sdss lokasi bank

11
PENGEMBANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN BERBASIS SPASIAL DALAM PENENTUAN LOKASI KANTOR CABANG BANK Lea Kristi Agustina 13/353157/PTK/08958 ABSTRAK Saat ini masyarakat sangat membutuhkan pelayanan perbankan untuk transaksi penyimpanan dan peminjaman serta pembayaran kewajiban sehari-hari. Masyarakat menginginkan kemudahan akses ke bank baik dari prosedur maupun cara mencapai lokasi bank tersebut. Saat ini bank tidak hanya ada di kota-kota besar namun ada juga di kecamatan dan desa. Jumlah bank kini meningkat sejalan dengan tingginya tingkat kebutuhan masyarakat. Makalah ini menyajikan suatu sistem berbasis komputer yang dirancang untuk membantu memecahkan masalah semiterstruktur lokasi yang ada dalam industri perbankan. Penentaun lokasi kantor cabang bank merupakan masalah yang cukup kompleks, karena cukup membutuhkan set data yang besar dan teknis pemodelan yang rumit untuk mendapatkan solusinya, memberikan pengujian tanah yang baik untuk sistem tersebut. Makalah ini membahas perkembangan baru dalam analisis lokasional dan lokasi cabang bank, dan pengenalan spasial sistem pendukung keputusan (SDSS). SDSS dirancang dan dilaksanakan untuk membantu memecahkan masalah lokasi perbankan. Makalah ini juga membahas area baru untuk penggunaan Sistem Informasi Geografis, serta desain dan konstruksi sebuah SDSS. 1. PENDAHULUAN 1.1. Regulasi Pembukaan Kantor Cabang Bank Bank yang berfungsi sebagai badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak sudah selayaknya keberadaan Bank di Indonesia menjadi lebih dekat dengan masyarakat dengan cara membuka sebanyak mungkin cabang di daerah-daerah yang memang sangat membutuhkan layanan perbankan. Keharusan bank memiliki banyak cabang disetiap daerah kini akan semakin menjadi perhatian BI. Terbukti dengan BI mengeluarkan kebijakan baru yang mengharuskan Bank yang akan membuka cabang dengan harus memperhatikan beberapa hal untuk meningkatkan layanan Bank terhadap masyarakat. Prosedur pembukaan kantor cabang bank komersial di Indonesia SK Direksi bank Indonesia No.32/37/KEP/DIR tanggal 12 Mei 1999 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pembukaan Kantor Cabang, Kantor Cabang Pembantu, dan Kantor Perwakilan dari Bank yang Berkedudukan di Luar Negeri sedangkan secara teknis Bank Indonesia lebih menekankan feasiblibilies studies dan prospek usaha bank tersebut daripada rating maupun rangking bak tersebut dalam industri perbankan. Tidak ada norma khusus yang mendasari pemberian izin pembukaan kantor cabang bank asing di Indonesia. Pemberian izin oleh Bank Indonesia lebih menilai dan menitikberatkan feasibility studies terhadap pembukaan kantor di

Upload: lea-kristi-agustina

Post on 27-Dec-2015

26 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: SDSS Lokasi Bank

PENGEMBANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN BERBASIS SPASIAL

DALAM PENENTUAN LOKASI KANTOR CABANG BANK

Lea Kristi Agustina

13/353157/PTK/08958

ABSTRAK

Saat ini masyarakat sangat membutuhkan pelayanan perbankan untuk transaksi

penyimpanan dan peminjaman serta pembayaran kewajiban sehari-hari. Masyarakat

menginginkan kemudahan akses ke bank baik dari prosedur maupun cara mencapai lokasi

bank tersebut. Saat ini bank tidak hanya ada di kota-kota besar namun ada juga di kecamatan

dan desa. Jumlah bank kini meningkat sejalan dengan tingginya tingkat kebutuhan

masyarakat. Makalah ini menyajikan suatu sistem berbasis komputer yang dirancang untuk

membantu memecahkan masalah semiterstruktur lokasi yang ada dalam industri perbankan.

Penentaun lokasi kantor cabang bank merupakan masalah yang cukup kompleks, karena

cukup membutuhkan set data yang besar dan teknis pemodelan yang rumit untuk

mendapatkan solusinya, memberikan pengujian tanah yang baik untuk sistem tersebut. Makalah ini membahas perkembangan baru dalam analisis lokasional dan lokasi cabang

bank, dan pengenalan spasial sistem pendukung keputusan (SDSS). SDSS dirancang dan

dilaksanakan untuk membantu memecahkan masalah lokasi perbankan. Makalah ini juga

membahas area baru untuk penggunaan Sistem Informasi Geografis, serta desain dan

konstruksi sebuah SDSS.

1. PENDAHULUAN

1.1. Regulasi Pembukaan Kantor Cabang Bank

Bank yang berfungsi sebagai badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat dalam bentuk

kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak

sudah selayaknya keberadaan Bank di Indonesia menjadi lebih dekat dengan masyarakat

dengan cara membuka sebanyak mungkin cabang di daerah-daerah yang memang sangat

membutuhkan layanan perbankan.

Keharusan bank memiliki banyak cabang disetiap daerah kini akan semakin menjadi

perhatian BI. Terbukti dengan BI mengeluarkan kebijakan baru yang mengharuskan Bank

yang akan membuka cabang dengan harus memperhatikan beberapa hal untuk meningkatkan

layanan Bank terhadap masyarakat.

Prosedur pembukaan kantor cabang bank komersial di Indonesia SK Direksi bank Indonesia No.32/37/KEP/DIR tanggal 12 Mei 1999 tentang Persyaratan dan Tata Cara

Pembukaan Kantor Cabang, Kantor Cabang Pembantu, dan Kantor Perwakilan dari Bank

yang Berkedudukan di Luar Negeri sedangkan secara teknis Bank Indonesia lebih

menekankan feasiblibilies studies dan prospek usaha bank tersebut daripada rating maupun

rangking bak tersebut dalam industri perbankan. Tidak ada norma khusus yang mendasari

pemberian izin pembukaan kantor cabang bank asing di Indonesia. Pemberian izin oleh Bank

Indonesia lebih menilai dan menitikberatkan feasibility studies terhadap pembukaan kantor di

Page 2: SDSS Lokasi Bank

negara tersebut. Bank Indonesia lebih menekankan pada kemampuan bank tersebut terkait

persiapan dan laporan keuangannya. Bank Indoneasia mengencourage bank-bank komersial

Indonesia untuk lebih mampu menganalisis kemampuannya sebelum melakukan ekspansi ke

luar negeri. Asas resipr lokal dapat digunakan sebagai dasar untuk mengencourage suatu

negara untuk memperoleh perlakuan yang sama dalam penentuan status jaringan

internasional bank komersial Indonesia di luar negeri.

Surat Edaran Bank Indonesia No.15/7/DPNP yang dikeluarkan pada tanggal 8 Maret

2013 mengatur perihal Pembukaan Jaringan Kantor Bank Umum Berdasarkan :

Pembagian Zona Wilayah, yaitu Zona 1 sebagai zona terpadat sampai Zona 6 yang

paling jarang kantor cabang.Zona ini akan dipakai untuk menentukan pembukaan kantor

cabang bank umum sesuai dengan aturan izin berjenjang atau multiple license.

Zona 1 untuk wilayah DKI Jakarta.

Zona 2 meliputi wilayah Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur,

dan Bali.

Zona 3 meliputi Kalimantan Timur, Kepulauan Riau, dan Sumatra Utara.

Zona 4 adalah Papua, Sulawesi Utara, Riau, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan,

Sulawesi Selatan, dan Sumatra Selatan.

Zona 5 meliputi Aceh, Sulawasi Tenggara, Kalimantan Barat, Jambi, Lampung,

Sumatra Barat, Bangka Belitung, dan Bengkulu. dan

Zona 6 untuk Papua Barat, NTB, NTT, Gorontalo, Sulawesi Barat, Maluku, Maluku

Utara, dan Sulawesi Tengah.

Syarat lain yang juga dibebankan kepada bank umum adalah bank wajib membuka 1

kantor cabang di Zona 5 atau 6 apabila bank tersebut membuka 3 kantor cabang di Zona 1

atau 2. Hal ini bertujuan untuk memberi perimbangan terhadap jaringan kantor.

Bank Indonesia juga menetapkan biaya investasi pembukaan jaringan kantor

berdasarkan jenis kantor Bank untuk masing-masing Bank Umum berdasarkan Kegiatan

Usaha (BUKU). Selain itu juga Bank Umum harus memperhitungkan alokasi Modal Inti

sesuai lokasi dan jenis kantor untuk kantor yang sudah ada (existing) dan untuk rencana

Pembukaan Jaringan Kantor yang baru.

Bank yang akan mengajukan rencana Pembukaan Jaringan Kantor, wajib

mencantumkan perhitungan ketersediaan alokasi Modal Inti dalam Rencana Bisnis Bank

(RBB) dengan menggunakan Modal Inti posisi akhir bulan September.

Bank Indonesia akan menilai pula posisi Modal Inti Bank pada saat Bank mengajukan

permohonan rencana Pembukaan Jaringan Kantor kepada Bank Indonesia. Bank yang

memenuhi persyaratan tingkat kesehatan dan memiliki ketersediaan alokasi Modal Inti sesuai

lokasi dan jenis kantor dapat melakukan pembukaan Jaringan Kantor dengan jumlah sesuai

dengan ketersediaan alokasi Modal Inti.

Pembukaan Jaringan Kantor bisa dilakukan apabila Bank telah menyalurkan kredit

kepada Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) paling rendah 20% dan/atau Usaha

Mikro dan Kecil (UMK) paling rendah 10% dari total portofolio kredit.

Bank Indonesia juga mempertimbangkan pencapaian tingkat efisiensi Bank yang antara

lain diukur melalui rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) dan

rasio Net Interest Margin (NIM) untuk menetapkan jumlah Pembukaan Jaringan Kantor

Bank.

Selain keberadaan LPS (Lembaga Penjamin Simpanan) yang menjamin simpanan

masyarakat di Bank, Dengan adanya kebijakan baru yang dikeluarkan BI yang mengharuskan

Bank Umum menambah modal inti dalam pembukaan cabang baru, diharapkan masyarakat

akan merasa lebih nyaman dalam berinvestasi di dunia perbankan Indonesia.

Page 3: SDSS Lokasi Bank

1.2. Analisis Lokasi

Ada kebutuhan yang berkembang untuk sistem berbasis komputer yang mampu

menyimpan, memanipulasi, mengambil, dan yang paling penting, menganalisis sejumlah

besar data geo-referenced yang tersedia saat ini. Data ini adalah sumber daya berharga untuk

digunakan dalam memecahkan banyak masalah yang belum ditangani dengan mudah di masa

lalu karena kurangnya struktur. Sebuah Sistem pendukung keputusan spasial (Spatial decision

support systems / SDSS) dilengkapi perangkat lunak berbasis komputer yang mengelola data

geo-kode, dan operator manusia (atau analis) yang berinteraksi dengan database, modul

analisis, dan pengambil keputusan. SDSS unik dalam bahwa mereka membutuhkan

pengambil keputusan secara aktif berpartisipasi di berbagai tingkat analisis.

"Masyarakat terdistribusi secara tidak merata dalam ruang bumi dan mereka harus

mendapatkan berbagai jenis barang dan jasa dari fasilitas yang terletak di tempat-tempat yang

terpisah. Mereka memiliki minat pada lokasi keterjangkauan fasilitas yagn mereka dapatkan."

(Rushton, 1979, p. 31).

Salah satu model lokasi awal dikenal sebagai model gravitasi atau gravitasi. Model ini

telah dikembangkan dalam berbagai disiplin ilmu termasuk ekonomi geografi, sosiologi,

psikologi, dan pemasaran. Dalam beberapa kasus teori perilaku digunakan untuk memasok

alasan untuk model gravitasi, dalam beberapa kasus model tidak memiliki dasar teoritis dan

empiris ketat, dan dalam kasus lain model dihasilkan dari transfer langsung dari prinsip-

prinsip ilmu fisika ke dalam perilaku ilmu, dengan tidak teori maupun alasan empiris.

Metode lainnya adalah teknik analog yang mendefinisi kawasan perdagangan dan

penetrasi pasar. Model analog digunakan paling efektif ketika perusahaan sedang mencoba

untuk menemukan fasilitas tunggal atau beberapa fasilitas tersebar luas di wilayah

metropolitan besar. Mirip dengan model gravitasi, kelemahan utama dari model analog

adalah bahwa hal itu mengevaluasi fasilitas tunggal sementara mengabaikan dampak dari

seluruh jaringan situs

Selanjutnya "Pendekatan Portfolio" yang dikembangkan untuk mengevaluasi lokasi

potensial yang menarik yang ada dan mengidentifikasi untuk lembaga keuangan. Pendekatan

ini digunakan untuk menganalisis lokasi beberapa toko.

1.3. Analisis Lokasi Kantor Cabang Bank

Salah satu yang paling banyak dikenal adalah prosedur yang digunakan untuk

mengevaluasi dan memilih kemungkinan lokasi kantor cabang bank adalah teknik yang

disarankan oleh American Bankers Association (ABA). Metode ini menunjukkan bahwa

analis mengevaluasi faktor-faktor yang sangat penting untuk keberhasilan cabang seperti

karakteristik sosial ekonomi dan demografi konsumen, tingkat persaingan, dan pola

pembelanjaan konsumen. Selain itu, ada faktor-faktor tertentu seperti pola lalu lintas,

ketersediaan parkir, akses rute, dan visibilitas, yang dipertimbangkan oleh para pengambil

keputusan.

Beberapa analis dalam komunitas perbankan telah menyadari potensi model lokasi-

alokasi untuk memecahkan bank-cabang masalah lokasi. Model Location-allocation secara

bersamaan mengoptimalkan lokasi fasilitas dan alokasi permintaan ke lokasi tersebut. Teknik

solusi untuk model lokasi-alokasi telah ada selama hampir dua puluh tahun, dan telah

diformulasikan untuk masalah diwakili dalam ruang kontinyu dan diskrit.

Page 4: SDSS Lokasi Bank

Gambar 1. Diagram alir prosedur yang disarankan dalam ABA Green Book.

1.4. Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan Berbasis Spasial

Sudah ada perkembangan terpisah tapi sejajar pada sistem pendukung pengambilan

keputusan dalam ilmu manajemen dan literatur geografis. Sistem pendukung keputusan

(DSS), dari ilmu manajemen, telah berevolusi dari Sistem Informasi Manajemen (SIM) yang

telah ada sejak tahun 1960-an. Sistem pendukung keputusan spasial, dari geografi, yang

berkembang dari Sistem Informasi Geografis (SIG) yang telah ada sejak awal 1960-an.

Kebanyakan GIS menyediakan kemampuan untuk overlay peta tetapi tidak mendukung

pemodelan analitis dan statistik yang dibutuhkan oleh banyak pengambil keputusan.

Sistem pendukung keputusan spasial menggambarkan peranan sistem komputer spasial

dalam proses pengambilan keputusan. Hal ini juga akan menggabungkan pemahaman tentang

proses pengambilan keputusan yang terlibat dalam memecahkan masalah lokasi bank yang

spesifik dan memenuhi karakteristik yang ditetapkan oleh Geoffrion.

Sebuah SDSS berisi sistem informasi spasial (SIG) yang terintegrasi dengan sistem

modeling. Secara khusus, sistem ini mencakup database geo-referenced, alat-alat analisis, dan

menampilkan dan kemampuan pelaporan. Perancang sistem dapat memberikan berbagai

Page 5: SDSS Lokasi Bank

tingkat akses untuk berbagai tingkat pengguna. Manajemen Bank, misalnya, mungkin

memerlukan akses ke semua database dan rutinitas analitis, sedangkan personil ulama

memiliki akses terbatas. User interface juga memungkinkan pengguna untuk menghasilkan

output (peta, grafik, dll) langsung dari sistem manajemen basis data (SMBD) atau dari hasil

analisis yang dapat disimpan dalam SMBD. Sistem antarmuka mempercepat transfer data

antara SMBD dan modelbase dan berisi rutinitas dipanggil secara otomatis selama eksekusi.

Sebuah modelbase, atau inti dari rutinitas analitis, diintegrasikan ke dalam SDSS melalui

antarmuka pengguna dan sistem.

Gambar 2. Interaksi Komponen SDSS

2. PENGAMBILAN KEPUTUSAN DAN MASALAH LOKASI BANK

Perkembangan teknologi sistem informasi, khususnya SDSS akan memungkinkan

bankir untuk mengatasi banyak masalah yang ada di lokasi bank cabang dan untuk

mengembangkan strategi solusi yang lebih komprehensif yang menggunakan sumber daya

yang tersedia data.

Page 6: SDSS Lokasi Bank

Sejumlah besar proses awal yang dibutuhkan untuk memformat data survei. Manajer

dan analis Bank sering menggunakan data tersebut sebagai masukan untuk paket perangkat

lunak statistik yang memerlukan format file tertentu. Banyak waktu dan uang yang sering

menghabiskan memformat ulang data tersebut. Data diformat ulang dapat digunakan: sebagai

masukan untuk modul analisis; untuk membangun sebuah database komputer; dan untuk

menghasilkan grafis presentasi seperti peta, grafik, dan tabel.

SDSS dapat mengurangi beban pemformatan ulang oleh implementasi interface sistem.

Interface ini membantu untuk mempercepat transfer data antara sistem manajemen database

dan rutinitas analisis yang tersedia di modelbase tersebut. Meluasnya penggunaan

telekomunikasi dalam bisnis akan memungkinkan desainer SDSS untuk memasukkan

kemampuan canggih dalam sistem masa depan.

Tiga pertanyaan mendasar harus dijawab untuk masalah lokasi bank cabang:

Berapa banyak cabang bank harus ada? Dimana seharusnya cabang-cabang ini berada? Layanan apa yang harus disediakan di setiap cabang?

Manajemen Bank harus mengatasi beberapa tugas awal untuk menjawab pertanyaan-

pertanyaan ini, seperti :

mendefinisikan dan mengukur kinerja cabang;

mengevaluasi jaringan perbankan yang ada;

memperkirakan potensi saat ini dan masa depan untuk daerah pasar yang ditargetkan;

mencirikan berbagai jenis cabang sehubungan dengan persaingan dalam suatu daerah;

memantau langkah-langkah perbaikan jangka pendek dan mengembangkan rencana

strategis jangka panjang;dan

menciptakan metode untuk menghasilkan solusi alternatif dan untuk mengevaluasi

alternatif ini.

SDSS yang dikembangkan akan membantu manajemen fokus pada sejumlah tugas-

tugas ini, yang paling penting adalah pada generasi dan evaluasi alternatif solusi untuk

masalah lokasi bank cabang tertentu. Sistem ini juga akan menyediakan manajemen dengan

alat yang akan memungkinkan tugas-tugas lain (dijelaskan di atas) harus ditangani. SDSS

mampu menyimpan dan memanipulasi sejumlah besar data geo-referenced berlaku untuk

masalah lokasi bank cabang, serta menganalisis dan menampilkan data dan hasil berikutnya

dalam real-time, lingkungan yang interaktif. SDSS dapat digambarkan sebagai sistem yang

mendukung para pengambil keputusan, bukan menggantikan mereka.

Manajemen Bank harus mengembangkan seperangkat strategi yang secara khusus fokus

pada masalah lokasi cabang bank. Strategi ini harus berisi pernyataan masalah awal dan

seperangkat tujuan. Sebuah SDSS memungkinkan pengambil keputusan untuk berpartisipasi

dalam salah satu atau semua fase analisis. Interaksi antara analis dan pengambil keputusan

dalam SDSS sering menyebabkan masalah yang lebih terstruktur dan terdefinisi dengan baik.

Model lokasi-alokasi, diterapkan untuk masalah lokasi menggunakan pengambil keputusan 'set awal tujuan. Tujuan-tujuan tersebut secara efektif menentukan set awal solusi

alternatif dan sering memberikan pengambil keputusan dengan perspektif baru atau

pemahaman masalah. Wawasan ini menghasilkan diskusi antara analis dan pengambil

keputusan yang mengubah tujuan yang telah ditetapkan untuk solusi berikutnya. Aplikasi dari

SDSS dapat digambarkan sebagai proses masalah penataan dan pembangunan obyektif,

generasi solusi alternatif dan evaluasi, dan implementasi strategi.

Page 7: SDSS Lokasi Bank

Gambar 3. Proses perbaikan masalah dalam lingkungan SDSS.

SDSS mendorong interaksi dan partisipasi analis dan pengambil keputusan pada semua

tahap analisis. Penyempurnaan dari pernyataan masalah melalui pembuat keputusan. SDSS

mendorong interaksi dan partisipasi analis dan pengambil keputusan pada semua tahap

analisis. Penyempurnaan dari pernyataan masalah melalui partisipasi pembuat keputusan

dimungkinkan oleh kecepatan yang alternatif solusi yang dapat dihasilkan, ditampilkan dan

dievaluasi. Analis dan pengambil keputusan melanjutkan iterasi antara tujuan pemurnian dan

menghasilkan solusi alternatif sampai mereka yakin bahwa mereka memiliki masalah dan

tujuan yang terdefinisi dengan baik dan mampu memilih solusi. Proses ini membantu para

pengambil keputusan untuk memahami lebih jelas masalah lokasi dan untuk meningkatkan

keputusan mereka berikutnya.

3. KOMPONEN DAN MODEL PENENTUAN LOKASI CABANG

BANK

Pertimbangan desain SDSS untuk mengintegrasikan GIS dan model analisis lokasi

tertentu. Ada lima elemen utama dalam SDSS dikembangkan :

Page 8: SDSS Lokasi Bank

GIS engine.

Sebuah sistem informasi geografis mampu mengumpulkan, menyimpan, mengambil, dan

menciptakan output dari data yang bereferensi geografis.

Analysis modules (modelbase).

Sebagaimana yang sudah disebutkan sebelumnya, model lokasi-alokasi secara optimal

menemukan sejumlah diberikan fasilitas sekaligus mengalokasikan permintaan untuk

fasilitas ini. Kecepatan teknik pemodelan ini memungkinkan analis dan pengambil

keputusan untuk menghasilkan set solusi alternatif, mengevaluasinya, memperbaiki

parameter input dan tujuan masalah, dan lanjutkan dengan putaran lain dari analisis

masalah tunggal di sesi penyelesaian.

System interface;

sistem interface secara otomatis dijalankan ketika data ditransfer antara GIS engine dan

modul paket lokasi-alokasi. Meskipun modul khusus untuk sistem ini, desain mereka

dapat menjadi model untuk masa depan interfacing rutinitas.

User interface.

User interface adalah hubungan antara pengguna dan perangkat lunak dan sangat penting

untuk keberhasilan sistem.

Outputs.

Menyediakan dengan tiga bentuk output grafis untuk pengguna, yaitu : peta, grafik dan

lembar kerja.

Langkah pertama dalam merancang SDSS adalah untuk memilih GIS yang akan

membentuk inti dari sistem dengan mana modul analisis dan interface akan berinteraksi.

Langkah berikutnya adalah memilih modul analisis yang akan membantu memecahkan

masalah lokasi cabang bank. Langkah ketiga dalam pembangunan sistem prototipe ini adalah

untuk mengimplementasikan software lokasi-alokasi ke dalam sistem informasi geografis

dengan mengembangkan interface sistem. Data milik sebuah bank lokal dan keahlian dari

para pengambil keputusan digunakan untuk menguji efisiensi dan efektivitas SDSS.

Page 9: SDSS Lokasi Bank

Gambar 4. Alur langkah yang diperlukan untuk melakukan analisis lokasi-alokasi

dalam SDSS.

Menggunakan SDSS, pengambil keputusan dapat mengubah cara pengambil keputusan

memecahkan masalah. Teknologi pendukung keputusan mendorong para pengambil

keputusan untuk menjadi bagian dari proses analisis, menyediakan analis dengan

pengetahuan para ahli tentang masalah lokasi. Keterlibatan ini membantu untuk mendidik

para pengambil keputusan tentang karakteristik masalah mereka, dan hubungan yang

mendasarinya, dan untuk mengidentifikasi strategi solusi yang ada sampai sekarang tepat atau

tidak.

4. KESIMPULAN

Makalah ini fokus pada pengembangan sistem pendukung keputusan spasial berbasis

komputer. Sistem ini dikembangkan untuk membantu memecahkan masalah lokasi bank

Page 10: SDSS Lokasi Bank

cabang. Hasil analisis awal dan menengah telah menunjukkan bahwa SDSS dapat diterapkan

untuk masalah semi-terstruktur yang ada dalam industri perbankan, khususnya, masalah

lokasi bank cabang.

Page 11: SDSS Lokasi Bank

REFERENSI

Armstrong, M. P. and Densham, P. J. (1990) "Database Organization Alternatives for Spatial

Decision Support Systems", International Journal of Geographic Information

Systems 4. pp. 3-20.

Densham, P. J., (1990) "Decision Support for Settlement Reorganization", Unpublished

Ph.D. Thesis, Department of Geography, University of Iowa, Iowa City, Iowa

52242.

Sumber : http://www.bi.go.id/web/id/Peraturan/Perbankan/se_150713.htm