sarana angkutan umum

Upload: ryan-adriadi-n

Post on 02-Mar-2018

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/26/2019 Sarana Angkutan Umum

    1/10

    MODUL PERKULIAHANMODUL PERKULIAHANMODUL PERKULIAHANMODUL PERKULIAHAN

    Sistem AngkutanSistem AngkutanSistem AngkutanSistem Angkutan

    UmumUmumUmumUmum

    Sistem Pentarifan AngkutanUmum

    11111111

  • 7/26/2019 Sarana Angkutan Umum

    2/10

    152

    Sistem Angkutan Umum Pusat Bahan Ajar dan eLearningWita Meutia, ST., MT http://www.mercubuana.ac.id

    Struktur Tarif

    Warpani (2002) mendefinisikan tarif sebagai sebagai harga jasa angkutan yang harus

    dibayar oleh pengguna jasa, baik melalui mekanisme perjanjian sewa menyewa, tawar

    menawar, maupun ketetapan pemerintah. Berdasarkan Keputusan Menteri PerhubunganDirektur Jenderal Perhubungan Darat No. 687 (2002) Tentang Penyelenggaraan Angkutan

    Penumpang Umum di Wilayah Perkotaan Dalam Trayek Tetap dan Teratur, definisi tarif

    adalah besarnya biaya yang dikenakan kepada setiap penumpang kendaraan angkutan

    penumpang umum yang dinyatakan dalam Rupiah (Rp). Maka, disimpulkan bahwa tarif

    adalah biaya yang perlu dikeluarkan oleh pengguna jasa karena menggunakan jasa yang

    disediakan oleh penyedia jasa dan dinyatakan dalam Rupiah (Rp)

    Menurut Suprijadi (1991)dalam Warpani (2002), kebijakan tarif yang berlaku di Indonesia

    mengacu pada pendekatan berikut.

    1. Pendekatan penyedia jasa

    Apabila kebijakan tarif yang berdasarkan pendekatan penyedia jasa dimaksudkan untuk

    menjaga kelangsungan hidup dan pengembangan usaha jasa perangkutan, serta demi

    menjaga kelancaran penyediaan jasa, keamanan, dan kenyamanan layanan jasa

    perangkutan, maka :

    Tarif didasarkan atas berbagai biaya yang dikeluarkan, dalam arti dapat menutup

    seluruh biaya produksi jasa perangkutan dan memperoleh kelebihan berupa laba.

    Tarif seharusnya dapat memberikan pendapatan yang layak bagi penyedia jasa,

    sehingga upaya pemeliharaan sarana dan prasarana dapat terpenuhi dan

    pengembalian investasi dapat diwujudkan dalam waktu yang relatif tidak lama.

    Untuk investasi yang besar dengan tingkat pengembalian modal yang cukup lama,

    maka tarif diharapkan dalam jangka panjang lebih tinggi dari biaya marginal.

    2. Pendekatan pengguna jasa

    Jika pendekatan berdasarkan pengguna jasa dimaksudkan agar tarif tidak terlalu

    memberatkan pengguna jasa dan memperlancar mobilitas baik penumpang maupun

    barang, maka :

    Tarif harus rasional, diberlakukan secara umum, layak dan adil serta tidak

    diskriminatif dalam pengklasifikasiannya.

    Tarif diharapkan dapat merangsang peningkatan kegiatan dunia usaha dan

    mendorong pertumbuhan produksi secara menyeluruh. Tarif diharapkan dapat terjangkau oleh daya beli pengguna jasa.

  • 7/26/2019 Sarana Angkutan Umum

    3/10

    153

    Sistem Angkutan Umum Pusat Bahan Ajar dan eLearningWita Meutia, ST., MT http://www.mercubuana.ac.id

    Tarif diharapkan dapat membantu perkembangan integritas sosial masyarakat,

    khususnya bagi angkutan penumpang.

    Tarif harus dapat mendorong dan mengembangkan distribusi pemasaran yang luas.

    Tarif sebagai unsur biaya pada kalkulasi harga pokok barang diharapkan dapat

    ditekan sekecil mungkin.

    3. Pendekatan pemerintah

    Pendekatan pemerintah yang dimaksudkan untuk mendorong pembangunan ekonomi

    serta menjaga stabilitas politik dan keamanan dalam rangka globalisasi, meliputi :

    Menjaga keseimbangan antara kepentingan pengguna jasa dengan penyedia jasa.

    Menunjang upaya tercapainya kesejahteraan sosial bagi masyarakat.

    Memperhatikan dan melaksanakan hal-hal yang berkaitan dengan pertumbuhan,penyebaran dan struktur kependudukan.

    Mengendalikan tarif yang dapat menjamin dan mendorong penggunaan sumber daya

    secara maksimal.

    Menjaga tingkat pelayanan (level of service) dalam rangka peningkatan kinerja

    layanan jasa perangkutan.

    Frids (2002) dalam Novalina (2014) mengemukakan dalam tesis masternya bahwa sistem

    tarif pada dasarnya hanya dibagi menjadi dua:

    a. Tarif rata (flat fare), yaitu tarif yang sama besar untuk setiap jarak sepanjang trayek

    b. Tarif progresif yaitu, tarif yang secara proporsional meningkat sejalan dengan makin

    jauhnya jarak layanan jasa angkutan.

    a. Tarif Rata (Flat Fare)

    Tarif ini biasanya diterapkan pada layanan jasa angkutan jarak pendek dan

    menengah, pada umumnya trayek angkutan umum penumpang dalam kota. Cara ini

    sangat memudahkan bagi pihak pengguna maupun penyedia jasa transportasi.

    Penentuan tarif pada trayek tertentu dengan sejumlah pemberhentian tetap

    memperhitungkan faktor muatan (load factor), yaitu jumlah minimal penumpang yang

    diangkut sepanjang trayek sehingga diperoleh pendapatan marginal yang cukup

    untuk menutup biaya operasi. Tarif diperhitungkan atas dasar pendapatan marginal

    dibagi jumlah penumpang minimal. Pada kedudukan ini, pengusaha sudah mampu

    menutup biaya operasi (Warpani, 2002)

  • 7/26/2019 Sarana Angkutan Umum

    4/10

    154

    Sistem Angkutan Umum Pusat Bahan Ajar dan eLearningWita Meutia, ST., MT http://www.mercubuana.ac.id

    Secara matematis, tarif rata/flat fare dinyatakan dengan persamaan berikut:

    T = MC/P

    Keterangan:

    MC = Biaya operasi sekali jalan pada suatu trayek

    P = Prakiraan faktor muatan

    T = Tarif rata

    Pada pelayanan angkutan kota jarak pendek, faktor muatan biasanya ditetapkan

    lebih dari atau sama dengan 100%. Pada pelayanan jarak menengah, faktor muatan

    biasanya ditetapkan kurang dari 100%, misalnya 80%.

    b. Tarif Progresif

    Sistem tarif progresif/distance based tarif adalah sistem tarif yang berdasarkan pada

    jarak, makin jauh jarak pelayanan makin tinggi tarif jasa angkutan dan sebaliknya.

    Dalam hal ini ada tarif minimal, dan tambahan selanjutnya sesuai dengan besaran

    tarif per unit jarak. Sistem tarif progresif sesuai untuk diterapkan pada layanan jarak

    jauh bagi angkutan perkotaan maupun angkutan antar kota. Salah satu mekanisme

    yang digunakan untuk menentukan tarif progresif adalah membagi satu trayek

    menjadi beberapa segmen. Satu segmen dapat terbagi dalam beberapa

    pemberhentian.

    Metode Penentuan Besaran Tarif

    Penentuan tarif angkutan biasanya didasarkan berdasarkan biaya operasi kendaraan jasa

    kendaraan (BOK) yang terdiri dari biaya tetap dan biaya tidak tetap:

    a. Biaya tetap merupakan biaya yang tidak terpengaruh oleh kegiatan pengoperasian

    kendaraan. Komponennya antara lain:konsumsi bahan bakar , konsumsi olie mesin ,

    pemakaian ban, biaya perawatan, onderdil kendaraan dan pekerjaannya, biaya awak

    (untuk kendaraan umum), depresiasi kendaraan

    b. Biaya tidak tetap adalah biaya yang berubah sejalan dengan kegiatan pengoperasian

    kendaraaan. Komponennya antara lain : biaya akibat bunga, biaya asuransi,

    overhead cost

    c. Biaya setengah tetap merupakan biaya beban tetap namun masih terjad perubahan

    akibat pengoperasian kendaraan. Misal: surat menyurat, pemeliharaan dan

    pembersihan.

  • 7/26/2019 Sarana Angkutan Umum

    5/10

    155

    Sistem Angkutan Umum Pusat Bahan Ajar dan eLearningWita Meutia, ST., MT http://www.mercubuana.ac.id

    BOK untuk jalan dihitung dengan menggunakan Persamaan yang dikembangkan PT. PCI

    (Pacific Consultant International). Kendaraan Dikelompokkan menjadi 3 golongan

    a. golongan I meliputi kendaraan penumpang,

    b. golongan II A sejenis bus besar dan

    c. golongan II B meliputi jenis truk besar.

    1. Konsumsi Bahan Bakar (Lt/1000 km)

    Jalan TOL

    Kendaraan Gol. I : Y = 0,04376 V2 4,94076 V + 207,04840

    Kendaraan Gol IIA : Y = 0,14461V2 16,10285 V + 636,50343

    Kendaraan Gol IIB : Y = 0,13485 V2 15,12463 V + 592,60931

    Jalan Arteri

    Kendaraan Gol. I : Y = 0,05693 V2 6,42593 V + 269,18567

    Kendaraan Gol II A : Y = 0,21692V2 24,15490 V + 954,78624

    Kendaraan Gol II B : Y = 0,21557 V2 24,17699 V + 947,80862

    2. Konsumsi Olie (Lt/ 1000 km)

    Jalan TOL

    Kendaraan Gol. I : Y = 0.00029 V2 0.03134 V + 1.69613

    Kendaraan Gol II A : Y = 0.00131 V2 0.15257 V + 8.30869

    Kendaraan Gol II B : Y = 0.00118 V2 0.13770 V + 7.54073

    Jalan Arteri

    Kendaraan Gol. I : Y = 0.00037 V2 0.04070 V + 2.20403

    Kendaraan Gol. II A : Y = 0.00209 V2 0.24413 V + 13.29445

    Kendaraan Gol. II B : Y = 0.00186 V2 0.22035 V + 12.06486

    3. Pemakaian Ban /1000 km Kendaraan Gol. I : Y = 0.0008848 V 0.0045333

    Kendaraan Gol. II A : Y = 0.0012356 V 0.0065667

    Kendaraan Gol. II B : Y = 0.0015553 V 0.0059333

    4. Suku Cadang / 1000 km

    Kendaraan Gol I : Y = 0.0000064 V + 0.0005567

    Kendaraan Gol II A : Y = 0.0000332 V + 0.0020891

    Kendaraan Gol II B : Y = 0.0000191 V + 0.0015400

  • 7/26/2019 Sarana Angkutan Umum

    6/10

    156

    Sistem Angkutan Umum Pusat Bahan Ajar dan eLearningWita Meutia, ST., MT http://www.mercubuana.ac.id

    5. Montir / 1000 km

    Kendaraan Gol I : Y = 0.00362 V + 0.36267

    Kendaraan Gol II A : Y = 0.02311 V + 1.97733

    Kendaraan Gol II B : Y = 0.01511 V + 1.21200

    6. Depresiasi / 1000 km

    Kendaraan Gol. I : Y = 1/(2.5 V + 125)

    Kendaraan Gol II A : Y = 1/(9.0 V + 450)

    Kendaraan Gol II B : Y = 1/(6.0 V + 300)

    7. Biaya Bunga / 1000 km

    Kendaraan Gol I : Y = (0.15 * 1000) / (500 V)

    Kendaraan Gol II A : Y = (0.15 * 1000) / (2571.42857 V)

    Kendaraan Gol II B : Y = (0.15 * 1000) / (1714.28571 V)

    8. Biaya Asuransi / 1000 km

    Kendaraan Gol I : Y = 38 / (500 V)

    Kendaraan Gol II A : Y = 60 / (2571.42857 V)

    Kendaraan Gol II B : Y = 61 / (1714.28571V)

    Keterangan: V = Kecepatan (km/jam)

    Contoh soal:

    Berapakah konsumsi bahan bakar mobil penumpang dengan kecepatan 60 km/jam?

    Solusi:

    Mobil penumpang masuk kedalam golongan I, sehingga konsulsi bahan bakar adalahsebagai berikut:

    Y = 0,04376 V2 4,94076 V + 207,04840

    = 0,04376 (602 ) - 4,94076 (60) + 207,04840

    = 68,1388 liter/1000 km

    Penyedia jasa selalu menginginkan pemberlakuan tarif setinggi mungkin denganmaksud

    mempercepat pengembalian modal. Sedangkan, penumpang angkutan umum selalu ingin

    mendapatkan tarif yang serendah mungkin. Dalam rangka untuk memeperemukan kedua

    kepentingan ini, maka tarif jasa angkutan umum tertentu ditentukan oleh pemerintah.

  • 7/26/2019 Sarana Angkutan Umum

    7/10

    157

    Sistem Angkutan Umum Pusat Bahan Ajar dan eLearningWita Meutia, ST., MT http://www.mercubuana.ac.id

    Penentuan tarif beberapa macam jasa angkutan diserahkan pada mekanisme pasar, yakni

    kesepakatan antara pengguna jasa dan pengguna jasa. Dalam masa tertentu, pemerintah

    dapat menetapkan tarif khusus yakni tambahan biaya yang harus dibayar oleh penumpang

    misalnya tarif lebaran.

    Tarif yang ideal adalah tarif yang serendah mungkin, namun masih memberikan keuntungan

    yang jauh lebih besar bagi pihak penyedia jasa. Beberapa hal yang menjadi dasar

    pertimbangan penentuan tarif adalah:

    a. Kelangsungan hidup dan pengembangan usaha jasa angkutan

    b. Daya beli masyarakat pada umumnya

    c. Tingkat bunga modal

    d. Jangka waktu pengembalian modal

    e. Biaya masyarakat yang ditimbulkan karena operasi jasa angkutan.

    Bila ditinjau dari sisi pemegang kepentingan (stakeholders), yang mempengaruhi besaran

    suatu tarif adalah pengguna jasa angkutan (masyarakat/penumpang/user), penyedia jasa

    transportasi (operator) dan pemerintah (regulator).

    a. Pengguna Jasa Dari sudut pandang pengguna jasa, tarif adalah biaya yang harus

    dikeluarkan setiap kali menggunakan angkutan umum. Sedemikian sehingga

    besaran tarif dirasa perlu untuk diperhitungkan dari parameter kemampuan

    membayar masyarakat (Ability to Pay, ATP) dan kemauan membayar masyarakat

    atau (Wilingness to Pay, WTP).

    WTP, menurut Frids (2002) dalam Novalina (2014) merupakan besaran biaya rata-

    rata yang mau dikeluarkan masyarakat untuk menikmati satu unit pelayanan

    angkutan umum. Dalam hal ini, masyarakat atau penumpang bersedia untuk

    membayar besar tarif atas barang/jasa yang didapatkannya namun harus sesuaidengan preferensinya.

    Sedangkan ATP, masih menurut Frids (2002) dalam Novalina (2014), adalah

    kemampuan membayar masyarakat. ATP menjelaskan besar tarif yang sanggup

    dibayar oleh masayarakat berdasarkan keadaan sosial ekonomi masyarakat.

    b. Penyedia Jasa Dalam sudut pandang penyedia jasa transportasi (operator), tarif

    adalah harga dari jasa yang diberikan. Mekanisme penetapan tarif tentu dilihat dari

  • 7/26/2019 Sarana Angkutan Umum

    8/10

    158

    Sistem Angkutan Umum Pusat Bahan Ajar dan eLearningWita Meutia, ST., MT http://www.mercubuana.ac.id

    berapa besar BPP yang dikeluarkan. Nilai tersebut ditambahkan dengan keuntungan

    yang wajar, akan menjadi besar tarif yang diinginkan oleh penyedia jasa. Dalam

    perhitungannya, komponen BPP sangat beragam. Namun, dalam SPM Dirjenhub

    No. 687 Tahun 2002 telah disebutkan sebelumnya dan dibahas apa saja komponen

    BPP dalam angkutan umum untuk penumpang.

    c. Pemerintah Pemerintah (regulator) yaitu sebagai pihak yang menentukan tarif resmi.

    Dalam penentuan besar tarif untuk penumpang, pemerintah berperan besar dalam

    pembuatan dan penegakan aturan-aturan yang ada. Besarnya tarif berpengaruh

    terhadap besarnya pendapatan daerah pada sektor transportasi. Di dalam regulasi-

    regulasi yang mempengaruhi tarif, salah satu poin penting yang perlu digaris bawahi

    adalah subsidi. Subsidi dilakukan pemerintah untuk membuat stabil tarif yang

    berlaku, terutama bagi angkutan perintis dan angkutan kelas ekonomi. Kegiatan jasa

    angkutan umum, terutama angkutan perkotaan, adalah jasa yang tidak semata-mata

    berorientasi pada pencarian laba oleh penyedia jasa. Usaha jasa angkutan juga

    menjadi salah satu alat untuk melayani kepentingan masyarakat. Masalahnya adalah

    mana yang menjadi tujuan utama: mencari laba atau melayani kepentingan

    masyarakat banyak. Apabila yang menjadi prioritas adalah mencari laba, maka tarif

    yang dibebankan kepada pengguna jasa angkutan harus dapat menutupi biaya

    operasi ditambah laba perusahaan. Namun, bila yang menjadi prioritas adalah

    pelayanan kepentingan masyarakat banyak, maka tarif yang ada harus dapat

    dijangkau oleh seluruh elemen masyarakat. Hampir seluruh angkutan umum yang

    beroperasi di dunia, khususnya dalam sistem angkutan kota cenderung lebih

    mempertimbangkan daya beli masyarakat. Hal ini mengakibatkan angkutan umum

    tersebut beroperasi dalam keadaan defisit. Guna menjaga kelangsungan hidup pihak

    perusahaan 40 penyedia jasa transportasi, pemerintah setempat dapat memberikan

    mekanisme subsidi dalam berbagai bentuk. (Novalina, 2014)

    Ada dua jenis subsidi untuk jasa angkutan, yaitu subsidi langsung dan subsidi

    silang.

    Subsidi Langsung

    Subsidi langsung dari pemerintah dapat berupa keringanan atau

    pembebasan berbagai biaya, misalnya bea masuk kendaraan tertentu, pajak

    kendaraan umum, bea balik nama kendaraan umum, biaya izin trayek, biaya

    izin usaha, pajak perusahaan dan lain sebagainya. Di Indonesia, pemerintah

    memberi subsidi kepada angkutan perintis untuk menutup kekurangan biaya

    operasi sebagai akibat dari kebijakan tarif, terutama bagi BUMN. Selain itu,

  • 7/26/2019 Sarana Angkutan Umum

    9/10

    159

    Sistem Angkutan Umum Pusat Bahan Ajar dan eLearningWita Meutia, ST., MT http://www.mercubuana.ac.id

    pemerintah menyediakan prasarana maupun sarana angkutan yang pada

    saatnya diserahkan kepada BUMN sebagai penyertaan modal pemerintah

    atau tugas pengoperasian. Kebijakan subsidi langsung bertolak dari landasan

    pemikiran bahwa jasa transportasi dalam bentuk angkutan umum penumpang

    akan memacu kegiatan ekonomi, social dan budaya masyarakat setempat

    yang pada gilirannya akan meningkatkan kegiatan perekonomian wilayah.

    Sayangnya dalam hal ini, sektor angkutan umum penumpang tidak dijadikan

    sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) secara langsung, melainkan

    digunakan sebagai pemicu kegiatan ekonomi lain yang menghasilkan PAD.

    Subsidi Silang

    Subsidi tidak hanya selalu diberikan dari pemerintah. Suatu badan usaha

    dapat melakukan subsidi bagi dirinya sendiri. Artinya, sektor yang mampu

    meraup laba lebih dapat mensubsidi sektor yang merugi. Suatu angkutan

    penumpang bus kelas eksekutif misalnya, dapat mensubsidi bus kelas

    ekonomi. Kebijakan seperti ini bisa diterapkan sebagai pemicu sektor swasta

    agar bersedia mengoperasikan pelayanan angkutan umum pada trayek yang

    sepi. 41 Selama ini, jalur pelayanan yang sepi pada umumnya hanya dilayani

    oleh BUMN. Contoh-contoh trayek sepi misalnya adalah angkutan kelas

    ekonomi di perkotaan, kereta api kelas ekonomi dan pelayaran

    penyeberangan perintis di kawasan timur Indonesia. Dua hal pokok yang

    menyebabkan kerugian adalah sulitnya mencapai tingkat muatan (load factor)

    minimal dan tingkat daya beli masyarakat yang masih rendah.

  • 7/26/2019 Sarana Angkutan Umum

    10/10

    1510

    Sistem Angkutan Umum Pusat Bahan Ajar dan eLearningWita Meutia, ST., MT http://www.mercubuana.ac.id

    DAFTAR PUSTAKA

    Kementerian Perhubugan Republik Indonesia (2004).Keputusan Menteri Perhubungan

    Nomor KM 62 Tahun 2004 Tanggal 26 Juli 2004 Tentang Penetapan Kota Batam

    Provinsi Riau Kepulauan Sebagai Kota Percontohan di Bidang Transportasi

    Perkotaan. Sekretariat Negara: Jakarta

    Novalina, W. (2014).Kajian Operasional Trans Bandar Lampung. Tesis. Institut Teknologi

    Bandung

    Warpani, Suwardjoko P. (2002).Pengelolaan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Penerbit

    ITB: Bandung