sang aku

2
‘Sang Aku’ Siapakah dia Yang tiba-tiba hadir Di dalam tubuhku Di dalam otakku Di denyut jantungku Di tarikan dan hembusan nafasku Di gerakan tanganku Di langkah kakiku Di seluruh aktivitas hidupku? . . . Siapakah dia Yang tiba-tiba menjadikanku Bisa melihat keindahan dunia Mendengar merdunya suara Mencium wewangian bunga-bunga Merasakan hangatnya pelukan Dan dinginnya udara malam Menikmati lezatnya Makanan dan minuman Yang setiap hari mengaliri lidah . . . Ooh siapakah dia Yang menjadi perasaan ini Menjadi kehendak yang membuatku berlari Melintasi padang kehidupan Yang menjadikanku merasa ada Bersamaan dengan keberadaan segala? . . . Ooh, siapakah dia Yang membuat aku bisa Menyebut diriku ‘aku’ Dan menyebut dirimu ‘kamu’ Serta menyebut mereka sebagai ‘dia’ Juga merasakan aku di sini Dan engkau di sana Seakan dunia terbagi dalam keberjarakan hakiki? . . .

Upload: tismi-dipalaya

Post on 16-Jul-2016

226 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

puisi

TRANSCRIPT

Page 1: Sang Aku

‘Sang Aku’

Siapakah diaYang tiba-tiba hadirDi dalam tubuhkuDi dalam otakku

Di denyut jantungkuDi tarikan dan hembusan nafasku

Di gerakan tangankuDi langkah kakiku

Di seluruh aktivitas hidupku?. . .

Siapakah diaYang tiba-tiba menjadikankuBisa melihat keindahan duniaMendengar merdunya suara

Mencium wewangian bunga-bungaMerasakan hangatnya pelukan

Dan dinginnya udara malamMenikmati lezatnya

Makanan dan minumanYang setiap hari mengaliri lidah

. . .Ooh siapakah dia

Yang menjadi perasaan iniMenjadi kehendak yang membuatku berlari

Melintasi padang kehidupanYang menjadikanku merasa ada

Bersamaan dengan keberadaan segala?. . .

Ooh, siapakah diaYang membuat aku bisaMenyebut diriku ‘aku’

Dan menyebut dirimu ‘kamu’Serta menyebut mereka sebagai ‘dia’

Juga merasakan aku di siniDan engkau di sana

Seakan dunia terbagi dalam keberjarakan hakiki?

. . . Wahai siapakah engkau

Yang bersemayam di dalam dirikuYang terus setia melintasi waktu

Yang menjadi kekuatanDan semangat hidupku

Page 2: Sang Aku

Yang menggairahkan keinginanUntuk terus melawanDatangnya kematian

Yang kadang begitu melelahkanBagi sementara orang?

. . . Wahai engkau

Yang lebih mengenal dirikuDibandingkan aku

Yang lebih dulu adaDibandingkan tubuhku

Yang lebih abadiDibandingkan jasadku

Yang lebih berilmu dibandingkanSeluruh pengalamanku

. . .Kenapa aku tak begitu mengenalmu

Padahal sudah puluhan tahun Aku selalu bersamamu

Dalam sedih maupun bahagiaku . . .

Benarkah engkau adalah aku?Atau, barangkali aku adalah engkau?

Atau, jangan-jangan dia,Engkau dan aku

Adalah sama:Sekedar perasaan semu

Yang menggambarkan keberadaanSang Maha Nyata?

. . .

Surabaya, 5 Oktober 2015[Agus Mustofa]