sejarah bahasa indonesia

23
SEJARAH BAHASA INDONESIA PASCA KEMERDEKAAN RI TESYA ALTWINIDA 1111011015 NURUL QALBI AL KHAIRA 1111012002 M. NUR ILHAM 1111012014 SISKA FEBRIA 1111012021 REZI SRI HARYENTI 1111012022 MUTHIA FADHILA 1111012024

Upload: muthia-fadhila

Post on 20-Apr-2017

218 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Sejarah Bahasa Indonesia

SEJARAH BAHASA INDONESIA PASCA KEMERDEKAAN RI

TESYA ALTWINIDA 1111011015NURUL QALBI AL KHAIRA 1111012002

M. NUR ILHAM 1111012014SISKA FEBRIA 1111012021

REZI SRI HARYENTI 1111012022MUTHIA FADHILA 1111012024

Page 2: Sejarah Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia. Selain itu, bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar (lingua franca) untuk pendidikan di sekolah-sekolah Indonesia. Hampir seluruh rakyat Indonesia menggunakan Bahasa Indonesia, Pada tahun 1945, Bahasa Indonesia diresmikan setelah Indonesia mencapai kemerdekaan dari pihak Belanda. Pada dasarnya, Bahasa Indonesia adalah bahasa dinamik yang terus menyerap kata-kata dari bahasa-bahasa asing.

Page 3: Sejarah Bahasa Indonesia

kedudukan & fungsi bahasa Indonesia bagi bangsa Indonesia

a.Lambang kebanggaan Bangsab.Lambang identitas nasionalc.Alat pemersatu berbagai suku Bangsad.Alat perhubungan antar daerah, antarwarga dan antarbudayae.Bahasa resmi kenegaraanf. Bahasa pengantar dalam dunia pendidikang.Alat perhubungan di tingkat nasional untuk kepentingan pembangunan dan pemerintahanh.Latar pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi.

Page 4: Sejarah Bahasa Indonesia

Perkembangan Bahasa Indonesia

• Setelah kemerdekaan, Bahasa Indonesia mengalami perkembangan & mendapat perhatian lebih dari pemerintah Orde Lama dan Orde Baru, diantaranya melalui pembentukan Pusat Bahasa dan pusat penyelenggaraan Kongres Bahasa Indonesia.

Page 5: Sejarah Bahasa Indonesia

Peristiwa-peristiwa penting dalam perkembangan Bahasa Indonesia setelah

kemerdekaan;

Tanggal 18 Agustus 1945 ditandatangani UUD 1945, yang di dalamnya terdapat pasal 36, yang menetapkan bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara.

Tanggal 19 Maret 1947 diresmikan penggunaan Ejaan Republik (Ejaan Soewandi) sebagai ganti ejaan van Ophuysen yang berlaku sebelumnya. Untuk lebih memahami mengenai Ejaan Republik (Ejaan Soewandi) sebagai ganti ejaan va Ophuysen, yaitu sebagai berikut:

Page 6: Sejarah Bahasa Indonesia

Ejaan van OphuijsenPada tahun 1901 ejaan bahasa Melayu dengan huruf Latin, yang disebut Ejaan van Ophuijsen, ditetapkan. Ejaan tersebut dirancang oleh van Ophuijsen dibantu oleh Engku Nawawi Gelar Soetan Ma'moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim. Hal-hal yang menonjol dalam ejaan ini adalah sebagai berikut.• Huruf ï untuk membedakan antara huruf i sebagai akhiran dan

karenanya harus disuarakan tersendiri dengan dipotong seperti mulai dengan ramai. Juga digunakan untuk menulis huruf y seperti dalam Soerabaïa.

• Huruf j untuk menuliskan kata-kata jang, pajah, sajang, dsb.• Huruf oe untuk menuliskan kata-kata goeroe, itoe, oemoer, dsb.• Tanda diakritik, seperti koma ain dan tanda trema, untuk menuliskan

kata-kata ma’moer, ’akal, ta’, pa’, dan sebagainya.

Page 7: Sejarah Bahasa Indonesia

Ejaan Soewandi• Pada tanggal 19 Maret 1947 ejaan Soewandi diresmikan menggantikan ejaan

van Ophuijsen. Ejaan baru itu oleh masyarakat diberi julukan ejaan Republik. Hal-hal yang perlu diketahui sehubungan dengan pergantian ejaan itu adalah sebagai berikut.

• Huruf oe diganti dengan u, seperti pada guru, itu, umur.• Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan k, seperti pada kata-kata tak, pak,

maklum, rakjat.• Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2, seperti anak2, ber-jalan2, ke-barat2-an.• Awalan di- dan kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang

mengikutinya, seperti kata depan di pada dirumah, dikebun, disamakan dengan imbuhan di- pada ditulis, dikarang.

• Namun, setelah mengalami perkembangan bahasa Indonesia mengalami perubahan hingga menjadi ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan, tetapi sebelumnya ejaan Melindo juga pernah digunakan setelah ejaan Soewandi.

Page 8: Sejarah Bahasa Indonesia

Ejaan Melindo

• Pada akhir 1959 sidang perutusan Indonesia dan Melayu (Slametmulyana-Syeh Nasir bin Ismail) menghasilkan konsep ejaan bersama yang kemudian dikenal dengan nama Ejaan Melindo (Melayu-Indonesia). Perkembangan politik selama tahun-tahun berikutnya mengurungkan peresmian ejaan itu.

Page 9: Sejarah Bahasa Indonesia

Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan

• Pada tanggal 16 Agustus 1972 Presiden Republik Indonesia meresmikan pemakaian Ejaan Bahasa Indonesia. Peresmian ejaan baru itu berdasarkan Putusan Presiden No. 57, Tahun 1972. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyebarkan buku kecil yang berjudul Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, sebagai patokan pemakaian ejaan itu.

• Karena penuntun itu perlu dilengkapi, Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, yang dibentuk oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat putusannya tanggal 12 Oktober 1972, No. 156/P/1972 (Amran Halim), menyusun buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan yang berupa pemaparan kaidah ejaan yang lebih luas. Setelah itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat putusannya No. 0196/1975 memberlakukan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah.

Page 10: Sejarah Bahasa Indonesia

• Pada tahun 1987 kedua pedoman tersebut direvisi. Edisi revisi dikuatkan dengan surat Putusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0543a/U/1987, tanggal 9 September 1987.

Page 11: Sejarah Bahasa Indonesia

Beberapa hal yang perlu dikemukakan sehubungan dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan adalah sebagai berikut.

Ejaan Soewandi Ejaan yang Disempurnakandj djalan, djauh j jalan, jauhj pajung, laju y payung, layunj njonja, bunji ny nyonya, bunyisj isjarat, masjarakat sy isyarat, masyarakattj tjukup, tjutji c cukup, cucich tarich, achir kh tarikh, akhir

Page 12: Sejarah Bahasa Indonesia

• Huruf-huruf di bawah ini, yang sebelumnya sudah terdapat dalam Ejaan Soewandi sebagai unsur pinjaman abjad asing, diresmikan pemakaiannya.

f : maaf, fakirv : valuta, universitasz : zeni, lezat

• Huruf-huruf q dan x yang lazim digunakan dalam ilmu eksakta tetap dipakai

Contohya:a : b = p : qSinar-X

Page 13: Sejarah Bahasa Indonesia

• Penulisan di- atau ke- sebagai awalan dan di atau ke sebagai kata depan dibedakan, yaitu di- atau ke- sebagai awalan ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya, sedangkan di atau ke sebagai kata depan ditulis terpisah dengan kata yang mengikutinya.

Misalnya:Ditulis, di kampus• Kata ulang ditulis penuh dengan huruf, tidak boleh

digunakan angka 2.Misalnya:

anak-anak, berjalan-jalan, meloncat-loncat.

Page 14: Sejarah Bahasa Indonesia

Kongres Bahasa Indonesia II di Medan pada tanggal 28 Oktober s.d. 2 November 1954 juga salah satu perwujudan tekad bangsa Indonesia untuk terus-menerus menyempurnakan bahasa Indonesia yang diangkat sebagai bahasa kebangsaan dan ditetapkan sebagai bahasa negara.

Pada tanggal 16 Agustus 1972 H. M. Soeharto, Presiden Republik Indonesia, meresmikan penggunaan Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD) melalui pidato kenegaraan di hadapan sidang DPR yang dikuatkan pula dengan Keputusan Presiden No. 57, tahun 1972

Page 15: Sejarah Bahasa Indonesia

Pada tanggal 31 Agustus 1972 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah resmi berlaku di seluruh wilayah Indonesia (Wawasan Nusantara).

Kongres Bahasa Indonesia III yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 28 Oktober s.d. 2 November 1978 merupakan peristiwa penting bagi kehidupan bahasa Indonesia. Kongres yang diadakan dalam rangka memperingati Sumpah Pemuda yang ke-50 ini selain memperlihatkan kemajuan, pertumbuhan, dan perkembangan bahasa Indonesia sejak tahun 1928, juga berusaha memantapkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia

Page 16: Sejarah Bahasa Indonesia

Kongres bahasa Indonesia IV diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 21-26 November 1983. Ia diselenggarakan dalam rangka memperingati hari Sumpah Pemuda yang ke-55. Dalam putusannya disebutkan bahwa pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia harus lebih ditingkatkan sehingga amanat yang tercantum di dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara, yang mewajibkan kepada semua warga negara Indonesia untuk menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, dapat tercapai semaksimal mungkin

Kongres bahasa Indonesia V di Jakarta pada tanggal 28 Oktober s.d. 3 November 1988. Ia dihadiri oleh kira-kira tujuh ratus pakar bahasa Indonesia dari seluruh Nusantara (sebutan bagi negara Indonesia) dan peserta tamu dari negara sahabat seperti Brunei Darussalam, Malaysia, Singapura, Belanda, Jerman, dan Australia. Kongres itu ditandatangani dengan dipersembahkannya karya besar Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa kepada pencinta bahasa di Nusantara, yakni Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.

Page 17: Sejarah Bahasa Indonesia

Kongres Bahasa Indonesia VI di Jakarta pada tanggal 28 Oktober s.d. 2 November 1993. Pesertanya sebanyak 770 pakar bahasa dari Indonesia dan 53 peserta tamu dari mancanegara meliputi Australia, Brunei Darussalam, Jerman, Hongkong, India, Italia, Jepang, Rusia, Singapura, Korea Selatan, dan Amerika Syarikat. Kongres mengusulkan agar Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa ditingkatkan statusnya menjadi Lembaga Bahasa Indonesia, serta mengusulkan disusunnya Undang-Undang Bahasa Indonesia.

Kongres Bahasa Indonesia VII diselenggarakan di Hotel Indonesia, Jakarta pada tanggal 26-30 Oktober 1998 mengusulkan dibentuknya badan pertimbangan Bahasa dengan ketentuan sebagai berikut :

- Keanggotaan terdiri dari tokoh masyarakat dan pakar yang mempunyai kepedulian terhadap Bahasa dan Sastra.- Tugasnya memberikan nasehat kepada Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa serta mengupayakan peningkatan status kelembagaan Pusat Pembinaan dan Pengembangan.

Page 18: Sejarah Bahasa Indonesia

Kongres bahasa Indonesia VIII diselenggarakan di jakarta pada 14 – 17 oktober 2003.

Kongres IX Bahasa Indonesia membahas tiga persoalan utama:

1) Bahasa Indonesia; 2) Bahasa daerah; dan 3) Penggunaan bahasa asing. Tempat kongres di jakarta, pada 28 oktober – 1 november 2008 di Hotel Bumi Karsa, Jakarta Selatan. Yang bertujuan meningkatkan peran bahasa dan sastra Indonesia dalam mewujudkan insan Indonesia cerdas, kompetitif menuju Indonesia yang bermartabat, berkepribadian, dan berperadaban unggul.

Page 19: Sejarah Bahasa Indonesia

Pergeseran Kode – kode Kebahasaan

• Peristiwa kebahasaan merupakan kenyataan linguistik dalam masyarakat multilingual. Adapun yang dimaksud dengan komunitas multilingual atau multibahasa adalah kelompok sosial tertentu yang didalamnya terdapat beberapa macam kode kebahasaan yang biasa digunakan dalam peristiwa pertuturan antar warganya.

• Perubahan kode sapaan dilatarbelakangi oleh maksud dan tujuan yang jelas, manakala tingkat keakraban persahabatan berubah atau hubungan mereka tidak dapat lagi dipertahankan, bisa jadi pergeseran kode kebahasaan itu akan cepat berbalik mundur bahkan bisa menjadi relatife kasar dan memiliki konotasi yang tidak menyenangkan. Sehingga pergeseran kode kebahasaan akan menimbulkan kompleksitas dalam pembelajaran dan pemahaman bahasa yang bersangkutan.

Page 20: Sejarah Bahasa Indonesia

Pergeseran Makna Leksikon Bahasa

• Bukti dari pergeseran bahasa yang paling gampang dilihat dan dicermati oleh siapapun adalah pada aspek leksikon bahasa atau kosakata bahasa yang bersangkutan. Perubahan dan pergeseran ini dapat terjadi karena ada penambahan, pengurangan, atau mungkin malahan penghilangan lantaran terjadi proses pelenyapan

• Kenyataan linguistik yang disebut pertama membuktikan adanya perkembangan atau wujud bahasa itu sendiri. Kenyataan yang kedua dari adanya fakta penciutan atau penyempitan leksikon bahasa.

Page 21: Sejarah Bahasa Indonesia

• Bahasa Indonesia terus mengalami perkembangan. Sampai saat ini, bahasa Indonesia merupakan bahasa yang hidup. Yang terus menghasilkan kata-kata baru, baik melalui penciptaan, maupun penyerapan dari bahasa daerah dan bahasa asing. Hampir Sebagian besar warga Indonesia menggunakan bahasa Indonesia yang bercampur dengan bahasa asing atau daerah. Bahkan terdapat kamus bahasa gaul yang diperjual-belikan secara bebas. Sebagai warga negara Indonesia kita harus tetap melestarikan bahasa persatuan kita di era globalisasi ini.

• Sastrawan-sastrawan muda yang sejak tahun 1942 sudah muncul, terkenal dengan nama “Angkatan ‘45”. Bahasa yang dipergunakan mereka bukan lagi bahasa Balai Pustaka, juga bukan bahasa Pujangga Baru, melainkan bahasa Indonesia yang berkembang dengan corak baru. Kekhasan bahasa yang dipakai waktu itu, lebih bebas dalam memilih kata maupun kalimat, kaya dengan ungkapan-ungkapan, dan perbandingannya tidak berbau klise lagi.

Page 22: Sejarah Bahasa Indonesia

• Pada tahun 1950, bahasa Indonesia memasuki periode baru, dan semakin terus-menerus dibina dan dikembangkan. Kedudukan bahasa Indonesia menjadi bahasa ilmu, bahasa seni, bahasa politik, bahasa hukum dan bahasa ekonomi. Selanjutnya, pada tanggal 16 Agustus 1972, Presiden Republik Indonesia menetapkan pemakaian ejaan baru. Pemerintah juga melalui surat keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mengubah Lembaga Bahasa Nasional menjadi Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa pada tanggal 1 Pebruari 1975. Berbagai usaha dilakukan lembaga ini untuk mengembangkan bahasa Indonesia.

• Penelitian-penelitian, penataran, penyuluhan, seminar dan konferensi-konferensi digalakkan. Televisi Republik Indonesia (TVRI) dan Radio Republik Indonesia (RRI) juga berperan dalam pembinaan bahasa Indonesia melalui program-program siaranya.

Page 23: Sejarah Bahasa Indonesia

• Bahasa Indonesia memiliki fungsi sebagai alat pengembangan kebudayaan nasional, ilmu pengetahuan dan teknologi. Di dalam hubungan ini, Bahasa Indonesia adalah satu-satunya alat yang memungkinkan kita membina dan mengembangkan kebudayaan nasional sedemikian rupa sehingga ia memiliki ciri-ciri dan identitasnya sendiri, yang membedakannya dari kebudayaan daerah. Pada waktu yang sama, Bahasa Indonesia kita pergunakan sebagai alat untuk menyatakan nilai-nilai sosial budaya nasional kita.

• Telah banyak buku-buku ilmiah dan sastra berbahasa Indonesia yang diterjemahkan ke dalam bahasa asing. Hal ini menunjukkan bahwa Bahasa Indonesia itu punya kedudukan tersendiri di mata internasional. Akhir kata: “Mari kita memakai dan menggunakan Bahasa Indonesia.”