sejarah palestina

10
Sejarah palestina REPUBLIKA.CO.ID, Bila tak ada aral melintang, akhir tahun ini hingga awal tahun depan, Palestina akan menggelar pemilu presiden dan pemilu legislatif. Pemilu ketiga di Tanah Palestina ini akan digelar setelah Fatah dan Hamas berhasil mencapai rekonsiliasi, dan membentuk pemerintahan bersatu. Namun, baru saja Fatah dan Hamas bergandengan, Israel yang tak menolak pemerintahan bersatu itu, melancarkan operasi militer yang meluluhlantakkan Jalur Gaza, membunuh hampir dua ribu jiwa, dan melukai sekitar 10 ribu orang lainnya. Berikut lika-liku perjuangan Palestina- satu-satunya anggota Konferensi Asia Afrika yang belum merdeka--untuk memerdekakan diri, tiga dekade terakhir: 26 MARET 2010 Dua tentara Israel dan dua pejuang Hamas tewas dalam bentrok di perbatasan selatan Gaza dengan Israel. 4 MEI 2011 Pertemuan Fatah-Hamas yang disponsori oleh Mesir, berhasil mencapai kesepakatan untuk mengakhiri empat tahun pemisahan wilayah. Rekonsiliasi itu tertuang dalam Kesepakatan Mesir (Cairo Agreement) yang ditandatangani oleh Presiden Palestina Mahmud Abbas dan Kepala Biro Politik Hamas, Khalid Meshal. Abbas saat itu mengatakan lembaran hitam perpecahan selama empat tahun harus ditutup, dan berjanji akan segera mengunjungi Hamas di Jalur Gaza. Sementara, Khalid Meshal mengatakan pihaknya siap membayar apapun harga untuk persatuan bangsa Palestina. Kedua belah pihak sepakat untuk kembali membentuk pemerintahan bersama. Pemerintahan transisi itu mem persiapkan penyelenggaraan pemilu presiden dan pemilu legislatif pada 2012. Perdana Menteri Israel, Benyamin Netanyahu mengecam kesepakatan itu, dan menyebutnya sebagai “ledakan kematian bagi perdamaian, dan hadiah besar bagi teror”. 7 FEBRUARI 2012 Hamas-Fatah kembali melakukan pertemuan di Doha, Qatar, yang disponsori Emir Qatar, Sheikh Hamad bin Khalifa Al Thani, yang berkeinginan

Upload: rdwchy

Post on 16-Nov-2015

215 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Hamas

TRANSCRIPT

Sejarah palestina

REPUBLIKA.CO.ID, Bila tak ada aral melintang, akhir tahun ini hingga awal tahun depan, Palestina akan menggelar pemilu presiden dan pemilu legislatif. Pemilu ketiga di Tanah Palestina ini akan digelar setelah Fatah dan Hamas berhasil mencapai rekonsiliasi, dan membentuk pemerintahan bersatu.Namun, baru saja Fatah dan Hamas bergandengan, Israel yang tak menolak pemerintahan bersatu itu, melancarkan operasi militer yang meluluhlantakkan Jalur Gaza, membunuh hampir dua ribu jiwa, dan melukai sekitar 10 ribu orang lainnya. Berikut lika-liku perjuangan Palestina-satu-satunya anggota Konferensi Asia Afrika yang belum merdeka--untuk memerdekakan diri, tiga dekade terakhir:26 MARET 2010Dua tentara Israel dan dua pejuang Hamas tewas dalam bentrok di perbatasan selatan Gaza dengan Israel.

4 MEI 2011Pertemuan Fatah-Hamas yang disponsori oleh Mesir, berhasil mencapai kesepakatan untuk mengakhiri empat tahun pemisahan wilayah. Rekonsiliasi itu tertuang dalam Kesepakatan Mesir (Cairo Agreement) yang ditandatangani oleh Presiden Palestina Mahmud Abbas dan Kepala Biro Politik Hamas, Khalid Meshal. Abbas saat itu mengatakan lembaran hitam perpecahan selama empat tahun harus ditutup, dan berjanji akan segera mengunjungi Hamas di Jalur Gaza.

Sementara, Khalid Meshal mengatakan pihaknya siap membayar apapun harga untuk persatuan bangsa Palestina. Kedua belah pihak sepakat untuk kembali membentuk pemerintahan bersama. Pemerintahan transisi itu mem persiapkan penyelenggaraan pemilu presiden dan pemilu legislatif pada 2012.

Perdana Menteri Israel, Benyamin Netanyahu mengecam kesepakatan itu, dan menyebutnya sebagai ledakan kematian bagi perdamaian, dan hadiah besar bagi teror.

7 FEBRUARI 2012Hamas-Fatah kembali melakukan pertemuan di Doha, Qatar, yang disponsori Emir Qatar, Sheikh Hamad bin Khalifa Al Thani, yang berkeinginan mengakhiri konflik Fatah-Hamas. Banyak pihak yang menggambarkan kesepakatan yang dicapai Mahmud Abbas dan Khalid Meshal dalam pertemuan Doha, ini, merupakan langkah lanjutan dari pertemuan Kairo.

Dalam pernyataannya sebulan setelah pertemuan Doha, Abbas mengatakan Fatah dan Hamas telah berhasil menyepakati platform politik bersama, termasuk dalam masalah perdamaian dengan Israel. Abbas menyatakan Fatah dan Hamas sepakat untuk cooling down, baik di Gaza maupun Tepi Barat. Sedangkan dalam soal menghadapi Israel, Abbas mengatakan Fatah dan Hamas sepakat untuk melakukan perlawanan tanpa kekerasan, meneguhkan negara Palestina dengan perbatasan 1967, dan melanjutkan pembicaraan damai dengan Israel jika negara zionis tersebut menghentikan pembangunan pemukiman dan menerima syarat-syarat lainnya.

Uni Eropa mendukung rekonsiliasi Palestina dan pemilu sebagai sebagai langkah penting yang memungkinkan perdamaian Israel-Palestina.Tapi, Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu mengecam kesepakatan tersebut, dan menyebut mustahil mencapai perdamaian dengan pemerintahan yang di dalamnya termasuk Hamas. Namun, kesepakatan Fatah-Hamas tersebut kembali tak banyak kemajuan, termasuk rencana menggelar pemilu yang kembali tidak jelas.

Maret 2012Israel menggelar operasi militer yang dinamai Operasi Returning Echo.

OKTOBER 2012Israel kembali mengerahkan mesin perangnya pada Operasi Pillar of Defence. Dalam operasi ini, 158 waga Palestina terbunuh, di antaranya 30 anak dan 13 perempuan. Israel juga membunuh Ahmad Jabari, kepala sayap militer Hamas. Sementara, satu tentara Israel dan empat warga sipil Israel tewas oleh serangan roket Hamas. Tak seperti operasi sebelumnya, kali ini negara-negara barat seperti AS, Inggris, Kanada, dan Jerman, malah mendukung Israel untuk mempertahankan diri dari serangan roket. Sementara negaranegara seperti Mesir, Turki, Iran, hingga Korea Utara, mengecam Israel.

29 NOVEMBER 2012Majelis Umum PBB sepakat memberikan status negara pengamat non-anggota kepada Palestina. Status ini antara lain diperjuangkan oleh Indonesia. Pemberian status bagi Palestina itu ditempuh melalui voting, dengan hasil 138 negara mendukung, sembilan negara menentang, dan 41 negara abstain. Sembilan negara yang menentang adalah Israel, AS, Kanada, Cheska, Panama, dan negara-negara mikro seperti Marshal Island, Mikronesia, Nauru, Palau. Mahmud Abbas mengibaratkan pemberian status tersebut sebagai akta kelahiran bagi negara Palestina.

ANUARI 2008PBB menyampaikan hasil studinya bahwa blockade Israel atas Gaza yang dihuni 1,5 juta orang telah melampaui batas, sebab penduduknya menjadi sangat kesulitan pangan dan berbagai kebutuhan lainnya. Banyak dari warga Gaza kemudian yang menyeberang ke Mesir untuk mencari makanan dan kebutuhan lainnya.

29 FEBRUARI 2008I srael kembali melancarkan operasi militer, yang dinamai Operasi Musim Dingin yang Panas (Operation Hot Winter). Sebanyak 112 warga Palestina yang kebanyakan warga sipil kembali dibunuh. Para pejuang Hamas juga membunuh tiga tentara Israel.

Operasi militer Israel ini kembali mendapat reaksi keras. Demonstrasi digelar di banyak negara untuk mengutuknya. AS, sang induk semang, memperingatkan Israel bahwa pembunuhan warga sipil melanggar hukum internasional. Mahmud Abbas menyebut tindakan Israel membunuh warga sipil seperti perempuan dan anak-anaknya, lebih buruk ketimbang Holocaust. Saudi Arabia pun menyebut tindakan Israel sebagai kejahatan perang seperti yang dilakukan Nazi.

3 MARET 2008Israel menarik pasukannya dari Jalur Gaza.

23 MARET 2008Presiden Yaman, Ali Abdullah Saleh, mensponsori pertemuan rekonsiliasi antara Hamas dan Fatah. Pertemuan yang berlangsung di Istana Presiden di Sanaa, itu, dihadiri oleh Deputi Kepala Politbiro Hamas, Musa Abu Marzuk, dengan pemimpin Fatah, Azzam al Ahmad. Kedua belah pihak sepakat rujuk dan kembali menyatukan Tepi Barat dengan Jalur Gaza, meski langkah riilnya tersendat.

19 JUNI 2008Mesir mensponsori gencatan senjata antara Hamas dan Israel. Gencatan senjata disepakati selama enam bulan, yang berakhir 19 Desember.

27 DESEMBER 2008Baru saja gencatan senjata berakhir, Israel kembali melakukan operasi militer brutal, yang dinamai Operasi Cast Lead. Kali ini, korbannya semakin banyak, karena hampir 1.500 warga Palestina terbunuh. Israel juga membombardir masjid, sekolah, dan rumah sakit. Pembantaian ini berakhir pada 18 Januari 2009, dan tiga hari kemudian Israel menarik pasukannya. Tiga belas tentara Israel tewas dalam operasi ini.8 FEBRUARI 2007Saudi Arabia mensponsori rekonsiliasi Hamas-Fatah. Negosiasi yang berlangsung di Makkah, menghasilkan kesepakatan yang ditandatangani oleh Mahmad Abbad dari Fatah, dan Khalid Meshal dari Hamas. Pemerintahan baru Palestina diserukan untuk melaksanakan sejumlah agenda pembangunan yang telah disepakati oleh parlemen.

17 MARET 2007Penolakan quartet (AS, Rusia, UE, dan PBB) untuk mengakui pemerintahan Hamas yang menolak mengakui eksistensi Israel, disusul dengan sanksi ekonomi, penahanan para menteri dan anggota legislatif dari Hamas, serta pertikaian internal Hamas-Fatah, membuat pemerintahan Hamas limbung. Pemerintahan itu berakhir 17 Maret 2007.

Parlemen Palestina kemudian menyepakati membentuk Pemerintahan Persatuan Nasional, yang didukung mayoritas anggota parlemen (83 setuju, 3 menolak). Saat persetujuan tersebut diambil, sebanyak 41 atau hampir sepertiga dari 132 anggota parlemen Palestina sedang ditahan Israel.

Kabinet baru pun dibentuk dengan mengakomodasi faksifaksi lainnya. Hampir semua partai yang ikut pemilu legislatif, terutama yang mendapatkan kursi legislatif, diikutkan dalam kabinet baru. Kabinet baru ini beranggotakan 25 orang, dipimpin Ismail Haniya sebagai perdana menteri, dan Azzam al Ahmad dari Fatah sebagai wakil perdana menteri. Dari 25 anggota kabinet itu, dari Hamas 12 orang, Fatah (6), Jalan Ketiga (1), Inisiatif Nasional Palestina (1), Partai Rakyat Palestina (1), Front Demokratik untuk Pembebasan Palestina (1), dan kalangan independen (3).

Selain itu, dalam pemerintahan persatuan tersebut, semua menteri disumpah oleh Mahmud Abbas sebagai ketua Otoritas Palestina, sementara pada saat bersamaan acara seremonialnya digelar di Gaza dan Ramallah. Banyak negara menyambut pemerintahan baru tersebut, tetapi Israel tetap menolaknya.

10-15 JUNI 2007Kendati sudah terbentuk Pemerintahan Persatuan Nasional, pertikaian antara Hamas dan Fatah tetap terjadi. Klimaksnya adalah saat kedua faksi bertempur di Gaza pada 10-15 Juni. Palang Merah Internasional menyebut lebih dari seratus orang tewas akibat peristiwa yang kemudian dikenal sebagai Pertempuran Gaza ini. Peristiwa ini pun tak pelak membuat Pemerintahan Persatuan Nasional menjadi bubar, dan kemudian membagi wilayah Palestina menjadi dua entitas: Tepi Barat diperintah Otoritas Palestina, sedangkan Jalur Gaza diperintah Hamas.

Penguasaan Gaza oleh Hamas itu, kemudian diiringi oleh langkah Israel dan Mesir untuk memperketat pintu perbatasan mereka dengan Gaza. Blokade atas Gaza juga dilakukan Israel dari arah laut. Israel berdalih blockade tersebut diperlukan untuk membatasi serangan roket dari Gaza, sebab blockade tersebut akan mencegah para pejuang Palestina di Gaza mendapatkan bahan-bahan untuk membuat roket. Akibat blockade itu, Gaza kemudian menjadi bak penjara terbesar. Alhasil, untuk memasok berbagai kebutuhan di Gaza, kemudian dilakukan dengan menggali terowongan-terowongan.

14 JUNI 2007Mahmud Abbas membubarkan Pemerintahan Persatuan Nasional, dan menyatakan negara dalam keadaan darurat.

16 JUNI 2007Sembari memblokade Gaza untuk menekan pemerintah Hamas, pemerintahan Palestina yang semula sudah bersatu pun dibelah. Konsul Jenderal AS, Jacob Wales, menyatakan pada 16 Juli bahwa AS merencanakan untuk meng angkat sanksi bagi Palestina untuk mendukung pemerintahan yang dipimpin Mahmud Abbas. Israel juga menyatakan akan mentransfer ratusan juta dolar AS uang dari pajak warga Palestina kepada pemerintahan Fatah yang dipimpin Abbas. Sementara, untuk pemerintahan di Gaza, tetap diberlakukan sanksi bahkan diblokade.25 JANUARI 2006Pemilu legislatif akhirnya digelar. Tak seperti pilpres, Hamas ikut serta dalam pemilu legislatif. Pemilu diikuti oleh 12 partai/organisasi, dan sejumlah calon independen. Hasilnya, Hamas berhasil memenangkan pemilu, mengalahkan Fatah. Inilah untuk pertama kalinya dalam empat dekade, PLO kehilangan dominasi atas politik Palestina. Kalahnya Fatah diduga berkaitan dengan kasus korupsi yang menimpa rezim Fatah.

Dalam pemilu, Hamas meraih 440.409 suara (29,1 persen) yang dikonversi menjadi 74 kursi. Jumlah 74 kursi itu mencapai 56 persen dari 132 kursi DPR, alias berhasil mencapai mayoritas kursi parlemen, sehingga memiliki hak membentuk pemerintahan. Perolehan suara Fatah sebenarnya tak terlalu terpaut jauh, yaitu 410.409 suara (28,1 persen). Tapi, setelah dikonversi menjadi kursi, Fatah hanya berhak mengklaim 45 kursi (34 persen). Kursi lainnya diraih oleh Martir Abu Ali Mustafa (3 kursi), Alternatif (2), Jalan Ketiga (2), Kemerdekaan Palestina (2), dan calon independen (4).

Jumlah pemilih terdaftar dalam pemilu legislatif adalah 1.341.671, sedangkan yang menggunakan hak pilihnya adalah 1.020.737 atau 76,07 persen. Angka partisipasi pemilih (voters turn out) dalam Pemilu 2006 tersebut lebih tinggi dibanding Pemilu 1996 yang hanya 71,66 persen.

Pada Pemilu 2006, terjadi beberapa perubahan dibanding Pemilu 1996. Pertama, jumlah kursi parlemen yang semula 88, dinaikkan menjadi 132. Kedua, sistem pemilunya berubah. Pa da Pemilu 1996 menggunakan sistem Block Vote dengan dis trik berwakil banyak, sedangkan pada Pemilu 2006 meng gunakan sistem parallel yang menggabungkan sistem proporsional tertutup dengan sistemfirst past the post(di Indonesia biasa disebut sistem distrik). Setiap pemilih men dapat kan dua surat suara. Satu surat suara untuk memilih partai saja, di mana kandidat terpilih ditentukan oleh daftar partai, sedangkan satu surat suara untuk langsung memilih kandidat.

Lewat sistem parallel tersebut, caleg yang dipilih langsung berjumlah 66, sedangkan yang ditentukan lewat daftar partai juga 66. Dengan penerapan sistem parallel ini, lebih memung kinkan kalangan minoritas seperti kalangan Kristen dan perempuan untuk terpilih. Bahkan, akomodasi terhadap minoritas itu lebih besar lagi, sebab dari 66 caleg yang ditentukan lewat daftar partai, sebanyak enam di antaranya dipatok khusus untuk caleg Kristen yang ditentukan secara proporsional berdasarkan wilayah.

Jumlah daerah pemilihannya tetap 16, yaitu Yerusalem, Tubas, Tulkarm, Qalqiya, Salfit, Nablus, Jericho, Ramallah, Jenin, Bethlehem, Hebron, Gaza Utara, Gaza City, Deir al- Balah, Khan Yunis, dan Rafah. Enam kursi gratis untuk kalangan Kristen itu antara lain dari Yerusalem (dua kursi), Ramallah (1), Bethlehem (2), dan Gaza City (1).

30 JANUARI 2006Melihat Hamas menang, empat pihak (quartet) yaitu Amerika Serikat, Rusia, Uni Eropa, dan PBB, menyatakan bahwa bantuan kepada otoritas Palestina hanya akan dilanjutkan jika Hamas meninggalkan cara-cara kekerasan, mengakui Israel, dan menerima kesepakatankesepakatan Israel- Palestina sebelumnya. Jika tidak, semua bantuan internasional kepada Palestina akan dibekukan.

FEBRUARI 2006Hamas menawarkan gencatan senjata selama 10 tahun kepada Israel dengan syarat Israel menarik diri se penuhnya dari wilayahpendudukan di Tepi Barat, Jalur Gaza, dan Yerusalem Timur, serta mengakui hak-hak warga Palestina lainnya, termasuk hak bagi warga Palestina untuk kembali ke Tanah Airnya.

Pemimpin Hamas kemudian mengirim surat kepada Pre siden George W Bush. Surat itu antara lain menyatakan bahwa Hamas akan menerima perbatasan 1967 termasuk gencatan senjata. Tapi, pemerintahan Bush tidak membalas surat itu. 29 MARET 2006 Pemerintahan Hamas terbentuk, dipimpin Perdana Menteri Ismail Haniya. Dari 25 anggota kabinet, 21 orang berafiliasi dengan Hamas, ditambah empat orang dari kalangan independen.

Setelah terbentuknya pemerintahan Hamas, pertikaian internal Hamas-Fatah justru mencuat. Situasi itu semakin diperburuk oleh peringatan intelijen Israel kepada Mahmud Abbas, bahwa Hamas berencana membunuhnya di kantornya, karena Abbas dianggap sebagai penghalang bagi Hamas untuk mengontrol otoritas Palestina secara penuh.

9 JUNI 2006Saat Israel melakukan operasi artileri, sebuah bus di Jalur Gaza meledak, dan membunuh delapan warga si pil Palestina. Pihak Palestina menuding Israel bertang gung jawab atas kejadian itu, namun pemerintah Israel me nampik. Sehari berikutnya, Hamas menyatakan menarik diri secara formal dari gencatan senjata yang telah berlangsung 16 bulan, dan mulai menembakkan roket ke Israel. 25 JUNI 2006 Dua tentara Israel terbunuh, dan seorang lainnya, Gilad Shalit, diculik dalam penyerbuan yang dilakukan oleh Brigade al-Qassam, Komite Perlawanan Populer, dan Tentara Islam.

28 JUNI 2006Israel melancarkan Operasi Hujan Musim Panas (Operation Summer Rains), untuk menyelamatkan prajuritnya yang diculik. Dalam operasi itu, puluhan warga Palestina tewas. Israel juga menahan 64 pejabat Hamas. Di antaranya delapan menteri di Kabinet Otoritas Palestina, dan 20 anggota parle men. Penahanan 20 anggota parlemen, membuat Hamas kehilangan dominasinya di DPR.

Terhitung sejak September 2005 hingga Juni 2006 saat operasi militer itu dilakukan, Israel menembakkan 9.000 arti leri. Sementara itu, sejak September 2000 hingga Desem ber 2006, Hamas menembakkan 1.300 roket al-Qassam. JULI 2006 Pada korban-korban terluka akibat serangan Israel di dapati ada kegajilan, seperti mengalami kerusakan or gan bagian dalam. Diduga pada operasi militernya Israel menjadikan warga Gaza sebagai kelinci percobaan senjata barunya.

1 NOVEMBER 2006Israel kembali menggelar Operasi Awan Musim Gugur (Operation Autumn Cloud). Pada operasi ini, Israel menembak sebuah rumah di Beit Lahiya, membunuh 19 warga sipil, dan melukai puluhan lainnya. Serangan ini mendapat reaksi keras dari banyak kalangan. Israel dan Palestina kemudian sepakat melakukan gencatan senjata, dan Israel menarik pasukannya dari Jalur Gaza.18 MEI 2004Israel melancarkan Operasi Pelangi untuk menghancur kan terowongan-terowongan yang dibangun di Rafah, yang menghubungkan Gaza dengan Mesir, karena khawatir menjadi tempat penyelundupan senjata. Operasi yang digelar hingga 23 Mei ini menewaskan 13 tentara Israel dan sejumlah pejuang Palestina.

30 SEPTEMBER 2004I srael kembali melancarkan Operasi Hari Penyesalan (Day of Penitence) di kawasan utara Gaza, khususnya Beit Ha noun, Beit Lahiya, dan Kamp Pengungsi Jabaliya. Operasi ini menewaskan lebih dari seratus warga Palestina. Lima warga Israel juga menjadi korban serangan roket.

11 NOVEMBER 2004Presiden Palestina Yasser Arafat, wafat di usia 75 ta hun. Yasser Arafat yang juga pemimpin PLO dan Partai Fa tah meninggal dunia saat bara Intifada Kedua masih membara. Posisi Arafat sebagai presiden digantikan oleh Rawhi Fattuh, ketua parlemen. Sedangkan, posisi Arafat sebagai pemimpin PLO digantikan oleh Mahmud Abbas yang sebelumnya menjabat sebagai perdana menteri.

9 JANUARI 2005Digelar pemilu presiden. Dalam pilpres ini, Fatah mengusung Mahmud Abbas sebagai kandidat. Selain Mahmud Abbas, masih ada enam kandidat lain yang meng ikuti pilpres, yang berasal dari Front Populer untuk Pem bebasan Palestina, Front Demokratik untuk Pembebasan Palestina, Partai Rakyat Palestina, dan kalangan independen. Na mun, hasil pemilu pemilu memenangkan Mahmud Abbas dengan 501.448 suara (62,52 persen). Sedangkan, pesaing terdekatnya, yaitu Mustafa Barghouti yang diusung Front Populer untuk Pembebasan Palestina, meraih 156.227 suara (19,48 persen). Pilpres ini tidak diikuti oleh calon presiden dari Hamas. Hamas memboikot pilpres karena tidak setuju dengan kebijakan Mahmud Abbas yang cenderung lunak terhadap Israel, padahal sejumlah pemimpin Palestina ditangkap Israel. Mahmud Abbas, misalnya, sejak 14 Desember 2004 menyerukan rakyat Palestina untuk mengakhiri Intifada Kedua, dan beralih ke perlawanan dengan cara-cara damai. Mahmud Abbas resmi menjadi presiden pada 15 Januari dengan masa jabatan empat tahun, yang berakhir pada 15 Januari 2009.

8 FEBRUARI 2005Intifada Kedua berakhir, setelah digelar Sharm el-Sheikh Summit pada 8 Februari 2005, di mana Presiden Palestina Mahmud Abbas dan Perdana Menteri Ariel Sharon sepakat mengakhiri kekerasan.

9 MEI-15 AGUSTUS 2005I srael menarik tentaranya dari Jalur Gaza dan menge vakuasi warga Israel yang tinggal di Gaza. Ada 21 pe mukiman Israel di Gaza. Selain itu, Israel juga menge vakuasi warga Israel dari empat pemukiman di Tepi Barat. Penarikan tentara dan pengosongan pemukiman ini di ambil menyusul penerapan kebijakan Perdana Menteri Ariel Sha ron yang terkenal dengan sebutan Disengagement Plan atau Tokhnit HaHitnatkut dalam bahasa Ibrani, yang disetujui oleh parlemen Israel (Knesset) pada Februari 2005, dengan 59 anggota mendukung, 40 menentang, dan 5 abstain. Selain dikosongkan, sebagian pemukiman itu kemudian dihancurkan oleh Israel.

9 AGUSTUS 2005Presiden Mahmud Abbas mengumumkan pemilu legis latif akan digelar Januari 2006. Semula, pemilu legislatif direncanakan digelar pada 17 Juli. Abbas menyatakan pemilu legislatif akan tetap digelar, meskipun kondisi Gaza saat itu belum benar-benar kondusif, bahkan Israel pun telah memutuskan untuk mencegah warga Palestina di Yerusalem Timur untuk ikut pemilu.