sambutan dewan kurator wisuda stie indonesia … · dunia, namun dengan kecepatan yang tidak . 4...
TRANSCRIPT
1
SAMBUTAN DEWAN KURATOR
WISUDA STIE INDONESIA BANKING SCHOOL TAHUN 2015
Jakarta, 14 November 2015
Yang saya hormati,
Ketua Komisioner Otoritas Jasa Keuangan, Dr.
Muliaman D. Hadad;
Ketua STIE Indonesia Banking School (IBS), Dr.
Subarjo Joyosumarto;
Koordinator Kopertis Wilayah III, Dr. Ir. Illah
Sailah
Honorable faculty STIE IBS;
o Drs. Rachmat Saleh o Prof. Adrianus Mooy o Dr. Darmin Nasution o Dr. KH. (HC) Ma’ruf Amin o Drs. Binhadi o Prof. Dr. H. Djokosantoso Moeljono
Para Anggota Senat Akademik STIE IBS;
Para Pendiri STIE IBS;
Direktur Utama LPPI Dr. Hartadi A. Sarwono
beserta jajaran direksi LPPI;
Ketua YPPI Bp Abdul Azis;
Civitas Akademika STIE IBS, para Dosen, dan
para mahasiswa;
Para Hadirin dan Undangan yang berbahagia,
2
Assalamualaikum Wr. Wb.
1. Mengawali sambutan ini, perkenankan saya
mengajak Bapak/Ibu sekalian untuk bersama-
sama memanjatkan puji dan syukur ke hadirat
Tuhan YME, karena hanya atas perkenan-Nya
kita dapat bertemu dalam suasana yang baik
untuk bersama-sama menghadiri dan
menyaksikan Wisuda STIE Indonesia
Banking School (IBS) Tahun 2015. Atas
nama pribadi dan Dewan Gubernur Bank
Indonesia, kami mengucapkan selamat
kepada wisudawan-wisudawati STIE IBS dan
para orang tua yang yang hadir pada acara
wisuda hari ini.
2. Sebelum kami membacakan sambutan
Gubernur Bank Indonesia sebagai Ketua
Dewan Kurator, ijinkan kami menyampaikan
permohonan maaf dari Gubernur Bank
Indonesia, Bp Agus Martowardojo, yang tidak
dapat hadir dalam wisuda STIE IBS hari ini.
Sejak hari Kamis hingga Minggu besok,
seluruh Anggota Dewan Gubernur Bank
3
Indonesia berada di Yogyakarta dalam
rangkaian kegiatan Board Seminar Kajian
Ekonomi dan Keuangan Regional serta
koordinasi antara Bank Indonesia-Pemerintah
Pusat-Pemerintah Daerah di Yogyakarta.
Kegiatan ini merupakan agenda rutin sejak
awal tahun 2015 sebagai bagian dari upaya
Bank Indonesia mendorong reformasi
struktural baik di tingkat pusat maupun daerah.
Bapak/Ibu dan para hadirin yang berbahagia,
<Tantangan perekonomian terkini>
3. Tak terasa sebentar lagi kita akan
meninggalkan tahun 2015, tahun yang penuh
tantangan bagi perekonomian Indonesia.
Saya mencatat setidaknya 4 tantangan yang
dihadapi perekonomian Indonesia pada tahun
2015 ini. Pertama adalah ketidakpastian
perekonomian global. Kondisi ekonomi global
tahun ini ternyata tidak secerah prakiraan
semula. Pemulihan ekonomi global memang
terus berlangsung di berbagai ekonomi utama
dunia, namun dengan kecepatan yang tidak
4
sesuai dengan harapan dan tidak merata. Hal
ini ditunjukkan dengan beberapa kali revisi ke
bawah proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia
oleh berbagai lembaga internasional. Harga
komoditas dunia pun terus merosot karena
melemahnya permintaan, terutama dari
Tiongkok. Sebagai negara dengan
perekonomian dan sistem keuangan yang
terbuka, Indonesia tidak dapat terlepas dari
konstelasi perekonomian global tersebut.
Apalagi di tengah divergensi kebijakan
moneter dunia dan perubahan persepsi risiko
eksternal yang menyebabkan dollar AS dalam
skala global terus menguat. Berbagai tekanan
eksternal tersebut pada gilirannya
menimbulkan instabilitas pada perekonomian
domestik, antara lain pelemahan nilai tukar
Rupiah, keluarnya aliran modal baik di pasar
modal maupun pasar saham, serta naiknya
imbal hasil atau yield SBN.
4. Kedua adalah perlambatan pertumbuhan
ekonomi. Seperti diketahui bahwa hingga
triwulan akhir III-2015, perekonomian
5
Indonesia tumbuh di bawah 5%. Triwulan I
tumbuh 4,71%, triwulan II tumbuh sebesar
4,67%, sementara triwulan III yang baru
diumumkan minggu yang lalu naik sedikit
menjadi 4,73%. Perlambatan ini disebabkan
oleh menurunnya kinerja ekspor akibat
berlanjutnya penurunan harga sejumlah
komoditas primer utama seperti CPO, karet,
batubara dan minyak bumi. Penurunan harga
komoditas ini menyebabkan pertumbuhan
ekonomi di sebagian besar provinsi, yang
perekonomiannya berbasis sumber daya alam,
terutama di Sumatera dan Kalimantan,
menurun drastis. Bahkan di beberapa provinsi
mengalami pertumbuhan negatif seperti
Provinsi Kaltim-Kaltara, Riau, dan Aceh.
Perlambatan ekonomi ini mulai berdampak
kepada kenaikan tingkat pengangguran.
Tingkat Pengangguran Terbuka bulan
Agustus 2015 yang diumumkan 5 November
2015 yang lalu menunjukkan peningkatan dari
5,9% menjadi 6,2% yang disebabkan oleh
penurunan jumlah tenaga kerja di sektor
6
pertanian, industri, dan jasa-jasa. Bahkan
kenaikan tingkat pengangguran terbuka di
Riau dan Kaltim-Kaltara meningkat melampaui
angka 7%.
5. Tantangan ketiga adalah implementasi
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang
akan dimulai akhir Desember 2015. Pada satu
sisi komitmen MEA akan membuka peluang
pasar dengan aliran barang, jasa, investasi,
tenaga kerja dan modal yang lebih bebas.
Namun di sisi lain, hal ini juga memberikan
konsekuensi semakin tingginya persaingan di
pasar domestik masing-masing negara.
Dengan potensi pasar yang massive, saya
melihat tantangan berat yang paling mendasar
dari komitmen MEA tersebut adalah
kemampuan kita menciptakan daya saing
yang kompetitif. Mampukah kita
memanfaatkan MEA sebagai peluang untuk
berperan sebagai pelaku utama dari rantai
produksi global, atau kita hanya akan menjadi
target pasar dan penonton? Dalam
pandangan saya, pada titik inilah kapabilitas
7
kita untuk membaca dan mengantisipasi
gerakan ekonomi ke depan semakin teruji.
6. Tantangan keempat adalah normalisasi suku
bunga bank sentral Amerika Serikat. Isu ini
mendominasi dinamika pasar keuangan baik
di advanced economy maupun emerging
market sejak Mei 2013. Normalisasi suku
bunga ini mengakibatkan ketidakpastian yang
seringkali mengubah perilaku risk on-risk off
dari investor dengan begitu cepat. Pasca rilis
data tenaga kerja Amerika Serikat yang
membaik di bulan Oktober 2015, survei
Bloomberg menunjukkan ekspektasi pasar
terhadap kenaikan suku bunga bank sentral
Amerika Serikat, Fed Fund Rate, di Desember
2015 meningkat dari 56% menjadi 68%.
Bapak/Ibu dan para hadirin yang berbahagia,
<Kebijakan Bank Indonesia Terkini>
7. Menghadapi tantangan perekonomian yang
cukup berat tersebut, berbagai kebijakan telah
dilakukan. Di bidang moneter, BI tetap
8
mempertahankan kebijakan moneter bias
ketat untuk menjaga market confidence dan
menekan defisit transaksi berjalan. Meskipun
tekanan terhadap stabilitas makro mulai
mereda sehingga terdapat ruang bagi
pelonggaran kebijakan moneter, kami masih
perlu mencermati tingginya risiko
ketidakpastian global khususnya rencana
kenaikan Fed Fund Rate pada bulan
Desember mendatang dan kesiapan mitigasi
risikonya.
8. Sejalan dengan hal tersebut, fokus kebijakan
BI dalam jangka pendek tetap diarahkan pada
langkah-langkah stabilisasi nilai tukar,
memperkuat pengelolaan likuiditas rupiah,
serta memperkuat pengelolaan supply-
demand valas. Bank Indonesia juga
menyambut baik dan mengapresiasi
rangkaian paket kebijakan Pemerintah serta
OJK dalam mendukung pertumbuhan
9
ekonomi dan reformasi struktural yang
diperlukan untuk memperkuat fondasi
perekonomian Indonesia. Berbagai langkah
kebijakan ini diharapkan mampu menciptakan
iklim investasi yang semakin kondusif yang
pada gilirannya dapat memperbaiki outlook
perekonomian Indonesia.
9. Beberapa langkah kebijakan tersebut telah
memberikan dampak positif meskipun belum
sepenuhnya memenuhi harapan. Kabar baik
terbit minggu yang lalu dimana Fitch Rating
memberikan afirmasi atas rating souverign
Indonesia dengan outlook yang stabil (BBB-).
Hal ini perlu kita syukuri di tengah volatilitas
global yang kembali meningkat. Namun,
tekanan terhadap rupiah masih belum akan
mereda meskipun Bank Indonesia telah cukup
banyak melakukan stabilisasi di pasar valas.
Menyadari kompleksnya tantangan yang
dihadapi, kami akan terus melanjutkan serta
10
memperkuat koordinasi kebijakan antar
institusi.
<Confidence dan Persepsi Positif>
10. Kita menyadari bahwa tidaklah mudah bagi
kita melalui berbagai tantangan yang
dihadapi perekonomian. Namun kita harus
tetap optimis karena sejarah membuktikan
bahwa kita memiliki pengalaman yang baik
dalam menjalankan reformasi ekonomi.
Pertama, pada masa sebelum orde lama,
Indonesia pernah tercatat dalam buku
Economics Development yang ditulis
Benjamin Higgins pada tahun 1963
sebagai “the chronic drop out” dan
dinyatakan sebagai contoh kegagalan dalam
mengelola ekonomi. Namun, dalam waktu 30
tahun, IMF dan World Bank menyatakan
Indonesia merupakan salah satu “Asian
Miracle”, dengan pertumbuhan ekonomi yang
11
tinggi dan stabil, transformasi struktural yang
berhasil, serta inflasi yang terkendali.
11. Kedua, pada saat krisis keuangan Asia
1997, kita bersama Thailand dan Korea
menjadi negara yang mengalami dampak
paling parah, hingga berujung pada krisis
politik dan pergantian kekuasaan. Namun,
dengan berbagai reformasi yang kita
lakukan, pada global financial crisis 2008,
Indonesia bersama Tiongkok dan India
menjadi sedikit negara yang bertahan dari
pusaran krisis ekonomi dunia terbesar
setelah krisis ekonomi 1930, dengan masih
tumbuhnya pertumbuhan ekonomi di atas
4%.
12. Pengalaman tersebut menyampaikan
pesan kepada kita semua bahwa seberat
apapun tantangan akan dapat kita lalui
sepanjang kita tetap menjaga confidence
12
serta menyampaikan persepsi positif
bahwa kita telah, sedang, dan akan
melakukan reformasi struktural. Hal ini
yang membutuhkan sinergi Indonesia
Incorporated, baik pemerintah, bank
sentral, OJK serta kalangan dunia usaha
termasuk sektor keuangan dan
perbankan.
Bapak/Ibu, para undangan dan hadirin yang
berbahagia,
13. Dalam menghadapi tantangan ini,
khususnya menghadapi MEA 2015, para
pelaku di sektor keuangan harus
mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya
agar memiliki daya saing dan
profesionalisme yang tinggi sehingga
menjadi bankir kelas satu. Kita harus dapat
menunjukkan bahwa insan-insan perbankan
serta profesional sektor keuangan Indonesia
adalah yang terbaik di kawasan ASEAN.
13
14. Beberapa hal berikut perlu kita persiapkan
untuk meningkatkan daya saing para
profesional di sektor keuangan. Pertama,
standarisasi kualitas SDM yang link and
match dengan kebutuhan pasar. Pendidikan
akademik dituntut untuk memiliki kurikulum
dan metode pengajaran yang bisa
menghasilkan lulusan yang siap pakai. Oleh
karena itu, dunia akademik perlu terus meng-
update dirinya dengan perkembangan terkini
di dunia keuangan yang terus berkembang.
Perlu diberikan waktu khusus bagi
mahasiswa-mahasiswi untuk berdiskusi
dengan para profesional maupun policy
maker di bidang keuangan.
15. Kedua, keberadaan sertifikasi kompetensi di
sektor keuangan merupakan suatu
keniscayaan. Untuk bersaing dengan para
tenaga kerja terampil dari negara-negara
ASEAN lainnya, gelar sarjana semata tidak
cukup. Sekarang semakin banyak profesi
baru yang belum banyak disentuh dan
membutuhkan sertifikasi-sertifikasi, baik yang
14
bersifat global maupun nasional.
Sarjana akuntansi dan manajemen bisa saja
menjadi auditor keuangan, manajemen, dan
operasional, tetapi belum tentu semua bisa
mengaudit sistem informasi,
perangkat lunak, dan sistem aplikasi.
Padahal 5 tahun mendatang, kita harus
bersaing dengan SDM dari negara-negara
anggota MEA.
16. Ketiga, pentingnya mengasah daya saing
SDM di perbankan serta keuangan syariah.
Pasca dikeluarkannya UU No 21 tahun 2008
tentang Perbankan Syariah serta maraknya
instrumen keuangan syariah seperti sukuk
dan pasar modal syariah telah memicu
kebutuhan akan tenaga kerja yang yang
sangat besar. Disamping memiliki skill di
bidang keuangan, SDM keuangan syariah
dituntut untuk memiliki pemahaman pada
prinsip-prinsip syariah. Meskipun rasio aset
perbankan syariah terhadap aset perbankan
saat ini masih di bawah 5%, pasokan SDM di
bidang perbankan dan keuangan syariah ini
15
masih terbatas. Menghadapi MEA 2015,
apalagi dengan keunggulan negara tetangga
kita dalam perbankan dan keuangan syariah,
rasanya kita perlu duduk bersama untuk
mengatasi hal ini.
17. Last but not least, sebagai landasan dari
tiga hal di atas, saya menggarisbawahi
pentingnya pendidikan terhadap integritas.
Saya meyakini bahwa pengetahuan dan
keterampilan yang diwujudkan dengan
penguasaan standar kompetensi dan
keahlian secara professional tidak akan
berarti tanpa integritas yang baik, karena
bisnis di sektor keuangan adalah bisnis
kepercayaan.
Bapak/Ibu, para undangan dan hadirin yang
berbahagia,
18. Akhir kata, kami mengucapkan selamat
kepada STIE IBS yang berhasil meluluskan
sekitar 120 alumni pada wisuda tahun 2015
ini. Semoga hal ini menjadi motivasi yang
lebih baik lagi untuk melahirkan lulusan-
16
lulusan STIE IBS yang lebih baik pada tahun
tahun berikutnya. Saya juga mengucapkan
selamat kepada para wisudawan-wisudawati
STIE IBS. Gelar kesarjanaan maupun
magister yang Saudara raih hari ini
merupakan bekal Saudara sekalian untuk
memasuki dunia baru. Setelah dibekali ilmu
perbankan dan keuangan di kampus STIE
IBS ini, kinilah saatnya saudara menciptakan
value. Saya selalu ingat kata-kata Einstein,
“Try not to become a man of success, but
rather try to become a man of value.”
19. Semoga niat baik kita untuk membangun
bangsa dan negara melalui pengembangan
insan perbankan dan sektor keuangan yang
berkualitas dan berintegritas senantiasa
memperoleh ridho dari Allah SWT. Sekian
dan terima kasih.
Wassalamualaikum Wr Wb.
Jakarta, 14 November 2015
Deputi Gubernur
Hendar