi keadaan yang sulit. Entah sampai kapan mereka dapat bertahan....

42 SAMARITAN Edisi 2 Tahun 2013

TEROPONG

MINTALAHCARILAH

KETOKLAH

Pelayanan Medis Nasional (PMdN) Perkantas/ Christian Medical and Dentis Fellowship of Indonesia

Bersyukur:?Bersyukur terbentuknya Panitia

KMdN Alumni X Thn 2014 yang telah dilantik pada tanggal 8 September 2014 .

?Bersyukur terbentuknya Panitia KMdN Mahasiswa XIX Thn 2014 yang telah dilantik pada tanggal 21 September 2014

?Bersyukur untuk kesepakatan tanggal pelaksanaan MMC - 9 yang telah di tentukan pelaksanaannya pada tanggal 9 Februari 2014 – 20 April 2014

?Bersyukur untuk kesepakatan tanggal pelaksanaan KMdN M a h a s i s w a X I X y a n g t e l a h ditentukan tanggal pelaksanaannya pada tanggal 12 Agustus 2014 – 17 Agustus 2014.

Berdoa:?Panitia KMdN Alumni X dan Panitia

KMdN Mahasiswa Thn 2014 kiranya

setiap panitia boleh bekerjasama dengan baik untuk mempersiap kamp tahun depan .

?MMC – 9 tahun 2014, setiap brosur yang telah dikirim dan setiap form MMC -9 untuk calon peserta kiranya Tuhan mengirimkan peserta peserta yang terbeban untuk diperlengkapi sedini mungkin dengan nilai & etika kristiani .

?D o a ka n Pa n i t i a M M C - 9 d a l a m menggumuli dana maupun peserta .

PMdK Jogja

Bersyukur:?Yankes yang telah dilaksanakan

bersama MMF (Malaysian Medical Fellowship) tg 15-31Juli

?Bersyukur untuk PA tanggal 26 Agustus 2 0 1 3 d e n ga n t e m a Re g e n e ra s i kepengurusan PMdKY

Berdoa:?Berdoa untuk PA tanggal 26 Agustus

2013 dengan tema: "tenaga medis dan gembalanya"

?Regenerasi kepengurusan PmdKY

TEROPONG 43

Page 44: Samaritan edisi 2 tahun 2013

?Berdoa untuk jejaring alumni medis yang sudah terbentuk dan bagaimana PMDKY bisa melayani bersama-sama dengan mereka.

PMK FK UNDIP

Bersyukur:?Bersersyukur untuk regeneras i

pengurus yang sudah terlaksana pada akhir bulan Juli lalu, berdoa agar dalam kepengurusan yang baru Tuhan beri kesatuan hati antar sesama pengurus sehingga bisa kompak dan bisa melayani dengan maksimal.

Berdoa:?Berdoa untuk rapat Program Kerja

pengurus yang akan diadakan pada awal September agar setiap program kerja yang dibuat seturut dengan kehendak Tuhan dan bukan karena keinginan pengurus semata.

?Berdoa untuk setiap kegiatan pelayanan yang ada di PMKK, baik yang melibatkan seluruh MKFK (mahasiswa kristen fakultas kedokteran) ataupun pengurus. Mulai dari KTB, PD Pengurus, PJS (Persekutuan Jumat Siang), Sado (Sahabat doa), visitasi, misi (baksos), dan kegiatan-kegiatan yang lain. Kami berdoa agar diberikan kesatuan hati dan semoga pelayanan dari setiap kegiatan PMKK dapat berjalan sesuai dengan kehendak Tuhan saja, serta PMKK semakin dibawa naik dan menjadi berkat di lingkungan FK UNDIP. Bersatu hati untuk setiap kegiatan yang tidak lepas dari kebutuhan dana. Janganlah kehendak manusia yang terjadi

melainkan biarlah rencana Allah yang terjadi. Kami percaya dan mengimani bahwa kita punya Allah yang akan selalu mencukupi kebutuhan PMKK.

?Berdoa juga untuk setiap alumni dan MKFK yang Tuhan kasihi. Tuhan, biarlah Engkau yang mempererat ikatan tali kasih diantara kami agar kami bisa saling mendukung dan maju bersama menjadi dokter Kristen yang berintegritas dan memiliki visi Allah dalam berkarya dan bekerja.

44 SAMARITAN Edisi 2 Tahun 2013

SANA-SINI ANTARA IDEALISMEDENGAN REALITA

rang bilang kampus adalah tempat dimana idealisme berada, Oyah dan mahasiswa adalah kaum

intelek bangsa yang idealis. Penulis tergelitik untuk membuat tulisan ini ketika mendengar seorang mahasiswa Pertanian mengeluh dan berkata ' Jangan salahkan kami bila pada akhirnya tidak bergelut dan mengabdikan diri dibidang pertanian, karena sulitnya mencari job disana' Bahkan katanya di Job Fair pun tak ada satu pun pekerjaan yang berbau pertanian. Sedangkan setiap manusia butuh makan katanya, mempertahankan idealisme harus sebatas apa?. Fenomena seperti ini tanpa kita sadari banyak disekeliling kita, dimana idealisme bertentangan dengan realita yang ada. Penulis yakin Jika mahasiswa tersebut ditanya apakah ingin bekerja di dunia pertanian, mungkin ia akan menjawab iya. Tapi, terkadang kenyataan tak seindah harapan. Didunia yang tidak ideal apakah idealisme masih tetap harus dipertahankan? jawabannya bisa beragam.-

Hal yang ingin penulis sorot dari topik ini yaitu bahwa didunia yang tidak ideal, idealisme masih tetap bisa dipertahankan kok. Hanya saja mungkin perlu perjuangan yang lebih besar. Jika menilik cerita sejarah, dikisahkan bahwa orang-orang y a n g t e g u h m e m p e r t a h a n k a n idealismenya adalah mereka yang rela secara totalitas mengorbankan begitu banyak hal untuk mewujudkannya. Pernahkah menonton film New Heart? Bukan promosi, hanya ingin berbagi cerita.

Dalam film tersebut dikisahkan bagaimana rumitnya sebuah sistem birokrasi disebuah rumah sakit milik universitas yang ternama di korea. Aturan baku yang berlaku dirumah sakit tersebut adalah bahwa semua dokter yang ada disana harus berasal dari universitas tersebut. Hal yang parah adalah mereka (para dokter senior) disana cenderung menganggap remeh dokter yang berasal dari universitas lain sehebat apapun dia. Namun, dikisahkan sebuah tokoh utama di film tersebut merasa hal itu tidak benar. Singkat cerita, dokter ini bergerak melawan arus dengan semua cara yang dia bisa. Hal yang menguntungkan adalah dia merupakan salah satu lulusan terbaik dari universitas t e r s e b u t d a n s a n g a t ko m p e t e n dibidangnya juga merupakan sosok yang pemberani. Dia berani menentang keputusan atasan yang dinilainya tak adil, dan membuktikan pada banyak orang bahwa sistem di rumah sakit tersebut salah. Karena hal tersebut dia berkali-kali hampir kehilangan pekerjaannya, tak jarang teman-teman sesama dokter juga mengingatkannya untuk menyerah saja dan jangan melawan arus. Tapi dokter yang satu ini tak menghiraukan itu, ia terus maju walaupun masalah demi masalah ia dapatkan karena sikapnya yang terang-terangan menentang mainstream.

Taukah apa yang terjadi kemudian?dia nyaris kehilangan keluarganya (karena perceraian, sang istri menganggap dia terlalu fokus pada profesinya sebagai dokter dan mengabaikan keluarganya) dan

SANA-SINI 45

Page 45: Samaritan edisi 2 tahun 2013

?Berdoa untuk jejaring alumni medis yang sudah terbentuk dan bagaimana PMDKY bisa melayani bersama-sama dengan mereka.

PMK FK UNDIP

Bersyukur:?Bersersyukur untuk regeneras i

pengurus yang sudah terlaksana pada akhir bulan Juli lalu, berdoa agar dalam kepengurusan yang baru Tuhan beri kesatuan hati antar sesama pengurus sehingga bisa kompak dan bisa melayani dengan maksimal.

Berdoa:?Berdoa untuk rapat Program Kerja

pengurus yang akan diadakan pada awal September agar setiap program kerja yang dibuat seturut dengan kehendak Tuhan dan bukan karena keinginan pengurus semata.

?Berdoa untuk setiap kegiatan pelayanan yang ada di PMKK, baik yang melibatkan seluruh MKFK (mahasiswa kristen fakultas kedokteran) ataupun pengurus. Mulai dari KTB, PD Pengurus, PJS (Persekutuan Jumat Siang), Sado (Sahabat doa), visitasi, misi (baksos), dan kegiatan-kegiatan yang lain. Kami berdoa agar diberikan kesatuan hati dan semoga pelayanan dari setiap kegiatan PMKK dapat berjalan sesuai dengan kehendak Tuhan saja, serta PMKK semakin dibawa naik dan menjadi berkat di lingkungan FK UNDIP. Bersatu hati untuk setiap kegiatan yang tidak lepas dari kebutuhan dana. Janganlah kehendak manusia yang terjadi

melainkan biarlah rencana Allah yang terjadi. Kami percaya dan mengimani bahwa kita punya Allah yang akan selalu mencukupi kebutuhan PMKK.

?Berdoa juga untuk setiap alumni dan MKFK yang Tuhan kasihi. Tuhan, biarlah Engkau yang mempererat ikatan tali kasih diantara kami agar kami bisa saling mendukung dan maju bersama menjadi dokter Kristen yang berintegritas dan memiliki visi Allah dalam berkarya dan bekerja.

44 SAMARITAN Edisi 2 Tahun 2013

SANA-SINI ANTARA IDEALISMEDENGAN REALITA

rang bilang kampus adalah tempat dimana idealisme berada, Oyah dan mahasiswa adalah kaum

intelek bangsa yang idealis. Penulis tergelitik untuk membuat tulisan ini ketika mendengar seorang mahasiswa Pertanian mengeluh dan berkata ' Jangan salahkan kami bila pada akhirnya tidak bergelut dan mengabdikan diri dibidang pertanian, karena sulitnya mencari job disana' Bahkan katanya di Job Fair pun tak ada satu pun pekerjaan yang berbau pertanian. Sedangkan setiap manusia butuh makan katanya, mempertahankan idealisme harus sebatas apa?. Fenomena seperti ini tanpa kita sadari banyak disekeliling kita, dimana idealisme bertentangan dengan realita yang ada. Penulis yakin Jika mahasiswa tersebut ditanya apakah ingin bekerja di dunia pertanian, mungkin ia akan menjawab iya. Tapi, terkadang kenyataan tak seindah harapan. Didunia yang tidak ideal apakah idealisme masih tetap harus dipertahankan? jawabannya bisa beragam.-

Hal yang ingin penulis sorot dari topik ini yaitu bahwa didunia yang tidak ideal, idealisme masih tetap bisa dipertahankan kok. Hanya saja mungkin perlu perjuangan yang lebih besar. Jika menilik cerita sejarah, dikisahkan bahwa orang-orang y a n g t e g u h m e m p e r t a h a n k a n idealismenya adalah mereka yang rela secara totalitas mengorbankan begitu banyak hal untuk mewujudkannya. Pernahkah menonton film New Heart? Bukan promosi, hanya ingin berbagi cerita.

Dalam film tersebut dikisahkan bagaimana rumitnya sebuah sistem birokrasi disebuah rumah sakit milik universitas yang ternama di korea. Aturan baku yang berlaku dirumah sakit tersebut adalah bahwa semua dokter yang ada disana harus berasal dari universitas tersebut. Hal yang parah adalah mereka (para dokter senior) disana cenderung menganggap remeh dokter yang berasal dari universitas lain sehebat apapun dia. Namun, dikisahkan sebuah tokoh utama di film tersebut merasa hal itu tidak benar. Singkat cerita, dokter ini bergerak melawan arus dengan semua cara yang dia bisa. Hal yang menguntungkan adalah dia merupakan salah satu lulusan terbaik dari universitas t e r s e b u t d a n s a n g a t ko m p e t e n dibidangnya juga merupakan sosok yang pemberani. Dia berani menentang keputusan atasan yang dinilainya tak adil, dan membuktikan pada banyak orang bahwa sistem di rumah sakit tersebut salah. Karena hal tersebut dia berkali-kali hampir kehilangan pekerjaannya, tak jarang teman-teman sesama dokter juga mengingatkannya untuk menyerah saja dan jangan melawan arus. Tapi dokter yang satu ini tak menghiraukan itu, ia terus maju walaupun masalah demi masalah ia dapatkan karena sikapnya yang terang-terangan menentang mainstream.

Taukah apa yang terjadi kemudian?dia nyaris kehilangan keluarganya (karena perceraian, sang istri menganggap dia terlalu fokus pada profesinya sebagai dokter dan mengabaikan keluarganya) dan

SANA-SINI 45

Page 46: Samaritan edisi 2 tahun 2013

akhirnya dipecat dengan cara licik dari rumah sakit tersebut. Apa yang akan anda lakukan bila hal ini terjadi pada anda?berhenti berjuangkah?..yah dokter ini sempat merasa yang menyesal karena mempertahankan idealismenya dia kehilangan begitu banyak hal dan yang terbesar adalah keutuhan keluarganya. Sangat wajar karena ia hanya manusia biasa bukan. Tak lama setelah terpuruk dalam kesedihannya ia mencoba untuk bangkit kembali. Dan ternyata sebuah rumah sakit swasta di amerika yang cukup terkenal mau merekrutnya sebagai salah satu dokter bedah disana. Berawal dari situ dia berhasil kembali ke korea dan masuk kembali ke sistem di rumah sakit yang dulu d i a b e ke r j a d i s a n a . D a n v o i l a , keberuntungan satu per satu datang, akhir cerita dia mampu merubah sistem dirumah sakit tersebut setelah sekian lama berjuang dengan perjuangan yang luar biasa.

Apa yang bisa dipetik dari cerita ini? Di indonesia sering kita menjumpai bahwa b a n y a k l e m b a g a - l e m b a g a y a n g bermasalah. Bahkan tak jarang ada orang yang mengatakan kalau kamu sudah masuk kerja dengan sendirinya idealisme mu pasti luntur dan kamu akan bergerak mengikuti arus.Ya memang di dunia ini ada 3 tipe orang:1). Orang yang masuk ke sebuah sistem bermasalah dan membenahinya dengan kemampuan.2). Orang yang masuk sistem yang b e r m a s a l a h t a p i t a k m a m p u membenahinya, yang pada akhirnya dia terbawa arus sistem tersebut walaupun tidak mau.3). Orang yang memang sejak awal telah rusak idealismenya, sehingga ketika masuk

ke sistem tersebut ia hanya memperparah keadaan.

Setiap orang bisa memilih ingin menjadi orang yang seperti apa semuanya tergantung kemampuan masing-masing. Hanya yang ingin penulis tekankan adalah negeri ini bila ingin berubah maka sangat membutuhkan orang-orang tipe pertama ini. Orang yang mampu merubah sistem hanya mereka yang sejak awal punya keberanian, tekad yang kuat, penyabar, kompeten dibidangnya, memiliki totalitas diri yang baik juga rela berkorban apapun. Itulah sejatinya karakter yang dibutuhkan para pemimpin di negeri ini. Lihat saja tokoh-tokoh penginspirasi di dunia, seorang ratu korea yang menyatukan 3 kerajaan dikorea, apakah hidupnya santai-santai saja?Tentu tidak, dia juga melalui banyak rasa sakit dan mengorbankan begitu banyak hal dalam hidupnya untuk membuat korea utuh seperti saat ini.yang dia miliki.

Sebagai penutup, bila kau ingin merubah dunia maka kau harus siap mencelupakan dirimu seutuhnya untuk dunia impian yang ingin kau bentuk. Tidak ada idealisme yang berjalan jika kau hanya bisa mengeluh tanpa mau membuat perubahan. Didunia yang tidak ideal, idealisme tetap ada hanya bagi mereka yang berani dan rela berkorban apapun untuk mewujudkannya. Everything is depend on you!. - JFR -

Sumber: Sheirin's Blog.

46 SAMARITAN Edisi 2 Tahun 2013

OBAT AC MILAN

FOTO MERTUA

Saya bekerja di sebuah klinik 24 jam. Suatu hari ada pasien yang datang berobat sekitar pukul 03.00 dini hari. Kebetulan waktu itu dokter baru selesai menonton pertandingan sepak bola klub favoritnya.

Dalam keadaan mengantuk berat dokter memeriksa pasien tersebut, membuat resep obat, lalu melanjutkan tidur lagi.

Alangkah kagetnya saya, ketika mau mengambilkan obat untuk pasien tersebut, yang tertulis di resep tersebut adalah: AC MILAN 3dd1 (baca: tiga kali sehari). Saya tentu saja terpaksa membangunkan dia untuk menanyakan jenis obat apa yang bernama AC MILAN.

Suatu hari, teman kantor saya dengan bangga memperlihatkan foto-foto bayinya yang lucu. Saya pun memperhatikan satu per satu foto tersebut, sambil tak lupa memberi komentar untuk menyenangkan teman saya itu.

Sebuah foto memperlihatkan seorang ibu tua mengenakan kebaya dan kain jarik, sedang menggendong si bayi. Saya langsung berkomentar, “Wah, enak, ya, pembantumu ibu-ibu. Kamu pasti nggak was-was kalau pergi ke kantor. Karena si Bibi pasti bisa mengasuh bayimu dengan baik.”

“Hmm... itu ibu mertua saya, bukan pembantu,” kata teman saya. Byar! Saya kaget, dan wajah rasanya terbakar karena malu.

HUMORIA

HUMORIA 47

Page 47: Samaritan edisi 2 tahun 2013

akhirnya dipecat dengan cara licik dari rumah sakit tersebut. Apa yang akan anda lakukan bila hal ini terjadi pada anda?berhenti berjuangkah?..yah dokter ini sempat merasa yang menyesal karena mempertahankan idealismenya dia kehilangan begitu banyak hal dan yang terbesar adalah keutuhan keluarganya. Sangat wajar karena ia hanya manusia biasa bukan. Tak lama setelah terpuruk dalam kesedihannya ia mencoba untuk bangkit kembali. Dan ternyata sebuah rumah sakit swasta di amerika yang cukup terkenal mau merekrutnya sebagai salah satu dokter bedah disana. Berawal dari situ dia berhasil kembali ke korea dan masuk kembali ke sistem di rumah sakit yang dulu d i a b e ke r j a d i s a n a . D a n v o i l a , keberuntungan satu per satu datang, akhir cerita dia mampu merubah sistem dirumah sakit tersebut setelah sekian lama berjuang dengan perjuangan yang luar biasa.

Apa yang bisa dipetik dari cerita ini? Di indonesia sering kita menjumpai bahwa b a n y a k l e m b a g a - l e m b a g a y a n g bermasalah. Bahkan tak jarang ada orang yang mengatakan kalau kamu sudah masuk kerja dengan sendirinya idealisme mu pasti luntur dan kamu akan bergerak mengikuti arus.Ya memang di dunia ini ada 3 tipe orang:1). Orang yang masuk ke sebuah sistem bermasalah dan membenahinya dengan kemampuan.2). Orang yang masuk sistem yang b e r m a s a l a h t a p i t a k m a m p u membenahinya, yang pada akhirnya dia terbawa arus sistem tersebut walaupun tidak mau.3). Orang yang memang sejak awal telah rusak idealismenya, sehingga ketika masuk

ke sistem tersebut ia hanya memperparah keadaan.

Setiap orang bisa memilih ingin menjadi orang yang seperti apa semuanya tergantung kemampuan masing-masing. Hanya yang ingin penulis tekankan adalah negeri ini bila ingin berubah maka sangat membutuhkan orang-orang tipe pertama ini. Orang yang mampu merubah sistem hanya mereka yang sejak awal punya keberanian, tekad yang kuat, penyabar, kompeten dibidangnya, memiliki totalitas diri yang baik juga rela berkorban apapun. Itulah sejatinya karakter yang dibutuhkan para pemimpin di negeri ini. Lihat saja tokoh-tokoh penginspirasi di dunia, seorang ratu korea yang menyatukan 3 kerajaan dikorea, apakah hidupnya santai-santai saja?Tentu tidak, dia juga melalui banyak rasa sakit dan mengorbankan begitu banyak hal dalam hidupnya untuk membuat korea utuh seperti saat ini.yang dia miliki.

Sebagai penutup, bila kau ingin merubah dunia maka kau harus siap mencelupakan dirimu seutuhnya untuk dunia impian yang ingin kau bentuk. Tidak ada idealisme yang berjalan jika kau hanya bisa mengeluh tanpa mau membuat perubahan. Didunia yang tidak ideal, idealisme tetap ada hanya bagi mereka yang berani dan rela berkorban apapun untuk mewujudkannya. Everything is depend on you!. - JFR -

Sumber: Sheirin's Blog.

46 SAMARITAN Edisi 2 Tahun 2013

OBAT AC MILAN

FOTO MERTUA

Saya bekerja di sebuah klinik 24 jam. Suatu hari ada pasien yang datang berobat sekitar pukul 03.00 dini hari. Kebetulan waktu itu dokter baru selesai menonton pertandingan sepak bola klub favoritnya.

Dalam keadaan mengantuk berat dokter memeriksa pasien tersebut, membuat resep obat, lalu melanjutkan tidur lagi.

Alangkah kagetnya saya, ketika mau mengambilkan obat untuk pasien tersebut, yang tertulis di resep tersebut adalah: AC MILAN 3dd1 (baca: tiga kali sehari). Saya tentu saja terpaksa membangunkan dia untuk menanyakan jenis obat apa yang bernama AC MILAN.

Suatu hari, teman kantor saya dengan bangga memperlihatkan foto-foto bayinya yang lucu. Saya pun memperhatikan satu per satu foto tersebut, sambil tak lupa memberi komentar untuk menyenangkan teman saya itu.

Sebuah foto memperlihatkan seorang ibu tua mengenakan kebaya dan kain jarik, sedang menggendong si bayi. Saya langsung berkomentar, “Wah, enak, ya, pembantumu ibu-ibu. Kamu pasti nggak was-was kalau pergi ke kantor. Karena si Bibi pasti bisa mengasuh bayimu dengan baik.”

“Hmm... itu ibu mertua saya, bukan pembantu,” kata teman saya. Byar! Saya kaget, dan wajah rasanya terbakar karena malu.

HUMORIA

HUMORIA 47

Page 48: Samaritan edisi 2 tahun 2013

KARTU POS

Di sebuah klinik tempat saya bekerja, sepasang lansia sedang membicarakan betapa cepatnya waktu berlalu karena tahu-tahu sudah saatnya untuk kembali mengirimkan kartu ucapan selamat natal.

Sang istri berkata, ”Saya pikir kita harus mengurangi daftar nama yang akan kita kirimi kartu.”

Namun sang suami dengan cepat menjawab, ”Jangan sayang. Nanti mereka berpikir bahwa kita telah meninggal dunia.”

48 SAMARITAN Edisi 2 Tahun 2013

SUDAH SEMBUH

PERNAH BERJUMPA

Seorang dokter kaget ketika masuk ke halaman belakang sebuah rumah sakit jiwa karena ia mendengar ada seseorang sedang menyanyi. Setelah mencari tahu, ternyata suara itu datang dari seorang pasien rumah sakit jiwa tersebut. Anehnya, si pasien menyanyikan lagunya sembari t idur telentang. Dengan keheranan, sang dokter terus mengamati tingkah laku pasien tersebut. Ia berpikir, "Sepertinya pasien tersebut sudah sembuh."Kemudian, pasien tersebut tengkurap dan menyanyikan lagu yang lain. Karena penasaran, dokter menghampiri sang pasien dan bertanya, "Hai Joko, mengapa kamu tadi menyanyi dengan tidur t e l e n t a n g d a n s e k a r a n g m a l a h tengkurap?"Dengan kalem si pasien menjawab, "Ya Dok, tadi side A, sekarang side B.”

[Sumber diambil dan disunting dari: Manna Sorgawi, Agustus 2010]

Akibat kecelakaan yang dialaminya, seorang pengemudi sepeda motor harus dirawat di rumah sakit selama beberapa waktu.Hari ini, ia siuman setelah proses operasinya selesai. Ketika ia menoleh ke kiri, dilihatnya seorang laki-laki juga sedang terbaring dalam keadaan lemah. Merasa senang karena ada teman sekamar, ia pun segera menyapanya, "Saya rasa wajah Anda sangat familiar. Tampaknya kita sudah pernah berjumpa. Betul, tidak?""Betul sekali! Justru karena perjumpaan kita itulah kita berbaring di sini sekarang!!

[Sumber diambil dan disunting dari: Buku Pintar Ketawa, 86]

HUMORIA 49

Page 49: Samaritan edisi 2 tahun 2013

KARTU POS

Di sebuah klinik tempat saya bekerja, sepasang lansia sedang membicarakan betapa cepatnya waktu berlalu karena tahu-tahu sudah saatnya untuk kembali mengirimkan kartu ucapan selamat natal.

Sang istri berkata, ”Saya pikir kita harus mengurangi daftar nama yang akan kita kirimi kartu.”

Namun sang suami dengan cepat menjawab, ”Jangan sayang. Nanti mereka berpikir bahwa kita telah meninggal dunia.”

48 SAMARITAN Edisi 2 Tahun 2013

SUDAH SEMBUH

PERNAH BERJUMPA

Seorang dokter kaget ketika masuk ke halaman belakang sebuah rumah sakit jiwa karena ia mendengar ada seseorang sedang menyanyi. Setelah mencari tahu, ternyata suara itu datang dari seorang pasien rumah sakit jiwa tersebut. Anehnya, si pasien menyanyikan lagunya sembari t idur telentang. Dengan keheranan, sang dokter terus mengamati tingkah laku pasien tersebut. Ia berpikir, "Sepertinya pasien tersebut sudah sembuh."Kemudian, pasien tersebut tengkurap dan menyanyikan lagu yang lain. Karena penasaran, dokter menghampiri sang pasien dan bertanya, "Hai Joko, mengapa kamu tadi menyanyi dengan tidur t e l e n t a n g d a n s e k a r a n g m a l a h tengkurap?"Dengan kalem si pasien menjawab, "Ya Dok, tadi side A, sekarang side B.”

[Sumber diambil dan disunting dari: Manna Sorgawi, Agustus 2010]

Akibat kecelakaan yang dialaminya, seorang pengemudi sepeda motor harus dirawat di rumah sakit selama beberapa waktu.Hari ini, ia siuman setelah proses operasinya selesai. Ketika ia menoleh ke kiri, dilihatnya seorang laki-laki juga sedang terbaring dalam keadaan lemah. Merasa senang karena ada teman sekamar, ia pun segera menyapanya, "Saya rasa wajah Anda sangat familiar. Tampaknya kita sudah pernah berjumpa. Betul, tidak?""Betul sekali! Justru karena perjumpaan kita itulah kita berbaring di sini sekarang!!

[Sumber diambil dan disunting dari: Buku Pintar Ketawa, 86]

HUMORIA 49

Page 50: Samaritan edisi 2 tahun 2013

ANTAR KITA

Segenap Redaksi Majalah Samaritan, Pengurus dan StafPelayanan Medis Nasional (PMdN) PerkantasMengucapkan:

Selamat Ulang Tahun

dr.Ronaningtyas Maharani (Rona) 01 Juli

drg.HerlinaSutanto T 02 Juli dr.KatherineBangun 04 Juli

dr.RosdianaHernawatiSilaban 05 Juli dr.Metha 07 Juli drg.RianiSuhendra 09 Juli

dr.ALHAIRANI K.L.M. MESA 09 Juli dr.RickyJ.Pardede 10 Juli

dr.YulianaSiajadi 11 Juli dr.DUMARIA R. DAMAYANTI 14 Juli dr.JuliaK.Kadang, SpA 17 Juli

drg.HotlinJudikaRomana 19 Juli dr.HelmawatiPerangin – Angin 20 Juli

dr.Eka J. WahjoePramono 27 Juli drg. Julvan G.M. NAINGGOLAN 27 Juli dr.SamuelHalim 29 Juli

dr.Poniman 01 Agustus dr.Bambang Budi Siswanto, Sp.J 02 Agustus

dr.AgustinaPuspitasari 02 Agustus dr.RonaldJonathan,MSc . 03 Agustus dr.RonaldJonathan,MSc. 03 Agustus

dr.LineusHewis, SpA 04 Agustus dr.SULASTRI C. PANJAITAN 04 Agustus

dr.SunotoPratanu, SpJP, FIHA 04 Agustus dr.Widodo L. Tobing 06 Agustus drg.Lydiana 08 Agustus

dr.Kusnadi 11 Agustus Dr.EmanuelWantania 13 Agustus

dr.MaudyLumenta 15 Agustus dr.IntanRenataSilitonga 16 Agustus dr.CHERRY CHATERINA SILITONGA 16 Agustus

dr.Leonard A. Laisang, SpB 17 Agustus dr.Agustina 18 Agustus

dr.Antonius S. Sandi Agus 19 Agustus

50 SAMARITAN Edisi 2 Tahun 2013 ANTAR KITA 51

dr.Agus D N Kaunang,SpOG 19 Agustus

drg.DewiH.Pramono,SpPros 20 Agustus dr.MartinRumende, SpPD 24 Agustus

dr.AriyantiYusnita 24 Agustus dr.AgusPrasetyo 26 Agustus drg.PrisilliaPaseru 27 Agustus

dr.LydiaPratanu, MS 28 Agustus dr.VeraMarietha M.R 28 Agustus

dr.Viviana 29 Agustus dr.RALF RICHARD PANGALILA 29 Agustus dr.IreneHintanputung 29 Agustus

dr.Helen A. Manoe,SpM 01 September DR.dr.DwidjoSaputra,SpKJ 04 September

dr.SugaT.Anggawidjaja, Sp.PA 06 September dr.Patricsia M 06 September dr.Herdiana Elisabeth 06 September

dr.ELISA (ICA LAU) 06 September drg. DewiRuth,SKG 07 September

drg. Melki 08 September dr.Theresia Shanty Kayama 11 September dr.EthaRambung 12 September

dr.Dewi 15 September dr.EvaKarmelia 16 September

dr.RisaNurida M. Siagian 16 September drg.NanaAnggawidjaja 17 September drg.Abigail N. V. Saputri 19 September

dr.SetianiMuliadikara 20 September dr.SriJulianiHarjanto 21 September

dr.MariaSimanjuntak 27 September Dr.JovielSimatupang 28 September drg.Nadhyanto, SpPros 1 Oktober

dr.HermanGandi,SpA 3 Oktober dr.SondangWhita Kristina Tambun 03 Oktober

drg. MulaB.Hutagaol 05 Oktober dr.PuaLibrana,SpOG 05 Oktober dr.Karina Samaria 08 Oktober

drg. ArifiantiNilasari (Anis) 08 Oktober dr.RatihRahayuAstutiGunadi 8 Oktober

Prof.DR.dr.TaralanTambunan 10 Oktober dr.Filly.M 19 Oktober

DR.dr. Mangasa.LTobing, SpPD 21 Oktober dr.FrankyZepplinPasaribu 21 Oktober Helena UllyarthaPangaribuan,SKM 21 Oktober

dr.BERLIAN BEATRIX RAROME 21 Oktober dr.DediTedjakusnadi, MARS 23 Oktober dr.RistarinPaskarinaZaluchu 24 Oktober

dr.Rosalyn Angeline Manurung 28 Oktober dr.SaulinaSembiring 28 Oktober

dr.RicaBunjamin 29 Oktober

Page 51: Samaritan edisi 2 tahun 2013

ANTAR KITA

Segenap Redaksi Majalah Samaritan, Pengurus dan StafPelayanan Medis Nasional (PMdN) PerkantasMengucapkan:

Selamat Ulang Tahun

dr.Ronaningtyas Maharani (Rona) 01 Juli

drg.HerlinaSutanto T 02 Juli dr.KatherineBangun 04 Juli

dr.RosdianaHernawatiSilaban 05 Juli dr.Metha 07 Juli drg.RianiSuhendra 09 Juli

dr.ALHAIRANI K.L.M. MESA 09 Juli dr.RickyJ.Pardede 10 Juli

dr.YulianaSiajadi 11 Juli dr.DUMARIA R. DAMAYANTI 14 Juli dr.JuliaK.Kadang, SpA 17 Juli

drg.HotlinJudikaRomana 19 Juli dr.HelmawatiPerangin – Angin 20 Juli

dr.Eka J. WahjoePramono 27 Juli drg. Julvan G.M. NAINGGOLAN 27 Juli dr.SamuelHalim 29 Juli

dr.Poniman 01 Agustus dr.Bambang Budi Siswanto, Sp.J 02 Agustus

dr.AgustinaPuspitasari 02 Agustus dr.RonaldJonathan,MSc . 03 Agustus dr.RonaldJonathan,MSc. 03 Agustus

dr.LineusHewis, SpA 04 Agustus dr.SULASTRI C. PANJAITAN 04 Agustus

dr.SunotoPratanu, SpJP, FIHA 04 Agustus dr.Widodo L. Tobing 06 Agustus drg.Lydiana 08 Agustus

dr.Kusnadi 11 Agustus Dr.EmanuelWantania 13 Agustus

dr.MaudyLumenta 15 Agustus dr.IntanRenataSilitonga 16 Agustus dr.CHERRY CHATERINA SILITONGA 16 Agustus

dr.Leonard A. Laisang, SpB 17 Agustus dr.Agustina 18 Agustus

dr.Antonius S. Sandi Agus 19 Agustus

50 SAMARITAN Edisi 2 Tahun 2013 ANTAR KITA 51

dr.Agus D N Kaunang,SpOG 19 Agustus

drg.DewiH.Pramono,SpPros 20 Agustus dr.MartinRumende, SpPD 24 Agustus

dr.AriyantiYusnita 24 Agustus dr.AgusPrasetyo 26 Agustus drg.PrisilliaPaseru 27 Agustus

dr.LydiaPratanu, MS 28 Agustus dr.VeraMarietha M.R 28 Agustus

dr.Viviana 29 Agustus dr.RALF RICHARD PANGALILA 29 Agustus dr.IreneHintanputung 29 Agustus

dr.Helen A. Manoe,SpM 01 September DR.dr.DwidjoSaputra,SpKJ 04 September

dr.SugaT.Anggawidjaja, Sp.PA 06 September dr.Patricsia M 06 September dr.Herdiana Elisabeth 06 September

dr.ELISA (ICA LAU) 06 September drg. DewiRuth,SKG 07 September

drg. Melki 08 September dr.Theresia Shanty Kayama 11 September dr.EthaRambung 12 September

dr.Dewi 15 September dr.EvaKarmelia 16 September

dr.RisaNurida M. Siagian 16 September drg.NanaAnggawidjaja 17 September drg.Abigail N. V. Saputri 19 September

dr.SetianiMuliadikara 20 September dr.SriJulianiHarjanto 21 September

dr.MariaSimanjuntak 27 September Dr.JovielSimatupang 28 September drg.Nadhyanto, SpPros 1 Oktober

dr.HermanGandi,SpA 3 Oktober dr.SondangWhita Kristina Tambun 03 Oktober

drg. MulaB.Hutagaol 05 Oktober dr.PuaLibrana,SpOG 05 Oktober dr.Karina Samaria 08 Oktober

drg. ArifiantiNilasari (Anis) 08 Oktober dr.RatihRahayuAstutiGunadi 8 Oktober

Prof.DR.dr.TaralanTambunan 10 Oktober dr.Filly.M 19 Oktober

DR.dr. Mangasa.LTobing, SpPD 21 Oktober dr.FrankyZepplinPasaribu 21 Oktober Helena UllyarthaPangaribuan,SKM 21 Oktober

dr.BERLIAN BEATRIX RAROME 21 Oktober dr.DediTedjakusnadi, MARS 23 Oktober dr.RistarinPaskarinaZaluchu 24 Oktober

dr.Rosalyn Angeline Manurung 28 Oktober dr.SaulinaSembiring 28 Oktober

dr.RicaBunjamin 29 Oktober

Page 52: Samaritan edisi 2 tahun 2013