schistosomiasis

23

Click here to load reader

Upload: shidiq-widiyanto

Post on 26-May-2017

213 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Schistosomiasis

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Schistosomiasis merupakan salah satu penyakit zoonotik yang menurut

cara penularanl transmisinya diklasifikasikan pada golongan metazoonosis.

Metazoonosis merupakan zoonosis dengan siklus penularan yang membutuhkan

vertebrata dan melibatkan inveriebrata untuk menyempurnakan siklus hidup agen

penyebab penyakit. Schistosomiasis merupakan metazoonosis obligal dimana

manusia/vertebrata harus menjadi salah satu induk semang dalam siklus

hidupnya.

Schistosomiasis adalah penyakit zoonotik dan merupakan masalah

kesehatan masyarakat. Penyakit ini berjalan kronis dan menimbulkan penderitaan

selama bertahun-tahun. menurunkan kapasitas kerja. dan dapat berakhir dengan

kematian. Pada tempat-lempat endemik. Schistosomiasis menjadi penyakit

masyarakat dimana dapat menyerang manusia yang berumur kurang dari 15

tahun.

Schistosomiasis adalah masalah kesehatan masyarakat yang berkaitan erat

dengan masalah sosial budaya dan kemiskhan. Pada umumnya orang yang

terinfeksi adalah orang-orang yang mempunyai kehidupan dekat dengan perairan

atau tidak terpisahkan dengan lingkungan air Schistosomiasis adalah suatu

penyakit yang ditularkan melalui air (water-bornedisease) yang biasanya didapat

karena berenang dalam air yang mengandung induk semang antaranya yaitu siput.

Penyakit ini juga menjadi perhatian masyarakat di seluruh dunia

dikarenakan dapat ditularkan kepada wisatawan yang berkunjung ke daerah

endemis. Hal lain yang harus diperhatikan bahwa penyakit ini menyerang

manusia selama benahun-tahun dan bisa bersifat asimptomatis, sehingga manusia

yang terserang berperan sebagai reservoir. Unluk itu periu dilakukan langkah-

Page 2: Schistosomiasis

langkah pengendalian umuk meningkatkan kewaspadaan masyarakat dan menu

runkan tingkat kejadian penyakit.

B. Tujuan

Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk membahas mengenai

penyakit schistosomiasis berdasaman etiologi dan agen penyebab, siklus hidup

agen, cara transmisi, epidemiologi dan penyebaran penyakit, gejala klinis yang

ditimbulkan, dan pengobatan serta pengendaliannya.

Page 3: Schistosomiasis

BAB II

PEMBAHASAN

A. Eliologi dan agen penyebab

Schistosomiasis disebut juga bilharziasis karena pertama kali ditemukan

trematoda dewasa oleh Theodor Bilharz pada tahun 1851 di vena messenterica

pada manusia di Kairo, Mesir. Nama Iain penyakit ini disebut juga Katayama

syndrome. Diduga penyakit ini juga merupakan penyebab hematuria endemic di

Mesir yang telah dilaporkan kejadiannya sejak zaman Fir’aun.

Penyakii ini bersifat kronis yang disebabkan oleh cacing Trematoda dari

genus Schistosoma Saat ini dikenal 6 spesies yaitu Schistosoma hematobium, S.

mansoni, S. intercalatum, S. japonicum, S. bovis, dan S. mattheei. Schistosoma

hematobium, S. mansoni, dan S. intercalatum memiliki induk semang utamanya

adalah manusia, dan terkadang dapat juga menyerang hewan. Pada kasus S.

japonicum, secara alamiah manusia dan hewan sama- sama dapat menjadi induk

induk semang. Pada kasus infeksi oleh S Bovis, dan S Mattheei induk utamanya

adalah hewan sedangkan manusia terkadang dapat terinfeksi.

Keenam spesies cacing Schislosoma secara biologis maupun morfologis

identik, hidup di vena dari induk semangnya dan memiliki siklus hidup yang

serupa. Perbedaan utamanya adalah rincian anatomis setiap spesies, bentukt, dan

induk semang antaranya. Schistosoma adalah trematoda dengan jenis kelamin

berbeda yang hidup pada pembuluh darah induk semang definitit (berbagai jenis

siput). Lokasi akhir parasit ini adalah sistem peredaran darah. Schistosoma

mansoni dijumpai di vena mesentenca yang membawahi usus besar terutama di

cabang sigmoidea, sedangkan S. japonicum ditemukan di daerah venulae dari

usus halus dan S. haematobium dijumpai di plexus system vena cava yang

membawa darah dari vesica urinaria.

Schistosomiasis adalah penyakit yang disebabkan oleh sejenis parasit

cacing dari famili shistosomatidae yang memiliki habitat pada pembuluh darah

Page 4: Schistosomiasis

disekitar usus atau vesica urinaria. Schistosoma merupakan cacing yang mampu

menginfeksi berbagai hewan vertebrata termasuk manusia. Hewan yang mampu

bertindak sebagai inang definitif untuk cacing ini sangat Iuas karena bersifat non

spesific hospest. S. japonicum selain menginfeksi manusia juga dapat

menginfeksi hewan mamalia. Schistosomiasis dapat ditularkan dari manusia ke

hewan mamalia dan dari hewan mamalia ke manusia melalui perantaraan siput

Oncomelania hupensis lindoensis.

Parasit ini dapat ditemukan pada berbagai spesies hewan, namun masih

menjadi pertanyaan apakah hewan tersebut bertindak sebagai reservoir atau hanya

secara incidental menjadi hospes. Dari penelitian yang dilakukan, S. japonicum

dapat menginfeksi anjing, kucing, sapi, kerbau, babi, kuda, domba, kambing,

tikus, dan mencit. Anjing, sapi, dan kerbau mengeluarkan Iebih banyak telur

cacing daripada manusia. Daya tetas telur yang berasal dari sapi dan babi

mencapai 70% dibandingkan hanya 42% dari manusia

Manusia merupakan reservoir utama dari S. haematobium, S. mansoni,

dan S, japonicum. Hewan-hewan domestik dan liar memegang peranan penting

sebagai reservoir hanya pada S. japonicum. Penyakit ini dapat dianggap

sebagaipenyakil yang umum pada manusia dan hewan. Parasil dapal berpindah

secara bebas antar spesies melalui induk semang antara kecuali pada beberapa

keadaan tertentu Karena adaptasi fisiol0gis/ galur geogralis.

B. Siklus hidup

Telur cacing dalam linja manusia alau hewan dilingkungan yang berair

akan segera menelas dan mengeluarkan larva yang dissebut mirasidium. Masa

hidup mirasidium sangat singkat, oleh karena itu harus segera menemukan siput

yang bertindak sebagai inang antaranya yaiiu sipul. Jika larva ini tldak

menemukan inang antara maka dalam waktu 24 jam larva akan mati. Mirasldium

Page 5: Schistosomiasis

berenang dengan bantuan silia sampai mendapatkan spesies siput yang cocok

sebagai inang antara.

Bila berhasil menemukan siput, mirasidum melakukan penetrasi kedalam

Iubuh siput dan melakukan perubahan benluk menyerupai kantung yang disebut

sporokista. Di dalam tubuh sporokista memperbanyak diri secara aseksual

menghasilkan ralusan serkaria. Ketika serkaria lolos keluar dari siput, serkaria

mampu menginfeksi manusia dan hewan yang rentan. Dilingkungan berair

serkaria berenang menggunakan ekornya sampai mendapatkan inang definitif.

Penumbuhan dari mirasidium ke serkaria memerlukan waktu antara 4 — 8

minggu dengan suhu optimal 2690. Serkaria biasanya dikeluarkan dari siput senja

hari.

Page 6: Schistosomiasis

Manusia atau hewan terinfeksi pada saat komak dengan air yang

terkontaminasi dengan serkaria. Serkaria masuk kedalam tubuh manusia melalui

kulit. Pada saat memasuki kulit manusia, serkaria melepaskan ekornya dan

berubah menjadi cacing muda (sislosomula). Selanjutnya cacing ini menembus

jaringan memasuki pembuluh darah masuk kedalamjantung dan paru-paru untuk

selanjulnya masuk kedalam vena porta disekitar hati. Cacing dewasa dalam vena

porla akan berpasangan dan melakukan perkawinan. Pada akhimya pasangan-

pasangan cacing Schistosoma bersama-sama pindah ketempat tujuan terakhir

yaitu pembuluh darah usus kecil (vena mesenterika) yang merupakan habilatnya

dan sekaligus tempat bertelur.

Cacing dewasa Schistosoma tinggal didalam pembuluh darah vena

mesenlerika disekitar usus halus dan vena porta. Cacing betina dalam pembuluh

darah penderita, memproduksi telur dalam jumlah ratusan sampai ribuan setiap

hari. Sebagian besar telur tetap berada dalam tubuh dan Iainnya memasuki

pembuluh empedu atau usus dan kemudian keluar bersama feses penderita.

Cacing betina meletakkan telur di pembuluh darah dekat mukosa usus. TeIur-

telur dapat menembus keluar dari pembuluh darah dan masuk ke dalam jaringan

sekitar dan masuk ke lumen ususf vesika urinaria dikeluarkan bersama tinja/ urin.

Sebagian Iagi akan ikut aliran darah dan menuju paru-paru, hati, dan organ

Iainnya.

C. Cara transmisi

Penularan schistosomiasis terjadi apabila larva serkaria yang berada dalam

air menemukan inang definitif, dengan kata lain transmisi penyakit

schistosomiasis pada manusia terjadi apabila manusia berada pada lingkungan

perairan yang sudah mengandung larva serkaria dari Schistosoma.

Schistosomiasis adalah suatu penyakit yang ditularkan melalui air ( water-borne-

Page 7: Schistosomiasis

disease) yang biasanya didapat karena berenang dalam air yang mengandung

induk semang antaranya yaitu siput.

Beragam siput yang bertindak sebagai induk semang antara yang masing-

masing beradaptasi dengan galur lokal dari parasit. Siput Bulinus sp. Merupakan

inang antara untuk S. haematobium adalah siput akuatik yang akan berbiak di

perairan yang airnya tidak terlalu banyak seperti kolam atau saluran irigasi. Siput

Biomphalaria sp. Yang merupakan inang antara dari S. mansoni dapat ditemukan

di perairan serupa, tetapi dapat juga berkembang pesat di danau dan perairan

deras.

Siput Oncomelania sp. Merupakan inang antara S. japonicum yang

bersilat amfibi sehingga banyak dijumpai di tepian kanal irigasi, saluran drainase,

ataupun daerahdaerah tergenang. Sumber utama penularan S. haematobium

adalah anak kecil terinfeksi yang buang air kecil di perairan, sedangkan S.

mansoni dan S. japonicum sumber utamanya adalah kontaminasi feses hewan/

manusia yang terbawa air.

Telur Schistosoma dikeluarkan melalui feses manusia (S. mansoni dan S.

japonicum) atau urin (S. haematobium). Telur akan menetas di air dan berubah

menjadi larva yang disebut mirasidium yang akan menginfeksi siput sebagai

inang antara. Larva selanjutnya berkembang di dalam tubuh siput dan dikeluarkan

sebagai serkaria. Lan/a ini dapat berenang dan mampu untuk menembus ke dalam

lapisan kulit inang definitif. Setelah penetrasi ke dalam kulit, serkaria mengalami

perkembangan dan bermigrasi menuju hati. Setelah itu kembali bermigarasi

melalui pembuluh darah vena menuju usus besar (S. mansoni dan S. japonicum)

atau vesika urinaria (S. haematobium) dimana di sana cacing akan tumbuh

menjadi dewasa, kawin, dan bertelur.

Faktor penting yang berhubungan dengan penyebaran penyakit ini antara

lain proyek perluasan dan pengembangan sistem perairan, pembuatan danau

buatan, dan sistem irigasi. Faktor tersebut memicu pertumbuhan populasi siput

Page 8: Schistosomiasis

sebagai inang antara. Perpindahan populasi manusia juga dapat menyebarkan

penyakit ini. Sebagai contoh adalah adanya arus urbanisasi dari desa ke kota,

transmigrasi, dan perpindahan turis wisata. Karena penyakit ini menular melalui

penyakit ini banyak terjadi pada daerah dengan curah hujan yang cukup tinggi

atau pada daerah yang memiliki danau atau kolam dengan populasi temak yang

cukup tinggi.

Masyarakat di sebagian wilayah Indonesia mempunyai kebiasaan mandi,

mencuci, mengambil air disungai dan buang hajat disungai, parit, atau disawah.

Kebiasaan mandi, mencuci, dan mengambil air di sungai sangat beresiko

terinfeksi S. japonicum. Mereka terinfeksi cacing S. japonicum pada saat kontak

dengan air yang terkontaminasi dengan Iarva serkaria yaitu pada saat melakukan

kegiatan harian tersebut. Selain kegiatan tersebut, infeksi S japonicum juga

berkaitan dengan pekerjaan. Bertani, memancing dan berburu dihutan merupakan

pekerjaan yang memiliki resiko sangat besar terhadap infeksi S. japonicum.

D. Epidemiologi dan penyebaran penyakit

Schistosomiasis merupakan salah satu penyakit infeksi parasit pada

manusia yang menyebar luas di dunia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)

memperkirakan schistosomiasis menempati 40% dari keseluruhan penyakit di

daerah tropis. Penyebaran schlstosomiasis sangat luas di daerah tropis maupun

subtropis. Diperkirakan penyakit ini menginfeksi 200 sampai 300 juta orang pada

79 negara dan sebanyak 600 juta orang mempunyai resiko terinfeksi.

Pada awalnya di tahun 1904, seorang berkenegaraan Jepang, Katsudara,

menemukan parasit pada vena porta kucing yang juga sejenis dengan parasit yang

menyerang manusia. Setelah itu disadari bahwa parasit tersebut merupakan

penyebab penyakit pada hewan dan manusia yang telah lama dikenal di Jepang.

Kemudian para peneliti Jepang menemukan bahwa siput merupakan induk

Page 9: Schistosomiasis

semang antara dari Schistosoma ini. Pada tahun 1914 daur hidup dari

Schistosoma telah berhasil dipelajari.

Schlstosomiasis merupakan parasit yang biasa ditularkan melalui kontak

dengan air. Penyakit ini endemis bagi lebih dari 70% negara berkembang di

dunia. Lebih dari 650 juta orang memiliki risiko terinfeksi, dengan lebih dari 200

juta orang positif terinfeksi. Dari data tersebut, 120 juta orang menampakkan

gejala klinis dengan 20 juta orang terinfeksi dengan parah. Schistosomiasis

menimbulkan dampak kesehatan dan ekonomi yang besar. Penyakit ini

kebanyakan menyerang anak-anak usia 14 tahun.

S. mansoni (hepatik/intestinal) menyebar di daerah Sahara Afrika dan

Timur Tengah, tetapi jugadapat ditemukan di Pulau karibia, Brazil, Venezuela,

dan pantai Suriname. S. haematobium (urinari) berisiko pada lebih dari 50%

negara di Afrika (prevalensi tinggi pada daerah Afrika Timur, lebih tepatnya di

danau Malawi), Kepulauan Madagascar dan Mauritus, daerah Timur Tengah, dan

beberapa area di India. S. japonicum (hepatikfintestinal) menyebar di daerah Asia

Timur, Asia Tenggara, dan Pasifik Barat, dan banyak ditemukan di Cina,

lndonesia, dan Filipina. S. infercalafum (hepatik/intestinal) ditemukan di daerah

hutan pada Afrika bagian tengah dan barat.

Schisfosoma haemafobium dan S. mansoni tersebar dari hulu sungai Nil di

Afrika Tengah sampai ke hilirnya yaitu Mesir. Sedangkan S. japonicum

ditemukan di negara Asia Timur dan Asia Tenggara seperti Jepang, Cina, Hlipina,

Thailand, dan lndonesia. Infeksi campuran dengan spesies hewan dan manusia

sering muncul di Asia dan di Afrika. Hibridisasi secara alamiah telah terjadi

antara S. mattheei dan S. haematobium di Afrika Selatan dan antara S.

haematobium dengan S. intercalatum di Kamerun.

Schistosoma mansoni memiliki penyebaran yang paling luas meliputi 52

negara di Afrika, mediterania timur, Karibia, dan Amerika Selatan. Schistosoma

mansoni merupakan satu-satunya spesies yang dikenal di benua Amerika. Infeksi

Page 10: Schistosomiasis

oleh spesies ini menyebar di daerah Brazil, Venezuela, Suriname, Puerto Rico,

Dominika, dan pu lau-pulau Antilla. Diduga Schistosoma dibawa ke Amerika

karena perdagangan budak belian dari benua Afrika.

Schistosomiasis menyebar dan merupakan penyakit penting di Cina,

Afrika, Amerika Selatan, dan Asia Tenggara. Di Indonesia schistosomiasis pada

manusia hanya ditemukan didaerah dataran tinggi Lembah Napu (desa Wuasa,

Maholo, Winowanga, Alitupu, dan Watumaeta) dan Danau Lindu (desa Anca,

Langko, Tomado, dan Puroo), Sulawesi Tengah yang disebabkan oleh cacing

Schistosoma japonicum dengan induk semang antara Oncomelania hupensis

Iindonensis. Di Jakarta pernah dilaporkan seseorang terinfeksi oleh parasit ini dan

diduga mendapatkan infeksinya dari Kalimantan Tengah.

E. Gejala klinis

Kontak langsung pada kulit oleh serkaria dapat menyebabkan kegatalan

dan ruam pada kulit yang biasa disebut swimmers itch. Gejala klinis dapat terlihat

terlihat setelah 23 minggu, namun kebanyakan tidak memperlihatkan gejala klinis

(asimptomatis). Schistosoma haematobium, S. mansoni, dan S. japonicum

memiliki masa inkubasi 8 sampai 12 minggu dihitung dari mulai larva memasuki

tubuh sampai cacing mencapai feses/ urin penderita.

Infeksi Schistosoma dapat menimbulkan gejalagejala yang bersifat umum

seperti gejala keracunan, demam, disentri , penurunan berat badan, penurunan

nafsu makan, gejala saraf, kekurusan dan lambatnya pertumbuhan pada anak-

anak. Sedang pada penderita yang sudah kronis dapat menimbulkan

pembengkakan hati dan limpa serta sirosis hati yang umumnya berakhir dengan

kematian.

Gejala klinis pada fase akut (dikenal dengan Katayama Fever) berupa

demam, malaise, urticaria, dan eosinofilia. Gejala lain dapat berupa batuk,

demam, Ietargi, diare, kekurusan, hematuria, sakit kepala, nyeri persendian dan

Page 11: Schistosomiasis

otot, eosinofilia, splenomegali, dan hepatomegali. Infeksi Schistosoma

haematobium akan menyebabkan demam disertai batuk kering yang diikuti

dengan kesakitan perut ringan, hati menjadi lunak, dan eosinofilia. Pada infeksi

yang berkepanjangan, S. japonicum dapat menyebabkan granuloma di perut dan

karsinoma pada lambung.

Infeksi kronis dari S. mansoni dan S. japonicum menyebabkan fibrosa

periportal hati dan hipertensi vena porta yang menyebabkan ascites dan varises

oesotagial Infeksi jangka panjang dari S. haematobium menyebabkan perlukaan

vesica urinaria, obstruksi renalis, infeksi kronis saluran urinari, dan kemungkinan

carcinoma pada vesica urinaria.

Diagnosa dapat diteguhkan dengan menemukan telur Schistosoma pada

pemeriksaan mikroskopis di feses dan urin. Dapat pula dilakukan biopsi rectal

untuk menemukan telur cacing, atau dengan uji serologis untuk menemukan

antibodi atau antigen dari Schistosoma.

F. Pengobatan dan pengendalian

Penularan schistosomiasis disuatu daerah dipengaruhi oleh berbagai faktor

yang saling berkaitan. Keberadaan inang definitif yang rentan yaitu manusia dan

hewan mamalia merupakan salah satu faktor yang penting. Luasnya inang

definitif yang dapat diinfeksi menjadi kendala dalam pengendaian

schistosomiasis. Pengobatan yang cocok untuk schistosomiasis adalah

praziquantel. Dosis untuk praziquantel yang dapat diberikan adalah 20 mg/kg.

Pengobatan pada hewan dapat diberikan praziquantel dengan dosis 25mg/kg dan

diulangi 3 - 5 minggu kemudian. Pada manusia dapat diobati dengan metrifonate,

oxamniquine, atau praziquantel.

Pada tempat-tempat endemik, schistosomiasis menjadi penyakit

masyarakat dimana dapat menyerang manusia yang berumur kurang dari 15

tahun. Pengendalian efektif yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan

Page 12: Schistosomiasis

pendidikan masyarakat (public awareness) yang disertai perbaikan sanitasi untuk

mencegah ekskreta yang mencemari persediaan air bersih atau

denganmemperbaiki tata cara penyediaan air bersih untuk keperluan sehari-hari.

Pengobatan secara massal untuk S. haematobium adalah niridazole, sedangkan S.

mansoni dan S. japonicum adalah hycanthone dan potassium antimony

dimercaptosuccinate.

Untuk mengendalikan Schistosomiasis pada manusia tentu harus juga

dilakukan pengendalian pada hewan. Tanpa adanya pengendalian pada hewan,

infeksi pada manusia akan berlangsung terus menerus karena masih terdapat

sumber penular yaitu hewan reservoir. Hewan mamalia mempunyai peranan yang

sangat penting dalam transmisi schistosomiasis sebagai inang reservoir. Sumber

infeksi akan selalu tersedia dari kontaminasi lingkungan oleh telur schistosoma

yang berasal dari hewan seperti anjing, kucing, ruminansia, babi dan hewan

mamalia lainnya,

Pengendalian populasi siput sebagai inang antara juga dilakukan dengan

cara modifikasi lingkungan fisik melalui pengeringan semua perairan yang

dicurigai. Dapat juga dilakukan secara kimia dengan penggunaan cuprisullat atau

natrium pentaklorofenate. Zat moluscida yang dapat digunakan adalah Frescon

dan Baylucide. Pengendalian biologis dengan menggunakan predator, parasit, dan

kompetitor alamiah seperti siput predator, ikan, katak, burung, dan sebagainya.

Pengendalian schistosomiasis di Sulawesi Tengah diawali tahun 1974

melalui pengobatan penderita, pemberantasan siput sebagai inang antara dengan

molusida dan melalui agroengineering. Program pengendalian dilanjutkan dengan

2 program pengendalian yang lebih intensif dengan melibatkan berbagai institusi

dimulai pada tahun 1982. Program ini mampu menekan tingkat infeksi sampai 2,2

% dan 3,5 % pada tahun 1994 masing- masing untuk daerah Lembah Napu dan

lembah Lindu. Tingkat infeksi sebelum program penegendalian adalah 15,8 °/0

dan 35,8 % untuk lembah Lindu dan Napu. Tingkat infeksi menurun kembali dua

Page 13: Schistosomiasis

tahun kemudian yaitu 1,4 % untuk Lembah Napu sedangkan untuk lembah lindu

adalah 1 ,1 °/Q

Reinfeksi masih berlangsung dimungkinkan karena masih adanya sumber

infeksi yang berasal dari hewan resen/oar dan kebiasan manusia yang

memungkinkan kontak dengan Iarva inlektif sehingga infeksi berlangsung secara

terus menerus. Saat ini belum ada vaksin untuk schistosomiasis, namun telah

dilakukan tahap awal pembuatan vaksin untuk penyakl ini. Untuk reinfeksi dapat

diobati dengan praziquantel untuk mengurangi gejala klinis yang ditimbulkan.

Untuk wisatawan diharapkan untuk tidak berenang dan menyelam di

sungai atau danau pada daerah endemis schistosomiasis. Pemberian repellent

insekta secara topikal dapat digunakan sebelum kontak dengan air. Klorinasi pada

air dapat membunuh Iarva cacing. Serkaria mati pada air yang dipanaskan 5090

selama 5 menit. Filtrasi pada air juga dapat membantu eliminasi Schistosoma.

Page 14: Schistosomiasis

BAB IV

KESIMPULAN

Schistosomiasis adalah penyakit zoonotik dan merupakan masalah kesehatan

masyarakat. Penyakit ini berjalan kronis dan menimbulkan penderitaan selama

bertahun-tahun, menurunkan kapasitas kerja, dan dapat berakhir dengan kematian.

Saat ini dikenal 6 spesies yaitu Schistosoma hematobium, S. mansoni, S.

intercalatum, S. japonicum, S. bovis, dan S. mathei. Schistosoma hematobium, S.

mansoni, dan S. intercalatum. Penyebaran schistosomiasis sangat luas di daerah tropis

maupun subtropis. Pengobatan dapat dilakukan pada manusia dan pengendalian

dilakukan baik pada hewan yang terinfeksi sebagai resen/oir maupun pada siput

sebagai inang antara dan air sebagai sumber pencemar.

Page 15: Schistosomiasis

DAFTAR PUSTAKA

Atmawinata E. 2006. Mengenal Beberapa Penyakit Menular dari Hewan kepada

Manusia. Penerbit YramaWidya: Bandung.

IAMAT [lntemational Associate for Medical Assistance to Traveler]. 2010. World

Schistosomiasis Risk Chart. Toronto: Canada.

NaTHNaC [National Travel Health Network and Center]. 2008. Schistosomiasis.

Heath Protection Agency.

Posey D dan Weinberg M. 2005. Recommendations forpresumptive treatment of

schistosomiasis and strongyloidiasis among the Somali Bantu refugees.

Department of Health and Human Services: Center for Disease Control and

Prevention.

Ridwan Y. 2004. Potensi Hewan Flesen/oar dalam Penularan Schistosomiasis pada

Manusia di Sulawesi Tengah. Makalah Pribadi Falsafah Sains. Bogor:

Program Pascasarjana, Institut Penanian Bogor.

Soeharsono. 2005. Zoonosis: Penyakit dari Hewan ke Manusia. Kanisius:

Yogyakarta.

Soejoedono HR. 2004. Zoonosis. Laboratorium Kesehatan Masyarakat Veteriner,

Departemen llmu Penyakit Hewan dan Kesmavet. Bogor: Fakultas

Kedokteran Hewan, |nsti1utPertanian Bogor.