seg field trip report_adiedit.pdf
TRANSCRIPT
SEG-CODES-MGEI FIELD EXCURSION “Porphyry and Epithermal Systems of the Sunda Banda Arc”
1 – 8 October 2015
Great field trip with great
people..!! (Liz Cornejo, M.Sc.
Manager, Exploration & Community,
Constantine Metal Resources Ltd.)
Di tambang tembaga porfiri
Batu Hijau – Sumbawa pada
tanggal 8 Oktober 2015 lalu,
berakhir sudah seluruh rangkaian
kegiatan ekskursi lapangan yang
digagas oleh Society of Economic
Geologists (SEG), CODES
Universitas Tasmania dan
Masyarakat Geologi Ekonomi
Indonesia (MGEI). Kegiatan ekskursi berskala internasional yang pertama kali dilakukan di
Indonesia ini diikuti oleh 21 orang peserta yang berasal dari kalangan professional, praktisi,
akademisi, maupun student dari berbagai negara seperti Amerika Serikat, Australia, Brasil,
Cina, Jepang, Inggris, Kanada, Laos, Mexico dan Indonesia sendiri sebagai tuan rumah.
Kegiatan ini pula merupakan rangkaian dari post-conference SEG yang dilakukan di Hobart
beberapa hari sebelumnya, adapun sebagai trip leader ekskursi dipimpin langsung oleh Prof.
Dr. David Cooke, Deputi Direktur CODES Utas, Australia, dan Adi Maryono, VP Eksplorasi PT.
J-Resources Nusantara - Indonesia, sekaligus senior geologist yang banyak melakukan
penelitian deposit porfiri dan epithermal khususnya di Busur Sunda – Banda.
Titik awal kegiatan ekskursi dilakukan di Hotel Ketapang Indah di Banyuwangi pada tanggal 1
Oktober 2015. Hotel ini dipilih sebagai tempat pertemuan awal para peserta yang datang dari
berbagai negara baik melalui bandara internasional di Bali maupun Surabaya. Pada malam
harinya disela-sela group dinner dilakukan sesi perkenalan antar-sesama peserta sebelum esok
harinya bersiap untuk menuju ke Tujuh Bukit/Tumpang Pitu, yang merupakan salah satu
deposit epithermal - porfiri dengan kandungan emas yang besar (30.1 juta onz) dan akan
menjadi destinasi awal kegiatan field trip ini.
Keesokan harinya, dengan menggunakan kendaraan roda empat, para peserta berangkat
menuju pesisir selatan Banyuwangi dimana Proyek Tujuh Bukit berada. Di Tujuh Bukit, para
peserta disambut dengan hangat oleh tim dari PT. Bumi Suksesindo (PT. BSI) sekaligus
memberikan safety induction kepada seluruh peserta ekskursi. Presentase dan update
kegiatan yang berlangsung di Tujuh Bukit kemudian dilakukan oleh Paulo Renata, Project
Geologist PT. BSI untuk memberikan gambaran kepada peserta tentang profil proyek Tujuh
Bukit. Selama 2 hari disini, para peserta telah melakukan observasi mulai dari mengunjungi
singkapan di permukaan hingga observasi pada berapa lubang bor.
Observasi di permukaan dilakukan dengan mengunjungi Pulau Merah untuk mengamati
singkapan urat belalit porfiri (stockwork porphyry style mineralization) dan urat-urat
epithermal sulfide tinggi (high sulfidation epithermal) yang telah mengalami proses supergene
tersingkap dengan sangat baik berwarna-warni disepanjang pantai Pulau Merah. Ini adalah
salah satu singkapan a telescoped system of high sulfidation epithermal over porphyry style
mineralization terbaik di dunia yang masih terjaga dengan baik, a must see geological exposure.
Sedangkan pengamatan pada inti bor (core) dilakukan di core shed PT BSI, dimana telescoped
system of high sulfidation epithermal Au-Ag deposit (2 juta onz emas) over porphyry Cu-Au
deposit (28 juta oz emas) bisa diamati dengan baik. Alterasi advanced-argillic berkembang jauh
ke dalam inti alterasi potassic diperlihatkan dengan sangat jelas disini. Malam harinya, untuk
melepas lelah peserta kemudian disuguhi barbeque dengan menghidangkan beragam
makanan sari laut sambil menikmati semilir angin di pantai, dan kemudian ditutup dengan
kelas malam oleh Prof. Dr. David Cooke. Hari selanjutnya dilanjutkan dengan pengamatan
singkapan di Tanjung Jahe dengan menggunakan boat untuk mengunjungi singkapan
diatreme breccia. Semua aspek penting observasi tentang diatreme, dibahas dengan baik oleh
Prof David Cooke yang mencakup aspek matrik, fragmen, komponen magma (magmatic
juvenile) dan geometri, yang sangat berguna dalam pemetaan geologi dan penentuan fasies
diateme.
Agenda selanjutnya setelah 2 hari melakukan ekskursi di Tujuh Bukit adalah mengunjungi Gn.
Ijen untuk melihat singkapan alterasi advanced-argillic yang berasosiasi dengan high-
sulfidation magmatic-hidrothermal system yang masih aktif di dalam kawah Gn. Ijen, dan
sekaligus untuk menyaksikan aktraksi api terkenal “blue fire”, yang merupakan kenampakan
active fumeroles di malam hari. Sayangnya, pada hari itu kami mendapatkan info bahwa terjadi
peningkatan aktifitas Gn. Ijen yang menyebabkan instansi terkait memutuskan untuk
menutup sementara kegiatan pendakian menuju kawah Gn. Ijen. Sedikit mengecewakan
memang, tetapi batalnya menyaksikan blue fire tersebut akhirnya terobati, karena malam
harinya kami disuguhi secangkir Kopi Osing yang nikmat di rumah Pak Iwan, plus tari-tarian
dari budaya asli Banyuwangi juga tak lupa ditampilkan dan tentunya sambil ditemani dengan
beberapa menu makanan tradisional. Acara malam ini juga diisi oleh presentasi menarik Bapak
Igan Sutawijaya, seorang ahli gunungapi yang menceritakan evolusi Gn. Ijen. Kunjungan ke
rumah Pak Iwan malam itu terasa lengkap dengan kehadiran Bupati Banyuwangi, Bapak
Abdullah Azwar Anas, yang datang khusus dan menyambut para peserta memuat suasana
malam semakin meriah. Acara malam itu sekaligus menjadi penutup kunjungan di
Banyuwangi, karena keesokan harinya seluruh peserta akan menuju Pulau Lombok.
Field trip di Pulau Lombok direncanakan selama 2 hari pada tanggal 5 – 6 Oktober 2015, dengan
mengunjungi berapa lokasi singkapan termasuk juga melakukan pengamatan core pada
beberapa lubang bor. Seluruh peserta diinapkan di Cocotinos Resort and Spa, yang merupakan
resort terbaik yang berada di kawasan ini dan menawarkan pemandangan pantai yang indah,
dan berjarak hanya sekitar 1.5 jam perjalanan dari Bandara Internasional Lombok di Praya.
Hari pertama di Lombok dibuka dengan presentasi tentang sistem epitermal dan porfiri yang
terdapat di Lombok oleh Iryanto Rompo, sesaat sebelum peserta berangkat menuju lokasi
field trip. Field trip di Lombok yang dipandu oleh Adi Maryono ini bertujuan untuk melihat
profil lithocap secara lengkap yang berada di Lombok Selatan mulai dari level atas hingga ke
bawah. Lithocap yang terdapat di Lombok Selatan ini menutupi area dengan luasan lebih dari
25 km2 dimana terdapat beberapa prospek epitermal maupun porfiri yang sedang dieksplorasi
aktif oleh beberapa perusahaan di daerah ini termasuk dari Buena Group dan Southern Arc
Minerals. Sebagai titik awal field trip dimulai dengan melihat singkapan quartz ledges yang
termineralisasi maupun yang barren dalam lithocap yang terdapat di Sundancer, kemudian
dilanjutkan dengan melihat dacite dome yang berada di Labuan Petung. Observasi singkapan
vein high sulfidation epithermal yang aktif ditambang oleh beberapa penambang lokal juga
dilakukan di Simba dan Rambut Petung, kemudian kunjungan hari itu ditutup dengan melihat
prospek porfiri yang berada di Brambang. Sedangkan pada hari kedua dilakukan pengamatan
terhadap core yang terdapat di Camp Selodong milik Southern Arc Minerals.
Setelah 2 hari di Lombok, peserta kemudian berangkat menuju Tambang Porfiri Batu Hijau
(20.05 juta onz Au) milik PT. Newmont Nusa Tenggara sebagai destinasi akhir dari ekskursi di
Sunda Banda Arc ini. Di Batu Hijau, para peserta disambut oleh Denis Hendri, Senior Manager
Eksplorasi dan diberikan presentase pembuka oleh Agung Naruputro, Manager Mine Geology
Batu Hijau, kemudian para peserta diinapkan di Town Site, fasilitas milik PT. NNT. Selama di
Batu Hijau, selain mengamati singkapan disepanjang dinding pit, para peserta juga dipandu
untuk melakukan praktek pemetaan dengan teknik Anaconda (Anaconda mapping technique),
suatu teknik mapping yang dikembangkan khusus dan sangat efisien dilakukan didalam
eksplorasi mineral. Pengamatan terhadap core yang berasal dari Batu Hijau maupun Elang
kemudian dilakukan di core shed sebagai penutup dan melengkapi kegiatan field trip selama
dua hari di Batu Hijau.
Di akhir kegiatan, kami menerima banyak komentarpositif, baik melalui lisan maupun email
dari para peserta tentang kegiatan ini, salah satunya dari Elizabeth Cornejo di Alaska, USA:
“Adi, Rachel, Iryanto and Dave, Thank you for organizing such a wonderful field trip to
Indonesia! I appreciate all the hard work that went in to organizing the field guide,
presentations, logistics, etc. to make it successful. I certainly learned a lot about porphyry and
HSE mineralization and enjoyed seeing everything from outcrops to core shacks to the mine
site. I also really enjoyed visiting East Java, Bali, Lombok, and Sumbawa. We sure covered a
lot of ground. Great field trip with great people!”
Semoga kegiatan ini memberikan manfaat kepada para peserta dan juga bisa mengenalkan
sistem epitermal dan porfiri yang terdapat di Busur Sunda Banda ke dunia internasional salah
satu destinasi field trip yang lengkap dan telah memberikan kontribusi (endowment) sebesar
92.44 Moz Au, 279.17 Moz Au dan 61.92 bps Cu (Maryono et. al, 2012), salah satu busur
magmatic terkaya di Asia Tenggara.
Terima kasih dan Salam,
Iryanto Rompo & Rachel Harrison
Co-leader SEG FT Indonesia
Foto-foto kegiatan:
Foto 1. Group foto di core shed milik PT BSI di Tujuh Bukit
Foto 2. Diskusi dan pengamatan lubang bor di Tujuh Bukit
Foto 3. Para peserta menuju Pulau Merah
Foto 4. Diskusi di depan singkapan bersama Prof. Dr. David Cooke
Foto 5. Mengamati singkapan stockworks dan mineralisasi supergene di Pulau Merah
Foto 6. Diskusi dan pengamatan singkapan diatreme breccia di Tanjung Jahe Foto 7. Cultural night di kediaman Pak Iwan di Banyuwangi
Foto 8. Menikmati sajian tradisional di kediaman Pak Iwan di Banyuwangi Foto 9. Bersama Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas
Foto 10. Kenang-kenangan dari peserta FT kepada Bupati Banyuwangi Foto 11. Group foto di kaki Gn. Ijen (efek gagal mendaki)
Foto 12. Diskusi di Lithocap Sundancer Foto 13. Pengamatan singkapan diatreme breccia di Brambang
Foto 14. Group foto di Lombok Foto 15. Kenang-kenangan hand specimen dari Batu Hijau
Foto 15. Group foto di pit Batu Hijau