sejarah dan pemikiran akuntansi syariah fix

18
Sejarah dan pemikiran akuntansi syariah tidak dapat dilepaskan dari perkembangan perekonomian Islam termasuk nilai-nilai yang sesuai dengan Islam. A. PERKEMBANGAN AWAL AKUNTANSI SYARIAH Akuntansi dalam Islam merupakan alat (tool) untuk melaksanakan perintah Allah SWT dalam (QS 2:282) untuk melakukan pencatatan dalam melaksanakan transaksi usaha, terkait keperluan terhadap suatu sistem pencatatan tentang hak dan kewajiban, pelaporan yang terpadu dan komprehensif. Islam memandang akuntansi tidak hanya sekadar ilmu yang bersifat nilai untuk melakukan pencatatan dan pelaporan saja, tetapi juga sebagai alat untuk menjalankan nilai-nilai Islam (Islamic Value) sesuai ketentuan syariah. Di samping itu terdapat ayat-ayat lain yang sangat sesuai bagi mereka untuk melakukan pencatatan, yaitu ayat- ayat tentang kewajiban membayar zakat. Ayat-ayat tersebut diantaranya adalah QS Al-Taubah ayat 103. Ayat-ayat tersebut sangat berpengaruh terhadap cara berbisnis dan berprilaku umat Islam dalam dunia nyata. Ayat tersebut tidak sekedar norma, tetapi adalah praktik yang bisa menyatu dalam bentuk prilaku kehidupan manusia. Umat Islam menangkap ayat-ayat Alquran tidak berhenti pada tingkat normatif, tetapi diterjemahkan pada tatanan praktik sehingga menjadi nyata dalam dunia empiris. Upaya menurunkan ayat normatif ke dalam bentuk praktik mempunyai implikasi pada skala makro dan mikro dalam kehidupan umat Islam, yaitu: dalam konteks negara dan individu manusia. 1

Upload: timothy-edwards

Post on 21-Jan-2016

482 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Sejarah Dan Pemikiran Akuntansi Syariah Fix

Sejarah dan pemikiran akuntansi syariah tidak dapat dilepaskan dari perkembangan

perekonomian Islam termasuk nilai-nilai yang sesuai dengan Islam.

A. PERKEMBANGAN AWAL AKUNTANSI SYARIAH

Akuntansi dalam Islam merupakan alat (tool) untuk melaksanakan perintah Allah

SWT dalam (QS 2:282) untuk melakukan pencatatan dalam melaksanakan transaksi usaha,

terkait keperluan terhadap suatu sistem pencatatan tentang hak dan kewajiban, pelaporan

yang terpadu dan komprehensif. Islam memandang akuntansi tidak hanya sekadar ilmu

yang bersifat nilai untuk melakukan pencatatan dan pelaporan saja, tetapi juga sebagai alat

untuk menjalankan nilai-nilai Islam (Islamic Value) sesuai ketentuan syariah.

Di samping itu terdapat ayat-ayat lain yang sangat sesuai bagi mereka untuk

melakukan pencatatan, yaitu ayat-ayat tentang kewajiban membayar zakat. Ayat-ayat

tersebut diantaranya adalah QS Al-Taubah ayat 103. Ayat-ayat tersebut sangat

berpengaruh terhadap cara berbisnis dan berprilaku umat Islam dalam dunia nyata. Ayat

tersebut tidak sekedar norma, tetapi adalah praktik yang bisa menyatu dalam bentuk

prilaku kehidupan manusia. Umat Islam menangkap ayat-ayat Alquran tidak berhenti pada

tingkat normatif, tetapi diterjemahkan pada tatanan praktik sehingga menjadi nyata dalam

dunia empiris. Upaya menurunkan ayat normatif ke dalam bentuk praktik mempunyai

implikasi pada skala makro dan mikro dalam kehidupan umat Islam, yaitu: dalam konteks

negara dan individu manusia.

Dalam dunia nyata, tradisi Islam dengan ayat-ayat yang telah disebutkan di atas

mampu menciptakan budaya akuntansi pada tingkat negara maupun individu. Sehubungan

dengan ini, perkembangan catatan dan laporan akuntansi di dunia Muslim pada masa yang

lalu banyak terkait dengan negara yang telah menetapkan kantor-kantor pemerintah yang

terspesialisasi, identifikasi spesialisasi keterampilan, pemisahan tugas dan wewenang, dan

kebutuhan pegawai yang piawai.

Pada konteks negara, prosedur pencatatan sudah mulai dipraktikkan sejak masa

Khalifah Umar bin Khattab, yaitu pada periode 14-24 H (636-645 M). Pada masa ini

Baitul Mal memerlukan pencatatan formal atas dana-dana yang diperoleh lembaga tersebut

dari berbagai sumber. Kemudian sistem pembukuan ini berkembang dengan baik pada

periode-periode berikutnya, seperti pada masa Khalifah Walid bin Abdul Malik 86-96 H

(706-715 M), masa Abasiyah 132-232 H (750-847 M). Contoh buku akuntansi pada masa

1

Page 2: Sejarah Dan Pemikiran Akuntansi Syariah Fix

Abasiyah, misalnya adalah: Jurnal Pengeluaran (Jaridah Annafakat/Expenditure Journal),

Jurnal Dana (Jaridah al-Mal/Funds Journal), dan Jurnal Dana Sitaan (Jaridah al-

Musadariin/Confiscated Funds Journal), sedangkan bentuk laporan akuntansi dikenal

dengan nama al-Khitmah

 Akutansi yang kita kenal sekarang di klaim berkembang dari peradaban barat

(sejak Paciolli), padahal apabila di lihat secara mendalam dari proses lahir dan

perkambangannya, terlihat jelas pengaruh keadaan masyarakat atau peradaban sebelumnya

baik Yunani maupun Arab Islam.

Perkembangan akuntansi dengan domain “arithmatic quality”nya sangat ditopang

oleh ilmu lain khususnya arithmatic, algebra, mathematics, alghorithm pada abad ke-9 M .

Ilmu penting tersebut dikembangkan oleh filosof Islam terkenal yaitu Abu Yusuf Ya’kub

bin Ishaq Al Kindi. Hendriksen mengakui bahwa sistem nomor, desimal, dan angka “0”

( zero, sifr, nol) yang disebut angka arab sudah dikenal sejak 874 M adalah sumbangan

Arab Islam terhadap akuntansi. Al Khawarizmy memberikan kontribusi besar bagi

perkembangan matematika modern Eropa. Akuntansi modern yang dikembangkan dari

persamaan algebra dengan konsep-konsep dasarnya untuk digunakan memecahkan

persoalan pembagian harta warisan secara adil sesuai dengan syariah yang ada di Al-

Quran, perkara hukum (law suit) dan praktik bisnis perdagangan.

B. SEJARAH AKUNTANSI SYARIAH

Ketika masyarakat mulai mengenal adanya perdagangan, maka pada saat

bersamaan mereka telah mengenal konsep nilai (value) dan mulai mengenal sistem

moneter (monetary system). Bukti pencatatan (bookkeeping) tersebut dapat ditemukan dari

mulai kerajaan Babilonia (4500 SM), Firaun mesir dan kode-kode Hammurabi (2250 Sm),

sebagaimana ditemukan adanya kepingan pencatatan akuntansi di Elba, Syria Utara.

Luca Paciolli (yang kini dikenal sebagai Bapak Akuntansi Modern), seorang

ilmuwan dan pengajar di beberapa universitas yang lahir di Tuscany-Italia pada tahun

1445, merupakan orang yang dianggap menemukan akuntansi untuk pertama kali pada

tahun 1494 dengan bukunya: Summa de Arithmetica Geometria et Proportionalita ( A

Review of Arithmatic, Geometry and Proportions). Dalam buku tersebut, Paciolli

menerangkan mengenai sistem double entry book keeping sebagai dasar perhitungan

2

Page 3: Sejarah Dan Pemikiran Akuntansi Syariah Fix

akuntansi modern, bahkan juga hampir seluruh kegiatan rutin akuntansi yang kita kenal

saat ini seperti penggunaan jurnal, buku besar (ledger) dan memoradum.

Sebenarnya, Luca Paciolli bukanlah orang yang menemukan double entry book

keeping system, mengingat sistem tersebut telah di lakukan sejak adanya perdagangan

antara Venice dan Genoa pada awal abat ke-13 M setelah terbukanya jalur perdagangan

antara timur tengah dan kawasan Mediterania. Bahkan, pada tahun 1340 bendahara kota

Massri telah melakukan pencatatan dalam bentuk double entry.   

Para ilmuwan muslim sendiri telah memberikan kontribusi yang besar, terutama

penemuan angka “0” dan konsep perhitungan desimal. Mengingat orang-orang Eropa

mengerti aljabar dangan menerjemahkan tulisan dari bangsa Arab, tidak mustahil bahwa

merekalah yang pertama kali melakukan bookkeeping. Para pemikir Islam tersebut antara

lain: Al Kashandy, Jabir ibnu Hayyan, Ar Razy, Al Bucasis, Al Kindy, Al Khawarizmy,

Avicenna, Abu Bacer, Al Mazendarani.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Islam lebih dahulu mengenal sistem

akuntansi, karena Al Quran telah diturunkan pada tahun 610 M, yakni 800 tahun lebih

dahulu dari Luca Pacioli yang menerbitkan bukunya pada tahun 1494.

C. PERKEMBANGAN AKUNTASI ZAMAN RASULULLAH DAN KHALIFAH

Zaman Awal Perkembangan Islam

Pada awal pendeklarasian negara Islam di Madinah (tahun 622 M atau bertepatan

dengan tahun 1 H), negara yang baru saja berdiri tersebut hampir tidak memiliki

pemasukan ataupun pengeluaran. Muhammad Rasulullah SAW bertindak sebagai Kepala

Negara sekaligus sebagai Ketua Mahkamah Agung, Mufti Besar, dan Panglima Perang

Tertinggi, juga penanggung jawab administrasi negara. Bentuk sekretariat negara masih

sangat sederhana dan baru didirikan pada akhir tahun ke 6 Hijriah.

Pada masa itu, ketika ada kewajiban zakat dan ‘ushr (pajak pertanian dari muslim),

jizyah (pajak perlindungan dari nonmuslim yang tinggal di daerah yang diduduki umat

Muslim) serta kharaj (pajak hasil pertanian dari nonmuslim), maka Rasul mendirikan

Baitul Maal pada awal abad ke-7. Konsep ini cukup maju pada zaman tersebut dimana

seluruh pendapatan dikumpulkan secara terpisah dengan pemimpin negara dan baru akan

dikeluarkan untuk kepentingan negara. Walaupun disebutkan pengelolaan Baitul Maal

masih sederhana, tetapi nabi telah menunjuk petugas qadi, ditambah para sekretaris dan

3

Page 4: Sejarah Dan Pemikiran Akuntansi Syariah Fix

pencatat administrasi pemerintahan. Mereka berjumlah 42 orang dan dibagi dalam 4

bagian yaitu: sekretaris hubungan dan pencatatan tanah, sekretaris perjanjian, dan

sekretaris peperangan.

Zaman Empat Khalifah

Pada pemerintahan Abu Bakar, pengelolaan Baitul Maal masih sangat sederhana,

dimana penerimaan dan pengeluaran dilakukan secara seimbang sehingga hampir tidak

pernah ada sisa.

Perubahan sistem administrasi cukup signifikan pada era kepemimpinan Khalifah

Umar bin Khattab dengan memperkenalkan istilah Diwan oleh Sa’ad bin Abi Waqqas (636

M). Berasal dari bahasa Arab, Dawwana yang berarti penulisan. Diwan diartikan sebgai

tempat dimana pelaksana duduk, bekerja dan dimana akuntansi dicatat dan disimpan.

Diwan ini berfungsi untuk mengurusi pembayaran gaji.

Khalifah Umar menunjuk beberapa orang pengelola dan pencatat dari Persia untuk

mengawasi pembukuan Baitul Maal. Karena pendirian Diwan tersebut berasal dari usulan

Homozan-seorang tahanan Persia dan menerima Islam dengan menjelaskan sistem

administrasi yang dilakukan oleh Raja Sasanian.

Pada Diwan yang dibentuk oleh khalifah Umar terdapat 14 departemen dan 17

kelompok, dimana pembagian tersebut menunjukkan pembagian tugas dalam sistem

keuangan dan pelaporan keuangan yang baik. Di masa itu, istilah pembukuan dikenal

dengan Jarridah atau menjadi istilah Journal dalam bahasa Inggris yang berarti berita. Di

Venice istilah ini dikenal dengan sebutan zournal.

Fungsi akuntansi dilakukan oleh berbagai pihak dalam Islam. Khusus akuntan

dikenal dengan nama Muhasabah/Muhtasib yang menunjukkan orang yang bertanggung

jawab melakukan perhitungan. Muhtasib adalah orang yang bertanggung jawab atas

lembaga Al Hisba. Al Hisba tidak bertanggung jawab kepada eksekutif. Muhtasib

memiliki kekuasaan yang luas, termasuk pengawasan harta, kepentingan sosial,

pelaksanaan ibadah pribadi, dan pemeriksaan transaksi bisnis. Akram Khan memberikan 3

kewajiban Muhtasib, yaitu:

1. Pelaksanaan hak Allah termasuk kegiatan ibadah: semua jenis shalat, pemeliharaan

masjid.

2. Pelaksanaan hak-hak masyarakat: perilaku di pasar, kebenaran timbangan, kejujuran

bisnis.

4

Page 5: Sejarah Dan Pemikiran Akuntansi Syariah Fix

3. Pelaksanaan yang berkaitan dengan keduanya: menjaga kebersihan jalan, lampu

jalan, bangunan yang mengganggu masyarakat, dan sebagainya.

Pada zaman kekhalifahan sudah dikenal Keuangan Negara. Kedaulatan Islam telah

memiliki departemen-departemen atau disebut dengan Diwan, ada Diwan Pengeluaran

(Diwan An-nafaqat), Militer (Diwan Al Jayash), pengawasan, pemungutan hasil, dan

sebagainya.

Pada zaman khalifah Mansur dikenal Khitabat al Rasul was Sirr, yang memelihara

pencatatan rahasia. Untuk menjamin dilaksanakannya hukum maka dibentuk Shahib al

Shurta. Salah satu pejabat di dalamnya itu lah yang disebut Muhtasib yang lebih

difokuskan pada sisi pengawasan pelaksanaan agama dan moral. Di sisi lain, ada juga

fungsi muhtasib dalam bidang pelayanan umum (public services) misalnya: pemeriksaan

kesehatan, suplai air, memastikan orang miskin mendapatkan tunjangan, bangunan yang

mau roboh, memeriksa kelayakan pembangunan rumah, dan sebagainya. Dari berbagai

fungsi shahib al shurta dan muhtasib ini dapat disimpulkan bahwa fungsi utamanya adalah

untuk mencegah pelanggaran terhadap hukum baik hukum sipil maupun hukum agama.

Jadi dapat disimpulkan, bahwa akuntansi Islam menyangkut semua praktik

kehidupan yang lebih luas, tidak hanya menyangkut praktik ekonomi dan bisnis

sebagaimana dalam sistem kapitalis. Akuntansi Islam sebenarnya lebih luas dari hanya

perhitungan angka, informasi keuangan atau pertanggungjawaban.

Pengembangan lebih komprehensif mengenai Baitul Maal dilanjutkan pada masa

khalifah Ali bin Abi Thalib. Pada masa pemerintahan beliau, sistem administrasi Baitul

Maal baik di tingkat pusat dan lokal berjalan baik, serta terjadi surplus dan dibagikan

secara proporsional sesuai tuntunan Rasulullah. Adanya surplus ini menunjukkan bahwa

proses pencatatan dan pelaporan telah berlangsung dengan baik.

D. LAPORAN AKUNTANSI SAAT ITU

Di antara karya-karya tulis yang menegaskan penggunaan akuntansi dan

pengembangannya di negara Islam, sebelum munculnya buku Paciolo, adalah adanya

manuskrip yang ditulis pada tahun 765 H/1363 M. manuskrip ini adalah karya seseorang

penulis muslim, yaitu Abdullah bin Muhammad bin Kayah Al Mazindarani, dan diberi

judul “Risalah Falakiyah Kitab As Siyaqat.” Buku Pacioli termasuk buku yang pertama

kali dicetak tentang sistem pencatatan berpasangan, dan buku Al Mazindarani masih dalam

bentuk manuskrip, belum dicetak dan belum diterbitkan.

5

Page 6: Sejarah Dan Pemikiran Akuntansi Syariah Fix

Al Mazindarani berkata bahwa ada buku – buku yang dimaksudkan adalah

manuskrip – manuskrip yang menjelaskan aplikasi – aplikasi akuntansi yang popular pada

saat itu, sebelum dia menulis bukunya yang dikenal dengan judul: “Risalah Falakiyah

Kitab As Sayaqat”. Dalam bukunya yang masih berbentuk manuskrip itu, Al Mazindarani

menjelaskan hal – hal berikut ini :

1. Sistem akuntansi yang popular pada saat itu, dan pelaksanaan pembukuan yang

khusus bagi setiap sistem akuntansi.

2. Macam – macam buku akuntansi yang wajib di gunakan untuk mencatat transaksi

keuangan.

3. Cara menangani kekurangan dan kelebihan, yakni penyertaan.

Penulis Muslim juga menambahkan pelaksanaan pembukuan yang pernah

digunakan di negara Islam, diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Apabila di dalam buku masih ada yang kosong, karena sebab apa pun, maka harus

diberi garis pembatas, sehingga tempat yang kosong itu tidak dapat digunakan.

Penggarisan ini dikenal dengan nama Tarqin.

2. Harus mengeluarkan saldo secara teratur. Saldo dikenal dengan nama Hashil.

3. Harus mencatat transaksi secara berurutan sesuai dengan terjadinya.

4. Pencatatan transaksi harus menggunakan ungkapan yang benar dan hati – hati

dalam menggunakan kata – kata.

5. Tidak boleh mengoreksi transaksi yang telah tercatat dengan coretan atau

menghapusnya. Apabila seorang akuntan kelebihan dalam mencatat jumlah suatu

transaksi, maka dia harus membayar selisih tersebut dari kantongnya pribadi

kepada kantor.

6. Pada akhir tahun buku, seorang akuntan harus mengirimkan laporan secara rinci

tentang jumlah (keuangan) yang berada di dalam tanggung jawabnya, dan cara

pengaturannya terhadap jumlah (keuangan) tsb.

7. Harus mengoreksi laporan tahunan yang dikirm oleh akuntan, dan

membandingkannya dengan laporan tahun sebelumnya dari satu sisi, dan dari sisi

yang lain dengan jumlah yang tercatat di kantor.

8. Harus mengelompokkan transaksi – transaksi keuangan dan mencatatnya sesuai

dengan karakternya dalam kelompok – kelompok yang sejenis.

9. Harus mencatat pemasukan di halaman sebelah kanan dengan mencatat sumber –

sumber pemasukan tsb.

6

Page 7: Sejarah Dan Pemikiran Akuntansi Syariah Fix

10. Harus mencatat pengeluaran di halaman sebelah kiri dan menjelaskan pengeluaran

– pengeluaran tsb.

11. Ketika menutup saldo, harus meletakkan suatu tanda khusus baginya.

12. Setelah mencatat seluruh transaksi keuangan, maka harus memindahkan transaksi –

transaksi sejenis ke dalam buku khusus yang disediakan untuk transaksi – transaksi

yang sejenis itu saja.

13. Harus memindahkan transaksi – transaksi yang sejenis itu oleh orang lain yang

berdiri sendiri, tidak terikat dengan orang yang melakukan pencatatan di buku

harian dan buku – buku lain.

14. Setelah mencatat dan memindahkan transaksi – transaksi keuangan di dalam buku

– buku, maka harus menyiapkan laporan berkala, bulanan, atau tahunan sesuai

dengan kebutuhan.

Dari uraian di atas diketahui bahwa pelaksanaan akuntansi pada negara Islam terjadi

terutama adanya dorongan kewajiban zakat, yang harus dikelola dengan baik melalui

Baitul Maal. Dokumentasi yang pertama kali dilakukan oleh AL-Mazenderany (1363 M)

mengenai praktik akuntansi pemerintahan yang dilakukan selama Dinasti Khan II pada

buku Risalah Falakiyah Kitabus Siyakat. Namun, dokumentasi yang baik mengenai sistem

akuntansi negara islam tersebut pertama kali dilakukan oleh Al-Khawarizmy pada tahun

976 M.

Ada tujuh hal khusus dalam sistem akuntansi yang dijalankan oleh negara Islam

sebagaimana dijelaskan oleh Al-Khawarizmy dan Al-Mazenderany (Zaid, 2004), yaitu:

1. Sistem akuntansi untuk kebutuhan hidup, sistem ini di bawah koordinasi seorang

manajer.

2. Sistem akuntansi untuk konstruksi merupakan sistem akuntansi untuk proyek

pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah.

3. Sistem akuntansi untuk pertanian merupakan sistem yang berbasis non-moneter.

4. Sistem akuntansi gudang merupakan sistem untuk mencatat pembelian barang

negara.

5. Sistem akuntansi mata uang, sistem ini telah dilakukan oleh negara Islam sebelum

abad ke-14 M. Sistem ini memberikan hak kepada pengelolanya untuk mengubah

emas dan perak yang diterima pengelola menjadi koin sekaligus

mendistribusikannya.

7

Page 8: Sejarah Dan Pemikiran Akuntansi Syariah Fix

6. Sistem akuntansi peternakan merupakan sistem untuk mencatat seluruh binatang

ternak.

7. Sistem akuntansi perbendaharaan merupakan sistem untuk mencatat penerimaan dan

pengeluaran harian negara baik dalam nilai uang atau barang.

Pencatatan dalam negara Islam telah memiliki prosedur yang wajib diikuti, serta

pihak yang bertanggung jawab untuk melakukan pengawasan atas aktivitas dan

menemukan surplus dan defisit atas pencatatan yang tidak seimbang. Jika ditemukan

kesalahan, maka orang yang bertanggung jawab harus menggantinya. Hal ini merupakan

salah satu bentuk pengendalaian internal, penerapan prosedur audit serta akuntansi

berbasis pertanggungjawaban sendiri, dimana Allah mengetahui seluruh pikiran dan

perbuatan semua makhluk-Nya. Prosedur yang harus dilakukan adalah sebagai berikut

(Zaid, 2004):

1. Transaksi harus dicatat setelah terjadi.

2. Transaksi harus dikelompokkan berdasarkan jenisnya (nature).

Butir 1 dan 2 di atas menjelaskan adanya pencatatan dan penggolongan serta adanya

periodisasi (khususnya Zakat-dikenal dengan Az-houl) dan pengelompokan piutang.

3. Penerimaan akan dicatat di sisi sebelah kanan dan pengeluaran akan dicatat di

sebelah kiri.

4. Pembayaran harus dicatat dan diberikan penjelasan yang memadai di sisi kiri

halaman.

Butir 3 dan 4 di atas menjelaskan awal dari debet dan kredit, karena catatan dari

Yunani dan Persia melakukannya dengan pengelompokan penerimaan dan

pengeluaran bukan istilah kanan dan kiri.

5. Pencatatan transaksi harus dilakukan dan dijelaskan secara hati-hati.

6. Tidak diberikan jarak penulisan di sisi sebelah kiri, dan harus diberi garis penutup.

7. Koreksi atas transaksi yang telah dicatat tidak boleh dengan cara menghapus atau

menulis ulang.

8. Jika akun telah ditutup, maka akan diberi tanda tentang hal tersebut.

9. Seluruh transaksi yang dicatat di buku jurnal (Al Jaridah) akan dipindahkan pada

buku khusus berdasarkan pengelompokan transaksi.

10. Orang yang melakukan pencatatan untuk pengelompokan berbeda dengan orang

yang melakukan pencatatan harian.

8

Page 9: Sejarah Dan Pemikiran Akuntansi Syariah Fix

Butir 5-10 lebih menjelaskan pengendalian internal (internal control) serta bentuk

penerapan cut off, buku besar pembantu (subsidiary ledger) dan periodisasi

akuntansi (accounting period).

11. Saldo (Al Haseel) diperoleh dari selisih.

12. Laporan harus disusun setiap bulan dan setiap tahun.

13. Pada setiap akhir tahun, laporan yang disampaikan oleh Al Kateb harus menjelaskan

seluruh informasi secara detail barang dan dana yang berada di bawah

wewenangnya.

14. Laporan tahunan yang disusun Al Kateb akan diperiksa dan dibandingkan dengan

tahun sebelumnya dan akan disimpan di Dewan Pusat.

Dihubungkan dengan prosedur tersebut, terdapat beberapa istilah sebagai berikut:

1. Al-Jaridah merupakan buku untuk mencatat transaksi yang dalam bahasa arab

berarti koran atau jurnal. Terdapat beberapa bentuk jurnal khusus, seperti berikut:

a. Jaridah Al-Kharaj, digunakan untuk berbagai jenis zakat seperti pendapatan yang

berasal dari tanah, tanaman dan binatang ternak.

b. Jaridah Annafakat, digunakan untuk mencatat jurnal pengeluaran.

c. Jaridah Al-Maal, digunakan untuk mencatat jurnal pendanaan yang berasal dari

penerimaan dan pengeluaran zakat.

d. Jaridah Al-Musadereen, digunakan untuk mencatat jurnal pendanaan khusus

berupa perolehan dana dari individu yang tidak harus taat dengan hukum Islam.

2. Daftar Al Yaumiyah (Buku Harian/dalam bahsa Persia dikenal dengan nama:

Ruznamah). Daftar tersebut digunakan sebagai dasar untuk pembuatan Ash-Shahed

(jurnal voucher).

Bentuk umum dari daftar di antaranya:

a. Daftar Attawjihat merupakan buku yang digunakan untuk mencatat anggaran

pembelanjaan.

b. Daftar Attahwilat merupakan buku untuk mencatat keluar masuknya dana antara

wilayah dan pusat pemerintahan.

Al-Khawarizmy membagi beberapa jenis daftar:

a. Kaman al Kharadj yang merupakan dasar-dasar survei.

b. Al-Awardj menunjukkan daftar utang per individu beserta daftar pembayaran

cicilan.

9

Page 10: Sejarah Dan Pemikiran Akuntansi Syariah Fix

c. Al-Ruznamadj atau buku harian yaitu melakukan pencatatan untuk pembayaran

penerimaan setiap hari.

d. Al-Khatma merupakan laporan pendapatan dan pengeluaran perbulan.

e. Al-Khatma Al-Djami`a merupakan laporan tahunan.

f. Al-Taridj merupakan tambahan catatan untuk menunjukkan kategori secara

keseluruhan.

g. Al-Arida merupakan 3 kolom jurnal yang totalnya terdapat di kolom ketiga.

h. Al-Bara`a merupakan penerimaan pembayaran dari pembayar pajak.

i. Al-Muwafaka wal-djama`a merupakan akuntansi yang kompherensif disajikan

oleh `amil.

3. Beberapa jenis laporan keuangan di antaranya:

a. Al Khitmah, merupakan laporan yang dibuat setiap akhir bulan yang

menunjukkan total penerimaan dan pengeluaran.

Bismillahirrahmaanirahiim

Laporan Keuangan per 1 Muharam sampai 30 Dzulhijjah tahun.. H

Sumber – sumber keuangan:a) Pajak – pajak dari… tanggal… xxxb) Pemasukan dari… tanggal… xxx

Di samping itu adalah:a) Pindahan dari tahun buku yang lalu xxxb) Penjualan – penjualan xxxc) Denda – denda xxxd) Wesel – wesel xxxJumlah xxx

Penggunaan Danaa) Wesel – wesel ke kantor lain xxx b) Pembelian – pembelian kantor xxxc) Pengeluaran – pengeluaran lain xxx

Saldo xxx

b. Al Khitmah Al Jameeah, merupakan laporan yang disiapkan oleh Al Khateb

tahunan dan diberikan kepada atasannya (Al Mawafaka-penerima) berisi

pendapatan, beban dan surplus/defisit setiap akhir tahun.

10

Page 11: Sejarah Dan Pemikiran Akuntansi Syariah Fix

c. Bentuk perhitungan dan laporan zakat akan dikelompokkan pada laporan

keuangan terbagi dalam 3 kelompok, yaitu:

1) Ar-Raj Minal Mal (yang dapat tertagih)

2) Ar-Munkasir Minal Mal (piutang tidak dapat tertagih), dan

3) Al Muta’adhir Wal Mutahayyer wal Muta’akkid (piutang yang sulit dan

piutang bermasalah sehingga tidak tertagih)

Pada perhitungan zakat, utang diklasifikasikan menjadi tiga berdasarkan

kemampuan bayar, yaitu:

a. Arra’ej Minal Maal (collectible debts)

b. Al Munkase Minal Mal (uncollectible debts)

c. Al Muta’adher wal Mutahayyer (complicated atau doubtful debts)

11

Al Khitmah Al JameeahUntuk Penerimaan dan Pengeluaran

Selama Periode Muharram s.d. Dzulhijjah Tahun …… H

Disiapkan oleh Dibantu oleh Diperiksa oleh Disetujui oleh

Sumber DanaPendapatan pada Periode Berjalanb. Pajak dari Sejak Tanggal……. xxxxc. Pendapatan Lain xxxxSub Total xxxx

Ditambah

a. Sisa dari Periode yang lalu xxxxb. Penjualan xxxxc. Rekonsiliasi dan Denda xxxxd. Pinjaman xxxxe. Pemindahan Dana xxxxf. Tagihan yang tidak dapat tertagih xxxxAl Fadalakah (Total)

Penggunaan Danaa. Transfer ke Diwan Lain xxxxb. Pembelian yang dilakukan Diwan xxxxc. Beban Lain (xxxx)Al Haseel (Saldo) xxxx

Page 12: Sejarah Dan Pemikiran Akuntansi Syariah Fix

DAFTAR PUSTAKA

Nurhayati, Sri dan Wasilah. 2009. Akuntansi Syariah di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.

Muhammad. 2005. Pengantar Akuntansi Syariah. Jakarta: Salemba Empat.

12