sejarah pura rambut siwi
TRANSCRIPT
SEJARAH PURA RAMBUT SIWI
Cerita ini dimulai ketika ida maharsi markandia bertapa di gunung raung jawa. Pada waktu
beliau bertapa digunung raung jawa, beliau melihat sinar suci yang berasal dari suatu daerah
(yang nantinya dikenal dengan bali). Singkat cerita, sesuai dengan petunjuk maka kemudian
beliau menelusuri ke tempat sinar itu muncul. Kemudian berangkatlah beliau menuju ke bali.
Perjalanan pertama beliau dari jawa menuju bali adalah masuk lewat pantai (yang sekarang
menjadi lokasi pura rambut siwi). Sesampainya ditempat ini kemudian beliau beristirahat
beberapa hari sambil beliau mencari petunjuk kearah mana beliau harus berjalan. Selama
beristirahat di tempat ini, beliau senang duduk di sebuah tebing yang agak menjorok ke laut.
Kenapa beliau senang duduk di tempat ini karena dari tempat ini beliau bisa mengamati
keseluruhan hamparan pesisir pantai barat bali. Dari tempat ini akan bisa dilihat jika ada perahu
atau orang yang mau masuk ke bali lewat pantai bali barat. Selama bertapa beberapa pekan di
lokasi tebing ini (posisi tebing ini sekarang ada di tebing depan pura melanting yang ada
dikomplek pura rambut siwi), beliau mendapat petunjuk dari sanghyang jagatnata (alam semesta)
tentang pulau bali. Isi petunjuknya adalah pulau bali merupakan pulau yang sangat suci tempat
stana para dewa-dewi, hal inilah yang menyebabkan pulau ini susah bisa dimasuki/didiami oleh
manusia, oleh karena ida maharsi markhandia telah diundang sebagai orang pertama yang
diijinkan masuk kebali untuk menata pulau bali, maka untuk melindungi pulau bali dari orang-
orang yang mencoba mengikuti perjalanan ida maharsi markandia, maka sanghyang
jagatnata(alam semesta) menitahkan ida rsi untuk membuat pelindung/benteng dipantai bali barat
sehingga hanya orang-orang yang mendapatkan izin dari alam bali saja yang akan bisa masuk ke
bali. Kemudian ida rsi bertapa di tebing ini memuja dewa wisnu dan dewa baruna yang
menguasai lautan. Karena ketulusan dan ketekunan tapa beliau akhirnya doa ida rsi markandea
dikabulkan oleh para dewa yang berstana dilautan. Sekonyong-konyong, disepanjang tengah laut
barat bali kemudian muncul jaring-jaring seperti jaring net untuk bola voli yang bersinar seperti
nyala lidah api. Jaring-jaring ini terbuat dari rumput laut (dibali dikenal dengan bulung rambut)
yang dijalin/dirangkai seperti jaring. Jaring ini berfungsi sebagai filter untuk orang yang akan
masuk ke bali. Jika orang pantas masuk ke bali maka jaring net ini akan turun ke laut sehingga
orang bisa masuk ke bali. Jika orang tidak pantas masuk ke bali maka jaring ini akan naik ke atas
sehingga akan terjadi fenomena dilautan sehingga orang/perahu yang mencoba masuk tidak akan
bisa menyeberang. Fenomena inilah yang kemudian membuat ida rsi markhandia menamakan
tempat ini sebagai Rambut Siwi yang artinya jalinan/untaian rumput laut yang berbentuk seperti
rambut. Karena kekuatan tapa dalam melindungi laut barat bali inilah maka ida maharsi
markandia kemudian diberi gelar Sanghyang Baruna Gni. Dan laut dipantai bali barat diberikan
nama Dalem Segara Gni.Saya bercerita ini bukanlah suatu karangan akan tetapi kisah nyata. Jika
ada cerita tentang perjalanan ida peranda sakti wawu rauh terkait dengan rambut siwi, itu tidak
lebih seperti orang jaman sekarang yang melakukan tirta yatra ke suatu pura. Dan sesuai dengan
babad dwijendra tattwa yang mengisahkan perjalanan peranda sakti wawu rauh, di dalam babad
itu jelas diceritakan bahwa ketika peranda sakti wawu rauh sampai ke lokasi pura rambut siwi
sekarang, saat itu sudah ada pura disana itulah pura peninggalan ida maharsi markhandia.
Mudah-mudahan dengan cerita ini para semeton warga bhujangga waisnawa tidak akan lewat
begitu saja ketika melewati pura rambut siwi.