sejak zaman nabi nuh

Upload: putri-astikasanti-subroto

Post on 10-Jan-2016

219 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

sbajsajl

TRANSCRIPT

TUGAS TERSTRUKTUR KEWARGANEGARAANKEILMUAN DAN KEBANGSAANProfesi Dokter Hewan dalam Sikap Bela Negara sebagai Wujud Nasionalisme

Disusun oleh:Hammam Shardi Mirrah Shabirah115130100111034/ Kelas B

Dosen Pengampu :Mohamad Anas, M. Phil

PROGRAM KEDOKTERAN HEWANUNIVERSITAS BRAWIJAYAMALANG2013

PENDAHULUANPengertian dokter hewan adalah seorang yang memiliki kualifikasi dan otorisasi dalam melakukan praktek kedokteran hewan. Dahulu definisi klasik kedokteran hewan dikaitkan hanya dengan sains dan seni mengenai pencegahan, pengobatan atau pengurangan penyakit atau cedera pada hewan (terutama hewan domestik). Saat ini definisi tersebut nampaknya tidak pas lagi mengingat profesi kedokteran hewan kontemporer tidak hanya terbatas pada pengobatan penyakit dan cedera. Pada kenyataannya, selama bertahun-tahun profesi kedokteran hewan telah memainkan peranan yang signifikan dalam menunjang kesehatan dan kesejahteraan hewan dan manusia, mutu pangan, keamanan pangan dan ketahanan pangan, ekologi, etologi, epidemiologi, fisiologi dan psikologi, pengembangan obat dan farmasetikal, penelitian biomedik, sebagai pendidik dan pelatih, dalam konservasi satwa liar, serta perlindungan lingkungan dan biodiversitas.Sejumlah peristiwa di abad ke-21 ini mempertinggi kesadaran masyarakat akan zoonosis (menlarnya penyakit dari hewan kemanusia dan sebaliknya), peran hewan di masyarakat, dan bagaimana keunikan keahlian dokter hewan di bidang-bidang seperti kesehatan populasi dan kedokteran perbandingan (comparative medicine) bisa digunakan untuk membantu menanggulangi masalah-masalah kesehatan masyarakat. Dalam jangkauan ilmu kedokteran hewan, kesehatan masyarakat secara tradisionil dipandang sebagai keahlian dokter hewan dalam melakukan penyidikan, pencegahan, dan pengendalian zoonosis, seperti rabies, psittacosis, atau brucellosis dan banyak lagi. Namun demikian, realitasnya dokter hewan juga memiliki keahlian untuk menangani berbagai permasalahan yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat dalam perspektif luas, meliputi penyakit baru muncul (emerging diseases), kesiagaan darurat bencana (disaster preparedness), kesehatan kerja (occupational health), bioterorisme, dan kesehatan lingkungan (environmental health).Dalam jangkauan ilmu kedokteran hewan, kesehatan masyarakat secara tradisionil dipandang sebagai keahlian dokter hewan dalam melakukan penyidikan, pencegahan, dan pengendalian zoonosis, seperti rabies, psittacosis, atau brucellosis dan banyak lagi. Namun demikian, realitasnya dokter hewan juga memiliki keahlian untuk menangani berbagai permasalahan yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat dalam perspektif luas, meliputi penyakit baru muncul (emerging diseases), kesiagaan darurat bencana (disaster preparedness), kesehatan kerja (occupational health), bioterorisme, dan kesehatan lingkungan (environmental health) (Pappaioanou M., 2003 : 105-109).Pada hakekatnya sumpah dokter hewan menekankan bahwa kepentingan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat adalah fungsi primer dari praktek kedokteran hewan dalam semua aspek apapun jenis pekerjaan atau spesialitasnya. Kedokteran hewan adalah aktivitas kesehatan manusia. Dalam semua aspek profesi yang dikerjakan oleh dokter hewan, selalu ada peluang, kesempatan dan tanggung jawab untuk melindungi kesehatan dan kesejahteraan manusia dalam setiap keputusan dan aksi yang diambilnya. Dokter hewan dalam pekerjaannya wajib dan harus aktif, teliti dan rutin (sesuai standar perawatan dan praktek) mengambil langkah sesuai porsinya untuk melindungi kesehatan dan kesejahteraan manusia.Sejak zaman nabi Nuh, kita sudah berbagi ruang dengan hewan di dunia dimana kita hidup. Manusia mengadakan kontak dengan hewan setiap hari. Siapapun tidak menyangkal bahwa hewan adalah bagian integral dari kehidupan kita. Dokter hewan Indonesia bersumpah dalam upacara pelantikan kelulusannya dari Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) bahwa akan mengabdikan ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang dimilikinya untuk kesejahteraan masyarakat melalui perbaikan mutu, peringanan penderitaan dan perlindungan hewan berlandaskan perikemanusiaan dan kasih sayang kepada hewan. Menurut Pappaioanou M. (2003) tidak ada yang janggal dari sumpah tersebut, kesehatan manusia adalah tetap nilai yang paling tinggi dan logis dalam tingkatan nilai-nilai yang terkandung dalam sumpah tersebut.Sejak lama buku karangan Dr Calvin Schwabe yang visioner berjudul Veterinary Medicine and Human Health, dikenal luas oleh kalangan dokter hewan oleh karena konsep One Medicinenya. Visi One Medicine tersebut telah menginspirasi komunitas kesehatan masyarakat dalam berjuang membawa kedokteran manusia dan kedokteran hewan secara bersama-sama untuk memperbaiki kesehatan dan kesejahteraan masyarakat di seluruh dunia (Pappaioanou M., 2004 : 153-163). Dalam dunia yang lebih didominasi oleh manusia, Dr. Schwabe juga mengatakan dalam bukunya bahwa kesehatan dan kesejahteraan manusia menjadi paling utama dan menentukan aras penting bagi profesi kedokteran hewan untuk berkembang lebih baik di masa depan (Sherman D.M., 2005: 156-162). Penyakit hewan dan pengobatannya telah memainkan peran kritis sepanjang sejarah dengan dokumentasi terlama yang pernah diketahui adalah pada 1900 B.C. Kata veterinarian (dalam bahasa Indonesia, berarti dokter hewan) mulai digunakan pada 1646 dan ini berarti 115 tahun sebelum pendidikan kedokteran hewan formal pertama dimulai (White F, Nanan DJ., 2008 : 1252). Banyak peristiwa kunci dalam rentang waktu perkembangan kesehatan global moderen terjadi di tahun 1940-an, dengan terbentuknya Perserikatan Bangsa-bangsa (United Nations), World Health Organization (WHO) dan kelompok Bank Dunia (World Bank Group). Pada tahun 1948, negara-negara anggota yang baru bergabung dalam PBB tersebut berkumpul bersama membentuk apa yang dikenal sekarang sebagai WHO. Pembentukan WHO dipicu oleh suatu epidemi kolera yang merenggut nyawa 20 ribu orang di Mesir pada 1947 dan kemudian mendorong komunitas internasional untuk memobilisasi aksi bantuan penanggulangan.

PROBLEMATIKA GLOBALTantangan kesehatan global di abad ke-21 bukan hanya menyebarnya penyakit menular baru muncul dan penyakit lama yang muncul kembali (emerging and re-emerging infectious diseases), akan tetapi juga lonjakan pertumbuhan populasi dunia, pemanasan global (global warming), kehilangan biodiversitas, gangguan kesehatan ekosistem, dan ancaman kekeringan. Sejumlah faktor menjadi kekuatan penggerak yang mempengaruhi kesehatan global. Faktor paling utama adalah lonjakan jumlah populasi penduduk dunia, dibarengi dengan pertumbuhan urbanisasi. Selain itu, manusia menjadi semakin berbagi habitat dengan satwa liar dan ternak, begitu juga kedekatan dengan hewan-hewan kesayangan (companion animals) menjadi semakin intens. Jumlah populasi dunia diperkirakan akan meningkat dari sekitar 6,5 milyar penduduk pada 2008 menjadi sekitar 9,2 milyar pada 2050, dengan kurang lebih 1 milyar kenaikan terjadi di Afrika. Pertumbuhan populasi dalam skala seperti ini secara umum menciptakan tantangan besar bagi produksi pangan, dengan kenaikan permintaan pangan sebesar 50% lebih tinggi pada 2030. Khusus untuk pangan asal ternak terutama produk daging dan susu, kenaikan permintaan terutama terjadi di negara-negara berkembang seiring dengan pertumbuhan urbanisasi (Tomley F.M., and Shirley M.W., 2009 : 2637-2642).Pertumbuhan urbanisasi yang cepat terjadi di Afrika dan Asia. Pada 2008, lebih dari separuh penduduk dunia atau kurang lebih 3,3 milyar penduduk tinggal di wilayah urban, dan pada 2030 angka ini diperkirakan akan meningkat sekitar 5 milyar. Urbanisasi adalah mesin globalisasi yang memiliki konsekuensi tinggi terhadap perubahan struktur masyarakat dan pertanian di abad ke-21 ini (Kelly A.M., Galligan D., and Ferguson D, - : -).Begitu juga populasi sapi dunia diperkirakan saat ini berjumlah 1,3 milyar ekor, dengan 30% di Asia, 20% di Amerika selatan, 15% di Afrika, 14% di Amerika utara/tengah, dan 10% di Eropa. Sedangkan perkiraan angka populasi dunia untuk ternak kecil cukup bervariasi dari satu sumber ke sumber lainnya, tetapi secara umum dapat dikatakan bahwa jumlah babi sekitar 1 milyar ekor, ternak ruminansia kecil 2 milyar ekor, dan lebih dari 50 milyar ekor unggas dipelihara setiap tahunnya untuk produksi pangan dunia. Untuk mencukupi pangan bagi sekitar 9 milyar penduduk dunia di 2050 nanti, tentunya siapapun tidak akan bisa membayangkan seperti apa kerusakan lingkungan yang akan terjadi. Dalam hal ini, efisiensi produksi ternak adalah kunci untuk mengkonservasi lingkungan dan profesi kedokteran hewan mempunyai peran esensial dalam hal ini (Tomley F.M., and Shirley M.W., 2009 : 2637-2642). Populasi urban mengkonsumsi dua sampai tiga kali lebih banyak protein hewani daripada populasi pedesaan. Permintaan dipicu oleh pertumbuhan kelompok kelas menengah urban yang menikmati kemudahan-kemudahan dengan tersedianya fasilitas moderen, seperti refrigerator, supermarket, outlet cepat saji (fast food outlet), outlet es krim dan lain sebagainya. Semua kemudahan ini mendorong peningkatan permasalahan penyakit populasi kelas menengah urban yang terkait dengan kegemukan (obesitas) dan diabetes. Perubahan skala dan lokasi populasi manusia serta permintaan akan pangan yang belum pernah terjadi sebelumnya, akan menggiring kebutuhan sains untuk diaplikasikan secara sistematis di keseluruhan mata rantai pangan. Dalam konteks ini, inovasi ilmiah diperlukan untuk memungkinkan sektor produksi pangan mampu beradaptasi terhadap perubahan kondisi temperatur, nutrisi dan air, serta pendedahan terhadap agen patogen yang membahayakan. Profesi kedokteran hewan mempunyai peran esensial dalam pengendalian terhadap agen patogen sepanjang rantai pangan asal hewan. Peran ini akan tetap menjadi komponen sangat penting dalam efisiensi produksi pangan dan lebih jauh lagi terkait dengan agenda ketahanan pangan (food security) (Tomley F.M., and Shirley M.W., 2009 : 2637-2642).Globalisasi perdagangan dan pangan, meningkatnya pergerakan internasional dan perjalanan orang dan hewan, perubahan iklim, dan meningkatnya akses informasi, kesemuanya semakin membuat dunia dimana kita hidup berubah menjadi suatu tempat yang kecil. Hal yang berdampak pada kesehatan manusia di suatu tempat, dapat berdampak kepada semua tempat. Sebaliknya perlindungan kesehatan manusia di suatu tempat dimana kita tinggal, bisa berarti juga meningkatkan kesehatan global secara menyeluruh (Pappaioanou M. 2004 : 153-163).Pada dasarnya kesehatan global didominasi oleh profesi kedokteran dan ahli kesehatan masyarakat, meskipun dimensi profesinya dapat dikatakan agak sempit. Untuk mendorong agar profesi kedokteran hewan dapat berpartisipasi penuh, maka definisi kesehatan global yang dipahami saat ini harus dibuat lebih luas. Oleh karena dokter hewan mendapat pendidikan dengan dimensi yang cukup luas, maka seharusnyalah profesi kedokteran hewan ke depan memimpin prakarsa "One World One Health" (OWOH) untuk berperan secara signifikan dan berkontribusi maksimal dalam kesehatan global.SUDUT PANDANG KEWARGANEGARAANSeperti telah disampaikan sebelumnya, banyaknya tugas dokter hewan yang tidak hanya berkecimpung di sains dan seni mengenai pencegahan, pengobatan atau pengurangan penyakit, namun juga memainkan peranan yang signifikan dalam menunjang kesehatan dan kesejahteraan hewan dan manusia, mutu pangan, keamanan pangan dan ketahanan pangan, ekologi, etologi, epidemiologi, fisiologi dan psikologi, pengembangan obat dan farmasetikal, penelitian biomedik, sebagai pendidik dan pelatih, dalam konservasi satwa liar, serta perlindungan lingkungan dan biodiversitas menunjukkan pentingnya sebuah negara menjamin keberadaan dan fasilitas berkembangnya ilmu kedokteran hewan. Menjaga kesejahteraan hewan dan manusia, mutu pangan, keamanan pangan dan ketahanan pangan merupakan salah satu kewajiban dokter hewan yang menunjukkan sikap bela negara, ditinjau bahwa kekuatan suatu bangsa tergantung pula pada kemandiriannya akan ketersediaan pangan bagi masyarakatnya. Belum adanya koordinasi yang baik antar masyarakat, pemerintah, serta dinas peternakan yang menjamin asupan pangan asal hewan membuktikan perlunya peranan besar dokter hewan baik menjaga kualitas daging tetap ASUH (Aman, Sehat, Utuh, dan Halal), sosialisasi kesehatan ternak ke peternak-peternak kecil daerah, tak luput pula proses distribusi yang seharusnya tetap higienis. Dalam konteks besar di Kedokteran Hewan di pelajari dalam bidang Kesehatan Masyarakt Veteriner yang mempelajari alur from farm to table pangan hewani. Tugas penting dokter hewan yang lain adalah studi epidemiologi yang berpengaruh besar pada stabilitas keuangan negara, merebaknya penyakit zoonosis (penularan penyakit dari hewan ke manusia dan sebaliknnya) tanpa upaya pencegahan dan studi akan menyebabkan negara menderita kerugian milyaran rupiah sebagai dana kesehatan masyarakat, dimana setiap musim berganti sebagian burung migran berpindah dari belahan dunia satu ke belahan dunia lain membawa suatu penyakit yang kemudian tersebar pada daerah yang disinggahinya. Studi epidemiologi yang dilakukan dokter hewan akan memberikan wawasan keilmuan yang menjadi pertimbangan pemerintah dalam menghadapi wabah penularan penyakit. Pengawasan keluar masuknya hewan melalui airport juga memerlukan pengawasan ketat karantina hewan yang langsung ditangani oleh dokter hewan. Pengamanan ketat ini menjaga perpindahan penyakit dari satu daerah ke daerah lain di belahan dunia. Hal lain yang cukup tak kalah pentingnya adalah peran dokter hewan dalam konservasi satwa liar, serta perlindungan lingkungan dan biodiversitas. Siapa lagi yang menjaga lingkungan kita bila bukan kita sendiri, kesehatan satwa liar baik d konservasi ek situ dan in situ perlu mendapat sorotan penting agar tidak harus ada korban lagi sehingga mereka tetap lestari dan jauh dari kata kepunahan. Apalagi harta kita Tanah Air Indonesia bila bukan kekayaan hutan tropisnya yang terisikan berbagai satwa endemik yang berharga. Masih belum sadarkah kita akan eksploitasi satwa endemik, yang menyebabkan kepunahan, dimana pada kenyataannya satwa kita justu menyita banyak perhatian luar negeri ketimbang kita masyarakat dan pemrinth negeri kita sendiri.Inilah yng perlu menjadi perhatian masyarakat dan pemerintah kita bahwa diperlukan pula peran dokter hewan dalam mengatasi berbagai permasalahan Negara kita, sehingga tercapai kesejahteraan baik hewan maupun manusianya itu sendiri, dimana kita sebagai makhluk hidup saling berketergantungan antara satu dengan lainnya.

KESIMPULANDokter hewan dalam peranya menunjang kesehatan dan kesejahteraan hewan dan manusia, mutu pangan, keamanan pangan dan ketahanan pangan, ekologi, etologi, epidemiologi, fisiologi dan psikologi, pengembangan obat dan farmasetikal, penelitian biomedik, sebagai pendidik dan pelatih, dalam konservasi satwa liar, serta perlindungan lingkungan dan biodiversitas saat ini menjadikan profesinya sebagai profesi penting yang diharapkan mampu menjaga stabilitas suatu negara.

DAFTAR PUSTAKAKelly A.M., Galligan D., and Ferguson D., -. Veterinary medicine Global Health. School of Veterinary Medicine, University of Pennsylvania, U.S.A. http://www.aavmc.org/data/files/navmec/1/dr.alankelly-veterinarymedicineglobalhealth.pdf. Diakses 28 Mei pukul 15.00 WIB.Pappaioanou M. (2003). Agenda for Action: Veterinarians in Global Public Health. JVME 30(2): 105- 109.Pappaioanou M. (2004). Veterinary Medicine protecting and promoting the publics health and well-being. Preventive Veterinary Medicine, 62: 153-163.doi:10.1016/j.prevetmed.2003.11.001Sherman D.M. (2005). Featured Article: Tending Animals in the Global Village. JVME 32(2): 156-162.Tomley F.M., and Shirley M.W. (2009). Livestock infectious diseases and zoonoses. Phil. Trans. R. Soc. B. 364: 2637-2642. doi:10.1098/rstb.2009.0133White F, Nanan DJ (2008). International and Global Health. In Maxcy-Rosenau-Last. Public Health and Preventive Medicine (15th ed.). McGraw Hill. pp. 12528. ISBN 9780071441988.