sarana interpretif

6
Sarana Interpretif Sarana Interpretif adalah: pengungkapan/informasi lain untuk menambah kebermanfaatan dan keberpautan informasi akuntansi yang disajikan. Sarana interpretif dalam tataran praktis artinya butir- butir pengungkapan tersebut telah diakui sebagai hal yang harus diungkapkan sesuai standar akuntansi yang mengaturnya. Dalam tataran praktis harus terdapat rerangka/struktur akuntansi pokok atau pelaporan keuangan pokok yang membatasi pengungkapan sesuai tujuan laporan keuangan. Pada pelaporan keuangan yang dianut FASB didasarkan pada kos historis, alasan utamanya adalah keterandalan (reliability). Dengan demikian, data kos historis harus dipelihara dan dipertahankan sepanjang umur perusahaan, tanpa menutup kemungkinan disertakannya dasar penilaian lain untuk meningkatkan keberpautan informasi. Sarana interpretif juga dapat ditujukan untuk pelaporan internal/manajerial, contohnya; penggunaan kos standar, pengkosan variabel (variabel costing), departementalisasi pendapatan (revenue imputation), dan pengkosan berbasis kegiatan (activity based costing). Kos dan Nilai Nilai adalah persepsi orang terhadap manfaat/utilitas suatu objek yang dinyatakan dalam satuan pengukur (biasanya unit moneter).

Upload: reezar-sumbaymider

Post on 09-Jul-2016

535 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

teori akuntansi

TRANSCRIPT

Page 1: Sarana Interpretif

Sarana Interpretif

Sarana Interpretif adalah: pengungkapan/informasi lain untuk menambah

kebermanfaatan dan keberpautan informasi akuntansi

yang disajikan.

Sarana interpretif dalam tataran praktis artinya butir-butir pengungkapan

tersebut telah diakui sebagai hal yang harus diungkapkan sesuai standar akuntansi

yang mengaturnya.

Dalam tataran praktis harus terdapat rerangka/struktur akuntansi pokok atau

pelaporan keuangan pokok yang membatasi pengungkapan sesuai tujuan laporan

keuangan. Pada pelaporan keuangan yang dianut FASB didasarkan pada kos

historis, alasan utamanya adalah keterandalan (reliability). Dengan demikian, data

kos historis harus dipelihara dan dipertahankan sepanjang umur perusahaan, tanpa

menutup kemungkinan disertakannya dasar penilaian lain untuk meningkatkan

keberpautan informasi.

Sarana interpretif juga dapat ditujukan untuk pelaporan internal/manajerial,

contohnya; penggunaan kos standar, pengkosan variabel (variabel costing),

departementalisasi pendapatan (revenue imputation), dan pengkosan berbasis

kegiatan (activity based costing).

Kos dan NilaiNilai adalah persepsi orang terhadap manfaat/utilitas suatu objek yang dinyatakan

dalam satuan pengukur (biasanya unit moneter).

Pada mulanya kos dan nilai adalah identik. Dengan berlalunya waktu, nilai suatu

sumber ekonomi dapat berubah. Jika perubahan terjadi, kos tercatat yang masih

digunakan tidak berpaut (relevan) lagi sebagai pengukur manfaat ekonomik pada

saat itu. Oleh karena itu, timbul gagasan untuk mengganti kos tercatat dengan basis

lain dalam sistem akuntansi.

Argumen pendukung

Keberpautan (relevansi) keputusan sebagai salah satu kualitas informasi, baik

untuk pihak manajemen maupun pihak luar.

Page 2: Sarana Interpretif

Contoh: rugi/untung yang belum terealisasi (unrealized gain/loss) tetap

dimasukkan dalam perhitungan laba tiap periode agar data operasi yang

dihasilkan menjadi lebih realistis sehingga dapat menjadi dasar yang lebih baik

untuk pembuatan keputusan manajerial. Selain tiu, neraca akan menunjukkan

nilai perusahaan sehingga sangat membantu stakeholders untuk menilai harga

saham perusahaan.

Argumen penyanggah

Keterandalan data: nilai pengganti tersebut dalam banyak hal tidak terandalkan

(unreliable).

Saling kompensasi antar periode: jika nilai pengganti secara konsisten digunakan

dalam menyusun LK akhir periode, pengaruh bersih penggunaan kos pengganti

untuk faktor jasa tertentu terhadap laba menjadi netral.

Fluktuasi nilai merupakan gejala umum, sehingga revisi buku besar tidak

diperlukan.

Nilai pasar dan posisi keuangan: pencatatan kos justru harus dipertahankan untuk

menentukan laba/rugi jika sumber daya ekonomi tersebut dijual atau ditukarkan.

Revisi Kos Fasilitas Fisis (Aset Tetap Berwujud)Pada beberapa hal khusus, penilaian kembali fasilitas fisis yang berakibat revisi

terhadap kos tidak dapat dihindari. Penilaian kembali biasanya dilakukan oleh

perusahaan penilai (appraisal company). Beberapa hal khusus tersebut diantaranya:

Perusahaan akan dibeli, terjadi penggantian hak milik atau perubahan entitas,

Kuasi-reorganisasi untuk penyerapan defisit,

Penggadaian aset, untuk menentukan nilai gadai,

Peraturan pemerintah yang mewajibkan revaluasi,

Penilaian untuk penentuan nilai pertanggungan aset (insurance coverage)

Terjadinya musibah, untuk ganti rugi asuransi,

Penentuan nilai untuk penetapan pajak.

Revisi kos hanya dilakukan bila penilaian tersebut berkaitan dengan pelaporan aset

fisis dalam pelaporan keuangan.

Alasan pendukung revisi

Distorsi informasi ekonomik: depresiasi atas dasar kos historis dapat

mengakibatkan distorsi hasil operasi karena kos tercatat menghasilkan biaya

Page 3: Sarana Interpretif

yang tidak efektif atau secara ekonomik tidak bermanfaat sehingga mendistorsi

daya melaba (earning power) yang sesungguhnya.

Distorsi akumulasi dana penggantian: kelalaian manajemen untuk

mempertimbangkan pengaruh kenaikan dan penurunan harga komponen fasilitas

fisis kemungkinan besar akan menyebabkan penggunaan (pemanfaatan) sumber

ekonomik yang ada secara kurang bijaksana dan menyebabkan kebijakan

penentuan harga jual produk yang kurang tepat.

Argumen penyanggah

Revisi terus menerus tidak praktis: penilaian secara terus menerus adalah

pekerjaan yang mahal dan tidak praktis,

Hasil penilaian tidak meyakinkan: nilai pengganti tidak lebih dari taksiran dan

seringkali tidak dapat diandalkan. Nilai pengganti mempunyai arti yang

meragukan dan malah menyesatkan.

Depresiasi bukan akumulasi dana: hubungan antara akuntansi depresiasi dengan

pengumpulan dana untuk pembelian fasilitas fisis adalah tidak langsung.

Pengurangan Nilai Buku Fasilitas FisisPengurangan dapat dilakukan jika suatu kondisi menyebabkan terjadinya

penurunan kemampuan aset (asset impairment) untuk mendatangkan laba atau kas

di masa datang. Salah satu kondisi yang dapat menimbulkan penurunan

kemampuan tersebut adalah munculnya teknologi baru.

Menunda pengurangan berarti menghindari pengakuan rugi yang nyata-nyata

telah diderita. Pengurangan dilakukan dengan cara pengkreditan jumlah rupiah

penurunan nilai ke depresiasi akumulasi dan mendebit jumlah yang sama ke akun

rugi yang sesuai. Rugi tersebut harus dilaporkan dalam laporan rugi/laba.

Jika suatu aset tidak digunakan lagi karena rusak dan tidak dapat diperbaiki,

pengurangan/penghapusan dilakukan dengan cara menutup saldo akumulasi

depresiasi ke akun aset yang bersangkutan, kemudian saldo akun aset tersebut

ditutup ke akun rugi (senilai jumlah rupiah pengurangan) dan ke akun khusus yang

menunjukkan nilai residual.

Indikasi Penurunan KemampuanPSAK no. 48 memberikan pedoman untuk mengidentifikasi penurunan kemampuan

suatu aset, yaitu jika nilai buku melebihi jumlah terperoleh kembali (recoverable

Page 4: Sarana Interpretif

amount). Recoverable amount diukur atas dasar harga jual neto aset atau dasar nilai

pakai (value in use), yaitu nilai sekarang aliran-aliran kas yang dikontribusi oleh

pemakaian aset bersangkutan, termasuk nilai residual pada saat penghentian

penggunaan. Recoverable amount adalah yang terrendah antara nilai jual neto dan

nilai pakai.

Pengangguran SementaraFasilitas fisis tertentu yang tidak digunakan karena alasan musim atau lainnya tidak

dapat dijadikan alasan untuk melakuan pengurangan kos aset. Demikian juga

pengurangan intensitas penggunaan, tidak dapat dijadikan alasan untuk

pengurangan kos menjadi rugi.

Konversi Kos ke Rupiah Daya BeliKos tercatat dalam 2 waktu yang berbeda, akan berbeda kalau dinyatakan dalam

tingkat harga umum yang berlaku pada masing-masing waktu tersebut. Dengan

kenyataan tersebut, timbul gagasan untuk mengkonversi kos tercatat (termasuk

depresiasi) menjadi kos yang dinyatakan dalam daya beli yang berlaku sekarang

(current purchasing power).

Namun terdapat beberapa hal dalam pengaplikasiannya yaitu;

Diperlukan catatan lengkap mengenai tanggal terjadinya setiap kos dan tingkat

harga umum pada saat itu, sehingga prosedur akuntansi menjadi rumit, kompleks

dan tidak praktis,

Peraturan hukum secara umum tidak mengakui adanya perubahan daya beli,

Kesulitan dalam memilih dan menghitung angka indeks harga umum,

Kesatuan pendapat mengenai indeks harga umum sulit dicapai sehingga masing-

masing entitas diberi kebebasan memilih, yang akhirnya mengakibatkan

keterbandingan antar perusahaan sulit dilakukan.